Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

“MEMAHAMI AKAD MURABAHAH”

Disusun Oleh Kelompok 6 :

RISKA 206602035

SITI KHADIJA 206602051

MUHAMMAD ANDRIAWAN 206602089

WALDYANSYAH 206602060

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya kita
masih di berikan sehat dan nikmat akal sehat. Shalawat serta salam juga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para pengikut-Nya hingga akhir zaman. Atas karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ MEMAHAMI AKAD MURABAHAH “ Dengan tepat
waktu

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami yang sudah membimbing kami
sehingga kamalah ini dapay terselesaikan dengan baik, orang tua kami yang selalu memberikan
dukungan, teman-teman dan semua pihak yang telas membantu kami dalam menyelesaikan maka;ah ini.
Kami harap makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi pembaca dalam usaha memperoleh
pengetahuan dan sepenuhnya kami menyadari bahwa dalam penyususan makalah ini masih terdaoat
banyak kekurangan

Kendari, 13 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 4

2.1 Definisi Akad Murabahah.......................................................................................................... 4


2.2 Jenis-Jenis Akad Murabahah...................................................................................................... 5
2.3 Dasar Syariah Akad Murabahah................................................................................................. 6
2.4 Perlakuan Akuntansi Murabahah (PSAK 102)........................................................................... 9

BAB III PENUTUP......................................................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................ 16
3.2 Kritik dan Saran......................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang universal. Islam agama yang mengatur segala aspek kehidupan
manusia, secara garis besar islam mengatur dua bagian pokok, yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah
adalah Hubungan secara vertikal, Yakni mengatur manusia dalam berhubungan kepada Allah swt
sebagai tuhannya. Sedangkan muamalah ialah hubungan secara horizontal, yakni kegiatan-kegiatan
yang menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia yang meliputi aspek ekonomi, politik,
sosial dan lain sebagainya. Untuk kegiatan muamalah yang menyangkut aspek ekonomi seperti jual
beli, simpan pinjam, hutang piutang, usaha bersama dan lain sebagainya.
Masalah ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ia berkaitan dengan
berbagai macam kebutuhan, seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan, serta kebutuhan lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, sudah seharusnya manusia bekerja dengan mengolah segala yang
telah disediakan di alam semesta ini, dan dari hasil kebutuhan tersebut kebutuhan manusia dapat
terpenuhi, baik kebutuhan primer, sekunder, dan tertier.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama
antara satu dengan yang lainnya, seseorang tidak melecehkan hak dan kewajiban orang lain dengan
hawa nafsu, ketamakan, dan keserakahan. Bentuk-bentuk pelecehan tersebut antara lain seperti
adanya riba, penimbunan harta, tidak memberikan upah kerja yang seyogyanya, memanipulasi harga,
dan monopoli.
Dalam membimbing manusia menuju kesejahteraan, doktrin ekonomi yang telah
mendominasi dunia kapitalisme, sosialisme, komunisme, dan doktrin negara kesejahteraan, semuanya
terlalu lemah, dan dinilai telah gagal. Lain halnya dengan. Islam, dalam membimbing manusia
menuju kesejahteraan Islam berupaya menegakkan sistem ekonomi yang mengkombinasikan
kemajuan ekonomi dankeadilan dan menjadi standar hidup yang lebih tinggi yang disertai dengan
moral yang adil, bijak dan luhur, baik itu dalam kegiatan ekonomi mikro maupun dalam ekonomi
makro.
Akuntansi syariah yang berlandaskan nila Al-Qur'an dan Al-Had mbantu manusia untuk
menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran dan
pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak dan kewajiban-kewajiban secara adil (Wiroso, 2011).
Hak dan kewajiban itu timbul karena manusia ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi
secara amanah. Sehingga akuntansi sesungguhnya adalah alat pertanggungjawaban kepada Sang
Pencipta dan sesama makhluk, yang digunakan oleh manusia untuk mencapai kodratnya sebagai
khalifah.
Salah satu pembiayaan yang berlandaskan syariah adalah pembiayaan murabahah,
pembiayaan murabahah merupakan salah satu produk pembiayaan di perbankan syariah yang paling
mendominasi dan banyak diminati oleh masyarakat. indonesia. Hal ini tampak pada Statistik
Perbankan Syariah Indonesia Mei 2016 yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Nilai
transaksi murabahah berada dil peringkat pertama dengan jumlah 203,72 trilliun rupiah, kemudian
disusul oleh akad musyarakah dengan jumlah 64,52 trilliun rupiah dan mudharabah dengan jumlah
14,86 trilliun rupiah (Otoritas jasa keuangan, 2016). Statistik ini menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia sangat tertarik pada produk murabahah yang ditawarkan oleh Bank Syariah di indonesia.
Dalam pembiayaan murabahah diperlukan adanya perlakuan akuntansi, perlakuan akuntansi
merupakan sistem akuntansi untuk melihat bagaimana proses pencatatan terhadap produk pembiayaan
yang memakai sistem jual beli dari pihak pihak yang terkait menjadi sistem akuntansi yang dipakai
lembaga keuangan syariah. Sedangkan manfaat dari perlakuan akuntansi akan berdampak pada

1
laporan keuangan syariah yang disajikan sesuai dengan PSAK No. 101 yang digunakan untuk
mengukur kinerja penyajian dan pengungkapan laporan keuangan dan berguna untuk pengambilan
keputusan.
Namun kenyataannya perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah belum di imbangi dengan
perlakuan akuntansi yang baik, buktinya masih banyak entitas atau bank syariah yang masih
melanggar ketentuan yang ada di PSAK No 102. Berikut penelitian yang terkait dengan perlakuan
akuntansi murabahah yang mengungkapkan bahwa penjual masih salah dalam penerapannya: Novan
(2013), Nurdiani (2014) dan Usyaqi (2014). Meneliti diperbankan syariah dan Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi murabahah tidak mematuhi PSAK 102 Tahun 2007 dan
PSAK 102 Revisi Tahun 2013. karena memberikan pembiayaan kepada nasabah untuk memperoleh
persediaan murabahah dan mengukur keuntungan murabahah menggunakan metode anuitàs adalah
dua perlakuan akuntansi yang diatur PSAK 55. Sedangkan dari segi pencatatan pada perlakuan
akuntansi murabahah belum sesuai dengan PSAK No 102 dan pencatatan jumal pada saat perhitungan
tunggakan berdasarkan PSAK No 102.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan. Maka disusunlah rumusan
masalah sebagai berikut.:
1. Apa definisi akad murabahah?
2. Apa saja jenis-jenis akad murabahah?
3. Apa saja dasar syariah akad murabahah?
4. Bagaimana perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.:
1.Untuk mengetahui apa definisi akad mudharabah?
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis akad murabahah?
3. Untuk mengetahui apa saja dasar syariah akad mumbahah?
4. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Akad Murabahah

Secara luas jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela, menurut
(sabiq 2008) jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang dapat dibenarkan (sesuai
syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan barang, barang dengan barang (barter) atau
pertukaran uang dengan uang misalnya pertukaran nilai mata uang dengan yen.
Muslim harus mengetahui jual beli yang diperbolehkan dalam syariah, agar harta yang
dimiliki halal dan baik. Seperti kita ketahui, jual beli adalah salah satu aspek dalam muamalah
(hubungan manusia dengan manusia), dengan kaidah dasar semua boleh kecuali ada dalil yang
melarang. Kalau pelum tahu mana yang di bolehkan dalam syariah, atau belum mengetahui suatu ilmu
tertentu, kita wajib mencari tahu sebagaimana sabda rasulullah: "Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi
setiap muslim". (HR. Ibnu Majah).
Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu yang berarti kelebihan dan
tambahan (keuntungan), atau murahahah juga berarti Al-Irbaah karena salah satu dari dua orang yang
bertransaksi memberikan keuntungan kepada yang lainnya (Ibnu Al-Mandzur., hal. 443.), sedangkan
secara istilah, Bai'ul murabahah adalah jual beli dengan harga awal disertai dengan tambahan
keuntungan (Azzuhaili, 1997, hal, 3765). Menurut PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah
paragraf 52 dijelaskan bahwa murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

Abd ar-Rahman al-Jaziri mendefinisikan bai' al-murabahah sebagai menjual barang dengan harga
pokok beserta keuntungan dengan syarat-syarat tertentu.

Ibn Rusyd filosof dan ahli hukum Maliki mendefinisikannya sebagai jual-beli di mana penjual
menjelaskan kepada pembeli harga pokok barang yang dibelinya dan meminta suatu margin
keuntungan kepada pembeli.

Dengan demikian, dapat disimpulkan jual-beli murabahah adalah suatu bentuk jual beli di
mana penjual memberi tahu kepada pembeli tentang harga pokok (modal) barang dan pembeli
membelinya berdasarkan harga pokok tersebut kemudian memberikan margin keuntungan kepada
penjual sesuai dengan kesepakatan beserta dengan syarat-syarat tertentu. Tentang "keuntungan yang
disepakati", penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan
jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.

2.2 Jenis-Jenis Akad Murabaha

1. Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order)

Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pesanan dari
pembeli. Pada bank syariah, bank baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apa bila
ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru di lakukan jika ada pesanan.
Pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau
pembelian barang tersebut. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat dan tidak mengikat
pembeli untuk mem

3
beli barang pesananya, kalau bersifat mengikat maka pembeli harus membeli barang
pesanannya dan tidak dapat membatalkan pesananya jika aset murabahah yang telah dibeli oleh
penjual dalam murabahah pesanan mengikat, mangalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada
pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.

Skema Murabahah dengan Pesanan

(1)
(4) penjual pembeli
(5)

(2) (3)
Produsen

supplier

Keterangan :

(1) Melakukan akad murabahah


(2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
(3) Barang diserahkan dari produsen
(4) Barang diserahkan kepada pembeli
(5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli

2. Murabahah tanpa pesanan

Murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat, dimana pembeli langsung membeli barang
dagang yang telah tersedia untuk dijual oleh si penjual. Pada bank syariah Barang yang di sediakan
oleh pihak bank adalah merupakan menjadi tanggung jawab dari pihak bank itu sendiri sebagai
penjual.
Dimana bank syariah menyediakan barang ataupun persediaan barang yang akan diperjual
belikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli atau tidak, Sehingga proses
pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi jual beli murabahah dilakukan.

4
Skema Murabahah Tanpa Pesanan

1
2 penjual pembeli
3

Keterangan :

(1) Melakukan akad murabahah


(2) Barang diserahkan kepada pembeli
(3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli

2.3 Dasar Syariah Akad Murabahah

A. Sumber Hukum Akad Murabahah

a) Al-Quran
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu"
(QS. An-Nisa:29).

"Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu…" (QS.Al-Maidah:1).

"Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (QS.Al-Baqarah:275).

"...dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh Sampai ia
berkelapangan." (QS.Al-Maidah:2).

"...dan tolong menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa..." (QS.Al-Baqarah:2).

"Hai orang yang beriman! Jika kamu melakukan transaksi utang piutang untuk jangka waktu yang
ditentukan, tuliskanlah...." (QS.Al-Baqarah:282).

b) Al-Hadis
Dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya jual beli itu harus
dilakukan suka sama suka." (HR. Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban).

Rasulullah saw bersabda, "Ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga
bukan untuk dijual." (HR.Ibnu Majah dari Shuhaib).

5
"Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli serta di dalam
menagih haknya (Dari Abu Hurairah).

"orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan
kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba Nya selama ia (suka) menolong
saudaranya." (HR Muslim).

"Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan
pemberian sangsi kepadanya" (HR Abu Dawud, Ibn Majah, dan Ahmad).

"Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman." (HR Bukhari
& Muslim).

"Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus keberkahannya" (HR Al Bukhari).

B. Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah

1. Pelaku
Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan), sehingga jual beli dengan
orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap sah, apabila seizin
walinya.

2. Objek Jual Beli, harus memenuhi


a. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal
Maka semua barang yang diharamkan oleh Allah, tidak dapat di jadikan sebagai objek jual
beli, kareana barang tersebut dapat menyebabkan manusia bermaksiat/melanggar larangan Allah.
Hal ini sesuai dengan hadis berikut:
"Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu juga mengharamkan harganya." (HR.
Bukhari Muslim)

b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai, dan bukan
merupakan barang-barang yang dilarang di perjualbelikan, misalnya: jual beli barang yang
kadaluwarsa.

c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual


Jual beli atas barang yang tidak di mkiliki oleh penjual adalah tidak sah karena bagaimana
mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan barang kepada orang lain atas barang yang bukan
miliknya.Jual beli oleh bukan pemilik barang seperti ini, baru akan sah apabila mendapat izin dari
pemilik barang.
Misalnya: seorang suami menjual harta milik istrinya, sepanjang si istri mengizinkan maka sah
akadnya. Contoh lain, jual beli barang curian adalah tidak sah karena status kepemilikan barang
tersebut tetap pada si pemilik harta.

“Barang siapa yang membeli barang curiansedangkan dia tau bahwa itu hasil curian ,maka
sesungguhnya dia telah telah bersekutu didalam dosa dan aibnya.” (HR.AlBaihaqi)

d. Barang tersebut dapat di serahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di masa depan

6
Barang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah, karena dapat menimbulkan
ketidakpastian (gharar), yang pada gilirannya dapat merugikan salah satu pihak yang bertransaksi
dan dapat menimbulkan pearsengketaan.
Misalnya: saya jual mobil avanzaku yang hilang dengan harga Rp. 40.000.000 si pembeli berharap
mobil itu akan ditemukan. Demikian juga jual beli atas barang yang sedang di gadaikan atau telah
diwakafkan.

e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan oleh
pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidakpastian).
Misalmya:saya jual salah satu tanaman hiasyang saya miliki, tidak jelas tanaman hias mana yang
akan di jual atau saya menjual salah satu mobil dari lima mobil yang saya miliki dengan harga
Rp100.000.000, tidak jelas mobil yang mana dan kondisinya bagaimana.

f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnsysa dengan jelas, sehingga tidak ada gharar,
Apabila suatu barang dapat dikuantifikasi/ditakar/ditimbang maka atas barang yang
diperjualbelikan harus ditakar terlebih dahulu agar tidak timbul ketidakpastian (gharar).sesuai
dengan hadis berikut:

“Bagaimana jika Allah mencegahnya berbuah,dengan imbalan apakah salah seorang kamu
mengambil harta saudarahnya?”(HR.Al Bukharidari Anas)

g. Harga barang tersebut jelas


Harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui oleh pembeli dan penjual berikut cara
pembayarannya tunai atau tangguh (tidak tunai) sehingga jelas .dan tidak ada gharar.

Contohnya penjual berkata kepada pembeli,jika kamu membayar 1 bulan


harganyaRp700.000.tetapi jika kamu membayar 2 bulan harganya Rp750.000 pembeli pun seteju
tampa mengatakan harga mana yang ia setujui sehingga harga tidak jelas, kecuali menyatakan
harga mana yang disepakati dan harga tersebut tidak boleh beruba juka sudah disepakati.

h. Barang yang diakadkan ada di tangan penjual.


Barang dagang yang tidak berada ditangan penjual akan menimbulkan ketidakpastiaan.Hakim
bin Hizam berkata:

“Wahai Rasulullah sesungguhnya aku membeli barang dagang, apakah yang halal dan apa pula
yang haram dari padanya untukku?”Rasulullah bersabda:”jika kamu telah membeli sesuatu,maka
janganlah kau juan sebelum ada ditanganmu”.

3. Ijab kabul
Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan
secara verbal, tertulis, atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka kepemilikannya,
pembayarannya dan pemanfaatan atas barang yang diperjualbelikan menjadi halal. Demikian
sebaliknya. Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli kerelaan kedua
belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat dari ijab dan qabul yang dilangsungkan.
Untuk itu, para ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat ijab dan qabul itu adalah sebagai
berikut:

7
a. Qabul sesuai dengan ijab, Misalnya, penjual mengatakan: "Saya jual buku ini seharga Rp.
15.000.-",
b. Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang
melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama.

2.4 Perlakuan Akuntansi Murabahah (PSAK 102)


PSAK No.102 merupakan sistem akuntansi yang melihat bagaimana proses pencataan
terhadap produk pembiayaan yang memakai sistem jual beli dari pihak pihak yang terkait menjadi
sistem akuntansi yang dipakai di lembaga syariah.

A. Akuntansi untuk penjualan

1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan
Contoh pengakuan aset murabahah
Aset murabahah diperoleh secara tunaisenilai Rp10.000.000 dengan jurnal:
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Aset murabahah 10.000.000
Kas 10.000.000

2. Untuk murabahah pesanan meningkat, pegukuran aset murabahah setelah perolehan adalah dinilai
sebesar biaya perolehan dan jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak atau kondisi
lainnya sebelum diserahkan ke nasabah. penurunan nilai terebut diakui sebagai beban dan
mengurangi nilai aset.
Contoh penurunan nilai aset murabahah
Jika terjadi penurunan nilai wajar sebesar Rp500.000 dan terjadi penurunan nilai untuk murabahah
pesanan mengikat, maka jurnalnya:
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Beban penurunan nilai 500.000
Aset murabahah 500.000

Jika terjadi penurunan nilai wajar sebesar Rp500.0000 dan terjadi penurunan nilai untuk
murabahah pesanan tidak mengikat, maka Jurnalnya:
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Kerugiaan Penuruinan Nilai 500.000
Aset Murabahah 500.000

3. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabah, maka :


Contoh Diskon pembelian aset murabaha
(a) Akan menjadi pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah.
Atas pembelian barang senilai Rp10.000.000 dibayar tunai, diperoleh Diskon sebesar 5%.
Jurnalnya:
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Aset Murabahah (10.000.000-
500.000) 9.500.00
Kas 9.500.00

8
(b) Diskon terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli
akan di berikan kepada pembeli. Jurnalnya:

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Kas 500.000
Utang pada pembelian 500.000

(c) menjadi tambahan keuntungan murabahah, jika diskon terjadi setelah Akad murabahah dan
seusai akad yang disepakati menjadi hak penjual.jurnalnya:

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Kas 500.000
Pendapatan murabahah 500.000

(d) pendapatan operasi lain, diskon terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad.maka menjadi hak penjual dan di akui sebagai pendapatan oprasiuonal
lain. Jurnalnya:

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Kas 500.000
Pendapatan oprasional lain 500.000

4. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan tersebut akan tereliminasi pada
saat:
(a) dilakukan pembayaran kepada pembeli, Jurnal:

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Utang pembelian 500.000
Kas 500.000

(b) akan dipindahkan sebagai dann kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat
dijangkau oleh penjual :

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Utang pada Pembeli Dana 500.000
Kebijakan-Pendapatan 500.000

5. Penjualan Aset Murabah


(a) jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa, angsuran murabahah
tidak melebihi 1 periode laporan keuangan, maka murabahah diakui pada saat terjadinya akad
murabahah:
Contoh Penjualan Tunai atau Tangguh kurang dari 1 Tahun
Aset murabahah yang diperoleh dengan harga Rp10.000.000, disepakati untuk dijual secara tunai
atau dibayar tangguh senilai Rp12.000.000 dengan pembayaran 12 kali.

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Kas/Piutang Murabahah 12.000.000
Aset Murabahah 10.000.000
Pendapatan Margin Murabahah 2.000.000

9
(b) Aset murabahah dijual secara tangguh dengan periode melebihi satu periode laporan keungan,
sehingga keuntungan murabahah diakui sebagai margin murabahah tangguh. Margin Murabahah
Tangguhan disajikan sebagai akun kontra dari Piutang Murabahah.

Contoh Penjualan Tangguh lebih dari 1 Tahun


Dengan ilustrasi yang sama seperti pada poin a, ketika terjadi pejualan kredit, jurnal yang dibuat
adalah:

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Piutang Murabahah 12.000.000
Aset Murabahah 10.000.000
Margin Murabahah Tangguhan 2.000.000

6. Pengakuan Pendapatan Margin Murabaha


Aset murabahah dijual secara tangguh dengan periode waktu lebih dari satu periode laporan
keungan, sehingga perlakuan atas margin murabahah tangguh adalah sebagai berikut:
(a) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat, apabila risiko penagihannya
kecil maka, akan dicatat dengan cara yang sama seperti pada poin 5.a.
(b) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini digunakan
untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang tak tertagih dan beban pengelolaan
piutang, serta penagihannya cukup besar. Pencatatan untuk jurnal pengakuan keuntungan dibuat
saat seluruh piutang telah selesai ditagih.
(c) Metode ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh dimana terdapat risiko piutang tak
tertagih yang relatif besar dan/atau beban untuk mengelola dan menagih piutang yang relatif
besar. Alternatif pengakuan keuntungan yaitu:
1) Keuntungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari
piutang murabahah. Pengakuan keuntungan seperti ini disebut dengan metode proporsional.

Contoh Pengakuan Keuntungan Dengan Metode Proporsional


Diketahui perolehan aset sebesar Rp10.000.000, keuntungan Rp 2.000.000 (20% dari harga
jual). Penghitungannya menjadi:

Tahun Angsuran Harga Pokok Keuntungan


1 6.000.000 5.000.0001) 1.000.0002)
2 4.000.000 3.333.333,33 666.666,67
3 2.000.000 1.666.666,67 333.333,33
1)
catatan: 6.000.000/12.000.000 = 503% x 10.000.000 = Rp5.000.000
2)
50% x 2.000.000 = Rp1.000.000

Pada saat penerimaan angsuran, jurnal yang dibuat adalah:


Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Kas 6.000.000

Piutang Murabahah 6.000.000


Margin Murabahah Tangguhan 1.000.000

10
Pendapatan Margin Murabahah 1.000.000

Jika pembayaran angsuran dilakukan dengan jumlah pembayaran yang sama setiap
periodenya, maka:

Tahun Angsuran Harga Pokok Keuntungan


1 4.000.000 3.333.333,331) 666.666,672)
2 4.000.000 3.333.333,33 666.666,67
3 4.000.000 3.333.333,33 666.666,67
catatan: 1) 6.000.000/12.000.000 = 33,33% x 10.000.000 = Rp3.333.333,33
2)
33,33% x 2.000.000 = Rp666.666,67

2) Keuntungan diakui dengan metode anuitas yang disebut dalam PSAK 102 sebagai Acuan
Alternatif.
Sesuai dengan fatwa DSN MUI No. 84 Tahun 2012 tentang Metode Pengakuan Keuntungan
Pembiayaan Murabahaha maka, pada PSAK 102 (Revisi 2013) khusuh untuk penjual
memberikan alternatif perlakuan untuk menggunakan metode anuitas pada pengakuan
pendapatan. Dalam kondisi ini, penjual harus mengikuti PSAK 50 tentang Instrumen
Keuangan, PSAK 55 intrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan.
Acuan alternatif ini dapat digunakan oleh penjual jika memang mereka tidak memiliki
risiko yang signifikan terkait kepemilikan persediaan untuk transaksi murabahah, seperti;
(1) risiko perubahan harga persediaan
(2) keusangan atau kerusakan persediaan
(3) biaya pemeliharaan dan penyimpanan, serta
(4) risiko pembatalan pesanan secara sepihak. Penjual seperti ini dapat terpapar risiko
akibat pembiayaan berbasis jual beli.

Untuk menentukan apakah penjual menggunakan metode proporsional atau anuitas dalam
pengakuan keuntungannya maka, penjual harus melakukan penilaian satu persatu atas
transaksi dengan mempertimbangkan risiko terkait kepemilikan persediaan. Pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan terkait pembiayaan murabahah berbasis jual beli
yang menggunakan metode anuitas akan mengacu pada PSAK 50, 55, dan 60.

Contoh Pengakuan Keuntungan dengan Metode Anuitas


Bank melakukan transaksi murabahah dengan nasabah atas aset murabahah seharga
Rp10.000.000, dan margin keuntungan yang disepakati adalah Rp2.000.000. Pendapatan
dan beban bank yang terkait langsung dengan penyaluran pembiataan murabahah masing-
masing sebesar Rp120.000 dan Rp50.000. Pembayaran angsuran oleh nasabah dilakukan
selama 12 periode yang besarnya yaitu, Rp1.000.000 setiap periode.

7. Penyajian
Pada saat akad murabahah piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan
keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai
sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama dengan akuntansi konvensional, Yaitu: saldo
piutang piutang. Jurnal untuk penyisihan piutang tak tertagih:

11
Contoh penyajian piutang tak tertagih
Perkiraan piutang tak tertagih adalah 1% dari piutang tersebut di (1%x6.000.000 =60.000)
maka jurnalnya sbb:

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Beban piutang tak tertagih 60.000
Penyisihan piutang tak tertagih 60.000

8. Potongan pelunasan piutang murabahah diberikan kepada pembeli yang pelunasannya tepat waktu
atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah.
dapat dilakukan dengan cara:
Contoh pelunasan piutang lebih cepat
Pembeli melunasi pada periode ke3 dimana saldo murabahahnya adalah Rp2.000.000dan margin
perubagan tangguh sebesar Rp333.000sehingga diberikan potongan pelunasan sebesar Rp100.000.

(a) potongan diberikan pada saat pelunasan, maka dianggap penguranga keuntungan murabahah
jurnalnya:
1).pada saat mengakui potongan pelunasan piutang Rp100.000.

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Margin perubahan tangguhan 100.000
Piutang murabahah 100.000

2).pada saat menerimah pelunasan piutang


Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Kas/rekening pembeli 1.900.000
Piutang murabahah 1.900.000
Margin perubahan tangguhan
(jika masi ada) 233.333
Pendapatan margin murabahah
233.333

(b) memberikan potongan setelah pelunasan(penjual menerima pelunasan dan membayarkan potongan
kepada pembeli). Jurnal: Pada saat penerimaan piutang dari pembeli:
Pada saat pengembalian kepada pembeli:
Alternatif 1
Pada saat menerimah pembayaran piutang dari pembeli:
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Kas 2.000.000
Margin murabahah tangguhan 333.333
Piutang murabahah 2.000.000
Pendapatan margin murabahah 333.333

Alternatif 2
Pada saat pengembalian kepada pembeli:
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Pendapatan margin murabahah 100.000
Kas 100.000

12
9. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya, dan denda yang diterima
diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Contoh denda keterlambatan
Jika disepakati bahwa setiap keterlambatan bayar ialah 1.000/hari dan pembeli terlambat
membayar di bulan ke-2 dengan ketyerlambatan selama 2 hari. Jurnalnya sbb:

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Kas 2.000
pendapatan denda 2.000

10. Pengakuan dan pengukuran uang muka:


a) uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima;
b) pada saat rang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang
(merupakan bagian pokok).
c) Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah
diperhitungkan dengan biaya biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
Jurnal yang terkait dengan penerimaan uang muka:
a. Penerimaan uang muka dari pembeli:
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Kas 1.000.000
Uang muka murabahah 1.000.000

b. Apabila murabahah jadi dilaksanakan


Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Piutang 13.000.000
Aset murabahah 11.000.000
Margin murabahah tangguhan 2.000.000
Uang muka murabahah 1.000.000
Piutang murabahah 1.000.000

Sehingga untuk penentuan marjin keuntungan diberdasarkan atas nilai piutang (harga jual kepada
pembeli setelah dikurangi uang muka).
c. Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih besar daripada biaya
yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi permintaan calon pembeli maka
selisihnya dikembalikan pada calon pembeli.
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Uang muka murabahah 1.000.000
Pendapatan oprasional 600.000
kas 400.000

11. Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan: saldo piutang
murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah tangguhan disajikan
sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
Contoh: penyajiaan pada akhir tahun pertama
Piutang murabahah 6.000.000
Penyisihan piutang tak tertagih (60.000)

13
Piutang murabahah (net) 5.940.000
Margin murabahah tangguh (1.000.000)
4.940.000
12. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi
tidak terbatas pada:
a) harga perolehan aset murabahah
b) janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai
c) atau bukan; dan kewajiban
d) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAKNo. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.

B. Akuntansi untuk Pembeli

1. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai.
Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang murabahah
sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan), aset dicatat sebesar biaya
perolehan tunai dan selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui
sebagai beban murabahah tangguhan.
Contoh perolehan aset murabahah
Aset murabahah dengan nilai tunai Rp10.000.000,disepakati dibeli dengan pembayarantangguh
sebesar Rp12.000.000dengan membayar 12 kali tanpa uang muka.jurnal sbb:
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Aset 10.000.000
Beban murabahah tangguhan 2.000.000
Utang nurabahah 12.000.000

2. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan utang
murabahah.jurnal sbb:
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Utang murabahah 6.000.000
kas 6.000.000
Beban murabahah 1.000.000
Beban murabahah tangguhan 1.000.000

3. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, diperlakukan sebagai pengurang beban
murabahah tangguhan. Jumal Diskon pembelian yg diterima setelah akad Murabahah
Contoh diskon pembelian
Aset pembelian barang senilai Rp1.000.000 dan dibayar tunai di peroleh diskon sebesar 5%.
Dengan jurnal sbb:
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Kas 500.000
Beban murabahah tangguhan 500.000

4. Pemotongan pelunasan dan potongan utang murabahah diakui sebagai pengurang beban murabahah
tangguhan.
Comtoh pelunasan utang lebuh cepat.

14
Pembeli melunasi pada periode ke3 dimana saldo murabahahnya adalah Rp2.000.000dan beban
murabahah tangguhan sebesar Rp233.333 ehingga diberikan potongan pelunasan sebesar
Rp100.000.dengan jurnal sbb:

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Utang murabahah 100.000
Beban murabahah tangguhan 100.000
Utang murabahah 1.900.000
Beban murabahah 233.333
Kas 1.900.000
Beban murabahah tangguhan 233.333

5. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad diakui
sebagai kerugian.
Contoh denda keterlambatan
Jika disepakati bahwa setiap keterlambatan bayar ialah 1.000/hari dan pembeli terlambat
membayar di bulan ke-2 dengan ketyerlambatan selama 2 hari. Jurnalnya sbb:

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Kerugian/denda 2.000
kas 2.000

6. Uang muka (Pembeli membayarkan uang muka).


Contoh pembayaran uang muka
Aset murabahah dengan nilai tunai Rp10.000.000 disepaklati untuk dijual secara bayar tunda
dengan harga Rp12.000.000 yang akan dibayar sebanyak 12 kali uang muka yang di bayar pembeli
adalah Rp1.000.000.

Jurnal saat pembelimembayar uang muka:


Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Uang muka 1.000.000
kas 1.000.000

sudah memberikan uang muka, maka ketika penyerahan barang jurnalnya:


Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Aset 10.000.000
Beban murabahah tangguhan 2.000.000
Utang murabahah 12.000.000
Utang murabahah 1.000.000
Uang muka 1.000.000

7. Jika pembeli membatalkan dan dikenakan biaya, maka diakui sebagai kerugian. Apabila biaya yang
dikenakan lebih kecil dari uang muka,
Contoh pembatalan pesanan saat pengeluaran penjualan lebih kecil dari uang muka

15
Jumlah uang muka yang dibayarkan sebesar Rp1.000.000 sementara biaya yang telah dikeluarkan
penjual terkait akad tersebut adalah Rp600.000 dan apa bila biaya yang di keluarkan penjual lebih
besar Rp1.000.000.maka jurnalnya sbb:

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


kas 400.000
kerugian 600.000
uang muka 1.000.000
Kerugian 1.100.00
Uang muka 1.000.000
Kas/utang 100.000

8. Penyajian
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang murabahah.
Contoh penyajian pada akhir tahun pertama (tanpa uang muka)
Utang murabahah Rp 6.000.000
Beban murabahah tangguh (1.000.000)
Utang murabahah (net) 5.000.000

9. Pengungkapan
Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah,tetapi tidak terbatas pada:
a) nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
b) jangka waktu murabahah tangguh
c) pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101
tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

16
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi berdasarkan isi makalah yang telah dipaparkan maka dapat


disimpulkan:

1. Berdasarkan asal kata dan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa akad
murabahah adalah suatu bentuk jual-beli di mana penjual memberi tahu kepada pembeli
tentang harga pokok (modal) barang dan pembeli membelinya berdasarkan harga pokok
tersebut kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual sesuai dengan
kesepakatan.
2. Jenis-jenis akad mumababah ada 2 yaitu, murabahah dengan pesanan dan murabahah tanpa
pesanan. Murabahah dengan pesanan adalah penjual tidak melakukan pembelian barang
sebelum adanya akad murabahah. Murabahah tanpa pesanan adalah penjual memiliki
persediaan barang dagang/murabahah.
3. Dasar hukum akad murabahah terdin dari alqur'an, as-sunnah, ijma, kaidah syariah dan fatwa
DSN MUI.
4. Perlakuan akuntansi murabahah menurut PSAK 102 adalah bagaimana proses pencataan
terhadap produk pembiayaan yang memakai sistem jual beli dari pihak-pihak yang terkait
menjadi sistem akuntansi yang dipakai di lembaga syariah. Terdiri dari akuntansi untuk
penjual dan pembeli mulai dari perolehan sampai pada pengungkapan.

3.2 Kritik dan Saran

Demikian makalah yang penulis buat. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada penulis.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena penulis
adalah hamba allah yang tak luput dari salah,khilaf, alfa dan lupa.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 5,


Jakarta: Salemba Empat, 2014.

18

Anda mungkin juga menyukai