Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PERBANDINGAN PENERAPAN PSAK 109 PADA

LEMBAGA AMIL ZAKAT BAITUL MAL DAN LAZISMU KOTA


LHOKSEUMAWE
Disusun untuk memenuhi tugas kuliah mata kuliah Akuntansi Syariah VB

Dosen Pengampu: Dr. Muammar Khadafi S.E., M.Si

Disusun Oleh Kelompok 4:

Rany Trivani Koto 200420226

Marselli Febrianti 200420226

Inda Husna Fatwa 200420216

Mutia Wulandari 200420205

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

i
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang " Analisis Perbandingan
Penerapan PSAK 109 Pada Lembaga Amil Zakat Baitul Mal dan Lazismu Kota Lhokseumawe
" ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah
Akuntansi Syari'ah. Selain itu, tugas makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang penerapan PSAK 109 Pada Lembaga Amil Zakat Baitul Mal dan Lazismu Kota
Lhokseumawe bagi para pembaca dan penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kapada Bapak Dr. Muammar Khadafi selaku dosen
pengampu matakuliah Akuntansi Syari'ah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini, baik itu melalui wawancara dan data yang
telah diberikan.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempra. Oleh karna
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini

Penulis

Lhokseumawe 2022.

ii
DAFTAR ISI

ANALISIS PERBANDINGAN PENERAPAN PSAK 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT


BAITUL MAL DAN LAZISMU KOTA LHOKSEUMAWE ............................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Zakat ................................................................................................................... 2
2.2 Objek Penelitian .................................................................................................................... 1
2.2.1 Lazismu Kota Lhokseumawe ...................................................................................... 1
2.2.2 Baitul Mal Kota Lhokseumawe ................................................................................... 1
2.3 Perbandingan Pengakuan, Pengukuran, Penyaluran, dan Pengungkapan Lazismu dan
Baitul Mal Kota Lhokseumawe. ...................................................................................................... 1
2.3.1 Pengakuan, pengukuran, penyaluran dan pengungkapan di Lazismu Kota
Lhokseumawe ................................................................................................................................ 1
2.3.2 Pengakuan, pengukuran, penyaluran dan pengungkapan di Baitul Mal Kota
Lhokseumawe ................................................................................................................................ 1
2.4 Evaluasi Analisis Penerapan PSAK 109 pada Lembaga Baitul Mal dan Lazismu Kota
Lhokseumawe .................................................................................................................................... 1
2.4.1 Baitul Mal Kota Lhokseumawe ................................................................................... 1
2.4.2 Lazismu Kota Lhokseumawe. ...................................................................................... 1
BAB III................................................................................................................................................... 1
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 1

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zakat merupakan pengeluaran dari diri kita untuk orang lain yang gunanya untuk
membersihkan segala harta yang kita miliki. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) 109, Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai
dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq).
(PSAK 109: 2017).

Zakat merupakan pranata agama yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan
kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka meningkatkan
daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola dengan manajemen yang baik sesuai
dengan syari'ah Islam.

Zakat sudah lama diawasi dan dikelola di negara kita. Beberapa dilakukan oleh
masyarakat secara langsung atas nama organisasi atau kelompok masyarakat tertentu.
antara lain pemerintah melalui Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah Muhammadiyah
(LAZISMU), Badan Amil Zakat (BAZ) atau Badan Amil Zakat (LAZ). Upaya untuk
mewujudkan pengelolaan yang profesional serta memiliki laporan

keuangan yang terpercaya, Lembaga Amil Zakat harus menerapkan Pernyataan


Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah
dalam penyusunan laporan keuangannya sebagai bagian dari penyempurnaan aturan
mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat.

Untuk mengetahui apakah Lembaga Amil Zakat yang berada di Kota Lhokseumawe
sudah atau belum menerapkan PSAK 109 dalam penyusunan laporan keuangannya, maka
penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut secara lebih mendalam dengan judul
"Analisis Perbandingan Penerapan PSAK 109 Pada Lembaga Amil Zakat Baitul Mal dan
Lazismu Kota Lhokseumawe ".

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dilakukan di penelitian ini adalah :
a.) Standart Akuntansi Keuangan Apa yang di gunakan?
b.) Apakah laporan keuangan Baitul Mal dan Lazismu Kota Lhokseumawe sudah
menerapkan Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a.) Menganalisis Standar Akuntansi Keuangan apa yang digunakan
b.) Untuk mengetahui apakah dakam menyusun laporan keuangannya Baitul Mal dan
Lazismu Kota Lhokseumawe sudah menerapkan SAK yang berlaku.
2. Manfaat Penelitian
a.) Memberikan kontribusi kepada para pembaca, mengenalkan program Baitul Mal
dan Lazismu secara luas, serta khalayak umum tentang strategi yang dilakukan
untuk mengetahui SAK Baitul Mal dan Lazismu Kota Lhokseumawe.
b.) Menambah wawasan bagi penulis tentang Lembaga Baitul Mal dan Lazismu.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zakat
Zakat adalah sesuatu yang sangat khusus, karena memiliki persyaratan dan
aturan baku baik untuk alokasi, sumber, besaran maupun waktu tertentu yang telah
ditetapkan oleh syariah. Secara umum fungsi zakat meliputi:
1) Bidang moral : zakat dapat mengikis ketamakan dan keserakahan hati orang kaya
2) Bidang sosial : Zakat berfungsi menghapuskan kemiskinan dari masyarakat
3) Bidang ekonomi : Zakat mencegah penumpukan kekayaan ditangan sebagian kecil
manusia dan merupakan sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan
Negara.
Zakat ditunaikan untuk disalurkan kepada golongan orang yang berhak
menerima zakat atau disebut dengan Asnaf. Berdasarkan Q.S At-Taubah ayat 60,
terdapat 8 golongan (asnaf) orang yang menerima zakat antara lain:
1.) Fakir adalah orang yang hampir tidak mempunyai apa-apa sehingga
menyebabkannya tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
2.) Miskin adalah orang yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar.
3.) Amil adalah orang yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
4.) Mualaf adalah orang yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan tauhid dan syariah.
5.) Riqab adalah budak atau hamba sahaya yang ingin memerdekakan diri sendiri
6.) Gharimin adalah orang yang berhutang untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam
mempertahankan jiwa dan izzah.
7.) Fisabilillah adalah orang yang berjuang di jalan Allah seperti dakwah, jihad, dan
semacamnya
8.) Ibnu Sabil adalah orang yang kehabisan biaya dalam perjalanan ketaatan kepada
Allah.

3
2.2 Objek Penelitian
2.2.1 Lazismu Kota Lhokseumawe
Lazismu adalah organisasi zakat nasional yang didedikasikan untuk pemberdayaan
masyarakat melalui penggunaan efektif dana zakat, infaq, wakaf dan amal lainnya yang
dijalankan oleh individu, organisasi, perusahaan dan organisasi lainnya. Didirikan oleh
PP. Muhammadiyah diakui sebagai Perguruan Amil Zakat Nasional oleh Menteri Agama
Republik Indonesia pada tahun 2002. 457 / 21/11/2002. 2011 Nomor 23, Peraturan
Pemerintah Nomor 23, Keputusan Nomor 14 dan Keputusan Nomor 14 Tahun 2014. 333
Menteri Agama Republik Indonesia Tahun 2015. Razismu, Menteri Agama Republik
Indonesia, menegaskan hal ini sebagai amil zakat nasional dalam SK No. 730 Tahun
2016.

Adapun objek penelitian yang kami ambil adalah Laporan Keuangan LAZISMU Kota
Lhokseumawe yang mana LAZISMU ini beralamat di Jln. Petua Ibrahim dusun lima,
Tumpok Teungoh Kec. Banda Sakti – 24351.

Adapun visi dan misi LAZISMU yakni sebagai berikut:

1. Visi : Menjadikan lembaga amil zakat, infak dan sedekah yang amanah,
transparan, profesional dan terpercaya
2. Misi:
a. Mengoptimalkan pengelolaan zakat, infak dan sedekah secara profesional,
transparan dan terpercaya.
b. Mengoptimalkan pendayagunaan zakat, infak dan sedekah.
c. Mengoptimalkan pelayanan penghimpunan zakat, infak dan sedekah.

Lazismu kota lhokseumawe ini memiliki dua cara ketika akan memberikan
zakat yaitu melalui dari transfer antar bank atau pun pihak muzakki bisa datang ke
kantor lazismu itu sendiri kemudian mereka akan memberikan suatu bukti berupa
kwitansi kepada muzakki kemudian pengurus lazismu tersebut akan mensurvei.

2.2.2 Baitul Mal Kota Lhokseumawe


Baitul Mal Aceh (BMA) adalah Baitul Mal tingkat Provinsi yang keberadaannya
telah dimulai sejak bulan April tahun 1973. Pemerintah Daerah Istimewa Aceh saat
itu melahirkan Badan Penertiban Harta Agama (BPHA) yang dibentuk berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 05 tahun 1973.

4
Seiring perjalanan waktu, sebagai bagian dari penyempurnaan secara
kelembagaan, maka pada bulan Januari 1975 lembaga BPHA berubah menjadi Badan
Harta Agama (BHA), kemudian pada bulan Februari 1993 berubah lagi menjadi
Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS/BAZDA).

Adapun Visi dan Misi Baitul Mal yakni sebagai berikut :

Visi : Menjadi lembaga amil yang Amanah, Transparan, dan Kredibel.

Misi :

a. Memberikan pelayanan berkualitas kepada Muzakki, Mustahik, dan


Masyarakat yang berhubungan dengan Baitul Mal.
b. Memberikan konsultasi dan advokasi bidang zakat, harta waqaf, harta agama,
dan perwalian/pewarisan.
c. Meningkatkan assessment dan kinerja Baitul Mal Aceh (BMA), Baitul Mal
Kota dan Baitul Mal Gampong.

Badan Baitul Mal mempunyai fungsi: pengumpulan zakat; penyaluran zakat;


pendataan muzakki dan mustahik; penelitian tentang harta agama; pemanfaatan harta
agama; peningkatan kualitas harta agama dan pemberdayaan harta agama sesuai
dengan hukum syariat Islam

2.3 Perbandingan Pengakuan, Pengukuran, Penyaluran, dan Pengungkapan


Lazismu dan Baitul Mal Kota Lhokseumawe.
2.3.1 Pengakuan, pengukuran, penyaluran dan pengungkapan di Lazismu Kota
Lhokseumawe
A. Pengakuan

Prosedur pengakuan saat terjadi penerimaan zakat di Lazismu Kota


Lhokseumawe dilakukan ketika dana yang di peroleh dari muzakki telah benar -benar
diterima oleh amil baik penyerahan secara langsung ataupun melalui transfer bank.
Keseluruhan penerimaan dana zakat 100% akan dibagi untuk 8 asnaf dan masing
masing mendapatkan 12.5%. Jika muzakki menentukan mustahig yang harus
menerimapenyaluran zakat melalui Lazismu Kota Lhokseumawe maka aset zakat
yang diterima seluruhnya siakui sebagai dana zakat. Jika atas jasa tersebut Lazismu

5
Kota Lhokseumawe mendapatkan fee/ujrah maka diakui sebagai penambahan
dana amil.

Dana infak/sedekah yang diterima bersumber dari dana infak/sedekah terikat


dan tidak terikat. Pengumpulan dana infak/sedekah 100% yang diterima, 12,5%nya
adalah hak amil. Penentuan presentasi tersebut telagh sesuai dengan prinsip syariah
dan kebijakan yang berlaku.

B. Pengukuran
Lazismu Kota Lhokseumawe hingga kini belum pernah mendapatkan pembayaran
zakat berupa dana nonkas dan jika terjadi penurunan nilai aset zakat nonkas
penyaluran tersebut diakui sebagai pengurangan dana zakat.

Dana infak/sedekah yang diterima berupa kas/cash dan tidak memiliki penerimaan
dalam bentuk aset nonkas (barang) sehingga tidak ada penyusutan aset nonkas yang
diakui.
C. Penyaluran
Proses penyaluran dana zakat langsung diberikan oleh mustahiq sesuai
kebutuhannya yang sebelumnya telah dilakukan survei terlebih dahulu terhadap
mustahiq yag menerima dan penyaluran diakui sebagai pengurangan dana zakat.
Dilakukan sesuai asas perioritas dan penyalurannya diakui sebagai pengurangan dana
infaq/sedekah
D. Pengungkapan
Lazismu Kota Lhokseumawe telah mengungkapkan perosedur penyaluran
sesuai dengan penentuan skala perioritas penyaluran dan jumllah dana yang diterima
oleh mustahiq yang sesuai dengan syariat islam.

2.3.2 Pengakuan, pengukuran, penyaluran dan pengungkapan di Baitul Mal Kota


Lhokseumawe
A. Pengakuan

Penerimaan dan pengeluaran zaka, infak dan sedekah di Baitul Mal Kota
Lhokseumawe diakui pada saat dana zakat, infak dan sedekah diterima atau
dikeluarkan. akan tetapi dana yang masuk hanya berpengaruh pada kas zakat dan
atau kas infak/sedekah saja. Hal ini tentu tidak sesuai dengan PSAK no. 109 tentang
akuntansi zakat, Infak dan Sedekah, karena menurut PSAK 109 tersebut penerimaan
6
dan pengeluaran zakat, infak dan sedekah dapat mempengaruhi juga saldo dana
zakat.

B. Pengukuran

Baitul Mal Kota Lhokseumawe tidak melakukan pengukuran atas aset zakat
nonkas, hal ini disebabkan karena seluruh penerimaan dana zakat yang diterima oleh
Baitul Mal Kota Lhokseumawe berupa aset kas yang disetorkan muzakki entitas dan
Muzakki individu yang kemudian dana tersebut akan disetorkan ke rekening Baitul
Mal dan dipindahkan ke kas daerah dan diakui sebagai pendapatan asli daerah
(PAD).

C. Penyaluran

Penyaluran dana zakat, Infak dan sedekah yang disalurkan kepada mustahik
dicatat mengurangi kas dana zakat, infak dan sedekah

2.4 Evaluasi Analisis Penerapan PSAK 109 pada Lembaga Baitul Mal dan
Lazismu Kota Lhokseumawe
2.4.1 Baitul Mal Kota Lhokseumawe
Dinas Keuangan tidak mempunyai kewajiban khusus memberikan laporan ke
pada Kepala Baitul Mal, namun pada saaat pihak Baitul Mal membutuhkan informasi
rekening zakat, mereka akan menghubungi Dinas Keuangan dan bentuk laporan yang
diterima biasanya dalam rekening koran bank per bulan. Berdasarkan rekening koran
tersebut, Bendahara Aceh Utara kemudian merekap rekening koran itu untuk
kebutuhan transaksinya bukan dalam format laporan keungan seseuai ketentuan
PSAK No. 109. Padahal jika mengacu pada bentuk lembaga Baitul Mal sebagai
lembaga non struktural pemerintah Aceh yang berorientasi pada nirlaba yang tunduk
pada ketentuan Undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.
Pengelolaan dalam undang-undang tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengorganisasian, pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Untuk
mewujudkan manajemen zakat tersebut, maka sudah sepatutunya Baitul Mal Aceh
Utara membentuk laporan Keuangan secara terpisah sebagai pertanggunjawab
lembaga kepada masyarakat Aceh Utara. Bentuk akuntabilitas tersebut dapat berupa
informasi akuntansi yang dipercaya, diandalkan,mudah dipahami, relevan dan sesuai
dengan konteks syariah.

7
Adapun komponen laporan keuangan yang harus dilaporkan ialah Neraca,
LaporanPerubahan Dana, Laporan Perubahan Aset Kelolaan, Laporan Arus Kas dan
Catatan Laporan Keuangan. Menilai dari tuntutan tersebut, Baitul Mal Aceh Utara
sudah seharusnya mengikuti sistem akuntabilitas yang tercermin dari PSAK No. 109
yang bagian dari tanggungjawabnya sebagai lembaga publik nirlaba milik masyarakat
dan pemerintah yang khusus mengelola harta agama.

2.4.2 Lazismu Kota Lhokseumawe.


Penerapan PSAK No.109 dalam laporan keuangan yang disajikan oleh
Lazismu Kota Lhokseumawe diperoleh kesimpulan bahwa lembaga Lazismu Kota
Lhokseumawe sudah menerapkan penyusunan laporan keuangan sesuai format dari
PSAK 109. Dimana ini dibuktikan oleh catatan atas laporan keuangan yang telah
diluncurkan Lembaga Lazismu. Segala transaksi yang ada di lembaga ini juga sangat
transparan dan akuntabel. Semua dana yang diterima Lazismu Kota Lhokseumawe
sudah dipisahkan berdasarkan golongan dana zakat, dana infaq/sedekah,amil, qurban,
serta dana non syariah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Lembaga Lazismu
Kota Lhokseumawe sudah menerapkan penuh PSAK 109 kedalam sistem pencatatan
laporan keuangannya dan juga salam sistem adminstrasinya

8
BAB III

KESIMPULAN

Dalam Analisis Perbandingan Penerapan PSAK 109 Pada Lembaga Amil Baitul Mal
Kota Lhokseumawe diperoleh kesimpulan bahwa dari laporan keuangan yang tidak
transparan dan pencatatan keungan yang belum terpisah dengan dinas keuangan kota
membuat ke absahan Baitul Mal dalam penerapan PSAK 109 belum optimal atau seleruhnya
dilakukan. Serta dengan adanya kasus korupsi yang ada di baitul mal aceh utara ini
membuktikan bahwa transparansi dan akuntabilitas psak 109 belum dijalankan seutuhnya.

Dalam Analisis Perbandingan PSAK 109 Pada Lembaga Amil LAZISMU Kota
Lhokseumawe berbanding terbalik. Segala transaksi dan laporan kegiatan keuangan dan
pelaporan tercatat dengan baik sesuai PSAK 109 yang berlaku.

9
10

Anda mungkin juga menyukai