Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN

LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH

Tugas Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu : Suci Syifa Aulia, SE, M.E

Disusun Oleh:

KELOMPOK 5

1. Subhan

2. Andri Fajarudin

3. Nur Anisa

4. Ayu Lestari

Prodi:

Ekonomi Syariah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


YAYASAN PEMBANGUNAN (YASBA)
KALIANDA TAHUN AKADEMIK 2022-2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan bank
syariah

Makalah ini penulis susun semaksimal mungkin dan diperoleh dari beberapa referensi
dan beberapa buku yang telah penulis pelajari. Terlepas dari semua itu, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki penulisan makalah
selanjutnya.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna


untuk kehidupan masyarakat mendatang.

Kalianda, 18 Maret 2023


Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Lporan


Keuangan Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia..............................4
B. Tujuan Kerangka Dasar..................................................................5
C. Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai Laporan
Keuangan Syari’ah..........................................................................6
D. Tujuan Laporan Keuangan..............................................................7
E. Asumsi dasar...................................................................................8
F. Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah.......................9
G. Kendala informasi yang relevan dan andal.....................................10
H. Unsur-unsur laporan keuangan.......................................................11
I. Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan................................12
J. Catatan atas laporan keuangan........................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................6
B. Saran...............................................................................................7
C. Daftar Pustaka.................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi
hingga penyajian dalam laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangn. Kerangka dasar atau kerangka
konseptual akuntansi, adalah suatu sistem yang melekat dengan tujuan-tujuan
serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten dan terdiri atas sifat,
fungsi dan batasan dari akuntansi dan laporan keuangan.
Dalam makalah ini kami akan membahas kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangna syariah. Pembahasan diawali dengan diskusi tentang
perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah (KDPPLKS) dan diikuti dengan tujuanKDPPLKS, pemakai laporan
keuangan syariah, tujuan laporan keuangn, asumsi dasar, unsur-unsur laporan
keuangan, dan pengakuan serta pengukuran unsur-unsur laporan keuangan terseut.
Relevansi bab ini adalah sebagai dasar dalam memahami landasan yang
digunakan oleh penyusun standar dalam membuat standar akuntansi standar.
Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun nonmuslim
yang menelaah teori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar
atas laporan keuangan syariah. Misalnya, AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions), Dewan Standar Akintansi
Indonesia (DSAK) menusun PSAK Syariah tentang kerangka dasar penyusunan
dan penyajian laporan keuangan. Kenapa kita mempelajari tentang kerangka dasar
laporan keuangan syariah, yaitu agar kita mampu mengetahui seperti apa kerangka
dasar laporan keuangan syariah setelah mengetahui dasar kerangka laporan
keuangan syariah kita akan lebih mudah untuk membuat laporan keuangan
syariah.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :


a. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia?
b. Bagaimana tujuan kerangka dasr dari laporan keuangan syariah?
c. Apa saja Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai
Laporan Keuangan Syari’ah?
d. Apa Tujuan Laporan Keuangan?
e. Apa saja asumsi-asumsi dasar dari laporan keuangan syariah?
f. Bagaimana Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah?
g. Bagaimana Kendala informasi yang relevan dan andal dalam laporan
keuangan syariah?

C.  Tujuan
Adapun Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia
b. Untuk mengetahui tujuan kerangka dasr dari laporan keuangan syariah
c. Untuk mengetahui Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah
Dan Pemakai Laporan Keuangan Syari’ah
d. Untuk mengetahui Tujuan Laporan Keuangan
e. Untuk Mengetahui asumsi-asumsi dasar dari laporan keuangan syariah
f. Untuk Mengetahui Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah
g. Untuk Mengetahui Kendala informasi yang relevan dan andal dalam
laporan keuangan syariah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Lporan


Keuangan Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia.
Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan
dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan
karakteristik antara bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis
konvensional menyebabkan ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan
kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keungan bank syari’ah
(KDPPLKBS) pada tahun 2002. KDPPLKBS selanjutnya di sempurnakan pada
tahun 2007 menjadi kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
syari’ah (KDPPLKS). Penyempurnaan KDPPLKS terhadap KDPPLKBS di
lakukan untuk memperluas cakupannya sehingga tidak hanya untuk transaksi
syari’ah pada bank syari’ah, melainkan juga pada jenis institusi bisnis lain, baik
yang berupa institas syari’ah maupun institas konvensional yang bertransaksi
dengan skema syari’ah.
Berdasarkan pengantar yang disampaikan oleh Dewan standar Akuntansi
Keuangan dalam Exposure Draf KDPPLKS  dengan KDPLKBS (2002).
Sistematika KDPPLKBS (2002) hanya menyajikan kerangka dasar yang berbeda
dari KDPPLK (2004) dan jika diatur secara khusus diasumsiokan kerangka dasar
yang ada dalam KDPPLK (1994) doianggap juga berlaku dalam bank syari’ah.

B. Tujuan Kerangka Dasar


Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk
semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas
konvensional baik sektor publik maupun sektor swasta. Tujuan kerangka dasar ini
adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya
membuat standar.
b. Penyusun laporan keuangan, untuk menaggulangi masalah akuntansi syariah
yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yanh berlaku umum
d.  Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan syariah.

C. Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai


Laporan Keuangan Syari’ah
a.  Paradigm transaksi syari’ah
Transaksi syari’ah berlandaskan pada paradigm bahwa alam semesta
diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana
kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan
hakiki secara material dan spiritual (falah). Paradigma dasar ini menekankan
bahwa setiap aktifitas manusia memiliki akuntabilitas dan nillai ilahiah yang
menempatkan perangkat syari’ah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk,
benar dan salahnya aktifitas usaha. Syari’ah merupakan ketentuan hukum islam
yang mengatur aktifitas manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang
menyangkut hubungan interaksi vertical dengan Tuhan maupun interaksi
horizontal dengan sesama makhluk. Prinsip syari’ah yang berlaku umum dalam
kegiatan muamalah mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan pemangku
kepentingn entitas yang melakukan transaksi syari’ah. Adapun akhlak merupakan
norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesame makhluk agar
hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis, dan harmonis.  
b. Asas transaksi syari’ah
 Persaudaraan (ukhuwah): berarti transaksi yang diadakan merupakan
bentuk interaksi social dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk
kemanfaatan secara umum dengan semangat saling tolong-menolong.
Ukhuwah dalam transaksi  syariah melingkupi berbagai aspek, yaitu saling
mengenal, saling memahami, saling menolong, saling menjamin, saling
bersinergi.
 Keadilan (‘adalah): menempatkan sesuatu pada tempatnya dan
memberikan sesuatu pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu
dengan posisinya. Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa
aturan prinsip muamalah yang melarang unsure riba, dzulm, maysir,
gharar, ihtikar, najasy, risywah, ta’alluq, dan penggunaan unsur haram
dalam barang, jasa, maupun dalam aktifitas operasi. Kemaslahatan
(maslahah): transaksi syariah haruslah merupakan segala bentuk kebaikan
dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual,
serta individual dan kolektif. Kemaslahatan harus mengandung dua unsure
yaitu halal dan thayyib.
 Keseimbangan (tawazum): transaksi harus memperhatikan keseimbangan
aspek material dan spiritual, aspek privat dan public, sektort keuangan dan
riil, bisnis dan social, serta keseimbangan aspek pengembangan dan
pelestarian.
 Universalisme (syumuliyah): transaksi syariah dapat dilakukan oleh,
dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan
suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan semangat rahmatan lil
alamin.
c. Karakteristik transaksi syari’ah
Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial
maupun aktivitas social yang bersifat non-komersial. Transaksi syariah
komersial dapat berupa investasi untuk mendapatkan bagi hasil, jual beli
barang untuk mendapatkan laba, dan pemberian layanan jasa untuk mendapat
imbalan. Adapun transaksi non-komersial; dapat dilakukan dengan berupa
pemberian pinjaman atau talangan, penghimpunan dan penyaluran dana social
seperti zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah. Kedua transaksi harus memenuhi
persyaratan syariah.  Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma
dan asas transaksi syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan
antara lain:
 Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling
ridha
 Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
 Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan
sebagai komoditas
 Tidak mengandung unsur riba
 Tidak mengandung unsur kezaliman
 Tidak mengandung unsur masyir
 Tidak mengandung unsur gharar
 Tidak mengandung unsur haram
 Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
 Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar
serta untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain .
 Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan.
 Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap.
d. Pemakai laporan keuangan syari’ah
Pemakai laporan keuangan meliputi:
 Investor sekarang dan investor potensial; hal ini karena mereka harus
memutuskan apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi atau
penerimaan deviden.
 Pemilik dana qardh; untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar
pada saat jatuh tempo.
 Pemilik dana syirkah temporer; untuk pengambilan keputusan pada
investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang bersaing atau
aman.
 Pemilik dana titipan; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil
setiap saat.
 Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf; untuk informasi
tentang sumber dan penyaluran dana tersebut.
 Pengawas syariah; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah
terhadap prinsip syariah.
 Karyawan; untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan
profitabilitas entitas syariah.
 Pemasok dan mitra usaha lainnya; untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan entitas membayar utang pada saat jatuh tempo.
 Pelanggan; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup
entitas syariah.
 Pemerintah serta lembaga-lembaganya; untuk memperoleh informasi
tentang aktivitas entitas syariah, perpajakan serta kepentingan nasional
lainnya.
Masyarakat; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas
terhadap masyarakat dan negara

D. Tujuan Laporan Keuangan

Berdasarkan paragraf 30 KDPPLKS, dinyatakan bahwa tujuan laporan


keuangan menurut KDPPLKS adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.Selain itu, tujuan lainnya sebagai berikut:
a. Pengambilan putusan investasi dan pembiayaan. Laporan keuangan bertujuan
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pengambilan keputusan yang rasional. Pihak-pihak
yang berkepentingan antara lain:
 Shahibul maal/ pemilik dana
 Kreditur
 Pembayar zakat, infaq dan shadaqah
 Pemegang saham
 Otoritas pengawasan
 Bank Indonesia
 Pemerintahan
 Lembaga penjamin simpanan
 Masyarakat
b. Menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan
informasi yang dapat mendukung investor/ pemilik dana, kreditur, saat dan
ketidakpastian dalam penerimaan kas dimasa depan atas deviden, bagi hasil,
dan hasil dari penjualan, pelunasan (redemption), dan jatuh tempo dari surat
berharga atau pinjaman. Prospek penerimaan kas tersebut sangat tergantung
dari kemampuan bank untuk menghasilkan kas guna memenuhi kewajiban
yang telah jatuh tempo, kebutuhan operasional, reinvestasi dalam operasi,
serta pembayaran deviden.

c. Informasi atas sumber daya ekonomi. Pelaporan keuangan bertujuan


memberikan informasi tentang sumberdaya ekonomis bank (economic
resoures), kewajiban bank untuk mengalihkan sumberdaya tersebut pada
entitis lain atau pemilik sama, serta kemungkinan terjadinya transaksi dan
peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumberdaya ekonomi tersebut.

d.  Kepatuhan bank terhadap prinsip syariah. Lapora keuangan ini bertujuan


untuk memberikan informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip
syariah, serta informasi pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta
penggunaannya.

e.  Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu mengevaluasi


pemenuhan tanggung jawab bank terhadap amanah daam mengamalkan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak, dan informasi
mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik
dana investasi yang terikat.

f. Pemenuhan fungsi sosial. Laporan keuangan memberikan informasi


  

mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan


penyaluran zakat.

E. Asumsi dasar
a. Dasar akrual
Dengan dasar akrual pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat
kejadian serta diungkapakn dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas
dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai, tidak hanya transaksi masa
lalu  yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban
pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang mempresentasikan kas
yang akan diterima di masa depan. Akan tetapi, perhitungan pendapatan untuk
tujuan pembagian hasil usaha tidaklah menggunakan dasar akrual, melainkan
menggunakan dasar kas. Dalam pembagaian hasil usaha.
b.  Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha
entitas syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu,
entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau
mengurangi secara material skala usahanya.

F. Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah


Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi pemakai.
a. Dapat dipahami
Maksudnya adalah pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis dengan ketekunan yang wajar.
b.  Relevan
Maksudnya adalah memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini,
atau masa depan dengan mernegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di
masa lalu.
c. Andal
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang
tulus atau jujur (faithul representation) dari yang seharusnya di sajikan atau yang
sevara wajar diharapkan dapat disajikan. Agar dapat diandalkan maka informasi
harus memenuhi hal sebagai berikut:
 Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk di sajikan.
 Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang
sesuai dengan prinsif syari’ah dan bukan hanya bentuk hukumnya
(substansi mengungguli bentuk).
  Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak
tertentu saja (netral).
 Di dasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu.
 Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat dibandingkan laporan keuangan entitas syari’ah antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta
pengaruh perubahan tersebut juga harus diungkapkan termasuk ketaatan atas
standar akuntansi yang berlaku.

G. Kendala informasi yang relevan dan andal


Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut :
a. Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin
perlu menyeimbangkan manfaat relativ antara pelaporan tepat waktu dan
ketentuan informasi andal.
b. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala
yang dapat terjadi (pervasive) dari suatu karakteristik kualutatif. Manfaat yang
dihasilkan informasi seharisnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian,
secara substabsi, evaluasu biaya dan manfaat merupakan suatu prpses
pertimbangaan (judgement proces).
c. Penyajian yang wajar
Dalam ciri karakteristik kualitatif, tidak dijelaskan mengenai konsep
khusus tentang penyajin wajar. Namun, dalam penerapan, muara dari karakteristik
kualittif pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai biasanya akan terlihat
pada laporan keuangan yang menggambarkan apa yang pda umumnya dipahami
sebagai suatu pandangan yang wajar dari atau menyajikan dengan wajar.

H. Unsur-unsur laporan keuangan


Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syari’ah, antara lain
meliputi:
a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang
terdiri atas :
1. Posisi keuangan
Unsur yang terkait secara langsung dengan pengukuran posisi
keuangan adalah aset, kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos
ini didefinisikan sebagai berikut:
 Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syari’ah sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depn
diharapkan akan diperoleh entitas syari’ah. .
 Kewajiban merupakan utang entitas syari’ah masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesayannya di harapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya entitas syari’ah yang mengandung manfaat
ekonomi.
 Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi
dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana
entitas syari’ah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvesatasikan
dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
 Ekuitas adalah hak resijual atas aset entitas syari’ah setelah dikurangi
semua kewajiban dan dana syirkah temporer. Ekuitas dapat
disubklasifikasikan menjadi setoran modal pemegang saham, saldo laba,
penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal.
Contoh penyususnan laporan posisi keuangan pada bank syariah:
PT Bank Syariah “X”
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)  
Per 31 Desember 20X1  

Aset Xxx  
Kas Xxx  
Penempatan pada Bank Indonesia Xxx  
Giro pada bank lain Xxx  
Penempatan pada bank lain Xxx  
Investasi pada efek/surat berharga  
Piutang: Xxx  
  Murabahah Xxx  
  Salam Xxx  
  Istishna Xxx  
  Ijarah  
pembiayaa: Xxx  
  Mudharabah Xxx  
  Musyarakah Xxx  
Persediaan Xxx  
Tagihan dan kewajiban akseptasi Xxx  
Aset ijarah Xxx  
Aset istishna dalam penyelesaian Xxx  
Penyertaan pada entitas lain xxx  
Aset tetap dan akumulasi penyusutan xxx  
Aset lainnya xxx  
Jumlah Aset  
   
KEWAJIBAN xxx  
Kewajiban segera xxx  
Bagi hasil yang belum dibagikan xxx  
Simpanan xxx  
Simpanan dari bank lain xxx  
Utang: xxx  
  Salam xxx  
  Istishna xxx  
Kewajiban kepada bank lain xxx  
Pembiayaan yang diterima xxx  
Utang pajak xxx  
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi xxx  
Pinjaman yang diterima xxx  
Kewajiban lainnya xxx  
Pinjaman subordinasi xxx  
Jumlah Kewajiban  
   
DANA SYIRKAH TEMPORER  
Dana syirkah temporer dari bukan bank: xxx  
  Tabungan mudharabah xxx  
  Deposito mudharabah xxx  
Dana syirkah temporer dari bank: xxx  
  Tabungan mudharabah xxx  
  Deposito mudharabah xxx  
Musyarakah xxx  
Jumlah Dana Syirkah temporer  
   
EKUITAS xxx  
Modal disetor xxx  
Tambahan modal disetor xxx  
Saldo laba (rugi) xxx  
Jumlah Ekuitas xxx  
Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah tempporer dan
ekuitas    xxx  

2. Laporan laba-rugi

Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah disusun dengan


mengacu pada PSAK untuk pos-pos umum. Dengan memperhatikan ketentuan
dalam PSAK terkait, bank syariah menyajikan laporan laba rugi yang mencakup,
tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut:

PT Bank Syariah “X”


Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20X
Pendapatan Pengelolaan Dana oleh
bank sebagai mudharib  
   
Pendapatan dari jual
beli:  
Pendapatan marjin
  murabahah Xxx  
Pendapatan neto salam
  paralel Xxx  
Pendapatan neto istishna
  paralel Xxx  
Pendapatan dari
sewa:  
Pendapatan neto
  ijarah Xxx  
Pendapatan dari bagi
hasil:  
Pendapatan bagi hasil
  mudharabah Xxx  
Pendapatan bagi hasil
  musyarakah Xxx  
Pendapatan usaha
utama lainnya Xxx  
Jumlah Pendapatan Pengelolaan Dana oleh
bank sebagai mudharib Xxx  
Hak pihak ketiga atas
bagi hasil (xxx)  
   
Pendapatan Usaha
Lainnya  
Pendapatan imbalan jasa
  perbankan xxx  
Pendapatan imbalan
  investasi terikat Xxx  
Jumlah Pendapatan
Usaha Lainnya  
Beban
  Usaha (xxx)  
Beban
  kepegawaian (xxx)  
Beban
administras
  i (xxx)  
Beban penyusutan dan
  amortisasi (xxx)  
Beban
  usaha lain (xxx)  
Jumlah Beban
Usaha (xxx)  
   
Laba (Rugi)
Usaha Xxx  
Pendapatan dan Beban
Nonusaha  
Pendapatan
  nonusaha Xxx  
Beban
  nonusaha (xxx)  
Jumlah Pendapatan (Beban)
Nonusaha Xxx  
   
Laba (Rugi) sebelum
Pajak Xxx  
   
Beban
Pajak (xxx)  
   
Laba (Rugi) Neto
Periode Berjalan Xxx  
                   
3. Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih
(laba) adalah penghasilan dan beban. Unsur penghasilan beban didefinisikan
berikut ini:

 Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu


periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari konstribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi
pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gain).
 Beban (ekspenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar berkurangnya aset atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal, termasuk di dalamnya
beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syari’ah maupun kerugian yang
timbul.

4. Hak pihak ketiga atau bagi hasil


Hak pihak ketiga atau bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi
hasil pemilik dana atau keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama
entitas syari’ah dalam suatu periode laporan keuangan.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban
(ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas
bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana
atas investasi yang dilakukan bersama dengan entitas syari’ah.
b. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi
laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan
penggunaan dana kebajikan.
c.  Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan
tanggung jawab khusus entitas syari’ah tersebut.

I. Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan


Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Biaya historis (historical cost)
Aset di catat sebesar pengeluaran kas (setara kas) yang di bayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang di berikan untuk
memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.

b. Biaya kini (current cost)


Aset dinilai dalam jumlah kas (stara kas) yang seharusnya dibayar bila aset
yang sama atau stara aset diperoleh sekarang.

c.  Nilai realisasi atau penyelesaian (realizable atau settement value)


Aset dinyatakan dalam jumlah pas (setara kas) yang dapat diperoleh sekarang
dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disporal).
J. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
jumlah yang tertera dalam laporan keuangan utama. Catatan atas laporan
keuangan suatu entitas syariah harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
 Informasi tentang dasar penyusunsn laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang
penting.
 Informasi yang diwajiobkan dalam PSAK, tetapi tidak disajikan dalam neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas: perubahan ekuitas: laporan sumber dan
penggunaan zakat : dan laporan penggunaan dana kebajikan.
  Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan


dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas syariah lain , catatan
atas laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
 Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan.
 Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana
pos-pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian
komponen laporan keuangan.
 Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan
keuangan lainnya serta pengungkapan yang bersifat non-keuangan.  

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan


dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan
karakteristik antara bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis
konvensional menyebabkan ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan
kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keungan bank syari’ah
(KDPPLKBS) pada tahun 2002. KDPPLKBS selanjutnya di sempurnakan pada
tahun 2007 menjadi lkerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
syari’ah (KDPPLKS). Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari
penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka
ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas
syariah maupun entitas konvensional baik sektor publik maupun sektor swasta.
Tujuan laporan keuangan menurut KDPPLKS adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
diperlukan agar makalah ini dapat diperbaiki kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Rizal yahya, dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009)
hal 80
Rizal yahya,dkk, Akuntansi Perbankan  Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009)
hal 80
Sri Nurhayati,dkk, Akuntansi syari’ah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat,
2008) hal 90
Rizal Yahya, dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009)
hal 81
http://lidonarta.blogspot.co.id/2012/07/kerangka-dasar-penyusunan-dan-
penyajian.html

http://mepi-6.blogspot.co.id/2012/04/kelompok-11-m-k-l-h-kerangka-
dasar.html

Anda mungkin juga menyukai