Anda di halaman 1dari 25

INFLASI DALAM PANDANGAN ISLAM

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter

Oleh:
Pipit Puji N Fazri 141002156

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala


atas karunia, rahmat, dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul Inflasi dalam Pandangan Islam.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Ekonomi Moneter.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Iwan Wisandani, SEI, M.Ag., selaku dosen pengampu mata
kuliah Ekonomi Moneter;
2. Rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi penulis untuk
menyelesaikan penyusunan makalah ini;
3. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Semoga bantuan baik berupa moril maupun materil yang telah diberikan,
oleh Allah SWT. dapat diberikan balasan yang berlipat ganda.
Makalah ini juga masih jauh dari kata sempurna karena memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi dan sistematika maupun dalam teknik
penulisannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Tasikmalaya, Nopember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................3

D. Manfaat Penulisan.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4

A. Pengertian Inflasi..........................................................................................................4

B. Teori Inflasi dalam Islam..............................................................................................5

C. Jenis-Jenis Inflasi........................................................................................................11

D. Dampak Inflasi............................................................................................................13

E. Langkah-langkah Penanggulangan Inflasi dalam Islam.............................................14

BAB III SIMPULAN DAN SARAN....................................................................................20

A. Simpulan.....................................................................................................................20

B. Saran...........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ekonomi Islam merupakan ekspresi model ekonomi berdasar akidah dan
syariat Islam yang memiliki cakupan luas dan target yang jelas. Karakteristik
sentral yang membedakannya dengan sistem ekonomi konvensional adalah
asas atau acuan dasar yang dipakai, yaitu al-Quran dan Hadits Nabi, selain
acuan-acuan lain yang bersifat interpretatif dari para ulama Islam. Sebagian
kalangan menyatakan bahwa sisi humanisme ekonomi merupakan pembeda
lain antara ekonomi Islam dan ekonomi ala kapitalisme yang berpangkal pada
pengayaan individu.
Salah satu alat yang memiliki fungsi sebagai penimbun kekayaan adalah
uang. Uang dalam masyarakat menjadi alat pertukaran yang lazim diterima, di
mana barang dan jasa dapat diperjual-belikan dengan uang. Sepanjang sejarah,
nilai moneter berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi karena sifat alamiah dari
uang itu sendiri. Keberadaan uang dalam sebuah perekonomian memberikan
arti yang terpenting, ketidakadilan dari alat ukur yang diakibatkan adanya
instabilitas nilai tukar uang akan mengakibatkan perkeonomian tidak berjalan
pada titik keseimbangan. Hal ini akan semakin mempersulit untuk
merealisasikan keadilan dalam sosial ekonomi dan kesejahteraan sosial. Ibn
Khaldun mengatakan bahwa suatu negara tidak akan mungkin mampu
melakukan pembangunan secara berkesinambungan tanpa adanya keadilan
dalam sistem yang dianutnya.
Pada saat tingkat harga secara umum naik, masyarakat harus
mengeluarkan uang lebih banyak untuk jumlah barang atau jasa yang sama.
Inflasi tidak akan berlanjut jika tidak diikuti dengan berbagai cara. Jika
konsumen tidak dapat menemukan uang lebih untuk membeli barang demi
mempertahankan tingkat pembelanjaannya, mereka akan membatasi pembelian
dengan membeli lebih sedikit yang kemudian akan membatasi kemampuan
penjual untuk menaikkan harga.

1
2

Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal


ini dikarenakan inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan
produktifitas ekonomi investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan
ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang. Keberadaan permasalahan
inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa menjadi
perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter .
Lebih dari itu, ada kecendrungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang
senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan otoritas moneter
dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas moneter senantiasa
menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus diturunkan menjadi satu
digit atau inflasi moderat.
Permasalahan tersebut menimbulkan reaksi para ahli ekonomi Islam
modern, seperti Ahmad Hasan, Hifzu Rab, dan ‘Umar Vadillo, yang
menyerukan penerapan kembali mata uang dînâr dan dirham sebagai jalan
keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi inflasioner di dunia ekonomi
modern. Mereka beralasan bahwa mata uang logam
mulia dînâr dan dirham dapat menjamin keamanan transaksi karena keduanya
memberikan keseimbangan nilai terhadap setiap komoditas yang
ditransaksikan. Gagasan ini memberikan akses terwujudnya ekonomi makro
yang kuat dengan dukungan penuh mata uang yang berbasis kekuatan riil
materialnya. Terjadinya inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat
pajak, suku bunga riil, pendapatan masyarakat akan terganggu, mendorong
investasi yang keliru, dan menurunkan moral. Maka dari itu, mengatasi inflasi
merupakan sasaran utama kebijakan moneter.
Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan ekonomi, inflasi
merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para
ekonom, pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan
dan kebijakan dikembangkan supaya inflasi dapat dikendalikan sesuai dengan
yang diinginkan. Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai “Inflasi
dalam Pandangan Islam”.
3

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai:
1. Apa yang dimaksud dengan inflasi?
2. Bagaimana teori inflasi dalam Islam?
3. Apa saja jenis-jenis dari inflasi?
4. Bagaimana dampak dari inflasi?
5. Bagaimana cara penanggulangan inflasi dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan inflasi;
2. Untuk mengetahui bagaimana teori inflasi dalam Islam;
3. Untuk mengetahui jenis-jenis inflasi;
4. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari inflasi;
5. Untuk mengetahui bagaimana cara penanggulangan inflasi dalam Islam;

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi penulis dalam penulisan makalah ini adalah untuk
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai inflasi dalam
perspektif Islam;
2. Manfaat bagi pembaca dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai acuan
atau sarana untuk lebih megetahui tentang inflasi dalam perspektif Islam,
serta sebagai salah satu referensi dalam sistematika penulisan makalah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Inflasi
1. Pengertian Inflasi secara umum
Inflasi merupakan kejadian ekonomi yang sering terjadi meskipun kita
tidak pernah menghendakinya. Milton Friedman mengatakan inflasi ada di
mana saja dan selalu merupakan fenomena moneter yang mencerminkan
adanya pertumbuhan moneter yang berlebihan dan tidak stabil. Jika
didefinisikan, inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukan kenaikan
tingkat harga secara umum dan terus-menerus. Dari definisi tersebut ada
tiga kriteria yang perlu diamati untuk melihat telah terjadinya inflasi, yaitu
kenaikan harga, bersifat umum, dan terjadi terus-menerus dalam rentan
waktu tertentu. Apabila terjadi kenaikan harga suatu barang yang tidak
mempengaruhi harga barang lain, sehingga harga tidak naik secara umu,
kejadian tersebut bukanlah inflasi. Kecuali bila yang naik itu harga BBM,
karena ini berpengaruh terhadap harga-harga lain sehingga secara umum
semua produk hampir menglami kenaikan harga. Bila kenaikan harga
tersebut terjadi sesaat, kemudian turun kembali itu pun belum dikatakan
inflasi. Karena kenaikan hara yang diperhitungkan dalam konteks inflasi
mempunyai rentan waktu minimal sebulan.

2. Pengertian Inflasi dalam Islam


Pengertian inflasi dalam Islam tidak berbeda pengertiannya dengan
inflasi konvensional. Inflasi adalah sebagai sebuah gejala kenaikan harga
barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi
merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang
terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu
tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia. Kenaikan
harga ini berlangsung secara berkesinambungan dan bisa makin meninggi
lagi harga barang tersebut jika tidak ditemukannya solusi pemecahan

4
5

penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan terjadinya inflasi


tersebut. Inflasi juga dapat didefinisikan sebagai kecenderungan dari harga-
harga yang meningkat secara umum dan terus menerus. Dalam wikipedia,
inflasi didefinisikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu). Inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Al-Maqrizi menyatakan bahwa
peristiwa infasi merupakan sebuah fenomena alam yang menimpa
kehidupan masyarakat di dunia sejak masa dahulu hingga sekarang, dengan
mengemukakan berbagai fakta bencana kelaparan yang pernah terjadi di
Mesir. Menurutnya, inflasi terjadi ketika harga-harga secara umum
mengalami kenaikan dan belangsung terus menerus. Al-Maqrizi
mengklasifikasikan inflasi berdasarkan faktor penyebabnya kedalam dua
hal, yaitu inflasi yang disebabkan oleh faktor alamiah dan inflasi yang
disebabkan oleh kesalahan manusia.

B. Teori Inflasi dalam Islam


Para ekonom Islam berpendapat, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena empat hal sebagai berikut:
1. Inflasi mengganggu fungsi dari: uang, tabungan (nilai simpan),
pembayaran di muka, dan unit penghitungan. Akibat inflasi, orang harus
melepaskan diri dari uang dan aset keuangan. Inflasi bisa menyebabkan
inflasi lagi (self feeding inflation).
2. Inflasi melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung
dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).
3. Inflasi meningkatkan kecenderungan berbelanja terutama untuk non-
primer dan barang mewah (naiknya Marginal Propensity to Consume).
4. Inflasi mengarahkan investasi non-produktif yaitu penumpukan kekayaan
(hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing.
Inflasi mengorbankan investasi ke arah produktif seperti: pertanian,
industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
6

Selain itu, inflasi menimbulkan sejumlah masalah yang berhubungan


dengan akuntansi, misalnya:
1. Inflasi menyebabkan dilema penilaian terhadap aset tetap dan aset lancar
dilakukan dengan metode biaya historis atau metode biaya aktual.
2. Inflasi menyebabkan permasalahan akuntansi dalam hal pemeliharaan
modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan inflasioner.
3. Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi
(index) untuk mendapatkan kebutuhan perbandingan waktu dan tempat.
Islam tidak mengenal istilah inflasi, karena mata uangnya stabil dengan
digunakannya mata uang dinar dan dirham. Penurunan nilai masih mungkin
terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu
mengalami penurunan, diantaranya akibat ditemukannya emas dalam
jumlah yang besar, tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya.
Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M - 1441M), yang merupakan
ekonom muslim dan juga salah satu murid Ibnu Khaldun, menggolongkan
inflasi dalam dua golongan yaitu inflasi akibat berkurangnya persediaan
barang (Natural inflation) dan inflasi akibat kesalahan manusia (Human
Error Inflation). Inflasi jenis pertama inilah yang terjadi pada zaman
Rasulullah dan khulafaur Rasyidin, yaitu karena kekeringan atau
peperangan. Sementara itu, Inflasi jenis kedua menurut Al-Maqrizi
disebabkan oleh tiga hal. Pertama, korupsi dan administrasi yang buruk.
Kedua, pajak berlebihan yang memberatkan petani. Ketiga, jumlah uang
yang berlebihan.
1. Inflasi Alamiah (Natural Inflation)
Inflasi Alamiah adalah inflasi yang terjadi secara alami, bukan
disebabkan oleh berbagai macam penyimpangan yang dilakukan oleh
para penguasa negara. Misalnya ketika suatu bencana banjir terjadi, maka
akan terjadi gagal panen diberbagai sawah sehingga terjadi kelangkaan
bahan makanan dan meningkatnya harga bahan makanan. Menurut Al-
Maqrizi, ketika suatu bencana alam terjadi, berbagai bahan makanan dan
hasil bumi lainnya mengalami gagal panen, sehingga persediaan barang-
7

barang tersebut mengalami penurunan yang sangat drastis dan terjadi


kelngkaan. Di lain pihak, karena sifatnya yang sangat signifikan dalam
kehidupan, permintaan terhadap berbagai barang itu mengalami
peningkatan. Harga-harga membumbung tinggi jauh melebihi daya beli
masyarakat.
Hal ini sangat berimplikasi terhadap kenaikan harga berbagai
barang dan jasa lainnya. Akibatnya, transaksi ekonomi mengalami
kemacetan, bahkan berhenti sama sekali, yang pada akhirnya
menimbulkan bencana kelaparan, wabah penyakit, dan kematian di
kalangan masyarakat. Keadaan yang semakin memburuk tersebut
memaksa rakyat untuk menekan pemerintah agar segera memperhatikan
keadaan mereka. Untuk menanggulangi bencana itu, pemerintah
mengeluarkan sejumlah dana besar yang mengakibatkan perbendaharaan
mengalami penurunan drastis karena, disisi lain, pemerintah tidak
memperoleh pemasukan yang berarti. Dengan kata lain, pemerintah
mengalami defisit anggaran dan negara,baik secara politik, ekonomi,
maupun sosial, menjadi tidak stabil yang kemudian menyebabkan
keruntuhan sebuah pemerintahan. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa
sekalipun suatu bencana telah berlalu, kenaikan harga-harga tetap
berlangsung. Hal ini merupakan implikasi dari bencana alam sebelumnya
yang mengakibatkan aktivitas ekonomi, terutama di sektor produksi,
mengalami kemacetan.
Ketika situasi telah normal, persediaan barangbarang yang
signifikan, seperti benih padi, tetap tidak beranjak naik, bahkan tetap
langka, sedangkan permintaan terhadapnya meningkat tajam. Akibatnya,
harga barang-barang ini mengalami kenaikan yang kemudian di ikuti
oleh kenaikan harga berbagai jenis barang dan jasa lainnya, termasuk
upah dan gaji para pekerja. Ketidakseimbangan permintaan dan
penawaran juga pernah terjadi dizaman Rasulullah SAW. Dalam hal ini
Rasulullah SAW tidak mau menghentikan atau mempengaruhi
pergerakan harga ini sesuai Hadist: “Anas meriwayatkan, ia berkata:
8

Orang-orang berkata kepada Rasulullah SAW, ” Wahai Rasululluah,


harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga untuk kami”.
Rasulullah SAW lalu menjawab,”Allah-lah Penentu harga, Penahan,
Pembentang, dan Pemberi riszki. Aku berharap tatkala bertemu Allah,
tidak ada seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedhaliman
dalam urusan darah dan harta.”
Untuk menganalisisnya, dapat digunakan perangkat analisis
konvensional yaitu persamaan identitas berikut:
MV = PT =Y
Dimana: M : Jumlah uang beredar
V : Kecepatan peredaran uang
P : Tingkat harga
T : Jumlah barang dan jasa
Y : Tingkat pendapatan nasioanl (GDP)
Natural inflation dapat diartikan sebagai berikut: 1) Gangguan
terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu
perekonomian (T). Misalnya T↓ sedangkan M dan V tetap, maka
konsekuensinya P↑. 2) Naiknya daya beli masyarakat secara riil.
Misalnya, nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor, sehingga secara
netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M↑ sehingga jika V dan T
tetap maka P↑. Lebih lanjut, jika dianalisis dengan persamaan agregatif :
Dimana : AD = AS AS = Y AD = C + I + G + (X – M)
Serta : Y = pendapatan nasional
C = konsumsi
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
(X-M) = net ekspor
Maka : Y = C + I + G + (X – M)
Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya
menjadi dua yaitu:
9

a. Uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak karena ekspor
meningkat (X↑) sedangkan impor menurun (M↓) sehingga net
ekspor nilainya sangat besar yang mengakibatkan naiknya
permintaan agregatif (AD↑). Keadaan ini pernah terjadi pada masa
Umar ibn Khatab, pada masa itu eksportir yang menjual barangnya
ke luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri (impor)
lebih sedikit jumlahnya dari barang yang mereka jual (positive net
export). Adanya positive net export akan menjadikan keuntungan
yang berupa kelebihan uang yang akan dibawa ke Madinah
sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat meningkat (AD↑).
Naiknya permintaan agregat (AD↑) akan mengakibatkan naiknya
tingkat harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk mengatasi keadaan
ini Umar melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-
barang atau komoditi selama 2 hari berturut-turut, akibatnya terjadi
penurunan permintaan agregatif (AD↓), dan tingkat harga kembali
normal.
b. Turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik,
perang ataupun embargo ekonomi. Masa paceklik ini pernah terjadi
pada masa Umar ibn Khatab yang mengakibatkan kelangkaan
gandum yang berdampak pada naiknya tingkat harga-harga (P↑).
2. Human Eror Inflation
Human Eror Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-
kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri (QS Ar-Rum ayat 41),
yang artinya; “Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar).”
Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-
penyebabnya sebagai berikut:
a. Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad
administration).
10

Pengangkatan para pejabat yang berdasarkan suap,


nepotisme, dan bukan karena kapabilitas akan menempatkan
orang-orang pada berbagai jabatan penting dan terhormat yang
tidak mempunyai kredibilitas. Mereka yang mempunyai mental
seperti ini, rela menggadaikan seluruh harta milik untuk meraih
jabatan, kondisi ini juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa,
para pejabat tersebut akan menyalahgunakan kekuasaannya untuk
meraih kepentingan pribadi, baik untuk menutupi kebutuhan
finansial pribadi atau keluarga atau demi kemewahan hidup.
Akibatnya akan terjadi penurunan drastis terhadap penerimaan dan
pendapatan Negara. Korupsi akan mengganggu tingkat harga,
karena para produsen akan menaikkan harga jual barangnya untuk
menutupi biaya-biaya siluman yang telah mereka keluarkan.
Dimasukkannya biaya siluman dalam biaya produksi (cost of
goods sold) akan menaikkan total biaya produksi. ATC dan MC
menjadi ATC2 dan MC2. Sehingga harga jual menjadi naik dari P
menjadi P2. Hal ini menjadi tidak mereflleksikan nilai sumber daya
sebenarnya yang digunakan dalam proses produksi. Harga
terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada. Hal ini
menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi (high cost economy)
dan pada akhirnya terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang
merugikan masyarakat. Jika merujuk pada persamaan AS-AD,
terlihat korupsi dan administrasi pemerintahan yang buruk
menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran agregatif. Selain
menyebabkan inefisiensi dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan
kelemahan administrasi sangat membahayakan perekonomian
yakni terjerat pada spiralling inflation atau hyper inflation.
b. Pajak yang berlebihan (excessive tax).
Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada
perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh
korupsi dan administrasi yang buruk yaitu kontraksi pada kurva
11

penawaran agregatif . Namun, jika dilihat lebih jauh, excessive tax


mengakibatkan apa yang dinamakan para ekonom dengan
efficiency loss atau dead weight loss.
c. Pencetakan uang untuk menarik keuntungan (Escessive
Seignorage).
Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari
kemacetan ekonomi, maupun perilaku buruk para pejabat yang
menghabiskan uang negara, pemerintah melakukan percetakan
uang fulus secara besar-besaran.
Ibn al-Maqrizi berpendapat bahwa percetakan uang yang
berlebihan akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑),
menurunnya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang tidak
lagi bernilai. Menurut al-Maqrizi kenaikan harga komoditas adalah
kenaikan dalam bentuk jumlah uang (fulus), sedangkan jika diukur
dengan emas (dinar), harga-harga komoditas itu jarang sekali
mengalami kenaikan. Uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat
minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan
yang mempunyai nilai nominal yang kecil.

C. Jenis-Jenis Inflasi
Berdasarkan sumber atau penyebab kenaikan harga – harga yang
berlaku, inflasi dibedakan dalam dua spesifikasi yaitu dilihat dari sebab
awal inflasi dan ditinjau dari asal inflasi, yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Inflasi dilihat dari sebab awalnya
a. Demand Full Inflation
Demand full inflation disebabkan oleh permintaan masyarakat
akan barang – barang (agregate demand) bertambah. Inflasi ini
biasanya terjadi pada masa perekonomian yang berkembang dengan
pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan
yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi
kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.
12

Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi.


Selain pada masa perekonomian berkembang pesat, Demand–pull
Inflation juga dapat berlaku pada masa perang atau ketidakstabilan
politik yang terus menerus. Dalam masa seperti ini pemerintah
berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk membiayai
kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa mencetak uang
atau meminjam dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah yang
berlebihan tersebut menyebabkan permintaan agregat akan melebihi
kemampuan ekonomi tersebut menyediakan barang dan jasa. Maka
keadaan ini akan mewujudkan inflasi.
b. Cost Push Inflation
Inflasi jenis Cost – Push inflation terjadi karena kenaikan biaya
produksi, yang disebabkan oleh terdepresiasinya nilai tukar, dampak
inflasi luar negeri terutama negara- negara partner dagang,
peningkatan harga – harga komoditi yang diatur pemerintah
(administered price) , dan terjadi negative supply shocks akibat
bencana alam dan tergangggunya distribusi.
Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian
berkembang pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila
perusahaan – perusahaan masih menghadapi permintaan yang
bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara
memberikan gaji atau upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan
mencari pekerja baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi
ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang
akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga – harga berbagai barang.
2. Inflasi ditinjau dari asal inflasi
a. Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi ini timbul misalnya karena kenaikan gaji pegawai negeri,
panenan gagal dan sebagainya.
b. Inflasi dari luar negeri (imported inflaction)
13

Inflasi ini timbul karena kenaikan harga – harga di luar negeri atau di
negara – negara mitra dagang kita. Inflasi juga dapat bersumber dari
barang – barang yang diimpor. Inflasi ini akan terwujud apabila
barang – barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai
peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan –
perusahaan. Kenaikan harga barang impor akan menaikkan biaya
produksi, dan kenaikan biaya produksi mengakibatkan kenaikan harga
–harga.

3. Berdasarkan tingkat/laju inflasi


a. Moderat Inflation
Laju inflasinya antara 7-10%, adalah inflasi yang ditandai dengan
harga-harga yang meningkat secara lambat.
b. Galloping Inflation
Merupakan inflasi yang ganas dengan laju inflasinya antara 20-100%
yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius terhadap
perekonomian dan timbulnya distorsi-distorsi besar dalam
perekonomian. Hal ini ditandai dengan uang kehilangan nilainya
dengan cepat, sehingga orang tidak suka memegang uang atau lebih
suka memegang barang, kredit jangka panjang didasarkan indeks
harga atau menggunakan mata uang asing seperti dolar. Kegiatan
investasi masyarakat lebih banyak di luar negeri.
c. Hyper Inflation
Adalah inflasi yang tingkat laju inflasinya sangat tinggi di atas 100%.
Inflasi ini sangat mematikan kegiatan perekonomian masyarakat.
Kondisi seperti ini dapat dinyatakan sebelum inflasi bila pasar bawa
uang saku dapat digunakan untuk membeli barang sekeranjang di saat
hyper inflation untuk membeli barang sesaku pun memerlukan uang
sekeranjang.
14

D. Dampak Inflasi
Inflasi yang tinggi tingkatannya tidak akan menggalakan perkembangan
ekonomi suatu negara. Hal-hal yang mungkin timbul antara lain sebagai
berikut:
1. Ketika biaya produksi naik akibat inflasi, hal ini akan sangat merugikan
pengusaha dan ini menyebabkan kegiatan investasi beralih pada kegiatan
yang kurang mendorong produk nasional, seperti tindakan para spekulan
yang ingin mencari keuntungan;
2. Pada saat kondisi harga tidak menentu (inflasi) para pemilik modal atau
investor lebih cenderung menanamkan modalnya dalam bentuk
pembelian tanah, rumah, dan bangunan. Pengalihan seperti ini akan
menyebabkan invesasi produktif akan berkurang dan kegiatan ekonomi
menurun.
3. Inflasi menimbulkan efek yang buruk pada perdagangan dan mematikan
pengusaha dalam negeri. Hal inidikarnakan kenaikan harga secara terus-
menerus menyebabkan produk-produk dalam negeri tidak mampu
bersaing dengan produk negara lain sehingga kegiatan ekspor turun dan
impor meningkat;
4. Inflasi menimbulkan dampak yang buruk pula pada neraca pembayaran.
Karena menurunya ekspor dan meningkatnya impor menyebabkan
ketidakseimbangan terhadap dana yang masuk dan keluar negeri. Kondisi
neraca pembayaran akan memburuk.
Dampak buruk dari inflasi dapat pula ditinjau dari tingkat kesejahteraan
masyarakat, yakni sebagai berikut:
1. Inflasi akan menurunkan pendapatan rill yang diterima masyarakat dan
ini sangat merugikan orang-orang yang berpenghasilan tetap. Pada saat
inflasi, kenaikan tingkat upah tidak secepat kenaikan harga barang ang
diperlukan dan dijual di pasar;
2. Inflasi akan mengurangu nilai kekayaan yang berbentuk uang. Seperti
tabungan masyarakat di bank nilai rillnya akan menurun;
15

3. Inflasi akan memperburuk pembagian kekayaan. Karena bagi masyarakat


yang berpenghasilan tetap dan mempunyai kekayaan dalam bentuk uang
bisa-bisa jatuh miskin. Tetapi bagi masyarakat yang menyimpan
kekayaan dalam bentuk tanah dan rumah akan terjadi peningkatan
kekayaan, baik secara rill maupun secara nominal. Demikian pula bagi
pedagang, pendapatan rill mereka akan dapat bertahan dan mungkin
meningkat pada saat terjadi inflasi.

E. Langkah-langkah Penanggulangan Inflasi dalam Islam


Dalam konsepsi Islam, orientasi ekonomi haruslah memperjuangkan
nasib rakyat kecil serta kesejahteraan rakyat banyak, yang dalam teori ushul
fiqh dinamakan al maslahah al ammah. Sedangkan mekanisme yang
digunakan untuk mencapai kesejahteraan itu tidaklah ditentukan format dan
bentuknya. Inflasi dapat menguntungkan golongan masyarakat tertentu
tetapi merugikan golongan lain. Karenanya setiap negara berusaha
menghindari inflasi dengan menerapkan berbagai kebijakan. Kebijakan-
kebijakan tersebut antara lain:
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral
dalam mengatur jumlah uang yang beredar melalui instrument-instrumen
moneter yang dimiliki oleh bank sentral. Melalui instrument ini
diharapkan peredaran uang dapat diatur dan inflasi dapat di kendalikan
sesuai dengan yang telah ditargetkan sebelumnya. Terdapat tiga
kebijakan yang dapat di tempuh bank sentral dalam mengatur inflasi:
a. Kebijakan Diskonto
Kebijakan diskonto (discount policy) adalah kebijakan bank sentral
untuk mempengaruhi peredaran uanng dengan jalan menaikkan dan
menurunkan tingkat bunga. Kaitannya dengan bank syari'ah yaitu
dengan jealan menaikkan dan menurunkan tingkat nisbah bagi
hasil.
b. Operasi Pasar Terbuka
16

Yaitu dengan jalan membeli dan menjual surat-surat berharga.


c. Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy)
Yaitu kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang
dengan jalan menaikkan dan menurunkan presentasi persediaan kas
dari bank.
Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus stabilitas,
Islam tidak menggunakan instrument bunga atau ekspansi moneter
melalui pencetakan uang baru atau defisit anggaran. Yang dilakukan
adalah mempercepat perputaran uang dan pembangunan infrastruktur
sektor rill. Syekh Abdul Qadim Zallum mengatakan bahwa, sistem
moneter atau keuangan adalah sekumpulan kaidah pengadaan dan
pengaturan keuangan dalam suatu Negara. Yang paling penting dalam
setiap keuangan adalah penentuan satuan dasar keuangan dimana kepada
satuan itu dinisbahkan seluruh nilai-nilai berbagai mata uang lain.
Variabel yang harus diformulasikan dalam kerangka kebijakan
moneter dalam perekonomian Islam adalah stok uang, bukan tingkat suku
bunga. Bank Islam harus mengarahkan kebijakan moneternya untuk
mendorong pertumbuhan dalam penawaran uang yang cukup untuk
membiayai pertumbuhan potensial dalam output jangka menengah dan
jangka panjang demi mencapai harga yang stabil dan tujuan-tujuan sosio-
ekonomi Islam.
Sasarannya haruslah untuk menjamin bahwa pengembangan
moneter yang tidak berlebihan melainkan cukup untuk sepenuhnya dapat
mengeksploitasi kapasitas perekonomian untuk menawarkan barang dan
jasa bagi kesejahteraan social. Tingkat pertumbuhan yang ingin dicapai
haruslah yang stabil, realistis dan dapat bertahan dalam jangka menengah
maupun panjang, bukan yang tidak realistis dan naik turun.
2. Kebijakan Fiskal
a. Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
Pemerintah harus menjaga penggunaan anggaran negara agar sesuai
dengan perencanaan. Sehingga tidak melampaui batas yang telah
17

direncanakan yang dapat mendorong pertambahan uang beredar dan


sebaliknya.
b. Peningkatan dan Penurunan Tarif Pajak
Dengan mengontrol kebijakan mengenai tarif pajak dapat
menstabilkan daya beli masyarakat dan kemampuan produksi barang
dan jasa.
Dalam perspektif Islam kebijakan fiskal mempunyai peran penting,
hal ini didasarkan pada alas an-alasan sebagai berikut: Peran kebijakan
fiskal relative dibatasi, dua hal yang mendasarinya; 1) Tingkat bunga
yang tidak mempunyai peran sama sekali dalam ekonomi islam, 2) Islam
tidak memperbolehkan perjudian karena dapat menimbulkan berbagai
praktek perjudian yang mengandung spekulasi (untung-untungan).
Pemerintah Islam harus lebih keras dan tegas dalam menjamin
bahwa pungutan atas zakat dapat dikumpulkan dari setiap muslim yang
mempunyai kelebihan harta yang telah mencapai nishab. Tujuan dari
kebijakan fiskal dalam islam adalah untuk menciptakan stabilitas
ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan
pendapatan, ditambah dengan tujuan lain yang terkandung dalam aturan
Islam yaitu Islam menetapkan pada tempat yang tinggi akan terwujudnya
persamaan dan demokrasi sesuai dengan QS. 59:7, yang artinya : “Apa
saja harta rampasan (fa’i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk
Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”
Ekonomi Islam akan dikelola untuk membantu dan mendukung
ekonomi masyarakat yang terbelakang dan untuk memajukan serta
menyebarkan ajaran islam seluas mungkin. Masih menurut Majid, dalam
18

mencapai tujuan pembangunan ekonomi ada beberapa instrument yang


digunakan, yaitu: Penggunaan kebijakan fiskal dalam menciptakan
kesempatan kerja, hal ini mungkin saja apabila investasi tidak hanya
digunakan untuk menutupi kesenjangan antara pendapatan nasional
dengan pengeluaran konsumsi agregat, maka harapan yang tinggi
terhadap tingkat keuntungan dapat dicukupi dengan mengajak para
pengusaha untuk ikut membuka investasi baru yang akan menyerap
banyak tenaga kerja.
Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menari beban
atas harta yang menganggur, sehingga akan mendorong masyarakat
untuk menginvestasikan dananya lewat tabungan atau deposito dengan
tanpa menggunakan tingkat bunga tetapi melalui bagi hasil, semua ini
akan merangsang para pengusaha karena dalam berusaha tidak akan
terbebani oleh beban bunga yang tinggi.
3. Kebijakan Lain
a. Peningkatan Produksi.
Meski jumlah uang beredar bertambah jika di iringi dengan
peningkatan produksi, maka tidak akan menyebabkan inflasi.
Bahkan hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
ekonomi.
b. Kebijakan Upah.
Inflasi dapat diatasi dengan menurunkan pendapatan yang siap
dibelanjakan (disposable income) masyarakat.
c. Pengawasan Harga.
Kecenderungan dinaikkannya harga oleh pengusaha dapat diatasi
dengan adanya pengawasan harga pasar.
4. Perbaikan Prilaku Masyarakat dalam Mengatasi Inflasi,
Selain kebijakan-kebijakan di atas perlu adanya perbaikan prilaku
masyarakat. sesungguhnya stabilitas nilai mata uang tidak didasarkan
kepada zat mata uang, sehingga berefek pada tindakan revolusioner yang
mengubah seluruh zat mata uang dari kertas ke logam mulia emas dan
19

perak, melainkan dengan perbaikan perilaku ekonomi manusia yang


berada di sekitar mata uang tersebut.
Ciri kerusakan mata uang dînâr-dirham dan mata uang kertas adalah
sama, yakni sama-sama diakibatkan oleh perilaku ekonomi yang
destruktif. Mata uang dînâr-dirham pernah rusak karena penimbunan dan
pemalsuan, sedangkan mata uang kertas pernah rusak karena pembungaan
dan spekulasi. Krisis moneter di akhir tahun sembilan puluhan dan krisis
global yang terjadi baru-baru ini, bersumber dari pembungaan dan
spekulasi tersebut.

Sedangkan menurut M. Hatta setidaknya ada tujuh kebijakan


moneter Islam yang dapat mengendalikan inflasi baik secara langsung
maupun tidak langsung, yaitu: Dinar dan dirham sebagai mata uang,
hukum jual beli mata uang asing, hukum pertukaran mata uang, hukum
bunga, hukum pasar modal, hukum perbankan, hukum pertukaran
internasional, dan otoritas kebijakan moneter.
20
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan
harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi
tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara
bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara berkesinambungan
dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak
ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan-penyimpangan yang
menyebabkan terjadinya inflasi tersebut. Inflasi digolongan menjadi dua
golongan, yaitu natural inflation dan human error inflation. Karenanya,
hendaklah masyarakat bisa menjaga (hedging) terhadap harta kekayaannya
dengan cara yang bijaksana, tidak berprilaku boros dan hidup dalam
kesederhanaan.

B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran
mengenai inflasi dalam pandangan Islam yakni, karena di Islam tidak
mengenal istilah inflasi, karena mata uangnya stabil dengan digunakannya
mata uang dinar dan dirham. Maka harusnya Indonesia bisa menerapkan
sistem perekonomian seperti ini agar dapat menghindari bahkan
meniadakan masalah inflasi dalam negara.

20
DAFTAR PUSTAKA

Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana.


Murni, Asfia. 2016. Ekonomika Makro Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.
http://e-journal.uajy.ac.id/109/3/2EP17427.pdf

Anda mungkin juga menyukai