Anda di halaman 1dari 36

INFLASI DAN PENGANGGURAN DALAM EKONOMI ISLAM

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas pada


Mata Kuliah Ekonomi Makro Syariah

DOSEN PENGAMPU:
Samsul, S.A.B., M.A.

OLEH:
Kelompok 4
- Ismatul Husnah (90500120058)
- Nurhayati (90500120056)
- Febianil (90500120057)
- Muh. Fadel Arkam (90500120059)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa melimpahkan rahmat

dan hidayahnya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam

menjalankan aktivitas sehari-hari. Kami juga panjatkan kehadirat Allah SWT.

Karena dengan kehadiratnya makalah dengan judul “Inflasi dan Pengangguran

dalam Ekonomi Islam” ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada bapak Samsul,

S.A.B., M.A. selaku dosen pengajar disela-sela rutinitasnya namun tetap

meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk, dorongan, saran dan arahan

sejak rencana pembuatan hingga selesainya penulisan makalah ini.

Kami menyadari tentang keterbatasan kemampuan dan pemahaman kami

tentang materi Inflasi dan Pengangguran dalam Ekonomi Islam ini menjadikan

keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang

makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, April 2022

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian Inflasi ......................................................................................... 3
B. Inflasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam ..................................................... 4
C. Perbandingan Teori Inflasi Dalam Perspektif Islam Dan Konvensional ..... 6
D. Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran ................................................. 17
E. Cara Mengatasi Inflasi Dalam Islam .......................................................... 17
F. Pengangguran Dalam Ekonomi Islam ........................................................ 20
G. Solusi Islam Terhadap Masalah Ketenagakerjaan ..................................... 25
H. Membangun Paradigma Ekonomi Islam Untuk Penanggulangan
Pengangguran ............................................................................................. 26
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 31
A. Kesimpulan ................................................................................................ 31
B. Saran ........................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya, ekonomi Islam bertujuan untuk mencapai falah atau

dapat dikatakan juga untuk mencapai kesejahteraan umat. Dengan adanya

inflasi, maka tujuan untuk mensejahterakan umat semakin sulit dicapai. Maka

dari itu untuk mengatasi permasalahan inflasi yang dapat menyulitkan Islam

untuk mencapai tujuannya.

Pengangguran merupakan sebutan dari mereka yang tidak memiliki

pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Penganguran adalah suatu keadaan

dimana seseorang tergolong ke dalam angkatan kerja yang ingin mendapatkan

pekerjaan, namun mereka belum memperoleh pekerjaan tersebut.

Pengangguran dari masa ke masa merupakan sebuah keniscayaan yang

tidak bisa dihindari, karena hal itu merupakan sunatullah. Namun bukan

berarti manusia tidak bisa mengantisipasinya. Pengangguran bukanlah kodrat

Ilahi yang tidak bisa dirubah. Pengangguran itu terjadi disebabkan oleh

kesalahan manusia sendiri. Allah SWT telah memberikan kekayaan alam yang

melimpah dan akal yang tak ternilai harganya, hanya saja bagaimana manusia

mempergunakan kedua anugerah tersebut dengan baik dan benar.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang Inflasi dan Pengangguran dalam

Ekonomi Islam pada sub bab di atas, maka rumusan masalah yang dapat

disajikan dalam pertanyaan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Perbandingan Teori Inflasi dalam Perspektif Islam dan

Konvensional?

2. Apa Pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran?

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan dari

pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Perbandingan Teori Inflasi dalam Perspektif Islam dan

Konvensional.

2. Untuk mengetahui Pengaruh Inflasi terhadap Pengangguran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Inflasi

Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari

barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Definisi

inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari

jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter) terhadap

barangbarang/komoditas dan jasa.

Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi di definisikan sebagai

kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. Menurut

Rahardja dan Manurung, inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang

yang bersifat umum dan terus-menerus. Sedangkan menurut Sukirno, inflasi

adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan

bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar.

Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik untuk

dibahas terutama oleh pemerintah berkaitan dengan dampaknya yang luas

terhadap makro ekonomi secara agregat: pertumbuhan ekonomi, stabilitas

ekonomi, daya saing, tingkat bunga, dan bahkan distribusi pendapatan. Inflasi

juga berperan dalam mempengaruhi mobilisasi dana lewat lembaga keuangan

formal.

3
Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah

karena hal itu sangat sukar untuk dicapai. Yang paling penting adalah menjaga

agar tingkat inflasi tetap rendah. Inflasi yang moderat ini adalah inflasi yang

rendah, yaitu antara 0-4 persen, ada juga yang membatasinya dengan inflasi

satu digit.

Menurut Friedman, inflasi ini dapat juga dikatakan sebagai fenomena

moneter karena inflasi menyebabkan penurunan nilai unit penghitungan

moneter terhadap suatu komoditas ataupun jasa. Untuk lebih memahami

tentang inflasi, berikut akan dipaparkan mengenai definisi, penyebab inflasi,

teori inflasi dalam perspektif konvensional dan Islam, dampak dari inflasi

serta strategi dan kebijakan dalam mengendalikan inflasi.

B. Inflasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam

Dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang

dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan

dibenarkan oleh Islam. Adhiwarman Karim mengatakan bahwa, Syekh An-

Nabhani memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang sesuai itu

adalah dengan menggunakan emas. Ketika Islam melarang praktek

penimbunan harta, Islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas

dan perak, padahal harta itumencakup semua barang yang bisa dijadikan

sebagai kekayaan1 (Hariyanto, 2019).

1Hariyanto, M. (2019). Perspektif Inflasi Dalam Ekonomi Islam. Al-Mizan : Jurnal Ekonomi Syariah, 2(2),
79–95.

4
Inflasi dalam dunia ekonomi memberi pengaruh negatif terhadap daya

beli dan tingkat kesejahteraan masyarakat secara luas. Hal ini dikarenakan

inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi,

investasi, kenaikan biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan

di masa yang akan datang.

Terjadinya inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak,

suku bunga riil, pendapatan masyarakat akan terganggu, menghambat

investasi, dan ketidakpastian stabilitas ekonomi. Maka dari itu, mengatasi

inflasi merupakan salah satu sasaran utama kebijakan moneter.

Permasalahan tersebut juga menimbulkan reaksi para ahli ekonomi

Islam, dimana ekonomi Islam dipercaya dapat mengatasi inflasi dengan

mengubah perilaku masyarakat dan pemimpin negeri. Selain itu juga dapat

diatasi dan bahkan dihilangkan jika menggunakan sistem uang yang berbasis

pada dinar dan dirham. Karena emas dan perak secara riil sangat stabil, dan

tidak dapat diproduksi seenaknya. Karena dinar dan dirham sangat tergantung

kepada persediaan emas dan perak.

Maka dari itu dalam ekonomi Islam istilah inflasi tidak menjadi

masalah utama dalam ekonomi secara agregat, karena mata uang yang dipakai

adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan

dibenarkan oleh Islam, namun dinar dan dirham di sini adalah dalam artian

yang sebenarnya yaitu yang dalam bentuk emas maupun perak bukan dinar

dan dirham yang sekedar nama.

5
Pada zaman kerajaan Byzantium mereka berusaha keras

mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditasnya sebanyak

mungkin ke negara-negara lain dan mencegah impor agar dapat

mengumpulkan emas sebanyak-banyaknya. Kemudian yang terjadi adalah

kenaikaan tingkat harga komoditasnya sendiri.

Awal inflasi mata uang dinar dimulai bahkan ketika Irak sedang berada

dalam puncak kejayaannya. Revolusi harga di Eropa terjadi sepanjang abad,

pola kenaikan tingkat harga pertama kali tampak di Italia dan Jerman sekitar

tahun 1470 M. Inflasi kemudian menyerang ke negara-negara Eropa lainnya

dalam beberapa tahapan. Pada tahun 1870, Perancis juga mengalami inflasi.

Diduga ada hubungan besar antara kenaikan tingkat inflasi dengan kenaikan

produksi emas.

C. Perbandingan Teori Inflasi Dalam Perspektif Islam Dan Konvensional

Masalah inflasi adalah masalah yang selalu terjadi dalam suatu Negara,

bukan hanya di Negara maju tetapi juga di Negara berkembang. Inflasi juga

terjadi di Negara kita sendiri (Indonesia). Hal ini ditandai dengan naiknya

harga-harga kebutuhan pokok. Hal ini jelas berdampak pada pola konsumsi

masyarakat2 (Fadilla, 2017 : 1).

1. Teori Inflasi Dalam Perspektif Islam

a. Penyebab Inflasi dalam Islam

2 Fadilla. (2017). Perbandingan Teori Inflasi Dalam Perspektif Islam. Islamic Banking, 2(2), 1–14.

6
Dengan mengemukakan berbagai fakta bencana kelaparan yang

pernah terjadi di Mesir, Al-Maqrizi menyatakan behwa peristiwa

inflasi merupakan sebuah fenomena alam yang menimpa kehidupan

seluruh masyarakat di seluruh dunia sejak masa dahulu hingga

sekarang (Fadilla, 2017 : 2).

Menurutnya, inflasi terjadi karena harga-harga seara umum

mengalami kenaikan dan berlangsung terus menerus. Al-Maqrizi

mengungkapkan bahwa sejatinya inflasi tidak terjadi karena faktor

alam saja melainkan karena faktor kesalahan manusia. Sehingga faktor

penyebabnya, Al-Maqrizi menegaskan bahwa inflasi terbagi menjadi 2

(dua), yaitu :

1) Faktor Alamiah (Natural Inflation)

Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini disebabkan karena

bergagai faktor alamiah yang tidak bisa dihindari umat manusia.

Menurut Al-Maqrizi ketika suatu bencana alam terjadi, berbagai

bahan makanan dan hasil bumi lainnya mengalami penurunan yang

sangat drastis dan terjadi kelangkaan. Di lain pihak, karena sifatnya

yang sangat signifikan dalam kehidupan, permintaan terhadap

barang itu mengalami peningkatan. Harga-harga membumbung

tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat.

Al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi

yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran Agregatif (AS) atau

7
naiknya Permintaan Agregatif (AD). Natural Inflation dapat

diartikan sebagai :

a) Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi

dalam suatu perekonomian.

b) Naiknya daya beli masyarakat secara rill.

Maka dari itu, Natural Inflation akan dapat dibedakan

penyebabnya menjadi 2 (dua) golongan yaitu sebagai berikut :

a) Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak,

dimana export mengalami peningkatan sedangkan impor

mengalami penurunan. Sehingga net export niainya sangat

besar, maka mengakibatkan naiknya permintaan Agregatif.

b) Akibat dari turunnya tingkat produksi karena terjadinya

pacekelik, perang, ataupun embargo dan boycott.

2) Inflasi karena kesalahan Manusia (Human Error Inflation)

Selain karena faktor alami, inflasi juga disebabkan oleh

kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini juga

terdapat dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rum : 41 yang artinya “Telah

tampaklah kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan

sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke

jalan yang benar)”.

8
Menurut Al-Maqrizi inflasi yang terjadi akibat kesalahan

manusia antara lain korupsi dan administrasi yang buruk, pajak

yang berlebihan dan peningkatan sirkulasi mata uang fulus.

a) Korupsi dan Administrasi yang Buruk

Al-Maqrizi menyatakan bhawa pengangkatan para

pejabat pemerintah yang berdasarkan pemberian suap, dan

bukan kapabilitas, akan menempatkan orang-orang yang tidak

mempunyai kredibilitas pada berbagai jabatan penting dan

terhormat, baik di kalangan legislatif, yudikatif, maupun

eksklusif.

Mereka rela menggadaikan seluruh harta miliknya

sebagai kompensasi untuk meraih jabatan yang diinginkan serta

kebutuhan sehari-hari sebagai kompensasi untuk meraih

jabatan yang diinginkan serta kebutuhan sehari-hari sebagai

pejabat. Akibatnya, para pejabat pemerintah tidak lagi bebas

dari intervensi dan intrik para kroni istana.

Mereka tidak hanya mungkin disingkirkan setiap saat

tetapi justru disita kekayaannya, bahkan dieksekusi. Kondisi

ini, selanjutnya sangat mempengaruhi moral dan efisiensi

administrasi sipil dan militer. Ketika berkuasa, para pejabat

tersebut mulai menyalahgunakan kekuasaan untuk meraih

kepentingan pribadi, baik untuk memenuhi kewajiban

finansialnya maupun untuk kemewahan hidup.

9
Mereka berusaha untuk mengumpulkan harta sebanyak

banyaknya dengan menghalalkan segala cara. Merajalelanya

ketidakadilan para pejabat tersebut telah membuat kondisi

rakyat semakin memprihatikan. Akibatnya, terjadi penurunan

drastis jumlah penduduk dan tenaga kerja serta hasil-hasil

produksi yang sangat berimplikasi terhadap penurunan

penerimaan pajak dan pendapatan Negara.

b) Pajak yang Berlebihan

Menurut Al-Maqrizi, akibat dominasi para pejabat

bermental korup dalam suatu pemerintahan, pengeluaran

negara mengalami peningkatan yangn sangat drastis. Sebagai

kompensasinya, mereka menerapkan sistem perpajakan yang

menindas rakyat dengan memberlakukan berbagai pajak baru

serta menaikan tingkat pajak yang sudah ada. Hal ini sangat

mempengaruhi kondisi para petani yang merupakan kelompok

mayoritas dalam masyarakat.

Para pemilik tanah yang ingin selalu berada dalam

kesenangan akan melimpahkan beban pajak kepada para petani

melalui peningkatan biaya sewa tanah. Karena tertarik dengan

hasil pajak yang sangat menjanjikan, tekanan para pejabat dan

pemilik tanah terhadap para petani menjadi lebih besar dan

intensif.

10
Frekuensi berbagai pajak untuk pemeliharaan

bendungan dan pekerjaan-pekerjaan yang serupa semakin

meningkat. Konsekuensinya, biaya-biaya untuk penggarapan

tanah, penaburan benih, pemungutan hasil panen, dan

sebagainya meningkat. Dengan kata lain, panen padi yang

dihasilkan pada kondisi ini membutuhkan biaya yang lebih

besar hingga melebihi jangkauan para petani.

c) Peningkatan Sirkulasi Mata Uang Fulus

Pada awalnya uang fulus yang mempunyai nilai

instrintik jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai

nominalnya dicetak sebagai alat transaksi untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari hari yang tidak signifikan. Oleh sebab

itu, jumlah mata uang ini hanya sedikit yang terdapat dalam

peredaran.

Ketika terjadi defisit anggaran sebagai akibat dari

perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan uang negara

untuk berbagai kepentingan pribadi dan kelompoknya,

pemerintah melakukan pencetakan uang fulus secara besar-

besaran. Menurut Al-Maqrizi, kegiatan tersebut semakin

meluas pada saat ambisi pemerintah untuk memperoleh

keuntungan yang besar dari percetakan mata uang yang tidak

membutuhkan biaya produksi tinggi yang tidak terkendali.

11
Keadaan ini menempatkan fulus sebagai standar nilai

bagi sebagian besar barang dan jasa. Kebijakan pencetakan

fulus secara besar-besaran, menurut Al-Maqrizi, sangat

mempengaruhi penurunan nilai mata uang secara drastis.

Akibatnya, uang tidak lagi bernilai dan harga-harga

membumbung tinggi yang pada gilirannya menimbulkan

kelangkaan bahan makanan.

Kedua faktor penyebab timbulnya inflasi ini baik natural

maupu human error inflation berawal dari keinginan manusia untuk

mendapatkan alat pemuas kebutuhan dalam jumlah yang melebihi

kemampuannya, sehingga pada akhirnya akan bermuara pada

terjadinya ketidakseimbangan, kelangkaan dan kenaikan harga.

b. Akibat Inflasi

Menurut Ekonomi Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi

perekonomian karena beberapa hal :

1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap

fungsi tabungan, fungsi pembayaran dimuka dan fungsi unit

perhitungan. Akibat dari inflasi itu orang harus melepaskan diri

dari uang dan aset keuangan. Inflasi juga mengakibatkan terjadinya

inflasi kembali (self feeding inflation).

2) Melemahkan semangat masyarakat untuk menabung (turunya

MPS).

12
3) Meningkatkan kecenderungan berbelanj, terutama untuk barang

barang non premier dan mewah (naiknya MPC).

4) Mengarahkan investasi kepada hal-hal yang tidak produktif seperti

penumpukan kekayaan berupa tanah, bangunan, logam mulia, dan

mata uang asing serta mengorbankan investasi produktif seperti

pertanian, industri, perdagangan, dan transportasi.

Selain itu inflasi juga mengakibatkan masalah-masalah yang

berhubungan dengan akuntansi seperti :

1) Apakah penilaian terhadap aset tetap dan aset lancar dilakukan

metode biaya historis atau biaya actual.

2) Pemeliharaan modal rill dengan melakukan isolasi keuntungan

inflasioner.

3) Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi

operasi untuk mendapatkan kebutuhan waktu dan tempat.

2. Teori Inflasi Secara Konvensional

Ada beberapa istilah dalam beberapa buku ekonomi pada

umumnya. Pada buku Nopirin diungkapkan bahwa Inflasi adalah proses

kenaikan harga-harga secara terus menerus. Inflasi adalah suatu keadaan

dimana terjadi kenaikan harga-harga secara umum (Fadilla, 2017 : 9).

a. Jenis-Jenis Inflasi

Jenis inflasi terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan asal,

sebabnya dan tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut :

1) Berdasarkan Sebab

13
a) Demand-pull Inflation

Inflasi ini bermula dari kenaikan penerimaan total

(aggregate demand), sedangkan produksi telah berada dalam

keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati

kesempatan kerja penuh.

b) Cost-push Inflation

Berbeda dengan demand pull inlflation, cost-push

inflation biasanya ditandai dengan kanaikan harga serta

turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi.

Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa

faktor diantaranya :

- Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut

kenaikan upah.

- Suatu industri yang sifatnya monopolistis.

- Kenaikan harga bahan baku industri.

- Mixed Inflation.

2) Berdasarkan Asal

a) Domestik Inflation

Inflasi ini adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri.

Inflasi ini terjadi karena pengaruh kejadian ekonomi yang

terjadi di dalam negeri, misalnya terjadinya deficit anggaran

belanja negara secara terus menerus yang diatasi dengan

mencetak uang.

14
b) Imported Inflation

Inflasi ini adalah inflasi yang tertular dari luar negeri.

Inflasi ini terjadi karena kenaikan harga-harga barang ekspor

seperti teh dan kopi di luar negeri (negara tujuan ekspor).

3) Menurut Tingkat Keparahannya

a) Inflasi Ringan (tingkatanya masih di bawah 10% setahun).

b) Inflasi Sedang (tingkatannya masih diantara 10% - 30%

steahun).

c) Inflasi Berat (tingkatannya masih diantara 30% - 100%

setahun).

d) Hiper Inflasi (keparahannya berada du atau 100% setahun).

b. Dampak Inflasi Terhadap Kegiatan Ekonomi Masyarakat

1) Terhadap Konsumen

Inflasi menyebabkan harga-harga barang yang dikonsumsi

naik, sementara pendapatan masyarakat tidak mengalami kenaikan.

Hal ini berpengaruh pada pola konsumsi masyarakat antara lain :

a) Kuantitas barang yang dikonsumsi berkurang.

b) Peralihan merek dari barang yang dikonsumsi.

2) Terhadap Produsen

Dampak inflasi terhadap produsen terlihat pada keinginan

memproduksi yang menjadi menurun, hal ini dikarenakan :

a) Kenaikan harga barang baku.

15
b) Tingkat bunga mengakibatkan perusahaan kesulitan

memperluas produksi.

c) Munculnya suatu sikap dari produsen spekulatif.

3) Terhadap Distribusi

Dampak inflasi terhadap kegiatan pendistribusian

pendapatan masyarakat menjadi terganggi, karena orang

berpenghasilan tetap secara rill pendapatannya mengalami

kemerosotan.

Secara pengertian inflasi menurut ekonomi Islam maupun

konvensional sama. Inflasi adalah kenaikan harga secara terus-menerus dalam

jangka waktu tertentu. Walaupun secara pengertian sama namun pembagian

inflasi dalam ekonomi Islam dan konvensional mengandung pengertian yang

berbeda. Perspektif Islam memandang bahwa inflasi dibagi menjadi dua

berdasarkan sebabnya yaitu natural inflationdan human error inflation.

Sedangkan dalam perspektif ekonomi konvensional inflasi dibedakan menjadi

tiga (3) yaitu berdasarkan sebab, asal dan tingkat keparahannya.

Untuk menanggulangi dampak inflasi ekonomi Islam menganjurkan

agar melakukan pergantian mata uang kertas (fulus) menjadi emas dan perak

kembali serta pelarangan impor yang berlebihan agar tidak mencekik produsen

dalam negeri sendiri. Adapun solusi yang ditawarkan oleh ekonomi konven

antara lain menerapkan kebijakan moneter, fiskal dan non moneter.

16
D. Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran

Pengaruh negatif inflasi terhadap pengangguran dari analisis regresi

sederhana menunjukkan adanya fenomena kurva Philips dalam perekonomian

negara-negara Islam. Artinya, kenaikan tingkat inflasi dapat menurunkan

tingkat pengangguran dan mestinya hal sebaliknya juga berlalu. Pada analisis

regresi berganda, secara parsial, tingkat inflasi berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi, dengan koefisien regresi bernilai negatif.

Artinya, kenaikan tingkat inflasi akan mengurangi pertumbuhan

ekonomi Negara negara Islam. Juga, tingkat pengangguran, secara parsial

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara Islam.

Secara simultan, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran berpengaruh

negative terhadap pertumbuhan ekonomi yang secara statisti berarti tidak

signifikan3 (Fuadi, 2019 : 39).

E. Cara Mengatasi Inflasi Dalam Islam

Pada dasarnya, ekonomi Islam bertujuan untuk mencapai falah atau

dapat dikatakan juga untuk mencapai kesejahteraan umat. Dengan adanya

inflasi, maka tujuan untuk mensejahterakan umat semakin sulit dicapai. Maka

dari itu untuk mengatasi permasalahan inflasi yang dapat menyulitkan Islam

untuk mencapai tujuannya. Pendekatan Islam dalam mengatasi inflasi, Islam

mendorong pemerintah untuk melakukan kebijakan penanggulangan inflasi

dengan cara sebagai berikut:


3 Fuadi. (2019). Fakultas Agama Islam (FAI). Pedagogik, 6(1), 1–107.

17
1. Himbauan moral, dengan cara menghimbau masyarakat untuk hemat

dalam berbelanja.

2. Mendorong peningkatan produksi dalam negeri

3. Subsidi langsung kepada masyarakat, seperti BLT (Bantuan Langsung

Tunai)

4. Perbaikan Infrastruktur, seperti jalan dan lainnya.

5. Membuat Regulasi (aturan) yang mendorong pertumbuhan ekonomi

masyarakat kecilInflasi yang terus menerus, apalagi yang cukup tinggi

harus diatasi dengan mengambil kebijakan-kebijakan sebagai berikut:

a. Kebijakan moneter

Mengatasi inflasi merupakan salah satu sasaran dari kebijakan

moneter yang diatur oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia sebagai

bank sentral melakukan pengaturan jumlah uang yang beredar di

masyarakat. Dengan memperbaiki sistem moneter yang ada,

diharapkan peredaraan uang di masyarakat akan sesuai porsinya dan

inflasi yang terjadi hanya pada batas wajar, atau tidak mencapai

hyperinflation.

b. Kebijakan Fiskal

Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan

kebijakan moneter. Ada tiga cara yang dilakukan sebagai berikut:

1) Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

18
2) Menaikkan tarif pajak. Jika tarif pajak dinaikkan tentu uang yang

dapat dibelanjakan oleh masyarakat semakin berkurang, sehingga

harga akan menurun.

3) Mengadakan pinjaman pemerintah. Pelaksanaannya dapat

dilakukan secara otomatis tanpa kompromi terlebih dahulu

misalnya agar uang tidak terlalu banyak beredar.

c. Kebijakan Non Moneter cara ini bisa ditempuh dengan tiga cara, yaitu:

1) Menaikkan hasil produksi, sekalipun jumlah uang beredar

bertambah.

2) Kebijaksanaan upah. Pemerintah menganjurkan kepada serikat-

serikat buruh untuk tidak menuntut kenaikan upah selagi masih

terjadi inflasi tanpa dibarengi dengan peningkatan produksi.

3) Pengawasan harga, agar harga barang tidak terlalu naik,

pemerintah dapat melakukan pengawasan dan kalau perlu

menetapkan harga. Langkah lain untuk mengatasi inflasi adalah

dengan melakukan sanering yaitu dengan cara menurunkan nilai

nominal rupiah4 (Awaluddin, 2017 : 204-205).

d. Menerapkan strategi Dues Idle Fund (Pajak terhadap dana

menganggur).

4 Awaluddin, A. (2017). Inflasi Dalam Prespektif Islam (Analisis Terhadap Pemikiran Al-Maqrizi). JURIS
(Jurnal Ilmiah Syariah), 16(2), 197.

19
Ini merupakan Instrumen kebijakan Moneter Islam yang dilakukan

Bank Indonesia, yaitu Giro Wajib Minimum (GWM) pada BI yang besarnya

ditetapkan oleh BI berdasarkan presentase tertentu dari dana pihak ketiga.

Dana pihak ketiga adalah berbentuk giro wadiah, tabungan mudharabah,

deposito investasi mudharabah, sertifikat investasi mudharabah antarbank

syariah (Sertifikat IMA), dan Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI)5

(Mulyani, 2020 : 276).

F. Pengangguran Dalam Ekonomi Islam

Pengangguran merupakan sebutan dari mereka yang tidak memiliki

pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Penganguran adalah suatu keadaan

dimana seseorang tergolong ke dalam angkatan kerja yang ingin mendapatkan

pekerjaan, namun mereka belum memperoleh pekerjaan tersebut. Kategori

pengangguran yaitu mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja,

adapun usia kerja biasanya di atas usia anak-anak dimana seseorang bukan

dalam masa sekolah.

Tingkat pengangguran terbuka diartikan sebagai persentase jumlah

pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Faktor utama penyebab

terjadinya pengangguran yaitu kurangnya pengeluaran agregat. Dimana

pengusaha memproduksi barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan.

Semakin tinggi permintaan maka akan semakin besar produk yang dihasilkan

5 Mulyani, R. (2020). Inflasi dan Cara Mengatasinya dalam Islam. Jurnal Studi Islam Dan Sosial, 1(2), 267–
278.

20
sehingga perusahaan akan meningkatkan produksinya dan akan membutuhkan

tenaga kerja tambahan6 (Aswad, 2021 : 5).

Dalam islam, kerja adalah suatu prinsip: bahwa setiap orang islam

diperintahkan untuk bekerja. Orang yang tidak bekerja akan mendapatkan

dirinya bergantung pada bantuan orang lain, yang berarti menempatkan tangan

mereka “dibawah” tangan-tangan orang lain. Dengan tidak bekerja dia juga

telah menyia-nyiakan tangannya yang merupakan sumber daya dan sekaligus

harta yang perlu dimanfaatkan. Ini berarti dia telah melakukan pentafsiran atas

sumber daya/harta yang ada padanya dan dikecam oleh Allah SWT,

sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya dalam Al-quran yang

mengatakan hal ini sebagai kawan setan.

Berdasarkan pada paparan di atas, maka jelas sekali bahwa

pengangguran adalah sosok yang tidak memiliki income penghasilan sama

sekali, sehingga orang seperti itu dapat dikategorikan atau dapat disejajarkan

sebagai orang fakir atau miskin dan mereka patut dimasukan ke dalam delapan

golongan yang berhak menerima zakat dan pantas untuk dibantu. Sehingga

bagi orang Islam yang mempunyai kelebihan harta wajib mendistribusikan

sebagian rizkinya untuk meringankan beban orang lain, bahkan Allah

mengecam orang kaya yang tidak mau berbagi hartanya dengan memasukkan

mereka sebagai pendusta agama.

6Aswad, M. (2021). Asy Syar’iyyah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam – ISSN 2089-7227 (p) 2598-
8522 (e). Asy Syar’iyyah: Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Perbankan Islam, 6(1), 1–22.

21
Meskipun dalam Islam terdapat ajaran saling berbagi rizki antara

kelompok kaya dan miskin, tetapi Islam tidak menghendaki seseorang

menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Oleh karena itu, Islam

mengecam manusia yang malas berusaha dan bekerja kecuali jika terdapat

alasan syar’i. Islam memberikan toleransi terhadap tiga golongan yang boleh

meminta-minta. Pertama, seseorang yang menanggung hutang orang lain

sampai iamelunasinya. Kedua, seseorang yang ditimpa musibah yang

menghabiskan hartanya, sampai ia mendapatkan sandaran hidup. Ketiga,

seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup, sampai mendapatkan sandaran

hidup.

Pengangguran dari masa ke masa merupakan sebuah keniscayaan yang

tidak bisa dihindari, karena hal itu merupakan sunatullah. Namun bukan

berarti manusia tidak bisa mengantisipasinya. Pengangguran bukanlah kodrat

Ilahi yang tidak bisa dirubah. Pengangguran itu terjadi disebabkan oleh

kesalahan manusia sendiri. Allah SWT telah memberikan kekayaan alam yang

melimpah dan akal yang tak ternilai harganya, hanya saja bagaimana manusia

mempergunakan kedua anugerah tersebut dengan baik dan benar. Secara

umum, adanya pengangguran disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja

Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih

besar daripada kesempatan kerja yang tersedia, tetapi kondisi sebaliknya

sangat jarang terjadi. Angkatan kerja membutuhkan lapangan pekerjaan,

namun umumnya baik di negara berkembang maupun negara maju, laju

22
pertumbuhan penduduknya lebih besar dari pada laju pertumbuhan

lapangan kerjanya. Oleh karena itu, dari sekian banyak angkatan kerja

tersebut, sebagian tidak bekerja atau menganggur.

2. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga

terdidik tidak seimbang

Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar

daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Mengapa

bisa demikian, alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat

pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat, sesuai dengan pendidikan yang

dibutuhkan oleh penyedia lapangan pekerjaan.

Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja

yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia. Keadaan

yang demikian menyebabkan jumlah pengangguran tetap tinggi karena

tidak ada titik temu antara pencari kerja dengan pekerjaan yang tersedia.

3. Pertumbuhan ekonomi non riel

Salah satu aspek untuk melihat kinerja perekonomian adalah

seberapa efektif penggunaan sumber-sumber daya yang ada sehingga

lapangan pekerjaan merupakan concern dari pembuat kebijakan. Angkatan

kerja merupakan jumlah total dari pekerja dan pengangguran, sedangkan

pengangguran merupakan persentase angkatan kerja yang menganggur.

Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran memiliki hubungan yang

erat karena penduduk yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan

barang dan jasa sedangkan pengangguran tidak memberikan kontribusi.

23
Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh terciptanya lapangan

pekerjaan yang baru. Ketika ekonomi tumbuh, berarti terdapat

pertumbuhan produksi barang dan jasa. Ketika hal ini terjadi maka

kebutuhan akan tenaga kerja untuk memproduksi barang dan jasa pun akan

bertambah.

4. Sistem riba dan bunga

Menurut pandangan kebanyakan manusia, pinjaman dengan sistem

bunga akan mampu membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi

masyarakat. Anggapan tersebut telah menjadi keyakinan kuat hampir

setiap orang, baik ekonom, pemerintah maupun praktisi. Keyakinan kuat

itu juga terdapat pada inetelektual muslim terdidik yang tidak berlatar

belakang pendidikan ekonomi Islam7 (Subhan, 2018 : 155-158).

Oleh karena itu semua potensi yang ada harus dimanfaatkan untuk

mencari, menciptakan dan menekuni pekerjaan. Muhammad Al-bahi,

sebagaimana yang telah dikutif oleh mursi mengatakan bahwa ada tiga

unsur penting untuk menciptakan kehidupan yang positif dan produktif,

yaitu :

a. Mendayagunakan seluruh potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah

SWT kepada kita untuk bekerja, melaksanakan gagasan dan produksi.

b. Bertawakal kepada Allah berlindung dan meminta pertolongan kepada-

Nya ketika melakukan suatu pekerjaan.

7 Subhan, M. (2018). Pengangguran Dan Tawaran Solutif Dalam Perspektif Islam. JES (Jurnal Ekonomi
Syariah), 3(1), 22–33.

24
Percaya kepada Allah bahwa Allah mampu menolak bahaya, dan

kesombongan yang memasuki lapangan pekerjaan. Bermalas-malasan atau

menganggur akan memberikan dampak negatif langsung kepada

pelakunya serta akan mendatangkan dampak tidak langsung terhadap

perekonomian secara keseluruhan.

Dalam kaitannya dengan bidang pekerjaan yang harus dipilih,

islam mendorong umatnya untuk memproduksi dan menekuni aktivitas

ekonomi dalam segala bentuk seperti : pertanian, pengembalaan, berburu,

industri, perdagangan dan lain-lain. Islam tidak semata-mata hanya

memerintah untuk bekerja tetapi harus bekerja dengan lebih baik (insan),

penuh ketekunan dan profesional8 (P, 2014).

G. Solusi Islam Terhadap Masalah Ketenagakerjaan

Islam mewajibkan Negara menjalankan kebijakan makro dengan

menjalankan apa yang disebut dengan Politik Ekonomi Islam. . Politik

ekonomi Islam adalah penerapan berbagai kebijakan yang menjamin

tercapainya pemenuhan semua kebutuhan pokok (primer) tiap individu

masyarakat secara keseluruhan, disertai adanya jaminan yang memungkinkan

setiap individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelengkap (sekunder

dan tersier) sesuai dengan kemampuan mereka.

8 P, N. (2014). Bab ii kajian teori. Bab Ii Kajian Teori, 1, 9–34.

25
Dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, Islam

memperhatikan pemenuhan kebutuhan setiap anggota masyarakat dengan

fokus perhatian bahwa manusia diperhatikan sebagai individu (pribadi). bukan

sekedar sebagai suatu komunitas yang hidup dalam sebuah negara. Hal ini

berarti Islam lebih menekankan pada pemenuhan kebutuhan secara individual

dan bukan secara kolektif. Dengan kata lain, bagaimana agar setiap individu

masyarakat dapat memenuhi seluruh kebutuhan pokok sekaligus dapat

meningkatkan kesejahteraan mereka sehingga dapat memenuhi kebutuhan

pelengkap (sekunder dan tersier)9 (Sutjipto, 2003 : 428-429).

H. Membangun Paradigma Ekonomi Islam Untuk Penanggulangan

Pengangguran

Sistem perekonomian dalam Islam yang bebas bunga, kegiatan-

kegiatan ekonomi yang bersifat non-produktif seperti spekulasi kurang begitu

berarti karena diharamkannya penggunaan instrumen bunga dalam aktivitas

perekonomian. Sedemikian rupa sehingga dalam sistem ekonomi Islam,

permintaan akan dana untuk investasi merupakan bagian dari permintaan

transaksi total dan akan bergantung pada kondisi perekonomian dan laju

keuntungan yang diharapkan dan tidak ditentukan di depan.

Karena itu, variabel yang dipakai dalam suatu kebijakan ekonomi

dalam sistem perekonomian Islam adalah cadangan uang (stock of money)

daripada suku bunga. Dengan tidak adanya suku bunga, uang beredar dapat

9 Sutjipto, H. (2003). Solusi Islam Terhadap Masalah Ketenagakerjaan. Mimbar: Jurnal Sosial Dan
Pembangunan, XIX(4), 425–444.

26
diatur oleh Bank Sentral menurut kebutuhan sektor riil perekonomian dan

sasaran-sasarannya bisa menjangkau semua elemen masyarakat termasuk

golongan miskin melalui pembukaan lapangan pekerjaan.

Pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat dapat diatur untuk

merealisasikan sasaran kesejahteraan yang lebih luas dengan suatu laju

pertumbuhan yang optimal, tetapi realistis dalam konteks stabilitas harga.

Target dalam perkembangan ekonomi masyarakat akan dapat dicapai dengan

menghasilkan pertumbuhan yang diinginkan dalam high-powered money

melalui suatu kombinasi defisit fiskal dan pinjaman mudharabah oleh Bank

Sentral kepada lembaga-lembaga finansial.

Jadi, dengan dihapuskannya instrumen bunga dalam manajemen

ekonomi akan mengurangi salah satu sumber utama ketidakpastian dalam

perekonomian. Karena bunga adalah akar dari ketidakpastian dan

ketidakpastian adalah sumber utama inefisiensi ekonomi dan terutama akan

menyulitkan dalam melakukan forecasting. Secara sederhana, keuntungan dari

manajemen moneter bebas bunga antara lain:

1. Manajemen moneter bebas bunga akan membantu pertumbuhan yang lebih

sehat dalam uang beredar.

2. Manajemen moneter bebas bunga akan meminimalkan permintaan uang

untuk keperluan yang tidak esensial dan mubazir serta pembiayaan bagi

proyek-proyek yang meragukan dan sia-sia.

27
3. Manajemen moneter bebas bunga akan menimbulkan peningkatan dalam

aliran pembiayaan bagi tujuan-tujuan produktif disamping distribusinya

yang luas di kalangan sejumlah pelaku bisnis dan memperbaiki alokasi di

antara berbagai sektor ekonomi.

4. Instabilitas yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan dalam suku

bunga dan fluktuasi dalam pengeluaran agregat, akan dapat dikurangi

secara substansial.

Dengan demikian, sistem ekonomi bebas bunga akan menciptakan

suatu tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang akan

menimbulkan suatu dimensi yang sehat dalam perekonomian dengan

keterkaitan yang kuat antara sektor moneter dan sektor riil. Jika diamati fakta

yang berkembang sekarang ini, maka akan ditemukan fakta antara

pertumbuhan ekonomi dan keadilan distribusi seolah-olah terdapat kontradiksi

dan pertentangan.

Sebab persoalan utama dalam perekonomian adalah bagaimana

menjawab problem kelangkaan sebagai akibat ketidakseimbangan antara

kebutuhan masyarakat dengan faktor-faktor produksi yang tersedia (sumber

daya, modal, tenaga kerja dan manajemen). Kebutuhan dasar manusia

terbentang dari kebutuhan yang sifatnya individual (private goods) seperti

sandang, pangan dan papan, dan kebutuhan publik (public goods) seperti

pendidikan, kesehatan dan ilmu pengetahuan dan teknologi.

28
Dua bentuk kebutuhan tersebut merupakan sarana kehidupan yang tak

terelakkan. Untuk memastikan keseimbangan dua kebutuhan tersebut,

penggunaan dan penguasaan serta faktor-faktor produksi, serta proses

produksi harus berada dalam kerangka keadilan. Jika satu faktor meningkat,

maka faktor yang lain akan turun. Bagaimana sebenarnya posisi Islam terkait

hal ini?

Pandangan Islam tentang sumber daya berbeda dengan keyakinan dari

Prinsip Libertarian dan Rawlsian. Kaum Libertarian percaya bahwa sumber

daya alam itu tidak terbatas dan karenanya tidak penting untuk

dipertimbangkan dalam faktor pembangunan dan pendapatan nasional. Dua

faktor yang menentukan pembangunan dan pendapatan nasional adalah

sumber daya manusia atau tenaga kerja dan modal.

Sementara itu, Prinsip Rawls yang menjadi dasar bagi welfare state

meyakini sumber daya itu barang langka, namun tetap tidak diperhitungkan

dalam faktor-faktor pembangunan dan pendapatan nasional. Dengan demikian,

dua prinsip di atas pada hakikatnya sama-sama tidak menaruh kepedulian atas

faktor sumber daya sebagai bagian penting dalam menentukan kelanjutan

pembangunan dan pendapatan nasional.

Islam juga mengenal konsep tentang modal, yakni segala sesuatu yang

melibatkan campur tangan manusia dan penggunaan sumber daya alam dalam

proses produksi. Secara kategoris bahwa kekayaan hasil tangan manusia

sebagai modal dapat dibedakan secara bertingkat menjadi tiga tingkatan

sebagaimana dalam ungkapan Al-Qur'an: Al-Rizq: kekayaan/modal sebagai

29
faktor produksi yang masih mungkin di dalamnya terdapat unsur atau cara

memperoleh yang halal dan atau haram; Al-Fadl: kekayaan/modal sebagai

faktor produksi yang diusahakan melalui cara-cara yang halal, inilah yang

disebut sebagai “modal bebas korup”; dan Al-Thayyibah: kekayaan/modal

sebagai faktor produksi yang memiliki 3 indikator :

1. Dari segi substansinya ia tidak bercampur antara yang halal dan haram,

tidak membahayakan jiwa dan akal, dan banyak manfaatnya.

2. Dari segi cara memperolehnya halal.

3. Dari segi dampaknya, ia peduli pada kelestarian lingkungan, menjamin

kelangsungan keanekaragaman hayati, swasembada pangan, bebas polusi

udara dan air, dan sanitasi lingkungan. Inilah yang disebut sebagai “modal

bebas korup dan ramah lingkungan”.

Tiga hierarki modal di muka, memperkuat prinsip Al Qur'an tentang

pendayagunaan sumber daya alam dan lingkungan yang tidak dikenal dalam

prinsip keadilan manapun. Campur tangan manusia atas sumber daya sebagai

faktor produksi perlu memperhitungkan secara cermat ketersediaannya secara

lestari. Karena itu, modal sebagai intervensi manusia yang juga merupakan

faktor produksi mesti memasukkan pertimbangan cara-cara intervensi yang

benar dan memiliki dampak positif bagi lingkungan10 (Dalmeri, 2016 : 104-

106).

10 Dalmeri. (2016). Membangun Paradigma Baru Ekonomi Islam untuk Penanggulangan Pengangguran. Al-
Intaj, 2(2), 99–110.

30
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil

adalah sebagai berikut :

1. Secara pengertian inflasi menurut ekonomi Islam maupun konvensional

sama. Inflasi adalah kenaikan harga secara terus-menerus dalam jangka

waktu tertentu. Walaupun secara pengertian sama namun pembagian

inflasi dalam ekonomi Islam dan konvensional mengandung pengertian

yang berbeda. Perspektif Islam memandang bahwa inflasi dibagi menjadi

dua berdasarkan sebabnya yaitu natural inflationdan human error inflation.

Sedangkan dalam perspektif ekonomi konvensional inflasi dibedakan

menjadi tiga (3) yaitu berdasarkan sebab, asal dan tingkat keparahannya.

2. Pengaruh negatif inflasi terhadap pengangguran dari analisis regresi

sederhana menunjukkan adanya fenomena kurva Philips dalam

perekonomian negara-negara Islam. Artinya, kenaikan tingkat inflasi dapat

menurunkan tingkat pengangguran dan mestinya hal sebaliknya juga

berlalu. Pada analisis regresi berganda, secara parsial, tingkat inflasi

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan koefisien regresi

bernilai negatif.

31
B. Saran

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali

kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus

memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat

dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

32
DAFTAR PUSTAKA

Aswad, M. (2021). Asy Syar’iyyah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam –
ISSN 2089-7227 (p) 2598-8522 (e). Asy Syar’iyyah: Jurnal Ilmu Syari’ah
Dan Perbankan Islam, 6(1), 1–22.

Awaluddin, A. (2017). Inflasi Dalam Prespektif Islam (Analisis Terhadap


Pemikiran Al-Maqrizi). JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah), 16(2), 197.

Dalmeri. (2016). Membangun Paradigma Baru Ekonomi Islam untuk


Penanggulangan Pengangguran. Al-Intaj, 2(2), 99–110.

Fadilla. (2017). Perbandingan Teori Inflasi Dalam Perspektif Islam. Islamic


Banking, 2(2), 1–14.

Fuadi. (2019). Fakultas Agama Islam (FAI). Pedagogik, 6(1), 1–107.

Hariyanto, M. (2019). Perspektif Inflasi Dalam Ekonomi Islam. Al-Mizan : Jurnal


Ekonomi Syariah, 2(2), 79–95.

Mulyani, R. (2020). Inflasi dan Cara Mengatasinya dalam Islam. Jurnal Studi
Islam Dan Sosial, 1(2), 267–278.

P, N. (2014). Bab ii kajian teori. Bab Ii Kajian Teori, 1, 9–34.

Subhan, M. (2018). Pengangguran Dan Tawaran Solutif Dalam Perspektif Islam.


JES (Jurnal Ekonomi Syariah), 3(1), 22–33.

Sutjipto, H. (2003). Solusi Islam Terhadap Masalah Ketenagakerjaan. Mimbar:


Jurnal Sosial Dan Pembangunan, XIX(4), 425–444.

33

Anda mungkin juga menyukai