Anda di halaman 1dari 18

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN EKONOMI DALAM ISLAM

(Makalah)

Makalah Ini Dibuat dalam Rangka Tugas dan Dipresentasikan pada Mata Kuliah
Ekonomi Makro Islam

Disusun oleh

Firman Fadilah 1827102010012

Dosen Pengampu

Riskun Iqbal, M.Pd.I

PRODI S1 EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AN-NUR LAMPUNG
SEMESTER (IV) EMPAT 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang karena-Nya lah kita masih diberikan
kesehatan dan kesempatan untuk menjalankan segala kegiatan kita di ranah dunia
yang sementara ini. Juga karena rahmat-Nya kita selalu hidup dalam keridhoan-Nya.
Tak lupa pula marilah kita selalu limpahkan sholawat serta salam kita kepada Nabi
Muhammad SAW yang karena beliaulah kita senantiasa bisa menikmati indahnya
beragama Allah yaitu Islam yang ajaran-Nya dibawa olehnya dan disebarkan kepada
kita semua.
Kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman serta dosen yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah kami yang berjudul, “Kebijakan-
kebijakan dalam Ekonomi Islam” tepat pada waktunya tanpa ada halangan suatu
apapun.

Kami menyadari makalah yang kami selesaikan ini jauh dari kata
kesempurnaan. Seperti kata pepatah, “Tak Ada Gading Yang tak Retak”. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah yang akan kami susun selanjutnya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Riskun Iqbal, M.Pd.I,
selaku pengampu mata kuliah Ekonomi Makro Islam, yang telah membimbing kami
dalam penyusunan makalah ini. Kami mohon maaf apabila ada salah kata dan segala
salah dalam penyusunan makalah ini. Karena itulah kami memohon taufiq dan
petunjuk kepada Allah SWT, agar kiranya dihindarkan dari kesalahan dan kekeliruan.
Serta kami berharapa agar makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi semua
kalangan. Amin.
Sumberejo, 29 Mei 2020

i
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3

1.1 Latar Belakang................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................5

2.1 Pengertian Kebijakan Moneter.......................................................................5

2.2 Tujuan Kebijakan Moneter.............................................................................5

2.3 Instrumen-instrumen Kebijakan Moneter dalam Konvensional dan Syari’ah.


6

2.4 Mazhab Instrumen Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam......................9

2.5 Pengertian Kebijakan Fiskal.........................................................................10

2.6 Bentuk Kebijakan Fiskal...............................................................................11

2.7 Kebijakan Fiskal Masa Rasulallah................................................................11

2.8 Kebijakan Fiskal Masa Khulafaur Rasyidin.................................................12

BAB III PENUTUP....................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...................................................................................................15

3.2 Saran.............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia yang berkembang terus dengan jumlah penduduk yang semakin


banyak menimbulkan berbagai macam permasalahan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Termasuk dalam hal ini masalah bagaimana cara manusia untuk dapat
mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya sehari-hari. Masalah ini dapat
dikategorikan sebagai masalah-masalah perekonomian.
Perkembangan ekonomi sangatlah terkait dengan kebijakan suatu
pemerintahan, maka dalam prakteknya pada setiap masa pemerintahan sistem
ekonomi ini memiliki wajah yang beragam. Adanya keragaman ini, kiranya dapat
menjadi pelajaran berharga bagi setiap orde pemerintahan dalam perumusan suatu
kebijakan yang sedapat mungkin bisa merujuk pada cita-cita mulia dari sistem
ekonomi itu sendiri.
Dalam Islam dikenal dua macam kebijakan ekonomi yaitu, kebijakan
ekonomi fiskal dan kebijakan ekonomi moneter. Dalam sejarah kebijakan ekonomi
Islam banyak cendekiawan yang menyumbangkan pemikiran mengenai cara-cara
mengatasi permasalahan ekonomi. Salah satunya yang paling terkenal adalah Ibnu
Khaldun dengan teorinya konsep perpajakan.
Alasan suatu negara menerapkan konsep kebijakan ekonomi Islam adalah
untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya ekonomi yang ada
dan mengatasi masalah ekonomi antara lain semakin meningkatnya angka
pengangguran, menurunnya daya beli masyarakat, menurunnya nilai investasi, dan
sebagainya. Selain itu dalam melaksanakan kebijakan ekonomi sangat diperlukan
peran serta pemerintah supaya tidak terjadi penyelewengan anggaran sehingga
kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

3
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kebijakan moneter?
1.2.2 Apa tujuan dari kebijakan moneter?
1.2.3 Apa saja instrumen-instrumen kebijakan moneter?
1.2.4 Apa saja madzhab dalam instrumen kebijakan moneter dalam Islam?
1.2.5 Apa yanga dimaksud dengan kebijakan fiscal?
1.2.6 Apa saja bentuk-bentuk kebijakan fiscal?
1.2.7 Bagaimana kebijakan fiscal pada masa Rasulullah?
1.2.8 Bagaimana kebijakan fiscal pada masa Khulafaurasyidin?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Pada dasarnya, makalah ini dibuat untuk mengetahui apa saja kebijakan-
kebijakan dalam ekonomi Islam. Kebijakan-kebijakan itu dibagi ke dalam dua
pembahasan pokok, yaitu kebijaklan moneter dan kebijakan fiscal yang akan
dijelaskan dengan sub pembahasannya secara rinci dalam makalah ini.
1.4

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Kebijakan Moneter


Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki
keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang yang beredar.1
Kontribusi kebijakan moneter terhadap stabilitas harga sangat penting
artinya untuk menekan tingkat inflasi. Pertumbuhan jumlah uang yang beredar
sebaiknya mengikuti pertumbuhan ekonomi, sehingga secara tidak langsung
dapat menekan tingkat pengangguran. Bank sentral selaku pelaksana kebijakan
moneter dapat menjalankan kebijakan baik yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif. 2

1.2 Tujuan Kebijakan Moneter


Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun
2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah
kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan
kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan
moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar
yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting

1
Nur Aini Latifah, Kebijakan Moneter Dalam Perspektif Ekonomi Syariah, Diambil kembali dari
https://www.researchgate.net/publication/307640642_KEBIJAKAN_MONETER_DALAM_PERSPE
KTIF_EKONOMI_SYARIAH /link/57dbe2a408ae72d72ea6665c/download (2015), hal. 125, diakses
pada 29 Mei 2020/ 02:10 pm
2
M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam, Bandung: Penerbit Alfabeta, (2010), hal.
130

5
dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank
Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas
nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level
tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk
melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter
(seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju
inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian
sasaransasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain
operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan
tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit
atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian
moneter berdasarkan Prinsip Syariah.3

1.3 Instrumen-instrumen Kebijakan Moneter dalam Konvensional dan Syari’ah.


Ada empat instrument utama yang digunakan untuk mengatur jumlah
uang yang beredar:
1.1.1 Operasi pasar terbuka (Open Market Operation)
Adalah pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar dengan
cara menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah
(government security). Bank sentral dapat membuat perubahan-perubahan
ke atas jumlah penawaran uang dengan melakukan jual beli surat-surat
berharga. Bentuk tindakan yang akan diambil tergantung kepada masalah
ekonomi yang dihadapi. Pada waktu perekonomian mengalami masalah
resesi, penawaran uang perlu ditambah. Bank sentral menambah
penawaran uang dengan melakukan pembelian surat-surat berharga.
Penawaran uang akan bertambah karena apabila bank-bank sentral

3
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan _moneter, diakses pada 29 Mei 2020/02:43 pm.

6
melakukan pembayaran ke atas pembeliannya itu, maka cadangan yang
ada pada bank perdagangan menjadi lebih besar.
Dengan adanya kelebihan tersebut maka dapat memberikan
pinjaman yang lebih banyak. Pinjaman ini akan diivestasikan dan
kegiatan ekonomi Negara akan menjadi bertambah tinggi. Di dalam masa
inflasi, kegiatan ekonomi yang berlebih-lebihan harus dikurangkan. Salah
satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangkan
penawaran uang. Tujuan ini dapat dicapai oleh bank sentral dengan
membeli surat-surat berharga. Dengan penjualan itu tabungan giral
masyarakat dan cadangan yang dipegang oleh bank-bank perdagangan
akan berkurang. Supaya operasi pasar terbuka dapat dilaksanakan dengan
sukses dan memberikan efek yang diharapkan, dua keadaaan haruslah
wujud dalam perekonomian.
Keadaan-keadaan tersebut adalah:
1) Bank-bank perdagangan tidak memiliki kelebihan cadangan.
Apabila kelebihan cadangan yang dimiliki oleh bank-bank
perdagangan cukup besar, mereka dapat membeli surat-surat
berharga yang dijual oleh bank sentral dengan menggunakan
kelebihan caadangan tersebut. Oleh karena itu, bank-bank
perdagangan tidak perlu mengurangi jumlah tabungan giral.
Apabila tabungan giral tidak mengalami perubahan, maka
penawaran uang juga tidak mengalami perubahan. Dari
keadaan ini dapat disimpulkan bahwa operasi pasar terbuka
hanya kan berhasil apabila bank-bank perdagangan tidak
mempunyai kelebihan cadangan lagi.

2) Dalam ekonomi telah tersedia cukup banyak surat-surat


berharga yang dapat diperjualbelikan. Operasi pasar terbuka
hanya akan mencapai tujuannya apabila terdapat surat-surat

7
berharga yang dapat diperjualbelikan untuk melaksanakan
kebijakan itu. Dalam teori, bank sentral dapat secara efisien
dapat mempengaruhi perubahan-perubahan dalam penawaran
uang dengan melakukan jual beli surat-surat berharga di dalam
pasar. Di sebagian Negara operasi pasaran terbuka tidak dapat
dilakukan oleh karena pasar uang dan pasar modalnya belum
berkembang dan oleh sebab itu jumlah surat-surat berharga
yang dapat diperjualbelikan tidak mencukupi.4

1.1.2 Fasilitas Diskonto (Discounto Rate)


Tingkat bunga diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan
pemerintah atas bank-bak umum yang menjamin ke bank sentral. Dalam
menjalankan tugasnya untuk mengawasi kegiatan bank-bank
perdagangan, bank sentral harus memastikan agar masyarakat tidak
kehilangan kepercayaan kepada sistem bank. Salah satu cara untuk
mewujudkan hal ini adalah dengan berusaha agar bank-bank perdagangan
selalu sanggup membayar semua cek yang dikeluarkan
nasabahnasabahnya. Yang pertama adalah dengan membuat pengarahan-
pengarahan atau peraturan-peraturan tentang corak dan jenis investasi
yang dapat dilakukan oleh bank-bank perdangan. Dan yang kedua adalah
dengan member pinjaman kepada bank-bank yang menghadapi masalah
dalam cadangannya, yaitu cadangannya adalah kurang dari cadangan
minimum yang ditetapkan oleh peraturan.5

4
Nur Aini Latifah. op.cit, hal.127-128
5
Ibid. hal. 128

8
1.1.3 Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Penetapan rasio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah
uang yang beredar. Jika rasio cadangan wajib diperbesar, maka
kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil dibanding
sebelumnya.Kesuksesan kedua jenis kebijakan moneter yang baru
dibicarakan di atas sangat tergantung kepada apakah kebanyakan bank
perdangan mempunyai kelebihan cadangan atau tidak.Apabila kelebihan
cadangan terdapat dalam kebanyakan bank perdagangan, kedua-dua
tindakan di atas tidak dapat digunakan untuk membuat perubahan-
perubahan dalam penawaran uang.6

1.4 Mazhab Instrumen Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam


Beberapa mazhab instrumen kebijakan moneter dalam ekonomi Islam,
antara lain (Rianto, 2010):
1.1.1 Madzhab Pertama (Iqtishaduna)
Menurut maszhab Iqtishaduna, pada masa awal Islam tidak
diperlukan suatu kebijakan moneter dikarenakan hampir tidak adanya
sistem perbankan dan minimnya penggunaan uang. Jadi tidak ada alasan
yang memadai untuk melakukan perubahan-perubahandalam penawaran
uang (ms).

1.1.2 Madzhab Kedua (Mainstream)


Instrumen yang digunakan mazhab kedua untuk mempengaruhi
permintaan agregat adalah dengan dikenakannya biaya atau pajak atas
dana atau asset produktif yang menganggur (dues of idle fund).
Peningkatan due of idle fund akan megalihkan permintaan uang yang
sedianya ditujukan untuk penimbunan uang atau asset yang produktif
kepada tujuan uang yang akan meningkatkan produktivitas uang tersebut
6
Ibid. hal. 129

9
di sector riil sehingga investasi meningkat. Peningkatan investasi
berdampak pada peningkatan permintaan agregat, sehingga keseimbangan
umum yang baru akan berada pada tingkat pendapatan nasional yang
lebih tinggi. Masyarakat diarahkan untuk mengalokasikan dananya
kepada sector produktif agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi
semakin tinggi apabila dana atau asset produktif tersebut hanya dibiarkan
menganggur.

1.1.3 Madzhab Ketiga (Alternatif)


Sistem yang diajurkan oleh madzhab alternatif adalah syuratiq
process, yaitu dimana suatu kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter
berdasarkan musyawarah sebelumnya dengan otoritas sector riil. Jadi
keputusan-keputusan kebijakan moneter yang dituang dalam bentuk
instrument moneter biasanya adalah harmonisasi dengan kebijakan-
kebijakan disektor riil. Kebijakan di sector moneter adalah derivasi dari
sector riil dan harmonisasi dengan sector riil. Secara umum, manajemen
moneter Islam yang diajukan oleh madzhab ketiga adalah besarnya
jumlah penawaran uang mengikuti permintaan uang dari masyarakat. Hal
ini agar tidak ada kesenjangan antara sector riil dan sector moneter.

1.5 Pengertian Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah
untuk mengelola perekonomian ke kondisi yang lebih baik dengan cara
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Menurut Islam, sistem
ekonomi Islam pada dasarnya dibagi ke dalam tiga sector yang utama, yaitu
sector public, sector swasta, dan juga sector keadilan social. Fungsi daripada
sector kebijakan fiscal menurut Islam adalah pemeliharaan terhadap hukum,
keadilan, dan juga pertahanan; perumusan dan pelaksanaan terhadap kebijakan

10
ekonomi; manajemen kekayaan pemerintah yang ada di dalam BUMN; intervensi
ekonomi oleh pemerintah jika diperlukan.7

1.6 Bentuk Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiscal dapat dibedakan kepada dua golongan, yaitu:
1.1.1 Penstabil Otomatik
Penstabil Otomatik adalah bentuk-bentuk sistem fiscal yang
sedang berlaku yang secara otomatik cenderung untuk menimbulkan
kestabilan dalam kegiatan ekonomi. Dalam suatu perekonomian modern,
penstabil otomatik terutama adalah sistem perpajakan yang progresif dan
proporsional, kebijakan harga minimum, serta sistem asuransi
pengangguran.
1.1.2 Kebijakan Fiskal Diskresioner
Kebijakan fiscal diskresioner adalah langkah-langkah dalam
bidang pengeluaran pemerintah dan perpajakan yang secara khusus
membuat perubahan ke atas sistem yang ada, yang bertujuan untuk
mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.
Secara umum, kebijakan fiscal diskresioner dapat digolongkan
dalam dua bentuk, yaitu kebijakan fiscal ekspansi (expansionary fiscal
policy) dan kebijakan fiscal kontraksi (contractionary fiscal policy).

1.7 Kebijakan Fiskal Masa Rasulallah

Pada masa-masa awal pemerintahan kota Madinah, pendapatan dan


pengeluaran hampir tidak. Pada masa Rasulullah, hampir seluruh pekerjaan yang
dikerjakan tidak mendapatkan upah, tidak ada tentara formal. Mereka tidak
mendapatkan gaji tetap, tetapi mereka diperbolehkan mendapatkan bagian dari

7
M. Nur Rianto Al Arif. op.cit. hal. 149

11
rampasan perang, seperti senjata, kuda, unta, dan barang-barang bergerak
lainnya.

Pada tahun kedua setelah hijriah, sedekah dan fitrah diwajibkan , dimana
dibayarkan setiap bulan Ramadhan. Zakat mulai diwajibkan pembayarannya
pada tahun kesembilan hijriah.

Sumber penerimaan pada masa Rasulullah SAW dapat digolongkan


menjadi tiga golongan besar, yaitu dari kaum muslimin, kaum non-muslim, dan
sumber-sumber lain.

Dari kaum muslim, sumber penerimaan Negara terdiri atas kharaz, zakat,
ushr, zakat fitrah, wakat, infak dan shadaqah, amwal fadhla, nawaib, dan khumus
atas harta karun temuan pada periode sebelum Islam.

Sementara pendapatan kaum non-muslim yakni jizyah, kharaj, dan ushr.


Sedangkan dari sumber penerimaan yang lain yakni ghanimah, fai, kaffarah,
hadiah, dan pinjaman.

1.8 Kebijakan Fiskal Masa Khulafaur Rasyidin


1.8.1 Masa Abu Bakar Ash-Shidiq
Langkah-langkah yang dilakukan Abu Bakar dalam manajemen fiskalnya
adalah;
a. perhatian terhadap keakuratan perhitungan zakat,
b. pengembangan pengembangan baitulmal dan penanggung jawab
batulmal,
c. menerapkan konsep balance budget pada baitulmal, dimana seluruh
pendapatan langsung didistribusikan tanpa ada cadangan. Sehingga
saat beliau wafat hanya satu dirham yang tersisa dalam
perbendaharaan Negara.

12
d. melakukan penegakan hukum terhadap pihak yang tidak mau
membayar zakat dan pajak kepada pemerintah,
e. secara individu Abu Bakar adalah seorang praktisi akad-akad
perdagangan.

1.8.2 Masa Umar bin Khattab


Kebijakan yang telah diambil Umar pada pemerintahannya adalah,
a. reorganisasi baitul mal, dengan menjadikan baitul mal sebagai
lembaga Negara resmi yang dikenal dengan al-divan (sebuah kantor
yang ditujukan untuk membayar tunjangan-tunjangan angkata perang
dan pensiun serta tunjangan-tunjangan lain), dimana seluruh
karyawannya digaji menurut standar penggajian pada masa tersebut,
serta adanya pengeluaran dana pensiun bagi mereka yang bergabung
dalam kemiliteran,
b. diberlakukannya sistem cadangan darurat, dimana dari sumber
penerimaan yang ada tidak langsung didistribusikan seluruhnya. Hal
ini untuk membiayai angkatan perang dan kebutuhan darurat untuk
umat,
c. pemerintah bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan
minimum makanan dan pakaian kepada warga negaranya,
d. diverifikasi terhadap objek zakat, dimana dilakukan objek yang dapat
dikenakan sebagai objek zakat yang baru. Dalam bahasa fiscal saat ini
bisa dikenal dengan ekstensifikasi sumber-sumber penerimaan
Negara,
e. pengembangan ushr (pajak) pertanian,
f. undang-undang perubahan pemilikan tanah (landlord), di mana tanah-
tanah yang tidak produktif dikuasai Negara untuk diolah oleh
masyarakat dan masyarakat membayarkan kharaz atas tanah yang
diolah tersebut.

13
1.8.3 Masa Usman bin Affan
Kebijakan Usman yang ditempuh pada masa pemerintahannya adalah:
a. pembangunan irigasi pengairan,
b. pembentukan organisasi kepolisian untuk menjaga keamanan Negara,
terutama keamanan perdagangan,
c. pembangunan gedung pengadilan, guna penegakan hukum,
d. kebijakan pembagian lahan luas milik Raja Persia kepada individu
dan hasilnya mengalami peningkatan dari sembilan juta dirham pada
masa Umar menjadi lima puluh juta dirham pada masa Usman,
e. meningkatkan anggaran pertahanan dan kelautan serta meningkatkan
dana pensiun serta dana pembangunan di wilayah taklukan baru,
f. membuat beberapa perubahan administrasi dan meningkatkan kharaj
dan jizyah dari Mesir.

1.8.4 Masa Ali bin Abi Thalib


Beberapa kebijakan yang dilakukan pada masa Ali adalah:
a. pendistribusian seluruh pendapatan yang ada pada baitulmal sama
dengan kebijakan yang dilakukan pada masa Rasulullah dan Abu
Bakar, tetapi berbeda dengan kebijakan Umar yang menyisihkan
untuk cadangan. Hari pendistribusian adalah setiap hari kamis pada
setiap minggunya.
b. pengeluaran angkatan laut dihilangkan, karena daerah pesisir pantai di
bawah penguasaan Muawiyah. Namun, pengeluaran atau anggaran
untuk polisi untuk dipertahankan yang bertujuan untuk menjaga
keamanan Negara,
c. adanya kebijakan pengetataan anggaran Negara.

14
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Jumlah uang yang beredar tidak boleh terlalu berlebihan atau kurang.
Pengendalian jumlah uang beredar perlu dilakukan untuk menciptakan iklim
yang baik bagi stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi, serta pengendalian
terhadap kegiatan kredit. Oleh karena itu, kebijakan moneter diperlukan untuk
mengatur jumlah uang beredar . Kebijakan moneter memegang peran penting
dalam menekan tingkat inflasi.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal dalam Islam bertujuan untuk menciptakan
masyarakat yang didasarkan pada keseimbangan distribusi kekayaan dengan
menempatkan nilai-nilai material dan spiritual secara seimbang. Kebijakan fiskal
lebih banyak peranannya dalam ekonomi Islam dibanding dengan ekonomi
konvensional.

1.2 Saran
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak
kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakam laju pertumbuhan yang dibentuk dari
berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Jadi, berhasil atau tidaknya sebuah
perekonomian dalam suatu negara bergantung pada kebijakan yang diambil.
Sebagai pemegang kunci perekonomian, pemerintah harus mengambil kebijakan
yang dapat membawa kesejahteraan bagi kepentingan umum.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rianto, M. N. (2010). TEORI MAKROEKONOMI ISLAM. Bandung: Alfabeta


Bandung.

https://www.researchgate.net/publication/
307640642_KEBIJAKAN_MONETER_DALAM_PERSPEKTIF_EKONOMI_SYA
RIAH/link/57dbe2a408ae72d72ea6665c/download diakses pada 29 Mei 2020/ 02:10
pm.

16

Anda mungkin juga menyukai