DI SUSUN OLEH
RAHMA LADAINA
NISN:0019657680
Puji syukur atas segala kenikmatan yang telah allah berikan kepada saya, sehingga sampai
saat ini saya masih dapat menyelesaikan tugas makalah “Sistem Ekonomi Indonesia”, yang akan
membahas tentang Kebijakan Moneter dan Fiskal.
Sholawat serta salam saya sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah
membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju ke dalam zaman yang penuh dengan
pengetahuan seperti saat ini.
Terima kasih saya sampaikan kepada :
1. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan serta mendukung proses belajar mengajar
hingga sampai saat ini.
2. Dosen pengampu Mata Kuliah Sistem Ekonomi Indonesia, Bapak Syah Amin
Albadri,S.AB., M.A
3. Dan semua keluarga serta sahabat – sahabatku yang selalu berupaya untuk memberikan
dorongan serta motivasi.
i
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan Moneter ............................................................................
2.2 Kelembagaan......................................................................................
2.3 Instrumen Kebijakan Moneter............................................................
2.4 Kebijakan Fiskal.................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................
3.2 Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ekonomi adalah sebuah cabang ilmu dari pengetahuan sosial yang tidak bisa lepas
dalam kehidupan sehari-hari karena melalui ilmu ekonomi inilah setiap manusia dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai satu kesatuan atau dikenal dengan
organisasi. Dalam hal ini, organisasi yang merupakan kesatuan dari setiap individu disebut
dengan negara.
Berbicara soal negara, tentu tidak bisa dilepaskan dari cabang ilmu pengetahuan sosial
lainnya yaitu ilmu politik. Melalui ilmu politik ini individu-individu yang terlibat dalam
organisasi yang disebut sebagai negara dapat memainkan perannya untuk mengatur sebuah
negara agar dapat mencapai tujuannya yang telah dicita-citakan melalui semua kebijakan,
termasuk kebijakan ekonomi.
Pentingnya perekonomian dibagi menjadi tiga bagian yang pertama,pentingnya ilmu
ekonomi untuk perseorangan (individu), kedua pentingnya ilmu ekonomi untuk dunia usaha,
dan ketiga, pentingnya ilmu ekonomi untuk bangsa dan Negara.[1]
Krisis global dapat membuat keadaan perekonomian di berbagai Negara sangat
menghawatirkan dan membuat tingkat perekonomian menerun tajam, yang
mengakibatkan suasana ketidakpastiannya sangat tinggi terhadap masa depan suatu Negara yang
mengalaminya. Untuk mengatasi dan mencegah terjadinya krisis global Negara Indonesia
melakukan kebijakan-kebijakan yang bertujuan agar kondisi perekonomian Indonesia pulih
kembali.
Kebijakan yang akan dibahas yaitu kebijakan fiskal dan kebijakanmoneter. Kebijakan fiskal
yang dilakukan pemerintah merupakan kebijakan di dalam bidang perpajakan (penerimaan) dan
pengeluarannya, sedangkan kebijakan moneter adalah langkah-langkah yang dijalankan oleh
Bank Sentral untuk mengawasi jumlah uang yang berada di tangan masyarakat. Kedua kebijakan
ini merupakan wahana utama bagi peran aktif pemerintah dibidang ekonomi.
Moneter, fiskal dan perdagangan internasional adalah merupakan instrument kebijakan
makro ekonomi. Indonesia telah mengalami berbagai macam kebijakan moneter dan fiscal sejak
kemerdekaan. Pada awal tahun 1950-an kebijakan moneter cenderung bersifat konservatif
(jumlah uang yang beredar bertambah dengan mantap, tetapi terkendali dengan laju 22%
pertahun) pada tahun 1951-1956. Kemudian pada tahun 1956-1960 pertumbuha uang beredar
lebih cepat rata-rat 37% pertahun.
Kebijakan moneter selanjutnya terkesan sebagai hasil sampingan kegiatan dunia politik dan
kebutuhan untuk membiayai defisit anggaran (APBN) yang makin membesar. Pada awal tahun
1960-an ada usaha untuk melakukan pengendaliaan moneter, tetapi sejak tahun 1963 tidak
dilakukan lagi dan jumlah uang yang beredar tumbuh tidak terkendalikan. Hal ini menyebabkan
inflasi yang parah yang mencapai puncaknya pada tahun 1966 (indeks harga untuk DKI Jakarta
meningkat 150%). Setelah itu terjadi perubahan gaya pengelolaan ekonomi moneter dalam waktu
yang pendek sektor moneter dapat dikendalikan dan harga-harga menuju stabilitas antara tahun
1969-1971 Indonesia mengalami laju inflasi dibawah 10% pertahun. Stabilitas ini berlangsung
sampai triwulan terakhir tahun 1971, setelah itu ditandai adanya inflasi yang cukup tinggi,
meskipun kebijakan moneter yang dianut tidak berbeda dengan yang sebelumnya. Menjelang
akhir tahun 1976 stabilitas harga dapat dipulihkan kembali dan inflasi mencapai laju sedikit lebih
tinggi dari 10% pertahun. Keadaan seperti ini dapat dipertahankan sampai tahun 1978, tetapi
devaluasi yang dilakukan pada bulan November tahun 1978 menghidupkan kembali inflasi pada
tahun 1979. Sampai saat ini Indonesia menganut kebijakan moneter mengambang (Floating
Rate).[2]
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa Pengertian dari Kebijakan Moneter?
1.2.2 Apa Pengertian dari Kebijakan Fiskal?
1.2.3 Apa Tujuan dari Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal?
1.2.4 Apa saja Macam-macam Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal?
1.2.5 Bagaimana Peranan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal?
1.2.6 Bagaimana Hubungan antara Kebijakan Moneter dengan Kebijakan Fiskal?
1.3 Tujuan Masalah
Pembuatan makalah ini bertujuan agar kita mengetahui tentang:
1.3.1 Memahami tentang Pengertian Kebijakan Moneter
1.3.2 Memahani tentang Pengertian Kebijakan Fiskal
1.3.3 Tujuan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
1.3.4 Macam-macam Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
1.3.5 Peranan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
1.3.6 Hubungan antara Kebijakan Moneter dengan Kebijakan Fiskal
1.4 Metode Penulisan
Di dalam karya tulis ini, metode yang akan digunakan penulis dalam penulisannya adalah
sebagai berikut :
1.4.1 Metode literature study, yaitu metode yang dilakukan dengan cara membaca buku-
buku yang berhubungan dengan materi pembahasan, kemudian mengkaji dan mengambil materi
yang dibutuhkan.
1.4.2 Metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan menjelaskan dan menggambarkan
pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement",
kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui
persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter (Bank
Sentral) untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi melalui pengawasan uang beredar atau suku
bunga, atau kombinasi keduanya, usaha tersebut dilakukan agar terjadi kesetabilan harga, dan
inflasi, serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.[3]
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya
tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.
Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada
instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing
dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan
likuiditas.
Dengan kata lain, kebijakan moneter adalah proses di mana pemerintah, bank sentral,
atau otoritas moneter suatu negara kontrol supplay: uang, ketersediaan uang, dan biaya uang atau
suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi.
Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu
perekonomian, yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan
moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk
mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya
dan pengangguran.
Dimana mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan, atau dimana ada sistem diatur
menerbitkan mata uang melalui bank-bank yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter
memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian
mempengaruhi tingkat suku bunga untuk mencapai kebijakan gol.[4] Serta otoritas moneter dapat
mempengaruhi pertumbuhan output untuk menyerap pengangguran dan mengendalikan laju
inflasi.[5]
Untuk memahami efektifitas dari kebijakan moneter terhadap ekonomi Indonesia, perlu
terlebih dahulu dipahami empat hal pokok.
1) Mekanisme kerja dari pasar uang atau bagaimana terjadinya
permintaan dan penawaran uang dan keseimbangan antara
keduanya.
2) Faktor-faktor utama yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran uang.
3) Sistem moneter yang diterapkan diindonesia
4) Hubungan antara uang yang beredar di masyarakat dengan laju
pertumbuhan ekonomi.[7]
Ada tiga instrument utama yang digunakan untuk mengatur jumlah uang beredar:
operasi pasar terbuka (open market operation), fasilitas diskonto (discount rate), dan rasio
cadangan wajib (reserve requirement ratio). Di luar tiga instrument tersebut (yang merupakan
kebijakan moneter bersifat kuantitatf), pemerintah dapat melakukan imbauan moral (moral
persuasion).[8]
Di Indonesia operasi pasar terbuka dilakukan dengan menjual atau membeli Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) . Jika ingin mengurangi jumlah
uang beredar, pemerintah menjual SBI dan atau SBPU. Melalui penjualan SBI/SBPU uang yang
ada dalam masyarakat ditarik, sehingga jumlah uang beredar berkurang. Biasanya penjualan
SBI/SBPU dilakukan bila jumlah uang beredar dianggap sudah mengganggu stabilitas
perekonomian.
Dalam kondisi tertentu, bank-bank mengalami kekurangan uang, sehingga mereka harus
meminjam kepada bank sentral. Kebutuhan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk
mengurangi atau menambah jumlah uang beredar.
Bila pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah menurunkan
tingkat bunga pinjaman (tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih murah,
maka keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar, sehingga
jumlah uang beredar bertambah. Sebaliknya bila ingin menambah laju pertambahan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikan bunga pinjaman. Hal ini akan mengurangi keinginan bank-bank
meminjam uang dari bank sentral, sehingga pertambahan jumlah uang beredar dapat ditekan.
Penetapan rasio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang beredar, jika rasio
cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil
dibanding sebelumnya. Misalnya, jika rasio cadangan wajib mulanya hanya 10%, maka untuk
setiap unit deposito yang diterima, perbankan dapat mengalirkan pinjaman sebesar 90% dari
deposito yang diterima perbankan. Dengan demikian angka multiplier uang dari sistem
perbankan adalah 10.
Bila rasio cadangan wajib diperbesar menjadi 20%, maka untuk setiap unit deposito
yang diterima, sistem perbankan hanya dapat menyalurkan kredit sebesar 80%. Angka
multiplikasi uang dari sistem perbankan menurun menjadi 5, dengan demikian jumlah uang
beredar di masyarakat akan berkurang. Sebaliknya yang terjadi bila pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Sebab penurunan rasio tersebut akan memperbesar angka multiplikasi uang,
yang berarti akan meningkatkan jumlah uang beredar.
Untuk pertama kalinya sejak Pakto 1988 Bank Indonesia menggunakan rasio cadangan
wajib guna mengerem pertumbuhan besar-besaran moneter yang masih tinggi, yaitu dengan
menetapkan rasio menjadi 3% pada Februari 1996 (ketentuan sebelumnya menurut Pakto 1988
adalah 2%). Sejak April 1997 besarnya rasio cadangan wajib adalah 5%.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengelola
atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan cara
mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Jadi, kebijakan fiskal mempunyai
tujuan yang sama persis dengan kebijakan moneter. Perbedaannya terletak pada instrumen
kebijakannya. Jika dalam kebijakan moneter pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar,
maka dalam kebijakan fiskal pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya.[10]
Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar,
namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika
pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat
meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli
masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan
fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan
cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal
adalah pengeluaran dan pajak.[11]
Perubahan dalam tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat
berdampak pada variabel-variabel berikut dalam perekonomian:
a) Aggregate demand and the level of economic activity (Permintaan agregat dan
tingkat kegiatan ekonomi).
b) The pattern of resource allocation (Pola alokasi sumber daya).
c) The distribution of income (Distribusi pendapatan).
Kebijakan fiskal mengacu pada efek keseluruhan hasil anggaran pada kegiatan ekonomi.
Sikap yang tiga kemungkinan kebijakan fiskal yang netral, ekspansif, dan kontraktif:
1) Sikap Netral
Sebuah sikap netral menyiratkan kebijakan fiskal anggaran berimbang di mana
G = T (Pemerintah pengeluaran = Pajak pendapatan). Pengeluaran pemerintah
sepenuhnya didanai oleh penerimaan pajak dan hasil keseluruhan anggaran
memiliki efek netral pada tingkat kegiatan ekonomi.
2) Sikap Ekspansif
Sikap ekspansif kebijakan fiskal bersih melibatkan peningkatan pengeluaran
pemerintah (G> t) melalui pengeluaran pemerintah meningkat, penurunan
pendapatan pajak, atau kombinasi dari keduanya. Hal ini akan mengakibatkan
defisit anggaran yang lebih besar atau lebih kecil daripada surplus anggaran
pemerintah sebelumnya, atau defisit jika sebelumnya pemerintah memiliki
anggaran berimbang. Ekspansioner kebijakan fiskal biasanya berhubungan
dengan defisit anggaran.
3) Sikap Kontraktif
Sikap kontraktif kebijakan fiskal (G <T) terjadi ketika bersih dikurangi
pengeluaran pemerintah baik melalui pendapatan pajak yang lebih tinggi,
mengurangi pengeluaran pemerintah, atau kombinasi dari keduanya. Hal ini akan
mengakibatkan defisit anggaran yang lebih rendah atau surplus yang lebih besar
daripada pemerintah sebelumnya, atau surplus jika sebelumnya pemerintah
memiliki anggaran berimbang. Contractionary fiscal policy is usually associated
with a surplus. Kontraktif kebijakan fiskal biasanya berhubungan dengan surplus.
Dalam keadaan dimana seluruh pengeluaran suatu perekonomian adalah lebih besar dari
kesanggupan maksimal perekonomian itu memproduksi barang-barang, inflasi akan berlaku.
Untuk mengelakkan terjadinya kenaikan harga-harga ini, tingkat pengeluaran masyarakat perlu
diturunkan.[14]
Berarti salah satu tugas dari kebijakan moneter adalah untuk menyediakan pertambahan
penawaran uang yang cukup sehingga usaha-usaha pembangunan dapat berjalan dengan lancar.
Dan di negara berkembang kebijakan ini harus mencakup juga kebijakan untuk mempengaruhi
penawaran uang tunai dalam masyarakat, yaitu dengan berusaha menarik uang tersebut dari
tangan masyarakat, sehingga akan menurunkan tingkat pengeluarannya. Salah satu caranya
adalah dengan menarik uang tersebut kedalam sistem bank, misalnya dengan cara memberikan
bunga yang tinggi kepada penyimpan deposito berjangka. Langkah ini bukan saja dapat
mengurangi pengeluaran rumah tangga, tetapi juga dapat membantu menyediakan tabungan
untuk digunakan dalam penanaman modal yang lebih produktif.
Tugas kebijakan moneter di negara berkembang pada umumnya jauh lebih berat dan
rumit jika dibandingkan dengan di negara maju. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal
ini. Pertama, tugas untuk mnciptakan penawaran uang yang cukup sehingga pertambahannya
dapat selalu selaras dengan jalanya pembangunan yang memerlukan disiplin kuat dikalangan
penguasa moneter dan juga dipihak pemerintah. Kekurangan modal dan terbatasnya pendapatan
pemerintah seringkali menimbulkan dorongan yang kuat bagi pemerintah untuk meminjam secara
berlebihan pada bank sentral. Jika dilakukan, lajunya pertumbuhan jumlah uang tunai akan
menjadi lebih cepat daripada yang diperlukan. Kenaikan harga-harga akan terjadi. Seperti telah
diuraikan sebelum ini, sifat dari penawaran baramg-barang di negara berkembang adalah kurang
elastis kalau dibandingkan denga di negara maju. Maka, pertambahan penawaran uang yang
terlalu cepat lebih mudah menimbulkan inflasi. Dengan demikian peminjaman yang berlebihan
oleh pemerintah pada bank sentral bukan akan mendorong perluasan kegiatan ekonomi, tapi akan
menaikkan tingkat harga barang-barang.
Kedua, bank sentral di negara berkembang harus secara lebih teliti dan berhati-hati
mengawasi perkembangan penerimaanvaluta asing dan mengawasi kegiatan dalam sektor luar
negeri (ekspor dan impor). Kegiatan di sektor ini sangat mudah menimbulkan inflasi di negar
tersebut , karena harga bahan mentah yang diekspor selalu naik turun. Maka, penerimaan dari
kegiatan ekspor selalu perubahan yang tidak teratur. Adakalanya tingkat kenaikannya besar
sekali, dan adakalanya sangat merosot, akibat dari naik turunnya pendapatan ekspor kepada
kestabilan ekonomi dan kelancaran pembangunan. Dari uraian itu dapat disimpulkan tentang
pentingnya menghindari akibat-akibatyang tidak menguntungkan tersebut. Sebagian dari tugas itu
dipikul oleh kebijakan moneter.
Kebijakan fiskal lainnya yang dapat digunakan untuk mempengaruhi corak penggunaan
sumber daya dalam perekonomian adalah dengan memberikan perangsangan fiskal (fiscal
incentives) kepada perusahaan-perusahaan yang akan berusaha dalam beberapa bidang kegiatan
tertentu atau di daerah-daerah tertentu. Bentuk perangsang fiskal tersebut antara lain adalah
memberikan pinjaman modal yang bersyarat ringan, pembebasan sementara pembayaran pajak
mempercepat depresiasi barang-barang modal dan mengurangi atau membebaskan pajak impor
barang barang modal dan bahan-bahan mentah yang digunakan. Dengan demikian yaitu sebagai
alat meningkatkan efisiensi penggunan sumber daya dan sebagai, memperbesar jumlah
pembentukan modal.[18]
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam
kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal
dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment
expenditure). Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan
suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan
kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor – sektor tersebut diantaranya sektor rumah
tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar negeri. Ke-
empat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing – masing dalam menciptakan pendapatan
dan pengeluaran.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan
pasar surat berharga, dan pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya
tingkat bunga, dan tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal akan
mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada giliranya
permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar barang dan jasa.
Kondisi di pasar barang dan jasa ini akan menentukan tingkat harga dan kesempatan
kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah yang di harapkan. Keduanya akan
memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan memberikan umpan balik terhadap permintaan
agregat dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang
serta pasar surat berharga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian,
yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk
mengelola atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan
cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Tujuan kebijakan moneter seperti halnya kebijakan ekonomi pada umumnya adalah
keseimbangan intern (Internal Balance) dan keseimbangan ekstern (External Balance). Dan
tujuan kebijakan fiskal, antara lain meningkatkan investasi, meningkatkan kesempatan kerja,
memelihara stabilitas ekonomi internal (dalam negeri) dan eksternal (luar negeri), serta
mengendalikan tingkat inflasi. Untuk mewujudkan tujuan kebijakan fiskal, pemerintah
menggunakan alat-alat kebijakan fiskal antara lain pajak, pinjaman publik, dan subsidi.
Macam-macam Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu: (1) Kebijakan Moneter Ekspansif/Monetary Expansive
Policy, (2) Kebijakan Moneter Kontraktif/Monetary Contractive Policy. Sedangkan Kebijakan
fiscal dapat dogolongkan menjadi empat, yaitu: (1)Functional finance : Pembiayaan pemerintah
yang bersifat fungsional, (2) The managed budget approach : Pendekatan pengelolaan Anggaran,
(3) The stabilizing budget : Stabilisasi anggaran yang otomatis, dan (4) Balance budget
approach : Pendekatan Anggaran Belanja berimbang.
Peranan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal. Kebijakan moneter masih tetap
besar peranannya dalam menciptakan kestabilan ekonomi. Salah satu tugas dari kebijakan
moneter adalah untuk menyediakan pertambahan penawaran uang yang cukup sehingga usaha-
usaha pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Kebijakan fiskal lainnya yang dapat digunakan
untuk mempengaruhi corak penggunaan sumber daya dalam perekonomian adalah
dengan memberikan perangsangan fiskal (fiscal incentives) kepada perusahaan-perusahaan yang
akan berusaha dalam beberapa bidang kegiatan tertentu atau di daerah-daerah tertentu.
Hubungan antara Kebijakan Moneter dengan Kebijakan Fiskal.Sebagaimana kita
ketahui bahwa kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga, dan
pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat
bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal akan mempunyai pengaruh
terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada giliranya permintaan dan penawaran
agregat itu akan menentukan keadaan di pasar barang dan jasa.
3.2 Saran
Materi mengenai Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal ini diharapkan akan lebih
dimengerti karena disertai pemahaman mengenai bagaimana kebijakan-kebijakan itu dapat
mempengaruhi perekonomian di suatu wilayah atau Negara. Dan hubungan antara kebijakan
moneter dan fiskal mempunyai umpan balik antara permintaan dan penawaran pasar. Sehingga
memudahkan pembaca dalam memahami kebijakan tersebut dalam suatu wilayah atau Negara.
DAFTAR PUSTAKA