Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SISTEM EKONOMI INDONESIA


“KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL”

PROGRAM STUDI : EKONOMI


GURU PEMBIMBING : RAMSIS S.Sos

DI SUSUN OLEH
RAHMA LADAINA
NISN:0019657680

SMA NEGERI 3 LUBUKLINGGAU


TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala kenikmatan yang telah allah berikan kepada saya, sehingga sampai
saat ini saya masih dapat menyelesaikan tugas makalah “Sistem Ekonomi Indonesia”, yang akan
membahas tentang Kebijakan Moneter dan Fiskal.
Sholawat serta salam saya sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah
membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju ke dalam zaman yang penuh dengan
pengetahuan seperti saat ini.
Terima kasih saya sampaikan kepada :
1.      Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan serta mendukung proses belajar mengajar
hingga sampai saat ini.
2.      Dosen pengampu Mata Kuliah Sistem Ekonomi Indonesia, Bapak Syah Amin
Albadri,S.AB., M.A
3.      Dan semua keluarga serta sahabat – sahabatku yang selalu berupaya untuk memberikan
dorongan serta motivasi.

Muara Bungo, 27 November 2017


Penyusun

Muhamad Nur Rohmadi

i
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR ...........................................................................  i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang ................................................................................1
1.2    Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3    Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1    Kebijakan Moneter ............................................................................
2.2    Kelembagaan......................................................................................
2.3    Instrumen Kebijakan Moneter............................................................
2.4    Kebijakan Fiskal.................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan..........................................................................................
3.2  Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ilmu ekonomi adalah sebuah cabang ilmu dari pengetahuan sosial yang tidak bisa lepas
dalam kehidupan sehari-hari karena melalui ilmu ekonomi inilah setiap manusia dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai satu kesatuan atau dikenal dengan
organisasi. Dalam hal ini, organisasi yang merupakan kesatuan dari setiap individu disebut
dengan negara.
Berbicara soal negara, tentu tidak bisa dilepaskan dari cabang ilmu pengetahuan sosial
lainnya yaitu ilmu politik. Melalui ilmu politik ini individu-individu yang terlibat dalam
organisasi yang disebut sebagai negara dapat memainkan perannya untuk mengatur sebuah
negara agar dapat mencapai tujuannya yang telah dicita-citakan melalui semua kebijakan,
termasuk kebijakan ekonomi.
Pentingnya perekonomian dibagi menjadi tiga bagian yang pertama,pentingnya ilmu
ekonomi untuk perseorangan (individu), kedua pentingnya ilmu ekonomi untuk dunia usaha,
dan ketiga, pentingnya ilmu ekonomi untuk bangsa dan Negara.[1]
Krisis global dapat membuat keadaan perekonomian di berbagai Negara sangat
menghawatirkan dan membuat tingkat perekonomian menerun tajam, yang
mengakibatkan suasana ketidakpastiannya sangat tinggi terhadap masa depan suatu Negara yang
mengalaminya.  Untuk mengatasi dan mencegah terjadinya krisis global Negara Indonesia
melakukan kebijakan-kebijakan yang bertujuan agar kondisi perekonomian Indonesia pulih
kembali.
Kebijakan yang akan dibahas yaitu kebijakan fiskal  dan kebijakanmoneter.  Kebijakan fiskal
yang dilakukan pemerintah merupakan kebijakan di dalam bidang perpajakan (penerimaan) dan
pengeluarannya, sedangkan kebijakan moneter adalah langkah-langkah yang dijalankan oleh
Bank Sentral untuk mengawasi jumlah uang yang berada di tangan masyarakat. Kedua kebijakan
ini merupakan wahana utama bagi peran aktif pemerintah dibidang ekonomi.
Moneter, fiskal dan perdagangan internasional adalah merupakan instrument kebijakan
makro ekonomi. Indonesia telah mengalami berbagai macam kebijakan moneter dan fiscal sejak
kemerdekaan. Pada awal tahun 1950-an kebijakan moneter cenderung bersifat konservatif
(jumlah uang yang beredar bertambah dengan mantap, tetapi terkendali dengan laju 22%
pertahun) pada tahun 1951-1956. Kemudian pada tahun 1956-1960 pertumbuha uang beredar
lebih cepat rata-rat 37% pertahun.
Kebijakan moneter selanjutnya terkesan sebagai hasil sampingan kegiatan dunia politik dan
kebutuhan untuk membiayai defisit anggaran (APBN) yang makin membesar. Pada awal tahun
1960-an ada usaha untuk melakukan pengendaliaan moneter, tetapi sejak tahun 1963 tidak
dilakukan lagi dan jumlah uang yang beredar tumbuh tidak terkendalikan. Hal ini menyebabkan
inflasi yang parah yang mencapai puncaknya pada tahun 1966 (indeks harga untuk DKI Jakarta
meningkat 150%). Setelah itu terjadi perubahan gaya pengelolaan ekonomi moneter dalam waktu
yang pendek sektor moneter dapat dikendalikan dan harga-harga menuju stabilitas antara tahun
1969-1971 Indonesia mengalami laju inflasi dibawah 10% pertahun. Stabilitas ini berlangsung
sampai triwulan terakhir tahun 1971, setelah itu ditandai adanya inflasi yang cukup tinggi,
meskipun kebijakan moneter yang dianut tidak berbeda dengan yang sebelumnya. Menjelang
akhir tahun 1976 stabilitas harga dapat dipulihkan kembali dan inflasi mencapai laju sedikit lebih
tinggi dari 10% pertahun. Keadaan seperti ini dapat dipertahankan sampai tahun 1978, tetapi
devaluasi yang dilakukan pada bulan November tahun 1978 menghidupkan kembali inflasi pada
tahun 1979. Sampai saat ini Indonesia menganut kebijakan moneter mengambang (Floating
Rate).[2]

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.2.1        Apa Pengertian dari Kebijakan Moneter?
1.2.2        Apa Pengertian dari Kebijakan Fiskal?
1.2.3        Apa Tujuan dari Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal?
1.2.4        Apa saja Macam-macam Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal?
1.2.5        Bagaimana Peranan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal?
1.2.6        Bagaimana Hubungan antara Kebijakan Moneter dengan Kebijakan Fiskal?

1.3    Tujuan Masalah
Pembuatan makalah ini bertujuan agar kita mengetahui tentang:
1.3.1        Memahami tentang Pengertian Kebijakan Moneter
1.3.2        Memahani tentang Pengertian Kebijakan Fiskal
1.3.3        Tujuan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
1.3.4        Macam-macam Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
1.3.5        Peranan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
1.3.6        Hubungan antara Kebijakan Moneter dengan Kebijakan Fiskal
1.4    Metode Penulisan
Di dalam karya tulis ini, metode yang akan digunakan penulis dalam penulisannya adalah
sebagai berikut :
1.4.1        Metode literature study, yaitu metode yang dilakukan dengan cara membaca buku-
buku yang berhubungan dengan materi pembahasan, kemudian mengkaji dan mengambil materi
yang dibutuhkan.
1.4.2        Metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan menjelaskan dan menggambarkan
pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement",
kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui
persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.

Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter (Bank
Sentral) untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi melalui pengawasan uang beredar atau suku
bunga, atau kombinasi keduanya, usaha tersebut dilakukan agar terjadi kesetabilan harga, dan
inflasi, serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.[3]

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya
tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.

Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter


dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali
akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.

Dalam perekonomian suatu negara, jika pemerintah memandang bahwa pembangunan


ekonomi yang berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan,  maka pemerintah akan mengambil
serangkaian tindakan kebijaksanaan untuk menstabilkan kembali situasi perekonomian tersebut.
Diantaranya adalah kebijaksanaan moneter. Dalam kebijaksanaan moneter lembaga yang paling
berwenang mengambil langkah kebijaksanaan yang diambil adalah Bank Sentral.
Cara yang ditempuh bisa melalui operasi pasar terbuka, politik diskonto, cadangan
minimum atau perkreditan yang dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Ada beberapa
perbedaan pendapat mengenai bagaimana uang mempengaruhi perekonomian serta bagaimana
mekanisme transmisi (jalur pengaruh) perubahan jumlah uang beredar.
1.      Jalur biaya modal (The Cost of Capital Channel)
2.      Jalur kekayaan (Wealth Channel)
3.      Jalur harga relatif (Teori Portofolio)
4.      Jalur langsung (Teori Monetarist)

Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada
instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing
dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan
likuiditas.

Dengan kata lain, kebijakan moneter adalah proses di mana pemerintah, bank sentral,
atau otoritas moneter suatu negara kontrol supplay: uang, ketersediaan uang, dan biaya uang atau
suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi.

Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu
perekonomian, yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan
moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk
mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya
dan pengangguran.

Dimana mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan, atau dimana ada sistem diatur
menerbitkan mata uang melalui bank-bank yang terkait dengan bank sentral, otoritas moneter
memiliki kemampuan untuk  mengubah jumlah uang beredar dan dengan demikian
mempengaruhi tingkat suku bunga untuk mencapai kebijakan gol.[4] Serta otoritas moneter dapat
mempengaruhi pertumbuhan output untuk menyerap pengangguran dan mengendalikan laju
inflasi.[5]

Dapat dipahami betapa pentingnya kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas


peredaran uang, jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit. Apabila terlalu banyak uang
yang beredar itangan masyarakat akan menimbulkan terlalu banayak permintaan didalam
ekonomi. Sebaliknya, terlalu sedikit uang yang dipegang masyarakat membuat rendahnya
permintaan didalam ekonomi yang menyebabkan rendahnya kegiatan produksi yang bias
mengakibatkan resesi ekonomi. Jadi stabilitas uang yang beredar berarti stabilitas ekonomi dan
yang terakhir ini mrupakan kondisi yang paling kritis untuk pertumbuhan output/ekonomi yang
tinggi dan berkelanjutan.[6]

Untuk memahami efektifitas dari kebijakan moneter terhadap ekonomi Indonesia, perlu
terlebih dahulu dipahami empat hal pokok.
1)      Mekanisme kerja dari pasar uang atau bagaimana terjadinya
permintaan dan penawaran uang dan keseimbangan antara
keduanya.
2)      Faktor-faktor utama yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran uang.
3)      Sistem moneter yang diterapkan diindonesia
4)      Hubungan antara uang yang beredar di masyarakat dengan laju
pertumbuhan ekonomi.[7]

Ada tiga instrument utama yang digunakan untuk mengatur jumlah uang beredar:
operasi pasar terbuka (open market operation), fasilitas diskonto (discount rate), dan rasio
cadangan wajib (reserve requirement ratio). Di luar tiga instrument tersebut (yang merupakan
kebijakan moneter bersifat kuantitatf), pemerintah dapat melakukan imbauan moral (moral
persuasion).[8]

1)      Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)


Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual
atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah
uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah
uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

Di Indonesia operasi pasar terbuka dilakukan dengan menjual atau membeli Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) . Jika ingin mengurangi jumlah
uang beredar, pemerintah menjual SBI dan atau SBPU. Melalui penjualan SBI/SBPU uang yang
ada dalam masyarakat ditarik, sehingga jumlah uang beredar berkurang. Biasanya penjualan
SBI/SBPU dilakukan bila jumlah uang beredar dianggap sudah mengganggu stabilitas
perekonomian.

2)      Fasilitas Diskonto (Discount Rate)


Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Untuk membuat jumlah uang bertambah,
pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga
demi membuat uang yang beredar berkurang.

Dalam kondisi tertentu, bank-bank mengalami kekurangan uang, sehingga mereka harus
meminjam kepada bank sentral. Kebutuhan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk
mengurangi atau menambah jumlah uang beredar.

Bila pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah menurunkan
tingkat bunga pinjaman (tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih murah,
maka keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar, sehingga
jumlah uang beredar bertambah. Sebaliknya bila ingin menambah laju pertambahan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikan bunga pinjaman. Hal ini akan mengurangi keinginan bank-bank
meminjam uang dari bank sentral, sehingga pertambahan jumlah uang beredar dapat ditekan.

3)      Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)


Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan
jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah
jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikkan rasio.

Penetapan rasio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang beredar, jika rasio
cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil
dibanding sebelumnya. Misalnya, jika rasio cadangan wajib mulanya hanya 10%, maka untuk
setiap unit deposito yang diterima, perbankan dapat mengalirkan pinjaman sebesar 90% dari
deposito yang diterima perbankan. Dengan demikian angka multiplier uang dari sistem
perbankan adalah 10.

Bila rasio cadangan wajib diperbesar menjadi 20%, maka untuk setiap unit deposito
yang diterima, sistem perbankan hanya dapat menyalurkan kredit sebesar 80%. Angka
multiplikasi uang dari sistem perbankan menurun menjadi 5, dengan demikian jumlah uang
beredar di masyarakat akan berkurang. Sebaliknya yang terjadi bila pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Sebab penurunan rasio tersebut akan memperbesar angka multiplikasi uang,
yang berarti akan meningkatkan jumlah uang beredar.

Untuk pertama kalinya sejak Pakto 1988 Bank Indonesia menggunakan rasio cadangan
wajib guna mengerem pertumbuhan besar-besaran moneter yang masih tinggi, yaitu dengan
menetapkan rasio menjadi 3% pada Februari 1996 (ketentuan sebelumnya menurut Pakto 1988
adalah 2%). Sejak April 1997 besarnya rasio cadangan wajib adalah 5%.

4)      Himbauan Moral (Moral Persuasion)


Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan
jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan
pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang
beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak
jumlah uang beredar pada perekonomian. Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba
mengarahkan atau mengendalikan jumlah uang yang beredar.[9]

2.2  Pengertian Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengelola
atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan cara
mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Jadi, kebijakan fiskal mempunyai
tujuan yang sama persis dengan kebijakan moneter. Perbedaannya terletak pada instrumen
kebijakannya. Jika dalam kebijakan moneter pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar,
maka dalam kebijakan fiskal pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya.[10]

Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar,
namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika
pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat
meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli
masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.

Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan
fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan
cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal
adalah pengeluaran dan pajak.[11]

Perubahan tingkat dan komposisi pajak serta pengeluaran pemerintah dapat


memengaruhi variabel-variabel berikut:
a)      Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
b)      Pola persebaran sumber daya
c)      Distribusi pendapat[12]

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang


berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan
berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan
meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak
akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Kebijakan anggaran/politik anggaran sebagai berikut:
a.  Anggaran defisit (deficit budget) kebijakan fiskal ekspansi
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih
besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya
sangat baik digunakan jika keadaan ekonomi sedang resesif.

b. Anggaran surplus (surplus budget) kebijakan fiskal kontraktif


    Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih
besar daripada pengeluarannya. Sebaliknya, politik anggaran surplus dilaksanakan
ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi mulai memanas (overheating)
untuk menurunkan tekananan permintaan.

c. Anggaran berimbang (balanced budget)


    Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar
dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang, yaitu terjadinya kepastian
anggaran serta meningkatkan disiplin.[13]

Perubahan dalam tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat
berdampak pada variabel-variabel berikut dalam perekonomian:
a)      Aggregate demand and the level of economic activity (Permintaan agregat dan
tingkat kegiatan ekonomi).
b)      The pattern of resource allocation (Pola alokasi sumber daya).
c)      The distribution of income (Distribusi pendapatan).

Kebijakan fiskal mengacu pada efek keseluruhan hasil anggaran pada kegiatan ekonomi.
Sikap yang tiga kemungkinan kebijakan fiskal yang netral, ekspansif, dan kontraktif:
1)      Sikap Netral
Sebuah sikap netral menyiratkan kebijakan fiskal anggaran berimbang di mana
G = T (Pemerintah pengeluaran = Pajak pendapatan). Pengeluaran pemerintah
sepenuhnya didanai oleh penerimaan pajak dan hasil keseluruhan anggaran
memiliki efek netral pada tingkat kegiatan ekonomi.

2)      Sikap Ekspansif
Sikap ekspansif kebijakan fiskal bersih melibatkan peningkatan pengeluaran
pemerintah (G> t) melalui pengeluaran pemerintah meningkat, penurunan
pendapatan pajak, atau kombinasi dari keduanya. Hal ini akan mengakibatkan
defisit anggaran yang lebih besar atau lebih kecil daripada surplus anggaran
pemerintah sebelumnya, atau defisit jika sebelumnya pemerintah memiliki
anggaran berimbang. Ekspansioner kebijakan fiskal biasanya berhubungan
dengan defisit anggaran.
     
3)      Sikap Kontraktif
Sikap kontraktif kebijakan fiskal (G <T) terjadi ketika bersih dikurangi
pengeluaran pemerintah baik melalui pendapatan pajak yang lebih tinggi,
mengurangi pengeluaran pemerintah, atau kombinasi dari keduanya. Hal ini akan
mengakibatkan defisit anggaran yang lebih rendah atau surplus yang lebih besar
daripada pemerintah sebelumnya, atau surplus jika sebelumnya pemerintah
memiliki anggaran berimbang. Contractionary fiscal policy is usually associated
with a surplus. Kontraktif kebijakan fiskal biasanya berhubungan dengan surplus.

Sedangkan Kebijakan fiskal dalam Negara berkermbang merupakan kebijakan


pemerintah dalam bidang pengeluaran dan pendapatannya dengan tujuan untuk menciptakan
tingkat kesempatan kerja yang tinggi tanpa inflasi. Dalam menjalankan kebijakan ini, tujuan yang
ingin dicapai adalah mengusahakan agar keseluruhan pengeluaran masyarakat dapat mencapai
atau mendekati tingkat produksi maksimum yang dapat diciptakan oleh masyarakat. Tingkat
produksi yang paling maksimum yang dapat diciptakan tersebut dinamakan pendapatan nasional
pada tingkat kesempatan kerja penuh atau pada kapasitas penuh.

Dalam keadaan dimana seluruh pengeluaran suatu perekonomian adalah lebih besar dari
kesanggupan maksimal perekonomian itu memproduksi barang-barang, inflasi akan berlaku.
Untuk mengelakkan terjadinya kenaikan harga-harga ini, tingkat pengeluaran masyarakat perlu
diturunkan.[14]

2.3  Tujuan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal

2.3.1        Tujuan Kebijakan Moneter


Tujuan kebijakan moneter seperti halnya kebijakan ekonomi pada umumnya adalah
keseimbangan intern (Internal Balance) dan keseimbangan ekstern (External Balance). Kebijakan
intern biasanya diwujudkan oleh terciptanya kesempatan kerja yang tinggi dan dipertahankannya
laju inflasi yang rendah. Sedangkan keseimbangan ekstern dipertahankan agar neraca
pembayaran internasional (Balance of Payment) seimbang dalam arti bahwa neraca pembayaran
internasional tidak deficit dan surplus.[15]
Di bawah ini adalah tujuan dari dilakukannya Kebijakan Moneter:
1)      Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi berlangsung
secara terkendali dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang/jasa dan arus uang
berjalan seimbang.
2)      Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja akan meningkat bila produksi meningkat. Peningkatan produksi
biasanya diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi upah maupun
keselamatan kerja. Perbaikan upah dan keselamatan kerja akan meningkatkan taraf hidup
karyawan dan pada akhirnya kemakmuran dapat tercapai.
3)      Kestabilan Harga
Kestabilan harga ditandai dengan stabilitas harga barang dari waktu ke waktu. Harga
yang stabil menyebabkan masyarakat percaya bahwa membeli barang pada tingkat harga
sekarang sama dengan tingkat harga yang akan datang, atau daya beli uang dari waktu ke waktu
adalah sama.
4)      Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran dapat dikatakan dalam keadaan seimbang apabila jumlah nilai
barang yang diekspor sama dengan nilai barang yang diimpor. Untuk mendapatkan neraca
pembayaran yang seimbang, pemerintah sering menjalankan kebijakan moneter. Contohnya
adalah dengan cara melakukan devaluasi.

2.3.2        Tujuan Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal mempunyai beberapa tujuan, antara lain meningkatkan investasi,
meningkatkan kesempatan kerja, memelihara stabilitas ekonomi internal (dalam negeri) dan
eksternal (luar negeri), serta mengendalikan tingkat inflasi. Untuk mewujudkan tujuan kebijakan
fiskal, pemerintah menggunakan alat-alat kebijakan fiskal antara lain pajak, pinjaman publik, dan
subsidi.

2.4  Macam-macam Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal

2.4.1        Macam-macam Kebijakan Moneter


Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah
atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu:
1)      Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy
Kebijakan Moneter Ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah
uang yang beredar.
2)      Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
Kebijakan Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah
uang yang beredar. Disebut juga dengan “kebijakan uang ketat” (tight money policy).[16]

2.4.2        Macam-macam Kebijakan Fiskal


Berikut ini adalah macam-macam kebijakan fiskal yang meliputi:
1)     Functional finance : Pembiayaan pemerintah yang bersifat fungsional
2)     The managed budget approach : Pendekatan pengelolaan Anggaran
3)      The stabilizing budget : Stabilisasi anggaran yang otomatis, apabila model ini
gagal, maka pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya seperti dengan
menaikkan gaji PNS atau subsidi
4)      Balance budget approach : Pendekatan Anggaran Belanja berimbang, namun bila
terlambat penyesuaian (Perubahan Anggaran Keuangan), maka kepercayaan
masyarakat akan hilang.

Dalam konteks perencanaan pembangunan ekonomi, rancangan kebijakan fiskal tidak


hanya diarahkan untuk pengembangan aspek ekonomi seperti pendapatan per kapita,
pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran dan stabilisasi ekonomi, tetapi juga pening
katan aspek sosial seperti pemerataan pendapatan, pendidikan, dan kesehatan.
Macam-macam Anggaran / Politik Anggaran:
a)      Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar
dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik
digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.

b)      Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif


Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih
besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakanketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating)untuk menurunkan
tekanan permintaan.

c)      Anggaran Berimbang (Balanced Budget)


Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar
dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastiananggaran serta
meningkatkan disiplin.
2.5  Peranan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal

2.5.1        Peranan Kebijakan Moneter

Dengan adanya kelemahan-kelemahan ini bukanlah berarti bahwa kebijakan moneter


tidak dapat digunakan sama sekali di negara berkembang. Kebijakan moneter masih tetap besar
peranannya dalam menciptakan kestabilan ekonomi. Tapi, bentuk kebijakan yang harus
dilaksanakan haruslah disesuaikan dengan masalah-masalah yang sebenarnya dihadapi. Karena
uang tunai (uang kertas dan uang logam) merupakan bagian terbesar dari penawaran uang, maka
kebijakan moneter bukan saja harus ditunjukkan untuk mempengaruhi penawaran yang
diciptakan oleh sistem bank, tetapi harus pula meliputi usaha untuk mempengaruhi penawaran
uang tunai dalam masyarakat. Pertambahan penduduk dan pendapatan masyarakat sebagai akibat
dari usaha dan kegiatan pembangunan menyebabkan dari tahun ke tahun penawaran uang harus
ditambah.

Berarti salah satu tugas dari kebijakan moneter adalah untuk menyediakan pertambahan
penawaran uang yang cukup sehingga usaha-usaha pembangunan dapat berjalan dengan lancar.
Dan di negara berkembang kebijakan ini harus mencakup juga kebijakan untuk mempengaruhi 
penawaran uang tunai dalam masyarakat, yaitu dengan berusaha menarik uang tersebut dari
tangan masyarakat, sehingga akan menurunkan tingkat pengeluarannya. Salah satu caranya
adalah dengan menarik uang tersebut kedalam sistem bank, misalnya dengan cara memberikan
bunga yang tinggi kepada penyimpan deposito berjangka. Langkah ini bukan saja dapat
mengurangi pengeluaran rumah tangga, tetapi juga dapat membantu menyediakan tabungan
untuk digunakan dalam penanaman modal yang lebih produktif.

Tugas kebijakan moneter di negara berkembang pada umumnya jauh lebih berat dan
rumit jika dibandingkan dengan di negara maju. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal
ini. Pertama, tugas untuk mnciptakan penawaran uang yang cukup sehingga pertambahannya
dapat selalu selaras dengan jalanya pembangunan yang memerlukan disiplin kuat dikalangan
penguasa moneter dan juga dipihak pemerintah. Kekurangan modal dan terbatasnya pendapatan
pemerintah seringkali menimbulkan dorongan yang kuat bagi pemerintah untuk meminjam secara
berlebihan pada bank sentral. Jika dilakukan, lajunya pertumbuhan jumlah uang tunai akan
menjadi lebih cepat daripada yang diperlukan. Kenaikan harga-harga akan terjadi. Seperti telah
diuraikan sebelum ini, sifat dari penawaran baramg-barang di negara berkembang adalah kurang
elastis kalau dibandingkan denga di negara maju. Maka, pertambahan penawaran uang yang
terlalu cepat lebih mudah menimbulkan inflasi. Dengan demikian peminjaman yang berlebihan
oleh pemerintah pada bank sentral bukan akan mendorong perluasan kegiatan ekonomi, tapi akan
menaikkan tingkat harga barang-barang.
Kedua, bank sentral di negara berkembang harus secara lebih teliti dan berhati-hati
mengawasi perkembangan penerimaanvaluta asing dan mengawasi kegiatan dalam sektor luar
negeri (ekspor dan impor). Kegiatan di sektor  ini sangat mudah menimbulkan inflasi di negar
tersebut , karena harga bahan mentah yang diekspor selalu naik turun. Maka, penerimaan dari
kegiatan ekspor selalu perubahan yang tidak teratur. Adakalanya tingkat kenaikannya besar
sekali, dan adakalanya sangat merosot, akibat dari naik turunnya pendapatan ekspor kepada
kestabilan ekonomi dan kelancaran pembangunan. Dari uraian itu dapat disimpulkan tentang
pentingnya menghindari akibat-akibatyang tidak menguntungkan tersebut. Sebagian dari tugas itu
dipikul oleh kebijakan moneter.

Akhirnya tugas kebijakan moneter adalah untuk membantu mempercepat proses


pembangunan dengan mengembangkan lebih lanjut badan-badan keuangan yang telah ada
dinegara berkembang. Pembangunan ekonomi memerlukan modal, dan modal tersebut antara lain
berasal dari masyarakat. Badan-badan keuangan dapat membantu mempertinggi  pembentukan
modal dalam suatu masyarakat, yaitu dengan mendorong masyarakat melakukan tabungan di
dalam badan-badan keuangan, dan selanjutnya mengalirkan tabungan ini kepada para pengusaha.
Tabungan yang diciptakan ini memungkinkan para pengusaha mendapatkan modal yang
diperlukan untuk mengembangkan kegiatan perdagangan dan membangun industri-industri.

Oleh karena itu, untuk melancarkan jalannya pembangunan perlulah digalakkan


perkembangan badan-badan keuangan dan pasar modal. Perkembangan ini akan membantu usaha
untuk menyediakan lebih banyak tabungan di dalam masyarakat yang sedang berusaha
mempercepat pembangunannya. Disamping itu, kebijakan moneter harus menjalankan langkah-
langkah yang menjamin agar modal atau tabungan yang dikumpulkan dapat diarahkan
penggunaannya kepada kegiatan-kegiatan yang lebih produktif. Langkah- langkah ini akan
membantu mempercepat proses pembangunan ekonomi.

Secara tradisi, bank-bank di negara berkembang lebih menitikberatkan kegiatannya pada


pemberian pinjaman kepada sektor perdagangan, karena lebih menguntungkan dan risikonya
lebih lebih rendah bila dibandingkan dengan memberi pinjaman kepada sektor industri dan
pertanian. Untuk menjamin agar dana tabungan yang diciptakan akan mengalir ke dua sektor itu,
perlulah dilakukan pengawasan pemerintah melalui bank sentral dengan melaksanakan kebijakan
moneter yang sesuai untuk tujuan tersebut.

Di Negara berkembang kebijakan moneter yang demikian mempunyai kemampuan yang


terbatas dalam mempengaruhi perubahan penawara uang dan pengeluaran masyarakat. Ada
beberapa factor yang dapat menimbulkan keadaan ini, yaitu:
1)      Bank-bank komersil pada umumnya memiliki cadangan yang berlebuhan. Oleh
karenanya perubahan dalam tingkat cadangan minimum tidak akan banyak mempengaruhin
kegiatan mereka untuk meminjhamkan uang kepada para pengusaha dan masyarakat.
2)      Kelebihan dalam cadangan menyebabkan bank-bank komersil jarang sekali
meminjam dari bank sentral. Dengan demikain perubahan suku buynga dari pinjaman yang
diberikan oleh Bank Sentral sedikit saja pengaruhnya kepada kegiatan bank-bank komersil.
3)      Pasar uang dan pasar modal masih belum sempurna keadaannya dinegara
berkembang. Ini menyebabkan operasi pasar terbuka tidak dapat dijalankan secara efektif. Dalam
masyarakat belum terdapat cukup banyak surat-surat berharga untuk diperjualbelikan.
4)      System bank belum mencapai tingkat perkembangan yang tinggi. Hanya sebagian
kecil saja dari masyarakat berhubungan dengan badan tersebut. Dengan demikian kebijakan
moneter hanya mempengaruhi sebagian kecil saja dari seluruh kegiatan perekonomian. Di
samping itu penawaran uag di negara berkembang terutama masih terdiri dari uang kertas dan
logam. Jumlah uang bank (bank money), yang merupakan komponen lain dari penewaran uang
dalam perekonomian, belum sepenting seperti di negara maju. Ini berarti kegiatan perdagangan
masih banyak yang dilakukan tanpa menggunakan jasa-jasa system; pedagangan dilakukan secara
barter atau dengan menggunakan uang tunai. Dalam keadaan seperti ini kebijakan moneter yang
tradisional lebih terbatas bankpengaruhnya kepada tingkat pengeluaran dalam masyarakat.[17]

2.5.2        Peranan Kebijakan Fiskal


Walaupun alat-alat kebijakan fiskal yang tradisional tidak menciptakan hasil yang sama
efektifasnya dengan di negara maju, bila kebijakan yang dijalankan dengan memperhatikan
keadaan di negara berkembang, maka kebijakan itu dapat menjalankan peranan penting di dalam
usaha untuk mempercepat proses pembangunan. Pertama-tama dengan menjalankan kebijakan
fiskal yang lebih behati-hati (konservatif) daripada negara maju, yautu dengan sealu menjaga
agar pengeluaran pemerintah tetap dalam keadaan seimbang dan menghindari melakukan
pengeluran yang berlebihan, kebijakan tersebut dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
inflasi. Kedua, kebijakan fiskal dapat digunakan untuk mempengaruhi corak penggunanaan
sumber daya. Perbelanjaan pemerintah di suatu sektor akan dapat menggalakkan penanaman
modal yang lebih besar disektor tersebut, sedangkan pajak yang tinggi di suatu sektor akan
membatasi gairah para pengusaha untuk menjalankan kegiatan sektor tersebut.

Kebijakan fiskal lainnya yang dapat digunakan untuk mempengaruhi corak penggunaan
sumber daya dalam perekonomian adalah dengan  memberikan perangsangan fiskal (fiscal
incentives) kepada perusahaan-perusahaan yang akan berusaha dalam beberapa bidang kegiatan
tertentu atau di daerah-daerah tertentu. Bentuk perangsang fiskal tersebut antara lain adalah
memberikan pinjaman modal yang bersyarat ringan, pembebasan sementara pembayaran pajak
mempercepat depresiasi barang-barang modal dan mengurangi atau membebaskan pajak impor
barang barang modal dan bahan-bahan mentah yang digunakan. Dengan demikian yaitu sebagai
alat meningkatkan efisiensi penggunan sumber daya dan sebagai, memperbesar jumlah
pembentukan modal.[18]

2.6  Hubungan antara Kebijakan Moneter dengan Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam
kegiatan perekonomian. Masing – masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal
dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment
expenditure). Sedangkan variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan
suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan
kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor – sektor tersebut diantaranya sektor rumah
tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar negeri. Ke-
empat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing – masing dalam menciptakan pendapatan
dan pengeluaran.

Kebijakan fiskal akan mempengaruhi perekonomian melalui penerimaan negara dan


pengeluaran negara. Disamping pengaruh dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran (defisit
atau surplus), perekonomian juga dipengaruhi oleh jenis sumber penerimaan negara dan bentuk
kegiatan yang dibiayai pengeluaran negara.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan
pasar surat berharga, dan pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya
tingkat bunga, dan tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal akan
mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada giliranya
permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar barang dan jasa.

Kondisi di pasar barang dan jasa ini akan menentukan tingkat harga dan kesempatan
kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah yang di harapkan. Keduanya akan
memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan memberikan umpan balik terhadap permintaan
agregat dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang
serta pasar surat berharga.
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
      Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian,
yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang.
     Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk
mengelola atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan
cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
      Tujuan kebijakan moneter seperti halnya kebijakan ekonomi pada umumnya adalah
keseimbangan intern (Internal Balance) dan keseimbangan ekstern (External Balance).  Dan
tujuan kebijakan fiskal, antara lain meningkatkan investasi, meningkatkan kesempatan kerja,
memelihara stabilitas ekonomi internal (dalam negeri) dan eksternal (luar negeri), serta
mengendalikan tingkat inflasi. Untuk mewujudkan tujuan kebijakan fiskal, pemerintah
menggunakan alat-alat kebijakan fiskal antara lain pajak, pinjaman publik, dan subsidi.
      Macam-macam Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu: (1) Kebijakan Moneter Ekspansif/Monetary Expansive
Policy, (2) Kebijakan Moneter Kontraktif/Monetary Contractive Policy. Sedangkan Kebijakan
fiscal dapat dogolongkan menjadi empat, yaitu: (1)Functional finance : Pembiayaan pemerintah
yang bersifat fungsional, (2) The managed budget approach : Pendekatan pengelolaan Anggaran,
(3) The stabilizing budget : Stabilisasi anggaran yang otomatis, dan (4) Balance budget
approach : Pendekatan Anggaran Belanja berimbang.
      Peranan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal. Kebijakan moneter masih tetap
besar peranannya dalam menciptakan kestabilan ekonomi. Salah satu tugas dari kebijakan
moneter adalah untuk menyediakan pertambahan penawaran uang yang cukup sehingga usaha-
usaha pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Kebijakan fiskal lainnya yang dapat digunakan
untuk mempengaruhi corak penggunaan sumber daya dalam perekonomian adalah
dengan memberikan perangsangan fiskal (fiscal incentives) kepada perusahaan-perusahaan yang
akan berusaha dalam beberapa bidang kegiatan tertentu atau di daerah-daerah tertentu.
      Hubungan antara Kebijakan Moneter dengan Kebijakan Fiskal.Sebagaimana kita
ketahui bahwa kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga, dan
pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat
bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal akan mempunyai pengaruh
terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada giliranya permintaan dan penawaran
agregat itu akan menentukan keadaan di pasar barang dan jasa.
3.2  Saran
Materi mengenai Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal ini diharapkan akan lebih
dimengerti karena disertai pemahaman mengenai bagaimana kebijakan-kebijakan itu  dapat
mempengaruhi perekonomian di suatu wilayah atau Negara. Dan hubungan antara kebijakan
moneter dan fiskal mempunyai umpan balik antara permintaan dan penawaran pasar. Sehingga
memudahkan pembaca dalam memahami kebijakan tersebut dalam suatu wilayah atau Negara.
DAFTAR PUSTAKA

Alim, Sahid. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Kebijakan Moneter  dan Fiskal.


2008. Sinar Press: Bandung
Boediono. Kebijakan Fisikal: Pemikiran, Konsep, dan Implementasi.
2003.Jakarta: Kompas
Farida, Ai Siti. Sistem Ekonomi Indonesia. 2011. Bandung: Pustaka Setia,
Hartono, Tono. Mekanisme Ekonomi. 2006. Bandung: Remaja Rosdakarya
Marsuki. Analisis perekonomian Nasional & Internasional. 2010. Mitra Wacana Media:
Jakarta
Pratama Rahardja, Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi (Lembaga
Penerbit  Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) 2008
Rosyidi, Suherman. Pengantar Teori Ekonomi. 2011. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Subandi. Sistem Ekonomi Indonesia. 2014. Bandung: AlfaBeta,
Tambunan, Tulus T.H. Perekonomian Indonesia. 2011. Bogor: Galia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai