BANK SENTRAL
Dosen Pengampu:
Dr. Ida Pandita Rsi Acharya Swi Rarendra Mahadharma, M.M.
Oleh:
Kelompok 6
1. Ni Putu Khintan Corneliatisa (119211257)
2. Marcella Cindy Putri Anggraini (119211305)
3. I Gusti Ayu Tiwik Mahyuni (119211263)
4. Ni Komang Sri Budi Laksmi (119211293)
5. Hanako Regina Shisano Yuki (119211306)
6. Kadek Pratirta Dananjaya (119211298)
BAB I....................................................................................................................................................
PENDAHULUAN................................................................................................................................
BAB II..................................................................................................................................................
DASAR TEORI...................................................................................................................................
BAB III.................................................................................................................................................
3.3 Tujuan atau Fungsi Bank Sentral (Bank Indonesia) dalam kebijakan moneter................
BAB IV...............................................................................................................................................
PENUTUP..........................................................................................................................................
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................
BAB V.................................................................................................................................................
REKOMENDASI..............................................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu negara, tingkat stabilitas ekonomi sangat tergantung pada nilai mata
uang yang berlaku. Dalam usaha menjaga tingkat kestabilan mata uangnya, maka
lahirlah suatu lembaga yang dikenal dengan bank sentral. Dewasa ini, peran bank
sentral di Indonesia diserahkan pada Bank Indonesia atau BI. Namun ternyata, bank
yang pernah memiliki peran sebagai bank sentral di Indonesia bukan hanya BI saja.
Dalam proses perjalanannya, tercatat ada tiga bank yang pernah menjadi bank sentral
di negara ini, yaitu De Javasche Bank, Bank Nasional Indonesia (BNI), dan BI.
Di era perekonomian global saat ini, hubungan interaksi ekonomi antarnegara
merupakan salah satu aspek penting bagi negara yang menganut sistem
perekonomian terbuka seperti Indonesia. Semakin terbuka pola perekonomian dan
sistem keuangan suatu negara akan tercemin dari peningkatan transaksi perdagangan
dan arus dana yang masuk dan keluar di negara yang bersangkutan. Aliran dana
tersebut akan mempengaruhi besaran jumlah uang beredar, suku bunga, dan nilai
tukar dalam perekonomian yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Hal ini yang akan menjadi tantangan bagi
kebijakan moneter yang akan dijalankan oleh otoritas moneter yang dalam hal ini
adalah Bank Indonesia (BI).
2
BAB II
DASAR TEORI
3
setiap negara termasuk BI fokus pada sasaran tunggal untuk kebiajkan moneter yaitu
mencapai dan memelihara inflasi yang rendah dan stabil (Ismail, 2006).
Kebijakan moneter, seperti yang ditegaskan Miskhin (1995), merupakan
instrumen yang sangat penting untuk mempengaruhi perubahan output, tetapi tidak
diinginkan. Pada umumnya analisa empiris mengenai pengaruh kebijakan moneter
telah menempatkan mekanisme transmisi kebijakan moneter seperti sebuah “black
box” yang didalamnya terdapat banyak faktor yang ikut berperan mentransmisikan
pengaruh kebijakan moneter sehingga sampai pada output jangka pendek. Dengan
demikian, untuk dapat melaksanakan kebijakan moneter secara tepat, otoritas
moneter perlu menilai secara akurat waktu dan memahami mekanisme dari
kebijakan moneter tersebut dalam mempengaruhi perekonomian.
4
2.3. Instrumen-Instrumen Moneter
Instrumen pengendalian moneter merupakan alat-alat operasi moneter yang dapat
digunakan oleh Bank Sentral dalam mewujudkan tujuan akhir yang telah ditetapkan.
Instrumen-instrumen kebijakan moneter (Nopirin, 1997) terdiri dari :
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) adalah kegiatan jual beli surat-
surat berharga oleh bank sentral.
Pembelian surat-surat berharga oleh bank sentral akan membawa dampak
ekspansi moneter karena peningkatan alat-alat likuid perbankan yang akan
memperbesar kemampuan bank-bank dalam pemberian pinjaman, begitupula
sebaliknya. OPT yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) adalah melalui
penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan intervensi rupiah melalui fasilitas
simpanan Bank Indonesia (FASBI). Penjualan SBI dilakukan melalui lelang
secara periodic sehingga tingkat diskonto yang terjadi benar-benar
menggambarkan kondisi likuiditas pasar uang. Sementara itu, kegiatan intervensi
rupiah dilakukan oleh BI untuk menyesuaikan kondisi pasar uang baik likuiditas
maupun tingkat suku bunga.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Facility
Kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral untuk mempengaruhi
jumlah uang beredar melalui penetapan diskonto pinjaman bank sentral kapada
bank-bank.
Penjelasan: Jika Tingkat Diskonto ↑ maka permintaan kredit perbankan kepada
bank sentral akan ↓ sehingga jumlah uang beredar di masyarakat diharapkan akan
↓ begitupula sebaliknya.
3. Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), adalah ketentuan yang dikeluarkan
bank sentral yang mewajibkan bank-bank untuk memelihara sejumlah alat likuid
(reserve) sebesar persentase tertentu dari kewajiban lancarnya
Penjelasan: Jika RR ↑ maka suku bunga pinjaman akan ↑ serta cost of loanble
fund akan menjadi ↑ sehingga kemampuan perbankan dalam memberikan
pinjaman kepada masyarakat akan ↓ , begitupula sebaliknya.
5
Bank Sentral dalam hal ini juga dapat bertindak sebagai lending of the last lesort.
Dalam melaksanakan fungsi ini, bank sentral dapat memberikan kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada bank yang mengalami kesulitan
likuditas jangka pendek yang disebabkan oleh terjadinya mishmatch dalam
pengelolaan dana. Pinjaman tersebut pada umumnya berjangka waktu maksimal 90
hari dan bank penerima pinjaman wajib menyediakan agunan yang barkualitas tinggi
dengan nilai sekurang-kurangnya sama dengan jumlah pinjaman. Untuk saat ini
ketentuan mengenai RR atau cadangan wajib atau Giro wajib Minimum (GWM)
adalah sebasar 5% dari dana pihak ketiga yang diterima bank yang wajib dipelihara
dalam rekening bank yang bersangkutan pada bank sentral.
6
1. Measurability, variabel dapat diukur dalam periode yang pendek dan variable
tersedia dalam waktu yang singkat.
2. Controllability, variabel tersebut dapat dikendalikan oleh bank sentral;
Predictability, variabel dipilih dari varibel-variabel yang memiliki keterkaitan
dengan sasaran akhir.
7
sering disebut black box (Mishkin, 1995), karena transmisi dimaksud banyak
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
1. Perubahan perilaku bank sentral, perbankan dan para pelaku ekonomi dalam
berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan.
2. Lamanya tenggang waktu (time lag) sejak tindakan otoritas moneter sampai
sasaran akhir tercapai.
3. Terjadinya perubahan pada jalur-jalur transmisi moneter itu sendiri sesuai dengan
perkembangan ekonomi dan keuangan di negara-negara yang bersangkutan.
Perubahan perilaku otoritas moneter, perbankan dan sektor keuangan serta pelaku
ekonomi akan berpengaruh pada interaksi yang dilakukannya dalam berbagai
aktivitas perekonomian dan akan membawa perubahan pada mekanisme transmisi
kebijakan moneter. Dalam banyak hal, karena merupakan perubahan perilaku dan
ekspektasi, mekanisme transmisi kebijakan moneter dimaksud diliputi
ketidakpastian dan relatif sulit diprediksi (Blinder: 1998). Setiap perubahan
kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter akan senantiasa diikuti oleh
perubahan perilaku dunia keuangan dan perbankan serta para pelaku ekonomi dalam
berbagai aktivitasnya. Demikian pula perubahan perilaku dunia perbankan dalam
operasi perbankan dengan adanya inovasi baru, seperti keengganan bank dalam
menyalurkan kredit dan maraknya produk derivatif dalam transaksi valuta asing,
juga akan mempengaruhi mekanisme transmisi kebijakan moneter sehingga otoritas
moneter perlu mempertimbangkan perubahan ini dalam merumuskan dan
melaksanakan kebijakan moneternya. Sehingga terjadi hubungan dua arah antara
pembuat kebijakan moneter dan pengambil kebijakan. Menurut Friedman dan
Schwartz (1963) terdapatnya tenggang waktu yang cukup lama dan bervariasi dalam
transmisi kebijakan moneter ke pertumbuhan ekonomi dan inflasi telah lama
disadari. Hal ini disebabkan transmisi moneter. banyak berkaitan dengan pola
hubungan antara berbagai variabel ekonomi dan keuangan yang selalu berubah
sejalan dengan perkembangan perekonomian negara yang bersangkutan.
Dalam sebuah perekonomian sifatnya masih tertutup dan tradisional dimana
perbankan sebagai satu-satunya lembaga keuangan, hubungan antara jumlah uang
beredar dengan aktivitas ekonomi riil masih relatif erat. Akan tetapi, sejalan dengan
perkembangannya perekonomian suatu negara, keterbukaan ekonomi dan majunya
8
sektor keuangan, keterkaitan antara uang beredar dengan sektor riil menjadi semakin
merenggang. Sebagian dana yang dipegang oleh lembaga keuangan dapat hanya
berputar di sektor keuangan saja dan tidak menyentuh sektor rii sama sekalil.
Pola hubungan varibel-variabel ekonomi dan keuangan yang berubah dan semakin
tidak erat tersebut akan berpengaruh pada lamanya tenggang waktu mekanisme
transmisi kebijakan moneter. Dalam buku The Economics of Money, Banking and
Financial Markets, Frederic S. Mishkin (2009) menjelaskan bahwa dalam
membangun kerangka kerja kebijakan moneter terdapat dua jenis pendekatan bukti
empiris yaitu structural model evidence dan reduce form evidence. Secara spesifik
Taylor, 1995 (dalam Warjiyo, 2004) menyatakan bahwa mekanisme transmisi
kebijakan moneter adalah "the process through which monetary policy decision are
transmitted into changes in real GDP and inflation". Artinya, Menanisme Transmisi
Kebijakan Moneter (MTKM) merupakan jalur-jalur yang dilalui oleh kebijakan
moneter untuk dapat mempengaruhi sasaran akhir kebijakan moneter yaitu
pendapatan nasional dan inflasi.
9
BAB III
10
OeangRepublik Indonesia atau ORI yang saat itu dikenal sebagai mata uang pertama
yang dicetak oleh Indonesia.
Proses percetakan dan juga perdasaran ORI yang dilakukan oleh BNI 46 ini
berlangsung dari tanggal 30 Oktobertahun 1946. Dengan adanya ORI, maka uang
yang diterbitkan oleh pihak Jepang atau De Javasche Bank sudah tidak berlaku lagi.
ORI dicetak dengan bentuk uang kertas yang ditandatangani langsung oleh Menteri
Keuangan. Namun, peran BNI sebagai bank sentral kali itu sangatlah sebentar.
Alasannya utamanya kala itu adalah BNI 46 dinilai memiliki aset yang terbatas.
Terlebih lagi, perderan ORI kala itu tercatat tidak bisa dilakukan secara maksimal
dan juga tidak bisa menyentuh seluruh daerah di Indonesia. Untuk itu, peran bank
sentral di Indonesia dialihkan lagi kepihak DeJavasche Bank pada tahun 1949.
Nasionalisasi De Javasche Bank dan BI Dipilih sebagai Bank Sentral
Pada bulan Desember tahun 1951, Pemerintah Indonesia mengantongi kebijakan
untuk menasionalkan De Javasche Bank yang selanjutnya ditandai dengan UU
Nomor 24 Tahun 1951 yang berkaitandengannasionalisasi De Javasche Bank NV.
Selainitu, pada awalbulanJulitahun 1953, Pemerintah Indonesia membangun Bank
Indonesia dan menetapkannyasebagai bank sentral Indonesia. Pada perjalanan kali
ini, BI memiliki tugas dan peran yang sama dengan De Javasche Bank, yaitu
berperan sebagai lembaga perbankan, mengatur moneter, dan mengatur sistem
pembayaran di Indonesia. Selanjutnya, tugas dan juga fungsi BI mulai berkurang
pada tahun 1968.
Hal ini ditandai dengan adanya UU Bank sentral di tahun 1968 yang berisibahwa
BI tidak lagi menjalankan perannya sebagai bank komersial, namun bertugas
menjadi agen pembangunan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan
hidupmasyarakat. Namun, di tahun 1999 BI memiliki peranannya kembali sebagai
bank sentral dengan diterbitkannya UU Nomor 23 Tahun 1999. Dengan
diterbitkannya UU tersebut, maka peran BI dalam menjaga dan memelihara
stabilitas nilai rupiah kembali dipegang. Selanjutnya, peran BI bertambah dalam
upaya memperkuat pemerintahan Indonesia dengan diterbitkannya amandemen
tahun 2004.
11
3.2 Tugas bank sentral
Berdasarkan pengertian bank sentral tersebut, berikut ini adalah penjelasan tugas
bank sentral dalam kebijakan moneter, yaitu:
1. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
Ditetapkannya kewajiban moneter harus dilakukan guna mengendalikan
peredaran jumlah matauang yang ada di masyarakat, sehingga seluruh harga
produk barang dan jasa bisa dikendalikan. Kebijakan moneter tersebut harus
dilakukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu, pihak BI
harus bisa bekerjasama dengan pihak pemerintah sehingga seluruh kebijakan
yang ditetapkan bisa sesuai dengan kebijakan fiskal dan beberapa kebijakan
ekonomi lain.
2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Maksud dari sistem pembayaran ini adalah sistem pembayaran tunai dan non
tunai. Bank Indonesia berperan penuh dalam melahirkan aturan, standar,
kesepakatan dan juga prosedur untuk digunakan dalam mengatur peredaran uang.
3. Mengatur dan Mengawasi Perbankan
Dalam hal ini, BI harus melakukan pengawasan makro prudensial guna menjaga
kestabilan sistem keuangan yang berlaku di Indonesia. Kebijakan makro
prudensial merupakan suatu kebijakan yang disusun untuk memberikan batasan
pada risiko dan biaya krisis yang sistemik agar tetap bisa menjaga keseimbangan
sistem keuangan di Indonesia.
3.3 Tujuan atau Fungsi Bank Sentral (Bank Indonesia) dalam kebijakan moneter
Seperti yang telah disebutkan di atas, tujuan atau fungsi bank sentral atau Bank
Indonesia yang utama adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud terdiri dari dua aspek yaitu :
12
1. Kestabilan terhadap barang dan jasa, yang tercermin dalam kestabilan tingkat
inflasi di Indonesia
2. Kestabilan terhadap mata uang negara lain, yang tercermin dalam nilai tukar mata
uang asing (kurs)
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dilihat dari sisi kelembagaannya, Hawke (1973) menuturkan bahwa bank sentral
merupakan sebuah organisasi yang terdapat di antara pemerintah dan perbankan.
Kemudian, Kisch dan Elkin (1932) menjelaskan bahwa bank sentral merupakan
suatu alat dari kebijakan publik dan bukan dari kepentingan individu. Dalam proses
perjalanannya, tercatat ada tiga bank yang pernah menjadi bank sentral di negara ini,
yaitu De Javasche Bank, Bank Nasional Indonesia (BNI), dan BI. Ketiganya
memiliki peranan yang penting dalam hal menjaga tingkat stabilitas mata uang pada
era penjajahan, kemerdekaan hingga saat ini. Dengan demikian, bank sentral
bukanlah seperti bank yang terdapat di tengah-tengah masyarakat pada umumnya
yang melayani simpanan dan pinjaman. Bank sentral ialah suatu lembaga yang
melaksanakan kebijakan publik lewat sektor perbankan untuk memberikan pengaruh
terhadap variabel ekonomi.
Kebijakan moneter merupakan derivasi dari kebijakan makro ekonomi, yang
pada umumya diterapkan dengan memperhatikan siklus kegiatan ekonomi (apakah
perekonomian dalam keadaan resesi atau ekspansi), sifat perekonomian suatu negara
(tertutup atau terbuka), serta faktor-faktor fundamental ekonomi lainnya. Dalam
penerapannya, terdapat 2 (dua) sifat dari strategi kebijakan moneter yang diterapkan
Bank Sentral yakni yang bersifat ekspansif (mendorong kegiatan ekonomi) dan yang
kontraktif (memperlambat kegiatan ekonomi). Strategi kebijakan moneter yang
dilakukan bank sentral suatu negara akan berbeda dengan negara-negara lain, hal ini
dapat dilihat dari tujuan yang ingin dicapai dan jenis mekanisme transmisi yang
diyakini sesuai pada perekonomian negara yang bersangkutan. Berdasarkan strategi,
tujuan dan transmisi yang dipilih, maka Bank Indonesia (BI) satu-satunya otoritas
moneter di Indonesia dapat merumuskan kerangka operasional kebijakan moneter.
14
BAB V
REKOMENDASI
15