Anda di halaman 1dari 24

BANK INDONESIA

Dosen Pengampu : Dr,Fitrawaty, M.Si.

Mata Kuliah : Ekonomi Moneter

Disusun Kelompok 9:

Erli Dayinati (7211141009)

Esyha Nur Azizah (7211141008)

Rizka Muliani (7211141006)

Sabilah Hidayati (7211141004)

PROGRAM STUDI S1-PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MARET 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,yang telah memberikan
taufik dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Bank
Indonesia”.
Dan tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini,terkhususnya ibu Dr,Fitrawaty,M.Si,selaku dosen pengampu
matakuliah ekonomi moneter,yang telah memberikan tugas dan pengarahan kepada kami.
Besar harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan pegangan dalam
mempelajari tentang materi Bank Sentral ini.Besar harapan kami dengan hadirnya makalah
ini,akan mempermudah semua pihak dalam proses perkuliahan.

Medan,14 Maret 2023

Kelompok9

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
A.Latar Belakang...........................................................................................................4
B.Rumusan Masalah......................................................................................................4
C.Tujuan........................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A.Peranan Bank Sentral.................................................................................................6
B.Sejarah Bank Sentral..................................................................................................8
C.Sejarah Bank Indonesia..............................................................................................8
D.Kelembagaan BI........................................................................................................11
E.Peran BI Pasca Terbentuknya OJK............................................................................15
BAB III.........................................................................................................................21
PENUTUP....................................................................................................................21
A.Kesimpulan................................................................................................................22
B.Saran..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bank Indonesia (BI) didirikan pada tanggal 1 Juli 1953 sebagai bank sentral republik
Indonesia.BI memiliki tugas utama mengatur kebijakan moneter,menjaga stabilitas sistem
keuangan,dan memfasilitasi pembayaran yang efisien dan andal di Indonesia.Sejak
didirikan,BI telah mengalami beberapa perubahan structural dan kebijakan yang
signifikan,dan terus berupaya meningkatkan efektivitas kebijakan moneter dan pengaturan
perbankan di Indonesia.Selain itu,BI juga telah meluncurkan inovasi dalam hal fasilitas
pembayaran yang andal dan efisien,seperti sistem kliring nasional.

B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana peranan Bank Sentral?
2.Bagaimana sejarah Bank Sentral?
3.Bagaimana sejarah Bank Indonesia?
4.Bagaimana penjelasan terkait kelembagaan BI?
5.Bagaimana peran BI pasca terbentuknya OJK?

C.Tujuan
1.Untuk mengetahui peranan bank sentral.
2.Untuk mengetahui tentang sejarah bank sentral.
3.Untuk mengetahui tentang sejarah bank Indonesia.
4.Untuk mengetahui tentang penjelasan terkait kelembagaan BI.
5.Untuk mengetahui peran BI pasca terbentuknya OJK.

BAB II
4
PEMBAHASAN

4.1 Peranan Bank Sentral


Umumnya bank sentral diberikan mandate berupa tanggung jawab merumuskan dan
menjalankan kebijakan moneter.Melalui kebijakan moneternya,lembaga ini berusaha untuk
menjaga stabilitas harga,stabilitas sektor perbankan dan stabilitas sistem keuangan
(macroprudential).Di Indonesia,fungsi bank sentral dijalankan oleh Bank Indonesia
(BI).Sebagai bank sentral,BI diberikan mandate untuk mewujudkan dan memelihara
stabilitas harga yang salah satunya tercermin dari inflasi yang rendah dan stabil (UU
Nomor:23/1999 Tentang BI yang kemudian diamandemen menjadi uu Nomor: 3/2004
tentang BI).Artinya,UU ini mengamanahkan yaitu tingkat inflasi yang rendah dan stabil atau
pada tingkat yang optimal bagi perekonomian.Untuk mencapai tujuan tersebut,BI bebas
menentukan penggunaan instrument-instrumen dalam operasi kebijakan
moneternya,kebebasan inilah yang dinamakan independensi instrumen.

Bank Sentral berusaha menstabilkan perekonomian suatu Negara melalui operasi


kebijakan moneter,misalnya pada saat perekonomian AS mengalami stagnasi yang ditandai
dengan tingkat pengangguran yang tinggi seperti yang terjadi di tahun 1990-an,maka The
Fed menempuh kebijakan moneter yang bersifat stimulatif.Untuk kebijakan
tersebut,instrument kebijakan yang dipergunakan adalah menyediakan kredit bank yang lebih
besar untuk masyarakat.Kebijakan tersebut mengakibatkan turunnya tingkat bunga dan
meningkatnya jumlah uang beredar yang selanjutnya mendorong permintaan masyarakat
akan barang dan jasa yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak.Jika terjadi sebaliknya,perekonomian dalam
keadaan permintaan yang berlebihan dan terjadi kenaikan tingkat harga –harga umum
(inflasi),maka bank sentral (The Fed) akan mengambil kebijakan untuk menekan pengeluaran
agregat dengan cara menerapkan instrument berupa kebijakan pengurangan jumlah kredit dan
jumlah uang beredar serta mendorong meningkatnya suku bunga,seperti yang dilakukan pada
thun 1994 ketika perekonomian AS mendekati kesempatan kerja penuh (full employment)
dan tekanan inflasi terasa berat,The Fed meningkatkan suku dan mengerem pertumbuhan
kredit bank dan jumlah uang beredar (Puspopranoto,2004:3).
Informasi mengenai perubahan kebijakan moneter menjadi sangat penting dan selalu
menjadi perhatian bagi seluruh pelaku ekonomi.Misalnya,pernyataan Alan Greenspan (Ketua
The Federal Reserve System) pada tanggal 6 Mei 2004 mengenai kemungkinan adanya
kenaikan suku bunga karena indikasi tekanan inflasi sehubungan dengan meningkatnya harga
minyak dunia telah direspon dengan turunnya harga saham di Wall Street dan menguatnya
nilai tukar dolar AS di pasar valuta asing (valas).Perkembangan tersebut segera diikuti pula
oleh penurunan harga saham dan pelemahan nilai tukar di berbagai Negara,termasuk di
Indonesia.Sementara itu,pernyataan Burhanuddin Abdullah (Gubernur BI) pada tanggal 18
Mei 2004 bahwa beberapa bank asing pelaku pasar valas telah diberi peringatan bahwa suku
bunga SBI dapat saja naik jika pelemahan rupiah terus berlangsung dan tekanan inflasi
5
meningkat,telah diikuti dengan relative stabilnya nilai tukar rupiah dan peningkatan kembali
harga saham di Indonesia yang melemah setelah pernyataan Grennspan (Warjiyo,2004).
Pidato (pernyataan) dan perilaku Gubernur Bank Sentral direspon oleh pelaku
ekonomi,misalnya jika Alan Greenspan tersenyum,indeks saham bakal naik.Jika dia terlihat
serius,esoknya pasar modal anjlok.Pameo tentang salah satu Gubernur Federal Reserve yang
ikonik ini adalah penyederhanaan tanggapan pasar terhadap kebijakan bank
sentral.Sekaligus,pameo tersebut menggambarkan pandangan bahwa bank sentral yang
dianggap sangat menentukan situasi ekonomi Negara (www.bi.go.id).Pernyataan Ben
Bernanke (Gubernur Federal Reserve) mengenai sinyal pengurangan stimulasi (tapering off)
sejak Mei 2013 menyebabkan dana keluar dari pasar keuangan dan pasar modal Negara
berkembang misalnya Indonesia,China,India dan Brasil.Akibatnya,nilai tukar mata uang di
Negara-negara tersebut mengalami pelemahan (depresi) (kompas,19/9/2013).
Uraian tersebut diatas menunjukkan besarnya pengaruh kebijakan moneter Bank Sentral
terhadap berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan.Kebijakan moneter ditempuh oleh Bank
Sentral untuk memengaruhi dan mengarahkan berbagai aktivitas ekonomi dan keungan
kepada tujuan yang diinginkan,yaitu stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi.Bank Sentral
merupakan lembaga yang memiliki peranan strategis dalam memengaruhi perekonomian
domestik dan manca Negara.Lembaga ini merupakan lembaga yang independen yang bebas
dari intervensi,baik pemerintah,legislatif maupun masyarakat lainnya.
Setiap perubahan kebijakan Bank Sentral akan direspon baik oleh perubahan perilaku
perbankan maupun pelaku dunia usaha di sektor riil.Perubahan perilaku tersebut akhirnya
akan tercermin dalam perubahan jumlah uang beredar,suku bunga,nilai tukar dan ekspetasi
para pelaku ekonomi (Blinder,1998:6).Perubahan-perubahan tersebut digambarkan sebagai
suatu mekanisme yang dalam teori ekonomi moneter dinamakan mekanisme transmisi
kebijakan moneter.Karena menyangkut perubahan perilaku dan ekspetasi masyarakat,maka
transmisi kebijakan moneter merupakan proses yang bersifat kompleks dan sulit
diprediksi.Untuk alasan itu,maka para ahli ekonomi moneter sering menggambarkan
mekanisme transmisi kebijakan moneter sebagai kotak hitam (black box) yang penuh dengan
taka-teki dan sangat kompleks.

4.2 Sejarah Bank Sentral

Dalam perkembangan lebih lanjut,Bank Sentral memiliki peran strategis dalam bidang
moneter,keuangan dan perbankan.Peran tersebut terlihat dari fungsi dan tujuan lembaga ini yang
tidak identik dengan bank komersial,bank tabungan,atau lembaga keuangan lainnya.Peran bank
sentral tampak pada tugas utamanya yaitu (1).menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
(2).mengawasi bank,dan (3).menjaga kelancaran sistem pembayaran.Tugas utama tersebut tidak
selalu sama antara satu Bank Sentral dengan Bank Sentral lainnya.Misalnya ada bank sentral
yang bertugas untuk ketiga tugas tersebut,sementara itu,ada juga Bank Sentral yang hanya
bertugas untuk sebagian dari tugas tersebut,misalnya menetapkan dan menjalankan kebijakan
moneter.Ketiga tugas utama Bank Sentral tersebut dijalankan oleh BI sebagai Bank Sentral di

6
Indonesia (Sugiyono dan Ascarya,2003).Meskipun demikian,berdasarkan Undang-Undang
No.21 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK),maka tugas BI yang kedua dialihkan ke OJK sejak
tanggal 01 Januari 2014.

Jika dilihat dari sejarah berdirinya,keberadaan Bank Sentral diawali dengan berdirinya Bank
Sentral Swedia (The Riskbank of Sweden) yang beroperasi pada tahun 1668 dan diikuti oleh
berdirinya Bank Sentral Inggris (The Bank of England) yang beroperasi pada tahun 1694.Hingga
tahun 1990-an sudah ada 173 Bank Sentral.Sementara itu,jika dilihat dari segi tugasnya,Bank
Sentral bertugas sebagaimana tugas bank-bank lainnya.Dalam perkembangan selanjutnya,secara
gradual Bank Sentral diberi tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan
bank lainnya,misalnya menerbitkan uang kertas,dan bertindak sebagai agen dan banker
pemerintah.Di samping,mendapat tugas dan tanggung jawab yang lebih besar,Bank Sentral juga
terlepas dari beberapa tugas dan tanggung jawab utama bank pada umumnya.Artinya,dalam
perkembangan lebih lanjut tujuan dan tugas Bank Sentral tidak identik lagi dengan bank
komersial,bank tabungan dan lembaga keuangan lainnya (Sugiyono dan Ascarya,2003).

Pada mulanya Bank Sentral dinamakan bank sirkulasi (bank of issue) yang bertugas
mempertahankan konversi uang kertas yang dikeluarkan terhadap emas atau perak atau
keduanya.Dalam perkembangannya bank sirkulasi ini menjalankan fungsi mengawasi dan
mengatur perbankan,mengontrol dan mengendalikan jumlah uang beredar dan bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan sistem pembayaran.Bank of England merupakan bank issue
pertama yang memperoleh posisi sebagai bank sentral dan mengembangkan dasar-dasar “the art
of central banking”.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bank sentral Inggris secara umum
diterima sebagai gambaran evolusi dasar dan teknik Central Banking.Sementara itu,bank sentral
Amerika Serikat bernama The Federal Reserve baru beroperasi pada tahun 1913 (Matthews and
Thompson,2005:206).

Bagaimana dengan pendirian Bank Sentral di Negara-negara berkembang?

Pendirian bank sentral di Negara-negara sedang berkembang merupakan dampak positif


dari International Financial Coference (IFC) di Brussel pada tahun 1920.Konferensi ini
mengeluarkan resolusi mengenai himbauan agar Negara-negara yang belum mendirikan bank
sentral diharapkan secepatnya untuk mendirikan bank sentral.Tujuan pendirian bank sentral
tersebut adalah untuk membantu pemulihan dan pemeliharaan stabilitas sistem moneter dan
perbankan serta kepentingan kerjasama ekonomi dunia.Afrika Selatan merupakan Negara
berkembang pertama yang merespon hasil konferensi tersebut,pada tahun 1921 negara ini
mendirikan bank sentral yang bernama South African Reseve Bank.

Bank Sentral merupakan lembaga yang bertugas untuk menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter dan mengawasi sistem keuangan dan perbankan.Peranan dan fungsi bank
sentral telah mengalami evolusi dari semula hanya sebagai bank sirkulasi menuju bank sentral
yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan moneter,pengatur perkreditan,dan pengawas

7
perbankan.Peran bank sentral selain sebagai bankers bank yaitu sumber dana bagi bank-bank dan
lender of last resort yaitu sumber dana pinjaman terakhir bagi bank-bank yang mengalami
kesulitan likuiditas,lembaga ini juga menjaga stabilitas moneter dengan cara membuat dan
melaksanakan kebijakan moneter,termasuk mengatur,mengawasi serta mengendalikan sistem
moneter (Sugiyono dan Ascarya,2003).

4.3 Sejarah Bank Indonesia

Bagaimana sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral?

Sebagaimana halnya dengan Bank Sentral di negara-negara berkembang lainnya. Bank


Indonesia (BI) diberikan mandat untuk menyelenggarakan fungsi Bank Sentral di Indonesia.
Hingga saat ini BI mengalami evolusi yang bermula sebagai bank komersial yang kemudian
berkembang menjadi bank sirkulasi dan selanjutnya menjadi Bank Sentral yang modern dengan
tujuan yang fokus serta independen sesuai dengan amanat UU No. 23/1999 Tentang BI yang
kemudian diamandemen menjadi UU No. 3/2004 Tentang BI.

BI berawal dari De Javasche Bank NV (DJB) yang didirikan oleh pemerintah hindia
Belanda pada tanggal 24 Januari 1827. Pada waktu itu, DJB bertindak sebagai bank sirkulasi dan
menjalankan beberapa fungsi bank sentral lainnya serta melakukan kegiatan bank umum.
Pemerintah Belanda memberikan hak oktrooi kepada DJB, yaitu hak untuk mencetak dan
mengedarkan uang Gulden Belanda.

Bagaimana perkembangan BI pasca kemerdekaan?

Berdasarkan penjelasan Bab VII pasal 23 UUD 1945 bahwa akan segera dibentuk sebuah
bank yang disebut Bank Indonesia dengan tugas mengeluarkan dan mengatur peredaran uang
kertas. Tindak lanjut dari amanah UUD tersebut, Pemerintah Indonesia mengadakan sidang
Dewan Menteri pada tanggal 19 September 1945. Sidang ini mengambil keputusan untuk
mendirikan bank sirkulasi berbentuk bank milik negara. Sebagai tindaklanjutnya dibentuk
yayasan dengan nama Pusat Bank Indonesia yang merupakan da bakal berdirinya Bank Negara
Indonesia (BNI). Meskipun demikian, utusan Pemerintah Indonesia dalam Konferensi Meja
Bundar (KMB) di Den Haag mengalami kesulitan untuk mengusahakan agar 1964 ditetapkan
sebagai Bank Sentral di Indonesia Serikat, mala dengan terpaksa Pemerintah Indonesia
menerima DJB sebagai bank Sentral (Sugiyono dan Ascarya, 2003). Artinya, Untuk periode th
1949-1953 fungsi Bank Sentral dilaksanakan kembali oleh DJB. BN

8
Pada perkembangan selanjutnya, pada tanggal 06 Desember 1951 Pemerintah Indonesia
mengeluarkan UU tentang nasionalisasi DJB. Selanjutnya pada tanggal 01 Juli 1953 dikeluarkan
UU No.11 Tahun 1953 Tentang Pokok-Pokok Bank Indonesia. Sejak berlakunya Undang-
Undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953, maka bangsa Indonesia telah memiliki
sebuah lembaga bank sentral dengan nama Bank Indonesia (BI), sejak saat itu, BI secara resmi
menjadi Bank Sentral menggantikan fungsi DJB. Hingga tahu 1968, tugas pokok BI sebagai
Bank Sentral, selain menjaga stabilis moneter, mengedarkan uang dan mengembangkan sistem
perbankan juga masih tetap melaksanakan fungsi bank umum (bank komersial). Meskipun
demikian, tanggung jawab kebijakan moneter berada di pihak Dewan Moneter (DM) yang
dibentuk oleh pemerintah. Tugis DM adalah menentukan kebijakan moneter yang harus
dilaksanakan oleh BI. Di samping itu, DM juga memberi petunjuk kepada Direksi BI dalam
menjaga kestabilan nilai mata uang dan memajukan perkreditan dan perbankan (Sugiyono dan
Ascarya, 2003).

Sadar akan kelemahan peran ganda yang dimainkan oleh Bl yaitu kurang sehatnya
perkembangan moneter bagi perekonomin maka pemerintah pada tahun 1968 dikeluarkan UU
No. 13 Tahun 1968 Tentang Bank Indonesia. UU ini menghapus peran ganda Byak BI tidak lagi
melaksanakan fungsi-fungsi bank komersial. Meskipun demikian, dalam UU ini BI tetap sebagai
agen pembangunan d dan UU sebagai kasir pemerintah serta bankers bank. Di samping itu, ini
tetap mempertahankan tugas dan fungsi DM. Tugas pokok BI sebagai agen pembangunan
terlihat pada tugas pokoknya, yai (1) mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas nilai Rupiah
(2) mendorong kelancaran produksi dan pembangunan, serta (3) memperluas kesempatan kerja
guna meningkatkan taraf hidup. masyarakat (Sugiyono dan Ascarya, 2003) dan (Rizky dan
Majidi, 2008:53).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun terjadi pergantian bank
menjadi bank sentral ataupun perubahan nama, ternyata hubungan utamanya dengan pemerintah
tidak berubah. Jika dilihat dari kedudukan Bank Sentral pada era pemerintahan Soekarno, maka
ternyata Bank Sentral merupakan bagian dari pemerintah(Rizky dan Majidi, 2008: 53).

Bagaimana kedudukan BI di era Soeharto?

Kedudukan pokok BI di era pemerintahan Soeharto tidak banyak berubah dibanding


dengan era sebelumnya. UU No. 13 Tahun 1968 secara eksplisit menjelaskan bahwa status dan
peranan BI adalah membantu Pemerintah dalam melaksanakan kebijakan moneter yang disusun
dan ditetapkan oleh Dewan Moneter. Dewan Moneter bertanggung jawab kepada Presiden,
sekaligus menjadi pelaksana dari kebijakan yang ditentukan oleh Presiden (Rizky dan Majidi,
2008: 54).

Dalam perkembangan selanjutnya, status dan peranan BI seperti itu oleh banyak kalangan
dipandang sudah tidak sesuai dengan kondisi terkini dan dianggap sebagai salah satu penyebab

9
lambatnya pemulihan perekonomian Indonesia dari krisis moneter. Untuk alasan itu, maka
diperlukan Bank Sentral yang independen. Pembahasan mengenai hal ini mencuat secara meluas
setelah Presiden BJ Habibie mengumumkan susunan Kabinet Reformasi Pembangunan dengan
secara eksplisit menyebutkan dan mengembalikan ketentuan yang berlaku sebelum tahun1983,
yaitu tidak memberikan kedudukan Menteri Negara kepada Gubernur BI, berbeda dengan
seorang menteri, bukan pembantu presiden dalam kedudukannya sebagai kepala pemerintahan
(Djiwandono, 1998).

Pembahasan tentang independensi bank sentral sebenarnya sudah cukup lama


mengemuka, meskipun masih terbatas di dalam berbagai seminar dan rapat kerja Gubernur BI
dengan DPR RI. Diskusi mengenai independensi menjadi semakin santer dengan reforma
ekonomi untuk mengatasi krisis yang menjadi berkepanjang. Awal permasalahan perlunya bank
sentral yang independen hanya dikemukakan dalam pembahasan yang menghasilkan program
ekonomi dengan dukungan IMF akhir Oktober 1997, kemudian disebutkan secara eksplisit
sebagai salah satu butir dari 50 but kesepakatan dengan IMF pada pertengahan Januari 1998.
Butir tersebut direalisasikan dengan dikeluarkannya Keppres tentang independensi BI dalam
penentuan suku bunga dan menjadi butir program untuk merubah UU tentang Bank Sentral
(Djiwandon, 1998).

Hingga pada tahun 2000 Indonesia belum sepenuhnya pulih dari krisis moneter yang
kemudian berlanjut menjadi krisis ekonomi serta krisis multidimensional telah memberi
pelajaran berharga berupa kesadaran tentang perlunya meredefenisi penerapan kebijakan
moneter dan kedudukan BI dalam perekonomian Indonesia. Kredibilitas BI sebagai Bank Sentral
merosot tajam pada masa krisis, karena digunakan sebagai instrumen oleh pemerintah untuk
menyelamatkan bank-bank umum yang sebagian besar dimiliki oleh para konglomerat yang
dekat dengan kekuasan. Kredibilitas B semakin terpuruk ketika dana yang disalurkan ke bank-
bank umum tidak digunakan secara benar oleh para pemiliknya, yang pada akhirnya bermuara
pada kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Sadar akan merosotnya kredibilitas BI dan kegagalan kebijakan moneter yang bersasaran
ganda. Pemerintah RI dibawah Presiden Bj. Habibie mengambil inisiatif untuk meletakkan
kembali kedudukan BI pada posisi yang sebenarnya. Usaha tersebut terwujud dengan
diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 sebagai pengganti UU No.13 tahun 1968 Tentang
Pokok-Pokok Bank Indonesia. Namun perlu diketahui bahwa upaya tersebut sejatinya
merupakan hasil tekanan IMF yang tertuang dalam LOI tanggal 29 Juli 1998. Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang BI berlaku sejak tanggal tanggal 17 Mei 1999.

Dengan UU yang baru, BI menentukan instrumen dan tujuan akhir kebijakan moneternya
sendiri, tidak perlu mendapat persetujuan dan tidak dapat dibatalkan oleh pemerintah. Seluruh
ikatan langsung antara BI dan pemerintah benar-benar dihapuskan, misalnya pemberian
likuiditas untuk program tertentu dalam KUT, dana operasi BULOG serta Bl tidak diperbolehkan
membeli obligasi pemerintah di pasar primer yang bertujuan untuk mencegah kemungkinan BI

10
menjadi kasir dari defisit anggaran pemerintah. Artinya, UU No. 23/1999 membawa implikasi
yang sangat penting, karena BI diberikan independensi dalam menjalankan kebijakan moneter.
Dengan UU yang baru, BI menjadi lembaga yang independen dan bebas dari intervensi, baik dari
pemerintah maupun legislatif.Berbeda dengan UU yang lama, di mana BI dibebani tugas
kebijakan moneter yang bersasaran ganda (multiple objectives). UU yang baru hanya
memberikan satu tugas kepada BI yaitu menjaga stabilitas Rupiah. BI diamanatkan untuk
mengarahkan kebijakannya kepada pencapaian sasaran inflasi yang rendah dan stabil. Dalam
terminologi kebijakan moneter, arahan UU yang baru tersebut adalah mencapai sasaran inflasi.

UU No.23/1999 memberikan independensi kepada BI berupa goal independency yaitu


suatu keadaan di mana besaran sasaran inflasi yang harus dicapai oleh BI, ditetapkan sepenuhnya
oleh BI sendiri. Pada perkembangan selanjutnya, bentuk independensi seperti ini menimbulkan
kontroversi dan mendapat resistensi yang luas di masyarakat. Publik memandang bahwa Bl
kurang objektif karena menetapkan target untuk dirinya sendiri, sementara yang harus
mewujudkan/menjalankan adalah juga BI (Ismail, 2006). Di samping itu, kewenangan Bl untuk
menetapkan besaran inflasi secara sepihak. dinilai terlalu berlebihan oleh banyak kalangan.
Artinya, bentuk independensi yang dimiliki Bl pada waktu itu mendapat resistensi dari banyak
kalangan (publik).

Kuatnya tekanan publik kepada B, kemudian mendorong DPR RI untuk melakukan


amandemen terhadap UU No. 23/1999 yang menghasilkan UU No.10/2004 tentang BL.
Amandemen ini tidak mengubah hal-hal pokok dalam UU No. 23/1999. Status dan kedudukan
BI, Tugas dan Wewenang BI secara substansial tidak mengalami perubahan (Rizky dan Majidi,
2008: 55). Artinya, meskipun terjadi perubahan UU, BI tetap menjadi lembaga yang independen,
hanya saja, bentuk independensinya berbeda, yaitu dari semula goalindependency menjadi
instrumental independency Instrumental independency adalah keadaan di mana BI memiliki
kewenangan penuh untuk menentukan instrumen-instrumen apa yang akan digunakan dalam
mewujudkan tujuan akhir kebijakan moneter.

4.4. Kelembagaan BI

4.4.1. Status dan Kedudukan Bl

Jika ditinjau dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, maka kedudukan BI sebagai
lembaga negara yang independen tidak sejajardenganlembagatingginegara seperti Dewan
Perwakilan Rakyat Badan Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung. Kedudukan BI juga
tidak sama dengan Departemen karena kedudukan BI berada di luar pemerintahan. Status dan
kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar BI dapat melaksanakan peran dan fungsinya
sebaga Otoritas Moneter lebih efektif dan efisien. Meskipun BI berkedudukan sebagai lembaga
negara yang independen, dalam melaksanakan tugasnya, BI mempunyai hubungan kerja dan
koordinasi dengan dan DPS DPR, BPK, Pemerintah dan pihak lainnya (www.bi.go.id).

11
Bagaimana hubungan antara BI dengan Presiden dan DPR serta BPK?

Setiap awal tahun, BI harus menyampaikan informasi secara terulis mengenai evaluasi
pelaksanaan kebijakan moneter dan rencana kebijakan moneter di masa yang akan datang.
Kepada DPR RI, BI harus melaporkan pelaksanaan tugas dan wewenang setiap triwulan dan
sewaktu-waktu bila diminta oleh DPR. Selain itu, BI harus menyampaikan rencana dan realiasasi
anggaran tahunan kepada Pemerintah dan DPR. Di samping itu, BI wajib menyampaika laporan
keuangan tahunan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan hasil pemeriksaan oleh
BPK disampaikan kepada DPR sebagai salah satu alat pengawasannya kepada BI (Warjiyo,
2004).

4.4.2 Hubungan BI dengan Pemerintah (Hubungan Keuangan)

Pertanyaan yang perlu dijawab adalah bagaimana hubungan keuangan antara BI dan
pemerintah?

Dalam hubungan ini, BI hanya membantu menerbitkan dan menempatkan surat-surat


hutang negara, misalnya SUN untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) tanpa diperbolehkan membeli sendiri surat-surat hutang negara tersebut. BI juga
bertindak sebagai kasir Pemerintah yang menatausahakan rekening pemerintah di Bank
Indonesia. Di samping itu, atas permintaan pemerintah, BI dapat menerima pinjaman luar negeri
untuk dan atas nama pemerintah Indonesia. Namun demikian, agar pelaksanaan tugas BI benar-
benar fokus dan agar efektivitas pengendalian moneter tidak terganggu, maka pemberian kredit
kepada Pemerintah untuk mengatasi pengeluaran defisit (deficit spending) tidak dibenarkan lagi
UU No.3/2004 Tentang BI (www. bi.go.id)

4.4.3. Hubungan BI dengan Pemerintah (hubungan independensi)

Bagaimana independensi Bank Sentral suatu negara dalam menentukan tingkat suku
bunga acuan (BI rate)?

Jawaban terhadap pertanyaan ini tergantung pada hubungan antara Bank Sentral dengan
pemerintah. Secara umum, independensi Bank Sentral mempunyai dua bentuk, yaitu goal
independency dan operational independency. Goal independency berarti bahwa bank sentral
yang menentukan tujuan-tujuan kebijakan moneter. Sedangkan operational independency berarti
bank sentral memiliki kebebasan untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan moneter yang telah
ditentukan oleh pemerintah (Matthews and Thompson, 2005: 209).

12
Bagaimana dengan independensi BI?

Meskipun BI merupakan lembaga negara yang independen, tetap diperlukan koordinasi


yang bersifat konsultatif dengan Pemerintah, karena tugas-tugas Bl merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kebijakan-kebijakan ekonomi makro (nasional) secara keseluruhan. Untuk
alasan itu, koordinasi antara BI dan Pemerintah diperlukan pada setiap sidang kabinet yang
membahas masalah ekonomi, perbankan dan keuangan yang berkaitan denga tugas-tugas BI.
Dalam sidang kabinet tersebut Pemerintah dapat meminta pendapat Bl. Selain itu, BI juga dapat
memberikan masukan pendapat serta pertimbangan kepada Pemerintah mengen Rancangan
APBN serta kebijakan-kebijakan lain yang berkait dengan tugas dan wewenangnya. Di lain
pihak, Pemerintah juga dapat menghadiri Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI dengan hak bicara
tetapi tanpa hak suara. Oleh sebab itu, dapat disimpulka bahwa implementasi independensi
sangat dipengaruhi oleh kemantapan hubungan kerja yang proporsional di antara Bl di sahi pihak
dan Pemerintah serta lembaga-lembaga terkait lainnya di lan pihak, dengan tetap berlandaskan
pembagian tugas dan wewenang masing-masing (Bimantoro dan Bahroen, 2003).

4.4.4. Kerjasama BI dengan Lembaga Lain

Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugasnya, maka BI harus


mendapat dukungan dari berbagai pihak Untuk alasan itu, BI senantiasa bekerja sama dan
berkoordinasi dengan berbagai lembaga negara dan unsur masyarakat lainnya. Kerjasama antara
BI dan lembaga lainnya dituangkan dalam not kesepahaman (MoU), keputusan bersama (SKB),
serta perjanjian perjanjian, yang ditujukan untuk menciptakan sinergi dan kejelasan pembagian
tugas antar lembaga serta mendorong penegakan hukum yang lebih efektif (http://www.bi.go.id).
Kerjasama BI dengan lembaga lainnya terdiri dari:

1. Departemen Keuangan (MoU) tentang Mekanisme Penetapan Sasaran, Pemantauan, dan


Pengendalian Inflasi di Indonesia MoU tentang BI sebagai Process Agent di bidang pinjaman
dan hibah luar negeri Pemerintah, SKB tentang Penatausahaan Penerbitan Surat Utang
Negara (SUN) dalam rangka penyehatan perbankan)
2. Kejaksaan Agung & Kepolisian Negara: SKB tentang kerjasama penanganan tindak pidana
di bidang perbankan
3. Kepolisian Negara RI dan Badan Intelijen Negara: MoU tentang Pemberantasan uang palsu

4. Menkokesra, Kementerian Koperasi dan UKM: MoU bidang Pemberdayaan dan


Pengembangan UMKM
5. Perhimpunan Pedagang SUN (Himdasun): MoU tentang Penyusunan Master Repurchase
Agreement (MRA)

13
6. Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tentang Koordinasi
Pengelolaan Uang Negara

4.4.5. BI Sebagai Badan Hukum

UU No. 3 Tahun 2004 tentang BI secara eksplisit memberikan status dan kedudukan
kepada BI sebagai suatu lembaga negara yang independen dan bebas dari campur tangan
pemerintah dan/atau pihak lainnya. Kedudukan BI berada di luar pemerintah. Artinya, dengan
UU No. 3 Tahun 2004 BI memiliki otonomi penuh dalam pelaksanaan tugasnya, di mana pihak
lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam rangka
pelaksanaan tugasnya. Artinya, BI memiliki kedudukan khusus dalam struktur ketatanegaraan
Republik Indonesia. Kedudukan BI tidak sejajar dengan Lembaga Tinggi Negara. Namun
kedudukan BI juga tidak sama dengan departemen, karena kedudukannya berada di luar struktur
pemerintahan.

Di samping itu, UU No. 3 Tahun 2004 menyatakan bahwa BI sebagai Badan Hukum,
baik Badan Hukum Publik dan Badan Hukum Perdata. Sebagai Badan Hukum Publik, BI
berwewenang menetapkan peraturan-peraturan yang mengikat masyarakat luas sesuai dengan
tugas dan wewenangnya. Sedangkan sebagai Badan Hukum Perdata, BI dapat bertindak untuk
dan atas namanya sendiri di dalam dan di luar pengadilan. Sebagai Badan Hukum, BI memiliki
kewenangan penuh dalam mengelola kekayaannya sendiri dan

Dilaksanakan secara terpisah dan terlepas dari APBN(BI memimi) kewenangan dalam
mengelola anggarannya yang meliputi bela barang dan gaji pegawainya).Dalam hal-hal
pokok,kegiatan Bl han mendapat persetujuan DPR,dan adanya audit oleh BPK(Bimanto dan
Bahroen,2003).

4.4.6.Tujuan dan Tugas Pokok Bank Indonesia

A.Tujuan Bank Indonesia

Undang-Undang No.23 Tahun 1999 Tentang BI yang kemudia diamandemen menjadi


Undang-Undang No.3 Tahun 2004 Tentan BI menjelaskan bahwa BI mempunyai satu tujuan
tunggal yain mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah (Pasal 7 ayat( UU NO.3 Tahun
2004).Kestabilan nilai rupiah ini terlihat dari du aspek,yaitu (1) kestabilan nilai mata uang
(rupiah)terhadap baran dan jasa,(2) kestabilan nilai mata uang Rupiah terhadap mata uan negara
lain, misalnya terhadap dolar AS. Aspek pertama tercermin

Pada perkembangan laju inflasi,sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan


nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

14
BI menganut kebijakan moneter yang bersasaran tunggal (single objective).Oleh karena
pemerintan dan BI telah menganut sistem nilai tukar yang mengambang bebas (free floating
exchange rate), maka kebijakan moneter fokus pada aspek pertama yaitu inflasi yang rendah dan
stabil. Meskipun demikian,untuk menjaga agar nilai tukar rupiah tetap pada tingkat yang wajar
maka BI tetap melakukan intervensi di pasar valuta asing.

Mengapa inflasi dipilih sebagai tujuan akhir kebijakan moneter?

Kestabilan nilai rupiah sangat penting terutama untuk mendukung pembangunan


ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Kenaikan harga-harga
yang tinggi dan terus menerus akan menurunkan daya beli masyarakat, terutama golongan
masyarakat yang berpendapatan tetap,sehingga kesejahteraannya akan menurun.Nilai tukar
rupiah yang terus melemah,meskipun dapat meningkatkan pendapatan netto dari perdagangan
luar negeri,akan menaikkan harga-harga di dalam negeri,khususnya harga barang dan jasa yang
harus diimpor dari manca negara. Di samping itu, ketidakstabilan inflasi dan nilai tukar rupiah
menyebabkan dunia usaha dan para pelaku ekonomi akan mengalami kesulitan dalam menyusun
bussines plan-nya yang pada akhirnya akan mengakibatkan fluktuasi perkembangan ekonomi
secara keseluruhan yang pada gilirannya akan memperburuk kesejahteraan masyarakat.

Penetapan tujuan tunggal sebagaimana disebutkan di atas menjadikan sasaran yang harus
dicapai dan batas tanggung jawab Bl akan semakin jelas dan fokus.Meskipun tujuan BI
mengutamakan pada stabilitas rupiah,tidak berarti bahwa BI tidak memperhatikan perkembangan
ekonomi dan keuangan secara keseluruhan.Dalam
mencapaitujuantersebut,Blperlumengarahkankebijakanmoneternya untuk menyeimbangkan
kondisi ekonomi internal (keseimbangan permintaan dan penawaran barang) dengan kondisi
ekonomi.

Eksternal yang tercermin pada kinerja neraca pembayaran (balim of


paymenf).Perwujudan keseimbangan internal adalah terjagany inflasi pada tingkat yang
rendah,sementara dari sisi eksternal adab terjaganya nilai tukar rupiah pada tingkat
perkembangan yang cuku kuat dan stabil.Untuk alasan itu,maka BI harus mempertimbangka dan
melakukan koordinasi dengan pemerintah agar kebijakan yan ditempuhnya sejalan dan saling
mendukung dengan kebijakan fiska dan kebijakan makroekonomi lainnya

B.Tugas Pokok Bank Indonesia

BI sebagai Bank Sentral di Indonesia memiliki 3 (tiga)tugas utama antara lain: 1)


menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,(2)mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran (3)mengatur dan mengawasi bank,Pelaksanaan ketiga tugas tersebut mempunyai
keterkaitan dan oleh karena itu harus dilakukan secara saling mendukung guna tercapainya
tujuan tersebut secara efektif dan efisien.Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa dalam
perkembangan lebih lanjut sesuai amanat UU No.21 Tentang OJK maka tugas pokok yang kedua
akan dialihkan ke OJK sejak tanggal 01 Januari 2014.

15
Tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dilakukan oleh BI antara lain
melalui pengendalian uang beredar dan suku bunga dalam perekonomian.Efektivitas pelaksanaan
tugas tersebut memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien. Cepat,aman dan andal
yang merupakan sasaran dari pelaksanaan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran Sistem pembayaran yang efisien,cepat, aman dan andal tersebut memerlukan sistem
perbankan yang sehat yang merupakan sasaran tugas mengatur dan mengawasi bank. Sistem
perbankan yang sehat. Selain mendukung kinerja sistem pembayaran,akan mendukung
pengendalian moneter mengigat pelaksanaan kebijakan moneter danefektivitasnya dalam
memengaruhi kegiatan ekonomi ril dan mencapai stabilitas nilai rupiah terutama berlangsung
melalui sistem perbankan(Sugiyono dan Ascarya,2003).

Dari uraian di atas,dapat disimpulkan bahwa jika keterkaitan pelaksanaan ketiga tugas
tersebut secara saling mendukung atau memperkuat antara satu dengan lainnya, maka diharapkan
pencapaian tujuan BI akan efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pembangunan
ekonomi makro lainnya,misalnya pertumbuhan ekonomi dan perluasan penciptaan lapangan
kerja.

Untuk mencapai tujuan BI yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, maka
BI didukung oleh 3 (tiga) pilar yang merupakan tiga bidang tugas utamanya.Sebagaimana uraian
Jebelumnya bahwa pelaksanaan ketiga tugas tersebut mempunyai keterkaitan dan oleh karena itu
harus dilakukan secara saling mendukung guna tercapainya tujuan tersebut secara efektif dan
efisien.Tiga pilar bidang tugas BI terangkum pada Gambar 4.3.

16
4.4.7.Visi,Misi dan Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia

UU Nomor:23 Tahun 1999 mengamanatkan bahwa tujuan BI adalah mencapai dan


memelihara kestabilan nilai rupiah.Rumusan tujuan ini menjadi pedoman bagi BI dalam
mentapkan Visi dan Misinya(Warjiyo,2004).Visi dan Misi BI semakin disempumakan seiring
dengan terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan(OJK),Visi,Misi dan Nilai-Nilai Strategis BI yang
dimaksud adalah sebagai berikut

VISI BANK INDONESIA

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan
nila-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

MISI BANK INDONESIA

1.Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

2.Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan
terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/
pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional

3.Mewujudkan sistem pembayaran yang aman,efisien,dan lancar yang berkontribusi terhadap


perekonomian,stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek
perluasan akses dan kepentingan nasional

4..Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja,serta melaksanakan tata kelola (gooernance) yang
berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU

NILAI-NILAI STRATEGIS:

17
Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia,manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau
berperilaku terdiri atas:

Trust and Integrity-Professionalism-Excellence-Public Interest-Coordination and Teampork

4.4.8 Akuntabilitas Bank Indonesia

Undang-Undang Bank Indonesia Nomor 23/1999 yang kemudian diamandemen menjadi


Undang-Undang No.3 Tahun 2004 Tentang BI menuntut adanya akuntabilitas dan transparansi
dalam Setiap pelaksanaan tugas,wewenang dan anggaran BI.Akuntabilitas dan transparansi yang
dituntut dari BI tersebut dimaksudkan agar semua pemangku kepentingan(stakeholders) dapat
ikut melakukan pengawasan terhadap setiap langkah kebijakan yang ditempuh oleh BL

Jika dilihat dari segi pelaksanaan tugas dan wewenang,maka prinsip akuntabilitas dan
transparansi diterapkan dengan cara menyampaikan informasi kepada masyarakat luas secara
terbuka melalui media massa,pada setiap awal tahun,mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan
moneter pada tahun sebelumnya,serta rencana kebijakan moneter dan penetapan sasaran-sasaran
moneter untuk tahun yang akan datang.Informasi tersebut juga disampaikan secara tertulis
kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat(DPR). Sejalan dengan fungsi pengawasan yang
diemban oleh DPR, maka BI juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan perkembangan
pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR setiap triwulan atau sewaktu-waktu bila
diminta oleh DPR.Untuk tercapainya transparansi di bidang anggaran,BI berkewajiban
menyampaikan anggaran tahunannya kepada DPR.Laporan Keuangan Tahunan BI juga
disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diteliti dan diumumkan kepada
masyarakat melalui media massa.BI juga diwajibkan menyusun neraca singkat mingguan yang
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia(Warjiyo,2004)

4.4.9. Bank Indonesia dan Inflation Targeting

Sebagaimana halnya dengan bank sentral di negara lain yang menerapkan Inflation
Targeting,Bl sebagai bank sentral di Indonesiamengemban amanat untuk mencapai tingkat
inflasi yang rendah dan stabil,amanat tersebut tertuang secara eksplisit dalam Pasal 7 ayat (1)UU
No.3/2004 tentang BI yang berbunyi bahwa tujuan BI adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah Tujuan BI tersebut sangat erat kaitannya dengan diterapkannya strategi
kebijakan moneter yang dinamakan Inflation Targeting.

Krisis keuangan dan moneter yang kemudian menjadi krisis multidimensi yang terjadi
sejak paruh tahun 1997 memberikan banyak pelajaran berharga bagi bangsa ini untuk melakukan
reformasi di bidang ekonomi,termasuk reformasi dalam strategi kebijakan moneter yang
dirahkan untuk mengemban amanat pencapaian target stabilitas nilai rupiah (stabilitas
harga).Stabilitas harga dapat dilihat dari 2(dua)aspek,yaitu aspek internal dan eksternal.Jika
stabilitas harga dilihat dari aspek internal, maka yang dimaksud stabilitas harga adalah kestabilan
rupiah terhadap barang dan jasa dengan atau tercermin dari perkembangan laju

18
inflasi.Sedangkan, jika dilihat dari aspek eksternal,maka yang dimaksud stabilitas harga adalah
kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain diukur atau tercermin dari perkembangan
nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.Oleh karena BI telah menganut rezim nilai
tukar free floating exchange rates sejak Agustus 1997, maka fokus BI adalah stabilitas harga
yang berkenaan dengan inflasi.

Kestabilan nilai rupiah sangat penting untuk mendukun embangunan ekonomi yang
berkelanjutandan meningkatka kesjahteraan rakyat(UU No.3/2004 Tentang BI).Untuk alasan
itu,a mengubahstrategikebijakan moneternya,yakni dari monetery targeting menjadi inflation
tergeting. Artinya, sejak saat itu BI mengemban amanat baru untuk menggantikan amanat lama
yang kurang realists diemban oleh bank sentral, yaitu perluasan kesempatan kerja pertumbuhan
ekonomi,pengurangan pengangguran dan stabilitas pasar valuta asing (Mishkin,2004:411).
Secara teoritis,perubahan strategi tersebut sangat erat kaitannya dengan pernyataan bahwa dalam
jangka panjang peningkatan jumlah uang beredar (money supply) hanya berpengaruh terhadap
peningkatan harga (inflasi)dan tidak berpengaruh terhadap peningkatan output(GDP).Oleh
karena itu,dapat disimpulkan bahwaranah inflasi dianggap sangat relevan untuk diemban oleh BI
sebagai otoritas moneter di Indonesia(Satria, 2008:69).

Sejak Juli 2005 telah terjadi perubahan paradigma dalam operasi kebijakan moneter, dari
stabilisasi dengan pentargetan moneter (monetary targeting) (ITF) menjadi stabilisasi dengan
kerangka pentargetan inflasi (inflation targeting framework) dengan menggunakan instrumen
suku bunga. Dengan ITF,BI secara eksplisit mengumumkan sasaran inflasi kepada publik dan
kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkanoleh pemerintah.

Dalam rezim ITF yang dianut penuh olehBIyang dituju,sebagai panduan bagi pasar.BI
rate merupakan policy rate,sebagai suku bunga acuan (benchmark). Dampak BI rate terasa dalam
implementasi operasi moneter oleh BI melalui pengelolaan likuiditas di pasar. Alatnya adalah
suku bunga pasar uang antar bank overnight(suku bunga PUAB O/N).

Bagi perbankan, PUAB merupakan salah satu alternatif cara atau sumber pemenuhan
likuiditas harian.Melalui transaksi pinjaman antarbank yang sebagian besar berjangka pendek
inilah, sinyal kebijakan moneter ditransmisikan kepada instrumen lain di pasar keuangan
misalnya suku bunga deposito dan kredit. Di samping itu,perubahan (kenaikan) BI rate juga bisa
dipakai untuk menarik masuknya dana asing (capital inflow),yang sekaligus bisa menambah
likiuditas valauta asing di dalam negeri.Jika hal ini berjalan,maka ujungnya adalah kestabilan
nilai tukar (www.bi.go. Id).Dalam melaksanakan tugasnya,BI menggunakan beberapa
instrumen/piranti,baik langsung langsung maupun tidak langsung. Piranti tidak langsung terdiri
dari Operasi Pasar Terbuka (OPT). Giro Wajib Minimum (GWM), Fasilitas Diskonto,dan
Himbauan Moral Melalui OPT, BI melakukan transaksi (lelang)jual beli surat-surat berharga
termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

19
SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagai
pengakuan atas utang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto.Maksud dari diskonto
adalah suku bunga jangka waktu satu bulan/tiga bulan/enam bulan/sembilan bulan-yang
ditawarkan oleh BI kepada bank-bank swasta.Hingga saat ini suku bunga SBI(khususnya SBI 1
bulan) dianggap sebagai sinyal bagi perubahan suku bunga di pasar uang,baik suku bunga
simpanan (deposito) maupun suku bunga pinjaman (kredit).SBI diterbitkan sebagai upaya
mengontrol JUB di pasar atau M,melalui OPT(Kuncoro,2013:55),

Pertanyaan yang patut diajukan adalah apa itu BI rate?

BI rate merupakan sinyal berupa besaran angka dalam transmis kebijakan moneter yang
menunjukkan situasi terkini ekonomi termasuk gambaran tentang tantangan dalam pencapaian
targel inflasi.Johansyah (2013)menerangkan Bl rate dengan dua contoh.Contoh kesatu,BI rate itu
ibarat mekanisme perpindahan gigi persneling mobil yang harus diambil sesuai kondisi yang
dihadapi.Kalau gigi persneling naik, artinya jalan kedepan mulus.Kalau gigi turun,artinya harus
hati-hati menghadapi jalan yang tidak rata atau tikungan.Dengananalogi perseneling BI rate
punya prinsip serupa.Namun,kehati-hatian justru diisyaratkan ketika Bl rate naik,misalnya saat
inflasi mulai naik Laju ekonomi saat itu dinilai terlalu cepat,bisa mengakibatkan
ketidakseimbangan.Sebaliknya,Bl rate akan turun saat inflasi bukan lagi bahaya dan ekonomi
dapat melaju lebih kencang. Contoh kedua,BI rate itu adalah biangnya suku bunga.Semua suku
bunga yang ada,dari deposito,sampai yield obligasi,akan mengacu kepada Bl rate dengan
penyesuaian terhadap jangka waktunya.Jadi,BI rate adalah indikator keseimbangan.Mirip
keseimbangan yang mengatur gigi perseneling mobil dalam berbagai kondisi jalan. Karena itu,Bl
rate hanya berubah kalau keseimbangan itu terganggu secara fundamental dan dampaknya
jangka panjang. BI rate bukan untuk perubahan jangka pendek agar ekonomi tidak seperti
rollercoaster yang naik turunnya tiba-tiba.Selain penjaga keseimbangan,Bl rate juga pemberi
kepastian kepada pelaku usaha akan medan ekonomi ke depan.Karena sebagai nahkoda
moneter,Bank Indonesia harus memberikan kepastian kepada penumpang akan kepastian jalan
yang ditempuh ke depan"(sumber:www. bi.go.id dan Gerai BI Bulan Juli 2013).

4.5.Peran BI Pasca Terbentuknya OJK

Tugas BI setelah terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) relatif berkurang karena
tugas Bl yang terkait dengan pengaturan dan pengawasan perbankan,khususnya microprudential
sudah diserahkan ke OJK sejak tanggal 01 Januari 2014.Meskipun demikian,Bl tetap mengawasi
perbankan dari sisi makroprudential (stabilitas sistem keuangan).Oleh karena BI sebagai
lembaga yang memiliki otoritas di bidang keuangan (sistem keuangan),maka sifat pelaksanaan
tugas BI dapat diklasifikasikan berdasarkan pendekatan makroprudensial (macroprudential)dan
mikroprudensial (microprudential).

1.Makroprudensial

20
Dalam bidang ini Bank sentral(BI) melakukan asesmen dan upaya-upaya untuk menjaga
kestabilan harga (price stability) dan menjaga stabilitas sistem keuangan pada umumnya.Tugas
ini dilaksanakan melalui perannya sebagai lender of last resort dan menerbitkan peraturan kehati-
hatian terhadap bank dan lembaga keuangan yang menjadi bidang pengawasannya (khususnya
bank skala besar).

2.Mikroprudensial

Dalam bidang ini Bank sentral(BI) melakukan asesmen terhadap lembaga keuangan yang
menjadi kewajiban bank sentral sebagai superoisor atau pengawas,Bank sentral dapat
menerbitkan ketentuan terhadap lembaga yang ada dalam lingkup pengawasannya.

Tugas BI pasca terbentuknya OJK adalah sebagai berikut:

1.Merumuskan dan menerapkan kebijakan moneter (stabilitas moneter)

2.Mengatur kelancaran sistem pembayaran (stabilitas sistem pembayaran)

3.Stabilitas sistem keuangan

Ketiga tugas BI tersebut memiliki keterkaitan antara satu tugas dengan tugas lainnya,yaitu

1).Oleh karena pelaksanaan kebijakan moneter dilakukan melalui sistem keuangan, khususnya
lembaga perbankan, maka sistem keuangan yang sehat dan lancar, dan keamanan sistem
pembayaran merupakan prasyarat efektivitas suatu kebijakan moneter,

(2).Kebijakan moneter yang tidak tepat dapat mengakibatkan terganggunya sistem keuangan, dan
(3). Kelancaran dan keamanan sistem pembayaran yang tidak sehat dapat mengganggu stabilitas
sistem keuangan dan efektivitas kebijakan moneter.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Bank Indonesia adalah bank sentral republic Indonesia yang bertanggungjawabuntuk


mengatur kebijakan moneter guna mencapai stabilitas harga,menjaga stabilitas sistem
keuangan,serta memfasilitasi pembayaran yang efisien dan andal di Indonesia.Kebijakan
moneter yang dilakukan BI meliputi pengaturan suku bunga,intervensi pasar valuta
asing,pengendalian inflasi,dan pengaturan jumlah uang yang beredar di pasar.BI juga
bertanggungjawab untuk mengawasi dan mengatur kegiatan perbankan di Indonesia.

21
Sebagai bank sentral,BI juga memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan Indonesia.BI mengawasi bank-bank di Indonesia dan memastikan bahwa mereka
memenuhi persyaratan kecukupan modal,likuiditas,dan manajemen risiko.Secara
keseluruhan,Bank Indonesia berperan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia
melalui kebijakan moneter yang efektif,pengaturan perbankan yang baik,dan fasilitas
pembayaran yang andal.

B.Saran

Semoga dengan adanya makalah mengenai ekonomi moneter ini,dapat menambah


wawasan kita semua tentang bank Indonesia.Makalah ini jauh dari kata kesempurnaan,maka dari
itu kami mohon saran yang dapat meningkatkan dan membangun dalam penyempurnaan
makalah ini.Atas saran dan masukkannya kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2012. Kebijakan Moneter & Implementasinya Di

Indonesia. Materi Training of Trainers (TOT) Kebanksentralan.

Makassar 05 September 2012.

Bank Indonesia. 2012. Statistik Ekonomi dan keuangan Indonesia

(SEKI) 2012. http//www.bi.go.id

Bimantoro, Suarpika dan Bahroen, Syahrul. 2003. Organisasi Bank

Indonesia. Seri Kebanksentralan No. 9. Pusat Pendidikan dan studi Kebanksentralan.

Boyes, William J, 1991.Macroeconomics: Intermediate Theory and Policy,

3rd Edition, Ohio:South Western Publishing Company.

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai