Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BANK & LEMBAGA KEU’ NON BANK

“Bank Scentral dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia”

Disusun oleh:

Alfi Lailani Haya 21130009


Juwita Dipanti 21120004

Otak Kiri A

Manajemen Informatika

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN SUKMA

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Bank & Lembaga Keu’ Non Bank, dengan judul:
“Bank Central dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN.....................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................................................3
2.1 Tujuan & Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral.....................................................................3
A. Tujuan................................................................................................................................................3
B. Tugas bank sentral.............................................................................................................................3
2.2 Peranan Bank Indonesia Dalam Stabilitas Keuangan........................................................................4
2.3 Otoritas Monoter di Indonesia...........................................................................................................4
2.4 Peranan Kebijakan Moneter terhadap Perekonomian........................................................................5
2.5 Hubungan Bank Sentral dengan Pemerintah dan Lembaga Keuangan Lainnya.................................6
A. Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah..................................................................................6
B. Hubungan Bank Indonesia dengan Lembaga Keuangan Lainnya......................................................6
C. Hubungan Bank Indonesia dalam Dunia Internasional......................................................................6
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................8

II
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Peranan bank sentral disetiap negara menjadi sangat penting sebab dunia perbankan
merupakan urat nadi perekonomian dalam suatu negara. Sektor perbankan memiliki peran yang
berpengaruh terhadap maju atau mundurnya perekonomian dalam suatu negara.1 Bank sentral
sangat berperan penting untuk meminimalkan resiko-resiko dalam dunia perbankan serta memberi
perlindungan terhadap dana masyarakat yang ada pada lembaga perbankan. Bank sentral menjaga
agar tingkat inflasi terkendali dengan mengontrol keseimbangan antara jumlah uang dan barang
yang beredar pada masyarakat.

Bank sentral yang bertujuan untuk mengontrol kebijakan dan kestabilan perekonomian
dimiliki hampir disetiap negara. Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai bank sentral
dan disebut dengan Bank Indonesia. Bank Indonesia menghadapi berbagai masalah dan mengalami
pasang surut dalam perkembangannya.

Dalam suatu sistem perekonomian, salah satu cara untuk mengendalikan keseimbangan
ekonomi adalah melalui kebijakan moneter. Kebijakan moneter merupakan suatu usaha pemerintah
dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Kebijakan moneter pada dasarnya adalah suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, dan pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eskternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya
tujuan ekonomi makro yaitu menjaga stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga, serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Kebijakan moneter
yang diambil Bank Sentral/ Bank Indonesia (BI) tidak bisa secara langsung mempengaruhi kegiatan
ekonomi tapi memerlukanwaktu (time lag) dan melalui suatu mekanisme transmisi tertentu yang
dikenal dengan nama channels of monetary transmission. Kebijakan moneter mempengaruhi
kegiatan ekonomi riil melalui berbagai saluran (channel), di antaranya suku bunga, agregat moneter,
kredit, nilai tukar, harga aset, dan ekspektasi. Oleh karena itu, identifikasi transmisi kebijakan
moneter merupakan hal yang penting bagi pengambil kebijakan moneter dalam mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan pemerintah di bidang moneter telah dikeluarkan dalam rangka mengantisipasi


dampak krisis keuangan pada sektor perbankan. Penetapan kebijakan cadangan wajib minimum
(giro wajib minimum) untuk menambah kepercayaan diri bank terhadap kondisi likuiditas
perbankan yang melemah akibat krisis keuangan (Sudarsono, 2009).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa tujuan dan tugas bank Indonesia sebagai bank sentral?
2. Bagaimana peranan bank Indonesia dalam stabilitas keuangan?
3. Apa itu otoritas moneter di Indonesia?
4. Apa itu peran & kebijakan moneter terhadap perekonomian?
5. Bagaimana Hubungan Bank Sentral dengan Pemerintah danLembaga Keuangan lainnya?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui tugas dan tujuan Bank Indonesia sebagai bank sentral
2. Mengetahui otoritas moneter di Indonesia
3. Mengetahui peran & kebijakan moneter terhadap perekonomian
4. Mengetahui hubungan bank sentral dengan pemerintah dan lembaga keuangan lainnya.

2
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Tujuan & Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral

A. Tujuan
UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia secara tegas memberikan landasan bagi
independensi Bank Indonesia dalam mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah dengan menggunakan instrumen kebijakan. Kestabilan
nilairupiah yang dimaksud adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang diukur
berdasarkan perkembangan laju inflasi, serta terhadap perkembangan mata uang asing yangdiukur
berdasarkan pada perkembangan nilai tukar rupiah (kurs) terhadap mata uang negara lain.
Sebagaimana di negara lain, pengendalian inflasi sebagai sasaran akhir kebijakanmoneter dilakukan
oleh Bank Indonesia dengan beberapa pertimbangan. Pertama,bukti empirisbahwa dalam jangka
panjang kebijakan moneter hanya dapat mempengaruhi tingkat inflasi dantidak dapat
mempengaruhi variabel riil seperti pertumbuhan ekonomi atau tingkatpengangguran.
Kebijkan moneter hanya dapat mempengaruhi variabel riil dalam jangkapendek.
Kedua,pencapaian inflasi yang rendah merupakan persyaratan bagi tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan karena perekonomian tidak dipacu untuk tumbuhmelebihi
kapasitasnya.Ketiga,dengan ditetapkan inflasi sebagai sasaran tunggal, sasaran tersebut akan
menjadi acuan dalam perumusan kebijakan moneter.Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan
Bank Indonesia lebih transparan danmudah diukur. Penetapan tujuan tunggal di atas menjadikan
sasaran dan batas tanggungjawab Bank Indonesia semakin jelas dan terfokus.

B. Tugas bank sentral


a. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia diberi kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter
melaluipenetapan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi serta
melakukanpengendalian jumlah uang beredar dengan menggunakan berbagai instrumen
kebijakan moneter.
Kebijakan moneter yang ditempuh oleh otoritas moneter merupakan salah satu
bagianintegral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter mempunyai peranan yang
sangat strategis, seperti stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan perluasan kesempatan
kerja, serta pengendalian devisa.

b. Mengatur dan Menjaga Sistem Pembayaran


Sistem pembayaran yang lancar dan aman merupakan salah satu prasyarat
dalamkeberhasilan pencapaian tujuan kebijakan moneter. Sehubungan dengan hal tersebut
BankIndonesia mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran melalui sistem
kewenangandalam:
 Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas jasa sisa pembayaran
3
 Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikann laporan
tentang kegiatannya
 Menetapkan penggunaan alat pembayaran

c. Mengatur dan Mengawasi Bank


Tugas mengatur dan mengawasi bank merupakan salah satu tugas yang penting,
khususnya dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat yang pada akhirnya
dapat mendorong efektivitas kebijakan moneter.

2.2 Peranan Bank Indonesia Dalam Stabilitas Keuangan


Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama
BankIndonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem
keuangan(perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga
stabilitasmoneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya
dalammendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak
dapatdipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas
keuanganbegitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari
efektivitaskebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan
moneter,sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter
tidakdapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental
akanmempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan.
Inilahyang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan
tugasdan tanggung jawab Bank Indonesia.

2.3 Otoritas Monoter di Indonesia


Otoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk mengendalikan jumlah
uang yang beredar pada suatu negara dan memiliki hak untuk menetapkan suku bunga dan
parameter lainnya yang menentukan biaya dan persediaan uang.
Menurut UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia mempunyai tujuan agar otoritas
moneter dan menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter yang efektif dan efesien melalui
sistem keuangan yang sehat, transparan, terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan yang
didukung oleh sistem pembayaran yang lancar, cepat, tepat dan aman, serta pengaturan dan
pengawasan bank yang memenuhi prisnsip kehati-hatian.

Undang – undang tentang bank sentral yang baru ini pada dasarnya memberikan kewenangan
yang besar kepada Bank Indonesia untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter di
Indonesia. Dengan kata lain, Bank Indonesia ditempatkan sebagai otoritas moneter di Indonesia,
sedangkan Dewan Moneter ditiadakan. Meskipun otoritas moneter tidak terletak lagi pada
pemerintah, pemerintah tetap mempunyai akses tertentu dalam mempengaruhi kebijakan moneter.
Namun, pada akhirnya lahirlah UU No. 3 Tahun 2004. Undang – undang yang baru ini bukan

4
menggantikan undang – undang sebelumnya, tetapi merevisi beberapa pasal serta menambah
beberapa pasal baru.

2.4 Peranan Kebijakan Moneter terhadap Perekonomian


Tugas kebijakan moneter pada umumnya jauh lebih berat dan rumit jika dibandingkan dengan
di negara maju. Ada beberapa faktor menyebabkan hal ini. Pertama, tugas untuk menciptakan
penawaran uang yang cukup sehingga pertambahannya dapat selalu selaras dengan jalannya
pembangunan yang memerlukan disiplin kuat di kalangan penguasa moneter dan juga di pihak
pemerintah. Kekurangan modal, dan terbatasnya pendapatan pemerintah sering kali menimbulkan
dorongan yang sangat kuat bagi pemerintah untuk meminjam secara berlebihan pada bank Sentral.
Jika ini, dilakukan laju pertambahan jumlah uang tunai dan akan menjadi lebih cepat dari yang
diperlukan. Kedua, Bank sentral di negara berkembang harus lebih teliti dan berhati-hati mengawasi
perkembangan penerimaan valuta asing dan mengawasi kegiatan dalam sektor luar negeri (ekspor
dan impor). Kegiatan di sektor ini sangat mudah menimbulkan inflasi negar tersebut, karena harga
mentah yang diekspor selalu naik turun. Maka, penerimaan dari kegiatan ekspor selalu mengalami
perubahan yang tidak teratur. Adakalanya tingkat kenikan yang besar sekali, dan ada kalanya sangat
merosot, akibat dari naik turunnya pendapatan ekspor kepada ketabilan ekonomi dan kelancaran
pembangunan.

Dengan meningkatkan ketelitian dari kebijakan moneter yang lebih berhati terhadap
pengeluaran uang dalam negeri dan perdagangan luar negeri, ketabilan jumlah uang beredar akan
lebih terarah dan akan menjadi penyeimbang dalam kebijakan yang dilakukan untuk pengeluaran
pemerintah yang dapat disebuut dengan kebijakan fiskal. Efektifitas kebijakan moneter yang dapat
terlihat bagaimana mengembangkan sektor pedesaan dengan baik untuk menyalurkan ke dalam unit
yang membutuhkan. Berkaitan dengan lembaga ekonomi, terkandung konsep mengenai pasar desa
dan kemudian konsep modern mengenai agropolitan, kota pertanian sebagai pusat perdagangan dan
pelayanan jasa masyarakat pertanian. Lembaga pasar dan agropolitan ini memfasilitasi proses
terbentuknya pasar dan ekonomi pasar. Perdagangan dan jasa membutuhkan alat pembayaran yaitu
uang. Karena itu, perkembangan pasar ikut menumbuhkan proses monetisasi pedesaan. Di daerah
pedesaan, bank akan memiliki corak tersendiri yang diwarnai oleh perilaku masyarakat pedesaan.
Karena itu, kemudian timbul konsep, mengenai Bank Pedesaan (rural bank) sebagai lembaga
intermediasi untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada mereka yang
membutuhkan. Di Indonesia, Bank rakyat Indonesia (BRI) merupakan model bank pedesaaan
dengan ciri BRI Unit desanya yang berhasil memfasilitasi proses monetisasi pedesaan.

Untuk negera berkembang, diperlukan suatu kerjasama dengan setiap Bank Umum agar
mampu sebagai Bank yang dapat memberikan pinjaman selaras dengan kebijakan pemerintah untuk
membantu permodalan pada UMKM. Namun prinsip penggunaan modal yang diberikan kepada
UMKM, diperlukan perhatian yang selektif agar bisa menjadi cara untuk peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Terhadap lembaga asing, juga diperlukan sautu kehati-an dalam melakukan seleksi, agar
terjadinya profesionalisme dalam tindakan yang bersifat kebijakan moneter.

5
2.5 Hubungan Bank Sentral dengan Pemerintah dan Lembaga Keuangan Lainnya.

A. Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah.


Dalam rangka koordinasi kegiatan moneter dan kegiatan fiskal, Bank
Indonesiaselaku otoritas moneter perlu menjamin kerja sama dengan pemerintah selaku
otoritas. Secaraumum hubungan yang terjalin antara Bank Indonesia dengan pemerintah
sebagai berikut:

 Bank Indonesia ditunjuk sebagai pemegang kas pemerintah


 Bank Menyelenggarakan pemindahan uang untuk pemerintah di antara
kantor-kantornya diseluruhwilayah Republik Indonesia
 Bank Membantu pemerintah dalam penempatan surat-surat huutang negara,
penatausahaan sertapembayaran kupon dan pelunasannya. Dalam
melaksanakan ketentuan ini bank tidakmemperhitungkan biaya-biaya
 Pemerintah wajib meminta pendapat dan atau mengundang Bank Indonesia
dalam sidang kabinetyang membahas masalah yang berkaitan dengan tugas
Bank Indonesia yaitu masalah ekonomi
 Bank memberikan kepada pemerintah kredit dalam rekening koran untuk
memperkuat kas negaramenurut keperluan sebagaimana ditetapkan dalam
anggaran pendapatan dan belanja Negara
 Kredit tersebut diberikan atas tanggungan yang cukup dalm kertas
perbendaharaan negara yangpengeluaran dan penggadaiannya dizinkan
berdasarkan undang-undang
 Bank membantu penempatan surat-surat hutang negara untuk
membiyai APBN yangpengeluarannya diatur berdasarkan undang-undang
dan Bank dapat membeli sendiri surat-surat hutang tersebut.

B. Hubungan Bank Indonesia dengan Lembaga Keuangan Lainnya


Hubungan yang terjalin Bank Indonesia dengan Lembaga Keuangan lainnya adalah
BankIndonesia menyalurkan dana kepada lembaga keuangan lain (bank komersial/bank
umum) agardana tersebut dapat digunakan pada masyarakat untuk tujuan usaha
pembangunan yang produktif dan berencana.

C. Hubungan Bank Indonesia dalam Dunia Internasional


Bank Indonesia juga menjalin hubungan kerja dengan lembaga-lembaga
internasional, halini diperlukan untuk menunjang kelancaran tugas Bank Indonesia maupun
pemerintah yangberhubungan dengan ekonomi, moneter dan perbankan.Hubungan kerja
sama yang dijalin oleh Bank Indonesia, terdiri dari:Kerja sama yang dilakukan atas nama
bank entral sendiri dalam rangka menjalankan tugasnyaseperti keanggotaan bank sentral
diSouth East Asia Central Bank (SEABC).Kerja sama dan atas nama negara seperti
keanggotaan suatu negara di lembaga internasionalsepertInternational Monetary Fund (IMF).

6
BAB 3 KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

Dalam perkembangan sejarah peradaban manusia, peranan uang dirasakan sangat penting.
Hampir tidak ada satu pun bagian dari kehidupan ekonomi manusia yang tidak terkait dengan
keberadaan uang. Pengalaman menunjukkan bahwa jumlah uang beredar di luar kendali dapat
menimbulkan konsekuensi atau pengaruh yang buruk bagi perekonomian secara keseluruhan.
Konsekuensi atau pengaruh buruk dari kurang terkendalinya perkembangan jumlah uang beredar
tersebut antara lain dapat dilihat pada kurang terkendalinya perkembangan variabel-variabel
ekonomi utama, yaitu tingkat produksi (output) dan harga.

Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga
melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat mengganggu pertumbuhan
ekonomi.

Sebaliknya, apabila peningkatan jumlah uang beredar sangat rendah, maka kelesuan ekonomi
1

akan terjadi. Apabila hal ini berlangsung terus menerus, kemakmuran masyarakat secara
keseluruhan pada gilirannya akan mengalami penurunan.

Kondisi tersebut antara lain melatar belakangi upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah
2

atau otoritas moneter suatu negara dalam mengendalikan jumlah uang beredar dalam perekonomian.
Kegiatan pengendalian jumlah uang beredar tersebut lazimnya disebut dengan kebijakan moneter,
yang pada dasarnya merupakan salah satu bagian intergal dari kebijakan ekonomi makro yang
ditempuh oleh otoritas moneter.

1
Secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan tingkat harga (barang dan jasa) umum yang terjadi secara terus-menerus.
Uraian lebih lengkap mengenai inflasi disampaikan pada bagian tersendiri dari buku ini. Baca Boks 3. Penentuan Sasaran Inflasi dan
Boks 4. Sasaran Inflasi: Headline vs Inti

2
Untuk selengkapnya, baca Buku Seri Kebanksentralan No. 1, Uang: Pengertian, Pencipataan, dan Peranannya dalam Perekonomian,
oleh Solikin dan Suseno, PPSK Bank Indonesia (2002). Untuk dapat mencerna buku ini dengan baik, khususnya menyangkut
pemakaian istilah-istilah teknis di bidang moneter, pembaca disarankan untuk terlebih dahulu membaca buku tersebut atau literatur
ekonomi moneter lain.
7
3.1 Gambaran Umum Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk
pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang
diinginkan.3 Dalam praktek, perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan tersebut adalah
stabilitas ekonomi makro yang antara lain dicerminkan oleh stabilitas harga (rendahnya laju inflasi),
membaiknya perkembangan output riil (pertumbuhan ekonomi), serta cukup luasnya lapangan/
kesempatan kerja yang tersedia.

Kebijakan moneter yang disebutkan di atas merupakan bagian integral dari kebijakan ekonomi
makro, yang pada umumnya dilakukan dengan mempertimbangkan siklus kegiatan ekonomi, sifat
perekonomian suatu negara tertutup atau terbuka, serta faktor-faktor fundamental ekonomi lainnya.
Dalam pelaksanaannya, strategi kebijakan moneter dilakukan berbeda-beda dari suatu negara
dengan negara lain, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan mekanisme transmisi yang
diyakini berlaku pada perekonomian yang bersangkutan. Berdasarkan strategi dan trasmisi yang
dipilih, maka dirumuskan kerangka operasional kebijakan moneter. 3

3
Dalam hal ini, besaran moneter (monetary aggregates) antara lain dapat berupa uang beredar, uang primer, atau kredit perbankan.
8
3.2 3.2 Kebijakan Moneter dan Siklus Kegiatan Ekonomi

Perkembangan ekonomi suatu negara tentu mengalami pasang surut (siklus) yang pada periode
tertentu perekonomian tumbuh pesat dan pada periode lain tumbuh melambat. Untuk mengelola dan
mempengaruhi perkembangan perekonomian agar dapat berlangsung dengan baik dan stabil,
pemerintah atau otoritas moneter biasanya melakukan langkahlangkah yang dikenal dengan
kebijakan ekonomi makro. Inti dari kebijakan tersebut pada dasarnya adalah pengelolaan sisi
permintaan dan sisi penawaran suatu perekonomian agar mengarah pada kondisi keseimbangan
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Kebijakan moneter sebagai salah satu dari kebijakan ekonomi makro pada umumnya diterapkan
sejalan dengan business cycle ‘siklus kegiatan ekonomi’.
4
Dalam hal ini, kebijakan moneter yang diterapkan pada kondisi dimana perekonomian sedang
mengalami boom ‘perkembangan yang sangat pesat’ tentu berbeda dengan kebijakan moneter yang
diterapkan pada kondisi dimana perekonomian sedang mengalami depression atau slump
‘perkembangan yang melambat’. Dalam kajian literatur dikenal dua jenis kebijakan moneter, yaitu
kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif adalah
kebijakan moneter yang ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan
melalui peningkatan jumlah uang beredar. Sebaliknya, kebijakan moneter kontraktif adalah
kebijakan moneter yang ditujukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi, yang antara lain
dilakukan melalui penurunan jumlah uang beredar.

4
Menurut definisi yang dikemukakan oleh Burns and Mitchell, dalam Measuring Business Cycles, NBER (1946),
business cycle merupakan suatu jenis fluktuasi yang terjadi secara reguler pada perkembangan kegiatan ekonomi suatu
negara. Siklus tersebut umumnya terdiri dari ekspansi yang terjadi pada saat tertentu ketika dunia usaha meningkatkan
kegiatannya, yang kemudian diikuti oleh perlambatan kegiatan ekonomi atau resesi, sampai akhirnya pada pulihnya
perkembangan ekonomi dalam fase ekspansi pada siklus yang terjadi berikutnya. Urutan dari perubahan-perubahan
tersebut terjadi secara berulang, namun tidak secara periodik. Dalam hal ini, durasi dari satu siklus bervariasi antara satu
tahun lebih sampai dengan sepuluh atau duabelas tahun. Ulasan lebih lanjut mengenai Business Cycles, dapat dibaca
dalam Parkin and Bade, Modern Macroeconomics, Philip Alan Publishers Ltd., 1988, hlm. 113 – 138.
9
Dalam pelaksanaannya, efektivitas kebijakan moneter tersebut tergantung pada hubungan
antara uang beredar dengan variabel ekonomi utama seperti output dan inflasi. Dari sejumlah
literatur, temuan utama yang menarik mengenai hubungan antara uang beredar, inflasi, dan output
adalah bahwa dalam jangka panjang, hubungan antara pertumbuhan uang beredar dan inflasi adalah
sempurna, sementara hubungan antara pertumbuhan uang atau inflasi dengan pertumbuhan output
riil mungkin mendekati nol. Temuan ini menunjukkan adanya suatu konsensus bahwa dalam jangka
panjang, kebijakan moneter hanya akan berdampak pada inflasi, dan tidak banyak pengaruhnya
terhadap kegiatan ekonomi riil.5 (Boks 1. Hubungan Uang dan Kegiatan Ekonomi: Perbedaan
Pemikiran Monetarist vs Keynesian).

Terlepas dari perbedaan sudut pandang di atas, umumnya kalangan praktisi maupun akademisi
meyakini bahwa dalam jangka pendek kebijakan moneter ekspansif dapat mendorong kegiatan
ekonomi yang sedang mengalami resesi yang berkepanjangan. Sebaliknya, kebijakan moneter
kontraktif dapat memperlambat laju inflasi yang umumnya terjadi pada saat kegiatan perekonomian
yang sedang mengalami boom.

Secara sepintas, pola kebijakan moneter yang counter-cyclical cukup tepat untuk diterapkan
agar perekonomian dapat terhindar dari gejolak struktural (shocks) atau fluktuasi siklus kegiatan
ekonomi. Namun, permasalahan mendasar yang muncul adalah berkaitan dengan sulitnya
memprediksi siklus kegiatan ekonomi, terutama menyangkut sampai sejauh mana perkembangan
suatu perekonomian mencapai posisi tertentu pada siklus yang terjadi. Kesalahan dalam
memprediksi siklus ekonomi yang terjadi dapat menimbulkan kesalahan dalam menentukan respons
kebijakan moneter.5

5
Konsensus dari literatur empiris mengenai pengaruh jangka pendek dari uang adalah bahwa suatu kejutan kebijakan moneter
menyebabkan pergerakan aktivitas ekonomi riil yang sedikit menaik dan kemudian menurun (hump-shaped). Artinya, bahwa
pelonggaran (pengetatan) kebijakan moneter dapat sedikit meningkatkan (menurunkan) aktivitas ekonomi riil dalam jangka yang
sangat pendek dan kemudian pengaruhnya akan menghilang. Untuk analisis lanjutan yang lebih komprehensif, silakan baca Walsh,
Carl E., Monetary Theory and Policy, MIT, 2001, Chapter 1: Empirical Evidence on Money and Output.
10
3.3 KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

Sistem Nilai Tukar

Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang terhadap
mata uang lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar yaitu : (1) fixed exchange rate
‘sistem nilai tukar tetap’, (2) managed floating exchange rate ‘sistem nilai tukar mengambang
terkendali’, dan (3) floating exchange rate ‘sistem nilai tukar mengambang’. Pada sistem nilai tukar
tetap, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu;
misalnya, nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika adalah Rp. 8000 per dolar.

Pada nilai tukar ini bank sentral akan siap untuk menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk
mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilai tukar tersebut tidak lagi dapat
dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi ataupun revaluasi atas nilai tukar yang
ditetapkan. Penetapan nilai tukar pada sistem nilai tukar tetap tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Yang pertama dikenal dengan pegged to a currency, yakni nilai tukar ditetapkan
dengan mengkaitkan langsung terhadap mata uang tertentu. Cara kedua disebut pegged to a basket
of currency, yaitu nilai tukar ditetapkan dengan mengkaitkan terhadap sejumlah mata uang tertentu,
dengan bobot masing-masing mata uang yang umumnya disesuaikan dengan besarnya hubungan
perdagangan dan investasi.

Selain itu, terdapat penetapan nilai tukar yang dikaitkan langsung pada mata uang tertentu dan
dijamin dengan cadangan devisa yang dimiliki oleh bank sentral, atau disebut dengan currency
board system. Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan
kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan
menguat apabila terjadi kelebihan penawaran di atas permintaan, dan sebaliknya nilai tukar akan
melemah apabila terjadi kelebihan permintaan di atas penawaran yang ada di pasar valuta asing. 6

6
Devaluasi adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah suatu negara untuk secara sepihak menurunkan nilai tukar mata uang
negara tersebut terhadap mata uang lain. Sebaliknya, revaluasi adalah kebijakan untuk menaikkan nilai tukar mata uang negara
tersebut terhadap mata uang lain. Kebijakan devaluasi/revaluasi biasanya dilakukan dalam rangka mempertahankan kinerja
perdagangan luar negeri suatu negara. Dengan asumsi tidak adanya counter-devaluation ’tindakan devaluasi balasan’ dari negara
pesaing, serta dengan memperhitungkan kondisi-kondisi tertentu, kebijakan devaluasi dalam jangka pendek dapat meningkatkan daya
saing sehingga merangsang kegiatan ekspor.
11
Selain kedua sistem tersebut di atas, terdapat variasi sistem nilai tukar diantara keduanya,
seperti sistem nilai tukar mengambang terkendali. Dalam sistem nilai tukar mengambang terkendali
ini, nilai tukar ditentukan sesuai mekanisme pasar sepanjang dalam intervention band ‘batas pita
intervensi’ yang ditetapkan bank sentral. 7

Masing-masing sistem nilai tukar mempunyai kelebihan dan kelemahan. Pemilihan sistem yang
diterapkan akan tergantung pada situasi dan kondisi perekonomian negara yang bersangkutan,
khususnya besarnya cadangan devisa yang dimiliki, keterbukaan ekonomi, sistem devisa yang
dianut (bebas, semi terkontrol, atau terkontrol), dan besarnya volume pasar valuta asing domestik.
Sistem nilai tukar tetap mempunyai kelebihan karena adanya kepastian nilai tukar bagi pasar. Tetapi,
sistem ini membutuhkan cadangan devisa yang besar karena keharusan bagi bank sentral untuk
mempertahankan nilai tukar pada level yang ditetapkan. Selain itu, sistem ini dapat mendorong
kecenderungan dunia usaha untuk tidak melakukan hedging ‘perlindungan nilai’ valuta asingnya
terhadap risiko perubahan nilai tukar.

Sistem ini umumnya diterapkan di negara yang mempunyai cadangan devisa besar, dengan
sistem devisa yang masih relatif terkontrol. Sementara itu, sistem nilai tukar mengambang bebas
mempunyai kelebihan dengan tidak perlunya cadangan devisa yang besar karena bank sentral tidak
harus mempertahankan nilai tukar pada suatu level tertentu. Akan tetapi, nilai tukar yang terlalu
berfluktuasi dapat menambah ketidakpastian bagi dunia usaha. Sistem ini umumnya diterapkan di
negara yang mempunyai cadangan devisa relatif kecil sementara sistem devisa yang dianut
cenderung bebas.

7
Apabila nilai tukar menembus batas atas atau batas bawah dari pita intervensi, secara otomatis bank sentral akan membeli atau
menjual devisa yang diperlukan oleh pasar sehingga nilai tukar bergerak dalam batas kisaran intervensi. Penetapan lebarnya kisaran
intervensi tergantung pada besarnya cadangan devisa yang dimiliki serta kemungkinan kebutuhan yang terjadi di pasar. Umumnya,
hal ini akan disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan cadangan devisa dan volume transaksi di pasar valuta
asing.
12
BAB 4 PENUTUP

KESIMPULAN

Bank sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam perekonomian suatu
bangsa,terutama di bidang moneter, keuangan, dan perbankan. Sehingga oleh karena itu bank
sentralmenjalankan tugasnya berdasarkan garis-garis pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
pemerintah.

Tujuan Bank Indonesia yaitu memelihara kestabilan nilai rupiah dengan menggunakan
instrumenkebijakan. Tugas Bank Indonesia yaitu: Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan
Moneter, Mengatur danMenjaga Sistem Pembayaran,Mengatur dan Mengawasi Bank. Bank
Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Dalam rangka
koordinasi kegiatan moneter dan kegiatan fiskal, Bank Indonesia selaku otoritasmoneter perlu
menjamin kerja sama dengan pemerintah selaku otoritas. Hubungan yang terjalin Bank Indonesia
dengan Lembaga Keuangan lainnya adalah BankIndonesia menyalurkan dana kepada lembaga
keuangan lain.

Bank Indonesia juga menjalin hubungan kerja dengan lembaga-lembaga internasional, hal
inidiperlukan untuk menunjang kelancaran tugas Bank Indonesia maupun pemerintah
yangberhubungan dengan ekonomi, moneter dan perbankan.

Efektifitas Kebijakan Moneter dalam perekonomian nasional untuk kebijakan stabilisasi


ekonomi yang ditempuh selama ini mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan
serta mendukung proses penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih seimbang. Bank Indonesia akan
memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk menjaga stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung penguatan struktur perekonomian domestik.
Selain itu, koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah akan diintensifkan dalam
mengendalikan inflasi dan defisit transaksi berjalan, agar penyesuaian ekonomi tetap terkendali dan
mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Ni’matul. 2005.Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Humas Bank Indonesia, Biro Gubernur. Bank Indonesia (http://www.bi.go.id). Diakses pada
hariKamis tanggal 22 November 2012 pukul 20.00.

Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-undang No. 23 Tahun 1999
TentangBank Indonesia.

Rahardjo, D. (2011). Nalar Ekonomi Politik Indonesia. Bogor: IPB Press.

Rivai, V., & dkk. (2007). Bank and Financial Institution Management. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

soemitro, a. (2009). bank dan lembaga keuangan syariah. jakarta: kencana.

Sukirno.S. (2011). Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. Jakarta: Prenada
Media Group.

Syukron, A. (2012). Pengaturan dan Pengawasan Pada Bank Syariah. Jurnal Ekonomi dan Hukum
Islam, 22-41.

14

Anda mungkin juga menyukai