Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

BANK DAN PERHITUNGAN BUNGA


PERAN BANK INDONESIA DALAM
STABILITAS KEUANGAN

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Abdul Rakhman, S.E., MBA.

Oleh:

KELOMPOK 1
Adriani Usman A021191002
Aini Chandra Kirana A021191184
Akuinas Antoni A021191011
FADLI A021191198
Hikmah Afrianti Setio Susila A021191041
Siti Annisaa Triana A021191132

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat & hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah kami yaitu “Bank Dan Perhitungan Bunga Peran Bank Indonesia Dalam
Stabilitas Keuangan” yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Seminar Manajemen Keuangan Kelas A. Salawat serta salam tak lupa pula kami
kirimkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, para sahabat & seluruh
ummatnya.

Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah kami masih belum sempurna
dan masih banyak kekurangan di dalamnya karena pengetahuan kami sebagai
mahasiswa terbatas. Untuk itu, kami meminta maaf yang sebesar-besarnya jika
informasi yang kami bagikan pada makalah ini kurang lengkap ataupun jika ada
kesalahan yang kami kurang perhatikan dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap isi dari makalah ini dapat diambil manfaatnya oleh semua
pihak yang membacanya dan bisa bermanfaat untuk menambah serta memperluas
pengetahuan pembaca. Terima kasih.

Makassar, 27 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Perhitungan Bunga......................................................................................
B. Tata Kelola Perbankan........................................................................................
C. Kebijakan Pengkreditan.......................................................................................
D. Penyelamatan Kredit Macet................................................................................
E. Isu Terkini Perbankan..........................................................................................

BAB 3 PENTUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas
utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga
stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran).
Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tapa dikuti
oleh. stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas
keuaiigan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan
moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu
pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari
efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan. merupakan salah satu alur
transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem
keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara
normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan
mempengaruhi stabilitas sistem keuangar akibat tidak efektifnya fungsi sistem
keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem
keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama
dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang
mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan itu adalah:
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas
moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar
terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan
moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas
moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi.
Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan
cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya.
Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah
menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja
lembada keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja
lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan
dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki
pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di
sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu
perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem
pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan.
Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan
pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus
dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang
menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh.
Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan
untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong
kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di
sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun
Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to
settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan
timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem
pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat
menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat
sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk
mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin
meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat
real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross
Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem
pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia
memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam
sistem pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank
Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam
stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank
Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi
potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem
keuangan. Pemantauan terhadap stabilitas keuangan penting dilakukan untuk
mampu mengukur tekanan risiko yang akan timbul, khususnya gangguan
yang bersifat sistemik atau dapat menciptakan krisis. Melalui deteksi dini ini,
pencegahan terjadinya instabilitas keuangan yang mematikan perekonomian
dapat dilakukan melalui kebijakan bank sentral maupun pemerintah.
Pemantauan stabilitas keuangan merupakan tugas bank sentral yang
merupakan satu kesatuan dalam menjaga stabilitas keuangan. Ada dua
indikator utama yang menjadi target pemantauan, yakni indikator
microprudential dan indikator makroekonomi. Kedua indikator tersebut saling
melengkapi sebagai aksi dan reaksi dalam sistem keuangan dan ekonomi.
Pemantauan indikator microprudential dilakukan terhadap kondisi mikro
institusi keuangan dalam sistem keuangan. Melalui pemantauan ini dapat
diketahui potensi risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit dan rentabilitas
institusi keuangan, yang dimaksudkan untuk mengukur ketahanan sistem
keuangan. Pemantauan indikator makroekonomi juga perlu dilakukan
terhadap kondisi makroekonomi domestik maupun internasional yang
berdampak signifikan terhadap stabilitas keuangan. Berdasarkan hasil
pemantauan tersebut, selanjutnya dilakukan analisis guna memprediksi
kondisi stabilitas sistem keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman
sistim keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort
(LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai
bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya
ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup
penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya
diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi
memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi
LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas
temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus
menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko
sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan
likuiditas tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara perhitungan bunga?
2. Bagaimana tata kelola perbankan?
3. Apa saja kebijakan pengkreditan?
4. Bagaimana penyelamatan kredit macet?
5. Apa isu terkini perbankan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana cara perhitungan bunga.
2. Untuk mengetahui Bagaimana tata kelola perbankan.
3. Untuk mengetahui Apa saja kebijakan pengkreditan.
4. Untuk mengetahui Bagaimana penyelamatan kredit macet.
5. Untuk mengetahui Apa isu terkini perbankan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perhitungan Bunga
1. Perhitungan bunga tabungan
Para nasabah perbankan sebaiknya memahami cara penghitungan
bunga tabungan, karena metode perhitungan yang berbeda akan
menghasilkan jumlah bunga tabungan yang berbeda pula. Dengan
mengetahui cara perhitungan bunga tabungan, nasabah dapat
memperhitungkan berapa saldo minimum tabungan yang harus dipelihara
agar pokok simpanan tidak terpotong oleh biaya administrasi bank.
a. Metode Perhitungan Bunga
Secara umum ada 3 metode perhitungan bunga tabungan yaitu:
berdasarkan saldo terendah, saldo rata-rata, dan saldo harian.
Beberapa bank menerapkan jumlah hari dalam 1 tahun 365 hari,
namun ada pula yang menerapkan jumlah hari bunga 360 hari. Berikut
sebuah ilustrasi rekening tabungan:
Misalkan Anda membuka tabungan pada tanggal 1 Juni dengan
setoran awal Rp 1.000.000,00 kemudian Anda melakukan penyetoran
dan penarikan selama bulan Juni sebagai berikut:

Tangga Setor Tarik Saldo


l

1 1.000.000,00 1.000.000,00

5 5.000.000,00 6.000.000,00

6 5.00.000,00 5.500.000,00

10 2.500.000,00 8.000.000,00

20 1.000.000,00 7.000.000,00

25 10.000.000,00 17.000.000,00

30 2.000.000,00 15.000.000,00
Bunga yang akan diperoleh ditentukan oleh cara perhitungan
bunga yang dilakukan bank. Besarnya bunga tabungan berdasarkan
tiga metode perhitungan dapat dilihat dibawah ini.
Metode Perhitungan Bunga berdasarkan Saldo Terendah pada
metode ini, bunga dalam satu bulan dihitung berdasarkan saldo
terendah dalam bulan tersebut. Bunga dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
t
Bunga=ST x i x
365

ST = Saldo terendah
i = Suku bunga tabungan pertahun
t = Jumlah hari dalam 1 bulan
365 = Jumlah hari dalam 1 tahun

Misalkan suku bunga yang berlaku adalah 5% pa (per annum).


Karena saldo terendah dalam bulan Juni adalah Rp.1.000.000,00,
maka perhitungan bunga adalah sebagai berikut:

Bunga bulan Juni


30
= Rp .1 juta x 5 % x
365
= Rp .4 .109 ,59

b. Metode Perhitungan Bunga Berdasarkan Saldo Rata-Rata


Pada metode ini, bunga dalam satu bulan dihitung berdasarkan
saldo rata-rata dalam bulan berjalan. Saldo rata-rata dihitung
berdasarkan jumalah saldo akhir tabungan setiap hari dalam bulan
berjalan, dibagi dengan jumlah hari dalam bulan tersebut.
t
Bunga=SRH x i x
365

SRH = Saldo rata-rata harian


i = Suku bunga tabungan pertahun
t = Jumlah hari dalam 1 bulan
Misalkan bunga tabungan yang berlaku adalah sebagai berikut:
Saldo dibawah Rp.5 juta, bunga = 3% pa
Saldo 5 juta keatas, bunga = 5% pa

Maka SRH tabungan adalah sebagai berikut :


[ (Rp.1 juta x 4 hari) + (Rp.6 juta x 1 hari) + (Rp.5,5 juta x 4 hari) + (Rp.
8 juta x 10 hari) + (Rp.7 juta x 5 hari) + (Rp.17 juta x 5 hari) + (Rp.15
juta x 1 hari) ] / 30
= Rp.8.233.333,00
Karena SRH anda di atas Rp.5 juta, maka berhak atas suku bunga 5%,
sehingga bunga yang akan diterima adalah sebagai berikut:
Bunga Juni
30
= Rp.8.233.333,00 x 5% x
365
= Rp.33.835,62

c. Metode Perhitungan Bunga Berdasarkan Saldo Harian


Pada metode ini bunga dihitung dari saldo harian. Bunga
tabungan dalam bulan berjalan dihitung dengan menjumlahkan hasil
perhitungan bunga setiap harinya.
Misalkan bunga tabungan yang berlaku adalah sebagai berikut:
Saldo dibawah Rp.5 juta, bunga = 3% pa
Saldo Rp.5 juta ke atas, bunga = 5% pa
1
Tgl 1 : Rp.1 juta x 3% x =82 ,19
365
1
Tgl 2 : Rp.1 juta x 3% x =82 ,19
365
1
Tgl 3 : Rp.1 juta x 3% x =82 ,19
365
1
Tgl 4 : Rp.1 juta x 3% x =82 ,19
365

Cara perhitungan bunga:


1
Tgl 5 : Rp.6 juta x 5% x =821 , 92
365
Dan seterusnya
Berdasarkan cara perhitungan di atas, bunga tabunga Anda
selama bulan Juni adalah Rp.33.616,44

2. Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran


Untuk perhitungan bunga kredit yang digunakan bank akan
menentukan besar kecilnya pokok dan bunga yang harus dibayar Debitur
atas kredit yang diterima dari bank. Pemahaman mengenai berbagai
perhitungan bunga akan membantu Debitur dalam membuat keputusan
untuk mengambil kredit yang paling menguntungkan sesuai dengan
kemampuan keuangannya.

Metode Pehitungan Bunga


Secara umum ada dua metode dalam perhitungan bunga yang efektif dan
flat. Namun dalam praktek sehari-hari ada modifikasi dari metode efektif
yang disebut dengan metode anuitas. Untuk memudahkan pemahaman
konsep metode perhitungan bunga diatas, dapat diilustrasikan sebagai
berikut:
Misalnya Anda mengajukan kredit dengan jangka waktu 24 bulan sebesar
Rp.24.000.000,00 dengan bunga 10% per tahun. Anda berminat
melakukan pembayaran pokok pinjaman sebagai sebesar
Rp.1.000.000,00 per bulan sampai lunas. Asumsi bahwa suku bunga
kredit tidak berubah tetap selama jangka waktu kredit.

a. Metode Efektif
Metode ini menghitung bunga yang harus dibayar setiap bulan sesuai
dengan saldo pokok pinjam bulan sebelumnya. Rumus perhitungan
bunga adalah:
Bunga = SP x i x (30/360)
SP = Saldo pokok pinjaman bulan sebelumnya
i = Suku bunga pertahun
30 = Jumlah hari dalam 1 bulan
360 = Jumlah hari dalam 1 tahun

Bunga efektif bulan 1


Rp.24.000.000,00 x 10% x (30 hari/360)=Rp.200.000
Angsuran pokok dan bunga pada bulan 1 adalah
Rp1.000.000,00 + Rp.200.000,00 = Rp.1.200.000

Bunga efektif bulan 2


= Rp.2.000.000,00 x 10% x (30 hari/360 hari)
= Rp.191.666,67

Angsuran bulan kedua lebih kecil dari angsuran bulan pertama.


Demikian pula untuk bulan-bulan selanjutnya, besar angsuran akan
semakin menurun dari waktu ke waktu.

b. Metode Anuitas
Merupakan modifikasi dari metode efektif. Metode ini mengatur
jumlah angsuran pokok dan bunga yang dibayar agar sama setiap
bulan. Rumus perhitungan bunga sama dengan metode efektif yaitu:
Bunga = SP x i x (30/360)
SP = Saldo pokok pinjaman bulan sebelumnya
i = Suku bunga pertahun
30 = Jumlah hari dalam 1 bulan
360 = Jumlah hari dalam 1 tahun

Biasanya bank memiliki aplikasi software yang secara otomatis


menghitung bunga anuitas. Dalam kasus di atas, table perhitungan
akan muncul sebagai berikut:

Bulan Saldo Bunga Angsuran Total


Anuitas Pokok Angsuran

0 24.000.000 0 0 0

1 23.092.522 200.000 907.478 1.107.478


2 22.177.481 192.438 915.040 1.107.478

Bunga anuitas bulan 1


= Rp.24.000.000,00 x 10% x (30 hari/360 hari)
= Rp. 200.000,00
Angsuram pokok dan bunga pada bulan 1 adalah
Rp. 907.478,00 + Rp. 200.000,00 = Rp. 1.107.478,00

Terlihat bahwa angsuran bulan kedua sama dengan angsuran


bulan pertama dan seterusnya dimana besarnya angsuran akan tetap
sama sampai dengan selesainya jangka waktu kredit.

c. Metode Flat
Dalam metode ini, perhitungan bunga selalu menghasilkan nilai
bunga yang sama setiap bulan, karena bunga dihitung dari presentase
bunga dikalikan pokok pinjaman awal. Rumus perhitungannya adalah:
Bunga per bulan = (P x i x t) : jb
P = Pokok Pinjam Awal
i = Suku bunga pertahun
t = Jumlah tahun jangka waktu kredit
jb = Jumlah bulan dalam jangka waktu kredit

Karena bunga dihitung dari pokok awal pinjaman, maka


biasanya suku bunga flat lebih kecil dari suku bunga efektif. Dalam
contoh kasus di atas misalkan bunga flat 5,3739% pertahun.
Bunga flat tiap bulan selalu sama.
= Rp. (24.000.000,00 x 5,3739% x 2) : 24
= Rp. 107.478,00

Angsuran pinjaman bulan 1


Angsuran pokok dan bunga pada bulan 1 adalah
Rp.1.000.000,00 + 107.478,00 = Rp.1.107.478,00
Angsuran pinjaman 2
Angsuran pokok dan bunga pada bulan 2 adalah
Rp.1.000.000,00 + 107.478,00 = Rp.1.107.478,00

Perbandingan Anuitas dengan Flat


Berdasarkan contoh kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk
jangka waktu kredit 2 tahun, maka suku bunga efektif 10% pertahun
akan menghasilkan angsuran yang sama dengan suku bunga flat
5,3739% per tahun.
Contoh perhitungan metode pedagang
Nama Nasabah : ARL
Plapon kredit : Rp.306.000.000
Jensi kredit : Kredit pemilikan rumah KPR
Pengembang : PT IMB di perumahan BPR
Jangka waktu kredit : 10 tahun
Cicilan per bulan Rp.3.959.600

Hitungan bunga versi pedagang atau pemikiran awam adalah


= 120 x Rp.3.595.600
= Rp. 475.152.000 – Rp.306.000.000
= Rp. 159.152.000
Yang merupakan total biaya bunga yang harus dibayarkan selama 10
tahun yang secara rata bisa dikonversi 5,52% per bulan.

B. Tata kelola perbankan


Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dijelaskan bahwa
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan oleh Bank Umum:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menerbitkan surat pengakuan utang.
4. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
a. Surat-Surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang
masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud.
b. Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-
surat dimaksud.
c. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.
d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
e. Obligasi.
f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu (1) tahun.
g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan
satu (1) tahun
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarána telekomunikasi
maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan antar pihak ketiga.
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak.
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat.
12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Tata Kelola Perbankan Syariah

Regulasi yang mengatur perbankan syariah yaitu Undang-Undang no 21


tahun 2008. Idealnya ladasan utama pengelolaan perbankan syariah yaitu
berdasarkan Al-Quran dan hadist.

1. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip


bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan
bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam
bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan
dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif
dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta
layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih
bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel
dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa
terkecuali.
Perbedaan-perbedaan yang fundamental antara bank konvensional dan bank
syariah meliputi:
1. Perbedaan falasafah Perbankan syariah menganut sistem kesilaman,
sedangkan perbankan konvesiaonal cenderung menganut sitem perbankan
global. Dalam paraktiknya enekanan perbankan syariah terletak pada ada
tidaknya unsur riba dalam produknya.
2. Perbedaan pengelolaan dana dari nasabah Dalam perbankan syariah dana
yang dihimpun dalam bentuk titipan dan investasi. Tidak ada batasan
terhadapa jumlah dana dan tidak ada pula batasan waktupenyimpanan
layaknya deposito yang dilakukan bank-bank konvensional.
3. Perbedaan ada tidaknya zakat
Pada perbankan konvensional tidak ditemukan adanya pengelolaan dana
zakat, ataupun infaq dan sedekah. Karena bank konvesional tidak
berkewajiban dalam mengelola, menyalurkan dana-dana sosial yang ada.
B. Kebijakan Pengkreditan
Secara garis besar, kebijakan umum pengkreditan didasarkan atas:

1. Undang undang Perbankan: dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan


Bank yang sehat dan kuat, dengan prinsip kehati-hatian (prudential banking)
2. Kebijakan Umum Perkreditan (KUP) adalah kebijakan perkreditan sesuai
dengan prinsip-prinsip manajemen, mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasannya.
3. Pedoman Pelaksanaan Perkreditan (PPK), atau ada juga yang menyebut
dengan Standar Operasional Perkreditan (SOP), merupakan pelaksanaan
perkreditan yang dapat menjamin pemberian kredit yang sehat.

Kebijakan Umum Perkreditan. (KUP) mencakup:


1. Unsur-unsur kredit, terdiri dari:
a. Kepercayaan: Kredit diberikan atas dasar kepercayaan
b. Waktu: Kredit selalu ada jangka waktunya
c. Risiko: Setiap kredit selalu mengandung unsur risiko
d. Prestasi: Kredit mengandung prestasi berupa pembayaran bunga

Walaupun pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, tetapi penilaian


atas kepercayaan tadi harus memenuhi kriteria Five C's (Character, Capacity,
Capital, Condition dan Collateral), serta didokumentasikan, sehingga siapapun yang
membaca dasar penilaian pemberian kredit mempunyai persepsi yang sama.
2. Tujuan Pemberian Kredit
a. Bagi bank: 1) Profitability, artinya ada keuntungan yang diperoleh secara
wajar 2) Safety, artinya harus aman dengan risiko yang telah dimitigasi
sebelumnya.
b. Bagi nasabah: memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat luas, dan
meningkatkan produktivitas usaha.
c. Bagi masyarakat umum: dapat menunjang pertumbuhan ekonomi nasional,
dan meningkatkan kesempatan kerja.

3. Prosedur Kredit
a. Merencanakan Pasar Sasaran. Bank harus mempunyai perencanaan, pasar
mana yang akan dituju dalam memasarkan kreditnya, misalkan fokus pada
sektor ritel.
b. Menentukan kriteria risiko yang dapat diterima. Bank hanya memasarkan
kredit apabila kriteria risikonya jelas dan dapat dimitigasi, misalkan dengan:
menetapkan limit exposure, jenis usaha (dibuat ratingnya, dan rating apa saja
yang layak dibiayai), lokasi dsb nya.
c. Menentukan kriteria nasabah kredit yang diberikan, berdasar pada kriteria
nasabah yang jelas.

4. Putusan Kredit

Setiap pemberian kredit harus melalui mekanisme proses dan prosedur baku,
antara lain:
a. Ada permohonan kredit secara tertulis
b. Dilengkapi dengan dokumen yang dipersyaratkan
c. Disertai dengan proposal kredit
d. Dibuat rekomendasi dan putusan kredit
e. Dibuat pemberitahuan putusan kredit secara tertulis
f. Melakukan perjanjian kredit secara hokum
g. Proses pencairan kredit
h. Melakukan pengawasan dan evaluasi

Pada dasarnya tujuan pemberian kredit haruslah didasarkan pada kelayakan


usaha, agar usaha yang dibiayai dapat berkembang, menyerap tenaga kerja, dan
pada akhirnya dapat menyumbang peningkatan ekonomi masyarakat disekitarnya.

D. Penyelamatan Kredit Macet


Kredit bermasalah adalah kondisi dimana debitur mengingkari janjinya membayar
bunga dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan
pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran.
1. Penggolongan Kredit Bermasalah
Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, yaitu:
a. Lancar
b. Dalam Perhatian Khusus
c. Kurang Lancar
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 90 hari
2) Sering terjadi cerukan
3) Frekuansi mutasi rekening relative rendah
4) Terjadi pelanggaran kontrak yang telah diperjanjikan selama 90
hari
5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur
6) Dokumentasi pinjaman yang lemah
d. Diragukan
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 180 hari
2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen
3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
4) Terjadi kapitalisasi bunga
5) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit
maupun pengikat jaminan
e. Macet
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari
270 hari
2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
3) Dari segi hukum, maupun segi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar.

2. Penanganan Kredit Bermasalah


a. Penyelesaian Kredit Bermasalah Secara Administrasi Pengkreditan
b. Secara operasional penanganan penyelamatan kredit bermasalah
dapat ditempuh melalui beberapa cara diantaranya:
1) Penjadwalan Kembali (recheduling)
Perubahan syarat kredit yang menyangkut jadwal pembayaran
dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang, baik meliputi
perubahan besarnya angsuran maupun tidak.
2) Persyaratan Kembali (reconditioning)
Perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang
tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka
waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak
menyangkut perubahan maksimum saldo kredit dan konversi
seluruh atau sebagian dari pinjaman menjadi penyertaan bank.
3) Penataan Kembali (restructuring)
Perubahan syarat-syarat kredit berupa penambahan dana bank
dan atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi
ppenyertaan dalam perusahaan.

Restukturisasi kredit berdasarkan SK.Dir. BI 31/150/KEP/DIR/1998


Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha pengkreditan agar debitur
dapat memenuhi kewajibannya, dantara lain melalui: penurunan suku bunga kredit,
pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan tunggakan pokok kredit,
perpanjangan jangka waktu kredit, penambahan fasilitas kredit, pengambilalihan
aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur hukum


Penanganan lebih banyak ditekankan melalui beberapa upata yang lebih bersifat
pemakaian kelembagaan hukum, diantaranya:
1. Melalui Panditia Urusan Piutang Negara dan Badan Urusan Piutang Negara
Mekanisme penanganan piutang negara oleh PUPN yaitu apabila
utang negara tersebut telah diserahkan pengurusan kepadanya oleh
pemerintah atau bank milik negara tersebut kemudian setelah dirundingkan
oleh panitia dengan penanggung utang dan diperoleh kata sepakat tendang
jumlah utang yang harus dibayar termasuk bunga uang, denda serta buaya
yang bersangkutan dengan piutang ini oleh ketua pabitia dan penanggung
utang/penjamin utang dibuat surat pernyataan bersama yang memuat jumlah
dan kewajiban penanggung utang untuk melunasinya. Pelaksanaan dilakukan
oleh ketua panitia.

2. Melalui badan peradilan


Dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya, setiap kreditur dapat
mengajukan gugatan untuk memperoleh keputusan peradilan. Peradilan yang
dapat menangani kredit bermasalah yaitu peradilan umum melalui gugatan
perdata dan peradilan niaga melalui gugatan kepailitan. Apabila sudah
ditetapkan keputusan pengadilan yang kemudian mempunyai kekuatan
hukum untuk dilaksanakan atas dasar peruntah dan dengan pimpinan ketua
pengadilan negeri yang memeriksa gugatannya pada tingkat pertama,
menurut ketentuan-ketentuan HIR pasal 195 dan selanjutnya. Atas perintah
ketua pengadilan tersebut dilakukanlah penyitaan harta kekayaan debiturm
untuk kemuhidan dilelang dengan perantara kantor lelang. Dari hasil
pelelangan itu kreditur memperoleh pelunasan piutangnya.

3. Melalui arbitrase atau Bdan Laternatif Penyelesaian Sengketa


Dilakukan melalui lembaga arbitrase, yaitu suatu badan yang diilih oleh
para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa
tertentu. Pra pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya
mempunyai pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang cukup
mengenai masalah yang disengketakan, juur dan adil, para pihak dapat
menentukan pilihan hhukum untuk menyelesaikan masalahnya, serta proses
dan tempat penyelenggaraan arbitrase, serta putusan arbitrase.

Keuntungan penggunaan lembaga arbitrase antara lain:


a. Penyelesaiannya relative tidak memerlukan waktu yang lama
b. Sifatnya tertutup maka diharapkan nama baik para pihak terjaga
c. Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya
mempunyai pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang
cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan adil
d. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan
masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase
e. Serta putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak
dan langsung dapat dilaksanakan

4. Melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional


Dilakukan melalui tindakan pemantauan kredit, peninjauan ulang,
pengubahan, pembatalan, pengakhiran dan atau penyempurnaan dokumen
kredit dan jaminan, restrukturisasi kredit, penagihan piutang, penyertaan
modal pada debitur, memberikan jaminan atau penanggungan, pemberian
atau penambahan fasilitas pembiayaan dan atau penghapusbukuan piutang.
Penanganan kredit macet oleh Badan Penyehatan Perbankan
Nasional, diantaranya melalui penyertaan modal sementara (padal 15
Peraturan Pemerintah No.17 tahun 1999 tentang Badan Penyehatan
Perbankan Nasional) yaitu bahwa dalam rangka penyehatan perbankan dan
atau pengolahan kekayaan yang berbentuk portofolio kredit. Penyertaan
modal sementara dilakukan secara langsung atau melalui pengkonversian
tagihan Badan Penyehatan Perbankan Nasional menjadi penyertaan modal.
Badan Penyehatan Perbankan Nasional dalam menangani kredit bank dalam
penyehatan sesuai dengan ketentuan pasal 53 Peraturan Pemerintah No.17
tahun 1999 dilakukan melalui:
a. Tindakan Pemantauan Kredit
b. Peninjauan ulang
c. Pengubahan
d. Pembatalan
e. Pengakhiran dan atau penyempurnaan dokumen kredit dan jaminan
f. Restrukturisasi kredit
g. Penangihan piutang
h. Penyertaan modal pada debitur
i. Memberikan jaminan atau penanggungan
j. Pemberuan atau penambahan fasilitas pembiayaan dan/atau
penghapus bukuan piutang.

E. Isu Terkini Perbankan


PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memperkirakan penyaluran kredit dan
transaksi perbankan tahun depan tidak setinggi tahun ini. Direktur Utama Bank
Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, perkiraan tersebut lantaran terdapat risiko
efek rambatan atau spillover dari memburuknya kinerja perbankan global terhadap
industri perbankan domestik.
Pasalnya, perseroan melihat ke depannya berisiko terjadi stagflasi pada
perekonomian global yang kemudian akan memberikan tantangan bagi
perekonomian nasional.

"(Risiko spillover) mungkin akan juga memberi dampak terhadap exposure


pinjaman dan juga beberapa transaksi yang mungkin akan tidak setinggi di tahun-
tahun ini," ujarnya saat konferensi pers, Rabu (26/10/2022).

Dia juga memperkirakan adanya potensi risiko pengetatan likuiditas akibat


tren suku bunga tinggi. Sebab saat ini tren suku bunga tinggi tidak hanya terjadi
pada suku bunga Amerika Serikat (Fed Funds Rate) tetapi juga merambat ke suku
bunga acuan Bank Indonesia (BI).

"Sehingga kita akan melihat likuiditas pasar pasti akan terpengaruh lebih
menurun. Dan ini juga akan terdampak juga adanya normalisasi kebijakan moneter
dan fiskal di industri keuangan," ungkapnya.

Bank Mandiri juga melihat adanya tantangan dari sisi risiko volatilitas akibat
capital outflow dari pasar keuangan yang dapat mempengaruhi kualitas dari arus kas
nasabah Bank Mandiri ke depannya.

Kendati demikian, dia tetap optimistis kinerja perseroan akan tetap baik di
2023. Sebab, Bank Mandiri memiliki strategi untuk fokus menggarap ekosistem
nasabah wholesale yang memiliki peluang value chain untuk digarap lebih optimal,
terutama di sektor yang risikonya dapat terukur.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter,
namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran).
Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas
keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang
mendasari efektivitas kebijakan moneter.
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama
dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang
mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan itu adalah:
1. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain
melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka.
2. Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembada
keuangan yang sehat, khususnya perbankan.
3. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran.
4. melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat
mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas
keuangan.
5. Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan
melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR).

B. Saran
Saya sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang busa
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Rakhman Abdul. 2021. Aplikasi Manajemen Keuangan Empiris di Sulawesi Selatan.


Yogyakarta: Penerbit K-Media.

Rahayu, Isna Rifka Sri. 2022. Bos Bank Mandiri Prediksi Exposure Kredit Perbankan
pada 2023 Tidak Setinggi Tahun Ini, (dalam jaringan),
https://money.kompas.com/read/2022/10/27/130000326/bos-bank-mandiri-
prediksi-exposure-kredit-perbankan-pada-2023-tidak-setinggi.

Anda mungkin juga menyukai