Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERAN BANK SENTRAL TERHADAP PERKEMBANGAN

LEMBAGA KEUANGAN BANK SYARIAH

Tugas mata kuliah : Kebanksentralan

Dosen Pengampu : Amal Kamaludin , M.E.,

Nama :

Ani Latipah

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DAN BISNIS SYARI’AH

NAHDLATUL ULAMA GARUT


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.Saya panjatkan puji syukur Kehadirat-Nya,yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada saya ,sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Peran Bank Sentral Terhadap
Perkembangan Lembaga Keuangan Bank Syariah ini dengan baik.Tak
lupa Sholawat serta salam saya panjatkan kepada junjunan kita Nabi
Muhammad SAW.Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Amal
Kamaludin , ME., selaku Dosen mata kuliah Kebanksentralan di STIEBS
NU Garut yang telah memberikan tugas ini kepada saya.

Makalah ini telah saya buat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi


tugas mata Kuliah Kebanksentraan. Saya berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang Peran Bank
Sentral Terhadap Perkembangan Lembaga Keuangan Bank Syariah.

Demikian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila ada salah
kata yang kurang berkenan..

Garut, November
2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................3

C. Tujuan Penelitian............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................5

A. Peran Bank Sentral Terhadap Perkembangan Lembaga


Keuangan Bank Syariah.................................................................5
B. Peraturan Bank Indonesia tentang Bank Syariah.....................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................14

Kesimpulan..........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Peranan Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral atau sering juga disebut
bank to bank dalam pembangunan memang penting dan sangat dibutuhkan
keberadaannya. Hal ini disebabkan bahwa pembangunan di sektor apapun selalu
membutuhkan dana dan dana ini diperoleh dari sektor lembaga keuangan
termasuk bank. Tugas-tugas Bank Indonesia (BI) sebagai bank to bank adalah
mengatur, mengkoordinasi, mengawasi serta memberikan tindakan kepada dunia
perbankan. Bank Indonesia (BI) juga mengurus dana yang dihimpun dari
masyarakat agar disalurkan kembali ke masyarakat benarbenar efektif
penggunaannya sesuai dengan tujuan pembangunan. Kemudian disamping
mengurus dana perbankan, Bank Indonesia (BI) juga mengatur dan mengawasi
kegiatan perbankan secara keseluruhan.

Pada pertengahan tahun 1997 telah muncul krisis ekonomi dan moneter di
kawasan Asia, termasuk Indonesia. Suatu keadaan yang menunjukkan bahwa
pembangunan ekonomi yang berbasiskan pada bunga sebagaimana telah
diterapkan tersebut, termasuk dibidang perbankan, terbukti tidak mampu untuk
mengatasi krisis keuangan dan moneter yang sedang terjadi. Bahkan sistem
perbankan yang berbasis bunga dalam kegiatan yang bersifat spekulatif telah
menyebabkan tumbuh dan berkembangnya moral hazard dalam transaksi kegiatan
ekonomi, sehingga berperan besar dalam meruntuhkan bangunan perekonomian
bangsa Indonesia.

Di Indonesia eksistensi salah satu lembaga keuangan Islam, yakni perbankan


syariah sacara yuridis sebenarnya telah dimulai dengan dikeluarkannya Paket
Kebijakan Desember 1983 (Pakdes 83) dan Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto
88). Kemudian secara kelembagaan dimulai dengan berdirinya PT. Bank
Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 sebagai satu-satunya bank saat itu
yang secara murni menerapkan prinsip syariah berupa bagi hasil dalam
operasional kegiatan usahanya.Bank syariah sebagai lembaga keuangan yang
beroperasi atas dasar nilai-nilai Islam, dalam perkembangannya mendapat
landasan yuridis berupa UU No. 7 Tahun 1992 yang disempurnakan lebih lanjut
dengan UU No. 10 Tahun 1998 sebagai bagian dari Financial Intermediary
Institution Indonesia, bank syariah dalam melaksanakan aktifitasnya mengacu
kepada Undang-Undang perbankan yang berlaku secara umum, meskipun dalam
hal-hal tertentu terdapat perbedaan dengan bank-bank konvensional yaitu
menyangkut prinsip-prinsip kesyari’aha

Didalam penjelasan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI)


telah diamanatkan bahwa untuk mengantisipasi perkembangan berdasarkan
prinsip syariah, maka tugas dan fungsi Bank Indonesia (BI) perlu mengakomodasi
prinsip-prinsip syariah. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 10 (2) yang menentukan
bahwa dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia (BI) di bidang pengendalian
moneter dapat dilakukan berdasarkan prinsip syariah.Bank Indonesia (BI) pun
telah menentukan empat tahap pencapaian pengembangan perbankan syariah
Nasional. Tahap pertama (2002-2004), yaitu tahap peletakkan landasan
pengembangan yang kuat bagi pertumbuhan industri perbankan syariah. Fokus
aktifitas dalam tahap ini adalah menyusun ketentuan kelembagaan bank syariah.

Tahap kedua (2005-2009), yaitu tahap penguatan industri, peningkatan daya


saing, efisiensi operasi, spesifikasi produk, serta kompetensi dan profesionalisme
SDI perbankan syariah. Selanjutnya tahap ketiga (2010-1012) adalah tahap untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan operasional perbankan syariah sesuai
dengan standar keuangan dan kualitas pelayanan Internasional. Kemudian tahap
keempat (2013-2015), yaitu tahap dimana industri perbankan syariah telah
mencapai satu pangsa yang signifikan untuk memberikan kontribusi dalam sistem
perekonomian nasional.

Sebagaimana halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga


mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satu-satuan
kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana
(surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana (defisit
unit). Melalui bank, kelebihan dana-dana tersebut akan disalurkan kepada pihak-
pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.

Secara organisatoris pembeda utama antara bank syariah dan bank


konvensional terletak pada lembaga pengawas bank, baik yang bersifat internal
bank maupun pengawasan yang bersifat eksternal. Dari segi internal bank, pada
bank syariah ada dua lembaga pengawas yaitu komisaris dan dewan pengawas
syariah. Sedangkan dari segi eksternal suatu bank syariah juga akan diawasi oleh
dua institusi, yaitu Bank Indonesia (BI) dan Dewan Syariah Nasional (DSN).

Pengaturan masalah kepatuhan syariah (syariah compliance) menurut


Undang-Undang perbankan syariah telah menjadi kewenangan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang akan dijalankan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Pembentukan kepengurusan Dewan Pengawas Syariah harus dilakukan pada
masing-masing bank syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS). Sementara itu
Dewan Pengawas Syariah (DPS) berpedoman pada peraturan bank Indonesia
(PBI).

Ketentuan-ketentuan dalam peraturan bank Indonesia tersebut berdasar pada


fatwa yang telah dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia. Untuk mendukung
keberadaan peraturan bank Indonesia sebagai produk hukum Bank Indonesia (BI)
bagi bank syariah, maka didalam internal Bank Indonesia (BI) dibentuk Komite
perbankan syariah, yang keanggotaannya terdiri atas perwakilan dari Bank
Indonesia (BI), departemen agama, dan unsur masyarakat yang komposisinya
seimbang.

Sejak tanggal 31 Desember 2013 kegiatan pengaturan perbankan beralih


fungsi dari Bank Indonesia (BI) kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sesuai
dengan Undang–Undang nomor 21 tahun 2011 sebagai badan independen lepas
dari Bank Indonesia (BI), maka peran serta Bank Indonesia (BI) sebagai
pengawas perbankan akan hilang dan Bank Indonesia (BI) akan fokus sebagai
regulator pada bidang moneter. Implikasinya adalah bahwa fungsi stabilitas
keuangan diserahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sementara Bank
Indonesia (BI) hanya bertugas untuk menjaga stabilitas moneter. Permasalahan
yang muncul kemudian adalah bahwa stabilitas moneter seringkali tidak bisa
dipisahkan terhadap stabilitas sistem keuangan.

Islam adalah agama yang universal, bermakna ia dapat diterapkan dalam


setiap waktu dan tempat sampai hari akhir nanti. Keuniversalan ini akan tampak
jelas sekali terutama dalam bidang muamalah, dimana ia bukan saja luas dan
flexible bahkan tidak special treatment bagi muslim dan membedakannya dari
non-muslim. Adalah keliru apabila ada yang memiliki persepsi bahwa jasa-jasa
perbankan Islam berkaitan erat dengan ritual keagamaan dari agama Islam.

Jasa-jasa Perbakan Islam sama sekali tidak ada kaitannya dengan ritual
keagamaan. Oleh karena itu, bank syariah boleh memberikan fasilitas pembiayaan
atau jasa-jasa perbankan syariah yang lain kepada nasabah yang tidak beragama
Islam (nasabah nonmuslim) juga bank Islam boleh dimiliki dan atau dikelola oleh
mereka yang non-muslim

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latarbelakang yang dikemukakan diatas, maka masalah


yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk pengaturan Bank Indonesia (BI)

terhadap penghimpunan dan penyaluran dana bank syariah ?

2. Bagaimana bentuk pengaturan Bank Indonesia (BI) setelah adanya

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ?

3. Bagaimana perkembangan bank syariah di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas maka tujuan yang dirumuskan dari
pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan bentuk pengaturan Bank Indonesia (BI)

terhadap penghimpunan dan penyaluran dana bank syariah

2. Untuk mendeskripsikan bentuk pengaturan Bank Indonesia (BI) setelah

adanya Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

3. Untuk mendeskripsikan perkembangan bank syariah


BAB II

Pembahasan

1. Peran Bank Sentral Terhadap Perkembangan Lembaga Keuangan Bank


Syariah

A. Pengertian

Peranan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tindakan yang


dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.Sedangkan yang dimaksud disini
adalah tindakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) terhadap perkembangan
bank syariah melalui penghimpunan dan penyaluran dana juga peranan Bank
Indonesia (BI) terhadap pengaturan terhadap perbankan syariah setelah penerapan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Bank Indonesia adalah bank sentral Indonesia yang mempunyai wewenang


untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan
dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi
sebagai lender of the last resort.Undang-Undang yang berlaku untuk mengatur
kedudukan Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral yaitu Undang-Undang
Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI) sebagai pengganti
UndangUndang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral.

Perkembangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perihal


berkembang, perluasan, pertumbuhan atau kemajuan.Sdangkan yang dimaksud
disini adalah bagaimana peran Bank Indonesia (BI) dalam perluasan,
pertumbuhan atau kemajuan bank syariah.

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank syariah adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut
dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan atau perbankan yang
operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan
Hadits Nabi SAW. Atau dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya.Dalam
definisi lain, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas BUS (bank umum
syariah) dan UUS (Unit Usaha Syariah).Sedangkan yang dimaksud disini adalah
peran Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral dalam mengatur kegiatan
operasional yang dilakukan oleh bank syariah untuk menghimpun dan
menyalurkan dananya kepada nasabah.

Upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah tidak dapat dijalankan


secara parsial. Sektor keuangan tidak dapat berkembang optimal tanpa
pertumbuhan yang baik di sektor ekonomi. Peran penelitian, asesmen, dan
pendidikan menjadi bagian integral yang tidak dapat dipisahkan. Demikian pula,
kerjasama yang erat antar institusi semakin dibutuhkan dalam menjalankan
strategi dan program sehingga lebih efektif.

Peranan bank sangat penting dalam proses perekonomian di Indonesia.


Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga mempunyai
peran penting dalam stabilitas keuangan, pengendalian inflasi, system
pembayaran, serta otoritas moneter. Peran bank tersebut harus di imbangi dengan
kebijakan-kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu pihak
perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga
minat masyarakat untuk menanamkan dana menjadi semakin meningkat.

Perbankan merupakan suatu sarana yang strategis dalm rangka membangun


ekonomi, peran yang strategis itu terutama disebabkan oleh fungsi bank sebagai
penghimpun dan penyalur dana dari masyarakat yang efektif dan efisien untuk
mencapai pembangunan nasional. Perbankan syariah kini telah menunjukkan
perkembangan yang pesat seiring dengan kemajuan pembangunan di Indonesia
dan perkembangan perekonomian internasional serta sejalan dengan peningkatan
kebutuhan masyarakat akan jasa perbankan (Nur,2012).

Perkembangan perbankan syariah saat ini telah menjadi tolak ukur


keberhasilan eksistensi ekonomi syariah.Perbankan syariah merupakan suatu
alternatif sistem keuangan internasional yang memberikan peluang dalam upaya
penyempurnaan sistem keuangan internasional yang belakangan dirasakan banyak
sekali mengalami goncangan dan ketidakstabilan yang menyebabkan krisis
dunia.Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan ekonomi Islam, semakin
populernya bukan hanya di negara-negara Islam tetapi bahkan juga di negara-
negara barat.

Sebagian kalangan melihat, Islam dengan sistem nilai dan tatanan


normatifnya sebagai faktor penghambat pembangunan. Penganut paham
liberalisme dan pragmatisme menilai bahwa kegiatan ekonomi dan keuangan akan
semakin meningkat dan berkembang bila dibebaskan dari nilai-nilai normatife
(Antonio dalam Pratami,2011).

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 mengakibatkan munculnya


beberapa permasalahan ekonomi, hal ini diduga karena terdapat beberapa masalah
pada sistem ekonomi kapitalis yang digunakan pada perbankan konvensiaonal.
Muncul sistem ekonomi Islam yang dapat bertahan menghadapi krisis ekonomi
seolah membuka mata Indonesia dan juga negara-negara di dunia bahwa sistem
ekonomi islam mampu memperbaiki krisis ekonomi yang terjadi.

Berkembangnya sistem ekonomi berbasis syariah, ditandai dengan semakin


banyaknya bank yang menerapkan konsep syariah.Di Indonesia perkembangan
pemikiran tentang perlunya menerapkan prinsip Islam dalam perekonomian
muncul pda tahun 1974. Perkembangan pemikiran tentang perlunya umat Islam
Indonesia memiliki lembaga keuangan islam mulai berhembus sejak saat itu,
seiring munculnya kesadaran baru kaum intelektual dan cendikiyawan muslim
dalam memberdayakan ekonomi masyarakat (Nur,2012).

Yang dimaksud dengan prinsip syariah dijelaskan pada pasal 1 butir 13 UU


No. 10 tahun 1998 adalah suatu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
keinginan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain berdasarkan
prinsip syariah bagi hasil (mudhrabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip
sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas nama barang yang disewa dari pihak bank atau pihak lain
(ijarahwaiqtina).

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun


1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lau lintas pembayaran.Artinya disini kegiatan BPR (Bank Perkreditan Rakyat)
jauh lebih sempit jika di bandingkan dengan kegiatan bank umum syariah.
Kegiatan BPR(Bank Perkreditan Rakyat) hanya meliputi kegiatan penghimpunan
dan penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR(Bank
Perkreditan Rakyat) dlarang untuk menerima simpanan giro.

Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR(Bank Perkreditan


Rakyat) hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. Selanjutnya
pendirian BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) dengan modal awal yang
relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan modal awal bank umum. Larangan
lainnya bagi BPR (Bank Perkreditan Rakyat) adalah tidak diperkenankan ikut
kliring serta traksaksi valuta asing.

Di samping kedua jenis bank diatas dalam prakteknya masih terdapat satu
lagi jenis bank yang ada di indonesia, yaitu Bank Sentral. Jenis bank ini bersifat
tidak komersial seperti halnya bank umum dan BPR (Bank Perkreditan Rakyat).
Bahkan disetiap negara jenis ini selalu ada dan di Indonesia fungsi bank sentral
dipegang oleh Bank Indonesia (BI). Fungsi Bank Sentral ini diatur oleh Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

Tujuan Bank Indonesia seperti tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 23


Tahun 1999 Bab III pasal 7 adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan
Rupiah. Mata uang rupiah perlu dijaga dan dipelihara mengingat dampak yang
ditimbulkan apabila suatu mata uang tidak stabil sangat luas seperti salah satunya
adalah terjadinya inflasi yang sangat memberatkan masyarakat luas. Oleh karena
itu, tugas Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah
sangatlah penting.

B. Peran dan Fungsi Bank Indonesia

Dalam struktur moneter Indonesia, Bank sentral mempunyai peranan sebagai


Bank Sirkulasi, Banker’s Bank, serta lender of the last resort.

a. Bank Sirkulasi

Bank Indonesia sebagai bank sirkulasi mempunyai hak tunggal untuk


mengedarkan uang kertas dan uang logam sebagai alat pembayaran yang sah.

b. Banker’s Bank

Bank Indonesia sebagai bank sentral disebut juga Banker’s Bank, artinya
Bank Indonesia berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi bank-bank di
Indonesia untuk dapat meminta bantuan permodalan mereka dalam rangka
memberikan kredit kepada nasabah. Bentuk permodalan dari Bank Indonesia
berupa kredit likuiditas biasa, dan kredit likuiditas gadai ulang.

c. Lender Of The Last Resort

Peranan Bank Indonesia yang ketiga adalah sebagai lender of the last resort,
artinya Bank Indonesia sebagai pemberi pinjaman pada tingkat yang terakhir.
Dalam hal ini, Bank Indonesia memberikan permodalan kepada bank dalam
bentuk kredit likuiditas darurat.Fasilitas ini diberikan kepada bank-bank yang
mengalami kesulitan likuiditas.

Tujuan dibentuknya Bank Indonesia sesuai dengan apa yang diamanatkan


oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004, adalah untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah dan nilai tukar yang wajar
merupakan sebagian prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Disamping itu pemeliharaan kestabilan nilai rupiah dan nilai tukar perlu
dilakukan mengingat dampak yang ditimbulkan apabila suatu mata uang tidak
stabil sangatlah luas misalnya terjadi inflasi sehingga memberatkan masyarakat
luas. Sedangkan yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah oleh bank
Indonesia adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang dapat
diukur dengan atau tercermin dari perkembangan laju inflasi dan kestabilan nilia
rupiah terhadap mata uang negara lain. Hal ini dapatdiukur atau tercermin dari
perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain. Dengan stabilnnya nilai
mata uang rupiah, maka akan banyak manfaat yang akan diperoleh terutama untuk
mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.Agar kestabilan nilai rupiah dapat dicapai dan terpelihara,
maka Bank Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut :a. Menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, dengan:

1. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju

inflasi yang ditetapkannya.

2. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang

termasuk, tetapi tidak terbatas pada:

a. Operasi pasar terbuka di pasar uang, baik mata uang Rupiah maupun mata

uang asing atau valuta asing.

b. Penetapan tingkat diskonto.

c. Penetapan cadangan wajib minimum.

d. Pengaturan kredit atau pembiayaan.


3. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, paling lama

90 (Sembilan puluh) hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan

jangka pendek bank yang bersangkutan.

4. Melaksanakan kebijakan nilai tukar tidak berdasarkan sistem nilai tukar yang
telah ditetapkan.

5. Mengelola cadangan devisa.

6. Menyelenggarakan survey secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan

yang dapat bersifat makro dan mikro.b. Mengatur dan menjaga


kelancaran sistem pembayaran, dengan:

1. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa


sistem pembayaran.

2. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaiakn


laporan kegiatannya.

3. Menetapkan penggunaan alat pembaran.

4. Mengatur sistem kliring antar bank, baik dalam mata uang Rupiah maupun
mata uang asing.

5. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank

6. Menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang
digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.

7. Mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik dan

memusnahkan uang dari peredaran, termasuk memberikan penggantian


dengan

nilai yang sama.c. Mengatur dan mengawasi bank, dengan:

1. Menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-


hatian.
2. Memberikan dan mencabut izin usaha bank.

3. Memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank.

4. Memberikan izin atas kepemilikan dan kepengurusan bank.

5. Memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan usaha tertentu.

6. Mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan dan penjelasan


sesuai dengan tata cara yang ditetapkan Bank Indonesia.

7. Melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap


waktu apabila diperlukan.

8. Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh


kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia terdapat
suatu transaksi patut diduga merupakan tindakan pidana di bidang perbankan.

9. Mengatur dan mengembangkan informasi antar bank.

10. Mengambil tindakan terhadap suatu bank sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang tentang perbankan yang berlaku apabila menurut penilaian Bank
Indonesia dapat membahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan dan
atau membahayakan perekonomian nasional.

11. Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan yang independen dan dibentuk oleh UndangUndang.

2. Peraturan Bank Indonesia tentang Bank Syariah

Pengaturan ketentuan tentang pembinaan dan pengawasan bank syariah telah


dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia menurut
Undang-Undang Bank Indonesia adalah ketentuan hukum yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan mengikat setiap orang atau badan dan dimuat dalam lembaran
Negara Republik Indonesia. Peraturan Bank Indonesia adalah termasuk salah satu
jenis peraturan perundang-undangan.Peraturan perundang-undangan adalah
peraturan tertulis yang dibentuk lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan
mengikat secara umum. Salah satu jenis peraturan perundang-undangan dalam
Undang-Undang tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan, antara
lain, peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia
yang mengatur tentang Bank Syariah antara lain:
Peraturan Bank Indonesia Nomor7/46/PBI/2005.

tentang akad penghimpunan dana dan penyaluran dana bagi bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Menjelaskan
tentang :1. Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan
qabul (penerimaan) antara bank dengan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban
masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah.2. Wadi’ah adalah penitipan
dana atau barang dari pemilik dana atau barang pada penyimpan dana atau barang
dengan kewajibann pihakyang menerima titipan untuk mengembalikan dana atau
barang titipan sewaktu-waktu.

3. Mudharabah adalah penanaman dana dari pihak pemilik dana (shahibul maal)
kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu,
dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss
sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

4. Musyarakah adalah penanaman dana dari pemilik dana/modal untuk


mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan berdasarkan prinsip nisbah yang telah disepakati
sebelumnya,sedangkan kerugian ditanggung semua pemilik dana/modal
berdasarkan bagian dana/modal masing-masing.

5. Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah
dengan margin keuntungan yang disepakati.

6. Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat
tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.

7. Istishna’ adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran
sesuai dengan kesepakatan.

8. Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah
mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau
imbalan jasa.

9. Qardh adalah pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak
peminjam menegmbalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam
jangka waktu tertentu.
10. Menjelaskan tentang melaksanakan kegiatan penghimpunan dan penyaluran
dana Bank wajib membuat Akad sesuai dengan ketentuan dalam peraturan Bank
Indonesia.

11. Menjelaskan tentang kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro atau
tabungan berdasarkan Wadi’ah, kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro
berdasarkan Mudharabah, kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan
atau deposito berdasarkan Mudharabah.
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas tentang peranan Bank Indonesia (BI)


terhadap perkembangan bank syariah setelah adanya Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Peraturan Bank Indonesia terhadap perbankan syariah dalam bentuk peraturan


bank indonesia dan surat edaran bank indonesia sebelum adanya otoritas jasa
keuangan adalah satu-satunya peraturan yang mengikat untuk perbankan syariah.
Kemudian setelah adanya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Peraturan bank
indonesia (PBI) dan surat edaran Bank Indonesia (SEBI) masih berlaku hingga
saat ini, selama OJK belum mengubah, mencabut dan menyatakan tidak berlaku.

2. Sejak tanggal 31 Desember 2013 sesuai dengan UU No. 21 tahun 2011


pengaturan dan pengawasan perbankan beralih dari Bank Indonesia (BI) ke
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kemudian antara Bank Indonesia dan Otoritas
Jasa Keuangan saling berkoordinasi menyangkut keterangan dan data makro
perbankan yang ada, sedangkan Bank Indonesia sebagai pengatur dalam aspek
macro prudential yaitu kewenangan Bank Indonesia berkaitan dengan kebijakan
moneter.

3. Perkembangan bank syariah di Denpsar-Bali semakin pesat dimulai dari tahun


2008 hingga 2014 dilihat dari jumlah nasabah dari sisi penggunaan penggunaan
Daftar Pustaka

Amin Suma, Muhammad. 2004. Himpunan Undang-Undang Perdata Islam dan

Peraturan Pelaksanaan Lainnya di Negara Hukum Indonesia. Jakarta: PT.


Raja

Grafindo Persada.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.2011.Kamus Bahasa Indonesia untuk Belajar.Jakarta: Badan

Pembangunan dan Pembinaan Bahasa.

Budisantoso, Totok, 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba

Empat

Dep. Dik. Nas.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.Djumhana, Muhammad. 2003. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung:
PT. Citra

Aditya Bakti.

Ghofur Anshori, Abdul. 2007. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta:


Gadjah

Mada University Press.

Jundiani, 2009. Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Malang: CV

Karya Gemilang.Michael Parkin . 1997. Economy Macro (Power Point).


Web Site. Michael Parkin. September 1997.
Smick, David.M. 2008. The World is Curved. Portofolio New York. Terjemahan
Bahasa Indonesia oleh

Daras Books. 2009.

Wulan Tujung Palupi. 2011. Cappucino Cuma Rp 32. Republika, 26 Januari 2011

Anda mungkin juga menyukai