Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)”

“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi


Moneter Islam”

Dosen Pengampu : Retno Wulan Sari, SE., M.M

Disusun oleh:
Kelompok 13

DEVA MAHARANI 1931710034


SITI MURLIANA 1931710187

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD
IDRIS
SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk Mata Kuliah
Ekonomi Moneter Islam dengan judul “Bank Sentral dan Otoritas Jasa
Keuangan”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kriik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dan pendidikan.

Samarinda, 05 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Masalah ............................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bank Sentral .............................................................. 4
B. Sejarah Berdirinya Bank Sentral di Indonesia ............................ 5
C. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral ........... 8
D. Fungsi Bank Sentral .................................................................. 11
E. Peranan Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan ................ 12
F. Pengertian OJK ......................................................................... 16
G. Peranan dan Tugas OJK ............................................................ 16
H. Fungsi OJK................................................................................ 16
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di

bidang keuangan atau yang sering kita sebut dengan lembaga keuangan.

Kegiatan utama lembaga keuangan adalah membiayai permodalan suatu

bidang usaha di samping usaha lain seperti menampung uang yang

sementara waktu belum digunakan oleh pemiliknya. Selain itu, kegiatan

lainnya lembaga keuangan tidak terlepas dari jasa keuangan.

Secara umum yang dimaksud dengan lembaga keuangan adalah setiap

perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, menghimpun dana,

menyalurkan dana. Artinya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga

keuangan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, apakah kegiatannya

hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana.

Dalam prakteknya lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua

golongan besar yaitu: Pertama lembaga keuangan bank dan lembaga

keuangan lainnya. Salah satu contoh lembaga keuangan bank adalah

adanya Bank Sentral.

Bank sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam

perekonomian suatu bangsa, terutama di bidang moneter, keuangan, dan

perbankan. Sehingga oleh karena itu bank sentral menjalankan tugasnya

berdasarkan garis-garis pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh

1
pemerintah.

Bank sentral dibentuk dengan tujuan sosial ekonomi tertentu yang

menyangkut kepentingan nasional atau kesejahteraan umum, sepert

stabilitas harga dan perkembangan ekonomi, dan di sisi lain, dalam suatu

sistem perbankan, ketiadaan koordinator dan regulator yang tidak berpihak,

akan mengakibatkan bank-bank tidak dapat melaksanakan operasinya

secara efisien.

Oleh karena itu, bank sentral dapat melaksanakan kepengawasan

terhadap kebijaksanaan moneter oleh bank-bank dan untuk mengawasi

serta memimpin seluruh sistem perbankan. Peran Bank Sentral akan

tercermin dari tugas utama yang diembannya, yaitu menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan mengawasi bank, serta

menjaga kelancaran sistem pembayaran. Peran yang sangat mendasar

adalah mencetak dan mengedarkan uang. Bank sentral merupakan satu-

satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan

mata uang sebagai alat pembayaran yng sah di suatu negara

Di Indonesia, peranan Bank Sentral ini diserahkan kepeda Bank

Indonesia. Undangundang yang mengatur tentang Bank Sentral adalah

Undang-Undang No. 13 Tahun 1968.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Bank Sentral?

2. Bagaimana sejarah berdirinya Bank Sentral di Indonesia?

3. Apa Tujuan dan Tugas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral?

4. Apa Fungsi Bank Sentral?

5. Bagaimana peran Bank Indonesia?

6. Apa Pengertian dari OJK?

7. Apa saja Peran dan Tugas dari OJK?

8. Apa fungsi OJK?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Bank Sentral

2. Untuk mempelajari sejarah berdirinya Bank Sentral di Indonesia

3. Untuk mengetahui tugas dan tujuan Bank Indonesia sebagai Bank

Sentral.

4. Untuk mengetahui fungsi Bank Sentral.

5. Mengetahui peran Bank Indonesia selaku Bank Sentral di Indonesia.

6. Mengetahui Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

7. Mengeahui Peran dan Tugas dari OJK.

8. Mengetahui Fungsi OJK.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Sentral

Bank Sentral merupakan lembaga negara yang mempunyai wewenang


untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah di suatu negara,
merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta
menjalankan fungsi sebagai lender of the last resort. Bank sentral di
Indonesia adalah Bank Indonesia (BI), seperti yang termuat dalam pasal 4
ayat (2) Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia. Pada dasarnya, Bank Sentral tidak dapat diartikan sebagai bank
seperti pada bank umum, karena bank umum cenderung untuk berusaha
menginvestasikan asetnya dengan tujuan memaksimumkan profit.
Sedangkan, bank sentral sebagai bank milik pemerintah, adalah lembaga
keuangan yang tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Bank sentral adalah lembaga yang bertanggung jawab untuk
mengawasi sistem keuangan pada suatu negara. Biasanya, lembaga ini
dimiliki oleh pemerintah, dan bertugas untuk menjamin kegiatan dari
badan-badan keuangan yang ada dalam negara tersebut dapat
meningkatkan dan menstabilkan perekonomian negara secara nasional.
Bank sentral adalah lembaga keuangan yang diberikan kendali
istimewa atas produksi dan distribusi uang dan kredit untuk suatu negara
atau sekelompok negara. Dalam perekonomian modern, tugas bank sentral
adalah bertanggung jawab atas perumusan kebijakan moneter dan regulasi
bank-bank anggota.1

1
Martono. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Ekonisia : Yogyakarta. 2002, hlm.11

4
B. Sejarah Berdirinya Bank Sentral di Indonesia

Sejarah bank sentral tidak terlepas dari sejarah dikenalnya sistem uang
sebagai alat tukar dalam perdagangan dan perekonomian secara umum,
dan mulai ditemukannya metode perbankan untuk pertama kalinya dalam
perekonomian dan perdagangan suatu negara. Dimana pada zaman dahulu
alat tukar yang digunakan adalah memang berupa uang yang memang
memilikinilai intrinsik yang sama terhadap material yang terbuat dari uang
tersebut.
Biasanya berupa uang logam (emas, perak, perunggu, dll) yang
memiliki nilai intrinsik yang sama terhadap nilai dari uang logam tersebut.
Artinya jika uang logam emas seberat 1 gram bernilai 1000 misalnya, pada
saat itu memang karena emas dengan kondisi 1 gram tersebut ketika
diperdagangkan atau dipertukarkan dimana-mana nilainya adalah 1000.
Alat tukar dengan uang logam seperti ini sudah lebih maju
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya dimana perdagangan dilakukan
dengan alat tukar yang belum bisa diterima oleh banyak kalangan atau
bahkan sistem barter langsung terhadap barang yang diperdagangkan
dimana ini menjadi cikal-bakal dimulainya perdagangan dalam sejarah
peradaban manusia.
Seiring dengan waktu dan terus berkembangnya perdagangan dan
perekonomian, alat tukar berupa uang logam tersebut mulai menjadi
keterbatasan karena memang ketersediaan sumber daya alam yang terbatas
untuk mencetak jenis uang seperti itu, dan ini menghambat potensi untuk
berkembang lebih besarnya lagi perekonomian suatu negara sementara
jenis-jenis produk baru dan bentuk industri baru sangat potensial untuk
muncul namun amat disayangkan jika aktivitas perdagangan dan
perekonomian secara umum harus terhambat karena mengikuti
kemampuan ketersediaan uang berupa logam yang sangat terbatas tersebut.
Untuk itulah kemudian dikenal sistem uang kertas yang pertama kali
ditemukan melalui sistem penjaminan yang dalam hal ini dilakukan oleh
suatu badan penjamin sekaligus penyimpan yang disebut bank, dimana

5
uang kertas yang dikeluarkan oleh bank tersebut dijamin memiliki nilai
yang sama atau dijanjikan akan memiliki nilai beberapa kali lebih besar
terhadap emas atauuang logam yang di simpan oleh nasabah/masyarakat
pada waktu mendatang atau pada masa yang ditentukan.
Pada praktik dan perkembangannya masing-masing, bank-bank yang
pada saat itu membuat aturannya sendiri-sendiri dan jenis-jenis jaminan
atauuang kertasnya masing-masing yang sangat potensial merugikan
masyarakatkarena belum dikelola negara untuk memastikan tidak adanya
penyimpangan atau aturan yang tidak adil. Dimana pada suatu ketika
seorang nasabah berniat untuk mengambil kembali emas atau uang logam
yang disimpan pada bank tersebut dengan cara menukar kembali uang
kertas yang dia dapat dari bank tersebut ternyata harus kecewa karena uang
logam yang dia terima lebih sedikit dari yang dijanjikan atau bahkan lebih
kecil dari jumlah yang sama dari yang pernah ia simpan ke bank tersebut.
Pada masa itulah mulai terjadi untuk pertama kalinya dalam sejarah model-
model fraud dan rekayasa dalam sektorindustri yang baru ini, yaitu sektor
keuangan.
Sejak itulah negara menyadari perlunya suatu bank sentral yang
selanjutnya didirikan dengan tujuan untuk memastikan adanya satu jenis
mata uang kertas yang sama dan berlaku di suatu negara tersebut agar
memiliki nilai yang stabil dan dapat dipercaya karena dijamin oleh negara
(dengan cara awalnya negara menjamin uang kertas tersebut dengan
sejumlah emas deposit atau logam berharga lainnya yang dicadangkan
setiap mencetak nominal 6 uang tersebut, namun belakangan tidak lagi dan
jaminannya hanya atas nama negara saja atau sejumlah kecil emas) dan
dapat dipergunakan terus menerus oleh masyarakat dalam menjalankan
aktivitas perekenomiannya di negara tersebut.
Di Indonesia sendiri Pada tahun 1828 De Javasche Bank didirikan
oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang bertugas
mencetak dan mengedarkan uang. Tahun 1953, Undang-Undang Pokok
Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk

6
menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga
tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di
samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya
dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan
oleh De Javasche Bank sebelumnya.
Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang
mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral,
terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga
tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu
Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi
dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan
taraf hidup rakyat.
Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia,
sesuai dengan UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank
Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen
dengan fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas
dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance. Pada
tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang No.23 tahun 19992 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari
upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen dimaksudkan
untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi
krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas
Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.

2
Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-Undang No. 23 Tahun
1999 Tentang Bank Indonesia.

7
C. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral

1. Tujuan

UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia secara tegas


memberikan landasan bagi independensi Bank Indonesia dalam
mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dengan menggunakan instrumen kebijakan.
Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud adalah kestabilan nilai rupiah
terhadap barang dan jasa yang diukur berdasarkan perkembangan laju
inflasi, serta terhadap perkembangan mata uang asing yang diukur
berdasarkan pada perkembangan nilai tukar rupiah (kurs) terhadap
mata uang negara lain.

Sebagaimana di negara lain, pengendalian inflasi sebagai sasaran


akhir kebijakan moneter dilakukan oleh Bank Indonesia dengan
beberapa pertimbangan. Pertama, bukti empiris bahwa dalam jangka
panjang kebijakan moneter hanya dapat mempengaruhi tingkat inflasi
dan tidak dapat mempengaruhi variabel riil seperti pertumbuhan
ekonomi atau tingkat pengangguran. Kebijkan moneter hanya dapat
mempengaruhi variabel riil dalam jangka pendek. Kedua, pencapaian
inflasi yang rendah merupakan persyaratan bagi tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan karena perekonomian tidak
dipacu untuk tumbuh melebihi kapasitasnya. Ketiga,dengan ditetapkan
inflasi sebagai sasaran tunggal, sasaran tersebut akan menjadi acuan
dalam perumusan kebijakan moneter.

Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia


lebih transparan dan mudah diukur. Penetapan tujuan tunggal di atas
menjadikan sasaran dan batas tanggung jawsabBank Indonesia
semakin jelas dan terfokus.

2. Tugas Bank Sentral

Dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan, Menurut UU

8
No.23 Tahun 1999, tugas-tugas Bank Indonesia selaku Bank Sentral
adalah sebagai berikut:

a) Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter

Bank Indonesia diberi kewenangan untuk melakukan


kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter dengan
memperhatikan sasaran laju inflasi serta melakukan pengendalian
jumlah uang beredar dengan menggunakan berbagai instrumen
kebijakan moneter.

Kebijakan moneter yang ditempuh oleh otoritas moneter


merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi
makro. Kebijakan moneter mempunyai peranan yang sangat
strategis, seperti stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan
perluasan kesempatan kerja, serta pengendalian devisa.

Dalam melakukan pengendalian moneter, bank sentral dapat


menggunakan instrumen langsung seperti: melakukan operasi
pasar terbuka:

1. Melakukan Operasi pasar terbuka di pasar uang, baik


rupiah maupun valuta asing.

2. Penetapan tingkat diskonto.

3. Penetapan cadangan wajib minimum; dan

4. Pengaturan kredit dan pembiayaan

b) Mengatur dan Menjaga Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran yang lancar dan aman merupakan salah


satu prasyarat dalam keberhasilan pencapaian tujuan kebijakan
moneter. Sehubungan dengan hal tersebut Bank Indonesia
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran melalui
sistem kewenangan dalam:

9
1. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas
jasa sisa pembayaran;

2. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran


untuk menyampaikan laporan tentang kegiatannya;

3. Menetapkan penggunaan alat pembayaran.

c) Mengatur dan Mengawasi Bank

Tugas mengatur dan mengawasi bank merupakan salah satu


tugas yang penting, khususnya dalam rangka menciptakan sistem
perbankan yang sehat yang pada akhirnya dapat mendorong
efektivitas kebijakan moneter.

Agar pelaksanaan pengawasan peraturan perbankan dapat


berjalan efektif, tugas berikutnya dirinci antara lain:

1. Melakukan prinsip kehati-hatian;

2. Menyehatkan kegiatan operasional di bidang finansial


perbankan melalui program-program penyehatan
perbankan;

3. Menetapkan sistem pengawasan bank;

4. Meningkatkan mutu pengelolan bank.

10
D. Fungsi Bank Sentral

Di Eropa, pada awal berdirinya, bank komersial yang kemudian


berubah menjadi bank sentral merupakan bank komersial yang memiliki
reputasi sangat baik. Pada umumnya, bank sentral merupakan salah satu
bank komersial yang mendapat mandat khusus untuk melakukan kegiatan
menerbitkan uang kartal dan sebagai lender of the last resort. Reputasi
yang baik tersebut membuat bank tersebut mendapat mandat langsung
dari pemerintah untuk menerbitkan dan mengedarkan uang, serta
bertindak sebagai bankir pemerintah. Sehingga, bank komersial tersebut
sebelum menjadi bank sentral berkembang dahulu menjadi bank sirkulasi
yang tetap menjalankan fungsi bank sebagai lembaga inermediasi antara
bank-bank lain dengan pemerintah.

Pada periode awal bank sentral, kelembagaan dari bank sentral


terbatas hanya mengedarkan uang, memberikan jasa perbankan dan
kemudia berkembang sebagai lender of the last resort untuk bank-bank
yang mengalami masalah pada likuiditas. Semakin berkembangnya
perekonomian dan sosial politik, membuat fungsi bank sentral mengalami
perubahan pula. Fungsi bank sentral yang mengedarkan uang, yang
mencakup tahap perencanaan, penerbitan dan distribusi/sirkulasi
seluruhnya telah menjadi fungsi dari bank sentral, yang mana fungsi
tersebut masih melekat hingga saat ini. Selain itu, fungsi bank sentral juga
bertambah meliputi pengaturan penyelenggaraan sistem pembayaran
nasional, di samping menetapkan dan melakukan kebijakan moneter
untuk memelihara likuiditas pasar keuangan..

Kegiatan perekonomian semakin meluas, hal tersebut dapat dilihat


dari semakin meningkat dan dinamisnya hubungan perekonomian (seperti
perdagangan) dengan pihak asing. Hal tersebut mendorong peran bank
sentral untuk berfokus pada memelihara kestabilan nilai mata uang dan
melepaskan diri dari perannya sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
Agar bank sentral dapat berfokus, bank sentral mulai melepaskan diri dari

11
pemerintah dan menjadi lembaga independen dengan tujuan tunggal,
yaitu mencapai stabilitas nilai mata uang, baik dari sisi domestik maupun
asing (nilai tukar). Sehingga sekarang secara umum bank sentral memiliki
tigas fungsi utama yaitu, sebagai otoritas sistem pembayaran, otoritas
moneter yang menjaga stabilitas makroekonomi, dan sebagai otoritas
perbankan untuk menjaga kesehatan bank serta stabilitas sistem
keuangan.3

E. Peranan Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan

Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas


utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga
stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran).
Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa
diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang
signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas
keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter.
Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter,
sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi
kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya,
ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi
stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan.
Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan
juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.

Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank Indonesia dalam


memelihara stabilitas sistem keuangan? Sebagai bank sentral, Bank
3
Adhitya Warhono, Yulia Indrawati, Ciplis Gema Qoriah, M. Abd. Nasir, “Perilaku
Kebijakan Bank Sentral di Indonesia”, (CV. Pustaka Abadi:Jawa Timur), 2019, hlm.3-4

12
Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen
dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:

Pertama, Bank Indonesia ini memiliki tugas untuk menjaga stabilitas


moneter antara lain melalui sebuah instrumen suku bunga pada operasi
pasar terbuka. Bank Indonesia sendiri dituntut untuk dapat menetapkan
kebijakan moneter dengan berimbang serta tepat. Hal ini mengingat
kembali pada gangguan stabilitas moneter mempunyai dampak langsung
pada berbagai macam aspek ekonomi.

Untuk kebijakan moneter sendiri, dengan penerapan suku bunga


yang sudah terlalu ketat, akan bersifat mematikan banyak sekali kegiatan
ekonomi, begitupun sebaliknya. Maka dari itu, untuk dapat menciptakan
sebuah stabilitas moneter, BI sudah menerapkan kebijakan yang disebut
sebagai inflation targeting framework.

Peranan yang ke kedua, Bank Indonesia sendiri memiliki peran


penting atau vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang
sehat, khususnya dalam perbankan. Penciptaan dari sebuah kinerja
lembaga perbankan seperti itu dilakukan dengan mekanisme pengawasan
serta regulasi. Seperti halnya pada negara lainnya, sektor perbankan ini
memiliki bagian yang dominan pada sebuah sistem keuangan. Sehingga,
kegagalan dalam sektor ini bisa menimbulkan ketidakstabilan pada
keuangan serta mengganggu perekonomian.

Untuk dapat mencegah terjadinya dalam kegagalan tersebut, sistem


pengawasan serta kebijakan perbankan yang efektif harus ditegakkan.
Selain itu juga, disiplin pasar melalui kewenangan pada pengawasan serta
pembuat kebijakan dan penegakan hukum (law enforcement) harus terus
dijalankan. Bukti yang menunjukkan dalam negara-negara yang
menjalani sebuah disiplin pasar, yang memiliki konsep stabilitas dalam
sistem keuangan yang kokoh atau kuat.

13
Sementara itu, dalam upaya penegakan hukum dimaknai untuk dapat
melindungi perbankan serta stakeholder sekaligus mendorong
kepercayaan pada sistem keuangan. Untuk bisa menciptakan stabilitas
dalam sektor perbankan yang berkelanjutan, BI sudah menyusun
Arsitektur Perbankan Indonesia serta rencana implementasi Basel II.

Ketiga, Bank Indonesia telah memiliki sebuah kewenangan dalam


mengatur serta menjaga kelancaran pada sistem pembayaran. Bila terjadi
peristiwa gagal dalam pembayaran (failure to settle) pada salah satu
peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan melahirkan risiko
potensial yang serius dan bahkan mengganggu sebuah kelancaran dalam
sistem pembayaran. Kegagalan tersebut pada akhirnya menimbulkan
risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan
sebuah gangguan yang sistemik. Bank Indonesia juga mengembangkan
mekanisme serta pengaturan yang bertujuan mengurangi risiko dalam
sebuah sistem pembayaran yang kian meningkat.

Yaitu dengan menetapkan sistem pembayaran yang real time serta


telah dikenal dengan nama sebutan sistem RTGS (Real Time Gross
Settlement) yang bisa lebih meningkatkan keamanan serta kecepatan pada
sistem pembayaran. Sebagai otoritas pada sistem pembayaran, BI sendiri
pun memiliki informasi serta keahlian dalam mengidentifikasi risiko
potensial pada sistem pembayarannya.

Kemudian yang keempat, dengan fungsinya pada riset serta


pemantauan, Bank Indonesia bisa mengakses informasi-informasi yang
dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara
macroprudential, Bank Indonesia dapat memantau kerentanan sektor
keuangan serta mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang bisa
berdampak pada stabilitas sistem keuangan.

Melalui riset, Bank Indonesia bisa mengembangkan instrumen serta


indikator yang macroprudential untuk bisa mendeteksi kerentanan dalam
sektor keuangan. Hasil riset serta pemantauan tersebut, selanjutnya dapat

14
menjadi sebuah rekomendasi untuk otoritas terkait dalam memilih
langkah-langkah yang tepat untuk bisa meredam gangguan pada sektor
keuangan.

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi untuk sebagai jaring


pengaman pada sistem keuangan melalui fungsi bank sentral, lender of
the last resort (LoLR). Fungsi LoLR sendiri adalah peran tradisional Bank
Indonesia yang sebagai bank sentral pada mengelola krisis guna untuk
menghindari terjadinya ketidakstabilan pada sistem keuangan.

Fungsinya untuk sebagai LoLR yang mencakup pada penyediaan


likuiditas dalam kondisi normal maupun dalam krisis. Fungsi tersebut pun
hanya diberikan pada bank yang telah menghadapi masalah likuiditas dan
tentunya berpotensi akan terjadi dampak krisis yang sudah bersifat
sistemik.

Pada kondisi normal, dalam fungsi LoLR dapat diterapkan pada


bank yang telah mengalami kesulitan likuiditas temporer sehingga masih
memiliki kemampuan untuk dapat membayar kembali. Untuk
menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia wajib
menghindari terjadinya moral hazard. Maka dari itu, pertimbangan risiko
sistemik serta dalam persyaratan yang ketat harus diterapkan penyediaan
likuiditas tersebut4.

4
https://www.gramedia.com/literasi/bank-sentral/

15
F. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen yang


mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan. OJK dibentuk berdasarkan UU Nomor 21
Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan.5 OJK didirikan untuk menggantikan
peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan pengawasan pasar modal
dan lembaga keuangan. Serta menggantikan peran Bank Indonesia dalam
pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen
industri jasa keuangan.

G. Peranan dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

1. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan serta non perbankan .


2. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun,
lembaga
4. Pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.6

Peran penting OJK adalah menyangkut tentang pengawasan serta


pengaturan terhadap perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang
dilakukan secara microprudensial

H. Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakan


sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.7

5
UU No. 22 Tahun 2011
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan
7
https://www.ojk.go.id/id/tentang-ojk/pages/tugas-dan-fungsi.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat ambil kesimpulan


dari makalah kami. Kesimpulannya sebagai berikut:
1. Bank sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam
perekonomian suatu bangsa, terutama di bidang moneter, keuangan, dan
perbankan. Sehingga oleh karena itu bank sentral menjalankan tugasnya
berdasarkan garis-garis pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
pemerintah.
2. Tujuan Bank Indonesia yaitu memelihara kestabilan nilai rupiah dengan
menggunakan instrumen kebijakan.
3. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen yang
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan.

4. Tugas OJK melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa


keuangan di sektor Perbankan, Sektor Pasar Modal dan Sektor IKNB.

5. Peran penting OJK adalah menyangkut tentang pengawasan serta


pengaturan terhadap perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang
dilakukan secara microprudensial

6. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem


pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan
di sektor jasa keuangan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adhitya Warhono, Yulia Indrawati, Ciplis Gema Qoriah, M.Abd. Nasir. 2019.

Perilaku Kebijakan Bank Sentral di Indonesia. Jawa Timur: CV. Pustaka

Abadi.

Huda, Ni’matul. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-undang No. 23

Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.

Undang-Undang No. 24 Tahun 1999 Tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai

Tukar.

UU No. 22 Tahun 2011

https://www.gramedia.com/literasi/bank-sentral/

https://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan

https://www.ojk.go.id/id/tentang-ojk/pages/tugas-dan-fungsi.

Anda mungkin juga menyukai