‘’BANK CENTRAL’’
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah Fiqih Muamalah II
Dosen Pengampu : Dr. H. Abbas Arfan, Lc., M.H.
Disusun Oleh :
Rara Ganis Sulehvi Wanenghyun 200202110001
Syarifah Ainur Risda 200202110002
Sisca Fitria Dewi 200202110003
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bank Central” tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Dr. H. Abbas Arfan, Lc.,
M.H. Pada mata kuliah Fikih Muamalah II di Universitas Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Bank Central. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H.
Abbas Arfan, Lc., M.H. Selaku Dosen mata kuliah Fikih Muamalah II. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman teman seperjuangan
yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, dan penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa menambah
wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.
Malang, 1 Juni
2022
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
BAB I......................................................................................................................................
PENDAHULUAN..................................................................................................................
1. Latar Belakang..............................................................................................................
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................
3. Tujuan............................................................................................................................
BAB II....................................................................................................................................
PEMBAHASAN....................................................................................................................
1. Pengertian Bank Central..............................................................................................
2. Sejarah Singkat Bank Central di Indonesia...............................................................
3. Tujuan dan Fungsi Bank Central................................................................................
4. Peran Bank Sentral Dalam Stabilisasi Sistem Keuangan.........................................
1. Krisis Keuangan Global 2008/2009 dan Bank Sentral..........................................3
2. Mandat Ganda Bank Sentral..................................................................................4
5. Tugas Bank Central......................................................................................................
a. Membuat dan Melaksanakan kebijakan moneter................................................5
b. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran...................................5
c. Mengatur dan Mengawasi Perbankan.................................................................5
6. Sejarah Singkat Otoritas Jasa Keuangan...................................................................
7. Dewan Pengawasan Syariah Dalam Sitem Hukum lembaga Keunangan
Syariah Nasional...................................................................................................................
8. Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah........................................................................
9. Fatwa – Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.......................
BAB III.................................................................................................................................
PENUTUP............................................................................................................................
Kesimpulan.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dimulai dengan kedatangan bangsa barat di Indonesia. Sejak itu
indonesia menjadi jalur perdagangan internasional oleh para pedagang. Pada saat
itu ada dua kerajaan yaitu kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit yang
mendominasi perdagangan di Indonesia. Bangsa-bangsa Eropa memperluas
wilayah jajahannya pada abad ke-15 termasuk ke Indonesia. Negara-negara
penjajah Indonesia antara lain Spanyol, Portugis kemudian diikuti oleh Belanda,
Inggris dan Prancis. Kegiatan perdagangan tidak berhenti walaupun terjadi
penjajahan di Indonesia. Maka dari situlah dibuatlah De Javanesche
Bank (DJB) yang didirikan oleh Hindia Belanda pada 24 Januari 1982 silam.
Setelah Indonesia merdeka, pada 1 Juli 1953 De Javanesche Bank (DJB)
dinasionalisasi dan berganti nama menjadi Bank Indonesia (BI) yang merupakan
Bank Sentral Republik Indonesia.
Bank Sentral adalah suatu lembaga keuangan atau instansi yang
bertanggung jawab atas kebijakan moneter dan menciptakan tingkat kegiatan
perekonomian yang stabil di suatu negara. Bank sentral juga memiliki peran-
peran dan tugas yang tidak sembarang orang bisa menjalankannya. Bank
sentral juga memiliki ruang lingkupnya sedniri. Dalam makalah ini kita akan
menjelaskan tentang seberapa pentingnya bank sentral, Apa saja peran-peran
yang diambil oleh bank sentral, dan apa saja ruang lingkup bank sentral.
2. Rumusan Masalah
1. Apa itu Bank Sentral ?
2. Ruang Lingkup Bank Sentral ?
3. Tujuan
1. Mengetahui ruang lingkup Bank Central
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Bank Central
Pengertian dari Bank Sentral adalah suatu lembaga keuangan atau
instansi yang bertanggungjawab atas kebijakan moneter dan menciptakan tingkat
kegiatan perekonomian yang stabil di suatu negara.
Bank Sentral sendiri adalah suatu institusi yang umumnya dimiliki oleh
pemerintah suatu negara yang bertanggungjawab atas stabilitas nilai mata uang,
menjaga tingkat inflasi, stabilitas sektor perbankan, dan keseluruhan sistem
finansial di dalam suatu negara.
Bank Indonesia (BI) memiliki tujuan dan fungsi utama dalam menjalankan
perannya sebagai Bank Sentral Republik Indonesia. Adapun beberapa fungsi dan
tujuan Bank ini adalah sebagai berikut:
1
Dr. Sylvia Janisriwayati S.H., M.Hum, Bank Sentral Dan Kewenangan Makroprodensial ( Kota Malang:
Madza Media, 2021 ) hal, 11.
3
utang luar negeri, dan lain-lain yang tidak tepat juga menjadi penyebab
timbulnya krisis ekonomi. Akar permasalahan terjadinya krisis itu dari
akumulasi utang secara berlebihan seiring dengan peningkatan risk-tasking
behavior, baik yang dilakukan pemerintah maupun swasta, telah terbukti dari
sejarah panjang krisis dalam peradaban manusia (Reinhart dan Rogoff, 2009;
Kindleberger, 1978). Demikian pula, bahwa prosiklisitas gelembung properti
dan boom kredit yang mendahului dan menyebabkan krisis di banyak negara
bukanlah hal baru (Claessens dan Kose, 2013). Dalam perkembangannya, krisis
ekonomi semakin sering terjadi dan menjadi multidimensi dari krisis
nilai tukar, utang, dan sistem keuangan, yang telah terbukti di banyak negara
(Bordo, et.al., 2001).
pengambil kebijakan dan di dunia akademis. Namun begitu, pada dasarnya SSK
merujuk pada kondisi di mana sistem keuangan berfungsi secara baik di dalam
perekonomian dan menunjukkan ketahanan terhadap berbagai gejolak yang
mungkin terjadi. Dari definisi tersebut, setidaknya terdapat lima aspek penting
yang perlu ditekankan. Pertama, kesehatan individual lembaga keuangan sangat
penting tetapi tidaklah cukup (necessary but not sufficient). Kedua, sejarah
menunjukkan terdapat empat jenis keterkaitan makrofinansial yang sering
menyebabkan krisis, yaitu: asset bubbles (baik finansial dan properti), boom
kredit, akumulasi utang secara berlebihan,
dan pembalikan modal asing secara tiba-tiba atau sudden-stop (Reinhart dan
Rogoff, 2009; Claessens dan Kose, 2013). Ketiga, kebijakan pengendalian
gejolak perekonomian domestik dan kemampuan mengantisipasi gejolak dari
luar negeri sangat penting untuk mendukung terjaganya SSK. Keempat,
sementara krisis dapat dipicu dari kegagalan suatu lembaga keuangan,
meletusnya gelembung prosiklisitas ketidakseimbangan makrofinansial, atau
gejolak perekonomian domestik atau internasional, pewabahan contagion
menjadi krisis sistemik ke seluruh sistem keuangan
dapat terjadi sangat cepat, karena eratnya interkoneksi dan jejaring di dalam
pasar dan infrastruktur keuangan, termasuk sistem pembayaran (Allen, et. al.,
2010; Acemoglu, et.al., 2015). Kelima, puncak dari krisis secara luas terjadi
manakala pewabahan melalui interkoneksi dan jejaring keuangan disertai dengan
perilaku latah (herding
2
Dr. Perry Warjiyo, Bauran Kebijakan Bank Sentral: Konsepsi Pokok dan Pengalaman
Bank Indonesia, Jakarta : BI Institute, 2016, hal 4-14.
5
b. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran yang dimaksud adalah sistem pembayaran
tunai maupun non tunai. Dalam hal ini, Bank Indonesia
bertanggungjawab untuk menciptakan suatu kesepakatan, aturan, standar
dan prosedur yang dipakai dalam mengatur peredaran uang di
masyarakat.
3
,
M. Prawiro Bank Sentral: Pengertian, Tujuan, Tugas, dan Wewenang Bank Sentral, di akses dari
(https://www.maxmanroe.com/, Bank Sentral: Pengertian, Tujuan, Tugas, dan Wewenang Bank Sentral
(maxmanroe.com), terakhir dilihat pada (1 Juni 2022), pada pukul (21.23).
menetapkan sembilan anggota dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan,
termasuk dua anggota komisioner ex-officio dari Kementerian Keuangan dan
Bank Indonesia.
Setelah itu, pada 15 Agustus 2012 dibentuklah Tim Transisi Otoritas Jasa
Keuangan Tahap I, untuk membantu Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
melaksanakan tugas selama masa transisi.
Setelah itu, pada 18 Maret 2013 dibentuk Tim Transisi Otoritas Jasa
Keuangan Tahap II untuk membantu Dewan Komisioner Otoritas Jasa
Keuangan dalam pelaksanaan pengalihan fungsi, tugas dan wewenang
Pengaturan dan Pengawasan Perbankan dari Bank Indonesia.
7
7. Dewan Pengawasan Syariah Dalam Sitem Hukum lembaga Keunangan
Syariah Nasional
Dewan pengawas syariah atau DPS adalah badan independen yang terdiri
dari para pakar syariah muamalah yang juga memiliki pengetahuan dalam
bidang perbankan yang ada di lembaga keuangan syariah dan bertugas
mengawasi pelaksanaan keputusan dewan syariah nasional atau DSN pada
lembaga keuangan syariah. DPS merupakan suatu badan independen, sehingga
untuk menjamin mengeluarkan pendapat maka harus memperhatikan beberapa
hal, yaitu:
a. DPS bukan staf bank, dalam arti bahwa mereka tidak tunduk dibawah
kekuasaan administratif.
b. DPS dipilih oleh rapat umum pemegang saham (RUPS).
c. Honorarium DPS ditentukan oleh RUPS.
d. DPS mempunyai sistem kerja dan tugas-tugas tertentu seperti halnya badan
pengawas lainnya.
5
Rahmat Ilyas, PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM PERBANKAN SYARIAH, IAIN Syaikh
Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Indonesia (Apr 09, 2021) hal 47-48.
9
Tugas lain DPS adalah meneliti dan membuat rekomendasi
produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian, DPS bertindak
sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk diteliti kembali dan
difatwakan oleh DSN. DPS dalam rancangan undang-undang perbankan syariah
6
MASLIHATI NUR HIDAYATI, DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM SISTEM HUKUM PERBANKAN : STUDI
TENTANG PENGAWASAN BANK BERLANDASKAN PADA PRINSIP-PRINSIP ISLAM, Universitas Al-Azhar
Indonesia,(Jakarta Selatan 12,11,10), hal 70-72.
dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kehadiran KHES
adalah kebutuhan yang sangat mendesak bagi ketersediaan sumber hukum
terapan Peradilan Agama di bidang ekonomi syariah sejak lahirnya Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2006. Sehingga tidak ada alasan lagi bagi hakim untuk
tidak menangani sengketa ekonomi syariah dengan dalih tidak ada peraturannya.
Kehadiran KHES adalah kebutuhan yang sangat mendesak bagi
ketersediaan sumber hukum terapan Peradilan Agama di bidang ekonomi
syariah pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006. Sehingga tidak
ada alasan lagi bagi hakim untuk tidak menangani sengketa ekonomi syariah
dengan dalih tidak ada peraturannya
Secara keseluruhan, KHES sudah dapat digunakan sebagai pedoman baku di
lingkungan peradilan agama, tetapi masih banyak yang perlu dibenahi dan
disempunakan, baik terkait dengan istilah-istilah maupun klausul-klausul dalam
KHES itu sendiri yang tak sedikit masih multi interpretable, sehingga
dikhawatirkan akan muncul ketidakpastian hukum akibat adanya klausul-klausul
yang tidak jelas tersebut, oleh karena itu kritik dan penyempurnaan tersebut juga
harus dilakukan untuk mengkaji istilah-istilah yang terdapat pada sistem
ekonomi berbasis Islam.7
Lahirnya KHES tersebut berawal dari terbitnya UU No. 3 Tahun 2006.
Tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
(UUPA). UU No.3 Tahun 2006 ini memperluas kewenangan PA sesuai dengan
perkembangan hukum dan kebutuhan umat Islam Indonesia saat ini. Dengan
perluasan kewenangan tersebut, kini PA tidak hanya berwenang menyelesaikan
sengketa di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, dan sadaqah saja,
melainkan juga menangani permohonan pengangkatan anak (adopsi) dan
menyelesaikan sengketa dalam zakat, infaq, serta sengketa hak milik dan
keperdataan lainnya antara sesama muslim, dan ekonomi syari’ah. Kaitannya
dengan wewenang baru PA ini, dalam Pasal 49 UUPA diubah menjadi
”Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara oirang-orang yang
7
Nashihul Ibad Elhas, KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH (KHES) DALAM TINJAUAN UMUM HUKUM
ISLAM, Jurnal Al-Tsaman, hal 63-65.
11
beragama Islam’’ di bidang:
a. perkawinan;
b. waris;
c. wasiat;
d. hibah;
e. wakaf;
f. zakat;
g. infaq;
h. shadaqah; dan
i. ekonomi syari’ah.
Setelah UU No. 3/2006 tersebut diundangkan maka Ketua MA membentuk Tim
Penyusunan KHES berdasarkan surat keputusan Nomor: KMA/097/SK/X/2006
tanggal 20 Oktober 2006 yang diketuai oleh Prof. Dr. H. Abdul Manan, S.H.,
S.I.P., M.Hum. Tugas dari Tim tersebut secara umum adalah menghimpun dan
mengolah bahan (materi) yang diperlukan, menyusun draft naskah,
menyelenggarakan diskusi dan seminar yang mengkaji draft naskah tersebut
dengan lembaga, ulama dan para pakar, menyempurnakan naskah, dan
melaporkan hasil penyusunan tersebut kepada Ketua MA RI. Waktu yang
digunakan dalam penyusunan KHES tersebut memang sangat singkat sekali,
kurang lebih hanya satu tahun. Sementara KHES adalah kompilasi hukum
positif yang tentunya menghendaki format yang baku. Artinya, jika KHES yang
katanya sudah final ini mulai disosialisasikan, pembahasan secara kritis untuk
tujuan penyempurnaan harus terus dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga
dapat mencapai format yang ideal.8
8
Abdul Mugis, kompilasi Hikum Ekonomi Syariah ( Jakarta : 2011 ), hal. 142 – 146.
jelasan itu mengarah pada dua kepentingan, yakni kepentingan pribadi atau
kepentingan masyarakat banyak.
Penetapan fatwa tentang ekonomi syariah di Indonesia menjadi otoritas Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia yang dilakukan melalui rapat pleno
yang dihadiri oleh semua anggota Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI) yang terdiri dari para ahli syariah dan ahli
ekonomi/keuangan yang mempunyai wawasan syariah serta melibatkan lembaga
mitra seperti Bank Indonesia atau lembaga otoritas keuangan lainnya dan pelaku
usaha baik perbankan, asuransi, pasar modal, maupun lainnya.
Metode yang digunakan oleh komisi fatwa MUI dalam proses penetapan
fatwa melalui 3 pendekatan, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan qath’i, yaitu pendekatan qath’i dilakukan dengan berpegang
dengan nash al-Qur’an dan Hadis untuk sesuatu masalah apabila masalah
yang ditetapkan terdapat dalam nash al-Qur’an ataupun al-Hadis secara
jelas.
2. Pendekatan qauli, yaitu pendekatan dalam proses penetapan fatwa
dengan mendasarkannya pada pendapat para imam mazhab dalam kitab-
kitab fikih terkemuka (al-kutub al-mu’tabarah).15 Pendekatan ini
dilakukan apabila jawa-ban dapat dicukupi oleh pendapat dalam kitab-
kitab fikih terkemuka.
3. Pendekatan manhaji, yaitu pendekatan dalam proses penetapan fatwa
yang mempergunakan kaidah-kaidah pokok (al-qawaid al-ushuliyyah)
dan metodologi yang dikembangkan oleh imam mazhab dalam
merumuskan suatu masalah.9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian Bank Sentral adalah suatu lembaga keuangan atau instansi
yang bertanggungjawab atas kebijakan moneter dan menciptakan tingkat
kegiatan perekonomian yang stabil di suatu negara. Bank Sentral adalah suatu
9
Anita Marwing Fatwa ekonomi syariah diindonesia september 2017, hal 214-218.
13
institusi yang umumnya dimiliki oleh pemerintah suatu negara yang
bertanggungjawab atas stabilitas nilai mata uang, menjaga tingkat
inflasi, stabilitas sektor perbankan, dan keseluruhan sistem finansial di suatu
negara. Seperti yang dijelaskan di atas, Bank Indonesia merupakan pelaksana
Bank Sentral di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, pada 1 Juli 1953 De
Javanesche Bank dinasionalisasi dan berganti nama menjadi Bank Indonesia
yang merupakan Bank Sentral Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
15
Azhar Indonesia,(Jakarta Selatan 12,11,10).
Prawiro, M. Bank Sentral: Pengertian, Tujuan, Tugas, dan Wewenang Bank Sentral, di
akses dari (https://www.maxmanroe.com/, Bank Sentral: Pengertian,
Tujuan, Tugas, dan Wewenang Bank Sentral (maxmanroe.com), terakhir
dilihat pada (1 Juni 2022), pada pukul (21.23).
Warjiyo, Dr. Perry, Bauran Kebijakan Bank Sentral: Konsepsi Pokok dan Pengalaman
Bank Indonesia, Jakarta : BI Institute, 2016.