Anggota Kelompok 3 :
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ”BANK
SENTRAL,SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN DALAM
PEREKONOMIAN”
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatan banyak bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Rosdiati yang telah membimbing.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini
bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kea rah
yang lebih baik. Kami tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan
celah , berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan selalu tersisa
kekurangn yang tidak disadari oleh kami,
Oleh karena itu, kami mengharapkan kriti dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi, kami mengarapkan agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR ................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................
A. Latar Belakang ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................
A.Bank Sentral .................................................................. 3
B.Sistem Pembayaran....................................................... 11
C.Alat Pembayaran Tunai (Uang) ..................................... 17
D.Alat Pembayaran Nontunai ............................................ 39
BAB III PENUTUP .....................................................................
A.Kesimpulan ................................................................. 44
B.Kritik dan saran............................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
ii
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bank Sentral ?
2. Apa Tujuan dan Tugas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral ?
3. Bagaimana peran sistem pembayaran terhadap perekonomian nasional?
4. Bagaimana sejarah berdirinya Bank Sentral di Indonesia ?
5. Jelaskan apa saja yang termasuk dalam Alat Pembayaran ?
C. Tujuan
iii
1. Mengetahui fungsi dan tujuan Bank Sentral
2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Bank Sentral Indonesia
3. Mengetahui bagaimana peran sistem pembayaran terhadap
perekonomian nasional
4. Menjelaskan apa saja yang termasuk dengan Alat pembayaran
5. Menambah wawasan tentang Bank Sentral, Sistem Pembayaran, dan
Alat Pembayaran dalam perekonomian Indonesia
BAB II
iv
PEMBAHASAN
A. Bank Sentral
1. Bank Sentral
Dalam arti sebenarnya, bank sentral adalah sebuah instansi maupun
sebuah lembaga keuangan yang bertanggung jawab suatu kebijakan
moneter serta menciptakan tingkat aktivitas ekonomi yang stabil pada
Pengertian suatu negara.
Bank sentral menjadi sebuah lembaga yang sudah dimiliki oleh para
pihak swasta pada suatu pemerintah negara, memiliki tanggung jawab
atas stabilitas mata uang, menjaga tingkat inflasi, stabilitas sektor
perbankan, serta seluruh sistem keuangan pada sebuah negara. Peran
bank sentral di Indonesia sendiri sementara diserahkan dalam Bank
Indonesia. Dikutip banyak sumber, adapun tugas Bank Sentral di
indonesia sendiri yaitu secara singkatnya Bank Indonesia yakni
membuat serta menjalankan Kebijakan Moneter, untuk mengendalikan
jumlah uang yang berjalan di masyarakat sehingga harga pada barang
serta jasa didapat masyarakat terkendali.
v
independen, bebas dari urusan Pemerintah maupun pihak lain, kecuali
pada hal-hal yang secara tegas serta diatur pada undang-undang. Fungsi
bank sentral di indonesia ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Peran
serta tugas Bank Indonesia yang sebagai bank sentral sudah mengalami
evolusi yang cukup panjang dari yang berawal sebagai bank sirkulasi,
kemudian pernah menjadi sebuah agen dalam pembangunan dari
pemerintah, dan terakhir pada tahun 1999 telah menjadi sebuah
lembaga yang independen dengan tujuan tunggal yaitu untuk mencapai
kestabilan nilai Rupiah.
vi
6. Pelaksana dari kebijakan pemerintah di bidang nilai tukar dan
sebagai custodian dari cadangan devisa negara dan membantu negara
dalam mengelola cadangan devisa.
7. Pembuat kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
terutama di negara berkembang, bank sentral sering diberi mandat lebih
luas untuk memperkuat pembangunan ekonomi.
8. Penasehat pemerintah terkait dengan kebijakan ekonomi karena
dipandang memiliki keahlian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
bidang ekonomi dan keuangan.
9. Lembaga yang berpartisipasi dalam kerjasama pengaturan moneter
internasional.
10. Lembaga yang memiliki hubungan erat dengan pemerintah sehingga
memungkinkan untuk mendapat tugas lain, misalnya memberi layanan
perbankan kepada publik dan memberikan perlindungan nasabah.
Selain fungsi-fungsi tersebut, pada beberapa negara, bank sentral
juga memiliki peran dalam tugas lain, misalnya melayani jasa
perbankan dan manajemen aset serta utang kepada pemerintah. Bahkan,
bank sentral juga sering ditugaskan untuk melakukan analisis dan saran
terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan pembangunan pada negara-
negara tertentu.
vii
pemerintahan Hindia Belanda yang dipimpin Raja Willem 1. Lokasinya
tepat di Jakarta. De Javasche Bank melakukan ekspansi besar dengan
membangun cabangnya di daerah Sumatra, Sulawesi, Semarang,
Surabaya, Kalimantan, dan bahkan hingga di New York.
Fungsinya yaitu berusaha untuk mencetak serta mendistribusikan
uang kertas pada wilayah jajahan Hindia Belanda. Mata uang yang
disebarkan pada masa tersebut merupakan gulden Belanda. Bank yang
telah didirikan dengan badan hukum PT maupun pada saat itu disebut
dengan Naamloze Vennootschap, sangat memiliki peran penting untuk
menjaga sirkulasi mata uang. Begitu pun dalam kegiatan perdagangan
internasional di masa itu sudah tinggi.
viii
peran bank sentral di Indonesia dialihkan kembali kepada pihak De
Javasche Bank di tahun 1949.
ix
Ditetapkannya kewajiban moneter harus dijalankan, untuk menjaga
peredaran jumlah mata uang yang ada pada masyarakat, maka
seluruh harga produk barang serta jasa dapat dijaga serta
dikendalikan. Dalam Kebijakan moneter tersebut perlu dijalankan
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. sehingga, pihak
BI harus bekerjasama dengan pihak pemerintah yang mana seluruh
kebijakan yang telah ditetapkan dapat berjalan sesuai dengan
kebijakan fiskal serta beberapa kebijakan ekonomi lainnya.
2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Makna dari sebuah sistem pembayaran ini merupakan sebuah
sistem pembayaran tunai serta non tunai. Bank Indonesia memiliki
peran penuh saat mengeluarkan aturan, standar, kesepakatan serta
tata cara untuk digunakan dalam mengatur peredaran uang.
3. Mengatur dan Mengawasi Perbankan
BI perlu melakukan pengawasan makroprudensial yang
berguna untuk menjaga kestabilan sebuah sistem keuangan
yang berlaku di Indonesia. Kebijakan makroprudensial ini
adalah sebuah kebijakan yang telah disusun untuk bisa
memberikan batasan dengan risiko serta biaya krisis yang
sistemik, supaya tetap dapat menjaga keseimbangan sebuah
sistem keuangan di Indonesia.
x
pembayaran. Terakhir, untuk mengawasi penyelenggaraan pada
sistem pembayaran.
3. Kewenangan Mengatur dan Mengawasi Perbankan
Kemudian, Bank Indonesia sebagai bank sentral tentunya
memiliki empat wewenang utama. Pertama, memiliki wewenang
dalam membuat juga untuk menetapkan sebuah kebijakan yang
terkait pelaksanaan perbankan yang sudah berlaku pada Indonesia.
Kedua, berwenang untuk memberikan sanksi dengan pihak yang
sudah melanggar kebijakan, sudah ditetapkan sesuai dengan
peraturan UU. Yang ketiga, berwenang untuk memberikan ataupun
mencabut izin pada kelembagaan serta dalam kegiatan usaha bank.
Yang terakhir, BI juga berwenang dalam mengawasi dengan
berbagai macam kegiatan bank konvensional, pada sistem
perbankan ataupun secara individu.
xi
dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata,
Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di
dalam maupun di luar pengadilan.
B. Sistem Pembayaran
1. Pengertian Sistem Pembayaran
xii
Sistem pembayaran adalah sistem yang dirancang sedemikian
rupa oleh otoritas tertentu dengan cara kerja berupa pemindahan
sejumlah nilai uang tertentu dari satu pihak ke pihak lain. Sistem
pembayaran ini terdiri dari seperangkat lembaga, aturan, dan
mekanisme.
Di Indonesia, otoritas yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan dan merancang sistem pembayaran adalah Bank
Indonesia. Bank Indonesia bertugas sebagai operator, regulator, dan
pengguna sistem pembayaran, baik sistem pembayaran berbentuk
tunai atau nontunai. Ada pula pihak-pihak lain yang mendukung
kelancaran sistem pembayaran ini seperti bank umum atau bank
komersial.
xiii
fasilitator? Bank Indonesia sebagai regulator bertugas untuk
memastikan seluruh proses sistem pembayaran berjalan mulus.
Caranya adalah dengan membuat peraturan, syarat-syarat,
serta sanksi yang mengikat penyedia layanan keuangan. Dengan
begitu, tata penggunaan sistem pembayaran, mulai dari transfer
uang, kartu debit dan kredit, sampai QRIS, sudah diatur sedemikian
rupa untuk meminimalisir risiko penyalahgunaan. Contohnya
seperti Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 tentang
Uang Elektronik. Kemudian, Bank Indonesia juga menjadi
fasilitator yang artinya menyempurnakan sistem pembayaran yang
sudah ada. Pada intinya, Bank Indonesia memiliki kewajiban untuk
menjamin semua transaksi berjalan tanpa hambatan.
xiv
mempertahankan stabilitas sistem keuangan dan meningkatkan
kepercayaan publik akan sistem pembayaran yang berlaku.
Misalnya saja sistem QRIS yang sudah diregulasi oleh Bank
Indonesia.
Melalui pengawasan berkala, Bank Indonesia berhasil
membuat kita semua merasa aman untuk menggunakan QRIS
sebagai salah satu metode pembayaran yang praktis.
xv
diselenggarakan Bank Indonesia terdiri dari dua sistem, salah
satunya adalah sistem pembayaran nontunai. Sistem
pembayaran nontunai adalah alat yang digunakan dalam proses
pembayaran tanpa menggunakan uang fisik seperti koin dan kertas.
Penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai dibedakan menjadi
transaksi yang bernilai besar dan transaksi yang bernilai kecil.
Transaksi yang bernilai besar memiliki karakteristik transaksi yang
bersifat penting dan segera (urgent), meliputi transaksi antar bank,
transaksi di pasar keuangan atau transaksi dengan nilai ticket size ≥
Rp1 Miliar menggunakan Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) dan Bank Indonesia Scripless Securities
Settlement System (BI-SSSS). Selanjutnya untuk transaksi yang
bernilai kecil meliputi transaksi antar individu dengan nilai ticket
size < Rp1 Miliar menggunakan Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI).
Jadi, penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai oleh Bank
Indonesia menggunakan BI-RTGS dan BI-SSSS untuk transaksi
yang bernilai besar dan menggunakan SKNBI untuk transaksi yang
bernilai kecil.
Berdasarkan bagan di atas, dapat diketahui bahwa
penyelenggaraan transaksi oleh Bank Indonesia terdiri atas BI-
RTGS, BI-SSSS dan SKNBI. Untuk lebih jelasnya, simak
penjelasan berikut:
a. Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
Transaksi pembayaran bernilai besar merupakan urat nadi sistem
pembayaransuatu negara. Berjalannya kegiatan pasar uang dan
pasar modal yang aman dan efisien bergantung kepada
kelancaran sistem pembayaran yang bernilai besar. Sistem
pembayaran bernilai besar yang digunakan oleh banyak negara
termasuk Indonesia adalah Real Time Gross Settlement
(RTGS).
xvi
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar
pesertadalammata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara
seketika per transaksi. Sistem BI-RTGS pertama kali digunakan pada
tanggal 17 November 2000. Sistem BI-RTGS mampu menjadi sumber
informasi yang sangat bermanfaat, baik dalam rangkapengawasan bank
maupun pelaksanaan kebijakan moneter. Pengembangan sistem BI-RTGS
antara lain bertujuan:
1) Menyediakan sarana transfer dana antarbank yang lebih cepat,
efisien, andal, dan aman kepada bank dan nasabahnya.
2) Memberikan kepastian setelmen dan penatausahaan dapat diperoleh
dengan segera.
3) Menyediakan informasi rekening bank secara real time dan
menyeluruh.
4) Meningkatkan disiplin dan profesionalisme bank dalammengelola
likuiditasnya.
5) Mengurangi risiko-risiko setelmen dan penatausahaan.
Tersedianya sistem BI-RTGS dapat mendorong bank untuk
menjalankan manajemen likuiditas secara lebih baik. Dengan sistem
setelmen/penatausahaan yang didasarkan pada kecukupan saldo rekening
bank di Bank Indonesia, risiko kemungkinan kegagalan salah satu bank
dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo dapat dihindari, sehingga
tidak menimbulkan dampak sistemik terhadap bank lainnya. Dampak
sistemik terjadi jika permasalahan yang terjadi dalam suatu bank
mengakibatkan dampak buruk bagi bank lain yang memiliki keterkaitan
usaha dengan bank tersebut. Contohnya jika bank X mengalami kepailitan
usaha, maka bank Y, bank N, bank M dan bank- bank lainnya terhambat
likuiditasnya sehubungan aktivitas usahanya memiliki keterkaitan dengan
aktivitas usaha bank X yang mengalami masalah. Penyelenggara sistem BI-
RTGS adalah Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI). Penyelenggara
bertugas melakukan pengendalian sistem terhadap semua aktivitas kegiatan
transfer dana yang dilakukan peserta, sedangkan peserta sistem BI-RTGS
xvii
adalah seluruh bank umum di Indonesia. Lembaga-lembaga selain bank
yang memilikirekening giro di Bank Indonesia dapat menjadi peserta
sistem BI-RTGS dengan persetujuan Bank Indonesia, untuk memperlancar
sistem pembayaran nasional. Kantor Pusat Bank Indonesia dan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri secara otomatis menjadi peserta
sistem BI- RTGS.Secara sederhana, alur penyelenggaraan transaksi
nontunai melalui BI-RTGS dapat dilihat dalam bagan 3 berikut:
xviii
c. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
Jika sistem pembayaran yang bernilai besar merupakan urat nadi
sistempembayaran, sistem pembayaran yang bernilai kecil
diibaratkan sebagai jaringan pembuluh darah yang menghubungkan
seluruh perekonomian suatu negara. Sistem kliring adalah
pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar peserta
kliring, baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta
yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.Transaksi
kliring yang dapat dilakukan meliputi:
1) Transfer debet (menggunakan cek, bilyet giro, atau warkat debet
lainnya).
2) Transfer kredit (mengisi formulir isian yang disediakan oleh
bank) yang kemudian
akan dikirim oleh bank melalui data keuangan elektronik yang
disediakan dalam SKNBI.
xix
logam). Uang kartal masih memainkan peran penting khususnya untuk transaksi
bernilai kecil. Dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini, pemakaian alat
pembayaran tunai seperti uang kartal memang cenderung lebih kecil dibanding
uang giral. Namun, tentu saja perkembangan zaman pula yang akan membuat
jumlah ini terus bertambah. Sebenarnya, pemakaian uang kartal memiliki kendala
dalam hal efisiensi. Hal itu bisa terjadi karena biaya pengadaan dan pengelolaan
(cash handling) terbilang mahal. Hal itu belum lagi memperhitungkan inefisiensi
dalam waktu pembayaran. Misalnya, ketika Anda menunggu melakukan
pembayaran di loket pembayaran yang relatif memakan waktu cukup lama karena
antrian yang panjang. Mungkin Anda masih ingat kejadian antre di pintu tol setiap
masa liburan atau mudik lebaran yang bisa mencapai berhari-hari. Sementara itu,
bila melakukan transaksi dalam jumlah besar juga mengundang risiko seperti
pencurian, perampokan dan pemalsuan uang. Menyadari ketidaknyamanan dan
inefisien memakai uang kartal, BI berinisiatif dan akan terus mendorong untuk
membangun masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai atau
Less Cash Society (LCS).
1. Sejarah Uang
xx
Secara garis besar, uang bisa diartikan sebagai sebuah alat tukar yang berlaku
dan bisa diterima oleh umum. Uang atau alat tukar ini sendiri bisa berbentuk
benda atau yang lain dengan syarat diterima oleh masyarakat dalam satu
wilayah tertentu untuk memproses pertukaran baik barang maupun jasa.
3. Fungsi, jenis, dan syarat uang
Fungsi
Secara garis besar fungsi uang dibedakan menjadi 2 jenis, yakni fungsi
asli dan fungsi turunan dari uang itu sendiri.
Fungsi asli dari uang sendiri juga terbagi menjadi 3 kategori. Fungsi
yang pertama adalah uang sebagai alat tukar yang sah. Fungsi asli kedua
sebagai sebuah satuan hitung, dan fungsi asli uang yang ketiga adalah
sebagai alat penyimpan nilai.
Fungsi Turunan Uang Setidaknya terdapat 5 fungsi turunan dari uang itu
sendiri. Fungsi turunan uang yang pertama adalah uang sebagai alat
pemindah kekayaan. Fungsi turunan yang kedua adalah uang sebagai alat
untuk pendorong kegiatan ekonomi.Fungsi turunan yang ketiga adalah
uang sebagai alat pembayaran yang sah. Fungsi turunan yang keempat
adalah uang sebagai alat pembayaran utang, dan fungsi turunan uang
yang terakhir adalah uang sebagai alat penumpukan kekayaan.
Jenis
a. Uang Kartal
Uang Kartal Berdasarkan bahannya, uang kartal dibagi menjadi uang
logam dan uang kertas
1. Uang Logam Uang logam pada awalnya terbuat dari emas atau perak
agar nilai intrinsiknya tetap stabil. Namun, sekarang uang logam banyak
terbuat dari material selain emas dan perak yang lebih murah dan efisien.
Uang logam yang beredar kini terbuat dari logam alumunium, perak, dan
tembaga. Bentuknya pipih dan bundar. Uang logam di Indonesia terdiri
atas pecahan Rp100, Rp200, Rp500, dan Rp1.000.
xxi
2. Uang Kertas Uang kertas terbuat dari kertas. Uang dari bahan kertas
biasanya memiliki nilai nominal yang besar sehingga mudah dibawa
untuk keperluan sehari-hari. Uang jenis ini terbuat dari kertas yang
berkualitas tinggi sehingga tahan terhadap air, tidak mudah robek atau
luntur. Uang kertas di Indonesia terdiri atas pecahan Rp1.000, Rp2.000,
Rp5.000, Rp10.000, Rp20.000, Rp50.000, dan Rp100.000.
a. Uang Giral
Uang Giral Mengutip buku Mengenal Seluk Beluk Uang, uang giral
tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat terhadap
alat tukar yang lebih mudah, praktis, dan aman. Di Indonesia, bank
umum dapat mengeluarkan uang giral selain Bank Indonesia. Menurut
UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, uang giral adalah tagihan
yang ada di bank umum yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai
alat pembayaran. Bentuk uang giral dapat berupa cek, giro, atau
telegraphic transfer. Dua bentuk uang giral yang paling banyak
digunakan adalah cek dan giro.
Cek adalah surat perintah kepada bank untuk membayar sejumlah
uang kepada orang yang namanya tertera dalam surat tersebut. Giro
adalah surat perintah dari nasabah kepada bank untuk memindahkan
sejumlah uang kepada rekening orang atau badan yang ditunjuk oleh
nasabah.
Dengan menguangkan cek atau giro, uang giral dapat berubah
menjadi uang kartal. Selain cek dan giro, terdapat sistem telegrafis.
Pembayaran melalui sistem telegrafis dilakukan dengan perintah
melalui telegram untuk memindahkan antar rekening pada bank yang
sama. Pembayaran ini dapat dilakukan dengan cepat meski kedua pihak
berada dalam jarak yang jauh.
Jenis Uang Berdasarkan Nilainya
1. Full bodied money (bernilai penuh) adalah ketika nilai intrinsic dan
nilai nominalnya sama, contohnya emas dan perak.
xxii
2. Representative money dan fiat money adalah ketika nilai intrinsik
lebih kecil dibanding nilai nominalnya, contohnya uang kertas.
Jenis Uang Berdasarkan Lembaga yang Menerbitkan
Jenis uang berdasarkan lembaga yang mengeluarkannya yang
terbagi atas uang kartal dan uang giral. Penjelasan dari masing-
masing jenis uang tersebut dijelaskan di bawah ini :
1. Uang kartal adalah uang yang diterbitkan langsung oleh Bank
Indonesia dan dijamin oleh Undang-Undang.
2. Uang giral adalah uang yang dibuat oleh Bank Umum contohnya
cek, giro, kartu ATM, dan mobile banking.
Jenis Uang Berdasarkan Wilayah Penggunaannya
1. Uang lokal adalah jenis uang yang cakupannya hanya satu negara
saja, misalnya Rupiah yang hanya berlaku di Indonesia.
2. Uang regional merupakan uang yang hanya berlaku di wilayah
tertentu saja. Salah satu contoh uang regional adalah Euro yang
berlaku di wilayah Uni Eropa, di mana negara-negara di Eropa
bisa memilih menggunakan antara Euro ataupun mata uang
negaranya sendiri.
3. Uang Internasional adalah jenis uang yang berlaku secara
internasional, contohnya Dollar Amerika.
Agar masyarakat menerima dan menyetujui penggunaan benda
sebagai uang, maka harus memenuhi dua persyaratan sebagai
berikut:
a) Persyaratan psikologis, yaitu benda tersebut harus dapat
memuaskan bermacam-macam keinginan dari orang yang
memilikinya, sehingga semua orang mau mengakui dan
menerimanya.
b) Persyaratan teknis, yaitu syarat yang melekat pada uang, di
antaranya:
1) Tahan lama dan tidak mudah rusak
2) Mudah dibagi-bagi tanpa mengurangi nilai.
xxiii
3) Mudah disimpan dan dibawa.
4) Nilainya relatif stabil.
5) Jumlahnya tidak berlebihan.
6) Terdiri atas berbagai nilai nominal.
7) Harganya tetap dalam jangka Panjang
xxiv
P= harga
T= barang yang diperjualbelikan
Teori Pendapatan dari J. M. Keynes mirip dengan teori dari Irving Fisher.
Namun, perbedaannya hanya pada velocity-nya yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain motif untuk berjaga-jaga, motif spekulasi, serta motif transaksi.
MxV=PxT
Keterangan:
M= uang beredar
V= kecepatan pendapatan beredar
P= harga
T= barang yang diperjualbelikan
Teori Persediaan Kas dari Alfred Marshall tidak mempertimbangkan
tentang velocity melainkan lebih mempertimbangkan pendapatan.
M= K x P x I
Keterangan:
M= uang beredar
K= konstanta
P= harga barang
I= Pendapatan
PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG
a. Permintaan Uang (Demand of Money)
Permintaan uang adalah sejumlah uang tertentu yang dibutuhkan oleh
masyarakat untuk melakukan transaksi dalam perdagangan atau tujuan
tertentu.
Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan uang di antaranya sebagai
berikut.
1) Dorongan melakukan transaksi
2) Keinginan untuk memegang uang
3) Tingkat pendapatan riil
4) Dorongan berjaga-jaga
5) Tinggi rendahnya tingkat bunga.
xxv
6) Dorongan investasi atau pengembangan.
7) Tingkat harga yang berlaku di pasar.
8) Perkiraan stabilitas ekonomi
9) Peningkatan produktifitas barang dan jasa.
b. Penawaran Uang (Supply of money)
Penawaran uang adalah sejumlah uang tertentu yang disediakan oleh
pemerintah atau bank untuk dapat dimiliki oleh masyarakat.
Faktor-faktor yang memengaruhi penawaran uang diantaranya sebagai
berikut.
1) Kebutuhan pemerintah
2) Kebijakan moneter
3) Tingkat suku bunga
4) Inflasi
5) Tingkat pendapatan masyarakat
6) Penciptaan uang yang baru untuk menambah jumlah uang yang beredar.
7) Perkembangan selera Masayarakat terhadap barang konsumsi.
8) Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
4. Pengelolaan Uang Rupiah oleh Bank Sentral Republik Indonesia
Sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Bank
Indonesia diberikan tugas dan kewenangan Pengelolaan Uang Rupiah mulai
dari tahapan Perencanaan, Pencetakan, Pengeluaran, Pengedaran,
Pencabutan dan Penarikan, sampai dengan Pemusnahan. Bahwa Pengelolaan
Uang Rupiah perlu dilakukan dengan baik dalam mendukung terpeliharanya
stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran sistem
pembayaran. Pengelolaan Uang Rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia
ditujukan untuk menjamin tersedianya Uang Rupiah yang layak edar,
denominasi sesuai, tepat waktu sesuai kebutuhan masyarakat, serta aman
dari upaya pemalsuan dengan tetap mengedepankan efisiensi dan
kepentingan nasional.
xxvi
Perencanaan
Perencanaan Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan menetapkan
besarnya jumlah dan jenis pecahan berdasarkan perkiraan kebutuhan Rupiah
dalam periode tertentu. Dalam melakukan perencanaan jumlah uang yang
akan dicetak dilakukan dengan memperhatikan asumsi tingkat inflasi,
asumsi pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi, kebijakan
perubahan harga uang Rupiah, kebutuhan masyarakat terhadap jenis
pecahan uang Rupiah tertentu, tingkat pemalsuan, dan faktor lain yang
mempengaruhi. Perencanaan uang Rupiah terdiri dari dua jenis perencanaan
yaitu perencanaan pencetakan uang Rupiah dan perencanaan uang Rupiah
emisi baru.
Terdapat dua faktor utama yang dipertimbangkan oleh Bank Indonesia
dalam melakukan perencanaan pencetakan uang Rupiah:
1. Tambahan uang kartal yang diedarkan, yaitu tambahan uang kartal yang
diperlukan masyarakat sejalan dengan meningkatnya perekonomian. Dalam
menentukan tambahan uang kartal yang diedarkan, proyeksi dilakukan dengan
memperhatikan asumsi besaran ekonomi makro yang meliputi inflasi, suku
bunga, produk domestik bruto dan nilai tukar. Asumsi besaran ekonomi makro
tersebut harus dikoordinasikan dengan pemerintah (c.q. Kementerian
Keuangan). Selain memperhatikan besaran ekonomi makro, perkiraan
tambahan uang kartal yang diedarkan juga mempertimbangkan data historis
outflow (uang yang keluar dari Bank Indonesia), inflow (uang yang masuk
kembali ke Bank Indonesia), dan karakteristik perekonomian secara spasial.
2. Penggantian uang yang dimusnahkan karena tidak layak edar, yaitu
perkiraan jumlah uang yang akan dimusnahkan oleh Bank Indonesia.
Pemusnahan uang ini dilakukan oleh Bank Indonesia sebagian besar berasal
dari setoran bank (inflow) yang oleh Bank Indonesia diklasifikasikan sebagai
uang tidak layak edar. Jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan
tersebut harus diganti dengan yang baru (clean money policy).
3. Menjaga kecukupan persediaan kas Bank Indonesia melalui penetapan
Kas Minimum dan Iron Stock Nasional. Kas Minimum adalah persediaan
xxvii
kas yang harus dijaga oleh setiap kantor Bank Indonesia yang memperhatikan
faktor kelancaran distribusi uang dan ketersediaan moda transportasi. Saat ini
Bank Indonesia menetapkan jumlah Kas Minimum sebesar dua hari rata-rata
outfow bulanan untuk Kantor Pusat Bank Indonesia, satu minggu rata-rata
outflow bulanan untuk kantor Bank Indonesia di wilayah Jawa, dan 2 minggu
rata-rata outflow bulanan untuk kantor Bank Indonesia di wilayah non-Jawa.
Sementara itu jumlah Iron stock Nasional ditetapkan sebesar 15% dari Uang
Kartal yang Diedarkan (UYD).
Selanjutnya, perencanaan uang Rupiah emisi baru merupakan kegiatan untuk
merencanakan desain uang baru, yang meliputi ukuran uang, gambar utama uang,
dan unsur pengaman yang akan ditanamkan pada uang baru (ciri-ciri khusus uang),
serta bahan uang yang digunakan. Faktor yang dipertimbangkan Bank Indonesia
dalam menerbitkan uang emisi baru adalah:
1. Tingkat pemalsuan uang, yaitu suatu kondisi dimana Bank Indonesia
mencermati perkembangan tingkat kualitas temuan uang Rupiah palsu, sejalan
dengan perkembangan teknologi digital (antara lain fotokopi berwarna,
scanner, dan printer berwarna). Untuk melindungi masyarakat dari dampak
pemalsuan uang, Bank Indonesia menerbitkan uang emisi baru untuk
menggantikan uang emisi lama yang memiliki potensi dapat dipalsukan dengan
kualitas yang baik. Penerbitan uang emisi baru harus dilengkapi dengan unsur
pengaman baru yang lebih mampu melindungi uang dari upaya pemalsuan.
2. Nilai instrinsik uang, yaitu nilai atau harga dari bahan yang digunakan untuk
membuat uang. Nilai intrinsik uang kertas pada umumnya jauh lebih rendah
dari nilai nominalnya, sedangkan nilai intrinsik uang logam berpotensi
melebihi nilai nominalnya. Oleh karena itu, pertimbangan nilai intrinsik dalam
penerbitan uang emisi baru biasanya terkait dengan uang logam.
3. Masa edar uang, yaitu jangka waktu pecahan uang tertentu berlaku sebagai
alat pembayaran yang sah yang dimulai sejak uang diterbitkan sampai uang
dicabut dan ditarik dari peredaran.
xxviii
4. Kebutuhan masyarakat akan pecahan baru, dengan mempertimbangkan
faktor kegunaan dalam transaksi sehari-hari dan kegunaan dalam menyimpan
nilai (store a value).
Pencetakan
Pencetakan Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan
mencetak Uang Rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan
rencana cetak dalam periode tertentu. Rencana tersebut mencakup rencana
jumlah nominal dan jumlah lembar Uang Rupiah kertas, serta rencana
jumlah nominal dan keping Uang Rupiah logam. Sesuai amanat UU Mata
Uang, pencetakan Uang Rupiah dilaksanakan di dalam negeri dengan
menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pelaksana
pencetakan Uang Rupiah. Saat ini Perusahaan Umum Percetakan Uang
Republik Indonesia (Perum Peruri) merupakan satu-satunya BUMN yang
bergerak dalam bidang pencetakan Uang Rupiah.
xxix
itu, sebelum dikirimkan ke Perum Peruri bahan uang tersebut harus lolos
uji mutu di laboratorium untuk memastikan kesesuaian dengan spesifikasi
teknis yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Pengeluaran
Pengeluaran Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan
menerbitkan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bank Indonesia memiliki wewenang dalam
mengeluarkan Uang Rupiah dalam bentuk emisi baru, Uang Rupiah desain
baru dan Uang Rupiah khusus (commemorative currency). Pengeluaran
uang Rupiah baru diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang ditempatkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta diumumkan melalui
media massa sehingga masyarakat di seluruh wilayah NKRI dapat
mengetahui adanya pengeluaran uang baru oleh Bank Indonesia.
Konsekuensi dari penerbitan uang ini adalah masyarakat dilarang menolak
apabila dibayar dengan uang yang telah diterbitkan oleh Bank Indonesia.
xxx
Indonesia baik dalam bentuk pengiriman uang (remise) dari KPBI ke
KPwBI maupun pengembalian uang (retur) dari KPwBI ke KPBI.
Sementara itu, kegiatan layanan kas bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat melalui penarikan dan penyetoran perbankan, termasuk Kas
Titipan, serta penukaran uang rusak/cacat/lusuh kepada masyarakat melalui
Kas Keliling dan kerja sama dengan perbankan dan/atau instansi lain.
Mekanisme distribusi uang Rupiah dilakukan dari Kantor Pusat Bank
Indonesia kepada Kantor-kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwDN)
yang berfungsi sebagai Kantor Depo Kas (KDK), dan untuk selanjutnya
oleh KDK didistribusikan lagi kepada KPwDN lainnya. Moda transportasi
utama yang digunakan adalah moda transportasi darat (truk dan kereta api)
dan laut (kapal barang dan kapal penumpang). Dalam kondisi tertentu,
moda transportasi udara (pesawat) juga digunakan untuk melakukan
distribusi uang oleh Bank Indonesia. Untuk menjaga kelancaran distribusi
uang, Bank Indonesia terus meningkatkan kerja sama dengan berbagai
instansi seperti penyedia moda transportasi dan penyedia pengawalan dan
pengamanan jalur distribusi.
Pencabutan/Penarikan
Pencabutan dan Penarikan Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang menetapkan Rupiah tidak berlaku lagi sebagai alat
pembayaran yang sah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pencabutan dan penarikan uang dilakukan dengan berbagai pertimbangan,
diantaranya masa edar suatu pecahan sudah terlalu lama dan adanya
perkembangan teknologi unsur pengaman (security features) pada uang. Di
samping itu juga dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisir
peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan
yang ada.
Esensi dari pencabutan dan penarikan uang dari peredaran adalah
pengumuman Bank Indonesia yang menyatakan bahwa uang yang dicabut
dan ditarik dari peredaran sudah tidak lagi berfungsi sebagai alat
xxxi
pembayaran yang sah di wilayah NKRI, sehingga masyarakat dapat
menolak apabila dibayar dengan uang yang telah dicabut dan ditarik dari
peredaran tersebut. Oleh karena itu, Bank Indonesia mengeluarkan
Peraturan Bank Indonesia mengenai pencabutan dan penarikan uang yang
ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta membuat
pengumuman melalui media massa sehingga masyarakat luas dapat
mengetahui adanya pencabutan dan penarikan uang oleh Bank Indonesia.
Uang Rupiah yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran dapat ditukarkan
dengan uang Rupiah layak edar sebesar nilai nominalnya.
Pemusnahan
Pemusnahan Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan meracik,
melebur, atau cara lain memusnahkan Rupiah sehingga tidak menyerupai
Rupiah. Bank Indonesia berkomitmen untuk menyediakan uang layak edar
bagi masyarakat, yaitu Uang Rupiah yang memenuhi persyaratan untuk
diedarkan berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Sebagai wujud komitmen tersebut, salah satu langkah yang
dilakukan Bank Indonesia secara rutin adalah kegiatan pemusnahan uang.
Uang yang dimusnahkan oleh Bank Indonesia merupakan uang yang tidak
layak edar baik berupa uang lusuh, uang cacat, uang rusak maupun Uang
rupiah yang masih layak edar yang dengan pertimbangan tertentu tidak lagi
mempunyai manfaat ekonomis dan/atau kurang diminati oleh masyarakat
serta uang yang telah dicabut/ditarik dari peredaran. Pemusnahan uang
kertas dilakukan oleh Bank Indonesia dengan cara diracik sehingga tidak
menyerupai uang kertas, baik dengan menggunakan Mesin Sortasi Uang
Kertas (MSUK) dan/atau Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Sementara
itu, pemusnahan uang logam dilakukan dengan cara dilebur atau dengan
cara lainnya sehingga tidak menyerupai uang logam.
Sesuai dengan Undang-Undang Mata Uang, pelaksanaan pemusnahan uang
Rupiah oleh Bank Indonesia harus berkoordinasi dengan Pemerintah.
Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah diwujudkan dalam bentuk
xxxii
nota kesepahaman antara Bank Indonesia dan Pemerintah yang berisi teknis
pelaksanaan pemusnahan uang Rupiah, termasuk pembuatan berita acara
pemusnahan uang Rupiah. Pelajari lebih lanjut mengenai Pengelolaan Uang
Rupiah
5. Unsur Pengamanan Rupiah
Pada umumnya pemilihan unsur pengaman mempertimbangkan dua hal
sebagai berikut:
a. Semakin besar nominal uang rupiah, maka diperlukan unsur pengaman
yang semakin komplek dan semakin baik;
b. Untuk uang rupiah nominal besar, diupayakan penerapan satu atau
beberapa unsur
Pengaman yang canggih yang memungkinkan hasil pemalsuan tidak sempurna.
Unsur pengamanan uang rupiah terdiri atas :
Pengaman terbuka
Pengaman tidak terbuka
Berikut unsur pengaman rupiah agar terhindar dari pemalsuan :
Unsur pengaman terbuka. Pengaman ini dapat dengan mudah dilihat secara
langsung. Pendeteksian bisa dilakukan secara kasat mata dengan mata telanjang,
menggunakan alat sederhana seperti kaca pembesar, maupun lewat rabaan tangan.
Unsur pengaman tidak terbuka. Pendeteksian hanya dapat dilakukan dengan mesin
yang memiliki sensor sehingga tingkat kepastian dan kecepatannya cukup tinggi
untuk mengetahui pengaman pada uang.
xxxiii
xxxiv
xxxv
xxxvi
6. Pengelolaan Keuangan
a. Pengertian Pengelolaan Keuangan
Menurut Purba et al., (2021:114) pengelolaan keuangan atau manajemen
keuangan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
danpengendalian
xxxvii
kegiatan keuangan seperti pengadaan dan pemanfaatan dana usaha.
Sedangkan imenurut Anwar (2019:5) manajemen keuangan adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengelolaan keuangan perusahaan
baik dari sisi pencarian sumber dana, pengalokasian dana, maupun
pembagian hasil keuntungan perusahaan. Secara harfiah pengelolaan
keuangan (manajemen keuangan) berasal dari kata manajemen yang
memiliki arti mengelola dan keuangan yang berarti hal hal yang
berhubungan dengan uang seperti pembiayaan, investasi dan modal.
Sehingga jika disimpulkan manajemen keuangan dapat diartikan sebagai
seluruh aktivitas yang berhubungan dengan bagaimana mengelola
keuangan yang dimulai memperoleh sumber pendanaan, menggunakan
dana sebaik mungkin hingga mengalokasikan dana pada sumber-sumber
investasi untuk mencapai tujuan perusahaan (Armereo et al.:2020:1).
Manajemen keuangan menurut para ahli dalam Irfani (2020:11) manajemen
keuangan dapat didefinisikan sebagai aktivitas pengelolaan keuangan
perusahaan yang berbubungan dengan upaya mencari dan menggunakan
dana secara efisien dan efektif untuk mewujudkan tujuan perusahaan.
Jatmiko (2017:1) mengungkapkan ruang lingkup pengelolaan keuangan
(manajemen keuangan) berkaitan dengan perencanaan, pengarahan,
pemantauan, pengorganisasiaan dan pengendalian sumber daya keuangan
suatu perusahaan. Sedangkan menurut Wijaya (2017:2) ruang lingkup dari
manajemen keuangan berkaitan dengan pengelolaan keuangan seperti
anggaran, perencanaan keuangan, kas, kredit, analisis investasi, serta usaha
memperoleh dana. Menurut Anwar(2019) manajemen keuangan adalah
suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengelolaan keuangan
perusahaan baik dari sisi pencarian sumber dana, pengalokasian dana,
maupun pembagian hasil keuntungan perusahaan.
b. Fungsi Pengelolaan Keuangan
Nurdiansyah dan Rahman (2019:74) menyatakan fungsi-fungsi
pengelolaan
keuangan (manajemen keuangan) tersebut, adalah :
xxxviii
1. Perencanaan Keuangan dan Anggaran (Budgeting)
Segala kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan
penggunaananggaran dana perusahaan yang digunakan unttuk
segala aktivitas dan kepentingan perusahaan. Dengan perencanaan
dan pertimbangan yang matang menaksimalkan keuntungan dan
meminimalisasi anggaran yang sia-sia tanpa hasil.
2. Pengendalian (Controling)
Berhubungan dengan tindak pengavwasan dalam segala aktivitas
dalam manajemen keuangan, baik dalam penyalurannya maupun
pada pembukuannya yang untuk selanjornya dilakukan evaluasi
keuangan yang bisa dijadikan acuan untuk melaksanakan kegiatan
perusahaan selanjurnya.
3. Pemeriksaan (Auditing)
Segala pemeriksaan internal yang dilakukan demi segala bentuk
kegiatan yang berhubungan dengan manajemen keuangan memang
telah sesuai dengan kaidah standar akuntansi dan tidak terjadi
penyimpangan.
4. Pelaporan (Reporting)
Dengan adanya manajemen keuangan, maka setiap tahunnya akan
ada pelaporan keuangan yang berguna untuk menganalisis rasio
laporan laba dan rugi perusahaan.
Sedangkan menurut Aisyah et al., (2020:21) fungsi-fungsi
manajemen secara umum adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan mulai dari arus kas sampai dengan laba rugi
perusahaan.
2. Penganggaran mulai dari perencanaan sampai dengan
pengalokasian supaya efesiensi dan efektivitas anggaran biaya
tercapai.
3. Pengawasan ditujukan untuk mengevaluasi dan melakukan
perbaikan.
xxxix
4. Pengauditan perusahaan bentuknya adalah audit internal yang
harus dilakukan untuk menguji kesesuaian objek dengan
standar akuntansi/ketentuan yang berlaku dan memastikan
tidak terjadinya penyimpangan.
5. Pelaporan adalah melaporkan keadaan keuangan perusahaan dan
analisis rasionya.
c. Tujuan Pengesahan Uang
1. Konsistensi, merupakan sebuah prinsip yang mengedepankan
keberlanjutan khususnya dalam pengelolaan keuangan.
2. Akuntabilitas, merupakan sebuah prinsip yang harus dimiliki
oleh pengelolasebagai bentuk pertanggung jawaban atas dana
yang terdapat dalam usaha. Prinsip akuntabilitás ini memiliki
maksud agar pihak pengelola dapat memberikan informasi
kepada pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan
usaha yang dijalankan
3. Transparansi, prinsip ini merupakan petunjuk untuk memberikan
semua rencana dan aktivitas yang dijalankan kepada pihak
yang berkepentingan,khususnya dalam hal laporan keuangan.
4. Kelangsungan hidup usaha atau diri sendiri. Untuk mewujudkan
kelangsungan hidup usaha atau diri sendiri maka kesehatan
keuangan harus terjaga. Pengeluaran di tingkat operasional atau
di tingkat strategis disesuaikan dengan besaran dana yang
dimiliki. Dalam pengelolaan keuangan ini, pihak pengelola
memiliki rencana yang terintegrasi dengan mengurangi risiko
sekecil mungkin. Pengelolaan keuangan tidaklah hanya untuk
memaksimumkan laba melainkan untuk meminnimumkan
biaya hal ini dikarenakan melalui pengelolaan yang baik
diharapkan mampu menekan biaya-biaya yang mungkin timbul
dari operasi perusahaan (Armereo et al., :2020:6). Sedangkan
menurut Kariyoto (2018:6) ada beberapa tujuan dari
pengelolaan dana perusahaan yaitu :
xl
1. Memaksimumkan nilai perusahaan
2. Menjaga stabilitas financial dalam situasi yang selalu
terkontrol.
3. Memperkecil risk perusahaaan masa kini dan yang masa
yang akan dating
Alat Pembayaran Nontunai
Alat pembayaran nontunai sudah berkembang dan semakin lazim dipakai
masyarakat. Alat pembayaran secara umum dibagi menjadi dua, yakni alat
pembayaran tunai dan alat pembayaran nontunai. Alat pembayaran tunai tiada lain
adalah uang rupiah sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, sedangkan alat
pembayaran nontunai secara umum dibagi menjadi dua, yakni:
1. Alat Pembayaran
Berbasis Kertas (Paper Based) yaitu cek, bilyet giro, dan nota debet.
2. Alat
Pembayaran Berbasis Elektronik (Electronic Based) yaitu Kartu
ATM/Debet, kartu kredit dan uang elektronik (e-money).Untuk lebih jelasnya,
perhatikan bagan berikut:
Cek merupakan suatu perintah kepada bank untuk membayarkan sejumlah dana.
Cek dikenal ada tiga macam, yaitu cek atas unjuk, cek atas nama, dan cek silang.
Sementara itu, Giro Bilyet adalah surat perintah nasabah bank untuk memindahkan
xli
sejumlah uang dari rekeningnya kepada rekening nasabah yang lain yang ditunjuk.
Giro bilyet tidak dapat ditukarkan dengan uang tunai di bank penerimanya.
Adapun Nota Debet adalah warkat atau surat yang digunakan untuk menagih
nasabah bank lain melalui kliring.Nota debet juga digunakan untuk keperluan
transaksi antar kantor, baik nota debet dengansurat maupun nota debet dengan
telegram. Nota debet dengan surat atau dengan telegram disampaikan melalui
kantor pos .
xlii
Adapun Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) adalah alat pembayaran
berupa kartu kredit dan kartu ATM/Debet. Kartu Kredit adalah APMK yang dapat
digunakan untuk berbelanja pada pedagang, yang sumber dananya berasal dari
pinjaman
(kredit) yang diberikan penerbit serta dikenakan bunga/denda jika membayar
setelah
jatuh tempo atau angsuran. Kartu kredit dapat diartikan juga sebagai kartu yang
dikeluarkan oleh bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang diberikan
kepadanasabah
untuk digunakan sebagai alat pembayaran.
Sementara itu, Kartu ATM adalah APMK yang dapat digunakan untuk melakukan
tarik tunai, cek saldo, transfer dana antar dan intra bank. Sumber dana berasal dari
simpanan dan saldo simpanan akan berkurang secara langsung pada saat transaksi.
Layanan ATM di Indonesia mulai diperkenalkan pada awal tahun 1990-an.
Sedangkan Kartu Debet adalah APMK yang dapat digunakan untuk berbelanja
pada pedagang dan debet tunai. Sumber dana berasal dari simpanan dan saldo
xliii
simpanan akan berkurang secara langsung pada saat transaksi. Kartu debet dapat
diartikan juga sebagai alat pembayaran berbasis kartu yang pembayarannya
dilakukan dengan pendebetan langsung ke rekening nasabah pada bank penerbit
kartu. Beberapa bank penerbit kartu telah mengombinasikan kartu debet dan kartu
ATM dalam satu kartu (kartu debet ATM).
Pada saat kartu debet digunakan untuk bertransaksi, maka secara otomatis
akan langsung mengurangi dana yang tersedia pada rekening. Jika kartu debet
digunakan untuk bertransaksi di mesin ATM, maka kartu tersebut dikenal sebagai
kartu ATM. Namun, apabila digunakan untuk transaksi pembayaran dan
pembelanjaan nontunai dengan menggunakan mesin EDC (Electronic Data
Capture), maka kartu tersebut dikenal sebagai kartu debet.
Selain kartu kredit dan kartu ATM/debet, terdapat pula apa yang
disebutdenganuang elektronik. Tahukah Anda apa itu uang elektronik? Uang
Elektronik adalah APMK yang diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor
terlebih dahulu kepada penerbit uang elektronik. Nilai Uang disimpan secara
elektronik dalam suatu media server atau chip. Uang elektronik dapat digunakan
sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang
elektronik tersebut. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang kartu bukan
simpanan, artinya tidak mendapatkan bunga dan tidak dijamin
xliv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank Indonesia adalah bank sentral negara Indonesia. Tujuan dan
fungsinya untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sistem
pembayaran merupakan sebuah sistem yang berhubungan dengan
pemindahan sejumlah uang dari satu pihak ke pihak lainnya atau bisa disebut
sebagai cara melakukan pembayaran. Terdapat berbagai cara yang digunakan
sebagai media pemindahan uang tersebut, baik menggunakan uang tunai
maupun uang non tunai.
B. Saran
Diharapkan kita semua dapat memahami tugas, tujuan,fungsi, dan peran
dari bank sentral di Indonesia. Juga dapat lebih memahami sistem
pembayaran dan alat pembayaran dalam kehidupan sehari-hari bagi
masyarakat Indonesia.
xlv
Daftar Pustaka
https://www.gramedia.com/literasi/bank-sentral/
https://www.ruangguru.com/blog/tugas-dan-wewenang-bank-sentral
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/ekonomi/bank-sentral-ekonomi-kelas-10/
https://m.bisnis.com/amp/read/20221107/9/1595605/bank-sentral-pengertian-
tugas-fungsi-wewenang-dan-contohnya
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220125103038-83-750799/pengertian-
sejarah-fungsi-dan-jenis-uang
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220125103038-83-750799/pengertian-
sejarah-fungsi-dan-jenis-uang
https://midtrans.com/id/blog/peran-bank-indonesia-dalam-sistem-
pembayaran#:~:text=Salah%20satu%20peran%20Bank
%20Indonesia,mengedarkan%20produk%20atau%20layanan%20keuangan
https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/gayahidup/apa-saja-alat-pembayaran-
non-tunai#:~:text=Sebaliknya%2C%20alat%20pembayaran%20non%20tunai,uang
%20elektronik%20atau%20e%2Dmoney
https://brainly.co.id/tugas/1956797
https://www.zenius.net/blog/sejarah-fungsi-jenis-uang
https://drive.google.com/file/d/1PO-dL-jWirbCTmoxLfU_dZJo_UINVtuN/view?
usp=drivesdk
https://bimbelbrilian.com/materi-bab-uang-kelas-10-sma-ekonomi/
xlvi
xlvii