Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

BIOLOGI TUMBUHAN PAKU, LUMUT, BIJI TERTUTUP


DAN BIJI TERBUKA

Anggota Kelompok 3 :

1. Ramadani Ardi Susilo wibowo


2. Muhammad Riski Hafid
3. Ghina Roudhotul Jannah
4. Naufal Hibatullah
5. Selvi Apriliyanti
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ”BANK
SENTRAL,SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN DALAM
PEREKONOMIAN”
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatan banyak bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Rosdiati yang telah membimbing.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini
bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kea rah
yang lebih baik. Kami tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan
celah , berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan selalu tersisa
kekurangn yang tidak disadari oleh kami,
Oleh karena itu, kami mengharapkan kriti dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi, kami mengarapkan agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.

Simpang Empat, Januari 2023


Tertanda,

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR ................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................
A. Latar Belakang ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................
A.Bank Sentral .................................................................. 3
B.Sistem Pembayaran....................................................... 11
C.Alat Pembayaran Tunai (Uang) ..................................... 17
D.Alat Pembayaran Nontunai ............................................ 39
BAB III PENUTUP .....................................................................
A.Kesimpulan ................................................................. 44
B.Kritik dan saran............................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

ii
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Bank Indonesia merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam


perekonomian terutama dibidang moneter, keuangan, dan perbankan. Bank
Indonesia dibentuk dengan tujuan sosial ekonomi tertentu yang menyangkut
kepentingan nasional atau kesejahteraan umum, seperti stabilitas harga dan
perkembangan ekonomi, dan disisi lain dalam suatu sistem perbankan, ketiadaan
kordinator dan regulator yang tidak berpihak akan mengakibatkan bank-bank
tidak dapat melaksanakan operasinya secara efisien. Peran Bank Indonesia akan
tercermin dari tugas utama yang diembannya, yaitu menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
mengawasi bank, serta menjaga kelancaran sisitem pembayaran. Dalam
kehidupan sehari-hari kita mungkin sering mendengar istilah kredit atau bahkan
berhubungan langsung dengan perkreditan. Contoh yang bisa kita temui adalah
dealer sepedamotor atau mobil. Di sana kita bisa mendapatkan produknya dengan
sistem kredit angsuran.Contoh lain adalah bank yang salah satu produknya
berupa pinjaman kepada nasabah. Memang,dalam perekonomian modern
keberadaan kredit sudah lazim digunakan.
Pentingnya kebijakan moneter sebagai salah satu instrumen kebijakan ekonomi di
berbagainegara adalah akibat gagalnya langkah-langkah dalam kebijakan fiskal
untuk mengatasi berbagai masalah ekonomi seperti pengangguran dan inflasi.
Kegagalan kebijakan fiskal antara laindisebabkan oleh semakin membengkaknya
defisit anggaran pemerintah. Defisit tersebut tidakhanya dibiayai dengan utang,
dari sektor perbankan maupun nonperbankan, tetapi juga dari pencetakan uang
baru. Jika jumlah uang beredar di masyarakat melebihi dari jumlah yang
diperlukan untuk membiayai transaksi dalam perekonomian, akan menimbulkan
apa yang disebut dengan inflasi.Kebijakan pemerintah yang sangat berkaitan dengan
keberadaan uang adalah kebijakan moneter.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bank Sentral ?
2. Apa Tujuan dan Tugas Bank Indonesia sebagai Bank Sentral ?
3. Bagaimana peran sistem pembayaran terhadap perekonomian nasional?
4. Bagaimana sejarah berdirinya Bank Sentral di Indonesia ?
5. Jelaskan apa saja yang termasuk dalam Alat Pembayaran ?

C. Tujuan

iii
1. Mengetahui fungsi dan tujuan Bank Sentral
2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Bank Sentral Indonesia
3. Mengetahui bagaimana peran sistem pembayaran terhadap
perekonomian nasional
4. Menjelaskan apa saja yang termasuk dengan Alat pembayaran
5. Menambah wawasan tentang Bank Sentral, Sistem Pembayaran, dan
Alat Pembayaran dalam perekonomian Indonesia

BAB II

iv
PEMBAHASAN

A. Bank Sentral
1. Bank Sentral
Dalam arti sebenarnya, bank sentral adalah sebuah instansi maupun
sebuah lembaga keuangan yang bertanggung jawab suatu kebijakan
moneter serta menciptakan tingkat aktivitas ekonomi yang stabil pada
Pengertian suatu negara.

Bank sentral menjadi sebuah lembaga yang sudah dimiliki oleh para
pihak swasta pada suatu pemerintah negara, memiliki tanggung jawab
atas stabilitas mata uang, menjaga tingkat inflasi, stabilitas sektor
perbankan, serta seluruh sistem keuangan pada sebuah negara. Peran
bank sentral di Indonesia sendiri sementara diserahkan dalam Bank
Indonesia. Dikutip banyak sumber, adapun tugas Bank Sentral di
indonesia sendiri yaitu secara singkatnya Bank Indonesia yakni
membuat serta menjalankan Kebijakan Moneter, untuk mengendalikan
jumlah uang yang berjalan di masyarakat sehingga harga pada barang
serta jasa didapat masyarakat terkendali.

Kemudian dalam mengatur serta untuk menjaga kelancaran pada 


sebuah sistem pembayaran, sistem pembayaran yang diatur menjadi
sebuah sistem pembayaran tunai serta dalam nontunai. Bank sentral
bertanggung jawab dalam kesepakatan, menciptakan sebuah aturan,
standar serta dengan sesuai prosedur yang sudah digunakan dalam
peredaran uang di masyarakat

Bank sentral sendiri yang secara umum memiliki pengertian sebuah


instansi yang memiliki banyak tanggung jawab atas kebijakan moneter
sebuah wilayah negara.
Bank sentral mempunyai sebuah peran untuk menjaga stabilitas harga
maupun nilai mata uang yang telah berlaku pada negara tersebut, yang
banyak dikenal dengan istilah inflasi. Bank sentral wajib menjaga agar
tingkat inflasi terkendali serta selalu dalam nilai serendah mungkin
maupun pada posisi optimal untuk perekonomian, dengan bentuk
mengontrol keseimbangan pada jumlah barang serta uang. Apabila
dalam jumlah uang yang telah beredar terlalu banyak, bank sentral juga
telah berhak menggunakan sebuah otoritas yang dimilikinya.
Di Indonesia sendiri, fungsi dari sebuah bank sentral  oleh Bank
Indonesia. Bank Indonesia merupakan sebuah lembaga negara yang

v
independen, bebas dari urusan Pemerintah maupun pihak lain, kecuali
pada hal-hal yang secara tegas serta diatur pada undang-undang. Fungsi
bank sentral di indonesia ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Peran
serta tugas Bank Indonesia yang sebagai bank sentral sudah mengalami
evolusi yang cukup panjang dari yang berawal sebagai bank sirkulasi,
kemudian pernah menjadi sebuah agen dalam pembangunan dari
pemerintah, dan terakhir pada tahun 1999 telah menjadi sebuah
lembaga yang independen dengan tujuan tunggal yaitu untuk mencapai
kestabilan nilai Rupiah.

2 Tujuan, Fungsi, Tugas dan Wewenang Bank Sentral Republik


Indonesia
 Tujuan Bank Sentral
Setiap negara memiliki Bank Sentralnya masing-masing yang
bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas
sektor perbankan, dan keseluruhan sistem finansial di negara tersebut.
Bank Indonesia sendiri sebagai Bank Sentral di Indonesia
memiliki tujuan pokok berdasarkan UU RI No. 3 Tahun 2004 pasal 7
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Nilai rupiah yang stabil ini dilihat dari dua aspek, yaitu:
a. Kestabilan nilai rupiah terhadap harga barang dan jasa, yang diukur
dengan inflasi.
b. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang asing, yang diukur
dengan nilai tukar atau kurs.

 Fungsi Bank Sentral


Singleton et al (2006) mengemukakan pendapatnya bahwa
berdasarkan aktivitasnya, bank sentral memiliki sepuluh fungsi, yaitu
sebagai:
1. Penerbit uang atau alat pembayaran yang sah guna memenuhi
kebutuhan masyarakat.
2. Pelaksana dan perumus kebijakan moneter.
3. Penyedia jasa perbankan dan agen kepada pemerintah dan sering
sebagai pengelola pinjaman pemerintah.
4. Custodian dari cadangan bank umum dan pembantu penyelesaian
akhir transaksi kliring antarbank.
5. Penjaga keutuhan sistem keuangan dan pada beberapa
situasi/keadaan bertindak sebagai an emergency lender of last resort dan
pengawas kehati-hatian perbankan.

vi
6. Pelaksana dari kebijakan pemerintah di bidang nilai tukar dan
sebagai custodian dari cadangan devisa negara dan membantu negara
dalam mengelola cadangan devisa.
7. Pembuat kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
terutama di negara berkembang, bank sentral sering diberi mandat lebih
luas untuk memperkuat pembangunan ekonomi.
8. Penasehat pemerintah terkait dengan kebijakan ekonomi karena
dipandang memiliki keahlian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
bidang ekonomi dan keuangan.
9. Lembaga yang berpartisipasi dalam kerjasama pengaturan moneter
internasional.
10. Lembaga yang memiliki hubungan erat dengan pemerintah sehingga
memungkinkan untuk mendapat tugas lain, misalnya memberi layanan
perbankan kepada publik dan memberikan perlindungan nasabah.
Selain fungsi-fungsi tersebut, pada beberapa negara, bank sentral
juga memiliki peran dalam tugas lain, misalnya melayani jasa
perbankan dan manajemen aset serta utang kepada pemerintah. Bahkan,
bank sentral juga sering ditugaskan untuk melakukan analisis dan saran
terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan pembangunan pada negara-
negara tertentu.

 Sejarah Bank Sentral


Pada sebuah negara, tingkat sebuah stabilitas ekonomi sangat amat
tergantung dari nilai mata uang yang sudah berlaku. Pada usaha
menjaga tingkat kestabilan mata uangnya, maka akan lahirlah sebuah
lembaga yang sudah dikenal dengan nama bank sentral. Akhir-akhir
ini , peran bank sentral dalam Indonesia sendiri diserahkan pada Bank
Indonesia atau disebut dengan BI. Namun ternyata, bank yang telah
memiliki peran sebagai sebuah bank sentral di Indonesia bukan hanya
BI saja.
Dalam perjalanannya, tercatat tiga bank yang sudah pernah
menjadi bank sentral dalam negara ini, yaitu Bank Nasional Indonesia
(BNI), De Javasche Bank, serta BI. Ketiganya memiliki peranan yang
sangat penting untuk menjaga tingkat stabilitas mata uang di zaman
penjajahan, kemerdekaan hingga sekarang.

De Javasche Bank: Bank Sentral Pertama di Indonesia.


De Javasche Bank merupakan sebuah bank sentral pertama di
Indonesia. Lembaga ini dibangun pada tahun 1929 di masa

vii
pemerintahan Hindia Belanda yang dipimpin Raja Willem 1. Lokasinya
tepat di Jakarta. De Javasche Bank melakukan ekspansi besar dengan
membangun cabangnya di daerah Sumatra, Sulawesi, Semarang,
Surabaya, Kalimantan, dan bahkan hingga di New York.
Fungsinya yaitu berusaha untuk mencetak serta mendistribusikan
uang kertas pada wilayah jajahan Hindia Belanda. Mata uang yang
disebarkan pada masa tersebut merupakan gulden Belanda. Bank yang
telah didirikan dengan badan hukum PT maupun pada saat itu disebut
dengan Naamloze Vennootschap, sangat memiliki peran penting untuk
menjaga sirkulasi mata uang. Begitu pun dalam kegiatan perdagangan
internasional di masa itu sudah tinggi.

BNI 46:  Bank Sentral yang Menerbitkan Oeang Republik


Indonesia (ORI)
Banyak masyarakat awam yang menyatakan bahwa Bank Indonesia
merupakan bank sentral yang dimiliki oleh Indonesia setelah masa
kemerdekaan Indonesia dicetuskan. Anggapan ini merupakan hal yang
salah. Jika kita melihat fakta, bahwa BI sendiri baru berdiri pada tahun
1953. Pada awal kemerdekaan Indonesia, lembaga perbankan yang
telah memiliki peran penting untuk menjaga kestabilan mata uang yaitu
Bank Nasional Indonesia 46 atau disebut dengan BNI 46.
Dengan penetapan BNI 46 ini sebagai bank sentral Indonesia
adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1946 yang saat itu dibuat pada tanggal 5 Juli 1946.
Dalam perkembangannya, BNI menjadi sebuah lembaga finansial yang
pada saat itu menerbitkan Oeang Republik Indonesia maupun disebut
dengan ORI yang dikenal dengan mata uang pertama yang telah di
terbitkan oleh Indonesia.
Proses percetakan serta juga perdasaran ORI yang dijalankan oleh
BNI 46 ini berjalan dari tanggal 30 Oktober tahun 1946. Dengan
adanya ORI, maka uang yang telah diterbitkan oleh pihak Jepang
maupun De Javasche Bank sudah tidak bisa berlaku lagi. ORI dicetak
dengan bentuk uang kertas yang sudah ditandatangani langsung oleh
Menteri Keuangan.
Namun, peran BNI sendiri sebagai bank sentral saat itu tidak
berjalan lama.Alasannya utamanya yaitu BNI 46 memiliki aset yang
terbatas.
Peredaran ORI saat itu tertulis tidak bisa dijalankan secara maksimal
serta juga tidak dapat tersebar pada seluruh daerah Indonesia. Sehingga,

viii
peran bank sentral di Indonesia dialihkan kembali kepada pihak De
Javasche Bank di tahun 1949.

Nasionalisasi De Javasche Bank dan BI Dipilih sebagai Bank


Sentral Di bulan Desember tahun 1951 ini, Pemerintah Indonesia sudah
menggenggam kebijakan untuk menasionalkan De Javasche Bank yang
kemudian ditandai dengan UU Nomor 24 pada Tahun 1951 yang
memiliki kaitan dengan nasionalisasi De Javasche Bank NV. Selain itu,
awal bulan Juli tahun 1953, Pemerintah Indonesia telah membangun
Bank Indonesia serta menjadikannya sebagai bank sentral Indonesia.
Dalam perjalanan kali ini, BI mempunyai sebuah tugas serta peran
yang sama dengan De Javasche Bank, yaitu bertugas sebagai lembaga
perbankan, mengatur moneter, serta mengatur sistem pembayaran di
Indonesia. Selanjutnya, tugas serta fungsi BI mulai berkurang pada
tahun 1968. Hal tersebut ditandai dengan adanya UU Bank sentral pada
tahun 1968 yang berisi bahwa BI tidak akan lagi menjalankan perannya
menjadi bank komersial, namun akan bertugas menjadi sebuah agen
pembangunan pada usaha meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat.
Namun, pada tahun 1999 BI mendapatkan peranannya kembali
sebagai bank sentral dengan diterbitkannya UU Nomor 23 Tahun 1999.
Dengan UU tersebut, maka peran BI untuk menjaga serta memelihara
stabilitas nilai rupiah kembali digenggam. Kemudian, peran BI akan
bertambah dalam tujuan memperkuat pemerintahan Indonesia dengan
diciptakannya amandemen tahun 2004. Banyak peranan itu telah
dipegang oleh Bank Indonesia hingga sekarang. Dalam menjalankan
perannya, BI singkatnya memiliki tiga tugas utama, menetapkan dan
menjalankan kebijakan moneter, menjaga kelancaran pada sistem
pembayaran, dan juga menjaga tingkat kestabilan sistem keuangan di
Indonesia.

 Tugas Bank Sentral


Seperti yang telah disebutkan, Bank Indonesia sendiri mempunyai
tugas serta
tanggung jawabnya sendiri yang harus dijalankan dengan baik,
menetapkan serta menjalankan kebijakan moneter, menjaga kelancaran
sebuah sistem pembayaran, dan menjaga tingkat kestabilan sistem
keuangan di Indonesia. Berdasarkan pengertian dari bank sentral itu ,
dibawah ini merupakan penjelasan lengkap tugas dari bank sentral:
1. Menetapkan serta Melaksanakan Kebijakan Moneter

ix
Ditetapkannya kewajiban moneter harus dijalankan, untuk menjaga
peredaran jumlah mata uang yang ada pada masyarakat, maka
seluruh harga produk barang serta jasa dapat dijaga serta
dikendalikan. Dalam Kebijakan moneter tersebut perlu dijalankan
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. sehingga, pihak
BI harus bekerjasama dengan pihak pemerintah yang mana seluruh
kebijakan yang telah ditetapkan dapat berjalan sesuai dengan
kebijakan fiskal serta beberapa kebijakan ekonomi lainnya.
2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Makna dari sebuah sistem pembayaran ini merupakan sebuah
sistem pembayaran tunai serta non tunai. Bank Indonesia memiliki
peran penuh saat mengeluarkan aturan, standar, kesepakatan serta
tata cara untuk digunakan dalam mengatur peredaran uang.
3. Mengatur dan Mengawasi Perbankan
BI perlu melakukan pengawasan makroprudensial yang
berguna untuk menjaga kestabilan sebuah sistem keuangan
yang berlaku di Indonesia. Kebijakan makroprudensial ini
adalah sebuah kebijakan yang telah disusun untuk bisa
memberikan batasan dengan risiko serta biaya krisis yang
sistemik, supaya tetap dapat menjaga keseimbangan sebuah
sistem keuangan di Indonesia.

 Wewenang Bank Sentral


BI yang berperan sebagai bank sentral di Indonesia memiliki
wewenang khusus yang telah diatur UU Republik Indonesia,
yaitu :

1. Kewenangan Membuat Kebijakan Moneter


Bank Indonesia perlu menentukan serta menetapkan dengan
tingkat diskonto, perlu membuat kebijakan pembiayaan maupun
kredit. Bank Indonesia pun harus bisa menetapkan serta
menentukan target moneter dengan menentukan tingkat inflasi yang
terjadi di Indonesia pada tiap tahunnya. BI pun juga memiliki
wewenang yang sangat penting pada mengendalikan moneter
dengan tidak membatasi kegiatan pasar terbuka.
2. Kewenangan Mengatur Sistem Pembayaran
Bank Indonesia memiliki tiga dasar wewenang. Pertama, BI
memiliki sebuah wewenang untuk menentukan serta menetapkan
dalam penggunaan alat pembayaran. Kedua, membuat dan
memberikan persetujuan izin untuk menyelenggarakan sistem

x
pembayaran. Terakhir, untuk mengawasi penyelenggaraan pada
sistem pembayaran.
3. Kewenangan Mengatur dan Mengawasi Perbankan
Kemudian, Bank Indonesia sebagai bank sentral tentunya
memiliki empat wewenang utama. Pertama, memiliki wewenang
dalam membuat juga untuk menetapkan sebuah kebijakan yang
terkait pelaksanaan perbankan yang sudah berlaku pada Indonesia.
Kedua, berwenang untuk memberikan sanksi dengan pihak yang
sudah melanggar kebijakan, sudah ditetapkan sesuai dengan
peraturan UU. Yang ketiga, berwenang untuk memberikan ataupun
mencabut izin pada kelembagaan serta dalam kegiatan usaha bank.
Yang terakhir, BI juga berwenang dalam mengawasi dengan
berbagai macam kegiatan bank konvensional, pada sistem
perbankan ataupun secara individu.

Status dan Kedudukan Bank Indonesia

a. Sebagai lembaga negara yang independen


UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada
tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/2009 ini memberikan
status dan kedudukan BI sebagai suatu lembaga negara yang
independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,bebas
dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk
hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini. Bank
Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana
ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak
dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan
Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau
mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun
juga.

b. Sebagai badan hukum


Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun
badan hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai
badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan
peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari
undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai

xi
dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata,
Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di
dalam maupun di luar pengadilan.

 Bank sentral dunia


1. Bank of Japan, Jepang
Bank Of Japan merupakan badan hukum yang didirikan
berdasarkan undang-undang, bukan Lembaga pemerintahan
maupun perusahaan swasta. BoJ didirikan pada tahun 1882, dan
memiliki kantor pusat di Chuo, Tokyo.
2. People’s Bank of China, Tiongkok
Bank ini didirikan pada tanggal 1 Desember 1948 berdasarkan
hasil konsolidasi dari Bank Huabei, Bank Beihai dan Bank Petani
Xibei. PBOC bertanggung jawab atas kebijakan moneter dan
fiskal di daratan Tiongkok. Bank sentral Tiongkok ini merupakan
salah satu bank sentral terbesar di dunia dengan cadangan devisa
lebih dari tiga triliun dollar.
3. Bank of England, Inggris
Bank ini didirikan pada tanggal 27 Juli 1964 dengan status
sebagai bank swasta lalu dinasionalisasi pada tahun 1946. Pada
tahun 1997, Bank of England akhirnya diresmikan sebagai
Lembaga independen yang sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah
dan diberi arahan untuk melaksanakan dan menetapkan
kebijakan moneter.
4. Bank Indonesia, Indonesia
Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia. Dimana
merupakan lembaga negara yang independen, bebas dari campur
tangan Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk
hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang. Pihak
luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank
Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak
atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak
manapun juga.
Pada UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan
berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009

B. Sistem Pembayaran
1. Pengertian Sistem Pembayaran

xii
Sistem pembayaran adalah sistem yang dirancang sedemikian
rupa oleh otoritas tertentu dengan cara kerja berupa pemindahan
sejumlah nilai uang tertentu dari satu pihak ke pihak lain. Sistem
pembayaran ini terdiri dari seperangkat lembaga, aturan, dan
mekanisme.
Di Indonesia, otoritas yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan dan merancang sistem pembayaran adalah Bank
Indonesia. Bank Indonesia bertugas sebagai operator, regulator, dan
pengguna sistem pembayaran, baik sistem pembayaran berbentuk
tunai atau nontunai. Ada pula pihak-pihak lain yang mendukung
kelancaran sistem pembayaran ini seperti bank umum atau bank
komersial.

Berdasarkan alat yang digunakan dalam sistem pembayaran, secara


umum alat
pembayaran dapat terbagi atas:
a. Alat pembayaran tunai, yaitu pembayaran yang menggunakan
uang kartal/uang tunai yang meliputi Uang Kertas (UK) dan
Uang Logam (UL).
b. Alat pembayaran nontunai, yaitu pembayaran yang menggunakan
berbagai media atau instrumen selain uang tunai, seperti kartu
kredit, ATM, kartu debet, dan uang elektronik.
2. Peran Bank Sentral Repubik Indonesia dalam Sistem Pembayaran

a. Regulator dan Fasilitator Pengembangan


Bank Indonesia memiliki kewenangan khusus dalam
perekonomian negara. Salah satu peran pokok Bank Indonesia
adalah sebagai regulator dan fasilitator sistem pembayaran yang
berlaku di negara kita. Apa yang dimaksud dengan regulator dan

xiii
fasilitator? Bank Indonesia sebagai regulator bertugas untuk
memastikan seluruh proses sistem pembayaran berjalan mulus. 
Caranya adalah dengan membuat peraturan, syarat-syarat,
serta sanksi yang mengikat penyedia layanan keuangan. Dengan
begitu, tata penggunaan sistem pembayaran, mulai dari transfer
uang, kartu debit dan kredit, sampai QRIS, sudah diatur sedemikian
rupa untuk meminimalisir risiko penyalahgunaan. Contohnya
seperti Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 tentang
Uang Elektronik. Kemudian, Bank Indonesia juga menjadi
fasilitator yang artinya menyempurnakan sistem pembayaran yang
sudah ada. Pada intinya, Bank Indonesia memiliki kewajiban untuk
menjamin semua transaksi berjalan tanpa hambatan.

b. Memberian izin yang sesuai


Salah satu peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran
yang cukup krusial adalah mengeluarkan izin-izin kepada
perusahaan dan pihak yang yang melakukan transaksi. Bank
Indonesia tidak sembarangan mengizinkan pihak atau perusahaan
untuk mengedarkan produk atau layanan keuangan. 

c. Sebagai lembaga pengawasan


Sempat disinggung di atas bahwa Bank Indonesia memiliki
peran utama sebagai pelindung hak dan kewajiban masyarakat
Indonesia dalam kegiatan ekonomi. Jadi, sudah seharusnya Bank
Indonesia diberikan tanggung jawab sebagai pengawas sistem
pembayaran di Indonesia. 
Selain dengan melakukan monitoring lapangan, Bank
Indonesia juga mewajibkan setiap penyedia jasa sistem
pembayaran, baik itu bank umum maupun fintech, untuk
menyampaikan laporan resmi. 
Pengawasan ini dilakukan untuk melindungi masyarakat, juga
perbankan, perusahaan, dan stakeholder. Bank Indonesia juga ingin

xiv
mempertahankan stabilitas sistem keuangan dan meningkatkan
kepercayaan publik akan sistem pembayaran yang berlaku.
Misalnya saja sistem QRIS yang sudah diregulasi oleh Bank
Indonesia. 
Melalui pengawasan berkala, Bank Indonesia berhasil
membuat kita semua merasa aman untuk menggunakan QRIS
sebagai salah satu metode pembayaran yang praktis.

d. Mengurangi resiko dalam sistem pembayaran


peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran juga
termasuk mengurangi risiko terjadi gagal transaksi. Apabila ada
masalah gagal bayar (failure to settle), bisa dipastikan bahwa
kelancaran sistem pembayaran pun jadi terhambat. Jika masalah
seperti ini dialami oleh lebih dari satu pihak dalam waktu
bersamaan, maka perekonomian Indonesia pun terancam macet.

e. Sebagai lembaga penyelenggaran


jika dahulu Pos Indonesia ikut berperan sebagai
penyelenggara sistem pembayaran, kini peran ini diambil penuh
oleh Bank Indonesia. Pada era modern ini, transaksi non tunai atau
digital semakin marak digunakan. Fenomena ini semakin
mengukuhkan peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran.
Sejatinya, Bank Indonesia menyelenggarakan dua sistem
pembayaran, yakni Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
(SKNBI) dan Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (RTGS)
yang sudah dibahas di poin sebelumnya. 

3. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran


Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat
aturan, lembaga, dan mekanisme yang dipakai untuk melaksanakan
pemindahan dana, guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul
dari suatu kegiatan ekonomi. Sistem pembayaran yang

xv
diselenggarakan Bank Indonesia terdiri dari dua sistem, salah
satunya adalah sistem pembayaran nontunai. Sistem
pembayaran nontunai adalah alat yang digunakan dalam proses
pembayaran tanpa menggunakan uang fisik seperti koin dan kertas.
Penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai dibedakan menjadi
transaksi yang bernilai besar dan transaksi yang bernilai kecil.
Transaksi yang bernilai besar memiliki karakteristik transaksi yang
bersifat penting dan segera (urgent), meliputi transaksi antar bank,
transaksi di pasar keuangan atau transaksi dengan nilai ticket size ≥
Rp1 Miliar menggunakan Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) dan Bank Indonesia Scripless Securities
Settlement System (BI-SSSS). Selanjutnya untuk transaksi yang
bernilai kecil meliputi transaksi antar individu dengan nilai ticket
size < Rp1 Miliar menggunakan Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI).
Jadi, penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai oleh Bank
Indonesia menggunakan BI-RTGS dan BI-SSSS untuk transaksi
yang bernilai besar dan menggunakan SKNBI untuk transaksi yang
bernilai kecil.
Berdasarkan bagan di atas, dapat diketahui bahwa
penyelenggaraan transaksi oleh Bank Indonesia terdiri atas BI-
RTGS, BI-SSSS dan SKNBI. Untuk lebih jelasnya, simak
penjelasan berikut:
a. Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
Transaksi pembayaran bernilai besar merupakan urat nadi sistem
pembayaransuatu negara. Berjalannya kegiatan pasar uang dan
pasar modal yang aman dan efisien bergantung kepada
kelancaran sistem pembayaran yang bernilai besar. Sistem
pembayaran bernilai besar yang digunakan oleh banyak negara
termasuk Indonesia adalah Real Time Gross Settlement
(RTGS).

xvi
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar
pesertadalammata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara
seketika per transaksi. Sistem BI-RTGS pertama kali digunakan pada
tanggal 17 November 2000. Sistem BI-RTGS mampu menjadi sumber
informasi yang sangat bermanfaat, baik dalam rangkapengawasan bank
maupun pelaksanaan kebijakan moneter. Pengembangan sistem BI-RTGS
antara lain bertujuan:
1) Menyediakan sarana transfer dana antarbank yang lebih cepat,
efisien, andal, dan aman kepada bank dan nasabahnya.
2) Memberikan kepastian setelmen dan penatausahaan dapat diperoleh
dengan segera.
3) Menyediakan informasi rekening bank secara real time dan
menyeluruh.
4) Meningkatkan disiplin dan profesionalisme bank dalammengelola
likuiditasnya.
5) Mengurangi risiko-risiko setelmen dan penatausahaan.
Tersedianya sistem BI-RTGS dapat mendorong bank untuk
menjalankan manajemen likuiditas secara lebih baik. Dengan sistem
setelmen/penatausahaan yang didasarkan pada kecukupan saldo rekening
bank di Bank Indonesia, risiko kemungkinan kegagalan salah satu bank
dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo dapat dihindari, sehingga
tidak menimbulkan dampak sistemik terhadap bank lainnya. Dampak
sistemik terjadi jika permasalahan yang terjadi dalam suatu bank
mengakibatkan dampak buruk bagi bank lain yang memiliki keterkaitan
usaha dengan bank tersebut. Contohnya jika bank X mengalami kepailitan
usaha, maka bank Y, bank N, bank M dan bank- bank lainnya terhambat
likuiditasnya sehubungan aktivitas usahanya memiliki keterkaitan dengan
aktivitas usaha bank X yang mengalami masalah. Penyelenggara sistem BI-
RTGS adalah Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI). Penyelenggara
bertugas melakukan pengendalian sistem terhadap semua aktivitas kegiatan
transfer dana yang dilakukan peserta, sedangkan peserta sistem BI-RTGS

xvii
adalah seluruh bank umum di Indonesia. Lembaga-lembaga selain bank
yang memilikirekening giro di Bank Indonesia dapat menjadi peserta
sistem BI-RTGS dengan persetujuan Bank Indonesia, untuk memperlancar
sistem pembayaran nasional. Kantor Pusat Bank Indonesia dan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri secara otomatis menjadi peserta
sistem BI- RTGS.Secara sederhana, alur penyelenggaraan transaksi
nontunai melalui BI-RTGS dapat dilihat dalam bagan 3 berikut:

BI-RTGS dapat membantu untuk melakukan cek saldo kecukupan


pengirim. Jikacukup, dana langsung dipindahkan dari rekening peserta
pengirim ke rekeningpeserta penerima. Jika tidak cukup, transaksi akan
ditempatkan pada antrian dan tidak diproses sampai dananya mencukupi.
b. Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System(BI-
SSSS)Selain sistem BI-RTGS, Bank Indonesia memiliki sebuah
sarana khusus untuk mencatat dan menatausahakan transaksi surat
berharga secara elektronik yang dikenal dengan Bank Indonesia
Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS). BI-SSSS adalah
sarana transaksi Bank Indonesia untuk setelmen dan penatausahaan
surat berharga secara elektronik yang terhubung langsung
antara peserta, penyelenggara, dan sistem BI-RTGS.

xviii
c. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
Jika sistem pembayaran yang bernilai besar merupakan urat nadi
sistempembayaran, sistem pembayaran yang bernilai kecil
diibaratkan sebagai jaringan pembuluh darah yang menghubungkan
seluruh perekonomian suatu negara. Sistem kliring adalah
pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar peserta
kliring, baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta
yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.Transaksi
kliring yang dapat dilakukan meliputi:
1) Transfer debet (menggunakan cek, bilyet giro, atau warkat debet
lainnya).
2) Transfer kredit (mengisi formulir isian yang disediakan oleh
bank) yang kemudian
akan dikirim oleh bank melalui data keuangan elektronik yang
disediakan dalam SKNBI.

C. Alat Pembayaran Tunai (Uang)


Alat pembayaran tunai lebih banyak memakai uang kartal (uang kertas dan

xix
logam). Uang kartal masih memainkan peran penting khususnya untuk transaksi
bernilai kecil. Dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini, pemakaian alat
pembayaran tunai seperti uang kartal memang cenderung lebih kecil dibanding
uang giral. Namun, tentu saja perkembangan zaman pula yang akan membuat
jumlah ini terus bertambah. Sebenarnya, pemakaian uang kartal memiliki kendala
dalam hal efisiensi. Hal itu bisa terjadi karena biaya pengadaan dan pengelolaan
(cash handling) terbilang mahal. Hal itu belum lagi memperhitungkan inefisiensi
dalam waktu pembayaran. Misalnya, ketika Anda menunggu melakukan
pembayaran di loket pembayaran yang relatif memakan waktu cukup lama karena
antrian yang panjang. Mungkin Anda masih ingat kejadian antre di pintu tol setiap
masa liburan atau mudik lebaran yang bisa mencapai berhari-hari. Sementara itu,
bila melakukan transaksi dalam jumlah besar juga mengundang risiko seperti
pencurian, perampokan dan pemalsuan uang. Menyadari ketidaknyamanan dan
inefisien memakai uang kartal, BI berinisiatif dan akan terus mendorong untuk
membangun masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai atau
Less Cash Society (LCS).

1. Sejarah Uang

Awalnya, manusia memenuhi kebutuhannya sehari-hari dengan


memanfaatkan kekayaan alam. Namun lambat laun kebutuhan manusia
semakin tidak bisa dicukupi hanya dari alam sekitar.Hal inilah yang
mendorong terjadinya tukar-menukar barang dengan barang atau yang lebih
dikenal dengan barter. Barter pun semakin ditinggalkan karena tidak praktis.
Selain itu, terkadang juga sulit untuk mencari barang dengan nilai yang
cocok. Manusia pun berkreasi dengan menggunakan manik-manik, kerang,
atau beragam batuan untuk dijadikan sebagai alat tukar. Karena dirasa tidak
efektif, logam mulia seperti emas dan perak kemudian dipilih menjadi alat
tukar. Emas dan perak yang terbatas juga membuat uang dari bahan ini juga
kemudian perlahan ditinggalkan. Kemudian dipilihlah kertas dan logam lain
sebagai uang yang masih digunakan sampai sekarang.
2. Pengertian Uang

xx
Secara garis besar, uang bisa diartikan sebagai sebuah alat tukar yang berlaku
dan bisa diterima oleh umum. Uang atau alat tukar ini sendiri bisa berbentuk
benda atau yang lain dengan syarat diterima oleh masyarakat dalam satu
wilayah tertentu untuk memproses pertukaran baik barang maupun jasa.
3. Fungsi, jenis, dan syarat uang
 Fungsi
Secara garis besar fungsi uang dibedakan menjadi 2 jenis, yakni fungsi
asli dan fungsi turunan dari uang itu sendiri.
Fungsi asli dari uang sendiri juga terbagi menjadi 3 kategori. Fungsi
yang pertama adalah uang sebagai alat tukar yang sah. Fungsi asli kedua
sebagai sebuah satuan hitung, dan fungsi asli uang yang ketiga adalah
sebagai alat penyimpan nilai.
Fungsi Turunan Uang Setidaknya terdapat 5 fungsi turunan dari uang itu
sendiri. Fungsi turunan uang yang pertama adalah uang sebagai alat
pemindah kekayaan. Fungsi turunan yang kedua adalah uang sebagai alat
untuk pendorong kegiatan ekonomi.Fungsi turunan yang ketiga adalah
uang sebagai alat pembayaran yang sah. Fungsi turunan yang keempat
adalah uang sebagai alat pembayaran utang, dan fungsi turunan uang
yang terakhir adalah uang sebagai alat penumpukan kekayaan.

 Jenis
a. Uang Kartal
Uang Kartal Berdasarkan bahannya, uang kartal dibagi menjadi uang
logam dan uang kertas
1. Uang Logam Uang logam pada awalnya terbuat dari emas atau perak
agar nilai intrinsiknya tetap stabil. Namun, sekarang uang logam banyak
terbuat dari material selain emas dan perak yang lebih murah dan efisien.
Uang logam yang beredar kini terbuat dari logam alumunium, perak, dan
tembaga. Bentuknya pipih dan bundar. Uang logam di Indonesia terdiri
atas pecahan Rp100, Rp200, Rp500, dan Rp1.000.

xxi
2. Uang Kertas Uang kertas terbuat dari kertas. Uang dari bahan kertas
biasanya memiliki nilai nominal yang besar sehingga mudah dibawa
untuk keperluan sehari-hari. Uang jenis ini terbuat dari kertas yang
berkualitas tinggi sehingga tahan terhadap air, tidak mudah robek atau
luntur. Uang kertas di Indonesia terdiri atas pecahan Rp1.000, Rp2.000,
Rp5.000, Rp10.000, Rp20.000, Rp50.000, dan Rp100.000.
a. Uang Giral
Uang Giral Mengutip buku Mengenal Seluk Beluk Uang, uang giral
tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat terhadap
alat tukar yang lebih mudah, praktis, dan aman. Di Indonesia, bank
umum dapat mengeluarkan uang giral selain Bank Indonesia. Menurut
UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, uang giral adalah tagihan
yang ada di bank umum yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai
alat pembayaran. Bentuk uang giral dapat berupa cek, giro, atau
telegraphic transfer. Dua bentuk uang giral yang paling banyak
digunakan adalah cek dan giro.
Cek adalah surat perintah kepada bank untuk membayar sejumlah
uang kepada orang yang namanya tertera dalam surat tersebut. Giro
adalah surat perintah dari nasabah kepada bank untuk memindahkan
sejumlah uang kepada rekening orang atau badan yang ditunjuk oleh
nasabah.
Dengan menguangkan cek atau giro, uang giral dapat berubah
menjadi uang kartal. Selain cek dan giro, terdapat sistem telegrafis.
Pembayaran melalui sistem telegrafis dilakukan dengan perintah
melalui telegram untuk memindahkan antar rekening pada bank yang
sama. Pembayaran ini dapat dilakukan dengan cepat meski kedua pihak
berada dalam jarak yang jauh.
Jenis Uang Berdasarkan Nilainya
1. Full bodied money (bernilai penuh) adalah ketika nilai intrinsic dan
nilai nominalnya sama, contohnya emas dan perak.

xxii
2. Representative money dan fiat money adalah ketika nilai intrinsik
lebih kecil dibanding nilai nominalnya, contohnya uang kertas.
Jenis Uang Berdasarkan Lembaga yang Menerbitkan
Jenis uang berdasarkan lembaga yang mengeluarkannya yang
terbagi atas uang kartal dan uang giral. Penjelasan dari masing-
masing jenis uang tersebut dijelaskan di bawah ini :
1. Uang kartal adalah uang yang diterbitkan langsung oleh Bank
Indonesia dan dijamin oleh Undang-Undang.
2. Uang giral adalah uang yang dibuat oleh Bank Umum contohnya
cek, giro, kartu ATM, dan mobile banking.
Jenis Uang Berdasarkan Wilayah Penggunaannya
1. Uang lokal adalah jenis uang yang cakupannya hanya satu negara
saja, misalnya Rupiah yang hanya berlaku di Indonesia.
2. Uang regional merupakan uang yang hanya berlaku di wilayah
tertentu saja. Salah satu contoh uang regional adalah Euro yang
berlaku di wilayah Uni Eropa, di mana negara-negara di Eropa
bisa memilih menggunakan antara Euro ataupun mata uang
negaranya sendiri.
3. Uang Internasional adalah jenis uang yang berlaku secara
internasional, contohnya Dollar Amerika.
Agar masyarakat menerima dan menyetujui penggunaan benda
sebagai uang, maka harus memenuhi dua persyaratan sebagai
berikut:
a) Persyaratan psikologis, yaitu benda tersebut harus dapat
memuaskan bermacam-macam keinginan dari orang yang
memilikinya, sehingga semua orang mau mengakui dan
menerimanya.
b) Persyaratan teknis, yaitu syarat yang melekat pada uang, di
antaranya:
1) Tahan lama dan tidak mudah rusak
2) Mudah dibagi-bagi tanpa mengurangi nilai.

xxiii
3) Mudah disimpan dan dibawa.
4) Nilainya relatif stabil.
5) Jumlahnya tidak berlebihan.
6) Terdiri atas berbagai nilai nominal.
7) Harganya tetap dalam jangka Panjang

Teori Nilai Uang


Di dalam perkembangannya, banyak teori mengenai nilai uang yang
disebutkan oleh para ahli nih, guys! Nah, berikut ini adalah teori-teori nilai uang
menurut para ahli!
Teori Logam/Katalistik dari Adam Smith, menurutnya uang berharga di
mata masyarakat karena terbuat dari logam sehingga ada nilainya.
Teori Kuantitas dari David Ricardo, menurutnya perubahan nilai uang
disebabkan oleh perubahan jumlahnya. Semakin banyak jumlahnya, maka nilainya
semakin turun.
M= K x P
Keterangan:
M= Uang beredar
K= Konstanta
P= Harga barang
Teori Kuantitatif dari Irving Fisher, menurutnya uang tidak hanya
berhubungan dengan tingkat harga, tetapi juga berhubungan dengan kecepatan
perputaran dan jumlah barang yang diperjualbelikan.
MxV=PxT
Keterangan:
M= uang beredar
V= kecepatan uang beredar

xxiv
P= harga
T= barang yang diperjualbelikan
Teori Pendapatan dari J. M. Keynes mirip dengan teori dari Irving Fisher.
Namun, perbedaannya hanya pada velocity-nya yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain motif untuk berjaga-jaga, motif spekulasi, serta motif transaksi.
MxV=PxT
Keterangan:
M= uang beredar
V= kecepatan pendapatan beredar
P= harga
T= barang yang diperjualbelikan
Teori Persediaan Kas dari Alfred Marshall tidak mempertimbangkan
tentang velocity melainkan lebih mempertimbangkan pendapatan.
M= K x P x I
Keterangan:
M= uang beredar
K= konstanta
P= harga barang
I= Pendapatan
PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG
a. Permintaan Uang (Demand of Money)
Permintaan uang adalah sejumlah uang tertentu yang dibutuhkan oleh
masyarakat untuk melakukan transaksi dalam perdagangan atau tujuan
tertentu.
Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan uang di antaranya sebagai
berikut.
1) Dorongan melakukan transaksi
2) Keinginan untuk memegang uang
3) Tingkat pendapatan riil
4) Dorongan berjaga-jaga
5) Tinggi rendahnya tingkat bunga.

xxv
6) Dorongan investasi atau pengembangan.
7) Tingkat harga yang berlaku di pasar.
8) Perkiraan stabilitas ekonomi
9) Peningkatan produktifitas barang dan jasa.
b. Penawaran Uang (Supply of money)
Penawaran uang adalah sejumlah uang tertentu yang disediakan oleh
pemerintah atau bank untuk dapat dimiliki oleh masyarakat.
Faktor-faktor yang memengaruhi penawaran uang diantaranya sebagai
berikut.
1) Kebutuhan pemerintah
2) Kebijakan moneter
3) Tingkat suku bunga
4) Inflasi
5) Tingkat pendapatan masyarakat
6) Penciptaan uang yang baru untuk menambah jumlah uang yang beredar.
7) Perkembangan selera Masayarakat terhadap barang konsumsi.
8) Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
4. Pengelolaan Uang Rupiah oleh Bank Sentral Republik Indonesia
Sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Bank
Indonesia diberikan tugas dan kewenangan Pengelolaan Uang Rupiah mulai
dari tahapan Perencanaan, Pencetakan, Pengeluaran, Pengedaran,
Pencabutan dan Penarikan, sampai dengan Pemusnahan. Bahwa Pengelolaan
Uang Rupiah perlu dilakukan dengan baik dalam mendukung terpeliharanya
stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran sistem
pembayaran. Pengelolaan Uang Rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia
ditujukan untuk menjamin tersedianya Uang Rupiah yang layak edar,
denominasi sesuai, tepat waktu sesuai kebutuhan masyarakat, serta aman
dari upaya pemalsuan dengan tetap mengedepankan efisiensi dan
kepentingan nasional.

xxvi
 Perencanaan
Perencanaan Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan menetapkan
besarnya jumlah dan jenis pecahan berdasarkan perkiraan kebutuhan Rupiah
dalam periode tertentu. Dalam melakukan perencanaan jumlah uang yang
akan dicetak dilakukan dengan memperhatikan asumsi tingkat inflasi,
asumsi pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi, kebijakan
perubahan harga uang Rupiah, kebutuhan masyarakat terhadap jenis
pecahan uang Rupiah tertentu, tingkat pemalsuan, dan  faktor lain yang
mempengaruhi. Perencanaan uang Rupiah terdiri dari dua jenis perencanaan
yaitu perencanaan pencetakan uang Rupiah dan perencanaan uang Rupiah
emisi baru.
Terdapat dua faktor utama yang dipertimbangkan oleh Bank Indonesia
dalam melakukan perencanaan pencetakan uang Rupiah:
1. Tambahan uang kartal yang diedarkan, yaitu tambahan uang kartal yang
diperlukan masyarakat sejalan dengan meningkatnya perekonomian. Dalam
menentukan tambahan uang kartal yang diedarkan, proyeksi dilakukan dengan
memperhatikan asumsi besaran ekonomi makro yang meliputi inflasi, suku
bunga, produk domestik bruto dan nilai tukar. Asumsi besaran ekonomi makro
tersebut harus dikoordinasikan dengan pemerintah (c.q. Kementerian
Keuangan). Selain memperhatikan besaran ekonomi makro, perkiraan
tambahan uang kartal yang diedarkan juga mempertimbangkan data historis
outflow (uang yang keluar dari Bank Indonesia), inflow (uang yang masuk
kembali ke Bank Indonesia), dan  karakteristik perekonomian secara spasial.
2. Penggantian uang yang dimusnahkan karena tidak layak edar, yaitu
perkiraan jumlah uang yang akan dimusnahkan oleh Bank Indonesia.
Pemusnahan uang ini dilakukan oleh Bank Indonesia sebagian besar berasal
dari setoran bank (inflow) yang oleh Bank Indonesia diklasifikasikan sebagai
uang tidak layak edar. Jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan
tersebut harus diganti dengan yang baru (clean money policy).
3. Menjaga kecukupan persediaan kas Bank Indonesia melalui penetapan
Kas Minimum dan Iron Stock Nasional. Kas Minimum adalah persediaan

xxvii
kas yang harus dijaga oleh setiap kantor Bank Indonesia yang memperhatikan
faktor kelancaran distribusi uang dan ketersediaan moda transportasi. Saat ini
Bank Indonesia menetapkan jumlah Kas Minimum sebesar dua hari rata-rata
outfow bulanan untuk Kantor Pusat Bank Indonesia, satu minggu rata-rata
outflow bulanan untuk kantor Bank Indonesia di wilayah Jawa, dan 2 minggu
rata-rata outflow bulanan untuk kantor Bank Indonesia di wilayah non-Jawa.
Sementara itu jumlah Iron stock Nasional ditetapkan sebesar 15% dari Uang
Kartal yang Diedarkan (UYD).
Selanjutnya, perencanaan uang Rupiah emisi baru merupakan kegiatan untuk
merencanakan desain uang baru, yang meliputi ukuran uang, gambar utama uang,
dan unsur pengaman yang akan ditanamkan pada uang baru (ciri-ciri khusus uang),
serta bahan uang yang digunakan. Faktor yang dipertimbangkan Bank Indonesia
dalam menerbitkan uang emisi baru adalah:
1. Tingkat pemalsuan uang, yaitu suatu kondisi dimana Bank Indonesia
mencermati perkembangan tingkat kualitas temuan uang Rupiah palsu, sejalan
dengan perkembangan teknologi digital (antara lain fotokopi berwarna,
scanner, dan printer berwarna). Untuk melindungi masyarakat dari dampak
pemalsuan uang, Bank Indonesia menerbitkan uang emisi baru untuk
menggantikan uang emisi lama yang memiliki potensi dapat dipalsukan dengan
kualitas yang baik. Penerbitan uang emisi baru harus dilengkapi dengan unsur
pengaman baru yang lebih mampu melindungi uang dari upaya pemalsuan.
2. Nilai instrinsik uang, yaitu nilai atau harga dari bahan yang digunakan untuk
membuat uang. Nilai intrinsik uang kertas pada umumnya jauh lebih rendah
dari nilai nominalnya, sedangkan nilai intrinsik uang logam berpotensi
melebihi nilai nominalnya. Oleh karena itu, pertimbangan nilai intrinsik dalam
penerbitan uang emisi baru biasanya terkait dengan uang logam.
3. Masa edar uang, yaitu jangka waktu pecahan uang tertentu berlaku sebagai
alat pembayaran yang sah yang dimulai sejak uang diterbitkan sampai uang
dicabut dan ditarik dari peredaran.

xxviii
4. Kebutuhan masyarakat akan pecahan baru, dengan mempertimbangkan
faktor kegunaan dalam transaksi sehari-hari dan kegunaan dalam menyimpan
nilai (store a value).
 Pencetakan
Pencetakan Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan
mencetak Uang Rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan
rencana cetak dalam periode tertentu. Rencana tersebut mencakup rencana
jumlah nominal dan jumlah lembar Uang Rupiah kertas, serta rencana
jumlah nominal dan keping Uang Rupiah logam. Sesuai amanat UU Mata
Uang, pencetakan Uang Rupiah dilaksanakan di dalam negeri dengan
menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pelaksana
pencetakan Uang Rupiah. Saat ini Perusahaan Umum Percetakan Uang
Republik Indonesia (Perum Peruri) merupakan satu-satunya BUMN yang
bergerak dalam bidang pencetakan Uang Rupiah. 

Namun demikian, dalam hal Perum Peruri tidak sanggup memenuhi


permintaan Bank Indonesia, maka pencetakan uang Rupiah dilaksanakan
oleh Perum Peruri bekerja sama dengan lembaga lain yang ditunjuk melalui
proses yang transparan, akuntabel serta menguntungkan negara. Dalam
melaksanakan pencetakan uang kertas Rupiah, Perum Peruri menerapkan
standar operasional prosedur yang berpengaman tinggi untuk menjamin
mutu serta keamanan dan kerahasiaan proses cetak uang, mulai dari proses
desain uang, penyediaan bahan kertas uang, tinta maupun proses cetaknya. 
Selain itu, kewajiban Bank Indonesia dalam proses pencetakan uang adalah
menyediakan bahan uang sebesar pesanan cetak ditambah dengan tingkat
salah cetak (inschiet). Oleh karenanya dalam proses pencetakan Bank
Indonesia berkordinasi secara intens dengan Perum Peruri untuk  menjamin
kelancaran proses cetak Perum Peruri, sehingga keseluruhan pesanan cetak
dapat diselesaikan Perum Peruri secara tepat waktu.
Kualitas hasil pencetakan uang Rupiah sangat dipengaruhi oleh kualitas
bahan uang yang dikirimkan Bank Indonesia ke Perum Peruri. Oleh karena

xxix
itu, sebelum dikirimkan ke Perum Peruri bahan uang tersebut harus lolos
uji mutu di laboratorium untuk memastikan kesesuaian dengan spesifikasi
teknis yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 
 Pengeluaran
Pengeluaran Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan
menerbitkan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bank Indonesia memiliki wewenang dalam
mengeluarkan Uang Rupiah dalam bentuk emisi baru, Uang Rupiah desain
baru dan Uang Rupiah khusus (commemorative currency). Pengeluaran
uang Rupiah baru diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang ditempatkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta diumumkan melalui
media massa sehingga masyarakat di seluruh wilayah NKRI dapat
mengetahui adanya pengeluaran uang baru oleh Bank Indonesia.
Konsekuensi dari penerbitan uang ini adalah masyarakat dilarang menolak
apabila dibayar dengan uang yang telah diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Sesuai amanat UU Mata Uang, Bank Indonesia telah mengeluarkan 11


pecahan Uang Rupiah Tahun Emisi 2016 yang diresmikan oleh Presiden
Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo pada tanggal 19 Desember 2016.
Uang tersebut terdiri atas 7 Uang Rupiah kertas dan 4 Uang Rupiah logam.
Selain itu, dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan
Republik Indonesia yang ke-75 Tahun, pada tanggal 17 Agustus 2020,
Bank Indonesia mengeluarkan Uang Peringatan Kemerdekaan 75 Tahun
Republik Indonesia pecahan Rp75.000 tahun emisi 2020 sebagai wujud
ungkapan rasa syukur dan berbagi kebahagiaan kepada rakyat Indonesia. 
 Pengedaran
Pengedaran Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan
mengedarkan atau mendistribusikan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kegiatan pengedaran Uang Rupiah mencakup
distribusi Uang Rupiah dan layanan kas. Kegiatan distribusi Uang Rupiah
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kas di seluruh wilayah kerja Bank

xxx
Indonesia baik dalam bentuk pengiriman uang (remise) dari KPBI ke
KPwBI maupun pengembalian uang (retur) dari KPwBI ke KPBI.
Sementara itu, kegiatan layanan kas bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat melalui penarikan dan penyetoran perbankan, termasuk Kas
Titipan, serta penukaran uang rusak/cacat/lusuh kepada masyarakat melalui
Kas Keliling dan kerja sama dengan perbankan dan/atau instansi lain.
Mekanisme distribusi uang Rupiah dilakukan dari Kantor Pusat Bank
Indonesia kepada Kantor-kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwDN)
yang berfungsi sebagai Kantor Depo Kas (KDK), dan untuk selanjutnya
oleh KDK didistribusikan lagi kepada KPwDN lainnya. Moda transportasi
utama yang digunakan adalah moda transportasi darat (truk dan kereta api)
dan laut (kapal barang dan kapal penumpang). Dalam kondisi tertentu,
moda transportasi udara (pesawat) juga digunakan untuk melakukan
distribusi uang oleh Bank Indonesia. Untuk menjaga kelancaran distribusi
uang, Bank Indonesia terus meningkatkan kerja sama dengan berbagai
instansi seperti penyedia moda transportasi dan penyedia pengawalan dan
pengamanan jalur distribusi.

 Pencabutan/Penarikan
Pencabutan dan Penarikan Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang menetapkan Rupiah tidak berlaku lagi sebagai alat
pembayaran yang sah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pencabutan dan penarikan uang dilakukan dengan berbagai pertimbangan,
diantaranya masa edar suatu pecahan sudah terlalu lama dan adanya
perkembangan teknologi unsur pengaman (security features) pada uang. Di
samping itu juga dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisir
peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan
yang ada.
Esensi dari pencabutan dan penarikan uang dari peredaran adalah
pengumuman Bank Indonesia yang menyatakan bahwa uang yang dicabut
dan ditarik dari peredaran sudah tidak lagi berfungsi sebagai alat

xxxi
pembayaran yang sah di wilayah NKRI, sehingga masyarakat dapat
menolak apabila dibayar dengan uang yang telah dicabut dan ditarik dari
peredaran tersebut. Oleh karena itu, Bank Indonesia mengeluarkan
Peraturan Bank Indonesia mengenai pencabutan dan penarikan uang yang
ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta membuat
pengumuman melalui media massa sehingga masyarakat luas dapat
mengetahui adanya pencabutan dan penarikan uang oleh Bank Indonesia.
Uang Rupiah yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran dapat ditukarkan
dengan uang Rupiah layak edar sebesar nilai nominalnya.

 Pemusnahan
Pemusnahan Uang Rupiah merupakan suatu rangkaian kegiatan meracik,
melebur, atau cara lain memusnahkan Rupiah sehingga tidak menyerupai
Rupiah. Bank Indonesia berkomitmen untuk menyediakan uang layak edar
bagi masyarakat, yaitu Uang Rupiah yang memenuhi persyaratan untuk
diedarkan berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Sebagai wujud komitmen tersebut, salah satu langkah yang
dilakukan Bank Indonesia secara rutin adalah kegiatan pemusnahan uang. 
Uang yang dimusnahkan oleh Bank Indonesia merupakan uang yang tidak
layak edar baik berupa uang lusuh, uang cacat, uang rusak maupun Uang
rupiah yang masih layak edar yang dengan pertimbangan tertentu tidak lagi
mempunyai manfaat ekonomis dan/atau kurang diminati oleh masyarakat
serta uang yang telah dicabut/ditarik dari peredaran. Pemusnahan uang
kertas dilakukan oleh Bank Indonesia dengan cara diracik sehingga tidak
menyerupai uang kertas, baik dengan menggunakan Mesin Sortasi Uang
Kertas (MSUK) dan/atau Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Sementara
itu, pemusnahan uang logam dilakukan dengan cara dilebur atau dengan
cara lainnya sehingga  tidak menyerupai uang logam. 
Sesuai dengan Undang-Undang Mata Uang, pelaksanaan pemusnahan uang
Rupiah oleh Bank Indonesia harus berkoordinasi dengan Pemerintah.
Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah diwujudkan dalam bentuk

xxxii
nota kesepahaman antara Bank Indonesia dan Pemerintah yang berisi teknis
pelaksanaan pemusnahan uang Rupiah, termasuk pembuatan berita acara
pemusnahan uang Rupiah. Pelajari lebih lanjut mengenai Pengelolaan Uang
Rupiah
5. Unsur Pengamanan Rupiah
Pada umumnya pemilihan unsur pengaman mempertimbangkan dua hal
sebagai berikut:
a. Semakin besar nominal uang rupiah, maka diperlukan unsur pengaman
yang semakin komplek dan semakin baik;
b. Untuk uang rupiah nominal besar, diupayakan penerapan satu atau
beberapa unsur
Pengaman yang canggih yang memungkinkan hasil pemalsuan tidak sempurna.
Unsur pengamanan uang rupiah terdiri atas :
 Pengaman terbuka
 Pengaman tidak terbuka
Berikut unsur pengaman rupiah agar terhindar dari pemalsuan :
Unsur pengaman terbuka. Pengaman ini dapat dengan mudah dilihat secara
langsung. Pendeteksian bisa dilakukan secara kasat mata dengan mata telanjang,
menggunakan alat sederhana seperti kaca pembesar, maupun lewat rabaan tangan.
Unsur pengaman tidak terbuka. Pendeteksian hanya dapat dilakukan dengan mesin
yang memiliki sensor sehingga tingkat kepastian dan kecepatannya cukup tinggi
untuk mengetahui pengaman pada uang.

xxxiii
xxxiv
xxxv
xxxvi
6. Pengelolaan Keuangan
a. Pengertian Pengelolaan Keuangan
Menurut Purba et al., (2021:114) pengelolaan keuangan atau manajemen
keuangan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
danpengendalian

xxxvii
kegiatan keuangan seperti pengadaan dan pemanfaatan dana usaha.
Sedangkan imenurut Anwar (2019:5) manajemen keuangan adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengelolaan keuangan perusahaan
baik dari sisi pencarian sumber dana, pengalokasian dana, maupun
pembagian hasil keuntungan perusahaan. Secara harfiah pengelolaan
keuangan (manajemen keuangan) berasal dari kata manajemen yang
memiliki arti mengelola dan keuangan yang berarti hal hal yang
berhubungan dengan uang seperti pembiayaan, investasi dan modal.
Sehingga jika disimpulkan manajemen keuangan dapat diartikan sebagai
seluruh aktivitas yang berhubungan dengan bagaimana mengelola
keuangan yang dimulai memperoleh sumber pendanaan, menggunakan
dana sebaik mungkin hingga mengalokasikan dana pada sumber-sumber
investasi untuk mencapai tujuan perusahaan (Armereo et al.:2020:1).
Manajemen keuangan menurut para ahli dalam Irfani (2020:11) manajemen
keuangan dapat didefinisikan sebagai aktivitas pengelolaan keuangan
perusahaan yang berbubungan dengan upaya mencari dan menggunakan
dana secara efisien dan efektif untuk mewujudkan tujuan perusahaan.
Jatmiko (2017:1) mengungkapkan ruang lingkup pengelolaan keuangan
(manajemen keuangan) berkaitan dengan perencanaan, pengarahan,
pemantauan, pengorganisasiaan dan pengendalian sumber daya keuangan
suatu perusahaan. Sedangkan menurut Wijaya (2017:2) ruang lingkup dari
manajemen keuangan berkaitan dengan pengelolaan keuangan seperti
anggaran, perencanaan keuangan, kas, kredit, analisis investasi, serta usaha
memperoleh dana. Menurut Anwar(2019) manajemen keuangan adalah
suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengelolaan keuangan
perusahaan baik dari sisi pencarian sumber dana, pengalokasian dana,
maupun pembagian hasil keuntungan perusahaan.
b. Fungsi Pengelolaan Keuangan
Nurdiansyah dan Rahman (2019:74) menyatakan fungsi-fungsi
pengelolaan
keuangan (manajemen keuangan) tersebut, adalah :

xxxviii
1. Perencanaan Keuangan dan Anggaran (Budgeting)
Segala kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan
penggunaananggaran dana perusahaan yang digunakan unttuk
segala aktivitas dan kepentingan perusahaan. Dengan perencanaan
dan pertimbangan yang matang menaksimalkan keuntungan dan
meminimalisasi anggaran yang sia-sia tanpa hasil.
2. Pengendalian (Controling)
Berhubungan dengan tindak pengavwasan dalam segala aktivitas
dalam manajemen keuangan, baik dalam penyalurannya maupun
pada pembukuannya yang untuk selanjornya dilakukan evaluasi
keuangan yang bisa dijadikan acuan untuk melaksanakan kegiatan
perusahaan selanjurnya.
3. Pemeriksaan (Auditing)
Segala pemeriksaan internal yang dilakukan demi segala bentuk
kegiatan yang berhubungan dengan manajemen keuangan memang
telah sesuai dengan kaidah standar akuntansi dan tidak terjadi
penyimpangan.

4. Pelaporan (Reporting)
Dengan adanya manajemen keuangan, maka setiap tahunnya akan
ada pelaporan keuangan yang berguna untuk menganalisis rasio
laporan laba dan rugi perusahaan.
Sedangkan menurut Aisyah et al., (2020:21) fungsi-fungsi
manajemen secara umum adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan mulai dari arus kas sampai dengan laba rugi
perusahaan.
2. Penganggaran mulai dari perencanaan sampai dengan
pengalokasian supaya efesiensi dan efektivitas anggaran biaya
tercapai.
3. Pengawasan ditujukan untuk mengevaluasi dan melakukan
perbaikan.

xxxix
4. Pengauditan perusahaan bentuknya adalah audit internal yang
harus dilakukan untuk menguji kesesuaian objek dengan
standar akuntansi/ketentuan yang berlaku dan memastikan
tidak terjadinya penyimpangan.
5. Pelaporan adalah melaporkan keadaan keuangan perusahaan dan
analisis rasionya.
c. Tujuan Pengesahan Uang
1. Konsistensi, merupakan sebuah prinsip yang mengedepankan
keberlanjutan khususnya dalam pengelolaan keuangan.
2. Akuntabilitas, merupakan sebuah prinsip yang harus dimiliki
oleh pengelolasebagai bentuk pertanggung jawaban atas dana
yang terdapat dalam usaha. Prinsip akuntabilitás ini memiliki
maksud agar pihak pengelola dapat memberikan informasi
kepada pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan
usaha yang dijalankan
3. Transparansi, prinsip ini merupakan petunjuk untuk memberikan
semua rencana dan aktivitas yang dijalankan kepada pihak
yang berkepentingan,khususnya dalam hal laporan keuangan.
4. Kelangsungan hidup usaha atau diri sendiri. Untuk mewujudkan
kelangsungan hidup usaha atau diri sendiri maka kesehatan
keuangan harus terjaga. Pengeluaran di tingkat operasional atau
di tingkat strategis disesuaikan dengan besaran dana yang
dimiliki. Dalam pengelolaan keuangan ini, pihak pengelola
memiliki rencana yang terintegrasi dengan mengurangi risiko
sekecil mungkin. Pengelolaan keuangan tidaklah hanya untuk
memaksimumkan laba melainkan untuk meminnimumkan
biaya hal ini dikarenakan melalui pengelolaan yang baik
diharapkan mampu menekan biaya-biaya yang mungkin timbul
dari operasi perusahaan (Armereo et al., :2020:6). Sedangkan
menurut Kariyoto (2018:6) ada beberapa tujuan dari
pengelolaan dana perusahaan yaitu :

xl
1. Memaksimumkan nilai perusahaan
2. Menjaga stabilitas financial dalam situasi yang selalu
terkontrol.
3. Memperkecil risk perusahaaan masa kini dan yang masa
yang akan dating
Alat Pembayaran Nontunai
Alat pembayaran nontunai sudah berkembang dan semakin lazim dipakai
masyarakat. Alat pembayaran secara umum dibagi menjadi dua, yakni alat
pembayaran tunai dan alat pembayaran nontunai. Alat pembayaran tunai tiada lain
adalah uang rupiah sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, sedangkan alat
pembayaran nontunai secara umum dibagi menjadi dua, yakni:
1. Alat Pembayaran
Berbasis Kertas (Paper Based) yaitu cek, bilyet giro, dan nota debet.
2. Alat
Pembayaran Berbasis Elektronik (Electronic Based) yaitu Kartu
ATM/Debet, kartu kredit dan uang elektronik (e-money).Untuk lebih jelasnya,
perhatikan bagan berikut:

Cek merupakan suatu perintah kepada bank untuk membayarkan sejumlah dana.
Cek dikenal ada tiga macam, yaitu cek atas unjuk, cek atas nama, dan cek silang.
Sementara itu, Giro Bilyet adalah surat perintah nasabah bank untuk memindahkan

xli
sejumlah uang dari rekeningnya kepada rekening nasabah yang lain yang ditunjuk.
Giro bilyet tidak dapat ditukarkan dengan uang tunai di bank penerimanya.
Adapun Nota Debet adalah warkat atau surat yang digunakan untuk menagih
nasabah bank lain melalui kliring.Nota debet juga digunakan untuk keperluan
transaksi antar kantor, baik nota debet dengansurat maupun nota debet dengan
telegram. Nota debet dengan surat atau dengan telegram disampaikan melalui
kantor pos .

xlii
Adapun Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) adalah alat pembayaran
berupa kartu kredit dan kartu ATM/Debet. Kartu Kredit adalah APMK yang dapat
digunakan untuk berbelanja pada pedagang, yang sumber dananya berasal dari
pinjaman
(kredit) yang diberikan penerbit serta dikenakan bunga/denda jika membayar
setelah
jatuh tempo atau angsuran. Kartu kredit dapat diartikan juga sebagai kartu yang
dikeluarkan oleh bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang diberikan
kepadanasabah
untuk digunakan sebagai alat pembayaran.
Sementara itu, Kartu ATM adalah APMK yang dapat digunakan untuk melakukan
tarik tunai, cek saldo, transfer dana antar dan intra bank. Sumber dana berasal dari
simpanan dan saldo simpanan akan berkurang secara langsung pada saat transaksi.
Layanan ATM di Indonesia mulai diperkenalkan pada awal tahun 1990-an.
Sedangkan Kartu Debet adalah APMK yang dapat digunakan untuk berbelanja
pada pedagang dan debet tunai. Sumber dana berasal dari simpanan dan saldo

xliii
simpanan akan berkurang secara langsung pada saat transaksi. Kartu debet dapat
diartikan juga sebagai alat pembayaran berbasis kartu yang pembayarannya
dilakukan dengan pendebetan langsung ke rekening nasabah pada bank penerbit
kartu. Beberapa bank penerbit kartu telah mengombinasikan kartu debet dan kartu
ATM dalam satu kartu (kartu debet ATM).
Pada saat kartu debet digunakan untuk bertransaksi, maka secara otomatis
akan langsung mengurangi dana yang tersedia pada rekening. Jika kartu debet
digunakan untuk bertransaksi di mesin ATM, maka kartu tersebut dikenal sebagai
kartu ATM. Namun, apabila digunakan untuk transaksi pembayaran dan
pembelanjaan nontunai dengan menggunakan mesin EDC (Electronic Data
Capture), maka kartu tersebut dikenal sebagai kartu debet.
Selain kartu kredit dan kartu ATM/debet, terdapat pula apa yang
disebutdenganuang elektronik. Tahukah Anda apa itu uang elektronik? Uang
Elektronik adalah APMK yang diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor
terlebih dahulu kepada penerbit uang elektronik. Nilai Uang disimpan secara
elektronik dalam suatu media server atau chip. Uang elektronik dapat digunakan
sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang
elektronik tersebut. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang kartu bukan
simpanan, artinya tidak mendapatkan bunga dan tidak dijamin

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

xliv
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bank Indonesia adalah bank sentral negara Indonesia. Tujuan dan
fungsinya untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sistem
pembayaran merupakan sebuah sistem yang berhubungan dengan
pemindahan sejumlah uang dari satu pihak ke pihak lainnya atau bisa disebut
sebagai cara melakukan pembayaran. Terdapat berbagai cara yang digunakan
sebagai media pemindahan uang tersebut, baik menggunakan uang tunai
maupun uang non tunai.
B. Saran
Diharapkan kita semua dapat memahami tugas, tujuan,fungsi, dan peran
dari bank sentral di Indonesia. Juga dapat lebih memahami sistem
pembayaran dan alat pembayaran dalam kehidupan sehari-hari bagi
masyarakat Indonesia.

xlv
Daftar Pustaka
https://www.gramedia.com/literasi/bank-sentral/

https://www.ruangguru.com/blog/tugas-dan-wewenang-bank-sentral

https://www.quipper.com/id/blog/mapel/ekonomi/bank-sentral-ekonomi-kelas-10/

https://m.bisnis.com/amp/read/20221107/9/1595605/bank-sentral-pengertian-
tugas-fungsi-wewenang-dan-contohnya

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220125103038-83-750799/pengertian-
sejarah-fungsi-dan-jenis-uang

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220125103038-83-750799/pengertian-
sejarah-fungsi-dan-jenis-uang

https://midtrans.com/id/blog/peran-bank-indonesia-dalam-sistem-
pembayaran#:~:text=Salah%20satu%20peran%20Bank
%20Indonesia,mengedarkan%20produk%20atau%20layanan%20keuangan

https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/gayahidup/apa-saja-alat-pembayaran-
non-tunai#:~:text=Sebaliknya%2C%20alat%20pembayaran%20non%20tunai,uang
%20elektronik%20atau%20e%2Dmoney

https://brainly.co.id/tugas/1956797

https://www.zenius.net/blog/sejarah-fungsi-jenis-uang

https://drive.google.com/file/d/1PO-dL-jWirbCTmoxLfU_dZJo_UINVtuN/view?
usp=drivesdk

https://bimbelbrilian.com/materi-bab-uang-kelas-10-sma-ekonomi/

xlvi
xlvii

Anda mungkin juga menyukai