PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Rahmattullah, M.Pd.
BANK SENTRAL
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Tahun 2021)
MODUL
KELOMPOK 4
Mata Kulliah Ekonomi Moneter
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan untuk mampu mendefiniskan dan mengetahui apa saja pengertian dari
Bank Sentral sehingga dapat mampu mengetahui Sejarah Bank Sental, Bank Indonesia
sebagai Bank Sentral di Indonesia, serta Bank Indonesia dan Inflation Targeting.
Pokok Pembahasan
Bank Sentral
Ekonomi Moneter
i
DAFTAR ISI
Ekonomi Moneter
ii
1. Tinjauan Mata Kuliah
Mata kuliah ini membahas tentang ekonomi moneter sebagai salah satu bentuk
kajian yang memberikan pemahaman dan mampu menguasai materi secara teoritis,
mengembangkan konsep ekonomi moneter, menganalisis serta mengembangkan
berbagai pemahaman yang termasuk dalam ekonomi moneter.
Tujuan pembelajaran ini merupakan mencapai proses kegiatan yang ditata dan
diatur sedemikian rupa dengan berdasarkan kepada berbagai aspek baik menyangkut
aspek hakikat pengetahuan yang luas. Selain itu dalam pembahasan modul yang
berjudul “Bank Sentral” Maka diharapkan untuk pembaca mampu mengasah
pengetahuan, menganalisis dan pemahaman dalam materi tersebut dan juga dari
hasil penulisan pada modul diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan para
pembaca.
Ekonomi Moneter
1
1.4. Susunan Judul Modul dan Keterkaitan antar Modul
Judul Pembahasan
Bank Sentral
1. Bank Sentral
1.1. Sejarah Bank Sentral
1.2. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia
1.3. Bank Indonesia dan Inflation Targeting
1) Bacalah dan pahami dengan baik uraian materi yang disajikan pada masing-
masing kegitan pembelajaran.
2) Kerjakan semua tugas formatif utnuk mengetahui seberapa besar kepahaman
terhadap materi.
3) Pelajari dan tinjau kembali jika dirasa ada kurang dipahami dan di mengerti.
Ekonomi Moneter
2
2. Komponen Isi Modul
2.1. Pendahuluan
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai Bank Sentral, bagian ini menjadi sangat
penting karena Bank Sentral merupakan lembaga yang memiliki peranan strategis dalam
perekonomian suatu negara,karena lembaga tersebut umumnya diberi mandat berupa tanggung
jawab merumuskan dan menjalankan kebijakan moneter di suatu negara. Melalui kebijakan
moneter,Bank Sentral berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor
perbankan dan sistem keuangan secara keseluruhan.
Di Indonesia, fungsi Bank Sentral diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI).Sebagai
Bank Sentral, Bl diberikan mandat untuk mewujudkan dan memelihara stabilitas moneter
(harga) yang salah satunya dilihat dari inflasi yang rendah dan stabit (UU No.23/1999 yang
kemudian diamandemen menjadi UU No.3/2004 tentang BI). Artinya, Bł berusaha agar
mewujudkan tujuan akhir kebijakan moneter yaitu tingkat inflasi terkendali dan selalu berada
pada nilai yang serendah mungkin atau pada posisi yang optimal bagi perekonomian. Untuk
mencapai tujuan tersebut, BI memiliki berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk
merumuskan dan menjalankan kebijakan moneter.
Sebagaimana penjelasan sebulumya bahwa Bank Sentral di suatu negara memiliki
peran penting dalam menjalankan kebijakan di bidang moneter, misalnya Bank Sentral
Amerika Serikat (The Fed) mengambil langkah-langka yang berkaitan dengan perubahan
penyaluran kredit, tingkat suku bunga dan kontrol terhadap jumlah uang beredar. Pada saat
perekonomian AS mengalami. stagnasi yang ditandai dengan tingkat pengangguran yang tinggi
seperti yang terjadi di tahun 1990-an, maka The Fed menempuh kebijakan moneter yang
bersifat stimulatif. Untuk kebijakan tersebut, instrumen kebijakan yang dipergunakan adalah
menyediakan kredit bank yang lebih besar untuk masyarakat. Kebjakan tersebut
mengakibatkan turunnya tingkat bunga dan meningkatnya jumlah uang beredar yang
selanjutnya mendorong permintaan masyarakat akan barangdan jasa yang pada akhirnya dapat
mendorong pertumbuhan ekoomi dan penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak.
Jika terjadi sebaliknya yaitu perekonomian dalam keadaan permintaan yang berlebihan
dan terjadi kenaikan tingkat harga-harga umum (inflasi), maka bank sentral (The Fed) akan
mengambil langkah-langkah untuk menekan pengeluaran agregat dengan cara menerapkan
instrumen kebijakan berupa pengurangan jumlah kredit dan jumiah uang beredar serta
mendorong meningkatnya suku bunga, seprti yang dilakukan pada tahun 1994 ketika
perekonomian AS mendekati kesemptan kerja penuh (full employment) dan tekanan inflasi
terasa semakin berat, The Fed meningkatkan suku dan mengerem pertumbuhan kredit bank dan
Ekonomi Moneter
3
jumlah uang beredar(Puspopranoto,2004:3).
Jika jumlah uang beredar di suatu negara meningkat lebih cepat dibandingkan dengan
kemampuannya dalam menambah produksi (pasokan barang dan jasa) dan berlangsung dalam
jangka waktu yang relatif lama, maka akan terjadi peningkatan harga-harga umum atau yang
lazim disebut sebagai inflasi. Inflasi definisikan sebagai kenaikan tingkat harga-harga umum
yang terus menerus di suatu negara. Penyebab inflasi yang paling mendasar adalah adanya
kenaikan yang berlebihan dari belanja barang dan jasa. Ekspansi yang cepat dari jumlah uang
beredar pada umumnya mengakibatkan kenaikan yang cepat dalam pengeluaran untuk belanja
barang dan jasa. Hubungan antara pertumbuhan jumah uang beredar dan rata-rata tingkat
Inflasi dapat djelaskan dengan menggunakan Teori Kuantitas Uang yang dikembangkan oleh
Irving Fisher,teori tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan (korelasi) langsung antara
pertumbuhan jumlah uang beredar dengan kenaikan tingkat harga-harga umum (inflasi).
Puspopranoto(2004:3) menyatakan bahwa korelasi tersebut bersifat positif dan kuat namun
tidak sempuma, karena faktor-faktor lain di luar pertumbuhan jumlah uang beredar juga
memengaruhi perilaku tingkat harga .
Informasi mengenai perubahan kebijakan moneter menjadi sangat penting dan selalu
menjadi perhatian bagi seluruh pelaku ekonomi. Misalnya,pernyataan Gubenur BI pada
tanggal 18 Mei 2004 bahwa jika tekanan inflasi terus-menerus berlangsung, maka akan ada
kenaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (rSBI). Akibat dari pernyataan tersebut nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi stabil dan harga saham meningkat yang
sempat melemah setelah adanya informasi perubahan kebijakan moneter oleh bank sentral
Amerika Serikat (Federal Reserve Bank).
Setiap perubahan kebijakan bank sentral akan direspons baik oleh perubahan perilaku
perbankan maupun pelaku dunia usaha lainnya. Perubahan perllaku tersebut akhirnya akan
tercermin dalam perubahan jumtah uang beredar, suku bunga, nilai tukar dan ekspektasi para
pelaku ekonomi (Blinder,1998:6).Perubahan-perubahan tersebut menggambarkan suatu
mekanisme yang dalam teorl ekonomi moneter inamakan mekanisme transmisi kebijakan
moneter. Karena menyangkut perubahan perilaku dan ekspektasi masyarakat, maka transmisi
kebijakan moneter merupakan proses yang bersifat kompleks dan sulit diprediksi. Untuk alasan
itu, para ahli ekonomi maneter sering menggambarkan proses transmisi moneter sebagai
"kotak hitam" yang penuh dengan teka-teki.Uraian lengkap mengenai topik ini dapat disimak
pada Bab 7.
Ekonomi Moneter
4
2.2. Kegiatan Belajar
a. Uraian Materi 1
Ekonomi Moneter
5
Pada zaman dahulu alat tukar yang digunakan adalah uang yang memiliki nilai
intrinsik yang sama dengan nilai material uang tersebut. Namun, seiring dengan
berkembangnya perdagangan dan perekonomian, alat tukar berupa logam mengalami
keterbatasan karena bahan baku (sumber daya) untuk mencetak jenis uang tersebut
terbatas jumlahnya.Jika jumlah uang terbatas, maka akan dapat menghambat kegiatan
perdagangan dan perekonomian di suatu negara. Untuk alasan itu, maka diciptakanlah
sistem uang kertas yang nilainya dijamin oleh suatu badan penjamin sekaligus sebagai
penyimpan yang dinamakan "bank, dimana uang kertas yang dikeluarkan oleh bank
dijamin memiliki nilai yang sama atau dijanjikan akan memiliki nilai beberapa kali
lebih besar terhadap emas atau uang logam yang di simpan oleh si
nasabah/masyarakat pada waktu mendatang atau pada masa yang ditentukan
(http://id.wikipedia.org).
Ironisnya pada saat itu, masing-masing bank membuat aturan dan jenis-jenis
jaminan/uang kertasnya sendiri-sendiri, kondisi tersebut berpotensi merugikan
masyarakat karena belum ada aturan perbankan yang memastikan tidak adanya
penyimpangan (mal praktik perbankan) atau aturan yang tidak adil,misalnya suatu
ketika seorang nasabah berniat untuk mengambil kembali emas atau uang logam yang
disimpan di suatu bank dengan cara menukar kembali uang kertas yang dia dapat dari
bank tersebut temyata harus kecewa karena uang logam yang dia terima temyata lebih
sedikit dari yang dijanjikan atau bahkan lebih kecil dari jumlah yang sama dari yang
pemah ia simpan ke bank tersebut.
Untuk alasan itu, keberadaan bank sentral menjadi sangat urgen. Dimana Bank
sentral didirikan dengan tujuan untuk memastikan adanya satu jenis mata uang kertas
yang sama dan berlaku di suatu negara tersebut. Bank Sentral memastikan bahwa
uang yang dikeluarkan memiliki nilai yang stabil dan dapat dipercaya karena dijamin
oleh negara dan dapat dipergunakan secara terus menerus oleh masyarakat dalam
menjalankan aktivitas perekenomiannya di negara tersebut (http://id.wlkipedia.org).
Melalui Kebijakan moneter, Bank Sentral dapat mengontrol jumlah uang
beredar.Kebijakan moneter suatu Bank Sentral dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua)
bagian utama, yaitu: (1). Kebijakan moneter yang ketat (kontraktif) dan (2). Kebijakan
moneter yang longgar (ekspansif). Kebijakan moneter kontraktif didesain untuk
menekan laju perekonomian, kebijakan tersebut umumnya dilaksanakan pada saat
jumlah uang beredar dianggap lebih banyak dibandingkan dengan jumlah yang
ditetapkan atau perekonomian mengalami tekanan inflasi. Sedangkan kebijakan
moneter ekspansif didesain untuk memberikan stimulus bagi perekonomian. Artinya,
Ekonomi Moneter
6
penerapan kebijakan moneter harus mengacu pada kondisi perekonomian, sehingga
jumlah uang beredar akan berada pada suatu jumlah yang telah ditetapkan oleh
otoritas moneter.
Jika ditinjau dari sejarah, maka bank sentral bukanlah suatu lembaga yang
sejak awal didirikan dengan tujuan menjalankan fungsinya sebagai bank sentral.
Hingga awal abad ke-20 belum ada konsepsi yang jelas mengenai bank
sentral.Konsepsi tersebut baru berkembang setelah mengalami proses panjang dan hal
tersebut bukan merupakan suatu proses yang disengaja diarahkan pada terbentuknya
konsep bank sentral, akibatnya tidak terdapat teknik yang sistematis dan konsisten ke
arah terbentuknya bank sentral (http://id.wikipedia.org).
Perkembangan ke arah bank sentral berawal dari adanya suatu bank sentral
yang secara bertahap melaksanakan berbagai macam posisi, baik sebagai lembaga
pemerintah, maupun non-pemerintah yang kita namakan bank sentral. Posisi yang
dimaksud antara lain: (i). Hak untuk mengeluarkan uang (partial monopoly), (ii).
Bertindak sebagai banker dan agen pemerintah. Bank dengan posisi seperti itu dikenal
sebagai bank of issue atau national bank. Selanjutnya bank di berbagai negara
memperaleh kekuasan yang lebih luas, sehingga dinamakan "Central Bank'.
Bank Sentral swedia (the Riskbank of Sweden) adalah bank sentral yang
pertama kali didirikan, tapi bank sentral Inggris (Bank of England) merupakan bank
issue pertama yang memperoleh posisi sebagai bank sentral dan mengembangkan
dasar-dasar "the art of central banking”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
bank sentral Inggris secara umum diterima sebagai gambaran evolusi dasar-dasar dan
teknik central banking. Salah satu bank sentrai yang tertua adalah bank sentral inggris
yang benama Bank of England (Matthews and Thompson, 2005:206). Nama- nama
negara dan Bank Sentralnya terangkum pada Tabel 4.1.
Ekonomi Moneter
7
b. Uraian Materi 2
Ekonomi Moneter
8
Sejak berlakunya Undang-Undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1
Juli 1953, maka bangsa Indonesia telah memiliki sebuah lembaga bank sentral
dengan nama Bank Indonesia (BI). Bi secara resmi menjadi bank sentral
menggantikan fungsi De Javasche Bank (DJB). DJB didirikan pada tahun 1827
selanjutnya dinasionalisasi pada tahun 1951 dan dibubarkan pada tahun 1953. Pada
tahun 1946 pemerintah mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI)yang langsung
beroperasi sebagai bank sentral.Fungsi tersebut dikembalikan dan dijalankan oleh
DJB dalam kurun waktu 1949 1953. Dengan diterapkan Undang-Undang No.11
Tahun 1953, maka BI secara resmi menggantikan fungsi DJB sebagai bank sentral
di Indonesia.
Pada tahun 1965 pemerintah melakukan reorganisasi bank pemerintah, Bl
bersama-sama bank pemerintah lainnya dilebur menjadi bank tunggal dengan nama
Bank Negara Indonesia (BNI). BNI Unit berfungsi sebagai bank sentral dan
sekaligus sebagai bank sirkulasi dan bank umum.Meskipun terjadi pergantian bank
menjadi bank sentral ataupun perubahan nama, termyata hubungan utamanya
dengan pemerintah tidak berubah (Rizky dan Majidi, 2008: 53). Jika dilihat dari
kedudukannya pada era Soekarno,ternyata bank sentral merupakan bagian dari
pemerintah, baik pada saat diemban oleh BNI 1946, DJB, Bl maupun BNI Unit l.
Bagaimana kedudukan BI di era Soeharto?. Kedudukan pokok BI di era
Soeharto tidak banyak berubah dibanding dengan era sebelumnya. UU No. 13
Tahun 1968 secara eksplisit menjelaskan bahwa status dan peranan BI adalah
membantu Pemerintah dalam melaksanakan kebijakan moneter yang disusun dan
ditetapkan oleh Dewan Moneter. Dewan Moneter bertanggung jawab kepada
Presiden, sekaligus pelaksana dani keojakan yang ditentukan oleh Presiden (Rizky
dan Majidi, 2008: 54).
Status dan peranan Bl seperti itu oleh banyak kalangan dipandang sudah
tidak sesuai dengan kondisi terkini dan dianggap sebagai salah satu penyebab dan
lambatnya pemulihan perekonomian Indonesia dari krisis moneter. Untuk alasan
itu, maka diperlukan bank sentral yang independen. Pembahasan mengenai
independensi Bl mencuat secara meluas setelah Presiden BJ Habibie
mengumumkan susunan Kabinet Repormasi Pembangunan dengan secara eksplisit
menyebutkan dan mengembalikan ketentuan yang berlaku sebelum 1983, yaitu
tidak memberikan kedudukan Menteri Negara kepada Gubemur Bl, berbeda dengan
seorang menteri, bukan pembantu presiden dalam kedudukannya sebagai kepala
pemerintahan(Djiwandono, 1998).
Ekonomi Moneter
9
Pembahasan tentang independensi bank sentral sebenamya sudah cukup
lama mengemuka, meskipun masih terbatas di dalam berbagai seminar dan rapat
kerja Gubenur BI dengan DPR RI. Diskusi mengenai independensi menjadi
semakin santer dengan refomasi ekonomi untuk mengatasi krisis yang menjadi
berkepanjangan. Awal permasalahan perlunya bank sentral yang independen hanya
dikemukakan dalam pembahasan yang menghasilkan program ekonomi dengan
dukungan IMF akhir Oktober 1997, kemudian disebutkan secara eksplisit sebagai
salah satu butir dari 50 butir kesepakan dengan IMF pada pertengahan Januari
1998. Butir tersebut direalisasikan dengan dikeluarkannya Keppres tentang
independensi Bl dalam penentuan suku bunga dan menjadi butir program untuk
merubah UU tentang Bank Sentral (Djiwandono, 1998).
Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun 2000 Indonesia belum
sepenuhnya pulih dari krisis moneter yang kemudian berlanjut menjadi krisis
ekonomi serta krisis multidimesional telah memberi pelajaran berharga berupa
kesadaran tentang perlunya meredefenisi penerapan kebijakan moneter dan
kedudukan Bi dalam perekonomian Indonesia. Kredibilitas BI sebagai Bank Sentral
merosot tajam pada masa krisis, karena digunakan sebagai instrumen oleh
pemerintah untuk menyelamatkan bank-bank umum yang sebagian besar dimiliki
oleh para. konglomerat yang dekat dengan kekuasan. Kredibilitas BI semakin
terpuruk ketika dana yang disalurkan ke bank-bank umum tidak digunakan secara
benar oleh para pemilknya, yang pada akhirnya bermuara pada kasus 8LBI yang
sampai sekarang penyelesaian tidak jelas.
Sadar akan merosotnya kredibilitas BI dan kegagalan kebijakan moneter
yang bersasaran ganda.Pemerintah RI dibawah Presiden BJ. Habibie mengambil
inisiatif untuk meletakkan kembali kedudukan Bi pada posisi yang sebenamya.
Usaha tersebut terwujud dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 sebagai
pengganti UU No.13 tahun 1968 Tentang Bank Sentral. Namun perlu diketahui
bahwa hal itu merupakan hasil tekanan IMF yang tertuang dalam LOI tanggal 29
Juli 1998, serta disetujui oleh DPR. Pada tanggal17 Mei 1999 ditetapkan UU No.23
tahun 1999 tentang Bl.
Dengan UU yang baru, Bl menentukan kebijakan moneternya sendiri, tidak
perlu mendapat persetujuan dan tidak dapat dibatalkan oleh pemerintah.Seluruh
ikatan langsung antara BI dan pemerintah benar-benar dihapuskan, misalnya
pemberian likuidtas untuk program tertentu dalam KUT, dana operasi BULOG
serta BI tidak diperbolehkan membeli obligasi pemerintah di pasar primer yang
Ekonomi Moneter
10
bertujuan untuk mencegah kemungkinan BI menjadi kasir dari defisit anggaran
pemerintah.Artinya, dengan UU No. 23/1999 membawa implikasi yang sangat
penting, karena Bl diberikan independensi dalam menjalankan kebijakan moneter.
Dengan UU yang baru,BI menjadi lembaga yang independen dan bebas dari
intervensi, baik dari pemerintah maupun legislatif.
Berbeda dengan UU yang lama, dimana BI dibebani tugas kebijakan
moneter yang bersasaran ganda (multiple objectives). UU yang baru hanya
memberikan satu tugas kepada Bl yaitu menjaga stabilitas Ruplah. BI diamanatkan
untuk mengarahkan kebijakannya kepada pencapaian sasaran inflasi.Dalam
terminologi kebijakan moneter, arahan UU yang baru tersebut adalah mencapai
sasaran inflasi.
UU No.23/1999 memberikan independensi kepada BI berupa goal
independency yaitu suatu keadaan dimana besaran sasaran inflasi yang harus
dicapai oleh Bl, ditetapkan sepenuhnya oleh Bl sendiri.Pada perkembangan
selanjutnya, bentuk independensi seperti ini menimbulkan kontroversi dan
mendapat resistensi yang luas di masyarakat. Publik memandang bahwa BI kurang
objektif karena menetapkan target untuk dirinya sendiri, sementara yang harus
mewujudkan/menjalankan adalah juga BI (Ismail, 2006). Di samping
itu,kewenangan BI untuk menetapkan besaran inflasi secara sepihak, dinilai terlalu
berlebihan oleh banyak kalangan (publik). Artinya, bentuk independensi seperti ini
mendapat resistensi oleh banyak kalangan.
Kuatnya tekanan publik kepada Bl, kemudian mendorong DPR RI untuk
melakukan amandemen terhadap UU No. 23/1999 yang menghasilkan UU
No.03/2004 tentang BI. Amandemen ini tidak mengubah hal-hal pokok dalam UU
No. 23/1999. Status dan kedudukan BI, Tugas dan Wewenang BI secara substansial
tidak mengalami perubahan (Rizky dan Majidi, 2008:55). Artinya, meskipun terjadi
perubahan UU,BI tetap menjadi lembaga yang independen, hanya saja, bentuk
independensinya berbeda, yaitu dari semula goal independency menjadi
intrumental independency. Intrumental independency adalah keadaan dimana BI
memiliki kewenangan penuh untuk menentukan instrumen-instrumen apa yang
akan digunakan dalam mewujudkan tujuan akhir kebijakan moneter.
Ekonomi Moneter
13
tentang Penatausahaan Penerbitan Surat Utang Negara(SUN) dalam rangka
penyehatan perbankan)
2. Kejaksaan Agung & Kepolisian Negara: SKB tentang kerjasama penanganan
tindak pidana di bidang perbankan
3. Kepolisian Negara RI dan Badan Intelijen Negara:MoU tentang Pemberantasan
uang palsu
4. Menkokesra, Kementerian Koperasi dan UKM: MoU bidang Pemberdayaan
dan Pengembangan UMKM
5. Perhimpunan Pedagang SUN(Himdasun):MoU tentang Penyusunan Master
Repurchase Agreement(MRA)
6. Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubemur Bank Indonesia tentang
Koordinasi Pengelolaan Uang Negara (http://www.bi.go.id)
Babak baru dalam sejarah BI sebagai Bank Sentral yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika UU No. 23/1999 tentang Bl,
dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diamandemen
menjadi UU NO.3/2004. UU ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu
lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain. Kecuali untuk hal-hal
yang secara tegas diatur dalam UU tersebut.
BI mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan
setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang
tersebut.Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank
Indonesia,dan Bl juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi
dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. Status dan kedudukan yang khusus
tersebut diperlukan agar BI dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai
otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien(http://www.bi.go.id).
Ekonomi Moneter
14
pelaksanaan tugasnya.
BI memiliki kedudukan khusus dalam struktur ketatanegaraan Republik
Indonesia. Kedudukan BI tidak sejajar dengan Lembaga Tinggi Negara. Namun
kedudukan BI juga tidak sama dengan departemen, karena kedudukannya berada di
luar struktur pemerintahan. Oleh UU No.3 Tahun 2004,BI dinyatakan sebagai
Badan Hukum.Makna Badan Hukum disini mencakup Badan Hukum Publik dan
Badan Hukum Perdata.Sebagai Badan Hukum Publik,BI berwewenang menetapkan
peraturan-peraturan yang mengikat masyarakat luas sesuai dengan tugas dan
wewenangnya. Sedangkan sebagai Badan Hukum Perdata,Bl dapat bertindak untuk
dan atas namanya sendiri di dalam dan di luar pengadilan.
Karena sebagai Badan Hukum, maka BI memiliki kewenangan penuh
dalam mengelola kekayaannya sendiri dan dilaksanakan secara terpisah dan
terlepas dari APBN (BI memimilik kewenangan dalam mengelola anggarannya
yang meliputi belanja barang dan gaji pegawainya). Dalam hal-hal pokok, kegiatan
BI harus mendapat persetujuan DPR, dan adanya audit oleh BPK.
Ekonomi Moneter
17
1.8. Akuntablitas Bank Indonesia
Undang-Undang Bank Indonesia No. 23/1999 yang kemudian
diamandemen menjadi ndang-Undang No.3 Tahun 2004 Tentang BI menuntut
adanya akuntabilitas dan transparansi dalam setiap pelaksanaan tugas, wewenang
dan anggaran BIl. Akuntabilitas dan transparansi yang dituntut dari Bl tersebut
dimaksudkan agar semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) dapat ikut
melakukan pengawasan terhadap setiap langkah kebijakan yang ditempuh oleh Bl.
Jika dilihat dari segi pelaksanaan tugas dan wewenang,maka prinsip
akutabilitas dan transparansi diterapkan dengan cara menyampaikan informasi
kepada masyarakat luas secara terbuka melalui media massa, pada setiap awal
tahun,mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter pada tahun sebelumnya,
serta rencan kebijakan moneter dan penetapan sasaran-sasaran moneter untuk tahun
yang akan datang. Informasi tersebut juga disampaikan secara tertulis kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sejalan dengan fungsi pengawasan
yang diemban oleh DPR, maka BI juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan
perkembangan pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR setiap triwulan
atausewaktu-waktu bila diminta oleh DPR.
Guna tercapainya transparansi di bidang anggaran, B1 berkewajiban
menyampaikan anggaran tahunannya kepada DPR.Laporan Keuangan Tahunan Bl
juga disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diteliti dan
diumumkan kepada masyarakat melalui media massa. BI juga diwajibkan
menyusun neraca singkat mingguan yang diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Di samping itu, untuk meningkatkan transparansi, maka BI secara berkala
menerbitkan berbagai publikasi seperti Laporan Mingguan, Statistik Ekonomi
Keuangan Indonesia Bulanan,Tinjauan Kebijakan Moneter Bulanan,Perkembangan
Ekonomi dan Moneter Triwulanan, Laporan Triwulanan Perkembangan Kebijakan
Moneter, dan Laporan Tahunan.BI juga telah mempunyai homepage sendiri yakni
http://www.bi.go.id yang dapat diakses oleh siapa saja yang ingin memperoleh
informasi mengenai Bank Indonesia (BI, 2010).
Ekonomi Moneter
18
c. Uraian Materi 3
Ekonomi Moneter
20
Ekonomi Moneter
21
2.3. Rangkuman
1. Tugas Bank Indonesia adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank untuk
mencapai tujuan memelihara kestabilan nilai rupiah.
2. Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah di amandemen dengan UU No. 3
Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009, Bank Indonesia mempunyai tujuan tunggal yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini terdiri atas dua
aspek yaitu kestabilan terhadap barang dan jasa serta kestabilan terhadap mata uang negara
lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur dengan atau tercermin pada
perkembangan laju inflasi.
3. Kedudukan Bank Indonesia dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia merupakan
lembaga negara yang independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara seperti Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Mahkamah Agung (MA).
Selain itu kedudukan Bank Indonesia tidak sama dengan Departemen karena Bank Indonesia
berkedudukan di luar pemerintah.
4. Bank Indonesia bertindak sebagai kasir pemerintah, di mana penerimaan dan pengeluaran
Pemerintah dilakukan melalui rekeningnya yang disimpan di Bank Indonesia. Selain itu Bank
Indonesia untuk dan atas nama Pemerintah dapat menerima pinjaman luar negeri,
menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan pemerintah terhadap
pihak luar negeri.
5. Kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional yang dilakukan oleh Bank Indonesia
selama ini meliputi: (1) intervensi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing, (2)
penyelesaian transaksi lintas negara, (3) hubungan koresponden, (4) tukar-menukar informasi
mengenai hal-hal yang terkait dengan tugas-tugas selaku bank sentral, (5) pelatihan dan
penelitian di bidang moneter dan sistem pembayaran. Keanggotaan Bank Indonesia dalam
lembaga internasional ini dapat atas nama Bank Indonesia atau atas nama
pemerintah/mewakili pemerintah Republik Indonesia.
6. Bank sentral dapat dikatakan sebagai suatu lembaga keuangan yang mendapat tugas di
bidang ekonomi suatu negara, khususnya dalam mengelola kebijakan moneter. Di
samping tugas di bidang moneter, bank sentral juga mendapat tugas dalam bidang
perbankan dan lembaga keuangan non bank serta di bidang sistem pembayaran,
dengan sasaran menjaga stabilitas sistem keuangan.
7. Tugas, fungsi dan tujuan bank sentral mengalami evolusi sejalan dengan dinamika
sosial, ekonomi dan politik suatu negara. Pada umumnya bank sentral berasal dari
bank komersial yang kemudian berkembang menjadi bank sentral. Namun demikian,
ada lembaga yang langsung didirikan sebagai bank sentral. Tugas bank sentral ada
Ekonomi Moneter
22
yang luas dan sempit yang mempengaruhi tujuan yang hendak dicapai oleh bank
sentral. Tujuan bank sentral ada yang jamak dan ada yang tunggal, namun saat ini
cenderung pada bank sentral yang bertujuan tunggal, yaitu menjaga dan memelihara
kestabilan nilai mata uangnya.
8. Dalam melaksanakan tugasnya, kebijakan bank sentral dapat dilihat dari sisi makro
ekonomi yaitu kestabilan harga dalam perekonomian secara keseluruhan dan dari sisi
mikro ekonomi yaitu kestabilan kondisi suatu lembaga keuangan.
Ekonomi Moneter
23
2.4. Tes formatif
1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi tugas dan peran bank sentral
perkembangan ....
a. Ekonomi dan keuangan
b. Ilmu dan teori ekonomi
d. Sosial dan politik
d. Sosial politik, ilmu dan teori ekonomi, dan perkembangan perekonomian
2. Suatu lembaga dapat dikatakan sebagai bank sentral apabila memiliki peran yang
paling utama sebagai ....
b. Penyelenggara sistem pembayaran
b. Pengatur dan pengawas bank
c. Penjaga stabilitas moneter
d. Penjaga kestabilan harga dan the lender of the last resort
4. Peran bank sentral dalam mengawasi dan menjaga stabilitas sistem keuangan
merupakan penjabaran peran dan tugas bank sentral melalui pendekatan ....
a. Macroprudential
b. Makro ekonomi
c. Microprudential
d. Mikro ekonomi
5. Tugas bank sentral dalam menjaga stabilitas harga merupakan penjabaran melalui
pendekatan ....
a. Makro ekonomi
b. Macroprudential
c. Microprudential
d. Mikro ekonomi
Ekonomi Moneter
24
b. Latihan Essay
Ekonomi Moneter
25
2.5. Kunci jawaban tes formati
a. Jawaban Pilihan Ganda
c) Kebijakan Perbankan:
(1) Menetapkan peraturan;
(2) Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu
dari bank;
(3) Mengawasi bank baik secara individual maupun sebagai sistem perbankan;
(4) Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Ekonomi Moneter
27
2.6. Glosarium
Bank Sentral : Sebuah bank tempat bank-bank lain menaruh dana (rekening) dan
mempergunakan dana tersebut untuk penyelesaian akhir (settlement) dari transaksi
antarbank.
Bank Indonesia : Bank Sentral Republik Indonesia yang bertujuan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai Rupiah.
Bank Garansi : Jaminan pembayaran yang diberikan kepada pihak penerima jaminan,
apabila pihak yang dijamin tidak memenuhi kewajiban.
Banknotes : Uang kertas asing yang merupakan alat pembayaran yang sah di negara
penerbit, namun merupakan “barang dagangan” di negara lain (termasuk Indonesia).
Cek : Surat berharga atau alat transaksi pembayaran yang diterbitkan oleh bank sebagai
pengganti uang tunai. Dikeluarkan oleh bank apabila penabung mempunyai rekening
Giro.
Credit card : Merupakan alat pembayaran dengan cara kredit, dimana seseorang dapat
melakukan transaksi pembayaran tanpa menggunakan uang cash.
Dana Pensiun : Badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun.
Debit card : Merupakan sejenis kartu plastik yang dapat berfungsi sebagai pengganti
pembayaran dengan uang tunai.
Deposito : Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilaku kan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
Ekonomi Moneter
28
Deposito Berjangka : Merupakan simpanan yang pencairannya dilakukan berdasarkan
jangka waktu tertentu
Giro : Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan.
Ekonomi Moneter
29
2.7. Daftar pustaka
Boyes,William J,1991.Macroeconomics:Intermediate Theory and Policy, 3rd
Edition,Ohio:South Western Publishing Company.
Cook, Paul and Kirkpatrick, 1990. Macroeconomics for Developing Countries.:New
York:Hasvester Wheatsheaf.
De Bondt,G.J,2000.Financial Structure and Monetary Transmission in
Europe.London:Edward Elgar
Dornbusch, Rudiger, Fisher, Stanley, Startz, Richard, 2004. MakroEkonomi. Edisi
Bahasa Indonesia. Diterjemahkan oleh Yusuf Wibisono dan Roy Indra Mizaruddin.
Jakarta:PT.Media Global Edukasi Indonesia.
Djiwandono,1998.Independensi Bank Sentral Dan Pengelolaan Ekonomi. Makalah
Disampaikan Pada Seminar Mencari Format Ideal Independensi Bank
Indonesia,diselenggarakan oleh Forum Diskuai Wartawan Keuangan dan Moneter
(FORKEM),Jakarta 12 Juli 1998.
Indrawati,Sri Mulyani,1988.Teori Moneter.Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Manurung dan Rahardja.2004.Uang,Perbankan dan Ekonomi Moneter (Kajian
Kontekstual Indonesia). Jakarta: Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Mattews,Kent and Thompson,Jhon.2005.The Economics of Banking.San
Fransisco:Jhon Wiley & Son Inc
Mishkin,2004.The Economics of Money,Banking and Financial Markets.Seventh
Edition.Intemational Edition,New York:Pearson Addison Wesley Longman.
Puspopranoto,Sawaldjo,2004.Keuangan,Perbankan dan Pasar Keuangan: Konsep, Teori
dan Realita.Jakarta:LP3ES
Rizky,Tawalil dan Majidi,Nasyith.2008.Bank Bersubsidi Yang Membebani.
Jakarta:Penerbit E Publishing Company.
Satria,Dias.2008.Keuangan intemasional:Explaining the Financial Crisis.
Malang:Bayumedia Publishing
Undang-Undang No.23 tahun 1999 Tentang Bl:Bandung:Citra Umbara.
Undang-Undang No.3 tahun 2004 Tentang Bl:Bandung:Citra Umbara.
Reference On Line:
http://www.bi.go.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_sentra
Ekonomi Moneter
30
Ekonomi Moneter
31