Anda di halaman 1dari 34

MODUL

PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Rahmattullah, M.Pd.

BANK SENTRAL
Disusun Oleh :
Kelompok 4

2. Nining Arifah 2010113220001


3. Norjanah 2010113320002
4. Siti Hadijah 2010113120009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN

Tahun 2021)
MODUL
KELOMPOK 4
Mata Kulliah Ekonomi Moneter

Program Studi : S1 Pendidikan Ekonomi ULM


Nama Dosen : Dr. Muhammad Rahmattullah, M.Pd.

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan untuk mampu mendefiniskan dan mengetahui apa saja pengertian dari
Bank Sentral sehingga dapat mampu mengetahui Sejarah Bank Sental, Bank Indonesia
sebagai Bank Sentral di Indonesia, serta Bank Indonesia dan Inflation Targeting.

Hasil yang diharapkan setelah belajar


Mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang Bank Sental sehingga hal ini bisa dapat berguna
dan menjadi pengetahuan serta pembekalan bagi seseorang kedepannya.

Pokok Pembahasan
Bank Sentral

Sub Pokok Pembahasan : 1. Sejarah Bank Sental


2. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia
3. Bank Indonesia dan Inflation Targeting

Ekonomi Moneter
i
DAFTAR ISI

1. Tinjauan Mata Kuliah ................................................................................................... 1


1.1 Deskripsi Mata Kuliah ............................................................................................ 1
1.2 Kegunaan Mata Kuliah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembelajaran Umum .................................................................................. 1
1.4 Susunan Judul Modul dan Keterkaitan antar Modul ................................................ 2
1.5 Metode Penelitian ................................................................................................... 2
1.6 Petunjuk Umum ..................................................................................................... 2

2. Komponen Isi Modul ..................................................................................................... 3


2.1. Pendahuluan ............................................................................................................. 3
2.2. Kegiatan Belajar ....................................................................................................... 5
2.3. Rangkuman ............................................................................................................ 22
2.4. Tes Formatif ........................................................................................................... 24
2.5. Kunci Jawaban Tes Formatif .................................................................................. 26
2.6. Glosarium............................................................................................................... 28
2.7. Daftar Pustaka ........................................................................................................ 30

Ekonomi Moneter
ii
1. Tinjauan Mata Kuliah

1.1. Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah ini membahas tentang ekonomi moneter sebagai salah satu bentuk
kajian yang memberikan pemahaman dan mampu menguasai materi secara teoritis,
mengembangkan konsep ekonomi moneter, menganalisis serta mengembangkan
berbagai pemahaman yang termasuk dalam ekonomi moneter.

1.2. Kegunaan Mata Kuliah

Melalui mata kuliah ekonomi moneter ini diharapkan mahasiswa mampu


mengasah pengetahuan, menganalisis dan pemahaman dalam materi tersebut.

1.3. Tujuan Pembelajaran Umum

Tujuan pembelajaran ini merupakan mencapai proses kegiatan yang ditata dan
diatur sedemikian rupa dengan berdasarkan kepada berbagai aspek baik menyangkut
aspek hakikat pengetahuan yang luas. Selain itu dalam pembahasan modul yang
berjudul “Bank Sentral” Maka diharapkan untuk pembaca mampu mengasah
pengetahuan, menganalisis dan pemahaman dalam materi tersebut dan juga dari
hasil penulisan pada modul diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan para
pembaca.

Dengan demikian, secara umum ada tiga tujuan pembelajaran yaitu :


1) Untuk mendapatkan pengetahuan
2) Untuk menanamkan konsep dan pengetahuan
3) Untuk membentuk kepribadianyang berwawasan luas

Ekonomi Moneter
1
1.4. Susunan Judul Modul dan Keterkaitan antar Modul

Judul Pembahasan
Bank Sentral

Isi Pokok Pembahasan

1. Bank Sentral
1.1. Sejarah Bank Sentral
1.2. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia
1.3. Bank Indonesia dan Inflation Targeting

1.5. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan untuk pembuatan modul ini dilaksanakan dengan


menggunakan metode kepustakaan (Buku) dan browsing dari internet.

1.6. Petunjuk Umum

Dalam mempelajari mata kuliah khususnya pada Ekonomi Moneter berdasarkan


pembuatan adanya modul ini, maka pentunjuk penggunaannya yaitu :

1) Bacalah dan pahami dengan baik uraian materi yang disajikan pada masing-
masing kegitan pembelajaran.
2) Kerjakan semua tugas formatif utnuk mengetahui seberapa besar kepahaman
terhadap materi.
3) Pelajari dan tinjau kembali jika dirasa ada kurang dipahami dan di mengerti.

Ekonomi Moneter
2
2. Komponen Isi Modul

2.1. Pendahuluan
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai Bank Sentral, bagian ini menjadi sangat
penting karena Bank Sentral merupakan lembaga yang memiliki peranan strategis dalam
perekonomian suatu negara,karena lembaga tersebut umumnya diberi mandat berupa tanggung
jawab merumuskan dan menjalankan kebijakan moneter di suatu negara. Melalui kebijakan
moneter,Bank Sentral berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor
perbankan dan sistem keuangan secara keseluruhan.
Di Indonesia, fungsi Bank Sentral diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI).Sebagai
Bank Sentral, Bl diberikan mandat untuk mewujudkan dan memelihara stabilitas moneter
(harga) yang salah satunya dilihat dari inflasi yang rendah dan stabit (UU No.23/1999 yang
kemudian diamandemen menjadi UU No.3/2004 tentang BI). Artinya, Bł berusaha agar
mewujudkan tujuan akhir kebijakan moneter yaitu tingkat inflasi terkendali dan selalu berada
pada nilai yang serendah mungkin atau pada posisi yang optimal bagi perekonomian. Untuk
mencapai tujuan tersebut, BI memiliki berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk
merumuskan dan menjalankan kebijakan moneter.
Sebagaimana penjelasan sebulumya bahwa Bank Sentral di suatu negara memiliki
peran penting dalam menjalankan kebijakan di bidang moneter, misalnya Bank Sentral
Amerika Serikat (The Fed) mengambil langkah-langka yang berkaitan dengan perubahan
penyaluran kredit, tingkat suku bunga dan kontrol terhadap jumlah uang beredar. Pada saat
perekonomian AS mengalami. stagnasi yang ditandai dengan tingkat pengangguran yang tinggi
seperti yang terjadi di tahun 1990-an, maka The Fed menempuh kebijakan moneter yang
bersifat stimulatif. Untuk kebijakan tersebut, instrumen kebijakan yang dipergunakan adalah
menyediakan kredit bank yang lebih besar untuk masyarakat. Kebjakan tersebut
mengakibatkan turunnya tingkat bunga dan meningkatnya jumlah uang beredar yang
selanjutnya mendorong permintaan masyarakat akan barangdan jasa yang pada akhirnya dapat
mendorong pertumbuhan ekoomi dan penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak.
Jika terjadi sebaliknya yaitu perekonomian dalam keadaan permintaan yang berlebihan
dan terjadi kenaikan tingkat harga-harga umum (inflasi), maka bank sentral (The Fed) akan
mengambil langkah-langkah untuk menekan pengeluaran agregat dengan cara menerapkan
instrumen kebijakan berupa pengurangan jumlah kredit dan jumiah uang beredar serta
mendorong meningkatnya suku bunga, seprti yang dilakukan pada tahun 1994 ketika
perekonomian AS mendekati kesemptan kerja penuh (full employment) dan tekanan inflasi
terasa semakin berat, The Fed meningkatkan suku dan mengerem pertumbuhan kredit bank dan

Ekonomi Moneter
3
jumlah uang beredar(Puspopranoto,2004:3).
Jika jumlah uang beredar di suatu negara meningkat lebih cepat dibandingkan dengan
kemampuannya dalam menambah produksi (pasokan barang dan jasa) dan berlangsung dalam
jangka waktu yang relatif lama, maka akan terjadi peningkatan harga-harga umum atau yang
lazim disebut sebagai inflasi. Inflasi definisikan sebagai kenaikan tingkat harga-harga umum
yang terus menerus di suatu negara. Penyebab inflasi yang paling mendasar adalah adanya
kenaikan yang berlebihan dari belanja barang dan jasa. Ekspansi yang cepat dari jumlah uang
beredar pada umumnya mengakibatkan kenaikan yang cepat dalam pengeluaran untuk belanja
barang dan jasa. Hubungan antara pertumbuhan jumah uang beredar dan rata-rata tingkat
Inflasi dapat djelaskan dengan menggunakan Teori Kuantitas Uang yang dikembangkan oleh
Irving Fisher,teori tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan (korelasi) langsung antara
pertumbuhan jumlah uang beredar dengan kenaikan tingkat harga-harga umum (inflasi).
Puspopranoto(2004:3) menyatakan bahwa korelasi tersebut bersifat positif dan kuat namun
tidak sempuma, karena faktor-faktor lain di luar pertumbuhan jumlah uang beredar juga
memengaruhi perilaku tingkat harga .
Informasi mengenai perubahan kebijakan moneter menjadi sangat penting dan selalu
menjadi perhatian bagi seluruh pelaku ekonomi. Misalnya,pernyataan Gubenur BI pada
tanggal 18 Mei 2004 bahwa jika tekanan inflasi terus-menerus berlangsung, maka akan ada
kenaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (rSBI). Akibat dari pernyataan tersebut nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi stabil dan harga saham meningkat yang
sempat melemah setelah adanya informasi perubahan kebijakan moneter oleh bank sentral
Amerika Serikat (Federal Reserve Bank).
Setiap perubahan kebijakan bank sentral akan direspons baik oleh perubahan perilaku
perbankan maupun pelaku dunia usaha lainnya. Perubahan perllaku tersebut akhirnya akan
tercermin dalam perubahan jumtah uang beredar, suku bunga, nilai tukar dan ekspektasi para
pelaku ekonomi (Blinder,1998:6).Perubahan-perubahan tersebut menggambarkan suatu
mekanisme yang dalam teorl ekonomi moneter inamakan mekanisme transmisi kebijakan
moneter. Karena menyangkut perubahan perilaku dan ekspektasi masyarakat, maka transmisi
kebijakan moneter merupakan proses yang bersifat kompleks dan sulit diprediksi. Untuk alasan
itu, para ahli ekonomi maneter sering menggambarkan proses transmisi moneter sebagai
"kotak hitam" yang penuh dengan teka-teki.Uraian lengkap mengenai topik ini dapat disimak
pada Bab 7.

Ekonomi Moneter
4
2.2. Kegiatan Belajar

a. Uraian Materi 1

1. Sejarah Bank Sentral


Sejarah Bank Sentral erat kaitannya dengan sejarah perkembangan atau
evolusi uang, khususnya uang sebagai alat tukar dalam perdagangan dan mulai
ditemukannya metode perbankan (bank= simpanan dengan kepercayaan/jaminan)
dalam perekonomian dan perdagangan. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh
Hubbard (2005:12) bahwa pada tahap awal pembangunan atau masa pra-barter
manusia belum mengenal transaksi atau pertukaran barang dan jasa antara satu dengan
yang lainnya. Pada masa ini manusia memenuhi kebutuhannya secara mandiri (self-
sufficient). Masyarakat memperoleh makanan dari kegiatan berburu atau mengambil
langsung dari alam, memproduksi bahan-bahan kebutuhannya sendiri.Karena
kebutuhannya relatif sederhana, maka mereka belum membutuhkan bantuan orang
lain. Misalnya, mereka berkebun, bersawah, mencari ikan di laut dan sebagainya
untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Ketika populasi manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin maju,
maka kegiatan interaksi antar sesama manusia juga semakin berkembang. Kebutuhan
manusia juga semakin meningkat, baik dari aspek kuantitas maupun kualltas. Masing-
masing individu tidak mampu lagi memenuhi kebutuhannya sendiri, antara individu
yang satu dengan yang lainnya sudah saling membutuhkan, karena tidak ada lagi
individu yang dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Hal ini terutama
disebabkan oleh keterbatasan waktu maupun keahlian yang mereka miliki. Untuk
alasan itu manusia mencari jalan keluar yakni melakukan pertukaran barang dan jasa
ecara langsung yang disebut barter.
Sejarah mencatat bahwa uang pertama kali dikenal dalam peradaban Sumeria
dan Babylonia yang kemudian berkembang dan berevolusi mengikuti perkembangan
sejarah. Pada awal perkembangannya perekonomian uang masih menggunakan
metode yang sederhana, namun tetap menggunakan prinsip bahwa penggunaan uang
adalah benda yang berharga dan diterima/dipercaya secara umum. Perkembangan
uang dalam perekonomian terus berkembang baik dilihat dari dari bentuk dan
fungsinya. Perkembangan tersebut mencerminkan tingkat kemajuan ekonomi dan
perkembangan teknologi, sehingga uang yang dibuat menjadi semakin baik dan
sempuma.

Ekonomi Moneter
5
Pada zaman dahulu alat tukar yang digunakan adalah uang yang memiliki nilai
intrinsik yang sama dengan nilai material uang tersebut. Namun, seiring dengan
berkembangnya perdagangan dan perekonomian, alat tukar berupa logam mengalami
keterbatasan karena bahan baku (sumber daya) untuk mencetak jenis uang tersebut
terbatas jumlahnya.Jika jumlah uang terbatas, maka akan dapat menghambat kegiatan
perdagangan dan perekonomian di suatu negara. Untuk alasan itu, maka diciptakanlah
sistem uang kertas yang nilainya dijamin oleh suatu badan penjamin sekaligus sebagai
penyimpan yang dinamakan "bank, dimana uang kertas yang dikeluarkan oleh bank
dijamin memiliki nilai yang sama atau dijanjikan akan memiliki nilai beberapa kali
lebih besar terhadap emas atau uang logam yang di simpan oleh si
nasabah/masyarakat pada waktu mendatang atau pada masa yang ditentukan
(http://id.wikipedia.org).
Ironisnya pada saat itu, masing-masing bank membuat aturan dan jenis-jenis
jaminan/uang kertasnya sendiri-sendiri, kondisi tersebut berpotensi merugikan
masyarakat karena belum ada aturan perbankan yang memastikan tidak adanya
penyimpangan (mal praktik perbankan) atau aturan yang tidak adil,misalnya suatu
ketika seorang nasabah berniat untuk mengambil kembali emas atau uang logam yang
disimpan di suatu bank dengan cara menukar kembali uang kertas yang dia dapat dari
bank tersebut temyata harus kecewa karena uang logam yang dia terima temyata lebih
sedikit dari yang dijanjikan atau bahkan lebih kecil dari jumlah yang sama dari yang
pemah ia simpan ke bank tersebut.
Untuk alasan itu, keberadaan bank sentral menjadi sangat urgen. Dimana Bank
sentral didirikan dengan tujuan untuk memastikan adanya satu jenis mata uang kertas
yang sama dan berlaku di suatu negara tersebut. Bank Sentral memastikan bahwa
uang yang dikeluarkan memiliki nilai yang stabil dan dapat dipercaya karena dijamin
oleh negara dan dapat dipergunakan secara terus menerus oleh masyarakat dalam
menjalankan aktivitas perekenomiannya di negara tersebut (http://id.wlkipedia.org).
Melalui Kebijakan moneter, Bank Sentral dapat mengontrol jumlah uang
beredar.Kebijakan moneter suatu Bank Sentral dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua)
bagian utama, yaitu: (1). Kebijakan moneter yang ketat (kontraktif) dan (2). Kebijakan
moneter yang longgar (ekspansif). Kebijakan moneter kontraktif didesain untuk
menekan laju perekonomian, kebijakan tersebut umumnya dilaksanakan pada saat
jumlah uang beredar dianggap lebih banyak dibandingkan dengan jumlah yang
ditetapkan atau perekonomian mengalami tekanan inflasi. Sedangkan kebijakan
moneter ekspansif didesain untuk memberikan stimulus bagi perekonomian. Artinya,
Ekonomi Moneter
6
penerapan kebijakan moneter harus mengacu pada kondisi perekonomian, sehingga
jumlah uang beredar akan berada pada suatu jumlah yang telah ditetapkan oleh
otoritas moneter.
Jika ditinjau dari sejarah, maka bank sentral bukanlah suatu lembaga yang
sejak awal didirikan dengan tujuan menjalankan fungsinya sebagai bank sentral.
Hingga awal abad ke-20 belum ada konsepsi yang jelas mengenai bank
sentral.Konsepsi tersebut baru berkembang setelah mengalami proses panjang dan hal
tersebut bukan merupakan suatu proses yang disengaja diarahkan pada terbentuknya
konsep bank sentral, akibatnya tidak terdapat teknik yang sistematis dan konsisten ke
arah terbentuknya bank sentral (http://id.wikipedia.org).
Perkembangan ke arah bank sentral berawal dari adanya suatu bank sentral
yang secara bertahap melaksanakan berbagai macam posisi, baik sebagai lembaga
pemerintah, maupun non-pemerintah yang kita namakan bank sentral. Posisi yang
dimaksud antara lain: (i). Hak untuk mengeluarkan uang (partial monopoly), (ii).
Bertindak sebagai banker dan agen pemerintah. Bank dengan posisi seperti itu dikenal
sebagai bank of issue atau national bank. Selanjutnya bank di berbagai negara
memperaleh kekuasan yang lebih luas, sehingga dinamakan "Central Bank'.
Bank Sentral swedia (the Riskbank of Sweden) adalah bank sentral yang
pertama kali didirikan, tapi bank sentral Inggris (Bank of England) merupakan bank
issue pertama yang memperoleh posisi sebagai bank sentral dan mengembangkan
dasar-dasar "the art of central banking”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
bank sentral Inggris secara umum diterima sebagai gambaran evolusi dasar-dasar dan
teknik central banking. Salah satu bank sentrai yang tertua adalah bank sentral inggris
yang benama Bank of England (Matthews and Thompson, 2005:206). Nama- nama
negara dan Bank Sentralnya terangkum pada Tabel 4.1.

Ekonomi Moneter
7
b. Uraian Materi 2

1. Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral di Indonesia


Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa Bank Indonesia (BI)
merupakan bank sentral di Indonesia yang bermula sebagai bank komersil yang
kemudian berkembang menjadi bank sirkulasi dan selanjutnya menjadi bank
sentral yang moderen dengan tujuan yang fokus dan independen sesuai dengan
amanat UU No.23/1999 Tentang Bl yang kemudian diamandemen menjadi UU
No.3/2004 Tentang Bl.
Fungsi bank sentral pada masa penjajahan dilakukan oleh De Javasche
Bank yang bertindak sebagai bank sirkulasi dan menjalankan beberapa fungsi bank
sentral lainnya. De Javasche Bank didirikan pada tanggal 24 Januari 1828.Di
samping menjalankan fungsinya sebagai bank sentral, bank tersebut juga
melakukan kegiatan bank umum.Pada masa perjuangan kemerdekaan,Bank Negara
Indonesia (BNI) didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tanggal 5 Juli
1946 sebagai bank sentral pemerintah RI dengan tugas utama sebagai berikut:
1. Memberikan pinjaman kepada pemerintah
2. menarik uang tentara pendudukan Jepang untuk diganti dengan ORI (Oeang
Republik Indonesia),
3. Menyediakan fasilitas kredit untuk perusahaan-perusahaan industri dan
perdagangan yang beroperasi di daerah kekuasaan pemerintah RI
4. Membantu pembiayaan misi-misi pemerintah ke luar negeri.

Pada bulan Desember 1949, pemerintah Belanda mengakui kedaulatan


Republik Indonesia sebagai bagian dari Republik Indonesia Serikat(RIS).Pada saat
itu,sesuai dengan keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB), fungsi bank sentral
tetap dipercayakan kepada De Javasche Bank (DJB).Pemerintahan RIS tidak
berlangsung lama,karena pada tanggal 17 Agustus 1950,pemerintah RIS
dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Pada saat itu,kedudukan DJB tetap sebagai bank sirkulasi. Berakhirnya
kesepakatan KMB temyata telah mengobarkan semangat kebangsaan yang
terwujud melalui gerakan nasionalisasi perekonomian Indonesia yang pertama
dilaksanakan terhadap DJB sebagai bank sirkulasi mempunyai peranan penting
dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia.

Ekonomi Moneter
8
Sejak berlakunya Undang-Undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1
Juli 1953, maka bangsa Indonesia telah memiliki sebuah lembaga bank sentral
dengan nama Bank Indonesia (BI). Bi secara resmi menjadi bank sentral
menggantikan fungsi De Javasche Bank (DJB). DJB didirikan pada tahun 1827
selanjutnya dinasionalisasi pada tahun 1951 dan dibubarkan pada tahun 1953. Pada
tahun 1946 pemerintah mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI)yang langsung
beroperasi sebagai bank sentral.Fungsi tersebut dikembalikan dan dijalankan oleh
DJB dalam kurun waktu 1949 1953. Dengan diterapkan Undang-Undang No.11
Tahun 1953, maka BI secara resmi menggantikan fungsi DJB sebagai bank sentral
di Indonesia.
Pada tahun 1965 pemerintah melakukan reorganisasi bank pemerintah, Bl
bersama-sama bank pemerintah lainnya dilebur menjadi bank tunggal dengan nama
Bank Negara Indonesia (BNI). BNI Unit berfungsi sebagai bank sentral dan
sekaligus sebagai bank sirkulasi dan bank umum.Meskipun terjadi pergantian bank
menjadi bank sentral ataupun perubahan nama, termyata hubungan utamanya
dengan pemerintah tidak berubah (Rizky dan Majidi, 2008: 53). Jika dilihat dari
kedudukannya pada era Soekarno,ternyata bank sentral merupakan bagian dari
pemerintah, baik pada saat diemban oleh BNI 1946, DJB, Bl maupun BNI Unit l.
Bagaimana kedudukan BI di era Soeharto?. Kedudukan pokok BI di era
Soeharto tidak banyak berubah dibanding dengan era sebelumnya. UU No. 13
Tahun 1968 secara eksplisit menjelaskan bahwa status dan peranan BI adalah
membantu Pemerintah dalam melaksanakan kebijakan moneter yang disusun dan
ditetapkan oleh Dewan Moneter. Dewan Moneter bertanggung jawab kepada
Presiden, sekaligus pelaksana dani keojakan yang ditentukan oleh Presiden (Rizky
dan Majidi, 2008: 54).
Status dan peranan Bl seperti itu oleh banyak kalangan dipandang sudah
tidak sesuai dengan kondisi terkini dan dianggap sebagai salah satu penyebab dan
lambatnya pemulihan perekonomian Indonesia dari krisis moneter. Untuk alasan
itu, maka diperlukan bank sentral yang independen. Pembahasan mengenai
independensi Bl mencuat secara meluas setelah Presiden BJ Habibie
mengumumkan susunan Kabinet Repormasi Pembangunan dengan secara eksplisit
menyebutkan dan mengembalikan ketentuan yang berlaku sebelum 1983, yaitu
tidak memberikan kedudukan Menteri Negara kepada Gubemur Bl, berbeda dengan
seorang menteri, bukan pembantu presiden dalam kedudukannya sebagai kepala
pemerintahan(Djiwandono, 1998).
Ekonomi Moneter
9
Pembahasan tentang independensi bank sentral sebenamya sudah cukup
lama mengemuka, meskipun masih terbatas di dalam berbagai seminar dan rapat
kerja Gubenur BI dengan DPR RI. Diskusi mengenai independensi menjadi
semakin santer dengan refomasi ekonomi untuk mengatasi krisis yang menjadi
berkepanjangan. Awal permasalahan perlunya bank sentral yang independen hanya
dikemukakan dalam pembahasan yang menghasilkan program ekonomi dengan
dukungan IMF akhir Oktober 1997, kemudian disebutkan secara eksplisit sebagai
salah satu butir dari 50 butir kesepakan dengan IMF pada pertengahan Januari
1998. Butir tersebut direalisasikan dengan dikeluarkannya Keppres tentang
independensi Bl dalam penentuan suku bunga dan menjadi butir program untuk
merubah UU tentang Bank Sentral (Djiwandono, 1998).
Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun 2000 Indonesia belum
sepenuhnya pulih dari krisis moneter yang kemudian berlanjut menjadi krisis
ekonomi serta krisis multidimesional telah memberi pelajaran berharga berupa
kesadaran tentang perlunya meredefenisi penerapan kebijakan moneter dan
kedudukan Bi dalam perekonomian Indonesia. Kredibilitas BI sebagai Bank Sentral
merosot tajam pada masa krisis, karena digunakan sebagai instrumen oleh
pemerintah untuk menyelamatkan bank-bank umum yang sebagian besar dimiliki
oleh para. konglomerat yang dekat dengan kekuasan. Kredibilitas BI semakin
terpuruk ketika dana yang disalurkan ke bank-bank umum tidak digunakan secara
benar oleh para pemilknya, yang pada akhirnya bermuara pada kasus 8LBI yang
sampai sekarang penyelesaian tidak jelas.
Sadar akan merosotnya kredibilitas BI dan kegagalan kebijakan moneter
yang bersasaran ganda.Pemerintah RI dibawah Presiden BJ. Habibie mengambil
inisiatif untuk meletakkan kembali kedudukan Bi pada posisi yang sebenamya.
Usaha tersebut terwujud dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 sebagai
pengganti UU No.13 tahun 1968 Tentang Bank Sentral. Namun perlu diketahui
bahwa hal itu merupakan hasil tekanan IMF yang tertuang dalam LOI tanggal 29
Juli 1998, serta disetujui oleh DPR. Pada tanggal17 Mei 1999 ditetapkan UU No.23
tahun 1999 tentang Bl.
Dengan UU yang baru, Bl menentukan kebijakan moneternya sendiri, tidak
perlu mendapat persetujuan dan tidak dapat dibatalkan oleh pemerintah.Seluruh
ikatan langsung antara BI dan pemerintah benar-benar dihapuskan, misalnya
pemberian likuidtas untuk program tertentu dalam KUT, dana operasi BULOG
serta BI tidak diperbolehkan membeli obligasi pemerintah di pasar primer yang
Ekonomi Moneter
10
bertujuan untuk mencegah kemungkinan BI menjadi kasir dari defisit anggaran
pemerintah.Artinya, dengan UU No. 23/1999 membawa implikasi yang sangat
penting, karena Bl diberikan independensi dalam menjalankan kebijakan moneter.
Dengan UU yang baru,BI menjadi lembaga yang independen dan bebas dari
intervensi, baik dari pemerintah maupun legislatif.
Berbeda dengan UU yang lama, dimana BI dibebani tugas kebijakan
moneter yang bersasaran ganda (multiple objectives). UU yang baru hanya
memberikan satu tugas kepada Bl yaitu menjaga stabilitas Ruplah. BI diamanatkan
untuk mengarahkan kebijakannya kepada pencapaian sasaran inflasi.Dalam
terminologi kebijakan moneter, arahan UU yang baru tersebut adalah mencapai
sasaran inflasi.
UU No.23/1999 memberikan independensi kepada BI berupa goal
independency yaitu suatu keadaan dimana besaran sasaran inflasi yang harus
dicapai oleh Bl, ditetapkan sepenuhnya oleh Bl sendiri.Pada perkembangan
selanjutnya, bentuk independensi seperti ini menimbulkan kontroversi dan
mendapat resistensi yang luas di masyarakat. Publik memandang bahwa BI kurang
objektif karena menetapkan target untuk dirinya sendiri, sementara yang harus
mewujudkan/menjalankan adalah juga BI (Ismail, 2006). Di samping
itu,kewenangan BI untuk menetapkan besaran inflasi secara sepihak, dinilai terlalu
berlebihan oleh banyak kalangan (publik). Artinya, bentuk independensi seperti ini
mendapat resistensi oleh banyak kalangan.
Kuatnya tekanan publik kepada Bl, kemudian mendorong DPR RI untuk
melakukan amandemen terhadap UU No. 23/1999 yang menghasilkan UU
No.03/2004 tentang BI. Amandemen ini tidak mengubah hal-hal pokok dalam UU
No. 23/1999. Status dan kedudukan BI, Tugas dan Wewenang BI secara substansial
tidak mengalami perubahan (Rizky dan Majidi, 2008:55). Artinya, meskipun terjadi
perubahan UU,BI tetap menjadi lembaga yang independen, hanya saja, bentuk
independensinya berbeda, yaitu dari semula goal independency menjadi
intrumental independency. Intrumental independency adalah keadaan dimana BI
memiliki kewenangan penuh untuk menentukan instrumen-instrumen apa yang
akan digunakan dalam mewujudkan tujuan akhir kebijakan moneter.

1.1. Status dan Kedudukan BI


Jika ditinjau dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia,maka
kedudukan Bl sebagai lembaga negara yang independen tidak sejajar dengan
Ekonomi Moneter
11
lembaga tinggi negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat,Badan Pemeriksa
Keuangan,dan Mahkamah Agung. Kedudukan Bl juga tidak sama dengan
Departemen karena kedudukan Bl berada di luar pemerintahan. Status dan
kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar BI dapat melaksanakan peran dan
fungsinya sebagai Otoritas Moneter secara lebih efektif dan efisien.Meskipun Bl
berkedudukan sebagai lembaga negara independen, dalam melaksanakan tugasnya,
BI mempunyai hubungan kerja dan koordinasi yang baik dengan DPR, BPK,
Pemerintah dan pihak lainnya.
Dalam hubungannya dengan Presiden dan DPR, Bl setiap awal tahun
anggaran harus menyampaikan informasi tertulis mengenai evaluasi pelaksanaan
kebijakan moneter dan rencana kebijakan moneter di masa yang akan
datang.Khusus kepada DPR,pelaksanaan tugas dan wewenang setiap triwulan dan
sewaktu-waktu bila diminta oleh DPR. Selain itu, Bl menyampaikan rencana dan
realiasasi anggaran tahunan kepada Pemerintah dan DPR.Dalam hubungannya
dengan BPK, BI wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK.

1.2. Hubungan BI dengan Pemerintah (Hubungan Keuangan).


Dalam hal hubungan keuangan dengan Pemerintah,BI membantu
menerbitkan dan menempatkan surat-surat hutang negara guna membiayai
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tanpa diperbolehkan membeli
sendiri surat-surat hutang negara tersebut. Bl juga bertindak sebagai kasir
Pemerintah yang menatausahakan rekening pemerintah di Bank Indonesia,dan atas
permintaan pemerintah, dapat menerima pinjaman luar negeri untuk dan atas nama
pemerintah Indonesia.
Namun demikian, agar pelaksanaan tugas BI benar-benar fokus serta agar
efektivitas pengendalian moneter tidak terganggu,pemberian kredit kepada
Pemerintah guna mengatasi deficit spending yang selama ini dilakukan oleh Bank
Indonesia berdasarkan undang-undang yang lama,kini tidak dapat lagi dilakukan
oleh Bank Indonesia (www.bi.go.id)

1.3. Hubungan BI dengan Pemerintah (Independensi Dalam Interdependensi).


Pertanyaan yang sering mengemuka adalah menyangkut bagaimana bank
sentral Inggris dan bank sentral negara lainnya menentukan tingkat suku bunga?.
Jawaban terhadap pertanyaan ini tergantung pada hubungan antara bank sentral
dengan pemerintah (Matthews and Thompson, 2005: 209).Seacara
Ekonomi Moneter
12
umum,independensi bank sentral mempunyaí dua bentuk, yaitu goal independency
dan operational independency.Goal independency berarti bahwa bank sentral yang
menentukan tujuan-tujuan kebijakan moneter.Sedangkan operational independency
berarti bank sentral memiliki kebebasan untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan
moneter yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Bagaimana dengan independensi BI?, meskipun BI merupakan lembaga
negara yang independen, tetap diperiukan koordinasi yang bersifat konsultatif
dengan Pemerintah, sebab tugas-tugas Bank Indonesia merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kebijakan-kebijakan ekonominasional secara keseluruhan.
Koordinasí di antara BI dan Pemerintah diperlukan pada setiap sidang
kabinet yang membahas masalah ekonoml, perbankan dan keuangan yang berkaitan
dengan tugas-tugas Bl. Dalam sidang kabinet tersebut Pemerintah dapat meminta
pendapat BI. Selain itu, Bl juga dapat memberikan masukan, pendapat serta
pertimbangan kepada Pemerintah mengenai Rancangan APBN serta kebijakan-
kebijakan lain yang berkaitan dengan tugas dan wewenangnya.
Di lain pihak, Pemerintah juga dapat menghadiri Rapat Dewan Gubernur BI
dengan hak bicara tetapi tanpa hak suara. Oleh sebab itu, implementasi
independensl justru sangat dipengaruhi oleh kemantapan hubungan kerja yang
proporsional di antara BI di satu pihak dan Pemerintah serta lembaga-lembaga
terkait lainnya di lain pihak, dengan tetap berlandaskan pembagian tugas dan
wewenang masing-masing.

1.4. Kerjasama BI dengan Lembaga Lain


Menyadari pentingnya dukungan dari berbagai pihak bagi keberhasilan
tugasnya, Bl senantiasa bekerja sama dan berkoordinasi dengan berbagai lembaga
negara dan unsur masyarakat lainnya.Beberapa kerjasama ini dituangkan dalam
nota kesepahaman (MoU),keputusan bersama (SKB), serta perjanjian-perjanjian,
yang ditujukan untuk menciptakan sinergi dan kejelasan pembagian tugas antar
lembaga serta mendorong penegakan hukum yang lebih efektif.
Kerjasama BI dengan lembaga lainnya dapat meliputi:

1. Departemen Keuangan (MoU) tentang Mekanisme Penetapan


Sasaran,Pemantauan, dan Pengendalian Inflasi di Indonesia, MoU tentang BI
sebagai Process Agent di bidang pinjaman dan hibah luar negeri Pemerintah,SKB

Ekonomi Moneter
13
tentang Penatausahaan Penerbitan Surat Utang Negara(SUN) dalam rangka
penyehatan perbankan)
2. Kejaksaan Agung & Kepolisian Negara: SKB tentang kerjasama penanganan
tindak pidana di bidang perbankan
3. Kepolisian Negara RI dan Badan Intelijen Negara:MoU tentang Pemberantasan
uang palsu
4. Menkokesra, Kementerian Koperasi dan UKM: MoU bidang Pemberdayaan
dan Pengembangan UMKM
5. Perhimpunan Pedagang SUN(Himdasun):MoU tentang Penyusunan Master
Repurchase Agreement(MRA)
6. Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubemur Bank Indonesia tentang
Koordinasi Pengelolaan Uang Negara (http://www.bi.go.id)

Babak baru dalam sejarah BI sebagai Bank Sentral yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika UU No. 23/1999 tentang Bl,
dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diamandemen
menjadi UU NO.3/2004. UU ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu
lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya,
bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain. Kecuali untuk hal-hal
yang secara tegas diatur dalam UU tersebut.
BI mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan
setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang
tersebut.Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank
Indonesia,dan Bl juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi
dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. Status dan kedudukan yang khusus
tersebut diperlukan agar BI dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai
otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien(http://www.bi.go.id).

1.5. BI Sebagai Badan Hukum


UU No.3 Tahun 2004 tentang BI secara eksplisit menyatakan bahwa BI
adalah bank sentral yang independen. Bl diberi status dan kedudukan sebagai suatu
lembaga negara yang independen dan bebas dari campur tangan pemerintah
dan/atau pihak lainnya. Kedudukan Bl berada di luar pemerintah. Artinya, Bl
memiliki otonomi penuh dalam pelaksanaan tugasnya, dimana pihak lain dilarang
melakukan segala bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam rangka

Ekonomi Moneter
14
pelaksanaan tugasnya.
BI memiliki kedudukan khusus dalam struktur ketatanegaraan Republik
Indonesia. Kedudukan BI tidak sejajar dengan Lembaga Tinggi Negara. Namun
kedudukan BI juga tidak sama dengan departemen, karena kedudukannya berada di
luar struktur pemerintahan. Oleh UU No.3 Tahun 2004,BI dinyatakan sebagai
Badan Hukum.Makna Badan Hukum disini mencakup Badan Hukum Publik dan
Badan Hukum Perdata.Sebagai Badan Hukum Publik,BI berwewenang menetapkan
peraturan-peraturan yang mengikat masyarakat luas sesuai dengan tugas dan
wewenangnya. Sedangkan sebagai Badan Hukum Perdata,Bl dapat bertindak untuk
dan atas namanya sendiri di dalam dan di luar pengadilan.
Karena sebagai Badan Hukum, maka BI memiliki kewenangan penuh
dalam mengelola kekayaannya sendiri dan dilaksanakan secara terpisah dan
terlepas dari APBN (BI memimilik kewenangan dalam mengelola anggarannya
yang meliputi belanja barang dan gaji pegawainya). Dalam hal-hal pokok, kegiatan
BI harus mendapat persetujuan DPR, dan adanya audit oleh BPK.

1.6. Tujuan dan Tugas Pokok Bank Indonesia


A.Tujuan Bank Indonesia
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentrał, Bl mempunyai satu tujuan
tunggal,yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah (Pasal 7 ayat 1 UU
NO.Tahun 2004). Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu
kestabilan nilai mata uang (rupiah) terhadap barang dan jasa, serta kestabilan
terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju
inflasi,sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah.
terhadap mata.uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal.ini dimaksudkan untuk
memperjelas sasaran yang harus dicapai BI serta batas-batas tanggung.
jawabnya.Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan BI ini kelak akan dapat
diukur dengan mudah.
Kestabilan nilai rupiah sangat penting terutama untuk mendukung
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus menerus akan
menurunkan daya beli masyarakat, terutama golongan masyarakat yang
berpendapatan tetap, sehingga kesejahteraannya akan menurun. Nilai tukar rupiah
yang terus melemah, meskipun dapat meningkatkan pendapatan neto dari
perdagangan luar negeri, akan menaikkan harga-harga di dalam negeri, khususnya
Ekonomi Moneter
15
harga barang dan jasa yang harus diimpor dari manca negara. Di samping itu,
ketidakstabilan inflasi dan nilai tukar rupiah menyebabkan dunia usaha dan para
pelaku ekonomi akan mengalami kesulitan dalam menyusun bussines plan-nya
yang pada akhimya akan mengakibatkan fluktuasi perkembangan ekonomi secara
keseluruhan yang pada gilirannya akan berakibat buruk pada kesejahteraan
masyarakat.
Penetapan tujuan tunggal sebagaimana disebutkan di atas menjadikan
sasaran yang harus dicapai dan batas tanggung jawab BI akan semakin jelas dan
pokus. Meskipun tujuan Bi mengutamakan pada stabilitas rupiah, tidak berarti
bahwa BI tidak memperhatikan perkembangan ekonomi dan keuangan secara
keseluruhan.Dalam mencapai tujuan tersebut, BI pertu mengarahkan kebijakan
monetemya untuk menyeimbangkan kondisi ekonomi internal (keseimbangan
permintaan dan penawaran barang) dengan kondisi ekonomi ekstemal yang
tercermin pada kinerja neraca pembayaran (balance of payment).Perwujudan
keseimbangan intermal adalah terjaganya inflasi pada tingkat yang rendah,
sementara dari sisi eksternal adalah terjaganya nilai tukar rupiah pada tingkat
perkembangan yang cukup kuat dan stabil. Untuk alasan itu, maka BI harus
mempertimbangkan dan melakukan koordinasi dengan pemerintah agar kebijakan
yang ditempuhnya sejalan dan saling mendukung dengan kebijakan fiskal dan
kebijakan makroekonomi lainnya.

B.Tugas Pokok Bank Indonesia


Bl sebagai bank sentral di Indonesia memiliki 3 (tiga) tugas antara lain: (1).
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,(2).Mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran, (3). Mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan
ketiga tugas tersebut mempunyai keterkaitan dan oleh karena itu harus dilakukan
secara saling mendukung guna tercapainya tujuan BI secara efektif dan efisien.
Dalam perkembangan lebih lanjut tugas pokok yang kedua akan diambil alih oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dilakukan oleh Bl
antara melalui pengedalian uang beredar dan suku bunga dalam perekonomian.
Efektivitas pelaksanaan tugas tersebut memerlukan dukungan sistem pembayaran
yang efisien, cepat, aman dan andal yang merupakan sasaran dari pelaksanaan
tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Sistem pembayaran
yang efisien, cepat, aman dan andal tersebut memerlukan sistem perbankan yang
Ekonomi Moneter
16
sehat yang merupakan sasaran tugas mengatur dan mengawasi bank. Sistem
perbankan yang sehat, selain mendukung kinerja sistem pembayaran, akan
mendukung pengendallan moneter mengigat pelaksanaan kebijakan moneter
danefektivitasnya dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi riil dan mencapai
stabilitas nilai rupiah terutama berlangsung melalui sistem perbankan. Dengan
keterkaitan pelaksanaan ketiga tugas secara saling mendukung tersebut, maka
pencapaian tujuan BI akan berhasil denganbaik.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka BI didukung oleh 3(tiga) pilar yang
merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut perlu diintegrasikan
agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Tiga pilar bidang tugas BI terangkum pada Gambar 4.1.

1.7. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia


VISI:
"Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional
maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta
pencapaian inflasi yang rendah dan stabil"
MISI:
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan
moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan
nasional jangka panjang yang berkesinambungan.
NILAI-NILAI STRATEGIS:
Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawal untuk
bertindak dan atau berperilaku yang terdiri atas: Kompetensi,Integritas,
Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan.

Ekonomi Moneter
17
1.8. Akuntablitas Bank Indonesia
Undang-Undang Bank Indonesia No. 23/1999 yang kemudian
diamandemen menjadi ndang-Undang No.3 Tahun 2004 Tentang BI menuntut
adanya akuntabilitas dan transparansi dalam setiap pelaksanaan tugas, wewenang
dan anggaran BIl. Akuntabilitas dan transparansi yang dituntut dari Bl tersebut
dimaksudkan agar semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) dapat ikut
melakukan pengawasan terhadap setiap langkah kebijakan yang ditempuh oleh Bl.
Jika dilihat dari segi pelaksanaan tugas dan wewenang,maka prinsip
akutabilitas dan transparansi diterapkan dengan cara menyampaikan informasi
kepada masyarakat luas secara terbuka melalui media massa, pada setiap awal
tahun,mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter pada tahun sebelumnya,
serta rencan kebijakan moneter dan penetapan sasaran-sasaran moneter untuk tahun
yang akan datang. Informasi tersebut juga disampaikan secara tertulis kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sejalan dengan fungsi pengawasan
yang diemban oleh DPR, maka BI juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan
perkembangan pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR setiap triwulan
atausewaktu-waktu bila diminta oleh DPR.
Guna tercapainya transparansi di bidang anggaran, B1 berkewajiban
menyampaikan anggaran tahunannya kepada DPR.Laporan Keuangan Tahunan Bl
juga disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diteliti dan
diumumkan kepada masyarakat melalui media massa. BI juga diwajibkan
menyusun neraca singkat mingguan yang diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Di samping itu, untuk meningkatkan transparansi, maka BI secara berkala
menerbitkan berbagai publikasi seperti Laporan Mingguan, Statistik Ekonomi
Keuangan Indonesia Bulanan,Tinjauan Kebijakan Moneter Bulanan,Perkembangan
Ekonomi dan Moneter Triwulanan, Laporan Triwulanan Perkembangan Kebijakan
Moneter, dan Laporan Tahunan.BI juga telah mempunyai homepage sendiri yakni
http://www.bi.go.id yang dapat diakses oleh siapa saja yang ingin memperoleh
informasi mengenai Bank Indonesia (BI, 2010).

Ekonomi Moneter
18
c. Uraian Materi 3

1. Bank Indonesia dan Inflation Targeting


Sebagaimana halnya dengan bank sentral di negara lain yang menerapkan
Inflatlon Targeting, Bl sebagai bank sentral di Indonesia mengemban amanat untuk
mencapai tingkat inflasi yang rendah dan stabil, amanat tersebut tertuang secara
eksplisit dalam Pasal 7 ayat (1) UU No.3/2004 tentang BI yang berbunyi bahwa
tujuan BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan BI tersebut
sangat erat kaitannya dengan diterapkannya strategi kebijakan moneter yang
dinamakan Inflation Targeting.
Knisis keuangan dan moneter yang kemudian menjadi krisis multidimensi
yang terjadi sejak paruh tahun 1997 memberikan banyak pelajaran berharga bagi
bangsa ini untuk melakukan reformasi di bidang ekonomi, termasuk reformasi dalam
strategi kebijakan moneter yang dirahkan untuk mengemban amanat pencapaian target
stabilitas nilai rupiah (stabilitas harga).
Stabilitas harga dapat dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu aspek internal dan
eksternal. Jika stabilitas harga dilihat dari aspek internal, maka yang dimaksud
stabilitas harga adalah kestabilan rupiah terhadap barang dan jasa dengan atau
tercermin dari perkembangan laju inflasi. Sedangkan,jika dilihat dari aspek eksternal,
maka yang dimaksud stabilitas harga adalah kestabilan nilai rupiah terhadap mata
uang negara lain diukur atau tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah terhadap
mata uang negara lain. Oleh karena kita telah menganut rezim nilai tukar free floating
exchange rates, maka yang menjadi fokus BI adalah stabilitas harga yang berkenaan
dengan inflasi.
Kestabilan nilai rupiah sangat penting untuk mendukung pembangunan
ekonomi yang berkrlanjutan dan meningkatkan kesjahteraan rakyat(UU No.3/2004
Tentang BI). Untuk alasan itu, BI mengubah strategf kebijakan moneternya,yakni dari
monetery targeting menjadi inflation tergeting. Artinya, sejak saat itu Bl mengemban
amanat baru untuk menggantikan amanat lama yang kurang realistis diemban oleh
bank sentral,yaitu perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, pengurangan
pengangguran dan stabilitas pasar valuta asing (Mishkin, 2004:411).
Secara teoritis,perubahan strategi tersebut sangat erat kaitannya dengan
pernyataan bahwa dalam jangka panjang peningkatan jumlah uang beredar (money
supply) hanya berpengaruh terhadap peningkatan harga (inflasi) dan tidak
berpengaruh terhadap peningkatan output (GDP). Oleh karena itu, dapat disimpulkan
Ekonomi Moneter
19
bahwa ranah inflasi dianggap sangat relevan untuk diemban oleh BI sebagai otoritas
moneter di Indonesia (Satria, 2008:69).

Ekonomi Moneter
20
Ekonomi Moneter
21
2.3. Rangkuman

1. Tugas Bank Indonesia adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank untuk
mencapai tujuan memelihara kestabilan nilai rupiah.
2. Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah di amandemen dengan UU No. 3
Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009, Bank Indonesia mempunyai tujuan tunggal yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini terdiri atas dua
aspek yaitu kestabilan terhadap barang dan jasa serta kestabilan terhadap mata uang negara
lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur dengan atau tercermin pada
perkembangan laju inflasi.
3. Kedudukan Bank Indonesia dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia merupakan
lembaga negara yang independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara seperti Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Mahkamah Agung (MA).
Selain itu kedudukan Bank Indonesia tidak sama dengan Departemen karena Bank Indonesia
berkedudukan di luar pemerintah.
4. Bank Indonesia bertindak sebagai kasir pemerintah, di mana penerimaan dan pengeluaran
Pemerintah dilakukan melalui rekeningnya yang disimpan di Bank Indonesia. Selain itu Bank
Indonesia untuk dan atas nama Pemerintah dapat menerima pinjaman luar negeri,
menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan pemerintah terhadap
pihak luar negeri.
5. Kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional yang dilakukan oleh Bank Indonesia
selama ini meliputi: (1) intervensi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing, (2)
penyelesaian transaksi lintas negara, (3) hubungan koresponden, (4) tukar-menukar informasi
mengenai hal-hal yang terkait dengan tugas-tugas selaku bank sentral, (5) pelatihan dan
penelitian di bidang moneter dan sistem pembayaran. Keanggotaan Bank Indonesia dalam
lembaga internasional ini dapat atas nama Bank Indonesia atau atas nama
pemerintah/mewakili pemerintah Republik Indonesia.
6. Bank sentral dapat dikatakan sebagai suatu lembaga keuangan yang mendapat tugas di
bidang ekonomi suatu negara, khususnya dalam mengelola kebijakan moneter. Di
samping tugas di bidang moneter, bank sentral juga mendapat tugas dalam bidang
perbankan dan lembaga keuangan non bank serta di bidang sistem pembayaran,
dengan sasaran menjaga stabilitas sistem keuangan.
7. Tugas, fungsi dan tujuan bank sentral mengalami evolusi sejalan dengan dinamika
sosial, ekonomi dan politik suatu negara. Pada umumnya bank sentral berasal dari
bank komersial yang kemudian berkembang menjadi bank sentral. Namun demikian,
ada lembaga yang langsung didirikan sebagai bank sentral. Tugas bank sentral ada
Ekonomi Moneter
22
yang luas dan sempit yang mempengaruhi tujuan yang hendak dicapai oleh bank
sentral. Tujuan bank sentral ada yang jamak dan ada yang tunggal, namun saat ini
cenderung pada bank sentral yang bertujuan tunggal, yaitu menjaga dan memelihara
kestabilan nilai mata uangnya.
8. Dalam melaksanakan tugasnya, kebijakan bank sentral dapat dilihat dari sisi makro
ekonomi yaitu kestabilan harga dalam perekonomian secara keseluruhan dan dari sisi
mikro ekonomi yaitu kestabilan kondisi suatu lembaga keuangan.

Ekonomi Moneter
23
2.4. Tes formatif

a. Latihan Pilihan Ganda

1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi tugas dan peran bank sentral
perkembangan ....
a. Ekonomi dan keuangan
b. Ilmu dan teori ekonomi
d. Sosial dan politik
d. Sosial politik, ilmu dan teori ekonomi, dan perkembangan perekonomian

2. Suatu lembaga dapat dikatakan sebagai bank sentral apabila memiliki peran yang
paling utama sebagai ....
b. Penyelenggara sistem pembayaran
b. Pengatur dan pengawas bank
c. Penjaga stabilitas moneter
d. Penjaga kestabilan harga dan the lender of the last resort

3. Peran bank sentral dalam mengawasi lembaga keuangan secara individual


dikategorikan sebagai pendekatan ....
a. Microprudential
b. Joint supervision
c. The lender of the last resort
d. Mikro ekonomi

4. Peran bank sentral dalam mengawasi dan menjaga stabilitas sistem keuangan
merupakan penjabaran peran dan tugas bank sentral melalui pendekatan ....
a. Macroprudential
b. Makro ekonomi
c. Microprudential
d. Mikro ekonomi

5. Tugas bank sentral dalam menjaga stabilitas harga merupakan penjabaran melalui
pendekatan ....
a. Makro ekonomi
b. Macroprudential
c. Microprudential
d. Mikro ekonomi
Ekonomi Moneter
24
b. Latihan Essay

1. Jelaskan kedudukan Bank Indonesia dalam sistem ketatanegaraan Republik


Indonesia!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tujuan tunggal Bank Indonesia?
3. Sebutkan dan jelaskan tugas Bank Indonesia!
4. Jelaskan hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah di bidang keuangan!
5. Sebutkan bidang-bidang yang meliputi hubungan kerja sama Bank Indonesia dengan
lembaga internasional!

Ekonomi Moneter
25
2.5. Kunci jawaban tes formati
a. Jawaban Pilihan Ganda

1. d. Sosial politik, ilmu dan teori ekonomi, dan perkembangan perekonomian


2. d. Penjaga kestabilan harga dan the lender of the last resort
3. d. Mikro ekonomi
4. b. Makro ekonomi
5. b. Mikro ekonomi

b. Jawaban Latihan Essay

1. Jelaskan kedudukan Bank Indonesia dalam sistem ketatanegaraan Republik


Indonesia!
Jawaban : Anda harus membaca kembali bagaimana kedudukan Bank Indonesia
dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. Kedudukan Bank Indonesia dalam
sistem ketatanegaraan Republik Indonesia merupakan lembaga negara yang
independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara seperti Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Mahkamah Agung (MA).
Selain itu kedudukan Bank Indonesia tidak sama dengan Departemen karena Bank
Indonesia berkedudukan di luar pemerintah.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tujuan tunggal Bank Indonesia?


Jawaban : Anda harus membaca kembali tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini terdiri
atas dua aspek yaitu kestabilan terhadap barang dan jasa serta kestabilan terhadap
mata uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur
dengan atau tercermin pada perkembangan laju inflasi. Sedangkan kestabilan nilai
rupiah terhadap mata uang negara lain diukur berdasarkan atau tercermin pada
perkembangan nilai tukar rupiah (kurs) terhadap mata uang negara lain.

3. Sebutkan dan jelaskan tugas Bank Indonesia!


Jawaban : Anda harus membaca kembali tentang tugas Bank Indonesia yang telah
dijelaskan sebelumnya. 3 (tiga) tugas Bank Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Kebijakan Moneter:
(1) Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi.
(2) Melakukan pengendalian moneter dengan cara-cara yang termasuk tapi tidak
terbatas pada operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing;
Ekonomi Moneter
26
penetapan tingkat diskonto; penetapan cadangan minimum; dan pengaturan kredit
atau pembiayaan.

b) Kebijakan Sistem Pembayaran:


(1) Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa
sistem pembayaran;
(2) Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan kegiatannya;
(3) Menetapkan penggunaan alat pembayaran.

c) Kebijakan Perbankan:
(1) Menetapkan peraturan;
(2) Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu
dari bank;
(3) Mengawasi bank baik secara individual maupun sebagai sistem perbankan;
(4) Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4. Jelaskan hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah di bidang keuangan!


Jawaban : Anda harus membaca kembali hubungan Bank Indonesia dengan
Pemerintah di bidang keuangan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Bank
Indonesia bertindak sebagai kasir pemerintah, di mana penerimaan dan pengeluaran
Pemerintah dilakukan melalui rekeningnya yang disimpan di Bank Indonesia. Untuk
itu Bank Indonesia dapat memberikan bunga atas saldo kas pemerintah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, namun Bank Indonesia dilarang memberi
pinjaman kepada Pemerintah, termasuk dalam bentuk saldo negatif dari rekening
Pemerintah tersebut maupun dengan membeli surat utang negara yang diterbitkan
Pemerintah di pasar.

5. Sebutkan bidang-bidang yang meliputi hubungan kerja sama Bank Indonesia


dengan lembaga internasional!
Jawaban : Kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional yang dilakukan oleh
Bank Indonesia selama ini misalnya:
a. Intervensi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing
b. Penyelesaian transaksi lintas negara c. Hubungan koresponden
d. Tukar-menukar informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan tugas-tugas
selaku bank sentral
e. Pelatihan/penelitian di bidang moneter dan sistem pembayaran.

Ekonomi Moneter
27
2.6. Glosarium

Bank Sentral : Sebuah bank tempat bank-bank lain menaruh dana (rekening) dan
mempergunakan dana tersebut untuk penyelesaian akhir (settlement) dari transaksi
antarbank.

Bank Indonesia : Bank Sentral Republik Indonesia yang bertujuan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai Rupiah.

Bank Garansi : Jaminan pembayaran yang diberikan kepada pihak penerima jaminan,
apabila pihak yang dijamin tidak memenuhi kewajiban.

Banknotes : Uang kertas asing yang merupakan alat pembayaran yang sah di negara
penerbit, namun merupakan “barang dagangan” di negara lain (termasuk Indonesia).

Bancassurance : Layanan bank dalam menyediakan produk asuransi yang memberi


perlindungan dan produk investasi untuk memenuhi kebutuhan finansial jangka
panjang nasabah.

Cek : Surat berharga atau alat transaksi pembayaran yang diterbitkan oleh bank sebagai
pengganti uang tunai. Dikeluarkan oleh bank apabila penabung mempunyai rekening
Giro.

Credit card : Merupakan alat pembayaran dengan cara kredit, dimana seseorang dapat
melakukan transaksi pembayaran tanpa menggunakan uang cash.

Dana Pensiun : Badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun.

Debit card : Merupakan sejenis kartu plastik yang dapat berfungsi sebagai pengganti
pembayaran dengan uang tunai.

Deposito : Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilaku kan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

Ekonomi Moneter
28
Deposito Berjangka : Merupakan simpanan yang pencairannya dilakukan berdasarkan
jangka waktu tertentu

Giro : Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan.

Go Public : Menjual sebagian sahamnya ke publik/masyarakat luas dan


mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Ekonomi Moneter
29
2.7. Daftar pustaka
Boyes,William J,1991.Macroeconomics:Intermediate Theory and Policy, 3rd
Edition,Ohio:South Western Publishing Company.
Cook, Paul and Kirkpatrick, 1990. Macroeconomics for Developing Countries.:New
York:Hasvester Wheatsheaf.
De Bondt,G.J,2000.Financial Structure and Monetary Transmission in
Europe.London:Edward Elgar
Dornbusch, Rudiger, Fisher, Stanley, Startz, Richard, 2004. MakroEkonomi. Edisi
Bahasa Indonesia. Diterjemahkan oleh Yusuf Wibisono dan Roy Indra Mizaruddin.
Jakarta:PT.Media Global Edukasi Indonesia.
Djiwandono,1998.Independensi Bank Sentral Dan Pengelolaan Ekonomi. Makalah
Disampaikan Pada Seminar Mencari Format Ideal Independensi Bank
Indonesia,diselenggarakan oleh Forum Diskuai Wartawan Keuangan dan Moneter
(FORKEM),Jakarta 12 Juli 1998.
Indrawati,Sri Mulyani,1988.Teori Moneter.Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Manurung dan Rahardja.2004.Uang,Perbankan dan Ekonomi Moneter (Kajian
Kontekstual Indonesia). Jakarta: Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Mattews,Kent and Thompson,Jhon.2005.The Economics of Banking.San
Fransisco:Jhon Wiley & Son Inc
Mishkin,2004.The Economics of Money,Banking and Financial Markets.Seventh
Edition.Intemational Edition,New York:Pearson Addison Wesley Longman.
Puspopranoto,Sawaldjo,2004.Keuangan,Perbankan dan Pasar Keuangan: Konsep, Teori
dan Realita.Jakarta:LP3ES
Rizky,Tawalil dan Majidi,Nasyith.2008.Bank Bersubsidi Yang Membebani.
Jakarta:Penerbit E Publishing Company.
Satria,Dias.2008.Keuangan intemasional:Explaining the Financial Crisis.
Malang:Bayumedia Publishing
Undang-Undang No.23 tahun 1999 Tentang Bl:Bandung:Citra Umbara.
Undang-Undang No.3 tahun 2004 Tentang Bl:Bandung:Citra Umbara.
Reference On Line:
http://www.bi.go.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_sentra

Ekonomi Moneter
30
Ekonomi Moneter
31

Anda mungkin juga menyukai