Anda di halaman 1dari 16

Critical book review

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH E. MONETER

DOSEN PENGAMPU DIONISIUS SIHOMBING, SE., M.Si.,Dr

OLEH

ILMAN ASHARI (7213540009)

KELAS C

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNUVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan
penyertaan-Nya saya dapat menyelesaikan critical book EKONOMI MONETER dengan baik.
Saya tidak lupa berterimakasih kepada Bpk DIONISIUS SIHOMBING, SE.,M.Si.,Dr sebagai
dosen pengampuh mata kuliah E. MONETER dan juga semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan critical book ini. Saya menyadari bahwa penulisan critical book ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan critical book ini. Besar harapan saya, semoga critical book ini dapat bermanfaat
terutama untuk saya sendiri.

MEDAN, 25 OKTOBER 2022

ILMAN ASHARI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….ii

BAB I ………………………………………………………………………………….1

PENDAHULUAN …………………………………………………………………….1

1. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR …………………………………...1

2. TUJUAN PENULISAN CBR ………………………………………………...1

3. MANFAAT TUJUAN CBR …………………………………………………..1

4. IDENTITAS BUKU YANG DI RIVIEW ……………………………………2

A. BUKU UTAMA ……………………………………………………….2

B. BUKU PEMBANDING ……………………………………………….2

C. BUKU PEMBANDING ……………………………………………….2

BAB II …………………………………………………………………………..4

A. RINGKASAN BUKU

BAB III ………………………………………………………………………………….13

PENUTUP ……………………………………………………………………………….13

DAFTAR FUSTAKA ……………………………………………………………………14


BAB I
PENDAHULUAN

1. Rasionalisasi pentingnya CBR


Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.
Terkadangkita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya
dari segi analisis bahasa,pembahasan tentang ekonomi moneter . Oleh karena itu,
penulis membuat Critical Book Reviewini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih buku referensi, terkhusus pada pokok bahasatentang ekonomi moneter.
2. Rumusan masalah
a. Hal – hal apa saja yang dibahas buku tersebut?
b. Apa makna dari buku – buku tersebut?
c. Apakah buku – buku tersebut mudah deimengerti?
3. Tujuan penulisan CBR
a. Mengkritisi / membandingkan satu topic materi kuliah ekonomi
moneter

4. Identitas buku
Judul E. MONETER Studi kasus indonesia
Edisi -
Pengarang Prof.Dr.haryo kuncoro, SE.,M.Si
ISBN 978-602-444-1
Tahun
Terbit
Kota terbit Jakarta timur
Jmlh hal 260

BAB II
PEMBAHASAN

1. Kebijakan moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Bank
Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang dilakukan antara
lain melalui pengendalian jumlah uang beredar (JUB) dan suku bunga (BI Rate/Repo
Rate). (UU No.3 tahun 2004) (Indonesia, 2004).
Stabilitas sistem perbankan dan stabilitas moneter merupakan dua aspek yang saling
terkait dan menentukan satu sama lain. Stabilnya sistem perbankan secara umum
dicerminkan dengan kondisi perbankan yang sehat dan berjalannya fungsi intermediasi
perbankan dalam memobilisasi simpanan masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk
kredit dan pembiayaan lain kepada dunia usaha. Apabila kondisi seperti ini terpelihara,
maka proses perputaran uang dan mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam
perekonomian yang semakin besar berlangsung melalui sistem perbankan juga dapat
berjalan baik. Dengan demikian, stabilnya sistem perbankan akan menetukan efektivitas
pelaksanaan kebijakan moneter.di dalam jurnal (Warjiyo, 2006).
Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya
bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang pada gilirannya
akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat (Nopirin, 1992). Bank sentral adalah
lembaga yang berwenang mengambil langkah kebijakan moneter untuk mempengaruhi
jumlah uang beredar. Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari
kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya
sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan, dan keseimbangan neraca pembayaran (Kuncoro, 2004) dalam
jurnal ( (Nangarumba, 2016).
Kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan bank sentral untuk
mempengaruhi perkembangan moneter (uang beredar, suku bunga, kredit dan nilai tukar)
untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu (Litteboy and Taylor, 2006: 198) dan Mishkin
(2004: 457). Sebagai bagian dari kebijakan ekonomi makro, maka tujuan kebijakan
moneter adalah untuk membantu mencapai sasaran-sasaran makroekonomi antara lain:
pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, stabilitas harga dan keseimbangan
neraca pembayaran. Keempat sasaran tersebut merupakan tujuan/sasaran akhir kebijakan
moneter (final target). ( (Dr. M. Natsir, 2005).

2. Inflasi
Fenomena inflasi di Indonesia sebenarnya semata-mata bukan merupakan suatu
fenomena jangka pendek saja dan yang terjadi secara situasional, tetapi seperti halnya
yang umum terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang lainnya, masalah inflasi
di Indonesia lebih pada masalah inflasi jangka panjang karena masih terdapatnya
hambatanhambatan struktural dalam perekonomian negara. Dengan demikian, maka
pembenahan masalah inflasi di Indonesia tidak cukup dilakukan dengan menggunakan
instrumen-instrumen moneter saja, yang umumnya bersifat jangka pendek, tetapi juga
dengan melakukan pembenahan di sektor riil, yaitu dengan target utama mengeliminasi
hambatan-hambatan struktural yang ada dalam perekonomian nasional dalam jurnal
(S.Atmajaya, 1999).
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes , bahwa inflasi terjadi karena masyarakat
ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan
efektif masyarakat terhadap barangbarang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-
barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap.
Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam
jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi
kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist,
Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam
jangka pendek. dalam jurnal (S.Atmajaya, 1999).
Pengendalian inflasi sangat penting menjadi salah satu perhatian pemerintah karena
beberapa alasan Pertama, inflasi memperburuk distribusi pendapatan (menjadi tidak
seimbang). Kedua, inflasi menyebabkan berkurangnya tabungan domestik yang
merupakan sumber dana investasi bagi negara – negara berkembang. Ketiga, inflasi
mengakibatkan terjadinya defisit neraca perdagangan serta meningkatkan besarnya utang
luar negeri. Keempat, inflasi dapat menimbulkan ketidakstabilan politik.
Tingkat inflasi yang rendah dan stabil akan menjadi stimulator bagi pertumbuhan
ekonomi. Laju inflasi yang terkendali akan menambah keuntungan pengusaha,
pertambahan keuntungan akan menggalakkan investasi di masa datang dan pada akhirnya
akan mempercepat terciptanya pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya tingkat inflasi yang
tinggi akan berdampak negatif pada perekonomian yang selanjutnya dapat mengganggu
kestabilan sosial dan politik. Dampak negative pada perekonomian diantaranya
mengurangi kegairahan penanam modal, tidak terjadinya pertumbuhan ekonomi,
memperburuk distribusi pendapatan dan mengurangi daya beli masyarakat. Oleh karena
itu perlu diupayakan jangan sampai penyakit ekonomi itu menjadi penghambat jalannya
roda pembangunan. (Sutawijaya & Zulfahmi, 2012).
3. Uang modern
Uang memiliki peranan besar untuk menjalankan perangkat kebijakan ekonomi (Bank
Indonesia, 2005). Uang merupakan sesuatu yang umum diterima sebagai alat tukar.
Produsen memproduksi dan menjual barang dan jasa sehingga mendapatkan keuntungan
dalam bentuk uang, selanjutnya uang tersebut dapat diinvestasikan kembali dalam bentuk
barang-barang modal dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengembangkan
produksinya. Demikian halnya, pendapatan konsumen berupa gaji, upah, bunga dan sewa
dalam bentuk uang sehingga memudahkan mereka untuk memenuhi kebutuhannya dan
menukarkan uang tersebut dengan barang dan jasa (Nilawati, 2000).
Uang beredar yang berada di tangan masyarakat terdiri dari uang kartal dan uang giral
(Bank Indonesia, 2007). Uang kartal adalah uang kertas dan logam yang ada di tangan
masyarakat (sama dengan uang tunai). Uang giral adalah saldo rekening koran/giro milik
masyarakat yang ada di bank dan belum digunakan pemiliknya untuk berbelanja, dan
belum digunakan oleh pemiliknya untuk kegiatan pembayaran dimana uang tersebut
sewaktu-waktu dapat diambil dengan menggunakan cek.
Peningkatan jumlah uang beredar (M1) yang terdiri dari uang kartal dan uang giral
maupun uang beredar dalam bentuk M2, yaitu M1 ditambah dengan quasi money,
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang bersumber dari dalam negeri dan luar negeri.
Modal yang berasal dari luar negeri (asing) terdiri dari bantuan luar negeri (hutang luar
negeri pemerintah) dan investasi swasta (hutang luar negeri swasta). Modal yang berasal
dari dalam negeri (domestik) berasal dari tabungan masyarakat dan tabungan pemerintah
(Boediono, 1985: 133).
Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter menyatakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan jumlah uang beredar antara lain: (1)
Net Foreign Assets (NFA) adalah selisih antara seluruh tagihan lancar kepada bukan
penduduk atau seluruh aliran modal yang masuk ke dalam negeri dengan hutang lancar
terhadap bukan penduduk atau aliran modal ke luar negeri. (2) Tagihan bersih kepada
pemerintah pusat adalah selisih antara tagihan terhadap otoritas fiskal atau pemerintah
pusat dengan kewajiban terhadap pemerintah pusat. Tagihan kepada pemerintah pusat
muncul antara lain karena adanya uang muka atau kredit yang diberikan oleh Bank
Indonesia atau bank-bank pemerintah guna membiayai kegiatan pemerintah. Di sisi lain
rekening pemerintah muncul karena adanya penerimaan rutin atau penerimaan
pembangunan pemerintah yang dikelola oleh Bank Indonesia atau bank-bank yang
ditunjuk. (3) Tagihan pada lembaga dan perusahaan pemerintah adalah selisih antara
tagihan terhadap lembaga dan perusahaan pemerintah dengan kewajiban terhadap
lembaga dan perusahaan pemerintah tersebut. (4) Tagihan pada perusahaan swasta dan
perorangan tercermin dari kredit atau pinjaman (kredit langsung dan kredit likuiditas)
yang diberikan oleh Bank Indonesia pada sektor tersebut. (5) Faktor-faktor lainnya bersih
termasuk jaminan impor (Insukindro, 1995: 30).
4. Suku bunga acuan
pertimbangan atau nilai yang dibayarkan peminjam kepada pemberi pinjaman dana
atau dana. Suku bunga umumnya dinyatakan sebagai persentase. Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) menyatakan bahwa suku bunga adalah balas jasa yang diberikan bank kepada
nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga dapat diartikan sebagai harga
yang harus dibayar bank kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus
dibayar nasabah kepada bank (jika nasabah menerima pinjaman). Suku bunga dapat
dibagi menjadi dua, yaitu bunga tabungan/simpanan dan bunga pinjaman

Bunga simpanan diberikan oleh bank atas dana yang disimpan atau ditabung nasabah
di bank sedangkan bunga pinjaman adalah balas jasa yang ditetapkan bank kepada
peminjam atas pinjaman yang Anda terima. Dilansir dari Investopedia suku bunga
berlaku untuk transaksi pinjam meminjam dimana berlaku untuk setiap pihak yang
meminjam uang dari bank untuk berbagai keperluan seperti membeli rumah, membiayai
bisnis, atau membayar biaya kuliah.
5. Suku bunga luar negeri
The Fed yang merupakan bank sentral di Amerika Serikat bertanggung jawab
memantau dan menanggapi perkembangan perekonomian secara keseluruhan, dan pasar
saham adalah bagian dari perekonomian. The Fed (Federal Reserve) mengawasi pasar
saham dan dapat mempengaruhi suku bunga dan aktivitas ekonomi bagi Indonesia. Saat
ini hampir semua pasar saham termasuk di kawasan regional, mengamati dengan cermat
perkembangan saham di Amerika Serikat. Apa yang dikatakan Fed akan sangat diikuti
pasar. Pasar akan bereaksi cepat menyangkut rencana kebijakan The Fed. The Fed pada
bulan April menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin yang akan berdampak positif
pada penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perkiraan penurunan sebesar 25 basis poin suku bunga The Fed dari 2,25 menjadi 2,00
bisa menjadi sentimen positif indeks regional. Sehingga hal ini mengakibatkan
banyaknya aliran dana yang keluar dari Negara Amerika dan masuk ke Indonesia.
Mengalirnya dana dari luar negeri tersebut diharapkan dapat menaikkan nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS. Sebagaimana yang diungkapkan Mentri koordinator Perekonomian di
Jakarta (2008), menilai bahwa reboundnya rupiah sebagai wujud respons positif pasar
atas diturunkannya suku bunga pinjaman The Fed (discount rate).
6. Suku bunga perbankan
Dalam waktu dua bulan berturut turut pada awal 2016,Bank Indonesiaesar 25 basis
poin menjadikan Bl rate berada pada posisi 7 selnsdengan itu, BI juga memangkas sulku
bunga deposit faciliy menjadi so,imding facility menjadi 7,59%, dan giro wajib minimum
primer ke level6,5%.Secara konssten era pelonggaran moneter telah dimulai.
Kebijakan moneter BI ini disambut positif oleh banyak pihak.Pemerintah,Otoritas Jasa
Keuangan,Lembaga Penjamin Simpanan,dandunia usaha berharap perbankan segera
memangkas tingkat bunganyamasing-masing.Objektif harus diakui bahwa BI rate masih
menempati limateratas di dunia di bawah
Brasil(14,25%),Rusia(11%),Mesir(8,75%),danTurki(7,5%).Konsekuensinya, Indonesia
masuk ke jajaran negara-negaradengan suku bunga perbankan yang tertinggi.
Dalam logika ekonomi, suku bunga yang tinggi memberikan banyakefek negatif. Di satu
sisi, bunga deposito yang tinggi bisa membunuh jiwaentrepreneur. Orang lebih suka
menyimpan uang daripada membuka usaha.Tingginya biaya niscaya juga memberatkan
perusahaan sehingga hargaproduknya pun tidak kompetitif.
Di sisi lain, jika tingkat bunga tetap tinggi, investasi tidak maju.Investasi langsung
maupun portofolio jalan di tempat. Pasar saham danobligasi tidak lagi
menarik.Alhasil,pasar finansial sangat rapuh. Dananganggur' asing menguasai 65% pasar
finansial yang semata-mata hanyamengejar tingkat bunga tinggi di Indonesia.
7. Restrukturisasi perbankan
Selama menjalankan kegiatan usahanya, bank syariah dihadapkan pada berbagai
kemungkinan risikorisiko usaha yang perlu diantisipasi sejak dini agar potensi-potensi
risiko dapat diminimalisir. Salah satu risiko pada bank syariah, yaitu risiko pembiayaan.
Risiko pembiayaan adalah risiko perbankan yang timbul sebagai akibat dari kegagalan
pihak debitur dalam memenuhi kewajibannya sesuai akad yang disepakati.1 Hal yang
dapat dilakukan bank syariah untuk mengatasi risiko pembiayaan tersebut ialah dengan
Restrukturisasi Pembiayaan.
Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian restrukturisasi pembiayaan diatas,
Restrukturisasi Pembiayaan merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan bank dalam
mengatasi pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing dengan cara
membantu nasabah melalui penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali
(reconditioning), dan penataan kembali (restructuring) sehingga dapat menyelesaikan
kewajibannya pada bank.
8. Sector keuangan nonbank
Industriq keuangan nonbank (IKNB) sektor asuransi sedang galau. Disatu sisi,
perkembangan bisnis asuransi belum menunjukkan indikasikebangkitan. Pendapatan
premi memang meningkat selama kuartalpertama 2017, tetapi laba industri asuransi
justru mengalami penurunan.
Di sisi lain, peraturan Otoritas Jasa Keuangan(OJK)Nomor 1/2016mengamanatkan
investasi IKNB pada Surat Berharga Negara (SBN)minimum 20% untuk asuransi umum
dan 30% untuk asuransi jiwa. Merekadiberi batas waktu hingga akhir tahun ini untuk
memenuhi kewajibannya.
Faktanya,porsi kepemilikan SBN khususnya IKNB asuransi jiwasampai kuartal pertama
tahun ini baru mencapai 14,6%. Meski telah meningkat 25%dibandingkan dengan
realisasi pada kuartal I/2016,upayaIKNBasuransidalam mengejar kekurangannya masih
saja menghadapisejumlah kendala.
SBN dijual dengan sistem tender. Lewat mekanisme ini, perusahaandala kecil agaknya
susah mendapatkan SBN.Lembaga asuransi pun belumtentu bisa memperolehnya di pasar
perdana. Jika harus membeli di pasarsehunders,harganya mahal dengan imbal hasil yang
lebih rendah.
Harga dan imbal hasil niscaya menjadi pertimbangan utama IKNBsurnsi dalam portofolio
investasinya. Dana dari premi asuransi sejauhmungkin mampu menutup klaim
pertanggungan.Jika klaim nasabah lebihbesar dari dana yang terhimpun,lembaga asuransi
harus menambah modalsendiri dan/atau mencari sumber pembiayaan lain.
Kekhawatiran tersebut sangat masuk akal. Porsi investasi terbesarhingga April 2017
masih ditempatkan pada instrumen reksa dana (32,9%),disusul saham (29,1%), dan
deposito (12%). Artinya, IKNB asuransilebih nyaman menempatkan dananya pada
investasi finansial yang cepatmenghasilkan.
Dengan alur logika ini pula, investasi IKNB di sektor riil terutama dibidang infrastruktur
jadi kurang menarik. Pembiayaan infrastruktur tipikalbejangka panjang, masa
pengembalian paling lama, serta berisiko tinggi.Aibatnya,proyek infrastruktur tidak
kebagian pendanaan di saat tensikebutuhannya sangat tinggi.
9. Pasar modal
Kinerja perusahaan adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode
tertentu.Laba pada laporan keuangan merupakan hal yang menjadi patokan dalam menilai
kinerja suatu perusahaan dan mencerminkan nilai perusahaan.Penilaian kinerja
perusahaan dilakukan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan dalam mencapai
sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya
agar tercapai tujuan perusahaan yang baik.Melalui penilaian kinerja keuangan, maka
perusahaan dapat menentukan struktur dan strategi keuangannya.Penilaian kinerja
perusahaan yang baik dalam pandangan investor adalah perusahaan yang mampu
memberikan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi mereka. Selain itu
perusahaan yang memiliki tingkat efisien yang tinggi dalam memanfaatkan aktiva yang
dimiliki dalam mengahasilkan laba juga mendapatkan perhatian yang baik oleh investor
sebelum menginvestasikan dana yang mereka miliki. Return on asset (ROA) dan return
on equity (ROE) merupakan rasio yang menarik dan menjadi perhatian bagi investor.
Menurut Tandelilin (2010) Return on Asset atau ROA menggambarkan sejauh mana
kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba, hal ini yang
membuat ROA menjadi salah satu faktor penting yang dilihat investor. Selain itu, tingkat
pengembalian atas dana yang telah di investasikan oleh investor tentu menjadi faktor
penting lain yang diperhatikan. Return on equity merupakan indikator yang digunakan
untuk mengukur tingkat pengembalian atas sejumlah investasi yang dilakukan oleh
investor (Brigham dan Houston, 2011). Oleh karna itu return on asset dan return on
equity penting bagi investor sebagai ukuran kinerja perusahaan karena dari sudut
pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa
yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas
perusahaan. Rasio-rasio ini penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi
yang dilakukan investor disuatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai
dengan tingkat yang diharapkan oleh investor. Hal ini menyebabkan rasio-rasio ini selalu
diperhatikan oleh calon investor sebelum menginvestasikan modalnya pada perusahaan
tersebut. Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para
investor dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Penilaian
kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan
manajemen. Hal ini merupakan persoalan yang kompleks karena menyangkut efektivitas
pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan perusahaan yang menyangkut nilai serta
keamanan dari berbagai tuntutan yang timbul terhadap perusahaan.Untuk dapat
mengetahui gambaran tentang keadaan keuangan perusahaan, maka perlu diadakan
analisis terhadap data keuangan dari perusahaan-perusahaan yang bersangkutan.Data
tersebut tercermin pada laporan keuangannya menurut Kuncoro (2014). Analisis terhadap
laporan keuangan suatu perusahaan memiliki banyak manfaat, baik bagi pihak internal
maupun pihak eksternal perusahaan.Bagi pihak internal, pimpinan perusahaan dan
manajemen dapat mengetahui hasil-hasil keuangan yang telah dicapai pada waktu lalu
dan waktu yang sedang berjalan dan dapat mengetahui apakah pelaksanaan suatu
kegiatan berada pada jalur yang telah ditetapkan sehingga dapat mengambil kebijakan
untuk periode mendatang. Bagi pihak eksternal, kreditur akan dapat mengetahui kinerja
keuangan perusahaan yang telah atau akan menjadi debiturnya, sehingga kreditur dapat
menentukan mana perusahaan yang layak diberikan kredit mana perusahaan mana yang
tidak layak untuk diberikan kredit. Selain kreditur, investor perlu mengetahui keadaan
keuangan perusahaan di dalam rangka menentukan kebijaksanaan penanaman modalnya.
Suatu perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik akan mempengaruhi
keseluruhan dari perusahaan tersebut.
10. Industry keuangan lain
Dukungan pemerinah terthadap perkembangan bank umum syariah(BUs)Dekunulakan
tren yang positif: Dari ranah kebijakan moneter, misalneput Devan Gubermar Bank
Indonesia(BI) perdana pada tahun 2018Memutuskan percepatan penerapan Giro Wajib
Minimum(GWIM)rata-rata (averaging)kepada BUS.
GWM rata-rata terlebih dahulu sudah diterapkan pada bank umumkonvensional.Selama
ini,GWM ditetapkan pada BUS sebesar 5% atasdana pihak ketiga (DPK).Per 1 Oktober
2018,GWM dilonggarkanmenjadi 3% secara harian dengan rata-rata tambahan 2% harus
dipenuhidalam tempo 2 minggu.
Relaksasi GWM ini niscaya menjadi kabar baik ketika pertumbuhanpembiayaan BUS
tengah mengalami perlambatan. Pembiayaan BUS perDesember 2017,misalnya,'hanya'
mencapai Rp189 triliun, atau tumbuh8% secara tahunan.
Dari sisi hulu, pengumpulan DPK malahan mampu tumbuh 15%.Pertumbuhan ksedit
yang tidaksebanding dengan DPK membawa BUapada petsondlan yang lebih
hakilki,yakni fungsi intermediasi,Artinya, BUSmampu menghimpun dana, tetapi
kesulitan menyalurkannya.
Dalan konteks penyaluran kelebihan Liluiditas BUS,BI mengakona aaea aaa a aeean sea
aaa aaa EDR) moniedRasio Intermediasi Makroprudensial(RIM).Konseppembiayaan
diper-luas dengan memasukkan pembelian BUSatas Surat-Surat Berharga (SSB).
Demikian pula, komponen simpanan memperhitungkan SSB yang diterbitkan oleh BUS.
11. Nilai tukar
Berkembangnya kegiatan perekonomian belakangan ini sudah sangat pesat, mengikuti
perkembangan dunia yang mengandalkan teknologi. Hal ini memaksa Indonesia untuk
semakin memperkuat beberapa variable ekonomi yang berkaitan dengan open economy.
Perekonomian terbuka yang sudah dan sedang terjadi saat ini mengangkat beberapa
factor penting yang menentukan tingkat kesehatan relative perekonomian suatu negara.
Factor penting tersebut salah satunya adalah nilai tukar (exchange Rate). Nilai tukar
merupakan harga satu satuan mata uang suatu negara (Valuta Asing) dalam mata uang
domestic. Dalam kata lain setiap nilai tukar selalu terdapat dua mata uang yang terlibat.
Secara umum nilai tukar diperlukan untuk digunakan sebagai alat transaksi ekonomi
dalam kegiatan perdagangan dan keuangan internasional. Terhitung sejak tanggal 14
Agustus 1997 Indonesia sudah menerapkan sistem kurs mengambang. Dengan
berlakunya sistem kurs ini mata uang asing sepenuhnya diserahkan atas permintaan dan
penawaran terhadap mata uang yang bersangkutan di pasar internasional. Sehingga kurs
yang berlaku adalah benar-benar cerminan keseimbangan antara keuatan permintaan dan
penawaran.
Krisis global yang terjadi tahun 2008 di Amerika Serikat dengan cepat dan mudah
menyebar ke berbagai negara di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia.
Dikarenakan adanya hubungan internasional yang secara praktis memiliki hubungan satu
sama lain, maka jika ada satu negara mengalami goncangan maka akan berdampak bagi
negara yang berkaitan atau bergantung dengan yang berhubungan dengan negara
tersebut.
Efek krisis yang terjadi di Amerika Serikat memiliki efek yang kuat terlebih Negara
berkembang akan sangat berdampak karena masih membutuhkan bantuan dana
internasional. Dikarenakan banyak negara yang membeli produk keuangan yang berasal
dari AS, karena berbagai negar apercaya AS memiliki sumber daya keuangan yang
sangat besar. Namun keyakinan tersebut salah seiring dengan terjadinya macetnya kredit
perumahan, yang disebabkan pembelian produk keuangan dari berbagai negara yang
menjadikan krisis AS 2008 berdampak sangat luas bagi banyak negara lainnya. Salah
satu dampaknya bagi penurunan yang sangat tajam mata uang beberapa negara di Asia
Pasifik. Mata uang Indonesia (-25) terdapat pada peringkat kedua setelah Korea (-29).
12. Lingkungan strategi kebijakan moneter
Pasar finansial global terus bergejolalk dalan beberapa bulan terakhir ini.Kmikan suku
bunga acuan Amerika Serikat (AS) pada Maret dan Juni2018 memantik spekulasi kuat
akan rentetan kenaikan Fed rate dua kalilagipadasisa tahun ini. Tren ini disikapi oleh para
pelaku pasar melepas asetberdenominasi non dolar AS.
Akibatnya,hampir semua mata uang dunia mengalami tekanan, tidakterkecuali
rupiah.Selama Juni (month to date),nilai tukar rupiah melemah1,2% sehingga akumulasi
depresiasi terhadap dolar AS sejak awal tahun(year to date) tercatat 5,72%.Tidak hanya
itu,rupiah juga melemah terhadapbeberapa mata uang kuat lainnya.
Langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan tiga kaliberturut-turut sedikit
membantu untuk menahan derasnya arus modalkeluar.Per Juni 2018,arus modal asing
sudah masuk kembali Rp13 triliun.Namun,uang panas (bot money) tetaplah uang panas
yang setiap saat dandalam tempo sekejap bisa keluar lagi.
Kekhawatiran tersebut sangat masuk akal. Porsi kepemilikan asingpada surat utang
negara, saham korporasi,dan obligasi pemerintah sangatdominan.Tendensi arus modal
keluar (capital outflow) kian menguat sejalandengan berakhirnya program stimulus bank
sentral Eropa pada Oktobernanti.
Celakanya lagi, arus modal keluar tidak bisa dimbangi masukayadevisa dari sektor
perdagangan.Neraca elspor dan impor mengalamidefisit selama Mei (1,52 miliar dolar
AS),meski kemudian srphu padabulan berikcutnya (1,74 miliar dolar AS). Perang dagang
antara As danCina kian meredupkan prospek perdagangan internasional.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari buku tersebut bahwa kita ketahui Indonesia memang Negara yang banyak
kasus tentang perbankan, inflasi, pasar uang dll. Nah dari sini kita belajar bahwa
ekonomi moneter sangat pentin untuk sebuah Negara untuk mengatasi kasus –
kasus tersebut. Dan buku ini mudah dipahami oleh pembaca dan buku ini juga
sangat membantu mahasiswa untuk mempelajari tentang kasus – kasus yang ada
di Negara indinesia. Dan buku ini juga tidak hanya membahas tentang masalah di
Negara Indonesia tetapi membahas masalah – masalah di Negara internasional.
Nah oleh karena itu kita dapat memahami tentang berbagai kasus – kasus
dinegara internasional dan kita juga bisa mengetahui bagaimana Negara tersebut
menyelesaikan masalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

EKENOMI MONETER, Studi Kasus Indonesia, 2019

Anda mungkin juga menyukai