Dosen Pengampu :
Armin Rahmansyah Nasution, SE., M. Si.
Disusun Oleh :
1. Bintang Permana (7203210032)
2. Jay Hocthon Silalahi (7203210010)
3. Juan Charmel Askelon Siregar (7203510027)
4. Kesya Meyrli Namora Sitorus (7203510021)
5. Monika Sari (7203210008)
6. Nathanael Nababan (7203510044)
7. Putri Rismawana Siburian (7203210047)
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkat dan
rahmaNya lah penulis dapat menyelesaikan tugas CBR ini.Tugas CBR ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Perekonomian Indonesia . Tak lupa Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas CBR ini,terutama kepada
dosen kami Bapak Armin Rahmansyah Nasution, SE., M. Si . “selaku sebagai dosen pengampu
mata kuliah Perekonomian Indonesia yang telah membimbing dalam pelaksanaan tugas
ini.Terlepas dari itu semua ,penulis meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,oleh karena itu penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kesalahan baik
dari susunan kalimat,kajian teoritas dan tata bahasa.Maka itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan tugas ini kedepannya agar lebih baik lagi.Penulis
berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada seluruh pembaca.Akhir kata
penulis ucapkan terimakasih .
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………….……………………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………...……………………...….3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….........................………….4
A. Latar Belakang…….. ……………………….……….…..………..…………………………..4
B. Tujuan penulisan CBR ……………………………………………………..…………………4
C. Manfaat……………………………………………………………………...…………………4
BAB II RINGKASAN BUKU…………………………………………..….……………………5
A. Identitas buku……..…………………………………….……………….……………………5
B. Ringkasan buku.………………………………………………………………………………6
BAB III PEMBAHASAN………………………………….……..…….……………………….15
A. kelebihan buku………….…………………………………………………………………….15
B. Kekurangan buku……………………………….………………...……….............................15
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………...16
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………….…………………….16
4.2 Saran………………………………..…………………………………..……………………16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Critical Book Report adalah hasil kritik/bandingan tentang suatu topic materi yang pada
umumnya di materi perkuliahan terhadap buku yang berbeda. Penulisan critical book report ini
pada dasarnya adalah untuk membandingkan dua buku yang berbeda.Setiap buku yang dibuat
oleh penulis tertentu pastilah mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kelayakan
suatu buku dapat kita ketahui jika kita melakukan resensi terhadap buku itu dengan perbandingan
terhadap buku lainnya. Suatu buku dengan kelebihan yang lebih dominan dibandingkan dengan
kekurangan nya artinya buku ini sudah layak untuk dipakai dan dijadikan sumber referensi bagi
khalayak ramai.
4. Membandingkan kan Buku yang dikritik dengan teori teori yang ada maupun
C. Manfaat CBR
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
4
BAB II
RINGKASAN BUKU
A. Identitas Buku
1. Buku Utama
ISBN :978-602-5554-16-21
2. Buku Pembanding
ISBN : 978-623-96371-1-8
5
B. Ringkasan Buku
A.Pendahuluan
Pembuatan utang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dua hal: Pertama, untuk menutup
kesenjangan antara tingkat tabungan masyarakat dengan kebutuhan investasi (saving investment
gap). Kedua, khusus untuk utang luar negeri, untuk memanfaatkan suku bunga murah yang
ditawarkan oleh berbagai paket pinjaman yang ditawarkan oleh sindikat negara-negara kreditur
dan lembaga keuangan multilateral.
Secara rinci akan dipaparkan apa sebenarnya motif dari Negara maju/lembaga donor
memberikan bantuan/utang? Negara maju memberikan bantuan atau utang kepada negara
berkembang dimotivasi oleh factor politik dan factor ekonomi. Dari sisi politik negara maju
bersedia menjadi donor untuk mempertahankan atau menyokong rezim-rezim politk yang ada
dinegara-negara berkembang dengan alasan bahwa bantuan tersebut dipandang sesuai dengan
kepentingan keamanan nasional Negara berkembang.
Untuk alasan ekonomi, pertama, Negara maju menggunakan asumsi kendala keterbatasan devisa
(analisis bantuan negeri dua kesenjangan/atau two-gap model) yakni kesenjangan tabungan dan
kesenjangan devisa. Alasan yang kedua, pertumbuhan ekonomi dan tabungan. Bantuan luar
negeri juga dianggap sebagai cara untuk mempermudah atau mempercepat proses pembangunan
karena bantuan luar negeri dapat secara cepat meningkatkan persediaan tabungan domestic yang
mempercepat proses investasi bagi pembangunan. (Todaro,2000).
Alasan yang utama dan terpenting untuk menerima bantuan atau pinjaman yakni alasan yang
bersifat ekonomis. Bantuan tersebut dianggap dapat melengkapai kelangkaan sumber daya dalam
negeri disuatu negara berkembang, membantu terlaksananya transformasi ekonomi secara
structural serta mendukung usaha-usaha Negara berkembang untuk menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan.
6
D. Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia
Letter of Intent sebenarnya merupakan duri dalam proses politik secara formal di Indonesia.
Terlepas dari sebagian substansi yang sebagian dianggap diakui cukup baik untuk obat bagi
penyembuhan ekonomi nasional, tetapi posisi yang menyerah mutlak pada proses formal
lembaga di luar Negara tetap merupakan persoalan tersendiri, yang memilukan nasib kita sendiri.
Akan tetapi, hal ini tidak disadari sebagai persoalan yang serius karena transaksi IMF-Indonesia
dianggap sebagi suatu transaksi normal dan wajar (Rachbini, 2001).
Dari sisi ekonomi politik, resep IMF yang paling berbahaya bagi stabilitas ekonomi dan politik
di mana-mana ialah pengetatan fiskal dan pengurangan anggaran. Sebagai contoh, ketika
Indonesia mengalami krisis, di mana daya beli masyarakat turun drastis, IMF justru
menganjurkan pengurangan subsidi BBM dan TDL. Dari sudut pandang ekonomi murni, saran
ini dapat dibenarkan. Akan tetapi dari sudut pandang ekonomi politik kurang tepat. Masalahnya,
semua orang tahu bahwa kebijakan penarikan subsidi sering memicu inflasi, yang membuat daya
beli masyarakat anjlok. Begitu juga, makin ketat anggaran, resesi semakin dalam, dan angka
pengangguran meluas.
Seharusnya sejak tahun 2004 lalu Indonesia sudah keluar dari program IMF. Namun pemerintah
dan Bank Indonesia (BI) waktu itu masih bersikukuh untuk tidak mengembalikan dana pinjaman
IMF sekaligus. Akibatnya meskipun sudah tidak lagi menandatangani Letter of Intent (LoI)
pemerintah masih terikat program monitoring IMF yang dikenal dengan Post Program
Monitoring (PPM).
Resep pengobatan IMF untuk Indonesia justru mengharuskan pemerintah menjalankan program
penyesuaian struktural (SAP). Program tersebut terdiri dari kebijakan "kencangkan ikat
pinggang" dan memangkas defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Termasuk
menghilangkan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Program lain yang harus dijalankan
pemerintah adalah menurunkan inflasi dengan mengontrol pertumbuhan peredaran uang dengan
menaikkan suku bunga yang memukul dunia usaha dan menjual aset negara (privatisasi) untuk
membiayai defisit APBN.
7
Kreditor internasional di bawah payung CGI khususnya Bank Dunia dan Asian Development
Bank (ADB) juga selalu menuntut pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan SAP sesuai
anjuran IMF. Hasilnya, pemerintah justru terjebak dalam perangkap utang luar negeri dan utang
dalam negeri. Termasuk memenuhi kewajiban membayar kembali utang yang ada sesuai dengan
cara yang dianjurkan oleh IMF dan kronikroninya. Anjuran tersebut antara lain adalah menjual
asset (melalui privatisasi BUMN), menaikkan pajak barang konsumsi dan membuat utang baru
untuk membayar utang yang jatuh tempo (KAU, 2006).
Utang luar negeri Indonesia sudah menjadi beban kronis dari APBN sehingga anggaran negara
tersebut tidak memiliki ruang yang memadai untuk maneuver sebab APBN sudah habis terkikis
oleh pengeluaran untuk membayar pokok dan bunga utang luar negeri. Dengan demikian, APBN
Indonesia sudah menjadi instrumen yang sulit bergerak dan menjadi kartu mati, dan bahkan
mengganggu ekonomi nasional secara keseluruhan.
Pada sisi lain, APBN sendiri merupakan instrumen kebijakan pemerintah, yang sangat penting.
Tetapi sekarang instrumen tersebut sudah menjadi kartu mati, yang tidak bisa dipakai secara
leluasa untuk kepentingan masyarakat luas. Dalam rangka menyelamatkan APBN, maka
pemerintah bersama DPR harus mengambil keputusan-keputusan yang penting. Keputusan
tersebut perlu dilakukan berdasarkan kepentingan maayarakat luas. (rachbini, 2002)
Hal ini merupakan permasalahan tersendiri bagi pemerintah untuk mencari sumber pendanaan
baru pasca pemutusan hubungan kerjasama dengan IMF. Pemerintah dituntut agar lebih kreatif
untuk membiayai defisit fiskal yang selama ini sumber pembiayaannya berasal dari utang luar
negeri dan privatisasi BUMN. sehingga perekonomian Indonesia bisa lebih mandiri dan tidak
lagi menjadi “sistem ekonomi utang.
G. Kebijakan yang perlu ditempuh Pemerintah terkait dengan Utang Luar Negeri (ULN)
Pertama, pembayaran utang luar negeri pemerintah harus dimintakan untuk diperingan atau
dikurangi secara drastis diikuti dengan penjadwalan pembayaran sisanya dan jika memungkinkan
mengajukanpermohonan penghapusan. Ini harus dilakukan agar pengeluaran pemerintah
dimungkinkan untuk mendukung bidang-bidang pemberdayaan ekonomi rakyat.
8
Kedua, menolak penggunaan dana negara atau dana masyarakat untuk membayar utang-utang
perusahaanperusahaan swasta. Untuk mencegah jatuhnya perusahaanperusahaan swasta ini ke
pihak asing maka Indonesia sebagai negara berdaulat harus dapat membuat peraturan-peraturan
yang restriktif.
Implikasi tekad kemandirian ini dari segi pembiayaan pembangunan mengundang beberapa
tantangan:
1. Utang luar negeri harus secepatnya diposisikan kembali hanya sebagai pelengkap dan bersifat
sementara seperti dulu ditetapkan waktu menyusun Repelita I dan Repelita II.
2. Utang luar negeri harus segera dijadwal ulang dengan keinginan bunga dan pokok melalui
global diplomacy and cooperation.
3. Utang luar negeriharus dikaitkan secara langsung dengan semangat self-help dan self-reliance
dengan bunga rendah, menghindari sindroma ''madu beracun'' (Fisher Paradox).
4. Pembiayaan pembangunan dari sumber-sumber di dalam negeri berupa defisit finansing plus
obligasi negara yang dijual kepada rakyat. Deficit financing dengan mencetak uang tidak perlu
dikhawatirkan apabila diikuti secara langsung dengan kegiatan-kegiatan produktif di sektor riil
sehingga inflasi yang tidak terkontrol dapat dicegah terutama akibat pengaruh uang yang
beredar.
5. Meningkatkan penerimaan dalam negeri dari sektor perpajakan. Pajak merupakan insentif
produksi dan disinsentif konsumsi mewah. Basis pajak perlu diperluasdan sistem pajak ultra
progresif dikenakan terhadap kekayaan/pemilikan barang-barang mewah.
9
maka perekonomian nasional akan berakar di dalam negeri dan sekaligus pula akan dapat
memperkukuh fundamental ekonomi nasional.
7. Investasi luar negeri harus diterima secara lebih selektif, on our own terms, sehingga rakyat
dapat ikut berpartisipasi secara emansipatif dalam pembangunan dan menerima nilai-tambah
ekonomi secara optimal.
8. Pengawasan efektif lalu lintas devisa untuk menghindarkan capital flight secara spekulatif.
Pendahuluan
Neraca pembayaran adalah catatan sistematis dari semua transaksi ekonomi internasional yang
terjadi antara penduduk dalam negeri suatu negara dan penduduk luar negeri selama jangka
waktu tertentu yang dinyatakan dalam dolar AS.
Oleh karena itu bop sangat berguna karena menunjukkan instruktur dan komposisi transaksi
ekonomi dan posisi keuangan internasional suatu negara. Lembaga-lembaga keuangan
internasional, seperti IMF Bank dunia dan negara-negara donor juga menggunakan bop sebagai
salah satu indikator dalam mempertimbangkan pemberian bantuan keuangan kepada suatu
negara
Selain itu bop juga merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara di
samping variabel-variabel ekonomi makro lainnya. Seperti laju pertumbuhan PDB tingkat
pendapatan perkapita tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang domestik.
10
Untuk membantu membuat kebijakan moneter dan fisikal
Mengambil kebijakan perdagangan dan pembayaran hubungan keuangan nasional
Transaksi kredit adalah transaksi yang menimbulkan hak untuk menerima pembayaran dari
penduduk negara lain titik transaksi debit adalah transaksi yang menimbulkan kewajiban untuk
melakukan pembayaran kepada penduduk negara lain.
Pos-pos dalam neraca pembayaran luar negeri menurut model Bank Indonesia :
Transaksi berjalan
Modal di luar sektor moneter
Jumlah
Selisih perhitungan C dan E
Lalu lintas moneter
Penyajian neraca pembayaran luar negeri menurut model IMF memuat pos-pos :
Transaksi berjalan
Transaksi berjalan meliputi transaksi perdagangan barang dan jasa, pendapatan hasil investasi,
dan transaksi unilateral. Transaksi berjalan mengalami surplus bila ekspor lebih besar dari impor.
Sebaliknya akan mengalami defisit apabila impor lebih dari ekspor.
Sebelum krisis ekonomi 1997 transaksi berjalan kita cenderung tiap tahun mengalami defisit
karena :
11
Modal diluar sektor Moneter
Pos ini bisa juga disebut neraca modal karena menyangkut transaksi modal, yaitu lalu lintas
modal yang terdiri dari :
Transaksi modal meliputi penamaan modal langsung, utang piutang jangka panjang maupun
jangka pendek, baik yang dilakukan pemerintah maupun oleh swasta.
Lalu lintas modal pemerintah selama tahun 1997 sampai 1999 mengalami saldo positif karena :
Hal ini disebabkan karena keadaan tidak selalu memungkinkan adanya cukup pengetahuan untuk
menghasilkan pencatatan yang cukup sempurna mengenai transaksi internasional. Beberapa
rekening hanya merupakan dugaan saja. Rekening lain dilaksanakan oleh perorangan, yang tidak
seperti pengusaha bang, pedagang perantara pedagang surat-surat berharga dan perusahaan besar
tidak melapor dengan teratur mengenai kegiatan luar negeri mereka.
Transaksi ini disebut akomodating sebab merupakan transaksi yang timbul sebagai akibat adanya
transaksi lain. Transaksi lain disebut autonomus sebab transaksi ini timbul dengan sendirinya,
tanpa dipengaruhi oleh transaksi lain seperti transaksi berjalan transaksi modal.
Perbedaan antara transaksi autonomus debit dan kredit di keseimbangan dengan transaksi lalu
lintas moneter. Yang termasuk dalam transaksi lalu lintas moneter adalah mutasi dalam
hubungan dengan IMF, pasiva LN, aktiva LN.
12
Aspek likuiditas neraca pembaharuan luar negeri
Tujuan kebijakan neraca pembayaran luar negeri berkaitan dengan aspek likuiditas dan aspek
solvabilitas. Aspek likuiditas berkaitan dengan posisi dan perubahan cadangan devisa titik
pemerintah sangat peka terhadap posisi dan perubahan cadangan devisa pemerintah menganggap
bahwa posisi dan perubahan cadangan devisa sangat penting karena dua alasan :
Kepercayaan penduduk Indonesia maupun orang-orang luar negeri terhadap kurs devisa
dan kebijakan ekonomi pemerintah sangat dipengaruhi oleh perkembangan cadangan
devisa
Devisa dapat dipakai untuk melakukan tindakan penyesuaian menghadapi fluktuasi
jangka pendek, sehingga memberikan tenggang waktu kepada pemerintah untuk
melakukan upaya kebijakan penyesuaian yang diperlukan.
Cadangan devisa
Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian devisa mencakup baik valuta asing
dan dalam bentuk simpanan di Bank maupun valuta asing dalam bentuk uang tunai tidak
termasuk uang logam, yang kedua-duanya mempunyai catatan khusus resmi di Bank Indonesia.
Sesuai kesepakatan dengan IMF, konsep pencatatan cadangan devisa oleh Bank Indonesia perlu
diselesaikan dengan metode yang dipakai secara internasional yaitu balance of payment manual
IMF dan program sosial data dissemination standard
Maksudnya agar cadangan devisa Indonesia mudah dimengerti oleh semua pelaku pasar
internasional dan dapat diperbandingkan dengan data negara-negara lain sehingga dapat memberi
gambaran yang lengkap kondisi ekonomi Indonesia.
13
Kurs valuta asing dan devaluasi
Sifat kurs valuta asing sangat bergantung dari sifat pasar titik sifat pasar ada yang tetap berubah-
ubah atau diawasi. Maka dikenal beberapa sistem kurs devisa
14
BAB III
PEMBAHASAN
A. KELEBIHAN
- Buku Utama
• Desain Buku bagus dan font yang digunakan nyaman bagi mata pembaca.
• Memiliki gambar dan tabel yang memudahkan pembaca untuk memahami materi yang
dibahas.
• Buku ini juga dilengkapi dengan contoh dengan data-data materi hutang luar negeri.
- Buku pembanding
Didalam Buku ini memiliki penjelasan materi yang sangat jelas dan sangat lengkap serta
kata – kata yang ada dibuku mudah dipahami
Buku ini juga menjelaskan materi dengan sangat bagus dari segi tata bahasa dan segi
penjelasannya
B. KEKURANGAN
- buku utama
• Tidak terdapat rangkuman ataupun intisari di setiap akhir bab, hal itu sangat berguna bagi
pembaca untuk mengetahui kesimpulan dari materi di setiap bab
- Buku pembanding
• Materi tentang utang luar negeri tidak terdapat banyak di dalam buku ini. Buku ini hanya
menjelaskan materi utang luar negeri di beberapa penjelasan yang berkaitan tentang utang
luar negeri
• Tata letak dalam buku ini bagi pembaca seperti saya sangat membosankan Dan ada beberapa
kata yang kurang dipahami bagi para pembaca.
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembuatan utang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dua hal: Pertama, untuk menutup
kesenjangan antara tingkat tabungan masyarakat dengan kebutuhan investasi (saving
investment gap). Kedua, khusus untuk utang luar negeri, untuk memanfaatkan suku bunga
murah yang ditawarkan oleh berbagai paket pinjaman yang ditawarkan oleh sindikat negara-
negara kreditur dan lembaga keuangan multilateral.
Neraca pembayaran adalah catatan sistematis dari semua transaksi ekonomi internasional
yang terjadi antara penduduk dalam negeri suatu negara dan penduduk luar negeri selama
jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam dolar AS.
B. SARAN
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa CBR ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh
dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki CBR dengan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diata
16
17
18