Anda di halaman 1dari 12

 MAKALAH

“KRISIS MONETER DAN KEUANGAN INDONESIA”


DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH EKONOMI
INTERNASIONAL

Dosen Pengampu : Hadi Satrio Ganefi SE,Msi

DISUSUN OLEH :

1, AINUL FITRI AZIZAH ( 4120600042 )


2. ANJANI PUTRI MELATI ( 4120600067 )
3. DENITRIO COLLIN FITRAH ( 4120600072 )
4. FATMA WATI ( 4120600169 )
5. FUJI ASTIKA ( 4120600085 )

PRODI MANAJEMEN

FALKUTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ krisis Moneter Dan Keuangan
Indonesia” dengan tepat waktu.

Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Internasional. Selain, itu
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah kami

Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Hadi Satrio Ganefi SE,Msi selaku
dosen mata kuliah Ekonomi Internasional. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangundiharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tegal, 9 November 2021

penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................I

KATA PENGANTAR...........................................................................................................II

DAFTAR ISI.........................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................

A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................

A. Pengertian Krisis Moneter dan Kebijakan Moneter....................................................6


B. Penyebab Adanya krisis Moneter...............................................................................7
C. Tolak Ukur Stabilitas Moneter....................................................................................8
D. Peranan Bank Indonesia Dalam Stabilitas Keuangan.................................................8

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................

A. Kesimpulan...............................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal Juli 1997, sementara ini
telah berlangsung hampir dua tahun dan telah berubah menjadi krisis ekonomi, yakni
lumpuhnya. kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup dan
meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. Memang krisis ini tidak seluruhnya
disebabkan karena terjadinya krisis moneter saja, karena sebagian diperberat oleh
berbagai musibah nasional yang datang secara bertiba-tiba di tengah kesulitan
ekonomi seperti kegagalan panen padi di banyak tempat karena musim kering yang
panjang dan terparah selama 50 tahun terakhir,
Krisis ekonomi yang berkembang menjadi krisis di berbagai bidang telah
memberikan kesadaran baru akan adanya persoalan di bidang ekonomi, politik,
hukum serta agama dan sosial budaya yang bersifat struktural dan terus berkembang
di kalangan masyarakat. Persoalan ketidakadilan terus dipertanyakan dan dituntut oleh
masyarakat untuk segera diperbaiki. Masyarakat menuntut reformasi di segala bidang
secara mendasar termasuk pemulihan ekonomi secepatnya. Langkah-langkah untuk
menanggulangi krisis secepatnya dan melaksanakan reformasi tersebut selanjutnya
telah diamanatkan rakyat Indonesia melalui Sidang Istimesa Majelis Pemusyawaratan
Rakyat bulan November 1998. Namun demikian upaya pemulihan ekonomi berjalan
lambat karena situasi social, politik dan keamanan yang kurang kondusif.
Peran dan kebijakan moneter akan berbanding terbaik dengan kebijakan
pemerintah. Suatu sisi yang harus menjaga suatu perekonomian agar berjalan dengan
baik dan berkesinambungan serta mampu berjalan sesuai dengan arah pembangunan.
Suatu kondisi inflasi yang sangat besar. ketika jumlah uang beredar, tentunya
stabilitas moneter harus dijaga secara maksimal dengan menyerap uang dari
masyarakat dengan mengadakan kebijakan menaikan tingkat suku bunga agar terserap
dana dan masyarakat, sebaliknya ketika keadaan lagi deflasi, kelesuan darit
perekonomian, Bank Indonesia, melakukan kebijakan untuk menyebarkan uang di
masyarakat, dengan cara menurunkan tingkat suku bunga, agar bergerak sektor riil
secara baik. Pentingnya kebijakan moneter ini, merupakan stimulus yang berharga
bagi perekonomian.
Kestabilan makroekonomi yang telah dicapai ini bukanlah sesuatu yang
diperoleh secara Cuma-cuma. Kestabilan makroekomi ini merupakan hasil dari
sebuah upaya yang konsisten yang dilakukan oleh Bank Indonesia bersama
Pemerintah melalui kebijakan moneter, perbankan, dan fiskal Di bidang moneter,
strategi kebijakan moneter untuk secara konsisten diarahkan pada kestabilan harga
melalui pencapaian target inflasi jangka panjang dengan tetap memberikan ruang
gerak pada pemulihan ekonomi jika inflasi bergerak pada arah yang kondusif.
Dibidang perbankan, restrukturisasi dan reformasi sektor perbankan terus
dilakukan untuk memperbaiki struktur neraca perbankan sekaligus memperkuat
infrastuktur menuju system perbankan yang tangguh yang ikut memberikan
kontribusinya dalam menciptakan stabilitas sistem keuangan. Kestabilan moneter dan
makro ini juga didukung oleh keberhasilan pemerintah dalam konsolidasi fiskal
sehingga kesinambungan keuangan pemerintah dapat terjaga Kestabilan moneter dan
makroekonomi yang telah kita capai ini adalah sebuah kondisi yang harus kita jaga
keberadaannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian krisis Moneter dan Kebijakan Moneter ?
2. Apa Saja Penyebab Adanya krisis Moneter ?
3. Apa Yang Menjadi Tolak Ukur Stabilitas Moneter ?
4. Bagaimana Peranan Bank Indonesia Dalam Stabilitas Keuangan ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Apa Penegertian krisis Moneter dan Kebijakan Moneter
2. Untuk Mengetahui Penyebab Dari Krisis Moneter
3. Untuk Mengetahui Apa yang Menjadi Tolak Ukur Stabilitas Moneter
4. Untuk mengetahui Bagaimana Peranan Bank Indonesia Dalam Stabilitas
Keuangan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Krisis Moneter Dan Kebijakan Moneter


Krisis Moneter adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand,
dan memengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset lainnya di beberapa negara
Asia, sebagian Macan Asia Timur. Peristiwa ini juga sering disebut krisis moneter
("krismon") di Indonesia.
Krisis ini membawa berbagai masalah di Indonesia, terutama di bidang ekonomi.
Tingginya krisis menyebabkan memperparah perekonomian di Indonesia.
Melemahnya pertumbuhan perekonomian Indonesia yang disebabkan oleh
merosotnya nilai tukar dollar Amerika. diperparah lagi oleh peristiwa dalam dunia
perdagangan seperti yang diungkapkan oleh Adwin S. Atmadja dalam Jurnal
Akuntansi dan keuangan tahun 1999 bahwa krisis ekonomi di Indonesia terjadi akibat
adanya Domino Effect dari terdepresiasinya mata uang Thailand (bath) dan negara
lainya, dimana salah satunya telah mengakibatkan terjadinya lonjakan harga barang-
barang yang diimpor Indonesia dari luar negeri yang menyebabkan lonjakan harga
dalam negeri secara drastis. Dari berbagai latarbelakang penyebab terjadinya krisis
moneter tersebut mengakibatkan beberapa masalah ekonomi seperti inflasi yang
tinggi dan masalah sosial yang tak kunjung selesai seperti pengangguran.

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara


untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau
lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat berupa standar bunga pinjaman, kapitalisasi
untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui
persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah, lain.
Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan mengatur suku bunga, giro wajib
minimum. intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank
untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas. Pengaturan jumlah
uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi
jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Kebijakan Moneter Ekspansif/Monetary Expansive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar
2. Kebijakan Moneter Kontraktif/ Monetary Contractive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut
juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

B. Faktor – Faktor Khusus Krisis Moneter di Indonesia


Penyebab dari krisis ini bukanlah fundamental ekonomi Indonesia yang selama
ini lemah, hal ini dapat dilihat dari data-data statistik di atas. tetapi terutama karena
utang swasta luar negeri yang telah mencapai jumlah yang besar. Yang jebol bukanlah
sektor rupiah dalam negeri, melainkan sektor luar negeri, khususnya nilai tukar dollar
AS yang mengalami overshooting yang sangat jauh dari nilai nyatanyal Krisis yang
berkepanjangan ini adalah krisis merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam,
akibat dari serbuan yang mendadak dan secara bertubi-tubi terhadap dollar AS
(spekulasi) dan jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam jumlah besar.
Penyebab utama dari terjadinya krisis yang berkepanjangan ini adalah
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang sangat tajam, meskipun ini
bukan faktor satu-satunya, tetapi ada banyak faktor lainnya yang berbeda menurut sisi
pandang masing-masing pengamat. Berikut ini diberikan rangkuman dari berbagai
faktor tersebut menurut urutan kejadiannya:
1. Dianutnya sistim devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan yang
memadai, memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir keluar-masuk
secara bebas berapapun jumlahnya
2. Tingkat depresiasi rupiah yang relatif rendah, berkisar antara 2,4% (1993) hingga
5,8% (1991) antara tahun 1988 hingga 1996, yang berada di bawah nilai tukar
nyatanya, menyebabkan nilai rupiah secara kumulatif sangat overvalued.
Ditambah dengan kenaikan pendapatan penduduk dalam nilai US dollar yang
naiknya relatif lebih cepat dari kenaikan pendapatan nyata dalam Rupiah, dan
produk dalam negeri yang makin lama makin kalah bersaing dengan produk
impor.
3. Akar dari segala permasalahan adalah utang luar negeri swasta jangka pendek dan
menengah sehingga nilai tukar rupiah mendapat tekanan yang berat karena tidak
tersedia cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta bunganya
ditambah sistim perbankan nasional yang lemah.
4. Permainan yang dilakukan oleh spekulan asing yang dikenal sebagai hedge funds
tidak mungkin dapat dibendung dengan melepas cadangan devisa yang dimiliki
Indonesia pada saat itu, karena praktek margin trading, yang memungkinkan
dengan modal relatif kecil bermain dalam jumlah besar.
5. Kebijakan fiskal dan moneter tidak konsisten dalam suatu sistim nilai tukar
dengan pita batas intervensi. Sistim ini menyebabkan apresiasi nyata dari nilai
tukar rupiah dan mengundang tindakan spekulasi ketika sistim batas intervensi ini
dihapus pada tanggal 14 Agustus 1997
6. Defisit neraca berjalan yang semakin membesar yang disebabkan karena laju
peningkatan impor barang dan jasa lebih besar dari ekspor dan melonjaknya
pembayaran bunga pinjaman. Sebab utama adalah nilai tukar rupiah yang sangat
overvalued, yang membuat harga barang-barang impor menjadi relatif murah
dibandingkan dengan produk dalam negeri.

C. Tolak Ukur Stabilitas Moneter


Tolak ukur stabilitas moneter, diantaranya:
a. Laju Inflasi
b. Suku Bunga
c. Nilai Tukar Mata Uang
d. Ekspektasi Masyarakat

Tolak ukur stabilitas moneter yang dilihat dari inflasi mendorong Bank Indonesia
untuk melakukan kebijakan sebagai otoritas moneter dengan menaikan tingkat suku
bunga, agar minat masyarakat untuk menabung tinggi, sehingga kondisi di sektor
akan stabil dan tidak terjadi efek kenaikan harga yang tinggi. Kenaikan harga tinggi
menyebabkan daya beli akan rendah dan tidak bergairahnya sektor riil sehingga perlu
dilakukan stabilisasi dengan menaikan tingkat suku bunga. Selain menjaga suku
bunga, Bank Indonesia perlu menstabilkan dari sisi perubahan nilai tukar rupiah, agar
tetap menjaga kestabilan harga-harga di dalam negeri dan faktor penarik bagi luar
negeri. Memang ada kalanya nilai tukar rupiah yang rendah, dapat menarik dari sisi
daya beli luar negeri dan memberikan dampak positif dalam pembangunan.

D. Peranan Bank Indonesia Dalam Stabilitas keuangan


Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:
1. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain
melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka.
2. Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, khususnya perbankan.
3. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar pada salah satu peserta dalam sistem
sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan
mengganggu kelancaran sistem pembayaran.
4. melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses
informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui
pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan
sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan yang berdampak pada stabilitas
sistem keuangan.
5. Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui
fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort .
Dengan demikian, Bank Indonesia sangat berperan dalam menjalankan kebijakan
moneter secara makro prudential dengan instrumen yang telah ada. Bank
Indonesia akan menjalankan suatu kebijakan untuk melihat bagaimana proses
kebijakan moneter bisa terlaksana dengan baik dan tidak menimbulkan suatu
permasalahan secara makro ekonomi. Namun banyak permasalahan yang timbul
sebagai dampak dari persoalan mikro ekonomi seperti asuransi yang sangat
berpengaruh dengan perekonomian dan sebagai control yang lebih jelas, dibuatlah
lembaga yang memantau kebijakan moneter dengan fungsi mikro prudential yang
sudah dibentuk yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan :
1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel,
2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil, dan
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Krisis Moneter adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand,
dan memengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset lainnya di beberapa negara
Asia, sebagian Macan Asia Timur. Peristiwa ini juga sering disebut krisis moneter
(“krismon”) di Indonesia.

Krisis ini membawa berbagai masalah di Indonesia, terutama di bidang ekonomi.


Tingginya krisis menyebabkan memperparah perekonomian di Indonesia.
Melemahnya pertumbuhan perekonomian Indonesia yang disebabkan oleh
merosotnya nilai tukar dollar Amerika. Penyebab utama dari terjadinya krisis yang
berkepanjangan ini adalah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang
sangat tajam, meskipun ini bukan faktor satu-satunya, tetapi ada banyak faktor
lainnya yang berbeda menurut sisi pandang masing-masing pengamat. Tolak ukur
stabilitas moneter yang dilihat dari inflasi mendorong Bank Indonesia untuk
melakukan kebijakan sebagai otoritas moneter dengan menaikan tingkat suku bunga,
agar minat masyarakat untuk menabung tinggi, sehingga kondisi di sektor akan stabil
dan tidak terjadi efek kenaikan harga yang tinggi. Kenaikan harga tinggi
menyebabkan daya beli akan rendah dan tidak bergairahnya sektor riil sehingga perlu
dilakukan stabilisasi dengan menaikan tingkat suku bunga.

B. Saran
Penyusun menyadari bahwa hasil diskusi kami ini masih jauh dari kata
sempurna,salah satu faktor penyebab ialah kurangnya data dan referensi diperoleh.
Tetapi penyusun berharap dari hasil diskusi ini dapat memperlihatkan berbagai
macam peranan Bank Indonesia serta Pengertian krisis dan kebijakan Moneter sampai
faktor krisis moneter juga tolak ukur stabilitas moneter.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mulkhan (2015).”Krisis Moneter dan Kebijakan Moneter”,


https://www.academia.edu/19823224/MAKALAH_KEBIJAKAN_MONETER , Diakses pada 5
November 2021,pukul 09.00

Tarmidi, Lepi T.”Krisis Moneter Indonesia: Sebab, Dampak,


Peran”,file:///C:/Users/ASUS/Downloads/183-Article%20Text-311-1-10-20150715.pdf,
Diakses pada 5 November 2021,pukul 10.00

Maya Putra, M Umar.2015. Peran dan kebijakan Moneter Terhadap Perekonomian.5(01):42

Maya Putra, M Umar.2015.Peran dan kebijakan Moneter Terhadap Perekonomian.5(01):43-


44

Anda mungkin juga menyukai