Anda di halaman 1dari 119

KUMPULAN

MAKALAH COVID-19 DAN MAKRO EKONOMI INDONESIA

1. Covid-19 dan Kebijakan Moneter Indonesia


2. Covid-19 dan Kebijakan Fiskal Indonesia
3. Covid-19 dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
4. Covid-19 dan Pengangguran di Indonesia
5. Covid-19 dan Inflasi di Indonesia
6. Covid-19 dan Perdagangan Internasional Indonesia

Dibuat Oleh:

Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah Semester II A

Dosen Pengampu: Ady Cahyadi, SE., M.Si

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
MAKALAH COVID-19 DAN KEBIJAKAN EKONOMI MONETER
DI INDONESIA

Dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Penghantar Ekonomi Makro

Dosen : Ady Cahyadi, SE., M.Si

DISUSUN OLEH :

FADIL MASKUR (11160860000008)

MUHAMMAD AZZAM ALFARISI(11160860000019)

SRI WAHYUNI (11190860000001)

JOHAN PUTRA MOROW (11190860000003)

MISNA SAHARA (11190860000004)

FAJRUL FALAH (11190860000005)

AHKMAD ACHSANI WIBOWO (11190860000006)

2A EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul COVID-19 DAN
KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Ady Cahyadi , SE.,M.Si pada Mata Kuliah Ekonomi Makro. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang covid-19 dan kebijakan moneter di Indonesia bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Ciputat (Dirumah aja), 11 Mei 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................................ iii

A. Latar belakang ........................................................................................................ iii


B. Rumusan masalah ................................................................................................... iii
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………iv
D. Manfaat Penulisan ………………………………………………………………..iv

BAB II Pembahasan ............................................................................................................ 1

A. Pengertian kebijakan moneter ................................................................................. 1


B. Tujuan kebijakan moneter....................................................................................... 3
C. Jenis-jenis kebijakan moneter ................................................................................. 4
D. Instrument kebijakan moneter................................................................................. 5
E. Perbedaan kebijakan moneter dan fiscal ................................................................. 6
F. Sejarah dan pengaruh Covid-19…………………………………………………...10
G. Kebijakan Moneter Untuk Menghadapi Covid-19………………………………...13
H. Ringkasan Eksekutif Peraturan .............................................................................. 15

BAB III Penutup ................................................................................................................. 17

Kesimpulan ......................................................................................................................... 17

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainnya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta pembayaran neraca internasional yang seimbang
. apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat
dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi) . pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan
dirasakan oleh perbankan, yang kemudian di transfer ke sector rill.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai hal
tersebut bank sentral atau otoritas moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan
uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh
dan kelancaran dalam pasokan/ distribusi barang.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa itu kebijakan Moneter?


2. Apa saja tujuan dari kebijakan Moneter?
3. Bagaimana pengaruh Covid-19 pada kebijakan Moneter?

iii
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa itu kebijakan Moneter.


2. Mengetahui Tujuan dari kebijakan Moneter.
3. Mengetahui bagaimana pengaruh Covid-19 pada kebijakan moneter.

D. Manfaat Penulisan

Secara akademik makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Bapak Ady Cahyadi, SE., M.Si
dalam mata kuliah Penghantar Ekonomi Makro. Selain itu untuk memenuhi tugas makalah ini
juga dibuat untuk menambah wawasan tentang Covid-19 dan Kebijakan Moneter di Indonesia.
Yang dibahas dan menjadi diskusi baik bagi kelompok pemateri maupun kelompok lainnya.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kebijakan moneter

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin
requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha
terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali
akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut, Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

Pengertian kebijakan moneter menurut para ahli :

a. Muana Nanga

1
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritas moneter
dengan menggunakan peubah jumlah uang beredar (money supply) dan tingkat bunga (interest
rates) untuk memengaruhi tingkat permintaan agregat (aggregate demand) dan mengurangi
ketidakstabilan di dalam perekonomian.

b. M. Natsir

Kebijakan moneter adalah semua tindakan atau upaya bank sentral untuk mempengaruhi
perkembangan variabel moneter (uang beredar, suku bunga, suku bunga kredit, dan nilai tukar)
untuk mencapai sasaran yang diinginkan.

Sebagai bagian dari kebijakan ekonomi makro, maka tujuan moneter adalah untuk
membantu mencapai sasaran-sasaran makro ekonomi antara lain: pertumbuhan ekonomi,
penyediaan lapangan kerja, stabilitas harga, dan keseimbangan neraca pembayaran. Keempat
sasaran tersebut merupakan tujuan akhir kebijakan moneter.

c. Boediono

Kebijakan moneter merupakan tindakan pemerintah (Bank Sentral) untuk mempengaruhi


situasi makro yang dilaksanakan. Untuk mencapai tujuan tersebut, bank sentral atau otoritas
moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang
agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam
pasokan/distribusi barang.

d. Perry Warjiyo

Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk
pengendalian besaran moneter (monetary aggregates) untuk mencapai perkembangan kegiatan
perekonomian yang diinginkan.

Kebijakan moneter merupakan bagian integral kebijakan ekonomi makro yang dilakukan
dengan mempertimbangkan siklus kegiatan ekonomi, sifat perekonomian suatu negara, serta
faktor-faktor fundamental ekonomi lainnya.

2
B. Tujuan kebijakan moneter

Tujuan akhir sebuah kebijakan moneter adalah suatu kondisi ekonomi makro yang ingin
dicapai. Tujuan tersebut tidak sama dari satu negara dengan negara lainnya serta tidak sama dari
waktu ke waktu. Tujuan kebijakan moneter tidak statis, namun bersifat dinamis karena selalu
disesuaikan dengan kebutuhan perekonomian suatu negara. Akan tetapi, kebanyakan negara
menetapkan empat hal yang menjadi tujuan dari kebijakan moneter, yaitu:

 Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan.


 Kesempatan kerja.
 Kestabilan harga.
 Keseimbangan neraca pembayaran.

Penjelasan lebih detail dari tujuan moneter adalah sebagai berikut:

 Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dalam


perekonomian.
 Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan stabilitas
tingkat harga.
 Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang
diinginkan pada berbagai sektor ekonomi.
 Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi melalui
sumber penerimaan yang normal.
 Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang dengan
pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.
 Menjaga kestabilan harga. Harga suatu barang merupakan hasil interaksi antara jumlah
uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar.
 Meningkatkan kesempatan kerja. Pada saat perekonomian stabil pengusaha akan
mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya
investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga memperluas kesempatan kerja
masyarakat.

3
 Memperbaiki neraca Perdagangan Kerja Masyarakat. Dengan jalan meningkatkan ekspor
dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya.

C. Jenis-jenis kebijakan moneter


Ada 2 kebijakan moneter berdasarkan tujuannya yang biasa digunakan oleh banyak
negara, yaitu kebijakan ekspansi dan kebijakan kontraktif. Penjelasan tentang jenis-jenis
kebijakan moneter sebagai berikut.
1. Kebijakan Ekspansif
Kebijakan ekspansif yang juga sering disebut kebijakan uang Ionggar (easy money
policy) ialah kebijakan yang mengatur jumlah uang yang dipasok dalam perekonomian. Caranya
dengan menurunkan suku bunga, membeli sekuritas pemerintah oleh bank sentral, dan
menurunkan persyaratan cadangan untuk bank.
Kebijakan ekspansif juga akan menurunkan tingkat pengangguran dan merangsang
aktivitas bisnis atau kegiatan belanja konsumen. Secara keseluruhan di seluruh negara, tujuan
kebijakan moneter ekspansif adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan risiko inflasi
akan semakin tinggi. Kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive policy) utamanya
melakukan penambahan uang yang beredar dalam masyarakat agar roda perekonomian semakin
berjalan cepat. Kebijakan ini mampu meningkatkan daya beli (permintaan) masyarakat dan
mengurangi jumlah pengangguran pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Kebijakan moneter ekspansif juga memengaruhi tingkat pengangguran di suatu negara.
Contohnya, kebijakan ekspansif biasa diterapkan untuk mengurangi angka pengangguran karena
ketersediaan uang dalam jumlah banyak akan merangsang kegiatan bisnis sehingga pasar tenaga
kerja semakin besar.
Dengan otoritas fiskal, bank sentral mengontrol nilai tukar mata uang dalam negeri
(Rupiah) terhadap mata uang asing. Contoh konkretnya, yaitu bank Indonesia menambah jumlah
uang beredar dengan mengeluarkan lebih banyak uang cetak. Mata uang Rupiah menjadi lebih
murah daripada mata uang negara lain.

2. Kebijakan Kontraktif
Kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive policy) yang disebut kebijakan
uang ketat (tight money policy) ialah kebijakan mengurangi jumlah uang yang beredar. Tujuan

4
utama dari kebijakan ini adalah menurunkan tingkat infiasi. Tujuan kebijakan moneter kontraktif
adalah mengurangi jumlah uang beredar dalam perekonomian. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan meningkatkan suku bunga, menjual obligasi pemerintah, dan menaikkan persyaratan
cadangan untuk bank.

D. Instrument kebijakan moneter

Instrumen-instrumen yang biasa digunakan oleh pemerintah dalam pengambilan kebijakan


moneter adalah:

a. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka


Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank sentral untuk
mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan dengan cara
menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat berharga di pasar modal.

b. Kebijakan Diskonto
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang beredar dengan cara
mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral memperhitungkan jumlah uang beredar
telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk
menaikkan suku bunga. Dengan menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang
untuk menabung.

c. Kebijakan Cadangan Kas


Bank sentral dapat membuat peraturan untuk menaikkan atau menurunkan cadangan kas
(cash ratio). Bank umum, menerima uang dari nasabah dalam bentuk giro, tabungan,
deposito, sertifikat deposito, dan jenis tabungan lainnya. Ada persentase tertentu dari uang
yang disetorkan nasabah dan tidak boleh dipinjamkan.

d. Kebijakan Kredit Ketat


Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya harus benar-benar didasarkan pada
syarat 5C, yaitu Character, Capability, Collateral, Capital, dan Condition of Economy.

5
Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah uang yang beredar dapat diawasi. Langkah kebijakan
ini biasa diambil pada saat ekonomi sedang mengalami gejala inflasi.

e. Kebijakan Dorongan Moral


Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai pengumuman,
pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank umum dan pelaku moneter lainnya. Isi
pengumuman, pidato, dan edaran dapat berupa ajakan atau larangan untuk menahan
pinjaman tabungan atau pun melepaskan pinjaman.

E. Perbedaan kebijakan moneter dan fiskal


Kebijakan fiskal merupakan langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk
mengelola dan mengarahkan perekonomian agar bergerak ke arah yang lebih baik atau yang
diinginkan dengan cara mengatur penerimaan di sektor pajak dan pengeluaran pemerintah guna
mempengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian.
Sementara kebijakan moneter dapat dipahami sebagai langkah-langkah yang dilakukan
oleh bank sentral untuk mencapai dan memelihara stabilitas nilai mata uang melalui
pengendalian jumlah uang beredar dan penetapan suku bunga.
Kebijakan fiskal dibuat oleh pemerintah dalam hal ini Presiden dan kabinetnya dengan
dibantu oleh lembaga legislatif yaitu DPR. Sedangkan kebijakan moneter dibuat oleh bank
sentral yaitu Bank Indonesia, dan ditetapkan oleh Gubernur Bank Indonesia Berdasarkan
Langkah :

1. Kebijakan Kontraksioner
 Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dengan langkah kontraktif dilakukan ketika sebelum terjadinya inflasi
yang semakin tinggi. Sehingga hal ini bertujuan untuk pencegahan. Langkah kebijakan
yang dilakukan adalah dengan cara menurunkan pengeluaran pemerintah seperti
anggaran belanja dan menaikkan pendapatan berupa tarif pajak.
 Kebijakan Moneter

6
Sedangkan untuk langkah kontraksioner pada kebijakan moneter adalah dengan cara
mengurangi jumlah uang yang beredar. Hal ini dilakukan oleh bank sentral suatu negara.
Berbeda dengan fiskal, kebijakan moneter melakukan langkah kontraktif ketika suatu
negara sedang mengalami inflasi yang begitu tinggi.

2. Berdasarkan Langkah Kebijakan Ekspansioner :


 Kebijakan Fiskal
Berbeda dengan langkah kebijakan kontraksioner, pada langkah ekspansioner cenderung
dilakukan ketika suatu negara mengalami kondisi perekonomian yang menurun. Kondisi
ini biasanya terjadi ketika jumlah pengangguran semakin tinggi dan pertumbuhan
ekonomi justru semakin kecil. Pada kebijakan fiskal, langkah yang dilakukan tentu saja
dengan menaikkan anggaran belanja pemerintah dan menurunkan pajak agar
perekonomian kembali naik.
 Kebijakan Moneter
Dalam kebijakan moneter, langkah ekspansioner yang dilakukan adalah dengan
meningkatkan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Hal ini dilakukan agar daya beli
masyarakat menjadi tinggi kembali dan perekonomian menjadi naik kembali.

3. Berdasarkan Pelaku Kebijakan :


 Kebijakan Fiskal
Pelaku kebijakan fiskal merupakan pemerintah yang turut andil dalam menaikkan atau
menurunkan anggaran belanja hingga menaikkan dan menurunkan tarif pajak.Pelaku
kebijakan fiskan tidak ada campur tangan dari bank pusat sama sekali, sehingga murni
urusan dari pemerintah.
 Kebijakan Moneter
Sedangkan pelaku kebijakan moneter adalah bank sentral (jika di Indonesia merupakan
Bank Indonesia). Meski begitu, terkadang masih ada campur tangan dengan pemerintah
dalam penerapan kebijakan moneter seperti keterlibatan secara langsung dalam peredaran
jumlah uang dan kredit di perbankan.

1. Berdasarkan Instrumen Kebijakan :

7
 Kebijakan Fiskal
Instrumen dari kebijakan fiskal dalam penanganan ekonomi suatu negara diantaranya
anggaran defisit, anggaran surplus, hingga anggaran berimbang. Anggaran defisit
merupakan instrumen yang diterapkan dalam kebijakan fiskal dengan cara meningkatkan
pengeluaran dibandingkan pendapatan. Kebalikan dari defisit, anggaran surplus
merupakan instrumen yang dilakukan dengan cara meningkatkan pendapatan negara
dibandingkan pengeluaran. Sedangkan anggaran berimbang, sesuai namanya, yaitu
menyeimbangkan pendapatan negara dan pengeluaran Negara.

 Kebijakan Moneter
Berbeda dengan kebijakan fiskal, ada 5 instrumen yang diterapkan kebijakan moneter
diantaranya dengan melakukan operasi pasar terbuka, kebijakan diskonto, cadangan kas
minimun, imbauan moral hingga kredit selektif. Operasi pasar terbuka merupakan
penerapan kebijakan moneter dengan cara membeli atau menjual surat berharga
pemerintah guna pengendalian uang yang beredar. Sedangkan kebijakan diskonto adalah
dengan cara menurunkan maupun menaikkan suku bunga.
2. Berdasarkan Kredit Selektif :
 Kebijakan Fiskal
Kredit selektif merupakan pengurangan jumlah uang yang beredar dengan memperketat
pemberian kredit. Dalam kebijakan fiskal, pengurangan jumlah uang ini dilakukan pada
pengeluaran negara dan pendapatan negara berupa pajak.
 Kebijakan Moneter
Berbeda dengan kebijakan fiskal, pada kebijakan moneter, pengurangan dilakukan
dengan cara mengatur jumlah uang yang sedang beredar di masyarakat. Pengaturan uang
yang beredar ini dilakukan dengan cara memperketat syarat-syarat dalam pemberian
kredit oleh Bank sentral.

Tujuan Kebijakan Fiskal

Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan fiskal adalah untuk menentukan arah, tujuan,
sasaran, dan prioritas pembangunan nasional serta pertumbuhan perekonomian bangsa. Adapun
tujuan-tujuan dikeluarkannya kebijakan fiskal secara rinci adalah sebagai berikut :

8
 Mencapai kestabilan perekonomian nasional.
 Memacu pertumbuhan ekonomi.
 Mendorong laju investasi.
 Membuka kesempatan kerja yang luas.
 Mewujudkan keadilan social.
 Sebagai wujud pemerataan dan pendistribusian pendapatan.
 Mengurangi pengangguran.
 Menjaga stabilitas harga barang dan jasa agar terhindar dari inflasi.

a) Kebijakan moneter kebijakan ini memiliki 4 tujuan utama, yaitu


1) Pertumbuhan Ekonomi

Pengaturan nilai suku bunga dalam kebijakan moneter dapat memacu persaingan
dan aktivitas ekonomi sebuah negara. Kebijakan suku bunga bisa membuat nilai mata
uang menguat dan meningkatkan posisi mata uang tersebut saat digunakan dalam
perdagangan internasional. Semakin subur ladang perekonomian di dalam dan luar negeri
membuat banyak orang mendapatkan imbasnya. Hal seperti peningkatan tingkat
pendapatan dan pengurangan pengangguran bisa terjadi. Jika hal ini berjalan lama,
pertumbuhan ekonomi negara-pun mampu tercapai.

2) Membuka Lapangan Kerja Baru.

Seperti yang disinggung di atas, peningkatan kegiatan ekonomi berarti kebutuhan


tenaga kerja-pun akan naik. Kenaikan ini tentunya membuat banyak lapangan kerja
menjadi tersedia. Contoh saja, melalui kebijakan moneter yang baik, para investor asing
banyak yang datang dan membuka perusahaannya di sini. Jika sudah begitu, masyarakat
makin mudah mendapat pekerjaan.

3) Menciptakan Kestabilan Harga

Harga barang tentu berkaitan dengan jumlah uang yang beredar dalam
masyarakat. Jumlah uang beredar ini sangat mempengaruhi tingkat inflasi. Selama
banyak uang beredar banyak, nilai inflasi akan tinggi. Nilai inflasi inilah yang

9
menimbulkan peningkatan harga. Jika tidak hati – hati dalam mengontrol hal ini, inflasi
dapat menyebabkan krisis seperti pada tahun 1998 dan 2008 lalu. Jika sampai terjadi
krisis, harga – harga barang melejit tinggi. Jika sudah begitu banyak orang tidak mampu
memenuhi kebutuhannya karena harganya yang tinggi, hal inilah yang menyebabkan
tingkat kemiskinan akan meningkat.

4) Menjaga Keseimbangan Neraca Pembayaran dan Perdagangan.

Nilai mata uang pasti berbeda tiap negara dan hal ini dipengaruhi oleh
keseimbangan neraca pembayaran dan perdagangannya. Keseimbangan ini akan
mempengaruhi seberapa besar cadangan devisa, banyak impor dan ekspor yang
dilakukan, serta seberapa menariknya negara tersebut sebagai tempat investasi.Setelah
melihat tujuan kebijakan moneter, mari melihat apa saja bentuk kebijakan moneter itu.

F. Sejarah dan pengaruh Covid-19

Virus Corona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan sampai
berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS. Virus
Corona memiliki 20 anggota keluarga dimana sebagian besarnya tidak berbahaya dan tidak
memiliki efek pada manusia, namun ada 8 anggota Virus Corona yang memiliki efek terhadap
manusia, lima diantaranya memiliki efek kecil terhadap manusia, dan tiga diantaranya memiliki
efek besar dan dapat menyebabkan kerusakan pada manusia.

Virus Corona pertama kali ditemukan pada tahun 1930 pada hewan yang menyebabkan
gangguan saluran pernafasan yang ditemukan pada ayam, Kemudian selanjutnya Virus Corona di
temukan kembali pada tahun 1940 yang terjadi pada tikus. Virus Corona pertamakali
diidentifikasi pada tahun 1960 dan mulai tercetak pada berita media pada tahun 1968.

Virus Corona pertamakali ditemukan menginfeksi manusia pada tahun 2002 yang disebut
sebagai SARS CoV yang bersumber dari cina kemudian menjadi pandemi internasional pada
tahun 2003 sampai 2004. Selanjutnya Virus Corona ditemukan kembali pada tahun 2012 yang
disebut sebagai MERS yang menjadi pandemi dari tahun 2012 sampai 2019. Kemudian Virus

10
korona baru ditemukan kembali pada tahun 2019 yang bersumber dari Wuhan, China yang
kemudian menjadi pandemi Internasional sampai saat ini.

Severe Acute Respiratory Syndrome, (SARS) adalah sebuah jenis penyakit pneumonia
yaitu salah satu penyakit gangguan pernafasan. SARS pertama kali muncul pada November 2002
di Provinsi Guangdon, Tiongkok. Sekitar 10% dari penderita SARS meninggal dunia.

Virus SARS sepertinya berasal dari Provinsi Guangdong pada November 2002.
Walaupun telah mengambil langkah-langkah untuk mengontrol epidemi, Tiongkok tidak
memberitahu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang wabah itu hingga Februari 2003.
Justru, pemerintah setempat membatasi laporan epidemi untuk menjaga muka dan kepercayaan
publik. Ketidakterbukaan ini menjadikan Tiongkok sebagai kambing hitam akibat menunda
upaya internasional melawan epidemi. Sejak itu Tiongkok secara resmi telah meminta maaf
karena keterlambatannya dalam mengatasi wabah SARS.

Setelah Tiongkok membungkam berita wabah SARS baik internal maupun internasional,
SARS menyebar sangat cepat, mencapai negeri tetangga Hongkong dan Vietnam pada akhir
Februari 2003, kemudian ke negara lain dengan perantaraan wisatawan internasional. Kasus
terakhir dari epidemi ini terjadi pada Juni 2003. Dalam wabah itu, 8.069 kasus muncul yang
menewaskan 775 orang. Adapun efek terhadap ekonomi di tiongkok adalah sebagai berikut :

a. Piala Dunia Wanita FIFA, yang rencananya digelar di Tiongkok, dipindahkan ke


Amerika
Serikat
b. Pada 30 Maret, Federasi Es Hoki Internasional membatalkan turnamen Kejuaraan Dunia
Wanita IIHF 2003 yang akan digelar di Beijing.
c. Pada 1 April, sebuah maskapai penerbangan Eropa memecat sebagian pekerjanya karena
turunnya jumlah penumpang akibat serangan 11 septwmber dan SARS.
d. Beberapa pengunjung tidak mau memilih makanan Tiongkok di berbagai restoran di
Guangdong, Hong Kong dan kawasan Pecinan di Amerika Utara, 90% penurunan di
beberapa kasus. Bisnis telah membaik di beberapa kota setelah kampanye promosi.
e. Beberapa anggota Majelis Legislatif Hongkong merekomendasikan revisi anggaran untuk
menaikkan pengeluaran layanan medis.

11
MERS-CoV singkatan dari Middle East respiratory syndrome-related coronavirus,atau
disebut
EMC/2012 (HCoV-EMC/2012), adalah novel virus sense-positif, beruntai tunggal dari
genus Betacoronavirus. Yang menginfeksi 2.494 orang dan menyebabkan 858 kematian dengan
tingkat kematian 34,4%.

Awalnya bernama "novel coronavirus 2012" (2012-nCoV) atau "coronavirus" (nCoV),


pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 setelah pengurutan genom virus yang diisolasi dari
sampel dahak orang yang jatuh sakit dalam wabah flu baru 2012.

Pada Juli 2015, kasus MERS-CoV telah dilaporkan lebih dari 21 negara, termasuk Arab
Saudi, Yordania, Qatar, Mesir, Uni Emirat Arab, Kuwait, Turki, Oman, Aljazair, Bangladesh,
Indonesia (tidak ada yang terkonfirmasi), Austria, Inggris, Korea Selatan, Amerika Serikat,
Tiongkok Daratan, Thailand, dan Filipina.MERS-CoV adalah salah satu dari beberapa virus yang
diidentifikasi oleh WHO sebagai kemungkinan penyebab epidemi di masa depan. WHO telah
meminta untuk secepatnya dilakukan penelitian dan pengembangan yang mendesak terkait virus
ini.

Kasus virus ini pertama kali dilaporkan di Arab Saudi pada tahun 2012.Ahli virus Mesir,
Dr. Ali Mohamed Zaki mengisolasi dan mengidentifikasi virus corona (yang sebelumnya tidak
diketahui) dari paru-paru seorang pria.Kasus kedua ditemukan pada September 2012, seorang
pria berusia 49 tahun yang tinggal di Qatar mengalami gejala flu yang serupa, dengan urutan
virus yang hampir identik dengan kasus pertama di Arab Saudi.Pada November 2012, kasus yang
sama bermunculan di Qatar dan Arab Saudi. Dengan bertambahnya kasus serupa yang disertai
kematian, maka dimulailah penelitian dan pemantauan yang cepat terhadap virus corona baru ini.

Penyakit Coronavirus 2019 ( COVID-19 ) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Ini pertama kali diidentifikasi pada
Desember 2019 di Wuhan , Cina, dan sejak itu menyebar secara global, mengakibatkan pandemi
yang berkelanjutan . Pada 8 Mei 2020, lebih dari 3,9 juta kasus telah dilaporkan di 187 negara
dan wilayah, yang mengakibatkan lebih dari 272.000 kematian . Lebih dari 1,3 juta orang telah
pulih.

12
virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Walaupun
lebih banyak menyerang lansia, virus ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi,
anak-anak, hingga orang dewasa, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.

Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering.
Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit
tenggorokan atau diare, Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tetap merasa
sehat. Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan
khusus. Sekitar 1 dari 6 orang yang terjangkit COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan
bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada
sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung atau diabetes, punya kemungkinan
lebih besar mengalami sakit lebih serius. Mereka yang mengalami demam, batuk dan kesulitan
bernapas sebaiknya mencari pertolongan medis.

G. Kebijakan Moner Untuk Menghadapi Covid-19

1. BI terus melakukan langkah-langkah memperkuat stabilitas moneter dan pasar


keuangan bersama Pemerintah dan OJK.
Dalam rangka memperkuat koordinasi dan berbagai langkah kebijakan yang telah
diambil sebelumnya, Bank Indonesia telah menempuh beberapa langkah kebijakan
lanjutan untuk menjaga stabilitas moneter dan pasar keuangan, termasuk memitigasi
risiko COVID-19, sebagai berikut :

a. Relaksasi ketentuan bagi investor asing terkait lindung nilai dan posisi devisa neto
 Penggunaan rekening Rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing
sebagai underlying transaksi dalam transaksi DNDF, sehingga dapat mendorong lebih
banyak lindung nilai atas kepemilikan Rupiah di Indonesia, yang telah berlaku sejak 19
Maret 2020;

13
 Pencatatan Transaksi DNDF dalam Posisi Devisa Neto (PDN), dimana transaksi
DNDF diperhitungkan dalam PDN Bank dan dilaporkan ke BI, sehingga perbankan
akan semakin longgar dalam bertranskasi di pasar valas, sejak tanggal 20 Maret 2020.

b. BI menegaskan kembali bahwa investor global dapat menggunakan bank kustodi global
dan domestik dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia.
c. BI bersama Kemenkeu telah melakukan komunikasi secara langsung dengan investor
global, dimana seluruh investor global mengapresiasi langkah Pemerintah dan BI dalam
mengelola perekonomian sehingga masih menaruh kepercayaan terhadap kondisi
perkembangan ekonomi dan keuangan Indonesia.

2. BI bersama otoritas terkait berkomitmen untuk menjaga kelancaran layanan sistem


pembayaran dan transaksi keuangan untuk mendukung berbagai kegiatan
ekonomi.
Dalam mendukung dan mengikuti seruan Pemerintah untuk memitigasi penyebaran
COVID-19, BI melaksanakan langkah sebagai berikut:
a. BI telah berkoordinasi dengan OJK dan industri untuk menetapkan penyesuaian jadwal
kegiatan operasional dan layanan publik yang berlaku sejak 30 Maret – 29 Mei 2020.
b. Dari sisi tunai, BI memastikan bahwa uang Rupiah yang didistribusikan kepada
masyarakat adalah uang Rupiah yang telah melalui proses pengolahan khusus guna
meminimalisir penyebaran COVID-19. BI bekerjasama dengan perbankan memastikan
bahwa pemenuhan kebutuhan uang tunai dilakukan secara front loading. Perlu diketahui
bahwa ketersediaan uang tunai mencapai 6 (enam) bulan untuk kebutuhan uang beredar.
c. Dari sisi non tunai, BI dan industri melakukan upaya dalam meningkatkan transaksi non-
tunai. Penggunaan non tunai melalui uang elektronik, mobile banking, internet
banking dan QRIS, mendukung program WFH dan social distancing. Termasuk melalui
perpanjangan masa berlakunya MDR QRIS, khusus usaha mikro, sebesar 0% yang
berlaku hingga 30 September 2020 dan penurunan biaya SKNBI yang berlaku efektif
sejak 1 April 2020 sampai dengan 31 Desember 2020. BI akan terus mendorong
penggunaan pembayaran non tunai serta mendukung program-program pemerintah dalam
menyalurkan dana bantuan sosial melalui pembayaran non-tunai.

14
3. Kondisi sekarang berbeda dengan Global Financial Crisis tahun 2008 dan Krisis
Moneter Asia tahun 1998.
Kondisi yang terjadi saat ini bersumber dari aspek kemanusiaan karena pandemi
COVID-19 yang kemudian berdampak ke sektor ekonomi dan keuangan secara global.
Semakin cepat dalam mengatasi pandemik COVID-19, maka dampak ke sektor ekonomi
dan keuangan semakin cepat diminimalisir. Selanjutnya disampaikan bahwa dampak
pelemahan rupiah terhadap inflasi sangat minimal dan inflasi tetap terkendali karena, 1)
ketersediaan pasokan yang cukup, 2) kesenjangan output atau output gap masih negatif,
3) kredibilitas kebijakan moneter untuk memastikan stabilitas harga dan sasaran inflasi
(3+1%) tercapai termasuk melalui koordinasi bersama TPIP dan TPID, serta 4)
pelemahan rupiah saat ini bersifat temporer karena kepanikan global.
BI akan terus berkoordinasi secara erat dalam melakukan langkah tersebut bersama
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), termasuk memperkuat Protokol Manajemen
Krisis (PMK). BI akan terus memperkuat koordinasi ini dengan Pemerintah dan OJK
untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya
terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi
kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan
sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan
berdaya tahan.

H.
RINGKASAN EKSEKUTIF PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
11/POJK.03/2020 TENTANG STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL SEBAGAI
KEBIJAKAN COUNTERCYCLICAL DAMPAK PENYEBARAN CORONAVIRUS
DISEASE 2019 (POJK STIMULUS DAMPAK COVID-19)

1. Perkembangan penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19) berdampak secara


langsung ataupun tidak langsung terhadap kinerja dan kapasitas debitur termasuk debitur
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), sehingga berpotensi mengganggu kinerja
perbankan dan stabilitas sistem keuangan yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu, untuk mendorong optimalisasi fungsi intermediasi perbankan, menjaga

15
stabilitas sistem keuangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan kebijakan
stimulus perekonomian sebagai countercyclical dampak penyebaran COVID-19.
2. Pokok-pokok pengaturan POJK Stimulus Dampak COVID-19 antara lain:
a. POJK ini berlaku bagi BUK, BUS, UUS, BPR, dan BPRS.
b. Bank dapat menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi
untuk debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19 termasuk debitur UMKM,
dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
c. Debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19 termasuk debitur UMKM adalah
debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban pada Bank karena debitur
atau usaha debitur terdampak dari penyebaran COVID-19 baik secara langsung ataupun
tidak langsung pada sektor ekonomi antara lain pariwisata, transportasi, perhotelan,
perdagangan, pengolahan, pertanian, dan pertambangan.
d. Kebijakan stimulus dimaksud terdiri dari:
1) Penilaian kualitas kredit/pembiayaan/penyediaan dana lain hanya berdasarkan
ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga untuk kredit/pembiayaan/penyediaan
dana lain dengan plafon s.d Rp10 miliar; dan
2) Peningkatan kualitas kredit/pembiayaan menjadi lancar setelah direstrukturisasi
selama masa berlakunya POJK. Ketentuan restrukturisasi ini dapat diterapkan Bank
tanpa melihat batasan plafon kredit/pembiayaan atau jenis debitur.
e. Cara restrukturisasi kredit/pembiayaan dilakukan sebagaimana diatur dalam peraturan
OJK mengenai penilaian kualitas aset, antara lain dengan cara:
1) penurunan suku bunga;
2) perpanjangan jangka waktu;
3) pengurangan tunggakan pokok;
4) pengurangan tunggakan bunga;
5) penambahan fasilitas kredit/pembiayaan; dan/atau
6) konversi kredit/pembiayaan menjadi Penyertaan Modal Sementara.
f. Bank dapat memberikan kredit/pembiayaan/penyediaan dana lain yang baru kepada
debitur yang telah memperoleh perlakuan khusus sesuai POJK ini dengan penetapan
kualitas kredit/pembiayaan/penyediaan dana lain tersebut dilakukan secara terpisah
dengan kualitas kredit/pembiayaan/penyediaan dana lain sebelumnya.

16
g. Bank menyampaikan laporan berkala atas penerapan POJK ini untuk monitoring
Pengawas sejak posisi data akhir bulan April 2020.
h. Ketentuan ini berlaku sejak diundangkan sampai dengan tanggal 31 Maret 2021.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang.

Setelah melihat tujuan kebijakan moneter, mari melihat apa saja bentuk kebijakan
moneter itu. Virus Corona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan
sampai berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS.
Virus Corona memiliki 20 anggota keluarga dimana sebagian besarnya tidak berbahaya dan tidak
memiliki efek pada manusia, namun ada 8 anggota Virus Corona yang memiliki efek terhadap
manusia, lima diantaranya memiliki efek kecil terhadap manusia, dan tiga diantaranya memiliki

17
efek besar dan dapat menyebabkan kerusakan pada manusia. Virus Corona pertama kali
ditemukan pada tahun 1930 pada hewan yang menyebabkan gangguan saluran pernafasan yang
ditemukan pada ayam, Kemudian selanjutnya Virus Corona di temukan kembali pada tahun 1940
yang terjadi pada tikus.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter

https://www.finansialku.com/definisi-kebijakan-moneter-adalah/

https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-tujuan-dan-instrumen-kebijakan-moneter/

https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Perkembangan-Terkini-Perekonomian-
dan-Langkah-BI-dalam-Hadapi-COVID-19-26032020.aspx

https://www-simulasikredit-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.simulasikredit.com/amp/jenis-
jenis-kebijakan-moneter-yang-berpengaruh-

18
besar/?usqp=mq331AQFKAGwASA%3D&amp_js_v=0.1#aoh=15889941183502&referrer=http
s%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2
Fwww.simulasikredit.com%2Fjenis-jenis-kebijakan-moneter-yang-berpengaruh-besar%2F

https://www.cnbcindonesia.com/opini/20200508151106-14-157161/formula-moneter-dalam-
peperangan-melawan-covid-19

19
MAKALAH KELOMPOK 2

“COVID-19 DAN KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA”

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro

Dosen Pengampu: Ady Cahyadi S.E, M.Si.

Disusun Oleh:
Rhafi Alamsyah (11190860000007)
Audrey Ravindra Kusuma (11190860000022)
Shally Chica Aneetha (11190860000023)
Putri Syifa Asilah (11190860000024)
Hilmatul Fuadiyah (11190860000025)
Annisa Nur Ramadhani (11190860000026)
Muhammad Usamah (11190860000027)

2-A EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Covid-19 dan
Kebijakan Fiskal di Indonesia”.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Ady Cahyadi, S.E, M.Si. pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang keijakan makro ekonomi di
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Palabuhanratu, 14 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Fiskal


B. Tujuan Utama Kebijakan Fiskal
C. Fungsi Kebijakan Fiskal
D. Jenis – Jenis Kebijakan Fiskal
E. Komponen Kebijakan Fiskal
F. Covid-19 dan Kebijakan Fiskal

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Referensi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Jumlah kasus penderita COVID-19 diperkirakan lebih dari 1 juta orang di
seluruh dunia. Perkiraan tersebut dilihat dari jumlah kasus baru per hari yang tumbuh
secara eksponensial. Saat ini, pandemik COVID-19 telah menyebar di 203 negara
dengan persentase tingkat kematian sebesar 20 persen secara global.
Persentase tingkat kematian selalu meningkat setiap harinya, begitu pula
dengan munculnya jumlah kasus baru. Dunia dihadapkan pada kekhawatiran resesi
global yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Beberapa negara melaksanakan kebijakan lockdown untuk memutus rantai
penyebaran COVID-19. Tetapi, ada beberapa negara yang tidak melakukan lockdown
dan lebih memilih tes secara masal atau melakukan himbauan untuk menerapkan
physical distancing.
Bagi beberapa negara berkembang, opsi untuk melakukan lockdown akan
sangat berdampak bagi kehidupan ekonomi setiap penduduknya. Kebijakan lockdown
mengharuskan setiap aktivitas perekonomian dihentikan dan pemerintah harus
menyediakan berbagai kebutuhan pokok penduduknya.
Langkah fiskal Indonesia jilid pertama adalah membantu masyarakat yang
penghasilannya terdampak seperti menambah penerima manfaat kartu sembako,
memberi subsidi bunga perumahan untuk 40 persen masyarakat miskin, menyalurkan
kartu pra-kerja bagi masyarakat miskin, mempercepat kegiatan dana desa, dan
mempercepat pencairan belanja negara.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga mengeluarkan kebijakan jilid 2 untuk
menambah daya beli masyarakat. Kebijakan tersebut seperti tidak memungut pajak
bagi pekerja industri manufaktur, menurunkan biaya kredit, dan menangguhkan
pembayaran kredit.
Dengan adanya klasifikasi untuk wilayah prioritas penanganan kasus COVID-
19, maka dana stimulus fiskal yang diberikan dapat lebih efektif dan efisien.
Pemetaan wilayah yang masuk zona merah atau paling terdampak COVID-19 dapat
menjadi wilayah prioritas dalam pemberian kebutuhan pokok penduduknya di tengah
kebijakan lockdown.
Hingga saat ini, kebijakan lockdown yang pernah dilakakan oleh China
berhasil menekan kemunculan kasus baru, Namun, segala upaya yang telah dilakukan
pemerintah patut untuk didukung dan dipatuhi sehingga kepanikan dan ketakutan
setiap penduduk Indonesia atas kasus ini dapat segera hilang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, dapat dirumuskan:
1. Apa itu kebijakan fiskal?
2. Apa tujuan utama kebijakan fiskal?
3. Apa saja fungsi kebijakan fiskal?
4. Apa saja jenis-jenis kebijakan fiskal?
5. Apa saja komponen kebijakan fiskal?
6. Bagaimana kaitan Covid-19 dan kebijakan fiskal di Indonesia?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui apa itu kebijakan fiskal
2. Mengetahui tujuan utama kebijakan fiskal
3. Mengetahui fungsi kebijakan fiskal
4. Mengetahui jenis-jenis kebijakan fiskal
5. Mengetahui komponen kebijakan fiskal
6. Mengetahui kaitan kebijakan fiskal dan Covid-19
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Fiskal


KBBI mengartikan fiskal sebagai segala hal yang berkaitan dengan urusan
pendapatan negara atau pajak. Kebijakan fiskal di Indonesia merujuk pada kebijakan
pemerintah yang ditujukan untuk mengarahkan ekonomi suatu negara lewat
pengeluaran serta pendapatan pemerintah. Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi
yang dilakukan oleh pihak pemerintah guna mengelola dan mengarahkan kondisi
perekonomian ke arah yang lebih baik atau yang diinginkan dengan cara mengubah
atau memperbarui penerimaan dan pengeluaran pemerintah, salah satu hal yang
ditonjolkan dari kebijakan fiskal ini adalah pengendalian pengeluaran dan penerimaan
pemerintah atau negara.
Kata fiskal sendiri berasal dari Bahasa Latin, fiscus yaitu nama seorang
pemegang kuasa atas keuangan pertama pada zaman Romawi kuno. Secara harfiah
berarti keranjang atau tas. Adapun kata fisc dalam bahasa Inggris berarti
pembendaharaan atau pengaturan keluar masuknya uang dalam kerajaan. Fiskal
digunakan untuk menjelaskan bentuk pendapatan Negara atau kerajaan yang
dikumpulkan dari masyarakat dan oleh pemerintahan Negara atau kerajaan dianggap
sebagai pendapatan lalu digunakan sebagai pengeluaran dengan program-program
untuk menghasilkan pencapaian terhadap pendapatan nasional, produksi dan
perekonomian serta digunakan pula sebagai perangkat keseimbangan dalam
perekonomian.
Sedangkan untuk kebijakan fiskal sendiri adalah salah satu faktor yang
membentuk arah ekonomi negara. Pemerintah menggunakan kebijakan fiskal untuk
mempengaruhi ekonomi dengan menyesuaikan tingkat pendapatan dan pengeluaran.
Kebijakan fiskal didasarkan pada teori-teori ekonom Inggris John Maynard
Keynes, yang menyatakan bahwa peningkatan atau penurunan pendapatan (pajak) dan
tingkat pengeluaran mempengaruhi inflasi, lapangan pekerjaan dan aliran uang
melalui sistem ekonomi suatu negara.
Keberhasilan ekonomi suatu negara biasanya diukur oleh beberapa faktor,
salah satunya termasuk produk domestik bruto (PDB), yang merupakan nilai barang
dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam setahun. Faktor lainnya adalah
permintaan agregat, yang merupakan jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara yang dibeli pada titik harga tertentu.
Jika kurva permintaan agregat menyatakan bahwa pada tingkat harga yang
lebih rendah, maka lebih banyak barang dan jasa yang diproduksi. Kebijakan fiskal
mempengaruhi pengukuran ini, tujuannya adalah untuk meningkatkan PDB dan
permintaan agregat secara berkelanjutan.
B. Tujuan Utama Kebijakan Fiskal
Untuk menjaga agar tiap waga negara berada pada posisi perekonomian yang
baik dan stabil, pemerintah selaku pemangku kebijakan wajib membuat undang-
undang maupun program demi tercapainya tujuan tersebut. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan mengeluarkan kebijakan fiskal untuk mempengaruhi
perekonomian tersebut melalui perubahan dalam pengeluaran dan perpajakan.
Kebijakan yang dibuat biasanya bertujuan untuk mencapai sasaran ekonomi seperti
pertumbuhan ekonomi yang baik, lapangan kerja yang tinggi dan harga yang stabil.
 Mencapai Kestabilan dan Meningkatkan Perekonomian Nasional
Mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah salah satu
tujuan utama kebijakan fiskal. Ketika ekonomi tumbuh dengan cepat, bisnis
cenderung berkembang dan orang cenderung mendapatkan lebih banyak
pendapatan. Tentunya ini juga meningkatkan kesejahteraan bangsa secara
keseluruhan.
Mengurangi pajak adalah cara pemerintah dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi melalui kebijakan fiskal. Ketika pajak lebih rendah, konsumen memiliki
lebih banyak uang untuk dibelanjakan, yang cenderung meningkatkan investasi
dan pendapatan bisnis, yang mengarah ke pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran
pemerintah yang lebih tinggi juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi.
 Membuka kesempatan Kerja
Pengangguran merupakan salah satu masalah yang pasti dimiliki oleh
setiap negara, tak terkecuali di Indonesia. Maka dari itu, tidak mengherankan jika
penerapan kebijakan fiskal oleh pemerintah bertujuan untuk mengurangi tingkat
pengangguran. Karena, dengan jumlah pengangguran yang tinggi, akan
meningkatkan kecenderungan untuk tidak memiliki uang untuk dibelanjakan. Hal
ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi di sebuah negara.
Salah satu cara yang dapat dilakukan pun serupa dengan tujuan yang
pertama, yakni mengurangi pajak. Dengan menerapkan kebijakan tersebut,
perekonomian akan terdorong dan menyebabkan perusahaan-perusahaan
melakukan ekspansi. Hal ini akan secara bersamaan mendorong meningkatnya
lapangan pekerjaan untuk mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
 Menjaga Stabilitas Harga Agar Terhindar dari Inflasi
Tujuan lain dari kebijakan fiskal adalah menstabilkan kondisi
perekonomian, dengan maksud untuk menghindari inflasi. Ekonomi di sebuah
negara cenderung mengikuti pola ekspansi global (booming), yang biasanya
diikuti oleh perlambatan ekonomi (busts).
Pemerintah dapat menggunakan kebijakan fiskal untuk mengurangi risiko
ini dengan meningkatkan pengeluaran dan mengurangi pajak. Hal ini
dimaksudkan untuk mengendalikan ekspansi berlebihan yang dapat berdampak
buruk, seperti inflasi tinggi. Intinya, pemerintah dapat mencoba memuluskan
tren boom dan bust untuk mencapai tren pertumbuhan ekonomi secara konstan
yang lebih stabil.
C. Fungsi Kebijakan Fiskal
Sejalan dengan tujuan yang dikehendaki, kebijakan fiskal juga memiliki
fungsi-fungsi yang saling melengkapi satu sama lain. Hanya terdapat 2 fungsi utama
dari kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah, yakni mengoptimalkan
penggunaan sumber daya, dan aktivitas investasi.
 Mengoptimalkan Penggunaan Sumber Daya
Sumber daya yang dimaksud di sini bukan hanya sumber daya manusia,
tapi juga sumber daya alam. Tanpa dua komponen ini, aktivitas ekonomi negara
akan terancam. Namun, dengan kebijakan fiskal, kedua sumber daya ini akan
menjadi lebih seimbang dan optimal dalam penggunaannya.
 Mengoptimalkan Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi merupakan salah satu sumber pemasukan bagi devisa
negara. Hal ini akan akan memberikan keuntungan bagi pemerintah dan negara
karena saling menguntungkan antara pengusaha dan investor. Sehingga, dengan
adanya kebijakan fiskal, maka pemilik modal akan mendapatkan peluang besar
dalam menginvestasikan modalnya, sehingga bisa menambah devisa yang berarti
akan meningkatkan perekonomian negara.
D. Jenis – Jenis Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dari segi teori adalah bagaimana kebijakan itu dilihat secara
non-praktis. Adapun macam-macam kebijakan fiskal dari segi teori adalah:
1. Kebijakan Fungsional
Merupakan kebijakan untuk pertimbangan pengeluaran anggaran dan
penambahan kesempatan kerja yang dilakukan oleh pemerintah karena akibat
tidak langsung dari pendapatan nasional.
2. Kebijakan Disengaja

Merupakan kebijakan fiskal yang dimaksudkan untuk mengatasi


masalah-masalah ekonomi yang sedang dihadapi dengan cara memanipulasi
anggaran belanja secara sengaja, baik melalui perubahan perpajakan maupun
perubahan pengeluaran pemerintah. Ada tiga bentuk dari macam kebijakan
fiskal ini, yaitu:

 Membuat perubahan pada pengeluaran pemerintah


 Membuat perubahan pada sistem pemungutan pajak
 Membuat perubahan secara serentak baik pada pengelolaan pemerintah
maupun sistem pemungutan pajak
3. Kebijakan Tak Disengaja
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengendalikan kecepatan siklus bisnis
supaya tidak terlalu fluktuatif. Dalam kondisi depresi, kebijakan ini
dimaksudkan untuk menambah aktivitas kegiatan ekonomi yang terjadi.
Sedangkan dalam keadaan inflasi, kebijakan ini akan mengurangi aktivitas
tersebut. Jenis penstabil otomatis atau kebijakan fiskal tak disengaja yaitu
pajak proporsional, pajak progresif, kebijakan harga minimum, asuransi
pengangguran.
Berdasarkan jumlah pemasukan dan pengeluarannya, kebijakan fiskal dibagi
menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kebijakan Anggaran Surplus
Kebijakan anggaran surplus merupakan kebijakan pemerintah dimana
pendapatan atau pemasukan yang didapatkan oleh pemerintah tidak digunakan
seluruhnya untuk pengeluaran. Hal ini akan menyebabkan tabungan
pemerintah menjadi bertambah. Kebijakan anggaran surplus bekerja dengan
cara pemasukan atau pendapatan anggaran harus lebih besar daripada
pengeluaran.
Adanya inflasi yang berlangsung menyebabkan terjadinya kenaikan
harga. Kenaikan harga terjadi karena jika dibandingkan, nilai uang lebih
banyak daripada barang. Kebijakan anggaran surplus bekerja sebaliknya yaitu
menekan pengeluaran pemerintah yang suatu saat dapat menekan dan
mengurangi permintaan barang atau jasa dari para konsumen secara total.
Dengan demikian, angka inflasi dapat turun secara bertahap.
2. Kebijakan Anggaran Berimbang
Kebijakan anggaran berimbang merupakan kebijakan dimana
pemasukan atau pendapatan negara harus sama besar atau seimbang dengan
pengeluaran negara yang disusun. Dalam kebijakan ini, pemerintah harus
menyesuaikan pengeluaran yang dilakukan dengan pemasukan yang didapat.
Dengan adanya kebijakan ini maka pemerintah tidak perlu meminjam
dana dari pihak dalam negeri maupun pihak luar negeri sehingga menghindari
terjadinya hutang negara. Namun di lain sisi, jika deflasi sedang berlangsung
yaitu saat dimana uang yang ada lebih sedikit dari kebutuhan/permintaan
masyarakat dan investasi turun maka sangat berdampak pada keadaan
perekonomian negara. Perekonomian negara akan turun dan menjadi
terhambat.
3. Kebijakan Anggaran Defisit
Pemerintah mengatasi pengeluaran yang lebih besar dari pendapatan
dengan memakai pinjaman baik itu pinjaman dari pihak dalam negeri maupun
dari pihak luar negeri. Ada 4 cara yang digunakan untuk mengukur kebijakan
anggaran defisit antara lain:

a. Defisit Primer : perhitungan defisit berdasarkan selisih antara belanja


diluar pembayaran pokok dan bunga hutang dengan total pendapatan.
b. Defisit Operasional : perhitungan defisit yang perhitungannya diukur
dalam nilai riil, bukan dalam nilai nominal.
c. Defisit Konvensional : perhitungan defisit berdasarkan selisih antara total
pembelanjaan dengan total pengeluaran termasuk hibah.
d. Defisit Moneter : perhitungan defisit berdasarkan selisih antara total
pendapatan dengan total pembelanjaan negara. Pembayaran pokok atau
hutang tidak termasuk ke dalam total pendapatan dan piutang tidak
termasuk ke dalam total pembelanjaan negara.

Kebijakan Anggaran Defisit yang diterapkan dapat membantu mengatasi


kondisi ekonomi negara yang terpuruk. Meskipun demikian, pinjaman yang dilakukan
oleh pemerintah di dalam kebijakan anggaran defisit, membuktikan bahwa anggaran
negara selalu dalam kondisi yang kekurangan.

E. Macam – Macam Komponen Kebijakan Fiskal


 Kebijakan Perpajakan
Sebelumnya kita telah membahas secara detail tentang kebijakan perpajakan
dalam penentuan kebijakan fiskal. Pemerintah mendapat pemasukan dari pajak
langsung dan tidak langsung. Melalui kebijakan fiskalnya, pemerintah bertujuan
untuk menjaga sebanyak mungkin pajak progresif. Lebih lanjut, keputusan
perpajakan sangat penting bagi ekonomi karena dua alasan:
1. Tarif pajak yang lebih tinggi dari biasanya akan mengurangi daya beli orang
dan akan menyebabkan penurunan investasi dan produksi.
2. Tarif pajak yang lebih rendah dari biasanya akan membuat orang-orang
membelanjakan uangnya dan ini akan menyebabkan inflasi.
Dengan demikian, pemerintah harus membuat keseimbangan dan menerapkan
tarif pajak yang benar untuk perekonomian.
 Kebijakan pengeluaran
Kebijakan pengeluaran pemerintah berurusan dengan pendapatan dan belanja
modal. Pengeluaran ini dilakukan pada bidang-bidang pembangunan seperti
pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dll. Dan pengeluaran negarapun untuk
membayar utang, bunga internal dan eksternal atas utang-utang.
Anggaran pemerintah adalah instrumen paling penting yang mewujudkan
kebijakan pengeluaran pemerintah. Anggaran tersebut juga digunakan untuk
pembiayaan defisit yaitu mengisi kesenjangan antara belanja Pemerintah dan
pendapatan.
 Kebijakan Investasi dan Disinvestasi
Tingkat optimal investasi domestik maupun asing diperlukan untuk
mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Dalam beberapa tahun terakhir, Arus
modal internasional atau FDI telah meningkat secara dramatis dan telah menjadi
alat untuk mengintegrasikan ekonomi domestik dengan ekonomi global.
 Pengelolaan Uang/Surplus
Jika pemerintah menerima lebih dari yang dihabiskan, itu disebut surplus.
Namun jika pemerintah membelanjakan lebih dari pendapatan, maka itu disebut
defisit. Untuk membiayai defisit, pemerintah harus meminjam dari sumber-
sumber domestik atau asing. Opsi lain yang dapat diambil adalah mencetak uang
untuk pembiayaan deficit.
F. Kaitan Covid-19 dan Kebijakan Fiskal di Indonesia
Dalam menghadapi Covid-19, Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan
yang cepat dan prudent untuk mengurangi dampaknya pada perekonomian. Beberapa
ahli mengkhawatirkan, dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh Covid-19 bisa lebih
besar dari dampak kesehatan, dan pertumbuhan ekonomi akan melambat. Jika terjadi
perlambatan ekonomi, maka daya serap tenaga kerja akan berkurang, meningkatnya
pengangguran dan kemiskinan.
Sektor yang sangat terpukul dengan pandemi Covid-19 adalah pariwisata
dikarenakan adanya larangan traveling dan konsekuensi social distancing. Imbasnya
merembet ke industri perhotelan, restoran, retail, transportasi dan lainnya.
Sektor manufaktur juga terimbas karena terhambatnya supply chain bahan
baku disebabkan kelangkaan bahan baku terutama dari China dan keterlambatan
kedatangan bahan baku. Hal ini akan berdampak pada kenaikan harga produk dan
memicu inflasi.
Wabah virus COVID-19 telah membuat pemerintah mengeluarkan sejumlah
kebijakan fiskal. Bekerjasama dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KKSK),
pemerintah telah mengambil beberapa keputusan untuk mengurangi dampak dari
virus tersebut.
Hal ini diharapkan dapat mengobati keadaan yang memburuk belakangan ini.
Dunia ekonomi terbilang menurun akibat wabah virus ini. Di bidang produksi,
penjualan menyusut karena efek supply shock. Arus kas perusahaan terganggu dan
dapat mengakibatkan dampak buruk bagi keberlangsungan sebuah perusahaan.
Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah keputusan yang terangkum dalam
beberapa kebijakan mulai dari kebijakan stimulus dari stimulus satu, dua dan tiga dan
yang terbaru, Presiden Joko Widodo mengumumkan kebijakan baru dalam sebuah
konferensi pers di istana negara (31/3).
Pemerintah bersama KKSK telah mencanangkan sejumlah kebijakan agar
memberikan stabilitas dalam perekonomian negara untuk saat ini.

Update terbaru kebijakn fiskal 31 maret 2020

Dalam konferensi pers, Presiden Joko Widodo mengumumkan beberapa


kebijakan baru serta menandatangani Perppu no.1 tahun 2020 mengenai “Kebijakan
Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi
Corona Virus Disease 2019 COVID- 19)”.

Presiden Jokowi juga berharap agar Perppu tersebut bisa segera diundangkan
dan dilaksanakan oleh pihak DPR seperti dilansir dari Tirto. Adapun kebijakan-
kebijakan ini mencakup beberapa sektor, termasuk sektor fiskal. Melihat dampak
pandemi virus COVID-19 yang mempengaruhi dunia usaha, terdapat sejumlah
kebijakan terbaru yang dilakukan seperti:

 Pembebasan PPh 21 untuk para pekerja yang bekerja di sektor industry


pengolahan dengan penghasilan maksimal Rp 200 juta selama satu tahun.
 Penundaan pembayaran PPh 25 sebesar 30% selama 6 bulan untuk memberikan
ruang arus kas bagi industri.
 Pembebasan PPN impor bagi para wajib pajak dan tujuan ekspor (KITE), terutama
bagi KITE yang berasal dari kalangan industri skala kecil dan menengah pada 19
sektor tertentu.
 Adanya pengurangan untuk tarif PPh sebesar 25% bagi orang-orang wajib pajak,
kemudian impor tujuan ekspor (KITE), terutama industri skala kecil dan
menengah pada sektor tertentu.
 Percepatan restitusi PPN selama 6 bulan untuk membantu likuiditas perusahaan
yang terkena dampak wabah virus Covid-19.
 Penurunan tarif pajak usaha sebesar 22% berlaku untuk tahun pajak 2020 dan
2021 dan 20% untuk tahun pajak 2022.
 Badan Usaha PT dengan saham yang diperdagangkan sebesar 40% di Bursa Efek
Indonesia bisa mendapatkan keringanan pajak sebesar 3%.

Dengan diterapkannya kebijakan tersebut, pemerintah berharap agar hal ini


dapat membantu setiap aspek dalam masyarakat dalam rangka menghadapi wabah
COVID-19. Dengan begitu, daya beli masyarakat dapat terjaga dan kegiatan
operasional perusahaan dapat berjalan. Disamping itu, setiap elemen dalam
masyarakat perlu bekerjasama dalam mengatasi hal ini dengan melakukan social atau
physical distancing untuk mengurangi dampak penularan wabah virus COVID-19.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pihak
pemerintah guna mengelola dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang
lebih baik atau yang diinginkan dengan cara mengubah atau memperbarui penerimaan
dan pengeluaran pemerintah, salah satu hal yang ditonjolkan dari kebijakan fiskal ini
adalah pengendalian pengeluaran dan penerimaan pemerintah atau negara.
Untuk menjaga agar tiap waga negara berada pada posisi perekonomian yang
baik dan stabil, pemerintah selaku pemangku kebijakan wajib membuat undang-
undang maupun program demi tercapainya tujuan tersebut. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan mengeluarkan kebijakan fiskal untuk mempengaruhi
perekonomian tersebut melalui perubahan dalam pengeluaran dan perpajakan.
Kebijakan yang dibuat biasanya bertujuan untuk mencapai sasaran ekonomi seperti
pertumbuhan ekonomi yang baik, lapangan kerja yang tinggi dan harga yang stabil.
Pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan fiscal dalam menghadapi
Covid-19. Dengan diterapkannya kebijakan tersebut, pemerintah berharap agar hal ini
dapat membantu setiap aspek dalam masyarakat dalam rangka menghadapi wabah
COVID-19. Dengan begitu, daya beli masyarakat dapat terjaga dan kegiatan
operasional perusahaan dapat berjalan. Disamping itu, setiap elemen dalam
masyarakat perlu bekerjasama dalam mengatasi hal ini dengan melakukan social atau
physical distancing untuk mengurangi dampak penularan wabah virus COVID-19.
B. Saran
Demikianlah isi makalah kami ini, yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Studi Islam. Dalam penulisan makalah yang sangat sederhana ini, besar harapan kami
untuk dapat dikritik dan dikoreksi, sebagai bahan pembelajaran buat kami, dalam
mengerjakan tugas-tugas makalah selanjutnya.
REFERENSI

https://www.suara.com/yoursay/2020/04/07/110508/stimulus-fiskal-menghadapi-covid-19

https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-kebijakan-fiskal-dan-tujuannya/

https://cpssoft.com/blog/keuangan/kebijakan-fiskal-pengertian-lengkap/

https://jojonomic.com/blog/kebijakan-fiskal/

Perppu No.1 tahun 2020 yang telah di-sahkan menjadi UU


MAKALAH KELOMPOK 3

“COVID-19 DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA”

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro

Dosen Pengampu: Ady Cahyadi S.E, M.Si.

Disusun Oleh :
Ayu Widaningsih (11190860000028)
Frida Ayunissa (11190860000029)
Ismail (11190860000030)
Wilda Hanifah (11190860000031)
Sarah Shabrina (11190860000032)
Amalia Puspitasari (11190860000033)
M. Rizki Ardiansyah (11190860000034)

2-A EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Covid-19 dan
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Ady Cahyadi, S.E, M.Si. pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang keijakan makro ekonomi di
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 30 Mei 2020


Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN :

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN :

A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi


B. Perbedaan dan Persamaan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi
C. Teori Pertumbuhan Ekonomi Cara Menghitung Pertumbuhan Ekonomi
D. Teori Pertumbuhan Ekonomi
E. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi
F. Kaitan COVID-19 dengan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

BAB III PENUTUP :

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Jumlah kasus penderita COVID-19 diperkirakan lebih dari 1 juta orang di seluruh
dunia. Perkiraan tersebut dilihat dari jumlah kasus baru per hari yang tumbuh secara
eksponensial. Saat ini, pandemik COVID-19 telah menyebar di 203 negara dengan
persentase tingkat kematian sebesar 20 persen secara global.
Persentase tingkat kematian selalu meningkat setiap harinya, begitu pula dengan
munculnya jumlah kasus baru. Dunia dihadapkan pada kekhawatiran resesi global yang
belum pernah terjadi sebelumnya.
Beberapa negara melaksanakan kebijakan lockdown untuk memutus rantai
penyebaran COVID-19. Tetapi, ada beberapa negara yang tidak melakukan lockdown
dan lebih memilih tes secara masal atau melakukan himbauan untuk menerapkan
physical distancing.
Bagi beberapa negara berkembang, opsi untuk melakukan lockdown akan sangat
berdampak bagi kehidupan ekonomi setiap penduduknya. Kebijakan lockdown
mengharuskan setiap aktivitas perekonomian dihentikan dan pemerintah harus
menyediakan berbagai kebutuhan pokok penduduknya.
Langkah fiskal Indonesia jilid pertama adalah membantu masyarakat yang
penghasilannya terdampak seperti menambah penerima manfaat kartu sembako,
memberi subsidi bunga perumahan untuk 40 persen masyarakat miskin, menyalurkan
kartu pra-kerja bagi masyarakat miskin, mempercepat kegiatan dana desa, dan
mempercepat pencairan belanja negara.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga mengeluarkan kebijakan jilid 2 untuk
menambah daya beli masyarakat. Kebijakan tersebut seperti tidak memungut pajak bagi
pekerja industri manufaktur, menurunkan biaya kredit, dan menangguhkan pembayaran
kredit.
Dengan adanya klasifikasi untuk wilayah prioritas penanganan kasus COVID-19,
maka dana stimulus fiskal yang diberikan dapat lebih efektif dan efisien. Pemetaan
wilayah yang masuk zona merah atau paling terdampak COVID-19 dapat menjadi
wilayah prioritas dalam pemberian kebutuhan pokok penduduknya di tengah kebijakan
lockdown.
Hingga saat ini, kebijakan lockdown yang pernah dilakakan oleh China berhasil
menekan kemunculan kasus baru, Namun, segala upaya yang telah dilakukan
pemerintah patut untuk didukung dan dipatuhi sehingga kepanikan dan ketakutan
setiap penduduk Indonesia atas kasus ini dapat segera hilang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pertumbuhan ekonomi ?
2. Apa perbedaan dan persamaan pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan
ekonomi?
3. Bagaimana cara mengukur pertumbuhan ekonomi ?
4. Apa saja teori pertumbuhan ekonomi ?
5. Apa saja faktor-faktor pertumbuhan ekonomi ?
6. Bagaimana kaitan COVID-19 dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian pertumbuhan ekonomi
2. Mengetahui perbedaan & persamaan pertumbuhan dengan pembangunan
ekonomi
3. Mengatahui cara mengukur pertumbuhan ekonomi
4. Mengetahui apa saja teori pertumbuhan ekonomi
5. Mengetahui apa saja faktor pertumbuhan ekonomi
6. Mengetahui kaitan COVID-19 dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan
ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan
faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi
barang dan jasa yang sama besarnya.
Pertambahan potensi memproduksi sering kali lebih besar dari pertambahan produksi
yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari
potensinya. ( Sadono Sukirno;10).

Prof. Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi itu adalah kenaikan jangka
panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang
barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
teknologi, penyesuaian kelembagaan, dan ideologi yang diperlukannya
Definisi ini memiliki tiga komponen :
1) Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-
menerus persediaan barang.
2) Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan
derajat kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; dan
kepada penduduk
3) Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan penyesuaan di bidang
kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan
dapat dimanfaatkan secara tepat dimanfaatkan.
4) Teori pertumbuhan ekonomi sebagai penjelasan mengenai faktor mengenai faktor –
faktor apa yang menentukan kenaikan ouput per kapita dalam jangka panjang, dan
mengenai bagaimana faktor mengenai bagaimana faktor – faktor tersebut
berinteraksi faktor satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses
perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

B. Perbedaan dan Persamaan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi
suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Sedangkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikkan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan
pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan
ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Perbedaan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi yaitu :
⮚ Pertumbuhan ekonomi :
1. Merupakan proses naiknya produk per kapita dalam jangka panjang
2. Tidak memperhatikan pemerataan pendapatan
3. Tidak memperhatikan pertambahan penduduk
4. Belum tentu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat
5. Pertumbuhan ekonomi belum tentu disertai dengan pembangunan ekonomi

⮚ Pembangunan ekonomi:
1. Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk
usaha meningkatkan produk per kapita
2. Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya
3. Memperhatikan pertambahan penduduk
4. Memperhatikan pertambahan penduduk
5. Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi memiliki persamaan yaitu :


1. Kedua-duanya merupakan kecenderungan di bidang ekonomi
2. Pokok permasalahan akhir adalah besarnya pendapatan per kapita
3. Kedua-duanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan memerlukan dukungan
rakyat
4. Kedua-duanya berdampak pada kesejahteraan rakyat

Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi yaitu :

1. Produk Domestik Bruto (PDB),yaitu nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang
diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara
asing.
2. Produk Nasional Bruto (PNB), yaitu nilai barang dan jasa yang dihitung hanyalah
barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh
warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung.

C. Cara Menghitung Pertumbuhan Ekonomi


Perhitungan jumlah produksi barang dan jasa suatu negara cukup sulit untuk dilakukan.
Sehingga, angka yang digunakan untuk menaksir perubahan output berupa barang dan
jasa produksi adalah nilai uang (moneter). Nilai tersebut tercermin dalam nilai Produk
Domestik Bruto (PDB).
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang digunakan adalah PDB
berdasarkan harga konstan, karena pengaruh perubahan harga atau inflasi telah
dihilangkan. Penghitungan atau pengukuran pertumbuhan ekonomi tidak dapat
dilakukan setiap saat karena pengumpulan data PDB sangat sulit dilakukan.

Biasanya, perhitungan PDB atau GDP Dilakukan dalam kurun waktu triwulanan dan
tahunan untuk satu periodenya. Cara menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi dapat
digunakan menggunakan rumus menghitung pertumbuhan ekonomi berikut ini.

D. Teori Pertumbuhan Ekonomi


A. Teori klasik
Teori pertumbuhan ekonomi aliran klasik ini sudah dikembangkan sejak abad ke-17. Ada
dua tokoh yang paling berpengaruh terhadap pemikiran teori klasik ini, yakni Adam
Smith dan David Ricardo

1) Menurut Adam Smith


Adam Smith adalah tokoh klasik yang banyak membahas mengenai teori -toeri
ekonomi, termasuk pertumbuhan ekonomi. Di dalam buknya yang berjudul An
Inquiry into the Nature and Causes Weaklth of Nation (1776), Adam Smith
menguraikan pendapatnya tentang bagaimana menganalisis pertumbuhan
ekonomi melalui dua faktor, yakni faktor output total dan faktor pertumbuhan
penduduk.
Perhitungan output total dilakukan dengan tiga variabel, meliputi sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan persediaan capital atau modal. Sedangkan
untuk faktor kedua, yakni pertumbuhan penduduk, digunakan untuk
menentukan luas pasar dan laju pertumbuhan ekonomi.

2) Menurut David Ricardo


Pemikiran David Ricardo dalam hal pertumbuhan ekonomi yang paling dikenal
adalah tentang the law of diminishing return. Pemikirannya ini tentang
bagaimana pertumbuhan penduduk atau tenaga kerja yang mampu
mempengaruhi penurunan produk marginal karena terbatasnya jumlah tanah.
Menurutnya, peningkatan produktivitas tenaga kerja sangat membutuhkan
kemajuan tekonologi dan akumulasi modal yang cukup. Dengan demikian,
pertumbuhan ekonomi dapat dicapai.

B. Teori Neoklasik
Dalam teori neoklasik pertumbuhan ekonomi, dua tokoh yang paling populer adalah
Joseph A Schumpeter dan Robert Solow.
1) Menurut Joseph A Schumpeter
Menurut Joseph A Schumpeter dalam bukunya yang berjudul The Theory of
Economic Development, membahas mengenai peran pengusaha dalam
pembangunan. Schumpeter menyimpulkan bahwa proses pertumbuhan
ekonokmi pada dasarnya adalah proses inovasi yang dilakukan oleh para
innovator dan wirausahawan.

2) Menurut Robert Solow.


Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi adalah rangkaian
kegiatan yang bersumber pada empat faktor utama, yakni manusia, akumulasi
modal, teknologi modern dan hasil (output).

C. Teori Neokeynes
Dalam teori Neokeynes, dikenal tokoh Roy F. Harrod dan Evsey D Domar. Pandangan
kedua tokoh tersebut adalah tentang adanya pengaruh investasi terhadap permintaan
agregat dan pertumbuhan kapasitas produksi. Sebab, investasi inilah yang kemudian
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Teori neokeynes ini memiliki pandangan bahwa penanaman modal adalah komponen
yang sangat utama dalam proses penentuan suksesnya pertumbuhan ekonomi.

D. Teori W. W. Rostow
W.W. Rostow banyak membahas mengenai pertumbuhan ekonomi dan Teori
Pembangunan. Berbagai pemikirannya dituangkan dalam salah satu bukunya
berjudul The Stages of Economic, A Non COmunist Manifesto. Dalam buku tersebut,
Rostow menggunakan pendekatan sejarah untuk menjabarkan proses perkembangan
ekonomi yang terjadi dalam suatu masyarakat.
Menurutnya, dalam suatu masyarakat, proses pertumbuhan ekonomi tersebut
berlangsung melalui beberapa tahapan, meliputi :
a. Masyarakat tradisional (traditional society)
b. Tahap prasyarat tinggal landas (praconditions for thae off)
c. Tahap tinggal landas (the take off)
d. Tahap menuju kedewasaan (maturity)
e. Tahap konsumsi tinggi (high mass consumption)

E. Teori Karl Bucher


Seperti Rostow, Karl Bucher juga memiliki pendapat tersendiri mengenai tahapan
perkembangan ekonomi yang berlangsung dalam suatu masyarakat. Tahapan
pertumbuhan ekonomi menurut Karl Bucher adalah :
a. Produksi untuk kebutuhan sendiri (rumah tangga tertutup)
b. Perekonomian sebagai bentuk perluasan pertukaran produk di pasar (rumah
tangga kota)
c. Perekonomian nasional dengan peran perdagangan yang semakin penting
(rumah tangga negara)
d. Kegiatan perdagangan yang telah meluas melintasi batas negara (rumah
tangga dunia)

E. Faktor – Faktor Pertumbuhan Ekonomi


1) Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi
sebuah negara. Faktor SDM bisa mempercepat atau sebaliknya akan memperlambat
proses pertumbuhan ekonomi.
Seperti contoh, ketika sebuah negara memiliki peningkatan jumlah pengangguran
terhadap penduduknya, maka negara tersebut bisa dikatakan sedang mengalami
suatu kemunduran. Adanya penurunan kualitas SDM, akan menyebabkan
peningkatan jumlahpengangguran dimana bisa diperparah dengan semakin
sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada. Meningkatnya suatu pengangguran dapat
memicu semakin tingginya kemiskinan yang ada dimasyarakat.
Dengan begitu, tentu saja akan berpengaruh terhadap permintaan masyarakat
terhadap akan barang maupun jasa dari suatu bisnis maupun perusahaan. Karena
masyarakat akan cenderung menghemat pendapatannya serta hanya akan
membelanjakannya untuk hal – hal yang benar – benar primer saja.

2) Sumber Daya Alam (SDA)


Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Namun,
kekayaan SDA tersebut tidak dapat berguna dengan semestinya, jika kualitas SDM
kurang baik dalam mengelolanya. Sehingga, Indonesia seringkali melaksanakan
kegiatan ekspor barang mentah serta mengimpornya kembali saat barang yang telah
jadi dengan harga yang jauh lebih mahal.
Dengan keterbatasan pengelolaan sumber daya alam ini, akan mengharuskan suatu
bisnis maupun perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan bahan mentah
seringkali harus mengimpor bahan dasar dari luar negeri. Denga begitu
mengakibatkan produk perushaan jauh lebih mahal dibandingkan saat harus
mendapatkannya dari dalam negeri.
Hal inilah yang menjadi dilema di masyarakat ini. Karena masih banyak produk –
produk dalam negeri dimana dinilai mahal sehingga membuat permintaannya
menurun.

3) Kemajuan IPTEK
Suatu negara dikatakan maju, jika ekonomi mengalami peningkatan terhadap
penggunaan ilmu pengetahuan serta teknologinya. Tidak terkecuali pada sebuah
perusahaan yang mengedepankan teknologi demi menghasilkan suatu barang dan
jasa yang lebih efisien lagi.
Penggunaan teknologi yang telah maju mengindikasikan jika perusahaan tersebut
harus mampu menghasilkan produk lebih cepat serta efisien. Teknologi dalam hal
peralatan produksi dimana digunakan agar bisa membantu meminimalisir terhadap
serapan tenaga kerja. Dengan begitu, anggaran untuk pegawai bisa dipangkas serta
digunakan untuk keperluan lain.
Tetapi, untuk bisnis yang sedang berkembang biasanya masih sulit untuk
menerapakan teknologi pada usahanya. Dikarenakan pembelian peralatan modern
dinilai masih mahal serta harus mengimpor dari luar negeri.

4) Tingkat Inflasi
Inflasi juga ialah salah satu gejala yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
dimana inflasi merupakan suatu kejadian dimana laju peredaran rupiah tidak
terkendali dengan semestinya.
Dengan meningkatnya harga – harga, maka akan berpengaruh terhadap produktifitas
bahan baku. Dengan begitu akan menyebabkan adanya peningkatan biaya operasi
perusahaan untuk pemasokan bahan baku. Tidak hanya itu, adanya inflasi akan
mempengaruhi akan gaji pegawai suatu perusahaan tersebut.
Terdapat dua tipe inflasi yang bisa berpengaruh langsung terhadap bisnis
perusahaan, ialah : cos-push inflation & deman-pull inflation. Dimana cos-push
inflation merupakan suatu harga produk naik karena permintaan masyarakat
meningkat dan deman-pull inflation merupakan suatu kenaikan permintaan
masyarakat sehingga menyebabkan kenaikan akan harga barang serta jasa.

5) Tingkat Suku Bunga


Pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi tingkat suku bunga sebuah negara.
Pertumbuhan ini akan cenderung membuat tingkat suku bunga mengalami kenaikan
dikarenakan adanya peningkatan pendapatan masyarakat.
Suku bunga yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap bisnis maupun perusahaan
yang biasanya menggunakan modal pinjaman demi meningkatkan kualitas
perusahaannya tersebut.
Tidak hanya itu, adanya suku bunga yang tinggi akan mempengaruhi permintaan
investasi yang rendah, sehingga akan berdampak buruk terhadap saham
perusahaan. Hal ini disebabkan karena investor lebih menyukai tabungan
konvensional dibandingkan harus menginvestasikan uangnya ke perusahaan.
Perkembangan sebuah bisnis sangat dipengaruhi secara langsung dari hasil
pertumbuhan ekonomi di negara. Dengan kata lain, ketika pertumbuhan kearah yang
lebih meningkat naik, maka permintaan masyarakat akan barang dan jasa juga akan
naik begitu juga sebaliknya.

Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah :


1. Korupsi
Korupsi akan mempersulit pembangunan karena akan membuat kekacauan dan
ketidakefisienan dalam pembelanjaan.

2. Laju inflasi
Inflasi akan berdampak pada menurunnya indeks kepercayaan konsumen karena
masyarakat cenderung mengurangi belanja karena berhati-hati terhadap resiko
kenaikkan harga tinggi.

3. Tingkat suku bunga


Tingkat suku bungan akan mempengaruhi investasi.

4. Kenaikkan harga bahan bakar minyak


Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
nasional karena dampak kebijakan tersebut menimbulkan "multiplayer effect"
menyeluruh terhadap perekonomian.

5. Situasi keamanan yang tidak kondusif


Ada beberapa pandangan untuk menciptakan kondisi ekonomi yang kokoh dibutuhkan
stabilitas politik dan keamanan. Investor yang pada saat ini dianggap sebagai salah satu
yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak akan mau
menanamkan modalnya (investasi jangka pendek maupun jangka panjang) jika
keamanan tidak stabil.

F. Kaitan COVID-19 dengan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Imbas pandemi Covid-19 yang menghadang laju bisnis berbagai sector bank dunia atau
World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi di Indonesia tumbuh nol 0% alias
stagnan pada akhir 2020. Proyeksi tersebut lebih rendah dari beberapa negara di
kawasan Asia Tenggara seperti Kamboja, Vietnam, Myanmar dan Filipina yang diyakini
masih sanggup meningkatkan perekonomiannya dibanding tahun 2019.

World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 ini akan berada di
bawah 5%. Parahnya lagi, ekonomi Indonesia bisa tak tumbuh sama sekali alias 0%
karena wabah yang melanda.
"Jadi jika melihat proyeksi pertumbuhan untuk tahun 2020 di Indonesia kami perkirakan
akan melambat menjadi 0% dan ini adalah asumsi dari dua bulan PSBB di bulan April,
Mei dan Juni," ujar ekonom senior Bank Dunia untuk Indonesia Ralph Van Doorn dalam
diskusi virtual bertajuk Implementasi New Normal Menghadapi Dampak Pandemi
COVID-19 terhadap Situasi Ekonomi dan Sosial, Selasa (2/6/2020).

"Anjloknya pertumbuhan ekonomi RI terjadi akibat perlambatan konsumsi rumah


tangga karena banyaknya masyarakat yang kehilangan pekerjaannya atau menjadi
korban dirumahkan dan PHK. "Serta akibat minimnya kegiatan ekonomi dan
menurunnya kepercayaan konsumen," sambungnya.

Parahnya lagi, utang RI diyakini bisa meningkat mendekati 37% dari Produk Domestik
Bruto (PDB) akibat pandemi ini
Berdasarkan data BI, perekonomian Indonesia pada kuartal I/2020 tumbuh melambat
menjadi 2,97 persen (yoy). Perry mengatakan ekonomi diprediksi mengalami penurunan
pada kuartal II/2020.
Apalagi, inflasi pada periode Puasa-Lebaran atau Mei 2020 tercatat sangat rendah, yaitu
0,07 persen (mtm) dan 2,19 persen (yoy).

Perry berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode pandemi Covid-19


tetap pada level positif, yaitu mendekati 2,3 persen. Angka pertumbuhan ekonomi 2,3
persen merupakan prediksi Bank Indonesia lantaran produk domesti bruto (PDB) pada
kuartal I/20

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan dalam skenario yang dilakukan
pemerintah, pertumbuhan ekonomi hanya berada dikisaran 2%. Bahkan dalam skenario
terberat pertumbuhan ekonomi bisa minus 0,4%.

"Sehingga kondisi ini menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi dan berpotensi


menekan lembaga keuangan karena kredit tidak bisa dibayarkan dan perusahaan alami
kesulitan dari revenue. Kemudian ancaman stabilitas keuangan menjadi sangat nyata
dalam kondisi sekarang. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini karena konsumsi rumah
tangga turun, demikian juga dengan investasi.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira,
mengatakan bahwa penerapan new normal tidak tak langsung otomatis membuat
ekonomi Indonesiapulih secara maksimal. Masih butuh waktu untuk pulih. New normal
tidak otomatis industri kembali beroperasi maksimal,Hal itu dikarenakan permintaan
ekspor masih melambat, sementara ia menyebut pelaku usaha juga kesulitan
memperoleh bahan baku. Sehingga bagi perusahaan membutuhkan waktu untuk
menyerap kembali karyawan yang dirumahkan dan di PHK.
“Apalagi ada kekhawatiran pelonggaran di saat kurva positif covid-19 masih meningkat
menimbulkan risiko gelombang kedua penyebaran covid-19

Meskipun penerapan new normal diklaim bisa mendorong perekonomian, hal itu tidak
bisa serta merta membuat ekonomi Indonesia melesat positif. Melainkan masih ada
berbagai proses dan tahapan untuk pulih.

Upaya pemerintah untuk membangkitkn kembali bidang ekonomi adalah dengan


mencanangkan program ekonomi nasional. Dalam program ini, ada 4 langkah yang akan
dilakukan untuk menyelamatkan keadaan finansial negeri ini. Di antaranya, subsidi
bunga pinjaman dari pemilik usaha kecil dan menengah (UMKM), pemberian dana pada
perbankan yang terdampak restrukturisasi, modal negara untuk BUMN, dan investasi
pemerintah untuk modal kerja.

Program ekonomi nasional ini sesuai dengan perppu nomor 1 tahun 2020 pasal 11
tentang menjaga kemampuan ekonomi pelaku usaha melalui penempatan dana
pemerintah, penjaminan, penyertaan modal kerja, dan investasi. Pengusaha UMKM
adalah salah satu penggerak ekonomi Indonesia, jadi wajar jika pemerintah
memperhatikan mereka yang terkena dampak pandemi Covid-19. Ketika usahanya sepi,
maka bantuan resmi dari pemerintah untuk meringankan pinjaman.

Pemerintah juga menyediakan anggaran sebanyak 35 trilyun rupiah untuk dijadikan


dana pada perbankan yang terdampak restrukturisasi. Seperti yang kita tahu, dalam
pandemi Covid-19 ini banyak nasabah yang kesusahan dalam membayar cicilan ke Bank.
Sehingga pemerintah memberikan bantuan berupa subsidi bunga kredit dan dana segar
pada perbankan.
Bank yang terdampak restrukturisasi juga bisa mengajukan bantuan likuiditas kepada
pemerintah. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Kebijakan Finansial.Namun likuiditas
ini berupa restrukturisasi kredit debitur

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi bagi suatu negara merupakan hal yang sangat penting karena
merupakan dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk
perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional. Sebagai dasar
penentuan prioritas pemberian bantuan luar negeri oleh Bank Dunia atau lembaga
internasional lainnya.
Apalagi disaat wabah pandemi ini sedang berlangsung dampak dari pertumbuhan
ekonomi yang menurun bagi negara adalah adanya ancaman stabilitas keuangan negara
menjadi sangat nyata dalam kondisi sekarang dimana konsumsi rumah tangga menurun,
begitu pun dengan investasi.

Maka dari itu Pemerintah melakukan upaya untuk membangkitkn kembali bidang
ekonomi dengan mencanangkan program ekonomi nasional. Dalam program ini, ada 4
langkah yang akan dilakukan untuk menyelamatkan keadaan finansial negeri ini. Di
antaranya, subsidi bunga pinjaman dari pemilik usaha kecil dan menengah (UMKM),
pemberian dana pada perbankan yang terdampak restrukturisasi, modal negara untuk
BUMN, dan investasi pemerintah untuk modal kerja.

B. Saran
Demikianlah isi makalah kami ini, yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Ekonomi Makro. Dalam penulisan makalah yang sangat sederhana ini, besar
harapan kami untuk dapat dikritik dan dikoreksi, sebagai bahan pembelajaran buat
kami, dalam mengerjakan tugas-tugas makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aryanti, Harnida Gigih dkk. 2014. Ekonomi : Peminatan Ilmu -Ilmu Sosial. Klaten : Intan
Pariwara.

Sa’diyah, Chumidatus. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Sukirno,Sadono.2011.Makroekonomi Teori Pengantar.PT Raja Grafindo Persada:Jakarta

https://idschool.net/sma/cara-menghitung-pertumbuhan-ekonomi/

https://rumusrumus.com/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-ekonomi/

https://m.liputan6.com/bisnis/read/4272839/ekonomi-indonesia-baru-bisa-tumbuh-normal-di-
2022

https://baliexpress.jawapos.com/read/2020/06/07/197817/perlu-pemulihan-ekonomi-di-
tengah-pandemi-covid-19

https://m.bisnis.com/amp/read/20200605/9/1249134/ekonomi-indonesia-bakal-resesi-gara-
gara-pandemi-covid-19-ini-jawaban-bos-bi
https://konfirmasitimes.com/2020/05/21/dampak-covid-19-pertumbuhan-perekonomian-
mengalami-perlambatan/
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200402082749-4-149216/sri-mulyani-buka-bukaan-
soal-pdb-ri-di-saat-covid-19-mewabah
MAKALAH

COVID 19 DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro

Dosen: Ady Cahyadi., SE., M.Si

Disusun oleh:

Aida Wirdaini Ma’ruf (111908600000035)

Ai Nurlianah (111908600000036)

Muharram Pasaribu (111908600000037)

Dian Nopiani (111908600000038)

Khoirun Nissa Nasution (111908600000039)

Raikhana Hayati (111908600000077)

Nun Fadhilah (111908600000078)

2-A Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2019

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat ‫ ﷲ‬yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Covid 19 dan Pengangguran di Indonesia

Adapun tujuan dari penulisan ini dan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Ady Cahyadi pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengangguran dalam Makro Eonomi dan
Kaitannya Dengan Covid 19 bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 10 Juni 2020

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................................................................... i


BAB I ...................................................................................................................................................... 1
Pendahuluan .......................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................................... 2
ISI ........................................................................................................................................................... 2
A. Pengertian Pengangguran ........................................................................................................ 2
B. Jenis- Jenis Pengangguran ....................................................................................................... 2
C. Penyebab Pengangguran .......................................................................................................... 3
D. Dampak Pengangguran ............................................................................................................ 4
E. Kebijakan-Kebijakan Pengangguran ..................................................................................... 5
F. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Pengangguran Yang Sudah Direalisasikan...... 6
G. Saran Terhadap Masalah Pengangguran di Indonesia ......................................................... 7
H. Transportasi Online dan Penurunan Tingkat Pengangguran di Indonesia ......................... 8
I. Covid 19 dan Pengangguran di Indonesia ............................................................................ 10
J. Kebijakan Pemerintah Masa Pandemi Untuk Menangani Masalah Pengangguran ........ 11
K. Meninjau Keefektifan Kartu Pra Kerja Dalam Menanggulangi Pengangguran .............. 11
BAB III................................................................................................................................................. 13
PENUTUP............................................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................................................ 13
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 14

ii
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Covid-19 merupakan virus yang mulai muncul di akhir tahun 2019. Sampai sekarang
virus ini belum usai dalam menyerang beberapa Negara di dunia. Virus ini menyerang
organ vital terutama paru-paru dan organ pencernaan. Di Indonesia pandemi Covid-19
tidak hanya berpotensi mengakibatkan kontraksi pertumbuhan ekonomi, tetapi juga
peningkatan jumlah pengangguran dalam skala besar.

Beberapa sektor ekonomi terdampak oleh Covid-19. Hal ini tentunya berimbas pada
peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia. Turunnya pendapatan menurunkan daya
beli masyarakat, daya beli masyarakat yang turun menyebabkan turunnya permintaan
barang dan jasa. Maka, komponen konsumsi (C) turun dari Gross Domestic Produk
(GDP) juga turun.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia tembus 6,88
juta orang pada Februari 2020. Jumlah itu bertambah 60 ribu orang dibanding periode
yang sama tahun lalu. Realisasi ini juga terjadi sebelum pandemi virus corona di dalam
negeri. Maka apabila di masa Covid 19 ini tentu jumlah pengangguran akan semakin
meningkat dibanding realisasi tersebut.

Pengangguran sendiri merupakan masalah yang amat serius bagi perekonomian


Indonesia karena buntut dari masalah ini akan berujung pada masalah sosial, masalah
politik, masalah pendidikan, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengangguran?
2. Apa saja jenis-jenis pengangguran?
3. Apakah penyebab dari pengangguran?
4. Dampak apa yang terjadi bilamana pengangguran semakin meningkat?
5. Bagaimana kaitan covid 19 dengan pengangguran di Indonesia?
6. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran?
7. Apakah kebijakan tersebut telah efektif dilaksanakan?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan ini ditujukan untuk menambah wawasan mengenai Covid 19 dan
Pengangguran di Indonesia dan juga sebagai pemenuhan tugas dalam mata kuliah
Pengantar Ekonomi Makro

1
BAB II
ISI
A. Pengertian Pengangguran

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang masuk dalam
angkatan kerja (Usia 15-64 tahun) yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja,
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan yang layak. Sedangkan menurut Sukirno (2006:13)
pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan
kerja yang ingin mendapatkan kerja tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan
tersebut.

B. Jenis- Jenis Pengangguran

Ada beberapa jenis pengangguran yang diklasifikasikan berdasarkan latar belakang


dan alasan mengapa golongan ini tidak memiliki pekerjaan. Mereka dikelompokkan
berdasarkan penyebabnya dan jumlah jam kerja

Berdasarkan Penyebabnya:

1. Pengangguran Friksional (frictional unemployment)


Pengangguran yang disebabkan adanya kesulitan mempertemukan antara pihak
yang membutuhkan tenaga kerja dengan pihak yang memiliki tenaga kerja
(angkatan kerja).
2. Pengangguran Struktural (Structural unemployment)
Pengangguran yang disebabkan oleh penganggur yang mencari lapangan
pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka
lapangan kerja.
3. Pengangguran Teknologi (Technology unemployment)
Pengangguran yang disebabkan perkembangan/pergantian teknologi. Perubahan
ini dapat menyebabkan pekerja harus diganti untuk bisa menggunakan teknologi
yang diterapkan.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran yang disebabkan kemunduran ekonomi yang menyebabkan
perusahaan tidak mampu menampung semua pekerja yang ada. Contoh
penyebabnya, karena adanya perusahaan lain sejenis yang beroperasi atau daya
beli produk oleh masyarakat menurun.
5. Pengangguran Musimam
Pengangguran musiman adalah keadaan seseorang yang menganggur karena
adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang
harus menganggur.
6. Pengangguran Siklus

2
Pengangguran yang disebabkan oleh menurunnya ekonomi karena terjadi resesi
dan kurangnya permintaan masyarakat

Berdasarkan Jam Kerja:

1. Pengangguran Terselubung (disguised unemployment)


Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2. Pengangguran Setengah Menganggur (under unemployment)
Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan
pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga
kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
3. Pengangguran terbuka (open unemployment)
Tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran
jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah
berusaha secara maksimal.

C. Penyebab Pengangguran

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding


dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Berikut adalah
penyebabnya:

1. Ketidakseimbangan Antara Pekerjaan dan Jumlah Tenaga Kerja


Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan jumlah tenaga kerja yang
meningkat setiap tahunnya. Adanya persaingan ketat di antara para fresh
graduate maupun yang sudah berpengalaman membuat fenomena baru
bahwa ketidakseimbangan tersebut telah terjadi.

Ledakan penduduk di Indonesia juga dapat menjadi salah satu faktor


pemicu adanya pengangguran di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan
banyaknya lulusan muda yang menganggur untuk menunggu pekerjaan.

Ledakan penduduk dapat menjadi bonus demografi ketika jumlah


penduduk usia produktif jauh lebih besar dibandingkan jumlah
penduduk non produktif yang disertai dengan penurunan angka kelahiran
dan kematian dalam jangka waktu yang lama. Jika SDA dan SDM yang
diolah dengan baik maka akan berguna bagi pertumbuhan ekonomi.
2. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi merupakan suatu kebanggaan karena kinerja manusia
pastinya akan lebih cepat dan mudah. Namun hal tersebut juga harus
diwaspadai karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pekerja
yang telah digantikan posisinya oleh robot. Biasanya alasan utamanya
adalah karena biayanya jauh lebih murah dengan kerja cepat dan akurat.
3. Kemampuan Para Pencari Kerja Yang Tak Sesuai

3
Banyaknya kriteria para pencari kerja yang tidak sesuai dengan permintaan
perusahaan. Perusahaan akan membutuhkan karyawan yang sesuai dengan
kriteria kebutuhan pada posisi yang akan ditempati oleh para calon
karyawan. Hal tersebut biasanya menjadi kendala pada saat perusahaan
membutuhkan karyawan dengan keterampilan tinggi. Secara otomatis,
akan hanya ada beberapa pelamar yang memiliki kesempatan untuk
diterima.
4. Kurangnya pendidikan dan pelatihan
Kurangnya tingkatan pendidikan akan menyebabkan seseorang menjadi
sulit untuk dijadikan sebagai tenaga kerja. Akibatnya, kebanyakan orang
yang tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi biasanya hanya
menjadi buruh kasar. Jika pekerjaan kasar tidak ada dan tidak adanya jiwa
seorang pengusaha, maka seseorang dapat menjadi pengangguran
permanen. Selain itu, keterampilan juga penting untuk melatih kemampuan
mereka untuk memasuki dunia kerja.
5. Adanya PHK
Adanya pemutusan hubungan kerja atau PHK. PHK akan terjadi setelah
berakhirnya kontrak kerja atau adanya pengurangan tenaga kerja. Biasanya
sebuah perusahaan juga akan melakukan metode ini untuk menstabilkan sistem
kerja.
6. Tempat tinggal yang jauh
Kurangnya pemerataan lowongan pekerjaan bisa menjadi penyebab
adanya angka pengangguran di Indonesia. Daerah yang kurang
berkembang dan domisili yang jauh dari lapangan pekerjaan menjadi
penghambat bagi mereka untuk merah cita-citanya.
7. Pasar global
Adanya persaingan di era pasar global saat ini. Kemungkinan akan
meningkatnya perusahaan asing yang didirikan tetapi mereka cenderung
memasukkan beberapa pekerja dari negara mereka daripada menggunakan
tenaga kerja asli.

Terciptanya keseimbangan antara pekerja asing dan pekerja asli


merupakan masalah yang harus ditanggapi secara serius di Indonesia.
Langkah dan peraturan yang sesuai harusnya perlu ditegakkan agar
keseimbangan di lingkungan para pekerja dapat tercipta dengan baik.
8. Kesulitan bertemu pencari kerja dan lowongan pekerjaan
Kekosongan yang tersedia terkadang tidak diumumkan dengan baik.
Beberapa orang yang potensial dapat mengisi lowongan pekerjaan tersebut
terkadang kehilangan informasi tentang lowongan itu sendiri. Sebaliknya,
para pencari kerja biasanya juga kebanyakan tidak cukup aktif untuk
menggali informasi tentang lowongan yang tersedia

D. Dampak Pengangguran

4
Tingginya tingkat pengangguran menjadi masalah yang harus disekesaikan karena akan
ada ketidakmerataan dalam pembagian pekerjaan dan pembangunan ekonomi.

Bagi Perekonomian Negara

1. Penurunan Pendapatan Perkapita


Karena seseorang tidak bekerja dan tidak memiliki pendapatan, maka akan
menurunkan pendapatan masyarakat secara umum. Turunnya pendapatan tentu
menurunkan daya beli masyrakat. Daya beli masyarakat menyebabkan turunnya
permintaan terhadap barang dan jasa. Komponen komsumsi (C) dari GDP juga
turun.
2. Penurunan Pendapatan Pemerintah Yang Berasal Dari Sektor Pajak
Pengangguran menurunkan pajak pendapatan dan pajak dari transaksi ekonomi.
Salah satu penerimaan pemerintah adalah sektor pajak dari masyarakat.
Penerimaan pajak merupakan komponen dari GDP. Semakin tinggi jumlah
pengangguran maka pajak masyarakat juga turun. Jika komponen pengeluaran
pemerintah turun (G) maka GDP juga turun. Artinya perekonomian negara turun.
3. Meningkatnya Biaya Sosial Yang Harus Dikeluarkan Oleh Pemerintah.
Pengangguran menyebabkan beban terhadap masyarakat akibat biaya-biaya sosial
yang harus dikeluarkan seperti biaya keamanan, biaya pengobatan akibat
meningkatnya kriminalitas yang dilakukan oleh penganggur, serta biaya renovasi
beberapa tempat akibat demonstrasi yang dilakukan oleh para pengangur
4. Dapat Menurunkan Tingkat Investasi Modal
Karena pengangguran tidak mempunyai pendapatan, maka mereka tidak memiliki
kesempatan menabung. Padahal tabungan merupakan salah satu komponen
investasi. Demikian orang yang menganggur dapat menurunkan investasi.
Investasi (I) merupakan komponen GDP. Sehingga semakin banyak pengangguran
maka GDP akan turun.

Bagi Masyarakat
1. Pengangguran Merupakan Beban Psikologis Dan Psikis.
Orang yang menganggur tentu akan merasa terbebani karena tekanan ekonomi dan
moril yang dapat membuat seseorang depresi
2. Pengangguran Dapat Menghilangkan Keterampilan
Keadaan menganggur dapat menyebabkan para tenaga kerja kehilangan
pengalaman atau penurunan keterampilan yang dimilikinya. Semakin lama
menganggur semakin banyak kehilangan keterampilan dan pengalamannya.
3. Pengangguran akan menimbulkan masalah sosial dan ketidakstabilan politik
Orang yang menganggur tentu tidak bisa memenuhi kebutuhan ekonomi, mereka
terdesak melakukan berbagai macam cara untuk mencukupi kebutuhan ekonomi
sehingga nekat mencuri. Juga menyebabkan ketidakstabilan politik lantaran
masyarakat kecewa dengan pemerintah kemudian melakukan demonstrasi.

E. Kebijakan-Kebijakan Pengangguran

5
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuhkan cara-cara mengatasinya yang
disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut:

Mengatasi Pengangguran Struktural


Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah:
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang
kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran

Mengatasi Pengangguran Friksional


Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah:
1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru,
terutama yang padat karya.
2. Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang
investasi.
3. Menggalakkkan pengembangan sektor informal, seperti home indutry
4. Menggalakkan program transigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris
dan sektor-sektor lainnya.
5. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah seperti pembangunan
jembatan dan jalan raya, PLTU, PLTA, dll sehingga bisa menyerap tenaga kerja
dan langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.

Mengatasi Pengangguran Musiman


Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah:
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain
2. Melakuakan palatihan di bidang lain untuk memanfaatkan waktu pada musim-
musim tertentu

Mengatasi Pengangguran Siklis


Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah:
1. Mengarahkan permintaan masyarakat ke barang dan jasa
2. Menignkatkan daya beli masyarakat

F. Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Pengangguran Yang Sudah


Direalisasikan
Ada beberapa kebijakan pemerintah yang sudah direalisasikan, namun kami akan
menyampaikan beberapa dari kebijakan tersebut. Berikut yang kami rangkum:

6
1. Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan tol dan infrastruktur difungsikan sebagai mobilitas warga dan
mobilitas ekonomi. Semakin banyak pembangunan infrastuktur dan tol maka
akan membuat semakin terbukanya akses untuk bekerja di kota lain.
Produktivitas akan semakin diraih dan menyebabkan penyerapan tenaga kerja di
berbagai sektor.

2. Perombakan Kurikulum di Tingkat Pendidikan Vokasi/SMK


SMK merupakan penyumbang pengangguran terbesar untuk itu melalui Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang revitalisasi SMK dalam rangka
peningkatan kualitas dan daya saing sumber daya manusia Indonesia, Pemerintah
berusaha menargetkan lulusan SMK untuk terjun ke dunia Industri dengan
penambahan pelatihan vokasi, life skill, sertifikasi profesi, dan menambah
kemitraan bisnis.

G. Saran Terhadap Masalah Pengangguran di Indonesia


Beberapa saran yang kami paparkan untuk mengatasi pengangguran di Indonesia adalah:

1. Pemerintah memberikan penyuluhan mengenai wawasan dan kemampuan jiwa


kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan
teknis dan manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka panjang,
perluasan pasar. Serta pemberian fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara
mandiri dan andal bersaing di bidangnya.

2. Segera menyederhanakan perizinan usaha dan peningkatan keamanan terhadap


unit usaha karena terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi.

3. Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki keterkaitan
usaha atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut
maka kegiatan proses produksi akan Yulna Dewita Hia 212 menjadi lebih efisien
dan murah karena pengadaan bahan baku bisa dilakukan secara bersama-sama.
Contoh, PT Krakatau Steel dapat bersinergi dengan PT. PAL Indonesia untuk
memasok kebutuhan bahan baku berupa pelat baja.

4. Segera mengembangkan potensi kelautan dan pertanian. Karena Indonesia


mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan
pulau-pulau yang sangat potensial sebagai negara maritim dan agraris. Potensi
kelautan dan pertanian Indonesia perlu dikelola secara baik dan profesional
supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif

7
H. Transportasi Online dan Penurunan Tingkat Pengangguran di Indonesia

Kehadiran transportasi online telah membuka lapangan pekerja baru namun disisi lain
telah menggeser minat transportasi publik sehingga mengancam pengemudi taksi
konvensional, angkot, dll. Data Badan Pusat Statistik mencatat bahwa jumlah
pengangguran terbuka pada akhir Februari 2018 mencapai 6,87 juta jiwa turun dari posisi
Agustus 2014 sebanyak 7,24 juta jiwa. Alhasil, angka pengangguran juga turun menjadi
5,13% dari sebelumnya 5,94%.

Turunnya tingkat pengangguran tersebut salah satunya dipicu oleh maraknya transportasi
online di tanah air. Sehingga jumlah angkatan kerja pada Februari 2018 tumbuh sebesar
10,85% menjadi 127,07 juta jiwa pada dibanding posisi Agustus 2014 sebanyak 114,63
juta jiwa.

Go-Jek telah berkontribusi sebesar Rp 8,2 triliun per tahun ke dalam perekonomian
Indonesia melalui penghasilan Mitra Pengemudi. GO-JEK berkontribusi Rp 1,7 triliun
per tahun ke dalam perekonomian Indonesia melalui penghasilan Mitra UMKM.

Dengan adanya Go-Jek dan transportasi online lainnya telah menyerap tenaga kerja yang
cukup banyak dan otomatis mengurangi pengangguran. Selain itu Go-Jek telah membuka
askses pasar, mendorong penggunaan teknologi, dan meningkatkan aset usaha. fasilitas
seperti Go-Food contohnya meningkatkan jumlah UMKM dan menaikkan pendapatan
UMKM yang berujung pada peneyerapan tenaga kerja yang ada.

Turunnya tingkat pengangguran patut dikritisi. Pasalnya, walaupun tingkat pengangguran


turun, nyatanya sektor informal masih merajai pasar tenaga kerja Indonesia. Tenaga kerja
formal merupakan tenaga kerja yang membayarkan pajak kepada pemerintah. Sementara
itu, tenaga kerja informal merupakan tenaga kerja yang tidak membayarkan pajak kepada
pemerintah, walaupun sejatinya penghasilannya masuk ke dalam kategori yang
dikenakan pajak penghasilan (PPh).

8
Struktur tenaga kerja yang dinominasi oleh tenaga kerja informal yang didominasi
oleh orang-orang berpendidikan SD-SMP. akan menyebabkan pendapatan pajak
pemerintah menurun. Sedangkan pajak sendiri merupakan tulang punggung
pemerintah dalam membiayai pembangunan.

Jika ditelusuri lebih jauh, ternyata masyarakat dengan tingkat pendidikan yang relatif
tinggi (SMA ke atas) kian susah mendapatkan pekerjaan. Justru, masyarakat dengan
tingkat pendidikan yang relatif rendah (SD ke bawah hingga SMP) yang relatif mudah
mencari pekerjaan di sektor kerja informal.

Per Februari 2019, masyarakat dengan tingkat pendidikan tertinggi SMK menjadi
yang paling sulit mendapatkan pekerjaan, diikuti oleh lulusan Diploma, SMA, dan
Universitas. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat pengangguran dari kelompok ini yang
relatif tinggi, jauh di atas tingkat pengangguran dari masyarakat dengan tingkat
pendidikan tertinggi SD ke bawah dan SMP.

9
Berdasarkan hal ini diperlukan upaya untuk menekan sektor formal disamping
mengandalkan sektor informal agar dapat menyerap tenaga kerja dari berbagi macam
latar belakang pendidikan guna mengurangi pengangguran di Indonesia sehingga
tercapai kemakmuran.

I. Covid 19 dan Pengangguran di Indonesia

Musibah Covid 19 menjangkiti hampir seluruh negara di dunia, hal ini berdampak pada
sektor-sektor fundamental dalam negara, seperti sektor perekonomian. Tidak heran bila
kemudian perekonomian Indonesia terlihat lesu.

Penurunan kunjungan pariwisata saja telah mengalami penurunan. Jika dibandingkan


dengan Januari 2020, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Februari 2020
mengalami penurunan sebesar 30,42 %. Hal ini menyebabkan sektor perhotelan,
restoran, marchendise, makanan, minuman, dan industry halal. Banyak karyawan yang
terpaksa dirumahkan bahkan di PHK karena sepinya kunjungan wisatawan.

Perusahaan manufaktur sedang berada dalam tekanan yang sangat besar. Menurunnya
permintaan masyarakat, terganggunya kegiatan ekspor-impor, dan kebijakan industi yang
memberlakukan sistem pengurangan kepadatan karyawan untuk mengurangi penyebaran
mata rantai COVID-19 berdampak pada menurunnya produksi sehingga perusahaan bisa
mengalami kerugian yang berujung PHK. Ramyana sendiri telah Mem-PHK
karyawannya sebanyak 84 orang.

Kementrian perhubungan telah melakukan langkah menjaga jarak di seluruh angkutan


pubik baik darat, laut, maupun udara. Kebijakan ini memicu penurunan penumpang
transportasi umum sebesar 70% dan pendapatan sebesar 50%. Turunnya jumlah
penumpang transportasi umum menjadi sebab terhadap banyaknya transportasi umum
yang dibehentikan sementara waktu. Beberapa Transportasi umum seperti bus dan
beberapa transportasi online terpaksa berhenti sementara waktu. Hal ini yang kemudian
memicu maraknya angka pengangguran untuk saat ini. Maskapai nasional Garuda
Indonesia menempuh sejumlah langkah dengan merumah 800 karyawan guna
menyelamatkan perusahaan dari dampak Covid 19. 800 karyawan ini tidak akan
mendapat gaji sepeserpun. Mereka hanya akan menerima asuransi kesehatan dan
Tunjangan Hari Raya (THR).

Menurut Center Of Refrom On Economics (CORE) Indonesia dalam skenario ringan


memperkirakan jumlah pengangguran terbuka pada kuartal 2020 akan bertambah 4,25
juta orang. Sementara pada skenario sedang akan bertambah 6,68 juta orang yang
menganggur. Sedangkan pada skenario berat sebanyak 9,35 juta orang.

Hingga 11 April 2020, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat jumlah pekerja yang


terkena PHK sebanyak 160.067 orang dari 24.225 perusahaan sedangkan yang
dirumahkan sebanyak 1.080.765 pekerja dari 27.340 perusahaan.

10
Kenaikan jumlah tersebut bukan hanya disebabkan oleh perlambatan ekonomi melainkan
perubahan perilaku masyarakat terkait pandemi Covid 19 dan kebijakan pembatasan
sosial dalam skala kecil maupun skala besar. Bila tidak diantisipasi, ledakan angka
pengangguran akan meningkatkan angka kemskinan.

J. Kebijakan Pemerintah Masa Pandemi Untuk Menangani Masalah Pengangguran

Kementerian Ketenagakerjaan meminta pengusaha mengkaji beberapa opsi dengan tetap


memenuhi hak pekerja diantaranya, mengurangi upah dan fasilitas bagi pekerja tingkat
atas, menghapuskan lembur, mengurangi jam kerja, dan meliburkan akaryawan secara
bergilir sehingga opsi PHK menjadi pilihan terakhir.

Pemerintah juga perlu memberikan insentif yang lebih besar,seperti penurunan tarif
listrik untuk bisnis dan industri, penurunan tarif gas industri, pemberian diskon tarif
pajak, dan penundaan pembayaran cicilan pajak kepada para pengusaha demi
mengurangi beban usaha agar tidak mem-PHK karyawannya.

Anggaran Kartu Pra Kerja dinaikkan dari Rp10 triliun menjadi Rp20 triliun. Sebanyak
5,6 juta yang terdampak bisa diserap dan BPJS Ketenagakerjaan uang yang dipakai bisa
untuk kemudahan yang terkena PHK, khususnya mereka yang terkena dampak Covid 19

Mengoptimalkan dan mempercepat bantuan sosial seperti bantuan sembako senilai Rp


600.000, bantuan 20-30% dana desa bagi warga yang tinggal di kabupaten. Selain
memberikan bantuan sosial dalam bentuk barang idealnya bantuan sosial yang diberikan
kepada pemerintah berupa uang yang penyalurannya lebih efisien dalam tanda kutip
tanpa diselewengkan oleh si penerima. Bantuan dalam bentuk uang akan memberikan
pilihan yang lebih besar kepada si penerima sesuai dengan kebutuhan mereka, dan
memberikan dampak multiplier yang lebih besar dalam menggerakkan ekonomi
masyarakat.

K. Meninjau Keefektifan Kartu Pra Kerja Dalam Menanggulangi Pengangguran

Kartu Pra Kerja telah berjalan hingga tahap pendaftaran gelombang kedua dan untuk
pendaftar yang telah diseleksi pada gelombang pertama telah mendapatkan dana yang
dijanjikan sebesar Rp 3.500.000 dengan rincian paket bantuan yang terdiri dari bantuan
pelatihan sebesar Rp 1.000.000 dan insentif pasca pelatihan sebesar Rp 600.000 per
bulan untuk 4 bulan, serta survei kebekerjaan dengan total Rp 150.000.

Bentuk kartu pekerja sendiri hanya terbatas memberikan penghidupan yang layak. Lalu
untuk pekerjaannya? Disini pemerintah pun tidak memberi jaminan apakah setelah
mengikuti rangkaian kegiatan yang terdapat dalam program kartu Pra-Kerja akan
mendapatkan pekerjaan atau tidak. Termasuk jaminan yang diberikan kepada para
pekerja yang sudah di PHK oleh pemilik perusahaan apakah akan mendapatkan
pekerjaannya kembali setelah badai Covid 19 ini berakhir.Padahal program ini harus

11
dibarengi dengan adanya ketersediaan lapangan pekerjaan yang sebanding dengan
angkatan kerja agar para angkatan kerja ini dapat terserap.

Jika melihat kondisi sekarang, maka kurang tepat bilamana mengeluarkan Kartu Pra-
Kerja sebagai salah satu dari jaring pengaman sosial yang disediakan oleh pemerintah di
tengah wabah Covid 19 ini, karena yang dibutuhkan oleh masyarakat sekarang adalah
bantuan yang cepat dan konkret, cepat disini dimaksudkan dengan bantuan yang diterima
langsung tanpa harus berhadapan dengan prosedural-prosedural atau proses seleksi yang
dapat menghambat waktu turunnya bantuan tersebut, Konkret disini ialah bantuan
tersebut dapat dirasakan manfaatnya secara langsung. Pelatihan kerja pun seharusnya ada
interaksi langsung dan mengeluarkan serftifikasi kompetensi yang digunakan untuk
mendaftar kerja di perusahaan

Lagipula peningkatan jumlah pengangguran saat ini terjadi akibat turunnya permintaan
tenaga kerja karena perlambatan ekonomi (demand shock) dan bukan akibat persoalan
kualitas supply tenaga kerja sehingga membutuhkan peningkatan skill.

Kartu Pra Kerja ini sendiri bisa dibilang merupakan bentuk ketidakmampuan pemerintah
dalam menyediakan lapangan pekerjaan, sehingga pemerintah pun hanya memberikan
kail beserta umpannya (Kartu Pra Kerja) untuk mencari ikan (Pekerjaan) di danau yang
sedikit ikannya (lapangan pekerjaan) dan bersaing dengan pemancing lainnya (angkatan
kerja).

Program ini bisa menjadi bom waktu yang dapat meledak kapan saja. Dikarenakan
banyaknya angkatan kerja yang tidak mendapat/tereleminasi dari penerima Kartu Pra
Kerja sehingga menciptakan kecemburuan sosial. Sehingga perlu dikaji ulang terkait
daftar penerima yang berhak.

Lantas akan lebih baik bilamana anggaran tersebut direalokasi dan refocusing menjadi
bantuan langsung tunai kepada pekerja yang mengalami PHK ataupun di rumahkan. Atau
lebih baik dialokasikan kepada pelaku UMKM mengingat bahwa sektor UMKM adalah
sektor yang krusial untuk perekonomian di negara ini khususnya bagi perekonomian
menengah kebawah.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pengangguran adalah masalah serius yang dihadapi oleh negara Indonesia. Karena
pengangguran itu sendiri akan memberi dampak yang sangat signifikan kepada
pertumbuhan ekonomi. Dampak itu bisa timbul dari sisi kriminalitas, kemiskinan,
kekacauan politik, dan sangat membuat ekonomi tidak stabil.

Pengangguran ada karena jumlah populasi yang setiap saat bertambah dengan pesat
tanpa ada keseimbangan antara lahan untuk mencari kerja dengan jumlah penduduk
yang semakin bertambah.

Pengangguran tak akan pernah lepas dari negara yang sedang berkembang, terutama di
Indonesia. Pemerintah harus tanggap dalam menanggulangi masalah ini. Seperti
mengeluarkan kebijakan kebijakan yang bisa merubah penduduk usia kerja, siap untuk
bekerja tanpa harus memikirkan ketidakmampuannya untuk mencari pekerjaan
yang sesuai dengan bidangnya Agar penduduk tersebut sejahtera dan akan berpengaruh
terhadap tingkat konsumsi (daya beli masyarakat), kemiskinan berkurang, sosial politik
stabil dan nantinya akan meningkat pertumbuhan ekonomi makro di Indonesia

B. Saran
Setelah pembahasan makalah ini kami harap para pembaca dapat menambah wawasan
tentang materi ini sehingga lebih mampu memahami penjelasan tentang Covid 19 dan
Pengangguran di Indonesia. Semoga ilmu dari makalah ini dapat diaplikasikan atau
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

13
Daftar Pustaka

Jurnal

Yulna Dewita Hia. 2013. Strategi Dan Kebijakan Pemerintah Dalam Menanggulangi Pengangguran.
ECONOMICA Journal of Economic and Economic Education Vol.1 No.2 (208-213). Diakses pada: 13
Juni 2020 pukul 17.54

I Dewa G.K, dkk. Dampak Gojek Terhadap Perekonomian Indonesia. Lembaga Demografi UI.
Diakses pada: 13 Juni 2020 pukul 17.54

Yoshua Consuello. 2020. Analisis Efektifitas Kartu Pra-kerja di Tengah Pandemi Covid-19. ‘Adalah
Buletin Hukum dan Keadilan Vol 4 No. 1 (2020). Diakses pada: 13 Juni 2020 pukul 18.03

Bunga Salsabila. 2019. Dampak Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan. Universitas Negeri
Padang. Diakses pada: 13 Juni 2020 pukul 21.48

Website

https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/pengaruh-pengangguran-terhadap-perekonomian-negara/

https://www.merdeka.com/jatim/10-penyebab-pengangguran-di-indonesia-dan-alasannya-kln.html

https://sobatmateri.com/5-dampak-pengangguran-dan-penjelasannya-di-indonesia/

https://sukabumiupdate.com/detail/bale-warga/opini/64082-Pengangguran-Masih-Menjadi-Masalah-
Utama-Perekonomian

https://www.academia.edu/11107641/Ekonomi_Makro_Pengangguran_di_Indonesia

https://www.academia.edu/37063292/PENGANTAR_EKONOMI_MAKRO_PENGANGGURAN.do
cx

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran

https://mahasiswaindonesia.id/dampak-pandemi-covid-19-terhadap-peningkatan-pengangguran-dan-
kemiskinan/

http://syu3f.blogspot.com/2012/09/cara-mengatasi-pengangguran-friksional.html

https://www.antaranews.com/berita/859037/peneliti-pesatnya-pembangunan-infrastruktur-bisa-
kurangi-pengangguran

https://bisnis.tempo.co/read/1343440/dampak-covid-19-garuda-rumahkan-karyawan-hingga-pangkas-
thr/full&view=ok

14
MAKALAH

COVID 19 DAN INFLASI DI INDONESIA

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro

Dosen: Ady Cahyadi., SE., M.Si

Disusun oleh:

Alfarabi Jeyhan Haekal (111908600000079)

Eka Nuriawati (111908600000080)

Pramusti Dwi Kananda (111908600000081)

Fiona Aulia (111908600000082)

Rahmat Darmawan(111908600000083)

Muhammad Alvin Faiz (111908600000084)

Zidane Akbar Wiguna (111908600000085)

2-A Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2019
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Covid 19 dan Inflasi di Indonesia.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak Ady
Cahyadi pada Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang kondisi inflasi di Indonesia saat ini bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 19 Juni 2020

Penyusun

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................................................................ i
Daftar Isi ...................................................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................. 2
BAB II .......................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 3
A. Definisi Inflasi .................................................................................................................................. 3
B. Penyebab terjadinya Inflasi ............................................................................................................ 4
C. Jenis-jenis Inflasi ............................................................................................................................. 8
D. Dampak yang Ditimbulkan Inflasi ................................................................................................. 9
E. Inflasi saat Pandemi ........................................................................................................................ 10
F. Kebijakan Mengatasi Inflasi ........................................................................................................ 11
G. Langkah yang Harus diambil Pemerintah Kedepannya ........................................................... 13
BAB III....................................................................................................................................................... 16
PENUTUP.................................................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ...................................................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Covid 19 adalah virus mematikan yang menyerang paru–paru. Penyakit ini berasal dari
sebuah virus yang menular melalui droplet (titik air yang berasal dari batuk dan bersin). Virus
ini pertama kali muncul di Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019 dan sampai saat ini menjadi
wabah di Indonesia. Di Indonesia sendiri virus ini menmbulkan berbagai masalah dari masalah
ekonomi, sosial dan segala bidangpun ikut merasakan dampaknya.
Dalam ekonomi jika kondisi ini tidak kunjung membaik dapat menimbulkan resesi
ekonomi dan bisa berujung kepada krisis. Saat ini pemerintah mengambil kebijakan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar). PSBB sendiri berdampak pada terhambatnya roda
perekonomian karena masyarakat harus di rumah dan banyak buruh harian dan pedagang
UMKM pun banyak dirumahkan. Hal ini berdampak pada penurunan pendapatan,
berkurangnya jumlah uang yang beredar di masyarakat dan turunnya daya beli masyarakat.
Turunnya daya beli masyarakat dan berkurangnya jumlah uang yang beredar ini menyababkan
penurunan inflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Mei lalu atau Ramadan 2020 hanya
sebesar 0,07 persen. Inflasi tersebut menjadi inflasi terendah sejak Lebaran 1978. Ini
membuktikan bahwa pamdemi ini memberikan dampak yang besar terhadap inflasi di
Indonesia. Selain itu, penurunan inflasi juga disebabkan turunnya beberapa harga komuditas
di negara-negara lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dirusmuskan masalah sebagai
berikut;
1. Apa yang dimaksud dengan inflasi?
2. Apa penyebab terjadinya inflasi?
3. Apa saja jenis-jenis inflasi?
4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan inflasi?
5. Bagaimana kondisi inflasi saat masa pandemi?
6. Apa kebijakan yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi dampak dari inflasi?

1
7. Apakah Langkah yang harus diambil pemerintah kedepannya?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Makro Ekonomi dan untuk menambah wawasan para pembaca tentang Kondisi
inflasi di Indonesia pada masa pandemi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Inflasi

Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia (BI), inflasi secara sederhana diartikan sebagai
kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari
satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Nah kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Sementara itu,

Badan Pusat Statistik (BPS) mengartikan inflasi sebagai kecenderungan naiknya harga barang
dan jasa, pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di
dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa
tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai
penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK). Yakni indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Perubahan IHK
dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi)
dari barang dan jasa. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei
Biaya Hidup (SBH) yang dilakukan BPS. Kemudian BPS akan memonitor perkembangan harga
dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di 82 kota seluruh Indonesia, di pasar tradisional dan
modern terhadap beberapa jenis barang atau jasa di setiap kota.

Kenaikan harga barang atau jasa secara kontinyu dapat membuat daya beli masyarakat turun.
Gaji atau penghasilan yang mereka dapat tidak akan cukup membeli kebutuhan hidup. Sebagai
contoh biasanya emak-emak bisa membeli 1 kg cabai, begitu harga cabai melonjak, mereka
mengurangi pembelian jadi setengah kilo saja. Biasanya inflasi di Indonesia akan tinggi menjelang
Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, atau terganggunya produksi akibat cuaca, dan momen lainnya.
Kalau tidak ada upaya dari pemerintah, inflasi tersebut akan cenderung bergerak tak terkendali.

3
Pengertian Inflasi Menurut Para Ahli Selain penjelasan diatas, para ahli dan pakar memiliki
pendapat yang berbeda beda dalam mendefinisikan apa itu inflasi. Untuk lebih jelasnya, berikut
ini kumpulan pengertian inflasi menurut para ahli:

1. Parkin dan Bade


Inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan harga. Secara mendasar ini
berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga disebut dengan berapa banyaknya uang
(rupiah) untuk memperoleh barang tersebut.
2. Dwi Eko Waluyo
Inflasi adalah salah satu bentuk dari penyakit-penyakit ekonomi yang sering terjadi dan
dialami hampir di semua negara. Kecenderungan dari kenaikan suatu harga-harga pada
umumnya dan terjadi secara terus-menerus.
3. Mc. Eachern
Inflasi merupakan suatu keadaan yang di mana kenaikan secara terus-menerus di dalam
ratarata tingkat suatu harga. jika tingkat harga itu berfluktuasi, maksudnya dengan keadaan
pada bulan ini naik bila pada bulan depannya lagi turun, bila pada saat setiap kenaikan
kerja itu bukanlah termasuk dalam suatu inflasi.
B. Penyebab terjadinya Inflasi
Penyebab inflasi dapat berasal dari berbagai faktor. Inflasi merupakan sebuah fenomena
ekonomi yang sangat berdampak bagi masyarakat. Inflasi tidak terjadi begitu saja, namun kondisi
ini dapat dipicu oleh berbagai faktor yang ada. Daya beli masyarakat yang menurun akibat dari
penurunan nilai mata uang. Sehingga tingkat perekonomian dan transaksi jual beli dan perputaran
uang dalam negeri semakin melemah. Tidak ada sebab tanpa akibat. Artinya bahwa inflasi tidak
terjadi negitu saja tanpa ada faktor penyebabnya. Karenanya dengan meminimalkan faktor
penyebab maka sudah tentu inflasi akan bisa dicegah dan di tekan angkanya.

Berikut 15 faktor penyebab inflasi yang perlu diketahui.

1. Inflasi Karena Permintaan (Demand Pull Inflation)

Demand Pull Inflation dikenal juga sebagai inflasi karena guncangan permintaan. Hal ini
disebabkan karena adanya tarikan permintaan yang begitu kuat dari masyarakat terhadap
berbagai jenis barang. Inflasi ini dikenal dengan istilah Philips Curve Inflation. Inflasi ini

4
dipicu karena adanya interaksi antara permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa
domestic yang banyak di butuhkan masyarakat. Kondisi ini biasa terjadi pada masyarakat
yang perekonomian tumbuh cepat.

Adanya kesempatan kerja yang tinggi menyebabkan pendapatan yang tinggi sekaligus juga
membuat pengeluaran yang tinggi dan melebihi kemampuan ekonomi dalam memproduksi
barang dan jasa. Kelebihan pengeluaran inilah yang akhirnya menyebabkan inflasi. Di
indonesia sendiri inflasi karena permintaan ini disebabkan karena tingginya permintaan
barang dan jasa. Barang dan jasa yang diminta relatif lebih tinggi dari pada barang yang
diproduksi simak juga faktor penghambat perumbuhan ekonomi .
2. Inflasi Karena Bertambahnya Uang Yang Beredar (Quantity Theory Inflation)
Faktor penyebab inflasi yang berikutnya ialah karena bertambahnya uang yang beredar di
masyarakat. Teori ini dikemukakan oleh kaum klasik yang menyatakan bahwa terdapat
keterkaitan antara jumlah uang yang beredar dengan harga-harga. Apabila jumlah barang
yang ada tetap, namun uang yang beredar lebih besar dua kali lipat. Maka harga barang
tersebut akan melonjak sebanyak dua kali liat pula simak juga contoh tenaga kerja
terampil .
3. Inflasi Karena Kenaikan Biaya Produksi (Cost Push Inflation)
Kenaikan biaya produksi yang terus menerus juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya inflasi. Kenaikan ini disebabkan oleh adanya desakan biaya faktor produksi yang
terus mengalami kenaikan yang merupakan ciri-ciri ekonomi pasar . Kenaikan ini mau
tidak mau akan memaksa produsen untuk menaikkan harga produksi. Sehingga akan
berakibat pada harga produk yang akan naik saat diperjual belikan.
4. Inflasi Campuran (Mix Inflation)
Inflasi ini terjadi karena adanya permintaan dan penawaran yang mengalami kenaikan.
Penyebabnya tidak lain adalah karena ketidakseimbangan antara penawaran dan
permintaan. Kondisi dimana permintaan terhadap suatu barang yang meningkat akan
menyebabkan ketersediaan barang dan faktor produksi mengalami penurunan. Dalam hal
lain pengganti barang atau substitusi barang yang dibutuhkan tersebut tidak tersedia.
Kondisi ini tentu akan menyebabkan harga barang atau jasa tersebut mengalami kenaikan.

5
Inflasi ini cenderung sangat sulit di atasi dan dikendalikan kenaikan atau supply barang
lebih tinggi ataupun setara dengan permintaan.
5. Inflasi Karena Struktural Ekonomi yang Kaku (Structural Inflation Theory)
Penyebab inflasi disebabkan karena struktur ekonomi yang kaku. Dimana pengusaha tidak
dapat menegah dengan cepat kenaikan permintaan akibat dari pertambahan jumlah
penduduk. Sehingga kondisi ini akan menyebabkan harga barang yang dibutuhkan
melonjak dan stok yang ada di pasaran kurang mencukupi. Tentunya kondisi tersebut akan
sangat berpengaruh kepada harha barang dan permintaan simak juga contoh tenaga kerja
terdidik .
6. Inflasi Ekspektasi (Expected Inflation)
Faktor penyebab inflasi yang selanjutnya adalah disebabkan karena adanya spekulasi dari
masyarakat dalam memandang perekonomian. Masyarakat saat ini menilai bahwa
pertumbuhan dan perekonomian akan membaik setiap tahunnya seperti juga kelebihan dan
kekurangan ekonomi pancasila . Tentunya persepsi ini dapat menimbulkan kondisi yang
yang sebaliknya.
7. Kenaikan Harga Barang Dalam Negeri
Faktor penyebab inflasi yang selanjutnya adalah disebabkan karena kenaikan harga barang
dalam negeri simak juga indikator keberhasilan pembangunan desa. Kondisi inflasi
menyebabkan harga barang dalam negeri akan lebih mahal dibandingkan dengan harga
barang ekspor. Padahal barang dan jasa yang mengalami kenaikan harga tersebut
merupakan barang yang banyak di butuhkan di masyarakat.
8. Pengeluaran Agregat yang Melebihi Kemampuan
Dalam hal ini, tingkat kemampuan agregat merupakan jumlah seluruh pengeluaran
perusahaan. Apabila kemampuan yang dikeluarkan perusahaan dalam memproduksi
barang dan jasa melebihi kemampuan yang dimiliki perusahaan. Maka hal tersebut
tentunya akan menyebabkan harga barang yang diproduksi menjadi naik. Kondisi ini tidak
dapat dihindari, karena jika perusahaan ingin tetap mendapatkan laba maka mau tidak mau
harga barang atau jasa haruslah dinaikkan.
9. Tuntutan Kenaikan Upah Pekerja

6
Adanya tuntutan kenaikan upah karyawan dan pekerja juga akan bisa menyebabkan
terjadinya inflasi. Kondisi ini akan membuat biaya opersional dalam memproduksi barang
atau jasa menjadi naik seiring dengan meningkatnya upah para pekerja sebagai ciri-ciri
ekonomi konvensional . Tentu saja hal tersebut akan membuat harga barang atau jasa yang
diproduksi menjadi naik. Jika tidak dinaikkan maka tentu keuntungan perusahaan tidak
akan bisa di capai.
10. Penambahan Penawaran Uang
Penambahan penawaran uang merupakan upaya dalam mencetak uang dalam jumlah besar.
Namun, kondisi ini dapat berakibat pada jumlah uang yang beredar terlalu banyak.
Sehingga akan berakibat pada menurunnya mata uang kita. Tentunya hal ini akan membuat
kondisi dimana adanya kenaikan harga barang disebabkan karena penurunan nilai mata
uang simak juga ciri-ciri ekonomi pancasila .
11. Kekacauan Politik dalam Negeri
Kekacauan politik juga dapat menyebabkan timbulnya inflasi. Kondisi kekacauan politik
dalam negeri dapat memicu para produsen untuk sengaja menaikkan harga barang dan jasa.
Hal ini diambil sebagai langkah sebelum Kerusuhan yang bisa ditimbulkan dari pertikaian
politik timbul. Kondisi memanasnya politik juga akan berdampak pada sektor
perekonomian yang tidak stabil atau dari kelebihan dan kekurangan ekonomi
syariah. Sehingga akan berpengaruh pada semua aspek kehidupan masyarakat.
12. Terhambatnya Produksi dan Distribusi Barang dan Jasa
Faktor distribusi memegang peran penting dalam penentuan harga produk. Semakin lama
barang terdistribusi maka harga barang akan semakin tinggi. Hal tersebut sangat
berpengaruh karena selama proses distribusi tentu memakan waktu dan biaya tramsportasi.
Karenanya terhambatnya produksi baik barang dan jasa juga sangat bisa menaikkan harga
barang. Sehingga dalam hal ini produksi dan distribusi memegang peranan penting dalam
kestabilan harga.
13. Adanya Fluktuasi dari Luar Negeri
Selain faktor dari dalam kondisi perekonomian luar negeri terutama ekonomi global juga
sangat berpengaruh terjadinya inflasi sebagai contoh sistem ekonomi liberal . Hal ini
berkaitan erat dengan jumlah ekspor dan impor, investasi asing di dalam negeri, jumlah

7
tabungan serta jumlah penerimaan negara yang terus mengalami penurunan. Sehingga mau
tidak mau devisa negara akan terkuras. Kondisi ini tentu sangat membuat perekonomian
dalam negeri akan menjadi krisis.
14. Kenaikan BBM dan Tarif Dasar Listrik (TDL)
Dalam sebuah produksi kedua item penting seperti BBM dan TDL tidak bisa dipisahkan.
Keduanya menjadi unsur penting dalam sebuah proses produksi. Adanya kenaikan BBM
dan Tarif Dasar Listrik akan memicu kenaikan biaya produksi. Pada akhirnya akan
berakibat pada semakin naiknya harga barang atu jasa yang akan dijual. Jika kenaikan ini
berlangsung terus menerus maka akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun
sehingga tentunya inflasi tidak dapat dihindarkan.
15. Adanya Desakan dari Kelompok Tertentu Dalam Memperoleh Kredit dengan Bunga
Ringan
Inflasi juga dapat disebabkan karena adanya desakan dari beberapa kelompok tertentu yang
dianggap memiliki kekuatan dalam memperoleh pinjaman kredit dengan bunga ringan
yang merupakan kelebihan sistem ekonomi komando . Kondisi ini tentu akan
menyebabkan bertambahnya uang yang beredar. Sehingga akan membuat harga menjadi
tidak stabil. Kedua kondisi ini akan bisa menyebabkan timbulnya inflasi.
C. Jenis-jenis Inflasi

Jenis Inflasi berdasarkan tingkat keparahannya:

1. Inflasi rendah, yaitu jenis inflasi yang jumlahnya kurang dari 10% per tahun. Tahun
ini, Bank Indonesia menargetkan pencapaian inflasi Indonesia berada pada kisaran 4%
(+/- 1%) sehingga dapat dikategorikan sebagai inflasi rendah.
2. Inflasi menengah, yaitu jenis yang besarnya berkisar antara 10-30% per tahunnya
3. Inflasi berat, yaitu jenis yang besarnya berkisar 30-100% per tahunnya
4. Hyperinflation, adalah kondisi dimana besarnya inflasi per tahun berada di atas angka
100%. Indonesia pernah mengalami hal ini pada masa Orde Lama, dimana besarnya
inflasi per tahun bisa mencapai kisaran 600% per tahun.

Jenis inflasi berdasarkan sumbernya:

8
1. Inflasi dalam negeri, misalnya terjadi karena peningkatan permintaan masyarakat yang
lebih cepat dibandingkan kemampuan pasar untuk memenuhinya.
2. Inflasi luar negeri, misalnya timbul karena inflasi yang terjadi pada negara lain yang
menyebabkan harga barang-barang impor meningkat, dan ketika barang impor tersebut
digunakan sebagai bahan baku industri, maka inflasi akan mempengaruhi harga akhir
barang-barang tersebut nantinya.

Jenis inflasi berdasarkan faktor penyebabnya:

1. Demand pull inflation, terjadi ketika permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa
relatif lebih tinggi dibandingkan kemampuan pasar untuk menyediakan kebutuhan
tersebut pada waktu itu. Sebagai contoh, menjelang hari raya, biasanya harga barang-
barang kebutuhan pokok, makanan ringan dan pakaian mengalami peningkatan, hal ini
dikarenakan kebutuhan masyarakat yang relatif meningkat dibandingkan biasanya.
2. Cost push inflation, terjadi ketika adanya kenaikan harga pada barang-barang mentah
yang diperlukan untuk memproduksi barang dan jasa, sehingga harga barang dan jasa
mengalami penyesuaian dengan adanya kenaikan harga. Cost push inflation dapat
disebabkan oleh adanya depresiasi nilai tukar, inflasi di negara pengekspor barang
mentah, dan dapat pula terjadi karena adanya bencana alam dan terganggunya sistem
distribusi.

D. Dampak yang Ditimbulkan Inflasi


Terjadinya inflasi memberikan dampak bagi berbagai pihak berikut penjabarannya:
1. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang
diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap akan
dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp.
500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan
pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.

2. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi
melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong
terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan
alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
9
3. Efek terhadap Output (Output Effects)

Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu
anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap
distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.

4. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi

Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang
terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka
pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.

Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan
bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat
seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai
akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.

5. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat

Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu kepada masyarakat :

a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.


b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c. Memperburuk pembagian kekayaan.

E. Inflasi saat Pandemi

Mei 2020 2.19 %


April 2020 2.67 %
Maret 2020 2.96 %
Februari 2020 2.98 %
Januari 2020 2.68 %

Pandemi Covid-19 telah dirasakan masyarakat Indonesia sejak bulan Maret 2020.
Hampir di setiap daerah melakukan kegiatan lockdown yang menjadikan kegiatan jual beli
menurun. Masyarakat Indonesia pun mengalami masa-masa sulit hanya dalam waktu
beberapa bulan, dan efek nya berimbas pula pada perekonomian negara.
Saat ini perekonomian Indonesia sedang dalam keadaan sangat ttidak stabil. rendahnya
daya beli masyarakat karena rasa takut akan virus yang akan menyerang saat kita sedang
beraktivitas. Indonesia mengalami penurunan inflasi sejak kurun waktu Januari hingga Mei
2020 sebesar 0,9%. Rendahnya laju inflasi jelas menunjukkan betapa sadisnya pelemahan
daya beli masyarakat Indonesia akibat pandemi virus corona atau Covid-Menteri Keuangan

10
Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa inflasi tidak menjadi ancaman, justru inflasi
diperlukan untuk menandakan terjadinya permintaan di pasar.
Tabel tingkat Inflasi periode Januari-Mei 2020

Sumber:https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx

Dapat dilihat dari tabel tersebut bahwa laju inflasi tahunan negara mengalami
penurunan. Inflasi pada Mei 2020 sebesar 0,07 persen (month to month/mtm) dan 2,19
persen (year on year/yoy). Inflasi tersebut menjadi inflasi terendah sejak Lebaran 1978. Ini
membuktikan bahwa pamdemi ini memberikan dampak yang besar terhadap inflasi di Indonesia.
Selain itu, penurunan inflasi juga disebabkan turunnya beberapa harga komuditas di negara-negara
lain. Bahkan menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani tingkat konsumsi rumah tangga
Indonesia berada pada kuartal II. Menurutnya tingkat konsumsi rumah tangga yang awal
nya berada di kisaran 2,84 % pada kuartal I mengalami pelemahan lebih lanjut di kisaran
0%. Proyeksi ini berasal dari peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi
rendah. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan (supply) yang berlebih. Namun, bisa pula
berasal dari rendahnya permintaan (demand) konsumen.

Inflasi yang rendah mungkin memberikan indikasi buruk bagi konsumsi rumah tangga.
Namun, bisa menjadi momentum di sektor lain seperti kebijakan Moneter BI. Gubernur Bank
Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyambut gembira dengan pergerakan nilai tukar rupiah
yang saat ini sudah tembus di bawah level Rp 14.000. Lebih lanjut Perry menerangkan
bahwa faktor yang membuat rupiah terus menguat karena rendahnya laju inflasi dan defisit
transaksi berjalan.
F. Kebijakan Mengatasi Inflasi

Di bidang fiskal, Pemerintah melakukan kebijakan refocusing kegiatan dan realokasi anggaran.
Untuk itu, Presiden RI, Joko Widodo, menerbitkan Inpres No.4/2020, yang menginstruksikan,
seluruh Menteri/Pimpinan/Gubernur/Bupati/Walikota mempercepat refocusing kegiatan,
realokasi anggaran dan pengadaan barang jasa penanganan Covid-19.

Selanjutnya, Kementerian Keuangan akan merealokasi dana APBN sebesar Rp62,3 triliun.
Dana tersebut diambil dari anggaran perjalanan dinas, belanja non operasional, honor-honor, untuk
penanganan/pengendalian Covid-19, perlindungan sosial (social safety net) dan insentif dunia
usaha. APBD juga diharapkan di-refocusing dan realokasi untuk 3 hal tersebut.
Penguatan penanganan Covid-19, dilakukan dengan menyediakan fasilitas dan alat kesehatan,
obat-obatan, insentif tim medis yang menangani pasien Covid-19 dan kebutuhan lainnya. Social

11
safety net diberikan untuk meningkatkan daya beli masyarakat melalui program keluarga harapan
(PKH), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Sembako dan beras sejahtera.
Kementerian/Lembaga/Pemda diharapkan memperbanyak program padat karya termasuk Dana
Desa. Sedangkan insentif dunia usaha dilakukan untuk membantu pelaku usaha khususnya
UMKM dan sektor informal.
Kemenkeu juga menerbitkan PMK 23/2020 yang memberikan stimulus pajak untuk karyawan
dan dunia usaha yaitu pajak penghasilan karyawan ditangung Pemerintah, pembebasan pajak
penghasilan impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25. Disamping itu, pemberian
insentif/fasilitas Pajak Pertambahan Nilai yang terdampak Covid-19.
Presiden RI juga memberikan arahan agar Kementerian/Lembaga memprioritaskan pembelian
produk UMKM, mendorong BUMN memberdayakan UMKM dan produk UMKM masuk e-
catalog.
Di bidang moneter, kebijakan moneter yang diambil harus selaras dengan kebijakan fiskal
dalam meminimalisir dampak Covid-19 terhadap perekonomian nasional. Oleh sebab itu otoritas
moneter harus dapat menjaga nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi dan memberikan stimulus
moneter untuk dunia usaha. Diharapkan ada relaksasi pemberian kredit perbankan dan
mengintensifkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Ada strategi pemerintah dalam mengendalikan laju inflasi agar tetap sesuai dengan angka
sasaran 2020.
1. keterjangkauan harga. Pemerintah memberikan stimulus bantuan sosial dengan operasi
pasar, kebijakan HET, dan harga acuan untuk bahan pangan.
2. ketersediaan pasokan melalui pemenuhan logistik di daerah konsentrasi Covid-19.
Cadangan beras Bulog saat ini juga memadai. Di tingkat ritel, dilakukan pembatasan
pembelian. Selain itu, pemerintah akan memberikan relaksasi impor khusus komoditas
tertentu.
3. memastikan kelancaran distribusi. Pengawasan juga dilakukan bersama Polri, kerja sama
antar Pemda, dan rekayasan sistem logistik melibatkan BUMN dan BUMD.
4. melakukan komunikasi efektif. Pemerintah bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah dan
Pusat (TPID dan TPIP) berkoordinasi dan melakukan monitoring stok. Komunikasi bijak
juga dilakukan agar masyarakat tidak melakukan panic buying.

12
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai
kebijakan pemerintah yang tertuang dalam stimulus fiskal itu memiliki tiga tujuan yaitu :

1. meningkatkan pelayanan kesehatan dalam rangka menanggulangi wabah.


2. memberikan bantuan kepada masyarakat kecil yang terdampak.
3. meningkatkan ketahanan dunia usaha dalam menghadapi wabah COVID-19.

G. Langkah yang Harus diambil Pemerintah Kedepannya


Ditengah terjadinya pandemi seperti ini, masyarakat dihadapi dengan berbagai situasi yang
man membuat mereka melakukan hal secara bersamaan. Salah satunya adalah panic buying,
masyarakat melakukan panic buying ditengah pandemi karena mereka khawatir persediaan
makanan akan sulit didapatkan dan habis sehingga mereka berbondong-bondong mendatangi toko
bahan-bahan pokok dan membeli sebanyak-banyak yang bisa mereka dapatkan

Selain dibayangi rasa panik akibat kebutuhan bahan pokok yang harus didapatkan, masyarakat
juga dihantui ketakutan terkait penyebaran virus covid-19 ini. Mereka tidak ingin mengambil
risiko dengan sering keluar rumah untuk membeli pembelanjaan yang tadinya rutin dilakukan
dalam dua minggu sekali atau seminggu sekali, bahkan setiap hari, kini mereka lakukan satu waktu
bersamaan dengan pembelian yang jumlahnya sangat banyak membuat persediaan barang sulit
dikendalikan akibat perminttan yang tinggi. Kebijakan pemerintah yang memerintahkan kepada
seluruh elemen masyarakat untuk berdiam diri dirumah selama beberapa waktu agar menghentikan
tingkat penyebaran virus, membuat masyarakat harus mempunyai persediaan makanan yang cukup
selama dirumah agar mereka dapat terus mematuhi peraturan pemerintah untuk berdiam dirumah
saja. Disamping itu, pemerintah harus memastikan persediaan barang selama masa pandemi agar
selalu tercukupi.

Pemerintah harus bergerak cepat untuk mengendalikan itu semua. Permintaan terhadap barang
yang tinggi, dibarengi dengan persediaan barang yang sedikit membuatnya rentan sekali
mengalami lonjakan harga, sehingga memungkinkan untuk terjadinya inflasi. Jadi, ada beberapa
langkah yang dilakukan pemerintah ketika terjadinya inflasi yaitu:

1) Kebijakan moneter
a) Kebijakan penetapan persediaan kas

13
Bank Indonesia sebagai bank sentral, dapat mengambil kebijakan untuk
mengurangi uang yang beredar dan menetapkan persediaan kas-kas pada bank.
Dengan mengurangi jumlah uang beredar, maka tingkat inflasi dapat ditekan.
b) Kebijakan diskonto
Untuk mengatasi inflasi, bank Indonesia dapat menerapkan kebijakan diskonto
dengan cara meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat
terdorong untuk menabung, dengan suku bunga yang tinggi tentu menarik minat
masyarakat agar menyerahkan uangnya pada bank. Dengan demikian, diharapkan
jumlah uang yang beredar dapat berkurang sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
c) Kebijakan Operasi Pasar Terbuka
Melalui kebijakan ini, bank Indonesia dapat mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan cara menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN).
Semakin banyak jumlah surat-surat berharga yang terjual, otomatis jumlah uang
beredar akan berkurang sehingga dapat mengurangi tingkat inflasi.
2) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan langkah yang sangat efektif untuk mempengaruhi tingka
inflasi, karena berkaitan langsung dengan kebijakan tentang pemasukan dan pengeluaran
pemerintah yang mana kebijakan tersebut bisa mengurangi tingkat inflasi, sebagai berikut:
a) Menghemat pengeluaran pemerintah
Pemerintah dapat mengurangi ingkat inflasi dengan cara menghemat
pengeluaran pemerintah, karena dengan menghematnya pengeluaran pemerintah,
permintaan barang dan jasa juga akan ikut berkurang yang nantinya dapat
mempengaruhi tingkat harga menjadi turun.
b) Menaikkan tarif pajak
Ketika pemerintah menaikkan tarif pajak, otomatis tingkat konsumsi akan
menurun karena harga barang meningkat karena nilai pajaknya meningkat. Dengan
begitu, masyarakat akan berpikir dua kali dalam mengonsumsi barang sehingga
membuat permintaan terhadap barang dapat menurun, dan tingkat inflasi dapat
ditekan.
3) Kebijakan Lainnya
a) Menambah Hasil Produksi dan Menambah Jumlah Barang di Pasar

14
Untuk menambah hasil produksi, pemerintah dapat memberikan subsidi dan
premi atau membuat peraturan yang mendorong pengusaha-pengusaha menjadi
lebih produktif sehingga mampu menambah hasil produksi. Dengan bertambahnya
hasil produksi berupa barang dan jasa dapat menambah jumlah barang di pasaran
sehingga diharapkan mampu mengimbangi jumlah uang yang beredar.
b) Mempermudah Masuknya Barang Impor
Memberi kelonggaran terhadap keran impor adalah hal yang tepat. Karena
ketika barang-barang impor diberikan kelonggaran masuk ke dalam negri, maka
persediaan barang dapat bertambah ketika produksi dalam negri belum bisa
mencukupi permintaan masyarakat.
c) Tidak mengimpor barang dari negara-negara yang terkena inflasi
Ketika pemerintah melakukan impor dengan negara lain, yang harus
diperhatikan adalah apakah negara itu sedang terkena inflasi atau tidak. Karena jika
terjadi inflasi di negara tersebut, maka ada risiko imported inflation (inflasi luar
negri). Negara yang terkena inflasi nantinya pasti menjual barang dengan harga
yang lebih mahal.
d) Menetapkan Harga Maksimum
Menetapkan harga maksimum adalah langkah yang tepat. Disaat terjadinya
inflasi, otomatis harga barang akan semakin meningkat dan terus meningkat, maka
pemerintah perlu menetapkan berapa harga maksimum sehingga produsen
(penjual) tidak dapat melebihi harga tersebut.
e) Menjaga Tingkat Kestabilan Upah
Tingkat upah yang meningkat, akan membuat tingkat harga produksi juga
meningkat. Maka pemerintah perlu menjaga kestabilan tingkat upah, agar tidak
naik terus menerus. Dengan begitu, tingkat harga barang akan terjaga dan tidak
mengalami kenaikan terus-menerus

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjabaran materi diatas dapat disimpulkan bahwa inflasi merupakan masalah
perekonomian jika telah mencapai angka tertentu. Jika inflasi masih aman dan tergendali oleh
pemerintah maka inflasi bukanlah masalah. Terjadinya inflasi dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain; permintaan, jumlah uang yang beredar, biaya produksi, dan struktur
perekonomian. Inflasi pada masa pandemi cenderung menurun dan memberikan respon negatif
kepada adanya pandemi. Penurunan terjadi mulai saat bulan Februari 2020 hingga saat ini. Pada
bulan Mei terjadi penurunan yang signifikan. BPS (Badan Pusat Statistik) mengatakan bahwa
inflasi pada lebaran tahun ini merupakan yang paling rendah sejak 1978. Begitu besarnya dampak
dari pandemic ini terhadap inflasi. Hal ini disebabkan daya beli masyarakat yang turun sehingga
menurunnya permintaan dan berimbas terhadap turunnya angka inflasi. Langkah-langkah yang
diambli pemerintah salah satunya yaitu Kementerian Keuangan akan merealokasi dana APBN
sebesar Rp62,3 triliun. Dana tersebut diambil dari anggaran perjalanan dinas, belanja non
operasional, honor-honor, untuk penanganan/pengendalian Covid-19, perlindungan sosial (social
safety net) dan insentif dunia usaha. Langkah ini diambil agar dapat meningkatkan daya beli
masyarakat dan menghentikan persebaran covid-19. Sehingga perekonomian kembali berjalan
seperti semula dan berdampak kepada permintaan agregat yang meningkat dan inflasi menjadi
stabil terkendalai.
B. Saran
Saran dari pemakalah agar inflasi tetap stabil dan terkendali adalah pemerintah harus
mempertahankan daya beli masyarakat. Pemerintah juga harus memastikan agar barang yang
dibutuhkan masyarakat mudah dijangkau saat pandemi ini. Bagi konsumen yang terdampak Covid
sementara harus di bantu oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dengan bantuan BLT
(Bantuan Langsung Tunai). Bantuan ini harus tepat guna agar daya beli meningkat sehingga
terhindar dari deflasi.

16
Daftar Pustaka
Jurnal
Silpa Hanoatubu. Dampak Covid-19 terhadap Perekonomian Indonesia. 2020. EduPsyCouns
Journal of Education,Psychology and Counseling. Vol.2 no.2 (146-153)
Syahril Sabirin. Upaya Pemulihan Ekonomi melalui Strategi Kebjakan Moneter-Perbankan
dan Independensi Bank Indonesia.2020
Wahyu Indah Sari. 2020. Analisis Penerbitan Surat Utang Negara terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesua melalui Inflasi sebagai Variabel Mediasi Melawan Wabah Covid-19.
Jurnal Kajian Ekonomi dan Kebijakan Publik, Vol. 5 No. 1 (10-21).
Website
https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/faktor-penyebab-inflasi
https://ekbis.sindonews.com/berita/1551178/33/antisipasi-dampak-wabah-corona-
pemerintah-buat-kebijakan-paket-ekonomi
https://mediaindonesia.com/read/detail/301866-langkah-pemerintah-tangani-dampak-covid-
19-sudah-tepat
https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx
https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Perkembangan-Langkah-Langkah-
BI-dalam-Hadapi-COVID-19.aspx
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200619114536-532-515111/sri-mulyani-
prediksi-laju-konsumsi-mandek-pada-kuartal-ii

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-inflasi/
https://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/inflasi-di-
indonesia/item254
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4268718/inflasi-di-lebaran-tahun-ini-terendah-sejak-
1978
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/08/jenis-jenis-inflasi-lengkap-dan-cara-
penanganannya.html
https://www.suara.com/bisnis/2020/06/18/202408/inflasi-rendah-klimaks-lesunya-
daya-beli-saat-pandemi

https://www.zonareferensi.com/pengertian-inflasi/

17
MAKALAH

COVID 19 DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL DI INDONESIA


Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro

Dosen : Ady Cahyadi., SE., M.Si

Disusun oleh :

Alda Ardani Muttaqin (11190860000086)

Rifki Megian (11190860000087)

Hanifatul Sa’diyah (11190860000088)

Sri Wahyuni (11190860000089)

Farah Hamidah Nuruz-Zahrah (11190860000090)

Okta Winata Hartanto (11190860000091)

2A- Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ‫ ﷲ‬yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Covid 19 dan Perdagangan Internasional di
Indonesia.

Adapun tujuan dari penulisan ini dan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Ady
Cahyadi pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Perdagangan Internasional dalam Makro Ekonomi dan Kaitannya
Dengan Covid 19 bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 17 Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii
BAB I ....................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 1
BAB II ...................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 2
A. Pengertian Perdagangan Internasional ....................................................................................... 2
B. Manfaat Perdagangan Internasional ........................................................................................... 3
C. Faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Internasional ............................................................ 6
D. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ............................................................................ 7
E. Faktor Penghambat Perdagangan Internasional ......................................................................... 8
F. Jenis-jenis Perdagangan Internasional ........................................................................................ 8
G. Bentuk Perdagangan Internasional ........................................................................................... 10
H. Dampak Positif Perdagangan Internasional............................................................................... 10
I. Dampak Negatif Perdagangan Internasional ............................................................................. 11
J. Perdagangan Internasional saat Pandemi ................................................................................. 11
K. Dampak Perdagangan Internasional saat Pandemi ................................................................... 12
L. Kebijakan Mengatasi Perdagangan Internasional ..................................................................... 13
M. Langkah yang Harus Di Ambil Pemerintah................................................................................. 14
BAB III ................................................................................................................................................... 16
PENUTUP .............................................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 16
B. Saran ......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virus Corona (COVID-19) beberapa bulan terakhir ini menjadi topik permasalahan
di dunia internasional sehingga sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia
termasuk Indonesia. Pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) menyebabkan
kelangkaan barang-barang seperti produk makanan-minuman, pangan hingga alat-alat
kesehatan. Sehingga, ketergantungan Indonesia dengan negara lain dalam perdagangan
internasional menjadi lebih tinggi saat pandemi ini untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat. Sayangnya, masih terdapat berbagai regulasi perdagangan internasional yang
menghambat sehingga menyulitkan pasokan produk-produk tersebut.
Beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini antara lain virus Covid-19,
langkanya bahan baku industri dan produk kesehatan, serta adanya penimbunan atas
beberapa barang di pasar yang ditemukan Bareskrim, semua ini menjadikan kinerja ekspor
dan impor Indonesia mengalami kesulitan.
Pembatasan sosial maupun lockdown yang diberlakukan di hampir seluruh Negara
telah membuat upaya menjalin kerja sama perdagangan tidak berjalan efektif. Namun,
target mendorong ekspor tetap dilakukan untuk memanfaatkan potensi permintaan yang
ada saat pandemi ini, seperti produk makanan dan alat kesehatan bila kebutuhan dalam
negeri telah terpenuhi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perdagangan internasional?
2. Apa manfaat dari perdagangan internasional?
3. Faktor penyebab, pendorong serta penghambat apa saja dalam perdagangan
internasional?
4. Apa saja jenis-jenis serta bentuk perdagangan internasional?
5. Bagaimana dampak perdagangan internasional?
6. Bagaimana perdagagangan internasional saat pandemi?
7. Bagaimana dampak perdagangan internasional saat pandemic?
8. Kebijakan dan langkah apa saja yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi
perdagangan internasional saat pandemi?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan ini ditujukan untuk menambah wawasan mengenai Covid 19 dan Perdagangan
Internasional di Indonesia dan juga sebagai pemenuhan tugas dalam mata kuliah Pengantar
Ekonomi Makro.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perdagangan Internasional


Perdagangan Internasional adalah suatu proses tukar-menukar atau jual beli barang
dan jasa yang terjadi antara dua negara atau lebih. Ada dua macam perdagangan
internasional yaitu ekspor dan impor. Ekspor adalah kegiatan menjual barang, jasa,
atau faktor produksi ke luar negeri dengan tujuan memperoleh keuntungan sedangkan
Impor adalah kegiatan membeli barang, jasa, atau faktor produksi dari luar negeri dengan
memperoleh keuntungan.
Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang di lakukan antar negara atau
pemerintah negara dengan negara lain yang menjalani suatu hubungan perdagangan yang
sesuai kesepakatan antar kedua belah pihak yang melakukan perdagangan internasional
tersebut.
Perdaganan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang
dimaksud dapat berupa antar perseorangan (individu dengan individu), antara individu
dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara
lain (Setiawan dan Lestari,2011:1)
Menurut Wikipedia, Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang
dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan
individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara
dengan pemerintah negara lain.
Menurut beberapa ahli terdapat beberapa pengertian perdagangan internasional
antara lain:
1. Amir M.S yang menyatakan bahwa “Dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan
di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks.” Kerumitan
tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang
dapat menghambat perdagangan.
2. Adam Smith yang menyatakan bahwa “Memfokuskan pada keuntungan mutlak yang
menyatakan bahwa suatu negara akan memperoleh keuntungan mutlak dikarenakan
negara tersebut mampu memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah
dibandingkan negara lain”.
3. Ricardian yang menyatakan bahwa “Memfokuskan pada kelebihan komparatif dan
mungkin merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan

2
internasional.” Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi
dimana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi
bermacam barang komoditas. Ricardian tidak secara langsung memasukan faktor
pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara.

B. Manfaat Perdagangan Internasional


Setiap negara yang melakukan perdaganan dengan negara lain tentu akan
memperoleh manfaat bagi negara tersebut antara lain: (Setiawan dan Lestari, 2011:13).
1. Meningkatkan hubungan persahabatan antar negara
Perdagangan antar negara dapat mewujudkan hubungan persahabatan. Jika
hubungan ini terjalin dengan baik, ia dapat meningkatkan hubungan persahabatan antar
negara-negara tersebut. Mereka dapat semakin akrab dan saling membantu bilamana
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan.
2. Kebutuhan setiap negara dapat tercukupi
Dengan perdagangan internasional, suatu negara yang masuk kekurangan
dalam memproduksi suatu barang dapat dipenuhi dengan mengimpor barang dari
negara yang mempunyai kelebihan hasil produksi. Sebaliknya negara yang mempunyai
kelebihan hasil produksi barang dapat mengekspor barang tersebut ke negara yang
kekurangan. Dengan demikian kebutuhan setiap negara dapat tercukupi.
3. Mendorong kegiatan produksi barang secara maksimal
Salah satu tujuan suatu negara perdaganan internasional adalah memprluas
pasar di luar negeri. Jika pasar luar negeri semakin luas, maka produksi dalam negara
terdorong semakin meningkat. Dengan demikian, para pengusaha terdorong semakin
menghasilkan barang produksi secara besar-besaran.
4. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Perdagangan antar negara memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih efisien. Perdaganan luar negeri memunkinkan negara
tersebut mengimpor mesin-mesin atau alat-alat modern untuk melaksanakan teknik
produksi dan cara produksi yang lebih baik. Dengan demikian, teknologi yang lebih
modern dapat meningkatkan produktivitas dan dapat mengadakan spesialisasi
produksi.
5. Setiap negara dapat mengadakan spesialisasi produksi
Perdagangan internasional dapat mendorong setiap negara sumber daya alam,
tenaga kerja modal dan keahlian secara maksimal. Suatu negara yang memiliki produk
unggulan, dapat bersaing dengan produk dari luar negeri.
6. Memperluas lapangan kerja

3
Jika pasar luar negeri semakin meluas, maka barang atau jasa yang dihasilkan
juga semakin bertambah. Perningkatan hasil produksi meningkatkan kebutuhan tenaga
kerja bagi perushaan sehingga membukan kesempatan kerja baru dan mengurangi
pengangguran.
Sejalan dengan yang dikemukakan diatas, Sugihariani juga mejelaskan dalam
Jurnal Ekonomi Modernisasi (2012), beberapa manfaat perdagangan internasional antara
lain:
1. Mendatangkan devisa yang besar terutama bagi eksportir dan produsen.
2. Kenaikan sisi ekspor akan menambah produksi /volume produksi yang berakibat pada
tersedianya kesempatan kerja baru.
3. Terjadinya transfer barang yang akan diikuti dengan masuknya modal ke dalam negeri.
4. Terjadinya transfer teknologi dari luar ke dalam negeri.
Adapun Manfaat Perdagangan Internasional lainnya yaitu:

1. Memperoleh laba dari spesialisasi produksi

Dalam perdagangan internasional, pastilah terdapat hasil yang diperoleh yakni


laba dari hasil negara yang mempunyai spesialisasi dalam memproduksi barang
tertentu untuk dijual kepada negara lain.

2. Memperoleh devisa dari kegiatan perluasan pasar produksi

Dari kegiatan perdagangan internasional yang telah mengalami perluasan pasar


produksi, tentunya negara akan memperoleh devisa dari kegiatan pasar tersebut.

3. Memenuhi kebutuhan barang dan jasa di dalam negeri

Setiap negara tentunya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang di butuhkan


masyarakat dalam negara tersebut, sehingga pentingnya perdagangan internasional
untuk melengkapi kebutuhan masrayakat dalam negeri tersebut agar dapat terpenuhi
satu sama lainnya.

4. Mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi dari negara lain

Saat terjadinya perdagangan internasional, atau perdagangan antar negara,


tentunya setiap individu memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbeda-beda
satu sama lainnya. Hal ini membuat masyarakat yang melakukan perdagangan antar
negara tersebut saling berbagi untuk berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi satu
dengan yang lainnya.

5. Menciptakan stabilitas harga di pasar dalam negri

4
Agar pasar dalam negeri mempunyai patokan dalam memberikan suatu harga,
maka diperlukannya perdagangan internasional untuk menyamakan, dan meperbaharui
harga pasar yang dimiliki antar negara satu sama lainnya.

Dalam perdagangan internasional, banyaknya faktor yang mempengaruhi untuk


dapat terjadinya hal tersebut, menjadi sebab akibatnya yakni sebagai berikut:

a. Adanya perbedaan pada sumber daya alam, iklim, dan kualitas sumber daya
manusia

Sumber daya alam yang memiliki keunikan satu sama lain pada setiap
negara menyebabkan adanya kelebihan dan kekurangan pada sumber daya
dalam suatu negara. Oleh karena banyaknya kekurangan dan kelebihan pada
sumber daya setiap negara, menyebabkan terjadi perdagangan internasional
untuk dapat melengkapi satu sama lainnya.

Contoh kasus: negara Indonesia mengekspor tekstil ke Amerika Serikat


dikarenakan sumber daya alam yang dimiliki oleh negara Indonesia
memungkinkan untuk memproduksi tekstil dnegan jarga yang murah. Begitu
pula sebaliknya, Amerika Serikat banyak mengimpor mobil karena negara
Amerika Serikat dapat memproduksi mobil dengan bahan yang murah.

b. Selera

Setiap negara pada umumnya memiliki keunikan dan cirri khas masing-
masing sehingga dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
perdagangan internasional. Seperti contoh bahwa negara Indonesia sudah
memiliki hasil pertanian beras, namun dikarenakan negara Thailand memiliki
harga beras lebih murah sehingga pemerintah Indonesia mengekspor beras dari
negara tersebut untuk memenuhi kebutuhan pasar Indonesia.

c. Perbedaan biaya produksi dan spesialisasi produksi

Dalam setiap negara, tentulah memiliki spesialisasi yang berbeda-beda


dalam menghasilkan suatu barang sehingga menjadi sebab terjadinya
perdagangan internasional. Contohnya, negara Tiongkok memiliki spesialisasi
dalam menghasilkan barang yang bersifat murah sehingga terjadinya
perdagangan antara negara Tiongkok dengan negara yang membeli barang guna
mendapatkan barang yang lebih murah.

d. Perbedaan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh setiap


negara berbeda-beda. Oleh sebab itu, pastilah terdapat negara yang memiliki
teknologi lebih unggul dibanding dengan teknologi negara lainnya. Negara

5
yang memiliki teknologi lebih maju dapat menjual barang yang lebih murah
daripada negara yang memiliki teknologi sederhana. Contohnya, negara
Jepang dikenal sebagai negara penghasil teknologi maju dibidang otomotif.
Oleh karena itu, Indonesia pun mengimpor mobil dari negara Jepang karena
faktor teknologi tersebut.

e. Globalisasi ekonomi

Globalisasi yang makin meluas menjadikan bahwa setiap masyarakat dunia


menjadi maju dan menyadari bahwa setiap masyarakat dunia pada dasarnya
memiliki rasa ketergantungan dengan negara satu dengan negara lain guna
mencapai kesejahterahan bersama. Kebijakan yang dilakukan dalam
perdagangan internasional.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Internasional


Menurut Setiawan dan Lestari (2011:11), faktor penyebab perdagangan
internasional antara lain sebagai berikut:
1. Revolusi informasi dan transportasi
Ditandai dengan berkembangnya era informasi teknologi, pemakaian sistem
berbasis komputer serta kemajuan dalam bidang informasi, penggunaan satelit serta
digitalisasi pemrosesan data berkembangnya peralatan komunikasi serta masih banyak
lagi.
2. Interpendensi kebutuhan
Masing-masing negaa memiliki keunggulan serta kelebihan di masing-masing
aspek, bisa ditinjau dari sumber daya alam, manusia, serta teknologi. Semuanya itu
akan berdampak pada ketergantungan antar negara yang satu dengan yang lainnya.
3. Liberalisasi ekonomi
Kebebasan dalam melakukan transaksi serta melakukan kerja sama memiliki
implikasi bahwa masing-masing negara akan mencari peluang dengan berinteraksi
melalui perdagangan anata negara.
4. Asas keunggulan komparatif
Keunikan suatu negara tercermin dari apa yang dimiliki oleh negara tersebut
yang tidak dimiliki oleh negara lain. Hal ini akan membuat negara memiliki
kenunggulan yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan bagi negara tersebut.
5. Kebutuhan devisa
Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan devisa
suatu negara. Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap negara harus memiliki
cadangan devisa yang digunakan dalam melakukan pembangunan, salah satu sumber
devisa adalah pemasukan dari perdagangan internasional.

6
D. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional
Masih menurut Setiawan dan Lestari (2011:12), adapun beberapa faktor pendorong
perdagangan internasional antara lain:
1. Perbedaan Sumber Daya Alam
Permukaan bumi yang kita pijaki saat ini sangatlah berbeda-beda, oleh karena
itulah terjadi banyak perbedaan antara satu negara dengan negara lain, ada gersang dan
ada yang subur, ada yang bisa dihidupi oleh hewan-hewan atau tumbuhan dengan jenis
tertentu, dan sebagainya.
Dari situ dapat kita ambil contoh pada tumbuhan kurma yang hanya bisa
tumbuh baik di tanah Arab saja. Adanya perbedaan sumber daya alam yang berbeda
sangat mendorong terjadinya perdagangan internasional pada negara yang
bersangkutan, demi memenuhi kebutuhan negara tersebut.
2. Teknologi
Negara-negara dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi
akan mampu memproduksi barang dan jasa yang lebih banyak, berkualitas, dan
tentunya efisien dibandingkan dengan negara yang lambat akan IPTEK-Nya.

Hal demikian bisa terjadi karena pemanfaatan teknologi sangat menghemat


biaya produksi dan mampu menghasilkan barang yang lebih banyak. Negara-negara
yang teknologinya lebih maju cenderung melakukan spesialisasi dalam memproduksi
suatu barang, sedangkan barang yang bukan produk sendiri akan dibeli dari negara lain.

3. Perbedaan Kapasitas Produksi

Kelebihan produk pada suatu negara (suplus) dan kekurangan kas dalam suatu
negara (defisit), kedua hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan sumber daya alam
dan kemajuan antara negara satu dan lain-Nya.
Terjadinya surplus menyebabkan negara yang bersangkutan akan menjual hasil
produknya ke negara lain, sedangkan negara yang mengalami defisit akan membeli
barang dari luar negeri melalui perdagangan internasional.
4. Efisiensi Biaya
5. Perbedaan Selera.
Terjadinya perbedaan kebudayaan , sistem politik, pandangan hidup, dan
tatanan sosial menyebabkan terjadinya selera terhadap berbagai jenis komoditas.

7
Kita ambil contoh, negara Amerika Serikat memproduksi mobil Ford dan
Chevrolet, namun Amerika mengimpor mobil Honda dari Jepang. Hal demikian terjadi
karena warga Amerika telah menyukai mobil Honda.
Sukirno dalan Seregar (2009:442) menjelaskan ada delapan faktor yang
mendorong terjadinya perdagangan internasional, antara lain sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
mengelola sumber daya ekonomi
4. Adanya kelebihan produk dalam negeri shingga perlu pasar baru
5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya
dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan
adanya keterbatasan produksi.
6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang
7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain
8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri.

E. Faktor Penghambat Perdagangan Internasional


1. Adanya peperangan.
2. Perbedaan tingkat upah.
3. Sempitnya kesempatan kerja.
4. Adanya organisasi perdagangan internasional atau regional.

F. Jenis-jenis Perdagangan Internasional


a) Perdagangan Ekspor
a. Ekspor biasa, yaitu pengiriman barang ke luar negeri dengan ketentuan berlaku
yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri menggunakan letter of credits (L/C)
dengan ketentuan tertentu.
b. Ekspor tanpa L/C, penjual barang mengirimkan barangnya terlebih dahulu melalui
izin khusus dari departemen pedagangan.

8
b) Impor
Impor adalah kegiatan membeli barang dari luar negeri. Impor ini kebalikan
dari ekspor. Artinya, jika Amerika Serikat membeli pakaian dari Indonesia, dapat
dikatakan bahwa Amerika Serikat melakukan impor pakaian.
c) Barter
Merupakan transaksi dengan saling menukarkan barang satu sama lain. Barter
dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan nilai suatu barang, untuk kemudian
dibayar kembali dengan barang yang memiliki nilai yang sesuai dan disepakati.
d) Konsinyasi (Consignment)

Kamu pernah lihat nggak ada ibu-ibu yang menitipkan kue untuk dijual di
warung? Atau dalam skala lain, brand yang menitipkan bajunya untuk dijual di distro-
distro. Nah, transaksi dengan sistem “menitipkan barang” disebut dengan konsinyasi.
Dalam lingkup internasional, barang-barang yang mau dijual “dititipkan” di pasar
internasional dulu menunggu adanya pembeli. Penjualannya dapat dilakukan melalui
pasar bebas atau bursa dagang dengan cara dilelang.

e) Package Deal

Merupakan kegiatan perdagangan internasional yang berguna untuk


memperluas pasar suatu produk. Sistem ini dilakukan dengan cara membuat perjanjian
dagang (trade agreement) dengan suatu negara. Isi perjanjian tersebut berupa ketetapan
jumlah barang yang akan diekspor ke negera lain atau diimpor ke negara tertentu

6. Border Crossing

Border Crossing adalah perdagangan yang terjadi di negara yang saling


berbatasan dan berdasarkan perjanjian tertentu. Tujuan perdagangan ini adalah untuk
memudahkan penduduk yang berada di negara perbatasan agar lebih mudah dalam
berbelanja. Perdagangan ini dapat terjadi dengan cara:

7. Sea Border Crossing

Perdagangan antarnegara yang melewati lintas batas laut. Sistem ini dilakukan
oleh negara yang memiliki batas negara berupa laut dan dilakukan berdasarkan
persetujuan dan ketentuan yang berlaku.

8. Overland Border Crossing

Perdagangan antarnegara yang melewati lintas batas darat. Sistem ini dilakukan
oleh negara yang memiliki batas negara berupa daratan dan dilakukan berdasarkan
persetujuan yang berlaku.

9
G. Bentuk Perdagangan Internasional
Bentuk perdagangan internasional terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Perdagangan Bilateral, Perdagangan antar negara
2. Perdagangan Regional, Perdagangan yang dilakukan oleh beberapa negara dalam satu
kawasan. Misalnya, ASEAN
3. Perdagangan Multiteral, Perdagangan antar negara yang tidak dibatasi suatu kawasan

H. Dampak Positif Perdagangan Internasional


a) Untuk Mempererat persahabatan antarbangsa
Perdagangan antarnegara tersebut dapat membuat tiap negara mempunyai rasa
saling membutuhkan dan juga rasa perlunya persahabatan. Oleh sebab itu, perdagangan
internasional tersebut dapat mempererat persahabatan antar negara-negara yang
bersangkutan.
b) Untuk Menambah kemakmuran negara
Perdagangan internasional tersebut juga dapat menaikkan pendapatan negara
masing-masing. hal tersebut terjadi dikarenakan negara yang kelebihan suatu barang
tersebut dapat menjualnya ke negara lain, dan juga negara yang kekurangan barang
juga dapat membelinya serta juga negara yang kelebihan. Dengan meningkatnya
pendapatan negara tersebut dapat menambah kemakmuran negara.
c) Untuk Menambah kesempatan kerja
Adanya perdagangan antarnegara tersebut , negara pengekspor tersebut dapat
menambah jumlah produksinya untuk konsumsi luar negeri. Naiknya tingkat produksi
tersebut akan dapat memperluas kesempatän kerja. Negara pengimpor tersebut juga
mendapatkan manfaat, yakni; tidak perlunya memproduksi barang yang dibutuhkan
sehingga sumber daya(Resource) yang dimiliki tersenbut dapat digunakan untuk hal-
hal yang lebih menguntungkan.
d) Untuk Mendorong kemajuan Ilmu Pengetahuan serta Teknologi
Perdagangan internasional tersebut mendorong para produsen untuk dapat
meningkatkan mutu hasil produksinya. Oleh sebab itu, persaingan perdagangan
internasional tersebut mendorong negara pengekspor untuk dapat meningkatkan ilmu
serta teknologinya agar produknya tersebut mempunyai keunggulan dalam bersaing.

e) Sebagai sumber pemasukan kas negara


Perdagangan internasional tersebut dapat meningkatkan sumber devisa negara.
Bahkan juga, banyak negara yang mengandalkan sumber pendapatan dan juga pajak
impor serta ekspor.
f) Menciptakan efisiensi dan juga spesialisasi

Perdagangan internasional tersebut menciptakan suatu spesialisasi produk. Negara-


negara yang melakukan perdagangan internasional tersebut juga tidak perlu
memproduksi semua barang yang dibutuhkan. Akan tetapi hanya memproduksi barang
dan juga jasa yang diproduksi dengan secara efisien dibandingkan dengan negara lain.

g) Memungkinkan konsumsi yang lebih luas bagi masyarakat suatu negara

10
Dengan adanya perdagangan internasional tersebut, warga negaranya juga dapat
menikmati barang-barang dengan kualitas tinggi yang tidak diproduksi didalam negeri.

I. Dampak Negatif Perdagangan Internasional


Dengan adanya perdagangan internasional yang berdampak positif tersebut juga
mempunyai dampak negatif bagi negara yang melakukannya. Dampak negatifnya
perdagangan internasional tersebut ialah sebagai berikut:

Adanya suatu ketergantungan pada suatu negara terhadap negara lain.

a) Terdapat persaingan yang tidak sehat didalam perdagangan internasional.


b) Ada Banyak industri kecil yang kurang mampu untuk dapat bersaing menjadi gulung
tikar (bangkrut).
c) Terdapat suatu pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang lebih
maju (tidak kreatif).
d) Terjadinya suatu kekurangan tabungan masyarakat untuk dapat berinvestasi. hal
tersebut terjadi disebabkan karena masyarakat menjadi konsumtif.
e) Timbulnya suatu penjajahan ekonomi oleh negara yang lebih maju.
f) Neraca Perdagangan dan juga Neraca Pembayaran.

J. Perdagangan Internasional saat Pandemi


Sejak wabah COVID-19 meluas ke berbagai Negara termasuk di Indonesia dan
kemudian ditetapkan sebagai pandemi global, Kementerian Perdagangan telah secara aktif
melakukan berbagai mitigasi dampak dan memberikan respons kebijakan perdagangan
terkait wabah ini. Imbas pandemi Covid-19 yang menghadang laju perdagangan
internasional khususnya Indonesia.
Mendag menyampaikan, respons pertama dan juga langkah preventif Kementerian
Perdagangan adalah mengeluarkan larangan sementara impor binatang hidup dari
Tiongkok karena wabah ini berasal dari Negara tersebut. Hal ini diatur dalam Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 10 Tahun 2020 yang dikeluarkan pada 6 Februari 2020.
Mendag mengungkapkan, selama masa pandemi COVID-19 ini, seluruh
Perwakilan Perdagangan RI yaitu Atase Perdagangan, Indonesian Trade Promotion Center
(ITPC) di 33 negara termasuk Kamar Dagang, serta Kantor Dagang dan Ekonomi
Indonesia (KDEI) kesulitan untuk melakukan pameran dan mengumpulkan para buyer.

Mendag juga mengungkapkan, Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan akan


memastikan kebutuhan barang pokok tercukupi dan perdagangan akan tetap berjalan untuk
menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah pandemi.

Pembatasan sosial maupun lockdown yang diberlakukan di hampir seluruh Negara


telah membuat upaya menjalin kerja sama perdagangan tidak berjalan efektif. Namun,
target mendorong ekspor tetap dilakukan untuk memanfaatkan potensi permintaan yang

11
ada saat pandemi ini, seperti produk makanan dan alat kesehatan bila kebutuhan dalam
negeri telah terpenuhi.

Beberapa negara menerapkan kebijakan pembatasan ekspor komoditas tertentu


sehingga menyebabkan berkurangnya pasokan ke Indonesia. “Karena Covid-19, negara-
negara ambil kebijakan temporary export measure sehingga, membatasi ekspor produk
tertentu seperti masker, bahan pangan seperti Vietnam. Ada 91 negara sudah ambil
kebijakan pembatasan ekspor tersebut,” jelas Felippa, Rabu (6/5). Dia mengkhawatirkan
kebijakan pembatasan ekspor negara lain tersebut dapat memengaruhi perekonomian
Indonesia. “Temporary export measures dikhawatirkan terus terjadi dan permanen
sehingga ada risiko banyak negara mulai berpikir kebijakan menutup diri,” tambahnya. Sisi
lain, dia menjelaskan masih ada 93 negara yang menerapkan pelonggaran ekspor bertujuan
membantu negara-negara lain. Dia juga mengapresiasi langkah pemerintah mempermudah
impor bahan pangan seperti bawang putih dan bombay yang membebaskan syarat
persetujuan impor dari pemerintah. “Ini diperlukan agar negara lebih fleksibel untuk
memenuhi kebutuhan domestik,” jelas Felippa.

Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 860
juta per Januari 2020. Defisit tersebut disebabkan posisi neraca ekspor sebesar US$ 13,41
miliar, lebih rendah dari neraca impor yang mencapai US$ 14,28 miliar. Berdasarkan nilai
impor, tercatat total nilai impor non migas dari tiga belas negara selama Januari 2020
adalah sebesar US$9,67 miliar. Angka tersebut turun 3,14% dibanding Desember 2019.
Kondisi ini disebabkan oleh turunnya nilai impor pada beberapa negara utama, salah
satunya adalah China sebesar 3,08% menjadi US$ 125,2 juta. Sementara untuk negara
lainnya, Thailand dari 14,14% menjadi US$ 104,5 juta dan Australia dari 26,36% menjadi
US$ 86,9 juta.

K. Dampak Perdagangan Internasional saat Pandemi

Dikatakan Mendag, terdapat beberapa dampak pandemi COVID-19 bagi


perdagangan global. Dampak tersebut, yaitu perubahan pola perdagangan global. Hal ini
sebagai akibat supply and demand yang terganggu, pelarangan ekspor impor beberapa
komoditas pangan dan kesehatan; serta perubahan pusat rantai pasok global dari Tiongkok,
Amerika Serikat, dan Jerman.

Selain itu, dampak lainnya adalah peningkatan biaya logistik, kerja sama
perdagangan tidak berjalan efektif selama pandemi, dan ancaman resesi ekonomi global.

Sementara itu, beberapa dampak pandemic terhadap perdagangan nasional antara


lain potensi inflasi barang pokok dan penting akibat terganggunya logistic dan distribusi,
perdagangan antar pulau terganggu, perubahan pola konsumsi masyarakat, serta daya beli
masyarakat melemah termasuk transaksi dagang dan omzet pedagang kecil juga
menurun.

12
Selain menciptakan krisis kesehatan global, pandemi Covid-19 juga menimbulkan
disrupsi yang kuat. Dari sisi penawaran (supply), kebijakan lockdown dan working from
home mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang terlibat dalam aktifitas produksi.
Kebijakan ini juga mengharuskan pemerintah untuk menutup pelabuhan air dan udara yang
menghambat distribusi barang antar negara. Laporan International Air Transport
Association menunjukan penurunan kuantitas transportasi kargo internasional (belly-hold
dan freighters) sampai dengan bulan Maret 2020 sebesar 23% secara year-on-year dengan
estimasi kerugian mencapai US$ 1,6 miliar. Dari sisi permintaan (demand), perubahan
preferensi konsumsi akibat Covid-19 menyebabkan mismatch antara penawaran dan
permintaan. Untuk makanan, misalnya, studi terbaru dari Food and Agriculture
Organization menemukan peningkatan minat konsumen terhadap produk makanan yang
memiliki cangkang atau kulit serta dikemas dengan rapat.

Kontraksi pada pertumbuhan pajak perdagangan internasional terjadi akibat


turunnya volume impor, penurunan harga komoditas, dan melambatnya aktivitas ekspor
barang mentah sebagai dampak mewabahnya Covid-19 di berbagai negara. Terkait dengan
dampak perdagangan yang disebabkan oleh penyebaran Virus Corona, menurut Kepala
Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, belum ada dampak signifikan Virus Corona
terhadap kinerja perdagangan Januari 2020. Pihaknya belum dapat mengungkapkan secara
detail terkait angka ataupun realisasi ekspor dan impor antara Indonesia dan China pada
Februari 2020 karena masih berjalan hingga saat ini.
L. Kebijakan Mengatasi Perdagangan Internasional

Adapun kebijakan strategis yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan di masa


pandemi COVID-19, yaitu:
a) Pertama, realokasi dan refocusing anggaran. Hal ini dilakukan di antara nya melalui
program bantuan untuk Pasar Rakyat dalam menangani dampak COVID-19.
b) Kedua, dengan menjaga stabilisasi harga dan jaminan stok barang kebutuhan
pokok. Di antaranya melalui deregulasi kebijakan terkait pangan dan menjamin
kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok.
c) Ketiga, pengamanan penyediaan alat kesehatan, di antaranya melalui relaksasi
impor alat pelindung diri (APD) dan masker.
d) Keempat, pemberian stimulus ekonomi non fiskal. Di antaranya penerbitan Surat
Keterangan Asal (SKA) barang ekspor melalui penerapan affixed signature dan stamp.
e) Kelima, pengawasan barang beredar dan/atau jasa dalam perdagangan daring.
Selama masa pandemi, Kemendag telah menutup akun pedagang daring yang menjual
alat kesehatan seperti masker, hand sanitizer, dan virus shoutout dengan harga yang
sangat tinggi dan berkualitas rendah.
f) Keenam, fasilitasi ekspor di masa pandemi. Salah satunya dengan memfasilitasi
kegiatan business matching secara virtual. Selain itu, pada masa pandemi ini,

13
kementerian perdagangan telah berhasil merealisasikan peningkatan ekspor kopi ke
Mesir dan rumput laut ke Korea Selatan.
g) Ketujuh, pemanfaatan forum kerja sama perdagangan internasional, seperti forum
G20.

Head of EuroCham Import-Export, Rachmat Hidayat mengatakan saat ini masih


terdapat sejumlah regulasi yang menghambat kegiatan perdagangan internasional di
Indonesia. Dia mencontohkan masih terdapat perizinan impor berlapis pada produk
makanan-minuman sehingga menyulitkan pelaku usaha. “Misalnya, harus ada izinnya
walikota, bupati, gubernur, kementerian pertanian dan kementerian perdagnagan ini betapa
kompleksnya. Padahal izin itu ada expire,” jelas Rachmat.
Namun, dia juga mengapresiasi sejumlah kebijakan kemudahan impor dari
pemerintah untuk mengantisipasi Covid-19. “Pemerintah sudah relaksasi tepung terigu
yang sebelumnya harus wajib SNI dan harus ada penuhan vitamin tertentu sehingga
sekarang pemerintah bilang tidak wajib SNI karena negara eksportirnya lockdown,” kata
Racmat.
M. Langkah yang Harus Di Ambil Pemerintah
Mendag menyampaikan, respons pertama dan juga langkah preventif Kementerian
Perdagangan adalah mengeluarkan larangan sementara impor binatang hidup dari
Tiongkok karena wabah ini berasal dari Negara tersebut. Hal ini diatur dalam Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 10 Tahun 2020 yang dikeluarkan pada 6 Februari 2020.
Kemudian, secara bertahap Kemendag melakukan berbagai langkah strategis dengan
berpedoman pada Perpu No.1 Tahun 2020, Keppres No.9 Tahun 2020, dan Keppres No.11
Tahun 2020.

Pemerintah perlu segera melakukan langkah strategis untuk meminimalisir dampak


tersebut sekaligus mencegah krisis kesehatan berkembang menjadi krisis pangan. Oleh
karena itu diperlukan upaya untuk mencegahnya.
a) Pertama, meningkatkan produktifitas sektor pertanian domestik dengan intensifikasi
proses produksi dan peningkatan stimulus ekonomi untuk industri dan kelompok
petani.
b) Kedua, mengoptimalkan peran food banks (Perum Bulog dan koperasi milik
pemerintah daerah) untuk melakukan fungsi manajemen persediaan pangan,
stabilisasi harga, dan distribusi.
c) Ketiga, mengafirmasi komitmen para mitra dagang di kawasan, terutama negara-
negara produsen bahan pangan, seperti Australia, Thailand, Vietnam, dan Myanmar
untuk tetap memberikan akses pasar dan tidak melakukan export restrictions.
Pemerintah juga perlu mengevaluasi regulasi-regulasi yang menghambat tersebut
sehingga kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi saat pandemi ini. Atas kondisi tersebut,
mendorong pemerintah harus lebih aktif terlibat dalam berbagai kerja sama internasional
khususnya dalam penanganan Covid-19. Dan juga mendorong pemerintah menyelesaikan

14
perjanjian-perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara lain yang diharapkan
kegiatan ekspor-impor semakin terbuka.

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdagangan Internasional adalah suatu proses tukar-menukar atau jual beli barang
dan jasa yang terjadi antara dua negara atau lebih. Banyak manfaat dari perdagangan
internasional, diantaranya yaitu : meningkatkan hubungan persahabatan antar negara,
kebutuhan setiap negara dapat tercukupi, mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Faktor penyebab terjadinya perdagangan internasional karena revolusi informasi
dan transportasi, interpedensi kebutuhan, dan asas keunggulan komparatif.
Terdapat beberapa dampak pandemi COVID-19 bagi perdagangan global. Dampak
tersebut, yaitu perubahan pola perdagangan global, peningkatan biaya logistik, kerja sama
perdagangan tidak berjalan efektif selama pandemi, ancaman resesi ekonomi global,
potensi inflasi barang pokok dan penting akibat terganggunya logistic dan distribusi,
perdagangan antar pulau terganggu, perubahan pola konsumsi masyarakat, daya beli
masyarakat melemah termasuk transaksi dagang dan omzet pedagang kecil juga menurun
serta menciptakan krisis kesehatan global. Adapun kebijakan strategis yang dilakukan oleh
Kementerian Perdagangan di masa pandemi COVID-19, yaitu realokasi dan refocusing
anggaran, menjaga stabilisasi harga dan jaminan stok barang kebutuhan pokok,
pengamanan penyediaan alat kesehatan, dan lain-lain.
Pemerintah perlu segera melakukan langkah strategis untuk meminimalisir dampak
tersebut sekaligus mencegah krisis kesehatan berkembang menjadi krisis pangan. Atas
kondisi tersebut, mendorong pemerintah harus lebih aktif terlibat dalam berbagai kerja
sama internasional khususnya dalam penanganan Covid-19. Dan juga mendorong
pemerintah menyelesaikan perjanjian-perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara
lain yang diharapkan kegiatan ekspor-impor semakin terbuka.

B. Saran
Setelah pembahasan makalah ini kami harap para pembaca dapat menambah
wawasan tentang materi ini sehingga lebih mampu memahami penjelasan tentang Covid
19 dan Perdagangan Internasional di Indonesia. Semoga ilmu dari makalah ini dapat
diaplikasikan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

Rinaldi Mikhral, Abd. Jamal, Chenny Seftarita. 2017. “Analisis Pengaruh Perdagangan
Internasional dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Jurnal
Ekonomi dan Kebijakan Publik Indonesia, Vol 4, Nomor 1.

Safitriani, Suci. 2014. “Perdagangan Internasional dan Foreign Direct Investmen di Indonesia”.
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol 8, Nomor 1.

www.kemendag.go.id

www.SupplayChainIndonesia.com

https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5eb3f9108b716/antisipasi-covid-19--regulasi-
penghambat-perdagangan-internasional-perlu-dihapus/

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4959610/perdagangan-antarnegara-tetap-jalan-
meski-corona-merajalela

https://majalah.tempo.co/read/kolom/149825/tantangan-perdagangan-internasional-indonesia

https://katadata.co.id/opini/2020/06/02/pandemi-dan-disrupsi-perdagangan-internasional

https://pressrelease.kontan.co.id/release/mendag-jalankan-langkah-strategis-bidang-
perdagangan-di-masa-pandemi-covid-19

https://www.gurupendidikan.co.id/perdagangan-internasional/

https://materiips.com/sebab-terjadinya-perdagangan-internasional

https://www.studiobelajar.com/perdagangan-internasional/

https://blog.ruangguru.com/jenis-jenis-perdagangan-internasional-1

https://alihamdan.id/perdagangan-internasional/

17

Anda mungkin juga menyukai