Dibuat Oleh:
2020
MAKALAH COVID-19 DAN KEBIJAKAN EKONOMI MONETER
DI INDONESIA
DISUSUN OLEH :
2A EKONOMI SYARIAH
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul COVID-19 DAN
KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Ady Cahyadi , SE.,M.Si pada Mata Kuliah Ekonomi Makro. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang covid-19 dan kebijakan moneter di Indonesia bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
Kesimpulan ......................................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainnya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta pembayaran neraca internasional yang seimbang
. apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat
dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi) . pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan
dirasakan oleh perbankan, yang kemudian di transfer ke sector rill.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai hal
tersebut bank sentral atau otoritas moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan
uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh
dan kelancaran dalam pasokan/ distribusi barang.
B. Rumusan Masalah
iii
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Secara akademik makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Bapak Ady Cahyadi, SE., M.Si
dalam mata kuliah Penghantar Ekonomi Makro. Selain itu untuk memenuhi tugas makalah ini
juga dibuat untuk menambah wawasan tentang Covid-19 dan Kebijakan Moneter di Indonesia.
Yang dibahas dan menjadi diskusi baik bagi kelompok pemateri maupun kelompok lainnya.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin
requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha
terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali
akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut, Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan
kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku
bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
a. Muana Nanga
1
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau otoritas moneter
dengan menggunakan peubah jumlah uang beredar (money supply) dan tingkat bunga (interest
rates) untuk memengaruhi tingkat permintaan agregat (aggregate demand) dan mengurangi
ketidakstabilan di dalam perekonomian.
b. M. Natsir
Kebijakan moneter adalah semua tindakan atau upaya bank sentral untuk mempengaruhi
perkembangan variabel moneter (uang beredar, suku bunga, suku bunga kredit, dan nilai tukar)
untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
Sebagai bagian dari kebijakan ekonomi makro, maka tujuan moneter adalah untuk
membantu mencapai sasaran-sasaran makro ekonomi antara lain: pertumbuhan ekonomi,
penyediaan lapangan kerja, stabilitas harga, dan keseimbangan neraca pembayaran. Keempat
sasaran tersebut merupakan tujuan akhir kebijakan moneter.
c. Boediono
d. Perry Warjiyo
Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk
pengendalian besaran moneter (monetary aggregates) untuk mencapai perkembangan kegiatan
perekonomian yang diinginkan.
Kebijakan moneter merupakan bagian integral kebijakan ekonomi makro yang dilakukan
dengan mempertimbangkan siklus kegiatan ekonomi, sifat perekonomian suatu negara, serta
faktor-faktor fundamental ekonomi lainnya.
2
B. Tujuan kebijakan moneter
Tujuan akhir sebuah kebijakan moneter adalah suatu kondisi ekonomi makro yang ingin
dicapai. Tujuan tersebut tidak sama dari satu negara dengan negara lainnya serta tidak sama dari
waktu ke waktu. Tujuan kebijakan moneter tidak statis, namun bersifat dinamis karena selalu
disesuaikan dengan kebutuhan perekonomian suatu negara. Akan tetapi, kebanyakan negara
menetapkan empat hal yang menjadi tujuan dari kebijakan moneter, yaitu:
3
Memperbaiki neraca Perdagangan Kerja Masyarakat. Dengan jalan meningkatkan ekspor
dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya.
2. Kebijakan Kontraktif
Kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive policy) yang disebut kebijakan
uang ketat (tight money policy) ialah kebijakan mengurangi jumlah uang yang beredar. Tujuan
4
utama dari kebijakan ini adalah menurunkan tingkat infiasi. Tujuan kebijakan moneter kontraktif
adalah mengurangi jumlah uang beredar dalam perekonomian. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan meningkatkan suku bunga, menjual obligasi pemerintah, dan menaikkan persyaratan
cadangan untuk bank.
b. Kebijakan Diskonto
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang beredar dengan cara
mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral memperhitungkan jumlah uang beredar
telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk
menaikkan suku bunga. Dengan menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang
untuk menabung.
5
Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah uang yang beredar dapat diawasi. Langkah kebijakan
ini biasa diambil pada saat ekonomi sedang mengalami gejala inflasi.
1. Kebijakan Kontraksioner
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dengan langkah kontraktif dilakukan ketika sebelum terjadinya inflasi
yang semakin tinggi. Sehingga hal ini bertujuan untuk pencegahan. Langkah kebijakan
yang dilakukan adalah dengan cara menurunkan pengeluaran pemerintah seperti
anggaran belanja dan menaikkan pendapatan berupa tarif pajak.
Kebijakan Moneter
6
Sedangkan untuk langkah kontraksioner pada kebijakan moneter adalah dengan cara
mengurangi jumlah uang yang beredar. Hal ini dilakukan oleh bank sentral suatu negara.
Berbeda dengan fiskal, kebijakan moneter melakukan langkah kontraktif ketika suatu
negara sedang mengalami inflasi yang begitu tinggi.
7
Kebijakan Fiskal
Instrumen dari kebijakan fiskal dalam penanganan ekonomi suatu negara diantaranya
anggaran defisit, anggaran surplus, hingga anggaran berimbang. Anggaran defisit
merupakan instrumen yang diterapkan dalam kebijakan fiskal dengan cara meningkatkan
pengeluaran dibandingkan pendapatan. Kebalikan dari defisit, anggaran surplus
merupakan instrumen yang dilakukan dengan cara meningkatkan pendapatan negara
dibandingkan pengeluaran. Sedangkan anggaran berimbang, sesuai namanya, yaitu
menyeimbangkan pendapatan negara dan pengeluaran Negara.
Kebijakan Moneter
Berbeda dengan kebijakan fiskal, ada 5 instrumen yang diterapkan kebijakan moneter
diantaranya dengan melakukan operasi pasar terbuka, kebijakan diskonto, cadangan kas
minimun, imbauan moral hingga kredit selektif. Operasi pasar terbuka merupakan
penerapan kebijakan moneter dengan cara membeli atau menjual surat berharga
pemerintah guna pengendalian uang yang beredar. Sedangkan kebijakan diskonto adalah
dengan cara menurunkan maupun menaikkan suku bunga.
2. Berdasarkan Kredit Selektif :
Kebijakan Fiskal
Kredit selektif merupakan pengurangan jumlah uang yang beredar dengan memperketat
pemberian kredit. Dalam kebijakan fiskal, pengurangan jumlah uang ini dilakukan pada
pengeluaran negara dan pendapatan negara berupa pajak.
Kebijakan Moneter
Berbeda dengan kebijakan fiskal, pada kebijakan moneter, pengurangan dilakukan
dengan cara mengatur jumlah uang yang sedang beredar di masyarakat. Pengaturan uang
yang beredar ini dilakukan dengan cara memperketat syarat-syarat dalam pemberian
kredit oleh Bank sentral.
Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan fiskal adalah untuk menentukan arah, tujuan,
sasaran, dan prioritas pembangunan nasional serta pertumbuhan perekonomian bangsa. Adapun
tujuan-tujuan dikeluarkannya kebijakan fiskal secara rinci adalah sebagai berikut :
8
Mencapai kestabilan perekonomian nasional.
Memacu pertumbuhan ekonomi.
Mendorong laju investasi.
Membuka kesempatan kerja yang luas.
Mewujudkan keadilan social.
Sebagai wujud pemerataan dan pendistribusian pendapatan.
Mengurangi pengangguran.
Menjaga stabilitas harga barang dan jasa agar terhindar dari inflasi.
Pengaturan nilai suku bunga dalam kebijakan moneter dapat memacu persaingan
dan aktivitas ekonomi sebuah negara. Kebijakan suku bunga bisa membuat nilai mata
uang menguat dan meningkatkan posisi mata uang tersebut saat digunakan dalam
perdagangan internasional. Semakin subur ladang perekonomian di dalam dan luar negeri
membuat banyak orang mendapatkan imbasnya. Hal seperti peningkatan tingkat
pendapatan dan pengurangan pengangguran bisa terjadi. Jika hal ini berjalan lama,
pertumbuhan ekonomi negara-pun mampu tercapai.
Harga barang tentu berkaitan dengan jumlah uang yang beredar dalam
masyarakat. Jumlah uang beredar ini sangat mempengaruhi tingkat inflasi. Selama
banyak uang beredar banyak, nilai inflasi akan tinggi. Nilai inflasi inilah yang
9
menimbulkan peningkatan harga. Jika tidak hati – hati dalam mengontrol hal ini, inflasi
dapat menyebabkan krisis seperti pada tahun 1998 dan 2008 lalu. Jika sampai terjadi
krisis, harga – harga barang melejit tinggi. Jika sudah begitu banyak orang tidak mampu
memenuhi kebutuhannya karena harganya yang tinggi, hal inilah yang menyebabkan
tingkat kemiskinan akan meningkat.
Nilai mata uang pasti berbeda tiap negara dan hal ini dipengaruhi oleh
keseimbangan neraca pembayaran dan perdagangannya. Keseimbangan ini akan
mempengaruhi seberapa besar cadangan devisa, banyak impor dan ekspor yang
dilakukan, serta seberapa menariknya negara tersebut sebagai tempat investasi.Setelah
melihat tujuan kebijakan moneter, mari melihat apa saja bentuk kebijakan moneter itu.
Virus Corona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan sampai
berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS. Virus
Corona memiliki 20 anggota keluarga dimana sebagian besarnya tidak berbahaya dan tidak
memiliki efek pada manusia, namun ada 8 anggota Virus Corona yang memiliki efek terhadap
manusia, lima diantaranya memiliki efek kecil terhadap manusia, dan tiga diantaranya memiliki
efek besar dan dapat menyebabkan kerusakan pada manusia.
Virus Corona pertama kali ditemukan pada tahun 1930 pada hewan yang menyebabkan
gangguan saluran pernafasan yang ditemukan pada ayam, Kemudian selanjutnya Virus Corona di
temukan kembali pada tahun 1940 yang terjadi pada tikus. Virus Corona pertamakali
diidentifikasi pada tahun 1960 dan mulai tercetak pada berita media pada tahun 1968.
Virus Corona pertamakali ditemukan menginfeksi manusia pada tahun 2002 yang disebut
sebagai SARS CoV yang bersumber dari cina kemudian menjadi pandemi internasional pada
tahun 2003 sampai 2004. Selanjutnya Virus Corona ditemukan kembali pada tahun 2012 yang
disebut sebagai MERS yang menjadi pandemi dari tahun 2012 sampai 2019. Kemudian Virus
10
korona baru ditemukan kembali pada tahun 2019 yang bersumber dari Wuhan, China yang
kemudian menjadi pandemi Internasional sampai saat ini.
Severe Acute Respiratory Syndrome, (SARS) adalah sebuah jenis penyakit pneumonia
yaitu salah satu penyakit gangguan pernafasan. SARS pertama kali muncul pada November 2002
di Provinsi Guangdon, Tiongkok. Sekitar 10% dari penderita SARS meninggal dunia.
Virus SARS sepertinya berasal dari Provinsi Guangdong pada November 2002.
Walaupun telah mengambil langkah-langkah untuk mengontrol epidemi, Tiongkok tidak
memberitahu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang wabah itu hingga Februari 2003.
Justru, pemerintah setempat membatasi laporan epidemi untuk menjaga muka dan kepercayaan
publik. Ketidakterbukaan ini menjadikan Tiongkok sebagai kambing hitam akibat menunda
upaya internasional melawan epidemi. Sejak itu Tiongkok secara resmi telah meminta maaf
karena keterlambatannya dalam mengatasi wabah SARS.
Setelah Tiongkok membungkam berita wabah SARS baik internal maupun internasional,
SARS menyebar sangat cepat, mencapai negeri tetangga Hongkong dan Vietnam pada akhir
Februari 2003, kemudian ke negara lain dengan perantaraan wisatawan internasional. Kasus
terakhir dari epidemi ini terjadi pada Juni 2003. Dalam wabah itu, 8.069 kasus muncul yang
menewaskan 775 orang. Adapun efek terhadap ekonomi di tiongkok adalah sebagai berikut :
11
MERS-CoV singkatan dari Middle East respiratory syndrome-related coronavirus,atau
disebut
EMC/2012 (HCoV-EMC/2012), adalah novel virus sense-positif, beruntai tunggal dari
genus Betacoronavirus. Yang menginfeksi 2.494 orang dan menyebabkan 858 kematian dengan
tingkat kematian 34,4%.
Pada Juli 2015, kasus MERS-CoV telah dilaporkan lebih dari 21 negara, termasuk Arab
Saudi, Yordania, Qatar, Mesir, Uni Emirat Arab, Kuwait, Turki, Oman, Aljazair, Bangladesh,
Indonesia (tidak ada yang terkonfirmasi), Austria, Inggris, Korea Selatan, Amerika Serikat,
Tiongkok Daratan, Thailand, dan Filipina.MERS-CoV adalah salah satu dari beberapa virus yang
diidentifikasi oleh WHO sebagai kemungkinan penyebab epidemi di masa depan. WHO telah
meminta untuk secepatnya dilakukan penelitian dan pengembangan yang mendesak terkait virus
ini.
Kasus virus ini pertama kali dilaporkan di Arab Saudi pada tahun 2012.Ahli virus Mesir,
Dr. Ali Mohamed Zaki mengisolasi dan mengidentifikasi virus corona (yang sebelumnya tidak
diketahui) dari paru-paru seorang pria.Kasus kedua ditemukan pada September 2012, seorang
pria berusia 49 tahun yang tinggal di Qatar mengalami gejala flu yang serupa, dengan urutan
virus yang hampir identik dengan kasus pertama di Arab Saudi.Pada November 2012, kasus yang
sama bermunculan di Qatar dan Arab Saudi. Dengan bertambahnya kasus serupa yang disertai
kematian, maka dimulailah penelitian dan pemantauan yang cepat terhadap virus corona baru ini.
Penyakit Coronavirus 2019 ( COVID-19 ) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Ini pertama kali diidentifikasi pada
Desember 2019 di Wuhan , Cina, dan sejak itu menyebar secara global, mengakibatkan pandemi
yang berkelanjutan . Pada 8 Mei 2020, lebih dari 3,9 juta kasus telah dilaporkan di 187 negara
dan wilayah, yang mengakibatkan lebih dari 272.000 kematian . Lebih dari 1,3 juta orang telah
pulih.
12
virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Walaupun
lebih banyak menyerang lansia, virus ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi,
anak-anak, hingga orang dewasa, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.
Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering.
Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit
tenggorokan atau diare, Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tetap merasa
sehat. Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan
khusus. Sekitar 1 dari 6 orang yang terjangkit COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan
bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada
sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung atau diabetes, punya kemungkinan
lebih besar mengalami sakit lebih serius. Mereka yang mengalami demam, batuk dan kesulitan
bernapas sebaiknya mencari pertolongan medis.
a. Relaksasi ketentuan bagi investor asing terkait lindung nilai dan posisi devisa neto
Penggunaan rekening Rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing
sebagai underlying transaksi dalam transaksi DNDF, sehingga dapat mendorong lebih
banyak lindung nilai atas kepemilikan Rupiah di Indonesia, yang telah berlaku sejak 19
Maret 2020;
13
Pencatatan Transaksi DNDF dalam Posisi Devisa Neto (PDN), dimana transaksi
DNDF diperhitungkan dalam PDN Bank dan dilaporkan ke BI, sehingga perbankan
akan semakin longgar dalam bertranskasi di pasar valas, sejak tanggal 20 Maret 2020.
b. BI menegaskan kembali bahwa investor global dapat menggunakan bank kustodi global
dan domestik dalam melakukan kegiatan investasi di Indonesia.
c. BI bersama Kemenkeu telah melakukan komunikasi secara langsung dengan investor
global, dimana seluruh investor global mengapresiasi langkah Pemerintah dan BI dalam
mengelola perekonomian sehingga masih menaruh kepercayaan terhadap kondisi
perkembangan ekonomi dan keuangan Indonesia.
14
3. Kondisi sekarang berbeda dengan Global Financial Crisis tahun 2008 dan Krisis
Moneter Asia tahun 1998.
Kondisi yang terjadi saat ini bersumber dari aspek kemanusiaan karena pandemi
COVID-19 yang kemudian berdampak ke sektor ekonomi dan keuangan secara global.
Semakin cepat dalam mengatasi pandemik COVID-19, maka dampak ke sektor ekonomi
dan keuangan semakin cepat diminimalisir. Selanjutnya disampaikan bahwa dampak
pelemahan rupiah terhadap inflasi sangat minimal dan inflasi tetap terkendali karena, 1)
ketersediaan pasokan yang cukup, 2) kesenjangan output atau output gap masih negatif,
3) kredibilitas kebijakan moneter untuk memastikan stabilitas harga dan sasaran inflasi
(3+1%) tercapai termasuk melalui koordinasi bersama TPIP dan TPID, serta 4)
pelemahan rupiah saat ini bersifat temporer karena kepanikan global.
BI akan terus berkoordinasi secara erat dalam melakukan langkah tersebut bersama
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), termasuk memperkuat Protokol Manajemen
Krisis (PMK). BI akan terus memperkuat koordinasi ini dengan Pemerintah dan OJK
untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya
terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi
kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan
sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan
berdaya tahan.
H.
RINGKASAN EKSEKUTIF PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
11/POJK.03/2020 TENTANG STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL SEBAGAI
KEBIJAKAN COUNTERCYCLICAL DAMPAK PENYEBARAN CORONAVIRUS
DISEASE 2019 (POJK STIMULUS DAMPAK COVID-19)
15
stabilitas sistem keuangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan kebijakan
stimulus perekonomian sebagai countercyclical dampak penyebaran COVID-19.
2. Pokok-pokok pengaturan POJK Stimulus Dampak COVID-19 antara lain:
a. POJK ini berlaku bagi BUK, BUS, UUS, BPR, dan BPRS.
b. Bank dapat menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi
untuk debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19 termasuk debitur UMKM,
dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
c. Debitur yang terkena dampak penyebaran COVID-19 termasuk debitur UMKM adalah
debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban pada Bank karena debitur
atau usaha debitur terdampak dari penyebaran COVID-19 baik secara langsung ataupun
tidak langsung pada sektor ekonomi antara lain pariwisata, transportasi, perhotelan,
perdagangan, pengolahan, pertanian, dan pertambangan.
d. Kebijakan stimulus dimaksud terdiri dari:
1) Penilaian kualitas kredit/pembiayaan/penyediaan dana lain hanya berdasarkan
ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga untuk kredit/pembiayaan/penyediaan
dana lain dengan plafon s.d Rp10 miliar; dan
2) Peningkatan kualitas kredit/pembiayaan menjadi lancar setelah direstrukturisasi
selama masa berlakunya POJK. Ketentuan restrukturisasi ini dapat diterapkan Bank
tanpa melihat batasan plafon kredit/pembiayaan atau jenis debitur.
e. Cara restrukturisasi kredit/pembiayaan dilakukan sebagaimana diatur dalam peraturan
OJK mengenai penilaian kualitas aset, antara lain dengan cara:
1) penurunan suku bunga;
2) perpanjangan jangka waktu;
3) pengurangan tunggakan pokok;
4) pengurangan tunggakan bunga;
5) penambahan fasilitas kredit/pembiayaan; dan/atau
6) konversi kredit/pembiayaan menjadi Penyertaan Modal Sementara.
f. Bank dapat memberikan kredit/pembiayaan/penyediaan dana lain yang baru kepada
debitur yang telah memperoleh perlakuan khusus sesuai POJK ini dengan penetapan
kualitas kredit/pembiayaan/penyediaan dana lain tersebut dilakukan secara terpisah
dengan kualitas kredit/pembiayaan/penyediaan dana lain sebelumnya.
16
g. Bank menyampaikan laporan berkala atas penerapan POJK ini untuk monitoring
Pengawas sejak posisi data akhir bulan April 2020.
h. Ketentuan ini berlaku sejak diundangkan sampai dengan tanggal 31 Maret 2021.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang.
Setelah melihat tujuan kebijakan moneter, mari melihat apa saja bentuk kebijakan
moneter itu. Virus Corona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan
sampai berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS.
Virus Corona memiliki 20 anggota keluarga dimana sebagian besarnya tidak berbahaya dan tidak
memiliki efek pada manusia, namun ada 8 anggota Virus Corona yang memiliki efek terhadap
manusia, lima diantaranya memiliki efek kecil terhadap manusia, dan tiga diantaranya memiliki
17
efek besar dan dapat menyebabkan kerusakan pada manusia. Virus Corona pertama kali
ditemukan pada tahun 1930 pada hewan yang menyebabkan gangguan saluran pernafasan yang
ditemukan pada ayam, Kemudian selanjutnya Virus Corona di temukan kembali pada tahun 1940
yang terjadi pada tikus.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter
https://www.finansialku.com/definisi-kebijakan-moneter-adalah/
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-tujuan-dan-instrumen-kebijakan-moneter/
https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Perkembangan-Terkini-Perekonomian-
dan-Langkah-BI-dalam-Hadapi-COVID-19-26032020.aspx
https://www-simulasikredit-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.simulasikredit.com/amp/jenis-
jenis-kebijakan-moneter-yang-berpengaruh-
18
besar/?usqp=mq331AQFKAGwASA%3D&_js_v=0.1#aoh=15889941183502&referrer=http
s%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=From%20%251%24s&share=https%3A%2F%2
Fwww.simulasikredit.com%2Fjenis-jenis-kebijakan-moneter-yang-berpengaruh-besar%2F
https://www.cnbcindonesia.com/opini/20200508151106-14-157161/formula-moneter-dalam-
peperangan-melawan-covid-19
19
MAKALAH KELOMPOK 2
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro
Disusun Oleh:
Rhafi Alamsyah (11190860000007)
Audrey Ravindra Kusuma (11190860000022)
Shally Chica Aneetha (11190860000023)
Putri Syifa Asilah (11190860000024)
Hilmatul Fuadiyah (11190860000025)
Annisa Nur Ramadhani (11190860000026)
Muhammad Usamah (11190860000027)
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Covid-19 dan
Kebijakan Fiskal di Indonesia”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Ady Cahyadi, S.E, M.Si. pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang keijakan makro ekonomi di
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Referensi
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Presiden Jokowi juga berharap agar Perppu tersebut bisa segera diundangkan
dan dilaksanakan oleh pihak DPR seperti dilansir dari Tirto. Adapun kebijakan-
kebijakan ini mencakup beberapa sektor, termasuk sektor fiskal. Melihat dampak
pandemi virus COVID-19 yang mempengaruhi dunia usaha, terdapat sejumlah
kebijakan terbaru yang dilakukan seperti:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pihak
pemerintah guna mengelola dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang
lebih baik atau yang diinginkan dengan cara mengubah atau memperbarui penerimaan
dan pengeluaran pemerintah, salah satu hal yang ditonjolkan dari kebijakan fiskal ini
adalah pengendalian pengeluaran dan penerimaan pemerintah atau negara.
Untuk menjaga agar tiap waga negara berada pada posisi perekonomian yang
baik dan stabil, pemerintah selaku pemangku kebijakan wajib membuat undang-
undang maupun program demi tercapainya tujuan tersebut. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan mengeluarkan kebijakan fiskal untuk mempengaruhi
perekonomian tersebut melalui perubahan dalam pengeluaran dan perpajakan.
Kebijakan yang dibuat biasanya bertujuan untuk mencapai sasaran ekonomi seperti
pertumbuhan ekonomi yang baik, lapangan kerja yang tinggi dan harga yang stabil.
Pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan fiscal dalam menghadapi
Covid-19. Dengan diterapkannya kebijakan tersebut, pemerintah berharap agar hal ini
dapat membantu setiap aspek dalam masyarakat dalam rangka menghadapi wabah
COVID-19. Dengan begitu, daya beli masyarakat dapat terjaga dan kegiatan
operasional perusahaan dapat berjalan. Disamping itu, setiap elemen dalam
masyarakat perlu bekerjasama dalam mengatasi hal ini dengan melakukan social atau
physical distancing untuk mengurangi dampak penularan wabah virus COVID-19.
B. Saran
Demikianlah isi makalah kami ini, yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Studi Islam. Dalam penulisan makalah yang sangat sederhana ini, besar harapan kami
untuk dapat dikritik dan dikoreksi, sebagai bahan pembelajaran buat kami, dalam
mengerjakan tugas-tugas makalah selanjutnya.
REFERENSI
https://www.suara.com/yoursay/2020/04/07/110508/stimulus-fiskal-menghadapi-covid-19
https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-kebijakan-fiskal-dan-tujuannya/
https://cpssoft.com/blog/keuangan/kebijakan-fiskal-pengertian-lengkap/
https://jojonomic.com/blog/kebijakan-fiskal/
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro
Disusun Oleh :
Ayu Widaningsih (11190860000028)
Frida Ayunissa (11190860000029)
Ismail (11190860000030)
Wilda Hanifah (11190860000031)
Sarah Shabrina (11190860000032)
Amalia Puspitasari (11190860000033)
M. Rizki Ardiansyah (11190860000034)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Covid-19 dan
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Ady Cahyadi, S.E, M.Si. pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang keijakan makro ekonomi di
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN :
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN :
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pertumbuhan ekonomi ?
2. Apa perbedaan dan persamaan pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan
ekonomi?
3. Bagaimana cara mengukur pertumbuhan ekonomi ?
4. Apa saja teori pertumbuhan ekonomi ?
5. Apa saja faktor-faktor pertumbuhan ekonomi ?
6. Bagaimana kaitan COVID-19 dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian pertumbuhan ekonomi
2. Mengetahui perbedaan & persamaan pertumbuhan dengan pembangunan
ekonomi
3. Mengatahui cara mengukur pertumbuhan ekonomi
4. Mengetahui apa saja teori pertumbuhan ekonomi
5. Mengetahui apa saja faktor pertumbuhan ekonomi
6. Mengetahui kaitan COVID-19 dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan
ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan
faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi
barang dan jasa yang sama besarnya.
Pertambahan potensi memproduksi sering kali lebih besar dari pertambahan produksi
yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari
potensinya. ( Sadono Sukirno;10).
Prof. Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi itu adalah kenaikan jangka
panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang
barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
teknologi, penyesuaian kelembagaan, dan ideologi yang diperlukannya
Definisi ini memiliki tiga komponen :
1) Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-
menerus persediaan barang.
2) Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan
derajat kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; dan
kepada penduduk
3) Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan penyesuaan di bidang
kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan
dapat dimanfaatkan secara tepat dimanfaatkan.
4) Teori pertumbuhan ekonomi sebagai penjelasan mengenai faktor mengenai faktor –
faktor apa yang menentukan kenaikan ouput per kapita dalam jangka panjang, dan
mengenai bagaimana faktor mengenai bagaimana faktor – faktor tersebut
berinteraksi faktor satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses
perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
⮚ Pembangunan ekonomi:
1. Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk
usaha meningkatkan produk per kapita
2. Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya
3. Memperhatikan pertambahan penduduk
4. Memperhatikan pertambahan penduduk
5. Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi
1. Produk Domestik Bruto (PDB),yaitu nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang
diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara
asing.
2. Produk Nasional Bruto (PNB), yaitu nilai barang dan jasa yang dihitung hanyalah
barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh
warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung.
Biasanya, perhitungan PDB atau GDP Dilakukan dalam kurun waktu triwulanan dan
tahunan untuk satu periodenya. Cara menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi dapat
digunakan menggunakan rumus menghitung pertumbuhan ekonomi berikut ini.
B. Teori Neoklasik
Dalam teori neoklasik pertumbuhan ekonomi, dua tokoh yang paling populer adalah
Joseph A Schumpeter dan Robert Solow.
1) Menurut Joseph A Schumpeter
Menurut Joseph A Schumpeter dalam bukunya yang berjudul The Theory of
Economic Development, membahas mengenai peran pengusaha dalam
pembangunan. Schumpeter menyimpulkan bahwa proses pertumbuhan
ekonokmi pada dasarnya adalah proses inovasi yang dilakukan oleh para
innovator dan wirausahawan.
C. Teori Neokeynes
Dalam teori Neokeynes, dikenal tokoh Roy F. Harrod dan Evsey D Domar. Pandangan
kedua tokoh tersebut adalah tentang adanya pengaruh investasi terhadap permintaan
agregat dan pertumbuhan kapasitas produksi. Sebab, investasi inilah yang kemudian
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Teori neokeynes ini memiliki pandangan bahwa penanaman modal adalah komponen
yang sangat utama dalam proses penentuan suksesnya pertumbuhan ekonomi.
D. Teori W. W. Rostow
W.W. Rostow banyak membahas mengenai pertumbuhan ekonomi dan Teori
Pembangunan. Berbagai pemikirannya dituangkan dalam salah satu bukunya
berjudul The Stages of Economic, A Non COmunist Manifesto. Dalam buku tersebut,
Rostow menggunakan pendekatan sejarah untuk menjabarkan proses perkembangan
ekonomi yang terjadi dalam suatu masyarakat.
Menurutnya, dalam suatu masyarakat, proses pertumbuhan ekonomi tersebut
berlangsung melalui beberapa tahapan, meliputi :
a. Masyarakat tradisional (traditional society)
b. Tahap prasyarat tinggal landas (praconditions for thae off)
c. Tahap tinggal landas (the take off)
d. Tahap menuju kedewasaan (maturity)
e. Tahap konsumsi tinggi (high mass consumption)
3) Kemajuan IPTEK
Suatu negara dikatakan maju, jika ekonomi mengalami peningkatan terhadap
penggunaan ilmu pengetahuan serta teknologinya. Tidak terkecuali pada sebuah
perusahaan yang mengedepankan teknologi demi menghasilkan suatu barang dan
jasa yang lebih efisien lagi.
Penggunaan teknologi yang telah maju mengindikasikan jika perusahaan tersebut
harus mampu menghasilkan produk lebih cepat serta efisien. Teknologi dalam hal
peralatan produksi dimana digunakan agar bisa membantu meminimalisir terhadap
serapan tenaga kerja. Dengan begitu, anggaran untuk pegawai bisa dipangkas serta
digunakan untuk keperluan lain.
Tetapi, untuk bisnis yang sedang berkembang biasanya masih sulit untuk
menerapakan teknologi pada usahanya. Dikarenakan pembelian peralatan modern
dinilai masih mahal serta harus mengimpor dari luar negeri.
4) Tingkat Inflasi
Inflasi juga ialah salah satu gejala yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
dimana inflasi merupakan suatu kejadian dimana laju peredaran rupiah tidak
terkendali dengan semestinya.
Dengan meningkatnya harga – harga, maka akan berpengaruh terhadap produktifitas
bahan baku. Dengan begitu akan menyebabkan adanya peningkatan biaya operasi
perusahaan untuk pemasokan bahan baku. Tidak hanya itu, adanya inflasi akan
mempengaruhi akan gaji pegawai suatu perusahaan tersebut.
Terdapat dua tipe inflasi yang bisa berpengaruh langsung terhadap bisnis
perusahaan, ialah : cos-push inflation & deman-pull inflation. Dimana cos-push
inflation merupakan suatu harga produk naik karena permintaan masyarakat
meningkat dan deman-pull inflation merupakan suatu kenaikan permintaan
masyarakat sehingga menyebabkan kenaikan akan harga barang serta jasa.
2. Laju inflasi
Inflasi akan berdampak pada menurunnya indeks kepercayaan konsumen karena
masyarakat cenderung mengurangi belanja karena berhati-hati terhadap resiko
kenaikkan harga tinggi.
Imbas pandemi Covid-19 yang menghadang laju bisnis berbagai sector bank dunia atau
World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi di Indonesia tumbuh nol 0% alias
stagnan pada akhir 2020. Proyeksi tersebut lebih rendah dari beberapa negara di
kawasan Asia Tenggara seperti Kamboja, Vietnam, Myanmar dan Filipina yang diyakini
masih sanggup meningkatkan perekonomiannya dibanding tahun 2019.
World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 ini akan berada di
bawah 5%. Parahnya lagi, ekonomi Indonesia bisa tak tumbuh sama sekali alias 0%
karena wabah yang melanda.
"Jadi jika melihat proyeksi pertumbuhan untuk tahun 2020 di Indonesia kami perkirakan
akan melambat menjadi 0% dan ini adalah asumsi dari dua bulan PSBB di bulan April,
Mei dan Juni," ujar ekonom senior Bank Dunia untuk Indonesia Ralph Van Doorn dalam
diskusi virtual bertajuk Implementasi New Normal Menghadapi Dampak Pandemi
COVID-19 terhadap Situasi Ekonomi dan Sosial, Selasa (2/6/2020).
Parahnya lagi, utang RI diyakini bisa meningkat mendekati 37% dari Produk Domestik
Bruto (PDB) akibat pandemi ini
Berdasarkan data BI, perekonomian Indonesia pada kuartal I/2020 tumbuh melambat
menjadi 2,97 persen (yoy). Perry mengatakan ekonomi diprediksi mengalami penurunan
pada kuartal II/2020.
Apalagi, inflasi pada periode Puasa-Lebaran atau Mei 2020 tercatat sangat rendah, yaitu
0,07 persen (mtm) dan 2,19 persen (yoy).
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan dalam skenario yang dilakukan
pemerintah, pertumbuhan ekonomi hanya berada dikisaran 2%. Bahkan dalam skenario
terberat pertumbuhan ekonomi bisa minus 0,4%.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira,
mengatakan bahwa penerapan new normal tidak tak langsung otomatis membuat
ekonomi Indonesiapulih secara maksimal. Masih butuh waktu untuk pulih. New normal
tidak otomatis industri kembali beroperasi maksimal,Hal itu dikarenakan permintaan
ekspor masih melambat, sementara ia menyebut pelaku usaha juga kesulitan
memperoleh bahan baku. Sehingga bagi perusahaan membutuhkan waktu untuk
menyerap kembali karyawan yang dirumahkan dan di PHK.
“Apalagi ada kekhawatiran pelonggaran di saat kurva positif covid-19 masih meningkat
menimbulkan risiko gelombang kedua penyebaran covid-19
Meskipun penerapan new normal diklaim bisa mendorong perekonomian, hal itu tidak
bisa serta merta membuat ekonomi Indonesia melesat positif. Melainkan masih ada
berbagai proses dan tahapan untuk pulih.
Program ekonomi nasional ini sesuai dengan perppu nomor 1 tahun 2020 pasal 11
tentang menjaga kemampuan ekonomi pelaku usaha melalui penempatan dana
pemerintah, penjaminan, penyertaan modal kerja, dan investasi. Pengusaha UMKM
adalah salah satu penggerak ekonomi Indonesia, jadi wajar jika pemerintah
memperhatikan mereka yang terkena dampak pandemi Covid-19. Ketika usahanya sepi,
maka bantuan resmi dari pemerintah untuk meringankan pinjaman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi bagi suatu negara merupakan hal yang sangat penting karena
merupakan dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk
perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional. Sebagai dasar
penentuan prioritas pemberian bantuan luar negeri oleh Bank Dunia atau lembaga
internasional lainnya.
Apalagi disaat wabah pandemi ini sedang berlangsung dampak dari pertumbuhan
ekonomi yang menurun bagi negara adalah adanya ancaman stabilitas keuangan negara
menjadi sangat nyata dalam kondisi sekarang dimana konsumsi rumah tangga menurun,
begitu pun dengan investasi.
Maka dari itu Pemerintah melakukan upaya untuk membangkitkn kembali bidang
ekonomi dengan mencanangkan program ekonomi nasional. Dalam program ini, ada 4
langkah yang akan dilakukan untuk menyelamatkan keadaan finansial negeri ini. Di
antaranya, subsidi bunga pinjaman dari pemilik usaha kecil dan menengah (UMKM),
pemberian dana pada perbankan yang terdampak restrukturisasi, modal negara untuk
BUMN, dan investasi pemerintah untuk modal kerja.
B. Saran
Demikianlah isi makalah kami ini, yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Ekonomi Makro. Dalam penulisan makalah yang sangat sederhana ini, besar
harapan kami untuk dapat dikritik dan dikoreksi, sebagai bahan pembelajaran buat
kami, dalam mengerjakan tugas-tugas makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, Harnida Gigih dkk. 2014. Ekonomi : Peminatan Ilmu -Ilmu Sosial. Klaten : Intan
Pariwara.
Sa’diyah, Chumidatus. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Sukirno,Sadono.2011.Makroekonomi Teori Pengantar.PT Raja Grafindo Persada:Jakarta
https://idschool.net/sma/cara-menghitung-pertumbuhan-ekonomi/
https://rumusrumus.com/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-ekonomi/
https://m.liputan6.com/bisnis/read/4272839/ekonomi-indonesia-baru-bisa-tumbuh-normal-di-
2022
https://baliexpress.jawapos.com/read/2020/06/07/197817/perlu-pemulihan-ekonomi-di-
tengah-pandemi-covid-19
https://m.bisnis.com/amp/read/20200605/9/1249134/ekonomi-indonesia-bakal-resesi-gara-
gara-pandemi-covid-19-ini-jawaban-bos-bi
https://konfirmasitimes.com/2020/05/21/dampak-covid-19-pertumbuhan-perekonomian-
mengalami-perlambatan/
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200402082749-4-149216/sri-mulyani-buka-bukaan-
soal-pdb-ri-di-saat-covid-19-mewabah
MAKALAH
Disusun oleh:
Ai Nurlianah (111908600000036)
2019
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat ﷲyang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Covid 19 dan Pengangguran di Indonesia
Adapun tujuan dari penulisan ini dan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Ady Cahyadi pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengangguran dalam Makro Eonomi dan
Kaitannya Dengan Covid 19 bagi pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
Daftar Isi
ii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Covid-19 merupakan virus yang mulai muncul di akhir tahun 2019. Sampai sekarang
virus ini belum usai dalam menyerang beberapa Negara di dunia. Virus ini menyerang
organ vital terutama paru-paru dan organ pencernaan. Di Indonesia pandemi Covid-19
tidak hanya berpotensi mengakibatkan kontraksi pertumbuhan ekonomi, tetapi juga
peningkatan jumlah pengangguran dalam skala besar.
Beberapa sektor ekonomi terdampak oleh Covid-19. Hal ini tentunya berimbas pada
peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia. Turunnya pendapatan menurunkan daya
beli masyarakat, daya beli masyarakat yang turun menyebabkan turunnya permintaan
barang dan jasa. Maka, komponen konsumsi (C) turun dari Gross Domestic Produk
(GDP) juga turun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia tembus 6,88
juta orang pada Februari 2020. Jumlah itu bertambah 60 ribu orang dibanding periode
yang sama tahun lalu. Realisasi ini juga terjadi sebelum pandemi virus corona di dalam
negeri. Maka apabila di masa Covid 19 ini tentu jumlah pengangguran akan semakin
meningkat dibanding realisasi tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengangguran?
2. Apa saja jenis-jenis pengangguran?
3. Apakah penyebab dari pengangguran?
4. Dampak apa yang terjadi bilamana pengangguran semakin meningkat?
5. Bagaimana kaitan covid 19 dengan pengangguran di Indonesia?
6. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran?
7. Apakah kebijakan tersebut telah efektif dilaksanakan?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan ini ditujukan untuk menambah wawasan mengenai Covid 19 dan
Pengangguran di Indonesia dan juga sebagai pemenuhan tugas dalam mata kuliah
Pengantar Ekonomi Makro
1
BAB II
ISI
A. Pengertian Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang masuk dalam
angkatan kerja (Usia 15-64 tahun) yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja,
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan yang layak. Sedangkan menurut Sukirno (2006:13)
pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan
kerja yang ingin mendapatkan kerja tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan
tersebut.
Berdasarkan Penyebabnya:
2
Pengangguran yang disebabkan oleh menurunnya ekonomi karena terjadi resesi
dan kurangnya permintaan masyarakat
C. Penyebab Pengangguran
3
Banyaknya kriteria para pencari kerja yang tidak sesuai dengan permintaan
perusahaan. Perusahaan akan membutuhkan karyawan yang sesuai dengan
kriteria kebutuhan pada posisi yang akan ditempati oleh para calon
karyawan. Hal tersebut biasanya menjadi kendala pada saat perusahaan
membutuhkan karyawan dengan keterampilan tinggi. Secara otomatis,
akan hanya ada beberapa pelamar yang memiliki kesempatan untuk
diterima.
4. Kurangnya pendidikan dan pelatihan
Kurangnya tingkatan pendidikan akan menyebabkan seseorang menjadi
sulit untuk dijadikan sebagai tenaga kerja. Akibatnya, kebanyakan orang
yang tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi biasanya hanya
menjadi buruh kasar. Jika pekerjaan kasar tidak ada dan tidak adanya jiwa
seorang pengusaha, maka seseorang dapat menjadi pengangguran
permanen. Selain itu, keterampilan juga penting untuk melatih kemampuan
mereka untuk memasuki dunia kerja.
5. Adanya PHK
Adanya pemutusan hubungan kerja atau PHK. PHK akan terjadi setelah
berakhirnya kontrak kerja atau adanya pengurangan tenaga kerja. Biasanya
sebuah perusahaan juga akan melakukan metode ini untuk menstabilkan sistem
kerja.
6. Tempat tinggal yang jauh
Kurangnya pemerataan lowongan pekerjaan bisa menjadi penyebab
adanya angka pengangguran di Indonesia. Daerah yang kurang
berkembang dan domisili yang jauh dari lapangan pekerjaan menjadi
penghambat bagi mereka untuk merah cita-citanya.
7. Pasar global
Adanya persaingan di era pasar global saat ini. Kemungkinan akan
meningkatnya perusahaan asing yang didirikan tetapi mereka cenderung
memasukkan beberapa pekerja dari negara mereka daripada menggunakan
tenaga kerja asli.
D. Dampak Pengangguran
4
Tingginya tingkat pengangguran menjadi masalah yang harus disekesaikan karena akan
ada ketidakmerataan dalam pembagian pekerjaan dan pembangunan ekonomi.
Bagi Masyarakat
1. Pengangguran Merupakan Beban Psikologis Dan Psikis.
Orang yang menganggur tentu akan merasa terbebani karena tekanan ekonomi dan
moril yang dapat membuat seseorang depresi
2. Pengangguran Dapat Menghilangkan Keterampilan
Keadaan menganggur dapat menyebabkan para tenaga kerja kehilangan
pengalaman atau penurunan keterampilan yang dimilikinya. Semakin lama
menganggur semakin banyak kehilangan keterampilan dan pengalamannya.
3. Pengangguran akan menimbulkan masalah sosial dan ketidakstabilan politik
Orang yang menganggur tentu tidak bisa memenuhi kebutuhan ekonomi, mereka
terdesak melakukan berbagai macam cara untuk mencukupi kebutuhan ekonomi
sehingga nekat mencuri. Juga menyebabkan ketidakstabilan politik lantaran
masyarakat kecewa dengan pemerintah kemudian melakukan demonstrasi.
E. Kebijakan-Kebijakan Pengangguran
5
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuhkan cara-cara mengatasinya yang
disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut:
6
1. Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan tol dan infrastruktur difungsikan sebagai mobilitas warga dan
mobilitas ekonomi. Semakin banyak pembangunan infrastuktur dan tol maka
akan membuat semakin terbukanya akses untuk bekerja di kota lain.
Produktivitas akan semakin diraih dan menyebabkan penyerapan tenaga kerja di
berbagai sektor.
3. Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki keterkaitan
usaha atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut
maka kegiatan proses produksi akan Yulna Dewita Hia 212 menjadi lebih efisien
dan murah karena pengadaan bahan baku bisa dilakukan secara bersama-sama.
Contoh, PT Krakatau Steel dapat bersinergi dengan PT. PAL Indonesia untuk
memasok kebutuhan bahan baku berupa pelat baja.
7
H. Transportasi Online dan Penurunan Tingkat Pengangguran di Indonesia
Kehadiran transportasi online telah membuka lapangan pekerja baru namun disisi lain
telah menggeser minat transportasi publik sehingga mengancam pengemudi taksi
konvensional, angkot, dll. Data Badan Pusat Statistik mencatat bahwa jumlah
pengangguran terbuka pada akhir Februari 2018 mencapai 6,87 juta jiwa turun dari posisi
Agustus 2014 sebanyak 7,24 juta jiwa. Alhasil, angka pengangguran juga turun menjadi
5,13% dari sebelumnya 5,94%.
Turunnya tingkat pengangguran tersebut salah satunya dipicu oleh maraknya transportasi
online di tanah air. Sehingga jumlah angkatan kerja pada Februari 2018 tumbuh sebesar
10,85% menjadi 127,07 juta jiwa pada dibanding posisi Agustus 2014 sebanyak 114,63
juta jiwa.
Go-Jek telah berkontribusi sebesar Rp 8,2 triliun per tahun ke dalam perekonomian
Indonesia melalui penghasilan Mitra Pengemudi. GO-JEK berkontribusi Rp 1,7 triliun
per tahun ke dalam perekonomian Indonesia melalui penghasilan Mitra UMKM.
Dengan adanya Go-Jek dan transportasi online lainnya telah menyerap tenaga kerja yang
cukup banyak dan otomatis mengurangi pengangguran. Selain itu Go-Jek telah membuka
askses pasar, mendorong penggunaan teknologi, dan meningkatkan aset usaha. fasilitas
seperti Go-Food contohnya meningkatkan jumlah UMKM dan menaikkan pendapatan
UMKM yang berujung pada peneyerapan tenaga kerja yang ada.
8
Struktur tenaga kerja yang dinominasi oleh tenaga kerja informal yang didominasi
oleh orang-orang berpendidikan SD-SMP. akan menyebabkan pendapatan pajak
pemerintah menurun. Sedangkan pajak sendiri merupakan tulang punggung
pemerintah dalam membiayai pembangunan.
Jika ditelusuri lebih jauh, ternyata masyarakat dengan tingkat pendidikan yang relatif
tinggi (SMA ke atas) kian susah mendapatkan pekerjaan. Justru, masyarakat dengan
tingkat pendidikan yang relatif rendah (SD ke bawah hingga SMP) yang relatif mudah
mencari pekerjaan di sektor kerja informal.
Per Februari 2019, masyarakat dengan tingkat pendidikan tertinggi SMK menjadi
yang paling sulit mendapatkan pekerjaan, diikuti oleh lulusan Diploma, SMA, dan
Universitas. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat pengangguran dari kelompok ini yang
relatif tinggi, jauh di atas tingkat pengangguran dari masyarakat dengan tingkat
pendidikan tertinggi SD ke bawah dan SMP.
9
Berdasarkan hal ini diperlukan upaya untuk menekan sektor formal disamping
mengandalkan sektor informal agar dapat menyerap tenaga kerja dari berbagi macam
latar belakang pendidikan guna mengurangi pengangguran di Indonesia sehingga
tercapai kemakmuran.
Musibah Covid 19 menjangkiti hampir seluruh negara di dunia, hal ini berdampak pada
sektor-sektor fundamental dalam negara, seperti sektor perekonomian. Tidak heran bila
kemudian perekonomian Indonesia terlihat lesu.
Perusahaan manufaktur sedang berada dalam tekanan yang sangat besar. Menurunnya
permintaan masyarakat, terganggunya kegiatan ekspor-impor, dan kebijakan industi yang
memberlakukan sistem pengurangan kepadatan karyawan untuk mengurangi penyebaran
mata rantai COVID-19 berdampak pada menurunnya produksi sehingga perusahaan bisa
mengalami kerugian yang berujung PHK. Ramyana sendiri telah Mem-PHK
karyawannya sebanyak 84 orang.
10
Kenaikan jumlah tersebut bukan hanya disebabkan oleh perlambatan ekonomi melainkan
perubahan perilaku masyarakat terkait pandemi Covid 19 dan kebijakan pembatasan
sosial dalam skala kecil maupun skala besar. Bila tidak diantisipasi, ledakan angka
pengangguran akan meningkatkan angka kemskinan.
Pemerintah juga perlu memberikan insentif yang lebih besar,seperti penurunan tarif
listrik untuk bisnis dan industri, penurunan tarif gas industri, pemberian diskon tarif
pajak, dan penundaan pembayaran cicilan pajak kepada para pengusaha demi
mengurangi beban usaha agar tidak mem-PHK karyawannya.
Anggaran Kartu Pra Kerja dinaikkan dari Rp10 triliun menjadi Rp20 triliun. Sebanyak
5,6 juta yang terdampak bisa diserap dan BPJS Ketenagakerjaan uang yang dipakai bisa
untuk kemudahan yang terkena PHK, khususnya mereka yang terkena dampak Covid 19
Kartu Pra Kerja telah berjalan hingga tahap pendaftaran gelombang kedua dan untuk
pendaftar yang telah diseleksi pada gelombang pertama telah mendapatkan dana yang
dijanjikan sebesar Rp 3.500.000 dengan rincian paket bantuan yang terdiri dari bantuan
pelatihan sebesar Rp 1.000.000 dan insentif pasca pelatihan sebesar Rp 600.000 per
bulan untuk 4 bulan, serta survei kebekerjaan dengan total Rp 150.000.
Bentuk kartu pekerja sendiri hanya terbatas memberikan penghidupan yang layak. Lalu
untuk pekerjaannya? Disini pemerintah pun tidak memberi jaminan apakah setelah
mengikuti rangkaian kegiatan yang terdapat dalam program kartu Pra-Kerja akan
mendapatkan pekerjaan atau tidak. Termasuk jaminan yang diberikan kepada para
pekerja yang sudah di PHK oleh pemilik perusahaan apakah akan mendapatkan
pekerjaannya kembali setelah badai Covid 19 ini berakhir.Padahal program ini harus
11
dibarengi dengan adanya ketersediaan lapangan pekerjaan yang sebanding dengan
angkatan kerja agar para angkatan kerja ini dapat terserap.
Jika melihat kondisi sekarang, maka kurang tepat bilamana mengeluarkan Kartu Pra-
Kerja sebagai salah satu dari jaring pengaman sosial yang disediakan oleh pemerintah di
tengah wabah Covid 19 ini, karena yang dibutuhkan oleh masyarakat sekarang adalah
bantuan yang cepat dan konkret, cepat disini dimaksudkan dengan bantuan yang diterima
langsung tanpa harus berhadapan dengan prosedural-prosedural atau proses seleksi yang
dapat menghambat waktu turunnya bantuan tersebut, Konkret disini ialah bantuan
tersebut dapat dirasakan manfaatnya secara langsung. Pelatihan kerja pun seharusnya ada
interaksi langsung dan mengeluarkan serftifikasi kompetensi yang digunakan untuk
mendaftar kerja di perusahaan
Lagipula peningkatan jumlah pengangguran saat ini terjadi akibat turunnya permintaan
tenaga kerja karena perlambatan ekonomi (demand shock) dan bukan akibat persoalan
kualitas supply tenaga kerja sehingga membutuhkan peningkatan skill.
Kartu Pra Kerja ini sendiri bisa dibilang merupakan bentuk ketidakmampuan pemerintah
dalam menyediakan lapangan pekerjaan, sehingga pemerintah pun hanya memberikan
kail beserta umpannya (Kartu Pra Kerja) untuk mencari ikan (Pekerjaan) di danau yang
sedikit ikannya (lapangan pekerjaan) dan bersaing dengan pemancing lainnya (angkatan
kerja).
Program ini bisa menjadi bom waktu yang dapat meledak kapan saja. Dikarenakan
banyaknya angkatan kerja yang tidak mendapat/tereleminasi dari penerima Kartu Pra
Kerja sehingga menciptakan kecemburuan sosial. Sehingga perlu dikaji ulang terkait
daftar penerima yang berhak.
Lantas akan lebih baik bilamana anggaran tersebut direalokasi dan refocusing menjadi
bantuan langsung tunai kepada pekerja yang mengalami PHK ataupun di rumahkan. Atau
lebih baik dialokasikan kepada pelaku UMKM mengingat bahwa sektor UMKM adalah
sektor yang krusial untuk perekonomian di negara ini khususnya bagi perekonomian
menengah kebawah.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengangguran adalah masalah serius yang dihadapi oleh negara Indonesia. Karena
pengangguran itu sendiri akan memberi dampak yang sangat signifikan kepada
pertumbuhan ekonomi. Dampak itu bisa timbul dari sisi kriminalitas, kemiskinan,
kekacauan politik, dan sangat membuat ekonomi tidak stabil.
Pengangguran ada karena jumlah populasi yang setiap saat bertambah dengan pesat
tanpa ada keseimbangan antara lahan untuk mencari kerja dengan jumlah penduduk
yang semakin bertambah.
Pengangguran tak akan pernah lepas dari negara yang sedang berkembang, terutama di
Indonesia. Pemerintah harus tanggap dalam menanggulangi masalah ini. Seperti
mengeluarkan kebijakan kebijakan yang bisa merubah penduduk usia kerja, siap untuk
bekerja tanpa harus memikirkan ketidakmampuannya untuk mencari pekerjaan
yang sesuai dengan bidangnya Agar penduduk tersebut sejahtera dan akan berpengaruh
terhadap tingkat konsumsi (daya beli masyarakat), kemiskinan berkurang, sosial politik
stabil dan nantinya akan meningkat pertumbuhan ekonomi makro di Indonesia
B. Saran
Setelah pembahasan makalah ini kami harap para pembaca dapat menambah wawasan
tentang materi ini sehingga lebih mampu memahami penjelasan tentang Covid 19 dan
Pengangguran di Indonesia. Semoga ilmu dari makalah ini dapat diaplikasikan atau
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
13
Daftar Pustaka
Jurnal
Yulna Dewita Hia. 2013. Strategi Dan Kebijakan Pemerintah Dalam Menanggulangi Pengangguran.
ECONOMICA Journal of Economic and Economic Education Vol.1 No.2 (208-213). Diakses pada: 13
Juni 2020 pukul 17.54
I Dewa G.K, dkk. Dampak Gojek Terhadap Perekonomian Indonesia. Lembaga Demografi UI.
Diakses pada: 13 Juni 2020 pukul 17.54
Yoshua Consuello. 2020. Analisis Efektifitas Kartu Pra-kerja di Tengah Pandemi Covid-19. ‘Adalah
Buletin Hukum dan Keadilan Vol 4 No. 1 (2020). Diakses pada: 13 Juni 2020 pukul 18.03
Bunga Salsabila. 2019. Dampak Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan. Universitas Negeri
Padang. Diakses pada: 13 Juni 2020 pukul 21.48
Website
https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/pengaruh-pengangguran-terhadap-perekonomian-negara/
https://www.merdeka.com/jatim/10-penyebab-pengangguran-di-indonesia-dan-alasannya-kln.html
https://sobatmateri.com/5-dampak-pengangguran-dan-penjelasannya-di-indonesia/
https://sukabumiupdate.com/detail/bale-warga/opini/64082-Pengangguran-Masih-Menjadi-Masalah-
Utama-Perekonomian
https://www.academia.edu/11107641/Ekonomi_Makro_Pengangguran_di_Indonesia
https://www.academia.edu/37063292/PENGANTAR_EKONOMI_MAKRO_PENGANGGURAN.do
cx
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran
https://mahasiswaindonesia.id/dampak-pandemi-covid-19-terhadap-peningkatan-pengangguran-dan-
kemiskinan/
http://syu3f.blogspot.com/2012/09/cara-mengatasi-pengangguran-friksional.html
https://www.antaranews.com/berita/859037/peneliti-pesatnya-pembangunan-infrastruktur-bisa-
kurangi-pengangguran
https://bisnis.tempo.co/read/1343440/dampak-covid-19-garuda-rumahkan-karyawan-hingga-pangkas-
thr/full&view=ok
14
MAKALAH
Disusun oleh:
Rahmat Darmawan(111908600000083)
2019
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Covid 19 dan Inflasi di Indonesia.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak Ady
Cahyadi pada Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang kondisi inflasi di Indonesia saat ini bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................................................................ i
Daftar Isi ...................................................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................. 2
BAB II .......................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 3
A. Definisi Inflasi .................................................................................................................................. 3
B. Penyebab terjadinya Inflasi ............................................................................................................ 4
C. Jenis-jenis Inflasi ............................................................................................................................. 8
D. Dampak yang Ditimbulkan Inflasi ................................................................................................. 9
E. Inflasi saat Pandemi ........................................................................................................................ 10
F. Kebijakan Mengatasi Inflasi ........................................................................................................ 11
G. Langkah yang Harus diambil Pemerintah Kedepannya ........................................................... 13
BAB III....................................................................................................................................................... 16
PENUTUP.................................................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ...................................................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Covid 19 adalah virus mematikan yang menyerang paru–paru. Penyakit ini berasal dari
sebuah virus yang menular melalui droplet (titik air yang berasal dari batuk dan bersin). Virus
ini pertama kali muncul di Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019 dan sampai saat ini menjadi
wabah di Indonesia. Di Indonesia sendiri virus ini menmbulkan berbagai masalah dari masalah
ekonomi, sosial dan segala bidangpun ikut merasakan dampaknya.
Dalam ekonomi jika kondisi ini tidak kunjung membaik dapat menimbulkan resesi
ekonomi dan bisa berujung kepada krisis. Saat ini pemerintah mengambil kebijakan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar). PSBB sendiri berdampak pada terhambatnya roda
perekonomian karena masyarakat harus di rumah dan banyak buruh harian dan pedagang
UMKM pun banyak dirumahkan. Hal ini berdampak pada penurunan pendapatan,
berkurangnya jumlah uang yang beredar di masyarakat dan turunnya daya beli masyarakat.
Turunnya daya beli masyarakat dan berkurangnya jumlah uang yang beredar ini menyababkan
penurunan inflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Mei lalu atau Ramadan 2020 hanya
sebesar 0,07 persen. Inflasi tersebut menjadi inflasi terendah sejak Lebaran 1978. Ini
membuktikan bahwa pamdemi ini memberikan dampak yang besar terhadap inflasi di
Indonesia. Selain itu, penurunan inflasi juga disebabkan turunnya beberapa harga komuditas
di negara-negara lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dirusmuskan masalah sebagai
berikut;
1. Apa yang dimaksud dengan inflasi?
2. Apa penyebab terjadinya inflasi?
3. Apa saja jenis-jenis inflasi?
4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan inflasi?
5. Bagaimana kondisi inflasi saat masa pandemi?
6. Apa kebijakan yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi dampak dari inflasi?
1
7. Apakah Langkah yang harus diambil pemerintah kedepannya?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Makro Ekonomi dan untuk menambah wawasan para pembaca tentang Kondisi
inflasi di Indonesia pada masa pandemi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Inflasi
Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia (BI), inflasi secara sederhana diartikan sebagai
kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari
satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Nah kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Sementara itu,
Badan Pusat Statistik (BPS) mengartikan inflasi sebagai kecenderungan naiknya harga barang
dan jasa, pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di
dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa
tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai
penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK). Yakni indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Perubahan IHK
dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi)
dari barang dan jasa. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei
Biaya Hidup (SBH) yang dilakukan BPS. Kemudian BPS akan memonitor perkembangan harga
dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di 82 kota seluruh Indonesia, di pasar tradisional dan
modern terhadap beberapa jenis barang atau jasa di setiap kota.
Kenaikan harga barang atau jasa secara kontinyu dapat membuat daya beli masyarakat turun.
Gaji atau penghasilan yang mereka dapat tidak akan cukup membeli kebutuhan hidup. Sebagai
contoh biasanya emak-emak bisa membeli 1 kg cabai, begitu harga cabai melonjak, mereka
mengurangi pembelian jadi setengah kilo saja. Biasanya inflasi di Indonesia akan tinggi menjelang
Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, atau terganggunya produksi akibat cuaca, dan momen lainnya.
Kalau tidak ada upaya dari pemerintah, inflasi tersebut akan cenderung bergerak tak terkendali.
3
Pengertian Inflasi Menurut Para Ahli Selain penjelasan diatas, para ahli dan pakar memiliki
pendapat yang berbeda beda dalam mendefinisikan apa itu inflasi. Untuk lebih jelasnya, berikut
ini kumpulan pengertian inflasi menurut para ahli:
Demand Pull Inflation dikenal juga sebagai inflasi karena guncangan permintaan. Hal ini
disebabkan karena adanya tarikan permintaan yang begitu kuat dari masyarakat terhadap
berbagai jenis barang. Inflasi ini dikenal dengan istilah Philips Curve Inflation. Inflasi ini
4
dipicu karena adanya interaksi antara permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa
domestic yang banyak di butuhkan masyarakat. Kondisi ini biasa terjadi pada masyarakat
yang perekonomian tumbuh cepat.
Adanya kesempatan kerja yang tinggi menyebabkan pendapatan yang tinggi sekaligus juga
membuat pengeluaran yang tinggi dan melebihi kemampuan ekonomi dalam memproduksi
barang dan jasa. Kelebihan pengeluaran inilah yang akhirnya menyebabkan inflasi. Di
indonesia sendiri inflasi karena permintaan ini disebabkan karena tingginya permintaan
barang dan jasa. Barang dan jasa yang diminta relatif lebih tinggi dari pada barang yang
diproduksi simak juga faktor penghambat perumbuhan ekonomi .
2. Inflasi Karena Bertambahnya Uang Yang Beredar (Quantity Theory Inflation)
Faktor penyebab inflasi yang berikutnya ialah karena bertambahnya uang yang beredar di
masyarakat. Teori ini dikemukakan oleh kaum klasik yang menyatakan bahwa terdapat
keterkaitan antara jumlah uang yang beredar dengan harga-harga. Apabila jumlah barang
yang ada tetap, namun uang yang beredar lebih besar dua kali lipat. Maka harga barang
tersebut akan melonjak sebanyak dua kali liat pula simak juga contoh tenaga kerja
terampil .
3. Inflasi Karena Kenaikan Biaya Produksi (Cost Push Inflation)
Kenaikan biaya produksi yang terus menerus juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya inflasi. Kenaikan ini disebabkan oleh adanya desakan biaya faktor produksi yang
terus mengalami kenaikan yang merupakan ciri-ciri ekonomi pasar . Kenaikan ini mau
tidak mau akan memaksa produsen untuk menaikkan harga produksi. Sehingga akan
berakibat pada harga produk yang akan naik saat diperjual belikan.
4. Inflasi Campuran (Mix Inflation)
Inflasi ini terjadi karena adanya permintaan dan penawaran yang mengalami kenaikan.
Penyebabnya tidak lain adalah karena ketidakseimbangan antara penawaran dan
permintaan. Kondisi dimana permintaan terhadap suatu barang yang meningkat akan
menyebabkan ketersediaan barang dan faktor produksi mengalami penurunan. Dalam hal
lain pengganti barang atau substitusi barang yang dibutuhkan tersebut tidak tersedia.
Kondisi ini tentu akan menyebabkan harga barang atau jasa tersebut mengalami kenaikan.
5
Inflasi ini cenderung sangat sulit di atasi dan dikendalikan kenaikan atau supply barang
lebih tinggi ataupun setara dengan permintaan.
5. Inflasi Karena Struktural Ekonomi yang Kaku (Structural Inflation Theory)
Penyebab inflasi disebabkan karena struktur ekonomi yang kaku. Dimana pengusaha tidak
dapat menegah dengan cepat kenaikan permintaan akibat dari pertambahan jumlah
penduduk. Sehingga kondisi ini akan menyebabkan harga barang yang dibutuhkan
melonjak dan stok yang ada di pasaran kurang mencukupi. Tentunya kondisi tersebut akan
sangat berpengaruh kepada harha barang dan permintaan simak juga contoh tenaga kerja
terdidik .
6. Inflasi Ekspektasi (Expected Inflation)
Faktor penyebab inflasi yang selanjutnya adalah disebabkan karena adanya spekulasi dari
masyarakat dalam memandang perekonomian. Masyarakat saat ini menilai bahwa
pertumbuhan dan perekonomian akan membaik setiap tahunnya seperti juga kelebihan dan
kekurangan ekonomi pancasila . Tentunya persepsi ini dapat menimbulkan kondisi yang
yang sebaliknya.
7. Kenaikan Harga Barang Dalam Negeri
Faktor penyebab inflasi yang selanjutnya adalah disebabkan karena kenaikan harga barang
dalam negeri simak juga indikator keberhasilan pembangunan desa. Kondisi inflasi
menyebabkan harga barang dalam negeri akan lebih mahal dibandingkan dengan harga
barang ekspor. Padahal barang dan jasa yang mengalami kenaikan harga tersebut
merupakan barang yang banyak di butuhkan di masyarakat.
8. Pengeluaran Agregat yang Melebihi Kemampuan
Dalam hal ini, tingkat kemampuan agregat merupakan jumlah seluruh pengeluaran
perusahaan. Apabila kemampuan yang dikeluarkan perusahaan dalam memproduksi
barang dan jasa melebihi kemampuan yang dimiliki perusahaan. Maka hal tersebut
tentunya akan menyebabkan harga barang yang diproduksi menjadi naik. Kondisi ini tidak
dapat dihindari, karena jika perusahaan ingin tetap mendapatkan laba maka mau tidak mau
harga barang atau jasa haruslah dinaikkan.
9. Tuntutan Kenaikan Upah Pekerja
6
Adanya tuntutan kenaikan upah karyawan dan pekerja juga akan bisa menyebabkan
terjadinya inflasi. Kondisi ini akan membuat biaya opersional dalam memproduksi barang
atau jasa menjadi naik seiring dengan meningkatnya upah para pekerja sebagai ciri-ciri
ekonomi konvensional . Tentu saja hal tersebut akan membuat harga barang atau jasa yang
diproduksi menjadi naik. Jika tidak dinaikkan maka tentu keuntungan perusahaan tidak
akan bisa di capai.
10. Penambahan Penawaran Uang
Penambahan penawaran uang merupakan upaya dalam mencetak uang dalam jumlah besar.
Namun, kondisi ini dapat berakibat pada jumlah uang yang beredar terlalu banyak.
Sehingga akan berakibat pada menurunnya mata uang kita. Tentunya hal ini akan membuat
kondisi dimana adanya kenaikan harga barang disebabkan karena penurunan nilai mata
uang simak juga ciri-ciri ekonomi pancasila .
11. Kekacauan Politik dalam Negeri
Kekacauan politik juga dapat menyebabkan timbulnya inflasi. Kondisi kekacauan politik
dalam negeri dapat memicu para produsen untuk sengaja menaikkan harga barang dan jasa.
Hal ini diambil sebagai langkah sebelum Kerusuhan yang bisa ditimbulkan dari pertikaian
politik timbul. Kondisi memanasnya politik juga akan berdampak pada sektor
perekonomian yang tidak stabil atau dari kelebihan dan kekurangan ekonomi
syariah. Sehingga akan berpengaruh pada semua aspek kehidupan masyarakat.
12. Terhambatnya Produksi dan Distribusi Barang dan Jasa
Faktor distribusi memegang peran penting dalam penentuan harga produk. Semakin lama
barang terdistribusi maka harga barang akan semakin tinggi. Hal tersebut sangat
berpengaruh karena selama proses distribusi tentu memakan waktu dan biaya tramsportasi.
Karenanya terhambatnya produksi baik barang dan jasa juga sangat bisa menaikkan harga
barang. Sehingga dalam hal ini produksi dan distribusi memegang peranan penting dalam
kestabilan harga.
13. Adanya Fluktuasi dari Luar Negeri
Selain faktor dari dalam kondisi perekonomian luar negeri terutama ekonomi global juga
sangat berpengaruh terjadinya inflasi sebagai contoh sistem ekonomi liberal . Hal ini
berkaitan erat dengan jumlah ekspor dan impor, investasi asing di dalam negeri, jumlah
7
tabungan serta jumlah penerimaan negara yang terus mengalami penurunan. Sehingga mau
tidak mau devisa negara akan terkuras. Kondisi ini tentu sangat membuat perekonomian
dalam negeri akan menjadi krisis.
14. Kenaikan BBM dan Tarif Dasar Listrik (TDL)
Dalam sebuah produksi kedua item penting seperti BBM dan TDL tidak bisa dipisahkan.
Keduanya menjadi unsur penting dalam sebuah proses produksi. Adanya kenaikan BBM
dan Tarif Dasar Listrik akan memicu kenaikan biaya produksi. Pada akhirnya akan
berakibat pada semakin naiknya harga barang atu jasa yang akan dijual. Jika kenaikan ini
berlangsung terus menerus maka akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun
sehingga tentunya inflasi tidak dapat dihindarkan.
15. Adanya Desakan dari Kelompok Tertentu Dalam Memperoleh Kredit dengan Bunga
Ringan
Inflasi juga dapat disebabkan karena adanya desakan dari beberapa kelompok tertentu yang
dianggap memiliki kekuatan dalam memperoleh pinjaman kredit dengan bunga ringan
yang merupakan kelebihan sistem ekonomi komando . Kondisi ini tentu akan
menyebabkan bertambahnya uang yang beredar. Sehingga akan membuat harga menjadi
tidak stabil. Kedua kondisi ini akan bisa menyebabkan timbulnya inflasi.
C. Jenis-jenis Inflasi
1. Inflasi rendah, yaitu jenis inflasi yang jumlahnya kurang dari 10% per tahun. Tahun
ini, Bank Indonesia menargetkan pencapaian inflasi Indonesia berada pada kisaran 4%
(+/- 1%) sehingga dapat dikategorikan sebagai inflasi rendah.
2. Inflasi menengah, yaitu jenis yang besarnya berkisar antara 10-30% per tahunnya
3. Inflasi berat, yaitu jenis yang besarnya berkisar 30-100% per tahunnya
4. Hyperinflation, adalah kondisi dimana besarnya inflasi per tahun berada di atas angka
100%. Indonesia pernah mengalami hal ini pada masa Orde Lama, dimana besarnya
inflasi per tahun bisa mencapai kisaran 600% per tahun.
8
1. Inflasi dalam negeri, misalnya terjadi karena peningkatan permintaan masyarakat yang
lebih cepat dibandingkan kemampuan pasar untuk memenuhinya.
2. Inflasi luar negeri, misalnya timbul karena inflasi yang terjadi pada negara lain yang
menyebabkan harga barang-barang impor meningkat, dan ketika barang impor tersebut
digunakan sebagai bahan baku industri, maka inflasi akan mempengaruhi harga akhir
barang-barang tersebut nantinya.
1. Demand pull inflation, terjadi ketika permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa
relatif lebih tinggi dibandingkan kemampuan pasar untuk menyediakan kebutuhan
tersebut pada waktu itu. Sebagai contoh, menjelang hari raya, biasanya harga barang-
barang kebutuhan pokok, makanan ringan dan pakaian mengalami peningkatan, hal ini
dikarenakan kebutuhan masyarakat yang relatif meningkat dibandingkan biasanya.
2. Cost push inflation, terjadi ketika adanya kenaikan harga pada barang-barang mentah
yang diperlukan untuk memproduksi barang dan jasa, sehingga harga barang dan jasa
mengalami penyesuaian dengan adanya kenaikan harga. Cost push inflation dapat
disebabkan oleh adanya depresiasi nilai tukar, inflasi di negara pengekspor barang
mentah, dan dapat pula terjadi karena adanya bencana alam dan terganggunya sistem
distribusi.
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang
diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap akan
dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp.
500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan
pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi
melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong
terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan
alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
9
3. Efek terhadap Output (Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu
anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap
distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang
terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka
pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.
Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan
bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat
seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai
akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu kepada masyarakat :
Pandemi Covid-19 telah dirasakan masyarakat Indonesia sejak bulan Maret 2020.
Hampir di setiap daerah melakukan kegiatan lockdown yang menjadikan kegiatan jual beli
menurun. Masyarakat Indonesia pun mengalami masa-masa sulit hanya dalam waktu
beberapa bulan, dan efek nya berimbas pula pada perekonomian negara.
Saat ini perekonomian Indonesia sedang dalam keadaan sangat ttidak stabil. rendahnya
daya beli masyarakat karena rasa takut akan virus yang akan menyerang saat kita sedang
beraktivitas. Indonesia mengalami penurunan inflasi sejak kurun waktu Januari hingga Mei
2020 sebesar 0,9%. Rendahnya laju inflasi jelas menunjukkan betapa sadisnya pelemahan
daya beli masyarakat Indonesia akibat pandemi virus corona atau Covid-Menteri Keuangan
10
Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa inflasi tidak menjadi ancaman, justru inflasi
diperlukan untuk menandakan terjadinya permintaan di pasar.
Tabel tingkat Inflasi periode Januari-Mei 2020
Sumber:https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx
Dapat dilihat dari tabel tersebut bahwa laju inflasi tahunan negara mengalami
penurunan. Inflasi pada Mei 2020 sebesar 0,07 persen (month to month/mtm) dan 2,19
persen (year on year/yoy). Inflasi tersebut menjadi inflasi terendah sejak Lebaran 1978. Ini
membuktikan bahwa pamdemi ini memberikan dampak yang besar terhadap inflasi di Indonesia.
Selain itu, penurunan inflasi juga disebabkan turunnya beberapa harga komuditas di negara-negara
lain. Bahkan menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani tingkat konsumsi rumah tangga
Indonesia berada pada kuartal II. Menurutnya tingkat konsumsi rumah tangga yang awal
nya berada di kisaran 2,84 % pada kuartal I mengalami pelemahan lebih lanjut di kisaran
0%. Proyeksi ini berasal dari peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi
rendah. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan (supply) yang berlebih. Namun, bisa pula
berasal dari rendahnya permintaan (demand) konsumen.
Inflasi yang rendah mungkin memberikan indikasi buruk bagi konsumsi rumah tangga.
Namun, bisa menjadi momentum di sektor lain seperti kebijakan Moneter BI. Gubernur Bank
Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyambut gembira dengan pergerakan nilai tukar rupiah
yang saat ini sudah tembus di bawah level Rp 14.000. Lebih lanjut Perry menerangkan
bahwa faktor yang membuat rupiah terus menguat karena rendahnya laju inflasi dan defisit
transaksi berjalan.
F. Kebijakan Mengatasi Inflasi
Di bidang fiskal, Pemerintah melakukan kebijakan refocusing kegiatan dan realokasi anggaran.
Untuk itu, Presiden RI, Joko Widodo, menerbitkan Inpres No.4/2020, yang menginstruksikan,
seluruh Menteri/Pimpinan/Gubernur/Bupati/Walikota mempercepat refocusing kegiatan,
realokasi anggaran dan pengadaan barang jasa penanganan Covid-19.
Selanjutnya, Kementerian Keuangan akan merealokasi dana APBN sebesar Rp62,3 triliun.
Dana tersebut diambil dari anggaran perjalanan dinas, belanja non operasional, honor-honor, untuk
penanganan/pengendalian Covid-19, perlindungan sosial (social safety net) dan insentif dunia
usaha. APBD juga diharapkan di-refocusing dan realokasi untuk 3 hal tersebut.
Penguatan penanganan Covid-19, dilakukan dengan menyediakan fasilitas dan alat kesehatan,
obat-obatan, insentif tim medis yang menangani pasien Covid-19 dan kebutuhan lainnya. Social
11
safety net diberikan untuk meningkatkan daya beli masyarakat melalui program keluarga harapan
(PKH), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Sembako dan beras sejahtera.
Kementerian/Lembaga/Pemda diharapkan memperbanyak program padat karya termasuk Dana
Desa. Sedangkan insentif dunia usaha dilakukan untuk membantu pelaku usaha khususnya
UMKM dan sektor informal.
Kemenkeu juga menerbitkan PMK 23/2020 yang memberikan stimulus pajak untuk karyawan
dan dunia usaha yaitu pajak penghasilan karyawan ditangung Pemerintah, pembebasan pajak
penghasilan impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25. Disamping itu, pemberian
insentif/fasilitas Pajak Pertambahan Nilai yang terdampak Covid-19.
Presiden RI juga memberikan arahan agar Kementerian/Lembaga memprioritaskan pembelian
produk UMKM, mendorong BUMN memberdayakan UMKM dan produk UMKM masuk e-
catalog.
Di bidang moneter, kebijakan moneter yang diambil harus selaras dengan kebijakan fiskal
dalam meminimalisir dampak Covid-19 terhadap perekonomian nasional. Oleh sebab itu otoritas
moneter harus dapat menjaga nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi dan memberikan stimulus
moneter untuk dunia usaha. Diharapkan ada relaksasi pemberian kredit perbankan dan
mengintensifkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Ada strategi pemerintah dalam mengendalikan laju inflasi agar tetap sesuai dengan angka
sasaran 2020.
1. keterjangkauan harga. Pemerintah memberikan stimulus bantuan sosial dengan operasi
pasar, kebijakan HET, dan harga acuan untuk bahan pangan.
2. ketersediaan pasokan melalui pemenuhan logistik di daerah konsentrasi Covid-19.
Cadangan beras Bulog saat ini juga memadai. Di tingkat ritel, dilakukan pembatasan
pembelian. Selain itu, pemerintah akan memberikan relaksasi impor khusus komoditas
tertentu.
3. memastikan kelancaran distribusi. Pengawasan juga dilakukan bersama Polri, kerja sama
antar Pemda, dan rekayasan sistem logistik melibatkan BUMN dan BUMD.
4. melakukan komunikasi efektif. Pemerintah bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah dan
Pusat (TPID dan TPIP) berkoordinasi dan melakukan monitoring stok. Komunikasi bijak
juga dilakukan agar masyarakat tidak melakukan panic buying.
12
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai
kebijakan pemerintah yang tertuang dalam stimulus fiskal itu memiliki tiga tujuan yaitu :
Selain dibayangi rasa panik akibat kebutuhan bahan pokok yang harus didapatkan, masyarakat
juga dihantui ketakutan terkait penyebaran virus covid-19 ini. Mereka tidak ingin mengambil
risiko dengan sering keluar rumah untuk membeli pembelanjaan yang tadinya rutin dilakukan
dalam dua minggu sekali atau seminggu sekali, bahkan setiap hari, kini mereka lakukan satu waktu
bersamaan dengan pembelian yang jumlahnya sangat banyak membuat persediaan barang sulit
dikendalikan akibat perminttan yang tinggi. Kebijakan pemerintah yang memerintahkan kepada
seluruh elemen masyarakat untuk berdiam diri dirumah selama beberapa waktu agar menghentikan
tingkat penyebaran virus, membuat masyarakat harus mempunyai persediaan makanan yang cukup
selama dirumah agar mereka dapat terus mematuhi peraturan pemerintah untuk berdiam dirumah
saja. Disamping itu, pemerintah harus memastikan persediaan barang selama masa pandemi agar
selalu tercukupi.
Pemerintah harus bergerak cepat untuk mengendalikan itu semua. Permintaan terhadap barang
yang tinggi, dibarengi dengan persediaan barang yang sedikit membuatnya rentan sekali
mengalami lonjakan harga, sehingga memungkinkan untuk terjadinya inflasi. Jadi, ada beberapa
langkah yang dilakukan pemerintah ketika terjadinya inflasi yaitu:
1) Kebijakan moneter
a) Kebijakan penetapan persediaan kas
13
Bank Indonesia sebagai bank sentral, dapat mengambil kebijakan untuk
mengurangi uang yang beredar dan menetapkan persediaan kas-kas pada bank.
Dengan mengurangi jumlah uang beredar, maka tingkat inflasi dapat ditekan.
b) Kebijakan diskonto
Untuk mengatasi inflasi, bank Indonesia dapat menerapkan kebijakan diskonto
dengan cara meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat
terdorong untuk menabung, dengan suku bunga yang tinggi tentu menarik minat
masyarakat agar menyerahkan uangnya pada bank. Dengan demikian, diharapkan
jumlah uang yang beredar dapat berkurang sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
c) Kebijakan Operasi Pasar Terbuka
Melalui kebijakan ini, bank Indonesia dapat mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan cara menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN).
Semakin banyak jumlah surat-surat berharga yang terjual, otomatis jumlah uang
beredar akan berkurang sehingga dapat mengurangi tingkat inflasi.
2) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan langkah yang sangat efektif untuk mempengaruhi tingka
inflasi, karena berkaitan langsung dengan kebijakan tentang pemasukan dan pengeluaran
pemerintah yang mana kebijakan tersebut bisa mengurangi tingkat inflasi, sebagai berikut:
a) Menghemat pengeluaran pemerintah
Pemerintah dapat mengurangi ingkat inflasi dengan cara menghemat
pengeluaran pemerintah, karena dengan menghematnya pengeluaran pemerintah,
permintaan barang dan jasa juga akan ikut berkurang yang nantinya dapat
mempengaruhi tingkat harga menjadi turun.
b) Menaikkan tarif pajak
Ketika pemerintah menaikkan tarif pajak, otomatis tingkat konsumsi akan
menurun karena harga barang meningkat karena nilai pajaknya meningkat. Dengan
begitu, masyarakat akan berpikir dua kali dalam mengonsumsi barang sehingga
membuat permintaan terhadap barang dapat menurun, dan tingkat inflasi dapat
ditekan.
3) Kebijakan Lainnya
a) Menambah Hasil Produksi dan Menambah Jumlah Barang di Pasar
14
Untuk menambah hasil produksi, pemerintah dapat memberikan subsidi dan
premi atau membuat peraturan yang mendorong pengusaha-pengusaha menjadi
lebih produktif sehingga mampu menambah hasil produksi. Dengan bertambahnya
hasil produksi berupa barang dan jasa dapat menambah jumlah barang di pasaran
sehingga diharapkan mampu mengimbangi jumlah uang yang beredar.
b) Mempermudah Masuknya Barang Impor
Memberi kelonggaran terhadap keran impor adalah hal yang tepat. Karena
ketika barang-barang impor diberikan kelonggaran masuk ke dalam negri, maka
persediaan barang dapat bertambah ketika produksi dalam negri belum bisa
mencukupi permintaan masyarakat.
c) Tidak mengimpor barang dari negara-negara yang terkena inflasi
Ketika pemerintah melakukan impor dengan negara lain, yang harus
diperhatikan adalah apakah negara itu sedang terkena inflasi atau tidak. Karena jika
terjadi inflasi di negara tersebut, maka ada risiko imported inflation (inflasi luar
negri). Negara yang terkena inflasi nantinya pasti menjual barang dengan harga
yang lebih mahal.
d) Menetapkan Harga Maksimum
Menetapkan harga maksimum adalah langkah yang tepat. Disaat terjadinya
inflasi, otomatis harga barang akan semakin meningkat dan terus meningkat, maka
pemerintah perlu menetapkan berapa harga maksimum sehingga produsen
(penjual) tidak dapat melebihi harga tersebut.
e) Menjaga Tingkat Kestabilan Upah
Tingkat upah yang meningkat, akan membuat tingkat harga produksi juga
meningkat. Maka pemerintah perlu menjaga kestabilan tingkat upah, agar tidak
naik terus menerus. Dengan begitu, tingkat harga barang akan terjaga dan tidak
mengalami kenaikan terus-menerus
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjabaran materi diatas dapat disimpulkan bahwa inflasi merupakan masalah
perekonomian jika telah mencapai angka tertentu. Jika inflasi masih aman dan tergendali oleh
pemerintah maka inflasi bukanlah masalah. Terjadinya inflasi dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain; permintaan, jumlah uang yang beredar, biaya produksi, dan struktur
perekonomian. Inflasi pada masa pandemi cenderung menurun dan memberikan respon negatif
kepada adanya pandemi. Penurunan terjadi mulai saat bulan Februari 2020 hingga saat ini. Pada
bulan Mei terjadi penurunan yang signifikan. BPS (Badan Pusat Statistik) mengatakan bahwa
inflasi pada lebaran tahun ini merupakan yang paling rendah sejak 1978. Begitu besarnya dampak
dari pandemic ini terhadap inflasi. Hal ini disebabkan daya beli masyarakat yang turun sehingga
menurunnya permintaan dan berimbas terhadap turunnya angka inflasi. Langkah-langkah yang
diambli pemerintah salah satunya yaitu Kementerian Keuangan akan merealokasi dana APBN
sebesar Rp62,3 triliun. Dana tersebut diambil dari anggaran perjalanan dinas, belanja non
operasional, honor-honor, untuk penanganan/pengendalian Covid-19, perlindungan sosial (social
safety net) dan insentif dunia usaha. Langkah ini diambil agar dapat meningkatkan daya beli
masyarakat dan menghentikan persebaran covid-19. Sehingga perekonomian kembali berjalan
seperti semula dan berdampak kepada permintaan agregat yang meningkat dan inflasi menjadi
stabil terkendalai.
B. Saran
Saran dari pemakalah agar inflasi tetap stabil dan terkendali adalah pemerintah harus
mempertahankan daya beli masyarakat. Pemerintah juga harus memastikan agar barang yang
dibutuhkan masyarakat mudah dijangkau saat pandemi ini. Bagi konsumen yang terdampak Covid
sementara harus di bantu oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dengan bantuan BLT
(Bantuan Langsung Tunai). Bantuan ini harus tepat guna agar daya beli meningkat sehingga
terhindar dari deflasi.
16
Daftar Pustaka
Jurnal
Silpa Hanoatubu. Dampak Covid-19 terhadap Perekonomian Indonesia. 2020. EduPsyCouns
Journal of Education,Psychology and Counseling. Vol.2 no.2 (146-153)
Syahril Sabirin. Upaya Pemulihan Ekonomi melalui Strategi Kebjakan Moneter-Perbankan
dan Independensi Bank Indonesia.2020
Wahyu Indah Sari. 2020. Analisis Penerbitan Surat Utang Negara terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesua melalui Inflasi sebagai Variabel Mediasi Melawan Wabah Covid-19.
Jurnal Kajian Ekonomi dan Kebijakan Publik, Vol. 5 No. 1 (10-21).
Website
https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/faktor-penyebab-inflasi
https://ekbis.sindonews.com/berita/1551178/33/antisipasi-dampak-wabah-corona-
pemerintah-buat-kebijakan-paket-ekonomi
https://mediaindonesia.com/read/detail/301866-langkah-pemerintah-tangani-dampak-covid-
19-sudah-tepat
https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx
https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Perkembangan-Langkah-Langkah-
BI-dalam-Hadapi-COVID-19.aspx
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200619114536-532-515111/sri-mulyani-
prediksi-laju-konsumsi-mandek-pada-kuartal-ii
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-inflasi/
https://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/inflasi-di-
indonesia/item254
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4268718/inflasi-di-lebaran-tahun-ini-terendah-sejak-
1978
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/08/jenis-jenis-inflasi-lengkap-dan-cara-
penanganannya.html
https://www.suara.com/bisnis/2020/06/18/202408/inflasi-rendah-klimaks-lesunya-
daya-beli-saat-pandemi
https://www.zonareferensi.com/pengertian-inflasi/
17
MAKALAH
Disusun oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ﷲyang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Covid 19 dan Perdagangan Internasional di
Indonesia.
Adapun tujuan dari penulisan ini dan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Ady
Cahyadi pada mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Perdagangan Internasional dalam Makro Ekonomi dan Kaitannya
Dengan Covid 19 bagi pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii
BAB I ....................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 1
BAB II ...................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 2
A. Pengertian Perdagangan Internasional ....................................................................................... 2
B. Manfaat Perdagangan Internasional ........................................................................................... 3
C. Faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Internasional ............................................................ 6
D. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ............................................................................ 7
E. Faktor Penghambat Perdagangan Internasional ......................................................................... 8
F. Jenis-jenis Perdagangan Internasional ........................................................................................ 8
G. Bentuk Perdagangan Internasional ........................................................................................... 10
H. Dampak Positif Perdagangan Internasional............................................................................... 10
I. Dampak Negatif Perdagangan Internasional ............................................................................. 11
J. Perdagangan Internasional saat Pandemi ................................................................................. 11
K. Dampak Perdagangan Internasional saat Pandemi ................................................................... 12
L. Kebijakan Mengatasi Perdagangan Internasional ..................................................................... 13
M. Langkah yang Harus Di Ambil Pemerintah................................................................................. 14
BAB III ................................................................................................................................................... 16
PENUTUP .............................................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 16
B. Saran ......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virus Corona (COVID-19) beberapa bulan terakhir ini menjadi topik permasalahan
di dunia internasional sehingga sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia
termasuk Indonesia. Pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) menyebabkan
kelangkaan barang-barang seperti produk makanan-minuman, pangan hingga alat-alat
kesehatan. Sehingga, ketergantungan Indonesia dengan negara lain dalam perdagangan
internasional menjadi lebih tinggi saat pandemi ini untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat. Sayangnya, masih terdapat berbagai regulasi perdagangan internasional yang
menghambat sehingga menyulitkan pasokan produk-produk tersebut.
Beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini antara lain virus Covid-19,
langkanya bahan baku industri dan produk kesehatan, serta adanya penimbunan atas
beberapa barang di pasar yang ditemukan Bareskrim, semua ini menjadikan kinerja ekspor
dan impor Indonesia mengalami kesulitan.
Pembatasan sosial maupun lockdown yang diberlakukan di hampir seluruh Negara
telah membuat upaya menjalin kerja sama perdagangan tidak berjalan efektif. Namun,
target mendorong ekspor tetap dilakukan untuk memanfaatkan potensi permintaan yang
ada saat pandemi ini, seperti produk makanan dan alat kesehatan bila kebutuhan dalam
negeri telah terpenuhi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perdagangan internasional?
2. Apa manfaat dari perdagangan internasional?
3. Faktor penyebab, pendorong serta penghambat apa saja dalam perdagangan
internasional?
4. Apa saja jenis-jenis serta bentuk perdagangan internasional?
5. Bagaimana dampak perdagangan internasional?
6. Bagaimana perdagagangan internasional saat pandemi?
7. Bagaimana dampak perdagangan internasional saat pandemic?
8. Kebijakan dan langkah apa saja yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi
perdagangan internasional saat pandemi?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan ini ditujukan untuk menambah wawasan mengenai Covid 19 dan Perdagangan
Internasional di Indonesia dan juga sebagai pemenuhan tugas dalam mata kuliah Pengantar
Ekonomi Makro.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
internasional.” Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi
dimana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi
bermacam barang komoditas. Ricardian tidak secara langsung memasukan faktor
pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara.
3
Jika pasar luar negeri semakin meluas, maka barang atau jasa yang dihasilkan
juga semakin bertambah. Perningkatan hasil produksi meningkatkan kebutuhan tenaga
kerja bagi perushaan sehingga membukan kesempatan kerja baru dan mengurangi
pengangguran.
Sejalan dengan yang dikemukakan diatas, Sugihariani juga mejelaskan dalam
Jurnal Ekonomi Modernisasi (2012), beberapa manfaat perdagangan internasional antara
lain:
1. Mendatangkan devisa yang besar terutama bagi eksportir dan produsen.
2. Kenaikan sisi ekspor akan menambah produksi /volume produksi yang berakibat pada
tersedianya kesempatan kerja baru.
3. Terjadinya transfer barang yang akan diikuti dengan masuknya modal ke dalam negeri.
4. Terjadinya transfer teknologi dari luar ke dalam negeri.
Adapun Manfaat Perdagangan Internasional lainnya yaitu:
4
Agar pasar dalam negeri mempunyai patokan dalam memberikan suatu harga,
maka diperlukannya perdagangan internasional untuk menyamakan, dan meperbaharui
harga pasar yang dimiliki antar negara satu sama lainnya.
a. Adanya perbedaan pada sumber daya alam, iklim, dan kualitas sumber daya
manusia
Sumber daya alam yang memiliki keunikan satu sama lain pada setiap
negara menyebabkan adanya kelebihan dan kekurangan pada sumber daya
dalam suatu negara. Oleh karena banyaknya kekurangan dan kelebihan pada
sumber daya setiap negara, menyebabkan terjadi perdagangan internasional
untuk dapat melengkapi satu sama lainnya.
b. Selera
Setiap negara pada umumnya memiliki keunikan dan cirri khas masing-
masing sehingga dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
perdagangan internasional. Seperti contoh bahwa negara Indonesia sudah
memiliki hasil pertanian beras, namun dikarenakan negara Thailand memiliki
harga beras lebih murah sehingga pemerintah Indonesia mengekspor beras dari
negara tersebut untuk memenuhi kebutuhan pasar Indonesia.
5
yang memiliki teknologi lebih maju dapat menjual barang yang lebih murah
daripada negara yang memiliki teknologi sederhana. Contohnya, negara
Jepang dikenal sebagai negara penghasil teknologi maju dibidang otomotif.
Oleh karena itu, Indonesia pun mengimpor mobil dari negara Jepang karena
faktor teknologi tersebut.
e. Globalisasi ekonomi
6
D. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional
Masih menurut Setiawan dan Lestari (2011:12), adapun beberapa faktor pendorong
perdagangan internasional antara lain:
1. Perbedaan Sumber Daya Alam
Permukaan bumi yang kita pijaki saat ini sangatlah berbeda-beda, oleh karena
itulah terjadi banyak perbedaan antara satu negara dengan negara lain, ada gersang dan
ada yang subur, ada yang bisa dihidupi oleh hewan-hewan atau tumbuhan dengan jenis
tertentu, dan sebagainya.
Dari situ dapat kita ambil contoh pada tumbuhan kurma yang hanya bisa
tumbuh baik di tanah Arab saja. Adanya perbedaan sumber daya alam yang berbeda
sangat mendorong terjadinya perdagangan internasional pada negara yang
bersangkutan, demi memenuhi kebutuhan negara tersebut.
2. Teknologi
Negara-negara dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi
akan mampu memproduksi barang dan jasa yang lebih banyak, berkualitas, dan
tentunya efisien dibandingkan dengan negara yang lambat akan IPTEK-Nya.
Kelebihan produk pada suatu negara (suplus) dan kekurangan kas dalam suatu
negara (defisit), kedua hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan sumber daya alam
dan kemajuan antara negara satu dan lain-Nya.
Terjadinya surplus menyebabkan negara yang bersangkutan akan menjual hasil
produknya ke negara lain, sedangkan negara yang mengalami defisit akan membeli
barang dari luar negeri melalui perdagangan internasional.
4. Efisiensi Biaya
5. Perbedaan Selera.
Terjadinya perbedaan kebudayaan , sistem politik, pandangan hidup, dan
tatanan sosial menyebabkan terjadinya selera terhadap berbagai jenis komoditas.
7
Kita ambil contoh, negara Amerika Serikat memproduksi mobil Ford dan
Chevrolet, namun Amerika mengimpor mobil Honda dari Jepang. Hal demikian terjadi
karena warga Amerika telah menyukai mobil Honda.
Sukirno dalan Seregar (2009:442) menjelaskan ada delapan faktor yang
mendorong terjadinya perdagangan internasional, antara lain sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
mengelola sumber daya ekonomi
4. Adanya kelebihan produk dalam negeri shingga perlu pasar baru
5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya
dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan
adanya keterbatasan produksi.
6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang
7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain
8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri.
8
b) Impor
Impor adalah kegiatan membeli barang dari luar negeri. Impor ini kebalikan
dari ekspor. Artinya, jika Amerika Serikat membeli pakaian dari Indonesia, dapat
dikatakan bahwa Amerika Serikat melakukan impor pakaian.
c) Barter
Merupakan transaksi dengan saling menukarkan barang satu sama lain. Barter
dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan nilai suatu barang, untuk kemudian
dibayar kembali dengan barang yang memiliki nilai yang sesuai dan disepakati.
d) Konsinyasi (Consignment)
Kamu pernah lihat nggak ada ibu-ibu yang menitipkan kue untuk dijual di
warung? Atau dalam skala lain, brand yang menitipkan bajunya untuk dijual di distro-
distro. Nah, transaksi dengan sistem “menitipkan barang” disebut dengan konsinyasi.
Dalam lingkup internasional, barang-barang yang mau dijual “dititipkan” di pasar
internasional dulu menunggu adanya pembeli. Penjualannya dapat dilakukan melalui
pasar bebas atau bursa dagang dengan cara dilelang.
e) Package Deal
6. Border Crossing
Perdagangan antarnegara yang melewati lintas batas laut. Sistem ini dilakukan
oleh negara yang memiliki batas negara berupa laut dan dilakukan berdasarkan
persetujuan dan ketentuan yang berlaku.
Perdagangan antarnegara yang melewati lintas batas darat. Sistem ini dilakukan
oleh negara yang memiliki batas negara berupa daratan dan dilakukan berdasarkan
persetujuan yang berlaku.
9
G. Bentuk Perdagangan Internasional
Bentuk perdagangan internasional terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Perdagangan Bilateral, Perdagangan antar negara
2. Perdagangan Regional, Perdagangan yang dilakukan oleh beberapa negara dalam satu
kawasan. Misalnya, ASEAN
3. Perdagangan Multiteral, Perdagangan antar negara yang tidak dibatasi suatu kawasan
10
Dengan adanya perdagangan internasional tersebut, warga negaranya juga dapat
menikmati barang-barang dengan kualitas tinggi yang tidak diproduksi didalam negeri.
11
ada saat pandemi ini, seperti produk makanan dan alat kesehatan bila kebutuhan dalam
negeri telah terpenuhi.
Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 860
juta per Januari 2020. Defisit tersebut disebabkan posisi neraca ekspor sebesar US$ 13,41
miliar, lebih rendah dari neraca impor yang mencapai US$ 14,28 miliar. Berdasarkan nilai
impor, tercatat total nilai impor non migas dari tiga belas negara selama Januari 2020
adalah sebesar US$9,67 miliar. Angka tersebut turun 3,14% dibanding Desember 2019.
Kondisi ini disebabkan oleh turunnya nilai impor pada beberapa negara utama, salah
satunya adalah China sebesar 3,08% menjadi US$ 125,2 juta. Sementara untuk negara
lainnya, Thailand dari 14,14% menjadi US$ 104,5 juta dan Australia dari 26,36% menjadi
US$ 86,9 juta.
Selain itu, dampak lainnya adalah peningkatan biaya logistik, kerja sama
perdagangan tidak berjalan efektif selama pandemi, dan ancaman resesi ekonomi global.
12
Selain menciptakan krisis kesehatan global, pandemi Covid-19 juga menimbulkan
disrupsi yang kuat. Dari sisi penawaran (supply), kebijakan lockdown dan working from
home mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang terlibat dalam aktifitas produksi.
Kebijakan ini juga mengharuskan pemerintah untuk menutup pelabuhan air dan udara yang
menghambat distribusi barang antar negara. Laporan International Air Transport
Association menunjukan penurunan kuantitas transportasi kargo internasional (belly-hold
dan freighters) sampai dengan bulan Maret 2020 sebesar 23% secara year-on-year dengan
estimasi kerugian mencapai US$ 1,6 miliar. Dari sisi permintaan (demand), perubahan
preferensi konsumsi akibat Covid-19 menyebabkan mismatch antara penawaran dan
permintaan. Untuk makanan, misalnya, studi terbaru dari Food and Agriculture
Organization menemukan peningkatan minat konsumen terhadap produk makanan yang
memiliki cangkang atau kulit serta dikemas dengan rapat.
13
kementerian perdagangan telah berhasil merealisasikan peningkatan ekspor kopi ke
Mesir dan rumput laut ke Korea Selatan.
g) Ketujuh, pemanfaatan forum kerja sama perdagangan internasional, seperti forum
G20.
14
perjanjian-perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara lain yang diharapkan
kegiatan ekspor-impor semakin terbuka.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdagangan Internasional adalah suatu proses tukar-menukar atau jual beli barang
dan jasa yang terjadi antara dua negara atau lebih. Banyak manfaat dari perdagangan
internasional, diantaranya yaitu : meningkatkan hubungan persahabatan antar negara,
kebutuhan setiap negara dapat tercukupi, mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Faktor penyebab terjadinya perdagangan internasional karena revolusi informasi
dan transportasi, interpedensi kebutuhan, dan asas keunggulan komparatif.
Terdapat beberapa dampak pandemi COVID-19 bagi perdagangan global. Dampak
tersebut, yaitu perubahan pola perdagangan global, peningkatan biaya logistik, kerja sama
perdagangan tidak berjalan efektif selama pandemi, ancaman resesi ekonomi global,
potensi inflasi barang pokok dan penting akibat terganggunya logistic dan distribusi,
perdagangan antar pulau terganggu, perubahan pola konsumsi masyarakat, daya beli
masyarakat melemah termasuk transaksi dagang dan omzet pedagang kecil juga menurun
serta menciptakan krisis kesehatan global. Adapun kebijakan strategis yang dilakukan oleh
Kementerian Perdagangan di masa pandemi COVID-19, yaitu realokasi dan refocusing
anggaran, menjaga stabilisasi harga dan jaminan stok barang kebutuhan pokok,
pengamanan penyediaan alat kesehatan, dan lain-lain.
Pemerintah perlu segera melakukan langkah strategis untuk meminimalisir dampak
tersebut sekaligus mencegah krisis kesehatan berkembang menjadi krisis pangan. Atas
kondisi tersebut, mendorong pemerintah harus lebih aktif terlibat dalam berbagai kerja
sama internasional khususnya dalam penanganan Covid-19. Dan juga mendorong
pemerintah menyelesaikan perjanjian-perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara
lain yang diharapkan kegiatan ekspor-impor semakin terbuka.
B. Saran
Setelah pembahasan makalah ini kami harap para pembaca dapat menambah
wawasan tentang materi ini sehingga lebih mampu memahami penjelasan tentang Covid
19 dan Perdagangan Internasional di Indonesia. Semoga ilmu dari makalah ini dapat
diaplikasikan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
16
DAFTAR PUSTAKA
Rinaldi Mikhral, Abd. Jamal, Chenny Seftarita. 2017. “Analisis Pengaruh Perdagangan
Internasional dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Jurnal
Ekonomi dan Kebijakan Publik Indonesia, Vol 4, Nomor 1.
Safitriani, Suci. 2014. “Perdagangan Internasional dan Foreign Direct Investmen di Indonesia”.
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol 8, Nomor 1.
www.kemendag.go.id
www.SupplayChainIndonesia.com
https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5eb3f9108b716/antisipasi-covid-19--regulasi-
penghambat-perdagangan-internasional-perlu-dihapus/
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4959610/perdagangan-antarnegara-tetap-jalan-
meski-corona-merajalela
https://majalah.tempo.co/read/kolom/149825/tantangan-perdagangan-internasional-indonesia
https://katadata.co.id/opini/2020/06/02/pandemi-dan-disrupsi-perdagangan-internasional
https://pressrelease.kontan.co.id/release/mendag-jalankan-langkah-strategis-bidang-
perdagangan-di-masa-pandemi-covid-19
https://www.gurupendidikan.co.id/perdagangan-internasional/
https://materiips.com/sebab-terjadinya-perdagangan-internasional
https://www.studiobelajar.com/perdagangan-internasional/
https://blog.ruangguru.com/jenis-jenis-perdagangan-internasional-1
https://alihamdan.id/perdagangan-internasional/
17