i
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL POLITIK DAN KEBUDAYAAN
ii
Copyright @2016
Editor :
Rina Hermawati
Dede Tresna Wiyanti
Dede Mulyanto
Erna Herawati
Selly Riawanti
Budiawati Supangkat
Rimbo Gunawan
Dede Mariana
Caroline Paskarina
Mudiyati Rahmatunnisa
Tata Letak :
Hardian Eko Nurseto
iii
PRAKATA
Seperti kita ketahui bersama, politik dan kebudayaan merupakan salah satu tema penting
dalam kajian-kajian antropologi. Manusia yang merupakan objek kajian dalam antropologi
dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis. Demikian
pula dengan kehidupan politik yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kebudayaan. Wajah
birokrasi, lembaga eksekutif, dan legislatif maupun sikap politik masyarakat tidak terlepas dari
nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Berdasarkan pemikiran
tersebu lah maka Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema Politik dan Kebudayaan.
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan yang diselenggarakan pada tanggal 24-25
Oktober 2016, menampilkan pembicara utama: Philips J. Vermonte, Ph.D. (Direktur Eksekutif
CSIS Indonesia), Dedi Mulyadi, SH. (Bupati Kabupaten Purwakarta), dan Dr. Budi Rajab
(Departemen Antropologi FISIP Unpad). Seminar ini diikuti oleh 66 panelis yang berasal dari
akademisi, peneliti dan praktisi dari berbagai lembaga akademik maupun praktis yang
menggeluti bidang kajian politik dan kebudayaan.. Tema-tema panel terdiri dari berbagai aspek
yang terkait politik dan kebudayaan, yang meliputi: perempuan dan politik gender,
kepemimpinan dan politik lokal di Indonesia, isu lingkungan dan politik, kesehatan dan budaya
masyarakat, civil society dan politik kewargaan, budaya politik, politik pariwisata dan
pariwisata budata, komunikasi politik dan budaya komunikasi, gerakan sosial, folklore, identitas
dan politik lokal serta kebijakan, politik dan kebudayaan.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu pelaksanaan seminar dan penerbitan buku abstrak ini. Semoga dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan.
Editor
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
v
PANEL 4 KESEHATAN DAN BUDAYA MASYARAKAT
Pola Komunikasi dan Budaya Sehat Pada Rumah Tangga Sangat Miskin (RSTM) Di 134
Pedesaan (Asep Suryana, Putri Trulline)
Menyelaraskan Kebijakan Kesehatan bagi Penderita Thalasemia di Kota Palangkaraya 142
(Kesehatan Sebagai Produk Politik dan Budaya) (Saputra Adiwijaya dan Katriani
Puspita Ayu)
Kemiskinan dan Balita Gizi Buruk di Desa Penyangkak Kecamatan Kerkap Kabupaten 151
Bengkulu (Rahma Syafitri)
vi
Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017 dalam Meme : Sebuah Analisa Isi Terhadap 302
Meme-meme di Dunia Maya (Nuning Kurniasih)
PR Politik Sebaga Strategi Komunikasi Politik Jokowi (Evie Ariadne Shinta Dewi) 308
Hoax Politik di Media Sosial Twitter (Studi Etnografi Virtual Tentang Keberadaan Hoax 313
Politik di Media Sosial Twitter) (Renata Anisa, Rachmaniar)
Reak Sebagai Media Komunikasi Tradisional Pada Masyarakat Cilengkrang Kecamatan 317
Ujungberung (Feliza Zubair, Lukiati Komala)
vii
viii
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
1
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Dalam keadaan ekonomi yang tidak menentu, menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga),
membuat nelayan harus mampu untuk menyesuaikan berorganisasi, dan lain sebagainya masih tetap berlaku.
diri dengan kondisi yang ada. Penyesuaian ini antara Kedua, kemiskinan struktural berekses pada timbulnya
lain dengan memanfaatkan anggota rumah tangga kemiskinan kultural dalam wujud rendahnya
untuk membantu meningkatkan pendapatan keluarga. pendidikan dan keterampilan sebagian besar
Dalam hal ini, istri para nelayan merupakan anggota perempuan (terutama di pedesaan). Sementara itu,
rumah tangga yang memiliki potensi dalam membantu kemiskinan alamiah menjelaskan adanya sebagian
meningkatkan pendapatan keluarga. kaum perempuan yang bersikap pasrah terhadap posisi
dirinya dalam kehidupan rumah tangga dan
Kesulitan melepaskan diri dari belenggu kemiskinan masyarakat, karena secara sadar menyadari
karena mereka didera oleh beberapa keterbatasan di demikianlah kodratnya sebagai seorang perempuan.
bidang kualitas sumberdaya manusia, akses dan
penguasaan teknologi, pasar, dan modal. Kebijakan Penduduk wanita yang jumlahnya lebih banyak
dan implementasi program-program pembangunan dibandingkan dengan penduduk pria merupakan
untuk masyarakat di kawasan pesisir hingga saat ini sumber daya pembangunan yang cukup besar.
masih belum optimal dalam memutus mata rantai Partisipasi aktif pria dan wanita dalam setiap proses
belenggu kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan pembangunan akan mempercepat tercapainya tujuan
mereka (Kusnadi 2009). pembangunan. Wanita-wanita nelayan mempunyai
potensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
Di dalam buku pedoman Peningkatan Produktifitas nelayan, dimana posisi wanita yang selama ini hanya
Ekonomi Perempuan (PPEP) disebutkan bahwa berfungsi sebagai ibu rumah tangga ditingkatkan
“Permasalahan perempuan di bidang ekonomi tidak sebagai pencari nafkah. Untuk itu, perlu diadakannya
terlepas dari kemiskinan. Perempuan dalam kegiatan pemberdayaan bagi istri-istri nelayan. Optimalisasi
usaha secara umum terbagi dalam empat kelompok, peran wanita nelayan dalam pembangunan pesisir
yaitu perempuan tidak mampu berusaha karena beban hanya dapat dilakukan melalui integrasi kebijakan
kemiskinan; perempuan yang belum/tidak berusaha; pembangunan dan pemberdayaan perempuan ke dalam
perempuan pengusaha mikro; dan perempuan kebijakan nasional, propinsi atau kabupaten/kota baik
pengusaha kecil dan menengah”. pada ranah perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
maupun evaluasi pembangunan.
Perempuan tidak mampu berusaha karena beban
kemiskinan khususnya dalam pemenuhan pendidikan Pemberdayaan perempuan adalah upaya pemampuan
dan kesehatan, harus berusaha dengan segala cara dan perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol
berorientasi pada kebutuhan saat ini. Perempuan dalam terhadap sumberdaya ekonomi, politik, sosial, budaya
keluarga miskin ini sulit untuk berpikir jernih dan agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan
terbuka dalam menata kehidupan masa depan. rasa percaya diri untuk mampu berpatisipasi aktif
Sedangkan untuk perempuan yang belum/ tidak untuk menyelesaikan berbagai masalah yang timbul di
berusaha, dihadapi permasalahan sikap, budaya, lingkungan sekitarnya. Perempuan dengan jumlah
pengetahuan dan penerapan. Perempuan tidak yang sangat besar merupakan modal sosial yang
berusaha karena motivasi yang kurang walaupun potensial bagi kelangsungan pembangunan bangsa.
sumberdaya yang dimilikinya sebenarnya cukup atau Sejalan dengan pernyataan tersebut Mengenai konsep
mampu. Di lain pihak, ada perempuan ingin tapi tidak pemberdayaan perempuan Hikmat menyatakan
memiliki pengetahuan atau ketrampilan untuk usaha. sebagai berikut:
Tiga pendekatan kemiskinan yang bisa dijadikan dasar
untuk pengentasan kemiskinan yaitu pendekatan “… Konsep pemberdayaan dalam wacana
kultural, struktural, dan alamiah. Pendekatan ini bisa pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan
dilakukan baik secara parsial maupun bersamaan dapat konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan
dipakai untuk menjelaskan penyebab kemiskinan di keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan
kalangan kaum perempuan, baik secara ekonomi, pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Partisipasi
politik, sosial, dan budaya. merupakan komponen penting dalam pembangkitan
Pertama, pendekatan secara kultural sebagian kemandirian dan proses pemberdayaan. Sebaiknya
masyakat kita masih dipengaruhi secara kuat oleh orang-orang harus terlibat dalam proses tersebut
budaya tradisional yang berideologi patriarki. Yaitu sehingga mereka dapat lebih memperhatikan hidupnya
fenomena ketimpangan struktural berupa keterbatasan untuk memperoleh rasa percaya diri, memiliki harga
kaum perempuan untuk memperoleh pendidikan, diri dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian
memperoleh akses ekonomi (misalnya bekerja untuk baru. Prosesnya dilakukan secara kumulatif sehingga
memperoleh penghasilan dan bukan sebatas semakin banyak keterampilan yang dimiliki seseorang
2
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
semakin baik pula kemampuan partisipasinya. …” ( and application. Bila ketiga aktivitas tersebut
Hikmat 2004) dilaksanakan dengan baik, akan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan kebijakan itu sendiri. Kerangka
Rumusan Masalah dan tujuan penelitian penelitian ini secara garis besar tergambar dalam bagan
di bawah ini.
Berdasarkan kepada latar belakang di atas, penelitian
ini mengkaji tentang tingkat partisipasi Masyarakat
Pesisir dalam Program Pemberdayaan Perempuan di
Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya
dengan tujuan untuk mengetahui Tingkat partisipasi
masyarakat dalam pengambilan keputusan/
perencanaan, partisipasi masyarakat pada pelaksanaan
program, partisipasi masyarakat dalam pengambilan
manfaat, dan partisipasi masyarakat dalam evaluasi.
Kerangka Pemikiran
3
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
perlu menjawab satu pilihan jawaban yang tersedia. ada pada masing-masing variabel. Untuk
Butir-butir pernyataan yang diajukan mengacu pada mempermudah pengolahan data, data yang diperoleh
tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft
Jawaban-jawaban yang tercantum dalam kuesioner Excel. Berikut adalah penjelasannya berdasarka
mengacu pada skala likert. Pertanyaan yang ada dalam kepada hasil analisis terhadap masing-masing indikator
kuesioner masing-masing jawaban diberi skor sebagai dari setiap variabel penelitian.
berikut.
4
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
menunjukkan bahwa nilai Median < nilai Skor < nilai Tabel 4 Partisipasi Masyarakat dalam
Kuartil III. Hal ini artinya positif (partisipasi Pelaksanaan Program
masyarakat dinilai cukup aktif). Tingkat partisipasi ini No Tolak ukur Skor Median
terjadi disebabkan oleh keterbukaan para pengelola 1 Sebagaian dana yang 121 150
digunakan sebagian modal
program pemberdayaan perempuan yang dimonitoring usaha adalah milik pribadi.
oleh pihak pemerintahan. 2 Tempat yang digunakan 138 150
Namun, Berdasarkan data di atas dari enam indikator untuk berusaha adalah milik
yang menjadi tolak ukur variabel ini dapat dipilah pribadi.
menjadi dua kelompok. Kelompok pertama 3 Alat usaha yang digunakan 145 150
dalam menjalankan usaha
menunjukkan skor di atas median dan kelompok kedua adalah milik pribadi.
skor berada di bawah median. Kelompok pertama 4 Setiap kegiatan dalam 163 150
yakni a) Informasi mengenai program pemberdayaan program pemberdayaan
perempuan didapatkan melalui kelurahan atau RT/RW perempuan selalu
setempat memperoleh skor 259, b) Pemberitahuan didokumentasikan
5 Selalu ikut serta dalam 147 150
mengenai adanya program pemberdayaan perempuan pengadministrasian kegiatan
bagi masyarakat dilakukan secara jelas skor 211 c) 6 Fasilitator mudah ditemui 142 150
Masyarakat mencari tahu lebih jauh mengenai oleh anggota program
program pemberdayaan perempuan skor 167 d) Pernah pemberdayaan perempuan
diajak musyawarah untuk membahas perencanaan 7 Fasilitator sangat berperan 144 150
program pemberdayaan perempuan skor 163, dan e) dalam pendampingan
kelompok
Keterlibatan masyarakat dalam program Total 1.000 150
pemberdayaan perempuan harus dari awal kegiatan
sampai akhir kegiatan skor 208. Sedangkan kelompok Rata-rata 142.85 150
kedua yakni pernah memberikan masukan gagasan/ ide
dalam program pemberdayaan perempuan
memperoleh skor 129. Skor untuk indikator ini cukup Data di atas menggambarkan bahwa partisipasi
jauh di bawah skor median. Berdasarkan hasil masyarakat dalam pelaksanaan program
observasi dan wawancara di lapangan para perempuan pemberdayaan perempuan negattif. Hal ini terlihat dari
ini merasa enggan untuk mengeluarkan pendapatnya rata-rata skor yang diperoleh adalah 142.85. Walaupun
karena merasa malu dan ragu-ragu. Ada rasa takut Skor tersebut tidak terlalu jauh dari skor median yakni
pertanyaan, ide atau gagasan yang akan 150 namun masih berada di bawah skor median.
disampaikannya tidak diterima. Apabila kita melihat data satu demi satu dari setiap
Apabila skor komulatif dari sub variabel ini indikator maka terlihat hanya satu indikator yakni
dipresentasekan maka dapat dihitung sebagai berikut: Setiap kegiatan dalam program pemberdayaan
178.66 perempuan selalu didokumentasikan yang mendapat
Tingkat partisipasi V1= -----------x 100 skor lebih dari skor median yakni 165. Sedangkan
250 = 71.46 indikator lainnya memperoleh skor dibawah skor
median.
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
Pelaksanaan Program Berdasarkan data di atas dari tujuh indikator yang
menjadi tolak ukur variabel ini dapat dipilah menjadi
Variabel ini memiliki enam indikator yaitu a) dua kelompok. Kelompok pertama menunjukkan skor
Sebagaian dana yang digunakan sebagian modal usaha diatas median dan kelompok kedua skor berada di
adalah milik pribadi. b) Tempat yang digunakan untuk bawah median. Berdasarkan pada data yang
berusaha adalah milik pribadi. c) Alat usaha yang tergambarkan bahwa nilai Kuartil I < nilai Skor < nilai
digunakan dalam menjalankan usaha adalah milik Median. Hal ini artinya negatif (partisipasi masyarakat
pribadi. d) Setiap kegiatan dalam program dinilai kurang aktif).
pemberdayaan perempuan selalu didokumentasikan e) Apabila skor kumulatif dari sub variabel ini
Selalu ikut serta dalam pengadministrasian kegiatan f) dipresentasekan maka dapat dihitung sebagai berikut:
Fasilitator mudah ditemui oleh anggota program
pemberdayaan perempuan g) Fasilitator sangat 142.85
berperan dalam pendampingan kelompok. Berikut Tingkat partisipasi V2 = -----------x 100
adalah perhitungan dari tiap indikator/ tolak ukur 250
tersebut: = 57.14
5
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
6
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
skor sub variabel ini menunjukkan bahwa nilai Median Kendala yang dihadapi adalah terbatasnya dana,
< niali Skor < nilai Kuartil III. Data ini artinya positif kurangnya pengetahuan dan pemahaman serta tingkat
(partisipasi masyarakat dinilai cukup aktif). Hal ini partisipasi aktif masyarakat masih kurang. Selain itu,
dapat dilihat pada tabel di bawah ini. program Program pemberdayaan perempuan
khususnya dalam bidang ekonomi yakni usaha
Tabel 7 Perhitungan Skor Kumulatif Setiap Sub Ekonomi Produktif (UEP) dan Simpan Pinjam Khusus
Variabel Perempuan (SPKP) baik melalui pemberian modal
SubVariabel Nilai tidak banyak membantu, karena tidak diiringi oleh
Media Skor Kuartil III
Pengmbilan 150 < 178.66 < 200
model-model pemberdayaan yang berkelanjutan.
keputusan
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang rendah
Bagian kedua yakni partisipasi masyarakat dalam (miskin), merupakan masalah pembangunan di
pelaksanaan program, partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang yang ditandai oleh pengangguran,
pengambilan manfaat, dan partisipasi masyarakat keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Oleh karena
dalam evaluasi kurang positif. Hal ini karena nilai itu, kemiskinan merupakan masalah pokok yang
Kuartil I < nilai Skor < nilai Median. Hal ini artinya penanggulangannya tidak dapat ditunda dengan dalih
negatif (partisipasi masyarakat dinilai kurang aktif). apapun dan harus menjadi prioritas utama dalam
Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini pelaksanaan pembangunan. Sesuai dengan prinsip
keadilan, penanggulangan kemiskinan merupakan
Tabel 8 Perhitungan Skor Komulatif Setiap Sub salah satu upaya strategis dalam mewujudkan sistem
Variabel ekonomi kerakyatan.
Sub Kuartil Nilai
Variabel I Skor Median Sesuai ciri sistem ekonomi kerakyatan dalam upaya
Pelaksanaan 100 < 142.85 < 150 penanggulangan kemiskinan, Ancok (1999)
program mengajukan dua strategi yang harus di tempuh yaitu:
Pengambilan 100 < 139.5 < 150 pertama, melakukan upaya dengan tujuan untuk
manfaat
memenuhi kebutuhan pokok; kedua, berupaya untuk
Evaluasi 100 < 131.5 < 150
program membantu masyarakat melalui pemberdayaan agar
mereka mempunyai kemampuan untuk melakukan
Apabila skor kumulatif dari variabel ini dihitung maka usaha. Dalam kaitan itu, penanggulangan kemiskinan
partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan yang berkelanjutan terkait erat dengan pembangunan
perempuan adalah negatif. Hal ini terlihat dari Kuartil ekonomi rakyat antara lain pengembangan berbagai
I < nilai Skor < nilai Median. Hal ini artinya negatif usaha produktif yang merupakan potensi kewilayahan.
(partisipasi masyarakat dinilai kurang aktif). Hal ini
SIMPULAN
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis
Tabel 9 Perhitungan Skor Kumulatif Variabel deskriptif, dapat disimpulkan bahwa Tingkat
Variabel Kuartil
I Skor Nilai Media partisispasi masyarakat pesisir dalam program
Partisipasi 100 < 148.11 < 200 pemberdayaaan perempuan kurang positif. Hal ini
masyarakat artinya masyarakat yang terkena program
pemberdayaan kurang aktif dalam mengikuti program.
Apabila skor kumulatif ini dipresentasekan maka dapat Hal ini terlihat dari Kuartil I < nilai Skor < nilai
dihitung sebagai berikut Median. Hal ini artinya negatif (partisipasi masyarakat
148,11 dinilai kurang aktif). Kesimpulan lebih rinci sebagai
Tingkat partisipasi V = -----------x 100 berikut:
250
= 59.24 1. Partisipasi masyarakat pada tahap pengambilan
keputusan/ perencanaan dalam program
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, baik pada pemberdayaan perempuan adalah sangat positif.
kelompok sasaran yang terlibat pada program Hal ini karena nilai Median < nilai Skor < nilai
pemberdayaan perempuan maupun kepada para Kuartil III. Data ini artinya positif (partisipasi
pengelola program ditemukan fakta-fakta empiris masyarakat dinilai cukup aktif).
bahwa pemberdayaan masyarakat miskin yang selama 2. Partisipasi masyarakat pada tahap pengambilan
ini menjadi rencana program utama di Kecamatan keputusan/ perencanaan dalam program
Cipatujah belum terlaksana secara efektif dan efisien. pemberdayaan perempuan adalah negatif . Hal ini
karena nilai Kuartil I < nilai Skor < nilai Median.
7
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Hal ini artinya negatif (partisipasi masyarakat Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.
dinilai kurang aktif). Semarang; IKIP PGRI.
3. Partisipasi masyarakat pada tahap pengambilan Pranarka, A.M.W & Onny S. Prijono. 1996.
keputusan/ perencanaan dalam program Pemberdayaan Konsep, Kebijakan dan
pemberdayaan perempuan adalah negatif . Hal ini Implementasi. Jakarta : CSIS.
karena nilai Kuartil I < nilai Skor < nilai Median. Pranarka, A.M.W & Onny S. Prijono. 1996.
Hal ini artinya negatif (partisipasi masyarakat Pemberdayaan Konsep, Kebijakan dan
dinilai kurang aktif). Implementasi. Jakarta : CSIS.
4. Partisipasi masyarakat pada tahap pengambilan Roesmidi dan Riza Risyanty. 2006. Pemberdayaan
keputusan/ perencanaan dalam program masyarakat. Sumedang: Alqaprint
pemberdayaan perempuan adalah sangat negatif . Satria, A. 2009. Ekologi Masyarakat Nelayan. LKiS.
Hal ini karena nilai Kuartil I < nilai Skor < nilai yogyakarta.
Median. Hal ini artinya negatif (partisipasi Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan
masyarakat dinilai kurang aktif). Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Saran Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian diajukan saran sebagi Memberdayakan Rakyat. Bandung : Refika
berikut : Aditama.
1. Proses pemberdayaan perempuan sebaiknya Soetomo. 2012. Pemberdayaan Masyarakat
direncanakan secara matang dengan melibatkan Mungkinkah Muncul Antitesisnya?. Yogyakarta
berbagai sektor yang memiliki keterkaitan program : Pustaka Pelajar.
2. Perencanaan program pemberdayaan perempuan Sugiyono. 1999. Statistika Untuk Penelitian. Bandung
perlu melibatkan masyarakat yang akan menjadi : Alfabeta
target pemberdayaan Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
3. Pelaksanaan program pemberdayaan perempuan Alfabeta.
sebaiknya berkelanjutan dan berimbang. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
4. Kontrol pelaksanaan program pemberdayaan Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta
perempuan perlu melibatkan masyarakat dan Suharto,Edi. 2006. Membangun Masyarakat
pemerintah secara bersama-sama sehingga terjalin Memberdayakan Rakyat, Bandung : Refika
keterbukaan. Aditama
Sukardi, 2012. Peran Perikanan dan Kelautan dalam
Kehidupan Manusia. Bahan Ajar Pengantar
DAFTAR PUSTAKA Ilmu Perikanan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Dwidjowijoto,Rian Nugroho,2007. Manajemen
Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan
Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat.
Jakarta, Gramedia
Hikmah, Istiana. 2007. Gender dalam Rumah Tangga
Masyarakat Nelayan. Jakarta: Badan Riset
Kelautan dan Perikanan.
Hikmat, Marry. 2001. Strategy Pemberdayaan
Masyarakat. Bandung : Humaniora Ulama
Press.
Kamiso, H. N., 2012. Pengantar Ilmu Perikanan 3.
Bahan Ajar Pengantar Ilmu Perikanan.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kusnadi. 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta
: LkiS.
Kusnadi. 2007. Jaminan Sosial Nelayan. Yogyakarta:
LKiS Pelangi Aksara.
Nurfaizah, Eva . 2013. Implementasi Pemberdayaan
Masyarakat Sebagai Upaya Pengentasan
Kemiskinan Melalui Program Aksi Desa
Mandiri Pangan Di Desa Karangkepoh,
8
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
9
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
oleh kaum perempuan dalam implementasi program Berbeda dengan kebanyakan yang dialami
pembangunan tersebut. perempuan di Asia, di Afrika kontribusi perempuan
dalam bidang pertanian memperlihatkan sebaliknya.
Beberapa studi perempuan yang telah dilakukan di Keterlibatan perempuan tidak hanya sebatas
berbagai wilayah, sebagian besar seringkali pekerjaan-pekerjaan ringan namun hampir seluruh
digambarkan bahwa kedudukan perempuan kurang kegiatan dalam proses pertanian dilakukan oleh
berarti dalam pembangunan, tidak jarang perempuan perempuan, meskipun terdapat pembagian kerja
mengalami ketidakadilan dan termarginalisasi dalam antara laki-laki dan perempuan, umumnya laki-laki
kegiatan produksi maupun dunia kerja. Begitu juga hanya sebatas mempersiapkan lahan untuk kegiatan
dalam pengelolan pertanian. Keterlibatan kaum selanjutnya segala pekerjaan dari penanaman hingga
perempuan dalam dunia kerja khususnya dalam panen dilakukan oleh perempuan (Saptari dan
produksi pertanian telah berlangsung sejak lama, Holzner, 2016). Sebagai gambaran, Bank Dunia
namun hingga saat ini tidak sedikit peran perempuan menyatakan bahwa partisipasi perempuan dalam
hanya dianggap sebagai pendamping atau bukan bidang produksi pangan di Asia Pasifik mencapai 38-
penentu keberhasilan usaha tani. Di Asia terdapat 71%. Sedangkan di wilayah Asia Tenggara angka
sekitar 50% tenaga kerja di sektor pertanian adalah partisipasi perempuan dalam kegiatan produksi
perempuan, akan tetapi dalam sub-sektor pekerjaan pangan juga bervariasi. Thailand menduduki posisi
tersebut umumnya tenaga kerja keluarga dan tidak teratas dengan tingkat partisipasi perempuan sebesar
dibayar. Dalam kegiatan sub-sektor pangan 60%, posisi berikutnya berturut-turut diduduki oleh
khususnya tanaman padi perempuan umumnya Indonesia (54%), Filipina (47%) dan Malaysia (35%)
mendapatkan pembagian kerja seperti menanam, (www.kupang.tribunnews.com).
menyumbal tanaman yang mati, menyiang, mengairi,
memanen, membersihkan padi, mengeringkan dan Tingginya tingkat partisipasi perempuan dalam
menjual. Sedangkan untuk perencanaan maupun bidang pangan tersebut dapat tercermin di salah satu
pengambilan keputusan program pembangunan kaum wilayah Indonesia, hal tersebut terjadi pada
perempuan jarang terlibat (Suradisastral dan Lubis, perempuan Melayu yang ada di Kabupaten Sambas,
2000). Sama halnya yang terjadi di Amerika Latin khususnya di Dusun Semayong Desa Sungai Kumpai.
juga terdapat pembagian kerja dalam sektor Perempuan berkontribusi secara aktif dalam proses
pertanian, namun kegiatan pertanian tersebut lebih pengelolaan pertanian. Hampir seluruh kegiatan
didominasi oleh kaum laki-laki sedangkan pertanian khususnya tanaman padi dengan sistem
perempuan tidak terlalu tampak (Saptari dan Holzner, berladang dilakukan oleh perempuan baik dari
2016). Keterbatasan partisipasi dan akses perempuan pengolahan lahan hingga panen. Tidak hanya dalam
terhadap sumber daya produktif tersebut tidak jarang pertanian padi aktivitas perempuan juga terlibat
memicu tingginya tingkat kemiskinan kaum dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga
perempuan, diskriminasi terhadap upah dan hal yakni melalui usaha menyadap karet serta kegiatan
tersebut menjadi penghambat yang membatasi domestik seperti mengurus anak dan aktivitas rumah.
kontribusi perempuan dalam revitalisasi pertanian Banyak faktor yang menyebabkan tingginya peran
yang merupakan salah satu jalan keluar dari perempuan baik dalam pertanian maupun mencari
kemiskinan (Byrlee dan Janyry, 2008; Pieris, 2015). nafkah keluarga mulai dari faktor ekonomi,
pendidikan, sosial-budaya hingga faktor pekerjaan
Banyak penelitian yang dilakukan di Indonesia juga yang dilakukan suami sebagian besar bekerja diluar
mengungkapkan eksistensi perempuan pedesaan daerah dan luar negeri (Malaysia).
yang berperan aktif dalam pengelolaan usaha
pertanian. Umumnya perempuan yang terlibat dalam Kenyataan eksistensi perempuan dalam usaha
proses pertanian memiliki peran ganda yakni pertanian dapat dikatakan masih jarang terjadi di
menyangkut kerja di lahan pertanian dan pekerjaan Indonesia oleh karenanya fenomena tingginya tingkat
rumah tangga. Misalnya di beberapa desa di kontribusi perempuan dalam usaha tani dalam
Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat, perempuan tani konteks ini dapat dikatakan sebagai penggerak
umumnya berperan aktif hampir di setiap kegiatan keberlangsungan ketahan pangan di Desa Sungai
usaha tani dan juga melakukan pekerjaan sebagai Kumpai, menjadi menarik untuk didiskusikan dan
pencari nafkah rumah tangga (buruh pabrik, ditinjau lebih luas. Oleh karenanya artikel ini hendak
pembantu rumah tangga), sedangkan dalam usaha mengkaji dan mendeskripsikan bagaimana kontribusi
tani perempuan terlibat dalam kegitan menanam, perempuan Melayu yang ada di Dusun Semayong
memelihara, mengendalikan gulma, memanen, Desa Sungai Kumpai dalam proses pengelolaan
membersihkan (menampi), pascapanen, pemasaran pertanian yang merupakan bagian dari usaha
hasil. Kegiatan persiapan dan pengolahan lahan pemenuhan kebutuhan pangan keluarga.
biasanya dilakukan oleh kaum pria (Elizabeth 2007b,
Elizabeth, 2008).
10
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
11
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
kegiatan perempuan dalam usaha mencari nafkah saat gulma dengan pestisida hingga panen, terkadang ia
ini semakin meningkat maka dapat dikatakan juga dibantu oleh suami apabila ia belum pergi
perempuan yang telah menikah akan sulit bekerja di luar daerah.
menghindari beban ganda. Begitu juga dengan
perempuan di Dusun Semayong yang bekerja sebagai Beragam aktivitas pertanian yang dilakukan
petani di ladang, mereka beranggapan bahwa setelah perempuan di lahan pertanian (ladang), perempuan
menikah ia berkewajiban untuk membantu suami menjadi aktor utama yang menjalankan usaha tani,
mencari nafkah, salah satu nya dengan menjadi maka dari itu berhasil atau tidaknya peroses pertanian
petani, karena sebagai usaha yang dianggap paling di Dusun Semayong ditentukan oleh sejauhmana
cocok dan mudah dilakukan tanpa memerlukan peran dan keterampilan perempuan dalam mengelola
pendidikan yang tinggi. Seperti yang diungkapkan pertanian. Adapun beragam aktivitas pertanian yang
oleh seorang informan yang menyatakan bahwa dilakukan petani perempuan Semayong di ladang,
setelah menikah sudah seharusnya sebagai seorang mulai dari kegiatan utama menanam padi, kegiatan
istri ia berkewajiban membantu suami dalam mencari sampingan berkebun semangka, menanam ubi kayu,
nafkah dengan bekerja sebagai petani, karena dan sayur-sayuran yang biasanya dilakukan dengan
menurutnya bertani adalah pekerjaan yang cocok cara tumpang sari. Aktivitas menanam padi sebagai
untuk mereka dan telah menjadi pekerjaan yang aktivitas utama dalam pertanian yang dilakukan oleh
dilakukan secara turun-temurun. Informan lain juga perempuan di ladang hampir mencakup seluruh
menyatakan alasan yang serupa, bahwa ia bekerja aspek. Mulai mengolah lahan, menyemai benih padi,
sebagai petani di ladang karena untuk membantu menanam, merawat, memanen hingga aktivitas
suaminya mencari nafkah, karena jika hanya pascapanen yakni merontokan dan mengeringkan
mengandalkan suami saja, pendapatannya tidak tentu. padi, hal tersebut sesuai dengan pernyataan beberapa
Jadi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari istri informan yang mengaku melakukan semua aktivitas
harus bekerja dengan bertani dan juga menyadap pertanian mulai dari mengolah lahan hingga kegiatan
karet. pasca panen, semuanya mereka lakukan dan
terkadang turut dibantu oleh suami mereka. Adapun
Adapun sistem pertanian yang dikelola oleh petani di gambaran umum aktivitas pertanian saat bercocok
Dusun Semayong masih secara tradisional dan tanam padi yang dilakukan oleh perempuan Melayu
melalui melalui sistem berladang tetap.Yakni bentuk di Dusun Semayong secara ringkas digambarkan
pertanian yang dilakukan pada lahan yang sama sebagai berikut:
dalam setiap periodenya tanpa melakukan pengairan
di lahan pertanian. Sistem berladang sendiri menurut 1. Mengolah Lahan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah tanah Proses pengolahan lahan yang dilakukan oleh
atau lahan yang diusahakan dan ditanami (ubi, petani perempuan meliputi, pembersihan atau
jagung, dan sebagainya) dengan tidak diairi (Atem, pembunuhan gulma, yang biasanya dengan
2014). Usaha pertanian yang dikelola ialah usaha cara menebas dengan menggunakan alat-alat
pertanian keluarga, yang mana hasil pertanian tidak tradisional (parang) dan menyemprotkan
untuk dijual melainkan konsumsi pribadi keluarga. pestisida. Karena sistem pertanian dilakukan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan sistem ladang tetap dan tadah hujan,
sebagian besar para suami bekerja di luar daerah, sehingga tidak dilakukan penggarapan lahan.
dengan begitu kontribusi laki-laki dalam bidang 2. Menyemai benih
pertanian dapat dikatakan sedikit. Perempuan lebih Penyemaian benih biasa dilakukan dengan dua
mendominasi kegiatan bercocok tanam di lahan cara, yang pertama, melalui penggemburan
pertanian. Hanya sebagian kecil suami yang menetap tanah (tanah di gali dengan parang dan
di desa dan bekerja sebagai petani, kendatipun suami dihamparkan kemudian di taburkan benih
yang menetap dan bekerja sebagai petani, peran yang padi). Kedua, dengan cara melobangi tanah
dilakukan istri tetap tidak jauh berbeda dengan apa (dengan alat tradisional, masyarakat setempat
yang dilakukan suami dalam mengelola pertanian dan menyebutnya penuggal, yakni kayu yang
cenderung seimbang. Pada kasus suami yang diruncingkan) dan kemudian lobang tersebut
menetap di desa dan bekerja sebagai petani, di isi dengan benih padi.
pembagian kerja tidak tampak jelas, yakni hampir 3. Menanam (Nandor)
tidak ada pemisahan kerja yang dilakukan baik oleh Menanam padi dalam sebutan masyarakat
perempuan (istri) maupun laki-laki (suami). Hampir setempat ialah Nandor, juga dilakukan secara
setiap pekerjaan yang dilakukan laki-laki dalam tradisional dengan melobangi tanah dengan
bertani juga dilakukan oleh perempuan secara alat penugal dan memasukan benih padi yang
bersama-sama. Seperti keterangan yang didapatkan telah tumbuh setelah disemai sebelumnya.
dari salah satu informan yang menyatakan bahwa saat 4. Memelihara
bertani ia melakukan semua kegiatan tersebut dimulai Kegiatan memelihara tanaman padi biasanya
dari pengolahan yakni menebas dan menyemprot dilakukan dua tahap yakni pada saat umur padi
12
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
beberapa bulan setelah ditanam yakni saat padi dibanding kegiatan diluar rumah. Hal
belum berbuah, dan setelah padi berbuah. tersebut ditemukan bilamana
Sebelum berbuah padi akan dirawat dengan pelaksanaannya diserahkan/digantikan oleh
cara menghilangkan rumput atau gulma yang orang lain yang diberi imbalan atas
mengganggu pertumbuhan padi, serta pekerjaannya mengurus rumah tangga
menaburkan pupuk dan penyemprotan (upah). Dengan demikian jelas bahwa
pestisida pembunuh hama padi. Setelah pekerjaan rumah tangga merupakan
berbuah biasanya petani kembali pekerjaan produktif, karena akan bernilai
menyemprotkan pestisida untuk mengusir ekonomis bila ditransformasikan kepada
hama agar buah padi tidak terganggu. pihak jasa tenaga kerja bayaran (paid
5. Memanen worker) (Elizabeth, 2008:62). Semua
Panen padi dilakukan menggunakan ani-ani, informan dalam penelitian ini telah memiliki
sehingga memerlukan waktu yang lama. Panen anak, jadi kegiatan yang biasa mereka
biasanya tidak hanya terjadi satu kali, setelah lakukan di rumah, meliputi memasak,
proses panen pertama selesai biasanya akan menyuci, mengurus anak apabila anak
muncul buah-buah baru dari pohon padi yang mereka masih kecil dan kegiatan domestik
masih ada namun jumlahnya hanya sedikit. lainnya. Tidak ada ketetapan waktu untuk
6. Merontok padi aktivitas dirumah karena segala aktivitas
Kegiatan merontok padi dilakukan dengan rumah dilakukan saat waktu luang sebelum
cara menginjak dan memilin-milin buah padi berangkat atau pulang kerja.
beserta tangkainya dengan kaki dan dilakukan 2. Curahan waktu di Ladang
di rumah. Sebagaimana telah dipaparkan bahwa
perempuan merupakan pelaku utama yang
Enam poin di atas merupakan proses dari awal hingga menggerakan proses pertanian di Dusun
akhir dari kegiatan yang dilakukan oleh perempuan di Semayong, itu berarti pertanian di ladang
Dusun Semayong dalam hal pertanian. Proses hampir sepenuhnya menjadi tanggung jawab
tersebut didominasi oleh perempuan, menurut perempuan, oleh karenanya berhasil atau
informasi dari para informan, hal tersebut sudah tidaknya usaha tani bergantung dengan
wajar dilakukan oleh perempuan dengan alasan sejauh mana perempuan mampu membagi
memang sudah tradisi sejak dahulu. waktu mereka. Beberapa petani perempuan
di Semayong bekerja sebagai petani telah
Alokasi Waktu mencapai puluhan tahun. Salah satu
keterangan informan menyebutkan bahwa ia
Tugas dan peran perempuan yang telah menikah tentu telah bekerja sebagai petani sudah lebih dari
akan berbeda dibanding sebelum menikah terutama dua puluh tahun, dan bertani ia lakukan
dalam mengatur waktu khususnya bagi mereka yang setelah menikah. Seperti telah dihimpun
tidak hanya sebatas menjadi ibu rumah tangga namun dari beberapa pernyataan informan,
juga sebagai pencari nafkah keluarga, sehingga didapatkan data bahwa rata-rata petani
perempuan harus pintar membagi waktu untuk perempuan di Dusun Semayong
keluarga dan juga bekerja. Alokasi waktu bekerja menghabiskan waktunya untuk kegiatan
berkaitan dengan pembentukan sebuah manajemen produktif bertani di ladang ialah sekitar 4-7
waktu yang harus dilakukan oleh istri demi jam per hari. Waktu bekerja di ladang lebih
keberlangsungan pekerjaan yang mereka emban. lama pada saat menanam dan saat panen
Tidak jarang perempuan mengalami kesulitan dalam dibanding kegiatan-kegiatan bertani lainnya.
mengoptimalkan waktu untuk melakukan kegiatan Umumnya istri mulai bekerja di ladang pada
sehari-hari. Terlepas dari itu perempuan yang bekerja pukul 1-5 sore, namun tidak jarang juga istri
sebagai petani di Dusun Semayong harus mampu akan menghabiskan waktunya di ladang
membagi waktu mereka untuk kegiatan-kegiatan seharian sejak pukul 05:00 pagi sampai
produktif. Setidaknya tiga kegiatan produktif utama 05:00 sore, biasanya dilakukan pada saat
yang memerlukan curahan waktu bagi petani Melayu panen atau menanam atau pada ketika hujan
perempuan di dusun Semayong, yakni kegiatan di di malam hari sehingga mereka tidak bisa
rumah, kegiatan bertani di ladang, dan kegiatan menyadap karet di pagi harinya.
mencari nafkah menyadap karet. 3. Kegiatan Menyadap Karet
1. Curahan Waktu di Rumah Menyadap karet menjadi bagian kegiatan
Kegiatan atau pekerjaan dirumah petani perempuan yang tidak kalah
merupakan salah satu kegitan yang dapat pentingnya, sebagaimana telah dijelaskan
digolongkan sebagai kegiatan produktif, bahwa usaha tani yang dilakukan hanya
karena waktu yang diperlukan untuk untuk kebutuhan pangan keluarga, dan
kegiatan ini juga tidak kalah besarnya untuk memenuhi finansial keluarga melalui
13
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
kegiatan menyadap karet dan uang hasil bekerja di ruang domestik, mengurus rumah dan
penjualnnya untuk mencukupi kebutuhan anak-anak sedangkan suami bekerja di luar (ruang
sehari-hari. Curahan waktu yang diperlukan publik) mencari nafkah untuk keluarga. Kebiasaan ini
perempuan untuk menyadap karet tidak berlangsung secara turun-menurun dan zaman ke
kalah besarnya dibanding kegiatan di rumah zaman sehingga dianggap sebagai adat-istiadat yang
maupun bertani di ladang. Setiap informan harus ditaati dan dilakukan terutama bagi perempuan.
memiliki alokasi waktu yang berbeda-beda
saat menyadap karet karena tergantung Konstruksi budaya patriarki juga tidak luput
keterampilan (kecepatan) masing-masing dirasakan di kalangan masyarakat Semayong
saat menyadap karet tersebut. Berdasarkan khususnya bagi kaum perempuan, namun hal tersebut
keterangan informan biasanya mereka tidak berlaku untuk semua aspek. Peran gender laki-
melakukan kegiatan menyadap karet sejak laki dan perempuan untuk di beberapa aspek penting
dini hari, masing-masing informan berbeda. dirasakan sudah cukup baik bagi kalangan
Rata-rata waktu yang diperlukan ialah perempuan, misalnya untuk pekerjaan-pekerjaan di
berkisar 3-5 jam dalam sehari, tergantung luar rumah. Sudah banyak dijelaskan sebelumnya
luas atau banyaknya pohon karet yang bahwa tingginya kontribusi perempuan dalam
disadap. bidang-bidang produktif terutama dalam bidang
pertanian, peran perempuan bahkan mendominasi
Alokasi waktu yang diperlukan perempuan dalam segala proses kegiatan pertanian. Tidak terdapat
sehari untuk melakukan ketiga aktivitas produktif di perbedaan kerja yang dilakukan perempuan dan laki-
atas sangat besar, meskipun demikian mereka masih laki dalam bidang pertanian, setiap kerja yang
beranggapan hanya sebatas membantu suami dan dilakukan laki-laki juga dilakukan perempuan dalam
suami adalah pencari nafkah utama bagi keluarga. bercocok tanam padi. Dapat dikatakan kaum laki-laki
Petani Melayu perempuan yang ada di Semayong yang sifatnya membantu istri dan kebiasaan tersebut
rata-rata tergolong memiliki curahan jam kerja yang telah berlangsung sejak lama. Seperti keterangan
tinggi, karena waktu yang mereka habiskan untuk yang diungkapkan oleh salah satu informan, yang
melakukan semua pekerjaan dapat mencapai 10 jam menyatakan bahwa bekerja sebagai petani merupakan
bahkan lebih dalam sehari. Jika indikator yang kewajiban yang harus dilakukan setelah menikah dan
digunakan untuk menentukan kedudukan pencari bertani ia akui sebagai pekerjaan yang telah dilakukan
nafkah dalam keluarga menggunakan jam kerja, secara turun-temurun yang biasa dilakukan di
dapat dikatakan juga bahwa istri sebagai pencari Semayong. Sama halnya dengan keterangan yang
nafkah utama bagi keluarga apabila jam kerja diungkapkan oleh informan lainnya, yang
perempuan atau istri melebihi suami. beranggapan bahwa adanya stigma negatif yang akan
dirasakan oleh perempuan apabila mereka tidak
Budaya dan Petani Perempuan di Semayong bekerja dalam konteks ini ialah bekerja sebagai
petani. Istri yang tidak bekerja dipandang kurang baik
Perkembangan masyarakat selalu beriringan dengan oleh masyarakat. Kenyataan ini dapat disimpulkan
berkembangnya budaya, karena masyarakat selalu sebagai bentuk kontruksi budaya terhadap perempuan
hadir dengan beragam nilai-nilai, kebudayaan dimana perempuan yang hanya bekerja dalam ruang
maupun adat-istiadat. Oleh karenanya tidak salah jika domestik dianggap kurang baik bagi masyarakat
dikatakan bahwa dimana ada masyarakat maka disitu Semayong, dan keterbukaan akses pekerjaan di luar
akan terdapat kebudayaan. Budaya itu sendiri di rumah yang diberikan terhadap perempuan adalah
definisikan oleh Mulyani seperti dikutip dalam salah-satu bentuk cairnya peran gender di kalangan
(Sanadi, 2014), ialah suatu cara hidup yang masyarakat Melayu di Semayong. Dengan begitu
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah petani perempuan di Dusun Semayong menunjukkan
kelompok orang dan diwariskan dari generasi- bahwa peran perempuan tidak hanya sebatas dalam
kegenerasi. Sebelumnya juga telah diutarakan bahwa ruang lingkup merawat dan menjaga keluarga. Ia juga
dalam studi perempuan sering kali disebutkan adanya berkontribusi untuk pekerjaan-pekerjaan produktif
budaya patriarki, yakni menempatkan kaum laki-laki untuk menunjang kebutuhan keluarga baik secara
sebagai sosok yang memiliki otoritas tinggi dalam ekonomi maupun kebutuhan pangan khususnya.
berbagai hal kehidupan termasuk dalam kehidupan
keluarga, sosok laki-laki adalah seorang pemimpin
yang harus dipatuhi. Budaya patriarki ini oleh banyak Eksistensi Perempuan Sebagai Penggerak Utama
perempuan terutama para aktivits dan kelompok Ketahanan Pangan
feminis seringkali dianggap sebagai penghalang
kemajuan bagi perempuan yang tidak jarang Dalam rumah tangga, perempuan merupakan aktor
munculnya diskriminasi maupun subordinasi di utama ketahanan pangan rumah tangganya.
kalangan perempuan. Kontruksi budaya yang sejak Ketahanan pangan rumah tangga juga akan
dulu hingga masih terasa saat ini adalah perempuan berdampak pada ketahanan pangan nasional.
14
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Perempuan di Dusun Semayong membuktikan bahwa alami dalam proses usaha produksi tani (Bemmelen,
perempuan memegang kunci ketahanan pangan 2009). Jika laki-laki dan perempuan menyadari
keluarga, karena melalui tangan perempuanlah kontribusi mereka dalam pertanian sangat besar,
kebutuhan pangan dan nutrisi yang didapatkan oleh maka akan memungkinkan adanya intervensi
setiap anggota keluarga dapat tercukupi. Peran perempuan yang lebih banyak dalam mengemukakan
perempuan secara dominan dalam pertanian pendapat terkait usaha tani dan menyuburkan potensi
merupakan bukti eksistensi perempuan dalam mereka untuk dapat meningkatkan hasil pertanian.
ketahanan pangan. Perempuan terlibat untuk dapat Seperti yang disebutkan dalam forum dunia yang
memilih benih sampai pengolahan pertanian secara membahas tentang “Gender Equality and Food
cermat sehingga hasil panen dapat optimal, jika hasil Security: Womens empowerment as a tool against
panen optimal maka kebutuhan keluarga dapat hunger” dalam publikasi Asian Development Bank
tercukupi. Perempuan juga yang bertanggungjawab (2013) menyatakan bahwa perempuan harus
untuk menjaga ketersediaan bahan pangan untuk dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang
keluarga agar tetap aman. Menurut Asian berkontribusi untuk ketahanan pangan. Keputusan
Development Bank (2013) terdapat tiga pilar tersebut dapat berupa menyediakan sarana bagi
ketahanan pangan, yaitu; ketersediaan, keamanan, perempuan untuk mengeluarkan pendapat mengenai
dan pemanfaatan terhadap pangan. Jika ketiga hal alokasi lahan, pilihan tanaman yang tumbuh, hingga
tersebut sudah baik, maka keluarga tersebut sudah pembagian kerja dalam mengelola tanah atau lahan.
dapat dikatakan ketahanan pangannya baik. Semua itu sangat berguna bagi keberlangsungan
ketahanan pangan lokal. Pelibatan perempuan ini
Kontribusi perempuan dalam pertanian ini perlu juga akan berdampak pada upaya mencerdaskan
menjadi sebuah perhatian yang serius. Perhatian perempuan. Diharapkan kasus seperti di Dusun
tersebut dapat diwujudkan dalam upaya penyadaran Semayong yang menjadikan usaha tani sebagai jalan
akan eksistensi perempuan tersebut. Meskipun di terakhir pekerjaan yang dipilih karena tingkat
Dusun Semayong, para perempuan menganggap pendidikan perempuan yang rendah tidak terjadi lagi.
bahwa kontribusinya dalam pertanian hanyalah Diharapkan usaha tani yang memang sudah turun
sebagai suatu ‘kewajiban yang turun temurun’ yang temurun dipegang oleh dominasi perempuan akan
harus dilakukan oleh seorang istri, namun hal tersebut menjadi suatu lahan usaha yang menyejahterakan
tidak bisa terus dibiarkan begitu saja. Kesadaran akan keluarga tani, didukung dengan kemampuan dan
peran mereka yang sangat besar bagi keluarga akan pengetahuan perempuan yang baik di bidang
menumbuhkan dampak-dampak positif bagi status pertanian.
mereka sebagai perempuan yang kontributif di
masyarakat. Kesadaran tersebut akan menimbulkan Kesadaran akan eksistensi perempuan tersebut juga
suatu pemahaman bahwa dalam rumah tangga, baik akan memungkinkan keterbukaan akses sumberdaya
suami maupun istri adalah partner dalam pertanian bagi perempuan. Perempuan bukan hanya
kesejahteraan keluarga. Kesadaran tersebut juga ditempatkan sebagai pihak yang membantu laki-laki
memungkinkan adanya peningkatan eksistensi saja melainkan sebagai aktor utama peningkatan
perempuan dalam upaya intervensi pengambilan kualitas pertanian. Jika hasil pertanian berkualitas
keputusan terutama menyangkut ketahanan pangan maka jumlah hasil panen akan melimpah dan tidak
keluarga. Selama ini yang menjadi permasalahan hanya dapat mencukupi kebutuhan keluarga saja,
adalah keterlibatan perempuan dalam usaha tani selain itu hasil panen yang berkualitas juga
hanya dianggap sebagai upaya istri dalam membantu memungkinkan perempuan untuk dapat
suami saja dan bukan sebagai pemegang peran vital mendistribusikan pangan yang bernutrisi kepada
dalam proses produksi usaha tani. Anggapan tersebut seluruh anggota keluarganya.
dapat menimbulkan tidak adanya penghargaan dari
suami terhadap peran istrinya. Terdapat anggapan Eksistensi perempuan dalam ketahanan pangan ini
dari laki-laki bahwa tugas perempuan dalam tidak hanya harus disadari oleh masyarakat yang
pertanian yang selama ini dilakukan adalah sebagai bersangkutan melainkan juga oleh pemerintah tingkat
tugas wajar seorang istri dan memang sudah menjadi lokal maupun nasional. Meskipun ketersediaan
“kodrat” istri dan cap sebagai seorang ibu rumah pangan cukup baik di tingkat lokal maupun nasional,
tangga tetap melekat pada istri. Tidak jarang namun jika ketersediaan pangan di tingkat individu
perempuan sendiri ikut berpikir hal yang sama, dan masih tidak merata maka ketahanan pangan masih
menempatkan diri sendiri sebagai ibu rumah tangga. dikatakan rapuh (Prabowo, 2010). Oleh karena itu,
Hal tersebut berpotensi akan menimbulkan kontribusi perempuan di Dusun Semayong ini harus
rendahnya kesadaran laki-laki atas besarnya peran didukung penuh oleh pemerintah dengan
perempuan dalam usaha tani. Rendahnya kesadaran menyejahterakan kehidupan keluarga tani. Perhatian
laki-laki dan perempuan tersebut juga akan terhadap kebutuhan perempuan mengingat perannya
memungkinkan rendahnya partisipasi perempuan yang ganda juga harus menjadi perhatian. Jangan
untuk mengungkapkan masalah konkrit yang mereka sampai beban kerja yang selama ini dilakukan oleh
15
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
16
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
17
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
“sampah” masyarakat. Dengan menghadirkan sosok minoritas dan mayoritas yang menunjukkan adanya
“pelacur” melalui wacana yang berbeda, tetapi bukan ideologi bahwa kaum tertentu terpinggirkan dan kaum
berarti menunjukkan bahwa pelacur (seperti dalam lainnya menjadi lebih penting. Kebekuan ideologi
novel 50 Riyal) itu baik, tetapi hendaknya menunjukkan metafisik inilah yang hendak dicairkan oleh Derrida
bahwa setiap manusia, apapun profesinya, tetap dengan cara mengusik hierarki metasifik melalui konsep
mempunyai sisi baik dan buruk. Dalam novel 50 Riyal undécidable (Haryatmoko, 2016).
ini, pembaca dituntut dapat berpikir secara bijak dalam
membaca. Hal-hal yang tereksplisit dalam teks tidak Konsep undécidable dipahami sebagai bentuk
begitu saja diterima sebagai hasil pembacaan. inkonsistensi teks dimana tidak adanya makna yang
Pelacuran menurut Kartini Kartono (Marzuki, 2001: pasti, tidak bisa langsung diputuskan, plural dan bisa
112), suatu bentuk penyimpangan seksual, dimana jadi saling bertentangan (Haryatmoko, 2016). Untuk
terdapat pola organisasi impuls-impuls/dorongan seks singkatnya, Tyson (2006:59 dalam Haryatmoko,
yang tidak wajar. Ada dorongan seks yang tidak 2016:140) membantu menjelaskan mengenai langkah-
terintegrasi dalam kepribadian, dengan mana relasi seks langkah yang harus dilakukan untuk melakukan
itu sifatnya impersonal, tanpa afeksi dan emosi (kasih identifikasi konsep tersebut yang dimulai dari
sayang), berlangsung cepat, tanpa mendapatkan pengumpulan penafsiran kejadian-kejadian atau
orgasme di pihak wanita. Seks dijadikan bahan gambar-gambar teks, mencari pertentangan satu sama
dagangan sehingga benda/materi dan uang. Ada lainnya pada penafsiran teks tersebut, menjabarkan
pelepasan nafsu seks secara liar di dalam relasi seks penafsiran baru dari konflik-konflik yang terekam pada
tersebut dengan banyak orang. Bermula dari hal ini, teks dan terakhir adalah penentuan undécidable. Melalui
akan melahirkan suatu penelitian sederhana mengenai penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
eksploitasi seksualitas yang dialami para perempuan konsep différance, hierarki metafisik dan undécidable
tersebut di dalam prostitusi yang dikaji lewat Novel 50 pada teori dekonstruksi tentu sangat diperlukan untuk
Riyal Sisi Lain TKW Indonesia di Arab Saudi karya mengkaji lebih jauh mengenai isu eksploitasi seksualitas
Deni Wijaya. Dengan menguak gambaran eksploitasi pada penggambaran tokoh utama Bagas dan Dewi
seksualitas para TKW yang ditampilkan dalam novel dalam novel 50 Riyal.
tersebut melalui hubungannya dengan Bagas, serta
ideologi yang terbentuk melalui penggambaran HASIL DAN PEMBAHASAN
eksploitasi seksualitas tersebut.
Gambaran Eksploitasi Seksualitas para TKW yang
METODE Ditampilkan pada Hubungan Bagus dan Dewi dalam
Novel 50 Riyal Sisi Lain TKW Indonesia di Arab
Secara umum, pendekatan kualitatif digunakan dalam Saudi karya Deni Wijaya
penelitian ini. Terdapat dua sumber data yang
digunakan yakni sumber pokok dan sumber data Menurut Goenawan Mohammad (1981:1-14) terdapat
pendukung (Faruk, 2012: 40). Sumber data pokok disini tiga pola sikap dari sastra Indonesia terhadap persoalan
adalah novel 50 Riyal: Sisi Lain TKW Indonesia di seks dan cara penggambaran seks. Pertama, karya yang
Arab. Sedangkan sumber data pendukungnya adalah berusaha mempersoalkan seks tetapi tidak
referensi kepustakaan yang menunjang penelitian ini menggambarkannya. Kedua, karya-karya yang
yang berhubungan dengan teori dekonstruksi Jacques mempersoalkan seks dan menggambarkannya dengan
Derrida serta penelitian terdahulu. Teknik analisis data, cara “meneriakkan dengan keras-keras”, ketiga, karya
mengaplikasikan teori dekonstruksi ke dalam novel yang mempersoalkan seks sebagai bagian dari
untuk menemukan oposisi biner yang dihubungkan kehidupan manusia yang wajar dan menggambarkannya
dengan hierarki metafisik. Haryatmoko (2016) secara wajar pula. Dalam novel ini mengambil pola
menjelaskan mengenai bagaimana dekonstruksi Derrida yang kedua dan ketiga, mempersoalkan seks tetapi tidak
berkaitan dengan konsep liyan atau différence yang menggambarkannya serta mempersoalkan seks sebagai
mampu menciptakan makna baru yang sama sekali bagian dari kehidupan manusia yang wajar dan
berbeda saat dilakukannya pencabutan pada oposisi menggambarkannya secara wajar.
biner. Pada penjelasan lebih lanjut disebutkan pula
bahwasannya oposisi biner memiliki hierarki metafisik Seksualitas tidak akan pernah lepas dari konteks
yang apabila didekonstruksi akan menyingkap ideologi- masyarakat. Bahkan seksualitas dibentuk oleh
ideologi yang terkandung dalam bahasa yang masyarakat, bukan sesuatu yang alamiah yang seakan-
digunakan. Dalam menjelaskan hal tersebut, akan datang dari langit. Seksualitas lantas dipahami dan
Haryatmoko (2016) menggunakan contoh pernyebutan dimaknai dalam batasan dan bidang yang ditentukan
18
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
oleh masyarakat. Contoh yang paling jelas adalah hukum Islam berkaitan dengan seks ataupun adanya
definisi tentang pornografi. Pornografi adalah karya- usaha-usaha yang disengaja dari negara-negara tertentu
karya manusia berupa tulisan-tulisan, gambar-gambar, untuk melestarikan budaya nasionalnya meski
foto-foto, benda-benda pahat yang melanggar susila dan bertentangan dengan prinsip Islam. Menyebabkan masih
kesopanan agama, yang merangsang kehidupan seks banyak kaum Muslimin memahami dan mempraktekkan
pada waktu tertentu daripada norma-norma kondisi seks yang menyimpang dari norma Islam atau
setempat yang dapat merusak norma-norma masyarakat bercampur tahayul serta mistik. Kebodohan ini juga
dan akibat-akibat negatif yang disebarluaskan pers, berdampak pada praktek seks yang tidak sehat dan
televisi, dan film (Lesmana, 1995: 10). beresiko, baik mengancam kesehatan mereka, tatanan
sosial maupun agama (Marzuki Umar, 2001:14).
Dalam novel ini menceritakan beberapa tokoh, yaitu
Dewi, Yuyun dan Asmiati, yang menjadi TKW demi Pada bagian lain, masyarakat yang memiliki kombinasi
setumpuk riyal bukanlah profesi yang asing lagi. terbelenggu kemiskinan dan kebodohan juga ikut
Menjadi pekerja tanpa dokumen resmi dan bahkan, menambah corak tingkah laku seksual yang ada.
tanpa disadari, tidak mendapatkan gaji pun mereka Dengan motivasi ekonomi, belenggu prostitusi biasanya
sanggupi. Kisah-kisah para TKW yang dikerjai menjerat gadis-gadis dari golongan ini. (2001: 15).
majikannya sudah menjadi cerita basi. Novel ini Sehingga secara “dipaksakan” dapat mencapai puncak
mengungkap fakta kehidupan para Syarmuth (Pekerja kenikmatan seksual (orgasme) ternyata dapat terjadi
Seks) Indonesia yang sangat memprihatinkan. tanpa adanya rasa cinta di dalamnya. Dikarenakan
Bagaimana tidak, mereka cuma dihargai 50 Riyal atau mereka belum mengenal satu sama lain, namun, pada
setara dengan lima mangkok bakso. Bahkan mereka saat mereka melakukan aktivitas seksual tersebut,
juga kerap mengalami penipuan dan kekerasan dari para mereka bisa mencapai orgasme. Bila didekonstruksikan
pelanggannya. “Pelacur Indonesia di sana terlanjur secara psikologis, pada saat itu secara psikologis ia
dikenal sebagai barang murahan. Sampai-sampai (syarmuth) butuh perlindungan. Perempuan cenderung
melekat julukan melecehkan seperti abu khomsin yang menerima dan terkalahkan dengan sikap
dalam bahasa Arab artinya barang seharga 50 riyal,” pertentangannya.
(Wijaya, 2015: 38).
Beberapa alasan lelaki mengunjungi wanita tuna susila
Novel fiksi ini mengisahkan pahit getir perjuangan ialah mencari variasi dalam relasi seks, iseng, malu
hidup Dewi, seorang mualaf, dalam mencari melakukan relasi heteroseksual dengan wanita biasa,
penghidupan di negeri yang sering disebut Tanah Suci. istri tengah hamil atau bersalin, jauh dari istri karena
Di Jeddah, secara tidak sengaja, dia bertemu dengan melakukan tugas dan lainnya. Di samping itu, alasan
Bagas, seorang mahasiswa University of King Abdul perkembangan kebijaksanaan pada pekerja yang
Aziz yang juga berprofesi sebagai sopir taksi. Bagas semakin baik menjadi pendorong maraknya lelaki yang
adalah lelaki alim dan baik hati yang menolong Dewi menggeluti plesiran ini. (2001: 113). Seperti berikut ini
dari kejaran Abdullah. Mereka terlibat kisah cinta yang yang merupakan penggalan dialog saat Bagas sedang
sangat mengharukan dan dilematis, yang melibatkan kebingungan mencari teman dekatnya yang bernama
mucikari Mami Zulaikha, Yuyun dan Asmiati. Dewi sehingga memberanikan diri untuk mendatangi
tempat para Syarmuth bekerja meskipun dengan tubuh
Namun kenyataan pahit harus dia terima karena ternyata lunglai gemetaran. Apalagi Bagas merupakan sosok
kehidupan di Arab Saudi tidak semudah dan seindah pemuda yang alim dan juga menyandang status salah
yang dia bayangkan sebelumnya. Dia mendapatkan satu mahasiswa di University of King Abdul Aziz.
majikan kejam yang selalu berusaha untuk merenggut “Tenang, mbak. Saya booking dobel untuk satu hari
kehormatannya sampai dia terjerumus dalam dunia satu malam 400 riyal. Pokoknya langsung ku bayar
prostitusi hingga berurusan dengan polisi Saudi karena cash nanti, gimana? (Bagas membujuk Asmiati)”,
dituduh melakukan pencurian dan pembunuhan. “Sejak kapan dan kenapa memutuskan untuk
Akibatnya, dia harus mendekam di penjara dan berjuang berprofesi sebagai syarmuth di Jeddah? Lalu
untuk bisa terbebas dari jeratan hukuman pancung apakah tidak takut tertangkap oleh polisi setempat
pemerintah Arab Saudi. Dan di tengah pergulatan batin dan dijebloskan ke penjara? Apakah tidak ingin
yang keras, dengan segala cara, Bagas ingin pulang ke tanah air?” (Wijaya, 2015: 99).
membebaskan Dewi dari jeratan hukuman pancung.
Asmiati: “Aduuuhhh…Mas ini seperti tidak tahu
Dengan masih banyaknya penduduk dewasa di negara- saja, bagaimana nasib para TKW di sini. Lebih
negara Muslim yang buta huruf, minimnya pengetahuan banyak kisah sukanya, mas. Mulai dari disiksa,
19
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
diperkosa, melacur, bahkan sampai dihukum mati. Bagas: “hmmm…ada benarnya juga. Tapi..apa kamu
Mau gimana lagi... sudah terlanjur basah, ya mandi tidak ingin keluar dari sini?”
sekalian, mas. Siapa sih mas, orang yang mau Asmiati:“Aku terjebak dalam situasi sulit mas, aku
menjalani profesi ini…?” (Wijaya, 2015: 100). kabur dari majikanku dan menjadi kejaran polisi.
Dalam kondisi seperti itu, siapa sih yang tidak putus
asa dan khawatir... Mas, bayangkan bagaimana jika
Dari percakapan di atas merupakan penggambaran yang mas sendiri hidup di negeri orang tanpa ada dokumen
mendeskripsikan adanya aktivitas seksual antara resmi seperti visa ataupun paspor dan tidak mempunyai
Asmiati (Syarmuth) dengan para lelaki Arab yang mem- uang sepeser pun? Bahkan tidak mempunyai kerabat
booking-nya, dan Asmiati sudah terbiasa menjalaninya atau sanak saudara? Mas, bisa bayangkan itu? Pasti
sehingga terlihat dapat menikmati aktivitas seksual mas akan mengerti.”
tersebut, walaupun perbuatan yang dilakukannya itu “Satu lagi hal yang sangat aku sesalkan dan menambah
tidak sesuai dengan ajarannya dan seolah melupakan penderitaanku. Orang yang aku anggap sebagai dewa
tentang “berzina itu dosa” dengan yang bukan muhrim. penolong justru telah merenggut kehormatanku dengan
paksa dan menjualku kepada seorang mucikari. Lalu
Dalam novel ini menceritakan ketidakadilan yang apa yang bisa kulakukan? Siapa yang dapat
dialami oleh para TKW hingga berujung ke prostitusi menolongku dan mengeluarkanku dari sini?
karena mereka tidak dapat berbuat apapun di bawah Pemerintah?” (Wijaya, 2015: 101).
ancaman pihak yang lebih berkuasa atas diri mereka.
Seperti yang dialami Dewi, sebelumnya dia menjadi Perempuan adalah entitas yang cenderung rentan
seorang pembantu rumah tangga dengan majikan mengalami perlakuan diskriminatif karena kategori
perempuan yang sangat kasar dan selalu mencaci seksual dan konstruksi gendernya yang dianggap lemah
makinya, serta majikan laki-laki yang genit dan tidak dan tidak berdaya. Adanya konstruksi gender yang
beretika. Karena desakan situasi yang dialami, Dewi sekaligus memproduksi oposisi biner sering
melukai majikan laki-lakinya dan kabur, hingga menempatkan perempuan pada oposisi sebagai the other
akhirnya diculik oleh orang suruhan majikan atau liyan. Simone de Beauvoir dalam The Second Sex
perempuannya dan dijadikan sebagai syarmuth. memberikan perbedaan antara seks dan gender. Gender
Ketidakberdayaan Dewi memaksanya untuk diam dan berkaitan dengan other (dengan “O” huruf kapital) dan
tidak dapat berbuat apa pun untuk menyelamatkan seks berkaitan dengan other. Perbedaannya yaitu Other
dirinya sendiri. Tinggal di apartemen dengan sesama merujuk pada konsepsi eksistensialisme perempuan
TKW yang telah menjadi lama menjadi budak nafsu dalam arti yang sebenarnya. Sedangkan other merujuk
lelaki Arab. Melalui kehidupan para TKW yang bekerja pada konsep perempuan yang dipandang sebagai yang
di Arab, tergambarlah dengan jelas bentuk eksploitasi lain atau objek (Riyanto, 2011).
seksualitas yang terjadi pada mereka ketika orang-orang
yang memiliki kedudukan lebih tinggi dan berkuasa Menurut Tyson (2006: 259 dikutip dalam Haryatmoko,
dapat melakukan apa pun terhadap diri mereka, seperti 2016), langkah pertama yang dilakukan adalah mencatat
memaksa mereka menjadi pekerja seks atau syarmuth semua penafsiran yang ditawarkan teks dimana
untuk para lelaki hidung belang di Arab Saudi. Relasi ditemukan adanya gambaran eksploitasi seksualitas
kuasa disini sangat bermain dan berperan penuh dalam terhadap para TKW yang tergambar dalam hubungan
mengatur kehidupan para TKW yang terintimidasi oleh antara Bagas dan para TKW di Arab Saudi. Selanjutnya,
orang-orang yang berkuasa dan tidak memiliki hati Tyson (2006: 259 dikutip dalam Haryatmoko, 2016)
nurani, seperti Mami Zulaikha, padahal dia sendiri menyarankan untuk melihat pertentangan dalam
adalah orang Indonesia yang menikah dengan pria Arab, penafsiran tersebut. Menggunakan teori dekonstruksi,
Abdullah. Namun, hatinya tidak bergeming ketika maka ditemukan bahwa sejatinya hubungan tokoh
saudaranya sesama orang Indonesia mengalami tersebut memunculkan oposisi biner dimana
kesulitan yang justru diakibatkan oleh dirinya sendiri hitam/buruk adalah lawan dari putih/baik. Di sisi lain
yang notabene adalah seorang germo para syarmuth penafsiran hubungan keduanya juga memunculkan
Indonesia. adanya hierarki metafisik dimana Bagas menjadi
superior dan Dewi serta para TKW yang menjadi
Ideologi yang terbentuk melalui penggambaran syarmuth adalah inferior.
eksploitasi seksualitas para TKW dalam hubungan
Bagus dan Para TKW dalam novel 50 Riyal Sisi Lain Oleh karena itu, dapat dijelaskan bahwa ternyata
TKW Indonesia di Arab Saudi karya Deni Wijaya terdapat pertentangan oposisi biner dan hierarki
metafisik antara hubungan Bagas dan para TKW.
20
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Dikatakan demikian karena dalam teori dekonstruksi ekonominya. Pemerintah Indonesia menganggap bahwa
disebutkan bahwa oposisi biner dan hierarki metafisik para TKW adalah pahlawan devisa negara, namun,
perlu diusik untuk menghasilkan pemaknaan baru perlakuan pemerintah Indonesia terhadap para TKW
terhadap teks (Haryatmoko, 2016). Oleh karenanya yang membutuhkan bantuan tidaklah sesuai dengan
bagan tersebut menunjukkan bagaimana oposisi biner anggapannya. Merujuk pada hal tersebut, Bagas
hitam dan putih dengan hierarki metafisiknya dapat berupaya menolong para TKW yang terpaksa menjadi
bergerak saling silang. Hal ini terjadi karena syarmuth karena ulah Mami Zulaikha, meskipun harus
dekonstruksi tidak mempercayai pemaknaan mutlak mengorbankan nyawanya, terutama jika menyangkut
bahwasannya ada usaha pembebasan diri dari tentang Dewi, gadis pujaannya. Maka, analisa
eksploitasi seksualitas yang dialami Dewi dan para pemaknaan terkait adanya superioritas Bagas yang
TKW lainnya dengan usaha Bagas melalui gambaran dimanfaatkan untuk memanfaatkan para TKW karena
superioritas Bagas yang merupakan mahasiswa kebaikan dan ketampanannya tidak sepenuhnya benar,
Universitas King Abdul Aziz yang mendapatkan bahkan sebaliknya film ini ternyata tetap saja
beasiswa dari pemerintah Indonesia sedangkan Dewi menonjolkan superioritas orang yang berpendidikan
merupakan TKW yang tidak berdaya akan adanya seperti Bagas terhadap TKW. Analisa inilah yang
ancaman eksploitasi seksualitas dari mucikari Mami mengantarkan pada langkah terakhir yang disampaikan
Zulaikha. oleh Tyson (2006:259 dikutip dalam Haryatmoko,
2016) terkait penentuan undécidabilitas teks.
Merujuk pada langkah ketiga yang diajarkan Tyson
(2006:259 dikutip dalam Haryatmoko, 2016), Berdasarkan analisa dan temuan tersebut maka dapat
pemaknaan tersebut perlu dikaji kembali dengan melihat disimpulkan bahwasannya ideologi yang ditanamkan
konflik-konflik yang tercipta di antara hubungan Bagas dalam novel 50 Riyal berkaitan dengan diskriminasi
dan Dewi sehingga memunculkan penafsiran baru. pangkat atau status sosial yang dilakukan oleh orang-
Untuk menggali hal tersebut, ditemukan beberapa orang berkuasa di arab Saudi. Novel ini menyisipkan
percakapan dimana Bagas lebih banyak melakukan makna dimana superioritas masih memegang kendali
penghargaan dengan mengangkat status sosial para terhadap kehidupan kaum inferioritas di Arab Saudi,
TKW yang diwakili oleh Yuyun, salah seorang terutama di kalangan para TKW. Dekonstruksi telah
syarmuth asal Indonesia yang menjadi anak buah Mami membuktikan adanya politik teks pada novel tersebut
Zulaikha. Berikut adalah bukti-bukti percakapan yang yang memunculkan pemaknaan baru dimana kehidupan
terjadi antara Bagas dan Yuyun: TKW yang menjadi pekerja seks atau syarmuth dan
yang diexpose disini adalah bentuk pembelaan bagi para
“Kenapa kau menceritakan semuanya padaku, Yun? TKW tersebut bahwasannya menjadi syarmuth adalah
Apa kau tidak takut tertipu lagi?” goda Bagas untuk paksaan bagi mereka dan ketidakberdayaan yang
mencairkan suasana. mereka alami tidak dapat melepaskan diri mereka dari
“Kenapa harus takut? Aku percaya padamu kok, ancaman ini.
Mas. Justru aku mau bertobat karena kamu, Mas.”
Ucap Yuyun. Perempuan di tengah konstruksi ideologi patriarki
“Mbak, kalau mau bertobat jangan karenaku, tapi cenderung ditempatkan pada posisi sekunder dari
karena Allah.” Timpal Bagas. referensi primer (laki-laki). Gemelli (2008)
“Mas, tapi aku malu pada Allah. Masih mengungkapkan pemikiran dan studi Simone de
mungkinkah Dia memaafkanku. Dosa-dosaku Beauvoir tentang eksistensi perempuan yang absent.
sudah terlalu banyak, Mas.” Sesal Yuyun. Beauvoir memformulasikan konsep perempuan di
“Mbak, Allah itu Maha pengampun dan Maha tengah ideologi patriarki dipandang sebagai liyan
pemurah. Sebesar apa pun dosa kita, jika kita (other), laki-laki adalah norma, dan referensi primer;
benar-benar bertobat, maka Allah akan sementara perempuan dipandang sekunder, abnormal
mengampuni kita. Insya Allah. Pintu tobat terbuka sehingga perempuan hanya menjadi bagian dari relasi
bagi siapa saja.” kata Bagas menghibur. (Wijaya, laki-laki ketimbang sebagai entitas yang otonom dan
2015: 46). mempunyai peran yang inferior. Ungkapan de Beauvior
bahwa perempuan tidak dilahirkan tetapi “dicetak”
Berdasarkan bukti-bukti percakapan tersebut, ditemukan menunjukkan betapa perempuan sejak lama telah
bahwa Bagas sangat menghormati dan ingin membantu diperlakukan tidak adil oleh masyarakat. Perempuan
Yuyun sebagai TKW yang bekerja di Arab Saudi. tidak pernah ada sampai dia dibuat demikian. Artinya
Yuyun adalah satu dari banyak TKW asal Indonesia perempuan sudah lama teraniaya, terpenjara dan
yang bekerja di Arab Saudi demi memperbaiki kondisi terdepak dari keadilan yang luhur karena diposisikan
21
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
sebagai liyan (other) (Riyanto, 2011). Akan tetapi di Hal yang diungkapkan Freud itu seperti dari kutipan
satu sisi, seksualitas tidak semata-mata biologi atau Asmiati, “Ya mau gimana lagi, Mas! ku ikuti saja
tubuh, tetapi kombiansi antara struktur anatomi dan kemauan mereka… Tapi enak juga kok… hehe.”
psikologi. Menurut Sigmund Freud (2003: 115), Asmiati sambil tersenyum nakal, seolah ingin
perasaan nikmat dapat diperoleh melalui tindakan- menyembunyikan kegalauan hatinya. (Wijaya, 2015:
tindakan sederhana yang juga merupakan faktor 106).
pembangkit berahi.
“Mungkin juga aku akan sulit untuk keluar dari sini?” Mereka (Syarmuth), dengan keadaan yang terpaksa
kata Asmiati. seperti itu, menjalani semua itu dengan ‘perasaan
“Kenapa sulit?” Bagas. senang’ tanpa memikirkan dosa yang akan mereka
“Aku masih terlilit utang sama Mami. Mungkin tanggung. Meskipun dalam hati kecil mereka ingin
selamanya takkan bisa membayarnya.” melakukan pemberontakan yang terjadi pada dirinya.
“Utang apa sih?” lanjut Bagas. Dan bagi mereka pemerintah hanya mengutamakan
“Kata Mami, utangku padanya sangat banyak termasuk devisa negara saja daripada memperhatikan rakyatnya.
semua fasilitas yang kugunakan di sini juga harus ku Asmiati menganggap bahwa pemerintah khususnya
bayar. Belum lagi bayaranku harus dipotong oleh Mami dengan beberapa oknum di dalamnya adalah seseorang
dengan berbagai alasan ini dan itu,” jawab Asmiati. yang munafik dengan mengandalkan atas nama agama
(Wijaya, 2015: 101). semata.
“Sudahlah Mas, tidak perlu dibahas hal itu. Aku di sini Dengan sudah membudayanya seksualisasi di segenap
yang penting kerja sesuai perintah Mami. Aku tak mau kehidupan, menyebabkan ajaran hijab mendapat
cari masalah dengannya. Semua sudah terlanjur. Nasi penilaian yang bermacam-macam. Mulai dari Arabisasi
sudah menjadi bubur. Entahlah sampai kapan aku akan bangsa lain hingga tuduhan memenjarakan hak dan
di sini. Mungkin hanya waktulah yang akan menjawab kebebasan wanita. (2001: 187).
semuanya, sebenarnya aku rindu keluargaku. Aku rindu “Eh…tapi apa kamu tidak takut dosa dan hukuman
anakku yang masih balita. Aku rindu canda tawanya Tuhan? (Tanya Bagas)”.
yang menggemaskan..mungkin sekarang dia sudah
besar (meneneteskan air mata). Mas, aku ingin Asmiati menjawab dengan muka sedih dan tertunduk,
pulang.(sambil meneteskan air mata),” lanjut Asmiati. “Untuk urusan Tuhan... Aku sebenarnya tidak terlalu
(Wijaya, 2015: 102). suka, mas. Itu hal yang sangat pribadi dan sensitif bagi
semua orang,” lanjutnya, “Semua orang selalu merasa
“Yang sungguh menyakitkan, Syarmuth asal Indonesia benar atas keyakinan mereka Mas. Biasanya masing-
sering kali mendapatkan cemoohan, menganggap kami masing merasa paling benar. Kalaupun salah, mereka
ini seperti barang murahan. Bahkan seperti gak ada akan berusaha mencari pembenaran atas keyakinannya.
harganya sama sekali… Mereka sering kali berbuat Bahkan kadang mengatasnamakan Tuhan, atas
curang dan kasar kepada kami,” lanjut Asmiati. perbuatan kasar yang mereka lakukan. Mungkin yang
(Wijaya, 2015: 103). mereka lakukan telah benar. Tetapi caranya salah, Mas.
Itu sering terjadi di sini. Kami sering terjaring razia
Profesi yang dipilih Asmiati sebagai pelacur oleh oknum yang mengatasnamakan kebenaran Tuhan,
membawanya pada kesadaran diri atas otoritas dan tapi justru mereka sendiri yang menodai kesucian
harga dirinya secara harfiah. Ia bertemu dengan makna Tuhan,” (Wijaya, 2015: 106-107).
menjadi perempuan di tengah budaya patriakal yang
membuatnya selalu mengalami kekerasan sepanjang Tetapi di sisi lain, temannya yang bernama Dewi, sangat
hidupnya ketika memutuskan untuk mengadu nasib tidak menyukai mengenai hal itu. Beda dengan Asmiati
sebagai TKW di Arab Saudi. Ia sama sekali tidak yang lambat laun telah terbiasa. Bagi Dewi lebih baik
memiliki hak atas tubuhnya karena terjerat di posisinya mati bunuh diri daripada harus mempertahankan harga
sebagai seorang perempuan yang memang harusnya diri dan keperawanannya pada para lelaki di negeri yang
menerima apapun yang terjadi pada dirinya, ikhlas dan kental dengan ke-islaman-nya tersebut. Dewi
tidak menentang. Faktor kemiskinan menyebabkan menginginkan untuk bisa kembali ke kampung
seseorang membebaskan diri dari larangan sosial halamannya jika ada kesempatan pada dirinya.
dengan menampakkan rasa ketidakberdayaan secara
sosial ekonomi (Marzuki Umar, 2001). Dengan pertolongan dari Bagas yang telah
membebaskannya dari dunia prostitusi tersebut dan
fitnah yang keji dari Mami Zulaikha yang telah
22
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
membawanya ke dunia tersebut, akhirnya Dewi bisa Barker, C. 2000. Cultural Studies: Theory and Practice.
pulang ke kampung halamannya yakni di Sumba, NTT, London: Sage Publication.
Indonesia. Menurut Dewi, lebih baik pulang ke Barry, Petter. 2010. Beginning Theory: Pengantar
kampung halaman daripada kerja dari TKW dengan Komprehensif Teori Sastra dan Budaya.
iming-iming Riyal tetapi tidak sesuai yang Yogyakarta: Jalasutra.
diharapkannya. Ini seperti yang dikatakan oleh Faruk. Butler, J. 1990. Gender Trouble: Feminism and
Subversion of Identity. New York and London:
Namun, makna ketimpangan itu hanya terbangun ketika Routledge.
misalnya wanita dan studi wanita menggunakan tolak Chasanah, Ida Nurul. 2005. Eksploitasi Seksualitas
ukur dunia lelaki, materialisme. Ketika wanita Dalam Novel Mahadewa Mahadewi: Analisis
bersikeras menolak materi sebagai tolak ukur kehidupan Dekonstruksi Gender. Penelitian: Universitas
dan segala bentuk kebahagiaan, ketergantungannya pada Airlangga.
lelaki pun lenyap. Lelaki tidak dapat menggunakan Chasanah, Ida Nurul. 2002. “intertekstualitas Fiksi dan
hartanya untuk menguasai wanita. Sumber kekuasaan Sains dalam Novel Supernova: Ksatria, Putri,
wanita bukan pada harta, tetapi pada rasa, cinta, dan Bintang Jatuh karya Dee: Tinjauan
moralitas. Ketika wanita menolak materi sebagai tolak Semiotik” SKRIPSI. Surabaya: Universitas
ukur kebahagiaan, Ia tak perlu bergentayangan di luar Airlangga.
rumah sehingga dapat pula terhindar dari segala bentuk Creswell, J. W. 2003. Research Design Second Edition.
ancaman pelecehan dan kekerasan laki-laki. Wanita London: Sage Publication.
yang tetap tinggal di rumah tidak akan ternista, tidak Eckert, P., & Ginet, M.C. 2003. Language and Gender.
akan gagap, dan merasa terancam (Faruk, 2001: 152- Cambridge University Press.
154). Faruk. 2001. Women Womeni Lupus. Magelang:
Indonesiatera.
KESIMPULAN Fakih, Mansoer. 1997. Analisis Gender dan
Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Berkaca dari hasil analisis pada bab sebelumnya, maka Pelajar.
dapat disimpulkan bahwa novel 50 Riyal ini Freud, Sigmund. 2003. Teori Seks. Yogyakarta: Jendela.
menonjolkan gambaran sosial masyarakat Arab yang Fromm, Erich. 2002. Cinta Seksualitas Matriarkhi
masih cenderung kuat terhadap superioritas status sosial Gender. Jakarta: Fajar Pustaka Baru.
dan pendidikan. Dari gambaran novel tersebut, Habermas, Jurgen. 1973. Theory and Practice. Beacon
penggambaran tokoh Bagas yang seorang mahasiswa Press:Boston.
memiliki kedudukan tinggi dan disegani di lingkungan Haralambos and Holborn. 2000. Sosiology: Themes and
tempat tinggalnya. Berbeda dengan para TKW yang Perspective. London: Harper Collins Publisher
tidak berpendidikan dan hanya dapat mengerjakan Limited.
pekerjaan kasar seperti buruh atau pembantu. Bahkan Haryatmoko. 2016. Membongkar Rezim Kepastian:
banyak di antara mereka sampai terjerumus ke lembah Pemikiran Kritis Post –Strukturalis. Yogyakarta:
hitam prostitusi di Arab. Oleh karenanya, dapat PT Kanisius.
disimpulkan bahwasannya problematika yang terjadi Lesmana, Tjipta. 1995. Pornografi dalam Media Massa.
pada para TKW di Arab Saudi tidak terlepas dari Jakarta: PuspaSwa.
tanggung jawab Pemerintah Indonesia dalam Mohammad, Goenawan. 1981. Seks, Sastra, Kita.
melindungi warga negaranya. Ideologi inilah yang Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
terbentuk di Arab Saudi mengenai TKW asal Indonesia Riyanto, A. 2011. Aku dan Liyan Kata Filsafat dan
mengenai pekerja seks tidak dapat terlepas dari kondisi Sayap. Malang: Widya Sasana Publication.
dan situasi sulit yang mereka alami karena majikan yang Sa’abah, Marzuki Umar. 2001. Perilaku Menyimpang
tidak manusiawi dan orang-orang yang tidak dan Seksualitas Kontemporer Umat Islam.
bertanggung jawab dalam memanfaatkan situasi ini. Jogyakarta: UII Press.
DAFTAR PUSTAKA
23
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Gender dan Identitas: Representasi Sosial Perempuan Dalam Kumpulan Cerpen Wanita
Muda Di Sebuah Hotel Mewah
Abstrak PENDAHULUAN
Fenomena diskriminasi terhadap perempuan, Latar Belakang
kemiskinan, krisis ekonomi dan kekuasaan uang,
bentuk fenomena yang saat ini marak terjadi dalam era Kekuatan politik kekuasaan, politik uang menjadi
modernisasi. Hamsad Rangkuti dalam kumpulan sebuah fenomena yang tidak bisa dibendung lagi
cerpen yang berjudul “Wanita Muda di Sebuah Hotel keberadaannya sehingga membuahkan budaya
Mewah” merupakan sebuah karya yang mengusung patriarki. Budaya ini, tidak mengakomodasikan
gender dan mewakili adanya fenomena tersebut kesetaraan, keseimbangan, sehingga perempuan
dimana banyak memberikan pemahaman tentang menjadi tidak penting untuk diperhitungkan.
permainan kuasa uang. Permasalahan kemiskinan, Tujuan dari penelitian gender dalam kumpulan cerpen
yang ternyata bisa lebih nyaring dari berita politik yang “Wanita Muda di Sebuah Hotel Mewah” karya
biasa dilihat di televisi atau kita baca di surat kabar Hamsad Rangkuti adalah mendorong kesetaraan
merupakan sebuah problema dan perempuan gender dan menunjukkan adanya diskriminasi terhadap
digunakan sebagai objek eksploitasi dalam praktiknya. wanita karena politik uang yang marak terjadi. Wanita
“Wanita Muda di Sebuah Hotel Mewah” untuk menjadi bentuk eksploitasi paling rentan dan
mengungkap adanya fakta politik uang dan kekuasaan digantikan dengan uang sebagai solusi untuk
pada era modernisasi melalui identitas gender sebagai membungkamnya. Sehingga peran wanita tidak
bentuk perwakilannya. Untuk mengetahuinya, memilki kuasa 1 atas politik uang tersebut.
penelitian ini menggunakan teori analisis wacana kritis
yang dijalankan dan dioperasikan melalui wacana Permasalahan Politik uang yang terjadi dalam
fairclough (1998). Teori gender Freud tentang Otoriter kumpulan cerpen “Wanita Muda di Sebuah Hotel
Seks juga digunakan dalam mengetahui peran kuasa Mewah” di antaranya adalah karena adanya
wanita terhadap arena politik kekuasaan dan kemiskinan, uang yang selalu berkuasa untuk membeli
seksualitas. Metode yang digunakan dalam seksualitas, jabatan, dan masalah hak- hak wanita yang
pengumpulan data adalah studi pustaka dibantu dengan terus terpinggirkan.
teknik catat kemudian dilakukan analisa deskriptif
untuk mencari keterkaitan antarunsur sehingga Secara umum, sudah terjadi permainan kuasa, hal
diperoleh simpulan makna cerpen Hamsad Rangkuti tersebut tidak terlepas dari uang dan ketimpangan
yang terkandung didalamnya berdasarkan gender, meskipun melalui kumpulan cerpen, tulisan
karakteristik. Adapun karakteristik terdapat dominasi Hamsad ini merupakan perwakilan dalam
isu gender yang mengarah pada diskriminasi menyuarakan realitas yang saat ini benar-benar terjadi
perempuan karena faktor kemiskinan, politik dan di masyarakat. Persoalan uang yang digunakan untuk
kekuasaan uang. Kekonsitensian unsur mengarahkan mewakili simbol politik, permasalahan uang dan
pada kesimpulan bahwa Hamsad Rangkuti berusaha permasalahan seksualitas dengan wanita sebagai objek
menampilkan pola cerita melodrama akan adanya eksploitasiyang tidak bisa terlepas dari adanya relasi
kekuasaan uang dalam mendominasi kehidupan dan kuasa tersebut. Dari adanya semua permasalahan
menghadirkan budaya modernitas. tersebut maka perlu diadakan kajian tentang permainan
politik uang, peran gender wanita dan kemiskinan yang
Kata Kunci: Gender, Cerpen, Representasi, Identitas tidak memiliki kuasa untuk berbicara maupun
kekuasaan, Politik. melawan.
1
Stereotip perempuan tradisional tidak mengenal maskulinitas, yakni ketegaran, kekuatan, dan kemampuan
kekuasaan, kefemininan juga tidak memuat ketegaran, keperkasaan, mempengaruhi orang lain. Penguasa harus selalu menampakkan
atau ketegasan yang merupakan unsur inti kekuasaan. Stereotip ketegaran, kekuatan, dan kemampuan mempengaruhi orang lain.
klasik mengenai perempuan dan kefeminan tidak mencantumkan Hal ini termuat dalam buku Perempuan dan Politik, Siti Musdah
gagasan kekuasaan, dan meskipun kondisi telah berubah, stereotip Mulia, (Jakarta: Gramedia Pustaka), hlm 3-5.
tersebut sulit dihilangkan. Kekuasaan selalu identik dengan
24
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Terdapat hal yang menarik dalam penelitian kumpulan cerpen, atau novel, (4) medan wacana teks/wacana
cerpen Hamsad Rangkuti ini, ada beberapa tahapan kritis,tentukan setiap wacana yang mengandung hal-
untuk menemukan karakteristik gender yang hal yang kritis yang akan dianalisis, (5) subjek
digunakan untuk membongkar politik uang, penceritaan, tentukan siapa yang menjadi subjek
kekuasaan, kemiskinan merupakan gambaran secara penceritaannya, (6) objek penceritaan, tentukan siapa
langsung problematik yang terjadi pada masyarakat yang menjadi objek penceritaan, (7) deskripsi bahasa,
saat ini. Hamsad Rangkuti begitu nyaring dalam tentukan makna dari deskripsi bahasa, baik diksi, frase,
menyuarakan adanya problematik tersebut. Terdapat klausa, kalimat, dan gaya bahasa, (8) interpretasi,
beberapa tahapan unsur dalam menemukan makna.
keseluruhan makna yang diinginkan yaitu adanya
wanita yang selalu lemah dalam bayang-bayang Penelitian ini pernah dilakukan oleh Yoce Aliah Darma
kekuasaan dan kemiskinan yang tidak muncul ke (2009), yaitu model yang diadopsi dan dimodifikasi
permukaan untuk menyuarakan penderitaan maupun dari model Sara Mills (1997) dan Norman Fairclough.
ketimpangan sosial yang dihadapi. Kemudian dari kedua model ini dibuat satu model yang
diperkirakan akan lebih representatif dalam mengupas
Wanita selalu berada dalam dikotomi otoriter 2 dalam masalah ideologi gender dan kekuasaan politik uang.
perangkap kekuasaan baik yang disebabkan karena Model ini diambil berdasarkan kenyataan bahwa
pengaruh laki-laki maupun uang. Problematik dalam wacana cerpen berideologi gender dan kekuasaan
permasalahan ini adalah terletak pada bagaimana politik uang akan dapat dikupas dengan lebih
seorang wanita dijadikan sebagai alat untuk mendalam. Kedua model di atas merupakan bahan
menghasilkan uang, bentuk eksploitasi dari adanya inspirasi untuk membuat model AWK versi baru yang
serentetan konflik kemiskinan, politik, budaya, disebut AWK Ideologi Gender (AWKIG) versi Yoce
ekonomi. “Wanita” menjadi sebuah objek Aliah Darma. Model ini diharapkan akan lebih
penggambaran terhadap adanya kaum yang lemah dan bermakna dalam mengkaji wacana-wacana yang kritis.
minoritas yang kapanpun siap untuk dijadikan bentuk Cara menentukan teks atau wacana kritis yang akan
eksploitasi paling mudah 3. dianalisis; (1) menentukan teks atau wacana kritis yang
Problem-problem permasalahan kekuasan uang yang akan dianalisis; (2) menentukan subjek penceritaan; (3)
menjadikan wanita masuk dalam objek yang terdalam menentukan objek penceritaan; (4) menentukan
ketika harus dihadapkan dalam kesulitan ekonomi, deskripsi bahasa; (5) menentukan interpretasi jenis
gaya hidup, dan tuntuntan untuk selalu tampil dalam ideologi gender; (6) menentukan eksplanasi
kemapanan. Ada bentukan budaya baru akan ketidakadilan gender 5.
kekuasaan uang yang begitu mendominasi. Budaya
modernitas 4 untuk uang, ideologi akan adanya uang
dan kekuasaan dalam melibatkan wanita dalam
membentuk kebudayaan baru hal inilah yang akan
dibahas melalui teori Analisis Wacana Kritis dan teori
pendekatan gender Freud tentang Otoriter Seks.
2
Karakter otoriter, yang relasinya dengan orang lain dibatasi harapan yang akhirnya membuat wanita menyerah hingga kehilangan
akan kekuasaan dan dominasinya, memperlihatkan karakteristik ideologi dan kehormatan.
yang sama juga dalam tingkah laku sesksualnya. Yang terpenting 4
Budaya Modernitas: Bahwa budaya ini menyatukan adanya sebuah
adalah kepuasaan seksualnya, meskipun pasangan seksnya sistem produksi global dengan sebuah sistem kontrol yang ketat.
menderita kesakitan fisik dan emosional. Otoriter kekuasaan seks Yang harus dicatat adalah bahwa sistem produksi global ini memilki
menjadi bentuk dominasi dalam menindas hak-hak permpuan untuk empat dimensi utam: Idustralisasi, kapitalisme, perang dan
bersuara dan menolak. Hal ini termuat dalam buku Cinta, Seksualitas pengawasan atas semua asmpek kehidupan sosial. Hal ini dalam
dan Matriarki. (Erich Fromm, yogyakarta: jalasutra hlm170-171) buku Dadi Wong wadon, Risa Permanadeli ( Yogyakarta: Pustaka
3
maksud ekploitasi paling mudah yakni wanita cenderung Ifada), hlm, 4-5.
menyerahpada dogma dan kondisi tekanan sosial yang ada seperti 5
Jurnal ideologi gender dalam karya sastra indonesia (Penelitian
halnya tekanan ekonomi, tekanan kekuasaan, dan tekanan lainnya fundamental). Yoce Alih Darma, DKK. Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Uhamka.
25
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
26
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Sebagai orang miskin tentu saja, Tukimin begitu Seorang wanita muda datang ke sebuah hotel mewah
menginginkan uang dan bayang-bayang untuk di pusat kota. Dia duduk di lobinya, sampai petugas
mendapatkan uang begitu menguasai dirinya. Daya hotel datang dan bertanya: Apakah Nona memerlukan
imajinasi telah membawa pola pikirnya melebihi kamar, Atau Nona ingin menemui seseorang? Wanita
kesadaran yang sesungguhnya, melewati bayang- itu memandang ke petugas hotel itu dan berkata dengan
bayang realitas sosial menuju realitas ekonomi, pada pasti: Tidak, aku tidak memesan kamar. Dia menarik
tahap inilah kekuasaan uang menjadi praktik paling ujung rok dan memperlihatkan betisnya. Aku hendak
nyata dalam mendominasi kehidupan. menjual diri, Aku ingin ada orang membeli diriku, hari
ini, pada saat kami memerlukan uang, aku ingin
Nilai kuasa pada uang sepuluh ribu rupiah: menjual diri.
“Matanya seperti menyapu seluruh permukaan air dari “Cobalah, Tawarkan diriku. Aku muda, cantik, masih
tepi ke tepi. Dia melihat kotoran manusia hanyut. Dia suci, dan bisa merangsang, Berapa harga yang kau
melihat celana dalam wanita hanyut. Balon-balon pinta? Tergantung mereka berani berapa?
tidak berudara, popok bayi. Bekas pembalut wanita.
Sandal jepit. Sepatu tentara. Peci lusuh. Potongan Wanita itu menarik lebih tinggi ujung bajunya. Petugas
karcis. Puntung-puntung rokok. Kaleng-kaleng, hotel itu pergi mengetuk kamar tamu-tamunya.
kantong semen, Goni, Kardus-kardus bekas kemasan
alat elektronik, sampah pohon, dahan patah, papan “ Sungguh? “ kata mereka.
peti sabun, bangkai tikus, bangkai anjing, bangkai “Sungguh?” kata petugas hotel itu.
ayam, bangkai kucing, pelepah pisang, dan lembaran “Lima puluh ribu! Bawa masuk kekamarku
uang sepuluh ribu rupiah.” (Hal 44) “Dan sedikit tip untukku, Tuan?”
“Bawa masuk! Aku tidak pernah lupa memberi tip,
“Tugimin melompat terjun menangkap lembaran uang petugas hotel itu datang kepada wanita muda itu.
sepuluh ribu rupiah. Ia dapat menggenggam lembaran “ Ada seorang tamu yang mau kepadamu. Dia berani
uang sepuluh ribu rupiah. Ia memegangnya erat-erat. dua puluh lima ribu.
Ia takut uang itu lepas dari tangannya. Tetapi ia tidak “Cuma segitu? Alangkah murahnya! Tidak adakah
takut nyawanya lepas dari tubuhnya.” (hal 44) yang berani membayarku lebih tinggi? (hal: 136)
“ Orang bercerita, para petugas terpaksa memotong Tindakan petugas hotel tersebut, telah melakukan
jari-jari mayat itu dengan gergaji besi, supaya para politik uang dimana seharusnya si wanita muda
petugas polisi kriminal bisa dengan mudah mengambil mendapatkan uang lima puluh ribu rupiah, namun
uang sepuluh ribu rupiah itu untuk dijadikan barang dimanipulasi menjadi dua puluh lima ribu rupiah.
bukti. Sebab kalau jari-jari itu tidak digergaji, kata
kabar itu lagi, uang sepuluh ribu itu akan menjadi Ideologi kekuasaan dan Politik Uang
robek.” (hal 46)
Sebagai seorang petugas hotel, tentu harus melakukan
Teks di atas merupakan representasi bahwa ideologi pelayananan yang terbaik bagi para pengunjung hotel
uang begitu berkuasa dalam mendominasi cara dan tamu-tamu yang datang. Hal ini sudah diperankan
pandang seseorang. Meskipun harus berbalut dengan dengan baik oleh petugas hotel, ketika harus bertanya
kotoran, dengan bangkai, Tugimin tidak kepada seorang wanita muda. Namun wanita muda
mengurungkan niatnya untuk melompat ke dalam tersebut justru menjawab bahwa dirinya ingin menjual
aliran sungai yang sangat deras. Kenekatan inilah yang diri. Hal inilah yang membuat si petugas harus
membuat tokoh Tugimin akhirnya rela untuk menawarkan wanita itu kepada satu persatu
kehilangan nyawanya, hanya demi mendapatkan uang pengunjung hotel, hingga menemukan harga tertinggi
sepuluh ribu rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa uang dan tidak lupa dari setiap dirinya menawarkan harga
sepuluh ribu rupiah telah mensubordinasi cara pandang selalu meminta tip, dan muncullah harga tertinggi dari
Tugimin dalam realitas kehidupan. Uang sepuluh ribu harga-harga lain yang telah ditawarkan, anehnya dari
rupiah tidak hanya berarti untuk Tugimin, namun uang setiap tawaran petugas itu selalu mengatakan kepada si
sepuluh ribuah juga berarti untuk pihak kepolisian wanita muda dengan harga separuh dari harga aslinya.
sebagai bentuk barang bukti. Arti kekuasaan sepuluh Petugas hotel itu pun pergi mengetuk pintu kamar-
ribu rupiah untuk kehidupan seseorang dan sepuluh kamar tamu.
ribu rupiah untuk sebuah bukti dalam ranah hukum. “Baru ada yang menawar lima puluh ribu. Wanita itu
tidak mau.
“Cerpen Wanita Muda disebuah Hotel Mewah” “Aku mau pada penawaran yang tertinggi, seratus
ribu .”
27
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Jika sering kita lihat politik uang dalam dunia Cerpen wanita muda disebuah hotel mewah merupakan
kampanye, dan politik uang dalam birokrasi cerpen yang problematis dimana terdapat praktik
pemerintahan, maka saat dalam teks tersebut seksualitas, ideologi gender dan kekuasaan uang
diperlihatkan adanya politik uang dalam ranah didalamnya. Melihat fenomena seorang wanita muda
seksualitas. Politik uang telah menjadi fenomena baru rela menjual keperawanannya hanya karena tidak
dalam masyarakat, yang seolah nampak biasa mempunyai uang.
dilakukan. Wabah politik uang ini sendiri ternyata “Aku mau harga yang tertinggi”
tidak hanya terjadi pada pejabat-pejabat negara namun “Berapa itu?” Kata tamu hotel itu, “Berapa Tuan
juga masyarakat dari lapisan terkecil. Uang telah Katan?” kata Wanita itu.
membuat rasa nyaman kepada seseorang, hingga “Bawalah masuk, Tuan. Katakanlah di dalam!” Kata
melanggengkan adanya kekuasaan ingin menimbun petugas hotel itu.
sebanyak-banyaknya uang. “Mari masuk,” kata tamu hotel itu sambil merangkul
wanita itu,
Ideologi Feminis dalam seksualitas “Katakanlah!” kata wanita itu lagi.
“Akan kukatakan di dalam.”
Ideologi seksualitas adalah ideologi yang muncul “Wanita muda itu masuk ke dalam kamar hotel mewah
ketika hasrat akan seks muncul, ideologi tersebut itu. Petugas hotel itu menutupkan pintu kamar. Dia
bukan hanya dipengaruhi oleh adanya faktor biologis pergi ke lubang rahasia. Dia intip wanita muda itu dan
namun lebih kepada faktor kebutuhan lainnya, tamu hotel itu. Dia lihat kedua orang itu tawar-
misalnya kebutuhan fisik maupun kebutuhan ekonomi. menawar. Tetapi dia lihat wanita muda itu
menanggalkan sepatunya. Dia buka rok bawahnya.
Wanita muda yang rela menjual dirinya karena dia Dia lepas penutup buah dadanya. Dan semua kesucian
membutuhkan uang. itu telah dilihat oleh petugas hotel itu.(Hal 142)
“ Aku hendak menjual diriku, hari ini, pada saat kami
memerlukan uang. Aku ingin menjual diri!” (hal: 133) Melalui teks di atas dapat dilihat kekuasaan bertindak
“ Apa yang kau jaul?” , “Kau Jual dirimu, Anakku?” untuk menawarkan nilai seksualitas dalam praktiknya.
( hal : 143) Kekuasaan dan hasrat berkaitan dengan cara yang lebih
28
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
rumit dan lebih bersifat kodrati daripada permainan sukri merasa dihianati. Keputusan sumarni menerima
antara di satu pihak, suatu energi liar, alami dan hidup, pria lain karena harta dan kekayaan yang dimilikinya,
yang naik terus-menerus dari bawah dan, di pihak lain, sementara sukri adalah pemuda miskin yang hanya
suatu perintah dari atas yang berusaha mampu untuk mengobral janji.
menghalanginya. Tidak perlu mereka-reka bahwa
hasrat ditindas, mengingat bahwa hukum pembentuk “Perempuan busuk! Kau cepat menjadi lain. Kau
hasrat dan kekosonganlah yang menegakkannya. cepat melupakan dekapanmu pada diriku. Kau pandai
Hubungan kekuasaan memang hadir dimana hasrat mempermainkan lelaki. Aku tidak mengira, kau sejahat
hadir, jadi konteks sesksualitas yang hadir dalam itu. Memandang manusia itu dari benda-benda.
memenuhi kebutuhan ekonomi bukan penindasan Beberapa hari yang lalu kau masih Sumarni, tetapi
terhadap kaum wanita, namun lebih keluar dari beberapa hari kemudian, begitu disentuh benda-
kebutuhan utamanya. Dalam hal ini hasrat yang terjadi benda, kau telah mejadi lain. Aku tidak sudi kekasihku
adalah adanya nilai kekuasaan dalam memiliki uang. jatuh ke pelukan orang lain. Aku akan menyudahi!”
(Hal: 175).
Budaya Modernitas
Dalam teks tersebut terdapat adanya problematik
Dalam cerpen wanita muda di sebuah hotel mewah percintaan antara sumarni dan kekasihnya, sumarni
diungkap bahwa terjadi proses modernitas dalam cenderung memilih harta dan benda-beda mewah
kehidupan si tokoh wanita. Ketika dirinya terdesak dibandingkan dengan kesetiaan cinta terhadap sukri.
untuk mendapat uang dan memenuhi kebutuhan Representasi tokoh sukri menganggap sumarni wanita
ekonomi, si wanita muda cukup datang ke hotel dan busuk karena lebih memilih harta yang mampu
meminta petugas hotel untuk mencarikan siapa yang merubah kepribadian pada dirinya.
mau membeli keperawanannya. Mudahnya bekerja
sebagai pekerja seks komersial saat ini, pergi ke hotel Praktik seksualitas, ideologi Gender dalam
dan akan mendapatkan uang yang diinginkan. membongkar kekuasaan uang
“Aku ingin menjual diri! Apakah kau bisa mencarikan
pembeli?” Praktik seksualitas dalam perannya menjadi kegiatan
“Kami menawarkan kepada tamu-tamu kami, wanita- paling praktis dalam memenuhi tingkat kebutuhan,
wanita yang telah terpakai. Wanita-wanita khusus cara singkat inilah yang dipilih kebanyakan wanita
untuk itu. Kami tidak pernah menawarkan gadis suci hingga rela menjual harga diri dan kesetiaan, dalam
seperti Anda. praktik tersebut unsur keluarga juga menjadi peran
“Cobalah. Tawarkan diriku. Aku muda. Cantik. Masih pembentuk didalamnya.
Suci. Dan bisa merangsang.” (hal 133-135) “Ayah sumarni keluar dari ruang dalam”
“Sukri ! Jaga mulutmu, kau ini apa-apaan. Pemuda
Budaya modernitas saat ini tidak hanya bergerak tanpa modal. Jangan kau permainkan anakku. Apa
menuju kemajuan yang lebih positif, namun juga ke yang telah kau beri ke depannya sebagai rasa kasih
arah sistem yang negatif, karena sistem kapitalis yang dan cintamu? Datang hampir tiap malam dengan janji-
begitu menjajah masyarakat kita, serta konsep jani. Jangan kau memberi harapan-harapan yang
kesetaraan akan kemiskinan yang meliputi kesehatan, tidak pasti kepada kami. Pergi kau! Biarkan anakku
pendidikan, hak untuk makan, hak untuk hidup yang mencari jodoh yang lebih sempurna daripada kau.
selalu dijajah dengan kekuasaan uang. Hotel telah “ Orang tua terkutuk! Mata duitan. Apa bedanya kau
berubah fungsi dalam budaya modernitas saat ini, tidak dengan orang lain kalau kau berfikir seperti itu?
ubahnya tempat prostitusi yang menyediakan wanita Anakmu ingin kau jual belikan?”
pekerja seks komersial untuk para tamunya. Kekuasaan “Dia punya skuter. Dia punya modal untuk anakku,
uang telah melahirkan adanya budaya modernitas. dan kau? Hanya janji-janji yang tidak terbukti.”
“Kalau begitu, kau adalah orang tua yang memandang
“Sukri Membawa Pisau Belati” benda-benda.”
“Semua orang tua akan bersikap begitu untuk
Ikhtisar Cerpen kebahagiaan anak gadisnya.” (hal 175-178)
Sukri adalah kekasih sumarni, namun sumarni tidak Unsur kekayaan atau unsur materi selalu muncul
mengakui bahwa sukri adalah kekasihnya terjadi dengan adanya naluri sebuah keinginan dan hasrat,
konflik dalam kisah percintaan keduanya. Pada unsur ini tidak peduli jika harus menyimpang dari
akhirnya sukri mengakhiri nyawa sumarni karena adanya norma dan kesetiaan, relasi pengaruh kekayaan
kecemburuannya dengan pria lain yang datang ke begitu kuat dalam mempengaruhi tingkah laku
rumah sumarni membawa skuter dan ingin melamar seseorang, hal tersebut terlihat jelas dalam teks diatas.
sumarni. Niat pria lain tersebut diterima dengan baik Dimana seorang ayah sumarni tidak malu mengatakan
oleh sumarni dan keluarganya, sehingga membuat bahwa keluarganya lebih memilih kekayaan yang ada
29
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pada diri si pemuda dari pada sukri yang miskin. Budaya modernitas dalam cerpen tersebut mengarah
Bentuk problematik inilah yang kembali dimunculkan pada budaya modernitas pada keinginan atau hasrat
yang hampir memiliki kesamaan dengan problem Siti dalam memiliki sesuatu barang-barang mewah dan
Nurbaya yang akhirnya terjadi konflik pembunuhan berharga. Dengan budaya inilah banyak wanita saat ini
karena adanya cinta yang ditengarai oleh materi, begitu berlomba memilikinya dan tampil sebagai yang
juga pada konflik tersebut. Kekayaan dan materi telah terdepan.
menghilangkan harga diri seseorang.
SIMPULAN
Ideologi Kekuasaan Status
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada kumpulan
Dalam suatu hubungan dimasyarakat kuno maupun cerpen, “Wanita Muda Disebuah Hotel Mewah”. Yang
masyarakat modern. Konsep keberadaan laki-laki terdapat dalam ketiga judul cerpen yaitu Cerita awal
selalu ingin dijunjung tinggi, terutama pengakuan akan tahun, Wanita muda disebuah hotel mewah, Sukri
hal status. Sebagai seorang laki-laki pengakuan dan membawa pisau belati. Model AWK yang diterapkan
keberadaan dirinya merupakan satu hal yang penting untuk menganalisis cerpen beridiologi gender dan
diwujudkan. kekuasaan uang ini adalah versi AWKIG dan Teori
“Aku kekasih Sumarni! Kami telah lama menjalin gender Freud tentang Otoriter Seks, hasilnya efektif
cinta.” untuk mengungkap ideologi kekuasaan dan politik
“Benarkah begitu sumarni? Baru saja kudengar, kau uang, ideologi gender feminis dalam seksualitas,
katakan, kau tidak mempunyai kekasih.” ideologi gender dalam membongkar kekuasaan uang,
“Aku tidak pernah mempunyai kekasih. Aku tidak ideologi pengakuan status dan ideologi budaya
menganggapmu kekasih, Sukri. Kita hanya berteman modernitas, dari adanya bentuk-bentuk tersebut juga
biasa. Aku belum terikat kepada siapa pun. Aku bebas ditemukan adanya diskriminasi, subordinasi,
berbuat apa yang kurasa baik untukku. Dia suka ketidaktransparasian dalam hubungan politik.
datang kemari dan aku menemaninya. Dia kenal pada
orang tuaku dan aku kenal pada orang tuanya. Kami UCAPAN TERIMA KASIH
hanya sebagai sahabat baik. Aku tidak menganggap
sukri kekasihku. Dia keliru memandang diriku. Dia Ucapan Terimakasih saya sampaikan kepada Allah
menganggap aku kekasihnya, dia keliru!” SWT karena telah memberikan saya kesempatan untuk
“ Aku tidak sudi kekasihku jatuh kepelukan orang lain. belajar dan mencari ilmu, Yang kedua kepada pihak
Aku akan menyudahimu!” Universitas Padjajaran Bandung karena telah bersedia
menerima abstrak saya, dan yang ketiga kepada kedua
Sikap sukri begitu ingin mendapatkan pengakuan akan orang tua saya karena telah memberikan saya doa,
hal status hubungan, nampak dirinya memilki semangat sehingga saya bisa mengikuti kegiatan ini.
kecemburuan ketika sumarni harus menjalin hubungan
dengan pria lain, sikap ke akuan dan ingin memilki
sumarni secara utuh sebagai kekasih mencerminkan DAFTAR PUSTAKA
sikap sukri yang ingin memiliki kekuasaan penuh
dalam hal status. Pandangan gender, sumarni Aminuddin, Dkk. 2002. Analisis Wacana: Dari
merupakan seorang wanita yang berani ketika dirinya Linguistik sampai Dekonstruksi. Yogyakarta:
harus melawan sukri dan menentang sikap kuasanya Kanal.
tersebut. Handayani, Cristina S dan Ardhian Novianto. 2004.
Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta: LKIS
Yogyakarta.
Budaya Modernitas Hayat, Edi dan Miftahus surur. 2005. Perempuan
Multikultural: Negosiasi dan Reprsentasi.
Dalam cerpen Sukri membawa pisau belati diungkap Depok: Desantara.
bahwa terjadi proses modernitas dalam kehidupan si Mulia, Siti Musdah dan Anik Farida.2005. Perempuan
tokoh wanita ( Sumarni). Keinginan untuk tampil dan politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
menjadi orang kaya, dan memilki barang-barang Nugroho, Riant .2008. Gender dan Strategi: Pengurus
seperti perhiasaan, kendaraan, banyak uang merupakan utamanya di indonesia. Yogyakarta:Pustaka
gejala budaya modernitas. pelajar.
“Begitu kau disentuh benda-benda, kau telah menjadi Permadeli, Risa. 2015. Dadi Wong Wadon:
lain.” Representasi Sosial Perempuan Jawa Di Era
“Dia Punya Skuter. Dia punya modal untuk anakku”. Modern. Yogyakarta: Pustaka Ifada (Anggota
“Mas membelikan aku cicin kawin. Apakah aku sudah Ikapi)
boleh memakainya mulai sekarang.” (hal 175-179) Rangkuti Hamsad. 2016. Wanita Muda Disebuah
Hotel Mewah.Jakarta: Senja.
30
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Titi Fitrianita
Ucca Arawindha
Program Studi Sosiologi, FISIP, Universitas Brawijaya
titifitrianita@gmail.com
31
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
memperjuangkan hak difabel dalam wilayah kebijakan akan bertumbuh melalui strategi, advokasi, dan
publik, seperti pendidikan, kesehatan, dan aksesibilitas. pelibatan difabel perempuan dalam program kegiatan.
Keempat, memperjuangkan terbukanya partisipasi
difabel perempuan dalam program pemerintah maupun Dengan demikian, diharapkan tulisan ini mampu
program yang dijalankan sendiri. memberikan gambaran yang komprehensif mengenai
berbagai implikasi positif dari banyaknya gagasan
Penelitian selanjutnya ditulis oleh Udiyo Basuki dalam memperjuangkan hak difabel perempuan, salah satunya
Jurnal Sosio Religia dengan judul “Perlindungan yaitu terciptanya kesadaran politik melalui lembaga
Hukum dalam Negara Hukum Indonesia: Studi yang bergerak dari bawah, yaitu SAPDA.
Ratifikasi Konvensi Hak-hak Disabilitas”. Fokus
tulisan tersebut adalah implementasi perlindungan hak METODE
disabilitas melalui UU No. 9 Tahun 2011. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa UU Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
perlindungan HAM terhadap disabilitas belum deskriptif. Pemilihan metode tersebut, dikarenakan
sepenuhnya terimplementasi dengan baik. Hal tersebut penelitian ini berusaha menggambarkan dan memahami
digambarkan dari masih banyaknya perilaku fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian
diskriminasi terhadap difabel dan kekerasan terhadap (Moleong, 2007: 07). Teknik penelusuran data
difabel, khususnya difabel perempuan di Indonesia. menggunakan observasi, wawancara mendalam, dan
Payung hukum yang kuat, baik yang telah digagas FGD. Teknik penentuan informan dilakukan dengan
internasional maupun nasional harus diimbangi dengan cara purposive, sesuai dengan kriteria yang telah
pengawasan dan pendampingan yang tepat dalam ditentukan sebelumnya. Peneliti melakukan
implementasi, karena dalam hal ini Negara mempunyai pengamatan dengan ikut serta kegiatan yang dilakukan
kewajiban melindungi hak asasi setiap warga negaranya oleh difabel perempuan yang tergabung dalam SAPDA,
(Basuki, 2012). kemudian melakukan wawancara mendalam kepada
informan penelitian, yaitu difabel perempuan
Berdasarkan rangkaian penelitian yang telah dilakukan menggunakan guide interview. FGD dilakukan dengan
sebelumnya, perlindungan terhadap pemenuhan hak melibatkan 50 anggota SAPDA dan HWDI.
difabel, khusunya perempuan telah banyak dilakukan
dari berbagai level, baik secara internasional, nasional, Teknik analisis data menggunakan reduksi data,
maupun daerah. Media yang digunakan pun berbagai display, dan verifikasi. Pengecekan keabsahan data
macam, mulai dari perumusan melalui konvensi secara menggunakan teknik triangulasi sumber data, yaitu
internasional, UU dalam skala nasional maupun daerah, membandingkan hasil wawancara antar informan
dan melalui LSM. penelitian.
Permasalahan yang belum ditempatkan pada penelitian SAPDA : TELAAH HISTORIS DAN ADVOKASI
sebelumnya adalah bahwa berbagai macam strategi dan
upaya atas pemenuhan hak difabel perempuan tersebut SAPDA yang merupakan singkatan dari Sentra
berimplikasi pada terciptanya kesadaran berpolitik Advokasi Perempuan Difabel dan Anak merupakan
difabel perempuan. Saat ini, perempuan difabel sebuah lembaga non profit yang didirikan pada Bulan
bukanlah aktor yang diam, tetapi telah memiliki cara Juli 2005 di Yogyakarta. Lembaga ini menjadi lembaga
berpikir dan pengetahuan untuk bergerak memenuhi formal yang berbadan hukum lewat pengesahan akta
hak sebagai warga negara. Salah satunya dalam fokus notari Anhar Rusli, SH nomor 51 tahun 2005 pada 2
tulisan ini, terlihat begitu jelas peran SAPDA Desember 2005.
Yogyakarta dalam memperjuangkan hak difabel
perempuan dan akhirnya menumbuhkan kesadaran Lembaga ini didirikan dengan tujuan menciptakan
berpolitik difabel perempuan di Yogyakarta. Kesadaran inklusivitas dalam aspek kehidupan sosial yang menjadi
politik yang dimaksud di sini adalah dimana difabel hak dasar bagi perempuan difabel dan anak khususnya
perempuan mempunyai kepedulian dalam di bidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang
memperjuangkan haknya sebagai warga negara. juga menjadi sebagai dasar bagi terpenuhinya Hak
Asasi Manusia (HAM). Untuk mencapai tujuannya,
Peran SAPDA menjadi penting di sini dikarenakan SAPDA mengkonkritkan kegiatannya lewat advokasi
SAPDA merupakan lembaga formal berbadan hukum kebijakan di tingkat daerah, pendidikan pendamping,
dan bertujuan menciptakan inklusivitas dalam aspek dan pemberdayaan perempuan difabel dan anak di
kehidupan sosial yang menjadi hak dasar perempuan, sektor kesehatan dan pendidikan.
difabel, dan anak di bidang pendidikan, kesehatan, dan
pekerjaan atas dasar persamaan Hak Azasi Manusia. SAPDA memiliki beberapa misi. Pertama, melakukan
Berdasarkan tujuan dari SAPDA tersebut, maka kajian keilmuan dan penelitian ilmiah. Kedua,
kesadaran berpolitik difabel perempuan tercipta dan memperjuangkan terwujudnya kebijakan publik yang
32
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Tindakan pertama yang dilakukan oleh SAPDA adalah Permasalahan diskriminasi yang dihadapi oleh
melakukan pengorganisasian difabel dan melatih perempuan difabel lebih berat dibandingkan dengan
kemampuan advokasi sehingga mereka dapat laki-laki difabel. Anak perempuan difabel tidak tumbuh
melakukan negosiasi dengan pemerintah dan juga dalam lingkungan yang membangun harga diri
mengadvokasi difabel yang lainnya yang belum (dignity). Oleh sebab itulah anak perempuan difabel
tergabung dengan SAPDA. SAPDA membantu cabang tumbuh besar dengan stigma di dalam dirinya bahwa dia
lokal SAPDA yang ada di Sleman, Kulonprogo, dan tidak berharga dan tidak mampu mengambil bagian di
Klaten mengidentifikasi dan memetakan permasalahan masyarakat. Dan yang paling berat adalah perempuan
difabel di tempat masing-masing. Secara bersama-sama difabel dianggap sebagai perempuan yang tidak mampu
mereka melakukan identifikasi permasalahan yang menjadi istri dan melahirkan (Komardjaja, 2010). Ibu C
dihadapi oleh difabel yaitu pertama pendapatan yang mengungkapkan pengalamannya sebagai perempuan
rendah karena tidak adanya pekerjaan atau karena difabel di bawah ini.
dibayar dengan sangat murah. Kedua, rendahnya
pendidikan difabel. Dan ketiga adalah tingkat kesehatan “Antara dianggap dan nggak dianggap” (Ibu C)
yang masih rendah. Dalam pemetaan permasalahan
tersebut juga diketahui bahwa pemerintah lokal tidak “Tak ceritani, di rumah saya ada tamu, di rumah
memiliki prioritas alokasi keuangan untuk pelayanan saya ada foto saya, tamu ini suka sama saya, setelah
bagi difabel. tau saya difabel nggak jadi”(Ibu W)
Setelah melakukan pemetaan permasalahan, SAPDA Permasalahan diskriminasi yang dialami oleh
memetakan target gerakannya yaitu negara, perempuan difabel bukan hanya karena entitas
masyarakat, dan perempuan difabel. Secara taktis, perempuan yang dimilikinya namun juga entitas
upaya SAPDA dalam memperjuangkan inklusivitas difabel yang melekat padanya. Mereka terpinggirkan
bagi difabel perempuan melalui pertama, low profile ke akses informasi, pendidikan, pekerjaan, dan
strategy yaitu membangun kesadaran perempuan kesehatan. Laki-laki difabel memiliki akses yang lebih
difabel dengan melakukan kajian keilmuan dan media luas terhadap keempat hal tersebut dibandingkan
kampanye advokasi. Kedua, layering strategy yaitu perempuan difabel. Hal inilah yang membuat
melakukan pendampingan bagi perempuan difabel baik perempuan difabel mendapatkan diskriminasi dan
melalui komunitas maupun permasalahan stigma ganda.
perseorangan. Ketiga, advocacy strategy yaitu dengan
melakukan advokasi kebijakan daerah. Keempat, “Apa artinya diskriminasi terhadap saya, terhadap
strategi keterlibatan kritis dengan menjalin kerjasama kita-kita para difabel. Kita mau melangkah mau
dengan lembaga lain terkait berbagi pengalaman dan sekolah aja ya, waktu itu saya mau lulus : SMP..
pendanaan yang berhubungan dengan program yang :SMP kan di yayasan, terus mau SMA mau masuk
dijalankan SAPDA. Empat strategi tersebut merupakan SMA.. pake jilbab aja ngga boleh, aku kan
usaha yang dilakukan oleh SAPDA untuk meingkatkan difabel..sudah dicemoohkan, itu sudah pasti.
peran perempuan difabel dalam upaya membangun Setelah itu lulus SMA ya, mau kuliah.. dari faktor
penerimaan masyrakat dan membangun perlindungan ekonomi, dari faktor sosial, dan sebagainya.. itu
hukum bagi mereka (Ulfa, 2015). sangat menyakitkan buat saya pribadi” (Ibu C)
KESADARAN POLITIS DIFABEL PEREMPUAN Usaha untuk mengadvokasi difabel agar dipandang
sebagai subjek yang mandiri sebenarnya telah
Bahasa “cacat” yang lekat dengan kepasifan dan dilakukan pada masa Suharto. Namun, perluasan
ketidakberdayaan dimulai sejak zaman kolonial dimana wacana inklusivitas yang diinginkan oleh pegiat
medikalisasi tubuh dan disabilitas menguat. Kondisi ini disabilitas lebih leluasa untuk dilakukan setelah
menguat pada masa Suharto dimana orang cacat reformasi tiba. Muncullah beragam lembaga sosial non
dikontrol di dalam lembaga sekolah yang bernama SLB profit yang bergerak di isu disabilitas termasuk SAPDA
33
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
34
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
adalah difabel yang saat ini menjadi pendamping objek saja, bukan sebagai subjek yang mampu berdiri
memahami bahwa tanpa adanya organisasi yang mandiri asalkan ruang-ruang yang ada di dalam
menaungi kelompok difabel perempuan akan sulit masyarakat memberikan kesempatan kepada mereka
untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah atau pihak untuk mandiri.
lain yang terkait.
Usaha yang dilakukan oleh anggota SAPDA adalah
“Perlu kan gini mbak, saya kan memerlukan alat usaha untuk memunculkan kemandirian. Dengan
bantu, kalau nggak ada oraganisasi nggak ada yang membangun identitas diri anggota agar mampu bekerja
menyalurkan, saya alat bantu saya dapat di mana, dan berkarya di dalam masyarakat sama dengan orang
saya cari ke mana saya tanya ke siapa, sedangkan saya “normal”. Konstruk pengetahuan ini melembaga di
beli ga mampu, misalnya begitu. Ada, kita dikasi tau, dalam anggota SAPDA. Maka yang mereka
kan dari kabupaten ada bantuan kaki palsu, tangan perjuangkan adalah hilangnya sekat-sekat yang ada di
palsu” (Ibu I) dalam masyarakat yang membuat mereka tidak
mampu dengan bebas berkarya dan bekerja. Yang
“Demo apa? Demo dimana, tak ceritani wes. Kita akhirnya membuat mereka dilihat sebagai manusia,
demonya di DPRD meminta akses jalan untuk tuna bukan manusia yang memiliki kekurangan.
netra kan banyak to. Sekarang contohnya di
Malioboro sudah dibersikan to mbak, itu hasil dari “kita mampu..dan kita punya akhlakul karimah. Ya
demo kita ke DPR yang tahun lalu. Itu kan dulu buat itu.. kita harus buktikan kepada masyarakat bahwa
parkir to itu, kita demo 16 hari tanpa kekerasan akses kita juga sama seperti mereka..bahwa kita juga sama
itu, terakhir setelah satu sasi itu baru direalisasikan mempunyai kesempatan. untuk hidup bersama,
pembersihan jalan Malioboro itu” (Ibu D) untuk berumah tangga, untuk menciptakan usaha,
untuk bekerja, mencari tenaga.. apa aja” (Ibu P)
Identitas kolektif yang telah diformalkan lewat
organisasi menghasilkan kekuatan untuk mengakses “Kan selama ini asumsi dan banyak orang bahwa
sumber daya yang dimiliki oleh organisasi formal yang disabilitas itu, dalam tanda kutip ya, maniak dengan
dalam hal ini adalah pemerintah. Pengetahuan bahwa bantuan, ininya bantuan terus untuk dia.
dengan berorganisasi formal dapat melakukan tuntutan Kenyataannya seperti itu, dia ga dapat bantuan itu
kepada pemerintah dengan berdemo meminta akses marah, tapi ada juga dari beberapa temen hanya satu
yang lebih ramah kepada penyandang disabilitas di bantuan dapet bantuan satu gitu tapi dia nggak dapet
tempat publik juga menjadi lebih mudah untuk bantuan lain ya gak apa-apa tapi ada juga yang di sini
dilakukan. dapet di sana dapet jadi kesannya seperti itu. Tapi ada
juga, ada teman yang, kan bantuan itu tidak hanya
Hal yang paling penting dalam proses advokasi yang berupa uang, tapi bisa kaya pelatihan, seperti ini kan”
dilakukan oleh SAPDA adalah munculnya keberanian (Ibu W)
di dalam diri perempuan penyandang disabilitas akan
potensi mereka yang sama dengan mereka yang bukan “Kita kan sama-sama difabel ya, kita kan pengen tau
penyandang disabilitas. Hal inilah yang memunculkan ya, ya orang-orang masih mendiskriminasikan, Iya di
semangat untuk memperjuangkan keadilan dalam disabilitas tidak dilihat sebelah mata gitu mas jadi
wacana mengenai kategori disabilitas di tengah liatnya biar gini, ga gini tok, kan disabilitas ga minta
masyarakat dan usaha menciptakan ruang-ruang di bantuan tok, kerja juga” (Ibu P)
masyarakat yang ramah kepada difabel terutama
perempuan kepada pemerintah yang merupakan pihak Sikap di atas merupakan antitesis atas sikap yang
paling strategis dalam melakukan perubahan. dikembangkan oleh beberapa difabel umumnya dan
difabel perempuan khususnya yang memanfaatkan
“Disabilitas kan banyak macamnya, kebutuhan kedifabelan mereka sebagai alat untuk “meminta”
mereka juga banyak, bukan hanya secara materi tapi dengan paksa. Sikap “meminta paksa” ini di satu sisi
kan pengetahuan juga” (Ibu K) dapat dipandang sebagai alat “orang kalah” untuk
memenuhi kepentingan dan kebutuhan jangka pendek
Wacana bahwa kategori disabilitas hanyalah mereka seperti konsumsi. Namun, dalam jangka
konstruksi dari wacana yang muncul atas dominasi panjang sikap ini membuat penyandang disabilitas
politik tertentu, tafsiran agama yang tidak adil, atau tetap dijadikan sebagai objek dan tidak menjadikan
dominasi medis (Thohari, 2010) disebarluaskan penyandang disabilitas sebagai manusia yang berdaya
terutama kepada anggota anggota SAPDA. Logika (yang memiliki harkat).
pengetahuan ini berusaha mengatasi dan mengalahkan
wacana yang dibangun yang diarahkan kepada difabel Kritik atas pelanggengan wacana tidak adil oleh
yang cenderung menempatkan mereka sebagai orang difabel lewat sikap “meminta” menjadi hal yang
atau kelompok dengan kategori tidak berdaya dan didapatkan oleh perempuan difabel dari SAPDA yang
35
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
36
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
37
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Nikodemus Niko
1
Program Studi Sosiologi Pascasarjana FISIP, Universitas Padjadjaran Bandung
e-mail: nicoeman7@gmail.com
38
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Dalam tulisannya Niko (2015) mengungkapkan bahwa ini, penulis tinggal bersama masyarakat di Desa Cowet
perempuan Dayak Mali di Dusun Manang, Desa Cowet untuk mengamati aktivitas sehari-hari perempuan Dayak
rata-rata setelah tamat SD, lalu kemudian bekerja di kota Mali secara langsung. Pada penelitian ini penulis
dan menikah. Situasi ini sudah seperti budaya yang terjadi menggunakan teknik purposive sampling dalam
secara turun temurun, bahwasannya masih terdapat menentukan subjek penelitian. Adapun yang menjadi
pemikiran; perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, subjek penelitian ini adalah perempuan Dayak Mali yang
perempuan hanya akan menjadi pengurus rumah tangga, bermukim di Desa Cowet.
dan perempuan tidak boleh melebihi laki-laki (dalam hal
pengambilan keputusan). Peribahasa mereka HASIL DAN PEMBAHASAN
menyebutkan “nyah ani nana sekulah ango-ango, kuna- Sepenggal Kehidupan Perempuan Dayak Mali
kuna nga’ ka’ dapo’k badah’a” (perempuan tidak perlu
sekolah tinggi-tinggi, bagaimanapun juga akan tetap di Arus globalisasi tidak banyak membawa perubahan pada
dapur). struktur tradisional masyarakat Dayak Mali di Desa
Cowet. Meski pada dasarnya tradisi dan budaya lokal
Perempuan Dayak Mali kemudian terkungkung dalam masyarakat sedikit demi sedikit sudah bergeser ke arah
tradisi. Mereka ikut merawat dan menjaga tradisi yang yang lebih maju. Sebagian masyarakat sudah bisa
dibangun berlandaskan maskulinitas, menguntungkan menggunakan hanphone, sudah ada televisi meski
pihak lain (laki-laki). Sehingga dalam implementasi dinyalakan dengan mesin genset/diesel. Desa Cowet
struktur kepengurusan desa, laki-laki memegang jabatan merupakan satu-satunya Desa di Kecamatan Batang
sebagai kepala di semua bidang. Perempuan-perempuan Tarang yang belum dialiri listrik negara (Tribunnews,
hanya dilibatkan sebagai pembantu sub-bidang, itu pun 2016).
hanya di sektor BPD (Badan Perwakilan Desa).
Sedangkan, jabatan struktural seperti Kepada Desa, Tradisi lokal masih melekat pada kehidupan perempuan
Sekretaris Desa, Bendahara Desa, kepala-kepala dusun di Dayak Mali.Perempuan Dayak Mali bangun lebih pagi
6 dusun jabatan kepala di pegang oleh kaum laki-laki. dari kokok ayam jantan. Mereka menimba air,
menyiapkan makanan untuk suami dan anak-anak
Undang-Undang Desa telah mengakomodasikan mereka, sebelum mereka berangkat ke hutan dan ladang
Pengarusutamaan Gender (PUG) dengan masuknya untuk bekerja; mencari nafkah. Mereka berangkat ke
perspektif gender dalam kewajiban Kepala Desa yang sawah atau ladang dan kebun karet sebelum matahari
diatur dalam pasal 26 ayat (4) huruf (e) bahwa Kepala memancar sinar. Mereka mengais rejeki dengan
Desa berkewajiban melaksanakan kehidupan demokrasi menyadap pohon karet, kemudian mereka ke sawah dan
dan berkeadilan gender (Saptandari, 2016). Namun, mencari ranting-ranting kayu dan di bawa pulang ke
mandat UU hanya menjadi dokumen mati tanpa rumah; untuk mereka memasak (kempara).
implementasi.
Mereka pulang dari hutan sebelum tengah hari, agar dapat
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini ingin menyiapkan makan siang untuk keluarga dan
mengetahui sisi kehidupan perempuan Dayak Mali yang membersihkan perabotan rumah tangga. Ketika tengah
masih mempertahankan tradisi dan budaya lokal, yang hari, mereka gunakan untuk bersantai dan bercerita
secara tidak langsung memiskinkan dan memarjinalkan. dengan tetangga. Setelah lewat jam 12 siang, perempuan
Kemudian politik gender berkibar dalam pemerintahan Dayak Mali pergi ke ladang untuk pengiri ataupun royong
tingkat desa, yang mana perempuan menjadi gender (pengiri atau royong adalah bekerja bersama-sama di
nomor dua dalam struktur pemerintahan. Bahwasannya ladang). Mereka pulang sebelum jam 5 sore agar dapat
terdapat lokalitas masyarakat yang menegaskan bahwa menyiapkan makan malam untuk keluarga mereka.
kaum perempuan tidak boleh menjadi pemimpin di Begitu setiap hari terus berlanjut dengan pekerjaan yang
masyarakat. sama. Hal ini juga menjadi teladan bagi anak-anak
mereka, agar bekerja membantu orang tua. Sejak usia
METODE dini, baik laki-laki maupun perempuan Dayak, dalam
hidup keseharian, pengenalan alam sekitar kehidupan
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. kami menjadi prioritas utama (Riwut, 2011).
Data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer berasal dari observasi partisipasi di Beban ganda pekerjaan yang mereka lakoni sudah
lapangan dan wawancara. Sedangkan data sekunder menjadi hal yang biasa bagi perempuan Dayak Mali.
berupa sumber dari buku, jurnal, dan internet. Pada studi Kultur dan adat mereka sudah turun temurun dari nenek
39
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
moyang mereka sejak dahulu kala, jadi tidak ada masalah Berladang dan noreh karet merupakan bagian dari budaya
sama sekali jika mereka sebagai ibu rumah tangga masyarakat Dayak Mali untuk keberlangsungan dan
sekaligus sebagai pencari nafkah. Bahkan mereka tidak keberlanjutan hidup. Konsep berladang tradisional
menyebut hal itu sebagai beban ganda, melainkan sudah dilakukan dengan menerapkan ladang berpindah-pindah.
menjadi kewajiban seorang perempuan atau kewajiban Sedangkan noreh karet dilakukan di kebun karet masing-
sebagai istri. Kehidupan sosial mereka pun tidak pernah masing atau ada juga yang menerapkan sistem bagi hasil
mempermasalahkan beban kerja ganda yang dilakoni oleh dengan keluarga mereka yang tidak memiliki kebun karet.
perempuan Dayak Mali. Justru akan menjadi Kondisi inilah yang dimaksud bergantung pada alam,
pergunjingan jika ada perempuan yang tidak bekerja di karena tanpa hasil alam keberlangsungan hidup
sawah. masyarakat akan terganggu. Berarti bahwa merusak alam
sama dengan mengganggu kehidupan masyarakat, yang
Degradasi kesadaran gender ini memicu berbagai didalamnya terdapat kearifan lokal.
permasalahan terjadi, termasuk didalamnya stereotipe. “Tiap elemp ampus motong, lalu mayan tok
Gender experts have argued that gender segregation and umek. Ngak ayek jengen ani laba inan anak-
the different qualities of girls’ and boys’ peer group anak ken? Biar sensara turangk, nen penting
contribute to the strenghening of potentially harmful anak-anak ken man laba” (Setiap pagi saya
gender stereotype and lay the groundwork for difficulties berangkat noreh, kemudian langsung ke sawah.
in later other-gender relationship (Underwood, 2004). Jika tidak begitu apa yang dapat anak-anak saya
Contoh konkret stereotipe yang terjadi pada perempuan makan? Biarlah raga sengsara [mencari
pedesaan adalah perempuan harus bekerja; pekerjaan nafkah], yang penting anak-anak saya bisa
rumah tangga dan penopang ekonomi keluarga, makan)—(Lina, 28 Tahun) Perempuan Dayak
perempuan tidak perlu sekolah tinggi, perempuan harus Mali.
ke sawah dan ladang. Jika tidak dikerjakan, maka akan
muncul stereotipe baru; “perempuan malas.” Semua perempuan Dayak Mali yang diwawancara
memiliki jawaban yang sama, bahwa aktivitas sehari-hari
Kondisi miskin ini memaksa perempuan Dayak Mali mereka hanya menyadap pohon karet di pagi hari dan ke
untuk pasrah hidup dalam lingkar kemiskinan, sehingga sawah di siang hari. Disisi lain, tekanan kapitalis (pemilik
mereka tidak mendapatkan akses pendidikan yang baik. modal) membelenggu mereka dengan turunnya harga
Kemiskinan yang terjadi pada perempuan Dayak Mali komoditas karet, yang merupakan sumber penghasilan
masih terjadi secara tradisional. Traditionally, poverty utama. Harga jual karet hanya Rp. 4.500 perkilogram,
has been defined as a discrete characteristic. Given a sementara mereka hanya dapat menghasilkan 3-4
particular indicator of welfare, a certain line or standard kilogram setiap harinya. Disamping itu, berdasarkan
is drawn, and an individual or household falls on one side observasi penulis harga sembako di pedesaan melambung
or the other so that it will make analysis of poverty takes tinggi; gula pasir Rp. 20.000 perkilogram, minyak goreng
place at two extremely different levels (Wardhana, 2010). Rp. 14.000 perkilogram, kopi hitam Rp. 6.500 per-ons,
Keluarga miskin di Desa Cowet tidak menganggap bawang putih Rp. 40.000 perkilogram (bawang merah
dirinya miskin, karena masih dapat menghasilkan tidak dijual karena mahal), telur Rp. 2.500 perbutir, mie
makanan (sayuran dan lauk-pauk) dari hutan dan alam. instan Rp. 2.500 perbungkus, garam makan Rp. 2.000
perbungkus, Micin 500 gram Rp. 3.500 perbungkus.
Peran perempuan Dayak Mali sangat besar dalam
menjaga alam. Sebelum membuka lahan hutan untuk Keluarga perempuan Dayak Mali berpenghasilan sehari
dijadikan ladang, terdapat ritual besentek yang artinya hanya Rp. 15.000—Rp. 20.000, mereka tidak dapat
adalah memberi makan kepada hutan. Dalam hal ini membeli banyak barang, sementara keperluan rumah
perempuan lah yang biasanya melakukan ritual ini. tangga harus terpenuhi. Kemudian keperluan lain seperti
Perempuan yang menyediakan rimah (sesajen) dari kebutuhan sekolah anak-anak mereka, akan menjadi
rumah dan membawanya ke lokasi pembukaan lahan. beban baru. Belum lagi jika musim penghujan,
Terdapat ikatan psikologi yang kuat antara perempuan perempuan Dayak Mali tidak dapat noreh karet, karena
dan alam, dimana ritual-ritual lama masih mereka air karet akan mencair bersama air hujan. Relevansi ini
pertahankan hingga jaman modern saat ini. Tradisi seperti merupakan ketergantungan kehidupan perempuan Dayak
ini secara tidak langsung menjaga keseimbangan Mali terhadap alam. Meski harga komoditas karet murah,
ekosistem alam; manusia menghormati alam, menjaga mereka tetap noreh sebagai tanda bahwa mereka masih
hubungan baik dengan alam. menjaga kearifan lokal. Perempuan yang sudah menikah
dan mempunyai anak, enggan untuk meninggalkan
kampung halaman mereka.
40
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Tingginya harga sembako di Desa Cowet, merupakan Menggunakan Pendekatan Akret Berbasis Life
bukti konkret ketidakseimbangan politik daerah. Skill Pada Perempuan Pedesaan. Jurnal Ilmiah
Pemerintah daerah tidak mampu mengontrol harga pasar CISOC. Vol. 1 (2) : 19-26.
di wilayah-wilayah pedesaan. Sebagai akibat masyarakat Niko, Nikodemus. 2016. Anak Perempuan Miskin Rentan
yang hidup miskin di pedesaan akan terlilit hutang dan Dinikahkan: Studi Kasus Hukum Adat Dayak Mali
berkutat dalam kondisi kemiskinan. kondisi ini akan Kalimantan Barat. Jurnal Perempuan. Vol. 21 (88)
menciptakan masyarakat miskin baru di wilayah pedesaan : Hal. 83-95.
Kalimantan Barat. Riwut, N. 2011. Bawin Dayak: Kedudukan, Fungsi, dan
Peran Perempuan Dayak. Yogyakarta: Galang
Marjinalisasi kaum perempuan tidak saja terjadi di tempat Press.
pekerjaan, juga terjadi dalam rumah tangga, masyarakat Saptandari, P. 2016. Pembangunan Ketahanan Keluarga
atau kultur bahkan negara (Fakih, 1996). Kaum Sebagai Upaya Pencegahan Perkawinan Anak.
perempuan di Desa Cowet menjadi termarjinalkan dalam Jurnal Perempuan. Vol. 21 (88) : Hal. 130-148.
struktur pemerintahan desa. Perempuan tidak dilibatkan Underwood, M. K. 2004. Gender and Peer Relations: Are
dalam proses pengambilan keputusan atau kebijakan. the Two Gender Cultures Really All That
Hanya satu orang perempuan di Desa Cowet yang Different? Childreen Peer Relation: From
menjadi staf di BPD (Badan Perwakilan Desa). Hal ini Development to Intervention. Washington, DC:
tidak sejalan dengan mandat UU Desa yang mensyaratkan American Psichological Association.
keterlibatan perempuan dalam proses pengambilan Wardhana, D. 2010. Multidimensional Poverty Dynamics
keputusan di tingkat desa. in Indonesia (1993-2007). The University of
Nottingham.
SIMPULAN
Perempuan Dayak Mali masih terbingkai dalam kondisi
lokalitas. Meski kearifan lokal yang masih mereka rawat
tersebut secara tidak langsung mengikat mereka dalam
kemiskinan dan marjinalisasi. Ketidaksadaran perempuan
Dayak Mali ini menjadi jalan pelanggengan maskulinitas
yang kemudian menjadi lokalitas. Marjinalisasi
perempuan Dayak Mali dalam struktur pemerintahan desa
merupakan situasi konkret kurangnya pelatihan dan
pengawasan dalam implementasi UU Desa. Pegawai di
kantor desa mulai dari Kepala Desa hingga staf
kebingungan dalam mengimplementasikan perspektif
gender dalam struktur pemerintahan desa. Dengan
demikian perlu adanya pendampingan atau peningkatan
kapasitas aparatur desa, melibatkan perguruan tinggi atau
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
DAFTAR PUSTAKA
_______. 2014. Data Monografi Desa Cowet, Kecamatan
Balai. (Tidak dipublikasikan)
_______. 2016. Ini Daftar 37 Daerah di Sanggau yang
Belum Dialiri Listrik. Diakses tangga 8 Oktober
2016
dari: http://pontianak.tribunnews.com/2016/06/27
/ini-daftar-37-daerah-di-sanggau-yang-belum-
dialiri-listrik
Fakih, M. 1996. Analisis Gender dan Transformasi
Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Granter, E. 2009. Critical Social Theory and the End of
Work. England: Ashgate Publishing Limited.
Niko, Nikodemus. 2015. Pengembangan Model
Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Dengan
41
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Erna Herawati
(Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran
e.herawati@unpad.ac.id
METODE
PENDAHULUAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
model etnografi untuk menelusuri dan mendeskripsikan
Pada masa Orde Baru (Orba), negara Republik partisipasi perempuan dalam kegiatan kemasyarakatan
Indonesia memiliki kontrol yang sangat besar pada di Kelurahan Kebon. Teknik pengumpulan data saya
warganya, terutama perempuan. Negara menciptakan
42
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
lakukan dengan cara FGD, partisipasi observasi, dan menembus gang. Selain gelap, sirkulasi udara di
wawancara mendalam. FGD saya lakukan untuk sepanjang gang tidak lancar dan menyisakan bau
mendata aneka bentuk kegiatan kemasyarakatan yang pengap dan lembab. Sempitnya rumah-rumah tidak
populer di kalangan para perempuan di Kelurahan memungkinkan untuk membuat MCK sehingga warga
Kebon dan yang paling banyak diikuti perempuan. membangun beberapa titik fasilitas MCK umum di
Partisipasi observasi saya lakukan untuk mengamati dalam kampung. Ruang publik sangat terbatas di dalam
amati dan mengikuti secara intensif kegiatan-kegiatan kampung. Lorong-lorong gang yang agak lebar dan
kemasyarakatan yang populer dan banyak diikuti oleh terang dan balai RW menjadi ruang publik tempat
perempuan yaitu PKK, Posyandu, PAUD (Pendidikan warga bersosialisasi.
Anak Usia Dini), Majlis Taklim, dan WPA (Warga
Peduli AIDS). Wawancara mendalam saya lakukan Di Kelurahan Kebon terdapat aneka kegiatan
pada para perempuan dewasa yang berpartisipasi aktif kemasyarakatan yang terbuka untuk diikuti oleh kaum
dalam kegiatan-kegiatan tersebut atau populer disebut perempuan. Para perempuan yang aktif dalam kegiatan
‘kader’. kemasyarakatan adalah para ibu rumah tangga.
Keikutsertaan mereka dalam kegiatan tersebut bersifat
sukarela dan didasari oleh keinginan mereka untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN berkiprah di masyarakat sebagai kader. Perempuan
yang bekerja sangat jarang mengikuti kegiatan di
Kelurahan Kebon terletak di pusat Kota Bandung, tidak masyaarkat karena mereka biasanya berangkat sangat
jauh dari alun-alun dan masjid agung yang menjadi ikon pagi dan pulang jam 6 sore, atau bahkan jika bekerja di
kota Bandung. Luas kelurahan sekitar 85 hektar. pabrik mereka pulang larut malam. Perempuan bekerja
Wilayah administratif kelurahan dibagi menjadi 12 biasanya hanya mengikuti satu jenis kegiatan saja, yaitu
rukun warga (RW) dan 85 rukun tetangga (RT). arisan PKK yang biasanya dilakukan satu bulan sekali
Menurut data monografi kelurahan 2010, jumlah dan diselenggarakan pada hari minggu. Pada saat
penduduk di kelurahan ini 11603 jiwa, dengan diskusi kelompok terfokus dengan para kader, mereka
perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan hampir menyebutkan 5 kegiatan yang paling populer dan paling
seimbang. Kelurahan ini menduduki peringkat sebagai banyak mereka ikuti, yaitu 1) PKK (termasuk di
kelurahan terpadat penduduknya di Kota Bandung dalamnya arisan, Posyandu, PAUD, 2) Majelis Taklim,
menurut sensus 2010. Pendidikan penduduk, sebagian dan 3) Warga Peduli AIDS. Kegiatan ini memiliki
besar tamat SMP dan SMA dan hanya sebagian kecil jadwal yang berbeda-beda sehingga mereka dapat
tamat akademi. Sebagian besar penduduk masuk dalam mengatur keikutsertaannya dalam setiap kegiatan
ketegori sosial-ekonomi rendah. Mata pencaharian tersebut.
penduduk umumnya sebagai pedagang kecil-kecilan di
pasar tradisional dan sepanjang pinggiran jalan sekitar Pemberdayaan Kesejahteraan keluarga (PKK)
kelurahan, wirausaha skala rumahan, karyawan di
industri kecil sekitar kelurahan, buruh, dan karyawan Di Indonesia, PKK merupakan kegiatan
supermarket yang terletak juga tak jauh dari kantor kemasyarakatan paling populer, merambah hingga
kelurahan. Kurang dari 1% penduduk berprofesi pelosok pedesaan dan wilayah miskin perkotaan,
sebagai pegawai negeri. seperti halnya di Kelurahan Kebon. PKK adalah
organisasi perempuan bentukan pemerintah Orde Baru
Wilayah kelurahan sebagian besar berupa (Orba), seperti halnya organisasi sejenis yaitu Dharma
perkampungan padat kumuh. Bentuk perumahan Wanita (organisasi bagi istri pegawai negri), Persit
umumnya semi permanen dan bertingkat yang Kartika Chandra Kirana (organisasi istri TNI AD) dan
dibangun di bantaran anak sungai Cikapundung. Sungai Bhayangkari (organisasi bagi istri polisi). Pada masa
yang mulai dangkal dan penuh sampah selalu meluap Orba organisasi ini bersifat semi-formal dan wajib
saat hujan lebat dan luapannya menggenangi areal diikuti oleh semua perempuan sehingga anggotanya
perumahan sepanjang bantaran sungai. Gang-gang banyak dan tersebar di sluruh penjuru tanah air. PKK
sempit yang hanya muat dilalui satu sepeda motor dan memiliki jumlah anggota terbanyak karena mewadahi
berbentuk serupa labirin yang berkelak-kelok di dalam semua perempuan, terlepas dari status kepegawaian
kampung menjadi satu-satunya jalur transportasi di suaminya. Perempuan anggota Dharma Wanita, Persit
wilayah yang kumuh. Banyak rumah dibangun di atas Kartika Chandra Kirana dan Bhayangkari juga menjadi
jalan gang sehingga gang berbentuk serupa kolong anggota PKK di lingkungan tempat tinggal maasing-
panjang di sepanjang perkampungan yang gelap dan masing. Setelah Orba runtuh, organisasi- organisasi ini
harus diberi lampu karena sinar matahari tak dapat tidak ikut bubar. Hanya saja keikutsertaan perempuan
dalam organisasi-organisasi ini tidak lagi bersifat wajib
43
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
seperti pada jaman Orba. Saat ini, PKK tetap menjadi masa perjuangan kemerdekaan untuk memperjuangkan
organisasi perempuan terbesar di Indonesia, meskipun aspirasi perempuan. Namun, di masa Orde Baru, PKK
organisasi-organisasi perempuan baru terus berubah menjadi sebuah organisasi di bawah
bermunculan dan menarik minat perempuan untuk pemerintah nasional dan menjadi alat negara dalam
berpartisipasi. beberapa hal
Sebelum membahas lebih detil mengenai kegiatan PKK Ide dasar PKK yang semula bertujuan memberdayakan
dan partisipasi perempuan di Kelurahan Kebon dalam perempuan dalam bidang ekonomi mengalami
kegiatan tersebut, saya akan membahas terlebih dahulu perubahan menjadi organisasi korporatis negara untuk
sejarah organisasi ini secara singkat, sejak Orba hingga mewadahi, menggerakkan, dan mengontrol kegiatan
pasca reformasi; tujuannya untuk memberi gambaran perempuan yang bukan istri ABRI dan pegawai negri.
mengenai karakteristik organisasi perempuan yang Kontrol tersebut terlihat sangat jelas dengan perubahan
sangat legendaris ini dan membandingkan bentuk kata ‘pendidikan’ dalam singkatan PKK menjadi
kegiatan dan bentuk partisipasi perempuan dalam ‘pembinaan’ pada 1984. Tujuan dari perubahan tersebut
kegiatan ini sejak Orba hingga pasca reformasi. Saya sangat terkait dengan kepentingan politis Orde Baru,
hanya membahas sejarah PKK dan tidak membahas yaitu menghimpun suara untuk Partai Golongan Karya
organisasi perempuan semi-formal lainnya karena dalam Pemilu Saat menjelang Pemilu, seluruh anggota
perempuan di Kelurahan Kebon tidak ada yang PKK dikerahkan untuk menghadiri kampanye Golkar.
berpartisipasi dalam organisasi tersebut. PKK juga menjadi alat untuk menggerakkan
perempuan kelas ekonomi rendah. Setiap menjelang
Sejarah pembentukan PKK diawali dari acara seminar siding umum MPR, para anggota PKK wajib
ekonomi rumah tangga yang diselenggarakan oleh mendengarkan ceramah mengenai kewaspadaan negara
Bagian Pendidikan dan Lembaga Gizi Masyarakat, dari pemerintah dan ABRI. PKK juga menjadi alat
Kementerian Kesehatan di Bogor pada 1957. Seminar negara untuk melaksanaan program-program
melibatkan berbagai instansi yaitu Kementerian ‘pembangunan’ seperti Keluarga Berencana. BKKBN
Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pertanian, meminta kader PKK menjadi tenaga sukarela untuk
Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Agama, dan merekrut calon-calon peserta KB dan mengajaknya ke
Kementerian Dalam Negeri yang kemudian pusat-pusat layanan KB. Begitu pula peran kader PKK
menghasilkan ide pendidikan untuk perempuan. Pada dalam kegiatan Posyandu sangatlah besar. Kesibukan-
1960, Gubernur Provinsi Jawa Tengah menjadikan kesibukan yang diberikan oleh negara pada anggota
PKK bagian dari rencana pembangunan daerah. PKK membuat mereka tak dapat melaksanakan sepuluh
‘Pertiwi’, salah satu organisasi istri pejabat di masa itu, program Pokok yang pernah ditetapkan saat
diberi tugas menyebarluaskan informasi mengenai pembentukan PKK pertama kali. Program-program
PKK. Pusat latihan PKK dibentuk di seluurh kabupaten tersebut hanya sekedar menjadi tempelan di kantor
di Jawa Tengah. Tahun 70-an, kabupaten mendanai kelurahan dan tidak pernah terwujud (Rahayu, 2005).
seluruh kegiatan di pusat latihan PKK di wilayahnya.
Menteri Dalam Negeri mengusulkan agar PKK Selain itu yang lebih penting lagi dalam konteks isu
dilaksanakan di seluruh Indonesia pada 1971. Sejak gender, PKK menjadi wadah untuk sosialisasi ideologi
1973, PKK menjadi bagian dari program Lembaga gender ciptaan Orde Baru, yaitu ‘ibuisme negara’.
Sosial Desa (LSD); dan pada 1980 lokasi Ibuisme negara adalah sebuah ideologi gender yang
kelembagaannya dialihkan dari Kementerian Sosial ke menekankan peran perempuan ideal sebagai istri dan
Kementerian Dalam Negeri. PKK memperoleh ibu. Konsep ini mengakar pada tradisi priyayi Jawa
dukungan dana langsung dari kantor Presiden dalam yang dikombinasikan dengan tradisi kaum borjouis di
skema Dana Inspres. Pada 1982, PKK menjadi salah masa kolonialisme Belanda. Orde baru mengibaratkan
satu seksi LKMD dan dipimpin isteri kepala desa, yang bangunan sosial kenegaraan seperti sebuah keluarga, di
merangkap sebagai Ketua II LKMD. Sejak itu, semua mana peran Ibu adalah melengkapi status kekuasaan
istri pegawai pemerintah lokal resmi menjadi anggota Bapak. Bapak memiliki kekuasaan penuh untuk
PKK. Program PKK juga direvisi yaitu dengan mengontrol Ibu sampai ke level seksualitas, melalu
menambahkan kursus penghayatan dan pengamalan sistem-sistem kenegaraan. Peran Ibu, dalam negara
Pancasila sebagai urutan pertama. PKK menjadi urusan adalah bertugas melayani dan mendukung Bapak yang
resmi negara ketika menjadi bagian dari Garis-Garis menjalankan roda pemerintahan negara. Penerapan
Besar Halauan Negara (GBHN) yang ditetapkan oleh nyata dari control Bapak atau negara pada Ibu ata
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada perempuan diwujudkan dalam pembentukan
1983(Mulyasari dan Shaw, 2012). Pada awalnya PKK organisasi-organisasi bagi para istri yaitu PKK yang
didorong oleh semangat pergerakan perempuan pada diperuntukan bagi semua istri/perempuan/ibu), Dharma
44
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Wanita (organisasi bagi para istri pegawai negeri), Pasca reformasi, PKK tetap menjadi organisasi terbesar
Bhayangkari (organisasi bagi istri polisi), Persit Kartika yang mewadahi kegiatan perempuan. Namun, masih
Chandra Kirana (Organisasi bagi istri prajurit militer tetap seperti masa Orde Baru, semua kegiatan PKK
angkatan darat). Organisasi-organisasi ini bersifat semi- bersifat top-down atau bersifat sekedar melaksanakan
formal dan di dukung oleh negara sebagai wadah resmi program yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
bagi para perempuan (istri) untuk menunjukkan peran Perubahan PKK yang paling menonjol setelah
dan partisipasinya bagi keberlangsungan negara, reformasi hanyalah pada sifat kegiatan saja, yang
melalui perannya sebagai ibu dan sebagai istri. Para dulunya wajib saat masa Orba, kini menjadi tidak wajib
feminis Indonesia sejak masa Orde Baru mengkritik bagi semua perempuan yang menikah. Namun, ternyata
ideologi gender yang diciptakan oleh pemerintah PKK tetap menjadi organisasi yang dipilih oleh banyak
Orba yang diwujdukan dalam pembentukan organisasi perempuan. Hal ini juga terlihat di Kelurahan Kebon.
perempuan seperti PKK dan Dharma Wanita. Kegiatan Hampir seluruh perempuan yang telah berkeluarga di
dalam organisasi-organisasi tersebut, menurut para kelurahan tersebut mengaku menjadi anggota PKK.
feminis telah mereduksi peran perempuan sebagai Tingkat keanggotaan PKK, dikelompokkan menjadi
warga negara (Suryakusuma, 2011). Selain itu, di dua: kader dan anggota biasa. Kader adalah anggota
kegiatan PKK secara umum menekankan pada ide: PKK yang memegang tanggungjawab untuk kegiatan
‘perempuan menghabiskan waktu di dalam rumah, tertentu dalam kelompok dan biasanya mereka
mengurus anak tanpa mengkhawatirkan persoalan melakukan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya
penghasilan keluarga’ karena mengakar pada konsep secara intensif. Kader juga mewakili kelompok PKK
peran perempuan dalam keluarga priyayi. Konsep ini dalam acara-acara PKK di tingkat kelurahan. Anggota
tentu saja kurang dapat mengakomodasi aspirasi para aktif adalah mereka yang selalu mengikuti kegiatan
perempuan kelas non-priyayi yang harus bekerja paruh tetapi tidak seintensif para kader. Mereka biasanya
waktu atau bahkan penuh waktu dan selalu merasa terlibat dalam kegiatan rutin di dalam kelompok, tetapi
khawatir akan kondii keuangan mereka. Para ibu hanya sesekali berperan serta dalam kegiatan-kegiatan
bekerja seringkali tak dapat membawa anaknya ke di tingkat kelurahan.
Posyandu atau menghadiri arisan PKK karena
bersamaan dengan waktu bekerja. Seringkali, para Kegiatan PKK di Kelurahan Kebon dibagi menjadi lima
perempuan non-priyayi, selain termarginalkan dari kelompok kerja mengikuti pembagian kelompok kerja
kegiatan PKK, juga terstigma karena dianggap tidak PKK Pusat yaitu: 1) Pokja I, mempunyai ruang lingkup
menjalankan peran ‘ibuisme’. pekerjaan dan fungsi pada bidang penghayatan dan
pengamalan Pancasila serta gotong royong; 2) Pokja II,
Runtuhnya Orde Baru dan datangnya masa reformasi mempunyai ruang lingkup pekerjaan dan fungsi pada
telah mendorong terciptanya ruang-ruang baru di bidang pendidikan dan keterampilan; 3) Pokja III,
masyarakat bagi partisipasi perempuan. Perubahan mempunyai ruang lingkup pekerjaan dan fungsi pada
besar juga terjadi dalam organisasi semi-formal bidang pangan, sandang serta perumahan dan
bentukan Orba seperti PKK, Dharma Wanita, dan tatalaksana rumah tangga; 4) Pokja IV, mempunyai
sebagainya. Organisasi tersebut masih bertahan tetapi ruang lingkup pekerjaan dan fungsi pada bidang
mengalami beberapa perubahan dalam prinsip-prinsip kesehatan, kelestarian lingkungan hidup dan
kegiatannya. Lies Marcoes (2002) menunjukkan salah perencanaan sehat; dan 5) Pokja V, mempunyai ruang
satu contoh kasusnya pada perubahan nama PKK di lingkup pekerjaan dan fungsi pada bidang
awal era reformasi. PKK berubah nama dari Pendidikan pengembangan usaha ekonomi keluarga dan kehidupan
Kesejahteraan Keluarga menjadi Pemberdayaan berkoperasi.
Kesejahteraan Keluarga. Kata pendidikan dan
pemberdayaan jelas memiliki makna yang berbeda Kegiatan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi mikro
sehingga tujuan dari PKK pun diredifinisi ulang adalah tiga kegiatan yang paling intensif di Kelompok
mengikuti perubahan kata. Penekanan dari kegiatan PKK Kelurahan Kebon. Kegiatan kesehatan meliputi
PKK tidak lagi pada upaya mendidik perempuan tetapi Posyandu Balita dan Lansia dan Pencegahan dan
pada upaya memberdayakan perempuan guna penanggulangan penyakit menular dan tidak menular.
mewujudkan keluarga yang sejahtera. Para kader Posyandu saat ini merupakan kegiatan unggulan PKK,
memaknai posisi politik organisasi PKK ‘tak lagi selain PAUD. Posyandu dilaksanakan setiap bulan di
seperti dulu’. Organisasi PKK tetap berada dalam setiap RW. Posyandu ada dua tipe yaitu Posyandu
hirarki birokrasi, tetapi jabaran ketua tidak selalu untuk Balita dan Posyandu untuk lansia. Biasanya
mengikuti jabatan suami. Di beberapa kelompok PKK, kegiatan kedua Posyandu ini dilakukan secara
ketua organisasi tidak selalu dijabat oleh istri kepala bersamaan di pagi hari pada hari kerja karena petugas
lembaga (Rahayu, 2005). kesehatan dari Puskesmas juga turut datang di
45
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Posyandu untuk mengontrol kegiatan. termasuk di Kelurahan Kebon. Hampir semua warga di
Kelurahan Kebon adalah Muslim, sehingga majelis
Arisan merupakan ciri khas kegiatan PKK sejak masa taklim juga menjadi kegiatan pilihan para perempuan di
Orba dan masih bertahan hingga saat ini. Bahkan para kelurahan tersebut. Pada umumnya, peserta majelis
anggota PKK di Kelurahan seringkali mengidentikkan taklim adalah para perempuan yang sudah usia lanjut,
kegiatan PKK sebagai kegiatan arisan. Arisan meskipun ada pula beberapa perempuan yang masih
dilakukan setiap bulan di Balai RW. Jumlah anggota berusia muda yang juga turut menjadi anggota majelis
PKK di setiap RW dapat mencapai ratusan orang taklim. Kegiatan ini dilaksanakan setiap Jumat di
sehingga kelompok arisan PKK dibagi menjadi 3. beberapa masjid yang terletak di wilayah kelurahan.
Setiap kelompok arisan terdiri atas sekitar 40 orang. Agenda rutin majelis taklim meliputi membaca Al
Pada setiap arisan, masing-masing anggota Qur’an dan ceramah agama oleh seorang Ustadz atau
menyetorkan uang arisan sejuamlah Rp 100.000 pada Ustadzah.
bendahara arisan. Pada setiap bulan, uang setoran yang
berjumlah sekitar 4 juta rupiah diundi dan dibagi untuk Partisipasi perempuan dalam majelis-majelis taklim di
4 orang. Masing-masing mendapatkan satu juta rupiah. Kota Bandung telah menjadi tren sejak beberapa tahun
terakhir. Para anggota majelis taklim di Kelurahan
PAUD adalah singkatan dari Pendidikan Anak Usia Kebon menyatakan bahwa mereka tidak hanya menjadi
Dini. Kegiatan ini tergolong baru sebagai bagian dari anggota kelompok majelis taklim di kelurahan mereka
PKK karena baru dicanangkan oleh pemerintah pada sendiri tetapi juga sering mengikuti kegiatan majelis
sekitar 2006. Tujuan kegiatan PAUD adalah untuk taklim di luar wilayah Kelurahan Kebon. Lokasi
merangsang perkembangan kognisi, afeksi, dan Kelurahan Kebon sangat dekat dengan Masjid Agung
psikomotorik anak-anak usia usia balita. Kegiatan ini Bandung, yang memiliki kegiatan majelis taklim besar.
tidak ditujukan untuk mempersiapkan anak usia dini Pada setiap hari Minggu pagi, sebuah majelis taklim
masuk taman kanak-kanak, tetapi hanya sebagai wadah diselenggarakan oleh DKM Masjid Agung. Para
bermain dalam bimbingan dan juga kegiatan parenting perempuan Muslim dari Kelurahan Kebon berbondong-
bagi para orang tua bersama kader. Sejak bondong menhadiri kegiatan tersebut. Bahkan, tak
dicanangkannya program PAUD, para kader PKK jarang, mereka juga mengikuti acara-acara sejenis,
menyelenggarakan kegiatan PAUD seminggu dua kali, seperti pengajiaan-pengajian akbar di beberapa wilayah
Senin dan Jumat, di balai RW. Setiap RW bergiliran di Kota Bandung dan Kabupaten sekeliling Bandung.
memakai balai RW untuk kegiatan PAUD. Sebelum
membuka PAUD para kader mengikuti pelatihan Partisipasi perempuan Muslim dalam kegiatan-kegiatan
PAUD yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan kegamaan di Kota Bandung dan Jawa Barat pada
Kota Bandung. Keikutsertaan balita dalam PAUD umumnya sangat tinggi. Hal ini dikemukakan oleh
bersifat sukarela. Hanya orang tua yang memiliki Julian Millie (2011) yang melakukan penelitian intensif
komitemen penuh yang mengikutsertakan anaknya mengenai partisipasi perempuan Muslim dalam
dalam PAUD. Orang tua diminta menunggui anaknya kegiatan pengajian di Kota Bandung. Millie
saat PAUD dan bersama-sama dengan kader belajar menemukan bahwa perempuan Muslim di Bandung
parenting. Saat ini jumlah peserta PAUD di wilayah setidaknya menghadiri empat hingga enam pengajian
Kelurahan Kebon telah mencapai lebih dari 200 anak. rutin dalam seminggu. Artinya, mereka hampir setiap
hari mengikuti pengajian. Mobilitas perempuan Muslim
Para kader PKK menyebutkan bahwa sebelum dan untuk menghadiri majelis taklim dan pengajian-
sesudah reformasi, tidak banyak yang berubah dalam pengajian akbar di Bandung juga sangat tinggi.
kegiatan PKK di wilayah mereka, kecuali perubahan Partisipasi dalam kegiataan keagamaan juga memiliki
berupa tambahan program-program baru, sistem tingkat penerimaan yang tinggi di kalangan masyarakat.
pelaporan yang mesti diberikan pada Puskesmas Artinya, jika perempuan harus bernegosiasi dengan
(terkait kegiatan Posyandu, KB dll), dan sedikit insentif pasangan dan keluarga untuk mendapatkan ijin
dari pemerintah yang diberikan secara berkala pada mengikuti kegiatan kemasyarakatan lain, tidak
kader PKK yang mengurusi Posyandu. Jumlah insentif demikian halnya dengan pengajian, meskipun frekuensi
hanya sekitar 300 ribu rupiah per kelompok Posyandu kegiatan sangat sering. Mereka langsung mendapatkan
RW setiap 3 bulan. ijin bahkan didukung oleh para suami dan anak apabila
menyatakan akan pergi ke luar rumah untuk mengikuti
Majelis Taklim pengajian. Bahkan, beberapa kali perempuan-
perempuan di Kelurahan Kebon mengikuti pengajian
Kegiatan Majelis Taklim adalah kegiatan akbar hingga ke Tasikmalaya, Bekasi, dan Jakarta.
kemasyarakatan yang populer di Kota Bandung, Mereka menyewa kendaraan dan pergi secara
46
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
berombongan seperti layaknya piknik. Millie WPA sangat berbeda dengan kegiatan kemasyarakatan
menyatakan bahwa tingginya partisipasi perempuan yang lain. Tidak ada jadwal pertemuan rutin diantara
Muslim dalam kegiatan keagamaan telah menjadikan para anggota seperti halnya kegiatan PKK atau majelis
kegiatan ini sebagai arena baru perempuan untuk taklim. Kegiatan WPA beragam, meski tidak rutin
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di ranah publik. jumlahnya cukup banyak. Selain memberikan
Ia menemukan bahwa jumlah peserta pengajian pendampingan pada warga yang ODHA, kader WPA
perempuan lebih dari dua kali lipat jumlah peserta juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
pengajian laki-laki. berkaitan dengan HIV dan AIDS di Kota Bandung.
Penyebarluasaan informasi mengenai HIV dan AIDS
Warga Peduli AIDS pada warga lebih sering dilakukan secara sangat
informal, yaitu saat nongkrong di gang-gang di dalam
Kota Bandung memiliki jumlah orang dengan HIV dan perkampungan, atau saat ada acara-acara pertemuan
AIDS (ODHA) terbanyak di Propinsi Jawa Barat. rutin PKK, kader menyisipkan informasi mengenai
Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bandung mencatat HIV dan AIDS selama 15 menit sebelum atau sesudah
setidaknya lebih dari 3000 orang telah terinfeksi virus acara Arisan, Posyandu, dan PAUD. Kader WPA
HIV pada 2015. Sejak 2006, warga Kota Bandung telah sengaja tidak membuat acara penyuluhan yang sifatnya
menunjukkan kepedulian dan partisipasi mereka dalam masal seperti di kelompok WPA di Kelurahan lain,
upaya merespon epidemi HIV dengan membentuk selain karena keterbatasan biaya juga karena mereka
kelompok Warga Peduli AIDS atau dikenal dengan beranggapan bahwa informasi yang diberikan secara
singkatannya: WPA. Berbeda dengan PKK yang personal, sedikit demi sedikit tetapi secara terus
kegiatannya bersifat top-down, WPA adalah kegiatan menerus lebih efektif daripada penyuluhan massal yang
yang bersifat bottom-up karena berasal dari inisiatif insidental.
para warga. Bentuk inisiatif semacam ini pertama kali
muncul di Indonesia di Kota Bandung. Komisi WPA Kelurahan Kebon dibentuk pada 2010 dan mula-
Penanggulangan AIDS Nasional bahkan menjadikan mula hanya beranggotakan 6 orang; 4 perempuan dan 2
inisiatif WPA di Bandung sebagai percontohan bagi laki-laki. Kini anggota kelompok sudah mencapai 20
kota-kota lain di Indonesia dalam hal partisipasi orang yang tersebar di hampir seluruh RW. Pada
masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan mulanya, keenam orang ini mengetahui dan peduli
epidemi HIV. Kelompok WPA bukan merupakan dengan persoalan HIV dan AIDS saat beberapa warga
organisasi semi-formal seperti PKK, tetapi informal. di kelurahan tersebut meninggal dalam waktu yang
Keanggotaannya bersifat sukarela. Hampir semua tidak terpaut jauh pada 2010. Salah satu dari enam
anggota WPA adalah perempuan dan para kader orang tersebut, Yulia, keponakannya juga meninggal. Ia
kesehatan PKK meskipun keanggotaan kelompok ini berinisiatif menanyakan pada petugas Puskesmas yang
tidak secara khusus diperuntukkan bagi perempuan. sempat melakukan pemeriksaan pada warga yang
Jumlah anggota laki-laki sangat sedikit. meninggal, termasuk keponakannya. Berdasarkan
keterangan petugas Puskesmas, kesemuanya meninggal
Kelompok WPA di Kelurahan Kebon sangat populer di karena terserang penyakit infeksi yang biasa terjadi
kalangan pegiat penanggulangan HIV dan AIDS di pada penderita AIDS. Saat itu, pertama kali ia dan
Kota Bandung karena kegiatannya berbeda dengan beberapa warga mendengar mengenai penyakit tersebut
kelompok-kelompok lain. Kegiatan WPA di kelompok dan penyebabnya. Ia dan beberapa warga yang peduli
lain biasanya hanya fokus pada penyebarluasan dengan kejadian tersebut sangat terkejut saat
informasi mengenai pencegahan dan penanggulangan mengetahui bahwa AIDS disebabkan oleh HIV yang
HIV dengan membuat acara-acara penyuluhan HIV disebarluaskan secara cepat melalui penggunaan
bagi warga di kantor kelurahan dan mengundang staf narkoba suntik. Ia dan beberapa warga mengetahui
Komisi Penanggulangan HIV Kota Bandung dan para dengan persis bahwa wilayah Kelurahan Kebon telah
aktivis dari LSM pegiat penanggulangan HIV di Kota menjadi salah satu tempat peredaran dan jual-beli
Bandung sebagai narasumber. Namun, kelompok- narkoba di Kota Bandung, terutama narkoba suntik.
kelompok WPA di wilayah lain belum pernah Mereka sangat prihatin dan khawatir jika penyakit
melakukan kegiatan yang melibatkan para ODHA di tersebut akan menyebar pada anak-anak muda di
wilayah mereka sendiri seperti yang dilakukan oleh kelurahan tersebut karena mereka mengetahui banyak
Kelompok WPA Kelurahan Kebon. Kelompok WPA di anak muda yang menggunakan narkoba suntik di
Kelurahan Kebon telah melakukan pendampingan wilayah mereka.
langsung pada belasan warga ODHA di wilayah mereka
selain melakukan penyuluhan- penyuluhan pada warga
di kelurahan tersebut. Secara umum, bentuk kegiatan Keenam warga tersebut kemudian berinisiatif untuk
47
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai PKK, dan ibu rumah tangga mengungkapkan:
penyakit tersebut dan cara pencegahannya. Mereka
menghadiri setiap acara-acara penyuluhan HIV dan “Saya sejak muda sudah suka berkegiatan di masyarakat.
AIDS yang diselenggarakan oleh LSM maupun Sejak belum menikah, selain aktif di karang taruna, saya
lembaga-lembaga pemerintah. Setelah memahami betul sudah aktif di Posyandu. Padahal umumnya orang ikut
kegiatan Posyandu kalau sudah menikah dan punya anak.
persoalan HIV dan AIDS, mereka pun sepakat untuk
Tapi pada dasarnya saya memang suka. Entah kenapa, saya
membentuk kelompok Warga Peduli AIDS, dan mereka suka mencari pengalaman yang baru, dan saya suka bertemu
menyebut diri mereka sebagai kader WPA. Menurut dengan orang. Semakin banyak kegiatan yang saya ikut,
Yulia, salah satu kader WPA, kegiatan WPA sangat semakin banyak pengalaman yang saya dapat. Makanya saya
intensif apabila ada kasus atau kejadian terkait HIV dan merasa cocok di WPA ini. Saya bisa ikut pelatihan-pelatihan
AIDS yang menimpa warga. Biasanya jika ada kasus, di LSM, tambah pengalaman tambah teman. Pengalaman dan
para kader akan sangat sibuk. Mereka dengan sukarela teman itu sangat berharga buat saya. Nggak dapat uang
membawa warga yang sakit dan terindikasi HIV atau nggak papa yang penting dapat pengalaman dan teman baru.
AIDS ke rumah sakit mendapat perawatan. Mereka juga Saya tidak bisa membayangkan kalau hanya di rumah saja
setiap hari, bosan dan miskin pengalaman”.
menunggui warga yang sakit tersebut apabila harus
diopname di rumah sakit.
Pada saat diskusi banyak kader yang menyatakan setuju
Kegiatan ini tidak mendapatkan bantuan dana dari dengan pendapat Ratna. Mereka rata-rata menyebut
pemerintah maupun Komisi Penanggulangan AIDS, mengejar pengalaman dan memperluas jejaring sosial
meski mereka memiliki jejaring yang kuat dengan baru merupakan tujuan utama mereka mengikuti aneka
lembaga tersebut dan juga LSM HIV di Kota Bandung. kegiatan di masyarakat. Menurut para kader, banyaknya
Para kader menggunakan uang pribadi mereka secara pengalaman dan keluasan jejaring sosial adalah sebuah
sukarela untuk membiayai kegiatan mereka, seperti prestise sosial bagi mereka, seperti penuturan Ningsih,
membayar uang transportasi bagi warga yang terinfeksi salah seorang kader PKK:
HIV dan harus ke rumah sakit tapi tidak memiliki biaya,
“Pengalaman dan jejaring itu penting sekali artinya buat
atau memfotokopi brosur untuk penyuluhan HIV atau saya. Sebab, bagi saya orang yang lebih kaya pengalaman
membiayai transport mereka sendiri saat harus dan punya banyak temen itu lebih kaya daripada yang hanya
menghadiri acara-acara terkait HIV dan AIDS di Kota punya uang tetapi tidak punya pengalaman dan teman. Kalau
Bandung. Namun, para kader menyatakan bahwa kita kaya pengalaman otomatis kaya pengetahuan, dan
mereka melakukan kegiatan di WPA dengan dasar dengan pengetahuan itu kita memiliki hal yang lebih tinggi
keikhlasan untuk membantu para tetangga mereka, dari orang lain.”
meski penghasilan mereka pun tidak seberapa banyak
dan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Para kader yang berpartisipasi dalam kegiatan WPA
menyatakan bahwa kegiatan di WPA memberikan
Makna Partisipasi pengalaman yang paling banyak dibanding dengan
kegiatan lain yang mereka ikuti, misal PKK. Di WPA
Selain kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang saya para kader berkesempatan mengikuti kegiatan
kemukakan di atas, masih banyak lagi kegiatan- pelatihan-pelatihan pencegahan dan penanggulangan
kegiatan lain yang diikuti oleh para perempuan di HIV yang secara rutin diselenggarakan oleh LSM
Kelurahan Kebon. Pada saat diskusi dan wawancara, maupun lembaga pemerintah.
hampir semua kader menyebutkan bahwa mereka
berpartisipasi pada lebih dari 5 kegiatan sekaligus. Partisipasi perempuan dalam kegiatan kemasyarakatan,
Bahkan ada beberapa kader yang mengikuti sepuluh meski berdampak positif bagi perempuan, seringkali
kegiatan sekaligus. Para kader mengakui bahwa tak mendapat penilaian sosial yang kurang baik. Penilaian
mudah untuk mengatur jadwal kegiatan yang cukup itu justru seringkali datang dari sesama perempuan.
banyak. Suami dan anak-anak mereka pada awalnya Yulia, salah seorang kader menceritakan:
menyatakan keberatan apabila kader terlalu sering
berada di luar rumah. Namun, para kader berupaya “Saya memang ikut dalam banyak kegiatan di kelurahan.
memberi pengertian suami dan anak-anak mereka agar Suami saya mendukung partisipasi saya dalam aneka
kegiatan. Anak-anak saya juga sudah besar dan mereka tidak
menyetujui kegiatan mereka di luar rumah. Menurut
keberatan saya aktif di luar rumah. Tapi, saya justru sering
para kader, mereka sangat ingin melakukan kegiatan di dikomentari negative oleh tetangga gara-gara saya sering
luar rumah untuk menambah pengalaman dan terlihat sibuk di luar rumah. Kadang saya ikut pelatihan yang
membangun jejaring. Jumlah pengalaman dan keluasan mengharuskan saya nginep di hotel. Saya sering mendengar
jejaring ternyata memiliki nilai berharga bagi kader. orang bilang saya keluar masuk hotel. Hahaha. Tapi saya
Ratna, salah seorang kader WPA, yang juga anggota cuek saja. Mereka tidak mengetahui detil kegiatan saya. Lagi
48
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pula saya tak mesti laporan pada mereka”. UCAPAN TERIMA KASIH
Saya mengucapkan terima kasih kepada para kader
Berdasarkan ungkapan-ungkapan yang dikemukakan PKK, Posyandu, PAUD, Warga Peduli AIDS, dan
oleh para kader di atas, dapat diambil simpulan bahwa anggota Majlis Taklim Kelurahan Kebon atas kesedian
partisipasi dalam kegiatan kemasyarakat memiliki dan berpartisipasi dalam penelitian saya ini.
makna yang penting bagi mereka. Semakin banyak
kegiatan yang mereka ikuti, semakin besar maknanya
bagi mereka, karena memberikan pengalaman dan DAFTAR PUSTAKA
jejaring yang lebih luas. Penghargaan yang tinggi pada
pengalaman, pengetahuan, dan jejaring sosial (Paper)
menyebabkan kader berkeinginan untuk memupuk Aslichati, L. 2011. Organisasi Pemberdayaan dan
pengalaman dan jejaring sosial mereka dengan harapan Kesejahteraan Keluarga Sebagai Saranan
menunjukkan identitas baru mereka di masyarakat, Pemberdayaan Perempuan. Jurnal Organisasi dan
yaitu sebagai aktivis sosial yang berpengalaman banyak Manajemen, Volume 7: 1-7
dan berjejaring luas. Kepercayaan diri tersebut juga Marcoes, Lies.2002. Women's Grassroots Movements
membuat mereka tidak terlalu acuh pada komentar in Indonesia: A Case Study of the PKK and Islamic
orang lain mengenai partisipasi mereka dalam banyak Women's Organisations in Women in Indonesia:
kegiatan. Gender, Equity and Development by Kathryn
Robinson and Sharon Bessel (Ed).
SIMPULAN Millie, J. 2011. Islamic Preaching and Women’s
Spectatorship in West Java. The Australian Journal
Hasil temuan saya menunjukkan bahwa di era pasca of Anthropology (TAJA) Vol 22 hal 151–169 \
reformasi di tingkat akar rumput dan di dalam setting Mulyasari, F., & Shaw, R. (2012). Civil society
perkotaan, 1) beragam kegiatan baru yang menawarkan organization and disaster risk reduction in
ruang baru bagi perempuan untuk turut berpartisipasi Indonesia: role of women, youth, and faith-based
banyak bermunculan. Di Kelurahan Kebon, WPA groups. Community-based disaster risk reduction,
merupakan salah satu kegiatan baru yang muncul pasca community, environment and disaster risk
reformasi dan memberi ruang yang lebih besar pada management, 10, 131-150.
perempuan untuk berpartisipasi. Bahkan WPA Rahayu, 2005. Politik Gender Orde Baru: Tinjauan
memberikan kesempatan pada perempuan untuk Organisasi Perempuan Sejak 1980-an. Prosiding
mendesain sendiri kegiatan mereka. Namun, meski Konferensi ‘Warisan Otoritarian Indonesia’, 17-19
kegiatan baru mulai bermunculan, kegiatan yang November 2005, Universitas Sanata Dharma
mewarisi konsep ibuisme negara, seperti PKK, tetap Yogyakarta
bertahan dan diminati oleh perempuan. Hal ini terbukti
dengan jumlah anggota PKK yang masih tetap terbesar (Buku)
dibandingkan kegiatan-kegiatan lain di masyarakat. Soetjipto,A; Adelina, S. 2013. Suara dari Desa:
Terlepas dari segala kritik negatif terhadap PKK oleh Menuju Revitalisasi PKK.Tangerang: Penerbit
para feminis, PKK tetap memiliki potensi yang luar Margin Kiri
biasa yang dapat dimanfaatkan oleh gerakan Suryakusuma, J. 2011. Konstruksi Sosial
perempuan untuk mendorong program-program pro Keperempuanan Orde Baru (State Ibuism).
perempuan yang responsif gender (Soetjipto dan Jakarta: Komunitas Bambu
Adelina, 2013). Di era pasca reformasi perempuan
memiliki keleluasaan dalam memilih kegiatan di
masyarakat dan cenderung berpartisipasi dalam
beberapa kegiatan sekaligus. Partisipasi pada aneka
kegiatan sekaligus, bukan sekedar untuk menyalurkan
aspirasi saja, tetapi alat untuk aktualisasi diri bagi
perempuan dalam membangun identitas sosial baru
yang lebih jamak; bukan sekedar sebagai ibu dan istri
saja, tetapi sebagai aktivis sosial dan warga masyarakat.
49
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Randi
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran
randy.iboe@gmail.com
Abstrak - Keterlibatan perempuan dalam bidang perempuan Indonesia dalam sektor publik, negara
politik telah menjadi perhatian masyarakat dunia, dapat menolak diskriminasi dalam bentuk apapun terhadap
dilihat pada indikator MDG tahun 2015, mendorong warga negaranya, negara mengakui hak dasar setiap
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Suara warga negara, sehingga keadilan sosial bagi seluruh
perempuan sangat diperlukan untuk membuat rakyat Indonesia akan dapat diterapkan secara baik.
keputusan program pembangunan pemerintah.
Permasalahan perempuan di Indonesia cukup kompleks, Perbedaan gender tidaklah menjadi sebuah masalah
pembangunan yang tidak sensitif gender, kontruksi sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender
budaya tentang perempuan, hingga minimnya (gender Inequalities) (Fakih, 1996). Perempuan dalam
keterlibatan perempuan di bidang politik. Data pasar tenaga kerja atau arena publik, pengalaman
menunjukkan tahun 2009-2014 representasi perempuan pribadi sebagai persoalan “politis” dan “publik”
dari 560 anggota di DPR RI, 18% perempuan dan 82% menjadi penggerak dalam setiap perubahan sosial
laki-laki, kurang dari 30%, hal ini menyebabkan (Holzner. 2016). Perubahan-perubahan yang terjadi di
ketimpangan dalam setiap pengambilan keputusan, Indonesia tentunya dibutuhan sebuah kebijakan yang
seperti program KB tahun 1980 yang hanya sensitif gender, sehingga kelak tidak ada aktor
diperuntukkan untuk perempuan. Adapun fokus dalam perempuan dan laki-laki yang dirugikan dalam
tulisan ini, akan membahas bagaimana budaya menjadi kebijakan tersebut. Keputusan yang diambil harus
hambatan (agama, adat) keterlibatan perempuan di mewakili gender. Menurut Olympe De Gouges (1791)
bidang politik. Mengingat lembaga tradisional yang bahwa perempuan dilahirkan dengan hak-haknyasama
sudah membudaya, sulit mobilitas dalam pembangunan dengan hak-hak laki-laki. Perempuan juga ingin
dan kemampuan tidak sesuai dengan kehidupan politik dicintai, ingin dihargai dan diakui, ingin dihitung dan
pada tingkat nasional, seperti budaya Indonesia yang mendapatkan status dalam kelompoknya (Kartono,
mengidentikan perempuan hanya berada dirana 1992) contoh kasus Program Keluarga Berencana (KB)
domestik, sehingga menghambat perempuan agar dapat 1980, perempuan tidak dilibatkan dalam pengambilan
terjun dirana politik, tulisan ini akan mendeskripsikan keputusan dalam sebuah kebijakan baru, program KB
partisipasi perempuan dalam setiap pengambilan hanya diperuntukkan kaum perempuan, sehingga kaum
keputusan di tingkat legislatif, agar setiap pembangunan perempuan merasa dirugikan.
sensitif gender. Kuota 30% perempuan di parlemen Legislatif adalah lembaga yang dibentuk oleh negara,
menunjukkan pemerintah perhatian dan bertanggung yang anggotanya adalah mewakili setiap wilayah di
jawab terhadap keterlibatan perempuan, tetapi kuota Indonesia. Lembaga negara yang berwenang dalam
tersebut tidak terpenuhi, pemerintah harus konsen setiap kebijakan. Peran politik perempuan dan laki-laki
terhadap hambatan yang dihadapi perempuan, baik sangat berdampak dalam pembangunan, baik bidang
ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Dalam rangka pendidikan, kesehatan, sosial, budaya dan ekonomi.
untuk menjelaskan penulis menggunakan metode Sesuai dengan indikator target MDG tahun 2015, bahwa
analisis kualitatif dengan penyajian data secara MDG mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
deskriptif, studi kajian pustaka perempuan. Dimana data menunjukkan bahwa proporsi
kursi yang diduduki perempuan di DPR
Kata Kunci: partisipasi, perempuan, politik, gender, meningkat isecara data kuantitatif.
budaya
Ketertinggalan perempuan di berbagai sektor,
PENDAHULUAN khususnya di bidang politik, masih terkait atau
merupakan implikasi dari budaya masyarakat yang
Indonesia adalah negara yang ikut serta dalam masih menempatkan laki-laki dalam posisi yang
mendorong kesetaraan gender dan upaya pemberdayaan superior daripada perempuan ( Rajab, 2005) dengan
perempuan melalui undang-undang. UUD 1945 secara posisi laki-laki yang terlebih dahulu berada di sektor
formal sebenarnya telah menjamin partisipasi
50
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
publik, maka banyak kebijakan terdahulu yang tidak kategori: sumber-sumber referensi umum, buku-buku
memperhatikan hak-hak kaum perempuan. Dominasi ajar, artikel lepas, e-jurnal dan hasil penelitian.Teknik
partisipasi laki-laki dalam politik dapat dilihat pada pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
kepengurusan partai, sebagian besar kepengurusan studi literatur.
partai adalah laki-laki baik ditingkat pusat maupun
ditingkat daerah, hal ini menunjukkan ketimpangan HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam demokrasi yang terjadi di Indonesia. Partisipasi perempuan dibidang Politik di
Marginalisasi kaum perempuan dalam bidang politik Indonesia
tidak terlepas dari adanya pengaruh budaya masyarakat Partisipasi perempuan dalam pertumbuhan dunia politik
yang masih menganggap kaum perempuan hanya sangatlah penting, sebab dalam pembangunan harus
berada di sektor domestik. Salah satu contoh budaya melibatkan gender yaitu laki-laki dan perempuan,
Jawa kecenderungan masyarakat Indonesia yang masih sehingga dalam pembangunan akan sensitif gender. Ada
sangat kental mengenai penghambat partisispasi banyak contoh pembangunan yang tidak sensitif gender
perempuan dalam politik yaitu perempuan harus di seperti setelah orde baru, dalam menahan laju
pingit dalam istana, pesantren dan perguruan. pertumbuhan penduduk di Indoensia maka dilakukan
Berdasarkan kandungan nilai-nilai subkultur, kelompok sebuah program yaitu Keluarga Berencana (KB) tahun
sosial, dan pelembagaan pendidikan humaniora, dapat 1980, program ini hanya melibatkan kaum perempuan
ditemukan tiga loci pendidikan humaniora dalam saja, seolah-olah melonjaknya pertumbuhan penduduk
masyarakat Jawa tradisional, yaitu pesantren, perguruan disebabkan oleh perempuan, padahal dalam kelahiran
dan istana (Kuntowijoyo, 2006). Pengaruh tiga loci ini seorang anak tentunya tidak terlepas dari peran seorang
dalam pembentukan perempuan sangat besar. ayah. Pandangan inilah yang menyebabkan program KB
dirasakan tidak menyelesaikan masalah, tetapi disisi
Kesempatan perempuan untuk terlibat dalam politik lain menyebabkan masalah yaitu ketidakadilan yang
semakin luas, dimana 30% suara perempuan dirasakan oleh para perempuan di Indonesia pada waktu
diparlemen. Tetapi yang menjadi pertanyaan penulis itu. Kemudian barulah disadari bahwa tidak hanya
mengapa dengan luasnya kesempatan perempuan yang perempuan yang terlibat malainkan melibatkan laki-laki
diberikan oleh pemerintah untuk dapat berada di sektor juga. Kesadaran ini harus ditumbuh kembangkan agar
publik tidak menjadikan perempuan justru banyak meminimalisir ketidakadilan gender.
terjun kedunia politik, sehingga berdasarkan data, untuk
kuota 30% tersebut tidak terpenuhi. Secara tidak Di Indonesia perempuan sudah di beri kebebasan dalam
langsung maka setiap kebijakan yang diambil akan dunia politik tetapi partisipasi perempuan tetap
mengalami ketimpangan. Disinilah penulis ingin rendah.Hal ini dapat ditimbulkan dari berbagai sebab,
menganalisis mengapa perempuan tidak melibatkan baik pendidikan perempuan yang masih rendah,
dirinya dalam politik dan budaya yang masih menjadi kemudian pengaruh budaya masyarakat Indonesia yang
penghambat partisipasi perempuan. masih kental, budaya patriarki, semua tergantung
dengan keputusan kepala keluarga atau laki-laki yang
METODE berkuasa di dalam rumah. Dengan terbuka kesempatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. perempuan tidak menutup kemungkinan partisipasi
Alasan mengapa menggunakan penelitian kualitatif perempuan meningkat secara drastis.
adalah bertujuan untuk mengetahui partisipasi
perempuan dalam bidang politik dan apakah budaya Menghadapi dominasi nilai-nilai budaya patriarki
masyarakat Indonesia akan menjadi penghambat dan situasi diskriminatif, agenda perempuan dalam
perempuan agar dapat berada di ranah politik. Obyek politik hendaknya dimulai dari kegiatan-kegiatan
penelitian ini adalah perempuan dalam politik di penyadaran(awarnes rising). Terutama mengubah
Indonesia. Data yang diperlukan adalah data statitik cara pandang dan pola piker(mindset) seluruh
jumlah partisipasi perempuan dalam bidang politik, masyarakat (laki-laki dan perempuan) tentang
yang terkait dengan obyek penelitian. Sumber data yang prinsip demokrasi yang menjamin kesetaraan, hak
digunakan dalam penelitian yaitu data sekunder. asasi manusia, supremasi hukum dan keadilan
Adapun sumber data sekunder berupa dokumen,arsip, (Mulia, 2007:35)
surat-surat, buku, yang berkaitan langsung dengan
partsipasi perempuan dalam bidang politik di Kebebasan dalam dunia politik telah membawa
Indonesia.Studi pustaka yang dilakukan selama 1 bulan perubahan dalam sudut pandang masyarakat tentang
yaitu sejak 2 september sampai 2 oktober, dimana laki-laki dan perempuan, dimana keterbukaan terhadap
didapat dari berbagai sumber bacaan dari berbagai perempuan untuk tidak hanya berada di dunia domestik
51
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
52
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Perempuan selalu dihadapkan dengan permasalahan sedang berlangsung disekitar rumah tanggangnya
ketidakadilan, kaum perempuan merasa di marjinalkan, (Kartono, 1992). Kehidupan domestik dianggap lebih
dianggap hanya dapat bergerak di ruang domestik dan tepat untuk kaum perempuan. Kedua, hambatan sumber
sedikit sekali untuk dapat bergerak di ruang publik. daya manusia (SDM), secara pendidikan kaum
Tentunya permasalahan ini akan terus ada jika belum perempuan memiliki pendidikan rendah, karena ada
adanya yang dinamakan kesetaraan antara laki-laki dan anggapan dari masyarakat bahwa perempuan hanya bisa
perempuan. Dalam tahun 1974 koferensi tentang “di kasur, di sumur, dan di dapur” setelah menikah,
pengintegrasian ke dalam ekonomi nasional yang sehingga perempuan tidak begitu menguasai sendi-
diselenggarakan di Weseley College, dan Biro Woman sendi perpolitikan, tetapi sumber daya manusia (SDM)
in Develovepment(WID)mulai di buka di USAID, laki-laki tidak kalah bermasalah, dimana sedikit sekali
dimana memusatkan perhatian kepada isu-isu yang laki-laki yang berkualitas di Indonesia, dibandingkan
berkenaan dengan partisipasi perempuan dalam dengan kebutuhan yang diinginkan, banyak kaum laki-
program pembangunan. Hal ini disebabkan oleh laki yang terjun kepolitik dan tersandung kasus korupsi.
orientasi kebijakan masa lalu yang tidak memperhatikan Dalam hal in perempuan memiliki masalah yang cukup
kaum perempuan terutama data mengatakan bahwa serius. Dunia politik selalu dipersepsikan untuk para
perempuan dalam politik. Perpolitikkan di Indonesia laki-laki, dimana dunia yang kejam, merupakan bukan
yang didominasi oleh kaum laki-laki (Fakih, 1996). tempat yang aman dan nyaman untuk perempuan,
pemebersihan politik memperlihatkan pihak politik
Kebijakan-kebijakan politik di masa Orde Baru juga yang berkuasa membersihkan pemerintahannya dari
sangat menyudutkan perempuan. Sebagai contoh oknum-oknum politik yang menentang kekuasaannya
proyek Keluarga Berencana, penanganan akses-akses (Shadily, 1993), hal ini menyebabkan perempuan
negatifnya kurang mendapat perhatian, sementara semakin tidak tertarik terhadap dunia politik, bahkan
peserta (akseptor) KB mayoritas perempuan (Mulia, membenci dunia politik dan urusan kepemimpinan.
2007). Sehingga tidak heran kaum perempuan Sehingga dapat dirasakan sekarang keterlibatan
menyuarakan kepeduliannya terhadap isu-isu yang perempuan sangatlah sedikit dibandingkan dengan laki-
berkaitan dengan pembangunan perempuan. Partisipasi laki.Ketiga, hambatan kelembagaan dan struktural,
perempuan harus dipertimbangkan didalam setiap secara umum sikap maskulin ditunjukkan dalam sistem
perencanaan pembangunan pembangunan (Bappenas, politik di Indonesia, peraturan yang bersifat
2007). Secara kita sadari bahwa realitas politik pada saat diskriminatif dan bias gender. Akses perempuan untuk
ini memarginalkan kaum perempuan di dunia politik dapat memimpin sangat sedikit dan selalu disbanding-
formal. Ada banyak hal yang menyebabkan bandingkan denga laki-laki. Kemudian sistem
termarginalnya kaum perempuan dari dunia politik perencanaan pembangunan nasional “top down’ dan
yaitu; pertama, adanya legitimasi keagamaan yang sistem pemerintahan yang tidak peka/sensitif gender.
mendukung diskriminasi gender, kedua, adanya Dengan melibatkan perempuan tentunya pembangunan
hegemoni negara dalam meminimalkan peran akan sesitif gender, karena dalam pengambilan
perempuan dalam ranah politik, dan terakhir, budaya keputusan tidak jarang laki-laki selalu mendominasi
politik Indonesia yang menganut patriarki (Mulia, sehingga dalam pembangunan akan terjadi
2007). ketimpangan.Keempat, hambatan ketersediaan data,
ketiadaan data perempuan dalam pengambilan
Adapun menurut Mulia (2007) permasalahan yang keputusan legislatif, Eksekutif, Yudikatif, terutama di
dihadapi perempuan Indonesia: pertama, hambatan tingkat Provinsi, Kabupaten/kota dan Sub-distrik. Data
Ideologi dan Psikologi, nilai-nilai budaya, pandangan, yang dimaksudakn adalah data tentang perempuan yang
streotip dalam masyarakat yang dibentuk (dikontruksi) potensial di tingkat nasional, dan kesulitan dana dalam
dari budaya patriarki dan bias gender dalam kampanye.
menafsirkan ajaran agama, serta semakin menguatnya
fundamentalisme semuanya menenmpatkan laki-laki Tidak hanya ke empathal tersebut menjadi
sebagai pemimpin, penentu dan pengambil keputusan permasalahan tetapi kontruksi agama dan budaya
dalam kedudukan superior, sedangkan perempuan menjadi masalah. Dimana tidak dalam islam perempuan
dikondisikan dan ditempatkan di lingkup domestik, sudah dikontruksikan untuk tidak terlalu agrsif,
untuk bertanggungjawab, urusan yang berkaitan dengan memimpin, salah satu contoh kecil adalah yang harus
melahirkan dan membesarkan anak, serta urusan menjadi wali adalah laki-laki. Agama dan budaya
kerumahtanggaan. Wanita lebih suka yang praktis, lebih masyarakat Indonesia sangat berkaitan erat, dimana
langsung, dan lebih meminati segi-segi lehidupan dalam menentukan budaya, masyarakat mengikatnya
konkrit, serta segara, seperti pekerjaan rumah tangga, kedalam agama, contoh dalam agama islam yang harus
kehidupan sehari-hari dan kejadian-kejadian yang memimpin adalah laki-laki., kerena perilaku politik
53
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
mencakup kemandirian, kebebasan berpendapat, dan Tabel 2. Perda dan Surat Edaran Tentang
tindakan agresif, dan ketiga karakteristik tesebut tidak Perempuan
pernah dianggap ideal dalam diri perempuan (Mulia, Perda Tentang
2007). Pandangan inilah yang harus dihapuskan untuk Perda Kabupaten Gowa Tentang larangan
meningkatkan partisipasi perempuan. No. 7 Tahun 2003 perempuan berjalan
sendirian atau berada di
Hambatan Budaya Masyarakat Indonesia luar rumah tanpa
Budaya patriarki masih sangat kental dalam masyarakat ditemani muhrimnya
Indonesia, pengambilan keputusan strategis keluarga Perda Tanggerang No. 8 Tentang pelarangan,
dalam konteks budaya patriarki sangat diwarnai Tahun 2005 mencurigai,
dominasi laki-laki. Perempuan atau isteri pada menangkap,
umumnya hanya mengikuti keputusan-keputusan yang perempuan di tempat
diambil oleh suaminya. Menurut Kartono (1992) bahwa umum karena diduga
secara psikologikebanyakan perempuan kurang melacur
berminat pada masalah-masalah politik;terlebih politik Qanun Provinsi Aceh No. Tentang larangan
yang menggunakan cara yang licik, munafik, dan 14 tahun 2003 berkhalwat
kekerasan. Sikap tersebut disebabkan karena tindak Perda Kota Bandar Tentang Larangan
politik itu dianggap kurang sesuai dengan nilai-nilai etis Lampung No. 15 tahun Perbuatan Prostitusi
dan perasaan halus perempuan. Dibanding dengan 2002 dan Tuna Susila
perasaan laki-laki dianggap kuat dalam mengahadapi Perda Kabupaten Lahat tentang larangan
setiap lawan politik. Anggapan inilah yang telah No. 3 tahun 2002 Perbuatan Pelacuran
membudaya dalam masyarakat, sehingga perempuan dan Tuna Susila,
harus berpikir dua kali untuk dapat berada di ranah Perda Kota Mataram No. Tantang pencegahan
politik. Banyak peraturan-peraturan yang dibuat yang 12 tahun 2003 maksiat
isinya memarjinalkan kaum perempua, kaum Perda Kotamadya Kupang Tentang Penertiban
perempuan dianggap tidak berdaya ketika berada No. 39 tahun 1999 Tempat Pelacuran
didalam ranah publik. Masyarakat Indonesia selalu Surat Edaran Bupati Tentang kewajiban
mengaitkan perempuan dengan ruang domestik saja, Pamekasan, Jawa Timur berjilbab bagi
sehingga muncul kesadaran dari seorang perempuan No. 450 tahun 2002 karyawan perempuan
Jawa R.A Kartini yang memperjuangkan hak-haknya Surat Edaran Bupati Tentang kewajiban
sebagai perempuan. Pelajaran yang sangat berharga Maros, Sulsel Tertanggal berjilbab tentang
telah kita dapatkan dari sosok R.A Kartini, perempuan 21 oktober 2002 kewajiban berjilbab
Jawa yang diharuskan dipingit dan tidak di boleh bagi karyawan
menempuh pendidikan. ini adalah kesalahan tempoh pemerintah
dulu budaya yang memarginalkan perempuan. Proses Perda Bupati Tasikmalaya Perda tentang
pembelajaran masyarakat Jawa pada saat itu pesantren No. 451/SE/04/Sos/2001 mewajibkan para
dan perguruan sehingga menurut Kuntowijoyo (2006) pelajar perempuan
pesantren dan perguruan mewakili tradisi-tradisi yang mengenakan baju
melampaui batas-batas kelompok sosial dalam kurung dan jilbab
amsyarakat, sekalipun ada kalahnya tradisi itu juga
Perda Solok, Sumbar Perda tentang
mewakili oleh kelompok yang secara sempurna
tahun 2000 mewajibkan para
mendukung cita-cita kultural suatu tradisi. Keputusan
pelajar perempuan
yang diambil berdasarkan patriarki adalah keputusan
mengenakan baju
yang mewakili kultursuatu tradisi.
kurung dan jilbab
Intruksi Walikota Padang, Tentang perintah wajib
Berdasarkan data tidak hanya tempoh dulu, banyak
No.451.422/Binsos- jilbab dan busana
perda yang masih menganggap perempuan masih
III/2005 tertanggal 7 Islami bagi orang islam
dianggap lemah dan tidak layak berada di ruang publik,
dan anjuran
seperti perda-perda di tabel 2; sebagian besar perda
memakainya untuk
tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini
non-muslim
menunjukkan bahwa budaya patriarki masih ada di
Sumber: Mulia (2007), diolah
Indonesia, budaya yang memarginalkan kaum
perempuan secara pekerjaan, pendidikan dan
kepemimpinan. Perda di atas menunjukkan perhatian pemerintah
terhadap perempuan cukup tinggi, namun dalam setiap
54
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
perda tersebut diperuntukkan bagi kaum perempuan. Meningkatkan partisipasi perempuan berarti meningkat
Sehingga ruang gerak perempuan terbatas, dan secara kuantitatif jumlah perempuan dalam parlemen
perempuan yang dianggap sumber masalah dalam dan meningkatkan kualitas perempuan baik secara
kehidupan bermasyarakat. Tentunya dalam setiap pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya. Mendorong
kebijakan dipengaruhi oleh agama dan budaya kebebasan perempuan untuk berada diruang publik.
masyarakat yang masih kental. Pikiran sosiologis dalam Demokrasi dinyatakan sebagai Meningkatkan
Kuntowijoyo (2006) tentang hubungan agama yang keterlibatan perempuan dalam dunia politik tentunya
dalam masyarakat berfungsi sebagai pembentuk dunia akan berdampak baik terhadap negara itu sendiri,
(worl-construction) dan pelestari dunia (world sehingga dalam setiap keputusan akan sensitif
maintenance) juga dapat menyebabkan orang menjadi gender.Meningkatkan partisipasi perempuan dalam
terasing, karena untuk membentuk dan melestarikan, bidang politik tentunya dibutuhklan suatu pergeseran
agama mempunyai daya mengasingkan dan meniadakan paradigma tentang perempuan. Cara berpikir yang
pengasingan itu. Perempuan adalah korban pengasingan terbuka terhadap setiap tindakan yang dilakukan oleh
yang secara realitas sosiologis perempuan perempuan dalam ruang publik. Perubahan cara
termarginalkan, dalam prosesnya memiskinkan kaum berpikir ini sangat penting dalam percepatan
perempuan, marginalisasi terjadi di berabagai tempat pembangunan di Indonesia.
pekerjaan, pendidikan, masyarakat atau kultur dan
bahkan negara (Fakih, 2013). Ketika berbicara politik Indonesia adalah negara yang turut serta dalam
tentunya tidak terlepas juga dari agama, partai di menandatangani Deklarasi Universal Hak Asasi
Indonesia pun terbentuk berdasarkan keagamaaan, Manusia atau Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
seperti PKB, PKS. Meskipun Indonesia secara Undang- Diskriminasi terhadap Perempuan (The Convention on
Undang telah mengakui dan menginginkan keterlibatan the Elimination of All Forms of Discrimation Against
perempuan dalam politik, tetapi pada realitasnya Women/CEDAW) dan perjanjian mengenai Hak Politik
partisipasi perempuan masih sangat rendah dan tidak Perempuan (Convention on the Political Right of
mencukupi kuota 30% yang telah ditentukan. Women). Dengan turut sertanya Indonesia dalam
kesepakatan global tersebut maka Indonesia memiliki
Kultur patriarki di Indonesia dipengaruhi oleh agama, tanggung jawab terhadap keterlibatan perempuan dalam
sehingga menyebabkan ketidakadilan gender dalam politik, sehingga pembangunan yang diinginkan adalah
masyarakat indoensia. Tetapi bukan semata kita pembangunan direncanakan secara responsif gender.
memandang agama adalah pembatas perempuan untuk Perencanaan yang responsif gender adalah perencanaan
dapat berada di ranah domestik, seperti perempuan yang berdasarkan hasil analisis secara sistematis
dalam peradaban Islam, kaum perempuanlah yang terhadap data dan informasi yang terpilah menurut jenis
pertama kali mengakui Islam dan kenabian Muhammad, kelamin, dengan mempertimbangkan isu-isu gender
dan perempuanlah yang berperan dalam perjuangan yang muncul sebagai hasil dari pengalaman, kebutuhan,
Islam kalah itu. Menghormati Hak Asasi Manusia aspirasi dan permasalahan yang dihadapi perempuan
adalah salah satu konsep politik yang terpenting adalah atau laki-laki dalam mengakses dan memanfaatkan
penghargan dan penghormatan terhadap manusia. intervensi kebijakan/program/kegiatan pembangunan
Tetapi tidak serta merta hak asasi manusia dapat (Bappenas, 2007). Dalam Cairo Declaration on Human
dipenuhi, karena masih ada hak-hak orang lain yang Rights in Islam (1990) perempuan sama dengan laki-
mesti kita hormati. Dalam hal ini hak laki-laki dalam laki dalam dalam martabat manusia (woman is equal to
dunia politik telah mendominasi, dan mengklaim politik man in human dignity). Menurut Undang-Undang 1945
adalah maskulin (Mulia, 2007). Bahwasanya perempuan dan laki-laki sama secara formal.
perempuan pada hakikatnya mampu bekerja sama
baiknya dengan kaum laki-laki (Kartono, 1992). Politik Dengan perjanjian global tersebut masyarakat Indonesia
membutuhkan actor perempuan dan laki-laki sebagai sudah seharusnya merubah sudut pandang tentang
agen yang akan merencanakan, membuat, dan kontrol perempuan, perempuan yang selalu dipandang lemah
terhadap pembangunanan, dengan tidak memarginalkan dan tidak layak berada di ruang publik. Berbagai sendi
salah satu aktor yaitu perempuan dan laki-laki. Bukan pemerintahan yang berkaitan dalam pembuatan
hal yang mudah dalam menggeser paradigma lama. kebijakan dalam pembangunan. Seharusnya melibatkan
Dibutuhkan kerja keras dan keinginan masyarakat perempuan. Hegemoni kultural yang mengklaim dunia
Indonesia untuk merubah semua pandangan yang politik adalah dunia maskulin harus mampu dihentikan
memarginalkan perempuan di berbagai sektor. oleh perempuan untuk melibatkan diri secara aktif dan
Membangun Partisipasi Perempuan dalam Bidang mandiri dalam dunia politik, politik adalah ruang
Politik bersama dalam mengambil setiap kebijakan untuk
keejahteraan hidup manusia baik perempuan maupun
55
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
laki-laki harus melibatkan kedua belah pihak tanpa editing abstract dalam Bahasa inggris. Tentunya tulisan
adanya marginal disalah satu pihak (Mulia, 2007). ini tidak luput dari kesalahan maka dengan ini penulis
Sesuai dengan Pancasila yang terbmuat dalam Undang- menerima seluas-luasnya kepada pemebaca atas saran
Undang Dasar 1945, keadilan sosial bagi seluruh rakyat dan masukan yang bermanfaat untuk saya kedepannya.
Indonesia. Terima kasih untuk semua panitia yang telah bekerja
keras untuk dapat melaksanakan kegiatan ini, termasuk
SIMPULAN akan membuat proceding tulisan ini.
Dari kajian diatas bahwa budaya masyarakat Indonesia
bukan penghalang dalam setiap pembangunan. DAFTAR PUSTAKA
Kesadaran masyarakat akan pentingnya responsif Jurnal Perempuan untuk pencerahan dan kesetaraan.
gender dalam setiap perencanaan pembangunan. Sudah ISSN : 1410 – 153X, No. 46, 2006, Yayasan Jurnal
seharusnya pemerintah bertanggung jawab dalam Perempuan, Cetakan Pertama, Jakarata, Januari
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) 2006.
khususnya perempuan, baik dalam bidang pendidikan, Jurnal politica, Pusat Pengkajian,Pengolahan Data dan
sosial, ekonomi, budaya dan politik. Sesuai dengan Informasi (P3DI), vol.4 no.1, hal 001-156, Jakarta
perjanjian yang telah diikuti di tingkat global dan Mei 2013, ISSN 2087-7900.
mewujudkan cita-cita Bangsa yang termuat dalam Kartikasari.Dian. 2013. Artikel Keterwakilan
Undang-Undang Dasar 1945. Partisipasi perempuan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan
dalam bidang politik cukup rendah dengan tidak ke depan oleh Disampaikan dalam Konferensi
tercukupinya quota 30% di parlemen. Dengan INFID , Pembangunan Untuk Semua, Jakarta 26‐27
menghargai hak-hak kaum perempuan, membuka November 2013
seluas-luasnya kepada perempuan untuk dapat Bappenas. 2007. Gender Analysis Pathway (GAP): Alat
berpartisipasi dalam politik, hal ini adalah wujud dari Analisis Gender Untuk Perencanaan Pembangunan.
pencapaian cita-cita bangsa yaitu keadilan sosial bagi Jakarta: Bappenas
seluruh rakyat Indonesia. Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender dan
Transformasi Sosial. Yogyakarta: INSISTPress
Perencanaan pembangunan yang responsif gender Holzner, Brigitte dan Ratna Saptari. 2016. Perempuan,
dilakukan dengan mempertimbangkan akses yang sama Kerja dan Perubahan Sosial (Sebuah pengantar
antara laki-laki dan perempuan. Mengingat studi perempuan). Jakarta: Kalyanamitra
pembangunan di Indonesia sedikit sekali yang responsif Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat.
gender, kemudian hambatan budaya yang dihadapi Yogyakarta: Tiara Wicana
perempuan Indonesia adalah satu permaslahan yang Kartono, Kartini. 1992. Psikologi Wanita (Mengenal
harus diselesaikan dengan menghargai hak-hak Gadis Remaja dan Wanita Dewasa). Bandung: CV.
perempuan, stereotip gender yang melekat pada Mandar Maju
perempuan dan laki-laki dapat berdampak terhadap Mulia, Siti Musdah. 2007. Menuju Kemandirian Politik
setiap pembangunan yang dilakukan di Indonesia. Perempuaan (Upaya Mengakhiri Depolitisasi
Perempuan di Indonesia).Yogyakarta: Kibar Press
UCAPAN TERIMA KASIH Olla, Paulinus Yan. 2014. Spritualitas Politik (
Ucapan terima kasih kepada Allah SWT, yang telah Kesucian Politik dalam Perspektif Kristiani).
melancarkan dalam tulisan ini, terimakasih kepada Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
kedua orang tua saya yang telah mendoakan dalam Rajab, Budi. 2005. Profil Perempuan dalam Lembaga
kelancaran pendidikan saya, sehingga saya dapat Politik (Kajian tentang keterlibatan perempuan
mengikuti seminar nasional. Terima kasih teman Pasca dalam partai politik di kabupaten dan kota
Sosiologi 2015 yang bersedia memberikan masukan dan Cirebon). Bandung: Universitas Padjadjaran
saran terhadap tulisan ini, terima kasih kepada fahima Shadily, Hassan. 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat
Saifudin dan heni ismiati yang telah membantu dalam Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
i
Jurnal politica, Pusat Pengkajian,Pengolahan Data
dan Informasi (P3DI), vol.4 no.1, hal 001-156, Jakarta
Mei 2013, ISSN 2087-7900.
56
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Eni Maryani
Program Studi Doktor Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran)
e-mail: emaryani@gmail.com/eni.maryani@unpad.ac.id
Agus Setiaman
Program Studi Manajemen Komunikasi, Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
.Detta Rachmawan
Program Studi Manajemen Komunikasi, Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
57
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
bukan perempuan baik-baik, karena dalam masyarakat perempuan yaitu 1) perempuan sudah kalah start dalam
hal itu tidak dibenarkan. politik dengan laki-laki, 2) perermpuasn memiliki
Berdasarkan segala batasan yang ditetapkan secara beban yang berlapis milik perempuan (privat, publik
budaya dan stigma yang dilekatkan pada perempuan dan komunitas), 3. Perempuan umumnya memiliki
maka ruang kehidupan kemudian dipilah-pilah, mana kemampuan ekonomi lebih rendah dibandingkan
yang dapat dimasuki perempuan mana yang tidak. dengan laki-laki, 4). Pendidikan politik yang dimiliki
Secara umum ruang dan beragam aktivitas di ranah perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki,
publik bukan untuk perempuan. Perempuan tempat 5) terdapat label nilai patriarki lewat budaya dan agama
idealnya adalah di ruang domestik, baik keberadaan dan terhadap perempuan (WRI, 2009).
aktivitasnya. Pemilahan ranah ini akhirnya juga terkait
dengan isu yang dilekatkan sebagai urusan atau bidang Perempuan dalam budaya patriarki pada umumnya
laki-laki atau perempuan. dikonstruksikan secara sosial dan politik untuk
menyandang peran, mengemban karakter serta
Masyarakat Barat menurut Beasley (1999) dalam Fajari berperilaku pada “ruang gerak” yang dinamai ranah
(2010,12) memiliki formulasi malestream sebagai privat (pribadi). Kadarnya memang bervariasi dari yang
oposisi biner seperti dalam tabel berikut ; ekstrim eksklusi hingga yang lebih moderat serta yang
lebih cair berfusi. Walaupun kadarnya berbeda-beda,
TABEL 1. FORMULASI MALESTREAM namun semuanya tetap bersifat menghambat dalam arti
Oposisi Biner Oposisi Biner tidak membiasakan perempuan untuk mampu berkiprah
Man Woman Freedom Bondage pada ranah publik. Ada semacam hadangan sosial-
Subject Object Active Passive politik yang membuat perempuan harus menggandakan
Culture, Society Nature Public Private modal dan daya yang harus dikeluarkan lebih berat dan
Human Animal General, Particular pelik dibandingkan dengan laki-laki saat memasuki
Universal dunia politik (.
Reason Emotion Politic, Law Personal,
Morality Familia, Simone De Beauvoir dalam salah satu tulisan di
Biological bukunya menggambarkan sosok manusia perempuan.
Logic Intuition Presence Absence Filsuf Perancis itu mengungkapkan ‘one is not born,
Selfhood, Being Otherness, Light Dark rather becomes a women’ perempuan tidak semata-
Non-being mata dilahirkan, perempuan adalah proses menjadi
Independence Depen- Good Evil
(Prabasmoro dalam Tong, 2006: xiv).
dence
Autonomy Intercon-
nection, Proses “menjadi” seperti yang dikemukakan oleh De
Nurture Beauvoir menggambarkan dinamika seorang manusia
menjadi perempuan, karena seorang perempuan lebih
terikat pada berbagai proses konstruksi sosial tentang
Politik adalah salah satu isu yang dalam batasan budaya dirinya. Beragam hambatan yang dimiliki mereka
bukan untuk perempuan. Politik adalah isu publik yang berkelindan dengan potensi yang mereka miliki dan
layaknya dikelola oleh laki-laki. Begitu pula beragam dinamikanya sangat tergantung dari konteks sosial
aktivitas politik yang bukan bernilai domestik. Tidaklah tempat mereka berada. Oleh karena itu proses
mengherankan apabila kemudian perempuan yang ‘menjadi’ dipahami bukan sesuatu yang bersifat
terkait dengan isu politik masih minim begitu pula general akan tetapi sangat dinamis, kontekstual dan
keberadaaanya di ruang publik. tidak dapat menafikan perempuan sebagai ‘diri’.
Afirmatif action adalah salah satu kebijakan yang Berdasarkan beberapa studi dan pemikiran sebelumnya
memberi peluang bagi perempuan berkiprah di dunia maka keberadaan perempuan dan laki-laki dimaknai
politik atau secara khusus di parlemen. Kebijakan secara berbeda baik dalam kerangka pemikiran yang
tersebut ditetapkan terkait dengan minimnya bias gender dalam masyarakat patriarki. Hal ini terbukti
perempuan yang menjadi anggota parlemen. Menurut dengan beragam batasan yang dilekatkan pada
penelitian Woman Research Indonesia (WRI, 2009) perempuan. Selain itu terdapat pandangan laki-laki dan
kebijakan afirmatif action, secara signifikan menaikan perempuan dalam oposisi biner yang saling berlawanan
prosentasi perempuan di Parlemen. antara laki-laki dengan perempuan seperti dalam kata-
kata reason-emotion, independence-dependence.
Walaupun dalam penelitian yang sama WRI
menyatakan beberapa hambatan yang dihadapi caleg Realitas yang terjadi terkait dengan partisipasi
58
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
[1] 1
www.newsth.com//berita-“Inilah Nara Masista Rakhmatia,
Diplomat Cantik RI yang Sukses”‘Tampar’ Mulut 6 Pemimpin
dunia di PBB
59
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
9) “5 Fakta Nara Masista, Diplomat Muda yang jadi Kata muda dan junior bila dilekatkan kepada sebuah
Singa Podium d PBB” (Liputan6.com). profesi menjadi kata yang justru mengurangi
10) “5 Gaya Mencuri Perhatian Nara Rakhmatia kredibilitas dari kemampuan seseorang dalam profesi
Diplomat Cantik Indonesia”. (Liputan6.com). tersebut. Diplomat muda atau diplomat junior menandai
Empat dari 10 berita tertanggal 29 September 2016 di bahwa sebagai diplomat Nara dianggap belum matang
media online yang diobservasi dan membuat atau ahli karena masih muda atau junior. Seseorang
pemberitaan dengan judul yang memuat kata ‘Cantik’ . yang dikenal dalam profesi tertentu dan disebut sebagai
Tiga pemberitaan menyebut Nara sebagai ‘Diplomat senior umumnya merujuk pada keahlian yang dianggap
Cantik” dan terdapat satu judul pemberitaan yang sudah mempuni seperti jurnalis senior, mahasiswa
menyebut Nara dengan kata ‘Cewek cantik’ dalam senior, pegawai senior dan lain-lain.
judul pemberitaannya.
Begitu pula sebutan lain terkait dengan profesi Nara
Selanjutnya terdapat tiga pemberitaan yang sebagai diplomat yaitu Diplomat RI. Kata RI dan
menggunakan kata ‘diplomat muda’ untuk menyebut Indonesia juga menjadikan Nara dalam profesinya tidak
Nara dalam judulnya. Dua pemberitaan menyebut nara punya makna terkait dengan keahliannya. Kata “RI atau
sebagai Diplomat Indonesia dan satu pemberitaan Indonesia” setelah kata diplomat hanya menjelaskan
menyebutnya Diplomat RI. Negara diplomat tersebut.
Kata cantik menjadi sesuatu yang dianggap sangat Artinya secara linguistik dan gramatikal maka
penting untuk dilekatkan pada seorang diplomat ditemukan ‘kata-kata’ yang dipilih media online dalam
perempuan. Kata ‘cantik’ menjadi kata keterangan pemberitaannya tentang sosok Nara sebagai diplomat
untuk kata sebelumnya yaitu ’diplomat’. Sebagai bersifat bias gender. Sebagai perempuan walaupun
sebuah profesi seorang diplomat bukanlah profesi peran diplomat akan tetapi mereka tetap dinilai dari ‘daya
‘kecantikan’ menjadi sangat siginifikan profesi di tarik fisiknya’. Sebagai Diplomat Nara juga bukan
bidang hiburan misalnya artis, Diplomat adalah profesi seorang yang ‘ahli’ karena masih muda atau belum
yang mengharuskan kemampuan cukup tinggi baik dari matang dan juga masih ‘junior’. Penulisan Nara
penguasaan bahasa bebrapa asing maupun Diplomat Indonesia atau RI, menegaskan bahwa sosok
kecerdasannya untuk memahami kebijakan atau isu di Nara hanya salah seorang diplomat dari Indonesia.
bidangg politik, ekonomi, budaya sebuah Negara atau
hubungannya dengan Negara lainnya. Pemberitaan liputan6,com pada tanggal 29 september
2016 tentang Nara dalam dua pemberitaannya membuat
Artinya sosok Nara lebih dilihat sebagai perempuan judul pemberitaan dengan menggunakan kata ‘5 fakta’
dengan beragam stigma atau nilai yang dilekatkan pada dan ‘5 gaya, menarik untuk dianalisis dari perspektif
tubuh perempuannya. Apakah seacara fisik dia gender.
tergolong cantik atau tidak? Sebagai perempuan Nara
dipandang sebagai objek yang perlu dinilai dari segi Terkait 5 fakta tentang Nara yang kemudian
kecantikannya dibanding dengan kemampuan atau diungkapkan dalam pemberitaan liputan6.com adalah
potensinya yang diwujudkannya dalam status Nara fakta tentang Nara dengan urutan sebagai berikut ; 1)
sebagai Diplomat. Merujuk pada nilai-nilai patriarki riwayat pendidikan, 2) sudah memiliki pasangan, 3)
maka Nara adalah seorang perempuan yang dinilai dari jenjang karir, 4) aktif di berbagai lembaga penelitian,
keberadaannya sebagai objek tontonan yang lebih dan 5) memiliki kemampuan bahasa asing yang
dinilai dari aspek daya tarik fisiknya bukan mumpuni. Berdasarkan urutan yang disusun terkait
‘kecerdasan’nya. fakta tentang Nara maka setelah diungkapkan
pendidikan Nara yang kemudian dianggap sangat
Pengakuan pada Nara sebagi diplomat juga lebih dilihat penting berikutnya adalah fakta bahwa Nara sudah
dari aspek usianya. Disatu sisi sebutan ‘diplomat muda’ punya pasangan.
dapat diartikan pujian. Akan tetapi disisi lain sebutan
diplomat muda juga menjadikan kata ‘muda’ sebagai Apabila merujuk pada point pertama terkait dengan
keterangan untuk kata diplomat yang sekali lagi tidak pendidikan, pertanyaan yang bisa diajukan adalah
mencerminkan prestasi. Selain muda juga digunakan apakah implikasi keberhasilan atau latar belakang
kata-kata junior yang keduanyanya baik muda atau pendidikan Nara yang mengagumkan, lulusan UI dan
junior bila dilekatkan pada sebuah profesi tidak dua universitas di Luar Negeri kemudian menjadi dasar
mencerminkan ‘prestasi atau keahlian’. keberhasilan selanjutnya dari Nara yaitu ‘sudah
memiliki pasangan’? Sehingga ‘sudah memiliki
pasangan’ harus diungkapkan setelah orang tahu fakta
60
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pendidikan Nara. Mengapa setelah fakta tentang langsung menyatakan bahwa apa yang dilakukan Nara
pendidikan Nara yang selanjutnya diungkapkan bukan hanyalan sebuah ‘gaya’ untuk menarik perhatian.
jenjang karirnya, keaktifannya di berbagai lembaga Peristiwa itu tidak diletakan dalam kerangka peristiwa
penelitian atau kemampuan bahasa asingnya yang politik antar negara yang cukup penting.
mumpuni?. Sebagai diplomat Nara tidak dilihat sedang
Berdasarkan urutan pengungkapan fakta tentang ‘sudah menjalankan tugas negara dalam menjaga integritas dan
memiliki pasangan’ yang diletakan di urutan kedua kedaulatan negaranya dalam pergaulan antar bangsa.
setelah pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa Masih terdapat anggapan bahwa Pemerintah Indonesia
pemberitaan ini banyak memuat nilai-nilai patriarki. belum dapat mengatasi atau menyelesaikan
Pemberitaan ini dapat dimaknai memberikan kerangka pelanggaran HAM di Papua akan tetapi sebagai
konstruksi bias gender yang berlaku dimasyarakat Diplomat Nara harus mennyikapinya. Nara menyatakan
patriarki bahwa ‘fakta penting yang menentukan nilai keikutsertaan Indonesia dalam meratifikasi usaha untuk
perempuan’ termasuk yang pintar atau memiliki mengupayakan penegakan HAM lebih bainyak
pendidikan yang sangat mengagumkan adalah menjadi dibanding negara yang menggugat Indonesia, seperti
seorang isteri dan memiliki anak. Jika Nara diungkapkan dalam jawabannya di forum tersebut ;
berpendidikan tinggi dan kebetulan belum menikah Indonesia sudah meratifikasi delapan dari sembilan
atau belum mampu melahirkan anak maka runtuhlah instrumen utama HAM, semuanya terintegrasi dalam
‘nilai Nara’ karena dia tidak sesuai dengan yang sistem hukum nasional kami dibanding hanya empat
diharapkan masyarakat terhadap perempuan. Karena itu oleh negara Kepulauan Solomon, dan lima oleh
fakta ‘sudah memiliki pasangan harus menempati’ negara Vanuatu.
urutan pertama setelah keterangan pendidikan Nara.
Sebagai diplomat Nara menjalankan tugasnya dan cara
Diletakannya fakta ‘sudah memiliki pasangan’ dalam yang diambilnya adalah menjelaskan bahwa Indonesia
uruatan kedua setelah fakata ‘riwayat pendidikan’ juga telah meratifikasi upaya penegakan HAM dalam
menjadikan fakta sebelumnya yaitu ‘riwayat pergaulan internasionalnya. Sebagai Diplomat tidak
pendidikan Nara yang mengagumkan, menjadi tidak mungkin Nara mengecam pemerintahnya sendiri di
penting. Mengapa tidak penting? Fakta ‘riwayat forum internasional. Secara formal dia menegaskan
pendidikan’ menjadi tidak penting karena walaupun bahwa forum tersebut bukan saatnya untuk membahas
disebut pertama akan tetapi tidak menjadi dasar Nara isu yang dipertanyakan.
untuk mendapatkan fakta ‘sudah memiliki pasangan’.
Tidak ada relevansinya antara hebatnya ‘riwayat Apa yang dilakukan Nara jelas bukan sekedar gaya
pendidikan’ Nara dengan fakta bahwa Nara ‘sudah akan tetapi mewakili negaranya dalam hubungan
memiliki pasangan’. Karena fakta ‘sudah memiliki internasional pada forum resmi antar bangsa. Aktivitas
pasangan’ bukan ditentukan dari keberhasilan Nara adalah aktivitas politik luar negeri Indonesia
pendidikan yang ditempuh atau kecerdasan seseorang. sebagai negara yang berdaulat. Akan tetapi pemberitaan
liputan6.com sebagai media mengkonstruksinya
Pemberitaan berjudul; ‘5 fakta…” dalam analisis sebagai sesuatu yang tidak bernilai politis akan tetapi
gender merupakan berita dengan ideologi patriarki sekedar ‘gaya’ untuk menarik perhatian. Frame berita
mengenai ‘perempuan ideal’ dalam masyarakat. itu seolah-olah lebih cocok untuk seorang perempuan
Perempuan ideal dalam masyarakat patriarki adalah yang lebih dilihat dari ke-belia-annya dan
perempuan yang menjadi isteri dan menjadi ibu atau kecantikannya. Karena belia dan cantik lebih sesuai
memiliki anak. Bagi masyarakat patriarki peran sebagai dilekatkan pada sosok seorang perempuan yang
isteri dan ibu adalah pencapaian terbaik perempuan. kemudian digunakan ‘untuk’menarik perhatian atau
Nilai perempuan tidak ditentukan oleh pendidikan yang menjadi tontonan. Begitulan peran perempuan
dapat ditempuh, karir yang dapat dicapai, maupun dimaknai dalam nilai-nilai budaya patriarki atau
keahlian yang dimiliki. Pemberitaan dengan judul ‘5 formulasi malestream yang bias gender.
fakta tentang Nara…’ merupakan proses yang bersifat
ideologis terkait dengan transformasi nilai-nilai Selanjutnya pemberitaan berjudul “Nara Masista,
patriarki tentang peran perempuan dalam masyarakat. diplomat muda di simpang pujian dan kritik” juga
menarik untuk dianalisis lebih lanjut. Pemberitaan ini
Selain berita tentang ‘5 fakta’ tentang Nara pada dasarnya memiliki frame yang hampir sama
Liputan6.com dalam hari yang sama juga mengunggah dengan penyebutan Nara sebagai ‘diplomat muda’ atau
berita tentang Nara dengan jugul “5 Gaya Mencuri ‘diplomat junior’. Pada pemberitaan berjudul “Nara
Perhatian Nara Rakhmatia Diplomat Cantik Indonesia”. Masista, Diplomat Muda di Simpang Pujian dan
Judul pemberitaan liputan 6.com ini secara terbuka Kritik”, isi pemberitaan disusun dengan framing berita
61
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
yang menempatkan posisi Nara sebagai diplomat untuk menjawab pernyataan para kepala
memiliki banyak kelemahan dan bukan sesuatu yang pemerintahan negara-negara”
layak dipuji. Di dalam isi berita tersebut, pada awal
pemberitaan, redaksi menuliskan ; Selain kutipan di atas masih terdapat 4 alinea yang
“Alih-alih dijawab seorang pejabat senior, berisi pandangan Made yang mengkritik tampilnya
Indonesia justru memberikan kesempatan pada Nara dan juga ha yang disampaikan oleh Naras, dalam
diplomat belia untuk menyampaikan sikap forum PBB tersebut.
pemerintah. Nara pun berbicara selama lebih kurang
empat menit di hadapan majelis” Belum cukup dengan mengutip pandangan Made
sebagai seorang peneliti yang dipertentangkan dengan
Kata “alih-alih” dalam bahasa Indonesia hampir sama pendapat atau pujian Alina -yang bukan siapa-siapa-,
dengan arti pernyataan ‘bukannya dilakukan terhadap Nara, selanjutnya dirujuk pula pendapat dua
oleh…akan tetapi justru dilakukan oleh…” . Dengan pelawak yang cukup dikenal yaitu Arie Kriting dan
kata lain penggunaan kata ‘alih-alih’ untuk membahas Ernst Prakarsa.
situasi Nara adalah menandai adanya situasi yang
seharusnya tidak terjadi. Secara tidak langsung Walaupun mereka berdua bukan peneliti atau pengamat
pemberitaan itu sudah membuat frame bahwa hubungan internasional maupun politik, akan tetapi
seharusnya pihak Indonesia tidak meminta Nara untuk publik lebih mengenal Arie Kriting dan Erns Prakarsa
berbicara mewakili jawaban Indonesia dalam forum dibanding Alina Mahel. Redaksi kemudian mengutip
tersebut. Tentu saja selain karena Nara adalah diplomat pendapat Arie Kriting yang meremehkan Nara dalam
yang masih ‘belia’. Kata belia juga digunakan untuk ungkapan berikut:
menggantikan kata muda yang lebih merujuk pada "Nona ini sudah pernah ke Papua? Sudah riset? Kalau
‘perempuan’ dibanding laki-laki. Artinya Nara adalah memang bangsa kita, sebaik itu mengenai HAM,
perempuan ‘belia’ yang belum pantas mendapat Munir masih hidup," sindir @Arie_Keriting, yang
kesempatan sepenting itu. dikenal dengan gaya komedi khas Indonesia Timur.
Diawali dengan kerangka ideologi seperti itu maka Selanjutnya sindiran terhadap tidak pantasnya apa yang
kutipan-kutipan dari beberapa pendapat yang dimuat Nara lakukan dipuji atau dianggap sebagai sebuah hal
dalam berita tersebut semakin menegaskan framing yang membanggakan sebagai prestasi seorang diplomat
berita yang dibangun. Kutipan pertama adalah status muda yang cerdas, dimuat pula kutipan dari tulisan Erns
facebook seorang perempuan bernama Alina. Isi berita Perkasa di media sosial, yang menggugat kebenaran
menuliskan hal berikut. ucapan Nara dalam forum tersebut, dalam tulisan
“dalam statusnya, Alina memuji strategi diplomasi berikut :
pemerintah Indonesia, dengan mengirim seorang "Komitmen Indonesia terhadap HAM tidak perlu
diplomat junior untuk menjawab kritik dari enam dipertanyakan lagi, she said. Justru rapor paling
kepala pemerintahan. Alina pun menyebut merah Jokowi sampai saat ini adalah soal HAM,"
penampilan Nara bak angin segar, yang
menunjukkan kaderisasi diplomat di Kemlu berjalan Analisis terhadap sepuluh pemberitaan tentang Nara
baik”. Masista Rakhmiati telah mengungkapkan beberapa
tanda, symbol, dan peristiwa yang mengkostruksi
Selanjutnya dikatakan bahwa status Alina Mahamel makna perempuan yang layak dikaui dan
(tanpa keterangan tentang Alina ini siapa) menjadi viral dikembangkan di dalam masyarakat.
yang mendapat likes dari 1500 orang dan di share oleh
700 orang. Akan tetapi setelah kutipan pendapat Alina Pemberitaan Hilary Clinton
tersebut, pemberitaan dilanjutkan dengan kutipan status Analisis terhadap pemberitaan Hilary Rodham Clinton
facebook Made Supriatma yang disebutkan sebagai di media online mencakup berita-berita berikut ;
peneliti yang langsung menyerang keputusan untuk 1) Hillary Clinton's Beijing Speech on Women
menggunakan Nara sebagai pembicara dalam forum Resonates 20 Years Later
tersebut. 2) Donald Trump's Stamina Attack on Hillary Clinton
Stirs Talk of Gender Bias
Pemaparan Redaksi tentang apa yang diungkapkan 3) Fox New Reporter Jennifer Griffin Blasts Donald
Made dalam statusnya adalah sebagai berikut : Trump's Claims of Widespread Media Bias For
“Lebih kurang, Made mengatakan, Indonesia telah Clinton
melakukan penghinaan kepada negara-negara 4) 'Nasty Woman" is an Insult We Know Only too
Pasifik dengan menampilkan diplomat junior Well
62
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
5) US Newspapers Overwhelmingly Favor Clinton, perempuan yang dianggap tidak akan mampu mengurus
none Back Trump. berbagai permasalahan politik.
Hillary Diane Rodham Clinton, atau Hillary Clinton,
adalah politisi dari Partai Demokrat yang kini juga Masih terdapat beberapa pemberitaan dan komentar
menjadi kandidat presiden Amerika Serikat. Bila nanti politis mengenai Hillary Clinton yang bersifat bias
ia memenangkan pemilihan presiden pada hari Selasa, gender. Hal ini juga terutama dikarenakan adanya
8 November 2016, maka ia akan tercatat sebagai beberapa komentar dari Donald Trump yang sering
Presiden perempuan pertama yang dimiliki oleh mengeluarkan pernyataan kontroversial secara terbuka
Amerika Serikat. Sebelum akhirnya maju menjadi mengenai beberapa keburukan Hillary Clinton.
kandidat presiden, ia juga pernah menjabat sebagai Misalnya saja, ketika beberapa waktu lalu Hillary
sekretaris negara pada kepemimpinan era presiden diberitakan mengalami masalah kesehatan, Donald
Barrack Obama. Trump mengeluarkan pernyataan bahwa Hillary "tidak
terlihat" seperti presiden, dan tidak akan memiliki
Pada tahun 1995, saat ia diberi kesempatan oleh United stamina untuk mengalahkan ISIS atau pihak-pihak lain
Nation (UN) untuk berpidato dalam konferensi yang akan mengancam Amerika Serikat. ia
perempuan sedunia bertajuk "Fourth World Conference membandingkan Hillary dengan dirinya yang "lebih
on Women: Action for Equality, Development and pantas" untuk menjadi presiden. Pemberitaan tentang
Peace" di Beijing, China, ia memberikan salah satu Hillary saat itu memperlihatkan bahwa Trump dan
pernyataan yang cukup kontroversial dan terkenal yaitu beberapa media yang konservatif lainnya menyerang
"hak asasi manusia adalah hak perempuan, dan hak Hillary sebagai seseorang yang dianggap lemah secara
perempuan adalah hak asasi manusia" 2. fisik dibandingkan dengan Donald Trump 3 . Namun
menariknya, meskipun Trump dikenal memang sering
Pernyataan Hillary Clinton tersebut merupakan salah mengeluarkan penryataan yang bernada merendahkan,
satu pernyataan yang menunjukkan posisinya dalam isu saat ini, salah satu narasi yang sedang dibangun oleh
gender dan feminisme. Selepas pidato tersebut berita- Donald Trump adalah bahwa pemberitaan media sangat
berita yang berkembang di Amerika Serikat bias dalam mendukung pencalonan Hillary Clinton. Ia
menunjukkan beberapa tanggapan yag berbeda. mengatakan bahwa media banyak membentuk citra
Beberapa media menulis bahwa apa yang dikatakannya positif Hillary dan sebaliknya menjelek-jelekkan
merupaka sebuah hal yang berani dan menginspirasi, dirinya 4.
akan tetapi ada pula media-media yang mengatakan
bahwa ia hanya mengatakan hal tersebut demi sebuah Dalam acara debat presiden (19/10) yang banyak
ketenaran dan juga kepentingan politik. Beberapa ditayangkan secara langsung oleh media, Donald Trump
politis konservatif bahkan menuduh dirinya sebagai kembali mengeluarkan sebuah pernyataan kontroversial
seorang "feminis radikal" dan mengatakan bahwa ia dengan mengatakan Hillary sebagai "Nasty Woman"
membawa beberapa agenda tentang perempuan yang atau seorang "Perempuan yang buruk" 5. Meskipun saat
dianggap tabu. itu pernyataannya tidak ditanggapi langsung oleh
Hillary, namun beberapa saat setelah debat berakhir
Setelah menyatakan diri untuk maju sebagai kandidat banyak media yang kemudian kembali menyerang
presiden dari partai demokrat, pemberitaan mengenai Trump sebagai seseorang yang gemar melakukan
dirinya meningkat dengan sangat tajam. Beberapa intimidasi yang bersifat bias gender. Hal ini
berita dari media yang dikenal memiliki agenda memperlihatkan bahwa saat ini beberapa media besar di
konservatif terkadang menyudutkan dirinya sebagai Amerika Serikat mulai melakukan pemberitaan yang
seseorang yang tidak mengurus keluarganya dengan terkesan positif dan perlahan menghilangkan bias-bias
baik. Misalnya dengan mengeluarkan beberapa isu terkait gender dalam pemberitaan Hillary Clinton.
terutama terkait kasus pelecehan seksual yang
dilakukan oleh suaminya yang juga presiden amerika Salah satu media terbesar di Amerika Serikat, New York
serikat pada waku itu, Bill Clinton. Seringkali pula Times (NYT) misalnya, telah secara terbuka
media-media konservatif ini memberikan pernyataan menyatakan diri untuk mendukung pencalonan Hillary.
mengenai kapabilitas Hilary sebagai seorang Dalam tulisannya, NYT memberikan pernyataan
mengenai berbagai nilai positif yang dimiliki oleh
2
http://www.nytimes.com/politics/first-draft/2015/09/05/20- 4
http://people.com/tv/fox-news-reporter-jennifer-griffin-blasts-
years-later-hillary-clintons-beijing-speech-on-women-resonates/ donald-trump-claims-media-bias-favoring-hillary-clinton/
3
http://www.dailynews.com/government-and- 5
https://www.theguardian.com/commentisfree/2016/oct/20/nasty-
politics/20160823/donald-trumps-stamina-attack-on-hillary-clinton- woman-insult-hillary-clinton
stirs-talk-of-gender-bias
63
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Hillary Clinton dan juga mengatakan bahwa saat ini memadai dilihat dari pendidikan yang berhasil dia
sangat penting bagi masyarakat untuk mendukung tempuh sebagai dasar keberhasilannya, kemampuannya
dirinya menjadi presiden perempuan pertama dan membangun karirnya, kompetensi, keahliannya dan
mengalahkan Donald Trump sebagai kandidat presiden kecerdasannya sebagai diplomat dalam menjalankan
dari partai republikan. Secara spesifik NYT mengatakan tugasnya.
bahwa dukungan mereka bersumber dari kapabilitas
intelektual Hillary dan pengalamannya selama berkarir Keberhasilan Nara adalah karena dia telah memiliki
di pemerintahan maupun organisasi publik lainnya. pasangan atau menjadi seorang isteri, dan telah
"Our endorsement is rooted in respect for her melahirkan dua anak serta memiliki kecantikan yang
intellect, experience, toughness and courage over a dapat dijadikan sebagai alat untuk menarik perhatian
career of almost continuous public service, often as atau tontonan dengan gayanya. Keberadaan Hilary
the first or only woman in the arena" (NYT Editorial sdbagai kandidiat presiden juga sering dikaitkan dengan
Board) tugasnya sebagai ibu yang harus mengurus
keluarganya, dan juga keberadaannya sebagai isteri
Namun saat ini mulai muncul beberapa kecurigaan dari Bill Clinton.
mengenai bias media yang besar kepada Hillary Clinton.
Dalam penelusuran berita terkait dirinya yang dilakukan Pemberitaan tentang Nara dan Hilary menyiratkan
melalui Search Engine GOOGLE selama bulan oktober, makna bahwa kemampuan atau keberhasilan seorang
beberapa pemberitaan mengenai Hillary Clinton kini perempuan dalam ranah politik yang dianggap sebagai
mulai banyak didominasi oleh pemberitaan positif ranah kaum laki-laki di dalam masyarakat patriarki,
mengenai dirinya. Mengikuti jejak NYT yang secara kadangkala masih sulit diterima.
terbuka menyatakan dukungannya terhadap Hillary,
beberapa media besar lain di Amerika Serikat seperti Perempuan lebih sulit untuk dapat diakui
Washington Post, NBC News, Boston Globe, CBS keberhasilannya diluar perannya sebagai ibu atau isteri
News, dll juga saat ini mulai membuat frame didalam masyarakat. Perlu waktu yang cukup lama
pemberitaan yang mendukung Hillary dan menyudutkan untuk dapat mengubah pemberitaan media yang negatif
Trump. Misalnya saja terlihat dari beberapa judul menjadi lebih positif tentang politisi perempuan.
Headline yang sama 6.
DAFTAR PUSTAKA
Beberapa hal yang telah dipaparkan di atas Prabasmoro, Priyatna. Aquarini, 2006. Kajian Budaya
memperlihatkan bagaimana realitas politik sangat Feminis: Tubuh, Sastra, dan Budaya Pop,
mempengaruhi pemberitaan yang terjadi di media. Yogyakarta: Jalasutra.
Meskipun saat ini semakin jarang media yang Fajaria, Indah, Posfeminis Era Spice Girls; Analisis atas
memberitakan Hillary dengan sentimen negatif dan Sepuluh lirik lagu dan Penampilan panggung Spice
bersifat bias gender, dapat dikatakan bahwa hal tersebut Girls. http://lib.ui.ac.id/ file? File digital/128741-
belum tentu disebabkan oleh adanya pengetahuan dan T%2026623- Posefeminis%20era- Abstrak.pd
kesadaran gender yang cukup baik pada beberapa media Chozick, A. (2016, September 5). New York Times.
di Amerika Serikat, namun lebih kepada situasi politik Diambil dari New York Times
terkait pemilihan presiden yang saat ini sedang Politics: http://www.nytimes.com/politics/first-
berlangsung. draft/ 2015/09/05/20- years-later-hillary-clintons-
beijing-speech-on-women-resonates/?_r=0
SIMPULAN Colvin, J. (2016, Agustus 23). Dailynews.com. Diambil
Berdasarkan analisis terhadap beberapa peberitaan dari http://www.dailynews.com/government-and-
media online yang telah dipaparkan maka dapat politics/20160823/donald-trumps-stamina-attack-
dimaknai bahwa pemberitaan tentang Nara Masista on-hillary-clinton-stirs-talk-of-gender-bias
Rakhmatia maupun Hilary Clinton masih sarat dengan Mahdawi, A. (2016, October 20). Guardian. Diambil
symbol-simbol dan tanda-tanda yang bias gender serta dari https://www.theguardian.com/commentisfree/
mengandung nilai-nilai patriarki. 2016/oct/20/nasty-woman-insult-hillary-clinton
news.okezone.com/.../ Nara Rakhmatia, Diplomat
Perempuan cerdas seperti Nara dan aktivitasnya di cantik Indonesia ‘ini tampar’ 6 Pemimpin Negara”
Forum PBB, didalam pemberitaan media online
umumnya belum berhasil mendapat penilaian yang
6
https://www.rt.com/usa/362298-media-endorsing-hillary-
clinton/
64
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
solo.tribunnews.com/.../m“Mengenal Nara
Masista Rakhmatia Diplomat Indonesia yang
Lawan Serangan Delegasi 6 Negara Pasifik”
Synder, B. (2016, Oktober 10). RT News. Diambil
dari https://www.rt.com/usa/362298-media-
endorsing-hillary-clinton/
Triggs, C. (2016, October 19). Fox News. Diambil
dari http://people.com/tv/fox-news-reporter-
jennifer-griffin-blasts-donald-trump-claims-
media-bias-favoring-hillary-clinton/
www.aktualita.co/29/9/2016/“Profil Nara Masista
Rakhmatia, Diplomat Indonesia yang Memarahi 6
Negara di PBB”
www.babatpost.com./29/9/2016/ Berita › “Nara
Masista Rakhmatia Diplomat RI di PBB ini bikin
Netizen terkesima”
https://beritagar.id/artikel/berita/29/09/2016/”Nara
Masist, Diplomat Muda di Simpang Pujian dan
Kritik”
news.detik.com/indeksfokus/29/9/2016/Kemlu :
Diplomat Muda Nara Rakhmatia Tunjukan
Ketegasan Kedaultan RI.
www.liputan6.com.tag/29/9/2016/“Gaya Mencuri
Perhatian Nara Rakhmatia Diplomat Cantik
Indonesia.
www.liputan6.com.tag/29/9/2016/“Fakta Nara
Masista, Diplomat muda yang jadi singa Podium di
PBB.
www.masterberita.com ›” Nara Masista Rakhmatia,
Cewek Cantik Yang berani ‘hajar “6 pemimpin
dunia”
www.newsth.com/.../berita-“Inilah Nara Masista
Rakhmatia, Diplomat Cantik RI yang
Sukses”‘Tampar’ Mulut 6 Pemimpin dunia di PBB
Women Research Insitute, 2009, Studi Keterwakilan
Perempuan pada Pemilu Legislatif 2009 di DPR
RI, DPRD Kota Banda Aceh, DPRD Kota Solo,
DPRD Kota Pontianak, DPRD Kota Mataram dan
DPRD Kabupaten Minahasa
Utara. http://www.wydii.org/Downloads/
Ringkasan_Laporan_Penelitian_Perempuan_dan_
Politik.pdf
Women Research Institute, 2011, Representasi Politik
Perempuan, http://wri.or.id/publikasi/jurnal/114-
representasi-politik-perempuan#.WApp0pN96Dc
65
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Nina Karlina
Mas Halimah
Administrasi Publik, FISIP UNPAD
karlina_nina@yahoo.com
66
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
67
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Penelitian terdahulu yang kedua adalah tentang (hambatan psikologis). Berdasarkan hasil
Studi Terhadap Pemberdayaan Perempuan dalam penelitian, hambatan organisasional inilah yang
Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) di berperan sangat penting dalam keberlangsungan
Kabupaten Garut oleh Amelia Hayati pada tahun program P2WKSS pada saat implementasi atau
2007. Amelia Hayati.2007 mengemukakan dalam pasca program selesai karena komunikasi dan
penelitiannya bahwa semua pengusaha batik pemandirian masyarakat yang terputus setelah
Garutan adalah perempuan, karena perempuan program selesai dari pemerintah daerah Kabupaten
dikenalt ekun, pandai memanfaatkan waktu luang Cirebon dengan pemerintah desa Kejiwan. Dalam
dan kesempatan, gigih berusaha untuk menambah hal ini pemerintah gagal menciptakan komitmen
pendapatan keluarga, pandai dalam pengelolaan pada masyarakat untuk tetap konsisten melakukan
keuangan, pemasaran dan pengelolaan perusahaan perubahan sosial.
kecil yang bersifat rumah tangga. Sehingga
pemerintah memberdayakan perempuan untuk Penelitian ini sebenarnya karena ketertarikan dari
meningkatkan ekonomi keluarga sekaligus untuk hasil penelitian ketiga thesis diatas yang hasilnya
meningkatkan PAD. lebih mengedepankan pemberdayaan perempuan
dengan cara meningkatkan kemandiriannya dalam
Penelitian yang ketiga mengenai pemberdayaan menambah pendapatan keluarga. Jadi aspek
perempuan dalam program P2WKSS ini, penulis ekonomi menjadi indikator dalam keberhasilan
mempelajari tulisan thesis Dea Angkasa Putri program. Penulis melihat pemerintah kabupaten
Supardi 2014 dengan judul “Pemberdayaan kota lebih fokus mencapai tujuan P2WKSS dengan
Perempuan Dalam Program P2WKSS di Desa perbaikan fisik dan meningkatkan kemandirian
Kejiwan Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon” perempuan dengan meningkatkan kemampuan
Dea menjelaskan bahwa Desa Kejiwan merupakan perempuan mencari pendapatan untuk keluarga.
desa juara 1 tingkat Nasional dalam Program Padahal dalam tujuan P2WKSS sebelum ekonomi
P2WKSS nya. Dalam thesis Dea dikemukakan yang produktif ada tujuan diatasnya yaitu
bahwa semua indikator tujuan Program P2WKSS peningkatan status kesehatan dan status pendidikan
sudah cukup baik, tetapi yang menjadi perempuan.
permasalahnnya ternyata setelah Desa Kejiwan ini
ditinggalkan oleh para pendamping program, Desa Sindang Sari merupakan desa unggulan
kebiasaan buruk dilakukan lagi termasuk Kabupaten Bandung seperti halnya Desa kejiwan di
kemandirian perempuannya dalam berusaha Kabupaten Cirebon. Penulis ingin mengetahui :
menjadi menurun kembali. 1. Bagaimana tahapan pemberdayaan
Dea (2014) mengemukakan dalam kesimpulan perempuan dalam program P2WKSS di
bahwa kembalinya para perempuan ke pola hidup desa Sindang sari kecamatan Cigedug
yang lama dikarenakan program P2WKSS yang Kabupaten Garut yang dilakukan oleh
tidak berkesinambungan dan proses pemandirian BPPKB kabupaten Garut?
masyarakat yang seharusnya dilakukan pemerintah 2. Dampak apakah yang terjadi setelah
secara bertahap sampai benar-benar meninggalkan pemberdayaan perempuan yang lebih
desa tersebut dalam kondisi yang sudah mandiri dan menekankan kepada usaha ekonomi
taraf hidup masyarakatnya pun meningkat, pada produktif dan keterlibatan dalam
kenyataannya tidak dilakukan. Proses pemandirian pembangunan fisik di desa Sindang Sari
masyarakat seharusnya menjadi tanggung jawab Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut?
BPPKB sebagai leading sector program P2WKSS Konsep pemberdayaan merupakan konsep
dengan melibatkan kader-kader PKK Desa dan perubahan yang direncanakan (planned
memanfaatkan UPTD-UPTD terkait sebagai change).Perubahan sosial merupakan kajian
fasilitator. Sehingga proses pemberdayaan tidak dinamika sosial.Istilah perubahan sosial diambil
terputus sampai program P2WKSS selesai tapi dari bahasa Inggris, yaitu social change.Pada
dapat terjadi kesinambungan. Selain itu, konsep awalnya, perubahan sosial didefinisikan oleh Ibnu
pemerintahan milik masyarakat dalam reinventing Khaldun dalam Martono sebagai berikut,
government dimana lebih baik memberikan “Masyarakat secara historis bergerak dari
kewenangan pada masyarakat untuk melayani masyarakat nomaden menuju masyarakat (yang
sendiri dari pada pemerintah yang memberikan tinggal) menetap (disebut sebagai masyarakat
pelayanan juga dapat tercipta. kota).” (Martono,2012 : 1-2).
Menurut Dea 2014 , Hambatan dari perubahan Wan Hasim dalam Garna mengartikan, “Perubahan
sosial di Desa Kejiwan, diantaranya: cultural bariers sosial sebagai sebaran penyesuaian yang berlaku
(hambatan budaya), social bariers (hambatan kepada pola-pola interaksi antara individu-individu
sosial), organizational barriers (hambatan sebagai unit sosial dalam sebuah masyarakat.”
organisasional), dan psychological barriers (Garna, 1992 : 13). Selanjutnya Moore dalam
68
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Anwar mengartikan, “Perubahan sosial sebagai disepakati oleh lembaga, pihak-pihak terkait
perubahan penting dari struktur sosial meliputi pola- dan masyarakat. Penetapan kriteria penting
pola perilaku dan interaksi sosial, termasuk norma, agar memilih lokasi dilakukan sebaik
nilai, dan fenomena kultural.” (Anwar: 2007 : 51). mungkin, sehingga tujuan pemberdayaan
masyarakat akan tercapai seperti yang
Adapun menurut Martono, “Perubahan sosial dapat diharapkan.
dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di 2. Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat
dalam atau mencakup sistem sosial.Lebih tepatnya, Sosialiasasi merupakan upaya
terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu mengkomunikasikan kegiatan untuk
dalam jangka waktu yang berlainan.” (Martono, menciptakan dialog dengan masyarakat.
2012 : 2). Mengenai perubahan sosial ini Sztompka Melalui sosialisasi akan membantu untuk
menjelaskan, “konsep dasarmengenai perubahan meningkatkan pemahaman masyarakat dan
sosial menyangkut tiga hal, yaitu: pertama, studi pihak terkait tentang program dan/atau
mengenai perbedaan; kedua, studi harus dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah
pada waktu yang berbeda; dan ketiga, pengamatan direncanakan. Proses sosialisasi menjadi
pada sistem sosial yang sama. (Martono, 2012 : 2). sangat penting, karena akan menentukan minat
Selanjutnya Martono menjelaskan bahwa, “Untuk atau ketertarikan masyarakat untuk
dapat melakukan studi perubahan sosial, kita harus berpartisipasi (berperan dan terlibat) dalam
melihat adanya perbedaan atau perubahan kondisi program pemberdayaan masyarakat yang
objek yang menjadi fokus studi.Kedua, studi dikomunikasikan.
perubahan harus dilihat dalam konteks waktu yang 3. Proses Pemberdayaan Masyarakat Hakikat
berbeda, dengan kata lain harus melibatkan studi pemberdayaan masyarakat adalah untuk
komparatif dalam dimensi waktu yang berbeda. meningkatkan kemampuan dan kemandirian
Ketiga, objek yang menjadi fokus komparasi masyarakat dalam meningkatkan taraf
tersebut haruslah objek yang sama.” (Martono, 2012 hidupnya. Dalam proses tersebut masyarakat
: 2-3). bersama-sama melakukan hal-hal berikut:
a. Mengidentifikasi dan Mengkaji Potensi
Martono juga menjelaskan, “Dimensi waktu dalam Wilayah Permasalahan, Serta Peluang-
studi perubahan sosial meliputi konteks masa lalu Peluangnya Kegiatan ini dimaksudkan agar
(past), sekarang (present), dan masa depan (future).” masyarakat mampu dan percaya diri dalam
(Martono, 2012 : 3). Studi perubahan sosial mengidentifikasi serta menganalisa
mengamati perubahan dengan kondisi masa lalu dan keadaannya, baik potensi maupun
masa sekarang. Studi perubahan sosial juga dapat permasalahannya.Pada tahap ini
meliputi kondisi masa depan (future) atau diharapkan dapat diperoleh gambaran
melakukan proyeksi tentang masa yang akan datang mengenai aspek sosial, ekonomi, dan
dengan studi penelusuran sejarah, serta didukung kelembagaan. Proses ini meliputi:
dengan berbagai data (statistik) yang tersedia Persiapan masyarakat dan pemerintah
mengenai kondisi masa lalu dan sekarang. setempat untuk melakukan pertemuan awal
dan teknis pelaksanaannya; Persiapan
Agar masyarakat mampu melakukan perubahan penyelenggaraan pertemuan;
sosial, Hagen berpendapat bahwa, “Proses Pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan;
perubahan berkaitan erat dengan individu yang Pembahasan hasil dan penyusunan
kreatif, yang menciptakan sejenis hubungan sosial rencana tindak lanjut.
khusus sepanjang waktu, untuk itu perubahan sosial b. Menyusun Rencana Kegiatan Kelompok,
takkan terjadi tanpa ada perubahan kepribadian.” Berdasarkan Hasil Kajian, Meliputi:
(Anwar, 2007 :51). Teori Hagen tersebut, Memprioritaskan dan menganalisa
menempatkan pendidikan sebagai posisi yang masalah-masalah; Identifikasi
strategisdalam perubahan sosial atau pembangunan. alternative pemecahan masalah yang
Menurut Hagen, “titik awal dari perubahan sosial terbaik; Identifikasi sumber daya yang
adalah pendidikan kepada masyarakat dalam rangka tersedia untuk pemecahan masalah;
meningkatkan peran individu dan masyarakat Pengembangan rencana kegiatan serta
melalui pemanfaatan potensi dirinya.” (Anwar, pengorganisasian pelaksanaannya.
2007: c. Menerapkan Rencana Kegiatan Kelompok
Rencana yang telah disusun bersama
Dalam melakukan pemberdayaan, Mardikanto
dengan dukungan fasilitasi dari
menjelaskan ada empat tahap dalam pemberdayaan
pendamping selanjutnya
masyarakat, diantaranya:
diimplementasikan dalam kegiatan yang
1. Seleksi Lokasi/Wilayah Seleksi wilayah konkrit dengan tetap memperhatikan
dilakukan sesuai dengan kriteria yang realisasi dan rencana awal.Termasuk
69
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dalam kegiatan ini adalah, pemantauan kelamin. Apabila demikian maka studi tentang
pelaksanaan dan kemajuan kegiatan perempuan menurut Supramudyo1 dapat
menjadi perhatian semua pihak, selain itu diidentifikasikan sebagai:
juga dilakukan perbaikan jika diperlukan.
d. Memantau Proses dan Hasil Kegiatan 1. Studi untuk memperoleh pemahaman tentang
Secara TerusMenerus Secara Partisipatif perkembangan hubungan-hubungan asimetris
(Participatory Monitoring And berdasarkan jenis kelamin, ras, dan kelas
Evaluation/Pme) PME ini dilakukan secara dalam masyarakat.
mendalam pada semua tahapan 2. Studi untuk mencari strategi yang dapat
pemberdayaan masyarakat agar prosesnya merubah situasi hubungan asimetris kepada
berjalan sesuai dengan tujuannya. PME hubungan-hubungan yang lebih simetris.
adalah suatu proses penilaian, pengkajian, (Wibawa, 2009: 204).
dan pemantauan kegiatan, baik prosesnya Gender menurut Supramudyo, diartikan sebagai
(pelaksanaannya) maupun hasil dan “sifat yang melekat pada laki-laki maupun
dampaknyaagar dapat disusun proses perempuan, dikonstruksi secara sosial dan kultural,
perbaikan kalau diperlukan. membentuk relasi sosial yang membedakan fungsi,
peran, dan tanggung jawab masing-masing jenis
4. Pemandirian Masyarakat Berpegang pada kelamin.” (Wibawa, 2009: 206). Dalam
prinsip pemberdayaan masyarakat yang perkembangan yang positif, keadilan gender terjadi
bertujuan untuk memandirikan masyarakat ketika kedua belah pihak bisa saling mendukung
dan meningkatkan taraf hidupnya, maka arah untuk mencapai suatu konsensus dan kondisi
pemandirian masyarakat adalah berupa kesetaraan. Tetapi yang lebih sering terjadi menurut
pendampingan untuk menyiapkan masyakat Supramudyo adalah bias gender, dimana terjadi
benar-benar mampu mengelola sendiri kondisi ketidakadilan yang dapat bersifat:
kegiatannya. Proses pemberdayaan HubunganAsimetri Pria-Wanita dalam Politik dan
masyarakat terkait erat dengan faktor internal Birokrasi.Administrasi Negara Isu-isu
dan eksternal. Dalam hubungan ini, meskipun Kontemporer.
faktor internal sangat penting sebagai salah
satu wujud self organizing dari masyarakat, 1. Langsung, yaitu pembedaan perlakuan secara
namun kita juga perlu memberikan perhatian terbuka dan berlangsung, baik disebabkan
pada faktor eksternalnya. Proses perilaku/sikap, norma/nilai, maupun aturan
pemberdayaan masyarakat mestinya juga yang berlaku.
didampingi oleh suatu tim fasilitator yang 2. Tidak langsung, seperti: peraturan sama, tapi
bersifat multi disiplin. Tim pendamping ini pelaksanaannya menguntungkan jenis kelamin
merupakan salah satu external factor dalam tertentu.
pemberdayaan masyarakat. Peran tim pada 3. Sistemik, yaitu ketidakadilan yang berakar
awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang dalam sejarah, norma atau struktur masyarakat
secara bertahap selama proses berjalan sampai yang mewariskan keadaan yang bersifat
masyarakat sudah mampu melanjutkan membeda-bedakan. (Wibawa, 2009: 206).
kegiatannya secara mandiri. Dalam
operasionalnya inisiatif tim pemberdayaan
masyarakat secara perlahan akan dikurangi METODE
dan akhirnya berhenti. Peran tim fasilitator
Penelitian ini dilakukan di desa Sindang Sari
akan dipenuhi oleh pengurus kelompok atau
Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut. Desa
pihak lain yang dianggap mampu oleh
Sindang sari memiliki luas Wilayah 300,080 hektar
masyarakat. Kapan waktu pemunduran tim
dengan kontur tanah pegunungan atau dapat
fasilitator tergantung kesepakatan bersama
diklasifikasikan sebagai tipe desa pegunungan yang
yang telah ditetapkan sejak awal program
terdiri dari 2 dusun, 3 Lingkungan 7 RW, dan 34
dengan masyarakat. Walaupun tim sudah
RT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
mundur, anggotanya tetap berperan, yaitu
sebelah utara berbatasan dengan Desa Cintanagara,
sebagai penasihat atau konsultan bila
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukahurip,
diperlukan oleh masyarakat. (Mardikanto,
sebelah Timur berbatasan dengan Gunung Ciparay,
2012: 125-127).
dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan
Pemahaman studi perempuan, di satu sisi dapat Cisurupan. Jumlah penduduk Desa Sindang Sari
dilihat sebagai bidang kajian yang fokus kajiannya sebanyak 6.727jiwa dengan perempuan 3332 jiwa
tentang perempuanm disisi lain dapat dilihat juga dan laki2 3395 jiwa yang terbagi dalam 420 kepala
secara historis. Yaitu ketika muncul kesadaran akan keluarga (KK). Di Desa Sindang sari merupakan
ada hubungan-hubungan asimetris berdasarkan jenis tipe desa tertinggal dengan lokasi binaan P2WKSS
sebesar 316 ha. Perempuam 206 jiwa dan laki2 218
70
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
jiwa. Rt binaan sebanyak 2 RT dan 1 RW. Jumlah lokasi P2WKSS Kabupaten Garut karena
KK binaan 144 KK. Keluarga Pra KS 108 KK. Kabupaten/Kota lain biasanya menunjuk lokasi
Keluarga KS tahap I berjumlah 4 KK, Keluarga KS yang tergolongsudah cukup baik dan sudah setengah
II tidak ada dan Keluarga KS III + plus III berjumlah jadi untuk dibina. Sedangkan seleksi
2 KK. lokasiP2WKSS di Kabupaten Garut dipilih daerah
yang benar-benar daerah tertingal dilihat dari
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah lingkungan infrastruktur desanya, pemerintahan
pendekatan studi kasus dengan metode analisis desanya, dan kualitas sumber daya manusianya
kualitatif. Penelitian kualitatif lebih menghendaki (kesehatan, ekonomi, dan pendidikan masyarakat).
arah bimbingan penyusunan teori substantive yang
berdasarkan data. Adapun rancangan penelitian b. Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat
bersifat deskriptif, yaitu menemukan fakta dengan
interpretasi yang melukiskan sifat dari beberapa Berdasarkan wawancara dengan informan BPMPD
fenomena kelompok atau individu yang berasal dari Kabupaten Garut, sosialisasi program P2WKSS di
hasil temuan. Pendekatan kualitatif dipakai untuk Desa Kejiwan dilakukan secara bertahap, yakni:
mengungkapkan secara komprehensif dan alami 1. Tahap pertama, sosialisasi di lingkungan tim
mengenai bagaimana pemberdayaan perempuan koordinasi program P2WKSS Kabupaten Garut.
dalam program P2WKSS di desa Sindang Sari
Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut. Dalam 2. Tahap kedua, sosialisasi dilakukan bersama Tim
penelitian ini peneliti merupakan instrument utama Pelaksana Program P2WKSS,
dalam pengumpulan data, sedangkan fokus
penelitian ada pada peran informan dan pengalaman 3. Tahap ketiga, sosialisasi yang dilakukan dengan
informan dan cara mereka memandang melibatkan seluruh Tim Kordinasi Program
pemberdayaan perempuan. Informan juga dapat P2WKSS, Tim Pelaksana Program P2WKSS, dan
menggambarkan fenomena yang terjadi, hubungan masyarakat.
sebab akibat, kecenderungan, dan budaya yang
Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam
berkembang dalam proses pemberdayaan
sosialisasi program P2WKSS. Menurut informan
perempuan.
BPMPD, seluruh tahapan di atas merupakan
Peneliti juga mengedepankan aspek obyektivitas tahapan inti dari proses sosialisasi pemberdayaan.
dan kejujuran yang diwujudkan dengan Setiap tahapan sosialisasi tidak dilakukan hanya
menjelaskan tujuan penelitian kepada sekali, bila diperlukan dapat dilakukan beberapa
informan.Selain itu merahasiakan identitas kali terutama tahap sosialisasi kepada masyarakat
informan, sehingga konsekuensi dari hasil sampai masyarakat betul-betul memahami apa
penelitian ini tidak berdampak pada informan yang maksud dan tujuan dari program P2WKSS tersebut.
telah memberikan informasi. Data dan informasi
Dalam tahap sosialisasi kepada masyarakat, materi
yang digunakan dalam penelitian ini didapat berasal
yang disosialisasikan antara lain:
dari observasi langsung, catatan wawancara,
rekaman wawancara, dan foto kegiatan yang 1. Penyadaran masyarakat akan permasalahan yang
dikemas dalam bentuk dokumen dan catatan ada di Desa Sindang Sari ;
peristiwa yang kemudian diolah menjadi data.
2. Sosialisasi maksud, tujuan, dan rangkaian
program P2WKSS; dan
HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Sosialisasi tim kordinasi dan tim pelaksana
program P2WKSS.
Pemberdayaan Perempuan di Desa Sindang Sari
Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut Menurut informan Sekretaris TP PKK Kabupaten
Garut , yang pertama dilakukan dalam tahap
a. Seleksi Lokasi/Wilayah
sosialisasi terhadap masyarakat adalah penyadaran
Desa Sindang Sari disahkan menjadi desa binaan terhadap masyarakat bahwa terdapat masalah yang
P2WKSS Kabupaten Garu tahun 2015 melalui Surat harus diselesaikan baik dalam dirinya, keluarganya,
Keputusan Bupati Garut Nomor 147/Kep.227 maupun lingkungan desanya. Kemudian masyarakat
Bappeda/2012 Tentang Penunjukan Desa sindang diajak untuk berpikir memiliki masa depan yang
Sari Kecamatan Cigedug Sebagai Lokasi Program lebih baik dengan kondisi ideal sesuaidengan apa
Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju yang digambarkan oleh tim sosialisasi. Selanjutnya
Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) Tahun masyarakat diberikan motivasi untuk melakukan
2015 perubahan terhadap dirinya, keluarganya, dan
lingkungan desanya. Penyadaran yang dilakukan
Berdasarkan wawancara dengan informan Ketua diantaranya adalah:
Tim Penggerak PKK Kabupaten Garut, seleksi
71
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
1. Potensi Alam dan Sumber Daya Manusia tanpa dapat meningkatkan kualitas hidupnya
menjadi lebih baik.
Dalam tahap penyadaran terhadap potensi alam dan
sumberdaya manusia, masyarakat diberikan Dalam sosialisasi P2WKSS masyarakat diajak
pemahaman mengenai kondisi Desa Sindang Sari untuk merubah kehidupannya dan dibina untuk
yang memiliki kontur pegunungan serta apa yang mencapai kehidupan yang lebih baik. Setelah
bisa dimanfaatkan dari kondisi desa seperti itu. masyarakat sadar akan berbagai permasalahan di
Masyarakat juga diberikan pemahaman mengenai desanya, bagian tersulit lainnya dalam proses
sumber daya manusia Desa sindang sari yang pemberdayaan adalah merubah perilaku
berpotensi besar untuk dapat mengembangkan masyarakat. Menurut informan BPMPD Kabupaten
desanya bila berpartisipasi saling bergotong dalam Garut , merubah kondisi dari sekedar sadar menjadi
pembangunan desa. sebuah perilaku dan kebiasaan baru dalam
masyarakat membutuhkan waktu dan strategi yang
2. Kesetaraan Gender disesuaikan dengan budaya
Dalam tahap penyadaran masyarakat akan setempat. Menurut informan BPMPD Kabupaten
kesetaraan gender, masyarakat diajak untuk berpikir Garut , fokus pembinaan P2WKSS kepada
agar lebih menghargai seorang perempuan, seperti: perempuan didasarkan pada peran perempuan di
perempuan bukanlah subordinat laki laki, dalam rumah tangga sebagai manajer keluarga.
perempuan memiliki hak yang sama dalam Melalui program P2WKSS ini diharapkan mampu
mengenyam pendidikan, perempuan memiliki hak memberikanperubahan signifikan di lingkungan
untuk mendapatkanpenghidupan yang layak, dan masyarakat desa yang diawali dari 144 KK binaan
perlindungan perempuan dari praktik-praktik P2WKSS.
Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).
Pemberian pemahaman kesetaraan gender ini 4. Penyadaran Masalah Kesehatan
dilakukan terhadap perempuan dan laki-laki di Desa
sindang sari namun dengan tanpa melupakan kodrat Berdasarkan informasi dari informan PKK Provinsi,
perempuan seperti: menstruasi; melahirkan;peran masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah
dan fungsi perempuan sebagai seorang istri atau yang langsung dapat terukur oleh tim penilai
pendampingsuami; serta peran seorang ibu yang P2WKSS Provinsi karena dapat dilihat secara kasat
harus merawat dan mendidik putra-putrinya. mata. Masalah kesehatan desa Sindang Sari terlihat
dari kebiasaan yang tidak mengutamakan Perilaku
3. Perilaku Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Hal ini ditunjukan
dengan kebiasaan masyarakat, seperti: membuang
Menurut informan BPMPD Kabupaten Garut, yang air besar di sembarang tempat, menjemur pakaian di
tersulit dalam tahapan sosialisasi adalah depan rumah, dan menyimpan binatang ternak di
memberikan penyadaran tentang perilaku dalam rumah.
masyarakat yang kurang baik. Perbedaan cara
pandang serta standar kehidupan orang desa dengan Menurut informan PKK Kabupaten Garut ,
orang perkotaan dan pemerintah merupakan salah penyadaran masalahkesehatan merupakan jalan
satu kendala yang biasa ditemukan ketika sosialisai masuk untuk penyadaran bidang lainnya. Masalah
program P2WKSS. Kebanyakan masyarakat kesehatan merupakan contoh yang dapat dirasakan
memiliki perilaku sebagai berikut: langsung oleh masyarakat. Perbandingan contoh
kondisi ideal lingkungan keluarga yang sehat
Cenderung menyerah pada keadaan, ditandai dengan kondisi nyata kehidupan sehari-hari
dengan: pendidikan sebagian besar masyarakat desa masyarakat membuat masyarakattergugah bahwa
lulusan SD, miskin, dan tergolong daerah tertinggal; ada masalah yang harus diselesaikan di desanya.
Merasa nyaman dengan kondisi yang tidak ideal, 5. Penyadaran Masalah Ekonomi lain
seperti: lingkungan rumah yang tidak terjaga
kebersihannya, satu atap dengan hewan ternak, Masyarakat pada dasarnya sadar bahwa kehidupan
lingkungan desa yang penuh genangan air kotor. ekonomi mereka harus lebih baik dari sebelumnya.
Mereka ingin kehidupan yang lebih sejahtera di
Tidak memiliki motivasi dan upaya yang kuat masa yang akan datang. Namun memiliki pekerjaan
untuk merubah hidupnya menjadi jauh lebih baik. sebagai buruh anyaman bambu, buruh tani, atau
Menurut informan KK binaan P2WKSS, mereka pedagang kecil-kecilan saja tidak akan mampu
ingin hidup lebih sejahtera namun terbentur keadaan merubah drastis kehidupan mereka menjadi jauh
sulit ekonomi, pendidikan rendah, dan rendah lebih sejahtera. Maka dari itu, pemerintah
aksesibilitas terhadap sumber-sumber ekonomi memberikan bantuan permodalan melalui UP2K
sehingga akhirnya membuat mereka menyerah (Usaha Peningkatan Penghasilan Keluarga) dan
kepada keadaan. Mencari nafkah hanya untuk pelatihan pelatihan diantaranya :
memenuhi kebutuhan primer hidup sehari-hari
72
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
73
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
74
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
M. Arief Wicaksono
Departemen Antropologi, FISIP-UI
ariefwicaksono.m@gmail.com
Abstrak PENDAHULUAN
“Ibu rumah tangga” seringkali menjadi isu dan konsep “Inspirasi” datangnya topik ini berasal dari pengalaman
penting dalam mengkaji relasi antara negara dan pribadi yang pada awalnya mungkin terkesan subjektif,
masyarakat di tingkat mikro. Melalui kaum perempuan namun memiliki isu konseptual. Suatu pagi di rumah,
di kampung-perkotaan, “wajah” negara berusaha ketika masa libur kuliah semester genap, dan adik saya
dihadirkan terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari, yang SMP akan berangkat sekolah, ibu saya bangun
salah satunya dalam hal kesehatan melalui Posyandu pagi-pagi untuk memasak sarapan (hanya) untuk adik
(Pos Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan saya. Itupun dengan terburu-buru. Sesaat setelah adik
Terpadu). Posyandu meletakkan kaum perempuan, saya sarapan dan berangkat ke sekolah, ibu saya
khususnya ibu rumah tangga, sebagai ujung tombak langsung meninggalkan dapur. Bukannya berbelanja
untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, baik dari bahan makanan seperti pagi-pagi biasanya, justru dia
segi fisik maupun perilaku sehari-hari. Para ibu rumah mengambil setumpukan map berisi laporan-laporan
tangga tersebut tidak hanya sebagai sasaran program- kegiatan Posyandu. Hari itu, setumpuk laporan yang
program kesehatan, tetapi juga sebagai orang yang belum selesai itu harus segera dibereskan, tentunya
menjalankan program, yang selanjutnya disebut Kader bersama teman-teman sesama kader Posyandu. Kira-
Posyandu. Setiap bulan para kader harus menghadiri kira mendekati jam 12 siang, ibu saya baru pulang ke
rapat-rapat, menggelar kegiatan pemeriksaan kesehatan rumah.
untuk balita dan lansia, penyuluhan kesehatan, survei ke
rumah-rumah, dan membuat data kesehatan di Meminjam pemikiran Victor Turner, mungkin bagi ibu
kampungnya, yang tentunya itu semua dilakukan saya itu adalah sesuatu hal yang termasuk life as lived,
beriringan dengan peran mereka sebagai ibu rumah sedangkan bagi saya hal itu adalah life as experience
tangga dan sebagian lagi juga memiliki pekerjaan lain (Turner, 1986). Bagi ibu saya, rutinitasnya terkait
di luar rumah. Penelitian ini ingin menggambarkan dengan Posyandu adalah sebuah realitas biasa dalam
bagaimana negara tetap bertahan untuk hadir di sehari-hari, namun saya memberikan signifikansi pada
masyarakat tingkat lokal pada masa kini khususnya hal tersebut. Sebuah konsep yang juga menjadi entry
dalam program kesehatan melalui perspektif ibu rumah point awal dalam menentukan topik ini adalah konsep
tangga-kader Posyandu-yang rela bekerja untuk negara ibuisme yang ditawarkan oleh Madelon Djajadiningrat-
tersebut. Penelitian ini juga ingin menjawab pertanyaan, Nieuwenhuis (1987) yang kemudian dilanjutkan oleh
apa yang menjadi alasan bagi ibu-ibu rumah tersebut Julia Suryakusuma (1991) untuk menjelaskan secara
sehingga mau bekerja untuk negara dalam konteks masa deskriptif dan analitis mengenai “pengorbanan diri”
kini. Observasi dan wawancara mendalam dengan para perempuan untuk negara yang nirimbalan pada masa
kader posyandu dilakukan untuk menjawab pertanyaan- pemerintahan orde baru. Tentu saya tidak akan
pertanyaan penelitian di atas. Banyak diantara mereka mengulangi pengunaan konsep di atas dengan sama dan
mengatasnamakan kesukarelaan dalam menjalankan lapangan penelitian yang berbeda. Justru dengan
program ini, melalui artikel ini kita akan tahu menggunakan paradigma prosesual saya ingin melihat
bagaimana negara dapat menanamkan rasa bagaimana dinamika dari ibuisme ini di konteks masa
kesukarelaan tersebut sehingga cita-cita masyarakat kini, masa setelah kurang lebih 18 tahun pascaordebaru.
sehat dapat terwujud dengan baik melalui peran kaum
perempuan, khususnya ibu rumah tangga. Penelitian dan makalah singkat yang saya lakukan ini
setidaknya akan membahas dua hal. Pertama bagaimana
Kata kunci: ibu rumah tangga, perempuan, Posyandu, negara tetap dapat menghadirkan dirinya di tingkat
negara. masyarakat level mikro, yaitu di kampung-kampung
perkotaan, dalam hal mewujudkan masyarakat yang
sehat dari segi fisik dan kebiasaan sehari-hari di masa
75
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
kini. Kedua, apa yang melandasi kaum ibu-ibu untuk PKK, yang menurut banyak kalangan lahir dari
mau membantu dan bekerja demi negara untuk semangat perjuangan kemerdekaan, terutama dalam
mewujudkan masyarakatnya sendiri yang sehat. Kedua konteks pergerakan perempuan, pada masa orde baru
pertanyaan ini secara terbatas hanya mampu saya telah berubah menjadi sebuah organisasi masyarakat di
hadirkan dari perspektif kaum perempuan yang juga bawah pemerintah nasional (Branson dan Miller, 1988;
merupakan kader Posyandu. Gerke, 1992; Wierenga, 1993). Semua perempuan yang
sudah menikah, selanjutnya dipandang sebagai
PKK: an Exit Point, Posyandu: an Entry Point perempuan dewasa. Semua perempuan dewasa secara
Satu penelitian apik yang banyak membantu saya dalam otomatis merupakan bagian dari PKK, baik sebagai
memperkaya dan mempertajam konsep serta pengurus maupun anggota. Hal tersebut akhirnya
metodologi adalah penelitian Jannice Newberry tentang berimplikasi munculnya sebuah kategori baru dalam
relasi antara perempuan, negara, rumah tangga, dan bidang sosial yang didukung oleh negara, yakni ibu
kampung di keluarga Jawa. Penelitian ini dilakukannya rumah tangga, dan pengerahan kaum perempuan
pada 1992 di sebuah kampung di Yogyakarta, yang Indonesia, khususnya kaum perempuan dari kelas
kemudian pada 2006 hasil penelitiannya diterbitkan bawah, sebagai pekerja kesejahteraan sosial yang tidak
dalam Back Door Java: State Formation and The dibayar (Newberry, 2013:8).
Domestic in Working Class Java. Penelitian Newberry
yang tentunya didahului (salah satunya) oleh Kegiatan PKK yang bersifat menyeluruh itu, salah satu
Suryakusuma penting untuk melihat dinamikanya pada yang terkenal adalah kegiatan Posyandu (Pos Pelayanan
masa kini. Keluarga Berencana dan Kesehatan Terpadu). Banyak
kalangan, termasuk Newberry, melihat Posyandu
Newberry berusaha untuk memahami di titik mana sebagai agenda satu kali sebulan untuk memberikan
kategori keluarga berakhir dan kategori rumah tangga vitamin kepada anak-anak yang berusia di bawah lima
dimulai dan saat mana negara dinilai hadir melakukan tahun, namun, Posyandu sejatinya lebih kompleks dari
intervensi. Keluarga seakan menjadi suatu arena kekadar itu. Bersama-sama dengan program koperasi
tersendiri bagi negara untuk hadir secara interventif satu PKK, Posyandu merupakan salah satu yang tergolong
level di bawah masyarakat. Penetrasi program cukup sukses bertahan hingga saat ini. Posyandu adalah
pemerintah dan ideologi yang diproduksi oleh negara ke suatu “institusi” pelayanan kesehatan yang paling mikro
dalam kesadaran warga negara di komunitas kampung, dan paling dekat dengan masyarakat. Posyandu
yang tipikal di perkotaan Indonesia, dapat diorganisasikan oleh masing-masing kelurahan dan
dimungkinkan berkat keberadaan keluarga (Warouw, dijalankan oleh masing-masing RW (Rukun Warga).
2013). Penetrasi program pemerintah ke dalam Masing-masing RW memiliki jumlah Posyandu yang
masyarakat melalui keluarga dan rumah tangga lebih berbeda-beda, tergantung dari jumlah penduduk di
diperkuat dengan adanya peran kaum perempuan, kampung tersebut. Satu kegiatan terkenal dari Posyandu
khususnya para ibu rumah tangga. Inilah yang juga adalah yang disampaikan oleh Newberry.
disebutkan oleh Warouw, bahwa keluarga dalam fungsi
seperti ini telah mendomestikasi sekaligus juga Ke Posyandu dibawa semua anak berusia di bawah lima
menegaskan otonomi kaum perempuan secara sosial- tahun untuk ditimbang dan diberi vitamin serta makanan
politik. Ini menjelaskan mengapa negara atau susu gratis. Vitamin serta asupan gizi yang gratis
berkepentingan untuk mengatur kaum perempuan. itu merupakan simbolis saja sifatnya karena jumlahnya
yang sedikit (satu anak hanya mendapat satu hingga dua
Rezim orde baru memberikan dimensi waktu tersendiri bungkus kecil susu bubuk dan sereal) dan hanya
untuk melihat bagaimana masif (dan efektifnya) rezim diadakan satu kali selama sebulan. Namun demikian,
dalam mengatur perempuan, khususnya melalui menimbang anak setiap bulan memiliki arti tersendiri
Program Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). bagi kaum ibu-ibu karena ada catatan yang
Tugu-tugu PKK yang berisi paparan sepuluh program menunjukkan apakah berat badan anak naik atau turun.
pokok PKK i hampir selalu dapat dilihat di setiap muka (Newberry, 2013:9). Di dalam PKK, Posyandu
gang-gang di perkampungan. Suryakusuma mencatat merupakan salah satu dari banyak program kerja. PKK
soal penempatan diskursus penghayatan dan sendiri membentuk kelompok kerja khusus untuk
pengamalan Pancasila ke dalam urutan pertama dari urusan Posyandu ini. Program Posyandu lain yang
sepuluh program pokok PKK. Dengan demikian, PKK tekrenal adalah program penyuluhan kesehatan,
hadir atas nama negara. Selanjutnya, sebagai puncak pendidikan kebiasaan hidup bersih dan sehat (PHBS),
restu negara terhadap PKK adalah dimasukkannya PKK pencegahan penyakit tertentu, khususnya yang paling
ke dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) terkenal adalah diare dan demam berdarah, serta satu
pada 1983 (Suryakusuma, 1991). yang paling masif di masa orde baru adalah program
76
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Posyandu untuk menggencarkan program nasional suami, 2) pengurus rumah tangga, 3) penghasil generasi
Keluarga Berencana (KB). masa depan, 4) pelaku sosialisasi utama keluarga, dan
5) warga negara Indonesia (terjemahan dari N. Sullivan
Satu isu yang sangat penting selanjutnya adalah 1983:2). Di Posyandu sendiri, kesibukan yang dialami
mengenai kesukarelaan. Studi-studi mengenai ibuisme bukan hanya satu kali dalam sebulan seperti yang saya
dan “penyelenggaraan negara” di tinngkat lokal oleh uraikan singkat di beberapa paragraf sebelumnya.
kaum perempuan khususnya ibu rumah tangga di masa Selain banyaknya kegiatan Posyandu tersebut, negara
lalu, atau setidaknya sejak penghujung abad 20 adalah juga meminta pertanggungjawaban kaum perempuan
sifatnya yang tanpa imbalan atau sukarela. Hal ini sebagai representasi dari dirinya dalam masyarakat di
dikonfirmasi oleh Madelon Djajadiningrat- level mikro. Pertanggungjawaban itu berupa laporan
Nieuwenhuis yang pertamakali mengenalkan istilah dan data-data kesehatan yang harus dibuat setiap
ibusime untuk merelasikan kombinasi antara tata nilai bulannya. Laporan sangat kompleks sifatnya sebab
kaum priyayi elite dengan tata nilai kaum petite- meliputi seluruh unsur dan aspek kesehatan masyarakat.
bourgeois Belanda untuk membentuk ideologi yang Laporan yang banyak tersebut harus dikerjakan oleh
mendukung setiap tindakan yang dilakukan oleh sedikitnya dua hingga tiga orang kader setiap Posyandu
seorang ibu dalam keluarga, kelas, atau negara tanpa dan kemudian diteruskan ke pemerintah kelurahan
mengharapkan imbalan (Nieuwenhuis, 1987:44). untuk selanjutnya diserahkan pada dinas kesehatan
Konsep ibuisme negara kemudian dilanjutkan oleh kabupaten atau kota masing-masing. Bisa dibayangkan
Suryakusuma (1991) untuk menjelaskan peran bahwa semua kesibukan sebagai ibu keluarga, ibu
pemerintah Orde Baru dalam memperkenalkan rumah tangga, istri, dan kader Posyandu harus
pengorbanan diri kaum perempuan untuk tujuan-tujuan dilakukan secara bersama-sama, salah satu buktinya
mereka sendiri. adalah contoh yang saya kemukakan di awal
pendahuluan ini. Baik PKK maupun Posyandu harus
Hasil kinerja kaum perempuan ibu rumah tangga dalam sama-sama kita lihat sebagai upaya kepanjangan tangan
mewujudkan masyarakat sehat, misalkan secara spesifik negara untuk dapat hadir secara terus-menerus di
adalah dalam persoalan perwujudan program Keluarga masyarakat. Namun demikian kita perlu tahu juga
Berencana, adalah satu program nasional yang bagaimana dinamikanya di antara para pelaksana
tergolong sangat sukses jika dikaitkan dengan kepanjangan tersebut.
menurunnya angka kematian bayi pada masa itu dan
terkait dengan pengendalian jumlah penduduk. Nilai- METODE
nilai ideal bagi perempuan di kampung dengan sangat Metode penelitian yang saya lakukan adalah kualitatif-
berhasil dapat dikonstruksi dengan baik dan etnografis. Metode etnografik dimaksudkan untuk
dilanggengkan secara terus-menerus, setidaknya hingga mendeskripsikan dan selanjutnya menjelaskan secara
Orde Baru tumbang pada 1998, tapi masih terasa hingga analitik suatu gejala atau fenomena di sebuah lapangan
kurang lebih 10 tahun setelah itu. Isu kesukarelaan dan penelitian. Tujuan utamanya adalah untuk memahami
nirimbalan pada masa lalu tersebut ingin saya bawa suatu pandangan hidup dari sudut pandang subjek
pada masa kini. Artinya, apakah kaum perempuan dan penelitian saya, relasi dan kehidupan antarmereka, serta
ibu rumah tangga khususnya masih bertumpu pada pandangan mengenai kehidupannya. Penggunaan
kesukarelaan dan tanpa imbalan dalam “membantu” metode etnografi bertujuan untuk menggali, memahami,
negara menghadirkan dirinya di masyarakat level mengidentifikasi, mendeskripsikan, memetakan, dan
mikro. Sebab satu isu yang dari dahulu tidak dapat menganalisis bagaimana Posyandu sebagai suatu
dinafikan khususnya dalam disiplin sosialbudaya adalah “institusi” dapat terselenggara di masyarakat level
paradigma materialis. Materi menjadi konsep penting mikro tentunya dengan dimotori oleh kaum perempuan
yang sedikit-banyak selalu mempengaruhi fenomena pada umumnya dan ibu rumah tangga pada khususnya.
kebudayaan. Isu materi kemudian menjadi menguat di
abad ke-21 ini ketika ekonomi seakan-akan menjadi Dalam konteks penggunaan metode etnografi,
panglima dalam setiap pembahasan. Ekonomi pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan
mengkonstruksi dunia, dengan kata lain, ekonomi langsung kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
mengkonstruksi kebudayaan. Posyandu, yaitu kegiatan pelayanan kesehatan untuk ibu
hamil dan bayi di bawah usia lima tahun serta pendataan
Ibu rumah tangga yang juga merupakan kader Posyandu dan pembuatan laporan kesehatan yang dilakukan oleh
tentunya dalam keseharian mereka tidak hanya para kader Posyandu. Pengumpulan data berupa
berkesibukan dalam Posyandu semata. Dia juga dokumen-dokumen contoh laporan dan dokumen lain
merupakan ibu rumah tangga yang setidaknya memiliki yang berkaitan dengan Posyandu juga dilakukan. Selain
lima peran domestik: 1) pembantu dan pendukung setia itu saya juga melakukan wawancara mendalam dan
77
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
diskusi dengan sejumlah kader Posyandu dan satu orang satu itu. Di Posyandu Anggrek 2, kegiatan pelayanan
bidan dari Puskesmas ii. kesehatan untuk ibu hamil dan lansia diadakan setiap
hari Selasa pada minggu pertama setiap bulannya.
Lokasi penelitian saya, baik ketika melakukan Kegiatan ini dimulai pukul 08.00 pagi hingga kurang
pengamatan maupun melakukan wawancara mendalam lebih pukul 11.00 siang serta bertempat di halaman
adalah di RW 02 Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan salah seorang warga yang cukup luas. Pelayanan
Sukun, Kota Malang. RW ini memiliki tiga Posyandu, kesehatan ini diorganisir oleh lima orang kader, mulai
dan satu fokus penelitian saya adalah berada di satu dari persiapan logistik seperti bangku dan meja, alat
Posyandu yang tentunya representatif. Di kelurahan penimbangan, hingga logistik konsumsi.
Ciptomulyo, Kota Malang tersebut terdapat satu buah
Puskesmas dan 17 Posyandu. Rata-rata setiap RW Dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kegiatan
memiliki 3 Posyandu. Posyandu tempat saya meneliti dilakukan, para kader tersebut mengingatkan melalui
bernama Posyandu Anggrek 02. Sementara itu, depan rumah-rumah warga dengan berteriak cukup
wawancara saya lakukan bersama dengan ketua kencang, bahwa ada kegiatan Posyandu. Hal ini
paguyuban Posyandu kelurahan, ketua Posyandu disebabkan dua hal, pertama memang untuk
Anggrek 2, dua orang kader Posyandu, dan satu bidan mengingatkan para ibu-ibu rumah tangga agar
Puskesmas yang kerap membantu pelaksanaan membawa anaknya yang berusia lima tahun atau kurang
kegiatan-kegiatan Posyandu Anggrek 2. Semua orang pergi ke Posyandu, kedua, memang ada beberapa ibu
yang saya wawancara tersebut juga tak lain merupakan rumah tangga yang enggan membawa anaknya ke
ibu rumah tangga, dan beberapa diantaranya memiliki Posyandu. Khusus untuk ibu-ibu yang enggan
pekerjaan lain di luar rumah tangga dan kesibukan membawa ke Posyandu tersebut, alasannya adalah
Posyandu-nya. Tentunya sebelum melakukan karena mereka bekerja dan lebih mementingkan urusan
wawancara, saya telah merancang susunan pertanyaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci baju, dan
terbuka. Beberapa informan sengaja juga saya lakukan melakukan pekerjaan rumah lainnya. Walaupun hanya
wawancara secara bersama-sama, hal ini saya satu hingga tiga orang yang tidak membawa anaknya ke
maksudkan untuk check and re-check, bahwa informasi Posyandu, namun implikasi yang cukup merepotkan
satu informan dengan informan lainnya tidak dialami oleh para kader Posyandu. Pembahasan
kontradiktif. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun mengenai hal ini akan disampaikan di paragraf-pargraf
dalam pelaksanaannya dapat berkembang. berikutnya.
Teknik analisis data yang saya gunakan adalah Pukul 08.00 tepat, biasanya masih sedikit ibu-ibu yang
menggunakan teknik analisis data kualitatif. Data-data sudah datang di lokasi kegiatan. Ada lima meja yang
dari haisl pengamatan langsung dan wawancara berarti lima urutan bagi ibu-ibu untuk mendapat
mendalam saya kumpulkan dan saya petakan kemudian pelayanan kesehatan. Meja pertama adalah registrasi
saya analisis secara kualitatif berdasarkan pada atau pengisian daftar hadir. Meja kedua adalah meja
pedoman kerangka konseptual untuk mendapat penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
gambaran yang deskriptif dan analitik dari fenomena balita. Ada dua jenis alat timbangan, yaitu timbangan
yang sedang saya teliti. Oleh karena itu, fokus analisis gantung dan timbangan duduk, tergantung dengan
kualitatif bersifat khas karena sesuai dengan konteks ukuran balita. Meja ketiga adalah meja pencatatan
lapangan masing-masing. Di sisi lain, analisis data juga ukuran badan. Di sini terdapat catatan dari bulan-bulan
saya lakukan bersamaan dnegan pengumpulan data itu sebelumnya sehingga ibu dapat melihat perkembangan
sendiri, terutama saat wawancara. Silang pendapat berat badan dan tinggi badan anaknya.
antarinforman dan informasi “non-visual” juga menjadi
bagian tersendiri dalam memberikan pemahaman yang
lebih baik tentang fenomena yang diteliti.
78
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
79
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Hubungan pertalian darah, yang terkait dengan timpat diresmikan peranannya dengan diberikan surat
tinggal bersama, jauh lebih penting dalam susunan keputusan (SK) pengangkatan resmi yang
kehidupan sosial (Gibson: 1995:129). ditandatangani langsung oleh walikota. Adanya surat
keputusan pengangkatan ini dilakukan pemerintah kota
Dwi memiliki satu orang anak berusia 2,5 tahun dan Malang dan diterima para kader Posyandu Anggrek 2
merupakan karyawan di sebuah toko grosir pakaian. dan juga tentunya kader Posyandu lain sejak tahun
Dirinya mengaku sering izin untuk tidak atau terlambat 2015.
masuk toko karena alasan kesibukan Posyandu. Setiap
bulan, juga ada rapat rutin yang dilaksanakan setiap hari Di kelurahan Ciptomulyo, terdapat 141 kader Posyandu
Kamis minggu terakhir pada pagi hari. Rapat ini adalah yang secara resmi diberikan SK oleh negara. Artinya,
rapat koordinasi dan evaluasi yang dipimpin langsung 141 orang tersebut telah memiliki peran yang lebih dari
oleh pihak kelurahan. Koordinasi yang bersifat ganda, mereka sebagai kader Posyandu, sebagai
administratif ini kemudian melahirkan struktur “negara”, dan sebagai masyarakat itu sendiri. Para kader
administratif yang menentukan garis-garis koordinasi Posyandu yang memiliki SK tersebut sangat senang saat
“maya” antara masyarakat dan tata pemerintahan mereka harus menghadiri acara-acara yang
tingkat lokal. Namun jika ditarik lebih panjang ke atas, diselenggarakan oleh instansi yang lebih tinggi,
garis-garis ini menjadi nyata dalam konteks hubungan biasanya diselenggarakan oleh pemerintah kota. Di
administratif antara pemerintah lokal (kelurahan) dan sana, seluruh kader Posyandu se-kota berkumpul dan
pemerintah kota atau kabupaten. itulah yang disebut paguyuban kader Posyandu kota.
Para ibu rumah tangga tersebut, di luar konteks
Kelompok-kelompok masyarakat yang bertetangga peranannya sebagai kader Posyandu, dapat memperluas
dibentuk dan dibuat untuk saling kerja sama dan jaringan mereka.
mengawasi. Seorang ibu yang tidak membawa balitanya
ke Posyandu akan ditegur oleh ibu lain yang membawa Melalui peresmian peranan kaum perempuan, hal ini
balitanya ke Posyandu. Di masa lalu, idealnya seorang menunjukkan bahwa perempuan dilihat sebagai
ibu yang mendapat teguran tersebut umumnya merasa perantara antara dunia adat (nilai-nilai kemasyarakatan)
punya cap bukan ibu ideal, namun kini, ibu-ibu yang dengan nilai-nilai ideologi negara, seperti misalnya
tidak membawa balitanya ke Posyandu merasa cuek saja nilai-nilai yang menggalakkan peranan ibu rumah
dan yang mengingatkan mereka bukan ibu-ibu tangga untuk terus menjadikan keluarganya sebagai
tetangganya sendiri, melainkan kader Posyandu. keluarga yang ideal menurut niali-nilai yang telah
Artinya kedekatan oragnik antaribu rumah tangga untuk ditetapkan oleh negara. Penempatan perempuan seperti
mewujudkan kondisi masyarakat yang ideal, setidaknya itu, sebenarnya secara makro, menempatkan mereka
dalam hal kesehatan, pada masa kini sudah menemui dalam posisi simbolik dan praktis yang besar.
titik lunturnya. Masyarakat pedesaan-perkampungan Bayangkan, tanpa harus hadir di tengah-tengah
ideal “abad berapa pun sekarang sekarang selalu tampak masyarakat, melalui para ibu rumah tangga-kader
telah pudar atau sedang dalam proses memudar” Posyandu tersebut, negara sudah tidak perlu lagi
(Roseberry, 1989:57). memusingkan masalah ancaman kematian bayi. Di
tangan ibu rumah tangga itulah, masalah itu sudah dapat
Dari SK ke Insentif, dari Data ke Lomba ditangani.
Tampaknya untuk terus menghadirkan dirinya di
masyarakat, negara tidak harus menghadirkan dirinya di Menjadikan ibu rumah tangga sebagai “instrumen”
tengah-tengah mereka, atau dengan kata lain, negara negara untuk memasyarakatkan ideologinya secara
tidak perlu mendatangkan para aparat kesehatan resmi resmi (bukan secara sukarela seperti yang terjadi pada
di dinas kesehatan untuk turun ke kelurahan-kelurahan. masa orde baru), berarti memiliki implikasi materialis
Yang dilakukan negara untuk menghadirkan dirinya dari sisi para kader. Ada sebabnya mengapa SK yang
adalah dengan menjadikan beberapa orang dari diberikan kepada kader Posyandu menjadi sesuatu yang
masyarakat itu sendiri sebagai negara. Karena berharga bagi ibu rumah tangga-kader Posyandu
menyadari pentingnya peranan kaum perempuan dan tersebut. Hal ini tak lain dan tak bukan karena
ibu rumah tangga untuk menjadi kader Posyandu yang berhubungan dengan insentif yang diterima oleh para
terus mereproduksi masyarakat sehat, negara kader Posyandu. Insentif ini diberikan setiap bulan. Bu
meneguhkan keberadaan mereka, dengan kata lain, Jumakyah (52) dan bu Dwi Lestari (30) mengaku
mengakui posisi mereka secara resmi di struktur negara. mendapat Rp. 95.000,- setiap bulannya dari pemerintah
Oleh karena itu, melalui pemerintah kota dengan sebagai insentif dan “uang lelah” atas pengabdian
dikoordinasikan oleh dinas kesehatan, para kader mereka pada negara dalam Posyandu. Jumlah tersebut
Posyandu tersebut diteguhkan posisinya atau walaupun tidak banyak dan terkesan simbolik saja,
80
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
namun bagi ibu rumah tangga kelas menengah, seperti Posyandu itu tahu bahwa Posyandu merupakan sesuatu
yang banyak terdapat di lokasi penelitian saya, yang kompleks yang merumitkan.
merupakan sesuatu yang berarti. Hal ini dibenarkan oleh
Bu Siti Aminah (53), ketua paguyuban Posyandu se- Tidak hanya berhenti pada SK dan insentif, satu upaya
kelurahan, bahwa sejak adanya keputusan pemerintah yang dilakukan oleh negara untuk memastikan agar roda
kota memberikan surat keputusan pengangkatan kader mewujudkan masyarakat sehat dapat terus berputar
Posyandu sebagai “kader negara”, banyak ibu rumah adalah dengan mengadakan lomba-lomba. Salah satu
tangga yang tergiur untuk mau menjadi kader Posyandu, kegiatan Posyandu yang paling rumit dan menyusahkan
namun permasalahannya tidak berhenti sampai di situ. para ibu rumah tangga-kader Posyandu adalah membuat
Para ibu rumah tangga yang tergiur tersebut, hanya laporan bulanan mengenai data kesehatan di
tergiur karena alasan SK dan insentif semata, namun kampungnya. Jumlah laporan yang harus dibuat
secara kinerja, mereka tidak dapat dikatakan baik, jumlahnya ada 31 buku. Laporan tersebut harus
bahkan buruk. “banyak yang ingin menjadi kader dikerjakan oleh dua hingga tiga orang kader, dan waktu
Posyandu, tapi tidak ada niat sama sekali. Banyak dari pengerjaannya jelas memakan waktu yang tidak sedikit.
mereka yang sudah diterima menjadi kader, dan Inilah mengapa di awal-awal tadi, saya mengatakan
mendapat SK, setelah tau bahwa tugasnya cukup bahwa jika ada satu ibu rumah tangga saja yang tidak
banyak, mereka keluar, dan kami pun (kader Posyandu membawa balitanya ke Posyandu, maka berimplikasi
lainnya), kerepotan mencari pengganti.”, kata bu Siti ketiadaan catatan. Artinya, jika ada laporan yang
Aminah. kosong, maka akan mempengaruhi validitas laporan
keseluruhan, dan ini jelas membuat citra suatu
Pertemuan kader ‘resmi’ Posyandu yang diadakan dua Posyandu menjadi diragukan.
sampai tiga bulan sekali di tingkat kota, menjadi yang
ditunggu-tunggu oleh para kader Posyandu. Pertemuan Laporan-laporan yang banyak tersebut kompleks
tersebut biasanya dilakukan di gedung-gedung sifatnya, diantaranya adalah laporan perkembangan
pertemuan yang cukup elite. Para ibu rumah tangga juga berat dan tinggi badan balita, laporan kesehatan ibu
menggemari yang berbau “priyayi-priyayi”, bersalaman hamil, laporan kesehatan ibu hamil dan menyusui,
dan bertemu dengan istri wali kota sebagai ketua laporan KB, laporan mengenai jentik nyamuk, laporan
penggerak utama PKK, bagi mereka adalah kebanggaan mengenai kondisi rumah sehat, dan masih banyak lagi.
tersendiri. Di dalam dimensi inilah, ibuisme seakan Dalam hal ini, negara hadir dalam bentuk kertas-kertas
menguat lagi, namun perlu diingat, hanya secara dan tabel-tabel. Mungkin, kita (dan saya pada awalnya)
terbatas sifatnya, yaitu karena SK dan insentif. memandang bahwa kertas dan tabel yang banyak
Pertemuan kader resmi Posyandu se-kota merupakan tersebut secara fetish, atau memandangnya begitu dan
sarana sosialisasi dan pendidikan bagi mereka. Di sini, biasa saja, namun ternyata dibalik kertas dan tabel
berbagai penyuluhan tentang kesehatan tersebut, sesungguhnya ada negara yang sedang
diselenggarakan, untuk selanjutnya mereka teruskan memantau. Laporan-laporan itu dibuat oleh kader
hingga ke masyarakat level mikro. Rumah menjadi area Posyandu, dan pada tenggat waktu tertentu pada setiap
yang ideal bagi nilai-nilai negara dapat masuk, tentunya bulan, harus diserahkan kepada ketua kader Posyandu
melalui ibu rumah tangga. di tingkat RW dan kelurahan untuk akhirnya diperiksa.
Jika ada kesalahan sedikit saja, maka harus diulang.
Pendidikan dan penyuluhan bagi para ibu rumah tangga- Makanya dalam pengisian, para kader biasanya
kader ‘resmi’ Posyandu itu pada akhirnya menggunakan pensil terlebih dahulu.
membutuhkan kekuatan rumah tangga, keluarga, dan
kekuatan moral kaum perempuan sebagai landasan yang
memperlancar bagi proyek-proyek politik yang lebih
besar, penyuluhan dan pendidikan kaum perempuan
untuk rumah tangga menjadi alasan bagi perluasan
pekerjaan rumah tangga pribadi mereka hingga ke
bidang pengelolaan secara rasional masyarakat umum
(Newberry, 2013:174). Memang, peran perempuan di
bidang rumah tangga, memberi mereka “hak dan
kewajiban untuk terlkibat dalam urusan-urusan
masyarakat yang lebih luas” (Steinschneider 1994:13). Gambar 2.4. Sebuah piagam penghargaan yang diterima oleh
Ibuisme yang seakan mampu menguat (dikuatkan) Posyandu Anggrek 2
dengan SK dan insentif tersebut pada akhirnya kembali
memudar ketika ternyata para ibu rumah tangga-kader
81
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Laporan kesehatan kampung merupakan wujud Menjadi problematis ketika 18 tahun pascaorde baru
pertanggungjawaban yang diberikan oleh kader yang sangat dominan dan berorientasi pada
Posyandu kepada negara yang telah memberikannya pembangunan, ideologi pembangunan dari, oleh, dan
insentif. Di maa orde baru, laporan yang dibuat tidak untuk masyarakat itu memudar. Masyarakat kini
sebanyak ini. Menjadi logis jika, negara pada akhirnya cenderung berpandangan bahwa pembangunan adalah
memberikan para kader Posyandu, walaupun sedikit, dari dan oleh negara, untuk masyarakat. Ibu Saripah
sejumlah insentif untuk mendapat laporan-laporan yang sudah puluhan tahun menjadi kader Posyandu dan
menegnai kondisi kesehatan kampungnya. Laporan- inilah juga yang dikonfirmasi oleh Bu Kridiana (34),
laporan itu setelah terhimpun seluruh kelurahan, setiap seorang bidang Puskesmas kelurahan, bahwa Posyandu
tahunnya diikutkan lomba. Lomba-lomba yang adalah milik masyarakat dan untuk masyarakat itu
diselenggarakan oleh pemerintah kota melalui dinas sendiri. Nilai-nilai gotong royong, secara ideologi dan
kesehatan kota memiliki pretige tersendiri bagi para instrumental pada masa kini kurang disadari oleh
kader jika berhasil dimenangkan. Di satu sisi, laporan masyarakat sendiri. Satu hal yang merupakan cenderung
dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban, di sisi lain, menjadi kekurangan negara, adalah sifatnya yang
laporan dibuat untuk keperluan lomba. Lomba-lomba cenderung menyamakan antarmasyarakat.
itu hanya simbolik sifatnya, tidak ada tindak lanjutnya,
namun para kader selalu berlomba-lomba untuk Negara berharap, dengan menggunakan romantisme
memenangkan Posyandunya. masa lalu mengenai gotong royong sebagai model ideal,
dapat meningkatkan nilaigotong royong tersebut di
Everyday State – Monthly State? kalangan warga masyarakat dan mengukuhkan
Setidaknya sejak masa orde baru, PKK dan Posyandu keyakinan bahwa masyarakat lokal adalah masyarakat
jelas menempatkan kaum perempuan khususnya ibu yang mandiri, dan, tentu saja bersamaan dengan itu,
rumah tangga berada di garis depan dalam untuk meningkatkan campur tangan dan
pembangunan Indonesia, khususnya dalam pengawasannya terhadap masyarakat lokal. Masyarakat
mewujudkan masyarakat yang sehat. Peranan mereka ideal menurut pandangan negara itu didasarkan pada
dalam masyarakat, pada konteks-konteks tertentu asumsi kesetaraan yang cenderung menafikan
menjadi negara dan pemerintahan itu sendiri, yang karakteristik tiap-tiap masyarakat. “Kota dan negara
menjadikan diri mereka sebagai kepanjangan dari selalu berubah dan harus dipahami dalam konteks
program-program pemerintah yang ditujukan untuk sejarah mnasing-masing. Gambaran-gambaran tentang
mewujudkan kesejahteraan sosial melalui aktivitas pedesaan Jawa dan masyarakat ideal karena itu adalah
formal dan informal kaum perempuan, dan untuk cara negara dan rakyat melihat masa lalu dan masa
membantu menciptakan masyarakat kampung yang depan” (Newberry 2013:53).
ideal. Secara signifikan, proses pembentukan negara
sebagai proses penyebaran kekuasaan negara sehari-hari Maka melalui paragraf ini saya ingin menawarkan
melalui bentuk-bentuk pemerintahan ini dapat istilah, jika dahulu everyday state dapat dimungkinkan
terlaksana jika para kaum perempuan dan kader karena rakyat bekerja secara gotong royong dan organik
Posyandu itu menggunakan sumber daya negara untuk mewujudkan diir mereka yang ideal, kini mungkin
kepentingan dan tujuan mereka dan masyarakatnya. everyday state itu berubah menjadi monthly state.
Everyday State yang saya maksud di sini adalah Negara seakan-akan hanya hadir dalam konteks ruang
bagaimana negara terus mengadirkan dirinya di lorong- dan waktu tertentu, dalam RW 02 misalnya, negara
lorong kampung, tentunya di konteks masa kini. hanya hadir pada hari Selasa minggu pertama setiap
bulannya, yaitu ketika program pelayanan kesehatan
Pada konteks masa lalu, everyday state tampak sangat untuk balita diadakan. Atau, negara hadir ketika rapat-
intensif sebab negara secara efektif mampu rapat koordinasi yang dilakukan setiap bulan. Bahkan
membumikan secara masif nilai-nilai ideologinya, lebih parahnya, negara hanya hadir ketika diadakan
tentunya dengan cara rezim tersendiri. Secara lomba-lomba tertentu.
bersamaan, negara pada waktu itu juga mampu
mengolaborasikan nilai-nilai ideologi tersebut dengan SIMPULAN
nilai-nilai ideal masyarakat Jawa: gotong royong. Tampaknya, ideologi ibuisme yang pada masa orde baru
Konsep gotong royong seakan menjadi instrumen yang terbangun dengan masif, pada konteks masa kini
sangat berguna untuk membuat masyarakat terus menjadi semakin pudar. Negara tidak bisa dihadirkan
bekerja mewujudkan kondisi mereka sendiri yang sehat. sehari-hari jika hanya mengandalkan pada kesukarelaan
Oleh karena itu, pada masa lalu negara cukup kaum perempuan dan ibu rumah tangga seperti pada
berlandaskan pada kesukarelaan kaum perempuan pada masa lalu. Usaha untuk mewujudkan masyarakat
untuk bertugas atas nama mereka. yang ideal, khususnya dalam hal kesehatan, harus
82
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
memperhatikan dinamika setiap masyarakat sebagai Notions, diedit oleh Elsbeth Locher-Scholten dan
sasaran pembangunan. Para ibu rumah tangga yang Anke Neihof hal. 43-51. Dordrecht, Belanda: Foris
menjadi kader Posyandu, meskipun mengaku mau Publication.
bekerja untuk negara dalam konteks sukarela, Geertz, Hildred. 1961. The Javanese Family. NY: Free
sebenarnya dibalik itu mereka mau bekerja salah Press of Glencoe.
satunya karena alasan SK dan insentif sebagai bentuk Gibson, Thomas. 1995. Having Your House and Eating
pertanggungjawaban mereka kepada negara. Hal ini It: Houses and Siblings in Ara, South Sulawesi.
mengisyaratkan adanya repsiprositas atau hubungan Dalam About the House: Levi-Strauss and Beyond,
timbal balik antara kader Posyandu dan negara. Selain diedit oleh Janet Carsten dan Stephen Hugh Jones,
itu, lomba-lomba yang diadakan pemerintah juga hal. 129-148. Cambridge, Inggris: Cambridge
menjadi salah satu yang membuat “motor” pengawasan University.
negara terhadap masyarakat lokal dapat terus berjalan. Koentjaraningrat. 1961. Some Social-Anthropological
Observations on Gotong Royong Practices in Two
UCAPAN TERIMA KASIH Villages of Central Java. Diterjemahkan oleh Claire
Saya mengucapkan terima kasih khususnya kepada para Holt. Ithaca, NY: Cornell University Press.
informan yang telah memberikan waktunya untuk Newberry, Jannice. 2013. Back Door Java: Negara,
bersedia diwawancara, yaitu Ibu Saripah, ketua Rumah Tangga, dan Kampung di Keluarga Jawa.
Posyandu Anggrek 2, Ibu Jumakyah dan Ibu Dwi Diterjemahkan oleh Bernadetta Esti Sumarah dan
Lestari, anggota dan sekretaris Posyandu Anggrek 2, Masri Maris. Jakarta, Indonesia: Yayasan Pustaka
Ibu Siti Aminah, ketua paguyuban Posyandu kelurahan Obor Indonesia.
Ciptomulyo, dan Ibu Krisdiana Sulistya, bidan Sullivan, Nancy. 1983. Indonesian Women in
Puskesmas kelurahan Ciptomulyo. Saya juga sangat Development: State Theory and Urban Kampung
mengucapkan terima kasih kepada Posyandu Anggrek 2 Practice. Dalam Women’s Work and Women’s
karena memperbolehkan saya melakukan pengamatan. Roles: Economic and Everyday Life in Indonesia,
Selain itu, terima kasih juga para pengajar di Malaysia, and Singapore. Diedit oleh Leonore
Departemen Antropologi FISIP-UI, khususnya untuk Manderson, hal. 147-172. Canberra: Development
Profesor Achmad Fedyani Saifuddin atas diskusi- Studies Centre.
diskusi kritisnya baik selama di kelas maupun secara Suryakusuma, Julia. 1991. State Ibuism: The Social
personal. Construction of Womanhood in the Indonesian New
Order. New Asian Visions 6(2): 46-71
DAFTAR PUSTAKA Turner, Victor M. Dan E. M. Burner (Penyunting).
Djajadiningrat-Nieuwenhuis, Madelon. 1987. Ibuism 1986. The Anthropology of Experience. Urbana:
and Priyayization: Path to Power? Dalam University of Illionis Press.
Indonesian Women in Focus: Past and Present
i
1) Penghayatan dan pengamalan Pancasila, 2) gotong royong, 3) fungsi pembinaan dan membantu dalam pelaksanaan kegiatan-
pangan, 4) sandang, 5) perumahan dan tata laksana, 6) pendidikan dan kegiatan Posyandu
ketrampilan, 7) kesehatan, 8) pengembangan kehidupan berkoperasi, iii
Setiap tiga bulan sekali, selain mendapat sereal dan susu, ibu dan
9) kelestarian lingkungan hidup, dan 10) perencanaan kesehatan balita yang hadir di kegiatan pelayanan kesehatan juga mendapat
ii
Puskesmas, kependekan dari Pusat Kesehatan Masyarakat, yaitu makanan berat, yaitu makanan bernasi, biasanya adalah sup sayur.
organisasi pelayanan kesehatan di tingkat kelurahan, satu tingkat di Kegiatan memasak dikoordinasikan oleh ibu-ibu di tingkat RT,
atas Posyandu. Puskesmas bertanggung jawab langsung kepada Dinas dipimpin oleh ibu RT, istri ketua RT.
Kesehatan Kota dan Kabupaten. Dalam hal ini, Puskesmas memiliki
83
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Politik Kekerabatan dan Partai Politik dalam Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia
Rina Hermawati
Departemen Antropologi FISIP Unpad
rina.antrop@gmail .com
Nunung Runiawati
Departemen Adminitrasi Publik FISIP Unpad
nruniawati@yahoo.com
84
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
menguasai berbagai proyek pembangunan daerah yang politik masyarakat ke dalam tiga tipe. Pertama,
kemudian dibagi-bagikan kepada kroni-kroninya. masyarakat yang mempunyai kekuasaan terpusat,
Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut, nampak hirarki administratif dan lembaga hukum yang
bahwa munculnya politik kekerabatan dapat dipandang ditetapkan dengan jelas. Struktur administratif
sebagai ekses negatif dari otonomi daerah, budaya berisikan struktur politik dan karenanya memiliki
feodalisme dan koalisi bisnis-politik di tingkat lokal. sebuah pemerintahan yang menyerupai negara. Dalam
struktur kekuasaan, tugas dan wewenang politik tertata
Kecenderungan politik kekerabatan yang berkembang dengan rapi mulai dari tingkat tertinggi sampai pada
di Indonesia sebenarnya tidak terlepas dari fungsi struktur kelompok yang paling rendah/kecil. Kedua,
partai politik, karena bagaimanapun juga, mekanisme sistem politik dengan struktur politik yang tidak
rekrutmen politik dilakukan oleh partai politik Namun mempunyai kekuasaan pusat, mesin administratif atau
demikian, ada kecenderungan bahwa anggota keluarga pengadilan dengan kekuasaan untuk menjatuhkan
politik sekaligus merupakan pengurus partai politik keputusan tidak tertata dengan jelas, dimana dalam
sehingga memperkuat politik kekerabatan. Kajian ini struktur politik tugas dan wewenang tidak tertata
akan menggambarkan peran parpol dalam melahirkan secara rapi sehingga kadang disebut masyarakat tak
politik kekerabatan dan bagaimana implikasinya bagi bernegara. Dalam masyarakat seperti ini garis
demokrasi di Indonesia. keturunan dipergunakan sebagai kerangka satuan
politik, sehingga prilaku politik terikat sangat kuat
Politik Kekerabatan Ditinjau dari Aspek dengan dan tercakup oleh sistem pertalian keluarga.
Antropologi Ketiga, kelompok komunitas kecil yang
keseluruhannya dipersatukan oleh ikatan
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari kekeluargaan, kelompok masyarakat tersebut terbentuk
beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau berupa gerombolan keluarga atau keluarga
hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri pengembara yang hidupnya kadang berpindah dari
atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, satu tempat ke tempat lain berdasarkan ketersediaan
paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam makanan, baik makanan untuk kebutuhan kelompok
kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam maupun makanan untuk kebutuhan ternak.
kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif
kecil hingga besar. Kajian lainnya Evans Prichart tentang struktur politik
bangsa Nuer di Sudan menemukan bahwa struktur
Menurut Chony dalam Ali Imron (2005:27), sistem politik bangsa Nuer sangat dipengaruhi oleh struktur
kekerabatan dijelaskan bukan hanya saja karena sosial yang berkaitan dengan ekologi. Dalam
adanya ikatan perkawinan atau karena adanya Analisisnya tentang mata pencaharian dengan
hubungan keluarga, tetapi karena adanya hubungan lingkungan alam tempat tinggal, kondisi geografis
darah”. Selain itu Chony juga mengungkapkan bahwa bangsa Nuer menyebabkan mereka menyebar di suatu
kunci pokok sistem perkawinan adalah kelompok daerah yang luas. Jika tiba musim hujan bangsa Nuer
keturunan atau linege dan garis keturunan atau menetap di desa karena tersedia air dan rumput yang
descent. Anggota kelompok keturunan saling berkaitan cukup untuk ternak. Sedangkan jika musim kemarau
karena mempunyai nenek moyang yang sama. tiba bangsa Nuer meninggalkan desa-desa mereka dan
Kelompok keturunan ini dapat bersifat patrilineal atau tinggal di perkemahan dimana terdapat rumput dan air
matrilineal. Sedangkan Keesing dalam Ali Imron yang cukup untuk ternak. Semakin besar kelompok
(2005:27) menjelaskan bahwa sistem kekerabatan pengembara, ikatan kekerabatanya cenderung
adalah hubungan berdasarkan pada model hubungan melemah karena dalam setiap kelompok kecil bersaing
yang dipandang ada antara seorang ayah dengan anak secara politik untuk menguasai air dan rumput untuk
serta antara seorang ibu dengan anak. Berdasarkan ternak. Semakin kecil kelompok pengembara semakin
definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa sistem kuat ikatan kesatuan mereka. Keadaan itu
kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting menunjukkan struktur sosial mereka didasarkan atas
dalam struktur sosial, yang merupakan sebuah jaringan lineage, yaitu kelompok kekerabatan yang unilineal,
hubungan kompleks berdasarkan hubungan darah atau dimana silsilah keturunan dapat diketahui dengan
perkawinan. jelas.
Kajian antropologi politik melihat kekerabatan sebagai Berdarkan dua uraian kajian tersebut, nampak bahwa
bagian penting dalam sistem politik masyarakat. Hasil praktik politik kekerabatan telah dikenal sejak lama
kajian Fortes dan Evans Pritchart dalam bukunya dalam sistem politik di Afrika dan bangsa Nuer di
African Political Sistems (1940) membagi praktek Sudan. Politik kekerabatan ini tidak hanya berlaku
85
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pada masyarakat desa yang penuh dengan ikatan kepentingan/aspirasi rakyat dengan pemerintah beserta
kekerabatan, akan tetapi dapat berlangsung pula pada kebijakan-kebijakannya.
masyarakat perkotaan. Eric Wolf dalam studinya
tentang arti dan peran keluarga dalam percaturan Dalam era pemilihan kepala daerah, tantangan terbesar
politik ia menemukan bahwa politik keluarga dapat partai politik saat ini adalah melakukan rekrutmen
pula berlaku di beberapa Kota Austria dan Pulau yang benar untuk mengisi jabatan-jabatan politik,
Cicilia. Kelompok keluarga yang memiliki lahan yang khususnya dalam konteks desentralisasi, dimana
luas telah mendirikan pabrik yang dikelola dengan kepala dan wakil kepala daerah dipilih secara
sistem keturunan. Pimpinan pabrik diangkat dari langsung. Hal ini menunjukkan bahwa partai politik
keluarga inti. Politik keluarga nampak ketika terjadi menjadi aktor yang menentukan proses pencalonan
rencana pengalihan lahan oleh pemerintah dalam kandidat kepala daerah. Namun demikian, peran
rangka pelebaran jalan dan perluasan kota. Kelompok politik ini seolah-olah hanya terjadi pada saat
keluarga akan berkoalisi untuk mempertahankan pencalonan kandidat saja. Proses pemenangan
lahannya. Dimulai dengan mengumpulkan sejumlah kandidat selanjutnya ditentukan oleh popularitas
harta kekayaan untuk menebus sebagai jaminan kandidat itu sendiri dengan dukungan tim-tim sukses
kepada pemerintah, sampai pada tuntutan hukum di bentukan para kandidat.
pengadilan. Bahkan pada tingkat tertentu mereka
berkumpul dan berbaris menjadi benteng dan perisai Popularitas calon kandidat menjadi dasar petimbangan
hidup guna mempertahankan lahan pabriknya. utama dalam menentukan pilihan partai politik.
Tokoh-tokoh populer yang berasal dari kalangan
Politik kekerabatan ini terus dipelihara dan selebriti, artis, pengusaha besar, birokrat, atau tokoh
dikembangkan dalam politik kekinian masyarakat. patronase lokal menjadi pigur yang banyak diminati
Penelitian yang dilakukan oleh Dal Bo mengenai partai politik. Sistem parpol menjadi kurang memiliki
politik kekerabatan di Amerika Serikat, Pablo insentif untuk melahirkan calon-calon pemimpin lokal
Querubin dan Mendoz mengenai politik kekerabatan melalui sistem kaderisasi yang bagus. Biasanya kader-
di Philipina menunjukkan hasil yang sama bahwa kader parpol ini akan kalah populer dibandingkan
kandidat yang berasal dari keluarga politik mempunyai dengan kalangan selebriti maupun pesohor lainnya.
peluang yang lebih besar untuk memenangkan pemilu.
Hasil penelitian Dal Bo menunjukkan bahwa seorang Pemilukada selama ini telah membuat proses
legislator yang kerabatnya telah menduduki jabatan pelembagaan parpol dan pengelolaan parpol menjadi
politik, mempunyai peluang yang lebih besar untuk semakin problematis. Di sisi lain, secara internal partai
terpilih. Atau dengan kata lain, seseorang yang politik mengalami berbagai dalam membangun
berkuasa, mempunyai peluang yang lebih besar untuk institusinya karena minimnya sumber daya yang
mempertahankan kekuasaannya dan lebih dimiliki partai politik (keuangan, sumber daya
memungkinkan untuk membentuk politik kekerabatan. manusia dan fasilitas fisik lainnya). Di sisi lain,
Hal ini disebabkan karena political capital yang terkait pemilukada menuntut partai politik memiliki kader
dengan mesin politik dapat diwariskan dalam keluarga. yang siap memenangkan pertarungan dari Pemilukada.
Oleh karena itu, fenomena politik kekerabatan tetap
eksis sampai saat ini. Kedua hal tersebut menyebabkan partai politik
tergiring untuk mendukung kandidat-kandidat yang
Partai Politik dan Politik Kekerabatan
diajukan oleh para petahana (incumbent) yang masih
Partai politik memiliki peranan penting bagi memiliki banyak political resources dan otoritas
bekerjanya mekanisme demokrasi. Hal ini berkaitan formal atau yang sudah tidak mungkin lagi maju
dengan fungsi partai politik untuk menyerap dan berkompetisi karena aturan pembatasan masa jabatan.
menyalurkan aspirasi dan kepentingan rakyat, Ikatan kekerabatan dengan para incumbent atau tokoh
melakukan pendidikan politik kepada rakyat, sentral parpol jelas saja membuat nepotisme menjadi
melakukan rekrutmen politik untuk mengisi jabatan- menonjol. Para petahana memang memiliki banyak
jabatan publik di semua tingkatan pemerintahan, keunggulan elektoral untuk memenangkan kompetisi
memformulasi dan menetapkan kebijakan umum politik lokal. Selain tentunya sudah dikenal luas,
melalui institusi legislatif dan eksekutif di semua mereka ini bisa mempolitisasi birokrasi dengan iming-
tingkatan pemerintahan, melakukan pengawasan atas iming mutasi maupun promosi untuk mendukung
pelaksanaan kebijakan publik melalui para kadernya di kemenangan calon yang dinominasikannya. Dengan
lembaga legislatif dan menjadi penengah antara demikian, politik kekerabatan sesungguhnya menjadi
strategi partai politik untuk merebut ataupun
mempertahankan kekuasaan.
86
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
87
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
88
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Daftar Pustaka
89
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Abstrak - Bagi masyarakat dari suku Banjar di inilah golongan Melayu berbaur dengan kelompok
Kalimantan Selatan, secara tradisional Tuan Guru Olo Maanyan dan orang-orang Bukit, dan
adalah tokoh masyarakat yang dimuliakan karena mendirikan Kerajaan Tanjung Pura yang mungkin
dianggap sebagai pemangku kekuasaan di ranah terletak di daerah Tanjung kabupaten Tabalong
spiritual. Hal itu ada kaitannya dengan peran penting sekarang.
Tuan Guru dalam segala aspek kehidupan sosial
Istilah “Banjar” ditemukan dalam Hikayat Banjar
‘orang Banjar’, dari sejak mereka dilahirkan hingga
dengan asal kata “Bandarmasih”, yang umum
ketika meninggal dunia. Dalam perkembangan
dipakai untuk menyebut “Negeri Bandarmasih”.
mutakhir, ternyata peran Tuan Guru itu juga
Disebutkan nama Bandarmasih disebabkan nama
merambah ke dunia politik, karena adanya
orang besar yang ada di Banjar kala itu adalah Patih
‘undangan’ para elit politik yang melihat potensi
Masih. Banjar sendiri mengandung makna berderet-
dukungan suara yang dimiliki oleh Tuan Guru.
deret sebagai letak perumahan kampung pedukuhan
Masalahnya adalah, kehadiran Tuan Guru dalam
atau desa, yang terletak di atas air sepanjang sungai.
dunia politik dianggap oleh sebagian masyarakat
Nama Patih Masih adalah nama sebutan dari Patih
sebagai tindakan yang mencemarkan peran genuine-
Oloh Masih yang artinya Patih orang Melayu sebagai
nya sebagai pemangku kekuasaan di ranah spiritual.
sebutan yang ditujukan kepada kepala suatu
Paling tidak, itulah yang sedikit banyak terperagakan
kelompok etnis di daerah Kalimantan (Saleh,
dalam dinamika Pilkada Langsung sebagai sistem
1975:17).
politik yang diterapkan dalam rangka pemilihan
Kepala Daerah di Indonesia pasca Orde Baru. Budaya Banjar sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
Padahal dalam tataran ideal, seharusnya peran politik Islam. Bahkan Islam menjadi dasar budaya Banjar.
Tuan Guru bisa sangat signifikan dalam proses Dalam sejarahnya budaya Banjar pernah
demokratisasi di ranah lokal. bersentuhan dengan budaya Jawa ketika kerajaan
Banjar menjadi vasal kerajaan Demak. Juga secara
Kata kunci: Tuan Guru, ranah spiritual, demokrasi
kultural pernah bersentuhan dengan budaya
lokal, Pilkada Langsung, politik sedekah.
Sumatera, terutama Aceh, ketika tokoh-tokoh
agamanya seperti Hamzah Fansuri dan Nuruddin al-
Raniry menjadi guru intelektual dan spiritual
PENDAHULUAN
masyarakat Banjar melalui ajaran tasawuf wihdatul
“Orang Banjar” (dalam bahasa lisan diucapkan wujud dan kitab Sirathal-Mustaqim (Usman,
sebagai Urang Banjar) adalah sebutan untuk 1994:164).
penduduk yang kini bermukim di Kalimantan
Merunut pada sejarahnya, agama Islam adalah
Selatan, atau orang yang merasa dirinya sebagai
‘agama negara’ untuk Kesultanan Banjar (Ideham
kelompok etnis Banjar. Merujuk pada JJ Ras,
dkk, 2007). 1 Oleh karena itu bagi sebagian besar
sebagaimana dikutip oleh Hasan (2007:106-111),
penduduk di Kalimantan Selatan, sebagai keturunan
asal usul suku ini berasal dari konsentrasi koloni
dari rakyat Kerajaan Banjar, status agama Islam itu
Melayu yang pertama terdapat di daerah Tabalong,
lebih sebagai “agama keturunan” dan mereka tidak
yang kemudian berkembang menjadi suku Banjar,
pernah mempertanyakan lagi kenapa harus beragama
yang disebutnya sebagai Bandjar on the coast.
Islam. Sebagai agama keturunan, warga masyarakat
Mereka ini berimigrasi dari Indonesia bagian Barat
Banjar belajar agama Islam sejak masih sangat belia,
pada permulaan abad pertama Masehi. Mereka
dan salah satu hal yang diajarkan adalah: mereka
memasuki bagian Timur “Teluk Besar” pada lereng-
wajib menghormati orangtua dan guru-guru
lereng kaki Pegunungan Meratus. Pada wilayah tua
agamanya. Di ranah sosial, guru agama yang wajib
1
Islam adalah “agama resmi” pada masa Kerajaan Banjar (1526- kelompok masyarakat yang bermukim di sekitar pegunungan
1905), dan karena itu hampir otomatis setiap penduduk di wilayah Meratus. Sungguh pun demikian, penduduk di sekitar pegunungan
Kerajaan Banjar adalah penganut Islam. Pada masa kini, tidak ada Meratus itu seringkali kurang diakui sebagai Urang Banjar,
data statistik yang menyebutkan orang Banjar itu ada yang karena sebutan stigmatisnya adalah “orang Bukit” (alias ‘orang
beragama lain kecuali Islam. Tetapi sebenarnya ada fakta sejarah gunung’), dan pada umumnya mereka masih menganut animisme
bahwa orang Banjar itu semula beragama Hindu, dan “sisa” orang atau agama Hindu kuno, dan sebagian malah kemudian beragama
Banjar macam itu di masa kini masih dapat ditemukan pada Kristen.
90
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dimuliakan itu muncul dalam personifikasi “orang memiliki banyak aset dan properti, dan tidak selalu
alim” yang disebut Tuan Guru. 2 harus “orang dagang”. Bahkan masyarakat Banjar
masa kini agak mafhum apabila kategori orang kaya’
Pentingnya peranan Tuan Guru dalam struktur sosial
itu juga melekat pada pejabat pemerintah. Istilah
orang Banjar tidak terlepas dari banyak rangkaian
“jaba” itu arti harfiahnya adalah “orang awam”, dan
tradisi kehidupan sosial masyarakat di Kalimantan
semula ditujukan kepada kelompok masyarakat yang
Selatan amat tergantung pada peran Tuan Guru.
kurang begitu menguasai ilmu agama kecuali
Peran Tuan Guru muncul misalnya dalam upacara
sekadar bisa shalat. Tetapi secara kultural, kaum jaba
perkawinan hingga ritual ketika orang sudah
itu maksudnya adalah sebutan untuk rakyat yang
meninggal dunia. Ketika dalam acara akad
dalam bekerja mencari nafkah tidak tergantung pada
pernikahan niscaya menghadirkan Tuan Guru untuk
pemerintah, seperti misalnya petani, pedagang kecil,
memimpin “ijab kabul” biasanya kalau orangtua pengrajin, dan lain-lain.
mempelai wanita tidak berani untuk melakukannya
sendiri. Ketika memberi nama anak, disebut
batasmiyah, juga menghadirkan Tuan Guru,
minimal untuk membacakan doa atas pemberian
nama tersebut. Bahkan ketika ada pertengkaran Pejabat
Publik
dalam rumah tangga, seringkali suami isteri minta
nasihat Tuan Guru, dan Tuan Guru itulah yang ORANG
Orang Kaya
acapkali mampu mendamaikan rumah tangga yang ALIM
/Pengusah
retak. Supaya usaha dagang lancar, banyak kalangan a
KAUM KAUM
pedagang pergi ke Tuan Guru untuk berkonsultasi, PEGAWAI SAUDAGAR
Pegawai
atau minta ‘amalan penglaris’. Juga ketika ada Pemerinta
masalah pekerjaan di kantor, saran Tuan Guru lebih h
didengarkan. Bahkan ketika kehilangan barang, KAUM JABA Kaum
Pekerja
karena dicuri orang yang tidak diketahui
identitasnya, Tuan Guru juga menjadi solusi yang
lebih dipercaya ketimbang polisi. Tak terkecuali Gambar 1. Pelapisan Sosial pada Masyarakat
kalau ditimpa musibah, misalnya sakit panas atau Banjar Tradisional dan Perubahannya
kesurupan dengan asumsi karena pengaruh makhluk Dalam perkembangan kemudian, yakni setelah
ghaib, Tuan Guru dipercaya lebih handal untuk kehidupan sosial ekonomi masyarakat semakin
mengatasinya daripada dokter spesialis atau terbuka dan stratifikasi sosial semakin tidak jelas
psikiater. Dengan kata lain, dari segala aspek garis pembatasnya, struktur sosial Urang Banjar
kehidupan, warga masyarakat bisa minta bantuan itupun menjadi cair dan tercampur-campur.
Tuan Guru. Dan karena itulah, wajar kalau kemudian Meskipun Tuan Guru tetap memiliki posisi
Tuan Guru merupakan tokoh yang dipercaya punya terhormat, dan dihormati semua orang, namun dalam
kapasitas spiritual yang mumpuni dan dihormati stratifikasi masyarakat kontemporer mengalami
masyarakat pada umumnya. perubahan yang signifikan. Mereka yang mendapat
Dilihat dari pelapisan sosial, Tuan Guru inilah yang kuasa karena jabatan politik (penguasa) diam-diam
mendapatkan kehormatan tertinggi dalam struktur melakukan hegemoni budaya terhadap entitas lain,
sosial masyarakat Banjar tradisional. Pada tingkatan termasuk kalangan orang alim (lihat Gambar 1). Hal
yang lebih rendah muncul kemudian status mereka itu diduga ada kaitannya dengan dibentuknya
yang termasuk dalam kategori “orang kaya” (Banjar: Majelis Ulama Indonesia (MUI) oleh Pemerintah,
urang sugih), kaum pegawai (atau ‘orang kantoran’), sebagai tempat berhimpunnya para ulama, yang
dan akhirnya kaum jaba (alias ‘orang kebanyakan’ didirikan pada tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta.
atau rakyat biasa). Dalam preferensi masyarakat Perubahan itu semakin kasat mata pasca Orde Baru
Banjar tradisional, orang kaya itu biasanya melekat tatkala semua orang merasa berhak untuk dipilih
pada “orang dagang” atau yang pekerjaannya menjadi pejabat publik (baca: Kepala Daerah)
berniaga atau punya perusahaan dagang. Tetapi melalui mekanisme Pilkada Langsung, dan berusaha
dalam perkembangan mutakhir, sebutan “orang “memanfaatkan” wibawa para Tuan Guru untuk
kaya” itu terutama untuk menunjukkan oknum yang kepentingan politiknya.
2
Secara tradisional masyarakat Banjar sebenarnya lebih mengenal yang kadangkala juga mengajarkan kitab kuning tetapi dalam
sebutan “Tuan Guru” daripada Kiai. Tuan Guru adalah mereka pengertian teks klasik untuk ilmu pengetahuan Islam yang
yang mengajarkan kitab (sebutan buku cetakan dalam bahasa dan ortodoks. Tuan Guru tidak selalu memiliki pesantren, seperti Kiai
huruf Arab Melayu), dan murid-muridnya tidak terbatas pada di pulau Jawa, karena tempat mengajar ‘murid-muridnya’ hanya
kelompok tertentu. Kitab yang dibaca para Tuan Guru itu biasanya dilakukan di rumah dia tinggal, atau di surau dekat rumah
disebut ‘kitab kuning’, karena kertas bukunya berwarna kuning, tinggalnya (Sebagai perbandingan lihat Martin van Bruinessen,
yang diimpor dari Timur Tengah. Sedangkan sebutan Kiai, karena 1995. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi
pengaruh kultur Nahdlatul Ulama yang diserap dari bahasa Jawa, Islam di Indonesia. Penerbit Mizan, Bandung).
adalah sebutan yang melekat pada pemilik pondok pesantren,
91
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
92
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
3
Mengapa masyarakat awam tidak begitu peduli soal asal-usul 4
Bukti bahwa Guru Ijai dianggap Tuan Guru besar, ketika dia
pendidikan formal da’i atau penceramah itu lebih banyak meninggal, begitu banyak Tuan Guru yang melayat untuk
didasarkan fakta sosial bahwa Tuan Guru, sebagai tokoh panutan memberikan penghormatan terakhir. Dan ribuan jemaah, ada yang
masyarakat tradisional, pengetahuan agamanya tidak diperoleh mengatakan sampai ratusan ribu, berjejal menyesaki kompleks
melalui bangku sekolah, melainkan dari proses “berguru duduk” Sekumpul, sampai membludak ke jalan raya hingga beberapa
alias belajar kitab dari Tuan-Tuan Guru yang menguasai keahlian kilometer, ketika menghantar Guru Sekumpul itu dikebumikan.
khusus di bidang ilmu agama tertentu. Kemampuan seseorang 5
Setelah menjadi semacam Tuan Guru Besar, Guru Bakhiet (KH
dalam penguasaan ilmu agama tidak ditentukan oleh proses Muhammad Bakhiet) pindah ke Paringin (Kabupaten Balangan)
pendidikan yang diukur dari ”waktu atau masa pendidikan”, tetapi untuk membangun pesantren yang lebih luas, karena jamaah yang
lebih ditentukan oleh kedalaman pengetahuannya atas kitab-kitab datang menghadiri majelisnya telah lebih besar dari seribu orang
agama, serta pengakuan dari Tuan Guru senior. setiap kali kali pengajian.
93
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
publik. 6 Kedua, sebagai pengelola pesantren, dan yang mengandaikan kharisma dan kewibawaan
diasumsikan memiliki massa pendukung eksklusif personal itu bisa diperoleh dengan jalan pintas.
(berupa santri dan keluarganya) yang signifikan, Namun rupanya para kontestan yang bertarung
Tuan Guru dimintai dukungannya agar bisa dalam kontestasi Pilkada Langsung Kalimantan
menambah jumlah pemilih yang kelak akan berpihak Selatan rupanya tak peduli dengan kejanggalan
kepada kontestan yang dekat dengannya. logika tersebut.
Untuk kasus peran Tuan Guru sebagai ‘perantara Apakah mereka yang telah “dimandikan” oleh Tuan
jagat spiritualitas’, bantuan yang dibutuhkan oleh Guru niscaya mendapatkan kemuliaan sosial, yang
para kontestan adalah tindakan yang menyangkut dimulai dengan munculnya dukungan publik yang
kekuatan ghaib yang bersifat mistik. Misalnya, signifikan untuk dirinya sebagai seorang kontestan
seseorang kontestan ingin agar dirinya lebih yang bertarung dalam kontestasi Pilkada Langsung?
berkharisma. Dalam kaitan itu sang Tuan Guru bisa Kebetulan belum pernah ada yang mencoba
membantu kontestan dengan cara melakukan ritual mengevaluasi (atau lebih tepatnya, tidak bisa),
“mandi” agar oknum yang bersangkutan bersih misalnya, apakah setelah dimandikan itu seseorang
(suci) jiwa raganya. Ritual selanjutnya adalah oknum kontestan lalu mendapatkan kenaikan tingkat
tersebut kemudian ‘diisi’ batinnya dengan sesuatu elektabilitasnya secara luar biasa. Tidak pernah
amalan tertentu yang dimaksudkan untuk diragukan, dan hampir semua orang mafhum belaka,
meningkatkan kewibawaannya. Tidak ada yang bahwa alasan utama seseorang memanfaatkan
salah dalam laku semacam ini, terkecuali bahwa pendekatan spiritual itu lebih pada upaya
seolah-olah ada jalan pintas untuk memunculkan meningkatkan rasa percaya dirinya. Tetapi yang
kharisma agar seseorang tampak lebih berwibawa di pasti, biasanya para kontestan selama masa
ruang publik. Meminjam kerangka analisis Anderson kampanye politik dalam rangka Pilkada Langsung
(2000), kharisma dan wibawa adalah persoalan memang tampak lebih shaleh dan cenderung lebih
bagaimana memaknai arti ‘kuasa’ (power) yang rajin shalat. Karena itu bagi orang-orang yang dekat
dibayangkan bisa diperoleh dari alam ghaib dan dengannya boleh jadi merasakan kesejukan religius
melekat begitu saja pada diri pemimpin sebagai tersendiri yang unik.
‘orang terpilih’ dan ia biasanya menjadi bagian
Pada sisi lain, eksistensi Tuan Guru sebagai
dari makna kultural kekuasaan pada masyarakat
pengasuh pondok pesantren diasumsikan memiliki
Jawa. Dalam kultur Jawa, seorang pemimpin itu
massa fanatik yang signifikan. Tetapi, sebenarnya
dipercaya memiliki kharisma yang unik dan tidak
tidak ada jaminan bahwa ketika seseorang Tuan
perlu penjelasan rasional mengapa kharisma ada dan
Guru pengelola pondok pesantren menyatakan
melekat begitu saja pada diri sang pemimpin.
‘mendukung secara moral’ kepada seseorang
Kharisma itu dibutuhkan pemimpin untuk
kontestan lalu semua santri dan keluarga santri itu
memberikan perlindungan bagi segenap rakyat yang
akan turut mendukung secara politik kepada
dipimpinnya. 7 Tetapi, dalam kultur masarakat
kontestan tertentu. Pola patrimonialitas santri di
Banjar, kharisma yang dilekatkan pada seseorang
pondok-pondok pesantren di Kalimantan Selatan
pemimpin adalah kesantunan spiritual karena yang
agak berbeda dengan misalnya pondok pesantren di
bersangkutan menunjukkan sifat-sifat kenabian, 8
Jawa dan Madura. 9 Dalam kultur pondok pesantren
dan karena itu memang agak berbeda dengan
di Kalimantan Selatan pada umumnya, yang berpola
deskripsi Anderson yang mengaitkannya dengan
madrasah dengan banyak guru, anak-anak santri
kepercayaan-kepercayaan Jawa tradisional tentang
memang (wajib) taat kepada para gurunya di
kekuatan mistik dan kesaktian. Oleh karena itu pula,
madrasah, tetapi sebatas taat dalam urusan menuntut
sebenarnya agak kurang masuk akal jika sampai ada
6
Sebagai catatan: jenis Tuan Guru ini adalah mereka yang kekuasaan kharismatik itu nyaris selalu melekat pada
dipercaya menguasai ilmu tarekat berbasis tasawuf yang kediktatoran, sedangkan dalam tradisi Jawa, meskipun juga
menghasilkan pemahaman tentang aspek mistis keagamaan, dan otoriter tetapi pemimpin kharismatik ala Jawa itu cenderung
dengan kemampuan ilmunya itu yang bersangkutan bisa melindungi kawulanya.
memberikan semacam “kekuatan supranatural” kepada seseorang 8
Sifat-sifat kenabian itu adalah: jujur, amanah, fathanah, dan lain-
yang berkenan dibantunya. Tidak semua Tuan Guru memiliki lain, yang tidak semua orang bisa menujukkannya dalam perilaku
ilmu tersebut, dan karena itu pula tidak semua Tuan Guru hidup keseharian. Secara riil sifat-sifat tersebut hanya dapat
dikunjungi untuk tujuan semacam itu (sumber: hasil diskusi saya diperagakan oleh sedikit orang. Biasanya yang agak mampu
dengan akademisi IAIN Antasari Banjarmasin, dan hasil melakukannya hanya orang-orang “alim” yang rajin beribadah.
pengamatan peneliti sendiri). 9
Dalam kultur pesantren di Jawa, dan terutama menyangkut
7
“Kharisma” dalam kultur Jawa ini dalam hal-hal tertentu serupa peran Kiai di Madura, santri cenderung manut apa saja yang
dengan yang dibayangkan Max Weber sebagai “kualitas tertentu diperintahkan oleh Kiai pengasuh pondok, termasuk dalam
dari kepribadian individu yang menyebabkannya berbeda dengan konteks “perintah” untuk mendukung sesuatu entitas politik
orang awam dan dianggap diberkati dengan kekuatan atau kualitas tertentu (Lihat Martin van Bruinessen, 1995. Kitab Kuning.
supranatural, adi-manusiawi, atau paling tidak kualitas khusus Penerbit Mizan, Bandung. Lihat juga A. Latief Wiyata, 2001.
yang luar biasa (Lihat Sung Ho Kim, 2004. Max Weber’s Politics Proses Demokratisasi di Indonesia: Kasus Pemilihan Bupati
of Civil Society. [Cambridge University Press], halaman 85). Sampang, Madura periode 2000-2005. Lembaga Penelitian dan
Perbedaannya adalah, dalam pembayangan Weber profil Pengembangan Masyarakat “Kawula Saras”, Jember).
94
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
ilmu dan hal-hal yang berkaitan dengan urusan bermaksud memberikan sesuatu bantuan kepada
ibadah untuk bekal ke akhirat. Pada sisi lain, para pondok pesantren tertentu, jangan tanyakan kepada
orang tua yang menyekolahkan anaknya ke pondok sang Tuan Guru pengasuh pondok apakah dia
pesantren biasanya tidak sepenuhnya lepas tangan berkenan menerimanya. Tuan Guru pengasuh
(dan karena itu selalu menengok anaknya tiap saat pondok pesantren pada umumnya tidak pernah
dibutuhkan) dan kerapkali akan menarik kembali berurusan dengan hal-hal teknis pemberian dana
anaknya dari lingkungan pondok pesantren yang dilakukan oleh kontestan, karena urusan
manakala dianggap manyalaya (bahasa Banjar: tersebut merupakan porsi peran dari perantara Tuan
berperilaku tidak lazim). Di sisi lain, bagi para Guru. Oknum perantara itulah yang akan
orangtua (dan juga menjadi persepsi para guru memberikan informasi tentang apa saja yang “patut”
madrasah), urusan politik adalah urusan dunia yang diberikan untuk pondok pesantren yang diasuh oleh
tidak pantas menjadi ranah kehidupan bagi anak- sang Tuan Guru. Bagi sang Tuan Guru, tidak ada
anak santri. Karena dua alasan itu, sebenarnya agak alasan baginya untuk menolak pemberian
berlebihan jika mengandaikan pondok pesantren sumbangan untuk pembangunan pondok
sebagai lahan subur yang dapat digarap untuk pesantrennya karena asumsinya dia tidak pernah
mendapatkan dukungan suara pemilih dalam meminta sesuatu. 12 Oknum perantara itu pula yang
kontestasi politik. kerapkali mengatur kapan pertemuan khusus dengan
sang Tuan Guru dapat dilangsungkan, antara lain
Namun demikian, bagi para kontestan yang sedang
karena begitu padatnya acara rutin Tuan Guru
bertarung dalam Pilkada Langsung, alasan mengapa
memberikan pengajian.
pondok pesantren dijadikan arena kultural ternyata
juga lebih dimaksudkan sebagai upaya mendapatkan Pokok persoalannya kemudian, apakah kontestan
shawab dari Tuan Guru tertentu. 10 Adanya kesan yang diketahui publik “didukung” oleh Tuan Guru
bahwa kontestan tertentu yang ‘dekat’ dengan para tertentu itu lantas memenangkan kontestasi Pilkada
Tuan Guru, apalagi Tuan Guru tertentu yang sudah Langsung? Ternyata, tidak ada jaminannya.
tersohor, menjadikan seseorang kontestan kemudian Sungguh pun demikian, bagi setiap kontestan,
membayangkan dirinya ikut mendapatkan aura rupanya potensi dukungan pesantren dan
wibawa keshalehan yang terpancar dari sosok Tuan ‘perlindungan’ Tuan Guru itu tak bisa diabaikan,
Guru tersebut, dan bukan karena pondok pesantren betapapun tidak ada jaminan bahwa hal itu niscaya
yang diasuhnya. Tetapi untuk bisa disebut dekat berpengaruh signifikan terhadap dukungan publik
dengan sang Tuan Guru, tidak ada cara lain kecuali kepadanya. Logika situasional itu terkondisikan
dengan cara masuk ke dalam lingkungan pesantren. lantaran jumlah pesantren, dan juga orang yang dapat
Uniknya, ternyata tidak semua kontestan dapat dikagorikan sebagai Tuan Guru itu, jumlahnya
dengan mudah mendapatkan shawab sang Tuan sangat banyak dan tersebar luas di seantero
Guru. Dalam kaitan itulah lalu muncul peran penting Kalimantan Selatan. 13 Memahami kondisi obyektif
“perantara Tuan Guru”. 11 Oknum ini bisa berstatus kultur masyarakat yang memuliakan Tuan Guru,
sebagai anggota pengelola pondok pesantren yang para kontestan yang akan bertarung dalam kontestasi
bersangkutan, atau anggota keluarga Tuan Guru, Pilkada Langsung mau tidak mau harus percaya
atau bahkan bukan kedua-duanya tetapi dapat dengan asumsi bahwa barang siapa dekat, atau lebih
berhubungan langsung dengan sang Tuan Guru. tepatnya memperoleh “dukungan” Tuan Guru, maka
besar kemungkinan akan didukung oleh massa
Hubungan diadik antara kontestan dengan Tuan
pendukung Tuan Guru tersebut. Minimal para
Guru pengasuh pondok pesantren itu tidak mungkin
santrinya, yang beberapa di antaranya berjumlah
terjadi begitu saja, terutama bagi oknum kontestan
ribuan orang.
yang sebelumnya memang tidak pernah masuk ke
lingkungan pesantren sang Tuan Guru. Karena itu, Meskipun setiap pesantren, terutama yang berpola
harus ada oknum perantara yang menghubungkan salafiah ada Tuan Guru-nya, sebenarnya dalam
mereka. Itulah sebabnya ketika seseorang kontestan masyarakat politik tidak setiap pengasuh pondok
10
Yang dimaksud dengan “shawab” di sini adalah semacam aura yang bukan karena mengharap-harap dan meminta-minta, maka
spiritual. Diasumsikan, seseorang bisa masuk dalam radar hendaklah dia menerimanya dan tidak menolaknya, karena itu
spiritual itu jika dianggap sebagai bagian dari pusat aura adalah rezeki yang diberikan Allah kepadanya.”
spiritualnya, yakni diri sang Tuan Guru. Hal itu diakui secara 13
Menurut data tahun 2000, pesantren di Kalimantan Selatan
implisit oleh beberapa kontestan yang mencoba memanfaatkan jumlahnya mencapai 137 buah dengan jumlah Guru dan Tuan
pondok pesantren dan berusaha dekat dengan Tuan Guru tertentu Guru pimpinan pesantren mencapai 1.694 orang dan jumlah santri
dalam rangka kintestasi Pilkada Langsung di Kalimantan Selatan. sebanyak 41.179 orang (sumber: Kantor Wilayah Departemen
11
Perantara Tuan Guru itu sebenarnya adalah “orang dekat” Tuan Agama, Kalimantan Selatan). Menurut data Aswaja NU,
Guru. Jika selalu mengikuti kemana saja sang Tuan Guru pergi, perkembangan jumlah pesantren di Kalimantan Selatan
maka sebutannya adalah “khadam” atau pembantu, yang secara meningkat pesat, karena pada tahun 2014 saja jumlah pesantren
teknis bisa juga berfungsi sebagai “pengawal Tuan Guru”, ajudan, sudah mencapai 206 buah, yang terbanyak di Kabupaten Banjar
atau sopir pribadinya. (35 buah) dan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (30 buah).
12
Pertimbangan Tuan Guru biasanya merujuk pada hadits riwayat
Bukhari: “Barangsiapa mendapatkan kebaikan dari saudaranya
95
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pesantren itu diakui sebagai Tuan Guru yang patut menggunakan tameng Tuan Guru atau tokoh Habib.
dimintai shawab-nya. Tuan Guru yang kerapkali Tidak ada korelasi antara banyaknya Tuan Guru
dimintai dukungan spiritualnya adalah Tuan Guru yang mendukung seseorang kontestan dengan
yang popularitasnya melintas batas kabupaten. Pada perolehan suaranya di hari pemungutan suara. Diam-
Pilkada Langsung tahun 2005, Tuan Guru semacam diam bahkan muncul opini yang berkembang dalam
itu misalnya adalah Guru Bakri di Kabupaten masyarakat yang kritis, bahwa para Tuan Guru dan
Banjar, 14 dan Guru Danau di Kabupaten Hulu Sungai Habib itu hanya sekadar dimanfaatkan untuk tujuan
Utara. 15 Sedangkan pada Pilkada Langsung tahun politik oleh para kontestan. Justru karena itu
2010, muncul nama baru, yakni Guru Bahran dari kontestan yang menggunakan Tuan Guru atau Habib
desa Jamil, 16 dan Guru Zuhdi di Banjarmasin. 17 sebagai ‘pendukung spiritual’ malah kurang
mendapatkan apresiasi dari kelompok pemilih yang
Tersebab karena itu, para kontestan Kepala Daerah
kritis. Namun, dengan adanya fakta beberapa
yang bertarung dalam kontestasi Pilkada Langsung
kontestan Kepala Daerah tetap saja mengandalkan
cenderung memilih “cara lazim” dengan cara
peran spiritual para Tuan Guru, paling tidak telah
berkunjung ke pesantren-pesantren yang dipimpin
memberikan deskripsi bahwa proses pematangan
oleh Tuan Guru kesohor. Bersilaturahmi untuk minta
demokrasi (baca: proses demokratisasi) yang
doakan agar niatnya kesampaian tentu tidak ada
diandaikan berbasis pada gerakan masyarakat yang
ruginya, karena semua Tuan Guru niscaya akan
rasional sedikit banyak dihambat oleh ketidaksiapan
memberikan doa restunya kepada siapa saja yang
para elit politik untuk berkompetisi secara terbuka
datang bersilaturahmi. Tetapi dengan bukti diterima
atas dasar kapabilitas personal masing-masing
dengan tangan terbuka oleh para Tuan Guru, dia bisa
kontestan. Hal itulah yang terjadi dalam Pilkada
merekayasa kepada publik misalnya melalui Langsung di Kalimantan Selatan tahun 2005, 2010,
iklan di surat kabar lokal bahwa dialah yang dan 2015.
paling direstui oleh Tuan Guru. Bahwasanya
rekayasa pencitraan itu dalam realitasnya tidak
berpengaruh terhadap opini publik, adalah hal lain. Realitas Perubahan yang Terjadi
Namun demikian, godaan politik nampaknya tidak Dalam sistem Pilkada Langsung diasumsikan peran
selalu dapat dihindari oleh semua Tuan Guru. Pada partisipasi politik rakyat amatlah penting dan
musim kampanye dalam rangka Pilkada Langsung, menentukan nasib kontestan yang bertarung dalam
terbukti cukup banyak Tuan Guru, dan para Habib, 18 kontestasi Pilkada. Adalah sebuah kelaziman apabila
muncul di panggung politik yang menampilkan diri para kontestan berdaya upaya meraih simpati
sebagai pendukung kontestan tertentu. Pilkada masyarakat pemilih dengan berbagai cara, baik
Langsung Kalimantan Selatan tahun 2005 dan tahun melalui cara yang dibolehkan oleh norma sosial dan
2010 memberikan deskripsi yang sangat jelas aturan main kontestasi, ataupun cara-cara di luar itu.
bahwasanya peran Tuan Guru, sebagai pemangku Cara-cara di luar norma sosial dan aturan main
kekuasaan di ranah spiritualitas, adalah sangat kontestasi misalnya adalah penggunaan uang untuk
penting adanya. Tuan Guru boleh jadi tidak pernah mendapatkan simpati publik, entah dalam rangka
terlibat langsung dalam pusaran rebutan kekuasaan, menyuap pemilih ataupun untuk membeli dukungan
tetapi dialah figur yang menentukan dalam politik, yang biasa disebut sebagai praktik ‘politik
memberikan referensi bagi rakyat yang memiliki hak uang’.
pilih dan sedang dirayu oleh para kontestan agar
hanya memilih dirinya dalam kontestasi Pilkada Politik uang diakui telah menjadi elemen yang
Langsung. menentukan dalam praktik politik di Indonesia
selama era transisi demokrasi (Aspinall, 2005:270),
Tetapi ‘perang aura kesalehan’ itu ternyata tidak bahkan seakan-akan menjadi hal yang niscaya
signifikan terhadap perolehan suara kontestan yang (Sarman, 2016). Dari perspektif hubungan diadik
14
Guru Bakri alias KH Ahmad Bakri adalah pemimpin pondok kalau memberikan ceramah agama selalu banyak disampiri
pesantren Al Mursyidul Amin, Kabupaten Banjar. Mulai terkenal dengan candaan dalam bahasa daerah yang menurut jamaahnya
di seantero Kalimantan Selatan setelah mengisi pengajian sangat lucu dan menghibur.
mingguan di Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, masjid 17
Guru Zuhdi alias Akhmad Zuhdiannoor adalah Tuan Guru yang
terbesar di ibukota Kalimantan Selatan, dan sering diundang berusia muda (lahir tahun 1972), putera dari KH Muhammad,
ceramah agama di berbagai daerah kabupaten. pimpinan pondok pesantren Al Falah, Banjarbaru. Pondok
15
Guru Danau alias KH Asmuni adalah pemimpin pondok pesantren itu diketahui mempunyai santri ribuan orang, berasal
pesantren Darul Aman, Babirik, Amuntai. Guru Danau ini mulai dari segala pelosok Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
terkenal karena sering mengisi ceramah pada acara-acara yang Guru Zuhdi dianggap sebagai pewaris KH Muhammad, sang
digelar oleh pejabat pemerintah daerah berbagai kabupaten. Nama ayahandanya.
Guru Danau makin populer setelah Guru Ijai dan Guru Bakri 18
Tuan Guru memang tidak sama dengan Habib. Tetapi karena
meninggal dunia. Habib juga dipercaya masyarakat sebagai orang shaleh dan atau
16
KH Bahran seringkali dipanggil Guru Bahran Jamil, karena menguasai pemahaman ilmu agama Islam yang tinggi, selain juga
berasal dari desa Jamil, Kecamatan Labuhan Amas Selatan, diketahui sebagai keturunan Nabi Muhammad; biasanya Habib
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. KH Bahran terkenal karena dimuliakan, setara dengan seorang Tuan Guru.
96
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
antara kandidat yang butuh dukungan suara dan dalam lingkungan komunitas tertentu, maka patut
kontestan pemilik suara, terjadinya relasi politik dipertanyakan: mengapa dalam masyarakat yang
uang itu sebenarnya dibingkai oleh pola agamis praktik politik uang itu bisa diterima sebagai
klientelisme. Merujuk pada penelitian di Afrika, tindakan yang dianggap tidak menyalahi norma
India, Amerika Latin dan Jepang, Kitschelt dan sosial?
Wilkinson (2007) memberikan gambaran tentang
Masyarakat Banjar yang merupakan mayoritas
karakter patronase dalam hubungan partai dan
penduduk di Kalimantan Selatan, 19 dipercaya
pemilih. Dalam banyak sistem politik hubungan
sebagai tipikal masyarakat yang agamis (Daud,
konstituen dan politisi banyak didasarkan pada
1997; Hasan, 2007). Namun demikian, pada
bujukan materi yang langsung ditargetkan untuk
masyarakat ini terbukti tidak pernah menolak
kelompok kecil warga yang politisi tahu menjadi
“politik uang”, dan mereka cenderung antusias
sangat responsif terhadap sisi pembayaran dan
menerima sumbangan uang dan barang dari para
bersedia untuk menyerahkan suara mereka untuk
kandidat yang bertarung dalam kontestasi Pilkada
harga yang tepat. Kenyataan di lapangan
(Sarman, 2014; Sarman, 2015).
menunjukkan akuntabilitas klientelistik merupakan
transaksi atau pertukaran langsung suara warga Untuk dapat menjelaskan fenomena tersebut kita
negara dengan imbalan pembayaran tunai, atau janji harus memahami preferensi masyarakat tentang apa
berupa akses terhadap pekerjaan, barang dan jasa. hakikat “pemberian seseorang” dan apa maksud
Kitschelt dan Wilkinson menunjukkan masalah yang diutarakan dari pemberian itu. Dalam
utama yang cenderung dilematis dari klientelisme preferensi sosial masyarakat Banjar, seseorang yang
dan patronase berupa kompensasi yang dapat suka memberi itu adalah orang yang dermawan, dan
dinikmati kedua pihak politisi mungkin tidak seorang dermawan itu adalah orang baik. Hal itu
ingin menindaklanjuti janji-janji mereka untuk sering disampaikan oleh para Tuan Guru tentang
memberikan layanan publik setelah mereka terpilih, sifat baik yang dimiliki seseorang sesuai dengan
dan pemilih mungkin tidak ingin memilih politisi tuntunan agama. Barangkali karena telah memahami
yang menjadi kandidat karena telah menerima preferensi masyarakat tradisional itu, para politisi
layanan tersebut. Diduga karena dialektika politik melihat peluang untuk memanipulasinya dalam
seperti itu, klientelisme biasanya cenderung rangka politik pencitraan. Muncullah kemudian
menurun seturut dengan berbagai alasan penurunan modus “politik sedekah”. Politik sedekah pada
kemiskinan yang membuat orang (kontestan) lebih dasarnya adalah politik uang juga adanya. Tetapi
mahal untuk membeli dukungan publik (rakyat dengan alibi “bersedekah”, para kandidat dan politisi
pemilih) (Lihat Kitschelt and Wilkinson, 2007: 15- memberikan sejumlah uang, atau barang, kepada
6). Memang politik klientelistik di banyak tempat kelompok konstituen yang dijadikan sebagai
mampu meningkatkan dukungan suara pemilih. Hal kelompok target. Biasanya tidak ada pernyataan
itu dibuktikan juga oleh Wantchekon dalam politik dari pihak kontestan yang menyertai
penelitiannya di Benin, Afrika Barat, dan secara pemberian sedekah tersebut, seolah-olah sudah
signifikan berkorelasi negatif dengan pendapatan, sama-sama mengerti apa maksudnya. Karena itu
pendidikan dan kualitas perumahan serta ukuran tidak ada alasan bagi kelompok target untuk
populasi masyarakat (Wantchekon, 2003: 399-422). menolaknya. Apalagi mereka dapat merujuk pada
Dengan kata lain, teori klientelisme tidak lain adalah fatwa Tuan Guru yang biasanya menjelaskan bahwa
‘politik pelindung’ yang diformulasikan dalam suatu pemberian yang bermanfaat dari seseorang itu
bentuk transfer pendapatan atau barang publik yang tidak pantas untuk ditolak.
disalurkan oleh politisi untuk mengikat kelanjutan
Mengingat secara kultural masyarakat Banjar sangat
dukungan pemilih; dan hal itu dimaknai di Indonesia
menaruh hormat pada ulama, strategi kampanye
sebagai ‘politik uang’. Padahal politik uang secara
politik yang “menjual” nilai-nilai religiusitas itu
formal biasa didefinisikan sebagai “pembelian
akan teruji pada figur personal yang dijual. Dalam
suara” (vote buying) (Girling, 1997:70, 72).
hal menjual nilai-nilai religiusitas itu memang
Praktik politik uang itu dari sudut pandang norma kontestan tidak menciptakan “sesuatu yang baru”,
sosial (dan agama) barangkali bukanlah perbuatan melainkan sekadar mereproduksi nilai-nilai lama.
terpuji, untuk tidak mengatakannya sebagai Tetapi tersebab karena nilai-nilai lama itu demikian
perbuatan tercela. Oleh karena itu sesungguhnya ia kuat mempengaruhi preferensi masyarakat, maka
merupakan sebuah anomali, apabila praktik politik reproduksi nilai-nilai yang terjadi seolah-olah
uang tersebut terjadi pada lingkungan masyarakat menyatakan bahwa “versi baru” adalah versi lama
yang agamis. Jika dalam masyarakat yang agamis yang telah dimodifikasi. Dalam kaitan itu
praktik politik uang itu bisa terjadi, meskipun hanya penggunaan istilah “membonceng” mungkin terlalu
19
Data sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
kelompok etnis Banjar ini merupakan 74,34% dari total 3.613.992
jiwa penduduk di provinsi Kalimantan Selatan (BPS, 2010).
97
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
kasar, tetapi saya tidak menemukan istilah lain yang diorganisir itu benar-benar melaksanakan shalat
lebih tepat, bahwa para kontestan yang hajat seperti yang dijanjikan oleh tokoh masyarakat
menggunakan priviles isu religiusitas tersebut yang mengorganisir mereka. Faktanya kemudian,
sebenarnya hanya memanfaatkan preferensi dukungan pemilih dari komunitas tersebut pada hari
masyarakat awam yang memuliakan Tuan Guru dan pemungutan suara persis sebesar jumlah yang
orang-orang shaleh belaka. Bahwasanya masyarakat dijanjikan oleh tokoh masyarakat kepada kontestan
tradisional sampai tergiring untuk bersimpati kepada tertentu yang “mensponsori” shalat hajat.
kontestan yang memanfaatkan strategi politik
Karena bekerjanya logika budaya dan logika agama
tersebut, hal itu tidak terlepas dari kondisi obyektif
yang tidak selalu sejalan dengan logika demokrasi
bahwa mereka adalah kelompok awam yang tidak
elektoral, kewajiban hukum untuk
terbiasa menggunakan nalar kritis untuk menilai
menyelenggarakan Pilkada Langsung terjebak dalam
kredilitas seseorang kontestan, apakah benar-benar
begitu luasnya persoalan yang disebut sebagai
merupakan figur orang shaleh atau sekadar
wilayah abu-abu (grey area). Ada persoalan
mendompleng aura keshalehan para alim ulama di
sekitarnya. khilafiah maksudnya, wacana yang potensial
mengundang pertentangan pendapat yang muncul
Wacana yang berkembang dalam masyarakat awam di tataran praksis, ketika semangat politik
di Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa warga demokratis itu ingin ditunjukkan dalam bentuk
sebenarnya tidak paham makna substansial politik membangun simpati massa. Agenda demokratisasi
uang. Sebagai contoh, mereka dengan senang hati semakin tak jelas ketika energi publik teralokasikan
menerima bantuan uang dari kontestan yang untuk menentukan siapa benar dan siapa salah,
biasanya dibutuhkan untuk pembangunan sarana bukan untuk mengembangkan etika publik yang
sosial dan tempat ibadah. Bahkan, cukup lazim memberikan kepercayaan untuk menghindari
apabila kelompok pemilih, terutama dari kalangan praktik-praktik yang inkonsisten dengan etika politik
masyarakat miskin, yang mengucapkan terima kasih demokratis yang hendak diacu bersama.
atas bantuan sembako (sembilan bahan pokok) dari
tim sukses atas nama kontestan tertentu menjelang Tersebab karena itu harus diakui bahwa para
hari pemungutan suara. Hal itu terjadi selain bantuan kontestan yang bertarung dalam kontestasi politik
itu memang dibutuhkan, juga Tuan Guru sebagai seperti Pilkada Langsung dihadapkan pada realitas
anutan masyarakat, tidak pernah memberikan fatwa yang cenderung dilematis. Bahwa mereka harus
yang dapat dimaknai sebagai tuntunan larangan atas mendapatkan simpati massa yang idealnya
penerimaan pemberian semacam itu. Bahkan merupakan suatu proses komunikasi politik yang
kalangan masyarakat awam dapat menyaksikan panjang namun waktu yang tersedia untuk
pesantren yang dipimpin oleh beberapa Tuan Guru merekayasa munculnya simpati itu hanya terbatas
justru menerima bantuan dari para kontestan yang melalui kampanye politik selama masa Pilkada
bertarung dalam kontestasi Pilkada. Ini menandai Langsung yang durasinya pendek sekali. Tidak ada
tidak cukup memadainya kompetensi warga untuk penjelasan logis yang dapat menjustifikasi bahwa
memegang hak pilih berdasarkan pengetahuannya dalam waktu singkat warga masyarakat yang berada
tentang bagaimana kontestasi politik yang dalam posisi sebagai kelompok pemilih ‘akan
merupakan implementasi ujaran-ujaran demokrasi. terkesan’ pada seseorang kontestan, padahal tidak
ada sesuatu tindakan yang dilakukan oleh kontestan
Dalam kasus khusus yang terjadi dalam komunitas yang dapat memberikan kesan positif. Karena alasan
tertentu, praktik politik uang malah dibungkus tersebut, tampaknya memang tidak ada pilihan lain
dengan kegiatan ritual agama. Sebagai contoh bagi para kontestan, bahwa apapun kendalanya,
ilustrasi, 20 seorang tokoh masyarakat lokal mereka harus berupaya memberikan “kesan positif”
mengorganisir kelompok masyarakat dalam sebagai seseorang yang layak didukung publik.
komunitasnya untuk melakukan “shalat hajat” bagi Masalahnya adalah, tidak ada instrumen politik yang
kontestan tertentu. 21 Maksudnya, kelompok secara personal dapat dilakukan seseorang kontestan
masyarakat tersebut digiring untuk mendoakan untuk mempengaruhi persepsi pemilih secara
kontestan tertentu agar sukses dalam pertarungan demokratis dalam waktu singkat. Semua kontestan
politiknya. Tidak jelas benar apakah warga yang boleh saja menjanjikan “perubahan” yang
20
Contoh kasus ini terjadi di sebuah kecamatan di Kabupaten memberi bantuan riil berupa uang dalam jumlah yang sepantasnya
Banjar, Kalimantan Selatan; dan melibatkan salah seorang tokoh niscaya akan mereka dukung.
masyarakat lokal, dan berhubungan dengan salah satu tim sukses 21
“Shalat hajat” adalah shalat yang dianjurkan untuk dilaksanakan
kontestan. Tokoh masyarakat lokal tersebut “menjamin” akan ada oleh setiap Muslim yang punya ‘hajat’ atau permintaan khusus
dukungan masyarakat sebesar jumlah yang dibutuhkan, asalkan kepada Tuhan. Sesuai dengan hadits riwayat Tirmidzi dan Ibnu
ada ongkos yang perlu dibayar untuk diberikan kepada warga Majah: “Barangsiapa yang memunyai kebutuhan (hajat) kepada
yang akan memberikan dukungan. Alasan tokoh masyarakat Allah atau salah seorang manusia dari anak-cucu adam, maka
tersebut, warga dalam komunitasnya tidak mengenal secara wudhulah dengan sebaik-baik wudhu. Kemudian salat dua rakaat
personal kontestan yang bertarung dalam kontestasi politik. (salat Hajat), lalu memuji kepada Allah, mengucapkan salawat
Karena itu, daripada suara mereka sia-sia, maka siapa saja yang kepada Nabi”.
98
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dibayangkan akan menguntungkan publik, tetapi politik, yaitu mereka yang berasal dari kalangan
tidak ada instrumen yang menggaransi bahwa janji penguasa politik dan berasal dari kalangan penguasa
perubahan itu akan menjadi referensi kelompok ekonomi. Karena sejatinya sosok Tuan Guru
pemilih untuk mendukung seseorang kontestan. bukanlah elit yang berasal dari ranah politik dan
ranah ekonomi; terlepas dari kasus, bahwa bisa saja
Lahirnya politik sedekah bisa saja dimaknai sebagai
seorang Tuan Guru kemudian menjadi penguasa
akibat dari logika situasional yang muncul karena
(politik) atau kaya raya (secara materi).
para kontestan tidak ingin kalah dalam kontestasi dan
berdaya upaya dengan segala cara untuk Di lain pihak, karena posisinya yang kadangkala
mengamankan peluang kemenangannya. Namun di terlalu dekat dengan aktivitas politik, umumnya
sisi lain, hal itu boleh jadi juga karena para kontestan Tuan Guru cenderung tidak mampu menunjukkan
yang melakukannya sadar betul tidak mungkin integritas personalnya dalam mengaktualisasikan
mengubah pola pikir konstituen yang terikat dengan kompatibilitas ilmu agamanya sebagai solusi dari
norma agama yang melarang menerima “suap’, praksis demokrasi yang bermuara pada aspek-aspek
tetapi tidak akan menampik pemberian yang patologis. Paling tidak dalam konteks masalah
dibungkus dengan dalih sedekah. Fenomena tersebut tersebut, nyaris tidak pernah terdengar fatwa dari
dapat dibaca sebagai kuatnya nilai-nilai struktural para Tuan Guru bahwa politik uang (dalam segala
yakni tuntunan agama melalui peran Tuan Guru macam bentuk dan modusnya) itu haram hukumnya,
mengerangkai tindakan sosial masyarakat, dan ia dan barang siapa yang terlibat dalam praktik tersebut
telah mendarah daging dalam segala interaksi sosial sama dengan melakukan suatu tindakan tercela dan
mereka; namun bukan berarti kekuatan nilai berdosa karenanya.
struktural yang telah diinternalisasi secara Dari paparan pada artikel ini dapat disimpulkan
sosiokultural itu tidak bisa dimanipulasi dan diubah bahwa kontribusi peran politik Tuan Guru, sebagai
apabila menemukan justifikasinya dalam modus lain elit dan panutan masyarakat, sebenarnya tidak terlalu
yang diserupakan maknanya. signifikan dalam proses demokratisasi lokal. Dalam
Hal itulah yang terjadi dalam kasus Pilkada banyak hal, mereka cenderung hanya dimanfaatkan
Langsung di Kalimantan Selatan tahun 2005, tahun oleh elit politik dan kandidat yang sedang bertarung
2010, dan tahun 2015. Politik uang itu ternyata dalam kontestasi politik. Padahal dengan posisi
dibungkus pelbagai simbol kultural dan, bahkan perannya, Tuan Guru sangat potensial dalam hal
kaidah-kaidah agama, misalnya dalam konteks mendukung proses demokrasi politik menjadi lebih
betapa mulianya orang dermawan yang memberikan baik.
sedekah. Karena itu boleh jadi pelaku politik uang di
mata masyarakat awam disetarakan dengan kaum
dermawan dan artinya, pantas dimuliakan. Paling UCAPAN TERIMA KASIH
tidak, walaupun politik uang dalam realitasnya telah Tulisan ini merupakan salah satu bagian dari
terpraktikkan dengan pelbagai modusnya, namun ia disertasi saya di UGM Yogyakarta. Karena itu saya
tidak dirasakan oleh masyarakat sebagai hal yang ucapkan terima kasih atas segala masukan yang saya
asing atau bertentangan dengan norma sosial yang terima dari Prof Dr Purwo Santoso (promotor) dan
sudah mereka kenal sebelumnya. Apalagi kalangan Dr J. Nicolaas Warouw (co-promotor).
masyarakat pemilih tidak pernah diberi pengetahuan
yang benar tentang, apa sebenarnya yang dimaksud
dengan ‘politik uang’; dan mengapa ‘politik uang’ DAFTAR PUSTAKA
itu harus ditolak dalam konteks kontestasi politik
seperti halnya Pilkada Langsung. Anderson, Benedict, 2000. Kuasa Kata: Jelajah
Budaya-Budaya Politik di Indonesia.
Yogyakarta: Mata Bangsa.
KESIMPULAN Aspinall, Edward, 2005. Opposing Suharto:
Adanya fakta bahwa aktor kontestan cenderung Compromise, Resistance, and Regime
menggunakan tokoh pesantren (Tuan Guru) untuk Change in Indonesia. (Stanford University
menjaring dukungan massa, memberikan justifikasi Press, California).
bahwa Tuan Guru telah menjadi elit yang Aspinall, Edward dan Mada Sukmajati (eds), 2015.
diasumsikan mampu mengontrol sumberdaya yang Politik Uang di Indonesia: Patronase dan
ada dalam masyarakat. Kalau hal itu adalah realitas Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014.
politik yang ada dalam masyarakat, maka perlu ada (PolGov Universitas Gadjah Mada,
kategorisasi baru dalam teori politik, bahwa Yogyakarta).
sebenarnya elit itu juga bisa berasal kalangan pemilik Boix, Charles, 2003. Democracy and Redistribution.
simbol religiusitas dan penguasa ranah spiritualitas Cambridge: Cambridge University Press.
selain yang sudah dikenal dalam khasanah ilmu Bourdieu, Pierre, 1989. “Social Space and Symbolic
Power.” Sociology Theory 7:14-25.
99
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Cunningham, Frank, 2002. Theory of Democracy: A Mosca, Gaetano, 1939. The Rulling Class. New
Critical Introduction. London, Routledge. York: McDonald Hill Book Company.
Daud, Alfani, 1977. Islam dan Masyarakat Banjar: Buku ini versi Inggris yang diedit oleh A.
Deskripsi Deskripsi dan Analisa Levingston dari karya Mosca (1884),
Kebudayaan Banjar. Jakarta: Penerbit Teorica Dei Governi e Governo
Rajawali Pers. Parliamentare.
Erb, Maribeth and Priyambudi Sulistiyanto (eds), Pareto, Vilfredo, 1935. Mind and Society. New York:
2009. Deepening Democracy in Harcourt, Brace. Buku ini merupakan versi
Indonesia?: Direct Elections for Local Inggris yang diedit oleh A. Levingston dari
Leaders (Pilkada). Singapore: ISEAS karya asli Pareto (1923), Trattoto di
Publishing. Sociologica Generale.
Geddes, Barbara, 2007. “What Causes Saleh, Idwar, 1975. Sejarah Singkat Mengenai
Democratization?” dalam Charles Boix dan Bangkit dan Berkembangnya Kota
Susan C. Stokes (Eds), 2007. The Oxford Banjarmasin serta Wilayah Sekitarnya
Handbook of Comparative Politics. Oxford: sampai tahun 1950. Banjarmasin: Kanwil
Oxford University Press. Depdikbud Kalsel
Girling, John 1997. Corruption, Capitalism and Saleh, Idwar dkk, 1979. Sejarah Daerah Tematis
Democracy. (Routledge, London). Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1928).
Hadiz, Vedi R., 2010. Localising Power in Post- Banjarmasin: Kanwil Depdikbud Kalsel.
Authoritarian Indonesia. Standford, Sarman, Mukhtar, 2005. Menuju Puncak
California: Standford University Press. Kekuasaan: Catatan Ringan dari Pilkada
Hasan, Ahmadi, 2007. Adat Badamai: Interaksi Kalimantan Selatan Tahun 2005. (ISBN:
Hukum Islam dan Hukum Adat pada 979-3381-06-0).
Masyarakat Banjar. Banjarmasin: Antasari Sarman, Mukhtar, 2008. KPUD Undercover:
Press. Catatan Kaki Mencari Calang. (ISBN: 979-
Ideham, M. Suriansyah dkk, (Editor), 2007. Sejarah 164583-3).
Banjar. (Badan Penelitian dan Sarman, Mukhtar, 2009. Pileg Overdosis: Catatan
Pengembangan Daerah Kalimantan Pemilu Legislatif 2009. (ISBN: 979-
Selatan, Banjarmasin). 338191-6).
Kim, Sung Ho, 2004. Max Weber’s Politics of Civil Sarman, Mukhtar, 2009. Mencari Sang Pemimpin:
Society. (Cambridge University Press). Renungan untuk Pilkada Kalsel. (ISBN:
Kitschelt, Herbert and Steven Wilkinson, 2007. 979-3381-87-9).
“Citizen-politician Lingkages: An Sarman, Mukhtar, 2010. Pilkada-Kada: Waham
Introduction”, dalam Herbert Kitschelt and Seputar Pilkada Kalsel 2010. (ISBN: 978-
Steven Wilkinson (eds), Patron, Client and 979-3381-37-4).
Policies: Pattern of Democratic Sarman, Mukhtar, 2014. Banalitas Kontestasi
Accountability and Political Competition. Politik: Refleksi Pemilu Legislatif 2014 di
(Cambridge University Press). Kalimantan Selatan. (ISBN: 978-602-
Latif, Yudi, 2005. Inteligensia Muslim dan Kuasa: 71307-2-2).
Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Sarman, Mukhtar, 2015. Pilkada Serentak: Quo
Abad ke-20. Bandung: Mizan Pustaka. Vadis Kedaulatan Rakyat. (ISBN:978-602-
Latif, Yudi, 2011. Negara Paripurna: Historisitas, 73740-0-3).
Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Sarman, Mukhtar, 2016. Praksis Demokrasi yang
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Rumpang: Kasus Pilkada Langsung di
Liddle, William, 2012. Memperbaiki Mutu Kalimantan Selatan. Disertasi. Universitas
Demokrasi di Indonesia: Sebuah Gadjah Mada, Yogyakarta.
Perdebatan. Jakarta: Yayasan Paramadina. Scott, James, 2007. “Power, Domination and
Mandan, Arif Mudatsir (ed.), 2008. Napak Tilas Stratification: Towards a Conceptual
Pengabdian Idham Chalid: Tanggung Synthesis”. Sociologia, 55:25-39.
Jawab Politik NU dalam Sejarah. Jakarta: Sorensen, Georg, 2008. Democracy and
Pustaka Indonesia Satu. Democratization: Processes and Prospects
Marger, Martin, 1987. Elites and Masses: An in a Changing World. Colorado:
Introduction to Political Sociology. Westview Press.
Belmonf, California: Wadsworth Usman, Gazali, 1994. Kerajaan Banjar (Sejarah
Publishing Company. Politik, Ekonomi Perdagangan dan Agama
Morlino, Leonardo dan G. Palombella, 2010. Rule of Islam). Banjarmasin: Penerbit Universitas
Law and Democracy: Inquiries into– Lambung Mangkurat.
Internal and External Issues. Leiden- van Bruinessen, Martin, 1995. Kitab Kuning,
Boston, Brill. Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi
100
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
101
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Tuan Tanah dan Lurah : Relasi Politik Lokal Patron-Client di Desa Sukorejo
Kecamatan Godanglegi Kabupaten Malang dalam Kurun Waktu 2007-2013
Annisasesrimaftuchin
Antropologi - FIB Universitas Brawijaya
Email :annimaftuchin@gmail.com
102
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
desa. Dibeberapa desa pola patron-klien juga Simatupang, 2013:93-94). Diperkuat dengan data
diwujudkan dalam prinsip sewa menyewa lahan sekunder yang diperoleh melalui studi literatur berupa e-
bengkok. Praktek tersebut melibatkan apparatur desa book, Jurnal dan buku penunjang sehingga dapat
sebagai pemegang hak kelola dengan para petani memperkuat gambaran politik desa sukorejo yang
penyewa lahan. Di desa Sukorejo sendiri Prinsip sedang dijalankan. Sedangkan analisis data
resiprositas sebenarnya diwujudkan lewat relasi buruh menggunakan model Miles dan Huberman yang
dan petani. Dari prinsip tersebut setiap juragan tanah mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
memiliki banyak pegawai dan tentunya memperkuat kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
kedudukan dan pola kuasa juragan tersebut di Desa secara terus-menerus sampai tuntas hingga data sudah
Sukorejo. Keunikan inilah yang melatar belakangi pola jenuh. Akitivitas analisis data ini meliputi data
perlotikan di desa Sukorejo. reduction, display data, dan conclucion drawing
(Sugiyono, 2012: 232).
Titik permasalahan ditonjolkan untuk melihat korelasi
politik desa yang didasarkan atas prinsip resiprositas dan Penelitian ini dianalisi dengan menggunakan konsep
susbsistensi dapat dilihat lewat peraturan penggunaan patrol-klien Scott (1981) dan teori Galtung yang
tanah bengkok dalam UU No.5. Tanah bengkok dalam mengemukakan bahwa “ power deriving from
Undang-Undang Nomor 5 Tahun1960 telah diatur something one is, power deriving from something one
dalam Ketentuan-Ketentuan Konversi padaPasal VI has and something power deviring from posisition from
menjadi Hak Pakai yaitu: structure” sebuah kekuasaan dapat diperoleh jika
Hak-hak atas tanah yang memberi memang kekuasaan itu mutlak ada, kekuasan juga dapat
wewenangsebagaimana atau mirip dengan hak yang di peroleh dengan sebuah kekayaan dan kekuasaan
dimaksud dalamPasal 41 ayat 1 seperti yang disebut diperoleh karena adanya posisi structural(Anshoriy,
dengan nama sebagaidi bawah,yang ada pada mulai 2008, hlm 15).
berlakunya Undang-Undang ini, yaitu: hak
vruchtgebruik, gebruik, grant controleur, bruikleen, Konsep ‘patron-klien’ sebenarnya menempatkan Lurah
ganggam bauntuik, anggaduh,bengkok, lungguh, Abdi sebagai Klien dari seorang Juragan Tanah yang
pituwas, dan hak-hak lain dengan nama apapun juga memiliki depo penggilingan padi disana. Patrol klien ini
yang akan ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria, memanfaatkan akses suara dimana kekayaan dan
sejak mulai berlakunya Undang-Undang ini menjadi hak kekuasaan melatar belakangi hubungan resiprositas
pakai tersebut dalam Pasal 41 ayat 1, yang memberi antara mereka. Scott (1981) menjelaskan bahwa relasi
wewenang dan kewajiban sebagaimana yang dipunyai Patrol-Klien memiliki ikatan yang cukup kuar
oleh pemegang haknya pada mulai berlakunya Undang- untukhak-hak dan kewajiban timbal balik, yang
Undang ini, sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa memberi kekuatan sosial kepada ikatan-ikatan tertentu.
dan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini.i Hal inilah yang tergambar dalam pola perpolitikan lurah
Abdi di Desa Sukorejo Godanglegi Kabupaten Malang.
Pemakaian hak guna lahan yang digunakan oleh
aparatur desa memiliki wewenang yang utuh dan HASIL DAN PEMBAHASAN
dilindungi oleh Negara. Persoalan yang dipertanyakan Pemilu Lokal 2007
adalah mengenai bagaimana korelasi antara hak guna Lurah Abdi merupakan keturunan Pendalungan yang
tanah dengan perpolitikan desa yang dijalankan oleh berasal dari probolinggo dan menetap di Sukorejo
Lurah Abdi pada pemilihannya yang ke-2tahun mengikuti sang istri. Istri Pak Abdi merupakan
2007.Hal ini memungkinkan terbentuknya relasi patron- penduduk asli Sukorejo, hal tersebut dipaparkan oleh
klien baru antara penguasa desa dan lurahnya. Kejadian Pak Sholikin (44 th). Pak Sholikin menjelaskan “Abdi
ini memperlihatkan bahwa posisi lurah memiliki kelas iku duduk wong kene tapi wong Pendalungan sing asli
prestis yang cukup tinggi memingat luas tanah bengkok kene kui bojone” Abdi itu bukan penduduk sini
desa untuk lurah adalah 3 Hektar dari 15,058 Hektar melainkan orang Pendalungan yang asli sini itu Istrinya
tanah kas desa. (wawancara, 26 Juni 2013).Lurah Abdi menjabat selama
dua periode sejak 2005 menggantikan lurah yang saat itu
METODE terlibat kasus ‘Tukar Guling’ii.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
etnografi, dimana pengamatan dan wawancara (open Saat menjabat menggantikan Pak Purdopo, Pak Abdi
interview and indepth interview) dilakukan dengan lebih konsisten membawa ritme perpolitikannya pada
melakukan kontak langsung dengan masyarakat model perpolitikan Islam.Sejak mulai menjabat tahun
sukorejo. Metode ini menuntut peneliti untuk tinggal 2000, dia berambisi untuk mengaktifkan kembali
dan membaur dengan masyarakat layaknya anggota kegiatan- kegiatan Islamiah lewat beberapa organisasi
masyarakat itu sendiri. Hal tersebut berfungsi dalam yang dibentuknya. Salah satu organisasi tersebut adalah
mendengarkan dan merespon data yang dipaparkan oleh Resco (Remaja Sukorejo), organisasi tersebut mulai
masyarakat secara maksimal. Pola ini merupakan bentuk berkiprah dibeberapa sektor dari mulai kegiatan
penggalian informasi dari native’s point of views yang Dhiba’aniii hingga pengajian Istighosah. Tak hanya itu
merupakan komponen utama (Fettersman, 2010; sistem pemerintahan tanpa pungutan memangang
103
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
mejadi misi utamanya. Hal ini dijelaskan oleh Pak diceritakan langsung oleh Pak Misran (64th) yang
Ramin (62 th) sebagai berikut : menerangkan:
“ Abdi iku wonge apik soale gak enek pungutan blasi i “Nek kene ki memang kesubure ora enek seng ngalahne,
lak arep ngurus opo-opo. lak yalone neh yo mesti akeh sumbere akeh desone makmur. Mangkane nek kene
sing milih, tapi iki wez terakhir dadi yo embuh sopo bengkok kanggo perangkat deso ombo- ombo ,disek iki
gantine” (wawancara, 26 juni 2013 ) lak miturut ceritane onok wong tuek jluk ngombe nek
kulon kali ra di wenehi ning etan kali di wenehi ngombe
Abdi itu orangnya baik soalnya ndak ada pungutan kalau dadi lan sedane mbah-mbah kui mau. Ceritane ngunu
misalnya mau ngurus kepentingan apa-apa. Kalau mangkane nek kene ki pangkat lurah kui digawe rebutan
nyalonkan lagi pasti banyak yang memilih, tapi ini lawong tanah bengkok e wae ambane ra enek sing
sudah masa jabatannya yang terakhir jadi ya ndak tahu ngalahne 3hektar”.
siapa gantinya.
Motif hak tanah bengkok inilah yang kemudian
menggiurkan Lurah Abdi untuk mencalonkan diri
kembali pada 2007. Saat itu Calon yang diusung adalah
Pak Abdi, Pak Purdopo dan Pak Widiaji. Dari tiga
tersebut dua diantaranya merupakan calon terkuat
karena mengeluarkan dana kampaye secara besar-
besaran. Pak Abdi saat itu memilih menggunakan
sokongan dukungan dari komunitas Islamnya. Tindakan
tersebut semata-mata ditujukan untuk memperoleh
dukungan para kantong-kantong suara yang mayoritas
berasal dari tuan tanah.
104
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
105
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Kaji Zen sebagai Mitra politiknya mampu memangkas saat itu merupakan warga Sukorejo yang tidak termasuk
pengeluaran kampaye hingga 200 jutavii. Klien dari Kaji Zen. Hal tersebut juga mencakup tiga
suara yang datang dari pamong desa. Perolehan suara
Lurah Abdi sebenarnya merupakan wirausahawan yang yang di dapat Pak Widi saat itu hampir menyamai Lurah
cukup terpandang di Desa Sukorejo. Lurah Abdi Abdi. Sayangnya perolehan suara lurah Abdi lebih
memiliki toko material bangunan di Desa Sukorejo. banyak 16 suara dari pada Pak Widi. Dari total pemilih
Aksesnya yang luas membuat Lurah Abdi memiliki 2724 Jiwa, Lurah Abdi mendapat perolehan suara
jaringan politik yang cukup kuat terutama di kalangan sebanyak1.370, sedangkan Pak widi 1354 suara dan Pak
kaum ekonomi kelas atas di Desa Sukorejo Gondanglegi Purdopo sebanyak 0 suaraviii. Dari perolehan tersebut
Malang.Sehingga, alur inilah yang memudahkan Lurah Lurah Abdi unggul dan menjabat kembali sebagai Lurah
Abdi mendapat suara terbanyak dari dua calon lainnya. untuk periode 2007-2013.
106
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
bawahan kepada atasan. Pengaruh kebudayaan kaum Hal tersebut dibuktikan dengan adanya ikatan
petani memperlihatkan konsep patron-klien tidak hanya resiprositas antara Lurah dengan pamongnya. Secara
bekerja pada ranah ekonomi saja, namun juga terbawa struktural Lurah memiliki kuasa lebih tinggi sehingga
dalam Bagian kebudayaan yang lain seperti pada pola pengambilan keputusan bisa didasarkan secara objektif
politik yang diperankan Lurah Abdi. maupun subjektif. Pengambilan keputusan akibat tidak
memberikan suara dengan sanksi di pecat merupakan
Gambaran konsep sederhana antara relasi patron klien pengambilan keputusan secara subjektif dengan latar
yang di bangun oleh Lurah Abdi sebenarnya belakang budaya yang ada di Desa Sukorejo. Maka
dipengaruhi konsep kelas. Kesuasaan dan kekayaan relasi sosial Patron-Klien yang dipraktekan dalam
menjadi asset mendasar yang gunakan pada tipe politik bentuk relasi ataupun structural yang digambarkan oleh
Lurah Abdi. Hal ini dapat dilihat pada bagan sederhana Scott (1981) merupakan bentuk dari kuasa dari kelas
berikut: atas untuk kelas bawah. Hal ini juga diperkuat oleh
pandangan Radcliffe Brown dalam buku
Uan Tuan Tanah
Lurah Abdi Koentjoroningrat (2007) yang menjelaskan Suatu
struktur sosial merupakan total dari jaringan hubungan
Tanah
Kaji antara individu-individu, atau lebih baik person-person
Bengkok Zen dan kelompok-kelompok person. Dimensinya ada dua,
At Kli Pat yaitu:hubungan diadik, artinya antarapihak (yaitu
Bawa person atau kelompok) kesatuan dengan pihak kedua,
han en ron tetapi juga diferensial, antara satu pihak dengan
Pamong Desa Klien Kaji Zen beberapa pihak yang berbeda-beda,atau sebaliknya
(Buruh Tani) (Koentjoroningrat, 2007).
107
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
i
Lihat di Tobing, A. A. (2009). Eksistensi Tanah minta atau tidak dibalas’ Dimana rasa malu (hiya) dan
Bengkok Setelah Perubahannya Pemerintahan Desa rasa hutang dudi (utang na loob) merupakan daya
Menjadi Kelurahan di Kota Ssalatiga. Semarang: pergerakannya. Lihat di buku Scott, J. C. (1981). Moral
Universitas Diponegoro. Hlm. 37 Ekonomi Petani . Jakarta: LP3ES. hlm. 256.
ii
Kasus ‘Tukar Guling’ merupakan kasus yang dilakukan vi
Keterlibatan Kaji dalam organisasi masyarakat baru
oleh Lurah Purdopo dalam kasus tersebut terjadi kesalah dimulai paca abahnya atau Kaji Azis Meninggal.
pahaman antara lurah dan rakyatnya. Permasalahan Sebelumnya Kaji Zen tidak pernah terlihat aktif di
yang terjadi saat itu adalah menukaran tanah bengkok organisasi Desa Sukorejo.
dengan tanah milik warga untuk pembangunan sekolah vii
Calon lain seperti Pak Widi Aji menghabiskan modal
SMP. Dari sini elektabilitas Pak Purdopo sebagai lurah pencalonan lurah sebanyak 300 juta. Hal tersebut
secara drastis menurun hingga dilengserkan dari jabatan mengakibatkan kerugian yang cukup besar hingga
lurah dan digantikan oleh Pak Abdi. membutuhkan waktu pemulihan ekonomi selama enam
iii
Dhiba’an adalah shalawat yang dilagukan dan diiringi tahun. Membaca taktik politik yang dijalankan Lurah
dengan suara rebana Abdi, Pak Widi juga menggunakan trik tersebut dalam
iv
Menurut keterangan warga tuan tanah tersebut pencalonan sebagai lurah pada masa pemilihan 2012.
merupakan anak dari Kaji Aziz. Sosok Kaji Azis sendiri Terlebih ada ikatan keluarga yang akan terjalin dengan
merupakan tuan tanah yang memiliki tanah terluas di keluarga Kaji Zen. Hal ini diutarakan langsung oleh Pak
Desa Sukorejo pada Masa itu. Kaji Azis sendiri awalnya Widi sebagai berikut : “ini sebentar algi kan pemilihan
Menjabat menjadi lurah, namun masa jabatannya tak mbak biasannya jarak setahun itu suasananya sudah
lebih dari satu tahun. Hal tersebut terjadi karena Kaji panas mbak antar tetangga itu sudah tidak saling
Azis saat itu terlibat penggelapan ribuan pupuk BIMAS. menyapa, tapi alhamdulilah kemarin itu teman-teman
Kasus penggelapan tersebut dilakukan oleh teman Kaji yang akan nyalon itu sudah saya dan teman-teman
Azis dibawah namaKaji Azis. Dari kejadian tersebut termasuk juga Pak Zen ikut untuk memberi pesan
Kaji Azis melarang keturunannya menjadi lurah di Desa jangan bilang-bilang dulu nanti saja kalau sudah
Sukorejo. dekat”(Wawancara, 27 Juni 2013).
v
Hal tersebut sama contohnya dengan penelitian Scott viii
Informasi ini didapat dari data pemilihan desa yang
pada petani di Filipina, dimana pola persekutuan diinformasikan secara lisan oleh Carik desa yaitu Pak
diantara perseorangan pada umumnya ditafsirkan dalam Sholikin.
rangka resiprositas atau faham ‘setiap jasa diterima, di
108
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Hendarmawan
Guru besar Program Studi Geologi Universitas Padjadjaran
Edy Suryadi
Dosen pada Fakultas Teknologi Pertanian Universitas padjadjaran
Cipta Endyana
Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
109
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
nasihat/pemikiran dari para pemimpin ini adalah Lazarfeld dan Menzel bahwa apabila masyarakat
pandangan-pandangannya yang seringkali berlandas tradisional berada dalam massa peralihan menuju
pada tradisi atau sistem nilai yang kuat, dalam posisi masyarakat modern. Salah satu syarat yang paling
seperti ini nampak betul bahwa masyarakat desa penting dalam komunikasi adalah pengalihan
merupakan masyarakat yang berciri sacred society, informasi yang terjadi antara sumber informasi
yaitu masyarakat yang terdominasi dan bertahan dengan penerima informasi
dalam struktur masyarakat yang totalitarian,
hierarchical, dan tertutup oleh dogma tertentu. Berdasar kondisi sebagai mana dideskripsikan maka
menarik untuk dilakukan kajian mengenai peran
Dalam masyarakat desa, seseorang yang menduduki opinion leader di Desa Mekarsari sebagai salah satu
posisi sebagai opinion leader banyak diminta desa Transisi.
pemikiran untuk berbagai aspek persoalan seperti
agama, sosial, budaya, bahkan persoalan keluarga. Metodologi
Masih teringat jelas bagaimana peran ulama dalam
penerimaan program Keluarga Berencana di Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Indonesia (family planning program), kejadian ini metode deskriptif, yaitu penelitian yang memaparkan
menunjukkan bahwa untuk keputusan yang bersifat situasi atau peristiwa atau penelitian observasional
pribadipun, masyarakat banyak merujuk pada para seperti yang dikemukakan oleh Wood (dalam
opinion leader, dan masyarakatnya menempatkan Rahmat, 2004:25). Hal Ini membawa konsekuensi
ulama sebagai opinion leader yang polymorphy pada peneliti untuk melakukan pengumpulan
(opinion leader dalam banyak aspek). informasi aktual secara rinci yang dipandang peneliti
akan mampu melukiskan gejala yang dicari mengenai
Fenomena yang teramati serta konsep yang ada siapa yang menjadi opinion leader di lingkungannya,
memperlihatkan bahwa tidak ada sebuah masyarakat mengidentifikasikan masalah yang ada pada diri
dengan sistem budayanya termasuk yang tradisional mereka dan lingkungannya, mulai dari agama, sosial,
berada dalam kondisi yang statis. Hal yang sama ekonomi, keamanan bahkan kesehatan, serta
terjadi dalam peran pemimpin opini yang lambat laun menemukan pada siapa mereka membicarakan
semakin pudar. Banyak faktor yang menjadi masalah tersebut.
penyebab seperti meningkatnya atau perkembangan
media massa, dan meningkatnya tingkat melek huruf Guna memperoleh data yang diharap, peneliti
masyarakat. Temuan Saidin Ernas dalam kajiannya menggunakan metode survey yang dilengkapi dengan
menunjukkan bahwa, banyak pesantren yang kuesioner sebagai bahan peneliti melakukan
mengalami penurunan kualitas karena kiai atau wawancara dengan masyarakat yang dikaji.
pimpinan pesantrennya lebih sibuk berpolitik. Serangkaian langkah yang dilakukan peneliti untuk
Pesantren yang terlampau aktif dalam peran mengungkap data adalah :
politiknya (political oriented) sangat mungkin akan 1. Memilih tema dan permasalahan yang ada di
ditinggal oleh santrinya. Sebab orang tua santri yang lokasi ;
kritis akan lebih memilih pesantren yang lebih 2. Membuat pertanyaan dan pembatasan
menjaga independensinya terhadap politik praktis. masalah
Pada titik ini, dapat disimak bahwa masyarakat yang 3. Membuat kerangka pemikiran didasari teori
sebelumnya sangat menghormati pesantren dan selalu dan konsep penelitian
mengikuti anjuran dan arahan pesantren mempunyai 4. Menentukan alat atau teknik pengumpulan
dasar untuk menentang legitimasi fatwa pesantren, data dengan wawancara dan kuesioner
khususnya dalam isu-isu sosial dan politik, terutama 5. Menggunakan sampling dalam hal ini nara
dalam kasus pemilu. sumber
6. Mendapatkan data yang diperlukan dari
Perubahan peran opinion leader dalam masyarakat lokasi kajian
diasumsikan lebih terlihat dalam sebuah masyarakat 7. Analisa temuan
desa transisi seprti Desa Mekarsari. Penempatan Desa 8. Mendapatkan jawaban dari penelitian yang
Mekarsari sebagai desa transisi terkait dengan telah dilakukan
peraturan daerah Kabupaten Sumedang nomor 2
tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Penentuan informan kunci dilakukan secara acak,
Kabupaten Sumedang Tahun 2011 – 2031 yang namun tetap memperhatikan beberapa hal berikut:
menempatkan wilayah ini sebagai salah satu wilayah pertama, warga Desa Mekarsari yang dibuktikan
untuk kawasan permukiman Perkotaan Bandung melalui data kependudukan desa; kedua, subyek
Raya. Sejalan dengan kondisi ini adalah pendapat dari penelitian bersedia menerima kehadiran peneliti;
110
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
berkemampuan dan bersedia menjawab pertanyaan tidaklah sama – seseorang yang melakukan satu
penelitian. Informan atau responden dalam penelitian pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.
ini adalah kepala keluarga dengan alasan karena
merekalah pemegang keputusan yang ada di keluarga. Masyarakat merupakan hasil proses sosial sekaligus
berproses secara berkesinambungan. Membahas
Landasan Konsep masyarakat sebagai sebuah proses sosial memiliki
cakupan yang demikian luas, karena didalamnya akan
Beberapa konsep utama yang demikian kuat terkait dengan banyak hal seperti interaksi juga
relevansinya dengan tema penelitian ini, adalah: stratifikasi sosial, serta banyak hal lainnya, namun
perubahan relasi dalam sistem sosial; kedua terkait demikian diyakini bahwa bentuk umum proses sosial
dengan konsep peran; dan ketiga, terkait dengan adalah interaksi sosial. Salah satu teori yang memiliki
konsep opinion leader. kaitan erat dengan interaksi sosial dan dekat dengan
tema kajian adalah dialektika relasional, salah satu
Konsep peran merujuk pada pemikiran dari beberapa asumsi dari relasi sosial disebutkan bahwa hubungan
ahli seperti Banton (1965), Katz &Kahn (1966), tidak bersifat linear, artinya karena manusia memiliki
Bauer (2003) juga Robbins (2001). Pemikiran para keinginan-keinginan yang seringkali kontradiktif
ahli ini terangkum melalui pendapat Levinson dalam maka relasi ini bersifat fluktuatif (berubah-rubah),
Soekanto (2009:213) yang pada intinya konsep selanjutnya kontradiktif ini mendorong manusia untuk
peranan mencakup tiga hal, pertama, peranan meliputi berupaya mengelolanya melalui hubungan dengan
norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau cara yang berbeda-beda, akan tetapi kedua hal ini
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam selalu muncul dalam suatu hubungan.
arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan
yang membimbing seseorang dalam kehidupan Pemikiran mengenai keniscayaan proses dalam
bermasyarakat; kedua, peranan merupakan suatu interaksi manusia dalam sebuah masyarakat juga bisa
konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh ditelusuri melalui pemikiran Leslie Baxter dan WK
individu dalam masyarakat sebagai organisasi; tiga, Rawlins (1988), bahwa hidup berhubungan dicirikan
peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku oleh ketegangan-ketegangan atau konflik antar
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat individu. Konflik tersebut terjadi ketika seseorang
mencoba memaksakan keinginannya satu terhadap
Dalam kaitan dengan tiga hal yang dikatakan yang lain.
Levinson, memiliki relevansi dengan pemikiran
Kahn, et al., 1964; Oswald, Mossholder, & Harris, Konsep ketiga yang demikian penting dalam
1997 dalam Bauer, 2003: 58 mengenai persepsi dari penelitian ini adalah opinion leader. Istilah opinion
peran atau role perceptions. leader sebagai sumber informasi dan pengambil
keputusan dicetuskan pertama kali oleh Lazarsfeld
Ada dua jenis perilaku yang diharapkan dalam suatu sebagai hasil opinion leader adalah kemampuan
pekerjaan, yaitu (1) role perception: yaitu persepsi mempengaruhi sikap atau perilaku seorang secara
seseorang mengenai cara orang itu diharapkan informal sesuai dengan kehendak si pemimpin
berperilaku; atau dengan kata lain adalah pemahaman melalui hubungan sosial yang dibina (Depari,
atau kesadaran mengenai pola perilaku atau fungsi 1988:104). Nurudin (2004:154) dalam bukunya
yang diharapkan dari orang tersebut, dan (2) role mengenai sistem komunikasi Indonesia
expectation: yaitu cara orang lain menerima perilaku mengungkapkan bahwa: opinion leader adalah
seseorang dalam situasi tertentu mereka yang memiliki otoritas yang tinggi dan yang
menentukan sikap dan perilaku pengikutnya.
Scott at al. (1981) dalam Kanfer (1987: 197)
menyebut mengenai lima hal penting yang perlu Bagi Floyd Ruch seorang opinion leader memiliki
diperhatikan terkait dengan peran, yaitu: pertama, beberapa syarat, yaitu: social perception, yang berarti
peran itu bersifat impersonal atau posisi peran itu bahwa seorang pemimpin dipersyaratkan memiliki
sendiri akan menentukan harapannya, bukan ketajaman dalam menghadapi situasi; memiliki
individunya; kedua, peran itu berkaitan dengan ability in abstract thinking, yang artinya pemimpin
perilaku kerja yaitu perilaku yang diharapkan dalam dipersyaratkan memiliki kecakapan secara abstrak
suatu pekerjaan tertentu; tiga, peran itu sulit terhadap masalah yang dihadapi; serta seorang
dikendalikan; empat, peran itu dapat dipelajari dengan pemimpin dipersyaratkan memiliki emotional
cepat dan dapat menghasilkan beberapa perubahan stability, yaitu kemampuan yang terkait dengan
perilaku utama; lima, peran dan pekerjaan (jobs) itu stabilitas emosi yang ditunjukkan seperti tidak mudah
tertekan pengaruh terutama dari luar yang tidak
111
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
112
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
2. Opinion leader
Diagram tersebut memperlihatkan kondisi berikut:
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa - Opinion leader pada masyarakat Desa Mekarsari
permasalahan yang ada di desa berkisar pada: sudah mulai terdiferensiasi. Ini berarti bahwa
lemahnya posisi sumber daya alam; lemahnya posisi opinion leader di Desa Mekarsari demikian
sumber daya manusia di dalam pedesaan; kurangnya banyak sesuai dengan bidang atau persoalan
penguasaan teknologi yang menyebabkan masyarakat (monomorfik), ada orang yang menjadi opinion
pedesaan sukar mendapatkan informasi; lemahnya leader untuk persoalan ekonomi, ada warga yang
infrastruktur dan lemahnya aspek kelembagaan di menjadi opinion leader di bidang keamanan, atau
dalam pedesaan; sulit untuk mendapatkan pekerjaan; opinion leader bidang kesehatan serta yang
kurangnya pengetahuan sosial sehingga mudah ditipu lainnya. Namun demikian ada juga orang yang
oleh masyarakat kota; konflik/pertengkaran yang menjadi opinion leader dalam beberapa
biasanya berkisar dari masalah sehari-hari/rumah permasalahan (polimorfik).
tangga; kontroversi yang disebabkan dari perubahan - Opinion leader yang bersifat polimorfik
konsep adat istiadat dan kebudayaan; kompetisi dan kebanyakan menyangkut permasalahan agama,
persaingan yang negatif bila menunjukkan sifat iri. permasalahan keluarga dan permasalahan
ekonomi.
Dari sekian banyak permasalahan atau persoalan yang - Opinion leader bidang ekonomi dan keluarga
ada di desa, berdasarkan hasil observasi, ada lima kebanyakan berasal dari lingkungan keluarga
permasalahan yang paling banyak dihadapi dengan besar individu (anggota masyarakat) yang
mereka. Kelima permasalahan ini selanjutnya menjadi memiliki permasalahan.
perhatian utama peneliti untuk mengetahui kepada - Opinion leader yang bersifat monomorfik, banyak
siapa mereka (masyarakat) mendiskusikan atau untuk permasalahan kesehatan dan keamanan.
meminta pendapat guna memampukan diri - Opinion leader yang memiliki tingkat konsentrasi
menghadapi permasalahan tersebut. Kelima paling tinggi ada pada permasalahan kesehatan, ini
permasalahan ini adalah: permasalahan yang terkait bearti bahwa jumlah opinion leader bidang
kesehatan tidak sebanyak permasalahan lainnya.
113
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Tidak dinafikan bahwa dilihat dari tingkat pendidikan Komunikasi untuk urusan rumah tangga berkaitan
masyarakat Desa Mekarsari merupakan masyarakat dengan persoalan kepercayaan, yaitu hanya akan
yang berpendidikan rendah, akan tetapi untuk dibicarakan dengan orang yang benar-benar bisa
mengakses informasi dari televisi dan radio tidak dipercaya oleh si pemilik permasalahan. Kondisi ini
membutuhkan pendidikan tinggi karena televisi dan merupakan hal yang alami, karena komunikasi
radio bisa diakses oleh masyarakat yang buta huruf dengan orang-orang yang dipercaya akan menjadikan
sekalipun. lebih baik. Goldaber (1990) mengatakan bahwa
komunikasi dengan orang yang dekat akan lebih baik
Sebagai sebuah konsekuensi dari kondisi ini maka dan sehat dibanding dengan yang lain.
upaya untuk memperoleh dukungan program
pemberdayaan masyarakat, tidak lagi bisa Persoalan keluarga dalam masyarakat desa tidak
mengandalkan beberapa para opinion leader seperti banyak dibicarakan dengan orang lain selain dengan
jaman dahulu, melainkan membutuhkan pendekatan mereka yang benar-benar dipercaya, Robert dan
pada banyak pihak (para pemuka pendapat), O’Relly (1974) dalam Goldhaber (1990) berpendapat
tergantung jenis atau macam pemberdayaan, beda bahwa kepercayaan merupakan faktor penting untuk
jenis atau macam pemberdayaan maka beda orang- mewujudkan komunikasi yang terbuka.
orang yang didekatinya.
Persoalan ekonomi relaltif tertutup untuk dibicarakan
Namun demikian sebagai sebuah desa, Desa dengan orang lain, akan tetapi bagi masyakat Desa
Mekarsari masih tetap menyisakan opinion leader Mekarsari, ketertutupan persoalan ekonomi tidak
yang bersifat polimorfik. Kelompok opinion leader seperti ketertutupan dalam masalah keluarga. Kondisi
yang masih banyak menduduki sebagai opinion ini berarti bahwa persoalan ekonomi khusus ekonomi
polimorfik kebanyakan pada kelompok agama. keluarga, biasanya dibicarakan di lingkungan
keluarga atau tetangga yang dianggap sudah dekat.
Opinion leader kelompok agama di Desa Mekarsari, Dalam berkomunikasi memang orang akan merasa
paling utama berkaitan dengan upaya penyelesaian tenang ketika berkomunikasi dengan orang yang
perbedaan paham keagamaan pada level praksis berstatus sama (Mehrabian dalam Goldabher 1990)
bukan yang prinsip seperti persoalan aqidah, dan kurang tenang jika berkomunikasi dengan orang
walaupun sudah jarang akan tetapi persoalan seperti yang berstatus lebih tinggi (Goldhaber, 1990).
ini kadang muncul. Melalui komunikasi yang bersifat
antar pribadi dan dengan jenis komunikasi dari mulut Untuk persoalan ekonomi yang tidak bisa diselesaikan
ke mulut/tanpa bermedia (Schiffman dan Kanuk dengan orang-orang dekat, baru dikomunikasikan
(2000: 395)) persoalan agama ini disiskusikan dengan orang lain opinion leader baik tokoh agama
masyarakat dengan orang yang ditokohkan oleh maupun tokoh ekonomi yang ada di sekitarnya.
dirinya dengan pemuka agama baik yang
berkedudukan sebagai Ustad, Haji, atau pengurus Opinion leader yang lebih bersifat monomorfik
Dewan Keluarga Mesjid. adalah kelompok pemuka pendapat dalam bidang
114
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
115
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
e-mail: rudi.darwis@unpad.ac.id
116
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
fokus perhatian ditujukan pada komunitas sebagai suatu dalam organisasi sosial peredesaan. Dimensi ini
kebulatan, (2) berorientasi pada kebutuhan dan menunjuk kepada dasar dari pengakuan seseorang
permasalahan masyarakat, (3) mengutamakan prakarsa, sebagai pemimpin dalam masyarakat. Seseorang diakui
partisipasi, dan swadaya masyarakat. kepemimpinannya dalam masyarakat desa karena
kedudukannya sebagai pemimpin dalam suatu
Bila memperhatikan karekteristik komunitas yang organisasi di perdesaan atau karena kharisma yang
dimaksud dalam konsep ini maka konsep ini menunjuk dimiliki secara personal sehingga berpengaruh terhadap
pada pada sebuah lingkungan masyarakat setempat masyarakat. Seiring dengan semakin banyaknya
(locality/community), yang biasanya masih memiliki introduksi inovasi pembangunan dalam masyarakat
norma-norma sosial tentang konsensus, homogenitas, perdesaan melalui berbagai program dari pemerintah
dan harmoni (identik dengan masyarakat perdesaan). maupun lembaga-lembaga non-pemerintah, orang-
Selanjutnya, secara prinsipil maka terdapat kandungan orang yang menduduki posisi sebagai pemimpin dalam
operasional dalam konsep Locality Development kegiatan pembangunan ataupun aktivitas
(Wibhawa dkk., 2015), yaitu: kemasyarakatan semakin banyak.
a. Kepemimpinan lokal. Dengan sistem
kemasyarakatan lokal yang relatif masih bersifat Situasi demikian membuka kesempatan bagi
organis dengan pola interaksi harmonis, maka masyarakat untuk menempati posisi yang lebih tinggi
dalam perencanaan dan implementasi program dalam struktur masyarakat. Warga masyarakat yang
pengembangan masyarakat perlu tadinya bukan siapa-siapa dalam struktur kekuasaan
dipertimbangkan keberadaan pemimpin- dalam masyarakat, dapat memiliki power dan pengaruh
pemimpin masyarakat sebagai representasi dalam masyarakat dengan menjadi pemimpin dalam
masyarakat lokal itu sendiri. suatu organisasi yang dibentuk karena adanya program
b. Jaringan Hubungan antar Kelompok (Intergroup tertentu. Hal ini dalam pandangan Usman (2010)
relations). Dalam praktik pengembangan
menjadi penyebab terjadinya pergeseran kepemimpinan
masyarakat, sesungguhnya yang dihadapi dan
dalam masyarakat perdesaan, yaitu para pemimpin
dikembangkan adalah kelompok-kelompok
formal menjadi lebih dominan dan para pemimpin
warga masyarakat sehingga menjadi sebuah
jaringan kerja yang sinergis. informal menjadi terpinggirkan. Dengan gambaran
tersebut, corak kepemimpinan dalam masyarakat juga
Kegiatan pengembangan masyarakat membutuhkan menjadi banyak dan beragam sehingga berimplikasi
kepemimpinan lokal yang kuat. Untuk membangun terhadap visibilitas dari kepemimpinan pada
kepemimpinan lokal yang kuat, menurut Priyandono masyarakat desa.
(2011) perlu memadukan sumberdaya yang dimiliki
individu seperti pengetahuan, keahlian, kompetensi, Dimensi visibilitas melihat tingkat kepemimpinan
pengalaman, dan visi kepemimpinan dengan seseorang, baik pengakuan dari massa yang dipimpin
sumberdaya yang dimiliki organisasi baik material maupun dari pemimpin-pemimpin lainnya. Usman
maupun non material (teknologi, piranti, bangunan, (2010) menjelaskan lebih jauh bahwa dalam dimensi
sistem, aturan, norma, konvensi, dan nilai). visibilitas seorang pemimpin digolongkan sebagai
visible leader apabila kepemimpinannya diakui oleh
Dalam memahami fenomena kepemimpinan pada suatu massa yang dipimpin dan pemimpin-pemimpin lainnya.
masyarakat lokal, maka lokus yang dapat dijadikan Namun apabila ia hanya diakui oleh massa yang
kasus dalam memahami fenomena tersebut adalah dipimpin namun tidak diakui oleh pemimpin-pemimpin
masyarakat perdesaan. Sebagai bentuk dari komunitas lain, ia dikategorikan sebagai symbolic leader. Apabila
yang ditandai dengan keberadaannya pada suatu ia hanya diakui oleh pemimpin-pemimpin lain namun
wilayah geografis tertentu maka masyarakat desa tidak diakui oleh massa yang dipimpinnya akan
memiliki keterikatan yang kuat diantara mereka sebagai digolongkan sebagai concealed leader.
suatu kesatuan. Untuk mendapatkan pemahaman
mengenai fenomena kepemimpinan di pedesaan, Dalam pengamatan Usman, pembangunan yang
Usman (2010) membahasnya dalam tiga dimensi yaitu: dilaksanakan secara sentralistik oleh pemerintah pusat
dimensi legitimasi, dimensi visibilitas, dan dimensi mendorong terjadinya pemberian peran yang lebih
pengaruh. besar kepada para pemimpin formal karena mereka
dipandang sebagai pihak yang mampu menjadi agen
Dimensi legitimasi melihat posisi-posisi pemimpin pembangunan bagi pemerintah yang akan memfasilitasi
117
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
tujuan pemerintah. Selain itu, mereka juga dipandang Penyelenggaraan pengembangan masyarakat pada
mampu menamping dan menyalurkan aspirasi dan masyarakat perdesaan, sebagai salah satu bentuk
keinginan masyarakat kepada pemerintah. Pandangan pembangunan akan berkontribusi terhadap dinamika
yang demikian semakin mempertegas dominasi politik pada masyarakat lokal. Program pengembangan
pemimpin formal dan merambah berbagai sektor dan masyarakat disusun dengan mempertimbangkan
membuat pemimpin informal cenderung semakin kecil berbagai aspek dari kondisi masyarakat lokal, termasuk
perannya dan kurang diperhitungkan kecuali mereka di dalamnya kondisi sosial politik yang meliputi
yang memiliki kharisma yang sangat kuat dalam komponen struktur kekuasaan dalam masyarakat.
masyarakat. Namun di sisi lain, dalam implementasinya, introduksi
program pengembangan masyarakat dapat
mempengaruhi struktur kekuasaan mengingat pada
Dimensi pengaruh melihat kepemimpinan seseorang
dasarnya kegiatan pengembangan masyarakat
berdasarkan bidang yang menjadi ajang
merupakan sebuah upaya perubahan sosial.
kepemimpinannya. Pengaruh yang dimaksud disini
berbeda dengan kewenangan (authority), yaitu METODE
kekuasaan yang diberlakukannya diperoleh melalui
persetujuan. Menurut Usman (2010), corak Untuk memahami kepemimpinan lokal masyarakat
kepemimpinan di perdesaan dapat dikategorikan dalam desa pada penyelenggaraan pengembangan masyarakat
dua sifat, yaitu monomorphic (berpengaruh pada satu desa, kajian dilakukan dalam kasus program desa
bidang) dan polymorphic (berpengaruh dalam berbagai wisata di Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong,
bidang sekaligus). Para pemimpin formal di perdesaan Kabupaten Cianjur. Agar pemahamaman terhadap
lebih banyak menyandang kepemimpinan yang bersifat kepemimpinan lokal dapat diperoleh secara mendalam,
polymorphic. Regulasi mengenai pemerintahan desa maka penelitian dilakukan dengan menggunakan
memberikan peran yang besar kepada para pemimpin pendekatan kualitatif. Data mengenai kepemimpinan
formal. Mereka tidak hanya menjadi administrator lokal dihimpun menggunakan teknik wawancara dan
pemerintahan desa namun juga menjadi agen observasi terhadap situsi yang berlangsung dalam
pembangunan dan dinamisator pembangunan desa. masyarakat. Wawancara dilakukan terhadap pihak-
pihak yang mengetahui kondisi kepemimpinan dalam
Berbeda dengan para pemimpin informal yang lebih masyarakat pada program desa wisata, baik itu dari
banyak menyandang kepemimpinan yang bersifat kalangan masyarakat umum maupun tokoh-tokoh
monomorphic. Para pemimpin informal diperdesaan masyarakat.
semakin banyak berkonsentrasi hanya pada aktivitas
bidang tertentu. Seperti yang disampaikan oleh Gertz Adapun sumber data utama adalah community
development worker (CD worker) dalam program desa
ataupun Horikoshi (dalam Usman, 2010) para ulama
wisata sebagai pihak yang paling memahami dinamika
senderung menjadi lebih memperhatikan aktivitas
sosial politik masyarakat di Desa Sukaratu pada
keagamaan. Aktivitas mereka kurang menyentuh
pelaksanaan program desa wisata. Data yang diperoleh
persoalan sosial politik, sehingga menjadi sulit untuk dari berbagai sumber dan menggunakan berbagai teknik
dapat menjalankan fungsi kontrol terhadap aktivitas selanjutnya dilakukan cross check satu sama lain
pemerintah desa. sehingga menghasilkan data yang valid dan reliable.
Analisis data dilakukan meliputi tiga komponen analisis
Perkembangan tersebut masih terus berlanjut seiring dari Miles dan Huberman (1985) yaitu: reduksi data,
dengan berkembangnya iklim demokrasi dalam sajian data, dan penarikan kesimpulan. Sesuai dengan
kehidupan politik masyarakat desa. Mekanisme dalam tujuan penelitian, selanjutnya data dianalisis
suksesi kepemimpinan yang semakin rasional berdasarkan tiga dimensi kepemimpinan, yaitu dimensi
mempertegas pentingnya legalitas formal dalam legitimasi, dimensi visibilitas, dan dimensi pengaruh
mendudukan keberadaan seorang pemimpin pada sehingga dapat menggambarkan kepemimpinan pada
struktur kekuasaan masyarakat. Pemberian pengakuan masyarakat Desa Sukaratu dalam pelaksanaan program
secara formal kepada seseorang sebagai pemimpin desa wisata.
tidak hanya menegaskan kedudukannya dalam struktur
kekuasaan namun juga menunjukkan adanya HASIL DAN PEMBAHASAN
kewenangan yang diberikan untuk melakukan Program desa wisata sebagai bentuk pengembangan
tindakan-tindakan ataupun membuat kebijakan yang masyarakat dilaksanakan melalui tahapan tertentu.
diperlukan. Tahapan kegiatan pengembangan masyarakat yang
digunakan sebagai acuan dalam menguraikan proses
118
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pengembangan masyarakat yang potensinya sudah melakukan apa yang harus dilakukan oleh pemimpin
teridentifikasi adalah model proses pengembangan wilayahnya.
masyarakat yang disampaikan oleh Jim Cavaye (2004)
karena karakteristik tahapan proses yang Dapat terjadi proses yang agak berbeda untuk
dirumuskannya dimulai dari kesiapan masyarakat untuk penentuan ketua RT/RW yang walaupun penetapannya
melakukan perubahan, sesuai dengan Program Desa formal namun proses pemilihannya seringkali
Wisata di Desa Sukaratu yang telah digagas sebelum dilakukan secara informal. Pemilihan ketua RT/RW
proses pengembangannya dilakukan. Keberadaan para dapat dilakukan secara aklamasi berdasarkan
pemimpin lokal sudah diperhitungkan keberadannya pertimbangan kepercayaan, bahkan dapat ditetapkan
sejak tahap penyiapan ini. Dalam tahap awal ini, proses secara sepihak oleh peserta pemilihan terhadap orang
penyiapan masyarakat dilakukan melalui upaya yang mereka percaya walaupun tanpa kehadiran yang
permintaan dukungan dari stakeholders pemerintah bersangkutan. Hal ini dilakukan biasanya karena orang
lokal dengan memperhatikan kondisi motivasi tersebut dipandang mampu dan cakap memimpin
masyarakat, kepemimpinan lokal, dan kesadaran masyarakat; walaupun dalam prosesnya akan
masyarakat. Setelah dari hasil penjajagan ditemukan dipengaruhi oleh adanya pertimbangan subyektif.
bahwa pengembangan desa wisata memiliki
kemungkinan untuk ditindaklanjuti, maka untuk Untuk pemimpin informal di Desa Sukaratu menunjuk
merealisasikan gagasan tersebut pekerja sosial kepada para tokoh masyarakat. Mereka yang disebut
menyampaikannya kepada kepala desa selaku pihak tokoh adalah orang-orang yang memiliki pengaruh
penguasa wilayah. Disadari bahwa untuk melakukan terhadap warga masyarakat lainnya karena karisma
pengembangan masyarakat dibutuhkan ijin dan yang dimilikinya atau karena penguasaan dia pada
dukungan secara formal dari pemerintah Desa bidang tertentu, seperti tokoh agama, tokoh perempuan,
Sukaratu, khususnya kepala desa selaku penguasa tokoh pemuda, tokoh budaya, dan tokoh politik.
wilayah agar program yang akan dilakukan dapat Meskipun tidak ditetapkan secara formal, para tokoh
berkelanjutan. Selain itu, yang juga menjadi memiliki pengaruh terhadap masyarakat dengan tingkat
pertimbangan adalah karena pengembangan desa pengaruh yang berbeda terhadap berbagai kelompok
wisata dapat menimbulkan perubahan yang cukup luas masyarakat. Keberadaan tokoh informal ini tidak dapat
dalam kehidupan masyarakat. Perubahan yang akan diabaikan karena mereka memiliki daya tawar yang
terjadi dalam proses pengembangan desa wisata perlu cukup besar untuk mempengaruhi pengambilan
untuk tetap berada dalam pemantauan pemerintah lokal. keputusan.
Karena itu, keterlibatan pemerintah lokal dalam
pengembangan masyarakat sangat penting. Nilai tentang kepemimpinan lokal memberikan
gambaran mengenai pemimpin yang dikehendaki, cara
Kemajuan yang diharapkan dapat tercipta dari penentuan seseorang menjadi pemimpin, dan cakupan
pengembangan desa wisata membutuhkan tidak dapat kewenangan yang akan dimiliki pemimpin lokal.
terjadi begitu saja, melainkan membutuhkan adanya Keberadaan pemimpin dalam masyarakat lokal sangat
kepemimpinan lokal yang akan menjalankan peran strategis karena akan menentukan arah dan orientasi
mengarahkan dan memandu upaya perubahan secara dari pembangunan. Sebagai pihak yang sudah
kolektif. Kepemimpinan yang ada pada masyarakat mendapatkan mandat dari masyarakat, seorang
Desa Sukaratu terdiri dari kepemimpinan formal dan pemimpin memiliki kewenangan untuk menetapkan
kepemimpinan informal. Yang termasuk ke dalam berbagai hal yang dipandang perlu guna mencapai arah
kategori pemimpin formal contohnya adalah kepala perubahan yang dia rencanakan. Perencanaan yang
desa. Mereka menjadi pemimpin sebagai hasil dari dibuat tentunya telah mempertimbangkan harapan dan
proses formal ataupun informal dan ditetapkan melalui kebutuhan masyarakat.
keputusan atau ketetapan formal dalam bentuk surat
keputusan. Masyarakat Desa Sukaratu menunjukkan Jenis pemimpin lokal yang ada pada masyarakat Desa
kesediaan untuk dipimpin oleh mereka yang sudah Sukaratu terdiri dari pemimpin formal dan pemimpin
ditetapkan secara formal. Ketidaksukaan dan informal. Yang termasuk ke dalam kategori pemimpin
ketidaksetujuan terhadap pemimpin formal tidak formal contohnya adalah kepala desa. Mereka menjadi
ditunjukkan secara terbuka melalui suatu penentangan. pemimpin sebagai hasil dari proses formal ataupun
Sebagai pemimpin formal, mereka dihormati dan informal dan ditetapkan melalui keputusan atau
dipercaya oleh masyarakat Desa Sukaratu untuk ketetapan formal dalam bentuk surat keputusan.
119
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Masyarakat Desa Sukaratu menunjukkan kesediaan Desa Sukaratu, yaitu hanya pemimpin Pondok
untuk dipimpin oleh mereka yang sudah ditetapkan Pesantren yang berada di desa tersebut. Karakteristik
secara formal. Ketidaksukaan dan ketidaksetujuan masyarakat Desa Sukaratu yang agamis membuat tokoh
terhadap pemimpin formal tidak ditunjukkan secara agama memiliki pengaruh yang cukup besar.
terbuka melalui suatu penentangan. Sebagai pemimpin
formal, mereka dihormati dan dipercaya oleh Berdasarkan uraian tersebut selanjutnya akan dapat
masyarakat Desa Sukaratu untuk melakukan apa yang disajikan gambaran kepemimpinan lokal di Desa
harus dilakukan oleh pemimpin wilayahnya. Kriteria Sukaratu dalam pengembangan desa wisata
yang menjadi dasar masyarakat dalam menentukan berdasarkan dimensi legitimasi, dimensi visibilitas, dan
pimpinan adalah pemimpin yang peduli terhadap dimensi pengaruh. Berdasarkan dimensi legitimasi,
masyarakat serta dapat memberikan kontribusi kepada pemimpin formal yang legitimasinya berdasarkan
kemajuan desa. regulasi pemerintah adalah kepala desa. Salah satu
bentuk kewenangan dari pemimpin formal ini adalah
Dapat terjadi proses yang agak berbeda untuk melayani segala bentuk keperluan masyarakat yang
penentuan ketua RT/RW yang walaupun penetapannya menyangkut kepentingan umum. Punggawa ratu adalah
formal namun proses pemilihannya seringkali salah satu organisasi yang mendapat perhatian lebih
dilakukan secara informal. Pemilihan ketua RT/RW dari pemimpin formal Sukaratu, karena aktivitasnya
dapat dilakukan secara aklamasi berdasarkan dalam membantu mengembangkan potensi yang
pertimbangan kepercayaan, bahkan dapat ditetapkan dimiliki Desa Sukaratu melalui program desa wisata.
secara sepihak oleh peserta pemilihan terhadap orang Dukungan yang diberikan oleh pemimpin formal ini
yang mereka percaya walaupun tanpa kehadiran yang adalah memberikan legalitas kegiatan wisata yang
bersangkutan. Hal ini dilakukan biasanya karena orang dikelola oleh punggawa ratu melalui surat keputusan
tersebut dipandang mampu dan cakap memimpin (SK) yang dikeluarkannya.
masyarakat; walaupun dalam prosesnya akan
dipengaruhi oleh adanya pertimbangan subyektif. Keberadaan pemimpin non-formal di Sukaratu masih
Proses informal seperti ini sering dilakukan dalam cukup banyak dan sangat dihormati oleh masyarakat.
menentukan pemimpin suatu organisasi lokal. Ketika Kewenangan yang dimiliki tokoh non-formal ini tidak
tim pengelola desa wisata dibentuk pertama kali, kepala sama dengan pemimpin formal yang didapat dari
desa saat itu menunjuk salah satu kerabatnya untuk pemilihan umum, karena sampai saat ini belum ada
memimpin tim tersebut. Kondisi ini tidak dipersoalkan mekanisme yang jelas terkait pengangkatan atau
oleh annggota tim pelaksana lainnya mengingat pengukuhan seorang individu dapat dinyatakakan
kecakapannya dan kedekatannya dengan kepala desa. sebagai tokoh. Pengukuhan tokoh yang disandang oleh
Mereka menghargai keputusan kepala desa untuk hal seorang individu seperti muncul dengan sendirinya
tersebut. tanpa ada mekanisme pemilihan. Mereka ditokohkan
oleh masyarakat ada yang dilatarbelakangi oleh
Untuk pemimpin informal di Desa Sukaratu, pemimpin keturunan, seperti yang terjadi pada tokoh agama.
informal di Desa Sukaratu menunjuk kepada para tokoh Kemudian ada pula yang dilatarbelakangi karena
masyarakat. Mereka yang disebut tokoh adalah orang- akivitas kesehariannya menguasai dan tidak jauh dari
orang yang memiliki pengaruh terhadap warga bidang kehidupan yang bersangkutan, seperti tokoh
masyarakat lainnya karena karisma yang dimilikinya tani, pendidikan dan lainnya
atau karena penguasaan dia pada bidang tertentu,
seperti tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh pemuda, Keterampilan dari para tokoh masyarakat inilah yang
tokoh budaya, dan tokoh politik. Meskipun tidak kemudian dimanfaatkan oleh lembaga punggawa ratu
ditetapkan secara formal, para tokoh memiliki pengaruh dalam membantu merealisasikan tujuannya melakukan
terhadap masyarakat dengan tingkat pengaruh yang pengembangan masyarakat melalui program wisata.
berbeda terhadap berbagai kelompok masyarakat. Setiap tokoh dilibatkan sesuai dengan keterampilan
Akibatnya, orang yang dianggap tokoh oleh satu pihak yang dimilikinya, sehingga pada pelaksanaanya
dalam masyarakat akan dianggap bukan sebagai tokoh mendapat dukungan dari berbagai tokoh karena terjadi
oleh kelompok masyarakat lainnya, sehingga untuk sinergitas antara keterampilan yang dimiliki para tokoh
tokoh pemuda, tokoh perempuan, dan tokoh budaya dengan layanan wisata yang diberikan. Misalnya ketika
jumlahnya bisa banyak. Namun untuk tokoh agama, wisatawan ingin mengikuti aktivitas pertanian yang ada
tidak banyak warga masyarakat yang ditokohkan di di sukaratu, maka tokoh tani akan dengan senang hati
120
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
memberikan arahan dan menunjukan berbagai macam Sukaratu, tokoh agama menjadi salah satu tokoh yang
cara bertani yang ada di Sukaratu kepada wisatawan. sangat besar pengaruhnya dalam bidang-bidang sosial
kemasyarakatan.
Dimensi visibilitas merupakan gambaran bagi
pemimpin yang kepemimpinannya diakui oleh massa Pengaruh serupa juga dimiliki oleh tokoh punggawa
yang dipimpinnnya, ataupun dari pemimpin lainnya. ratu yang aktivitasnya menjangkau bidang-bidang
Gambaran untuk pemimpin seperti ini banyak kehidupan sosial kemasyarakatan yang lebih luas, tidak
disandang oleh pemimpin formal seperti kepala desa, terbatas pada aktivitas yang berkaitan langsung dengan
karena system pemilihan terhadap kepemimpinannya program desa wisata. Aktivitas dalam kegiatan desa
dilakukan secara langsung dan dengan mekanisme yang wisata yang memanfaatkan berbagai potensi
jelas. Sehingga kepemimpinan dia mendapat masyarakat mengharuskan pengelola desa wisata
pengakuan secara jelas baik dari masyarakat (massa) berhubungan dengan berbagai kalangan serta dituntut
ataupun pemimpin lain, pemimpin seperti ini dapat untuk mampu mempengaruhi berbagai pihak Desa
Sukaratu agar mendukung dan berkontribusi dalam
digolongkan sebagai visiable leader.
program desa wisata. Secara tidak langsung, pengelola
desa wisata ini dapat memberikan pengaruh dalam
Bagi pemimpin non-formal memang ada juga yang berbagai kehidupan masyarakat desa yang sudah jauh
melakukan pemilihan ketuanya dengan mekanisme melampaui peran sesungguhnya sebagai pengelola desa
yang jelasa, tapi individu yang terlibat jumlahnya lebih wisata.
sedikit jika diandingkan dengan pemilihan pemimpin
formal. Individu yang terlibat dalam pemilihan
pemimpin non-formal biasanya bukan masyarakat SIMPULAN
umum, tapi orang-orang yang hanya memiliki loyalitas
Kepemimpinan dalam menyelenggarakan program desa
terhadap kelompok berdasarkan kesamaan profesi,
wisata didasarkan kepada legalitas formal melalui
pekerjaan atau hobi. Pemimpin lokal yang cenderung ketetapan dari pemerintah desa sebagai penguasa
sebagai simbolic leader (pemimpin symbol) seperti ini wilayah. Keberadaan para pemimpin formal dan non
banyak ditemukan pada kelompok LSM (Lembaga formal lainnya diakui dan diotimalkan perannya dalam
Swadaya Masyarakat) dan kelompok-kelompok hobi mendukung pencapaian program. Jangkauannya yang
(pancing, motor). Khusus bagi kelompok LSM luas dan aktivitas pengelola desa wisata yang
(Lembaga Swadaya Masyarakat), kondisinya di Desa melingkupi aspek-aspek bidang kehidupan masyarakat
Sukaratu masih samar-samar sehingga ha ya diketahui yang pokok pada saat menjalankan fungsinya
tokohnya tapi tidak bayak diketahui siapa saja mengakibatkan pengaruhnya menjadi semakin luas di
anggotanya. Begitu juga dengan kelompok hobi, masyarakat; bahkan melampaui bidang garapan yang
mereka memiliki anggota dengan ketuanya tapi status semestinya.
kepemimpinannya belum diterima oleh masyarakat
umum. Kemudian untuk pemimpin lain yang hanya Legitimasi formal serta adanya bukti pencapaian yang
diakui oleh pemimpin lain dan tidak banyak nyata dan dapat dirasakan masyarakat mengakibatkan
memperoleh pengakuan massa, maka ia digolongkan kepemimpinan pengelola desa wisata mendapatkan
sebagai concealed leader (pemimpin tersembunyi), pengakuan yang luas dalam masyarakat. Situasi
contoh pemimpin seperti ini banyak di temui pada tersebut memberikan keleluasaan kepada pengelola
kelompok tokoh tani sukaratu dan tokoh pemuda desa wisata dalam mengembangkan programnya. Hal
ini menunjukkan adanya kebutuhan akan pemimpin
yang memiliki kemampuan multy-talent dalam
Selanjutnya, dalam dimensi pengaruh, pengaruh yang
mengorganisasikan pembangunan dalam masyarakat.
diberikan oleh para pemimpin yang ada di Sukaratu
lebih banyak dirasakan oleh kelompok masanya saja
karena ada kecendrungan pelayanan yang diberikan DAFTAR PUSTAKA
oleh pemimpin ini lebih mengutamakan masa atau
pengikutnya. Seperti halnya tokoh agama yang akan (Paper)
Priyandono WA. 2011. Teori Strukturasi dalam Kepemimpinan
dirasakan pengaruhnya oleh para pengikutnya, begitu Lokal. Transformasi Volume 14 Nomor 21 Halaman 69-74
juga dengan adanya ketua kelompok tani yang akan melalui http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarti
sangat dirasakan pengaruh layanannya oleh anggota cle&article=114806 [16/10/2016]
kelompok tani. Akan tetapi jika dikembalikan kepada (Buku)
besarnya pengaruh tokoh masyarakat yang ada di
121
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
(Lainnya)
Cavaye, J. 2004. Understanding Community Development, Cavaye
Community Development.
melalui http://vibrantcanada.ca/files/
understanding_ommunity_development.pdf [2 /02/2014]
122
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
123
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
that grows exponentially. In this book he proposes a culture. The subconscious mind works if things are
principle that stated, “Human populations grow logically accepted by our brain and once it is accepted,
exponentially (i.e., doubling with each cycle) while our mind will begin to follow it. “You think with your
food production grows at an arithmetic rate (i.e. by the conscious mind and whatever you habitually think
repeated addition of a uniform increment in each sinks down into your subconscious mind” (2010, p.13).
uniform interval of time). Thus, while food output was Subconscious is a set of mental process that are
likely to increase in a series of twenty-five year inaccessible to consciousness but that influence
intervals in the arithmetic progression 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, judgements, feelings, and behavior (Wilson, 2004,
8, 9, and so on, population was capable of increasing in p.23).
the geometric progression 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128,
256, and so forth. This scenario of arithmetic food Since our object is children and teenager it is necessary
growth with simultaneous geometric human population to be able to understand what will make them become
growth predicted a future when humans would have no more aware of keeping the environment, especially to
resources to survive on.” According to Malthus’s prevention of flood. As we know and are aware of,
principle, the authors think that the existence of human nowadays international regime in terms of diplomacy
being is very dependable on the existence of the earth, of a state is not using hard power anymore, it tends to
which automatically brings the climate change as a use more soft power, or Smart Power. In using soft
threat to the human lives and also come into one power, South Korean is the most appropriate success
conclusion that we have to keep our earth safe so it will example to be analyzed. Korean Pop Lovers or K-Pop
be safe place where the basic human needs can be Lovers is a predicate for those people who like Korean
fulfilled well. Drama, Actors, Music, even Lifestyle. We cannot
denied that South Korea has been very successful in
Flood is really a serious problem in Indonesia, since it promoting their culture through films, dramas, singer,
always happen annually and the appropriate solutions etc. Indonesia also become one of the country with
are still not found and the issue seems to be deliberately many K-Pop Lovers, which can be seen from many TV
ignored. Unfortunately, flood problem caused by station that have Korean Dramas on their schedule.
garbage can be found in many places in Indonesia. Most K-Pop Lovers tend to follow the Korean style.
Even if Indonesian people know that this problem Most of K-Pop Lovers are teenagers, and including the
needs to be solved as soon as possible. Moreover, the teenagers in Indonesia. How the Korean Waves got the
impact of flood can affect all of human activities and attention from Indonesian teenager leads to the
always disserve, both physically and materially. decrease in Indonesian national culture. Korean
Popular (K-Pop) is the example of popular culture in
There are many causes of flood, but we as human 21st Century era. As Tom Nakayama and Judith Martin
beings are actually a determinant actor of the flood explain in their book titled Intercultural
itself. Through our own opinion and from what we have Communication in Contexts, that Popular Culture is an
already seen, the way of saving our environment is not ever-present cultural products designed for profitable
attractive and effective enough for the public to also consumption, almost everyone in a social group knows
join the action. This causes the lack of contribution and it, and usually in the form of mainstream music,
action from children and teenagers. movies, television, and romance novel . Based on this
explanation, we agree that Korean Pop (K-Pop) is a
The action that people have done is controlled by their popular culture in the 21st century era and this example
culture and knowledge. What makes people have of K-Pop may become our guidance to change
interest in something is strongly affected by their teenager’s mindset of maintaining our environment to
background. Our mind separates into two levels, prevent flood happen. We see that using something like
conscious and subconscious level. According to Joseph attractive way may become one of the solution to help
Murphy on his book The Power of Your Subconscious the government to give a comprehensive explanation to
Mind, our conscious mind is the reasoning mind that be successful in decreasing flood problem in Indonesia.
means we are aware of our surrounding, on what we do
and choose (choosing the clothes that we like, writing a The way of the government implant the message about
paper, choosing our partner in life, etc.). While, our protecting the environment seems like they did not find
subconscious mind recognize what happens under our the result to solve the problem. Using media can be a
awareness. For instance, blinking and breathing. solution to help the government since nowadays media
Subconscious mind does not differentiate the good or plays an important role in everyday life of human
bad idea, it works for both sides. What you are doing is activities, as a tool for human to communicate. Media
the right thing based on your own experience and can control how the audience think and influence the
124
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
audience to have similar understanding with the sender research. We collect the data from analyzing the
of information. Agenda-setting theory gives chance for theories that connected to the case. Internet is the
the sender to control what the audience need to think instrument of this research.
about by emphasizing on certain issues that will be
aired on the mass media. When the agenda of the mass HASIL DAN PEMBAHASAN
media has already been controlled by the sender then
the sender need to frame the presentation of the issues Floods that happens frequently in Indonesia is due to
in the media using framing theory. Like what is many factors. Due to climate change, the activities of
explained in the article Framing, Agenda Setting, and rainfall and drought becomes unpredicted and out of
Priming: The Evolution of Three Media Effects hand. While the rain keeps pouring down to the land,
Models, Journal of Communication that framing is the our land capability cannot handle the high of the water
process to present information by the journalist or being poured down. Unfortunately, Indonesian land
communicator in a way that resonates with the message does not have a good construction to handle all the high
underlying the presentation that will be interpret by the intensity of water. Not only because of the land
audience. Sometimes this process claimed to construction but also because of the flow of water being
manipulate the audience, while actually this theory only disturbed by the human activities. Flood mostly
tells the information from the perspective of the media happens in big cities in Indonesia because it is the place
owner’s own interest (Scheufele & Tewksbury, 2007). for rural people to get a better job, better education, and
to achieve a better life. People that cannot find a place
As stated in book titled Mass Communication Theory to stay and does not have enough money to afford a
by Baran & Davis, in Social Marketing Theory; are house for living chose to stay under the bridge or place
theories concerning about the promotion of socially near the river. These people usually throws away their
valuable information, useful for social change. This garbage straight into the river nearest to them. The
theory pays attention on the activity of the audience to garbage that is thrown into the river will then disturb
find out what are the information that are needed by the the water circulation in the river. To add to that, the
audience. This theory identifies the social system and water caused by the rainfall will further increase the
psychological barriers to the information influenced by water level which will end up causing flood. From that
the mass media. This social marketing theory has some point, we can see how humans can affect the flow of
key features; first, we need to promote the campaign water.
and make people become aware of the candidates.
Second, we need to target the messages to the specific The increase of human population in Indonesia because
audience, because people have different interest. We of the urbanization or the increasing of birth population
need to segment the audience based on their interest to does not only directly affects the continuance of human
make it easier to persuade them. Even if the message is life itself. However, it also has a big impact to the
not delivered well to the audience, there will still be circulation of water in the land that in the end will also
images and impression cultivated in the audience impact the human activities. The increase of human
memories. Many of the campaigns have failed to attract population in Indonesian each year leads to the
the audience, it is because it did not give stimulating increasing of human waste. For example in Jakarta,
action or the campaign did not prove into action directly floods always happen annually when the Ciliwung river
that left only words in the audience memories. So, is overflow and in Bandung floods always happen
based on this theory, we think that another solution to annually (especially in Bale Endah region) when the
the government as the representative of society to Citarum river is overflow.
increase the attractiveness of the socialization about
environment is by looking up to the interest of the After all this time, government have used many ways to
public. ask the citizens to care for their environment, but no
change can be seen or detected. This culture, such as
METODE throwing garbage everywhere, already ingrained in
people’s mind and cannot be change that easily. The
This research will using the qualitative analysis government needs a strategy to step by step change that
method. We will analyze the situation that become our culture. Without knowing who the audience is and what
concern in this research as our base on giving the they are interested in, using only seminars,
solution that will be explained in the Chapter III announcement or flyer that the government used all this
Analysis and Interpretation Data. This research will time will not be an effective way to change the people’s
targeting the government as the subject of the research way of living, especially the younger generation.
to implement the solution given to the object of the
125
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
There are some effective way that the government can audience interest in and what kind of activities that they
learn from to attract the society, such as Korea as one of like.
the country that success to promote their culture across
the world. As one of the popular culture, Korean culture
is a very interesting topic that discuss in all over the From the case explained in the introduction authors
country from many range of age, not only teenagers. came out with two solutions that can be used. As target
They promotes their culture not only through their of this research, the government because the
music (girl and boy band) that influence the teenage government as the leaders of the citizens (object of this
lifestyle, but also through drama that also reach research), representative of people’s voice to lead the
attention among parents. Nowadays, not only the actions to protect and build a better environment for our
entertainment that seek from Korean, but also the life. The object on this research only focusing on the
culture itself. The Korean national history now become people in the circle area of what the authors called
an interesting topic because of their national history children and teenagers age because in this age they still
that used in the drama that watched by people all over can easily persuaded consciously or unconsciously.
the world. Using the Korean traditional dress is the Also, this age groups are the one that will become the
‘must’ thing to try when people go to Korea. Korean next generation of Indonesia’s leaders. But, it doesn’t
foods are very popular, for example like “Kimchi” a mean that the other age groups cannot be persuaded
traditional side dish that always in the menu when through the activities.
Korean people eat. Not only the traditional food, the
fast food that sold in the supermarket, like Korean Many of the communication activities nowadays attract
noodles or many people called “Ramyeon” in many the audience but didn’t success on making the audience
kinds of flavors and banana milk also become popular interpret the message in their daily life. As what stated
and sold in many countries. The most trending topic in the social marketing theory, the campaign itself need
when talking about Korea now is the fashion style and a stimulating action to make the audience move to do
beauty product. Korea now become the destination to what the messages in the campaign told about. But, we
buy beauty product. Korea also famous for its plastic need to remember that this campaign will not change
surgery practice that transformed many Korean actors the behavior of Indonesian people instantly, because to
and actresses to have an ideal beauty face. change people habit, culture, needs long time to
accomplish like how the Indonesian people action to
This thoughts first emerged because of the looks of throw trash everywhere from long time ago become
Korean people in the drama or music video that already their culture, ingrained. This campaign needs to be used
famous in the teenager’s world. Tourism to the Korea for minimum in a whole 1 (one) year. The solutions that
has been growing by double digits over the past five the authors will use is using the campaign that will be
years since 2012, around 75 per cent of it driven by explained below:
Asian visitors and given economic contribution to
Korea, said one of the marketing development of Seoul First, using the mass media as a tool to build the
Metropolitan Government, Peter Kim Eyungpyo. The perception of the audience as what the sender wants
effect from Korean music and drama not only felt by the audience to understand.
the Indonesian people, but also from across the world,
especially Middle East people. For instance is the Using the encoding and decoding model where the
Cambodian people that felt the real impact on Korean government put the message that they want the
culture. According to the Korean Embassy in Phnom audience to understand in the encoding process.
Penh, capital city of Cambodia, more Cambodian Making the audience to have the same understanding
women are marrying Korean men, with just a handful with the sender is not that hard. The important point
of marriages in 2003 going up to almost 1,000 each that need to achieve through this campaign is that the
year in 2012. All this phenomena happen because of the audience need to be standing in the same side of the
viral of Korean drama and music. It helps all aspects of sender or we can say the audience perception is in the
Korean known internationally by the public. sender control. To make it easier and more effective to
get the interest from the audience, using the social
Learning the way Korean industry to promote their marketing theory the government needs to decide the
culture, we can see how they use beauty and body goals target audience first and then classified them. In this
to promote their culture through music, drama, and way we classified the audience into two groups based
lifestyle, we have to know our audience first to achieve on their interest in media:
our goals in persuading their thoughts. After knowing
the target audience then we need to know what the First, Children (5 – 12 years old), to this groups the
126
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
government can implanting the message through Second, making a national color theme.
cartoon or fantasy movies. Like what the ‘upin dan
ipin’ cartoons that attract the children attention or Back when we were kids, when we were in
‘barbie’ movies or even the series. Children like to kindergarden, we learn about colors. We have a
imitate what the cartoons say and did. Like the word mindset that green is for trees and blue is for water or
‘Marvellous’ like what ‘Jarjit’ (one of the characters in sky. We can use this method to deliver our message
‘Upin dan Ipin’) always say or the Barbie’s styles that which is to keep the environment by not littering. This
become the source to imitate. Making another cartoons national color theme used as the continuous action from
that teach the children how to protect the environment the campaign using mass media above. Meaning of this
(cleaning the house, planting trees, throw the trash in national color theme is to use colors to play with human
the trash bin, etc.) and giving them some moral issues. subconscious mind. As we know, our subconscious
mind control our movement under our knowledge.
Second, Teenagers (13 – 25 years old), in this age After influencing the people’s thoughts now the
group their interest already start to change from campaign takes part in the daily life of the audience.
cartoons into more real story to be talk to. They started Colors can be used to trigger our subconscious mind by
to give attention to their surroundings and their making the audience remember again on what the
appearances. Boys/girls, fashion, beauty product character was doing in the cartoon/drama (pointing at
become their topic to discuss in their social groups. the activities to protect our environment). The colors
Series of drama or telenovela can be used to attract their that will be used are the green and blue colors. Using
attention by delivering stories about careers, dreams, blue color which by our mindset, by our subconscious
schools, relationship, friendship, fashion, etc. Besides mind is already accepted, blue stands for water means
the stories, using the strategy that Korean culture used flood as the main concern on this research. Green color
to attract the audience from all over the world according stands for trees as in environment that we need to
to what analyzed above, by using ideal type of protect. This colors will be used in the pamphlet,
man/woman through their looks or body shape. Using a banner, advertising, brochure, etc. as the main colors on
character that are in the dreams of every man/woman, their advertising tools. So, this method may become
for example a good looking man, have a masculine one of the solution to share the message on how
body (has a great muscle body), always using a shirt important to keep the environment clean, especially for
and pomade in his hair, work as a doctor, has a good children since we cannot denied that the children is the
personality or the kind of ‘bad boy’ personality. young generation who will lead this country later on
and since children mindset is still fresh and pure, we
On using the mass media, not all the time the message can utilize it by giving them any kind of positive
from the sender can be accepted by the audience mindset to always keep the environment clean by
because they have their own perception. The media throwing rubbish into trash bin. This colors will be used
need to know how to interrupt in the middle of making in the pamphlet, banner, advertising, brochure, etc. as
meaning process in the audience mind. By setting up the main colors on their advertising tools.
the topic that will be discuss in the media, by making
the theme in each episode in the cartoons/drama that Besides from the two ideas of campaign above, the
watched by the target audience can be a help to control activities that the government used all this time also
what the audience will discuss or remember. What need some continuous action as the practical action to
messages need to implant first in the cartoons or drama stimulate the audience mind. The strategy to increase
that could be accepted by the audience step by step. people’s awareness will not only playing with people’s
After the media controls the agenda the execution of the mind by framing their thoughts. Many of the
agenda also needs to be convincing. The characters or University’s student we know doing protest and
the presenter in the drama or cartoons need to play their demonstration to criticize the government activities that
character well. This process also can be help through didn’t give any result. Transferring that demonstration
their appearance of the characters (clothes and make activities to a better one that more practical and
up) and the background of the media frame that made as utilizing the students to conduct some event which will
reality. After the campaign thorough mass media give a real and very beneficial impact for the
(entertainment), now is left to the audience on how they environment, for example conducting a Tree Planting
decode the cartoons/dramas and have the same Program than only criticizing will help the government
understanding on the message delivered by the sender. to achieve those goals. By utilizing this opportunity,
university students has been giving a real impact to the
society which is good for their future since after they
are graduated for their university, they have to be
127
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
128
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Iriana Bakti
Susie Perbawasari
Kokom Komariah
Program Studi Ilmu Humas, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
irianabaktipr@gmail.com
Abstrak PENDAHULUAN
Hajat laut merupakan salah satu ritual yang dilakukan Pangandaran merupakan salah satu kabupaten di Jawa
oleh masyarakat (khususnya) nelayan di Kabupaten Barat bagian selatan yang menjadi daerah kunjungan
Pangandaran. Dalam pelaksanaannya, hajat laut ini wisata baik pengunjung domestik maupun asing. Salah
bukan semata-mata bentuk rasa syukur nelayan kepada satu suguhan wisatawan di Pangandaran adalah wisata
Tuhan dengan menyediakan aneka ragam asesoris alam berupa pantai yang eksotik, juga ritual hajat laut
ritual untuk dilarung, tetapi bentuk ritual dan sesajinya, yang selalu diselenggarakan setiap tahun di bulan
serta doa/mantranya merupakan/memiliki makna Muharam. Ritual hajat laut merupakan aset
tertentu bagi kelestarian lingkungan hidup di kawasan kebudayaan yang disimbolkan sebagai ungkapan rasa
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui syukur para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
alasan nelayan mengikuti hajat laut, makna hajat laut
menurut nelayan, dan perilaku komunikasi nelayan Ritual hajat laut ini penuh dengan simbol-simbol yang
ketika melaksanakan hajat laut. Metode penelitian mengandung banyak makna yang hanya bisa dipahami
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, oleh mereka yang terlibat langsung di dalam ritual
teknik pengumpulan data dengan wawancara dan studi tersebut. Hal ini disebabkan, hajat laut merupakan
literatur dari dokumen dan buku yang relevan dengan kebiasaan turun-temurun yang bersifat formal,
masalah yang diteliti. Hasil penelitian, alasan informan sukarela, dan sarat dengan nilai-nilai transendental,
mengikuti hajat laut adalah karena tradisi sehingga membentuk suatu prilaku yang terpola dengan
turun-temurun, untuk melestarikan kebudayaan, dan tujuan mensimbolisasi suatu pengaruh dalam
untuk mencari berkah. Makna hajat laut menurut kehidupan sosial. Ritual hajat laut merupakan aktivitas
informan sebagai rasa syukur kepada Tuhan, komunikasi, namun bukan proses penyampaian
permohonan keselamatan kepada Tuhan, dan informasi dari komunikator kepada komunikan,
silaturahmi. Perilaku komunikasi yang dilakukan melainkan,”communication is linked to terms such as
nelayan dalam hajat laut merupakan komunikasi ritual, ‘sharing’, ‘participation’, ‘association’, ‘fellowship’,
yang bersifat verbal dan nonverbal yang berlangsung and ‘the possession of a common faith’.” (Carrey,
secara dialogis melalui rapat (urun rembug) dengan 1992). Jadi komunikasi dalam kaitannya dengan ritual
para tokoh masyarakat. Perilaku komunikasi verbal hajat laut lebih kepada fungsi komunikasi itu sendiri,
berupa pembacaan ayat suci, pembacaan doa dan yaitu untuk saling dengan berbagi, membangun
mantra, perilaku komunikasi nonverbal berupa partisipasi, membangun perkumpulan, membangun
penggunaan pakaian adat, larung sesaji, berpartisipasi persahabatan, dan mempertegas sebuah keyakinan yang
dalam setiap tahapan kegiatan. Hajat laut merupakan dimiliki bersama.
implementasi komunikasi lingkungan yang dilandasi
oleh penghormatan kepada tradisi nenek moyang untuk Hajat laut sebagai komunikasi ritual dilakukan oleh
melestarikan budaya lokal yang sarat dengan makna berbagai elemen yang ada di Pangandaran, baik dari
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kalangan pemerintah, LSM, tokoh masyarakat, tokoh
keberkahkan rizki dan wujud silaturahim antar nelayan. agama, nelayan, dan sebagainya menjadi sebuah
perkumpulan yang satu sama lain berkerja sama untuk
Kata kunci: komunikasi lingkungan, komunikasi ritual, mencapai tujuan yang sama, dan dilandasi oleh
hajat laut, kearifan lokal, silaturahim, nelayan. keyakinan yang sama bahwa ritual ini merupakan
implementasi rasa syukur mereka terhadap rizki yang
telah Tuhan berikan kepada masyarakat Pangandaran,
bukan untuk persembahan kepada Nyi Roro Kidul.
129
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Keyakinan terhadap iman yang sama ini dapat dilihat selama setahun ini berupa hasil tangkapan ikan yang
dari peran pemuka agama (islam) dalam pelaksanaan melimpah, padahal mereka tidak pernah menanam bibit
ritual tersebut dengan melaksanakan khutbah dalam ikan”.
pengajian, yang menandakan dan mempertegas bahwa
hajat laut lebih dekat dengan nilai kerohanian yang Berdasarkan pendapat para informan di atas, alasan
harus dilestarikan, walaupun dalam pelaksanaan ritual dilaksanakannya hajat laut di Pengandaran dapat
tersebut ada pembacaan mantra, namun menurut dikategorikan sebagai upaya pelestarian budaya dalam
sesepuh mantra tersebut bukan sesatu yang bersifat mendukung pariwisata, meluruskan akidah islam, dan
mistik, tapi lebih kepada pembacaan syair yang indah rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
dan menyentuh hati.
Makna hajat laut
Ritual hajat laut merupakan implementasi komunikasi Ritual hajat laut di Pangandaran memiliki makna
lingkungan, karena di dalamnya terdapat suatu aktivitas sebagai berikut, sebagaimana dinyatakan oleh wakil
yang berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan alam pemerintah (Sony Agusman), hajat laut dimaknai
(laut), yaitu ketika larung sesaji di tengah laut, di mana sebagai “salah satu atraksi wisata yang dimanfaatkan
perlengkapan ritual berbahan alami dapat menjadi Pemkab Pangandaran untuk menarik wisatawan. Kami
makanan ikan dan membusuk di laut, sehingga dapat mengundang wisatawan untuk datang menyaksikan
memicu tumbuhnya terumbu karang, Inilah yang kemeriahan Hajat Laut yang menjadi kultur masyarakat
menjadikan keunikan dari simbolisasi komunikasi pesisir”.
ritual hajat laut di Pangandaran, sehingga penulis
tertarik untuk mengkajinya. Sementara menurut tokoh agama: “Tak seluruh
masyarakat Pangandaran berkeyakinan islam masih
METODE PENELITIAN banyak lapisan masyarakat terlebih pemuka adat yang
begitu mempercayai berbagai mitos yang terkandung
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, teknik dalam hajat laut,sehingga dengan adanya laut dan
pengumpulan datanya melalui wawancara, dan studi penyatuan ideologi dengan berbagai kalangan
kepustakaan. Informannya Wakil dari pemerintah, menunjukan toleransi yang tinggi yang dapat terlihat di
tokoh agama, tokoh masyarakat, dan nelayan. kalangan masyarakat Pangandaran. Dengan
perkembangan islam yang pesat di Pangandaran
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN sehingga hajat laut memiliki pergeseran makna yang
lebih sesuai dengan ajaran islam tanpa harus kehilangan
Alasan mengikuti ritual hajat laut keunikannya yang selama ini dapat mengundang
Para informan memiliki alasan tersendiri dalam wisatawan dan setiap acara nya pun dapat dijelaskan
mengikuti ritual hajat laut di Pangandaran, seperti secara akal,meski mitos itu tak akan pernah luntur dari
dinyatakan oleh pihak pemerintah, menyatakan, benak masyaraat namun secara perlahan fungsi hajat
“alasan pelaksanaan hajat laut sebagai langkah laut mulai berpindah dari persembahan kepada para
pelestarian kebudayaan masyarakat nelayan untuk dewa – dewi menjadi ajang berbagi dan silaturahmi
mendukung pariwisata di Pangandaran”. para nelayan”.
Seorang tokoh agama yang menyatakan, alasan Tokoh masyarakat (Purnama Siliwangi), menyatakan
mengikuti hajat laut, “untuk meluruskan dan menjaga ”bahwa hajat laut pada zaman dahulu merupakan suatu
agar tidak menyimpang dari ajaran islam yang upacara untuk persembahan kepada para dewa - dewi
sebenarnya, jadi alasannya lebih kepada wujud rasa mengingat pada massa itu islam belum masuk ke
syukur atas segala rizki yang telah Alloh berikan Indonesia, dan masih dipengaruhi oleh ajaran hindu -
kepada masyarakat Pangandaran”. budha dan kepercayan animisme dinamisme. Seiring
berjalan nya waktu , ajaran islam mulai masuk , dan
Alasan yang sama dinyatakan pula oleh seorang tokoh perlahan mulai merubah mindset para nelayan. Bahwa
masyarakat, Purnama Siliwangi, “alasan hajat merupakan syukuran nelayan atas apa yang telah
dilaksanakannya hajat laut merupakan syukuran diberikan tuhan yaitu berupa ikan dan hasil laut
nelayan atas apa yang telah diberikan tuhan yaitu lainnya”.
berupa ikan dan hasil laut lainnya”.
Adapun menurut nelayan (Fuad Husain)
Demikian juga seperti yang dinyatakan oleh wakil dari menyampaikan, “hajat Laut merupakan tradisi
nelayan, “alasan dilaksanakan hajat laut sebagai rasa masyarakat nelayan sebagai bentuk rasa syukur atas
syukur kepada tuhan atas rezeki yang telah diberikan berkah hasil laut yang didapat, meskipun nelayan
130
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
131
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
realitas bagi aktor di dalam dunia yang lain karena berpartisipasi, berkumpul, bersahabat dari suatu
kemana saja ia pergi membawa stok pengetahuan komunitas yang memiliki satu keyakinan sama”.
itu di dalam dirinya”.
Ritual hajat laut sebagai implementasi komunikasi
Berdasarkan stok pengetahuan tersebut, maka hajat laut ritual merupakan acara rutin tahunan dan sudah
dimaknai secara personal (erlbis) dan interpersonal berlangsung sejak dahulu .Menurut Mulyana
(erfahrung), yang menurut Gadamer. (2004: 53): (2011:27), “Komunikasi ritual biasanya dilakukan
“erlebis biasa diterjemahkan sebagai ”pengalaman yang secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan
dihidupi‟ (lived experience), sedangkan Erfahrung upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan
diterjemahkan sebagai „pengalaman hidup‟ (life sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai
experience). Erlebis bersifat personal, sedangkan erfahrung rites of passa”., sehingga menurut Hamad (2006: 2-3),
bersifat sosial. Erfahrung memiliki dimensi sosial dan kesejarahan. “pola komunikasi yang dibangun ibarat upacara
Pada erfahrung, pengalaman personal (erlebis) sakral/suci dimana setiap orang secara bersama-sama
berpartisipasi dalam „pembentukan makna‟. Dengan bersekutu dan berkumpul (misalnya melakukan doa
demikian, makna ritual hajat laut sebagai “atraksi bersama, bernyanyi dan kegiatan seremonial lainnya)”.
wisatan untuk menarik wisatawan, rasa syukur kepada
Tuhan, pembuka pintu rizki, dan silturahmi” terbentuk Pada tahap pelaksanaan ritual hajat laut, para peserta
berdasarkan pengalaman yang dihidupi personal dengan berpakaian hitam-hitam melarung jempana
(erlebis) yang diperkuat oleh Littlejohn (2005: 37) (sesaji) ke tengah laut, dan ketika jempana tersebut
“bahwa individu secara aktif mengartikan pengalaman tenggelam, para peserta dengan penuh sukacita
mereka dan memahami dunia berdasarkan pengalaman mengambil air di tempat jempana tersebut tenggelam
pribadi”.,dan pengalaman hidup (erfahung). untuk disiramkan kepada perahunya. Pakaian hitam
,jempana yang berisi buah-buahan,jajanan pasar, dan
Ritual hajat laut merupakan aktivitas komunikasi, kepala kerbau merupakan simbol simbol yang
namun bukan penyampaian pesan dari komunikator mengandung makna ungkapan rasa syukur kepada
kepada komunikan, tetapi lebih kepada fungsi Tuhan, sehingga menurut Susanti (2015, 7),
komunikasi itu sendiri, yaitu untuk saling berbagi, dan “komunikasi ritual dapat dimaknai sebagai proses
mempertegas sebuah keyakinan yang dimiliki bersama. pemaknaan pesan sebuah kelompok terhadap aktivitas
Dalam ritual hajat laut, dimana sekelompok orang religi dan sistem kepercayaan yang dianutnya. Dalam
melakukan aktivitas yang beraroma agama (pembacaan prosesnya selalu terjadi pemaknaan simbol-simbol
ayat suci Al-Quran, dan doa yang islami), dan tertentu yang menandalan terjadinya proses komunikasi
kepercayaan (pembacaan mantra), tidak ada yang
ritual tersebut”.
saling mendominasi, mereka sama-sama mekakukan
ritual didasarkan pada suatu keyakinan yang sama,
Ritual hajat laut, selain merupakan implementasi dari
yaitu bentuk sykyur atas rizki yang dilimpahkan oleh
komunikasi ritual, juga merupakan imlpementasi dari
Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan pendapat
komunikasi lingkungan. Hal ini bisa dilihat dari
James W. Carey (1992) (dalam Hardiman, 2016: 15)
penggunaan bahan-bahan ritual yang alami, dan kepala
yang mengatakan bahwa “dalam perspektif komunikasi
kerbau/kambing yang semuanya dilarung di tengah laut
berkaitan dengan berbagi, partisipasi, perkumpulan/
sampai tenggelam, tidak akan merusak lingkungan
asosiasi, persahabatan, dan kepemilikan akan
alam di laut, sebab isi jempana menjadi makanan ikan,
keyakinan yang sama”.
tengkorak kerbau yang tenggelam menjadi pemicu
tumbuhnya terumbu karang. Ini adalah sebuah ekspresi
Aktivitas saling berbagi dalam ritual hajat laut bisa
lingkungan dan sekaligus juga pesan tentang
dilihat sejak rapat, dan persiapan ritual, dimana
lingkungan yang sesuai dengan konsepsi komunikasi
komunikasi berlangsung secara dialogis (urun rembug),
lingkungan, yang menurut Corbett (2006) dalam Jurin
saling berbagi ide, sehingga lahirlah tema ritual hajat
laut. Ritual hajat laut dilaksanakan oleh panitia yang et al. (2010:14):
melibatkan berbagai komponen masyarakat di “diekspresikan dalam nilai nilai, kata kata,
Pangandaran dan ini menunjukkan asosiasi/ tindakan, dan praktek sehari hari, mengakar
perkumpulan, dimana terdapat pembagian tugas dan secara budaya dan sejarah, dan terbungkus dalam
kerja sama untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan paradigma sosial yang dominan yang memberikan
keyakinan yang sama pula. Hal ini sesuai dengan nilai instrumental dan kepercayaan, dan
pendapat Hamad (2006: 2-3), “Komunikasi ritual keberadaannya untuk melayani manusia”.
berhubungan erat dengan kegiatan berbagi,
132
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Ritual hajat laut di Pangandaran yang telah berlangsung Perilaku komunikasi yang dilakukan nelayan dalam
lama dan selalu dilaksanakan secara turun-temurun hajat laut merupakan komunikasi ritual, yang bersifat
yang bersumber dari nilai-nilai religius dan petuah verbal dan nonverbal yang berlangsung secara dialogis
nenek moyang yang telah diadapsi dengan melalui rapat (urun rembug) dengan para tokoh
perkembangan zaman merupakan kearifan lokal yang masyarakat. Perilaku komunikasi verbal berupa
harus dilestarikan, karena Menurut Witular (2007), pembacaan ayat suci, pembacaan doa dan mantra,
dalam Permana (2010: 1): perilaku komunikasi nonverbal berupa penggunaan
“Kearifan lingkungan merupakan perilaku positif pakaian adat, larung sesaji, berpartisipasi dalam setiap
manusia dalam berhubungan dengan alam dan tahapan kegiatan. Hajat laut merupakan implementasi
lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari komunikasi lingkungan yang dilandasi oleh
nilai-nilai agama, adat istiadat, petuah nenek penghormatan kepada tradisi nenek moyang untuk
moyang atau budaya setempat , yang terbangun melestarikan budaya lokal yang sarat dengan makna
secara alamiah dalam suatu komunitas masyarakat syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
untuk beradaptasi dengan lingkungan di keberkahkan rizki dan wujud silaturahim antar nelayan,
sekitarnya, perilaku ini berkembang menjadi yang diekspresikan dalam nilai-nilai, kata kata,
suatu kebudayaan di suatu daerah dan akan tindakan, dan praktek sehari hari, mengakar secara
berkembang secara turun-temurun, secara umum, budaya dan sejarah.
budaya lokal atau budaya daerah dimaknai
sebagai budaya yang berkembang di suatu daerah, DAFTAR PUSTAKA
yang unsur-unsurnya adalah budaya suku-suku
bangsa yang tinggal di daerah itu”. Carey, James W, 1992, Communication as Culture:
Essays on Media and Society, Routledge,
Dengan demikian, ritual hajat laut merupakan bentuk Newyork.
penegasan para pelakunya terhadap kebiasaan Gadamer, Hans-Georg. 2004, Truth and Method (Continuum
turun-temurun yang dilandasi oleh keyakinan yang Impacts). Continuum. Oxford.
sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyana ( 2011: Hamad, Ibnu. 2006. Communication as Discourse.
25): Makalah. Jakarta: Tahun 2006.
“Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk Hardiman, 2016, Tradisi Katoba Ssebagai Media
komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali Komunikasi Ttradisional Dalam Masyarakat
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, Muna. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini
bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka”. Publik Vol. 20 No.1, Agustus 2016: 11-30
Haryanto, Sindung. 2012. Spektrum Teori
SIMPULAN Sosial Jogjakarta: AR-RUZ MEDIA.
Simpulan dari pembahasan ritual hajat laut di Jurin, Richard R., Donny Roush, and Jeff Danter, 2010.
Pangandaran adalah sebagai berikut: Environmental Communication. Second
Alasan informan mengikuti hajat laut adalah karena Edition: London New York: Springer
tradisi turun-temurun, untuk melestarikan kebudayaan, Science+Business Media.
dan untuk mencari berkah, yang dilandasi oleh motif Littlejohn, Stephen W., and Karen A. Foss, 2005.
“dalam rangka untuk” (in order to), berupa upaya Theories of Human Communication, Belmont,
pelestarian budaya dalam mendukung pariwisata, dan CA: Thomson Higher Educatio
meluruskan akidah islam, dan motif “karena” Mulyana, Deddy, 2011. Ilmu Komunikasi, Bandung:
(because) berupa rasa syukur kepada Tuhan Yang Remaja Rosdakarya.
Maha Esa. Permana, R. Cecep Eka, 2010. Kearifan Lokal
Masyarakat Baduy Dalam Mitigasi Bencana,
Makna hajat laut menurut informan sebagai rasa syukur Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
kepada Tuhan, permohonan keselamatan kepada Raho, Bernard, 2007. Teori Sosiologi Modern, Jakarta:
Tuhan, dan silturahmi, merupakan makna yang muncul Prestasi Pustaka.
berdasarkan stok pengetahuan yang diperoleh selama Susanti, Elvi. “Komunikasi Ritual Tradisi Tujuh
dirinya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, Bulanan (Studi Etnografo Komunikasi Bagi
sehingga makna tentang ritualhajat laut tersebut Etnis Jawa di Desa Pengarungan Kecamatan
merupakan bentukan dari makna personal dan Torgamab Kabupaten Labuhanbatu Selatan”,
interpersonal. dalam Jurnal FISIP Vol. 2 No. 2 Oktober 2015.
133
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Asep Suryana
Prodi Manajemen Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
asepsuryanakachya@yahoo.com
Putri Trulline
Prodi Manajemen Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
134
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
RTSM (Pendataan Program Perlindungan Sosial Teori yang lainnya adalah teori Snehandu B.Karr, yang
(PPLS) Badan Pusat Statistik (BPS, 2012). menjelaskan tentang faktor penentu perilaku kesehatan,
yang terdiri dari 5 faktor, yaitu: (1) Adanya niat
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program (intention) untuk bertindak terkait adanya rangsangan
pemerintah berorientasi pada kepedulian terhadap dari luar, (2) adanya dukungan dari masyarakat
masyarakat yang kondisi perekonomiannya perlu sekitarnya (social support), (3) terjangkaunya informasi
dibantu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa PKH (accessability of information), (4) adanya otonomi atau
adalah program perlindungan sosial melalui pemberian kebebasan pribadi (personal autonomy), dan (5) adanya
uang tunai, yang sifatnya edukatif, dengan memberikan kondisi dan situasi yang mmemungkinkan (action
syarat bahwa mereka (peserta PKH) diharuskan situation) (Notoatmodjo, 2005). Satu lagi adalah Teori
berinteraksi dengan dua hal pokok, yaitu pendidikan WHO, yang menetapkan faktor utama penentu perilaku
dan kesehatan. Nilai pembangunannya adalah memutus kesehatan adalah: (1) pemikiran dan perasaan
rantai kemiskinan serta membangun kesadaran (thoughts and feeling), (2) adanya acuan atau referensi
terhadap pentingnya kesehatan dan pendidikan untuk dari seseorang yang dipercayai (personal references),
meningkatkan kesejahteraan hidup. Tingkat (3) sumberdaya yang tersedia (resources), yang
kemiskinan dan pengangguran di Kabupaten Sumedang merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku
masih tinggi. Persentasenya masih di atas rata-rata kesehatan seseorang atau masyarakat, dan (4)
provinsi dan pusat. Dari persentase tingkat kemiskinan Sosiobudaya setempat (culture) yang berpengaruh
dan pengangguran di provinsi dan pusat rata-rata 8 terhadap terbentuknya perilaku kesehatan seseorang
persen, di Kabupaten Sumedang mencapai 12 persen. (Notoatmodjo, 2005). Terkait dengan ketiga teori
Khusus untuk tingkat pengangguran sebesar itu, dari tersebut maka Notoatmodjo (2005) menyimpulkan
jumlah angkatan kerja rata-rata per tahun 64.000 orang. bahwa perilaku kesehatan manusia diawali dengan
Tak hanya masalah kemiskinan dan pengangguran saja, berbagai pengalaman dan lingkungan (faktor eksternal)
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Kabupaten , baik fisik maupun nonfisik. Pengalaman dan
Sumedang pun, terendah ketimbang daerah kabupaten lingkungan selanjutnya diketahui, dipersepsikan,
tetangganya, seperti Garut, Subang, Indramayu dan diyakini, yang kemudian menimbulkan motivasi, niat
Majalengka. LPE Kabupaten Sumedang hanya 4,82, untuk bertindak, yang pada akhlirnya berwujud
sedangkan empat kabupaten tetangganya rata-rata di perilaku (Notoatmodjo, 2005).
atas 5(Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS)
Badan Pusat Statistik (BPS), 2012). Kosa dan Robertson mengatakan bahwa perilaku
kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh
Untuk menjelaskan pola komunikasi dan budaya sehat kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi
Rumah Tangga Sangat Miskin di Perdesaan, maka teori kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan
yang dijadikan acuan kajian adalah Teori Lawrence pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya
Green, yang mengemukakan bahwa terdapat dua demikian, tiap individu mempunyai cara yang berbeda
determinan masalah kesehatan, yaitu faktor perilaku dalam mengambil tindakan penyembuhan atau
(behavioral factors) dan faktor non perilaku (non pencegahan yang berbeda meskipun gangguan
behavioral factors). Faktor perilaku kesehatan sendiri kesehatannya yang sama. Pada umumnya tindakan
terdiri dari 3 faktor utama, yaitu: (1) Faktor-faktor yang diambil berdasarkan penilaian individu atau
predisposisi (disposing factors, (2) faktor-faktor mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan
pemungkin (enabling factors), dan (3) Faktor-faktor tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa
penguat (reinforcing factors). Faktor predisposisi gangguan yang dirasakan individu menstimulasikan
adalah faktor yang mempermudah terjadinya perilaku dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses
seseorang, seperti: pengetahuan, sikap, keyakinan, semacam ini menggambarkan berbagai tindakan yang
kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. Faktor dilakukan si penderita mengenai gangguan yang
pemungkin adalah faktor yang memfasilitasi perilaku dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial
atau tindakan, seperti adanya sarana dan prasarana pada umumnya (Marimbi, 2009)
untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya:
Puskesmas, Posyandu, rumah sakit, tempat H.Ray Elling (1970)(Dalam Notoatmodjo, 2005)
pembuangan sampah, tempat olah raga, makanan mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor sosial
bergizi, dan lain-lain. Adapun faktor penguat adalah yang berpengaruh pada perilaku kesehatan, yaitu:
faktor yang mendorong terjadinya perilaku sehat, (1)Self concept, yang ditentukan oleh kepuasan dan atau
seperti adanya contoh yang dapat dijadikan model ketidakpuasan seseorang terhadap dirinya sendiri. Hal
imitasi (Notoatmodjo, 2005). ini terutama ketika ingin memperlihatkan dirinya
kepada orang lain. Melalui konsep diri, seseorang akan
135
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
menerima keadaan dirinya atau berupaya untuk terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan
mengubahnya sesuai dengan yang diharapkannya; (2) pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan
Image kelompok berpengaruh terhadap image individu, berusaha, terbatasnya akses layanan perumahan dan
sehingga perilaku yang diwujudkan oleh seseorang juga sanitasi, terbatasnya akses terhadap air bersih,
akan dibentuk oleh perilaku kelompoknya. Selain lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah,
kedua aspek tersebut, juga (3) aspek identiffikasi memburuknya kondisi lingkungan hidup dan
individu kepada kelompoknya (Foster, 1973),dapat sumberdaya alam, lemahnya jaminan rasa aman,
memberikan keamanan psikologis dan kepuasan dalam lemahnya partisipasi, dan besarnya beban
pekerjaan. Identifikasi dapat dinyatakan dalam keluarga kependudukan yang disebabkan oleh besarnya
besar seseoran, dalam kelompok teman, kelompok tanggungan keluarga (http://m-newsdaerah. blogspot.
kerja, dan lain-lain. Adapun aspek budaya yang co.id/2014/12/inilah-kriteria-kemiskinan-di-
mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan indonesia.html). Adapun menurut Keluarga Sejahtera,
seseorang menurut Foster (1973) antara lain: (1) tradisi indikator rumah tangga sangat miskin itu adalah
yang ada pada suatu masyarakat, berdasarkan hasil- keluarga prasejahtera dengan kondisi belum dapat
hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan
signifikan terhadap perilaku kesehatan seseorang, baik dasarnya (basic needs)seperti kebutuhan akan
yang sifatnya positif maupun negatif. (2) sikap pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan
fatalisme, yakni suatu faham yang beranggapan bahwa kesehatan. Oleh karena itu, RTSM itu: (a) belum bisa
segala kejadian alam dan manusia berada diluar kuasa melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-
manusia untuk mengubahnya dan berada dalam kuasa masing anggota keluarga; (b) Pada umumnya seluruh
penuh suatu prinsip sebab mutlak dan punya kesadaran anggota keluarga belum dapat makan 2 (dua) kali sehari
(http://arti-definisi –pengertian .info /pengertian- atau lebih; (c)Seluruh anggota keluarga belum memiliki
fatalisme/), (3) nilai yang berlaku pada suatu pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah
masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. dan bepergian; (d) Bagian yang terluas dari lantai
Nilai-nilai tersebut, ada yang mendukung kesehatan ada rumah masih dari tanah, serta (e) Bila anak sakit atau
pula yang merugikan, (4) etnosentrisme, yaitu sikap pasangan usia subur ingin ber-KB belum bisa
seseorang yang memandang bahwa kebudayaan membawanya ke sarana/petugas kesehatan. (http://m-
masyarakatnya paling baik jika dibandingkan dengan newsdaerah. blogspot.co.id/2014/12/inilah-kriteria-
kebudayaan orang lain, (5) unsur budaya dipelajari kemiskinan-di-indonesia.html)
pada tingkat awal dalam proses sosialisasi. Kebiasaan
seseorang yang diperolehnya sejak kecil, cenderung Apabila mengacu pada definisi dan indikator yang
sulit untuk berubah. Demikian pula pengaruhnya dikemukakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS),
terhadap perilaku kesehatan. Bappenas, Keluarga Sejahtera (KS), serta para ahli,
maka betapa posisi menjadi keluarga atau rumah tangga
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) adalah bagian sangat miskin itu sangat mengenaskan dan menciutkan
dari komunitas yang tinggal pada suatu lokasi dengan hati. Apakah pada kehidupan mereka sehari-hari tidak
kondisi sebagaimana yang digambarkan oleh Badan ada kesempatan untuk merasakan kebahagian,
Pusat Statistik (BPS) yaitu rumah tangga yang tidak kesenangan, sukaria, termasuk menikmati pola
jelas berapa pengeluaran untuk hidupnya, tidak jelas komunikasi dan budaya bersih. Dalam penelitian ini
kriterianya, tidak diketahui dengan pasti, berapa uang diungkap tentang makna pola komunikasi dan budaya
yang dikeluarkan per harinya. Piven dan Cloward sehat pada RTSM yang merupakan peserta Program
(1993). Serta Swanson (2001) dalam Suharto (2009, 15) Keluarga Harapan (PKH). Masalah penelitian
menjelaskan bahwa konsep kemiskinan mencakup tiga dirumuskan sebagai berikut: “ Bagaimanakah pola
dimensi, yaitu kekurangan materi, rendahnya komunikasi dan budaya sehat Rumah tangga Sangat
pendapatan, dan tidak terpenuhinya kebutuhan sosial Miskin (RTSM) di Perdesaan?”.
seperti pelayanan publik, pendidikan, dan kesehatan.
Oleh karena itu kemiskinan itu tercermin baik dari Tujuan penelitian ini adalah: : (a) Mengidentifikasi
ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi faktor-faktor perilaku sehat pada rumah tangga sangat
kebutuhan pokok (materi) dan ketidaklayakan miskin di perdesaan, (b) Mendeskripsikan pola
penghasilan mereka, maupun rendahnya akses terhadap komunikasi kesehatan pada rumah tangga sangat
sumberdaya. miskin di pedesaan, (c) mengidentifikasi keterlibatan
pemerintah dalam membudayakan hidup sehat pada
Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah masyarakat miskin di perdesaan. Adapun manfaat dari
terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya penelitian ini adalah: Secara teoritis hasil penelitian ini
akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan, diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
136
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pengetahuan tentang fenomena komunikasi kesehatan subjektivitas lebih kecil atau lebih besar, tergantung
pada rumah tangga sangat miskin dengan berbagai pada besarnya peran kelompok dalam proses-proses
aspek yang melatarbelakangi dan makna yang diskusi.
terkandung dalam setiap aspek yang berkaitan dengan FGD digunakan untuk tujuan menghimpun data
aktivitas yang dilakukan rumah tangga sangat miskin sebanyak-banyaknya dari informan kelompok. Melalui
terkait dengan kesehatan yang dihadapinya. Dengan FGD informasi yang ditangkap peneliti adalah
pemahaman ini diharapkan dapat menanggulangi informasi kelompok, sikap kelompok, pendapat
berbagai permasalahan yang ada didalam masyarakat, kelompok, dan keputusan kelompok terhadap sebuah
seperti kesehatan rumah tangga sangat miskin, sehingga fenomena (Bungin, 2003:133). Oleh karena itu,
pembangunan masyarakat madani dapat kebenaran informasi yang diperoleh melalui FGD
direalisasikan. Secara praktis hasil penulisan makalah merupakan kebenaran intersubjektif. Hal ini karena
ini diharapkan dapat memberikan alternatif soluasi selama diskusi berlangsung, masing-masing peserta
kepada institusi-institusi yang menyelenggarakan tidak hanya memperhatikan pendapatnya sendiri,
aktivitas pemberdayaan masyarakat, terutama dalam melainkan ia juga harus mempertimbangkan apa yang
bidang kesehatan, seperti Departemen kesehatan, LSM- dikemukakan peserta FGD yang lainnya.
LSM yang beroreintasi kesehatan, serta siapapun yang
perduli terhadap sesama manusia Subjek dan Objek Riset
Dalam riset ini, yang menjadi subjek adalah para
METODE peserta PKH yang berjumlah 10 orang dengan kriteria
sebagai berikut: (1) telah menjadi peserta PKH minimal
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 tahun, (2)memahami dengan baik berbagai program
pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data pemerintah yang terkait dengan kesehatan, (3)
melalui Focus Group Discussion (FGD). FGD adalah pengalaman dalam keilutsertaannya dalam program-
sebuah teknik pengumpulan data dengan tujuan untuk program pemerintah, terutama kesehatan, (4)
menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman berpendidikan minimal SMP, (5) tokoh otoritas
sebuah kelompok. Melalui teknik ini akan terungkap terhadap kasus yang didiskusikan; (6) masyarakat
pemaknaan berdasarkan hasil diskusi yang terpusat awam yang tidak tahu menahu dengan masalah tersebut
pada suatu permasalahan tertentu. Melalui FGD juga namun ikut merasakan persoalan sebenarnya.
bisa dihindari pemaknaan yang salah dari peneliti
terhadap fokus masalah yang diteliti ( Bungin, Unit Analisis
2003:131). Asumsi-asumsi yang menyertai FGD antara Melalui FGD, aspek-aspek yang akan dianalisis
lain: (a) keterbatasan individu selalu tersembunyi pada meliputi: (1) faktor-faktor perilaku sehat pada rumah
ketidaktahuan kelemahan pribadi tersebut; (b) masing- tangga sangat miskin di perdesaan, (2) pola komunikasi
masing anggota kelompok saling memberi pengetahuan kesehatan pada rumah tangga sangat miskin di
satu dengan lainnya dalam pergaulan kelompok; (c) pedesaan, (3) keterlibatan pemerintah dalam
setiap individu dikontrol oleh individu lain sehingga ia membudayakan hidup sehat pada masyarakat miskin di
berupaya agar menjadi yang terbaik; (d) kelemahan perdesaan.
subyektif terletak pada kelemahan individu yang sulit
dikontrol oleh individu yang bersangkutan, dan (e) Prosedur Teknik Analisis Data
intersubyektif selalu mendekati kebenaran yang terbaik Analisis data dilakukan melalui tahapan sebagai
(pada saat itu) (Bungin, 2003:131-132). berikut: (a)Sejumlah besar data dipilah-pilah dan
direduksi menjadi beberapa tema dan kategori; (b)
Menurut Bungin (2003:132), melalui FGD akan menulis paragraf panjang, karena bukti harus
dihasilkan pemikiran yang lebih sempurna jika mendukung pernyataan dan penulis perlu menunjukkan
dibandingkan dengan pemikiran individual. Pemikiran perspektif yang majemuk, (c) bersifat holistik,
individu selalu dibatasi oleh bingkai pikir pribadi memandang gambaran lebih besar, gambaran
(frame of reference), sehingga seseorang itu menjadi keseluruhan, serta dimulai dengan sebuah upaya untuk
egois, berpikir sempit, berpikir terbatas, bahkan memahami keseluruhan,(d) mengamati hubungan-
menghalangi progresivitas individu. Oleh karena itu, hubungan di dalam sebuah sistem atau budaya; (e)
individu hanya akan memahami fenomena dari sisi merujuk kepada proses yang personal, tatap muka, dan
dimana individu itu berada. Melalui FGD, dimana langsung; (f) difokuskan pada upaya untuk memahami
banyak hadir orang, akan menolong individu dari setting sosial yang terjadi, tanpa harus membuat
kelemahan kritikalnya. Oleh karena itu, pemaknaan prediksi tentang setting itu; (g) peneliti
yang dihasilkan melalui FGD adalah pemaknaan mengembangkan sebuah model yang menyerupai apa
intersubjektif, dimana dalam konteks ini, bisa jadi peran yang terjadi di setting sosial (h) memasukan informed
137
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
consent decision dan responsif terhadap permasalahan halaman rumah untuk keperluan sehari-hari, (18)
etika;(i) menyediakan ruang untuk deskripsi peran membawa anak ke posyandu untuk diperiksa
peneliti sebagaimana juga deskripsi bias peneliti dan kesehatannya, (19) memeriksakan diri apabila ada
rujukan ideologisnya, (j) memerlukan analisis yang pemeriksaan gratis diposyandu, seperti pemeriksaan
berkelanjutan terhadap data yang dikumpulkan. terhadap tekanan darah, kadar gula darah, asam urat,
berat badan, dan lain-lain; (20) dalam keterbatasan,
HASIL DAN PEMBAHASAN berupaya untuk memberi makanan-makanan yang
bergizi kepada anak-anak mereka.
Identifikasi faktor-faktor perilaku sehat pada Adapun aspek-aspek yang dapat disimpulkan dari
rumah tangga sangat miskin di perdesaan konsekuensi perilaku sehat menurut RTSM adalah:
Perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap (a) kesehatan jasmani dan rohani merupakan aspek
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, yang penting dalam hidup, (b) informasi tentang
penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat- kesehatan sangat diperlukan dan penting dalam
sakit seperti lingkungan, makanan, minuman, dan rangka menjaga tubuh dari serangan penyakit, (c)
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu dapat dikatakan tubuh yang sakit selain dapat disembuhkan oleh obat
bahwa perilaku kesehatan itu adalah semua aktivitas dari dokter juga bisa melalui pengobatan alternatif,
atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (d) sehat itu berkaitan dengan pengelolaan hidup dan
(observable) maupun yang tidak dapat diamati lingkungan, (e) kehadiran lembaga-lembaga yang
(unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan berorientasi kesehatan seperti posyandu merupakan
dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2005: 46). aspek yang penting, karena dapat membantu
Kasl dan Cobb (1966) mengemukakan bahwa perilaku memelihara kesehatan ibu dan anak, (f) makanan dan
kesehatan adalah “ suatu aktivitas yang dilakukan oleh minuman perlu diperhatikan kesehatannya karena
individu yang meyakini dirinya sehat untuk tujuan berkaitan dengan sakit dan atau sehat.
mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap Adapun pendapat informan terkait dengan manfaat
asimptomatik” (Notoatmodjo, 2005). budaya hidup sehat adalah: (1) dapat bekerja secara
Bertolak dari FGD yang dilakukan dengan informan, optimal, karena tubuh dan pikiran bisa fokus pada
maka faktor-faktor perilaku sehat yang terdapat pada pekerjaan, (2) pikiran dapat konsentrasi pada apa yang
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) adalah: (1) dikerjakan, (3) berpikir dan menilai sesuatu dari sisi
Upaya pengobatan keluarga ketika sakit, (2) upaya yang positif, sehingga tidak menimbulkan dan
mendapatkan informasi bagian tubuh yang sakit dari memberatkan beban pemikiran, (4) penampilan terlihat
keluarga yang sakit, (3) Upaya alternatif untuk segar dan bugar, (5) berinteraksi dengan orang lain
menyembuhkan sakit ketika pengobatan secara mandiri tanpa beban dan terasa lebih akrab, (6) merasa lebih
belum ada hasilnya, (4) Untuk ksembuhan dari sakit, percaya diri ketika berhadapan dengan siapapun, (7)
lebih percaya hasil pengobatan dokter ketimbang melihat keadaan keluarga walaupun terbatas merasa
pengobatan dari paraji/dukun, (5) Masalah kesehatan bahagia, (8) walaupun dalam keadaan sederhana,
dibicarakan dalam keluarga, (6) Jika sakit, pertama- merasa tentram berada dirumah sendiri, (9) tidur terasa
tama yang dilakukan adalah membeli obat warung yang nyenyak dan tentram, walaupun dalam keterbatasan.
sesuai dengan apa yang dirasakan, (7) Jika sakit lama Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan dapat
sembuhnya, maka berobat ke ahli pengobatan dikatakan bahwa perilaku sehat pada rumah tangga
alterantif, karena kurang percaya pengobatan dokter, sangat niskin di perdesaan menunjukkan adanya
(8) apabila ada yang sakit di rumah, maka biasanya variasi, perilaku tersebut dapat diklasifikasi sebagai
menanyakan apa yang terasa, dan segera membawanya berikut: perilaku yang berkaitan dengan sehat-sakit,
ke puskesmas, (9) kesenangan berbincang tentang perilaku yang berkaitan dengan pengobatan, perilaku
kesehatan dengan tetangga, (10) Kepercayaan terhadap yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan, perilaku
kesehatan tergantung pada cara-cara mengelola hidup yang terkait dengan pola makan dan minum
dan lingkungan, (11) bertanya kepada dokter di
puskesmas ketika ada keluhan sakit, (12) Deskripsi pola komunikasi kesehatan pada rumah
memperhatikan kebersihan MCK walaupun dalam tangga sangat miskin di pedesaan
kondisi yang sangat sederhana, (13) membersihkan Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari
halaman rumah dari sampah-sampah yang berserakan, komunikasi antar-manusia yang berfokus pada
(14) membuka jendela dan pintu di waktu pagi hari, bagaimana seorang individu dalam suatu
supaya udara segar masuk kedalam rumah, (15) kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu
membersihkan debu yang menempel pada perabotan berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk
yang ada didalam rumah, (16) menggali lobang untuk memelihara kesehatannya (Northouse and Northouse,
menimbun sampah, (17) menanam pohon palawija di 1985, dalam Notoatmojo, 2005). Renata Schivo (2007)
138
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
mendefinisikan komunikasi kesehatan sebagai “Health Selain aspek-aspek yang dapat menghasilkan pola
communication is a multifaceted and multidisciplinary komunikasi yang positif, berdasarkan FGD yang
approach to reach different audiences and share dilakukan dikemukakan juga pola komunikasi
health-related information with the goal of kesehatan yang bersifat negatif, sehingga dapat
infl*uencing, engaging, and supporting individuals, menghambat budaya sehat, yaitu: (1) Pesimis. Yakni
communities, health professionals, special groups, kepasrahan dengan penyakit yang diderita, karena
policymakers and the public to champion, introduce, tidak punya uang untuk pengobatan, (2) partisipasi
adopt, or sustain a behavior, practice, or policy that masyarakat kurang dalam aspek kesehatan, (3) Rasa
will ultimately improve health outcomes.” Sementara tanggungjawab masyarakat terhadap kesehatan
itu, Dutta (2009: 60. Dalam Mulyana, 2016: 53) masih kurang, (4) Kebiasaan buruk yang merusak
mengatakan bahwa “ health communication can be kesehatan, seperti merokok, mengkonsumsi makanan
defined as the study of communication principles, yang mengandung zat-zat pengawet, pewarna, dan
processes, and messages directed toward the perasa, (5) Kebiasaan buruk dalam bentuk buang air
development of micro-meso- and macro scale health sembarangan, buang sampah sembarangan, berternak
solution. Menurut Notoatmojo (2005:147-148), fokus dekat dengan rumah, (6) Tingkat pendidikan rendah,
dalam komunikasi kesehatan adalah transaksi spesifik sehingga tidak memahami dengan baik tentang
pada isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan dan kesehatan, (7) Pelayanan kesehatan yang tidak
faktor-faktor yang memperngaruhi transaksi tersebut. bersahabat, (8) sarana prasarana di puskesmas yang
Transaksi yang berlangsung antar ahli kesehatan dan masih terbatas, (9) keterbatasan dokter/paramedis
antara ahli kesehatan dengan klien merupakan perhatian dalam melayani pasien, (10) faktor kebiasaan dalam
utama dalam komunikasi kesehatan. menangani kesehatan, yaitu ke dukun/ paraji (11)
Sarana dan prasarana untuk menyampaikan pesan
Gambaran tentang Pola komunikasi kesehatan pada kesehatan masih terbatas, (12) Dukungan pemerintah
Rumah Tangga Sangat Miskin pada lokasi penelitian untuk penyuluhan kesehatan yang maksimal masih
berdasarkan FGD yang dilakukan adalah sebagai kurang.
berikut: (a) penggunakan bahasa yang mudah
dimengerti, (b) petugas kesehatan memberikan Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pola
penjelasan dengan penuh kesabaran, (c) Petugas komunikasi kesehatan pada rumah tangga sangat
kesehatan dalam memberikan penjelasannya senantiasa miskin di perdesaan memperlihatkan adanya pola
menggunakan contoh-contoh yang memudahkan komunikasi yang menunjang kesehatan, yaitu
pemahaman warga masyarakat, (d) masalah kesehatan komunikasi yang berorientasi pada budaya hidup sehat
dianggap penting, sehingga apabila ada yang tidak dan pola komunikasi yang pesimistis, yakni komunikasi
dipahami, maka segera bertanya kepada petugas yang cenderung melihat kesehatan atau budaya sehat
kesehatan, (e) Petugas kesehatan senantiasa memberi sebagai sebuah kondisi yang sulit untuk dicapai
dorongan kepada masyarakat untuk memperhatikan
kesehatan diri dan kesehatan lingkungan, (f) Petugas Identifikasi keterlibatan pemerintah (diwakili oleh
kesehatan dalam menjelaskan materi kesehatannya petugas kesehatan dan lembaga kesehatan) dalam
selain berbicara juga menggunakan brosur yang membudayakan hidup sehat pada masyarakat
menarik, (g) masalah kesehatan dibicarakan dengan miskin di perdesaan.
tetangga, (h) pembicaraan tentang kesehatan juga Pemerintah Republik Indonesia sudah lama berupaya
diakukan di dalam rumah dengan anggota keluarga, (i) untuk membudayakan hidup sehat pada masyarakat
sumber informasi tentang kesehatan diperoleh juga di miskin di perdesaan. Berbagai program hidup sehat,
Puskesmas, dengan cara membaca poster-poster telah, sedang dan akan dilaksanakan, dan yang menjadi
tentang kesehatan, (j) Selain berbicara, petugas target adalah seluruh lapisan masyarakat, termasuk
kesehatan juga menggunakan alat-alat bantu untuk masyarakat termiskin yang hidup di perdesaan.
lebih memudahkan penjelasannya, seperti Berdasarkan FGD yang dilakukan, informan
menggunakan poster, lembar umpan balik, foto-foto, mengemukakan bahwa sistem pelayanan kesehatan
video, leaflet, booklet, dan lain-lain, (k) Penyampaian yang ada diwilayahnya, terkait dengan aspek-aspek:
pesan kesehatan oleh petugas kesehatan dilakukan baik (1) petugas kesehatan dinilai pandai, (2) petugas
melalui komunikasi tatap muka, secara kelompok kesehatan dinilai dapat dipercaya, (3) petugas
melalui pertemuan-pertemuan secara informal di rumah kesehatan dinilai lincah, (4) petugas kesehatan dinilai
anggota PKH, maupun dalam bentuk pertemuan resmi, mudah bergaul, (5) petugas kesehatan dinilai sebagai
seperti penyuluhan di kecamatan, (l) Pesan-pesan orang yang menyenangkan, (6) petugas kesehatan
tentang kesehatan dikemas dengan baik, sehingga dinilai sebagai orang yang humoris, (7) petugas
mudah dipahami dan dipraktekan. kesehatan dinilai sebagai orang yang penyayang, (8)
139
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
petugas kesehatan dinilai sebagai orang yang dapat sehat pada masyarakat miskin di perdesaan, melalui
dipercaya kata-katanya, (9) petugas kesehatan dinilai berbagai program yang banyak melibatkan institusi
dapat menggunakan kata-kata yang mudah dipahami, baik di pusat maupun di daerah. Keterlibatan tersebut
(10) petugas kesehatan dinilai sebagai orang yang diwakili oleh lembaga kesehatan seperti Puskesmas dan
terbuka dan senang berdiskusi, (11) petugas kesehatan Petugas Kesehatan yang dalam pekerjaan sehari-
dinilai sebagai orang yang mampu memberikan solusi, harinya melayani dan mendampingi masyarakat terkait
(12) patugas kesehatan dinilai sebagai orang yang dengan kesehatan.
memiliki semangat yang tinggi.
140
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Sumber lain:
(http://data.tnp2k.go.id/?q= category/data/program).
(psikstikma.blogspot.com/.../pembangunan-
kesehatan-di-indonesia.html).
(http://dewantinurulaini. blogspot.com/ 2009/03/
indikator keberhasilan -pembangunan.html).
Badan Pusat Statistika (BPS),2015.
Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS)
Badan Pusat Statistik (BPS) 2012
Kompas, 18 November 2011: 45
http://m-newsdaerah.blogspot.co.id/2014/12/inilah-
kriteria-kemiskinan-di-indonesia.html(http://arti-
definisi-pengertian.info /pengertian-fatalisme/),
141
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
ABSTRAK PENDAHULUAN
Riset ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan Pemahaman mendasar dalam menata kehidupan
yang dialami oleh penderita Thalasemia yang ada di masyarakat dalam suatu negara tak lepas dari
kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah. pentingnya pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan
Dalam bagian riset ini juga digunakan metode publik adalah hal yang mutlak diperlukan oleh
kualitatif – deskriptif, yaitu menggambarkan dan pemerintah kepada masyarakat, karena salah satu
menjelaskan keadaan pasien thalasemia ketika mereka bagian utama dari suksesnya sebuah negara salah satu
menjalani perawatan, menjalani transfusi darah, dan di antaranya adalah pelayanan yang optimal kepada
pengobatan dari pihak Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus masyarakat dari pemerintah. Tujuan pelayanan kepada
Kota Palangkaraya, Propinsi Kalimantan Tengah. Data masyarakat secara sederhana dimaknai sebagai bentuk
didapat dari Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus melalui tanggungjawab negara kepada masyarakatnya yang
metode wawancara dan ditunjang dengan referensi berdaulat sesuai dengan aturan perundang-undangan
buku, jurnal yang relevan. Hasil dari riset ini yang berlaku serta didukung oleh ideologi politik yang
menemukan bahwa ideologi politik suatu kuat, yang tentunya dianut oleh masing-masing negara.
pemerintahan dapat menentukan derajat kesehatan Dengan kata lain jika pelayanan pemerintah optimal
masyarakatnya melalui kebijakan-kebijakan yang dan baik maka masyarakat yang menjadi merasa
diambil. Penderita thalasemia belum tertangani dengan nyaman dan dihargai sebagai manusia seutuhnya tanpa
baik, karena produk kebijakan untuk penderita menbedakan berbagai macam kelas, ras, agama,
thalasemia maupun pola pelayanan yang diberikan golongan, hingga jenis kelamin.
tidak berjalan dengan baik. Hal ini misalnya terlihat
tidak adanya bangsal khusus untuk penderita Dalam perkembangannya proses pelayanan ini
thalasemia. Belum adanya kepedulian pengambil ditopang dengan pembangunan yang bukan hanya
keputusan di bidang kesehatan khususnya untuk secara fisik namun juga mental, sehingga ada sinergi
penyakit generatif, belum adanya sosialisasi antara pemerintah dan masyarakat sehingga cita-cita
pentingnya donor darah bagi masyarakat, belum yang menjadi arah negara atau tujuan negara tercapai
adanya organisasi seperti POPTI (Perhimpunan sepenuhnya. Di dalam pembangunan yang ideal
Orangtua Penderita Thalasemia Indonesia), atau tentunya memerlukan pelayanan optimal, masyarakat
perwakilan YTI (Yayasan Thalasemia Indonesia) berhak menikmati hasil pembangunan yang akan terus
ataupun kesadaran dari pihak berwenang dalam berkembang dan masyarakat wajib untuk mendukung
mendata pasien thalasemia yang ada di Provinsi pembangunan dan mengawasi prosesnya. Jika
Kalimantan Tengah. Maka kemudian sangat kemudian ada hal yang tidak tepat maka harus ada
diperlukan formulasi kebijakan bidang kesehatan koreksi dari semua pihak agar hasil yang ingin dicapai
khususnya untuk penderita thalasemia, selain itu juga tetap pada jalurnya, disertai pula dengan adanya
selalu memperhatikan perilaku hidup sehat bagi transparansi.
masyarakat dan didukung oleh fasilitas kesehatan yang
memadai, layanan yang optimal bagi penderita Pelayanan kepada masyarakat banyak sekali
thalasemia dengan selalu memberikan pendampingan ragamnya, dari pendidikan, sosial, hukum,
yang sifatnya motivasi agar tetap optimis menjalani kependudukan, kesehatan, dan lain sebagainya.
kehidupan. Fasilitas dan layanan kesehatan yang baik Penelitian ini memfokuskan pada pelayanan kesehatan
akan menciptakan masyarakat yang sehat, agar semua yang memiliki pengaruh besar bagi masyarakat
penyakit dapat tertangani dengan baik, khususnya terutama masyarakat yang termasuk dalam kategori
penyakit generatif seperti Thalasemia. tidak mampu atau miskin. Masih banyak keluhan atas
layanan kesehatan di masyarakat, baik itu dari sisi
Kata kunci: thalasemia, kebijakan kesehatan, fasilitas administrasi hingga pelayanan medis yang dilakukan
kesehatan, pelayanan kesehatan, masyarakat sehat. oleh pihak rumah sakit. Secara khusus pelayanan
kesehatan bagi penyakit generatif seperti thalasemia
masih belum mendapat perhatian khusus. Rumah sakit
umum daerah Doris Sylvanus di Palangka Raya
merupakan salah satu rumah sakit yang belum
memiliki sentra khusus untuk menangani penyakit
thalasemia. Dengan berkembangnya penyakit
142
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
halassemia, idealnya penanganan penyakit ini harus sosial pasien thalasemia dengan lingkungan
mendapat penanganan yang intensif karena kebutuhan sekitarannya, meneliti perkembangan sejarah
akan transfusi serta obat-obatan pasca transfusi. Belum kebijakan kesehatan yang berkenaan dengan penyakit
ada kebijakan khusus yang menopang terbentuknya thalasemia di Kota Palangka Raya.
unit thalasemia di RSUD Doris Slyvanus. Belum Selain melalui wawancara, pengumpulan data juga
terjamah pula pasien penderita thalasemia dalam dilakukan melalui observasi dari kegiatan pengobatan
pelayanan kesehatan Jampheltas dari BPJS. Dalam dan transfusi darah pasien thalasemia baik di Rumah
peraturan daerah juga belum ada secara khusus sakit Umum Daerah Doris Sylvanus maupun di PMI
menyebutkan tentang penanganan pasien thalasemia Palangka Raya. Dengan observasi, peneliti dapat
dan belum terjawab kebutuhan penderita melalui melihat langsung permasalahan pasien thalasemia dan
layanan kesehatan di rumah sakit maupun lembaga proses pengobatan yang harus dijalani baik oleh pasien
kesehatan lainnya seperti PMI, dan Puskesmas. maupun oleh keluarga pasien yang menemani selama
proses berlangsung. Data sekunder diambil dari pihak
Di tengah perkembangan teknologi kedokteran dan Rumah Sakit Umum Daerah dan PMI untuk dilakukan
berbagai macam temuan obat penyembuh namun proses triangulasi data tentang ketersediaan layanan,
pelayanan juga harusnya bisa lebih optimal. Sudah pengobatan, dan kebijakan rumah sakit dalam
seharusnya berbagai macam terobosan dilakukan oleh menangani penyakit thalasemia.
pemerintah Indonesia dalam bidang kesehatan
misalnya dengan lebih memberikan pelayanan
kesehatan terpusat dan terjangkau yang di Kesehatan sebagai produk kebudayaan
implementasikan oleh pemerintah daerah masing- Selain menjadi produk politik, kesehatan juga
masing, atau memberikan fasilitas pelayanan merupakan produk dari kebudayaan. Melalui
kesehatan tambahan bagi beberapa penyakit yang perspektif antropologi, kebudayaan merupakan sebuah
dianggap sulit untuk disembuhkan seperti thalasemia. sistem kognitif yang di dalamnya mencakup ilmu
pengetahuan sekaligus kepercayaan yang berada dalam
pikiran setiap individu. Menurut Edward B. Tylor,
METODE kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
yang didasari pada penyelidikan atas suatu fenomena seseorang sebagai anggota masyarakat. Aspek
sosial dan masalah penderita thalassemia di kesehatan lebih banyak berhubungan dengan aspek
Palangkaraya. Pendekatan kualitatif membuat suatu perilaku manusia baik secara individu maupun secara
gambaran kompleks, meneliti kata-kata nara sumber, kelompok. Aspek perilaku manusia pada umumnya
laporan terinci dari pandangan key informan, dan ditentukan oleh nilai-nilai dan norma-norma budaya
melakukan studi pada situasi yang dialami oleh masyarakat. Oleh karenanya kebudayaan akan selalu
penderita thalasemia. Bogdan dan Taylor (Moleong, dinamis, ini disebabkan oleh sistem ide, pengetahuan,
2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif dan kepercayaan serta nilai-nilai dalam suatu sistem
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan masyarakat berubah pula sesuai perubahan zaman.
data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan Dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian abstrak, sedangkan perwujudannya adalah benda-
kualitatif menjadikan peneliti sebagai instrumen kunci, benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
dan dalam penelitian ini empati peneliti menjadi yang berbudaya. Salah satunya berupa perilaku dan
penting untuk masuk dalam kehidupan pasien benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
thalasemia. Penelitian ini dilaksanakan dengan perilaku, bahasa, organisasi sosial, religi, seni, pola
mewawancarai utamanya pasien thalasemia di hidup yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
Palangka Raya, dan beberapa pihak yang terkait manusia dalam melangsungkan kehidupan
dengan penyediaan pelayanan kesehatan bagi penderita bermasyarakat.
thalasemia. Diantaranya adalah pihak Rumah Sakit
Doris Slyvanus, PMI Palangka Raya, Dinas Kesehatan Esensi dari nilai-nilai budaya merupakan bagian yang
Provinsi Palangka Raya, POPTI, DPRD sebagai tak terpisahkan dengan perwujudan hidup sehat
regulator dan BPJS sebagai penyedia layanan sebagai langkah pragmatik, hal ini merupakan bagian
Jampheltas. Peneliti melakukan wawancara dengan budaya yang dapat ditemukan pada sistem budaya
beberapa pihak dengan menggunakan pedoman masyarakat lokal. Produk dari budaya ini dapat dilihat
wawancara agar mengkonstruksi subjek penelitian dari pola hidup sehat dapat ditelusuri melalui
dengan lebih detail dan jelas. Penelitian ini lebih komponen pemahaman tentang sehat, sakit, cacat dan
menekankan pada makna dan terikat nilai agar dapat kematian, nilai yang dilaksanakan dan dipercaya serta
melihat makna yang tersembunyi, memahami interaksi diyakini sesuai dengan pemahaman masyarakat.
143
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit kesejahteraan, kecerdasan bagi semua warga negara,
dapat berbeda di setiap masyarakat tergantung dari baik secara individual, nasional, maupun global.
kebudayaan yang dimiliki. Berkenaan dengan Kesejahteraan dan kecerdasan tidaklah dimaknai
permasalahan kesehatan, sistem ide dan budaya yang secara sederhana namun lebih luas lagi misalnya
dimiliki masyarakat akan berpengaruh terhadap terpenuhinya kebutuhan bidang ekonomi, sosial-
perilaku yang berbeda-beda dalam menjaga kesehatan politik, atau pun pendidikan, termasuk dalam hal
dan cara-cara penyembuhan. mental dan spiritual.
Penyakit generatif merupakan jenis penyakit yang pada Sedangkan SDGs atau sustainable development goals,
umumnya belum diketahui sebab maupun cara merupakan sebuah dokumen yang akan menjadi
penyembuhannya. Thalasemia sebagai salah satu sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan
penyakit generatif menjadi salah satu penyakit yang perundingan negara-negara di dunia. Konsep SDGs
diyakini terjadi dikarenakan kesalahan genetika antara melanjutkan konsep MDGs di mana konsep itu sudah
pembawa atau carrier baik dari ayah maupun ibu. berakhir pada tahun 2015. Tiga tujuan utama Indonesia
Dalam kemajuan teknologi saat ini, budaya dari yang di rangkum oleh materi Menteri Sosial Republik
penanganan penyakit ini diserahkan sepenuhnya pada Indonesia (RI) Khofifah Indar Parawansa, yaitu :
kemajuan dunia medis yang memberi opsi lebih mengakhiri segala bentuk kemiskinan di semua
bervariasi. Karena penyakit thalasemia bukan ,mengakhiri segala bentuk kelaparan, mencapai
merupakan penyakit yang disebabkan gaya hidup yang ketahanan pangan dan meningkatkan gizi dan
tidak sehat maupun virus ataupun bakteri, sehingga mendorong pertanian secara berkelanjutan, dan
sejak ditemukan cara penyembuhan melalui transfusi menjamin adanya kehidupan yang sehat, serta
darah, penyakit ini dapat ditangani secara berkala mendorong kesejahteraan untuk semua orang di dunia
walaupun tidak dapat menyembuhkan secara tuntas. pada semua usia.
Secara khusus budaya bukanlah satu-satunya faktor
yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan seorang Tujuan SDGs adalah seperangkat target yang
individu maupun masyarakat, terdapat faktor-faktor berhubungan dengan pengembangan internasional di
lain yang mempengaruhi seperti; gender, pendidikan, masa mendatang. Target-target ini dibuat oleh
serta pembangunan politik, sosial maupun ekonomi. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dipromosikan
sebagai tujuan global untuk Pembangunan yang
Pembangunan Manusia dalam SDGs Berkelanjutan. Sebagai ganti dari Tujuan
Sebagai pelaku pembangunan, masyarakat Pembangunan Milenium yang tidak lagi berlaku
membutuhkan tuntunan dalam mencapai tujuan akhir terhitung mulai akhir 2015, SDG’s aktif mulai tahun
yaitu kesejahteraan dalam hidup. Sebagai mahluk 2015 hingga 2030. SDGs memiliki 17 tujuan dan 169
sosial dan budaya, masyarakat sebagai aktor utama target spesifik untuk tujuan-tujuan tersebut. Lima
pembangunan saat ini sedang disiapkan untuk pondasi dari SDGs yaitu manusia, planet,
mencapai pembangunan multi dimensi yang tertuang kesejahteraan, perdamaian, dan kemitraan. Salah satu
dalam delapan butir utama dalam Millenium tujuan yang merupakan rujukan bagi pemberdayaan
Develoment Goals (MDG’S) 1990 – 2015. Salah satu bidang kesehatan adalah tujuan ketiga, yakni menjamin
tujuan utamanya adalah memerangi penyakit kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan
berbahaya dan endemik seperti HIV/AIDS, Malaria, bagi semua orang di segala usia.
dan penyakit-penyakit lainnya seperti penyakit
thalasemia yang merupakan penyakit generatif. Politik Kesehatan di Indonesia
Agenda MDGs diimplementasikan melalui berbagai Bambra et al (2005), dan Fahmi Umar (2008)
macam program yang tentunya disesuaikan dengan mengemukakan alasan kesehatan adalah alat politik
situasi dan kondisi masing-masing negara. Di karena bidang kesehatan yang rentan adanya disparitas
Indonesia ada kalangan yang menilai bahwa ke delapan derajat kesehatan masyarakat, dimana sebagian
agenda PBB tersebut tercakup dalam rumusan penikmat kesehatan dapat menjangkau layanan yang
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke- baik dan sebagian lagi tidak. Navarro et all (2004) dan
empat, yang berbunyi: Beckfield, J. and Krieger, N.(2009) menyatakan
bahwa ideologi politik suatu pemerintahan dapat
”......melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh menentukan derajat kesehatan masyarakatnya melalui
tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kebijakan-kebijakan yang diambil danoleh karenanya,
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan diperlukan keadilan atau perataan. Selanjutnya dapat
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang dikatakan bahwa kesehatan adalah bagain dari politik
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan karena derajat kesehatan ditentukan oleh kebijakan
keadilan sosial...” yang dapat diarahkan dan mengikuti kehendak
Dari uraian alinea ke-empat ini tercermin bahwa tujuan intervensi kebijakan politik. Secara teori, politik
berbangsa dan bernegara mencakup terwujudnya kesehatan adalah kebijakan pemerintah di bidang
144
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
kesehatan yang didasari oleh hak yang paling menyeluruh baik itu penggunaan anggaran, ketepatan
fundamental, yaitu sehat merupakan hak warga negara. program, SDM yang berhubungan dengan program-
Sehingga pengambilan keputusan politik bidang program yang telah dikerjakan hingga adanya sanksi
kesehatan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat yang tegas jika ada penyelewengan
sebaliknya politik juga dipengaruhi oleh kesehatan
dimana jika derajat kesehatan masyarakat meningkat Kebijakan-kebijakan Kesehatan di Indonesia
maka akan berpengaruh pada kesejahteraan Sejak pemerintahan Republik Indonesia berdiri
masyarakat. kebijakan bagi masyarakat miskin sudah banyak
digulirkan, secara sederhana hal ini dimaknai sebagai
Dalam hal ini tentunya kebijakan yang diambil harus bagian dari tanggung jawab pemerintah kepada
lah pro rakyat dimulai dari: rakyatnya. Berbagai kebijakan dan program pun
1. Peraturan pemerintah dalam bidang kesehatan dilaksanakan misalnya pada masa orde baru ada istilah
meliputi undang-undang, peraturan presiden, Inpres (Instruksi Presiden) dengan membangun
keputusan menteri, peraturan daerah, baik tingkat sekolah-sekolah dasar, kemudian ada bantuan ternak
provinsi maupun kabupaten kota, dan peraturan dengan istilah Banpres (Bantuan Presiden). Semua
lainnya. kegiatan dari program dan bantuan ini daptlah
2. Kebijakan pemerintah dalam bentuk program dimaknai sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.
adalah segala aktifitas pemerintah baik yang terencana
maupun yang insidentil dan semuanya bermuara pada Ketika reformasi tahun 1998, dan terbentuk
peningkatan kesehatan masyarakat, menjaga pemerintahan baru maka berbagai kebijakan dan
lingkungan dan masyarakat agar tetap sehat dan program juga banyak digulirkan mengganti kebijakan
sejahtera, baik fisik, jiwa, maupun sosial. yang lama, dan ditambah lagi dengan adanya otonomi
3. Sumber daya manusia yang berkualitas yang daerah maka kebijakan pemerintah pusat diharapkn
didukung fisik dan mental yang sehat, sehingga bersinergi dengan kebijakan pemerintah daerah
mampu berkompetisi paling optimal. Tanpa didukung khususnya yang berkaitan dengan program bagi
dengan kesehatan fisik dan mental yang balik, masyarakat, khususnya masyarakat yang masuk dalam
sumberdaya manusia tidak akan mampu berkompetisi kategori masyarakat miskin.
dengan optimal. Secara tradisional kesehatan diukur
dari aspek negatifnya seperti angka kesakitan, angka JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat)
kecacatan, dan angka kematian. Melalui paradigma
sehat, kesehatan sudah tidak lagi dipandang semata - Jaminan Kesehatan Masyarakat adalah jaminan
mata sebagai terbebas dari penyakit, tetapi sebagai perlindungan untuk pelayanan kesehatan secara
sumberdaya yang memberi kemampuan kepada menyeluruh (komprehensif) mencakup pelayanan
individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat untuk promotif, preventif serta kuratif dan rehabilitatif yang
mengelola bahkan merubah pola hidup, kebiasaan, dan diberikan secara berjenjang bagi masyarakat/peserta
Iingkungannya. yang iurannya dibayar oleh Pemerintah. Sumber dana
4. Peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit swasta Jaminan Kesehatan berasal dari pemerintah pusat
maupun pemerintah. Hal ini berdasarkan bahwa (APBN) melalui mekanisme dana Bantuan Sosial.
lingkungan sosial, ekonomi, dan politik berada pada Jaminan Kesehatan diperuntukkan untuk menjamin
situasi krisis, termasuk sektor kesehatan telah membuat akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan
masyarakat terutama masyarakat golongan miskin sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar
bertambah menderita karena semakin sulit menjangkau 1945. Jaminan Kesehatan ini dimulai tahun 2005
fasilitas kesehatan milik swasta maupun pemerintah. dengan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Dalam hal ini, rumah sakit sebagai organisasi sosial Masyarakat kemudian mengalami perubahan Jaminan
bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan Kesehatan Masyarakat dengan tidak ada perubahan
masyarakat, rumah sakit harus dapat berfungsi sebagai cakupan masyarakat miskin. Tujuan umum
rumah sehat yang melaksanakan kegiatan promotif penyelenggaraan Jamkesmas yaitu meningkatnya
bagi kesehatan pasien, staf rumah sakit, dan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh
masyarakat di wilayah cakupannya serta masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai
pengembangan organisasi rumah sakit menjadi derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara
organisasi yang sehat. efektif dan efisien.
5. Transparansi, transparansi tidak hanya dalam
penggunaan anggaran bidang kesehatan namun juga Pada bagian lain Jamkesmas merupakan sebuah
berhubungan dengan kegiatan pelayanan kesehatan program jaminan kesehatan untuk warga Indonesia
yang dilakukan oleh pihak tenaga medis kepada pasien. yang memberikan perlindungan sosial di bidang
Selain itu juga transparansi ini berkaitan dengan kesehatan untuk menjamin masyarakat miskin dan
program-program kesehatan yang harus tepat sasaran tidak mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah
bagi masyarakatsehingga perlu dilakukan evaluasi agar kebutuhan dasar kesehatannya yang layak dapat
145
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
terpenuhi. Program ini dijalankan oleh Departemen tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),
Kesehatan sejak 2008. Program Jaminan Kesehatan dengan adanya JKN, maka seluruh masyarakat
Masyarakat diselenggarakan berdasarkan konsep Indonesia akan dijamin kesehatannya. Dan juga
asuransi sosial. Program ini diselenggarakan secara kepesertaanya bersifat wajib tidak terkecuali juga
nasional dengan tujuan untuk mewujudkan portabilitas masyarakat tidak mampu karena metode pembiayaan
pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang kesehatan individu yang ditanggung pemerintah.
disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh Sedangkan manfaat dalam mengikuti program JKN
peserta dari berbagai wilayah. Selain itu Jamkesmas adalah bahwa layanan JKN mencakup pelayanan
juga bertujuan agar terjadi subsidi silang dalam rangka pencegahan dan pengobatan termasuk pelayanan obat
mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan
bagi masyarakat miskin. Pada tahun 2009 program ini medis. Program JKN mengeluarkan program
mendanai biaya kesehatan untuk 76,4 juta penduduk, Jampheltas untuk memberikan layanan bagi pasien
jumlah ini termasuk sekitar 2,650 juta anak terlantar, thalassemia. Kebijakan ini diharapkan dapat mampu
penghuni panti jompo, tunawisma dan penduduk yang memberikan layanan yang berkelanjutan baik pada saat
tidak memiliki kartu tanda penduduk. tranfusi maupun pengobatan. Keberadaan produk
kebijakan ini menunjukan adanya perhatian
Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas pemerintah pada masyarakat penderita thalasemia.
tersebut meliputi masyarakat miskin dan tidak mampu Namun demikian, sampai saat ini ada beberapa daerah
yang telah ditetapkan dengan keputusan yang belum menggunakannya dengan alasan belum
Bupati/Walikota. Selain itu sasaran dari program ini ada keputusan dari peraturan daerah untuk pengalihan
juga tuna wisma, ibu-ibu hamil dan penderita dari Jamkesmas, baik itu secara teknisnya, ataupun
Thalasemia Mayor yang sudah terdaftar pada Yayasan berbagai macam hal yang dianggap belum sinkron dari
Thalasemia Indonesia (YTI) atau yang belum terdaftar pelaksanaannya di lapangan.
namun telah mendapat surat keterangan Direktur RS
sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis Jaminan
Masyarakat Sehat
Pelayanan Pengobatan Thalasemia. Dapat dilihat
Erich Fromm berpendapat bahwa kita tidak hanya
bahwa program Jamkesmas ini langsung merujuk pada
dipengaruhi dan dibentuk oleh kekuatan naluri
pasien thalasemia sehingga dapat dilihat kebijakan ini
biologis, namun juga mengemukakan bahwa
menyasar langsung pada kebutuhan penderita
kepribadian dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya.
sekaligus layanan melalui organisasi yang menaungi
Penekanan Fromm pada faktor sosial dari kepribadian
pasien thalasemia.
bisa dikatakan mengutamakan aspek sejarah. Menurut
Fromm, manusia dapat menemukan kejadian–kejadian
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
sejarah pada akar dari kesepian, keterasingan dan
Badan Penyelenggara Jaminan terabainya seseorang. Untuk menemukan tujuan dalam
Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk hidup, perlu menghilangkan perasaan–perasaan
untuk menyelenggarakan program jaminan terasing dan mengembangkan perasaan saling
sosial di Indonesia menurut Undang-undang Nomor memiliki. Sebaliknya, meningkatnya kebebasan yang
40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun di dapatkan dapat meningkatkan kesendirian dan
2011. Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun keterasingan. Kepribadian sehat menurut Eric Fromm
2011, BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga adalah teori yang menggunakan pendekatan sosial
jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga psikologis dimana pemusatan perhatiannya pada
asuransi jaminan kesehatan PT. Askes penguraian cara-cara dimana struktur dan dinamika-
Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga dinamika masyarakat tertentu membentuk para
jaminan sosial ketenagakerjaan PT. anggotanya sehingga karakter para anggota tersebut
Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. sesuai dengan nilai yang ada pada masyarakat
Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek menjadi
BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Dengan keadaan ini oleh Fromm dikatakan bahwa
Askes akan menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya pada kehidupan di era modern sangat menuntut setiap
2015 giliran PT. Jamsostek menjadi BPJS individu untuk mengikuti kelompok masyarakat di
Ketenagakerjaan. Lembaga ini bertanggung jawab mana individu tersebut berada, penyesuaian individu
terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat di Jakarta, pada kelompoknya terjadi pada “ruang sosial” sebagai
dan bisa memiliki kantor perwakilan di tingkat propinsi praktik-praktik logis yang ditarapkan dan diharapkan
serta kantor cabang di tingkat kabupaten kota. oleh masyarakat. Kecenderungan tersebut, sudah
BPJS ini merupakan sebagai penyelenggara sedangkan terlebih dahulu dibaca oleh Fromm dalam Masyarakat
nama programnya adalah Jaminan Kesehatan Nasional yang Sehat, sebagai pola sosial yang menggejala.
atau disebut juga dengan JKN, peserta JKN adalah Gejala psikis dari individu agaknya kurang
berdasarkan Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 diperhatikan oleh mayoritas masyarakat di luar
146
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
individu, hal ini yang akhirnya memicu kerawanan Jumlah 2010 2011 2012 2013 2014 2015
mental pada individu, baik yang sudah terkena patologi Pasien
fisik dan mental maupun tidak terkena keduanya. Sulit Rawat 192 131 115 235 98 63
untuk membuat individu bisa memulai eksistensinya Inap
sendiri, apabila tidak ada ketersediaan ruang eksistensi
Meninggal - - 1 1 20 1
individu di tengah kelompok sosialnnya, karena ketika
kita mengacu pada pemikiran Fromm, tentang gejala Sumber : dr. Doris Sylvanus, 2010-2015
pola sosial yang berlaku di tengah masyarakat, maka
sangatlah susah mencari ruang diskusi tentang apa Data pada tabel di atas menunjukan bahwa jumlah
yang diinginkan oleh individu tersebut. pasien fluktuatif dikarenakan pasien yang ada pada
data di atas tidak melakukan perawatan lanjutan di
Pada pasien thalasemia, perasaan keterasingan dan rumah sakit dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya
terabaikan karena menjadi pribadi yang berbeda dari atau dengan kata lain bahwa mereka tidak melaporkan
individu di sekelilingnya merupakan perasaan yang dirinya secara rutin. Jika dilihat dari data tahun 2010 –
sering dirasakan. Hal ini merujuk pada gejala psikis 2012 penderita yang tercatat mengalami penurunan,
dari penderita thalasemia yang merasa tidak kemudian ada kenaikan secara drastis di tahun 2013,
diperhatikan oleh mayoritas masyarakat sekitarnya. kemudian mengalami penurunan kembali di tahun
Penderita thalasemia akan memiliki perbedaan secara 2014-2015. Kemudian ada data pasien yang meninggal
fisik dari individu sehat pada umumnya, seperti kulit dunia terbanyak di tahun 2014 sebanyak 20 orang,
yang menghitam, pertumbuhan tubuh yang tersendat, sementara di tahun 2012, 2013, dan 2015 jumlah yang
bagian dada yang membesar, wajah yang pucat dan meninggal hanya 1 orang. Data pasien yang meninggal
badan yang gampang kelelahan. Karena perbedaan ini merupakan data pasien yang meninggal di rumah
inilah maka penderita thalasemia merasa eksistensinya sakit dr. Doris Sylvanus kota Palangka Raya pada saat
di dalam kelompok masyarakat berbeda. Perlu ditilik sedang menjalani perawatan. Dari data di atas yang
lebih lanjut keinginan dari individu yang sakit ini agar fluktuatif ini bisa dikatakan bahwa baik pasien maupun
mendapat ruang di masyarakat. Sehingga penting bagi pihak di rumah sakit dr. Doris Sylvanus belum
penderita untuk dibentuk psikis dan karakternya sesuai sepenuhnya maksimal untuk saling bersinergi, hal
dengan struktur dan dinamika masyarakat agar difahami bahwa kesadaran pasien untuk melaporkan
termotivasi menjadi sehat dan ambil bagian dari diri ke rumah sakit dr. Doris Sylvanus kota Palangka
masyarakat. Keterpurukan dan keterasingan yang Raya masih rendah sementara pihak rumah sakit masih
dimiliki oleh penderita akan menutup pandangan belum sepenuhnya bisa melayani atau mencari pasien
masyarakat akan kebutuhan mereka untuk dapat penderita thalasemia untuk didata atau dipanggil jika
diterima di masyarakat sebagai individu yang sehat. memang sudah waktunya menjalani perawatan. Hal
Selanjutnya dibutuhkan pula perasaan cinta kasih, lain juga adalah tidak adanya sentra khusus thalasemia
empati dan perhatian yang dapat meningkatkan di RSUD dr. Doris Sylvanus sehingga informasi
kualitas hidup penderita thalasemia melalui motivasi tentang penanganan penyakit ini juga masih minimum.
kepada anggota keluarga yang juga didukung oleh Selain itu keberadaan perhimpunan penderita
organisasi sosial yang menaungi penderita thalasemia. thalasemia seperti POPTI (Perhimpunan Orang Tua
Penderita Thalasemia Indonesia) juga belum maksimal
HASIL DAN PEMBAHASAN di Palangka Raya belum terbentuk. Perhimpunan ini
idealnya bertujuan untuk meringankan beban orang tua
Secara khusus di Palangka Raya, penderita thalasemia penderita thalassemia karena ada media komunikasi
sejak 2010 – 2015 mengalami kondisi fluktuatif hal ini sesama orang tua penderita Thalasemia. Namun
menunjukkan masih belum optimalnya absennya geliat perhimpunan ini dan kurangnya
penangangannya maka untuk menangani kasus jejaring antara kelompok ini dengan pihak rumah sakit
thalasemia di Palangka Raya, Rumah Sakit Umum dan pemerintah daerah membuat pasien-pasien
(RSUD) dr. Doris Sylvanus Palangka Raya thalasemia terabaikan kebutuhannya.
membentuk Tim Thalasemia dari berbagai unsur
tenaga medis seperti dokter penyakit dalam, dokter
anak, laboratorium, dan keperawatan. Berikut data
pasien thalasemia yang dirawat inap maupun jumlah
pasien yang meninggal sejak 2010 hingga 2015.
Tabel 1
Jumlah Total Pasien Thalasemia di Palangka Raya Bagan 1
Tahun 2010 - 2015 Hubungan antar Lembaga dalam Kebijakan
Tahun Kesehatan sebagai Produk Politik dan Budaya
147
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
148
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
penyakit akut seperti thalasemia. Peran dan RSUD agar dapat menjadi layanan pertama dan
kewenangan dinas kesehatan provinsi dan terpadu.
kabupaten/kota dalam revisi PP No. 38 Tahun 2007
(tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Sementara itu dengan adanya lembaga baru BPJS di
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan sistem kesehatan, peran pengawasan seharusnya
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota) dan PP No. 41 diperkuat. Penderita thalasemia bisa menghabiskan
Tahun 2007 (tentang Organisasi Perangkat Daerah) dana rata-rata sekitar 7-10 juta rupiah per bulan untuk
menjanjikan keterlibatan langsung dinas kesehatan pengobatan. Secara khusus untuk pasien thalassemia
provinsi sebagai regulator, dan memiliki fungsi ganda telah dijamin melalui program Jampheltas melalui
sebagai regulator sistem kesehatan sekaligus sebagai keputusan Menteri Kesehatan RI no.
operator pelayanan kesehatan. Fungsi ganda ini 1109/menkes/Per/VI/2011. Pasien thalasemia yang
menjadi semakin kuat apabila Rumah Sakit Daerah tercakup dalam program Jampheltas berjumlah 1.665
kembali menjadi UPT Dinas Kesehatan. Ketiadaan orang dari 4420 orang penderita thalassemia yang ada
sentra khusus thalasemia di RSUD Doris Slyvanus di Indonesia. Proses untuk memperoleh Jampelthas
seharusnya menjadi perhatian khusus dinas kesehatan hanya membutuhkan surat keterangan rekomendasi
propinsi Kalimantan Tengah dalam menyikapi dari dokter yang menangani, kemudian akan diberikan
fluktuatifnya pasien-pasien thalasemia yang kartu jaminan oleh Yayasan Thalassaemia Indonesia
melakukan transfusi darah di RSUD tersebut. Idealnya, (YTI)/POPTI yang diberikan kepercayaan untuk
dinas propinsi dapat menjadi pelaksana langsung perda mencetak dan mengeluarkan kartu jampelthas.
kesehatan di rumah sakit dan sekaligus menjadi pihak Namun dalam hal ini tidak semua masyarakat
yang mengetahui kebutuhan layanan kesehatan. sadar akan manfaat dari layanan ini, karena hingga saat
Sinergi antara RSUD Doris Sylvanus dan dinas ini pasien thalassemia di Palangka Raya secara khusus
kesehatan provinsi Kalimantan Tengah dapat belum tersosialisasikan dengan baik, dengan kata lain
memberikan informasi jumlah pasien thalasemia, dan bahwa pihak rumah sakit pasif dalam menunggu pasien
kebutuhan akan donor darah serta obat-obatan yang datang, pada bagian lain penderita pun jika tidak
pendukung penyembuhan pasien. melapor dan memeriksakan diri juga tidak dapat
didata. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak aspek
Pihak lain yang juga vital dalam kebijakan kesehatan yang perlu dibenahi yaitu dalam penanganan pasien
adalah DPRD sebagai badan perwakilan rakyat yang thalassemia di Palangka Raya, termasuk diantaranya
memiliki fungsi legislasi harus mampu menggali serta pemberdayaan orang tua pasien thalasemia,
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada mekanisme Jampelthas, dan kelembagaan antara
di daerah untuk kemudian dituangkan ke dalam Perda RSUD Doris Sylvanus dan POPTI. Khusus untuk
yang memiliki kekuatan memaksa sehingga dapat penanganan pasien thalassemia RSUD Doris Sylvanus
dilaksanakan secara efektif. Salah satu kebutuhan yang Palangka Raya akan melalui mekanisme ODC (One
mendesak saat ini adalah perda bidang kesehatan yang Day Care), dimana pasien thalassemia menjalani rawat
masih jarang menjadi perhatian khusus. DPRD melalui inap dan transfusi darah pada ruangan khusus yang
fungsi legislasinya dituntut untuk berperan aktif dalam hanya memberikan layanan perawatan satu hari.
proses pembentukan perda serta dituntut untuk Didalamnya termasuk pelayanan obat-obatan serta
menghasilkan suatu perda yang mampu mendukung bimbingan dari dokter dan perawat kepada yang benar-
penyelenggaraan otonomi daerah serta pembangunan benar penderita, ataupun keluarga penderita.
di daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Sosialisasi pencegahan juga penting untuk menekan
rakyat. Salah satu item penting dalam penyelenggaraan angka pertumbuhan penyakit ini agar tidak meningkat
otonomi daerah bidang kesehatan adalah dapat di masa yang akan datang. Cara paling efektif adalah
direalisasikannya layanan kesehatan yang prima dengan melakukan screening tes darah dan studi
terhadap setiap lapisan masyarakat, baik untuk genetika bagi calon pasangan pengantin agar dapat
penyakit akut, endemik, maupun penyakit generatif. mengetahui sifat pembawa gen thalassemia sejak dini.
Sayangnya, belum ada perhatian khusus pada penyakit Pasien thalassemia harus berkonsultasi dengan dokter
generatif karena dianggap tidak terjadi pada dan konselor genetika untuk megurangi resiko
kebanyakan orang. Pada kenyataannya, sangat terjadinya penurunan kelainan genetik kepada anak-
diperlukan perda yang esensinya mewakili kebutuhan anaknya.
pasien thalassemia. Urgensi muatan materi Perda
tentang kesehatan belum terwakilkan khususnya untuk KESIMPULAN
penyakit-penyakit generatif seperti thalasemia. Perda
yang berkaitan dengan kebutuhan pasien thalasemia Pentingnya pembangunan manusia sebagai salah satu
dan pelayanan pengobatannya hendaknya motor penggerak pembangunan dipengaruhi oleh
diprioritaskan. Selanjutnya, DPRD dapat memaksa berbagai aspek. Dimensi kesehatan merupakan faktor
keberadaan sentra atau unit khusus thalasemia di utama dalam pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas. Beberapa penyakit masih belum menjadi
149
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
perhatian utama dalam layanan kesehatan di rumah Moleong, Lexy J.(2007) Metodologi Penelitian
sakit. Thalasemia sebagai penyakit bawaan yang Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
disebabkan oleh gangguan pembentukan hemoglobin Nagtimin, Rusli. H.M., (2005) Dari Hippo Crates
adalah penyakit generatif. Penyakit ini diturunkan sampai Winslow dan pengembangan ilmu
melalui ayah atau ibu yang membawa gen thalassemia. kesehatan masyarakat selanjutnya. Makassar
Karena penyakit ini belum ada sistem pengobatan Navarro, V. (2002) The Political Economy of Social
permanen selain tranfusi darah, maka sudah Inequalities—Consequences for Health and
seharusnya pasien thalasemia menjadi perhatian Quality of Life. Baywood, Amityville, New
lembaga kesehatan dimana pasien berada. Karena York.
jumlah pasien yang fluktuatif dan banyaknya jumlah Navarro, V. and Shi, L. (2001) The political context of
pasien yang tidak terdaftar atau melakukan pengobatan social inequalities and health. International
ke rumah sakit secara berkala, maka sulit dilakukan Journal of Health Services, 31, 1–21.
pendataan. Absennya sistem pendataan dan pencatatan Navarro, V., Muntaner, C., Borrell, C., Benach, J.,
menyebabkan informasi tentang pasien atau penderita Quiroga, A., Rodríguez-Sanz, M., et al.
thalasemia sangat minim di Palangka Raya, sehingga (2006). Politics and health outcomes. Lancet,
dibutuhkan sinergi antar banyak lembaga dalam 368, 1033–1037.
perwujudannya kebijakan kesehatan yang berpihak Tylor, E.B. 1974. Primitive culture: researches into
pada pasien thalasemia. the development of mythology, philosophy,
religion, art, and custom. New York: Gordon
Beberapa lembaga yang terkait dalam aktualisasi Press. First published in 1871. ISBN 978-0-
kebijakan kesehatan adalah pihak Rumah Sakit Umum 87968-091-6
Daerah, Palang Merah Indonesia, POPTI, Dinas Umar, Fahmi, 2008, Horison Baru kesehatan
Kesehatan, DPRD, dan BPJS sebagai penyedia masyarakat di Indonesia
jaminan layanan kesehatan Jampheltas. Secara politis,
regulator yang memiliki kekuatan memaksa perda dan
dapat mengalokasikan dana maupun fasilitas kesehatan
untuk menangani kasus-kasus thalassemia di Palangka
Raya. Selain itu pentingnya sosialisasi screening bagi
pasangan yang akan menikah perlu diimplementasikan
oleh agen-agen kesehatan agar dapat memutus tali
rantai thalassemia sejak awal. Dan karena masyarakat
sehat merupakan suatu cita-cita dan tujuan
kesejahteraan bagi masyarakat, diperlukan sehat secara
psikis maupun fisik agar tercipta masyarakat yang
mampu menjadi agen pembangunan. Hal ini tidak
terlepas dari peran penderita thallasemia sebagai
bagian dari masyarakat yang juga berhak atas layanan
kesehatan yang optimal untuk meningkatkan kualitas
hidup dan dapat berkontribusi dalam pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Bambra, C., Fox, D. and Scott-Samuel, A. (2003) A
New Politics of Health. Politics of Health
Group, Liverpool
Beckfield, J. and Krieger, N.(2009) Epi + demos +
cracy: linking political systems and priorities
to the magnitude of health inequities –
evidence, gaps, and a research
agenda, Epidemiologic Reviews, 31, 1, 152–
77.
Feist, Jest dan J, Feist Gregory. (2014) Teori
Kepribadian Sehat. Salemba Humanika:
Jakarta
Fromm, Erich (1956), Sane Society, First published by
Routledge & Kegan Paul in the United
Kingdom
150
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Rahma Syafitri
Program Studi Sosiologi Fisip Universitas Maritim Raja Ali Haji
rsyafitri77@yahoo.com
Abstrak PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Persoalan kesehatan erat kaitan dengan terpenuhinya
permasalahan balita gizi buruk yang terjadi akibat kebutuhan makan. Makanan yang dibutuhkan adalah
kemiskinan keluarga dengan menelusuri upaya keluarga makanan yang seimbang susunan zat gizi (nutrient).
balita gizi buruk dalam memenuhi asupan gizi pada Ketidakseimbangan atau bahkan kekuarangan zat gizi
balita. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif berakibat pada keadaan kurang gizi. Apabila kondisi ini
dengan analisis statistik dan diskriptif. Data penelitian terjadi dalam waktu yang cukup lama maka dampak
ini dikumpulkan dengan teknik wawancara dan selanjutnya adalah semakin rentannya sistem kekebalan
observasi dengan menggunakan daftar pertanyaan tubuh yang ditandai mudahnya terserang penyakit
(kuisioner). Adapun populasi yang dapat dijadikan akibat kondisi gizi yang semakin memburuk.
responden adalah masyarakat Desa Penyangkak
Kecamatan Kerkap yang berjumlah 315 KK, sedangkan Adapun kelompok yang paling rentan terhadap gizi ini
sampel yang diambil sebesar 78 responden. Penelitian adalah balita. Dinas kesehatan propinsi Bengkulu (2008
ini pada dasarnya akan menguji hipotesa antara kondisi :12) menyebutkan usia balita antara 0-59 bulan, artinya
kemiskinan keluarga, dan asupan gizi yang didapat kondisi kesehatan yang rentan dapat dibawa sejak bayi
didalam keluarga sebagai variabel pengaruh dengan lahir. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
status balita dalam hal ini yang akan dicermati yang salah satu penyebabnya karena ibu hamil yang
berstatus gizi buruk sebagai variabel terpengaruh. Hasil menderita kekurangan gizi. Kondisi ini dapat
penelitian ini menunjukkan dari perhitungan uji mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu terutama
Korelasi Product Moment dapat dibuktikan bahwa ada pertumbuhan dan perkembangan mental anak, serta
hubungan antara kondisi kemiskinan keluarga dengan berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
status gizi balita (balita gizi buruk) (Hk Diterima).
Begitu juga dibuktikan bahwa ada pengaruh asupan gizi Semua usaha pemenuhan kebutuhan kesehatan
keluarga dengan status gizi balita (Hk diterima). termasuk di dalamnya persoalan makan dan gizi tidak
artinya, dengan kata lain semakin tinggi asupan gizi terlepas dari persoalan ekonomi, artinya persoalan
balita maka akan semakin baik status gizi balita begitu kesehatan (gizi) dan ekonomi (kemiskinan) bukanlah
juga sebaliknya apabila semakin rendah asupan gizi persolan yang berdiri sendiri, melainkan memiliki
keluarga akan semakin rendah status gizi balita yang hubungan timbal balik . Sebagaimana disebutkan
berakibat pada adanya gizi buruk. Adapun hasil Soekirman (2007:3) sebagai berikut:
penelitian dengan wawancara dan observasi mendalam Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan
tentang pola asupan gizi pada keluarga miskin melalui rendahnya pendidikan dan produktivitas.
tergambar bahwa kelurga miskin sangat jarang dapat Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan anak tidak
memenuhi pola asupan gizi yang telah ditetapkan mendapatkan makanam yang bergizi yang cukup
Dinkes, permasalahannya karena keterbatasan sehingga kurang gizi dan seterusnya. Kemiskinan
penghasilan yang hanya cukup untuk makan sedangkan merupakan penghambat keluarga untuk memperoleh
gizi dan kandungan makanan tidak pernah diperhatikan akses terhadap ketersedian makanan yang bergizi,
oleh ibu rumah tangga sebagai pengatur bahan seimbang dan layanan dan informasi kesehatan.
konsumsi keluarga.
Hendrizal (dalam Wawasan Koran Sore, Sabtu,26
Kata kunci: Balita gizi buruk, Kemiskinan keluarga, Januari 2008) menyebutkan bahwa, menurut laporan
Pola makan, asupan gizi, MPASI, KEP, ASI, BBLR dan UNICEF pada tahun 2006 jumlah anak di bawah usia
BGM lima tahun (balita) yang bergizi buruk di Indonesia
mencapai 2,3 juta jiwa. Ini berarti naik sekitar 500.000
151
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
jiwa dibandingkan dengan data tahun 2004/2005 Tujuan tulisan ini untuk mengetahui kaitan antara
sejumlah 1,8 juta jiwa. Di luar 2,3 juta penderita gizi kondisi keluarga miskin dan asupan gizi yang diberikan
buruk masih ada 5 juta lebih yang mengalami gizi berpengaruh pada status gizi balita. Kemiskinan
kurang. Jumlah gizi buruk dan gizi kurang ini sekitar keluarga dilihat dari penghasilan keluarga terutama para
28% dari total balita diseluruh Indonesia. Dari jumlah petani buruh yang penghasilan hariannya tidak tetap
balita penderita gizi buruk sekitar 10 % yang berakhir dan sangat ditentukan oleh musim. Sedangkan
dengan kematian. kebutuhan anak balita tetap setiap hari harus ada
terutama pada balita yang masih di bawah usia 5 tahun
Kondisi diatas juga terdapat di Propinsi Bengkulu, untuk memberikan asupan makanan. Oleh karena itu
dimana dari profil kesehatan propinsi Bengkulu tahun dapat diketahui pola keluarga miskin dalam
2009 dari jumlah balita yang ada sekitar 189.221 ada memberikan asupan makanan pada balita
2.825 anak yang mengalami gizi buruk. Adapun dari
tiap kabupaten yang paling banyak penderita gizi buruk METODE
pada kabupaten Bengkulu Utara sebanyak 1.592, lalu
disusul dengan Rejang Lebong sebanyak 262 balita, Metode penelitian dalam tulisan ini merupakan metode
Kaur sebanyak 196 balita, Kepahyang sebanyak 183 kuantitatif tentang kaitan antara kemiskinan dan balita
balita, Muko-muko 149, Kota Bengkulu 94 dan gizi buruk studi kasus yang dilaksanakan di desa
Bengkulu Selatan 16 balita. Jumlah ini masih Penyangkak, Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu
dimungkinkan bertambah karena kondisi ekonomi yang Utara. Untuk mendapatkan responden maka dilakukan
semakin sulit, terutama bagi keluarga yang penarikan populasi dan sampel. Jumlah sampel yang
berpenghasilan rendah yang sulit untuk membeli susu diambil secara proporsional dan representatif
sebagai makanan tambahan bagi anak balita. berdasarkan hasil pendataan seluruh populasi desa
Penyangkak berjumlah 315 KK dan jumlah anak balita
Kecamatan Kerkap (salah satu kecamatan yang ada di ada sekitar 88 anak. Jumlah sampel yang diambil ada 78
Bengkulu Utara) pada tahun 2009 mempunyai 11.487 responden. Bahan dan alat yang digunakan meliputi
balita dan ada 3.171 balita yang ditimbang berat daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan
badannya. Dari 3.171 balita yang ditimbang beratnya (disusun) sebelumnya. Data yang dikumpulkan meliputi
ada 345 yang tercatat mengalami gizi buruk (profil data primer dan data sekunder. Pengumpulan data
kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara). Maka penelitian dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi
akan memfokuskan hanya disalah satu desa yaitu desa dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner)
Penyangkak yang terdata memiliki 10 kasus balita yang yang telah disiapkan sebelumnya. Data yang
terindikasi gizi buruk (Buku pemantauan Balita dikumpulkan meliputi: umur ibu rumah tangga,
Posyandu desa Penyangkak Kecamatan Kerkap pekerjaan, tingkat pendidikan ibu rumah tangga,
Bengkulu Utara 2009) kondisi kemiskinan keluarga, asupan gizi keluarga, dan
kondisi balita gizi buruk.Analisa data adalah proses
Berdasarkan pokok pemikiran yang telah dikemukakan penyederhanaan data ke dalambentuk yang lebih mudah
maka peneliti tertarik untuk menggali lebih lanjut dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini
mengenai permasalahan gizi buruk dan kemiskinan. seringkali digunakan statistik (Singarimbun:1989: 64).
Adapun penelitian sebelumnya yang pernah ada seperti Maka peneliti dalam menganalisa data primer yang
yang dilakukan oleh Yusra (2003) dengan Judul,“ terkumpul dengan cara perhitungan statistik yang
Perilaku Gizi Wanita Nelayan Sehubungan Dengan menggunakan paket komputer SODA (Sistem Online
Tingginya Prevalensi Busung Lapar Di Sumatera Dietary Analisys). Hubungan antar variabel yang
Barat”. Kemudian juga ada penelitian Yuli Heirina dianalisa dengan korelasi product moment (rank
Hamid (2001) “ Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga product moment corelations) (steel dan Torrie, 1987).
Dan Status Gizi Balita Pada Keluarga Pra Sejahtera”.
Maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui
HASIL DAN PEMBAHASAN
bagaimana kelurga miskin dalam memberikan asupan
gizi pada balita yang terindikasi gizi buruk. Serta upaya
pemerintah dalam mengatasi kasus balita gizi Penyajian Data Hasil Penelitian
buruk.Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini Data penelitian yang disajikan di sini adalah data primer
adalah yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner
• Apakah kaitan antara kondisi keluarga miskin terhadap 78 orang responden. penelitian ini dilakukan di
dan asupan gizi yang diberikan berpengaruh desa Penyangkak yang dimulai pada bulan September
pada status gizi balita (balita gizi buruk) ? sampai dengan 30 Oktober 2010. Data-data yang
diperoleh diantaranya mengenai :
152
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
153
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Langkah selanjutnya adalah menguji keeratan Melihat kondisi seperti ini lanjut Gunawan dan
hubungan tersebut dengan menggunakan korelasi Sugiyanto keluarga miskin untuk untuk keluar dari
parsial. Ringkasan hasil korelasi parsial tersebut dapat permasalahan kemiskinan relatif sulit. Pada kasus ini,
dilihat pada tabel 3 berikut ini: pendapatan (hasil), keterampilan dan pendidikan yang
rendah merupakan suatu rantai. Keduanya saling
Tabel 3 berkaitan dan saling berpengaruh. Sebagai ilustrasi
Ringkasan Hasil Korelasi Partial dapat dikemukakan pandangan dan saling berpengaruh.
Korelasi r hitung r tabel (5%) Keterangan Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan pandangan dari
rX1 Y.X2 0.317 2.000 Signifikan Jalaludin Rachmat (dalam Gunawan dan
rX2Y. XI 0.151 2.000 Signifikan Sugiyanto,2005 : 8), bahwa produktivitas yang rendah,
Sumber: Penelitian primer 2010 pendapatan yang rendah menyebabkan pendidikan yang
rendah. Pendidikan yang rendah mengakibatkan
Dari hasil uji statistik tersebut dapat diketahui bahwa kualitas Sumber Daya manusia (SDM) yang rendah,
apabila hubungan variabel kondisi kemiskinan dan kualitas SDM yang rendah menyebabkan produktivitas
status gizi dikontrol oleh variabel asupan gizi maka yang rendah dan terus begitu. Rangkaian tersebut sering
harga hitungnya lebih besar dibanding harga tabel, disebut sebagai viscios circle atau lingkaran
berarti bahwa hubungan antar variabel status dengan kemiskinan.
tindakan dikontrol oleh variabel asupan gizi sangat erat. Dari realitas diatas, keluarga miskin masih tetap
Sementara itu apabila variabel asupan gizi dengan bertahan hidup dalam berbagai kondisi termasuk dalam
tindakan kontrol oleh variabel kondisi kemiskinan maka kondisi krisis sekalipun. Kondisi ini mengindikasikan
harga hitung lebih kecil dibanding harga label, ini bahwa sekecil apapun mereka mempunyai potensi
berarti hubungan antara ke tiga variabel tersebut lemah. untuk survive. Mereka pada dasaranya bukan
1. Hubungan kemiskinan keluarga (XI) dengan status masyarakat yang malas bekerja. Menurut Gunawan dan
gizi balita (Y) Sugiyanto (2005:10) mobilitas pekerjaan mereka relatif
Dari perhitungan uji korelasi product moment, tinggi sehingga menuntut alokasi waktu untuk bekerja
diketahui bahwa ternyata ada korelasi antara rata-rata lebih dari 10 jam perhari. Dan dari hasil
kemiskinan keluarga dengan status gizi balita (Hk penelitiannya juga diketahui 38,10% responden
diterima), artinya kondisi kemiskinan keluarga mencari penghasilan tambahan. Jenis pekerjaan untuk
berpengaruh terhadap satus gizi balita, kemiskinan memperoleh penghasilan tambahan cukup bervariasi,
keluarga membuat ibu sebagai pihak yang mengelola antara lain bekerja sebagai buruh, pedagang, peternak,
makanan untuk anggota keluarga untuk benar-benar perajin, tukang kayu, nelayan dan jasa.
berhemat. Tuntutan kebutuhan yang banyak sedangkan
penghasilan yang ada terbatas. Begitu juga dengan masyarakat miskin yang tinggal di
desa Penyangkak banyak diantara mereka mencari
Rendahnya tingkat pendapatan bergantung pada jenis pekerjaan tambahan agar mencukupi kehidupan
pekerjaan yang menjadi pilihan yang diduga keluarga mereka. Bahkan anak mereka pun menjadi
mempunyai keterkaitan dengan rendahnya tingkat potensi untuk membantu mencari nafkah. Contohnya
pendidikan dan keterampilan sehingga untuk pada keluarga yang menjadi buruh tani, ayah
mengakses peluang pekerjaan dengan upah yang lebih merupakan pencari kerja yang memiliki peluang kerja
baik relatif sulit. Sebagaimana hasil penelitian paling luas dalam merumput atau menyadap karet,
Gunawan dan Sugiyanto (2005:8) ditinjau dari aspek sedangkan ibu dalam berbagai faktor seperti menjaga
pendidikan kelompok miskin berpendidikan rendah (SD bayi atau balita, merawat balitanya ketika sakit, hamil
ke bawah) sebesar 69,4%. Hal ini juga sesuai dengan dan melahirkan tidak dapat bekerja.
kondisi di desa Penyangkak rata-rata responden yang
kondisi penghasilannya terbatas atau tidak tetap Ketidakhadiran ibu dalam bekerja sangat
kebanyakan berasal dari tingkat pendidikan yang mempengaruhi jumlah peluang merumput yang di
rendah yaitu hanya tamat SD saja. Mereka hanya dapat. Jika jumlah tenaga kerja adalah 2 orang maka
mampu bekerja kasar seperti menjadi buruh tani atau lahan yang luasnya berada di bawah 1 ha dapat
pemecah batu. Dimana kalau buruh tani hanya diupah diselesaikan dalam jangka waktu setengah hari saja,
sebesar Rp 10.000 - Rp.15.000,- sedangkan pemecah dengan demikian buruh tani dapat memiliki peluang
batu butuh waktu paling tidak setengah bulan sampai untuk merumput 2 kali di lahan yang berbeda. Jika
sebulan agar dapat terkumpul dan dapat dijual. Minimal buruh tani dalam 1 hari dapat menyelesaikan merumput
toke baru mau membeli setelah terkumpul satu- dua di dua lahan maka jumlah pendapatan yang diterimapun
kwintal yang harganya berkisar Rp. 100.000 – Rp. akan lebih besar. Hilangnya 1 pencari kerja yang
150.000/ kwintalnya. menyebabkan hilangnya pula 1 peluang kerja bagi
154
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
keluarga miskin. Upah yang didapat oleh keluarga balita gizi buruk
digunakan untuk membeli beras ataupun untuk
Penghasilan keluarga gizi buruk berasal dari pekerjaan membayar utang di warung. Lauk pauk yang mereka
tani yang merupakan pekerjaan pokok kepala rumah seperti tempe, tahu, ikan asin dan ikan teri dibeli dari
tangga responden. Adapun pekerjaan sampingan biasa warung terdekat atau kalau ada tukang sayur.
yang diambil oleh ibu rumah tangga. Mereka biasanya Sedangkan telur jarang mereka konsumsi kalaupun ada
memecah batu yang dilakukan didepan rumah. hanya untuk balita mereka sekali-kali. Adapun daging,
Biasanya batu-batu tersebut diangkut oleh anak dan ikan dan ayam lebih sulit lagi mereka dapatkan.
bapak dari sungai ketika mereka mandi setidaknya dua Kalaupun pernah hanya diberi dari sisa lauk saat ada
kali sehari, baik pagi maupun sore hari. Lalu ibulah yang pesta di desa itupun kalau kenal dan membantu
yang bertugas memecahkan batu, pekerjaan ini pelaksanaan pesta atau ada di momen-momen tertentu
dilakukan setelah ibu menyelesaikan pekerjaan di misalnya di hari raya kurban.
rumah.
Untuk itu orang tua berusaha keras agar anak mereka
Dari sekian banyak jenis pekerjaan sampingan hampir tetap makan walaupun dengan jumlah yang terbatas,
semuaya dilakukan oleh si ibu. Pada prinsipnya bagi disebabkan untuk mengolah makanan sebagian besar
keluarga balita gizi buruk pekerjaan apa saja yang harus di beli sedangkan kemampuan keluarga terbatas
penting halalakan mereka terima seperti mengecat dalam membeli untuk konsumsi makanan setiap hari.
pagar rumah tetangga atau membantu merumput Lalu dalam upaya mencegah anak berstatus gizi buruk,
pekarangan warga lain yang mampu. Pekerjaan mereka ibu tidak memiliki pengetahuan yang banyak tentang
sangat variatif dan tergantung dengan peluang yang ada penting gizi. Kebiasaan makan yang penting kenyang,
pada mereka. menyebabkan ibu cenderung tidak melakukan tindakan
pemberian makanan yang bergizi untuk anak. Namun
Adapun penghasilan keluarga balita gizi buruk secara pengetahuan tersebut tidak harus dipengaruhi oleh
keseluruhan tidak dapat ditetapkan perbulannya sebab tingkat pendidikan responden. Hal itu dikarenakan
setiap keluarga jumlah penghasilannya tidak menentu. walaupun responden berpendidikan SD dan SLTP tetapi
Dari penelitian diketahui sebagian besar penghasilan mereka bisa saja memiliki pengetahuan yang tentang
mereka digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok gizi seimbang. Walaupun pengetahuan tersebut dapat
yang sifat pengeluarannya harian. Penghasilan yang diperoleh dan proses pengalaman responden, dan
diperoleh selalu dikeluhkan serba kekurangan untuk apabila sang ibu mau mengikuti sosialisasi posyandu
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi ada memberikan informasi kepada masyarakat serta sudah
pengeluaran yang sifatnya mendadak maka mereka masuknya media cetak dan elektronik di desa
tidak mempunyai tabungan. Penyangkak. Jadi kondisi kemiskinan keluarga akan
sangat menentukan status gizi balita.
Adapun kebutuhan-kebutuhan pokok seperti kebutuhan
pangan, yang meliputi beras, sayur mayur, lauk, minyak Pada keluarga yang miskin ibu dan ayah sibuk mencari
serta kebutuhan dapur lainnya merupakan hal yang penghasilan, terkadang mereka tidak terlalu
diutamakan ada, walaupun terkadang kalau memang memperhatikan jenis makanan, variasi atau gizi yang
tidak ada uang mereka biasanya berhutang ke warung terdapat dalam pemenuhan kebutuhan makanan karena
dan membayarnya kalau sudah punya uang. Uang yang keterbatasn ekonomi. Apalagi ibu juga tidak punya
didapat dari merumput oleh suami diserahkan pengetahuan yang benar terhadap pola asuh dan
seluruhnya pada istri. Biasanya para istri akan melihat kesehatan keluarga. Kondisi ekonomi yang terbatas
ketersedian beras lalu sayur dan lauk.Kemudian membuat ibu dan ayah tidak terlalu memperhatikan
kebutuhan sandang meliput kebutuhan pakaian yang kesehatan tempat tinggal karena banyak kesibukan yang
biasanya hanya dapat diusakan dibeli setahun sekali harus mereka selesaikan. Lalu terkadang karena
khususnya untuk moment idul fitri. Adapun papan keterbatasan mereka harus pandai-pandai membagi
sebagai kebutuhan pokok, rata-rata keluarga miskin waktu antara mengasuh dan mencari tambahan belanja.
tinggal menetap di rumah keluarganya atau menyewa, Ditambah lagi mereka biasanya lalai ikut menimbang
kalaupun mereka sudah punya rumah sendiri bayi mereka ke posyandu yang ada di desa. Berdasarkan
kondisinya masih minim dan semi permanen. info dari kader posyandu dan buku pantauan bulanan
hanya 45 % warga yang punya balita rutin ke Posyandu
Prioritas pemenuhan kebutuhan makan keluarga sedangkan sisanya mereka merasa tidak terlalu penting
terbesar masih terletak pada kebutuhan akan beras, dan menganggap kalau anak mereka sehat-sehat saja.
sebab beras adalah makanan pokok bagi keluarga balita
gizi buruk dan bagi seluruh penduduk desa Penyangkak.
155
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
2. Hubungan Asupan gizi (X2) dengan status gizi balita Kurangnya produktivitas ASI dan terganggunya kondisi
(Y) kesehatan adalah dua hal yang saling berkaitan. Yuliani
Makanan yang dibutuhkan adalah makanan yang (2006:5) menyebutkan bahwa hal-hal yang
berguna untuk kesehatan terutama bagi balita, sebab mempengaruhi produktivitas ASI antara lain adalah
dalam siklus manusia balita berada dalam masa status gizi dan makan/ minum yang dikonsumsi. Status
pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat dan gizi erat kaitannya dengan persoalan makan dan minum.
salah satu faktor yang secara langsung mempengaruhi Sementara itu persoalan makan dan minum memilki
kondisi kesehatan balita adalah makanan yang efek pada kondisi sehat dan sakit seseorang. Makan
diberikan. Adapun makanan yang diberikan adalah dengan menu, gizi dan pola yang baik menjadikan
makanan yang kandungan zat gizinya seimbang yang makanan yang masuk ke dalam tubuh dapat membantu
punya nilai sangat penting (Marsetyo, 1991:2) fungsi kerja dari sebuah sistem kehidupan bernama
tubuh manusia termasuk didalamnya sistem
Balita dapat memperoleh asupan gizi yang berasal dari produktivitas ASI. Padahal pada usia 0-6 bulan setiap
dalam tubuh ibu yang mana asupan itu diperoleh balita anak dianjurkan hanya mendapatkan ASI ekslusif.
sedang masa disusui dan asupan yang berasal dari Namun pada keluarga yang asupan gizinya terbatas, dan
makanan yang diberikan pada balita. Perbedaan usia ibu sebagai sentral asupan gizi bayi juga mendapatkan
menyebabkan perbedaan dalam ketentuan dalam asupan gizi yang seadanya, tanpa ada penambahan
pemilihan dan penentuan jenis-jenis makanan yang konsumsi selama hamil dan menyusui menyebabkan
mesti dan tidak boleh dimakan, kuantitas dan kualitas ASI ibu kurang berkualiatas. Bahkan terkadang tidak
makanan. Asupan gizi keluarga sangat ditentukan oleh keluar sehingga bayi yang seharusnya hanya
makanan yang diolah oleh ibu rumah tangga, hampir mendapatkan ASI juga diberikan asupan gizi lain
setiap rumah tangga yang menjadi responden kebutuhan seperti madu, pisang dan susu formula.
makannya ditentukan oleh ibu rumah tangga. Pemilihan
dan pengolahan makanan sangat tergantung dengan Pada dasarnya frekuensi makan yang baik bagi seorang
kemampuan keuangan keluarga dan keterampilan ibu anak pada usia pertumbuhan yang sangat pesat adalah 3
dalam mengolah makanan. kali sehari, namun sebagian besar balita gizi buruk
memiliki frekuensi makan 2 kali. Hal ini disebabkan
Melihat kebutuhan seorang bayi akan ASI esklusif para ibu baru selesai masak ketika hari telah tinggi
maka kesehatan ibu posisinya menjadi penting. Dalam sekitar pukul 10.00 wib, sehingga di pagi hari balita
buku Praktis Ahli Gizi yang ditulis oleh jurusan gizi hanya di beri ASI/ susu. Lalu anak makan siang
Malang (2005: 4), menyebutkan bahwa pada saat bersamaan dengan jadwal makan orang tua mereka.
menyusui ibu memerlukan tambahan energi dan zat-zat Kalau ada kecukupan uang saja balita diberi makanan
gizi, dibutuhkan pula lebih banyak cairan, menambah tambahan, seperti biskuit, roti dll. Namun jika tidak
konsumsi kalsium dan zat besi yang tinggi. Ibu yang balita hanya diberi makanan seadanya, sesuai dengan
sehat akan menghasilkan ASI yang berkualitas, sebab makanan yang ada di keluarga. Sehingga akibatnya
pada masa seorang anak hanya menerima ASI saja (ASI balita yang kekurangan gizi dan tidak pernah
ekslusif) maka apa yang dimakan ibu itulah yang mendapatkan asupan gizi yang berimbang dalam jangka
menjadi serapan ASI bagi anaknya sehingga selama waktu yang lama akan berdampak pada status balita.
masa menyusui ibu mesti memperhatikan masalah Status gizi buruk akan dapat disandang jika anak sudah
menu makanan dan frekuensi makan. memiliki tanda berat badan yang tidak berimbang
dengan umur selama 3 bulan berturut-turut, maka harus
Dari perhitungan uji statistik product moment, ditangani segera dengan pemberian makanan tambahan
diketahui bahwa ternyata ada korelasi antara asupan yang bergizi berimbang.
gizi keluarga terhadap status gizi balita (Hk diterima),
dengan kata lain semakin tinggi asupan gizi balita maka Seperti yang disampaikan gizi buruk adalah kondisi
akan semakin baik status gizi balita begitu juga tubuh yang tampak sangat kurus karena makanan yang
sebaliknya apabila semakin rendah asupan gizi keluarga dimakan setiap hari tidak dapat memenuhi zat gizi yang
akan semakin rendah status gizi balita. Dimana kaitan dibutuhkan, terutama kalori dan protein
asupan gizi balita sangat ditentukan oleh asupan gizi (Astuti,2005:1), sehingga terjadi ketidakseimbangan
yang diperoleh dari ibunya. Apabila ibu selama antara berat badan, tinggi badan dengan umur. Konsep
menyusui tidak memenuhi unsur-unsur makan ibu, ini sejalan dengan Nency (2005:3) yang menyebutkan
maka unsur gizi akan diambil dari tubuh ibu sendiri gizi buruk (severe malnutrion) diketahui dengan
sendiri sehingga dapat menyebabkan ibu mudah membandingkan antara berat badan menurut umur atau
menderita penyakit defesiensi yang akut. panjang badan dengan rujukan (standar yang telah
ditetapkan). Bila berat badan menurut umur sesuai
156
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
157
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
158
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
159
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Caroline Paskarina
Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran
e-mail: caroline.paskarina@unpad.ac.id
Abstrak PENDAHULUAN
Reformasi telah membawa begitu banyak perubahan
Tulisan ini ingin mengungkapkan formasi wacana dalam berbagai dimensi kehidupan berbangsa dan
kewarganegaraan pascareformasi di Indonesia.
bernegara, terutama yang mengarah pada menguatnya
Pascareformasi, wacana tentang kewarganegaraan justru tidak
banyak dibicarakan, seolah ada keterputusan dengan masa- demokratisasi. Berbagai praktik yang otoriter dikritisi
masa sebelumnya, yakni masa kolonial, masa awal dan diubah, termasuk juga dalam hal pembentukan
kemerdekaan, dan masa Orde Baru yang menempatkan identitas kewarganegaraan (citizenship) yang sebelum
wacana kewarganegaraan sebagai bagian dari strategi politik masa reformasi dilakukan melalui indoktrinasi.
untuk menguatkan legitimasi kekuasaan negara atas nama Pascareformasi, wacana tentang kewarganegaraan
nasionalisme. Tulisan ini berasumsi bahwa wacana justru tidak banyak dibicarakan, seolah ada
kewarganegaraan pascareformasi telah mengalami keterputusan dengan masa-masa sebelumnya, yakni
dekonstruksi sebagai akibat dari berkembangnya gagasan masa kolonial, masa awal kemerdekaan, dan masa Orde
komunitas politik dalam konteks demokratisasi. Seiring
Baru yang menempatkan wacana kewarganegaraan
meluasnya kebebasan dan persamaan, wacana
kewarganegaraan diartikulasikan dengan berbeda, sebagai sebagai bagian dari strategi politik untuk menguatkan
bagian dari isu kesetaraan gender, kepedulian sosial, legitimasi kekuasaan negara atas nama nasionalisme.
kebangkitan lokalitas, bahkan pengakuan hak asasi manusia.
Kewarganegaraan tidak lagi sekedar menyangkut suatu Pada masa pra- dan awal kemerdekaan, wacana
identitas berhadapan dengan identitas lain, tetapi banyak kewarganegaraan ditempatkan dalam kerangka nation-
identitas yang berupaya membentuk kesatuan kepentingan building bersama-sama dengan wacana nasionalisme
tanpa menghilangkan perbedaan di antaranya. Dengan dan patriotisme. Adanya musuh bersama menjadi
menggunakan analisis diskursus, studi ini bertujuan jargon utama yang memudahkan pembentukan identitas
memetakan beragam diskursus kewarganegaraan yang
kewarganegaraan dilakukan, yakni identitas sebagai
berkembang pascareformasi di Indonesia. Metode ini dapat
menggambarkan pola-pola penciptaan makna tentang warga negara Indonesia berhadapan dengan identitas
kewarganegaraan, mengungkap wacana dominan dan wacana sebagai warga negara lain. Meskipun demikian, tidak
tandingan yang membentuk diskursus kewarganegaraan. mudah untuk membangun identitas ‘Indonesia’ ketika
Tulisan ini menawarkan perspektif untuk melihat berhadapan dengan identitas etnik yang sebelumnya
kewarganegaraan sebagai identitas politik yang dibentuk telah ada. Pertemuan di antara keragaman identitas ini
melalui permainan bahasa (language game) yang yang membuat proses menjadi ‘Indonesia’ tidak pernah
mencerminkan pertarungan interpretasi yang diartikulasikan sepenuhnya bersifat dikotomis.
oleh berbagai kepentingan. Perspektif ini menjadi alternatif
untuk mengatasi kegagapan liberalisme dalam menjelaskan
Pembentukan identitas ‘Indonesia’ sebagai negara-
kewarganegaraan sebagai salahsatu identitas di antara
beragam identitas lain, dan bukan juga sebagai identitas bangsa diilustrasikan oleh Ben Anderson (1983)
tunggal yang mengatasi identitas-identitas lian, seperti dalam sebagai komunitas terbayangkan, yang menyatakan
perspektif republikanisme. Pemahaman akan bahwa sebelum terbentuknya sebuah identitas negara-
kewarganegaraan sebagai identitas yang senantiasa bangsa, telah eksis sebuah ide yang membayangkan
dikonstruksi ulang memberi peluang untuk menempatkan tendensi ke arah persatuan bangsa melalui beberapa
formasi identitas kewarganegaraan sebagai bagian dari upaya faktor pemersatu. Kendati batas-batas geografisnya
membangun budaya demokrasi yang peka akan nalar di balik ditinggalkan oleh penaklukan Belanda, tetapi
formasi wacana tersebut. komunitas terbayangkan Indonesia telah tercipta jauh
sebelum pendudukan Belanda. Karena itu, Ben
Kata Kunci: identitas politik, kewarganegaraan, wacana Anderson (1983: 12) percaya bahwa pembentukan
160
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
identitas harus dipahami bukan dengan mengaitkannya Norman, 1994; Kymlicka, 2003; Bosniak, 2001; Scott
dengan ideologi politik yang dijalankan secara sadar dan Lawson, 2001), tetapi yang belum banyak yang
diri, tetapi dengan sistem budaya yang luas yang menggunakan analisis wacana untuk memahami
mendahuluinya, di luar dari prosesnya. konstruksi wacana kewarganegaraan.Tulisan ini
menawarkan perspektif untuk melihat
Pada masa Orde Baru, negara berperan lebih dominan kewarganegaraan sebagai identitas politik yang
dalam proses pembentukan identitas kewarganegaraan. diungkapkan dalam teks, yang mencerminkan
Proses ini masih berada dalam kerangka nation building pertarungan interpretasi yang diartikulasikan oleh
yang dilekatkan dengan wacana modernisasi berbagai kepentingan. Pemahaman akan
(pembangunan) politik. Modernisasi menuntut kewarganegaraan sebagai identitas yang senantiasa
homogenisasi budaya politik. Jika homogenitas dikonstruksi ulang memberi peluang untuk
ideologis ini tidak ada, negara harus menjadi ujung menempatkan formasi identitas kewarganegaraan
tombak dalam menanamkan ‘budaya umum’ di antara sebagai bagian dari upaya membangun budaya
warga negaranya yang beraneka ragam (Hefner, 2007). demokrasi yang peka akan nalar di balik formasi
Konsekuensinya, pembentukan identitas nasional wacana tersebut.
menuntut penggantian sejumlah besar otoritas politik
tradisional, relijius, familial, dan etnis dengan sebuah Untuk menguraikan hal tersebut, tulisan ini akan
otoritas politik nasional yang sekuler dan tunggal terlebih dahulu membahas konsep dasar
(Huntington, 1968: 34). Tanpa pemangkasan kewarganegaraan, selanjutnya memetakan wacana
solidaritas-solidaritas etnorelijius yang dipromosikan kewarganegaraan yang berkembang di Indonesia
oleh negara, pembentukan identitas nasional dan pascareformasi dengan menggunakan kasus-kasus yang
persatuan bangsa seakan terancam (Hefner, 2007). muncul sebagai ilustrasi. Pada bagian akhir,
disampaikan simpulan berupa pembelajaran yang dapat
Negara memperoleh justifikasi untuk menggunakan diambil dari perkembangan wacana kewarganegaraan
pendekatan top down dalam membangun identitas tersebut bagi penguatan budaya demokrasi di
tunggal kewarganegaraan untuk kepentingan penguatan Indonesia.
persatuan dan kesatuan. Meskipun, di dalam
praktiknya, proses ini memunculkan resistensi, baik
yang bersifat manifes maupun laten, dari identitas- METODE
identitas lian yang termarginalkan. Untuk menegaskan bahwa konsep kewarganegaraan
bukan konsep yang alamiah, tetapi merupakan
Wacana pluralisme kembali menguat ketika pada konstruksi yang senantiasa ditentukan oleh perubahan-
dekade 1990-an dan 2000-an, globalisasi dan perubahan sosial, ekonomi, dan politik, maka tulisan ini
demokratisasi mengalami pasang naik. Wacana ini menggunakan metode analisis wacana untuk
dipicu oleh meningkatnya mobilitas manusia mengungkapkan makna di balik konstruksi
antarnegara yang muncul bersamaan dengan kewarganegaraan itu. Wacana diartikan sebagai
kebangkitan kembali etnis di masyarakat-masyarakat seperangkat aturan dan praktik yang menentukan
industrial maju dan menguatnya kembali etnorelijius di pemaknaan dalam suatu wilayah tertentu (Foucault,
banyak bagian dunia yang sedang berkembang (Hefner, 1972). Memahami kewarganegaraan sebagai praktik
2007). Identitas-identitas budaya semakin banyak diskursif dapat menyediakan alat analisis untuk secara
mewarnai relasi antarwarga negara, mendorong negara kritis menyingkap makna di balik berbagai kepentingan
untuk memikirkan kembali pola pengelolaan isu-isu yang melatarbelakangi produksi dan reproduksi teks
kewarganegaraan, demi memelihara keharmonisan tentang kewarganegaraan. Analisis wacana bertujuan
relasi sosial. Kewarganegaraan menjadi identitas yang mengungkapkan bagaimana kepentingan-kepentingan
lebih cair, sehingga memerlukan pendekatan yang lebih tersebut diekspresikan dan membentuk makna dari
beragam untuk mengelolanya dengan lebih inklusif. praktik kewarganegaraan.
Berangkat dari dinamika yang berlangsung dalam Penulis mengkaji sejumlah teks yang termuat dalam
periode-periode di atas, juga dengan melihat berbagai literatur untuk mengidentifikasi pernyataan-pernyataan
kecenderungan yang berkembang dewasa ini, jelas yang membentuk cara pikir dan hal-hal yang dikaitkan
bahwa kewarganegaraan bukan semata isu politik tetapi dengan kewarganegaraan. Teks yang menjadi unit
justru merupakan produk konstruksi yang lahir sebagai analisis dipilih secara acak dari bidang ilmu sosial dan
respon terhadap konteks yang berkembang. Kendati ada politik, yang memuat tentang kewarganegaraan sebagai
banyak literatur dan studi yang membahas tentang topik utama. Teks-teks ini diperoleh dari jurnal ilmiah
kewarganegaraan (Hefner, 2007; Kymlicka dan
161
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dan e-book yang diakses secara bebas melalui internet. sipil, kewarganegaraan politik, dan kewarganegaraan
Untuk mengaitkan dengan konteks Indonesia sosial. Kewarganegaraan sipil meliputi hak-hak
pascareformasi, digunakan kasus-kasus individu untuk berpendapat, menganut keyakinan
kewarganegaraan yang muncul dalam pemberitaan tertentu, dan hak kepemilikan. Konsep ini lahir sebagai
media massa. Pernyataan yang tertuang dalam bentuk implikasi dari sistem kapitalisme yang memberikan
teks tersebut menunjukkan posisi tentang keanggotaan jaminan perlindungan kepemilikan individual,
sebagai warga negara, identitas, nilai, partisipasi, dan persamaan hukum, dan kebebasan sipil. Kebebasan
pengetahuan-pengetahuan yang membentuk ekspresi politik mencakup hak untuk berpartipasi dalam proses
keyakinan tentang kewarganegaraan, yang selanjutnya politik, seperti menjadi anggota dari lembaga-lembaga
mencerminkan makna dari kewarganegaraan sekaligus politik, atau memilih anggota dari lembaga-lembaga
memilah mana makna yang lebih dapat diterima dan tersebut. Konsep ini lahir sebagai konsekuensi dari
mana yang tidak (Johnstone, 2002). Pilihan-pilihan dan berkembangnya demokrasi perwakilan dan munculnya
klaim-klaim tersebut mengarah pada produksi, kelas menengah baru yang berperan penting dalam
reproduksi, dan kontestasi dari makna tentang demokratisasi. Konsep kewarganegaraan sosial mulai
kewarganegaraan. berkembang pada abad ke-20 mencakup perwujudan
hak-hak yang lebih luas, mulai dari hak untuk
Analisis tekstual dipakai untuk mengidentifikasi memperoleh kesejahteraan ekonomi dan keamanan
dimensi-dimensi sebagai berikut: (a) klaim yang hingga hak untuk memperoleh kehidupan yang layak.
dinyatakan oleh pengarang; (b) pilihan kata (kosa kata, Konsep ini lahir sebagai konsekuensi dari
slogan, gaya penulisan) yang dipakai pengarang; (c) berkembangnya praktik negara kesejahteraan yang
nilai-nilai politik yang terkandung dalam teks; dan (d) mengubah relasi antara negara dan warga negara.
konteks yang melatarbelakangi teks tersebut. Dengan
menganalisis dimensi-dimensi tersebut, tulisan ini ingin Konsep-konsep di atas menunjukkan bahwa definisi
mengungkapkan apa yang ingin dinyatakan oleh dan ruang lingkup kewarganegaraan yang terus
pengarang teks tersebut, apa ekspresi atau istilah yang mengalami perkembangan secara dinamis, menjadi
digunakan untuk mengidentifikasi identitas semakin kompleks. Dinamika ini juga turut mewarnai
kewarganegaraan, serta nilai-nilai apa yang ingin kontestasi makna yang lahir dari pergeseran ruang
diperjuangkan oleh para penulis teks tersebut. Setelah lingkup kewarganegaraan. Berdasarkan hasil analisis,
menganalisis hal-hal tersebut, dapat diidentifikasi pola- terdapat 2 (dua) kategori wacana yang saling
pola wacana kewarganegaraan, yang dapat berkontestasi dalam membentuk konsep
menggambarkan bagaimana kewarganegaraan kewarganegaraan di Indonesia pascareformasi. Wacana
dideskripsikan, perbedaan-perbedaan dalam klaim dominan dibangun oleh dua kerangka konseptual, yakni
tentang bagaimana seharusnya karakteristik warga civic republikan dan liberal. Sementara itu, wacana
negara yang baik. tandingan muncul melalui sejumlah diskursus kritis
yang antara lain dibangun di atas klaim-klaim feminis,
HASIL DAN PEMBAHASAN rekonstruksionis, kultural, dan transnasional.
Secara umum, kewarganegaraan mengandung sejumlah
unsur, yakni: (a) memberi status keanggotaan bagi Pada bagian ini akan diuraikan karakteristik dari setiap
individu di dalam unit politik tertentu; (b) memberi wacana dan bagaimana masing-masing membentuk
identitas politik bagi individu; (c) membentuk konstruksi makna kewarganegaraan yang berkembang
seperangkat nilai, yang umumnya diinterpretasikan di Indonesia.
sebagai komitmen bagi kebaikan bersama dari unit
politik tertentu; (d) mencakup partisipasi dalam proses
politik; serta (e) meliputi upaya-upaya memperoleh dan Wacana Dominan: Pengakuan Negara
menggunakan pengetahuan dan pemahaman tentang Wacana kewarganegaraan yang dibangun di atas klaim
hukum, dokumen, struktur, dan proses pemerintahan civic republikan mengedepankan nilai-nilai kecintaan
(Enslin, 2000). Kewarganegaraan, dengan begitu, kepada tanah air dan pengabdian kepada komunitas
mencakup pemberian keanggotaan, identitas, nilai, dan politik formal (pemerintah atau negara). Sebagai
hak-hak untuk berpartisipasi berdasarkan pengetahuan anggota dari suatu komunitas politik, identitas warga
politik tertentu. negara dibentuk melalui pengenalan akan pengetahuan
tentang karakteristik yang membentuk warga negara
Konsep lainnya dikemukakan oleh Marshall (dalam yang baik, antara lain ditandai oleh komitmen terhadap
Katz, 2001) yang membagi lingkup kewarganegaraan negara, penghormatan terhadap simbol-simbol negara,
ke dalam 3 (tiga) kategori, yakni kewarganegaraan dan aktif berpartisipasi untuk kepentingan bersama,
yang terutama dilakukan melalui pemberian suara
162
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dalam pemilihan umum, bergabung dalam partai mode partisipasi yang bersifat kooperatif dan suportif
politik, atau aktivitas-aktivitas sipil lainnya). Teks-teks terhadap institusi kenegaraan formal. Hal ini
utama yang mendukung wacana civic republikan ini dijustifikasi oleh kewajiban warga negara untuk
dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen regulasi mematuhi berbagai peraturan yang dibuat oleh negara
negara, mulai dari Konstitusi hingga peraturan dan menghormati institusi-institusi formal kenegaraan.
perundang-undangan yang lebih operasional. Konsep ‘tanggung jawab’ seringkali dihadapkan
dengan konsep ‘hak’, sehingga berbicara tentang
Karakter utama dari wacana ini adalah patriotisme yang kewarganegaraan dalam konteks civic republikan
dimanifestasikan melalui berbagai bentuk aktivitas menyangkut hubungan negara dengan warganya dalam
sipil, baik melalui yang bersifat formal melalui hal perwujudan hak dan tanggung jawab (kewajiban)
pengabdian dalam institusi-institusi kenegaraan warga negara. Kesetiaan warga negara untuk memenuhi
maupun melalui berbagai aktivitas sosial untuk tanggung jawabnya lebih penting ketimbang
kepentingan umum (Etzioni, 1993; Ravitch dan pemenuhan hak-hak karena tujuan dari
Viteritti, 2001). Nilai-nilai ini yang melandasi berbagai kewarganegaraan adalah untuk mencapai kepentingan
praktik untuk menumbuhkan rasa patriotisme dan bersama, bukan sekedar pemenuhan hak-hak warga
nasionalisme. Maraknya kemunculan figur-figur negara.
politisi yang mengedepankan simbol-simbol
patriotisme merupakan fenomena yang menjadi bukti Pada sisi yang lain, wacana dominan kewarganegaraan
bahwa wacana civic republikan masih kuat juga dibangun di atas klaim politik liberal, yang
mendominasi konsepsi kewarganegaraan di Indonesia mengedepankan pengakuan atas kebebasan individual.
pascareformasi. Konsepsi ini juga marak dipraktikan Berbeda dengan civic republikan yang lebih
oleh pemerintahan Orde Baru bahkan melalui institusi mengutamakan pemenuhan kewajiban warga negara,
yang sistemik, antara lain melalui kurikulum wacana liberal justru mengutamakan hak-hak individu
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, untuk membentuk, memperbaharui, dan mengejar
penataran P4, dan penyelenggaraan upacara bendera di hasratnya akan kehidupan yang baik dengan tetap
seluruh instansi resmi pemerintahan. Namun, berbeda memperhatikan penghormatan akan hak-hak orang lain
dengan praktik di masa Orde Baru yang cenderung (Abowitz dan Harnish, 2006). Pengakuan akan hak-hak
state-centered dan menggunakan pendekatan individu ini mengarah pada pengakuan akan kesetaraan
indoktrinasi, wacana civic republikan di masa atau kemampuan semua orang, khususnya mereka yang
pascareformasi mengalami revitalisasi melalui semula termarginalkan untuk sepenuhnya
munculnya isu kedaulatan negara dan kebanggaan akan melaksanakan kebebasannya dalam masyarakat.
kejayaan bangsa.
Dalam wacana ini, identitas kewarganegaraan
Wacana Indonesia sebagai negara maritim, misalnya dikonstruksi dalam konteks komunitas politik yang
yang dimunculkan oleh pemerintahan Jokowi, dapat lebih sempit, dengan fokus yang lebih besar pada
menjadi ilustrasi revitalisasi wacana civic republikan prosedur untuk menjamin proses pemerintahan dan
untuk membangun kembali identitas nasional kebijakan yang lebih adil dan inklusif (Gutmann, 2000).
berdasarkan warisan kejayaan historis yang Formasi wacana kewarganegaraan yang bercorak
digabungkan dengan potensi sumber daya (laut) bagi liberal lebih menekankan pentingnya kemandirian
kejayaan masa depan. Dalam konteks persaingan individu untuk melaksanakan kebebasan, hak, dan
global, kemunculan wacana negara maritim turut kewajibannya (McLaughlin, 1992; Shafir, 1998),
berperan menumbuhkan jiwa patriotisme terutama sehingga klaim utama yang menandai konstruksi
ketika berkompetisi dengan negara-negara lain dalam identitas kewarganegaraan dalam formasi wacana
hal pengelolaan sumber daya. Karena itu, besarnya liberal adalah otonomi, yang diartikan sebagai sikap
dukungan publik terhadap keberanian Menteri kritis warga negara terhadap segala bentuk otoritas
Perikanan dan Kelautan dalam memperjuangkan (Kymlicka, 1999). Karena itu, kemampuan untuk
eksistensi Indonesia di wilayah perairan sesungguhnya berpikir dan bertindak rasional menjadi sangat penting
bukan semata menggambarkan prestasi Menteri Susi untuk membangun identitas kewarganegaraan.
Pujiastuti, tetapi juga membuktikan bahwa identitas Kapasitas ini menjadi penting karena warga negara
kebangsaan dapat dibentuk melalui aksi-aksi patriotik diharapkan menjadi subjek yang berpartisipasi aktif
yang membangkitkan memori akan kejayaan di masa dalam penyelenggaraan pemerintahan (Benhabib,
lampau. 1992; Habermas, 1996; Cohen, 1996; Gutmann dan
Thompson, 1996). Untuk itu, identitas warga negara
Formasi wacana kewarganegaraan yang dibangun di yang baik menurut formasi wacana liberal adalah
atas klaim civic republikan sangat menekankan pada individu-individu yang mandiri, berpikir terbuka,
163
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
memiliki kapasitas untuk menghormati hak-hak orang kewarganegaraan. Dalam literatur-literatur posmodern
lain, kemampuan untuk mengevaluasi kinerja dan dekonstruksionis, para feminis juga menekankan
pemerintah, dan kesediaan untuk berpartisipasi dalam konstrusi difference dan kekuasaan sebagai aspek-
ruang publik (Rawls, 1993; Galston, 1991). Dalam aspek sentral dalam teorisasi kewarganegaraan untuk
konteks ini, kemunculan berbagai ruang publik yang mengubah secara radikal konsepsi ‘perempuan’ dalam
memanfaatkan media online menandai praktik dunia politik. Mouffe (1992) menekankan pentingnya
kewarganegaraan dalam perspektif deliberatif ini. memahami kewarganegaraan bukan sebagai identitas
tunggal, tetapi sebagai pluralitas dari ikatan-ikatan
Formasi wacana kewarganegaraan dalam konstruksi khusus dan untuk penghargaan terhadap kebebasan
wacana dominan menunjukkan negara sebagai arena individu. Klaim feminis mempertanyakan ulang
utama dalam mengampu kewarganegaraan. Negara sentralitas negara-bangsa sebagai pengampu
menjadi institusi yang memberikan pengakuan akan kewarganegaraan dan ketunggalan identitas yang
identitas warga negara, baik dalam lingkup yuridis melahirkan kriteria tertentu yang justru membatasi
formal, maupun dalam lingkup politik. perempuan untuk masuk ke dalam kriteria tersebut
Kewarganegaraan dalam formasi wacana dominan karena praktik-praktik pemilahan yang patriakhis.
adalah soal pengakuan hak dan kewajiban para anggota
suatu negara untuk berpartisipasi aktif dan kritis demi Klaim kebudayaan mempertanyakan bagaimana
mendukung keberlangsungan tata kelola pemerintahan. etnisitas, budaya-budaya minoritas, dan kelompok-
Kasus-kasus kewarganegaraan yang muncul di kelompok budaya lainnya menganggap
Indonesia pascareformasi masih berkutat pada kewarganegaraan sebagai peran dan identitas yang
persoalan pembentukan identitas nasional dan status harus ditebus dengan ‘harga’ atau pengorbanan yang
keanggotaan sebagai warga negara. Hal ini tergambar sangat mahal. Hal ini terjadi karena identitas
jelas dalam kasus Archandra Tahar dan Gloria Himmel kewarganegaraan seringkali diperoleh melalui asimilasi
yang menjadi perdebatan karena status dwi yang malah menghilangkan identitas kultural yang
kewarganegaraannya. Kendati keduanya dinilai semula ada. Seperti juga klaim feminis yang
memiliki potensi besar untuk berkontribusi bagi mengkritisi ketunggalan identitas kewarganegaraan,
Indonesia, tetapi argumentasi yuridis-formal yang klaim kultural juga mempertanyakan ulang proses
menguat dalam perdebatan tentang status pembentukan identitas tersebut yang berlangsung
kewarganegaraan keduanya menunjukkan bahwa isu melalui proses asimilasi. Proses ini justru mengabaikan
keanggotaan masih menjadi persoalan krusial dalam heterogenitas identitas yang telah ada jauh sebelum
wacana kewarganegaraan di Indonesia. Dalam formasi identitas nasional dibentuk oleh negara. Klaim ini
ini, kendati mulai ada keberimbangan dalam relasi mempermasalahkan konstruksi identitas nasional yang
kekuasaan antara negara dan warga negara, tetapi isu- justru menjadi penyebab hilangnya pembedaan-
isu kewarganegaraan yang diakui terbatas pada pembedaan kultural. Wacana dominan yang dibangun
perwujudan dari hak dan kewajiban yang bersifat di atas klaim modernitas politik seringkali
politik. menyebabkan identitas-identitas tradisional
terpinggirkan dalam proses lahirnya identitas nasional.
Wacana Tandingan: Pengagenan Kewarganegaraan Formasi wacana kewarganegaraan yang dibentuk oleh
Pada sisi lain, muncul formasi wacana klaim kultural mencoba menempatkan
kewarganegaraan yang dikonstruksi atas dasar klaim kewarganegaraan dan keanggotaan warga negara secara
yang berbeda. Wacana kritis memunculkan berbagai isu politik sebagai aktivitas yang penuh dengan
baru yang mempertanyakan kembali tentang pertarungan dalam ranah budaya, representasi,
keanggotaan, identitas, dan keterlibatan sebagai esensi penyebutan, bahasa, hak-hak minoritas, dan
kewarganegaraan. Wacana ini mencoba menggali inklusivitas. Konstruksi identitas kewarganegaraan,
agenda-agenda liberal dari kebebasan manusia dengan dengan begitu, adalah proses yang dibentuk oleh upaya-
berfokus pada pengeksklusian yang terjadi akibat upaya untuk memperoleh pengakuan sebagai bagian
perbedaan-perbedaan gender, budaya, etnisitas, dari identitas suatu negara-bangsa.
kebangsaan, ras, seksualitas, atau strata sosial-ekonomi.
Wacana tandingan ini diperkuat oleh klaim-klaim Klaim konstruksionis menggunakan argumen-argumen
feminis, kultural, rekonstruksionis, dan transnasionalis. progresif untuk mempertanyakan mengapa partisipasi
Klaim feminis antara lain muncul dalam tulisan aktif dan kritis dari masyarakat demokratis telah
Noddings (1992) yang menunjukkan bahwa berbagai diabaikan dalam konseptualisasi kewarganegaraan
studi tentang kehidupan, kerja, dan kontribusi sosial yang bercorak liberal. Klaim ini terutama berfokus pada
kaum perempuan telah membawa pergeseran dalam warga negara yang termarginalkan dalam proses politik
studi-studi sosial, termasuk dalam hal kajian dan berupaya memperjuangkan hak dan posisi tawar
164
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dari kelompok-kelompok marginal dengan baik di tingkat lokal, nasional, maupun global
merekonstruksi strata sosial. Klaim ini menggeser (Kymlicka dan Norman, 1994). Dengan demikian,
formasi wacana kewarganegaraan ke ranah sosial- konsep itu telah berkembang melebihi batas-batas
ekonomi, mencakup hak-hak untuk memperoleh negara bangsa yang selama ini dianggap sebagai
pekerjaan, jaminan keamanan ekonomi, pendidikan, pengampu kewarganegaraan, dan menempatkan peran
dan kesehatan (Wilson, 1994). Identitas penting aktor-aktor non-negara dalam ‘peng-aku-an’
kewarganegaraan dalam klaim ini dibentuk sebagai (claiming), monitoring dan penguatan hak-hak itu
kapasitas warga negara untuk mempertanyakan ulang sendiri (Nyamu-Musembi 2002).
dan mengkritisi mengapa institusi-institusi formal
kenegaraan tidak berfungsi optimal bagi seluruh warga Berbagai sumber yang dirujuk itu menunjukkan adanya
negara. kebutuhan untuk memahami bagaimana hak dan
kewargaan dibentuk oleh konteks sosial, politik dan
Wacana tandingan juga dibangun atas dasar klaim budaya yang berbeda. Demikian pula, konsepsi hak dan
transnasionalis yang mengkonstruksi identitas kewargaan yang universal itu telah dijembatani oleh
kewarganegaraan dalam lingkup lokal, nasional, dan relasi-relasi kekuasaan, hirarki sosial, dan seringkali
internasional. Warga negara dalam klaim ini adalah kompetisi identitas, yang secara sekaligus dapat
individu yang mengidentifikasi dirinya bukan hanya melibatkan sebagian suara dan identitas dan
berdasarkan kebangsaannya tetapi juga dengan
menyingkirkan yang lain. Pada saat yang sama,
komunitas-komunitas lain melintasi batas-batas
perlawanan-perlawanan yang dilakukan warga negara
teritorial negara. Konsepsi keanggotaan menjadi lebih
di berbagai pelosok dunia untuk mengartikulasikan dan
cair dan membuka peluang yang lebih luas bagi
partisipasi warga negara dalam berbagai asosiasi lokal menyatakan persepsi mereka dan mempraktekkan
dan global. Kekuasaan yang lebih luas bagi warga kewarganegaraan dalam kehidupan mereka sehari-hari,
negara dan sebaliknya peran negara yang lebih kecil meski telah dilindungi hukum dan mekanisme yang
merefleksikan argumen populis yang mendasari klaim disediakan negara tidak akan cukup tanpa kehadiran
transnasionalis, seperti juga pada klaim-klaim lain yang aktor-aktor non-negara itu sendiri.
mendasari wacana kritis tentang kewarganegaraan. Isu
diaspora merupakan ilustrasi kasus yang dapat
digunakan untuk menggambarkan kebangkitan klaim SIMPULAN
transnasionalis dalam konstruksi identitas Wacana kewarganegaraan pascareformasi telah
kewarganegaraan Indonesia saat ini. Dengan makin mengalami dekonstruksi sebagai akibat dari
maraknya fenomena migrasi dan mobilitas penduduk berkembangnya gagasan komunitas politik dalam
Indonesia melampaui batas-batas wilayah negara, konteks demokratisasi. Seiring meluasnya kebebasan
keberadaan para diaspora di berbagai penjuru dunia dan persamaan, wacana kewarganegaraan
menjadi potensi sekaligus tantangan yang memerlukan diartikulasikan dengan berbeda, sebagai bagian dari isu
pengelolaan komprehensif. kesetaraan gender, kepedulian sosial, kebangkitan
lokalitas, bahkan pengakuan hak asasi manusia.
Formasi wacana tandingan yang dibangun di atas Kewarganegaraan tidak lagi sekedar menyangkut suatu
klaim-klaim kritis tidak hanya mempertanyakan ulang identitas berhadapan dengan identitas lain, tetapi
konsepsi dasar kewarganegaraan, seperti siapa yang banyak identitas yang berupaya membentuk kesatuan
memenuhi syarat sebagai warga negara? Apa dasar kepentingan tanpa menghilangkan perbedaan di
mereka mendapatkannya? Apakah ia terkait dengan antaranya.
negara-bangsa, atau mereka berkembang melebihi
batas-batas negara bangsa itu? Formasi wacana Ada sejumlah poin simpulan penting yang perlu
tandingan juga menggeser konstruksi kewarganegaraan digarisbawahi. Masih terdapat dominasi dari klaim-
sebagai produk dari kapasitas agen dalam merespon klaim civic republikan dan liberal dalam wacana
dinamika perubahan sosial-ekonomi di tingkat lokal kewarganegaraan di Indonesia saat ini, seperti
dan global. Pemikiran ini berpendapat bahwa tergambar dari masih kuatnya kaitan antara
kewarganegaraan itu dapat dicapai melalui kewarganegaraan dengan peran negara sebagai institusi
‘pengagenan’ (agency) kewarganegaraan itu sendiri, formal yang memberi pengakuan atas identitas
yang pada dasarnya memiliki identitas yang berbeda- kewarganegaraan. Meskipun demikian, harus diakui
beda. Sebagai sebuah pendekatan, hak-hak yang bahwa mulai muncul pandangan-pandangan kritis
dimaksudkan juga dikembangkan dari hak-hak sipil dan terhadap praktik-praktik formal tersebut, yang muncul
politik, hingga juga mencakup hak-hak ekonomi, sosial sebagai konsekuensi dari menguatnya civil society dan
dan budaya, termasuk pula hak untuk berpartisipasi, aktor-aktor supra negara. Klaim-klaim yang dibangun
165
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
di atas kerangka berpikir feminis, kultural, dan Benhabib, S. 1992. Situating the Self: Gender, Community and
Postmodernism in Contemporary Ethics. New York:
rekonstruksionis turut berperan melahirkan bentuk- Routledge.
bentuk baru agensi civic, identitas, dan keanggotaan Bosniak, L. 2001. Dalam T. A. Aleinikoff dan D. Klusmeyer (Eds).,
dalam konsep kewarganegaraan. Bahkan, klaim Citizenship Today: Global Perspectives and Practices (hal.
transnasionalis juga turut memperkaya wacana 237–252). Washington, DC: Carnegie Endowment for
International Peace
kewarganegaraan dengan menyilangkan konsep Cohen, J. 1996. Dalam S. Benhabib (Ed.), Democracy and difference:
geografis negara dengan kosmopolitanisme dan Contesting the boundaries of the political (hal. 95–119).
transnasionalisme, yang membentuk makna dan Princeton: Princeton University Press.
praktik-praktik baru dalam berwarga negara. Enslin, P. 2000. Dalam M. Leicester, C. Modgil, dan S. Modgil
(Eds.), Politics, Education and Citizenship (hal. 149–150). New
York: Falmer Press.
Wacana kritis dan kosmopolitan melahirkan Etzioni, A. 1993. The spirit of Community: Rights, Responsibilities,
pertanyaan-pertanyaan baru tentang identitas (siapa and the Communitarian Agenda. New York: Crown Publishing.
sesungguhnya warga negara itu?), keanggotaan (siapa Foucault, M. 1972. Archeology of Knowledge. New York: Harper
Colophon Books.
yang menjadi anggota suatu negara, bagaimana dengan Galston, W. A. 1991. Liberal purposes; Goods, virtues and duties in
batas-batas negara dalam konteks transnasional), dan the liberal state. Cambridge, UK: Cambridge University Press.
kapasitas agensi (bagaimana seharusnya warga negara Gutmann, A. 2000. Dalam L. M. McDonnell, P. M. Timpane, dan R.
yang baik berperilaku). Pertanyaan-pertanyaan ini Benjamin (Eds.), Rediscovering the Democratic Purposes of
Education (hal. 73–90). Lawrence: University Press of Kansas.
diperdebatkan di seluruh dunia oleh para ilmuwan dan Gutmann, A., dan Thompson, D. 1996. Democracy and
aktivis, para pemikir politik, dan organisasi-organisasi Disagreement. Cambridge: Harvard University Press.
supra negara lainnya. Meskipun demikian, wacana Habermas, J. 1996. Dalam S. Benhabib (Ed.), Democracy and
kritis ini masih sebatas perdebatan atau isu-isu semata, difference: Contesting the boundaries of the political (hal. 21–
30). Princeton: Princeton University Press.
belum mewarnai kebijakan-kebijakan formal yang Hefner, R.W. 2007. Politik Multikulturalisme: Menggugat Realitas
mengatur tentang kewarganegaraan. Implikasinya, Kebangsaan. Yogyakarta: Kanisius.
secara formal praktik pengaturan kewarganegaraan Hutington, S. P. 1968. Political Order in Changing Societies.
masih merujuk pada pola-pola konvensional, padahal London: Yale University Press.
Johnstone, B. 2002. Discourse Analysis. Malden, MA: Blackwell
dalam perdebatan sehari-hari, isu kewarganegaraan Publishers.
sudah sangat beragam dan meluas seperti yang Katz, M. B. 2001. The price of Citizenship: Redefining the American
ditunjukkan oleh wacana kritis. Welfare State. New York: Metropolitan Books/Henry Holt.
Kymlicka, W. 1999. Dalam M. Halstead dan T. H. McLaughlin
(Eds.), Education in Morality (hal. 79–101). New York:
Temuan tersebut menegaskan perlunya membuka ruang Routledge
bagi masuknya pendekatan-pendekatan baru ke dalam _____. 2003. Kewargaan Multikultural. Jakarta: LP3ES.
kebijakan-kebijakan pengelolaan kewarganegaraan. Mouffe, C. 1992. Dalam J. Butler dan J.W. Scott (Eds.), Feminists
Kebijakan-kebijakan ini dalam lingkup yang theorize the political (hal. 369–384). New York: Routledge.
Noddings, N. 1992. The challenge to care in schools. New York:
komprehensif, mencakup mulai dari kurikulum Teachers College Press.
pendidikan kewarganegaraan hingga pada berbagai Nyamu-Musembi, C. 2002. Dalam Gaventa, J. Introduction;
ragam pengaturan praktik kewarganegaraan kekinian, Exploring Citizenship, Participation and Accountability, IDS
misalnya dalam hal pengelolaan diaspora atau ragam Bulletin Vol. 33, No. 2, 2002. Brighton: Institute of
Development Studies, University of Sussex.
identitas etnis-relijius yang hingga kini masih Rawls, J. 1993. Political Liberalism. New York: Columbia University
terabaikan. Press.
Ravitch, D., dan Viteritti, J. P. (Eds.). 2001. Making Good Citizens:
Education and Civil Society. New Haven, CT: Yale University
Press.
---***--- Scott, D., dan H. Lawson. 2001. Dalam A. Ross (Ed.), Learning for a
Democratic Europe (hal. 349–356). London: Children’s
DAFTAR PUSTAKA Identity and Citizenship in Europe.
Shafir, G. 1998. Dalam G. Shafir (Ed.), The citizenship debates: A
(Paper) reader (hal. 1–28). Minneapolis: University of Minnesota Press.
Abowitz, K.K., dan J. Harnish. 2006. Contemporary Discourse of Wilson, W. J. 1994. Dalam B. V. Steenbergen (Ed.), The condition of
Citizenship. Review of Educational Research, Vol. 76 (4): 653- citizenship (hal. 49–65). Thousand Oaks, CA: Sage
690. Publications.
Kymlicka, W., dan W. Norman. 1994. Return of the Citizen: A
Survey of Recent Work on Citizenship Theory. Ethics, 104,
352–381.
McLaughlin, T. H. 1992. Citizenship, diversity and education: A
philosophical perspective. Journal of Moral Education, 21(3),
235–250.
166
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Abstrak PENDAHULUAN
Civil society Organization (CSO) merupakan salah satu Perkembangan civil society pada masa Orde Baru dirasakan
bagian kelembagaan politik yang penting dan diakui tidak mendukung demokratisasi di Indonesia, eksistensi
keberadaannya. CSO merupakan sektor publik yang civil society sebagai kelompok menengah yang independen
mengedepankan kepedulian sosial atau personal di samping dan kritis terhadap penyelewengan negara tidak tampak di
negara dan swasta. Terbukanya ruang di awal masa masa Orde Baru. Pada era tersebut tidak nampak partisipasi
reformasi menyebabkan peran CSO mengalami puncaknya. aktif dari civil society dalam perumusan kebijakan, tidak
ada kebebasan pers, tidak ada kebebasan berkumpul dan
Peran CSO merupakan peran politik, karena bekerja untuk berserikat, dan tidak tampak pula civil society yang
kepentingan umum dan berorientasi kepada upaya melakukan fungsi pengawasan terhadap pemerintah.
meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi. Peran politik Sehingga pemerintah Orde Baru dapat berkuasa secara
civil society tersdebut tidak hanya menjadi aktor yang dapat otoriter dan sesuka hati. Akan tetapi, di akhir rejim Orde
memfasilitasi proses demokratisasi dan mempertahankan Baru berkuasa di Indonesia, telah tumbuh kelompok-
demokrasi di suatu negara, tetapi juga ada anggapan kelompok menengah yang mulai kritis dan menempatkan
organisasi civil society bisa menjadi perusak dalam proses dirinya sebagai oposisi pemerintah sampai akhirnya
demokratisasi tersebut. Peran CSO dalam demokratisasi mampu meruntuhkan rejim Orde Baru.
adalahd menyebarkan nilai-nilai demokrasi seperti
partisipasi politik, human right, keadilan, keterbukaan dan Pada awal reformasi, kajian tentang civil society menjadi
lainnya. Sehingga tujuan makalah ini adalah untuk kajian yang cukup menarik bagi para akademisi dan peneliti
mendeskripsikan secara konseptual peran civil socety baik di dalam ataupun di luar negeri untuk mengamati peran
organization dan menganalisis praktik bagaiman organisasi civil society di Indonesia terutama dikaitkan dengan proses
civil society di Indonesia pada masa reformasi memainkan demokratisasi yang sedang berlangsung di Indonesia pada
perannya sebagai agen demokrasi. saat itu.
Tulisan ini merupakan kajian literatur yang akan Pada masa reformasi, Civil society Organization (CSO)
menganalisis informasi berdasarkan literatur yang terkait dianggap sebagai salah satu bagian kelembagaan politik
dengan judul makalah ini. Literatur yang dimaksud berupa yang penting dan diakui keberadaannya. CSO merupakan
buku dan media massa yang menulis tentang peran civil merupakan sektor publik yang mengedepankan kepedulian
society di Indonesia. sosial atau personal di samping negara dan swasta.
Terbukanya ruang di awal masa reformasi menyebabkan
Berdasarkan hasil analisis terhadap literatur tersebut maka peran CSO mengalami puncaknya. Kelompok-kelompok
dapat dijelaskan bahwa pada saat peran organisasi civil tersebut ada yang tumbuh dengan modal dan program
society di Indonesia masih kurang sesuai sasaran, tidak sendiri, ada yang membawa misi donor, dan ada juga yang
semua organisasi bekerja dengan tujuan menanamkan nilai- menjadi mitra pemerintah dalam menjalankan program-
nilai demokrasi, akan tetapi bekerja secara pragmatis untuk program pemerintah, bahkan ada Lembaga Swadaya
kepentingan kelompok tertentu atau kelompoknya sendiri, Masyarakat (LSM) yang merupakan bentukan pemerintah.
sehingga wajar jika muncul anggapan masyarkat yang
mengatakan cso sebagai perusak demokrasi itu sendiri. Peran CSO merupakan peran politik, karena bekerja untuk
Sehingga dengan maraknya civil society tidak berbanding kepentingan umum dan berorientasi kepada upaya
lurus dengan derajat demokrasi secara essensial. Dengan meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi. Peran politik
demikian, masih banyak yang harus dibenahi dari peran civil society tersdebut tidak hanya menjadi aktor yang dapat
civil society untuk mengembalikan perannya secara memfasilitasi proses demokratisasi dan mempertahankan
seutuhnya. demokrasi di suatu negara, tetapi juga organisasi civil
society bisa menjadi perusak dalam proses demokratisasi
Kata Kunci: Civil society, CSO, Budaya Demokrasi dan tersebut ( (Hadiwinata, Juli 2005: 15).
Demokratisasi di Indonesia
167
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
168
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
4. Toleransi, adalah sikap atau sifat toleran. Toleran guna mencapai kesejahteraan tanpa penindasan baik fisik
artinya bersikap menenggang (menghargai, maupun sistemik.
membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dll) Oleh karena itu, civil society merupakan suatu bentuk
yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian hubungan antara negara dengan sejumlah kelompok sosial,
sendiri. misalnya keluarga, kalangan bisnis, asosiasi masyarakat,
5. Menghormati Kejujuran, adalah keterbukaan untuk dan gerakan-gerakan sosial yang ada dalam negara, namun
menyatakan kebenaran, agar hubungan antar pihak sifatnya independen terhadap negara. Itulah yang disebut
berjalan baik dan tidak menimbulkan benih-benih dengan civil society. (Eisenstadt dalam Lipset, 1995: 240).
konplik di masa depan. Jadi, Civil society adalah sebuah masyarakat, baik secara
6. Menghormati penalaran, adalah penjelasan mengapa individual maupun secara kelompok dalam negara yang
seseorang memiliki pandangan tertentu, membela mampu berinteraksi dengan negara secara indipenden.
tindakan tertentu,dan menuntut hal serupa dari orang
lain. Kebiasaan memberipenalaran akan Carothers and Ottaway (2000: 9) mendefinisikan civil
menumbuhkan kesadaran bahwa ada banyakalternatif society sebagai berikut:
sumber informasi dan ada banyak cara untuk “an intermediate associational realm between state and
mencapai tujuan. family populated organizations which are separate from the
7. Keadaban, adalah ketinggian tingkat kecerdasan lahir- state. Enjoy autonomy in relation to the state and are
batin atau kebaikan budi pekerti. Perilaku yang formed voluntary by members of the society to protect or
beradab adalah perilaku yang mencerminkan extent their interests or values”
penghormatan terhadap dan mempertimbangkan
kehadiran pihak lain yang tercermin dalam sopan Definisi tersebut mengatakan bahwa civil society
santun, dan beradab. merupakan perantara antara negara dengan masyarakat,
yang terdiri dari organisasi non negara yang dibentuk secara
Prinsip-prinsip demokrasi secara umum meliputi : sukarela, bertujuan untuk melindungi kepentingan dan
a. Kekuasaan suatu negara sebenarnya berada di tangan nilai-nilai yang mereka patuhi. CSO sendiri selanjutnya
rakyat atau kedaulatan ada di tangan rakyat. dijelaskan mencakup serikat buruh, asosiasi bisnis,
b. Masing-masing orang bebas berbicara, mengeluarkan koperasi, asosiasi pengusaha, kelompok agama, asosiasi
pendapat, beda pendapat, dan tidak ada paksaan. perdagangan, kelompok rekreasi dan think tank.
Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila adalah : Kedudukan dan Peran civil society dapat digambarkan
a. Kedaulatan di tangan rakyat seperti di bawah ini:
b. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi
manusia
c. \Pemerintahan berdasar hukuk (konstitusi)
d. Peradilan yang bebas dan tidak memihak
e. Pengambilan keputusan atas musyawarah
f. Adanya partai plitik dan organisasi sosial politik
169
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
demokrasi di ranah politik. Dengan demikian, civil society dihasilkan dari interaksi yang aktor sosial dalam civil
adalah pelengkap analitis penting bagi dikotomi negara society.
pasar.
Istilah Civil society juga telah dibajak dalam mengejar
Menjaga keseimbangan politik antara negara adikuasa berbagai proyek pembangunan atau politik. Teori
dengan masyarakat yang tertekan adalah prioritas penting pembangunan neopopulis dan praktisi memuji kebaikan
bagi kekuatan politik, civil society telah menjadi alat akar rumput LSM sebagai paradigma partisipasi sosial dan
intelektual yang berguna dalam konteks terpisah di blok bangunan potensi demokrasi; liberal ekonomi
Amerika Selatan, Afrika sub-Sahara dan Taiwan. mendukung kasus mereka untuk deregulasi dan privatisasi
dengan menekankan bagaimana langkah-langkah ini
Civil society sering berfungsi sebagai gambaran kontra berkontribusi pada munculnya kelas bisnis untuk
yang ideal, seperti perwujudan kebajikan sosial mengimbangi dan mendisiplinkan kepatuhan negar;
menghadapi wakil politik: ranah kebebasan versus ranah berdasarkan biaya pemotong melihat pelimpahan fungsi
paksaan, partisipasi terhadap hierarki, pluralisme pemerintah dengan organisasi sukarela sebagai cara
dibandingkan kesesuaian, spontanitas dibandingkan ideologis untuk mengurangi belanja negara; pemikir
manipulasi, kemurnian dibandingkan korupsBatasam konservatif melihatnya sebagai cara melestarikan
tentang civil society lainnya dikemukaka olen beberapa ahli solidaritas sosial tradisional dalam menghadapi gangguan
berikut dalam tulisan Gordon White yang dimuat dalam yang disebabkan oleh pasar; dan sosialis radikal nol dalam
bukunya Burnell Peter sebagai berikut: pada potensi
Pertama, Lise Rakner, civil society sebagai organisasi yang Hubungan Civil society dan Demokrasi
benar-benar berinteraksi dengan Negara sebagai lawan, Sebagaimana dikemukakan Gordon White (dalam Burnell
misalnya, untuk organisasi masyarakat terpencil, kelompok 2004) Gagasan civil society merupakan pusat diskusi
kekerabatan, beberapa masyarakat religius dan kelompok- demokratisasi karena menimbulkan isu sentral tentang
kelompok swadaya yang terletak di masyarakat pedesaan
peran kekuatan sosial dalam mendefinisikan,
yang berdiri terpisah dari negara dan menghindari semua
kontak dengan negara mengendalikan dan melegitimasi kekuasaan negara.
Kedua, Jean-François Bayart menggambarkan civil society Dalam perdebatan pembangunan, ia sipil, dalam bentuk
dengan gagasan antagonisme antara negara dan modern, dapat memainkan peran politik penting tidak
masyarakat, membatasi istilah untuk organisasi-organisasi hanya dengan menghancurkan pemerintahan otoriter dan
sosial yang mewujudkan masyarakat dalam hubungan berkontribusi terhadap pembentukan dan pemeliharaan
dengan negara yang selalu bertentangan. suatu pemerintahan yang demokratis, tetapi juga
Ketiga, Hugh Roberts menyamakan masyarakat sipil meningkatkan kualitas pemerintahan dalam negara itu.
dengan masyarakat politik dalam arti hubungan tertentu
antara negara dan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip Kita dapat mengidentifikasi empat cara di mana ini
kewarganegaraan, hak, representasi dan aturan hukun. mungkin terjadi.
Karena itu, menjadi hampir tidak bisa dibedakan dari 1. Civil society tumbuh dapat mengubah keseimbangan
konsepsi standar dari sistem politik demokrasi liberal. kekuasaan antara negara dan masyarakat dalam
mendukung, sehingga berkontribusi untuk jenis
Keempat, Marxis menyamakannya civil society dengan 'oposisi seimbang' diadakan untuk menjadi ciri khas
'masyarakat borjuis' dengan alasan bahwa secara historis rezim demokratis.
munculnya 'masyarakat sipil' telah disertai munculnya 2. Civil society yang kuat dapat memainkan peran disiplin
kapitalisme dan, dalam tulisan Marx, istilah bürgerlich dalam kaitannya dengan negara dengan menegakkan
dapat diterjemahkan sebagai 'borjuis' dan 'sipil'. standar moralitas publik dan kinerja dan meningkatkan
akuntabilitas politisi dan administrator.
Kelima, Rakner dalam paradigma 'Teori modernisasi' 3. Civil society memainkan peran yang berpotensi
dengan membatasi masyarakat sipil untuk organisasi- penting sebagai perantara atau (dua arah) transmisi-
organisasi modern seperti serikat perdagangan, kelompok belt antara negara dan masyarakat dengan cara-cara
Kristen, bisnis atau asosiasi profesi, mengkonversi 'sipil' yang kondisi hubungan antara warga negara dan sistem
menjadi sinonim virtual 'modern'. politik formal. dalam sebuah skenario optimis,
masyarakat sipil yang aktif dapat berfungsi untuk
Keenam, Seorang Analis dalam tradisi US analisis politik meningkatkan kinerja politik yang demokratis dengan
pluralis cenderung melihat civil society dalam hal analisis mengirimkan tuntutan dan mengartikulasikan
kelompok kepentingan konvensional, seringkali bertumpu kepentingan sektor penduduk. masyarakat sipil dapat
pada gagasan eksplisit dari proses politik sebagai pasar dan memfasilitasi komunikasi politik antara negara dan
hasil politik sebagai mewakili kesetimbangan yang masyarakat, berfungsi sebagai prinsip representasi
alternatif komplementer untuk pemilihan umum
170
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
berkala dan sebagai mekanisme tambahan untuk bahwa menurut pendapat tersebut posisi negara harus tetap
memperkuat akuntabilitas demokratis. kuat dalam mendorong terwujudnya nilai-nilai demokrasi.
4. Civil society dapat memainkan peran konstitutif
dengan mendefinisikan kembali aturan permainan Menurut Gordon White (dalam Burnell, 2004: 20),
politik di sepanjang garis demokratis. Hal ini dapat implikasi politik dari civil society bukan hanya untuk
dipahami dari segi pragmatis, dalam arti bahwa transisi menuju demokrasi, tetapi juga kemampuan rezim
organisasi civil society tertentu melihatnya dalam demokrasi untuk mengatasi secara efektif masalah utama
kepentingan mereka untuk mengamati seperangkat kemiskinan, pembangunan, eksploitasi dan
aturan karakteristik permainan politik demokrasi ketidaksetaraan, dan pembunuhan sosial yang mereka
liberal yang kompetitif dan karena itu dapat saling sebabkan, kerusakan ekologi, pengangguran struktural,
bersepakat untuk mengabadikan aturan-aturan ketidakstabilan sosial-politik, dan kurangnya kedaulatan
meskipun mungkin ada gelar tereduksi dari nasional.
ketidakpastian tentang hasil yang spesifik dan
implikasi untuk setiap kelompok tertentu. Adam Peran Civil society dalam Demokrasi
Przeworski ia mengatakan bahwa demokrasi Terdapat beberapa peran civil society dalam demokrasi.
mengkonsolidasikan kepatuhan dalam kelembagaan Peran CS dalam Demokrasi terdiri dari:
kerangka yang merupakan keseimbangan strategi a. balancing the power between state and society in
desentralisasi semua kekuatan politik yang relevan. support of the latter (a representative role);
Sementara Przeworski cenderung untuk mengurangi b. exerting greater pressure on politicians and state
faktor normatif, penulis lain berpendapat bahwa officials to be more accountable for their actions (a
masyarakat sipil menciptakan dan memelihara disciplinary role);
seperangkat norma-norma demokrasi baru yang c. connecting the state and society by way of articulating
mengatur perilaku negara dan karakter hubungan people’s interests and facilitating political
politik antara negara dan 'ruang publik' dari masyarakat communication, and acting as complementary
dan warga negara. representative to periodic elections (an intermediary
Dwayne Woods berpendapat, 'masyarakat di banyak role);
negara Afrika berusaha untuk mengartikulasikan d. perpetuating democratic norms as the rules of the
prinsip akuntabilitas politik yang mengikat negara elite political game (a constitutive role).
karakteristik prinsip yang ditemukan di negara-negara (White 1996: 185-187)
demokratis Barat dan radikal bertentangan dengan
bentuk sebelumnya akuntabilitas berdasarkan Selain itu dijelaskan juga peran civil society sebagai peran
pelengkap pemerintah dan sektor privat terdiri dari:
Civil society merupakan suatu prasyarat dalam negara 1) Building voice and accountability
demokrasi. Keterkaitan civil society dengan demokrasi CS membantu membangun negara yang efektif dan
dijalaskan Carothers and Ottaway sebagai berikut: akuntabel dan mendukung upaya-upaya perubahan. CS
“civil society consists only of voluntary associations that menyediakan masyarakat arena untuk berasosiasi,
directly foster democracy and promote democratic bereflesi dan bertindak.
consolidation. These are associations that specifically seek 2) Policy Formulation:
interaction with the state, whether to advocate interests of CS memiliki peran penting dalam memberdayakan dan
citizens, to oppose nondemocratic behavior of the state, or mewakili kelompok miskin dan marignal dalam
to hold states accountable to citizens for their actions” perumusan kebijakan pada level Pusat dan Daerah
3) Monitoring Services and budget:
Civil society sebagai elemen governance yang dapat CS memainkan peran untuk memperbaiki layanan-
meminta pertanggungjawaban pemerintah dan berdasarkan layanan negara melalui monitoring, tuntutan
peran tersebut budaya demokrasi yang sesungguhnya dapat transparansi dan akuntabilitas, dan menjamin akses
dibangun. Oleh karena itu, perkembangan CS merupakan yang inklusif terhadap layanan-layanan tersebut
kunci kepada pembangunan demokrasi. Demokrasi 4) Conflict Resolution:
memerlukan partisipasi aktif dan berkesinambungan dari CS dapat menjadi saluran suara rakyat dan pemerintah
warga negara yang terorganisasi dalardim urusan-urusan 5) Global Advocacy:
publik, ketimbang hanya pemberian suata secara periodik karena banyaknya keputusan-keputusan penting dibuat
oleh individu-individu warga negara yang tidak pada level global, CS dapat memainkan peran penting
terorganisasi. dalam advokasi global.
Menurut Kasftr (dalam Burnell, 2004)) upaya masyarakat Pendapat Robert Putnam yang dikutip oleh Bob Sugeng
sipil untuk mendorong reformasi politik dengan membatasi Hadiwinata (dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol.
kekuasaan negara justru bisa membahayakan peluang 9 No 1, Juli 2005) mengatakan bahwa, civil society yang
demokrasi, dengan mengurangi kemampuan negara untuk dipahami sebagai segala bentuk kelompok sosial yang
mengatur masyarakat sipil dan kapasitasnya untuk terorganisir dan terbuka bagi semua kalangan, menganut
melakukan penyeimbang sangat dibutuhkan dan pendamai prinsip sukarela dan tumbuh secara mandiri, merupakan inti
dari persaingan kepentingan dalam masyarakat. Intinya dari demokrasi. Tanpa civil society yang tumbuh dengan
171
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
subur maka demokrasi tidak dapat dipertahankan. Karena Ketiga, masyarakat sipil memainkan peran penting sebagai
bagi Putnam, civil society merupakan tempat perbedaan perantara antara negara dan masyarakat dengan cara-cara
kepentingan yang dinegosiasikan sehingga kehadirannya dimana kondisi hubungan antara warga negara dan sistem
dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam politik secara formal dalam sebuah skenario optimis,
merepresntasi kepentingan dan sekaligus memperluas masyarakat sipil yang aktif dapat berfungsi untuk
partisipasi politik. meningkatkan kinerja politik demokratis dengan
mengirimkan tuntutan dan mengartikulasikan kepentingan
Civil society merupakan aktor negara yang diakui penduduk, masyarakat sipil dapat memfasilitasi
keberadaanya dan dianggap perlu keterlibatannya dalam komunikasi politik antara negara dan masyarakat, sehingga
penyelenggaraan pemerintah. Linz dan Stepan (dalam berfungsi sebagaimana prinsip representasi alternatif
Jurnal CIVIC, Vol.1 No. 3 Desember 2003) menyatakan komplementer untuk pemilihan umum berkala dan sebagai
bahwa kehadiran civil society adalah bagian yang penting mekanisme tambahan untuk memperkuat akuntabilitas
untuk menciptakan konsolidasi demokrasi, selain juga demokratis.
kehadiran birokrasi yang efektif, kehadiran masyarakat
ekonomi yang juga kondusif dan taat terhadap aturan Dengan demikian, dapat mengerahkan efek disiplin pada
hukum secara bersama-sama. masyarakat dengan menyalurkan dan pengolahan tuntutan
yang berbeda dan memberikan kontribusi. Aspek yang
Kehadiran civil society yang dijamin kebebasannya juga ditekankan oleh teori-teori elitis demokrasi yang
menopang bagi keberlangsungan partai politik, terutama menekankan peran penting yang dimainkan oleh para
untuk menghasilkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pemimpin organisasi masyarakat sipil dalam menunjang
kepada masyarakat. Tugas civil society adalah stabilitas dan efektivitas rezim demokratis.
menghasilkan gagasan-gagasan yang konstruktif dalam
pembangunan dan juga memonitor aparat negara serta Dalam skenario yang lebih pesimis, masyarakat sipil dapat
kelompok-kelompok ekonomi. bertindak untuk meningkatkan tekanan pada negara di luar
batas toleransi, dengan demikian berkontribusi pada krisis
Gagasan masyarakat sipil menjadi pusat dalam diskusi governability; mungkin juga polarisasi konflik antara
demokratisasi karena melahirkankan isu sentral tentang kepentingan sosial dan memberikan kontribusi pada
peran kekuatan sosial dalam mendefinisikan, ketidakstabilan dan pembusukan politik.
mengendalikan dan legitimasi kekuasaan negara. Dalam
perdebatan tentang pembangunan, ia berpendapat bahwa Keempat, masyarakat sipil dapat memainkan peran
pertumbuhan masyarakat sipil, dalam bentuk modern konstitutif dengan mendefinisikan kembali aturan
setidaknya, dapat memainkan peran politik penting tidak permainan politik yang demokratis. Adam Przeworski
hanya dengan menghancurkan pemerintahan yang otoriter berpendapat bahwa demokrasi mengkonsolidasikan
dan berkontribusi terhadap pembentukan dan pemeliharaan kepatuhan semua kekuatan politik yang relevan. Sementara
suatu pemerintahan yang demokratis, tetapi juga dengan Przeworski cenderung untuk memangkas faktor normatif,
meningkatkan kualitas pemerintahan dalam negara itu. penulis lain berpendapat bahwa peran konstitutif
masyarakat sipil melampaui kepentingan organisasi ke
Kita dapat mengidentifikasi empat cara di mana ini ranah normatif, yaitu bahwa masyarakat sipil menciptakan
mungkin terjadi (Burnell, Peter dan Peter Calvert, 2004:16- dan memelihara seperagkat norma-norma demokrasi baru
19). Pertama, masyarakat sipil tumbuh dapat mengubah yang mengatur perilaku negara dan karakter hubungan
keseimbangan kekuasaan antara negara dan masyarakat. politik antara negara dan 'ruang publik' dari masyarakat dan
warga negara. Dwayne Woods berpendapat, bahwa
Keseimbangan kekuasaan antara negara dan masyarakat masyarakat sipil di banyak negara Afrika berusaha untuk
sipil bervariasi. seperti berikut: mengartikulasikan prinsip akuntabilitas politik yang
a. negara totalistik rezim sosialis di mana negara mengikat elit negara.
mengatur segalanya dan masyarakat sipil tidak ada.
b. Ada rezim otoriter seperti yang saat ini di banyak Peran Masyarakat Sipil Indonesia dalam Membangun
negara Amerika Latin dan Asia Timur sampai saat ini Budaya Demokrasi di Indonesia
c. Variasi ini jelas penting ketika datang untuk melihat Gordon White (dalam Burnell and Calvert, 2005: 8) yang
peran masyarakat sipil dalam membina dan mengatakan adanya peran politik yang dimainkan oleh
memelihara demokrasi dalam konteks nasional masyarakat sipil dapat memfasilitasi atau menghambat
tertentu. demokratisasi. Artinya bahwa keberadaan organisasi-
Kedua, ia berpendapat masyarakat sipil yang kuat dapat organisasi masyarakat sipil sebagai reaksi dari kebebasan
memainkan peran disiplin dalam kaitannya dengan negara demokrasi tersebut tidak selamanya membawa dampak
dengan menegakkan standar moralitas publik dan kinerja yang positif di suatu negara. Sehingga proses demokratisasi
dan meningkatkan akuntabilitas baik politisi dan menjadi tidak berjalan dengan lancar.
administrator. Ini bersandar pada versi moto Lord Acton
yang korup kekuasaan dan kekuasaan mutlak itu mutlak, Pendapat tersebut faktanya terjadi di Indonesia,
sehingga perubahan dalam keseimbangan kekuasaan jauh berdasarkan hasil penelitian tentang peran politik civil
dari hegemoni negara terhadap masyarakat sipil. society telah dilakukan oleh Bob Sugeng Hadiwinata yang
172
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dipublikasikan dalam jurnal sosial politik UI tahun 2003, berbanding terbalik dengan kekuasaan rejim.
dalam penelitian tersebut Bob Sugeng mengangkat tentang Bilamana negara kuat, memiliki kecenderungan
kenyataan adanya dua sisi peran politik civil society di melakukan penetrasi dan kooptasi, juga
Indonesia dalam proses demokratisasi. Penelitian ini, sebalikn ya, civil society tumbuh subur tatkala
dilakukan pada saat pembahasan tentang civil society kekuasaan negara melemah. Civil society seringkali
sedang hangat-hangatnya di bahas dan pesatnya dipahami sebagai konstruksi ruang politik, yaitu
perkembangan civil society di Indonesia. suatu w i l a ya h ya n g m e n j a m i n berlangsungnya
perilaku, tindakan, dan refleksi mandiri, tidak
Peran masyarakat sipil di Indonesia telah mengalami pasag terkungkung oleh kondisi kehidupan material,
surut, di masa orde lama organisasi masyarakat sipil mulai dan tidak t e r s e r a p d i d ala m j ar i n g a n - j ar i n g a n
lahir dan mulai memahami peranya, akan tetapi masuk ke kelembagaan politik resmi. Apabila ditelaah lebih
dalam masa orde baru, eksistensi masyarakat sipil di mendalam, civil society menyiratkan pentingnya
Indonesia mengalami masa yang sangat suram, sistem suatu ruang publik yang bebas (the free public sphere),
politik yang sentralistis meyebabkan masyarakat sipil tidak tempat masyarakat dapat melakukan transaksi
dapat berkembag dan menjalankan fungsi dan perannya, komunikasi secara bebas.
akan tetapi sistem politik yang otoriter ini dalam
perjalanannya menuai reaksi dari masyarakat. Organisasi civil society di Indonesia hingga saat ini
sangat berkembang, Mulai organisasi dengan
Pada masa akhir orde baru banyak masyarakat memiliki pengelolaan yang tradisional sampai kepada organisasi
pendidikan formal yang tinggi dan wawasan politik yang yang sangat modern, mulai dari kelompok profesi,
semakin luas dan mulai mempengaruhi masyarakat untuk kelompok kelompok kepentingan, kelompok agama,
berani melawan rejim yang otoriter, sehingga jatuhlah kelompok yang berdasarkan suku, kelompok yang
rezim orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun berdasarkan agama dan lain sebagainya turus serta
lamanya. Dan selama masa tersebut tidak banyak yang bisa mengawal jalannya demokrasi di Indonesia.
dilakukan oleh masyarakat karena negara sangat dominan.
CSO memiliki tiga peran penting di dalam hubungannya
Setelah rejim orde baru jatuh, akhirnya kita memasuki masa dengen pemeritahan yang pertama adalah peran
transisi dimana masyarakat mulai diperkenalkan dengan advokasi, dalam hal ini cso melakukan pembinaan,
budaya demokrasi, nilai-nilai demokrasi yang ditanamkan pemberdayaan dan perlindungan kepada masyarakan
oleh kelompok-kelompok civil society tersebut medorong atas suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
mereka untuk ikut aktif di dalam pembaguan, sehingga Dalam hal ini seharunya cso menjadi perantara antara
orgaisasi masyarakat sipil pun semakin menjamur di masa pemerntah dengan masyarakat.
itu.
Di samping itu juga masyarakat sipil harus turut serta
Perlawanan organisasi masyarakat sipil pada masa orde dalam proses perumusan, kebijakan. Indonesia
baru dan masa transisi sangat jelas yaitu melawan musuh menjalankan proses kebijakan partisipatif dimana
bersamanya yakni pemerintah yang otoriter, adalah pada masyarakat dilibatkan dalam proses perumusan
awal reformasi. Presiden BJ Habibie pada saat itu kebijakan. Akan tetapi. Pelaksanaan Perumusn
mngeluarkan kebijakan untuk membebaskan terbentuknya kebijakan partisipatif ini belum berjalan dengan baik,
organisasi kemasyarakatan, sehingga pertumbuhan dikarenakan keterlibatan mereka dalam perumusan
organisasi-organisasi kemasyarakatan semakin menjamur. kebijakan tidak membawa dampak yanng baik. Disini
Seperti halnya terjadi pada negara-negara berkembang dibutuhkan komitmen dari kedua belah pihak antara
lainnya. pemerintah dengan masyarakat. terutama pemerintah untuk
membuka ruang bagi masyarakat untuk berdiskusi,
Sebagaimana kita ketahui bahwa civil society merupakan sehingga mendorong terwikidua nlai-nilai demokrasi.
salah satu elemen yang dianggap penting dalam proses
ddemokrasi secara umumemokratisasi, bagaimana mereka Peran kedua adalah empowerment, dalam hal ini cso
menjalankan tugasnya sebagai agen demokrasi. Indonesia memiliki peran untuk memberdayakan masyarkat agar
memiliki kekhasan dalam menanamkan konsep demokrasi terwujud masyarakat yang berdaya serta memahami akan
ala Indonesia, kita menganut demokrasi pancasila yang hak dan kewajibannya hidup di negara demokrasi, kondisi
menanamkan nilai–nilai ketuhanan, kemanusiaan, tersebut dapat mendorong proses demokratisasi berjalan
persatuan, musyawarah dan keadilan. dengan lancar.
Peran civil society lah yang seharunya mengembang tugas Peran ketiga adalah menjalankan kontrol sosial. Organisasi
untuk untuk civil society juga harus menanamkan nilai-nilai civil di Indonesia memiliki peran untuk mengontrol kinerja
Demokrasi secara umum, seperti partisipasi, transparansi, pemerintah dan menuntut pengawas pemerintah menjadi
akuntabilitas, hak asasi manusia. pemerintahan yang akuntabel. selain itu yang perlu
dilakukan melakukan pengawawan terhadap para wakil
rakyat yang duduk di dewan.
Fenomena gerakan civil society senantiasa
173
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
SIMPULAN
Demokrasi sudah menjadi pilihan Indonesia untuk
dijadikan sistem politik di negqrq itu, untuk itu nilqi-nilqi
ke arah terwujudnya demokrasi yuang ideal harus ada yang
mengawalnya dan menjadi agen dalam demokratisasi.
Yang dalm hal ini adalah seharusnya dilakukan oleh civil
society.
Untuk iru perlu ada pemberdayaaan terhadap organisasi
civil society agar mampu melaksanaakan tugas negara
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Burnell, Peter and Peter Calvert. 2005. Civil Society in
Democratization. Frank Cass London, Portland, Or
Creswell, John W. 2010. Research Design: Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hikam, AS. 2015. Demokrasi dan Civil Society. Jakarta,
LP3ES
Fernández, R. 2008, 'Civil society organizations that work
for development… and also for democracy Notes on
the political role of CSOs', in Civil Society and
Development Effectiveness, eds B. Tomlinson & R.
Fernández, Canadian Council for International
Cooperation (CCIC), Quezon City, Philippine.
Gaffar, Affan. 1999. Politik Indonesia: Transisi Menuju
Demokrasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Hadiwinata S, Bob. 2003. Politics of NGOs in Indonesia :
Developing Democracy and Managing a Movement
RoutledgeCurzon Research on Southeast Asia
Pramusinto, Agus dan Wahyudi Kumorotomo. 2009.
Governance reform di Indonesia: Mencari arah
kelembagaan politik yang demokratis dan Birokrasi
yang Profesional. Gavamedia. Yogyakarta
Ottaway, M. & Carothers, T. 2000, 'The Burgeoning World
of Civil Society', in Funding Virtue: Civil Society Aid
and Democracy Promotion, eds M. Ottaway & T.
Carothers, Carniegie Endowment for International
Peace, Washington D.C.
Romli, Lili. 2007. Potret Otonomi Daerah dan Wakil
Rakyat di tingkat Lokal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Suharko 2005. Merajut Demokrasi; Hubungan NGO-
Pemerintah dan Pengembangan Tata Pemerintahan
Demokratis. Penerbit Tiara wacana. Yoyakarta
White, G. 1996, 'Civil Society, Democratization and
Development', in Democratization in the South: The
Jagged Wave, eds R. Luckham & G. White,
Manchester University Press, New York, pp. 178-219.
Widodo, Joko. 2001. Good Governance: Telaah Dimensi:
Akuntabilitas dan Transparansi. Insan
Cendikia.Surabaya
174
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Atwar Bajari
Dosen Pascasarjana Program Studi Doktor Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
E-mail: atwar.bajari@unpad.ac.id, atwarbajari@gmail.com
Anak memiliki daya adaptasi yang khas yang bisa Masalah besar yang menjadi pemicu anak turun ke jalan
berkembang dalam konteks apapun. Walaupun mereka adalah kemiskinan. Hubungan kemiskinan dengan
sedang memasuki masa sosialisasi diri, ternyata munculnya kebiasaan mengemis atau mencari makan
memiliki kemampuan untuk berkembang. Sebagian dengan meminta mudah dijelaskan. Urusanya bermuara
besar melalui proses imitasi dari perilaku orang dewasa. pada ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Demikian halnya dengan anak-anak yang hidup dalam Namun demikian, beberapa riset menjelaskan, beberapa
lingkungan yang tidak beruntung seperti jalanan, negara memiliki kasus dimana kebiasaan mengemis
terminal, rumah perlindungan anak, dan lain-lain. juga disebabkan faktor di luar ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan dasar. Sebuah riset di Pakistan
Sebagai ilustrasi, perkembangan anak-anak di Uganda, melukiskan perspektif berbeda. Terdapat sebuah kultur,
dimana Uganda dikenal sebagai negara dengan anak- dimana mengemis berkaitan dengan ritual atau
anak dan pemuda dengan populasi terbesar, mereka keyakinan dalam kepercayaan atau agama. Seperti yang
memiliki masalah dengan perkembangan anak-anak dikemukakan oleh Nadia Azam (2014), bahwa; asal-
yang hidup dalam lingkungan yang kumuh. Namun usul mengemis di Pakistan memiliki beberapa
pada kenyataannya mereka telah mencari jalannya proposisi, bahwa seseorang terlibat dalam tindakan
sendiri dengan turun ke jalan dan mengemis untuk mengemis karena masalah; (1) Ekonomi, (2) Agama,
hidup mereka. dan (3) Pemerintahan yang korup. Jika fakor ekonomi
dan pemerintahan yang korup, sudah banyak yang
menjelaskan, maka faktor tradisi dalam agama,
175
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
merupakan tawaran alternatif hipotesis yang unik dalam Fenomenologi dan penyadaraan model Logoterapi
menjelaskan fenomena mengemis. Tradisi yang menjadi relevan dan penting untuk dibahas. Bedah
dimaksud adalah kebiasaan memerikan sedekah kepada analisis akan menghasilkan pemahaman dan kategori
kaum dhuafa, telah menyebabkan ketergantungan. cara pandang anak tentang penyesuaian diri dan
pemaknaan terhadap lingkungan jalanan mereka.
Hasil studi yang sama, juga disebutkan dalam laporan
Emily Delap (2009) pada negara-negara Albania, India Logoterapi dari Viktor Frankl, memiliki sebuah
dan Senegal. Delap menyebutkan setidaknya ada enam keyaknikan bahwa memahami dan menemukan makna
faktor penjelas seorang anak terjun menjadi pengemis melebihi batas-batas situasi dan kondisi apapun. Makna
atau menjadi terlantar. Dalam laporannya yang berjudul, hidup ditemukan di setiap hidup dan dalam kondisi
“Begging for Change, Research findings and apapun ketika semua orang mengalaminya. Hidup tidak
recommendations on forced child begging in pernah akan berhenti untuk memiliki makna, bahkan
Albania/Greece, India and Senegal,” bahwa kelima dalam penderitaan dan kematian sekalipun.
faktor tersebut yaitu; (1) Migrasi, (2) Kemiskinan, (3)
Keterbatasan pada akses pendidikan yang berkualitas, Logoterapi (Afif, 2008), menjalaskan sebuah harapan
(4) Moral dan Tradisi Agama dalam Memberi Sedekah, kehidupan manusia yang lebih berharga dan bermakna.
(5) Diskriminasi, dan (6) Kekerasan, Pelecehan, dan Kodrat manusia dalam Logoterapi dibangun diatas tiga
Penelantaran. asumsi dasar, yakni: (a) kebebasan bersikap dan
berkehendak (the freedom to will); (b) kehendak untuk
Jika hal ini dipakai untuk menjelaskan konsep hidup bermakna (the will to meaning); dan (c) tentang
mengemis di Indonesia, dalam kasus anak jalanan makna hidup (the meaning of life).
mengemis di lingkungan keraton, tempat wisata ziarah,
dan lokasi peribadatan, maka akan memiliki kedekatan Konsep kebebasan berkehendak (the freedom to will)
proposisi ilmiah. Fenomena mengemis di lingkungan memiliki sudut pandang bahwa pada dasarnya antitesa
yang telah disebutkan tadi jumlah cukup besar. Anak- terhadap asumsi manusia yang ditentukan
anak berkeliaran meminta sedekah, baik dengan (deterministik). Frankl menyebut pandangan prinsip ini
memaksa maupun dengan memberikan jasa yang sebagai “pan-determinisme”. Pan-determinisme adalah
mereka bisa. perspektif yang tidak menghormati kemampuan
manusia untuk mengambil sikap demi mendapatkan
Dalam mengemis, hakekatnya anak-anak berada dalam atau meraih derajat yang diinginkannya. Frankl
posisi rentan dengan peluang besar terjadinya kekerasan melawan asumsi behaviorisme dengan menyatakan
dan tekanan. Kekerasan verbal, fisik, sampai pelecehan perilaku manusia tidak sepenuhnya dikondisikan dan
banyak ditemukan dalam dunia anak jalanan. Bentrokan ditentukan oleh lingkungan.
fisik antar kelompok anak serta dengan orang dewasa
tidak bisa dihindari. Secara psikis mereka mengalami Dalam konteks ini peneliti bertujuan untuk menjelaskan
gangguan yang tidak terelakan. cara anak-anak pengemis di lingkungan Makam Sunan
Gunung Jati memahami dirinya sebagai pengemis anak-
Seperti yang dikemukakan dalam laporan badan PBB anak. Pemahaman ini sifatnya mendalam dan “dialami”
(Human Rights Watch, 2014), bahwa; Pernah suatu dalam keseharian yang kemudian dipilih secara bebas
malam, pada saat dia sedang tidur, tiba-tiba empat (proses logoterapi anak-anak). Kemudian berupaya
orang polisi menyergap dan memukulinya tanpa rasa menjelaskan pola-pola pemahaman tentang diri mereka
kasihan. Juga demikian dengan teman-temanya dalam proses penyesuaian dalam lingkungan yang tidak
dipukuli pada saat merek tidur. Lalu seorang polisi kondusip bagi perkembangan anak. Serta menjelaskan
mebentaknya, apakah diantara kalian ada yang memilki pemahaman tentang cara-cara atau strategi bertahan
uang? Mosses teman Stepehen menyerahkan sebanyak dalam lingkungan tersebut.
500 Shiling (20 USD). Polisi mengambilnya dan
kemudian membiarkan mereka. Tindakan itu selalu METODE
terjadi setiap malam.
Fenomenologi merupakan studi yang membedah makna
Namun demikian, anak-anak tidak memiliki kekuatan subjektif individu, dalam hal ini anak-anak jalanan yang
untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan kekerasan. bekerja sebagai pengemis. Metode ini memiliki
Pada akhirnya mereka melakukan proses adaptasi yang kekuatan untuk menjelaskan pemaknaan anak-anak
panjang dan memiliki cara pandang yang berbeda terhadap dunia keseharian mereka. Sedangkan
tentang peran diri dan pemaknaan mereka terhadap Logoterapi model fenomenologi Viktor Frankl menjadi
lingkungan. Penyesuaian diri menjadi kata kunci yang lebih tajam pada pembahasan kreativitas anak-anak
kuat yang didahului pergeseran dan kreativitas mengubah makna penderitaan menjadi sesuatu yang
mengembangkan makna atau pemahaman. Dalam hal berbeda. Hakekatnya, usaha itu dipilih supaya mereka
inilah bedah analisa dari perspetif subjektif lebih bergembira, positif dalam melihat kelemahan, dan
176
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
membuat mereka menjadi tenang menghadapi Anak jalanan yang bergerombol di lingkungan Makam
keseharian, walaupun hakekatnya mereka adalah Sunan Gunung Jati mengumpulkan uang dengan cara
berbeda. menunggu tawur/curakan. Mereka mengantarkan tamu
ke lokasi-lokasi wisata dengan harapan balas jasa
Penelitian ini dilakukan terhadap anak-anak yang berupa uang dari tamu yang dibantuannya. Keadaan
mengemis di lingkungan wisata ziarah. Bagi anak-anak seperti ini, tidak lebih dari kegiatan mengemis dalam
ziarah adalah kebiasaan yang memberikan rezeki konteks keiatan religius.
melalui sedekah sebagai bagian dari ritual ziarah.
Peneliti mencoba mewawancarai dan terlibat dalam Hal ini bisa dilihat dari beberapa pendapat yang
permainan, obrolan, dan pengamatan langsung dengan munucul pada anak-anak yang menjadi key informant.
anak-anak pengemis di lingkungan makam Sunan Mereka tidak semata-mata mengemis tetapi
Gunung Jati. mendo’akan dan ikut berbahagia dengan orang-orang
yang berbagi rejeki (peziarah) di lokasi ziarah. Secara
HASIL DAN PEMBAHASAN nyata di lapangan memang hal itu dapat diterima,
karena sebagian besar peziarah datang untuk
Wisata agama atau lebih dikenal dengan ziarah, tidak memberikan sedekah dengan sukarela, ikhlas dan
hanya sekedar menyajikan ritual ibadah. Seperti senang hati.
diketahui dalam kepercayaan sebagian umat Islam,
berziarah ke makam para wali atau tokoh-tokoh besar, Momen-momen yang dimanfaatkan secara penuh oleh
merupakan perjalanan sakral yang mengandung nilai- anak-anak untuk mengemis biasanya hari Minggu,
nilai transedental. malam Jum’at Kliwon pada setiap bulan, hari Maulid,
Grebeg Syawal pada hari pertama sampai hari ketiga
Namun demikian, ritual ziarah menyisakan sebagian setelah hari Raya Idul Fitri, dan hari-hari besar Islam
kegiatan masyarakat untuk mendapatkan berkah lainnya.
sebagai sampingan ritual. Mereka mencari nafkah
melalui sedekah para peziarah. Di satu sisi hal itu Hasil penelitian terhadap anak-anak pengemis
dianggap menyempurnakan kegiatan ritual untuk para menunjukkan tentang makna yang dikonstruksi anak-
peziarah. Namun, di sisi yang lain telah menimbulkan anak pengemis dalam menghadapi sulit dan kerasnya
tindakan pengemisan, meminta-minta, dan mungkin kehidupan di lokasi ziarah di sekitar Makam Gunung
juga ketidaknyamanan bagi para peziarah. Jati. Makna tersebut disusun berdasarkan argumen atau
alasan anak-anak turun mengemis.
Bagi orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan dan
miskin, mengemis di lokasi ziarah adalah sumber Mampu Mengurangi Beban Orang Tua
penghasilan yang bisa menyambung hidup mereka.
Dengan fakta yang sudah cukup panjang yang Aktivitas anak jalanan yang bekerja sebagai pengemis
menunjukkan adanya keterkaitan antara kegiatan ziarah di lingkungan makam Gunung Jati yaitu, berusaha
dengan aktivitas mengemis, sehingga memunculkan mencari uang dengan cara; (1) meminta sedekah kepada
satu komunitas yang tidak semata-mata mengemis, peziarah, (2) menunggu orang melempar uang yang
tetapi komunitas dengan dinamika sosial yang cukup lewat atau tawur atau curak, dan (3) membantu
rumit. mengantarkan peziarah dari satu lokasi ke lokasi yang
lain dengan harapan mendapatkan upah dari jasa
Komunitas anak-anak jalanan yang bekerja mengemis tersebut.
di lokasi ziarah, adalah sub-komunitas jalanan yang
memiliki dinamika sosial yang khas. Misalnya meraka Sebagian besar anak yang ditemui dan menjadi
memiliki relasi pertemanan, kompetisi, dan konflik informan melakukan seluruh kegiatan tersebut. Mereka
yang seringkali membahayakan keselamatan mereka. telah menjalankan aktivitas tersebut rata-rata lebih dari
Kondisi tersebut adalah bagian dari dinamika sosial tiga tahun.
mereka. Bahkan, jika dianalisis lebih dalam, konflik
adalah perilaku sosial yang cukup dominan Namun demikian, setiap anak ketika ditanyakan
dibandingkan bentuk relasi lainnya. mengenai apa yang melatarbelakangi tindakan tersebut,
jawaban cukup beragam. Walaupun jika ditarik “alasan
Anak-anak miskin terjun mengemis dan bergaul dalam utama” turun mengemis adalah mencari uang untuk
lingkungan yang keras dan kasar. Setiap hari mereka berbagai kebutuhan. Tetapi, setiap anak membuat
berebut uang recehan dari para peziarah, yang dilempar ilustrasi pemaknaan individual tentang aktivitas
ke jalan yang ramai dan berebutan dimana mereka. Hal ini menunjukkan pemaknaan mereka
membahayakan keselamatan mereka karena sendiri tentang tindakan dan pengalaman yang di alami
berlangsung dalam keramaian lalu lintas. selama berada di jalan berkaitan dengan mengemis.
177
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Pada kategori pertama, di antara mereka ada yang agar Ahmad tidak tergantung pada orang tua dalam hal
memaknai bahwa turun mengemis hakekatnya adalah keuangan.
ingin mendapatkan uang sedekah. Namun dibalik usaha
mencari uang tersebut mereka merasa menjadi individu Ahmad menghabiskan waktunya di lokasi Watu
yang telah berusaha memenuhi kebutuhan sendiri serta Tameng dan nameng kurang lebih empat sampai enam
mengurangi beban orang tua. Mereka tidak menuntut jam sehari. Pada hari libur lebih dari enam jam
uang jajan. Mereka telah memiliki otoritas terhadap apa nongkrong di Watu Tameng. Bahkan, jika malam
yang telah mereka usahakan. Uang itu tidak perlu Jum’at Kliwon atau hari-hari sibuk peziarah, jam
dipertanggungjawabkan pada orang tua mereka. mereka bisa bergerombol sampai jam tiga atau jam
Seorang anak mengatakan bahwa, “Makan ya dari sini empat subuh.
pak. Pulang ke rumah... kalau ada nasinya di makan,
kalau gak ada ya cari sendiri pak.” Menurut Ahmad hal itu dilakukan setiap hari.
Mengemis sepanjang hari bagi dirinya tidak menjadi
Sebenarnya mereka mengetahui bahwa pekerjaan itu di masalah, yang paling penting Ahmad bisa mencari
larang, tetapi tetap dilakukan, karena mengemis telah rejeki dan tidak tergantung pada orang tua seperti yang
memberikan uang dan memiliki teman yang disarankan oleh bapaknya.
menyenangkan. Di samping itu, walaupun dilarang “Di jalan kalau pagi tuh jam 10-jam setengah dua
turun mengemis oleh orang tua, namun jika uang yang belas pulang, terus jam 3 sampai sore. Terus main
didapatkan cukup banyak, mereka berbagi dengan voli, sampai mahrib hampir tiap hari. Orang
orang tua. menyebutnya anak jalanan, gak masalah, orang cari
rejeki kok. Gak ada enjoy aja pak. Uang Ya enggak
Mencari Uang untuk Membayar Ongkos Sekolah dikasih ke orang tua. Orang tua tahu, malah saya
disuruh sini pak. Katanya ya dari pada kamu minta
Jika sebagian anak ngadang (mencari) duit curak uang orang tua kamu cari uang sendiri sana. “
dengan mengemis untuk tujuan memenuhi kebutuhan
sendiri, sebagian yang lain, mengemis adalah upaya Jika diringkaskan kembali, anak-anak turun ke jalan
mengumpulkan uang untuk membayar uang sekolah. dan mengemis, tidak terlepas dari upaya untuk
Pada aspek ini mereka berusahan menggunakan uang memenuhi kebutuhan yang selama ini tidak terpenuhi
hasil mengemis, untuk ongkos sekolah tiap hari, oleh orang tuanya. Mereka berusaha untuk menutupi
membayar spp (pada saat penelitian anak-anak wajib kebutuhan dasar dan melepaskan beban orang tua.
membayar spp). Selanjutnya, mayoritas dari mereka, turun ke jalan demi
membantu orang tua menutupi atau memenuhi
Tidak dipungkiri memang, hampir seluruh anak-anak kebutuhan sekolah. Mereka terbiasa mendapatkan uang
yang menjadi pengemis dalam penelitian ini adalah dan memanfaatkan uang itu untuk membeli buku,
anak-anak yang masih bersekolah, mulai dari SD, SMP, ongkos sekolah, atau keperluan sekolah lainnya.
dan SMA. Oleh karena itu, mengemis memiliki fungsi Sedangkan pemaknaan peran diri terakhir yaitu, anak
ganda bagi sebagian besar anak-anak; bermain dan turun ke jalan karena didorong oleh orang tua, karena
memenuhi kebutuhan-kebutuhan harian mereka seperti secara ekonomis orang tua tidak mampu memenuhi
sekolah. Misalnya ada kalimat, “Seneng, nameng ya kebutuhan yang diperlukan.
alesannya ya banyak temen. Bercanda lah, rame. Bantu
orang tua, ya bantu buat ongkos sekolah.” Demikian Diskusi Peran dan Penyesuaian Diri Anak Pengemis
juga dengan kalimat, “Jadinya ya iseng-iseng aja, buat
ini tambahan jajanan, buat bayar sekolah ya membantu Fungsi-fungsi keluarga yang lebih besar, terutama
sepuluh ribu sih. Sehari minimal 5000.” dalam memenuhi dan memfasilitasi tumbuh kembang
anak, sebagai generasi penerus keluarga, jika diperluas,
Dipaksa Orang Tua/Orang Lain untuk Mengemis menurut Soekanto (2004: 2) menjadi: (1) Pengatur
hubungan seksual yang seyogyanya diperankan oleh
Pada kasus seperti ini, seorang anak dalam kondisi tidak ayan-ibu sebagaimana pasangan yang telah dilegalkan
berdaya untuk turun ke jalan karena di paksa orang tua oleh norma-norma yang berlaku. (2) Wadah tempat
untuk mengemis. Mereka menjadi “pekerja” bagi orang berlangsungnya sosialisasi, yakni proses di mana
tuanya untuk mencari uang. Kasus ini terjadi pada anggota-anggota masyarakat yang baru mendapatkan
seorang key informant yang bernama Ahmad. Ahmad pendidikan untuk mengenal, memahami, mentaati, dan
masih berstatus sebagai pelajar kelas tiga di MTS menghargai kaidah-kaidah serta nilai-nilai berlaku. (3)
Negeri kabupaten Cirebon. Bapaknya, Pak Sutedja Unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi
bekerja sebagai kuli bangunan, sedangkan Ibunya, Ibu kebutuhan-kebutuhan ekonomis, dan (4) Unit terkecil
Donia ibu rumah tangga. Bagi Ahmad, turun ke jalan dalam masyarakat tempat angota-anggotanya
didorong oleh keinginan orang tua, terutama Bapaknya mendapatkan perlindungan bagi ketentraman dan
perkembangan jiwanya.
178
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
179
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
menghadapi sebuah fase “kebingungan” tentang siapa Kondisi di mana anak berada dalam kebingungan akibat
dirinya dan mau ke mana dirinya. ketidakmampuan ekonomi di satu sisi, dan keadaan riil
yang ditemui anak di jalanan manakala berinteraksi
Proses definisi diri atau pemaknaan, merupakan dengan aturan, prinsip dan nilai-nilai atau kultur jalanan
tahapan perkembangan anak secara psikososial. Dalam di pihak lain, membuat anak-anak memiliki identifikasi
tahapan ini mereka berusaha membangun otonomi, diri yang berbeda dengan anak-anak yang berkembang
kemandirian, dan sebagai inti kelompok, dengan dalam lingkungan normal. Anak-anak memiliki sikap
kesadaran batinnya untuk menjadi “AKU”. Seperti proaktivitas dan resiliensi untuk menjadi AKU atau
yang dikemukakan oleh Erikson dalam perkembangan DIRI yang unik jika dibandingkan dengan anak-anak
psikososial anak dengan teorinya yang diberi nama pada umumnya. Mereka memaknai secara spesifik
“Delapan Tahapan Kehidupan Erikson”, bahwa tentang peran diri yang harus dijalankan agar mampu
seseorang yang sedang mencari identitas diri sedang bertahan di antara dua kepentingan itu. Pertama
berusaha “menjadi seseorang” yang berarti, berusaha menjawab masalah dalam keluarga dan kedua,
mengalami diri sendiri sebagai “AKU” yang bersifat menyesuaikan diri untuk menghadapi situasi dan
sentral, mandiri, unik, yang mempunyai sesuatu kondisi di jalanan.
kesadaran akan kesatuan batinnya, sekaligus juga
berarti menjadi “seseorang” yang diterima dan diakui AKU sebagai DIRI yang mampu menjawab masalah- m
oleh orang banyak (Horton and Hunt, 1984: 111-112, aasalah yang muncul dalam keluarga yakni akibat
dan Desmita, 2005: 211). ketidakmampuan secara ekonomi, dan AKU sebagai
DIRI yang mencoba beradaptasi dengan kultur jalanan,
Hal ini bisa dilihat dalam fakta di lapangan telah berhasil mendefinisikan dirinya. Mereka memiliki
bahwa,hampir seluruh anak-anak jalanan yang menjadi makna yang berbeda menganai peran dirinya dalam
subyek penelitian, baik di lokasi wisata Kabupaten menghadapi semua permasalahan. Makna PERAN
Cirebon maupun pengamen dan tukang parkir di Kota DIRI dalam penyesuaian jalanan yang dikembangkan
Cirebon, menganggap dirinya sebagai individu yang oleh anak-anak pengemis tersebut secara visual dapat
hidup di jalanan dengan mengedepankan alasan dilihat pada gambar 1 tentang model peran diri anak-
ketidakmampuan orang tua dalam memenuhi anak pengemis.
kebutuhan dasar mereka, seperti makan, minum,
pakaian, dan kebutuhan sekolah. Bagi anak-anak, hal Model yang dikembangkan pada ana-anak pengemis di
yang lumrah bahwa penghasilan mereka digunakan lokasi wisata ziarah Kabupaten Cirebon, dorongan anak
untuk kebutuhan makan-minum sehari-hari, merokok, turun ke jalan tidak semata-mata ketidakmampuan
belanja pakaian dan membayar iuran dan ongkos orang tua, tetapi juga karena faktor eksternal berupa
sekolah. Bahkan beberapa di antara mereka nilai-nilai yang berkembang dalam lokasi wisata
memberikan sebagian penghasilan tersebut bagi religius mengenai kewajiban bersedekah. Sedekah
kepentingan keluarga, yakni kebutuhan harian orang tua adalah elemen penting ketika peziarah berdo’a dan
yang sebagian dipenuhi oleh anak-anak mereka dari menjalankan ritual ziarah. Kondisi ini berkembang
hasil mengamen mapun mengemis di jalanan. terus-menerus sehingga sedekah menjadi hal yang
lazim bahkan cenderung dianggap “harus” menurut
Namun tidak berarti bahwa dengan penghasilan yang kacamata pengemis. Persepsi atas harus bersedekah
cukup, sentralisasi, otonomi, kemandirian dan juga di dorong oleh keyakinan agama yang menilai baik
individualitas anak jalanan, menyebabkan terhadap orang-orang yang memberikan sedekah.
tindakan/kelakuan seperti penggunaan penghasilan
dilakukan berdasarkan kata hati mereka. Kuatnya Dalam hal ini, ada pertemuan antara keterdesakan pada
pengaruh orang dewasa, senior dan peer-group jalanan, kebutuhan ekonomi di satu pihak dan pemenuhan
menyebabkan mereka menjadi memiliki kebutuhan- kebutuhan ekonomi melalui usaha mengumpulkan uang
kebutuhan di luar kebutuhan seorang anak yang sedekah. Sedekah dianggap cara yang mampu
disadari. Mereka terbiasa menggunakan penghasilan menjawab kebutuhan pengemis dan anak-anak terhadap
mereka untuk kebutuhan yang tidak lazim bagi seorang sumber pendapatan. Pertemuan kebutuhan dan
anak, misalnya merokok adalah kebutuhan dasar bagi pemuasan kebutuhan menjadi dua faktor yang sangat
anak jalanan. Kemudian sadar adanya kebutuhan untuk kuat yang menyebabkan mereka turun ke jalan untuk
menyuap atau memberikan sebagian penghasilan mengemis. Sehingga istilah-istilah yang muncul ketika
kepada senior, adalah bagian dari kebutuhan mereka. menjelaskan alasan anak-anak maupun orang tua
Selanjutnya minum-minuman keras dan mengkonsumsi mengemis, senantiasa berkaitan dengan kepentingan
obat-obat terlarang adalah bagian dari kebutuhan mendapatkan uang sedekah seperti; luru sedekah,
sekunder yang harus dipenuhi anak-anak setelah mecing, ngadang curak atau ngadang tawur dan lain-
mereka belajar dari orang-orang di sekitarnya. lain.
180
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Senior
UCAPAN TERIMA KASIH
Peziarah
Dorongan Anak
Turun Mengemis
Terima kasih saya sampaikan kepada Dekan Fakultas
•Diri yang memenuhi Ilmu Komunikasi sebagai atasan, rekan-rekan dosen
Fikom Unpad, tim Promotor pada saat menyelesaikan
1 kebutuhan dasar
Luruh sedekah
Mecing •Diri yang melepaskan
Bayar biaya/iuran
sekolah
Peran Diri
Dipilih
2 beban dari orang tua studi doktoral karena paper ini adalah bagian dari tugas
Timbang di rumah
Disuruh orang tua
Makna yang
Dikonstruksi 3
•Diri yang harus
membiayai sekolah
akhir studi tersebut. Demikian halnya kepada anak-anak
•Diri yang mencari key-informant yang sekarang tumbuh dan berkembang
Orang Tua
Menyuruh
4 hubungan sosial
menjadi remaja jalanan. Mereka telah memberikan
ceritra dan informasi yang berharga untuk tulisan ini.
Gambar 1. Model Penyesuaian Peran Diri Anak-
anak Pengemisselama di Jalanan dan di Lokasi
Wisata Ziarah DAFTAR PUSTAKA
Faktor-faktor pendorong untuk turun mengemis dan Afthonul Afif, “Kebermaknaan Hidup
benturan-benturan pada saat interaksi sosial dengan Versi Logoterapi,” Rubrik Ide Koran Tempo,
orang-orang dewasa, telah membentuk makna peran Minggu 10 Oktober 2004, Afthonul Afif diunduh
diri mereka. Makna peran diri yang dikonstruksi yakni dari https://psikotikafif.wordpress.com/
DIRI yang menenuhi kebutuhan dasar, DIRI yang 2008/06/25/21/
melepaskan beban orang tua, DIRI yang memenuhi Bajari, Atwar., Dinamika Komunikasi dan Perilaku
kebutuhan sekolah, DIRI yang mencari hubungan Sosial Anak Menyimpang, Bandung:
sosial, serta DIRI yang didorong terpaksa akibat orang Humaniora, 2012.
tua. Cuff, E.C., and G.C.F. Payne., Perspective in
Sociology, London: George Allen and Unwin,
SIMPULAN 1981.
Desmita., 2005. Psikologi Perkembangan, Bandung:
Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil pembahsan, Remaja Rosda Karya, 2005
adalah sebagai berikut: Emily Delap, “Begging for Change, Research Findings
1. Anak-anak pengemis memaknai secara berbeda and Recommendations on Forced Child Begging
dalam melihat situasi, seting dan perilaku orang- in Albania/Greece, India and Senegal,”
orang jalanan. Kondisi di mana anak berada dalam Research Report, Anti-Slavery International,
keadaan kritis akibat ketidakmampuan ekonomi di 2009
satu pihak, dan keadaan riil yang diterima dan http://www.kompasiana.com/rivel/pekerja-anak-dan-
ditemui anak di jalanan manakala mereka kemiskinan_55182bfa813311ad689de7ca
berinteraksi dengan aturan, prinsip dan nilai-nilai Human Rights Watch, “Where Do You Want Us to Go?
jalanan atau kultur jalanan di pihak lain, membuat Abuses against Street Children in Uganda,”
anak-anak memiliki identifikasi diri yang berbeda Uganda: Human Right, 2014.
dengan anak-anak yang berkembang dalam Jeremias Marseille, “The Spiritual Dimension in
lingkungan yang normal. Anak-anak memiliki Logotherapy: Viktor Frankl’s Contribution to
sikap proaktivitas dan resiliensi untuk menjadi Transpersonal Psychology, The Journal of
AKU atau DIRI yang unik jika dibandingkan Transpersonal Psychology,” 1997, Vol. 29, No.1
dengan anak-anak pada umumnya. diakses dari
2. Anak-anak berusaha membangun pemahaman http://www.atpweb.org/jtparchive/trps-29-97-
dimana mengemis bagi mereka adalah tindakan 01-001.pdf
yang baik dan menolong diri mereka. Sehingga Koswara, Iwan., Hari Muharam, dan Atwar Bajari.,
mengemis dianggap sebagai tindakan untuk Jejaring Penanganan Anak Jalanan, Sebuah
memenuhi kebutuhan dasar, membantu orang tua, Kajian Kesejahteraan dan Perlindungan Anak
membayar biaya sekolah (jika masih sekolah) dan Jalanan di Garut, Sumedang, dan Bandung.,
suruhan orang tua sebagai konversi dari sekedar Bandung: Jurnal Pengabdian, Vol. 11 No. 5.,
melakukan tindakan yang tidak menghasilkan. LPM Unpad, Juni 2003.
181
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
182
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Abstrak PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan untuk membongkar film Dallas Film adalah salah satu media yang hadir sebagai
Buyers Club sebagai salah satu dari wahana politik wahana politik budaya. Film menghadirkan berbagai
budaya yang menyimpan pertarungan identitas melalui macam wacana berdasarkan penggambaran sosial
representasi kaum heteronormatif dan kaum non budaya dan suasana politik. Oleh karena itu, peneliti
heteronormatif dalam film Dallas Buyers Club, ternyata dapat menyebutkan film merupakan budaya media yang
diketahui adanya misi homofobia yang tetap unggul di dalamnya terdapat persaingan antara yang dominan
melalui pelabelan kaum non heteronormatif di film dengan yang tidak dan antara yang berkuasa dengan
tersebut. Posisi teori semiotika Rolland Barthes yaitu yang lemah yang kemudian menimbulkan
pada pembedahan fragmen gambar film yang berperan pertentangan. Melalui kajian budaya, maka akan dapat
ketika peneliti mengungkap bagaimana kaum digali lebih dalam apa saja dampak serta cara menyikapi
heteronormatif dan kaum non heteronormatif sebuah teks yang mengusung pertentangan, apakah
direpresentasikan melalui segala hal yang tampak pertentangan tersebut melibatkan ideologi, atau
secara visual pada gambar film. Kemudian, guna identitas, atau politik kebudayaan (Kellner, 2010:77).
mengungkap adanya misi homofobia di dalam film
Dallas Buyers Club, maka teori Queer dimanfaatkan Dalam hal ini, penelitian ini memilih objek film Dallas
peneliti sebagai teori lanjutan guna membongkar misi Buyers Club sebagai objek penelitian. Dallas Buyers
homofobia yang merupakan salah satu dari isu Queer. Club adalah film yang disutradarai oleh Jean-Marc
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif Vallee dan tayang perdana pada 22 November 2013.
dengan teknik analisis data semiotika Rolland Barthes Film Dallas Buyers Club yang bergenre biografi dan
yang mengungkap segala sesuatu yang tampak secara drama diproduksi oleh Truth Entertainment di Amerika
visual pada gambar film Dallas Buyers Club yang Serikat. Pemain utamanya adalah tokoh Ron Woodroff
mengandung isu Queer. Hasil penelitian membuktikan sebagai seorang heteroseksual dan tokoh Rayon sebagai
bahwa Dallas Buyers Club menghadirkan pertarungan seorang gay (Amazon, 2013).
identitas antara golongan heteronormatif dan non-
heteronormatif dalam wahana politik budaya yang Film yang berdurasi 116 menit ini menghadirkan isu
ternyata dimenangkan oleh kaum heteronormatif menarik yang disesuaikan dengan latar film tersebut
melalui adanya pelabelan negatif yang yaitu pada tahun 1985 adanya pelabelan negatif
direpresentasikan terhadap kaum non heteronormatif di terhadap dunia gay yang digambarkan dekat dengan
tengah-tengah kaum heteronormatif. Hal tersebut penyakit AIDS. Pelabelan negatif terhadap kehidupan
dilatarbelakangi oleh adanya misi untuk kaum gay dimaksudkan untuk tetap melanggengkan
melanggengkan homofobia di tengah-tengah kaum heteroseksual sebagai kehidupan yang benar dan
heteronormatif yang menilai kaum non heteronormatif normal, sehingga citra negatif harus ada untuk
sebagai pembawa tindak anarkis, tidak tertib, dan memberikan kesan homofobia di dalam masyarakat.
penentang hukum. Implikasi dari penelitian ini Telah diketahui bahwa, dalam penelitian ini yang
diketahui melalui makna implisit di balik misi merupakan kajian budaya dimana jelas berbeda dengan
homofobia di dalam film tersebut, yaitu adanya studi budaya. Jika studi film hanya berpusat terhadap
kebebasan untuk memperlakukan kaum non posisi penonton, analisis tekstual, makna ditentukan
heteronormatif misalnya dengan cara-cara yang negatif melalui proses produksi, dan pembaca yang pasif serta
karena kaum non heteronormatif lah yang memiliki penuh dengan ketidaksadaran, maka kajian budaya film
label negatif. Melalui penelitian ini, pembaca diharap lebih terhadap pencarian makna yang yang diperoleh
lebih kritis dalam menanggapi isu di tengah-tengah melalui konsumsi pembaca yang secara aktif dan penuh
masyarakat melalui media. kesadaran (Storey, 2010:86).
183
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
menemukan obat yang baik untuk tubuh pengidap pelabelan negatif seperti itu akhirnya masyarakat
AIDS, maka Ron berusaha membeli obat secara illegal heteroseksual menjadi homofobia, yaitu adanya rasa
hingga membuat kesehatannya terus menurun. Hingga takut untuk ikut campur di dalam kehidupan seorang
akhirnya ia dipertemukan dengan seorang kenalan gay. Homofobia yang berarti adanya ketakutan terhadap
kepada dokter yang berstatus illegal (atau dicabut izin kaum homoseksual. Rasa takut yang ditanamkan adalah
prakteknya) untuk mendapatkan obat yang mujarab. melalui pelabelan negatif dan secara tidak sadar kaum
Tujuan Ron yang semula mengkonsumsi obat untuk heteronormatif akan bertindak waspada meski harus
bertahan hidup ternyata membelok terhadap penjualan dengan cara-cara negatif agar tidak menghirup
obat hingga membuat komunitas club bersama kenalan kehidupan kaum homoseksual. Jadi sebenarnya, misi
gaynya yaitu Rayon. Ternyata, melalui Rayon itulah homofobia ditanamkan untuk menenggelamkan
bisnis Ron menjadi berkembang karena para kekuatan kaum non heteronormatif agar identitas yang
konsumennya kebanyakan adalah orang-orang gay satu-satunya layak hadir dan eksis di masyarakat
kenalan si Rayon. Rayon adalah seorang laki-laki yang hanyalah kaum yang beridentitas heteronormatif. Itulah
memiliki orientasi seksual sesama jenis. Dia mengidap maksud dan tujuan film Dallas Buyers Club hadir
AIDS dan dikucilkan dari keluarga. Ketika bertemu dengan membawa label gay yang sangat negatif serta
dengan Ron, Rayon merasa memiliki teman baik dan merugikan.
menjalani kehidupan barunya tetap sebagai seorang
gay. Untuk menganalisis film guna mendapatkan suatu
makna yang tersirat, maka diperlukan pemahaman atas
Permasalahan yang diangkat dalam film Dallas Buyers teori yang dapat membedah setiap informasi yang
Club adalah pelabelan negatif terhadap kaum gay yang terlihat dalam gambar film, maka penelitian ini
digambarkan dekat dengan penyakit AIDS, penentang memanfaatkan teori fragmen gambar film Rolland
aturan hukum, dan jauh dari keluarga maupun teman. Barthes. Terdapat tiga tahapan untuk mencapai tahap
Permasalahan tersebut digambarkan oleh kaum terakhir yaitu mitos.
heteroseksual yang diwakili oleh tokoh Ron dan kaum
non heteroseksual yang diwakili oleh tokoh Rayon. 1. Lapisan informasional
Melalui penggambaran yang terkesan negatif tersebut
misi kaum heteroseksual untuk menciptakan homofobia Pada tahapan pertama, segala sesuatu yang tampak
menjadi sangat terlihat, namun makna implisit apakah secara visual di dalam gambar harus dimaknai secara
di balik misi homofobia yang akan menjadi temuan denotatif. Adapun segala sesuatu yang harus dianalisis
dalam penelitian ini. Penggambaran label negatif dalam tahap ini adalah latar, kostum, tata letak,
ditandai dengan kehidupan Ron sebagai seorang karakter, kontak, gerak laku tokoh, sudut pengambilan
heteroseksual yang dekat dengan seorang gay yaitu gambar maupun kamera, pengambilan angle, juga
Rayon harus berurusan dengan hukum karena penjualan berpengaruh terhadap hasil makna denotatif. Setelah
obat AIDS yang illegal dan kehidupan Rayon yang mengetahui segala aspek dalam lapisan informasional
digambarkan menderita akibat penyakit AIDSnya dan maka selanjutnya adalah menuju tahap untuk
pilihan hidupnya untuk menjadi gay menjadi dikucilkan mengetahui makna konotatif yang dihasilkan.
keluarga dan teman sekitar.
2. Lapisan simbolis
Penelitian ini akan mengungkap homofobia sebagai
bagian dari pembangunan isu queer melalui teori Pada tahapan ini, segala sesuatu yang tampak pada
semiotika Rolland Barthes mengenai telaah fragmen gambar film diinterpretasi hingga mmenghasilkan
gambar dalam film yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu, sebuah makna kedua, yaitu konotasi. Makna yang
(1) lapisan informasional, (2) lapisan simbolis, dan (3) dihasilkan pun berdasarkan latar belakang, kondisi
makna ketiga. sosial, dan pengetahuan si pemberi makna. Segala
aspek yang berbau simbolis dalam gambar film
Melalui penelitian ini terungkap bahwa penanaman memiliki makna lain yang lebih mendalam daripada
label negatif terhadap kaum gay sudah ditanamkan di kelihatannya saja (surface meaning). Maka dalam tahap
dalam masyarakat heteronormatif sejak dulu. Pada kedua ini disebut juga sebagai tahapan mencari deep
zaman dahulu, masyarakat heteronormatif sudah diberi meaning.
peringatan akan bahaya yang terjadi apabila
berhubungan dengan cara yang menyimpang, yaitu 3. Makna ketiga
akan mendatangkan penyakit. Padahal yang akan
Di balik makna kedua yang dihasilkan melalui hasil
terkena penyakit tidak hanya seorang homoseksual saja,
interpretasi, ternayata menyimpan sebuah mitos yang
namun seorang heteroseksual juga akan berpotensi
nampaknya terselubung dan tersirat. Segala sesuatu
terkena penyakit. Namun, yang menjadi fokus terhadap
yang bermakna dalam memiliki tujuan ataupun maksud
bahaya penyakit adalah kaum homoseksual. Selain itu
lain di balik pemaknaan yang dihasilkan. Maka, pada
juga diperlihatkan pula bahwa masyarakat yang tinggal
tahapan terakhir inilah akan diketahui mitos yang
di lingkungan homoseksual juga akan
terkandung pada gambar film (Barthes, 1990:41-67).
berkecenderungan hidup di bawah bayang-bayang
kejahatan dan berurusan dengan hukum. Melalui
184
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Sebelum melangkah jauh menuju Queer, maka peneliti orientasi seksual, laki-laki berhubungan dengan
akan memaparkan perbedaan antara LGBT dan Queer. perempuan dan begitu sebaliknya. Hal tersebut dangat
LGBT atau Lesbian Gay Bisex Transgender adalah bertolak belakang dengan konsep Butler, bahwa
suatu istilah yang hadir di tengah-tengah rezim modern identitas gender didapat melalui tindakan-tindakannya.
di bidang biologi. LGBT hanya berpusat terhadap Jadi, seorang perempuan tidak harus bergender feminin
bagaimana sex yang dimiliki seseorang menjalankan dan memiliki orientasi seksual dengan laki-laki, namun
hubungan intim secara tidak semestinya atau dalam perempuan dapat juga bergender maskulin dan
bahasa kasarnya adalah mengidap kelainan sex. Ada memiliki orientasi seksual dengan perempuan juga.
tiga kata yang harus diingat perbedaannya apabila Gender merupakan sesuatu yang tidak alami, sehingga
berbicara mengenai Queer, yaitu sex, gender, dan tidak mengharuskan seorang perempuan menunjukkan
seksualitas. Sex adalah jenis kelamin. Gender adanya keperempuanannya atau feminin, namun dapat
performativitas seseorang yang memiliki sex laki-laki menunjukkan identitasnya sebagai perempuan
dan perempuan. Performativitas yang dimaksud adalah maskulin. Atau seorang laki-laki yang tidak harus dan
merujuk kepada Judith Butler yang mengemukakan wajib menunjukkan sifat kelaki-lakiannya atau
pendapatnya bahwa seseorang yang ber-sex perempuan maskulin, namun dapat juga memilih identitas sebagai
bisa menjadi seorang feminim dan maskulin di saat laki-laki feminin (Salih, 2002:46).
yang berbeda, begitu juga dengan seseorang yang ber-
sex laki-laki, bisa berlaku feminim dan maskulin Adanya hal demikian membuat jelas kaum
tergantung dengan keadaan budaya (Sugiarti, 2002: 4- heteronormatif menjadi terancam karena keberadaan
9). kaum non heteronormatif. Sehingga muncullah
homofobia yaitu pandangan masyarakat heteroseksual
Kemudian seksualitas adalah kecenderungan untuk yang ketakutan terhadap hubungan sesama jenis.
berlaku menjadi homososial atau homoseks. Seseorang Ketakutan yang tercipta di dalam masyarakat
yang bersex laki-laki dapat memiliki kekaguman heteroseksual tetap eksis karena pemberian label
terhadap seorang laki-laki juga ketika berinteraksi negatif terhadap kaum homoseksual yaitu intimidasi,
secara sosial, namun tidak selalu ingin menyalurkan pelecehan, ketidakadilan dalam masyarakat, dan tindak
hasratnya untuk berhubungan seksual, maka seseorang perilaku negatif lainnya. Keberadaan kaum gay yang
tersebut sudah dapat dipastikan memiliki gaya dipenuhi dengan pandangan negatif serta perlakuan
seksualitas yang aneh, yaitu di satu sisi mengagumi yang berbeda membuat mereka lebih memilih untuk
sesama jenis, namun di satu sisi juga bernafsu dengan menyimpan identitas yang sesungguhnya. Penolakan
lawan jenis. Jadi, dalam seksualitas, selalu ada homoseksual di dalam masyarakat yang dominan yaitu
permainan-permainan antara sex dan gender, ada masyarakat heteroseksual dikarenakan adanya
kekuasaan yang mengatur di dalam sana (Foucault, penanaman homofobia. Homofobia yang diciptakan
2008:119). oleh masyarakat heteroseksual digunakan sebagai alat
untuk membentengi diri mereka akan ancaman
Pada mulanya, queer adalah keanehan dalam orientasi homoseksual. Sehingga masyarakat heteroseksual
seks, namun kemudian tidak dianggap suatu keanehan secara berkelanjutan masih memberikan tekanan
lagi, sebab orientasi seksual yang non heteronormatif terhadap kaum homoseksual (Rahardjo, Homophobia
bukanlah hal yang menyimpang, tapi natural. Queer dan Kita, 2009:11-13).
tidak memandang konstruksi tradisional gender yaitu
heteronormatif, konsep yang benar dan diikuti seluruh Pada dasarnya, homofobia sendiri mayoritas
masyarakat bahwa laki-laki berhubungan dengan diperlihatkan oleh kaum pria dari wanita. Hal tersebut
perempuan, maupun sebaliknya. Queer menganggap dikarenakan laki-laki dengan ego maskulinitasnya
bahwa orang yang memiliki sex perempuan tidak harus bermain sehingga ia tidak mau terlihat lemah dan
memiliki ketertarikan terhadap laki-laki, maupun seperti perempuan. Hal tersebut merupakan penolakan
sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan queer tidak keras dari seorang laki-laki yang heteroseksual terhadap
melihat sex sebagai penentu gender. Salah satu kaum homoseksual. Homofobia akan selalu berada di
pencetusnya adalah Judith Butler yang menganggap masyarakat yang heteroseksual karena adanya
bahwa gender adalah hal yang fluid karena identitas heteroseksisme. Heteroseksisme adalah ideologi yang
gender didapat melalui tindakan-tindakan. menganggap bahwa hubungan seksual yang benar
Sebagaimana yang dikatakan oleh Sarah Salih: adalah yang berada di bawah perlindungan hukum,
yaitu hubungan yang heteroseksual. Sehingga
“Butler does claim that gender identity is a sequence of pandangan mengenai sisi lain dari homoseksual akan
acts.” (Salih, 2002:45) selalu berlabel negatif karena homoseksual masih
belum memiliki kekuatan atau kekuasaan untuk
Dapat disimpulkan bahwa Butler tidak setuju jika sex melawan heteroseksisme. Homofobia tercipta dari
seseorang sebagai penentu gender. Seseorang yang masyarakat secara tidak sadar dikarenakan beberapa
terlahir memiliki kelamin perempuan maka harus sebab, diantaranya adalah homoseksual adalah sesuatu
bergender feminin, sedangkan yang terlahir memiliki yang langka, tidak lazim, dan aneh, kemudian
kelamin laki-laki maka harus bergender maskulin. homoseksual berlawanan dengan agama sehingga
Sehingga gender yang terbentuk menjadi penentu dianggap dosa besar, dan homoseksual adalah
185
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
hubungan yang tidak terpuji dan bermanfaat. Oleh Club (2013) atau yang disebut dengan semiotika
karena itu banyak penolakan atas kaun homoseksual tingkat pertama
hingga sekarang (Rahardjo, 2007:194-197).
2. Mengungkap makna konotatif yang dihasilkan
Pada kaum homoseksual, tidak sepenuhnya ketika melalui interpretasi lapisan informasional film
berinteraksi di masyarakat selalu bertindak feminim, Dallas Buyers Club (2013) atau yang disebut
namun ada kalanya berlaku maskulin. Begitu juga pada dengan semiotika tingkat kedua
kaum heteroseksual, ada kalanya seseorang yang ber-
sex laki-laki menjadi terlihat lemah akibat suatu 3. Mengungkap mitos atau makna ketiga dari hasil
budaya, maka dapat disimpulkan bahwa seorang yang interpretasi yang dilakukan melalui hasil deskriptif,
ber-sex laki-laki maupun perempuan tidak akan selalu hasil interpretasi, dan hasil eksplanasi yang
bergender feminim atau maskulin, dalam hal ini gender kemudian diketahui makna ketiga di dalam film
adalah fluid, cair, begitu juga dengan seksulitas, Dallas Buyers Club (2013).
sehingga melahirkan keanehan-keanehan. Maka
muncullah istilah Queer yang lebih menyangkup HASIL DAN PEMBAHASAN
semuanya di antara ketiga aspek tadi (sex, gender,
seksualitas), sehingga homofobia yang sebenarnya Untuk membuktikan bahwa film Dallas Buyers Club
masih ditanamkan di masyarakat hanyalah suatu (2013) menyimpan misi untuk menanamkan pandangan
pertahanan untuk melanggengkan kekuasaan kaum homofobia, maka peneliti melakukan pemaknaan
heteronormatif, dengan berdalih bahwa yang benar dan secara denotatif, konotatif, dan menghasilkan sebuah
beradab hanyalah yang tetap, padahal gender bersifat mitos melalui teori Rolland Barthes mengenai telaah
fluid. fragmen gambar film.
186
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Pengambilan gambar dengan small angle serta pose dari tempat para perempuan, namun disini yang dihadirkan
tokoh yang tersenyum sinis meski sedang terluka bukan para perempuan, namun seorang tokoh gay dan
menggambarkan bahwa film ini ingin membuat laki-laki. Maka dapat disimpulkan bahwa, antara laki-
penonton fokus terhadap tokoh utama tersebut yang laki, gay, dan transgender pun berhak berada di tempat
memiliki permasalahan hukum. Meskipun tokoh atau kekuasaan perempuan untuk tetap bisa
tersebut memiliki hukum, namun yang terlihat adalah melangsungkan hidup.
kejantanan dan ketangguhan tokoh. Hal ini merupakan
penggambaran film dalam melancarkan misinya untuk
menanamkan homofobia. Meski tokoh utama tersebut
yaitu Ron bukan seorang homoseksual dan ia telah
berada di lingkungan orang homo, maka besar
kemungkinan untuk ikut terlibat di dalam label negatif.
Melalui gambar ini dapat disimpulkan bahwa akan
selalu berbahaya untuk dekat-dekat atau berkumpul
dengan seorang homoseksual. Yaitu ditandai dengan
luka fisik pada tokoh Ron.
Gambar 3 : Kaum heteronormatif dilindungi pihak
Lapisan informasional selanjutnya yang perlu dikaji keamanan
adalah relasi antar tokoh serta gerak lakunya.
Kaum heteronormatif dikenal dengan pihak penguasa
atas kaum lainnya karena diakui oleh suatu bangsa.
Maka, apapun bentuk kriminal yang dilakukan oleh
kaum heteronormatif akan dimaklumi dan bahkan
diberi bantuan. Seperti pada potongan kisah pada film
Dallas Buyers Club, tokoh Ron adalah penjudi dan
akrab dengan seks bebas. Tokoh Ron yang merupakan
seorang laki-laki berorientasi sex dengan perempuan
memiliki koneksi dengan pihak keamanan sehingga
mendapat perlindungan ketika sedang melakukan
Gambar 2: tindak kriminal. Lain halnya dengan kaum non
dari kiri ke kanan (Rayon seorang gay-teman Ron- heteronormatif. Penyakit AIDS di dalam film seperti
Ron) sepaket dengan kaum non heteronormatif. Padahal
sesuai dengan alur ceritanya, fous cerita dari film
Seorang gay yaitu tokoh Rayon digambarkan dalam diawali oleh seorang lelaki normal yang mengidap
gambar film bahwa ia mendapat penolakan terhadap penyakit AIDS. Jelas terlihat motif sesungguhnya yang
orang heteroseksual (teman Ron) bahkan hanya untuk ingin dihadirkan dalam film ini, yaitu pelabelan negatif
sekedar berjabat tangan. Melalui gambar film tersebut terhadap kaum non heteronormatif.
terlihat bahwa pada film ini, pelabelan negatif terhadap
kaum homoseksual selalu diperlihatkan.
187
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
solusi menghadapi penyakit AIDS. Sebuah komunitas mematikan, pandangan tersebut adalah homofobia di
dibangunnya untuk mempermudah para pengidap dalam konsep Queer.
AIDS. Tokoh Ron sebaga seorang laki-laki normal
digambarkakn memiliki power dan pemimpin,
sedangkan tokoh Rayon digambarkan sebagai seorang DAFTAR PUSTAKA
gay dan juga transgender, tidak memiliki power, dan
bergantung kepada tokoh Ron. Motif bantuan yang Amazon. (2013, november 22). IMDb Movies.
ditawarkan tokoh Ron menyimpan makna lain bahwa Retrieved June 2, 2016, from IMDb:
orang-orang yang mengidap AIDS terutama orang gay http://www.imdb.com/title/tt0790636/#
dan transgenderperlu mendpaat bantuan untuk Barthes, R. (1990). Image/Music/Text. London: Fortana
menanganinya, dan yang bisa membantunya adalah Press.
orang normal. Namun dibalik bantuan tersebut, orang David Graddol dan Joan Swann. (1989). Gender
heteronormatif bersuara bahwa hanya denagn cara yang Voices: Telaah Kritis Relasi Bahasa-Gender.
menyakitkan saja yang bisa digunakan untuk membantu Pasuruan: Pedati.
kaum non heteronormatif. Hal tersebut ditandai dengan Foucault, M. (2008). Ingin Tahu Sejarah Seksualitas.
niatan salah seorang tokoh Dokter yang mengaku Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
membuat obat tersebut untuk diuji cobakan dulu. Kellner, D. (2010). Budaya Media: Cultural Studies,
Melalui fragmen gambar tersebut terlihat bahwa Identitas, dan Politik antara Modern dan
bantuan yang diberikan oleh orang normal kepada Postmodern. Yogyakarta: Jalasutra.
orang gay atau transgender tidaklah melalui solusi yang Rahardjo, W. (2007). Homophobia dan Penolakan
membuat lebih baik, namun justru menyakitkan dan Masyarakat serta Hubungannya dengan
menyengsarakan. Bicultural Identity pada Cover Homoseksual.
Jurnal Penelitian Psikologi Nomor 2 Volume
Setelah mengetahui bagaimana telaah fragmen gambar 12, 194-197.
film memperlihatkan pelabelan negatif dari tokoh Rahardjo, W. (2009). Homophobia dan Kita. Jurnal
homoseksual di mata masyarakat heteroseksual dan Penelitian Psikologi Nomor 1 Volume 14, 11-
pelabelan negatif juga terhadap tokoh heteroseksual 13.
yang berhubungan dekat atau sekedar berdekatan secara Salih, S. (2002). Judith Butler. London: Routledge.
sosial juga akan mendapatkan bahaya, yaitu kekerasan Storey, J. (2010). Cultural Studies dan kajian budaya
fisik, penyakit mematikan, serta intimidasi. Melalui pop. Yogyakarta: Jalasutra.
pelabelan negatif seperti hal diatas maka secara tidak Sugiarti, T. H. (2002). Konsep dan Teknik Penelitian
sadar penonton memiliki penanaman pandangan akan Gender. Malang: UMM Press.
homofobia bahwa untuk tidak dekat-dekat dengan Vallée, J.-M. (Director). (2013). Dallas Buyers Club
homoseksual agar dapat hidup dengan baik. [Motion Picture].
SIMPULAN
188
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
189
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
190
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Perayaan pada tanggal 11 Agustus tersebut diprediksi sedangkan Bonekmania mempercayai jargon ‘Salam
melibatkan para Aremania dari seluruh wilayah Malang Satu Nyali: Wani’.
Raya. Kehadiran Aremania yang berjumlah ribuan di
jalanan wilayah Malang Raya tentu saja akan memadati Permasalahan yang berpeluang terjadi pada saat terjadi
semua ruas jalan dan menyebabkan kemacetan lalu- arak-arakan kendaraan bermotor Aremania mendorong
lintas (Mashita, 2016; Satrio, 2016). Mobilitas Polres Kota Malang untuk melakukan penertiban.
Aremania secara besar-besaran ini acap kali Upaya penertiban tersebut dilakukan dengan jalan
merepotkan pengguna jalan yang tidak terlibat dalam memberlakukan larangan pawai kendaraan bermotor
arak-arakan, mereka harus menepi dan berhenti untuk pada hari Kamis, 11 Agustus 2016. Pada hari itu,
memberikan jalan bagi rombongan Aremania yang Aremania tidak diperkenankan melakukan konvoi
sedang melintas. keliling kota untuk merayakan hari kelahiran klub
Singo Edan. Kebijakan tersebut disampaikan oleh
Selain permasalahan kemacetan jalan, konvoi jajaran Kepolisian Kota Malang, Kabupaten Malang
kendaraan bermotor juga meningkatkan peluang dan Kota Batu pada saat sosialisasi kepada perwakilan
kecelakaan lalu lintas. Hal ini bisa terjadi sebab pawai Aremania pada tanggal 09 Agustus di Aula Polres
kendaraan bermotor semacam itu seringkali Malang (Hartik, 2016; Wahyunik, 2016a; Zuk, 2016).
memunculkan pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran
tersebut dianggap menjadi pemicu terjadinya Kebijakan yang dilakukan oleh jajaran Kepolisian
kecelakaan lalu lintas. Pelanggaran aturan lalu lintas Malang Raya ini dapat dipandang sebagai upaya negara
yang dinilai sebagai pemicu kecelakaan lalu lintas yang untuk mengatur tindakan warganya. Kebijakan yang
terjadi pada saat konvoi antara lain tidak mengenakan disepakati oleh tiga resort di wilayah Malang Raya itu
helm pengaman untuk pengendara kendaraan beroda dimaksudkan untuk memberikan batasan atas perilaku
dua, menggunakan kendaraan bak terbuka untuk kolektif yang hendak dilakukan Aremania. Dasar atas
mengangkut orang, dan mengendarai kendaraan pemberlakuan kebijakan tersebut ditekankan pada
bermotor tanpa dilengkapi surat-surat yang lengkap dan pertimbangan bahwa tanggal 11 Agustus 2016
sah (Mashita, 2016; Ramadhan, 2016; Wahyunik, bertepatan dengan hari Kamis yang berarti masih ada
2016d). aktivitas sekolah dan kerja bagi warga Kota Malang
(Zuk, 2016).
Problem yang tidak kalah krusial berkaitan dengan
ancaman perusakan kendaraan bermotor. Pada saaat Kebijakan itu dilakukan sebagai stategi preventif untuk
pawai kendaraan bermotor para Aremania, pengguna mencegah sejumlah permasalahan yang berpotensi
jalan yang lain tak jarang menjadi sasaran perusakan. terjadi pada saat perayaan ulang tahun Arema
Kejadian semacam ini jamak terjadi pada kendaraan diselenggarakan. Kebijakan ini dapat dilihat sebagai
bermotor dengan plat nomor dari kota sebelah, upaya negara untuk mengatur perilaku pendukung klub
Surabaya. Pengemudi kendaraan dengan kode plat sepakbola. Negara memiliki tentara dan polisi untuk
berhuruf ‘L’ seringkali khawatir melintas di jalan memaksa warga negara (Duke & Crolley, 2014, p. 4),
wilayah Malang Raya pada saat arak-arakan Aremania sehingga dalam hal ini polisi idealnya memiliki
berlangsung. Konon kendaraan dari kota tersebut kekuatan untuk memaksa Aremania membatalkan
dianggap sebagai musuh yang perlu dihantam sebab rencana konvoi pada hari ulang tahun Arema. Alih-alih
salah satu klub sepakbola asal Surabaya merupakan mendapatkan kepatuhan, ternyata regulasi itu justru
rival abadi Arema. Meskipun ada pula mobil plat ‘L’ menghadirkan perlawanan dari pihak manajemen
yang dirusak ternyata bukan milik warga Kota Arema dan ribuan Aremania.
Surabaya, melainkan orang Malang yang membeli
mobil di Surabaya (Wahyunik, 2016c). Kekerasan Perbincangan yang melibatkan tiga Kapolres di wilayah
semacam ini dapat terjadi atas dasar perbedaaan nilai- Malang Raya, manajemen Arema dan Aremania
nilai yang mengikat pendukung klub sepakbola, lebih berlangsung sengit. Pertemuan yang diselenggarakan
lanjut ganguan semacam ini juga juga terjadi berdasar secara tertutup di Aula Polres Kota Malang tersebut
perbedaan sosiodemografi (Zani & Kirchler, 1991, p. berlangsung sejak pagi hingga siang hari. Pertemuan itu
5). Dalam konteks ini berarti bahwa kekerasan yang tak kunjung memunculkan konsensus yang disepakati
terjadi bermula dari perbedaan nilai-nilai yang dianut para aktor yang terlibat di dalamnya. Pihak Kepolisian
Aremania dan Bonekmania (pendukung klub sepakbola bersikukuh untuk membatasi konvoi yang hendak
asal Surabaya) dan perbedaan sosiodemografi antara dilakukan Aremania pada perayaan ulang tahun Singo
Kota Malang dan Surabaya. Aremania menganut nilai Edan. Sedangkan kubu manajemen bersama perwakilan
yang tampak dalam slogan ‘Salam Satu Jiwa: Arema’, Aremania bersikeras melakukan arak-arakan pada hari
Kamis 11 Agustus 2016.
191
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
192
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
konvoi pada hari Minggu 14 Agustus 2016 dengan tajuk kekuasaan yang dimilikinya dengan cara
‘napak tilas’. Napak tilas ini menjadi angin segar bagi mempengaruhi Aremania agar tidak melakukan arak-
Aremania yang berkeinginan mempertahankan tradisi arakan pada tanggal 11 Agustus. Polisi berusaha untuk
merayakan ulang tahun Arema dengan jalan membentuk kebutuhan Aremania yang melakukan
mengadakan pawai keliling wilayah Malang Raya. perayaan ulang tahun Singo Edan dengan menekankan
pada urgensi menciptakan keamanan dan
Napak tilas tidak memperlihatkan kekuatan polisi mempertahankan ketertiban umum di wilayah Malang
dalam mengatur tindakan Aremania. Di event ini, pada Raya.
akhirnya justru pihak kepolisian harus turun tangan
untuk melakukan pengawalan pada arak-arakan yang Strategi polisi untuk mencapai tujuannya untuk
dilakukan Aremania pada tanggal 14 Agustus tersebut. mengatur konvoi Aremania diwujudkan dalam
Polisi yang dilibatkan dalam perayaan ini bertugas kebijakan bersama polisi di Malang Raya. Polres Kota
melakukan pengawalan rombongan Aremania sedari Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu memiliki
Stadion Gajayana di Kota Malang menuju Stadion kesepakatan untuk melarang Aremania melakukan
Kanjuruhan di Kabupaten Malang dengan panjang rute mobilitas massal pada tanggal 11 Agustus.
perjalanan berkisar 23 km (Rekohadi, 2016b). Jumlah Pengambilan keputusan tersebut melibatkan
aparat kepolisian yang ditugaskan mengamankan dan manajemen Arema dan perwakilan Aremania yang
menertibkan acara tersebut tercatat sebanyak 750 dilakukan pada tanggal 09 Agustus di Aula Polres Kota
personel (Wahyunik, 2016b). Malang. Pada tahapan ini, kekuasaan dioperasikan
dalam proses pengambilan keputusan. Praktik kuasa
yang difokuskan pada perilaku dan proses pengambilan
PERSETERUAN PARA PIHAK YANG keputusan semacam ini dapat dikategorikan sebagai
BERKEKUATAN MUMPUNI cara pandang kekuasaan satu dimensi (Lukes, 2005, p.
29).
Peristiwa pelarangan konvoi perayaan hari ulang tahun
Arema ke-29 menunjukkan relasi sosial yang menarik.
Selain praktik kuasa yang dijalankan polisi, peristiwa
Keterlibatan polisi, manajemen Arema dan Aremania
ini juga memperlihatkan strategi kekuasaan yang
dalam sengkarut implementasi kebijakan ini
dilakukan oleh manajemen Arema. Berbeda dengan
menunjukkan praktik kekuasaan melibatkan sejumlah
pihak kepolisian yang lebih menekenakan pada
aktor yang berkepentingan. Pertautan praktik kuasa
pengaturan perilaku dan pengambilan keputusan,
yang dilakukan para aktor dalam peristiwa ini
praktik kuasa yang dijalankan manajemen Arema
menunjukkan upaya untuk saling mempengaruhi pihak-
beroperasi pula pada proses yang non decison-making.
pihak yang dinilai memiliki kepentingan dalam
Manajemen Arema terlibat dalam perumusan kebijakan
perayaan hari ulang tahun Arema.
perihal perayaan dirgahayu Singo Edan dengan pihak
kepolisian. Akan tetapi praktik kuasa yang dijalankan
Kebijakan yang dirancang Polres Kota Malang,
manajemen Arema tidak berhenti di ranah pengambilan
Kabupaten Malang dan Kota Batu merepresentasikan
keputusan saja.
kekuatan dari institusi negara dalam mengatur perilaku
warga negara. Kebijakan itu bermula dari kepentingan
Di satu sisi, manajemen Arema turut membentuk
yang dimiliki pihak kepolisian untuk memanipulasi
perilaku Aremania pada pesta perayaan ulang tahun
perilaku Aremania saat merayakan hari jadi klub sepak
yang ke-29. Pembentukan perilaku sebagai bentuk
bola Arema. Polisi menginginkan dan merancang
praktik kuasa itu dijalankan dengan ‘menentukan’
strategi agar Aremania tidak melakukan konvoi keliling
kebutuhan Aremania. Manajemen Arema berusaha
Malang Raya pada hari itu. Kekuasaan institusi negara
untuk membentuk dan menentukan kebutuhan dengan
pada konteks ini didorong untuk bekerja dalam pola
cara menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bersifat
yang bersifat koersif.
pencapaian prestasi dan hiburan. Manajemen Arema
telah menyiapkan kegiatan yang berorientasi pada
Cara kerja kekuasaan ternyata tidak sekedar
pencapaian prestasi seperti lomba mewarna dan lomba
berorientasi pada pemaksaan. Kekuasaan bukan
mendesain t-shirt official Arema. Selain kegiatan yang
sekedar upaya memaksa orang lain agar melakukan
berorientasi pada prestasi, kebutuhan Aremania pada
sesuatu yang sebenarnya tidak ingin dilakukannya.
saat merayakan ulang tahun klub andalannya dalam
Namun kekuasaan juga beroperasi dengan jalan
bentuk acara hiburan semacam pertunjukan musik,
mempengaruhi, membentuk atau menentukan
pemutaran film dokumenter, dan nonton bareng
keinginan seseorang (Lukes, 2005, p. 27). Pada konteks
pertandingan Arema. Upaya menentukan kebutuhan
ini, pihak kepolisisan berupaya untuk menjalankan
Aremania dengan logika semacam ini menunjukkan
193
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
praktik kuasa yang bersifat nondecision-making. tujuannya sendiri, kendati orang tersebut sebenarnya
Sehingga pola praktik kuasa yang dilangsungkan tidak mau melakukan hal itu. Sehingga pada tahapan ini
manajemen Arema ini dapat dikategorikan sebagai cara polisi terlihat sedang menga
pandang kekuasaan dua dimensi (Lukes, 2005, p. 29).
Cara pandang kekuasaan dua dimensi ini mencoba Kebijakan pihak kepolisian Malang Raya tidak serta
memahami praktik kuasa dalam koridor decision- merta dipatuhi oleh keduanya. Alih-alih mematuhi
making sekaligus nondecision-making. arahan polisi, manajemen Arema dan Aremania justru
mengkritisi kebijakan tersebut. Manajemen Arema dan
Kebijakan pihak kepolisian Malang Raya melarang Aremania melakukan peninjauan pada kebijakan itu
konvoi Aremania ini menunjukkan jalinan yang sehingga pada akhirnya polisi melakukan perubahan
menarik saat diulas dalam koridor relasi kuasa. Polisi atas kebijakan itu.
bermaksud menjalankan praktik kuasa pada Aremania
dengan menyuntikkan kepentingannya ke dalam Peristiwa ini menunjukkan bahwa kekuasaan selain
keputusan yang melarang arak-arakan. Polisi mendesak memuat dimensi decision-making dan nondecision-
Aremania menghindari konvoi seperti yang diinginkan making juga mengandung unsur kontrol terhadap
dengan harapan agar ketertiban dan keamanan lalu agenda politik. Inilah yang dipahami sebagai cara
lintas di Kota Malang dapat dijaga. Untuk membuat dan pandang kekuasaan tiga dimensi (Lukes, 2005, p. 29).
menjalankan kebijakan tersebut, polisi melibatkan Manajemen Arema dan Aremania melakukan
manajemen Arema dan perwakilan Aremania. Akan pengawasan terhadap kebijakan yang diberlakukan
tetapi pelarangan itu pada akhirnya dinegosiasikan sehingga berpeluang untuk menegosiasi kebijakan yang
sehingga memunculkan kebijakan baru yang dikenal akan diimplementasikan. Alhasil, event napak tilas
dengan sebutan ‘napak tilas’. muncul sebagai bentuk decision-making dan
nondecision-making yang lahir dari control over
Napak tilas sebagai sebuah keputusan dipengaruhi oleh political agenda.
kepentingan polisi, manajemen Arema dan tentu saja
Aremania. Napak tilas tidak mengakomodir
kepentingan polisi untuk meniadakan konvoi untuk SIMPULAN
merayakan ulang tahun Arema. Napak tilas ini sedianya
bukan pula menjadi agenda dalam kegiatan pesta hari Napak tilas yang dilakukan Aremania menunjukkan
jadi yang dirancang manajemen Arema. Napak tilas ini bahwa strategi yang dijalankan negara untuk mengatur
juga tak menjadi pemenuhan keinginan Aremania untuk perilaku masyarakat sipil berakhir percuma. Kekuasaan
turun ke jalan pada tanggal 11 Agustus. Napak tilas ini yang dimiliki institusi negara dalam
memperlihatkan dimensi lain dari jalannya kekuasaan mengimplementasikan kebijakan terbukti tidak mampu
dalam bentuk negosiasi antaraktor pada proses mengarahkan perilaku masyarakat. Alih-alih
decision-making. memberikan koridor dalam perilaku, tujuan institusi
untuk mengatur perilaku yang diwujudkan dalam
Negosiasi antaraktor yang terlibat dalam peristiwa ini kebijakan tersebut justru ditentang oleh korporasi dan
memperlihatkan relasi yang menarik. Polisi, organisasi masyarakat sipil. Penentangan terhadap
manajemen Arema dan Aremania memiliki tujuan kebijakan itu memperlihatkan kontrol atas regulasi
masing-masing yang berbeda satu sama lain. Perbedaan yang ditetapkan negara. Kontrol itu berhasil dilakukan
tujuan tersebut mendorong para pihak untuk saling sampai pada tingkat merubah kebijakan yang telah
mempengaruhi, mengarahkan, dan membentuk diberlakukan. Di sisi lain, peristiwa napak tilas ini
kepentingan pihak lain agar tujuannya tercapai. Ketiga mengilustrasikan pula keredupan kekuatan masyarakat
pihak yang terlibat dalam tarik-ulur kebijakan ini sipil dalam mengkontrol kebijakan negara. Pada
mencoba mempengaruhi pihak-pihak yang lain dengan konteks ini masyarakat sipil harus bekerja sama dengan
berbagai cara. korporasi untuk mengubah regulasi negara. Korporasi
seolah-oleh menempatkan diri sebagai mediator dalam
Polisi yang memiliki tujuan melarang konvoi kendaran peristiwa ini. Namun secara faktual, korporasi
bermotor berusaha sekuat tenaga mempengaruhi memfasilitasi masyarakat sipil sebab memiliki
manajemen Arema dan Aremania. Ketika kepentingan untuk mempertahankan loyalitas
mengorientasikan tujuannya untuk membentuk perilaku masyarakat sipil terhadapnya. Sehingga peristiwa ini
Aremania melalui kebijakan, polisi memperlihatkan menggambarkan silang-sengkarut kepentingan dan
praktik yang berada dalam koridor decision-making. kekuasaan para aktor yang terlibat di dalamnya.
Praktik kuasa dalam dimensi ini bermaksud untuk Berdasarkan kondisi semacam ini, relasi antara negara,
mengarahkan perilaku orang lain agar sesuai dengan
194
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
masyarakat sipil dan korporasi dapat diorientasikan Ramadhan, L. A. (2016). Banyak Pelanggar, Konvoi
kepada model hubungan yang bersifat saling Aremania Ditertibkan Polisi - beritajatim news.
menguntungkan. Relasi antara tiga elemen penting itu Retrieved from
pada akhirnya tidak mesti berada dalam koridor yang http://beritajatim.com/olahraga/264516/banyak_
bersifat dominatif dan eksploitatif. pelanggar,_konvoi_aremania_ditertibkan_polisi.
html
Rekohadi, D. (2016a). HUT Arema, Napak Tilas Akan
DAFTAR PUSTAKA Digelar Minggu 14 Agustus, Ini Rutenya . . . -
Duke, V., & Crolley, L. (2014). Football, Nationality Surya Malang. Retrieved October 17, 2016, from
and the State. New York: Routledge. Retrieved http://suryamalang.tribunnews.com/2016/08/09/
from hut-arema-napak-tilas-akan-digelar-minggu-14-
Eriyanto. (2002). Analisis Framing: Konstruksi, agustus-ini-rutenya
Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS. Rekohadi, D. (2016b). Ulang Tahun, Arema Gelar
Foer, F. (2006). Memahami Dunia Lewat Sepak Bola. Konvoi Napak Tilas Gajayana -Kanjuruhan -
Tangerang: Marjin Kiri. Halaman 2 - Surya. Retrieved October 17, 2016,
Gamson, W., & Modigliani, A. (1989). Media from
Discourse and Public Opinion on Nuclear Power : http://surabaya.tribunnews.com/2016/08/09/ulan
A Constructionist Approach. American Journal g-tahun-arema-gelar-konvoi-napak-tilas-
of Sociology, 95(1), 1–37. gajayana-kanjuruhan?page=2
Giulianotti, R. (2002). Supporters, Followers, Fans, and Satrio, F. A. (2016). Arema: Jalanan Macet Konvoi
Flaneurs: A Taxonomy of Spectator Identities in Aremania, Relawan Turun Membantu | Malang
Football. Journal of Sport & Social Issues, 26(1), TIMES. Retrieved October 17, 2016, from
25–46. http://www.malangtimes.com/baca/11938/20160
https://doi.org/10.1177/0193723502261003 417/160832/jalanan-macet-konvoi-aremania-
Giulianotti, R., & Robertson, R. (2004). The relawan-turun-membantu/
globalization of football: A study in the Wahyunik, S. (2016a). Aremania Ingin Konvoi saat
glocalization of the “serious life.” British Journal Rayakan HUT Arema, tapi Polisi . . . - Surya
of Sociology, 55(4), 545–568. Malang. Retrieved October 17, 2016, from
https://doi.org/10.1111/j.1468- http://suryamalang.tribunnews.com/2016/08/09/
4446.2004.00037.x aremania-ingin-konvoi-saat-rayakan-hut-arema-
Hartik, A. (2016). Tidak Ada Konvoi Aremania pada tapi-polisi
Puncak HUT Ke-29 Arema - Kompas.com. Wahyunik, S. (2016b). Ini Jumlah Polisi yang Jaga di
Retrieved October 17, 2016, from Perayaan HUT Arema ke-29 - Surya Malang.
http://bola.kompas.com/read/2016/08/10/071800 Retrieved October 17, 2016, from
88/Tidak.Ada.Konvoi.Aremania.pada.Puncak.H http://suryamalang.tribunnews.com/2016/08/10/i
UT.Ke-29.Arema ni-jumlah-polisi-yang-jaga-di-perayaan-hut-
Llopis Goig, R. (2008). Identity, nation‐state and arema-ke-29
football in Spain. the evolution of nationalist Wahyunik, S. (2016c). Polisi Tangkap Dua Suporter
feelings in Spanish Football. Soccer & Society, Perusak Mobil di Kota Malang - Surya. Retrieved
9(1), 56–63. October 17, 2016, from
https://doi.org/10.1080/14660970701616738 http://surabaya.tribunnews.com/2016/04/05/polis
Lukes, S. (2005). Power: A Radical View. New York: i-tangkap-dua-suporter-perusak-mobil-di-kota-
Palgrave Macmillan. malang
Mashita, N. (ed). (2016). Awas...Aremania konvoi, Wahyunik, S. (2016d). Polisi Tidak Beri Kelonggaran
Malang Raya macet - LensaIndonesia.com. Aremania Konvoi dan Tilang Pelanggar - Surya
Retrieved October 17, 2016, from Malang. Retrieved October 17, 2016, from
http://www.lensaindonesia.com/2016/04/17/awa http://suryamalang.tribunnews.com/2016/04/06/
s-aremania-konvoi-malang-raya-macet.html polisi-tidak-beri-kelonggaran-aremania-konvoi-
Permana, R. W. (2016). Malang - Merdeka.com | Ini dan-tilang-pelanggar
rangkaian acara peringatan ulang tahun Arema Welki, a. M., & Zlatoper, T. J. (1994). US Professional
ke-29. Retrieved October 17, 2016, from Football: The Demand for Game-Day Attendance
http://malang.merdeka.com/aremania/ini- in 1991. Managerial and Decision Economics,
rangkaian-acara-peringatan-ulang-tahun-arema- 15(5), 489–495. https://doi.org/10.1002 /mde.
ke-29-1608105.html 4090150510
195
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
196
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Siti Witianti
Program Studi Ilmu Politik, FISIP, Universitas Padjadjaran
197
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
melakukan kajian pemilihan kepala daerah dengan Perilaku pemilih erat kaitannya dengan bagaimana
menggunakan perspektif institusionalisme dan individu berperilaku danberinteraksi dalam sebuah
behavioralisme (perilaku, rational choice, games pemilihan umum, terutama terkait dengan
theory). Metode penelitian terdahulu umumnya ketertarikandan pilihan politik mereka terhadap suatu
menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi partai politik atau kandidat yang akan dipilihnya.
kasus untuk daerah kabupaten/kota/provinsi yang Perilaku pemilih secara umum dapat dibagi menjadi
telah lama ada di Indonesia (sebagai contoh, Aspinal, dua macam perilaku, yaitu perilakuyang baik atau
2009; Macrae, 2009; Faiz, 2011; Suhartono dkk, yang normal dan perilaku yang tidak baik atau
2013; Arianto, 2013; Firmansyah 2013; Trihartono, menyimpang. Dalamkaitannya dengan pemilihan
2014) serta metode survey untuk penelitian yang umum, perilaku normal adalah perilaku politik
menggunakan metode kuantitatif (misalnya, yangmengikuti tata cara dan aturan main dalam
Irmayani, 2005; Romli, 2008; Hendrik, 2008; berpolitik, sementara perilaku politikmenyimpang
Nasution, 2009; Sholihin, 2009; Azis, 2010; Junaidi, adalah pola perilaku politik yang tidak mengikuti
2011; Shahab, 2013; Rizkiyansyah, 2013; Sugiyanto, aturan main. Bahkandalam hal ini mungkin mereka
2013; Asni, 2013 dan 2014; Subekti, 2014; Muhaling, melakukan berbagai perilaku yang membuat
2014; Perludem, 2014; Strachan, 2014; Nurdin, pihakatau orang lain terganggu dan terintimidasi.
2014), survey popularitas maupun survey Sebagai contoh adalah perilakukekerasan politik yang
elektabilitas pemilihan kepala daerah menjelang, sering terjadi di tengah kampanye pemilu, seperti
pada saat dan sesudah pemilihan kepala daerah bentrokantara pendukung parpol, intimidasi
(seperti, INSTRAT tentang Hasil Survey pendukung partai politik lain atau antara pendukung
Elektabilitas Pilkada Jawa Barat Tahun 2013, Charta kandidat yang satu dengan yang lain yang berujung
Politika tentang survey Pilkada Sumatera Selatan pada konflik dan permusuhan.
Tahun 2013, LSI tentang survey Pilkada Bangka
Belitung Tahun 2013 dan survey Pilkada Kalimantan Menurut Ramlan Surbakti, perilaku politik adalah
Barat Tahun 2013). interaksi antara pemerintah dan masyarakat, diantara
lembaga-lembaga pemerintah dan diantara kelompok
Kajian lainnya tentang pemilu dan pilkada dalam dan individu dalam masyarakat, dalam rangka proses
perspektif neo-institusionalisme juga telah dilakukan pembuatan pelaksanaan dan penegakan keputusan
oleh beberapa peneliti (antara lain, Pratikno, 2007; politik (Surbakti, 1992: 12). Tidak semua individu
Lindawaty, 2012; Andrias dan Nurohman, 2013; atau kelompok masyarakat itu mengerjakan kegiatan
Djati, 2013; Wahyudi, 2009; Hertanto dan Sulaeman, politik. Karena ada pihak yang memerintah dan ada
2013, Irawan dkk, 2013; Margono, 2015). Dalam pula yuang mentaati perintah, yang satu
kajian tersebut, aspek institusi (partai politik, mempengaruhi dan yang lain menentang dan hasilnya
lembaga politik, organisasi sosial, lembaga berkompromomi. Yang lain menjanjikan, yang lain
penyelenggaran pemilu, bawaslu), aspek perilaku kecewa karena janji tidak dipenuhi, berunding dan
politik (perilaku peserta pilkada/kontestan, perilaku tawar menawar, yang satu memaksakan keputusan
partai/tim sukses, perilaku masyarakat) serta norma berhadapan dengan pihak lain yang mewakili
(peraturan perundang-undangan tentang kepentingan rakyat yang berusaha membebaskan.
pemilu/pilkada dan aturan tentang penyelesaian Yang satu menutupi kenyataan yang sebenarnya
sengketa atau kasus-kasus pemilu/pilkada) menjadi (yang merugikan masyarakat), sementara pihak lain
fokus kajian dalam penyelenggaraan pemilu/pilkada, berusaha memaparkan kenyataan yang sebenarnya
baik dalam tahapan pra pemilu/pilkada, saat dan mengajukan tuntutan, memperjuangkan
pemilu/pilkada maupun pasca pemilu/pilkada. kepentingan, mencemaskan apa yang terjadi.
Dalam tulisan ini, penulis membahas hasil kajian Perilaku politik menurut pendapat Ramlan Surbakti
literaturtentang perilaku pemilih dan budaya politik dibagi 2 (dua), yaitu:Pertama, perilaku politik
dalam pemilu, dimana dalam pandangan penulis lembaga dan para pejabat pemerintah yang
kajian tersebut merupakan salah satu kajian yang bertanggung jawab membuat, melaksanakan dan
sangat menarik, karena perilaku pemilih dalam menegakan keputusan politik. Kedua, Perilaku politik
pemilu mencerminkan budaya politik yang warga negara maupun individu kelompok yang
berkembang dalam masyarakat suatu negara atau berhak mempengaruhi pemerintah dalam
daerah. Selain itu, antara perilaku pemilih dan budaya melaksanakan fungsinya karena apa yang dilakukan
politik berrelasi satu sama lain dalam sistem politik, pemerintah menyangkut kehidupan warga negara
khususnya dalam konteks pemilu atau pilkada tersebut. Salah satu perilaku politik yang dilakukan
sebagai salah satu bagian dari komponen masyarakat adalah dalam bentukpemilihan umum.
berkembangnya demokrasi di suatu negara atau Dalam pemilihan umum masyarakat berpartisipasi
daerah. untuk memilihpara wakil rakyat yang akan
memperjuangkan kepentingan mereka (Surbakti,
1992: 15).
198
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Perilaku pemilih merupakan salah satu bentuk dari Dalam pengumpulan data, penulis melakukan studi
perilaku politik anggota masyarakat. Aktivitas politik kepustakaan melalui kajian literatur dan dokumentasi
baik yang bersifat sederhana maupun yang hebat yang terkait dengan perilaku pemilih dan budaya
merupakan bentuk nyata dari sikap dan kognisi yang politik dalam pemilu di Indonesia pasca reformasi.
dimiliki oleh seseorang. Secara bebas perilaku politik Dari kajian literatur dan berdasarkan berbagai
menurut Arifin Rahman(2001:50) dapat diartikan referensi yang relevan dengan permasalahan
sebagai keseluruhan tingkah laku politik para aktor penelitian, penulis menyusun instrumen penelitian
politik dan warga negara yang dalam manifestasi yang menjadi bahan untuk analisis kajian ini.
kongkritnya telah saling memiliki hubungan dengan
kultur politik atau budaya politik. Pada penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan
perspektif, teori dan konsep-konsep yang antara lain
Gabriel Almond mengatakan bahwa interaksi antara digunakan sebagai penjelasan atas perilaku dan sikap-
pemerintah dan masyarakat, antara lembaga-lembaga sikap tertentu. (Schwandt dalam Creswell, 2010: 95).
pemerintah dan antara kelompok dan individu dalam
masyarakat dalam rangka proses pembuatan, HASIL DAN PEMBAHASAN
pelaksanaan dan pengakuan keputusan politik pada
dasarnya merupakan perilaku politik. Perilaku politik PerilakuPemilih dalam Pemilu di Indonesia Pasca
yang menarik dikaji adalah perilaku pemilih artinya Reformasi
perilaku orang yang memilih hak pilih dalam setiap Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi
pemilihan umum. Pemilih sebagai pihak yang paling tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi
menentukan kualitas penyelenggaraan pemilu, dan yakinkan agar mendukung dan kemudian
kualitas anggota legislatif, pimpinan eksekutif di memberikan suaranya kepada kontestan yang
pusat maupun di daerah serta kualitas demokrasi bersangkutan (Firmanzah, 2007: 102).
memiliki berbagai kecenderungan yang dimunculkan
oleh hal yang bersifat psikologis, ekonomis, Perilaku pemilih dapat ditujukan dalam memberikan
informatif dan relasi lainnya. suaradan menentukan siapa yang akan dipilih menjadi
anggota legislatif, presiden dan wakil presiden maupun
Kematangan pemilih akan mempengaruhi tingkat Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam pemilu
perilaku pemilih.Artinya, hal-halyang berkaitan secara langsung.
dengan potensi internal seperti pendidikan, kualitas
dan kuantitas informasi, interaksi dengan perilaku Perilaku pemilih dapat dianalisis dengan tiga
politik dan kemampuan memilih dari berbagai pendekatan yaitu pendekatan sosiologis, pendekatan
alternatif yang ada berperan dalam membentuk psikologis dan pendekatan rasional (Asfar, 2006:
perilaku pemilih. Perilaku pemilih ini juga 137-144).
mencerminkan budaya politik dari masyarakat,yang
dalam konteks perilaku pemilih dan budaya politik Pendekatan sosiologis pada dasarnya menjelaskan
dalam pemilu di pasca reformasi mengalami bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan-
perubahan. pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang
Berdasarkan hal tersebut, dalam tulisan ini, akan cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih
dibahas tentang perilaku pemilih dalam pemilu di seseorang. Karakteristik sosial (seperti pekerjaan,
Indonesia pasca reformasi, budaya politik dalam pendidikan dan sebagainya) dan karekteristik atau
pemilu di Indonesia pasca reformasi serta relasi latar belakang sosiologis (seperti agama, wilayah,
antara perilaku pemilih dan budaya politik dalam jenis kelamin,umur dan sebagainya) merupakan
pemilu di Indonesia pasca reformasi. faktor penting dalam menentukan pilihan politik.
Pendek kata, pengelompokan sosial seperti umur
(tua-muda); jenis kelamin (laki-perempuan);agama
dan semacamnya dianggap mempunyai peranan yang
199
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
cukup menentukan dalam membentuk atau kontestan, yang akan menekankan aspek-aspek
pengelompokan sosial baik secara formal seperti subjektivitas seperti kedekatan nilai, budaya, norma,
keanggotaan seseorang dalam organisasi- organisasi emosi dan psikografis. Semakin dekat kesamaan
keagamaan, organisasi-organisasi frofesi; maupun partai atau kontestan pemilu, pemilih jenis ini akan
pengelompokan informal seperti keluarga, cenderung memberikan suaranya ke partai atau
pertemanan,ataupun kelompok-kelompok kecil kontestan tersebut. (Wibawanto, “Menangkan Hati
lainnya, merupakan sesuatu yang sangat vital dalam dan Pikiran Rakyat”. Yogyakarta: Pembaruan. 2005).
memahami perilaku politik seseorang, karena
kelompok-kelompok inilah yang mempunyai peranan Selain itu, pemilih juga dibedakan atas pemilih
besar dalam membentuk sikap, persepsi dan orientasi rasional, pemilih kritis, pemilih tradisional dan
seseorang (Asfar, 2006: 137). pemilih skeptis. Pada Pemilih Rasional,
pemilihmemiliki orientasi yang tinggi terhadap
Pendekatan psikologis menggunakan dan policy-problem-solving dan berorientasi rendah untuk
mengembangkan konsep psikologi-terutama konsep faktor ideologi. Pemilih dalam hal ini lebih
sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku mengutamakan kemampuan partai politik atau calon
pemilih. Variabel-variabel itu tidak dapat peserta pemilu dengan program kerjanya, mereka
dihubungkan dengan perilaku memilih kalau ada melihat program kerja tersebut melalui kinerja partai
proses sosialisasi. Oleh karena itu, menurut atau kontestan dimasa lampau, dan tawaran program
pendekatan ini sosialisasilah sebenarnya yang yang ditawarkan sang calon atau partai politik dalam
menentukan perilaku memilih (politik) menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang
seseorang.Penganut pendekatan ini menjelaskan terjadi.
sikap seseorang-sebagai refleksi dari kepribadian
seseorang-merupakan variabel yang cukup Pemilih jenis ini memiliki ciri khas yang tidak begitu
menentukan dalam mempengaruhi perilaku politik mementingkan ikatan
seseorang. Oleh karena itu, pendekatan psikologis ideologi kepada suatu partai politik
menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai atau seorang kontestan. Hal yang terpenting bagi
kajian utama yaitu ikatan emosional pada suatu partai pemilih jenis ini adalah apa yang bisa (dan yang telah)
politik, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi dilakukan oleh sebuah partai atau seorang kontestan
terhadap kandidat (Asfar, 2006: 140). pemilu.
Penggunaan pendekatan rasional dalam menjelaskan Sementara itu, proses untuk menjadi jenis pemilih
perilaku pemilih oleh ilmuwan politik sebenarnya kritis bisa terjadi melalui 2 hal yaitu pertama, jenis
diadaptasi dari ilmu ekonomi. Mereka melihat adanya pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai
analogi antara pasar (ekonomi) dan perilaku memilih pijakan untuk menentukan kepada partai atau
(politik). Apabila secara ekonomi masyarakat dapat kontestan pemilu mana mereka akan berpihak dan
bertindak secara rasional, yaitu menekan ongkos selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang
sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang akan atau yang telah dilakukan. Kedua,bisa juga
sebesar-besarnya, maka dalam perilaku politikpun terjadi sebaliknya di mana pemilih tertarik
maka masyarakat akan dapat bertindak secara dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah
rasional, yakni memberikan suara ke OPP yang partai/kontestan baru kemudian mencoba mamahami
dianggap mendatangkan keuntungan yang sebesar- nilai-nilai dan faham yang melatarbelakangi
besarnya dan menekan kerugian (Asfar, 2006: 143). pembuatan sebuah kebijakan. Pemilih jenis ini adalah
pemilih yang kritis, artinya mereka akan selalu
Dalam menentukan pilihannya, pemilih dibedakan menganalisis kaitan antara sistem partai ideologi
dalam 2 (dua) bentuk orientasi, yaitu Orientasi dengan kebijakan yang dibuat.
Policy-Problem Solving dan Orientasi Ideologi.
Ketika pemilih menilai seorang kontestan dari Pemilih tradisional memiliki orientasi ideologi yang
kacamata policy-problem-solving, yang terpenting sangat tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan
bagi mereka adalah sejauh mana kontestan mampu partai politik atau seorang kontestan sebagai sesuatu
menawarkan program kerja atau solusi bagi suatu yang penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih
permasalahan yang ada. pemilih akan cenderung tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-
secara objektif memilih partai politik atau kontestan budaya, nilai, asal-usul, paham dan agama sebagai
yangmemiliki kepekaanterhadap masalah nasional ukuran untuk memilih sebuah partai politik atau
atau daerahdan kejelasan-kejelasan program kerja kontestan pemilu. Kebijakan seperti yang
partaipolitik atau kontestan pemilu yang arah berhubungan dengan masalah ekonomi,
kebijakannya tidak jelas akan cenderung tidak dipilih. kesejahteraan, pendidikan dll, dianggap sebagai
Sedangkan pada pemilih yang cenderung prioritas kedua. Pemilih jenis ini sangat mudah
mementingkan ideologi suatu partai atau kontestan, dimobilisasi selama masa kampanye, pemilih jenis ini
akan mementingkan ikatan “ideologi” suatu partai memiliki loyalitas yang sangat tinggi. Mereka
200
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
menganggap apa saja yang dikatakan oleh pemilih yang masih loyal terhadap ideologi dan partai
seorang kontestan pemilu atau partai politik yang politik yang didukungnya.
merupakan suatu kebenaran yang tidak bisa ditawar
lagi. Pada pemilu 2009, perilaku pemilih tidak jauh
berbeda dengan perilaku pemilih dalam pemilu 2004,
Sedangkan pemilih skeptis tidak memiliki orientasi namun sudah mulai berkembang ke arah pemilih yang
ideologi yang cukup tinggi dengan sebuah partai rasional, pemilih kritis dan pemilih skeptis. Namun
politik atau kontestan pemilu. Pemilih ini juga tidak para pemilih yang rasional lebih dipengaruhi oleh
menjadikan sebuah kebijakan menjadi suatu hal sikap pragmatis yang ditunjukkan dengan adanya
penting. Kalaupun mereka berpartisipasi dalam transaksi politik yang dilakukan oleh para pemilih
pemilu, biasanya mereka melakukannya secara acak dengan yang dipilihnya, baik secara langsung dengan
atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun kandidat ataupun melalui tim suksesnya. Pada pemilu
yang menjadi pemenang dalam pemilu, hasilnya sama 1999 ini juga masih terlihat pemilih yang bercorak
saja, tidak ada perubahan yang berarti yang dapat tradisional yang loyal terhadap partai atau tokoh yang
terbagi bagi kondisi Daerah/Negara. dipilihnya, tanpa memandang policy-problem –
solving yang ditawarkan partai politik atau kandidat
Bila kita telusuri, perilaku pemilih dalam pemilu di yang dipilihnya.
Indonesia pasca reformasi, dapat ditemui beberapa
kategori perilaku pemilih sesuai dengan Pada pemilu 2014, para pemilih lebih bercorak
karakteristiknya masing-masing. rasional, bercorak kritis, dan bercorak skeptis.
Pemilih rasional dalam pemilu 2014 cenderung
Perilaku pemilih dalam pemilu 1999, lebih bercorak rasional dalam arti apa yang dilakukan oleh pemilih
pemilih tradisional, pemilih kritis dan pemilih untuk bertujuan untuk memberikan keuntungan
rasional. Dilihat dari orientasinya, pada pemilu tahun material bagi mereka (pemilihnya), dimana dalam
1999 cenderung pada kesamaan ideologi dengan perilakunya dipengaruhi oleh sikap patron client
calon yang akan dipilihnya. Kondisi ini menunjukkan antara pemilih yang yang dipilihnya atau antara
bahwa pada pemilu 1999, perilaku pemilih masih Wakil dan Yang Diwakilinya. Selain itu, pada pemilu
dipengaruhi oleh aspek-aspek psikologis dan 2014 muncul pula perilaku pemilih yang kritis, yang
sosiologis masyarakat yang bersangkutan. Namun dilakukan oleh aktivitis dan intelektual politik yang
pada pemilu 1999 ini juga muncul perilaku pemilih masih bertahan untuk melakukan dan mengawal
yang kritis dan rasional yang dimotori oleh para pemilu yang bersih, jujur, adil dan berintegritas di
intelektual dan aktivis politik yang muncul tengah-tengah kondisi politik dipandang kurang baik.
bersamaan dengan gagasan demokrasi dalam politik Sementara itu, perilaku pemilih yang skeptis juga
dan pemerintahan. Perilaku politik yang bercorak banyak ditunjukkan oleh pemilih yang merasakan
kritis dan rasional di pada pemilu 1999 lebih tidak adanya perubahan ke arah yang lebih dengan
berorentasi pada policy-problem solving yang dan tanpa adanya pemilu, dengan melakukan golput
ditawarkan oleh partai yang dipilihnya dalam pemilu. saat pemilu berlangsung.
Pada pemilu 2004, perilaku pemilih mengalami Budaya Politik dalam Pemilu di Indonesia Pasca
pergeseran seiring dengan adanya perubahan sistem Reformasi
pemilu legislatif maupun sistem pemilu presiden, Miriam Budiardjo menyatakan bahwa salah satu
dimana untuk memilih anggota parlemen digunakan aspek penting dalam sistem politik adalah budaya
sistem pemilu Proporsional dengan varian politik yang mencerminkan faktor subjektif. Budaya
Proporsional Daftar (terbuka). Untuk memilih politik adalah keseluruhan dari pandangan-
anggota DPD digunakan sistem pemilu lainnya, yaitu pandangan politik, seperti norma-norma, pola-pola
Single Non Transverable Vote (SNTV). Sementara orientasi terhadap politik, dan pandangan hidup pada
untuk memilih presiden, digunakan sistem pemilihan umumnya. Budaya politik mengutamakan dimensi
Mayoritas (Pluralitas) dengan varian Two Round psikologis dari suatu sistem politik, yaitu sikap-sikap,
System (Sistem Dua Putaran). Dengan perubahan sistem-sistem kepercayaan, simbol-simbol yang
sistem pemilu tersebut, secara langsung ataupun tidak dimiliki oleh individu-individu, dan beroperasi di
langsung mempengaruhi perilaku pemilih yang lebih dalam seluruh masyarakat, serta harapan-harapannya
berperilaku rasional serta mulai muncul sikap pemilih (Budiardjo, 2008: 58-59).
yang pragmatis. Dalam situasi tersebut, muncul Kegiatan politik warga negara, tidak hanya
transaksi-transaksi antara para pemilih dengan yang ditentukan oleh tujuan-tujuan yang didambakannya,
dipilihnya, terutama yang berbentuk transaksi akan tetapi juga oleh harapan-harapan politik yang
material yang dianggap lumrah oleh kedua belah dimilikinya dan oleh pandangannya mengenai situasi
pihak. Namun dalam pemilu ini juga, pemilih yang politik. Bentuk dari budaya politik dalam suatu
bercorak tradisionalmasih terlihat, terutama para masyarakat dipengaruhi antara lain oleh sejarah
perkembangan dari sistem, oleh agama yang terdapat
201
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dalam masyarakat itu, kesukuan, status sosial, konsep atau sekurang-kurangnya saling mempengaruhi.
mengenai kekuasaan dan kepemimpinan. Misalnya, seorang warga negara dalam melakukan
penilaian terhadap seorang pemimpin, ia harus
Dengan kata lain, budaya politik suatu bangsa dapat mempunyai pengetahuan yang memadai tentang si
didefinisikan sebagai pola distribusi orientasi- pemimpin. Pengetahuan itu tentu saja sudah
orientasi yang dimiliki oleh anggota masyarakat dipengaruhi, diwarnai, atau dibentuk oleh
terhadap objek-objek politik atau bagaimana perasaannya sendiri. Sebaliknya, pengetahuan orang
distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan tersebut tentang sesuatu simbol politik, misalnya,
politik diantaramasyarakat itu. Lebih jauh dapat pula membentuk atau mewarnai perasaannya
dinyatakan, bahwa warga Negara senantiasa terhadap simbol politik itu. Boleh jadi, pengetahuan
mengidentifikasikan diri mereka dengan simbol- tentang suatu simbol sering mempengaruhi perasaan
simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan seseorang terhadap sistem politik secara keseluruhan
orientasi yang mereka miliki. Dengan orientasi itu (Alfian dan Sjamsuddin, 1991: 22).
pula mereka menilai serta mempertanyakan tempat
dan peranan mereka di dalam sistem politik. Pada hakekatnya kebudayaan politik suatu
masyarakat terdiri dari sistem kepercayaan yang
Menurut Rusadi Kantaprawira, budaya politik tidak sifatnya empiris, simbol-simbol yang ekspresif, dan
lain adalah pola tingkah laku individu dan sejumlah nilai yang membatasi tindakan-tindakan
orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati politik, maka kebudayaan politik selalu menyediakan
oleh para anggota suatu sistem politik (2006: 25). arah dan orientasi subjektif bagi politik. Karena
Budaya politik selalu inhern pada setiap masyarakat kebudayaan politik merupakan salah satu aspek dari
yang terdiri dari sejumlah individu yang hidup dalam kehidupan politik, maka jika kita ingin mendapatkan
sistem politik tradisional, transnasional, maupun gambaran dan ciri politik suatu kelompok masyarakat
modern. secara bulat dan utuh, maka kitapun dituntut
melakukan penelaahan
Dalam pendekatan perilaku politik, terdapat interaksi terhadap sisinya yang lain (Alfian dan Sjamsuddin,
antaramanusia satu dengan lainnya yang akan selalu 1991: 23).
terkait dengan pengetahuan, sikap, dan nilai Berkaitan dengan sistem politik, kebudayaan politik
seseorang yang kemudian memunculkan orientasi masyarakat dipengaruhi oleh sejarah perkembangan
sehingga timbul budaya politik. Orientasi politik sistem, di samping itu kebudayaan politik lebih
itulah yang kemudian membentuk tatanan dimana mengutamakan dimensi psikologis suatu sistem,
interaksi-interaksi yang muncul tersebut akhirnya seperti sikap, sistem kepercayaan, atau simbol-simbol
mempengaruhi budaya politik seseorang. Orientasi yangdimiliki dan diterapkan oleh individu-individu
politik tersebut dapat dipengaruhi oleh orientasi dalam suatu masyarakat sekaligus harapan-
individu dalam memandang obyek-obyek politik. harapannya. Variabel yang ada bisa berawal dari
suasana psikologis seseorang, argumentasi umum
Menurut Almond dan Verba (1984: 16) tipe-tipe dalam jajaran psikologi sosial, dan terminal terakhir
orientasi politik dapat dibagi dalam 3 klasifikasi, bertumpu pada status sosial-ekonomi yang dimiliki
yaitu: oleh seseorang atau sekolompok orang sebagai
(1) Orientasi kognitif, yaitu kemampuan yang determinan pembentukan orientasi, sikap, dan
menyangkut tingkat pengetahuan dan pemahaman tingkah laku politik (Alfian dan Sjamsuddin, 1991:
serta kepercayaan dan keyakinanindividu terhadap 24).
jalannya sistem politik dan atributnya, seperti tokoh-
tokohpemerintahan, kebijaksanaanyang mereka Alfian (1986: 244-245), menganggap bahwa lahirnya
ambil, atau mengenai simbol-simbol yang dimiliki kebudayaan politik sebagai pantulan langsung dari
oleh sistem politiknya, seperti ibukota negara, keseluruhan sistem sosial-budaya masyarakat dalam
lambang negara, kepala negara, batas-batas negara, arti luas. Hal ini terjadi melalui proses sosialisasi
mata uang yang dipakai, dan lagu kebangsaan negara. politik agar masyarakat mengenal, memahami, dan
(2) Orientasi afektif, yaitu menyangkut perasaan menghayati nilai-nilai politik tertentu yang
seorang warga negara terhadap sistem politik dan dipengaruhi oleh sikap dantingkah laku politik
peranannya yang dapat membuatnya menerima atau mereka sehari-hari. Adapun nilai-nilai politikyang
menolak sistem politik itu. terbentuk dalam diri seseorang biasanya berkaitan
(3) Orientasi evaluatif, yaitu menyangkut keputusan erat denganatau bagian dari nilai-nilai lain yang hidup
dan praduga tentang obyek-obyek politik yang secara dalam masyarakat itu,seperti nilai-nilai sosial budaya
tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan dan agama. Alfian, menempatkan faktor lingkungan
kriteria dengan informasi dan perasaan. budaya sebagai salah satu faktor penentu orientasi
politik seseorang disamping sejumlah faktor lainnya.
Perlu disadari bahwa dalam realitas kehidupan, ketiga
komponen ini tidak terpilah-pilah tetapi saling terkait
202
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Almond dan Verba mengemukakan tiga tipe budaya dalamnya memiliki budaya politik parokial dan
politik yang berkembang dalam suatu subjek. Oleh karena itu yang kita temukan dalam
masyarakat/bangsa, yaitu tipe parokial, subjek dan kenyataan budaya politik suatu masyarakat atau
partisipan (Almond dan Sidney Verba, 1984: 14-22): bangsa bersifat campuran. Ini berarti dalam
1) Tipe budaya politik parokial masyarakat dapat kita temukan budaya politik
Orang/masyarakat yang bertipe budaya politik campuran: parokial – subjek; subjek – partisipan; dan
parokial bercirikan tidak memiliki orientasi ( atau parokial – partisipan.
pandangan sama sekali, baik berupa pengetahuan
(kognisi), sikap (afeksi) dan penilaian (evaluasi) Tipe budaya politik yang yang berkembang di
terhadap objek politik (sistem politik). Ini berarti Indonesia Pasca Reformasi, dapat ditelusuri dari
yang bersangkutan bersifat acuh tak acuh terhadap beberapa hal berikut:
objek politik. Objek politik yang paling utama adalah
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik. Objek Pasca reformasi, dengan amandemen UUD 1945,
politik yang lain adalah pemilu DPRD, DPR, DPD maka pengembangan kelembagaan negara terutama
dan Presiden, Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah antara eksekutif dengan legislatif dikembangkan
Provinsi/Kabupaten/Kota), pemilihan Kepala Desa, pada posisi yang sama kuat. Posisi yang sama kuat
pemilihan anggota BPD, kebebasan menyatakan ini dimaksudkan dalam rangka pengembangan
pendapat, kebebasan pers, dan sebagainya. Namun, hubungan kelembagaan negara yang bersifat check
walaupun tidak/kurang peduli terhadap objek politik, and balance. Caranya Presiden tidak lagi dipilih oleh
orang/masyarakat yang bertipe budaya politik MPR tetapi di pilih oleh rakyat secara langsung.
parokial, tetap peduli terhadap nilai-nilai primordial Kekuasaan membuat undang-undang berada di DPR,
seperti adat istiadat, etnis dan agama. sedangkan eksekutif hanya sebatas berhak
2) Tipe budaya politik subjek. mengajukan RUU. Pengesahan UU oleh Presiden
Orang/masyarakat yang bertipe budaya politik tidak mengikat secara hukum, karena apabila
subjek, bercirikan memiliki orientasi terhadap output Presiden tidak mengesahkan dalam batas waktu yang
(hasil/pelaksanaan kebijakan publik) yang sangat telah ditentukan UU itu tetap berlaku.
tinggi, tetapi orientasi terhadap input (pembuatan
kebijakan publik) dan terhadap diri sendiri sebagai Selain itu, Kelembagaan negara untuk mendukung
aktor politik sangat rendah. Ini berarti dalam tipe negara demokrasi dan negara hukum juga
budaya politik subjek, kepatuhan/ketaatan yang berkembang dengan pesat. Saat ini kita mengenal
tinggi terhadap berbagai peraturan pemerintah tetapi Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi Yudisial (KY),
tidak disertai sikap kritis (menunjukkan kelemahan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
dan kekuatan/kebaikan suatu peraturan). Dengan kata HAM), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
lain peran yang dilakukan bersifat pasif. Komisi Ombusmen Nasional. Begitu pula secara
3) Tipe budaya politik partisipan.Tipe budaya politik kelembagaan mulai diperkuat proses demokrasi,
partisipan, bercirikan di mana seseorang/masyarakat misalnya dengan Pilkada langsung, pemekaran
memiliki orientasi terhadap seluruh obyek politik provinsi maupun kabupaten. Tetapi ironisnya baik
secara keseluruhan (input, output) dan terhadap diri eksekutif maupun legislatif tampak semakin oligarkis
sendiri sebagai aktor politik. Ini berarti (mengutamakan kelompok).Hal ini dapat dilihat pada
seseorang/masyarakat bertipe budaya politik berbagai kebijakan publik yang diambil tampak
partisipan disamping aktif memberikan masukkan kurang berorientasi pada kepentingan rakyat.
atau aktif mempengaruhi pembuatan kebijakan publik Menghadapi kondisi yang demikian rakyat tidak
(input) juga aktif dalam implementasi atau tinggal diam. Mereka kemudian merespon dengan
pelaksanaan kebijakan publik (output). Juga memiliki berbagai aktivitas untuk memperjuangkan
kepercayaan yang tinggi bahwa dirinya sebagai aktor kepentingannya. Rakyat menuntut agar negara
politik berkemampuan mempengaruhi kehidupan dikelola sesuai dengan tujuan bernegara, yang paling
politik bangsa dan negaranya. Orang/masyarakat penting yaitu mensejahterakan rakyatnya. Kondisi
yang bertipe budaya politik partisipan disamping demikian inilah yang tampaknya menyebabkan
berperan aktif dalam proses politik juga tunduk pada mengapa tipe budaya politik partisipan yang
hukum dan kewenangan pemerintah. berkembang sejak tumbangnya pemerintahan orde
baru semakin menguat.
4) Tipe budaya politik campuran
ataukewarganegaraan. Dengan kata lain tipe budaya politik parokial dan tipe
Dalam kenyataan, sulit ditemukan dalam suatu budaya politik subjek yang secara dominan
masyarakat atau suatu bangsa berbudaya politik berkembang pada masa sebelum era reformasi mulai
menurut satu tipe tertentu. Misalnya, hanya bergeser ke arah berkembangnya tipe budaya politik
berbudaya politik partisipan, atau subjek atau partisipan. Bukti kearah berkembangnya tipe budaya
parokial. Ini berarti sistem politik, yang secara politik partisipan dalam masyarakat dewasa ini,
dominan berbudaya politik partisipan, juga di antara lain ditandai maraknya : masyarakat
203
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
memberikan input terhadap berbagai RUU. Seperti Sementara itu, kelompok innovators berupaya
input masyarakat terhadap RUU Perlindungan melakukan improvisasi dan perubahan-perubahan
terhadap Saksi, RUU Penyiaran, RUU Anti guna mewujudkan sistem politik yang lebih
Pornografi dan Pornoaksi, dan sebagainya. Begitu demokratis. Dalam pandangan Liddle, Kelompok ini
pula berbagai kritik, protes terhadap kebijakan terdiri dari para aktivis dan intelektual, serta sejumlah
pemerintah ketika menaikan BBM, impor beras, dan aparatur negara yang memiliki perhatian terhadap
sebagainya. perubahan-perubahan.
Dalam konteks pemilu pasca reformasi, budaya Relasi Perilaku Pemilih dengan Budaya Politik
politik pemilih mengalami perubahan yang cukup dalam Pemilu Pasca Reformasi
besar dari mulai pemilu tahun 1999 sampai dengan Jatuhnya pemerintahan Suharto di tengah krisis
pemilu tahun 2014. ekonomi (krisis moneter) tahun 1998 berarti pula
kemenangan pendukung budaya politik innovators.
Dalam 10 tahun terakhir pasca reformasi 1998, masih Namun kemenangan ini lebih berfokus terjadinya
adanya disconnect electoral sebagaimana terjadi pada perubahan-perubahan kepemimpinan dan corak
pemerintahan Orde Baru, dimana terjadinya sistem politik ke arah yang lebih demokratis.
pergantian kekuasaan dan sebaran kekuasaan ke Sementara budaya politik para pemilih secara
sejumlah kekuatan politik, termasuk adanya keseluruhan tidak mengalami perubahan-perubahan
desentralisasi, tidak lantas bermakna pudarnya besar sebagaimana perubahan kepemimpinan dan
kekuasaan yang bercorak oligarkis. Realitas kelembagaan. Pola patronclient dalam perilaku
semacam itu, tidak bisa terjadi semata-mata karena pemilih pada awal reformasi hingga saat ini masih
pemimpin yang terpilih lebih mementingkan diri cukup kuat, meskipun harus diakui, dalam tahun-
sendiri atau kelompok (partai). Budaya politik para tahun belakangan telah mengalami perubahan-
pemilih juga memiliki pengaruh terhadap terjadinya perubahan. Implikasi dari masih kuatnya budaya
realitas semacam itu (Marijan, 2015: 128-129). politik semacam itu telah membuka ruang bagi wakil
untuk melakukan ignoren terhadap orang-orang yang
Jauh hari sebelum jatuhnya pemerintahan Orde Baru, diwakilinya. Adanya disconnect electoral yang
William Liddle (1988) menempatkan budaya politik terjadi merupakan refleksi dari belum tumbuh
Indonesia di dalam konteks transformasi dari budaya kuatnya budaya politik kewarganegaraan (civic
politik tradisional ke budaya politik modern. Budaya cultural) yang memungkinan adanya
politik tradisional dipengaruhi oleh oleh beragam civicengagement atau relasi yang lebih baik antara
etnis, agama, dan budaya-budaya lokal lainnya. pemimpin dan yang dipimpin.
Sementara itu di dalam budaya politik modern
dipengaruhi oleh budaya politik Barat. Di dalam Selain itu, disconnect electoral itu tidak lepas dari
budaya politik tradisional, budaya politik Jawa sangat perilaku pemilih, khususnya para pemilih yang relatif
dominan. Di dalam budaya politik demikian relasi rasional, yang terjadi pada pemilu tahun 1999, 2004
antara pemimpin dan yang dipimpin bercorak patron dan pilkada-pilkada. Pada pemilu 1999, perilaku
client. Sementara itu, relasi antara pemimpin dan pemilih cenderung bercorak “voluntary” (sukarela).
yang dipimpin di dalam budaya politik Barat lebih Hal ini terlihat dari keterlibatan masyarakat di dalam
bercorak saling mengontrol dan berdasarkan prinsip pemilu yang cukup intens. Dilihat dari tingkat
rasionalitas. Yang dipimpinan memberikan otoritas partisipasi, kehadiran pemilih ke bilik-bilik suara
kepada pemimpin, sementara yang memimpin harus pada pemilu 1999 merupakan yang tertinggi kalau
responsip dan akuntabel (1998: 1). dibandingkan dengan pemilu lainnya yang dilakukan
secara demokratis pada tahun 1955 da tahun 2004.
Transformasi atau perubahan budaya politik dari Kesukarelaan juga terlihat dari antusiasme pemilih
pemilih dalam pemilu pasca reformasi tandai oleh dua memberikan sumbangan, baik uang, tenaga maupun
kelompok penganut budaya politik yang berlawanan material lainnya, kepada partai-partai yang mereka
tetapi dinamis, yaitu dependersdan innovators dukung. Corak “vouluntary” ini tidak terlepas dari
(Liddle, 1996). Di dalam kelompok pertama harapan, ketika partai-partai mereka memperoleh
cenderung mempertahankan status quo. Dalam hal ini kekuasaan , akan terdapat perubahan-perubahan ke
Liddle memberikan gambaran sebagai berikut: “A arah yang lebih baik.
supporting cast of tens of believers, many of whom
are mobilise against change, the cultural and social Pada pemilu 2004, perilaku pemilih sudah mengalami
inertia that typically accompanies long-held beliefes, perubahan. Antusiasme pemilih yang terlibat dalam
a high degree of “recoverability’ or capacity to adapt pemilu jauh berkurang. Kalaupun terlibat, tidak lepas
to new situations; and powerful networks of social; dari “transaksi-transaksi material”. Tidak sedikit,
forces and institution with an interest in their para pemilih datang ke tempat-tempat kampanye
preservation (Liddle, 1996: 159). karena memperoleh imbalan kaus atau”uang
transportasi”. Kecenderungan demikian semakin kuat
204
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
ditemui pada pilkada-pilkada yang dilakukan sejak 1 pemilu. Anthony Downs mengemukakan bahwa
Juni 2005. Transaksi model demikian menghasilkan pemerintah akan berusaha memanfaatkan kekuasaan
relasi antara wakil dan terwakil secara terputus, yang dimilikinya, khususnya kekuasaan di dalam
karena transaksi itu selesai ketika calon atau wakil mengalokasikan dan mendistribusikan kekuasaan,
memberikan “materi” dan terwakil menentukan untuk memperoleh simpati dari para pemilih.
pilihannya (Marijan, 2015: 130-131). Disamping dimaksudkan sebagai langkah untuk
memenuhi janji-janji yang pernah diucapkan sebelum
Adanya pergeseran corak perilaku pemilih semacam menjabat, orientasi kebijakan seperti itu dimaksudkan
itu tidak lepas dari penilaian bahwa para wakil yang sebagai bukti kepada para pemilih bahwa para
mereka harapkan bisa melakukan perubahan- incumbent itu memang layak untuk dipilih. Dalam
perubahan tidak bisa berbuat banyak. Kalaupun ada kerangka semacam itu, manakala para wakil dinilai
perubahan-perubahan, yang mamperoleh banyak mampu memenuhi transaksi-transaksi yang ada, akan
keuntungan adalah para wakil itu sendiri. Adanya dipilih kembali. Sebaliknya, manakala tidak berhasil,
fakta tentang penyalahgunaan kekuasaan yang atau bahkan mengingkari janji-janji yang telah
dilakukan oleh para wakil rakyat pasca pemerintahan dikemukakan sebelumnya, mereka akan dihukum
Orde Baru, berbeda degan semangat reformasi yang atau tidak akan dipilih kembali (dalam Marijan, 2015:
digerakkan pada saat menjatuhkan pemerintahan 132).
Orde Baru pada awal tahun 1998. Pasca reformasi,
terdapat harapan kuat, pawa wakil rakyat bisa Selain itu, ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah
memfungsikan dirinya sebagai “delegates atau para wakil, tidak hanya diwujudkan dalam
representation”, yaitu memperjuangkan kebijakan- bentuk penghukuman dengan tidak dipilih kembali
kebijakan Negara sebagaimana dikehendaki oleh para dalam pemilu. Ketidakpuasan juga melahirkan
konstituen (Andeweg dan Thomassen, 2005: 509). distrust (ketidakpercayaan) para pemilih yang
Harapan demikian berbeda dengan apa yang terjadi memicu pada suatu keputusan untuk tidak ikut dalam
pada masa pemerintahan Orde Baru. Ketika itu para pemilu dan terlibat dalam partisipasi publik lainnya.
wakil rakyat lebih banyak memfungsikan diri sebagai Dalam situasi demikain, proses perubahan-perubahan
“trustees representation”, yakni bergerak sendiri yang terjadi di Indonesia tidak saja belum mampu
seolah-olah memperoleh kepercayaan penuh dari para melahirkan budaya politik kewarganegaraan (civic
pemilihnya. Di dalam situasi demikian, para wakil culture). Performance para wakil yang tidak baik
rakyat tidak merasa perlu melakukan konsultasi juga telah menghambat pertumbuhan budaya politik
dengan para konstituen. semacam itu. Disconnect electoral terus terjadi
karena baik para wakil maupun terwakil (pemilih dan
Realitas tersebut mendorong munculnya pandangan yang dipilih) sama-sama dijangkiti oleh budaya
bahwa “kalau para wakil memperoleh keuntungan ignorance atau bercorak apatis. Dalam hal ini
material, mengapa para pemilih tidak?”. Memperoleh sebagian pemilih yang melakukan golput termasuk
kaos, dan uang transportasi ketika menghadiri kelompok yang apatis ini.
kampanye merupakan bagian dari keuntungan yang
berusaha dinikmati oleh para pemilih itu. Selain itu, Selain itu, di kalangan pemilih juga terdapat
tranksaksi-transaksi material juga terlihat dari fenomena munculnya kembali kelompok
tuntutan sebagai pemilih untuk memperoleh “dependers”, dimana dalam konteks ini muncul
sumbangan dari para wakil, antara lain banyaknya pandangan bahwa situasi pada masa Orde Baru itu
sumbangan yang diinginkan dari konstituen dalam lebih baik dan telah membuat sebagian pemilih
bentuk proposal-proposal (Marijan, 2015: 131). merindukan kembali format politik pemerintahan
pimpinan Soeharto itu. Kerinduan itu bahkan
Di dalam negara yang demokratis, adaya transaksi memperoleh pembenaran ketika mendapati perilaku
antara wakil dan terwakil memang harus terjadi. elit politik yang tidak lebih baik dari elit politik Orde
Tetapi, bentuk transaksinya adalah bahwa para Baru, berikut konflik dan biaya tinggi yang
pemilih ikut memberikan otoritas kepada para wakil mengiringi proses demokratisasi (Marijan, 2015:
dan para wakil berusaha membentuk kebijakan- 133).
kebijakan politik yang disesuaikan dengan preferensi
para pemilih. Agar transaksi demikian terjadi, maka Realitas tersebut berimplikasi pada kelompok
perlu dibukanya ruang-ruang publik yang innovators yang masih harus terus berusaha
memungkinkan para pemilih bisa mempengaruhi mewujudkan apa yang menjadi harapannya, yaitu
keputusan-keputusan yang dibuat oleh para wakil. menjadikan demokrasi yang lebih baik dalam sistem
Selain itu, para wakil dituntut memiliki politik dan sistem ketatanegaraan di Indonesia. Salah
responsibilitas dan akuntabilitas kepada publik. satunya melalui berbagai perubahan desain
kelembagan, aturan main dalam pemilu dan
Secara politik, penilaian-penilaian apakah transaksi partisipasi politik masyarakat, serta kebijakan-
itu telah berjalan atau tidak dilakukan pada saat kebijakan publik yang memungkinkan terdapatnya
205
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pemerintahan yang responsif dan akuntabel, yang sebagian besar bertujuan untuk memberikan
sampai saat ini belum berjalan dengan baik, sehingga keuntungan material bagi mereka (pemilihnya),
masih perlu dibenahi kekurangan-kekurangannya. dimana dalam perilakunya dipengaruhi oleh sikap
patron client antara pemilih yang yang dipilihnya
atau antara Wakil dan Yang Diwakilinya. Selain itu,
SIMPULAN pada pemilu 2014 muncul pula perilaku pemilih yang
kritis, yang dilakukan oleh aktivitis dan intelektual
Perilaku pemilih dalam pemilu di Indonesia pasca politik yang masih bertahan untuk melakukan dan
reformasi, dapat dilihat melalui perilaku pemilih pada mengawal pemilu yang bersih, jujur, adil dan
pemilu 1999, pemilu 2004, pemilu 2009 dan pemilu berintegritas di tengah-tengah kondisi politik
2014, yang secara representatif dapat dikategorikan dipandang kurang baik. Sementara itu, perilaku
sebagai pemilih yang bercorak tradisional, pemilih pemilih yang skeptis juga banyak ditunjukkan oleh
kritis, pemilih rasional dan pemilih skeptis. Dilihat pemilih yang merasakan tidak adanya perubahan ke
dari orientasinya, pada pemilu tahun 1999 cenderung arah yang lebih baik dengan dan tanpa adanya pemilu,
pada kesamaan ideologi dan loyalitas terhadap partai dengan melakukan golput saat pemilu berlangsung.
yang akan dipilihnya. Pada pemilu 1999 ini juga
muncul perilaku pemilih yang kritis dan rasional yang Budaya politik dalam pemilu di Indonesia di awal
dimotori oleh para intelektual dan aktivis politik yang pasca reformasi juga masih ditunjukkan dengan
muncul bersamaan dengan gagasan demokrasi dalam peralihan dari budaya politik yang cenderung
politik dan pemerintahan. Perilaku politik yang tradisional menuju modern. Budaya politik pemilih
bercorak kritis dan rasional di pada pemilu 1999 lebih terbagi atas beberapa kategori, dimana yang pada
berorentasi pada policy-problem solving yang masa Orde Baru cenderung parokial dan subyek,
ditawarkan oleh partai yang dipilihnya dalam pemilu. pasca reformasi mengalami perubahan menuju
Pada awal masa reformasi juga nampak perilaku budaya politik subyek dan budaya politik partisipan.
pemilih yang bersifat voluntary (sukarela)
Pada pasca reformasi, perilaku pemilih masih
Pada pemilu 2004, perilaku pemilih mengalami memperlihatkan budaya politik patron client pada
pergeseran seiring dengan adanya perubahan sistem pemilih tradisional yang loyal pada ideologi dan
pemilu legislatif maupun sistem pemilu presiden, partai politik. Demikian juga budaya politik
yang secara langsung ataupun tidak langsung patronclientnampak pada pemilih rasional yang
mempengaruhi perilaku pemilih yang lebih fragmatis, dimana perilaku tersebut tercermin dalam
berperilaku rasional serta mulai muncul sikap pemilih hubungan antara pemilih dengan yang dipilihnya atau
yang pragmatis. Dalam situasi tersebut, muncul antara wakil dan terwakil yang melakukan transaksi
transaksi-transaksi antara para pemilih dengan yang politik layaknya hubungan antara patron dan client.
dipilihnya, terutama yang berbentuk transaksi Sementara itu, pasca reformasi juga memunculkan
material yang dianggap lumrah oleh kedua belah kelompok penganut budaya politik yang berlawanan
pihak. Namun dalam pemilu ini juga, pemilih yang tetapi dinamis, yaitu kelompok defenders yang
bercorak tradisionalmasih terlihat, terutama para cenderung mempertahankan status quo serta
pemilih yang masih loyal terhadap ideologi dan partai kelompok innovators yang berusaha mewujudkan
politik yang didukungnya. demokrasi yang lebih baik.
Pada pemilu 2009, perilaku pemilih tidak jauh Relasi antara perilaku pemilih dan budaya politik
berbeda dengan perilaku pemilih dalam pemilu 2004, antara lain dapat dilihat melalui perilaku pemilih
namun sudah mulai berkembang ke arah pemilih yang yang semata-mata bercorak voluntary (sukarela)
rasional, pemilih kritis dan pemilih skeptis. Namun mauun yang bercorak rasional pragmatisdengan
para pemilih yang rasional lebih dipengaruhi oleh budaya politik yang masih bercorak patron client
sikap pragmatis yang ditunjukkan dengan adanya serta transaksi material dalam pemilu yang pada
transaksi politik yang dilakukan oleh para pemilih akhirnya menyuburkan terdapatnya disconnect
dengan yang dipilihnya, baik secara langsung dengan electoral. Oleh karenanya, tantangan ke depan adalah
kandidat ataupun melalui tim suksesnya. Pada pemilu bagaimana mewujudkan budaya politik
2009 ini juga masih terlihat pemilih yang bercorak kewarganegaraan dan adanya perilaku politik yang
tradisional yang loyal terhadap partai atau tokoh yang bercorak transaksi kebijakan. Hal tersebut akan
dipilihnya, tanpa memandang policy-problem – memungkinkan adanya kontrak politik atau
solving yang ditawarkan partai politik atau kandidat perjanjian yang lebih baik antara wakil dan terwakil.
yang dipilihnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pada pemilu 2014, para pemilih lebih bercorak
rasional, bercorak kritis, dan bercorak skeptis. Alfian dan Nazaruddin Sjamsuddin. 1991. Profil
Pemilih rasional dalam pemilu 2014 cenderung Budaya Politik Indonesia. Jakarta: PT Pustaka
rasional dalam arti apa yang dilakukan oleh pemilih Utama Grafiti
206
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
207
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
208
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Praktek perdagangan antara petani dan pembeli pedagang pengepul selaku pembeli. Penggunaan desain
ditentukan oleh karakteristik komoditas. Komoditas etnografi dalam rangka memahami makna dari berbagai
dengan kualitas produknya dapat dengan mudah praktek perdagangan yang dilakukan oleh petani dan
dibedakan atau diukur sehingga praktek perdagangan pembeli. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah
antara petani dan pembeli menjadi sangat longgar data yang memuat berbagai praktek perdagangan antara
dimana petani dan pembeli dapat dengan mudah petani kelapa dan pembelinya. Proses pengumpulan
berpindah pembeli atau petani lain. Komoditas yang data tersebut menggunakan teknik pengamatan terlibat,
mana kualitasnya hanya dapat diketahui jika sudah wawancara mendalam, dan studi dokumentasi.
diproses maka sifat perdagangan lebih permanen dalam
bentuk hubungan kepercayaan guna menjamin Analisis data menggunakan analisis etnografi; meliputi
ketersediaan komoditas dengan kualitas yang baik dan tahap analisis domain yaitu melakukan identifikasi
mengurangi kemungkinan terjadinya tindakan beberapa kategori-kategori penting dari pengetahuan
kecurangan yang dapat merugikan pembeli. Nilai budaya petani kelapa seperti mata pencarian,
kepercayaan ini menjadikan hubungan antara petani kekerabatan, kebudayaan materi, hubungan sosial, dan
dan pedagang bersifat sangat personal. Praktek sistem kepercayaan. Kategori-kategori tersebut
perdagangan tidak hanya dibangun antar keduanya kemudian diuji kembali untuk menemukan kategori-
didasarkan seberapa tinggi harga yang diperoleh petani, kategori lain dengan menanyakan pertanyaan struktural
ukurannya tetapi ditentukan oleh seberapa pemurah kepada informan guna mengetahui bagaimana petani
seorang pembeli dan seberapa setianya seorang petani. mengorganisasikan pengetahuan yang mereka miliki.
Tahap kedua adalah melakukan analisis taksonomi agar
Usaha petani dan pembeli untuk mempertahankan dapat melihat struktur internal yang terdapat dalam
kepentingan ekonomi mereka dengan membangun kategori-kategori utama tersebut dengan melakukan
kepercayaan dari masing-masing pihak dalam identifikasi individu-individu yang terlibat dalam
merupakan bentuk strategi politik perdagangan masing- kegiatan perdagangan kelapa seperti petani, pedagang,
masing individu melibatkan kehormatan dan berbagai tukang petik, dan lain-lain. Tahap ketiga dilakukan
bentuk investasi sosial dalam praktek-praktek ekonomi analisis komponen dengan cara mencari berbagai
lokal. Makna yang hadir dalam praktek-praktek kemiripan dari berbagai kategori (domain dan
ekonomi tersebut merupakan hasil dari bentukan sosial taksonomi), kemudian memfokuskan pada berbagai
dari pada hasil dari mekanisme penawaran dan perbedaan dengan menggunakan prinsip kontras.
permintaan (Bourdieu, 1977:177-178). Ketika praktek- Pemilihan berbagai kontras yang ditemukan, kemudian
praktek ekonomi, termasuk didalamnya perdagangan, dikelompokkan sebagai dimensi kontras dan
sebagai hasil dari bentukan sosial, ia memuat memasukkan semua informasi ke dalam satu paradigma
kepentingan-kepentingan politik dimana terdapat lengkap terhadap satu komponen budaya.
ruang-ruang ketidaksetaraan dalam praktek-praktek
ekonomi tersebut, dimana pertukaran tidak hanya Data pada artikel ini merupakan hasil penelitian yang
bersifat materi tetap juga kesadaran politik dari kedua dilakukan pada Januari 2015 hingga Januari 2016
pihak dengan menggunakan tolak ukur moralitas. dengan berlokasi di kawasan Delta Upang, sebuah
wilayah di Provinsi Sumatera Selatan. Wilayah ini
Praktek ekonomi yang dilakukan oleh petani dan dikenal sebagai daerah penghasil kelapa yang penting
pembeli, tidak hanya sebatas kalkulasi keuntungan di Sumatera Selatan.
materi sesaat, keduanya juga melakukan investasi-
investasi sosial sejak awal terjadinya transaksi hingga HASIL DAN PEMBAHASAN
memunculkan tarik-ulur kepentingan yaitu kepentingan
petani dengan tolak ukur moralitasnya dan kepentingan Sejarah Perdagangan Kelapa di Sumatra
pembeli juga dengan tolak ukur moralitas yang berbeda. Sejarah perdagangan komoditas di Sumatra
Perbedaan ini berkaitan dengan nilai-nilai yang menunjukkan bahwa kelapa sebagai komoditas kurang
melingkupi keduanya berbeda, petani memiliki mendapat porsi penting pada pasar komoditas baik di
konstruksi nilainya tentang seorang pembeli yang baik; tingkat lokal maupun nasional. Kelapa sebagai
begitu pula seorang pembeli juga memiliki konstruksi komoditas kalah dengan ekspor lada yang banyak
nilai tentang penjual yang baik. Kedua konstruksi nilai ditanam di daerah Sumatra terutama di daerah Aceh
ini bertemu dalam praktek-praktek ekonomi di pasar. (Marsdem, 2013:88). Di Sumatra Barat, kopi menjadi
komoditas penting yang banyak ditanam oleh penduduk
METODE di daerah perbukitan seperti di Agam, dan Limapuluh
Koto; sedangkan di kawasan Sumatra Timur, Sumatera
Tulisan ini didasarkan pada penelitian kualitatif dengan Selatan dan Jambi, tamanan karet menjadi komoditas
menggunakan metode etnografi dengan subyek penting di wilayah ini pada pertengahan abad ke-19
penelitiannya adalah petani kelapa selaku produsen (Poerwanto, 2002).
yang menjual hasil produk pertanian mereka dan
209
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Kelapa adalah jenis tanaman yang dikenal hampir di Catatan sejarah tentang budidaya kelapa dan
seluruh wilayah Indonesia, diperdagangkan masyarakat perdagangan kopra di Sumatera Selatan diungkapkan
pada tingkat lokal sebagai bahan baku pembuatan oleh Wellan (1932:275) terutama di daerah Lampung,
minyak goreng dan bahan dasar pembuatan makanan Jambi, dan Bengkulu. Produk kelapa dan kopra dari
untuk pemenuhan kebutuhan subsistensi masyarakat. wilayah ini lebih dari 50% dihasilkan dari daerah Jambi
Tanaman kelapa mulai menjadi komoditas yang penting kemudian diikuti Lampung dan Bengkulu. Produksi
pada akhir abad ke-19 setelah minyak nabati menjadi kelapa Jambi terus meningkat pada tahun 1928-1929
bahan baku yang penting bagi produk sabun dan (Wellan, 1932:276). Produk kelapa di wilayah
mentega. Permintaan pasar Eropa terhadap kelapa Palembang hanya diperdagangkan di tingkat lokal,
dalam bentuk kopra mendorong pemerintah Hindia sedangkan di wilayah Jambi, sejak 1929, kelapa
Belanda menggalakkan tanaman kelapa di Nusantara. menjadi salah satu komoditas penting selain karet.
Daerah Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Kopra dari Jambi diekspor ke Singapura sedangakn
Selatan, Sulawesi Utara, dan Maluku menjadi wilayah kopra dari Lampung dan Bengkulu dikirim untuk
penghasil kelapa yang penting di era kolonial (Hunger memenuhi kebutuhan kopra di Pulau Jawa. Kehadiran
dalam Asba, 2007:30). Heersink (1994) menyebutkan perkebunan kelapa dalam skala luas di wilayah
pada periode 1927-1950, Indonesia menjadi negara Sumatera Selatan berada di wilayah pesisir Jambi.
pengekspor kopra terbesar di dunia dengan total ekspor
465 ribu ton dengan luas areal tanaman kelapa Lambatnya perkembangan tanaman kelapa sebagai
mencapat 27,4% dari total luas lahan perkebunan di komoditas dikarenakan rendahnya harga kopra yang
Indonesia. Sepertiga jumlah total ekspor kopra dunia dihasilkan petani. Rendahnya kualitas tersebut karena
dihasilkan oleh wilayah Hindia Belanda dan kopra kopra diproduksi dari buah kelapa yang belum terlalu
menjadi ekonomi penting di kawasan Indonesia bagian tua dan proses pengeringan yang kurang sempurna dan
Timur terutama di Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, biasanya dijual dalam bentuk kopra campur. Selain
dan Maluku. Peningkatan produksi kopra yang pesat di memproduksi kopra, penduduk pribumi juga
Indonesia Timur tidak diikuti dengan peningkatan melakukan perdagangan kopra dan kelapa sebagai
jumlah produksi kopra di wilayah Indonesia Barat pedagang pengumpul, dengan membeli kopra dan
terutama Sumatra Barat dan Kalimantan Barat. kelapa dari petani, kemudian menjual kembali kopra
dan kelapa kepada padagang Cina (Wellan, 1932:278).
Minyak kelapa dan kopra menjadi komoditas penting di
Sumatra Barat pada akhir abad ke-19, banyak ditanam Perdagangan kelapa di tingkat lokal
oleh masyarakat setempat terutama di wilayah pesisir Pohon kelapa di mana-mana, merupakan gambaran
pantai, wilayah Padang dan Pariaman (Asba, 2007:49). umum di wilayah Delta Upang. Di sepanjang tepi-tepi
Pada tahun 1870-an, masyarakat Sumatra Barat mulai parit atau kanal terlihat gundukan kelapa yang telah
membuat kopra untuk diperdagangkan dan Sumatra dikupas, tinggi menggunung menunggu untuk dijual.
Barat menjadi daerah pengekspor kopra yang utama di Ketika kelapa sudah diturunkan dan dikupas, maka
Sumatra. Kopra dari wilayah ini lebih banyak dikirim harus segera dijual agar kualitasnya tidak turun, yang
ke Padang dan Jawa sebagai bahan baku pabrik minyak akan mempengaruhi harga yang akan diterima petani.
insulide dan sisanya diekspor ke Singapura dan Jepang.
Pada tahun 1920, produksi kopra Sumatra Barat mulai Perdagangan kelapa di tingkat lokal didominasi oleh
menurun disebabkan penduduk lebih menaruh pedagang Bugis, mereka menjadi pedagang pengepul
perhatian pada tanaman karet. kelapa yang penting, banyak pedagang kecil atau agen
menjual kembali kelapa yang mereka beli dari petani
Daerah penghasil kelapa lain di Sumatra adalah daerah kepada pedagang pengepul besar. Agen biasanya ada di
Pulau Tujuh di Riau. Perdagangan kelapa di pulau ini tiap desa, beberapa petani yang memiliki jumlah kelapa
ditandai dengan berdirinya perusahaan Syarkah al- yang agak banyak setiap panen dan memiliki sedikit
Ahmadi atau Ahmadi & Co. yang sangat terkenal modal, akan membeli kelapa tetangganya, namun
sebagai perusahaan pribumi pertama di Kepulauan Riau jumlahnya tidak akan menguntungkan jika langsung
pada tahun 1906. Bauke Jan Haga (1920) menyebutkan dijual ke Palembang, maka mereka akan menjual lagi
sebagian besar wilayah ini ditanami kelapa, sehingga kepada pedagang pengepul besar yang disebut dengan
pulau ini memiliki potensi besar produksi kopra, namun bos kelapa. Terkadang, bos kelapa akan memodali para
produksinya terus menurun karena penduduk Pulau agen untuk membeli kelapa petani dalam rangka
Tujuh mengabaikan perawatan terhadap tanaman memperbanyak pasokan kelapa mereka. Peran agen
kelapa mereka dan hanya menghasilkan kopra dengan menjadi penting untuk menjamin pasokan kelapa yang
kualitas rendah sehingga menanam kepala tidak dapat harus disetorkan ke pedagang besar di Palembang setiap
meningkatkan ekonomi masyarakat Melayu Pulau minggunya.
Tujuh.
Kelapa di wilayah ini diperdagangkan dalam dua jenis
produk yaitu kelapa bulat dan kopra. Permintaan kedua
210
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
produk tersebut saling berlawanan; di saat harga kelapa Ketika kelapa harus diturunkan, petani akan
bulat tinggi maka harga kopra akan turun, begitu pula memberitahukan bos kelapa dimana akan menjual
sebaliknya. Permintaan kelapa bulat dan kopra sangat kelapanya, ia akan meminjam sejumlah uang untuk
ditentukan oleh kondisi cuaca, di musim kemarau harga biaya panen. Kelapa-kelapa yang telah diturunkan dan
kelapa bulat akan tinggi karena produksi kelapa dikupas kemudian ditimbun di tepi parit, kemudian
menurun, selain itu banyak parit yang kering sehingga petani akan menghubungi bosnya untuk
sulit untuk mengeluarkan kelapa. Pada musim memberitahukan bahwa kelapa siap untuk diangkut.
penghujan, harga kelapa bulat turun karena pasokan Bos kelapa akan mengirim ketek untuk mengangkut dan
kelapa melimpah sebaliknya harga kopra meningkat memindahkan kelapa-kelapa tersebut ke tongkang yang
karena ketiadaan sinar matahari sehingga pasokan berlabuh di sepanjang kanal-kanal primer. Sebelum
kopra berkurang. Harga kelapa dan kopra juga kelapa dipindahkan dari ketek ke tongkang, kelapa-
ditentukan oleh ketersediaan tenaga tukang petik. kelapa tersebut akan disortir. Kelapa yang berukuran
Ketepatan dalam waktu petik akan menentukan kualitas kecil, pangkalnya berjamur, atau telah tumbuh
harga kelapa, selain itu petani juga harus jeli untuk tumbungnya akan dipisahkan sebagai kelapa BB atau
melihat harga, ketika harga tinggi, kelapa harus sudah sortiran. Kelapa sortiran ini menjadi tanggung jawab
dipetik dan diturunkan agar mendapat keuntungan pembeli, karena petani biasanya menjual secara
lebih. Keterlambatan dalam memetik dapat merugikan borongan semua kelapa yang ada. Pada tahap ini
petani sendiri. pembeli menghadapi resiko jika banyak kelapa sortiran
maka ia akan rugi. Setelah kelapa disortir, maka petani
Secara tradisional, petani di Delta Upang menjual akan menerima bon atau nota berapa jumlah kelapa
kelapa dalam bentuk kopra kering untuk ekspor dan yang ia setorkan; dan nota tersebut akan menjadi
kelapa bulat bagi pasar-pasar tradisional sekitar pegangan pembeli untuk melakukan pembayaran
Palembang. Pada tahun 2013 permintaan terhadap setelah kelapa tersebut dijual ke Palembang.
kelapa bulat mulai meningkat seiring dengan
permintaan dunia untuk kelapa bulat, terutama dari Setelah bos kelapa berhasil menjual kelapa di
Cina, dimana perusahaan kelapa di Palembang setiap Palembang, petani akan mencairkan nota tersebut dan
minggunya harus mengirimkan 10-15 kontainer kelapa menerima pembayaran atas kelapa mereka. Ketika
bulat. Kelapa-kelapa tersebut dipasok dari daerah pembayaran terjadi, bos kelapa tidak akan memotong
pesisir timur Sumatera Selatan termasuk kawasan Delta uang petani, bagi petani yang memiliki hutang, pembeli
Upang. Sejak itu permintaan kelapa bulat terus akan bertanya apakah akan dipotong hutang atau tidak;
meningkat dan harga kelapa bulat semakin baik di jika petani menyatakan potong hutang baru ia akan
pasaran dimana harga paling rendah ditingkat petani memotong hutangnya sebagian atau seluruhnya, jika
mencapai Rp 1.600,-/butir. Kelapa-kelapa dengan sebaliknya maka bos kelapa tidak akan memotong uang
kualitas super akan dijual sebagai kelapa bulat, tersebut. Ikatan hutang antara bos kelapa dan petani
sedangkan kelapa yang tidak lolos sortiran akan dibuat merupakan hal yang biasa terjadi; bila petani
menjadi kopra basah atau kelapa cukil dan dijual ke memerlukan uang maka ia akan menghubungi bosnya
pabrik pembuatan santan instan. Dengan adanya untuk meminjam uang dan akan dibayar ketika panen
permintaan pasar ini, petani memiliki pilihan untuk berikutnya. Bos kelapa selaku pembeli pun akan
memaksimalkan keuntungannya. bersikap pemurah untuk memberikan hutang kepada
petani dengan pertimbangan jika petani memiliki
Pasar komoditas kelapa dan mekanismenya hutang maka petani akan terikat kepadanya untuk tetap
Secara umum terdapat dua pola perdagangan kelapa di menyetor kelapanya. Bagi pedagang jaminan
wilayah ini yaitu petani yang terikat dengan pedagang ketersediaan stok kelapa menjadi penting karena
tertentu dan petani yang menjual bebas kelapanya mereka harus memenuhi kontrak kepada bos kelapa di
dengan mempertimbangkan harga. Perbedaan ini Palembang untuk menyetorkan kelapa dalam jumlah
menghasilkan praktek-praktek berdagang yang tertentu setiap minggunya. Bos kelapa akan
berbeda. Petani yang terikat dengan pedagang tertentu memberikan pinjaman kepada petani tanpa bunga dan
di setiap panen, ia harus menjual atau setor kelapanya petani akan menyetorkan kelapanya paling tidak hingga
kepada pedagang tersebut; sebaliknya petani yang jual petani melunasi hutangnya. Setelah itu petani bebas
bebas, ia bebas memilih kepada siapa ia akan menjual untuk menentukan kepada siapa ia akan menjual
hasil panennya. Sebagian besar petani di wilayah Delta kelapanya.
Upang adalah petani yang terikat dengan pedagang, Kesetiaan Vs Kejujuran
sehingga artikel ini akan lebih fokus pada praktek- Pasar komoditas kelapa merupakan rantai perdagangan
praktek perdagangan yang dilakukan oleh petani yang panjang, dimana petani selaku produsen
dengan pembelinya, atau yang mereka sebut dengan bos memperoleh keuntungan yang terendah dalam rantai
kelapa. tersebut. Petani adalah produsen yang memasok
komoditas dalam rantai tersebut namun mereka tidak
memiliki kontrol terhadap harga sehingga petani
211
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
memiliki keterbatasan modal untuk berproduksi. Untuk pembeli tetapi juga menguntungkan petani, ia akan
dapat berproduksi petani harus berhutang kepada menghasilkan kelapa dengan kualitas baik, berarti
pembelinya. Berhutang menjadi hal yang umum petani juga akan menerima harga yang tinggi pula.
dilakukan petani kelapa. Dalam pasar komoditas
hubungan antara petani dan pembeli didasarkan oleh Sistem pembayaran pada pasar kelapa di tingkat petani
ikatan kredit dan langganan. Seorang petani akan bersifat tunda, petani akan menyerahkan terlebih dahulu
berhutanga pada pembeli maka ia akan menyerahkan kelapanya kepada pembeli, kepastian akan harga dan
hasil panennya kepada pemberi pinjaman. Bentuk pembayarannya baru dilakukan setelah bos kelapa
ikatan ini memberikan jaminan kepada pembeli akan berhasil menjual kelapa tersebut, mendorong petani
ketersediaan pasokan komoditasnya; bagi petani untuk memilih kepada siapa mereka akan menjual
dengan adanya pinjaman tersebut mereka dapat kelapanya kepada orang yang mereka percaya.
berproduksi. Fenomena Haji Ambo, seorang bos kelapa menampung
kelapa lebih dari 1000 orang petani menunjukkan
Hubungan kredit yang diberikan pembeli kepada petani prinsip kepercayaan tersebut. Petani merasa lebih
tidak sekedar transaksi ekonomi berupa kredit dan senang menjual kelapanya kepada Haji Ambo karena ia
komoditas; transaksi tersebut mengungkapkan simbol dipandang sebagai bos kelapa yang ‘lurus’ selalu tepat
moralitas antara petani dan pembelinya. Petani dalam pembayaran dan perhitungan. Para petani yang
memiliki pemaknaannya sendiri tentang sosok seorang menyerahkan kelapanya merasa lebih nyaman
pembeli yang baik, bukan semata diukur dari harga berdagang dengannya, ia terbuka dengan harga, ketika
yang diberikan atas produk petani, seorang pembeli petani menyerahkan kelapanya ia akan menyatakan
dituntut untuk menjadi tempat berlindung dari para harga kelapa di Palembang. Ia juga tepat dalam
petani yang menyerahkan produknya. pembayaran, ia selalu membawa kelapa ke Palembang
pada hari selasa malam; pada hari kamis, petani akan
Bagi petani kelapa di Pantai Timur Sumatera Selatan, antri membawa bon pembayaran mereka di loket
sosok seorang bos kelapa dipandang sebagai orang yang pembayaran Haji Ambo untuk mencairkan uang
memilki kekayaan lebih dibandingkan petani sehingga mereka. Bagi petani yang kelapanya berangkat pada
ia dituntut untuk menjadi orang yang pemurah tidak hari Kamis, mereka dapat mencairkan uangnya pada
berhitung dalam membantu petaninya ketika mereka hari sabtu. Kepastian pembayaran ini menjadi ukuran
mengalami kesulitan. Semakin pemurah seorang bos bahwa sang bos kelapa adalah orang yang dapat
kelapa maka ia akan dapat menjaga petani yang dipercaya, ia tidak pernah menahan uang petani. Petani
menyetorkan kelapanya untuk tidak pindah kepada bos pun menerima pembayaran sesuai dengan perhitungan
lain. Berhutang sebagai bentuk hubungan ekonomi dan yang dilakukan sebelumnya. Dengan sikap berdagang
sosial antara petani dan bos kelapa, terkadang petani yang lurus tersebut menempatkan Haji Ambo sebagai
tidak berhutang banyak, hanya Rp 500.000,00 saja, pedagang kelapa besar dan memiliki petani setia
yang dapat ia bayar ketika ia menerima pembayaran menyerahkan kelapanya dari sejak pertama kali ia mulai
kelapanya, tapi ia tidak mau melunasinya meskipun jika berdagang kelapa di tahun 1999.
panen setiap 3 bulan ia mengeluarkan 5.000 kelapa
dengan penghasilan paling sedikit Rp 8.000.000/3 Kesetiaan petani juga ditentukan bagaimana seorang
bulan. Berhutang menjadi simbol ikatan antara petani bos kelapa memperlakukan petani, kesalahan sedikit
dengan bos kelapanya. Tindakan petani untuk saja dalam perkataan dapat membuat bos kelapa
berhutang terkadang tidak dapat dimaknai sebagai kehilangan langganannya. Seorang petani menceritakan
ketidakmampuan tetapi ia menjadi simbol dari adanya alasannya pindah dari bos kelapa lamanya karena sang
nilai kepecayaan di antara keduanya. bos menanyakan kelapanya kenapa ia belum turun juga
sedangkan uang untuk panen sudah ia terima tiga hari
Nilai kepercayaan tersebut ditandai dengan yang lalu, namun cara ia menagih tersebut di pasar yang
kepercayaan bos kelapa kepada petani bahwa petani ramai. Petani tersebut tersinggung lalu mengembalikan
akan melaksanakan kewajiban ekonomi dengan tidak uang tersebut hari itu juga, ketika panen ia mendatangi
menjual produk kelapanya ke pedagang lain, sebagai Haji Ambo apakah bersedia membeli 5.000 kelapanya.
ekspresi kesetiaanya kepada bos kelapa yang telah Sejak itu ia selalu menyetor kelapanya kepada Haji
memberikan pinjaman kepadanya. Dengan memperoleh Ambo, ada sampai sekarang ia merasa diperlakukan
ikatan kesetiaan dari petani memberikan jaminan baik, meskipun kadang harga yang diberikan lebih
ketersediaan komoditas pembeli. Nilai kepercayaan murah dari bos kelapa yang lain.
petani kepada bos kelapa jika ia selalu tepat dengan
janjinya, ketika orang petani datang ke bos kelapa untuk Komponen pasar terpenting adalah harga, bagi petani
meminjam sejumlah uang untuk membayar tenaga kelapa harga tidak menjadi pertimbangan utama dalam
tukang petik, kupas, dan angkut maka kelapanya benar- menentukan kepada siapa mereka akan menjual
benar segera diturunkan dan disetorkan kepada bos kelapanya. Permainan harga oleh pembeli umumnya
kelapa. Ketepatan ini tidak hanya menguntungkan dengan tujuan untuk memikat petani meninggalkan
212
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pembeli lamanya. Biasanya pembeli baru yang mulai untuk dimintai pinjaman jika bukan berkaitan dengan
berdagang akan menawarkan harga yang tinggi dengan kelapa; karena terikat dengan hutang dan kedekatan
harapan petani akan meninggalkan pembeli keluarga sebagian dari mereka memaksa mereka tetap
langganannya. Strategi ini kerap tidak berhasil karena setia dengan bosnya.
petani umumnya sudah terikat hutang dan emosional
dengan pembeli lamanya. Menurut petani, jika pembeli Tarik menarik permainan kepercayaan antara petani
baru menawarkan harga tinggi hanya sesaat saja setelah dan pembeli tidak selalu berjalan mulus. Konflik
itu harga akan kembali normal lagi, kalau pun selisih kepentingan diantara keduanya hubungan keduanya
tidak lebih dari Rp 100,-/butir. Ketika petani menjual berakhir. Bagi petani, ketidakjujuran dalam perhitungan
kelapanya ke pembeli lain, pembeli langganannya akan jumlah kelapa dipandang sebagai kesalahan terbesar
menganggap dia tidak setia dan ia tidak akan dipercaya seorang bos kelapa, karena ia telah mendapatkan 10%
lagi, untuk ke depannya akan sulit untuk meminta dari seluruh kelapa yang disetorkan oleh seorang petani.
pinjaman. Selisih perhitungan tersebut karena petani memegang
perhitungan dari tukang petik yang ia bayar sedangkan
Selain harus bersikap lurus, seorang bos kelapa juga pembeli berpatokan pada perhitungan dari tukang ketek
dituntut untuk menjadi pelindung bagi petani yang mengangkut kelapa petani ke tongkong untuk
langganannya. Petani akan meminjam kepada bos disortir. Hubungan yang kurang bagus antara bos
kelapa ketika ia dan keluarganya menghadapi kesulitan kelapa dengan tukang ketek akan merugikan petani, jika
keuangan dari biaya berobat hingga membangun selisih perhitungan lebih dari 100 butir, maka petani
rumah. Seorang petani menceritakan bahwa ia merasa akan dirugikan.
sangat berhutang budi kepada bos kelapanya, yang mau
meminjamkan uang cukup besar untuk biaya berobat Bagi bos kelapa, petani juga kerap nakal, tidak jujur
suaminya padahal ia hanya punya kelapa 3.000 butir dalam menjual hasil panennya. Kelapa harus dipanen
sekali panen, sudah 2 tahun bosnya tidak pernah paling lambat setiap 3 bulan sekali, ketika petani
memintanya melunasi hutang tersebut, si petani saja memerlukan uang dan hutangnya di bos kelapa sudah
yang meminta sang bos untuk memotong hutangnya banyak, pilihannya adalah menjual kelapa kepada bos
setiap kali ia menerima hasil panen kelapa. Usaha bos lain yang menawarkan harga lebih tinggi, dengan cara
kelapa menanam budi ini menjadikan ia seorang yang ini petani dapat memperoleh uang lebih banyak. Ketika
sangat dihormati oleh para petani yang menyetorkan ia menghadap bosnya, ia akan mengatakan tidak ada
kelapa kepadanya. Jika si bos memiliki kegiatan seperti tukang petik. Politik petani ini bukan berarti bos kelapa
akan mengadakan sedekah tongkang, maka akan tidak mengetahuinya. Jika kelapa terlambat dipanen
banyak yang membantu. Begitu pula sebaliknya, jika maka buahnya akan jadi kelapa BB atau sortiran karena
keluarga petani memiliki hajatan maka sang bos yang sudah terlalu tua, ketika masa panen berikutnya ternyata
pertama diharapkan memberikan bantuan. kelapanya bagus, berarti petani telah berlaku curang.
Kecurangan tersebut akan direkam oleh bos kelapanya.
Hubungan yang dilandasi oleh nilai kepercayaan ini
tidak berarti keduanya mengalahkan kepentingan Permainan politik kepercayaan
masing-masing. Kepercayaan dan kesetiaan petani Hubungan yang terbangun antara petani dan
kepada bos kelapanya tidak terlepas dari kepentingan pembelinya ini tidak dapat dilepaskan dari sejarah
ekonomi mereka, ikatan permanen antara petani dan perkembangan pasar komoditas kelapa di wilayah
bos kelapanya dapat memberikan jaminan kepada Pantai Timur Sumatra, pasar komoditas kelapa
petani tetap ada pembeli meskipun kelapa yang mereka dibangun oleh masyarakat Bugis. Orang-orang Bugis
hasilkan berkualitas jelek. Seorang petani menceritakan berperan penting dalam rantai perdagangan kelapa, dari
ketika ketika ia bermasalah dengan tukang petiknya petani selaku produsen, pedagang pengepul, hingga
sehingga kelapanya terlambat dipanen dan sangat tidak pedagang akhir yang melakukan ekspor; serta peran
layak untuk dijual. Ia kemudian menghadap bos kelapa pengusaha Cina yang memberikan modal kepada
untuk menanyakan apakah ia mau membeli kelapanya mereka. Karena dibangun oleh orang-orang Bugis, nilai
yang sudah terlambat 4 bulan. Sang bos menyatakan budaya merekapun mempengaruhi bentuk hubungan
petik saja biar nanti dibuat kopra. Walaupun dihargai antara pelaku dalam pasar tersebut. Salah satu nilai
lebih murah tapi ia masih mendapatkan hasil dari penting dalam struktur sosial masyarakat Bugis adalah
kelapanya. Petani tersebut juga mengakui bahwa hubungan ajoareng-ajo. Ajoareng adalah seorang
bosnya akan rugi jika membeli kelapanya karena ia patron yang dituntut untuk melindungi pengikutnya
harus mengeluarkan biaya untuk membuat kopra, atau ajo. Sebagai seorang patron, ia akan menuntut
sedangkan harga kopra sedang turun. Pada situasi pengikutnya untuk setia kepadanya dan percaya bahwa
seperti ini seorang bos kelapa yang baik akan hadir ia akan mampu melindungi mereka. Prinsip
menolong petaninya meskipun untuk itu berarti ia harus kepercayaan ini menjadi penting dalam praktik-praktik
mengurangi keuntungannya. Namun tidak semua bos ekonomi petani pasar komoditas di pedesaan.
seperti yang diharapkan petani, ada juga bos yang sulit
213
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Berbagai praktik-praktik bertransaksi antara petani dan prinsip-prinsip moral yang memungkinkan ia
bos kelapanya mengandung nilai-nilai kepercayaan, memperoleh kepercayaan petani, meliputi sikap lurus
kesetiaan, dan perlindungan. Nilai-nilai tersebut bukan dalam perhitungan dan pribadi. Pembeli juga bertindak
berarti tanpa kepentingan masing-masing, seorang sebagai patron dengan memberikan perlindungan dan
petani kelapa memainkan nilai kepercayaan dan bantuan kepada petani. Menjaga kepercayaan tersebut
kesetiaan tersebut untuk memperoleh keuntungan bagi bagi keduanya merupakan bentuk investasi sosial, yang
pribadinya, memperoleh pinjaman yang diperlukan akan menjamin kepentingan ekonomi masing-masing.
untuk modal produksi dan kebutuhan keluarga lainnya;
petani juga memperoleh jaminan pembelian atas Pasar komoditas di pedesaan tidak bekerja dalam
komoditas mereka dengan harga yang baik meskipun mekanisme pasar yang sesungguhnya. Kontrak-kontrak
dengan kualitas yang rendah. Dengan menjaga ekonomi seperti pemberian kredit, harga, permintaan,
kepercayaan tersebut, petani terlepas dari resiko berlangsung dalam konteks sosial dimana kegiatan
kerugian yang besar ketika mereka menghadapi ekonomi menyatu dalam kehidupan sosial
fluktuasi harga yang kerap tidak dapat diprediksi oleh masyarakatnya. Berbagai tindakan dan perhatian yang
petani. dilakukan petani dan pembeli dalam bertransaksi
menghasilkan budaya pasar komoditas di pedesaan.
Seorang bos kelapa juga memegang nilai kepercayaan Dalam budaya pasar ini, nilai kepercayaan menjadi
dari petani, yang mempercayakan kelapa mereka modal sosial dan budaya yang penting dalam
sehingga pembeli memperoleh jaminan ketersediaan melakukan transaksi. Transaksi komoditas yang
komoditas dan keuntungan yang lebih dari persen yang dilakukan oleh petani dengan pembelinya tidak dapat
diperoleh dari setiap kelapa yang disetorkan oleh hanya dilihat sebagai transaksi ekonomi semata, juga
petani. Kepercayaan tersebut juga memuat tanggung melibatkan transaksi terhadap kepercayaan dan segala
jawab pembeli untuk menanggung segala resiko atas bentuk investasi sosial yang mengikutinya.
kelapa yang berkualitas rendah dan akan mengurangi
keuntungan dari pembeli karena ia harus mengolah Transaksi tersebut merupakan bentuk negosiasi antara
kelapa-kelapa sortiran tersebut agar laku di jual. rasionalitas petani untuk memperoleh jaminan terhadap
Tuntutan moral seorang pembeli sebagai imbalan dari pasar komoditas dan modal produksi dengan
keuntungan yang diperoleh dari transaksi tersebut rasionalitas pembeli untuk memperoleh jaminan
menjadikan seorang pembeli sebagai patron bagi para pasokan komoditas dan keuntungan dari perdagangan
petani yang menyerahkan kelapanya, ditandai dengan tersebut. Rasionalitas ekonomi petani memuat budaya
sikap pemurah yang kadang dalam perhitungan petani yang diekspresikan dalam praktek-praktek
ekonomi tidak mungkin dilakukan karena tidak ekonomi mereka bahwa mereka berada pada struktur
memberikan keuntungan materi, bahkan membuat terendah dalam rantai perdagangan dimana mereka
pembeli mengalami kerugian. sebagai produsen komoditas namun mereka
memperoleh keuntungan paling rendah. Struktur sosial
Berbagai praktek-praktek transaksi di pasar komoditas ini yang mendorong petani melakukan praktek-praktek
di pedesaan menunjukkan transaksi tersebut juga negosiasi dengan menggunakan media simbolik berupa
bermakna sebagai arena politik dari masing-masing nilai kepercayaan untuk mengaburkan struktur tersebut
aktornya dalam usaha mencapai tujuan. Seorang petani sehingga petani memiliki posisi tawar demi
menetapkan nilai kepercayaan dalam menentukan kepentingan mereka. Ketika pembeli bertransaksi
apakah ia akan bertransaksi dengan seseorang untuk dengan petani, mereka tidak mungkin untuk
jangka panjang atau tidak; begitu pula dengan pembeli, mengedepankan orientasinya untuk memperoleh
ia akan menilai seorang petani yang akan ia berikan keuntungan yang lebih besar, mereka harus
pinjaman uang berdasarkan nilai kepercayaan. membungkus kepentingan tersebut dengan
Meskipun menerapkan nilai moralitas yang sama menggunakan simbol-simbol nilai budaya, dimana
namun keduanya mengusung kepentingan yang seorang pembeli harus memperoleh kepercayaan petani
berbeda, petani berhadap dengan memperoleh dengan cara menempatkan dirinya sebagai sosok yang
kepercayaan pembeli, ia sedang berinvestasi untuk ‘lurus’ dan ‘pemurah’ untuk membantu petani. Strategi
memperoleh kemudahan memperoleh pinjaman untuk ini bertujuan menumbuhkan kepercayaan petani untuk
modal produksi, jaminan akan pasar bagi komoditas memasok produk mereka.
mereka yang bermutu rendah, serta bantuan ketika
mereka menghadapi masalah keuangan lainnya, seperti
musibah atau pendidikan anak. Pembeli berusaha SIMPULAN
menjaga nilai kepercayaan petani dalam usaha
memperoleh jaminan ketersediaan pasokan komoditas Kegiatan perdagangan di pedesaan tidak dapat
mereka dengan kualitas yang baik; jaminan ini akan dipisahkan dari kehidupan sosial masyarakat.
memberikan keuntungan bagi pembeli. Untuk menjaga Perdagangan di pedesaan tidak hanya berkaitan dengan
kepercayaan tersebut seorang petani menerapkan transaksi berupa harga, keuntungan, komoditas, tetapi
214
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
ia juga melibatkan nilai kehormatan dan ukuran Breman, J. 1997. Menjinakkan Sang Kuli: Politik
moralitas sebagai bentuk investasi sosial. Berbagai Kolonial pada Awal Abad ke-20 (terjemahan).
usaha yang dilakukan oleh petani dan pembeli bertujuan Jakarta: Grafiti/KITLV.
untuk mempertahankan kepentingan ekonomi mereka Dewey. Alice G. 1962. Peasant and Marketing in Java.
dengan membangun kepercayaan dari masing-masing New York: Free Press of Glencoe, Ins.
pihak melalui negosiasi-negosiasi dari berbagai Evers, Hans-Dieter, 1994. “The Emergence of Trade in
kepentingan individu. Negosiasi-negosiasi tersebut a Peasant Society: Javanese Transmigrants in
menggunakan simbol-simbol budaya untuk Kalimantan” dalam Hans-Dieter Evers &
mengaburkan kepentingan kapital dari masing-masing Heiko Schrader. The Moral Economy of Trade
individu dengan berpegang pada nilai menjaga Ethnicity and Developing Markets. (p. 76-87).
kepercayaan. London: Routledge.
Geertz, Clifford. [1963] 1977. Penjaja dan Raja
Perubahan Sosial dan Modernisasi Ekonomi
UCAPAN TERIMA KASIH di Dua Kota Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Artikel ini merupakan bagian dari tulisan disertasi Haga, B.J. 1920. “De Klappercultuuren Copra Haldel in
penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan Poelaoe Toejoeh (Riow). Koloniale Studien, 4-
program doktoral Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial 2, pp. 314-342.
Ilmu Politik Universitas Padjajaran. Terima kasih Heersink, Christiaan G. 1994. “Selayar and the Green
disampaikan kepada Prof. Dr. Drs. H. Haryo S. Gold the Development of Coconut Trade on an
Martodirdjo, Dr. Selly Riawanti, M.A., dan Dra. Indonesian Island (1820-1950). Journal of
Prihartini Ambaretnani, M.Sc., Ph.D., atas kritik dan Southeast Asian Studies, 25, 1 (March), pp. 47-
sarannya sehingga dapat membangun konsep dalam 69.
penelitian ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Houben, Vincent J.H. 2000. “Perkebunan-perkebunan
para informan yang telah dengan kemurahan hati untuk Swasta di Jawa Barat Abad ke-19 Sebuah
memberikan informasi dan mengajarkan penulis Kajian Ulang” dalam J. Thomas Lindblad.
tentang banyak hal selama kegiatan lapangan Sejarah Ekonomi Modern: berbagai
berlangsung. Terima kasih disampaikan kepada tantangan baru Cet. I. (p. 73-98). Jakarta:
Gubernur Sumatera Selatan yang telah memberikan Pustaka LP3ES.
beasiswa untuk menempuh pendidikan dan Jongen, Huud de. 1993. “Credir, Trust and Knowledge”
menyelesaikan penelitian ini. dalam Huub de Jonge & Willem Walters
(eds.). Commercialization and Market
Formation in Developing Societies.
DAFTAR PUSTAKA Saarbrucken-Fort Lauderdale: Verlag
Breitenbach Publishers. pp. 116-139.
Abdullah, Irwan. 1994. “The Muslim Businessman of Kutanegara, Pande Made, Anna Marie Wati, &
Jatinom Religious Reform and Economic Marcelinus Molo. 1989. Pedagang dan
Modernization in a Central Javanese Town”. Perdagangan di Jatinom. Yogyakarta: Pusat
Disertasi. Amsterdam: Universiteit van Penelitian Kependudukan UGM.
Amsterdam. Lindblad, J. Thomas. 1998. “Pertumbuhan Ekonomi di
Alexander, Jennifer, 1987. Trade, Trader and Trading Luar Jawa, 1910-1940” dalam J. Thomas
in Rural Java. Singapore: Oxford University Lindblad (ed.). Sejarah Ekonomi Modern
Press. Indonesia Berbagai Tantangan Baru. (p. 333-
Asba, A. Rasyid. 2007. Kopra Makassar Perebutan 369). Jakakrta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Pusat dan Daerah: Kajian Sejarah Ekonomi Mai, Ulrich & Helmut Buccholt. 1987. Peasant Pedlars
Politik Regional di Indonesia. Jakarta: and Professional Trader, Subsistence Trade in
Yayasan Obor Indonesia. Rural Market of Minahasa Indonesia.
Braadbaart, Okken. 1993. “Vertical Integration in Singapore: Institute of Southeast Asia Studies.
Javenese Vegetable Marketing” dalam Huub Marsden, William. 2013. Sejarah Sumatra. Jakarta:
de Jonge & Willem Walters (eds.). Komunitas Bambu.
Commercialization and Market Formation in Mulyanto, Dede, dkk. 2009. Kapitalisasi dalan
Developing Societies. (p. 140-161). Penghidupan Pedesaan. Bandung:
Saarbrucken-Fort Lauderdale: Verlag AKATIGA.
Breitenbach Publishers.. Poerwanto, Bambang. 2002. Peasant Economy and
Bourdieu, Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. Institution Changes in late Colonial Indonesia.
Cambridge: Cambridge University Press. Paper presented International Conference on
Economic Growth and Institutional Change in
215
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
216
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Abstrak - Mengantisipasi akulturasi, perubahan nilai, petani dan pengrajin yang setengah terpelajar,
idealisme, gaya hidup, struktur sosial, dan aspek-aspek gelombang pendatang yang baru jauh lebih
budaya yang lain, penelitian ini menekankan berpendidikan tinggi dan profesional serta sangat aktif
munculnya perubahan-perubahan dalam Pecinan, dan gesit (Lianhe Zaobao 30 Juli 2001 dalam Chan,
kantung urban yang tersebar di banyak kota dan 2006:2) yang berdampak pada pola organisasi dan
negara, sebagai produk perubahan dalam politik. hubungan sosial. Para pendatang dari Cina ini melalui
Transformasi lingkungan masal ini akan ditinjau secara proses enkulturasi dan akulturasi, berusaha tetap
keseluruhan melalui pengamatan terhadap ciri-ciri fisik mempertahankan identitasnya dengan berbagai cara.
dalam skala urban. Tulisan ini bertujuan untuk Salah satu usaha para imigran Cina untuk
membandingkan dampak perubahan politik yang mempertahankan identitasnya adalah membentuk
bermanfaat terhadap identitas budaya Pecinan masa komunitas virtual melalui internet yang menurut Wong
kini di beberapa kota di negara-negara di Asia, yaitu (2003 dalam Chan, 2006: 4), termasuk di dalamnya
Indonesia, Malaysia, Singapura, Jepang, dan Korea. komunitas Pecinan, yang cenderung bertujuan untuk
Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung membangun komunitasnya di negara yang didiaminya,
di lapangan dan analisis struktural terhadap tampak bukan untuk menekankan keterikatan politik atau
muka dan tapak bangunan di masing-masing negara. emosional dengan negara asalnya, Cina. Pecinan,
Hasilnya menunjukkan beberapa ciri, yang secara sebutan untuk permukiman pendatang dari Cina adalah
menakjubkan sama, sebagai karakteristik muka dan bentuk lain dari usaha mempertahankan identitas
struktur urban Pecinan kekinian lintas negara. Wajah kebudayaannya, yang akhirnya juga menjadi bagian
khas Pecinan ditunjukkan secara khusus dengan warna, dari identitas kota, di mana Pecinan tersebut berada.
penggunaan alat-alat penanda komersil, dan dekorasi, Sebagai kelompok masyarakat, mereka memerlukan
yang mengacu pada identitas budaya Cina. Struktur identitas, pengakuan bagi keberadaan dirinya yang
khas wilayahnya dicirikan oleh hubungan langsung dan dinilai dari kekhasannya yang menonjol yang berbeda
kuat antara bangunan-bangunannya dengan jalan dari lingkungan sekitarnya, melalui bentukan-bentukan
melalui cara tertentu. Implikasi penelitian ini adalah, fisiknya, ciri visual, karena bentuk merupakan sarana
meskipun memaksakan munculnya perubahan besar komunikasi yang cukup efektif untuk memancarkan
pada lingkungan, dalam hal ini Pecinan, perubahan citra diri seseorang (Dana, 1990: 4-6). Pecinan masa
dalam politik di masing-masing negara telah secara kekinian telah diakui memiliki potensi dan menjadi
efektif berpengaruh positif, yaitu mendorong bagian yang tak terpisahkan dari identitas kota.
penyampaian identitas budaya masyarakat keturunan Berbagai isu mewarnai motivasi dibangkitkannya
Cina secara terbuka dan berani untuk mencapai kembali Pecinan yang telah lama terbentuk hingga
kemakmuran dan meneruskan keberadaannya. pembentukan Pecinan yang baru. Sebagai negara
tetangga yang selalu tak mau kalah bersaing dengan
Kata kunci: Pecinan kekinian, wajah kota, struktur Jepang, pemerintahan kota Korea berencana
kota, identitas budaya, perubahan politik membangun Pecinan terbesar di dunia yang
menimbulkan kontroversi (Juliet Song untuk Epoch
PENDAHULUAN Times, 3 Juli 2016).
Budaya Cina yang dibawa (diteruskan) keluar
negerinya sebenarnya sangatlah beragam, tidak Tulisan ini menekankan perubahan-perubahan politik
homogen. Migrasi bangsa Cina ke luar negeri terutama yang memengaruhi perubahan pada Pecinan hingga
ke Asia telah berlangsung selama berabad-abad. Paling masa kekinian, sebagai bagian dari wajah dan struktur
sedikit enam kelompok dialek warga Cina berbagai kota tempatnya berada. Perubahan, perbedaan atau
provinsi Tenggara Cina telah beremigrasi ke kepulauan kesamaan yang diamati langsung adalah
Indonesia yang menghasilkan komunitas Tionghoa keberadaannya pada saat ini, dengan latar belakang
yang kuat selama masa pemerintahan Hindia Belanda sejarah terbentuknya yang berbeda-beda, perhatian
(1600-1942), dua gelombang pendatang terbesar terjadi utama dalam menganalisis Pecinan di beberapa kota di
pada periode 1860-1890 dan 1900-1930 yang sebagian Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, dan Singapura.
besar bermukim di Jawa (Suhandinata, 2009: 31). Tidak hanya sekadar membandingkan, tulisan ini
Gelombang pendatang Cina dari masa ke masa juga bertujuan untuk mencari benang merah, kaitan dalam
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Gelombang perubahan-perubahan tersebut, yang terjadi di masing-
imigran Cina sebelum perang dunia II adalah para masing Pecinan, di negara yang berbeda-beda.
217
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
218
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
219
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
yang pesat, telah memengaruhi pertumbuhan bangunan dari kelompok petani dan pedagang, di mana unit
dan pelebaran wilayah kotanya (Narumi, 1986: 59-60). kelompok rumah-rumah milik samurai ditandai sebagai
Kota-kota di Jepang, memiliki konsep berkelompok 'cho', sedangkan kelompok orang biasa ditandai 'machi'
berdasarkan area dan memusat yang mirip dengan (Narumi, 1989: 62-66). Pada masa pemerintahan VOC,
kota-kota di banyak negara Asia, terutama Indonesia Inggris, hingga kolonial Hindia Belanda berakhir
dan Korea. Sistem alamat (pemberian nomor rumah) di (1614-1942), pemisahan permukiman-permukiman
Jepang berpusat pada potongan area-area, aglomerasi berdasarkan etnisitas di Indonesia berlangsung secara
unit-unit yang lebih kecil, disebut 'machi' yang pola bertahap, hingga puncaknya ketika diberlakukan
keseluruhan organisasinya lebih mirip sarang burung undang-undang Wijkenstelsel (Pratiwo, 2010: 34),
(Narumi, 1986: 72), terkesan tak beraturan dan yang setelah dihapuskan tahun 1915, menjadikan
cenderung tidak berorientasi pada jalan. Ini mirip Pecinan bagian dari struktur kota sebagai pusat
seperti sistem pembagian RT/RW, kelurahan, ekonomi yang kuat bahkan makin melebar (Pratiwo,
kecamatan, dan kabupaten atau kota di Indonesia yang 2010: 38; Adishakti, 1997: 79).
masih digunakan sebagai sistem pemberian alamat atau
nomor rumah yang diandalkan, meskipun nama jalan Secara umum, Pecinan di daerah amatan memiliki
tetap digunakan (Anggraini, 2003). karakteristik yang mirip. Bentuk tapak bangunan-
bangunan yang berkelompok cenderung sempit dan
Disandingkan dengan pola kota-kota di Barat yang memanjang, dan berorientasi terhadap jalan, sehingga
terkesan lebih teratur dengan sistem 'axial' yang linier dengan mudah dapat dikenali. Juga, dari lokasinya
yaitu berpusat pada jalan sebagai acuannya (Narumi, terhadap kota, selain dekat dengan bentukan-bentukan
1986: 73), atau yang lebih dikenal dengan sistem alam, seperti sungai, atau di sekitar pasar, area Pecinan
'block', dapat dikatakan bahwa struktur kota-kota Barat telah menjadi pusat perdagangan kota yang bertahan
terbangun dari sekelompok individual (Narumi, 1989: hingga sekarang, bahkan menjadi penggerak
60), sedangkan struktur urban kota-kota Asia lebih perekonomian di saat masa-masa krisis di masing-
menunjukkan kelompok-kelompok penduduk atau unit masing negara.
rumah tangga sebagai unit dasarnya (Surjomihardjo,
2008: 11; Narumi, 1986: 72-73). Struktur urban di TABEL 2. CIRI-CIRI STRUKTUR KOTA PECINAN
kota-kota di Asia memiliki sistem area yang bertingkat 1. Pola Mula-mula menyebar, lalu mengelompok atau
dan memusat, dari wilayah besar yang terbagi dalam sebaliknya dengan bentuk tapak sempit memanjang
area-area yang lebih kecil, yang terdiri dari rumah- 2. Letak a. Menempati area pasar dan sekitarnya yang menjadi
rumah, kemudian terdiri dari individu-individu. Pusat pusat perdagangan
kota terletak pada lapangan kota yang luas yang b. Terletak di dalam atau tengah kota yang menjadi
pusat perekonomian
dikenal sebagai alun-alun (di Indonesia) (Handinoto, 3. Orientasi a. Memperhatikan arah matahari dan batasan-batasan
1996: 13; Handinoto & Soehargo, 1996: 13; Pratiwo, lingkungan dan alam, seperti sungai
2010: 28-30; Heuken, 2016: 27) atau sekolah dasar (di b. Orientasi ke dalam
4. Jalan a. Jalan-jalan besar atau kecil diberi nama sesuai ciri
Jepang), yang berfungsi sebagai penghubung, tempat khas wilayahnya atau jenis perdagangannya
berkumpul atau pusat kegiatan masyarakat (Narumi, b. Rumah-rumah menghadap ke jalan di depan dan
1986: 70; Zahnd, 2008:17). belakang diberi nomor sesuai urutan dari ujung jalan
5. Aktivitas a. Pemisahan ruang publik terhadap ruang privat sangat
Struktur kota-kota yang memusat tersebut juga jelas, tidak ada pembauran
b. Pemanfaatan jalanan untuk aktivitas formal skala
merupakan salah satu bentuk usaha politik pemerintah komunitas atau publik sangat tinggi
untuk mengendalikan masyarakat, untuk berbagai
tujuan, misalnya saat terjadi bencana, selain juga Di beberapa kota yang diamati, hubungan antara
dimanfaatkan sebagai pusat organisasi warga, untuk bangunan dengan jalan berbeda-beda, namun dalam
pertemuan dan pengungsian (Narumi, 1986: 70-71) aktivitas ditemukan kesamaan, yaitu dalam
atau untuk menunjukkan keseimbangan dengan alam penggunaan dan pemisahan atau pembagian ruang
(Adishakti, 1997: 72), kekuasaan atau kekuatan publik dan privat, yang sangat jelas. Yaitu area depan
pemerintahan di mana istana selalu terletak segaris bangunan dengan area jalan. Jalanan digunakan
(Zahnd: 2008: 17; Adishakti, 1997: 71). Politik utamanya untuk kegiatan-kegiatan untuk publik,
segregasi diterapkan pemerintah Jepang untuk seperti acara-acara khusus ulang tahun atau perayaan-
mengendalikan penduduknya memanfaatkan struktur perayaan penting dimana tarian Barongsai
kota tersebut dimulai pada era Tokugawa (1600-1868) diselenggarakan. Kemudian, publik atau konsumen
yang bertahan sampai era Jepang baru (Bellah: 1985: disediakan tempat untuk menikmatinya sambil duduk
15-16) berdasar kelas-kelas masyarakat pada masa lalu di meja dan kursi yang sengaja ditata di jalanan sempit
seperti kelompok hunian untuk samurai, dipisahkan
220
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
221
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
terutama di Jawa, sangat berbalikan dengan hubungan dihancurkan oleh komunisme dalam kurun puluhan
langsung masyarakat Jawa dengan jalan, ditandai tahun (Wong dalam Song, 2016).
dengan penggunaan jalan sebagai ruang komunal untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yang bersifat publik Tahun 2008, Jepang mempunyai rencana membangun
hingga semi-privat. Ruang yang boleh digunakan Pecinan yang baru di tengah kota Tokyo yang juga
untuk bertemu seseorang, bercakap-cakap, duduk, menimbulkan kontroversi. Alasan pembangunan
makan, bahkan tidur. Gang-gang atau jalanan di Jawa, adalah jumlah pendatang Cina yang paling banyak
khususnya telah menjadi bagian dari ruang komunal. terdapat di kota tersebut, bahkan dibandingkan dengan
Sehingga ketika salah seorang melaluinya, ia wajib kota Yokohama, tempat Pecinan terbesar.
mengucapkan salam atau meminta izin, seolah-olah Kekhawatiran pun mengikuti rencana tersebut, yang
jalan yang dilaluinya milik orang yang sedang duduk berkaitan dengan keamanan masyarakat. Namun tahun
atau berdiri di situ. 2014 keberatan-keberatan masyarakat telah mengubah
rencana tersebut menjadi komunitas Cina online (Miki
Sementara di negara asalnya di Cina, jalanan adalah Takajiro untuk Nippon.com, 20 Agustus 2015).
tempat khusus yang cukup sakral yang arah dan
pembagiannya diatur yang berakhir pada sebuah Dalam penelitian tentang identitas budaya mahasiswa
tempat penyembahan, kuil atau kelenteng. Sehingga pendatang Cina secara virtual di singapura, Chan
beraktivitas di jalan sangatlah dibatasi penggunaannya, mendapati bahwa komunitas Cina yang dibangun
yaitu yang bertujuan di atas tujuan sehari-hari. Orang- secara virtual mungkin saja atau mungkin juga tidak
orang penduduknya tidak akan memanfaatkan jalan menawarkan pilihan identitas yang berbeda bagi
sebagai ruang komunal. Mereka lebih memilih ruangan anggota-anggotanya yang dimiliki secara etnis atau
di dalam bangunan untuk bertemu dan melakukan nasional karena dibatasi oleh kebijakan politik pihak
kegiatannya sehari-hari. Mereka tidak memiliki budaya manajemen (Chan, 2006: 24). di lain pihak, komunitas
untuk mengobrol sambil duduk atau makan atau virtual ini memunculkan identitas budaya Cina
tiduran di jalan. keseluruhan melalui motif naga dan melalui
penggunaan istilah huaren yang menunjuk pada
Demikian pula di Jepang, jalanan bukanlah tempat identitas etnis Cina tanpa ada konotasi politik. Tidak
yang biasa digunakan untuk duduk-duduk atau hanya pendatang dari Cina daratan, tetapi juga dari
berinteraksi sosial. Pada masa Edo, ketika Samurai Taiwan atau yang lahir di Singapura. Berbeda
berjaya, jalan adalah tempat mereka berpatroli dan dengannya, asosiasi imigran Cina secara fisik
bepergian setiap tahunnya ke tempat-tempat cenderung lebih membatasi identitas budayanya secara
pertemuan. Penduduk setempat dilarang melihat tunggal dalam satu organisasi, misalnya berdasar
apalagi menonton mereka. Sehingga jendela dan pintu- dialek/lokalitas, atau identitas Cina keseluruhan (Chan,
pintu rumah mereka pun serba tertutup. Tidak ada 2006: 25). permasalahan politik dalam negeri juga
orang atau penghuninya yang dibiarkan duduk-duduk memengaruhi peraturan dalam organisasi, terutama
di luar mengobrol atau bersantai apalagi saat para dalam menggerakkan dan mengatur protes/demonstrasi
Samurai lewat. Inilah cara menghormati. Jalanan di (Chan, 2006: 27).
Jepang juga menjadi semacam jalur untuk memandang
pemandangan atau ikon budaya di kejauhan, sehingga Peran orang-orang Cina jauh sebelum kedatangan
jalanannya harus bersih dan lancar untuk orang bangsa Belanda dan Inggris hingga masa pendudukan
berjalan mengikuti arah pandangannya yang lurus. mereka di daerah-daerah kolonial, terutama memiliki
Kecuali saat festival, ketika orang-orang berkerumun, misi perdagangan. Orang belanda dan inggris yang tiba
tapi tempat-tempat makan hanya sebatas didirikan di sekitar tahun 1600 menemukan koloni kaum Tionghoa
tepi-tepi jalan. Para pembelinya biasanya berdiri cukup yang luas dan sangat berbeda di pelabuhan-pelabuhan
sebentar untuk membiarkan orang berikutnya lewat. Asia seperti Hoi An, Patani, Banten, dan Pnom Penh,
serta Manila. Di Banten pada tahun 1600 jumlah warga
Rencana dibangunnya Pecinan sebagai kawasan bisnis Tionghoa mencapai 3.000; mereka tinggal di
yang baru yang menghubungkan Korea dan Cina dan permukiman yang terpisah di luar tembok kota di mana
telah disetujui Juni 2016, ternyata menuai pro dan mereka terkonsentrasi hingga mendominasi
kontra. Tidak semua pendatang Cina menyetujuinya. perdagangan internal di seluruh kepulauan nusantara
Seorang keturunan Cina yang lahir di Korea (Suhandinata, 2009: 28-29).
Masyarakat Cina pendatang yang telah lama bermukim
di negara yang didiaminya, mengisahkan bahwa Pengaruh Eropa dan Cina di Asia Tenggara telah
norma-norma budaya tradisional Cina yang terbentuk menjadi makin menentukan di tahun-tahun
berabad-abad lamanya, yang agung dan luhur, telah pertengahan abad ke-18 melalui kemitraan, namun
222
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
kemudian persaingan mulai muncul disusul sikap berusaha untuk sukses di negara baru tempat mereka
bermusuhan terhadap warga Tionghoa dari bangsa berimigrasi (Padilla 2003: 42). setelah memahami
Eropa, pribumi, bahkan sesama Tionghoa sendiri proses sosial mereka, salah satu indikator lain dalam
(Suhandinata, 2009: 29) akulturasi budaya adalah menjadi kompeten dalam
budaya, yaitu kemampuan yang dipelajari untuk
Tidak hanya perdagangan, kondisi politik di negeri asal berguna dalam budaya tuan rumah dalam nilai-nilai,
mereka, Cina, dan usaha menyatukan orang Tionghoa kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan, tata cara, dan
di Indonesia, telah memberi dampak perubahan- bahasa, sehingga mereka dapat diterima sebagai “orang
perubahan politik di Indonesia (Suhandinata, 2009: dalam”. kemudian ada identitas sosial yang tercermin
40). Beberapa perkumpulan politik orang Tionghoa di melalui perilaku atau perwujudan fisik secara
Indonesia membiayai gerakan nasionalis pribumi yang kelompok dalam skala yang lebih besar. Seseorang
menjamur sekitar dasawarsa pertama abad ke-20, akan berpikir, meraskan, dan bertindak sebagai
sehingga membuat gusar otoritas pemerintahan anggota dari kelompok, institusi, atau budayanya
kolonial (Williams dalam Suhandinata, 2009: 41). (Padilla 2003: 43). selalu ada kebutuhan untuk
meskipun demikian, evolusi kelas kapitalis Tionghoa memiliki identitas sosial (etnis, agama, atau nasional),
di Jawa makin mendorong kelompok tersebut jauh dari untuk masuk dalam sebuah kelompok sosial (inklusi)
masyarakat pribumi dan bertentangan perkembangan di samping tetap mempertahankan perbedaan sebagai
politik arus utama kaum pribumi. kelompok etnis tertentu (diferensiasi).
Akulturasi budaya, secara psikologis, adalah proses Dalam sebuah penelitian tentang sense of community,
perubahan internal yang dialami pendatang (imigran) perasaan berkomunitas, penduduk kota pinggiran di
ketika berhubungan langsung dengan warga setempat, Kalifornia, terungkap bahwa urbanisasi wilayah
yang berkaitan erat dengan identitas sosial dan pinggir kota yang luas wilayahnya, padat, dan terdiri
kompetensi budayanya, hasilnya adalah perubahan dari beraneka ragam etnis, rasa memiliki komunitas
dalam pola-pola budaya aslinya bagi kedua kelompok kurang dapat dirasakan dalam skala besar, sehingga
tersebut. Proses ini terus-menerus terjadi selama mereka terus-menerus menginginkan komunitas yang
individu tersebut menghadapi perbedaan-perbedaan lebih kecil, namun idealisme tersebut tidak selalu
yang disebabkan oleh warna kulit, bahasa, latar sesuai dengan kenyataan (Wilson & Baldassare, 1996:
belakang budaya, dan sebagainya (Padilla, 2003: 35- 39).
36). Dua hal pembangun akulturasi adalah kesadaran
budaya dan loyalitas etnis yang terutama terjadi pada SIMPULAN
kelompok minoritas (Padilla 2003: 38-39). Ada Kaum Tionghoa dalam menanggapi perkembangan
kemungkinan seorang pendatang memilih untuk tidak politik sejak awal abad ke-20, telah berjuang untuk
berubah, bukan karena minat atau kecenderungan kepentingan sosial, hukum dan politik tanpa langsung
pribadinya, namun lebih disebabkan oleh kondisi menentang otoritas penjajah. Hal ini tercermin pada
politik, sosial dan/atau ekonomi (Marin, 1993 dalam lokasi permukiman mereka yang mengikuti aturan-
Padilla 2003: 39). dalam lingkungan geopolitik yang aturan pemerintah kolonial, dengan menempati area-
sama, tidak dapat diharapkan hasil yang sama karena area terbatas, terkonsentrasi di kota. Kedua, terhadap
adanya proses akulturasi tersebut. Dilaporkan juga pemberlakuan pajak muka bangunan yang lebih tinggi
tingginya kesulitan psikologis yang dialami pendatang mengakibatkan lahan muka rumah menjadi makin
karena usaha mengidentifikasikan budayanya dengan sempit, di beberapa wilayah lain tercermin pada
kuat (Nguyen, Messe, dan Stollak, 1999 dalam Padilla penyatuan muka bangunan untuk dua atau tiga buah
2003: 40) sebagai usaha untuk menghadapi penolakan konstruksi rumah yang terpisah, mengaburkan jumlah
dari budaya setempat, yang sebenarnya malah makin lantai bangunan dengan permainan atap dari tampak
melebarkan perbedaan antara dua budaya. Jadi, proses muka bangunan dan bukaan atas yang kecil. Ketiga,
akulturasi budaya dipastikan akan terjadi antara dua banyak bangunan yang didirikan dengan penampilan
individu atau kelompok individu yang berbeda latar mengikuti gaya arsitektur bangunan Eropa.
belakang budayanya dalam jangka waktu yang panjang
dipengaruhi oleh kondisi politik, sosial dan ekonomi Perkembangan Pecinan mula-mula tidak disebabkan
setempat, yang hasilnya belum tentu sama bahkan di oleh pengaruh politik, bahkan jauh dari pengaruh
wilayah yang mirip karena kebebasan memilih politik seperti diungkapkan oleh Zahnd (2010: 29).
individu/kelompok tersebut. Keberadaan Pecinan yang mula-mula berintegrasi
dengan struktur kota tradisional yang berkembang
Ada tujuan-tujuan, motif, dan kebutuhan-kebutuhan secara alamiah. Kemudian, dalam perkembangannya,
pendatang yang menjadi pertimbangan karena mereka
223
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
oleh karena campur tangan dan desakan politik Narumi, Kunihiro. 1989. The Difficult-To-Understand
pemerintahan eksternal maupun internal, telah Japanese Addressing System. Monthly Journal Of
membangkitkan idealisme masyarakat etnis Cina untuk Science Kagaku Asahi April 1989.
membentuk komunitas tersendiri yang menonjolkan Ng, Fan Cheuk. 1998. Canada As A New Place: The
identitas budaya Cina asalnya. Masa pemerintahan Immigrant's Experience. Journal Of Environmental
kolonial Hindia Belanda, yaitu di Indonesia, atau Psychology 18: 55-67.
Inggris, yaitu di Singapura dan Malaysia, maupun Padilla, Amado M. Dan Perez, William. 2003.
timbulnya perang yang terus-menerus dan perpecahan Acculturation, Social Identity, And Social
di antara bangsa sendiri, yaitu di Jepang dan Korea, Cognition: A New Perspective. Sage Publication.
telah menyebabkan perubahan utama pada awal Hispanic Journal Of Behavioral Sciences, Vol. 25
sebelum masa kemerdekaan atau keterbukaan, yaitu (1), Februari 2003: 35-55.
awal masa modern, yang melandasi perubahan- Wilson, Georjeanna dan Baldassare, Mark. 1996.
perubahan penting hingga terbentuknya citra Pecinan Overall “sense Of Community” In A Suburban
kekinian. Meskipun dikhawatirkan telah dimanfaatkan Region: The Effects Of Localism, Privacy, And
untuk kepentingan politik dengan tujuan menaikkan Urbanization. Journal Of Environment And
keuntungan finansial, beragam perubahan politik yang Behavior, Vol. 28 No.1, Januar 1996: 27-43.
terjadi telah secara efektif memberikan pengaruh Adishakti, Laretna T. 1997. A Study On The
positif yang mendorong penyampaian ekspresi budaya Conservation Planning Of Yogyakarta Historic-
Cina sebagai bagian dari citra Pecinan kekinian secara Tourist City Based On Urban Space Heritage
terbuka dan berani. Conception. Kyoto University. Unpublished
Dissertation.
DAFTAR PUSTAKA Bellah, Robert N. 1985. Religi Tokugawa: Akar-Akar
http://incheon.roadplanner.ru/eng/chin/chinkod.html Budaya Jepang. Jakarta: Gramedia.
(akses 10/11/2016) Dana, Djefry W. 1990. Ciri Perancangan Kota
http://www.theepochtimes.com/n3/2106313- Bandung. Jakarta: Gramedia.
controversy-erupts-over-plans-to-build-worlds- Handinoto. 1996. Perkembangan Kota Dan Arsitektur
largest-chinatown-in-korea (akses 10/11/2016) Kolonial Belanda Di Surabaya (1870-1940). Kerja
http://www.nippon.com/ (akses 10/11/2016) Sama Dengan Lembaga Penelitian Dan Pengabdian
Armstrong, Charles K. 2009. A Timeline Of Korean Kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra,
History. Columbia University Surabaya. Yogyakarta: Andi.
(http://afe.easia.columbia.edu) (akses 10/10/2016) Handinoto dan Soehargo, Paulus H. 1996.
Anderson, K. 1990, ‘Chinatown Re-Oriented’: A Perkembangan Kota Dan Arsitektur Kolonial
Critical Analysis Of Recent Redevelopment Belanda Di Malang. Kerja Sama Dengan Lembaga
Schemes In A Melbourne and Sydney Enclave, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Australian Geographical Studies [Now Universitas Kristen Petra, Surabaya. Yogyakarta:
Geographical Research], 18(2): 137-154. Andi.
Anggraini, Lya D. 2005. Machiya, Townhouses In Heuken, A. 2016. Tempat-tempat Bersejarah di
Japan: A Type In The Homogeneity. Report to Jakarta. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
Environmental Engineering Osaka University. Lynch, Kevin. 1992. The Tmage Of The City.
Chan, Brenda, 2006. Virtual Communities And Massachusetts: MIT Press.
Chinese National Identity. Journal Of Chinese Pratiwo. 2010. Arsitektur Tradisional Tionghoa Dan
Overseas Vol 2 (1) May 2006: 1-32. Perkembangan Kota. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Chen, Cong, Kim, Joonho, Mitsuhashi, Nubuo, Dan Rapoport, Amos. 2005. Culture, Architecture, and
Fujimoto, Nobuyoshi. 2007. Life-Style Of The Design. Chicago: Locke Science Publishing
Inhabitants Derived From The Spatial Composition Company.
Of Qilou House And District: Study On The Suhandinata, Justian. 2009. WNI Keturunan Tionghoa
Residential Environment Of Qilou District In Dalam Stabilitas Ekonomi Dan Politik Indonesia.
Guangzhou City, China Part 1. Japan Architectural Jakarta: Gramedia.
Planning Januari 2007 No. 611, 23-29. Surjomihardjo, Abdurrachman. 2008. Kota Yogyakarta
Narumi, Kunihiro. 1986. Metropolitan Neighborhoods Tempo Doeloe: Sejarah Sosial 1880-1930. Jakarta:
In Japan And The West: Nested Systems Versus Komunitas Bambu.
Axial Systems. Senri Ethnological Studies 19: 59- Zahnd, Markus. 2008. Model Baru Perancangan Kota
75. Yang Kontekstual. Yogyakarta: Kanisius.
224
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
225
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Belanda untuk menguasai sumber daya Aceh yang memberikan kontribusi keuangan bagi kas Indonesia
berlimpah. ketika republik baru ini hampir bangkrut (Ricklefs,
1993).3
Periode kolonial Belanda luruh dalam garis edar
sejarah, berganti oleh masa kolonial Jepang di Aceh Aceh merupakan provinsi dengan sumberdaya alam
yang berlangsung dari tahun 1942 sampai 1945. yang berlimpah, namun ironis, wilayah bangsa ini
Sebagaimana pendahulunya (Belanda), pihak Jepang tidak luput dari catatan sejarah konflik yang
juga memerintah wilayah Aceh melalui bangsawan menyertainya. Pemberontakan oleh kelompok pasukan
lokal. Ketika Jepang kalah, revolusi sosial pecah bersenjata lokal (indigenous armed milition) terhadap
antara bangsawan tradisional yang mendukung pemerintah Republik Indonesia merupakan benih
kembalinya Belanda dengan para pemimpin agama konflik yang ditaburkan sejak awal periode
yang pro-kemerdekaan Republik Indonesia. Akar kemerdekaan, pada tahun 1940-an dan 1950-an. Pada
perpecahan antara para pemimpin rakyat Aceh periode pemerintahan selanjutnya, masa
berhubungan dengan pertikaian panjang dalam kepemimpinan Soeharto, wilayah Aceh dikembangkan
kepentingan penguasaan tanah, peradilan dan otoritas dari provinsi yang dianggap ‘miskin’ menjadi provinsi
administratif yang telah dimulai selama Perang Aceh, dengan pertumbuhan perekonomian tercepat di
dan terus berlangsung selama masa penjajahan. Indonesia. Namun, sebagian besar elit pemimpin
Selama periode revolusi sosial, banyak bangsawan masyarakat Aceh percaya bahwa mereka tidak
tradisional dan keluarga mereka yang terbunuh mendapatkan bagian proporsional dari pertumbuhan
maupun dipenjara oleh pasukan pro-kemerdekaan ekonomi tersebut. Pandangan tersebut memicu
yang dipimpin oleh para pemimpin agama, dan perasaan anti-Jakarta dan juga meningkatkan
kemudian menciptakan struktur sosial baru di Aceh popularitas Gerakan Aceh Merdeka (Gerakan Aceh
berdasarkan kesatuan dalam Islam di bawah Merdeka) di Aceh. Selama periode Soeharto (1966-
kepemimpinan para pemimpin agama (Kell, 1995:9).2 1998), ada tiga isu politik dan ekonomi yang penting
dan berkontribusi terhadap kerusakan hubungan antara
Jika merunut narasi historis tentang kehidupan sosial- Aceh dan Pemerintah Indonesia di masa Orde Baru:
politik di Aceh, akan ditemukan proyektil sejarah eksploitasi ekonomi, persaingan yang sedang
mengapa ada perasaan bahwa status Aceh berbeda dari berlangsung di Aceh antara pemimpin agama dan
wilayah suku bangsa atau provinsi lain di Indonesia. kaum bangsawan tradisional, dan perubahan politik
Pertama, Aceh menolak penjajahan lebih lama dari serta ekonomi secara cepat yang terjadi di Indonesia
hampir seluruh wilayah lainnya di Indonesia, dan pada masa Orde Baru (lihat Sugiarti dan Purwadi,
penjajahan di Aceh berakhir dalam periode relatif 2010).
sangat singkat. Kedua, revolusi sosial yang terjadi
pada Desember 1945 hingga Maret 1946 secara Pasca runtuhnya rezim pemerintahan Soeharto disertai
permanen mengubah struktur sosial pada rakyat Aceh bergulirnya bandul reformasi dengan dinamikanya
dengan dalih dominasi pemimpin agama dan sadar tersendiri mengantarkan Aceh pada momentum
kelas yang menyertainya. Ketiga, selama revolusi perdamaian yang digelar dalam MOU-Helsinki di
kemerdekaan, diklaim bahwa pihak kolonial Belanda tahun 2005. Pada level tertentu, gelombang damai di
yang meninggalkan wilayah Aceh, dan Aceh Aceh membawa kehendak Islamisasi dengan anatomi,
menetapkan dirinya dengan status independen yang batas-batas, dan geliat kekuasaan di Aceh pasca MOU-
dimiliki sejak masa pra-kolonial. Tidak hanya itu, pada Helsinki. Tercipta elit pemerintahan baru di Aceh yang
tahun 1947, Presiden Soekarno membujuk Aceh untuk mengaku otonom dan mendesak independensi dengan
bergabung dengan Republik Indonesia, menjanjikan arsitektur pemerintahan yang mencitrakan ketakwaan
bahwa Aceh akan diberikan otonomi dalam Indonesia, melalui UUPA (Undang-Undang Pemerintahan Aceh),
dan memungkinkan untuk menerapkan Hukum Islam. dan juga berbagai peraturan daerah (Perda)
Keempat, atas dasar bujuk-janji tersebut, Aceh bermetomini Islami yang dikenal dengan istilah
memberi kontribusi besar untuk Republik Indonesia Qanun. Regulasi berbasis syariah ini merevitalisasi
yang masih berusia sangat muda kala itu. Dapat dan mendikte masyarakat Aceh pada gaya hidup
dikatakan, rakyat Aceh membiayai pembelian pesawat Islami yang meliputi cara pandang, penampilan, dan
pertama bagi Indonesia, mendanai pembentukan pos berbagai selebrasi terhadap beraneka aspek material
diplomatik di Singapura, India dan PBB, dan dan praktik kehidupan yang mengandung nilai-nilai
2
Kell, T. 1995. The Roots of Acehnese Rebellion
3
(1989–1992). Ithaca, NY: Cornell University. Hlm. Ricklefs, M.C. 1993. A History of Modern Indonesia
9. since C1300. London: Macmillan. Hlm. 220.
226
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Islami atau ‘peng-Islam-an (lihat Kokoschka, Selanjutnya, konstruksi data diperoleh dari wawancara
2009:226). terhadap informan biasa (pangkal) dan informan kunci
(key informants). Pemilihan informan kunci ditentukan
dengan konteks informasi yang hendak digali.
Bercerita tentang Pariwisata Beregulasi Syar’i Sebagaimana dikemukakan oleh Spradley (2007),
Regulasi berbasis syariah ini tidak luput dalam bahwa para informan ditentukan berdasarkan beberapa
menentukan masa depan kepariwisataan di Aceh. syarat minimal: enkulturasi penuh, keterlibatan
Perkembangan pariwisata yang berkontribusi secara langsung informan dengan suasana budayanya, latar
ekonomi, membutuhkan partisipasi dan tanggung belakang budaya yang berbeda dengan peneliti,
jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.
Pemerintah memiliki peran penting terhadap ketercukupan waktu, dan non analitik.
perkembangan dan pengelolaan kepariwisataan.
Pemerintah Aceh sebagai regulator tidak terlepas dari Wawancara ditujukan untuk mengungkap informasi
kewajibannya untuk memajukan pariwisata dengan yang terkait dengan kejadian, sejarah dan persepsi.
mengeluarkan produk regulasi yang mendukung dan Oleh karenanya, wawancara juga dilakukan untuk
membangun pariwisata merekam informasi yang dianggap mampu memberi
gambaran historis atas fenomena yang berlangsung
Ironisnya, qanun tetang kepariwisataan di Aceh yang
berazaskan syariah juga tidak luput dari penolakan selama beberapa kurun waktu. Pengamatan terlibat
oleh masyarakat dalam beragam bentuk resistensi. (partisipant observation) juga menjadi metode
Qanun pariwisata seakan mengekang keleluasaan pengumpulan data yang digunakan, terutama untuk
masyarakat dalam berpariwisata. Ada persepsi oleh mengamati berbagai perilaku, tindakan, dan peristiwa
masyarakat bahwa regulasi tersebut menghambat lainnya yang terkait dengan aktivitas kepariwisataan.
pariwisata di Aceh. Tidak hanya itu, masyarakat Terakhir, metode dokumentasi di sini dimaksudkan
memiliki tren aspirasi budaya kepariwisataan sebagai
kepada perolehan data (visual) dengan penggunaan
leisure time yang tidak membutuhkan kehendak
religitas sebagaimana dipatutkan oleh pemerintah peralatan (bantu) kamera dan berbagai peralatan bantu
Aceh dalam Qanun kepariwisataan di Aceh. lainnya. Peralatan kamera digunakan untuk
mendokumentasikan perilaku atau berbagai praktik
Dari uraian tersebut, maka tulisan ini akan budaya yang relevan dengan fokus kajian.
memaparkan tentang gambaran (sketsa) pariwisata di
Aceh, terutama di Kota Lhokseumawe, berkaitan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan keberadaan qanun kepariwisataan di Aceh
yang mendapatkan resistensi dari masyarakat dengan
tren aspirasi wisata dalam apologi rekreasi sebagai Pariwisata merupakan fenomena kemasyarakatan,
imaji budaya populer yang berkembang. yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok,
organisasi, kebudayaan, dan sebagainya yang
METODE dipandang sebagai kegiatan ekonomi dan tujuan utama
pengembangan pariwisata adalah untuk mendapatkan
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam keuntungan ekonomi, baik bagi masyarakat maupun
studi ini adalah penelitian kepustakaan, wawancara, daerah/negara (Pitana & Gayatri, 2005:31).
pengamatan non-partisipan, dan dokumentasi.
Penelitian pustaka dilakukan untuk memperoleh Selanjutnya, pariwisata merupakan suatu kegiatan
informasi awal serta referensi yang mendukung yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
pemahaman terhadap fokus kajian, dan juga untuk masyarakat sehingga membawa berbagai dampak
memperkuat analisis data yang diperoleh dari terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata
penelitian lapangan. Berbagai sumber informasi awal dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa,
ini diperoleh dari buku, jurnal, artikel, thesis maupun membuat masyarakat setempat mengalami
disertasi, berbagai hasil laporan penelitian, dokumen metamorfosa dalam berbagai aspeknya. Dampak
pemerintah, dan berbagai informasi dari berbagai pariwisata merupakan wilayah kajian yang paling
media berita (cetak maupun elektronik). banyak mendapatkan perhatian dalam literatur,
227
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
terutama dampak terhadap masyarakat lokal (Pitana & tentang wisatawan dan pariwisata karena merupakan
Gayatri, 2005:109). pemicu dari proses perjalanan wisata, dan motivasi ini
acapkali tidak disadari secara penuh oleh wisatawan
Smith dan Eadington (1992:xiii; dalam Pitana & itu sendiri. Dengan demikian, kepariwisataan
Gayatri, 2005:7) juga memaparkan bahwa pariwisata Indonesia semestinya dikelola dalam semangat populis
adalah institusi sosial yang sangat penting dalam dan berbasis budaya. Kepariwisataan dibangun dengan
kehidupan dunia modern yang dapat dipelajari. berlandaskan prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat
Pariwisata mempunyai sejarah dan literatur, dan untuk masyarakat. Betapa tidak, pariwisata
mempunyai struktur internal dengan prinsip-prinsip merupakan salah satu aktivitas sosial-ekonomi
operasinya, dan sangat sensitif terhadap pengaruh manusia yang dominan sepanjang peradaban manusia.
eksternal, baik kejadian alam maupun budaya. Semua Kepariwisataan telah menjadi satu mata rantai industri
itu dapat dianalisis secara ekonomi maupun transaksi dengan beragam permalahan yang menyertainya:
sosial. sosial, politik, ekonomi, keamananan, ketertiban,
keramah-tamahan, budaya, kesehatan, dan berbagai
Dalam hubungannya dengan pariwisata, motivasi persoalan lainnya.
wisatawan terbagi ke dalam empat kategori (Pitana
dan Gayatri, 2005:58): Berbicara tentang kepariwisataan di Aceh, Kota
1. Motivasi fisik, yaitu motivasi yang berkaitan Lhokseumawe merupakan kota terbesar kedua di Aceh
yang memiliki potensi lokasi pariwisata yang meliputi
dengan aktifitas fisik, misalnya olah raga, rekreasi
garis pantai hingga pebukitan. Beberapa di antaranya
pantai, hiburan yang menyegarkan, dan motivasi adalah Waduk pusong, Taman Wisata Bukit Guha
lainnya yang secara langsung berhubungan dengan Jepang, Pantai Ujong Blang, Pulau Semadu, dan
kesehatan. Pantai Rancong. Beragam destinasi wisata tersebut
2. Motivasi budaya, yaitu motivasi yang dapat terus bergeliat dan hendak berbenah. Lhokseumawe
diidentifikasikan melalui hasrat untuk mengetahui ditetapkan statusnya menjadi kota yang otonom
tentang budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001,
tanggal 21 Juni 2001. Secara geografis, wilayah Kota
lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai
Lhokseumawe mempunyai luas wilayah 181,06 km2
objek peninggalan budaya (monumen bersejarah). dengan batas-batas sebagai berikut:
3. Motivasi interpersonal/motivasi yang bersifat - Batas Utara : Selat Malaka
sosial, motivasi yang berkaitan dengan hasrat - Batas Selatan : Kabupaten Aceh Utara
untuk menemui orang baru, mengunjungi teman - Batas Timur : Kabupaten Aceh Utara
atau keluarga, menjauhkan diri dari rutinitas atau - Batas Barat : Kabupaten Aceh Utara
mencari pengalaman baru yang berbeda.
4. Motivasi karena fantasi, yaitu adanya fantasi Penduduk Kota Lhokseumawe yang berjumlah
bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari 148.301 jiwa tersebar di 3 (tiga) kecamatan, yaitu
rutinitas keseharian yang menjemukan dan ego- Kecamatan Muara Dua, Kecamatan Banda Sakti, dan
enhancement yang memberikan kepuasan Kecamatan Blang Mangat. Kecamatan dengan luas
wilayah terbesar adalah Kecamatan Muara Dua (113,7
psikologis.
km2) sedangkan kecamatan dengan luas wilayah
terkecil yaitu Kecamatan Banda Sakti (11,24 km2).
Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan Ibukota Lhokseumawe berada di Kecamatan Banda
wisata dipengaruhi oleh kuatnya faktor-faktor Sakti yang ditandai dengan kegiatan perdagangan yang
pendorong (push factor) dan faktor-faktor penarik sangat menonjol di daerah ini sedangkan kegiatan
(pull factor).Faktor pendorong dan penarik ini industri berada di Kecamatan Muara Dua. Selain itu,
Kecamatan Blang Mangat memiliki potensi pertanian
sesungguhnya merupakan faktor internal dan eksternal
dan sumber daya alam.
yang memotivasi wisatawan untuk mengambil
keputusan untuk melakukan perjalanan. Menurut
Dinamika pariwisata di Kota Lhokseumawe
Sharpley (1994) dan Wahab (1975; dalam Pitana dan menawarkan ketakjuban kemajuan ekonomi dan
Gayatri, 2005:58) menekankan bahwa motivasi keeksotisannya menjadi rangkaian daya tarik dengan
merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi suguhan berbagai cawan persoalan yang tidak akan
228
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dengan mudah dapat terselesaikan. Patut untuk lebih jasa penyediaan akomodasi; j) jasa spa; dan k) jasa
berhati-hati dalam menentukan posisi kita ketika wisata kesehatan. Selanjutnya terkait dengan objek dan
hendak menyatakan bahwa kepariwisataan ini daya tarik wisata, dalam pasal 17 disebutkan bahwa
membawa dampak negatif, atau justru kehadirannya pengusahaan objek dan daya tarik wisata dilakukan
memberikan kontribusi positif bagi kehidupan dengan memperhatikan: a) nilai-nilai Islam; b) adat-
masyarakat. Sikap mawas dimaksud akan hadir dalam istiadat, serta kearifan lokal; c) kehidupan ekonomi
tulisan ini, terlebih karena tulisan ini berupaya dan sosial budaya; d) kelestarian budaya dan mutu
memahami suatu fenomena kepariwisataan melalui lingkungan hidup; dan e) kelangsungan usaha
perspektif antropologi, sebagai pendekatan keilmuan pariwisata.
yang menawarkan sudut pandang berbeda. Tidak
seperti bidang ilmu ekonomi misalnya, lebih sering Semakin besar bilangan pasal yang mengatur ternyata
membicarakan tentang kepariwisataan dalam menegaskan Islamisasi kepariwisataan di Aceh. Pasal
kaitannya dengan penguatan sumber daya ekonomi 82 dalam Qanun Nomor 8 Tahun 2013 tentang
negara, dan cenderung melihatnya dengan pendekatan ‘larangan di tempat-tempat wisata’ mengatur bahwa
maupun analisis yang lebih bersifat makro. setiap orang dilarang: a) meminum minuman keras dan
mengkonsumsi barang yang memabukkan lainnya; b)
Hikayat Pariwisata yang Ter-Islam-kan melakukan perbuatan asusila; c) berjudi/maisir;
Regulasi terkini yang mengatur kepariwisataan di dan/atau d) merusak sebagian atau seluruh fisik objek
Aceh mewujud dalam Qanun Nomor 8 Tahun 2013. dan daya tarik wisata. Qanun Nomor 8 Tahun 2013
Beberapa pasal tertentu dalam qanun tersebut menjadi juga mengatur tentang ketentuan pidana dalam industri
perhatian utama sebagai latar telaah atas resistensi kepariwisataan di Aceh, yakni pada Pasal 84: 1)
budaya kepariwisataan yang sekaligus merupakan Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai
aspirasi masyarakat terhadap pariwisata di Aceh. Pasal penyelenggaraan kepariwisataan Aceh yang meliputi
2 dalam Qanun Nomor 8 Tahun 2013 menyebutkan kegiatan usaha jasa pariwisata, pengusahaan objek dan
bahwa penyelenggaraan kepariwisataan Aceh harus daya tarik wisata dan usaha sarana pariwisata
berazaskan: a) Iman dan Islam, bahwa sebagaimana diatur dalam qanun ini, dikenakan Sanksi
penyelenggaraan kepariwisataan di Aceh harus sesuai sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
dengan tuntunan agama Islam; b) kenyamanan; c) 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan peraturan
keadilan; d) kerakyatan; e) kebersamaan; f) perundang-undangan lainnya; 2) Pelanggaran terhadap
kelestarian; g) keterbukaan; dan h) adat, budaya dan ketentuan mengenai penyelenggaraan kepariwisataan
kearifan lokal. Selanjutnya pada Pasal 3, Aceh yang meliputi kegiatan usaha jasa pariwisata,
penyelenggaraan kepariwisataan Aceh bertujuan: a) pengusahaan objek dan daya tarik wisata, dan usaha
melestarikan, mempromosikan, mendayagunakan, dan sarana pariwisata sebagaimana diatur dalam qanun ini,
meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata; b) yang sanksinya tidak diatur dalam Undang-Undang
mengangkat nilai-nilai sejarah dan budaya Aceh yang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
islami sebagai daya tarik wisata; c) memperluas dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
lapangan kerja dan memeratakan kesempatan (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp
berusaha; dan d) meningkatkan Pendapatan Asli Aceh 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); 3) Selain
menuju kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Fungsi sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
penyelenggaraan kepariwisataan Aceh kemudian ayat 2, pelanggaran terhadap ketentuan mengenai
diatur dalam Pasal 4: a) mensyukuri nikmat Allah penyelenggaraan kepariwisataan dapat dikenakan
SWT; b) meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sanksi administrasi yang berupa pencabutan izin usaha
terhadap tanah air; c) meningkatkan taraf hidup yang didahului dengan peringatan tertulis. Terakhir
jasmani dan rohani; d) menambah pengetahuan dan pada Pasal 85, bahwa Setiap orang yang melanggar
pengalaman; dan e) membangun jiwa kewirausahaan. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82
diancam pidana dan/atau denda sesuai dengan
Jenis usaha jasa pariwisata yang diatur dalam Qanun Peraturan Perundang-undangan.
Nomor 8 Tahun 2013, Pasal 13 meliputi: a) jasa wisata
syariat, seperti wisata tarikat dan zikir, atraksi seni Pariwisata sebagai Budaya Massa: Resistensi
sufistik, pengobatan tradisional, dan wisata syariat Masyarakat dalam Apologi Rekreasi
Islam lainnya; b) jasa biro perjalanan wisata; c) jasa Regulasi kepariwisataan berbasis syariah (syar’i) ini
pramuwisata; d) jasa konvensi, perjalanan insentif dan dapat dikatakan sebagai representasi aspirasi
pameran; e) jasa penyelenggaraan kegiatan hiburan kepariwisataan oleh para elit pemerintah Aceh dengan
dan rekreasi; f) jasa konsultan pariwisata; g) jasa kehendak Islamisasi, –bukan sebagai pilihan bagi
informasi pariwisata; h) jasa makanan dan minuman; i)
229
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
wisata populer melainkan kepatutan (ketertiban moral; Lhokseumawe dengan Qanun No. 8 Tahun 2013,
keimanan) bagi masyarakat dalam berwisata. Wisata memuat pandangan tentang wisata oleh masyarakat
populer yang dulu (secara historis) dan kini (dalam Aceh sebagai imaji budaya populer merupakan tiruan
konteks sosial tertentu) dapat sangat berbeda pada
buruk berselera-rendah yang merujuk budaya populer
masa dan tempat yang berbeda. Wisata menjadi ikonik
ketika meraih popularitas melalui karya dan praktik kaum Eropa dan Amerika. Sebagaimana diungkap
haruslah relatif mudah dan menarik perhatian pelaku dalam kajian Gerke (2000), bahwa umumnya orang
wisata lintas ras, asal, usia, gender, bahkan paham Indonesia dianggap cenderung menyerupai gaya hidup
keagamaan sekalipun. Kehadiran wisata populer sebagai tiruan murahan dari gaya hidup
semestinya dapat diterima secara kolektif dari berbagai ‘sesungguhnya’ pada masyarakat kelas sosial atas di
latar individu dalam menikmati, menggunakan, Eropa dan Amerika. Gerke (2000) juga mengatakan
berperan serta, mereproduksi, atau mendistribusi ulang
bahwa hanya relatif sedikit masyarakat kelas
pengalaman kewisataan kepada yang lain.
menengah di Indonesia yang dapat menjalani gaya
Pemerintah Kota Lhokseumawe sebagai representasi hidup kaum perkotaan di Eropa dan Amerika.
Pemerintah Aceh merupakan bagian dari kelompok Sebagian besar tidak dapat mengonsumsi barang-
politis yang berorientasi elitis dan memandang rendah barang yang tergolong pantas bagi kelas menengah.
terhadap budaya wisata populer. Pemerintah Aceh
Qanun Nomor 8 Tahun 2013 yang mengatur tentang
dengan Qanun kepariwisataan terkesan was-was dan
kepariwisataan oleh sebagian masyarakat juga
gamang dalam mengelola kepariwisataan di Aceh dianggap bias maskulin. Aspek material dan
sementara masyarakat sebagai pelaku wisata bersikap konseptual seputar wisata dengan imaji budaya
mendua, sebagian berkeinginan mengekskalasi diri populer merupakan ekses modernisasi, ekonomi, dan
(sosial) dengan mengikuti perkembangan terbaru agama yang dianggap sebagai kegiatan tentang dan
dalam imaji wisata populer; sementara kelompok untuk para lelaki. “Ter-gender-kan-nya pariwisata” di
lainnya merasa sungkan bahkan tersinggung oleh Aceh dapat dilihat dalam Pasal 83, bahwa: 1) Bagi
wisatawan nusantara dan wisatawan manca negara
hiruk-pikuk wisata syariah. Sepintas dapat dikatakan
diwajibkan berbusana sopan di tempat-tempat wisata;
kepariwisataan telah berwatak politis. Wisata populer 2) Bagi wisatawan muslim diwajibkan berbusana
sulit mendapatkan status terhormat dari kelompok elit sesuai dengan syariat Islam; 3) Pemandian di tempat
(pemerintah) dengan beragam karakter politiknya. umum dipisahkan antara laki-laki dan perempuan; 4)
Bagi masyarakat yang menonton pertunjukan/hiburan,
Wisata populer dianggap sebagai aspirasi budaya dipisahkan antara laki-laki dan perempuan; 5) Bagi
pengusaha, kelompok masyarakat atau aparatur
massa yang ‘tak santun' melalui imaji industri hiburan.
pemerintah dan badan usaha dilarang memberikan
Dianggap hanya hendak mengejar laba wisata, kaum fasilitas kemudahan dan/ atau melindungi orang untuk
elite atau Pemerintah Aceh terkesan cenderung melakukan mesum, khamar/ mabuk-mabukan dan
merendahkan wisata sebagai ‘budaya pop’ (lihat maisir/judi; 6) Setiap orang, baik sendiri maupun
Macdonald, 1998:22; Strinati, 1995:10), –budaya kelompok berkewajiban mencegah terjadinya
rendahan, massif, dangkal, imitatif, dan seragam perbuatan maksiat. Pengaturan tentang busana muslim
(Strinati, 1995:21). Wisata sebagai budaya populer dimaksud lebih ditujukan kepada kaum perempuan.
Artinya, upaya penertiban lebih dimaksudkan kepada
selalu dianggap bermasalah oleh para pemimpin
perempuan yang dianggap sumber problem kesusilaan
politik, pendisiplin moralitas dan sosial. Mereka dalam kepariwisataan. Perlakuan kepariwisataan
berpandangan bahwa seharusnya masyarakat berbias gender/termaskulinkan menambah dominasi
memperhatikan ihwal yang lebih mencerahkan dan lelaki bahwa gender di luar mereka dinilai lebih
bermanfaat ketimbang berwisata dengan imaji budaya rendah.
populer (lihat Strinati, 1995:41)
Kenyataan pariwisata di Lhokseumawe cenderung
Wisata dengan imaji budaya populer dianggap tidak kondusif. Pada tahun 2015 sempat terjadi insiden
pengrusakan bahkan hingga pembakaran tempat
bermasalah, realita yang tak dikehendaki atau ekses
hiburan wisata di Kota Lhokseumawe. Sebagian
modernisasi yang sering dianggap sebagai tanggung
masyarakat dan pemimpin masyarakat setempat
jawab negara (Foulcher, 1990). Pemerintah Kota
melakukan pembakaran terhadap salah cafe di lokasi
230
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
wisata Rancong, pengrusakan dan pembakaran usaha bisa namun tidak selalu saling bertentangan. Insiden
karoke yang berada di lokasi wisata di Kota kepariwisataan yang terjadi di Lhokseumawe
Lhokseumawe, dan penggusuran warung-warung memperlihatkan paranoia akut tentang keberadaan
penjual makanan di lokasi wisata Pusong Lama. perempuan dan ke-maksiat-an yang bertentangan
Khusus untuk penggusuran di Pusong Lama, ada pihak dengan kehendak ke-syariat-an.
yang berkeberatan penggusuran tersebut dan
melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri
Dunia wisata di Aceh pun terbelah dalam dikotomi
lhokseumawe dengan nomor gugatan 29/PDT-
gender yang merupakan pembagian usang antara
G/2016/PN-LSM.
‘kehendak maskulin dan kepatuhan feminin’. Politik
Pembakaran yang terjadi di cafe di lokasi wisata
Pusong menjadi semacam ketidakpastian kondusifnya identitas yang termaktub dalam Qanun kepariwisataan
pariwisata di Kota Lhokseumawe, antara di Aceh semakin sulit menengahi tuntutan massa atas
mengembangkan suatu destinasi wisata atau kegembiraan dan hiburan dimiliki oleh kaum lelaki
membiarkan kehendak suatu golongan tertentu yang yang melegitimasi kenikmatan pariwisata yang bersifat
terkesan dipaksakan. Terjadi kesimpangsiuran atas feminin. Rangkaian pariwisata berlatar maskulin itu
insiden tersebut dengan opini dan isu-isu keagamaan tampil dan berdamai dengan bangkitnya Islamisasi
(moral dan asusila) yang merangsek kondusifnya kepariwisataan di Aceh. Perempuan sebagai pelaku
kepariwisataan di Kota Lhokseumawe. Begitu pula wisata merupakan penikmat jasa wisata kelas kedua di
yang terjadi pada insiden pengrusakan dan Aceh, bersifat ‘privat’ ataupun ‘domestik’, dan
pembakaran tempat karoke di Kota Lhokseumawe. membutuhkan ruang wisata tertutup selayaknya
tuduhan oleh para elit (pemerintah) terhadap wisata
Dalam Qanun Nomor 8 Tahun 2013, pasal 82, ada sebagai budaya massa itu sendiri (lihat Pambudy,
diatur mengenai larangan yang dilakukan oleh para 2003; O'Connor dan Klaus, 2000:379-82).
wisatawan di lokasi usaha jasa pariwisata: di tempat-
tempat wisata setiap orang dilarang meminum
Resistensi hegemoni Qanun Nomor 8 Tahun 2013
minuman keras dan mengonsumsi barang yang
oleh masyarakat secara umum tampil melalui rentetan
memabukkan lainnya; melakukan perbuatan asusila;
berjudi/maisir; dan/atau merusak sebagian atau seluruh apologi rekreasi. ‘Menjadi lebih populer’ merupakan
fisik objek dan daya tarik wisata. alih rupa dari rekreasi yang dalam konteks pariwisata
menyiratkan pengertian tentang peluang khusus
Ironisnya, pasal 82 sepertinya menjadi ‘rasionalisasi maupun keterampilan baru, guna menikmati
instrumental’ oleh sekelompok orang dengan kesenangan dengan mengonsumsi identias wisata
mengatasnamakan masyarakat dan kepentingan agama (budaya pop). Keterlibatan teknologi media terkini
tertentu membunyikan dugaan pelanggaran oleh para (media sosial dan lainnya), orientasi gaya wisata yang
pelaku usaha pariwisata. Apa yang dikecam sebagai sedang menjadi tren (lihat Gerke, 2000; Heryanto,
pelanggaran oleh sekelompok orang tersebut belumlah 1999b; Van Leeuwen, 2011). Pandangan ini dapat
terbukti kebenarannya, namun dengan semena-mena dipahami lebih jauh dari gagasan Nordholt (2011:
terjadi tindakan kekerasan, pengrusakan dan bahkan 435), bahwa semenjak akhir masa penjajahan, bagi
pembakaran. Insiden itu tentu dapat mengakibatkan mayoritas penduduk asli kelas menengah di Indonesia,
kemunduran industri pariwisata di Aceh, terutama di menjadi populer dan kekinian merupakan gaya hidup
Lhokseumawe. Para pelaku usaha bidang jasa yang menggairahkan. Di Indonesia kini, imaji populer
pariwisata ragu untuk membuka atau mengembangkan dan kekinian dalam kehidupan sehari-hari berperan
usahanya, dan membuat investor juga mengalami membedakan seseorang dari masyarakat tradisional
kondisi yang serupa. (sebagai ‘yang lain’ bagi kaum modern). Imaji itu juga
membedakan pandangan umum tentang sesama warga
Apa yang dianggap bermasalah bisa bersumber dari yang masih ‘terbelakang’ di masa kolonial maupun
wawasan yang dipilih, dan juga berasal dari tekanan pasca kolonial. Imaji dimaksud menjadi atribut
orang lain. Banyak orang bersempadan pada ceruk penanda yang memisahkan kelas menengah dari status
pemikiran dalam menampung atau mendamaikan sebagai warga negara yang dulu tertindas di era Orde
berbagai gairah, cita-cita, tekad, dan pantangan yang Baru, dari mayoritas bangsa ini yang kurang beruntung
231
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
(kaum miskin perkotaan dan rakyat pedesaan), secara Bagi masyarakat di Propinsi Aceh dengan kehidupan
nyata maupun yang dibayangkan, –menjadi anggota sosio-religi Islam yang dominan, sepertinya kini
masyarakat yang berorientasi Islami pada masa pasca ketaatan beragama dan bergaya dalam wisata populer
Orde Baru, dan berlanjut hingga kini. sama menariknya dan tidak selalu saling bertentangan.
Ketaatan beragama dan kesenangan dalam berwisata
Dalam konteks kepariwisataan di Aceh, orientasi lebih tersedia sebagai pilihan ketimbang menjadi
Islamisasi dalam Qanun Nomor 8 Tahun 2013 muncul fanatik dengan berpihak dan mengabaikan salah
dengan pertentangan antara ketakwaan moral berbasis satunya. Tidak seperti pandangan di masa lalu yang
agama dan daya rusak industri rekreasi. Beberapa memandang ketaatan dan rekreasi dalam bingkai
pandangan yang dapat dirujuk dalam menjelaskan paradoksal. Muslim Aceh terus berupaya menemukan
Islamisasi kepariwisataan di Aceh, memperlihatkan cara (meskipun tidak ayal dangkal) dalam
kecenderungan penjelasan gejala ini sebagai peristiwa mendamaikan pandangan tradisi yang seringkali
komersialisasi kehidupan kaum Muslim dan ditentang dengan agama dan budaya populer. Agama
komodifikasi simbol-simbol agama (Hew, 2013; dan kapitalisrne tidak hanya dapat hidup
Murray, 1991; Muzakki, 2007; Suryakusuma, 2008). berdampingan dan memiliki keterkaitan, bahkan dalam
Kesan pemikiran yang dapat dikembangkan risalah tertentu beraliansi hingga mendukung tindakan-
selanjutnya, bahwa gerakan Islamisasi pariwisata tindakan kolektif yang berkelanjutan.
berupaya menjinakkan industri rekreasi/hiburan dan
menjadikannya sebagai kendali pemanjaan diri para Selanjutnya, masyarakat Aceh melakukan perlawanan
penikmat wisata di Aceh. Pandangan tentang kejayaan senyap terhadap pemerintahan yang
Islamisasi dalam menaklukkan dunia yang sekuler, ‘fundamentalisme’ agar permisif terhadap kehendak
termasuk terhadap industri hiburan yang secara global masyarakat yang gandrung kesenangan (fun-loving
didominasi oleh gaya rekreasi Eropa dan Amerika. society) (lihat Bayat, 2007b:435). Melalui poros
analitik Bayat yang menemukan gerakan ‘post-Islami’
lstilah Islamisasi memang tidaklah dapat digunakan sebagai kondisi dan proyek tematik, Islamisasi
sesederhana itu, dan tidak didefinisikan sekadar proses merupakan fase eksperimen atas energi dan sumber
perubahan sosial yang diusung dan didukung oleh daya yang terkuras habis. Menanggapi kondisi
suatu gerakan tunggal di antara komunitas Muslim semacam itu, kalangan Muslim terlibat dalam proyek
yang taat. Gerakan yang bertujuan untuk memperoleh post-Islami yang ‘bukan anti Islam, bukan non-Islami,
ruang lebih luas bagi pelaksanaan agama atau namun tidak juga sekuler’ (Bayat 2007a:19). Mewakili
pernyataan keimanan dalam urusan- urusan kehidupan upaya menyatukan religiusitas atas hak-hak keimanan
sosial budaya, dan menjadi agenda politik dan kebebasan dalam praktik kehidupan. Islam dan
berkelanjutan. kemerdekaan menekankan hak daripada kewajiban,
keragaman sebagai pengganti suara otoritas tunggal,
Dalam gerakan Islamisasi tersebut, semakin kesejarahan ketimbang teks keagamaan, serta masa
problematis ketika berbagai pihak yang tidak memiliki depan ketimbang masa lalu. Proyek ini hendak
motivasi religius, dan entitas budaya massa lainnya menyatukan pilihan individu dan kebebasan, antara
(ekspansi kapitalisme global terhadap barang dan jasa, Islami dan Budaya Populis (Bayat, 2002)
perkembangan dalam teknologi media), –turut
mengambil peran dalam proses Islamisasi yang Kondisi dan proyek merupakan aspirasi-aspirasi
kompleks. Ciri khas utama berbagai proses Islamisasi budaya yang dapat diperbandingkan, bukan berkutat
yang kompleks adalah terjadinya perluasan cara sebagai penyebab. Apapun istilah yang diminati,
pandang, penampilan, dan perayaan secara massif ketakwaan religius populer di Lhokseumawe,
terhadap unsur-unsur material dan beragam praktik merepresentasikan masyarakat Aceh dalam
yang mudah dipahami, mengandung nilai-nilai Islami mengartikulasikan komitmen korektif terhadap
atau ‘ter-Islam-kan. gagasan utopia Islam yang berlandaskan syariah.
Mereka dengan ketakwaan seperti ini tidak pernah
memberikan kepercayaan mereka sepenuhnya secara
232
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
berlebihan kepada elit politik/pemerintah, dan terus dan menyeluruh kepada masyarakat. Minimnya
bereaksi terhadap dogma dan retorika kepentingan elit informasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh
pemerintah. Pemerintah Aceh, dan keengganan masyarakat untuk
mencari tahu mengenai regulasi menyebabkan tidak
terlaksananya semua tujuan dan hasil yang diharapkan
Dalam banyak peristiwa, adopsi hukum syariah di oleh Pemerintah Aceh melalui qanun tersebut.
Aceh cenderung bersifat simbolis, tanpa penegakan
yang serius dan konsisten di sisi pemerintah daerah. Makna Islamisasi pariwisata di Aceh tidak bersifat
Lemahnya penegakan hukum ini telah membuat beku ataupun tunggal, dan tak seorang pun dapat
frustrasi kelompok Islamis yang lebih aktif dan telah mengendalikan maknanya yang beragam dan kadang
mendorong kelompok-kelompok untuk main hakim bertolak belakang. Lebih dari sekadar menggambarkan
ketegangan antara hasrat untuk meraih kemakmuran
sendiri. Beberapa anggota dari kelompok yang sama,
dan penghargaan moral selama proses Islamisasi
atau kelompok Islami lain, diketahui telah mengambil dalam kepariwisataan, juga penting memahami potensi
manfaat dari situasi ini untuk melakukan pemerasan insiden, konflik, hingga negosiasi dan upaya-upaya
dengan dalih perlindungan. Kelompok-kelompok rekonsiliasi terhadap pihak-pihak dengan ideologi
milisi ini kerap tampil sebagai Muslim yang taat, yang bertentangan. Masyarakat dengan tren aspirasi
mengumandangkan teriakan-teriakan Islami, terkadang budaya kepariwisataan sebagai leisure time, tidak
secara fisik mengintimidasi komunitas muslim lain membutuhkan kehendak religitas sebagaimana
dipatutkan oleh pemerintah Aceh dalam qanun
yang dianggap bagian dari musuh politik mereka.
kepariwisataan di Aceh. Sementara itu, pemerintah
Aceh cenderung memandang aspirasi wisata populer
Mengingat bahwa konflik yang terjadi secara pada masyarakat sebagai budaya massa dengan imaji
fundamental bukan merupakan persoalan agama, industri hiburan yang ‘tidak santun’ dan mendukung
melainkan persoalan politik, kemakmuran, dan ragam kemaksiatan.
moralitas, maka kemungkinan besar faktor-faktor non-
religius akan menentukan bagaimana konflik tersebut UCAPAN TERIMA KASIH
akan terselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada sivitas
akademika pada Program Studi Antropologi, FISIP,
Di Aceh kini, sebagaimana di berbagai tempat lain,
Universitas Malikussaleh, atas dukungannya terhadap
benturan besar antara kapitalisme dan komitmen keikutsertaan penulis dalam kegiatan ilmiah ini.
terhadap ketakwaan beragama tidaklah kentara. Penulis juga berterima kasih kepada saudara
Agama dapat menawarkan keteduhan bagi orang- Mochammad Wahyu Ghani, S.IIP., M.I.Kom., atas
orang yang tidak mampu secara ekonomi dan politik diskusinya yang bermanfaat dalam pengayaan ‘halal
serta tanpa perwakilan atau kuasa dalam meraih dan haramnya’ kepariwisataan di Aceh.
keadilan. Bagi orang kaya urban yang kritis terhadap
DAFTAR PUSTAKA
keajegan pemerintah, agama dapat berperan sebagai
titik berangkat bagi pembangkangan ketika seluruh (Paper)
Bayat, Asef. 2002. What is Post-Islamism. ISIM
kran politik resmi telah ditutup. Bagi mereka yang
Newsletter (16):5.
sedang berkuasa, dikelilingi oleh kemiskinan, korupsi, __________ 2007a. Islam and Democracy: What is the
dan kekerasan yang disponsori oleh negara, ketakwaan Real Question?. ISIM Papers, 8. Amsterdam:
dapat membantu memulihkan kecemasan tentang Amsterdam University Press.
status mereka, mengurangi rasa bersalah, atau __________ 2007b. Islamism and the Politics of Fun.
menetralkan persepsi publik tentang kerakusan diri. Public Culture, 19(3/Fall): 433-459.
Apakah usaha-usaha itu sukses atau tidak, itu Murray, Alison. 1991. “Kampung Culture and Radical
Chic in Jakarta”. Review of Indonesian and
persoalan lain.
Malayan Affairs, 25(Winter): 1-16.
O’Connor, B. dan Klaus, E. 2000. “Pleasure dan
SIMPULAN Meaningful Discourse: An Overview of Research
Issues”, International Journal of Cultural Studies,
Kenyataan parisata yang terjadi Aceh, regulasi Qanun 3 (3): 369-387.
Nomor 8 Tahun 2013 belum tersampaikan dengan baik
233
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Pambudy, Ninuk. 2003. “Inul di Dalam Budaya Pop”, Sugiarti, E., dan Purwadi, B. 2010. “Anak Keluarga
Kompas, 5 Mei. Korban Konflik Aceh: Collective Memory
Suryakusuma, Julia. 2008. “Interest in a Jilbab?”, Masyarakat Aceh”. Laporan Hibah Penelitian
Tempo, 3 (IX), 16-22. September. Kerjasama Antar Perguruan Tinggi (Hibah
Pekerti). Tahun Anggaran 2010. Universitas
(Buku) Airlangga, Surabaya.
Foulcher, Keith. 1990. “The Construction of an Van Leuween, Lizzy. 2011. Lost in Mall: an
Indonesian National Culture: Patterns of Ethnography of Middle-class Jakarta in the
Hegemony and Resistance”, dalam A. Budiman 1990s. Leiden: KITLV Press.
(ed.) State and Civil Society in Indonesia. (p. 301-
320. Clayton: Center of Southeast Asian Studies.
Gerke, Solvay. 2000. “Global Lifestyles under Local
Conditions: the New Indonesian Middle Class”,
dalam Chua Beng-Huat (ed.) Consumption in
Asia: Lifestyles and Identities. (p. 135-158).
London: Routledge.
Heryanto, Ariel. 1999. “The Years of Living
Luxuriously”, dalam Culture and Privilege in
Capitalist Asia. (p. 159-87). London dan
Newyork: Routledge.
Hew, Wai-Weng. 2013. “Expressing Chinese Muslim
Preachers”, dalam SM Sai dan CY Hoon (ed.),
Chinese Indonessian Reassessed; History,
Religion and Beloging. (p. 178-199). London:
Routledge.
Kokoschka, Alina. 2009. “Islamizing the Market?
Advertising, Products, and Consumption in an
Islamic Framework in Syria”, dalam J. Pink (ed.),
Muslim Societies in the Age of Mass
Consumption. (p. 225-240). Newcastle Upon
Tyne: Cambridge Scholars.
Macdonald, Dwight. 1998. “A Theory of Mass
Culture”, dalam J. Storey (ed.), Cultural Theory
and Popular Culture. (p. 22-36). Athens: The
University of Georgia Press.
Muzakki, Akh. 2007. “Islam as Symbolic Commodity:
Transmitting and Consuming Islam through
Public Sermons in Indonesia”, dalam P. Kitiarsa
(ed.). Religious Commodifications in Asia:
Marketing Gods. (p. 205-219). London: Routledge
Pitana, I.G., dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi
Pariwisata, Kajian Sosiologis Terhadap Struktur,
Sistem dan Dampak-dampak Pariwisata.
Yogyakarta: Andi Offset.
Reid, A. 1969. The Contest for North Sumatra, Atjeh,
the Netherlands and Britain 1858–1898. Kuala
Lumpur: University of Malaya Press.
Ricklefs, M.C. 1993. A History of Modern Indonesia
since C1300. London: Macmillan.
Strinati, Dominic 2004. An Introduction to Theories of
Popular Culture. London: Routledge.
Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi.
Diterjemahkan oleh M. Zulfa Elizabeth.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
234
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Sex Tourism
dalam Paradigma Pembangunan Pariwisata Perkotaan
Widyastuti
Perencanaaan Kepariwisataan ITB
widyastuti.widy22@gmail.com
235
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
kegiatan utama bukan pertanian, tetapi permukiman,a. Tourist-historic city (kota wisata sejarah)
pusat kegiatan ekonomi dan jasa (Adriani: 2000). Konsep kota wisata sejarah merupakan konsep pariwisata
perkotaan yang menjadikan sejarah sebagai daya tarik
Pariwisata Perkotaan wisatanya. Komponen-komponen dari kota wisata sejarah
ini antara lain lingkungan dengan arsitektur sejarah dan
Mengenai pariwisata perkotaan ini, ada beberapa morfologi perkotaan, even sejarah dan akumulasi artefak
pendapat para ahli yang merujuk pada aktivitas pariwisata budaya, keberhasilan artistik yang merupakan bahan baku
perkotaan, antara lain: dari konsep ini (Ashworth dan Tunbridge, 1990: 72).
Klingner (2006: 1) mendefinisikan pariwisata perkotaan
secara sederhana sebagai sekumpulan sumber daya ataub. Cultural city (kota budaya)
kegiatan wisata yang berlokasi di kota dan Konsep kota budaya seringkali diidentikkan dengan kota
menawarkannya kepada pengunjung dari tempat lain. sejarah atau kota heritage. Konsep kota budaya jauh lebih
...“a set of tourist resources or activities located in towns luas dibandingkan dengan kota sejarah atau heritage.
and cities and offered to visitors from elsewhere”. Komponen-komponen kota yang menjadi daya tarik
wisata utama bagi kota-kota budaya adalah: 1) museum
Definisi lain dikemukakan oleh Inskeep (1991: 163) yang dan wisata heritage, 2) distrik-distrik budaya (pecinan,
menekankan pada peran pariwisata dalam perkotaan kampong arab), 3) masyarakat etnis, 4) kawasan hiburan,
sebagai berikut: 5) wisata ziarah, 6) trail sastra (Evans dalam Richards dan
...“urban tourism……..a very common form of tourism Wilson, 2007: 61).
takes place in large cities where tourism may be
important but is not a primary activity of the urban area”.c. Fantasy city
Konsep kota fantasi muncul pada akhir abad ke-19 di
Mullins (1991) juga mengatakan bahwa tourism Amerika (Page, 2003: 44) di Amerika. Konsep yang
urbanisation sebagai urbanisasi yang didasarkan pada paling terkenal adalah Hannigan Fantasy City. Hannigan
penjualan dan konsumsi kesenangan/pleasure. Dalam (1998 dalam Page, 2003: 44-45)) mengidentifkasi enam
perkembangannya, tourism urbanisation kemudian karakteristik Fantasy City:
menumbuhkan bentuk-bentuk khusus dari pariwisata 1. Fokus pada themocentricity, didasarkan pada tema
perkotaan. Bentuk umum dari pariwisata yang yang ditentukan.
memanfaatkan unsur-unsur perkotaan (bukan pertanian) 2. The city is aggressively branded, tercermin dari strategi
dan segala hal yang terkait dengan aspek kehidupan kota pemasaran dan produk-produknya.
(pusat pelayanan dan kegiatan ekonomi) sebagai daya 3. Day and night operation is a common feature, tidak
tarik wisata. Beberapa poin penting yang diperhatikan seperti pusat perbelanjaan yang operasi waktu siangnya
dalam pariwisata perkotaan ini, antara lain: besar.
4. Modularisation of products, di mana keberagaman
• Pariwisata perkotaan tidak selalu harus berada di komponen dirangkai untuk menghasilkan berbagai
wilayah kota atau pusat kota. pengalaman yang lebih luas.
• Pariwisata perkotaan dapat berkembang di wilayah 5. Solipsisicity, dimana kota secara ekonomi, budaya, dan
pesisir, misalnya, dengan mengembangkan hal-hal fisik terpisah dan terisolasi dari lingkungan sekitarnya
yang terkait perkotaan sebagai daya tarik wisatanya. dalam suatu ‘kota ilusi’.
• Berbeda dengan kota wisata. Kota wisata adalah kota 6. Postmodernity, di mana kota dibangun dengan
yang memang dibangun untuk pariwisata dan teknologi simulasi, realitas virtual, dan sensasi
wisatawan, mengandalkan pariwisata sebagai sektor pertunjukan. Kota menarik sumber inspirasi utama dari
utama penggerak perekonomian kota. model Disney, yang secara luas ditiru. Model Disney
memunculkan konsep gambar-gambar bergerak dan
Konsep pariwisata perkotaan yang saat ini berkembang di taman hiburan ke dalam dunia fantasi menggunakan
dunia sedikitnya ada enam konsep, yaitu tourist-historic teknologi yang menciptakan kondisi hiperrealitas.
city, cultural city, resort city, fantasy city, creative city,
dan urban ecotourism. Mengutip dari tulisan Adriani Creative city (new urban tourism) (Richard and Wilson,
(2000), berikut penjelasan singkat dari masing-masing 2008). Konsep kota kreatif mulai dikembangkan pada
konsep pariwisata perkotaan tersebut: tahun 1990 di Inggris dan selalu dikaitkan dengan
pariwisata budaya. Kota kreatif merupakan bentuk
generasi baru dari pariwisata perkotaan.
236
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
237
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas individu yang berprofesi sebagai pekerja seks baik yang
sex tourism sebagai salah satu wisata jasa yang terkoordinir maupun yang tidak terkoordinir oleh sistem,
ditawarkan kepada wisatawan, yang menjadi salah satu mucikari atau perantara, dan individu lain yang
faktor yang mempengaruhi pembangunan pariwisata bersinggungan dengan aktivitas sex tourism ini. Jumlah
perkotaan. Namun di sisi lain, aktivitas sex tourism ini subjek penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini
juga menjadi salah satu bentuk kriminalitas dan catatan berjumlah 10 orang, hal ini merujuk pada Poerwandari
hitam bagi pariwisata perkotaan. Sex tourism disini (2001), bahwa jumlah subjek penelitian
dinilai seperti koin yang memilki dua sis dan pisau yang Penelitian kualitatif, fokus penelitiannya terletak
bermata tajam. Kedua sisi koin ini, berimplikasi positif pada kedalaman dan proses, cenderung dilakukan dengan
dan negatif bagi tatanan masyarakat dan pembangunan jumlah kasus yang sedikit. Terkait dengan tema penelitian
perkotaan. Sementara itu, sex tourism juga seperti pisau ini yang juga bersinggungan dengan hal sensitif dan tabu
yang bermata tajam, karena ketabuan bagi sebagian besar di masyarakat, maka untuk identitas subjek adalah
masyarakat, yang dlaam hal ini merupakan masyarakat rahasia. Adapun lokasi penelitian untuk pengambilan data
Indonesia. Adanya fenomena ini seringkali jarang dibahas primer dalam penelitian ini, peneliti mengambil sample di
untuk dicari solusinya, sehingga sex tourism tetap tumbuh tiga kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung dan
dan menjamur, sekalipun telah muncul peraturan daerah Surabaya. Alasan pada penentuan ketiga kota besar di
yang berusaha untuk menanggulangi dampak dari adanya Indonesia ini, terkait dengan subjektivitas peneliti,
aktivitas ini. Akan tetapi hal tersebut lebih pada tindakan merujuk bahwa ketiga kota ini memiliki lokalisasi
untuk menghilangkan ruang untuk mengakses wisata jasa maupun bekas lokalisasi yang cukup dikenal oleh
ini, bukan pada tindakan untuk mengkoordinir para masyarakat luas, dan ketiganya merupakan tiga kota
individu yang terlibat di dalamnya. Komponen yang terbesar di Indonesia.
dijadikan variable dalam penelitian ini, meliputi aktivitas
sex tourism di kota-kota besar di dunia maupun di Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan
Indonesia, dampak positif dan negatif dari sex tourism ini dengan dengan pengambilan data primer dan data
berkaitan dengan pembangunan pariwisata perkotaan. sekunder. Data Primer pada penelitian ini, menggunakan
teknik observasi, merujuk pada Moleong (2005),
METODE berdasarkan keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang-
orang yang diamati, observasi dibedakan menjadi dua
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang jenis, yakni obeservasi partisipan dan observasi non
manaciri dari metode kualitatif adalah data yang disajikan partisipan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
dalam bentuk deskripsi yang berupa teks naratif, kata- bentuk observasi non partisipan dimana peneliti hanya
kata, ungkapan, pendapat, gagasan yang dikumpulkan mengamati tingkah laku subjek tanpa ikut aktif dalam
oleh peneliti dari beberapa sumber sesuai dengan teknik kegiatan subjek, karena peneliti hanya sebagai
atau cara pengumpulan data. Kemudian, data pengamat. Observasi ini bertujuan untuk cross-check
dikelompokkan berdasarkan kebutuhan dengan fenomena di lapangan dan untuk mengetahui gambaran
pendekatan interpretatif terhadap subjek selanjutnya yang jebih jelas mengenai aktivitas sex tourism sebagai
dianalisis (Denzin dan Lincoln,2009:2). Objek dari salah satu faktor pembangkit dari pariwisata perkotaan.
penelitian ini meliputi aktivitas sex tourism yang terjadi Sementara untuk pengambilan data sekunder, dilakukan
di beberapa kota-kota besar di Asia, Eropa dan Amerika dengan studi literatur, yang bertujuan untuk pengambilan
yang terkenal dengan aktivitas sex tourismnya sebagai data tanpa mengamati langsung dan sebagai penunjang
salah satu faktor penarik pertumbuhan pariwisata dari data primer. Studi literature bersumber dari buku,
perkotaan, seperti Hongkong, Amsterdam, dan lainnya. jurnal/artikel dan dari media internet. Studi literatur
Sebagai perbandingan, kemudian dikomparasikan dengan dilakukan untuk mengetahui bagaimana aktivitas sex
kota-kota besar di Indonesia, yang juga terkenal dengan tourism di beberapa kota besra di Asia, Eropa dan
aktivitas sex tourismnya sebagai salah satu aktivitas yang Amerika, terkait keeksistensiannya sebagai salah satu
menjadi magnet pada pertumbuhan pariwisata perkotaan faktor penarik bagi pariwisata perkotaan.
di Indonesia. Sedangkan subjek dalam penelitian ini
adalah para pelaku yang terlibat dalam industri sex Instrumen dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
tourism, yang meliputi para pekerja seks, mucikari dan pedoman wawancara, berupa pertanyaan terbuka
individu lainnya yang terkait dengan aktivitas tersebut. (interview guide). Terkait dengan penelitian kualitatif,
Karakteristik subjek dalam penelitian ini dilakukan secara yang mana peneliti juga termasuk sebagai slaah satu
purpossive sampling, yaitu penentuan subyek diambil instrumen penelitian, hal ini seperti dikemukakan oleh
sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan Nasution (1990), bahwa instrumen penelitian yang
sebelumnya oleh peneliti. Karakteristik tersebut adalah: digunakan dalam penelitian kualitatif adalah peneliti
238
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
239
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
240
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
menjadi sekitar 10.873.000. Wisatawan yang ....In contrast to tourists visiting destinations where they
mengunjungi Thailand pada setiap tahunnya, sekitar 60% seek sexual gratification, even less is known about
adalah laki-laki, dan LSM memperkirakan bahwa 70% prostitutes traveling to their workplace. Even so a large
dari wisatawan laki-laki di Thailand adalah wisatawan number of {{internationals|| are working in strip joints,
yang mencari “fantasi” sex tourism dalam transaksinya ke massage parlors, brothels, and walking the streets in most
negara tersebut. Tidak hanya di Asia Tenggara dengan countries (Leheny 1995; Maurer 1991; Schmitz 1987b;
Thailand sebagai salah satunya, fenomena sex tourism Symanski 1981). Often they are sought by sex seekers and
juga telah mengangkat beberapa “ikon” pariwisata jenis brothel owners, as they providean {{exotic||touch.
ini pada beberapa negara lain seperti Brazil, negara- (Hanson1997)
negara di Afrika dan Pulau Karibia (Davidson dan Taylor,
1994). ...that all the motivations for holiday taking—relaxation,
fantastical escape, family bonding, adventure, doing
Sex tourism dari sisi positifnya, merupakan salah satu something different—y apply equally to visiting a sex
bentuk pendongkrak perekonomian beberapa negara worker... (Ryan, 2000)
miskin-berkembang untuk pemenuhan devisa negara/
daerah, sehingga tetap dipertahankan dan menjadi suatu Dilema Sex Tourism
bentuk komoditas utama. Tidak hanya di negara Sex Tourism/ Prostitution : Catatan Hitam Pariwisata
berkembang, bahkan negara-negara maju di Eropa seperti Pembahasan sebelumnya, melihat pada dampak positif
di Belanda misalnya, menjual sex tourism sebagai suatu yang dihadirkan oleh sex tourism sebagai suatu bentuk
bentuk lifestyle bagi setiap wisatawan yang datang. industri jasa yang menjual pleasure kepada konsumennya
Beberapa negara di Asia dan Eropa memulai “karir” dan sebagai sumber devisa bagi pariwisata perkotaan.
pariwisata perkotaannya dari bisnis sex tourism. Dampak Selanjutnya pembahasan berikut akan melihat bagaimana
positif tersebut terangkum dalam beberapa point berikut perkembangan sex tourism dalam atmosfer pariwisata
ini: perkotaan yang kemudian memberi segenap ruang negatif
yang berimbas pada struktur sosial dan kriminalitas.
• Pajak yang besar dari usaha ini, masuk sebagai devisa Mengutip dari Opperman (1999), mengenai tarikan
negara. Berikut beberapa usaha sejenis yang dikenal pariwisata dengan produk sex tourism di negara-negara
“hitam”. Contoh: kasino di Vegas, sex tourism di Eropa dan negara berkembang, bahwa bentukan industri
Thailand dan beberapa negara berkembang di pariwisata jasa jenis ini, erat kaitannya dengan adanya
Amerika Selatan. (Altindag, 2013) (Truong, 1992) ketergantungan antara suatu bentuk hubungan korelasi
(Hull, 1997). antara wisatawan-pelaku usaha (pekerja seks/ germo).
• Pembangunan infrastruktur negara berkembang
mengandalkan dari pajak dari usaha ini (Truong, On one side are those that intend to reveal the male sex
1992). tourist flows from the developed to the developing
• Upah yang besar bagi para penyalur di usaha ini, countries. Very often they highlight child exploitation
sehingga bisa berinvestasi pada usaha jenis lain and/or place sex tourism in the context of the exploitation
serupa property. of developing countries .
• Beberapa negara mempertahankan sex tourism di
wilayahnya untuk menarik wisatawan datang, (Ackermann and Filter 1994; Graburn 1983; Latza 1987;
sekalipun pelaku pekerja seks nya bukan dari lokal Maurer 1991; Meyer 1988; Launer 1993; O|Grady 1992;
negara tersebut (sex tourism kelas atas) Reinhardt 1989; Renschler 1987a; Schoning-Kalendar
1989; Thiemann 1989). Kondisi ini kemudian
Sex Tourism Dalam Pariwisata Perkotaan: Suatu digambarkan dalam ilustrasi berikut ini.
Momen Yang Dicari!
Selain dampak positif yang dihadirkan wisata jasa sex
tourism dalam atmosfer kehidupan perkotaan, dalam
dunia pariwisata internasional, kedatangan wisatawan
mancanegara ke suatu negara lain, selain karena urusan
pekerjaan atau lainnya, juga mencari eksplorasi dari jasa
sex tourism di suatu negara tersebut. Merujuk pada
kutipan dari Annals of Tourism Research, Vol. 26, No. 2,
pp. 251- 266, 1999.
241
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
242
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
The impact of crime on tourism is economically Tabel 2. Angka Kriminalitas di Hongkong tahun 2000
significant. For example, for an average country with a Sumber : Dr. Roderic Broadhurst (Working paper
population of 25 million, a 10% increase in aggregate prepared in part for the Hong Kong Social Services
violent crime rate leads to about $140 million (in 2000 Council - Social Indicators Project 2000)
dollars) decline in international tourism revenue. Using I.
Siegfried and Zimbalist (2000)'s locally-owned
entertainment venue multiplier of 1.5 as a lower bound, SIMPULAN
the economic impact of such an increase in violent crime
rate is estimated to be at least $200 million. ( Altindag, Sex tourism tumbuh dan berkembang pada iklim
Duha T. Crime and International Tourism. 2013. perkotaan dan telah mampu menghasilkan tarikan-tarikan
Forthcoming in the Journal of Labor Research ) yang besar bagi para wisatawan yang berdampak pada
kriminalitas dan beberapa aktivitas yang bertentangan
Kriminalitas yang diakibatkan oleh adanya industri sex dengan hukum normatif lainnya (seperti traficking,
tourism ini selalu menyeret hukum dan mengambil perjudian, pencurian, pemerkosaan, peredaran narkotika
perhatian pada tatanan politik. Beberapa negara-negara di dan obat-obatan terlarang, Sisi lain, sex tourism ini juga
Eropa dan Asia menganggap hal ini serius karena dibutuhkan sebagai salah satu faktor penarik bagi
seringkali sex tourim melibatkan anak-anak untuk pariwisata perkotaan untuk sumber devisa daerah dan
menjadi pekerja seks, selain itu hukum yang melindungi sebagai sarana penghidupan perekonomian bagi
anak-anak di bawah umur ini seringkali tumpul karena masyarakat sekitar.
usia mereka yang disamarkan. Serupa dengan negara-
negara lain, Di Hongkong sebagai salah satu negara maju Pembangunan pariwisata perkotaan pada dasarnya juga
yang ada di Asia timur, sex tourism/ prostitusi juga ikut berfungsi sebagai daya tarik suatu daerah untuk dikenal
mengambil andil dalam terjadinya kriminalitas di negara ke publik dan sebagai suatu bentuk branding. Memang
tersebut. angka kriminalitas di suatu tempat tidak selalu karena
dampak pariwisata, yang di dalmnya termasuk sex
Crime then is a threat to social order and development as tourism. Namun, pariwisata menjadi salah satu bagian
well as a problem of individual pathology or risk. The yang berperan besar dalam perkembangan suatu kota.
level of investment by the state in "law and order" reflects
243
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
DAFTAR PUSTAKA
(Paper)
(Buku)
Hull, Terrence., Endang S, Gavin W. Jones. 1997.
Pelacuran di Indonesia: Sejarah dan
Perkembangannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Lean, William. 1969. Economics of Land Use Planning:
Urban and Regional. London: The Estates Gazette
Limited.
Muhammad Nasir. 1985. Metode Penelitian. Jakarta :
Ghalia Indonesia.
Murray, Allison. 1994. Pedagang Jalanan dan Pelacur
Jakarta. Jakarta: PT. Pustaka LP3S.
Ryan,Christ. 2003. “Recreational Tourism”. Great
Britain: the Cromwell Press.
Sinclair, M.T. 1997. Gender, Work, and Tourism. London
and new York: Routledge.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Swarbrooke. 1999. Sustainable Tourism Management.
New York : CAB International Publishing.
Taylor, Jacqueline Sanchez edited by Stroma Cole and
Nigel Morgan. 2010. Tourism and Inequality :
Problems and Prospects. CAB International.
Ryan, Chris and C Michael Hall. Sex tourism: marginal
people and liminalities. 2000. Routledge, London.
Paperback, ISBN 0-415-19510-1.
Truong, Thanh Dam. 1992. Sex, Uang dan Kekuasaan:
Pariwisata dan Pelacuran Asia Tenggara. Jakarta:
LP3S
Yoeti, Oka. A. 2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta:
Kompas.
244
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Iwan Koswara
Duddy Zein
Manajemen Komunikasi FIKOM UNPAD
iwankoswara17@gmail.com
Abstrak PENDAHULAN
Industri pariwisata merupakan sektor yang sangat Daya saing antar negara sangat tinggi terutama pada
penting bagi suatu negara dalam mendorong era globalisasi saat ini. Forum ekonomi dunia atau The
peningkatan pendapatan devisanya. Begitupun dengan World Economic memberikan pengumuman pada Mei
Indonesia, industri pariwisata merupakan sektor vital 2015 mengenai daya saing pariwisata Indonesia yang
yang menjadi harapan untuk peningkatan pendapatan berhasil naik ke peringkat 50 dari 141 negara yang
negara. Sejalan dengan itu Kota Bandung sebagai Ibu sebelumnya menempati posisi 70 di tahun 2013.
kota Provinsi Jawa Barat, tentu saja tidak ketinggalan Peningkatan pariwisata Indonesia dilihat dari jumlah
dalam melakukan promosi wisata ini. Di bawah kunjungan, yang mana menurut Badan Pusat Statistik
kepemimpinan Walikota Ridwan Kamil, geliat Kota (BPS) jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
Bandung ini semakin gencar dan ekspresif untuk terus (wisman) ke Indonesia pada Pebruari 2015 mencapai
mengkampanyekan Bandung sebagai destinasi 786,7 ribu kunjungan atau naik 11,95% dibandingkan
pariwisata. Kota Bandung yang sarat dengan SDM jumlah kunjungan wisman Pebruari 2014,yang tercatat
yang inovatif dan kreatif, telah banyak memunculkan 702,7 ribu kunjungan dan jika dibandingkan dengan
industri-industri kreatif, dan salah satu komunitas Januari 2015, jumlah kunjungan wisman Pebruari 2015
yang selalu aktif dan kreatif mengusung industri kreatif naik sebesar 8,80% Ayni dan Alhazami (2016).
ini adalah komunitas Bandung Creatif City Forum Pembangunan Indonesia menitikberatkan
(BCCF). Berdasarkan fenomena inilah penulis tertarik pertumbuhan ekonomi pada sektor industri terutama
untuk mengkaji masalah tersebut dengan tujuannya industri pariwisata. Pembangunan pariwisata
adalah untuk mengetahui: 1). Strategi apa yang diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi
diterapkan BCCF dalam melakukan promosi pendapatan negara. Sektor pariwisata harus terus
pariwisata melalui Industri kreatif, 2). Kebijakan apa ditingkatkan untuk mendorong kemajuan ekonomi dan
yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
melakukan promosi pariwisata melalui Industri Kreatif
3). Bagaimana implementasi kegiatan promosi Sebagai pendorong laju pertumbuhan ekonomi,
pariwisata Kota Bandung yang dilakukan oleh BCCF. pariwisata juga memiliki penawaran yang cukup besar
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan dari sektor pasar. Pariwisata memiliki fungsi sebagai
analisis kajian yang digunakan adalah studi kasus pasar, antara lain sebagai pasar primer, pasar sekunder,
berdasarkan metode, data, dan triangulasi sumber. dan pasar tersier. Pasar primer merupakan pasar utama
Hasil penelitian menunjukkan aktivitas BCCF, sangat dan mempunyai peran paling penting bagi
menunjang sekali terhadap pengembangan industri- perkembangan pariwisata, yakni memenuhi keinginan
industri kreatif di Kota Bandung. Ini terbukti dengan dan kebutuhan wisatawan terhadap unsur pokok
bertambahnya wisatawan asing dan domestik yang pariwisata. Pasar yang dimaksud mencakup pasar
berkunjung ke Kota Bandung, pembangunan berbagai akomodasi, pasar transportasi, pasar biro perjalanan,
jenis usaha industri kreatif semakin banyak, peluang pasar pemandu wisata, serta pasar atraksi atau
tenaga kerja semakin bertambah, serta sarana pertunjukan wisata.
prasasarana terus diperbaiki dan dipersiapkan untuk
Sementara itu pasar sekunder juga memiliki peran yang
menunjang aksesibilitas pariwisata.
sangat signifikan dalam upaya memenuhi keinginan
dan kebutuhan wisatawan terhadap unsur pendukung
Kata kunci: Strategi Promosi, Pariwisata, BCCF,
pariwisata. Pasar ini meliputi pasar barang
Industri Kreatif, Bandung
cinderamata, penukaran uang, rental kendaraan, juga
asuransi perjalanan. Sedangkan yang dimaksud dengan
pasar tersier adalah kualitas peningkatan layanan pada
wisatawan. Pasar tersier ini meliputi jasa fotografi,
245
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
buku panduan wisata, pengiriman barang, serta Kota Bandung dalam melakukan promosi pariwisata
perhotelan Arifin dan Gemiharto (2016). Kota Bandung melalui Industri Kreatif 3). Bagaimana
implementasi kegiatan promosi pariwisata Kota
Besarnya potensi pariwisata yang kita miliki tentu Bandung yang dilakukan oleh BCCF.
harus diimbangi dengan kualitas SDM yang tinggi dan
pengelolaan pariwisata. Hal ini penting demi
terciptanya pariwisata sebagai pengembangan potensi
ekonomi dan budaya yang bermanfaat bagi bangsa KAJIAN TEORI
Indonesia. Dengan demikian, tidaklah mudah dalam
pengelolaan sektor pariwisata ini, pengelolaan Ekonomi Kreatif
pariwisata modern menuntut manajemen bisnis yang
profesional. Dalam manajemen pariwisata modern Ekonomi kreatif merupakan era ekonomi baru yang
seluruh hal yang terkait dengan pariwisata harus mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan
dipetakan berdasarkan jenis usaha yang dapat dikelola mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber
dengan baik. Sejalan dengan hal tersebut, Kota daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam
Bandung sebagai salah satu Kota dan Ibu kota Provinsi kegiatan ekonomi. Ekonomi kreatif merupakan wujud
Jawa Barat, yang banyak melahirkan insan-insan dari upaya mencari pembangunan yang berkelanjutan
inovatif dan kreatif, telah membangun suatu komunitas melalui kreativitas. Berkelanjutan diartikan sebagai
yang bergiat dalam sektor industri kreatif, yakni suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan
Bandung Creatif City Forum (BCCF) atau memiliki cadangan sumberdaya yang terbarukan. Pesan
perkumpulan komunitas kreatif kota Bandung adalah besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah
sebuah forum dan organisasi lintas komunitas kreatif pemanfaatan cadangan sumberdaya yang bukan hanya
yang dideklarasikan dan didirikan oleh berbagai terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta dan
komunitas kreatif Kota Bandung pada tanggal 21 kreativitas. Dalam ekonomi kreatif itu sendiri terdapat
Desember 2008. Sebagai organisasi resmi, BCCF telah bagian yang tidak terpisahkan dari ekonomi kreatif,
menjelma menjadi sebuah organisasi mandiri yang yaitu industri kreatif (Departemen Perdagangan RI,
memiliki tujuan untuk dapat memberikan manfat bagi 2008). Menurut Howkins (Warta Ekonomi,
masyarakat pada umumnya dan komunitas kreatif di No.12/Tahun XX/9 Juni 2008) ekonomi kreatif
Kota Bandung khususnya. Lahirnya BCCF ini tidak merupakan segala kegiatan ekonomi yang menjadikan
lepas dari campur tangan Walikota Bandung sebagai kreativitas (kekayaan intelektual), budaya dan warisan
penggagas dan sekaligus ketua pertama yang budaya maupun lingkungan sebagai tumpuan masa
memimpin komunitas tersebut sebelum terpilih depan. Ekonomi kreatif merupakan 1). Pengembangan
menjadi Walikota Bandung periode 2013-2018. Di konsep berdasarkan kreativitas yang dapat berpotensi
mana aksesisbilitas BCCF ini memiliki peran penting meningkatkan pertumbuhan ekonomi, 2). Pemanfaatan
dalam menunjang aspek pariwisata Kota Bandung cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan
(BCCF, 2015). bahkan tak terbatas, yaitu: 1). Ide, 2). Gagasan, 3).
Bakat atau Talenta, dan 4). Kreativitas (Bidang
Dalam situasi kompetisi sector pariwisata yang Perekonomian Pemkot Bandung 2015). Simatupang
semakin tinggi, Kota Bandung dituntut untuk (2007) menjelaskan bahwa ekonomi kreatif merupakan
meningkatkan daya saing dari semua aspek, karena sistem kegiatan lembaga dan manusia yang terlibat
dengan meningkatkan daya saing ini, Kota Bandung dalam produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi
diharapkan dapat menarik minat wisatawan baik barang dan jasa yang bernilai kultural, artistik, dan
domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke hiburan. Pelanggan mempunyai ikatan estetika,
Kota Bandung. Dengan demikian tentunya gerak intelektual, dan emosional yang memberikan nilai
langkah atau aktivitas BCCF, sangat diharapkan sekali terhadap produk kreatif di pasar (Bappeda Kota
dalam mendongkrak sektor pariwisata ini, sebagai Salatiga, 2010). Jerusalem (2009), menjelaskan bahwa
salah satu sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota industri kreatif adalah industri yang mempunyai
Bandung. Oleh karena itu, penulis memandang penting keaslian dalam kreatifitas individual, ketrampilan dan
tentang keberadaan BCCF, dalam kiprahnya bersama bakat yang mempunyai potensi untuk mendatangkan
pemerintah Kota Bandung untuk mengembangkan pendapatan dan penciptaan lapangan kerja melalui
program pariwisata Kota Bandung. Berdasarkan hal ini eksploitasi kekayaan intelektual (Bappeda Kota
pula, penulis merumuskan permasalahan kajian ini Salatiga, 2010). Hardjowisastro (2009) mengemukakan
yakni “Bagaimana Strategi BCCF dalam bahwa Industri Kreatif dapat diartikan sebagai sebuah
mempromosikan Pariwisata Kota Bandung melalui industri yang mempunyai ide-ide baru, SDM yang
industri kreatif”. Adapun tujuannya adalah untuk kreatif dan juga mempunyai kemampuan dan bakat
mengetahui: 1). Strategi apa yang diterapkan BCCF yang terus dikembangkan dalam menyelesaikan setiap
dalam melakukan promosi pariwisata melalui Industri pekerjaan. Demikian pula Dewi (2009) menjelaskan
Kreatif, 2). Kebijakan apa yang dilakukan Pemerintah bahwa industri kreatif berasal dari ide yang merupakan
246
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
sumber daya yang selalu terbaharukan. Berbeda dengan pembiayaan terhadap industri di bidang ekonomi kreatif
industri yang bermodalkan bahan baku fisikal, industri sebagai industri yang menarik.
kreatif bermodalkan ide-ide kreatif, talenta dan
keterampilan (Bappeda Kota Salatiga, 2010). Strategi Promosi
247
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
data. Sebanyak mungkin data yang bisa digunakan dideklarasikan dan didirikan oleh berbagai komunitas
untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara kreatif di Kota Bandung pada tanggal 21 Desember
komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu 2008. Sebagai organisasi resmi, BCCF telah menjelma
program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. menjadi sebuah organisasi mandiri yang memiliki
Cresswell (2003) mendefinisikan studi kasus sebagai tujuan untuk dapat memberikan manfaat bagi
berikut: “an exploration of a bounded system or case masyarakat pada umumnya dan komunitas kreatif di
(or multiple cases) overtime through detailed, in depth Kota Bandung khususnya. Dalam setiap aktivitasnya,
data collection involving multiple sources of BCCF menggunakan pendekatan pendidikan berbasis
information rich in context.” kreativitas, perencanaan dan perbaikan infrastruktur
kota sebagai sarana pendukung pengembangan
Teknik Pengumpulan Data: Penelitian ini menggunakan ekonomi kreatif dan menciptakan wirausaha-
sumber data kualitatif yang berasal dari data primer dan wirausaha kreatif baik perorangan atau komunitas.
sekunder yang diperoleh dari teknik yang berbeda. Pada akhirnya forum ini turut serta menginisiasi
Kedua data ini diperoleh melalui wawancara terbatas, pengembangan strategi branding dan membangun
serta studi kepustakaan dan dokumentasi. Untuk data network yang seluas-luasnya sebagai upaya kolektif
penelitian lapangan diperoleh melalui wawancara demi mentahbiskan kota Bandung sebagai kota
kepada nara sumber dan informan tekait. Pariwisata dengan industri kreatifnya yang siap
berkolaborasi sekaligus berkompetisi secara global
Teknik Validasi Data: Validasi data ini bertujuan untuk (BCCF, 2015). Seiring dengan kiprahnya dalam
meminimalisir kesalahan guna memperoleh data industri kreatif, keberaadaan komunitas BCCF, telah
penelitian yang akurat. Teknik validasi data yang memberikan kontribusi penting terhadap sektor
digunakan dalam penelitian ini adalah perpanjangan pariwisata Kota Bandung. Pertanyaannya adalah
keikutsertaan, keajegan pengamatan, dan triangulasi. bagaimana strategi yang dibangun oleh BCCF dalam
mempromosikan pariwisata Kota Bandung?
Teknik Analisis Data: Proses analisis data dalam Penggunaan visual dan pesan yang tepat merupakan
penelitian ini menggunakan metode analisis data dari syarat utama keberhasilan dari sebuah program
Miles dan Huberman. Analisis data meliputi tiga alur promosi. Tahapan-tahapan komunikasi dan strategi
kegiatan yakni; reduksi data, penyajian data, dan pesan disusun berdasarkan pencapaian kesadaran atas
penarikan kesimpulan (2005:16). keberadaan sebuah produk atau jasa (awareness),
menumbuhkan sebuah keinginan untuk memiliki atau
HASIL DAN PEMBAHASAN mendapatkan produk (interest), sampai dengan
mempertahankan loyalitas pelanggan (loyalty). Dalam
Sebuah brand mampu menjalankan fungsinya dan kajian komunikasi tahapan tersebut dikenal dengan
memberikan keuntungan bagi produsen dan konsumen. rumusan AIDDA (Attention, Interest, Desire,
Menurut Kotler produk yang memungkinkan Decision, Action). Sedang dalam kajian disiplin
konsumen untuk memilih di antara berbagai alternatif, perilaku konsumen (consumer behaviour) dikenal
dapat di-branding-kan, termasuk tempat atau lokasi istilah Three Component of Attitude Model CAC, yaitu:
geografis. Setiap lokasi atau tempat dapat di-branding- Cognitive (pengetahuan), Affection (perasaan), dan
kan dengan mengkomunikasikannya berdasarkan Conative (kecenderungan untuk berperilaku). Tujuan
keunikan atau identitasnya. Usaha mem-branding-kan komunikasi secara umum adalah untuk mencapai
tempat atau lokasi sudah ada sejak jaman dahulu. sejumlah perubahan, seperti: perubahan pengetahuan
Berawal di Eropa dengan konsep selling yang (knowledge), perubahan sikap (attitude change),
kemudian terus berkembang dan berubah menjadi perubahan perilaku (behaviour change), dan
destination branding yaitu usaha merancang suatu perubahan masyarakat (social change). Penjualan
tempat untuk memenuhi kebutuhan target market. produk baru dapat terjadi apabila telah terjadi minimal
Sehingga lokasi atau tempat itu dapat melekat di benak adanya perubahan sikap pada tataran conative, atau
konsumen (Keller, 2003:32-33, dalam Puspita dan munculnya suatu kecenderungan untuk melakukan
Fajrini, 2016). Seiring dengan pendapat di atas, Kota sesuatu. Kecenderungan melakukan sesuatu itu adalah
Bandung sebagai kota tujuan wisata yang setiap akhir kecenderungan untuk membeli produk atau
pekan dikunjungi wisatawan, tentunya tidak tinggal memanfaatkan jasa yang ditawarkan. Perencanaan
diam untuk terus mempromosikan diri sebagai daerah strategi marketing communication meliputi sejumlah
atau tempat wisata yang menarik, dan salah satu daya strategi pesan dan visual, yang secara bertahap
tarik wisata di Kota Bandung adalah adanya Industri mengikuti alur perubahan, dan perubahan tersebut
kreatif. Keberadaan industri kreatif di kota bandung harus diukur secara tepat melalui riset komunikasi
tidak bisa lepas dengan hadirnya sebuah komunitas pemasaran (marketing communication research)
yang bergiat dalam sektor industri kreatif yaitu; (Soemanagara, 2012:5).
Bandung Creative City Forum (BCCF), adalah sebuah
forum dan organisasi lintas komunitas kreatif yang
248
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Berdasarkan hal tersebut maka langkah strategi BCCF selalu melakukan inovasi-inovasi baru
(promosi) yang dibangun oleh BCCF yakni dengan terhadap produk, menambah kualitas produk dan
melakukan strategi branding (Brand Campaign). penampilan produk sebagai upaya menjaga mitra
Branding adalah istiah lain dari sebuah aktivitas konsumen dan pelanggan terhadap produk
manajemen kampanye produk/jasa. Kesuksesan yang mereka dan agar para pelanggan tidak beralih ke
diraih oleh usaha kampanye ini didasarkan atas produk lainnya. Preference yang ingin dicapai
kemampuan tim marketing dalam menentukan strategi BCCF dalam benak konsumen menjadi bagian
promosi dan distribusi produk secara simultan. Bagi yang terpenting. Para brand manager BCCF
BCCF menempatkan produknya sebagai salah satu ketika mereka menemukan fakta ini dalam pasar
national brand harus memiliki perencanaan yang melalui studi yang mereka lakukan, berusaha
matang. Dengan demikan distribusi menjadi patokan mempertahankan keberadaan produk mereka di
penting bagi tim promosi dalam menentukan langkah pasar dan meningkatkan promosi produk dalam
strategis yang tepat. Terdapat jenjang atau tahapan berbagai event dan campaign yang dilakukan.
penting dalam promosi atau kampanye sebuah brand 3. Brand Insistance. Pada tahapan ini konsumen
yang dilakukan oleh BCCF ini, yaitu: melakukan pengambilan keputusan secara bulat
untuk mengonsumsi produk BCCF kesekian
1. Brand Recognition Pada tahapan ini, sebuah kalinya. Konsumen lebih banyak mengenal
brand yang diusung oleh BCCF memasuki kelebihan produk ini dengan beragam inovasi
tahapan pengenalan produk baru menjadi produk yang ditawarkan Pengalaman mereka pada
yang familiar di mata publik, setiap saat brand penggunaan produk lain dengan brand yang sama
mucul dengan tema sama dan dilakukan juga berakhir dengan pengalaman yang
berulang-ulang sehingga brand mudah diingat menyenangkan sehingga muncul kekuatan
oleh konsumen. Sebagai satu produk yang keyakinan dalam diri mereka untuk selalu
menarik untuk dicoba disini produk menghadapi menggunakan dan mencoba produk lain dalam
kemungkinan kegagalan apabila produk yang kelompok brand yang sama. Pada akhirnya,
dipromosikan tidak tersedia dalam pasar. Berapa kepuasan-kepuasan yang mereka dapatkan dari
investasi yang dibutuhkan dan kemampuan penggunaaan beberapa produk dalam satu brand
produk dalam memenangkan pasar bersumber yang disuguhkan oleh BCCF menyebabkan
kepada kemampuan pemain atau distributor itu tumbuhnya kepercayaan konsumen kepada
sendiri yang dapat mempengaruhi kebijakan para BCCF sendiri sebagai forum yang menghasilkan
petinggi BCCF dalam proses intervensi terhadap produk berkualitas dan memiliki jaminan yang
kegiatan promosi lokal. BCCF mampu melihat tinggi.
kebutuhan publik terhadap produk-produk kreatif 4. Lovely Brand/Brand Satisfy. Tahapan terakhir
yang diciptakan oleh para wirausahawan di Kota dari proses strategi branding ialah lovely brand
Bandung sebagai aset yang layak untuk atau brand satisfy, konsumen benar-benar merasa
diperdagangkan dalam skala nasional maupun puas terhadap pengalaman yang dialami
global, sehingga peluang tersebut menjadi hal berulang-ulang dari penggunaan satu atau
yang sangat strategis untuk menangkap situasi beberapa produk dalam brand yang diusung
pasar yang sangat menggiurkan. BCCF. Kebulatan tekad dan konsistensi yang
2. Brand Preference Sebuah brand yang diusung telah mereka miliki pada tahapan brand
oleh BCCF dalam tahapan ini adalah di mana insistence teruji secara berkali-kali menyebabkan
konsumen telah melewati sejumlah pengalaman mereka yakin bahwa produk dari sebuah brand
terhadap produk yang ia pilih dari berbagai memberikan mereka kepercayaan yang kuat
pengalaman produk yang ada di sekitarnya. bahwa mereka selalu terpuaskan oleh produk-
Produk yang dirasanya cukup memenuhi produk tersebut. Produk BCCF yang telah
kebutuhan menjadi preference dari berbagai menempatkan dirinya pada lovely brand
alternatif produk, konsumen cenderung mendapat keuntungan yang sangat besar, karena
melakukan uji coba terhadap produk lain dan mereka telah menciptakan bibit-bibit
produk yang bersifat alternatif, di sini produk- wirausahawan kreatif yang berjumlah besar.
produk baru memiliki peluang untuk mendapat Konsumen akan memberikan pendapat untuk
kesempatan memasuki pasar, pengalaman yang penyelesaian masalah yang dihadapi oleh rekan
baik terhadap sebuah produk baru membantu mereka dan memberikan saran penggunaan
mereka untuk mencapai kepuasan dari alat produk yang menurutnya paling baik.
pemuas yang telah ada. Di sinilah mengapa
249
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Dalam menunjang pengembangan sektor pariwisata, Children and Youth Conference on Environment
BCCF membentuk suatu media networking yang yang digelar di Gedung Sasana Budaya Ganesha
bernama CEN (Creative Entrepreneur Network) Bandung. Sebagai catatan penting bahwa dari
yang merupakan salah satu strategi branding dalam program TUNZA tersebut lahirlah sebuah deklarasi
memasarkan produk-produk kreatif yang dihasilkan yang bernama Babakan Siliwangi World City Forest
oleh para wirausahawan kreatif Kota Bandung. yang menetapkan bahwa kawasan Babakan
Keberadaan CEN tersebut adalah untuk mewadahi Siliwangi Bandung adalah Hutan Kota Dunia yang
berbagai jenis wirausaha kreatif komunitas yang wajib untuk dijaga secara bersama-sama. Deklarasi
terdapat di Kota Bandung. Di mana nantinya CEN ini telah disepakati & ditandatangani bersama oleh
dapat menjadi sebuah pusat berjejaring antar pelaku Walikota Bandung, Menteri Lingkungan Hidup
ekonomi kreatif, menyediakan acara-acara untuk Indonesia dan UNEP. Pada saat yang bersamaan
berjejaring, membangun keterampilan dan diresmikan pula sebuah jembatan hutan (forest walk)
pengetahuan bagi wirausahawan lokal melalui di kawasan Babakan Siliwangi sebagai simbol bahwa
workshop, seminar, klinik bisnis, dan sebagainya, sejatinya masyarakat Kota Bandung dapat
yang mana hal ini sangat membantu para mengakses hutan dengan mudah sekaligus
wirausahawan Kota Bandung untuk terus mengasah menegaskan harapan warga Bandung untuk selalu
kreativitasnya dalam menciptakan beragam produk- mempertahankan hutan Babakan Siliwangi sebagai
produk yang mampu bersaing di pasaran global. serta ruang hijau kota tanpa bangunan (BCCF, 2015).
menjadikan Kota Bandung sebagai kota Pariwisata
dengan Industri kreatifnya (BCCF, 2015). Di lain Ruang-ruang publik bagi komunitas pun menjadi
pihak kebijakan yang diambil Pemerintah Kota salah satu upaya yang diinisiasi oleh BCCF untuk
Bandung terhadap promosi pariwisata melalui meningkatkan potensi pariwisata di Kota Bandung.
industri kreatif, tentunya sangat mendukung terhadap Pada tahun 2011, BCCF menyediakan sebuah ruang
pengembangan industri kreatif sebagai daya tarik kreatif yang bernama Bandung Creative Hub (BCH)
pariwisata, hal tersebut dilakukan melalui penetapan atau yang lebih dikenal dengan nama Simpul Space
enam indikator kreativitas Kota Bandung: 1). I, yang bertempat di Jalan Ir. H. Juanda No. 329
Kebijakan Kreatif, 2). Infrastruktur Kreatif, 3). Bandung. Tahun 2012, BCCF meresmikan sebuah
Hukum, Etika dan HKI, 4). Sistem Pendukung ruang publik lain yaitu Simpul Space II yang
Kreatif, 5). Kapasitas Kreatif, dan 6). Kontribusi beralamat di Jalan Purnawarman No. 70 Bandung.
Ekonomi. Dengan mengacu kepada Keppres Nomor Ruang kreatif ini tentunya akan memfasilitasi segala
6 tahun 2009. Tentang pengembangan ekonomi macam program yang diusung oleh komunitas
kreatif, mengenai 15 sub sektor industri kreatif seperti Pameran, Diskusi, Workshop, Ekskursi,
yakni: 1). Periklanan, 2). Arsitektur, 3). Pasar seni Presentasi, Pertemuan Komunitas dan lain
dan barang antik, 4). Kerajinan, 5). Desain, 6). sebagainya.
Fashion, 7). Film,Video dan Fotografi, 8). Permainan
interaktif, 9). Musik, 10). Seni pertunjukan, 11). Sebagai bentuk dukungan terhadap berbagai event
Penerbitan dan percetakan, 12). Layanan komputer yang diselenggarakan oleh BCCF, Presiden Jokowi,
dan piranti lunak, 13). Radio dan televisi, 14). tepatnya pada 12 Januari 2014, melakukan
Kuliner, 15). Riset dan pengembangan. Sehingga kunjungan ke BCCF di Jl. Taman Cibeunying
dengan kebijakan ini diharapkan tercapainya Kota Selatan Nomor 5 Bandung, untuk melihat berbagai
bandung yang aktual, adaptif, informatif dan kegiatan serta produk industri kreatif hasil dari
representatif (Bidang Perekonomian Sekertariat aktivitas komunitas kreatif Bandung.
Daerah Kota Bandung 2016). Sementara itu
implementasi kegiatan promosi pariwisata yang
dilakukan BCCF. adalah membuat berbagai kegiatan
(event) untuk mengenalkan Kota Bandung melalui
serangkaian penawaran dan promosi produk-produk
industri kreatif. Seperti beberapa event yang telah
dilaksanakan, yaitu pada tahun 2010, BCCF
membuat Program Semarak Bandung yaitu
rangkaian kegiatan kreatif dengan tujuan untuk
mengintervensi ruang publik kota Bandung berupa
Reka Kota, Nyala Bandung Gedung Merdeka &
Bragakeun Bragaku. Setelah itu pada tahun 2011,
BCCF bekerjasama dengan United Nations Gambar 1 : Kunjungan Presiden Jokowi ke BCCF
Environment Programme (UNEP) dan Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) Indonesia turut Di mana semua program yang hadir diharapkan
mensukseskan program TUNZA International mampu memiliki nilai dan pesan kreativitas dalam
250
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
balutan kebersamaan. Pada akhirnya BCCF memiliki Shimp. Terence A. 2008. Periklanan dan Promosi.
harapan ke depan agar suatu saat ruang-ruang Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran
tersebut dapat menjadi pengikat simpul-simpul Terpadu. Jakarta. Erlangga.
kreativitas dan kolaborasi individu, komunitas, Soemanagara, Raden. 2012. Strategic Marketing
maupun organisasi yang memiliki semangat kreatif Communication (Konsep Strategis dan
yang tak pernah lekang oleh masa. Demi nama Terapan). Bandung: Alfabeta
Bandung, sebuah kota kreatif, kota wisata yang Ayni. Nuzul dan Alhazami. 2016. Pengaruh
selalu haus akan perubahan (BCCF, 2015). Komunikasi Kepemimpinan, Dan Pendidikan
Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat
SIMPULAN Dalam Pengembangan Desa Wisata
Parongpong. Prosiding Konferensi Nasional
Strategi promosi pariwisata yang dilakukan BCCF The Power Of Communication.
sebagai wadah kreativitas masyarakat Bandung Arifin. H. Suprapto dan Gemiharto. Ilham. 2016.
dengan program CEN (Community Entrepreneur Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata
Network)–nya mampu menstimulasi Sektor Tradisional Desa Cibubur Kecamatan
Pariwisata Kota Bandung melalui pengembangan Samarang Garut Jawa Barat. Prosiding
industri kreatif dengan membangun jejaring Konferensi Nasional The Power Of
komunitas enterpreneur yang berfokus pada hasil Communication.
karya industri kreatif, dengan menggunakan strategi Peluang dan Tantangan Indonesia Pasar Bebas
Brand Campaign melalui beberapa tahapan strategi ASEAN (Masyarakat Ekonomi ASEAN),
branding yaitu: (1) Brand Recognition, (2) Brand Kementerian Perdagangan RI, Warta
Preference, (3) Brand Insistence, (4) Lovely EksporDitjen PEN/WRT/04/I/2015 edisi
Brand/Brand Satisfy. Dan hal ini didukung pula oleh Januari
kebijakan yang dibuat Pemerintah Kota Bandung Puspita. Yesi dan Fajrini.Nurkhalia. 2016. City
melalui 6 Indikator Kota kreatif. Sedangkan Branding Sawahlunto (Proses rebranding kota
Implementasi promosi pariwisata adalah melalui Sawahlunto dari Kota Industri Tambang
penyelenggaraan berbagai kegiatan (event). Menjadi KotaWisata Tambang Yang
Berbudaya). Prosiding Konferensi Nasional
Untuk menunjang dan meningkatkan sektor The Power Of Communication.
pariwisata Kota Bandung, maka sebaiknya Bidang Perekonomian Sekretariat Daerah
pengembangan BCCF dalam mengekspansi berbagai Pemerintah Kota Bandung 2016
produk kreatif yang dimilikinya melalui CEN, perlu Bandung Creative City Forum (BCCF) 2016
senantiasa didukung oleh pihak Pemerintahan Kota http://www.republika.co.id/ diakses pada 15 Oktober
Bandung, dengan kerjasama yang kontinyu, serta 2016 pukul 12: 14 WIB
berbagai bantuan yang mempermudah https://bandungcreativecityforum.wordpress.com/
penyelenggaraan event-event untuk menarik diaksespada15Oktober 2016 pukul 12:17 WIB
kunjungan wisatawan baik domestik, maupun http://infobandung.co.id/ diakses pada 14 Oktober
mancanegara. 2016 pukul 21: 30 WIB
DAFTAR PUSTAKA
251
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Priyo Subekti
Hanny Hafiar
Dadang Sugiana
Program Studi Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
priyo.subekti@gmail.com
Abstrak PENDAHULUAN
Panorama alam yang disuguhkan di Pangandaran Pemerintah Pangandaran sebagai sebuah kabupaten
memiliki daya tarik tersendiri, sehingga banyak baru yang resmi dimekarkan pada 25 Oktober 2012,
dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. mencoba menjadikan Pantai Pangandaran sebagai
Potensi yang dimiliki Pangandaran di bidang pariwisata daerah wisata nasional yang betemakan ekowisata.
sangat beragam antara lain, wisata pantai, cagar alam, Kabupaten yang beribukota di Kecamatan Parigi ini
Green Canyon, dan Jojogan. Semua potensi tersebut terdiri dari sepuluh kecamatan, yaitu Cigugur, Cijulang,
menjadi sorotan utama bagi Pemerintah Kabupaten Cimerak, Kalipucang, Langkap Lancar, Mangunjaya,
Pangandaran saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk Padaherang, Pangandaran, Parigi dan Sidamulih.
mengentahui peran pemerintah dalam meningkatkan Pangandaran terkenal dengan destinasi pariwisatanya.
citra Pangandaran melalui kearifan lokal. Metode yang Panorama alam yang disuguhkan di Pangandaran
digunakan adalah metode deskriptif dengan memiliki daya tarik tersendiri, sehingga banyak
pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Potensi yang dimiliki Pangandaran di bidang pariwisata
Hasil Penelitian menjelaskan bahwa; 1) Pemerintah sangat beragam antara lain, wisata pantai, cagar alam,
berusaha untuk merubah karakter orang Pangandaran Green Canyon, dan Jojogan. Semua potensi tersebut
menjadi lebih baik lagi, agar wisatawan asing maupun menjadi sorotan utama bagi Pemerintah Kabupaten
lokal merasa nyaman ketika mereka berwisata ke Pangandaran saat ini.
Pangandaran dan membuat wisatawan ketagihan untuk
datang lagi ke Pangandaran. 2) pemerintah Daya Tarik Wisata menurut Undang-Undang Republik
mengadakan program-program yang bertujuan untuk Indonesia Nomor 10.Tahun 2009 Tentang
menjadikan Pangandaran menjadi Kabupaten yang Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang memiliki
berbudaya Khas dan masyarakatnya agamis yang keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
terkenal di media cetak maupun sosial (online). 3) keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
Humas Kabupaten Pangandaran berperan sebagai buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
menjadi pemberi informasi kepada masyarakat kunjungan wisatawan. Pariwisata adalah berbagai
sekaligus penghubung antara pemerintah dan macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
masyarakat. 4) Masalah teknis yaitu jaringan serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
komunikasi. Penyebarluasan informasi salah satunya pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
melalui jaringan internet. Tidak semua daerah di
Pangandaran tercover oleh jaringan yang dapat Menurut Kepala Dinas Pariwisata, Drs. Muhlis, potensi
mengakses internet. 5) Karakteristik masyarakat yang terbesar yang dimiliki Kabupaten Pangandaran adalah
berbeda secara sosial ekonomi dan tingkat pendidikan pariwisata baik objek wisata pantai maupun gunung.
yang menjadikan tingkat penerimaan informasi menjadi Terdapat banyak objek wisata favorit yang bisa
berbeda beda. Dan masih percaya kepada hal hal yang dinikmati baik oleh turis mancanegara maupun
gaib atau mitos di masyarakat terhadap tempat di domestic. Objek wisata yang terdapat di Kabupaten
pangandaran yang di anggap wingit sehingga tidak Pangandaran dan masih bisa dikembangkan yaitu:
diperbolehkan untuk dijadikan tempat wisata umum. Pantai Pangandaran, Taman Wisata Alam (cagar alam
Kata Kunci: Pangandaran, Humas Pemerintah, pananjung), Pantai batu hiu, pantai Batu Karas, pantai
Kearifan Lokal, Pariwisata, potensi wisata, media madasari, pantai karapyak, dan wisata sungai yaitu
massa cukang taneuh (green canyon), citumang, dan santirah.
Tersedia fasilitas hotel dengan kelas yang bervariasi
252
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dan cukup lengkap, restoran, dan tempat hiburan aktivitas wisata. Dalam pelaksanaan pengembangan,
lainnya. Sedangkan menurut pedagang kaki lima di perencanaan merupakan faktor yang perlu dilakukan
pinggir pantai, potensi yang bisa dijual di kawasan dan dipertimbangkan (Hidayat, 2011: 35).
wisata Pangandaran adalah kuliner, banana boat,
perahu dan keramah-tamahan penduduk lokal. Pengembangan pariwisata di wilayah Pangandaran
didukung oleh program Destination Management
Berdasarkan kebijakan Bpk. Jeje Wiradinata sebagai Organization (DMO) dari Kementerian Pariwisata dan
Bupati Pangandaran, bagi seluruh jajaran kelembagaan Ekonomi Kreatif. Pada tahun 2013, target DMO dalam
Kab. Pangandaran menyatakan ingin mewujudkan hal kelembagaan adalah penguatan internal
Kabupaten pangandaran sebagai daerah tujuan wisata kelembagaan dalam menyusun sistem dan mekanisme
dunia. Hal yang paling ditonjolkan adalah karakter. keorganisasian, melakukan kolaborasi dan harmonisasi
Karakter adalah sifat seseorang. Karakter yang baik, program dengan pemerintah provinsi dan koordinasi
yang menonjolkan ciri khas budaya pangandaran. dalam perencanaan dan pengelolaan pariwisata. Hasil
Karakteristik seseorang yang menerima dengan senang dari DMO dalam hal kelembagaan yang sudah tercapai
hati (welcome) dan saling menghargai merupakan adalah adanya penguatan aparatur pemerintah
kearifan lokal yang Pemerintah Kab. Pangandaran Pangandaran mengenai kepariwisataan, dukungan
galakkan. Untuk mencapai pangandaran sebagai daerah pemerintah provinsi, kerja sama kolaboratif dengan
wisata yang mendunia dan berkarakteristik yang baik Pemkab Pangandaran dalam pelaksanaan program,
yaitu salah satu caranya dengan program pendidikan munculnya inisiatif pemangku kepentingan dalam
gratis dan pemeliharaan terhadap ekosistem terutama kegiatan dan penguatan kelembagaan desa. Sedangkan
pantai dan kawasan laut. Selain itu masyarakat target DMO dalam hal program adalah peningkatan
pangandaran dibekali dengan pendidikan guna kapasitas sumber daya manusia, pengembangan
membangun karakteristik yang baik sebagai identitas kapasitas desa sebagai desa wisata, optimalisasi
daerah wisata. diseminasi informasi, pengembangan industri kreatif,
penataan destinasi dan pengembangan acara lokal
Seiring dengan terus berkembangnya pariwisata, sebagai awal pengembangan acara Pangandaran. Dari
terjadilah perubahan pada komponen lingkungan target tersebut yang sudah dicapai antara lain
sebagai penyangganya. Menurut Inskeep (1991) terlaksananya pelatihan pengembangan kapasitas,
pengembangan pariwisata menimbulkan 2 tipe dampak, tersusunnya design, strategi dan rencana aksi (DSRA),
dampak tersebut dapat berupa dampak positif maupun terlaksananya upaya peningkatan kapasitas desa dalam
dampak negatif. Dampak positif dapat berupa mengembangkan desa, pengembangan potensi wisata
konservasi kawasan alam, konservasi lokasi sejarah dan baru menjadi produk wisata alternatif, pengembangan
arkeologi serta bentukan khas, peningkatan kualitas acara, gerakan bersama penataan kawasan dan
lingkungan, peningkatan infrastruktur, peningkatan pelaksanaan pengenalan produk wisata baru.
kesadaran lingkungan. Sedangkan dampak negatifnya
dapat berupa polusi air, polusi udara, polusi suara, Kearifan lokal menurut UU No.32/2009 tentang
polusi pemandangan, masalah pengolahan limbah, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup BAB I
penurunan ekologi, bencana lingkungan, kerusakan Pasal 1 butir 30 adalah adalah “nilai-nilai luhur yang
situs-situs bersejarah dan arkeologi, serta permasalahan berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara
guna lahan. lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara
lestari”.
Dalam penelitian yang dilakukan Hidayat (2011: 34)
mengemukakan adanya penurunan yang signifikan Ardhana (dalam Apriyanto, 2008: 4) menjelaskan
jumlah kunjungan wisatawan kawasan Pangandaran bahwa: menurut perspektif kultural, kearifan lokal
dalam kurun waktu 2000 – 2005. Kerusakan lingkungan adalah berbagai nilai yang diciptakan, dikembangkan
dan penurunan jumlah wisatawan, yang ditandai dengan dan dipertahankan oleh masyarakat yang menjadi
dihilangkannya Pangandaran dari paket-paket wisata pedoman hidup mereka. Termasuk berbagai mekanisme
anggota ASITA menunjukkan bahwa Pangandaran dan cara untuk bersikap, bertingkah laku dan bertindak
telah memasuki fase stagnasi, sehingga daerah wisata yang dituangkan sebagai suatu tatanan sosial.
tersebut memiliki dua pilihan, memasuki fase
penurunan atau memperbaiki diri menuju fase Selanjutnya Ridwan (2007: 2) memaparkan: Kearifan
pertumbuhan kedua (rejuvenasi). lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami
sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal
Kebijakan pariwisata memberikan filsafat dasar untuk budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap
pembangunan dan menentukan arah pengembangan terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi
pariwisata di destinasi tersebut untuk masa depan. dalam ruang tertentu.
Sebuah destinasi dapat dikatakan akan melakukan
pengembangan wisata jika sebelumnya sudah ada
253
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Adapun menurut Keraf (2010: 369) bahwa kearifan Nito (Kepala Seksi Pengembangan Usaha dan
lokal adalah sebagai berikut: yang dimaksud dengan Konsumen). Pengumpulan data menggunakan 1)
kearifan tradisional di sini adalah semua bentuk Wawancara mendalam; 2) Observasi; 3) Studi Pustaka.
pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan Narasumber dipilih menggunakan sample purposif.
serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku
manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jadi kearifan lokal ini bukan hanya menyangkut
pengetahuan dan pemahaman masyarakat adat tentang Pemerintah Kabupaten Pangandaran dalam hal ini
manusia dan bagaimana relasi yang baik di antara kepala humasnya selaku ujung tombak dalam
manusia, melainkan juga menyangkut pengetahuan, melakukan sosialisasi berbagai program kebijakan
pemahaman dan adat kebiasaan tentang manusia, alam pemerintah terkait dengan peningkatan citra positif
dan bagaimana relasi di antara semua penghuni Kabupaten pangandaran sebagai daerah wisata
komunitas ekologis ini harus dibangun. nasional. Untuk itu peran pemerintah dalam hal ini
Humas dan jajarannya adalah sebagai jembatan antara
Kepala Seksi Pengembangan Usaha dan Konsumen, pemerintah dengan pihak eksternal baik itu media
Bapak Nito menyatakan, sudah banyak peran yang telah maupun masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh
dilakukan oleh Dinas Pariwisata diantaranya penataan kepala Humas Kabupaten Pangandaran yaitu:
lahan untuk kawasan ruang terbuka hijau (RTH)
kawasan Pariwisata Pangandaran dengan menertibkan a)Humas harus menjadi sumber informasi untuk
para pedagang yang berada di depan pasar Pananjung. masyarakat; b) Humas menginformasikan berita yang
Penertiban pedagang di kawasan tersebut dilakukan bergejolak dan berusaha menyaringnya agar bisa
agar kawasan pantai bisa langsung terlihat dari arah diserap baik oleh masyarakat. c) Mengkoordinasikan
jalan tol. Penertiban pedagang-pedagang tersebut informasi melalui media cetak atau elektronik d)Harus
dilakukan dengan cara relokasi ke beberapa titik yaitu bisa memilah-milah mana informasi yang harus di
ke kawasan bekas tanah Dinas Sosial, Pananjung Sari, publikasikan dan tidak dipublikasikan. e) Harus bisa
wilayah dekat Star Meridian, dan Pasar Seni. Sebanyak melihat ke semua sisi (menyerap dan mengolah
100 pedagang dari 1465 sudah direkolasi ke kawasan informasi)
bulevard. Biaya yang dihabiskan untuk merelokasi para
pedagang mencapai Rp 40,4 miliar. Dalam mensosialisaikan dan menerapkan program
kebijakan pemerinatah kabupaten Pangandaran seorang
Karena itu Pemerintah Kabupaten Pangandaran harus humas melakukan verifikasi berita yang menimbulkan
memikirkan cara untuk menjaga kearifan lokal dan esensi di masyarakat, kemudian melaporkan hasil
ekosistem pangandaran untuk meningkatkan citra dokumentasi dan menyaring berita yang akan di
pangandaran sebagai daerah wisata nasional. publikasikan dan di konsumsi masyarakat serta
Pangandaran harus menentukan pilihan ditinggalkan menyebarluaskan informasi ke manca Negara atau
wisatawan/pasar atau segera memperbaiki diri Nusantara tentang pariwisata dan potensi wisata di
wilayah Pangandaran.
Lattimore dalam (Lubis, 2012: 52) mengemukakan
METODE
Fungsi paling dasar humas dalam pemerintahan adalah
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah membantu menjabarkan dan mencapai tujuan program
metode deskriptif, yaitu penelitian yang memaparkan pemerintahan, meningkatkan sikap responsif
situasi atau peristiwa atau penelitian observasional pemerintah, serta memberi publik informasi yang cukup
seperti yang dikemukakan oleh Wood (1997, dalam untuk dapat melakukan pengaturan diri sendiri Berarti
Rahmat, 2004: 25). Lebih jauh Rahmat humas pemerintahan bertugas menjalankan kegiatan
mengemukakan bahwa penelitian deskriptif ditujukan kebijakan dan pelayanan publik dengan memberikan
untuk: (1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci berbagai informasi tentang kebijakan pemerintahan
yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan yang mengikat rakyat atau masyarakat. Selanjutnya
masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek memberikan pelayanan publik yang terbaik, dengan
yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau birokrasi yang tidak berbelit-belit untuk memberikan
evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang kepuasan kepada rakyat atau masyarakat sehingga
lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dunia pemerintahan memperoleh citra positif dari
dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana rakyat atau publik.
dan keputusan pada waktu yang akan datang
(Rakhmat, 2004: 25). Beberapa program yang dilakukan oleh pemerintah
Kabupaten Pangandaran terkait dengan pembentukan
Narasumber dalam penelitian ini adalah: 1) Soni Pangandaran sebagai kota wisata antara lain:
Agusman S.H Ketua Bagian Humas 2015 dan Ketua 1) Pendidikan gratis
Bidang Destinasi Wisata 2016; 2) Drs. Muhlis (Kepala
Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran); 3) Bapak
254
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Pemerintah daerah kabupaten pangandaran berupaya pemberitaan, namun mengevaluasi tercapai tidaknya
memberikan dana kepada sekolah/madrasah sebagai tujuan dengan menghitung outcome yang dihasilkan
pendamping BOS Pusat dan BPMU Provinsi yang dari pemberitaan tersebut pada publik instansi
diberikan kepada sekolah/madrasah Negeri maupun pemerintah.
Swasta dimana besarnya dana bantuan yang diterima
sekolah/madrasah dihitung berdasarkan jumlah siswa Penerapan evaluasi kegiatan media relations yang ideal
yang memiliki Kartu Keluarga Kabupaten Pangandaran oleh humas pemerintah dilakukan dengan mengukur
di masing-masing sekolah/madrasah dikalikan satuan ketepatan penyebaran informasi melalui media massa,
biaya bantuan. Tujuannya mewujudkan layanan apakah telah berhasil menjangkau publik hingga
pendidikan di Kabupaten Pangandaran yang bermutu, berhasil menimbulkan partisipasi publik atau tidak.
terjangkau, dan terbuka bagi semua masyarakat Dengan kata lain, terdapat gap antara fenomena yang
Pangandaran dan kedepannya bukan hanya peserta terjadi di pemerintahan Indonesia dengan kajian teoritis
didiknya saja yang diperhatikan, tetapi tenaga pendidik mengenai penerapan evaluasi. Oleh karena itu, peneliti
dan kependidikannya juga akan diperhatikan. melihat isu mengenai penerapan evaluasi kegiatan
2) AMS (Ajengan Masuk Sekolah) media relations oleh humas pemerintah menjadi
Dalam rangka mewujudkan pangandaran berkarakter, menarik untuk dianalisis.
pemerintah menyelenggarakan program AMS dan
lembaga islam lainnya meneyetujui hal tersebut, Berikut beberapa indikator keberhasilan program
meskipun terdapat berbagai polemik tentang bagaimana pemerintah menurut kepala humas Kabupaten
pelaksanaan program tersebut. Pangandaran:
3) Pelayanan Kesehatan gratis 1.) Seluruh sekolah dari SD,SMP,SMA di
Pusat kesehatan masyarakat yang tersebar di Kabupaten Pangandaran di gratiskan oleh Pemerintah.
Pangandaran berlakukan layanan kesehatan gratis pada 2.) Berdirinya Unpad Multikampus Pangandaran &
masyarakat setempat. Hal itu atas dasar langkah, upaya subsidi bagi putra putri daerah.
sekaligus keberanian DPRD dan Pemerintah Kabupaten 3.) Ajengan Masuk Sekolah
Pangandaran di bidang kesehatan. Layanan kesehatan 4.) Dibangunnya Rumah Sakit dan Puskesmas di
gratis tersebut tentu saja disambut baik masyarakat sekitar wilayah Pangandaran yang menyediakan
Pangandaran. Pelayanan kesehatan gratis.
4) UNPAD masuk ke Pangandaran 5.) Membangun puskesmas dengan fasilitas yang
5) Pemerintah Kabupaten menjalin kerjasama berbasis bintang tiga seperti ruangan rawat inap
dengan media massa yaitu sutrat kabar dan radio yang menggunakan AC
nantinya akan bekerja di seputar penyiaran: a) 6.) Dibangunnya rest area di sekitar daerah wisata
7.) RTH di pinggir pantai ( Rencana Tata Ruang
Meliput destinasi wisata Mendokumentasikan semua Hijau )
objek wisata yang ada pangandaran. b) Memberitakan 8.) Peningkatan keamanan daerah wisata
wisata pangandaran Menyebarluaskannya melalui 9.) Pembinaan pemandu wisata secara rutin
media cetak ataupun media sosial (online.) c) 10.) Melaksanakan kegiatan jumat bersih setiap
intansi di pinggir pantai
Melaporkan tentang pariwisata pangandaran
Memberikan laporan kepada Humas Pemerintah Beberapa metode yang dilakukan oleh humas dalam
Kabupaten mengenai situasi Pangandaran terkini dan melakukan sosialisasi mengenai kebijakan pemerintah
hasil liputannya, agar dapat disaring dan kabupaten Pangandaraan yang berkenaan dengan
disebarluaskan. ekowisata dan kearifan lokal yaitu:
a) Menggunakan saluran saluran komunikasi yang ada
Dalam setiap implementasi program kebijakan tentunya di masyarakat seperti: PKK, Kelompok tani, aparat desa
ada tolak ukur indikator keberhasilan program. Cutlip, dan saluran komunikasi lainnya. Saluran komunikasi
Center, dan Broom (2009) menyatakan bahwa struktur atau forum komunikasi tersebut dapat dimanfaatkan
evaluasi terhadap kegiatan kehumasan idealnya bersifat oleh humas menjadi sarana masyarakat untuk
komprehensif, dengan mengukur/ memeriksa menyampaikan aspirasi maupun hanya sekedar berbagi
persiapan, implementasi, dan dampak dari kegiatan permasalahan yang ada. Selain itu juga forum ini
tersebut. Sedangkan, Grunig dan Grunig (2001 dalam dijadikan sebagai salah satu agenda untuk
Yin dan Krishnan 2012) juga menyatakan bahwa menyampaikan berbagai informasi dari pemerintah
evaluasi tidak hanya sebatas mengukur efektifitas dari yang harus disampaikan kepada setiap masyarakat desa.
sebuah program/ kegiatan kehumasan, namun juga Apalagi jika kegiatan tersebut tetap sudah terjadwal
mengukur kontribusi program/ kegiatan tersebut bagi akan memudahkan humas untuk mengatur waktu dan
efektifitas organisasi secara keseluruhan. Maka, humas agenda dalam rangka mengadakan pertemuan dengan
pemerintah seharusnya tidak hanya menghitung output warga terkait dengan pemebrian informasi dan hearing.
dari kegiatan media relations berupa jumlah
255
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
b) Menggunakan kearifan lokal setempat yaitu Cutlip, S.M., Center, A.H. & Broom, G.M. 2009,
mengadakan Taraweh Keliling (Tarling) memanfaatkan Effective Public Relations (terjemahan), 9 th edn,
momen Ramadhan untuk mensosialisasikan kegiatan Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
dan program pemerintah. Dengan memanfaatkan Hidayat, Marceilla. 2011. Strategi Perencanaan Dan
momen tarawih yang notabene warga paling banyak Pengembangan Objek Wisata (Studi Kasus Pantai
berkumpul untuk melaksanakan ibadah tarawih maka Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat).
pihak humas dapat memberikan informasi berupa Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal,
peraturan, bantuan, kegiatan, dan lain sebagainya. Vol. I, No. 1, 2011 – 33.
Informasi ini kemudian dapat disebarkan oleh warga Inskeep, Edward (1991). Tourism Planning: An
yang ikut taraweh kepada warga lainnya. Integrated Sustainable Approach . New York: Van
c) Selain tarling, pemerintah juga menggunakan Nostrand Reinhold
momen pagelaran senin badud dan mengadakan Keraf, A.S. (2010). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta:
perlombaan kuliner makanan ‘kampung’ Penerbit Buku Kompas
Lubis, Evawani Elysa. 2012. Peran Humas Dalam
Pemerintah Kabupaten Pangandaran cukup berhasil Membentuk Citra Pemerintah. Jurnal Ilmu
dalam memperbaiki infrastruktur, sarana, dan prasarana Administrasi Negara, Volume 12, Nomor 1, Juli
di wilayahnya, khususnya di kawasan wisata. Hal ini 2012: 1 – 73
cukup mempengaruhi peningkatan jumlah wisatawan Ridwan, N.A. (2007). “Landasan Keilmuan Kearifan
yang datang ke Pangandaran, sayangnya kenaikan Lokal”. Jurnal Studi Islam dan Budaya. Vol.5, (1),
jumlah wisatawan tidak berbanding lurus dengan 27-38
penghasilan penduduk lokal khususnya para pedagang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun
Mereka terlihat kurang memiliki strategi bisnis yang 2009 Tentang Kepariwisataan
baik. Hal ini terlihat dengan kurangnya cara promosi Yin, P.L.P., Krishnan, K. 2012, ‘Evaluation Research on
para pedagang untuk menarik perhatian konsumen. Public Relations Activities Among Public Relations
Mereka cenderung pasrah terhadap penghasilan yang Practitioners in Malaysian Corporations: An
diterimanya walaupun hanya sedikit. Padahal, ada Exploratory Study’, The Journal of the South East
banyak cara lain dalam menarik perhatian wisatawan, Asia Research centre for Communications and
misalnya dengan meningkatkan kualitas dagangannya, Humanities, vol.4, no.1, pp. 41-61, [journal on-
mempercatik dan menjaga kebersihan toko, melakukan line], accessed 23 February 2013, Available
permainan harga dan sebagainya.. at: http://search.taylors.edu.my/journalonline/Vol
%204%20Issue%201/3%20PR
SIMPULAN %20Evaluation%20(rev)(edSP)(RV)(rev1).pdf
DAFTAR PUSTAKA
256
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Muhamad Farhan
Program Studi Magister Kajian Pariwisata, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada
Pencak Silat telah menjadi bagian dari budaya Kata Kunci: pencaksilat, budaya, pariwisata, tak
Indonesia selama berabad-abad; Namun tidak ada benda, warisan
257
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
258
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Overcoming any possible barrier has actually been an attraction. Therefore, we had to address two research
unwritten agenda among pencak silat practitioners and questions set up:
lovers. They have made a quite many efforts
introduce, popularise and strengthen the existence of 1. What are the components of pencak silat as a
the arts to young generation and to the world. tourism attraction?
Persaudaraan Angkringan Silat (PAS) dan 2. How can pencak silat be a special interest
Tangtungan Project hold an annual gathering which cultural tourism?
always invites thousands of pencak silat practitioners Tourism is a complex activity involving social
from Indonesia, Europe and the USA to come to economic cultural technological aspects in which
Yogya. On 28-31 Mei 2015, they held Jambore Pencak people release their tension for fun or enjoy their
2015 that invited about 7500 practitioners and tens of leisure. Tourism is a multidisciplinary academic study
pencak silat schools (paguron) from Bandung, Jakarta, and engages both national and international private
Surabaya, Kalimantan and Europe. This 5th and public sectors (Damanik & Weber, 2006; Murphy,
international scale-event, fully supported by the Sultan 1985; Pitana, 2005; Leiper, 1995).
of Yogyakarta, attracted tourists to witness some street
perfromance which they can only watch once a year. Tourism offers tourists/visitors products (goods and
Anis Baswedan as the Minister of Education and travel destination e.g. temples or palaces) and services
Culture in 2015 came to the event and showed his or tangible and intangible items for consumption
support in developing pencak silat in Indonesia (Freyer, 1993). When we discuss quality of tourism
(Tempo.co, 15 Februar 2015). products, Damanik and Weber (2005:13) point out
four dimensions to be available: uniqueness,
Following such event, there was another one held in authenticity, originality and diversity.
Bandung on 12 December 2015 when more than a
thousand pencak silat practitioners from 25 schools Uniqueness means it is the only that exists in one place
(paguron) from Indonesia and other foreign countries e.g. komodo which is only available in Indonesia.
gathered for a festival and workshop called Temu Authenticity is concerned with simplicity, natural
Pendekar International (International Pendekar exotic setting and level of attraction of a tourism resort
Meeting). The organizer of the event was Masyarakat or product e.g. Balinese dance which was originally
Pencak Silat Indonesia/MASPI (Indonesia Pencak intended for ritual ceremonies (Kontogeorgopoulos,
Silat Society) that has got also some regular agenda to 2003; West and Carrier, 2004). Originality talks about
promote the arts so that any event made will also give how pure a tourism product is such as a hotel which
additional values to local tourism (Pikiran Rakyat adopts local values in its architecture design or how
Online, 12 December 2015). employees of the hotel dress by wearing traditional
clothes in their daily activities. Diversity represents
The researchers, therefore, believe that our local various products and services offered to tourists or
genius called pencak silat will contribute to the visitors. Forms of diversity can be beauty of nature
development of Indonesian tourism such as in and cultural artefacts offered at the same time to the
Thailand and Japan. The focus of the research was to tourists coming to the site. The main intention of this
examine potentials that pencak silat has as a tourism diversity is to make the tourists stay longer and gain
attraction due to the inseparable parts of Indonesian more experiences during their stay.
culture. The research does not discuss all pencak silat
styles which are believed to have 600 styles all over A key of tourism activity which invites people to come
Indonesia, but only to talk about the main Sundanese and to stay is attraction, either tangible or intangible.
styles which have been an appeal of foreign people to This attractiveness is classified into three types:
learn for years. Since Lembaga Pewarisan Pencak natural resources, culture and imitation. These
Silat/GARIS PAKSI (Pencak Silat Inheritance classifications usually become a crucial consideration
Institute) is an independent organization which focuses in developing a tourism resort plan (Goeldner &
its activities on preservation, research, training and Ritchie, 2012; Damanik & Weber, 2006; Gunn, 1988;
documenting of the arts from West Java, therefore the Mill & Morrison, 1998).
researchers chose it as a source of those Sundanese
pencak silat styles. Referring to pencak silat which has a potential to be a
tourism attraction, it can be classified as a cultural
Based on those facts, the researchers explored what tourism and this cultural tourism breaks down into
pencak silat could do to be a special cultural tourism three items: ideas, activities and artifacts. Cultural
tourism proposes new experiences to tourists such as
259
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
aesthetic, intelectual, emotional, or psychological ones beetle vine juice into the eyes of the student, an act
because they usually participate actively in getting known as ‘dipeureuh’. This is symbolic of the student’s
such experiences. In this case, cultural tourism can be entry into a new world, and their commitment towards
categorized as special interest tourism. Special interest “seeing things clearly”.
tourism is commonly based on tourists’ own
motivation in seeking new original unique insights of
life, fun or entertainment in other countries (Damanik
& Weber, 2006; Fandeli, 2005; Arjana 2015; Kruja &
Gjyrezi, 2011; M. Robinson dan M.Novelli, 2005).
METHOD
This research was qualitative in nature with descriptive
method in exploring and revealing information. The
researchers applied in depth interview and
participatory observation to obtain the data from Abah
Gending Raspuzi (the founder and of GARIS), Feri
Herlian, Feri Pedro, Kamil Irmasnyah and Galih Iman
(a practitioner of Betawi style). Three foreign students
from France, Brunei and Hawaii gave their
testimonyThe researchers tried collecting literature
studies which connected pencak silat and special
interest cultural tourism, besides gathering data from
the program set up by GARIS PAKSI (Cresswell,
2004; Sugiyono, 2012). The research was conducted Picture 1. Ritual of peureuhan in Cimande
from March to July 2016.
Another distinctive attribute attached to pencak silat
from west java is ibing (dance) which is different from
RESULT AND DISCUSSION
other styles from Sumatera, Central or East Java. In
Forty countries have been registered as the members west java, music is not just a background when
of PERSILAT (Persekutuan Pencak Silat Antar practitioners perform on stage. Music has to follow
Bangsa/International Pencak Silat Federation), the those practitioners when they perform techniques that
only international pencak silat organization which was technique movement is in harmony with rhythm of the
founded on 11 March 1980. This is a symbol of instruments. There are patterns of silat dance e.g. tepak
recognition of the world to the existence of pencak dua, tepak tilu, paleredan, gonjing etc. Feri Pedro
silat as one of acknowledged martial arts. added that common attributes in pencak silat are loose
clothes (kampret & pangsi in Sundanse), belts, head
During observation, it was found out that Pasundan cover (iket in Sundanese) and weapons such as knives,
(west java) as one of the prominent sources of pencak kerambit, blades, kujang and rattan sticks. Those loose
silat in Indonesia. Abah Gernding Raspuzi, the founder clothes usually become uniform during training and he
of Garis Paksi, described that his organization focused emphasized that common color for the uniforms is
on preserving and developing aliran (styles) from west black. Gabriel Facal (France) and Ruslie Bujang
java such as Cimande, Cikalong, Sera, Sabandar, Ulin (Brunei) who once had learned Garis Paksi system
Makao (which is actually from Banten). Those styles sent their testimony through on line conversation,
as a complete system have their own philosophy, admitting authenticity of the roots of the system. They
strategy and techniques of fighting. Roots of origins of learned the development version but in the end of the
the styles can still be traced that the sources of lessons they were informed the original forms of the
knowledge and skills of the arts will be able to get system. Since one of the missions of Garis Paksi is
explored. actually ‘purifying’ pencak silat which has been long
spread beyond Indonesia, therefore Abah Gending
Every pencak silat school or style has its own tradition
went to France, Ireland, Las Palmas, and Germany to
in accepting new students and this ritual is a process of
give a workshop on Sundanese pencak silat from 2nd to
asking or confirming that a new candidate of student is
24th April 2016. Galih Iman, as a Betawi style
eligible to start to learn. In Cimande, this ritual is
practitioner, put a high respect on efforts of Garis
called Talek. Wilson (2002) records this process:
Paksi in preserving traditional values of Sundanese
“…After the oath has been taken the teacher squeezes
pencak silat by systematic grading of lessons.
260
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
261
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Raid 1 & 2, and Star Wars: the Force Aawakens have 2. Next appreciation is sent to those who have
given more added values to pencak silat. Recently, become informants during data collection and let
Ben Afflect has shown his silat fighting choreography the researchers reveal their names on the paper.
in the Accountant. The arts, now, is not a hidden or
secret fighting system anymore although it used to be 3. Abah Azis Asy’arie (a Cikalong guru), Mas
so in some places of Indonesia a few decades ago. The Andityas Praba (a Cikalong Practitioner) and
researchers assume that no aggressive promotion is Bang Galih Iman (Paseban & Pengasinan Betawi
urgently needed for external market because the style practitioner): Thank you for nice discussion
market is solid already. In this case, great during the initial process of the research.
opportunities are widely open for Indonesian tourism
world if this is professionally managed. Those foreign REFERENCES
practitioners will finally try to find where the roots of Paper
what they learn belong. They will seek authenticity, Kruja Drita, dan Gjyrezi Albana, 2011, The Special Interest Tourism
originality and real culture of the arts. TURIZAM Vol.1, p. 77-89
Travel agents can commence to think of offering Parikesit, Danang dan Hernowo. 1997. Prospek dan strategi
pengembangan wisata minat khusus di Indonesia. Makalah
holiday or travelling packages in which pencak silat as Seminar Nasional Gegama, 8 September 1997 di Yogyakarta
an intangible heritage is also included. The forms are Nashir, Haedar. 2010. Memahami Strukturasi dalam Perspektif
various, from enjoying art performing of pencak silat Sosiologi Giddens.Sosiologi Reflektif Volume 7 Nomor 1
to learning it with duration of days, weeks or months. Oktober 2012:1-9
Economic values will automatically and mutually be Books
created between travel agents and traditional pencak Aj Orhid, 2010, Bunga Rampai Pencak Silat. unpublished
silat practitioners. By professional management, the Creswell, J.W., 2010, Research Design Pendekatan Kualitatif,
agents are expected to participate in preserving Kuantitatif dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Damanik, J. Dan Weber, H.F., 2006, Perencanaan Ekowisata dari
national heritage and, at the same time, practitioners as Teori ke Aplikasi,Yogyakarta. Andi
well as social environment will benefit from economic Fandeli, Cahfid, dan Nurdin, Muhammad, 2005, Pengembangan
enhancement or empowerment. Ekowisata Berbasis Konservasi Di Taman Nasional,
Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada in a
cooperation with Pusat Studi Pariwisata dan Kantor
This potential just needs to be developed and demand
Kemenrian Lingkungan Hidup
a solid cooperation between private and public sectors. Gunn, Clare, 2002, Tourism Planning, fourth edition, basic concept
Support from pencak silat related organizations and cases, New York, Routledge.
their practitioners is hopefully required. The only Goeldner, Charles R. 2012, Tourism : principle, practice,
philosphies. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
question to close this paper is when to start? I Gusti Bagus, Arjana, 2015, Geografi Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif. Jakarta, Rajawali Press
CONCLUSION Mill, RC. dan Morisson, ML., 1998, The Tourism System. Prenice
Hall
1. Pencak silat is an almost forgotten intangible Novelli Marina, 2005, Niche Tourism : Contemporary issues, trends
heritage which actually has the potential to and cases. Jordan Hill, Oxford
develop as a source of foreign exchange of Pitana, I.G dan Gayatri, P.G., 2005, Sosiologi Pariwisata,
Yogyakarta, Andi
Indonesia.
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &
2. It is classified as a special interest tourism which D, Bandung, Alfabeta
is quite marketable for Indonesian tourism UNWTO. 25 June 2015, UNWTO Tourism Highlights 2015 Edition.
besides natural resources and other cultural Wilson, Ian Douglas, 2002 The Politics of Inner Power: The
Practice Of Pencak Silat in West Java, Thesis : Western
artifacts because the market, in fact, is already
Australia, School of Asian Studies Murdoch University
available. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
3. The government and private sectors should put Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
serious efforts and attention on developing
pencak silat as the special interest tourism. Internet
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/08/23/058694233/agar
-aliran-silat-cimande-dan-cikalong-tak-diklaim-malaysia
ACKNOWLEDGMENT (accessed on 3 September 2015)
1. The researchers would like to thank Abah http://nasional.tempo.co/read/news/2015/02/15/079642621/jadi-
Gending Raspuzi for his availability in providing sesepuh-silat-menteri-anies-saya-deg-degan (accessed on 28
Januari 2015)
all data needed. http://www.pikiran-rakyat.com/seni-
budaya/2015/12/12/353392/helaran-dan-temu-pendekar-
pencak-silat-internasional (accessed on 28 Januari 2015)
262
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
263
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Trunojoyo Madura, Jalan raya
Telang PO BOX 2 Kamal Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
bagus.irawan@trunojoyo.ac.id
Abstrak PENDAHULUAN
Perkembangan pariwisata terutama di negara Pariwisata syariah selama satu dekade ini menjadi
berkembang seperti Indonesia, terus mengalami perbincangan hangat dikalangan kaum intelektual
kemajuan dari waktu ke waktu. Tak ubahnya, sebuah bahkan di kalangan pebisnis pariwisata. Konsep wisata
komoditas ekonomi yang menjanjikan, pada akhirnya syariah ini sebenarnya bukanlah hal yang baru
menjadi trend ekonomi dunia. Trend ekonomi mengingat pariwisata berbasis syariah ini telah
pariwisata saat ini, tak lepas dari mudahnya informasi, diperkenalkan pada tahun awal milenium kedua.
dan tentunya perkembangan infrastruktur dalam bidang Namun hal tersebut kurang mendapatkan respon yang
pariwisata yang semakin memadai. Pariwisata sebagai dari masyarakat dan pemerintah Indonesia khususnya.
komoditas ekonomi terbesar, dan tengah menjadi Karena kata ‘syariah’ ini yang identik dengan wisata
indsutri jasa, ternyata menjadi kendala dalam religi atau ziaroh (Andriani dkk, 2015: 22). Konsep
perkembangannya di Indonesia. Masyarakat dengan pariwisata dengan pendekatan islam ini, bukan berarti
ragam suku bangsa, budaya, dan adat istiadat menjadi tidak kompetitif mengingat persaingan pasar global
salah satu sumber perkembangan pariwisata menjadi yang terus menggeliat terutama di bidang ekonomi
terhambat di sejumlah daerah wisata. Namun seiring pariwisata. Pariwisata adalah salah satu komoditas
dengan perkembangan zaman, maka kebijakan ekonomi terbesar di dunia yang mendapatkan tempat
pariwisata tidak lagi berbenturan dengan kepentingan yang luar biasa bahkan beberapa catatan seperti Global
setiap daerah. Pariwisata syariah diharapkan mampu Paradox, John Naisbitt mengatakan dalam globalisasi,
memberikan peluang perjalanan wisata yang lebih pariwisata merupakan industri terbesar di dunia,
nyaman kepada pemeluk agama Islam, yang juga pariwisata adalah penghasil uang terbesar dan terkuat
sebagai agama mayoritas di Indoneisa. Standarisasi dalam pembiyaan ekonomi global (Naisbitt dalam
produk barang, dan jasa menjadi tumpuan untuk Gelgel, 2009: 24).
memperbesar perluang penerapan konsep pariwisata
syariah dengan label halal, dan tentunya regulasi Pariwisata dengan jargon pleasure place, mendapatkan
menjadi salah satu alat kebijakan. Konsep standarisasi posisi tawar yang lebih seksi, daripada kebanyakan
dalam bentuk konsumsi massa adalah salah satu bentuk peluang konsumsi yang lain. Peminatan terhadap
wajah kapitalisme fordisme. Tulisan ini menggunakan komoditas jasa dalam pasar global terus mengalami
metode kajian pustaka, dengan alasan untuk lebih jauh kenaikan yang sangat signifikan, termasuk kebijakan
menangkap situasi seputar pariwisata global, yang erat ‘murah’ menjadi salah satu pertimbangan utama dalam
kaitannya dengan perkembangan pariwisata di menentukan sebuah pilihan produk jasa seperti
Indonesia. Hasil dari penulisan ini nantinya dapat pariwisata ini (Mannaserian, 2012:201). Persaingan
digunakan sebagai rujukan untuk memahami potensi pariwisata tidak hanya terjadi di ruang lingkup nasional
pengembangan pariwisata, dan pariwisata syariah, dan namun, juga sampai kepada ruang lingkup negara
mampu menjadi sebuah rekomendasi terkait dengan bahkan sampai kepada persaingan antara negara maju
kebijakan-kebijakan yang berhubungan bidang dan negara berkembang. Mulai dari tawaran paket
ekonomi pariwisata. wisata, bebas visa, eksotisme destinasi wisata, wana
wisata, budaya yang eksentrik, festival budaya, upacara
Kata Kunci : Pariwisata Syariah, Komoditas Ekonomi, agama, hingga wisata berbasis islam atau biasa dikenal
Fordisme, Halal, Pariwisata dengan wisata syariah. Di beberapa negara ASEAN
seperti Malaysia, telah cukup lama memberikan konsep
wisata ini, dan beberapa negara Timur Tengah juga
memberikan konsep yang sama, untuk menarik minat
wisatawan. Seiring dengan semakin banyaknya, dan
perkembangan pemeluk agama Islam negara-negara di
264
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
seluruh dunia, membuka peluang yang lebih, untuk kebijakan pariwisata, di bawah kementerian pariwisata
menawarkan industri wisata syariah ini (Andriani, Indonesia, memberikan beberapa catatan penting dalam
2015). sebuah hasil penelitian, salah satunya dari kegiatan
FGD (Focus Group Discussion) dengan terminologi
Lebih jauh lagi, melihat peluang dan potensi wisata ‘wisata syariah’. Hasil FGD dan wawancara
syariah terutama di Indonesia ini menjadi hal yang tidak menunjukkan bahwa penggunaan istilah “wisata
mustahil mengingat Indonesia, sebagai pemeluk agama syariah” dinilai kurang tepat karena terkesan kaku dan
Islam terbanyak di dunia. keinginan untuk kurang menjual untuk menjadi “branding” pariwisata
mengembangkan konsep wisata syariah terus yang menyasar segmen wisatawan muslim.
menggelora. Berbagai penelitian tentang wisata syariah Penggunaan kata syariah harus sangat hati-hati karena
tengah banyak dilakukan seperti penelitian Alim dkk, berkaitan dengan pemberlakuan hukum Islam dalam
tentang Analisis Potensi Pariwisata Syariah Dengan kehidupan sehari-hari....(Andriani, 2015: 155). Aceh
Mengoptimalkan Industri Kreatif Di Jawa Tengah Dan sebagai percontohan konsep wisata syariah, dan
Yogyakarta. Dengan pendekatan kuantitatif didapatkan sekaligus menjadi salah satu lokasi dalam kajian ini.
bagaimana respon masyarakat terhadap konsep wisata melihat kesiapan Aceh sebagai destinasi wisata syariah
syariah, sebesar 79% responden kurang memahami masih butuh upaya dan dukungan dari berbagai
tentang konsep wisata syariah ini. Anggapan wisata kalangan untuk fokus dalam pembentukan image, dan
syariah sebagai bentuk wisata religi atau wisata ruang lingkup destinasi, serta manajamen pariwisata
kerohanian ini mendominasi sejumlah jawaban syariah.
responden, minimnya pengetahuan dan pemahaman
terkait wisata syariah menjadi hal yang mendominasi Beberapa hal terkait dengan kajian dalam ruang lingkup
jawaban responden dalam penelitian. Produk pariwisata wisata syariah telah cukup banyak dilakukan. Namun,
syariah akan mengalami pertumbuhan yang positif belum mampu memberikan sebuah jawaban terkait
apabila situasi pemaknaan, dan pemahaman wisata dengan upaya pengembangan wisata syariah itu sendiri.
syariah menjadi lebih baik lagi. Sebanyak 32% Tulisan ini mencoba untuk mencari sebuah bentuk
responden tidak memberikan pendapat tentang konsep korelasi, dengan sebuah pendekatan studi pustaka
pariwisata syariah, dan sisanya 26% responden tidak dengan intepretasi dari sejumlah karya ilmiah baik itu
memberikan tanggapan terkait kebutuhan dan berupa penelitian, buku dan kajian ilmiah yang terkait
kesesuaian pariwisata syariah (Alim dkk, 2015: 5-7). dengan pariwisata global dan wisata syariah yang ada.
Penelitian dengan ruang lingkup kajian perspektif Melihat, dan mencoba memahami lebih jauh konsep
hunian atau kamar hotel berbasis syariah dilakukan oleh pariwisata global, dengan berbagai kemungkinan
Suwardono. Penelitian ini menunjukkan adanya termasuk di antaranya konsep pariwisata yang
permintaan yang positif terhadap hotel atau penginapan seringkali kontradiktif dengan budaya dan politik
berbasis syariah di Kota Semarang. Setidaknya 52% ketimuran Indonesia, penerimaan terhadap wisatawan,
responden mendapatkan informasi dari pengelola komersialisasi daerah pariwisata, dampak pariwisata,
swasta tentang hotel berbasis syariah, dengan jumlah budaya dan akibatnya.
kamar 114 dari hotel syariah yang ada di Kota
Semarang. Peminatan terhadap produk pelayanan hotel METODE
semacam ini, memberikan indikasi dan peluang untuk
menempatkan produk wisata syariah sebagai bagian Metode kualitatif digunakan sebagai upaya untuk
dari pilihan paket wisata. Dengan metode kuantitatif menggali sebuah pengalaman subyektif, dengan
dalam perspektif ekonomi, usaha pemerintah dan pendekatan studi pustaka. Alasan penulis menggunakan
swasta juga tidak lepas dari peran masyarakat yang juga metode ini adalah memberikan sebuah uraian yang jelas
ikut mendukung adanya konsep wisata syariah yang dengan intepretasi penulis, Studi kepustakaan adalah
lebih baik lagi (Suwardono, 2015: 69-73). bagian dari usaha penelitian untuk mencari berbagai
sumber penelitian terutama sumber-sumber tertulis baik
Pekerjaan untuk memberdayakan potensi pariwisata itu berupa informasi dari buku, catatan, penelitian,
syariah juga giat dilakukan pemerintah, walaupun jurnal dan hal apapun yang berkaitan dengan fokus
sempat ragu karena potensi ini ditengarai kurang kajian penelitian yang relevan dan empiris (Zed, 2008:
menjanjikan, dan masih dianggap belum mampu 4-10). Sesuai dengan tipe penelitian ini, penulis
mewadahi gelora pariwisata secara umum. Menteri melakukan sebuah intepretasi data yang telah dihimpun
Pariwisata Republik Indonesia Arief Yahya, nama melalui salah satu dokumen resmi dari Organization of
“wisata syariah” menurutnya kurang menjual di pasar Islamic Cooperation, dengan judul Muslim Friendly
wisata Indonesia, yang disampaikan pada kesempatan Tourism: Understanding the Demand and Supply Sides
Halal Tourism dan Lifestyle 2015 di NTB di hadapan in the OIC Member Countries. Sumber ini menyajikan
Masyarakat Ekonomi Syariah (Andriani, 2015). Dalam data-data terkait dengan perkembangan pariwisata
penelitian yang berjudul kajian Pengembangan Wisata syariah di negara-negara dengan penduduk muslim
Syariah, yang dikelola oleh deputi pengembangan yang melakukan perjalanan wisata, dari berbagai situasi
265
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
termasuk makanan halal, hotel halal, destinasi halal, dengan daerah yang memiliki adat istiadat yang sangat
transportasi dan hal-hal yang berhubungan dengan kuat, kebiasaan yang bersifat tradisional, dan tentu saja
potensi dan kebijakan terkait dengan pariwisata syariah berbeda sama sekali dengan kebiasaan di negara atau
secara global. Dengan menggunakan teknik analisis daerah asal wisatawan (Yoety, 1999: 8-9). Dari situasi
komparasi (Zed, 2008) dari sumber data seperti data tersebut, masyarakat pada akhirnya mencoba melihat
statistik atau data angka (Chotari, 2004: 7), mencoba pengelolaan wisata dengan cara yang lebih bijak salah
melihat kondisi relevan, dan realistis tentang situasi, satunya adalah dengan pariwisata syariah. Pariwisata
dan kesiapan wisata syariah di Indonesia. Penelitian syariah sendiri meliputi,...tourism activities by Muslims
dengan menggunakan pendekatan studi pustaka atau in seaside destinations for the purposes of relaxation
library research dalam penelitian sosiologi, memiliki and entertainment in hospitality enterprises that apply
kekurangan salah satunya adalah, ruang lingkup kajian, Islamic principles. The categorization of tourism
dan teknik analisis data yang terbatas (Estabrook, related goods and services that are designed, produced,
1985:464) and presented to the markets could be considered under
Islamic or Halal tourism (Duman dalam Aminul dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kärkkäinen, 2013: 3). Aktivitas pariwisata syariah tidak
mencakup produk halal saja, tetapi juga pelayanan yang
Bukan rahasia lagi, potensi wisata Indonesia begitu berbasis prinsip Islam, dan berbagai hal termasuk
melimpah dan beragam. Potensi wisata tropis sungguh manajemen marketing yang tunduk dalam peraturan
menjanjikan, mulai dari pantai, gunung, budaya, sejarah dan prinsip Islam.
hingga religi tersaji lengkap di Indonesia. Iklim yang
hangat serta, kondisi geografis yang menunjang adalah Dengan penduduk mayoritas pemeluk agama Islam,
salah satu hal yang menjadi peluang yang bagi industri prinsip pariwisata syariah diharapkan mampu
pariwisata. Bali sebagai daerah kawasan Timur memberikan peluang dalam kompetisi diranah
Indonesia adalah salah satu contoh nyata kesuksesan persaingan pariwisata global yang terus mengalami
pariwisata level internasional. Namun Bali hari ini kemajuan yang signifikan. Sejumlah data menyebutkan
bukan begitu saja, lantas mampu mendulang sukses, tentang potensi dan kemungkian pariwisata syariah ini
tetapi Bali sebagai destinasi wisata favorit dunia telah menjadi trend ekonomi.
mengalami berbagai prosesnya untuk menjadi seperti
sekarang. Melihat kesuksesan tersebut berbagai daerah Tabel 1. Peluang dan Perkiraan Kedatangan
juga turut ikut andil untuk berkompetisi dikacah Wisatawan Muslim Periode 2010-2020
pariwisata, nasioanl mulai dari Lombok, Aceh, Jatim,
Bandung, Jakarta, Jogja, dan daerah lain di Indonesia. Tahun (Lonjakan
Pariwisata sebagai peluang ekonomi yang menjanjikan Pariwisata) 2010 2014 2020
tentu saja digarap serius oleh pemerintah, swasta, dan Lonjakan Kedatangan
masyarakat mengingat potensi ekonomi global dalam Wisatawan Muslim 0, 90 1,16 1,74
pariwisata telah memberikan sumbangan relevan (jutaan)
terhadap kemajuan perekonomian dunia (Manaserian, Lonjakan Belanja
2012). Pariwisata memperkejakan 240 juta orang di Dari Kedatangan
984 1, 328 1, 795
seluruh dunia, atau satu dari setiap pekerja, 10,6% dari Wisatawan Muslim
anggkatan kerja global. Pariwisata adalah penyumbang (Dalam Jutaan US)
ekonomi terkemuka di dunia menghasilkan 10,2% Sumber : Cresent Rating dalam Comcec, 2016: 72)
produk nasional bruto (Gelgel, 2009). Globalisasi selalu
bermakna organisasi transnasional atau gerakan Data di atas memberikan penjelasan tentang peluang,
pertumbuhan peningkatan pekerja, kemudian dan perkiraan kedatangan wisatawan muslim dari
dilanjutkan dengan perkembangan luar biasa dari seluruh dunia. Hal ini memberikan kemungkinan
industri budaya seperti musik, film, seni, bahasa, dan bahwa, adanya kedatangan wisatawan muslim, merujuk
juga pariwisata (During, 2005: 23). pada kesiapan segala hal yang terkait dengan
kedatangan wisatawan muslim tersebut. Setidaknya
Geopolitik Indonesia yang bervariasi, merupakan dengan kedatangan wisatawan ini, kesiapan seperti
bagian dari sebuah dinamika sosial. konsep wisata infrastruktur, manajemen, paket wisata, regulasi
global yang luar biasa ini ternyata tidak semua kalangan pemerintah, politik dan budaya tentu harus mampu
mampu memberi penerimaan yang sama. Maksudnya; mengikuti trend perkembangan kedatangan wisatawan
banyak pertentangan terkait dengan keberadaan ini. Ditinjau dari beberapa penelitian sebelumnya,
wisatawan, dan perbedaan budaya yang mencolok bahwa pengetahuan atas pariwisata syariah masih
antara wisatawan dan penduduk lokal, sehingga minim mengingat lemahnya edukasi kepada calon
perkembangan wisata dalam konsep global seringkali wisatawan terutama dalam negeri untuk mengetahui
mengalami hambatan terutama di sejumlah daerah di lebih jauh tentang konsep wisata syariah (Andriani,
Indonesia, pengaruh akan sangat terasa terutama 2015).
266
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
267
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
sampai melewati batas-batas yang dapat ditoleransi tertentu, kualitas yang hampir sama dengan komoditas
oleh masyarakat lokal, maka hubungan bisa menjadi dan konsisten, standarisasi memastikan sebagai bentuk
anomi. Dan masyarakat lokal sudah mulai agresif produk komoditas dan termasuk di dalamnya kualitas
terhadap wisatawan, mengarah kepada eksplotasi dalam pelayanan yang terstandar (Wang, 2000: 192).
setiap transaksi, tanpa mempertimbangkan konsekuensi
jangka panjang. Pada fase-fase seperti ini, banyak Kemunculan gaya hidup baru seperti pariwisata ini
ditemui tindakan kriminal terhadap wisatawan (Pitana adalah bentuk dari budaya konsumsi baru (Wang,
dan Gayatri, 2005: 83). 2000:112). Kemunculan pariwisata sebagai kebijakan
keuangan murah berdasar paket wisata (Manasserian,
Lebih jelas Doxey (Pitana dan Gayatri, 2005) 2012) adalah bentuk transformasi struktur gaya hidup
memberikan tahapan penerimaan atau persepsi kelas sosial penerima upah. Lebih tepatnya disebut
masyarakat, terhadap wisatawan: sebagai fordisme, adalah sebuah konsep ekonomi
1. Euphoria. Kedatangan wisatawan diterima monopolistik dengan penerapan produksi massal,
dengan baik dengan sejuta harapan. Hal ini mangacu kepada bentuk akumulasi intensif, yakni
biasa terjadi tahap awal perkembangan bentuk kapitalisme yang sukses abad ke-20. Hal ini
pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata ditandai pula dengan adanya kemunculan masyarakat
2. Apathy. Masyarakat menerima wisatawan konsumen modern, perubahan sosial dan perubahan
sebagai suatu yang lumrah, dan hubungan budaya. Transformasi relasi produksi sosial yang
antara masyarakat dengan wisatawan dimunculkan oleh relasi produksi tersebut menjadi
didominasi oleh hubungan komersial. Fase ini langgeng karena perkembangan bentuk monopolistis
umumnya menekankan pada aspek pemasaran yang khas. Hal ini terlihat pada hegemoni yang luar
pariwisata. biasa di sebagian besar kehidupan sosial, yang
3. Annoyance. Titik kejenuhan sudah hampir membangun fokus utama pada aliansi segitiga antara
dicapai, dan masyarakat mulai merasa modal-kerja-negara (Lee, 2015: 124).
terganggu dengan kehadiran wisatawan.
Perencanaan umumnya berusaha SIMPULAN
meningkatkan sarana dan prasaran, tapi belum
ada usaha membatasi pertumbuhan Komoditas ekonomi seperti pariwisata, secara global
4. Antagonism. Masyarakat secara terbuka sudah adalah bentuk kapitalisme. Termasuk bagaimana
menunjukkan ketidaksenangannya, dan menempatkan pariwisata ke dalam sebuah bentuk
melihat wisatawan sebagai sumber masalah. masyarakat dengan pemeluk agama mayoritas Islam
Pada fase ini perencanaan baru menyadari seperti Indonesia. Meskipun konsep pariwisata berbasis
akan pentingnya perencanaan menyeluruh. syariah, namun standarisasi produk barang, dan jasa,
Dalam situasi yang ekstrim, maka wisatawan dalam bentuk konsumsi massa adalah salah satu konsep
akan dipersepsi secara negatif oleh masyarakat kapitalisme fordisme. Hal ini ditandai dengan
lokal. mudahnya akses informasi serta peluang untuk
memberikan lebih banyak informasi terkait dengan
Tahapan-tahapan inilah yang nantinya ditemukan program wisata seperti wisata syariah ini.
ketika tahapan pariwisata itu terjadi, maka sebelum
lebih jauh ketahapan penerimaan atau persepsi
DAFTAR PUSTAKA
masyarakat terhadap wisatawan tentunya harus ada
kerjasama yang baik antara pemerintah, elite lokal dan
pemangku kepentingan untuk bersinergi satu sama lain. Alghamdi, Abdulraheem. 2007. Explicit And Implicit
Politik dalam hal ini melihat bahwa kepentingan yang Motivation Towards Outbound Tourism: A
ada merupakan peluang dalam bentuk komoditas Study Of Saudi Tourists. Tesis (non publish).
ekonomi, regulasi yang humanis serta negasi diperlukan The University Of Glasgow, School Of Business
untuk memberikan peluang, dan kesempatan dalam And Management as a thesis for degree of doctor
pekembangan pariwisata tentunya. of philosophy in marketing
Aminul, Islam Md dan Laura Kärkkäinen. 2013.
Gerakan keagamaan dengan memberikan label halal Islamic Tourism As A Prosperous Phenomenon
dalam setiap produk barang dan jasa (standar) adalah In Lapland. Thesis Published. Rovaniemi
upaya politik dalam bentuk yang lebih apik, dengan University Of Applied Sciences School Of
semakin menguatkan asumsi bahwa kepentingan Tourism And Hospitality Management.
mayoritas dalam artian kalangan mayoritas mencoba Suwardono, Harijanto. 2015. Potensi Pengembangan
mendominasi komoditas pariwisata ini dengan Pariwisata Perhotelan Di Kota Semarang
branding pariwisata syariah. Komoditasi pariwisata (Kajian Dari Perspektif Syariah). Tesis
dengan standar produk, termasuk produk massa, untuk Diterbitkan. Universitas Sebelas Maret
pemasaran yang lebih luas dan pasar dengan target Surakarta.
268
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
269
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
DittaHumammy
Hanifah Amalia Sabri,
Mohamad Shihab
Communication Studies ProgramPresident University
dittahumammy28@gmail.com
270
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Awkarin with KPAI are, KPAI explained to Awkarin has an interconnection between sexism,
Awkarinthat besides the sake of entertainment every culture, and democratic public. In fact, Awkarin who
content must also have educational dimension, but in upload sexy pictures that shows her beautiful body
reality there are full of negative elements that could shape is considered as a wrongdoing even as a ‘fault’,
interfere the process of future development of children. while many men actually considered as ‘cool’ when
Awkarin also admitted her actions that were they upload photos with sexy pose showing their
inappropriate and apologize for it.Shepromised to muscle-bib. Our country is a democratic country, but
remove the inappropriate content and will post the Awkarin who expresses her freedom by publishing their
content which is more educational, and committed not own photos and video through her ‘personal account’ at
to repeat it in the future. social media has been getting too much
condemnation. However, social acceptance is very
Awkarin with all the negative sensation was inevitable, important when you are a teenager. As if when you are
but it cannot be denied also that Awkarin is smart and a teenager, you must be want to try everything that
creative. Awkarin have earned the highest ranking of seems as a cool things ever in your teen life and you will
national exam (UN)in Junior High School (SHS) in Riau be happy when everybody know it.
Province with 37.9, such an almost perfect score.
Instagram feeds of Awkarin was very unique and With that bad reputation,Awkarin in her young age is
interesting, it can be seen from the order of photos, feared will give the bad impact for her future if no
colour, and caption stated entirely very creative and recovery action applied. And the most unfortunate thing
organized. Awkarin also have started doing business that might be happen is all of her charm, creativity, and
since SHS and still continuing until today. She even potential talent will be useless because no one will trust
could pay her own tuition fees and buy expensive items her. Therefore, some approach in the form of personal
for her parents. Creativity, tenacity, and intelligence of branding by Public Relations is need to be applied
Awkarin exposed outside all of the bad things that she soon.Alipour, Hossein; Jahan, Mehdi Hazrati; Jamaati-
ever did. It is all show that she has tremendous potential e-Somarin, Shahzad (2015) argue that “personal
and talent as a youth. Moreover Awkarin proved to have branding is the process whereby people and their careers
a special attraction where she could become famous and are marked as brands and it differs from reputation
be a trendsetter among teenager with approximately 1.1 management and impression management with its
million followers on her social media accounts. purpose”. However, according to Kleppinger, Courtney
A.Cain, Jeff (2015) “when social media is part of the
The existence of Awkarin in this context has become an hiring equation, it can become a deciding factor to the
interesting one when we associated with politic benefit of candidates with a strong digital brand”. While
democracy and gender issues. Studied from the writing usually, branding efforts require extensive financial
of Madalina Epure (2014) she stated that for radical support for promotion to create brand awareness and
feminists, men as a group are the main enemy to be afterwards brand loyalty, but with social media and its
tackled, defeated and wistfully, perhaps even ideological and technological structure could give the
subjugated by women and this would lead to a opportunity to the people to promote themselves as
matriarchal society, and one has to wonder if that would brands in a relatively cheap and efficient manner
not make the women just as bad as the men they so (Karaduman: 2013).
vehemently criticize. Here, the gender issues appear is
radical feminism whereby the rights of women are Essentially, in this article, we will elaborate further and
limited by men. Hellen Clark (2008) believe that the proposing the Public Relations (PR) Strategy for
more are social, cultural, and attitudinal problem which Awkarin based on the analysis of gender issues and the
prevent woman from enjoying full equality with men.As culture as well as the politic democracy and other
the impact, woman cannot fully express themselves as evidences which come from the previous cases and/or
men. Besides, public opinion assume themselves as a issues. Our analysis is to arrive at a new result, that is,
democratic society while they tend to limit the freedom Awkarin need a new personal image that could be
of expression of its own society. acceptable by public. With proactive and reactive
strategy wrapped by persuasion concept, hence this
Cultural factors is one of the reason of discrimination personal branding aims to create the personal image of
against women. This is because male (masculine) is Awkarin become positive in the eyes of the public for
always in the first priority among societies, a men is the sake of a better future.
superior and female is inferior. However, sexism
applied when a fault decided by the gender.The theory
stated are suitable with the reality nowadays since
271
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
272
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
songs and she also succeed with her business. The concession strategy is the clients of Awkarin who
relation with Awkarin’s case from the authors’ point of wanted their product being promoted on Awkarin’s
view is that both of them got misjudged because of feeds in Instagram, beside Awkarin’s creative and
showing what they have, where they are living in the unique feeds she also has a lot of followers that the
country that apply democracy who highly respect the public or clients think that would help to increase the
freedom of expression. selling. There was also an issue that Awkarin haven’t
upload or do the endorsement from the due date of
Therefore, what Awkarin needs is a PR because she clients because of her controversial video as a ‘drama
actually has a potential especially in getting attention queen’ on YouTube, with that the authors propose that
and become trendsetter. From author’s point of view she Awkrain can use this concession strategy to rebuild her
has talent and has her own credibility in her knowledge relationship with her public or her clients by giving what
of art and creativity. To accomplish author’s purpose to the public or her clients wants with upload the pictures
make a guide of personal branding for Awkarin author of endorsement 6 times per day, and each from different
will use the persuasive concept, because with persuasive endorsement with the same background and theme.
concept it focus on the content to influence people, thus
we will apply the PR strategy below. This concession strategy has been applied on the scandal
of Malaysia Airlines MH370 who got shoot in the
Reactive strategy: midair of Ukraine 2 years ago, the victim’s family
Ronald D. Smith in his book explain that Reactive mode demand for compensation to Malaysia Airlines and after
is happen when the organization getting the accusations a long process each family of the victims got
and criticisms. And to respond to those forces the compensation 1,8 billion rupiahs from totals of 298
organizations should develop and maintain the objective victims.
of organizations such as gaining public understanding,
maintaining and restoring reputation, and re-building Disassociation is the second strategy that authors use
trust and support. from Diversionary Responses Strategy. It is a strategy
that attempts to distance an organization from the
Diversionary response strategies: From Ronald D. wrongdoing associated with it. This can be effective
Smith in his book Strategy Planning for Public Relation when an accident occurred not because of
explain that several diversionary strategies could be organizational policy but because policy was not
used to communication planners. They include observed, especially when the organization was
concessions, ingratiation, disassociation and relabeling, suffering ties with the cause of problem. And in this case
all of which are attempts to shift the gaze of the public Awkarin is still 19 years old and regarding social
from the problem related with the organization. And acceptance theory, teenager wants to looks like a cool
from those strategies the authors choose concession, kid so they can be accepted in their society.
ingratiation and disassociation as the strategy to re-
branding the image of Awkarin because the authors Authors’ opinion proposes that Awkarin should make
think it suit for the case of Awkarin. the video blogging of her daily life and do meet and
greet with fans since she already joined an agency
Concession is a strategy that trying to re-build the (Takis Entertainment). It could answer the curiosity of
relationship with its public by giving something it netizen with her lifestyle and since she joined an agency
wants. And it should be valued for both public and it wouldn’t look as a ‘pencitraan’ if she do a meet and
organization to aims the generating favorable publicity greet with her fans. And when editing the video
for an organization under fire. From general definition blogging it needs filter for the vulgarity, smoking and
concession is a contractual right to carry on a certain clubbing and do the audio sensor for the inappropriate
kind of business or activity in an area. And this strategy words, and with her her joined an agency she need to
could relate to authors’ purpose to re-branding refrain herself to show anything freely like she used to
Awkarin’s image by using her link with her clients of because it will damage the agency’s image and she need
endorsement. to keep her image professional because she work under
contract and has new responsibility now.
In authors’ opinion Awkarin can use this concession
strategy to fulfill all the orders of endorsement from her Ingratiation is the last strategy that the authors propose
clients to show that Awkarin is professional, before she from Diversionary Responses Strategy, it is an attempts
was known as a ‘bad girl’ these days, people known her to manage the negative situation by charming its public
as a celebgram with a creative and unique feeds on her or ‘tossing a bone’, giving something relatively
Instagram. The public that authors’ means in this significance to the organization in attempt to turn the
273
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
spotlight away from the accusation and criticism. And songs become hit in Indonesia music industry. Even
from the point of view of psychology, ingratiation is a though Sammy has been kicked out from Kerispatih, he
psychological technique in which an individual attempts still maintain the relationship with the member of
to influence, manipulate or control another by becoming Kerispatih. They even held a concert together on April
more attractive or likeable to their target. This term was 2014, showing that they’re still in a good terms.
coined by social psychologist Edward E. Jones (1964). Proactive Strategy is a Public Relations strategies
This psychological technique has several methods that initiated by the organization are called proactive
the authors’ think one of its methods could be useful for strategies. These can be the most effective strategies
Awkarin’s case, Self-Presentation is one of the because they are implemented according to the planning
techniques that could be used, it is a technique in which of the organization, rather than because of a need to
the ingratiator 1 emphasizes their own attributes in order respond to outside pressure and expectations from
to be seen positively in the eyes of the target individual. publics. And it is an approach that enable an
Because the author’s purpose is to re-branding the organization to launch a communication program under
image of Awkarin to be better in the eyes of public and the conditions and according to the timeline that seem
the method is by persuading the public with self- to best fit the organization's interests.
presentation technique.
Coalition and Alliances is when two or more
From author’s point of view, Awkarin or Karin Novilda organizations join together in a common purpose, the
is a smart girl and has a creative ideas about art. It show combined energy offers a real opportunity for strategic
on her feeds on her Instagram, where she take the communication initiatives. Since Awkarin has joined an
picture, the lightning, angle and even the theme for each agency, the agency have to start to make plan to
of her photos show that she know about art and has maintain the popularity of Awkarin and with alliances
interest on it. And for her YouTube channel she once concept the agency could gain more profit and also
explain on her video that she is the one who edit her make a new relation with other agencies or
video blogging, she did not pay for the experts to edit organizations.Alliances tend to be informal, loosely
her video when she earn enough to pay it, authors’ structured, and perhaps small working relationships
opinion think that she also has the skill on editing video among organizations. Authors choose this concept
and love to do it because she is full of ideas and because Awkarin is not a real ‘Artist’ who work under
creativity. With this ingratiation strategy authors’ a big company and the agency she recently joined is also
propose that following with the music video of Bad Girl still a small agency.
she has to come up with new concept and idea to charm
the public and her fans and to show that Awkarin is full Authors propose that Awkarin could make an alliances
of ideas. She already charm her fans and public with her with YouTuber and CelebgramChandraliow, because it
creative feeds on Instagram because her feeds on would help the image of Awkarin since Chandraliow is
Instagram were known as unique and she is the one a credible YouTuber and celebgram and he is creative
behind those ideas so she also needs to apply that on her and well-known as an editor and director in his agency.
video blogging to show people that she is creative and They can share their thought and ideas as the content of
has her own style. their collaboration video. Beside with Chandraliow as
YouTuber, Author propose that Awkarin could also
The example for this case that concluded from work together with models to increase the sales of her
Kompasiana.com (TrieYas:2015) is when Sammy endorsement and with singer other than Young Lex to
Simorangkir has to lose his position as Kerispatih’s show that she has another talent.
vocalist since he got caught using narcotics in 2010. One
year later on 3rd February 2011 he was released and Rectifying Behavior is the theory when the organization
soon after he have to go to the rehabilitation for several does something to repair the damage done to its publics.
months to clear his addiction toward those addictive Awkarin’s name recently have been popular since her
drugs. After that he come back to the entertainment video confession which after that she got the title of
industry as a solo singer. From author’s opinion Sammy ‘drama queen’ and also with her feeds on Instagram that
succeed on using the ingratiation strategy by charming show vulgarity which lead to the complaint of parents to
public with his self-writing songs as a solo singer after the KPAI that it would give a negative impact to the
his scandal with narcotics, he show that he really loves children, because she has a lot of followers. And from
to sing and it is his passion and it shows when all of his four types of concept of rectifying behavior author
method
274
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
275
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
276
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
277
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
278
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
3. Partai Politik atau Kontestan politik itu sendiri sehingga menyebabkan para pemilih
Faktor-faktor seperti track record dan reputasi, pemula menjadi pemilih yang tidak menyalurkan
marketing politik, program kerja, dan sistem nilai pilihan mereka. Iklan salah satu informasi yang sangat
dari partai politik mempengaruhi penilaian dari membantu partai politik maupun para kandidat untuk
pemilih. Selain itu, atribut kontestan seperti menginformasikan hal-hal penting kepada para pemilih,
reputasi, image, citra, latar belakang, ideologi, dan tapi iklan tersebut harus dikemas secara menarik dan
kualitas para politisinya akan mempengaruhi dapat menarik perhatian para pemilih. Menurut
penilaian masyarakat atas partai bersangkutan Moriarty et.all (2011:6) Iklan adalah jenis komunikasi
pemasaran yang mengacu kepada semua bentuk teknik
Dan menurut Schiffman & Kanuk ( 1997 ), tiga model komunikasi yang digunakan produsen untuk
sikap dalam pengambilan keputusan konsumen adalah menjangkau konsumennya dan menyampaikan
sebagai berikut: pesannya.
1. Kognitif yaitu pengetahuan dan persepsi
seseorang yang di dapat dari kombinasi METODE
pengalaman langsung terhadap suatu obyek dan Menurut Sugiyono (2014:2) bahwa “metode penelitian
informasi yang relevan dari berbagai sumber. ialah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
(tingkat kesadaran konsumen/pemilih atas tujuan dan kegunaan tertentu”. Jenis penelitian yang
keberadaan suatu produk/partai tertentu). digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
2. Afektif yaitu emosi atau perasaan konsumen deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2010:11)
dalam menilai suatu merek atau produk tetentu. menjelaskan bahwa, “penelitian deskriptif ialah
(tingkat minat dan keinginan terhadap penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
produk/partai tertentu). variabel secara mandiri, baik itu satu variabel maupun
3. Konatif yaitu kesukaan atau kecenderungan lebih, secara mandiri, tanpa membuat perbandingan
perilaku atau tindakan seseorang atau suatu obyek atau menghubungkan antara variabel satu dengan
tertentu. (tingkat kecenderungan variabel lainnya”.Penelitian deskriptif ini bertujuan
konsumen/pemilih dan membeli produk/partai untuk memperoleh deskiptif atau gambaran mengenai
tertentu ). iklan politik dan keputusan memilih pada Partai Golkar.
Bergman and Wickert (1999) dalam Nursal (2004), Penelitian verifikatif dijelaskan oleh Suharsimi
menyebutkan bahwa seorang pemilih akan membuat Arikunto (2010:15), “penelitian verifikatif pada
satu keputusan untuk menggunakan hak pilihnya karena dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis
beberapa hal: yang dilaksanakan melalui pengumpulan data
1. Adanya rasa ketertarikan dan kepuasan terhadap dilapangan”, yaitu mengenai pengaruh iklan politik
kandidat. terhadap keputusan memilih pada Partai Golkar.
2. Banyaknya jumlah kandidat. Alasan ini muncul
karena pemilih memiliki banyak pilihan Berdasarkan jenis penelitian, yaitu penelitian deskriptif
3. Tayangan media yang menyajikan hal-hal positif dan verifikatif yang dilaksanakan dengan pengumpulan
yang dilakukan partai politik. data di lapangan, maka metode yang digunakan dalam
4. Keyakinan bahwa proses pemilihan pemimpin penelitian ini adalah metode explanatory survey, yaitu
politik dianggap sama pentingnya dengan proses metode survey untuk menjelaskan hubungan antar
pengawasan. Keyakinan ini menjadi penting variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.
sebagai bukti bahwa masyarakat tidak apatis, atau
tidak pesimis terhadap proses pemilihan Penelitian ini dilakukan dengan metode survei.Metode
pemimpin politik. survei digunakan sebagai upaya untuk mengumpulkan
data dan informasi dari responden.Survei informasi dari
Seperti halnya dunia bisnis maupun dunia usaha, dunia sebagian populasi (sampel responden) dikumpulkan
politik juga terdiri dari produsen dan konsumen.Sebagai langsung di tempat kejadian secara empirik, dengan
produsennya adalah partai-partai atau kontestan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian
individu yang menjadi pihak yang menghasilkan populasi terhadap objek yang sedang diteliti. Seperti
produk politik. Sebagai konsumennya adalah para yang dikemukakan oleh Nana Syaodih (2008:82)
pemilih yang akan memilih para kandidat peserta bahwa: “Survei digunakan untuk mengumpulkan data
Pemilu. Produk politik yang ditawarkan adalah atau informasi tentang populasi yang besar dengan
merupakan janji-janji dan kontrak politik pada saat menggunakan sampel yang relatif kecil”.
kampanye .Banyaknya partai politik maupun kandidat
yang menjadi peserta pemilu membuat para pemilih Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
kebingungan dan sulit untuk menentukan pilihan, adalah desain kausalitas.Menurut Rangkuti (2007:24)
apalagi di kalangan pemilih pemula yang masih kurang menyatakan desain kausalitas bertujuan untuk
pengetahuan mereka akan kandidat maupun partai mengetahui variabel yang menjadi penyebab atau
279
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
variabel pengaruh (variable independen) dan variabel Tabel 2 Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Mengenai
yang menjadi akibat atau variabel terpengaruh (variabel Keputusan Memilih Partai Maupun Caleg
dependen) serta mengetahui hubungan atau keterkaitan Indikator
Jumlah
Total
Rata-
No Pertanya Rata
antara variabel-variabel tersebut.Adapun hubungan Keputusan
an
Skor
Skor
antara variabel satu dengan yang lainnya yang akan
Ketertarikan 3 1037 346
diteliti pada penelitian ini adalah pengaruh iklan politik 1
Berdasarkan Tabel 1 mengenai gambaran Iklan Politik Partai Pengujian statitstik pada penelitian ini menggunakan
Golkar di kalangan pemilih pemula mahasiswa UPI angkatan pendekatan analisis regresi sederhana, dimana data
2014, secara keseluruhan memperoleh skor 3071. Dapat
yang digunakan sebagai variabel bebas Xadalah Iklan
terlihat bahwa dimensi yang paling tinggi dan dianggap baik
oleh responden adalah indikator media dengan skor 338, hal Politik dan variabel terikat Y adalah keputusan
tersebut dikarenakan Partai Golkar telah berhasil memilih.
menayangkan iklan melalui media dan dapat mudah
ditemukan oleh para pemilih.Kedua dimensi terakhir yaitu Suatu data dikatakan berdistribusi normal, jika data
mission dan message sama-sama memperoleh skor 299 dan menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
dianggap kurang baik oleh responden, hal tersebut garis diagonal.Sebaliknya suatu data dikatakan tidak
dikarenakan responden yang sebagian besar adalah pemilih berdistribusi normal, jika data menyebar jauh dari arah
pemula masih kurang memahami tujuan dan isi pesan dari garis atau tidak mengikuti diagonal.Penulis melakukan
iklan Partai Golkar.
uji normalitas dengan bantuan IBM SPSS Statistics
22.Sebelumnya, ubah terlebih dahulu data yang
berskala ordinal menjadi data berskala interval dengan
menggunakan Method of SuccessiveInterval (MSI).
Berikut adalah grafik p – plot hasil pengolahan data
statistik yang tersaji pada gambar 1
280
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Model Summaryb
Std. Error Change Statistics
Adjusted
Model R R Square of the R Square Sig. F
R Square
Estimate Change F Change df1 df2
Change
1 .530a 0.281 0.274 4.193 0.281 38.342 1 98 0
a. Predictors: (Constant), Iklan_Politik
281
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
hasil regresi berupa nilai a = 11,426 dan b = 0,394 yang daripada dimensi lainnya dari para mahasiswa UPI, dan
dapat ditulis kedalam persamaan regresi sebagai juga keragaman penggunaan media mendapatkan
berikut: penilaian cukup baik dari para mahasiswa UPI, namun
Y = 11,426 + 0,394 X kesesuaian desain, warna, dan gambar dalam iklan
Partai Golkar masih dianggap sedikit kurang baik,
Pada persamaan tersebut nilai B konstan adalah sementara indikator mission dan message mendapatkan
11,426.Artinya, jika Iklan Politik diabaikan maka nilai penilaian yang kurang baik dari para responden yang
Keputusan Memilih adalah sebesar 11,426. Koefisien artinya tujuan dan pesan dalam iklan Partai Golkar
regresi pada variabel Iklan Politik adalah 0,394 artinya belum bisa tersampaikan secara baik kepada para
apabila Iklan Politik dinaikkan sebesar satu satuan pemilih.Gambaran Keputusan Memilih pemilih pemula
maka nilai Keputusan Memilih akan meningkat sebesar mahasiswa UPI yang terdiri dari indikator ketertarikan,
0,394. jumlah kandidat, dan keyakinan berada pada kategori
tinggi.Dimana indikator keyakinanmerupakan indikator
Dari hasil pengolahan data diperoleh koefisien korelasi yang mendapatkan skor tertinggi dimana para pemilih
antara variabel iklan politik dan keputusan memilih melihat dari kualitas dan prestasi caleg dan partai
adalah sebesar 0,544 dengan tingkat signifikasi 0,000, tersebut.
hasil tersebut berada dalam interval 0,40 – 0,599 yang
termasuk ke dalam tingkat hubungan yang sedang.
Selanjutnya dalam perhitungan regresi linier sederhana Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis
diperoleh persamaan regresi linier keputusan memilih menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif
atas citra partai yaitu Y = 14,262 + 0,495X. Hal ini antara iklan politik terhadap keputusan memilih Partai
berarti setiap perubahan satu satuan iklan politik maka Golkar pada pemilih pemula Mahasiswa UPI.Sehingga
nilai keputusan memilih akan berubah sebesar 0,495. dapat diketahui bahwa keputusan memilih dipengaruhi
Hal ini menunjukkan apabila terjadi peningkatan iklan oleh iklan politik.Hal ini menunjukan bahwa keputusan
politik maka akan meningkatkan keputusan memilih memilih dapat ditingkatkan dengan meningkatkan iklan
sebesar 0,495 dan berlaku sebaliknya. berdasarkan politik.
perhitungan koefisien determinasi R2 diperoleh hasil R-
Square sebesar 0,296. Hasil koefisien determinasi UCAPAN TERIMA KASIH
tersebut menunjukkan bahwa variabel iklan politik Penulis mengucapkan terima kasih Program Studi
berpengaruh terhadap keputusan memilih pemilih Manajemen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
pemula mahasiswa UPI. Nilai R2 berarti bahwa 0,296 Universitas Pendidikan Indonesia yang telah menjadi
keputusan memilih partai Golkar dipengaruhi oleh iklan tempat saya menimba ilmu selama 4 tahun dan dapat
politik Partai Golkar dan sisanya sebesar 0,704 menghasilakan penulisan ini.
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA
(Buku)
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat Adman Nursal. 2004. "Political Marketing: Strategi Memenagkan
disimpulkan bahwa iklan politk berpengaruh terhadap Pemilu: Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR,
keputusan memilih.Hal ini sesuai dengan pendapat DPD, Presiden". Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Dudek (2007:2) yang mengatakan bahwa iklan politik Afdal Makkuraga Putra. "Emosionalitas dan Negativity dalam Iklan
Politik Pilkada", Jurnal Media Watch, 31 Agustus 2007
secara singkat dideskripsikan sebagai penyiaran yang ArifSugiono. 2005. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih
bersifat informatif dan persuasif dengan tujuan untuk dalam Pilkada: Perspektif Political Marketing. Jurnal
meraih pemberi suara dan memberikan mereka pilihan Manajemen Usahawan Indonesia. No.05/TH.XXXI V MEI
politik yang meliputi partai politik, kandidat dan 2005. LMFE Universitas Indonesia.
Bauer, H.H dan Herrmann, A. 1996. "Political Marketing: an
program. Sedangkan menurut Linda Lee Kaid dalam information-economic analysis". European Journal of
Putra (2007) menjelaskan iklan politik adalah proses Marketing. No. 30.P.159-172.
komunikasi dimana seorang sumber (biasanya kandidat Bilson Simamora, 2004. "Panduan Riset Perilaku Konsumen".
dan atau partai politik) membeli atau memanfaatkan Jakarta.Gramedia Pustaka Utama.
Butler, P dan Collins, N, 1993. "Political Marketing: Structure and
kesempatan melalui media massa guna menjelaskan Process". European Journal of Marketing. No.28. P.19-34.
pesan-pesan politik dengan sengaja untuk Dudek, Patrycja. 2007. ”Negative Political Advertising:
mempengaruhi sikap, kepercayaan dan perilaku politik Parliamentary Election 2007 Campaign TV Spots”
khalayak. Engel, J. F. Blackwell dan R, D, Miniard, 2005."Consumer
Behavior". 11th Ed. Forth Word, Texas. The Dryden Press.
Firmanzah. 2004. "Peran Ilmu Marketing dalam Dunia Politik –
SIMPULAN Menuju Marketing Politik di Indonesia ?".
Firmanzah. 2007. "Marketing Politik – Mengelola Partai Politik:
Deskripsi iklan politikpada Partai Golkar yang terdiri Komunikasi dan Positioning ideologi politik di era demokrasi".
dari indikator mission, message, dan media berada pada Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
kategori sedang.Dimana indikator media merupakan Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2008, “Principles of Marketing”,
dimensi yang mendapatkan penilaian cukup baik Pearson Global Edition
282
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
283
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
284
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
strategi-strategi yang nyata (action strategies) dan Komunikasi strategis menjadi kunci penting bagi
komunikatif (communication strategies). Masing-masing organisasi untuk menanamkan citra di dalam persepsi
strategi akan melahirkan taktik-taktik komunikasi. publik. Mengapa komunikasi sangat penting? Menurut
Taktik-taktik ini yang secara langsung bersentuhan Gregory (2010), komunikasi merupakan kendaraan untuk
dengan persepsi dan perilaku manusia, seperti website, menggalang dukungan dari publik kunci dengan
rilis berita, tur organisasi, dan baliho/spanduk, dan memastikan bahwa visi dan nilai-nilai organisasi
sebagainya. dipahami oleh para publik kunci.
Pelaksanaan strategi yang telah direncanakan kemudian Selanjutnya, Gregory (2010) menyebutkan bahwa
harus dievaluasi. Smith menyatakan PR wajib komunikasi dapat mendukung terjalinnya hubungan yang
mengevaluasi program komunikasi yang telah berjalan baik dengan publik kunci. Publik kunci ini memiliki
dengan mengukur efektivitas setiap taktik dan melihat peran yang besar bagi organisasi karena mereka yang
apakah sasaran telah tercapai. Hasil evaluasi ini akan menentukan baik atau buruknya nasib organisasi.
menjadi masukan atau umpan balik (feedback) bagi
perencanaan strategi selanjutnya. Seluruh tahapan Bagi organisasi pencak silat tradisional, mengidentifikasi
strategi PR Smith ini dikenal dengan ‘Sembilan Langkah publik penting agar strategi PR tepat sasaran. Berbagai
PR Strategis’(The Nine Steps of Strategic PR). pemangku kepentingan yang perlu dipertimbangkan
dalam perencanaan strategi PR untuk organisasi silat
Pendekatan PR strategis di atas dapat diimplementasikan tradisional meliputi organisasi induk pencak silat IPSI,
ke berbagai organisasi, termasuk organisasi nirlaba yang seluruh komunitas pencak silat yang memiliki kesamaan
bersentuhan langsung dengan masyarakat. Oleh visi dan misi, media massa, dan masyarakat umum
karenanya, makalah ini akan menawarkan strategi PR sebagai partisipan yang akan disasar. Kemudian, instansi
yang dapat digunakan oleh organisasi pencak silat pemerintah bidang kepemudaan, olahraga, seni dan
tradisional untuk membentuk citra positif dan mengajak budaya juga perlu diajak berkomunikasi sebagai pihak
masyarakat berpartisipasi lebih lanjut dalam kegiatan yang juga memiliki kepentingan dalam pelestarian
pencak silat. pencak silat sebagai budaya Indonesia.
285
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
kegiatan masyarakat (festival, pameran, pawai), perayaan informasi yang lebih terpercaya bila dibandingkan
hari-hari penting (nasional, agama, etnis, dll). Selain itu, dengan informasi melalui saluran media yang dimiliki
kegiatan tersebut juga dapat berupa perayaan ulang tahun organisasi (Smith, 2005).Untuk mendapatkan publisitas,
atau sejenisnya, dan kegiatan yang berorientasi pada Smithmenyarankan organisasi memanfaatkan kehadiran
proses seperti pembukaan, peresmian, peletakan batu tokoh yang dikenal publik atau wartawan dalam kegiatan
pertama, dan lain sebagainya (Smith, 2005). yang diselenggarakan organisasi.
Untuk mempopulerkan pencak silat tradisional, Selain mengundang wartawan, strategi mendapatkan
organisasi dapat menyelenggarakan festival tahunan publisitas juga dapat dilakukan dengan
pencak silat, workshop dan pameran jurus silat dalam menyelenggarakan konferensi pers, resepsi media, dan
rangka ulang tahun organisasi, hingga lomba koreografi kunjungan media (Nababan, 2013). Nababan dalam
antar aliran. penelitiannya tentang publisitas Wisata Budaya Tjong A
Fie Mansion menyatakan pengelola situs wisata selalu
Strategi ini telah dilakukan oleh organisasi Garis Paksi melibatkan media dalam setiap kegiatan yang
Indonesia, salah satu organisasi silat tradisional di Jawa diselenggarakan. Ini dilakukan agar kegiatan terliput,
Barat(Shihab, 2015). Organisasi ini mengajak terpublikasikan, dan masyarakat mengetahui informasi
masyarakat untuk berpartisipasi dalam workshop silat berkaitan dengan kegiatan tersebut. Oleh karena itu,
berbiaya terjangkau dengan bekerja sama (coalition) publisitas media massa perlu dimulai oleh organisasi silat
dengan sesama komunitas pencak silat. Tentunya, tidak agar aktivitas dan kegiatannya diketahui oleh publik.
semua teknik silat diajarkan kepada masyarakat
sehinggauntuk mempelajari lebih lanjut, para peserta Strategi komunikasi yang kedua adalah dengan
workshop perlu mendaftar dan mengikuti latihan reguler. memberikan informasi yang bernilai berita. Strategi ini
c. Memberikan sponsor (sponsorship) membutuhkan kecermatan organisasi untuk
Sponsorship bisa menjadi cara untuk membangun mengidentifikasi informasi apa yang menjadi penting
kesadaran (awareness) masyarakat terhadap organisasi. untuk diketahui oleh publik dan menarik bagi para
Sponsor tidak selalu berbentuk pendanaan. Sebagai jurnalis. Informasi ini dapat berupa tips dan trik
alternatifnya, organisasi dapat mengalokasikan sebagian melumpuhkan lawan dengan jurus silat, keunikan aliran
atau seluruh sumber dayanya untuk mendukung sebuah silat, metode pelatihan, hingga informasi-informasi
kegiatan atau acara. Sumber daya yang diberikan bisa lainnya yang bernilai berita (news value). Informasi-
berbentuk dukungan tenaga penyelenggara (co- informasi seperti ini disampaikan dalam bentuk press
organizer), seperti membantu menyelenggarakan release yang dikirim ke berbagai media, mulai dari media
workshop silat dalam rangkaian acara festival milik sendiri, media komunitas, media lokal, hingga ke
kebudayaan. Sebagai imbalannya, identitas organisasi media nasional. Organisasi juga perlu menulis rilis di
ditampilkan dalam seluruh materi publikasi acara. media-media jurnalisme warga seperti Kompasiana
d. Pemberian penghargaan dan bantuan (Kompas), Indonesiana (Tempo), forum-forum online,
Strategi ini secara khusus menyasar para praktisi silat. dan media lainnya yang kontennya berasal dari para
Penghargaan dapat diberikan berdasarkan kriteria- pengguna (user-generated content). Degan menulis di
kriteria yang ditetapkan organisasi, seperti konsistensi media jurnalisme warga, artikel rilis memiliki
pelatihan, prestasi pengembangan dan lain sebagainya. kesempatan besar untuk dipublikasikan melalui media
Bantuan juga dapat diberikan kepada guru-guru silat sosial dengan puluhan ribu audiensnya.
yang secara ekonomi perlu mendapatkan bantuan. Hal ini
dapat meninggalkan kesan yang baik bagi komunitas- Seluruh tulisan yang dikirim kepada wartawan maupun
komunitas pencak silat di mana guru-guru tersebut yang ditulis di media jurnalisme warga juga perlu
mengajarkan silat. Selain itu, cara ini juga dapat dipublikasikan melalui media organisasi seperti website
melahirkan informasi yang sarat nilai berita (Smith, dan media sosial lainnya yang saat ini populer.
2005). Organisasi bisa memanfaatkan Facebook Page yang
khusus didesain untuk kepentingan bisnis. Facebook
Strategi akan berjalan dengan sia-sia apabila tidak Page bersifat terbuka untuk diikuti oleh komunitas maya
didukung dengan strategi komunikasi. Smith (netizen) di Facebook. Selain mengisi Facebook Page-
mengemukakan tiga strategi komunikasi proaktif yaitu nya dengan informasi yang berkaitan dengan produk dan
publisitas, menyediakan informasi bernilai berita, serta jasa khas organisasi, Facebook Page juga dapat diisi
komunikasi yang transparan. dengan selingan informasi lain yang berkaitan dengan
tema olahraga dan bela diri, kebudayaan, kesehatan dan
Publisitas merupakan teknik untuk mendapatkan kebugaran, dan gaya hidup. Hal ini bertujuan agar
publikasi melalui pemberitaan di media massa. Di mata Facebook Page tetap terisi dengan informasi secara
audiens, pemberitaan di media massa merefleksikan berkala.
286
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Daftar Pustaka
Langkah ini pun telah penulis terapkan untuk Garis Paksi
Indonesia. Di setiap artikel yang dikirim atau ditulis, Carrol, C. E. (2013). The Handbook of Communication
penulis meninggalkan saluran kontak resmi apabila and Corporate Communication. Chichester: Wiley-
pembaca ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pencak Blackwell.
silat di organisasi ini. Gregory, A. (2010). Planning and Managing Public
Relations Campaign: A Strategic Approach (3rd Ed.).
Garis Paksi Indonesia juga memiliki media organisasi Philadelphia: Kogan Page Limited.
dalam bentuk website, Twitter, Facebook Page, dan Kusdiyanto. (2008). Citra Perguruan Tinggi Swasta Di
Instagram yang diisi dan diperbarui secara berkala Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah. ENEFIT Jurnal
(Shihab, 2015). Sejak dimulainya strategi ini,komunikasi Manajemen dan Bisnis, Vol. 12 No. 2 , 150-160.
antara masyarakat umum dan organisasi ini pun Lesmana, F. (2002). Panduan Pencak Silat Jilid 1.
perlahan-lahan mengalami peningkatan. Pekanbaru: Zanafa Publishing.
Nababan, C. R. (2013). Analisis Program Publisitas
Kesimpulan Wisata Budaya Tjong A Fie Mansion Dalam
Meningkatkan Jumlah Wisatawan Domestik. Jurnal
Organisasi harus mengembangkan strategi aksi dan Ilmu Komunikasi 'Flow' .
strategi komunikasi untuk membentuk citra dan Republika Online. (2012, September 19). 169 Aliran
meningkatkan partisipasi masyarakat. Strategi aksi yang Silat Sumbar Terancam Punah. Diakses pada Februari
dapat dilakukan antara lain menciptakan tampilan yang 18, 2014, dari Republika Online Web site:
menarik perhatian dan partisipasi publik, membangun http://www.republika.co.id/berita/senggang/seni-
citra dan kesadaran publik melalui sponsorship, budaya/12/09/19/makrjr-169-aliran-silat-sumbar-
memberikan penghargaan dan bantuan kepada publik terancam-punah
spesifik. Strategi aksi ini juga harus dipadukan dengan Republika Online. (2013, Agustus 18). Perlu Strategi
strategi komunikasi untuk mendapatkan publisitas di Pasarkan Pencak Silat di Luar Negeri. Diakses pada
media massa dengan menyelenggarakan kegiatan dan Desember 02, 2013, dari Republika Online:
memberikan informasi yang keduanya memiliki nilai http://www.republika.co.id/berita/olahraga/arena-
berita. Komunikasi kepada masyarakat juga diperkuat olahraga/13/08/18/mrqgoa-perlu-strategi-pasarkan-
melalui saluran-saluran media sosial populer dan media pencak-silat-di-luar-negeri
jurnalisme warga. Riel, C. B., & Fombrun, C. J. (2007). Essentials of
Corporate Communication (Implementing practices
Saran for effective reputation management). New York:
Routledge.
Implementasi strategi PR bagi organisasi yang bergerak Sertori, T. (2007, September 06). What is Pencak Silat?
dalam pengembangan pencak silat tradisional Diakses pada Februari 18, 2014, dari The Jakarta Post
membutuhkan personel yang memahami tata cara Website :
mengelola kegiatan PR. Untuk menciptakan eksistensi http://www.thejakartapost.com/news/2007/09/06/wh
organisasi di komunitas maya, penulis menyarankan at-pencak-silat.html
organisasi memiliki satu personel yang aktif di berbagai Shihab, M. (2015). Public Relations Dan Pembentukan
media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, Citra Organisasi: Studi Pada Perkumpulan Pencak
Instagram, dan blog untuk membuat dan Silat Garis Paksi Jawa Barat (Tesis). Jakarta:
mengembangkan media-media Universitas Mercu Buana.
online organisasi. Smith, R. D. (2005). Strategic Planning for Public
Relations (2nd Ed.). New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates Publishers.
Soemirat, S., & Ardianto, E. (2010). Dasar-Dasar Public
Relations. Bandung: Rosda.
Vanderstoep, S. W., & Johnston, D. D. (2009). Research
Methods for Everyday Life. San Francisco: Jossey-
Bass.
287
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Abstrak PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan tahap Ketatnya persaingan dalam berkampanye politik adalah
identifikasi masalah kampanye yang dilakukan tim sesuatu hal yang lazim dilakukan dalam pemilihan
Sabdaguna melalui wayang golek. Penelitian ini
kepala daerah dalam mendapatkan dukungan suara.
menggunakan metode deskriptif dengan teknik
Kesempatan seorang calon kepala daerah untuk
pengumpulan data dan teknik analisis data secara
memenangkan pemilihan secara langsung pun
kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara mendalam, observasi, serta studi bergantung pada penggunaan beragam media dalam
pustaka, dan studi dokumen. Hasil penelitian kampanye politik yang dilakukannya. upaya dilakukan
menunjukkan bahwa tahap identifikasi masalah dengan agar media yang digunakan menjadi efektif dan
melakukan peninjauan langsung ke lapangan. Tahap mempersuasi khalayak banyak untuk memilih kepala
pengelolaan kampanye dilakukan melalui perencanaan daerah.
dan pelaksanaan kampanye melalui wayang golek.
Tahap perencanaan dengan melakukan budgeting, Dadang M Naser dan Gun-Gun Gunawan adalah
konsolidasi internal dan eksternal, segmentasi dan salahsatu kandidat calon Bupati dan Wakil Bupati di
sasaran, positioning dan publikasi. Tahap pelaksanaan Kabupaten Bandung yang telah memenangkan
dilakukan dengan kampanye melalui cerita wayang Pemilukada tahun 2015 untuk jabatan periode 2016-
golek dengan komunikasi verbal dan non verbal secara 2021. Pada tanggal 22 Desember 2015, Komisi
implisit dan eksplisit. Sementara itu, tahap evaluasi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bandung
melalui wayang golek belum dilaksanakan dengan baik menetapkan pasangan Dadang M. Naser dan Gun Gun
oleh tim Sabdaguna. Gunawan sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati
Terpilih dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Peneliti menyimpulkan Tim Sabdaguna telah Bandung Tahun 2015 setelah mendapat perolehan suara
melaksanakan tahapan identifikasi masalah dan terbanyak yaitu 64,28 persen dari total suara sah.
pengelolaan Kampanye melalui wayang golek. Namun,
Berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara
tahap evaluasi belum dilaksanakan secara maksimal oleh
tingkat Kabupaten Bandung, perolehan suara pasangan
Tim Sabdaguna. Berdasarkan penelitian ini, penulis
Sabdaguna itu mengungguli pasangan Sofyan Yahya –
menyarankan membuat pengukuran terencana dalam
efektifitas kampanye melalui wayang golek. Hasil Agus Yasmin (24,95%) dan pasangan Deki Fajar – Dony
temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi pintu Mulyana Kurnia (10,77 %).
masuk bagi penelitian-penelitian lainnya di bidang
komunikasi politik dan PR politik terutama di ranah Sabdaguna berangkat dari non partai/independen
komunikasi dengan menggunakan media wayang golek sehingga tim sabdaguna dibentuk oleh relawan-relawan
dan teknik pencitraan yang baik. Penelitian ini pun Dadang M Naser dan Gun Gun Gunawan yang tidak
diharapkan dapat mendorong penelitian berikutnya profit oriented atau sukarela. Sehingga orang-orang yang
dengan memberikan masukan bagi calon pasangan menjadi tim Sabdaguna adalah orang yang sudah
kepala daerah yang akan mengikuti pemilihan umum mengenal sepak terjang Dadang M Naser pada periode
kepala daerah mengenai bagaimana kampanye melalui pertama sebagai Bupati Kabupaten Bandung. Para
media wayang golek dalam menghadapi pemilukada. relawan ini tidak dibayar oleh tim pemenangan pasangan
Sabdaguna, hanya bermodalkan persuasi dengan
Kata kunci: kampanye politik, wayang golek, memaparkan kesamaan visi dan misi kepada relawan
sabdaguna, budaya, komunikasi, kearifan lokal yang ingin membantu.
288
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
289
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
kalimat ajakan, bujukan, gambar-gambar, atau suara dan Sabdaguna didukung oleh 4 partai politik yaitu PKS,
simbol-simbol. Semua bentuk kampanye tersebut secara Golkar, Gerindra, dan PPP. Selain itu, sebagian seniman
garis besar berisikan pesan persuasif yang secara lokal di Kabupaten Bandung juga menjadi relawan dan
langsung mengajak pendengar, pemirsa, atau pembaca simpatisan Sabdaguna sehingga kampanye yang
untuk menjatuhkan pilihannya kepada kandidat atau dilakukan melalui kesenian daerah seperti halnya yang
partai politik tertentu dalam sesi pemilihan umum yang paling dominan adalah pagelaran wayang golek. Karena
tertentu pula. seniman wayang golek dalang Dadan Sunandar Sunarya
dan Deden Kosasih Sunarya adalah salahsatu simpatisan
Jenis komunikasi kampanye politik pada umumnya dan Sabdaguna.
pada dasarnya dirancang sebagai komunikasi satu arah.
Adapun sesi debat kandidat atau debat partai politik Selama ini telah menjadi anggapan masyarakat luas
peserta pemilu sebagaimana yang belakangan dilakukan bahwa wayang golek adalah media komunikasi
dan dimediasi oleh stasiun televisi dan disiarkan secara tradisional. Anggapan seperti itu tentunya berangkat dari
langsung pun tetap menggunakan jenis komunikasi satu proses kesejarahannya yang dijalankan para pewaris
arah, yaitu dari media televisi dan atau radio (katakanlah aktifnya, terutama para dalang yang menjadi agen
demikian) kepada khalayak, dan tidak mencakup arah komunikasinya. Dalang dimasa lalu dan sampai kini
sebaliknya (jenis komunikasi dua arah). masih lebih banyak memiliki sikap ketradisionalan yang
menonjol sebagai sikap yang diwarisi secara turun
Pesan-pesan dari suatu kampanye politik lazimnya temurun. Tradisi lisan yang dijalankan dalam kehidupan
memuat gagasan-gagasan yang ditawarkan oleh para para dalang memberikan ciri tersendiri dalam gaya
kandidat atau partai politik kepada para khalayak calon komunikasinya.
pemilih. Pesan tersebut lazimnya berisi butir-butir
pembicaraan mengenai berbagai soal kebijakan. Butir- Pagelaran wayang golek memiliki karakteristik bentuk
butir pembicaraan yang memuat gagasan-gagasan utama pertunjukan yang kuat ketradisionalannya. Wayang
kampanye tersebut penyampaiannya diulang berkali-kali golek sebagai seni tradisional sudah diakui menjadi
agar menciptakan kesan akhir mendalam pada calon warisan budaya yang tak diragukan lagi. Wayang golek
pemilih. Dalam banyak pemilihan umum, partai oposisi dikenal dan didukung oleh masyarakat Jawa Barat.
(pembangkang) kandidat cenderung tidak Wayang golek dapat dipahami sebagai seni pertunjukkan
menyampaikan pesannya dengan cara mengajukan yang paling memasyarakat karena keakrabannya yang
petanyaan-pertanyaan tentang kebijakan dan pribadi senantiasa hadir sebagai wajah kesenian sunda yang
yang tidak berkenaan dengan inti perbincangan, alih-alih khas.
lebih lazim dengan menggunakan kontra-persuasi yang
ditujukan pada meng-counter citra politik berkuasa yang Wayang golek di Jawa Barat, sejak dulu sampai sekarang
menjadi lawannya. selalu melekat dengan nama dalangnya, baik itu di dalam
pertunjukan semalam suntuk maupun pertunjukan padat
Kesuksesan yang dilakukan tim Pemenangan Sabdaguna (berdurasi terbatas). Kehadiran wayang golek yang
bukan semata-mata keberuntungan saja, tetapi membuat selalu dilekatkan dengan nama dalang sering muncul
strategi kampanye politik yang sesuai dengan regional menjadi pertanyaan pertama dari calon penonton. Bukan
Kabupaten Bandung dengan berlandaskan ketentuan hal yang baru tetapi kelaziman masyarakat ketika
peraturan Komisi Pemilihan Umum No 7 tahun 2015. mendengar kabar adanya pertunjukan wayang golek.
Diantara yang dilakukan adalah Rapat umum, rapat Bagi penonton wayang golek yang fanatik, nama dalang
terbatas, tatap muka (face to face), seni budaya, olahraga, adalah jaminan bagi mereka untuk mendapatkan
sosial, media sosial, iklan radio, iklan tv, dan alat peraga kepuasan. Mereka merasa yakin bahwa mereka akan
kampanye. Kampanye yang ditetapkan ini bukan saja mendapatkan pertunjukan wayang golek yang menarik
dilakukan pasangan Sabdaguna, tetapi juga dilakukan dan menghibur.
oleh setiap pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Bandung 2016-2021. Media tradisional wayang golek sendiri selain menjadi
media hiburan bagi rakyat Jawa Barat menjadi sebuah
Tim relawan Sabdaguna terdiri dari berbagai unsur media yang dipergunakan untuk kepentingan kampanye
masyarakat yang beragam profesi dari usia muda hingga atau sosialisasi program pemerintah. Seperti yang pernah
tua. Walaupun berangkat dari jalur independen, dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan
290
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
yang mensosialisasikan programnya melalui “Gubernur sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
Saba Lembur” dengan dalang kondang Asep Sunandar menerapkan rencana dan keputusan pada waktu yang
Sunarya pada tahun 2012. Hal serupa juga dilakukan akan datang.
oleh Pasangan Calon Bupati dan wakil Bupati Dadang M
Naser dan Gungun Gunawan pada Pemilukada tahun Tipe utama penelitian deskriptif mencakup penilaian
2015. sikap atau pendapat tentang individu, organisasi,
peristiwa, atau prosedur; demikian juga tentang jajak
Wayang golek dipakai oleh tim pemenangan Sabdaguna pendapat politik dan survei penelitian pasar. Penelitian
sebagai bagian media kampanye di berbagai kecamatan deskriptif menggunakan teknik pengumpulan data survei
di Kabupaten Bandung. Karena sifat relawan bebas dan non survei, hanya saja penelitian eksperimental
berkampanye dan tidak melanggar hukum ketentuan kurang efektif. Cooper dan Emory bahkan mengatakan
waktu kampanye, maka dalam praktiknya, berkordinasi bahwa penelitian deskriptif menuntut kemampuan
dengan tim pemenangan Sabdaguna dalam pemanfaatan meneliti yang tinggi yang lebih ideal dibanding
penelitian penjelasan dan menuntut standar yang sama
pagelaran wayang golek di berbagai tempat di
tingginya, baik menyangkut desain maupun
Kabupaten Bandung. Selain itu, dilatarbelakangi dengan
pelaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk
banyaknya permintaan ke kantor tim pemenangan mengetahui penggunaan pagelaran wayang golek
Sabdaguna dari berbagai kalangan masyarakat di tiap sebagai salahsatu media kampanye politik pasangan
kecamatan untuk menghadirkan pagelaran wayang golek “Sabdaguna” dalam pemilukada Kabupaten Bandung
di daerahnya masing-masing. tahun 2015. Oleh karena itu, penelitian ini lebih cocok
menggunakan metode deskriptif.
Kampanye adalah bagian yang inheren dari kegiatan
pemilukada langsung. Karena itu, kampanye harus HASIL DAN PEMBAHASAN
direncanakan dan dibuatkan strategi dan teknik, baik
yang menyangkut materi kampanye maupun model Pada bulan Maret 2015, Dadang M Naser secara personal
kampanye. Penggunaan wayang golek sebagai salah satu membentuk tim kecil dalam upaya komunikasi dua arah
media kampanye politik memiliki nilai tambah, terutama terkait diskusi konsep dan program kampanye yang
di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Hal ini disebabkan efektif dan awal mula pembentukan tim besar dalam
karena wayang golek telah menjadi sebuah “gaya hidup” rangkaian menempuh pemenangan Sabdaguna periode
masyarakat Sunda dalam upaya mencari penghiburan. kedua. Tim kecil ini beranggotakan lima orang yang
Nilai tambah dari pertunjukan wayang golek yakni para diantaranya Iman Salman Sag.,Msi, Subhansah, H.
pedalang dapat menyisipkan pesan-pesan kampanye, Sugianto Sag.,Msi, Cecep Suhendar Spd.,Msi, dan
baik secara eksplisit maupun implisit, tergantung pada Deden Deni Nugraha Spd.
bagaimana cara pengemasan yang diinginkan sang
pemangku hajat (dalam penelitian ini adalah calon bupati Sebelum Merumuskan perencanaan, langkah pertama
dan wakil bupati). yang dilakukan dalam pengelolaan kampanye adalah
mengidentifikasi permasalahan yang ada, sehingga dapat
METODE dilakukan perencanaan yang matang. Melakukan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian kampanye politik sebagai salah satu upaya meraih massa
deskriptif memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian sebanyak-banyaknya, diperlukan orang-orang yang
ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak mampu melakukan strategi komunikasi yang baik pula
menguji hipotesis atau membuat prediksi. Di sini, dengan menyebarkan pesan secara efektif, efisien, dan
“deskriptif” diartikan melukiskan variabel demi variabel, tepat sasaran. Untuk itu salahsatunya dari tim simpatisan
satu demi satu. Pada hakikatnya, metode deskriptif relawan Sabdaguna yang berasal dari seniman lokal
mengumpulkan data secara univariat. Kabupaten Bandung melakukan kampanye yang
dilakukan melalui kesenian daerah seperti halnya yang
Penelitian deskriptif ditujukan untuk (1) mengumpulkan paling dominan adalah pagelaran wayang golek sebagai
informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala alat organisasi penyebar pesan.
yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa
kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat Kampanye politik melalui pagelaran wayang golek pada
perbandingan atau evaluasi, (4) menentukan apa yang pemilukada Kabupaten Bandung adalah bagian dari
dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang rangkaian kampanye yang dilakukan tim Sabdaguna
291
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
yang pada tahap pelaksanaannya dilaksanakan oleh tim 4. Kemudahan perijinan kegiatan wayang golek dan
simpatisan Sabdaguna. Perencanaan strategi kampanye kondusif dibandingkan dengan pentas musik yang
politik tidak hanya dilakukan oleh tim kampanye utama, memiliki banyak aturan dalam perijinan kegiatan.
perencanaan kampanye juga dilakukan oleh masing- 5. Penonton wayang golek bersifat heterogen dari
masing tim kampanye Sabdaguna di kecamatan dan berbagai kalangan dan berbagai usia dan tidak
kelurahan asalkan tetap dalam pantauan tim kampanye dipatok oleh suatu kepentingan politik apapun pada
utama. masa kampanye, sehingga fleksibel mendatangkan
masyarakat dari dekat maupun jauh karena
Wayang golek sebagai salahsatu kampanye politik fungsinya sebagai hiburan yang merakyat dan
dipilih oleh tim kecil Sabdaguna terkait sepak terjang bebas ditonton oleh masyarakat manapun. Selain
Dadang M Naser dalam mensosialisasikan program- itu, penonton wayang golek biasanya adalah orang-
program pembangunan Kabupaten Bandung kepada orang yang sudah mempunyai hak pilih suara.
masyarakat pada jabatan Bupati periode 2010-2015. 6. Adanya peraturan PKPU mengenai beberapa
publikasi yang dibatasi dilakukan oleh pasangan
Masyarakat kabupaten Bandung yang notabene masih calon, sehingga untuk menyiasati keefektifan
mencintai budaya lokal wayang golek, dijadikan sebuah media yang murah dan diterima masyarakat agar
alat untuk melancarkan kampanye politik tim Sabdaguna bisa mempersuasi untuk memilih Sabdaguna
dalam meningkatkan brand awareness kepada dipilihlah wayang golek.
masyarakat Kabupaten Bandung. Pemilihan media
sebagai saluran kampanye dilakukan dengan mengukur Menurut Ostergaard pada Venus (2009: 14-15) sebuah
dan menganalisis kesempatan untuk melihat format dan rancangan program kampanye untuk perubahan sosial
isi pesan kampanye, nilai respons, biaya per penayangan yang tidak didukung oleh temuan-temuan ilmiah
pesan kampanye, akibat yang ditimbulkan dan kriteria tidaklah layak untuk dilaksanakan. Alasannya karena
lainnya. program semacam itu tidak akan menimbulkan efek
apapun dalam menanggulangi masalah sosial yang
Dalang yang dikenal masyarakat biasanya selalu dihadapi. Karenanya, lanjut pakar kampanye ini, sebuah
dilekatkan dengan nama grup kesenian “Giriharja”. program kampanye hendaknya selalu dimulai dari
Giriharja adalah salahsatu sentra dalang wayang golek identifikasi masalah secara jernih. Langkah ini disebut
yang sudah terkenal di Jawa Barat. Di antara dalang yang juga tahap pra kampanye.
terkenal di dunia pedalangan dari Giriharja di antaranya
adalah Dadan Sunandar Sunarya dan Deden Kosasih Identifikasi yang dilakukan tim kecil Sabdaguna terkait
Sunarya. Animo masyarakat terhadap wayang golek dengan kesenian wayang golek dimulai pada pagelaran
dipengaruhi oleh figur seorang dalangnya. yang ditampilkan di setiap event Pemerintah Kabupaten
Bandung dan beberapa hajatan pribadi. Kesenian sunda
Identifikasi masalah yang dilakukan Sabdaguna melalui wayang golek digemari oleh masyarakat sunda
data primer di lapangan terkait pengalaman sebagai khususnya di Kabupaten Bandung dengan melihat animo
panitia penyelenggara wayang golek. Subhansah warga yang menyaksikan pagelaran wayang golek. Poin
menganalisis kampanye yang dilakukan pasangan keduanya wayang golek adalah media massa tradisional
Sabdaguna bersama tim kampanyenya yang pada yang komunikatif dibandingkan dengan kesenian sunda
dasarnya dimulai dari tahap identifikasi kampanye lainnya sehingga efektif untuk menyisipkan pesan
politik melalui pagelaran wayang golek pada pemilukada kampanye pada cerita wayang golek karena cerita
Kabupaten Bandung Periode 2016-2021: wayang golek berkorelasi dengan kampanye Sabdaguna.
1. Tingginya minat masyarakat Kabupaten Bandung
terhadap wayang golek sebagai salah satu syarat Pertimbangan wayang golek sebagai media yang
pelancaran kampanye Sabdaguna. dimanfaatkan kampanye Sabdaguna adalah dukungan
2. Pengukuran kredibilitas dalang sebagai aktor relawan dan pagelaran wayang golek lebih kondusif dan
kampanye untuk menyampaikan pesan kampanye aman dari awal sampai akhir pagelaran bahkan bisa
Sabdaguna agar memberikan pesan persuasif. mengembangkan bagi pelaku UKM untuk menjajakan
3. Korelasional cerita wayang golek yang dinamis hasil produksinya pada setiap ada pagelaran wayang
dengan berbagai kepentingan khususnya golek diadakan, berbeda dengan pagelaran pentas musik
kepentingan kampanye Sabdaguna. yang banyak peraturan, sehingga perijinannya pada
292
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pihak keamanan dan pihak setempat lebih mudah dan yakni wayang golek sebagai media komunikasi
murah dilakukan. tradisional masih dicintai oleh masyarakat Kabupaten
Bandung dan aksesibilitas dalam melakukan pagelaran
Pemilihan dalang sebagai aktor politik dilakukan karena wayang golek dengan memanfaatkan fungsinya sebagai
secara pribadi kedekatan dengan dalangnya dan media komunikasi untuk menyalurkan pesan kampanye
mengukur keinginan masyarakat yang menginginkan pada cerita wayang golek
pagelaran wayang golek dengan dalang Dadan Sunandar
Sunarya dan dalang Deden Kosasih Sunarya DAFTAR PUSTAKA
Nalan, Arthur S. 2015. Asep Sunandar Sunarya – Dalang
Langkah pertama yang harus dilakukan sumber Wayang Golek Intelek.
kampanye (campaign makers atau decision maker) Sayuti, Solatun Dulah. 2014. Komunikasi Pemasaran
adalah mengidentifikasi masalah faktual yang dirasakan. Politik. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Penulis menganalisis tingginya animo masyarakat Venus, Antar. 2009. Manajemen Kampanye. Bandung:
Kabupaten Bandung terhadap kesenian Wayang Golek Simbiosa Rekatama Media
dikarenakan wayang golek sebagai media hiburan rakyat
yang dinamis berkembang di tengah derasnya
modernisasi. Cerita wayang golek bisa berintegrasi
secara dinamis dengan isu-isu kekinian dan kepentingan
yang membeli jasa wayang golek itu sendiri. Pada
dasarnya media wayang golek bisa menjelaskan pesan
yang disampaikan melalui ceritanya.
SIMPULAN
293
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Dede Mariana
Ari Ganjar Herdiansyah,
Diah Fatma Sjoraida
Heru Riyanto
Universitas Padjadjaran
d.mariana@unpad.ac.id
294
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Budaya Politik dan Transisi Demokrasi kekuasaan dalam masyarakatnya rendah, dan tidak ada
peranan politik bersifat khusus.
Memasuki era transisi demokrasi yang dijalankan di
Indonesia pasca pemerintahan Soeharto mengacu pada Budaya Politik Kaula/Subjek, yakni budaya politik
demokrasi prosedural ala Schumpeterian yang masyarakat yang sudah relatif maju baik sosial maupun
menekankan kepada 3 (tiga) elemen dasar demokrasi 2, ekonominya, namun masih relatif pasif. Di dalam
yakni pertama, partisipasi politik yang dilakukan budaya politik kaula/subjek, orang-orang secara pasif
melalui pemilihan umum yang diselenggarakan secara patuh terhadap para pejabat-pejabat pemerintahan dan
reguler dan adil. Kedua, kompetisi yang luas antara undang-undang, akan tetapi mereka tidak melibatkan
individu-individu dan kelompok-kelompok organisasi diri dalam politik ataupun memberikan suara dalam
(terutama partai politik) untuk memperebutkan pemilihan umum. Budaya politik kaula/subjek
jabatan-jabatan pemerintahan yang mempunyai memiliki tingkat perhatian pada sistem politik sangat
kekuasaan efektif secara reguler dan tidak melibatkan rendah. Ciri-cirinya: masyarakat menyadari
penggunaan daya paksa. Ketiga, jaminan kebebasan sepenuhnya otoritas pemerintah, sedikit warga
sipil dan politik berupa kebebasan berbicara, memberikan masukan dan tuntutan kepada pemerintah,
kebebasan pers, kebebasan untuk membentuk dan namun dapat menerima apa yang berasal dari
bergabung ke dalam organisasi, yang cukup menjamin pemerintah, menerima putusan-putusan yang dianggap
integritas kompetisi dan partisipasi politik. sebagai sesuatu yang tidak dapat dikoreksi, terlebih
lagi ditentang, sikap warga sebagai aktor politik adalah
Kritik terhadap konsep dan praktik demokrasi pasif, artinya warga tidak dapat berbuat banyak untuk
prosedural ini, bahwa optimisme dalam menciptakan berpartisipasi dalam kehidupan politik, warga menaruh
kepastian-kepastian membuat konsep demokrasi kesadaran, minat, dan perhatian pada sistem politik
prosedural mengabaikan faktor-faktor di luar dimensi secara umum dan khusus terhadap obyek output,
pemilu dan partai politik, seperti budaya politik dan sedangkan untuk kesadarannya terhadap input dan
legitimasi demokrasi. Budaya politik menyangkut pola kesadaran sebagai aktor politik masih rendah.
keyakinan, nilai-nilai, ide-ide, sentimen, dan sikap-
sikap suatu masyarakat tentang sistem politik negeri Budaya politik partisipan, yakni budaya politik yang
mereka dan peran masing-masing individu dalam ditandai adanya kesadaran politik yang sangat tinggi.
sistem tersebut. Sedangkan legitimasi demokrasi Di dalam budaya politik partisipan, masyarakat
meliputi dua tingkatan, yakni pertama, keyakinan cenderungan mengorientasikan secara eksplisit
bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang terhadap sistem politik baik terhadap struktur dan
terbaik yang memungkinkan. Kedua, keyakinan pada proses politik maupun administratif. Budaya politik
demokrasi bukan sebagai bentuk pemerintahan ideal partisipan ditandai adanya kesadaran dirinya dan orang
tapi sebagai pilihan yang lebih disukai dibandingkan lain sebagai anggota aktif di dalam kehidupan politik.
sistem lain yang pernah dicoba (Diamond, 2003; Umumnya masyarakat dengan budaya politik
Mariana, 2007). partisipan sadar bahwa betapapun kecilnya partisipasi
dalam sistem poliitk, tetap saja merasa berarti dan
Secara teoritik terdapat tiga tipe budaya politik, yakni: berperan di dalam berlangsungnya sistem politik
budaya politik parokial, kaula/subjek, dan partisipan tersebut. Begitupula, di dalam budaya politik
(Masoed, 2007; Kantaprawira, 2006). Budaya Politik partisipan, masyarakat tidak menerima secara langsung
Parokial, yakni budaya politik dengan tingkat keputusan-keputusan politik, karena merasa sebagai
partisipasi yang rendah. Umumnya budaya politik ini anggota aktif dalam kehidupan politik yang memiliki
terdapat di dalam masyarakat tradisional dan lebih hak dan tanggung jawab.
bersifat sederhana. Menurut Mochtar Masoed dan
Colin Mc. Andrew (2007), di dalam budaya politik Ciri-ciri budaya politik partisipan: warga menyadari
parokial: orang-orang tidak mengetahui sama sekali hak dan tanggungjawabnya, serta dapat
adanya pemerintahan dan politik. Hingga kesadaran mempergunakan hak dan menanggung kewajibannya;
politik mereka menjadi sangat minimal dan ditentukan tidak begitu saja menerima keadaan, tunduk pada
oleh para pemimpinnya. Ciri-cirinya: apatis, keadaan, berdisiplin tetapi dapat memberikan penilaian
lingkupnya sempit dan kecil, pengetahuan politik dengan penuh kesadaran terhadap semua obyek politik,
rendah, masyarakat sederhana dan tradisional, adanya baik secara keseluruhan: input, output, maupun posisi
ketidak pedulian dan menarik diri dari kehidupan dirinya sendiri; kehidupan politik sebagai sarana
politik, anggota masyarakat condong tidak berminat transaksi, misalnya: layaknya sebagai penjual dan
terhadap obyek politik yang luas, kesadaran anggota pembeli, warga menerima menurut kesadarannya
masyarakat mengenai danya pusat kewenangan dan tetapi dapat juga menolak menurut penilaiannya
295
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
sendiri; menyadari sebagai warga negara yang aktif demokrasi tidak serta merta mewujudkan
dan berperan sebagai aktivis. kesejahteraan juga menjadi alasan belum terbentuknya
keyakinan masyarakat akan demokrasi. Keterbelahan
Dengan demikian budaya politik yang diperlukan sosial dan ekonomi, yakni: kemajemukan kondisi
untuk membangun kehidupan politik yang demokratis sosial masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam
adalah budaya politik partisipan. Namun, di Indonesia suku bangsa dan sistem nilai dan keyakinan (sistem
di dalam praktiknya di era transisi demokrasi ini religi), serta kesenjangan ekonomi yang ditunjukan
dengan merujuk kepada ciri-ciri masing-masing oleh timpangnya tingkat pendapatan masyarakat secara
budaya politik, masih menunjukan kehadiran ketiga individu maupun kelompok, telah turut mendorong
tipe budaya politik tersebut, yakni: untuk daerah- ketidak setaraan (unequality) antar individu maupun
daerah dengan corak masyarakat tradisional maka kelompok-kelompok masyarakat, yang di dalam sistem
budaya parokial dan/atau parokial-subjek/kaula demokrasi sejatinya menuntut kesetaraan antar
tampak lebih dominan, sementara untuk daerah-daerah individu dan/atau kelompok masyarakat tersebut di
yang sudah menunjukan kemajuan maka buaya politik dalam mengakses urusan-urusan bersama (publik).
partisipan sudah mulai tampak. Apabila, dilihat secara Kondisi ini berlanjut menimbulkan ketimpangan di
geografis daerah-daerah perdesaan masih menunjukan dalam mengakses sumberdaya sosial dan ekonomi di
budaya politik parokial dan/atau parokial- dalam praktik demokrasi.
subjek/kaula, sementara daerah-daerah perkotaan
menunjukan budaya politik partisipan. Penyimpangan pada praktik demokrasi terjadi akibat
pengabaian demokrasi prosedural terhadap kondisi-
Uniknya, di wilayah perkotaan pun, dapat ditemukan kondisi struktur sosial-ekonomi 3 yang bersifat
kecenderungan budaya politik parokial dan/atau mendua: membatasi pilihan-pilihan politik dari elit pro
parokial-subjek/kaula. Mengingat wilayah perkotaan demokrasi atau justru sebaliknya. Dalam ranah
di Indonesia biasanya merupakan wilayah-wilayah ekonomi, oleh Yushihiro Kunio, dualisme ekonomi ini
yang secara sosial budaya dihuni oleh warga perdesaan disebut sebagai kapitalisme semu atau olrh Terquist
yang berpindah ke kota sebagai migran. Jadi di dalam (1990) 4 disebut dengan kapitalisme rente. Dualisme
konteks Indonesia, tidak selamanya wilayah kota itu ekonomi ini tercermin, antara lain pada terbentuknya
benar-benar dihuni oleh warga kota dengan budaya struktur ekonomi berbasis etnis atau suku. Sedangkan
politik partisipan. dalam ranah politik, dualisme ini mengarah pada
Secara instrumental, demokrasi mendorong kebebasan fenomena kembalinya negara patrimonial dan politik
melalui tiga cara, pertama, pemilu yang bebas dan adil identitas dalam tata politik Indonesia modern. Nasikun
yang secara inheren mensyaratkan hak-hak politik (1998) melihat fenomena ekonomi-politik Indonesia
tertentu untuk mengekspresikan pendapat, ini sebagai bentuk perkawinan antara dua watak yang
berorganisasi, oposisi, serta hak-hak politik mendasar paling dasar dalam dua sistem ekonomi, yakni
semacam ini tidak mungkin hadir tanpa pengakuan kapitalisme dan feodalisme. Fenomena perkawinan
terhadap kebebasan sipil yang lebih luas. Kedua, antara demokrasi modern, kapitalisme dengan
demokrasi memaksimalkan peluang bagi penentuan feodalisme ini tentu saja menimbulkan sejumlah
nasib sendiri, di mana setiap individu hidup di bawah keraguan, apakah demokrasi bisa dilahirkan melalui
aturan hukum yang dibuatnya sendiri. Ketiga, “rahim”kapitalisme-feodalistik? Atau sebaliknya,
demokrasi mendorong otonomi moral, yakni demokrasi justru melahirkan penguatan feodalisme dan
kemampuan setiap warga negara membuat pilihan- ‘pembajakan’ institusi dan prosedur demokrasi oleh
pilihan normatif, sehingga pada tingkat yang paling kekuatan politik yang mempunyai akar feodalistik?
mendalam, demokrasi mendorong kemampuan untuk Kondisi-kondisi ini pada akhirnya melahirkan sistem
memerintah sendiri (Dahl, 1989; Mariana, 2007). demokrasi yang memberi ruang adanya hegemoni oleh
kekuatan-kekuatan kelompok masyarakat dengan
Ketiadaan keyakinan bahwa demokrasi merupakan tingkat sosial ekonomi yang lebih tinggi terhadap
satu-satunya bentuk pemerintahan terbaik yang kelompok masyarakat lainnya. Tentu ini bertentangan
mungkin diterapkan menjadi penyebab belum atau berlawanan dengan prinsip-prinsip dan tujuan
terlembagakannya demokrasi di Indonesia selama demokrasi itu sendiri. Meskipun pada akhirnya kondisi
masa transisi. Penerapan demokrasi prosedural yang ini mengokohkan apa yang disinyalir oleh Robert
cenderung artifisial juga menjadi penyebab tidak Michael 5, sebagai hukum besi oligarki, yakni suatu
terbentuknya konsensus mengenai demokrasi di kondisi dimana “setiap kita memilih sistem demokrasi,
berbagai kalangan masyarakat. Kegagalan demokrasi maka pada waktu bersamaan cepat atau lambat, kita
prosedural untuk menjelaskan kemunculan bentuk-
bentuk partisipasi dan kompetisi semu serta mengapa
3 AA GN Ari Dwipayana. 2004. Bangsawan dan Kuasa: 4 Mariana, Dede. 2007. Makalah. Demokrasi di Indonesia:
Kembalinya Para Ningrat di Dua Kota. Yogyakarta: IRE Press, hal. Problematika dan Aktualisasi.
5. 5 Robert Michels. 1911. Political Parties. London: Penguin Books.
296
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
akan dihadapkan kepada sistem oligarki di dalam semu berawal dari konsensus di antara para aktor
praktiknya”. politik untuk menggunakan prosedur dan institusi
demokrasi modern secara formal, namun substansi
Dari sisi aktor, kegagalan demokrasi digambarkan oleh permainan berada di luar skenario yang diinginkan
Olle Tornquist sebagai fenomena ‘pembajakan’ oleh demokrasi murni.
demokrasi. Ia menjelaskan bagaimana ruang publik
yang dibuka melalui liberalisasi, demokratisasi, dan Kebijakan politik, baik nasional maupun lokal masih
desentralisasi sudah ‘dibajak’ oleh orang-orang yang mendistorsi upaya-upaya pemulihan ekonomi, padahal
tidak mempunyai sedikit kehendak pun untuk secara historis, pengalaman di negara-negara lain
membangun akuntabilitas dan transparansi. Bentuk demokrasi justru mendorong pertumbuhan ekonomi.
demokrasi di Indonesia saat ini, yang dijabarkan oleh Idealnya, demokrasi akan mengarah pada pencapaian
Tornquist sebagai ‘demokrasi kaum penjahat’ kesejahteraan karena demokrasi akan memperluas
menguntungkan para pejabat, kaum elit, dan para akses publik untuk memperoleh barang-barang publik
koruptor lokal, orang yang sering disebut sebagai (public goods), seperti pertumbuhan ekonomi,
status quo. Yang diinginkan oleh penguasa lama dan peningkatan pendapatan per kapita, perluasan
para hardliners adalah suatu negara yang lemah. kesempatan kerja, dll. Namun, yang terjadi sekarang,
sepertinya penerapan demokrasi di Indonesia belum
Birokrasi masih tetap didominasi oleh orang-orang menunjukkan keterkaitan dengan pencapaian
yang dididik di bawah rezim otoriter, yang banyak kesejahteraan.
terlibat korupsi, sehingga mereka tidak mempunyai
kemampuan untuk melayani kepentingan publik. Kegagalan demokrasi dalam mewujudkan
Bahkan hal ini meluas ke birokrasi yang menjadi kesejahteraan ini disebabkan oleh dua hal 6, yakni
bagian dari organisasi meso struktur politik, yakni: anomali dalam sistem dan perilaku aktor yang terlibat.
lembaga-lembaga politik baru yang dilahirkan pasca Praktik demokrasi yang dijalankan sekarang ini baru
rezim soeharto, seperti: komisi-komisi negara ataupun sebatas prosedural dan formal, masih jauh dari
lembaga non struktural lainnya yang dibentuk substansial. Indikasinya, institusi demokrasi yang ada
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bawah hanya dikuasai segelintir elit politik sehingga praktik
UUD 1945 hasil amandemen, yakni: Undang-undang demokrasi bergeser menjadi oligarki elit-elit strategis.
ataupun Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, Politik desentralisasi yang dijalankan baru sebatas elit
serta turunannya. dan parpol, belum sampai ke massa atau rakyat/warga,
sehingga otonomi daerah cenderung oligarkhis
Orang-orang tersebut, yang hidup nyaman ketika pelaksanaannya. Kondisi ini mengakibatkan akses
zaman Orde Baru, saat ini masih tetap mempunyai rakyat/warga terhadap pengambilan keputusan
kekuasaan, walaupun di bawah tatanan politik baru dan strategis, misalnya dalam penetapan APBN dan APBD
berasal dari partai yang berbeda-beda. Selain mereka, hampir tidak ada. Artinya, rakyat masih tetap ada di
muncul pula aktor-aktor baru dalam pentas politik yang pinggiran di dalam proses berpemerintahan dan tetap
memanfaatkan peluang demokratisasi untuk menempati posisi marginal.
kepentingan mereka. Inilah yang disebut dengan ‘para
penumpang gelap’ (free riders). Banyak di antara Sementara dari dimensi perilaku aktor politik, orientasi
mereka yang menggunakan bahasa demokrasi dan para pelaku politik sekarang ini cenderung mengalami
otonomi, atau paling tidak mempergunakan kelemahan pergeseran, dari yang semula didasari oleh orientasi
demokrasi di mana hubungan mendasar dari kekuasaan ideologis menjadi sekedar orientasi pragmatis yakni
masih tetap tidak tertata. Sistem kekuasaan semacam untuk memperoleh kekuasaan dan menggunakannya
itu memperkuat adanya ketidaksamaan dan untuk kepentingan kelompoknya. Secara substantif,
ketidakadilan pada saat ini. Akibatnya, banyak orang tidak ada pelembagaan budaya demokrasi baik di
merasa tidak diuntungkan dengan adanya demokrasi. kalangan elit maupun massa. Sekalipun pada
praktiknya, proses politik dapat diibaratkan seperti
Pengabaian terhadap dimensi liberalisasi, budaya transaksi (pertukaran sumberdaya), namun yang terjadi
politik, dan legitimasi demokrasi serta fenomena saat ini, transaksi tersebut lebih banyak
‘pembajakan’ demokrasi oleh para free riders menguntungkan segelintir elit. Masyarakat tidak
menimbulkan konsekuensi terbangunnya model memperoleh kemudahan untuk mempengaruhi secara
demokrasi semu (pseudo democracy), sebagai sebuah langsung penyediaan barang dan jasa publik yang akan
kecenderungan di mana keberadaan lembaga-lembaga mereka nikmati. Keluhan dan aspirasi hanya dapat
politik demokratis secara formal, seperti pemilu disalurkan melalui perwakilan (partai politik dan
multipartai menyebabkan dominasi kekuatan otoriter anggota legislatif), sementara kedua agen perantara
menjadi tidak kasat mata. Secara sederhana, demokrasi tersebut pada praktiknya belum sungguh-sungguh
297
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
298
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
9
http://restorasinews.com/detailpost/dinamika-
komunikasi-politik-pemerintah-di-era-demokrasi.
Diakses tanggal 15 oktober 2016.
299
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
10
http://silentnotenough.blogspot.co.id/2012/04/komunikasi-
politik-era-reformasi.html. Diakses tanggal 15 oktober 2016.
300
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Internet :
http://restorasinews.com/detailpost/dinamika-
komunikasi-politik-pemerintah-di-era-
demokrasi. Diakses tanggal 15 oktober 2016.
http://silentnotenough.blogspot.co.id/2012/04/komuni
kasi-politik-era-reformasi.html. . Diakses
tanggal 15 oktober 2016.
301
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Nuning Kurniasih
Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
nuning.kurniasih@unpad.ac.id
302
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
303
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Kamil apabila Ridwan Kamil maju dalam pemilihan Soesilo Bambang Yudhoyono(SBY) dan Ibu Ani
gubernur DKI Jakarta. Isi meme tersebut, tentu hanya Yudhoyono. Meme-meme yang muncul berupa
sebuah guyonan untuk menghibur. kepatuhan AHY kepada orang tua (lihat Lampiran
Meme 11), sindiran terhadap ungkapan yang pernah
Meme berisi gambar dan kartun juga muncul untuk disampaikan oleh SBY saat menjabat sebagai Presiden
menggambarkan para tokoh yang ingin mencalonkan bahwa tidak tepat apabila ada TNI yang bercita-cita
diri atau yang mungkin dicalonkan menjadi Gubernur ingin menjadi bupati, walikota, gubernur, pengusaha,
DKI Jakarta seperti Yusril Izha Mahendra, Adiyaksa dll (Handr, 2009) (lihat Lampiran Meme 12), meme
Dault, Sandiaga Uno, Rizal Ramli dan Ahmad Dhani lucu sekaligus sindiran dengan teks “Papa jahaaat”
(lihat Lampiran Meme 6). Yusril Izha Mahendra dan (lihat lampiran Meme 13) untuk menunjukkan
Ahmad Dhani mendapatkan sebuah meme sindiran keheranan netizen mengapa SBY tidak memilih
yang berkenaan dengan kegagalan rumah tangga puteranya yang sudah berkarir di poitik yaitu Edhi
keduanya. Dalam meme tersebut ditampilkan gambar Baskoro Yudhoyono dan meme untuk membandingkan
keduanya dengan teks “Yus** dan Dha** mimpin putera SBY dengan putera Presiden Jokowi, yaitu
warga Jakarta? Mimpin rumah tangga sendiri saja Gibran Rangkabuming yang memilih menjadi
gagal”(lihat Lampiran Meme 7). Meme ini sepertinya pengusaha daripada politikus (lihat Lampiran Meme 14)
dibuat oleh orang yang tidak mendukung keduanya hingga membandingkannya dengan Norman Kamaru,
maju menuju DKI 1. seseorang yang memutuskan berhenti menjadi polisi
untuk menjadi artis.
Meme lainnya berbentuk modifikasi gambar diri para
bakal calon gubernur menyerupai artis atau pemeran Namun demikian, banyak juga meme yang mendukung
film (lihat Lampiran Meme 8), tokoh senior dari partai AHY dalam Pilgub DKI Jakarta. Dalam meme-meme
pendukung bakal calon gubernur, serta kegiatan atau yang beredar, AHY digambarkan sebagai sosok yang
kondisi wilayah DKI Jakarta. tampan, sehingga disandingkakan dengan bintang
Korea (lihat Lampiran Meme 15), santun, nasionalis dan
Berkaitan dengan pengumpulan dukungan untuk Ahok agamais (lihat Lampiran 16).
maju menjadi calon independen. Banyak meme yang
berisi wajah masyarakat umum memegang kertas Sementara itu, Anies Baswedan yang diusung oleh
berisikan “Saya pilih Ahok karena …” dan “Saya Gak partai yang bersebrangan dengan partai yang
Mungkin Pilih Ahok karena …”. Pesan yang didukungnya pada Pemilihan Presiden 2014,
disampaikan di dalam meme-meme ini lebih banyak memunculkan meme kilas balik Pemilihan Presiden
sebagai hiburan, seperti “Saya gak mungkin pilih Ahok (Pilpres) 2014 (lihat Lampiran Meme 17). Disini
karena saya sudah punya pacar”, “Saya gak mungkin netizen ingin mengungkapkan bahwa mereka masih
pilih Ahok, soalnya kata Anang, jangan memilih aku” ingat momen Pilpres 2014 dan mempertanyakan
(lihat Lampiran Meme 9). Namun ada juga pesan dalam konsistensi terhadap pernyataan sang calon gubernur.
meme tersebut yang menuliskan tidak mungkin memilih
calon tertentu karena perbedaan agama. Dalam hal ini Ditetapkannya tiga calon gubernur DKI juga
pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat meme memunculkan meme dengan gambar perbandingan
sepertinya adalah sama seperti teks yang disampaikan. hardware dari tiga merek yang saat ini banyak
dipergunakan oleh masyarakat dan dapat
Kekecewaan sebagian netizen karena Ahok tidak menggambarkan kapasitas masing-masing calon (lihat
memilih jalur independen juga tak lepas dari kreativitas Lampiran Meme 18). Ketika para calon gubernur dan
pembuat meme, dimana nama “Teman Ahok” wakil gubernur melakukan pemeriksaan kesehatan,
diplesetkan menjadi “Teman Kapok” dalam sebuah mereka melakukan foto bersama, foto inipun kemudian
meme bergambar kaos dengan teks “Shold Out. Teman dimodifikasi oleh netizen. Ada yang mengganti wajah
Kapok. Takut Independen 2017. Balikin KTP Gua” salah satu calon wakil gubernur, Silviana Murni dengan
(lihat Lampiran Meme 10). Selanjutnya muncul meme- wajah Jonru, Ratna Sarumpaet, hingga artis Tika
meme Ahok dengan “seteru” politiknya seperti dengan Panggabean.
Lulung Lunggana dan Habiburrahman yang sejak awal
meragukan Ahok maju lewat jalur independen. Pilgub DKI Jakarta juga dimeriahkan oleh artis
pendukung, seperti Sopia Lacuba yang diangkat
Pada saat diumumkan tiga calon gubernur oleh para menjadi salah seorang juru bicara Tim Ahok, ramalan
partai pengusung, pencalonan Agus Harimuri feng shui, serta bakal calon yang tidak jadi diusung
Yudhoyono (AHY) berhasil mengambil perhatian dengan teks “Yang rame dan yang jadi” (lihat Lampiran
netizen. Netizen dikejutkan oleh keputusan AHY Meme 19).
mundur dari TNI untuk maju menuju DKI 1. Netizen-
pun menduga bahwa keputusan AHY semata-mata Selanjutnya muncul meme-meme yang menunjukkan
untuk memenuhi keinginan kedua orang tuanya, yaitu program dari calon gubernur, seperti meme dari
304
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Terakhir, dilantiknya kembali Ignasius Jonan sebagai Untuk mengetahui tanggapan netizen terhadap meme
meteri di kabinet Jokowi, memunculkan kreatifitas Pilgub DKI Jakarta 2017, peneliti melakukan observasi
netizen yang menghubungkannya dengan mantan langsung terhadap tulisan yang dibuat oleh netizen
menteri yang menjadi calon gubernur, Anies Baswedan. melalui beberapa blog pribadi dan akun media sosial
Dalam meme yang beredar, netizen berpendapat, yang memuat meme-meme tersebut.
seandainya Anies dapat sedikit sabar, mungkin akan
diangkat lagi sebagai menteri sebagaimana Jonan (lihat Dari hasil observasi tersebut diketahui bahwa netizen
Lampiran meme 23). cenderung untuk memuat atau membagikan meme-
meme yang dapat memperkuat dukungannya terhadap
Tujuan Disebarkannya Meme Pilgub DKI Jakarta calon gubernur tertentu. Netizen memuat dan
2017 oleh Netizen membagikan meme-meme yang berisi pesan positif
terhadap calon yang didukungnya dan memuat atau
Berdasarkan pemaparan pada bagian 3.1., dapat dilihat membagikan pesan yang bernada negatif untuk calon
bahwa pesan yang disampaikan dalam meme politik yang tidak didukungnya. Beberapa netizen memuat
dapat berupa sesuatu yang serius ataupun sebuah meme sebagai pengantar untuk mendiskusikan calon
humor. Menurut Dr Sophie Lecheler, meme memiliki tertentu.
peran penting untuk masa depan kampanye, meme
dapat digunakan sebagai taktik persuasif dalam Netizen merasa terhibur dengan adanya meme-meme
kampanye dengan potensi pendekatan akar rumput. yang menghibur atau bersifat humor. Netizen
Meme juga menawarkan cara baru bagi partisipasi memberikan doa dan pernyataan membangun ketika
masyarakat dalam mengekspresikan opini politiknya setuju dengan pesan dalam sebuah meme. Netizen
(Shifman, 2013). memberikan tanggapan sarkasme ketika menemukan
meme satire dan kritik sosial. Tidak jarang netizen
Setidaknya ada tiga motif mengapa seseorang membuat terlibat pertengaran secara online ketika mendapati
meme, yaitu sebagai ekspresi diri, aktualisasi diri dan meme dan tanggapan yang tidak sesuai dengan
ingin mendapat tanggapan dari orang lain (Shao, 1999). pendapat pribadinya. Pertengkaran yang dimulai
Meme memiliki implikasi terhadap dunia politik karena dengan komentar-komentar di media sosial ini, pada
sifatnya yang mudah dibuat dan disebarkan. Meme beberapa kasus membuat pertemanan di media sosial
menjadi media kritik politik yang efektif dengan cara terputus.
yang kreatif. Meme politik dapat membuat politik lebih
inklusif dan mudah diakses terutama bagi anak muda
yang aktif dan antusias mengkonsumsi budaya pop
305
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
306
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
307
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
ABSTRAK PENDAHULUAN
Secara teoretik, kinerja komunikasi politik suatu Dua tahun sudah pasangan Jokowi Widodo-Jusuf
pemerintahan sangat ditentukan oleh penerapan Kalla memegang tampuk pemerintah tertinggi di
strategi komunikasinya. Pemilihan strategi Indonesia, setelah 70,99 juta orang memilihnya
komunikasi politik secara tepat tidak bias dilepaskan sebagai presiden dan wakil presiden pada helat
dari budaya komunikasi politik yang berlaku. demokrasi akbar pemilu tahun 2014. Saat pemilu,
Sepanjang pemerintahan Jokowi, terdapat beberapa dapat dicermati bahwa di balik tingginya intensitas
persoalan komunikasi, terutama komunikasi internal kegiatan kampanye kedua pasang calon presiden dan
diantara para menteri, maupun eksternal antara wakil presiden tersebut, ada tim komunikasi yang
presiden & para menteri dengan publiknya. Beberapa kinerjanya justru paling menentukan efektifitas pesan
pernyataan menteri mengundang kontroversi di yang disampaikan pada para pemilih. Para ahli
masyarakat dan berbalik menjadi tudingan kepada (konsultan) komunikasi masing-masing pasangan
presiden yang dianggap tidak sanggup mengelola berlomba memetakan tiga faktor penting dalam
komunikasi. Akibatnya hal ini cenderung mengelola komunikasi politik yang efektif, yaitu :
menimbulkan opini public yang negatif pada formulasi pesan, pemilihan media, serta penentuan
pemerintah. Secara konseptual, Public Relations (PR) target audience. Semakin piawai para pakar tim
Politik, merupakan salah satu strategi komunikasi komunikasi kedua pasangan kandidat meramu pesan
politik yang menggunakan konsep dasar public dan memilih media yang tepat bagi setiap publik yang
relations, yaitu membangun two-way communication terfragmentasi secara spesifik, maka akan semakin
dan mengoptimalkan kemampuan “mendengar”. efektif komunikasi tersebut. Salah satu indikator
Tulisan ini mencoba mengelaborasi penggunaan efektifitas komunikasi politik adalah terjadinya share
strategi PR Politik dalam berbagai komunikasi meaning (kesepahaman) antara komunikator
presiden pada masa awal pemerintahannya. Tujuan (kandidat) dengan komunikan (pemilihnya) tentang
studi deskriptif ini untuk menggambarkan bagaimana pesan yang disampaikan dalam kampanye tersebut.
strategi PR Politik dapat menjadi solusi agar Muara dari tercapainya kesepahaman dikenal dengan
komunikasi politik Jokowi lebih baik. Metodologi istilah efek komunikasi politik, yang bentuknya
yang digunakan adalah desk research dan literature secara konkrit berupa tindakan politik (political
review, dimana peneliti mengumpulkan dan action) pemilih yang berbondong-bondong
menganalisis data berupa dokumen, tulisan media, memberikan suaranya di TPS saat proses pemungutan
dan teks pidato, dengan berlandaskan pada konsep suara berlangsung.
Political Public Relations. Hasil penelitian
menunjukkan PR Politik tepat digunakan oleh negara Kiprah tim komunikasi ini, seyogyanya tidak terhenti
demokratis seperti Indonesia, karena tujuan saat salah satu pasangan memenangkan kontestasi
demokrasi sejalan dengan tujuan PR, yaitu dan dilantik sebagai pemimpin pemerintahan,
membangun hubungan yang responsif dengan melainkan tetap merancang dan membangun sistem
seluruh konstituen didasarkan pada saling pengertian komunikasi politik yang strategis untuk mendukung
dan komunikasi dua arah. Namun komunikasi politik kinerja kepemimpinan presiden dan wakil presiden
Jokowi masih belum banyak menggunakan strategi sepanjang masa pemerintahannya. Ringkasnya,
PR Politik. presiden harus mempunyai grand design komunikasi
politik strategis agar semua kebijakan yang dibuatnya
Kata Kunci : Budaya Komunikasi Politik, Demokrasi, dapat dipahami publik dan secara otomatis
Komunikasi Politik, Political Public Relations, memperoleh dukungan mayoritas publik. Semakin
Presidential Public Relations, two-way efektif komunikasi politik presiden (dan wakilnya)
communication. maka akan semakin efektif pula penerapan
kebijakan-kebijakan yang dibuatnya. Sejalan dengan
apa yang dikemukakan Denton dan Woodward : ”the
crucial factors make communication ”political” is
not the source of message, but its content and
308
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
purpose” (dalam McNair,2007), ini artinya, dalam paling mendasar, yaitu adanya kesamaan antara
komunikasi politik Jokowi, bukan soal source atau tujuan demokrasi dan tujuan PR. Seperti dinyatakan
sumber pesan (harus presiden), melainkan content (isi Tenchs & Yeomans, 2006, dalam bukunya Exploring
pesan) dan purpose (tujuan pesan) yang perlu Public Relations, “in a very real sense, the purpose
mendapat perhatian serius. Dalam arti harus ada of democracy itself closely matches the purpose of
orang profesional atau ahli dalam memformulasikan public relations. Succesfull democratic government
isi pesan, menentukan tujuan dan target sasaran pesan maintain responsive relationships with constituents,
serta pemilihan media dan strategi yang tepat. Maka based on mutual understanding and two-way
disinilah signifikansi peran tim komunikasi politik communication. Democracy is or should be a two-
presiden dipertaruhkan kinerjanya. way process, giving multiple opportunities for
members of the public to communicate their own
Tulisan ini berusaha mengelaborasi pentingnya interest and concerns to government at all levels, to
penerapan Political Public Relations sebagai strategi influence and sometimes transform public policy.
komunikasi politik presiden Jokowi dalm
mengakselerasi komunikasinya sebagai presiden baik Kutipan ini menjelaskan bahwa suksesnya sebuah
dengan para menterinya maupun dengan masyarakat pemerintahan demokratik ditentukan oleh bagaimana
luas. membangun hubungan yang responsif dengan
seluruh konstituen, yang didasarkan kepada
Komunikasi politik, didefinisikan oleh Brian komunikasi dua arah (two-way communication) dan
McNair(2007: 4) dalam bukunya An Introduction to saling pengertian (mutual understanding). Hal ini
Political Communication, sebagai “komunikasi yang berarti pemerintah harus menyadari betul bahwa
disengaja dalam semua bentuk komunikasi yang demokrasi selayaknya merupakan proses dua arah
berisi pesan-pesan politik yang dilakukan oleh para dimana rakyat memiliki kesempatan beragam untuk
aktor politik (politisi, pemerintah, media, dll) melalui mengkomunikasikan kepentingan dan kepedulian
media dan strategi yang tepat untuk mencapai sasaran mereka (terhadap suatu program atau subjek
politik tertentu.” Merujuk pada kutipan ini, karena kebijakan) untuk dapat mempengaruhi dan bahkan
komunikasi politik merupakan komunikasi yang kadang-kadang mentransformasi kebijakan pada
disengaja (bukan kebetulan ataupun spontan saja), setiap tingkatan pemerintahan.
maka tim komunikasi presiden perlu benar-benar
merancang dan mengelola berbagai bentuk Komunikasi politik dengan menggunakan PR sebagai
komunikasi untuk lebih mengefektifkan komunikasi strategi komunikasi dikenal dengan istilah political
politik Jokowi. public relations (PR Politik), yang didefinisikan oleh
Stromback (2011) sebagai “the management process
Penulis mencermati, pada awalnya komunikasi by which an organization or individual actor for
presiden nampak masih belum memiliki format yang political purposes, through purposefull
memadai, salah satu aspek misalnya terlihat dari communication and action, seeks to influence and to
beberapa kali pidato, Jokowi masih belum bisa establish, build and maintain beneficial relationships
mengelola gesturalnya. Atau contoh lain pada saat and reputations with its key publics to help support
pidato pertamanya usai terpilih sebagai pemenang its mission and achieve its goals.”
pemilu pada Oktober 2014, kertas catatan kecil
konsep pidatonya tersembul dari balik jas, sehingga Oleh karenanya, PR Politik secara sederhana dapat
terlihat kurang elegan. Namun demikian, persoalan diartikan sebagai proses manajemen dimana
gestural sudah tidak nampak lagi pada saat pidato di organisasi atau aktor individu demi tujuan politis,
hadapan para tamu delegasi asing mancanegara saat melakukan aksi komunikkasi untuk memengaruhi
pembukaan APEC (November 2014), Jokowi dan memantapkan, membangun dan memelihara
nampak confidence berpidato dalam bahasa Inggris, hubungan yang saling menguntungkan serta
kendati grammarnya dinilai kurang apik oleh memperoleh reputasi dari publik-publik kunci untuk
sebagian publik akademik. Dan terakhir, pidato membantu mencapai misi dan sasaran yang telah
terbaiknya (baik isi maupun gestural) muncul saat diteteapkan.
peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) April
2015, kendati sayangnya para netizen justru lebih Konsep PR Politik, sebetulnya sudah ada sejak tahun
banyak memperhatikan penampilan walikota 64 SM pada saat Quintus Tullius Cicero menawarkan
Bandung Ridwan Kamil (sebagai tuan rumah KAA) nasihat politik pada saudaranya Marcus Tullius
dibanding dengan isi pidato presiden yang sangat Cicero yang akan mengikuti pemilihan anggota
bagus tersebut. Consul di Roma. Saat itu, Quintus menyatakan bahwa
untuk memenangkan pemilihan, ada dua hal penting
Secara teoretis, di negara demokratis, implementasi yang harus dicermati, yaitu : 1) the support of your
komunikasi politik dapat dioptimalkan dengan friend dan 2) the favor of the people. Hal ini berarti
menggunakan strategi Public Relations (PR). bahwa kandidat harus mempelajari konstituennya
Mengapa PR?, hal ini dapat ditelusuri dari hal yang secara rinci, mulai dari mengetahui motif mereka,
309
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
mengenali teman-teman dan kelompoknya serta lebih simultan. Pada titik ini kinerja komunikasi politik
banyak mendengarkan apa yang dikatakan rakyat menjadi bagian integral dalam upaya
agar dapat mengetahui apa yang paling disukai oleh mengakselerasikan kebijakan yang diambil presiden
rakyat. dan para menterinya.
Selain konsep Political Public Relations, dalam Terkait hal terakhir ini, secara konseptual, tim
perspektif komunikasi politik , dikenal juga konsep komunikasi presiden perlu memahami pentingnya
Presidential Public Relations, yaitu terminology Political PR dalam konteks demokrasi, karena seperti
yang terkait dengan pengelolaan komunikasi presiden dikemukakan oleh Franz Ronneberger, (2008),
dengan menggunakan strategi PR Politik, dimana inti dalam Encyclopedia of Political Communication Vol
kerjanya adalah persuassion (membujuk) yang 1&2, bahwa “maintain that public relations is
disampaikan melalui berbagai bentuk komunikasi constitutive for the functioning of a democratic
verbal seperti pidato. Hal ini ditegaskan dalam system because it helps to publicly articulate the
beberapa pernyataan ahli PR seperti “Public relations diverging interests within a democratic society and
is a paramount to political power in American thus allows for a reconcilement of these interests and
democracy” (McKinnon, Tedesco, Lauder, 2001) , for integration.
atau “Presidential power is the power to persuade”
(Neustadt, 1990), “Just as PR is geared Dari rujukan di atas, nampak jelas bahwa PR, tidak
fundamentally toward persuasion “ (Miller, 1989), saja membuat berfungsinya sebuah sistem demokrasi,
“Presidential persuasion now involves bahkan PR dapat membantu mengartikulasikan
communicating through public speaking and beragam kepentingan yang tumbuh di masyarakat
engaging in media relations to reach various demokratis. Selain itu, lebih jauh PR juga dapat
audiences to achieve their policy agendas” (Kernell, memungkinkan tercapainya rekonsiliasi dan integrasi
1997) , dan “President and their staff target policies dari berbagai kepentingan yang ada.
and publics so as to maximize their opportunities for
influence “ (Edwards, 2009). Dalam konteks komunikasi politik presiden Jokowi,
penulis mencermati terjadi perubahan yang
signifikan, terutama saat istana menetapkan Teten
METODE PENELITIAN Masduki sebagai orang yang dipercaya presiden
bertanggungjawab untuk (salah satunya) mengelola
Tulisan ini didasarkan pada desk research, bukan dan memelihara komunikasi politik dengan seluruh
penelitian terhadap objek riset berupa fenomena yang audience.
mengumpulkan data dengan cara melakukan
wawancara mendalam dan pengamatan Progres kinerja komunikasi politik presiden
berperanserta. Tulisan ini lebih bertumpu pada study setidaknya dapat dicermati dari semakin terkelolanya
literature, oleh karenanya, metode pengumpulan data arus in and out information serta media management
lebih banyak berupa telaahan kajian teoretis atas yang nampak makin baik, kendati pada beberapa
konsep-konsep komunikasi politik, strategi kasus sempat mengalami noise (gangguan), dan itu
komunikasi, political public relations dan wajar terjadi dalam sebuah proses komunikasi politik.
presidential PR yang penulis lakukan secara mandiri.
Progres kinerja komunikasi politik presiden ini,
semakin mengemuka ketika kepada media (setelah
HASIL & PEMBAHASAN sempat terjadi “ketegangan” antara Jokowi dengan
petinggi partai pendukungnya (PDIP) yang
Mencermati komunikasi politik Jokowi-JK, sejak mengingatkan Jokowi tidak lebih dari seorang
awal dilantik sebagai presiden hingga dua tahun masa petugas partai yang harus loyal kepada partainya
pemerintahannya kini, memang masih memerlukan kendati sekarang sudah jadi presiden Indonesia), saat
banyak optimalisasi terutama dalam konteks two way itu Jokowi menyatakan bahwa “buat saya, yang
communication dan membangun mutual penting itu hubungan pemerintah dan partai berjalan
understanding dengan seluruh target audience. baik, biar masyarakat tenang.”
Namun demikian, penulis paham untuk mewujudkan Pernyataan ini menyiratkan betapa pentingnya
dua hal tersebut bukan perkara mudah bagi pimpinan membangun two-way Communication yang efektif
pemerintahan yang baru berkarya. Seperti halnya dan tercapainya mutual understanding antara
dialami oleh institusi manapun, pasca kontestasi, saat pemerintah dengan partai politik sehingga rakyat
mengawali kerja kolektif mengelola negara, presiden tidak disuguhi dengan drama perang pernyataan yang
dituntut benar-benar dapat mengkonsolidasikan alih-alih menentramkan malah membuat rakyat
berbagai vested interest (partai pendukung dan juga menjadi tidak simpati.
oposan) dan mensinergikan sistem yang berlaku di
tiga ranah (eksekutif, legislatif dan yudikatif) secara
310
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Dalam teori Relationship Management, kata kunci Sejalan dengan konsep political PR, blusukan atau
“hubungan” dalam pernyataan Jokowi tersebut canvassing ini merupakan upaya soft diplomacy yang
merupakan aspek utama dalam perspektif political sebetulnya memiliki dampak yang lebih besar
PR, seperti dinyatakan Ledingham, J.A. & Bruning, dibandingkan dengan pidato yang cenderung
S.D.(eds) dalam bukunya, PR as relationship berlangsung secara satu arah. Dengan menyapa
management: a relational approach to the study and langsung konstituen, Jokowi bisa menyampaikan ide
practice of public relations (2000). Dalam konteks utama tentang sebuah kebijakan, sekaligus
inilah tim komunikasi presiden yang dikomandoi oleh mendengar langsung pemikiran khalayak tentang
Teten Masduki memiliki peran signifikan dalam kebijakannya tersebut. Karena secara konseptual, soft
mengelola hubungan antara presiden dengan diplomacy adalah “attempts to engage directly with
wakilnya, para menteri, DPR, partai politik, institusi the public in round-about ways”, maka upaya Jokowi
media, perwakilan negara lain, NGO nasional dan sesekali menghadiri pernikahan warga, menyapa
internasional, serta para opinion leaders lainnya, petani atau nelayan langsung di lokasi mereka bekerja
yang kesemuanya bermuara pada terciptanya saling atau berbicara kepada pelajar tentang bahaya
pengertian harmonis sehingga rakyat menjadi lebih narkoba, akan menautkan hati konstituen dan rakyat
tenang dalam kondisi dan situasi apapun yang secara umum kepada Jokowi.
melanda negaranya ini.
Disamping Pidato dan Blusukan, mencermati
Lebih jauh, dalam political PR, _yang konsep seringnya terjadi “serangan” dari pihak legislatif
dasarnya adalah membangun komunikasi dua arah_, kepada presiden, maka Jokowi juga dapat
maka kemampuan yang diutamakan Jokowi, tidak menekankan sasaran komunikasi politiknya pada
hanya kemampuan berbicara melainkan juga kelompok-kelompok yang dapat memobilisasi
kemampuan mendengar. “Public Relations involves anggotanya dan menggunakan sumber daya yang
two-way communication between an organization mereka miliki untuk mengkomunikasikan
and its public. It requires listening to the NAWACITA kepada publik media massa dan juga
constituencies on which an organization depends as DPR-RI. Dan ini artinya presiden harus memiliki
well as analyzing and understanding the attitudes and kontrol yang kuat terhadap pesan-pesan yang akan
behaviors of those audiences. Only then can an disampaikan kelompok-kelompok tersebut atau
organization undertake an effective public relations setidaknya dapat memperluas peran public liaison
campaign. “ (IPRA, 2000). dalam tim komunikasinya.
Tim komunikasi presiden tinggal memadukan dua Semua upaya ini dikoordinasikan dan dikelola oleh
kata kunci, two-way communication & listening tim komunikasi presiden seperti dikemukakan
dengan hasil analisis mereka atas sikap dan perilaku Stromback et al dalam bukunya Political Public
publik terhadap kebijakan-kebijakan presiden. Relations,(2011) “which is designed to facilitate
presidential communication with target publics-
Kendati wajah presidential PR ini ada pada presiden primarily, the public and news media- and build
sendiri, namun tentu Jokowi tidak secara individual support, prestige and foster a positive reputation to
mempromosikan visi misi pemerintahannya help presidents achieve his larger goals.”
(Nawacita), karena sesungguhnya itu merupakan
representasi kinerja aparatnya yang disinergikan
dengan kinerja tim komunikasi presiden. SIMPULAN
Sejauh ini, dalam perspektif PR Politik, _selain Mengakhiri tulisan ini, maka menyoal kinerja
komunikasi melalui Media Sosial_, terdapat dua cara komunikasi politik presiden dapat dilihat dari kinerja
terbaik mengkomunikasikan pesan, mengoptimalkan tim komunikasinya, yang keberadaannya secara
saling pengertian dan membangun hubungan dengan konseptual bertujuan untuk memfasilitasi presiden
target audience, yakni melalui pidato presiden dan menciptakan komunikasi strategis dengan publik
going narrow (blusukan). terutama media, sehingga bisa mendukung
terciptanya reputasi positif presiden yang akan
Ketika makin hari pidato-pidato Jokowi makin baik, membantu presiden mencapai visi misi nya. Dalam
maka langkah berikutnya adalah lebih konteks ini, penerapan political PR sebagai strategi
mengoptimalkan “blusukan”, karena seperti komunikasi politik, menjadi sebuah keniscayaan.
dikatakan Cohen, 2008, “ Go narrow, is the strategy
that near-future presidencies may undertake is to
target interested and organized groups through their
outreach efforts.”
311
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Daftar Pustaka
312
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Renata Anisa
Prodi Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
renata.nisa@gmail.com
Rachmaniar
Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
Abstrak PENDAHULUAN
Perkembangan media, khususnya media sosial sangat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pesat di Indonesia. Twitter sebagai salah satu media
bagaimana media sosial twitter berkaitan dengan pesan sosial yang popular digunakan masyarakat, kini
yang berisi berita atau informasi yang tidak benar menjadi salah satu sumber informasi utama.
mengenai politik atau disebut Hoax. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tiga hal yaitu sasaran dari Berdasarkan data versi situs Sycomos 2016, pengguna
hoax politik, isu yang dikaitkan dengan hoax politik, Twitter dari negara-negara asia mencapai 7.74% dari
dan bagaimana pengguna twitter memberikan respon total pengguna Twitter di berbagai belahan dunia.
terhadap hoax politik yang beredar tersebut. Penelitian Peringkat pertama pengguna Twitter di Asia diduduki
ini menggunakan virtual etnografi sebagai metode oleh Indonesia dengan 2.34%, diikuti Jepang 1.47% dan
dengan menganalisis berita atau informasi, percakapan, India 0.97%.
dan respon dari hoax mengenai politik pada media
sosial twitter. Dalam proses pengumpulan data, Pengguna twitter di Indonesia adalah yang terbesar di
Penelitian ini menggunakan partisipasi observasi dan Asia, sehingga berbagai informasi ekonomi, politik,
studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hukum, kesehatan, hiburan, dan informasi lainnya
sasaran dari hoax yang berkaitan dengan politik adalah disebarkan melalui twitter setiap saatnya. Namun,
politisi, pejabat publik yang tengah menjabat, calon informasi-informasi tersebut tidak seluruhnya dapat
pejabat publik, dan pelaku dunia hiburan. Kini, Hoax dipertanggungjawabkan kebenarannya.
dinilai telah menjadi budaya dalam dunia politik.
Salah satu pendiri Twitter, yaitu Evan Williams,
Hoax yang disebarkan mengenai politisi, pejabat publik menekankan twitter sebagai jaringan informasi yang
yang tengah menjabat, calon pejabat publik dan pelaku memberikan kabar terkini dari semua orang dan
dunia hiburan kerap dikaitkan dengan beberapa isu membaginya ke seluruh dunia. Twitter Lahir pada
yaitu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), tanggal 21 Januari 2000 di San Francisco, California.
korupsi, dan penyalahgunaan wewenang. Dari hasil Tujuannya adalah untuk menyediakan layanan online
penelitian ini menunjukkan bahwa ada 4 (empat) tipe (bukan chat) untuk teman-teman Anda, keluarga,
pengguna twitter dalam menanggapi Hoax mengenai kolega atau rekan kerja agar selalu terjalin komunikasi
politik. Pertama, pengguna twitter yang memberikan dan tetap terhubung meski dipisahkan oleh jarak.
respon secara langsung terhadap Hoax yang beredar dan Dengan menggunakan Twitter, anda bisa mengirimkan
menyatakan bahwa berita atau informasi tersebut informasi singkat kepada teman-teman Anda yang
adalah hoax. Kedua, pengguna twitter yang mengikuti (Following) akun Twitter Anda. Tidak hanya
memberikan respon dengan mempertanyakan berguna sebagai layanan pembangun komunitas,
kebenaran hoax yang beredar. Ketiga, pengguna twitter Twitter juga merupakan alat marketing yang efektif di
yang memposting kembali hoax yang beredar dan era bisnis afiliasi di jaman yang berkembang dengan
menghimbau pengguna lainnya untuk tidak mudah cepat ini. Dan sekarang sudah banyak perusahaan-
mempercayai hoax tersebut. Keempat, pengguna twitter perusahaan skala internasional yang sudah merambah
yang memposting kembali hoax tersebut dan ke layanan-layanan sejenis Twitter.
menginformasikan bahwa berita tersebut adalah tidak
benar dengan memberikan berita atau tautan klarifikasi Berikut adalah ciri-ciri media sosial:
dari sumber berita yang dapat dipercaya. 1. Konten yang disampaikan dibagikan kepada
banyak orang dan tidak terbatas pada satu
Kata Kunci: hoax, politik, twitter, virtual etnografi, orang tertentu
media sosial 2. Isi pesan muncul tanpa melalui suatu
gatekeeper dan tidak ada gerbang penghambat
313
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
3. Isi disampaikan secara online dan langsung mendalam, kebijaksanaan dalam penggunaan
4. Konten dapat diterima secara online dalam dan emosi yang terkontrol.
waktu lebih cepat dan bisa juga tertunda 2. Sarana dokumentasi, administrasi dan
penerimaannya tergantung pada waktu integrasi
interaksi yang ditentukan sendiri oleh Bermacam aplikasi medsos pada dasarnya
pengguna merupakan gudang dan dokumentasi beragam
5. Medsos menjadikan penggunanya sebagai konten, dari yang berupa profil, informasi,
creator dan aktor yang memungkinkan dirinya reportase kejadian, rekaman peristiwa, sampai
untuk beraktualisasi diri pada hasil-hasil riset kajian. Dalam konteks
6. Dalam konten medsos terdapat sejumlah aspek ini, organisasi, lembaga dan perorangan dapat
fungsional seperti identitas, percakapan memanfaatkannya dengan cara membentuk
(interaksi), berbagi (sharing), kehadiran kebijakan penggunaan medsos dan
(eksis), hubungan (relasi), reputasi (status) dan pelatihannya bagi segenap karyawan, dalam
kelompok (group). (Mulyati, 2014:27). rangka memaksimalkan fungsi medsos sesuai
Kelebihan media sosial adalah: dengan target-target yang telah dicanangkan.
1. Cepat, ringkas, padat dan sederhana Beberapa hal yang bisa dilakukan dengan
Medsos begitu mudah digunakan (user medsos, antara lain membuat blog organisasi,
friendly), bahkan pengguna tanpa basis mengintegrasikan berbagai lini di perusahaan,
pengetahuan Teknologi Informasi (TI) pun menyebarkan konten yang relevan sesuai
dapat menggunakannya. Yang diperlukan target di masyarakat, atau memanfaatkan
hanya komputer, tablet, smartphone, ditambah medsos sesuai kepentingan, visi, misi, tujuan,
koneksi internet. efisiensi dan efektifitas operasional organisasi.
2. Menciptakan hubungan lebih intens 3. Sarana perencanaan, strategi dan manajemen
Medsos memberikan kesempatan yang lebih Akan diarahkan dan dibawa ke mana medsos,
luas kepada user untuk berinteraksi dengan merupakan domain dari penggunanya.
mitra, pelanggan, dan relasi, serta membangun 4. Sarana kontrol, evaluasi dan pengukuran
hubungan timbal balik secara langsung dengan Medsos berfaedah untuk melakukan kontrol
mereka. organisasidan juga mengevaluasi berbagai
3. Jangkauan luas dan global perencanaandan strategi yang telah dilakukan.
Melalui medsos, siapa pun bisa (Mulyati, 2014:33)
mengkomunikasikan informasi secara cepat
tanpa hambatan geografis. Pengguna medsos Pengertian hoax menurut Cambridge English
juga diberi peluang yang besar untuk Dictionary adalah ”rencana untuk menipu seseorang”
mendesain konten, sesuai dengan target dan sementara menurut Merriam-Webster adalah
keinginan ke lebih banyak pengguna. “trik/siasat agar orang percaya atau menerima sesuatu
4. Kendali dan terukur sebagai yang asli padahal palsu dan sering tidak masuk
Dalam medsos dengan sistem tracking yang akal”.
tersedia, pengguna dapat mengendalikan dan
mengukur efektivitas informasi yang Hoax dapat diartikan sebagai informasi yang tidak
diberikan melalui respons balik serta reaksi sesuai dengan faktanya, dengan tujuan agar orang dapat
yang muncul. (Mulyati, 2014:31) mempercayai informasi tersebut. Hoax kerap muncul di
Peran, manfaat dan fungsi media social adalah: media sosial, hal ini karena pada media sosial tidak
1. Sarana belajar, mendengarkan, dan terdapat gate keeper seperti pada media massa,
menyampaikan sehingga ribuan informasi dapat menyebar dengan
Berbagai aplikasi medsos dapat dimanfaatkan langsung dan cepat setiap saatnya.
untuk belajar melalui beragam informasi, data
Dan isu yang termuat di dalamnya. Pada aspek Salah satu informasi hoax yang kerap disebarkan
lain, medsos juga menjadi sarana untuk melalui twitter adalah informasi politik, twitter
menyampaikan berbagai informasi kepada digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk
pihak lain. Konten-konten di dalam medsos menyebarkan hoax mengenai politik dalam rangka
berasal dari berbagai belahan dunia dengan menyerang pemerintah, pejabat publik, politisi maupun
beragam latar belakang budaya, sosial, lawan politik. Twitter dianggap sebagai media yang
ekonomi, keyakinan, tradisi dan tendensi. cepat dalam menyampaikan informasi kepada publik.
Dalam arti positif, medsos adalah sebuah
ensiklopedi global yang tumbuh dengan cepat. Menurut hasil pengamatan mediawave perusahaan yang
Dalam konteks ini, pengguna medsos perlu mengembangkan peranti lunak pengukuran media
membekali diri dengan kekritisan, pisau sosial, terdapat 1,055 percakapan mengenai wacana
analisa yang tajam, perenungan yang spekulasi wali kota Surabaya yang akan maju menjadi
314
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
calon dalam pilkada DKI pada September 2016 dan sebagai sebuah cara sekaligus medium yang digunakan
didominasi oleh #hastag selamatdatangrisma yang untuk berkomunikasi, merupakan “ethnography in, of
mencapai 1,041 percakapan. Hal ini menunjukkan and trough the virtual” – interaksi tatap muka atau face
bahwa informasi politik adalah salah satu informasi to face tidak diperlukan (Hine, 2001).
yang kerap diperbincangkan di media sosial twitter, dan
hingga saat ini informasi tersebut tidak terbukti HASIL DAN PEMBAHASAN
kebenarannya. Kini, hoax telah menjadi budaya dalam Berdasarkan hasil pencarian penulis di media sosial
dunia politik. twitter, sasaran dari hoax politik adalah politisi, pejabat
publik yang tengah menjabat, calon pejabat publik dan
Dari contoh informasi hoax diatas, penulis tertarik pelaku dunia hiburan (entertainer). Media twitter ini
untuk melihat budaya Hoax politik pada media sosial digunakan oleh berbagai pihak untuk memperoleh
twitter di lihat dari : dukungan, menyerang pendukung salah satu pihak,
1. Sasaran dari hoax politik menjatuhkan reputasi individu maupun golongan,
2. Isu-isu yang dikaitkan dengan hoax mengungkapkan informasi yang belum diketahui oleh
politik publik dan menyebarkan fitnah.
3. Respon pengguna twitter terhadap
hoax politik Hoax yang disebarkan kerap dikaitkan dengan beberapa
isu yaitu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan),
METODE korupsi, dan penyalahgunaan wewenang. Kicauan hoax
Penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan politik di twitter yang menggunakan isu SARA, terlihat
tradisi penelitian etnografi virtual. Penelitian kualitatif berupaya untuk menjatuhkan pihak-pihak tertentu dan
adalah penelitian yang bersifat empiris (dapat diamati untuk menarik dukungan kepada pihak lainnya.
dengan panca indera sesuai dengan kenyataan), dengan Sementara hoax yang mengangkat isu korupsi dan
pengamatan atas data tidak didasarkan pada ukuran- penyalahgunaan wewenang bertujuan untuk
ukuran matematis yang terlebih dulu ditetapkan peneliti menjatuhkan reputasi individu sehingga menggiring
dan harus disepakati (direplikasi) oleh pengamatan lain, opini publik pada arah yang negatif.
tetapi berdasarkan ungkapan subjek penelitian,
sebagaimana yang dikehendaki dan dimaknai oleh Hal yang menarik terlihat pada Hoax politik yang
subjek penelitian. Pendekatan kualitatif menggunakan melibatkan entertainer atau pelaku dunia hiburan. Hoax
konsep kealamiahan (kecermatan, kelengkapan, atau politik yang disebarkan berupaya untuk menarik
orisinalitas) data dan apa yang sebenarnya terjadi di dukungan publik melalui figur publik yang seolah-olah
lapangan. memberikan dukungan pada pihak tertentu. Hoax
berupaya untuk mengumpulkan dukungan dari para
Pendekatan kualitatif terutama layak untuk menelaah penggemar atau fans figur publik tersebut.
sikap atau perilaku dalam lingkungan yang agak
artifisial, seperti dalam survei atau eksperimen. Peneliti Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 4
kualitatif lebih menekankan proses dan makna (empat) tipe pengguna twitter dalam menanggapi Hoax
ketimbang kuantitas, frekuensi atau intensitas (yang mengenai politik. Pertama, pengguna twitter yang
secara matematis dapat diukur), meskipun peneliti tidak memberikan respon secara langsung terhadap Hoax
mengharamkan statistik deskriptif dalam bentuk yang beredar dan menyatakan bahwa berita atau
distribusi frekuensi atau presentase untuk melengkapi informasi tersebut adalah hoax. Kedua, pengguna
analisis datanya (Mulyana, 2007:11). twitter yang memberikan respon dengan
mempertanyakan kebenaran hoax yang beredar. Ketiga,
Sementara tradisi penelitian etnografi virtual adalah pengguna twitter yang memposting kembali hoax yang
metode etnografi yang dilakukan untuk melihat beredar dan menghimbau pengguna lainnya untuk tidak
fenomena sosial dan kultur pengguna di ruang siber mudah mempercayai hoax tersebut. Keempat,
(Nasrullah, 2014: 171). pengguna twitter yang memposting kembali hoax
tersebut dan menginformasikan bahwa berita tersebut
Studi etnografi virtual merupakan metode etnografi adalah tidak benar dengan memberikan berita atau
yang dilakukan untuk melihat fenomena sosial dan tautan klarifikasi dari sumber berita yang dapat
kultur pengguna di ruang siber. Sebagai sebuah kultur dipercaya.
dan artefak kultural, cyberspace atau dunia siber bagi
peneli ti etnografi virtual bisa mendekati beberapa
objek atau fenomena yang ada di internet (Nasrullah,
2014: 171-172).
Etnografi virtual mempertanyakan asumsi yang sudah
berlaku secara umum tentang internet,
menginterpretasikan sekaligus reinterpretasi internet
315
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
DAFTAR PUSTAKA
Hine, Christine. 2001. Virtual Ethnography. London:
Sage Publication Ltd
Mulyana, Deddy. & Solatun. 2007. Metode Penelitian
Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu
Pengantar. Bandung: Rosda Nasrullah, Rulli.
(2014). Teori dan Riset Media Siber
(Cybermedia). Jakarta:Kencana
Mulyati, Ani. 2014. Panduan Optimalisasi Media
Sosial untuk Kementrian Perdagangan RI.
Jakarta: Tim Pusat Humas Kementerian
Perdagangan RI
Cambride English Dictionary. 2016. Berita Hoax.
Diakses pada 10 Oktober 2016, melalui situs
: http://perskatharsisuho.blogspot.co.id/2016/08
/berita-hoax-hoax-identik-kebohongan.html
Evan Williams. 2009. Apa itu twitter dan cara
menggunakannya. Diakses pada 20 September
2016, melalui
situs: https://motivasee.com/twitter/
LPMP Jateng . 2016. Indonesia Urutan Pertama
Pengguna Twitter di Asia. Diakses pada 20
September 2016, melalui
situs: http://www.lpmpjateng.go.id/web/index.p
hp/arsip/info-teknologi/321-indonesia-
%20%20%20 urutan-pertama-pengguna-
twitter-di-asia
316
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Feliza Zubair
Lukiati Komala
Prodi Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran
felizaherison@yahoo.co.id
Abstrak PENDAHULUAN
317
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
aspek kehidupan sepanjang masa yang didalamnya dengan peristiwa sejarah negara Indonesia, seperti 17
menggunakan simbol-simbol komunikasi. Agustus-an. Dalam skala kecil, Reak pun dihadirkan
Penelitian kedua adalah penelitian Dewi Rahma yang pada acara pernikahan, ulang tahun, peringatan akil
berjudul: Makna Pesan Non Verbal Pada Kesenian baligh [9 tahun, atau 13 tahun, atau 15 tahun], dan
Kuda Renggong di Paguyuban “Saluyu “(Group acara syukuran lainnya. Seni Reak sebagai media
Mekar Saluyu) di Kecamatan Cileunyi-Bandung, komunikasi tradisional memiliki potensi untuk
Studi deskriptif mengenai makna pesan non verbal menyampaikan berbagai pesan-pesan moral dan etika
pada kesenian kuda Renggong di Paguyuban Saluyu masyarakat kita baik melalui komunikasi verbal
Kecamatan Cileunyi –Bandung. Tujuan penelitian ini maupun non verbal.
adalah untuk mengetahui bagaimana makna
nonverbal dalam kesenian Kuda Renggong di Sebagai pagelaran seni Reak sarat akan pesan
Paguyuban “Saluyu” (Group Mekar Saluyu), dengan komunikasi verbal maupun non verbal, baik dari tata
fokus penelitian: Perilaku dalam kesenian kuda upacara yang dilakukan sebelum pagelaran, pakaian,
renggong, ruang dan waktu. Sub fokus digunakan ornamen, bentuk Reak hingga isi pesan yang
untuk mengukur fokus dari penelitian ini yang disampaikan sinden dalam tembang (lagu) yang
berjudul Makna pesan non verbal dalam kesenian mengiringinya. Untuk itu maka tujuan dari penelitian
Kuda Renggong di Paguyuban Saluyu (Group Mekar ini adalah untuk mengetahui: Bagaimana bentuk
Saluyu) Kecamatan Cileunyi-Bandung. Penelitian komunikasi verbal dan non verbal dalam seni Reak,
menggunakan metode deskriptif, adapun informan Mengamati para pekerja seni dalam pagelaran seni
penelitian adalah pemimpin kesenian Saluyu yang Reak di wilayah Cilengkrang banyak yang masih
berjumlah tiga orang dan informan pendukung (Ketua berusia remaja, menarik untuk diketahui apakah
desa wisata dan penonton) sebanyak dua orang, mereka memiliki pemahaman yang sama akan
Teknik pengumpulan data menggunakan purposive keberadaan seni Reak dengan para sesepuh mereka,
sampling dan teknik penelitian menggunakan teknik untuk itu tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil mengetahui: Bagaimana pemahaman pelaku seni
penelitian menunjukkan bahwa: Makna perilaku tentang Seni Reak.
dalam kesenian kuda renggong bisa dilihat dari
penggunaan pakaian, gerakan, ekspresi wajah, dan Sebagai salah satu media komunikasi tradisional yang
bau-bauan. Ruang dan waktu yang dipakai dalam sarat akan kearifan lokal seni Reak saat ini memiliki
kesenian kuda renggong dilakukan menurut berbagai kendala terutama dalam menyampaikan
perhitungan adat istiadat setempat, dalam tempat berbagai pesan komunikasi. Tantangan yang tentu
terbuka dan menyesuaikan dengan waktu yang tidak mudah bagi para pelaku seni Reak dimana
ditentukan oleh orang yang punya hajat. Dari hasil mereka harus tetap eksis apapun yang terjadi, karena
penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa seni itu tujuan ketiga dari penelitian ini adalah untuk
Kuda Renggong tidak hanya dianggap sebagai sebuah mengetahui bagaimana kendala yang ada dalam
seni pertunjukan hiburan saja, tetapi di dalam komunikasi melalui seni Reak.
kesenian tersebut banyak mengandung pesan yang di
dalam kegiatanya memiliki banyak makna. Saran METODE
penelitian, diharapkan agar masyarakat setempat bisa
lebih menaruh perhatian kepada kesenian Kuda Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Renggong dimana kesenian ini merupakan kesenian metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
khas masyarakat Sunda yang merupakan kesenian Metode deskriptif menurut Rakhmat (1989:34)
turun-temurun dan harus tetap dijaga kelestariannya. merupakan penelitian yang hanya memaparkan situasi
atau peristiwa, maka dalam penelitian ini peneliti
Gambaran Penelitian memaparkan situasi atau peristiwa dalam pagelaran
seni Reak sebagai media komunikasi tradisional pada
Sebagai media komunikasi tradisional seni Reak masyarakat Cilengkrang Kecamatan Ujungberung-
hingga saat ini masih tampak terjaga kelestariannya. Bandung.
Hal ini terbukti sebagai salah satu kesenian rakyat
Jawa Barat, khususnya di sekitar Ujungberung- Melalui pendekatan kualitatif peneliti akan
Bandung, Cileunyi-Bandung, dan Sumedang (Jawa menganalisis kesenian tradisional Reak sebagai
Barat) kesenian ini masih sering ditampilkan kearifan lokal yang dimanfaatkan sebagai media
(digelar). Umumnya, kesenian ini diselenggarakan komunikasi untuk menyalurkan pesan (pesan moral,
oleh masyarakat, seperti Cileunyi dan Ujungberung, etika, politik, dan pesan keagamaan).
pada acara Sunatan (Sunda; khitan), baik yang
dikhitannya laki-laki maupun perempuan. Namun, Teknik penentuan informan dalam penelitian ini
umumnya, Reak ditampilkan ketika khitanan laki- adalah menggunakan purposive sampling. Menurut
laki. Selain itu, Reak pun sering ditampilkan dalam Agus Salim (2006:12) sampel purposif ditentukan
acara-acara syukuran panen atau acara yang terkait selaras dengan tujuan studi. Pengambilan sampel
318
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dalam penelitian ini ditentukan pada kualitas sampel sorak-sorai gemuruh tetabuhan yang dalam Bahasa
dan bukan pada jumlahnya. Informan penelitian Sunda yaitu “susurakan atau eak-eakan”.
adalah pemimpin kesenian Reak Bungsu Manglayang Hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah:
yaitu bapak Ade Darga, Bapak Agus dan Bapak
Adang sebagai pembina mereka dianggap cukup Bentuk komunikasi verbal dalam seni Reak
representatif sebagai informan dalam penelitian ini Bentuk komunikasi verbal dalam seni Reak
karena sesuai dengan kriteria yang ditentukan, yaitu disampaikan melalui lagu-lagu yang dibawakan salah
memiliki pengalaman yang cukup sebagai pekerja satunya Wangsit Siliwangi yang memaparkan tentang
seni Reak, memiliki kemampuan dalam keadilan dan kesejahteraan dalam suatu masyarakat.
mengembangkan seni Reak dan memahami berbagai Kendati Prabu Siliwangi bukan beragama Islam,
permasalahan seni Reak, khususnya di wilayah namun beliau sudah menjalankan kaidah-kaidah
Ujungberung Bandung. Islam. Seni Reak lahir atas gagasan putra beliau Prabu
Kiansantang yang merupakan salah seorang penyebar
Herdiansyah (2010: 116) menyatakan bahwa dalam agama Islam di pulau Jawa, khususnya Jawa Barat.
penelitian kualitatif dikenal beberapa teknik Pesan verbal disampaikan melalui pupuh-pupuh yang
pengumpulan data yang umum digunakan. Beberapa sarat kearifan lokal (Sumedang Larang), diiringi
teknik tersebut, antara lain wawancara, observasi, tetabuhan menghibur anak-anak yang disunat agar
studi dokumentasi, dan focus group discussion. tidak merasa takut disunat.
Namun, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Simbol atau pesan verbal menurut Mulyana (2005)
Wawancara dilakukan kepada para informan dan juga adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu
salah satu wakil masyarakat Bapak Denny Rakhmat, kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai
pengguna seni Kuda Renggong sebagai triangulasi sistem kode verbal , maka pupuh yang disamapikan
sumber pada penelitian ini. lewat tembang Wangsit Siliwangi merupakan pesan
yang disampaikan oleh komunikator (penembang)
Teknik observasi dilakukan pada saat pagelaran dan kepada komunikan yaitu audience penonton
ketika melakukan wawancara dengan para informan pagelaran.
baik di lokasi hajatan maupun di sanggar seni Reak
Bungsu Manglayang. Melengkapi berbagai analisa Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang
dan pembahasan dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah
menggunakan dokumentasi baik berupa literatur, nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan
data-data online maupun buku-buku terkait. semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap
dan tertulis. Adapun komunikasi non verbal dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN seni Reak tersampaikan melalui:
a. alat yang digunakan dalam pagelaran yaitu
Media komunikasi tradisional adalah salah satu media Tilingtit, tong, gerung, bangpak dan bedug.
yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan Kelima buah alat ini memiliki makna atau
sebagi bagian dari tradisi masyarakat di suatu daerah arti yaitu, “sok indit, tong embung, prak
atau suatu tempat. Komunikasi yang disampaikan lakukeun solat dimana dur bedug”.
berisi berbagai kearifan lokal yang dipadukan dalam b. Pesan non verbal lainnya disampaikan
bentuk komunikasi verbal maupun non verbal. Seni melalui pakaian serba hitam yang digunakan
Reak adalah merupakan salah satu dari media peserta seni Reak yang disebut “pangsi”,
komunikasi tradisional tersebut. yaitu merupakan lambang keagungan dan
kesederhanaan, merupakan pakaian yang
Media tradisional sering disebut sebagai media rakyat selalu digunakan Prabu Siliwangi.
atau kesenian rakyat, melihat dari sejarah lahirnya, c. Logo sanggar bergambar “maung” atau
sekitar abad ke-12 berawal dari ide Prabu harimau sebagai lambang keperkasaan dan
Kiansantang, putera Prabu Siliwangi, sebagai salah kegagahan dengan slogan: “Ngagali seni
satu penyebar agama Islam di Pulau Jawa, khususnya titipan para wali, ngaguar budaya titipan
Jawa Barat. Dalam agama Islam, setiap laki-laki wajib para pujangga”.
hukumnya untuk dikhitan (sunat). Namun, d. Tokoh “Reak” yang berkepala naga,
pelaksanaan khitanan bagi anak-anak ini mendapat sebetulnya berangkat dari mitos bangsa
kendala karena si anak selalu merasa ketakutan untuk Indonesia yang dipengaruhi budaya Hindu,
dikhitan. Oleh karena itu diciptakanlah suatu jenis dimana Naga merupakan simbol “dunia
kesenian yang disebut “Seni Reak” (di Sumedang). bawah”, yang bisa baik jika diperlakukan
Hal yang paling prinsip dari pertunjukan ini adalah baik, tetapi bisa sebaliknya bila diperlakukan
keramaian atau kemeriahannya agar banyak buruk.
masyarakat yang menonton, terutama anak-anak. e. Gerakan yang dilakukan baik oleh nayaga,
Nama “Seni Reak” diambil dari kata hiruk-pikuk, atau sinden maupun Reak, menggambarkan
319
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
kekuatan dan kearifan serta keberanian tugas yang akan mereka lakukan, termasuk
tercermin dalam gerakan silat. mendoakan yang memiliki hajatan agar semua berada
dalam kelancaran. Seni Reak dipahami secara umum
Klasifikasi pesan nonverbal menurut Rakhmat (1994) sebagai hiburan dalam arti Reak, rame, eak-eakan
bahwa pesan non verbal yang menyampaikan pesan berarti penuh kegembiraan. Ini tujuan utama yang
kinesik, yaitu pesan nonverbal yang menggunakan dilaksanakan sejak awal oleh Prabu Kiansantang agar
gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen masyarakat khususnya anak-anak yang disunat
utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan merasa gembira.
postural. Pesan fasial menggunakan air muka untuk
menyampaikan makna tertentu. Pesan gestural Dalam bukunya yang berjudul: “The Social
menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti Construction of Reality”, Berger dan Luckmann
mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai (terjemahan: 2012) menggambarkan suatu situasi
makna. Ini tergambar dalam gerakan-gerakan para komunikasi interpersonal dimana tiap individu saling
peserta seni Reak serta ekspresi tokoh Reak yang mengamati namun juga saling merespon kebiasaan
merupakan topeng kepala Naga, serta ekspresi yang mereka satu sama lain sehingga semua peserta
mencerminkan kegembiraan pada semua peserta. komunikasi (partisipan) dapat mengantisiapasi dan
menggantungkan diri pada kebiasaan orang lain.
Pesan nonverbal lainnya dijelaskan Rahmat (1994) Karena kebiasaan ini maka situasi komunikasi
adalah: Pesan proksemik disampaikan melalui dibangun berdasarkan tipe-tipe seseorang
pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan (pengkhasan). Dalam penelitian ini seni Reak
mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita merupakan kebiasaan yang diturunkan dari generasi
dengan orang lain. Pesan artifaktual yang ke generasi sehingga tercipta pemahaman yang
diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan merupakan hasil kesepakatan bersama terhadap seni
kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, Reak.
orang sering berperilaku dalam hubungan dengan
orang lain sesuai dengan persepsinya tentang Pemahaman yang lebih mendalam adalah tujuan dari
tubuhnya (body image) seperti pakaian, dan kosmetik. seni Reak sebagai media pemahaman agama Islam.
Semua penampilan peserta dan ornamen yang Pada masa itu mengislamkan Jawa Barat tidak mudah,
digunakan dalam seni Reak menggambarkan kearifan karena penduduk Jawa Barat sudah memiliki ageman
lokal seni tradisional ini. dan kearifan budaya sendiri. Maka masuknya agama
Islam adalah melalui pendekatan budaya, sehingga
Pesan komunikasi vebal dan non verbal dalam seni lama-kelamaan penduduk tertarik akan ajaran Islam
Reak berbeda-beda , karena seni Reak terbagi dalam 3 yang dianggap memiliki kearifan yang lebih baik.
(tiga) macam: Seni Reak Tradisional yang hanya Misalnya alat musik seni Reak yang pokok ada 5
menggunakan alat musik utama dan tidak ada sinden (lima), yaitu Tulingtit (kendang paling kecil), Tong
(wanita) karena dianggap tabu (bukan muhrim), jadi (kendang agak besar), Gembung (kendang lebih
rombongan seni Reak tradisional semua pria, juga besar), Bangpak (kendang lebih besar lagi) dan Bedug
tidak menggunakan toa (pengeras suara) dan sound (kendang paling besar). Arti 5 diambil dari makna 5
system. Seni Reak yang kedua adalah Reak Kreasi waktu solat dan 5 rukun Islam, dan disampaikan
dimana dalam pertunjukan ada sinden, menggunakan dalam bahasa penuh kearifan “Sok indit, tong embung,
pengeras suara dan diselingi lagu-lagu jaman prak lakukeun solat, dimana dur bedug”.
sekarang, untuk menarik minat penonton. Seni Reak
yang ketiga adalah Reak Kombinasi, dimana dalam Pemahaman seni Reak sebagai kearifan yang harus
pagelaran sudah menggunakan berbagai alat musik dijaga dari berbagai “polusi” budaya yang justru
modern seperti gitar. Perbedaan ini menggambarkan mengotori keluhuran seni “Reak” itu sendiri. Dalam
fleksibilitas dari seni Reak sebagai media komunikasi seni “Reak” etika dan perilaku para pemainnya harus
tradisional yang berusaha menyesuaikan pada sesuai dengan ajaran Islam dan kearifan Sunda Buhun
perkembangan jaman. Tidak mengherankan bila seni (Prabu Siliwangi), tidak boleh berperilaku yang
Reak dapat bertahan hingga saat ini. kurang baik apalagi mabuk-mabukan. Karena itu
anggota sanggar Reak Bungsu Manglayang tidak
Pemahaman pelaku seni tentang Seni Reak. diperbolehkan mabuk-mabukan seperti yang sering
Pemahaman pelaku seni tentang seni Reak adalah dilakukan sanggar Reak yang lain.
meliputi falsafah yang melatarbelakangi pagelaran
seni Reak. Bapak Ade Darga menjelaskan bahwa seni Dale G. Leathers (1976) dalam Nonverbal
Reak sesungguhnya sarat dengan pesan-pesan moral Communication Systems, menyebutkan alasan
dan etika. Mulai dari upacara “ngukus” atau sesajen mengapa pesan nonverbal sangat signifikan, salah
sebetulnya lebih kepada sikap syukur kepada yang satunya adalah pesan nonverbal mempunyai fungsi
Gaib yaitu Allah Subhanahuwataala yang kemudian metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk
disandingkan dengan doa memohon kelancaran atas mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Dalam
320
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
penelitian ini pesan nonverbal yang disampaikan Reak dan kendala dalam komunikasi melalui
melalui seni Reak memiliki kualitas yang tinggi. seni Reak. Untuk melestarikan seni budaya
Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang buhun diperlukan berbagai usaha dan upaya,
paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut namun karena kondisi yang serba terbatas
kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara para seniman tradisional khususnya seni
tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan Reak tidak dapat mewujudkannya
menyarankan sesuatu kepada orang lain secara
implisit (tersirat). Semua ini tercermin dalam Saran
pagelaran seni Reak.
Saran saran dalam penelitian ini adalah:
Kendala-kendala yang ada berkitan dengan 1. Perlunya wadah bagi pelaku seni Reak yang
kelangsungan seni Reak dapat membina keberlangsungan falsafah
Kendala-kendala yang ada berkitan dengan seni Reak sebagai media komunikasi
kelangsungan seni Reak sebagai media komunikasi tradisional yang tepat sasaran.
tradisional, terbagi dua yaitu kendala yang dihadapi 2. Perlu adanya upaya pemerintah untuk
para pekerja seni Reak dalam menjaga kelestarian seni melakukan pembenahan setiap sanggar seni
Reak dan kendala dalam komunikasi melalui seni Reak agar memelihara pakem kesenian
Reak. Saat ini adalah diperlukannya wadah yang dapat tersebut, sehingga tidak mencemari sanggar
memberikan “perlindungan” bagi para seniman lain.
tradisional khusunya seni Reak. Untuk melestarikan 3. Perlu upaya meningkatkan peran seni Reak
seni budaya buhun diperlukan berbagai usaha dan sebagai media komunikasi tradisional yang
upaya, namun karena kondisi yang serba terbatas para tidak hanya memberikan hiburan saja,
seniman tradisional khususnya seni Reak tidak dapat namun juga edukasi dan pendidikan.
mewujudkannya, kendala-kendala lain yang dialami
adalah keterbatasan ekonomi, persaingan antar
sanggar seni, menghadapi “serangan” budaya dari DAFTAR PUSTAKA
“luar”, perhatian pemerintah yang tidak maksimal
(tidak sesuai Perda no.5 tahun 2012). Padahal Cresswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and
pemerintah sudah menjanjikan akan melaksanakan Research Design: Choosing among Five
pembinaan, perlindungan dan pemberdayaan Tradition. London: Sage Plubication, Inc.
ekonomi kepada komunitas seniman Reak, sayangnya Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu
hingga hari ini belum terpenuhi. Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Denzin, N.K. dan Y.S. 1998. The landscape of
Adapun kendala-kendala yang ada dalam komunikasi Qualitative Research: Theories and Issues.
seni Reak baik secara verbal dan nonvebal adalah London: Sage Publication, Inc.
tidak semua anggota paham akan falsafah seni Reak. Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi,
Belum banyak orang yang paham akan keberadaan Bandung, Remaja Rosdakarya.
seni Reak akibat dari kurangnya “gaung” tentang Luckman, Berger, 2012. “The Social Construction of
keberadaan seni Reak itu sendiri. Reality” (terjemahan), Jakarta, LP3ES.
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan
SIMPULAN DAN SARAN Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Simpulan
321
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Diana Fawzia, MA
Ilmu Politik, FISIP Universitas Nasional
dianafawzia@yahoo.com
Nursatyo
Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Nasional
Truly Wangsalegawa
Hubungan Internasional FISIP Universitas Nasional)
322
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
hanya akan menjawab kejenuhan teori-teori Namun sejak saat itu, terdapat pergeseran, sejalan
demokrasi yang ada, namun juga memberi warna lain dengan demokratisasi dan desentralisasi, kajian
dalam demokrasi di Indonesia. tentang peran aktor dalam proses demokrasi lokal
menjadi signifikan, hal ini terjadi karena dua hal.
Walaupun gerakan ini dinamakan sebagai gerakan Pertama, dalam kaitannya dengan budaya politik
sosial, namun tidak dapat disangkal bahwa gerakan lokal, aktor adalah agen budaya. Disatu sisi, aktor
ini hanya akan terjadi dengan peran elit. Hal ini merupakan penerus nilai-nilai budaya politik yang
tampak sebagai sesuatu yang kontradiktif, karena bila tumbuh dan berkembang di ranah lokal, namun disisi
dikaitkan dengan konsep demokrasi, elit biasanya lain juga aktor juga merupakan produsen (creator)
dianggap sebagai orang atau kelompok yang budaya, dimana perilaku politik aktor mempengaruhi
melembagakan pengaruh mereka melalui negara dan perubahan dan kesinambungan nilai-nilai budaya
menentang demokrasi. Maka dari itu, elit yang politik lokal. Dengan kata lain, peran aktor
dimaksud di sini adalah elit non-politik, yaitu elit merupakan salah satu kunci penting keberhasilan
yang memiliki kekuatan namun tidak demokrasi karena tingkah laku aktor dan kebijakan
mempergunakannya untuk memperebutkan jabatan yang dihasilkan mempunyai arti penting dan juga
atau posisi politik tertentu. Elit ini biasanya berupa berpengaruh terhadap konsolidasi demokrasi. Kedua,
elit keagamaan, elit organisasi kemasyarakatan, dalam kaitannya dengan demokrasi, proses transisi
kepemudaan, profesi, dan lain sebagainya. politik yang berlangsung di Indonesia dalam sepuluh
tahun terakhir telah memberikan wadah, sekaligus
Dalam kasus penolakan kebijakan reklamasi Teluk menempatkan para aktor baik diranah nasional
Benoa, Bali, terdapat berbagai macam elit non-politik maupun lokal (Zuhro, 2009: 2). Studi peran aktor
yang terlibat dalam pergerakannya. Elit-elit ini dianggap penting karena melalui studi ini dapat
memiliki sumber kekuasaan yang berbeda, karakter dilihat pertarungan antar aktor dalam menentukan
yang berbeda, ideologi yang berbeda, jenis apakah proses demokrasi berasal dari atas, bawah,
pergerakan yang berbeda, namun semuanya bersatu atau tengah (Zuhro, 2009: 17).
dalam pergerakan untuk menentang kebijakan Teluk
Benoa. Preferensi yang menghubungkan aktor politik lokal
tentu tidak lepas dari elit lokal dalam mensikapi,
Sebagai daerah yang memiliki nilai sosial, ekonomi, menentukan, dan mempengaruhi proses politik di
lingkungan, dan budaya yang tinggi, dan berpengaruh tingkat lokal. Varma SP dalam “Teori Politik
pada kondisi nasional, dan bahkan internasional, Modern” (2003: 197) mengatakan bahwa, teori elit
maka proses demokratisasi yang terjadi di Bali ini bersandar pada kenyataan bahwa setiap masyarakat
cukup menarik untuk dijadikan sebagai sebuah model terbagi dalam dua kategori yang luas mencakup:
demokrasi alternatif. Demokrasi yang dapat1. Sekelompok kecil manusia yang kemampuan dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam sebuah karenanya menduduki posisi untuk memerintah, dan
kebijakan tanpa harus secara langsung berhadapan2. Sejumlah besar masa yang ditakdirkan untuk
dengan kekuasaan atau mengakibatkan pergantian
diperintah.
kekuasaan. Demokrasi yang melibatkan elit-elit non-
3.
politik yang alih-alih bertarung dalam pemilihan
untuk memenuhi kepentingannya, malah melakukan Ketika elit dihubungkan dengan demokrasi lokal,
sosialisasi dan membentuk orientasi politik maka saat ini kajian-kajian dilakukan untuk melihat
masyarakat secara mendasar. bagaimana hubungan antar elit lokal dalam
mendapatkan kekuasaan. Atau dengan kata lain, para
peneliti saat ini lebih fokus pada elit-elit politik lokal
Konsep partisipasi masyarakat dalam demokrasi yang
yang saling berkompetisi dalam memperebutkan
berkembang sebelum era reformasi ini dimaknai
kekuasaan, sehingga kesimpulan yang didapat dari
sebagai tindakan kolektif yang biasanya bersumber penelitian-penelitian tersebut adalah bahwa
pada basis-basis politik sosial tertentu. Hal ini terjadi demokrasi mengalami kegagalan, dimana demokrasi
akibat sistem politik yang bekerja tidak memberikan lokal dan desentralisasi bergeser menjadi oligarki elit.
tempat bagi aspirasi individual. Aspirasi yang
diperhatikan dan kemudian menjadi bahan masukan “Praktik demokrasi yang dijalankan saat ini baru
adalah kepentingan yang sudah diartikulasikan dan sebatas prosedural dan formal. Masih jauh dari
diagregasi melalui suatu kelompok, bisa berupa substansial. Indikasinya, institusi demokrasi yang ada
kelompok kepentingan, kelompok penekan, atau hanya dikuasai segelintir elit politik sehingga praktik
partai politik. demokrasi bergeser menjadi oligarki elit-elit
strategis. Politik desentralisasi yang dijalankan baru
sebatas elit dan parpol, belum sampai ke massa atau
rakyat/warga, sehingga otonomi daerah cenderung
323
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
oligarkis dalam pelaksanaannya” (Mariana dan itu, kepentingan dapat digunakan sebagai cara untuk
Pascarina, 2007: 13). melihat perbedaan motif diantara kelompok yang
saling bertentangan, baik dalam suatu kelompok yang
Namun demikian tidak semua penelitian berjalan kecil maupun kelompok besar. Perbedaan
kearah yang sama. Diana Fawzia dalam penelitiannya kepentingan setidaknya akan memperlihatkan motif
“Peran Elit Non-Politik dan Kebijakan Berperspektif dalam berkonflik.
Jender: Kasus di Kabupaten Donggala Sulawesi
Tengah” (2012) mengungkapkan upaya elit non- Morlino (1989) berpendapat bahwa stabilitas dalam
politik di daerah dalam mempengaruhi kebijakan demokrasi sangat dipengaruhi oleh perilaku dan
untuk mempertahankan kebudayaan lokal melalui hubungan antara elit politik dan elit non-politik.
kebijakan berperspektif jender. Dalam penelitian Bagaimana elit-elit tersebut mengelola komitmen
tersebut, demokrasi lokal tercermin dari keikutsertaan mereka dalam menjaga konsolidasi demokrasi.
elit non-politik dalam proses pembuatan kebijakan Konsep konsolidasi demokrasi ini dibawakan oleh
tersebut. Interaksi antar aktor dalam proses Linz dan Stepan (1996), yang menyatakan bahwa
demokrasi, tidak merupakan perebutan kekuasaan, konsolidasi demokrasi modern membutuhkan
melainkan saling mempengaruhi dalam penerimaan dari keseluruhan aturan-aturan, institusi-
mengkonstruksi sebuah kebijakan. institusi, dan regulasi-regulasi, yang dikonstruksi dan
diterima secara sosial dan politik.
Dalam konteks lokal, elit dibagi menjadi dua
kategori, yaitu elit politik lokal dan elit non-politik Permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini
lokal. Nurhasim (2005:12-13) menjelaskan adalah seputar model demokratisasi lokal yang
kategorisasi tersebut sebagai berikut: dilakukan oleh elit non-politik melalui NSM, yang
1) Elit Politik Lokal merupakan seseorang yang mencakup:
menduduki jabatan-jabatan politik (kekuasaan) di1. Elit non-politik yang terlibat dalam NSM bukan
eksekutif dan legislatif yang dipilih melalui merupakan satu kelompok tunggal. Elit-elit ini
pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik memiliki perspektif ideologis yang berlainan,
yang demokratis di tingkat lokal. Mereka menduduki membentuk organisasi yang berbeda, dan tujuan
jabatan politik tinggi di tingkat lokal yang membuat
politik dan budaya yang berbeda, sehingga perlu
dan menjalankan kebijakan politik. Elit politik seperti
dikaji karakteristik dari masing-masing elit non
ini seperti: Gubernur, Bupati, walikota, Ketua DPRD,
anggota DPRD, dan pimpinan Partai Politik. politik yang terlibat dalam gerakan penolakan
2) Elit non-politik Lokal yaitu seseorang yang reklamasi Teluk Benoa ini.
menduduki jabatan-jabatan strategis dan memiliki2.
pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkup3. Perbedaan karakter yang dimiliki oleh elit non-politik
masyarakat. Elit non-politik ini seperti: elit ini sangat berhubungan dengan sumber daya yang
keagamaan, elit organisasi kemasyarakatan, dimilikinya. Maka penting sekali untuk mengkaji
kepemudaan, profesi, dan lain sebagainya. mengenai sumber daya apa saja yang digunakan oleh
Perbedaan tipe elit lokal ini selain dapat membedakan elit non-politik untuk mempertegas tujuan
ruang lingkup mereka, juga dapat memberikan kelompoknya tersebut.
penjelasan mengenai hubungan antar elit politik4.
maupun elit masyarakat dalam proses pemilihan5. Karena merupakan gerakan sosial, secara teoritis,
kepala daerah di tingkat lokal. Hubungan ini model demokrasi ini menihilkan peran elit, sehingga
kemudian yang paling banyak diteliti adalah belum menjawab secara layak bagaimana kelompok
hubungan yang bersifat konfliktual. sosial dalam NSM ini diorganisir oleh elit non-politik.
6.
Nurhasim (2005: 14) menyatakan bahwa konflik elit7. Karena gerakan yang berfokus pada kebaruan
dapat dipahami dari beberap dimensi untuk melihat kultural dan sosial, sehingga kajian NSM selama ini
penyebab, motif, dan kepentingan-kepentingan belum dapat menjelaskan secara rinci bagaimana cara
politiknya. Pertama, dari segi pengertiannya, konflik
kelompok sosial yang dipimpin oleh elit non-politik
diartikan sebagai pertentangan yang terbuka antar
ini melakukan interaksi dengan elit negara atau aktor
kekuatan-kekuatan politik yang memperebutkan
dan elit politik.
kekuasaan sehingga dapat dilihat oleh orang luar.
Pengertian konflik disini merujuk pada hubungan8. Untuk membuat sebuah model dari kasus gerakan
antar kekuatan politik (kelompok dan individu) yang sosial dalam penolakan reklamasi Teluk Benoa ini
memiliki, atau yang merasa memiliki sasaran yang juga perlu diketahui hambatan-hambatan yang
tidak sejalan. ditemukan oleh elit non politik selama melakukan
perjuangannya, sehingga dapat terlihat bagaimana
Kedua, Sasaran yang tidak sejalan sesungguhnya fleksibilitas dan kemampuan model ini dalam
menunjukkan adanya perbedaan kepentingan. Karena mempengaruhi sebuah agenda politik.
324
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Gerakan Bali Tolak Reklamasi (BTR) merupakan Dalam aspek agama, saat ini muncul sekte-sekte baru
gerakan yang dapat merubah pandangan tentang diantara penganut Hindu sendiri. Kesadaran sebagian
dualisme budaya dan politik di Bali. Melalui gerakan masyarakat Bali untuk “kembali ke Hindu murni”
ini dapat dibuktikan bahwa masyarakat Bali dapat yang berpusat di India, justru menimbulkan sekte-
terlibat dalam kegiatan politik, namun tetap sekte. Bahkan konon ada yang sampai tidak
mempertahankan nilai-nilai budaya dan agama yang ‘mesebelan’ (berdukacita) ketika ada anggota
mereka anut selama ini. Gerakan ini sudah keluarga beda sekte meninggal.
berlangsung selama 3 tahun (sejak 2013 s/d 2016) dan
dapat dikatakan sebagai gerakan terbesar di Bali Dalam aspek ekonomi, Bali menjadi semakin
setelah reformasi. Gerakan ini bukan hanya merubah tergantung pada industri pariwisata, yang terutama
pandangan mengenai budaya dan politik di Bali, dipicu oleh peningkatan kedatangan turis asing secara
namun juga merubah struktur kekuasaan yang langsung. Ledakan turis memberikan dampak
dimiliki oleh masyarakat Bali. langsung pada lingkungan, ekonomi, dan relasi
sosial. Terjadi peningkatan tajam jumlah kamar hotel,
Untuk dapat memahami perubahan tersebut, perlu restoran, toko seni, dan ruko. Akibatnya setiap tahun
kiranya pembahasan mengenai kondisi masyarakat 1.000 hektar sawah menghilang. Dengan
Bali kontemporer pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar 8%, Bali
mengalami transisi dari ekonomi agraris ke ekonomi
Kondisi Masyarakat Bali Kontemporer turis perkotaan.
Ledakan pertumbuhan penduduk ditambah
meningkatnya transmigran dari luar pulau Bali, Namun ada yang tidak berubah di Bali saat ini, yaitu
membuat kompetisi hidup di Bali menjadi semakin budaya politiknya. Hingga kini, budaya politik
ketat. Diantara masalah-masalah hidup lainnya, masyarakat Bali masih menganut konsep
survivalitas kini telah menjadi prioritas utama kepemimpinan dan partisipasi yang didasarkan pada
sehingga membawa beberapa perubahan di budaya konsep paternalistik/patron-client. Budaya
masyarakat Bali.Hal ini terutama terjadi di wilayah paternalistik mengacu pada adanya sikap bertindak
perkotaan dan destinasi pariwisata. setelah melihat tindakan atau pilihan orang yang
dituakan atau dihormati (pimpinan atau tokoh
Etos kerja masyarakat Bali saat ini menjadi super masyarakat). Masyarakat melakukan tindakan
sibuk. “Time is money” istilah mereka saat ini. berdasarkan saran, arahan, atau perilaku pemimpin
Perubahan ini terjadi akibat perubahan mata mereka.
pencaharian yang begitu drastis dan ledakan angkatan
kerja yang mengakibatkan kompetisi menjadi begitu Pandangan masyarakat Bali, terutama kalangan orang
ketat. Libur sehari untuk menengok upacara keluarga tua, terhadap politik juga masih cenderung negatif.
misalnya, dapat berakibat hilangnya jatah antrian Politik menjadi hal yang tabu untuk diperbincangkan.
325
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Politik dianggap sebagai sesuatu yang kotor, perlu LSM di Bali saat itu tetap bersikeras bahwa SK
dihindari, cermin kelicikan, amoral, penuh darah dan Gubernur Bali bertentangan dengan peraturan
kekerasan. Sindrom tabu politik ini tidak dapat perundang-undangan di atasnya, yaitu Peraturan
dilepaskan dari peristiwa kekerasan politik yang Presiden (Perpres) No 45 Tahun 2011 tentang Tata
terjadi di Bali pasca tragedi nasional 30 September Ruang Kawasan Perkotaan SARBAGITA (Denpasar-
1965. Pembunuhan massal terhadap pengurus dan Badung- Gianyar- Tabanan), dimana kawasan Teluk
simpatisan PKI di Indonesia, termasuk di Bali, Benoa termasuk kawasan konservasi, serta Perpres
menimbulkan trauma yang mendalam bagi No 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah
masyarakat Bali. Meskipun demikian, mekanisme Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang melarang
penyampaian pendapat dalam lingkup desa atau reklamasi dilakukan di kawasan konservasi.
banjar tetap terjaga melalui paruman (pertemuan) di
tingkat desa/banjar yang kemudian akan diteruskan Saat itu penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk
oleh prajuru desa kepada pemerintah. Benoa dilakukan oleh jaringan aktivis lingkungan
yang telah membentuk aliansi bernama KEKAL
Sejarah dan Dinamika Gerakan Bali Tolak (Komite Kerja Advokasi Lingkungan Hidup) Bali.
Reklamasi Beberapa LSM yang tergabung dalam KEKAL Bali
Isu tentang reklamasi Teluk Benoa mulai menjadi saat itu adalah Walhi Bali, Front Demokrasi
bahan pembicaraan di masyarakat Bali pada awal Perjuangan Rakyat (Frontier) Bali, Bali Outbound
tahun 2013, setelah beberapa media santer Community, BEM Universitas Hindu Indonesia, dan
memberitakan tentang rencana pembangunan sirkuit PPMI DK Bali. KEKAL Bali mengadakan aksi
F1 di kawasan Teluk Benoa. Sejak saat itu kelompok demonstrasi pertama untuk menolak reklamasi Teluk
aktivis lingkungan, mulai menelusuri kebenaran Benoa pada 31 Juli 2013 di depan kantor Gubernur
rumor tersebut. Akhirnya mereka mendapatkan Bali. Saat itu peserta aksi hanya berjumlah sekitar 30
kebenaran tentang isu rencana reklamasi Teluk Benoa orang. (Hasil wawancara dengan informan pemuda
setelah berhasil mendapatkan Surat Keputusan (SK) STT Banjar)
Gubernur Bali Nomor 2138/02-CL/HK/2012 Tentang
Rencana Pemanfaatan dan Pengembangan Kawasan KEKAL Bali sendiri sebenarnya terbentuk sejak
Perairan Teluk Benoa pada bulan Juli 2013. SK Oktober 2012untuk merespons kebijakan Gubernur
Gubernur itu memberikan izin kepada PT. Tirta Bali yang menerbitkan izin pengusahaan pariwisata
Wahana Bali International (PT. TWBI) untuk alam di kawasan Mangrove Taman Hutan Raya
melakukan reklamasi di perairan Teluk Benoa (Tahura) Ngurah Rai. KEKAL Bali juga turut
Kabupaten Badung Propinsi Bali seluas 838 Hektar menggelar aksi demonstrasi penolakan terhadap
(www.forbali.org). pembangunan jalan tol yang dibangun di atas perairan
Teluk Benoa yang saat ini menjadi tol Bali Mandara.
Setelah SK tersebut menyebar luas di media massa
dan juga media sosial, muncul reaksi dari masyarakat Sejak demonstrasi penolakan reklamasi Teluk Benoa
yang mempertanyakan sikap pemerintah daerah yang yang pertama dilakukan atas nama KEKAL Bali, para
terkesan sembunyi-sembunyi dalam mengeluarkan aktivis kemudian memperluas jaringan dengan cara
kebijakan tersebut lantaran SK tersebut dikeluarkan menghimpun organisasi LSM lingkungan, organisasi
pada 26 Desember 2012. Hal ini lantas mengundang pemuda, organisasi mahasiswa dan juga grup band
aksi demonstrasi penolakan reklamasi Teluk Benoa musik untuk mendukung aksi mereka. Dari beberapa
dari berbagai kalangan, terutama dari kelompok pertemuan konsolidasi tersebut lahirlah ide untuk
aktivis lingkungan hidup yang dimotori oleh Wahana membuat nama aliansi baru dengan nama ForBALI
Lingkungan Hidup (Walhi) Bali. yang awalnya diartikan sebagai Forum Rakyat Bali
Tolak Reklamasi. Nama ForBALI pertama kali
Akibat maraknya penolakan masyarakat tersebut, muncul saat mereka melaporkan Gubernur Bali dan
Gubernur Bali I Made Mangku Pastika pada 16 DPRD Bali ke Obudsman atas dugaan
Agustus 2013 akhirnya menerbitkan SK Gubernur maladministrasi atas keluarnya SK Reklamasi Teluk
Bali Nomor 1727/01- B/HK/2013 tentang Izin Studi Benoa pada tanggal 23 Agustus 2013. Proses
Kelayakan Rencana Pemanfaatan, Pengembangan perubahan dari nama aliansi dari KEKAL menjadi
dan Pengelolaan Wilayah Perairan Teluk Benoa ForBALI praktis hanya berjalan kurang dari 1 bulan.
sekaligus mencabut SK Gubernur Bali Nomor
2138/02-C/HK/2012. Dalam SK baru tersebut Dalam dokumen surat ForBALI ke Ombudsman
pemerintah daerah tetap memberikan hak kepada PT. tersebut tertera nama-nama lembaga yang tergabung
TWBI untuk melakukan kegiatan reklamasi berupa dalam ForBALI mengalami peningkatan jumlah
kegiatan studi kelayakan di Teluk Benoa. dibandingkan dengan lembaga yang tergabung dalam
Munculnya SK Gubernur Bali yang baru tidak lantas aliansi KEKAL Bali. Bahkan KEKAL Bali sendiri
meredakan polemik di masyarakat tentang rencana masuk sebagai bagian dari ForBALI. Adapun
reklamasi Teluk Benoa. Walhi Bali beserta jaringan lembaga yang tergabung di ForBALI adalah
326
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
FRONTIER (Front Demokrasi Perjuangan Rakyat mereka buat yaitu Twitter (@forBALI13), Instagram
Bali), KEKAL (Komite Kerja Advokasi Lingkungan (@forBALI13), fanpage Facebook (@forbali13) dan
Hidup Bali), GEMPAR Teluk Benoa (Gerakan Youtube (ForBALI). Bahkan beberapa musisi Bali
Masyarakat Pemuda Tolak Reklamasi Teluk Benoa), yang menolak reklamasi berkolaborasi menciptakan
WALHI Bali, Sloka Institute, Mitra Bali, PPLH videoklip musik berjudul “Bali Tolak Reklamasi”
(Pusat Penelitian Lingkungan Hidup) Bali, PBHI yang diunggah di laman Youtube ForBALI. Musik
(Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi tersebut selalu dinyanyikan setiap aksi demonstrasi
Manusia Indonesia) Bali, Kalimajari, Yayasan sehingga menjadi lagu mars ForBALI.
Wisnu, Manikaya Kauci, Komunitas Taman 65,
Komunitas Pojok, Bali Outbound Community, Kuatnya desakan ForBALI menolak reklamasi Teluk
Penggak Men Mersi, BEM Universitas Hindu Benoa yang disebabkan oleh lemahnya dan saling
Indonesia (UNHI) Bali, PPMI DK Denpasar, Eco berlawanan dasar kebijakan peraturan perundang-
Defender, Nosstress, The Bullhead, Geekssmile, undangan, akhirnya membuat pemerintah pusat
Superman Is Dead, Navicula, Devildice, Dialog Dini melalui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Hari, Ganjil, Nymphea, The Dissland, The Sneakers, mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 51
The Hydrant, Goldvoice, Rootsradical, The Brews, Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Perpres No 45
Blackened, Ripper Clown, Scared of Bumbs, Suicidal Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Sinatra, Ugly Bastard, Steel Bone Rigid, Rollfast, Perkotaan SARBAGITA pada tanggal 30 Mei 2014.
Suitcase for Kennedy, Tha Kantin, Ska Teenagers
Punk, Durhaka, Refugee, Hyena Wants a Party, Perpres no.51 tahun 2014 tersebut intinya mengubah
Patrick The Bastard, The Room, Billy Bob Cats. status konservasi Teluk Benoa menjadi zona
penyangga atau kawasan pemanfaatan umum.
Daftar anggota ForBALI tersebut dapat Penerbitan Perpres No 51 Thn 2014 menghapuskan
dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu organisasi pasal-pasal yang menyatakan Teluk Benoa adalah
LSM, organisasi mahasiswa, dan grup band musik. kawasan konservasi sebagaimana yang disebutkan di
Grup band musik yang bergabung memang mayoritas dalam pasal 55 ayat 5 Perpres No 45 Thn 2011 serta
beraliran musik underground. Hal itu menunjukkan mengurangi luasan kawasan konservasi perairan
bahwa sejak awal ForBALI ingin membentuk dengan menambahkan frasa “sebagian” pada
persepsi bahwa gerakan mereka adalah gerakan anak kawasan konservasi Pulau Serangan dan Pulau Pudut.
muda yang populis. Hal tersebut menyebabkan kawasan konservasi di
wilayah SARBAGITA menjadi berkurang luasannya.
Sejak saat itu ForBALI terus mengadakan aksi Pasca penerbitan Perpres 51 tahun 2014 kemudian
demonstrasi turun ke jalan dan secara bersamaan PT. Tirta Wahana Bali International (PT. TWBI) juga
mengkampanyekan tolak reklamasi Teluk Benoa mengantongi izin lokasi reklamasi nomor 445/MEN-
melalui media sosial seperti website, facebook, KP/VIII/2014 dari Menteri Kelautan dan Perikanan di
twitter, instagram dan youtube. Tuntutan mereka saat kawasan perairan Teluk Benoa yang meliputi
itu adalah cabut SK Gubernur Bali Nomor 1727/01- Kabupaten Badung dan Kota Denpasar Provinsi Bali
B/HK/2013. Dari waktu ke waktu peserta seluas 700 hektar.
demonstrasi kian bertambah baik dari segi jumlah
maupun variasi kelompok masyarakat, seperti Keluarnya Perpres no.51 Tahun 2014 menyebabkan
bergabungnya Sekaa Teruna Teruni (STT), banjar isu yang diusung ForBALI dalam aksi demonstrasi
adat, dan desa adat. ForBALI juga mengembangkan berubah dari cabut SK Gubernur Bali 1727 menjadi
jaringan ke beberapa provinsi lain seperti DKI cabut Perpres no.51 Tahun 2014. Singkatan ForBALI
Jakarta, Bandung, Kalimantan, dan Nusa Tenggara pun mendapat tambahan kata “Teluk Benoa” menjadi
Barat melalui jaringan Walhi dan aktivis lainnya Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa
untuk menyuarakan penolakan reklamasi Teluk untuk menegaskan fokus perjuangan ForBALI hanya
Benoa. Bahkan melalui penampilan beberapa grup pada soal reklamasi Teluk Benoa. (Hasil wawancara
band musik seperti Superman Is Dead (SID), dengan informan Koordinator ForBALI)
Nosstress dan Navicula yang mendapat kesempatan
bermain musik di luar negeri, mereka ForBALI terus meningkatkan intensitas aksi
jugamenyelipkan isu penolakan reklamasi Teluk demonstrasi turun ke jalan. Hampir setiap minggu
Benoa sehingga isu ini menjadi perbincangan di terdapat kegiatan aksi demonstrasi penolakan
dunia internasional. reklamasi Teluk Benoa yang dilakukan oleh banjar
adat atau desa adat yang mendeklarasikan diri secara
ForBALI sangat memanfaatkan media sosial sebagai resmi bergabung dalam gerakan tolak reklamasi
media komunikasi dan juga publikasi gerakan. Teluk Benoa. Aksi-aksi tersebut dikemas dengan
ForBALI selalu mendokumentasikan dan parade budaya, melalui penampilan tari-tarian, pawai
mengunggah (upload) foto dan video aksi-aksi ogoh-ogoh dan pagelaran musik, serta pemasangan
demonstrasi ke berbagai akun media sosial yang baliho di sudut jalan strategis.
327
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Desa adat yang bergabung dalam gerakan tolak Meningkatnya isu penolakan reklamasi Teluk Benoa,
reklamasi Teluk Benoa pun semakin bertambah tidak dapat dilepaskan dari peran elit non-politik yang
jumlahnya. Awalnya hanya 9 desa adat yang ada. Berikut identifikasi peran elit non-politik dalam
bergabung secara resmi menolak reklamasi Teluk isu penolakan reklamasi Teluk Benoa:
Benoa. Lalu pada aksi demonstrasi tanggal 28
Februari 2016 yang diadakan di perairan Teluk Benoa1. Tokoh Agama
dan tol Bali Mandara tercatat sebanyak 19 desa adat Tokoh agama yang terlibat dalam gerakan BTR ini
yang bergabung secara resmi. Sebulan berikutnya adalah tokoh agama Hindu. Tokoh agama memiliki
pada aksi demonstrasi 20 Maret 2016 jumlah desa visi untuk mereformasi lembaga keagamaan yang ada
adat yang bergabung dalam gerakan tolak reklamasi di Bali sehingga tidak hanya berbicara mengenai
Teluk Benoa meningkat menjadi 25 desa adat. Pada peribadatan, tapi juga terlibat dalam isu-isu sosial
aksi berikutnya 29 Mei 2016 jumlah desa adat yang masyarakat. Tokoh agama memiliki modal kultural
bergabung meningkat menjadi 36 desa adat.19 Pada yang sangat kuat, karena apa yang disabdakan oleh
aksi 25 Agustus 2016, sebanyak 38 desa adat mereka akan dilaksanakan oleh masyarakat karena
melakukan aksi demonstrasi ke DPRD Provinsi Bali. dianggap sebagai fatwa yang harus diikuti.
(Hasil wawancara dengan informan Ketua Pasubayan
Desa Pakraman Tolak Reklamasi) Alasan tokoh agama di Bali ikut serta dalam gerakan
BTR adalah bahwa Teluk Benoa merupakan kawasan
Sejak aksi 20 Maret 2016 para desa adat sudah suci yang perlu dijaga kesuciannya. Aktivitas yang
membentuk sebuah perkumpulan yang bernama dilakukan oleh tokoh agama ini adalah
Pasubayan Desa Adat/Pakraman Tolak Reklamasi. mengkampanyekan pentingnya memelihara kesucian
Sejak saat itu setiap aksi demonstrasi menolak Teluk Benoa dan mengembalikan Bali padakonsep
reklamasi Teluk Benoa, nama yang digunakan bukan Tri Hita Karana dengan maksud untuk menjaga
ForBALI lagi melainkan Pasubayan Desa keseimbangan antara ketuhanan, kehidupan
Adat/Pakraman Tolak Reklamasi. Berdasarkan bermasyarakat, dan keseimbangan alam. Melalui
keterangan dari informan I Wayan Swarsa selaku pesamuhan Sabha Pandita, para tokoh agama
ketua Pasubayan Desa Adat Tolak Reklamasi, proses mengeluarkan keputusan bahwa Teluk Benoa
pembentukan Pasubayan tersebut terjadi pada selang merupakan wilayah suci.
waktu antara aksi tanggal 28 Februari 2016 hingga2. Tokoh Desa Pakraman
aksi tanggal 20 Maret 2016:
Modal utama yang dimiliki seorang Bendesa
Bergabungnya desa adat dalam gerakan Bali Tolak Adat/Pakraman adalah pengetahuan mengenai adat
Reklamasi Teluk Benoa murni keputusan masing- istiadat dan nilai-nilai sastra agama Hindu Bali.
masing desa adat untuk aksi demonstrasi. Bendesa Bendesa adat ini memiliki tingkatan yang sama
Adat tidak bisa memaksakan desa adatnya untuk dengan pendeta/pemuka agama di desa. Hal ini
bergabung. Setiap desa adat memiliki mekanisme memberikan kekuatan bagi bendesa untuk
pengambilan keputusan sendiri-sendiri. mempengaruhi dan membuat kebijakan pada
Terbentuknya Pasubayan Desa Adat Tolak masyarakat desanya secara langsung. Selain itu,
Reklamasi menjadikan tongkat komando aksi beralih Bendesa juga memiliki otoritas perijinan usaha di
dari jaringan kelompok aktivis lingkungan kepada desanya.
masyarakat adat Bali. Hal itu menunjukkan
keberhasilan kelompok aktivis lingkungan Pada dasarnya, desa-desa yang telah menyatakan diri
mentransformasi gerakan aktivis LSM menjadi tergabung dalam gerakan BTR tidak memutuskan hal
gerakan sosial masyarakat Bali. ini sendiri. Keputusan untuk bergabung dalam
gerakan BTR dilaksanakan dengan mekanisme
Peran Elit Non-Politik demokrasi yang memerlukan waktu yang panjang.
Kebanyakan dari desa pakraman yang bergabung
Dalam hal reklamasi/revitalisasi Teluk Benoa, dengan gerakan BTR mendapatkan masukan dari
terdapat dua kelompok masyarakat yang berbeda Seka Truna-Truni (STT) dan Keliyan yang ada di
pendapat. Satu kelompok menolak reklamasi dengan setiap Banjar di Desanya. Apabila seluruh banjar di
serangkaian argumentasi kritis (pengrusakan desa pakraman tersebut menyatakan diri sudah setuju
lingkungan, pelanggaran kawasan suci, pelanggaran untuk ikut bergabung dengan gerakan BTR, maka
hukum), sementara satu kelompok lagi mendukung dilaksanakan deklarasi. Tujuan utama dari bendesa
revitalisasi dengan argumentasi peningkatan ikut serta dalam pergerakan BTR adalah untuk
kesejahteraan masyarakat. Namun, kondisi menjaga kesucian Teluk Benoa.
masyarakat Bali saat ini lebih mengemuka isu
penolakan reklamasi Teluk Benoa sehingga membuat Salah satu bendesa yang paling berpengaruh dalam
suara kelompok pendukung revitalisasi tidak gerakan ini adalah Bendesa adat Kuta, karena bukan
bergema. hanya dapat mempengaruhi masyarakat di desanya,
328
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
329
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
330
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
daratan pulau Bali ke Pulau Serangan. Reklamasi ini elit-elit yang berperan penting dalam menciptakan
berhenti di tengah jalan karena krisis moner 1998. gerakan yang besar ini.
Reklamasi ini menimbulkan dampak buruk ekonomi,
sosial budaya dan lingkungan. Pergerakan ini diinisiasi oleh berbagai jenis elit non-
Hasil studi lapangan Lisa Woinarski (2002) politik yang memiliki berbagai modal, baik itu modal
menyatakan terdapat 3 dampak buruk yang sosial, modal kultural, modal politik, dan modal
ditimbulkan akibat reklamasi pulau Serangan, yaitu ekonomi, dengan demikian gerakan ini memiliki
dampak lingkungan, dampak sosial budaya dan cukup kapasitas untuk menjadi gerakan yang besar
dampak ekonomi. dan mempengaruhi masyarakat.
2. Kekecewaan Terhadap Pembangunan Pariwisata
Selain menyebabkan ketersingkiran masyarakat Bali Penolakan atas rencana reklamasi di Teluk Benoa
dari tanahnya, pembangunan pariwisata Bali juga yang dilakukan melalui gerakan yang damai dan
turut menyingkirkan masyarakat Bali dari pariwisata harmonis dan jauh dari sifat kekerasan. Hal ini yang
itu sendiri. Masyarakat Bali tidak dapat menikmati menyebabkan gerakan ini banyak mendapat simpati
tempat-tempat wisata yang ada. Di wilayah wisata dari masyarakat dan berkembang menjadi gerakan
bertaraf internasional dimana banyak turis asing yang semakin hari semakin membesar. Gerakan ini
disana, wilayah tersebut berubah menjadi eksklusif juga telah merubah cara pandang masyarakat Bali
hanya bagi turis asing. Banyak pantai yang berada di mengenai bagaimana cara mempertahankan
wilayah perhotelan taraf internasional berubah kepentingan masyarakat karena mengangkat berbagai
menjadi private beach yang menyebabkan larangan macam isu dan kepentingan masyarakat Bali.
bagi masyarakat lokal Bali untuk berkunjung ke
pantai tersebut. Gerakan penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk
3. Gerakan Ajeg Bali Benoa merupakan gerakan sosial yang tumbuh dan
Setelah tragedi bom Bali 2001muncul gerakan Ajeg berkembang karena keresahan sosial yang terpendam
Bali untuk mengembalikan dan melindungi budaya selama ini terhadap kebijakan pembangunan
Bali dari pengaruh budaya luar yang dinilai merusak pariwisata Bali yang massif dan bergantung pada
Bali. Orang-orang Bali menganggap dirinya sebagai pemodal besar sehingga merusak lingkungan,
kelompok minoritas religius, benteng agama Hindu melanggar kawasan suci dan memarjinalkan
yang terancam oleh ekspansi agresif agama Islam dan masyarakat Bali sendiri.
Nasrani. Proyek reklamasi Teluk Benoa dilihat
sebagai ancaman infiltrasi budaya asing diluar Bali Terdapat pergeseran ruang lingkup peran dan
yang akan merusak budaya Bali itu sendiri. wewenang dari tokoh adat Bali, baik pemuda STT,
4. Isu kawasan suci Teluk Benoa keliyan banjar maupun bendesa adat, yang semula
Isu tentang kawasan suci Teluk Benoa ini berasal dari hanya mengurus hal-hal yang berhubungan dengan
tulisan seorang ahli sastra Jawa Bali Kuno bernama upacara adat, berkembang pada isu sosial, ekonomi
Nyoman Sugi B. Lanus. Tulisan Sugi Lanus dan juga politik.
kemudian ditindaklanjuti oleh ForBALI dengan
melakukan riset titik-titik yang menjadi kawasan suci UCAPAN TERIMA KASIH
di wilayah Teluk Benoa. Hasilnya, ditemukan 60 titik Penulis mengucapkan terima kasih kepada
kawasan suci yang melingkupi wilayah pantai, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
loloan, campuhan, muntig dan palemahan beberapa Republik Indonesia atas dukungan dana hibah
desa di sekitar Teluk Benoa. penelitian unggulan perguruan tinggi. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh informan
Munculnya isu kawasan suci Teluk Benoa inilah yang penelitian yang bersedia untuk diwawancara yaitu
menjadi salah satu dasar keterlibatan desa adat dan Prof. Dr. I Wayan P. Windia, Guru Besar Hukum
juga dukungan tokoh agama hindu di Parisada Hindu Adat Universitas Udayana; Prof. Dr. I Wayan Ardika,
Dharma Indonesia (PHDI) dalam gerakan tolak MA, Guru Besar Sastra dan Budaya Universitas
reklamasi.Pada pesamuhan Sabha Pandita April Udayana; Dr. Anak Agung Gede Raka, Dosen Sastra
2016, Parisada memutuskan Teluk Benoa sebagai dan Budaya Universitas Warmadewa; Drs. I Made
kawasan suci, tanpa disertai tolak reklamasi Teluk Suantina, Dosen FISIP Universitas Warmadewa; Drs.
Benoa. Keputusan PHDI itu membuat isu tentang I Nyoman Wiratmaja, M.Si, Dosen FISIP Universitas
kawasan suci menggaung lebih besar dan lebih kuat Warmadewa; I Nyoman Dhamantra, Anggota DPR
mempengaruhi masyarakat desa adat Bali. RI asal Bali; Drs. I Ketut Wiyana, M.Ag, Ketua
Pengurus Harian PHDI; I Putu Wirata Dwikora,Ketua
SIMPULAN Sabha Walaka PHDI; I Wayan “Gendo” Suardana,
Koordinator ForBALI; I Nyoman Subudi, Ketua
Elit yang berpengaruh di Bali bukan hanya dari Yayasan Bumi Bali Bagus; I Wayan Swarsa, Bendesa
kalangan pemuka adat atau pemuka agama. Terbukti Adat Kuta dan Koordinator Pasubayan Desa
bahwa aktivis, seniman, dan tokoh pemuda menjadi Pakraman Tolak Reklamasi; Made Wijaya, SE,
331
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Bendesa Adat Tanjung Benoa; Beberapa pemuda Morlino, Leonardo. 2009. Legitimacy and The
STT Banjar Desa Kesiman (Hadhi Kusuma, Adi Quality of Democracy. International Social
Aprianta, Tedy Mahendra, Bayu Aditya); Gede Science Journal Volume 60, Issue 196
Roby: Personil Grup Band Navicula; Man Angga: Pramana, Gede Indra. 2015. Politik Aliran di Bali
Personil Grupband Nosstress; Wayan “Jengki Pasca Soeharto. Government: Jurnal Ilmu
Sunarta, Budayawan Bali; I Gusti Wisatawan, Pemerintahan, Volume 3, Nomor 2, Juli 2015,
Seniman Bali. hal. 59-72
Suacana, I Wayan Gede. 2015. Nilai-nilai dan
DAFTAR PUSTAKA Parameter Demokrasi dalam Kehidupan
Masyarakat Bali. JURNAL KAJIAN BALI
Bottomore, TB. 2006. Elites and Society. Edisi Volume 05, Nomor 01, April 2015, hal 81-106
Terjemahan. Jakarta: Akbar Tandjung Institute Suryawan, I Ngurah. 2010. Politik Kekerasan (Para
Dumhoff, G.W. 1990. The Power Elite and the State: Jagoan) dan Dendam di Bali, Jurnal
How Policy is Made in America. New York: Antropologi Indonesia 1, hlm. 41-57
Aldine de Gruyter, Hawthorne. Vergara, Garrido Luis. 2013. Elites, Political Elites
Foweraker, Joe. 1995. Theorizing Social Movement. and Social Change in Modern Societies. Revista
Colorado: Pluto Press De Sociología No. 28. Hal 30-49
Mariana, Dede, dan Caroline Paskarina. 2008. Woinarski, Lisa. 2002. Pulau Serangan:Dampak
Demokrasi dan Politik Desentralisasi. Pembangunan pada Lingkungan dan
Yogyakarta: Graha Ilmu. Masyarakat, Laporan Studi Lapangan,
Nurhasim, Moch. 2005. Konflik antar Elit Politik Universitas Muhammadiyah Malang bekerja
Lokal Dalam Pemilihan Kepala Daerah. sama dengan Australian Consortium For In-
Jakarta: LIPI Country Indonesian Studies,
Suacana, I Wayan Gede. 2013. Transformasi
Demokrasi dan Otonomi Desa. Surabaya:
Revka Petra Media bekerjasama dengan
Warmadewa University Press dan Asosiasi Ilmu
Politik Indonesia Pengurus Cabang Bali
Suacana, I Wayan Gede. 2016. Budaya Demokrasi
Dalam Pemerintahan Desa di Bali. Ponorogo:
Penerbit Wade Group
Varma, SP. 1987. Teori Politik Modern, Jakarta:
Rajawali Pers
Zuhro, Siti. 2009. Demokrasi Lokal, Perubahan dan
Kesinambungan Nilai-nilai Budaya Politik
Lokal di Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi
Selatan, dan Bali. Yogyakarta: Ombak
Azhar, Muhammad Ali. 2013. Marginalisasi
Masyarakat Di Daerah Pariwisata, Studi Kasus
di Desa Ungasan Kecamatan Kuta Selatan
Kabupaten Badung, Jurnal Ilmiah Administrasi
Publik dan Pembangunan, Vol.4, No.2, Juli-
Desember 2013, hal.166-176
Fawzia, Diana. 2012. Peran Elit Bukan Politik dan
Dasar Berperspektif Gender: Kajian KES di
Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.
Disertasi. Universitas Kebangsaan Malaysia
Linz, Juan J dan Alfred C Stepan. 1996. Towards
Consolidated Democracies. Journal of
Democracy Volume 7. No 2. Hal 14-33
Mihardja, Deni. 2013. Adat, Budaya Dan Agama
Lokal, Studi Gerakan Ajeg Bali Agama Hindu
Bali, Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran
Islam, Volume 7 Nomor 1, Juni 2013, hal 53 -
77
Morlino, Leonardo dan Tarchi Marco. 1996. The
Dissatisfied Society: The Roots of Political
Change in Indonesia. European Journal of
Political Research Volume 30 Issue
332
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
333
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
suatu ruang publik bagi masyarakat. Ruang publik Masyarakat Indonesia tidak malas untuk membaca.
adalah sarana eksistensi diri dan identitas manusia Hal ini dapat terlihat dari berapa banyak penulis,
secara individual untuk diambil sebagai purifikasi sastrawan, peneliti yang ada di Indonesia. Selain itu,
politik otentik (Arendt:1959:38). Ruang publik dapat masyarakat juga mengkonsumsi berita dari berbagai
merangsang penggunaan rasio manusia karena oleh media tulis baik cetak maupun on line. Masyarakat
karena ruang publik, manusia harus berhadapan Indonesia, terutama yang memilih untuk hidup secara
dengan manusia lain. Rasionalitas yang ditumbuhkan religius juga mempelajari (membaca) kitab-kitab,
dalam kehidupan bermasyarakat akan membawa buku ajaran mengenai kepercayaan yang mereka
dampak yang baik bagi sekitarnya. Perpustakaan anut. Kebutuhan dan keinginan masyarakat di
sebagai salah satu sumber literasi merupakan Indonesia cukup tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari
perangkat sempurna untuk menumbuhkan jumlah penerbit yang tersebar di seluruh Indonesia
rasionalitas. sejumlah kurang lebih 1399 penerbit 1.
Kita dapat menggolongakan rasionalisasi atas dua Budaya membaca dan pembentukan wacana sosial
tingkat : yang pertama sebagai suatu proses kognitif sering ditemui pada masyarakat kelas menengah
yang melepaskan dan mengidentifikasikan proses- keatas dan kalangan terdidik. Kelas sosial tersebut
proses sosial dari konteks ‘tindakan’nya yang penuh memiliki kesempatan lebih untuk bernalar,
makna, dan yang kedua sebagai suatu proses historis mengkritisi kebijakan maupun mendorong gerakan
yang lebih luas, dalam mana proses-proses kognitif masyarakat. Kelas menengah di Indonesia memiliki
itu sendiri menjadi bagian dari pandangan-pandangan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang
dunia, sistem-sistem makna dan kerangka untuk tinggi. Oleh karena itu kemudian sebagian
bertindak (Eyerman,1996.217) masyarakat kelas menengah yang mampu membeli
buku dan mengakses pengetahuan secara luas berniat
Masyarakat dapat membaca, namun juga perlu untuk membagi ilmu tersebut melalui perpustakaan rakyat.
mengutarakan pemikirannya. Ide dan kreativitas Menurut Tanter dan Young (1993,143) kelas
memerlukan kesempatan dan ruang. Selain itu, menengah bagi kebanyakan partisipan, merupakan
apabila ada pertemuan diantara masyarakat, maka suatu kategorisosial dalam arti sekaligus sebagai gaya
pengetahuan akan mudah diserap karena melalui hidup dan nilai-nilai: pelopor sekularisasi dan
proses dialogis. Menurut Freire hubungan dialogis revolusi rasional.
sebagai praktek yang asasi untuk kodrat manusia dan
untuk demokrasi di satu pihak, dan sebagai syarat Kesempatan hidup telah dinarasikan dalam Hak Asasi
epistemologis di lain pihak (2001. 07) Manusia dimana kesempatan hidup diantaranya
adalah kesempatan untuk memperoleh pendidikan.
Perpustakaan rakyat dan komunitas literasi Seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang
berjejaring, berkelompok kembali untuk membangun Dasar 1945 Bab XA Pasal 28C ayat (1) yang
suatu forum komunikasi. Melalui forum ini semangat menyatakan “setiap orang berhak mengembangkan
mereka saling terjaga. Terbentuknya jaringan ini diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
merupakan pengimplementasian solidaritas antar mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
kelompok. Kerjasama sebagai suatu ciri tindakan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
dialogis yang berlangsung hanya diantara pelaku- demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
pelaku hanya tercapai melalui komunikasi kesejahteraan umat manusia.”. Selain itu, manusia
(Freire,1985.182). Sebelumnya, kelompok – memiliki naluri keingintahuan yang besar, sehingga
kelompok ini sudah menunjukkan solidaritasnya ilmu menjadi perihal yang krusial bagi sebagian besar
kepada masyarakat luas, para pembacanya. manusia. Sehingga siapapun dapat mengusahakan
Solidaritas yang mereka lakukan, sebagai individu peningkatan kualitas hidup atas dirinya dan orang
lalu menghubungkan diri dengan yang lain lain.
(Alisjahbana.1986,103).
Tidak hanya pada kelas menengah saja, namun kelas
Gerakan emansipatoris merupakan gerakan pekerja juga memiliki kemauan membaca yang besar.
penyelamatan yang dilakukan oleh sebagian Justru minat baca dan keinginan untuk memperoleh
masyarakat yang sadar bahwa orang lain disekitarnya pengetahuan menyebabkan masyarakat kelas ini
mengalami suatu ketertindasan. Dalam permasalahan melakukan tindak-tindak emansipatoris yang kreatif.
sosial, banyak sekali jenis penindasan yang terjadi, Demikian maka sesuai dengan pendapat bahwa
terutama penindasan antar kelas. Kelas dalam hal ini persatuan kaum tertindas menyangkut solidaritas
bersangkutan dengan hak , kesejahteraan dan diantara mereka, tanpa mempedulikan kedudukan
‘kesempatan-kesempatan hidup’ (Tanter dan mereka masing-masing, persatuan ini pastilah
Young,1993.142). memerlukan adanya kesadaran kelas
1
Tercatat dalam daftar anggota IKAPI yang tertera pada
http://www.ikapi.org/2013-01-31-06-37-23/typgraphy
334
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
(Freire,1985.190)
335
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pembaca harus menunggu terlebih dahulu. Apabila mahasiswa mau membaca. Bukan karena tingkat
tidak dapat membuka perpustakaan karena berbagai keinginan membaca mahasiswa yang rendah, namun
halangan, terkadang mereka menitipkan koleksi buku karena membaca dan menulis membawa manusia
Katarsi kepada perputakaan rakyat lain di sekitar kepada pengetahuan, dan melalui pengetahuan
Universitas. Setiap hari Katarsi menerima antara lima manusia terselamatkan.
hingga 20 pembaca mulai pagi hingga sore. Para
pembaca lebih memilih untuk datang ke Katarsi Perpustakaan Anak Bangsa
dibandingkan dengan perpustakaan fakultas karena Perputakaan Anak Bangsa berdiri pada kisaran tahun
disana mereka bebas membaca dan berdiskusi dengan 2000, namun pendirinya, Eko Cahyono mulai
teman – temannya. Semangat yang membuat membuat perpustakaan rakyat di depan teras
Prasetyo dan Narwastu terus berusaha untuk rumahnya mulai tahun 1998. Alasan awal Eko
mengembangkan perpustakaan masyarakat adalah membangun perpustakaan rakyat adalah karena
semangat berbagi. Bagi mereka, ilmu bukan saja banyak anaka kecil yang telah tidak bersekolah.
milik pribadi namun merupakan hak dari semua Selain itu, Eko mengaku sebagai pecinta buku,
orang. dimana ia berharap agar orang lain dapat mencintai
literasi seperti dirinya. Selanjutnya ia mulai meminta
Gubuk Tulis sumbangan – subangan majalah, koran dan bku e
Gubuk Tulis merupakan kelompok atau komunitas berbagai sumber. Nyaris setiap pintu pelanggan
pencinta buku yang kemudian bersepakat untuk majalah ia datangi demi mendapatkan majalah bekas.
membuat program-program bersama untuk Ia juga melakukan pengajuan kepada penerbit –
mengembangkan wacana sosial dan literasi. Gubuk penerbit dan toko buku untuk menambah koleksi
Tulis mulai berdiri pada Januari 2016. Kegiatan yang perpustakaannya.
biasa mereka lakukan adalah perpustakaan antar.
Koleksi buku yang dimiliki oleh sekitar 30 anggota Perpusakaan rakyat yang ada di rumahnya telah
dipinjamkan secara bebas, katalognya disebar melalui menampung sekitar 58.000 buku dan majalah.
akun media sosial seperti Line, Instagram dan Seluruhnya boleh dipinjam secara bebas. Tidak ada
Facebook. Untuk meminjam, calon pembaca hanya batasan jumlah, waktu, biaya anggota maupun syarat
perlu menghubungi kontak person tertentu dan buku – syarata lainnya. Bahkan perustakaannya terbuka 24
akan diantar kepada peminjam. Selain itu Gubuk jam, sehingga siapapun dapat membaca, berdialog
Tulis juga setiap hari mengisi website mereka di dan mengabil buku sesuai dengan keinginannya. Hal
gubuktulis.com dan diupdate disemua akun media ini Eko lakukan kerana ia menganggap bahwa
sosial termasuk Twitter. perpustakaan yang dimiliki oleh instansi-instansi
resmi justru menjauhkan masyarakat dari bahan
Gubuk Tulis juga telah membuat kegiatan diskusi bacaan. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa suatu
rutin untuk mengangkat isu-isu sosial, sastra dan struktur sosial yang kaku dan menindas niscaya akan
kesejarahan. Dialog kritis dan membebaskan, yang mempengaruhi pranata-pranata pengasuhan dan
didahului oleh tindakan, harus dilakukan dengan pendidikan anak dalam struktur tersebut
kaum tertindas pada setiap tahap perjuangan (Freire,1985.164).
pembebasan mereka” (Freire,1985:47). Bagi Gubuk
Tulis baik membaca, menulis ataupun berdialog Eko tidak mempermasalahkan apabila terdapat
merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara koleksinya yang hilang karena menurtut
rutin. Berpikir kritis, secara jenaka atau lugas pendapatnya, buku yang hilang hanyalah buku yang
merupakan kewajiban bagi pemuda dalam bertemu dengan pemiliknya yang sejati. Selain itu
menanggapi segala hal yang diterima di dalam Eko juga sering meminjamkan majalah dan buku
konteksnya. Dialog adalah bentuk perjumpaan di bergenre umum untuk dibawa oleh pedagang bakso
antara sesama manusia, dengan perantaraan dunia, dan es keliling. Buku yang dibawa adalah buku yang
dalam rangka menamai dunia (Freire,1985.73), oleh dapat dipinjamkan kepada para pedagang tersebut.
karena itu proses dialog yang diusahakan oleh Gubuk Buku pinjaman ini membuat perpustakaan rakya
Tulis bermaksud juga untuk membebaskan para menjadi perpustakaan berjalan. Oleh sebab itu juga
pembaca dan partisipan agar lebih mengenal dunia. S tidak jarang para pedagang justru mendapat untung
dari buku yang mereka sewakan.
Untuk peminjaman buku, mereka mampu
mengantarkan kurang lebih 10 buku perbulannya. Beberapa perpustakaan rakyat lainnya
Namun untuk membaca on the spot di saat-saat Beberapa perpustakaan rakyat lain yang ada di
diskusi ataupun bisa lebih dari 10 buku tersewa. Malang antara lain adalah Perpustakaan Komunitas
Komunitas ini berusaha untuk selalu menyadarkan Kalimetro, Gubuk Baca Lentera Negeri, Gubuk
pemuda uatamanya mahasiswa untuk terus Cerita, Pojok Baca, Peroustakaan Kampoeng Mie
menjadikan literasi bagian hidupnya. Semangat yang Ayam, Perpustakaan Kafe Pustaka – Pelangi Sastra,
hampir sama dengan Katarsi, adalah bagaimana Rumah Aqil dan Kontribusi. Perpustakaan rakyat ini
336
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
hanya sebagian dari sekitar 96 perpustakaan lain yang penerapan solidaritas atas sesama. Dengan dimikian,
tersebar di Malang. Pembaca yang dituju beragam. tumbuhnya perpustakaan rakyat dapat dinyatakan
Sebagian besar perpustakaan rakyat yang berada di sebagai salah satu benda kebudayaan. Benda
Kota Malang ditujukkan untuk kaum muda dan kebudayaan solidaritas, menurut Alisjahbana
mahasiswa. Sementara itu perustakaan rakyat yang (1986,240) merupakan benda kebudayaan yang
berada di Kabupaten Malang lebih banyak memiliki menjelmakan nilai solidaritas dalam berbagai bentuk
koleksi buku yang dapat dikonsumsi oleh keluarga perhubungan sosial. Dengan demikian meurutnya,
dan anak-anak. terdapat perasaan, cinta dan tanggung jawab diantara
individu dan kelompok. Fenomena ini merupakan
Contoh Tema buku perpustakaan rakyat di Kota salah satu bukti nyata adanya sikap intersubjektifitas
Malang antara lain adalah literasi pergerakan, isu-isu di dalam masyarakat, dimana ‘aku’ merasa bagian
dan pergerakan sosial, hukum dan sejarah. Sementara dari yang ‘liyan’. Sehingga apa yang ‘aku’ lakukan
itu koleksi di perpustakaan rakyat di Kabupaten untuk menyelamatkan diriku adalah dengan
Malang lebih banyak mengandung unsur bisnis menyelamatkan ‘liyan’ juga.
praktis, urusan rumah tangga, buku pendidikan anak
hingga mode. Karakter koleksi bukku yang dimiliki Tujuan dari bermunculannya perpustakaan rakyat
oleh masing – masing komunitas literasi rata-rata adalah usaha penyelamatan masyarakat agar
menyesuaikan dengann konteks yang ada. Hal ini dapat bebas menerima pengetahuan dan bebas juga
terjadi karena baik dari kelas menengah maupun kelas untuk memiliki ruang publik dalam mengutarakan ide
pekerja telah mengerti apa yang mereka butuhkan dan dan gagasan. Penindasan yang terjadi dalam hal ini
inginkan. Terkadang banuan dari pemerintah justru adalah keterkungkungan masyarakat dalam sistem
salah sasaran. Seperti bantuan buku untuk kehidupan lain (misalnya sistem produksi) yang
perpustakaan rakyat yang ada di daerah Pantai terdiri dari para ibu rumah tangga, petani dan buruh.
Kondang Merak, Malang Selatan, dimana mayoritas Selain itu, sistem birokrasi pendidikan tidak dapat
penduduknya merupakan nelayan , justru diberi hibah diakses oleh seluruh orang. Untuk mengenyam
buku ensiklopedia lengkap yang tidakmenarik minat pendidikan perguruan tinggi misalnya, seseorang
masyarakat. harus mengeluarkan biaya yang lebih mahal
dibandingan saat berseolah di SMA. Selain itu,
Kesadaran merupakan salah satu alasan kuat bagi birokrasi perpustakaan lembaga formal berusaha
voluntir perpustakaan rakyat untuk terus untuk menjaga buku dengan sangat baik sehingga
menyumbang ilmunya. Kesadaran tersebut terdorong terkadang sulit untuk calon pembaca untuk
oleh kata hati, dimana kata hati merupakan kesadaran mengaksesnya.
individu akan adanya suatu mahkamah dalam dirinya,
yang di dalamnya pikirannya tuduh menuduh Fenomena ini merupakan bentuk sikap politik
(Alisjahbana.1986,29). Sehinga melalui kata hati masyarakat dalam menjawab kebutuhan pengetahuan
tersebut manusia dapat terdorong untuk kritis yang dirasa masih kurang memadai. Metode
sekaligus berlaku kebaikan. Dengan demikian penelitian yang digunakan adalah pendekatan sosial
masyarakat memiliki etika, nilai – nilai perilaku yang fenomenologis dan wawancara pihak terkait. faktor
tersusun dalam ruang pribadinya sekaligus untuk bermunculannya fenomena ini adalah tingginya
ruang di luar dirinya. Menurut Alisjahbana kesadaran masyarakat atas pentingnya budaya
selanjutnya (1986,127) etik pribadi dan etik sosial membaca bagi semua orang. Para penggerak
merupakan dua tenaga yang amat kuat yang dapat umumnya memiliki pengalaman pada bidang ilmu
menentukan kelakuan khusus manusia. Nilai pengetahuan dan ruang publik. Oleh sebab itu
emansipatoris, yakni penyelamatan masyarakat dari gerakan ini berupaya untuk selalu memfasilitasi
kebutaan literasi merupakan suatu nilai sosial dan masyarakat dalam mengembangkan budaya
etika yang kemudian diterapkan dalam tidak praktis. membaca dan berdialog. Para penggerak umumnya
Dari hal ini dapat kita perhatikan kembali bahwa memiliki pengalaman pada bidang ilmu pengetahuan
pertimbangan untuk membuka perpustakaan rakyat dan ruang publik. Oleh sebab itu gerakan ini berupaya
muncul dari dalam dan terangsang oleh fakta di luar untuk selalu memfasilitasi masyarakat dalam
diri voluntirnya. mengembangkan budaya membaca dan berdialog.
Bagi para penggerak, menyebarkan ilmu merupakan
Fenomena tumbuhnya berbagai perpustakaan rakyat bentuk perlawanan terhadap kebodohan publik.
harus dilihat melalui paradigma perkembangan Implikasi dari sikap politik masyarakat terhadap
kelompok sosial. Dengan kata lain, kita dapat pendidikan publik ini adalah terbentuknya jaringan
mengamati kesatuan masyarakat sederhana sebagai komunitas antar daerah sehingga gerakan semakin
nilai – nilai yang ada di dalam masyarakat, dalam hal meluas. Tindakan politik yang berpihak pada kaum
ini yaitu emansipatoris atas ilmu dengan kebiasaan tertindas harus merupakan tindakan yang mendidik
membaca dan membentuk wacana – wacana sosial. dalam artian kata yang sesungguhnya, dan karena itu,
Penerapan nilai – nilai ini dapat dikatakan sebagai merupakan tindakan yang dilakukan bersama kaum
337
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
338
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
339
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Suwandi Sumartias
Ikhsan Fuadi
Fakultas Ilmu Komunikasi - Unpad
Suwandi.Sumartias@unpad.ac.id
Sumartias2@gmail.com
340
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
gerakan buruh mayoritas bermotifkan perubahan nasib Dalam ranah hubungan industrial, banyak persoalan
dalam sosial ekonomi, namun di sisi lain gerakan buruh yang memerlukan pemahaman yang mendalam,
juga tak hanya murni memperjuangkan nasib dan khususnya keberadaan buruh dalam hubungan kerja.
kehidupan buruh dalam konteks sosial ekonomi, Giddens (1971) mengemukakan bahwa karya Karl
namun juga bermotif politik praktis dengan Marx merupakan satu dari kontribusi terpenting bagi
keragaman ideologi, yang bertujuan mendapatkan studi sosiologi terhadap industri, kendatipun dia tidak
kekuasaan yang cenderung radikal dan anarkis. Bahkan secara tegas menyebutkan istilah "Hubungan
gerakan buruh juga menampilkan sosok yang sangat Industrial”. Selanjutnya, Giddens dalam Susetiawan
instan, dengan adanya gerakan karena solidaritas (2000) mengatakan bahwa premis-premis pertukaran
sesama buruh dan ada juga yang membayarnya. ekonomis, properti privat, dan pengejaran profit dilihat
Gerakan buruh masih terus terjadi sebagai wujud oleh para ekonom sebagai karakteristik natural
adanya masalah dalam hubungan kerja antara para manusia.
pelaku proses produksi (Buruh-Pengusaha dan
Pemerintah). Hubungan kerja antara buruh dengan Marx, dalam posisi berlawanan, menyatakan bahwa
pengusaha (bipartit) sering terganggu dengan formasi pertukaran ekonomis adalah hasil dari sebuah
munculnya berbagai aksi gerakan dalam jumlah dan proses historis oleh karena itu kapitalisme merupakan
intensitas yang tinggi, terutama yang dilakukan di luar bentuk sistem produksi yang khas dalam sejarah
perusahaan yang melibatkan gabungan organisasi manusia, selain masih ada sistem produksi lainnya.
pekerja. Pendapat Marx, menurutnya, kapitalisme hanyalah
salah satu tipe sistem produksi di antara sistem
Rumusan Masalah produksi lainnya yang telah mendahului dalam sejarah.
Bagaimana Eksistensi Organisasi Buruh dalam
Konteks Hubungan Industrial yang Harmonis? Asumsi yang dimiliki oleh ekonomi klasik
menurutnya, bahwa modal, komoditi harga, pada
Tujuan Penelitian prinsipnya tidak tergantung dari mediasi oleh manusia.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: Eksistensi Sebaliknya Marx beragumen bahwa obyek-obyek fisik
Organisasi Buruh dalam Konteks Hubungan Industrial membentuk elemen-elemen di dalam suatu rangkaian
yang Harmonis. yang pasti dari hubungan-hubungan sosial. Bottomore
(1983) mengatakan bahwa aktifitas-aktifitas produksi
Kajian Pustaka menurut Marx harus dipahami melalui hubungan
Dengan jumlah organisasi buruh yang banyak di dialektis antara kekuatan produksi dan hubungan-
tingkat perusahaan (Pengurus Unit Kerja) dan hubungan produksi sebagai basis atau substruktur, di
maraknya organisasi buruh di luar perusahaan di satu sisi, dan di sisi lain elemen-elemen yang berbeda
tingkat cabang, daerah dan pusat menjadi persoalan menurutnya, seperti ideologi, hukum, religi, institusi-
yang semakin rumit dan potensi konflik hubungan institusi politik dan budaya merupakan super
yang selalu mengemuka. Aksi mogok kerja dan atau strukturnya.
unjuk rasa buruh yang masif terjadi di berbagai daerah
dan nasional, seakan menihilkan makna sesungguhnya Kekuatan produksi, mencakup cara-cara material
dari relasi produksi yang menuntut produktivitas tinggi maupun tenaga manusia dalam produksi. Keduanya
di satu sisi. menurut Bottomore dalam Susetiawan (2000)
mencakup perkembangan fenomena historis, seperti:
Di sisi lain, kondisi kerja dan kehidupan para buruh permesinan, perubahan-perubahan dalam proses
masih belum beranjak dari persoalan normatif yang kerja, pembukaan sumber daya energi baru, serta
menjadi tuntutan buruh, antara lain masih rendahnya pendidikan bagi kaum pekerja. Marx dalam Giddens
tingkat kesejahteran buruh dan upah murah para buruh. (1971) berargumen bahwa :"Human behaves not only
Rendahnya keterampilan dan kurangnya produktivitas to nature but also to one another in order that they can
buruh menjadi kendala dalam upaya mewujudkan produce something. To do this they cooperate in such
hubungan bipartite yang harmonis. a way and manually do barter. For the shake of
production, they involved into a real relationship
Sebaliknya, para buruh menilai pengusaha seringkali among one another. So only in here, they carry out the
tak memiliki niat baik untuk menyejahterakan para relationships and maintain their behavior against
pekerjanya, dan hanya mengejar keuntungan. Upah nature and production”. Manusia pada dasarnya tidak
yang mereka peroleh seringkali tidak memenuhi hanya bekerja, tetapi satu sama lain dapat
kebutuhan fisik minimum, sementara harga kebutuhan memproduksi sesuatu. Untuk melakukannya, mereka
dasar di pasaran terus meningkat, sementara upah yang bekerja sama dan melakukan barter secara`manual.
mereka peroleh tak mampu lagi mengejar tuntutan Untuk menghasilkan, mereka terlibat dalam satu
pasar. hubungan. Untuk itu mereka menjalankan hubungan
341
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dan memelihara tingkah lakunya memperjuangkan buruh terhadap gerakan itu sendiri atau perannya dalam
kehidupan dan produksinya. hubungan produksi.
Fungsi buruh dalam hubungan industrial memiliki Berbagai kajian selama ini menunjukkan, bahwa
peran penting, seperti halnya dengan peran pengusaha gerakan buruh disebabkan oleh berbagai faktor, antara
dan pemerintah. Namun karena sering munculnya lain: persoalan kesejahteraan buruh, pemutusan
perbedaan pemahaman terhadap kepentingan masing- hubungan kerja, dan perselisihan kepentingan lainnya
masing pihak di atas, terutama yang berawal dari di berbagai sektor masih menjadi masalah serius.
internal perusahaan, kemudian meluas menjadi Beberapa pelanggaran hak-hak normatif yang memicu
masalah sosial ketenagakerjaan di luar perusahaan. kasus-kasus tuntutan buruh masih belum beranjak dari
Para buruh mewujudkannya dalam bentuk gerakan, soal upah, outsourcing atau buruh sewa, tenaga
sehingga menggambarkan adanya perbedaan kontrak, pemutusan hubungan kerja, dan komponen
pemahaman di antara para buruh itu sendiri, dan jaminan kesejahteraan lainnya, hingga kriminalisasi
tentunya hal ini akan menganggu hubungan dan proses buruh. 1 Perkembangan industrialisasi telah membawa
produksi. dampak terjadinya perubahan hubungan industrial.
Industri tidak hanya dapat dipahami sebagai fenomena
Dunlop (1958:8) mengemukakan, para pelaku atau di mana mesin-mesin muncul, melainkan juga
aktor dalam hubungan industrial meliputi:(1) hirarki difahami sebagai fenomena perubahan hubungan kerja,
para manajer dan para wakil mereka untuk makna kerja, ekonomi politik, sosial budaya, dan lain
pengawasan; (2) hirarki para pekerja (non-managerial) sebagainya antara para pelaku proses produksi.
dan juru bicaranya, dan (3) instansi-instansi Dinamika, gejolak dan perselisihan hubungan
pemerintah tertentu dan instansi-instansi swasta industrial yang terjadi tidak dapat dilepaskan dari
tertentu yang didirikan oleh dua para pelaku tersebut kebijakan pembangunan ketenagakerjaan dan industri.
yang memperhatikan para pekerja, perusahaan, dan Tatanan ekonomi internasional yang telah menciptakan
hubungan-hubungan mereka. (Tripartite Pluralism)". struktur modal internasional berkonsekuensi pada
Dunlop (1958:15) menyatakan, "salah satu masalah pentingnya pemahaman terhadap gerakan buruh secara
besar dalam hierarki para pelaku dalam hubungan luas.
industral ini, adalah kesulitan komunikasi dan
pengertian sejati antara para ahli tersebut dengan sisa Kebijakan umum di beberapa daerah sangat tidak
hierarki lainnya". Dalam perspsektif Sosiologi berpihak kepada pekerja/buruh, dan berdasarkan survei
Industri, menurut Subagio Sastrodiningrat (1994:11) angkatan kerja tahun 2005 di Jawa Barat terdapat
adalah salah satu cabang sosiologi yang secara khusus 7.167.872 buruh, penghasilannya separuh buruh (50%)
mempelajari setiap kegiatan kelompok kerja yang antara Rp 400.000 – Rp 1 juta. Dan yang
menimbulkan produktivitas. Soerjono Soekanto berpenghasilan di atas 1 juta rupiah sebanyak 20 % dan
(1987:1) mengatakan, bahwa sosiologi industri 30 % mendapatkan upah di bawah Rp 400.000,-
sebenarnya merupakan penerapan baik pendekatan Intensitas gerakan buruh yang sering dilakukan di
sosiologis terhadap realitas maupun masalah-masalah dalam dan luar perusahaan, pada dasarnya tidak
industri. diinginkan oleh semua pihak, karena setiap aksi akan
menimbulkan dampak negatif yang tidak sedikit
Gerakan yang dilakukan para buruh seakan menjadi secara materi maupun non materi.
ciri khas komunitas buruh dalam menuntut dan
menyelesaikan berbagai perbedaan kepentingan Dasar filosofis hubungan kerja antara pengusaha dan
masing-masing pihak (buruh-pengusaha dan buruh yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila
pemerintah) dan sulit dicarikan pemecahannya, baik mengisyarakatkan adanya hubungan bersifat partner
melalui dialog secara internal perusahaan (birpartit) in production dan partner in profit, sampai saat ini
antara buruh dengan pengusaha, maupun hubungan masih sulit diwujudkan, hal ini tidak hanya disebabkan
tripartit. Gerakan (demonstrasi) buruh seakan menjadi oleh faktor-faktor nyata internal perusahaan dan
senjata utama dan pamungkas dalam menyampaikan eksternal sosial ekonomi, politik, sosiologis, budaya,
berbagai kepentingan atau aspirasi dan dapat mem- namun yang lebih mengkhawatirkan adalah masih
pressure pengusaha dan pemerintah. Dalam hubungan adanya pandangan yang keliru terhadap eksistensi
bipartit (buruh-pengusaha) dan tripartit (pemerintah- buruh dalam konteks hubungan kerja, antara lain
pengusaha dan buruh) sampai saat ini masih terdapat adanya anggapan para pekerja sebagai kaum lemah
berbagai persoalan yang menarik untuk dikaji lebih yang uneducated, kasar, sehingga berdampak tidak
dalam, khususnya tentang bagaimana pemahaman hanya terpinggirkan oleh sistem, juga dipinggirkan
oleh cara berpikir yang keliru.
1
Jenal Abidin, Revitalisasi Gerakan Buruh untuk Kesejahteraan,
Kompas, 1 Mei 2006).
342
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
343
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
menimbulkan ketegangan dan pertentangan itu dapat aset yang berharga dalam menunjang keberhasilan
menjelaskan konflik. Konflik juga berlangsung sebagai industri, namun di sisi lain kehidupan mereka jauh dari
akibat dari interaksi antar individu dan individu dengan kehidupan yang layak sebagai manusia. Penderitaan
kelompok individu yang lebih besar. Dalam proses dan perjuangan kaum buruh seakan menjadi lembaran
sosialisasi itu biasanya para individu ditransformasikan sejarah kelam bagi bangsa ini, betapa sulitnya untuk
berbagai cara penyimpangan (deviance) melalui menjadi warga yang “merdeka” secara ekonomi, paling
pilihan tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tidak dapat hidup layak dan sejahtera untuk para buruh
termasuk bagaimana melakukannya dan keluarganya. Tekanan demi tekanan yang datang
dari luar buruh baik secara global dalam wujud pasar
METODE bebas dan kepentingan politik praktis para elite negeri,
telah memposisikan buruh dalam keadaan serba sulit.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini Tarik ulur kebijakan dan kepentingan para elite
adalah metode deskriptif, dengan analisis datanya birokrasi berdampak semakin terpuruknya eksistensi
kualitatif. Desain penelitian deskriptif dengan kaum buruh dalam perkembangan industri manufaktur.
pendekatan jenis data kuantitatif dan kualitatif, melalui
pemahaman aspek keluasan data lebih dipentingkan Dalam kebebasan berserikat bagi kalangan buruh,
sehingga data atau hasil penelitian dianggap kenyataannya masih dihadapkan berbagai persoalan
merupakan representasi dari seluruh populasi.. Tujuan yang mendasar dan teknis. Menurut Direktorat KPHI
penelitian deskriptif adalah untuk membuat (2012) menemukan antara lain, bahwa kebebasan
pendeskripsian secara sistematis, faktual dan akurat berserikat di daerah diterima dan dilaksanakan belum
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau sepenuhnya sesuai kehendak untuk kepentingan para
daerah tertentu. Penelitian deskriptif itu akumulasi data buruh, akan tetapi terindikasi dimanfaatkan oleh
dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu berbagi kepentingan politik, sosial dan lainnya.
mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest
hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna Dinamika organisasi buruh sebagai indikasi
dan implikasi (Suryabrata, 1998). demokratisasi masih belum memiliki hubungan
langsung yang signifikan dengan tingkat kesadaran dan
Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan pemahaman dari para pelaku produksi, khususnya di
informasi tentang keadaan-keadaan nyata yang tingkat pengusaha dan buruh (bipartite). Kehadiran
sekarang berlangsung dengan tujuannya adalah untuk pemerintah sebagai regulator dan fasilitator dalam
menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara membina dan mewujudkan hubungan industrial yang
berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa profesional dan harmonis seringkali terganggu dengan
sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Hasil penelitian adanya kepentingan-kepentingan pragmatis dari pihak
deskriptif hanya berupa deskripsi mengenai variabel- aparat terkait dengan ketenagakerjaan, perusahaan dan
variabel tertentu yang menggunakan pengolahan atau buruh. Ketidaktegasan menegakkan dan
statistik yang bersifat deskriptif, dengan menyajikan mengawasi peraturan kerja antara buruh-pengusaha
frekuensi, angka rata-rata, atau kualifikasi lainnya menjadi indikasi minimnya kualitas SDM pemerintah.
untuk tiap-tiap kategori di suatu variabel
Aparat pemerintah seringkali dihadapkan pada
Teknik pengumpulan data digunakan melalui: kebingungan untuk mediasi jika ada persoalan di
Wawancara, observasi, dokumentasi, studi pustaka. tingkat perusahaan, antara pengusaha dan buruh.
Teknis analisis data:reduksi data; penyajian data dan Untuk menentukan upah minimum buruh tingkat
verifikasi kesimpulan. Informan penelitian yakni kota/kabupaten dan atau provinsi, seringkali tidak
Pengusaha (APINDO) di Kabupaten Bandung; memuaskan para buruh, dan selalu menuai protes para
Pengurus Unit Kerja Organisasi Buruh Tingkat buruh di berbagai daerah, bahkan para buruh
Perusahaan; Disnaker Kabupaten Bandung’ Pengurus melakukan mogok kerja atau unjuk rasa dalam skala
Cabang atau Daerah Serikar Buruh/Pekerja. besar (nasional). Komponen upah dan harga barang
yang dijadikan patokan utama dalam menentukan upah
HASIL DAN PEMBAHASAN minimum seringkali tidak memuaskan para pekerja,
bahkan muncul prasangka buruk, tidak adanya niat
Eksistensi Organisasi Buruh dalam Konteks baik pemerintah dan pengusaha untuk
Hubungan Industrial yang Harmonis. menyejahterakan para buruh.
Eksistensi kaum buruh sebagai realitas sosial di Hubungan pengusaha dan buruh seringkali diwarnai
Indonesia masih menyisakan banyak persoalan serius, dengan hubungan yang kurang harmonis. Para
khusus mereka yang berada pada perusahaan- informan (pengusaha) dan buruh, masih dihadapkan
perusahaan atau industri manufaktur. Keberadaan pada persoalan cara pandang yang berbeda tentang
mereka secara sosial ekonomi di satu pihak menjadi peran masing-masing dalam relasi kerja yang produktif
344
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dan kondusif. Para pengusaha menilai maraknya Tekstil, Sandang dan Kulit-SPTSK; (22) Gabungan
pengurus unit kerja (PUK) di tingkat perusahaan, Organisasi Buruh Seluruh Indonesia-GOBSI; (23)
bukan hanya sekedar tempat berorganisasi para pekerja Asosiasi Karyawan Pendidikan Nasional-
yang demokratis, namun seringkali kurang ASOKADIKNA; (24) Federasi SP Penegak Keadilan
dioptimalkan sebagai sarana untuk mendorong Kesejahteraan dan Persatuan-SPKP; (25) Federasi SP
produktivitas dan harmonisasi dalam bekerja. Rakyat Indonesia-SPRI; (26) Federasi Kimia, Energi,
Pertambangan-FKEP; (27) Solidaritas Buruh Maritim
PUK seringkali dijadikan organisasi untuk menekan dan Nelayan Indonesia-SBMNI; (28) Front Nasional
atau melawan pengusaha. Termasuk menjadi Perjuangan Buruh Indonesia-FNPBI; (29) Federasi SP
perpanjangan tangan para aktivis buruh di luar Indonesia-SPI; (30) Federasi Gabungan Serikat
perusahaan, yang seringkali melakukan unjuk rasa Pekerja Mandiri-GSBM; (31) Federasi Perserikatan
atau mogok kerja, intimidasi, sweeping jika ada Buruh Independen-PFBI; (32) Federasi Serikat Buruh
persoalan dan atau ketidakpuasan di tingkat Perjuangan-FSBP; (33) Federasi Aliansi Jurnalis
perusahaan. Bahkan unjuk rasa atau mogok kerja Independent-AJI; (34) Federasi Gabungan Serikat
dijadikan senjata pamungkas untuk melakukan tekanan Pekerja PT Rajawali Nusantara Indonesia–GSPRNI;
terhadap pengusaha atau pemerintah, sehingga (35) Federasi FARKES (Farmasi dan Kesehatan)
menganggu produktivitas perusahaan dan atau sosial Reformasi; (36) Federasi SPM (hotel, restoran, plaza,
kemasyarakatan. Kerugian materi dan non materi yang apartemen, katering dan pariwisata)-F-SPM; (37)
jumlah besar seringkali mengemuka sedemikian rupa. Gabungan Serikat Pekerja Merdeka Indonesia Baru-
GASPERMINDO BARU; (38) Gabungan Serikat
Dengan jumlah organisasi buruh yang banyak di Buruh Indonesia 2000-GSBI 2000; (39) Federasi SP
tingkat perusahaan (Pengurus Unit Kerja) dan KAHUTINDO; (40) Federasi Serikat Pekerja
maraknya organisasi buruh di luar perusahaan di Pariwisata-F SP-PAR; (41) Federasi Serikat Pekerja
tingkat cabang, daerah dan pusat menjadi persoalan Percetakan, Penerbitan dan Media Informasi; (42)
yang semakin rumit dan potensi konflik hubungan Federasi Serikat Pekerja Pertanian dan Perkebunan- F
yang selalu mengemuka. Aksi mogok kerja dan atau SP-PP; (43) Federasi Serikat Pekerja Bangunan dan
unjuk rasa buruh yang masif terjadi di berbagai daerah Pekerjaan Umum- F SP-BPU; (44) Federasi Serikat
dan nasional, seakan menihilkan makna sesungguhnya Pekerja Niaga, Bank, Asuransi, Jasa dan Profesi; (45)
dari relasi produksi yang menuntut produktivitas tinggi Federasi Serikat Pekerja Farmasi dan Kesehatan; (46)
di satu sisi. Federasi Serikat Pekerja Angkutan Darat, Danau, Feri,
Sungai dan Telekomunikasi Indonesia- F SP-ADFES;
Berdasarkan data Kemenakertrans RI (2012), secara (47) Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik dan
nasional organisasi buruh atau pekerja yang memenuhi Mesin-F SP-LEM; (48) Federasi Serikat Pekerja
syarat dan terdaftar sebagai berikut: (1) Konfederasi Kependidikan Seluruh Indonesia- F SP SPKSI; (49)
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI hasil Federasi Serikat Pekerja TSK-SPSI; (50) Federasi
Munas); (2) Federasi Serikat Pekerja Seluruh Serikat Pekerja Perkayuan dan Kehutanan-F SP
Indonesia Reformasi (FSPSI Reformasi); (3) Federasi KAHUT-SPSI; (51) Federasi Serikat Pekerja Transport
Serikat Buruh Demokrasi Seluruh Indonesia Indonesia-F SP-TI; (52) Federasi Serikat Pekerja
(FSBDSI); (4) Serikat Buruh Sejahtera Indonesia Kimia, Energi dan Pertambangan-F SP-KEP; (53)
(SBSI); (5) Sarekat Buruh Muslimin Indonesia- Federasi Serikat Pekerja Kewartawanan Indonesia-F
SARBUMUSI; (6) Persaudaraan Pekerja Muslimin SP-PEWARTA; (54) Federasi Serikat Pekerja Maritim
Indonesia- PPMI; (7) Gabungan Serikat Pekerja Indonesia-F SP-MI; (55) Kesatuan Pelaut Indonesia-
Merdeka Indonesia-GASPERMINDO; (8) Federasi KPI; (56) Federasi Serikat Pekerja Tenaga Kerja
Organisasi Pekerja Keuangan dan Perbankan Indonesia di Luar Negeri-F SP TKI LN; (57) Federasi
Indonesia- FOKUBA; (9) Kesatuan Buruh Marhaenis- Serikat Buruh Karya Utama-F SBKU; (58) Federasi
KBM; (10) Kesatuan Pekerja Nasional Indonesia- Serikat Pekerja Perkebunan Nusantara-F SP BUN; (59)
KPNI; (11) Kesatuan Buruh Kebangsaan Indonesia- DPP Gerakan Buruh Marhaen; (60) Federasi Serikat
KBKI; (12) Asosiasi Karyawan Pendidikan Swasta Pekerja Industri Semen Indonesia-F SP ISI; (61)
Indonesia-ASOKADIKTA; (13) Gabungan Serikat Serikat Pekerja Islam-SERPI.
Buruh Industri Indoensia –GASBIINDO; (14) Asosiasi
Serikat Pekerja Indonesia - ASPEK Indonesia; (15) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menegaskan
Serikat Pekerja Keadilan- SPK; (16) Gabungan Serikat bahwa hubungan industrial diwujudkan melalui
Buruh Independen- GSBI; (17) Serikat Pekerja Metal penerapan 8 sarana yaitu; serikat pekerja/buruh,
Indonesia – SPMI; (18) Dewan Pengurus Pusat Korps organisasi pengusaha, lembaga kerja sama bepartit,
Pegawai Republik Indonesia-KORPRI; (19) Federasi lembaga kerja sama tripartit, peraturan perusahaan,
Serikat Pekerja BUMN- FSP BUMN; (20) Serikat perjanjian kerja bersama, peraturan per undang
Buruh Merdeka "Setiakawan"-SBM; (21) Serikat undangan ketenagakerjaan dan lembaga penyelesaian
Pekerja Nasional Indonesia-SPNI; (21) Serikat Pekerja perselisihan hubungan industrial.
345
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Dengan berlakunya Undang Undang Nomor 21 Tahun secara bersamaan adanya rasa bangga dan penghargaan
2000 tentang Serikat pekerja menjamin hak kaum sebagai pelaku produksi relasi kerja dan relasi
pekerja untuk menjadi atau tidak menjadi pengurus dan sosialnya.
atau anggota suatu organisasi didalam maupun diluar Sebagai gambaran tentang kondisi upah para buruh di
perusahaan. Menurut Ditjen Hubungan Industrial dan Jawa Barat tahun 2016, melalui Penetapan UMK Jawa
Jaminan Sosial Tenaga Kerja pada tahun 2012 tercatat Baratberdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa
masing masing: Serikat Pekerja Tingkat Barat Nomor 561/Kep.1322-Bangsos/2015, sebagai
Perusahaan (11.852 buah), Federasi Serikat berikut:
Pekerja/Buruh (92 buah), Konfederasi Serikat
Pekerja/Buruh (6 buah), Jumlah anggota Serikat Tabel 1. Daftar UMK Jawa Barat 2016
Pekerja/Buruh (3.414.455 orang), dan SP/SB BUMN No Wilayah UMK/RP Keterangan
(170 buah). 1 Kota Banjar 1.327.965
2 Kabupaten Cianjur 1.837.520
Kehidupan Para Buruh 3 Kabupaten Cirebon 1.592.220
Di sisi lain, kondisi kerja dan kehidupan para buruh 4 Kota Cirebon 1.608.945
masih belum beranjak dari persoalan normatif yang
5 Kota Sukabumi 1.834.175
menjadi tuntutan buruh, antara lain masih rendahnya
6 Kota Tasikmalaya 1.641.280
tingkat kesejahteran buruh dan upah murah para buruh.
Rendahnya keterampilan dan kurangnya produktivitas 7 Kabupaten Bekasi 3.261.375
buruh menjadi kendala dalam upaya mewujudkan 8 Kabupaten Kuningan 1.364.760
hubungan bipartite yang harmonis. Sebaliknya, para 9 Kabupaten Garut 1.421.625
buruh menilai pengusaha seringkali tak memiliki niat 10 Kabupaten Majalengka 1.409.360
baik untuk menyejahterakan para pekerjanya, dan 11 Kota Bandung 2.626.940
hanya mengejar keuntungan. Upah yang mereka
12 Kabupaten Bogor 2.960.325
peroleh seringkali tidak memenuhi kebutuhan fisik
13 Kabupaten Tasikmalaya 1.632.360
minimum, sementara harga kebutuhan dasar di pasaran
terus meningkat, sementara upah yang mereka peroleh 14 Kabupaten Ciamis 1.363.319
tak mampu lagi mengejar tuntutan pasar. 15 Kabupaten Pangandaran 1.324.620 Terendah
16 Kabupaten Indramayu 1.665.810
Dasar perhitungan minimum upah buruh KHL 17 Kabupaten Bandung 2.275.715
(Kebutuhan Hidup Layak) diatur dalam UU No. 13 18 Kabupaten Bandung 2.280.175
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pemerintah Barat
menetapkan standar KHL sebagai dasar dalam 19 Kabupaten Sumedang 2.275.715
penetapan Upah Minimum seperti yang diatur dalam 20 Kota Cimahi 2.275.715
pasal 88 ayat 4. Standar KHL terdiri dari beberapa 21 Kota Depok 3.046.180
komponen yaitu : Makanan & Minuman (11 items); 22 Kota Bogor 3.022.765
Sandang (13 items); Perumahan (26 items); Pendidikan
23 Kabupaten Sukabumi 2.195.435
(2 item); Kesehatan (5 items); Transportasi (1 item);
24 Kota 3.327.160
Rekreasi dan Tabungan (2 item), sehingga total
Bekasi
komponen upah sebanyak 60 items.
Dari 60 items upah yang diperoleh para buruh, 25 Kabupaten Karawang 3.330.505 Tertinggi
seringkali dianggap para buruh belum memenuhi 26 Kabupaten Purwakarta 2.927.990
kebutuhan hidup layak mereka, sehingga mereka 27 Kabupaten Subang 2.149.720.
menuntut 80 items tambahan. Dan dalam perundingan
tentang penentuan upah minimum, seringkali buruh Dari tabel di atas, tampak bahwa dasar pengupahan
menilai pengusaha belum berpihak kepada mereka, dan para buruh, telah ditentukan oleh pemerintah
pihak pemerintah pun dianggap tak memihak kepada berdasarkan perhitungan Tim dari Dewan Pengupahan
buruh, namun lebih berpihak kepada pengusaha dalam Daerah Jawa Barat. Tim ini terdiri dari wakil
upaya minimalisasi pengeluaran untuk upah. Sehingga pengusaha, buruh, pemerintah, dan akademisi yang
upah buruh dianggap masih rendah dan jauh dari melakukan survey pasar untuk menentukan kebutuhan
pemenuhan kebutuhan dasar para buruh. Bahkan, jika dasar para pekerja. Namun dalam perjalananya,
tidak puas dengan perundingan, para buruh seringkali seringkali mendapat kritik dari para buruh, yang
melakukan mogok kerja dan atau unjuk rasa. menganggap tim ini bekerja kurang profesional dan
Komunikasi di antara pengusaha-buruh seringkali proporsional, karena saat survey pasar, harga barang
tidak lancar dan menghambat produktivitas diambil harga yang sangat rendah dan kualitas barang
perusahaan. Relasi produki dan kerja tidak hanya sangat minimalis. Sehingga, UMK yang ditetapkan
dilihat dari aspek keuntungan materi, namun menguat tidak sepenuhnya diterima. Bahkan seringkali pihak
346
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pengusaha dan pemerintah dianggap kolaborasi untuk menjadi tujuan bersama para pelaku proses
menekan harga dasar kebutuhan para buruh. Sementara produksi.
harga barang dan jasa dalam sehari-hari, jauh dari
UMK. Sehingga UMK yang diperoleh masih dianggap
terlalu kecil untuk memenuhi kebutuhan layak para DAFTAR PUSTAKA
buruh. Alih-alih harga di pasaran, seringkali mengikuti
hukum pasar bebas, sementara kenaikan upah selalu Campbell. Tom. 1994, Seven Theories of Human
terlambat. Society (terjemahan), Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Di lain pihak, pengusaha dan pemerintah ,merasa Coser, Lewis A. 1956. The Functions of Social
sudah optimal melakukan perannya dalam melayani Conflict. New York : The Free Press.
keinginan dan kebutuhan para buruh, melalui Craib, Ian. 1984. Modern Social Theory, From Parsons
penentuan UMK. Bahkan pengusaha menilai, para to Habermans. Wheatsheaf Books Ltd.
buruh selalu menuntut hak yang berlebihan dalam hal Dahrendorf, Ralf. 1959. Class and Class Conflict in
upah, sementara kinerja mereka tidak optimal. Industrial Society. Stanford University Press,
California.
SIMPULAN _____. 1968. Easy in the Theory of Society. Standorf,
Calif. : Standorf University Press.
Berdasarkan paparan di atas, dapat diambil beberapa _____. 1986. Konflik dan konflik dalam masyarakat
kesimpulan: Industri, Sebuah Analisa Kritik. (terjemahan),
1. Berkembangnya organisasi buruh di berbagai Penerbit Cv. Rajawali, Jakarta.
perusahaan sebagai indikator demokratisasi dan Donlop, John T. 1958. Industrial Relation System.
HAM sudah menjadi fakta yang tidak bisa Illincis : Southern California Univ. Press.
dihindari. Sumartias, Suwandi. Kumpulan artikel dan Jurnal,
2. Organisasi buruh yang ada belum identik dengan 2000-2016.
meningkatnya kesejahteraan buruh.Bahkan
organisasi buruh belum berfungsi optimal sebagai
sarana untuk memperjuangkan nasib perbaikan
hidup para buruh. Namun masih bernuansa
adanya politisasi buruh.
3. Posisi tawar para buruh dalam relasi kerja, masih
lemah dan pengusaha masih terlalu dominan.
4. Hubungan yang harmonis dan kesejahteraan
buruh masih memerlukan perjuangan bersama
secara sinergis antara pengusaha, buruh dan
pemerintah.
5. Upah yang mereka terima seringkali tak mampu
memenuhi kebutuhan hidup layak para buruh,
karena harga barang dan jasa selalu mengikuti
perkembangan pasar bebas.
6. Komunikasi yang terbuka, transparan dan
akuntabel menjadi tantangan bersama para pelaku
proses produksi yang secara dinamis harus
dicermati dan dikawal bersama secara bipartite
atau tripartite.
Saran
347
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Abstrak PENDAHULUAN
Warga DKI Jakarta seolah-olah tercengang lewat Sejatinya, sebuah daerah tentunya membutuhkan sosok
pemberitaan nasional, baik media cetak maupun seorang pemimpin sebagai panutan dalam menjalankan
elektronik dengan sekumpulan koalisi anak muda yang aktifitas ataupun kegiatan. Sebuah daerah memerlukan
menamakan diri mereka sebagai “Teman Ahok”. pemimpin reformis yang mampu menjadi motor
Kehadiran mereka mampu membuat geger para kaum penggerak yang mendorong perubahan daerah yang
elite partai politik hanya karena seseorang yang dipimpinnya. Sampai saat ini, kepemimpinan masih
bernama “Ahok”. Hal ini dikarenakan dirinya menjadi bahan perbincangan yang menarik, karena
menyebutkan adanya anggaran siluman di dalam paling sering diamati namun merupakan fenomena yang
rancangan Anggaran Pendapat Belanja Daerah (APBD) sedikit dipahami. Fenomena kepemimpinan di
DKI 2015, sehingga dirinya merasa dimusuhi oleh Indonesia menjadi sebuah masalah menarik dan
pimpinan DPRD dan akan diancam untuk digulingkan berpengaruh besar dalam kehidupan politik dan
dari posisinya sebagai Gubernur DKI. Penelitian ini bernegara. Dalam dunia birokrasi, kepemimpinan
ingin menyelami rencana sebagian anak-anak muda berpengaruh kuat terhadap jalannya institusi dan
tersebut dibalik alasan mereka membentuk suatu kelangsungan hidup institusi. Peran kepemimpinan
perkumpulan gerakan baru ditengah masyarakat harus memiliki pola pikir, pola sikap dan pola tindak
perkotaan yang modern di Jakarta yang bersikukuh sebagai negarawan dan memiliki kelebihan-kelebihan
melawan sistem politik yang masih berbau unsur tertentu termasuk wawasan keilmuan sebagai seorang
oligarki di negeri ini. Selain itu, penelitian ini berupaya pemimpin. Sangat strategis dan penting dalam sebuah
mendeskripsikan penggunaan media sosial sebagai insitusi sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam
media untuk menjaring aspirasi dari warga DKI Jakarta pencapaian visi, misi dan tujuan suatu institusi (Thoha,
untuk memberikan dukungannya terhadap Ahok agar 1999). Maka dari itu, tantangan dalam mengembangkan
mampu dicalonkan kembali dalam pemilihan kepala strategi institusi yang jelas terutama terletak pada ruang
daerah DKI Jakarta 2017. Metode dalam penelitian ini lingkup pemerintahan daerah di satu sisi dan tergantung
menggunakan studi pustaka dengan pendekatan kajian pada kepemimpinan yang ada pada institusi dimana
fenomenologi budaya dengan teknik mencatat dan pemimpin institusi ini
mengamati aktifitas yang dilakukan oleh pengurus
“Teman Ahok” lewat media sosial, seperti situs resmi Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki
“Teman Ahok”, Facebook, Twitter, dan Instagram. peranan penting dalam sistem politik suatu negara.
Hasil dari penelitian ini terlihat bahwasanya “Teman Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir
Ahok” hadir sebagai fenomena baru di Jakarta yang selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis
menjadi bagian dari identitas budaya bagi gerakan anak baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses
muda jaman sekarang untuk ikut serta memperbaiki pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak
kondisi politik nasional dengan cara mereka sendiri (Do langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara
it Yourself) dan mereka berhasil membuktikannya tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi,
sebagai bentuk balasan melawan kaum oligarki yang atau berita-berita dari media cetakmaupun elektronik
memilki modal besar dalam pencalonan kepala daerah. nasional tentang peristiwa politik yang terjadi. Secara
langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa
Kata kunci: warga DKI Jakarta, Teman Ahok, Ahok, politik tertentu, tanpa memiliki hubungan baik dengan
identitas budaya, politik, oligarki, dan kepala derah. pengaruh terhadap sistem maupun struktur politik
(Gaffar, 1999). Seperti halnya dalam mencari sosok
pemimpin di daerahnya membutuhkan partisipasi
356
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
politik agar mewujudkan pembangunan politik dan dalam komunitas ini mengapa mereka membentuk suatu
praktik demokratisasi di suatu daerah berjalan dengan perkumpulan gerakan baru di tengah masyarakat
baik. Sebagaimana persiapan perhelatan pesta perkotaan yang modern di Jakarta dan apa motif mereka
demokrasi (pilkada) di Propinsi DKI Jakarta yang akan melakukan hal-hal tersebut yang bersikukuh
dilaksanakan pada tahun 2017 mendatang. Namun, mendukung seseorang maju melalui jalur independen di
tidak semua perwujudan demokrasi itu berjalan dengan pemilihan kepala daerah (pilkada) tanpa melalui jalur
lancar. Masih banyak polemik mengenai persiapan partai politik.
pelaksanaan pilkada di DKI Jakarta yang dapat
mempengaruhi proses pemilihan. Salah satunya yang Metode Penelitian
menjadi kendala seperti halnya memunculkan sosok
pemimpin yang akan maju sebagai peserta calon Penelitian ini dapat berjalan dengan baik, terarah, dan
gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. mendapatkan hasil yang maksimal maka dibutuhkan
sebuah metode yang cocok. Penulis menggunakan
Warga DKI Jakarta dihebohkan dengan pemberitaan metode deskriptif kualitatif berupa data-data tertulis
baik media cetak maupun elektronik nasional dimana atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dijadikan
ada perseteruan sengit antara Gubernur DKI Jakarta sebagai objek penelitian, dengan tujuan untuk
sebagai perwakilan pemerintah daerah dengan pihak menggambarkan keadaan atau status fenomena dalam
DPRD Propinsi mengenai pembahasan Rancangan situasi tertentu, sehingga penelitian ini memfokuskan
Anggaran Pembahasan Belanja Daerah (RAPBD) tahun pada subjek dan objek penelitian. Hal ini guna membuat
2015. Dimana Basuki Tjahaya Purnama (Ahok), selaku deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat atas
Gubernur DKI Jakarta mengatakanadanya anggaran fakta-fakta yang ditentukan (Moelong, 1990).
siluman di dalam rancangan APBD DKI 2015.
Sehingga, dirinya merasa dimusuhi oleh pimpinan Jenis penelitian yang dilakukan berdasarkan deskriptif
DPRD dan akan diancam untuk digulingkan dari kualitatif dengan menggunakan metode studi pustaka.
posisinya sebagai Gubernur DKI melalui kesepakatan Studi kepustakaan dilakukan dengan menghimpun
sembilan fraksi di DPRD untuk mengajukan hak angket informasi yang relevan dari beberapa jurnal penelitian
(Savitri, 2015). Berawal dari permasalahan tersebut, dan sumber tertulis lainnya karena data-data yang
masyarakat DKI seolah-olah dibuat tercengang kembali dibutuhkan berupa sebaran sebaran informasi yang tidak
oleh pemberitaan media nasional dengan hadirnya perlu dikuantifikasi. Di mana dalam penelitian ini selain
sekumpulan koalisi anak muda yang menamakan diri data diperoleh dari beberapa informasi dari sumber-
mereka sebagai “Teman Ahok”. Mendengar isu wacana sumber di alamat situs secara online, data juga bisa
Ahok akan dimakzulkan dari posisinya sebagai diperoleh melalui kajian pustaka atau buku-buku yang
Gubernur DKI, mereka mencoba membentuk suatu dianggap berkaitan dengan penelitian ini.
koalisi anak muda agar mencalonkan Ahok sebagai
Gubernur DKI periode kedua tanpa lewat jalur partai Dalam penelitian ini, data yang akan diambil adalah
politik (independen). Pada akhirnya, kehadiran mereka berupa data primer, sedangkan metode pengumpulan
membuat geger para elite partai poltik nasional hanya data dilakukan dengan menggunakan teknik
karena satu nama yang bernama Ahok ini. dokumentasi dengan teknik mencatat dan mengamati
aktifitas yang dilakukan oleh pengurus “Teman Ahok”
Tentunya, “Teman Ahok” ini memunculkan fenomena sebagai objek penelitian ini melalui pemberitaan-
budaya baru yang hadir di tengah-tengah masyarakat pemberitaan lewat alamat situs, seperti situs resmi
modern seperti di Jakarta, dimana kelompok yang “Teman Ahok”, Facebook, Twitter, Instagram atau
beranggotakan anak-anak muda ini memiliki tujuan beberapa situs pemberitaan yang terpacu pada
yang sama, menggalang aspirasi dari masyarakat pemberitaan mengenai fenomena “Teman Ahok”.
Jakarta agar memilih Ahok sebagai Gubernur DKI
periode kedua. Fenomena budaya yang terbentuk dalam Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
suatu komunitas seperti halnya “Teman Ahok” memiliki penelitian adalah Non participant Observation, yaitu
pandangan tersendiri dibandingkan komunitas lainnya, observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung
dimana di dalam “Teman Ahok” ini tidak ada satupun dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati,
anggotanya yang bekerja untuk mengharapkan imbalan dimana peneliti mengumpulkan data melalui catatan-
(tanpa pamrih). Mereka disini melakukannya dengan catatan pribadi, hasil karya seseorang, hingga beberapa
sukarela dan tidak ada unsur paksaan maupun pengaruh sumber tertulis lainnya (Ostrower, 1998). Teknik ini
dari siapapun, termasuk pengaruh unsur politik praktis. digunakan karena peneliti melakukan penelitian dengan
Hal ini yang membuat peneliti ingin menyelami lebih mencatat dan mengamati perkembangan netizen
dalam alasan sebagian anak-anak muda yang tergabung
357
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
terhadap fenomena “Teman Ahok” atas peristiwa yang mengumpulkan KTP dari warga Jakarta yang nantinya
sedang marak dan hangat dibicarakan. akan digunakan sebagai bukti ke Mahkamah Konstitusi
agar Ahok dapat dicalonkan kembali melalui jalur
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan independen.
pendekatan fenomenologi dalam menganalisis “Teman Gambar 1. Kelima remaja founder dari komunitas
Ahok” dengan tujuan untuk menginterpretasikan
tindakan sosial aseseorang atau perkumpulan
(komunitas) sebagai sebuah yang bermakna (dimaknai)
serta dapat merekonstruksi kembali turunan makna
(makna yang digunakan saat berikutnya) dari tindakan
yang bermakna pada komunikasi intersubjektif individu
dalam dunia kehidupan sosial. Di dalam pendekatan,
fenomenologi ini lebih menekankan pada realitas
budaya yang ada dan berusaha memahami budaya lewat
pandangan pemilik budaya atau pelakunya (Sudarmanti, Teman Ahok
2005). Fenomenologi dilakukan dalam situasi yang
alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau Menurut Crow dan Allan (1995), Komunitas dapat
memahami fenomena yang dikaji dan peneliti bebas terbagi menjadi 3 komponen, yaitu pertama,
untuk menganalisi data yang diperoleh. berdasarkan lokasi atau tempat wilayah, merupakan
tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat
Pembahasan dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang
Pengertian dari komunitas merupakan sebuah sama secara geografis. Teman Ahok hadir di DKI
identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan Jakarta yang notabenenya adalah ibukota negara
berbagai dimensi kebutuhan fungsional (Soenarno, Republik Indonesia yang hampir sebagian besar
2002). Pengertian Komunitas menurut Kertajaya anggotanya merupakan relawan anak muda sesuai
Hermawan (2008), adalah sekelompok orang yang dengan misi mereka, menjadi wadah silaturrahmi warga
saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, DKI Jakarta yang mendukung Ahok untuk bergerak
dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi bersama dan saling membantu serta mengorganisir
yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena dukungan terhadap Ahok agar tidak tercerai berai.
adanya kesamaan interest atau values. Dari dua Kedua, berdasarkan minat sekelompok, merupakan
definisidiatas dapat diartikan jika komunitas itu sebuah orang yang mendirikan suatu komunitas karena
kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya
lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan agama, pekerjaan, suku, ras, maupun berdasarkan
habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu- kelainan seksual. Anggota yang tergabung dalam
individu di dalamnya dapat memiliki maksud, Teman Ahok terdiri berbagai macam agama, suku, ras
kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko bahkan profesi yang berbeda-beda di Jakarta yang
dan sejumlah kondisi lain yang serupa (Wenger, 2002). memutuskan untuk bergabung dan mengorbakan waktu
dan pekerjaannya untuk membantu Teman Ahok. Dan
Teman Ahok sebagai salah satu contoh komunitas yang yang terakhir berdasarkan komuni, merupakan berawal
berisikan kumpulan warga Jakarta yang menginginkan dari ide dasar yang dapat berdirinya komunitas itu
Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) agar maju melalui sendiri. Teman Ahok merupakan komunitas pertama
jalur perseorangan (independen). Teman Ahok sendiri dan terbesar di Indonesia yang mendukung seseorang
bukan ide ataupun murni inisiasi dari Ahok, melainkan maju melalui jalur independen di Pemilihan Kepala
oleh lima anak muda yang memiliki pemikiran yang Daerah dimana kelima foundernya memiliki ide yang
sama, mulai dari Muhamad Fathony, Richard Saerang, sama, mengusung Ahok untuk maju ke Pilkada DKI
Amalia Ayuningtyas, Singgih Widyastono, dan Aditya 2017 tanpa lewat kendaraan partai politik.
Yogi Prabowo. Tujuan mereka mendirikan Teman
Ahok untuk membantu Ahok maju di Pilkada 2017 Vanina Delobelle (2008) juga menjelaskan bahwa
melalui jalur independen, hal ini disebabkan Ahok tidak komunitas mempunyai beberapa aturansendiri, yaitu:
aktif lagi sebagai anggota partai politik manapun karena 1. Saling berbagi: Mereka saling menolong dan
banyak kebijakan Ahok yang kontroversial dengan berbagi satu sama laindalam komunitas.
kepentingan politik. Salah satu juru bicara dari 2. Komunikasi: Mereka saling respon dan komunikasi
komunitas Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas satu sama lain.
mengatakan bahwa komunitas Teman Ahok membantu
Ahok maju melalui jalur independen dengan cara
358
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
3. Kejujuran: Dilarang keras berbohong. Sekali inginkan adalah bagaimana Ahok bisa menjadi gubernur
seseorang berbohong, makaakan segera DKI periode kedua yang segala urusannya dibantu
ditinggalkan. dalam satu wadah kelompok, yaitu Teman Ahok ini.
4. Transparansi: Saling bicara terbuka dan tidak boleh Setiap individu yang ada di dalamnya merasa tidak
menyembunyikansesuatu hal. dipaksa untuk harus mengikuti alur yang ditetapkan
5. Partisipasi: Semua anggota harus disana dan oleh pengurus Teman Ahok karena komunitas ini
berpartisipasi pada acara bersama komunitas. bersifat sukarela, tidak ada peraturan terkait yang
mengharuskan angggota-anggotanya untuk menuruti
Seperti halnya di Teman Ahok yang dihuni oleh bahkan memaksa mereka untuk melakukan demikian
beberapa anggota anak muda yang rela untuk demi pencalonan Ahok ke pilkada. Yang itulah inisiatif
melakukan pengorbanan yang tidak sedikit seperti dari Teman Ahok sehingga ketika menyikapi semangat
menunda kegiatan perkuliahannya bahkan adapula yang dari para anggota Teman Ahok, Gubernur DKI Jakarta
nekat berhenti dari pekerjaannya hanya untuk ikut Basuki Tjahaja Purnama sebagai petahana tidak punya
partisipasi dalam mensukseskan aktifitas yang pilihan lain kecuali mengapresiasi inisiatif dan memilih
dilakukan oleh Teman Ahok. Realitanya,seluruh jalur independen. Dari inisiatif dan semangat itu, sudah
anggota dari komunitas ini sama sekali bersifat sukarela terkumpul satu juta KTP (kartu tanda penduduk)
dan tanpa paksaan dari pihak mananpun, sehingga sebagai bukti dukungan masyarakat agar sosok yang
siapapun boleh ikut serta untuk bergabung dengan dijagokan Teman Ahok itu memenuhi syarat untuk
komunitas ini tanpa mendapatkan gaji atau imbalan berkompetisi dalam Pilgub DKI tahun 2017 nantinya.
semata. Setiap anggota Teman Ahok memiliki Disini terlihat konsep identitas yang dibentuk manakala
kedekatan yang sangat erat, baik interaksi maupun seseorang yang ingin tergabung dalam Teman Ahok,
komunikasi diantara mereka pun seperti layaknya secara tidak sadar mereka harus menjatuhkan pilihan
seorang teman sebaya dan tidak gengsi sekalipun. politiknya kepada Ahok dan bagi Ahok sendiri mau
Karena interaksi dan komunikasi yang terjalin diantara tidak mau harus menuruti dan menghargai kinerja dari
mereka, menimbulkan fenomena baru bagi sebagian Teman Ahok itu sendiri apabila ingin maju lewat jalur
masyarakat DKI Jakarta, khususnya anak-anak muda tanpa partai politik.
guna membentuk identitas budaya tersendiri dalam
bermasyarakat. Stuart Hall dalam Cultural Identity and Diaspora,
berpendapat bahwa konsep identitas budaya merupakan
Permasalahan identitas merupakan salah satu tema pada sesuatu hal yang tidak langsung terbentuk, melainkan
kajian budaya yangmuncul pada tahun 1990-an. sebuah proses yang tidak akanpernah selesai, selalu
Pembahasan mengenai identitas merujuk pada dalam proses, dan diwujudkan dalam sebuah
berbagaimacam isu, seperti sosial, politik serta budaya. representasi (Hall, 1990). Identitas dan representasi
Berbagai permasalahan yang dibahasmengenai merupakan dua hal yang tidak mungkin dapat
identitas, di antaranya yaitu politik feminisme, etnisitas, dipisahkan. Hal tersebut karena identitas individu akan
hingga masalahseksualitas. Identitas dalam kajian terlihat jika ditunjukkan melalui representasi, seperti
budaya lebih sering disebut sebagai identitas yang dikatakan oleh Barker (2012) sebelumnya bahwa
budayaatau identitas kultural. Menurut Stuart Hall identitas ditandai atau direpresentasikan melalui gaya
(1990), konsep identitas budaya yaitu menyembunyikan hidup, sikap dan lain sebagainya.
identitas pribadi seorang individu di balik identitas “It is a matter of “becoming” as well as of “being”. It
kolektif yang ada di sekitarnya. Berdasarkan konsep belongs to the future as much as to the past. It is not
tersebut, seorang individu dipaksakan memiliki something which already exist, transcending place,
identitas yang sama dengan identitas di sekelilingnya. time, history and culture” (Hall, 1990:225).
Individu yang memiliki identitas berbeda dengan
sebuah kelompok akan dianggap tidak layak menjadi Menurut Hall dalam kutipan tersebut, identitas budaya
bagian dari kelompok tersebut. Konsep tersebut bukan hanya merujuk pada masa lalu saja, melainkan
menyebabkan terjadinya ketimpangan identitas budaya apa yang ada pada masa kini dan masa depan. Hal
antar satu kelompok dengan kelompok lainnya. tersebut karena proses “becoming” identitas akan terjadi
secara terus menerus sesuai tempat, waktu, sejarah, dan
Seperti halnya di Teman Ahok, mereka menilai Ahok budaya. Hall menegaskan bahwa identitas budaya
adalah sosok pemimpin yang layak memimpin DKI bukanlah sesuatu yang kaku dan tidak berubah dari
Jakarta tanpa memandang berasal darimana sukunya, waktu ke waktu, melainkan identitas budaya adalah
rasnya, hingga agamanya. Mereka sadar jika di dalam sesuatu yang terus menerus dibentuk berdasarkan
Teman Ahok ini memiliki beberapa anggota yang dari kerangka sejarah dan budaya. Teman Ahok sendiri
latar belakang yang berbeda-beda. Yang mereka sudah memunculkan fenomena budaya baru yang sangat
359
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya, secara signifikan di seluruh kawasan DKI Jakarta. Atas
fenomena inilah akan memunculkan polemik tersendiri dasar itulah, sesama anggota Teman Ahok dapat
untuk menimbulkan pengalaman bagi siapa saja yang berinteraksi satu sama lain, sama-sama belajar
ikut tergabung dalam komunitas tersebut, tentunya berorganisasi, dan saling bekerja sama untuk
secara tidak sadar pula perlu memahami realitanya. mensukseskan program pencalonan Ahok. Mereka
Sebelum memahami realitas, perlu memahami dahulu menilai Teman Ahok ini sebuah komunitas yang seru
fenomena budaya itu sendiri dan maknanya seperti apa dan unik di Indonesia dan baru pertama kali hadir di
melalui fenomenologi, khususnya dalam hal kajian negara ini dimana ada wadah khusus bagi seseorang
budaya. yang ingin maju tanpa partai politik. Keunikan inilah
yang menjadi budaya baru untuk bebas melakukan
Fenomenologi sedikit alergi teori. Pendekatan ini lebih apapun tanpa adanya aturan-aturan yang bisa
menekankan rasionalisme dan realitas budaya yang ada. mengekang kebebasan seseorang dalam berkreatifitas,
Fenomenologi menjadikan pengalaman sebenarnya sehingga Teman Ahok ini bisa dibilang memiliki
sebagai data utama dalam memahami realitas. Apa identitas budaya secara Do It Yourself (DIY).
yang dapat diketahui seseorang adalah apa yang
dialaminya. Apabila dikaitkan dalam kajian budaya, Budaya Do It Yourself (melakukan dengan etikanya
perkembangan pendekatan fenomenologi tidak sendiri) merupakan salah satu bentuk identitas budaya
dipengaruhi secara langsung oleh aliran filsafat, tetapi yang mengacu pada etika yang mandiri dengan
oleh perkembangan dalam pendefinisian konsep menyelesaikan tugas-tugas secara diri sendiri sebagai
kebudayaan. Dalam hal ini, fenomenolog Edmund perlawanan aturan yang ditetapkan dari orang
Husserl (Muhadjir, 1998) menyatakan bahwa obyek lain/kelompok yang lebih berpengalaman atau mampu
ilmu itu tidak terbatas pada yang empirik (sensual), menyelesaikan tugas orang lain untuk dirinya sendiri.
melainkan mencakup fenomena yang tidak lain terdiri Budaya jenis ini mempromosikan gagasan bahwa orang
dari persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan biasa bisa belajar untuk melakukan lebih dari yang dia
subyek yang menuntut pendekatan holistik, pikirkan itu mungkin terjadi. Tanpa ini, DIY bukan
mendudukkan obyek penelitian dalam suatu kontsruksi merupakan stigma yang efektif.Istilah ini dapat merujuk
ganda, melihat obyeknya dalam suatu konteks natural, pada "melakukan" apa pun, termasuk perbaikan
dan bukan parsial. Karena itu dalam fenomenologi lebih infrastruktur dan perbaikan objek bangunan lainnya,
menggunakan tata pikir logik daripada sekedar linier pertolongan pertama terhadap seseorang, dan upaya
kausal. Sehingga, tujuan dari fenomenologi budaya kreatifitas diri. D.I.Y atau Do It Yourself adalah etos
yaitu ke arah membangun ilmu ideografik budaya itu atau sikap yang muncul pada kisaran tahun 1970-an, dan
sendiri.Ada beberapa ciri-ciri pokok fenomenologis kemudian menjadi semakin populer seiring dengan
yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis menurut semakin berkembangnya kultur Punk (hardcore).
Moleong (2007), yaitu pertama, mengacu kepada Berawal dari keresahan dan kebosanan generasi muda
kenyataan, dalam hal ini kesadaran tentang sesuatu pada saat itu terhadap dominasi budaya mainstream
benda secara jelas. Kedua, memahami arti peristiwa dan yang dianggap membatasi kebebasan untuk berekspresi,
kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam etos D.I.Y bergerak menjadi sebuah kultur tandingan
situasi-situasi tertentu. Yang terakhir memulainya (counter culture) guna mendobrak kemapanan budaya
dengan diam. (Widya, 2010). Teman Ahok salah satu contoh
komunitas anak muda terbesar di Indonesia yang ingin
Mengutip dari situs resmi Teman Ahok, komunitas ini merubah citra sistem perpolitikan nasional dengan cara
memiliki visi, yaitu menghimpun dukungan dari seluruh mereka sendiri karena mereka menganggap sistem
warga DKI yang punya keinginan menjadikan Jakarta politik di Indonesia masih belum bisa terlepas dari
lebih baik, tertata, manusiawi, dan bebas korupsi di oligarki kaum elite politik.
masa depan untuk memenangkan Basuki Tjahaya
Purnama (Ahok) sebagai Gubernur Terpilih tahun 2017-
2022, dengan cara yang demokratis, kreatif, terhormat
dan memberikan manfaat edukasi politik bagi warga
Jakarta dan seluruh Indonesia. Dari visi tersebut sudah
terlihat kenyataannya yang sangat jelas dan memiliki
keterkaitan antar anggota di dalamnya, dimana
komunitas ini terbentuk karena adanya interaksi yang Gambar 2. Hasil produk kreatifitas yang dilakukan oleh
sama untuk mengusung Ahok maju kembali di periode Teman Ahok.
kedua. Mereka menilai kinerja Ahok sebagai Gubernur
DKI sudah layak diapresiasi dan ingin mlihat perubahan
360
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Dalam memahami sistem oligarki dalam perpolitikan Meskipun pada dasarnya oligarki dan demokrasi
nasional, oligarki bukan semata-mata kekuasaan politik memiliki dasar kekuasaan berbeda, di mana oligark
di tangan minoritas kecil elit-elit politik (definisi meletakkan konsentrasi kekuasaan pada kekayaan
generik), namun mengalami penyempitan makna ke (klaim terhadap kepemilikan dan kekayaan), sedangkan
arah definisi oligarki spesifik. Memahami oligarki demokrasi meletakkan konsentrasi pada persebaran
sebagai pemusatan kekuasaan pada segelintir elit, kekeuasaan nonmaterial (hak, prosedur, dan tingkat
terutama elit-elit pemegang modal (kaum borjuis). partisipasi.
Oligark yang merupakan sebutan bagi orang yang
terlibat langsung dalam sistem oligarki di suatu negara Oligarki dan elit menurutnya berbeda. Keduanya
memiliki kekayaan di atas rata-rata bahkan di atas memang menggunakan kekuasaan dan pengaruh
kekayaan rata-rata kekayaan orang kaya sekalipun, atau minoritas. Namun, kemampuan melakukannya
bisa disebut individu sebagai super kaya (jutawan didasarkan pada jenis kekuasaan yang berbeda, yang
bahkan milyuner). Masuknya para kaum oligark dalam kemudian berimplikasi pada hasil politik yang berbeda
ranah politik didasarkan pada kegagalan negara dalam pula. Bukti adanya perbedaan yang mendasar antara elit
menjaga kekayaan mereka, dari berbagai macam dan oligarki ini terletak pada pengaruh minoritas pada
ancaman, bahkan ketika ancaman tersebut datang dari elit yang selama ini telah ditantang oleh perubahan
negara (Winter, 2011). demokratis, sedangkan Oligarki bahkan belum memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan. Hal demikian
berhubungan dengan sumber daya kekuasaan yang
Upaya
Oligark Mempertahankan Sistem Oligarki digunakan untuk menjadi seorang elit dan Oligark.
Kekayaan
Sumber daya kekuasaan yang dimaksud mencakup hak
politik formal, jabatan resmi (baik di dalam maupun di
Bagan 1: Proses Pertahanan Kekayaan Oligark luar pemerintahan), kuasa pemaksaan (coercive
(Winter, 2011) power), kekuatan mobilisasi dan kekuasaan material
(kekayaan). Empat sumber daya yang pertama, ketika
Bagan di atas berusaha menjelasakan bahwa logika didistribusikan dengan cara sangat eksklusif atau
yang digunakan oleh Winters dalam menjelaskan sistem terkonsentrasi, adalah dasar yang umumnya dikenal
oligarki. Dalam bukunya yang berjurdul Oligarki, sebagai politik “elit.” Sumber daya yang terakhir,
Winters berusaha membalikkan logika umum yang kekuasaan material adalah basis oligarki (Winter, 2011).
lazim digunakan dalam menjelaskan oligarki. Bagi
sebagian besar kepustakaan terkait oligarki, fokus Oligark adalah aktor yang diberdayakan oleh kekayaan
utama analisis akan terlebih dahulu mendefinisikan sumber daya paling menonjol di antara bentuk-bentuk
oligarki kemudian melacak para oligark pembentuk kekuasaan lainnya. Kekayaan jelas paling serba guna,
oligarki tersebut. Namun Winters mencoba dalam arti mudah diubah menjadi kepemilikan
membaliknya, dengan terlebih dahulu menjelaskan kekuasaan yang lain. Sehingga dengan itu, elit politik
oligark secara komprehensif kemudian menjelaskan dan oligark dapat dipisahkan secara
bagiamana oligark tersebut menciptakan sebuah konseptual.Kategori Oligark dan elit poltik bisa saling
oligarki dalam suatu tatanan politik. Karena itu dapat tumpang tindih dengan kekuasaan oligarkis yang
disimpulkan bahwa oligarki bukan sekedar bagaimana berpotensi mengarah pada kekuasaan elit poltik, begitu
suatu minoritas kecil mendominasi mayoritas, namun pula sebaliknya. Namun, keduanya tidak mesti
oligarki lebih pada bagaimana para individu pemilik bertumpang tindih. Banyak oligark hanya memiliki
kekayaan berupaya mempertahankan kekayaan (Winter, sumber daya kekuasaan material, dan banyak elit politik
2011). tidak pernah menghimpun kekayaan yang
mendatangkan kekuasaan. Dalam suatu sistem politik,
Kadar keterlibatan oligark dalam perebutan kekuasaan Oligark selalu menjadi seorang elit, tetapi seorang elit
melalui politik praktis dapat diukur melalui seberapa belum tentu menjadi seorang Oligark (Winter, 2011).
besar ancaman terhadap kekayaan para oligark. Fenomena Teman Ahok semata-mata bukan menjadi
Semakin besar kadar ancaman kekuasaan semakin aktif perkembangan gerakan antiparpol. Mereka terbentuk
para oligark dalam perebutan kekuasaan. Kadar sebagai representasi gerakan anak-anak muda untuk
keterlibatan oligark dalam politik praktis melalui menolak oligarki sistem politik Indonesia dimana rakyat
Pemilu atau Pemilukada juga menjadi jawaban atas Jakarta selama ini merasa sakit hati akan dibohongi dan
pertanyaan kritis yang dilontarkan oleh beberapa dikhianati para elite politik yang telah mendapatkan
kalangan yang menyatakan bagaimana mungkin oligark kekuasaannya, entah di jalur parlemen maupun
dan demokrasi dapat berjalan dalam satu sistem politik. eksekutif.
361
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
362
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
hal melahirkan kader-kader terbaik yang layak menjadi Winters, A. Jeffrey. 2011. Oligarchy and Democracy.
seorang pemimpin daerah. Beberapa hasil pengaderan dalam Jurnal The American Interest Volume VII, 2
parpol memang membuahkan hasil. Hanya saja, kondisi Holidays (November/December). Washington DC:
itu lebih didorong oleh desakan publik. Apabila tidak The American Interest.
ada desakan dari publik, belum tentu partai politik akan Barker, Chris. 2012.Cultural Studies: Theory and
tetap memasang calon-calon yang berkorelasi dengan Practice. London: SAGE Publication Ltd
pelanggengan kekuasaan para pengurus partai politik Delobelle, Vanina. 2008. Community: A Critical
tersebut. di tangan anak-anak muda lewat Teman Ahok Response. Sandy. Inc.
ini, mulai membangkitkan momentum pergerakan anak Gaffar, Affar. 1999. Politik Indonesia. Yogyakarta:
muda untuk ikut serta membenahi sistem politik Pustaka Pelajar.
nasional bahkan gerakan mereka bisa direpresentasikan Hall, Stuart. 1990. Cultural Identity and Diaspora.
sebagai shadow parliamen, bukan sebatas menjadi London: Harvester Wheatsheaf.
voters dari para politisi. Moleong, Lexy J.1990. Metodelogi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kesimpulan _____________.2007. Metodologi Penelitian
Berdasarkan dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
jika Teman Ahok adalah representasi gerakan anak- Muhadjir, Noeng. 1998. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:
anak muda untuk melawan para kaum elite partai politik Reka Sarasin.
yang memiliki modal besar dalam kancah pertarungan Thoha. Miftah. 1999. Perilaku Organisasi, Dimensi-
pemilihan kepala daerah. Mereka mampu menjadi dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. PT.
alternatif bagi seseorang yang ingin maju sebagai kepala Rajawali Pers: Jakarta.
daerah tanpa jalur partai politik. seperti halnya Ahok Wenger, Etienne et al. 2002. Cultivating Communities
yang didesak oleh anak-anak muda Teman Ahok ini of Practice. Harvard Business School Press .
agar bersedia dicalonkan kembali sebagai Gubernur Widya, G. 2010. Punk: Ideologi yang Disalahpahami.
DKI periode 2017-2022 tanpa adanya mahar politik Yogyakarta: Garasi House of Book.
sekalipun (oligarki). Teman Ahok ini adalah cermin dari Winters, A. Jeffrey. 2011. Oligarki terj., Jakarta:
identitas budaya anak muda dengan cara mereka sendiri Gramedia Pustaka Utama, 2011.
tanpa adanya aturan-aturan yang mengekang kreatifitas Widya, G. 2010. Punk: Ideologi yang Disalahpahami.
mereka ketika ikut serta membenahi sistem politik Yogyakarta: Garasi House of Book.
nasional. Hal inilah yang menjadi fenomena budaya http://nasional.kompas.com/read/2016/03/12/10200331
baru dalam masyarakat modern seperti halnya di Jakarta /Fenomena.Teman.Ahok.Saat.Generasi.Y.Menolak.
dimana seluruh anggoota dari Teman Ahok memiliki Oligarki.Parpol ((diakses pada tanggal 11 Oktober
visi dan misi yang sangat konkrit untuk memberikan 2016)
edukasi politik terhadap masyarakat Jakarta dengan cara http://m.suarakarya.id/2016/06/22/fenomena-teman-
yang unik dan kreatif sesuai dengan keinginan mereka ahok-sebuah-peringatan-bagi-partai-politik (diakses
sendiri tanpa ada pengaruh dari pihak manapun, yaitu pada tanggal 11 Oktober 2016)
mengusung budaya Do It Yourself sebagai cara yang jitu http://temanahok.com/ (diakses pada tanggal 11
mengambil perhatian masyarakat DKI agar Oktober 2016)
menjatuhkan pilihan politiknya ke Ahok. https://id-id.facebook.com/temanahok/ (diakses pada
tanggal 11 Oktober 2016)
Daftar Pustaka: https://twitter.com/temanAhok (diakses pada tanggal 11
Crow, G., & Allan, G. 1995. Community types, Oktober 2016)
community typologies and community time. Time https://www.instagram.com/temanahokofficial (diakses
and Society 4 (2). pada tanggal 11 Oktober 2016)
Ostrower, F. 1998. Nonparticipant observation as an https://www.youtube.com/channel/UCtpS6GcD0p6gJ4
introduction to qualitative research. Teaching T9gHu1nJQ (diakses pada tanggal 11 Oktober 2016)
Sociology, 26(1).
Soenarno, 2002. Kekuatan Komunitas Sebagai Pilar
Pembangunan Nasional. Makalah disajikan pada
Seminar Nasional – Kekuatan Komunitas sebagai
Pilar Pembangunan. Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah. Jakarta
Sudarmani, Rini. 2005. Memahami "Fenomenologi"
Kesadaran Intersubjectif Aldfred Schutz”. Jurnal
Universitas Paramadina vol. 4 no. 2.
363
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Lampiran
364
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Abstrak PENDAHULUAN
Banyaknya studi tentang gerakan anti korupsi yang
menggunakan perspektif penegakan hukum, Latar Belakang
penindakan dan pendekatan jaringan korupsi serta
advokasi, yang semua berparadigma pada ekonomi Relasi antara pemerintah, intelektual dan masyarakat
politik, ini masih mengundang kritik, karena tidak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah sejak
dapat menukik tajam memberikan solusi yang lama ada. Relasi yang dimaksud di sini adalah pada
komprehensif. Pada titik inilah, studi yang kesadaran peran kaum intelektual yang sangat sentral,
menggunakan perspektif teoritik yang dapat seperti yang dikatakan Benda (1999:27-51). Kesadaran
memposisikan peran intelektual sebagai individu peran intelektual di sini lebih kepada perannya sebagai
memiliki kesadaran dalam Budaya anti Korupsi dalam agen perubah dalam membangun negara, dengan ide-
dilema etik sebagai aktor kreatif yang mampu ide yang cemerlang, yang dapat bermanfat bagi
memiliki kekuatan untuk secara otonom dan masyarakat. Sementara di sisi yang lain bisa juga
indipenden, menjadi menarik untuk diangkat. Atau menjadi sumber permasalahan dan kerusakan. Sejalan
dengan kata lain, melihat peran kaum intelektual tidak dengan permasalahan di atas Kurzman dan Owens
semata-mata tidak hanya sebagai “turunan” dari (2002:2-25), dalam studinya tentang sosiologi
struktur kekuasaan ekonomi dan politik yang intelektual mengungkapkan bahwa di dalam
melingkupinya, Bermula dari permasalahan ini maka masyarakat, kaum intelektual selalu dihadapkan pada
studi ini dimaksudkan bukan hanya untuk sekedar dilema etik pada pilihan yang memihak pada
mengaplikasikan teori C. Wright Mills dalam kekuasaan, konservatif dan alergi pada perubahan atau
Sociology Imagination tentang peran kaum intelektual memilih posisi menjadi selalu kritis, otonomi dan
(Intellectual Craftsmanship) terutama di Indonesia independen pada pemerintah. Perdebatan dilema etik
saja, melainkan lebih jauh dari itu, untuk melihat dalam sebuah wacana memicu sebuah ketegangan dan
dinamika atau kompleksitas teoritik yang muncul pilihan antara Elitism dan Egalitarianism dalam peran
ketika terjadi kesenjangan antara teori yang lahir dari seorang intelektual. Tujuan dalam Penelitian ini adalah
akar pemikiran konteks historis dengan realitas sosial sebagai berikut: memahami, menemukan dan
yang ada, dan juga untuk melihat fenomena dari memaknai kesadaran kaum intelektual (Intellectual
konteks yang berbeda dalam kaitannya dengan peran Craftsmanship) dalam menghadapai tekanan. Dilema
sosiologi intelektual. Tujuan dalam Penelitian ini etik gerakan anti korupsi berupa kekuasaaan dan
adalah sebagai berikut: Memahami, menemukan dan politik. Memetakan peran gerakan gerakan anti
memaknai kesadaran kaum intelektual (Intellectual korupsi sebagai gerakan kesadaran kaum intelektual
Craftsmanship) dalam menghadapai tekanan. Dilema baru (Intellectual Craftsmanship) gerakan anti korupsi
etik gerakan anti korupsi berupa kekuasaaan dan dengan menggunakan pendekatan public Issue dan
politik. Memetakan peran gerakan gerakan anti personal trouble. Dalam sebuah realita sosial, wacana
korupsi sebagai gerakan kesadaran kaum intelektual ini selalu menemui benturan dalam dilema etik antara
baru (Intellectual Craftsmanship) gerakan anti korupsi teori yang ditemukan dan prakteknya. Perbedaan ini
dengan menggunakan pendekatan public Issue dan memunculkan pertarungan etik. Kaum intelektual
personal trouble. Sejak awal studi ini berusaha untuk kesulitan melepaskan diri terutama di Asia (timur)
kritis dalam memaknai dan memahami peran individu kaum intelektual sendiri lebih banyak menjadi elite
(kaum intelektual) dalam sebuah peristiwa teks politik dari pada seorang intelektual yang independen,
sejarah, teks sejarah dilihat dalam sebuah imajinasi di sinilah kita melihat kaum intelektual di Timur
sosiologi berkaitan dengan korupsi terutama di (Asia) menghadapi pertarungan dilema etik antara
Indonesia. Studi ini menggunakan paradigma idealisme keilmuan atau masuk menjadi Elitisme rezim
interpretatif dengan metode fenomenologi Alfred yang berkuasa menurut Benda (1927:3). Pendekatan
Schultz. kultural diperlukan untuk menciptakan kesadaran
masyarakat, tanpa kecuali, untuk tidak melakukan
Kata kunci: kesadaran, intelektual, korupsi, korupsi. Kesadaran itu diperlukan agar muncul
fenomenologi, interpretatif pernyataan dan tekad bersama untuk meninggalkan
365
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
budaya korup tersebut. Korupsi yang sudah menjadi Dari paparan yang sudah di jelaskan dalam latar
budaya itu harus dirombak secara fundamental untuk belakang tentang peran kaum Intelektual, dapat
menjadi budaya yang jujur, terbuka, dan transparan. disimpulkan bahwa peran dalam gerakan kesadaran
Muara korupsi sebenarnya ada pada persoalan moral. kaum intelektual gerakan anti korupsi, dapat diangkat
Moralitas yang berinspirasi dari sumber nilai dan sebagai sebuah kajian melalui pendekatan keterlibatan
ajaran mana pun sudah jelas tidak membenarkan peran individu sebagai aktor kreatif dalam konsep
korupsi.Hampir semua agama dan institusi yang Imajinasi Sosiologis, yang mengemukakan tentang
mengajarkan kebajikan mengharamkan korupsi dalam adanya Intellectual Craftsmanship. Dimana ini
segala bentuk. Pada tataran ini persoalan sebenarnya menjadi kekuatan penyeimbang dan perubah dalam
sudah selesai. Yakni, tidak ada legitimasi sedikit pun masyarakat, yang disebabkan oleh kekecewaan
bagi seseorang -secara moral untuk melakukan terhadap kondisi system yang korup dan tidak kunjung
korupsi. Pendeknya, korupsi itu haram dan dilarang. membaik, bahkan semakin kacau akibat konspirasi-
Namun pada level praktis, kenyataannya tidak konspirasi tritunggal (Militer, Birokrat dan pengusaha)
demikian. Apa yang diyakini sebagai hal haram dan yang membentuk suatu tirani kekuasaan absolut.
terlarang masih sering dilakukan dan terus Walaupun demikian fokus dari studi tetap melihat
direproduksi, termasuk korupsi Itulah paradoks dalam pada peran individu yang secara kreatif memiliki
masyarakat kita bahwa antara yang diajarkan dan kesadaran melawan ketidakadilan system yang korup
diyakini berbeda seratus delapan puluh derajat dengan dari tritunggal tersebut diatas. Perspektif dan cara
apa yang dikerjakan dan dilakoni. Kalau begitu, pandang studi ini nantinya berdasarkan pada pemikiran
kesadaran pun tidak cukup jika tidak sampai pada Mills yang melihat sebuah kesadaran dari internal
tataran perilaku. Pengetahuan dan pemahaman yang kehidupan (inner life) dan kebutuhan kehidupan
benar tidak selalu melahirkan tindakan yang benar. (external career) berbagai individu. Dengan
menggunakan analisis public issue Mills dan personal
Pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang troubel ini sebagai konsep dasar analisis.
pernyataan bahwa korupsi itu tidak dapat dibenarkan
tidak begitu saja menjadikan orang tidak melakukan Dalam konteks penegakan kesadaran dilema etik
tindakan tidak benar itu. Di sinilah, struktur dan secara empiris, dimana peran Kaum Intelektual
lembaga yang berwenang dalam pemberantasan mempunyai peran individu dalam memiliki kebebasan,
korupsi mengambil perannya. Mengawal kesadaran kaum intelektual dalam melihat perannya dari sebuah
yang benar menjadi perilaku yang benar. Makroskopik dan molecular. Makroskopik disini
Penggolongan kaum intelektual oleh Lewis Coser terdiri dari mencoba menampilkan tipe-tipe fenomena
dalam Soekito ( 1983:169-170) dibagi menjadi : (1) historis dimana yang berhubungan dengan keseluruhan
kaum intelektual yang mengejar kekuasaan dan struktur sosial dalam berinteraksi, secara sistematis
mempertahankan kekuasaan, (2) Kaum Intelektual menghubungkan berbagai lingkungan institusional
yang berusaha untuk membimbing dan menasehati masyarakat yang kemudian dikaitkan dengan tipe-tipe
orang-orang yang memegang keuasaan dan kaum manusia yang ada (Issue Umum/Public Issue).
intelktual tersebut tidak memiliki kepentingan dalam Molekular, ditandai dengan masalah-masalah berskala
kekuasaan tersebut, (3) Kaum intelektual yang kecil dengan kebiasaan menggunakan model skala
membenarkan doktrin-doktrin serta membenamkan interaksi lebih kecil (permasalahan individu/Personal
diri dalam pertikaian kepentingan dari dari rezim yang Trouble ), Mills didasarkan atas kecenderungan
berkuasa serta selalu menyediakan perlengkapan individu untuk terlibat dalam masyarakat dan struktur
pembenar, (4) Kaum Intelektual yang selalu sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ada. Individu
mengkritik dan mengecam rezim berkuasa, (5) Kaum diasumsikan mampu untuk merubah pola-pola yang
Intelektual yang putus asa berpaling pada system ada dalam struktur dengan kesadaran sejarah atau
politik luar negeri berlindung serta berdalih selalu pengalaman yang ia refleksikan dalam kehidupanya.
mengatasnamakan kepentingan masyarakat yang Artinya bahwa kebebasan individu dan kesadarannya
menaunginya. Banyaknya studi yang menggunakan pada masyarakat dan lembaga ditentukan oleh tingkah
perspektif penegakan hukum, penindakan dan laku individu yang sedang dalam keadaan goncang
pendekatan jaringan korupsi serta advokasi, yang atau kerumitan yang ia alami di lingkungannya. Dalam
semua berparadigma pada ekonomi politik, ini masih Bahasa Mills mempertemukan Public Issue (
mengundang kritik, karena tidak dapat menukik tajam Makroskopik) dan Personal Trouble (molekuler)
memberikan solusi yang komprehensif. Bahkan lebih dipertemukan dalam sebuah Imajinasi Sosiologi
jauh lagi, Faqih (1999 :125) mengatakan bahwa studi- merupakan kemampuan untuk menangkap sejarah dan
studi tersebut belum dapat melihat peran otonomi dan biografi serta daya gunanya dalam masyarakat. Mills
indipendensi kaum intelektual yang sepertinya menambahkan pada tekanan sosial sosiologis terletak
diabaikan, terutama karena dianggap terlalu di dimensi sejarah dan kesadaran akan pengaruh
mengedepankan kekuatan struktur yang membatasi kekuasaan terhadap struktur sosial.
kesadaran peran kaum intelektual.
366
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Studi ini dimaksudkan bukan hanya untuk sekedar c. Landasan Ketiga adalah aksiologi, sebagai
mengaplikasikan teori C. Wright Mills dalam bagian dari metode penelitian kualitatif,
Sociology Imagination tentang peran kaum intelektual penelitian fenomenologi Alfred Schutz banyak
(Intellectual Craftsmanship) terutama di Indonesia dipengaruhi Weberian, sisi yang sangat kental
saja, melainkan lebih jauh dari itu, untuk melihat dari fenomenologi Alfred Schutz banyak
dinamika atau kompleksitas teoritik yang muncul melihat konstruksi pemaknaaan sangat
ketika terjadi kesenjangan antara teori yang lahir dari intersubyektif menjadi sisi kelebihan
akar pemikiran konteks historis dengan realitas sosial pendekatan fenomenologi.
yang ada, dan juga untuk melihat fenomena dari
konteks yang berbeda dalam kaitannya dengan peran
sosiologi intelektual. Ideologi dan cita-cita C. Wright HASIL DAN PEMBAHASAN
Mills dalam karya fenomenalnya, “Sociology
Imagination”, membayangkan adanya sosok yang Hasil dari penelitian ini didapatkan
disebut sebagai, “Intellectual Craftsmanship” yaitu
seorang intelektual yang memiliki kesadaran dalam 1. Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa bagaimana
kecermelangan untuk mengaktualisasikan sebuah memahami, menemukan serta memaknai kesadaran
solusi atas perubahan, dalam fenomena permasalahan kaum intelektual (Intellectual Craftsmanship)
sosial yang muncul di masyarakat. dalam menghadapai tekanan dilema etik berupa
kekuasaaan dan politik dalam gerakan anti korupsi,
METODE dimana studi ini memilih 7 orang intelektual
akademisi dari perguruan tinggi yang terdapat di
Konsep kesadaran kaum intelektual gerakan anti Jawa Timur dan semuanya adalah PTN, Alasan
korupsi menurut fenomenologi Alfred schutz dipakai dari Kriteria ini untuk mendapatkan pemahaman
untuk melihat sebuah realitas kemunafikan sampai bahwa gerakan budaya anti korupsi harus di mulai
dengan realitas vulgar pada praksis korupsi semakin dari tempat atau sumber awal dimana para
menegaskan suatu eksistensi realita “kerentanan” yang intelektual-intelektual di lahirkan. Sosok yang di
bergerak semakin kompleks hingga menyentuh pada temukan dalam studi ini adalah kaum intelektual
dimensi realita keahlian yang dianggap sakral, bahkan akademisi yang tidak hanya sebagai pengajar saja
dimensi tersebut semakin merumitkan visualisasi tapi mereka rata-rata mempunyai keterlibatan
mayoritas masyarakat oleh pembungkusan secara rapi dalam gerakan budaya anti korupsi di kampus yang
dengan pemanfaatan (eksploitasi) maksimal nilai-nilai masuk dalam pusat-pusat studi anti korupsi.
keahlian. Sedangkan dalam memaknai gerakan kesadaran
Keterkaitan konsepsi dasar yang dikemukan C.Wright budaya anti korupsi dalam studi ini 7 orang obyek
Mills dalam konsep imajinasi sosiologi. Imajinasi penelitian menyebutkan gerakan kesadaran adalah
sosiologi memfokuskan konsep personal trouble dan gerakan yang disebut oleh obyek penelitian sebagai
public Issue adalah tahapan dalam membangun sebuah “kesalehan sosial”, khsusus istilah kesalehan sosial
kesadaran awal, sedangkan selanjutnya adalah inner ini sebegai sebuah bentuk kesadaran tidak hanya
life dan eskternal career membangun sebuah berteori saja di kampus tapi mereka turun ke
kesadaran, dan yang terakhir adalah membangun masyarakat dan menggerakan semua stake holder
kesadaran terakhir adalah dengan konsep di masyarakat untuk melawan korupsi.
makroskopik dan molekuler untuk mendapatkan 2. Memetakan peran gerakan gerakan anti korupsi
kesadaran terkahir yaitu counciusness. Dengan sebagai gerakan kesadaran kaum intelektual baru
Pendekatan metode fenomenologi yang berangkat (Intellectual Craftsmanship) gerakan anti korupsi
dalam sebuah history of life dalam life world sangat dengan menggunakan pendekatan public Issue dan
tepat digunakan dengan 3 landasan antara lain adalah : personal trouble. Konsep gerakan budaya
kesadaran anti korupsi disini para intelektual di
a. Landasan pertama adalah ontology kampus yang menjadi obyek penelitian adalah
fenomenologi Schutz yaitu konsep-konsep mereka yang memiliki historisitas keluarga (
pemikiran dari Weber tentang relevansi nilai, personal Trouble), ketika masih kecil menjadi
pemahaman (verstehen) dan konsep tipe bagian individu keluarga yang sudah sejak awal
ideal. orang tua mereka punya keterlibatan dalam
b. Landasan kedua adalah epistimologi Schutz pengorganisasian di masyarakat yang cukup
yang memandang bahwa penguasaan manusia militan. Seperti pengorganisasi petani dalam
terhadap makna yang timbul dari motivasi reklaming lahan, pengorganisasian buruh dalam
atau disebut dengan makna motivasi, tindakan menuntut hak dan UMR, serta pengorganisasian
dan proses pemahaman manusia sebagai pedagang di pasar serta pengorganisasian tenaga
mahkluk yang berpikir. kesehatan dan guru honorer. Artinya disini
sebagai seorang pengajar backgroud historisitas
367
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
orang tua mereka sangat menginspirasikan dan Adams, Z.W. & Boyd, S.E., 2010. Ethical challenges
tertanam sangat kuat dalam pandangan, prinsip in the treatment of individuals with intellectual
kehidupan mereka yang akhirnya menjadi disabilities. Ethics & Behavior, 20(6), pp.407–
kebiasaan dan budaya ketika menjadi intelektual 418.
akademisi. Prinsip seperti budaya kerja keras dan Adisa, W.B., 2014. the Middle Class and Political
anti korupsi. Transformation in Nigeria : an Appraisal of the
3. Gerakan budaya kesadaran anti korupsi menjadi Role of Asuu and Nba. , 10(28), pp.383–404.
gerakan yang sangat jarang dilakukan oleh Alatas, S.F., 2015. Doing Sociology corruption in
golongan intelektual akademisi. Hal ini di South East.
sebabkan oleh tekanan dilema etik akan saat Autonome, L., Alatas, S.H. & Alatas, S.H., 2006.
gerakan kesadaran anti korupsi bertemu dalam Resumes/Resumenes. Current Barratt, E., 2014.
sebuah peran individu sebuah struktur yang C. Wright Mills, power and the power elites – a
tersistimatis yang sangat korup. Pilihan yang akan reappraisal. Management & Organizational
dihadapi golongan intelektual hanya ada dua History, 9(1), pp.92–106. Available at: Barratt,
macam, yaitu melawan dengan gerakan kesadaran E., 2011. Re-Reading C. Wright Mills.
yang harus siap dengan terlempar dari struktur Organization, 18(5), pp.707–724. Available at:
tersebut atau Bahasa yang lugas dalam karya http://org.sagepub.com/cgi/doi/10.1177/1350508
C.Wright Mills disebut sebagai golongan 410397223.
intelektual terkucilkan. Pilihan lain adalah Barrow, C.W., 2007. Plain Marxists, Sophisticated
mengikuti sistem yang korup dan menjadi Marxists, and C. Wright Mills’ The Power Elite.
kelompok intelektual “pesanan”( coser dalam Science & Society, 71(4), pp.400–430.
Sujadmoko dan Soekito, 1983:25). Kedua pilihan Beamish, R., 2015a. Book Review Symposium: John
ini mengundang pilihan dilema etik yang tidak Scott and Ann Nilsen (eds), C Wright Mills and
mudah dilakukan dalam sebuah pilihan pekerjaan the Sociological Imagination: Contemporary
yang dilakukan. Dari pilihan tersebut Perspectives. Sociology.
memunculkan konsepsi baru tentang tahapan Beamish, R., 2015b. Book Review Symposium: John
kesadaran yang dipengaruhi dalam 3 tahapan yaitu Scott and Ann Nilsen (eds), C Wright Mills and
: the Sociological Imagination: Contemporary
1. Awakkness ( masih dalam wacana), tentang Perspectives. Sociology. Available at:
gerakan kesadaran budaya anti korupsi Le Billon, P., 2008. Corrupting Peace? Peacebuilding
2. Awarness (sudah ada dalam Pemikiran), and Post-conflict Corruption. International
tentang gerakan kesadaran budaya anti Peacekeeping, 15(3), pp.344–361.
korupsi Birrell, P.J., 2006. An Ethic of Possibility:
3. Counciuones ( melakukan dalam sebuah Relationship, Risk, and Presence. Ethics &
tindakan), tentang gerakan kesadaran budaya Behavior, 16(2), pp.95–115. Available at:
anti korupsi dengan mengembalikan pada Bishop, S., 2011. Systematic review The
hakekat kehidupan (Inner life dalam konsepsi effectiveness of anti-corruption policy What has
Milss, 1959). worked , what hasn ’ t , and. , (July).
Brewer, J.D., 2005. The public and private in C.
SIMPULAN Wright Mills’s life and work. Sociology, 39(4),
Dari Hasil Penelitian didapatkan bahwa gerakan pp.661–677.
kesadaran dalam budaya anti korupsi para intelektual Bridges, A. & Kronick, R., 1999. Writing the rules to
Akademisi dengan perspektif dan pendekatan peran win the game - The middle-class regimes of
“Intellectual Craftsmanship” yang dikemukan oleh C. municipal reformers. Urban Affairs Review,
Wright Mills, sepertinya dalam penelitian ini 34(5), pp.691–706. Bridoux, J. & Gebel, A.,
menerima teori yang diungkapkan oleh C. Wright 2012. Flexibility versus Inflexibility: discursive
Mills tersebut, hanya menyempurnakan karena karya discrepancy in US democracy promotion and
C. Wright Mills dalam karya peran “Intellectual anti-corruption policies. Third World Quarterly,
Craftsmanship” tidak pernah menjelaskan sejauh 33(10), pp.1945–1963.
mana counciusnes. Oleh Karena itu penelitian ini Brown, J.J., 2008. From Friday to Sunday: the hacker
berusah memperjelas konsepsi yang dikemukann oleh ethic and shifting notions of labour, leisure and
C. Wright Mills ( Kesadaran dalam tindakan) intellectual property. Leisure Studies, 27(4),
pp.395–409. Available at:
http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/02
614360802334922.
DAFTAR PUSTAKA Brown, R.A., 2006. Indonesian Corporations,
Cronyism, and Corruption. Modern Asian
Studies, 40(04), p.953. Available at: Budiman,
368
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
A., Roan, A. & Callan, V.J., 2013. Rationalizing Dainotto, R., 2011. Gramsci’s bibliographies. Journal
Ideologies, Social Identities and Corruption of Modern Italian Studies, 16(2), pp.211–224.
Among Civil Servants in Indonesia During the Available at:
Suharto Era. Journal of Business Ethics, 116(1), Dandaneau, S.P., 2009. Sisyphus had it Easy:
pp.139–149. Reflections of Two Decades of Teaching the
Budiman, M., 2011. The middle class and morality Sociological Imagination. Teaching Sociology,
politics in the envisioning of the nation in post- 37(1), pp.8–19. Available at:
Suharto Indonesia. Inter-Asia Cultural Studies, Davidson, A., 2008. The Uses and Abuses of Gramsci.
12(4), pp.482–499. Thesis Eleven, 95(1), pp.68–94.
Bunbongkarn, S., 2001. The role of kaum Intelektualin Davidson, J.S., 2007. Politics-as-usual on trial:
democratic consolidation in Asia. Center for regional anti-corruption campaigns in Indonesia.
International Exchange, pp.137–144. Available The Pacific Review, 20(1), pp.75–99.
at: Burawoy, M., 2008. Homo Ludens vs. Homo Davis, J.H., Ruhe, J. a & Ruhe, A., 2012. Perceptions
Habitus: Burawoy meets Bourdieu. of Country Corruption : Antecedents and
Conversations with Pierre Bourdieu: The Outcomes Perceptions Corruption : and
Johannesburg Moment, (1958), pp.1–17. Outcomes of Country Antecedents James.
Burawoy, M., 2009. Open Letter to C. Wright Mills. Journal of Business Ethics, 43(4), pp.275–288.
Practising Public Scholarship: Experiences and Dungan, J., Waytz, A. & Young, L., 2014. Corruption
Possibilities Beyond the Academy, 40(3), pp.18– in the context of moral trade-offs. Journal of
28. Interdisciplinary Economics, 26(1-2), pp.97–
Burawoy, M., 2007. Public Sociology: Mills vs. 118.
Gramsci. Introduction to the Italian Translation Ekman, A., 2015. China’s Emerging Middle Class:
of “For Public Sociology.” Sociologica. Italian What Political Impact? Asie Visions, 76(June).
Journal of Sociology Online, (1), pp.7–13. Evertsson, N., 2013. Political Corruption and Electoral
Campbell, N. & Saha, S., 2013. Corruption, Funding: A Cross-National Analysis.
democracy and Asia-Pacific countries. Journal International Criminal Justice Review, 23(1),
of the Asia Pacific Economy, 18(2), pp.290–303. pp.75–94. Available at:
Available at: Canlan, S.T.J.S. & Editor, G.U., http://icj.sagepub.com/cgi/doi/10.1177/1057567
2015. Introduction 50. , 37(1962), pp.1–7. 713476886.
Cappuccio, A.D.M., 2012. The relationship between Ewins, P. et al., 2006. Mapping the Risks of
dialect, theatre, and power in Antonio Gramsci. Corruption in Humanitarian Action. , (July).
The Italianist, 32(1), pp.67–83. Available at: Eyal, G. & Buchholz, L., 2010. From the Sociology of
Chang, E.C.C. & Chu, Y.H., 2006. Corruption Intellectuals to the Sociology of Interventions.
and trust: Exceptionalism in Asian democracies? Annual Review of Sociology, 36(1), pp.117–137.
Journal of Politics, 68(2), pp.259–271. Fadaee, S., 2014. India’s New Middle Class and the
Cheang, T., 1987. ASIAN JOURNAL OF PUBLIC Critical Activist Milieu. Journal of Developing
ADMINISTRATION CORRUPTION IN ASIA Societies, 30(4), pp.441–457.
WITH SPECIAL REFERENCE TO Faqih, Mansour, 2002), Jalan Lain: Manifesto
SINGAPORE : PATTERNS AND Intelektual Organik,
CONSEQUENCES Jon S . T . Quah. , pp.80–98. (Yogyakarta: INSIST.
Cokgezen, M., 2004. Corruption in Kyrgyzstan: the Faqih, Mansour 1997, Agama dan Proses
facts, causes and consequences. Central Asian Demokratisasi di Indonesia Suatu Analisis
Survey, 23(1), pp.79–94. Available at: Kritis, Nasionalisme Refleksi Krisis Kaum
Cole, W.M., 2015a. Institutionalizing a global anti- Ilmuwan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,).
corruption regime: Perverse effects on country Form, W., 2001. C. Wright Mills: Letters and
outcomes, 1984-2012. International Journal of Autobiographical Writings. Contemporary
Comparative Sociology, 56, pp.53–80. Sociology, 30, pp.327–328.
Cole, W.M., 2015b. Institutionalizing a global anti- Form, W., 2007. Memories of C. Wright Mills: Social
corruption regime: Perverse effects on country Structure and Biography. Work and
outcomes, 1984-2012. International Journal of Occupations, 34(2), pp.148–173.
Comparative Sociology, 56, pp.53–80. Frantz, G., 2013. Psychological Perspectives : A
Connelly, B.S. & Ones, D.S., 2008. The Personality of Quarterly Journal of Jungian Aging and
Corruption: A National-Level Analysis. Cross- Individuation. , (August), pp.37–41.
Cultural Research, 42(4), pp.353–385. Frith, C., 2010. What is consciousness for? Pragmatics
Creswel, J.W., 2008. The Selection of a Research & Cognition, 18(3), pp.497–551. Available at:
Approach. Research design: qualitative, http://www.jbe-
quantitative, and mixed methods approaches. platform.com/content/journals/10.1075/pc.18.3.0
3fri.
369
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Gamber, W., 2005. Away from Home: Middle-Class Hough, D., 2013. The Rise and Rise of the Global
Boarders in the Nineteenth-Century City. Anti-Corruption Movement. Corruption, Anti-
Journal of Urban History, 31(3), pp.289–305. Corruption and Governance, pp.12–30.
Geary, D., 2001. The “union of the power and the Ives, P., 2009. Prestige, Faith, and Dialect: Expanding
intellect”: C. Wright Mills and the labor Gramsci’s Engagement. Rethinking Marxism,
movement. Labor History, 42(4), pp.327–345. 21(3), pp.366–374. Available at:
Gephart, M., 2015. Contested meanings in the anti- Jain, S.C. & Lehrer, B.R., 2008. Regulating Supply
corruption discourse: international and local Side Corruption Regulating Supply Side
narratives in the case of Paraguay. Critical Corruption : American Investors in the Republic
Policy Studies, 9(2), pp.119–138. Available at: of Kazakhstan. , 9868(September).
Ghatak, A. & Iyengar, S., 2014. Corruption Breeds Jones, D.M., 1995. Asia ’ s Rising Middle Class : Not
Corruption. Studies in Microeconomics, 2(1), a Force for Change.
pp.121–132. Available at: Keaney, M., 2001. State Versus Society: the Political
Gingerich, D.W., 2009. Ballot Structure, Political Sociology of Irving Louis Horowitz. Critical
Corruption, and the Performance of Proportional Sociology, 27(3), pp.43–73.
Representation. Journal of Theoretical Politics, KEARNEY, J.A., 1987. George Eliot: the Intellectual
21(4), pp.509–541. Vs. Intellect? English Studies in Africa, 30(1),
Gingerich, D.W., 2013. Yesterday’s heroes, today's pp.17–26. Available at:
villains: Ideology, corruption, and democratic Kenney, D.J.A.Y. & Godson, R.O.Y., 1998.
performance. Journal of Theoretical Politics, Countering crime and corruption. Trends in
26(2). Organized Crime, 4(200211), pp.2–3.
Giroux, H. a., 2003. Betraying the Intellectual Khan, M., 1998. The role of kaum Intelektualand
Tradition: Public Intellectuals and the Crisis of patron-client networks in the analysis of
Youth. Language and Intercultural corruption. Eprints.Soas.Ac.Uk, pp.1–14.
Communication, 3(3), pp.172–186. Available at:
Gómez-Vilchis, R.R., 2012. Democratic Transition Khandekar, A. & Reddy, D.S., 2013. An Indian
and Presidential Approval in Mexico. Mexican summer : Corruption, class, and the Lokpal
Studies/Estudios Mexicanos, 28(1), pp.43–71. protests. Journal of Consumer Culture,
Available at: p.1469540513498614.
Gong, T. & Wu, A.M., 2012. Does Increased Civil Khayatt, A., 2008. The Arab Anti‐ corruption
Service Pay Deter Corruption? Evidence from Organization. Contemporary Arab Affairs, 1(3),
China. Review of Public Personnel pp.471–477.
Administration, 32(2), pp.192–204. Available at: Khondker, H.H., 2006. Sociology of Corruption and
Goode, E., 2008. From the Western To the Murder “Corruption of Sociology”: Evaluating the
Mystery: the Sociological Imagination of C. Contributions of Syed Hussein Alatas. Current
Wright Mills. Sociological Spectrum, 28(3), Sociology, 54(1), pp.25–39.
pp.237–253. Available at: Kim & Suk, P., 2008. Comparative Governance
http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/02 Reform in Asia: Democracy, Corruption, and
732170801898265. Government Trust. , 17(2), pp.155–178.
Gramsci, A., 1999. SELECTIONS FROM THE Available at:.
PRISON NOTEBOOKS OF ANTONIO Kimura, E., 2011. Indonesia in 2010: a leading
GRAMSCI, Available at democracy disappoints on reform. Asian Survey,
Harrison, E., 2006. Unpacking the Anti-corruption 51(1), pp.186–195.
Agenda: Dilemmas for Anthropologists. Oxford King, D.Y., 2000b. Corruption in Indonesia: A
Development Studies, 34(1), pp.15–29. Curable Cancer? Journal of International
Available at: Affairs, 53(2), pp.109–119.
Heryanto, A. & Hadiz, V.R., 2005. Post-authoritarian Kingsbury, D., 2007. Indonesia in 2006: Cautious
Indonesia. Critical Asian Studies, 37(2), pp.251– Reform. Asian Survey, 47(1), pp.155–161.
275. Available at: Koelble, T. a. & Lipuma, E., 2008. Democratizing
Holmen, H. & Jirstrom, M., 2009. Look Who’s Democracy: A Postcolonial Critique of
Talking!: Second Thoughts about NGOs as Conventional Approaches to the “Measurement
Representing gerakan kaum intelektual. Journal of Democracy.” Democratization, 15(1), pp.1–
of Asian and African Studies, 44, pp.429–448. 28.
Holmes, L., 2012. Corruption in Post-Soviet Russia. Koller, A., Mills ’ Anticipation of Habermas ’
Global Change, Peace & Security, 24(2), Structural Transformation of the Public Sphere.
pp.235–250. Available at: Social Science Research, pp.1–23.
370
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Kolstad, I. & Wiig, A., 2011. Does democracy reduce Creativity Research Journal, 14(2), pp.179–
corruption? Working Paper - Chr. Michelsen 192..
Institute, 0347(4), pp.1–25. Maeda, K. & Ziegfeld, A., 2015. Socioeconomic status
Kontler, L.L., 2004. Beauty or Beast, or Monstrous and corruption perceptions around the world.
Regiments? Robertson and Burke on Women Research & Politics, 2(2).
and the Public Scene. Modern Intellectual Maggs, G. & Greig, A., 1997. C. Wright Mills and the
History, 1(3), pp.305–330. Concept of “Craftsmanship”: Personal Troubles
Krug, J.F., 2003. Intellectual Freedom and ALA: and Public Issues in the Housebuilding Industry.
Historical Overview. Encyclopedia of Library Labour & Industry: a journal of the social and
and Information Science, (January). economic relations of work, 7(3), pp.67–83..
Kupatadze, A., 2012. Explaining Georgia’s anti- Maia, J.M., 2014. History of sociology and the quest
corruption drive. European Security, 21(1), for intellectual autonomy in the Global South:
pp.16–36. Available at: The cases of Alberto Guerreiro Ramos and Syed
http://dx.doi.org/10.1080/09662839.2012.65659 Hussein Alatas. Current Sociology, 62(7).
7. Martin, J., 2014. Intellectual portraits: politics,
Kupatadze, A., 2015. Political corruption in Eurasia: professions and identity in twentieth-century
Understanding collusion between states, England. History of Education, 43(6), pp.740–
organized crime and business. Theoretical 767. Available at:.
Criminology, 19(2), pp.198–215.. Martin, J., 2010. Stew of Discontent: “Middle Class”
Kurzsman, L.O. and C., 1993. The Sociology of Americans’ Economic Populism in The 1990s
Intellectuals. Theory, Culture & Society, 10(3), and Beyond. Humanity and Society, 34, pp.350–
pp.69–80. 378.
Kwon, P.O.Y., 2015. [ The Korean Economy and Martin, J. & Martin, J., 2008. intellectuals Between
Society under Globalization – ISS3121 ]. , ethics and politics : Gramsci ’ s theory of
36(2014), pp.1–11. intellectuals. , (October 2014), pp.37–41.
Langseth, P., 2006. Measuring Corruption. Measuring Meagher, P., 2005. Anti--corruption agencies:
Corruption, pp.7–44. Rhetoric Versus reality. The Journal of Policy
Larmour, P. & Wolanin, N., 2001. Corruption and Reform, 8(1), pp.69–103.
Anti-Corru ption. Megill, A., 2004. Intellectual History and History.
LARMOUR, P. & Wolanin, N., 2006. Corruption and Rethinking History, 8(4), pp.549 – 557.
anti-corruption. Economic Theory, (November), Memenuhi, U., Mata, T. & Pendidikan, K., 2011.
p.p. 286. Fenomena korupsi.
Leite, C.A.D.C. & Weidmann, J., 1999. Does mother Mercer, C. & Mercer, C., 2002. Progress in
nature corrupt? Natural resources, corruption, Development Studies NGOs , kaum
and economic growth. IMF Working Paper No. Intelektualand democratization : a critical review
99/85, pp.1–34. Available at:. of the literature. , 1, pp.5–22.
Leventoglu, B., 2005. Social Mobility and Political Merli, P., 2010a. Antonio Gramsci, Prison notebooks.
Transitions. Journal of Theoretical Politics, International Journal of Cultural Policy, 16(1),
17(0), pp.465–496. pp.53–55..
Li, H., Gong, T. & Xiao, H., 2015. The Perception of Merli, P., 2010b. Antonio Gramsci, Prison notebooks.
Anti-corruption Efficacy in China: An Empirical International Journal of Cultural Policy, 16(1),
Analysis. Social Indicators Research. pp.53–55.
Li, H., Tang, M. & Huhe, N., 2015. How does Michael, B. & Polner, M., 2008. Fighting corruption
democracy influence citizens’ perceptions of on the transdnistrian border: Lessons from failed
government corruption? A cross-national study. and new successful anti-corruption programmes.
Democratization, (in press), pp.1–27. Available Transition Studies Review, 15(3), pp.524–541.
at:. Miklian, J. & Carney, S., 2013. Corruption, Justice and
Lough, B.J., 2008. Engaging the poor to challenge Violence in Democratic India. SAIS Review,
corrupt governance. International Social Work, 33(1), pp.37–49
51(4), pp.532–543. Miller, E., 2005. Thorstein Veblen, John Dewey, C.
Luo, Y., 2002. Corruption and Organization. , (August Wright Mills, and the generic ends of life.
2000), pp.405–422. Journal of Economic Issues, 39(4), pp.1086–
Lynch, M., 2014. Going Global in Asia : Emerging 1088..
Trends and Economic Insights of Asia Pacific . Mills, Wright, C, Sociological Imagination, Oxford
Bank of America, (August), p.8. Press,Fourteen Edition,1962,
Mace, M.-A. & Ward, T., 2002. Modeling the Creative Mills, Wright, C, The Power Of Elite, Oxford
Process: A Grounded Theory Analysis of Press,New Edition,1956,
Creativity in the Domain of Art Making.
371
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Mills, B.C.W., The Promise of the Sociological QIZILBASH, M., 2008. Two Views of Corruption and
Imagination. , pp.1–8. Democracy. Review of Political Economy, 20(2),
Mills, C.W. & Knowledge, U., 1969. The Incoherence pp.275–291.
of the Intellectual. , (April). Quah, J.S.T., 2008. Anti-Corruption Agencies in Four
Mir, R. & Mir, a., 2002. The Organizational Asian Countries: A Comparative Analysis.
Imagination: From Paradigm Wars to Praxis. Comparative Governance Reform in Asia:
Organizational Research Methods, 5(1), pp.105– Democracy, Corruption, and Government Trust,
125. 8(2), pp.85–110.
Morgan, M.F., Cuskelly, M. & Moni, K.B., 2014. Quah, J.S.T., 2013. Combating Corruption in Asian
Unanticipated ethical issues in a participatory Countries : What Lessons Have We Learnt ?*. ,
research project with individuals with pp.18–19.
intellectual disability. Disability & Society, Quah, J.S.T., 1997. Corruption in Asian Countrues:
29(8), pp.1305–1318.. Can It Be Minimized? iPublic Administration
Morris, S.D. & Klesner, J.L., 2010. Corruption and and Public Policy, II(1).
Trust: Theoretical Considerations and Evidence Quazi, R.M., 2014. Corruption and Foreign Direct
From Mexico. Comparative Political Studies, Investment in East Asia and South Asia : An
43(10), pp.1258–1285. Econometric Study 1. International Journal of
Mukherjee, R., 2007. Indian Historical Review. , pp.1– Economics and Financial Issues, 4(2), pp.231–
3. 242.
Muller, J.-W., 2006. Julien Benda’s Anti-Passionate R, J.W., 2000. Department of Sociology, Eastern
Europe. European Journal of Political Theory, Connecticut State University. , pp.147–158.
5(2), pp.125–137. Reyes, V.C., 2009. Systemic Corruption and the
Musila, J.W., 2013. Does Democracy Have a Different Programme on Basic Education in the Philippine
Impact on Corruption in Africa? Journal of Department of Education. Journal of Developing
African Business, 14(3), pp.162–170.. Societies, 25(4), pp.481–510.
Naidoo, V., 2013. The politics of anti-corruption Rock, M.T., 2009. Corruption and Democracy.
enforcement in South Africa. Journal of Journal of Development Studies, 45(1), pp.55–
Contemporary African Studies, 31(July 2014), 75.
pp.523–542.. Rodrigues, U., 2014. This is the published version :
Newell, J.L., 2008. Introduction: Corruption and Available from Deakin Research Online : Social
Democracy in Western Europe. Perspectives on media ’ s impact on journalism : A study of
European Politics and Society, 9(1), pp.1–7.. media ’ s coverage of anti-corruption protests in
Nieto-Galan, A., 2011. Antonio gramsci revisited: India.
Historians of science, intellectuals, and the Rose-Ackerman, S., 2013. Anti-Corruption Policy:
struggle for hegemony. History of Science, Can International Actors Play a Constructive
49(4), pp.453–478. Role? University of Pennsylvania Journal of
Noor, M. Al, Rahman, M. & Uddin, M., 2011. International Law, forthcomin.
Corruption Impacts , Effects and Fluctuations in Rose-Ackerman, S., 1999. Corruption and
Ten Distinct Asian Countries. European Journal Government: Causes, Consequences, and
of Business and Management, 3(4), pp.39–56. Reform. Ch 4 Reducing Incentives and
O’Connor, S. & Fischer, R., 2012. Predicting Societal Increasing Costs, p.263..
Corruption Across Time: Values, Wealth, or Rose-Ackerman, S., 1997. Corruption: Causes,
Institutions? Journal of Cross-Cultural consequences and cures. Trends in Organized
Psychology, 43(4), pp.644–659. Crime, 3(1), pp.109–111.
Olsen, W.P., 2010. The anti-corruption handbook. Rosengarten, F., 2010. On Intellectuals, Engaged and
How to protect your business in the global Otherwise (With an Afterword on Thomas
marketplace. , p.172. Mann’s Use of Intellectual Reflection in the
Orjuela, C., 2014. Corruption and identity politics in Novella Mario and the Magician). Italian
divided societies. Third World Quarterly, 35(5), Culture, 28(2), pp.157–167.
pp.753–769.. Rothstein, B., 2011. Anti-Corruption: The Indirect
Paetzold, H. & Blauvelt, A., 2007. The role of the “Big-Bang” Approach. Review of International
intellectual in postmodern culture.pdf. Design Political Economy, 18(2), p.228 — 250.
Beyond Design, (January 2015), pp.35–51. Saccarelli, E., 2011. the Intellectual in Question.
Pellegata, A., 2013. Constraining political corruption: Cultural Studies, 25(6), pp.757–782..
an empirical analysis of the impact of Sage, G.H., 2015. Assessing the sociology of sport: On
democracy. Democratization, 20(7), pp.1195– social consciousness and social movements.
1218. International Review for the Sociology of Sport,
50(4-5).
372
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Saha, J., 2010. The Male State: Colonialism, Talshir, G., 2005. The intellectual as a political actor?
Corruption and Rape Investigations in the Four models of theory/praxis. Critical Review of
Irrawaddy Delta c. 1900. Indian Economic and International Social and Political Philosophy,
Social History Review, 47(3), pp.343–376 8(2), pp.209–224..
Said, E.W., 1978. Orientalism. Race & class, 27(2), Taylor, R.P. et al., 2016. Visualize Your Intellectual
p.1. Available at:. Property. , 6308(January), pp.20–33.
Said, E.W., 1993. Reith Lectures 1993: Themudo, N.S., 2014. Government Size, Nonprofit
Representations of the Intellectiual. Lecture 1. , Sector Strength, and Corruption: A Cross-
(June), pp.1–8. Available at:. National Examination. American Review of
Scott, J. & Nilsen, A., 2013a. C. Wright Mills and the Public Administration, 44(3).
Sociological Imagination. Contemporary TI, 2013. 2013 Corruption Perceptions Index.
Perspectives. Transparency International.
Scott, J. & Nilsen, A., 2013b. C. Wright Mills and the Torenvlied, R. & Klein Haarhuis, C.M., 2008.
Sociological Imagination. Contemporary Polarization and Policy Reform: Anti-Corruption
Perspectives. , pp.17–44. Policymaking in Sub-Saharan Africa. Journal of
Setiyono, B. & McLeod, R.H., 2010. Gerakan kaum Peace Research, 45(2), pp.223–240. Available
intelektual organisations’ contribution to the at:.
anti-corruption movement in Indonesia. Bulletin Torsello, D. & Venard, B., 2015. The Anthropology of
of Indonesian Economic Studies, 46(3), pp.347– Corruption. Journal of Management Inquiry.
370. Travis, F. & Pearson, C., 2000. Pure consciousness:
Seybold, P., 2012. Radical Ambition: C. Wright Mills, distinct phenomenological and physiological
the Left, and American Social Thought. correlates of “consciousness itself”. The
Socialism and Democracy, 26(2), pp.156–159. International journal of neuroscience, 100(1-4),
Shear, B., 2008. Gramsci, Intellectuals, and Academic pp.77–89. Available at:
Practice Today. Rethinking Marxism, 20(1), Trevino, A.J., 2010. Review Essay: The Symbol and
pp.55–67.. Substance of C. Wright Mills: Daniel Geary
Shen, C., 2005. Corruption, Democracy, Economic Radical Ambition: C. Wright Mills, the Left, and
Freedom, and State Strength: A Cross-national American Social Thought Berkeley, CA:
Analysis. International Journal of Comparative University of California Press, 2009, 20.95
Sociology, 46(4), pp.327–345. cloth (ISBN: 9780520258365), 277 pp. Tom
Shim, D.C. & Eom, T.H., 2009. Anticorruption effects Hayden Rad. Sociology, 44(3), pp.577–583..
of information communication and technology Ui, F., 2008. Kebijakan kriminal..., Bagus
(ICT) and social capital. International Review of Sudarmanto, FISIP UI, 2008. , pp.18–24.
Administrative Sciences, 75(1), pp.99–116. Villalon, R., 2007. Neoliberalism, Corruption, and
Stachowicz-Stanusch, A., 2013a. The Relationship Legacies of Contention: Argentina’s Social
between National Intellectual Capital and Movements, 1993-2006. Latin American
Corruption: A Cross-National Study. Journal of Perspectives, 34(2), pp.139–156.
Business Economics and Management, 14(1), Wang, L.L., 1998. Beyond Identity and Racial
pp.114–136. Available at:. Politics : Asian Americans and the Campaign
Steves, F. & Rousso, A., 2003. Anti-corruption Fund-raising Controversy Beyond Identity and
programmes in post-communist transition Racial Politics : , 5(January).
countries and changes in the business Warsta, M., 2004. CORRUPTION IN THAILAND
environment, 1999-2002. EBRD Working Swiss Federal Institute of Technology. Reading.
papers, (85), pp.1–40. Webb, M., 2013. Disciplining the everyday state and
Soekito, Wiratmo, 1983, Cendekiawan dan Politik society? Anti-corruption and Right to
Penerbit LP3ES, Jakarta Information activism in Delhi. Contributions to
Studies, A. & Studies, A., 2010. Daniel Geary, Radical Indian Sociology, 47(3), pp.363–393..
Ambition : C. Wright Mills, the Left, and van Wessel, M., 2004. Talking about Consumption:
American Social Thought (Berkeley : University How an Indian Middle Class Dissociates from
of California Press, 2009, £20.95). Pp. 296. , 44. Middle-Class Life. Cultural Dynamics, 16(1),
Stutchbury, K. & Fox, A., 2009. Ethics in educational pp.93–116.
research: introducing a methodological tool for Wheary, J., 2010. The Global Middle Class is Here:
effective ethical analysis. Cambridge Journal of Now What? World Policy Journal, 26(4), pp.75–
Education, 39(4), pp.489–504. Available at:. 83.
Summers, J.H., 2006. Perpetual Revelations: C. Wickberg, D., 2001. Intellectual history vs the social
Wright Mills and Paul Lazarsfeld. The ANNALS history of intellectuals. Rethinking History, 5(3),
of the American Academy of Political and Social pp.383–395.
Science, 608(1), pp.25–40.
373
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Wilkinson, I., 2012. With and Beyond Mills : Social Yu, C., Chen, C.-M. & Lin, M.-W., 2013. Corruption
Suffering and the Sociological Imagination. Perception in Taiwan: reflections upon a bottom-
Cultural Studies<=> Critical Methodologies, up citizen perspective. Journal of Contemporary
12(3), pp.182–191. China, 22(79), pp.56–76.
Woodward, C., 1956. Review: THE POWER ELITE , Zavadskaya, M. & Welzel, C., 2014. Subverting
by C . Wright Mills. Louisiana Law Review, autocracy: emancipative mass values in
17(1), pp.1–7. competitive authoritarian regimes.
Yadav, V., 2011. Legislative Institutions and Democratization, 0347(December), pp.1–26.
Corruption in Developing Country Democracies. Zhao, L.S., 2008. Anomie Theory and Crime in a
Comparative Political Studies, 45(8), pp.1027– Transitional China (1978--). International
1058. Available at:. Criminal Justice Review, 18(2), pp.137–157.
Yolles, 2010. Understanding corruption. Journal of
Organisation Transformation & Social Change,
7(2).
374
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Abstrak PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji:1. Sinkronisasi
kearifan lokal dengan peraturan perundang-undangan Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan,
dalam pengelolaan sumber daya hutan; 2. Strategi merupakan isu yang sangat penting di era sekarang.
untuk merevitalisasi kearifan lokal; 3. Strategi untuk Hal ini secara eksplisit termaktub dalam tujuan
merekonstruksi kearifan lokal dalam pembangunan pembangunan millennium (Millenium Development
hukum kehutanan yang berkelanjutan. Pendekatan Goal/MDG) yang menjadi fokus dan target bagi
konseptual digunakan dalam penelitian normatif ini, negara-negara berkembang hingga tahun 2030.
yang diteliti adalah bahan pustaka/data sekunder Namun Indonesia yang memiliki kekayaan sumber
(bahan hukum primer dan sekunder). Terhadap data daya alam yang sangat besar, selama bertahun-tahun
yang diperoleh melalui penelitian normatif, digunakan mengalami syndrome Dutch Disease, yaitu perilaku
alat bantu untuk mempertajam pembahasan dengan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan untuk
mempergunakan metode interpretasi hukum dan meraup keuntungan sendiri tanpa memperhatikan
konstruksi hukum. Data yang diperoleh kemudian keberlanjutan sumber daya alam (Arif Satria, 2007:1).
diolah dan dianalisis secara kualitatif, selanjutnya
ditarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan: Perspektif negara masih digunakan dalam pemanfaatan
1. Peraturan perundangan mengenai pengelolaan dan pengelolaan sumber daya hutan di Indonesia, di
sumber daya hutan belum sepenuhmya sesuai dengan sini pemerintah menjadi pemain tunggal dalam
prinsip-prinsip kearifan lokal. Faktor-faktor yang menetapkan dan mengatur pemanfaatan dan
menjadi penyebabnya: a). Masih dipergunakannya peruntukan sumber daya hutan. Kepada siapa hutan
norma dan nilai kapitalisme dalam pengelolaan sumber tersebut diserahkan untuk dimanfaatkan, sangat
daya hutan; b). Sistem pengelolaan sumber daya hutan dipengaruhi oleh kepentingan dan tawar-menawar
lebih mementingkan pada aspek ekonomi; c). Belum politik penguasa dengan praktisi bisnis (San Afri
berubahnya mindset negara dalam pengelolaan sumber Awang, 2005:15). Akibat dari sistem pengelolaan
daya hutan, sumber daya hutan tetap dianggap sumber daya hutan yang lebih mementingkan aspek
sebagai domein negara. 2. Strategi merevitalisasi ekonomi tersebut, menyebabkan terjadinya penurunan
kearifan lokal dilakukan melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat, termasuk masyarakat
pengakuan hak-hak masyarakat hukum adat dalam hukum adat yang tinggal di sekitar dan di dalam hutan.
sistem hukum nasional dan melalui penyusunan
program pembangunan bidang kehutanan yang Hutan sebagai salah satu sumber daya alam yang dapat
menyesuaikan budaya dan lingkungan setempat; 3. diperbaharui, sebenarnya memiliki peranan yang
Strategi untuk merekonstruksi kearifan lokal dalam strategis dalam meningkatkan kesejahteraan
pembangunan hukum kehutanan yang berkelanjutan: masyarakat, termasuk masyarakat hukum adat yang
a). Kearifan lokal dijadikan sebagai petunjuk arah bagi tinggal di sekitar dan di dalam hutan. Akan tetapi
pembangunan hukum kehutanan, terutama dalam masyarakat hukum adat tersebut justru seringkali
memenuhi nilai-nilai filosofis dan sosiologis; b). distigmasi sebagai suku terasing, komunitas
Kearifan lokal dijadikan sebagai asas/prinsip dalam terbelakang, etnis yang kurang bermoral, juga
pembangunan hukum kehutanan dan mengedepankan dikambinghitamkan sebagai “maling” ketika mereka
paradigma pembangunan berkelanjutan. Adanya mengelola hutannya sendiri yang telah dilakukan
pembangunan hukum kehutanan yang berdasarkan secara turun-temurun, hanya atas dasar legalitas
pada asas/prinsip hukum yang berasal dari kearifan penguasaan hutan secara sepihak yang dilakukan oleh
lokal dan prinsip pembangunan berkelanjutan, akan Negara (Caritas Woro dan Lukas Rumboko, 2005:
mewujudkan hukum yang efektif dan berkeadilan. 100-101).
Kata kunci: revitalisasi, rekonstruksi, kearifan lokal, Dalam pengelolaan sumber daya hutan, masyarakat
masyarakat hukum adat, pembangunan berkelanjutan, hukum adat umumnya masih bertindak sebagai
hukum kehutanan. penonton. Jika mereka dilibatkan, sebatas sebagai
375
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
objek semata, belum sebagai subjek pengelola hutan tinggi oleh masyarakat, akan efektif dan akan dapat
yang berperan sebagai mitra yang sejajar dengan memberikan rasa keadilan dalam masyarakat tersebut.
pemerintah, perusahaan swasta maupun BUMN. Dari
kebijakan tersebut, akhirnya telah melahirkan Menurut aliran Sociological Jurisprudence, hukum
akumulasi konflik dalam pemanfaatan dan pengelolaan yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum
sumber daya hutan. Padahal tidak dapat dipungkiri, yang hidup di dalam masyarakat (Lili Rasjidi, 1990:
masyarakat hukum adat tersebut umumnya telah 47). Aliran ini memisahkan secara tegas antara hukum
memiliki kearifan lokal tertentu yang mampu menjaga positif (the positive law) dan hukum yang hidup (the
kelestarian sumber daya hutan sekitar. Banyak living law). Aliran ini timbul dari proses dialektika
kearifan lokal sebagai produk budaya tersebut patut antara (tesis) Positivisme Hukum dan (antithesis)
terus dijadikan sebagai pegangan hidup. Kearifan lokal Mazhab Sejarah. Sebagaimana diketahui, Positivisme
itu memang berwujud lokal, tetapi nilai yang Hukum memandang tiada hukum kecuali perintah yang
terkandung di dalamnya sangat universal. diberikan penguasa (law is a command of lawgiver),
sebaliknya Mazhab Sejarah menyatakan hukum timbul
Dalam banyak kasus, kearifan lokal dalam mengelola dan berkembang bersama dengan masyarakat. Aliran
sumber daya hutan sudah punah bersamaan dengan pertama lebih mementingkan akal, sementara aliran
musnahnya biodiversitas yang mengiringi kerusakan yang kedua lebih mementingkan pengalaman, dan
lingkungan, yang dilakukan oleh aktor-aktor luar yang Sosiological Jurisprudence menganggap keduanya
datang dan bekerja atas nama pembangunan dan sama pentingnya (Darji Darmodiharjo dan Shidarta,
kapitalisme. Tetapi di awal abad ke-21 ini, wacana 1995: 110-111).
tentang kearifan lokal telah muncul ke permukaan dan
diakui sebagai bagian penting dalam program Eugen Ehrlich dapat dianggap sebagai pelopor aliran
pembangunan ke depan, termasuk pembangunan Sociological Jurisprudence, khususnya di Eropa.
hukum (Zulkifli B. Lubis, 2005: 239). Ehrlich melihat ada perbedaan antara hukum positif di
satu pihak dengan hukum yang hidup dalam
Adanya krisis ekologi akhir-akhir ini, telah masyarakat (living law) di lain pihak. Menurutnya,
menimbulkan kesadaran baru bahwa krisis ekologi bisa hukum positif baru akan memiliki daya berlaku yang
diselamatkan dengan kembali kepada kearifan lokal efektif apabila berisikan, atau selaras dengan hukum
masyarakat hukum adat. Oleh karena itu, harus ada yang hidup dalam masyarakat tadi. Di sini jelas bahwa
komitmen politik di tingkat global dan nasional untuk Ehrlich berbeda pendapat dengan penganut Positivisme
melindungi hak-hak masyarakat adat beserta seluruh Hukum. Ehrlich ingin membuktikan kebenaran
kearifan lokalnya. Melalui jalan ini, bukan saja teorinya, bahwa titik pusat perkembangan/
menyelamatkan keberadaan masyarakat hukum adat pembangunan hukum tidak terletak pada undang-
beserta seluruh kekayaan dan kearifan lokalnya, undang, putusan hakim, atau ilmu hukum, tetapi pada
melainkan juga menyelamatkan krisis ekologi yang masyarakat itu sendiri (Darji Darmodiharjo dan
terutama disebabkan oleh kesalahan cara pandang dan Shidarta, 1995: 11).
perilaku masyarakat modern (Sonny Keraf, 2002: 297).
Paradigma pengelolaan sumber daya hutan yang Selanjutnya Ehrlich beranggapan bahwa hukum tunduk
sentralistik, pro kapitalis, pro power and authority pada kekuatan-kekuatan sosial tertentu. Hukum sendiri
holders selama ini, mendesak untuk dilakukan tidak akan mungkin efektif, oleh karena ketertiban
perubahan melalui pembangunan hukum kehutanan ke dalam masyarakat didasarkan pada pengakuan sosial
depan yang lebih adil bagi masyarakat hukum adat, pro terhadap hukum, dan bukan karena penerapannya
poor dan pro environment. Pada dasarnya semua secara resmi oleh Negara. Bagi Ehrlich, tertib sosial
stakeholders, termasuk masyarakat hukum adat, didasarkan pada fakta diterimanya hukum yang
memiliki hak yang sama dalam mengelola sumber didasarkan pada aturan dan norma sosial yang
daya hutan. Pengelolaan sumber daya hutan yang tercermin dalam sistem hukum. Secara konsekuen
sentralistik juga akan mematikan potensi kearifan Ehrlich beranggapan bahwa mereka yang berperan
lokal masyarakat hukum adat untuk mengelola sumber sebagai pihak yang mengembangkan sistem hukum
daya hutan yang terdapat di sekitar mereka. harus mempunyai hubungan yang erat dengan nilai-
nilai yang dianut dalam masyarakat bersangkutan
Dalam pembangunan hukum kehutanan, penting (Soerjono Soekanto, 1985: 20-21).
menempatkan kearifan lokal masyarakat hukum adat
sebagai sumber bahan dan sumber nilai dalam proses Menurut pandangan Lawrence M. Friedman, (2011:
pembentukannya. Hukum yang dibuat berdasarkan 15-17), sistem hukum mempunyai tiga komponen,
kearifan lokal sebagai sistem nilai yang dijunjung yaitu: struktur; substansi dan kultur hukum. Struktur
376
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
sebuah sistem adalah kerangka badannya; ia adalah kehutanan ke depan, agar hukum kehutanan tersebut
bentuk permanennya, tubuh institusional dari sistem efektif di masyarakat. Sedangkan menurut pandangan
tersebut. Sementara substansi tersusun dari peraturan- Lawrence M. Friedman, sistem hukum mempunyai
peraturan dan ketentuan mengenai bagaimana institusi- komponen kultur hukum. Kearifan lokal sebagai kultur
institusi itu harus berperilaku. Struktur dan substansi hukum ini merupakan sebagian dari kekuatan-kekuatan
adalah komponen-komponen riil dari sebuah sistem sosial yang terus-menerus menggerakkan hukum.
hukum. Kultur hukum adalah elemen sikap dan nilai Sistem hukum juga mempunyai fungsi terutama untuk
sosial. Kultur hukum ini merupakan sebagian dari mendistribusikan dan menjaga keadilan.
kekuatan-kekuatan sosial yang terus-menerus
menggerakkan hukum. Kultur hukum mengacu pada METODE
bagian-bagian yang ada pada kultur umum (adat, Pendekatan yang digunakan dalam penelitian normatif
kebiasaan, opini, cara bertindak dan berfikir) yang ini adalah pendekatan konseptual (conceptual
mengarahkan kekuatan-kekuatan sosial menuju atau approach). Pendekatan konseptual beranjak dari
menjauh dari hukum dan dengan cara-cara tertentu. pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam
Suatu sistem hukum dalam operasi aktualnya ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-
merupakan sebuah organisme kompleks di mana pandangan dan doktrin-doktrin tersebut, peneliti
struktur, substansi dan kultur berinteraksi. Dalam menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-
pembangunan hukum nasional, juga harus berintikan pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-
komponen materi hukum (legal substance), aparatur asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.
hukum (legal structure) dan budaya hukum (legal Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-
culture). doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti
dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam
Selanjutnya Lawrence M. Friedman (2011: 19), memecahkan isu yang dihadapi (Peter Mahmud, 2005:
menyatakan bahwa sistem hukum mempunyai fungsi 95).
terutama untuk mendistribusikan dan menjaga alokasi
nilai-nilai yang benar menurut masyarakat. Alokasi ini, Data
yang tertanam dengan pemahaman akan kebenaran, Data yang dicari dalam penelitian ini terdiri dari data
adalah apa yang umumnya disebut sebagai keadilan. sekunder. Data sekunder adalah berupa:
Pembangunan hukum masing-masing Negara tidaklah a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang
sama, hal tersebut bersangkutan juga dengan latar mengikat meliputi peraturan perundang-undangan
belakang pembangunan hukum dan perkembangan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian,
masyarakatnya, yang tentunya tidak terlepas dari nilai- yaitu: Undang-undang Dasar Negara Republik
nilai sosial budaya masing-masing bangsa yang sesuai Indonesia Tahun 1945 beserta Perubahan Pertama,
dengan jiwa bangsa (volkgeist) dari masing-masing Kedua, Ketiga, dan Keempat; Undang-undang No.
Negara. Jadi membangun hukum Indonesia merupakan 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
perpaduan dari pendekatan yang berorientasi pada nilai Pokok Agraria; Undang-undang No. 5 Tahun 1967
(baik nilai-nilai kemanusiaan maupun nilai-nilai tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan;
identitas budaya dan nilai-nilai moral keagamaan yang Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang
hidup dalam masyarakat), pendekatan humanis, Pemerintahan Desa; Undang-undang No. 5 Tahun
pendekatan kultural, pendekatan religius yang 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
diintegrasikan ke dalam pendekatan rasional yang Hayati dan Ekosistemnya; Undang-undang No. 41
berorientasi pada kebijakan (Satjipto Raharjo. (2009: Tahun 1999 tentang Kehutanan; Undang-undang
xv-xvi). No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Model pembangunan hukum kehutanan ke depan, bila Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
berlandaskan pada pandangan dari aliran Sociological Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang
Jurisprudence dan pandangan Lawrence M. Friedman Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
tersebut di atas, akan menghasilkan hukum kehutanan beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
yang efektif dan adil. Sebagaimana pandangan dari b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang
aliran Sociological Jurisprudence, hukum yang baik memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan
haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup hukum primer.
di dalam masyarakat, dengan demikian hukum tersebut
akan efektif berlakunya di masyarakat tersebut.
Kearifan lokal masyarakat hukum adat penting
dijadikan sebagai asas dalam pembangunan hukum Cara Pengumpulan Data
377
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Cara pengumpulam data sekunder melalui studi prinsip-prinsip kearifan lokal masyarakat hukum adat
dokumen atau studi bahan pustaka. dalam mengelola sumber daya hutan.
Narasumber Faktor-faktor yang menjadi penyebab ketidaksesuaian
a. Di lokasi penelitian Propinsi Sulawesi Selatan tersebut adalah:
Pejabat dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan a. Dalam pengelolaan sumber daya hutan masih
Propinsi Sulawesi Selatan; Dinas Kehutanan dan dipergunakan norma-norma dan nilai-nilai kapitalisme
Perkebunan Kabupaten Bulukumba Sulawesi Praktek norma-norma kapitalisme di Indonesia,
Selatan; Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala sesungguhnya merupakan proses transformasi
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; Balai struktural di sektor kehutanan dalam kerangka untuk
Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Departeman Kebudayaan dan Pariwisata; Dosen melalui mesin pembangunan yang diberi nama
Fakultas Hukum dan Fakultas Kehutanan modernisasi. Modernisasi pemanfaatan hutan dalam
Universitas Hasanudin; Pejabat dari Pemerintah bentuk ekspansi Hutan Tanaman Industri maupun
Daerah, Kantor Statistik Propinsi Sulawesi operasionalisasi Hak Pengusahaan Hutan (HPH), telah
Selatan, Pemuka adat dari masyarakat adat merubah dinamika penguasaan lahan masyarakat
Kajang dan Pimpinan dari LSM Aliansi hukum adat sebagai masyarakat desa hutan dan strategi
Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Cabang pilihan hidup mereka, yakni dari bercocok tanam dan
Sulawesi Selatan. berburu sebagian lalu menjadi penebang kayu, baik
b. Di lokasi penelitian Propinsi Bali legal maupun illegal.
Pejabat dari Dinas Kehutanan Propinsi Bali;
Penetrasi kapitalisme yang dimotori oleh mesin
Dinas Kehutanan Kabupaten Karangasem Bali;
modernisasi dan dilakukan secara struktural di sektor
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
kehutanan, telah menjadikan posisi masyarakat hukum
Bali Departemen Kehutanan; Balai Kajian
adat (sebagai petani desa hutan) menjadi terjepit
Sejarah dan Nilai Tradisional Bali Departeman
dalam rangka mempertahankan hidup mereka.
Kebudayaan dan Pariwisata; Kantor Pusat
Bangunan sosial, yang terdiri dari adat-istiadat, tradisi,
Dokumentasi Bali Dinas Kebudayaan Propinsi
norma (hukum adat) dan perilaku, pengetahunan lokal
Bali; Kantor Dinas Pariwisata Propinsi Bali;
atau kearifan lokal dipaksa harus berhadapan dengan
Pemerintah Daerah dan Kantor Statistik Propinsi
budaya kapitalisme yang didukung kekuatan supra
Bali; dan Pemuka adat dari masyarakat adat
struktur, seperti negara. Bangunan sosial tersebut
Tenganan Pegringsingan.
(adat-istiadat, tradisi, norma dan perilaku,
pengetahunan lokal atau kearifan lokal) sebagai sistem
Cara Analisis Data
kekebalan diri masyarakat hukum adat, semakin
Keseluruhan data yang diperoleh selama penelitian
tergerus oleh ekspansi kapitalis tersebut.
berlangsung, melalui proses penalaran hukum (legal
reasoning) yang logis dilakukan proses analisis data. Dalam konteks transformasi struktural bidang
Terhadap data sekunder yang diperoleh melalui kehutanan yang terjadi di Indonesia, banyak unsur
penelitian normatif, digunakan alat bantu yang telah dihancurkan oleh norma-norma dan nilai-nilai
berfungsi untuk mempertajam pembahasan dengan kapitalisme. Hancurnya keyakinan masyarakat hukum
mempergunakan metode interpretasi hukum dan adat dan kehidupan sosial budaya mereka adalah
konstruksi hukum. Interpretasi hukum tersebut terdiri fenomena nyata yang dapat dijumpai dalam kehidupan-
atas penafsiran gramatikal, sistematis (logis), sehari-hari di beberapa masyarakat hukum adat sebagai
komparatif serta antisipatif (futuristis). Dalam masyarakat desa hutan.
menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini
digunakan pendekatan kualitatif. Setelah data Kapitalisme dalam proses penghancuran masyarakat
dianalisis, selanjutnya ditarik kesimpulan. hukum adat sebagai masyarakat desa hutan, melakukan
penetrasi dari dua arah atau sektor yang berbeda,
HASIL DAN PEMBAHASAN pertama, sektor pertanian dan kedua, sektor kehutanan
1. Sinkronisasi antara peraturan perundang-undangan dengan apa yang dinamakan dengan mesin
mengenai pengelolaan sumber daya hutan dengan moderrnisasi. Efek dari kepungan dan serangan
kearifan lokal masyarakat hukum adat. kapitalisme telah melahirkan dualisme perekonomian
di masyarakat hukum adat, yakni sistem ekonomi
Pengaturan pengelolaan sumber daya hutan yang tradisional (baca: subsisten) yang berdampingan
eksploitatif dan sentralistik serta berparadigma State dengan sistem ekonomi modern (baca: berorientasi
Based Forest Management, tidak sesuai dengan pada mekanisme pasar bebas). Implikasi selanjutnya
adalah masyarakat hukum adat sebagai petani desa
378
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
379
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
tinggal di sekitar dan di dalam hutan, faktanya tidak sangat sulit mendapatkan pengakuan dari Negara,
mendapat bagian hasil pembangunan, bahkan terutama pengakuan secara de yure.
cenderung mengalami marginalisasi. Masyarakat Pengakuan secara sosial-budaya, ekonomi, politik dan
hukum adat yang tinggal di sekitar dan di dalam hutan, terutama secara yuridis terhadap eksistensi masyarakat
belum mengalami peningkatan kesejahteraan yang hukum adat dalam pengelolaan sumber daya hutan,
berarti sebagai akibat sistem pengelolaan sumber daya merupakan kondisi sine qua non yang sekaligus
hutan yang mementingkan aspek ekonomi tersebut. merupakan insentif yang sudah sepantasnya diberikan
c. Belum berubahnya mindset negara dalam oleh negara. Keengganan negara mendiskusikan
pengelolaan sumber daya hutan, sumber daya hutan secara konstruktif lebih banyak diakibatkan oleh
tetap dianggap sebagai domein negara. penyakit lama negara, yakni phobia terhadap
Bila dilacak dari dimensi historis, perubahan berkurangnya otoritas dalam kontrol terhadap sumber
paradigma dalam pengelolaan hutan dari pendekatan daya hutan. Untuk meredam isu tersebut negara selalu
state based menjadi community based, tidaklah cukup melakukan politisasi kebijakan melalui tarik ulur
signifikan dalam memberikan dampak baik terhadap seperti terlihat dalam kebijakan HKm (Hutan
kondisi sumber daya alam maupun masyarakat. Kemasyarakatan) selama ini.
Perubahan substansial hanya terjadi pada level
tekstual dari kebijakan negara. Perubahan tidak sampai Padahal, pengakuan terhadap hasil keterlibatan aktif
menyentuh esensi dari makna kelestarian masyarakat hukum adat merupakan refleksi dari
(sustainabilitas) dan kesejahteraan masyarakat. Sumber demokratisasi dan keberadaban negara. Mengijinkan
daya hutan tetap dipandang sebagai domein negara masyarakat hukum adat yang dipimpin oleh tokoh-
yang secara absah dapat digunakan menurut spektrum tokoh adat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
negara. Spektrum masyarakat lokal, terutama sumber daya hutan tidak bermaksud untuk
masyarakat hukum adat diposisikan sebagai menghidupkan kembali feodalisme; penghargaan
subordinasi dari spektrum negara. Rezim negara terhadap hukum adat justru akan memuluskan
(sentralisme) ini menekankan kewenangan kepada peningkatan jalannya pembangunan.
negara dalam mengelola sumber daya hutan, mulai dari
perumusan kebijakan, pelaksanaan hingga pengawasan Pengakuan, baik secara de yure maupun de fakto
dan pengendalian sumber daya alam (hutan). adalah sangat esensial. Seperti dalam teori yang
dipostulatkan Maslow, pengakuan merupakan puncak
Kawasan hutan yang dianggap oleh pemerintah sebagai dari kebutuhan manusia, termasuk masyarakat hukum
domein Negara, justru “diperjualbelikan” kepada adat. Keberhasilan aktualisasi diri yang mendapat
investor dengan mekanisme pemberian hak konsesi pengakuan legal-formal akan mendorong optimalisasi
usaha tanpa memetakan terlebih dahulu kawasan dan perluasan keberhasilan pengelolaan sumber daya
masyarakat hukum adat. Akibatnya masyarakat hukum hutan oleh komunitas yang lebih luas.
adat yang tidak memiliki benteng pertahanan diri,
kalah dengan kekuatan senjata pemerintah. Masyarakat Pengakuan juga akan lebih memberikan kepastian
hukum adat sebagai masyarakat desa hutan mengalami pengelolaan sumber daya hutan bagi masyarakat
marginalisasi yang berujung pada penurunan hukum adat. Masyarakat hukum adat yang sudah ada
kesejahteraan dan meningkatnya ketergantungan pada sejak zaman dulu, bahkan sebelum terbentuknya
pihak luar. negara Republik Indonesia ini, naif bila dikonstruksi
eksistensinya oleh negara hanya atas dasar
2. Strategi untuk merevitalisasi kearifan lokal dalam pertimbangan-pertimbangan pragmatis. Berubahnya
pembangunan hukum kehutanan yang tata nilai atau sudah tidak berlakunya sebagian dari tata
berkelanjutan. nilai tersebut, bukan berarti langsung menghilangkan
identitas budaya masyarakat hukum adat tersebut
Perlu ada strategi untuk merevitalisasi kearifan local dalam tata kelola terhadap sumber daya hutan.
tersebut, melalui:
a. Peningkatan pengakuan hak-hak masyarakat Untuk melindungi keberadaan masyarakat hukum adat
hukum adat dalam sistem hukum nasional. beserta seluruh kekayaan tradisi budayanya, termasuk
kearifan lokalnya dan dalam rangka melindungi
Pengakuan terhadap hak-hak masyarakat hukum adat keanekaragaman hayati, hak-hak masyarakat hukum
barangkali merupakan sesuatu yang teramat mahal di adat berikut ini perlu diakui, dijamin dan dilindungi
negara Indonesia ini. Keberhasilan masyarakat dalam pembangunan hukum kehutanan ke depan,
hukum adat dalam memelihara sumber daya hutan, antara lain adalah: Hak untuk menentukan diri sendiri;
Hak atas tanah dan teritori (wilayah); Hak atas
380
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
budayanya (termasuk kearifan lokalnya dalam norma dasar hukum positif. Nilai-nilai kearifan lokal
pengelolaan sumber daya hutan); Hak untuk tidak masyarakat hukum adat dalam mengelola sumber daya
diperlakukan secara diskriminatif dalam pengelolaan hutan, perlu dijadikan sebagai asas/prinsip dalam
sumber daya hutan; Hak untuk menganut sistem pembangunan hukum kehutanan ke depan karena
kepercayaan serta nilai-nilai religius mereka sendiri. memuat nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia.
Dalam memperjuangkan peningkatan pengakuan hak-
hak masyarakat hukum adat tersebut, dapat dilakukan Pembangunan hukum kehutanan ke depan akan
melalui upaya dari Pemerintah Daerah untuk mempunyai kekuatan berlaku sosiologis, apabila
mengundangkan: memuat asas-asas atau prinsip-prinsip hukum yang
1). Peraturan Daerah yang isinya mengakui hak ulayat berasal dari kearifan lokal masyarakat hukum adat
dari masyarakat hukum adat yang berada di dalam mengelola sumber daya hutan. Hukum hanya
wilayahnya tersebut; akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup
2). Peraturan Daerah yang isinya mengakui keberadaan di dalam masyarakat yang merupakan cerminan nilai-
kelembagaan adat di wilayahnya. Pengakuan nilai yang hidup di dalamnya. Hukum itu merupakan
tersebut juga disertai dengan adanya pengakuan pencerminan dan konkritisasi nilai-nilai yang pada
terhadap wilayah, struktur pemerintahan dan harta suatu saat berlaku di dalam masyarakat.
kekayaannya.
Pembangunan hukum kehutanan ke depan akan
b. Penyusunan program pembangunan bidang mempunyai kekuatan berlaku secara yuridis, apabila
kehutanan yang menyesuaikan dengan karakteristik dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-
budaya dan lingkungan setempat. undangan, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Dalam membentuk undang-undang yang berkaitan
Di era desentralisasi pemerintahan saat ini, perlu dengan pengelolaan sumber daya hutan (di tingkat
disusun program pembangunan bidang kehutanan pusat), berbagai prinsip kearifan lokal masyarakat
yang benar-benar adaptif dan aplikatif di lapangan. hukum adat yang bersifat universal harusnya
Sistem pengelolaan sumber daya hutan di Indonesia, dimasukkan sebagai asas hukumnya. Hal ini sebagai
sebaiknya berakar pada pluralitas budaya masyarakat cara atau strategi agar prinsip kearifan lokal
hukum adat dengan mengedepankan kebhinekaan masyarakat hukum adat dalam mengelola sumber
program pembangunan yang disesuaikan dengan daya hutan dapat terakomodasi dalam undang-
karakteristik budaya dan lingkungan setempat. undang nasional. Sedangkan kearifan lokal lainnya
yang bersifat lokal, biarlah menjadi kekhasan hukum
3. Strategi untuk merekonstruksi kearifan lokal lokal di daerah tersebut. Kearifan lokal yang menjadi
dalam pembangunan hukum kehutanan yang kekhasan atau ciri-ciri khusus di daerah tersebut,
berkelanjutan. harusnya diakomodasi dalam Peraturan Daerah
a. Kearifan lokal sebagai petunjuk arah dalam setempat.
pembangunan hukum kehutanan untuk memenuhi
syarat tentang keberadaan/keberlakuan hukum. b. Kearifan lokal sebagai asas hukum dalam
pembangunan hukum kehutanan yang
Kearifan lokal mempunyai arti penting sebagai berparadigma berkelanjutan.
petunjuk arah bagi pembangunan/pembentukan
hukum, yaitu harus memenuhi nilai-nilai filosofis Kearifan lokal masyarakat hukum adat memang
(berintikan rasa keadilan dan kebenaran); memenuhi berwujud lokal, akan tetapi nilai yang terkandung di
nilai-nilai sosiologis (sesuai dengan tata nilai budaya dalamnya bersifat universal, seperti: Prinsip hormat
yang berlaku dalam masyarakat); serta memenuhi terhadap alam; Prinsip tanggung jawab terhadap alam;
nilai-nilai yuridis (sesuai dengan ketentuan peraturan Prinsip solidaritas kosmis, prinsip kasih sayang dan
perundang-undangan yang berlaku). kepedulian terhadap alam; Prinsip hidup sederhana;
Prinsip hidup selaras dengan alam; dan Prinsip
Pembangunan hukum kehutanan ke depan akan keadilan. Berbagai prinsip kearifan lokal yang bersifat
mempunyai kekuatan berlaku filosofis, apabila kaedah universal tersebut, penting dijadikan sebagai asas
hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum hukum yang kokoh bagi pembangunan hukum
(rechtsidee) sebagai nilai positif yang tertinggi, yaitu kehutanan, karena tumbuh dari dalam masyarakat
Pancasila. Dengan dicantumkannya Pancasila sebagai Indonesia sendiri. Dalam merekonstruksi kearifan lokal
dasar negara secara formal di dalam Pembukaan UUD masyarakat hukum adat tersebut sebagai asas atau
1945, maka Pancasila memperoleh kedudukan sebagai prinsip dalam pembangunan hukum kehutanan,
381
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
382
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
DAFTAR PUSTAKA
383
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
384
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
motif-motif (Spich, 1995). Muatan anekdot ini organisasi (Solnet dan Kandampully, 2008). Kondisi
dianggap berlaku secara general, meskipun terkesan yang berseberangan dapat menimbulkan kondisi yang
berpihak kepada kepentingan anak buah yang merasa negatif, dimana kisah-kisah negatif punya peluang
berada posisi yang lemah secara relatif terhadap boss melemahkan keberlangsungan organisasi.
pada bahasan makalah ini. Utilitas suatu mite melayani
tujuan-tujuan: melakukan sosialisasi generasi yang Salah satu konteks peranan folklor pada organisasi
lebih muda, mengingatkan penyimpangan dari akar, adalah sebagai alat adaptasi karyawan baru dalam
menjaga disiplin dan komitmen, serta menghidupkan memasuki dunia kerja Farrow (2005). Anekdot yang
kelompok dan membedakan antar manusia (Spich, dibahas pada makalah ini dapat berperan sebagai
1995). Utilitas anekdot ini memenuhi tujuan-tujuan ini, medium pembelajaran karyawan baru. Anekdot terkait
terutama dikarenakan hal ini dianggap sebagai mite kekuasaan yang dimiliki boss, mengondisikan
yang tepat pada kegiatan sehari-hari di organisasi. karyawan baru pada suatu pola gagasan sebagai
Namun demikian, perlu diingat bahwa mite tidaklah panduan mereka dalam bertindak. Beberapa tujuan
penyampai kebenaran dan suatu tatanan nilai yang melakukan ini adalah untuk menyesuaikan diri dengan
menjadi panduan bertindak (Spich, 1995). lingkungan organisasi, bertahan di tempat kerja, dan
pelarian diri dari tekanan pekerjaan melalui humor.
Sebagai mite, anekdot humor soal hubungan antara
boss dan anak buah secara tepat merepresentasikan Anekdot ini dapat juga ditinjau dari teori humor.
berbagai kondisi di berbagai organisasi. Dengan Stefanova (www.folklore.ee) menjelaskan tiga sisi
demikian, kriteria perwakilan kepentingan terpenuhi yang ada pada humor, yaitu:
sebagai isu yang menarik dan keragaman partisipasi. • Karakter yang kita tanggapi.
Jika ditelusuri muatan keilmuan, mite ini juga
• Properti objek yang dijadikan humor.
memenuhi kriteria untuk dibahas dari sisi perimbangan
kekuasaan dan alokasi sumberdaya. Kekuasaan dan • Apa yang perlu ada pada objek agar menjadi lucu.
sumberdaya yang dimiliki oleh boss secara relatif lebih
besar dibandingkan dengan anak buah. Mite ini juga Makalah ini disusun berdasarkan tujuan penelitian,
dapat dikatakan sebagai campuran motif yang bisa yaitu untuk mengetahui relevansi folklor berbentuk
ditinjau dari sisi akademis, yaitu teori organisasi, dan humor pada keseharian karyawan dalam menghadapi
sisi aplikatif yang berlaku pada organisasi secara tekanan kekuasaan dari pimpinan mereka. Berdasarkan
umum. Tugas keilmuan adalah berupaya untuk studi literatur sebagai bingkai pembahasan folklor ini,
menguji legitimasi gagasan fokloris, dimana ketika hal dilakukan serangkaian wawancara untuk mengetahui
itu terbukti sahih maka harus masuk ke bagian apakah folklor ini dipraktekkan oleh pimpinan mereka
pengetahuan ilmiah (Armstrong, 1996). di lingkungan kerja sehari-hari.
Sebagai artefak penting pada kebudayaan manusia, Seluruh informan pernah mendengar dan mengetahui
folklor berperan membentuk struktur dan keberlanjutan folklor yang menjadi topik bahasan pada makalah ini,
pengalaman dan kebajikan manusia (Armstrong, 1996). tetapi mereka tidak tahu sumber folklor tersebut. Dari
Ketika terbentuk dialog yang positif antara dua pihak enam informan tersebut, tiga diantaranya menyatakan
yang terlibat, kisah-kisah mengenai organisasi akan bahwa anekdot tersebut terjadi di tempat mereka
memberikan manfaat kepada keberlangsungan bekerja. Sedangkan tiga orang lainnya mengatakan
385
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
kondisi seperti ini tidak terjadi secara mutlak, dan satu ditanyakan apakah anekdot tersebut berlaku di tempat
orang mengatakan tidak terjadi di tempat kerjanya. kerja, Kurniadi mengatakan tergantung kondisi.
Dengan perkataan lain, tidak selalu pimpinannya
Veronica yang berlatarbelakang pendidikan S1 animasi merasa benar dalam setiap situasi. Hal yang sama
menyatakan anekdot tersebut terjadi di tempatnya disampaikan oleh Rudy, yang bekerja di perbankan
bekerja. Menariknya, sikap pimpinan yang selalu mau bagian teknologi informasi. Rudy mengatakan hal
benar bukanlah semata-mata dari kemauannya, tetapi seperti ini tergantung kasusnya. Pada beberapa kondisi,
karena mendapat tekanan dari pihak klien. ketika pimpinan kurang mengerti sesuatu hal, dia
Kesepakatan awal antara perusahaan dengan klien pada menanyakan kepada Rudy. Dengan demikian terjadi
pelaksanaannya berubah, dan ketika Veronica hubungan yang saling tergantung antar Rudy dan
mengeluhkan soal ini, pimpinannya mengatakan bahwa pimpinannya.
klien harus dipatuhi. Oleh karena itu, karyawan harus
mengikuti keputusan pimpinan, karena perusahaan Pada kasus Jody yang bekerja di konsultan manajemen,
berorientasi pada kepuasan pelanggan. fleksibilitas terjadi pada kondisi pimpinan meminta
usul kepada anak buah. Pimpinan terbuka atas
Nastiti juga menyepakati bahwa anekdot tersebut masukan yang diberikan anak buah. Jody mengatakan
terjadi dengan pimpinannya. Hal yang membedakan bahwa pimpinannya akan murka jika target tidak
pimpinan Nastiti dengan Veronica adalah pimpinan tercapai. Kasus Jody ini mengindikasikan pimpinan
Nastiti merupakan pemilik perusahaan, sedangkan berorientasi pada hasil, dimana hal tersebut sudah
pimpinan Veronica adalah profesional. Dengan merupakan kesepakatan antara dirinya dengan anak
demikian, pimpinan Nastiti lebih memiliki akses ke buah. Target pada umumnya dinyatakan dalam angka,
sumberdaya. Konsekuensi yang besar peluang untuk sehingga secara jernih dipahami oleh para pihak yang
terjadi adalah pimpinan Nastiti memiliki kekuasaan terlibat. Akibatnya, ketika target tersebut tidak tercapai,
untuk mempengaruhi karyawan, baik dalam hal pimpinan memiliki fakta nyata yang bisa digunakan
memberikan ganjaran ataupun hukuman. Kasus yang sebagai alasan atas kemarahannya.
dicontohkan oleh Nastiti adalah hal yang secara logika
tidak membuat pimpinan marah. Kasusnya adalah Masukan yang menarik disampaikan oleh Adhita yang
Nastiti ditugaskan untuk melakukan penagihan untuk bekerja di perbankan. Menurut Adhita, peraturan
perusahaan distributor tempat dia bekerja. Pimpinan sangat jelas di perbankan, dan industri ini sangatlah
memberikan tenggat waktu dana harus tertagih pada diatur oleh pemerintah. Akibatnya, pelaksanaan tugas
tanggal 10. Nastiti melakukan perintah tersebut, dan di perbankan dijaga ketat agar bank tersebut patuh
ternyata pembayaran dilakukan lebih dini, atau dengan peraturan yang ada. Adhita mencontohkan
sebelum tanggal 10. Menurut logika, hal tersebut proses pemberian pinjaman oleh bank sangatlah kaku,
adalah hal baik untuk perusahaan. Namun demikian, sangat sedikit modifikasi yang dapat dilakukan.
pimpinan Nastiti menegur Nastiti dengan keras karena Pandangan Adhita kepada pimpinannya adalah sebagai
tidak sesuai dengan tenggat waktu yang dia minta, yaitu pengambil keputusan berganda (multiple decision
tanggal 10. Nastiti merasa bingung dengan kondisi ini, maker), dengan memastikan segala sesuatunya taat
tetapi dia tidak melawan ataupun membantah kepada peraturan yang berlaku. Karena peraturannya
pimpinannya. Dia terima salah. Hal ini sesuai dengan jelas maka pimpinan tidak bisa semena-mena kepada
anekdot ‘Boss selalu benar.’ anak buah.
Agnesia yang bekerja di bagian pemasaran Bursa Efek Terkait dengan tiga sisi humor yang disampaikan oleh
Jakarta menyatakan anekdot tersebut benar adanya. Stefanova (www.folklore.ee), karakter yang ditanggapi
Pimpinannya ketika beda pendapat dengannya selalu adalah pimpinan, properti adalah peraturan yang dibuat
menang-menangan. Agnesia menerima hal tersebut oleh pimpinan, dan hal yang membuat lucu adalah boss
sebagai hal yang wajar karena pimpinannya selalu benar. Dari hasil wawancara, informan
mempunyai kekuasaan. Menariknya, Agnesia menyadari bahwa karakter ini sesuai dengan kondisi di
menyatakan bahwa pada kondisi pimpinannya tempat kerja mereka.
menyadari bahwa kesalahan ada di pihaknya, pimpinan
tersebut meminta maaf atas kesalahannya. Informasi Hal yang menarik adanya variasi peraturan sebagai
yang disampaikan Agnesia ini menarik, karena ternyata properti yang dijadikan humor. Peraturan bisa dibuat
anekdot tersebut tidak selalu benar, meskipun pimpinan dan penerapannya ditentukan secara otoriter oleh
memiliki kekuasaan. Karakter pribadi pimpinan yang pimpinan, seperti yang disampaikan pada anekdot ini.
terbuka untuk meminta maaf berpeluang membuat Tetapi, ada juga variasi bahwa peraturan disepakati
anekdot tersebut tidak relevan. oleh pimpinan dan anak buah, dan peraturan yang taat
pada peraturan dari pemerintah dalam kasus industri
Pimpinan di tempat kerja Kurniadi di bidang teknologi perbankan. Variasi dua peraturan tersebut membuat
informasi memiliki karakter yang fleksibel. Ketika anekdot tidak relevan lagi.
386
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
387
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, J. Scott (1996). The ombudsman:
Management folklore and management science:
On portfolio planning, escalation bias, and such,
Interfaces, 26, 25-55
Farrow, Jane (2005). Workplace culture, folklore, and
adaptation, Journal of Occupational Science, 12,
1, 4-8
Gabriel, Yiannis (1991). Turning facts into stories and
stories into facts: A hermeneutic exploration of
organizational folklore, Human Relations, 44, 8,
857-875
Jones, Michael Owen (1991). Why folklore and
oorganization(s)? Western Folklore, 50, 1, 29-40
Rayner, Stephen G. (2008). Complexity, diversity and
management: Some reflections on folklore and
learning leadership in education, Management in
Education, 22(2), 40-46
Smith, Robert, Sarah Pedersen, dan Simon Burnett
(2014). Towards an organizational folklore of
policing: The storied nature of policing and the
police use of storytelling, Folklore, 125, 218-237
Spich, Robert S. (1995). Globalization folklore:
problems of myth and ideology in the discourse
on globalization, Journal of Organizational
Change Management, 8, 4, 6-29.
www.folklore.ee/folklore/vol50/stefanova.pdf.
Humour theories and the archetype of the trickster
in folklore: An analytical psychology point of
view by Sefanova, A.
388
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
389
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memahami Kato 2005, dimana semangat kebersamaan (egalitarian)
budaya suatu suku bangsa, salah satu dengan cara adalah ciri khas masyarakat Minangkabau dimana
mengkaji dan memahami ungkapan pepatah yang musyawarah untuk mufakat merupakan landasan hidup
terdapat didalam bahasa dan budaya daerah seperti terpenting dalam adat Minangkabau.
dalam bahasa dan budaya suku bangsa Minangkabau.
Dalam bentuk kebahasaannya terkandung nilai luhur
yang tidak pernah disadari oleh generasi muda karena METODE
dianggap sebagai warisan budaya yang hanya perlu
diketahui oleh orang tua saja. Dengan kondisi Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang terpuruk oleh etika dan sopan santun, metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
maka diperlukanlah sosialisasi untuk menanamkan nilai etnografi. Menurut Spradley (1980) pendekatan
budaya lokal lewat jalur formal maupun informal, etnografi adalah pendekatan penelitian yang
mendeskripsikan fenomena sosial manusia sebagaimana
Berdasarkan perihal di atas, tulisan mencoba untuk adanya. Dalam pendekatan, penelitian ini berupaya
menjelaskan ungkapan pepatah yang memiliki makna menggali kearifan sosial politik Masyarakat
kebersamaan (egalitarian) yang terterapkan dalam Minangkabau melalui ungkapan pepatah-pepatah
rangkaian upacara khatam Quran anak-anak yang Minangkabau. Pengumpulan data dilakukan dengan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan non formal studi dokumentasi, wawancara mendalam, dan observasi
yaitu Perguruan Quran Awaliyah (PQA) yang ada di sebagai metode utama dalam pendekatan etnografi.
daerah Bukit Tinggi dan kabupaten Agam Sumatera
Barat yang dilihat sebagai budaya yang sudah mengakar
hidup ditengah masyarakat
PEMBAHASAN
Kerangka konseptual
Sistem Sosial Politik” Egalitarian” dalam Pepatah
Etnolinguistik adalah .Ilmu yang mempelajari pepatah Minangkabau
bagaimana bentuk-bentuk lingustik dipengaruhi oleh
aspek sosial budaya, mental dan psikologis serta Keyakinan bahwa setiap orang memiliki kedudukan
bagaimana hubungannya satu sama lainnya beserta yang sama dan sederajat dalam kehidupan yang dikenal
maknanya.( Duranti 1997) dengan semangat egalitarian merupakan nilai prinsip
demokrasi yang digaung-gaungkan didunia
Sapir (Dalam Bonvillain 1997 ;49) mengemukan internasional dan dalam kehidupan berbangsa dan
bahwa menganalisis kosa kata dalam suatu bahasa dapat bernegara.
mengungkapkan lingkungan fisik dan sosial dimana si
penutur bahasa tersebut bermukim. bahasa adalah alat Secara sejarah perjalanan pemikiran, spirit egalitarian
mendasar bagi manusia untuk kehidupan sosial, dan yang merupakan prinsip-prinsip demokrasi sudah sejak
bahasa itu ketika diungkapkan terkait dengan budaya, lama berkembang, di kalangan masyarakat suku bangsa
bahasa mengungkapkan kenyataan budaya dan Minangkabau, nilai ini sudah ada sebelum kedatangan
melambangkan kenyataan budaya tersebut maka orang negara-negara Eropa ke Indonesia, ini dapat dibuktikan
berbicara dengan cara berbeda mengungkapkan cara melalui falsafah adat suku bangsa Minangkabau yang
berpikir yang berbeda pula.manusia berbahasa berbeda berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan
dengan cara berpikir berbeda karena bahasa yang berbangsa dan bernegara, adapun spirit egaliter (spirit
digunakan menawarkan cara memandang dunia sekitar demokrasi) ini tergambar dalam falsafah atau pepatah
mereka yang berbeda pula. kehidupan, di antaranya:
Sehubungan adanya hubungan yang erat antara bahasa a. Kato mufakaik nan Bakuaso (Kata mufakat yang
dan budaya. Didalam masyarakat suku bangsa berkuasa)
Minangkabau terdapat pepatah-pepatah (bahasa) .
Masyarakat bermusyawarah dilaksanakan dengan
Pepatah-pepatah ini memiliki nilai-nilai yang
sungguh untuk mencari kata mufakat, pentingnya
mencerminkan latar belakang budaya masyarakat Suku
musyawarah bagi masyarakat Minangkabau karena hasil
bangsa Minangkabau tersebut seperti pepatah bulek aia
musyawarah diatas segala-galanya, seperti yang
dek pambuluah, bulek kato dek mufakaik ( bulat air
terungkap dalam pepatah dibawah ini
karena pembuluh, bulat kata karena mufakat). Pepatah
ini mengambarkan latar belakang budaya masyarakat
Minang yang suka bermusyawarah dan bermufakat
dalam proses pengambil keputusan. Sebagaimana
pendapat Abdullah, 1966 dan 1988; Naim, 1984; dan
390
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Sakalipun hingok nan mancangkam tungku mako api kahiduik (Bersilang kayu dalam
tungku, sehingga api bisa hidup) artinya setiap persoalan
Kuku nan tajam tak paguno bisa dipecahkan dengan adanya silang pendapat dalam
Walaupun mamacik tampuak alam. setiap musyawarah, setiap persoalan dimusyawarahkan
agar dapat dipecahkan (Nusyirwan 2007:149).
Kato mufakaik nan bakuaso
c. Bulek aia dek Pambuluah, Bulek kato dek
(Sekalipun hinggap yang mengcengkeram mufakaik (Bulat air karena pembuluh, bulat kata karena
mufakat)
Kuku yang tajam tak berguna
Musyawarah mufakat adalah salah satu nilai dasar yang
Walau memegang tampuk alam menjadi pandangan hidup masyarakat Minangkabau,
sebagaimana dengan pepatah Bulek aia dek Pambuluah,
Kata mufakat yang berkuasa
Bulek kato dek mufakaik (Bulat air karena pembuluh,
bulat kata karena mufakat).
391
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
e. Duduk samo rendah, tagak samo tinggi (duduk sama bermusyawarah dan adanya nilai egalitarian dalam
rendah berdiri sama tinggi) masyarakat Minangkabau juga memiliki fungsi sebagai
media penyelesaian konflik baik dalam skala kecil
Adanya nilai-nilai kesamaan dan keterbukaan, terlihat maupun besar. Budaya musyawarah dan egalitarian ini
pada pepatah “duduk samo randah tagak samo tinggi” merupakan modal sosial politik bagi masyarakat dan
(duduk sama rendah berdiri sama tinggi), walaupun pada bagi pemerintah diharapkan untuk merevitalisasi dalam
kenyataan formal punya kedudukan yang lebih tinggi, kehidupan masyarakat
tapi dalam prakteknya posisi pimpinan tidak terlalu
Budaya Lokal “ Musyawarah dan Egalitarian,”
berjarak dengan masyarakat sebagaimana pepatah untuk
Lokal Dalam Mayarakat Minangkabau Suatu
kepemimpinan, baik untuk kepemimpinan adat, agama
tantangan
dan keepemimpinan lainnya yang bunyi nya antara lain.
”ditinggikan sa rantiang, didahulukan salangkah
Nilai budaya local egalitarian pada suku bangsa
(ditinggikan se ranting, didahulukan selangkah) artinya
Minangkabau merupakan aset bangsa yang memiliki
hampir tidak ada jarak antara seorang yang memimpin
nilai harga yang tinggi. Namun dengan adanya
dengan yang dipimpin, dalam hal ini akan mudah
penyeragaman yang dilakukan pada masa orde baru
dilakukan koreksi satu sama lainnya dalam sistem sosial
secara tidak langsung telah memudarkan nilai –nilai
kehidupan dan pemimpin tidak bisa bertindak semaunya
budaya lokal sebagai pegangan dan kearifan lokal
tetapi menyuarakan aspirasi rakyat
masyarakat setempat. Ini diawali oleh adanya penetapan
undang undang nomor 5 tahun 1974 tentang
Berdemokrasi bagi orang Minangkabau, setiap proses pemerintahan daerah dan Undang Undang nomor 5
pengambil keputusan harus melalui proses musyawarah tahun 1979 tentang pemerintahan desa. Hal inilah yang
menuju mufakat. Kata sepakat berasal dari orang-orang dianggap sebagai suatu awal pemecahan komunitas
yang terlibat dalam permasalahan yang harus lokal melebur dalam unit baru padahal komunitas adat
diselesaikan. Masyarakat Minangkabau memiliki tersebut memiliki khas tersendiri dan komunitas-
kesadaran bahwa mereka merupakan bagian dari komunitas adat itu bukanlah satu kesamaan adat.
jaringan sosial yang memiliki hak dan tanggung jawab. Melalui penetapan Undang-undang sedikitnya banyak
Diri mereka adalah bagian dari kelompok, tiap orang telah mengerus kewenangan-kewenangan yang dimiliki
memiliki hak untuk berpendapat dan diakhiri oleh sutu oleh institusi pemerintahan yang berbasis kultural
persetujuan /tidak persetujuan (Beckmann, 2006:1-2) seperti di Minangkabau, Kerapatan Adat Nagari (KAN)
Orang Minangkabau menyebut kampung halamannya beserta sistem sosial politiknya. Jika sekarang mulai
dengan istilah alam Minangkabau, ini mengandung dikembalikan kepada hakikatnya suatu nagari di
makna, bahwa alam itu segala-galanya, alam tidak hanya Minangkabau, muncul suatu tantangan karena nilai
tempat lahir atau mati, tempat hidup dan berkembang budaya lokal “egalitarian” tersebut sudah terdegradasi
namun alam tempat berguru, ini terkenal dengan falsafah oleh sistem yang baru berdasarkan pernyeragaman
“alam takambang jadi guru.” (Navis, 1984:59) tersebut.
392
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
membuat sikap feodalisme juga tumbuh di tengah menggagas bahwa kompetisi di pilkada itu tetap ada
kehidupan masyarakat. nilai yang dibalut dengan filosofi minangkabau yakni
nilai-nilai adat badunsanak.
Ketika reformasi 1998 bergulir, nilai demokrasi mulai
Salah satu kearifan lokal sosial politik dalam bentuk
ditumbuhkan namun tetap menjadi tantangan karena
pepatah kontemporer yaitu pemilu badunsanak adalah
nilai itu belum sepenuhnya berkembang dan perlu
sebuah istilah yang dipakai dalam setiap perhelatan
optimisme bahwa budaya lokal minangkabau dengan
politik di Sumatera Barat. Mulai dari pemilihan
semangat musyawarah dan egalitariannya merupakan
legislatif, Pilpres sampai kepada Pilkada. Konsep
modal sosial budaya lokal. yang perlu digali dan
pemilihan badunsanak itu dipopulerkan oleh pemerintah
dilestarikan.
daerah untuk meminimalisir konflik dalam proses
politik itu. Pemilihan badunsanak artinya pemilihan
Kearifan lokal sosial Politik Masyarakat Sumatera yang didasarkan semangat persaudaraan (Effendi,
dalam Pepatah Kontemporer “Pemilu 2001:1).
Badunsanak”.
Pepatah pemilu badunsanak yang menjadi komitmen
Memilih pemimpin-pemimpin daerah secara langsung moral semua pihak, tidak terkecuali bagi
saat ini merupakan momentum yang strategis dalam penyelenggaraan dan juga pasangan calon serta partai
kehidupan bernegara, untuk itu diperlukan partisipasi politik. Pilkada adalah sebuah kompetisi namun
politik rakyat yang aktif, artinya partisipasi politik realitanya bisa disandingkan dengan filosofi, dimana
rakyat yang ada tidaklah hanya mengunakan hak filosofi badunsanak lebih mementingkan semangat
pilihnya secara pasif tetapi juga menunjukkan partisipasi kebersamaan daripada kompetisi, ini terlihat dari
yang mengimplementasikan bagaimana melakukan terlaksanakan pemilu tanpa konflik dan perseteruan
pilihan yang rasional dalam rangka memberikan yang anarkis, ini tak lepas dari semangat pemilu
kemaslahatan untuk orang banyak. badunsanak dan KPU Sumbar menggagas ini pemilu
badunsanak ini adalah suatu kompetisi dalam pilkada
Partisipasi politik ini akan menjadi masalah, ketika harus tetap ada nilai yang dibalut dengan filosofi
partisipasi diiringi oleh konflik antar tim sukses yang minangkabau yakni nilai-nilai adat badunsanak (Husni,
menggalang kekuatan untuk kemenangan calon kepala 2005).
daerah tersebut. Konflik bisa berujung kekerasan jika
tidak ada manajemen konflik yang efektif dan Pepatah pilkada badunsanak yang telah dipopulerkan
manajemen yang memiliki tekad kampanye pemilihan sejak pilkada tahun 2005. Pilkada badunsanak adalah
yang damai serta pandangan yang positif atas kekalahan sebuah komitmen moral antar penyelenggara, peserta
dan kemenangan atas pilkada maupun pilwako dalam pemilihan dan masyarakat untuk menghadirkan
suatu daerah. kontestasi politik tanpa kekerasan, tanpa kecurangan dan
mengedepankan semangat kekeluargaan dan
Jika partisipasi politik yang diiringi konflik terjadi maka persaudaraan. Dalam hal ini meminta komitmen
mengingatkan kita, arti penting pengembangan kearifan pasangan calon, partai politik pengusung dan
lokal yang dimiliki masyarakat dalam rangka mencari masyarakat untuk tetap menegakkan prinsip
solusi bersama dan mengantisipasi konflik yang akan badunsanak dalam penyelenggaraan pilkada serentak
terjadi. Kearifan lokal yang mengacu pada berbagai 2015. Kontestasi politik untuk memperebutkan
kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam kekuasaan di tingkat lokal tidak boleh sampai merusak
masyarakat yang dikenal, dipercaya dan diakui sebagai kohesivitas sosial hubungan kekerabatan dan
elemen penting yang mampu mempertebal kohesi sosial pertemanan.Terlalu murah jika pertarungan untuk
di antara warga masyarakat. memperebutkan jabatan harus melepaskan hubungan
kekerabatan dan pertemanan yang telah terjalin antar
Pepatah pemilu badunsanak yang menjadi komitmen pasangan calon selama ini. Pilkada badunsanak bukan
moral semua pihak, tidak terkecuali bagi berarti meniadakan kompetisi tetapi berkompetisi
penyelenggaraan dan juga pasangan calon serta partai dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang
politik. Awalnya, lanjut dia, pepatah itu timbulkan hidup dan dianut oleh masyarakat Minangkabau. Pilkada
diskusi yang hangat dan keraguan dari beberapa pihak. badunsanak dapat terwujud jika penyelenggara bekerja
Pasalnya mungkinkah pilkada yang seyogyanya sebuah secara profesional dan bertanggung jawab (Husni,
kompetisi bisa disandingkan dengan filosofi 2010).
badunsanak yang seakan-akan meniadakan kompetisi.
Nyatanya hal itu bisa kita dilaksanakan dengan baik di
Sumbar bisa terlaksananya pemilu badunsanak ketika
itu, terangnya lagi, karena KPU Sumbar waktu itu
393
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
394
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Welly Waworundeng
Mahasiswa Pascasarjana Program Doktor Prodi Ilmu Administrasi Konsentrasi Ilmu Pemerintahan
FISIP Unpad Bandung
Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado
wellywaworundeng@yahoo.com
PENDAHULUAN
Abstrak
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya, yang
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya, yang mengandung gagasan-gagasan atau nilai-nilai,
mengandung gagasan-gagasan atau nilai-nilai, pandangan-pandangan lokal, yang bersifat bijaksana,
pandangan-pandangan lokal, yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti
penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat desa. Kearifan lokal menurut
oleh anggota masyarakat desa.Budaya yang diterapkan Theresia, dkk. (2015:66) dapatdiartikan nilai-nilai
oleh masyarakat termasuk kearifan lokal. Penelitian ini budaya yang baik yang ada di dalam suatu masyarakat.
bertujuan untuk menganalisis perkembangan kearifan SelanjutnyamenurutSibarani (2012:112-113) adalah
lokal yang perlu dibina dan dilestarikan sebagai modal kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan desa. Metode yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk
penelitian secara kualitatif digunakan dalam penelitian mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Kearifan lokal
ini dengan lokasi di desa Warembungankecamatan juga dapat didefinisikan sebagai nilai budaya lokal yang
Pinelengkabupaten Minahasa, dengan pertimbangan dapat dimanfaatkan untukmengatur tatanan kehidupan
bahwa desa tersebut merupakan desa berpenduduk masyarakat secara arif atau bijaksana. Dengan kata lain,
terbanyak kedua dari 227 desa yang ada di kabupaten budaya yang diterapkan oleh masyarakat termasuk
Minahasa, dan merupakan salah salah satu desa yang kearifan lokal.
berbatasan langsung dengan kota Manado sebagai
ibukota propinsi Sulawesi Utara. Hasil kajian Setiap daerah sesuai dengan kondisi geografisnya,
menunjukkan bahwa kearifan lokal di Minahasa yaitu memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda (Zulkarnain
mapalus, pinontol sawang, jaga negeri dan kerja bakti dkk, 2008:69-84., Siswadi dkk, 2011:63-68., Alus,
(gotong royong). Kearifan lokal tersebut dapat 2014., Suhartini, 2009.,Juniarta dkk, 2013). Kearifan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa bahkan lokal di setiap daerah, memiliki manfaat karena mampu
berpengaruh pada pembangunan desa, sehingga mensejahterakan masyarakatnya (Juniarta dkk, 2013.,
kearifan lokal dapat dijadikan dasar pengambilan Sungkharat et.al, 2010). Namun demikian, berdasarkan
kebijakan pada tingkat lokal di desa.Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Zulkarnain dkk, (2008),
perubahan sosial kultural, terjadi pergeseran dalam Siswadi dkk (2011) dan Alus (2014), diketahui bahwa
penerapan budaya sebagai kearifan lokal di desa kearifan lokal di setiap daerah perlu dijaga dan
Warembungan,bahkan sebagian telah hilang di dilestarikan karena dapat hilang seiring dengan
masyarakat.Kearifan lokal yang saat ini telah perkembangan zaman.Kesadaran masyarakat akan
ditinggalkan masyarakat desa Warembungan yaitu pelestarian budaya sangatlah penting untuk
pinontol sawang, jaga negeri dan mapalus tani. Agar ditumbuhkan. Upaya-upaya yang perlu dilakukan agar
kearifan lokal tersebut dapat terus dilestarikan kearifan lokal yang merupakan budaya setempat dapat
masyarakat, maka perlu adanya strategi politik terus menerus dilaksanakan masyarakat antara lain 1)
kebudayaan yang dilaksanakan di desa. Bentuk strategi perlu adanya penyusunan rencana strategis
tersebut yaitu pembuatan peraturan desa (perdes) dan pengembangan dan pelestarian budaya yang di tetapkan
peraturan daerah (perda) di tingkat pemerintah melalui peraturan desa 2) perlu adanya koordinasi dan
daerah/kabupaten Minahasa,sebagai dasar membina dan sinkronisasi program antar lembaga dan pemerintah
melestarikan nilai sosial budaya masyarakat desa daerah untuk meningkatkan kreatifitas kebudayaan.
395
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Berdasarkan uraian beberapa penelitian tersebut, maka Gambaran Umum Desa Warembungan
di desa Warembungan kecamatan Pineleng Kabupaten Desa Warembungan imerupakan salah satu dari 227 desa
Minahasa juga memiliki kearifan lokal sebagai budaya di kabupaten Minahasa berada di kecamatan Pineleng
Minahasa. Namun demikian, seiring dengan termasuk desa yang yangmemiliki sumber daya yang
perkembangan zaman, terdapat budaya yang mulai besar. Desa ini berdiri tahun 1850, memilikiluas
hilang bahkan ditinggalkan oleh masyarakat. Penelitian wilayah 1.580,00ha (+ 1.100ha lahan
ini bertujuan untuk menganalisis kearifan lokal yang pertanian/perkebunan) danjumlah penduduk 4.084 jiwa,
merupakan budaya Minahasa, dalam perannya sebagai memiliki 15 (lima belas) jaga(lingkungan),
faktor yang perlu dioptimalkan dalam pembangunan mayoritaspekarjaan penduduk sebagai petani (68%),
desa Warembungan. mayoritas penduduk sub etnistombulu (80%).
396
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
397
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
di Minahasa mengandung nilai-nilai budaya yang patut Pelestarian Sumberdaya Pesisir (Studi Kasus di
di jaga dan dilestarikan sehingga mampu mewujudkan Desa Panglima Raja Kecamatan Concong
masyarakat yang partisipatif dalam meningkatkan Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau). Jurnal
kesejahteraan masyarakat dan desa secara bersama- Agribisnis Kerakyatan Volume 1(1):69-84.
sama. Oleh sebab itu, diperlukan strategi politik Sibarani, Robert 2012. Kearifan Lokal: Hakikat, Peran
kebudayaan dalam penerapannya, antara lain perlu dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi
menetapkan peraturan desa dan peraturan daerah Tradisi Lisan.
tentang pelaksanaan kearifan lokal yang dapat Suhartini. 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat
meningkatkan kreatifitas kebudayaan. Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan
Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional
DAFTAR PUSTAKA Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta,
Alus, Christeward. 2014. Peran lembaga adat dalam 16 Mei 2009
pelestarian kearifan lokal suku sahu di desa Sungkharat Utit, Piboon Doungchan, Chantas
balisoan kecamatan sahu Kabupaten halmahera Tongchiou, Banlue Tinpang-nga. 2010. Local
barat. Journal Acta Diurna Volume III (4) Wisdom: The Development Of Community
Juniarta, Hagi Primadasa., Edi Susilo., Mimit Culture And Production Processes In Thailand.
Primyastanto., 2013. Kajian Profil Kearifan Lokal International Business & Economics Research
Masyarakat Pesisir Pulau Gili Kecamatan Journal. Volume 9 (11).
Sumberasih Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Cresswell, J.W. 2013. (Cresswell, J.W. 2013. Research
Jurnal ECSOFiM Volume 1(1) Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Rondonuwu, B. 2015. Eksistensi Hukum Tua Pada Mixed. Penerjemah: Achmad Fawaid.
Pemerintahan Desa (studi Tentang Hukum Tua Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
Dlam Konsep Pemerintahan Yang Bertanggung Supit, Bert. 1986. Minahasa: Dari Amanat Watu
Jawab di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Pinawetengan Sampai Gelora Mina Wanua.
Utara Periode Thun 1945-2014). Bandung: PPS Jakarta: Sinar Harapan.
Unpad Theresia, A., dkk. 2015. Pembangunan Berbasis
Siswadi, Tukiman Taruna, Hartuti Purnaweni. 2011. Masyarakat: Acuan bagi Praktisi, Akademis, dan
Kearifan Lokal Dalam Melestarikan Mata Air Pemerhati Pembangunan Masyarakat. Bandung:
(Studi Kasus di Desa Purwogondo, Kecamatan Alfabeta.
Boja, Kabupaten Kendal). Jurnal Ilmu Lingkungan Taulu, H.M. 1952 Adat dan Hukum Adat Minahasa.
Volue 9 (2): 63-68. ISSN 1829-8907 Tomohon: Jajasan Membangun.
Zulkarnain, Asdi Agustar, Rudi Febriamansyah. 2008. Turang, J. 1983. Mapalus di Minahasa. Daerah Tk II
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Dan Minahasa: Posko Koperasi Mandiri.
398
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Junardi Harahap
Budi Rajab
Budhi Gunawan
Opan S. Suwartapradja
399
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
400
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
401
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Pemilihan Wali Jorong Langsung Dan Implikasinya terhadap Budaya Politik Nagari
Irawati
Fisip Universitas Andalas
Ira.tanjung@gmail.com
402
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
perhatian dari isu-isu nasional menjadi isu-isu politik membangun organisasi kekuasaan dan pemerintahan
regional. Temuan lain mengindikasikan bahwa tingkat sendiri, keleluasaan mengambil keputusan
response pemerintah dipengaruhi oleh jumlah penduduk. lokal, mengelola pemerintahan sehari-hari secara
Berkaitan dengan isu transparansi, Baswedan juga mandiri, mengelola sumberdaya lokal sendiri, mengelola
menemukan bahwa tingkat transparansi pemerintah interaksi sosial, mempunyai pola pengelolaan konflik dan
berkaitan dengan tingkat keasadaran publik terhadap sistem peradilan sendiri. Self-governing community, pada
politik lokal. Sedangkan Lele (2012) mencoba prinsipnya telah lama hidup sebelum Nagari
menjelaskan paradoks desentralisasi dilihat dari diintegrasikan ke dalam negara, yang dikerangkai dengan
pelayanan publik dan pengambilan keputusan. Lele aturan (hukum) adat. Mengikuti hukum nasional, self-
berkesimpulan bahwa pelaksanaan desentralisasi di governing community berarti sebagai bentuk kesatuan
Indonesia tampaknya justru membuat jarak antara masyarakat hukum yang mempunyai hak dan
pemerintah dan masyarakat semakin jauh. Artikel ini kewenangan sesuai dengan asal-usulnya.
berpendapat bahwa paradoks jarak tersebut terjadi akibat
Kedua, ketika Nagari sudah masuk ke dalam formasi
rekayasa kelembagaan. Setidaknya terdapat dua hal yang
besar negara-bangsa Indonesia, maka konsep subsidiarity
menyebabkan kondisi tersebut, pertama terkait dengan
sangat penting untuk memaknai ulang keberadaan
politik pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat
Nagari. Nagari sekarang berbeda dengan Nagari dulu.
kepada pemerintah daerah yang lebih menguntungkan
Nagari dulu sangat otonom, mempunyai self-governing
pemerintah pusat. Faktor kedua adalah pengaturan
community bagaikan “republik kecil” yang terbebas dari
hubungan antara pemerintah daerah dengan masyarakat di
kekuasaan pusat. Nagari sekarang tidak sepenuhnya
mana hampir tidak ada jalan bagi masyarakat setempat
otonom dari struktur negara. Struktur negara yang
untuk menuntut pertanggungjawaban pemerintah yang
hirarkhis telah melakukan desentralisasi kekuasaan,
lalai menjalankan tugasnya.
kewenangan dan sumberdaya pada Nagari. Dengan
Kajian Lele dan Hidayat menunjukkan pandangan yang kalimat lain, otonomi Nagari sekarang adalah
pesimis terhadap perkembangan desentralisisi. “pemberian” negara. Karena itu, untuk membangkitkan
Sedangkan kajian Baswedan memperlihatkan pandangan (revitalisasi) semangat “republik kecil”, konsep
yang sangat optimis terhadap perekembangan subsidiarity adalah jawabannya. Sebagai sebuah prinsip
desentralisasi dan demokrasi di Indonesia. Berangkat dari politik, subsidiarity bukan sekadar berbicara tentang
dua pandangan ini yang kontradiktif ini, terutama kajian pembagian kewenangan ke unit pemerintahan yang lebih
Baswedan, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh rendah, melainkan berbicara tentang pengambilan
tentang kaitan desentralisasi dan demokrasi lokal. Peneliti keputusan dan penggunaan kewenangan secara mandiri
memfokuskan kajian pada perkembangan demokrasi oleh unit pemerintahan atau komunitas yang paling
lokal dilihat dari nilai-nilai demokrasi yang dianut dan rendah
dikembangkan dalam ranah desentralisasi di Indonesia
Dalam konteks subsidiarity ini, maka sangat penting
yang cenderung mengedepankan prinsip partisipasi
melihat kajian tentang pengembangan demokrasi dengan
individu. Prinsip partisipasi individual ini termanifestasi
menggunakan konsep demokrasi yang sesuai dengan
nyata dalam mekanisme pemilihan pejabat eksekutif
nilai-nilai kultural masyarakat Nagari itu sendiri.
daerah dengan model pemilihan langsung. Konsep ini
Pengembangan demokrasi dengan konsep pemberian dari
diadopsi dari konsep demokrasi liberal yang memegang
pemerintah lebih atas, jelas akan menghilangkan
prinsip partisipasi individual sebagai salah satu ukuran
kesempatan masyarakat Nagari untuk memiliki
kualitas demokrasi (Held: 2007).
kewenangan sendiri secara mandiri. Penyeragaman
Model pemilihan Kepala Daerah langsung yang model pemilihan pemimpin politik Nagari (Wali
kemudian diadopsi juga untuk model pemilihan pejabat Nagari/Wali Jorong) secara langsung, perlu dilakukan
eksekutif di Nagari (Wali Nagari/Wali Jorong) di mengkajian terkait dengan karakteristik budaya
Sumatera Barat. Padahal situasi sosial-politik pada level masyarakat Nagari yang memiliki kekuatan hubungan
Pemerintahan Daerah jauh berbeda dengan situasi sosial- komunal.
politik pada level Nagari. Pemerintahan Nagari yang
dirancang di Sumatera Barat pasca reformasi, dipahami Di beberapa Nagari, pemilihan pemimpin politik Nagari
dengan mengunakan cara pandang desentralisasi dan (Wali Nagari/Wali Jorong) secara langsung yang
demokrasi lokal untuk memaknai dan membingkai berlangsung secara demokratis sering harus dibayar
transformasi Nagari di Sumatera Barat. Pertama, Nagari dengan risiko sosial dan politik yang mahal, seperti
dapat dipahami dengan kerangka pemerintahan sendiri munculnya dendam pribadi yang terus dibawa, serta
yang berbasis (self-governing community). Artinya permusuhan “perang dingin” antar kandidat maupun antar
Nagari mempunyai otonomi (kemandirian) dalam pendukung yang sebenarnya mereka saling bertetangga.
403
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Bahkan bukan suatu keniscayaan akan menimbulkan titik jenuh tertentu dengan ditemukannya suatu pola yang
konflik antara pendukung seperti terjadi dalam Pemilihan berulang atas jawaban dari pertanyaan yang diajukan ke
Wali Jorong Padang Kunyik Nagari Kamang Mudik, informan tersebut. Kesimpulan dari analisis yang
kabupaten Agam pada tahun 2015. Risiko sosial dan dilakukan terkait pada gabungan data yang didapat dari
politik yang muncul tidak berdiri sendiri, tetapi memiliki informan (emik) dan interpretasi peneliti (etic) terhadap
keterkaitan dengan proses politik dan kondisi sosial yang data lapangan tersebut.
ada pada masyakat tersebut. Masyarakat Nagari yang
melandaskan kehidupan pada kekuatan hubungan
komunal, “dipaksa” untuk memahami dan HASIL DAN PEMBAHASAN
mempraktekkan model demokrasi yang tidak berakar
pada kultur politik setempat. Masyarakat Nagari dipaksa Nagari dalam Konteks Desentralisasi
untuk memahami mekanisme politik dalam pemilihan Otonomi daerah sebagai bentuk desentralisasi politik
pemimpin sesuai dengan konsep demokrasi dengan menjadi pilihan paling tidak ada tiga alasan utama,
prinsip one man one vote. Jika dikaji dari sisi tujuan Pertama dalam rangka meningkatkan pelayanan publik.
desentralisasi yang diyakini membangun pemerintahan Desentralisasi dianggap mampu memangkas rigiditas
yang efektif, mengembangkan pemerintahan yang birokrasi dan meningkatkan otoritas pemerintah daerah
demokratis berbasis pada masyarakat, jelas kenyataan sehingga pelayanan terhadap masyarakat semakin efektif.
penyeragaman model pemilihan Wali Jororng langsung Kedua desentralisasi diharapkan dapat meningkatkan
ini menjadi sangat kontradiktif dengan semangat tersebut. kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sehingga
Persoalan yang hendak dijadikan fokus penelitian ini dapat tercipta partisipasi masyarakat dalam proses
perumusan kebijakan. Ketiga dalam rangka demokratisasi
meliputi, yaitu: pertama, Mengapa terjadi konflik setelah
pemilihan langsung Wali Jorong Padang Kunyik Nagari sistem pemerintahan. Diyakini bahwa demokratisasi pada
Kamang Mudik, kabupaten Agam pada tahun 2015? tingkat nasional tidak dapat bertahan kokoh tanpa
Kedua, Apa implikasi model pemilihan Wali Jorong ditopang oleh demokrasi ditingkat daerah (Hidayat,2007:
langsung terhadap budaya demokrasi masyarakat Jorong 238-240). Alasan ini menunjukkan bahwa pembangunan
demokrasi lokal merupakan salah satu tujuan dari
Padang Kunyik Nagari Kamang Mudik?
kebijakan desentralisasi yang penting. Ada keterkaitan
yang signifikan antara demokrasi pada tingkat lokal
METODE
dengan kekokohan demokrasi negara. Desentralisasi dan
Penelitian tentang konflik pemilihan Wali Nagari otonomi daerah tidak hanya berurusan dengan persoalan
langsung dan implikasinya terhadap budaya masyarakat pembagian kewenangan dan keuangan dari pusat ke
Nagari ini, merupakan penelitian deskriptif analitis daerah, melainkan juga hendak membawa negara lebih
dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data primer dekat pada masyarakat atau membuat demokrasi lokal
direncanakan dilakukan dengan wawancara mendalam bekerja (akuntabilitas lokal, transparansi, responsivitas
(indepth interview) dan penelitian ini juga mengunakan dan partisipasi masyarakat) (Eko: 2003a).
sumber tertulis (data sekunder) seperti sumber dari arsip,
dokumen pribadi, dokumen resmi, majalah ilmiah, dan Namun demokrasi dalam pengertian ini tidak hanya
seterusnya. sebatas penyerahan kewenangan dan pemilihan pemimpin
secara langsung. Tetapi yang menjadi terpenting adalah
Untuk pengambilan informan dalam penelitian ini bagaimana desentralisasi pada pemerintahan daerah
digunakan teknik purposive sampling dan snowball mampu menjamin keterlibatan dan kepentingan
sampling. Oleh karena penelitian ini ingin menemukan masyarakat keseluruhan dalam proses politik atau
nilai-nilai budaya masyarakat yang terkait dengan memperkuat posisi rakyat. Tidak hanya sebatas terlibat
mekanisme pemilihan pemimpin politik di Nagari, maka dalam pemungutan suara semata.
penggunaan teknik ini dianggap sesuai dengan tujuan
penelitian. Informan penelitian dipilih secara sengaja Salah satu tema sentral kebangkitan desentralisasi dan
(purposive) berdasarkan kedudukan mereka pemilihan demokrasi lokal di Sumbar adalah “Kembali ke Nagari”,
Wali Jorong langsung dan kedudukannya dalam yakni kembali ke identitas dan komunitas politik lokal
masyarakat. Untuk menemukan nilai-nilai masyarakat yang desentralistik dan demokratis. Pemahaman akan
peneliti mengunakan tokoh masyarakat sebagai sumber perubahan yang inilah kemudian yang menciptakan
informasi yang nantinya akan memberikan penjelasan sistem pemerintahan Nagari yang diberlakukan pada
tentang nilai-nilai budaya dan prakteknya di Nagari, tahun 2000 menggunakan konsep sistem politik modern
maka proses penarikan informan dilakukan dengan yang digabungkan dengan kultur tradisional. Konsep
menggunakan teknik snowball dan berakhir hingga pada
404
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pemerintahan Nagari seperti yang diatur dalam perda No. bekerjanya lembaga-lembaga tersebut secara maksimal.
9 Tahun 2000 menganut prinsip trias politica dalam Membuat desentralisasi dan demokrasi bekerja lebih baik
politik modern. Konsep dalam perda ini sendiri tidak cukup hanya disandarkan pada kebijakan yang
mengakomodir sistem politik modern yang digabung demokratis (akuntabel, responsif dan partisipatif),
dengan kultur Minangkabau. Adanya struktur komitmen elite lokal, atau capacity building bagi
pemerintahan Nagari yang terdiri dari lembaga legislatif pemerintah daerah, melainkan juga harus digerakkan oleh
(BPAN), Lembaga eksekutif (Wali Nagari) dan yudikatif modal sosial dalam sektor masyarakat sipil. Mungkin
dalam batasan tertentu (KAN), yang disandingkan dengan perspektif yang dikembangkan oleh Robert Puttnam
kultur minangkabau dengan pengakomodiran (1993) tentang social capital menjadi salah satu
kepemimpian Tali Tigo Sapilin, Tungku Tigo Sajarangan pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji apakah
sebagai orang-orang yang mengisi lembaga-lembaga sistem pemerintahan Nagari di Sumatera Barat mampu
tersebut. Selain lembaga-lembaga ini masih menciptakan demokrasi secara substantif.
dimungkinkan membentuk organisasi sosial lainnya
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga Demokrasi Komunitarian dan Proses Deliberasi
keputusan untuk menjadikan Nagari menjadi Berbasiskan Kultur
pemerintahan terendah ini menimbulkan harapan yang
Demokrasi adalah cara atau seni “pergaulan hidup” untuk
sangat besar dari semua lapisan masyarakat Minangkabau
mencapai kebaikan bersama. Banyak orang memahami
untuk menciptakan sistem pemerintahan Nagari yang
bahwa prinsip dasar demokrasi adalah kebebasan
berakar pada kultur mereka yang sajak lama dianggap
individu. Tetapi idelanya prinsip dasar demokrasi adalah
demokratis. Image demokrasi model Nagari
mendengarkan dan menghargai orang lain. Jika
Minangkabau lama yang memang diakui sebagai model
demokrasi dimaknai sebagai pemerintahan rakyat, maka
yang ideal baik oleh masyarakatnya sendiri maupun pihak
pemerintah harus banyak mendengarkan suara rakyat
luar.
dalam mengambil keputusan dan bertindak. Sebagai seni
pergaulan hidup demokrasi bisa diwujudkan dalam level
Tengku Rika dkk (2011) menyimpulkan bahwa didalam
prosedural dan kultural (Eko, 2003b). Demokrasi
Nagari, perangkat Nagari dan masyarakat serta lembaga
prosedural antara lain terkait dengan mekanisme
Nagari bisa membuat sebuah komitmen bersama dengan
pembuatan keputusan, penentuan pemimpin, dan
mengadopsi nilai-nilai budaya lokal dalam membangun
artikulasi kepentingan masyarakat. Demokrasi pada level
Nagari dengan prinsip integritas. Praktek nilai-nilai
kultural terkait dengan budaya atau tatakrama (fatsoen)
bekerja pada level masyarakat awam dan dijadikan
pergaulan hidup sehari-hari dalam arena masyarakat sipil.
patokan perilaku bagi semua aktor-aktor dalam lembaga-
Ini tercermin dalam kultur yang toleran, terbuka,
lembaga yang ada di Nagari seperti Wali Nagari dan
egalitarian, bertanggungjawab, mutual trust, kepedulian
perangkatnya sebagai eksekutif, Badan Musyawarah
warga, kompetensi politik, dan seterusnya.
Nagari sebagai unsur legislatif dan Kerapatan Adat
Nagari sebagai unsur yudikatif. Dalam prakteknya nilai-
Pemikiran dan penerapan demokrasi prosedural sangat
nilai budaya lokal dalam lembaga adat dan lembaga
beragam karena dipengaruhi oleh dua tradisi pemikiran:
Nagari yang bersifat formal ternyata bisa menjembatani
demokrasi liberal dan demokrasi komunitarian. Menurut
kepentingan yang berbeda antara penghulu yang bergelar
tradisi liberal, demokrasi prosedural diukur dengan
rajo dengan wali Nagari sebagai institusi pemerintahan
bekerjanya tiga nilai penting: kontestasi (kompetisi),
formal. Di Nagari ini masyarakat diberikan ruang publik
liberalisasi dan partisipasi. Ketiga elemen ini berbasis
yang sangat bebas dan menyalurkan aspirasi dan
pada individualisme dan semangat kebebasan individu.
pendapatnya, ruang publik itu dikelompokan jadi dua
yaitu ruang publik untuk mengurus segala bentuk masalah Demokrasi komunitarian lahir sebagai kritik atas
adat dan budaya, sako dan pusako terletak di lembaga demokrasi liberal, karena demokrasi liberal ini dinilai
Adat (KAN) dan ruang publik untuk masalah formal serta menjadi hegemoni universal yang melakukan
adminsitrasi pemerintahan terletak di pemerintahan penyeragaman praktek demokrasi prosedural di seluruh
Nagari. dunia. Orang di manapun akan mengatakan bahwa
demokrasi adalah kebebasan individu, pemilihan secara
Artinya masyarakat Sumatera Barat sendiri sudah bebas, dan partisipasi. Jarang sekali orang yang
dianggap memliki social capital yang cukup kuat untuk berargumen bahwa demokrasi adalah metode untuk
mendukung penciptaan demokrasi tersebut. Penciptaan mencapai kebersamaan secara kolektif. Tradisi
struktur demokratis itu menjadi tidak cukup ketika tidak komunitarian, yang peka terhadap masalah ini, memaknai
didukung oleh kekuatan kultural yang memungkinkan demokrasi secara partikularistik dengan memperhatikan
405
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
keragaman budaya, struktur sosial, sistem ekonomi dan pengaktifan peran kelompok-kelompok sosial, forum
sejarah setiap negara. Dua penganut demokrasi warga, serta jaringan antarkelompok, yang bukan saja
komunitarian, Barber (1983) dan Walzer (1984), untuk keperluan self-help kelompok, tetapi juga sebagai
menyatakan bahwa individualisme liberal cenderung wahana awareness warga, civic engagement dan
merusak kewarganegaraan dan menafikkan civic virtue. partisipasi dalam urusan pemerintahan di tingkat
Artinya, semangat individualisme liberal itu tidak mampu komunitas (Eko,2003c). Elemen-elemen komunitarian
memberikan landasan yang kokoh bagi kebebasan dan yang dinamis inilah yang memungkinkan
kesetaraan warga dalam bingkai demokrasi komunitas penyelenggaraan pemerintahan (governance) dan
(Eko,2003b). Penganut komunitarian yakin bahwa rakyat pembuatan keputusan berbasis komunitas (bukan
selalu berada dalam ikatan komunal ketimbang segelintir elite) secara partisipatif serta memungkinkan
individualistik. penggalian potensi dan kreativitas individu dalam ikatan
kolektif.
Tabel 1
Dua tradisi demokrasi
Model demokrasi deliberatif merupakan bentuk ekstrem
Item Liberal Komunitarian demokrasi prosedural yang dijiwai oleh tradisi
1. Sumber Tradisi liberal ala Komunitarian ala komunitarian. Demokrasi deliberatif berbeda dengan
Barat masyarakat lokal demokrasi perwakilan dan demokrasi langsung dalam hal
penentuan pemimpin dan mekanisme pembuatan
2. Basis Individualisme Kolektivisme
keputusan. Menurut penganjur demokrasi deliberatif,
3. Semangat Kebebasan Kebersamaan secara mekanisme penentuan pemimpin dan pembuatan
individu kolektif
4. Wadah Lembaga Komunitas,
keputusan dilakukan dengan cara partisipasi warga secara
perwakilan, commune, rapat langsung, bukan melalui voting atau perwakilan,
partai politik dan desa, rembug desa, melainkan melalui dialog, musyawarah dan pengambilan
pemilihan umum forum warga, kesepakatan. Menurut Dryzek, untuk menyelesaikan
asosiasi sosial,
paguyuban, dll
permasalahan publik, kualitas pembuatan keputusan
5. Metode Voting secara Musyawarah harus diletakkan dalam inti perdebatan dengan
kompetitif diperkuatnya rasionalitas yang diskursif atau
6. Model Demokrasi Demokrasi komunikatif, sehingga kita dapat mencari solusi kolektif
perwakilan deliberatif dari permasalahan kolektif yang kita hadapi dalam
Sumber: diadopsi dari Eko, 2003b, Revitalisasi kehidupan modern (Held, 2007: 277-278). Demokrasi
Demokrasi komunitarian. delibaratif menempatkan deliberasi publik atas warga
negara yang bebas dan setara sebagai inti legitimasi
Gagasan demokrasi komunitarian sangat relevan pembuatan keputusan politik dan pemerintahan sendiri.
diterapkan pada level komunitas yang kecil seperti Nagari Dalam model demokrasi ini keputusan politik yang
karena kegagalan demokrasi prosedural-liberal mewadahi memenuhi standar adalah yang dapat dipertahankan
partisipasi publik. Demokrasi liberal secara konvensional dalam debat publik yang diikuti oleh semua pihak yang
mereduksi praktek demokrasi hanya dalam kerangka berkepentingan yang setara (Held, 2007: 281).
pemilihan pemimpin dan lembaga perwakilan, yang
diyakini sebagai wadah partisipasi publik. Format Model demokrasi deliberatif ini menuntut pemahaman
demokrasi perwakilan yang didesain itu dilembagakan nilai-nilai kolektif yang dihargai dan dilaksanakan dalam
secara formal melalui peraturan, yang mau tidak mau proses pengambilan keputusan politik. Saling menghargai
menimbulkan apa yang disebut oleh Robert Michel sesama anggota kelompok, kultur yang toleran, terbuka,
sebagai oligarki elite. Segelintir elite yang mengendalikan egalitarian, bertanggungjawab, mutual trust dan
pemerintahan dan pembuatan keputusan itu umumnya kesetaraan menjadi hal yang penting dalam debat publik
bersikap konservatif dan punya kepentingan sendiri yang dalam pengambilan keputusan. Kehadiran masyarakat
tercerabut dari konstituennya, tetapi mereka selalu dalam wilayah publik yang terbuka merupakan bagian
mengklaim mewakili rakyat banyak. dari perluasan arena masyarakat dengan cara ikut
berpartisipasi di dalam pembentukan kebijakan sebagai
Karena itu, demokrasi komunitarian sebagai pilar self- upaya penguatan basis lokal. Penguatan basis lokal
governing community, dapat mempromosikan partisipasi tersebut diharapkan bisa mengubah taraf kehidupan yang
publik dalam urusan publik, pemerintahan dan lebih baik dan lebih bermartabat. Oleh sebab itu,
pembangunan di level komunitas. Melampaui batasan- bagaimana menggunakan pintu pemberian otonomi
batasan formal, demokrasi komunitarian daerah ini menjadi titik masuk bagi demokratisasi dan
merekomendasikan pentingnya perluasan ruang publik, partisipasi masyarakat. Secara historis-sosiologis, Nagari
406
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
mempunyai tradisi demokrasi komunitarian yang prinsip one man one vote. Jika dikaji dari sisi tujuan
berlandaskan pada suku/kaum. desentralisasi yang diyakini membangun pemerintahan
yang efektif, mengembangkan pemerintahan yang
demokratis berbasis pada masyarakat, jelas kenyataan
Praktek Pemilihan Langsung dan Hilangnya penyeragaman model pemilihan Wali Jorong langsung ini
Karakter Demokrasi Komunal Masyarakat
menjadi sangat kontradiktif dengan semangat tersebut.
Masyarakat Nagari di Sumatara Barat dikenal sebagai
masyarakat yang memiliki khazanah budaya yang Penyeragaman model pemilihan pemimpin politik Nagari
ekuivalen dengan nilai-nilai demokrasi yang bertumpu (Wali Nagari/Wali Jorong) secara langsung, sangat
pada komunal. Dalam literatur-literatur seperti ditulis berbeda dengan karakter budaya yang tumbuh dalam
Franz & Benda-Beckmann (2000), Dobbin (1983), masyarakat Nagari selama ini. Misalnya kasus yang
Tsuyoshi Kato (1989), Audrey Kahin (2005), masyarakat terjadi pada Pemilihan Wali Jorong Padang Kunyik
Nagari selalu digambarkan sebagai masyarakat yang Nagari Kamang Mudik, kabupaten Agam pada tahun
egaliter dengan model demokrasi yang menempatkan 2015. Pemilihan yang dilakukan pada bulan September
kesepakatan kolektif komunal sebagai suatu proses 2015 memunculkan konflik setelah panitia pemilihan
penentuan keputusan. Masyarakat tidak mengenal suara menetapkan Wali Jorong terpilih. Beberapa kelompok
individu sebagai penentu keputusan politik, individu warga menolak Wali Jorong terpilih dengan alasan bahwa
selalu didefensikan sebagai bahagian dari komunal. Wali Jorong terpilih tidak memenuhi syarat umur seperti
Representasi seseorang didasari oleh representasi yang ditentukan oleh Perda kabupaten Agam No. 12 tahun
komunal, bukan representasi individual. Model seperti 2007 tentang Pemerintahan Nagari. Wali Jorong terpilih
ini, akan mengikat hubungan yang timbal balik antara telah berusia 64 tahun, sedangkan pada pasal 39 Perda
pemimpin dengan masyarakatnya. Kabupaten Agam No 12 tahun 2007 menyebutkan syarat
menjadi Wali Jorong berusia paling rendah 20 (dua
Pemilihan Wali Nagari/ Wali Jorong adalah bentuk puluh) tahun dan paling tinggi 60 (enam puluh) tahun.
kongkrit pengalaman berdemokrasi masyarakat Nagari. Beberapa kelompok masyarakat ini melakukan protes
Pemilihan Wali Nagari/ Wali Jorong langsung dianggap kepada panitia pemilihan dan mengajukan pengaduan
sebagai arena demokrasi dan sekaligus sebagai arena kepada wali Nagari secara resmi.
pergolakan politik paling seru di Nagari, karena
melibatkan kompetisi aktor-aktor politik dan mobilisasi
Konflik muncul dalam masyarakat justru setelah proses
massa besar-besaran. Dalam Pemilihan Wali Nagari/Wali
pemilihan berlangsung, namun mereka tidak memprotes
Jorong langsung terjadi kompetisi yang bebas, partisipasi
ketika proses pencalonan dilakukan. Jika diamati lebih
masyarakat, pemilihan secara langsung dengan prinsip
dalam protes ini muncul sebenarnya dari rasa
one man one vote. Kemenangan seorang kandidat Wali
ketidakpuasan beberapa kelompok masyarakat yang tidak
Nagari/ Wali Jorong atau kompetitor sangat ditentukan
senang dengan Wali Jorong terpilih. Persyarakatan umur
oleh dukungan suara individu dalam proses pemilihan,
menjadai alat yang palinng jitu sebagai alasan protes.
tetapi dukungan itu tidak bisa lepas dari basis komunal,
Selama masa protes terjadi, mucul berbagai desas-desus
baik yang terkait dengan kekerabatan (keluarga), teman
yang saling menyudutkan diantara para pendukung, baik
dan tetangga. Kekerabatan (trah) semakin tampak dan
pendukung dari Wali Jorong terpilih maupun dari
solid bila salah satu anggotanya tampil menjadi calon
kelompok pendukung calon yang tidak terpilih. Tak
Wali Nagari/Wali Jorong. Tetapi kohesivitas
jarang dalam pergaulan mereka sampai perang mulut
ketetanggaan atau pertemanan bisa pecah karena proses
meskipun mereka bertetangga dan satu suku. Kelompok
pilwana.
masyarakat yang menolak hasil pemilihan Wali Jorong
langsung, melakukan rapat terbatas dan mengajukan
Risiko sosial dan politik yang muncul tidak berdiri gugatan ke wali Nagari. Mereka meminta pembatalan
sendiri, tetapi memiliki keterkaitan dengan proses politik terhadap Wali Jorong yang terpilih dan meminta
dan kondisi sosial yang ada pada masyakat tersebut. pelantikan terhadap pemenang nomor dua yang
Masyarakat Nagari yang melandaskan kehidupan pada memenuhi syarat dilihat dari sisi usia.
kekuatan hubungan komunal, “dipaksa” untuk memahami
dan mempraktekkan model demokrasi yang tidak berakar Perseteruan atau konflik akibat pemilihan Wali Jorong
pada kultur politik setempat. Masyarakat Nagari dipaksa ini, memiliki efek lanjutan yang cukup buruk. Konflik ini
untuk memahami mekanisme politik dalam pemilihan bahkan merembet hingga ke program PKK yang
pemimpin sesuai dengan konsep demokrasi dengan sebelumnya berjalan baik. Kelompok PKK yang
407
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
sebelumnya solid dan bahkan memenangkan perlombaan ditonjolkan menciptakan masyarakat yang rentan
tingkat Kecamatan, pecah karena adanya pertentangan permusuhan. Masyarakat kehilangan rasa kepercayaan,
antar pengurus yang berawal dari berseberangan toleran dan keterbukaan meskipun telah jelas hasil proses
dukungan dalam pemilihan Wali Jorong. Pemilihan ini pemilihan. Pemilihan Wali Jorongv boleh saja berlalu,
membawa dampak permusuhan dalam masyarakat serta tetapi permusuhan antar pendukung atau masyarakat
menyebabkan hilangnya solidaritas ketetanggaan maupun menjadi pengalaman buruk bagi proses sosial kehidupan
komunal. mereka. Kehilangan proses deliberasi dalam penentuan
keputusan pemilihan pemimpin membuat masyarakat
Jika dilihat pengalaman sebelumnya dalam masyarakat kehilangan nilai-nilai kebersamaan dalam komunal.
Jorong padang Kunyik, praktek pemilihan Wali Jorong
biasanya menggunakan sistem musyawarah masyarakat
KESIMPULAN
yang berangkat dari kesepakatan kolektif komunal.
Semenjak diterapkannya pemerintahan Nagari pada
Praktek demokrasi liberal yang diterapkan dalam
tahun 2000 model pemilihan musyawarah dengan basis
pemilihan pemimpin politik dalam masyarakat komunal,
kesepakatan komunal berjalan baik. Empat periode
ternyata dapat menciptakan permusuhan dalam
pergantian Wali Jorong tidak pernah terjadi konflik
masyarakat. Masyarakat justru kehilangan makna
maupun penolakan oleh masyarakat terhadap Wali Jorong
demokrasi itu sendiri, ketika model yang demokrasi yang
terpilih. Padahal jika dilihat dalam proses pemilihan tidak
dipaksakan tidak sesuai dengan kulur demokrasi yang
melibatkan semua anggota masyarakat jorong satu
mereka miliki. Dengan menemukan kembali ide, gagasan
persatu. Proses musyawarah dilakukan dengan prinsip
demokrasi dari kultur sendiri, dapat dijadikan landasan
kebersamaan dengan representasi/ perwakilan dari kaum
untuk melakukan perubahan dan pembenahan bagi proses
atau suku, dengan proses musyawarah terbuka dan dapat
demokrasitisasi yang sedang berlangsung di Nagari saat
disaksikan oleh siapa saja anggota masyarakat yang
ini.
bersedia hadir. Dalam proses musyawarah ini berbagai
diskusi dan pertentangan mamang kadang kala muncul,
tetapi tidak pernah menjadi konflik ketika kesepakatan Pembangunan demokrasi di Nagari juga harus didasarkan
dan keputusan diambil untuk menetapkan Wali Jorong. kepada model budaya yang sudah tumbuh dalam Nagari.
Disinalah tepat rasanya apa yang dikatakan Dryzek, untuk Tidak semua masyarakat Nagari dapat dipaksa untuk
menyelesaikan permasalahan publik, kualitas pembuatan demokratis seperti yang selalu di imajinasikan demokrasi
keputusan harus diletakkan dalam inti perdebatan dengan dari atas. Tetapi yang paling penting adalah
diperkuatnya rasionalitas yang diskursif atau pemberdayaan nilai-nilai demokrasi komunal yang
komunikatif, sehingga kita dapat mencari solusi kolektif dianggap unggul inilah yang seharusnya dieksplorasi
dari permasalahan kolektif yang kita hadapi dalam untuk menjembatani perubahan yang ada. Apalagi kultur
kehidupan modern. Saling menghargai sesama anggota demokrasi Minangkabau sendiri sudah memperlihatkan
kelompok, kultur yang toleran, terbuka, egalitarian, keterbukaan pada perbedaan dan masyarakat yang
bertanggungjawab, mutual trust dan kesetaraan menjadi mampu mendialektikakan perbedaan menjadi persamaan
hal yang penting dalam debat publik dalam pengambilan yang dihargai bersama.
keputusan. Sehingga keputusan musyawarah inilah yang
menentukan siapa yang menjadi Wali Jorong. Meskipun
tidak hadir dalam musyawarah, namun setiap anggota DAFTAR PUSTAKA
masyarakat dapat menerima keputusan musyawarah
pemilihan Wali Jorong tersebut. Masyarakat sangat Baswedan, Anies Rasyid. 2007. “Regional Autonomy and
memahami bahwa musyawarah yang dilakukan oleh Patterns of Democracy in Indonesia”. PhD theses,
representasi komunal sudah mampu mengakomodir Department of Political Science, Northern Illinois
keinginan mereka dan keputusan tersebut diterima University.
sebagai keputusan milik bersama. Dalam proses seperti Eko, Sutoro, 2003a. Dinamika Desentralisasi dan
inilah demokrasi deliberatif ini menuntut pemahaman Demokrasi Lokal, Makalah Disajikan dalam
nilai-nilai kolektif yang dihargai dan dilaksanakan dalam Lokakarya “Wawasan Pembangunan Nasional”
proses pengambilan keputusan politik. yang diselenggarakan oleh Yayasan Bina
Masyarakat Mandiri (YBM2), 17-19 September
Berbeda dengan pengalaman ketika pemilihan langsung - Bogor.
_______, 2003b, Revitalisasi Demokrasi Komunitarian,
model demokrasi liberal- diterapkan dalam pemilihan
Makalah, IRE,
Wali Jorong, keterlibatan individual yang sangat
408
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
409
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Iwan Nurhadi
Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya
iwan.nurhadi@ub.ac.id
Abstrak PENDAHULUAN
Penggunaan idiom Jawa dalam kontestasi politik Redupnya penggunaan bahasa lokal atau boso Jowo
elektoral lokal adalah fenomena yang menguat seiring dalam komunikasi politik di Indonesia dapat dilacak ke
dengan pemilihan kepala daerah secara langsung. belakang dalam karya-karya Benedict R.O’G Anderson,
Seturut dengan pencitraan kontestan politik yang Profesor Politik dan Ilmu Pemerintahan di Universitas
diproduksi dan direproduksi oleh para elit politik, idiom Cornell Amerika. Melalui risetnya tentang Bahasa dan
lokal mendapatkan momentum sebagai salah satu Kekuasan Politik di Indonesia, Ben Anderson (1990)
strategi politik untuk pemenangan pemilihan. Penelitian menganalisis bahwa redupnya penggunaan bahasa Jawa
ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk dalam politik kekuasaan Indonesia terjadi pada
idiom Jawa yang digunakan oleh elit politik lokal dalam masa “investasi kolonial” dan penggunaan Bahasa
kontestasi politik lokal, menjelaskan konteks Indonesia (Melayu) untuk memperluas perjuangan
sosiolkultural penggunaan idiom jawa dalam Indonesia merdeka.
kontekstasi politik elektoral lokal dan menganalisis
aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam penggunaan Secara politik-kultural, penggunaan bahasa dalam
idiom Jawa oleh elit politik lokal. Kerangka konseptual berpolitik mencerminkan perilaku bertutur dan citra
dalam penelitian ini terutama dibangun di atas kebahasaan elit politik dan sekaligus membentuk apa
karya-karya Anderson tentang bahasa dan kekuasaan yang disebut sebagai dengan “keberkuasaan
masyarakat Jawa yang penuh dengan idiom, berbahasa”. Keberkuasaan berbahasa ditunjukkan
simbol-simbol serta rasa bahasa yang kompleks. melalui pemilihan gramatika dan menunjukkan sumbu
Pendekatan kualitatatif dengan desain studi kasus berbahasa dalam komunikasi politik (Ibrahim, 2005).
tunggal intrinsik digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan dan penggunaan bahasa tersebut membentuk
Informan dipilih secara purposif dengan kategori imaji realitas politik. Misalnya, Presiden Sukarno
informan meliputi kontestan politik pada pemilihan dianggap sebagai pemimpin yang sangat senang
kepala desa di lokasi penelitian dan kontestan politik menggunakan idiom atau kutipan dengan menggunakan
pada pemilihan Bupati Kabupaten Malang. Perjodohan bahasa Belanda dalam berpidato, seperti “oleh karena
pola digunakan sebagai analisis dalam penelitian ini itu, maka semua bangsa Indonesia terutama haruslah
untuk menjelaskan idiom, simbol dan perilaku strategi ditujukan ke arah kemerdekaan nasional itu. Dengan
komunikasi politik kontestan politik pada pemilih bahasa Belanda: de nationale vrijhed als zeer
Bupati Malang dan Kepala Desa di lokasi penelitian. belangrijke voorwaarde tot de national reconstructie!”
Hasil penelitian menunjukkan perilaku politik sangat Presiden Soeharto seringkali menggunakan idiom Jawa
ditentukan oleh tutur kata atau bahasa yang dipilihnya. dalam beberapa pidatonya misalnya “Aja kagetan, aja
Perilaku politik antar elit menggunakan bahasa yang gumunan, aja dumeh”. Jika merujuk pada contoh di
berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh kawula alit atas, nampaknya ada tesis yang dapat ditarik sebagai
(orang biasa). Perilaku semacam ini sering diistilahkan gambaran dunia politik kita dibentuk oleh suatu
sebagai perilaku atau tindakan yang terbungkus dengan sistem bahasa yang politis. Sistem bahasa politik
bahasa Jawa melalui kembang, lambang, dan tersebut salah satunya tercermin melalui penggunaan
sinarmuning serta lelaku serta seperangkat pengetahuan “idiom” atau “perumpamaan” dalam berkomunikasi.
simbolis lain sehingga strategi komunikasi politik Penggunaannya bisa dilakukan untuk menyampaikan
berbeda antar elit. pesan kepada audiens, mempersuasi khlayak dan
menyerang lawan politik. Pada skala politik-lokal,
Kata Kunci: idiom Jawa, perilaku elit politik, penggunaan idiom bahasa lokal hampir selalu
kekuasaan, kontestasi politik elektoral, simbol. bermunculan setahun atau dua tahun menjelang
kampanye dimulai. Dapat dikatakan idiom bahasa lokal
410
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
mencerminkan penggunaannya sebagai isyarat tahun 1950an yaitu karya antropolog Clifford Geertz
pencurian waktu kampanye politik. Ini bisa dijumpai The Religion of Java yang diterjemahkan ke dalam
pada berbagai media kampanye yang dijumpai di bahasa Indonesia menjadi Santri, Priyayi, Abangan
sepanjang jalan protokol suatu kota. Misalnya idiom dalam Masyarakat Jawa (Geertz, 1989). Karya kedua
holopis kuntul baris dari salah seorang elit politik yang patut dirujuk adalah tulisan dari hasil disertasi
nasional di Jawa Timur. Ungkapan tersebut bermakna Afan Gaffar tentang Javanese Voters yang mengambil
agar bangsa Indonesia bergotong royong untuk studi di masyarakat pedalaman Jawa (Gaffar, 1992).
membangun. Penggunaan idiom Jawa pada tingkatan Secara kontemporer, perilaku pemilih pada era otonomi
lokal menjadi menarik untuk diteliti karena ia daerah yang dikenal dengan pemilihan kepala daerah
mencerminkan bagaimana elit politik lokal langsung (Pilkada) dapat dijelaskan melalui tulisan
mencerminkan dirinya sebagai “pusat bahasa” tentang Kuasa Rakyat dari Mujani et al. (2011).
politik. Melalui penggunaan idiom maka pencitraan Ketiganya memberikan sumbangan pemikiran tentang
politik seorang kontestan politik dibentuk dan mulai tranformasi pemilih orang Jawa dalam perkembangan
dikomunikasikan kepada para calon pemilihnya. sistem demokrasi di Indonesia dan secara spesifik di
Dengan kata lain, elit lokal menggunakan idiom Jawa Pulau Jawa. Studi Geertz di Kota Mojokuto (suatu
sebagai salah satu mainstream komunikasi politik lokal. kota yang belakangan diduga terletak di Pare,
Kabupaten Kediri – Jawa Timur) pada tahun
Pada masyarakat Jawa, penggunaan idiom dalam 1950-1953an, secara spesifik tidak melihat tentang
berkomunikasi masih sering digunakan oleh mereka perilaku politik pemilih Jawa. Namun, pada salah satu
yang ada dalam wilayah pedesaan. Penggunaan idiom Bab dalam buku tersebut, studi ini telah berperan
Jawa cenderung dipahami sebagai hal yang simbolik penting menjadi pembuka pada kajian tentang
dan memililki definisi yang dalam. Melalui idiom khas karakteristik pemilih orang Jawa. Dengan meletakkan
Jawa tersebut, biasanya kontestan pemilih analisis pada studi aliran, Geertz memfokuskan pada
memanfaatkannya untuk membangun relasi dengan orientasi religius individu sebagai dasar penentuan
para pemilihnya. Idiom Jawa adalah salah satu bentuk perilaku pemilih. Memang bahwa dalam karyanya ini
pengungkapan makna secara tradisional oleh Geertz tidak membahas tentang karakter pemilih orang
masyarakat Jawa yang diperuntukkan untuk Jawa. Tetapi, studi ini telah memberikan aspek-aspek
mendefinisikan suatu keadaan atau kenyataan. Idiom detail bagaimana beragam aspek muncul dalam satu
Jawa mengandung makna semantik dan kultural bagi konsep sistem sosial yang utuh.
para penggunanya. Khusus untuk memilih seorang
pemimpin atau bagaimana menjadi pemimpin sangat Secara eksplisit, studi tentang Mojokuto tidak
jelas dijabarkan dalam idiom Jawa. Misalnya membicarakan mengenai perilaku pemilik dalam sistem
pada prinsip yang ditanamkan oleh Ki Hajar politik di Jawa pada saat itu. Namun, perlu melihat
Dewantara tentang perilaku pemimpin ing ngaro sing secara historis, bahwa masa kegiatan lapang (fieldwork)
tuludo, ing madyo mangun karso, tut wuri yang dilakukan oleh Geertz bertepatan dengan masa
handayani, penggunaan idiom tersebut menunjukan pemilihan umum pertama di Indonesia pada tahuan
pada makna dibalik simbolisasi tentang keperibadian 1951. Jika melihat pada konteks historitas pemilu
seorang pemimpin. tersebut, perlu dipahami bahwa pemilu pertama
tersebut, Indonesia dianggap sebagai salah satu negara
Pada idiom Jawa, tersirat nilai-nilai lokal yang memiliki yang memiliki konstitusi paling maju di dunia. Dimana
daya sugesti yang tinggi dan dianggap mampu konstitusi tersebut menjamin kebebasan dan kaya akan
menggerakkan bagi orang yang memahaminya (orang budaya politik yang beragam. Pemilihan Mojokuto
Jawa). Pada masyarakat Jawa, penggunaan idiom menurut Geertz, karena ia melihat Mojokuto sebagai
kadangkala menunjukkan sikap kehati-hatian seorang suatu sistem sosial dengan kebudayaan akulturatif.
pemimpin dalam bertindak. Idiom ini sangat identik Stuktur sosial seperti Abangan (berpusat di pedesaan),
dengan tindak-tutur seorang pemimpin. Pada Santri (berpusat di tempat perdagangan dan pasar) dan
karakteristik tertentu, penggunaan idiom Jawa dapat Priyayi (berpusat di kantor pemerintahan atau kota)
dianggap sebagai citra penggunanya. Penggunaan mencerminkan bahwa sub-sub kebudayaan Jawa
idiom juga penting diperhatikan karena ia selalu tersebut masing-masing merupakan struktur yang
memilih diksi yang tepat tentang prinsip yang berlainan. Berdasarkan atas tulisan tersebut Geerrz
dikemasnya dalam komunikasi politik. cenderung pada kesimpulan bahwa orientasi kaum
Santri yang memiliki keyakinan Islam lebih baik
Untuk memulai studi mengenai perilaku pemilih dan dibandingkan dengan kaum Abangan akan cenderung
hubungannya dengan budaya Jawa, maka tulisan ini memilih calon-calon atau partai-partai yang berazaskan
kembali merujuk pada tulisan penting yang lahir pada atau memiliki ideologi Islam. Bagi kelompok Abangan,
411
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pola keterwakilan atau pemilihan mereka akan politik. Model psikologis memperkenalkan tentang
teridentifikasi pada partai-partai yang non-Islam. konsep budaya demokrasi dan ini melihat pemilih
melakukan hak pilih atas dasar ketertarikan politik. Jadi
Afan Gaffar untuk projek disertasinya tentang pemilih pada konteks ini pemilih ikut melakukan pemilihan
Jawa di pedalaman Jawa (Jawa Timur dan Jawa karena pemilih ingin berpatisipasi mewujudkan
Tengah) berangkat dari pemikiran Clifford Geertz ini. keadaan yang lebih baik. Ini juga bisa dilihat dari
Berdasarkan risetnya tersebut, Gaffar (1992) melihat informasi politik, ketertarikan politik, identitas partai.
bahwa perilaku memilih orang Jawa ditentukan oleh Pada skala yang lebih mikro, sejalan dengan penelitian
empat faktor utama. Pertama, keyakinan religius. Fatanti (2013) perilaku memilih juga dapat
Keyakinan religius merupakan variabel penting dalam ditentukan melalui tokoh yang diajukan dan
mempengaruhi pilihan seseorang terhadap partai bagaimana tokoh tersebut dikemas dalam komunikasi
politik. Faktor ini mendapatkan pengaruh yang kuat dari pemasaran politiknya. Maka dengan demikian,
studi yang dilakukan oleh Geertz tentang variasi aliran faktor-faktor sosiologis tidak bisa langsung
dalam menentukan preferensi politik orang Jawa. mempengaruhi keputusan untuk memilih. Tetapi
Faktor kedua, Identifikasi partai politik. Pada konteks melalui persepsi dan sikap terhadap partai politik dan
ini pemilih Jawa berorientasi pada sisi elit politiknya hal tersebut dapat dipengaruhi. Maka
psikologis-ideologis individu yaitu seberapa dekat yang muncul kemudian bukan faktor sosiologis secara
individu terhadap partai politik atau elit politik dari obyektif, melainkan faktor sosiologis yang
partai tersebut. Kedekatan ini dapat terbentuk atau dipersepsikan. Berangkat dari faktor sosiologis yang
bahkan dibentuk melalui sosialisasi politik. Perilaku ini dipersepsikan tersebut, karakter pemilih telah banyak
dapat menjelaskan bagaimana seorang yang diuraikan, tetapi elit politik dalam wacana demokrasi
berorganisasi ke Nahdalatul Ulama (NU) memiliki politik lokal menjadi sedikit diungkapkan.
kecenderungan psikologis memilih Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) atau partai Islam, begitu juga sebaliknya Dengan memfokuskan pada budaya lokal, melalui
dengan individu yang nasionalis akan memiliki sisi idiom Jawa, maka konteks penelitian diarahkan untuk
psikologis memilih partai yang berazaskan mengeksplorasi sampai sejauh mana penggunaannya
nasionalisme. Faktor ketiga, pola kepemimpinan. dalam strategi komunikasi politik pada skala
Berdasarkan atas perilaku pemilih di Jogjakarta, Gaffar meso-politik. Pembahasan mengenai idiom Jawa
(1992) perilaku pemilih Jawa ditentukan oleh pemilin sebagai pesan politik dalam kajian antropologis, ilmu
non-formal seperti kyai, ustadz, guru, dukun dan politik dan komunikasi politik adalah tema yang luas,
sebagainya. Ini juga bisa dilacak dalam tulisan Geertz, sehingga perlu suatu pembatasan. Pemilihan skala
dimana dijelaskan bahwa kaum santri dalam memilih politik pada level meso dan mikro dipilih untuk
banyak dilakukan atas dasar petunjuk pada kyai atau membatasi sekaligus melihat penggunaan idiom ini
guru agama mereka. Sedangkan bagi kelompok bekerja dalam proses pemilihan. Mengambil suatu
Abangan, para guru dan dukun dianggap sebagai penelitian pada level meso yang diwakili pada
preferensi dalam memiilih karena kepercayaan akan pemilihan bupati dan level mikro yang ditunjukkan
kekuatan supernatural yang mereka miliki. Sedangkan pada pemilihan kepala desa memberikan peluang untuk
faktor terakhir yang diidentifikasi oleh Gaffar adalah melihat kajian ini secara lebih mendalam dalam kultur
kelas dan status sosial seseorang. Gejala perilaku budaya orang Jawa.
pemilih yang bisa diamati adalah pada kelompok
kelas atas. Perilaku memilih akan cenderung untuk METODE
memilih orang atau kelompok yang bisa Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
mempertahankan status quo. Sedangkan pada pemilih desain studi kasus. Pada dasarnya, penelitian dengan
kelas bawah akan cenderung pada partai oposisi. jenis studi kasus bertujuan untuk mengetahui tentang
sesuatu hal secara mendalam. Maka, dalam penelitian
Pada konteks kekinian, tulisan Saiful Mujani et al. ini, peneliti akan menggunakan metode studi kasus.
(2011) mengkritik kedua pendekatan di atas yang Pemilihan metode ini didasari pada tujuan eksploratif
cenderung mengedepankan model sosiologis. Mujani permasalahan penelitian bahwa penggunaan idiom Jawa
dan kawan-kawan, menawarkan suatu pendekatan yang erat hubungannya dengan konteks sosiokultural antara
berorientasi ekonomi-politik dan psikologis dalam aktor politik dengan pemilihnya.
melihat perubahan politik yang sangat cepat di
Indonesia. Model ekonomi-politik bertumpu pada Penentuan informan menggunakan teknik purposif
rasionalitas pemilih sebagai dasar berpijak dan model dengan kategori didasarkan pada pilihan peneliti
psikologis bertumpu pada identitas partai dan kualitas tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada
tokoh personal dalam memahami dinamika perilaku
412
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
saat situasi tertentu dan saat ini terus-menerus ungkapan yang bernada sangat dalam. Ungkapan
sepanjang penelitian. Dalam penelitian ini, informan tersebut adalah pedoman yang mengatur dan
yang dipilih adalah kontestan pemilihan kepala desa. menjelaskan perilaku orang Jawa dalam keseharian.
Tentu saja, dalam praktik kesehariannya para elit
Lokasi penelitian ditetapkan di Desa Pandansari mengklaim bahwa ada dua hal secara prinsip yang
Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang karena dipegang yaitu falsafah atau pandangan hidup dan sikap
tergambarkan fenomena penggunaan idiom Jawa dalam hidup. Falsafah terkait dengan tuntunan hidup dan
kontestasi politik baik di tingkat mikro (desa) maupun berperilaku sehari-hari. Pada konteks demikian,
meso (bupati) tindakan orang Jawa senantiasa dihubungkan dengan
Tuhan (seringkali berhubungan dengan unsur
HASIL DAN PEMBAHASAN mistisnya). Oleh karena itu, simbol-simbol menjadi
Transformasi politik elit politik lokal telah mengalami penting dalam menentukan tindakan orang Jawa.
perubahan sejak diberlakukannya undang-undang Misalnya untuk menjadi pemimpin, konsep-konsep
tentang otonomi daerah di Indonesia (Fatanti, 2013; seperti Hasta Sila (delapan sikap dasar), Asta Brata
Mochtar, 2011). Ini dapat dilihat pada perubahan peran (delapan macam tindakan) dan Panca Kreti (lima
elit lokal sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat perbuatan) menjadi panutan bagi mereka-mereka yang
dan berkooptasi sebagai kepanjangan tangan ingin memilih pemimpin dan sekaligus ingin
masyarakat (Haryanto, 2009). Akibatnya dalam sistem menjadikan dirinya sebagai pemimpin. Konsep-konsep
demokrasi Indonesia, posisi elit politik lokal meningkat tersebut direfleksikan ke dalam sikap hidup orang Jawa
dan berpengaruh pada cara-cara elit politik lokal melalui simbol-simbol lain misalnya melalui tokoh
berhadapan dengan pemilih mereka secara langsung. pewayangan. Pada studinya tentang wayang di Jawa,
Untuk mempertahankan suara mereka dalam suatu Anderson (2009) melihat secara lebih luas bahwa
sistem pemilihan lokal, tidak jarang para elit lokal harus karakter seorang pemimpin dalam budaya Jawa sangat
mampu membangun pijakan baru yang berorientasi terwakili oleh tokoh-tokoh dalam pewayangan.
kepada para pemilihnya. Pijakan baru tersebut salah Misalnya karakteristik Yudhistira merupakan simbol
satunya adalah kemampuan dan strategi para elit dalam sebagai pemimpin yang bijaksana. Maka sifat-sifat yang
konteks politik elektoral. Pada kebudayaan Jawa, dimiliki oleh Yudhistira seperti sabar, tenang dan
perilaku elit lokal harus berkonsepsi manunggal dengan bijaksana merupakan sifat yang dikehendaki oleh orang
bawahannya. Melalui konsep manunggaling kawulo Jawa. Namun demikian, seorang pemimpin Jawa tidak
gusti atau jumbuhing kawulo gusti konsep itu dapat akan pernah menunjukkan sifat-sifat itu secara
diturunkan pada skala epistemologis dalam hubungan langsung. Sifat-sifat tersebut akan dimunculkan ke
patron-klien antara elit dan pemilihnya (Mulders, permukaan oleh masyarakatnya (Mulder, 2001) atau
2001). Perilaku politik kelompok elit Jawa telah lama dengan lain ia akan muncul sebagai bentuk karisma
dikenal dengan model simbolisme yang lentur. pemimpin (Anderson, 1990). Sehingga model
Petuah-petuah pemimpin tidak diuraikan melalui komunikasi politik elit lokal di Jawa menjadi
bahasa-bahasa yang lugas, sering berbelit-belit dan penting untuk didalami karena dalam bahasanya ia
bahkan penuh dengan bahasa metafora. Misalnya bisa selalu muncul dalam idiom-idiom dan kode yang
dilihat pada teks-teks tentang kepempimpinan yang beragam.
ditulis oleh R. Ng. Ronggowarsito. Idiom Jawa
semacam ini memang seringkali menimbulkan Tindak-tutur mereka telah dijelaskan di atas sangat
pemaknaan yang beragam. Pada kultur Jawa, perilaku terpolarisasi ke dalam domain simbol makna bahasa.
politik sangat ditentukan oleh tutur kata atau bahasa Simbolisme beperan sebagai media atau alat perantara
yang dipilihnya. Perilaku politik antar elit untuk menguraikan sesuatu tentang keadaan, kondisi,
menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa yang dan sikap orang Jawa (Herusatoto, 1984, hlm. 96).
digunakan oleh orang kebanyakan (Anderson, 1990). Simbolisme bahasa dapat diketahui sangat melekat
Perilaku semacam ini sering diistilahkan sebagai dalam struktur bahasa Jawa. Tingkatan bahasa ngoko,
perilaku atau tindakan bermedia (Herusatoto, 1984). kromo halus dan kromo inggil mencerminkan karakter
Perilaku yang demikian terbungkus dengan bahasa tindakan sosial individu penggunanya (Suharno, 1982).
Jawa yang terkenal dengan kembang, lambang, dan Oleh karena struktur bahasa Jawa yang kompleks
sinarmuning (tersembunyi) sehingga seringkali ucapan tersebut, maka membutuhkan perangkat kerja semiotik
dan tindakan menjadi jauh berbeda. dan semantik untuk menguraikan kerumitannya.
Ungkapan-ungkapan seperti “Wong Jowo nggone rasa, Anderson (1990) menyampaikan kekagumannya atas
pada gulangening kalbu, ing sasmita amrih lantip, kerumitan pembendaharaan kata yang dimiliki oleh
kuwowo nahan hawa, kinemat maoting driya” adalah bahasa Jawa dengan penggunaan kalimat berikut:
“Here was a sophisticated corpus of writing produced
413
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
by and for a few hundreds, or perhaps thousands, of menunjukkan orang-orang yang memainkan
men and women, over centuries in which 90 percent ... kekuasaannya dalam arena politik. Berkenaaan dengan
illiterate” (Anderson, 1990, hlm. 194). Dengan itu, Andrain (1992: 14) dalam Gatara (2009: 265) juga
memperbandingkan dengan beberapa pembendaharaan mengatakan di samping keyakinan dan struktur dimensi
kata seperti kamus bahasa Belanda-Indonesia (40.000), kehidupan politik utama lainnya yang terdiri dari
Inggris-Indonesia (12.000) dan Kamus bahasa individu-individu, ada kalanya digambarkan sebagai
Indonesia Poerwadarminta (27.000 kata), Anderson “aktor yang berkuasa”, suatu istilah yang menunjukkan
menyebutkan bahwa bahasa Jawa pada zamannya bahwa orang-orang ini memainkan peranan dalam
adalah bahasa dengan tradisi literasi tua. Umurnya jauh dunia politik. Kegiatan politik merupakan penyampaian
lebih tua dari bahasa Rusia, dan bahkan mungkin sama pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor
tuannya dengan tradisi literatur dalam bahasa Prancis politik kepada pihak lain.
dan Inggris. Penggunaan idiom oleh orang Jawa adalah
salah satu bentuk komunikasi simbolis dan verbal yang SIMPULAN
dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari mereka. Realitas politik elektoral adalah suatu proses dan
Pada tindakan ritus ritual, seni, dan tradisi pun kegiatan-kegiatan membentuk sikap dan perilaku
penggunaan idiom masih seringkali dapat ditemui politik yang terintegrasi ke dalam suatu sistem politik
(Herusatoto, 1984). Lalu bagaimana halnya dengan yang pada konteks masyrakat Jawa terkait dengan
tindakan politik mereka khususnya pada kegiatan simbol kebahasaan. Oleh sebab realitas politik bersifat
kampanye pada momentum pemilihan bupati atau temporer atau situasional. Perilaku politik
kepala desa? Masyarakat Pandansari menujukkan menampakkan karakter sebagai identitas. Pada
penggunaan idiom sebagai materi dan media kampanye. karakteristik tertentu, penggunaan idiom Jawa dapat
Idiom merupakan istilah khas yang memiliki nikai-nilai dianggap sebagai citra penggunanya. Penggunaan
estetika dan kultural dalam suatu bahasa. Idiom Jawa idiom juga penting diperhatikan karena ia selalu
merujuk pada istilah khusus dalam bahasa Jawa yang memilih diksi yang tepat tentang prinsip yang
bermakna simbolis. Pada bahasa Jawa yang sangat dikemasnya dalam politik elektoral. Nilai-nilai lokal
rumit, idiom ini bentuknya beragam dan dapat tentang dalam idiom Jawa tidak hanya merefleksikan
ditemukan pada pengucapan sehari-hari atau rahasia. dunia orang Jawa, tetapi juga sekaligus membentuk
Khusus pada idiom Jawa dalam konteks politik dunia politik dan bagaima politik tersebutkan
sebenarnya banyak ditemukan dalam cerita, wejangan, diartikulasikan oleh orang Jawa.
cerita panji, pewayangan dan bahkan karya - karya
sastra klasik Jawa (Anderson, 1990). Idiom Jawa dapat UCAPAN TERIMA KASIH
berupa kata atau bahkan gabungan kata yang Penulis mengucapkan terima kasih atas pendanaan
membentuk suatu ungkapan khusus. Beberapa idiom Penelitian Hibah Internal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Jawa telah lama populer sebelumnya baik melalui cerita Politik Universitas Brawijaya Tahun Anggaran 2016
atau karya agung pujangga. Merujuk pada konsepsi atas dukungan finansialnya pada penelitian ini.
strategi komunikasi politik, idiom Jawa dapat dianggap
sebagao salah satu bentuk cara orang Jawa dalam DAFTAR PUSTAKA
menyampaikan pesannya kepada orang tertentu. Anderson, B. (1990). Language and Power:
Penggunaan idiom dalam bahasa Jawa mencerminkan Explroring Political Culture in Indonesia. Ithaca:
suatu kerahasiaan yang hanya dapat ditangkap oleh Cornell University Press.
pengguna bahasa tersebut. Bentuk komunikasi Anderson, B. (2009). Mythology and the Tolerance of
semacam ini seringkali disebut dengan komunikasi the Javanese. Singapore: Equinox Publishing
berkode yaitu suatu model komunikasi yang (Asia).
membutuhkan pemahaman dan pengetahuan khusus Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu
antar penggunanya. Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Bogdan, R., & Taylor, S. J. (1992). Introduction to
Peranan kepala daerah sangat strategis maka tingkat Qualitative Research Methods; A
persaingan juga semakin tinggi yang membuat para Phenomenelogical Aprroach to the Sciences. New
aktor politik mudah sekali terjebak dalam pragmatisme York: John Wiley & Sons, Ltd.
politik (orientasi jangka pendek dari para aktor politik Bungin, B. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif.
untuk dapat memenangkan persaingan politik). Dalam Jakarta: Raja Grafindo Persada.
hal ini, Gatara (2009: 265) menjelaskan bahwa aktor Fatanti, M. N. (2013). Popularitas dan Orientasi Politik:
politik adalah bagian kunci yang berkuasa dalam Negasi Personal Brand dan Popularitas dengan
dimensi kehidupan politik. Lebih lanjut, aktor Elektabilitas dalam Komunikasi Pemasaran
menurutnya, merupakan suatu istilah yang
414
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
415
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
416
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
saja memiliki tingkat pendidikan yang tinggi serta Konsep nilai budaya Mapalus melalui dimensi nilai
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang bagus kekeluargaan, nilai rasa sepenanggungan yang tinggi,
jelas. Demikian pula halnya dengan persepsi yang nilai kebersamaan, nilai musyawarah dan mufakat, nilai
dimiliki akan secara langsung mempengaruhi pola kerja kepemimpinan, nilai keterbukaan, nilai Disiplin yang
yang berdampak pada pelayanan yang di berikan kuat dan nilai religius. Nilai budaya Mapalus ini jika
kepada masyarakat. dipahami dengan benar dan menjadi sebagai sebuah
gaya hidup masyarakat dan pemerintah menjadi sangat
Kabupaten Minahasa Selatan berada pada bagian penting dalam mewarnai penyelenggaraan pelayanan
tengah propinsi Sulawesi Utara dan di sebelah selatan public melalui dimensi tangibles, reliability,
Kabupaten Minahasa dengan luas wilayah Kabupaten responsiveness, assurance, emphaty yang membentuk
Minahasa Selatan adalah 1.429.7 KM2 yang didiami kualitas pelayanan publik.
oleh 195.553 jiwa dengan kepadatan 136,78 jiwa/km2
berdasarkan data BPS Tahun 2010. Kabupaten Didasarkan pada yang dikemukakan di atas, membawa
Minahasa terbagi dalam 17 kecamatan dengan 170 Desa ketertarikan bagi peneliti untuk mengadakan penelitian
dan 10 Kelurahan. Merupakan daerah pemekaran dari lebih lanjut mengenai nilai budaya Mapalus dalam
Kabupaten Minahasa. penyelenggaraan pelayanan publik di Kabupaten
Minahasa Selatan. Bagi penulis permasalahan ini sangat
Berbagai fenomena permasalahan yang berkaitan penting mengingat bahwa awal dari semua proses
dengan pelayanan publik baik dalam bidang pelayanan publik sebenarnya terletak pada nilai yang
administrasi kependudukan (hasil penelitian dari Daud dimiliki oleh aparat selaku penyelenggara pelayanan
Liando, 2011), penyelenggaraan efektivitas dalam memberikan pelayanan yang dapat dilihat dalam
pemerintahan desa (hasil penelitian dari Very Londa, pola perilaku yang terjadi. Atas pemikiran tersebut
2012), pelayanan kesehatan, masalah pertambangan : peneliti berkeyakinan bahwa kajian ini akan menjadi
pasir besi (Pakuure), Galian C (Rumoong Bawah), sangat penting dan strategis karena benar – benar akan
Tambang Emas (Motoling), tata ruang Kota Amurang bermanfaat dalam pelaksanaan pelayanan publik di
serta permasalahan lainnya yang mengemuka Kabupaten Minahasa Selatan. Sebab apabila
sebagaimana amatan peneliti. Kondisi ini menunjukkan pembenahan tidak dilakukan oleh pemerintah yang
kualitas pelayanan setelah Kabupaten Minahasa Selatan diawali dari pemberian pelayanan, penafsiran secara
menjadi daerah otonom yang telah 10 tahun belum baik dan benar segala hal yang berhubungan dengan
seperti yang diharapkan oleh masyarakat serta program kerja serta penerapan atau pelaksanaan
sebagaimana yang diamanatkan undang – undang. pelayanan akan mempengaruhi proses dan kerja
Fenimena lainnya yang terlihat dimana adanya ketidak pemerintah serta akan merusak citra pemerintah daerah
harmonisan penyelenggara pemerintahan dalam hal ini itu sendiri di mata masyarakat sebagai pemberi
hubungan kerja yang tidak sejalan lagi. Situasi ini kedaulatan.
semakin membuat pelayanan di Kabupaten Minahasa
Selatan semakin terpuruk. Hal ini dibuktikan dengan Mengacu pada latar belakang masalah diatas, penulis
penilaian kinerja dan pengelolaan keuangan dari Badan beranggapan bahwa nilai budaya Mapalus belum
Pemeriksa Keuangan dengan nilai Disclamer. sepenuhnnya menjadi bagian dari aparat di Kabaupaten
Minahasa Selatan dalam pemberian pelayanan kepada
Dengan memerhatikan kondisi sosial budaya masyarakat yang memberikan dampak yang kurang
masyarakat di Kabupaten Minahasa Selatan setidaknya dalam pelayanan publik. Kondisi ini menjadi
permasalah – permasalahan sebagaimana yang pernyataan masalah problem statement) guna
dikemukakan sebelumnya tidaklah perlu terjadi. mengungkapkan penyebab nilai budaya Mapalus tidak
Masyarakat di Kabupaten Minahasa Selatan sangat diterapkan sebagai pola pelayanan pada
kental dengan yang namanya budaya Mapalus. penyelenggaraan pelayanan publik di Kabupaten
Mapalus merupakan nilai kerja yang merupakan Minahasa Selatan serta bagaimana model nilai budaya
suprastruktur sosial dan budaya yang ada dan hidup Mapalus yang dapat dijadikan pola penyelenggaraan
dalam sistem budaya orang Minahasa. Sistem kerja pelayanan publik di Kabupaten Minahasa Selatan.
Mapalus kemudian menjadi struktur yang membentuk
sebuah hubungan sosial antar sesama tou Minahasa. Tulisan ini mendiskripsikan dan mengeksplorasi
Dari ciri, struktur dan sifatnya, Mapalus pada akhirnya dimensi yang membentuk nilai budaya Mapalus yang
dapat kita katakan sebagai sebuah sistem nilai yang dimiliki masyarakat di Kabupaten Minahasa Selatan
menyatu dalam keterikatan (interelation) masing- untuk dijadikan sebagai model dalam penyelenggaraan
masing nilai, yakni antara resiprokal, responsibilitas, pelayanan publik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
disiplin, kesetaraan, partisipatif, solidaritas, keadilan melakukan analisis secara mendalam terhadap dimensi-
sosial, pluralisme, dan kasih. dimensi dari nilai budaya Mapalus yang dimodifikasi
dengan dimensi yang membentuk konsep kualitas
pelayanan publik. Hal tersebut dilakukan untuk
417
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
memperkuat konsep pelayanan publik dalam lingkup yang dibutuhkan. Berdasarkan hal tersebut maka
kajian ilmu administrasi publik dengan cara informan yang diwawancarai terdiri dari unsur kepala
memodifikasi dimensi nilai budaya Mapalus dengan dinas, unsur kepala bidang, unsur staf di loket
dimensi kualitas pelayanan publik. pelayanan, unsur camat, unsur lurah dan unsur hukum
tua.
Penulis beranggapan bahwa urgensi penelitian terkait
tentang nilai budaya Mapalus (sebagai sebuah kearifan Sementara Data sekunder meliputi dokumen tertulis
lokal yang dimiliki oleh masyarakat Minahasa) untuk yang sejak awal menjadi bahan dalam penelitian
dikembangkan menjadi sebuah model dalam empiris di lapangan menyangkut data yang
memperkuat pelayanan publik sehingga dicapainnya berhubungan dengan dokumen – dokumen yang ada
kualitas yang diharapkan dalam melayani masyarakat. kaitannya dengan nilai budaya Mapalus dalam
Upaya mengembangkan sebuah kearifan lokal dianggap penyelenggaraan pelayanan publik di Kabupaten
menjadi sebuah konsep yang sangat menarik mengingat Minahasa Selatan seperti surat keputusan, tugas pokok
perkembangan ilmu yang berkembang selama ini lebih dan fungsi, bagan alur kerja, prosedur pelayanan,
banyak mengadopsi konsep teori barat yang sangat laporan kerja dan dokumen lainnya yang berhubungan
bertolak belakang dengan kondisi lokal. Sehingga dengan nilai budaya Mapalus dan pelayanan publik
ketika sebuah konsep teoritis diaplikasikan banyak serta artikel, buku maupun karya ilmiah lainnya yang
mengalami kegagalan atau ketidakberhasilan. dijadikan rujukan teoritik.
418
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Minahasa Selatan yang diperoleh melalui hasil teori yang relevan yang mengurai tentang nilai budaya
wawancara, observasi dan studi dokumen. Mapalus dan pelayanan publik.
2. Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun
dalam bentuk narasi-narasi, sehingga data berbentuk HASIL DAN PEMBAHASAN
rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan
nilai budaya Mapalus dalam penyelenggaraan Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu
pelayanan publik di Kabupaten Minahasa Selatan. kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota
3. Melakukan interpretasi pada data yang telah kabupaten yaitu Amurang. Jarak dari Amurang
dikelompokan berdasarkan hasil kategorisasi dan Minahasa Selatan ke Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara
reduksi sehingga mendapatkan makna yang yakni Kota Manado ± 64 km. Secara geografis
sebenarnya sebagai ungkapkan nyata atas masalah kabupaten minahasa selatan terletak antara 0º,47 - 1º,24
yang sebenarnya terjadi dalam nilai budaya lintang utara dan 124º,18 - 124º,45 bujur timur.
Mapalus dalam penyelenggaraan pelayanan publik Sedangkan secara administratif terletak disebelah
di Kabupaten Minahasa Selatan. selatan Kabupaten Minahasa dengan batas wilayah
4. Pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Minahasa,
narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Minahasa
sehingga dapat memberi jawaban atas masalah Tenggara, sebelah selatan berbatasan dengan
penelitian yaitu menyangkut nilai budaya Mapalus Kabupaten Bolaang Mongondow dan sebelah barat
dalam penyelenggaraan pelayanan publik di berbatasan dengan Laut Sulawesi. Luas wilayah adalah
Kabupaten Minahasa Selatan. 1.489.8 km yang terdiri dari 17 kecamatan dan 176
5. Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan desa, 10 kelurahan dengan jumlah penduduk 207.074
informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap jiwa.
keempat.
Penduduk Kabupaten Minahasa Selatan berjumlah
Pada tahap kesahihan data, peneliti melakukan 207.074 jiwa dengan jumlah penduduk perempuan
pengecekan temuan penelitian yang disesuaikan dengan 102.300 jiwa dan jumlah penduduk laki – laki 104.774
situasi yang terjadi dalam pelayanan di lokasi penelitian jiwa. Kecamatan yang paling banyak jumlah
sehubungan dengan nilai budaya Mapalus dalam penduduknya yaitu kecamatan Sinonsayang dan yang
penyelenggaraan pelayanan publik di Kabupaten paling sedikit adalah kecamatan Motoling. Untuk
Minahasa Selatan. Peneliti memeriksa seluruh data komposisi penduduk kabupaten Minahasa Selatan
yang mendukung, menangkap atau menggambarkan tanhun 2012 menurut golongan umur, menunjukan
temuan. Pada tahap ini, peneliti bersikap konsisten bahwa penduduk kabupaten Minahasa Selatan berusia
terhadap data penelitian, memilih topik-topik penting muda (0 -14 tahun) laki-laki sebanyak 27.396 jiwa dan
yang menonjol, menganalisis dan membuat interpretasi perempuan 27.621 jiwa. Dan yang berusia produktif (15
data. Hasil interpretasi data kemudian dibuat dalam – 64 tahun) laki-laki sebanyak 62.232 jiwa, perempuan
bentuk deskripsi, yang selanjutnya di diskusikan 59.556 jiwa dan yang berusia lanjut (≥ 65 tahun) laki-
kepada subjek penelitian. Peneliti menggunakan laki sebanyak 11.275 jiwa, perempuan 11.283 jiwa.
triangulasi (Bungin, 2009) dengan teknik pemeriksaan
yang memanfaatkan sumber data yang digunakan, data Kondisi perekonomian masyarakat Minahasa Selatan
primer maupun data sekunder, metode yang ada dala hal merupakan salah satu aspek yang mendukung dalam
tahapan tahapan yang dilakukan, penyidik selaku pihak menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Sarana
yang melakukan penelitian baik dalam hal pengetahuan dan prasarana pendukung perekonomian masyarakat
maupun kemampuan menganalisis dan kabupaten Minahasa Selatan mengalami peningkatan di
menginterpretasi dan teori yang digunakan baik melalui bidang pertanian dan nelayan juga tersedianya pasar di
diskusi dengan teman sejawat maupun melalui focus hampir semua kecamatan, berdirinya koperasi, usaha
group diskusi berkaitan dengan masalah yang diteliti mikro, usaha menengah dan usaha-usaha perekonomian
yang memudahkan peneliti baik dalam proses analisis, lain. Salah satu pendukung pembangunan daerah dan
interpretasi dan pengambilan kesimpulan. Peneliti peningkatan kesehatan adalah sektor pendidikan yang
membandingkan data pengamatan dengan data merupakan prioritas penting di Minahasa Selatan.
wawancara dan dokumen. Peneliti juga memeriksa Berbagai program dilakukan oleh pemerintah
kembali penemuan hasil penelitian dari teknik kabupaten Minahasa Selatan untuk menjangkau seluruh
pengumpulan data dan sumber data. Sehingga peneliti pelosok desa agar memperoleh pendidikan meskipun
dapat menemukan perbedaan dan kesamaan serta banyak permasalahan yang dihadapi, antara lain
alasan-alasannya. Pemanfaatan temuan hasil-hasil permasalahan sarana dan prasarana, akses, sumber daya
penelitian terdahulu yang relevan dimanfaatkan untuk manusia, serta pemerataan pelayanan pendidkan juga
pengecekan kembali data penelitian dan mengarahkan mutu pendidikan. Namun demikian, pemerintah
analisis data. Seluruh data penelitian yang dianggap Minahasa Selatan terus menerus mengadakan perbaikan
penting akan dijelaskan dengan menggunakan teori- manajemen serta mengatasi maalah-masalah lainnya.
419
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Saat ini sarana pendidikan di Minahasa Selatan cukup Data diatas menunjukan bahwa dinas pendidikan dan
memadai, dapat dilihat dari setiap kecamatan yang dinas kesehatan menyerap sumber daya manusia yang
terdapat lembaga pendidikan formal dari tingkat sangat banyak. Hal ini dikarenakan kedua SKPD ini
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama banyak berkecimpung dlam pelayanan kepada
(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dn Sekolah masyarakat secara langsung, baik dalam pelayanan
Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan data jumlah kesehatan maupun dalam pendidikan anak sekolah.
siswa SMA dan SMK maka sangat diperlukan adanya Selain sumber daya manusia, sarana dan prasarana juga
perguruan tinggi yang representatif sesuai dengan mendukung dalam tercapainya pelayanan publik selain
keadaan Kabupaten Minahasa Selatan untuk itu juga didukung oleh sumber anggaran. Dinas
menampung para siswa lulusan SMA dan SMK Kesehatan yang dikukung dengan 17 Puskesmas, 62
Minahasa selatan yang kebanyakan melanjutkan Pustu, 12 Pusling dan 185 Posyandun didukung dengan
pendidikan di perguruan tinggi di kota Manado, anggaran yang bersumber dari APBD Rp.
Tondano dan Airmadidi di Minahasa Utara, dengan 35,912,238,325. Dinas Pendidikan Pemuda dan
konsekuensi biaya yang lebih tinggi dibandingkan jika Olahraga dengan 158 PAUD/TJ, 240 SD, 82 SMP dan
melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi didaerah 29 SMA/K mendapatkan alokasi anggaran dari APBD
sendiri kabupaten Minahasa Selatan. Rp. 249.830.705.961. Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil mendapatkan alokasi anggaran dari
Budaya Minahasa Selatan berasal dari budaya APBD Rp. 3,595,748,676. (Bappeda Kab. Minahasa
Minahasa yang terkenal dengan sebutan Mapalus yang Selatan, 2014).
berdasarkan kekeluargaan dan gotong royong.
Umumnya penduduk yang tinggal di wilayah kabupaten Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan
Minahasa Selatan berasal dari sub etnis Tountemban dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan
dengan menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
Tountemboan. Budaya lainnya juga diselenggarakan dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
oleh masyarakat Minahasa Selatan di setiap dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
pertengahan tahun (bulan juli), masyarakat Minahasa bangunan, dan karya seni. Sementara itu makna kata
Selatan menggelar acara yang disebut Pengucapan Mapalus merupakan suatu sistem atau teknik kerja
Syukur dimana masyarakat Minahasa Selatan sama untuk kepentingan bersama dalam budaya Suku
bersyukur atas berkat Tuhan lewat hasil pertanian Minahasa (Turang, 1984). Secara fundamental,
(panen raya). Masyarakat di Kabupaten Minahasa Mapalus adalah suatu bentuk gotong royong tradisional
Selatan umumnya memeluk agama Kristen Protestan, yang memiliki perbedaan dengan bentuk-bentuk gotong
namun ada juga agama lainnya yaitu Kristen Katolik royong modern, misalnya: perkumpulan atau asosiasi
dan Islam. Dalam perkembangannya, sejak Minahasa usaha. Secara filosofis, Mapalus mengandung makna
Selatan menjadi daerah otonom yang baru, dan arti yang sangat mendasar. Mapalus sebagai local
bermunculan kretaivitas masyarakat lewat tari – tarian spirit and local wisdom Masyarakat Minahasa yang
antara lain tari pisok , tari dodol, tari kentang, tari terpatri dan berkohesi di dalamnya: 3 (tiga) jenis
elasoma, tari batifar, tari lenso, tari pete cingkeh dan tari hakikat dasar pribadi manusia dalam kelompoknya,
mawolay. yaitu: Touching Hearts, Teaching Mind, dan
Transforming Life. Mapalus adalah hakikat dasar dan
Dalam hal menjalankan pelayanan publik, keberadaan aktivitas kehidupan orang Minahasa (Manado) yang
sumber daya manusia yang handal sangan diperlukan, terpanggil dengan ketulusan hati nurani yang mendasar
baik dari jumlah, jenisan kualitas dari sumber daya dan mendalam (touching hearts) dengan penuh
manusia itu sendiri. Keberhasilan penyelenggaraan kesadaran dan tanggung jawab menjadikan manusia
otonomi daerah sangat ditentukan oleh kesiapan dan dan kelompoknya (teaching mind) untuk saling
kemampuan daerah itu sendiri dalam mengelola dan menghidupkan dan menyejahterakan setiap orang dan
memberdayakan seluruh potensi dan sumber daya yang kelompok dalam komunitasnya (transforming life).
tersedia. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan Menurut buku, The Mapalus Way, Mapalus sebagai
pelayanan publik khususnya di bidang kesehatan, sebuah sistem kerja yang memiliki nilai-nilai etos
pendidikan dan pelayanan administrasi kependudukan. seperti, etos resiprokal, etos partisipatif, solidaritas,
Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan menempatkan responsibilitas, gotong royong, good leadership,
pegawai untuk menjalankan fungsi pelayanan sebagai disiplin, transparansi, kesetaraan, dan trust (Umbas,
mana data yang ada bahwa pada Dinas Kesehatan dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Mapalus).
terdapat 368 orang pegawai, Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga sebanyak 3525 orang pegawai dan di Berbagai tulisan dari orang Minahasa yang dapat
Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil sebanyak 18 dijumpai maupun melalui website Kerukunan Keluarga
orang pegawai. Kawanua banyak mememberikan penjelasan mengenai
Mapalus. Mapalus adalah satu bentuk solidaritas
masyarakat agraris Minahasa yang berkembang sebagai
420
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
pola perilaku tradisi yang diwariskan secara turun administrative yang disediakan oleh penyelenggara
temurun. Pola perilaku masyarakat Minahasa waktu pelayanan public. Dalam perkembangan konsep tentang
yang lalu ini didasarkan pada keterikatan satu sama lain pelayanan publik oleh Rusli (2013:168)
berdasarkan relasi social yang disebut ikatan primordial mengungkapkan bahwa unsur pokok pelayanan public
yaitu antara lain ikatan keluarga, ikatan yaitu pemerintah (servant), masyarakat (customer),
kesatuan/kedekatan geografis serta ikatan kesamaan hubungan antar servant dan customer (relations) dan
kepercayaan. Dijaman orde lama dan orde baru ikatan lingkungan (environment). Pelaksanaan pelayanan oleh
dan perilaku ini digolongkan sebagai bentuk “gotong pemerintah kepada masyarakat yang membentuk suatu
royong” yang merupakan latar belakang aktifitas tolong hubungan (relations) inilah tercipta suatu nilai yang
menolong dan bantu membantu antara warga seikatan dirasakan baik oleh pemberi maupun penerima
(se-marga, se-desa, se-pekerjaan, se-kebutuhan, se- pelayanan.
golongan bahkan se-kepercayaan) yang nyata
dilaksanakan dalam aktivitas seperti: kematian dengan Nilai (value) merupakan sesuatu yang penting dalam
rangkaian upacara perkabungannya, perkawinan, upaya mengembangkan sikap kerja yang baik. Nilai
baptisan, dan perayaan lainnya, serta dalam tersebut terdapat pada karakter manusia maupun prilaku
mengerjakan atau menyelesaikan berbagai bentuk masyarakat. Values are the enduring beliefs and
pekerjaan seperti dalam bidang pertanian, membangun expectations held to be important guides to behavior by
rumah dan fasilitas lainya dalam memenuhi kebutuhan a person or group of people (Cook, 2001: 125), nilai
masing-masing (perorangan dan keluarga) atau adalah kepercayaan dan harapan yang menjadi
kebutuhan bersama. Dalam kegiatan ini nilai budaya pegangan penting bagi seseorang atau sekelompok
yang menonjol atau yang menjadi landasan utama orang untuk berprilaku. Nilai pribadi seseorang, ia
adalah adanya Bantu membantu, saling menolong pelajari dari pengalaman-pengalaman sepanjang
berdasarkan prinsip “timbal balik”. Suatu bantuan yang hidupnya. Proses pembelajaran sepanjang hidup terjadi
diberikan selalu harus diberikan balasan pada orang lain melalui pola interaksi yang ada dalam masyarakat
yang telah membantu itu pada saat ia/mereka Minahasa yang disebut dengan Mapalus. Robbins dan
membutuhkan. Judge (2009:214 ) : membagi nilai menjadi dua yaitu
Nilai instrumental (instrumental value) yaitu nilai –
Dari berbagai literatur serta informasi lisan yang nilai yang dianut dalam berperilaku unuk mencapai
dihimpun penulis, dapat disimpulkan bahwa Mapalus suatu tujuan tertentu dan nilai terminal (terminal value)
adalah; “sebuah sistem sosial yang menghimpum dan adalah nilai – nilai dari suatu tujuan yang dianggap baik
melibatkan masyarakat untuk saling menolong secara dan ingin dicapai.
aktif dalam mencapai tujuan bersama di berbagai
bidang.” Dari ciri, struktur dan sifatnya, Mapalus pada Nilai menunjukkan kosistensi tingkah laku setiap
akhirnya dapat kita katakan sebagai sebuah sistem nilai individu. Danandjaja, (1986:12) bahwa nilai adalah
yang menyatu dalam keterikatan (interelation) masing- suatu keyakinan abadi bahwa suatu cara bertindak yang
masing nilai, yakni antara resiprokal, responsibilitas, khas, atau tujuan eksistensi secara pribadi atau sosial
disiplin, kesetaraan, partisipatif, solidaritas, keadilan yang lebih diinginkan dibanding cara bertindak atau
sosial, pluralisme, dan kasih. Mapalus adalah simbol tujuan hidup yang bertentangan atau berlainan". Karena
dari kehadiran (existence) komunitas Minahasa yang itu, tingkahlaku manusia menganut sistem nilai tertentu
dalam implementasi sosialnya merasuki bidang-bidang sebagaimana dikemukakan Siagian (2004:109) yaitu
sebagai sebuah relasi kerja, baik di bidang ekonomi, "berupa pola kelakuan atau alasan keberadaan
sosial, dan keagamaan. Memang tou Minahasa lebih seseorang, sistem nilai yang dimiliki seseorang akan
dulu akrab dengan sistem kerja di bidang pertanian. dikaitkan dengan normanorma yang menyangkut hal-
Mapalus memiliki fungsi aktif untuk menghimpun dan hal tertentu seperti yang "baik", "buruk", "benar" atau
melibatkan peran masyarakat untuk saling menolong "salah". Islamy dalam Londa (2012) juga mengatakan
secara aktif. sistem nilai adalah "kaitan dan kebulatan nilai-nilai,
norma-norma dan tujuan-tujuan yang mapan yang
Makna nilai Mapalus ini yang dalam upaya perbaikan terdapat dalam masyarakat".
pelayanan public diupayakan dapat dielaborasi
sehingga mampu memperbaiki kinerja Baik pemerintah maupun masyarakat sama – sama
penyelenggaraan pelayanan oleh apparat kepada mengharapkan terjadinya pelayanan public yang prima.
masyarakat. Pelayanan publik sebagaimana dalam Sehingga untuk melaksanakan pelayanan yang baik
Undang – Undan Nomor 25 Tahun 2009 tentang maka diperlukannya sejumlah indicator yang
Pelayanan Publik menyatakan bahwa pelayanan public membentuknnya sebagaimana pendapat Fitzsimmons
merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam and Fitzsimmons dalam Rusli (2013:179) yaitu
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan tangibles (penyediaan sumber daya yang memadai),
peraturan perundand-undangan bagi setiap warga empathy (tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan
negara dan penduduk atas barang, jasa atau pelayanan dan kebutuhan konsumen), responsivienes (keinginan
421
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
melayani dengan cepat) reliability (memberikan relasi social yang disebut ikatan primordial yaitu antara
pelayanan secara tepat dan cepat) dan assurance lain ikatan keluarga, ikatan kesatuan/kedekatan
(tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam geografis serta ikatan kesamaan kepercayaan. Dijaman
memberikan pelayanan). orde lama dan orde baru ikatan dan perilaku ini
digolongkan sebagai bentuk “gotong royong” yang
Pelayanan yang baik yang diharapkan dapat diberikan merupakan latar belakang aktifitas tolong menolong
oleh pemerintah sebagaimana indikator yang dan bantu membantu antara warga seikatan (se-marga,
membentuknnya dapat diperkuat dengan memahami se-desa, se-pekerjaan, se-kebutuhan, se-golongan
dan mengejawantahkan makna nilai budaya Mapalus bahkan se-kepercayaan) yang nyata dilaksanakan dalam
melalui “nilai kekeluargaan” yang mengatur bahwa aktivitas seperti: kematian dengan rangkaian upacara
semua anggota dalam kelompok dianggap sebagai perkabungannya, perkawinan, baptisan, dan perayaan
hubungan keluarga sehingga dalam memberikan lainnya, serta dalam mengerjakan atau menyelesaikan
pelayanan tidak ada pilih kasih, nilai “rasa berbagai bentuk pekerjaan seperti dalam bidang
sepenanggungan yang tinggi” dalam menjalankan tugas pertanian, membangun rumah dan fasilitas lainya dalam
dan tanggungjawab sebagai pelayan masyarakat, “nilai memenuhi kebutuhan masing-masing (perorangan dan
kebersamaan” untuk bersama saling membantu, “nilai keluarga) atau kebutuhan bersama.
kepemimpinan” dalam tangungjawab kerja untuk
melayani, “nilai Keterbukaan” yang menjamin tidak Dalam kegiatan ini nilai budaya yang menonjol atau
adanya korupsi dalam melayani masyarakat, “nilai yang menjadi landasan utama adalah adanya bantu
disiplin” yang kuat dalam menjalankan tugas dengan membantu, saling menolong. Mengingat semakin
memperhatikan standar operasional prosedur banyak dan berkembangnya masyarakat dan semakin
pelayanan, “nilai religious” dengan selalu menganggap kompleksnya kebutuhan dan beragamnya kegiatan dan
bahwa pelayanan yang diberikan sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan maka upaya saling bantu
ibadah. dan saling tolong ini berkelompok dalam berbagai
kelompok berdasarkan kebutuhan. Kelompok-
Dalam masyarakat Minahasa Selatan status sosial kelompok ini dalam kegiatannya selalu mengutamakan
bukanlah sesuatu yang harus di ‘hormati atau dijunjung nilai saling bantu secara timbal balik dalam Mapalus.
tinggi’. Artinya cara orang Minahasa Selatan
menggangap status seseorang tinggi apabila orang Dalam penyelenggaraan pelayanan public dewasa ini
tersebut mampu beradaptasi secara langsung dengan sangat diharapkan adanya pelayanan yang berkualitas
semua lapisan masyarakat dan memiliki ‘jiwa sosial’. dengan mendakikan masyarakat sebagai yang utama
Dan mereka mengimplementasikan rasa hormat sebagai untuk dilayani. Hadirnya era reformasi diharapkan
contoh memilih/menjadikan orang yang di anggap ini mampu menghadirkan dan melahirkan program –
menjadi tokoh masyarakat, aparat desa atau ketua program pemerintah yang dapat menjawab kebutuhan
organisasi agama, partai politik, organisasi sosial dan masyarakat bak dalam bidang pendidikan, kesehatan,
sebagainya. sampai dengan pelayanan ketenagakerjaan dan
pelayanan administrasi kependudukan maupun
Nilai yang dapat dipelajari dari masyarakat Minahasa pelayanan perizinan. Besarnya kewenangan yang
pada umumnya dan masyarakat Minahasa Selatan diberikan kepada pemerintah daerah dalam
khususnya dalam nilai “Mapalus” dan semboyan “si penyelenggaraan pemerintahan seharusnya menjadikan
tou timou tu mou tou”. Bagi masyarakat Minahasa, pemerintah daerah termasuk yang ada di Kabupaten
keterpanggilan, tanggung jawab dan komitmen dalam Minahasa Selatan dapat memahami dengan benar
melaksanakan tugasnya, ternyata mengandung makna persoalan dan budaya masyarakat dengan memperkecl
nilai budaya masyarakat Minahasa yaitu Si Tou Timou konstalasi politik guna memberikan ruang dan akses
Tumou Tou (ST4) yaitu manusia hidup untuk kepada masyarakat untuk juga menjadi bagian dari
memanusiakan orang lain. Makna tersebut kemudian proses penyelenggaraan pemerintahan dengan
memberi arti bahwa setiap orang yang telah menjadi berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan
manusia (berhasil), berkewajiban memanusiakan orang pemerintahan melalui perumusan, pelaksanaan dan
lain. Masyarakat Minahasa memandang bahwa setiap evaluasi kebijakan dan pelayanan pemerintahan.
manusia (Si Tou) yang lahir dan telah menjadi manusia
(Timou) berkewajiban memanusiakan manusia lain Dari ciri, struktur dan sifatnya, Mapalus pada akhirnya
(Tou). dapat kita katakan sebagai sebuah sistem nilai yang
menyatu dalam keterikatan (interelation) masing-
Mapalus adalah satu bentuk solidaritas masyarakat masing nilai, yakni antara resiprokal, responsibilitas,
agraris Minahasa yang berkembang sebagai pola disiplin, kesetaraan, partisipatif, solidaritas, keadilan
perilaku tradisi yang diwariskan secara turun temurun. sosial, pluralisme, dan kasih. Semua variabel itu
Pola perilaku masyarakat Minahasa waktu yang lalu ini menyatu dalam sebuah konsensus besar tou Minahasa
didasarkan pada keterikatan satu sama lain berdasarkan yakni Mapalus. Karena itu, prinsip Si Tou Timou
422
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Tumou Tou, yang dipegang dan diyakini sebagai penguaan mental spiritual melalui pendekatan
gagasan kultural Bangsa Minahasa adalah manifestasi kepercayaan serta penguatan pemahaman akan tugas
nilai-nilai etos Mapalus yang diangkat dalam sebuah dan tangung jawab dengan didasari pada nilai Mapalus
wejangan yang bukan saja kalimat biasa, tetapi menjadi dan Si Tou Timou Tumou Tou. Tujuannya agar tata nilai
satu semboyan yang memang melekat dalam diri yang dimiliki oleh aparat benar – benar berfungsi
masyarakatnya. Si Tou Timou Tumou Tou juga sebagai pembimbing dalam pencapaian pelaksanaan
mengandung unsur-unsur kharakter asli tou Minahasa tugas dan fungsi pemerintah dalam melayani
diantaranya, ngaasan yang berarti cerdas atau yang masyarakat. Jika tata nilai yang dimiliki aparat sudah
bijak, niatean atau yang telah ditekadkan menjadi berurat berakar maka perilaku – perilaku yang
sesuatu yang pantang urung, sama’ atau baik adalah ditunjukkan oleh aparat desa akan semakin baik.
sesuatu yang menjadi harapan agar kehidupan menjadi
lebih baik. Siagian (1995:109) mengungkapkan bahwa setiap
orang menganut sistem nilai tertentu, yaitu berupa pola
Dengan semua nilai ini, Si Tou Timou Tumou Tou kelakuan atau alasan keberadaan seseorang. Memahami
memberikan pesan agar sesama manusia berkewajiban sisten nilai yang dianut oleh anggota organisasi
untuk menjadikan manusia lain menjadi lebih baik dari termasuk didalamnya sistim nilai yang dianut oleh
sebelumnya. Begitu seterusnya sehingga kehidupan aparat selaku pemberi pelayanan merupakan hal yang
yang saling memperbaiki menuju pada sebuah sangat penting. Tingkatan sistem nilai lebih lanjut
masyarakat yang cerdas dan sejahtera. Dalam dikemukakan oleh Siagian (1995:113) setidaknya
implementasinya, Mapalus merupakan alat kerja Si Tou terdapat tujuh yaitu nilai yang sifatnya reaktif, nilai
Timou Tumou Tou di tingkatan praksis sebagai sebuah yang sifatnya tribalistik, nilai yang ego sentris, nilai
tools mencapai cita-cita perjuangan seperti yang konformitas, nilai manipulatif, nilai yang sosio sentris
diimpikan oleh setou Sam Ratulangi. dan nilai eksistensial.
Di sinilah relasi sosial itu menjadi sangat menarik untuk Memperhatikan tingkatan sistem nilai yang
dilihat. Manusia sebagai subjek aktivitas Mapalus, si dikemukakan diatas maka dalam upaya mmeberikan
tou timou tumou tou adalah pandangan hidup kultural, pelayana yang berkualitas kepada masyarakat perlu
sementara Mapalus adalah relasi kerja antara manusia dihindari nilai yang sifatnya konformitas dengan tipe
satu dan lainya dalam sebuah himpunan besar bangsa politis dan ekonomis. Kesediaan untuk memahami dan
Minahasa. Pada model hubungan seperti inilah Mapalus menerima nilai yang berbeda dan pendapat yang
menjadi sangat subur berkembang karena ibarat wadah, berlainan merupakan salah sau segi kehidupan
Mapalus disuplai oleh sistem sosial yang sangat organisasional yang amat penting untuk dipupuk dan
kondusif bagi berkembangnya Mapalus. dikembangkan. Permasalahan kewenangan dalam
jabatan sebagai pemerintah yang ditinjau dari aspek
Dengan demikian, Mapalus adalah sebuah sistem sosial politik yang menjurus pada kekuasaan, kekuatan,
yang sangat kompetibel dengan berbagai aktivitas baik, wewenang dan pengaruh yang dimilikinya perlu
ekonomi, sosial, bahkan pembangunan bangsa, apabila dipahami sebagai media untuk menjadikan seseorang
menempatkan Mapalus sebagai semangat dan dasar mendapatkan hubungan ketergantungan dengan orang
aktivitas senantiasa aktivitas tersebut berhasil. Seperti lain atau lingkungannya. Sehingga dalam
sebuah tubuh, Mapalus adalah sistem kerja dari fungsi- penyelenggaraan pelayanan aparat perlu untuk
fungsi biologis yang harmonis antar organ tubuh mulai menghindar tipe ekonomi yang hanya mementingkan
dari otak, mata, mulut, tangan, kaki, dan lain unsur pendapatan yang mengakibatkan pemberi
sebagainya. Mapalus dengan nilai-nilainya telah pelayanan diperhadapkan dengan korupsi.
menjadi sistem simbol yang merekat erat dengan
manusia Minahasa yang selanjutnya menjadi penanda Aparat yang mampu memaknai dan menerapkan sistem
(coding) sebuah identitas budaya Minahasa. Dengan nilai Mapalus dalam penyelenggaraan pelayanan publik
kata lain, Mapalus adalah simbol dari kehadiran apabila nilai itu dapat berfungsi dan mampu merespon
(existence) komunitas Minahasa yang dalam serta mengatasi masalah – masalah yang dihadapi
implementasi sosialnya merasuki bidang-bidang dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana
sebagai sebuah relasi kerja, baik di bidang ekonomi, tangungjawab yang diberikan. Dalam arti sempit
sosial, dan keagamaan. Memang tou Minahasa lebih Mapalus mengandung konsep kesediaan individu untuk
dulu akrab dengan sistem kerja di bidang pertanian. bekerjasama dalam organisasi sukarela demi tujuan
Mapalus memiliki fungsi aktif untuk menghimpun dan bersama, dan bentuk organisasi kerja. Dalam arti luas
melibatkan peran masyarakat untuk saling menolong Mapalus merupakan suatu konsep tingkah laku dalam
secara aktif. memecahkan persoalan bersama. Sehingga makna
Penguatan dan pencegahan agar aparat dalam Mapalus sebagai sebuah sistem kerja yang memiliki
memberikan pelayanan kepada masyarakat akan nilai-nilai etos seperti, etos resiprokal, etos partisipatif,
semakin bernilai maka perlu dilakukan dengan cara solidaritas, responsibilitas, gotong royong, good
423
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
leadership, disiplin, transparansi, kesetaraan, dan trust Cook, Curtis W, and Hunsaker L, Phillip. 2001.
(kepercayaan) dapat membentuk suatu sikap dan Management and Organizational Behavior,
tindakan dari apparat selaku pemberi pelayanan untuk Third Edition. New York San Francis: Mc
beraktivitas dengan mempersatukan kekuatan dan Graw- Hill, Irwin, Boston Burr Ridge.
kepandaian yang dimiliki dalam melayani Danandjadja, Andreas A. 1986. Sistem Nilai Manajer
masyarakat. Budaya Mapalus dianggap sebagai Indonesia Tinjauan Kritis Terhadap Penelitian.
aktualisasi yang paling konkret tentang makna hakiki Si Jakarta : PPM.
Tou Timou Tumou Tou, yang dapat dilihat dari sifat Liando, Daud. 2011. Pengaruh Implementasi
sosial budayanya sebagai sumber adat kebiasaan Kebijakan Administrasi Kependudukan
masyarakat. Olehnya konsep Budaya Mapalus Terhadap Kualitas Pelayanan KTP di
diharapkan dapat dipelihara dalam kehidupan Kabupaten Minahasa Selatan. Bandung : PPs.
berbangsa dan bernegara. Unpad.
Londa, Very. 2012. Pengaruh Perilaku Aparat
SIMPULAN Terhadap Efektivitas Kerja Aparat Desa di
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat Kabupaten Minahasa Selatan. Bandung : PPs.
disimpulkan bahwa nilai budaya Mapalus belum Unpad.
diterapkan sebagai pola pelayanan pada Robbins, S.P., and T.A., Judge, 2009, Organizational
penyelenggaraan pelayanan publik di Kabupaten Behavior. United State Of America, New York :
Minahasa Selatan karena budaya Mapalus yang Pearson Prentice Hall.
mengandung makna kekeluargaan, rasa Rusli Budiman. 2013. Kebijakan Publik. Membangun
sepenanggungan yang tinggi, kebersamaan, Pelayanan Publik Yang Responsif. Bandung:
musyawarah dan mufakat, kepemimpinan, Hakim Publishing.
keterbukaan, disiplin yang kuat dan religius belum Siagian. S. P. 2004. Motivasinya dan Aplikasinya.
dijadikan sebagai tata nilai yang berfungsi sebagai Jakarta : Rineka Cipta.
pembimbing dalam pencapaian pelaksanaan tugas dan Turang, Jan. 1984. Pembangunan Daerah Minahasa
fungsi pemerintah dalam melayani masyarakat. dengan Pertanian Inti Sistem Mapalus (Prisma).
Sehingga guna perbaikan pelayanan, dengan didasarkan Manado: Yayasan Mapalus.
pada konsep kualitas pelayanan public yang dibentuk Undang – Undan Nomor 25 Tahun 2009 tentang
melalui aspek tangibles, emphaty, reliability, Pelayanan Publik.
responsiveness, assurance maka model nilai budaya
Mapalus dalam pelayanan public perlu dilakukan
melalui aspek responsibilitas, disiplin, kesetaraan dan
keadilan sosial dan religious.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Minahasa Selatan, 2014. Profil Kabupaten
Minahasa Selatan. Amurang: Bappeda Kab.
Minahasa Selatan.
Bungin, Burhan.2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group Cook.
424
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
425
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
dapat diredistribusikan yaitu tanah-tanah yang selanjutnya penulis melakukan wawancara mendalam
melebihi ketentuan maksimum, tanah-tanah swapraja dan observasi dengan subyek penelitian sampai
atau bekas swapraja, tanah guntai dan tanah terlantar, menemukan informasi yang jenuh. Wawancara
menyebabkan land reform sangat sulit untuk mendalam dan observasi dilakukan pada bulan Juli
diterapkan khususnya di Jawa. Namun, guna sampai dengan Agustus 2016. Sembari melakukan
memenuhi ambisi pemerintah untuk mengurangi pengumpulan data, penulis juga segera melakukan
kemiskinan maka land reform dijalankan sebatas analisis data dengan mengikuti model Miles dan
legalisasi aset pemilikan tanah yang telah dikuasai dan Huberman. Setelah analisis data selesai, penulis
dimanfaatkan oleh rakyat. Beberapa skema land menyusun laporan penelitian hingga selesai pada awal
reform seperti PRONA, P4T dan redistribusi tanah Oktober 2016. Sebagai langkah terakhir, penulis ingin
merupakan bentuk legalisasi aset yang tidak saja temuan yang dihasilkan terjamin keakuratannya
memiliki manfaat positif, tetapi berpotensi sehingga penulis kembali lagi ke lapangan untuk
menjerumuskan petani dalam pasar tanah pada kondisi memastikan bahwa data itu benar.
tertentu. Dengan melakukan penelitian lapangan di
Desa Sri Mulyo dan Desa Sukodono, peneliti ingin HASIL DAN PEMBAHASAN
memahami lebih dalam mengenai dilema yang
dirasakan kaum tani akibat land reform. Redistribusi tanah mulai dilaksanakan di Kecamatan
Dampit pada sekitar tahun 1961 dengan obyek tanah
peninggalan Belanda. Menurut Undang-undang
METODE Nomor 56 PRP Tahun 1960, setiap keluarga petani
hanya diperbolehkan menguasai tanah pertanian yang
Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif tidak melebihi ketentuan maksimum. Luas tanah
dalam memahami lebih dalam mengenai dilema yang pertanian yang tergolong tanah kering hanya bisa
dialami oleh kaum tani akibat kebijakan land reform dikuasai keluarga petani maksimum 20 hektar, 12
khususnya dalam program redistribusi tanah. Informasi hektar, 9 hektar dan 6 hektar masing-masing untuk
yang akurat mengenai pengalaman petani pada proses daerah tidak padat, kurang padat, cukup padat dan
dan dampak land reform hanya dapat diperoleh melalui sangat padat. Keluarga petani yang menguasai tanah
teknik pengumpulan data yang ditawarkan oleh metode melebihi ketentuan tersebut wajib melaporkannya
kualitatif. Sugiyono (2006) menyatakan bahwa kepada Kepala Agraria Daerah Kabupaten/Kota.
pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai Selanjutnya pemerintah mengambil tanah kelebihan
seting, berbagai sumber dan berbagai cara, sementara dari ketentuan maksimum dengan ganti kerugian,
itu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kemudian membagikannya kepada rakyat yang
wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. membutuhkan.
Ketiga cara tersebut menjadi acuan penulis ketika
mengumpulkan data yang relevan. Agak berbeda dengan ketentuan tersebut, luas tanah
kering yang dapat dikuasai oleh keluarga petani di
Adapun operasional dari ketiga cara yang disampaikan Kecamatan Dampit khususnya di Desa Sri Mulyo
oleh Sugiyono adalah sebagai berikut. Sekitar April adalah 1 hektar melalui peristiwa pendahuluan yang
2016, penulis membaca berita pada situs online disebut oleh orang lokal dengan blodosan dan
mengenai adanya program redistribusi yang dilaksanan pengguntingan tanah. Secara tersirat, blodosan
di Kecamatan Dampit. Penulis merasa tertarik dengan merupakan serangkaian kegiatan pendataan tanah yang
tema redistribusi tanah karena program ini diharapkan dikuasai oleh keluarga petani, lalu tanah tersebut
dapat mengurangi kemiskinan dan ketimpangan sosial diukur sebelum akhirnya digunting apabila dianggap
khususnya di wilayah pedesaan. Untuk memahami lebih dari satu hektar. Tanah yang terkena
lebih dalam mengenai tema ini, penulis memutuskan pengguntingan diambil oleh pemerintah dengan ganti
untuk menyusun proposal penelitian pada Mei-Juni rugi untuk selanjutnya dibagi-bagikan kepada petani
2016 yang diawali dengan studi literatur tentang tunakisma. Berikut petikan wawancara dengan salah
program redistibusi tanah. Berdasarkan studi literatur, seorang tokoh program redistribusi tanah di
penulis memutuskan untuk lebih fokus pada dilema Kecamatan Dampit:
kaum tani yang terlibat dalam program land reform
atau redistribusi tanah. Setelah mendapatkan fokus “Pada tahun enam puluh satu pemerintah itu
penelitian, penulis memilih metode kualitatif deskriptif diadakan pemutihan, jarene (kata) wong
dan segera memulai pengumpulan data. (orang) biyen (dulu) blodosan. Nah orang
pada waktu tahun enampuluh satu yang
Penulis melakukan observasi pendahuluan pada Juli kelebihan tanah kayak suami isteri, tanahnya
2016 dengan hasil yang agak berbeda dengan apa yang yang lebih dari satu hektar, tanahnya
penulis bayangkan. Berdasarkan hasil analisis data digunting dikasihkan orang yang nggak punya
yang dihasilkan oleh observasi pendahuluan ini, tanah”.
426
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
427
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Pengelolaan Hutan bersama Masyarakat, Hutan Desa, Perubahan status penguasaan tanah hasil redistribusi
Hutan Tanaman Rakyat dan Hutan Adat. Di luar ini berimbas pada produktivitas pertanian dan harga
mekanisme legal, akses rakyat pada wilayah hutan tanah. Sebelum adanya program redistribusi tanah,
berakibat kriminalisasi pada rakyat yang hidup di petani penggarap pernah mengalami kesulitan dalam
sekitar kawasan hutan. mendapatkan modal usaha tani karena pendapatan
yang ia terima sebagai buruh perkebunan cengkeh dan
Sementara itu, BPN berupaya memastikan tersedianya kopi di Kecamatan Tirtoyudho hanya mencukupi untuk
sumber tanah baru yang tergolong sebagai tanah kebutuhan subsistensi. Setelah mendapatkan sertifikat
terlantar untuk diredistribusikan. Berdasarkan Perturan tanah redistribusi, petani penggarap dapat mengakses
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010, yang dimaksud permodalan dari bank dengan menjadikan tanah yang
dengan tanah terlantar adalah tanah atas nama ia peroleh sebagai agunan. Seiring dengan keberhasilan
perseorangan dan tanah yang dikuasai pemerintah yang program legalisasi aset tanah, harga tanah di Desa Sri
secara tidak sengaja tidak dipergunakan sebagaimana Mulyo menjadi melonjak hingga mencapai tiga kali
keadaan dan tujuan pemberian hak. Hasil identifikasi lipat dibandingkan dengan sebelum adanya program
BPN luas tanah terlantar mencapai 7.386.289 hektar redistribusi tanah.
dengan rinciannya yaitu seluas 1.925.326 tanah hak
guna usaha, 49.030 hektar tanah hak guna bangunan, Perlu ditelisik lebih lanjut, apakah dengan menerima
401.079 hektar tanah hak pakai, 535.682 hektar tanah sertifikat tanah petani merasakan dampak positif dalam
dengan hak pengelolaan dan 4.475.172 hektar tanah kehidupannya atau justru terjerumus dalam praktik
dengan ijin lokasi dan ijin lain-lainnya (Rachman, pasar tanah. Kekhawatiran penulis cukup berdasar
2012). karena kehidupan kekotaan semakin merembet ke
wilayah pedesaan yang lambat laun akan
Keterbatasan akses tanah yang dapat diredistribusikan membutuhkan tanah untuk pembangunan utamanya
membuat program land reform khususnya di Jawa perumahan, perkantoran, pabrik, dan fasilitas umum.
nyaris mengalami jalan buntu. Oleh sebab itu, BPN Kebutuhan ini akan menciptakan pasar tanah di
mengandalkan legalisasi aset tanah negara yang telah pedesaan dengan pembeli utama berasal dari pemodal
dikuasai, dipergunakan dan dimanfaatkan oleh rakyat luar desa. Oleh sebab itu, pemerintah perlu menyusun
melalui skema redistribusi tanah, Proyek Nasional seperangkat aturan main bagi penerima sertifikat
Agraria (PRONA) dan Penguasaan, Pemilikan, redistribusi supaya tidak menjual lahannya kepada
Penggunaan dan Pemanfaatan tanah. Menurut BPN pemodal luar desa apalagi demi tujuan yang tidak
kedua skema ini dianggap sebagai redistribusi tanah terkait dengan kegiatan pertanian. Pelepasan tanah
dengan sasaran luasan tanah mencapai 1,1 juta hektar. hasil redistribusi kepada para pemilik modal
Jumlah sertifikat tanah yang dihasilkan melalui jalur merupakan awal kebangkrutan bagi petani yang
redistribusi tanah ini sepanjang tahun 2005, 2006, 2007 menjadikan kehidupannya semakin terpuruk.
dan 2008 secara berturut-turut adalah 5.000, 4.700,
74.900 dan 332.935 sertifikat. Pada tahun 2004 jumlah Berdasarkan uraian di muka, kebijakan redistribusi
bidang tanah yang dilegalisasi hanyalah 269.902 tanah dapat dikatakan dilematis, bagaikan dua sisi mata
bidang sedangkan pada tahun 2008 jumlahnya uang. Pada satu sisi dapat meningkatkan kehidupan
mencapai 2.172.507 bidang. Apabila dibiayai sendiri para petani, mengurangi ketimpangan sosial dan
oleh perorangan, kelompok, maupun badan usaha kemiskinan. Pada sisi yang lain dapat menjerumuskan
maka jumlahnya mencapai 4.627.039 bidang petani pada pasar tanah.
(Rachman, 2012:111).
SIMPULAN
Skema legalisasi aset ini juga dilaksanakan di Desa Sri
Mulyo antara tahun 2000 sampai 2016. Pada tahun Program land reform dalam artian upaya pemerataan
2000 terdapat limaratus kepala keluarga yang aset tanah kepada petani tunakisma memang sangat
mengikuti program redistribusi tanah, pada tahun 2003 sulit untuk diterapkan di Pulau Jawa. Upaya ambisius
terdapat 500 bidang tanah yang dilegalisasikan melalui pemerintah untuk memaksakan gagasan tersebut di
skema PRONA. Setelah lima tahun semenjak adanya Pulau Jawa menjadikan land reform sebatas legalisasi
PRONA, pada tahun 2008 terdapat 1.067 bidang tanah aset penguasaan tanah yang berujung dilematis. Di satu
yang dilegalisasikan melalui program redistribusi sisi memberikan manfaat bagi petani, di sisi yang lain
tanah. Pada tahun 2016 terdapat 132 bidang tanah yang dapat mengarahkan petani pada pasar tanah.
berhasil dilegalisasikan dari 500 bidang yang
diusulkan. Kini tanah bekas perkebunan karet pada DAFTAR PUSTAKA
masa Hindia Belanda itu tidak hanya bisa diusahakan
oleh penduduk setempat, tetapi juga bisa dimiliki
dengan status hak milik (SHM).
428
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Bachriadi, D dan Sardjono, MA. 2006. Local Initiative Rachman, N.F. 2011. The Resurgence Of Land reform
To Return Communities’ Control Over Forest Policy And Agrarian Movement In Indonesia.
Lanf In Indonesia: Conversion Or Occupation? Berkeley: University Of California
Paper had been prepared for 11 th Biennial Sajogyo & Sajogyo, P. 1980. Sosiologi Pedesaan.
Conference of International Association for The Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Study of Common Property, Bali-Indonesia, Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan
June 19-23,2006 Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Prosterman dkk. 2012. Concept For Land reform On
Java. Paper is prepared under Land Law
Initiative
Lucas, A dan Warren, C. 2013. The State and Agrarian
Conflict In Indonesia. Athens: Ohio University
Press
Rachman, N.F. 2012. Land reform Dari Masa Ke
Masa. Yogyakarta: Tanah Air Beta
429
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Slamet Mulyana
Meria Octavianti
Ira Mirawati
Kismiyati El Karimah
Program Studi Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
mulyanaslamet@yahoo.com
Abstrak PENDAHULUAN
Fenomena tingginya angka buruh migran perempuan
Masalah human trafficking di Indramayu merupakan merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian
masalah yang kronis dan sangat kompleks. Trafficking serius pemerintah daerah Kabupaten Indramayu.
menyangkut kondisi ekonomi, kondisi sosial, dan Apalagi fenomena ini selalu dikaitkan dengan
kondisi budaya yang menjadi bagian dari masyarakat fenomena lain yaitu trafficking dan pelacuran. Ketiga
Indramayu. Penelitian ini bertujuan untuk kata tersebut merupakan tiga konsep yang berbeda satu
mengidentifikasi dan memetakan berbagai kendala sama lain, tetapi di Indramayu ketiga kata teresebut
budaya yang ada di masyarakat Indramayu dalam merupakan gambaran fenomena sosial yang sangat
Sosialisasi Kebijakan Penanganan Masalah berkaitan. Tingginya minat menjadi buruh migran dan
Trafficking. Metode yang digunakan adalah studi kasus jebakan dunia pelacuran menyebabkan maraknya
sehingga bisa memberikan pandangan yang lengkap kasus trafficking; sementara banyak korban trafficking
dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. Subjek karena tertipu iming-iming menjadi buruh migran
penelitian bersifat multi sources, dengan informan dengan gaji tinggi, yang akhirnya terjerumus dalam
kunci sebanyak enam orang yang mewakili birokrat, aktivitas pelacuran. Data kuantitatif menunjukkan
budayawan, akademisi, dan tokoh masyarakat. Hasil bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan daerah yang
penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup miskin paling banyak mengirimkan buruh migran diikuti Jawa
pada sebagian masyarakat Indramayu kontradiktif Tengah dan Jawa Timur. Jika dilihat per kabupaten,
dengan desakan kuat untuk bergaya hidup Indramayu merupakan sending area tertinggi diikuti
materialistik, budaya konsumtif, yang membuat anak Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah
dan orang tua rentan dieksploitasi oleh pelaku human kemudian Cilacap dan Kabupaten Cirebon (Puslitfo
trafficking. Kasus human trafficking terjadi karena BNP2TKI, 2012).
adanya diskriminasi gender dalam keluarga dan
masyarakat, praktik budaya yang berkembang di Besarnya jumlah pekerja migran perempuan asal
masyarakat Indramayu seperti luruh duit, budaya Indonesia ternyata tidak sebanding dengan nasib dan
saweran dan budaya ngadongdot atau ngelanang. masa depan mereka sebagai pahlawan devisa bagi
Selain itu, tingkat pendidikan yang rendah dan putus negara. Mencermati kondisi ini, dapat dilihat bahwa
sekolah karena pandangan anak gadis tidak perlu terdapat beberapa faktor yang secara struktural
pendidikan tinggi, serta pernikahan dini dan tingkat menjadikan perempuan sebagai pihak yang paling
perceraian yang tinggi. Faktor-faktor tersebut saling rentan terhadap perdagangan manusia, di samping
berkaitan satu sama lain; seperti benang yang sangat acapkali menjadi korban pelecehan dalam kapasitasnya
kusut dan sulit diurai, dan akhirnya menjadi kendala sebagai buruh migran. Kemiskinan tentu saja menjadi
besar dalam upaya penanganan masalah human faktor mendasar, diikuti dengan tingkat pendidikan
trafficking, termasuk dalam sosialisasi kebijakannya. yang rendah. Faktor kedua ini linier dengan faktor
pertama, karena ada kecenderungan keluarga dengan
Kata kunci: human trafficking, sosialisasi kebijakan, kemampuan ekonomi rendah akan memprioritaskan
budaya luruh duit, saweran, ngadongdot pendidikan bagi anak laki-laki daripada anak
perempuan (Feminis Standpoint, 19 November 2012).
430
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
wilayah. Sebagai contoh yaitu daerah Indramayu yang kerjasama dengan aparatur penegak hukum, aparatur
menjadi wilayah pengirim buruh migran terbesar. Di pemerintah, perguruan tinggi, dan berbagai Lembaga
Indramayu, tingkat melek huruf pada perempuan hanya Swadaya Masyarakat.
sekitar 55.5% (UNDP, 2009), terpaut jauh dari tingkat
melek huruf pada perempuan secara nasional yang Upaya kuratif diarahkan untuk menangani korban
berada pada angka 80.5%. Mencermati faktor ini, kasus trafficking, dari mulai penjemputan,
ditambah adanya kegagalan negara dalam penampungan sementara, sampai pemulangan korban
menyediakan lapangan kerja di dalam negeri, maka ke daerah asal. Selain itu juga dilakukan pemberian
jelas ketika dihadapkan pada permasalahan ekonomi, bantuan hukum dan pendampingan korban sampai
perempuan yang tidak memiliki skill dan bekal masalahnya selesai. Upaya rehabilitatif diarahkan
pendidikan, serta memiliki wawasan yang sangat untuk pemulihan kondisi kesehatan fisik dan psikis
minim tentang tindak kejahatan migrasi, akan dengan bagi korban trafficking; reintegrasi korban ke
mudah terjebak dalam sindikat perdagangan manusia keluarganya atau lingkungan masyarakatnya; serta
(trafficking) atau penyelundupan orang (smuggling), pemberdayaan ekonomi dan/atau pendidikan terhadap
meskipun selalu saja kedok yang ditawarkan adalah korban.
dapat bekerja di negara tetangga dengan upah yang
tinggi. Pada kenyataannya, berbagai upaya penghapusan
trafficking masih belum menunjukkan hasil yang
Penanganan trafficking merupakan kegiatan yang optimal. Data yang ada menunjukkan bahwa kasus
bersifat komprehensif dan terintegrasi sehingga trafficking masih terus terjadi, dengan jumlah kasus
seluruh komponen masyarakat harus terlibat dan yang signifikan. Data Puslitfo BNP2TKI (2012)
memainkan perannya secara optimal. Berbagai laporan menjelaskan bahwa pada tahun 2012, dari 3.810.534
maupun hasil penelitian menunjukkan bahwa buruh migran Indonesia yang tercatat berangkat ke luar
penyebab trafficking adalah multifaktor (Irwanto, dkk, negeri, lebih dari 75%-nya adalah perempuan dan
2001; International Catholic Migration Commission, sekitar 88% dari perempuan tersebut bekerja di sektor
2006; Sentika, 2007), tidak hanya karena faktor informal, sebagain besar sebagai pembantu rumah
kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan anak tangga (PRT).
dan perempuan tetapi juga karena budaya patriaki yang
mengakar di masyarakat, dampak industrialisasi dan Belum optimalnya implementasi kebijakan nasional
modernisasi pertanian serta faktor sosial budaya. dalam upaya penghapusan trafficking, yang melibatkan
Penelitian PKPM Unika Atmajaya-UNFPA (2003) peran serta pemerintah daerah baik pada tingkat
mengungkapkan bahwa kemiskinan, pendidikan yang provinsi maupun kabupaten/kota, disebabkan beberapa
rendah, serta budaya masyarakat merupakan faktor, seperti diungkapkan Kementrian Koordinator
kombinasi yang menyebabkan perempuan dan anak Bidang Kesejahteraan Sosial (2005), antara lain: (1)
terjebak di "sektor industri seks". Penelitian tentang Adanya disparitas persepsi para pejabat yang
anak yang dilacurkan oleh Universitas Atmajaya dan berwenang terhadap kebijakan nasional penghapusan
Yayasan Kusumah Buana (2002) menyimpulkan trafficking; (2) Kurangnya dukungan sumberdaya
bahwa faktor pendorong anak terlibat perdagangan (resources) di tingkat daerah; dan 3) Faktor lingkungan
anak-dilacurkan antara lain: kemiskinan, utang- strategis yang dihadapi di tingkat operasional.
piutang, riwayat pelacuran dalam keluarga, permisif,
rendahnya kontrol sosial, rasionalisasi, dan Secara lebih tegas, Tb. Rachmat Sentika mengatakan
stigmatisasi. ada 3 (parameter) yang diperkirakan menjadi kendala
utama dalam implementasi kebijakan nasional
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam penghapusan trafficking, yaitu: (1) Lemahnya
menangani kasus trafficking sudah dilakukan baik dukungan sumberdaya yang diperlukan untuk
upaya yang bersifat preemtif, preventif, kuratif, mengimplementasikan kebijakan penghapusan
maupun rehabilitatif. Upaya preemtif diarahkan untuk trafficking; (2) Kondisi lingkungan ekonomi, sosial
memperbaiki kondisi-kondisi makro yang secara budaya, dan partisipasi masyarakat yang kurang
langsung maupun tidak langsung menjadi faktor kondusif terhadap implementasi penghapusan
pendorong dan faktor penyebab terjadinya kasus trafficking; dan (3) Kurang mendukungnya nilai-nilai
trafficking. Selain itu juga diarahkan untuk sosial budaya masyarakat termasuk nilai-nilai
meningkatkan aksesibilitas, kesadaran, dan partisipasi kepemimpinan pemerintah daerah dan organisasi
masyarakat terhadap penghapusan trafficking. Upaya kelembagaan yang peduli anak, yang terkait dengan
preventif diarahkan untuk mencegah terjadinya kasus kebijakan penghapusan trafficking (Sentika, 2007: 11).
trafficking dengan membangun supporting system
yang mampu memberikan peringatan dini terhadap Adanya berbagai kendala dalam upaya penghapusan
kemungkinan terjadinya kasus trafficking. Hal itu trafficking menjadi fenomena yang menarik untuk
antara lain dilakukan dengan membangun jejaring dan dikaji. Kendala yang berkaitan dengan kondisi
431
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
lingkungan ekonomi, sosial budaya, dan partisipasi salah satu wilayah kasus terbanyak. Data penelitian
masyarakat yang kurang kondusif terhadap diperoleh dari hasil wawancara dan observasi langsung
implementasi penghapusan trafficking merupakan yang peneliti lakukan. Selain itu juga, dilakukan
fenomena yang menarik untuk kajian komunikasi. peninjauan ulang dan penggunaan dokumentasi dengan
Selama ini, penelitian-penelitian trafficking lebih menyandarkan pada konsep konsep teoritis yang telah
banyak menyangkut pemetaan kebijakan-kebijakan dijelaskan sebelumnya.
penanganan, implementasi kebijakan, serta pemaparan
faktor pendorong dan faktor penyebab terjadinya
trafficking. HASIL DAN PEMBAHASAN
Trafficking di Indramayu
Tulisan ini, yang merupakan bagian dari penelitian
tentang trafficking di Jawa Barat, mencoba memotret Indramayu sudah lama dikenal sebagai daerah
fenomena trafficking di Kabupaten Indramayu. pengirim (sending area) buruh migran ke luar negeri,
Tujuannya untuk mengidentifikasi dan menganalisis di mana sebagian besar di antara mereka adalah buruh
budaya masyarakat Indramayu yang selama ini diduga migran perempuan. Kondisi dan perkembangan buruh
menjadi faktor kendala dalam upaya penanganan migran di Indramayu dari waktu ke waktu
trafficking, termasuk dalam upaya sosialisasi menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan,
kebijakannya. baik dari sisi jumlah maupun wilayah tujuan. Menurut
data Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
METODE (Dinsosnaker) Kabupaten Indramayu, pada tahun 2013
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif tercatat ada 16.000 buruh migran dari 31 kecamatan di
dengan metode studi kasus. Pendekatan kualitatif Indramayu yang berangkat ke luar negeri yang
digunakan karena tujuan dari penelitian ini berbekal dokumen lengkap dan mengikuti prosedur
menghendaki adanya pernbahasan yang holistik, yang berlaku (documented), terdiri atas 20 laki-laki dan
sistemik, dan mengungkapkan makna dibalik fakta 15.980 perempuan.
empiris mengenai kendala budaya dalam sosialisasi
penghapusan trafficking. Ada tiga kecamatan yang paling banyak mengirimkan
tenaga kerjanya sebagai buruh migran ke luar negeri
Metode studi kasus digunakan dengan yaitu Kecamatan Juntinyuat, Sliyeg dan Balongan
mempertimbangkan relevansinya untuk menelaah (Dinsosnakertrans Indramayu, 2014). Walaupun
sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti, demikian, di setiap kecamatan di Indramayu jumlah
yaitu kendala budaya dalam sosialisasi penghapusan tenaga kerja yang berangkat ke luar negeri sebagai
trafficking di Kabupaten Indramayu. Dalam studi buruh migran cukup tinggi. Bagi banyak warga
kasus, peneliti mempelajari sebanyak mungkin data Indramayu, menjadi buruh migran adalah pilihan
mengenai seorang individu, kelompok atau suatu alternatif untuk keluar dari himpitan kesulitan
kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan ekonomi.
yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang
diteliti (Mulyana, 2001:201). Studi kasus merupakan Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
penelitian yang mempelajari secara intensif atau jumlah buruh migran yang berangkat ke luar negeri
mendalam satu anggota dari kelompok sasaran suatu jauh lebih banyak, karena tidak semua buruh migran
subjek penelitian yang ke luar negeri ada dalam catatan Dinsosnaker
kabupaten. Banyak di antara mereka yang berangkat
Pada penelitian ini yang menjadi narasumber atau key tidak melalui prosedur resmi (undocumented).
informan dan dipilih secara purposif adalah (1) Berkenaan dengan hal tersebut, Kepala Bidang
Pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) di Pelatihan dan Produktivitas Dinsosnaker Kabupaten
Kabupaten Indramayu, yang secara langsung Indramayu, Iwan Hermawan menjelaskan;
menangani kegiatan sosialisasi penghapusan "Diperkirakan, tenaga kerja yang tidak tercatat justru
trafficking; (2) Anggota Panitia Khusus DPRD jumlahnya lebih besar daripada yang tercatat,,,,ya
Kabupaten Indramayu, yang menyusun dan begitulah kondisinya!" Dia mengemukakan,
menetapkan peraturan daerah untuk penghapusan banyaknya calon tenaga kerja yang tidak melalui
trafficking; (3) Pimpinan Lembaga Swadaya prosedur ini disebabkan beberapa kemungkinan, di
Masyarakat (LSM) di Kabupaten Indramayu, yang antaranya faktor ketidaktahuan warga, keengganan
menangani masalah trafficking; (4) Peneliti masalah untuk terlibat birokrasi, ataupun calon tenaga kerja
trafficking di Kabupaten Indramayu; dan (5) Tokoh yang menyerahkan segala urusan kepada sponsor.
masyarakat Kabupaten Indramayu, yang diperkirakan "Padahal sebenarnya birokrasi untuk mengurusnya
mengetahui dan peduli terhadap masalah trafficking. mudah,....sangat mudah, satu hari juga bisa jadi," ujar
Lokasi penelitian adalah Kecamtan Sliyeg Iwan. Sponsor yang dimaksud adalah individu atau
Indramayu, yang ditetapkan secara purposif sebagai
432
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Hasil penelitian menunjukkan sejumlah kalangan di Sementara, Nurhayati, Kepala Pusat Studi Wanita
Indramayu menilai bahwa permasalahan buruh migran (PSW) Universitas Wiralodra Indramayu,
dan trafficking saling berkaitan. Apabila tidak menambahkan bahwa masalah trafficking di
ditangani dengan baik, kedua masalah itu bisa menjadi Indramayu memang sangat kompleks karena
benang kusut yang tidak mudah diurai. Masalah buruh menyangkut berbagai aspek dalam kehidupan sosial,
migran harus ditangani dengan baik, benar dan ekonomi, dan budaya masyarakat.
sungguh-sungguh terutama oleh pemerintah kabupaten
melalui dinas/instansi terkait. Iwan Hermawan, Kepala "Trafficking itu dilema. Banyak orangtua di
Bidang Pelatihan dan Produktivitas pada Dinsosnaker Indramayu malah membolehkan anaknya untuk
Kabupaten Indramayu menegaskan bahwa, berkerja di luar daerah bahkan di luar negeri. Apakah
“Apabila salah dalam menangani buruh migran dengan cara legal atau illegal, itu tidak masalah.
khususnya tentang pengurusan dokumennya, maka Mereka menganggap anak perempuan itu adalah aset.
sangat rentan terhadap tindak penipuan oleh oknum Mereka melaporkan adanya kasus trafficking hanya
tidak bertanggung jawab. Bukan nasib baik yang akan jika tidak ada kiriman uang dari anaknya yang telah
ditemui buruh migran tetapi bisa terjebak dalam bekerja di luar daerah, … Indramayu, daerah yang
sindikat perdagangan orang atau trafficking”. sangat kronis dan kompleks untuk trafficking".
Pendapat yang hampir senada disampaikan Soenarto Kendala Budaya dalam Sosialisasi Kebijakan
Rois, pimpinan Yayasan As-Sakienah Pondok Penanganan Trafficking
Pesantren As-Sakienah Desa Tugu Kecamatan Sliyeg
yang sudah banyak menangani kasus buruh migran asal Sosialisasi kebijakan penanganan trafficking di
Indramyu. Beberapa pernyataan Soenarto Rois Indramayu belum berjalan optimal salah satu faktor
utamanya adalah budaya. Hasil penelitian
"Sekitar enam dari sepuluh perempuan di sini bekerja menunjukkan beberapa budaya yang berkembang di
di luar negeri. Empat di antaranya memang pulang masyarakat Indramayu justru menjadi faktor pemicu
dengan membawa kesuksesan, dan dua lainnya tidak." meningkatnya jumlah buruh migran perempuan dan
"Di desa kami pemberangkatan buruh migran tiap sebagian di antaranya menjadi korban trafficking.
tahun terus bertambah karena para calon buruh
migran tersebut melihat keberhasilan pendahulunya, Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu
sedangkan kejadian buruk seperti buruh migran yang masalah budaya yang dihadapi Indramayu, sejak dulu
pulang jadi gila, dihamili oleh majikan, disiksa, tidak sampai sekarang, adalah budaya atau tradisi luruh duit.
pernah jadi pelajaran bagi mereka." Tradisi inilah yang akhirnya membuat Indramayu
dikenal sebagai daerah pengirim buruh migran
Dorongan menjadi TKW, terutama sejak satu perempuan bahkan pelacur (PSK) di Indonesia. Luruh
dasawarsa terakhir, kian menjadi primadona di duit (mencari uang dengan mudah), yang bisa juga
kalangan perempuan desa dengan alasan hanya dengan diartikan secara kasar sebagai pelacuran, dipandang
menjadi buruh migran sajalah mereka bisa sebagian masyarakat Indramayu sebagai solusi, jalan
mendapatkan uang ‘gede’ untuk mengubah nasibnya. penyelemat, untuk keluar dari kemiskinan. Fenomena
Itulah sebabnya mereka cenderung ‘nekad’ meski ini bisa dilihat terutama di Kecamatan Bongas,
dengan cara illegal dengan resiko menjadi korban Karangampel, Juntinyuat, ataupun Sliyeg.
trafficking. Menariknya, resiko menjadi korban
trafficking dinilai wajar sebagai suatu resiko, bahkan Tujuan dari warga yang luruh duit adalah untuk
sebagai ‘nasib’ sial saja. mencari kesugihan (kekayaan). Kekayaan merupakan
433
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
representasi suatu kesenangan, supaya ekonominya lelaki. Harapannya, anak perempuan nantinya bisa
tercukupi, dan tidak kalah dengan orang lain. Selain membalas ‘bakti’ kepada orang tua dalam bentuk
itu, status sosialnya terangkat dan untuk masa depan kiriman-kiriman uang yang akan mengangkat harkat
yang lebih baik, serta supaya dapat membahagiakan martabat keluarga. Tak peduli apakah kiriman uang itu
seluruh keluarganya terutama orang tuanya, sehingga berasal dari hasil bekerja sebagai PSK atau dari
secara otomatis akan mendapat penghargaan dari pekerjaan lainnya.
orang-orang sekitarnya dan kebanggaan diri. Di tengah
sulitnya mencari pekerjaan karena terbatasnya Pola dasar yang terjadi biasanya adalah anak
kesempatan kerja; di tengah keterbatasan kemampuan perempuan dalam usia yang sangat muda akan
dan keahlian karena rendahnya pendidikan, di tengah dinikahkan oleh orang tuanya, sebagai jalan keluar dari
himpitan kemiskinan karena tidak punya sawah atau beban menafkahi keluarga yang harus ditanggung
lahan garapan maka luruh duit menjadi cara termudah orang tua. Selanjutnya, karena secara fisik dan mental
untuk mendapatkan kekayaan dengan cepat. Kekayaan mereka belum siap, tidak lama kemudian pasangan
diwujudkan dalam bentuk rumah yang bagus, pakaian muda itu akan bercerai. Si perempuan akan
yang modis, ataupun kendaraan yang dimiliki. menyandang status sebagai janda; janda muda atau
lebih dikenal sebagai janda kembang. Status janda
Luruh duit tidak selamanya menghasilkan kekayaan kembang akan meningkatkan nilai jual perempuan.
secara cepat. Ketika warga yang luruh duit gagal, Pandangan seperti itu masih sangat kuat di sebagian
kegagalan itu disikapi dengan sikap nrimo bahwa hal masyarakat Indramayu.
itu merupakan takdir atau nasib buruk. Biasanya
mereka berhenti untuk sementara kemudian mencari Temuan lain penelitian adalah berkembangnya secara
cara lagi untuk meraih kesuksesan. Beberapa cara turun-temurun beberapa tradisi upacara adat di dalam
merespon kegagalan adalah dengan mencari dukun keluarga berkenaan siklus hidup manusia, dimulai dari
yang ampuh, menjadi kuli, menjadi pembantu rumah tradisi kehamilan sampai kelahiran, tradisi khitanan
tangga, atau mencari suami. Cara-cara irasional lebih termasuk rasulan (khitanan untuk anak perempuan),
banyak dipilih ketika kegagalan dialami, seperti tradisi perkawinan, dan tradisi kematian. Di antara
dengan melakukan ritual-ritual aneh yang hasilnya tradisi tersebut, yang biasanya dirayakan secara khusus
sangat sulit dipertanggungjawabkan. dengan menggelar pesta (hajatan) ‘besar-besaran’
yang cenderung mengeluarkan biaya banyak adalah
Di beberapa wilayah Indramayu, luruh duit merupakan tradisi sunatan, rasulan, dan perkawinan. Acara ini
kebiasaan turun-temurun. Sebagai kebiasaan turun- biasanya terjadi pada musim panenan, ketika mereka
temurun, luruh duit menjadi sesuatu yang terbuka dan memperoleh pendapatan lumayan dan sekaligus
diterima masyarakat. Bahkan masyarakat sangat merupakan acara syukuran. Jenis hiburan pada saat
menerimanya. Selama ini, tidak ada sanksi sosial hajatan menunjukkan tingkat status sosial ekonomi
terhadap pelaku luruh duit karena dinilai sudah tradisi. orang tua. Masyarakat kelas atas biasanya mengadakan
Sebagian warga masyarakat memang ada yang sudah hiburan orkes dangdut, khas tarling Indramayuan atau
menyadari bahwa luruh duit merupakan kejahatan. Cirebonan, Masyarakat kelas menengah dengan
Tetapi banyak juga yang menganggapnya tidak sandiwara, sementara masyarakat kelas bawah cukup
demikian. Mereka memandang luruh duit bukan organ tunggal. Bagi orang Indramayu mengadakan
kejahatan, tetapi pekerjaan sebagaimana pekerjaan hajatan khitanan atau perkawinan merupakan satu
yang lainnya. Luruh duit sudah tidak dianggap sesuatu kewajiban yang mau tidak mau harus dilaksanakan; Ia
yang salah, bahkan bisa menjadi kebanggaan. Luruh akan merasa sangat malu dan terusik harga dirinya jika
duit mudah memperoleh uang dan tidak ada sanksi apa tidak melakukannnya. Sikap seperti itu mendorong
pun, baik dari pemerintah maupun masyarakat. mereka untuk mencari upaya apa pun agar bisa
melakukan hajatan khitanan atau perkawinan, bahkan
Berkembangnya budaya luruh duit pada sebagian dengan cara memaksakan diri misalnya dengan
warga masyarakat Indramayu berkaitan dengan berhutang.
pandangan mereka terhadap keberadaan perempuan,
yang lebih banyak dilihat dari sisi fisiknya. Tradisi Bersamaan dengan tradisi hajatan, berkembang juga
seperti ngadongdot (menawarkan anak perempuan kebiasaan (sistem) buwuhan yaitu kebiasaan terikat
kepada lelaki tertentu) atau ngelanang (melacurkan seperti arisan untuk membantu warga masyarakat yang
diri) pada hakekatnya adalah bentuk pemaknaan akan mengadakan hajatan. Buwuhan umumnya
masyarakat terhadap tubuh perempuan yang dipandang dilakukan dalam bentuk beberapa warga yang mampu
sebagai asset, nilai tambah ataupun komoditas yang (punya uang atau beras atau kebutuhan hajatan lainnya)
bisa dijual, bahkan itu dilakukan oleh orangtua atau melakukan magang (meminjamkan) beras atau uang
suami. Pandangan ini pula yang menyebabkan tersebut untuk kebutuhan hajatan. Menjadi kewajiban
kelahiran anak perempuan di beberapa wilayah di warga yang hajatan untuk mencatat siapa saja yang
Indramayu lebih dihargai daripada kelahiran anak magang, dalam bentuk apa, dan berapa banyak. Barang
434
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
435
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
kebijakan publik harus dikembalikan pada makna seksual komersial anak dan perempuan, serta
demokratisnya yaitu kebijakan yang berasal dari, oleh, perdagangan anak dan perempuan.
dan untuk publik (rakyat).
Selain itu, budaya patriaki masih cukup kuat di dalam
Di sisi lain, penghapusan trafficking merupakan kebanyakan budaya di Indonesia. Anak gadis dan
kegiatan yang bersifat komprehensif dan terintegrasi perempuan kurang mendapat penghargaan tinggi di
sehingga seluruh komponen masyarakat harus terlibat mana dalam situasi krisis anak gadis dan perempuan
dan memainkan perannya secara optimal. Mengingat yang pertama dikorbankan. Misalnya anak perempuan
faktor penyebab trafficking yang bersifat multifaktor, yang pertama kali akan diberhentikan dari sekolah
maka dalam upaya penghapusan trafficking haruslah apabila keluarga mengalami krisis ekonomi atau krisis
ditujukan untuk mengatasi faktor penyebab tersebut pangan. Faktor penyebabnya lainnya adalah adanya
dengan melakukan kegiatan yang implementatif dan diskriminasi jender dalam keluarga dan masyarakat.
langsung dirasakan manfaatnya. Banyak anak gadis dan perempuan yang berupaya
melarikan diri dari ketidakadilan jender, beban kerja
Proses sosialisasi, yang berlangsung antara pribadi yang terlalu berat di rumah, atau mereka dipaksa kawin
orang per orang, memungkinkan seseorang oleh orang tua.
mempelajari norma-norma yang terjadi di
masyarakatnya. Berger dan Luckmann (1975) DAFTAR PUSTAKA
menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan
interaksinya, dimana individu menciptakan secara Badan Pusat Statistika Kabupaten Indramayu, 2014.
terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami Indramayu Dalam Angka Tahun 2014
bersama secara subjektif. Institusi masyarakat tercipta Badan Pusat Statistika Provinsi Jawa Barat, 2014. Jawa
dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan Barat Dalam Angka 2014
interaksi manusia. Setiap orang mempunyai konstruksi Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian
yang berbeda-beda atas suatu realitas berdasarkan Kualitatif: Perspektif Mikro. Surabaya: Insan
pengalaman, preferensi, pendidikan, dan lingkungan Cendikia.
sosial yang dimiliki masing-masing individu. Meskipun Creswell, John W., 1998. Qualitative Inquiry and
masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara Research Design: Choosing Among Five
objektif, namun pada kenyataannya semuanya Tradition. New York: sage Publications Inc.
dibangun dalam definisi subjektif melalui proses USA
interaksi. Denzin, Norman K dan Yvonna S. Lincoln. 2009.
Handbook of Qualitative Research, London:
SIMPULAN Sage Publication
Devi Rahayu. 2011. Perlindungan Hukum bagi Buruh
Trafficking menyangkut kondisi ekonomi, kondisi Migran Terhadap Tindakan Perdagangan
sosial, dan kondisi budaya yang menjadi bagian dari Perempuan.
masyarakat Indramayu. Trafficking di Indramayu Dian Noeswantari, dkk. 2011 Mencegah Trafficking
merupakan masalah yang sangat kompleks. melalui Prosedur Penempatan dan Perlindungan
Kemiskinan pada sebagian masyarakat kontradiktif Tenaga Kerja Indonesia. Pusat Studi Hak Asasi
dengan desakan kuat untuk bergaya hidup materialistik, Manusia, Universitas Surabaya,
budaya konsumtif, membuat anak dan orang tua rentan Imam Rosadi. 2010. “Konsekuensi Migrasi
dieksplotasi oleh pelaku trafficking. Selain itu, Internasional terhadap Relasi Gender (Studi
trafficking terjadi karena adanya diskriminasi gender; tentang buruh migran internasional yang pulang
praktik budaya yang berkembang di masyarakat dari bekerja di luar negeri di Kecamatan
Indonesia seperti luruh duit, tingkat pendidikan yang Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa
rendah dan putus sekolah karena pandangan anak gadis Barat)”. Disertasi Universitas Indonesia.
tidak perlu pendidikan tinggi, serta pernikahan dini dan Isbandi, Rukminto Adi. 2012. Pemberdayaan
tingkat perceraian yang tinggi. Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat. Edisi
Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain; Liliweri, Alo. 2009. Makna Budaya Dalam Komunikasi
seperti benang yang sangat kusut dan sulit diurai. Antarbudaya. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Kemiskinan yang dialami sebagian penduduk Maxwell, Joseph A. 1996. Qualitative Research Design:
Indramayu, terutama kelompok petani di pedesaan An Introduction Approach. London: Sage
membuat kesempatan mereka untuk memperoleh akses Publication.
pendidikan menjadi sangat terbatas. Tingkat pendidikan Mulyana, Deddy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif:
dan keterampilan yang rendah menjadi salah satu faktor Paradigma Baru Ilmu
yang berpengaruh pada munculnya bentuk-bentuk Komunikasi dan Ilmu Sosial
terburuk pekerjaan anak dan perempuan, eksploitasi lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
436
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
437
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Seny Soniaty
Alumnus Hubungan Internasional FISIP UNPAD
seny.soniaty@gmail.com
Widyastuti
Perencanaan Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung
Rahmad Efendi
Rahmad Efendi, Komunitas Riset Antronesia
Seny Soniaty,
Widyastuti,
438
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Tabel 1. The Past, Present and Future of Hallyu (Kim budaya pop korea memiliki beberapa ciri khas yang
Bok-rae, 2015). terkandung di dalam kontennya, yakni dapat dilihat dari
Hallyu 1.0 Hallyu 2.0 Hallyu 3.0 beberapa karakteristik berikut. Pertama, di dalam
produk musik, terlihat jelas dominasi K-pop dan grup
Period 1995~2005 2006~to the Foreseeable
present future idol yang menguatamakan aliran RnB dan music
Diffusion Asia (China, Asia, North All over the elektro, diiringi oleh penampilan anggota band yang
Area Taiwan and America and world tampan dan cantik, dengan tarian dan kostum yang
Japan) Europe menawan. Kemudian musik korea selatan juga banyak
Target Media contents K-pop idols· Genre- berkolaborasi dengan pemusik internasional sehingga
(K-dramas and (K-stars- diversification memiliki cirri music internasional yang kuat. Sementara
movies) oriented) (Stars & dalam drama dan film, konten yang menonjol adalah
(Product- Creator nilai-nilai konfusionisme, kemanusiaan, kekeluargaan
oriented) brandoriented) dan romantisme. Produk film dan drama korea
Cases “What is Love? Girls’
menekankan pada story line yang sederhana, namun
(1992),”14“Wint Generation,
er Sonata (2002), Kara, Shinee,
memiliki kekuatan emosi yang dalam. Mereka
“My Sassy Girl 2PM, and Big cenderung menghindari konten-konten provokatif dan
(2001)”“Jewel in Bang (band) seksualitas. Sebab itu, produk film dan drama korea
the Palace mudah diterima diberbagai Negara, bahkan di negara-
(2003-2004),” negara Arab yang mayoritas ketat dalam kebijakan
HOT (band), Boa sensor.
(singer).
Early Overseas Korean Online SNS Hallyu terwujud dari kerjasama multipihak. Terdapat
Distributio society circulation beberapa aktor utama yang terlibat dalam proses
n (YouTube)
penyebaran Hallyu, diantaranya; pemerintah, pihak
Media Video, CD, spot Internet, on- Cross-media
broad casting site swasta (chaebol) dan grup idola. Pemerintah dalam hal
performance ini berperan sebagai pengawas dan pendukung
Durability From several For several For several penyebaran Hallyu. Badan pemerintah yang
months to years years (Girls’ decades bertanggung jawab atas hal ini adalah Kementerian
(Winter Sonata) Generation) Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan atau
Directivity Turning the eyes Overseas To the world Ministry of Culture, Sports and Tourism (MCST). Para
of the world upon expansion and beyond Korea konglomerat berperan sebagai pihak yang mensponsori
Korea (Tourist performance (Regarded as kegiatan-kegiatan dalam penyebaran kebudayaan.
industry-centerd) mainstream) Seperti agensi musik yang menjadi pihak aktif dalam
kegiatan industri musik dimulai dari penyelenggaraan
Kesuksesan Hallyu menunjukkan kemampuan pelaku audisi vokal dan tari, proses pelatihan hingga debut
industry kreatif dan pemerintah Korea dalam sebagai grup idola atau penyanyi solo. Para grup idola,
memanfaatkan arus globalisasi serta perkembangan penyanyi solo, aktor dan aktris juga termasuk ke dalam
media digital dan internet. Dua hal ini telah membantu aktor yang bertanggung jawab dalam proses penyebaran
penyebaran produk-produk budaya pop korea ke Hallyu. Mereka adalah aktor yang berdiri di posisi
seluruh dunia. Globalisasi sebagai platform kerjasama paling depan sebagai wajah Hallyu. Pada dasarnya
internasional, termasuk keterbukaan informasi, telah mereka memiliki peran utama dalam ekspansi
membuka ruang untuk masuknya budaya Korea di kebudayaan Korea Selatan ke lingkungan internasional
berbagai. Kesempatan itu dimanfaatkan secara optimal (Sari 2013).
oleh Korea dengan memproduksi produk budaya pop
dalam bentuk media digital sehingga lebih mudah Pada tahap ekspansi budaya popular Korea secara
didistribusikan melalui broadcasting dan internet. global (1993-sekarang), pemerintah Korea mulai
menjadikan ekspansi budaya pop Korea sebagai
Meski demikian, globalisasi dan media digital hanyalah kebijakan politik luar negeri yang bertujuan untuk
sarana yang dimanfaatkan dalam proses pemasaran. meningkatkan soft-power Korea dalam hubungan
Daya tarik utama produk korea sesungguhnya internasional. Soft power diartikan sebagai kemampuan
bergantung pada kualitas dan keunikan konten dari untuk mendapakan apa yang diinginkan melalu daya
produk-produk tersebut. Produk industi kreatif Korea tarik daripada koersi atau bayaran. Soft power lahir dari
Selatan yang popular dalam gerbong Hallyu antara lain ketertarikan akan budaya, politik yang ideal dan
berupa musik pop, idol, drama, film, fashion, kuliner, kebijakan suatu negara (Nye, 2004).
dan komik. Do (2012) memetakan bahwa produk
439
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Pada tahap ekspansi ini, Sari (2013) mengemukakan Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah melaui berbagai
bahwa pada dasarnya Hallyu membawa empat misi program bertemakan ekonomi kreatif dan industri
kebudayaan, diantaranya; pembentukan citra positif, kreatif telah menginspirasi banyak orang, terutama yang
mengubah perspektif atau pandangan negara lain, berasal dari kalangan pemuda untuk berkreasi dan
menggalang dukungan atas suatu kebijakan luar negeri, berkarya serta menjadi wirausaha. Sejak Pemerintah
membentuk penilaian baik terhadap pemimpin atau mengenalkan ekonomi kreatif dan industri kreatif,
dukungan domestik terhadap pemerintah. Misi-misi bermunculan para pengusaha muda yang
tersebut yang menjadi faktor penyebab diterimanya mengembangkan sektor ekonomi kreatif sebagai
kebudayaan Korea oleh masyarakat internasional. usahanya.
Hallyu merupakan bentuk komunikasi bukan
nasionalisme, analisanya adalah popularitas yang diraih Apa yang dilakukan Korea melalui Hallyu-nya, secara
Hallyu di lingkungan internasional bukan ancaman langsung atau tidak telah memberikan pengaruh
terhadap pergeseran nilai-nilai nasionalisme di negara- terhadap perkembangan industri kreatif nasional. Di
negara tersebut karena Hallyu merupakan bentuk satu sisi, Hallyu menginspirasi para pemuda Indonesia
komunikasi penyampaian ide perdamaian yang untuk lebih kreatif dan imajinatif dalam berkarya dan
dipromosikan oleh Korea terhadap negara-negara lain. menonjolkan sisi yang paling memiliki nilai jual tinggi.
Namun di sisi lain, masuknya Hallyu ke Indonesia telah
Dalam penyebaran hallyu secara global, Indonesia mengikis sedikit demi sedikit rasa kebanggaan dan
merupakan salah satu negara yang masyarakatnya kecintaan akan produk dalam negeri dan budaya
menerima dengan baik berbagai produk kebudayaan Indonesia. Dualisme pengaruh ini tentunya menjadi
pop Korea. Hallyu mulai muncul di Indonesia sejak tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia dan para
awal tahun 2000 dengan ditayangkannya drama-drama stakeholder dalam mengembangkan industri kreatif.
Korea di TV nasional, seiring dengan menjamurnya Indonesia.
penjualan barang-barang buatan Korea. Setelah itu
diikuti dengan booming-nya Kpop seiring dengan Oleh sebab itu, tentu menarik untuk melihat bagaimana
penjualan produk fashion, hingga kuliner. Lebih jauh, Hallyu yang membawa budaya pop Korea berdampak
pada saat ini budaya pop Korea semakin popular dengan pada pandangan masyarakat Indonesia, terutama para
bermunculannya berbagai fan base idol atau grup band, pemuda, baik di tingkat pemikiran maupun di tingkat
yang pada akhirnya memicu pelaksanaan konser-konser perilaku, mengenai budaya pop Korea itu sendiri dan
artis dan grup Korea di Indonesia. Penyebaran budaya industri industri kreatif di Indonesia. Dengan demikian,
pop Korea di Indonesia merupakan suatu proses tujuan dari penelitian pada akhirnya ingin melihat
interaksi antar budaya/intercultural. Bukti kesuksesan bagaimana pengaruh budaya pop Korea terhadap
Hallyu di Indonesia juga dapat dilihat melalui masyarakat dan perkembangan Industri kreatif di
penyelenggaraan eksibisi Korea EXPO 2013 di Jakarta Indonesia.
dan juga festival-festival kebudayaan lainnya seperti;
Korean Film Festival 2013 di Jakarta, festival K-Pop M
Countdown Halo Indonesia 2013, Music Bank live in METODE
Jakarta 2013 dan sebagainya (Sari 2012). Penelitian ini menggunakan survei online yang
didukung oleh studi literatur. Studi literatur dilakukan
Saat ini, industri kreatif Indonesia sedang berada pada pada berbagai data-data pemerintah dan kajian-kajian
fase pengembangan. Pemerintah Indonesia, melaui akademik terkait dengan perkembangan budaya pop
BEKRAF dan kementerian/lembaga (K/L) lainnya Korea dan penyebaran melalui Hallyu, pengaruh budaya
berupaya untuk menumbuhkan semangat dan daya pop Korea di Indonesia dan tentang pengembangan
kreativitas masyarakat Indonesia terutama kalangan Industri kreatif di Indonesia. Studi literatur dalam
pemuda. penelitian ini banyak menggunakan material yang
diakses melalui internet, dan sebagian ada yang
Industri kreatif Indonesia mulai benar-benar dilirik dan bersumber dari material cetak seperti buku dan jurnal.
diperhatikan dengan seksama oleh Pemerintah adalah
sejak tahun 2006. Pada tahun 2006, Pemerintah mulai Survei online berusaha mengumpulkan pandangan dari
membuka pemikiran mengenai pentingnya keberadaan masyarakat terkait pendapat mereka tentang budaya pop
industri kreatif di Indonesia. Indonesia Design Power Korea dan pandangannya tentang pengembangan
adalah pilot project Pemerintah terkait dengan industri industri kreatif di Indonesia. Survei ini menggunakan
kreatif. Sejak saat itu, industri kreatif Indonesia mulai non-probability sampling, khususnya metode
dikenal dan mulai memainkan perananannya dalam convenience/aksidental sebagai teknik pengambilan
perekonomian nasional. sampel. Ali (2011: 115), menjelaskan bahwa dalam
440
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
metode penyampelan convenience, sampel diambil Tenggara. Kemudian responden dapat dibagi atas
tidak berdasarkan bingkai sampel yang memuat seluruh kategori yang tinggal di Kota Besar dan daerah.
daftar populasi, melainkan subyek mana saja yang bisa Sebanyak 51.3% responden tinggal di kota besar
dijadikan sampel, atau dalam kata lain, penyampelan (Bandung dan Jakarta), dan 48.7% responden tinggal di
dilakukan lebih mudah. Dengan teknik ini, kami daerah (antara lain Yogyakarta, Cianjur, Bogor,
berusaha memperoleh sampel dari elemen-elemen yang Tangerang, Semarang, Banyumas, Banda Aceh,
paling mudah dihubungi, dikenal, dan mau bekerja Palangkaraya, Makasar, Mataram, dan lainnya).
sama. Para responden yang terlibat memang memilih
untuk berpartisipasi secara sukarela atas kemauan Secara umum, para responden telah mengenal berbagai
sendiri karena ketertarikan terhadap isu penelitian, produk budaya pop Korea. Masifnya paparan informasi
yakni tentang Hallyu dan gaya hidup. Sebab itu, para tentang Korea memiliki korelasi dengan minat
responden ini dapat juga disebut sebagai “self-selected responden terhadap budaya pop Korea. Hanya sedikit
respondent.” dari responden yang menyatakan tidak tertarik terhadap
budaya Korea, yakni hanya 6.7% dari total responden.
Unit analisis penelitian ini terdiri dari data literatur dan Mayoritas responden tertarik dengan budaya pop Korea
data yang didapat lewat survei online. Analisa data dalam tiga tingkatan, yakni biasa saja (31.25%), tertarik
literatur menggunakan studi komparasi dan crosscheck (38.39%), dan sangat tertarik (23.66%). Adapun
terkait isu-isu yang diangkat. Sementara itu, data produk-produk budaya yang paling disukai oleh
kuantitatif hasil survei online dianalisa menggunakan responden adalah drama, musik, film, reality show, dan
software SPSS 17 dan Microsoft Excel. Tahap awal, kuliner.
data disusun berdasarkan kategori demografi
responden. Kemudian dianalisa tingkat konsumsi Minat itu sejalan dengan penggunaan produk Korea
produk budaya pop Korea berdasarkan kategori- yang mencapai 62% dari responden. Para peminat itu
kategori lain. Selanjutnya dianalisa pendangan dan menggunakan produk korea dalam berbagai kategori
pendapat responden terkait budaya pop Korea dan dan lewat berbagai media. Dimulai dari yang tertinggi;
Industri kreatif Indonesia. 1) Konsumsi produk digital Korea melalui internet
(54.46%). Produk digital yang dikonsumsi antara lain
HASIL DAN PEMBAHASAN seperti drama, film, musik, gambar, berita dan artikel.
Implikasi Hallyu Terhadap Masyarakat Indonesia 2) Konsumsi produk Kuliner Korea (35.27%). 3)
a. Pengaruh Pada Minat Terhadap Budaya Pop Konsumsi media cetak tentang Korea (20.09%). 4)
Korea Belanja pakaian dan fashion Korea. 5) Biaya channel tv
Untuk melihat bagaimana pengaruh paparan Hallyu berlangganan khusus tentang Korea (12.95%). 6)
pada masyarakat Indonesia, kami melakukan survei Belanja aksesoris fashion Korea (11.61%).
online, dengan menggunakan metode convenient.
Responden terlibat dalam survei ini berjumlah 244 Dari para pengguna itu, 11% diantaranya merasa bangga
orang, mayoritas adalah perempuan (72.8%), tiga menggunakan produk Korea. Dari pengguna produk
banding satu dengan jumlah responden laki-laki (27.2 Korea, 95% memiliki artis/aktor yang dijadikan idol,
%). Mereka masuk dalam kelompok usia muda di dan 63% di antaranya mengikuti satu atau beberapa
kisaran usia 16-30 tahun, paling banyak di rentang usia gaya hidup dari idol tersebut. Beberapa poin tersebut
21-25 tahun (39.3 %), dan 26-30 tahun (38.8%), lalu cukup mengejutkan bahwa, sebagian besar responden
diikuti oleh usia 16-20 tahun (21.9%). Responden menggunakan produk Korea bukan karena bangga tapi
terbesar berasal dari kalangan Mahasiswa (43.3%), lebih kepada pengaruh dari gaya hidup idol yang mereka
kemudian Karyawan Swasta (26.3%), Wiraswasta sukai. Di samping itu 24% dari responden pernah
(7.1%), PNS (5.8%), Tidak Bekerja (3.6%), Pelajar memasarkan produk Korea. Hal ini menunjukkan
(3.1%), Ibu Rumah Tangga (3.1%), Honorer (2.2%), bahwa responden menyadari bahwa produk Korea
Freelancer (1.8%) dan Lainnya (3.4%). merupakan komoditas dengan pasar yang bagus.
Secara sebaran wilayah, para responden paling banyak Berdasarkan penilaian terhadap diri mereka sendiri,
berasal dari Provinsi Jawa Barat (62.5%), sisanya berasa terkait minat terhadap produk budaya pop Korea, sekitar
dari DKI Jakarta (12.1%), Jawa Timur (6.3%), DI 30.10% responden menilai dirinya bukan penggemar
Yogyakarta (4.9%), Jawa Tengah (3.6%) dan Provinsi budaya pop Korea. Sementara mayoritas responden,
Banten (3.1 %). Disamping itu, juga terdapat responden yakni 73.66%, merasa diri mereka penggemar, yang
dari luar pulau Jawa sebanyak (7.6%) yang tersebar di terbagi dalam empat kategori sebagai berikut,
pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Penggemar Biasa (48.66%), Penggemar Musiman
441
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
(8.18%), Penggemar Loyal (7.73%), dan Penggemar keseluruhan, tidak terlalu membedakan dan memilih
Fanatik (2.45%). produk tertentu sebagai yang disuka. Pengetahuan
mereka tentang produk. Korea sangat baik. Mereka
0% tidak ragu untuk menunjukkan kebanggaannya terhadap
Kategori
produk budaya pop Korea. Sebab itu dari kategori ini
9% banyak yang terlibat dalam komunitas terkait Korea,
26% penggemar musiman
menjadi ambassador produk, dan berjualan produk
penggemar biasa
budaya pop Korea.
penggemar loyal
3%
13% 49% penggemar fanatik Sedangkan Penggemar fanatik tidak begitu suka dalam
bukan penggemar aktivitas pemasaran produk Korea. Mereka cenderung
lebih suka menikmati sendiri, terutama mengkoleksi
produk-produk yang mereka sukai. Kategori ini juga
lebih selektif terhadap produk Korea yang mereka
Gambar 1. Perbandingan Jumlah Kategori Penggemar sukai. Mereka hanya menyukai beberapa produk,
namun dengan konsistensi yang tinggi. Dalam hal ini
Para responden bukan penggemar ini sebenarnya cukup termasuk juga saat mereka menyukai artis/aktor Korea.
mengenal budaya pop Korea, tapi mereka mengaku Mereka mengikuti secara konsisten perkembangan info
tidak tertarik dan merasa bukan penggemar. Kelompok tentang idolnya tersebut, dan lebih susah atau butuh
ini tidak melihat adanya pengaruh positif yang waktu yang lebih lama untuk pindah menyukai idol lain.
signifikan dari aktivitas mengonsumsi produk Korea
bagi diri mereka, dan juga terhadap masyarakat. b. Pengaruh Terhadap Pandangan Terkait Industri
Sebaliknya mereka melihat pengaruh budaya pop Korea Kreatif Korea dan Indonesia
cenderung menimbulkan dampak negatif. Dari hasil survei, terkait Top of Mind responden tentang
Korea, yakni satu kata yang pertama mereka ingat saat
Dari kategori penggemar, yang memiliki perbedaan mendengar kata “Korea”, terdapat lima kata yang paling
besar adalah penggemar musiman. Kategori ini dominan muncul, dimulai dari “Kpop (Korean Pop),”
menyukai produk budaya pop Korea yang sedang hits, lalu “Drama,” “Boy Band,” “Oppa (kakak laki-laki),”
misalnya musik, artis, drama, dsb. Saat produk itu hits, “Film” dan “Operasi Plastik.” Kemudian, dari Top of
penggemar musiman ini aktif mengikuti info terbaru Mind responden, lebih banyak muncul kesan positif
dan mengeluarkan banyak dana untuk mengakses terhadap Korea, antara lain seperti “keren, seru, popular,
produk yang hits tersebut. Namun jika masa waktu hits mengagumkan, sejuk, dan cantik.” Hanya sedikit kesan
produk tersebut telah lewat, atau mereka sudah bosan negatif yang muncul, misalnya kata “alay dan banci.”
duluan, tingkat konsumsinya menurun bahkan bisa
berhenti. Satu hal lagi, mereka tidak terlibat fan base Selain itu, dari alasan responden menyukai produk
jangka panjang terhadap suatu produk idola tertentu. budaya pop Korea, semakin banyak muncul penilaian
positif dari produk Korea. Misalnya responden suka
Sementara itu penggemar biasa menyukai satu atau terhadap drama karena durasinya singkat, apa yang
lebih produk budaya pop Korea, namun mereka ditampilkan kreatif, dapat menyentuh hati, romantis,
mengkonsumsi hanya sebagai hiburan semata. Bagi sarat nilai kekeluargaan, memberikan banyak
mereka menggunakan produk Korea tidak pengetahuan, dan bisa direlasikan nilai-nilai ketimuran
menimbulkan rasa bangga yang berlebih, hanya biasa yang ada di Indonesia. Kemudian responden menyukai
saja. Sangat jarang juga dari mereka yang mau menjadi musiknya karena easy listening, maknanya dalam,
brand ambassador produk Korea. Meski demikian, penyajiannya inovatif. Lalu reality show dinilai yang
aktivitas menjual produk Korea cukup banyak sangat menghibur, selalu segar, sangat berbeda dengan
dilakukan oleh kategori ini, namun itu karena produk lokal Indonesia yang terkesan memaksa dan
berdasarkan peluang bisnis saja. Mereka mengagumi menjenuhkan.
satu atau lebih artis/aktor Korea sebagai idol, namun
hanya sekedar suka karena tertarik dengan penampilan, Lebih lanjut, saat membandingkan dengan produk
dan tidak terlalu mengikuti gaya idol tersebut. Mereka industri kreatif Indonesia, sebanyak 63%
juga mudah berpindah menyukai idol yang lain. respondenmenyatakan bahwa perkembangan industri
industri kreatif Indonesia tertinggal jauh dari industri
Kategori penggemar loyal merupakan yang paling industri kreatif Korea Selatan. Hal ini menujukkan
konsisten dalam mengikuti perkembangan budaya pop bagaimana masyarakat menganggap bahwa produk
Korea. Mereka menyukai produk pop Korea secara Indonesia kalah bersaing dengan produk Korea.
442
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Masalah kualitas produk ini juga menjadi alasan bagi Implikasi Hallyu Terhadap Kebijakan Industri
53% responden yang menyatakan ragu atau tidak suka Kreatif Indonesia
pada produk industri kreatif Indonesia. Dalam hal ini,
ada mindset yang kuat yang ditunjukkan sebagian besar a. Budaya Populer sebagai bagian dari Industri
responden, bahwa Korea adalah negara yang jauh lebih Kreatif
maju dari Indonesia, termasuk budaya pop yang Globalisasi telah mengantarkan dunia pada kondisi
merupakan produk industri kreatifnya. Mayoritas dimana budaya menjadi salah satu komoditas ekonomi
responden menilai bahwa Indonesia perlu belajar yang bernilai jual tinggi. Persaingan ekonomi yang
banyak dari negeri Ginseng tersebut untuk memajukan tinggi dan kebutuhan akan ekonomi yang semakin
sektor industri kreatif. tinggi, telah mengantarkan negara-negara untuk lebih
90%
80% kreatif dalam mencari cara untuk mengembangkan
70%
60%
50%
40% ekonomi mereka. Budaya menjadi salah satu obyek
30%
20%
10%
0% yang dijadikan komoditas yang pada praktiknya
ternyata memberikan sumbangsih ekonomi yang begitu
Seimbang (4%)
Optimis (82%)
Tertinggal (62%)
Mendekati (30%)
Setuju (82%)
Ragu (43%)
Ragu (18%)
Ya (47%)
Tidak (10%)
Ya (63%)
Tidak (37%)
Tidak (18%)
besar terhadap perekonomian nasional mereka.
443
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
b. Pengaruh Hallyu Wave terhadap industri Kreatif disebarkan Drama mendapat perhatian dari masyarakat
Indonesia dari berbagai negara. Melalui Drama, Korea
menyampaikan pesan untuk menggunakan produk
Hallyu Wave atau dikenal dengan juga Korean Wave
budaya mereka. Mereka sedemikian rupa membentuk
merujuk pada upaya pemerintah Korea dalam hal ini
pola pikir (mind set) para penonton bahwa yang Korea
Korea Selatan dalam menyebarkan dan memasarkan
itu adalah yang seperti yang digambarkan dalam Drama.
produk budaya populer mereka. Hallyu sendiri pada
Fashionable, cantik, berbudi luhur, pekerja keras,
awal kemunculannya merupakan istilah dari China
modern, berteknologi tinggi adalah pesan-pesan yang
Youth Daily pada tahun 1999 untuk menggambarkan
disampaikan dalam Drama–drama yang dibuat oleh
pertumbuhan popularitas dari dunia hiburan dan budaya
Korea atau dikenal dengan istilah K-Drama.
populer Korea Selatan. Penggunaan istilah Hallyu ini
ternyata meluas tidak hanya oleh China Youth Daily
K-Drama dapat dikatakan berhasil memasarkan
tapi juga digunakan oleh semua kalangan di dunia
produk-produk Korea ke seluruh dunia, termasuk
terutama yang memiliki perhatian lebih terhadap
Indonesia. Hal-hal yang berbau Korea menjadi
perkembangan budaya populer Korea.
trendsetter di dunia termasuk di Indonesia. Masyarakat
sangat menggandrungi produk Korea terutama
Menurut Kim Bok-rae (2015), istilah Hallyu berasal
kosmetik, fesyen (gaya busana dan aksesorisnya),
dari bahasa Mandarin yang merujuk pada sebuah
musik, kuliner, dan banyak lagi. Bahkan banyak yang
pergerakan gelombang besar dari simplistic politico-
akhirnya belajar bahasa Korea dan budaya Korea itu
economic ideologies ke paradigma perbedaan
sendiri serta menjadikan Korea sebagai destinasi wisata
budaya/peradaban pada periode perang pasca perang
luar negeri mereka.
dingin. Hallyu wave bukanlah sebuah agen subaltern
dari modernitas namun sebuah agen utama dari budaya
Sebuah gelombang budaya, seperti yang dijelaskan oleh
populer Asia Timur yang terhubung paralel dengan
Mariani (2008), menyebabkan peningkatan konsumsi
orientasi budaya populer Barat.
produk, minat terhadap budaya, dan kunjungan wisata
ke negara asal budaya tersebut. Rasa keingintahuan
Sejak pertengahan tahun 1990-an, berbagai negara di
terhadap Korea menjadi pasar yang sangat besar bagi
Asia termasuk Jepang, China dan Vietnam telah
berbagai produk buatan Korea.
mengadopsi budaya populer Korea dan berbagai genre
budaya Korea termasuk program televisi dan film (Dal
c. Kebijakan industri kreatif Indonesia
Yong Jin. 2012). Melalui musik popler (K-Pop) dan
Ekonomi kreatif telah menjadi paradigma baru dalam
permainan online (game online), Korea berhasil
perekonomian dunia. Seiring dengan berjalannya
melakukan penetrasi pasar Eropa dan Amerika Utara.
waktu, orientasi ekonomi dunia telah bergeser ke
Pertumbuhan industri kreatif Korea yang tidak terduga
ekonomi kreatif. Negara-negara maju, terutama Barat,
telah mendatangkan keuntungan besar bagi Korea
telah mengembangkan ekonomi kreatif bukan sebagai
dimana industri ini berkontribusi terhadap pertumbuhan
pendukung ekonomi utama namun telah menjadikan
ekonomi nasional Korea (Dal Yong Jin, 2012).
ekonomi kreatif sebagai pilar ekonomi utama. Hal ini
Hallyu wave mengalami 3 fase gelombang yaitu
dilakukan karena ekonomi kreatif ternyata telah
Hallyu 1.0, Hallyu 2.0 dan Hallyu 3.0. Pada masing-
berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi
masing fase tersebut, Korea selalu menampilkan agenda
mereka. Kontribusi yang diberikan cukup signifikan
yang berbeda. Terdapat cara dan pendekatan yang
untuk ukuran sektor ekonomi yang awalnya sama sekali
berbeda yang dilakukan oleh Korea melalui Hallyu
tidak dilirik. Apa yang dilakukan negara-negara maju di
wave dalam penyebaran budaya populer mereka.
dunia Barat ini diikuti oleh negara-negara di dunia,
Mereka sangat memanfaatkan perkembangan zaman
termasuk Indonesia.
untuk menyebarkan dan memasarkan produk budaya
populer mereka. Teknologi informasi adalah alat
Industri kreatif atau ekonomi kreatif telah menjadi
penyebaran yang digunakan mereka. Pengemasan yang
perhatian Pemerintah Indonesia sejak tahun 1984
kreatif dan penggunaan teknologi menjadikan budaya
dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun
populer mereka cepat untuk diterima oleh masayarakat
1984 tentang Perindustrian, yaitu pada Bab VI pasal 17
dunia.
yang menyatakan bahwa desain produk industri
mendapat perlindungan hukum. Pada tahun 2000,
Produk budaya populer Korea yang pertama kali
diterbitkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000
disebarkan/dipasarkan adalah produk hiburan berupa
tentang Desain industri dalam Perlindungan Hak Atas
Drama. Drama menjadi titik awal pengenalan budaya
Kekayaan Intelektual. Pada tahun 2001 diterbitkan
populer Korea ke seluruh dunia. Sejak pertama kali
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
444
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Nomor 20/MPP/Kep/I/2001 tentang Pembentukan kementerian dan badan terkait, untuk bekerja bersama-
Dewan Desain Nasional/Pusat Desain Nasional (PDN). sama demi mewujudkan cita-cita membangun industri
Dalam kurun waktu 2001-2006, Pusat Desain Nasional ekonomi kreatif Indonesia yang maju dan berdaya saing
telah memilih 532 desain produk terbaik Indonesia. tinggi.
Pada tahun 2006, Pemerintah Indonesia dapat dikatakan Pada tahun 2015, pemerintah mendirikan sebuah
baru benar-benar menaruh perhatian lebih pada sektor lembaga/badan baru bernama Badan Ekonomi Kreatif
ekonomi kreatif dan industri kreatif. Melalui (BEKRAF). BEKRAF mempunyai tugas membantu
Departemen Perdagangan, Pemerintah membuat Presiden dalam merumuskan, menetapkan,
program Indonesia Design Power 2006-2010 yang mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan di bidang
merupakan suatu bentuk pengembangan Koridor ekonomi kreatif. Arah kebijakan pembangunan
Ekonomi Kreatif Indonesia. Program ini ekonomi kreatif yang diusung oleh BEKRAF adalah
dilatarbelakangi oleh masih kurangnya usaha untuk memfasilitasi Orang Kreatif (OK) di sepanjang rantai
meningkatkan nilai tambah produk Indonesia agar nilai yang dimulai dari tahap kreasi, produksi, distribusi,
berdaya saing di pasar domestik maupun internasional, konsumsi, hingga konservasi. BEKRAF memiliki visi
belum terpadunya kegiatan yang terkait dengan menjadikan ekonomi kreatif sebagai kekuatan baru
pembinaan UKM serta belum adanya koordinasi lintas ekonomi Indonesia dengan misi terwujudnya
departemen /kementerian yang baik sehingga belum pertumbuhan ekonomi kreatif, lapangan serta ekspor
dapat dicapai efektivitas, Industri kreatif dan desain ekonomi kreatif.
belum berperan sebagai sumber perekonomian yang
dapat diandalkan karena belum terciptanya lingkungan Agenda nasional pembangunan ekonomi kreatif saat ini
yang kondusif seperti kurangnya pembinaan dan didasarkan pada Nawacita 2015-2019 dimana salah satu
kurangnya kebijakan-kebijakan yang menunjang, belum agendanya, pada butir 6, adalah meningkatkan
optimalnya eksplorasi tenaga kerja sektor informal produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
berbasis budaya yang sebetulnya melimpah di internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan
masyarakat, dan kurangnya pemahaman brand dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Sub
inovasi sehingga hanya mengeksploitasi alam tanpa agenda dari agenda ini adalah meningkatkan akselerasi
memberikan nilai tambah sehingga membahayakan pertumbuhan ekonomi nasional. Adapun isu strategis
sumber daya alam yang terbatas. Melalui program pengembangan ekonomi kreatif adalah mencapai
Indonesia Design Power 2006-2010 ini, Pemerintah pertumbuhan yang tinggi dan mengutamakan
mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam penumbuhan usaha pemula di ekonomi kreatif.
membangun perekonomian nasional melalui ekonomi
kreatif. Pada tahun 2019, Pemerintah menargetkan adanya
Pada tahun 2007, Pemerintah melakukan studi peningkatan Produk Domesti Bruto (PDB) sebesar 12
pemetaan industri kreatif Indonesia yang mana hasilnya %, ekspor sebesar 10% dan tenaga kerja sebesar 13 juta
adalah ditetapkannya 14 sektor industri kreatif orang. Strategi yang dilakukan untuk mencapai target
Indonesia. Pada tahun 2008, Departemen Perdagangan tersebut adalah dengan memperluas pasar baik domestik
menerbitkan cetak biru Rencana Pengembangan maupun mancanegara, memfasilitasi proses ekonomi
Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015 dan Rencana kreaif melalui ruang kreasi dan jaringan orang kreatif,
Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif 2009- memfasilitasi rantai nilai ekonomi kreatif dan
2015. Pada tahun 2009, Presiden RI saat itu, Susilo memfasilitasi start-up.
Bambang Yudhoyono, mengeluarkan Inpres no 6 tahun
2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Pada Untuk mewujudkan target tersebut, Pemerintah
Inpres no 6 tahun 2009 tersebut, presiden melakukan sinergi antara kementerian/lembaga (K/L)
menginstruksikan jajarannya untuk mendukung dimana tiap K/L memiliki perannya masing-masing
kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif tahun 2009- seperti yang terlihat dalam Gambar 1 berikut ini.
2015, yakni pengembangan kegiatan ekonomi
berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat
individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta
individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada
kesejahteraan masyarakat Indonesia, dengan sasaran,
arah, dan strategi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Instruksi Presiden ini. Inpres no 6 tahun 2009
menegaskan perlunya kebijakan yang terintegrasi antar
kementerian/lembaga di Indonesia, dalam hal ini
445
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang Budaya Indoensia yang beragam menjadi tantang bagi
dipandang berhasil mengembangkan industri kreatifnya Pemerintah dalam merumuskan kebijakan. Keinginan
oleh Indonesia. Pemerintah menempatkan Korea Pemerintah yang ingin mengidentikan Indonesia dengan
Selatan sebagai negara yang kebijakan industri satu budaya tidak akan mungkin dapat terwujud.
kreatifnya patut untuk dicontoh. Kebijakan Korea Mempertahankan nilai-nilai budaya local yang ada,
Selatan yang bagus dan perlu dicontoh oleh Pemerintah budaya adat yang ada, dirasa lebih baik ketimbang
adalah : membuat budaya Indonesia yang satu. Apa yang
- Mendirikan badan pendukung keuangan yaitu Korean dilakukan oleh Korea Selatan dengan “Korea”-nya tidak
Culture and Arts Foundation dapat serta merta diadopsi oleh Indonesia.
446
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
447
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Poppy Setiawati
Universitas Jayabaya
poppysetiawati@gmail.com
Junardi Harahap
Universitas Padjadjaran
448
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
449
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
mesti lebih berdaya dan tidak ketinggalan dengan sehingga unsur asing tidak mudah masuk ke dalam
wilayah lainnya. Lebih berdaya dalam memenuhi kawasan Sebatik dan mengobok-obok kawasan
berbagai kebutuhan pokok yang diperlukan oleh tersebut. Hal ini tentunya akan membawa kepada
masyarakat di Pulau Sebatik yang tentunya dapat banyak perubahan ke arah yang lebih baik di kawasan
membawa banyak perubahan besar bagi masyarakat. perbatasan Pulau Sebatik.
450
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
451
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Tawau dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. dibangun dalam upaya memberantas buta huruf.
Penjelasan ini sebagaimana dikatakan oleh salah satu Sekolah didirikan untuk para anak-anak TKI.
tokoh pemudi di Pulau Sebatik yang kerap melalukan
penyeberangan secara ilegal, bahwa dengan adanya Ketersediaan fasilitas pendidikan sebagai yang prioritas
penutupan jalur pelayaran di Sebatik, masyarakat tidak utama menjadikan masyarakat perbatasan sebagai
tinggal diam. Mereka akhirnya lebih sering masyarakat yang berdaya dan mereka dapat melihat
menggunakan jalur pelayaran ilegal, dikenal dengan menteri pagi dengan cerah karena telah berdaya secara
“jalur tikus” untuk menjual hasil pertaniannya ke pendidikan.
Tawau. Mereka menggunakan jalur ‘aji kuning’ yang
berada di Kecamatan Sebatik Tengah dan ‘lale salo’
yang berada di Sebatik Utara. Melalui kedua “jalur SIMPULAN
tikus” ini masyarakat menuju Tawau untuk berbagai
keperluan, khususnya keperluan ekonomi. Simpulan yang dapat diperoleh dari artikel ini adalah
Penyeberangan biasanya dilakukan dini hari, mulai bahwa perbatasan bagi masyarakat Pulau Sebatik
sekitar pukul 04.00 karena pos penjagaan di Dermaga merupakan bagian dari kehidupan mereka. Masalah
Batu, Tawau baru dibuka pukul 06.00 pagi sehingga perbatasan adalah masalah yang krusial dan mesti
masih belum ada pemeriksaan yang dilakukan oleh ditangani dengan melibatkan semua pihak. Kajian dari
Polisi Diraja Malaysia. Masyarakat dapat Dibb (2001:829), bahwa keamanan di Asia Tenggara
menggunakan perahu jongkong milik masyarakat kuncinya ada di negara Indonesia, ini sebenarnya
Sebatik, biasanya milik nelayan, atau menggunakan kesimpulan yang dapat kita jadikan rujukan, bahwa
perahu jongkong milik Malaysia yang dikemudikan negara kita adalah negara besar. Di dalam
oleh masyarakat Sebatik, biasanya di perahu milik menyelesaikan perbatasan yang diperlukan yaitu
Malaysia ditulis tanda TW sebagai tanda bahwa perahu adanya saling berkordinasi, bukan malah menyalahkan
tersebut sudah terdaftar di Tawau sehingga “aman” jika satu sama lainnya. Dengan sikap saling berkordinasi
melewati pos penjagaan polis Malaysia di Dermaga dan mencari solusi terbaik serta dengan tidak saling
Tawau karena perahu tersebut sudah ada penjaminnya menyalahkan maka perbatasan akan menjadi beranda
yaitu orang Tawau sehingga bebas melakukan negara yang memiliki daya saing, berdaulat dan aman.
penyeberangan ke Tawau. Kegiatan ini tentunya Bangsa Indonesia, sedang menuju sebuah perubahan
beresiko, namun hanya ini yang dapat dilakukan oleh besar di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo
masyarakat untuk tetap dapat bertahan hidup. Resiko untuk mencapai cita-cita yang diinginkan seperti
apapun mereka tempuh untuk dapat menjual hasil program Nawacita, yang mencoba membangun
kebun mereka, seperti pisang dan sawit. Upaya ini Indonesia dari pinggiran, seperti halnya di kawasan
mereka lakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan perbatasan Pulau Sebatik.
hidup mereka.
452
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
453
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Abstrak
PENDAHULUAN
Terdapat hubungan antara desentralisasi kekuasaan
pemerintah dengan dinamika politik lokal, meskipun Seiring dengan berlangsungnya konsolidasi
begitu kedua istilah tersebut memiliki perbedaan. demokrasi yang ditandai dengan terbitnya UU
Desentralisasi adalah pemencaran kekuasaan yang No.6/2014 tentang desa, maka peluang untuk
dilakukan pemerintah secara internal, seperti dari melaksanakan nagari dalam konteks yang lebih luas
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. semakin terbuka. Misalnya, dalam pasal 6 ayat 1 UU
Sedangkan politik lokal adalah pemencaran desa ini dinyatakan “[d]esa terdiri atas desa dan desa
kekuasaan pada dimensi ruang (spatial), serta batas- adat.” Penegasan terhadap tranformasi nagari
batas sosial budaya yang melingkunginya. menjadi nagari adat juga dinyatakan dalam Pasal 28
Hubungan keduanya bisa menjelaskan relasi PP No.43/2014 tentang pelaksanaan UU desa.
kekuasaan nasional dengan lokal dalam bentuk
pengaruh lingkungan sosial budaya masyarakat Dengan adanya pasal-pasal ini memberi peluang
terhadap penerapan kebijakan pemerintah pusat di kepada etnis Minangkabau untuk mengembangkan
daerah, serta bisa menjelaskan fungsi politik lokal nagarinya berdasarkan adat dan budaya yang ada.
sebagai sarana pembelajaran untuk berdemokrasi Apalagi dengan konsepsi adat salingka nagari
dan menumbuhkan kapasitas masyarakat mengelola membawa pesan bahwa pengembangan nagari adat
kekuasaan yang dipancarkan pemerintah pusat ke sebenarnya ditentukan oleh sikap masyarakat di
daerah. Artikel berikut menjelaskan pengaruh nagari dalam memanfaatkan peluang ini. Pilihan
lingkungan sosial dan budaya masyarakat dalam kepada pelaksanaan nagari adat ini tidak berarti
mempengaruhi perumusan kebijakan UU No. 6/2014 menghilangkan substansi penyelenggaraan
tentang Nagari sebagai bentuk Pemerintahan pemerintahan modern terendah yang selama ini
terendah di Sumatera Barat. Penelitian ini berangkat menjadi fungsinya.
dari asumsi bahwa terdapat pergeseran dari modal
ekonomi kepada modal budaya sebagai bentuk Perbedaannya adalah pada proporsionalitas
pengaruh modalitas sosial dalam modal simbolik pelaksanaan kewenangan yang ada di nagari tersebut
jabatan Wali Nagari (Kepala Desa). Untuk yang tentu lebih banyak diarahkan pada
membuktikan asumsi tersebut maka peneliti penyelenggaraan aspek sosial dan budayanya.
menggunakan teori modalitas sosial. Dengan alasan Apalagi selama ini kewenangan nagari dalam
sifat hubungan antara beberapa modal sosial tersebut konteks sosial dan budaya ini tidak jelas walaupun
bersifat kompleks sesuai dengan sifat nagari yang ada pengakuan pemerintah terkait dengan hak asal-
tidak hanya memiliki pengertian adminstratif usul.
pemerintahan, tetapi juga memiliki pengertian sosial,
budaya dan ekonomi yang rumit serta Tentu dengan perubahan praktik bernagari yang di
membedakannya dari pengertian desa pada bawah rezim UU Desa yang dipisah dari rezim UU
umumnya. Melalui kaedah penelitian kualitatif, Pemerintahan Daerah memberi manfaat bagi
artikel ini menegaskan bahwa pelaksanaan masyarakat nagari. Pelaksanaan UU No. 6 tahun
desentralisasi kewenangan pemerintah pusat ke 2014 tentang Pemerintahan Desa di Sumatera Barat
daerah mempengaruhi dinamika politik lokal dalam telah mengurangi gegar politik yang terjadi dalam
bentuk modalitas sosial yang digunakan dalam bentuk konflik kepentingan yang terjadi antara
perebutan jabatan Wali Nagari (Kepala Desa) Kepala Desa dengan BPD, bentuk otonomi
semakin besar kewenangan yang dibeikan oleh kewenangan yang lebih besar diberikan terhadap
pemerintah pusat dalam menggunakan dana alokasi lembaga adat, seperti Kerapatan Adat Nagari (KAN)
desa (ADD) kepada pemerintah nagari maka akan dan pemerintahan nagari mengurangi konflik
semakin besar pengaruh dinamika politik lokal kepentingan antara kedua lembaga tersebut. Oleh
dalam perumusan kebijakan penggunaan alokasi karena itu, artikel ini menyorot manfaat transformasi
dana desa (ADD) tersebut. yang dilakukan masyarakat menuju nagari adat.
Keywords: birokrasi, patrimonial, demokrasi Pertanyaannya sekarang bagaimanakah transformasi
454
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
penyelenggaraan pemerintahan menuju nagari adat keberadaan sistem matrilineal yang cenderung terus
di bawah rezim UU desa ini? Apakah transformasi berubah dan bahkan meninggalkan esensi yang
bentuk penyelenggaraan nagari adat ini membawa sebenarnya dari kehidupan suku dan kaum dalam
manfaat kepada masyarakat dan proses konsolidasi keluarga besar orang Minangkabau. Tanpa disadari,
demokrasi? perilaku merantau etnis Minangkabau ini membawa
dampak kepada perkembangan nagari dari masa ke
Dinamika kehidupan masyarakat etnis Minangakabu masa. Filosofi merantau yang ada dalam pikiran
mendapat perhatian banyak pihak. Bahkan ilmuwan generasi muda di nagari ini menjadi dasar mengapa
dari berbagai negara juga mendalami bagaimana dorongan merantau ini begitu besar. Tujuannya
kehidupan etnis Minangkabau ini. Umumnya tidak lain adalah untuk membangun nagarinya—
mereka menyoroti beberapa aspek secara mendalam, kelak jika berhasil di rantau.
terutama dinamika sosio, budaya, ekonomi, dan
politik pemerintahan. Dari beberapa kajian yang Pembahasan yang menarik mengenai aspek sosial
pernah dilakukan, paling tidak ada tiga dan budaya etnis Minangkabau ini dapat dilihat dari
pengelompokkan besar yang dikaji, yaitu (1) dari penelitian yang dilakukan Hadler 3 Menurut Hadler
sudut pandang sosial dan budaya di nagari; (2) dari kedudukan budaya matrilineal dalam sistem sosial
aspek otonomi daerah dan; dan (3) dari aspek dan budaya etnis Minangkabau sedikit banyaknya
kehidupan bernagari di Sumatera Barat. Di antara mempengaruhi dinamika politik yang berlangsung
ilmuwan yang memberi perhatian dari aspek sosial dalam masyarakat Minangkabau. Bahkan Hadler
dan budaya di anataranya De Jong (1952), Kato melihat kecenderungan itu dalam kaitannya dengan
([1982]; 2005) dan Navis (1984), Hadler (2010). perkembangan sistem politik kontemporer di
Misalnya, De Jong melihat dinamika kehidupan Sumatera Barat. Hadler melihat adanya saling
masyarakat Minangkabau sebenarnya bersumber hubung antara budaya Minangkabau dengan agama
dari alam yang melingkupinya. Tidak jarang mayoritas penduduknya, yaitu Islam. Interaksi nilai
konsepsi berguru ke alam—alam takambang jadi budaya Minangkabau dan Islam ini membentuk
guru—memiliki pesan yang dalam sehingga dasar yang kuat menjadi filosofi masyarakatnya,
mempengaruhi setiap tingkah laku etnis yaitu adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan
Minangkabau. kitabullah. Lebih jauh sistem sosial dan budaya serta
pengamalan Islam bagi etnis Minangkabau menjadi
Pemahaman yang dalam terkait dengan proses bagian penting dalam bersikap dan bertindak dalam
pembelajaran ke “alam” ini menjadi bagian tidak interaksinya sehari-hari. Bahkan apa yang menjadi
terpisahkan dari perkembangan sistem sosial dan nilai dasar dari filosofi ini menempatkan orang
budaya masyarakat Minangkabau. Bahkan sendi Minang tetap eksis dalam perkembangan politik dari
sosial dan budaya inilah yang menjadi dasar masa ke masa. Realita ini dapat dilihat dari dinamika
penyelenggaraan kehidupan bernagari yang menjadi politik di tingkat nasional bahwa orang Minang tetap
identitas etnis Minangkabau. Lebih jauh, De Jong bisa bertahan walaupun pasca pemberontakan PRRI
menjelaskan bahwa organisasi sosial masyarakat, tahun 1958 menyebabkan etnis Minangkabau ini
misalnya nagari, dibangun dari sistem matrilineal mengalami trauma politik yang dahsyat dan rasa
yang dimulai dari suku hingga berkembang menjadi inferior dalam kancah perpolitikan nasional 4
kaum. Suku dan Kaum menjadi dasar terbentuknya
sistem lain dalam nagari sehingga interaksi yang Kajian lain yang juga penting dihubungkan dengan
berlangsung di antara individu di nagari menjadi dinamika penyelenggaraan nagari adalah apa yang
lebih hidup. Dalam aspek ini, baik pada tingkat suku ditulsi oleh Antlov 5 . Walaupun Antlov hanya
maupun kaum ada peran penghulu yang menjadi menyorot perkembangan desa di Indonesia, namun
pemimpin dalam menjalankan nagari. 1 Tentu aspek relavan untuk dijadikan perbandingan dengan
penyelenggaraan nagari tidak hanya sosial dan kehidupan nagari di masa reformasi. Antlov melihat
budaya, tapi penyelenggaraan politik dan terjadinya perubahan signifikan dalam praktik
pemerintahan yang semuanya berinteraksi dalam berdemokrasi masyarakat. Salah satu penyebabnya
nagari yang dikendalikan oleh penghulu adat. adalah adanya keinginan politik dari pemerintah
dengan memberi ruang demokrasi bagi masyarakat
Lain halnya dengan kajian Tsuyoshi Kato dalam di daerah melaksanakan demokrasi. Misalnya, mulai
Adat Minangkabau dan merantau dalam perspektif menguatnya fungsi Badan Perwakilan Desa (BPD)
sejarah melihat adanya kecenderungan merantau dalam pengambilan keputusan untuk masyarakat
etnis Minangkabau yang berdampak pada desa. Singkatnya, dapat dilihat adanya peran
perkembangan sistem matrilineal di Sumatera masyarakat yang lebih luas dalam membuat
Barat. 2 Kato bahkan mencoba memahami
1
De Jong, 1952:49-53. 4 Kahin, 2005
2
Tsuyoshi Kato, 1982;2005 5 Antlov, 2003:210
3
Jeffrey Hadler, 2010
455
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
keputusan politik sebagaimana yang dijamin oleh pemerintah nagari tidak lagi sekedar kesatuan
UU No.22/1999 tentang pemerintahan daerah. masyarakat hukum adat dan geneologi saja, tapi
sudah menjadi unit pemerintahan modern terendah
Walaupun begitu, Antlov juga melihat praktik sejak otonomi diberikan kepada daerah.
demokrasi ini juga mendapat ancaman dari institusi Sebagaimana yang dijelaskan Cheema bahwa tata
yang berada di luar komunitas masyarakat desa itu kelola pemerintahan menggambarkan sesuatu yang
sendiri, terutama untuk menguatkan peranan elite kompleks yang meliputi mekanisme, proses,
pemerintahan atau negara dalam melaksanakan hubungan dan institusi dimana masyarakat dan
fungsi negara. kelompok lain dapat menyampaikan
kepentingannya, melaksanakan hak-hak mereka dan
“…the main threat to grassroots democracy and memediasi perbedaan yang ada di antara mereka 7.
village autonomy comes from outside the
communities, from the state and from district Kecenderungan ini jelas tidak hanya ada di tingkat
elites. I am referring to the half-hearted kabupaten, tetapi juga di desa/nagari dengan nilai-
measures through which central and district nilai tradisional masyarakat yang kompleks dapat
governments support village autonomy, and the menjadi penghambat pencapaian tujuan otonomi
way lokal elites have captured the fruits of daerah.
decentralisation. To what extent higher
authorities will allow villages to maintain their Dengan memahami perkembangan nagari di bawah
autonomy is still very uncertain “ 6 UU No. 6 tahun 2014 ini justru memberi pemahaman
baru dalam melihat praktik demokrasi berdasarkan
Akan tetapi, jika fenomena desa yang digambarkan sistem sosial dan budaya etnis Minangkabau.
ini dilihat dalam aspek nagari di Sumatera Barat, Apalagi saat ini tengah berlangsung transformasi
tentu ditemukan benang merahnya. Misalnya, dalam penyelenggaraan nagari ke nagari adat yang
melihat penyelenggaraan otonomi daerah di nagari. mendapat perhatian pemerintah kabupaten sehingga
dilihat dalam aspek yang lebih luas, memahami perlu dielaborasi seperti apa dampak yang
Nagari cenderung menjadikan kebijakan pemerintah ditimbulkan dan prospek pengembangannya,
sebagai asas melaksanakan hak otonominya, terutama dalam memperkuat bingkai Negara
walaupun mengabaikan dimensi sosial dan budaya Kesatuan Republik Indonesia. Banyak aturan yang
yang berkembang dalam masyarakatnya. Terbitnya dibuat dalam bentuk kebijakan nasional yang
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 9 dilakukan pemerintah memerlukan penyesuaian diri
tahun 2000 tentang pokok-pokok pemerintahan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat
nagari justru menjadikan nagari sebagai unit pada tingkat lokal di daerah masing-masing,
pemerintahan terendah yang melaksanakan perbedaan penerapan aturan pada tingkat lokal
kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. dengan perumusannya pada tingkat nasional
menghasilkan bentuk aturan yang berbeda dari
Akibatnya nagari tidak lagi menjadi unit yang tujuan semula.
otonomi sebagaimana sejarah nagari itu sendiri
dengan hal asal-usulnya. Namun, dengan METODE
perkembangan sistem demokrasi, terutama dalam
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, maka Artikel ini bersumber dari penelitian lapangan yang
perhatian pada unit pemerintahan terendah pun menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik
mengalami perubahan. Pemerintah tidak lagi melihat grounded theory. Penggunaan pendekatan dan teknik
desa/nagari sebagai unit pemerintahan terendah saja, ini sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu
tapi juga kesatuan masyarakat hukum (adat) yang menjelaskan bagaimana proses transformasi
memiliki kewennagan sesuai dengan hak asal- penyelenggaraan nagari ke nagari adat di bawah UU
usulnya yang lebih dulu ada sebelum negara No 6/2014 tentang desa. Melalui pendekatan ini,
terbentuk. Dalam perkembangannya, pelaksanaan peneliti dapat mengkonstruksi konsep/proposisi
otonomi daerah pun mulai diarahkan untuk yang terkait dengan transformasi pemerintahan
memperkuat kedudukan desa/nagari ini. terendah dari nagari menuju nagari adat di Sumatera
Barat. Peneliti melihat pendekatan ini sangat sesuai
Faktanya, dalam penyelenggaraan fungsi dengan teknik ini karena grounded theory
pemerintahan terendah, di desa/nagari pemerintah menumpukan kepada kedalaman data yang dicari,
menekankan adanya pelaksanaan tata kelola terutama yang terkait dengan pola, konsep, ciri dan
pemerintahan, terutama dari penerapan akuntabilitas, dimensi dari fenomena yang diamati. 8 Penelitian ini
transparansi dan efektifitas dan efisiensi. Ini karena dilakukan di Kabupaten Padang Pariaman,
6
Ibid.,
8
Strauss and Corbin, 1998
7
Cheema, 2005:4-6
456
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Limapuluh pemerintah pusat sejalan dengan keinginan
Kota. Data dikumpulkan melalui wawancara masyarakat di daerah. Penyempitan makna nagari
mendalam dengan informan yang dipilih secara sebagai instrumen adminsitratif pemerintahan pusat
sengaja dengan kriteria yang sudah ditetapkan serta di daerah sudah berlangsung sejak zaman
dikembangkan dengan teknik snowball sampling. pemerintahan kolonial Belanda. Pemerintahan
Selain itu, data juga dikumpulkan melalui kolonial menempatkan nagari sebagai sarana
pengamatan terkait dengan aktivitas bernagari di pengumpulan pajak blasting dari penduduk,
lokasi penelitian. kegagalan pemerintahan nagari dalam mencapai
target pengumpulan ini dikenakan sanksi dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN bentuk pengurangan otonomi pemerintahan nagari
dalam bentuk peleburan dengan nagari tetangga,
Jika diamati bahwa penyelenggaraan kehidupan seperti yang terjadi di nagari Pakan Baru atau
bernagari di Sumatara Barat mengalami pakambaan (perkembaran) yang lahir dari peleburan
penyempitan makna sejak dilaksanakannya otonomi nagari Lubuk Pandan dengan nagari Sungai Asam
daerah pada masa reformasi. Ini dapat dilihat dalam Meskipun memiliki lembaga pemerintahan yang
pelaksanaan kehidupan bernagari yang saat ini tidak sama, tetapi kedua nagari ini memiliki lembaga adat
lebih hanya sekedar menyelenggarakan bentuk (Kerapatan Adat Nagari) yang berbeda. Perbedaan
pemerintahan modern terendah saja. 9 Dengan kata ini memudahkan kedua nagari ini melakukan
lain, nagari hanya sekedar melaksanakan fungsi pemekaran nagari menjadi nagari Lubuk Pandan dan
pemerintahan dengan kewenangan yang terbatas nagari Sungai Asam pada tahun 1999.
pada apa yang dilimpahkan oleh pemerintah
kabupaten. Padahal bernagari bagi etnis Dalam hal ini, kesepakatan pemuka adat lebih
Minangkabau tidak sekedar menyelenggarakan menentukan struktur pemerintahan nagari.
pemerintahan saja, tapi lebih kompleks dari itu 10 Perubahan pemerintahan nagari dalam bentuk
(Musyair Zainuddin, 2008). Menyelenggarakan pemekaran nagari hanyalah perubahan batas wilayah
nagari merangkum segala dimensi kehidupan dalam pemerintahan, tetapi tidak meruabh batas wilayah
masyarakat. Karena faktanya, nagari dibentuk dari sosial dan kultural yang lebih luas daripada wilayah
kondisi yang meliputi aspek sosiobudaya dan administrasi pemerintahan. Perbedaan antara
geneologi masyarakatnya (cf. De Jong, 1952; Kato, wilayah pemerintahan dengan wilayah adat istiadat
[1982], 2005). ini merupakan perbedaan antara bentuk
pemerintahan desa daerah lain dengan
Namun, sejak Orde Baru berkuasa, eksistensi nagari pemerintahan nagari di Sumatera Barat. Nagari
justru mulai hilang. Nagari tidak lagi menjadi tempat sebagai kesatuan adminsitrasi pemerintahan terbuka
masyarakat mengamalkan sistem sosial dan terhadap pengaruh dari luar, diantaranya pengaruh
budayanya akibat diseragamkannya kebijakan pemerintah pusat yang mengatur
penyelenggaraan pemerintahan terendah menjadi pemerintah nagari. Tetapi dari segi adat maka nagari
desa. Implikasinya nagari harus lebur menjadi desa memiliki otonomi sendiri yang menentukan batas
sebagaimana yang diinginkan UU No.5 tahun 1979. wilayah adminsitrasi pemerintahan menurut
Padahal dalam kenyataannya ada aspek yang kesepakatan pemuka adat,
berbeda antara desa dan nagari. 11 Pada hakikatnya
nagari merupakan kesatuan masyarakat hukum adat Faktor pertimbangan adat istiadat lebih menentukan
yang jelas tidak sama dengan desa. Sementara desa bentuk pemekaran nagari dibandingkan dengan
diartikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang kebijakan administrasi pemerintahan, seperti yang
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. terjadi di nagari Aur Malintang. Sebelum melakukan
Akibat penyeragaman ini, nagari hanya menjadi unit pemekaran nagari pada tahun 2010 terdapat
pemerintahan terendah saja sekaligus melaksanakan konsensus di antara nagari yang melakukan
tugas pembantuan yang diserahkan oleh pemerintah pemekaran untuk memiliki satu lembaga adat (KAN)
kabupaten melalui camat. yang sama antara nagari Aur Malintang Selatan, Aur
Malintang Timur, Aur Malintang Utara yang
Bagi masyarakat di daerah, transformasi melakukan pemekaran dari nagari induk Aur
penyelenggaraan nagari sangat bergantung pada Malintang Batu Basa. Kekhawatiran kehilangan
aturan yang dibuat oleh pemerintah pusat. Diskresi identitas sosial dan kultural melalui fungsi lembaga
dalam penyelenggaraan nagari tidak boleh keluar adat menyebabkan masyarakat Sungai Pingai tidak
dari UU yang sudah ditetapkan. Karenanya desain mau memekarkan diri dari nagari Aur Malintang
kehidupan bernagari di Sumatera Barat sangat Selatan yang memiliki ikatan adat yang sama,
ditentukan sejauh mana ruang yang diatur oleh meskipun persyaratan pemekaran nagari yang
9
Yoserizal dan Asrinaldi, 2013 11
Imran Manan, 1995
10
Musyair Zainuddin, 2008.
457
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
ditentukan oleh jumlah penduduk 4000 penduduk dapat diteruskan kepada pihak kepolisian melalui
dan 800 Kepala Keluarga (KK) sudah terpenuhi oleh rekomendasi lembaga adat (KAN).
masyarakat nagari tersebut. Pertimbangan lembaga
adat lebih menentukan daripada pertimbangan Pengakuan pemerintah terhadap kewenangan
admisnitrasi pemerintahan dalam melakukan lembaga adat dalam penyelesaian sengketa ini
pemekaran nagari di Sumatera Barat. mengembalikan peran Mamak (paman) sebagai
datuk pemuka adat dalam menjalankan fungsinya.
Penegasan konsep pemekaran nagari adalah Gelar datuk dalam masyarakat Minangkabau
pemekaran wilayah pemerintahan dan bukannya diberikan kepada tokoh masyarakat yang sukses, di
pemekaran adat istiadat merupakan gagasan ya ng samping pertimbangan warisan dari mamak (paman)
selalu disampaikan kepada masyarakat di nagari kepada kemenakan (keponakan) sebagai bentuk pola
Sumatera Barat. Terdapat keseulitan bagi hubungan matrilineal dalam masyarakat
pemerintah Propinsi Sumatera Barat untuk Minangkabau. Kecenderungan ini menyebabkan
merumuskan bentuk nagari adat yang diinginkan 60% dari datuk masyarakat Minang berdomisili di
pemerintah melalui kebijakan UU No. 6/2014. Sejak luar nagari, serta tidak menjalankan fungsi dirinya
penyusunan draft UU tentang desa ini terjadi sebagai mamak (paman) yang menyelesaikan
polemik yang sangat intens di Sumatera Barat yang sengketa keluarga. Sedangkan fungsi datuk dalam
keberatan dengan desain UU desa tersebut. Salah masyarakat Minangkabau adalah sebagai pemuka
satunya adalah Lembaga Kerapatan Adat Alam suku atau kaum yang mewakili suku atau kaum
Minangkabau (LKAAM) yang keberatan dengan tersebut dalam kerapatan adat. Fungsi datuk sebagai
desain UU tersebut. Dimulai dari penggunaan istilah penghulu (kepala suku) memiliki beberapa
desa dalam UU tersebut mencerminkan tingkatan, penghulu pucuk sebagai gelar datuk
ketidakarifan pemerintah menghargai nilai-nilai tertinggi membawahi beberapa datuk di bawahnya.
lokal. Kesan perkataan “desa” mencerminkan Semain besar jumlah anggota keluarga yang
dominasi satu kultur saja di Indonesia. Padahal dipimpin oleh datuk tersebut maka semakin tinggi
Indonesia dibangun dengan semangat keberagaman. kedudukan sosial datuk tersebut dalam memutuskan
Masalah lain yang juga disorot oleh lembaga sengketa keluarga.
kerapatan adat ini jika UU desa ini dilaksanakan
adalah semakin lemahnya tananan nilai sosial, Terdapat keberanian beberapa lembaga adat, seperti
budaya dan agama di nagari. Sebab semangat yang KAN Lubuk Pandan untuk merevisi AD/ART
terkandung dalam desa ini jelas berbeda dengan rasa lembaga tersebut agar terdapat persyaratan untuk
kebatinan masyarakat di nagari. Apalagi selama ini, memaksa datuk yang diberi gelar oleh lembaga
dengan dilaksanakannya UU No.5 tahun 1979 tersebut bisa menjalankan fungsinya, tidak sebagai
tentang pokok-pokok pemerintahan desa, terjadi gelar simbolis keberhasilan bagi masyarakat
perubahan yang sangat mendasar dalam nagari. 13 Ketentuan ini juga sejalan dengan gagasan
penyelenggaraan nagari di Sumatera Barat 12 (cf. pemerintah untuk merevisi pesyaratan pencalonan
Manan, 1995). Wali Nagari minimal harus berdomisili di nagari
setempat minimal 1 tahun, agar mereka memiliki
Sejak dilaksanakannya UU No. 6/2014 tentang pengetahuan sosial dan budaya masyarakat setempat
pemerintahan desa sudah terdapat penguatan sebelum menduduki jabatan Wali Nagari. Ketentuan
lembaga adat, penguatan ini dalam bentuk otonomi ini telah memperkuat lembaga adat dalam mengatur
kewenangan yang diberikan pemerintah dalam etika sosial dalam masyarakat yang sesuai dengan
mengatur sako dan pusako serta harta kekayaan nilai-nilai adat, keberhasilan pemerintah dalam
nagari lainnya, seperti pengelolaan tanah ulayat. mengakomodasi nilai adat dalam lembaga
Lembaga adat memiliki kewenangan menyelesaikan pemerintahan ditentukan oleh komitmen Wali
sengketa sosial ytang terjadi dalam masyarakat Nagari sebagai pelaksana kewenangan yang
sebelum diputu skan oleh pihak kepolisian dan didesentralisasikan pemerintah pusat ke daerah.
pengadilan, seperti yang dilakukan oleh KAN nagari Komitmen ini meningkat jika Wali Nagari tersebut
Lubuk Pandan pada tahun 2016 yang menarik menjadi datuk yang mewakili suku atau kaumnya,
kembali 2 pengaduan KDRT yang masuk ke Polsek serta semakin lemah jika Wali Nagari tersebut
nagari tersebut. Mekanisme lembaga adat dalam berasal dari struktur pemerintahan formal.
penyelesaian sengketa ini adalah dilakukan melalui
orangtua, jika orangtua gagal maka kasus tersebut Kekuasaan Wali Nagari yang bisa memperoleh
diselesaikan oieh mamak (paman), jika mamak gagal legitimasi yang kuat dari masyarakat adalah
melakukan penylesaian maka sengketa tersebut kekuasaan yang berasal dari gelar datuk sebagai
modal simbolik, penggunaan aturan hukum yang
12
Manan, loc.cit. 13
Wawancara dengan Maizar Datuk Maninjun, Ketua KAN
Lubuk Pandan, 2 Agustus 2016
458
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
didasarkan oleh nilai adat setempat memungkinkan kebijakan pemerintah untuk menetapkan alokasi
Wali Nagari untuk bisa memaksakan visi mereka proyek pembangunan serta persyaratan lain untuk
sebagai bentuk representasi dunia sosial lingkungan melibatkan pihak ketiga (rekanan) dalam
masyarakat mereka, seperti yang terlihat dalam pelaksanaannya telah melahirkan konflik
kepemimpinan Wali Nagari Aur Malintang Batu berkepanjangan antara Wali Nagari dengan BAMUS
Basa. Wali Nagari desa ini diangkat menjadi datuk (Badan Musyawarah). Konflik tersebut menyangkut
pemuka suku Koto dengan gelar Rangkayo Datuk persoalan transparansi pengelolaan pemerintahan
Mudo pada 9 November 2015, peranannya sebagai nagari yang melibatkan lembaga adat dalam struktur
andiko basa (besar) dari penghulu pucuk adalah pemerintahan nagari tersebut.
sebagai pemilik anak buah ninik mamak lain, seperti
datuk Rajo Bangso, datuk Marah, datuk Batuah, Keterlibatan lembaga adat bersama Wali Nagari
datuk Sirajo, datuk Majoindo. Secara adat maka dalam struktur pemerintahan nagari memungkinkan
beberapa datuk ini tunduk kepada pak Wali Nagari intervensi pemerintah dalam lembaga adat, fungsi
dalam proses pengambilan keputusan, seperti bisa lembaga adat adalah melakukan rasionalisasi
memaksa lembaga adat untuk merumuskan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah nagari
Peraturan Nagari (Perna) yang mengatur etika sosial tanpa melibatkan partisipasi masyarakat secara
yang sesuai dengan lembaga adat. 14 langsung. Kebijakan pemerintah yang
mengharuskan Wali Nagari berkonsultasi bersama-
Dalam hal ini, terdapat hubungan antara sama dengan masyarakat yang terdiri dari pemuka
desentralisasi kekuasaan pemerintah dengan adat, bundo kanduang, pemuda dalam forum
dinamika politik lokal, meskipun begitu kedua istilah MUSREMBANG (Musyawarah Rencana
tersebut memiliki perbedaan. Desentralisasi adalah Pembangunan) yang diselenggarakan oleh BAMUS
pemencaran kekuasaan yang dilakukan pemerintah nagari meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
secara internal, seperti dari pemerintah pusat kepada perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
pemerintah daerah. Sedangkan politik lokal adalah pembangunan yang dijalankan, posisi lembaga adat
pemencaran kekuasaan pada dimensi ruang (spatial), dan Wali Nagari terpisah serta memiliki otonomi
serta batas-batas sosial budaya yang tersendiri yang tidak memungkinkan intervensi
melingkunginya. Hubungan kedua istilah tersebut kewenangan masing-masing lembaga adat dan
dapat dijelaskan dari fungsi politik lokal sebagai lembaga pemerintahan. Meskipun kedudukan
sarana pembelajaran untuk berdemokrasi, serta lembaga adat tidak lagi berada dalam struktur
mengelola kekuasaan yang dipencarkan pemerintah pemerintahan nagari, tetapi dukungan lembaga adat
pusat ke daerah serta menumbuhkan kapasitas terhadap pelaksanaan pemerintahan nagari mengalir
masyarakat (Dede Mariana & Caroline Paskarina, sejauh Wali Nagari berjalan dengan standar
2008;52). Peningkatan kapasitas ini dapat dilihat dari operasional (SOP) yang ditetapkan pemerintah
gagasan-gagasan dan partisipasi masyarakat dalam melalui berbagai Peraturan Daerah (Perda) yang
pembangunan, partisipasi tersebut berlangsung dari mengatur penggunaan anggaran alokasi dana desa
perencanaan pembangunan yang dimulai dari hasil (ADD) dan Alokasi Dana Nagari (ADN).
Musrembang yang dihadiri oleh wakil pemerintah
dan masyarakat sampai kepada bentuk pelaksanaan Pengaruh sosial dan budaya masyarakat terhadap
dan pengawasan pembangunan tersebut. perumusan kebijakan desentralisasi kewenangan
pemerintah ke daerah terlihat dalam dinamika
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan politik yang terjadi dalam BAMUS. Ketua BAMUS
pembangunan adalah dalam bentuk sumbangan tidak boleh dijabat oleh Ketua KAN maupun Wali
tenaga yang bisa menghemat anggaran alokasi dana Nagari, tetapi bisa menjadi anggota lembaga
desa (ADD) yang disediakan pemerintah pusat. legislatif tersebut dalam kedudukan mereka sebagai
Bentuk partisipasi ini membedakan pelaksanaan UU datuk pemuka adat baik dari kalangan Ketua KAN
No. 6/2014 tentang ADD ini dengan pelaksanaan maupun Wali Nagari. Rangkap jabatan sebagai Wali
sebelumnya yang tidak melibatkan masyarakat, Nagari maupun Ketua KAN memungkinkan
pemerintah sudah menetapkan anggaran proyek integrasi nilai adat dalam perumusan kebijakan
pembangunan yang dicairkan melalui proses politik alokasi dana desa (ADD) yang masuk ke rekening
yang dilakukan oleh wakil rakyat dalam lembaga Wali Nagari secara langsung dari pemerintah Pusat
legislatif serta melibatkan pihak ketiga (rekanan) dan Pemerintah Daerah melalui dana APBN, fungsi
sebagai pelaksana proyek pembangunan tersebut. Di datuk dalam rapat BAMUS tersebut adalah
samping terdapat biaya ekonomi dan politik yang mendorong pelaksanaan serta pengawasan
harus dikeluarkan dalam proses pencairan dana serta pemerintahan nagari agar sejalan dengan nilai adat
pelaksanaan proyek pembangunan tersebut, istiadat masyarakat setempat, seperti yang dilakukan
14
wawancara dengan Wali Nagari Aur Malintang Batu Basa, 19
Agustus 2016
459
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
oleh datuk yang menjadi Ketua KAN sekaligus bersifat kompleks. Kompleksitas hubungan dari
merangkap anggota BAMUS nagari Lubuk Pandan keempat modal ini dapat dilihat dari hubungan modal
bahwa dia akan melakukan reaksi keras jika simbolik dengan modal lainnya yang melahirkan
pelaksanaan pemerintahan nagari tidak berjalan “logika modal” yang hadir dalam perumusan
sesuai dengan nilai adat istiadat masyarakat kebijakan sebagai ranah sebagai bentuk arena
setempat. perjuangan kekuatan dari otoritas atau posisi yang
memiliki legitimasi dalam masyarakat. Terdapat
Intervensi kewenangan datuk dalam perumusan perbedaan ranah kekuasaan yang menjadi arena
kebijakan alokasi dana desa (ADD) juga dilakukan perjuangan kekuatan lembaga adat dengan lembaga
melalui jabatan Wali Nagari jika Wali Nagari dijabat pemerintahan dan bentuk “logika modal” yang
oleh datuk yang menjadi wakil pemuka masyarakat dibangun dalam masing-masing ranah. Ranah
dalam BAMUS, seperti yang dilakukan oleh Wali kekuasaan Wali Nagari dibangun melalui logika
Nagari Aur Malintang Batu Basa yang dijabat oleh modal demokrasi prosedural, sedangkan ranah
datuk pemuka masyarakat suku Koto yang meminta kekuasaan dibangun melalui logika modal
diselenggarakannya pertemuan yang membahas demokrasi deliberatif. Perbedaan antara kedua ranah
bentuk etika sosial yang mengatur perilaku dan logika modal adalah adalah pada rekrutmen
masyarakat agar sejalan dengan nilai adat istiadat politik dan proses pengambilan keputusan, proses
melalui penggunaan alokasi dana desa (ADD) pada keputusan pengambilan keputusan dalam lembaga
bulan Oktober 2016. Pembahasan ini terkait dengan adat dilakukan secara langsung tetapi rekrutmen
Peraturan Bupati (Perbub) Kabupaten Padang politik dilakukan secara tidak langsung melalui
Pariaman yang melarang organ tunggal dalam wakil suku atau kaum dalam lembaga adat (KAN),
pelaksanaan kenduri, dari pembahasan ini tetapi dalam pengambilan keputusan harus
dikeluarkan Peraturan Nagari (Perna) yang mengatur bermusyawarah dengan anak dan kemenakan yang
ijin kenduri perkawinan harus melalui Wali Nagari menjadi anggota suku atau kaum tersebut.
setelah melalui ijin dari Mamak (Paman) yang Sebaliknya rekrutmen politik Wali Nagari bersifat
menjadi kepala suku keluarga masyarakat yang langsung melalui pemilihan Wali Nagari yang
menyelenggarakan kenduri tersebut. Terdapat melibatkan partisipasi masyarakat secara langsung,
integrasi nilai adat dalam aturan sosial dan tetapi dalam proses pengambilan keputusan tidak
kebudayaan yang dibuat pemerintah nagari melalui langsung melibatkan partisipasi masyarakat.
Peraturan Nagari yang menggunakan anggaran
alokasi dana desa (ADD) sebagai bentuk pengaruh Modal simbolik Wali Nagari dibangun dari logika
politik lokal dalam perumusan kebijakan modal yang berasal dari modal ekonomi dan modal
desentralisasi kewenangan pemerintah pusat di sosial, sedangkan modal simbolik datuk dalam
daerah. lembaga adat dibangun dari logika modal yang
dibentuk oleh modal sosial dan modal budaya.
Modal simbolik datuk yang digunakan oleh Wali Pengaruh sosial dan budaya menjadi kuat sebagai
Nagari dalam memaksakan visi pembangunan nagari bentuk logika modal dalam ranah kekuasaan
menghasilkan dukungan partisipasi masyarakat perumusan kebijakan desentralisasi kewenangan
dalam pembangunan fisik, tidak ada anggaran yang pusat di daerah pada saat modal simbolik jabatan
tersisa pada tahun berikutnya dari penggunaan Wali Nagari dipegang oleh datuk, pengaruh datuk
alokasi dana desa (ADD) ini. Bentuk partisipasi yang menjabat sebagai Wali Nagari bisa
masyarakat dapat dilihat dari sumbangan tenaga mempengaruhi bentuk alokasi dana desa (ADD)
dalam pengerjaan proyek pembangunan fisik, sisa yang dirumuskan bersama dengan pemuka
anggaran yang seharusnya digunakan untuk biaya masyarakat lain dari perwakilan lembaga adat agar
tenaga kerja proyek pembangunan dialokasikan sejalan dengan nilai-nilai sosial dan budaya yang
untuk kegiatan proyek pembangunan lainnya yang berkembang dalam masyarakat. Legitimasi yang
memberikan dampak kesinambungan (spillover) diperoleh dari dukungan masyarakat terhadap modal
untuk pembangunan berikutnya. Pembangunan fisik simbolik yang dimiliki oleh datuk yang menduduki
yang dimulai dari penggunaan modal simbolik ini jabatan Wali Nagari ini memungkinkan penggunaan
bisa menciptakan bentuk pembangunan hukum serta paksaan yang mengatasnamakan
berkesinambungan untuk tahun berikutnya, serta pemerintahan nagari dan lembaga adat dalam
menciptakan model pembangunan yang terintegrasi pelaksanaan visi pembangunan nagari yang sejalan
antara penggunaan modal simbolik, modal sosial, dengan nilai sosial dan budaya masyarakat setempat.
modal budaya, dan modal ekonomi masyarakat.
460
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
461
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Hari Sabarno. 2007. Untaian pemikiran otonomi Robison, Richard & Hadiz, Vedi. R. 2004.
daerah: memandu otonomi daerah menjaga Reorganising Power in Indonesia: The Politics
kesatuan bangsa. Jakarta: Sinar Grafika. of Oligarchi in An Age of Markets. London:
Hasbi, Muhammad. 1971. “Perkembangan RoutledgeCurzon.
Lembaga Kerapatan Adat di Nagari-Nagari Strauss, Anselm. L. & Corbin, Juliet. 1998. Basics
Minangkabau: Uraian Tentang Perkembangan Of Qualitative Research Techniques And
Kerapatan Adat Tradisionil Ke Arah Procedures For Developing Grounded Theory.
Perkembangan Kerapatan Demokratis USA: Sage Pub.
Nagari.” Skripsi Doktorandus. Institut Ilmu Zainuddin, Musyair. 2008. Implementasi
Pemerintahan, Malang. Pemerintahan Nagari Berdasarkan hak Asal-
Henley, David & Davidson Jamie. S. 2007. Usul Adat Minangkabau. Yogyakarta: Ombak.
“Radical Conservatism—the Protean Politics
of Adat” dalam Jamie S Davidson & David Laporan Penelitian
Henley (Eds.). The Revival of Tradition in Tamrin, Asrinaldi dan Indah Adi Putri. 2013. Model
Indonesia Politics: the Deployment of Adat Transfer Dana Perimbangan Dan Pemerataan
from Colonialism to Indigenism. London: Kemampuan Fiskal Dalam Pelaksanaan
Routledge, hlm. 1-49. Otonomi Daerah. Laporan Penelitian Hibah
Kahin, Audrey R. 2005. Dari Pemberontakan ke Bersaing. Padang: LPPM Universitas Andalas.
Integrasi: Sumatera Barat dan Politik Yoserizal & Asrinaldi. 2013. “Quasi Otonomi Pada
Indonesia 1926-1998. Terj. Jakarta: Yayasan Pemerintahan Terendah Nagari Simarasok Di
Obor Indonesia. Sumatera Barat Dan Desa ponjong di Daerah
Kato, Tsuyoshi. 2005. Adat Minangkabau dan Istimewa Yogyakarta”. Sosiohumaniora,
Merantau Dalam Perspektif Sejarah. 15(2): 178-193.
Terjemahan. Jakarta: Balai Pustaka. Yoserizal & Asrinaldi, 2011.“Praktik Pemerintahan
Manan, Imran. 1995. Birokrasi Modern Dan Terendah Dalam Pembangunan dan
Otoritas Tradisional Minangkabau (Nagari Implikasinya Terhadap Demokrasi Lokal Di
Dan Desa di Minangkabau). Padang: Yayasan Sumatera Barat”. Jurnal Transformasi
Pengkajian Kebudayaan Minangkabau. Pemerintahan, 3(2):85-103.
Miles, Matthew. B. & Huberman, A.Michael. 1994. Yoserizal, Asrinaldi & Rahmadani Yusran. 2005.
Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of “Pemanfaatan Sumber Daya Aparatur
New Methods. Ed-Kedua. California: Sage Pemerintah Daerah Dalam Rangka Mendukung
Pub. Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Provinsi
Navis, A.A. 1984. Alam Takambang Jadi Guru: Sumatera Barat”. Laporan Penelitian
Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Balitbang Provinsi Sumbar. Padang: Balitbang
Grafiti Press. Provinsi Sumatera Barat,
462
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Lies Mariani
Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - Universitas Padjadjaran
liesmar8958@gmail.com
Abstrak – Bagansiapiapi adalah sebuah kota kecil Pekanbaru, luas keseluruhan wilayah 87.023.66 km2
yang terletak di Provinsi Riau, Sumatera. Sejak tahun dengan populasi penduduknya 5.543.031 jiwa.
1999 kota ini merupakan ibukota Kabupaten Rokan Suku-suku bangsa yang selama ini telah menetap di
Hilir di Provinsi Riau. Bagansiapiapi memiliki sejarah Riau antara lain, suku Melayu 37.74%, suku Jawa
panjang sebagai salah satu kota penting di kepulauan 25,05%, Minangkabau 11,26%, Batak 7,31%, Banjar
Indonesia. Didirikan pada abad ke-19 oleh puluhan 3,78%, Tionghoa 3,72% dan Bugis 2,27% (Dinas
Pariwisata Rokan Hilir, 2016:7).
etnis Tionghoa yang berasal dari provinsi Fujian, Cina,
Bagansiapiapi berkembang menjadi pelabuhan ikan
Bagansiapiapi merupakan salah satu kota di
yang paling penting kedua di dunia setelah Norwegia. Kabupaten Rokan Hilir yang dalam perjalanan
Pemerintah kolonial Hindia Belanda kemudian sejarahnya pernah mengalami masa kejayaan sebagai
mengembangkan kota ini dan mendirikan banyak kota pelabuhan kedua terbesar setelah Norwegia
bangunan seperti bank, rumah sakit, gereja sebagai sebagai penghasil ikan di dunia, meskipun lokasi kota
warisan budaya yang bersifat tangible. Banyak di Bagansiapiapi terletak di pelosok sebelah timur
antara bangunan tersebut yang masih utuh dan Provinsi Riau Daratan. Wilayah ini memiliki latar
fungsional hingga kini. Menghadapi tantangan belakang sejarah yang panjang.
globalisasi, pelestarian dan revitalisasi warisan budaya
ini bisa dikembangkan menjadi alat untuk Setelah invasi Portugis tahun 1.511 wilayah Rokan
mempertahankan identitas lokal. Hilir terdiri atas tiga Kenegerian yaitu Tanah Putih,
Kubu dan Bangko. Dalam perkembangannya, wilayah
ini menjadi lalu lintas perdagangan laut Malayu di selat
Kata kunci: warisan budaya, pelestarian, revitalisasi, Melaka. Hal ini diketahui dari adanya sisa-sisa
identitas lokal. peninggalan artefak seperti situs Candi Sintong dan
situs Sidinginan yang diperkirakan memiliki latar
belakang agama Buddha. Sedangkan penyebaran Islam
PENDAHULUAN terlihat di situs kerajaan Batu Hampar yang letaknya 20
km ke hulu dari Bagansiapiapi dengan peninggalan
Latar belakang situs makam.
Kabupaten Bagansiapiapi terletak di muara Sungai
Rokan, di pesisir utara Kabupaten Rokan Hilir, dan Tahun 1.858 merupakan awal kegiatan pemerintah
merupakan suatu tempat strategis karena letaknya Hindia-Belanda melakukan kegiatan menguasai
berdekatan dengan Selat Malaka merupakan lalu lintas Bagansiapiapi karena Kerajaan Siak di Tanah Putih
perdagangan internasional. Kota Bagansiapiapi sudah dikuasai Belanda yang menempatkan
dijuluki sebagai Hongkong van Andalas (Wikipedia, kontrolirnya pada tahun 1885/6. Pada tahun 1990
diunduh tanggal 12-2016). Bagansiapiapi secara kantor pusat pemerintah Hindia-Belanda dipindahkan
administrasi merupakan salah satu Kabupaten yang ke Bagansiapiapi sampai runtuhnya pemerintahan
termasuk dalam Provinsi Riau dengan Ibu Kota Hindia Belanda pada tahun 1942 1. Selama menguasai
dan menetap di Kota Bagansiapiapi, untuk
1
Arfan Surya 2016 dalam Sejarah Kabupaten Rokan
Hilir & Bakar Tongkang.(Hal:10-12)
463
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Kajian dan penelitian ini khususnya akan membahas Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab
warisan budaya yang bersifat tangible/benda yang permasalahan dan mencapai tujuan penelitian
sampai sekarang masih terawat dengan baik di kota menggambarkan prosedur pengumpulan data atau
Bagansiapiapi. Ada upaya revitalisasi 2di bahan yang diperlukan untuk menguji dugaan-dugaan.
Bagansiapiapi yaitu suatu cara menghidupkan kembali Dalam penulisan laporan diperhatikan hal-hal sebagai
spirit kebudayaan sebagai salah satu identitas lokal. berikut:
Hal ini sesuai pendapat Stuart Hall 3 yang menyatakan a) Studi Kepustakaan (library research) yang
identitas budaya sebagai sebuah wujud (identity as berkenaan langsung dengan kota
being) dan sebagai proses menjadi (identity as Bagansiapiapi serta warisan budaya yang
becoming). dimilikinya yang bersifat tangible. Untuk
2
Revitalisasi, ialah kegiatan pemugaran yang bersasaran untuk atau Revitalisasi/ Adaptasi, Membangun untuk fungsi yang lebih
mendapatkan nilai tambah yang optimal secara ekonomi, social dan sesuai dengan dampak minimal.
budaya dalam pemanfaatan bangunan dan lingkungan cagar budaya 3
Stuart Hall. Cultural Identity and Diaspora. London:1990:393.
dan dapat sebagai bagian dari revitalisasi kawasan kota lama untuk 4
Stuart Hall. Cultural Identity and Diaspora. London:1990:393.
mencegah hilangnya asset-aset kota yang bernilai sejarah karena
kawasan tersebut mengalami penurunan produktivitas
(Ref.UNESCO.Dep.PU-Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan),
464
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
5
Benda cagar budaya pada saat ini sering kali diartikan sebagai benda-benda yang tergabung dalam pusaka saujana budaya (Draft
‘Pusaka Saujana Budaya’. Penyebutan demikian karena benda Kaliurang, 2003: 49 dalam Novendra, 2009:49)
cagar budaya termasuk ke dalam kelompok barang-barang atau
465
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Dewasa ini upaya pelaksanaan menjaga kelestarian antara lain, Islam, Katholik, Kristen, Buddha dan
benda cagar budaya di Indonesia, dengan adanya kepercayaan Tridharma; 2). Sistem dan organisasi
otonomi daerah maka telah terjadi perubahan seperti kemasyarakatan, dari keadaan masyarakatnya yang
diketahui pada tabel dibawah ini. multi suku ini mereka mempunyai Komunitas Melayu,
Komunitas Tionghoa, Komunitas Jawa, Komunitas
Tabel 1 batak, Nias dan Bugis; 3). Sistem pengetahuan dari
keadaan masyarakatnya yang multi suku ini mereka
mempunyai Pembuatan galangan kapal, Proses
P Paradigma
Perubahan
Pengawet ikan laut, Proses budi daya burung walet; 4).
UU No. 5 tahun 1992 UU No. 11 tahun 2010
Bahasa, dari keadaan masyarakatnya yang multi suku
tentang Benda Cagar Budaya tentang Cagar Budaya ini mereka mempunyai bahasa yang berbeda untuk
Orientasi pada “memajukan bahasa sehari hari, kalau mereka berikteraksi dengan
Orientasi pada “ memajukan kebudayan nasional” (pasal 32) dan masyarakat di luar sukunya mereka tetap
kebudayan nasional” saja (pasal 32 “untuk sebesar-besarnya kemakmuran menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Melayu,
UUD’45) rakyat” (pasal 33 UUD’45)
tetapi saat mereka melakukan interaksi di dalam
Pengaturan terhadap benda Pengaturan terhadap aktivitas komunitasnya mereka akan menggunakan bahasa ibu,
seperti etnis Tionghoa mereka akan menggunakan
Pelestarian parsial Pelestarian kawasan bahasa Hokkian, suku Jawa akan menggunakan bahasa
Pemerintahan yang bersifat Jawa, suku Melayu akan menggunakan bahasa
Pemerintahan bersifat sentralistik desentralistik (seperti pembagian Melayunya, suku Batak akan menggunakan bahasa
kewenangan, peringkat cagar budaya)
Peran dominan Pemerintah dalam
Bataknya; 5). Kesenian, dari keadaan masyarakatnya
Pelestarian berbasis masyarakat yang multi suku ini mereka mempunyai mempunyai
pelestarian
komunitas yang secara rutin akan bertemu dan berlatih
untuk kelangsungan kesenian mereka, karena mereka
Adanya upaya revitalisasi 6 yaitu suatu cara mempunyai suatu yayasan seperti pada suku Jawa
menghidupkan kembali spirit kebudayaan yang ada di mereka mempunyai kelompok komunitas yang
Bagansiapiapi sebagai salah satu identitas lokal. Sesuai bernama ‘Hangudi Utomo’. Tempat mereka
pendapat Stuart Hall 7 bahwa identitas budaya sebagai berkumpul dan berkesenian. Demikian juga dengan
sebuah wujud (identity as being) dan identitas budaya etnis Tionghoa mereka mempunyai yayasan Multi
sebagai proses menjadi (identity as becoming). Dalam Marga, ini tempat mereka untuk berkumpul dan
cara pandang pertama diuraikan bahwa, identitas melaksanakan kegiatan bakti sosial, keagamaan dan
budaya dilihat sebagai suatu kesatuan yang dimiliki sebagainya; 6). Sistem mata pencaharian hidup, dari
bersama, atau yang merupakan ‘bentuk dasar/asli keadaan masyarakatnya yang multi suku ini mereka
seseorang dan berada dalam diri banyak orang yang mempunyai kegiatan berdagang, bertani, berkebun,
memiliki kebersamaan sejarah dan leluhur. Identitas sebagai nelayan, berternak burung wallet dan
budaya adalah cerminan kesamaan sejarah dan kode- sebagainya; 7). Sistem teknologi dan peralatan dari
kode budaya yang membentuk sekelompok orang keadaan masyarakatnya yang multi suku ini mereka
menjadi ‘satu’: walaupun dari’luar’ mereka tampak mempunyai cara-cara untuk mengawetkan ikan,
berbeda. Hal ini dapat berarti juga, selain dari membuat kapal, serta beragam rasa di bidang kuliner
kesamaan sejarah dan kode-kode budaya yang antara lain dari kuliner dari etnis Tionghoa, Melayu,
menyatukan mereka, sudut pandang ini melihat bahwa Jawa, Minang, Batak, dan sebagainya.
cirri fisik atau lahiriah mengidentifikasikan mereka
sebagai suatu kelompok. Kelompok masyarakat ini masing-masing memiliki:
sistem Religi, Bahasa, Kesenian, Sistem Pengetahuan,
Kebudayaan di mana pun memiliki unsur-unsurnya, Sistem Organisasi masyarakat, Sistem mata
begitu pula halnya dengan kondisi yang ada di pencaharian yang sangat berbeda, tetapi selama ini
Bagansiapiapi. Dalam penelitian ini hasil peninggalan mereka dapat hidup berdampingan dan saling
warisan budaya yang bersifat tangible dengan latar menghormati serta bergotong di Kabupaten
belakang unsur-unsurnya seperti diungkapkan di Bagansiapiapi.
bawah ini, antara lain: 1). Sistem religi dan upacara
keagamaan, dari keadaan masyarakatnya yang multi
suku ini mereka mempunyai keyakinan yang beragam
6
Revitalisasi, ialah kegiatan pemugaran yang bersasaran untuk (Ref.UNESCO.Dep.PU-Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan),
mendapatkan nilai tambah yang optimal secara ekonomi, social dan atau Revitalisasi/ Adaptasi, Membangun untuk fungsi yang lebih
budaya dalam pemanfaatan bangunan dan lingkungan cagar budaya sesuai dengan dampak minimal.
dan dapat sebagai bagian dari revitalisasi kawasan kota lama untuk 7
Stuart Hall. Cultural Identity and Diaspora. London:1990:393.
mencegah hilangnya asset-aset kota yang bernilai sejarah karena
kawasan tersebut mengalami penurunan produktivitas
466
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
8
Revitalisasi, ialah kegiatan pemugaran yang bersasaran untuk kawasan tersebut mengalami penurunan produktivitas
mendapatkan nilai tambah yang optimal secara ekonomi, social dan (Ref.UNESCO.Dep.PU-Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan),
budaya dalam pemanfaatan bangunan dan lingkungan cagar budaya atau Revitalisasi/ Adaptasi, Membangun untuk fungsi yang lebih
dan dapat sebagai bagian dari revitalisasi kawasan kota lama untuk sesuai dengan dampak minimal.
mencegah hilangnya asset-aset kota yang bernilai sejarah karena
467
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
Bagansiapiapi, dari jumlah 31 situs cagar budaya, Cochrane. Janet 2016 It’s a Jungle Out There
ternyata baru 5 lima situs yang terinventarisasi oleh (Contestation and Conflict at Indonesia’s
BPCB di Batu Sangkar, Sumatra Barat. Natural World Heritage Sites.Ed.
King.T.Victor. Unesco in Southeast Asia World
Begitu pula dengan situs Candi Sintong yang Heritage Sites in Comparative Perspective.
diperkirakan berdiri pada periode klasik Copenhagen K. Denmark: NIAS Press
(Hindu/Budha) terutama pada masa perkembangan (313-346)
agama Budha di Suwarnabhumi (Pulau Sumatra) Fross Katharina Johana 2016 Natural Word Heritage
sekitar abad 12-15 M. Dengan demikian, situs ini Sites and Local Communities: A Conflit of
sudah memiliki umur yang cukup tua (5 abad) dan Interest? (Two case Studies From Palawan,
secara yuridis dapat dimasukkan dalam kategori situs The Philippines. Ed.King.T.Victor. Unesco
cagar budaya yang bersifat intangible (sekurang- in Southeast Asia World Heritage Sites in
kurangnya 50 tahun) 9. Comparative Perspective. Copenhagen K.
Denmark: NIAS Press (347-366)
Hasil peninggalan budaya yang bersifat tangible telah Hall, Stuart 1990 Cultural Identity and Diaspora.
memberikan andil serta sumbangan bagi Dalam Jonasthan Rutherford (Ed.), Identity,
perkembangan manusia dan budaya sampai sekarang. Community, Culture, Difference.
Berbagai percampuran manusia dari suku Melayu, London:Lawrence &Wishart
Tionghoa, Jawa, Batak, Nias, Bugis dan Minang serta Shanks, Michael & Tilley. Chridtopher 1992 Re-
Lombok/NTT, seperti diketahui masyarakat berbagai Constructing Archaeology Theory and
etnis di Bagansiapiapi ini mempunyai hugungan yang Practice. Printed in Great Britain by Butler
sangat cair, mereka dapat hidup berdampingan dengan & Tanner Ltd, Frome, Somerset
membawa latar belakang budayanya masing-masing, Miora. Keiko & Sarjjana.I. Made 2016. The World
potensi dan kekuatan budaya dengan latar belakang Heritage Nomination of Balinese Cultural
keberagaman seperti inilah yang akan memunculkan Landscapes. Ed.King.T.Victor. Unesco in
salah satu potensi yang ada di Bagansiapiapi. Southeast Asia World Heritage Sites in
Mengingat adanya keberagaman dari hasil Comparative Perspective. Copenhagen K.
peninggalan yang bersifat tangible. Mengingat adanya Denmark: NIAS Press (274-290).
perkembangan dan arus globalisasi sebagai suatu Koentjaraningrat. 1984, Manusia dan Kebudayaan di
keniscayaan yang harus dihadapi oleh Kabupaten Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Bagansiapiapi. Adanya masyarakat yang multi ---------1984 Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai
etnis/suku dan adanya berbagai peninggalan yang Pustaka.
bersifat tangible yang mempunyai ciri khas dan ----------1985Pengantar Ilmu Antropologi.
keunikan tersendiri. Hal ini merupakan salah satu Jakarta:Aksara Baru.
identitas budaya yang dimiliki oleh Kabupaten -----------1985 ‘Persepsi Tentang Kebudayaan
Bagansiapiapi, karena dengan adanya keberagaman Nasional’. Dalam Persepsi Masyarakat
budaya tersebut. Merupakan salah satu ciri khas yang Tentang Kebudayaan. Editor Alfian.
akan selalu mewarnai di Kota Bagansiapiapi. Penerbit PT Gramedia, Jakarta
Labadi, Sophia 2013 Sustainable Tourism and
Development (Realistic Outcome or
Wishful Thinking?). Dalam Unesco,
DAFTAR PUSTAKA Cultural Heritage and Outstanding
Universal Value (Value-based Analyses of
Arfan, Surya 2016 Sejarah Kabupaten Rokan Hilir Dan the World Heritage an Intangible Cultural
Bakar Tongkang. Penerbit Soreram Media Heritage Conventions). AltaMira Press.
dan Yayasan Multi Marga. Bagansiapiapi ----------2013 Cultural Diversity and Inclusion.
dan Kabupaten Rokan Hilir. Dalam Unesco, Cultural Heritage and
Ayatrohaedi 1986 Kepribadian Budaya Bangsa Outstanding Universal Value (Value-based
(Local Genius).Penerbit: Dunia Pustaka Analyses of the World Heritage an
Jaya. Jakarta. Intangible Cultural Heritage Conventions).
Arybowo Sutamat 2002 Kepulauan Riau Dan AltaMira Press.
Pluralisme.Puslit Kemasyarakatan Dan Moleong. Lexy 1990 Metodolog Penelitian Kualitatif.
Kebudayaan (PMB-LIPI). Jakarta. Bandung : remaja Rosdakarya
9
Analisis Data Cagar budaya. Hasil Laporan Pencagarbudayaan.
Kabupaten Rokan Hilir.Provinsi Riau (2012:32).
468
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
469
Seminar Nasional Politik dan Kebudayaan
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran 24-25 Oktober 2016
470