Anda di halaman 1dari 139

MIMPI BURUK KEMANUSIAAN

Sisi-sisi Gelap Zionisme



Judul Asli:
A Hidden History Of Zionism


2
Kenang-kenangan untuk
Khalid Ahmad Zaki
Sahabatku Yang Setia dan Tercinta

***
Persembahan Untuk
Hamdi Faraj dan Muhammad Manasrah
"Thawra Hatta al Nasr"
(Revolusi sampai kemenangan di tangan)


Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
SCHOENMAN, RALPH
Mimpi Buruk Kemanusiaan: Sisi-sisi Gelap Zionisme / Ralph Schoenman. --
Surabaya : Pustaka Progressif, 1998.
220 hlm. : 14 x 21,5
ISBN 979-8956-09-8
1. Zionisme I. Judul II. Ralph Schoenman


MIMPI BURUK KEMANUSIAAN
Sisi-Sisi Gelap Zionisme

Judul Asli:
A Hidden History Of Zionism
Oleh:
Ralph Schoenman
Penerbit:
Veritas Press, Santa Barbara,
First Edition, 1988
Penerjemah:
Drs. Masyhur Abadi
Editor:
Masyhud SM. STh.
Setting & Layout:
Masyhud SM.
Desain Cover:
Pro Studio
Cetakan Pertama:
Juli 1998

Diterbitkan oleh:
Penerbit Pustaka Progresif
P.0 Box 1322 Surabaya 6000 - Indonesia

Anggota IKAPI

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
Cetakan Pertama: Oktober 1998
All Rights Reserved



3
DAFTAR ISI

Prakata.
1. Empat Mitos
2. Tujuan-tujuan Zionis
3. Kolonisasi Palestina
4. Akibat-akibat Tragis
5. Perampasan Tanah
6. Zionis dan Yahudi
7. Mitos Keamanan
8. Blitzkrieg dan Penjagalan
9. Pendudukan Kedua
10. Penyiksaan Merajalela
11. Penjara
12. Strategi Penaklukan
13. Strategi Revolusi
Peta: Visi Zionis Tentang Eres Israel
Catatan Kaki
Bacaan Anjuran
Apendiks
Tentang Penulis























4
PENGAKUAN


Selama zaman kegelapan Eropa, ilmu pengetahuan Yunani, matematika dan
filsafat telah dijaga oleh para sarjana Arab. Mulai Ibnu Sina sampai Al-Kindi,
ilmu pengetahuan Arab dan matematika telah memelihara warisan filsafat alam
dan moral Yunani.

Gerakan Zionis yang telah menjarah Palestina dan merusak kebudayaannya
dengan kebiadaban tanpa henti, bahkan kekejaman kolonial ini mengejutkan
mereka yang mengenal baik sejarah. Sejarah gelap ini telah disembunyikan
selama seratus tahun terakhir, terungkap melalui tulisan-tulisan segelintir
sarjana yang relatif berani.

Alan Benyamin telah mencurahkan ratusan jam bagi semua tahapan dalam
karya ini. Sebagai teman berpikir, berdiskusi, editor dan sahabat, dia telah
mempertajam analisis, menghemat penyajian dan mengatasi berbagai problem
tehnis dalam penyajiannya. Karya ini tidak akan ada tanpa peranan dia.

Mya Shone, istriku yang tercinta juga memberikan sumbangsihnya, dia pantas
dicatat sebagai penulis kedua buku ini. Peranannya dalam menulis dan
mengolah kata setara dengan peranan saya. Setiap kalimat telah diuji dengan
cermat, agar mendapatkan ungkapan kata yang sangat tepat dan bahasanya
bisa mengalir lancar. Tenaga dan kehendak yang mengalir darinya, menjadikan
tulisan ini sebuah kerja cinta.

Untuk para pejuang dan sahabat Palestina kami yang terkurung, saya ingin
mengutip ucapan Dylan Thomas: "Kita sendirian dan kita tidak sendirian di
tengah dunia yang tidak dikenal ini. Penderitaan dan kebahagiaan kita
selamanya akan terbagi dan selamanya menjadi milik kita sendiri. "






















5
PRAKATA


Intifadah (Kebangkitan Islam)

"Dengan amarah, kebencian, dan keganasan tipis, ribuan anak muda
melemparkan batu-batu kepada penjajah Israel,tanpa menghiraukan tembakan
yang meradangnya. Ini lebih dari sebuah kerusuhan sipil... ya permulaan dari
suatu pemberontakan masyarakat". 1

Inilah gambaran dari koresponden Jerussalem Post, Hirsh Goodman, tentang
intifadah pemuda Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza pada pertengahan
Desember 1987.

Pernyataan Goodman tersebut ditulis sehari sebelum tanggal 21 Desember 1987,
dimana terjadi pemogokan umum yang melibatkan seluruh masyarakat
Palestina di bawah cengkeraman Israel. Pemogokan tersebut digambarkan oleh
harian Israel, Ha'aretz, "menggoretkan pada tembok kita sesuatu yang bahkan
lebih serius dari kerusuhan-kerusuhan berdarah pada dua minggu terakhir
ini".2

"Pada hari itu," tulis John Kifner, Pada New York Times, "Sejumlah besar
pekerja Arab yang bekerja sebagai penunggu warung, pemetik sayuran,
pembersih sampan, buruh kasar dan semua pekerjaan manual Israel, tinggal di
rumah".3

Tindakan pemerintah Israel terhadap Intifadah sangatlah brutal. Menteri
Pertahanan Yitzhak Rabin memerintahkan penggunaan tank, kendaraan anti
huru-hara dan senapan otomatis melawan penduduk yang tidak bersenjata.

The San Francisco Examiner menyatakan Rabin secara terang-terangan
mendukung pembunuhan massal. "(Para tentara) boleh menembak untuk
melumpuhkan para pemimpin kerusuhan," ucap Rabin membela praktek
angkatan bersenjata dalam menghadapi orang-orang bertopeng dengan
membawa senjata kaliber 22 yang sangat kuat untuk menembaki para pemuda
Palestina tanpa pandang bulu".4

Rabin memerintahkan pencarian dari rumah ke rumah, pertama untuk
menangkapi dan berikutnya menculik siapa saja yang mungkin bisa dijadikan
contoh. Pada 27 Desember, lebih dari 2.500 orang Palestina ditangkap,
kebanyakan mereka baru berumur dua-belas tahun, pada akhir Januari
jumlahnya telah mencapai 4.000 dan terus bertambah.5 Para Militan" tersebut
diberi tanda dideportasi. Penjara dan pusat penahanan Israel dengan
pengamanan tinggi menjadi penuh-sesak. Persidangan-persidangan massal
terhadap orang-orang Palestina tersebut dilakukan.

Tindakan biadab yang paling menyulut kemarahan masyarakat Palestina adalah
tindakan tentara menangkapi orang yang terluka dari bangsal-bangsal rumah
sakit. Tindakan ini, yang merupakan prosedur standar selama invasi Lebanon
pada 1982, menjadikan rumah sakit Shifa di Gaza sebagai pusat perlawanan.


6
Kerumunan besar manusia berkumpul mempertahankan orang-orang yang
terluka, perasaan takut mereka sirna, dan kekhawatiran mereka terbukti benar.

"Para pemuda Gaza dan Tepi Barat dimana kerusuhan-kerusuhan meledak,"
tidak pernh menerima latihan teroris apa pun, mereka juga bukan anggota dari
sebuah organisasi teroris. Sebaliknya mereka adalah anggota-anggota dari
generasi Palestina yang tumbuh dengan tidak mengetahui apa pun kecuali
pendudukan". 6

Seorang Ibu dari seorang lelaki Palestina yang ditembak tiga kali pada bagian
kepala oleh serdadu-serdadu Israel- ditanya, apakah dia akan mengizinkan
putra-putranya yang masih tersisa untuk bergabung dalam demonstrasi.
"Sepanjang saya masih bernafas," jawabnya, "Saya akan mengajar anak-anak
muda untuk berjuang..... saya tidak peduli apa yang akan terjadi demi
memperoleh tanah kami".7 Rasyad Syawa'a, walikota Gaza yang disingkirkan,
mengungkapkan sentimen yang sama:

"Pemuda telah kehilangan harapan bahwa Israel akan memberikan kepada
mereka hak-haknya. Mereka merasa negara-negara Arab tidak mampu
melakukan apa pun. Mereka merasa Organisasi Pembebasan Palestina
(Palestina Liberation Organization / PLO) telah gagal mencapai sesuatu."8

Catatan koresponden Los Angeles Times, Dan Fisher, bahkan lebih signifikan:

"Perasaan persatuan baru yang sangat kuat ini adalah salah satu perubahan
yang paling mengejutkan bagi para pengamat asing dan orang-orang Palestina
non-Gaza.... ini merupakan suatu fenomena yang melampaui batasan, yang
sebelumnya ada antara kalangan muda dan tua, dan antara mereka yang bekerja
di Israel dan mereka yang tidak."9

Pemaksaan, Kekuasaan, Pemukulan.

Karena intifadah semakin menguat, kabinet Israel dan menteri pertahanan
Yitzhak Rabin menerapkan "hukuman kolektif, suatu taktik yang menjadi ciri
khusus pendudukan Nazi di Perancis, Denmark dan Yugoslavia. Makanan, air
dan obat-obatan dicegat agar tidak bisa masuk ke kampung-kampung
pengungsi Palestina Gaza dan Tepi Barat. Anggota komite yang bekerja dan
agen pekerja PBB untuk meringankan penderitaan para pengungsi Palestina di
Timur Dekat (The United Nations Relief and Works Agency - UNRWA)
melaporkan bahwa anak-anak yang mencari susu bubuk di depot-depot PBB
ditembaki dan dipukul dengan tongkat.

Wilayah Casbah, di mana lebih separuh dari 125.000 penduduk Nablus tinggal,
telah ditutup rapat dengan menggunakan penghalang-penghalang beton dan
pintu-pintu besi. Qabatiya dan kampung pengungsi sebelahnya di Jamin telah
ditempatkan dalam pengepungan. Pada saat penulisan (buku ini), pengepungan
yang telah menghalangi masuknya semua makanan, air, minyak dan listrik,
telah berlangsung selama lima puluh lima hari.

Seorang analis Jerussalem Post memaparkan kebijakan-kebijakan Rabin:


7
"Prioritas pertama adalah menggunakan paksaan, kekuasaan dan pemukulan.
Cara ini dipandang lebih efektif dari penahanan... sebab dia mungkin akan
kembali melempari serdadu. Tetapi jika para tentara mematahkan tangannya,
dia tidak akan mampu melemparkan batu..."10

Pada hari berikutnya, media massa melaporkan pemukulan-pemukulan paling
biadab yang dilakukan para serdadu di seluruh Tepi Barat dan Gaza. Catatan
John Kifner sangat mengenaskan:

"Nablus, Tepi Barat yang diduduki Israel, 22 Januari: Dengan kedua tangan
dibalut perban, Omar Abu Rub menjelaskan dari tempat tidurnya di Rumah
Sakit Rafidia apa yang terjadi ketika pasukan Israel mendatangi desa-desa
Palestina di Qobatiya."

"Mereka memasuki rumah seperti binatang sambil berteriak", ucap mahasiswa
berusia 22 tahun di Universitas Bir Zeit tersebut. "Mcreka mengambil kami dari
rumah, menendang kepala kami, memukuli kami dengan popor senapan."

"Kemudian dia dibawa ke sebuah rumah yang belum selesai, dimana para
tentara Israel meletakkan ember kosong di kepalanya."

"Beberapa serdadu memaksanya menunduk, sambil mencengkeram
pergelangannya untuk memaksa tangannya menempel tembok. Dua serdadu
lainnya, paparnya, memukuli tangannya dengan pentungan dan meremukkan
tulang-tulangnya.

"Luka-luka tersebut merupakan produk dari ketentuan baru yang dinyatakan
secara resmi oleh tentara Israel dan polisi untuk orang-orang Palestina dengan
harapan bisa mengakhiri gelombang protes di daerah pendudukan Tepi Barat
dan Jalur Gaza, yang sejak awal Desember paling tidak tiga puluh delapan
orang Palestina telah dibunuh oleh tembakan senjata Israel pada protes-protes
tersebut."

"Pada tempat tidur di sebelah Abu Rub, Hasan Arif Kamal, seorang pelajar
SLTA berusia 17 tahun dari Qabatiya, menceritakan cerita yang hampir sama."11

Para pemimpin (partai) Buruh dan Likud menjawab dengan suara lantang
terhadap protes keras internasional atas praktek-praktek ini. Presiden Chain
Herzog menyatakan, "Pilihan ada di hadapan kita saat ini... antara menindas
kerusuhan-kerusuhan ini atau membiarkan mereka berkembang menjadi
sebuah Teheran atau Beirut baru."12

John Kifner melaporkan pada New York Times:

"Perdana menteri Yitzhak Shamir dan menteri pertahanan Yizhak Rabin tetap
mempertahankan ketentuan tersebut, dan keduanya secara publik menyatakan
bahwa tujuan penyiksaan itu adalah untuk menanamkan rasa takut pada
orang-orang Palestina terhadap pasukan Israel."

Shamir menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa tersebut telah "memporak-
porandakan penghalang rasa takut... tugas kita adalah menciptakan kembali


8
penghalang itu dan sekali lagi menanamkan rasa takut akan kematian ke dalam
dada orang-orang Arab di kawasan tersebut..."

Dia menyimpulkan bahwa Intifidah tidak akan pernah terjadi seandainya para
pasukan menggunakan senjata api".13

Perlawanan Palestina Tumbuh

Pemberontakan bangsa Palestina di Tepi Barat dan Gaza telah terjadi di setiap
desa, kota dan kaum pengungsi. Anak-anak usia delapan tahun dan orang-
orang tua usia tujuh puluh serta delapan puluh tahun setiap hari berani
menantang pasukan Israel. Seluruh penduduk desa, dengan mengibarkan
bendera-bendera Palestina yang dibuat dari sprei dan pakaian, berjalan bersama
secara menantang, sambil bernyanyi dan berteriak serta melemparkan batu-
batu kepada para serdadu yang menembaki mereka dengan senjata otomatis.

Intifadah (Kebangkitan Besar) telah menjadi simbol kebangsaan Palestina
karena penindasan brutal - yang sebelumnya telah menemui batin masyarakat
dengan keputus-asaan, sekarang menjadi penyulut ketetapan hati dan
kehendaknya, yang meliputi persiapan untuk mati.

Pembalasan Israel sungguh sangat biadab. Penindasan tersebut telah dilakukan
dengan kebiadaban tertentu terhadap kampung-kampung pengungsi dan
kawasan-kawasan tua di kota-kota yang dihuni oleh masyarakat miskin dan
pinggiran.

Pada April 1988 lebih dari 150 orang Palestina tewas. Pemerintah Israel
mengakui telah menahan 2000 orang, sehingga jumlah seluruhnya yang diakui
menjadi 4000 orang. Padahal jumlah sesungguhnya jauh lebih besar.

Sumber-sumber di Tepi Barat dan Gaza menyatakan bahwa jumlah orang yang
ditahan pada Sabtu 27 Maret telah melebihi 13.000. Bassam Shaka'a, Wali kota
Nablus yang dipecat, menyatakan jumlah yang ditahan pada sebuah kampung
yang dibangun secara terburu-terburu dengan dilingkari kawat berduri di
kawasan Dahriyah saja mencapai 10.000 orang.

Di kampung Balata di luar Nablus da di Casbah - kawasan tua - 1000 orang
ditahan dalamtempo 48 jam. Penemuan mayat di parit-parit ladang - yang
ditembak di bagian belakang atau dengan kepala yang pecah- telah dilaporkan
dari desa-desa di seluruh Tepi Barat dan Gaza.

Bassam Shaka'a menggambarkan pengerahan kesatuan-kesatuan bersenjata
Israel:

"Tidak menjadi soal rumah mana yang didatangi, jeritan penderitaan dari
anggota keluarga yang terluka atau ditangkap pasti akan terdengar. Konvoi-
konvoi bus melintasi jalan-jalan Nablus dan diikuti oleh van-van Mossad, polisi
rahasia Israel. Kesatuan pasukan pergi dari rumah ke rumah menyeret anak--
anak muda dari tempat tidur mereka pada jam 03.00 dini hari. Ketika bus-bus


9
tersebut penuh, para serdadu itu memukuli anak-anak muda itu secara kejam di
sekitar kepala, pipi, dagu dan punggungnya. Suara jeritan memenuhi udara."

"Ketika pasukan melakukan penculikan anak-anak muda dari rumahnya,
penduduk desa berkumpul di jendela-jendela rumahnya dan di atas atap rumah
sambil berteriak, "Palestina Arab, Revolusi sampai kemenangan di tangan, Allah
Maha Besar (Falistin Arabia, Tsaura Hatta al-Nashr, Allah Akbar)."13a

Bassam Shaka'a menggambarkan upaya-upaya pasukan Israel tersebut dalam
menyebarkan kepanikan dan teror di Nablus dan desa-desa sekitarnya:

"Helikopter-helikopter terbang di atas Nablus pada malam hari menjatuhkan
gas padat beracun berwarna hijau di atas kota. Kesatuan-kesatuan bersenjata
menembakkan kaleng-kaleng kecil yang berisi bahan gas beracun tersebut ke
dalam rumah-rumah secara acak. Para dokter di rumah sakit al-Ittihad
melaporkan kematian dan luka parah pada paru-paru akibat tindakan gila ini
sangat berbeda dengan akibat dari gas air mata, meskipun zat kimiawi yang
mematikan tersebut belum bisa diidentifikasi".

Di antara korbannya adalah seorang nenek dari keluarga Da'as dan orang tua
berusia seratus tahun ayah seorang jaksa Nablus yang terkenal, Mohammad
Irshaid. Para serdadu memasuki rumah pada jam 02.00 pagi, memecahkan
perabotan dan menembakkan sebuah kaleng kecil yang berisi gas hijau
mematikan sambil menghalangi keluarga tersebut meninggalkan rumah.

Dua orang anak-anak, berusia 9 dan 11 tahun, dibawa oleh serdadu-serdadu itu
dalam pakaian tidurnya, didorong-dorong dan dipukuli ketika mereka dipaksa
membersihkan reruntuhan di jalan-jalan oleh para serdadu yang mengejeknya.

Secara bersamaan, pasukan Israel mengarahkan sasaran ke rumah-rumah sakit.
Truk-truk pasukan merusak mobil-mobil ambulan dan menghalangi mereka
mencapai rumahnya yang dipenuhi gas beracun. Para serdadu memasuki rumah
sakit al-Ittihad di Nablus berkali-kali, menahan mereka yang terluka dan yang
menunggu untuk memberikan darah kepada para anggota keluarganya. Bahkan
ruang operasi dijarah ketika para dokter bedah tengah mengoperasi para
pasien.

Para dokter dipukuli dan peralatan medis dirusak. Para anggota keluarga
dihalangi masuk ke rumah sakit, mobil-mobil dokter dan perawat dihancurkan
oleh tentara.

Sementara itu, seluruh Nablus lumpuh akibat pemogokan total. Semua jalan di
setiap kawasan kota tidak ada satu pun toko yang buka atau suatu kegiatan
bisnis. Karena gas beracun memenuhi kota, tangisan dan jeritan memenuhi
malam.

Kaleng-kaleng kecil gas yang ditemukan oleh Bassam Shaka'a, Yousef al-Masri
(pimpinan rumah sakit al-Ittihad) dan penulis Amerika Alfred Lilienthal
melihat tanda "560cs. Federal Lab. Saltsburg, Pa. USA MK2 1988". Para ahli
biokimia meneliti dan menyatakan bahwa gas tersebut sangat mematikan.



10
John Kifner melaporkan pada 4 April, ratusan pengungsi dirawat di klinik-
klinik PBB karena menghirup gas tersebut. Pada 15 April Kifner menulis:
"......gas itu dilemparkan ke dalam rumah, klinik dan sekolah-sekolah yang
menimbulkan rasa sakit dan kerusakan organ tubuh paling parah."13b

Berita dari Kifner ini merupakan laporan pertama kali setelah empat bulan
tentara Israel menggunakan gas semacam ini, dan dia menunjukkan bukti:

"Para dokter perwakilan PBB melihat gejala-gejala yang tidak biasa terkait
dengan gas air mata, dan UNRWA tengah mencari informasi tentang
kandungan gas tersebut.... untuk menyediakan obat penawar... terutama bagi
kelompok yang paling rentan... para wanita hamil, anak-anak dan manula."

Selanjutnya Kifner melaporkan, "Peringatan-peringatan terhadap kaleng-kaleng
kecil menyebutkan bahwa isinya bisa mematikan." Di seluruh Tepi Barat dan
Jalur Gaza kasus keguguran, pendarahan vagina dan sesak nafas terjadi setelah
adanya pelemparan gas tersebut.

Pandangan sekilas tentang kebiadaban

Salah satu dari insiden yang paling mengerikan terjadi di kota Qalqiya. Para
serdadu Israel memasuki rumah para pekerja dan menyiramkan bensin ke
tubuh mereka, lalu membakarnya. Enam pekerja terbakar hidup-hidup. Empat
dari korban tersebut berusaha menerobos keluar dari rumah dan
bergelindingan di tanah, mencoba melepaskan baju-bajunya. Dua orang
terbakar dengan luka yang sangat parah dan dalam kondisi kritis.

Pada 20 Pebruari, dua pemuda ditangkap di Khan Yenis, dipukuli dengan kejam
dan dibawa ke pantai dimana mereka dikubur hidup-hidup ditimbuni pasir.
Setelah para serdadu tersebut pergi, para penduduk desa berusaha menggali
untuk mengeluarkan mereka.

Laporan pada pers pemerintah Israel memberikan pandangan sekilas tentang
skala kekejaman Israel. Seorang tentara mengatakan pada wartawan surat
kabar Israel Hadashot, yang dikutip oleh Newsweek: "Kami mendapat perintah
untuk menggedor pintu, masuk dan mengambil semua laki-laki. Kami
membariskan orang-orang yang lebih muda dengan wajah menghadap ke
tembok, lalu para tentara memukuli mereka dengan pentungan anjing. Ini
bukan inisiatif pribadi, tetapi perintah dari komandan kesatuan kami."13c

Pernyataan-pernyataan itu membuktikan secara jelas bahwa pernyataan
pemerintah Israel tentang ekses dari para tentara secara pribadi adalah palsu.
Newsweek mengatakan:

"Dengan senjata pentungan kayu setebal 30 inci dan didesak oleh perdana
menteri mereka "untuk menanamkan kembali rasa takut pada diri orang-orang
Arab," para serdadu Israel secara terencana memukuli orang-orang Palestina
sejak awal Januari, dengan sengaja meremukkan tulang-tulang mereka, dan
memukuli para tawanan sampai pingsan. Para korbannya tidak hanya para
pemuda... tetapi juga para wanita. Hampir semua yang terluka menjauhi rumah
sakit karena takut ditangkap."


11
Sikap menghindari rumah sakit dairi orang-orang yang terluka itu menghalangi
laporan yang pasti tentang skala pemukulan biadab yang luas dan skala
kematian dari mereka yang mengalami luka-luka tersebut. Tetapi sebuah
indikasi diperoleh dari laporan tim medis yang memeriksa orang-orang terluka
di rumah-rumah sakit pada awal Pebruari 1988.

Dr. Jennifer Leaning, seorang anggota sekolah medis Harvard dan seorang
spesialis yang mengalami trauma, melaporkan penemuan-penemuannya sebagai
berikut:

"Terdapat suatu pola sistematis dari luka lengan yang secara jelas dirancang
untuk menyebabkan keretakan... suatu pola yang sama dari keretakan tulang
sepanjang tangan belakang dan di tengah lengan depan yang... diakibatkan oleh
pemegangan atau pencengkeraman tangan atau lengan, lalu menggunakan
hantaman laras ke tulang."13d

Dr. Leaning dan tim dokter untuk hak asasi manusia berkeliling ke seluruh Tepi
Barat dan Gaza. Mereka menyimpulkan "ini menupakan suatu pola yang
dikendalikan. Suatu pola sistimatis atas suatu kawasan geografis yang luas.
Tampaknya mereka (para serdadu) memang diperintahkan demikian."

Pernyataan Dr. Leaning tentang pasien-pasien baru yang dibawa ke rumah sakit
al-Shifa di Gaza sungguh mengenaskan:

"Mereka tampak seperti baru ditumbuk. Yang mengenaskan adalah jumlah
keretakan tulang setiap pasien. Pasien-pasien ini tampaknya seperti telah
dimasukkan ke dalam sebuah pemeras mesin cuci. Mereka (para serdadu)
pastilah telah menjatuhkannya dan terus menerus memukulinya."
Berbagai contoh dari para pemuda Palestina yang ditembak secara sengaja pada
buah dzakarnya dilaporkan pada rumah sakit al-Shifa dan rumah sakit
Makassad di Jerusalem Timur. Para serdadu Israel menuangkan air mendidih
kepada bayi berusia dua tahun yang mengakibatkan kulitnya melepuh.

Memadamkan Protes

Koresponden New York Times, John Kifner menyebut penyiksaan sistematis
tersebut sebagai "bagian dari serangkaian aturan-aturan baru yang keras,
termasuk sanksi-sanksi ekonomi dan hukuman kolektif, dimana pasukan Israel
dan pejabat- pejabat lainnya mendesakkan harapan untuk bisa memadamkan
gelombang protes, yang telah berkembang menjadi gerakan massa Palestina
yang semakin terorganisir di daerah pendudukan Tepi Barat dan Jalur Gaza."
13e

Perintah-perintah baru bagi tentara membolehkan penahanan tanpa suatu
tuduhan atau persidangan tertentu, meskipun pada mahkamah militer. Selain
itu, menurut New York Times 23 Maret, "prosedur-prosedur baru tersebut
dilaksanakan tanpa memandang kepada aturan peradilan tentang syarat-syarat
penahanan dan memperbolehkan para komandan lokal untuk memerintahkan
penangkapan."



12
Segera setelah perintah tersebut dikeluarkan, masyarakat Palestina ditangkap
dalam waktu semalam lebih dari selusin kawasan pengungsi, desa-desa, dan
kota-kota di Tepi Barat dan Gaza.

Menteri Pertahanan Israel Yitzhak Rabin mengumumkan bahwa orang-orang
sipil Israel memiliki wewenang yang sama seperti para serdadu untuk
melakukan penembakan. Dia menambahkan bahwa para serdadu tidak perlu
mengeluarkan tembakan peringatan untuk menembak orang-orang
Palestina.13f

Newsweek bahkan lebih tegas, "Keputusan tersebut berarti para serdadu Israel
boleh menembak mati para pemuda Palestina... Yitzhak Rabin secara efektif
telah memberikan wewenang yang sama kepada para pemukim (sipil)
Yahudi."13g

Keputusan tersebut, menurut Newsweek, akan "membuka bendungan rasa
frustasi yang selama ini mengurung 60.000 pemukim Yahudi untuk
melampiaskannya."

Keputusan ini dikeluarkan tidak lama sebelum terjadinya sebuah serangan.
Pada 6 April, para pemukim Yahudi dengan darah dingin terlibat dalam
provokasi menembak kepala seorang Palestina yang tengah bekerja di
ladangnya di luar desa Beita. Meskipun demikian, perhatian terpusat kepada
kematian Tirza Porat, seorang gadis pemukim berusia 15 tahun yang ada
diantara kelompok tersebut. Para pemukim melaporkan Tirza Porat telah
dilempari batu sampai mati oleh para penduduk desa Palestina, tetapi sebuah
laporan autopsi militer mengungkap dia telah ditembak pada bagian kepalanya
oleh seorang pengikut Kahane yang bertindak sebagai pengasuhnya. (Rabbi
Meir Kahane adalah pendiri Liga Pertahanan Yahudi).

Meskipun adanya laporan autopsi tersebut, perdana menteri Yitzhak Shamir
menggunakan kesempatan tersebut untuk bersumpah bahwa orang-orang
Palestina "akan digilas seperti layaknya belalang... kepala-kepala dibenturkan
ke batu dan tembok.13h

Di desa Beita, pemandangan dari insiden tersebut menyaksikan tiga puluh
rumah diruntuhkan. Jumlah rumah-rumah yang dihancurkan tersebut
dibenarkan oleh Handi Faraj, seorang wartawan Palestina yang terkenal.

Bentuk-Bentuk Munculnya Pemerintahan Sendiri.

Intifadah bangsa Palestina akhir-akhir ini menghasilkan tantangan yang lebih
kuat terhadap kontrol Israel daripada yang telah dicapai dalam dua puluh
tahun terakhir. Seluruh infrastruktur kekuasaan Israel telah runtuh. Para mata-
mata meminta pengampunan, dengan mengakui tindakan mereka dan
membeberkan alat-alat kontrak Israel. Polisi Palestina mengundurkan diri.

Liga desa, organisasi-organisasi kolaborator Israel, telah runtuh. The Los
Angeles Times melaporkan bahwa tantangan dari "Persatuan Kepemimpinan


13
Nasional Intifadah" (United National of the Uprising) telah mengakibatkan
pengunduran diri para dewan-dewan daerah desa dan kota.

Sebelum intifadah, 20.000 orang Palestina bekerja di bawah kontrol pasukan
dan polisi Israel, memberikan jasa pelayanan di Tepi Barat dan Gaza. Mereka
adalah para guru, pesuruh dan pelaksana. Semuanya telah mengundurkan diri.

Bentuk pemerintahan sendiri (self goverment) muncul semakin kuat di Tepi
Barat dan Gaza. Orang-orang Israel menutup sekolah-sekolah, gerakan
perlawanan Palestina justru mendirikan kelas-kelas tersendiri. Israel
memerintahkan toko-toko untuk buka, gerakan perlawanan justru
menutupnya. Israel menutup toko, gerakan perlawanan justru membukanya.

Tepi Barat dan Gaza terperangkap dalam kolonial. Newsweek mengutip
demografi Israel Meron Benvenisti, mantan wakil walikota, "wilayah-wilayah
pendudukan menjadi sumber tenaga kerja yang murah dan pasar yang menarik
bagi barang-barang Israel. "13i

Surplus perdagangan Israel dengan Tepi Barat dan Gaza, ungkap Benvenisti,
adalah $ 500 juta setahun. Pemerintah menarik $ 80 juta setahun dari pajak-
pajak bagi penyediaan pelayanan sosial yang sangat buruk. Wilayah-wilayah
tersebut mengimpor $ 780 juta setahun bagi barang-barang Israel dengan harga
tinggi.

Tetapi intifadah telah mengubah segalanya. Newsweek menyatakan:

"Orang-orang Palestina memiliki senjata ekonominya sendiri. Ribuan pekerja
Arab sejak lama meninggalkan pekerjaan-pekerjaan mereka di lahan-lahan,
pabrik-pabrik dan kawasan pembangunan Israel. Para pemilik toko Arab
membatalkan pembelian barang-barang Israel. Para pedagang dan
wiraswastawan Arab memberikan pukulan yang lebih langsung di wilayah
pendudukan tersebut, mereka menolak untuk membayar pajak penghasilan dan
perdagangan Israel."

Dengan demikian, sebagaimana diakui oleh Newsweek, pedang ekonomi
tersebut memotong dua arah sekaligus. Industri konstruksi Israel yang
mengambil 42 % tenaga kerjanya dari wilayah-wilayah Pendudukan, "telah
dilumpuhkan oleh aksi pengunduran diri para pekerja Arab". Hotel-hotel di
Yerusalam melaporkan penurunan tajam dalam pemesanan kamar pada musim
semi.
Menteri ekonomi Israel Gad Yacobi memperkirakan bahwa tiga bulan pertama
dari "kerusuhan" tersebut telah menghabiskan ekonomi Israel "paling tidak $
300 juta" - 10 % dari bantuan Amerika serikat kepada Israel selama setahun.

Zona-Zona Yang Dibebaskan

Tidak ada istirahat yang bisa diharapkan bagi Israel. Desa-desa di Tepi Barat
dan Gaza telah menjawab dengan berani terhadap serangan biadab Israel,
dengan menyatakan wilayah-wilayah tersebut sebagai "zona-zona yang


14
dibebaskan", dengan membuat barikade-barikade pada jalan-jalan mereka dan
mengibarkan bendera Palestina.

Newsweek melaporkan, "Protes-protes mereka dikordinir secara cepat melalui
selebaran yang dikeluarkan oleh Persatuan Komando Nasional Intifadah
bayangan. Selebaran itu merupakan hukum pada negeri tersebut."13j

Meskipun terdapat penindasan massif, semangat bangsa Palestina tidak pernah
lebih tinggi dari sebelumnya. Semangat inilah yang mungkin menjadi perhatian
terbesar bagi Israel. Perdana Menteri Yitzhak Shamir menyatakan pada Televisi
Israel:

"Orang-orang yang melemparkan batu-batuan, para penyulut dan pemimpin-
nya, saat ini mereka dalam keadaan euphoria, suatu semangat yang sangat
besar. Mereka mengira bahwa mereka adalah para pemenang."

Editor Timur Tengah dari Jerusalem Post, Yehudi Litani, melaporkan bahwa
"kekuatan keamanan Israel mendorong pasukan untuk menahan sebagian besar
dari mereka yang sekarang menarik senar-senar intifadah" - tetapi intifadah
tetap berlanjut, selebaran-selebaran tetap beredar, dan suatu bentuk kepanikan
tengah tertanam di kalangan pemimpin Israel.

Pada 30 Maret, saat Hari Tanah (Land Day) - hari dimana orang orang Palestina
di dalam wilayah pra-1967, memprotes Israel karena merampas tanah mereka -
sebuah pemogokan umum orang-orang Palestina di dalam perbatasan pra-1967
diserukan. Tindakan ini membangkitkan pemogokan umum sebagai dukungan
terhadap intifadah yang untuk pertama kali dilaksanakan pada 21 Desember
1987.

Persatuan kepemimpinan intifadah di wilayah pendudukan menyerukan
"demonstrasi besar-besaran menentang pasukan dan pemukim Yahudi"
bersamaan dengan pemogokan umum tersebut.

Untuk pertama kali sejak 1948, orang-orang Palestina di seluruh Lebanon -
diikuti oleh orang-orang Lebanon, di Sidon, Beirut dan kota-kota lainnya - juga
melakukan demonstrasi dan pemogokan umum sebagai ungkapan solidaritas
kepada intifadah.

Intifadah bukan saja menarik orang-orang Arab-Israel, tetapi juga orang-orang
Palestina di pengasingan. Partisipasi orang Palestina Lebanon dan ribuan
orang-orang Lebanon sendiri terasa di seluruh dunia Arab.

Tahapan baru revolusi Palestina tersebut tidak lenyap di daerah kekuasaan
Israel. Untuk mencegah kordinasi antara orang Palestina di dalam Jalur Hijau"
(perbatasan pra-1967) dan orang Palestina di Tepi Barat dan Gaza, Israel secara
menyeluruh "menutup rapat" Tepi Barat dan Gaza.

"Sejak intifadah terjadi baik di Tepi Barat maupun di Israel," ucap sebuah
sumber otoriter senior, "kami memutuskan untuk memisahkan dua kawasan
tersebut dan untuk mencegah kerusuhan umum dalam skala besar."13k



15
"Kami ingin mengisyaratkan bahwa kami tidak enggan untuk menggunakan
cara apa pun yang dirasa perlu," kata menteri pertahanan Yitzhak Rabin.

Ariel Sharon, mantan menteri pertahanan dan menteri perdagangan saat ini
mengumumkan bahwa intifadah "tanpa bisa dihindari akan mendorong
terjadinya perang dengan negara-negara Arab, dan untuk itu perlu mengusir
orang Arab dari Tepi Barat, Gaza dan Galilea."13l

Tetapi orang-orang Palestina, memasuki tahun keempat puluh dari masa
pendudukan sejak berdirinya negara Israel, belum bisa dikalahkan. "Perang
revolusioner" bangsa Palestina tersebut menarik hati dan pikiran pemuda di
setiap negeri Arab dan ibukota-ibukota di seluruh dunia.

Semangat ini secara utuh tergambar dalam sebuah surat yang ditulis oleh
anggota-anggota pertawanan bawah tanah Palestina di wilayah pendudukan
Israel di Tepi Barat yang ditujukan pada seluruh peserta rapat umum di Paris
Perancis pada 3 Maret 1988, yang diselenggarakan oleh panitia khusus para
pendukung hak-hak asasi bangsa Palestina. Surat itu mengatakan:

"Para sahabat yang terkasih,
Kami mengirimkan ini dari dalam negeri kita tercinta - negeri kita yang
agung, mulia, berani dan penuh semangat - dari Palestina kita, dari Jerusalem,
kota suci."

"Kami mengirim surat ini atas nama bangsa kita, sebuah bangsa penyabar yang
saat ini berdiri tegak dan melakukan perjuangan yang tidak ada bandingnya
pada seluruh sejarah kita."

"Kami ingin anda mengetahui bahwa Palestina belum kalah. Kita masih hidup
dan mereka sedang berjuang, sambil mengatakan bahwa mereka tidak akan
pernah mau menerima penghinaan dan pendudukan. "

"Rasa percaya diri bangsa kita terhadap keabsahan perjuangan begitu besar.
Dan bangsa kita mengetahui bahwa kemenangan adalah pasti - apa pun
pengorbanan dan harga yang harus dibayar."

"Pada hari ini bangsa kita menderita. Kita mengucurkan darah untuk
memperoleh kebebasan, keagungan dan kehormatan, hak untuk menentukan
nasib sendiri, hak untuk hidup di tanah air dan membangun sebuah negara
merdeka, demokratis dan berdaulat di seluruh Palestina."

"Kepada semua laki-laki dan wanita, kepada seluruh sahabat-sahabat, kami
ingin mengatakan sebagai berikut:

"Selama dekade-dekade yang panjang, sebuah rencana jahat internasional -
korban dari serangan kejam - yang bertujuan mengasingkan bangsa Palestina
dan memburu kita dari negeri dimana kita telah tinggal berabad-abad lamanya."

"Kita telah diusir dari tanah air - tanah yang sekarang dihuni oleh orang-orang
asing sesuai dengan tujuan kolonialisme dan imperialisme. Pemukiman ini


16
dipaksakan oleh hukum penindasan yang didukung bangsa-bangsa Barat dan
rejim-rejim totaliter Timur. Hukum menindas ini juga bagian dari hukum
Zionisme internasional."

"Kita telah menjadi sasaran teror, pembunuhan dan penyiksaan. Pada saat ini,
kita bahkan dikucilkan dari hak-hak kami yang paling dasar dan absah."

"Mereka ingin menjadikan kita sebagai bangsa buangan, dan mengurung kita
secara permanen di kampung-kampung. Mereka ingin menghancurkan secara
fisik dan melenyapkan kita."

"Melalui perang 1948 dan 1967, mereka melakukan pendudukan di seluruh
Palestina. Tetapi mereka lupa bahwa dengan menduduki seluruh Palestina,
mereka juga menyatukan seluruh bangsa Palestina dalam perjuangan
menentang penindasan."

"Itulah yang terjadi saat ini ketika anak-anak, orang-orang tua, wanita dan
pemuda bangkit sebagai satu pribadi tunggal, tanpa senjata, untuk menghadapi
mesin militer Zionisme dan imperalisme - untuk menghadapi kekerasan
senjata, pentungan, penculikan dan pembunuhan."

"Senjata kami berasal dari tanah air sendiri berupa batu-batu yang dengannya
bangsa kami membangun sebuah tembok untuk mempertahankan pejuang dan
revolusinya."

"Sahabat terkasih : Anda sebaiknya mengetahui apa yang terjadi di tanah air
kita. Dua minggu yang lalu, tentara pendudukan telah mengubur delapan
pemuda Palestina hidup-hidup setelah memukuli mereka secara biadab dan
meremukkan tulang-tulang iganya. Empat di antaranya bisa diselamatkan oleh
penduduk, empat lainnya tidak pernah ditemukan lagi."

"Tiga hari yang lalu, militer Israel menjatuhkan tiga pemuda Palestina hidup-
hidup dari sebuah helikopter yang terbang pada tinggi. Salah satu dari pemuda
tersebut baru berusia 13 tahun."

"Inilah yang sering mereka lakukan kepada bangsa kita."

"Sahabat-sahabat terkasih,
Kami ingin kalian mengetahui bahwa kami menolak semua yang disebut solusi
dan rencana perdamaian yang ingin didesakkan kepada kami oleh sebagian
orang melalui konferensi-konferensi internasional. Kami ingin kalian
mengetahui bahwa kami bertekad melanjutkan revolusi kami sampai
kemerdekaan total bagi seluruh Palestina, sampai berdirinya sebuah negara
demokratis dan merdeka, dimana semua laki-laki dan wanita mereka, dari mana
pun mereka berasal, disambut hangat untuk tinggal selama mereka menerima
untuk hidup setara dengan kami di tanah kami Palestina."

"Kami tidak lagi berlutut. Kami tengah berdiri tegak. Kami tidak akan
menyerah. Kami merasa bahwa adalah absah bagi kami untuk menuntut


17
bantuan dan dukungan dari bangsa-bangsa di seluruh dunia yang berjuang bagi
kemerdekaan semua orang yang tertindas."

"Kami meminta kalian bukan saja untuk berbicara mendukung perjuangan
kami dalam pidato-pidato kalian, tetapi agar kalian menuntut pemerintah
kalian mengambil posisi yang tegas dalam menentang cara-cara menindas dan
kriminal Zionisme. Kami meminta dukungan moral dan material kalian untuk
bangsa Palestina kita, yang tengah berjuang meraih kemenangan."

"Bangsa Palestina telah bangkit, jeritan mereka bagi pembebasan menyentak
kalangan massa di setiap negara di Timur Arab. Meskipun dalam kondisi lemah
akibat rejim-rejim penjual negara yang korup, bangsa Mesir, Jordania dan Saudi
telah mulai merespon contoh luar biasa yang ditunjukkan kepada mereka oleh
bangsa Palestina."

"Barangkali yang lebih menarik, sebuah laporan rinci dari Robert S.
Greenberger pada The Wall Street Journal menggambarkan pengaruh yang
sangat mendasar dari intifadah terhadap massa Yahudi itu sendiri, terutama
Yahudi Arab atau Sephardim.

"Sekarang hampir 70% penduduk Yahudi Israel tengah mengalami perubahan
sentimen. Bertolak belakang dengan tokoh-tokoh Likud yang fanatik (Likud
adalah partai berkuasa di Israel) seperti Reuvin Rivlin yang menegaskan secara
kasar, "Saya yakin bahwa Tuhan berkebangsaan Yahudi. Saya percaya persoalan
demografis akan terpecahkan". Yahudi Sephardim merespon secara berbeda:

"Kerusuhan-kerusuhan tersebut telah meruntuhkan mitos yang dipertahankan
oleh pendiri Likud Menachem Begin dan penerusnya perdana menteri Yitzhak
Shamir.... orang-orang Sephardim menuntut pelayanan sosial dan ingin
menjembatani jurang pemisah antara ideologi dan solusi praktis bagi konflik
ArabIsrael. ...mereka lebih peduli terhadap pekerjaan, perumahan dan
pendidikan daripada mempertahankan kepercayaan pada Israel yang secara
teritorial tidak melanggar."13m

Henoch Smith, seorang pengamat Amerika Serikat dalam menggambarkan
tantangan baru dari Sephardim, mencatat, "tahun ini, untuk pertama kalinya,
mereka akan memperoleh 51% suara".

Sebagaimana surat dari gerakan bawah tanah tersebut membuktikan, bangsa
Palestina, karena mampu mengaktifkan diri mereka dan semakin percaya diri
pada perjuangan massa, membutuhkan "bantuan dan dukungan dari bangsa-
bangsa di seluruh dunia yang berjuang demi kemerdekaan seluruh orang-orang
yang tertindas".

Pesan ini mulai menyentuh Yahudi Israel. Fajar tengah mendekat ketika mereka
juga akan mencari masa depan yang bebas dari negara Zionis yang
menggabungkan penaklukan terhadap bangsa Palestina dengan eksploitasi
terhadap kalangan miskin Yahudi.

Buku ini berusaha mengungkap sejarah gelap Zionisme, sebuah gerakan yang
berakar pada ideologi penindasan rasis Yahudi dan juga berdasarkan kepada


18
cara-cara kolonial. Buku ini ditulis sebagai sebuah harapan akan datangnya
masa ketika pengabdian dan semangat bangsa Palestina, setelah sekian lama
disiksa dan ditindas, akan berbicara kepada orang-orang Yahudi, mengingatkan
kembali sejarah memilukan yang pemah mereka alami sendiri, dengan sebuah
program bagi Palestina yang di dalamnya para korban, dulu maupun sekarang,
akan bersama-sama menciptakan intifadah bagi masa depan dan mengguling-
kan sebuah negara yang didasarkan atas penindasan, siksaan, pengusiran,
ekspansi dan perang yang tak kunjung henti.


Ralph Shoenman
Santa Barbara California
19 April 1988




























19
EMPAT MITOS

Bukanlah kebetulan ketika seseorang berusaha menyelidiki sifat dasar
Zionisme - asal-usul, sejarah dan dinamikanya - mereka bertemu dengan orang-
orang yang menteror atau mengancamnya. Baru-baru ini, setelah menyebutkan
sebuah pertemuan tentang keadaan bangsa Palestina dalam wawancara dengan
KPFK, stasiun radio Los Angeles, para penyelenggara pertemuan umum
tersebut dibanjiri ancaman baru dari para penelepon gelap.

Juga tidaklah mudah di Amerika Serikat atau Eropa Barat untuk menyebarkan
informasi tentang sifat dasar Zionisme atau untuk menganalisis peristiwa-
peristiwa khusus yang menyatakan Zionisme sebagai sebuah gerakan politik.
Bahkan pengumuman di kampus-kampus universitas tentang forum atau
pertemuan yang diberi wewenang untuk membahas persoalan tersebut secara
pasti akan menyulut kampanye yang dirancang untuk menggagalkan diskusi
itu. Poster-poster dirobek begitu terpasang. Pertemuan itu biasanya dipenuhi
oleh gerombolan pemuda Zionis yang berupaya mengacaukannya. Meja kuliah
dirusak dan selebaran serta artikel muncul menuduh pembicara tersebut adalah
anti Semitisme atau, jika pembicaranya berdarah Yahudi, dituduh sebagai orang
yang membenci dirinya sendiri.

Cacian dan fitnah selalu ditujukan kepada orang-orang anti Zionis karena
adanya ketimpangan antara fiksi resmi tentang Zionisme dan negara Israel, di
satu sisi, dan praktek biadab dari ideologi kolonial ini serta alat-alat penindas,
dari sisi lain, begitu lebar. Masyarakat terkejut ketika mereka memiliki
kesempatan untuk mendengarkan atau membaca tentang penyiksaan selama
hampir seabad yang diderita oleh orang-orang Palestina, dan oleh sebab itu para
pembela Zionisme tanpa kenal lelah berusaha mencegah penyelidikan yang
teliti dan tidak memihak tentang catatan yang mengerikan dan chauvinistik
gerakan Zionisme serta negara yang mewujudkan nilai-nilainya.

Ironi dari persoalan ini adalah ketika kita mengkaji apa yang telah ditulis dan
dikatakan oleh orang-orang Zionis - khususnya yang ditujukan pada diri
mereka sendiri - tidak ada keraguan terhadap apa yang telah mereka perbuat
atau tentang tempat mereka dalam spektrum politis, mulai dari seperempat
akhir abad XIX sampai sekarang.

Empat mitos dasar telah membentuk kesadaran semua orang dalam masyarakat
kita tentang Zionisme.

Pertama adalah tentang "sebuah negeri tanpa bangsa, untuk bangsa tanpa
negeri". Mitos ini secara licik telah digunakan oleh orang-orang Zionis awal
untuk menyebarkan fiksi bahwa Palestina merupakan sebuah tempat kosong,
terpencil, tandus dan jauh dari keadaan yang siap untuk ditempati. Klaim ini
dengan cepat diikuti oleh penolakan adanya identitas, kebangsaan atau
kepemilikan absah bangsa Palestina pada negeri yang di dalamnya bangsa
Palestina telah tinggal sepanjang sejarah.



20
Kedua adalah mitos tentang demokrasi Israel. Cerita-cerita surat kabar dan
referensi televisi yang tak terhitung jumlahnya tentang negara Israel diikuti
oleh penegasan bahwa Israel merupakan satu-satunya demokrasi sejati di Timur
Tengah. Dalam kenyataannya, Israel tidak lebih baik dari negara Apartheid
Afrika Selatan. Kebebasan sipil, yang merupakan proses wajib dan hak-hak
asasi, secara hukum menolak mereka yang tidak memenuhi kriteria rasial dan
keagamaan.

Mitos ketiga adalah bahwa "keamanan" sebagai kekuatan penggerak
kebijaksanaan luar negeri Israel. Orang-orang Zionis mempertahankan bahwa
negaranya harus menjadi kekuatan militer terbesar keempat di dunia. Sebab
Israel dipaksa untuk mempertahankan dirinya melawan ancaman besar dari
massa Arab primitif dan dipenuhi kebencian yang baru akhir-akhir ini turun
dari pohon.

Mitos keempat, Zionisme sebagai pewaris moral dari korban-korban
Holocaust. Mitos ini sekaligus merupakan yang paling tersebar dan mendalam
dari mitos-mitos tentang Zionisme. Para ideolog gerakan Zionisme telah
membungkus diri dengan kain kafan kolektif dari enam juta orang Yahudi yang
menjadi korban pembunuhan massal Nazi. Ironi, pahit dan kejam dari klaim
palsu ini ternyata gerakan Zionis sendiri secara aktif bersekongkol dengan
Nazisme.

Setiap orang pasti akan terperangah jika gerakan Zionis, yang selalu
membangkitkan kenangan mengerikan tentang Holocaust, secara aktif telah
berkonspirasi dengan musuh paling kejam yang pernah ditemui orang-orang
Yahudi. Menurut catatan yang ada bukan saja mengungkap adanya
kepentingan yang sama, tetapi juga adanya kesamaan ideologis yang berakar
pada chauvinisme ekstrim yang sama-sama mereka miliki.


TUJUAN ZIONISME

Tujuan Zionisme tidak hanya untuk menjajah Palestina - sebagai tujuan
gerakan kolonial dan imperial klasik selama abad 19 dan 20. Tujuan
kolonialisme Eropa di Afrika dan Asia secara esensial adalah untuk
mengeksploitasi penduduk pribumi sebagai tenaga kerja murah sambil
menguras sumber-sumber alam untuk meraup keuntungan yang melimpah.

Yang membedakan Zionisme dari gerakan kolonial lainnya adalah adanya
hubungan antara para pemukim dan penduduk (bangsa) yang ditaklukkan.
Tujuan utama gerakan Zionis tidak hanya mengeksploitasi bangsa Palestina,
tetapi untuk mengusir dan membuang mereka. Tujuannya adalah untuk
mengganti penduduk pribumi dengan masyarakat pemukim baru, untuk
memusnahkan para petani, pengerajin, penduduk kota Palestina, dan secara
menyeluruh menggantinya dengan angkatan kerja baru yang terdiri dari
populasi pemukim Yahudi.

Untuk menolak keberadaan bangsa Palestina, Zionisme berusaha menciptakan
iklim politis bagi pembuangan mereka, bukan saja dari tanah airnya, tetapi dari


21
sejarah. Bila langkah ini berhasil, maka dibuatlah image bahwa orang-orang
Palestina tersebut "ditemukan kembali" sebagai bangsa semi biadab sisa-sisa
suku nomaden. Catatan-catatan sejarah dipalsukan - suatu prosedur yang
dimulai selama seperempat terakhir abad 19, bahkan berlanjut sampai hari ini
dalam bentuk tulisan-tulisan kesejarahan semu seperti karya Joan Peters, "From
Time Immemorial" (Dari Masa yang tidak Bisa Diingat).

Gerakan Zionis akan mencari sponsor imperial alternatif bagi usaha berdarah
ini; di antaranya kerajaan Ottoman, kekaisaran Jerman, Inggris, Kolonialisme
Perancis dan Czarist Rusia. Rencana Zionis terhadap bangsa Palestina
mendahului solusi Ottoman terhadap bangsa Armenia, yang akan dijagal pada
"genocide" pertama yang berlangsung pada abad 20.

Rencana Zionis Terhadap Bangsa Palestina

Dari awalnya, gerakan Zionis berusaha menjadikan orang Palestina sebagai-
mana yang dialami orang-orang Armenia pada masa Ottoman. Seperti
penduduk asli Amerika (Indian), penduduk Palestina dipandang sebagai
"sebuah bangsa yang terlalu banyak". Logikanya adalah pemusnahan dalam
bentuk genocide.

Rencana ini juga menjadi tujuan dari gerakan Zionis Pekerja, yang berusaha
meletakkan dasar "sosialis" bagi usaha kolonial. Salah satu dari teoritikus utama
Zionisme Pekerja, seorang pendiri partai Zionis ha' Poale ha' Tzair (Pekerja
Muda) dan seorang pendukung Poale Zion (Para Pekerja Zion) adalah Aaron
David Gordon.

Walter Laquer menyatakan dalam tulisannya "History of Zionism" (Sejarah
Zionisme) bahwa "A.D. Gordon dan para teman seperjuangannya
menginginkan agar setiap pohon dan semak ditanam oleh para perintis
Yahudi".14

Gordon melekatkan slogan "Penaklukan Pekerja" (Kibbush Avodah). Dia
menyerukan kepada kapitalis Yahudi dan para manager perkebunan
Rothschild, yang telah memperoleh tanah dari para tuan tanah Turki "untuk
menyewa orang-orang Yahudi, dan hanya orang-orang Yahudi saja". Dia
mengorganisir pemboikotan bagi setiap perusahaan Zionis yang tidak
memperkerjakan para pekerja Yahudi secara eksklusif, dan mempersiapkan
pemogokan terhadap para pemukim Rothschild yang memperbolehkan petani
Arab untuk berbagi tanaman atau bekerja, meskipun sebagai buruh murahan.

Dengan demikian, para Zionis Pekerja menerapkan cara-cara gerakan buruh
untuk mencegah penggunaan tenaga kerja Arab. Tujuan mereka bukan
eksploitasi, tetapi pengucilan dan pengusiran.

Masyarakat Palestina

Terdapat lebih dari seribu desa di Palestina pada pergantian abad 19. Jerusalem,
Haifa, Gaza, Jaffa, Nablus, Acre, Yericho, Romla, Hebron dan Nazareth
merupakan kota-kota yang tengah berkembang. Bukit-bukit dijadikan petak-


22
petak ladang dengan susah payah, dan parit-parit irigasi melintasi tanah
tersebut. Anggur, zaitun dan gandum Palestina sangat terkenal di seluruh
dunia. Perdagangan, kerajinan tangan, tekstil, industri rumahtangga dan
produksi pertanian melimpah.

Catatan-catatan para pengembara abad 18 dan 19 dipenuhi dengan data
tersebut, seperti laporan kuartal ilmiah yang diterbitkan pada abad 19 oleh
Yayasan Eksplorasi Palestina-Inggris (The British Palestine Exploration Fund).

Sesungguhnya ketangguhan dan kemantapan sosial masyarakat Palestina itulah
yang mendorong Lord Palmerston - ketika Inggris mendirikan konsulat di
Jerusalem - pada tahun 1840 mengusulkan pendirian suatu koloni pemukim
Yahudi Eropa untuk "menjaga kepentingan yang lebih besar dari kerajaan
Inggris".15

Masyarakat Palestina, meskipun menderita akibat kolaborasi para tuan tanah
feodal dengan kerajaan Ottoman, tetapi tetap produktif dan secara kultural
beragam, dengan kesadaran mendalam atas perannya sebagai petani. Para
petani Palestina dan pemukim kota telah membuat perbedaan jelas yang secara
kuat dirasakan antara orang-orang Yahudi yang tinggal di tengah-tengah
mereka dan akan menjadi para pemukim, mulai tahun 1900an, ketika 20.000
orang Yahudi Jerusalem yang secara menyeluruh disatukan dan diterima oleh
masyarakat Palestina.

Ketika para pemukim di Petah Tikvah berusaha mengusir para petani Palestina
dari tanahnya, mereka menemui perlawanan terorganisir, tetapi para pekerja
dan komunitas Yahudi di desa-desa sekitar secara menyeluruh tidak
terpengaruh. Ketika orang-orang Armenia yang lolos dari genocide Turki
bermukim di Palestina, mereka disambut hangat. Genocide tersebut secara
kasar dipertahankan oleh Vladimir Jabotinsky dan orang-orang Zionis lainnya
dalam upaya mereka untuk memperoleh dukungan Turki.

Dalam kenyataannya, sampai munculnya deklarasi Balfour (1917), tanggapan
Palestina terhadap pemukiman Zionis bagaimanapun juga sangat toleran. Pada
waktu itu tidak ada kebencian terhadap Yahudi secara terorganisir di Palestina,
tidak ada pembunuhan massal yang direncanakan sebagaimana yang dilakukan
Czar dan orang-orang anti Semit Polandia, tidak ada tekanan rasis dari orang
Palestina terhadap para pemukim yang bersenjata (yang menggunakan
kekerasan di mana saja bila ada peluang mengusir orang Palestina dari
tanahnya). Bahkan tidak ada kerusuhan spontan sebagai ungkapan kemarahan
orang Palestina yang terpendam terhadap rencana pencurian dan perampasan
tanahnya oleh Yahudi.

Upaya Menarik Kebaikan Kerajaan

Pada tahun 1896, Teodore Herzl mengajukan rencana untuk membujuk
kerajaan Ottoman Turki agar memberikan Palestina kepada Zionis.

"Dengan mengandaikan yang mulia sultan Turki memberikan Palestina kepada
kita, maka pada gilirannya kita bisa melaksanakan pengaturan keuangan Turki.


23
Kemudian dari sana kita bisa mendirikan pusat peradaban yang berseberangan
dengan barbarisme".16

Pada 1906, Kongres Zionis Dunia ketujuh menyatakan bahwa bangsa Palestina
tengah menggalang suatu gerakan politis bagi kemerdekaan nasional dari
kerajaan Ottoman - suatu ancaman yang tidak semata-mata tertuju kepada
Turki, tetapi juga pada rencana-rencana Zionis.

Max Nordau, seorang tokoh Zionis terkemuka menyatakan kekhawatirannya
di depan peserta kongres tersebut sebagai berikut:

"Gerakan yang telah mempengaruhi sebagian besar orang-orang Arab tersebut
mungkin dengan mudah mengambil arah yang bisa mengakibatkan bahaya di
Palestina.... Pemerintah Turki mungkin merasa terdorong sendiri untuk
mempertahankan kekuasaannya di Palestina dan Syria dengan kekuatan
bersenjata... Dalam keadaan seperti ini, Turki mungkin bisa diyakinkan bahwa
penting baginya untuk memiliki suatu kelompok yang kuat dan terorganisir
baik di Palestina dan Syria yang.... akan melawan setiap serangan terhadap
kekuasaan sultan dan mempertahankan kekuasaannya dengan segala
kekuatannya."17

Sebagaimana Kaisar (Jerman) berusaha membangun aliansi dengan Turki
sebagai bagian dari persaingannya dengan Inggris dan Perancis dalam
penguasaan Timur Tengah, gerakan Zionis melakukan langkah-langkah serupa
terhadap kekaisaran Jerman. Kaisar menghabiskan waktu hampir sepuluh
tahun dalam perundingan dengan pemimpin Zionis untuk menyusun rencana
pendirian negara Yahudi di bawah pengawasan Ottoman, yang tugas utamanya
adalah untuk melenyapkan perlawanan anti kolonial bangsa Palestina dan
mengamankan kepentingan Jerman di kawasan itu.

Namun pada 1914 organisasi Zionis Dunia telah jauh melangkah dalam
tawarannya yang sama dengan mengajak kerajaan Inggris untuk melakukan
pemisahan dari kerajaan Ottoman dengan bantuan Zionis. Chaim Weizmann,
yang menjadi presiden Organisasi Zionis Dunia, menyampaikan sebuah
pengumuman penting:

"Secara rasional kita bisa mengatakan bahwa seharusnya Palestina jatuh di
dalam pengaruh Inggris, dan seharusnya Inggris mendorong pemukiman
Yahudi di sana, sebagai sebuah tanggungan Inggris, kita dalam waktu dua
puluh sampai tiga puluh tahun bisa menempatkan sejuta orang Yahudi atau
lebih di sana, mereka akan membangun negeri itu, membawa kembali
peradaban kepadanya dan membentuk pengawal yang sangat efektif bagi
Terusan Suez."18

Deklarasi Balfour

Weizmann telah memperoleh dari Inggris apa yang dicari oleh para pemimpin
Zionis secara bersamaan dari pemerintah kerajaan Ottoman dan Jerman. Pada 2
November 1917, Deklarasi Balfour dikeluarkan yang sebagian isinya berbunyi:



24
"Pemerintah yang mulia memandang dengan senang hati bagi pendirian
perumahan Nasional Yahudi di Palestina, dan akan mempergunakan upaya
mereka yang terbaik untuk memudahkan tercapainya tujuan ini...19

Orang-orang Zionis bersikap sinis dalam rencana klaim mereka bagi Palestina.
Suatu saat mereka menegaskan bahwa Palestina merupakan sebuah kawasan
kosong yang kadang-kadang didatangi kaum nomad; pada saat berikutnya
mereka menaklukkan masyarakat Palestina yang diupayakan dikoyak secara
diam-diam. A.D. Gordon sendiri berulangkali menyatakan bahwa orang
Palestina yang dia tegaskan tidak ada, harus dicegah dengan paksa dari
pengelolahan tanah.

Rencana ini diterjemahkan ke dalam pengusiran orang non Yahudi dari "tanah
air" Yahudi. Sebuah pemaparan serupa menginformasikan pernyataan dari para
pemimpin Inggris dan Zionis dalam rencananya terhadap penduduk Palestina.
Pada saat keluarnya Deklarasi Balfour, pasukan Inggris telah menduduki
hampir semua wilayah kerajaan Ottoman di Timur Tengah, yang mendorong
para pemimpin Arab untuk memerangi Turki di bawah arahan Inggris sebagai
imbalan bagi jaminan Inggris akan "penentuan nasib sendiri".

Meskipun orang-orang Zionis dalam propagandanya menegaskan bahwa
Palestina tidak berpenduduk, tetapi dalam perjanjian mereka dengan sponsor
imperialnya menyatakan dengan tegas bahwa pemaksaan dan penaklukan
merupakan tatanan pada masa itu, dan menawarkan diri mereka sebagai alat
untuk melaksanakannya.

Inggris merespon dengan baik. Deklarasi Balfour juga memuat sebuah
pernyataan yang dimaksudkan untuk menina-bobokkan feodal Arab yang
terkejut oleh pengkhianatan kerajaan Inggris dengan menyerahkan negeri
tersebut kepada Zionis, dimana di negeri itu "penentuan nasib sendiri" bagi
Arab telah dijanjikan:

"Secara jelas bisa dipahami bahwa tidak ada satu pun yang perlu dilakukan
yang mungkin menimbulkan prasangka bagi hak-hak sipil dan keagamaan dari
komunitas non Yahudi yang ada di Palestina.... "20

Selama bertahun-tahun Inggris telah mempergunakan kepemimpinan Zionis
untuk membantu peperangan melawan kekaisaran Jerman dari semua kapitalis
dan bank besar Yahudi yang terkait di Amerika Serikat dan Inggris Raya.
Bersama Weizmann mereka mempersiapkan pemukiman Zionis Palestina
sebagai alat penguasaan atas penduduk Palestina.

Negeri tanpa penduduk bagi sebuah bangsa tanpa negeri dalam kenyataannya
merupakan suatu negeri yang tengah bergolak melawan penindasan kolonial.
Mantan perdana menteri dan menteri luar negeri, Arthur Balfour sendiri secara
brutal sangatlah jelas menyatakan kepada para pejabat, meskipun ada basa-basi
bagi konsumsi publik tentang hak-hak sipil dan keagamaan bagi komunitas
non Yahudi di Palestina.

"Zionisme, baik benar atau salah, baik atau buruk berakar pada kebutuhan-
kebutuhan saat ini, di masa mendatang harapan bagi impor yang jauh lebih


25
mendasar bisa dilakukan dibanding keinginan dari 700.000 lebih orang-orang
Arab yang sekarang mendiami negeri kuno tersebut."21

Koneksi Afrika Selatan

Terdapat dimensi khusus bagi kerjasama rahasia antara Balfour dan pemimpin
Zionis untuk mengkhianati aspirasi bangsa Palestina. Adalah sahabat dekat
Weizmann dan calon perdana menteri Afrika Selatan, Jenderal Jan Smuts,
sebagai utusan Afrika Selatan dalam kabinet perang Inggris selama perang
dunia I, membantu mendorong pemerintah Inggris untuk memakai Deklarasi
Balfour dan untuk membuat komitmen membangun sebuah koloni Zionis di
bawah arahan Inggris.

Hubungan antara gerakan Zionis dan para pemukim Afrika Selatan telah
terjalin lebih awal, sebagaimana persahabatan antara jenderal Smuts dan Chaim
Weizmann. Pada pergantian abad tersebut, sejumlah besar orang Yahudi,
terutama dari Lithuania telah bermukim di Afrika Selatan. Gerakan Zionis
memandang kelompok ini secara khusus menerima gagasan Zionis, sebab sta-
tus mereka sebagai pemukim telah mantap di Afrika Selatan. Para pemimpin
Zionis sering bepergian ke Afrika Selatan untuk mencari dukungan politis dan
keuangan.

N. Kirschner, mantan ketua Federasi Zionis Afrika Selatan, memberi penilaian
yang hidup tentang interaksi yang akrab antara Zionis dan para pemimpin
Afrika Selatan, dengan menyamakan orang-orang Zionis seperti Weizmann dan
Herzl dengan konsep Afrika Selatan tentang populasi pemukiman yang secara
ras berbeda, dan pentingnya perjanjian saling menguntungkan antara dua
gerakan tersebut.22

Dalam menyamakan Zionisme dengan ideologi pemukim Afrika Selatan, Chaim
Weizmann mengikuti kekaguman yang diungkapkan oleh Teodore Herzl,
pendiri Zionis Politik, terhadap ideolog kolonial sepanjang zaman, Sir Cecil
Rhodes. Herzl berusaha membentuk masa depan politiknya sendiri
berdasarkan pada tujuan Rhodes:

"Secara alamiah, terdapat perbedaan besar antara Cecil Rhodes dan diri saya,
perbedaan pribadi sangat tidak saya sukai, tetapi perbedaan tujuan sebagian
besar menguntungkan gerakan Zionis."23

Herzl mendukung pengusiran orang Palestina dengan menggunakan cara yang
dirintis oleh Rhodes, dan dia mendorong pembentukan rekanan Yahudi bagi
perusahaan yang dirancang secara koloni, suatu campuran eksploitasi kolonial
dan ekonomi:

"Perusahaan Yahudi sebagian dibentuk atas dasar garis akuisisi perusahaan
besar. Ini mungkin bisa disebut sebuah perusahaan yang dirancang secara
Yahudi, meskipun hal ini tidak bisa mempergunakan kekuasaan negara, dan
tidak memiliki apa pun kecuali tugas-tugas kolonial secara murni."24

"Orang-orang termiskin pertama-tama akan mengolah tanah. Sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan, mereka akan membangun jalan, jembatan, rel


26
kereta api dan instalasi telegrap, mengatur sungai dan membangun lingkungan
mereka sendiri. Kerja mereka akan menciptakan perdagangan, perdagangan
akan menciptakan pasar, pasar akan menarik para pemukim baru."25

Pada 1934, sekelompok besar investor Afrika Selatan dan para kapitalis
mendirikan investasi Afrika-Israel untuk membeli tanah di Palestina.
Perusahaan ini masih berdiri setelah 45 tahun bersama orang Afrika Selatan
sebagai pemegang saham gabungan, aset tersebut dipegang oleh bank Leumi
milik Israel.

Tembok Besi

Ketegangan antara klaim bahwa tanah tersebut kosong dan tuntutan agar para
penduduk "yang tidak ada" itu harus ditaklukkan secara kejam tidak kurang
ramainya ketika orang-orang Zionis membahas strategi di kalangan mereka
sendiri. Dalam kenyataannya langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
menjajah Palestina telah mendahului propaganda pemukiman di sana.

Salah seorang pencetus Zionisme, Vladimir Jabotinsky, dikenal sebagai pendiri
"Zionisme Revisionis", aliran Zionis yang tidak sabar dengan tipuan liberal dan
sosialis yang dipergunakan oleh orang-orang Zionis "Pekerja" (Zionisme
Revisionis pada saat ini diwakili oleh Menachem Begin dan Yitzhak Shamir).

Pada 1923, Jabotinsky menulis "Tembok Besi" yang bisa disebut sebagai esai
dasar bagi seluruh gerakan Zionis. Dia mengemukakan secara tegas premis-
premis esensial Zionisme yang sebenarnya telah diletakkan sebelumnya,
meskipun tidak secara jelas oleh Theodore Herzl, Chaim Weizmann dan
lainnya. Cara berpikir Jabotinsky dikutip dan direfleksikan pada pembelaan
Zionis di masa berikutnya - dari kelompok "kiri" nominal sampai kepada
kelompok yang disebut "kanan". Dia menulis sebagai berikut:

"Tidak akan ada pembahasan tentang rekonsiliasi sukarela antara kita dan
orang-orang Arab, tidak untuk sekarang, dan tidak untuk di masa mendatang.
Semua orang yang berakal sehat, kecuali mereka yang buta sejak lahir, sejak
lama telah memahami kemustahilan untuk bisa mencapai suatu kesepakatan
sukarela dengan bangsa Arab Palestina bagi pengubahan Palestina dari sebuah
negeri Arab menjadi sebuah negeri dengan mayoritas Yahudi. Masing-masing
dari kalian memiliki pemahaman umum tentang sejarah kolonisasi. Coba
temukan satu contoh dimana kolonisasi sebuah negeri terjadi dengan
persetujuan penduduk asli. Peristiwa semacam ini tidak akan pernah terjadi."

"Orang-orang pribumi akan selalu berjuang keras melawan kolonialis. Dan hal
ini sama saja bagi bangsa yang berbudaya maupun yang tidak. Para pejuang
yang berada di bawah komando Hernan Cortez dan Francisco Pizarro
bertindak seperti para penyamun. Orang-orang kulit merah (Indian) bertempur
dengan semangat tanpa kompromi melawan para pemukim yang jahat maupun
yang baik. Orang pribumi berjuang karena setiap bentuk kolonisasi dimana dan
kapan saja tidak akan dibiarkan oleh penduduk asli."

"Setiap penduduk asli akan memandang negerinya sebagai tanah airnya, dimana
mereka menjadi penguasanya secara utuh. Mereka tidak akan pernah rela


27
terhadap penguasa baru. Begitu juga orang-orang Arab. Orang-orang yang
memiliki kompromi di antara kita berusaha meyakinkan kita bahwa bangsa
Arab adalah sekelompok orang-orang bodoh yang bisa dikelabui dengan
rumusan tersembunyi dari tujuan dasar kita. Secara tegas saya menolak
pandangan tentang orang-orang Arab semacam ini."

"Mereka memihki kejiwaan yang tegas seperti yang kita punya. Mereka melihat
Palestina dengan cinta dan semangat sejati sebagaimana setiap orang Aztec
memandang Meksikonya atau setiap anggota suku Sioux memandangi
lembahnya. Setiap orang akan berjuang melawan para penjajah sampai percikan
akhir harapan bahwa mereka bisa menghindari bahaya penaklukan dan
kolonisasi dipadamkan. Orang-orang Palestina akan berjuang dengan cara ini
sampai percikan harapan telah pupus."

"Tidak menjadi soal jenis kata-kata apa yang kita gunakan untuk menjelaskan
penjajahan kita. Kolonisasi memiliki makna integral dan penjelasannya sendiri
yang dipahami oleh setiap orang Yahudi dan Arab. Kolonisasi hanya memiliki
satu tujuan. Hal ini merupakan sifat dasar, dan untuk merubah sifat dasar
tersebut adalah mustahil. Adalah suatu keharusan untuk melanjutkan
kolonisasi terhadap kehendak orang-orang Arab Palestina dan kondisi yang
sama saat ini telah ada."

"Bahkan kesepakatan dengan orang-orang non Palestina mewakili suatu jenis
fantasi yang sama. Mustahil para Nasionalis Arab di Baghdad, Makkah dan
Damaskus menyetujui pengubahan karakter Arab dari Palestina."

"Kita tidak bisa memberikan kompensasi bagi Palestina, baik kepada orang-
orang Palestina maupun pada orang Arab lainnya. Oleh sebab itu, persetujuan
sukarela adalah tidak masuk akal. Semua kolonisasi, bahkan yang paling
terbatas, harus selalu menentang kehendak dari penduduk pribumi. Karena itu
hal ini bisa berlanjut dan berkembang hanya di bawah kekangan paksaan yang
berbentuk tembok besi dan dengan cara ini masyarakat pribumi tidak akan bisa
menembusnya. Inilah kebijaksanaan Arab kita. Merumuskan cara lain hanya
merupakan kemunafikan."

"Apakah melalui Deklarasi Balfour atau pun pemerintah Mandat Inggris,
kekuatan eksternal merupakan suatu keharusan untuk menciptakan kondisi
kekuasaan dan pertahanan negeri, dan dengan kekuatan ini masyarakat lokal,
tanpa memandang kehendak, tidak mungkin memiliki kekuatan yang
membahayakan kolonisasi kita, secara administrasi maupun fisik. Paksaan
harus memainkan perannya, dengan segala kekuatan dan tanpa keengganan.
Dalam hal ini, tidak ada perbedaan berarti antara para militaris dan vegetarian
kita. Yang satu memilih tembok besi dari bayonet-bayonet Yahudi, dan yang
lain memilih tembok besi dari bayonet Inggris."

"Bagi kecaman yang berulangkali menyatakan bahwa titik pandangan ini tidak
etis, saya jawab bahwa kecaman itu secara mutlak adalah salah. Inilah etika
kita, tidak ada etika lain. Selama ada percikan lemah harapan orang Arab untuk
menghalangi kita, mereka tidak akan menjual harapan itu - bagi suatu kata-
kata manis maupun segenggam makanan - sebab ini bukan suatu kerumunan
tetapi suatu masyarakat, suatu bangsa yang hidup. Tidak ada bangsa yang


28
membuat konsensi besar terhadap persoalan yang sangat menentukan semacam
ini, kecuali ketika tidak ada lagi harapan yang tersisa, sampai kita
menghilangkan setiap celah yang ada pada tembok tersebut."27

Metafora Besi

Tema dan cita-cita besi serta baja yang bersifat memaksa yang dilontarkan oleh
Vladimir Jabotinsky tersebut diambil oleh gerakan sosialis nasional yang barn
tumbuh di Jerman, meskipun Jabotinsky sendiri diilhami oleh Benito
Mussolini. Penyebutan besi secara mistis akan mendukung penaklukan
berdasarkan perang dan chauvinis tersebut telah mempersatukan para ideolog
Zionis, Kolonial dan Fasis.

"Samson and Delilah" karya Cecil B. de Millo lebih dari sekedar roman
Hollywood tentang pengkhianatan wanita dan keagungan kekuatan laki-laki.
Karya ini juga membawa nilai-nilai otoriter dari novel Samson karya Jabotinsky
yang merupakan sumber dari karya Cecil tersebut. Karya Jabotinsky ini
mendorong perlunya paksaan brutal jika orang-orang Israel ingin menaklukkan
Palestina.

"Akankah aku memberikan pesan kepada bangsa kita dari kamu?" Samson
berpikir sejenak, kemudian berkata perlahan, "kata pertama adalah besi.
Mereka harus mendapatkan besi. Mereka harus memberikan segala sesuatu
yang mereka miliki untuk memperoleh besi - perak, gandum, minyak, anggur,
ternak, bahkan istri serta anak-anak gadisnya - semuanya untuk besi. Tidak ada
satu pun di dunia ini yang lebih berharga daripada besi".28

Jabotinsky, melalui sirene "suatu tembok besi yang tidak bisa ditembus oleh
masyarakat lokal" dan "hukum besi setiap gerakan kolonial.... angkatan
bersenjata," mendapati seruannya bergema pada serangan-serangan besar
Zionis terhadap masyarakat korban pada beberapa dekade mendatang.

Menteri pertahanan Israel, Yitzhak Rabin, sebagai panglima angkatan
bersenjata, melancarkan perang 1967 dengan "kehendak besi". Sebagai perdana
menteri tahun 1975-1976, dia telah mengeluarkan kebijaksanaan Hayad Barzel
(Tangan Besi) di Tepi Barat. Lebih dari 300.000 orang Palestina harus
meringkuk dalam penjara Israel di bawah kondisi penyiksaan terus menerus
dan terlembaga, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sunday Times London
dan tindakan biadab itu dikecam oleh Amnesti Internasional.

Penerusnya sebagai kepala staf, Raphael Eitan, memaksakan "Lengan Besi"
(Zro'aa Barzel) di Tepi Barat dan pembunuhan massal ditambahkan sebagai
senjata penindasan. Pada Juli 1982, kabinet Israel mengadakan rapat persiapan
yang oleh Sunday Times London disebut "Operasi militer yang dirancang secara
hati-hati untuk memusnahkan kamp-kamp pengungsi di Sabra dan Shatila.
Operasi ini disebut Moah-Barzel (Akal Besi), dan sangat dikenal oleh Sharon
dan Begin. Sementara bagian dari rencana Sharon yang lebih besar dibahas oleh
kabinet Israel."29

Ketika Yitzhak Rabin, yang pernah mendukung kelompok Likud Revisionis di
Lebanon selama perang, menjadi menteri pertahanan kabinet Simon Perez pada


29
pemerintahan "kesatuan nasional" saat ini, dia melancarkan kebijaksanaan
Egrouf Barzel (Tinju Besi) di Lebanon dan Tepi Barat. Tinju Besi ini pula yang
dipakai kembali oleh Rabin sebagai dasar kebijaksanaannya untuk melakukan
penindasan kejam dan hukuman kolektif selama intifadah Palestina pada 1987-
1988 di Tepi Barat dan Gaza. Dia juga selalu mengingatkan bahwa Jabotinsky
menekankan kolonialnya pada doktrin kemurnian darah yang ditegaskan dalam
"Surat Otonomi" sebagai berikut:

"Adalah tidak mungkin bagi seseorang untuk bercampur dengan orang yang
darahnya berbeda. Agar bisa bercampur, dia harus mengganti tubuhnya dan
menjadi salah satu dari mereka, dalam darah. Tidak akan ada asimilasi. Kita
seharusnya tidak akan pernah mengizinkan hal-hal seperti kawin campur.
Sebab penjagaan integritas nasional tidak mungkin dilakukan kecuali dengan
menjaga kemurnian rasial. Untuk tujuan itu kita harus menguasai wilayah ini
dimana bangsa kita merupakan pemukim murni secara rasial."

Tema ini lebih jauh diuraikan oleh Jabotinsky:

"Sumber perasaan nasional.... terletak pada darah seseorang - ......pada tipe rasio-
psikhonya, dan hanya pada hal itu... pandangan seseorang secara mendasar
ditentukan oleh struktur fisiknya. Untuk alasan itulah kita tidak mempercayai
asimilasi spiritual. Adalah tidak bisa diterima, dari titik pandang fisikal, bahwa
seorang Yahudi yang dilahirkan dari keluarga berdarah Yahudi murni bisa
beradaptasi dengan pandangan spiritual seorang Jerman atau Perancis.
Mungkin secara menyeluruh dia dipenuhi dengan air Jerman, tetapi inti dari
struktur spiritualnya akan tetap Yahudi."3o

Pemakaian doktrin Chauvinis tentang kemurnian rasial dan logika darah tidak
terbatas pada Jabotinsky atau orang Revisionis. Filosof liberal, Martin Buber,
menempatkan Zionisme secara sama dalam framework doktrin rasis Eropa:

"Pembentuk terdalam keberadaan kita ditentukan oleh darah; pemikiran dan
kehendak kita yang terdalam diwarnai olehnya."31

Bagaimana doktrin ini diterapkan?

KOLONISASI PALESTINA

Pada 1917 terdapat 56.000 orang Yahudi di Palestina, dan 644.000 orang Arab
Palestina. Pada 1922, terdapat 83.794 orang Yahudi dan 633.000 orang Arab.
Pada 1931, terdapat 174.616 orang Yahudi dan 750.000 orang Arab.32

Kerjasama Dengan Kolonialisme Inggris

Dengan membentuk aliansi dengan Inggris, Zionis memperoleh dukungan kuat
untuk menaklukkan negeri tersebut. Proses ini digambarkan oleh penyair dan
analis Marxis Palestina, Ghassan Kanafani:

"Di samping adanya fakta bahwa sejumlah besar modal Yahudi dialokasikan ke
daerah-daerah pedesaan, dan di samping adanya kehadiran militer imperialis
Inggris dan tekanan kuat oleh mesin administratif yang menguntungkan


30
Zionis, tetapi yang disebut terakhir ini hanya mencapai hasil-hasil minimal jika
dibandingkan dengan pemukiman pada tanah tersebut."

"Meskipun demikian, mereka secara serius telah merusak populasi pedesaan
Arab. Kepemilikan oleh kelompok-kelompok Yahudi pada tanah perkotaan dan
pedesaan meningkat dari 300.000 dunum (67.000 hektar) pada 1929 menjadi
1.250.000 dunum (280.000) pada 1930. Tanah yang dibeli tersebut kurang
berarti jika dilihat dari kolonisasi massal dan pemukiman bagi "persoalan
Yahudi". Tetapi perampasan satu juta dunum - hampir sepertiga dari seluruh
tanah pertanian - menyebabkan kemiskinan parah bagi petani-petani Arab dan
Badui.

"Pada 1931, 20.000 keluarga petani diusir oleh orang-orang Zionis. Lebih jauh
lagi, kehidupan pertanian di negara-negara kurang berkembang, dan di dunia
Arab secara khusus, bukan semata-mata cara produksi, tetapi juga merupakan
cara kehidupan sosial, keagamaan dan ritual. Dengan demikian, disamping
kehilangan tanah, masyarakat pedesaan Arab tengah dihancurkan oleh proses
kolonisasi."33

Imperialisme Inggris menyokong upaya penggoyahan ekonomi Palestina asli.
Pemerintahan mandat memberikan status istimewa kepada modal Yahudi
dengan memberikan 90% konsesi-konsesi di Palestina kepadanya. Hal ini
memungkinkan orang-orang Zionis menguasai infrastruktur ekonomi (proyek
jalan, tambang-tambang di Laut Mati, kelistrikan, pelabuhan, dan lain
sebagainya).

Pada 1935, orang-orang Zionis menguasai 872 dari seluruh industri di Palestina
yang berjumlah 1212. Impor yang terkait dengan industri Zionis dibebaskan
dari pajak. Undang-undang kerja yang diskriminatif diberlakukan pada tenaga
kerja Arab yang mengakibatkan pengangguran dalam skala besar, dan
perlakuan tidak adil bagi mereka yang memperoleh pekerjaan.

Kebangkitan

Perampasan tanah dan penindasan telah memperkuat kesadaran bangsa
Palestina terhadap nasib yang dialaminya, dan menyulut sebuah kebangkitan
besar yang berlangsung dari tahun 1936 sampai 1939.

Pemberontakan ini mengambil bentuk ketidakpatuhan sipil dan
pemberontakan bersenjata. Para petani meninggalkan desanya untuk
bergabung dalam satuan tempur yang dibentuk di pegunungan. Para nasionalis
Arab mulai dari Syria dan Yordan segera bergabung dalam perjuangan.

Keputusan menolak membayar pajak dilakukan pada 7 Mei 1936 di sebuah
konferensi yang dihadiri oleh seratus lima puluh utusan yang mewakili seluruh
sektor masyarakat, dan pemogokan umum melanda Palestina.

Reaksi Inggris langsung dan kasar. Hukum perang diberlakukan sejak 30 Juli
1936 - sekitar lima bulan setelah kebangkitan mulai - dan penindasan luas
dilakukan. Setiap yang dicurigai mengorganisir atau bersimpati pada
pemogokan umum atau perlawanan lainnya ditahan. Rumah-rumah


31
dirobohkan di seluruh Palestina. Sebagian besar kota Jaffa dihancurkan oleh
Inggris pada 18 Juni 1936, yang mengakibatkan 6000 orang kehilangan tempat
tinggal. Begitu juga rumah yang di desa-desa sekitarnya dimusnahkan.

Inggris mengirim sejumlah besar pasukan ke Palestina untuk menumpas
pemberontakan (diperkirakan sebanyak 20.000 pasukan). Meskipun demikian,
pada akhir 1937 dan awal 1938, kekuatan Inggris tengah kehilangan kontrol
terhadap pemberotakan rakyat bersenjata.

Zionis sebagai Penopang Polisi

Pada titik inilah Inggris mulai bersandar pada orang-orang Zionis yang
menyediakan suatu sumber daya unik yang tidak pernah mereka peroleh dari
koloni-koloninya: Sebuah kekuatan lokal yang memiliki tujuan sama dengan
kolonialisme Inggris dan secara kuat dimobilisir melawan penduduk pribumi.
Jika sebelumnya orang-orang Zionis telah memegang banyak tugas pembalasan,
sekarang mereka memainkan peranan yang lebih besar dalam penindasan yang
semakin memuncak meliputi penangkapan massal, pembunuhan dan eksekusi.
Pada 1938, 5000 orang Palestina dipenjara, 2000 di antaranya dihukum dalam
waktu yang lama, 148 orang dihukum mati gantung, dan lebih dari 5000 rumah
dihancurkan.34

Kekuatan-kekuatan bersenjata Zionis disatukan dengan intelejen Inggris, dan
menjadi penopang polisi kekuasaan Inggris yang mengerikan. Sebuah
"kekuatan polisi semu" dibentuk untuk menutupi kehadiran Zionis bersenjata
yang didorong oleh Inggris. Terdapat 2863 pendaftar bagi kekuatan polisi semu
ini, 12.000 laki-laki diorganisir di Haganah, 3000 orang pada Organisasi Militer
Nasional Jabotinsky (Irgun).35 Pada musim panas 1937 kekuatan polisi semu
tersebut diberi nama "Pertahanan Koloni Yahudi", dan pada masa berikutnya
menjadi "polisi Koloni". Ben Gurion menyebut kekuatan polisi semu ini sebagai
sebuah "kerangka kerja" ideal bagi pelatihan Haganah. Charles Ode Wingate,
pejabat Inggris yang bertugas di Palestina, secara mendasar adalah pendiri
angkatan bersenjata Israel. Dia melatih tokoh-tokoh seperti Moshe Dayan
dalam terorisme dan pembunuhan.

Pada 1939, jumlah kekuatan angkatan bersenjata Zionis yang bekerjasama
dengan Inggris meningkat menjadi 14.411 orang, yang diorganisir dalam sepuluh
kelompok bersenjata lengkap dalam polisi koloni, masing-masing dipimpin
oleh seorang perwira Inggris, dengan satu pejabat dari perwakilan Yahudi
sebagai komandan kedua. Pada musim semi 1939, kekuatan bersenjata Zionis
mencapai enam puluh tiga kesatuan bersenjata mesin, masing-masing terdiri
dari delapan sampai sepuluh orang.

Laporan Peel

Sebuah komisi kerajaan dibentuk pada 1937, di bawah pimpinan Lord Peel,
untuk menentukan sebab-sebab pemberontakan 1936. Komisi Peel
menyimpulkan bahwa dua faktor utamanya adalah keinginan bangsa Palestina
untuk meraih kemerdekaan nasional dan ketakutan bangsa Palestina terhadap
pendirian koloni Yahudi di tanah mereka. Laporan Peel menganalisa


32
serangkaian faktor lainnya dengan cara berpikir bebas yang aneh. Faktor-faktor
tersebut antara lain:

1. Penyebaran semangat nasionalis Arab di luar Palestina.

2. Meningkatnya imigrasi Yahudi setelah 1933.

3. Kemampuan orang-orang Zionis untuk menguasai pendapat umum di Inggris
karena adanya dukungan rahasia dari pemerintah.

4. Tidak adanya kepercayaan Arab terhadap tujuan baik pemerintah Inggris.

5. Ketakutan bangsa Palestina terhadap pembelian tanah yang terus berlanjut
oleh orang-orang Yahudi dari tuan tanah feodal absentee (yang tidak tinggal di
kawasan yang mereka kuasai) yang menjual penguasaan tanahnya, dan
mengusir para petani yang mengerjakan tanah tersebut.

6. Keengganan dan ketidakjelasan pemerintah mandat terhadap tujuannya yang
menyangkut kedaulatan bangsa Palestina.

Gerakan Nasional tersebut terdiri dari borjuis kota, para tuan tanah feodal,
pemimpin agama, para wakil petani dan pekerja. Adapun tuntutan-
tuntutannya adalah:

l. Penghentian segera migrasi Zionis

2. Penghentian dan pelarangan pemindahan kepemilikan tanah-tanah orang
Arab kepada para koloni Zionis.

3. Pembentukan sebuah pemerintah demokratis yang di dalamnya orang-orang
Palestina memiliki suara mayoritas.

Analisa Pemberontakan

Ghassan Kanafani menggambarkan kebangkitan itu sebagai berikut:

"Sebab sebenarnya pemberontakan tersebut adalah adanya kenyataan bahwa
konflik yang parah itu melibatkan pengubahan masyarakat Palestina dari
masyarakat keagamaan-feodal-pertanian ke dalam masyarakat borjuis industri
(Barat) Yahudi, telah mencapai klimaksnya..... proses pembentukan akar-akar
kolonialisme dan mengubahnya dari sebuah mandat Inggris ke dalam
kolonialisme pemukim Zionis..... telah mencapai klimaksnya pada pertengahan
tahun tiga-puluhan, dan dalam kenyataannya, kepemimpinan gerakan nasional
Palestina terpaksa menggunakan suatu bentuk perjuangan bersenjata. Sebab ia
tidak lagi mampu menggunakan kepemimpinannya di saat konflik telah
mencapai tataran yang menentukan."37

Kegagalan mufti dan para pemimpin keagamaan lainnya, para tuan tanah
feodal, dan kelas borjuis baru untuk mendukung para petani dan pekerja bagi
tujuan tersebut, memungkinkan pemerintah kolonial dan orang-orang Zionis
menumpas pemberontakan setelah tiga tahun perjuangan heroik. Dalam hal ini


33
Inggris dibantu secara menentukan oleh pengkhianatan rejim-rejim Arab
tradisional yang sangat tergantung kepada dukungan kolonialnya.

Perjuangan nasional bangsa Palestina terus berlangsung sejak 1918 dan disertai
oleh satu bentuk perlawanan bersenjata yang terorganisir. Perlawanan ini
meliputi pembangkangan sipil, pemogokan umum, penolakan membayar pajak,
penolakan membawa kartu identitas, pemboikotan dan demonstrasi.

AKIBAT-AKIBAT TRAGIS

Pada tahun 1947, terdapat 630.000 orang Yahudi dan 1.300.000 orang Arab
Palestina. Dengan demikian, pada saat pemisahan Palestina oleh PBB pada
tahun 1947, orang-orang Yahudi berjumlah 31% dari populasi.38

Keputusan untuk memisahkan Palestina, yang diprakarsai oleh kekuatan-
kekuatan imperialis terkemuka dan Uni Soviet di bawah kekuasaan Stalin,
telah memberikan 54% tanah subur kepada gerakan Zionis. Tetapi sebelum
negara Israel didirikan, Irgun dan Haganah telah merampas tiga-perempat
tanah tersebut dan mengusir seluruh penghuninya.

Pada tahun 1948, terdapat 475 desa dan kota Palestina. Dari jumlah ini,
sebanyak 385 desa telah dijarah dan diratakan dengan tanah, dan berubah
menjadi reruntuhan. Sembilan puluh desa dan kota yang tersisa, terusir dari
tanahnya.

Menyingkirkan Topeng

Pada tahun 1940, Joseph Weitz, kepala departemen kolonisasi perwakilan
Yahudi, yang bertanggung jawab pengaturan aktual pemukiman di Palestina,
menulis :

"Di antara kita sendiri harus jelas bahwa tidak ada ruang bagi dua bangsa
bersama-sama dalam satu negeri ini. Kita tidak akan meraih tujuan jika orang
Arab berada di negeri kecil ini. Tidak ada cara selain memindahkan orang Arab
dari sini ke negara-negara tetangga - semuanya. Tidak satu pun desa dan suku
yang boleh tersisa."39

Joseph Weitz menguraikan makna praktis pengubahan Palestina menjadi
"Yahudi" sebagai berikut:

"Ada sebagian orang yang percaya bahwa populasi non Yahudi, meskipun
presentasinya tinggi, di wilayah perbatasan kita akan lebih efektif berada di
bawah pengawasan kita, dan terdapat sebagian orang yang percaya pandangan
sebaliknya; yakni lebih mudah melakukan pengawasan terhadap kegiatan-
kegiatan seorang tetangga daripada kegiatan seorang penyewa (rumah/tanah).
Saya cenderung mendukung pandangan yang terakhir dan saya memiliki
argumen tambahan.... perlunya mempertahankan karakter negara yang untuk
selamanya adalah Yahudi.... dengan minoritas non-Yahudi sampai lima belas
persen. Saya telah menemukan posisi mendasar ini sejak awal 1940 (dan) hal ini
masuk dalam catatan harian saya."4o



34
"Laporan Koenig" menyatakan kebijaksanaan ini secara lebih tegas:

"Kita harus menggunakan teror, pembunuhan, intimidasi, perampasan tanah,
dan menghentikan seluruh pelayanan sosial untuk membersihkan Galilea dari
populasi Arabnya."41

Ketika Heilbrun dari komisi pemilihan kembali jenderal Shlomo Lahat,
walikota Tel Aviv, menegaskan: "Kita harus membunuh semua orang Palestina
kecuali mereka mau tinggal di sini sebagai budak."42

Berikut adalah kata-kata Uri Lubrani, penasihat khusus perdana menteri Ben
Gurion untuk masalah Arab, pada tahun 1960: "Kita harus mengurangi populasi
Arab sampai menjadi sebuah komunitas pemotong kayu dan para penjaga
warung saja."43

Raphael Eiten, kepala staf angkatan bersenjata Israel menyatakan: "Kita
mengumumkan secara terbuka bahwa orang Arab tidak berhak mendiami satu
sentimeter pun dari tanah Erezt Israel (Israel Raya)..... hanya pemaksaan yang
bisa melakukannya atau hanya paksaan yang mereka mengerti. Kita harus
menggunakan kekuatan puncak sampai orang-orang Palestina datang kepada
kita dengan merangkak dari empat penjuru."44

Eiten menguraikan di depan komisi masalah luar negeri dan pertahanan
Knesset:

Jika kita telah mendiami tanah tersebut, semua orang Arab akan berkerumun
seperti ikan-ikan yang dimasukkan ke dalam botol."45

Ben Gurion dan Tujuan Akhir

Ambisi teritorial Zionisme secara jelas diungkapkan oleh Ben Gurion dalam
pidatonya pada pertemuan Zionis, 13 Oktober 1936, "Kita tidak ingin
menyatakan tujuan akhir kita sekarang yang masih jauh ke depan - bahkan
lebih jauh dari tujuan orang-orang revisionis yang menentang pemisahan. Saya
tidak ingin mengabaikan visi yang besar, visi akhir yang menjadi komponen
organik, spiritual, dan ideologis dari.... aspirasi Zionis saya."46

Pada tahun yang sama, Ben Gurion menulis surat kepada puteranya:
"Batas-batas aspirasi Zionis merupakan perhatian bangsa Yahudi dan tidak ada
faktor eksternal yang mampu membatasinya. "47

Pada tahun 1938, dia bahkan lebih tegas, "Batas-batas wilayah Zionis," katanya
kepada dewan dunia Poale Zion di Tel Aviv, meliputi Lebanon selatan, Syria
utara, wilayah Yordan pada saat ini, seluruh Tepi Barat dan Sinai."48

Ben Gurion merumuskan strategi Zionis dengan sangat jelas:

"Setelah kita menjadi kekuatan besar sebagai akibat dari penciptaan negara,
kita akan menghapuskan pemisahan dan meluas sampai seluruh Palestina.
Negara hanya menjadi sebuah tahapan bagi perwujudan Zionisme dan tugasnya


35
adalah mempersiapkan landasan bagi ekspansi kita. Negara akan menjaga
tatanan - bukan dengan pengajaran tetapi dengan senapan-senapan mesin."49

Pada bulan Mei 1948 dia mengemukakan tujuan-tujuan strategisnya kepada
Staf umum angkatan bersenjata, "Kita harus bersiap diri untuk melakukan
serangan. Tujuan kita adalah menghancurkan Lebanon, Trans-Yordan, dan
Syria. Titik terlemah adalah Lebanon, sebab rejim Muslim yang ada bersifat
artifisial dan mudah bagi kita untuk melenyapkan. Kita harus mendirikan
sebuah negara Kristiani disana, kemudian kita akan menghancurkan Liga Arab,
memusnahkan Trans-Yordan, dan Syria akan jatuh kepada kita. Kemudian kita
membombardir dan terus bergerak serta mengambil alih Port Said, Aleksandria
dan Sinai."5o

Ketika Jenderal Yigal Allon bertanya kepada Ben Gurion, "Apa yang harus
dilakukan terhadap penduduk Lydda dan Romle?" - sekitar 50.000 penduduk -
menurut penulis biografinya, Ben Gurion menggerakkan tangannya dan
mengatakan, "Usir mereka!".51

Yitzhak Rabin, melaksanakan keputusan biadab ini. Di Lydda dan Ramla, tidak
ada sisa dari tempat tinggal orang Palestina. Pada saat ini, wilayah ini
seluruhnya diduduki oleh populasi pemukim Yahudi.

Michael Bar Zohar, dalam biografinya tentang David Ben Gurion,
menggambarkan kunjungan pertama Ben Gurion ke Nazareth. "Ben Gurion
melihat sekeliling dengan keheranan, "Mengapa terdapat begitu banyak Arab,
mengapa kalian tidak mengusirnya?".

Akhirnya orang-orang Palestina tersebut benar-benar diusir. Antara 29
Nopember 1947, ketika PBB memisahkan Palestina, dan 15 Mei 1948, ketika
Negara (Israel) secara formal diproklamirkan, pasukan dan milisi Zionis telah
merampas 75% wilayah Palestina, memaksa 780.000 orang Palestina keluar dari
negeri tersebut.

Penjagalan Dimulai : Deir Yasin

Proses pemusnahan adalah penjagalan berencana ketika desa demi desa disapu
bersih. Pembunuhan tersebut dimaksudkan untuk menyebabkan penduduk lari
demi nyawa mereka.
Komandan Haganah, Zvi Ankori, menggambarkan apa yang terjadi, "Saya
melihat potongan organ kemaluan dan perut wanita yang koyak ... ini
merupakan pembunuhan langsung".52

Menachem Begin merasa senang dengan penjagalan yang mirip operasi-operasi
Nazi yang dia pimpin di Deir Yasin tersebut merambah ke seluruh Palestina.
Para komando Lehi dan IZL menghancurkan desa Deir Yasin pada 9 April 1948,
menjagal 254 laki-laki, wanita dan anak-anak.

"Legenda teror menyebar di kalangan orang-orang Arab yang dicekam
kepanikan jika disebutkan para serdadu Irgun kita. Teror ini setara dengan
setengah lusin batalion angkatan bersenjata Israel. Orang-orang Arab di seluruh
negara ... dicekam kepanikan luar biasa dan mulai kabur demi hidupnya.


36
Pelarian massal ini segera berkembang menjadi suatu kekacauan pelarian yang
menggila dan tidak terkendali. 800.000 orang Arab yang tinggal di wilayah
negara Israel pada saat itu, hanya 156.000 orang yang masih tinggal di sana. Arti
penting ekonomis dan politis dari perkembangan ini tidak bisa diabaikan."53

Penerapan program ini dilaksanakan sebagian oleh Menachem Begin dan
sebagian oleh penerusnya sebagai perdana menteri, Yitzhak Shamir, juga
dilakukan oleh para komando militer Irgun dan Lohamei Herut Israel (Lehi),
yaitu para teroris bangsa Israel. Para penduduk asli dipaksa berjalan dengan
pakaian bersimbah darah melintasi jalan-jalan Jerusalem untuk menanamkan
rasa takut pada diri penontonnya, sebelum mereka akhirnya lenyap
(dilenyapkan).

Catatan Saksi Mata:

Catatan-catatan saksi mata dari peristiwa ini membayang-bayangi nasib bangsa
Palestina.

"Saat itu siang hari ketika pertempuran berakhir dan tembakan berhenti. Segala
sesuatunya menjadi hening, tetapi desa itu belum menyerah. IZL (Irgun) dan
Lehi (Stern Gang) secara bergantian meninggalkan tempat-tempat
persembunyian mereka dan mulai melakukan operasi-operasi pembersihan di
rumah-rumah. Mereka menembakkan semua senjata yang mereka pegang, dan
melemparkan peledak ke dalam rumah dan gedung. Mereka juga menembak
setiap orang yang mereka temui di rumah-rumah tersebut, termasuk wanita
dan anak-anak - sungguh para komandan tidak berusaha mencegah tindakan-
tindakan penjagalan yang biadab tersebut. Saya sendiri dan sejumlah penduduk
memohon para komandan tersebut untuk memerintahkan orang-orangnya
menghentikan penembakan, tetapi upaya kami tersebut tidak berhasil.
Sementara itu, sekitar dua puluh lima laki-laki dibawa keluar dari rumah-
rumah: mereka dimasukkan ke dalam sebuah truk barang dan memimpin
sebuah "parade kemenangan", seperti sebuah kemenangan Romawi, melintasi
kawasan Mahaneh Yehudah dan Zikhron Yosef (di Jerusalem). Pada akhir
parade tersebut, mereka dibawa ke sebuah tempat berbatu di antara Giv'at
Shaul dan Deir Yasin, kemudian ditembak dengan darah dingin. Para serdadu
dan milisi Israel tersebut kemudian meletakkan para wanita dan anak-anak
yang masih hidup ke sebuah truk dan membawanya ke Mandelbaum Gate". 54

Direktur Palang Merah Internasional di Palestina, Jacques de Reynier, berusaha
ikut campur ketika berita penjagalan tersebar keluar. Kesaksian pribadinya
adalah sebagai berikut :

"... Komandan detasemen Irgun tampaknya tidak ingin menerimaku. Pada
akhirnya dia datang, seorang anak muda, berbeda dari yang lain, dan benar-
benar sempurna, tetapi ada kilatan khusus pada matanya, dingin dan kejam.
Menurutnya Irgun telah sampai dua puluh empat jam lebih awal dan telah
memerintahkan penduduk melalui pengeras suara untuk meninggalkan semua
rumah. Waktu yang diberikan untuk mematuhi perintah tersebut adalah
seperempat jam. Sebagian orang-orang yang malang ini maju ke depan dan
dibawa sebagai tawanan, untuk dibebaskan kemudian dibawa ke arah garis
perbatasan Arab. Sisanya, karena belum mematuhi perintah tersebut, telah


37
menemui nasib yang sangat mengerikan. Tetapi semua itu dianggap sebagai
sesuatu yang tidak layak dibesar-besarkan, dengan menunjukkan hanya
terdapat segelintir yang mati, dan mereka segera dikubur begitu operasi
pembersihan desa telah usai. Jika saya menemukan mayat, saya bisa
membawanya, tetapi secara pasti tidak ada yang terluka."

"Pemandangan ini membuat darahku beku. Saya kembali ke jalan menuju
Jerusalem, dan mendapat sebuah ambulan dan sebuah truk yang saya tumpangi
melintasi the Red Shield.... saya sampai ke desa tersebut dengan rombongan
saya, dan tembakan telah berhenti. Kelompok milisi (Irgun) mengarahkan
serangan dengan memakai helm. Mereka semua masih muda, sebagian bahkan
masih remaja, laki-laki dan wanita, dengan membawa senjata lengkap: revolver,
senapan-mesin, granat tangan, dan juga belati potong. Seorang gadis muda yang
cantik dengan sorotan mata kriminal memperlihatkan belatinya kepada saya
yang masih dibasahi darah, dia memamerkannya seperti layaknya sebuah piala.
Ini merupakan tim "pembersih" yang secara jelas melaksanakan tugasnya
dengan sangat sadar.

"Saya berusaha memasuki sebuah rumah. Selusin serdadu mengelilingi saya,
senapan mesin mereka diarahkan ke tubuhku, dan perwiranya melarang saya
bergerak. "Jika ada yang mati, pastilah dibawa kepadaku", katanya. Kemudian
saya tiba-tiba merasa sangat murka, dengan menceritakan apa yang saya
pikirkan dari tindakan para kriminal ini, mengancam mereka dengan segala
sesuatu yang bisa saya pikirkan, dan kemudian mendorong mereka ke samping
dan memasuki rumah tersebut.

"Ruangan pertama gelap, segalanya berantakan, tetapi tidak seorang pun ada di
sana. Di ruangan kedua, di tengah-tengah perabotan yang berserakan dan
kepingan-kepingan barang, saya menemukan beberapa mayat yang telah
dingin. Di ruang ini "pembersihan" dilakukan dengan senapan mesin, kemudian
dengan granat-granat tangan. Tindakan ini diselesaikan dengan belati, setiap
orang pasti bisa melihatnya. Pemandangan yang sama terlihat pada ruang
berikutnya, ketika saya akan pergi, terdengar suara seperti desahan. Saya
mencari sumber suara itu dengan membalikbalikkan seluruh mayat, dan
akhirnya menemukan sebuah kaki kecil yang masih hangat. Kaki ini milik gadis
berusia sepuluh tahun, yang terlepas akibat ledakan granat tangan, tetapi dia
masih hidup.... di mana saja terlihat pemandangan menge-rikan yang sama....
terdapat 400 orang di desa ini. Sekitar 50 orang telah meloloskan diri dan masih
hidup. Semua sisanya dengan sengaja telah dibantai dengan darah dingin sebab,
sebagaimana yang saya lihat sendiri, kelompok milisi (Irgun) ini sangat disiplin
dan hanya bekerja sesuai dengan perintah.
"Setelah kunjungan lainnya ke Deir Yasin, saya kembali ke kantor dimana saya
telah dikunjungi oleh dua orang berpakaian sipil, yang telah menunggu saya
selama lebih satu jam. Mereka adalah komandan detasemen Irgun dan
wakilnya. Mereka telah mempersiapkan sebuah kertas yang mereka inginkan
untuk saya tandatangani. Kertas ini berisi pernyataan bahwa saya telah
diterima dengan hangat oleh mereka, dan memperoleh semua fasilitas yang saya
minta untuk menyelesaikan misi saya, dan ucapkan terima kasih kepada
mereka karena bantuan yang saya terima. Karena saya memperlihatkan
keengganan dan bahkan mulai mendebat mereka, mereka mengatakan bahwa
jika saya menghargai hidup saya, sebaiknya saya segera menandatanganinya.


38
Satu-satunya jalan yang terbuka bagi saya adalah meyakinkan mereka bahwa
saya tidak memperdulikan hidup saya sedikit pun."55

Penjagalan di Dueima

Jika pembantaian Deir Yasin dilaksanakan oleh organisasi-organisasi bawah
tanah Zionis Revisionis " kanan ", IZL dan Lehi, seperti pembantaian yang
terjadi dalam skala yang sama di seluruh negeri. Pembantaian di Duema pada
1948 dilakukan oleh pasukan resmi Israel Zionis Pekerja, angkatan bersenjata
pertahanan Israel (Tzeva hagana le-Israel atau ZAHAL). Catatan pembantaian
itu digambarkan oleh seorang serdadu yang ikut serta dalam kebiadaban
tersebut, dimuat pada Davar, Surat kabar harian resmi berbahasa Ibrani milik
Zionis Pekerja yang mengelolah Federasi Umum Histadrut dari para Pekerja:

"....Mereka membunuh antara delapan puluh sampai seratus laki-laki, wanita
dan anak-anak Arab. Untuk membunuh anak-anak, mereka (para tentara)
memecahkan kepalanya dengan tongkat. Tidak ada satu pun rumah tanpa
mayat. Pria dan wanita desa tersebut dijebloskan ke rumah-rumah tanpa
makanan dan air, kemudian para penyabot datang untuk meledakkan mereka."

"Seorang komandan memerintahkan seorang prajurit untuk membawa dua
wanita ke dalam sebuah bangunan yang akan dia ledakkan... serdadu lainnya
berbangga diri karena memperkosa seorang wanita Arab sebelum
menembaknya sampai mati. Seorang wanita Arab lainnya dengan bayinya yang
baru lahir, dipaksa membersihkan tempat tersebut selama dua hari, kemudian
mereka menembaknya bersama bayinya. Para komandan yang berpendidikan
dan bertingkah baik yang dipandang "orang baik"..... telah menjadi para
pembunuh buas, dan hal ini bukan di tengah badai pertempuran, tetapi sebagai
cara pengusiran dan pemusnahan. Semakin sedikit orang Arab yang tinggal,
berarti semakin baik."56

Nilai strategis dari pembantaian Deir Yasin akan dikemukakan selama
bertahun-tahun oleh para pemimpin Zionis seperti Eldad (Scheib) yang -
bersama Yitzhak Shamir dan Nathan, Yalin Mor (Feldmann) - yang
bertanggung jawab pada Lehi, berbicara pada pertemuan di bulan Juli 1967.
Pernyataannya dipublikasikan pada jurnal opini yang terkenal, De'ot, pada
musim semi 1968:

"Saya selalu mengatakan bahwa jika harapan terdalam dan terkuat yang
menyimbolkan penebusan adalah dengan membangun lembah kuil
(Sulaiman)... maka jelaslah bahwa masjid-masjid ini (al-Haram al-Syarif dan al-
Aqsha), dengan satu cara atau lainnya, harus dilenyapkan. Pada masa ini....
seandainya bukan karena Deir Yasin, pastilah setengah juta orang Arab akan
tinggal di negara Israel (pada 1948). Negara Israel pastilah tidak akin ada. Kita
tidak boleh mengabaikan hal ini, dengan penuh kesadaran kita harus terlibat
dalam tanggung jawab. Semua peperangan adalah kejam. Tidak ada jalan keluar
dari hal ini. Negeri ini akan menjadi Erezt Israel dengan mayoritas Yahudi
secara mutlak dan sebuah minoritas Arab, atau menjadi Erezt Ismail, dan
emigrasi Yahudi akan kembali dimulai jika kita tidak mengusir orang-orang
Arab dengan satu cara atau lainnya..."57



39
Pembantaian di Gaza

Program pembantaian tidak berakhir dengan pembentukan negara. Catatan
harian Meir har Tzion menggambarkan pembantaian di kamp-kamp pengungsi
dan desa-desa di Gaza selama awal tahun 1950an.

"Guratan sungai kering yang luas berkilat di bawah sinar rembulan. Dengan
hati-hati, kami bergerak maju di sisi lereng gunung. Beberapa rumah bisa
terlihat.... Dari kejauhan kami bisa melihat tiga cercah cahaya dan mendengar
suara musik Arab yang keluar dari rumah-rumah yang diselimuti kegelapan.
Kami bcrpencar menjadi tiga kelompok, masing-masing terdiri dari tiga orang.
Dua Kelompok menuju ke kamp pengungsi yang besar (al-Burj) di sebelah
selatan dari posisi kami. Kelompok lainnya berjalan menuju ke sebuah rumah
terpencil di kawasan datar di sebelah utara wadi Gaza. Kami bergerak maju,
berjalan perlahan di atas ladang hijau, menyusuri saluran-saluran air, dan bulan
menyinari kami dengan cahaya tamarannya. Tetapi sejenak kemudian
kesunyian itu dikoyak oleh peluru-peluru, ledakan-ledakan, dan jeritan-jeritan
dari mereka yang sebelumnya tidur nyenyak. Dengan cepat kami maju dan
memasuki sebuah rumah - "Man Haadza?" (siapa ini?)

"Kami melompat ke arah suara tersebut. Dengan ketakutan dan menggigil, dua
orang Arab tengah berdiri menghadap tembok bangunan. Mereka berusaha
meloloskan diri, namun saya menembaknya. Jeritan memilukan memenuhi
udara. Satu orang terkapar sementara temannya terus berlari. Sekarang kami
harus bertindak - kami tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Kami menerobos
masuk dari rumah ke rumah di saat orang-orang Arab dilanda kebingungan."

"Senapan-senapan mesin menyalak, suaranya bercampur dengan erangan yang
mengenaskan. Kami sampai ke bagian utama kamp tersebut. Kerumunan orang-
orang Arab yang kabur menjadi semakin besar. Kelompok kami menyerang dari
arah berlawanan. Dentuman granat-granat tangan kami bergema dari kejauhan.
Kami menerima perintah untuk mundur. Serangan itu akhirnya bcrakhir."58

Kibya dan Kesatuan Komando 101

Perdana menteri Moshe Sharett (1954-1955) memberikan penilaian tentang
pembantaian di desa Kibya pada tahun 1953 (18 Oktober 1953). Ariel Sharon
secara pribadi memimpin aksi tersebut dimana laki-laki, wanita dan anak-anak
dijagal di rumah-rumah mereka.

"(Dalam pertemuan kabinet) saya mengecam peristiwa Kibya yang telah
menempatkan kita di depan seluruh dunia sebagai gerombolan haus darah yang
tega melakukan pembantaian-pembantaian.... Saya peringatkan bahwa noda ini
selalu menempel pada tubuh kita dan tidak akan bisa dicuci selama bertahun-
tahun mendatang."

"Diputuskan bahwa sebuah komunike tentang Kibya akan dipublikasikan dan
Ben Gurion harus menulisnya. Ini benar-benar tindakan memalukan. Saya
menyelidiki beberapa kali dan setiap kali saya diyakinkan dengan sungguh-
sungguh bahwa orang-orang tidak bisa memahami bagaimana tindakan keji ini
dilakukan."59


40
Dalam buku lainnya, Sharett mencatat perincian pembantaian berikutnya di
desa-desa Palestina pada 1955:

"Pendapat umum, pasukan dan polisi Israel telah menyimpulkan bahwa darah
Arab sccara bebas bisa ditumpahkan. Tindakan ini pastilah menjadikan ncgara
di mata dunia tampak sebagai ncgara biadab."60

Kafr Qasim: Penjagalan Berlanjut

Pembantaian di Kafr Qasim mengikuti pola-pola Zionis. Pada bulan Oktober
1956, Brigader Israel Shadmi, komandan batalion perbatasan Israel-Yordan,
memberlakukan jam malam yang dikenakan pada desa-desa minoritas Arab di
bawah pimpinannya. Desa-desa itu berada dalam perbatasan Israel, dengan
demikian dipandang sebagai warga negara Israel. Shadmi mengatakan kepada
komandan kesatuan penjaga perbatasan, mayor Melinki, bahwa pemberlakuan
jam malam harus "sangat ekstrim" dan "tidak cukup hanya menangkap mereka
yang melanggarnya - mereka harus ditembak." Dia menambahkan: "Sebuah
mayat lebih baik daripada menangani keruwetan penahanan."61

"Dia (Melinki) memberitahukan kepada para perwira bahwa.... tugas mereka
adalah untuk memaksakan jam malam pada desa-desa minoritas dari jam 17.00
sampai 06.00.... Setiap orang yang meninggalkan rumahnya, atau siapa saja yang
melanggar jam malam harus ditembak mati. Dia menambahkan, tidak perlu ada
penangkapan dan jika sejumlah orang dibunuh pada malam hari, maka hal ini
memudahkan penerapan jam malam pada malam berikutnya.

"Letnan Frankanthal bertanya kepadanya, "Apa yang harus kami lakukan
dengan orang yang terluka?" Melinki menjawab, "Jangan hiraukan mereka."

"Seorang pemimpin seksi kemudian bcrtanya, "Bagaimana dengan wanita dan
anak-anak?" Untuk pertanyaan ini Melinki menjawab, "Tidak boleh ada rasa
kasihan." Ketika ditanya, "Bagaimana dengan orang-orang yang kembali dari
kerjanya?" Melinki menjawab, "Hal ini akan menjadi nasib buruk bagi mereka,
sebagaimana yang diucapkan oleh komandan."

Para pelaku pembantaian Kafr Qasim tersebut - sebuah kesatuan komando dari
Ariel Sharon (kesatuan komando 101) - semuanya diberi medali dan
dipromosikan pada angkatan bersenjata pertahanan Israel (Israel Defense Force
/ IDF).

Cara-cara pemusnahan etnis (genocide) yang dipakai untuk memaksakan
negara pemukim kolonial di dalam perbatasan Israel pra-1967 dipandang
sebagai model penyelesaian puncak terhadap orang-orang Palestina pada
wilayah pendudukan post-1967. Aharon Yariv, mantan kepala intelejen militer
dan menteri penerangan, menyatakan dalam sebuah seminar umum di Institut
Leonard Davis jurusan hubungan internasional pada Universitas Hebrew di
Jerusalem bahwa:

"Terdapat pandangan yang mendukung agar sebuah situasi perang
dipergunakan dalam rangka mengasingkan 700.000 sampai 800.000 orang


41
Arab. Pandangan ini tersebar luas, dan pernyataan telah dikemukakan
mengenai persoalan ini dan alat-alatnya telah dipersiapkan."62

PERAMPASAN TANAH

Sangatlah layak untuk melihat kembali luasnya kebijaksanaan yang mematikan
ini dan akibat-akibatnya. Pada wilayah yang berada di bawah pendudukan
Israel setelah pemisahan, paling tidak terdapat 950.000 orang Arab Palestina.
Mereka mendiami hampir 500 desa dan seluruh kota-kota besar yang meliputi
Tiberias, Safed, Nazareth, Shafa Amr, Acre, Haifa, Jaffa, Lydda, Ramla,
Jerusalem, Majdal (Askelon), Isdud (Ashdud) dan Bersyeba.

Setelah kurang dari enam bulan hanya 138.000 orang yang tersisa (angka
tersebut berbeda dari 130.000 sampai 165.000). Sebagian besar orang Palestina
tersebut dibunuh, secara paksa diusir atau lari dalam kepanikan sebelum
dijagal oleh kelompok kesatuan pasukan Israel.

Setelah menyingkirkan seluruh penduduk pribumi dari tanah Palestina,
pemerintah Israel melakukan penghancuran sistematis terhadap rumah dan
harta mereka. Hampir 400 desa dan kota diratakan dengan tanah selama 1948
dan 1949. Lebih banyak lagi menyusul pada tahun 1950an.

Moshe Dayan, mantan kepala staf angkatan bersenjata dan menteri pertahanan,
tanpa rasa malu sedikit pun menyatakan dalam rangkumannya tentang sifat
dasar kolonisasi Zionis di depan mahasiswa Institut Teknologi Israel (The
Techniyon):

"Kita datang ke sini kepada suatu negeri yang dihuni oleh orang-orang Arab,
dan kita tengah membangun sebuah negara Yahudi di sini. Bukannya desa-desa
Arab, desa-desa Yahudi harus didirikan. Kalian bahkan tidak mengetahui nama
desa-desa ini dan saya tidak menyalahkan kalian, sebab buku-buku geografi ini
tidak ada lagi. Bukan saja buku-bukunya, tetapi desa-desanya juga tidak ada."

"Desa Nahalal didirikan di tempat desa Mahalul, Gevat di tempat Jibta, Sarid di
tempat Hanifah dan Kafr Yehoushu'a di tempat Tel Shaman. Tidak ada satu pun
pemukiman yang tidak didirikan di tempat bekas desa Arab."64

Tabel berikut ini dipersiapkan oleh Israel Shahak, kepala Liga Israel bagi hak-
hak manusia dan sipil, di bawah judul "Desa-desa Arab yang dihancurkan di
Israel."65













42
Penghancuran Desa-desa Arab Palestina

JUMLAH DESA

Nama Wilayah Sebelum 1948 1988 Yang dihancurkan
Yerussalem 33 4 29
Bethlehem 7 0 7
Hebron 16 0 16
Jaffa 23 0 23
Romla 31 - 0 31
Lydda 28 0 28
Jcnin 8 4 4
Tulksm 33 12 21
Haifa 43 38 35
Acre 52 32 20
Nazareth 26 20 6
Safad 75 7 68
Tiberias 26 3 23
Bisan 28 0 28
Gaza 46 0 46
Jumlah 475 90 385

Shahak menekankan bahwa daftar yang tercatat ini tidak lengkap, sebab tidak
mungkin untuk menemukan berbagai komunitas dan "suku-suku" Arab.
Sebagai contoh, data resmi Israel menyebutkan 44 desa Badui dan kota-kota
kecil sebagai "suku-suku", untuk mengurangi, melalui cara-cara licik sensus,
jumlah komunitas-komunitas Palestina dibuat permanen.

Tanah "Absentee"

Dengan pengusiran orang-orang Palestina dan penghancuran kota-kota dan
desa-desanya, sejumlah besar tanah dikuasai di bawah undang-undang Tanah
Absentee (1950). Sampai 1947, kepemilikan tanah Yahudi di Palestina berkisar
6%. Pada saat negara secara resmi didirikan, mereka telah menguasai 90%
tanah:

"Dari seluruh kawasan negara Israel hanya sekitar 300.000 sampai 400.000
dunum (67.000-89.000 hektar)..... merupakan tanah negara yang diambil alih
oleh pemerintah Israel dari rejim mandat Inggris (2%). Dana Nasional Yahudi
(J.N.F.) dan para pemilik Yahudi swasta menguasai 2.000.000 dunum (105).
Hampir semua sisanya (yaitu 88% dari 20.225.000 dunum (4.500.000 hektar) di
dalam garis-garis perjanjian perang 1949 secara hukum menjadi milik orang
Arab, banyak dari mereka telah meninggalkan negeri tersebut."66

Nilai dari tanah curian ini lebih dari $ 300.000.000 - lebih dari tiga puluh tahun
yang lalu, Liga Arab memperkirakan sepuluh kali lipat dari jumlah ini. Dalam
kurensi dolar, angka ini harus dilipatgandakan empat kali.


43
"Kantor pengungsi PBB memperkirakan nilai dari anggur, pohon, harta
bergerak dan yang tidak ditinggalkan oleh orang Arab di wilayah yuridiksi
Israel sekitar 118-120 juta Pounsterling, rata-rata 130 ($364) per pengungsi."67

Perampasan Tanah Palestina secara pasti menjadikan Israel sebagai negara yang
mampu membangun tanpa bantuan dari luar. Antara 1946 dan 1953, 370 kota
dan pemukiman Yahudi didirikan, 350 di antaranya di atas tanah "absentee".
Pada 1954, tanah absentee adalah tanah yang dimiliki oleh orang (biasanya tuan
tanah) yang tidak tinggal di dekat tanah tersebut. Istilah ini lazim pada
masyarakat feodal. Sekitar 35% Yahudi-Israel tinggal di tanah yang diperoleh
dari tanah absentee dan sekitar 250.000 imigran baru mendiami kawasan kota
Palestina yang penduduk Arabnya telah diusir. Seluruh kota tersebut
dikosongkan dari orang-orang Palestina, seperti Jaffa, Acre, Lydda, Ramla,
Bisan dan Majdal (Askelon).

Perampasan ini secara keseluruhan meliputi 385 desa dan kota, serta kawasan
terbesar dari 94 desa dan kota lainnya, yang menampung 25% dari seluruh
bangunan di Israel. Sepuluh ribu toko usaha dan eceran diserahkan kepada para
pemukim Yahudi.

Dari 1948 sampai 1953 - periode imigrasi terbesar - arti penting ekonomis bagi
Israel dari tanah Arab yang dirampas tersebut sangatlah menentukan. Jumlah
tanah rampasan yang bisa diolah milik orang-orang Palestina yang terusir dari
negerinya melalui pembantaian adalah dua setengah kali lipat dari seluruh
tanah yang diberikan kepada Zionis pada akhir pemerintahan mandat Inggris.

Pada akhirnya, seluruh lahan anggur Palestina dirampas - yang terdiri lebih dari
240.000 dunum (53.000 hektar). Pada 1951, 1.250.000 kotak anggur dari lahan-
lahan Arab yang dirampas telah berada di tangan orang Israel - yang merupakan
10% dari laba bersih negara dari ekspor.

Pada 1951, 95% dari seluruh pohon zaitun Israel berasal dari tanah orang-orang
Palestina yang dirampas. Produksi minyak zaitun dari lahan-lahan orang
Palestina yang dicuri merupakan komiditi ekspor ketiga terbesar Israel - setelah
anggur dan berlian. Sepertiga dari seluruh produksi batu mulia berasal dari
tanah orang Palestina yang dirampas."68

Mitologi Zionis meliputi klaim bahwa industri, pengeboran dan keterampilan
Zionis akan mengubah suatu negeri gurun yang tandus, yang diabaikan oleh
para penjaga Arab nomad-primitif, menjadi sebuah taman - dengan menjadikan
gurun tersebut bersemi. Kebun anggur, industri, pedati, pabrik, rumah dan
harta orang Palestina dihancurkan setelah penaklukan biadab - kapal negara
adalah kapal perompak yang benderanya seharusnya bergambar tengkorak dan
"Cross-bones".

Me-Yahudi-kan Tanah

Dana Nasional Yahudi memperoleh tanah pertamanya pada tahun 1905. Tujuan
penetapan penguasaan tanah tersebut adalah "mendirikan pemukiman Yahudi
pada tanah-tanah semacam ini".69 Di bulan Mei 1954, Keren Kayemeth le Israel


44
(dana abadi untuk Israel) bergabung dengan Israel dan memperoleh seluruh
aset Dana Nasional Yahudi.

Pada bulan November 1961, JNF (Dana Nasional Yahudi) dan pemerintah Israel
menandatangani perjanjian yang didasarkan pada perundang-undangan yang
ditetapkan pada bulan Juli 1960. Undang-undang ini menetapkan administrasi
tanah Israel, yakni penyeragaman yang diberlakukan pada 93% dari tanah di
Israel di bawah pengawasan negara, yang terikat oleh ketetapan Keren
Kayemeth le Israel dan JNF.69a

Sebagai pcrdana menteri, Levi Eshkol mcngajukan usulan kepada Knesset
(Parlemen Israel) agar Israel memakai kebijaksanaan tanah JNF yang eksklusif:
"Prinsip yang ditetapkan sebagai dasar dari Dana Nasional Yahudi.... akan
ditetapkan sebagai prinsip yang diterapkan pada tanah-tanah negara."69b

Dana Nasional Yahudi bersikap tegas dalam persoalan ini. Hal ini dinyatakan
dalam laporan 6 JNF sebagai berikut:

"Menyusul kesepakatan antara pemerintah Israel dengan JNF, pada tahun 1960
Knesset mengeluarkan Undang-undang Dasar: Tanah-tanah Israel yang
memberikan akibat hukum bagi taradisi kuno kepemilikan tanah secara
langgeng pada Yahudi - di atas prinsip inilah JNF didirikan. Undang-undang
yang sama meluaskan prinsip tersebut kepada sebagian besar lahan negara
Israel."69c

Setiap berhubungan dengan tanah ini diatur oleh persyaratan berikut yang
mengatur semua sewa tanah:

"Penyewa harus orang Yahudi dan harus setuju untuk melaksanakan semua
pekerjaan yang terkait dengan pengolahan tanah hanya dengan. pekerja
Yahudi."70

Akibatnya tanah tidak bisa disewa-beli oleh non-Yahudi, juga tidak bisa disub-
sewakan, dijual, dijadikan jaminan, diberikan atau diserahkan kepada non-
Yahudi. Orang-orang non-Yahudi tidak boleh dipekerjakan pada tanah tersebut
atau pekerjaan apa pun yang terkait dengan pengolahan tanah. Jika syarat-
syarat ini dilanggar, harus membayar denda dan sekaligus hak sewa tersebut
dicabut tanpa kompensasi apa pun.

Apa yang secara khusus bersifat memaksa adalah peraturan ini bukan saja
diberlakukan oleh JNF, tetapi juga oleh negara di bawah undang-undangnya.
Aturan-aturan ini diterapkan pada tanah-tanah JNF dan seluruh tanah negara,
yang sebagian besar terdiri dari tanah-tanah "absentee".

Non Yahudi Tidak Boleh Dipekerjakan

Di Israel tanah-tanah negara dikatagorikan sebagai "Tanah Nasioal". Ini berarti
tanah Yahudi, bukan tanah Israel. Pemakaian tenaga kerja non-Yahudi
dipandang ilegal dan melanggar hukum. Karena sedikitnya pekerja pertanian
Yahudi, dan karena orang-orang Palestina dibayar lebih rendah daripada
pekerja Yahudi, sebagian petani Yahudi (seperti mantan perdana menteri Ariel


45
Sharon) mempekcrjakan orang-orang Arab. Praktek ini ilegal! Pada 1974,
menteri pertanian mengecam praktek ini sebagai "kanker".71

Pemukiman-pemukiman yang mensubsewakan sebagian tanah dengan cara
bagi basil dengan orang Arab dikecam. Meluasnya praktek tersebut - yang telah
membcrikan keuntungan melimpah dari tenaga kerja Palestina yang murah ini -
telah diklaim sebagai "kejahatan" oleh menteri pertanian. Departemen
pemukiman agen Yahudi telah mengingatkan bahwa praktek semacam ini
melanggar hukum, aturan-aturan negara Israel dan JNF. Pemakaian tenaga
kerja non-Yahudi tersebut dikenai denda dan sumbangan kepada sebuah
yayasan khusus."72

Israel Shahak menggambarkan proses ini sebagai "campuran menjijikkan dari
diskriminasi rasial dan korupsi keuangan".

Meskipun demikian, semua yang diungkapkan ini menunjukkan bahwa negara
Israel mempergunakan semua praktek yang biasa dalam pandangan rasis.
"Masyarakat" hanya berarti orang-orang Yahudi: "seorang imigran atau pemukim
hanya orang Yahudi. Sebuah pemukiman berarti pemukiman bagi orang
Yahudi. Tanah Nasional berarti tanah Yahudi - bukan tanah Israel.

Dengan demikian, hukum dan hak, perlindungan dan pemberian kesempatan
memperoleh pekerjaan dan tanah, hanya diberikan kepada orang-orang Yahudi.
Tidak ada contoh hukum dan prosedur rasis yang lebih primitif dari aturan-
aturan ini.

Dengan menggunakan kriteria yang sama, lebih dari 55% tanah dan 70% air di
Tepi Barat (wilayah yang diduduki pada 1976) telah dirampas bagi kepentingan
6% populasi - sekitar 40.000 pemukim Yahudi di tengah-tengah 800.000 orang
Palestina. Di Gaza (wilayah yang direbut tahun 1976), 2.200 pemukim Yahudi
telah diberi lebih dari 40% tanah. Setengah juta orang Palestina dibatasi pada
kamp-kamp dan kawasan kumuh yang penuh sesak.

Dengan demikian, praktek yang dikecam secara universal pada wilayah
pendudukan post-1976 tersebut merupakan kelanjutan dari proses yang sama,
di mana dalam proses inilah negara Israel didirikan. Pemaksaan, perampasan
tanah dan pengusiran para pekerja non-Yahudi merupakan sentral bagi teori
dan praktek Zionis. Theodor Herzl mengemukakan program ini pada 12 Juni
1895:

"Kita harus... mengusir penduduk (Palestina) yang tidak memiliki apa pun itu
ke seberang perbatasan... sambil menolaknya untuk bekerja di negeri kita."73

Kibbutzim yang Rasial

Ironisnya, lembaga Israel yang mendorong ilusi-ilusi terbesar adalah Kibbutz -
sebuah contoh yang dianggap sebagai bentuk kerjasama sosialis.

Sebagaimana Israel Shahak menyatakan:



46
"Organisasi Israel yang mempraktekkan tingkat ketertutupan rasial terbesar
adalah... Kibbutz. Sebagian besar orang Israel telah menyadari karakter rasis
Kibbutz ini sebagaimana yang tidak hanya diperlihatkan kepada orang-orang
Palestina, tetapi juga kepada semua manusia yang bukan Yahudi."74

Kibbutzim menguasai tanah yang dirampas dari orang Palestina. Orang-orang
non-Yahudi tidak bisa menjadi anggotanya. Seandainya "para pekerja musiman"
yang beragama Kristen terlibat hubungan dengan wanita Yahudi, mereka
dipaksa memeluk agama Yahudi agar bisa menjadi anggota Kibbutz. Israel
Shahak melaporkan:

"Calon yang beragama Kristen yang akan menjadi anggota Kibbutz melalui
perpindahan agama harus berjanji untuk meludah ketika berjalan di depan
gereja atau salib."75

Pada saat ini, sekitar 93% tanah negara yang disebut Israel dikuasai oleh
administrasi tanah Israel di bawah garis petunjuk Dana Nasional Yahudi. Agar
diperbolehkan tinggal di atas tanah, menyewa tanah, atau bekerja pada tanah
tersebut, seseorang paling tidak harus membuktikan diri selama empat generasi
adalah keturunan Yahudi dari pihak ibu (maternal descent).

Sementara di Amerika Serikat, jika untuk bisa tinggal, sewa-beli, sewa, atau
bekerja di atas suatu tanah, anda harus bisa membuktikan bahwa anda
sedikitnya tidak memiliki hubungan keturunan Yahudi dari pihak wanita,
maka siapakah yang akan meragukan sifat dasar rasis dari peraturan semacam
ini?

ZIONISME DAN YAHUDI

Jika kolonisasi Palestina ditandai dengan berbagai penghancuran, kita
sebaiknya mengambil waktu sejenak untuk mengkaji sikap gerakan Zionis
bukan saja terhadap korban-korban Palestinanya (untuk hal ini kita kaji pada
bab berikutnya), tetapi juga terhadap orang-orang Yahudi sendiri.

Herzl sendiri menulis tentang orang-orang Yahudi dengan cara berikut: "Saya
telah menemukan sikap yang lebih bebas terhadap anti-Semitisme, yang
sekarang mulai saya pahami secara kesejarahan dan memaafkannya. Di atas
segalanya, saya mengakui kesia-siaan dalam usaha "memerangi" anti-
Semitisme."76

Organisasi Pemuda Zionis, Hashomer ha Zair (Pengawal Muda) menyatakan:
"Seorang Yahudi adalah karikatur dari seorang manusia normal, tidak secara
fisik ataupun psikis. Sebagai individu dalam masyarakat, dia memberontak dan
melemparkan kerasnya kewajiban-kewajiban sosial, dia tidak tahu aturan dan
disiplin."77

"Bangsa Yahudi", tulis Jabotinsky dalam nada yang sama, "adalah bangsa yang
sangat buruk, dibenci para tetangganya, dan sebaliknya... penyelamatannya
hanya terletak pada imigrasi massal ke tanah Israel."78



47
Para pendiri Zionisme telah putus asa dalam memerangi anti-Semitisme dan,
secara paradoks, memandang anti-Semitisme itu sendiri sebagai sekutu, sebab
adanya keinginan yang sama untuk memindahkan orang-orang Yahudi dari
negeri-negeri di mana mereka tinggal. Selangkah demi selangkah, mereka
menggabungkan nilai-nilai kebencian Yahudi dan anti-Semitisme, karena
gerakan Zionis akhirnya memandang anti-Semitisme sebagai para sponsor dan
pelindungnya yang paling bisa diandalkan.

Theodore Herzl mendekati Caunt Von Plehve, penuli tentang penyiksaan dan
pembunuhan terorganisir di Rusia - Pembunuhan berencana Krishinev - dengan
proposisi berikut: "Bantu saya mencapai tanah Palestina lebih cepat dan
pemberontakan melawan kekuasaan Czarist akan berakhir."

Von Plehve setuju, dan dia membiayai gerakan Zionis. Pada masa berikutnya
dia mengeluh kepada Herzl: "Orang-orang Yahudi berggabung dengan partai-
partai revolusioner. Kami bersimpati kepada gerakan Zionis anda selama ia
berupaya melakukan emigrasi Yahudi. Anda tidak harus membenarkan gerakan
itu kepada saya. Anda tengah mengajarkan sesuatu yang berbeda."80

Herzl dan Weizmann menawarkan bantuan untuk menjamin kepentingan-
kepentingan Czarist di Palestina, juga untuk membersihkan Eropa Timur dan
Rusia dari orang-orang Yahudi yang berbahaya dan Bolshevik-subversif."

Seperti yang telah kami sebutkan, tawaran yang sama telah diajukan oleh
orang-orang Zionis kepada sultan Turki (Ottoman), Kaisar Jerman, kepada
Imperialis Perancis dan Inggris.

Zionisme dan Fasisme

Sejarah Zionisme - sebagian besar ditutup-tutupi - adalah menjijikkan.
Mussolini membentuk skuadron-skuadron dari gerakan Pemuda Zionis
Revisionis dan Betar, dengan pakaian hitam untuk meniru kelompok
Fasismenya sendiri. Ketika Menachem Begin menjadi ketua Betar, dia lebih
menyukai pakaian coklat seperti gerombolan Hitler, seragam Begin dan anggota
Betar yang dipakai di setiap pertemuan - di mana mereka saling menyapa dan
membuka serta menutup pertemuan dengan cara perhormatan Fasis.

Simon Petilura adalah seorang Fasis Ukraina yang secara personal mengatur
pembunuhan berencana yang telah membantai 28.000 orang Yahudi dalam 897
pembunuhan terencana secara terpisah. Jabotinsky merundingkan suatu
persekutuan dengan Petilura, dengan mengusulkan sebuah angkatan polisi
Yahudi untuk menyertai pasukan Petilura dalam perjuangan counter--
revolusioner mereka melawan tentara merah dan revolusi Bolshevik - suatu
proses yang melibatkan pembunuhan terhadap kaum petani, pekerja dan para
pendukung intelektual revolusi.

Kerjasama dengan Nazi

Strategi untuk mendapatkan dukungan dari para pembenci Yahudi, Zionis
bekerjasama secara erat dengan gerakan-gerakan dan rejim-rejim yang paling


48
jahat sebagai pelindung militer dan keuangan bagi koloni Zionis di Palestina,
tidak menutup orang Nazi.

Federasi Zionis Jerman mengirim sebuah memorandum dukungan kepada
partai Nazi pada 21 Juni 1933. Isi memo itu menyatakan:

".....sebuah kelahiran kembali kehidupan nasional sebagaimana yang sedang
terjadi pada kehidupan Jerman.... juga harus terjadi pada kelompok nasional
Yahudi."

"Atas dasar negara baru (Nazi) yang telah menetapkan prinsip ras, kami ingin
menyesuaikan masyarakat kami ke dalam struktur total. Sehingga kami, dalam
suasana yang telah ditentukan, juga bisa memperoleh kegiatan yang
menguntungkan bagi tanah air adalah mungkin..."81

Bukannya menentang kebijaksanaan ini, Kongres Organisasi Zionis Dunia, pada
1933 justru mengalahkan sebuah resolusi yang menyerukan menentang Hitler
dengan suara 240 banding 43.

Selama kongres ini, Hitler mengumumkan perjanjian perdagangan dengan Bank
Anglo-Palestina milik WZO (World Zionis Organisation). Dengan demikian
mengakhiri boikot Yahudi terhadap rejim Nazi di saat ekonomi Jerman secara
ekstrim sangat rentan. Saat itu merupakan masa depresi hebat dan masyarakat
ramai-ramai menjual bergebok-gebok Mark Jerman yang tidak ada harganya.
Organisasi Zionis Dunia mengakhiri boikot Yahudi dan menjadi distributor
utama barang-barang Nazi di seluruh Timur Tengah dan Eropa Utara. Mereka
mendirikan Ha'avara, sebuah bank di Palestina yang dimaksudkan untuk
menerima uang dari seluruh barang-barang Nazi yang dibeli dalam jumlah yang
sangat besar.

Merangkul SS

Pada akhirnya orang-orang Zionis membawa Baron Von Mildenstein dari polisi
rahasia Nazi (SS) ke Palestina selama kunjungan enam bulan sebagai dukungan
terhadap Zionisme. Kunjungan ini menghasilkan dua belas laporan oleh Joseph
Goebbels, menteri propaganda Hitler, pada Der Angriff tahun 1934 dengan
memuji Zionisine. Goebbels menata sebuah medali yang ditempeli Swastika
pada satu sisi, dan di sisi lainnya bergambar bintang Daud Zionis.

Pada bulan Mei 1935, Reinhardt Heydrich, kepala SS, menulis sebuah artikel
dimana dia memisahkan orang-orang Yahudi ke dalam dua golongan. Orang
Yahudi yang dia sukai adalah orang Zionis: "Doa dan niatan baik resmi kita
sejalan dengan mereka."82

Pada tahun 1937, milisi Zionis Sosialis Pekerja, Haganah (yang didirikan oleh
Jabotinsky) mengirim seorang agen (Feivel Polkes) ke Berlin yang ditawarkan
sebagai mata-mata bagi SS sebagai ganti bagi pengeluaran kekayaan Yahudi
untuk kolonisasi Zionis. Adolf Eichmann ke Palestina sebagai tamu Haganah.

Feivel Polkes menginformasikan kepada Eichmann: "Kelompok nasionalis
Yahudi sangat gembira dengan kebijaksanaan radikal Jerman, karena kekuatan


49
populasi Yahudi di Palestina akan semakin meningkat dengan kebijaksanaan
tersebut, sehingga pada masa mendatang yang sudah bisa diramalkan, orang-
orang Yahudi mengandalkan keunggulan jumlah populasi atas orang-orang
Arab."83

Daftar dari tindakan kolaborasi Zionis dengan Nazi sangatlah panjang.
Perhitungan apakah dari keinginan luar biasa para pemimpin Zionis untuk
mengkhianati orang-orang Yahudi Eropa? Alasan utama yang dikemukakan
oleh para pembelanya adalah bahwa tindakan-tindakan ini dimaksudkan agar
para pengungsi Yahudi yang menghadapi penyiksaan segera ingin bermukim di
Palestina.

Sebaliknya orang Zionis memandang setiap upaya untuk menyelamatkan
orang-orang Yahudi Eropa menggagalkan tujuan politisnya, sekaligus menjadi
ancaman bagi seluruh gerakannya. Jika orang Yahudi Eropa diselamatkan,
mereka pasti akan pergi ke mana saja, dan operasi penyelamatan tersebut tidak
akan ada artinya bagi tujuan Zionis untuk menaklukkan Palestina.

Mengorbankan Yahudi Eropa

Bukti korelasi tindakan-tindakan kolaborasi dengan Nazi selama tahun 1930an,
Zionis secara aktif mengorganisir untuk menghentikan pengubahan undang-
undang imigrasi Amerika Serikat dan Eropa Barat yang telah digodok untuk
menyediakan perlindungan bagi orang-orang Yahudi Eropa yang tersiksa.

Ben Gurion berbicara pada pertemuan Zionis Pekerja di Inggris Raya tahun
1938: "Seandainya saya mengetahui tindakan apa yang mungkin untuk
menyelamatkan seluruh anak-anak Yahudi di Jerman, membawa mereka ke
Inggris ataukah memindahkan hanya separuh dari mereka ke Erezt Israel, maka
saya memilih alternatif kedua."84

Obsesi untuk melakukan kolonisasi di Palestina dan mengatasi jumlah orang
Arab ini telah mendorong gerakan Zionis menentang setiap upaya
penyelamatan orang Yahudi yang sedang menghadapi pemusnahan, sebab
kekuatan untuk mengalihkan kekuatan manusia agar memilih Palestina akan
terhalang. Dari tahun 1933 sampai 1935, WZO menolak dua pertiga dari seluruh
orang Yahudi Jerman yang mengajukan sertifikat imigrasi.

Berel Katznelson, editor dari Davar Zionis Pekerja, menggambarkan kriteria
kejam Zionisme sebagai berikut:

"Orang-orang Yahudi Jerman terlalu tua untuk melahirkan anak-anak di
Palestina, tidak mampu berdagang untuk membangun sebuah koloni Zionis,
tidak bisa berbicara bahasa Ibrani dan bukan orang-orang Zionis. Sebagai ganti
orang Yahudi yang menghadapi pemusnahan ini, WZO membawa 6.000 anak
muda Zionis terlatih dari Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara aman
lainnya ke Palestina. Yang lebih buruk dari hal ini, WZO bukan saja gagal
mencari alternatif bagi orang Yahudi yang tengah menghadapi holocaus, tetapi
kepemimpinan Zionis menentang secara keras semua usaha penyelamatan dan
perlindungan bagi orang Yahudi yang lari ketakutan itu."



50
Pada akhir tahun 1943, ketika jutaan orang Yahudi sedang dimusnahkan,
Kongres Amerika Serikat mengusulkan membentuk komisi untuk mempelajari
persoalan tersebut, Rabbi Stehen Wise, juru bicara utama Zionisme untuk
Amerika, datang ke Washington untuk bersaksi menentang rencana undang-
undang penyelamatan. Sebab hal ini akan mengalihkan perhatian dari
kolonisasi Palestina.

Pada tahun 1938, dalam kapasitasnya sebagai pemimpin Kongres Yahudi
Amerika, Rabbi Wise menulis surat yang isinya menentang setiap perubahan
dalam undang-undang imigrasi Amerika Serikat, yang memungkinkan orang-
orang Yahudi memperoleh tempat perlindungan. Dia menyatakan:

"Mungkin menarik bagi anda untuk mengetahui bahwa beberapa minggu lalu
para wakil dari seluruh organisasi Yahudi yang terkemuka bertemu dalam
konferensi..... di dalamnya diputuskan bahwa tak satu pun organisasi Yahudi,
pada masa ini, yang boleh mendukung rencana undang-undang yang berusaha
mengubah undang-undang imigrasi Amerika Serikat."85

Mengurangi Tempat Perlindungan

Seluruh pemimpin Zionis telah menyatakan sikapnya yang tegas dalam
menanggapi sebuah mosi yang dilakukan oleh 227 anggota parlemen Inggris
yang mendesak pemerintah untuk menyediakan tempat perlindungan di
wilayah Inggris bagi orang Yahudi yang tersiksa. Upaya kecil yang sudah
dipersiapkan tersebut adalah sebagai berikut:

"Pemerintah yang mulia (ratu) telah mengeluarkan ratusan ijin masuk
Mauritius dan ijin imigrasi lainnya untuk membantu keluarga-keluarga yang
terancam."86

Tetapi bahkan peraturan yang telah diputuskan ini ditentang oleh para
pemimpin Zionis. Dalam pertemuan parlemen pada 27 Januari 1943, ketika
langkah berikutnya sedang diperjuangkan oleh lebih seratus orang anggota
parlemen, seorang juru bicara Zionis mengumumkan bahwa mereka menentang
mosi ini, sebab hal ini tidak memuat persiapan kolonisasi Palestina. Ini
merupakan sikap yang konsisten.

Chaim Weizman, pemimpin Zionis yang telah mengatur deklarasi Balfour dan
menjadi presiden pertama Israel, menjadikan kebijaksanaan Zionisme ini lebih
jelas:

"Harapan dari enam juta orang Yahudi Eropa terpusat pada emigrasi. Saya
pernah ditanya, "Bisakah anda membawa enam juta orang Yahudi ke Palestina?"
Saya jawab, "Tidak.... dari kedalaman tragedi, saya ingin menyelamatkan....
anak-anak muda (untuk dibawa ke Palestina). Orang-orang tua akan mati.
Mereka akan menghadapi nasibnya atau tidak. Mereka adalah debu, debu
ekonomi dan moral di dunia yang kejam..... hanya yang masih muda saja yang
akan bertahan. Mereka harus menerimanya."87

Yitzhak Gruenbaum, ketua komisi yang dibentuk oleh Zionis, secara nominal
menyelidiki kondisi orang-orang Yahudi Eropa, menyatakan:


51
"Ketika mereka datang kepada kami dengan membawa dua rencana -
Penyelamatan Yahudi Eropa atau pembebasan tanah (Palestina) - tanpa
berpikir dua kali, saya memilih pembebasan tanah. Semakin banyak berita
pembunuhan masyarakat kita, maka semakin besar usaha kita untuk
memperkuat dan mendorong Ibranisasi tanah Palestina. Seandainya pada hari
ini ada kemungkinan untuk membeli paket-paket makanan dengan uang dari
karen Hayesod (Tuntutan Yahudi Bersatu) untuk dikirim melalui Lisabon,
apakah kita akan melakukan hal semacam ini? Tidak, sekali lagi tidak!"88

Mengkhianati Perlawanan

Pada bulan Juli 1944, pemimpin Yahudi Rabbi Dov Michael Weissmandel
dalam suratnya yang ditujukan kepada para pejabat Zionis yang bertanggung
jawab atas "organisasi-organisasi penyelamatan", mengusulkan serangkaian
cara untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi yang dijadwalkan akan
dibunuh di Auschwitz. Dia memberikan peta rel-rel kereta api dan mendesak
untuk mengebom jalur-jalur yang dilalui oleh orang-orang Yahudi yang akan
dipindahkan ke Hungaria.

Dia menuntut pengeboman untuk mengepung Auschwitz, untuk menjatuhkan
amunisi bagi 80.000 tawanan, untuk mengirim para ahli sabotase yang akan
menghancurkan seluruh alat pemusnahan. Dengan demikian bisa mencegah
pembantaian 13.000 orang Yahudi setiap hari.

Seandainya sekutu menolak tuntutan terorganisir dan publik oleh organisasi-
organisasi penyelamatan, Weissmandel mengusulkan agar orang Zionis yang
memiliki dana dan organisasi memperoleh pesawat, merekrut para sukarelawan
Yahudi dan melakukan sabotase.

Weissmandel tidak sendirian. Selama akhir tahun tiga puluhan dan empat
puluhan, para juru bicara Yahudi Eropa berteriak meminta bantuan untuk
menyelenggarakan kampanye umum, perlawanan terorganisir, demonstrasi
untuk memaksa pemerintah-pemerintah sekutu - bukan saja hanya ditanggapi
sepi oleh Zionis, tetapi juga disambut dengan sabotase Zionis terhadap upaya
kecil yang ditujukan atau dipersiapkan di Inggris dan Amerika Serikat.

Inilah tangisan pilu Rabbi Weissmandel. Dia menulis kepada pada pemimpin
Zionis pada bulan Juli 1944 meminta dengan sepenuh hati:

"Mengapa sampai sekarang kalian tidak melakukan apa pun? Siapakah yang
bersalah dalam kelalaian yang menakutkan ini? Tidakkah kalian bersalah,
saudara-saudara Yahudi kami, kalian yang memiliki kesempatan baik terbesar
di dunia - kebebasan?"

"Kami mengirim kepada kalian," tulis Rabbi Weissmandel, "pesan khusus ini
untuk memberitahukan kepada kalian bahwa kemarin Jerman mulai
memindahkan orang-orang Yahudi ke Hungaria.... orang Yahudi tersebut akan
dibawa ke Auschwitz untuk dibantai dengan gas sianida. Ini merupakan
rencana Auschwitz dari kemarin sampai akhir."



52
"Dua belas ribu orang Yahudi - pria, wanita dan anak-anak, laki-laki tua, bayi,
orang-orang sehat dan sakit, akan dibuat tidak bisa bernafas setiap hari."

"Dan kalian, saudara-saudara kami di Palestina, di seluruh negeri yang bebas,
dan kalian semua menteri dari seluruh kerajaan, bagaimana kalian membisu
menghadapi pembantaian besar ini?"

"Diam?! Sementara ribuan demi ribuan, yang sekarang mencapai enam juta
orang Yahudi, dibantai. Dan saat ini kalian tetap diam, sedangkan puluhan ribu
sedang dibantai dan menunggu untuk dibunuh? Hati mereka yang hancur
berteriak kepada kalian meminta bantuan sebagaimana mereka meratapi
kekejaman kalian."

"Kalian juga brutal dan pembunuh, sebab dengan darah dingin kalian bersikap
diam terhadap kengerian yang kalian saksikan. Sebab kalian duduk manis
berpangku tangan dan tidak melakukan apa pun, padahal kalian mampu
menghentikan atau menunda pembunuhan orang-orang Yahudi pada jam itu."

"Kalian, saudara kami, anak-anak Israel, apakah kalian waras? Tidakkah kalian
mengetahui neraka di sekitar kami? Untuk siapakah kalian menabung uang?
Para pembunuh! Orang-orang gila! Siapakah sebenarnya yang memberikan
derma? Kalian yang memberikan segelintir uang recehan dari rumah kalian yang
aman, atau kami yang memberikan darah kami ke dalam neraka?"9o
Tidak satu pun pemimpin Zionis mendukung permintaan ini, dan tidak satu
pun rejim-rejim kapitalis Barat mengebom sebuah kamp konsentrasi.

Perjanjian Menentang Yahudi Hungaria

Puncak pengkhianatan Zionis adalah pengorbanan orang Yahudi Hungaria
dalam serangkaian persetujuan antara gerakan Zionis dan Jerman-Nazi yang
untuk pertama kali diketahui pada tahun 1953. Dr. Rudolph Kastner dari
Komite Penyelamatan perwakilan Yahudi di Budapest menandatangani
perjanjian rahasia dengan Adolf Eichmann untuk "menyelesaikan persoalan
Yahudi" di Hungaria. Hal ini terjadi pada tahun 1944. Perjanjian tersebut telah
menentukan nasib 800.000 orang Yahudi.

Pada akhirnya diketahui bahwa Kastner berada di bawah perintah para
pemimpin Zionis di luar negeri ketika dia membuat kesepakatannya dengan
Eichmann. Kesepakatan tersebut mendesakkan penyelamatan enam ratus orang
Yahudi terkemuka dengan syarat bahwa sikap diam harus dijaga terhadap nasib
masyarakat Yahudi Hungaria.

Ketika seorang yang selamat, Malchiel Greenwald, mengungkap perjanjian
tersebut dan menegaskan Kastner sebagai seorang kolaborator Nazi yang
"tindakan-tindakannya di Budapest telah mengorbankan nyawa ratusan ribu
orang Yahudi",91 Greenwald dituntut oleh pemerintah Israel, yang para -
pemimpinnya telah menyusun syarat-syarat perjanjian tersebut.

Pengadilan Israel akhirnya menyimpulkan sebagai berikut:



53
"Pengorbanan mayoritas orang Yahudi, dalam rangka menyelamatkan orang
Yahudi terkemuka merupakan unsur dasar dalam persetujuan antara Kastner
dan orang-orang Nazi. Persetujuan ini menetapkan pembagian bangsa (Yahudi)
ke dalam dua kamp yang tidak setara, sebuah bagian kecil yang terdiri dari
orang-orang terkemuka, yang dijanjikan oleh orang-orang Nazi kepada Kastner
untuk diselamatkan. Di satu sisi dan sebagian besar orang-orang Yahudi
Hungaria yang dirancang untuk dibunuh oleh orang-orang Nazi. "92

Pengadilan menyatakan bahwa kondisi imperatif dari perjanjian ini adalah
bahwa Kastner maupun para pemimpin Zionis tidak akan campur tangan
dalam tindakan Nazi terhadap orang-orang Yahudi. Para pemimpin ini tidak
saja menghindari untuk ikut campur, tetapi mereka setuju bahwa mereka tidak
akan, dalam kata-kata pengadilan Israel, mencegah mereka dalam pemusnahan."

"Kolaborasi antara Komite Penyelamatan perwakilan Yahudi dan para
pemusnah telah diperkuat di Budapest dan Wienna. Tugas-tugas Kastner
merupakan bagian dan kiriman dari SS. Selain departemen pemusnahan dan
departemen penjarahan, SS Nazi juga membuka departemen penyelamatan
yang diketuai oleh Kastner."93

Menyelamatkan Orang Nazi, bukan Orang Yahudi

Tidaklah mengejutkan jika terungkap bahwa Kastner ikut campur
penyelamatan Jenderal SS Kurt Becher dari pengadilan penjahat perang. Becher
adalah seorang perunding terkemuka dalam perjanjian dengan orang-orang
Zionis pada 1944. Dia juga seorang Mayor SS di Polandia, anggota korp
kematian yang setiap hari tugasnya membunuhi orang-orang Yahudi". Becher
menyebut dirinya sendiri sebagai penjagal orang Yahudi di Rusia dan
Polandia.94 Dia diangkat sebagai komisaris dari seluruh kamp konsentrasi
Nazi oleh Heinrich Himmler.

Apa yang terjadi dengannya? Dia menjadi presiden di banyak perusahan dan
mengepalai penjualan gandum ke Israel. Perusahaannya, The Cologne Handel
Gesellschaft, melakukan usaha bisnis besar dengan pemerintah Israel.

Perjanjian Militer Dengan Nazisme

Pada 11 Januari 1941, Abraham Stern mengusulkan perjanjian militer dengan
organisasi militer nasional (NMO), dimana Yitzhak Shamir adalah pemimpin
terkemukanya dan menjadi Nazi Third Reich (pemerintahan ketiga Nazi).
Usulan ini dikenal sebagai dokumen Ankara, ditemukan setelah perang pada
file-file kedutaan Jerman di Turki. Dokumen ini mengajukan:

"Evaluasi massa Yahudi Eropa merupakan pra-syarat bagi pemecahan persoalan
Yahudi. Tetapi hal ini hanya bisa dimungkinkan dan sempurna melalui
pemukiman massa di rumah Yahudi, Palestina, dan melalui pendirian sebuah
negara Yahudi dengan batas-batas sesuai dengan sejarahnya..."



54
"Organisasi Militer Nasional yang mengenal baik akan niat baik pemerintah
Nazi Jerman dan para penguasanya terhadap aktifitas Zionis di dalam negara
Jerman, dan terhadap rencana emigrasi Zionis, berpendapat bahwa

1. Kepentingan bersama bisa berdampingan antara pembentukan suatu tatanan
baru di Eropa sesuai dengan konsep Jerman, dan cita-cita nasional bangsa
Yahudi sebagaimana yang diwujudkan oleh NMO (Organisasi Militer
Nasional).

2. Kerjasama antara Jerman baru dan kebangkitan kekuatan Ibrani nasional-
kerakyatan adalah mungkin, dan

3. Pembentukan negara Yahudi berdasarkan kepada dasar nasional dan
totalitarian, dan diikat oleh perjanjian dengan pemerintah Jerman, akan
menjadi kepentingan dalam menjaga serta memperkuat posisi kekuatan Jerman
di Timur Dekat di masa mendatang.

"Berdasarkan pertimbangan ini, NMO di Palestina, dengan syarat bahwa
aspirasi nasional yang disebutkan di atas, tentang gerakan pembebasan Israel
diakui oleh pihak pemerintah Jerman, menawarkan untuk secara aktif ambil
bagian dalam perang di pihak Jerman."95

Pengkhianatan Zionisme

Pengkhianatan Zionisme terhadap para korban Holocaus merupakan puncak
dari usaha mereka untuk menyamakan kepentingan Yahudi dengan tatanan
yang ada (tatanan Jerman). Pada saat ini orang-orang Zionis menggabungkan
negara mereka dengan tangan imperialis Amerika Serikat - dari kesatuan--
kesatuan kematian Amerika Latin untuk melaksanakan operasi CIA di empat
benua.

Sejarah yang menjijikkan ini berakar pada kebejatan moral pendiri Zionisme,
yang menolak kemungkinan mengatasi anti-Semitisme melalui perjuangan
rakyat dan revolusi sosial Moses Hess, Theodore Herzl dan Chaim Weizmann
telah memilih barikade-barikade dari pihak yang salah - berupa kekuasaan
negara, dominasi kelas dan kekuasaan eksploitatif. Mereka mengajukan suatu
ketimpangan yang terkenal antara pembebasan dari penyiksaan dan keharusan
perubahan sosial. Mereka memahami sepenuhnya bahwa penggunaan anti-
Semitisme dan penyiksaan orang-orang Yahudi merupakan kerja dari kelas
penguasa yang sama, di mana dari kerja biadab inilah mereka berusaha meraup
keuntungan.

Dalam mencari dukungan bagi anti-Semitisme itu, mereka mengungkapkan
beberapa motif: Pemujaan terhadap kekuasaan dan dengannya mereka
menggabungkan kekuatan; Suatu keinginan untuk mengakhiri kelemahan dan
kerentanan orang-orang Yahudi, untuk menghentikan posisi sebagai orang-
orang luar secara langgeng.

Cara pandang ini merupakan langkah pendek untuk menggabungkan nilai dan
gagasan dari para pembenci orang Yahudi itu sendiri. Orang-orang Yahudi, tulis
para Zionis, sungguh tidak disiplin, subversif, penyeleweng, mereka layak


55
memperoleh kecaman. Orang Zionis tanpa rasa malu telah menyediakan bahan
bagi kebenaran Yahudi rasis. Dengan memuja kekuasaan, mereka menarik
keinginan anti-semitik dari Von Plehves dan orang Himmler untuk
membersihkan masyarakat yang telah lama menjadi korban, sebuah bangsa
yang memenuhi daftar gerakan-gerakan revolusioner dan yang penderitaannya
mendorong para pemikirnya kepada kematangan intelektual yang bersifat
opensif terhadap nilai-nilai yang mapan.

Rahasia kotor Zionis adalah bahwa mereka merasa terancam oleh orang Yahudi
itu sendiri. Membela orang Yahudi dari penyiksaan berarti mengorganisir
perlawanan terhadap rejim-rejim yang menghancurkan mereka. Tetapi rejim ini
telah menjelma dalam tatanan imperial yang hanya terdiri dari kekuatan sosial
yang ingin atau mampu memaksakan koloni pemukim pada bangsa Palestina.
Dari sinilah orang-orang Zionis memerlukan penyiksaan terhadap orang
Yahudi agar mau menjadi para pemukim di tempat yang jauh, dan mereka
membutuhkan para penyiksa untuk mendukung upaya tersebut.

Tetapi Yahudi Eropa tidak pernah memperlihatkan keinginan untuk pindah ke
Palestina. Zionisme tetap menjadi gerakan pinggiran di kalangan orang Yahudi
yang ingin hidup di negeri-negcri tempat kelahiran mereka dan tetap serta
bebas dari diskriminasi, atau untuk meloloskan diri dari penyiksaan dengan
beremigrasi ke negara-negara demokrasi borjuis yang dipandang lebih bersikap
toleran.

Oleh sebab itu Zionisme tidak pernah mampu menjawab kebutuhan atau
aspirasi orang-orang Yahudi. Momen kebenaran tersebut datang ketika
penyiksaan telah mengarah kepada pemusnahan fisik. Dengan meletakkan ujian
puncak dan satu-satunya hubungan sejati mereka dengan kelangsungan hidup
orang-orang Yahudi, Zionis bukan hanya telah gagal memimpin perlawanan
atau membela orang Yahudi, tetapi mereka juga secara aktif melakukan
sabotase terhadap setiap usaha orang Yahudi untuk memboikot ekonomi Nazi.
Sejak saat itu, mereka bahkan berusaha mendukung pembantaian massal
Yahudi, bukan saja karena pemerintah Nazi Jerman tampak sangat kuat untuk
memaksakan suatu koloni Zionis, tetapi juga karena praktek Nazi sejalan
dengan pandangan Zionis.

Terdapat landasan yang sama antara Nazi dan Zionis, bukan hanya dinyatakan
dalam proposal organisasi militer nasional pimpinan Shamir untuk membentuk
sebuah negara di Palestina berdasar landasan totaliterian-nasional.

Dalam karya terakhirnya, Front Perang Yahudi, Vladimir Jabotinsky menulis
rencananya bagi bangsa Palestina:

"Karena kita memiliki wewenang moral yang besar bagi penggambaran
pengusiran orang Arab secara tenang, kita tidak perlu memandang pemindahan
900.000 orang Arab dengan perasaan malu. Yang mulia Hitler akhir-akhir ini
telah memperkuat popularitas pemindahan populasi."96

Pernyataan menyolok Jabotinsky pada Front Perang Yahudi tersebut
menggabungkan pemikiran Zionis dan kebejatan moralnya. Penjagalan Yahudi
telah memberikan "wewenang moral yang besar" kepada Zionisme - Untuk apa?


56
"Untuk secara tenang-tenang menggambarkan pengusiran orang Arab".
Pelajaran dari penghancuran Nazi terhadap Yahudi adalah bahwa sekarang
dibolehkan bagi Zionis untuk menyengsarakan seluruh penduduk Palestina.

Tujuh tahun kemudian, Zionis yang meniru Nazi, yang dukungannya mereka
upayakan dan kadang-kadang telah mereka terima, dan mereka menutupi
orang-orang Palestina yang bersimbah darah di dalam reruntuhan desa-desa
mereka sebagaimana yang dilakukan Nazi di Cekoslowakia (Lidices)97, dan
mengusir 800.000 orang ke dalam pengasingan.

Zionis mendekati Nazi dengan semangat yang sama sebagaimana yang
dilakukan Von Plehve, dengan bertindak di atas pandangan yang keliru bahwa
kebencian terhadp Yahudi adalah berguna. Tujuan mereka bukan untuk
menyelamatkan, tetapi memaksakan ketetapan dari segelintir orang-orang
pilihan - sementara sisanya diserahkan kepada nasibnya yang mengenaskan.

Zionisme mengusahakan lembaga-lembaga yang dengannya bisa menjajah
Palestina, dan lebih menyukai mayat-mayat jutaan Yahudi daripada
menyelamatkan mereka yang mungkin bisa membuat Yahudi bermukim
dimana saja.

Seandainya suatu bangsa bisa memahami makna penyiksaan, kepedihan sebagai
pengungsi secara langgeng dan penghinaan, pastilah mereka adalah orang-
orang Yahudi.

Sebagai ganti rasa belas kasih, Zionis merayakan penyiksaan terhadap orang
lain, seperti ketika mereka untuk pertama kali mengkhianati orang-orang
Yahudi dan kemudian merendahkan serta memilih mereka sebagai korban
untuk memaksakan rencana penaklukannya. Mereka mensejajarkan orang
Yahudi yang masih bertahan hidup dengan suatu genocide baru terhadap
bangsa Palestina, mengenakan pada diri mereka sendiri jubah kebiadaban dan
membungkus dirinya dengan kafan kolektif Holocaus.

MITOS KEAMANAN

"Keamanan" digunakan sebagai dalih untuk menutupi pembantaian massal
terhadap penduduk sipil di seluruh Palestina dan Lebanon, untuk merampas
tanah bangsa Palestina dan Arab, untuk ekspansi ke wilayah sekitarnya dan
mendirikan pemukiman baru, untuk memindahkan serta menyiksa para
tawanan politik.

Penerbitan Buku Harian Pribadi Moshe Sharett (Yoman Ishi, Maariv, Tel Aviv, 1979)
menghancurkan mitos keamanan sebagai kekuatan penggerak dari
kebijaksanaan Israel. Moshe Sharett adalah mantan perdana menteri Israel
tahun 1954-1955, direktur departemen politik perwakilan Yahudi dan menteri
luar negeri (1948-1956).

Dengan bahasa lugas, catatan harian Moshe Sharett mengungkapkan bahwa
kepemimpinan politik dan militer Israel tidak pernah takut terhadap suatu
bahaya Arab bagi Israel. Mereka berusaha melakukan manuver dan memaksa
negara-negara Arab masuk dalam konfrontasi militer dimana Zionis merasa


57
yakin secara pasti dapat memenangkan konfrontasi tersebut. Sehingga Israel
bisa menggoyahkan rejim-rejim Arab dan melakukan pendudukan yang
terencana terhadap wilayah lainnya.

Sharett menggambarkan motif yang mengatur provokasi militer Israel:

"Untuk mengakibatkan keruntuhan semua... klaim bangsa Palestina atas
Palestina melalui pengusiran para pengungsi Palestina ke sudut-sudut dunia
yang jauh."98

Sharett mengutip pertemuan-pertemuan kabinet, surat-surat penting dan
catatan keputusan yang mempersiapkan berbagai perang "untuk mengubah
keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut secara radikal, dan menjadikan
Israel sebagai kekuatan besar di Timur Tengah."100

Sharett mengungkapkan bahwa jauh dari reaksi Israel terhadap nasionalisasi
Terusan Suez yang dilakukan Nasser bagi peperangannya pada Oktober 1956,
sebenarnya Israel telah mempersiapkan perang ini dan telah menjadi agenda
mereka sejak musim gugur 1953, setahun sebelum Nasser berkuasa. Sharett
menceritakan bagaimana kabinet Israel menyetujui agar kondisi-kondisi
internasional bagi perang ini telah matang dalam waktu tiga tahun. Tujuan
eksplisitnya adalah "penguasaan wilayah Gaza dan Sinai."

Sebuah jadwal waktu bagi penaklukan telah diputuskan pada tataran militer
dan politik tertinggi. Pendudukan Gaza dan Tepi Barat telah dipersiapkan
sejak awal tahun 1950an. Pada tahun 1954, David Ben Gurion dan Moshe Dayan
mengembangkan rencana rinci untuk menyulut konflik internal Lebanon
sebagai langkah pemecahbelahan Lebanon. Rencana ini enam belas tahun
sebelum kehadiran plitik bangsa Palestina secara terorganisir sebagai akibat
pengusiran dari Yordan pada 1970, ketika raja Hussein membunuh orang-orang
Palestina dalam peristiwa yang dikenal "black September".

Sharett menggambarkan "penggunaan teror den agresi untuk melakukan
provokasi" dalam rangka memudahkan penaklukan:

"Saya telah merenungkan rangkaian panjang berupa insiden-insiden dan
permusuhan-permusuhan palsu yang telah kami ciptakan, dan banyak
benturan militer yang kami sulut yang telah menumpahkan begitu banyak
darah, dan pelanggaran hukum oleh orang-orang kami - semuanya telah
mengakibatkan malapetaka besar dan menentukan seluruh jalannya
peristiwa."101

Sharett menceritakan bagaimana pada 11 Oktober 1953, presiden Israel Ben Zvi
"sebagaimana biasanya mengangkat pertanyaan-pernyataan menggugah seperti
kesempatan kita untuk menduduki Sinai, dan betapa menyenangkan
seandainya Mesir memulai serangan sehingga kita bisa menyusulnya dengan
melakukan invasi ke Gurun tersebut".102

Pada 26 Oktober 1953, Sharett menulis:



58
"1). Pasukan Israel memandang perbatasan dengan Yordan yang ada sekarang
sebagai sesuatu yang tidak bisa diterima secara mutlak. 2). Pasukan telah
merencanakan perang untuk menduduki seluruh Erezt Israel."103

Pada 31 Januari 1954, Dayan mengajukan rencana perang, yang diungkapkan
oleh Sharett:

"Kita harus masuk ke Syria secara militer dan mewujudkan serangkaian fait-
accompli. Kesimpulan yang menarik dari seluruh pandangan ini adalah tujuan
akhir yang dipikirkan oleh kepala staf angkatan bersenjata."104

Mencaplok Lebanon

Pada bulan Mei 1954, Ben Gurion dan Moshe Dayan merumuskan sebuah
rencana perang untuk mencaplok Lebanon:

"Menurut Dayan, satu-satunya hal penting adalah menemukan seorang perwira,
meskipun hanya seorang mayor. Kita harus... membelinya... untuk membuatnya
setuju agar menyatakan dirinya sebagai penyelamat masyarakat maronite."

"Kemudian pasukan Israel akan memasuki Lebanon, menduduki wilayah
penting dan menciptakan rejim Kristen yang akan bersekutu dengan Israel.
Wilayah dari Litani ke selatan secara menyeluruh akan dicaplok oleh Israel dan
segala sesuatunya akan beres."

"Jika kita menerima saran dari kepala staf, kita akan melakukannya besok tanpa
harus menunggu sinyal dari Baghdad." 105

Tetapi dua belas hari kemudian, Dayan telah bergerak ke gigi yang lebih tinggi
bagi invasi yang telah direncanakan, pendudukan dan pengosongan Lebanon:

"Kepala staf mendukung rencana untuk menyewa seorang perwira Lebanon
yang setuju untuk berperan sebagai boneka, sehingga pasukan Israel akan
tampak sebagai menanggapi permintaan "untuk membebaskan Lebanon dari
para penindas Muslimnya."106
Oleh sebab itulah seluruh skenario perang 1982 di Lebanon telah ditetapkan
dua puluh delapan tahun sebelumnya, sebelum berdirinya PLO.

Sharett yang menentang aksi pada awalnya, menceritakan bagaimana invasi
Lebanon tersebut ditunda.

Lampu Hijau dari CIA

CIA memberi lampu hijau kepada Israel untuk menyerang Mesir. Tenaga
pejabat Israel secara menyeluruh terserap oleh persiapan perang yang akan
terjadi secara tepat satu tahun kemudian.107

Hubungan yang sebenarnya antara Israel dengan gerakan nasional Arab, oleh
Sharett ditempatkan dalam konteks yang jelas bagi dominasi global Amerika
Serikat, di mana ekspansi Zionis merupakan komponen mendasar:



59
"....... Kita memiliki tangan bebas dan Tuhan akan memberkati jika kita
bertindak secara berani..... Sekarang..... Amerika Serikat tertarik untuk
menjatuhkan rejim Nasser...... Tetapi pada saat ini ia tidak berani menggunakan
cara-cara yang dipakai untuk menjatuhkan pemerintahan kiri Jacobo Arbenz di
Guatemala (1954) dan Mossadegh di Iran (1953).... Amerika lebih menyukai
pekerjaannya dilakukan oleh Israel."

"...... Jenderal Isser mengusulkan secara serius dan mendesak.... agar kita
melaksanakan rencana menduduki Jalur Gaza saat ini juga.... Sistem
pertahanannya memerlukan penguasaan jalur tersebut. Untuk tujuan ini
semata adalah layak menghadapi persoalan pengungsi yang berharga."108

Moshe Sharett telah meramalkan gelombang penjagalan lainnya, yang dalam
kenyataannya, benar-benar terjadi. Pada 17 Pebruari 1955, dia menulis:

"...... Kita berteriak atas isolasi dan bahaya bagi keamanan kita, kita
memprakarsai agresi dan membeberkan diri kita sebagai sosok yang haus darah
dan ingin melakukan pembantaian massal."109

Ben Gurion dan Dayan mengusulkan agar Israel menciptakan dalih untuk
mencaplok jalur Gaza. Penilaian Sharett sendiri pada 27 Maret 1955 bersifat
ramalan.

"Kita asumsikan bahwa terdapat 200.000 orang Arab di jalur Gaza. Kita
asumsikan bahwa separuhnya akan lari atau dibuat lari ke bukit-bukit Hebron.
Secara jelas, mereka akan lari tanpa membawa apa pun dan segera setelah itu
mereka akan tinggal di lingkungan yang tidak berubah, mereka akan kembali
menjadi tuna wisma dan pembuat kerusuhan. Adalah mudah untuk
membayangkan kemarahan, kebencian dan kepahitan hidup mereka.

"..... Dan kita akan memiliki 100.000 dari mereka di jalur Gaza, dan mudah
untuk membayangkan cara-cara apa yang akan kita gunakan untuk
menindasnya, dan jenis tajuk-tajuk pres internasional yang akan kita terima.
Putaran pertama pastilah: Israel secara agresif menjarah Jalur Gaza. Kedua: lagi-
lagi Israel menyebabkan pelarian massa pengungsi Arab yang mengerikan.
Kebencian mereka akan kembali dikobarkan oleh kekejaman kita yang akan
menyebabkan mereka menderita selama masa pendudukan."110

Satu tahun kemudian, pasukan Dayan menduduki Jalur Gaza, Sinai, Selat Tiran
dan tentara tersebut disebar di sepanjang Terusan Suez.

Dari Herzl sampai Dayan

Rencana yang diungkapkan oleh Moshe Sharett tidak berasal dari David ben
Gurion atau Moshe Dayan. Pada 1904, Theodor Herzl menggambarkan wilayah
di mana gerakan Zionis mengklaim seluruh tanah "dari hulu Mesir sampai
Efrat."111

Wilayah tersebut mencakup seluruh Lebanon dan Yordan, dua pertiga Syria,
separuh Irak, sebuah jalur di Turki, separuh Kuwait, sepertiga Saudi Arabia,
Sinai dan Mesir, termasuk Port Said, Iskandaria dan Kairo.


60
Dalam kesaksiannya di depan komisi khusus penyelidikan PBB yang sedang
mempersiapkan pemisahan Palestina (9 Juli 1947), Rabbi Fischmann, wakil
resmi dari perwakilan Yahudi mengulang-ulang klaim Herzl:

"Tanah yang dijanjikan tersebut meluas dari sungai Mesir sampai ke Efrat.
Wilayah ini meliputi bagian Syria dan Lebanon."' 112

BLITZKRIEG DAN PENJAGALAN

Rencana Zionis terhadap Lebanon mendahului pembentukan negara Israel.
Pada tahun 1918, Inggris diberitahu tentang klaim Zionis terhadap Lebanon
sampai atau termasuk sungai Litani. Rencana Inggris pada tahun 1920 untuk
menetapkan sungai Litani sebagai batas negara Yahudi akhirnya diubah sebagai
tanggapan atas keberatan Perancis.

Pada 1936 Zionis menawarkan untuk membantu kekuasaan Maronite di
Lebanon. Patriach Maronite kemudian memberi kesaksian kepada komisi Peel
mendukung adanya negara Zionis di Palestina. Pada 1937, Ben Gurion
membicarakan rencana Zionis tentang Lebanon kepada Partai Pekerja Zionis
Zionis yang sedang mengadakan rapat di Zurich.

"Mereka adalah sekutu alamiah bagi tanah Israel. Kedekatan Lebanon akan
semakin memperkuat sekutu-sekutu kita yang loyal, begitu negara Yahudi
diciptakan dan akan memberikan kemungkinan kepada kita untuk melakukan
ekspansi...."113

Pada 1948, Israel menduduki wilayah Lebanon sampai Litani, tetapi setahun
kemudian menarik diri di bawah tekanan internasional. Sharett melaporkan
jadwal waktu yang dibuat Ben Gurion pada 1954 untuk mempengaruhi
kelompok Maronite memecah belah Lebanon:

"Inilah tugas sentral saat ini.... Kita harus menanamkan waktu dan tenaga
untuk menghasilkan perubahan fundamental di Lebanon. Dolar seharusnya
tidak perlu disisakan.... Kita tidak akan termaafkan jika kita kehilangan
kesempatan bersejarah ini."114

Invasi ke Lebanon pada 1982 menyusul serangkaian serangan dan invasi pada
1968, 1976, 1978 dan 1981. Rencana untuk memecah belah Lebanon sekarang
digabungkan dengan tujuan utama untuk memporak-porandakan penduduk
Palestina di Lebanon melalui pembantaian yang disusul dengan pengusiran.

Invasi tersebut direncanakan bersama pemerintah Amerika Serikat. Kelompok
Maronite merupakan bagian dari proyek tersebut: "Ketika Amin Gemayel
mengunjungi Washington sebelum datangnya musim gugur, dia ditanya oleh
seorang pejabat Amerika kapan invasi tersebut dilaksanakan."115

Pada waktu berikutnya, ketika menteri pertahanan Ariel Sharon mengunjungi
Washington, "menteri luar negeri, Alexander Haig, memberikan lampu hijau
atas invasi tersebut."116



61
Invasi ke Lebanon dilancarkan di bawah rubrik "Perdamaian di Galilea". Sebuah
ironi yang kejam. Penduduk asli Galilea telah tinggal di sana selama satu
milenium (seribu tahun) dan kemudian mereka diusir dengan cara
pembantaian pada 1948. Mereka bermukim di dekat Sidon dengan mendirikan
kemah-kemah di sebuah kamp pengungsi yang mereka sebut Ain el Helweh
(Mata Air yang manis).

Kamp tersebut diorganisir di kawasan yang sesuai dengan komunitas Galilea
darimana mereka berasal. Sebuah miniatur Galilea, daerahnya menyerupai desa-
desa dari tanah air di kota tenda diaspora yang bernama Ain el Helweh.

Pada 1952, mereka diperbolehkan mengubah tenda-tenda tersebut menjadi
bangunan permanen dan pada tahun 1988, jumlah mereka sebanyak 80.000
orang, sebuah kamp terbesar bangsa Palestina di Lebanon.

Pada hari Senin, 6 Juni 1982, pada jam 5.30, pengeboman udara hebat menandai
dimulainya invasi. Pasukan Israel menjadikan Ain el Helweh sebagai peta
sasaran, dengan menggunakan pola pengeboman merata pada serangkaian
kawasan. Kawasan pertama menjadi sasaran pengeboman merata, kemudian
kawasan berikutnya. Secara teratur dan tanpa henti, pengeboman setiap
kawasan terus berlangsung sampai rata dengan tanah. Pengeboman itu terus
berlanjut selama sepuluh hari, siang dan malam. Bom-bom Cluster*, bom-bom
syaraf, bom-bom pembakar dengan kekuatan tinggi dan bom-bom fospor putih
dipergunakan.

Serangan ini disusul pengeboman lainnya selama sepuluh hari dari laut dan
udara. Kemudian buldoser-buldoser didatangkan oleh tentara Israel untuk
merobohkan segala yang masih berdiri. Lubang-lubang perlindungan ditimbun,
mengubur manusia hidup-hidup, anggota-anggota keluarganya yang cemas dan
ketakutan mengerumuni buldoser-buldoser tersebut. Para pekerja kesehatan
Norwegia yang bertahan hidup, melaporkan:

"Bau busuk menyebar seperti bau mayat-mayat ada di mana saja. Segala sesuatu
telah musnah."117

Dari 500.000 Menjadi 50.000

Invasi ke Lebanon pada musim panas 1982 tersebut bertujuan untuk
memporak-porandakan seluruh penduduk Palestina melalui pembantaian dan
teror.

Sebelum invasi ke Lebanon pada 1982, Ariel Sharon dan Bashir Gemayel
menyatakan pada kesempatan terpisah bahwa mereka akan mengurangi jumlah
orang Palestina di Lebanon dari 500.000 menjadi 50.000 orang. Ketika invasi
tersebut terungkap, rencana ini mulai muncul pada halaman-halaman surat
kabar Israel dan Barat. Pada 26 September 1982, Ha'aretz memberitakan:

"Tujuan jangka panjang yang dimaksudkan untuk mengusir seluruh orang
Palestina di Lebanon dimulai dari Beirut. Tujuan tersebut untuk menciptakan
kepanikan agar meyakinkan seluruh orang Palestina di Lebanon bahwa mereka
tidak lagi aman di negeri tersebut."


62
Pada hari yang sama harian Sunday Times London melaporkan:

"Operasi militer yang telah direncanakan secara seksama untuk membersihkan
kamp-kamp pengungsi disebut dengan nama Moah-Barzel atau Otak Besi, rencana
itu sangat dikenal oleh Sharon dan Begin, dan pada 17 Juli bagian dari rencana
Sharon yang lebih besar dibahas oleh kabinet."
Bashir Gemayel menjadi berani karena Blitzkrieg (penghancuran) Israel
menyapu seluruh Lebanon. "Orang Palestina," katanya, "adalah sebuah bangsa
yang terlalu banyak. Kami tidak akan berhenti sampai setiap orang Lebanon
sejati telah membunuh sedikitnya satu orang Palestina."118

Seorang dokter angkatan bersenjata Lebanon yang terkemuka mengatakan
kepada kesatuannya: "Sebentar lagi tidak akan ada lagi satu orang pun Palestina
di Lebanon. Mereka adalah bakteri yang harus dimusnahkan."119

Pembantaian Sabra dan Shatila

Pembantaian-pembantaian biadab atau penjagalan orang-orang tidak berdosa
yang menelan Deir Yasin, Dueima, Kibya dan Kfar Qasim terjadi ketika
Palestina dikosongkan dari penduduknya dari tahun 1947 sampai tahun 1950an.

Laporan media Barat dan Israel menjadikan tujuan mematikan invasi Israel
tersebut sangat tepat:

"Dengan izin Sharon, tentara Israel dua minggu lalu merencanakan
memasukkan kekuatan Lebanon ke dalam kamp-kamp pengungsi Palestina,"
tulis majalah Time.

Selanjutnya pada artikel yang sama, menjadi jelas bahwa tindakan ini telah
direncanakan jauh sebelumnya:

"Para perwira tinggi Israel beberapa bulan yang lalu merencanakan mendaftar
kekuatan bersenjata Lebanon, yang terdiri dari milisi-milisi Kristen gabungan
yang dikepalai oleh Bashir Gemayel, untuk memasuki kamp-kamp pengungsi
Palestina, begitu pengepungan Israel terhadap Beirut barat telah tuntas.

"Pada berbagai kesempatan Gemayel menceritakan kepada para perwira Israel
bahwa ia akan menyapu kamp-kamp tersebut dan meratakannya menjadi
lapangan tenis. Rencana ini sesuai dengan pemikiran Israel. Kekuatan milisi
Kristen yang diketahui telah memasuki kamp-kamp tersebut telah dilatih oleh
tentara Israel."120

Pers Israel juga menyatakan dengan terang-terangan dalam laporan-laporannya
tentang rencana Israel. Pada 15 September, Ha'aretz mengutip pernyataan
kepala staf jenderal Raphael Eitan: "Seluruh tempat kamp Palestina dikepung
dan dikunci secara sangat rapat."

The New York Times mendukung penilaian majalah Time:



63
"Sharon menceritakan kepada Knesset bahwa kepala staf umum dan panglima
Phalangis bertemu dua kali dengan jenderal-jenderal tinggi Israel pada 15
September dan membahas rencana penyerangan kamp-kamp pengungsi yang
benar-benar mereka lakukan pada sore hari berikutnya."121

Milisi Pembunuh

Dua bulan sebelum pembantaian Sabra dan Shatila, barangkali penilaian yang
paling menyolok muncul pada harian Jerusalem Post. Sebuah wawancara
panjang dengan mayor Etienne Saqr (nama samaran Abu Arz) diterbitkan.
Mayor Saqr adalah pemimpin beberapa ribu milisi sayap kanan yang kuat, "Para
Pengawal Cedar."

Jerusalem Post mengungkapkan bahwa mayor Saqr "akan pergi ke Amerika
Serikat untuk mengemukakan keyakinan dan solusinya" di depan orang-orang
Amerika. "Sejak 1975, dia telah menyebarkan solusi Israel.... dan Israel
mendukungnya dalam setiap cara material yang memungkinkan."122

Pernyataan mayor Saqr sendiri telah membayangi peristiwa yang pada masa
berikutnya mengejutkan dunia di kamp-kamp pengungsi Palestina di Sabra dan
Shatila:

"Orang-orang Palestina itulah yang harus kami bereskan. Sepuluh tahun yang
lalu terdapat 84.000 orang; Sekarang telah menjadi 600.000 orang; Dalam enam
tahun mendatang akan menjadi 2.000.000. Kami tidak bisa membiarkan hal itu
terjadi."

Ketika ditanya oleh Jerusalem Post: "Apa solusi anda?" Mayor Saqr menjawab:
"Sangat sederhana. Kami akan mengusir mereka ke perbatasan Syria "yang
bersaudara"..... Setiap orang yang melihat ke belakang, berhenti atau kembali
akan ditembak di tempat itu juga. Kami memiliki hak moral, diperkuat oleh
rencana hubungan publik yang terorganisir dengan baik dan persiapan--
persiapan politis."

"Apakah anda," tanya Jerusalem Post, "mampu melaksanakan ancaman ini?" (Dia
melotot tanpa berkedip) "Tentu kami mampu. Dan kami pasti melakukannya."

Mayor Saqr telah berperan besar pada pembantaian orang Palestina tahun 1976
di kamp pengungsi Tal al Zaatar.

Setelah pembantaian Sabra dan Shatilah, mayor Saqr kembali ke Jerusalem
untuk melakukan konferensi pers dimana dia bertanggung jawab atas
pembantaian tersebut dengan tentara Israel: "Tidak seorang pun berhak
mengecam kami, kami telah melaksanakan tugas, tanggung jawab suci
kami."123

Dia meninggalkan konferensi pers - dia merasa terhormat atas pembantaian
tersebut - untuk bertemu dengan perdana menteri Menachem Begin.



64
Mayor Saqr kembali muncul, sekarang berbasis di markas besar komando Israel
di komplek Suraya di Sidon, dekat Ain el Helweh. Milisinya membagi-bagikan
selebaran di seluruh Sidon yang berbunyi:

"Baksil hanya hidup di tempat yang busuk. Marilah kita cegah pembusukan itu
merembes ke dalam masyarakat. Marilah kita melanjutkan kerja penghancuran
benteng-benteng terakhir orang Palestina, dan memusnahkan apa saja yang
masih hidup pada ular berbisa ini."
Mayor Saqr bekerjasama secara erat dengan kepala intelejen yang terkenal
untuk milisi Bashir Gemayel, Elie Hobeika, yang dikenal sebagai orangnya CIA
di Beirut.

Jonathan Randal dari Washington Post mengutip pernyataan Hobeika di
Beirut. Pernyataan ini merujuk kepada "salah satu dari para pembunuh".
Pernyataan ini mengulang kembali kata-kata mayor Saqr di Jerusalem.

"Tembak mereka di tempat, tembak mawar merah dan biru. Jagal mereka di
keremangan malam. Jalan satu-satunya anda untuk menemukan berapa banyak
orang Palestina yang telah kami bunuh adalah jika mereka pernah membangun
sebuah jalan bawah tanah di Beirut.... satu atau dua pembantaian massal yang
baik akan mengusir mereka keluar dari Beirut dan Lebanon untuk
selamanya."124

Komando angkatan bersenjata Israel juga mendaftar para perwira Lebanon
terkemuka. Salah satunya mengungkapkan:

"Selama hari Selasa, Jenderal Drori membawa saya ke lapangan terbang dimana
tentara Israel sedang mengumpulkan milisi. "Jika orangmu tidak mau
melaksanakannya, saya yakin orang lain yang akan melakukannya."125

Dia menunjuk Saqr: "....Para pengawal Cedar, yang oleh Gemayel dimasukkan
ke dalam angkatan bersenjata Lebanon pada 1980, sebagai suatu bukti
kesetiaan, berpendapat bahwa bayi-bayi Palestina harus dibunuh. Sebab
mereka pada akhirnya akan tumbuh menjadi teroris."126

Setiap Dirimu adalah Pembalas Dendam

Kebrutalan invasi dan pendudukan terhadap Lebanon, serta kekejian
pembantaian di Sabra dan Shatila yang membangkitkan bulu kuduk, sekali lagi
telah menyibak topeng wajah kejam Zionisme. Televisi dan surat kabar meliput
perang itu dan siarannya menyulut kecaman internasional, yang memaksa Israel
untuk berdusta dan mengangkat komisi penyelidikan resmi. Pemerintah Israel
melaksanakan penyelidikannya sendiri di bawah komisi Kahan.

"Penyelidikan" ini menyimpulkan, seperti yang bisa diduga, bahwa tentara
Israel semata-mata lalai dalam menilai rendah "nafsu darah Arab," tetapi tidak
berperan langsung dalam pembantaian di Sabra dan Shatila.

Mingguan Jerman Der Spiegel, melakukan wawancara pada 14 Pebruari 1983
dengan salah satu milisi pembunuh, yang bukan saja menceritakan peranannya


65
dalam penjagalan tersebut, tetapi juga menggambarkan partisipasi Israel secara
langsung.

Artikel tersebut berjudul "Masing-masing dari Kahan adalah pembalas
dendam," dan penilaian pribadi pertama pastilah berasal dari persidangan-
persidangan Nuremberg:

"Kami bertemu di Wadi Schahrur, di lembah kumbang malam di sebelah
tenggara Beirut. Hari itu adalah Selasa 15 September.... Kami berjumlah 300
orang dari Beirut Timur, Lebanon Selatan, dan pegunungan Akkar di utara....
Saya berasal dari milisi Tiger (macan) dari eks-presiden Camile Chamoun.

"Para perwira Phalange mengatakan kepada kami bahwa mereka membutuhkan
kami dan membawa kami ke tempat pertemuan. Mereka mengatakan kepada
kami untuk melakukan "aksi khusus".... Kalian adalah wakil-wakil kebaikan,
para perwira tersebut berulang kali berkata kepada kami. "Masing-masing dari
kalian adalah pembalas dendam..."

"Kemudian selusin tentara Israel dengan seragam hijau tanpa tanda pangkat
muncul. Mereka bermain kartu dan berbicara bahasa Arab dengan baik, kecuali
- seperti semua orang Yahudi - mereka mengucapkan bunyi "h" dengan "ch".
Mereka berbicara tentang kamp-kamp Palestina, Sabra dan Shatila.... menjadi
jelas bagi kami apa yang akan kami lakukan, dan kami sedang mencarinya."

"Kami harus bersumpah untuk merahasiakan aksi kami. Sekitar pukul 10.00
kami naik truk pasukan Amerika yang telah diberi tentara Israel. Kami
memarkir kendaraan tersebut di dekat menara bandara. Di sana, tepat di
samping posisi tentara Israel, terdapat truk yang semacam ini diparkir."

"Beberapa tentara Israel dalam seragam phalange bersama-sama dengan
kelompok itu. "Sahabat-sahabat Israel yang menyertai kalian," perwira kami
mengatakan. "....akan membuat pekerjaan kalian lebih mudah." Mereka
menyarankan kami untuk tidak menggunakan senjata api, jika hal itu
memungkinkan. "Segalanya harus berjalan tanpa menimbulkan suara gaduh."
.....Kami melihat rekan-rekan lainnya. Mereka pasti telah melakukan
pekerjaannya dengan bayonet dan belati. Mayat-mayat berlumuran darah
tergeletak di gang-gang. Wanita dan anak-anak dalam keadaan setengah tidur
yang berteriak meminta pertolongan, menyebabkan seluruh rencana kami
dalam bahaya, karena membangunkan isi kamp."

"Sekarang saya melihat kembali tentara-tentara Israel yang hadir pada
pertemuan rahasia kami. Salah seorang dari mereka memberi tanda agar kami
mundur ke tempat pintu masuk kamp. Tentara Israel membuka seluruh
senjatanya dan membantu kami dengan berondongan hebat."

"Terdapat pemandangan mengejutkan yang memperlihatkan apa sebaiknya
dilakukan terhadap orang-orang Palestina. Beberapa orang, termasuk wanita,
berlindung di sebuah gang kecil, di balik beberapa ekor keledai. Sayangnya
kami harus menembak binatang-binatang malang ini untuk menghabisi orang-
orang Palestina di belakangnya. Saya benar-benar merasa ngeri ketika
mendengar binatang-binatang tersebut meringkik kesakitan."


66
"Seorang rekan kami memasuki sebuah rumah yang penuh dengan kaum wanita
dan anak-anak. Mereka menjerit ketakutan dan melemparkan lampu-lampu
minyak ke tanah. Kami mengirim orang-orang rendah yang penuh kebencian
itu ke neraka."

"Sekitar pukul empat pagi, pasukan kami kembali ke truk. Ketika cahaya pagi
telah bersinar, kami kembali ke kamp melewati begitu banyak mayat,
melangkah di atas mayat-mayat, menikam dan menembak seluruh saksi mata
yang masih hidup. Membunuh orang lain akan terasa mudah jika anda telah
melakukannya beberapa kali."

"Sekarang buldoser-buldoser tentara Israel datang. "Ratakan segalanya dengan
tanah, jangan biarkan satu pun saksi mata yang hidup." Tetapi meskipun upaya
kami sudah maksimal, kawasan itu masih dipenuhi orang. Mereka berlarian
dan menyebabkan kebingungan yang memilukan. Perintah untuk "melindas
mereka hidup-hidup" terasa terlalu berat."

"Jelaslah bahwa rencana yang indah itu telah gagal. Ribuan orang telah berhasil
meloloskan diri. Masih terlalu banyak orang Palestina yang masih hidup.
Sekarang, dimana saja orang-orang membicarakan pembantaian dan merasa
kasihan kepada orang-orang Palestina. Siapakah yang menghargai usaha keras
yang telah kami lakukan.... coba pikirkan. Saya bertempur selama dua puluh
empat jam di Shatila tanpa makanan atau minuman."

Jumlah yang mati di Sabra dan Shatila lebih dari 3000 orang Palestina. Banyak
kuburan mayat tersebut tidak pernah dibuka.

Menghancurkan Lebanon

Penjagalan dan penghancuran bangsa Palestina merupakan satu unsur dari
strategi Israel. Satu unsur lainnya adalah penghancuran ekonomi Lebanon yang
vital, meskipun telah ada usaha Israel yang telah muncul sebagai pusat
keuangan Timur Tengah.

Dua puluh ribu orang Palestina dan Lebanon mati, 25.000 terluka dan 400.000
orang dibuat tuna wisma selama bulan-bulan pertama invasi Israel 1982.
Berton-ton bom yang dijatuhkan di Beirut saja melebihi kekuatan bom atom
yang telah menghancurkan Hiroshima. Sekolah dan rumah sakit secara khusus
dijadikan sasaran.

Pada akhirnya seluruh kendaraan dan peralatan berat dari pabrik-pabrik
Lebanon dijarah dan dibawa ke Israel. Bahkan mesin penjepit dan mesin yang
lebih kecil milik pusat pelatihan sukarelawan U.N.R.W.A dijarah.

Produksi anggur dan zaitun Lebanon di selatan Beirut dihancurkan. Ekonomi
Lebanon, yang ekspornya bersaing dengan ekspor Israel menjadi sekarat.
Kawasan selatan Lebanon menjadi pasar Israel, karena hulu sungai Litani,
seperti sungai Yordan sebelumnya, dibendung oleh Israel.

Penulis buku ini mengalami sendiri pengeboman dan pengepungan Beirut barat
pada 1982, tinggal bersama-sama orang-orang Palestina di reruntuhan Ain el


67
Helweh selama pendudukan Israel dan menyaksikan langsung penghancuran
kamp-kamp pengungsi Palestina di Rasyidah, El Bas, Burj al Jamali, Mieh-Mieh,
Burj al-Burajneh, Sabra dan Shatila, begitu juga penghancuran kota-kota dan
desa-desa Lebanon di seluruh kawasan selatan.

Catatan keputusan Israel tentang pembantaian Sabra dan Shatila telah
dijadikan sumber pendukung oleh penulis, yang hadir di kamp-kamp tersebut
pada hari terakhir penjagalan. Penulis dan Mya Shone memotret tank-tank dan
para prajurit Israel di Sabra dan Shatila, serta berbicara dengan para korban
yang masih hidup selama empat hari.

PENDUDUKAN KEDUA

Menachem Begin, Ariel Sharon dan Shimon Peres, pada waktu yang berbeda,
telah menyatakan keyakinan bahwa "pelajaran dari Lebanon", melalui contoh
nyata, akan menjinakkan orang-orang Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Namun usaha penjinakan ini telah berlangsung selama dua puluh satu tahun
sejak pendudukan mereka pada 1967. Banyak orang Palestina di Tepi Barat dan
Gaza adalah pengungsi akibat penghancuran Israel sebelumnya dari 1947
sampai 1967.

Pada wilayah pendudukan post-1967, setiap orang Palestina tidak bisa
menanam sebatang pohon tomat tanpa izin yang tidak mungkin didapat dari
pemerintah militer Israel. Dia tidak bisa menanam labu tanpa izin semacam ini.
Anda tidak boleh mengapur putih rumah anda. Anda tidak bisa memasang
sebuah jendela kaca. Anda tidak boleh menguras sumur untuk
membersihkannya. Anda tidak boleh memakai baju yang sewarna dengan
bendera Palestina. Anda tidak boleh memiliki kaset di rumah anda yang berisi
lagu-lagu nasional Palestina.

Dua puluh satu tahun setelah perampasan Israel atas Gaza, The Los Angeles
Times menggambarkan akibat-akibatnya:

"Hanya sekitar 2.200 pemukim Yahudi tinggal di Jalur Gaza yang dirampas dari
Mesir, tetapi mereka menduduki 30% dari 135 mil persegi kawasan tersebut.
Lebih dari 650.000 orang Palestina, sebagian besar para pengungsi, ditumpuk-
tumpuk pada sekitar separuh dari luas Jalur Gaza, yang menjadikannya salah
satu kawasan terpadat di dunia. Kawasan lain dari tanah Gaza telah dirancang
sebagai zona perbatasan oleh tentara. "127

Hak-hak Sipil dan Hukum

Penangkapan

Di semua wilayah yang berada di bawah pendudukan militer Israel, setiap
prajurit atau polisi memiliki hak untuk menahan seseorang yang dicurigai telah
melakukan suatu pelanggaran. Hukum itu tidak menjelaskan sifat dari
pelanggaran yang dicurigai oleh prajurit, apakah telah dilakukan atau
direncanakan.128



68
Sifat kabur secara sengaja dari hukum ini memiliki akibat untuk menolak setiap
orang Palestina yang ingin mengetahui mengapa mereka ditangkap atau
ditahan di wilayah pendudukan Israel sejak 1967.

Untuk penangkapan karena kecurigaan, seorang Palestina bisa ditahan selama
delapan belas hari dengan persetujuan dari seorang perwira polisi. Begitu
ditangkap, seorang tahanan Palestina (dan biasanya selalu) dicegah
menghubungi seorang pengacara. Peraturan resmi menetapkan bahwa pejabat
penjara memutuskan apakah seorang pengacara diizinkan atau tidak untuk
melihat seorang klien.

Secara rutin, aturan resmi penjara adalah bahwa seorang tahanan yang
menemui pengacara sebelum interogasi tuntas dianggap menghalangi proses
introgasi.129 Keputusan ini bisa memanjang selama masa penahanan.
Akibatnya, para pengacara memperoleh akses ke napi hanya setelah kliennya
mengakui atau setelah pihak keamanan telah memutuskan untuk
menghentikan interogasi.

Para ahli hukum Israel mempertahankan peraturan ini dengan alasan bahwa
tujuan utama interogasi itu adalah untuk memperoleh pengakuan. Untuk
mencapai tujuan ini, para pejabat yang berwenang secara terus menerus
menjadikan seorang napi pengasingan, penyiksaan dan kondisi yang tidak
tertahankan secara fisik.

Seorang tahanan menjalani satu periode kelaparan, tidak bisa tidur dengan
cara-cara terencana, dan masa-masa panjang di mana para napi harus selalu
beridiri dengan tangan dipuntir ke belakang dan diangkat, sebuah kantong
berbau busuk menutupi kepala. Para napi diseret di atas tanah, dipukuli
dengan benda keras, ditendang, ditelanjangi secara kasar dan ditempatkan di
bawah pancuran sedingin es. Umpatan kasar dan penghinaan fisik merupakan
pemandangan biasa yang mewarnai tindakan kasar mereka seperti meludahi,
mengencingi mulut napi, dan memaksanya merangkak mengelilingi sel yang
penuh sesak.

Interogasi bisa berlangsung beberapa bulan sampai napi tersebut mengakui dan
dengan demikian tuduhan bisa disusun. Jika seorang napi tidak goyah di bawah
siksaan dan tidak mau mengaku, dia mungkin ditahan secara administratif,
tanpa dikenakan tuduhan atau dibawa ke pengadilan.

Pengakuan

Pengakuan paksa tersebut merupakan prosedur utama terhadap para tahanan
Palestina. Sampai 1981 seorang tahanan bisa diadili hanya atas dasar pengakuan
pribadinya, suatu alasan yang cukup bagi para pejabat penjara untuk
mengajukan ke pengadilan. Wasfi O. Masri, yang telah menjadi hakim senior di
bawah kekuasaan Yordania dan yang membela banyak tahanan Palestina
mengatakan:

"Pada 90% kasus yang saya tangani, tahanan.... dipukul dan disiksa."130



69
Karena banyak tahanan bertahan menghadapi siksaan dan menolak untuk
mengaku, sebuah amandemen hukum militer dipakai, dengan mengizinkan
pengadilan menggunakan sebagai "bukti' satu-satunya terhadap seorang
tertuduh atas dasar pengakuan orang lain yang menyebutkan namanya.

Sementara "bukti" dipandang absah jika nama tertuduh disebutkan oleh
pengakuan tahanan lainnya, maka pelaksanaan kasus tersebut dipandang
definitif jika pengakuan tertuduh bisa diperoleh. Jika seorang tahanan tidak
mau mengakui suatu pelanggaran, para perwira intelejen didatangkan ke
pengadilan untuk bersaksi bahwa tahanan tersebut telah memberikan
pengakuan "lisan". Pembela Palestina Muhammad Na'amneh, dalam
menggambarkan dua kasus semacam ini, mengamati bahwa ketika para
tahanan menolak memberikan pengakuan secara lisan, pengadilan menerima
kesaksian para perwira intelejen sebagai kesaksian yang sah.131
Semua pengakuan ditulis dalam bahasa lbrani, sebuah bahasa yang sebenarnya
tidak bisa dibaca oleh satu pun orang Palestina dari wilayah pendudukan sejak
1967. Jika para tahanan menolak menandatangani dengan alasan karena tidak
bisa membaca tulisan Ibrani, mereka diperlakukan semena-mena. Shehadeh
Shalaldeh dari Ramallah menceritakan kasus yang dialaminya dalam tahanan:
"Pejabat tersebut meninggalkan ruangan dan dua orang berpakaian sipil masuk.
Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya ingin mengetahui isi pernyataan
yang akan saya tandatangani.... Mereka mulai memukuli saya, lalu saya
mengatakan, "baiklah, baiklah, saya akan menandatangani..."132

Banyak kasus dimana pernyataan yang harus ditandatangani seorang tahanan
dalam bahasa Ibrani ternyata tidak memiliki hubungan dengan teks bahasa
Arab yang sebelumnya diperlihatkan kepadanya. "Pengakuan-pengakuan"
semacam ini semuanya dimulai dengan pernyataan:

"Saya adalah anggota sebuah organisasi teroris". Kata-kata ini tidak pernah
digunakan oleh anggota PLO atau organisasi unsurnya. Meskipun ada fakta
bahwa pengakuan seperti ini tertulis dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh
yang menandatanganinya, pengadilan menyatakan bahwa pengakuan tersebut
tidak bisa ditolak dan dianggap sah sebagai bukti pelanggaran.

Data pasti jumlah orang yang ditangkap, diinterogasi, dan pada akhirnya
dibawa ke pengadilan sulit ditetapkan. Tidak ada statistik yang dikeluarkan.
Tetapi informasi kumulatif dari para pengacara dan catatan masyarakat
Palestina menjadi jelas bahwa jumlah orang Palestina yang ditangkap dan
disiksa sangatlah besar.

Para ahli hukum Israel tanpa malu menyatakan bahwa semua laki-laki di atas
usia enam belas tahun pernah diinterogasi dan ditahan dalam waktu yang
berbeda-beda. Pada 1980, laporan yang dicetak pada pers Israel memperkirakan
jumlah orang Palestina yang dipenjara pada satu waktu atau lainnya setelah
1967 pasti mencapai 200.000 orang. Para pengacara akhir-akhir ini
memperbarui jumlah ini menjadi 300.000.

Pengadilan



70
Mereka yang sampai disidangkan biasanya dituduh dengan pelanggaran politis
yang meliputi: 1). Melanggar aturan umum (sebuah kategori yang kabur
meliputi setiap tindakan, termasuk penghormatan yang tidak benar terhadap
para pejabat Israel); 2). Berdemonstrasi; 3). Mengedarkan selebaran atau
menulis slogan-slogan; 4). Menjadi anggota organisasi terlarang. Yang termasuk
diincar adalah kelompok yang berusaha membentuk partai politik Palestina di
wilayah Israel pra-1967 seperti el-Ard (Tanah), yang secara tegas tidak
mendukung berdirinya negara Yahudi, atau lembaga perwakilan Palestina,
seperti Komite Bimbingan Nasional (Lijni Komite al-Watani) di Tepi Barat.
Organisasi yang menjadi bagian dari PLO juga termasuk yang dilarang.

Banyak remaja di wilayah pendudukan yang mogok, turun ke jalan,
berdemonstrasi atau mengadakan pertemuan, dituduh dengan dakwaan
membuat atau melemparkan bom-bom molotov. Sejumlah besar orang Palestina
disidang karena memiliki senjata, penyerangan bersenjata dan membentuk
operasi serta sabotase militer. Banyak dari kasus-kasus ini, dalam
kenyataannya, melibatkan pelanggaran berupa "kontak dengan musuh", yang
meliputi setiap organisasi yang dipandang simpati pada aspirasi nasional
Palestina oleh angkatan bersenjata Israel.

Dalam waktu sepuluh tahun pendudukan, lebih 60% seluruh tahanan dari
wilayah Israel pra-1967 dan wilayah yang diduduki sejak 1967 adalah orang-
orang Palestina yang terbukti bersalah melakukan pelanggaran politik. Semua
pelanggaran politik yang merusak Peraturan Darurat Pertahanan 1945 dan
Keamanan Negara, Hubungan Luar Negeri, dan Undang-undang Rahasia
Negara 1957, dianggap sebagai "pelanggaran Politik".

Orang yang dituduh melakukan pelanggaran politik ini diajukan ke pengadilan
militer. Hal ini benar-benar terjadi di wilayah Israel pra-1967, begitu juga pada
wilayah yang diduduki pada masa berikutnya. Orang Palestina jarang sekali
disidang di pengadilan sipil.

Peraturan-peraturan Darurat Pertahanan

Di bawah peraturan ini, seorang komandan militer (sekarang gubernur militer),
berdasarkan penilaiannya dan tanpa pengujian pengadilan, bisa:

1. Memenjarakan orang dengan alasan tidak jelas.
2. Melarang melakukan perjalanan di dalam dan di luar wilayah Israel pra-1967
dan wilayah yang diduduki sejak 1967.
3. Mengusir seseorang secara permanen.
4. Melarang seseorang menggunakan harta bendanya.
5. Membatasi gerak seseorang di rumah, lingkungan, desa atau kotanya.
6. Memerintahkan penghancuran rumah.
7. Memaksakan pengawasan polisi terhadap seseorang dan memerintahkannya
untuk melapor ke kantor polisi beberapa kali dalam sehari.
8. Menyatakan suatu wilayah tertutup sebagai zona keamanan, baik itu
berupa perkebunan yang dimiliki oleh sebuah keluarga, sebuah desa yang
berpenghuni, kamp pengungsi, atau tanah-tanah suku.


71
9. Menyensor seluruh media, mensyaratkan semua artikel, selebaran dan buku
untuk memperoleh persetujuan, dan memberangus peredarannya.
10. Merusak rumah penduduk dan merampas perpustakaan.
11. Melarang perkumpulan yang terdiri dari sepuluh orang atau lebih untuk
membahas politik.
12. Melarang keanggotaan dalam sebuah organisasi.

Peraturan militer yang ditambah dengan peraturan darurat pertahanan meluas
sampai pada titik dimana peraturan tersebut mempengaruhi setiap gerak
keberadaan bangsa Palestina. Aturan militer yang berlaku di Tepi Barat adalah:

1. Melarang penanaman tomat atau labu tanpa izin tertulis.
2. Melarang perbaikan rumah atau bangunan tanpa izin tertulis.
3. Melarang pengurasan sumur untuk minum atau irigasi.

Peraturan darurat pertahanan tersebut, pertama dipakai oleh Inggris untuk
mengontrol penduduk Palestina dalam pemerintahan mandat, direvisi pada
1945 dan digunakan oleh Inggris untuk mengontrol serangan bersenjata
terhadap tentara Inggris oleh kelompok Irgun dan Haganah, serta untuk
membatasi pengawasan tanah oleh Zionis. Peraturan ini dikecam oleh
Perserikatan Pengacara Ibrani dengan pernyataan berikut:

"Kekuatan-kekuatan yang diberikan pada Peraturan Darurat tersebut
bertentangan dengan hak-hak asasi manusia bagi penduduk Palestina.
Peraturan ini meniadakan landasan hukum dan keadilan. Mereka menciptakan
bahaya serius bagi kemerdekaan individu, dan aturan ini melembagakan suatu
rejim arbitrer tanpa pengawasan peradilan."133

Yaakov Shimshon Shapira, yang kemudian menjadi menteri kehakiman untuk
negara Israel dan seorang pejabat hukum terkemuka, mengatakan:

"Rejim yang dibangun di Palestina atas dasar peraturan darurat pertahanan ini
tidak ada bandingannya dari bangsa beradab mana pun, bahkan Nazi Jerman
tidak memiliki hukum semacam ini. Padahal tindakan Mayadink Nazi dan
tindakan lain yang serupa bertentangan dengan kode hukum yang ada. Hanya
pada negeri pendudukan anda menemukan suatu sistem yang menyerupai
sistem kita...."134

Meskipun ada penilaian dari pejabat Zionis terkemuka dalam bidang hukum,
peraturan darurat pertahanan tersebut dimasukkan ke dalam sistem hukum
negara Israel. Sejak pendirian negara pada 1948, peraturan dasar itu tetap tidak
berubah.

Ironisnya terlihat jelas. Peraturan yang oleh tokoh yang nantinya menjadi
menteri kehakiman Israel dinilai sebagai "tidak ada bandingannya dari negeri beradab
mana pun" dan telah dikecam oleh para pengacara Zionis karena menolak "hak-
hak asasi manusia" tersebut, justru dipakai sebagai undang-undang negeri Israel
sendiri. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Yaakov Shimshon Shapira; "Hanya


72
pada negeri pendudukan, anda menemukan sebuah sistem yang menyerupai
sistem kita...." Bangsa Palestina, baik di wilayah Israel pra-1967, Jerusalem
Timur, Tepi Barat atau Jalur Gaza hidup dalam sebuah negeri pendudukan.

PENYIKSAAN MERAJALELA

Penyiksaan di penjara-penjara Israel telah menjadi bagian dari setiap
pemeriksaan secara luas. Pada 1977, The Sunday Times London melakukan
investigasi selama lima bulan. Bukti-bukti tambahan diperoleh untuk kejelasan
bukti yang dikemukakan. Penyiksaan yang berhasil dicatat terjadi selama sepuluh
tahun pendudukan Israel sejak 1967. Pengkajian The Sunday Times menghadirkan
kasus-kasus dari empat puluh empat orang Palestina yang tersiksa. Harian ini
mencatat praktek-praktek di penjara-penjara yang ada di kota utama, Nablus,
Ramallah, Hebron dan Gaza, pusat interograsi dan penahanan di Jerusalem
yang dikenal sebagai bangunan Rusia atau Moscobiya, dan pusat-pusat militer
khusus yang terletak di Gaza dan Sarafand.135

Investigasi tersebut menghasilkan kesimpulan yang nyata: Para interogator
Israel memperlakukan para tahanan Arab dengan sangat buruk dan
menyiksanya. Para tahanan diselongsongi kantong atau ditutup kepalanya dan
digantung melalui pergelangannya dalam waktu yang lama. Semuanya dipukuli
kemaluannya atau dengan cara pelecehan seksual lainnya. Banyak yang disiksa
secara seksual. Yang lain disiksa dengan kejut listrik.

Para tahanan ditempatkan pada kotak-kotak yang dibangun secara khusus
dengan lebar 2 kaki dan tinggi lima kaki dengan paku-paku tajam diletakkan
pada lantainya. Perlakuan kejam, termasuk pemukulan dalam waktu yang lama
sudah umum di penjara dan tempat tahanan Israel. The Sunday Times menyim-
pulkan, Penyiksaan sangat luas dan sistematis, sehingga tidak bisa diabaikan
sebagai pekerjaan polisi-polisi kasar yang berlebihan dalam menjalankan perintah.
Semua ini merupakan kebijaksanaan terencana dan seluruh keamanan serta
intelejen Israel terlibat:

1. Shinbet, setara dengan FBI dan dinas rahasia di Amerika Serikat, melaporkan
secara langsung kepada menteri pertahanan.
2. Polisi perbatasan mengatur seluruh tempat-tempat pemeriksaan. Terdapat
tempat-tempat pemeriksaan di seluruh wilayah yang diduduki sejak 1967,
seolah-olah tempat itu merupakan perbatasan negara.
3. Latan merupakan bagian khusus dari departemen misi khusus.
4. Sebuah pasukan para-militer dimasukkan ke dalam kesatuan polisi.

Pola Penyiksaan di Wilayah-wilayah Pasca 1967

Setiap pusat penahanan menampilkan para penyidik dengan kegemaran khusus.
Para penyidik Moscobiya di Jerusalem lebih menyukai penyiksaan pada alat
kemaluan, disamping tes ketahanan tubuh seperti memegang kursi dengan
tangan terbentang atau berdiri dengan satu kaki.



73
Kekhususan dari pusat militer di Sarafand adalah menutup kepala para tahanan
dalam waktu lama, menyerangnya dengan anjing, dan menggantung mereka
melalui pergelangan tangannya. Kekejian di Ramallah adalah penyiksaan dubur.
Sedangkan penyiksaan dengan kejut listrik dilakukan hampir di semua
tempat.136

Fazi Abdul Wahid Nijim pernah ditahan pada bulan Juli 1970. Dia disiksa di
Sarafand dan diumpankan pada anjing. Dia ditangkap lagi pada bulan Juli 1973,
dan dipukuli di penjaga Gaza. Zudhir al-Dibi ditangkap pada Pebruari 1970 dan
diinterogasi di Nablus, sambil dipecuti dan dipukuli telapak kakinya. Buah
pelirnya diremas-remas dan disiram dengan air es.

Shehadeh Shaladeh ditangkap pada Agustus 1969 dan diinterogasi di
Moscobiya. Sebuah mata pena besi ditusukkan ke zakarnya. Abed Shalloudi
ditahan tanpa persidangan selama enam belas bulan. Selama di Moscobiya,
dengan mata tertutup dan tangan diselingkung, dia dipukuli oleh Naim Shabo,
seorang Yahudi Irak, direktur departemen Maronite.

Jamil Abu Ghabiyr ditangkap pada Pebruari 1976 dan ditahan di Moscobiya.
Dia dipukuli di bagian kepala, badan dan kemaluannya serta disuruh berbaring
di dalam air es. Issam Afif al-Hamoury ditangkap pada Oktober 1976. Di penjaga
Hebron, para pejabat mengatur pemerkosaannya oleh seorang penjaga tahanan.

Pada Pebruari 1969, Rasmiya Odeh ditangkap dan dibawa ke Moscobiya.
Ayahnya, Joseph, dan dua saudara perempuannya ditahan untuk diinterogasi.
Joseph Odeh disekap di sebuah ruang sementara Rasmiya dipukuli di dekatnya.
Ketika mereka membawanya ke depan Joshep, Rasmiya tergeletak dengan baju
berlumuran darah, wajahnya biru, matanya hitam bengkak. Di depannya,
mereka menelentangkannya dan memasukkan tongkat ke vaginanya. Salah
seorang penyidik memerintahkan Joseph untuk menyetubuhi putrinya. Ketika dia
menolaknya, mereka memukuli keduanya. Mereka kembali menelentangkannya
dan memasukkan tongkat ke vaginanya berulangkali. Dia mengalami
pendarahan dari mulut, wajah dan vagina ketika Joshep Odeh jatuh tak
sadar.138

Pola-pola penyiksaan yang dilaporkan oleh The Sunday Times tersebut serupa
dengan pola yang ditemukan pada ratusan kesaksian yang diterbitkan oleh para
ahli hukum Israel, Felicia Langer dan Lea Tsemel, oleh para pengacara Palestina
Walid Fahoum dan Raja Shehadeh, oleh Amnesti Internasional dan
Perhimpunan Pengacara Nasional, serta serangkaian catatan yang diperoleh
penulis dari para mantan tahanan.139

Catatan ini ditemukan di Tepi Barat pada awal 1968, satu tahun setelah
pendudukan dimulai. Meskipun Palang Merah Internasional, karena peraturan,
tidak membuat pernyataan publik, ia telah mempersiapkan sebuah upaya
penemuan penyiksaan pada 1968. Laporannya tentang penjara Nablus
disimpulkan:



74
"Sejumlah napi mengalami penyiksaan selama interogasi oleh polisi militer.
Menurut bukti yang jelas, penyiksaan tersebut mengambil bentuk sebagai
berikut:

1. Menyekap pernapasan napi dengan tangan dan secara bersamaan menarik
anggota tubuhnya yang lain selama berjam-jam sampai dia kehilangan
kesadarannya.
2. Menyundut dengan puntung rokok.
3. Memukul kemaluan dengan tongkat besi.
4. Mengikat dan menutup kepala selama berhari-hari.
5. Tahanan digigitkan ke anjing.
6. Kejut listrik pada kening, mulut, dada, dan buah pelir."140

Kasus Ghassan Harb

Ghassan Harb, seorang intelektual dan wartawan Palestina berusia 37 tahun
pada harian berbahasa Arab yang terkenal, ditangkap pada tahun 1973. Dia
diambil oleh serdadu-serdadu Israel dan dua agen berpakaian polos dari
rumahnya ke penjara Ramallah, dan ditahan selama lima puluh hari. Selama
ditahan, dia tidak dikenakan tuduhan atau pun diinterogasi. Dia dilarang
menghubungi pengacara atau pun keluarganya.141

Pada hari kelima puluh, Ghassan Harb dibawa dengan kepala ditutup
kantongan ke sebuah tempat tertutup. Di situlah dia dipukuli terus-menerus:
"Selama lima belas menit, dua puluh menit wajah saya dipukuli dengan
bogeman tangan."

Dengan ditelanjangi dan kepala tertutup, dia dipaksa masuk ke sebual1 tempat
tertutup, kemudian merasa sesak napas. Dia berusaha menggesekkan kepalanya
ke dinding untuk menyingkirkan kantongan yang menutupnya, dan
menemukan dirinya berada di sebuah ruang kotak berukuran dua kaki dan
tingginya lima kaki (60 cm dan 150 cm). Dia tidak bisa duduk maupun berdiri.
Lantainya terbuat dari beton dengan rangkaian paku yang diletakkan berdiri
secara acak. Paku ini tajam dengan ujungnya mematikan, tingginya 1,5 cm. Dia tidak
bisa berdiri dengan kedua kaki bersamaan di atasnya. Dia harus berdiri dengan
satu kaki kemudian menggantinya dengan kaki lainnya secara terus menerus.
Dia disekap di kotak tersebut selama empat jam.

Kemudian dia diperintah merangkak dengan lutut di atas batu-batu tajam
sambil dipukuli selama satu jam oleh empat serdadu. Setelah diinterogasi,
Ghassan dikembalikan ke selnya, dan rutinitas itu pun diulangi: pemukulan,
penelanjangan, dipaksa merangkak ke dalam kandang anjing seluas dua kaki,
kemudian masuk ke dalam itu lagi. Ketika berada di dalam kotak tersebut di
malam hari, dia mendengar rintihan para tahanan lainnya, "Oh.... perutku. Kamu
membunuhku."

Penyiksaan terhadap Ghassan Harb secara terpisah diperkuat oleh kesaksian
empat orang. Muhammad Abu Ghabiyr, seorang tukang sepatu dari Jerusalem,
menggambarkan halaman dengan batu-batu tajam dan kandang anjingnya.


75
Jamal Freitah, seorang pekerja dari Nablus, menggambarkan kotak es tersebut
seperti lemari es dengan ukuran seperti yang diceritakan Ghassan. "Kotak ini
berlantai beton dengan paku-paku kecil... yang ujungnya sangat tajam."

Kaldoum Abdul Haq, seorang pemilik usaha kontruksi dari Nablus, juga
menggambarkan halaman dan kotak itu dengan lantainya dipenuhi batu-batu
dan paku yang dipasang di semen. Abdul Haq digantung pada pergelangannya
dari pengait di tembok ujung halaman tersebut.
Husni Haddad, seorang pemilik pabrik di Bethlehem, disuruh merangkak di
halaman tersebut yang penuh dengan batu-batu tajam, dan ditendang-tendang
ketika merangkak. Kotaknya juga memiliki lantai dengan taburan paku
menganga yang ujungnya sangat tajam.

Ghassan Harb dibebaskan dua tahun setengah berikutnya, tanpa pernah
dituduh melakukan kejahatan atau dibawa ke persidangan. Pengacaranya,
Felicia Langer, berhasil membawa persoalan perlakuan kejam yang dialaminya
kepada Mahkamah Agung Israel. Tidak ada pernyataan penuh yang dibawa
atau diperbolehkan ke pendengaran pengadilan, juga tidak ada saksi yang
dipanggil. Pengadilan menolak seluruh tuduhan penyiksaan tersebut.

Kasus Nader Afouri

Nader Afouri adalah seorang lelaki yang sehat dan kuat, juara angkat besi
Yordania. Ketika dibebaskan pada 1980 setelah pemenjaraannya yang kelima,
dia tidak bisa melihat, mendengar, berbicara, berjalan maupun mengendalikan
fungsi-fungsi organ tubuhnya. Antara tahun 1967 sampai 1980, Nader Afouri
ditahan selama sepuluh setengah tahun sebagai tahanan administratif.
Meskipun mendapatkan perlakuan brutal dan penyiksaan yang ditimpakan
kepada Nader selama lima kali pemenjaraan, para pejabat Israel tidak mampu
memeras suatu pengakuan maupun memperoleh bukti yang bisa menyeret
Nader ke persidangan.142

Pemenjaraan Pertama (1967-1971)

"Pada awalnya saya ditangkap pada tahun 1967, tahun pertama pendudukan.
Mereka mengambil saya dari rumah di Nablus dengan menutup mata dan
menggantung saya dari sebuah helikopter. Semua orang di desa Beit Furik dan
Salam dekat Nablus menyaksikan kejadian ini."

"Mereka membawaku ke Sarafand, penjara militer paling keras. Saya adalah
orang pertama dari Tepi Barat atau Jalur Gaza yang dibawa ke sana. Ketika
helikopter turun, mereka mendorongku keluar dan menyuruh saya untuk
berlari. Mereka menembaki saya dan saya pun lari."

"Mereka membawaku ke sebuah ruangan besar yang silau oleh cahaya merah,
kuning dan hijau. Saya bisa mendengar jeritan dan suara-suara pemukulan. Saya
mendengar seorang tentara berteriak: "Kamu harus mengaku". Kemudian saya
mendengar seseorang mengaku. Dengan segera saya mengetahui itu adalah
suara kaset yang dimaksudkan untuk mengintimidasi saya."



76
"Kemudian mereka membawaku ke penyidik, dan mengikatku dengan rantai ke
pintu-pintu berwarna hijau. Masing-masing pintu memiliki roda. Mereka
membuka pintu itu, sehingga merentangkan tangan dan kakiku, kemudian
mendorong roda-rodanya sampai saya pingsan."

"Mereka mendudukkan aku di kursi, lalu mengikat tanganku dengan rantai
yang digantungkan jendela dan secara perlahan-lahan menyingkirkan kursi
tersebut. Otot-ototku robek karena berat badanku menarik tangan-tanganku.
Sakitnya tak bisa kuungkapkan dengan kata."

"Ada lima atau enam orang yang semuanya memukuli kepalaku, lalu merantaiku
di kursi. Seorang sedang asyik memukuliku, kemudian yang lain mengatakan
"stop... stop". Kemudian mereka bergiliran memukuliku. Saya dibiarkan terantai
di kursi tersebut dan tidak pernah diperbolehkan berdiri."

"Mereka terus menyiksaku. Seorang penyidik menyulut rokok kemudian
menyundutkannya ke wajahku, dada dan kemaluanku - secara bergantian."

"Seorang penyidik menusukkan mata pena ke zakarku, sementara lainnya
melihat. Ketika telah melakukan tindakan biadab ini, mereka memintaku untuk
mengaku. Zakarku mulai berdarah, dan saya dibawa ke rumah sakit penjara
Ramle, tetapi segera dibawa kembali ke Sarafand untuk diinterogasi lebih
lanjut."

"Saya berada di Sarafand selama dua belas setengah bulan dan terus-menerus
diinterogasi. Tidak seorang pun yang bisa bertahan selama dua belas setengah
bulan. Pada empat kesempatan, para sahabatku di penjara-penjara lain
memberitahukan secara resmi bahwa saya telah mati."

"Bulan pertama di Sarafand, saya selalu ditutup, rantai memborgol tangan dan
kakiku. Setelah sebulan, mereka melepas rantai tangan dan penutup kepala.
Tetapi saya tetap memakai rantai kaki selama dua belas setengah bulan. Siang
dan malam saya membawa rantai di kakiku, yang bekasnya masih tampak di
kedua pergelangan kaki."

"Penyiksaan ini merupakan rutinitas sehari-hari. Mereka memukuli,
menginterogasi, kemudian melemparkan saya ke sel. Saya istirahat sebentar,
lalu mereka membawaku lagi."

"Sel tersebut lebarnya tiga kaki, panjang empat kaki dan tinggi empat kaki (1
meter, 1,3 meter, 1,3 meter). Saya tidur melengkung dengan kedua kaki terlipat
ke perut. Tidak ada jendela di sel itu dan tidak ada perabotan, hanya ada sebuah
pet untuk berak. Saya memiliki dua selimut. Batu-batu di lantai sangat tajam,
yang selalu melukai kakiku jika berjalan."

"Mereka mulai membawa napi-napi lain, dan memberi kami pakaian tentara
dengan nomer di punggung. Saya bernomer satu, dan mereka memanggilku
hanya dengan nomer itu, tidak penah memanggil namaku. Mereka selalu
mencaciku, dengan berteriak "Maniuk (homoseksual), saya akan menggarapmu".
Ketika kami dirantai di luar ruangan, mereka membawa anjing-anjing galak
yang melompat ke arah kami, merobek-robek baju dan menggigiti kami."


77
"Lebih dari tiga puluh orang ditahan setelah penahananku, dan semuanya
mengalami penyiksaan yang sama. Tetapi semuanya menyerah di bawah
siksaan dan menulis pengakuan, kemudian dipenjara seumur hidup. Saya tidak
mau mengaku. Penyiksaan telah menghancurkan zakarku dan saya hanya bisa
kencing setetes demi setetes. Saya tidak mampu berjalan selama tiga setengah
bulan setelah menyelesaikan interogasi. Tetapi saya tidak mengaku. Saya tidak
pernah berbicara satu kata pun selama dua belas setengah bulan."

Nader Afouri dikirim ke penjara Nablus dimana dia mulai mogok makan
menuntut pembebasannya. Dia hanya minum air dan sedikit garam. Setelah
sepuluh hari, dia diberi janji pembebasannya. Sepuluh hari kemudian ternyata
tidak dibebaskan, dia pun mogok makan lagi selama satu minggu berikutnya.
Lagi-lagi wakil kepala administrasi penjara Nablus berjanji akan
membebaskannya. Ketika masih belum ada tindakan setelah dua puluh lima
hari, Nader menyatakan mogok makan lainnya.

"Saya dikirim ke sel-sel penjara Ramle setelah dua puluh lima hari mogok
makan. Dr. Silvan, direktur penjara di sana, membawa beberapa serdadu
bersamanya. Mereka memukuli kepalaku, yang membuatku merasa antara
hidup dan mati. Mereka merantai tanganku dan memaksakan sebuah tabung ke
hidungku. Rasanya seperti kejut listrik. Saya mulai berguncang. Saya menjadi
histeris ketika makanan mencapai tenggorokanku dan mulai menjerit terus--
menerus. Mereka menyuntikku di paha, dan saya pun mulai tenang."

"Karena penyiksaan gagal membuatku berbicara, saya ditempatkan di rumah
sakit penjara di Ramle, kemudian dikirim kembali ke penjara Nablus."

Setiap kali sebuah pengakuan berhasil diperas dari tahanan lainnya yang
menuduhnya melakukan kejahatan, Nader Afouri dipanggil untuk interogasi.
Seringkali dia bahkan tidak mengetahui orang yang menuduhnya. Tetapi dia
tetap tidak mengaku, dan tidak dibawa ke persidangan.

Nader Afouri sangat dihormati di Nablus dan menjadi pemimpin para tahanan.
Ketika Abu Ard, seorang informan, menuduhnya memimpin para tahanan lain,
Nader Afouri dikirim ke penjara Tulkarm.

Saat kedatangannya di Tulkarm, wajahnya dipukuli oleh mayor Sofer dan
dijebloskan ke dalam sel bersama tiga puluh lima tahanan lainnya. Nader Afouri
telah cukup bersabar. Ketika mayor Sofer mendekati untuk memukulinya lagi,
Nader Afouri memukul Sofer melalui jeruji-jeruji pintu sel. Ketika berikutnya
direktur penjara memukulnya, dia meraih asbak dan memukulkannya ke kepala
direktur itu. Pasukan didatangkan. Nader Afouri menggambarkan akibat-
akibatnya:

"Lima belas tentara masuk dan memukuli kepalaku dengan kursi. Saya jatuh
pingsan. Mereka menyumbatkan bajuku ke mulutku dan mulai memukuliku
kembali. Saya menjadi histeris ketika mulutku dicengkal. Mereka menyuntikku
dan saya pun pingsan. Saya terjaga sendirian di koridor, dan tidak bisa melihat."

"Seluruh penjara Tulkarm melakukan mogok makan dan para tahanan bertemu
dengan direktur untuk membicarakan persoalan saya. Dia berjanji akan


78
membebaskan saya esok harinya, jika mereka menghentikan pemogokan. Hari
berikutnya direktur tersebut mendatangi dan bersalaman dengan saya sambil
berkata: "Saya bersumpah demi hidupku bahwa kamu adalah seorang manusia."
Mereka membawakan kaus kaki dan jaket untukku, serta menjanjikan untukku
sebuah kunjungan pribadi dengan keluargaku."

Nader Afouri tidak dibebaskan. Sebagai gantinya dia dikirim ke penjara Bet II
dan dari penjara inilah akhirnya dia dibebaskan pada tahun 1971. Empat tahun
pemenjaraannya dilakukan tanpa persidangan dan hanya disebut sebagai
penahanan administratif.

Hanya beberapa bulan berlalu sebelum Nader Afouri kembali ditahan.
Pemenjaraan keduanya berlangsung dari tahun 1971 sampai 1972, yang ketiga
dari Nopember 1972 sampai 1973.

Pemenjaraan Keempat (Nopember 1973 - Nopember 1976)

"Hebron, Moscobiya, Ramallah dan Nablus : Saya tinggal selama tiga bulan di
sel masing-masing empat penjara itu, diinterogasi dan mengalami penyiksaan."

"Salju turun selama interogasi di Hebron. Mereka menelanjangiku dan
meletakkan saya di luar yang sangat dingin. Mereka mengikatku dengan rantai
yang dikaitkan sebatang kayu gelondongan, dan menyiramku dengan air es.
Mereka membiarkan aku tergeletak, setelah itu aku dibawa ke perapian untuk
menghangatkan tubuh, kemudian dibawa lagi keluar untuk disiram air es
kembali."

"Bola-bola besi digelantungkan ke gelambir buah pelirku, dan dihantamkan ke
buah pelirku. Rasa pedih benar-benar membungkusku."

"Salah seorang penyidik, Abu Haroun, berkata akan mengubah wajahku
menjadi wajah bulldog. Dia memukuliku dengan pukulan cepat selama dua jam.
Kemudian dia membawa cermin dan berkata: "Lihat wajahmu". Saya benar-
benar melihat wajahku seperti bulldog."

"Di Nablus mereka menyundutku dengan rokok dan kembali menggencetkan
bola-bola besi ke buah pelirku - seperti menggencet telur ke besi. Mereka
menggunakan pengungkit untuk mencabut gigiku."

"Saya ditahan selama tiga tahun secara administratif. Selama di tahanan, mereka
juga mendinamit rumahku sebagai tindakan balas dendam."

Pemenjaraan Kelima (Nopember 1978-1980)

Mereka kembali menangkapku pada bulan Nopember 1978 dan langsung
mengirimku ke Hebron. Mereka menyambutku dengan sinis dan berkata,
"Kami akan membuatmu mengaku dari lubang duburmu." Saya katakan kepada
mereka, saya berbicara dengan mulutku bukan dengan duburku."

"Pada awalnya mereka berbicara manis kepadaku, sebab mereka mengerti
bahwa siksaan tidak akan berguna. Kemudian mereka membawa orang yang


79
bertanggungjawab melakukan interogasi: Uri, Abu Haroun, Joni, psikiatris,
Abu Nimer yang jarinya putung, Abu Ali Mikha dan Dr. Jims. Mereka
merantaiku dikaitkan ke kayu gelondongan dan memusatkan pukulan mereka
ke dada saya. Mereka menelentangkan aku di lantai, kemudian mereka
meloncat tinggi-tinggi dan mendarat di dadaku. Uri melakukan ini tujuh atau
delapan kali. Ini benar-benar biadab, siksaan tanpa henti selama tujuh hari.
Mereka menginjakkan sepatu bootnya ke kuku-kuku jariku, serta memecahkan
jari-jariku."

"Saat itu bersalju, mereka meyiramkan air es ke dadaku, kemudian
menyerahkan sebuah kertas dan memberiku waktu dua jam untuk mengaku.
Aku katakan tidak mengetahui apa pun. Mereka merantaiku di kursi, lalu
beramai-ramai memukuli dan menendangiku. Saya terjatuh dan kepalaku
menempel tanah. Saya melihat Uri meloncat dan saya merasakan pukulan
karatenya mendarat di kepalaku. Ini kenangan terakhir yang saya punyai
selama dua tahun."

"Saya diberitahu bahwa saya diseret kembali ke sel. Tahanan lain harus
menyuapiku, membersihkan dan membalikkan diriku. Saya tidak bisa
menguasai gerak tubuhku dan saya harus berak di atas diriku. Saya tidak bisa
menggerakkan tanganku atau berjalan. Saya tidak bisa mendengar dan tidak
bisa mengenali seseorang. Hanya mulutku yang bisa bergerak dan saya akan
menelan apa saja yang diletakkan di mulutku. Orang orang harus
menggerakkan kepalaku dan memindahkan lenganku dari bawah tubuhku.
Beratku turun menjadi 103 pond (47 kg).

"Dua tahun kemudian, saya bangun dari rumah sakit jiwa. Saya memiliki lima
retak tulang di pinggangku dan tidak bisa berjalan"

Sahabat-sahabatnya bisa membangkitkan keprihatinan publik di seluruh Israel
di wilayah-wilayah pendudukan. Para pejabat dan jurnalis Israel membentuk
opini bahwa Nader Afouri "berpura-pura" dan dia adalah "aktor" yang hebat.
Tetapi para napi yang pernah merawatnya dan para jurnalis serta para
simpatisan yang membesuknya ketika pada akhirnya dia dipindahkan dari
penjara ke rumah sakit, begitu juga staf rumah sakit yang merawatnya
memberikan kesaksian tentang kondisinya. Nader Afouri menjadi "Cause Celebre"
bagi bangsa Palestina, sebuah simbol penyiksaan yang menyebabkan
penderitaan mereka, serta dimensi heroik perlawanan mereka.

Kasus Dr. Azmi Shuaiby

Azmi Shuaiby, seorang dokter gigi, adalah anggota aktif Dewan Kota el-Bireh di
Tepi Barat dan seorang wakil yang dipilih untuk Komite Bimbingan Nasional.
Sejak 1973, Dr. Shuaiby ditangkap, disiksa secara brutal dan dipenjara tujuh
kali. Antara 1980 dan 1986 dia dilarang meninggalkan kota el-Bireh, dan harus
berada di rumahnya setelah pukul 18.00. Pada 1986, dia kembali dipenjara dan
kemudian dideportasi dari Tepi Barat.143

Dia tidak pernah dituduh melakukan aksi bersenjata atau menyulut kerusuhan.
Tetapi Dr. Shuaiby menolak tuntutan orang-orang Israel agar dia mau


80
bekerjasama. Dia telah menulis artikel-artikel menentang pendudukan dan
pemukiman serta mendukung sebuah negara Palestina merdeka.

Pada 1973, ketika pertama kali ditangkap pada usia dua puluh tahun, Azmi
diberitahu: "Kami telah mengamati kamu. Kamu ranking pertama di kelasmu di
universitas. Kami bisa membuatmu menjadi orang yang sangat kaya dan
berkuasa di Tepi Barat. Kamu harus bekerjasama dengan kami dan bergabung
dengan Liga-liga Desa". Karena penolakannya, serangkaian penangkapan dan
penyiksaan biadab dia terima. Dr. Shuaiby menggambarkan cara-cara
penyiksaan tersebut, baik secara fisik maupun psikis yang dia alami.

"Mereka meletakkan kakiku di antara kaki kursi, sehingga saya tidak bisa
bergerak. Kemudian mereka memukul telapak kakiku sampai membengkak
dengan tongkat-tongkat yang berat. Setelah satu menit, saya tidak bisa lagi
merasakan kakiku. Rasa sakit tak terlupakan dan tak bisa kugambarkan, saya
pun tidak bisa berdiri."

"Mereka sepertinya berdiri di belakangku. Saya tidak bisa mengatakan apakah
ada seseorang, tiba-tiba penyidik menghantamkan kedua tangannya dengan
keras telingaku. Hantaman ini menyebabkan tekanan hebat dan seketika ke
hidung, mulut dan telingaku - dengungan nyaring terdengar selama lima menit.
Saya kehilangan keseimbangan dan pendengaranku."

"Mereka menyuruh seorang pengawal raksasa untuk memukuliku terus
menerus. Dia berkata: "Kamu kan dokter gigi? Tangan mana yang kamu
gunakan? Jika kami mematahkan tanganmu, maka kamu bukan lagi seorang
dokter gigi". Kemudian dia memukul tanganku sampai terasa patah."

"Mereka mengikat tanganku ke belakang dan menggantungku ke sebuah
pengait. Mereka membentangkan kakiku dan memukul buah pelirku dengan
tongkat, kemudian menggencetnya. Bila anda merasakan pedihnya tusukan di
dalam perut anda, di seluruh syaraf anda, niscaya anda pasti lemas."

"Mereka meletakkan saya di luar pada musim dingin dengan telanjang bulat,
dan tangan diselingkung tergantung ke pengait. Saya digantung dengan cara ini
dari pukul 23.00 (malam) sampai menjelang matahari terbit. Kemudian saya
dikembalikan ke sel. Mereka menyiram air ke lantai sel sehingga saya tidak bisa
tidur."

"Mereka mengatakan kepadaku, saya harus kerjasama dengan mereka. Jika mau
melakukannya, saya tidak boleh bercerita kepada Palang Merah maupun orang
lain bahwa saya bekerja untuk mereka. Saya jawab: "Baiklah, saya akan
mengatakan kepada mereka bahwa kalian telah berkata saya tidak boleh
bercerita kepada siapa pun bahwa kalian menginginkan saya bekerja untuk
kalian". Saya menolak bekerjasama. Mereka memukuliku tanpa henti."

Pada tahun 1980, Israel memperkenalkan teknik-teknik baru. Dr. Shuaiby
menyebut cara ini sebagai siksaan psikologis. Dia mengalami siksaan ini lebih
berat dari siksaan fisik, "otak anda yang terpengaruh".

Dr. Azi Shuaiby menjadi sasaran siksaan berikut:


81
1. Pengasingan
"Tidak seorang pun diperbolehkan berbicara kepadaku, bahkan para serdadu.
Luas sel: lebar 4,5 kaki, panjang 5,5 kaki dan tinggi 9 kaki (1,5 meter, 1,8 meter
dan 3 meter). Di satu pojok terdapat sebuah lubang bau yang digunakan sebagai
toilet. Hanya terdapat sebuah jendela sempit dekat lantai. Saya tidak pernah
melihat langit. Ruangan selalu gelap, sehingga tak ada bedanya antara siang dan
malam. Saya tidak memiliki apa pun untuk dibaca. Saya tidak mendengar suara.
Makanan diletakkan di pojok dan pintu dibuka dengan sangat sempit. Saya
harus meraihnya sepotong demi sepotong."

"Alas tidur terbuat dari tikar plastik yang tebalnya kurang dari satu setengah
inci. Alas ini selalu basah. Sekali seminggu saya diperbolehkan keluar untuk
beberapa menit guna memberi udara pada ruang tersebut. Tidak satu pun
serdadu diperkenankan berbicara denganku."

"Untuk menjaga kesehatan akalku, saya mengumpulkan kepingan-kepingan
kecil kulit jeruk dan membentuknya. Saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada diriku sendiri dan kemudian menjawabnya. Saya juga menarik benang-
benang selimut kemudian menganyamnya kembali."

2. Kotak

"Saya disekap selama empat hari, siang dan malam, di dalam kotak yang
lebarnya 20 inci, panjang 20 inci dengan posisi menekuk tetapi tetap berdiri.
Kotak ini sangat gelap. Sebuah kantong yang baunya menyengat
diselongsongkan ke kepalaku. Tangan diborgol ke belakang dengan borgol
khusus. Jika saya menggerakkan tanganku, secara otomatis borgol itu semakin
mengetat. Saya tidak mampu bergerak di dalam kotak itu, dan harus tidur
sambil berdiri menekuk. Pada suatu saat, saya tertidur sekitar satu menit,
kemudian mendadak terjaga karena merasa kesulitan bernafas."

3. Para Penyidik

"Interogasi dan penyiksaan dilakukan oleh sebuah tim. Semuanya adalah para
perwira dan kapten, nama mereka adalah Gadi, Edi, Sami, Yacob dan Dany.
Ruang interogasi adalah kerajaan mereka, tidak seorang pun bisa masuk."

"Selama invasi Israel ke Lebanon tahun 1982, tim interogasi tersebut dikirim ke
Lebanon dan sebuah tim baru terdiri dari para mantan penyiksa. Salah satunya
yang telah menjadi seorang penyidik selama sepuluh tahun, sekarang dia adalah
seorang pengusaha.

"Kapten Dany kembali dari Lebanon selama pemenjaraan saya. Dia sangat
jangkung, tampan, usianya sekitar tiga puluh lima tahun. Dia sangat kasar,
selalu berteriak "setubuhi adik perempuanmu, setubuhi ibumu". Dia selalu
memaksa membuka mulutku dan meludahinya. Pada 1973, dia mencoba untuk
memasukkan sebuah botol secara paksa ke dalam duburku. Ketika dia
melihatku saat kembali dari Lebanon, dia berkata: "Oh, Azmi di sini?!," dan
kemudian bercerita kepadaku tentang anak-anak di Ansar. "Saya


82
menginterogasi anak-anak 10, 11 dan 12", dia memulai ceritanya tentang
peukulannya terhadap anak-anak kecil itu."

Dr. Azmi Shuaiby dipenjara tiga kali pada 1982. Antara 7 Desember 1981 dan 16
Januari 1982, dia disekap dalam pengasingan selama pemogokan umum di Tepi
Barat dan penutupan Universitas Bir Zeit. Dari 1 April sampai 3 Mei, ketika
tentara Israel membubarkan Dewan-dewan Kota Tepi Barat, Azmi ditempatkan
di kotak, kemudian kembali diasingkan. Dia disekap dalam pengasingan selama
invasi Israel ke Lebanon.

"Baru-baru ini mereka berkata kepadaku: "Kami akan menghancurkan klinikmu
dengan cara menjebloskan kamu ke penjara setiap pergantian bulan. Komputer
kami akan menetapkan kapan kamu dijadwalkan untuk dipenjara kembali."

Pada 1986, Dr. Azmi Shuaiby dideportasi.

Kasus Muhammad Manasrah

Muhammad Manasrah seorang aktivis serikat perdagangan, sekretaris
mahasiswa universitas Bethlehem, sekarang menjadi penulis dan jurnalis. Dia
dipenjara tiga kali selama empat setengah tahun, kemudian selama dua tahun
ditempatkan pada posisi pembebasan bersyarat. Penyiksaan yang dia alami
selama interogasi tidak ada hentinya, yang mengakibatkan kerusakan seksual
dan hilangnya pendengarannya. Dia juga mengalami berbagai penahanan
singkat lainnya, begitu juga penahanan rumah dan pembatasan-pembatasan
kota.144

Pemenjaraan Pertama

"Saya berusia sembilan belas tahun pada 1969 ketika ditangkap untuk pertama
kalinya. Saya dibawa bersama-sama sekelompok orang dan ditahan di
Moscobiya selama enam bulan. Di tempat itu saya diinterogasi tentang
demonstrasi-demonstrasi, publikasi-publikasi dan organisasi-organisasi.

"Moscobiya benar-benar biadab. Mereka mangambil baju kami dan menutupi
mata kami. Mereka memborgol tangan kami dan merantai sepuluh orang dari
kami di sebuah barisan. Kami ditelanjangi, dan disiram air. Kemudian secara
bergantian, dengan menggunakan tongkat mereka memukuli kepala dan
kemaluan kami. Kami tidak pernah bisa mempersiapkan diri untuk
menghadapi pemukulan-pemukulan itu."

"Sahabatku, Bashir al-Kharya, seorang pengacara, dipenjara sejak 1969. Mereka
memukul kepalanya dengan tongkat berat selama tiga hari. Kepalanya menjadi
hijau karena jamur dan terinfeksi bakteri selama lima tahun. Dia masih ditahan
di penjara Tulkarm.

Pemenjaraan Kedua

"Pada 1971, para penguasa Israel menuduhku menjadi anggota Front Rakyat
bagi Pembebasan Palestina (PFLP) dan sekaligus anggota Fatah (kelompok


83
Yaser Arafat dalam PLO), meskipun seseorang tidak mungkin bisa menjadi
anggota kedua organisasi tersebut sekaligus."

"Dinas rahasia tidak memiliki bukti apa pun, tetapi mereka memberi pilihan
kepadaku antara dituduh menjadi anggota sebuah organisasi ilegal, dijebloskan
ke penjara atau secara sukarela pindah ke Amman (Yordan). Saya katakan
kepada mereka, saya lebih baik dipenjara seumur hidup daripada diasingkan.
Saya mengakui menjadi anggota Dewan Mahasiswa Bersatu, dewan dari
seluruh organisasi mahasiswa yang telah dinyatakan terlarang. Kemudian saya
dipenjara selama satu tahun di Ramallah dan Nablus.

Pemenjaraan Ketiga

"Pada 1975, mereka menyerang rumahku di kamp Dheisheh dan merampas
seluruh bukuku. Mereka membawaku ke kantor polisi Bassa, dan memukuliku
selama dua hari. Mereka tidak mengajukan pertanyaan. Seorang penyidik
berdiri di depanku dan lainnya di belakangku. Kemudian orang di belakangku
menamparkan kedua tangannya dengan keras ke telingaku. Darah mengucur
dari telinga dan mulutku. Saya mengalami kerusakan otak. Seorang tahanan
yang ditakut-takuti, jatuh lemas ketika mereka membawanya ke tempat aku
disiksa."

Penyiksaan di Penjara Hebron

Muhammad Manasrah dibawa ke Hebron dan disiksa dengan berbagai cara
yang berbeda:

"Mereka mengikatku dengan posisi terbalik dan memukuliku tanpa henti di
bagian kaki dengan sepotong kayu. Anda tidak bisa membayangkan berapa kali
mereka memukuliku. Kakiku membengkak besar dan berubah menjadi biru
lebam. Saya mengalami pendarahan di balik kulit."

"Mereka menelanjangiku, merantai tanganku, kemudian menggantungku
dengan kaki tak menyentuh tanah. Mereka terus menerus memukuli kakiku,
selalu memusatkan kepada kakiku. Terkadang mereka menurunkan aku, dan
meletakkan kakiku ke dalam bak air kotor, bau dan dingin. Hal ini bisa
mengurangi rasa sakit. Kemudian mereka menggantungku lagi. Saya harus tidur
terantai, dengan tangan di atas kepalaku. Keadaan ini berlangsung sampai
empat belas hari."

"Maisara abul Hamdia bersamaku. Untuk setiap satu pukulan yang saya terima,
dia mendapatkan dua kali. Maisara akan digantung ketika saya dibawa ke
ruang penyiksaan. (Pada masa berikutnya, Maisara dideportasi ke Yordan)."

"Setelah empat belas hari, saya pasti kehilangan kesadaran secara konstan. Saya
ditempatkan di sel nomer 5 yang panjangnya 5 kaki 3 inci, lebar 2 kaki, dan
tingginya 5 kaki 6 inci (160 cm, 60 cm, 168 cm). Sel ini setinggi tubuhku, dan
karena panjangnya hanya sekian itu, terpaksa kakiku kuletakkan di tembok
ketika berbaring."



84
"Satu-satunya suara yang saya dengar adalah suara kunci. Saya merasa
ketakutan setiap mendengar suara itu. Saya tidak tahu pasti berapa lama saya
harus ada di situ, mungkin selama lima hari atau seminggu."

"Saya dipukuli sepanjang malam ketika mereka memindahkan saya dari sel
nomer 5 ke nomer 4. Mereka menggunakan tongkat besar untuk memukuli
kepala dan kemaluanku. Mereka menjambak rambutku dan membenturkan
kepalaku ke tembok. Saya mengalami kerusakan permanen pada kemaluan dan
kepalaku. Kemaluanku berulangkali di rontgen."

"Saya dibawa ke pengadilan militer di pagi hari dan dibuat menunggu
sepanjang hari, tetapi di sana tidak ada persidangan. Sebagai gantinya, Abu
Ghazal, seorang penyidik terkenal, datang. Dia menjambak rambutku dan
mengayunkan tubuhku ke sekeliling ruangan dan membenturkan ke tembok.
Rambutku jebol. Dia mengancam akan mengirimku ke Sarafand atau "Akka"
(penjara rahasia yang digunakan pada 1974 dan 1975) jika saya tidak mengaku
dalam waktu dua hari mendatang."

"Saya ditempatkan di sebuah sel dan tidur sepanjang waktu itu. Saya tidak tahu
apakah siang ataukah malam, dua atau sepuluh hari. Saya masih merasa ngeri
setiap mengingat masa ini, kakiku gemetaran."

"Setelah dua hari, sepuluh serdadu menerobos masuk ke selku dan mulai
memukuliku. Mereka menyeretku sepanjang lantai menuju ke ruang
penyiksaan. Mereka berkata kepadaku bahwa teman-teman seperjuanganku
telah mengaku. Saya berkata, "bawa mereka kepadaku". Saya tahu ini hanyalah
dusta. Mereka membawa dua tipe orang kepadaku agar aku mau mengaku:
Orang lembut dan lemah yang tidak tahan melihatku disiksa."

"Sekarang mereka memperkenalkan cara-cara lain - mengubah-ubah antara
penyiksaan dan omongan lembut dengan harapan agar saya pecah dan mengaku.
Mereka menuduhku menjadi anggota PFLP, Fatah dan partai komunis. Mereka
akan mengubah tuduhan, tetapi satu hal yang tetap: Setelah setiap tuduhan,
mereka pasti memukuliku secara biadab."

"Mereka membawa dua orang mayor untuk melihatku dan menguliahiku
selama enam jam tentang kejahatan Uni Soviet terhadap orang-orang Yahudi
dan penindasan Cina terhadap minoritas nasionalnya. Mereka menuduhku
seorang komunis, sebab mereka menemukan buku-buku tentang Marxisme di
rumahku. Saya katakan kepada mereka bahwa tidak akan ada kedamaian di sini
tanpa penentuan nasib sendiri bagi bangsa Palestina. Mereka memintaku untuk
menuliskan dan menandatanganinya, dan saya pun melakukannya."

"Setelah empat puluh enam hari interogasi dan penahanan, mereka mengirimku
ke sebuah penjara militer di Ramallah. Saya dituduh melakukan aksi-aksi
menentang kekuasaan negara. Pengacaraku, Ghozi Kfir, meminta penjelasan
yang rinci tentang tuduhan itu. Pengadilan menjawab, "Ia adalah seorang
revolusioner dan penyeleweng."

"Sebelum mendengar putusan, pengacaraku dan pihak jaksa mengupayakan
sebuah kesepakatan. Saya akan dibebaskan tanpa tuduhan, jika saya tidak


85
berbicara di pengadilan tentang bagaimana saya disiksa. Tetapi hakim
mengabaikan kesepakatan itu dan menjatuhkan hukuman lima tahun penjara.
Saya menjalaninya tiga tahun dan dua tahun pembebasan bersyarat.

Penahanan Rumah dan Pencekalan

The Shinbet berkali-kali menyerang Muhammad Manasrah setelah dibebaskan
dari penjara. Mereka mendekati setiap orang yang mempekerjakannya, dan
mengatakan kepada mereka untuk memecatnya. Dia kehilangan empat
pekerjaan sebelum menjadi seorang organisator Serikat Pekerja Sepenuhnya.

Pada 7 Januari 1982, dia diperintah untuk kembali dari Bethlehem ke Wadi
Fukin, sebuah desa kecil tempat kelahirannya terletak di dalam batas Israel
pra-1967. Dia ditempatkan di bawah penahanan rumah di Wadi Fukin selama
enam bulan. Dia tidak memiliki sumber penghasilan dan harus tergantung atas
bantuan tetangganya.

Para pejabat dan Liga Desa (para kolaborator) mengancam Muhammad
Manasrah, keluarganya dan semua orang yang berhubungan dengannya.
Rumahnya diserang berulang kali, buku-buku dan kertas disita. Keluarganya
dicekal bepergian ke Tepi Barat. Izin kerja saudaranya dicabut. Saudara ipar
wanitanya diserang oleh Liga Desa ketika mereka salah mengambilnya, karena
disangka istri Muhammad.

Gubernur militer mengancam keluarga yang anak-anaknya mengunjunginya.
Anak-anak mudah diselidiki. Tiga guru sekolah dasar diinterogasi setelah
mengunjunginya, "mereka menerapkan pengepungan terhadapku: ekonomi, sosial
dan psikis."

Muhammad Manasrah menentang atas pencekalan ini, dia kembali ke
Bethlehem di mana istrinya bisa bekerja. "Saudaraku dan anak-anaknya
ditangkap untuk memaksaku kembali ke Wadi Fukin, tetapi saya tetap di
Bethlehem."

Penahanan rumahnya pada akhirnya dipindahkan ke Bethlehem. "Saya tidak
bisa tinggal lama-lama di rumah. Saya pergi kesana kemari. Para serdadu
menjambakku dan membawaku ke penjara."

Pada 1 Desember 1982, peraturan baru militer mengizinkannya untuk bergerak
di dalam batas-batas kota, tetapi dia dilarang bekerja, dan harus melapor ke
gubernur militer setiap hari, dan tetap disana sampai sore.

Setelah satu tahun, pembatasan-pembatasan tersebut berakhir. Kurang dari
satu bulan berikutnya, gubernur militer memerintahkan penahanan kota
selama enam bulan lainnya.

Kembali Dipenjara

Muhammad Manasrah masuk universitas Bethlehem untuk belajar sosiologi.
Segera dia terpilih sebagai sekretaris senat mahasiswa. Pada November 1983,


86
dia dan anggota senat lainnya dipenjara setelah mendukung pertunjukan
budaya Palestina.

Penyiksaan Terhadap Pemuda Palestina

Secara rutin penyiksaan dikenakan terhadap pemuda Palestina, baik mereka
sebagai warga negara Israel atau mereka yang tinggal di wilayah pendudukan.
Hussam Safieh dan Ziad Sbeh Ziad dari Galilea ditangkap atas tuduhan
mengibarkan bendera Palestina pada tahun pertama peringatan pembantaian
Sabra dan Shatila. Enam bulan berikutnya mereka dibebaskan karena
dinyatakan tidak bersalah dan tidak ada bukti atas pelanggarannya, serta tidak
ada pengakuan yang didapat dari mereka. Di pengadilan, para pemuda itu
berbicara tentang penyiksaan yang mereka terima selama di tahanan.

Mereka disemprot air dingin dan ditelanjangi di ruang yang dingin. Seluruh
tubuhnya dipukuli, termasuk kemaluannya. Penyiksaan elektrik dipergunakan.
Ziad, dengan tangan terikat ke belakang, dilempar ke depan dan ke belakang
dari seorang penyidik ke penyidik lainnya. Dia dipukuli pada wajah dan
lehernya. Dia menolak menandatangani pengakuan.145

Mu'awyah Fahd Qowasmi, putra walikota Hebron yang dibunuh Zionis, Fah'd
Qawasmi dan sepupunya, Usamah Fayez Qawasmi adalah di antara 17.000
pemuda Palestina yang ditahan oleh tentara Israel selama intifadah di Tepi
Barat dan Gaza akhir-akhir ini.

Para penyidik Israel meyiram air pada mereka dan menjepitkan klip-klip yang
disalurkan ke kabel listrik pada kaki mereka, kemudian menghidupkan
arusnya. Muawyah kehilangan kesadaran tiga kali selama setengah jam dari
penyiksaan kejut listrik ini.146 Para pengacara yang secara reguler membela
mereka yang dituduh melanggar keamanan, secara bulat menyatakan bahwa
pengadilan militer di Israel dan wilayah pendudukan pasca 1967 "menyetujui
dan secara sengaja menutupi penyiksaan yang dilakukan oleh dinas rahasia
Israel."147

Seandainya Dewan Pertahanan menentang keabsahan pengakuan atau bukti
penyiksaan yang diajukan, sebuah persidangan kecil atau Zuta (bhs. Ibrani)
digelar. Pelaksanaan hukuman tersebut dihasilkan oleh perwira pasukan atau
polisi yang mereka dapatkan dari pengakuan. Tetapi sebagaimana yang diamati
pengacara Israel, Lea Isemel, "Perwira itu mengambil pernyataan, seringkali
menyusunnya bagi napi. Tetapi perwira ini tidak melakukan interogasi atau
menyiksa tahanan. Dengan dasar ini dia bisa menyatakan bahwa pengakuan
tersebut diterima secara bebas tanpa paksaan."148

Para penyidik dan sipir penjara sulit sekali untuk dikenali atau dibawa ke
pengadilan. Sebab mereka menggunakan nama-nama Arab seperti Abu Sari dan
Abu Jamil, atau nama-nama samaran seperti Jacky, Dany, Edi, Orli, dan
seterusnya. Bahkan ketika seorang tahanan berhasil membawa penyiksanya ke
pengadilan, hal ini tidak ada artinya. Lea Isemel menggambarkan, setelah
berusaha keras untuk mengatasi kendala yang sangat pelik ini, si penyidik
dibawa ke ruang sidang. "Dia sekarang melihat kepada si tertuduh dan


87
mengatakan dia belum pernah melihatnya selama hidupnya. Hal ini mengakhiri
persoalan."149

Wasfi O. Masri berhasil membuktikan lima pengaduan yang dianggap tidak
sah, sehingga dia dihormati di kalangan pengacara Israel dan di wilayah
pendudukan pasca 1967. Tetapi hal ini tidak menjamin keputusan tidak
bersalah bagi napi. Jumlah lima tersebut hanyalah dari ribuan kasus.

Penahanan Rumah dan Pencekalan Kota

Menurut peraturan darurat pertahanan nomer 109, seorang gubernur militer
bisa memaksa siapa saja untuk tinggal di tempat yang ditentukan. Dia bisa
membatasi gerak orang di rumah atau kotanya. Hukuman semacam ini
diberlakukan selama enam bulan, tetapi bisa diperbarui berulang kali. Dalam
beberapa kasus, orang dibatasi geraknya "sampai pemberitahuan lebih lanjut".

Mereka yang dikenai tahanan rumah, kota atau pencekalan perjalanan secara
resmi tidak dikenai tuduhan atau dibawa ke pengadilan. Gubenur militer
mengeluarkan aturan tersebut tanpa diharuskan menentukan sifat pelanggaran
tersebut. Meskipun orang yang dicekal berhak membawa kasusnya ke komite
pengaduan militer maupun mahkamah Israel, jarang sekali pengadilan menolak
setiap keputusan yang didasarkan pada alasan keamanan, dan sulit bagi korban
dan pengacaranya untuk mempersiapkan sebuah kasus. Gubernur militer tidak
akan menentukan rincian tuduhan atau bukti yang mendukungnya.

Peraturan nomer 109 tersebut telah digunakan terhadap orang Palestina di
Israel atau di wilayah yang diduduki sejak 1967. Aturan ini telah digunakan
terhadap para intelektual, jurnalis, guru, seniman, pengacara, anggota serikat,
perdagangan, mahasiswa dan tokoh politik, meskipun tidak semuanya. Banyak
dari kalangan mereka yang melontarkan kritik keras dan tajam terhadap
kebijaksanaan Israel, dan mereka mendukung penentuan nasib sendiri bagi
bangsa Palestina. Antara Januari 1980 dan Mei 1982, Amnesti Internasional
mencatat 136 perintah pencekalan dikeluarkan untuk 77 orang;150 100 perintah
pencekalan dikeluarkan pada September 1983 setelah terjadi peristiwa-
peristiwa yang memperingati pembantaian Sabra dan Shatila;151 dan peraturan
tersebut masih berlanjut sampai sekarang.

PENJARA

Penjara-penjara Israel secara mendasar adalah penjara politik. Penjara tersebut
terutama mencengkeram orang Palestina yang dicurigai, dituduh dan seringkali
- atas dasar pengakuan terpaksa - diyakini melaksanakan, membantu atau
merencanakan tindakan perlawanan baik secara damai atau bersenjata.
Meskipun statistik jumlah populasi penjara tidak tersedia, jumlah tahanan
yang menjalani hukuman dalam waktu yang sangat lama secara konsisten
berkisar 3000 orang. Tiga puluh wanita dipenjara di Neve Tertza, tidak
termasuk wanita-wanita yang dibawa dari Lebanon. Para pengacara
memperkirakan sebelum terjadi intifadah, setiap tahun 20.000 orang Palestina
dipenjara.



88
Dalam batas wilayah pasca 1967 terdapat sepuluh penjara, termasuk Kfar
Yonah, penjara pusat Ramle, Shattah, Damun, Mahaneh Ma'shiyahu, Bersyeba,
Tel Moud (untuk remaja), Nafha, Askelon dan Neve Tertza. Sembilan penjara
yang terletak di wilayah pendudukan pasca 1967: Gaza, Nablus, Ramallah,
Bethlehem, Fara'a, Yeriko, Tulkarm, Hebron dan Jerusalem.

Terdapat pusat-pusat penahanan regional di Yagur (Jalameh) dan Atlit dekat
Haifa, Abu Kabir di Tel Aviv dan Moscobiya di Jerusalem. Selain itu, markas
besar polisi di Haifa, Acre, Jerusalem, Tel Aviv, delapan belas kantor polisi di
seluruh negara dan empat pos polisi di wilayah pendudukan digunakan untuk
menahan orang-orang yang dicurigai untuk diinterogasi dan disiksa.152

Instalasi-instalasi militer di seluruh negeri juga digunakan sebagai pusat
interogasi dan penyiksaan. Para napi sepakat bahwa penjara atau tempat yang
paling biadab adalah Armon ha-Avadon yang dikenal sebagai istana neraka atau
istana akhir. Pusat penyiksaan ini terletak di Mahaneh Tzerffin dekat Sarafand.

Pada akhirnya, kamp-kamp penahanan dengan hanya puluhan ruang tidur
dibangun untuk menampung sejumlah besar tahanan Palestina yang dibawa
dari Lebanon selama invasi 1982, juga para pemuda yang dijaring selama
perlawanan yang terjadi saat ini. Meggido, Ansar II (di Gaza) dan Dhariyah
menjadi pusat penahanan yang terkenal karena kondisinya yang buruk dan
penyiksaaan harian - rutin.

Perlakuan yang berbeda

Perbedaan antara penjara bagi orang Palestina di wilayah pendudukan pasca
1976 dan wilayah Israel pra-1967, yaitu di Jalur Hijau, tidaklah besar. Penjara
Askelon, penjara Nafha, sayap utama penjara Bersyeba dan sayap utama penjara
Ramle, meskipun terletak di wilayah Israel pra-1967, merupakan pusat
penahanan besar bagi orang Palestina dari wilayah pendudukan post-1967 Tepi
Barat dan Gaza. Damun dan Tel Mond digunakan untuk pemuda Palestina.

Lokasi fisik penjara tersebut memiliki sedikit kaitan dengan kondisinya. Para
pejabat penjara Israel mempertahankan pemisahan yang ketat antara orang
yang ditahan karena tuduhan kriminal dengan mereka yang diyakini melanggar
"keamanan" atau tahanan politik.

Karena hanya sejumlah kecil orang Yahudi yang dikualifikasikan sebagai
tahanan politik dan hanya sejumlah kecil orang Palestina, khususnya dari
wilayah pendudukan, sebagai tahanan kriminal, maka pemisahan ini
mengakibatkan pemilahan antara para napi Yahudi dan para tahanan Palestina.
Antara keduanya dilarang berkomunikasi. Mereka berada di penjara yang
terpisah atau sayap yang berbeda dari institusi yang sama.
Perbedaan juga dibuat antara para napi Palestina dari wilayah pendudukan
dengan para anggota Arab-Israel, orang Palestina dan Druze yang tinggal di
wilayah Israel dan berwarga negara Israel. Kondisi pemenjaraan bagi para
tahanan dari Tepi Barat dan Gaza jauh lebih buruk dari kondisi para tahanan
yang berasal dari wilayah Israel pra-1967.


89
Sebagian tahanan dari wilayah Israel pra-1967 diperbolehkan membawa tempat
atau alas tidur. Hampir 70% para tahanan Israel menikmati hak istimewa ini.
Mereka juga menerima satu kunjungan setiap dua minggu dan mengirim dua
surat dalam sebulan. Mereka diperkenankan membawa tiga selimut di musim
panas dan lima selimut di musim dingin.

Para tahanan dari wilayah pendudukan pasca-1967 tidur di lantai selama musim
panas dan musim dingin. Mereka diperkenankan membawa alas tidur karet
setebal 1/4 inci (0,5 cm), satu kunjungan dan satu kartu pos dalam sebulan. Jika
luas ruang tinggal setiap napi di penjara Eropa dan Amerika adalah 112,5 kaki
persegi (10,5 meter persegi), di penjara bagi orang Palestina dari Tepi Barat dan
Gaza adalah sepersepuluh dari luas tersebut atau 16 kaki persegi (1,5 meter
persegi).
Birokrasi penjara merupakan hukum tersendiri. Ketika memasuki kawasan ini,
warga negara kehilangan seluruh haknya. Dia menjadi sasaran bagi kekuasaan
semena-mena yang dilakukan oleh orang-orang pilihan untuk menyakiti
mereka.

Undang-undang Penjara (direvisi 1971) memiliki 14 pasal. Tidak ada pasal atau
sub-pasal yang menetapkan hak-hak tahanan. Undang-undang tersebut
menyediakan serangkaian aturan yang secara legal mengikat menteri dalam
negeri, tetapi menteri sendiri menyusun aturan-aturan ini melalui keputusan
administratif. Tidak ada ketetapan yang menyatakan kewajiban yang
dikenakan terhadap para pejabat penjara maupun pasal yang menjamin standar
hidup minimum bagi tahanan.

Di Israel, secara hukum diizinkan untuk memasukkan dua puluh orang dalam
satu sel yang ukuran panjangnya tidak lebih dari 15 kaki (5 meter), lebar 12 kaki
(4 meter) dan tinggi 9 kaki (3 meter). Ruangan ini termasuk tempat cuci
terbuka. Para tahanan dikurung terus menerus selama dua puluh tiga jam sehari
pada sel semacam ini.

Laporan Kutler

Penyelidikan luas tentang kondisi fisik di dalam penjara-penjara yang terletak
di wilayah Israel pra-1967 telah dipublikasikan pada Ha'aretz tahun 1978 oleh
jurnalis Israel, Yair Kutler. Dia menceritakan kehidupan penjara di Israel
sebagai neraka di bumi dan berupaya menggambarkan setiap penjara secara
rinci.153 Penilaiannya sebagai berikut:

1. Kfar Yonah

Para pejabat senior menamakan penjara Kfar Yonah sebagai Kevar yonah
(kuburan Yonah). Tempat ini merupakan pusat penahanan yang menakutkan
semua orang yang melintasi pintu gerbangnya. Para tahanan menamainya
Meurat Petanim (sarang kobra).

Penyambutan bagi mereka yang dikembalikan kesana sampai persidangan
digelar sangatlah menakutkan. Sel-selnya sangat dingin dan lembab. Alas tidur


90
yang kusam, usang dan bau bertumpukan. Semua tahanan tidak bisa berbaring
kecuali di atas lantai. Bau yang menusuk dari kotoran, keringat dan kencing
manusia tidak pernah sirna dari sel-sel yang terkunci dan sempit. Pada sayap
"D" terdapat ruangan yang di dalamnya berjubel dua belas, delapan belas dan
dua puluh orang tahanan.

2. Penjara Pusat Ramle

Ramle adalah penjara terkejam di Israel. Penjara ini adalah bekas kantor polisi
Inggris yang pernah digunakan sebagai kandang kuda. Penjara ini penuh sesak
dan bau, dihuni oleh tujuh ratus tahanan. Banyak napi tidak punya tempat
tidur, sebuah sudut kecil atau bahkan beberapa meter persegi menjadi tempat
mereka. Seringkali seratus orang harus berbaring di atas lantai.

Terdapat dua puluh satu sel isolasi (sel X) di Ramle. Sinar matahari tidak
pernah menembus sel-sel isolasi itu yang secara menyeluruh ditutup rapat.
Sebuah bola lampu temarang yang bergoyang-goyang memberikan cahaya
sepanjang siang dan malam.

Selain sel-sel isolasi, Ramle memiliki beberapa ruang bawah tanah yang
panjangnya 6 kaki, lebar 3 kaki dan tinggi 6 kaki (2 meter, 80 cm, 2 meter).
Ruang-ruang ini gelap, kotor dan baunya sangat menusuk. Tidak ada jendela
atau lampu, sebuah lubang kunci kecil memberikan sedikit cahaya dari koridor.

Sebelum tahanan ditempatkan di sel bawah tanah, dia ditelanjangi dan diberi
baju terusan tipis yang usang. Sekali sehari dia mungkin boleh keluar untuk
menggunakan toilet, sisanya dia harus terkurung sepanjang siang dan malam.
Dia bisa kencing melalui saluran pipa di pintu. Napi dilarang berjalan-jalan atau
mandi setiap hari.

Di penjara ini sering terjadi pemukulan. Cara yang paling disukai adalah metode
selimut. Yaitu beberapa penjaga membungkus kepala napi dan memukulinya
sampai pingsan.

Untuk menghindari pengurungan sunyi seperti itu, seorang napi harus
mengetahui bagaimana menjalani kehidupan dalam ketundukan dan
penghinaan diri secara menyeluruh.

3. Damun

Kehidupan di penjara Damun bagaikan neraka di bumi. Kondisinya sangat
menjijikkan dan menimbulkan rasa mual bagi setiap pengunjung yang datang
ke tempat yang dilupakan Tuhan ini. Bangunan-bangunannya menyerap
kelembaban dan rasa dingin. Lima selimut tidak akan cukup untuk menjaga
kehangatan. "Banyak napi yang sakit dan hampir semuanya putus asa".

Sayap penjara Damun yang diperuntukkan bagi pemuda kondisinya lebih
buruk lagi. Begitu berjubelnya sehingga para pemuda hanya bisa menjulurkan
kakinya selama dua jam setiap malam dan waktu interval ini sering lenyap.



91
4. Shattah

Di Shattah kepadatannya sangat mengerikan. Bau buruk tercium dari
kajauhan...... sel-selnya gelap, lembab dan dingin. Udaranya sangat pengap.
Sepanjang musim panas udaranya membakar lembah Beit Shean, penjara ini
adalah neraka yang menyala-nyala.

4. Sarafand

Istana akhir ini terletak di balik pagar listrik tegangan tinggi yang terlihat oleh
semua turis ketika melintasi bagian akhir jalan Jerusalem ke Tel Aviv, hanya
lima mil dari lapangan terbang Ben Gurion. Ini merupakan batas luar Sarafand
yang luasnya sepuluh mil persegi dan merupakan penjara dan depot perbekalan
angkatan bersenjata Israel terbesar. Tempat ini juga menjadi gudang Dana
Nasional Yahudi, yang menggunakan Sarafand untuk menyimpan peralatan
pembangunan pemukiman baru di wilayah Israel pra-1967 dan wilayah
pendudukan post-1967.

Hubungan tak terputus antara pendudukan, pemukiman, kolonisasi, dan
sistem penyiksaan yang menimpa orang-orang Palestina menjadi sangat jelas.
Sarafand - pusat penyiksaan - memiliki arti penting bagi sejarah.

Tempat ini dibangun sebelum perang dunia II dan berfungsi sebagai depot
senjata bagi Inggris. Tempat ini adalah salah satu dari kamp-kamp yang
terkenal bagi para tahanan selama intifadah bangsa Palestina pada 1936
menentang kekuasaan Inggris dan kolonisasi Zionis di negeri itu. Bangunan-
bangunan tua pemerintahan mandat Inggris diambil alih oleh para pejabat Is-
rael, fungsinya tidak berubah, dan digunakan bagi generasi baru para tahanan
Palestina. Pusat tersebut, yang dikenal oleh orang Palestina maupun Yahudi
selama masa Inggris sebagai kamp konsentrasi, karakter dan fungsinya tetap
dipertahankan.

5. Nafha - Penjara Politik

Para tahanan Palestina tidak berstatus tahanan perang, tetapi kamp tawanan
perang dibangun untuk mereka. Nafha disebut sebagai tahanan politik oleh
para penghuninya.
Penjara ini terletak di gurun, delapan kilometer dari Mitzoe Ramon dan
separuh perjalanan antara Bersyeba dan Eilat. Tempat ini merupakan kawasan
kosong dengan badai pasir yang mengerikan. Pasir menembus segala sesuatu di
dalamnya. Pada malam hari sangat dingin dan di siang hari sengatan panasnya
begitu membakar. Ular dan kalajengking berkeliaran di penjara tersebut.

Sebuah sel tipikal dengan panjang 18 kaki dan lebar 9 kaki (6 meter dan 3
meter), terbentang sepuluh alas tidur dan tidak ada ruang lainnya. Sebuah
toilet primitif terletak di salah satu sudutnya. Di atas toilet tersebut ada
pancuran. Ketika seorang napi menggunakan toilet itu, yang lain harus mencuci
dirinya atau piringnya. Di ruang seperti ini sepuluh napi menghabiskan dua
puluh tiga jam sehari. Setengah jam sisanya, adalah waktu bagi semua napi


92
harus berjalan di halaman beton yang panjangnya 15 kaki dan lebar 45 kaki (5
meter dan 15 meter). Banyak napi jatuh sakit, karena menderita akibat siksaan
berulangkali dan kondisi kehidupan penjara yang brutal. 154

Praktek Sehari-hari di Penjara Israel

Para tahanan politik sering mengatakan bahwa kondisi di pusat-pusat
penahanan baik di wilayah Israel pra-1967 maupun post-1967 dirancang untuk
menghancurkan mereka secara fisik maupun kejiwaan.

1.Pemukulan

Di semua penjara wilayah Israel pra-1967 dan wilayah pendudukan, para
tahanan biasa dipukuli. Di Ramle, kejadian ini dilakukan di ruang bawah tanah
atau sel isolasi. Sejumlah sipir menyerang napi dan memukulinya dengan tinju,
sepatu boot, dan tongkat kayu dengan pegangannya yang ditaruh di ruang
tertutup dekat sel-sel bawah tanah tersebut. Di penjara Damun, pemukulan
dilakukan secara primitif. Hal ini dilakukan di depan umum di halaman
penjara. Para penjaga yang paling brutal diberi tanggungjawab untuk tugas itu.
Ada kendaraan transportasi tahanan yang melakukan perjalanan tiga kali dalam
seminggu dari pusat penahanan di Abu Kabir ke penjara Shattah. Kendaraan ini
berhenti di semua penjara Israel kecuali Askelon dan Bersyeba. Di setiap pos
penjara yang dilaluinya, para tahanan mengalami pemukulan biadab yang
dilakukan oleh para penjaganya. Dengan dalih yang tidak berarti, para penjaga
menurunkan korban dari kendaraan di pos berikutnya dan memukulinya tanpa
ampun.

2. Isolasi

Di bawah undang-undang yang berlaku, pengasingan tidak dipandang sebagai
hukuman. Dalam kenyataannya, hanya sedikit orang yang bisa bertahan berada
di sel dengan panjang 3 kaki (1 meter) dan lebar 8,5 kaki (2,5 meter) selama dua
puluh tiga jam sehari dalam waktu yang berbulan-bulan. Bahkan tidak ada napi
yang melakukan upaya verbal untuk menjaga harga dirinya yang bisa
menghindari tahapan penyiksaan di sel-sel isolasi ini.
3. Kerja

Kerja di penjara merupakan kerja paksa. Model ini dirancang sebagai sarana
untuk menyakiti para napi.115 Para napi politik secara sengaja diharuskan
menghasilkan sepatu boot bagi angkatan bersenjata Israel, jaring-jaring
kamuflase dan sebagainya. Mereka yang menolak dikenai sanksi tidak
memperoleh hak-hak istimewa seperti membeli makanan di kantin, keluar dari
sel, membaca buku, koran, atau bahan bacaan lainnya. Sebagian dihukum
dengan pengasingan.

4. Makanan

Makanan di penjara tidak memadai dan anggarannya sangat minim. Jatah
makanan, sayur dan buah-buahan sering disembunyikan oleh staf penjara.
Telur, susu dan tomat segar dianggap sebagai kemewahan napi.


93
5. Pengobatan Medis

Pada 1975, seorang napi di penjara Damun memotong lengan dan kakinya.
Teman-teman sekamar memanggil penjaga, dan tiga orang penjaga datang. Tim
medis itu secara teratur membuka sel dan menjambak napi tersebut, dan tanpa
mengucapkan sepatah kata mementungi wajahnya berkali-kali. Napi itu jatuh
ke lantai, petugas medis menendanginya tanpa henti.

Para napi dijebloskan ke gedung-gedung yang tidak layak. Mereka menderita
akibat sengatan panas di musim panas. Di musim dingin, udaranya menusuk
tulang. Di penjara Ramle selama musim dingin, sepertiga jumlah napi menderita
pembengkakan tangan dan kaki akibat rasa dingin yang luar biasa. Satu-
satunya obat yang tersedia hanyalah salep, tetapi ini pun jarang diperbolehkan.

Para tahanan yang menjalani hukuman lebih dari beberapa bulan akan
meninggalkan penjara dengan cacat-cacat permanen. Kondisi pencahayaan
begitu buruk, sehingga para napi menderita akibat kerusakan pandangan mata.
Sakit ginjal dan borok memiliki kemungkinan lima kali menyerang napi.

6. Asafir (Burung-burung Kicau)

Sejak 1977, para napi melaporkan bahwa penyiksaan yang dilakukan oleh
sekelompok kecil kolaborator di masing-masing penjara. Sebagian dari mereka
bukan napi yang sesungguhnya, melainkan informan yang diselundupkan. Baik
napi yang bekerjasama atau informan tadi, masuk ke penjara melalui prosedur
yang telah dilembagakan. Di setiap penjara dan pusat penahanan, ruang-ruang
khusus ditempatkan terpisah bagi kolaborator yang dikenal dengan sebutan
asafir atau burung-burung kicau. Biasanya yang dipilih menjadi asafir ini adalah
para penjahat yang dikenal tindak kekerasan dan kekejamannya. Lainnya
dipilih dari mereka yang ditahan atas tuduhan politik, padahal mereka belum
pernah terlibat masalah politik. Yang disebut terakhir ini memperoleh hak-hak
istimewa sesuai dengan pelayanan yang mereka berikan.

Bukan Kasus-kasus yang terpisah

Meskipun telah banyak dilakukan oleh Israel dengan dalih demokrasi dan
kemanusiaan palsu, bukti jelas yang dihadirkan disini, sebagaimana bukti yang
dikumpulkan pada semua studi tentang kolonisasi dan kekuasaan Zionis di
Palestina, menyingkap topeng palsu ini.

Kasus-kasus individual yang dikaji disini bukanlah kasus tersendiri maupun
sebagai akibat dari keadaan-keadaan yang luar biasa. Kasus yang disebutkan
disini secara mendasar tidak berbeda dari kasus lainnya. Para penyiksa itu
bukanlah polisi gila yang tidak disiplin. Mereka adalah anggota dari seluruh
seksi polisi Israel dan kesatuan keamanan yang bekerja dalam jalur tugas.

Kekerasan merupakan norma untuk menghadapi orang Palestina, baik mereka
itu petani yang membawa hasil buminya ke pasar maupun para pemuda yang
melemparkan batu, para warga negara Palestina di wilayah Israel pra-1967 dan
seterusnya. Penyiksaan merupakan bagian fundamental dari sistem hukum


94
yang berlaku, paksaan adalah jalan menuju pengakuan, dan pengakuan sangat
mendasar bagi kepastian hukuman.

Perlakuan terhadap para napi tidak berubah karena pergantian partai tertentu
yang berkuasa. Jika perdana menteri Menachem Begin memandang orang-orang
Palestina sebagai binatang berkaki dua, maka kekejaman sistematis terhadap
tahanan Palestina juga sama kejamnya di bawah pemerintahan Partai Buruh.
Sebagaimana yang dikatakan mantan perdana menteri Ben Gurion, "Rejim
militer selalu membela hak pemukiman Yahudi di mana saja".156

STRATEGI PENAKLUKAN

Pada 1982, di saat persiapan yang lebih matang sedang disempurnakan untuk
melakukan invasi ke Lebanon dan pembantaian orang Palestina di kamp-kamp
sekitar Beirut, Sidon dan Tyre, sebuah dokumen yang menggemparkan
diterbitkan di Kivunim (Direction=Arah), jurnal departemen penerangan
Organisasi Zionis Dunia. Penulisnya, Oded Yinon, adalah mantan pejabat
kementerian luar negeri dan dia mencerminkan pemikiran level tinggi pada
militer dan pejabat intelejen Israel.

Artikel tersebut, A strategy for Israel in the 1980's (Strategi Israel Tahun 80-an),
menjelaskan jadwal Israel untuk menjadi kekuatan imperial regional yang
didasarkan atas pemecahan negara-negara Arab. Dalam membahas kerapuhan
rejim-rejim korup di Timur Tengah, Yinon secara gegabah mengungkapkan
secara jelas pengkhianatan mereka terhadap kebutuhan penduduk dan
ketidakmampuan mereka untuk mempertahankan dirinya sendiri atau
masyarakatnya menentang penaklukan imperial.

Memecah dan Menguasai

Yinon membangkitkan kembali gagasan mantan menteri luar negeri dari Zionis
pekerja, Abba Eban, bahwa Arab Timur merupakan sebuah mozaik dari
keragaman etnis. Oleh sebab itu, bentuk kekuasaan yang sesuai bagi kawasan
tersebut adalah sistem Millat kerajaan Usmani, dimana kekuasaan
pemerintahan didasarkan atas penguasa-penguasa lokal yang menguasai
komunitas etnis yang berbeda-beda.

"Kawasan dengan minoritas-minoritas etnisnya, faksi-faksi, dan krisis-krisis
internal ini, yang secara mengerikan bersifat merusak dirinya sendiri,
sebagaimana kita lihat di Lebanon, Iran dan sekarang juga Syria, tidak mampu
menyelesaikan persoalan-persoalan fundamentalnya. "157

Yinon menegaskan, bangsa Arab bagaikan barang pecah belah rapuh yang
menunggu untuk dikoyak menjadi serpihan. Israel harus mengikuti iramanya
dengan kebijaksanaan yang telah diupayakan sejak permulaan Zionisme, yaitu
membeli agen-agen lokal di kalangan faksi-faksi dan kelompok komunal yang
akan menegaskan dirinya melawan komunitas lain semacamnya atas perintah
Israel.



95
Hal ini akan akan mudah dilakukan, tegas Yinon, sebab: "Dunia Arab Muslim
dibangun seperti sebuah rumah karton, yang diletakkan bersama-sama oleh
orang luar (Perancis dan Inggris pada tahun 1920an), tanpa
mempertimbangkan kehendak dan keinginan penduduknya. Secara semena-
mena kawasan ini dibagi-bagi menjadi sembilan belas negara, semuanya
merupakan gabungan dari kelompok-kelompok minoritas dan etnis yang saling
bermusuhan, sehingga setiap negara Muslim Arab sampai saat ini menghadapi
penghancuran sosial-etnis dari dalam, dan pada sebagian kawasan sebuah
perang saudara sedang meletus."158 (Hampir seluruh orang Arab, 118 juta dari
170 juta pada saat ini, hidup di Afrika, terutama di Mesir (45 juta).

Strategi baru dari tahun 80an merupakan diktum imperial untuk memecah dan
menguasai, yang keberhasilannya tergantung pada keinginan rejim-rejim korup
untuk menanam tatanan imperial yang menggoda.

"Pada kawasan luas dan terpecah-pecah ini terdapat segelintir kelompok-
kelompok kaya dan sebuah massa besar dari orang-orang miskin. Hampir
semua orang Arab memiliki income tahunan sebesar $300. Lebanon porak-
poranda dan ekonominya runtuh berkeping-keping. Di negara itu tidak ada
kekuatan sentral, tetapi secara de facto hanya terdapat lima kekuasaan yang
berdaulat."159

Memecah-belah Lebanon

Lebanon adalah model yang telah dipersiapkan oleh Israel selama tiga puluh
tahun lalu, sebagaimana yang diungkapkan oleh buku harian Sharett. Model ini
merupakan desakan ekspansionis yang dikemukakan oleh Herzl dan Ben
Gurion tepat di saat model ini merupakan perluasan logis dari buku harian
Sharett. Pemecah-belahan Lebanon telah diusulkan pada tahun 1919,
direncanakan pada 1936, dilontarkan pada 1954 dan diwujudkan pada 1982.

"Pemilahan Lebanon secara total menjadi lima propinsi berperan sebagai
preseden bagi seluruh dunia Arab termasuk Mesir, Syria, Irak dan Semenanjung
Arabia yang kondisinya condong ke arah penghancuran. Pemilahan berikutnya
adalah Syria dan Irak dengan kawasan yang unik secara etnis dan keagamaan,
seperti di Lebanon, merupakan sasaran utama Israel pada front timur dalam
jangka panjang. Pemilahan kekuatan militer negara-negara ini merupakan
target utama jangka pendek. "160

Menghancurkan Syria

"Syria akan runtuh, sesuai dengan struktur etnis dan keagamaannya, menjadi
beberapa negara kecil seperti yang terjadi di negara Lebanon saat ini, sehingga
di sana akan ada sebuah negara Syi'ah Alawi sepanjang pantainya, sebuah negara
Sunni di kawasan Aleppo, negara Sunni lainnya di Damaskus yang bermusuhan
dengan tetangga utaranya, dan kelompok Druze yang akan mendirikan sebuah
negara, bahkan mungkin di daerah Golan (dataran tinggi Golan diduduki Israel
tahun 1967), dan secara pasti di Hauran dan Yordan Utara. Pertikaian antar
kelompok ini akan menjadi jaminan bagi perdamaian dan keamanan di kawasan


96
tersebut untuk jangka panjang, dan tujuan tersebut pada saat ini telah ada pada
jangkauan kita."161

Setiap negara Arab dikaji dengan suatu pandangan untuk menemukan cara
memecahkannya. Dimana saja terdapat pengelompokan keagamaan minoritas
pada angkatan bersenjata, Yinon melihat kesempatan itu. Dalam kaitan ini
Syria dipilih sebagai sasaran.

"Angkatan bersenjata Syria pada saat ini hampir semuanya Sunni dengan suatu
korp perwira Alawi, angkatan bersenjata Irak adalah Syi'ah dengan para
komandan Sunni. Hal ini memiliki arti penting yang besar dalam jangka
panjang, dan itulah mengapa tidak akan mungkin mempertahankan kesetiaan
angkatan bersenjata dalam waktu yang lama."162

Yinon melanjutkan untuk mengkaji bagaimana perang saudara - yang telah
disuntikkan ke Lebanon dengan cara membiayai mayor Sa'ad Haddad di
Lebanon Selatan dan kelompok Phalange-nya Gemayel di sekitar Beirut - bisa
diperluas ke Syria.

"Secara mendasar Syria tidak berbeda dari Lebanon kecuali dalam rejim militer
yang kuat yang memerintahnya. Tetapi perang saudara sesungguhnya yang
terjadi saat ini antara mayoritas Sunni dan minoritas Syi'ah Alawi yang
berkuasa (hanya 12% dari populasi) membuktikan besarnya persoalan
domestik Syria."163

Serangan Mendadak ke Iran

Kebangkitan revolusioner menentang Shah Iran - salah satu klaim utama
imperialisme Amerika, yang didorong oleh sebuah kudeta yang didalangi CIA
pada 1953 - tampaknya akan membuka jalan bagi revolusi di seluruh Timur
Tengah. Bukan saja Israel dan pelindungnya, Amerika Serikat,
mengkhawatirkan daya tarik revolusi ini bagi orang-orang Muslim Syi'i di
seluruh kawasan tersebut - yang cenderung berasal dari kalangan miskin dan
tidak beruntung - tetapi juga tantangan terhadap dominasi Amerika Serikat
tersebut telah menghantam suatu komposisi di kalangan massa rakyat pada
masing-masing kelompok etnis dan bangsa.
Inilah latar belakang serangan Irak terhadap propinsi selatan Iran, Khuzistan,
dimana produksi dan penyulingan minyak terletak. Seperti Yinon, para
perencana Israel dan Amerika Serikat menghitung bahwa karena propinsi Iran
yang kaya minyak itu dihuni oleh minoritas Arab-Iran, maka propinsi ini bisa
dipisahkan dari Iran dengan mudah. Serangan Irak diharapkan akan disambut
gembira oleh minoritas Arab di Khuzistan. Iran adalah bangsa yang terdiri dari
pengelompokan etnis: 15 juta orang Persi, 12 juta orang Turki, 6 juta orang Arab,
3 juta orang Kurdi, Baluchi, Turkmeni dan etnis-etnis yang lebih kecil.

"Hampir separuh penduduk Iran terdiri dari kelompok yang berbahasa Persi
dan separuh lainnya terdiri dari kelompok berbahasa Turki secara etnis.
Populasi Turki terdiri dari mayoritas Muslim Sunni Turki (sekitar 50%) dan
dua minoritas yang besar, 12 juta orang Syi'ah Alawi dan 6 juta orang Kurdi
Sunni. Di Afghanistan terdapat 5 juta orang Syi'ah yang merupakan sepertiga


97
dari populasi. Di Pakistan yang mayoritas penduduknya Sunni, terdapat 15 juta
orang Syi'ah yang membahayakan eksistensi negara tersebut."164

Asumsinya adalah bahwa Iran juga bisa dipecah-pecah dengan memotong
propinsi-propinsi penghasil minyak melalui invasi. Karena Khumaini
melanjutkan kebijaksanaan Shah untuk menindas minoritas nasional dan
penindasan terhadap minoritas Arab oleh gubernur propinsi bawahan
Khumaini, Admiral Madani mendorong CIA dan Mosad Israel agar mendesak
rejim Irak untuk melakukan invasi.

Sebagaimana rejim-rejim Arab Timur lainnya, dengan mengesampingkan
retorika, oligarki dan monarki militer yang berkuasa sangat mudah
menimbulkan pertikaian dalam tingkatan tertinggi. Tetapi para pekerja minyak
di Abadan dan Ahwaz, kota-kota penyulingan minyak di propinsi Khuzistan
Iran, telah dipolitisir secara kuat. Mereka menjadi tulang punggung Front
Nasional ketika Mossadegh menasionalisasikan perusahaan minyak Anglo-Iran
pada 1952, dan Partai Komunis Iran (Tudeh) memiliki pengaruh kuat pada para
pekerja minyak. Pemogokan umum yang dipimpin oleh para pekerja minyak
itulah yang menentukan pada Revolusi Iran yang menggulingkan Shah pada
1979.

Invasi Irak dihantam balik. Minoritas memandangnya sabagai serangan
terhadap revolusi itu sendiri. Kebijaksanaan Amerika dan Israel sekarang
beralih untuk mempersenjatai kedua belah pihak, merancang perang tersebut
selama mungkin, sambil mencegah kemenangan bagi Iran.

Secara tegas Yinon menyatakan tentang strategi tersebut: "Setiap bentuk
konfrontasi antar Arab akan membantu kita dalam jangka pendek dan akan
memperpendek jalan menuju tujuan yang lebih penting dalam memecah-belah
Irak menjadi beberapa kelompok etnis dan keagamaan sebagaimana di Syria
dan Leba-non. "165

Amerika Serikat dan Saudi (yang juga mendukung Syria dengan subsidi $10
juta) mengkordinir suatu blokade senjata terhadap Iran dan pasokan besar
senjata kepada Irak. Rejim-rejim Mesir dan Yordan memimpin jalan
mendukung Irak. Sementara itu Uni Soviet dan Amerika Serikat masing-masing
mempersenjatai Irak. Sebab birokrasi Soviet berusaha menggunakan
pengaruhnya terhadap rejim-rejim Arab untuk memperkuat posisinya sendiri
dalam merebut pengaruh dengan para penguasa Amerika Serikat - dengan
mengorbankan massa Arab yang terus hidup dalam kemiskinan.

Membidik Irak

Yinon memperjelas motif-motif Israel mempersenjatai Khumaini, sementara
Amerika Serikat mempersenjatai Irak: "Irak yang kaya minyak di satu sisi dan
secara internasional bersifat agresif, di sisi lainnya. Pemilahannya bahkan lebih
penting bagi kita daripada Syria. Irak lebih kuat dari Syria. Dalam jangka
pendek kekuatan Irak akan menjadi ancaman terbesar bagi Israel. Perang Irak-
Iran akan memecah-belah Irak dan menyebabkan keruntuhannya dari dalam
negeri, bahkan sebelum ia mampu menyusun perjuangan dalam front yang luas
melawan kita."166


98
Persiapan-persiapan lebih lanjut telah dilakukan untuk mewujudkan rencana
Zionis memecah-belah Irak dalam perang saudara. "Benih-benih konflik yang
lebih mendalam dan perang saudara telah tampak saat ini, terutama setelah
Khumaini berkuasa di Iran, seorang pemimpin yang dipandang oleh orang
Syi'ah di Irak sabagai pemimpin alamiahnya."167

Dalam membahas kelemahan masyarakat di bawah rejim-rejim sekarang, Yinon,
secara tidak sengaja menggarisbawahi sejauh mana masyarakat diabaikan
dalam keseimbangan kekuatan dan pengambilan keputusan, suatu sifat yang
tidak representatif dari rejim-rejim Arab. Akibatnya mereka rapuh dan lemah
dalam melindungi diri mereka dari ekspansi Zionis dengan bergantung kepada
kekuatan Amerika Serikat. Ketika semuanya telah dikatakan dan dilaksanakan,
mereka semua ditetapkan menuju nasib yang sama. Persoalannya hanyalah
kapan semua ini diwujudkan, tetapi karena:

"Sekali-kali Irak secara mendasar tidak berbeda dengan tetangga-tetangganya,
meskipun mayoritas penduduknya adalah Syi'ah dan minoritas yang berkuasa
adalah Sunni, enam puluh lima persen populasinya tidak memiliki kekuasaan
dalam politik, dimana elit yang hanya berjumlah dua puluh persen memegang
kekuasaan. Selain itu terdapat minoritas besar Kurdi di utara, dan jika bukan
karena kekuatan rejim yang berkuasa, angkatan bersenjata dan hasil minyak,
masa depan Irak tidak akan berbeda dengan nasib Lebanon di masa lalu atau
nasib Syria pada saat ini."168

Rencana untuk memecah-belah negara Irak tidaklah bersifat matematis. Israel
telah menandai sejumlah wilayah satelitnya, dimana semua itu harus
ditempatkan dan melalui mereka ini Israel akan memerintah.

"Di Irak, pembagian ke dalam propinsi-propinsi sejalan dengan garis etnis
atau keagamaan sebagaimana di Syria selama masa Usmani adalah suatu hal
yang mungkin. Maka tiga (atau lebih) negara akan berdiri di sekitar tiga kota
besar: Basra, Baghdad dan Mosul, dan kawasan-kawasan Syi'ah di selatan akan
memisahkan diri dari Sunni dan Kurdi di Utara."169

Israel berusaha mengambil keuntungan sepenuhnya dari banyak kemiskinan
dan akibat instabilitas dari rejim-rejim yang harus mengendalikan suatu
populasi yang terasingkan tersebut. Dalam kaitan ini, keinginan Zionis untuk
menggoyang rejim Arab dan memecah-belah negeri mereka, meskipun kurang
disambut hangat Amerika Serikat, Pentagon menanggapinya dengan hati-hati
dalam menentukan waktu dan pelaksanaannya. Terdapat bahaya konstan
karena perang dan pemilahan internal yang dimanipulasi seperti yang
diinginkan Zionisme dan imperialisme Amerika Serikat untuk menguasai
kawasan tersebut, mungkin bisa mengakibatkan kebangkitan rakyat,
sebagaimana di Iran - dan sekarang di dalam wilayah Tepi Barat dan Gaza.

Kecaman atas perubahan revolusioner menghantui para penguasa Israel
maupun Amerika Serikat. Ini juga merupakan prospek yang mendasari arti
penting kepemimpinan revolusioner di kawasan itu yang akan menentukan
seluruh perjuangan sampai akhir. Sebagai contoh, usaha PLO meminta
dukungan dari rejimrejim penindas di kawasan tersebut, dan bukannya secara


99
langsung bergantung kepada penduduknya yang menderita, telah membawa
PLO dari lorong gelap ke lorong gelap lainnya.

Kegagalan kepemimpinan tersebut setara dengan kesempatan yang hilang.
Dengan menggambarkan penindasan yang dilakukan rejim-rejim Arab terhadap
minoritas nasionalnya sendiri, Yinon mengamati, "Jika gambaran ini
ditambahkan kepada gambaran ekonominya, kita melihat bagaimana seluruh
kawasan tersebut dibangun seperti sebuah rumah karton yang tidak mampu
menghadapi persoalan-persoalannya sendiri.171

Mengkhianati Mubarak

Sinisme orang Zionis dalam membahas fiksi mereka tentang perhatiannya
terhadap "keamanan" tidak ada yang lebih transparan dari penilaian Yinon
terhadap Mesir. Kemunculan Sadat setelah perampasan Israel terhadap Sinai,
Tepi Barat, Gaza dan dataran tinggi Golan pada 1967 memberikan kesempatan
kepada Amerika Serikat untuk mencegah negara Arab yang paling padat
penduduknya menjadi kendala bagi ekspansi Israel dan kontrol Amerika.
Penyingkiran Mesir dari perlawanan merupakan hantaman yang
menghancurkan, bukan saja bagi bangsa Palestina, tetapi juga untuk bangsa
Arab.

Kembalinya Mesir kepada tingkat ketergantungan terhadap imperialisme yang
tidak dikenal pada masa Farouk, secara mendalam tidak populer di kalangan
orang-orang Mesir. Amerika Serikat telah menyediakan $ 3 juta bagi Mesir
dalam bentuk bantuan pinjaman dan subsidi samar - hanya separuh bantuan
bagi Israel sendiri - yang menekankan peranan pemerintahan Mubarak.
Meskipun demikian, standar hidup masyarakat Mesir tetap rendah.

Dengan mengakui negara kolonial Israel, Sadat bukan saja mengkhianati bangsa
Palestina, tetapi juga membiarkan Arab Timur sebagai mangsa bagi rancangan-
rancangan yang dikemukakan oleh Yinon.

Yang muncul secara jelas dari analisis strategisnya adalah bahwa bagi Zionis
segala sesuatunya berada pada jadwal. Masing-masing kawasan telah ditandai
untuk ditaklukkan dan dipandang sebagai sasaran kesempatan yang hanya
menunggu hubungan kekuatan yang tepat dan dana perang.
"Mesir dalam gambaran politis domestiknya yang ada sekarang telah menjadi
mayat, segala sesuatu yang lebih penting untuk kita perhitungkan adalah
pertikaian Muslim-Kristiani yang sedang berkembang. Meruntuhkan Mesir
secara teritorial menjadi kawasan geografis yang terbelah adalah tujuan politik
Israel pada tahun 1980an di front baratnya."172

Pengembalian Mesir oleh Sadat pada status neo kolonialnya seperti di bawah
Farouk, diganjar dengan pengembalian Sinai. Tetapi, dalam pandangan Israel,
hal ini bukan untuk waktu yang lama.

"Israel akan dipaksa untuk beraksi secara langsung atau tidak langsung dalam
rangka memperoleh kembali kontrol atas Sinai sebagai strategi ekonomi dan
cadangan energi bagi tujuan jangka panjang. Mesir tidak menjadi persoalan


100
strategi militer akibat konflik internalnya, dan bisa dipukul mundur pada
posisi perang pasca-1967 tidak lebih dari satu hari."173

Sekarang Yinon menggunakan pisau yang sama membedah Mesir, yang
dengannya dia telah mengupas Lebanon, Syria dan Irak:

"Mesir bisa dipecah dan dipilah-pilah menjadi kantong-kantong kekuasaan
kecil yang otonom. Jika Mesir runtuh, negeri seperti Libya, Sudan atau bahkan
negara-negara yang lebih jauh tidak akan berdiri dalam bentuknya saat ini, juga
akan mengikuti kcruntuhan dan pemilahan Mesir. Pandangan tentang negara
Coptik-Kristiani di Mesir Atas sejajar dengan sejumlah negara lemah dengan
kekuatan yang sangat terlokalisir tanpa pemerintahan pusat, adalah kunci
perkembangan sejarah yang hanya disurutkan oleh kesepakatan perdamaian,
tetapi tampak tidak bisa dihindari dalam jangka panjang."174

Maka Camp-David merupakan manuver taktis yang dipersiapkan bagi
pemecah-belahan Mesir dan Sudan:

"Sudan, negara yang paling rapuh di dunia Muslim Arab, pada saat ini dibangun
di atas empat kelompok yang saling bermusuhan: Minoritas Muslim Arab yang
menguasai mayoritas Afrika non-Arab, orang-orang kafir dan Kristiani. Di
Mesir terdapat mayoritas Sunni yang menghadapi minoritas besar Kristiani
yang dominan di Mesir Atas: Sekitar 7 juta jiwa. Mereka pasti menginginkan
sebuah negara sendiri, mirip Lebanon Kristiani."175

Di Mesir inilah Gamal Abdul Nasser menggulingkan raja Farouk dan menarik
dunia Arab dengan pandangannya tentang persatuan Arab. Tetapi ia
merupakan persatuan yang tidak didasarkan atas perjuangan revolusioner di
seluruh kawasan tersebut, melainkan atas dasar federasi ilusioner antara rejim-
rejim oligarki.

Berikutnya Saudi Arabia

Dalam visi Israel, jika Mesir model Nasser telah dihabisi, "dipilah-pilah" seperti
Lebanon kedua, maka Saudi Arabia akan jauh lebih mudah ambruk, sebab hari-
hari monarkhi negeri ini bisa dihitung dengan jari.

Seluruh semenanjung Arab sangat potensial untuk dipecah-belah, karena
adanya tekanan-tekanan internal dan eksternal, dan masalah ini tidak bisa
dihindari, terutama Saudi Arabia.

"Seluruh negara-negara Teluk dan Saudi Arabia dibangun di atas rumah pasir
yang sangat lemah yang di dalamnya hanya ada minyak. Di Kuwait,
pemerintahannya hanya membentuk seperempat dari populasi. Di Bahrain,
orang Syi'ah merupakan mayoritas tetapi terserabut dari kekuasaan. Di Uni
Emirat Arab, orang-orang Syi'ah sekali lagi adalah mayoritas tetapi orang Sunni
yang berkuasa."176

Tidak ada keraguan, jika Saudi Arabia runtuh, maka negara-negara Teluk akan
menyusul:



101
"Hal yang sama juga berlaku bagi Oman dan Yaman Utara. Bahkan di Yaman
Selatan Yang Marxis terdapat minoritas Syi'ah yang cukup besar. Di Saudi
Arabia separuh populasi adalah orang-orang asing, yakni orang Mesir dan
Yaman, tetapi minoritas memegang kekuasaan."177

Mengosongkan Palestina

Yinon mempertahankan penilaiannya yang paling kuat terhadap bangsa
Pelestina. Dia beremphati dengan mengakui bahwa bangsa Palestina tidak
pernah melupakan keinginan dan kehendak mereka untuk berdaulat di
negerinya. Terhadap bangsa inilah Zionisme harus menguasainya.

"Di dalam negara Israel, perbedaan antara kawasan 1967 dan wilayah di luarnya
adalah wilayah 1948, selalu tidak berarti bagi orang Arab, dan saat ini tidak lagi
memiliki arti penting bagi kita.178

Bukan saja bangsa Palestina harus diusir dari Tepi Barat dan Gaza, tetapi juga
dari Galilea dan Israel pra-1967. Mereka harus diporak-porandakan seperti yang
pernah mereka alami pada 1948.

"Oleh sebab itu pencerai-beraian populasi merupakan tujuan strategis domestik
yang tertinggi, jika tidak kita akan raib di setiap batas. Yudea, Samaria dan
Galilea adalah jaminan kita satu-satunya bagi eksistensi nasional. Jika kita
tidak menjadi mayoritas di daerah-daerah pegunungan, kita tidak akan bisa
menguasai negeri dan kita akan menjadi seperti tentara Salib yang kehilangan
negeri ini yang memang bukan miliknya, dan sejak awal mereka adalah orang-
orang asing di dalamnya. Penyeimbangan kembali negeri ini secara demografis,
strategis dan ekonomis merupakan tujuan paling sentral pada saat ini."179

Saat ini bangsa Palestina yang ada di dalam kontrol teritorial Israel - mereka
yang hidup di Jalur Gaza, Tepi Barat dan kolonisasi teritorial pra-1967 -
jumlahnya mendekati 2.500.000 orang. Kira-kira terdapat 5.400.000 orang
Palestina pada saat ini. Lebih dari separuh bangsa Palestina terpencar-pencar
dalam diaspora di seluruh dunia. Sejumlah besar berada di Arab Timur, dimana
mereka juga menjadi sasaran penindasan dan diskriminasi: 37,8% di Syria,
Yordan dan Lebanon; dan 17,5% di negara-negara Arab lainnya.

Pertanyaannya adalah bagaimana bisa mengusir bangsa Palestina yang berada
di bawah kontrol Israel, terutama karena seluruh strategi regional Israel
tergantung pada hal ini: Dengan menyadari tujuan kita di front timur, pertama-
tama tergantung pada realisasi dari tujuan strategis internal ini."180

Yordan: Tujuan Jangka Pendek

Metode yang dengannya rencana ini bisa diselesaikan membutuhkan operasi
yang halus, dimulai dengan menjelaskan penekanan Zionis dan Amerika
terhadap representasi bangsa Yordan atas bangsa Palestina.

"Yordan merupakan sasaran strategis langsung dalam jangka pendek, dan tidak
dalam jangka panjang. Sebab Yordan tidak menjadi ancaman sesungguhnya
dalam jangka panjang setelah pemecah-belahannya, pelenyapan kekuasaan


102
panjang raja Husain serta pemindahan kekuasaan kepada bangsa Palestina
dalam jangka pendek."

"Tidak ada kesempatan bahwa Yordan akan tetap eksis dalam strukturnya
sekarang dalam waktu yang lama. Sedangkan keputusan Israel, baik dalam
perang atau damai, harus diarahkan untuk meruntuhkan Yordan di bawah
rejim sekarang dan memindah kekuasaan kepada mayoritas Palestina."181

Sebuah negeri gurun dengan sumber-sumber alam yang kecil, sebagian besar
tergantung kepada uang Saudi dan perlindungan militer Amerika Serikat
maupun Israel. Monarki Hasyimi Yordan hampir-hampir tidak berdaulat di
negeri tersebut. Kekuasaannya atas mayoritas Palestina yang mendiami kamp-
kamp sangatlah mengerikan, meskipun mereka mengerjakan pelayanan
sipilnya. Orang-orang Palestina tidak memiliki hak bagi ekspresi politik dan
ketika dideportasi dari Tepi Barat dan Gaza oleh Israel, mereka sehari-hari
dipanggil oleh polisi Yordan yang menyakiti dan melecehkan mereka."

"Penyingkiran Rejim Hasyimi harus disertai dengan apa yang oleh Jabotinsky,
dengan mengutip Hitler, secara basi-basi disebut sebagai "pemindahan populasi."

"Dengan mengubah rejim di timur sungai tersebut, juga akan mengakhiri
persoalan pada wilayah yang dihuni secara padat oleh orang-orang Arab di
barat sungai Yordan. Baik dalam perang atau pada kondisi damai, emigrasi dari
wilayah itu serta demografi ekonomi yang membeku pada mereka, merupakan
jaminan bagi datangnya perubahan di kedua tepi sungai tersebut. Dan kita
harus aktif dalam rangka mempercepat proses ini di masa datang terdekat."

"Rencana otonomi juga harus ditolak, begitu juga setiap kompromi atau
pembagian wilayah tersebut... tidaklah mungkin untuk terus-menerus hidup di
negeri ini dalam situasi sekarang tanpa memisahkan dua bangsa. Bangsa Arab
ke Yordan, dan Yahudi ke daerah di bagian barat sungai."182

Program Yinon mengikuti pola imperial dalam bentuk memecah dan menguasai.
Sebagai contoh, Lebanon pertama kali dibidik pada 1919. Biaya perang
merupakan prasyarat bagi pelaksanaan rencana-rencana ini, baik dalam jangka
pendek atau pun panjang. Neo kolonialisme tetap menjadi metode yang lebih
disukai kekuasaan imperial. Karena pendudukan menyebabkan imperialisme
menjadi lemah.

Zionis, secara khusus, dengan populasinya yang relatif kecil dan
ketergantungan total mereka terhadap imperialisme Amerika Serikat, hanya
bisa melaksanakan rencana mereka untuk mendominasi Israel melalui rencana-
rencana neo kolonial di Arab timur. Langkah ini memerlukan dukungan dari
para penguasa imperialnya (Amerika Serikat).

Dalam pandangan ini, cetak biru Odet Yinon tersebut merupakan penerapan
rencana Zionis yang telah diupayakan oleh Herzl, Weizmann, Jabotinsky, Ben
Gurion, dan saat ini oleh Peres dan Shamir. Mereka yang akan memilihnya dan
menawarkan pilihan Hobson terhadap bangsa Palestina. Sebab perdebatan
politik di kalangan penguasa Zionis berpusat pada cara dan waktu untuk
melaksanakan rencana penaklukan.


103
Sebagi contoh, ketika Moshe Dayan mengambil Gaza pada 1956, Ben Gurion
marah, dengan memberitahu Dayan, "Saya tidak menginginkan Gaza dengan
penduduk, tetapi Gaza tanpa penduduk, Galilea tanpa penduduk!" Moshe
Dayan sendiri mengatakan kepada pemuda Zionis dalam pertemuan di Dataran
Tinggi Golan pada Juli 1968: "Bapak-bapak kita telah mencapai perbatasan-
perbatasan wilayah yang diakui pada rencana pembagian, generasi perang enam
hari telah berusaha mencapai Suez, Yordan dan Dataran Tinggi Golan. Ini
bukanlah akhir. Setelah batas-batas gencatan senjata yang ada saat ini, maka
akan ada lagi batas baru. Batas itu akan melampaui Yordan.... sampai Lebanon
dan.... juga sampai pusat Syria." 182a

Tetapi kekuasaan neo kolonial, sebagaimana yang dijelaskan Oded Yinon,
tergantung pada hubungan dialektis antara kekuatan militer dan tangan-
tangan sewaan. Memecah-belah negara-negara Arab akan dilakukan di bawah
dalil perang - baik dengan serangan yang menghancurkan, menggunakan
angkatan bersenjata sewaan atau operasi-operasi rahasia. Keberhasilan akhir
membutuhkan pemimpin-pemimpin lokal yang bisa dibeli atau diperalat.

Oleh sebab itu, orang-orang Zionis berkali-kali bukan saja memberi cita-cita
utama mereka, tetapi juga memberi bukti kepada kita bahwa ketahanan dan
perluasan kekuasaan mereka tergantung pada para pemimpin yang buruk di
kalangan bangsa-bangsa yang menjadi korban tersebut. Rencana memecah-
belah dan menguasai Zionisme dan pelindung imperialnya (Amerika Serikat)
tidak akan berakhir. Jika bangsa Palestina dan massa Arab ingin menahan
rencana penaklukan ini, mereka harus menyingkirkan rejim-rejim korup yang
menjual aspirasi rakyat. Mereka memerlukan kepemimpinan revolusioner yang
berbicara secara terbuka tentang peran pemerintahan ini, vokal terhadap
rencana Zionis, dan memperlihatkan kepastian sikap dalam memikul
perjuangan di seluruh kawasan tersebut.

Empat "Tidak"

Gagasan Yinon tidaklah asing. Sebab gagasan ini didukung oleh Sharon dan
menteri pertahanan kabinet Begin, Moshe Arens, juga oleh Partai Buruh.

Y'ben Poret, seorang pejabat tinggi pada kementerian pertahanan Israel, pada
1982 marah akibat kritik pedas atas perluasan pemukiman di Tepi Barat dan
Gaza. Dia mengatakan, "sekarang waktunya untuk menyingkirkan tabir
kemunafikan. Pada saat ini, seperti di masa lalu, tidak akan ada Zionisme, tidak
akan ada pemukiman, tidak akan ada negara Yahudi tanpa pemindahan dan
pengusiran seluruh orang Arab, tanpa perampasan tanah."183

Program dasar politik 1988 dari Partai Buruh dipromosikan dalam iklan satu
halaman penuh di dua harian Israel terkemuka, Ma'ariv dan Ha'aretz. Iklan
tersebut bertuliskan "Empat Tidak" secara besar-besaran:

1. Tidak akan ada sebuah negara Palestina.
2. Tidak akan ada perundingan dengan PLO.
3. Tidak akan kembali ke perbatasan-perbatasan 1967.


104
4. Tidak akan memindahkan pemukiman Yahudi.

Iklan tersebut telah mendorong peningkatan jumlah pemukiman di Tepi Barat
dan Gaza, mendanai dan melindunginya secara menyeluruh.

Pada 1985, presiden Israel, Chaim Herzog, pemimpin Partai Buruh
menyuarakan kembali sentimen-sentimen Sharon dan Shamir yang ditekankan
oleh Oded Yinon.

"Secara pasti kita tidak akan berpatner dengan bangsa Palestina dalam cara apa
pun di sebuah tanah yang menjadi tanah suci lagi bagi bangsa kita selama
ribuan tahun. Tidak akan ada patner dengan orang Yahudi di tanah ini."184

Sebagaimana dengan Camp-David, bahkan sebuah Bantustan di bagian Tepi
Barat dan Gaza hanya akan menjadi lahan pengusiran berikutnya, memaksa
2.500.000 orang Palestina pindah ke Yordan, yang sudah menjadi ketetapan
interim lainnya, bagi ruang hidup Israel tidak akan terbatas pada sungai
Yordan.

"Sudah jelas, di bawah situasi politik atau konstalasi militer di masa depan,
memecahkan persoalan penduduk pribumi Arab hanya akan selesai jika mereka
menyadari eksistensi Israel. Di batas-batas yang diperoleh sampai sungai
Yordan dan di luarnya, sebagai kebutuhan eksistensial kita pada masa sulit ini,
zaman nuklir yang akan segera datang."185

Pemindahan Penduduk Palestina

Gagasan Yinon jika disuarakan kembali dalam sebuah cerita penting yang
dimuat pada The Washington Post di halaman depannya pada 7 Pebruari 1988,
di bawah headline "Mengusir Bangsa Palestina: Ini bukan gagasan baru, ini bukan
sekedar Kahane."

Jurnalis Israel, Yossi Melman, koresponden diplomatik dari harian Israel, Davar
dan Dav Raviv, koresponden CBS News yang berpusat di London,
mengungkapkan bahwa dua minggu setelah perang Juni 1967, pertemuan
rahasia kabinet Israel diselenggarakan untuk membahas "pemukiman kembali
orang Arab". Informasi tersebut diperoleh dari catatan harian pribadi yang
disimpan oleh Ya'acov Herzog, direktur jenderal kantor perdana menteri.
Transkrip resmi dari pertemuan tersebut tetap menjadi rahasia.

Menurut artikel The Washington Post, perdana menteri Menachem Begin
merekomendasi penghancuran kamp-kamp pengungsi dan memindahkan
orang-orang Palestina ke Sinai. Menteri keuangan Pinhas Sapir dan menteri
luar negeri Abba Eban, keduanya orang Zionis Pekerja, tidak setuju. Mereka
menyerukan pemindahan seluruh pengungsi tersebut "ke negara-negara
tetangga, terutama Syria dan Irak". Pertemuan kabinet ini tidak menghasilkan
keputusan.

"Tampaknya sentimen lebih menyukai usulan wakil perdana menteri Yigal
Allon bahwa orang-orang Palestina... harus dipindahkan ke gurun Sinai," tegas


105
artikel The Washington Post. Oleh sebab itulah kantor perdana menteri,
kementerian pertahanan dan angkatan bersenjata secara bersama membentuk
kesatuan rahasia yang bertanggungjawab mendorong keberangkatan orang-orang
Palestina menuju pantai-pantai di luar negeri."

Rencana rahasia ini diungkapkan oleh Ariel Sharon di depan pendengar Tel
Aviv pada Nopember 1987, ketika dia membeberkan adanya organisasi yang
selama bertahun-tahun telah memindahkan orang Palestina ke negara-negara
lain, termasuk Paraguai, yang dengan pemerintahnya Israel telah melakukan
pengaturan-pengaturan seperlunya.

"Pemindahan ini ditangani oleh kantor gubernur militer Israel di Gaza. Ketika
salah seorang yang dipindahkan, Talal Ibn Dimassi, menyerang konsulat Israel
di Asuncion, Paraguai, dengan membunuh sekretaris konsul, maka muncullah
kerumitan:

"Serangan di Paraguai telah mengakhiri rencana rahasia Israel secara mendadak
yang diharapkan pemerintah bisa membantu memecahkan persoalan bangsa
Palestina dengan mengekspor mereka" tegas artikel The Washington Post. Lebih
1.000.000 orang direncanakan pindah, tetapi hanya 1000 orang yang berhasil
dikirim keluar.

Melman dan Raviv menekankan bahwa penempatan kembali bangsa Palestina
bukanlah gagasan baru "sebagaimana yang diperlihatkan dalam pembahasan
kabinet 1967." Mereka mengatakan bahwa rencana serupa akan menarik
sejumlah orang Israel yang sedang berkembang, "sebab mereka melihat
kebangkitan akhir-akhir ini di Tepi Barat dan Gaza".

Pilihan Lama Dipertimbangkan

Para penulis artikel di Washington Post tersebut mengakui bahwa pemindahan
orang Palestina telah menjadi fokus utama rencana Zionis sejak permulaan
gerakan tersebut. Mereka menulis:

"Sejak awal Zionisme, pemukiman menjadi pilihan untuk menyelesaikan
persoalan yang dihadirkan oleh populasi Arab yang besar di tanah bersejarah
Israel."

Melman dan Raviv menceritakan serangkaian rencana yang dirancang untuk
memindahkan bangsa Palestina. Tepi timur sungai Yordan (di negara Yordan)
menjadi pilihan, termasuk dalam rencana yang ditunjukkan pada Maret 1988
dalam iklan satu halaman penuh dengan mencetak kembali tulisan George Will
yang menyamakan Yordan dengan Palestina.185

Orang Zionis Pekerja dan Zionis Revisionis disatukan karena begitu
pentingnya memindahkan orang Palestina dimana saja. Vladimir Jabotinsky
menjelaskan berbagai upaya yang dilakukan sejak perang dunia I dalam
suratnya yang ditulis pada Nopember 1939:



106
"Kita seharusnya memerintah orang Yahudi-Amerika untuk memobilisir dana
setengah milyar dolar, agar Irak dan Saudi Arabia mau menyerang orang-orang
Arab-Palestina. Tidak ada pilihan lain: Orang Arab harus memberikan ruang
untuk orang Yahudi di Eretz Israel. Jika mungkin untuk memindahkan orang-
orang Baltic, adalah juga untuk memindahkan orang Arab-Palestina."

Pada 1947 orang Zionis Pekerja dan Revisionis bergabung dalam pengusiran
massal terhadap 800.000 orang Palestina. Pada 1964, seorang kolonel muda
Israel yang bernama Ariel Sharon memerintah stafnya untuk memastikan
"jumlah bis, van dan truk yang diperlukan dalam perang untuk memindahkan....
orang-orang Arab keluar dari Israel Utara.

Pada 1967 para komandan militer Israel memulai proses tersebut.

"Seorang jenderal mengirim buldoser-buldoser untuk menghancurkan tiga desa
Arab dekat Latrum di sisi jalan menuju Jerusalem untuk mengusir
penduduknya."

Perintah pengusiran seperti ini juga dikeluarkan untuk kota Qalqiya di Tepi
Barat, tetapi kemudian ditangguhkan.

Sejak intifadah dimulai pada 1987, Michael Dekel dari Likud telah menyerukan
pemindahan orang Arab. Gideon Patt, menteri pemerintahan dari Partai Liberal
menyatakan bahwa orang Palestina seharusnya ditempatkan di truk-truk dan
dikirim ke perbatasan.

Melman dan Raviv menyimpulkan dengan ramalan berikut:

"Pesan Kahane - mengusir orang Palestina atau beresiko kehilangan kontrol
atas tanah Israel - tetap menjadi pesan yang kuat. Dan tidak adanya solusi
politik bagi persoalan bangsa Palestina. Israel mungkin terdorong ke arah yang
sangat berbahaya."

Peringatan dari Sharon

Dalam konteks inilah pernyataan Sharon pada 24 Maret 1988 harus dinilai.
Sharon menyatakan, jika intifadah bangsa Palestina berlanjut, Israel harus
berperang dengan para tetangga Arabnya. Perang tersebut, katanya, akan
membentuk "keadaan-keadaan" pada pemindahan seluruh populasi Palestina
dari dalam wilayah Israel juga dari Tepi Barat dan Gaza.

Pernyataan ini bukannya tidak bernilai atau terbatas pada Sharon, tetapi justru
menjadi jelas ketika Yossi ben Aharon, direktur jenderal kantor perdana
menteri, mengatakan di Los Angeles:

"Israel telah mencapai satu reputasi untuk tidak menunggu sampai bahaya
potensial menjadi aktual."

Ben Aharon merujuk pembelian peluru kendali "silk Worm" oleh Saudi Arabia
dari China untuk menghancurkan Iran. Pernyataan Israel tersebut ditanggapi


107
serius oleh Saudi, presiden Mubarak dari Mesir dan pemerintahan Reagan,
menyulut "ketergesa-gesaan yang berbahaya dari aktifitas diplomatik."

New York Times, 23 Maret 1988, menyatakan:

"Pemerintah Reagan telah mengungkapkan keprihatinannya karena Israel tidak
melakukan serangan penghancuran terhadap peluru-peluru kendali buatan
Cina yang baru-baru ini dibeli oleh Saudi Arabia.... Israel tidak memberikan
jawaban definitif terhadap tuntutan Amerika tentang penarikan dirinya dari
serangan terhadap peluru kendali tersebut.... dibahas selama kunjungan Shamir
ke Washington minggu lalu."

Selang dua hari dari pernyataan Ben Aharon, Husni Mubarak memperingatkan
Israel bahwa Mesir "akan bereaksi sekeras-kerasnya dan setepat-setepatnya
terhadap serangan Israel pada pusat peluru kendali jarak menengah milik Saudi
Arabia tersebut. Sebab penyerangan itu sama dengan menyerang Mesir
sendiri."185b

Pernyataan ini dilanjutkan oleh Mubarak dengan pernyataan kedua yang
digambarkan sebagai "krisis yang semakin dalam".

"Mubarak mengatakan kepada para wartawan bahwa dia memandang serius
laporan bahwa Israel sedang merencanakan serangan udara untuk
menghancurkan peluru kendali tersebut.... Ini adalah persoalan besar, sangat
besar. Serangan Israel.... akan menghancurkan seluruh proses perdamaian. Saya
peringatkan, kami menentang setiap serangan terhadap Saudi Arabia yang
merupakan negara bersaudara dan bersahabat dengan Mesir."185b

Tanggapan publik oleh presiden Mubarak ini menunjukkan kemungkinan
petualangan Israel - yang menyiapkan dalih untuk mengusir bangsa Palestina
dan untuk memecah-belah Saudi Arabia, negara yang banyak membantu rejim-
rejim Arab - bukanlah gagasan yang tidak berarti.

Pemilihan waktu dari cerita The Washington Post pada 27 Pebruari 1988,
mungkin lebih dari sekedar kebetulan. Para pejabat Israel tidak memiliki
jawaban untuk mengatasi intifadah kecuali penindasan yang semakin
diperkuat.

Israel dan Kekuatan Amerika Serikat

Jika bangsa Palestina menghadapi penghancuran eksistensinya yang dilakukan
oleh Israel secara terorganisir, satu fakta yang harus ditekankan: Negara Zionis
hanyalah perluasan kekuatan Amerika Serikat di kawasan tersebut. Rencana
pemusnahan, pendudukan dan ekspansi Israel dilakukan atas nama kekuatan
imperialis utama dunia itu.

Apa pun perbedaan taktis yang muncul dari waktu ke waktu antara Israel dan
Amerika Serikat, tidak akan ada kampanye Zionis yang bisa bertahan sendiri
tanpa dukungan Amerika Serikat. Pemerintah Amerika Serikat antara 1949 dan
1983, telah memberikan dana $92,2 milyar dalam bentuk bantuan militer,


108
ekonomi, pinjaman, pemberian khusus, dan "surat-surat berharga dan
pemberian" yang bisa diambil dari pajak."186

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Joseph C. Harsh di The Christian Science
Monitor pada 5 Agustus 1982:

"Beberapa negara telah bergantung pada negara lain sebagaimana Israel pada
Amerika Serikat. Senjata-senjata besar Israel berasal dari Amerika - baik
sebagai pemberian atau pinjaman jangka panjang, pinjaman dengan bunga
rendah, dan hanya sedikit yang secara serius diharapkan untuk dikembalikan."

"Survival Israel ditentukan dan disubsidi dari Washington. Tanpa senjata
Amerika, Israel pasti akan kehilangan keuntungan kuantitatif dan kualitatif
yang telah dijanjikan oleh presiden Reagan untuk mempertahankan mereka.
Tanpa subsidi ekonomi, kredit Israel akan lenyap dan ekonominya akan
runtuh."

"Dengan kata lain, Israel hanya bisa melakukan apa yang diizinkan Washington
untuk melakukannya. Israel tidak akan berani melakukan suatu operasi militer
tanpa persetujuan diam-diam Washington. Ketika Israel melakukan suatu
serangan militer, dunia menduga secara tepat bahwa tindakan itu telah
disetujui oleh Washington secara diam-diam."

Negara Israel tidak identik dengan Yahudi sebagai bangsa. Dalam pandangan
sejarah, Zionisme adalah ideologi minoritas di kalangan orang Yahudi. Sebuah
negara hanyalah suatu alat yang menjalankan hubungan-hubungan ekonomi
dan sosial tertentu. Ia merupakan struktur kekuasaan dan tujuannya meskipun
tersembunyi, adalah untuk memaksakan dan mendesakkan kepatuhan.

Sebagai contoh, jika negara Apartheid Afrika Selatan menguasai tiga-perlima
wilayah atau dua-pertiga penduduk, hal ini sama sekali bukan hanya tidak adil.
Semua negara penindas tidak pernah bisa diterima, baik ia menguasai sejengkal
tanah atau sebuah benua. Rejim Namphy di Haiti tidak kurang zalimnya hanya
karena ukuran negerinya yang relatif kecil atau penduduknya yang sedikit.

Sikap kita terhadap negara yang menguras dan merendahkan rakyatnya tidak
dikondisikan oleh luasnya jangkauan kekuasaannya. Kita mengetahui hal ini
benar, seperti adanya Paraguai di bawah Stroessner atau Bulgaria di bawah
Zhvikov. Contoh ini tidak kurang benarnya dengan negara Zionis Israel.

Bahkan jika negara Apartheid Israel ditempatkan di atas sebuah kapal yang
berlabuh di Haifa, niscaya akan menimbulkan kemarahan. Seperti Afrika
Selatan, Chile di bawah Pinochet atau negara Amerika Latin (dikelolah oleh 2%
populasi yang menguasai 90% kekayaan nasional), kita tidak wajib setia
kepadanya.

Darah, Keringat dan Air Mata

Hampir setengah abad yang lalu, seorang orator merespon bukan bagi
penduduk negerinya atau karena pemusnahan tigaperempat kota-kota dan
desa-desanya. Dia tidak bereaksi terhadap pembantaian, penahanan massal,


109
kamp-kamp penahanan dan penyiksaan. Dia tidak menentang pencurian tanah
dan harga milik seluruh bangsa atau pemindahan mereka dalam waktu
semalam menjadi pengungsi terlantar yang tinggal di sepuluh kamp, diburu dan
ditembak mati kemana saja mereka lari. Dia tidak mengecam penyiksaan selama
empat puluh tahun yang diselingi oleh pengeboman tanpa henti, invasi dan
bahkan pencerai-beraian penduduk terus-menerus. Dia hanyalah merespon
adanya pengeboman sporadis beberapa minggu, ketika dia berpidato dengan
menyala-nyala:

"Saya tidak memiliki apa pun yang bisa diberikan kecuali darah, air mata dan
keringat. Kalian bertanya "Apa tindakan kita?" Saya katakan dengan menempuh
perang, di laut, di darat dan udara. Dengan seluruh kekuatan kita dan seluruh
kekuatan yang diberikan Tuhan kepada kita untuk berperang melawan tirani
yang mengerikan, yang tidak pernah terlampaui dalam kegelapan, dalam
katalog kejahatan manusia yang bisa diratapi. Itulah kebijaksanaan kita."

"Kalian bertanya, "apakah tujuan kita?" Saya jawab dalam satu kata -
Kemenangan. Kemenangan dengan harga apa pun. Kemenangan meskipun
harus menghadapi seluruh teror. Kemenangan betapa pun lama dan beratnya
perjuangan. Sebab tanpa kemenangan untuk kita, maka tidak akan ada
kehidupan. Saya merasa yakin bahwa tujuan kita tidak akan gagal dan saya
merasa berhak untuk mendapat bantuan dari semua pihak."

Dan seminggu kemudian dia mengatakan:

"Kita harus mempertahankan kepulauan kita, apa pun biayanya. Kita harus
bertempur di pantai-pantainya. Kita harus bertempur di landasan-landasan
pendaratannya. Kita harus bertempur di ladang-ladang. Kita harus bertempur
di jalan-jalan. Kita harus bertempur di bukit-bukit. Kita tidak akan pernah
menyerah. Dan seandainya saya tidak percaya sedikit pun bahwa pulau ini bisa
ditaklukkan dan mengalami kesadaran, kita harus tetap melanjutkan
perjuangan."
Apa yang membolehkan kepala Raj, Raj Imperial, Winston Churchill, untuk
mengatakan sentimen-sentimen ini - tetapi mengubahnya menjadi terlarang
bagi bangsa Palestina? Tidak ada, kecuali hanya wabah rasisme yang mewarnai
kesadaran masyarakat kita.

Winston Churchill adalah seorang jurubicara imperialisme Inggris yang
terkenal di Palestina dan dunia Arab. Jika Churchill secara demagogis
diperbolehkan menyuarakan seruan untuk melawan agresi dan serangan, maka
berapa banyak bangsa Palestina jauh lebih berhak untuk menyerang balik -
untuk melawan pendudukan, untuk bertempur demi kelangsungan hidupnya
dan keadilan sosial.

STRATEGI REVOLUSI

Terdapat lebih dari lima juta pemukim asal Eropa di Afrika Selatan. Penduduk
asli Afrika dan orang-orang keturunan Inggris telah tinggal di Afrika Selatan
selama berbagai generasi. Tetapi segelintir orang, yaitu mereka yang secara
umum disebut sebagai para pembela penentuan nasib sendiri bagi orang hitam


110
di Afrika Selatan, mengusulkan dua negara - sebuah negara kulit putih Eropa
dengan jaminan keamanan setara dengan sebuah negara Afrika yang tidak
memiliki kekuatan militer (bagi orang-orang hitam).

Dalam kenyataannya, secara pasti keberadaan pengaturan semacam inilah
dalam bentuk Bantustans di Afrika Selatan, yang secara menyeluruh telah
mengubah dalih yang sama sekali tidak bisa dibenarkan bagi pelestarian
kekuasaan rasis.

Begitu juga, di Algeria kolonial dan Rhodesia Utara dan Selatan, populasi
pemukiman Eropa yang besar - banyak dari mereka adalah keturunan dari
generasi para pemukim - tidak menyetujui status terpisah, tidak untuk
mengatakan sebuah negara pemukim pada tanah yang dirampas dari penduduk
yang tertindas.

Sebaliknya, di Afrika Selatan - sebagaimana di Algeria, Zambia atau Zimbabwe
- dipahami bahwa penentuan nasib sendiri dari satu bangsa yang terjajah tidak
bisa disamakan dengan sebuah negara pemukim. Adalah suatu penipuan besar
untuk mengatakan bahwa setelah merampas tanah penduduk dengan
kekerasan, para pemukim sekarang memiliki klaim yang setara pada wilayah
yang ditaklukkan itu.

Jika hal ini dipahami secara universal, dimana saja, mengapa hal ini tidak
berlaku jika terkait dengan Israel?

Mereka yang menipu bangsa Palestina dengan tuntutan agar mereka mengakui
negara Apartheid Israel sangat menyadari bahwa hak-hak nasional suatu
bangsa yang terjajah tidak akan sama dengan penjajah mereka.

Di Israel, sebagaimana di Afrika Selatan, keadilan minimum mengharuskan
pencabutan negara Apartheid dan menggantinya dengan sebuah Palestina
sekuler yang demokratis, dimana kewarganegaraan dan hak-haknya tidak
ditentukan oleh kriteria etnis.

Dalam kenyataannya, orang yang diduga sebagai pendukung hak-hak asasi
manusia Palestina yang menegaskan penerimaan dan pengakuan Israel,
meskipun ditutup-tutupi, sebenarnya bertindak sebagai para ahli hukum dan
pembela negara kolonial di Palestina. Pembelaan mereka membawa jaminan
atas penentuan nasib sendiri bagi "kedua" bangsa. Tetapi penerapan semu dari
prinsip penentuan nasib sendiri ini berubah menjadi seruan keras amnesti
untuk Israel.

Banyak kalangan disebut sebagai orang realis mendesak bahwa pengakuan
bangsa Palestina terhadap hak apartheid Israel untuk eksis akan mcmpercepat
waktu ketika sebuah negara Palestina akan diizinkan berdiri oleh orang-orang
Zionis. Tetapi rasionalisasi ini tidak terlalu meyakinkan. Zionis ticlak
tergantung pada penerimaan verbal bagi negaranya, tetapi berdasar kepada
kekuatan bersenjata.

Sementara bangsa Palestina yang menerima, mengakui dan dengan demikian
mengesahkan penaklukan berdarah atas negerinya, sekaligus berarti sekedar


111
mengizinkan Zionis untuk menegaskan bahwa empat puluh tahun sikap tak
kenal kompromi dari pihak yang tertindas bertanggungjawab atas penderitaan
mereka. Ini akan mengakibatkan bahwa klaim Israel sejak awalnya merupakan
bangunan yang sah.

Bukannya bertindak sebagai jembatan ke arah pembentukan Palestina yang
bersatu, sebagaimana sebagian pemimpin PLO menegaskannya, pembentukan
sebuah negara mini di Tepi Barat - dan pengakuan terhadap negara Israel, yang
menjadi prasyarat bagi berdirinya sebuah negara - akan menghadirkan kendala
besar ke arah ini.

Pengakuan terhadap negara Israel akan memusnahkan secara retroaktif hak
perlawanan dari yang tertindas dan akan menyediakan dalih bagi tuntutan
Zionis bahwa hanya orang Palestina yang menerima dan mengakui Israel di
masa lalu, dengan menerima keabsahannya, berarti memiliki hak untuk
bernegosiasi dengan Israel. Ketika anda menari dengan setan, maka ucapan
anda akan mengungkapkan nafasnya.

Bagaimana dengan orang Palestina yang tinggal di wilayah perbatasan 1967, dan
bagaimana dengan orang Yahudi sendiri? Apakah apartheid akan berakhir di
Afrika Selatan, atau negara tersebut akan diubah dengan mengakui haknya
untuk eksis? Apakah kita akan melayani kepentingan bangsa Paraguai atau
Chili dengan menerima klaim-klaim bagi keabsahan Stroessner atau Pinochet,
atau dengan memberikan sanksi bagi negara yang mereka bangun.

Konferensi Perdamaian Internasional

Meskipun jawaban dari seluruh pertanyaan tersebut sangat jelas, tetapi masih
saja terdapat sejumlah orang yang semakin meningkat yang, pada saat ini,
secara aktif mendorong adanya konferensi perdamaian internasional tentang
Timur Tengah dengan tujuan mendirikan sebuah negara mini Palestina sejajar
dengan Israel.

Sebagai contoh, pada 10 Januari 1988, al-Fajr, mingguan Palestina Jerusalem,
menerbitkan sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh orang-orang Yahudi
dan Arab terkemuka yang menyerukan "resolusi damai atas konflik-Palestina"
yang akan menjamin hak-hak nasional Israel maupun Palestina.

Dalam wawancara dengan Reuter pada 18 Januari, Hanna Siniora, editor al-Fajr,
menggambarkan bagaimana "hak-hak nasional" Israel dan Palestina bisa dijamin
pada suatu konferensi perdamaian internasional semacam ini. Siniora
menyerukan adanya "perhimpunan di antara Israel, Yordan, dan sebuah negara
Palestina seperti perhimpunan negara-negara Benelux - dengan sebuah Tepi
Barat sebagai negara bebas militer sebagaimana Luxemburg."

"Orang-orang Palestina termasuk Arafat, akan menerima otonomi sebagai
langkah interim menuju kemerdekaan," ucap Siniora. "Otonomi merupakan
langkah yang pada akhirnya akan membawa kepada perundingan antara Israel
dan PLO, yang berakhir dengan munculnya negara Palestina sebagai akibat
perundingan tersebut."



112
Siniora bertemu dengan sekretaris negara George Shultz di Washington pada
28 Januari untuk membahas usulan ini. Pertemuan Siniora tersebut terjadi
hanya beberapa hari setelah ketua PLO, Yasir Arafat, menyatakan bahwa dia
tertarik membuat perjanjian dengan Israel dan Amerika Serikat. Sebuah
kiriman dari perhimpunan pers pada 17 Januari menjelaskan rencana Arafat:
"Arafat mengatakan bahwa jika Israel dan Amerika Serikat sepakat menuju
konferensi internasional tentang perdamaian Timur Tengah, dia akan mengakui
hak eksistensi Israel. Gedung Putih menyatakan ini akan menjadi suatu tanda
yang menjanjikan....."

Sebuah Negara Palestina "Penggalan"

George Ball, yang menjabat sebagai wakil sekretaris negara di masa Kennedy
dan Johnson menjelaskan bagaimana Amerika Serikat dan Israel seharusnya
mendekati konferensi internasional. Artikel Ball yang berjudul "Perdamaian
bagi Israel tergantung dari negara Palestina," menyatakan sebagai berikut:

"Kecemasan keamanan Israel sebagian besar bisa dihadapi dengan menulis
sebuah perjanjian yang ketat dan menjamin keamanannya dengan menolak
adanya angkatan bersenjata negara baru Palestina dan membatasi jumlah dan
jenis senjata yang tersedia bagi polisinya."

"Untuk menjaga keamanan lebih lanjut, pemukiman Yahudi bisa meminta pos-
pos pengawasan yang lebih besar dan lebih banyak serta lebih efektif dari pos
yang sekarang berfungsi di sini di bawah perjanjian damai Israel dengan
Mesir."186a

Ball menjelaskan, pembentukan yang secara terbuka dia sebut "negara Palestina
penggalan di Tepi Barat" merupakan hal yang mendesak. "Jika Amerika Serikat
tidak sungguh-sungguh berusaha membawa pihak-pihak yang bersengketa
bersama-sama," Ball memperingatkan, "...... peperangan di tanah suci tersebut
akan menyebar dan menguat. Cepat atau lambat negara-negara Arab tetangga....
bahkan Mesir - akan terseret dalam pusaran kuat tersebut."

"Pusaran kuat" yang sangat ditakuti oleh juru bicara imperialis ini adalah
pembebasan massa Arab di kawasan tersebut dari negara pemukim-penjajah
Israel, dari syeikh-syeikh feodal Teluk dan semenanjung Arabia, dan dari rejim
Mesir yang telah mereduksi para pekerja dan petani Mesir pada tingkat
kemiskinan yang tidak dikenal bahkan di bawah raja Farouk.

Konferensi internasional yang ditujukan untuk mengesahkan keamanan
apartheid Israel sebagai ganti bagi sebuah Bantustan Palestina tidak akan pernah
terlaksana, kecuali jika pimpinan Palestina melengkapi rencana ini dengan
warna yang bersifat melindungi. Hasil semacam ini hanya akan menyerahkan
kepada PLO tugas yang tidak bisa dilaksanakan untuk mengawasi penduduk
Palestina dan mengubah penentuan nasib sendiri tersebut menjadi replika
menyedihkan lainnya dari rejim-rejim penjual negeri yang membahayakan
massa Arab - dari Yordan sampai Syria dan dari Mesir sampai Teluk.

Baru beberapa tahun yang lalu tidak ada satu pun nasionalis Palestina mau
mengaitkan dirinya dengan usaha yang begitu memalukan untuk mengkhianati


113
perjuangan selama bertahun-tahun demi penentuan nasib sendiri dan
pembebasan Palestina, apalagi mengubah tujuan bangsa Palestina yang
mengakibatkan pelestarian status quo di kawasan tersebut - dengan
kemiskinan yang meremukkan serta eksploitasi tiada henti, dan ketundukan
kepada kontrol imperialis Amerika Serikat.

Oleh karena itu siapa menegaskan bahwa ini merupakan sikap praktis untuk
mengusulkan solusi dua negara, sebab rencana ini lebih bisa diterima - adalah
salah dan berdosa, dan C. Wright menyebutnya sebagai realisme aneh.

Tidak pernah ada suatu unsur dalam gerakan Zionis - mulai dari kalangan
sayap "kanan" sampai sayap "kiri" yang mau menerima kenegaraan Palestina
dalam bentuk apa pun yang setara dengan penentuan nasib sendiri.

Sebuah contoh yang mengungkapkan bahaya bagi revolusi bangsa Palestina
akibat usulan sebuah negara mini berasal dari tulisan Jerome M. Segal, seorang
sarjana penelitian pada universitas Maryland dan pendiri Komite Yahudi bagi
Perdamaian Israel-Palestina. Segal, yang mewakili sayap kiri gerakan Zionis,
menulis artikel pada 26 Pebruari 1988 di Los Angeles Times yang berjudul
"Negara Palestina juga menguntungkan kepentingan Israel".

"Secara ironis, dari seluruh alternatif yang ada, sebuah negara Palestina merdeka
di Tepi Barat dan Gaza merupakan solusi yang paling menguntungkan bagi
keamanan Israel...."

"Negara Palestina akan menjadi pemuas yang paling mungkin dari tuntutan
nasionalisme bangsa Palestina.... cara ini akan memperoleh dukungan PLO dan
tampaknya menjadi satu-satunya dasar, dimana atas dasar ini PLO secara
formal akan melupakan haknya untuk kembali ke tanah dan desa-desa mereka
yang hilang pada 1948. Sebagai wujud dari tujuan bangsa Palestina yang diakui,
hanya PLO yang bisa melakukan kompromi atas nama bangsa Palestina..."

"Negara Palestina akan menjadi negara yang bebas militer. Ia secara menyeluruh
akan tertutup oleh Israel pada satu sisi, dan Yordan di sisi lainnya. Tidak akan
ada pasokan atau kekuatan militer yang bisa mencapainya tanpa melewati
Israel dan Yordan."

"Kebijaksanaan luar negeri dari negara mini seperti ini akan didominasi oleh
keterkaitannya dengan ekonomi Israel dan oleh realitas keamanan nasionalnya.
Dalam suasana perang, keberadaannya selalu dalam bahaya..... Israel tidak akan
terancam secara serius jika kebencian meledak...."

"Bagi Israel, negara Palestina bukanlah prospek yang menawan. Ia hanya
sekedar alternatif yang lebih baik dari alternatif lainnya."

Seruan Segal dengan usaha yang berpuncak pada "negara Palestina penggalan di
Tepi Barat" merupakan olok-olok terhadap penentuan nasib sendiri bangsa
Palestina.



114
Sungguh, jauh dari keinginan untuk melepaskan kontrol atas Tepi Barat dan
Gaza, Zionis - sebagaimana yang dijelaskan oleh Ben Gurion, Dayan dan Oded
Yinon - terlalu sibuk melakukan rencana busuk untuk menaklukkan Kuwait.

Hari ketika hak-hak bangsa Afrika atau Palestina bisa diperoleh dengan sanksi
terhadap apartheid Afrika Selatan atau terhadap Zionis di bawah kontrol
Amerika Serikat akan menjadi hari dimana kita belajar bahwa Caligula adalah
murid Yesus, Hitler memeluk Marx, dan Bull Conner akan bertutur, "kami akan
mengatasinya".

Sementara itu, bangsa Palestina yang disiksa, sekarat, dan ditindas tidak bisa
memahami fantasi-fantasi dari sahabat-sahabat reformis mereka yang bersikap
"praktis". Padahal harga dari ilusi semacam ini dibayar dengan darah. "Negara
Palestina penggalan menurut visi George Ball tersebut akan dijalankan oleh
orangorang yang memiliki hak istimewa tertentu di atas punggung orang-orang
Palestina yang miskin. Para pemimpin Palestina yang memeluk entitas
gabungan ini - yang dibentuk atas dasar contoh-contoh dari negara-negara ke-
syaikh-an yang sangat tergantung di Teluk dan model Bantustan Afrika Selatan
- akan menjadi para Chiang Kai-sek, Tshombe, dan raja-raja Husain dari
Palestina yang menderita. Hak-hak bangsa Palestina tidak akan pernah dicapai
dengan cara ini.

Untuk Sebuah Palestina Sekuler dan Demokratis

Pada 1968, dua puluh tahun setelah negara pemukim kolonial Israel didirikan,
gerakan perlawanan Palestina menyusun tuntutannya untuk menentukan nasib
sendiri dalam seruan penggantian negara Israel dengan negara Palestina
merdeka dan bersatu.

Sayap mayoritas PLO, Fatah, mengajukan program pembentukan "Palestina
Sekuler Demokratis". Slogan ini menyerukan pencopotan negara Israel-Zionis
dan pembentukan sebuah negara baru di Palestina dimana di dalamnya orang
Yahudi, Kristen dan Muslim akan hidup sama tanpa diskriminasi.

Hal yang menyolok dari usulan yang berani ini adalah bahwa (1) secara tegas ia
menolak setiap akomodasi dengan atau pengakuan terhadap negara Zionis; dan
(2) ia menolak usulan adanya negara mini Palestina di Tepi Barat dan Gaza.

Ketua PLO, Yaser Arafat menggambarkan proposalnya sebagai berikut dalam
sebuah biografi terkenal yang ditulis oleh jurnalis Alan Hart:

"Kami mengatakan "tidak" bagi negara Zionis, tetapi kami mengatakan "ya" bagi
orang Yahudi Palestina. Kalian disambut hangat untuk hidup di tanah kami,
tetapi dengan satu syarat - kalian harus siap hidup sejajar dengan kami, bukan
sebagai penguasa."

"Saya sendiri selalu mengatakan bahwa hanya ada satu jaminan bagi
kesentosaan dan keamanan orang Yahudi di Palestina - dan itu adalah
persahabatan dengan orang Arab, yang dengan mereka itulah kita hidup
bersama. "187



115
Sebuah dokumen yang diserahkan oleh organisasi Fatah pimpinan Arafat
kepada Kongres Dunia tentang Palestina pada September 1970 menjelaskan
profil Palestina demokratis dan sekuler secara lebih jelas. Dokumen Fatah 1970
tersebut menyatakan:

"Palestina pra-1967 - sebagaimana yang ditetapkan selama pemerintahan
mandat Inggris - adalah wilayah yang harus dibebaskan... pada tahapan ini
hendaknya menjadi jelas bahwa Palestina-baru yang dibicarakan di sini bukan
hanya Tepi Barat dan Gaza yang diduduki Israel atau keduanya. Ini adalah
kawasan yang diduduki Israel sejak 1967. Tanah air bangsa Palestina yang
dirampas dan dijajah pada 1948 tidak kurang pentingnya dari bagian yang
diduduki pada 1967."

"Di samping itu, keberadaan negara penindas rasis Israel, yang didasarkan pada
pengusiran dan pengasingan paksa terhadap warga negaranya, bahkan dari satu
desa yang kecil, tidak bisa diterima oleh revolusi. Setiap pengaturan yang
mengakomodir negara pemukim-agresor tersebut tidak bisa diterima dan
sangat temporer..."

"Semua orang Yahudi, Muslim dan Kristen yang hidup di Palestina atau yang
diasingkan secara paksa darinya akan memiliki hak sebagai warga negara
Palestina..... Ini berarti bahwa semua orang Yahudi Palestina - di Israel saat ini -
memiliki hak yang sama. Tentu saja dengan syarat mereka menolak
chauvinisme rasis Israel dan sepenuhnya menyetujui hidup sebagai orang
Palestina di Palestina-baru tersebut.... Ini merupakan keyakinan revolusi bahwa
mayoritas orang-orang Yahudi Israel saat ini akan mengubah sikap mereka dan
akan menyetujui Palestina baru ini, terutama setelah mesin negara oligarki,
ekonomi, dan kekuasaan militer yang ada saat ini dihancurkan."188

Peranan Birokrasi Soviet

Birokrasi Soviet telah bereaksi secara tajam terhadap upaya Fatah untuk
mengubah PLO menjadi gerakan revolusioner dengan sebuah program dan
strategi yang memobilisir massa dan membujuk mereka untuk melakukan
transformasi terhadap rejim pemukim.

Menurut Alan Hart, yang biografinya tentang Arafat "ditulis kerjasama dengan
Yaser Arafat dan para pemimpin puncak PLO," para pemimpin Soviet pernah
mengatakan kepada Arafat bahwa mereka sepenuhnya mendukung keberadaan
negara Israel dan mereka tidak memiliki niat samasekali untuk mendukung
atau mendorong militansi bangsa Palestina atau kekuatan militer."189

Dua pimpinan utama Fatah, Khalid al-Hasan dan Khalid al-Wazir (Abu Jihad),
pergi ke Moscow untuk menjelaskan program Fatah. Mereka meninggalkan
Moscow dengan mengutip ucapan Khalil al-Hasan:

"Dengan kesan yang jelas bahwa bangsa Palestina tidak akan mendapat
dukungan Soviet atas tujuan mereka, sampai mereka siap menerima keberadaan
Israel di dalam batas-batas sebagaimana mereka berada pada malam Perang
Enam Hari (Juni 1967)."190



116
"Karena kita sendiri mulai terdidik dalam menghadapi realitas politik
internasional," ucap Hani al-Hasan, saudara al-Khalid, "kita menyadari bahwa
kita tidak bisa berharap untuk meraih tujuan kita tanpa dukungan, paling
tidak, salah satu dari dua super power. Kita telah mengetuk pintu Amerika
Serikat dan sekutu-sekutu Baratnya, dan kita tidak menerima jawaban, maka
kita mencoba dengan Soviet. Kita tidak punya pilihan."191

Mundur ke Posisi "Negara Mini"

Para pemimpin Fatah segera kehilangan seluruh rasa percaya diri dalam
kemungkinan mempertahankan program politik yang pernah mereka
proklamirkan - yaitu negara Palestina demokratis dan sekuler yang telah
mereka perjuangkan dengan memobilisir massa Palestina dan Yahudi.

Pada Pebruari 1974, sebuah kertas kerja PLO disusun yang isinya mundur dari
program ini. Kertas kerja itu mengusulkan "pembentukan otoritas nasional di
tanah mana pun yang bisa diambil dari pendudukan Zionis."192

Arafat dan mayoritas rekan-rekannya dari Fatah sekarang beralih
mengupayakan suatu pemukiman yang mengakibatkan bangsa Palestina
kehilangan 70% tanah airnya untuk selamanya, sebagai ganti untuk mendirikan
sebuah negara mini di Tepi Barat dan Gaza.

Secara terbuka Arafat mengakui bahwa seluruh bangsa Palestina menentang
kebijaksanaan ini. Alan Hart menulis:

"Arafat dan semua kolega seniornya pada jajaran pimpinan PLO mengetahui
bahwa mereka butuh waktu untuk melaksanakan tingkatan dan tahapan
gerakan pembebasan. Jika pada 1974, Arafat dan para koleganya secara terbuka
menunjukkan tingkatan sesungguhnya dari kompromi yang telah mereka
persiapkan, pastilah mereka akan ditolak oleh mayoritas orang Palestina."193

Sekarang Arafat menapaki jalan dimana dia tidak bisa mengatakan kebenaran
kepada rakyatnya sendiri tentang jalur politik yang telah diambilnya beserta
para koleganya. Berikut adalah ucapan Yaser Arafat:

"Tragedi kita pada saat ini adalah bahwa dunia tidak memahami adanya dua
aspek dan dua sisi terhadap pertanyaan tentang apa yang mungkin. Pertama,
terdapat pertanyaan apa yang mungkin bagi orang Palestina untuk dicapai
dalam kaitan praktis - karena kenyataannya dua super power mendukung
eksistensi Israel..."

"Tetapi juga terdapat pertanyaan apa mungkin bagi para pemimpin Palestina
untuk membujuk rakyatnya agar mau menerimanya. Ketika sebuah bangsa
menuntut pengembalian 100% tanahnya, tidaklah mudah bagi pemimpinnya
untuk mengatakan "tidak, kalian hanya bisa mengambil 30%."194

Ketimpangan antara sosok umum dan praktek pribadi tersebut menjadi batu
ujian praktek politik PLO pada periode ini, disertai dengan kebingungan besar
dan demoralisasi di kalangan massa akibat penerimaan tersebut. Arafat
bersikap terus-terang tentang hal ini:


117
"Anda mengatakan kepada saya dan anda benar, bahwa sikap publik kami pada
kompromi yang kami persiapkan untuk dibuat adalah ambigius selama
bertahun-tahun, sementara kami sedang mendidik rakyat kami tentang
perlunya kompromi. Tetapi saya juga harus mengatakan kepada anda bahwa
sikap kami yang sesungguhnya selalu diketahui oleh seluruh pemerintah di
dunia, termasuk pemerintah Israel."

"Bagaimana? Sejak 1974 bahkan sejak akhir 1973, orang-orang tertentu kami
secara resmi diberi wewenang untuk menjaga kontak rahasia dengan Israel dan
orang-orang penting di Barat. Tanggungjawab mereka adalah untuk
mengatakan secara rahasia apa yang tidak bisa kami katakan di depan
publik."195

Kebijaksanaan bawah tanah ini dilaksanakan selama lima tahun, dari 1974
sampai 1979, tanpa kesadaran maupun dukungan dari anggota-anggota yang
dipilih dari Dewan Nasional Palestina. Ini menuntut manuver dan lobbi
diplomatik.

Ini juga menuntut, mengutip Alan Hart, "langkah cerdik untuk mengelabui
mereka (sayap kiri PLO) yang menentang negara mini tersebut. Hart
menjelaskan:

"Seandainya dia diuji pada perundingan sesungguhnya oleh Israel antara tahun
1974 dan 1979..... Arafat tidak akan bisa membawa perdamaian atas dasar
rumusan "negara mini" tanpa memecah PLO."196

Tetapi dengan membujuk sayap kiri untuk menerima rumusan ini terbukti
seperti mendorong sebuah pintu yang terbuka. Dan pada saat Kongres Nasional
Palestina 1979, George Habash dan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina
(PFLP) telah menyetujui rencana negara mini tersebut. Sungguh pada 1979
seluruh unsur PLO telah menerima ajakan pembentukan negara mini di Tepi
Barat dan Gaza. Sejak 1974 semua sayap dalam PLO memperlihatkan bahwa
mereka tidak mampu menyusun strategi revolusi yang independen untuk
perjuangan bangsa Palestina.

Membidik Kelas Pekerja Yahudi

Sebagaimana dokumen Fatah 1970 secara tepat memandang masa depan
perjuangan bangsa Palestina terkait erat dengan strategi politik yang
mengarahkan dirinya terhadap orang Yahudi-Israel dan mengajak mereka
untuk bergabung dengan bangsa Palestina dalam perjuangan mendirikan
negara Palestina demokratis dan sekuler.

Di dalam negara Zionis, 68% populasi pemukim terdiri dari orang Yahudi
Timur (Yahudi Sephardim). Mereka berasal dari negeri-negeri yang miskin,
yang kebanyakan dipegang oleh rejim-rejim yang sangat terbelakang.

Sebagian besar massa Yahudi Timur adalah miskin. Demikian juga pola
kehidupan mereka tetap lemah secara ekonomi dan politik, sama seperti pola
mereka hidup di setiap Ghetto, suatu lingkungan kelas pekerja di seluruh
Amerika Serikat atau dimana saja.


118
Orang-orang Yahudi Timur memiliki hak yang sama di bawah hukum Israel -
dalam pengertian formal. Di sinilah persoalannya: Di Israel, setelah SLTP, ada
biaya khusus yang menjadikan biaya SLTA sangat mahal. Artinya, secara
praktis hanya sedikit dari orang Yahudi Timur mampu melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi. Di kalangan mereka hanya terdapat 10% mahasiswa
universitas dan 3% lulusan universitas. Hal ini akibat dari eksploitasi ekonomi.

Perwakilan politik mereka tidak mencerminkan jumlah populasinya. Mereka
hanya menguasai seperenam kursi Knesset (Parlemen Israel). Elie Eliachar,
seorang pemimpin terkemuka dari komunitas timur dan mantan anggota
Knesset, menjelaskan bahwa perwakilan ini hanya bersifat nominal. Akibatnya,
wakil-wakil timur hanya mewakili "seluruh partai politik Ashkenazi" yang
mana mereka hanya memberi kesetiaan kepadanya dan bukannya kepada
masyarakat Timur-Sephardim". Dia menulis, "hal ini menjadikan demokrasi
Israel sekedar karikatur."197

Meskipun demikian, hendaknya jangan ada kesalah-pahaman. Yahudi Timur
sebagian besar pengikut Zionisme. Adalah keliru untuk mengatakan tentang
mereka tanpa menjelaskan bahwa Israel, seperti semua kekuatan imperialis dan
kolonial, menggunakan pendekatan "memecah dan menguasai" untuk
mengatasi mereka. Yahudi Timur memiliki status ekonomi yang sangat tidak
menentu di Israel. Mereka hanya sedikit lebih baik dari orang-orang Palestina.
Selain itu, orang Yahudi dari Irak, Maroko, atau Yaman adalah orang Arab yang
berlatar belakang keagamaan Yahudi. Dalam tata-cara adat dan penampilan,
mereka sama seperti saudara-saudara Muslim dan Kristen yang juga mengalami
diskriminasi. Secara terus menerus orang Zionis berusaha menanamkan
kebencian rasis ke dalam jiwa orang Yahudi Timur terhadap massa Palestina.

Ketika para pemuda Yahudi Timur dikirim untuk bertempur di Lebanon atau
ke Tepi Barat dan Gaza, mereka dengan tangan terbuka menerima tugas
berperang untuk Israel. Namun setelah itu, mereka kembali ke posisi ekonomi
dan sosial mengenaskan seperti mereka pergi melaksanakan tugas. Inilah yang
menyebabkan perkembangan Black Panther di tahun-tahun lalu di kawasan
kumuh Sephardim dan muncul radikalisasi di kalangan mereka. Terdapat
kemarahan menyala di bawah permukaan, dan di suatu hari akan terjadi
ledakan hebat dalam masyarakat Sephardim yang tidak bisa dihindari.

Ketika bangsa Palestina mulai bergerak, maka ia tidak bisa bersikap lain
kecuali berbicara tentang kondisi kelas buruh Yahudi tersebut. Adalah perlu
bagi kepemimpinan revolusioner Palestina untuk mengarahkan orang-orang
Yahudi dengan suatu visi sebuah Palestina demokratis-sekuler. Pada saatnya,
para pekerja Yahudi akan menanggapi mobilisasi bangsa Palestina. Langkah
pertama adalah berpikir, "jika mereka bisa melakukannya, maka kita pun bisa".
Kedua adalah mencari sekutu. Inilah jalan menuju gerakan revolusioner anti
Zionisme.

Krisis Kepemimpinan Revolusioner

Di samping adanya kesempatan revolusioner yang besar pada beberapa tahun
yang lalu, kepemimpinan PLO telah memperlihatkan dirinya tidak mampu


119
mengembangkan strategi mobilisasi di Palestina dari massa Palestina dan
Yahudi menentang Zionisme.

Baik kepemimpinan moderat Yaser Arafat, kepemimpinan progressif Front
Rakyat dan Demokratis, atau para pemberontak Fatah "sempalan" belum
mampu merenungkan suatu strategi bagi kemerdekaan bangsa Palestina dari
rejim-rejim kapitalis yang berakar di kawasan itu.

Para pemimpin PLO pada satu saat berusaha memperoleh dukungan dari
imperialisme dan agen-agennya, rejim penjual negara di Arab Timur, dan di saat
lainnya terlibat dalam tindakan kekerasan secara acak. Masing-masing jalan ini,
secara salah, dimaksudkan untuk membujuk imperialisme menyetujui
pembentukan sebuah negara mini Palestina.

Tetapi rejim-rejim ini - dari Syria sampai Yordan dan Mesir - memandang
revolusi Palestina adalah berbahaya. Mereka memahami bahwa perjuangan
hebat bangsa Palestina, bahkan di bawah kepemimpinan nasionalis PLO -
merupakan pemberi peringatan bagi rakyat mereka sendiri yang menderita
tentang apa yang harus dilakukan dan siapa yang berkuasa. Kepemimpinan
Palestina revolusioner harus berjuang, sebagaimana yang dilakukan banyak
orang, untuk mencopot negara Israel.

Pembunuhan Khalil al-Wazir (Abu Jihad) pada 17 April 1988, merupakan pesan
jelas bagi sayap Fatah di PLO dan bagi pemerintah Arab sekarang, bahwa tidak
mungkin bagi kepemimpinan Palestina (PLO) secara masuk akal merencanakan
"penyelesaian" dengan Israel. Harapan mereka terhadap perundingan yang bisa
menghasilkan suatu bentuk penentuan nasib sendiri secara terbatas bagi
Palestina, ternyata terbukti hanya ilusi. Niat Israel adalah untuk mendorong
respon bersenjata dari dalam kebangkitan tersebut. Sungguh provokasi
intelejen Israel atas nama intifadah tidaklah mustahil. Sebab agenda dasar
Zionis adalah mengosongkan Palestina, dan dalih perang diperlukan untuk
melakukan kembali pengusiran massal orang-orang Palestina.

Secara bulat pers Israel menuding bahwa operasi pembunuhan tersebut
dilakukan oleh satuan komando angkatan laut Israel dan Mossad, serangan itu
melibatkan tiga puluh orang. Pada 18 April, Daver melaporkan bahwa
keputusan untuk membunuh Abu Jihad tersebut telah disetujui pada tingkat
kabinet di saat sekretaris negara George Shultz Amerika Serikat berada di
Jerusalem, dan dilaksanakan setelah memperoleh lampu hijau dari Amerika
Serikat.

Tajuk Davar membenarkan bahwa pembunuhan tersebut harus dikaitkan
kepada menteri Shamir, Rabin dan Peres."198 Davar melaporkan bahwa
perdana menteri Yitzhak Shamir "melompat kegirangan" karena mendengar
berita tersebut dan mengirim telegram ucapan selamat kepada masing-masing
pelaku pembunuhan. Shamir sendiri pernah melakukan berbagai pembunuhan
semacam ini, terutama kepada mediator PBB Count Folke Bernadotte pada 17
September 1948. Operasi seperti ini, dengan seluruh akibatnya, tidak akan
terjadi tanpa ada jaminan Amerika Serikat. Ini mengungkapkan watak
sesungguhnya dari usulan perdamaian Shultz. Semua itu hanyalah kedok untuk
persiapan menggilas kebangkitan rakyat Palestina dan sebuah perang baru.


120
Kematian tragis Abu Jihad secara khusus bersifat perintah dalam pemilihan
waktunya. Mossad memiliki kemampuan untuk membunuh tokoh-tokoh besar,
seperti Abu Jihad, di masa lalu. Pembunuhannya setara dengan pernyataan
perang. Sekali lagi, ini menggaris-bawahi perlunya strategi baru pada pihak
pemimpin Palestina revolusioner, yaitu strategi yang berdasarkan pada program
politik yang diarahkan pada massa Palestina dan Yahudi dengan tujuan
mengganti negara Zionis.

Jalan ke Depan

Massa Palestina sedang bergolak. Kehendak luar bisa untuk berjuang pada
seluruh rakyat telah memperlihatkan bahwa tidak ada jalan mundur. Intifadah
perlu memusatkan pada bentuk-bentuk penindasan tertentu dan
menantangnya dengan menuntut pengembalian tanah, menanam tananam yang
dilarang, menguras sumur dan melakukan pemogokan dengan tujuan menuntut
tanpa syarat penarikan mundur Israel.

Pemimpin Palestina revolusioner perlu membagi program dari dalam Jalur
Hijau yang mengarah kepada orang-orang Muslim dan Kristen. Singkatnya,
yang diperlukan adalah sebuah cetak biru pembentukan masyarakat post-
Zionis yang mengilhami penghancuran ketidak-adilan kehidupan mereka oleh
Zionis.

Karena negara Zionis juga merupakan suatu jenis kekuasaan kelas kapitalis,
dan perluasan dari kekuatan imperial Amerika Serikat di kawasan tersebut,
maka perjuangan menentang Zionisme, secara pragmatis, menjadi suatu
perjuangan bagi Palestina Sosialis dan, sebagaimana fajar mengikuti malam
yang panjang, perjuangan bagi Arab Timur Sosialis - dari Mediteranian sampai
ke Teluk.

Sebuah PLO yang setia kepada janjinya untuk mewujudkan Palestina
demokratis dan sekuler akan memasukkan dalam kepemimpinannya orang-
orang Yahudi anti-Zionis yang telah berjuang melawan negara pemukim
kolonial tersebut. Dengan cara ini, massa Yahudi itu sendiri akan mampu
melihat siapa yang benar-benar berbicara untuk mereka, dan siapa yang
menawarkan jalan kepada mereka untuk keluar dari perang yang tiada
berakhir, ketidakpastian dan keterpencilan.

Seruan untuk membentuk Palestina demokratis dan sekuler adalah mendasar
untuk mempersatukan kekuatan sosial yang mampu mencopot negara Zionis
dan menggantinya dengan sebuah masyarakat humanistik yang dicurahkan
untuk mengakhiri penindasan kelas dan penindsan nasional.

Gerakan revolusioner Palestina hanya bisa maju dengan menempa strategi baru
yang didasarkan atas penggabungan perjuangan nasional Palestina dengan
perjuangan para pekerja dan petani di seluruh Timur Tengah untuk,
pembebasan dari dominasi kapitalis maupun imperialis - menuju Timur Tengah
sosialis.

Tidak ada jalan pintas menuju pembebasan, sebagaimana penyiksaan selama
seabad yang dialami bangsa Palestina. Jalan menuju kemenangan hanya akan


121
diperpendek jika para pemimpinnya mengetahui arahnya dan menapaki jalan
tersebut dalam satu bahasa yang memasukkan rakyat, memobilisir mereka atas
nama mereka sendiri, dan tanpa rasa takut mengungkapkan para pemimpin
palsu yang membahayakan jalan tersebut.

Jawaban bangsa Palestina terhadap rencana Zionis dan imperialis bisa
ditemukan pada anak-anak yang melempar batu di Jabaliya, The Beach Camp,
Balata dan Dheisheh. Sebab sebagaimana Jabotinsky dipaksa mereka untuk
mengakuinya, ini adalah sebuah bangsa, bangsa yang hidup - bukan sampah,
tetapi bangsa yang sadar yang bertempur dengan batu-batu dan ketapel
melawan kekuatan militer terbesar keempat di dunia.

Paling tidak, kita merasa berhutang kepada mereka atas kesetiaan pada
perjuangan revolusionernya, yang tidak akan pernah sempurna sampai hal ini
memanjang dari Mediteranian hingga ke teluk Persi, dari hulu Mesir sampai ke
Efrat- dan, sebagaimana yang selalu diproklamirkan oleh para penindas
Zionisnya, "di luarnya".


Wilayah Israel Menurut Visi Theodore Herzl (1904) dan
Rabbi Fischmann (1947)



122
Pada buku hariannya, volume II, halaman 711, Theodore Herzl, pendiri
Zionisme, mengatakan bahwa negara Israel membentang dari "Hulu Mesir
sampai ke Efrat".

Rabbi Fischmann, menyatakan pada Komite Penyelidikan Khusus PBB, 9
Juli 1947: "Tanah itu membentang dari sungai Mesir sampai Efrat, meliputi
Syria dan Lebanon."

Catatan Kaki

1. Dan Fisher, Los Angeles Times, 20 Desember 1987.
2. Ibid.
3. John Kifner, New York Times, 22 Desember 1987.
4. San Francisco Examiner, 23 Desember 1987.
5. Penilaian tangan pertama untuk penulis dari kamp Dheisheh.
6. Dan Fisher, Los Angeles Times, 20 Desember 1987.
7. John Kifner, New York Times, 21 Desember 1987.
8. Dan Fisher, Los Angeles Times, 23 Desember 1987 .
9. Dan Fisher, Los Angeles Times, 20 Desember 1987 .
10. New York Times, 21 Januari 1988.
11. John Kifner, New York Times, 23 Januari 1988.
12. John Kifner, New York Times, 27 Januari 1988.
13. Ibid.
13a. Bassam Shaka'ah: Pembicaraan lewat telepon dengan penulis dari 5
Pebruari 1988 sampai 13 Maret 1988.
13b. John Kifner, New York Times, 15 April 1988.
13c. Newsweek, "A Soldier's Account", 8 Pebruari 1988.
13d. New York Times, 14 Pebruari 1988.
13e. John Kifner, New York Times, 21 Pebruari 1988.
13f. Los Angeles Times, 23 Maret 1988.
13g. Newsweek, 4 April 1988.
13h. New York Times, 1 April 1988.
13i. Newsweek, 28 Maret 1988.
13j. Ibid.
13k. Los Angeles Times, 29 Maret 1988.
13l. New York Times, 1 April 1988.
13m. The Wall Street Journal, 8 April 1988.
14. Walter Laqueur, History of Zionism (London 1972).
15. Joy Bond et. al., Our Roots Are Still Alive - The Story of The Palestina People, (New
York: Institute for Independent Social Journalism, People Press, 1977), hal. 13.
16. Theodor Herzl, The Jewish State, (London 1896).


123
17. Hyman Lumer, Zionism: Its Role in World Politics, (New York: International
Publisher, 1973).
18. Chaim Weizmann, Trial and Error: The Autobiography of Chaim Weizmann, (New
York: Harpers, 1949), hal. 149.
19. John Norton Moore, ed., The Arab-Israeli Conflict, (Princeton, N.J.: The
American Society of International Law, Princeton University Press, 1977), hal.
885.
20. Ibid.
21. Dikutip pada Harry N. Howard, The King Commission: An American Inquiry in the
Middle East, (Beirut: 1963).
22. N. Krischner, "Zionism and the Union of South Africa: Fifty Years of
Friendship and Understanding", Jewish Affairs, South Africa, Mei 1960.
23. Theodor Herzl, Diaries, Vol. II, hal. 793.
24. Theodor Herzl, The Jewish State: An Attempt at a Modern Solution of the Jewish
Question,
hal. 33. dikutip pada Uri Davis, Israel: An Apartheid State, (London: Zed Books,
Ltd., 1987),
hal. 4.
25. Ibid, hal. 28.
26. "For Love and Money", in Israel: Survey, Financial Mail, Johannesburg, South
Africa, Mei II, 1984, hal. 41.
27. "The Iron Wall" - "O Zheleznoi Stene - Rassvet, 4 November 1923.
28. Lenni Brenner, The Iron Wall: Zionist Revisionism From Jabotinsky to Shamir,
(London: Zed Books, Ltd., 1984), hal. 79.
29. London Sunday Times, 26 September 1982.
30. Jabotinsky "Letter on Autonomy", 1904. Dikutip pada Brenner, The Iron Wall,
hal. 29.
31. Brenner, The Iron Wall, hal. 31.
32. Sami Hadawi, Bitter Harvest, (Delmar, N.Y.: The Caravan Books, 1979), hal.
43-44.
33. Ghassan Kanafani, "The 1936-1939 Revolt in Palestine", New York, Com-
mittee for a Democratic Palestine.
34. Ibid., hal. 96.
35. Ibid., hal. 39.
36. Ibid., hal. 31.
37. Ibid.
38. Hadawi, hal. 43-44.
39. Joseph Weitz, "Solution to the Refugee Problem", Davar, 29 September 1967.
Dikutip pada Uri Davis and Norton Mezvinsky, eds., Documents from Israel, 1967-
1973, hal. 21.
40. Davis, Israel: An Apartheid State, hal. 5.
41. Al-Hamishmar (koran Israel), 7 September 1976.


124
42. Dikutip oleh Fauzi el-Asmar dan Salih Baransi selama berbicara dengan
penulis, Oktober 1983.
43. Sabri Jiryis, The Arabs in Israel, (New York: Monthly Review Press, 1976).
44. Gad Becker, Yediot Ahronot, 13 April 1983, dan The New York Times, 14
April 1983.
45. Ibid.
46. David Ben Gurion, Memoirs, Vol. III, hal. 467.
47. David Ben Gurion, dari pidato tahun 1937 yang dikutip dalam Memoirs-nya.
48. David Ben Gurion, Report to the World Council of Poale Zion (the fore-
runner of the Labor Party), Tel Aviv, 1983. Dikutip oleh Israel Shahak, Journal of
Palestine Studies, musim semi 1981.
49. David Ben Gurion pada pidato tahun 1938.
50. Michael Bar Zohar, Ben Gurion: A Biography, (New York: Delacorte, 1978).
51. Ben Gurion, Juli 1948, sebagaimana dikutip oleh Bar Zohar.
52. Brenner, The Iron Wall, hal. 52.
53. Ibid, hal. 143.
54. Meir Pail, Yediod Aharanot, 4 April 1972. Dikutip oleh David Hirst, The Gun
and the Olive Branch, (Great Britain: Faber & Faber Ltd., 1977), hal. 126-127.
55. Jacques de Reynier, A Jerusalem un Drapeau Flottait sur La Ligne de Feu, hal. 71-76.
Dikutip oleh Hirst, hal. 127-128.
56. Davar, 9 Juni 1979.
57. Eldad, "On the Spirit That Was Revealed in the People", Deot, musim dingin
1968. Davis dan Mezvinsky, hal. 186-187.
58. Meir Ha Tzion, Diary, (Tel Aviv: Levin- Epstein Ltd., 1969). Dikutip pada
Livia Rokach, Israel's Sacred Terrorism, (Belmont, Mass.: Association of Arab
American University Graduates Inc. Press, 1980), hal. 66.
59. Rokach, hal. 16.
60. Ibid.
61. Dari catatan pengadilan: Judgments of the District Court: The Military Prosecutor vs.
Malor Melinki et. al., Rokach, hal. 66.
62. Ha'aretz, 23 Mei 1980.
63. Analisa rinci dari proses ini bisa ditemukan pada tulisan Janet Abu Lughot
"The Demographic Transformation of Palestine" dalam Ibrahim Abu Lughot ed.,
The Tansformation of Palestine, (Evaston, III.: Northwestern University Press, 1971),
hal. 139-164.
64. Moshe Dayan, 19 Maret 1969, Ha'aretz, 4 April 1969, dan dikutip dalam
Davis.
65. Davis dan Mezvinsky, hal. 47.
66. Jewish National Fund, Jewish Villages in Israel, hal. xxi. Dikutip dalam Lehn
dan Davis, The Jewish National Fund.
67. Perkiraan PBB yang dibuat pada akhir 1950-an. Baruch Kimmerling, Zionism
and Economy, hal. 100. Dikutip pada Davis, hal. 19. Dalam bukunya, Davis dan
Kimmerling berkata tentang "118-120 miliar Pound Sterling". Penulis tidak bisa


125
menemukan laporan PBB yang asli, tetapi setelah melalui pengkajian sumber-
sumber lain, tampaknya Kimmerling (kemudian Davis) telah melakukan
kesalahan tipografis. Jumlah tersebut seharusnya jutaan Pound Sterling - bukan
miliaran.
68. Dan Peretz, Israel and the Palestinian Arabs, hal. 142., Davis, 20-21. Berlian--
berlian Afrika Selatan dipotong dan digosok di Israel, dalam kerjasama yang
menguntungkan, sebelum benda itu didistribusikan ke pasar dunia.
69. Walter Lehn, "The Jewish National Fund as an Instrument of Discrimina-
tion". Dikutip dalam Zionism and Racism, (London: International Organization for
the Elimination of All Forms of Racial Discrimination, 1977), hal. 80.
69a. Laporan Israel Lands Administration (Jerusalem 1962) mengatakan bahwa
I.L.A menguasai lebih dari 92,6% dari seluruh tanah negara. Professor
Universitas Hebrew, Uzzi Ornan menetapkan kawasan "yang menjadi prinsip
penerapan Jewish National Fund" sekitar "95% dari wilayah Israel pra-1967",
Ma'ariv, 30 Januari 1974.
69b. Walter Lehn dan Uri Davis, The Jewish National Fund, (London: Kegan Paul
International Ltd., 1988), hal. 114.
69c. Ibid., hal. 115.
70. Sewa Beli J.N.F, pasal 23, dikutip pada Israel Shahak, ed. The Non-Jew in the
Jewish State, (Jerusalem: 1975).
71. Ha'aretz, 13 Desember 1974.
72. Ma'ariv, 3 Juli 1975.
73. Raphael Patai, ed., The Complete Diaries of Theodor Herzl, (New York: 1960), hal.
88.
74. Israel Shahak, "A Message to the Human Rights Movement in America -
Israel Today: The Other Apartheid", Again The Current, Januari-Pebruari 1986.
75. Ibid.
76. Marvin Lowenthal, ed., The Diaries of Theodor Herzl, hal. 6. Dikutip pada Lenni
Brenner, Zionism in the Age of the Dictators, (Westport, Conn.: Lawrence Hill,
1983), hal. 6.
77. Dari "Our Shomer `Weltanschauung', Hashomer Hatzair, Desember 1936.
Pada asalnya diterbitkan pada 1917, Brenner, Zionism, hal. 22.
78. Brenner, The Iron Wall.
79. Ibid., hal. 14.
80. Ibid.
81. Brenner, Zionism.
82. Ibid, hal. 85.
83. Ibid, hal. 99.
84. Ibid, hal. 149.
85. Ibid.
86. Rabbi Solomon Schonfeld, ketua Rabbi Inggris selama perang dunia kedua.
Faris Yahya, Zionist Relations with Nazi Germany, (Beirut, Lebanon: Palestine
Research Center, Januari 1978), hal. 53.


126
87. Laporan Chaim Weizmann pada Kongres Zionis tahun 1937 tentang
kesaksiannya di depan komisi Peel di London, Juli 1937. Dikutip dalam Yahya,
hal. 55.
88. Yitzhak Gruenbaum adalah ketua Jewish Agency's Rescue Committee
(Komisi Penyelamatan Perwakilan Yahudi). Disarikan dari pidato yang dibuat
pada 1943. Ibid, hal. 56.
89. Ibid, hal. 53.
90. Ibid, hal. 59-60.
91. Ibid, hal. 58.
92. Keputusan diberikan pada 22 Juni 1955, Aturan-aturan Pokok Kasus
Kriminal 124/53 di Pengadilan Distrik, Jerusalem. Ibid, hal. 58.
93. Ibid, hal. 59.
94. Ben Hecht, Perfidy, (New York: 1961), hal. 58-59. Ibid, hal. 60.
95. "Proposal of the National Military Organization - Irgun Zvai Leumi -
Concerning the Solution of the Jewish Question in Europe and the Participa-
tion of the N.M.O in the War on the side of Germany". Naskah asli ditemukan
pada David Yisraeli, The Palestine Problem in German Politics, 1889-1945, (Ramat Fan,
Israel: Bar Ilan University, 1974), hal. 315-317; Brenner, Zionism, hal. 267.
96. Brenner, The Iron Wall, hal. 107.
97. Lidice adalah sebuah desa Cekoslowakia yang diratakan dengan tanah oleh
SS. Desa ini menjadi simbol kebrutalan Nazi dan dipilih sebagai bukti
kejahatan perang selama persidangan Nuremberg.
98. Rokach, hal. 5.
99. Ibid.
100. Ibid, hal. 4.
101. Ibid, hal. 6.
102. Ibid, hal. 14.
103. Ibid, hal. 18.
104. Ibid, hal. 19.
105. Ibid, hal. 29.
106. Ibid.
107. Ibid, hal. 30.
108. Ibid, hal. 55.
109. Ibid, hal. 45.
110. Ibid, hal. 50.
111. Herzl, Diaries, Vol. II, 1904, hal. 711.
112. Israel Shahak, The Zionist Plan for Middle East, (Belmont, Mass.: A.A.U.G.,
1982).
113. Jonathan Randal, Going All The Way, (New York: Viking, 1983), hal. 188.
114. Surat untuk perdana menteri Moshe Sharett, 27 Pebruari 1954. Rokach, hal.
25.
115. Randal.
116. Ibid, hal. 247.


127
117. Pekerja Sosial Norwegia, Heller Moller, dikutip dalam Ralph Schoenman
dan Mya Shone, "Toward A Final Solution in the Lebanon?", New Society, 19
Agustus 1982.
118. Randal.
119. Dikutip pada selebaran yang disebarkan di Sidon oleh Major Saqr, Pebruari
1983.
120. Time Magazine, 4 Oktober 1982.
121. New York Times, 1 Oktober 1982.
122. Jerusalem Post, 23 Juli 1982.
123. Jerusalem Post, Oktober 1983.
124. Randal, hal. 17.
125. Ibid.
126. Ibid.
127. Dan Fisher, Los Angeles Times, 11 November 1987.
128. Lea Tsemel, "Prison Conditions in Israel - An Overview", 16 November 1982,
hal. 1. Termasuk Ralph Schoenman dan Mya Shone, Prisoners of Israel: The
Treatment of Palestinian Prisoners in Three Jurisdictions, (Princeton, N.J.: Veritas
Press, 1984).
129. National Lawyers Guild, Treatment of Palestinians in Israeli-Occupied West Bank
and Gaza, (New York: 1978), hal. 89.
130. London Sunday Times, 19 Juni 1977.
131. Mohammed Na'amneh, wawancara dengan penulis, Jerusalem Timur, 2
Pebruari 1983.
132. London Sunday Times, 19 Juni 1977, hal. 18.
133. Arie Bober, ed., The Other Israel: The Radical Case Against Zionism, (New York:
Anchor Book, 1972), hal. 134.
134. Sabri Jiryis, The Arabs in Israel, (New York: Monthly Review Press, 1976),
hal. 12.
135. London Sunday Times, 19 Juni 1977.
136. Ibid, hal. 18.
137. Ibid. (juga kutipan untuk studi kasus di atas).
138. Ibid. Untuk catatan pribadi Rasmiya Odeh, juga lihat Soraya Antonius,
"Prisoners for Palestine: A List of Women Political Prisoners", Journal of Palestine
Studies.
139. Lea Tsemel, "Political Prisoners in Israel - An Overview", Jerusalem, 16
November 1982. Lea Tsemel dan Walid Fahoum, "Nafha is a Political Prison", 13
Mei 1980, dan serangkaian laporan (Mei 1982-Pebruari 1983). Felicia Langer,
With My Own Eyes, (London: Ithaca Press, 1975). Felicia Langer, These are My
Brothers, (London: Ithaca Press, 1979). Jamil Ala' al-Din dan Melli Lerman,
Prisoners and Prisons in Israel, (London: Ithaca Press 1978). Walid Fahoum, dua
buku tentang sejarah kasus, tersedia dalam bahasa Arab. Raja Shehadeh,
Occupier's Law: Israel and the West Bank, (Washington D.C.: Institute for Palestine
Studies, 1985). National Lawyer Guild 1977 Middle East Delegation, Treatment of
Palestinians in Israeli-Occupied West Bank and Gaza, (New York: 1978). Amnesty


128
International, "Report", 21 Oktober 1986. Ralph Schoenman and Mya Shone,
Prisoners of Israel: The Treatment of Palestinian Prisoners in Three Jurisdictions,
(Princeton, N.J.: Veritas Press, 1984) (Dipersiapkan dalam bentuk singkat
untuk konferensi Internasional PBB tentang persoalan Palestina).
140. National Lawyer Guild, hal. 103.
141. Studi kasus: Ghasan Harb, Ramallah. London Sunday Times, hal. 19.
142. Studi kasus: Nader Afouri, Nablus. Schoenman dan Shone, hal. 22-26.
143. Studi kasus: Dr. Azmi Shuaiby, El Bireh. Schoenman dan Shone, hal. 30-32.
144. Studi kasus: Mohammed Manasrah, Bethlehem. Schoenman dan Shone, hal.
33-36.
145. Al-Fajr Jerusalem Palestinian Weekly, 14 Maret 1984.
146. Al-Fajr Jerusalem Palestinian Weekly, 10 Januari 1988.
147. London Sunday Times, hal. 18.
148. Ibid.
149. Ibid.
150. Komisi Anti Diskriminasi Arab Amerika, The Bitter Year: Arab Under Israeli
Occupation in 1982, (Washington, D.C.: 1983), hal. 211.
151. Al-Fajr Jerusalem Palestinian Weekly.
152. Jamil Ala' al-Din dan Melli Lerman, hal. 3.
153. Studi kasus: The Kutler Report. Ibid, hal. 34-45.
154. Lea Tsemel dan Walid Fahoum, "Report on Nafha Prison", Mei 1982-
Pebruari 1983. Dikutip dalam Shoenman dan Shone, hal. 47-54.
155. Jamil Ala' al-Din dan Melli Lerman, hal. 26.
156. David Ben Gurion, "Divray ha Knesset", Parliamentary Record #36, hal. 217.
Dikutip dalam Bober, hal. 138.
157. Israel Shahak, Trans. & ed., The Zionist Plan For the Middle East, (Belmont,
Mass.: A.A.U.G., 1982)
158. Ibid, hal. 5
159. Ibid.
160. Ibid, hal. 9.
161. Ibid.
162. Ibid, hal. 5.
163. Ibid, hal. 4.
164. Ibid, hal. 5.
165. Ibid, hal. 9.
166. Ibid.
167. Ibid, hal. 4.
168. Ibid.
169. Ibid, hal. 9.
170. Ibid, hal. 5.
171. Ibid, hal. 4.
172. Ibid, hal. 8.


129
173. Ibid.
174. Ibid.
175. Ibid, hal. 4.
176. Ibid, hal. 4 & 9.
177. Ibid, hal. 5.
178. Ibid, hal. 10.
179. Ibid.
180. Ibid, hal. 10-11.
181. Ibid, hal. 9-10.
182. Ibid, hal. 10.
182a. Sunday London Times, 25 Juni 1969.
183. Israeli Mirror, London.
184. Yosi Berlin, Meichuro Shel Ichud, 1985, hal. 14.
185. Shahak, The Zionis Plan.
185a. The New York Times, 23 Maret 1988.
185b. The Washington Post, 7 Pebruari 1988.
185c. Ibid.
185d. Ibid.
185e. Ibid.
185f. The New York Times, 23 Maret 1988.
185g. The Los Angeles Post, 25 Maret 1988.
185h. Ibid.
186. Untuk pembahasan menyeluruh tentang hubungan keuangan Amerika dan
Israel pada Mohammed El-Khawas dan Samir Abed Rabbo, American Aid to Israel:
Nature & Impact, (Brattleboro, Vt.: Amana Books, 1984).
187. Dikutip dalam Alan Hart, Arafat: Terrorist or Peacemaker, (Sidgwick and
Jackson, revised edition), hal. 275.
188. Dikutip dalam Document of the Palestinian Resistance Movement, (New York:
Merit Pamphlet, Pathfinder Press, 1971). Statemen utuh dari Fatah juga dicetak
pada 16 Oktober 1970, dimuat pada surat kabar Militant.
189. Hart, hal. 279.
190. Ibid, hal 277.
191. Ibid, hal. 278.
192. Ibid, hal. 379.
193. Ibid, hal. 379.
194. Ibid, hal. 379.
195. Ibid, hal. 379.
196. Ibid, hal. 379.
197. Naseer H. Aruri, "The Oriental Jews of Israel", Zionism and Racism, hal. 113.
198. New York Times, 18 April 1988.


130
BACAAN ANJURAN


Bober, Arie, ed., The Other Israel: The Radical Case Against Zionism, Garden City,
N.Y., Anchor Books, 1972.
Brenner, Lenni, The Iron Wall. Zionist Revisionism from Jabotinsky to Shamir, London,
Zed Books, 1984.
Brenner, Lenni, Zionism in the Age of the Dictators, Westport, Conn., Lawrence Hill,
1983.
Davis, Uri, Israel - An Apartheid State, London, Zed Books, Ltd., 1987.
El-Asmar, Fouzi, Khadr, Naim and Davis, Uri, Towards a Socialist Republic of
Palestine, London, Ithaca Press, 1978.
El Asmar, Fouzi, To Be an Arab in Israel, 2nd ed., Beirut, The Institute for Palestine
Studies, 1978.
El-Khawas, Mohammed and Abed-Rabbo, Samir, American Aid to Israel: Nature
and Impact, Brattleboro, Vt., Amana Books, 1984.
Hadawi, Sami, Bitter Harvest, 4th ed., Delmar, N.Y., The Caravan Press, 1979.
International Organization for the Elimination of All Forms of Racial
Discrimination, ed., Zionism and Racism, London, 1977.
Jiryis, Sabri, The Arabs in Israel, New York, Monthly Review Press, 1976.
Kanafani, Ghassan, The 1936-1939 Revolt in Palestine, New York, Committee for
Democratic Palestine.
Lehn, Walter with Davis, Uri, The Jewish National Fund, London, Kegan Paul
International, 1988.
Palumbo, Michael, The Palestinian Catastrophe: The 1948 Expulsion of a People from their
Homeland, London, Faber and Faber, 1987.
Rodinson, Maxim, Israel, A Colonial-Settler State?, New York, Monad Press, 1973.
Rokach, Livia, Israel's Sacred Terrorism, 2nd ed., Belmont, Mass., Association of
Arab-American University Graduates Inc. Press, 1982.
Ryan, Sheila, and Hallaj, Muhammad, Palestine Is But Not In Jordan, Belmont,
Mass.: AAUG Inc. Press, 1983.
Schoenman, Ralph and Shone, Mya, Prisoners of Israel: The Treatments of Palestinian
Prisoners in Three Jurisdictions, Princeton, N.J., Veritas Press, 1984.
Schoenman, Ralph and Shone, Mya, "Towards a Final Solution in the Lebanon",
London, New Society, August 19, 1982.
Shahak, Israel, Israel's Global Role: Weapons for Repression, Belmont, Mass., AAUG
Inc. Press, 1982.
Shahak, Israel, trans. & ed., The Zionist Plan for the Middle East, Belmont, Mass.,
AAUG Inc. Press, 1982.


131
Shehadeh, Raja, Occupier's Law: Israel and the West Bank, Washington, D.C.,
Institute for Palestine Studies, 1985.
Weinstock, Nathan, Zionism: False Messiah, London, Ink Links, 1979.
Yahya, Faris, Zionist Relation with Nazi Germany, Beirut, Palestine Research Center,
1978.
Zayid, Ismail, Zionism: The Myth and the Reality, Indianapolis, American Trust
Publications, 1980.


***
Majalah

Al-Fajr Jerusalem Palestinian Weekly, 2025 "I" Street N.W., Washington, D.C. 20006
Israeli Mirror, 21 Collingham Rd., London SW5 ONU, U.K.
Journal of Palestine Studies, P.O. Box 19449, Washington D.C. 20036
Palestine Perspectives, 9522A Lee Haighway, Fairfax, VA 22031
The Shahak Newsletter (terjemahan dari pers Israel disertai komentar), Israel
Shahak, 2 Bartenura St., Jerusalem, Israel
Socialist Action, 3435 Army St. #308, San Francisco, CA 94110


132
APENDIKS


Berikut ini adalah naskah cetakan ulang dari pernyataan yang pertama kali
muncul pada 13 Maret 1988, diterbitkan oleh The New York Times. Iklan tersebut
dipasang oleh Campaign to End all Aid to Israel / For a Democratic Secular
Palestine (Kampanye untuk Mengakhiri Seluruh Bantuan ke Israel / Untuk
Palestina Sekuler Demokratis). Direktur pelaksana kampanye tersebut adalah
Ralph Schoenman, dengan kordinatornya Mya Shone. Para penandatangan
yang memiliki organisasi dan gelar dicatat semata-mata untuk tujuan
identifikasi.


Waktunya Telah Tiba:
Akhiri Semua Bantuan ke Apartheid Israel

Kita tidak bisa tinggal diam ketika menyaksikan anak-anak muda, orang tua,
wanita dan anak-anak di bawah umur setiap hari dibunuh dengan darah dingin
- ditembak pada sasaran bidik, dipukuli secara biadab sampai mati dengan
pentungan-pentungan berat. Kepala, tangan dan pinggang mereka remuk dan
hancur.

Kita tidak bisa membiarkan sebuah negara biadab meracuni penduduk dengan
gas beracun dan mengubur hidup-hidup anak-anak muda.

Kita tidak akan pernah menerima setiap bangsa yang menolak demokrasi dan
hak-hak asasi manusia yang kita perjuangkan. Kita dijadikan sasaran bagi
pendudukan brutal, penghinaan sehari-hari, kekuasaan militer, pemenjaraan
massal dan penyiksaan yang dilembagakan. Kita juga tidak akan bangkit dalam
revolusi.

Pemberontakan bangsa Palestina telah lama hadir. Dua puluh tahun
pendudukan hanyalah satu dimensi dari tragedi mereka. Mereka diusir dari
rumah, desa dan tanah asalnya melalui pembantaian massal, dicampakkan ke
kamp-kamp yang mengenaskan, dibuang ke tempat diaspora yang jauh untuk
kembali dijagal, dibom dan disiksa tanpa henti.

Tirani yang melanda Tepi Barat dan Gaza hanyalah kelanjutan kecil tentang
bagaimana seluruh Palestina dijajah. Antara masa pembagian Palestina pada
1947 dan pembentukan Israel, milisi Zionis telah merampas 75% tanah dan
mengusir 800.000 orang Palestina melalui serangkaian pembantaian.

Ketika negara Israel diproklamirkan, terdapat 475 kota besar, kota kecil dan
desa-desa Palestina. Dari semua ini, 385 diratakan dengan tanah - lenyap dari
peta. 90 tempat yang masih tersisa, tanahnya dicabut dan dirampas tanpa
kompensasi.

Saat ini, Jewish National Fund (Dana Nasional Yahudi) menguasai 93% tanah
Israel. Untuk tinggal, menyewa, kerja atau bagi hasil di atas tanah ini, seseorang
harus membuktikan empat generasi sebagai keturunan Yahudi dari garis ibu.



133
Jika, di suatu negeri, orang harus membuktikan bahwa mereka tidak memiliki
generasi keturunan Yahudi dari pihak ibu dalam rangka untuk memperoleh
hak-hak asasi, maka tidak akan salah mengatakan bahwa negara itu memiliki
sifat rasis yang sangat sempurna.

Israel adalah sebuah negara Apartheid, yang didasarkan atas perampasan dan
dibenarkan atas dasar eksklusifitas. Hak mengalir dari identitas etnis dan
keagamaan.

Bagaimana Mengakhirinya?

Terdapat lebih dari lima juta pemukim Eropa di Afrika Selatan. Populasi asli
Afrika dan keturunan Inggris telah hidup di Afrika Selatan selama berbagai
generasi. Tetapi, segelintir orang, tanpa menyebut mereka yang menamakan
dirinya sebagai para pendukung penentuan nasib sendiri bagi orang-orang kulit
hitam di Afrika Selatan, mengusulkan dua negara - sebuah negara kulit putih
Eropa yang keamanannya terjamin karena memagari dirinya dengan sebuah
negara Afrika yang tunduk dan bebas militer.

Sebuah Bantustan yang tergantung sejajar dengan sebuah negara Apartheid
adalah sebuah olok-olok terhadap penentuan nasib sendiri - baik di Afrika
Selatan, Rhodesia dan Algeria Kolonial - maupun Apartheid Israel.

Di Israel, sama seperti di Afrika Selatan, keadilan minimum menuntut
pencopotan negara Apartheid tersebut dan menggantinya dengan sebuah
Palestina Sekuler Demokratis, di mana orang-orang Yahudi dan Arab, Kristen
dan Muslim, hidup bersama dengan hak dan peluang yang sama.

Apartheid Israel tidak akan bisa eksis tanpa dukungan Amerika Serikat. Sejak
1948, $ 92 Miliar uang pajak Amerika Serikat - hanya untuk tahun 1987 saja
mendapat bantuan $ 6 miliar - telah mendanai Israel, sebuah negara yang
dibangun di atas pengusiran, perampasan dan penaklukan. Bangsa Amerika
Serikat tidak memiliki kepentingan dalam membantu kekuatan militer terbesar
keempat dunia tersebut atau penyiksaan terhadap bangsa Palestina. Oleh
karena itu akhiri seluruh bantuan sekarang juga.

Jawaban kepada empat dekade tirani biadab tersebut ada pada anak-anak yang
melemparkan batu-batu di Jabaliya, The Beach Camp, Balota, dan Dheisheh.
Hal ini bergema pada diri orang-orang Yahudi Israel yang menentang
penindasan atas orang lain.

Mereka memiliki perjuangan, dengan ketapel di tangan, seperti Dawud
melawan Jalut. Mereka memiliki impian untuk hidup tanpa penindasan.
Mereka mimiliki visi tentang sebuah negeri yang terbebas dari dominasi rasis.

Pada akhirnya, orang-orang Yahudi dan Palestina akan bebas dari diskriminasi
dan kelaliman, akan menempa perdamaian abadi hanya dalam sebuah
masyarakat demokratis dan sekuler di mana hak-hak dasar diberikan kepada
semua orang.



134
Ulurkan tangan anda kepada bangsa Palestina yang heroik.
Dukunglah kampanye untuk mengakhiri seluruh bantuan kepada
Apartheid Israel.
Bergabunglah dengan seruan internasional bagi sebuah Palestina
Demokratis dan Sekuler.


Para Penandatangan Amerika Serikat

Samir Abed-Rabbo, penerbit Amana Press; Philip Agee; Bashar Al-Asadi;
Rashid Al-Banna; Dr. Ali Alboosi; Robert Allen, penulis; Prof. Abbas
Alnasrawi, Vermont Univ.; Prof. Stanley Anderson, U.C.S.B; Prof. Miquel
Angel, Laney College; Dr. Philip Antypas; Joe W. Aossey; Prof. Halem
Baraket, Georgetown Univ.; George Barghouht, Arab America Association;
Prof. Sam Beck, Wakil Dekan New School for Soc. Res.; Prof. Martin
Bendersky, Rider College; Mary Benns, Cochair, Gtr. Balt Rainbow Coal.;
Rabbi Elmer Berger; Ronald Bleier, Educ. for Soc. Responsib.; Prof. Carl
Boggs, U.S.C.; Kamal J. Boullata, artis; Kay Boyle; Elombe Brath, ketua Patrice
Lumumba Coal.; Lenni Brenner, penulis; Kye Briesath; Bob Brown, Balt. Ctte.
in Solid. with the Palestinian People; Elaine Brown; Alexander Buchman;
Cynthia Burke, Pres. Transp. Communic. Union, 1310, Minn.; Rena Cacoullos,
Young Socialist Alliance; David W. Campbell, Chevron Unit Chair, O.C.A.W.
1-547; Nick Mary Chamelly, Palestine Solid. Ctte., Chi.; Lynn Chandler,
penulis lagu; Carole Courey; Michael Cowan, Exec. Dir., Natl. Lawyers Guild;
Tom Culotta, Pres. Commty. Survival Ctr.; Prof. Shawkat J. Dallal, Utica
College; Prof. Dr. Mike Davis, U.C.L.A.; Rev. Robert N. Navis, Grace
Episcopal Church, Utica; Prof. William Doyle, L.A. Southwest College; Gerald
Dunbar, atty.; Prof. Clifford DuRand, Morgan State Univ.; Prof. John
Edmond, M.I.T.; Fouzi El-Asmar, penulis; Prof. Hasan El-Nouty, U.C.L.A.;
Lawrence Ferlinghetti; Prof. Robert A. Fernia, Univ. of Texas; Carl
Finamore; James Marston Fitch, Prof. Emer., Columbia Univ.; Prof. Carolyn
Fleuhr Lobban, R.I. College; Donald Freed, dramawan; Prof. Nancy
Gallagher, U.C.S.B.; Prof. Mario T. Garcia, ketua Chicano Studies Dept.,
U.C.S.B.; Kathleen Geathers, coord., N.E. Ohio Anti-Apartheid Ctte.: Jack
Geiger, CUNNY Physicians for Human Rights; John George, supervisor,
Alameda Cnty., Calif.; Suhair Ghanim; Janet Gibson, Alameda Peace Educ.
Net.; Earl Gilman, Net. of. Solid. with Chile; Jim Guyette, mantan Pres., Local
P-9, Austin, Minn.; Jerry Hall, Pres. SEIU 535, L.A.; Dr. Muhammad Hallaj, ed.,
Palestine Perspectives; Nathan Hare, ahli jiwa; Prof. Bryce Harris, Occidental
College; James Houghton, Dir., Harlem Fight Back; Brian Heron, Celtic Art
Ctr.; Dr. Will L. Herzfeld, pastur, Bethlehem Luteran Church; Carrie Hewitt,
Exec. Bd., AFSCME 3357; Richard Hill, C. Ctte.; Prof. Patricia Hills,
sejarawan; Rod Holt; Prof. Ruth Hubbard, Harvard Univ.; Clyde Johnson,
Press., Black Employees Assn., L.A.; Dr. Hymon T. Johnson, U.C.S.B.; Prof.
Theophile Karam, Cypress College; Mujid Kazimi, Dir., Fin. aid, M.I.T.; Fathi
Khalil, atty.; Prof. Baheej Khleif, Worcester State College; Morris Kight,
pengamat gay dan lesbian; Janet Koenig, artis; Tamara Kohns; Ron Kovic,
aktifis perdamaian; Seymour Kramer, Steward, U.T.U. 1741; William M.
Kuntsler, atty.; Felix Kurry, instruktur S.F. State Univ.; Catherine R. Kusic


135
Koppel, coord., Nicaragua Info. ctr., Calif.; Prof. Robert M. Laffey, R.I. College;
Edwin L. Laing, atty.; Mark Lane, atty; P.J. Laska, penyair; Hanna Lessinger,
jurnalis The Guardian; Bill Leumer, Pres., I.A.M. 565; Briddie Letzer, aktifis
Irish; Dr. Alfred M. Lilienthal, pengarang; Prof. Sheldon B. Liss, U. of Akron;
Prof. Richard Lobban, R.I. College; Prof. Froben Lozada, Merrit College;
Chokwe Lumumba, Natl. Conf. of Black Lawyers; Gretchen Mackler, State
Council, Calif. Teacher Assn.; Jeff Mackler; Victor Marchetti, ed., New
American Perspectives; Bill May, atty.; Prof. Dr. Jesse McDade, Morgan State
Univ.; Ralph McGehee, pengarang "Deadly Deceits"; Ann E. Menasche, atty.;
Jessica Mitford; Abbas Mohammed, Palestine Solid. Ctte.; Dr. William
Monsour; Lucetta Mowry, Prof. Emer., Wellesley College; Prof. Carlos
Munoz, Jr., U.C. Berkeley; Prof. Kamal Naffa, Fullerton College; Muhammad
Najab; Ken Nash; Rev.Howard Nash, St. Johns United Methodist Church;
Kweilin Nassar, Steering Ctte., Gtr. Pitts A.D.C.; Prof. J.B. Neilands, U.C.
Berkeley; Pat Norman, Co-Chair, 1987 March on Washington for Lesbian &
Gay Rights; George Novack, pengarang; Ricard Ochs, Balt. Emer. Response
Net.; Earl Ofari, Black author; Prof. Ricard Ohmann, Wesleyan Univ.; Prof.
Bertell Ollman, N.Y.U.; Walter Oszkowski, Palestinian Cultural Club, U.S.C.;
Prof. Prof. Kostis Papadontanakis, Essex Cmmty. College; Prof. Michael
Parenti, political scientist; Dr. Linus Pauling, Nobel laureate-Chemistry,
peace; Prof. Fred Pfeil, Wesleyan Univ.; Prof. Gerard Pigeon, Chair, Black
Studies Dept., U.C.S.B.; Christopher E. Platten, atty.; Daniel Plattner, Johns
Hopkins Univ. Coal. for a Free S. Africa; Marilyn Plumlee; Leonard Potash,
Rep., AFSCME Council 57, L.A.; Martha Quinn, Chair, Evanston Ctte. on C.
Amer.; Prof. Peter Rachleff, Macalester College; William Randolph, All Afri-
can Peoples Rev. Party; Richard O. Recknagel, Prof. Emer., Case Western
Reserve Univ.; Prof. Roddey Reid, Middlebury College; Richard Reilly, Mid-
West Reg. Coord., Palestine Solid. Ctte.; Wilson Riles, Jr., Oakland City
Council; Prof. Ann Robertson, S.F. State Univ.; Prof. Stewart Robinson,
Cleve. State Univ.; Tony Rodriguez, atty., Palestine 8; Walter Rosenblum,
Prof. Emer., Brooklyn College; Trudy Rudnick, Sec., AFT 3882; John Russo,
Dir., Labor Studies, Youngstown State Univ.; Tony Russo, Pentagon Papers
Defendant; The Very Rev. Hanna S. Sakkab, Arch. Priest, Orthodox Church,
Syracuse; Prof. Najib Saliba, Worcester State College; Ann Salmeron, member,
Boston CASA; George Saunders, translator; Ralph Shoenman, Exec. Dir.,
Campaign to End All Aid to Israel; Theodore Schoenman, author; Fridtjof
Schroder, Prof. Emer., CCNY; Stephen Schumacher, Dir., Ctr. for Peace Ed.,
Cinn.; Prof. James Scully, U. of Conn.; Amin Shafie, U. of Cinn.; Muhjah
Shakir; Bassam Shalhoub; Prof. Steven Shaviro, U. of Wash.; Rolland
Sheppard, Delegate, S.F. Labor Council; Mya Shone; Mustafa Siam, Chair,
United American-Arab Congress; Paul N. Siegel, Prof. Emer., L.i.U.; Art Slater,
issues Chair, Rainbow Coal., Cinn.; Loretta Smith, filmmaker; Prof. Neil
Smith, Rutgers Univ.; Rev. Donald L. Smith, Synod of Sthrn. Calif. & Hawaii;
Jan Snipper, East Bay CLUW; Martha Stephens, ed., Cinn. Review of Politics &
Art; Prof. Jim Syfers, S.F. State Univ.; Harryet Tara, journalist; Rutthy Taubb,
songwriter; Lynn Taylor, Exec. Bd., AFSCME 1930; Mary Jane Tacker, Dir.,
Christ. Educ., United Methodist Church, San Jose; Prof. Carol Thompson,
U.S.C.; Daniel Thompson, penyair; John Trinkl, The Guardian; kwame Toure,
Formerly Stokely Carmichael; Valerie Van Isler; Rev. David Van Strien, Chair,
Unitarian Universalists for Justice in the Mid. East, Peterboro, N.H.; Gore


136
Vidal; Kurt Vonnegut; David Wald; Alice Walker, penulis, penyair; Sister
Miriam Ward, Trinity College, Vt.; Roger Wareham, lecturer, Ctr. for Law &
Soc. Justice, CUNNY; James Mac Warren, Socialist Workers Party; Prof.
Gloria Watkins, Yale Univ.; Nat Weinstein, Natl. Sec. Socialist Action; Suzi
Weissman, KPFK, L.A.; Prof. Kevin Whitfield, U. of Mass.; Ron Wilkins,
Unity in Action; Prof. Gretchen Willging, Essex Cmmty. College; John T.
Williams, former Pres., Teamsters 208, L.A.; Robert E. William, Monroe Civil
Rights Defendant; Louis Wolf; Dr. Tony Wolf, Rev., Presbyterian Church,
Irvine, Calif.; Claudia Wright, jurnalis; Dr. Munir Zaitoon; Raouf Zarrouk,
sejarawan; Faith Zeady, Pres., Arab-American Univ. Graduates; John J. Zogby,
American for Mid. East Peace.

Penanda Tangan dari Berbagai Negara

ALGERIA: Brajin Boukhaj, MDA; BELGIA: Prof. J. Gadisseur, U. of Liege;
Julien Gallemi, Pres., F.N. Hertal Labor Fed.; Paul Gruselin, Ed., La Walonie;
Prof. Jamoulle, ULG Liege; Prof. Y. Lion, U. of Liege; P. Longe, Res. Dir.,
FNRS; Jean Claude Reanda, jurnalis, RPTB; Jacques Yerna, sekjen FGTB,
Liege-HuiyWaremme; BRAZIL: Regis De Castro Andrade, Dir. of Res., Ctr.
for Contemporary Cultural Studies; Raymundo Faoro, sejarawan; Florestan
Fernandez, Natl. Deputy; Prof. Paolo Freire, penulis "Pedagogy of the Oppressed";
Dr. Anna Volochko, Dir. Commty. Med., Sao Paolo; Prof. Frasisco Weffort,
Sao Paolo Univ.; CANADA: Father Shafiq Farah; Najib Farah, Info. Dir.,
Palestinian Assn; Mohammed Ghieh, V .P., Quebec Palestine Assn.; Prof.
James A. Graff, U. of Toronto; Pres., Near East Cult. & Educ. Fdtn. of Canada;
Bohdan Krawchenko, Dir., Can. Inst. Of Ukranian Stud., U. of Alberta; Prof.
Pierre Lacasse, Pres. Quebec Palestine Assn.; Barry Weisleder, Pres., Ontario
Pub. Ser. Employees Union 595; PERANCIS: Jean Pierre Barrois, ahli bahasa;
Maitre Delphine Bouit, atty; Pierre Nroue, Dir., Leon Trotsky Instit.; Maitre
Capelle-Hallier, atty; Maitre Gilbert Collard, atty.; Prof. Francois Guerin;
George Grandin, Dir., Geology Ctr., Ecole des Mines; Prof. Paul Milliez, Hon.
Dean, Broussais Med. School; Richard Nijoule, ahli matematika; Maitre
Perralta-Lequerre, atty; Maurice Majfus, jurnalis; Maitre Helene Rubinstein-
Carrera, atty.; Daniel Seldjouk, jurnalis; Michael Vale, penerjemah;
YUNANI: Costas Bakirdis, sekjen Fed. of Indust. Workers, CGT;
Franceskos Faturos, sekjen Athens Labor Council; Mikhalis Karalambidis,
Central Ctte., PASOK; Vangelis Konstaninou, V.P., Fed. of Indust. Workers,
CGT; Dionisis Mouzakis, V.P, Elect. Workers Fed.; Georgus Zerbas, sekjen
Salonica Labor Council; INGGRIS: Jim Boumelha, Exec. Ctte., Natl. Union of
Journalist; Ken Cameron, sekjen Natl. Firebrigade Union; Tamara Deutscher;
Jake Eccleston, sekjen Dep. Natl. Union of Journalist; Dr. Donald A. Filtzer,
Sr. Res. Fellow, U. of Birmingham; Baruch Hirson, sejarawan; Quintin Hoare,
pengarang; Veronica Marris, Namibia Support Ctte.; Nadim Shehadi, Oxford
Univ.; Hillel Ticktin, Ed., Critique; dosen U. of Glosgow; Ros Young, Namibia
Support Ctte.; IRLANDIA UTARA: Gerry Adams, M.P., Pres., Sinn Fein;
Bernadette Devlin McAliskey; ISRAEL: Merav Devir, Ctte. for Freedom of
Expression of Palestinians and Israelis; Abraham Heilbronn, psikolog; Akiva
Orr, pengarang; Osnat Ron, "Return"; Simon Tzabar, dramawan; World Org.
of Jews from Islamic Countries (bukan WOJAC); A.H. Yahooram, sekjen


137
World Org. of Jews from Islamic Countries; MEXICO: Adolfo Gilly,
pengarang; NORWEGIA: Dr. Steinar Berge; Grette Klotrupp Larsen; Dr.
Troy Rusli, Prof. Red Cross Hospital, Oslo; PERU: Senator Ronaldo Brena
Pantoja; Prof. Humberto Campodonico Sanchez, U. of San Marcos; Senator
Javier Diez-Cansesco; Senator Genaro Ledesma, Pres., FOCEP; Senator
Andres Luna Vargas; Moises Palomino, Pres., Natl. Miners and Metalworkers
Fed.; Enrique Rodriguez, sekjen Natl. Teachers Fed.; Juan Rojas Vargas,
sekjen Peruvian Peasants Fed.; Carlos Salazar Pasache, Intl. Rel. Peruvian
Educ. Workers Union; Yeude Simon, Natl. Deputy, Co-Pres., ANP; Leonor
Zamora, Workers Party; SPANYOL: Juan Francisco Anton Rodriguez, Pre.
Assn. of Young Doctors, Alicante; Frances Casares, Deputy, Catalonian
Parliament; Faustino Cordon, ahli biologi; Juan Jose Diaz Sanchez, CNT,
Valencia; Justo Fernandez, sekjen Bank Workers Fed., UGT; Regina Fuente,
Pres., Assn. of Young Lawyers, Valencia; Julia Garcia, Exec. Bd., Madrid
Neighbor. Assn.; Marianne Hermitte, produser film; Gregorio Lopez
Raymundo, ex-Pres., P.S.U.C.; Francisco Manuel, atty; Pere Mayor, Deputy,
Valencia; Blas Ortega, Pres., Assn. of Young Doctors, Valencia; Jose Antonio
Pallin, Pres., Natl. Human Rights Assn.; Ionis Penaroja Gonzales, Pres., Assn.
of Young Doctors, Castellon; Prof. Vicent Pitarch, Exec. Bd., Unitat del Poblr,
Valencia; Roberto Ruiz, Fin. Sec., Health Workers Fed. CCOO, Valencia;
Manuel San Nicolas, sekjen Bank Workers Fed., UGT, Catalonia; Joaquin
Sicilia, La Crida; Jaume Soler, mayor of Arbucias, leader of La Crida; Ramon T.,
Pres. Natl. Miners and Metalworkers ctte., UGT, Catalonia; Prof. Pedro
Filanova; SWIS: Eric Decarro, Pre. Fed. of Trade Unions; Deuber Paulli,
Deputy, Geneva; Dr. Nago Humbert; Armand M., Deputy, Geneva; Berthier
Perregaux, Deputy, Geneva; Jean Spielx, Federal Deputy; Jean Ziegler, Federal
Deputy.


















138
TENTANG PENULIS

Ralph Schoenman adalah direktur pelaksana Yayasan Perdamaian Bertrand
Russel, dalam kapasitasnya ini dia telah melakukan perundingan-perundingan
dengan beberapa kepala negara. Dia berhasil membebaskan para tahanan politis
di banyak negara dan memprakarsai Pengadilan Internasional terhadap para
penjahat perang Amerika Serikat di Indo-Cina, dimana dia menjabat sebagai
sekretaris jenderalnya.

Lama aktif dalam kehidupan politik, dia memprakarsai Komite 100 (orang)
yang mengorganisir pembangkangan-masal sipil menentang senjata nuklir dan
pangkalan militer Amerika Serikat di Inggris. Dia juga pendiri dan direktur
Kampanye Solidaritas Vietnam dan direktur "komite siapa yang membunuh
Kennedy".

Disamping itu juga menjadi pemimpin komite untuk kebebasan seni dan
intelektual di Iran dan wakil direktur komite dalam pembelaan terhadap
bangsa Palestina dan Lebanon, juga wakil direktur pekerja dan artis Amerika
Serikat bagi solidaritas.

Sekarang dia adalah direktur pelaksana Kampanye Palestina yang menyerukan
untuk mengakhiri seluruh bantuan kepada Israel dan untuk membangun
Palestina yang demokratis dan sekuler.

Buku-buku yang telah ditulisnya antara lain: "Bertrand Russel: Philosopher of the
Century", "Death and Pillage in Congo: A Study of Western Rule" yang dia tulis bersama
dengan Khalid Ahmed dan "Prisoners of Israel", ditulis bersama Mya Shone.
[BACK COVER]

Buku ini menghancurkan empat mitos yang selama ini terbentuk dalam
kesadaran masyarakat dunia tentang Zionisme dan negara Israel.

Pertama, "sebuah negara tanpa penduduk untuk penduduk tanpa negara".
Kedua, demokrasi Israel. Ketiga, mitos keamanan yang menjadi motor kekuatan
kebijaksanaan Israel. Keempat, yang mungkin hampir sudah diyakini oleh
setiap orang, bahwa Zionis adalah pengemban penderitaan moral Yahudi yang
mengalami bencana Holocaus (pembantaian masal) oleh Nazi.

Buku ini membongkar drama tragis pembantaian oleh Zionisme untuk
mengusir bangsa Palestina dari tanah airnya. Di samping itu juga
mengungkapkan secara jelas pengkhianatan para pemimpin Zionis terhadap
jutaan Yahudi yang terbunuh oleh kolaborasi Nazi dan Zionis.

Ralph Schoenman telah melakukan pekerjaan berharga yang meringkas
ensiklopedi informasi. Sulit sekali untuk menangkis pengungkapan dan analisa
proaktifnya tentang akibat-akibat mendasar dari problem Palestina yang
berkelanjutan dan pencabutan hak bangsa Palestina.

Schoenman membuktikan - dengan pencarian dokumen secara luas - bahwa
sumber terbaik untuk menjelaskan dinamika real kebijaksanaan Israel adalah


139
pekerjaan standar para arsitek Zionisme. Dengan menggunakan skill dan
pengetahuan tinggi, dia menyusun sejarah Zionis secara obyektif yang
mengejutkan dunia.

"Mimpi Buruk Kemanusiaan" sangat diperlukan bagi setiap orang yang
berusaha memahami "intifadah" bangsa Palestina. Ralph Schoenman
menunjukkan yang benar dan keterkaitan organisasinya dengan mereka untuk
mendapatkan kesimpulan tak terbantahkan, merupakan sumber rujukan.
Rabbi Elmer Berger
Presiden American Jewish Alternatives to Zionism

Ralph Schoenman menunjukkan bagaimana siksaan Zionisme terhadap orang-
orang Palestina dan menodai Yahudi. "Sisi Gelap Zionisme" datang tepat pada
waktunya dan dokumen yang nyata.
Muhammad Hallaj
editor Palestine Perspectives

Jelas, informatif dan menggelisahkan. Jika anda tidak takut shok untuk
memikirkan pandangan anda terhadap Israel, maka "Mimpi Buruk
Kemanusiaan" inilah cara terbaik bagi anda untuk segera shok secepat
mungkin.
Akiva Orr
Pendiri Matzpen, Penulis buku "UnJewish State:
The Politics of Jewish Identity in Israel"

Buku tulisan Ralph Shoenman ini sangat penting, memiliki kekuatan untuk
menilai Zionisme dalam teori dan praktek.
Hisham Sharabi
editor Journal of Palestine Studies
Penulis Palestine and Israel: The Lethal Dilemma.



Pustaka Progressif

Anda mungkin juga menyukai