Anda di halaman 1dari 208

DARI

ABSTRAKSI,
REALITAS,
HINGGA
BAHASA KITA

Arini S Putri
Arini S Putri

Arini S Putri

Bandung.

ii
D af t ar Is i
Bagian I Galeri Matematika dan Filsafat 10
1. Siapa Matematikawan Pertama dalam Sejarah? 11
2. Bagaimana Matematika Digunakan sebelum
Bilangan Nol Ditemukan? 13
3. Apa Gunanya Logika Matematika? 15
4. Apa Cara Efektif untuk Belajar Matematika? 18
5. Apa Saja Aspek Kehidupan yang Berkaitan
dengan Matematika? 21
6. Apakah Mempelajari Matematika Sewaktu SMA
Bermanfaat untuk Masa Depan Kita? 24
7. Bagaimana Menjelaskan Konsep Nol kepada
Anak Kecil? 27
8. Apa Saja Kekeliruan di dalam Pelajaran Matematika? 30
9. Sebagai Ahli Matematika, Apakah Matematika
Berpengaruh dalam Hidupmu? 32
10. Apa yang Membuat Seorang Matematikawan Ingin
Menangis? 35
11. Bagaimanakah Masa Depan Matematika? 37
12. Apakah Makna Kedua Kalimat Berikut Sama?
1. One Man Dies of Tuberculosis Almost Every
Hour. 2. Almost Every Hour, a Man Dies
of Tuberculosis? 40
13. Apa Rumus Matematika Paling Elegan di dalam
Kalkulus? 43
14. Bagaimana Matematika Digunakan untuk Memecahkan
Kasus Kriminal? 45

iii
15. Apa Itu Dilema Narapidana (Prisoner's Dilemma)
di dalam Matematika/Ilmu Ekonomi? 49
16. Apa yang Membuat Segitiga Menjadi Objek
Geometri yang Spesial? 53
17. Mengapa Ban/Roda Berbentuk Lingkaran? 56
18. Apa Itu Masalah Haruhi di dalam Matematika? 60
19. Adakah Matematika di Balik Ukuran Kertas Seri A
(Misal Kertas A1, A2, A3, dan A4)? 63
20. Kenapa Integral Disimbolkan Seperti Huruf S? 67
21. Mengapa Faktorial Dilambangkan dengan Tanda Seru? 72
22. Apa Pentingnya Bilangan Prima di dalam
Fisika dan Alam? 74
23. Mengapa Bilangan Prima Menjadi Sangat Menarik
Bagi Para Matematikawan? 76
24. Mengapa 1 Bukan Bilangan Prima? 78
3
25. Mengapa (3 + 4) = 343, sedangkan untuk
Bilangan Ratusan Lainnya Tidak Bisa Seperti Itu? 82
26. Jika Anda Bisa Meluruskan Hoaks atau Mitos Seputar
Bidang yang Anda Kuasai, Maukah Anda
Membagikannya di Sini? 84
27. Apa Saja Persoalan Matematika yang Terlihat Mudah
Tapi Ternyata Sulit Sekali? 88
28. Apa Saja Gambar yang Hanya Dipahami
oleh Matematikawan? 90
29. Bagaimana Caranya Membagi Tujuh Cokelat
untuk Delapan Murid? 93
30. Apa Jadinya Bila Nilai Konstanta Pi Berubah
Menjadi 3,2? 94
31. Benarkah Statistika Kerap Digunakan untuk Berbohong? 96
32. Apa Hewan yang Paling Pintar Menurutmu? 99
33. Apa kesalahan yang Umumnya Dilakukan Para

iv
Guru/Pendidik dalam Mengajarkan Pelajaran
Matematika pada Anak Murid? 126
34. Adakah Konstitusi atau Undang-Undang Dasar
di Suatu Negara yang Berlandaskan Matematika? 102
35. Apa yang Dimaksud dengan Syarat Perlu dan
Syarat Cukup di dalam Matematika? 106
36. Apa Itu Aksioma di dalam Matematika? 110
37. Apakah Matematika dapat Menjelaskan Keberadaan
Tuhan? 115
38. Apa yang Dimaksud dengan Paradoks Pembohong? 119
39. Apa yang Dimaksud dengan Trilema Münchhausen? 122

Bagian II Galeri Sains 131


1. Mengapa Penyebutan Matematika Dipisah dari Fakultas
MIPA di Perguruan Tinggi? Bukankah Matematika Juga
Adalah Sains/IPA? 132
2. Apa Hasil Penelitian Ilmiah yang Pernah Membuatmu
Terpukau? Mengapa? 134
3. Dari Mana Para Ilmuwan Mengetahui Bahwa
Bumi Ini Berumur Sekitar 4,543 Miliar Tahun?
Apakah Kamu Percaya Umur Bumi Sebegitu Lamanya? 138
4. Apakah Air Bisa Dibuat oleh Manusia? 141
5. Jika Kamu Terjebak di Tengah Lautan, Mengapa Kamu
Tidak Bisa Minum Air Laut yang Asin? 146
6. Mengapa Oksigen Diperjualbelikan? Bukankah Oksigen
Bisa Didapatkan secara Gratis di Udara? 150
7. Apa Itu Fermi Paradox? 153
8. Apakah Hal-Hal yang Dianggap Benar oleh Orang
Awam Namun Salah secara Ilmiah? 156
9. Bagaimana Prediksi Ilmuwan tentang Kondisi yang
Terjadi di Bumi pada Masa Depan? 160

v
10. Bagaimana Caranya NASA Merekam Suara, Jika Suara
Tidak Dapat Merambat di Ruang Hampa? 164
11. Adakah Penemuan yang Kita Gunakan Saat Ini
yang Sebenarnya Diciptakan untuk Eksplorasi
Luar Angkasa? 168
12. Mengapa Kita Mudah untuk Percaya Teori Konspirasi? 171

Bagian III Galeri Pengetahuan Umum 175


1. Apa Saja Hal Berbeda yang Dikira Sama? 176
2. Mengapa hingga Kini Belum Ada Penerima
Penghargaan Nobel yang Berasal dari Indonesia? 181
3. Siapakah Sosok Tokoh di Indonesia yang Sangat
Patut Diteladani? Mengapa? 185
4. Siapa Sajakah Ilmuwan Perempuan dari Indonesia
yang Berprestasi dan Dikenal hingga ke Mancanegara? 188
5. Apa Saja Kebodohan-Kebodohan Pemerintah yang
Pernah Terjadi di Berbagai Negara? 191
6. Bagaimana Cara Melatih Kemampuan dalam
Menyelesaikan Masalah? 194
7. Sebagai Penutur Asli Bahasa Indonesia, Kata Apa Saja
yang Membuatmu Tergelitik? 199
8. Apa Kesalahan Tata Bahasa yang Sering Dilakukan
Penutur Bahasa Indonesia? 202

Daftar Pustaka 206


Tentang Penulis 208

vi
Dipersembahkan untuk pemilik langit dan Bumi, untuk
malaikat kecil penjaga jiwa dan raga, untukku penikmat
purnama, untuk pembaca, dan untuk pengembara ilmu yang
menjelajahi semesta-Nya.

7
P rak at a

“Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”


Itulah sepenggal kalimat penggugah jiwa dari Pramoedya Ananta Toer.
Sangat puitis, pikir saya. Hakikat sebenarnya mengapa kita menulis adalah
karena memang kita harus menulis, bukan untuk dikenang atau pun
diabadikan. Menulis adalah proses strukturisasi pikiran, ini yang terpenting.
Tanpa adanya menulis, pikiran dan jejak-jejak memori kita tidak akan
tersampaikan dengan baik kepada mereka yang berhak menerimanya. Pun,
ada alasan yang lebih mulia dari menulis ketimbang hanya untuk sekadar
mengejar keabadian, yaitu untuk mewariskan ilmu pengetahuan.

Buku ini—yang saya pun ragu apakah layak disebut sebagai buku atau
tidak—adalah sekumpulan pengetahuan yang pernah saya dapatkan,
kemudian saya strukturisasikan dan saya tuliskan ke dalam sebuah artikel di
platform Quora. Oleh karena itu, isi dari buku ini adalah seputar tanya-jawab
permasalahan matematika, sains, bahasa, dan filsafat matematika yang
menjadi topik yang saya minati di sana sejak tahun 2018 hingga tahun 2020.

Tentu saja, tujuan utama mengapa saya menyusun buku ini adalah untuk
mewariskan ilmu kepada mereka yang menyenangi ilmu, untuk Anda dan
kita semua. Saya mengimani bahwa setiap orang berhak mendapatkan ilmu
yang baik, dan buku ini hadir sebagai wujud atas apa yang saya imani itu.
Selamat menikmati.
Bandung, September 2020.

8
9
Bagian I
Galeri Matematika dan Filsafat

10
Siapa Matematikawan Pertama dalam Sejarah?

Tidak ada yang tahu pasti siapa orang pertama yang mendeklarasikan dirinya
sebagai seorang matematikawan, tetapi …

Perkenalkan, namanya Thales. Dia hidup di masa Yunani kuno pada abad
ke-6 SM, tepat di saat masyarakat Yunani lebih mengedepankan mitos
dibandingkan rasionalitas yang mereka miliki. Apa yang dilakukan Thales
saat itu? Dia memikirkan asal mula penciptaan alam semesta dan gejala-gejala
yang terjadi di alam tanpa bersandar pada mitos. Ya, mungkin saja dia adalah
orang pertama dalam peradaban umat manusia yang benar-benar merenungi
dan memikirkan alam semesta ini, sehingga tidak salah bila Aristoteles
memberi dia gelar filsuf pertama di dunia.

Hebatnya lagi, Thales tidak hanya mempelajari filsafat alam, namun juga ilmu
astronomi dan geometri. Salah satu keahliannya di dalam geometri adalah
mengukur tinggi Piramida.

Dulu, Thales pernah bertanya tentang tinggi dari Piramida Cheops kepada
pendeta Mesir kuno, tetapi pendeta tersebut enggan memberikan
jawabannya. Thales yang saat itu sangat penasaran, akhirnya berinisiatif
untuk menghitung tinggi dari piramida Cheops. Alih-alih pergi ke puncak
piramida untuk mengukur tingginya, dia menancapkan tongkat di atas tanah
dekat piramida tersebut dan menunggu saat ketika bayangan tongkat sama
panjangnya dengan tongkat itu. Pada waktu yang sama, panjang bayangan
piramida juga akan sama dengan tingginya.

11
Selanjutnya dia hanya perlu mengukur panjang bayangan piramida yang bisa
diamati, dan menambahkan setengah ukuran dasar piramida. Hasil yang
diperoleh adalah sekitar 481 kaki sehingga tinggi piramidanya pun sekitar 481
kaki. Cara yang sangat cerdik, kan?

Selain menghitung tinggi piramida, dia juga menyumbangkan beberapa


teorema penting di dalam geometri, di antaranya berbunyi:

• Jika dua garis lurus saling bersilangan, maka besar kedua sudut
yang saling berlawanan akan sama.
• Sebuah lingkaran terbagi dua sama besar oleh
diameternya.
• Sudut keliling lingkaran yang menghadap diameter
selalu merupakan sudut siku-siku.
𝐴𝐷 𝐴𝐸 𝐷𝐸
• Teorema Thales, yang mengatakan bahwa = = .
𝐴𝐵 𝐴𝐶 𝐵𝐶

Teorema ini kita pelajari di bangku SMP dan sudah sangat


fenomenal.

Thales, sang filsuf pertama, juga diyakini sebagai matematikawan pertama di


muka bumi. Rantai sejarahnya kemudian dilanjutkan oleh Pythagoras yang
juga sama-sama bekerja dengan geometri. Nah, istri dari Pythagoras yang
bernama Theano, diyakini sebagai matematikawan wanita pertama di dunia.

12
Bagaimana Matematika Digunakan Sebelum Bilangan Nol
Ditemukan?

Penemuan angka nol bukan merupakan awal mula matematika digunakan di


muka Bumi ini, kok. Jika demikian, bagaimana bisa matematika digunakan
bila angka nol dan sistem bilangan (seperti pada masa modern ini) belum
ditemukan?

Manusia itu terlahir cerdik, kawan. Mereka bermatematika untuk


mempermudah pekerjaan mereka. Salah satu pekerjaan tertua umat manusia
barangkali adalah menggembala, karena orang-orang Asia telah
melakukannya sejak 6000 tahun silam. Sekarang Anda bayangkan, mereka
memiliki suatu peternakan domba pada masa ketika angka-angka belum
ditemukan. Setiap hari domba-domba tersebut
dikeluarkan dari kandangnya. Pagi dan sore para
penggembala perlu memastikan bahwa tidak ada
satu pun domba yang hilang. Bagaimana mereka
tahu ada domba yang hilang, jika jumlah dombanya saja tidak bisa mereka
simbolkan? Don’t worry! Para penggembala cerdik itu ternyata menggunakan
batu untuk menandai domba-domba tersebut.

Mereka mengumpulkan banyak bebatuan kecil lalu ditumpukkan. Jika satu


domba keluar dari kandang, maka satu batu dikeluarkan dari tumpukkan
tersebut. Setiap kali domba keluar dari kandangnya, maka beberapa batu
akan dikeluarkan dari tumpukkan itu. Jika seluruh domba sudah keluar, maka
batu yang masih tersisa ditumpukkan lalu dibuang (atau jika kurang, mereka
mengambil batu yang baru). Dengan demikian, banyaknya domba akan sama
dengan banyaknya batu.

13
Di sore hari, para domba kembali dimasukkan ke dalam kandang. Setiap kali
ada domba yang masuk, maka satu batu ditumpuk kembali. Jika seluruh
domba telah masuk namun ternyata masih ada batu yang tersisa, maka sudah
dipastikan ada domba yang hilang!

Kumpulan batu-batu tersebut bila diinterpretasikan ke dalam simbol modern


tidak lain dan tidak bukan merupakan himpunan bilangan asli ℕ yang sering
kita gunakan untuk mencacah atau menghitung sesuatu. Mereka secara tidak
langsung telah melakukan korespondensi satu-ke-satu antara domba dengan
batu, atau bahasa kerennya, mereka telah mengonstruksi pemetaan bijektif
antara himpunan domba dan himpunan batu. Ini adalah bentuk
penghitungan yang paling mendasar. Sistem numerasi seperti ini dikenal juga
sebagai sistem Ijir (Tally). Dengan cara seperti inilah orang-orang terdahulu
bermatematika. Mereka selalu punya banyak cara untuk menghitung
meskipun angka nol belum ditemukan!

14
Apa Gunanya Logika Matematika?

“Kalau nanti malam hujan, aku nggak akan ngajak kamu kencan, ya!”, ucap Adi
dalam suatu percakapan di telepon. “Iya sayang, enggak apa-apa kok”, balas
Rani, sang kekasih hati.

Ternyata malam tersebut hujan tidak turun. Dengan penuh harap, Rani
menunggu Adi datang ke rumahnya.
Namun sayang, lelaki tampan itu tak
kunjung datang juga. Dengan wajah masam,
Rani pun menelepon Adi: “Sayang, malam ini
kan enggak hujan. Kok kamu gak ngajak aku
kencan?”.

“Lho, aku kan gak janjiin kamu apa-apa kalau malam ini gak hujan”, balas Adi
dengan nada ngeyel.
Jika kamu berada pada posisi Rani, mungkin saja kamu akan kesal dengan
pernyataan yang Adi lontarkan, dan seketika melabeli dia lelaki kardus. Tapi
menurut logika matematika, apa yang Adi ucapkan ini sudah sangat
logis, kok!

Kalimat kalau nanti malam hujan, aku nggak akan ngajak kamu kencan tidak
mengatakan apa pun tentang apa yang akan terjadi jika nanti malam tidak
hujan. Jadi tidak masalah jika Adi tidak mengajak Rani kencan meski langit
malam kala itu cerah. Jika Rani dapat mengerti bahwa yang Adi sampaikan
itu sudah logis, maka dia tidak akan langsung merasa kesal dengan
pernyataannya tersebut. Dalam kasus ini, logika matematika dapat
membantu mereka agar terhindar dari kesalahpahaman dalam suatu
hubungan asmara, sebab logika akan menuntun Rani untuk berpikir secara

15
rasional sehingga mencegahnya dari kesalahan berpikir dalam memahami
kalimat yang disampaikan oleh Adi.

Contoh kesalahan lainnya seperti ini: Kita simak kembali cerita Adi dan Rani:

Pada pekan berikutnya, Adi akhirnya mengajak Rani pergi berkencan .


Mereka kemudian membeli makanan dan menyantapnya berdua di kursi
taman. Sialnya, mereka tidak melihat ada tanda “DILARANG MAKAN
DAN MINUM” di taman itu. Penjaga taman pun datang menegur mereka
berdua,

“Maaf dek, di taman ini dilarang makan dan minum”, ucap penjaga taman sembari
mengusap-ngusap kumisnya.

“Tapi kan pak, kami hanya makan saja, tidak disertai minum. Yang dilarang di sini
adalah makan DAN minum, kalau makan saja ATAU minum saja berarti tidak
dilarang, kan?”, balas Adi yang sedang asyik merangkai logikanya.

Penjaga taman pun terdiam menatap langit malam. Setelah lama dipikirkan,
akhirnya ia memahami apa yang Adi katakan dan membiarkan mereka
berdua menyantap kembali makanannya. Adi dan Rani pun hidup bahagia
selamanya. (Tamat).

Kita barangkali sering menemukan tanda larangan yang


bertuliskan DILARANG MAKAN DAN MINUM. Ini artinya, yang
dilarang adalah kondisi makan yang sekaligus dibarengi dengan minum. Jika
makan saja atau minum saja berarti diperbolehkan. Padahal maksudnya
adalah baik makan atau minum itu dilarang. Oleh karena itu, kalimat larangan
yang benar adalah DILARANG MAKAN ATAU MINUM. Dengan

16
begini, baik orang yang makan saja atau minum saja atau melakukan
keduanya akan dikenai hukuman.

Logika matematika akan mengajari kita cara menyusun kalimat yang


sistematis dan logis sehingga kita terhindar dari kesalahan berbahasa seperti
pada kasus papan larangan sebelumnya. Selain itu, dengan berlogika kita
dapat berpikir kritis, cermat, dan objektif dalam menentukan suatu
kesimpulan. Jika logika matematika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
kita akan terhindar dari kesalahan penalaran yang menuntun kita ke jalan
yang sesat.

See, betapa pentingnya logika matematika itu?

17
Apa Cara Efektif untuk Belajar Matematika?

Connecting the dots.

Mengapa belajar matematika sangatlah sulit dan rumus yang dipelajarinya


dirasa tidak berguna? Karena kita terlalu fokus menghafal materi tanpa mampu
mengaitkan satu materi ke materi lainnya. Sewaktu kecil, orangtua selalu
membelikan buku bergambar yang menyuruh kita untuk menghubungkan
semua titik agar menghasilkan gambar yang diinginkan, contohnya seperti
ini:

Kita selalu diajarkan untuk membuat garis yang


menghubungkan titik-titik tersebut agar menghasilkan
gambar beruang yang bagus. Aturannya, kita harus
menghubungkan setiap titik yang bernomor 𝑛 dengan
titik yang bernomor 𝑛 + 1 atau sebaliknya. Di sini kita
belajar bahwa titik 7 bisa dihubungkan dengan titik 6
dan juga titik 8, tetapi tidak akan bisa dihubungkan dengan titik 28. Ya, kita
begitu asyik mempelajarinya di waktu kecil, namun, mengapa
konsep connecting the dots tersebut tidak digunakan kembali untuk belajar di
kala dewasa? Mengapa kita tidak mencoba belajar menghubungkan satu
materi dengan materi lainnya? Mengapa kita tidak belajar melihat materi
mana yang saling memiliki keterkaitan satu sama lain? Padahal di situlah letak
asyiknya belajar matematika. Satu dalil (dasar) dapat dikembangkan menjadi
dalil-dalil yang baru. Bila kita memahami dasarnya, kita tidak akan kesulitan
untuk mempelajari rumus-rumus baru di dalam matematika.
Contohnya, ambil satu dalil yang sudah kita kenal sejak SD: dalil Pythagoras .
Beranjak dari dalil Pythagoras, kita dapat mengetahui bagaimana caranya

18
menghitung jarak antara dua buah titik. Bila sudah tahu bagaimana cara
mencari jarak antara dua titik, kita dapat mengetahui bagaimana bentuk
umum persamaan lingkaran. Bila sudah tahu persamaan baku lingkaran, kita
dapat menemukan banyak hal lainnya. Mereka akan saling terhubung.
Misalnya seperti ini:

Dalil Pythagoras berkata bahwa kuadrat dari sisi


miringnya akan sama dengan jumlah kuadrat dari sisi-
sisi yang saling tegak lurus, dituliskan 𝑎2 + 𝑏2 = 𝑐 2 .
Ini adalah modal awal yang kita miliki sejak SD.
Sekarang kita buat masalah baru di dalam matematika. Misalkan diberikan
dua buah titik 𝑃(3,2) dan 𝑄(−2, −4) pada koordinat Kartesius:

Berapa jarak antara titik P dan Q? O ini mudah! Karena kita sudah memiliki
dalil Pythagoras, maka kita hanya perlu menggambar segitiga siku-siku
seperti ini:

Alas segitiga tersebut adalah OQ, yang memiliki panjang 5 satuan, dan
tingginya adalah OP dengan panjang 6 satuan. Jadi jarak antara

19
titik P dan Q merupakan panjang sisi miring segitiga tersebut. Berdasarkan
dalil Pythagoras, kita peroleh
|𝑃𝑄| 2 = |𝑂𝑃| 2 + |𝑂𝑄| 2 = 62 + 52 = 61
|𝑃𝑄| = √61.

Maka jarak antara titik P dan Q adalah sebesar √61.


Kita tidak perlu repot-repot menghafal rumus untuk mengetahui jarak antara
dua titik, karena pada akhirnya akan lupa juga. Cukuplah menggunakan dalil
Pythagoras yang telah kita kuasai dengan baik. Nah, hal ini pun berlaku untuk
memahami rumus-rumus matematika yang lainnya. Jadi ketika belajar
matematika, mulailah untuk mempelajari hal-hal kecil (dasar) yang dirasa
mudah bagimu, kemudian cari titik-titik mana saja yang dapat kamu
hubungkan dengannya. Itulah cara belajar dengan metode connecting the
dots. Sejauh ini, metode belajar inilah yang paling efektif digunakan (oleh
saya) untuk belajar matematika tanpa perlu menghafal rumus-rumus di
dalamnya. Bila kamu tertarik, silakan untuk mencobanya!

20
Apa Saja Aspek Kehidupan yang Berkaitan dengan
Matematika?

Saya justru lebih penasaran dengan aspek kehidupan yang tidak berkaitan
dengan matematika, seperti apa ya kira-kira? Baiklah. Mari dengarkan cerita
dari saya pagi ini: Ini adalah Anda di minggu pagi, kesal karena harus
terbangun dari mimpi yang indah, dan mesti bergegas untuk beraktivitas.
“Hoaaammm.”

Anda pun melirik jam di dinding untuk memastikan pukul berapa Anda
terbangun.

Anda lihat jam dinding yang berbentuk seperti lingkaran itu? Itulah objek
matematika yang biasa Anda lihat di setiap waktunya. Karena masih pagi,
Anda pun mencoba memikirkan banyak kegiatan yang bisa dilakukan di hari
minggu. "Aha, saya akan mulai dengan membereskan tempat tidur, menanak nasi,
pergi mencari lauk untuk nasi, sarapan lalu kembali rebahan demi hari minggu yang
lebih produktif”, gumam Anda.

21
Tahukah Anda bahwa ketika memikirkan rangkaian suatu agenda kegiatan,
maka saat itu juga Anda sedang bermatematika? Kalau tidak menggunakan
matematika, maka algoritma dari kegiatan sehari-hari Anda pasti akan
berantakan. Seperti bangun tidur, lalu berangkat sekolah, kemudian gosok
gigi dan sarapan. Rangkaian yang enggak sistematis banget, kan? Menyusun
kegiatan secara terurut pun adalah bagian dari matematika, lho!
Melanjutkan cerita lagi, Anda pun bergegas mencuci rice cooker dan
menanak nasi. Agar tekstur nasi tidak terlalu keras dan lembek, maka Anda
mesti memikirkan berapa banyak perbandingan air dan beras yang harus
dimasukkan. Tanpa disadari, saat itu juga Anda sesungguhnya sedang
bermatematika!

Sambil menunggu nasi matang, Anda pun pergi keluar untuk mencari teman
nasi. Naiklah Anda ke sepeda motor kesayangan Anda yang penuh dengan
kenangan si mantan. "Cari warung nasi yang dekat aja deh biar hemat bensin", pikir
Anda. Anda pun pergi dengan mengatur kecepatan sambil
melihat speedometer.

"Cukuplah ya 20 km jam”.

Anda lihat angka-angka pada speedometer itu? Anda bisa memperkirakan


seberapa cepat Anda harus bergerak? Ya, lagi-lagi itu adalah matematika!.

22
Ketika berada di jalan, Anda melihat ke arah depan, kanan, kiri, dan belakang
lewat kaca spion motor. Anda mendapati atap rumah yang berbentuk
segitiga, bangunan yang menjulang tinggi, taman yang dipenuhi bunga
berwarna-warni, bermacam-macam pola. Itu adalah matematika. Anda lihat
diri Anda sendiri, tangan Anda, kaki Anda, mata Anda yang indah itu,
sesungguhnya tersusun dari berbagai macam atom. Atom ini memiliki
nomor dan juga massa yang seluruhnya direpresentasikan oleh angka. Lagi-
lagi, ini adalah matematika.

Objek-objek di sekitar Anda adalah hasil karya Matematika. Anda sendiri


adalah hasil karya yang dibuat dengan matematika. Alam semesta ini dan
seluruh isinya adalah matematika.

Ketika segala hal di dunia ini adalah matematika, maka aspek kehidupan
seperti apa yang tidak berkaitan dengan matematika? Ini yang justru mesti
dipertanyakan. Apakah memang ada? Ah, saya ragu jika mereka ada.

23
Apakah Mempelajari Matematika Sewaktu SMA
Bermanfaat untuk Masa Depan Kita?

Tahu alat pemotong bernama pisau ini?

Menurutmu, apakah pisau tersebut memberikan


manfaat di kehidupan kita? Ya tergantung. Iya,
jawabannya mestilah tergantung. Jika pisau tersebut
dapat kita manfaatkan, maka dia akan bermanfaat. Jika
pisau tersebut tidak dapat kita manfaatkan, maka dia tidak
akan memberikan manfaat apa pun.

Sekarang kita analogikan matematika adalah pisau tersebut. Matematika yang


kita pelajari di tingkat SMA sama seperti halnya sebilah pisau, namun untuk
jenis pisau buah. Artinya, pisau tersebut hanya bisa digunakan untuk
memotong buah atau yang setingkat dengannya (bawang-bawangan atau
sayur-sayuran). Pisau buah tidak akan bisa digunakan untuk memotong
daging sapi. Di sini, pisau buah tidak memberikan manfaat sama sekali. Ilmu
matematika yang kita pelajari di tingkat SMA pun juga begitu. Bila kita
mampu menerapkannya untuk menyelesaikan masalah kehidupan, maka dia
akan bermanfaat. Tapi kita pun harus lihai menentukan masalah mana yang
memang membutuhkan matematika sebagai solusinya. Jangan seperti pisau
buah yang digunakan untuk memotong daging sapi tersebut!

Matematika di tingkat SMA sudah mencakup materi tentang logika


matematika, limit, turunan, integral, statistika, trigonometri dan geometri.
Materi tersebut sudah cukup untuk menunjang masa depanmu. Bila kamu
ingin menjadi seorang arsitek, maka kamu sudah memiliki fondasi yang baik
dengan mempelajari integral dan geometri di SMA karena dalam proses

24
perancangan arsitektur membutuhkan susunan komposisi, proporsi dan
kesimetrian yang dipelajari di dalam geometri (dan kalkulus).

Bila kamu nantinya menjadi seorang ibu rumah tangga, maka kamu harus
pintar mengatur waktu dan juga mengelola keuangan. Ini bukanlah perkara
mudah, karena minimal, kamu harus pandai melakukan operasi aritmatika
seperti penjumlahan dan perkalian untuk mengatur keuangan. Tapi
bukankah matematika di SD juga sudah cukup untuk memahami materi
aritmatika? Mengapa harus sampai mempelajari matematika yang lebih tinggi
lagi di SMA? Lagi-lagi tidak akan semudah itu! Bila ingin memahami
persyaratan pinjaman atau investasi, maka diperlukan pemahaman tentang
matematika yang lebih tinggi lagi seperti aljabar dan kalkulus (limit, turunan
dan integral).

Bunga (syarat pertumbuhan atau pembayaran )


menggunakan konsep pertumbuhan
eksponensial. Misalnya saja, penggadaian akan
menggunakan bunga majemuk untuk
menentukan berapa banyak bunga yang harus dibayar setiap bulan. Jika kamu
tidak memiliki pengetahuan tentang matematika di balik cara kerja bunga
majemuk ini, maka kamu bisa kehilangan banyak uang! Nah, jika kamu serius
ingin mengelola keuangan dengan baik, maka kamu membutuhkan
matematika tingkat tinggi untuk mengatur kebiasaan pengeluaran di masa
depan nanti.
Jadi seperti yang telah saya sebutkan di awal, bila kamu tahu betapa
pentingnya mempelajari matematika di SMA, maka kamu akan mampu
menggunakannya di masa depan dengan sebaik mungkin. Bahkan masa
depanmu bisa jadi jauh lebih baik daripada yang dibayangkan. Manfaatkanlah

25
pisau buah itu, sehingga kamu bisa menikmati betapa manisnya buah yang
berhasil kamu kupas dengan pisau tersebut.

Jangan salahkan matematika jika dirasa tidak memberikan manfaat, mungkin saja
kamu hanya belum bisa memanfaatkannya dengan sebaik mungkin.

26
Bagaimana Menjelaskan Konsep Nol kepada Anak Kecil?

Wah, saya ditantang untuk menjelaskan konsep angka nol—yang membuat


matematikawan membutuhkan waktu berabad-abad untuk memahaminya—
kepada seorang anak kecil, ya? Sejujurnya ini sangat sulit, hehe. Tetapi mari
kita coba pendekatan seperti ini:

Ketika mengenalkan angka atau bilangan kepada anak lebih baik tidak
dengan menggunakan kata-kata saja, tetapi mendemonstrasikannya juga. Hal
pertama yang harus dilakukan adalah mengenalkan anak tentang kuantitas
atau banyaknya benda yang mereka miliki. Kita bisa mulai dengan
menggunakan stik seperti ini (atau bisa juga benda-benda lainnya):

Pertama-tama kita berikan tumpukan stik kepada mereka, kemudian kita


ambil semua stik tersebut. Setelah itu jelaskan pada anak bahwa mereka saat
ini tidak memiliki stik sama sekali (atau tidak ada stik di tangan mereka).
Selanjutnya kita berikan satu stik kepada mereka.

Lalu menjelaskan kalau banyaknya stik mereka saat ini adalah satu. Kemudian
kita berikan dua stik.

27
Lalu menjelaskan bahwa jumlah stik sekarang adalah dua. Kemudian
berikan tiga stik, empat stik, lima stik, dan seterusnya sampai sembilan stik
(cukup kenalkan dulu angka sampai sembilan.)

Setelah anak memahami dan mengingat istilah tidak ada stik, satu stik, dua
stik, sampai sembilan stik, baru kita kenalkan simbol-simbol angka kepada
anak, seperti 0, 1, 2, 3, … , dan 9, untuk menyimbolkan banyaknya stik yang
mereka miliki tadi. Bagaimana caranya? Kita buat kotak kosong seperti ini:

Di depan setiap kotak tersebut kita tempelkan angka 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9


secara berurutan. Tujuan kita sekarang adalah mengajarkan anak untuk
menempatkan banyaknya stik sesuai dengan angka pada kotak. Pada kotak
dengan angka 0, katakan pada mereka bahwa kita tidak menyimpan stik di
dalamnya.

Pada kotak dengan angka 1, katakan pada mereka bahwa kita menyimpan
stik sebanyak satu di dalamnya.

28
Pada kotak dengan angka 2, simpan stik sebanyak dua,

dan seterusnya sampai kotak dengan angka 99. "Ada berapa banyak stik yang
dimiliki oleh kotak ini (sambil menunjuk kotak 00)?", tanya kita pada mereka.
"Aha, kotak 0 tidak memiliki stik sama sekali!", melanjutkan. "Berapa banyak
stik yang dimiliki oleh kotak 1?", tanya kita lagi. "Betuul, jumlah stiknya ada satu",
jawab kita, dan seterusnya. Sekarang mereka akan tahu bahwa:
Di dalam kotak 0 tidak ada stik.
Di dalam kotak 1 ada satu stik.
Di dalam kotak 2 ada dua stik.
Begitu pun sampai kotak 9.
Di situlah kita menjelaskan tantang angka nol, bahwa simbol 0 itu dibaca nol
(zero), dan pada kotak 0 tidak ada stik di dalamnya. 0 hanyalah sebuah angka
untuk menuliskan bahwa kita tidak memiliki sesuatu, seperti pada
kotak 0 yang tidak memiliki stik di dalamnya. Namun perlu diingat, ketika
anak tersebut telah dewasa dan lebih menyelami dunia abstraksi, maka
mereka akan mempelajari bahwa ternyata 0 tidak berarti kosong. Bahwa zero
doesn't mean nothing. It means something.. Tetapi untuk di usianya yang masih
kecil, cukuplah mengenalkan 0 sebagai kotak yang tidak memiliki satu pun
stik di dalamnya.

29
Apakah Anda Pernah Diajarkan di Sekolah Tentang
Sesuatu yang Ternyata Sepenuhnya Tidak Benar?

Ada beberapa kekeliruan di dalam pelajaran matematika di sekolah yang saya


dapatkan. Contohnya seperti ini:

• Definisi lingkaran
Berdasarkan yang kalian pelajari, bentuk lingkaran itu seperti apa, sih?

Garis merah melingkar disertai dengan arsiran berwarna


biru (pada gambar), ataukah garis melingkar berwarna
merahnya saja? Tidak sedikit yang menjawab pilihan
pertama, padahal, definisi dari lingkaran sendiri
adalah himpunan semua titik pada bidang dengan jarak yang
sama dari titik pusat. Artinya, yang dinamakan lingkaran adalah garis melingkar
berwarna merah, tidak disertai dengan arsiran berwarna biru. Lingkaran sama
seperti halnya garis, dia tidak memiliki luas alias luasnya sebesar nol. Jadi
rumus 𝜋𝑟 2 bukanlah rumus untuk mencari luas lingkaran, melainkan rumus
mencari luas daerah yang dibatasi oleh lingkaran (daerah berwarna biru pada
gambar, atau dikenal juga sebagai cakram).
• Nilai dari 𝝅
Masih seputar lingkaran. Di bangku sekolah dasar, kita dikenalkan dengan
22
bilangan 𝜋 yang memiliki nilai sebesar sebesar . Oke, kita terima hal itu,
7

sebab sangat sulit menjelaskan bilangan irasional kepada siswa SD. Akan
tetapi ketika menduduki bangku SMA, banyak yang mengajarkan bahwa
nilai 𝜋 = 3,14 tanpa meluruskan bahwa 𝜋 merupakan bilangan irasional.
Artinya, dia memiliki digit di belakang koma yang 'tidak pernah berhenti',
dan 3,14 hanya nilai hampirannya saja.

30
Oleh karena itu kita semestinya menuliskan 𝜋 ≈ 3,14 atau 𝜋 = 3,14 … . Di
samping itu, ketika meempelajari bab trigonometri, guru kadangkala
menerangkan bahwa 𝜋 = 180𝑜 . Hal tersebut jelas keliru, sebab nilai
dari 𝜋 ≈ 3,14. Adapun 180𝑜 adalah nilai dari π radian, bukan 𝜋. Kedua hal
itu jelas sekali berbeda!

• Akar kuadrat dan Akar kuadrat utama


Berapa akar kuadrat dari 9? Kala itu saya diajarkan bahwa akar kuadrat
dari 9 adalah 3, tapi pada kenyataannya hal tersebut tidaklah tepat. Akar
kuadrat dari bilangan 𝑥 adalah bilangan 𝑦 yang memenuhi 𝑦 2 = 𝑥. Memang
betul akar kuadrat dari 9 adalah 3, sebab 32 = 9. Tetapi kita melupakan −3
yang juga memenuhi (−3) 2 = 9 . Jadi berapa seharusnya akar kuadrat
dari 9? Jawabannya adalah 3 dan -3.
Nah, setiap bilangan real 𝑥 tak negatif mempunyai akar kuadrat tak negatif
tunggal yang disebut sebagai akar kuadrat utama, dan dinotasikan sebagai √𝑥.
Jadi bila ditanya berapa akar kuadrat utama dari 9, maka jawabannya mestilah
nilai tunggal, yakni 3 (di sini −3 tidak termasuk). Kesalahan yang diajarkan

sewaktu di sekolah adalah mengartikan √𝑥 sebagai akar kuadrat dari 𝑥 ,


padahal semestinya akar kuadrat utama dari 𝑥 (well, meski banyak juga yang
tidak terlalu mempermasalahkan hal ini).

31
Sebagai Ahli atau Pintar Matematika, Apakah Matematika
Mempunyai Pengaruh dalam Hidupmu?

Matematika mengajarkan saya toleransi dan menerima kebenaran yang sulit diterima
oleh akal. O ya, disclaimer: saya belum menjadi ahli di bidang ini, ya! :P

Saya setuju bahwa matematika sesungguhnya mengasah logika kita. Logika


adalah senjata utama dari matematika. Semakin sering digunakan, semakin
sering diasah, maka senjata tersebut akan semakin tajam, ya kan? Tapi hal
terpenting dalam matematika bukan masalah senjata itu. Senjata hanya
berperan penting untuk menyelesaikan masalah, namun akan percuma bila
kita tidak mampu berkembang dan belajar banyak darinya. Matematika justru
ingin mengajarkan kita bagaimana melihat suatu masalah dari berbagai sudut
pandang yang berbeda. Inilah sebabnya mengapa matematika dapat
berkembang menjadi sangat luas, menjadi liar, hingga beyond infinity.

Matematika tidak akan berhenti pada kesimpulan 1 + 1 = 2. Dia akan terus


membangun sesuatu lain sehingga 1 + 1 menghasilkan jawaban yang
berbeda. Maka dari itu lahirlah banyak definisi seperti grup, ring, modul, ruang
vektor dan lainnya. Itulah mengapa matematikawan dapat melihat banyak
jawaban hanya dari permasalahan 1 + 1 saja. Sebagai gambaran kecil, saya
beri sedikit contoh. Silakan Anda iseng berkata seperti ini kepada seorang
matematikawan: "Pak, 1 ditambah 5 hasilnya 0, kan?". Berani mencobanya?
Tenang saja, matematikawan tersebut tidak akan menganggap Anda bodoh,
kok. Malah bisa jadi dia mengiakan jawaban Anda. Kenapa? Sebab dia akan
berpikir bahwa Anda sedang mengoperasikan 1 dan 5 di dalam grup bilangan
bulat modulo 6 (ℤ6 ), dan ya, 1 + 5 dalam modulo 6 hasilnya memang nol,
kan?

32
Juga bila Anda menuliskan (𝑥 + 𝑦) 2 = 𝑥 2 + 𝑦 2 pada spanduk
berukuran 2m×2m, lalu dipasang di depan rumah, maka seorang
matematikawan tidak akan menganggap Anda konyol di saat orang lain
menertawakan Anda. Kenapa? Karena dia akan berpikir bahwa Anda sedang
bekerja di suatu ring komutatif berkarakteristik 2.—dan ya,
jika 𝑥 dan 𝑦 anggota ring tersebut, maka persamaan (𝑥 + 𝑦) 2 = 𝑥 2 + 𝑦 2
akan berlaku benar, ya kan?
Apa artinya?

Orang yang hidup dengan matematika tidak akan mudah menilai seseorang
itu salah. Terkadang di saat orang lain masih berpikir dalam sangkar, mereka
sudah mampu terbang jauh dengan cakrawala yang luas. Di saat orang lain
menilai seseorang itu salah, mereka akan mencari di mana letak kebenaran
dari orang tersebut. Di saat orang lain enggan menerima perbedaan, mereka
akan mencari di mana letak kesamaan di antara keduanya. They will find beauty
in complexities. Itulah sebabnya ketika belajar teori himpunan, grup atau ruang
vektor, hal yang selalu ditanyakan adalah, adakah isomorfisma di antara dua ruang
tersebut?. Artinya, yang ingin dilihat adalah kesamaan dari dua ruang yang
berbeda, bukan dicari letak perbedaannya di mana. Bila ternyata tidak ada
yang ‘sama', ya sudah, tidak perlu dipikirkan. Mereka masih bisa dibangun
dan tidak akan runtuh hanya karena perbedaan.

Ajaran matematika ini yang berdampak besar pada hidup saya. Meski bukan
seorang ahli, saya sudah bekerja dengan matematika kurang lebih 8 tahun
lamanya. Selama itu pula saya belajar bagaimana menyikapi perbedaan
pandangan politik, agama, dan ideologi yang ada. Juga belajar bagaimana
melihat kebenaran yang sulit diterima, dan belajar mencari kebenaran tanpa
harus menyalahkan.

33
Maka dari itu, ketika ada orang yang berbeda pandangan dengan saya dan
berusaha mengajak debat, saya tidak akan ambil pusing dan bergumam:

Ah, mungkin kita memang bekerja di grup yang berbeda. Anda memang benar di dalam
grup Anda, dan saya juga benar di dalam grup saya. Jadi apa yang mesti
dipermasalahkan? Mengapa kita tidak fokus saja membangun grup kita masing-
masing? :-)

Salam matematika.

34
Apa yang Membuat Seorang Matematikawan Ingin
Menangis?

Matematikawan akan menangis ketika mereka mengerjakan masalah


matematika dan tiba-tiba kelilipan BonCabe level 10. Eh, ini seriusan, kok.
Matematikawan juga manusia. Mereka akan menangis untuk hal-hal yang
memang memicu sistem endokrin untuk melepaskan hormon ke area okular
sehingga tercipta lah air mata, seperti halnya kehilangan seseorang yang
dicintai, menonton film The Lion King, atau merasa bahagia yang teramat
sangat. Jadi, jawaban dari pertanyaan ini saya rasa sudah sangat clear, ya? He
he.

Akan tetapi, bila kalian cukup penasaran melihat bagaimana matematikawan


menangis, silakan tonton vidio dari Andrew Wiles di kanal Youtube (tinggal
ketikkan saja namanya di kolom pencarian).

Siapa itu Andrew Wiles? Dia merupakan seorang matematikawan dan dosen
di Universitas Princeton. Sejak kecil, dia sangat tertarik dengan matematika
dan bahkan mulai mengenal Teorema Terakhir Fermat ketika berusia 10
tahun. Impian terbesarnya adalah ingin memecahkan teorema
tersebut. Teorema terakhir Fermat memang sangat fenomenal, karena
selama kurang lebih 300 tahun lamanya, tidak ada satu pun matematikawan
yang mampu memecahkan teorema itu. Lalu apa yang dilakukan olehnya
ketika telah beranjak dewasa? Dia mampu membuktikan kebenaran teorema
tersebut! Ya, Wiles benar-benar melakukannya. Video di atas adalah
gambaran betapa dia tidak menyangka dapat menyelesaikan masalah
matematika yang digelutinya hingga tak kuasa menahan air mata.

35
Wiles mempresentasikan hasil pembuktiannya pada tahun 1993, di
Cambridge, Inggris. Entah butuh berapa puluh tahun untuk menggelutinya
sampai akhirnya dia berhasil menyelesaikan teorema tersebut. Kita mungkin
saja bertanya-tanya, apa yang ia cari dengan membuktikan kebenaran
teorema terakhir Fermat?

Sejatinya, matematikawan bekerja dengan sesuatu yang amat mereka


sukai, amat mereka cintai, meskipun sesuatu itu tidak berdampak apa pun di
kehidupan nyata. Teorema yang sudah susah payah mereka buktikan bisa
saja tidak memiliki implikasi apa pun di kehidupan mereka. Namun, itulah
matematikawan. Mereka seperti amfibia yang menghuni dua alam: alam nyata
dan alam matematika. Di alam matematika, mereka melihat betapa indahnya
sesuatu yang mereka kerjakan, tidak ada yang bisa melihat keindahan tersebut
selain dirinya. Meski tidak memberikan manfaat praktis di alam nyata,
namun, bagi mereka, melihat keindahannya saja sudah lebih dari cukup.
Maka dari itu, bila ada seseorang bertanya, "apa manfaat dari rumus anu di dalam
kehidupan?", maka orang tersebut seakan-akan telah menikam hati mereka,
dan tidak menutup kemungkinan hal itu membuat mereka bersedih.

Jadi, bagi matematikawan yang hidup di alam matematika, kiranya ada dua
hal yang dapat membuat mereka ingin menangis:

• Berhasil menyelesaikan masalah matematika yang telah lama


mereka tekuni, dan
• Mendengar pertanyaan, "apa gunanya rumus/dalil yang telah engkau
kerjakan untuk kehidupan nyata?".
That's all.

36
Bagaimanakah Masa Depan Matematika?

Dulu Aristoteles menganggap bahwa matematika merupakan ilmu tentang


kuantitas. Tapi, siapa sangka, di masa kemudian. matematika memperluas
abstraksinya dan menjadi ilmu yang sulit didefinisikan.

Siapa yang berani mengatakan kepastian tentang masa depan? Hidup ini
selalu berubah, tidak ada yang tahu pasti akan mengalir ke mana. Begitu pun
dengan matematika. Bahkan pertanyaan mendasar terkait definisi dan fungsi
dari matematika sejatinya tidak pernah terjawab, berubah-ubah, bergantung
pada cara pandang kita terhadap matematika: apakah sebagai ilmu, alat, cara
berpikir, ataukah suatu ideologi?

Pada awalnya, bangsa Mesir kuno mempelajari matematika sebagai ilmu ukur
atau ilmu hitung, sebab yang mereka butuhkan saat itu adalah bagaimana
mengukur luas bangun datar dan volume bangun ruang untuk membangun
Piramida. Matematika kemudian dikembangkan untuk menanggapi
kebutuhan masyarakat, seperti misalnya untuk kebutuhan arsitektur, maka
berkembanglah geometri dan trigonometri, serta untuk mempelajari gerakan
planet-planet secara presisi, maka dikembangkanlah kalkulus
oleh Newton dan Leibniz.

Sementara waktu terus mengalir, permasalahan di dunia nyata pun semakin


kompleks sehingga menuntut matematika untuk menghasilkan cabang-
cabang baru. Contohnya, kita seringkali menginginkan hasil yang nyaris
optimal dengan modal seminimal mungkin, tapi apa yang harus dilakukan?
Bagaimana kita mengalokasikan sumber daya yang kita miliki? Untuk
menjawab permasalahan ini, maka berkembanglah cabang baru dari
matematika, yaitu riset operasi. Jadi, masa depan matematika bergantung pada

37
apa yang masyarakat butuhkan saat ini dan di masa yang akan mendatang.
Atau setidaknya, masalah seperti apa yang akan dihadapi dan memang
membutuhkan matematika sebagai solusinya.

Akankah di masa depan nanti matematika mengalami revolusi


(kembali)?

Ketika memasuki pertengahan abad ke-19, matematika mengalami revolusi


dengan memperluas abstraksinya. Subjek matematika yang dulu dipelajari
(hanya) mengenai perhitungan dan pengukuran, kini lebih kepada
memahami konsep-konsep abstrak. Revolusi ini mengubah sifat matematika,
namun 'permukaan' matematika yang tampak masih tetap sama. Jadi akan
sangat logis bila kita bertanya: akankah di masa depan nanti matematika
mengalami revolusi kembali?

Jawabannya saya tegaskan: tidak ada yang tahu!

Bila kita melihat betapa pesatnya perkembangan teknologi dan sains saat ini,
maka dapat diprediksikan 20-100 tahun ke depan, ilmu-ilmu sains seperti
biologi, fisika, astronomi, dan sebagainya, akan berkembang menjadi lebih
'liar' (bayangkan, mungkin saja ilmuwan menemukan cara agar manusia dapat
hidup abadi). Di masa depan nanti, matematika tidak akan pernah lepas dari
perkembangan bidang-bidang sains tersebut karena memiliki keterkaitan
satu sama lain, namun, bagaimana dengan ilmu
sosial seperti sosiologi dan psikologi? mengingat
keduanya berada di dalam ranah nondeterministic dan
sangat jarang bersentuhan dengan matematika
(terkecuali statistika). Di ranah inilah, kita dapat berimaji bahwa matematika
akan berkembang menjadi sesuatu yang baru. 'Matematika yang baru' ini bisa
jadi 'berbeda' dengan matematika yang kita pelajari saat ini, seakan-akan

38
perpaduan antara penalaran yang logis tetapi tidak matematis. Seperti
menjawab bagaimana teori probabilitas memahami mengapa orang lebih
menilai risiko dengan cara yang mereka lakukan sendiri. Contohnya, banyak
orang yang tidak ingin mengambil risiko melakukan perjalanan dengan
menggunakan pesawat terbang karena takut mengalami kecelakaan. Padahal,
secara matematis, risiko kecelakaan dengan melakukan perjalanan di darat
(menggunakan motor/mobil) jauh lebih besar peluangnya daripada
menggunakan pesawat terbang. Aspek penilaian risiko yang kita ambil ini
menarik untuk dipelajari. Untuk mencoba menangkap secara matematis cara
orang mengambil risiko, maka tidak menutup kemungkinan di masa depan
nanti kita akan mengembangkan konsep baru di dalam matematika.

Akan tetapi ini hanya baru sekadar dugaan saja. Sekali lagi saya katakan
bahwa tidak ada yang tahu pasti bagaimana masa depan matematika kelak.
Semakin kompleks permasalahan di dalam sains maupun di kehidupan
masyarakat, semakin kompleks pula matematika akan berkembang. Daripada
berimaji tentang itu, ada hal penting yang harus kita pertanyakan dalam
diri: sudah siapkah kita menjadi bagian dari perkembangan masa depan matematika?

Silakan jawab pada diri masing-masing.

39
Apakah Makna Kedua Kalimat Berikut Sama? 1. One Man
Dies of Tuberculosis Almost Every Hour. 2. Almost Every Hour, a
Man Dies of Tuberculosis.

Karena saya dapat permintaan jawaban ini, saya asumsikan ingin melihat
jawabannya dari sudut pandang matematika, ya? Dua kalimat tersebut jelas
memiliki makna yang berbeda. Mengapa?

Di dalam bahasa Inggris kita mengenal istilah quantifiers (kuantor) untuk


memberikan informasi tentang banyaknya sesuatu. Contoh dari kuantor
adalah all (semua), some (beberapa), no (tidak ada), dan lainnya.
Misalnya, setiap manusia akan mati atau seseorang memakan semua apel.
Nah, di dalam logika matematika, khususnya logika orde pertama, fungsi dari
dari kuantor pun tidak jauh berbeda.

Secara umum hanya ada dua kuantor yang dikenal dalam logika matematika,
yang pertama adalah setiap, disimbolkan dengan ∀, dan terdapat atau ada,
disimbolkan dengan ∃. Di dalam satu kalimat bisa jadi hanya terdapat satu
kuantor saja, atau terdiri dari beberapa kuantor. Yang perlu diperhatikan di
sini adalah bahwa urutan penempatan kuantor dapat memengaruhi makna dari
kalimat tersebut. Bila semua kuantornya sama, maka urutan menjadi tidak
masalah. Semisal:
Semua orang menyukai semua orang. Maka semua orang pada awal kalimat jika
ditukar dengan semua orang pada akhir kalimat tidak akan mengubah makna.
Tetapi bila dalam satu kalimat terdapat kuantor yang berbeda, maka urutan
akan mengubah maknanya. Semisal: Setiap anak memiliki seorang ibu.
Kalimat tersebut memiliki makna bahwa sosok ibu yang dimaksud
akan bergantung dari siapa anaknya. Jika anaknya adalah saya, maka ibu

40
tersebut adalah ibu saya. Jika anaknya adalah
pak Syam , maka ibu tersebut adalah ibunya
pak Syam. Tentu saja ibu saya dan ibunya pak
Syam akan berbeda, ya kan?

Sekarang kita sedikit bermain dengan notasi matematika. Bila 𝑥 menyatakan


anak dan 𝑦 menyatakan ibu lalu 𝑃(𝑦, 𝑥) menyatakan 𝑦 adalah ibu dari 𝑥 ,
maka kalimat setiap anak memiliki seorang ibu dapat dituliskan ke dalam
notasi matematika sebagai:

(∀𝑥)(∃𝑦)𝑃(𝑦, 𝑥)
Terdapat dua kuantor yang berbeda pada kalimat tersebut, yakni ∀ (setiap)
dan ∃ (ada/terdapat). Jika kita tukar urutannya, maka akan menjadi
(∃𝑦)(∀𝑥)𝑃(𝑦, 𝑥)
yang dibaca: Terdapat seseorang yang menjadi ibu bagi setiap anak. Artinya, ada
seorang yang menjadi ibu bagi semua anak. Dengan kata lain, semua anak
memiliki ibu yang sama. Jadi ibu saya dan ibunya pak Syam adalah orang
yang sama.

Dari sini terlihat jelas kan bagaimana urutan penempatan kuantor akan
memengaruhi makna dari kalimat tersebut?

Sekarang kita lihat kalimat almost every hour, one man dies of
tuberculosis (hampir setiap jamnya, seseorang meninggal karena TBC).
Artinya, orang yang meninggal karena TBC bergantung pada jamnya. Semisal,

41
pada jam 1, orang A yang meninggal dunia. Pada jam 2, orang B yang
meninggal dunia, dan seterusnya. Di sini, orang yang meninggal tentu akan
berbeda-beda.

Berbeda halnya dengan kalimat one man dies of tuberculosis


almost every hour (seseorang meninggal karena TBC hampir setiap jamnya).
Ini memiliki arti bahwa ada seseorang yang akan (terus) meninggal dunia
karena TBC hampir di setiap jamnya. Misalnya orang A mengidap TBC,
maka pada jam 1 dia akan meninggal dunia. Lalu pada jam 2 dia akan
meninggal dunia (lagi), dan seterusnya. Sangat tidak masuk akal sekali, ya
kan?

Jadi dua kalimat tersebut memiliki arti yang berbeda karena urutan
kuantornya tidak sama. Di dalam matematika, banyak sekali definisi dengan
kalimat yang hampir serupa. Seperti definisi dari kontinu dan kontinu seragam,
yang definisinya terlihat sama dan hanya dibedakan oleh letak urutan
kuantornya saja. Padahal maknanya jauh berbeda. Itulah sebabnya seorang
matematikawan mesti jeli dalam memahami suatu kalimat atau pernyataan
matematika.

42
Apa Rumus Matematika Paling Elegan di dalam Kalkulus?

Tentu saja Teorema Dasar Kalkulus Pertama (TDK I).

Perkenalkan, dialah Teorema Dasar Kalkulus Pertama (TDK I), suatu


teorema yang menghubungkan antara turunan dan integral. Bunyinya kira-
kira seperti ini:

Jika 𝑓 fungsi kontinu pada selang [ 𝑎, 𝑏] , maka fungsi yang didefinisikan


sebagai
𝑥

𝐹(𝑥) = ∫ 𝑓(𝑡) 𝑑𝑡
𝑎

merupakan fungsi kontinu di [𝑎, 𝑏], terturunkan di (𝑎, 𝑏) dengan 𝐹′ (𝑥) =


𝑓(𝑥).

Secara tidak langsung teorema ini ingin mengatakan bahwa turunan dari
integral suatu fungsi adalah fungsi itu sendiri, atau dengan kata lain, operator
turunan adalah balikan dari integral, dan operator integral adalah balikan dari
turunan. Lho, bukankah hal tersebut sudah jelas? Terlihat elegan dari sisi
manakah? Eits, tunggu dulu. Tanpa teorema ini, kalkulus mungkin saja tidak
akan berkembang.

Dulu sebelum teorema ini dipelajari, tidak ada satu orang pun yang tahu
bahwa operator turunan dan integral saling berkaitan satu sama lain.
Matematikawan Yunani kuno sudah mengetahui bagaimana menghitung luas

43
suatu daerah, jadi bisa dikatakan integral datang lebih awal dibandingkan
dengan turunan. Turunan dipelajari kemudian untuk mencari kemiringan
garis singgung dari suatu kurva. Baik turunan maupun integral dipelajari
secara terpisah.

Pada tahun 1866, James Gregory menjadi orang pertama yang


mengemukakan TDK I ini, meski hanya untuk kasus kelas fungsi
terbatas. Isaac Barrow kemudian membuktikan teorema yang lebih umum
dari Gregory. Lalu muridnya, Isaac Newton, memberikan bukti lengkap
dari TDK I. Jadi TDK I adalah teorema paling elegan yang pernah saya
pelajari di dalam kalkulus. Karena secara sepintas, rasanya tidak ada korelasi
antara kemiringan garis singgung (turunan) dengan luas suatu daerah
(integral). Tetapi teorema ini dapat menyatukan dua hal yang berbeda
tersebut. Benar-benar elegan!

44
Bagaimana Matematika Digunakan untuk Memecahkan
Kasus Kriminal?

Pernah nonton Detective Conan dan pak polisinya bilang begini? “Kami
sudah berhasil menentukan waktu terjadinya pembunuhan. Berdasarkan hasil forensik,
sepertinya korban meninggal pada pukul 07.35”. Kok polisinya bisa tahu ya
perkiraan kapan si korban meninggal? Ada yang bisa tebak dari mana mereka
bisa tahu hal itu? Yup, betuuul, mereka menggunakan matematika untuk
memperkirakannya!

Isaac Newton (1643-1727), seorang


Fisikawan sekaligus Matematikawan asal
Inggris, mencetuskan Hukum Pendinginan
yang dikenal sebagai Hukum Pendinginan
Newton. Hukum ini menjelaskan bahwa laju
panas yang hilang dari suatu benda akan berbanding lurus dengan perbedaan
suhu antara benda dan lingkungan. Pada umumnya suhu normal manusia
berada pada rentang 36,5𝑜 𝐶 − 37,2𝑜 𝐶 dan bisa berubah-ubah setiap
waktunya. Suhu lingkungan di sekitar kita jauh lebih rendah dibandingkan
suhu tubuh, kira-kira sebesar 27𝑜 𝐶. Ketika kita meninggal, maka perlahan-
lahan suhu tubuh akan semakin rendah sehingga menyesuaikan dengan suhu
lingkungan. Nah penurunan suhu pada manusia ketika sudah meninggal
mengikuti Hukum Pendinginan Newton. Apa bunyi dari Hukum Newton
tersebut?
Jika 𝑇(𝑡) menyatakan fungsi suhu suatu benda pada waktu 𝑡, maka

𝑑𝑇
= 𝑘 (𝑇 − 𝑇𝑒 )
𝑑𝑡

45
dengan 𝑘 suatu konstanta, dan 𝑇𝑒 adalah suhu lingkungan di sekitar benda.

Singkat cerita, ketika suhu mengalami penurunan, maka solusi dari


persamaan diferensial tersebut adalah

𝑇 = (𝑇0 − 𝑇𝑒 )𝑒 −𝑘𝑡 + 𝑇𝑒 (1)

dengan 𝑇0 adalah suhu awal dari benda.

Nah, dari persamaan (1) di atas kita bisa menurunkan rumus untuk mencari
waktu kematian seseorang, katakanlah 𝑡𝑚 . Untuk mencarinya, pertama-tama
kita harus mencari dulu rumus konstanta 𝑘 yang nilainya belum diketahui.
Caranya seperti ini: misalkan 𝑇1 adalah suhu tubuh seseorang pada waktu 𝑡1 .
Substitusikanlah 𝑇1 dan 𝑡1 ke dalam persamaan (1) menjadi seperti ini:
𝑇 = (𝑇0 − 𝑇𝑒 )𝑒 −𝑘𝑡1 + 𝑇𝑒
sehingga

𝑇1 − 𝑇𝑒
𝑒 −𝑘𝑡1 = .
𝑇0 − 𝑇𝑒

Jadi

1 𝑇1 − 𝑇𝑒
𝑘=− ln ( ).
𝑡1 𝑇0 − 𝑇𝑒

Didapat deh nilai 𝑘 nya. Untuk mencari 𝑡𝑚 , tinggal substitusikan saja 𝑡1 =


𝑡𝑚 dan 𝑇1 = 𝑇𝑚 ke dalam persamaan di atas, sehingga diperoleh:
1 𝑇𝑚 − 𝑇𝑒
𝑡𝑚 = − ln ( ).
𝑘 𝑇0 − 𝑇𝑒
Yeay, itulah rumus 𝑡𝑚 yang kita butuhkan!

46
Oke, sekarang mari kita menjadi detektif dengan menerapkan rumus
tersebut!
Ini kasus yang sedang kita hadapi:

Telah terjadi perampokan dan pembunuhan yang menewaskan satu


orang korban laki-laki di desa Quoragakure. Suhu ruangan tempat
kejadian saat itu berkisar 20𝑜 C . Suhu pada tubuh korban saat
ditemukan adalah 29𝑜 C, kemudian setelah 1 jam, suhu tubuhnya diukur
kembali dan telah berubah menjadi 24𝑜 C. Mayat ditemukan pada hari
minggu pukul 07.00 pagi. Kapan pembunuhan tersebut dilakukan?

"O ini mudah!", katamu dengan penuh percaya diri. Pertama-tama kumpulkan
saja semua informasi yang diketahui.

Berapa suhu lingkungannya? 20𝑜 C katanya. Inilah


si 𝑇𝑒 . Berapa suhu saat korban ditemukan? 29𝑜 C
katanya. Inilah si 𝑇0 . Setelah 1 jam mayat korban
didiamkan, ternyata suhu tubuhnya menurun
𝑜
menjadi 24 C . Jadi kita punya 𝑡1 = 1 dan 𝑇1 =
24𝑜 C. Apa yang belum kita punya? Nilai 𝑇𝑚 , alias
suhu si korban ketika baru saja meninggal. Ya, kita mungkin tidak tahu nilai
pastinya berapa, ya kan? Jadi perkirakan saja nilainya sekitar 37𝑜 C karena
rata-rata suhu tubuh manusia yang hidup berkisar pada nilai tersebut.
Sekarang semua nilai sudah didapat, maka selanjutnya tinggal substitusikan
nilai-nilai tersebut ke dalam rumus mencari 𝑘, diperoleh:
1 24 − 20 4
𝑘 = − ln ( ) = − ln ( ) ≈ 0,811 (per jam)
1 29 − 20 9
sehingga

47
1 𝑇𝑚 − 𝑇𝑒 1 37 − 20 1 17
𝑡𝑚 = − ln ( ) =− ln ( ) =− ln ( )
𝑘 𝑇0 − 𝑇𝑒 0,811 29 − 20 0,811 9
≈ −0,784 (jam) .

Artinya, mayat tersebut ditemukan sekitar 0,784 jam, atau setara dengan 47
menit setelah meninggal. Dengan demikian waktu meninggal korban
diperkirakan pukul 06.13 pagi. Karenanya pelaku pembunuhan tersebut pasti
belum pergi jauh dari tempat kejadian!

Kasusnya baru saja terjadi, guys! Ayo sekarang kita temukan saksi mata dan
pelakunya! Let's gooo~

(Tinut tinut tinut)

48
Apa Itu Dilema Narapidana (Prisoner's Dilemma) di dalam
Matematika/Ilmu Ekonomi?

Ceritanya kamu dan temanmu baru saja melakukan tindakan kejahatan dan
tertangkap menjadi tersangka. Kamu dan temanmu kemudian dimasukkan
ke dalam sel yang berbeda untuk diinterogasi secara terpisah.

"Kalau seseorang di antara kalian ada yang mengaku dan yang satunya tidak mengaku,
maka orang yang mengaku akan dipenjara selama 1 tahun, dan yang tidak mengaku
akan dipenjara selama 10 tahun. Kalau kalian berdua sama-sama mengaku, maka
masing-masing akan dihukum selama 5 tahun. Kalau kalian berdua tidak mengaku ,
maka masing-masing akan dihukum selama 2 tahun.", ujar polisi kepada kalian
berdua.

Asumsi di sini, baik kamu dan temanmu tidak bisa saling berkomunikasi atau
bekerja sama satu sama lain karena berada di sel yang berbeda. Nah, kira-kira
apa yang akan kalian lakukan: mengaku atas tindak kejahatan yang diperbuat,
atau tidak mengaku sama sekali?

Hayoo, belum terpikirkan bagaimana solusinya?

Di dalam Teori Permainan (salah satu cabang keilmuan dari matematika),


masalah ini dikenal sebagai Dilema Narapidana ( Prisoner’s
Dilemma) yang diperkenalkan oleh Albert W. Tucker.

49
Bagaimana cara menentukan solusinya?

Supaya lebih mudah mencari strateginya, kita buat saja tabel seperti ini:

Misalnya, titik (−10, −1) di sana mengartikan kalau kamu tidak mengaku
dan temanmu mengaku, maka kamu dipenjara 10 tahun dan temanmu
dipenjara 1 tahun. Kenapa ada tanda negatifnya? Karena di sana kalian
berdua merasa dirugikan (dipenjara pastilah merasa rugi, ya kan? :P). Kalau
ingin mengambil jalan aman, maka kamu haruslah mengaku, kenapa? Karena
kemungkinan terburuknya hanya akan dipenjara 5 tahun, dan kemungkinan
terbaiknya akan dipenjara 1 tahun. Sedangkan kalau tidak mengaku, maka
kemungkinan terburuknya akan dipenjara 10 tahun, dan kemungkinan
terbaiknya akan dipenjara 2 tahun. Jika temanmu juga berpikir secara
rasional, maka dia juga pastilah mengambil keputusan yang sama, yaitu akan
mengaku juga supaya aman. Jadi pada akhirnya kalian berdua akan ada di
posisi (−5, −5), saling mengaku.

Tetapi apakah itu solusi yang terbaik bagi kalian berdua?

Ternyata tidak juga. Karena ada solusi terbaik lain, yaitu sama-sama tidak
mengaku (−2, −2), sebab hanya akan dihukum selama 2 tahun saja.
Kondisi ini bisa saja terjadi, taapi dengan pertaruhan yang sangat besar.
Misalnya kamu tidak mengaku, eh, ternyata temanmu malah mengaku.

50
Alhasil hukuman 10 tahun penjara menantimu. Pertaruhan ini akan berhasil
jika kalian berdua saling berkoordinasi satu sama lain. Namun sayang, karena
harus mengikuti peraturan, kalian berdua tidak diizinkan untuk berbicara
satu sama lain.
Permainan yang sangat seru dan menantang, ya kan?

Lalu apa kaitannya dengan ilmu ekonomi?

Dilema narapidana sebetulnya menggambarkan perilaku dua atau


sekelompok orang ketika mengambil keputusan. Meski mereka tidak
mengetahui keputusan apa yang diambil oleh masing-masing pihak, namun
keputusan yang mereka ambil akan saling memengaruhi keputusan yang
lainnya.

Mirip dengan persaingan bisnis di antara kita dan para kompetitor. Kita dan
mereka tentunya tidak akan saling mengetahui kebijakan-kebijakan apa saja
yang akan dikeluarkan, ya kan? Namun kebijakan yang akan kita ambil akan
memengaruhi kebijakan kompetitor kita. Misalnya, kalau kita berniat
memberikan diskon pada sebuah produk, maka kompetitor mungkin akan
melakukan hal yang sama untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Namun,
hal ini dapat mengakibatkan penurunan laba yang signifikan bagi perusahaan
kita dan juga mereka.

• Lalu bagaimana jika kita memberikan diskon namun kompetitor


tetap menjaga harganya yang tinggi?

• Bagaimana jika kita tetap menjaga harga yang tinggi tetapi mereka
memberikan diskon?

51
• Bagaimana jika kita dan mereka sama-sama tetap menjaga harga
yang tinggi?

Itulah beberapa kemungkinan strategi yang akan terjadi. Lalu apa solusi
terbaik yang akan saling menguntungkan? Apa solusi terbaik yang harus kita
pilih: menjaga harga tetap tinggi, atau memberikan diskon? Jawabannya akan
kalian pelajari jika bekerja dengan teori permainan. Inilah cabang keilmuan
di dalam matematika yang penerapannya sangat luas, bisa ke ilmu ekonomi,
sosiologi, psikologi, dan ilmu sosial lainnya.

52
Apa yang Membuat Segitiga Menjadi Objek Geometri yang
Spesial?

Kita amati sekitar kita, yuk! Coba pergilah sebentar ke luar rumah, lalu amati
sekeliling Anda. Dapatkah Anda menemukan objek-objek yang berbentuk
segitiga? Yup, salah satunya adalah atap rumah Anda:

Lalu jembatan layang seperti ini:

Atau pada konstruksi bangunan seperti ini:

Tidak hanya itu, bila Anda melihat bangunan-bangunan yang kokoh, maka
akan ada objek segitiga yang bekerja di dalamnya (seperti pada piramida,
Herzog & de Meuron's tour, gedung pencakar langit, dsb). Mengapa pada
umumnya segitiga digunakan dalam konstruksi bangunan-bangunan yang

53
besar? Mengapa tidak bangun datar lainnya seperti persegi atau lingkaran?
Jawabannya karena segitiga adalah bangun datar paling kuat dibandingkan
bangun datar lainnya. Arti 'kuat' yang dimaksudkan di sini adalah kaku (rigid),
dan tidak mudah berubah bentuk (penyok).

Selain material bangunan, bentuk dari bangunan sendiri sangat berpengaruh


terhadap seberapa kuat bangunan tersebut dapat berdiri. Nah, sekarang kita
lakukan percobaan sederhana. Buatlah bangun datar segitiga, persegi dan
lingkaran dengan menggunakan bahan yang sama (seperti dari korek api atau
bahan lainnya yang cukup kuat).

Sekarang, berikan gaya pada salah satu sudut pada segitiga dan persegi
dengan cara menekannya, kemudian lihat, apa yang terjadi pada kedua
bangun datar tersebut?

Yup, tepat sekali. Ketika gaya diterapkan pada segitiga, maka tidak akan
terjadi perubahan apa pun padanya. Bentuknya masih tetap sama seperti
semula. Namun pada persegi, bentuknya akan berubah menjadi jajaran
genjang (seperti yang diperlihatkan oleh garis putus-putus). Hal ini
dikarenakan gaya yang diberikan pada segitiga akan menyebar ke ketiga
sudutnya, sehingga dia dapat berdiri kokoh dibandingkan persegi.

Mudahnya seperti ini, ketika kita memiliki bangun segitiga lalu membongkar
ketiga sisinya dan mencoba menyusunnya kembali menjadi bangun datar

54
lain, maka yang akan didapat adalah bangun datar segitiga lagi, tidak akan
berubah. Sedangkan pada persegi, ketika keempat sisinya dilepas, kita dapat
membuat bangun datar lain dari keempat sisinya tersebut, yaitu jajaran
genjang. Jadi segitiga akan tetap menjadi dirinya sendiri, dia kuat, tidak akan
berubah, berbeda dengan persegi. Namun, kita bisa saja menjadikan persegi
sebagai bangun datar yang kokoh dengan cara memberikan penyangga
seperti ini:

Tapi pada akhirnya yang akan kita lihat adalah segitiga lagi,
ya kan? Lalu pada kasus lingkaran, jika diberikan gaya pada
salah satu sisinya, maka kemungkinan yang terjadi adalah
dia akan penyok atau menggelinding. Ini sangat buruk jika digunakan dalam
konstruksi bangunan. Begitu pun untuk poligon-poligon lainnya. Dalam
dunia arsitektur, segitiga adalah bangun datar paling kuat dan paling mudah
dibangun jika dibandingkan dengan rekan-rekan dua dimensi lainnya.
Jadi, apa yang membuat segitiga menjadi begitu spesial? Karena dia rigid,
stabil dan kuat. So, jadilah seperti segitiga yang tidak akan goyah oleh tekanan
seperti apa pun.

55
Mengapa Ban/Roda Berbentuk Lingkaran?

Ada kok roda yang bentuknya selain lingkaran juga, contohnya saja
berbentuk persegi, tapi sangat jarang digunakan. Lagi pula siapa juga yang
ingin mempersulit dirinya sendiri berkendara dengan bentuk roda seperti ini?

Saya lebih senang membahas masalah ini dari sudut


pandang matematika (tepatnya kalkulus), tapi daripada
pembicaraan menjadi abstrak, kita bermain-main
dengan nalar saja, yuk?

Bayangkan Anda ingin bersepeda dengan roda berbentuk persegi. Ketika


pedal dikayuh, satu-dua-sampai-ugh, tiga kayuh, Anda mulai merasakan
kelelahan karena begitu beratnya menggerakkan sepeda tersebut. Mengapa
terasa berat? Tentu, karena roda sepeda Anda berjalan tidak mulus.
Ilustrasinya begini: ketika persegi menggelinding di permukaan jalan yang
rata, maka akan ada satu posisi ketika dia menurun, dan ada posisi ketika dia
menaik.

Maka jangan heran bila selain maju ke depan, gerakkan Anda juga akan naik-
turun, dan itu pasti sangat melelahkan. Selain melelahkan, energi akan banyak
terkuras dan perjalanan pun menjadi lebih lambat. Nah, matematikawan
berusaha mencari solusi dari masalah ini, mereka mencari cara supaya
kendaraan beroda persegi dapat berjalan mulus di permukaan jalan tertentu.
Hasilnya, mereka menyimpulkan bahwa mestilah permukaan jalannya dibuat
bergelombang seperti ini:

56
Dengan begitu, Anda akan lebih leluasa mengayuh sepeda dan tidak akan
merasakan naik-turun lagi. Tapi, daripada memodifikasi permukaan jalannya
yang membutuhkan biaya besar, mengapa tidak kita modifikasi saja rodanya
menjadi bentuk lain? Bukankah akan jauh lebih efisien? Yup, ini ide bagus!
Masalahnya adalah, harus berbentuk seperti apa roda tersebut? Segitiga?

O, tidak, tidak. Ini ide yang buruk!

Bagaimana kalau trapesium? Atau jajaran genjang? Segi lima? Segi enam? Segi
tujuh? Hmm, baiklah, tidak ada satu pun dari mereka yang layak menjadi
kandidat, karena untuk roda berbentuk poligon apa pun, Anda masih akan
tetap merasakan sensasi naik-turun ketika mengendarainya. Namun,
menggunakan segi lima sebagai roda akan jauh lebih baik daripada persegi,
karena sensasi naik-turunnya tidak akan begitu terasa. Begitu pun
menggunakan segi enam akan lebih baik daripada segi lima, segi tujuh akan
lebih baik daripada segi enam, dan seterusnya. Artinya, semakin banyak titik
sudut pada roda, semakin mulus perjalanan Anda.

57
Lantas bangun datar apa yang titik sudutnya paling banyak?

Ya siapa lagi kalau bukan dia, si lingkaran ini, nih. Enggak tanggung -
tanggung, titik sudutnya ada sebanyak takhingga buah,
lho. Lingkaran menjadi bentuk paling ideal untuk
digunakan sebagai roda, kenapa? Karena jarak dari titik
pusat dengan setiap titik yang termuat di dalam batas
lingkaran akan sama, yakni sebesar jari-jarinya. Jadi ketika dia menggelinding,
maka tidak akan menimbulkan sensasi naik-turun sehingga perjalanan yang
Anda tempuh menjadi lebih nyaman lagi.

Selain menghasilkan perjalanan yang mulus, roda berbentuk lingkaran juga


sangat ramah di dompet. Bayangkan jika rodanya berbentuk persegi, mesin
motor Anda akan mengonsumsi lebih banyak bensin karena ujung-ujung
rodanya yang tajam akan menancap ke permukaan jalan (tanah) sehingga
butuh energi ekstra untuk mengeluarkannya kembali ke permukaan. Nah,
berbeda dengan lingkaran. Energi yang dihabiskan relatif lebih sedikit karena
dia mengubah energi rotasi menjadi energi kinetik. Dari sini sudah jelas kan
betapa efisiennya menggunakan lingkaran sebagai bentuk dari roda?

Adakah bentuk lain yang dapat berjalan mulus seperti halnya


lingkaran?

Anda mungkin akan bertanya-tanya, apa hanya lingkaran saja yang dapat
berjalan mulus di permukaan jalan rata? Jawabannya adalah tidak! Ada
bentuk lain yang bisa digunakan, namanya segitiga Reuleaux. Segitiga Reuleaux

58
ini bentuknya seperti segitiga sama sisi, namun di setiap sisinya ditambahkan
tembereng lingkaran menjadi seperti ini:

Bila digunakan di jalanan yang rata, maka dia tidak menghasilkan sensasi
naik-turun seperti persegi. Namun, saya masih belum bisa membandingkan
seberapa efisiennya menggunakan roda berbentuk seperti ini dibandingkan
dengan berbentuk lingkaran (baik dari segi keramahan di
dompet, kemulusan, rolling resistance, dsb). Prediksi saat ini
bentuk lingkaran masih jauh lebih baik daripada segitiga
Reauleaux.

Info tambahan: selain digunakan sebagai bentuk dari roda sepeda,


lingkaran dan segitiga Reuleaux ini selalu dijadikan penutup lubang saluran
air kotor seperti ini, lho. Cakep, kan?

59
Apa Itu Masalah Haruhi di dalam Matematika?

Bagi para penggemar anime kelahiran tahun 90an, mari kita bernostalgia sejenak di
sini!

Ada satu Anime Jepang berjudul The Melancholy of Suzumiya Haruhi yang
sangat fenomenal pada masanya (sekitar tahun 2006). Anime ini bertemakan
tentang perjalanan waktu. Saking populernya, bahkan sampai ada yang
mendirikan sekte pemuja dewi Haruhi, sang tokoh utama dalam anime
tersebut.

Ketika anime ini ditayangkan di televisi, susunan episode diputar secara acak
dan tidak berurutan. Jadi, susunan episode yang berbeda akan mengubah
jalan ceritanya juga. Gak kebayang kan betapa kebingungannya orang-orang
yang mengikuti alur cerita anime ini? Akan tetapi semenjak DVD-nya dirilis,
barulah seluruh episodenya (sebanyak 14) ditayangkan dengan susunan yang
baru. Namun, masalah pun muncul. Para penggemarnya memperdebatkan
susunan episode terbaik untuk menonton seluruh episode anime tersebut,
hingga salah seorang penggemar bertanya di forum 4chan terkait bagaimana
urutan terbaik menonton setiap episode anime Suzumiya Haruhi dengan
sesingkat mungkin.

60
Jika ingin menonton 14 episode anime The Melancholy of Suzumiya Haruhi untuk setiap
susunan episode yang mungkin, bagaimana urutan episode terpendek yang harus
ditonton?

Masalah di atas dapat dipandang sebagai masalah permutasi di dalam


matematika, yang dikenal sebagai masalah Haruhi atau Haruhi problem. Bila
masih ingat pelajaran permutasi dan kombinasi di sekolah, kita mungkin akan
tahu bahwa untuk menonton anime sebanyak 3 episode, maka terdapat 6
cara untuk menonton urutan setiap episodenya, seperti dimulai dari epsiode
1 → 2 → 3 atau 1 → 3 → 2 atau 2 → 3 → 1 atau 2 → 1 → 3 atau
3 → 2 → 1 atau 3 → 1 → 2 . Akan tetapi masalah Haruhi ini lebih
kompleks dari hanya sekadar mencari permutasi dari 𝑛 buah objek.
Seorang anonim di forum 4chan kemudian memberikan jawaban
(namun bukan solusi lengkap) dari masalah ini. Berdasarkan perhitungannya
dengan menggunakan Python, dia menyebutkan bahwa paling sedikit terdapat
sebanyak 93.884.313.611 episode untuk melihat semua kemungkinan
susunan episode dari anime tersebut. Kemudian seorang novelis bernama
Greg Egan menghitung bahwa paling banyak terdapat 93.924.230.411
episode untuk ditonton. Jadi anime Suzumiya Haruhi dapat ditonton paling
sedikit sebanyak 93.884.313.611 kali dengan versi yang berbeda, dan paling
banyak 93.924.230.411 kali. Hasil ini menarik perhatian seorang
matematikawan bernama Robin Houston, yang kemudian memverifikasi
perhitungan dari anonim dan Egan. Konon, katanya, penemuan mereka
berdua memberikan titik terang untuk menyelesaikan teka-teki matematika
yang belum terpecahkan selama seperempat abad, yakni teka-teki
mengenai superpemutasi.
“It’s a weird situation that this very elegant proof of something that wasn’t previously
known was posted in such an unlikely place.” - Houston.

61
Jadi jangan coba-coba meremehkan seorang penggemar anime. Untuk
sekadar menonton anime saja mereka memberikan kontribusi nyata bagi
perkembangan ilmu matematika ke depannya, apalagi jika mereka
bersungguh-sungguh menekuni suatu bidang ilmu? Tak terbayang kan
penemuan seperti apa yang akan mereka ciptakan? Ck ck ck.

Hidup penggemar anime ヾ(´ー`)ノ

62
Adakah Matematika di Balik Ukuran Kertas Seri A (Misal
Kertas A1, A2, A3, dan A4)?

Hohoho, tentu saja ada!

Kertas Houtvrij Schrijfpapier (HVS) yang sering kita


gunakan, khususnya untuk seri A seperti A0, A1,
A2, sampai A10, sebetulnya memiliki pola yang
cukup cantik. Kalau Anda punya kertas A0 (kertas
seri A yang ukurannya paling besar) lalu dibagi dua
dengan sama besarnya, maka akan diperoleh kertas
A1. Selanjutnya kertas A1 jika dibagi dua akan
menghasilkan kertas berukuran A2. Kertas A2 jika
dibagi dua kembali akan menghasilkan kertas
berukuran A3, begitu pun seterusnya sampai
mendapatkan kertas ukuran paling kecil yaitu A10.

Secara umum, rumus luas dari kertas


ukuran 𝐴(𝑛) = 2𝐴(𝑛 + 1). Misalnya, luas kertas
A0 adalah dua kali luas kertas A1. Sekarang kita
lihat masing-masing ukuran kertas seri A ini yang
mengacu pada standar ISO (lihat gambar di sebelah
kanan).

Pada kertas A0, panjangnya (dalam inci) adalah 46,81 dan lebarnya sebesar
33,11. Bila kita bandingkan panjang dan lebarnya maka diperoleh
46,81
≈ 1,414
33,11
Pada kertas A1, perbandingan panjang dan lebarnya adalah

63
33,11
≈ 1,414
23,39
Bila perhitungan dilanjut sampai kertas A10, maka diperoleh perbandingan
panjang dan lebarnya sebesar

1,46
≈ 1,414
1,02
Ada yang tahu siapa 1,414 itu? Yup, dia adalah nilai hampiran dari √2! Jadi
ISO menetapkan perbandingan panjang dan lebar dari kertas seri A

sebesar √2. Baik kertas seri A apa pun, rasio panjang dan lebarnya selalu √2.
Ini bukan sebuah kebetulan, tetapi suatu ketetapan yang dibuat oleh ISO.
Pertanyaannya adalah, mengapa rasio panjang dan lebar kertas mesti

dibuat √2? Kenapa hayo? Belum terbayang kenapa?


Ya sebab kita menginginkan suatu rasio panjang dan lebar kertas sehingga
kalau kita membagi dua kertas tersebut, rasionya masih tetap sama. Rasio

yang memenuhi ternyata adalah √2 . Kenapa? Begini cara mencarinya:


misalkan kita punya selembar kertas, lebarnya adalah 1 satuan dan
𝑥
panjangnya adalah 𝑥. Rasio panjang dan lebarnya adalah .
1

Sekarang kertas tersebut kita bagi dua, sehingga panjang kertas yang sudah
𝑥
dipotong menjadi 1 dan lebarnya adalah . Rasio panjang dan lebarnya
2

64
1
menjadi . Karena kita menginginkan rasio kertas di awal dan rasio kertas
𝑥/2

setelah dipotong menjadi sama, maka mestilah memenuhi


𝑥 1
=
1 𝑥/2
2
𝑥 =2
𝑥 = √2 (kita ambil nilai yang positifnya saja).

Oleh karena itu rasio panjang dan lebar kertasnya mestilah √2. Inilah standar
ukuran kertas yang digunakan oleh ISO. Jadi mereka tidak serta merta
menginginkan kertas A1 ukurannya segini dan kertas A2 ukurannya segitu,
semuanya punya pola. Mereka dibuat dengan rasio atau perbandingan yang

sama, yakni √2. Tidak hanya kertas seri A, untuk kertas seri B dan C pun

dibuat dengan rasio yang sama, yakni √2.


Nah, kenapa rasionya dibuat selalu sama atau konstan? Supaya lebih mudah
ketika ingin menyunting, mengonversi atau memotokopi dokumen dan foto.
Semisal, jika Anda punya foto pada kertas A10 lalu gambarnya in gin
diperbesar ke ukuran kertas A9, maka panjang dan lebarnya tinggal

dikalikan √2 (atau 1,414 ) saja. Begitu pun jika ingin memperluas dari
ukuran A9 ke A8, maka tinggal kalikan dengan 1,414.

Manfaat lain dari rasio kertas dibuat konstan adalah agar kita bisa membuat
dua halaman kertas ke dalam satu halaman saja, seperti ini:

65
See? Matematika membuat segalanya lebih mudah. Bahkan untuk masalah
ukuran kertas sekalipun!

66
Kenapa Integral Disimbolkan seperti Huruf S?

Anda tahu siapa orang ini?

Namanya Gottfried Wilhelm Leibniz,


salah satu matematikawan yang turut andil
dalam membangun kalkulus bersamaan
dengan Isaac Newton. Leibniz banyak
menyumbangkan notasi matematika yang
sering kita jumpai di dalam buku pelajaran.
𝑑𝑦
Contohnya seperti notasi turunan 𝑦 terhadap 𝑥 yang dituliskan sebagai ,
𝑑𝑥

lalu perkalian yang dinotasikan dengan ̇, dan notasi operator integral yang
seperti huruf ‘S’ ini. Semuanya adalah hasil karya dia. Yup, Anda memang
tidak salah lihat. Notasi integral memang berasal dari huruf ‘S’ yang bagian
atas dan bawahnya seperti ditarik sehingga memiliki tubuh yang lebih
panjang, dan huruf ini lebih dikenal sebagai long s (dinotasikan ſ). Long
s merupakan huruf kuno dari huruf s kecil, dan Leibniz menggunakan notasi
ſ untuk menyatakan integral. Lalu notasi modern dari integral yang kita kenal
seperti ini ∫ pertama kali digunakan oleh Joseph Fourier, yang masih berasal
dari huruf long s juga, hanya saja bentuknya menjadi lebih kekinian lagi.

Nah, mengapa notasi integral diambil dari huruf long s? Sebab s di sana
merupakan singkatan dari summa yang artinya jumlah atau total, karena Leibniz
sendiri memikirkan integral sebagai limit dari penjumlahan.

Bagaimana maksudnya? Begini, begini:

67
Sejak dikembangkannya geometri, kita tahu bahwa bangun datar yang paling
mudah dicari luasnya adalah persegi (termasuk persegi panjang). Bila suatu
sisi persegi dapat diketahui panjangnya, maka luas persegi tersebut adalah
kuadrat dari panjang sisinya itu. Ya, menghitungnya pun tentu sangatlah
mudah. Tapi bagaimana dengan bangun datar lain seperti segitiga,
jajarangenjang, atau mereka yang punya bentuk lengkungan seperti
lingkaran?

Inipun ternyata tidak sulit. Idenya, kita hanya perlu membandingkan luas
bangun datar tersebut dengan luas persegi satuan, seperti pada gambar ini:

Bila setiap persegi memiliki panjang sisi sebesar 1


satuan, maka kita dapat perkirakan luas lingkaran di
atas sebesar 7 satuan (tinggal jumlahkan saja persegi-
persegi yang termuat di dalam lingkaran itu), lalu luas
segitiga adalah sebesar 4,5 satuan. Ide seperti ini juga
dapat kita terapkan ketika ingin menghitung luas daerah di bawah kurva
suatu fungsi. Misalnya: Berapa luas daerah berwarna biru yang dibatasi oleh
kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥), garis vertikal 𝑥 = 0, 𝑥 = 4𝑥 = 0, serta sumbu−𝑥 seperti
pada gambar di bawah ini?

"O ini mudah!", celotehmu. Pertama, kita dapat menghampiri luasnya dengan
membuat persegi panjang yang lebarnya sebesar 1 satuan, seperti ini:

68
Lalu kita hanya perlu menghitung masing-masing luas persegi panjang
tersebut kemudian menjumlahkannya, dengan begitu luas daerah di bawah
kurva dapat kita taksir nilainya sebagai jumlah dari luas seluruh persegi
panjang tersebut.

Tapi, tunggu dulu, bukankah jumlah luas persegi panjang itu akan melebihi
luas daerah di bawah kurva? Ya, tapi tidak perlu khawatir. Kita dapat
membuat persegi panjang yang lebarnya lebih kecil lagi supaya taksirannya
menjadi lebih akurat. Misalnya kita buat 8 buah persegi panjang seperti ini:

Lebar masing-masing persegi panjang saat ini adalah 1/2 satuan. Bila kita
hitung luas persegi panjang tersebut lalu menjumlahkannya, maka nilai yang
diperoleh akan mendekati luas daerah di bawah kurva itu, dan taksiran ini
jauh lebih baik daripada menghampirinya dengan menggunakan 4 buah
persegi panjang saja.

Jadi jika ingin mendapatkan taksiran luas daerah yang lebih akurat lagi, maka
kita hanya perlu menambahkan persegi panjang yang lebih banyak, hingga
100 buah misalnya, 1000, 1 miliar, atau bahkan untuk banyaknya persegi yang
menuju tak terhingga!

69
Sekarang bayangkan bahwa kita ingin mencari luas daerah yang dibatasi oleh
kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥) dan sumbu− 𝑥 ddengan 𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏 . Tinggi dari persegi
panjang ke−𝑖 adalah 𝑓(𝑥 𝑖 ) dan masing-masing lebarnya kita buat menjadi
𝑏−𝑎
sama besar, yakni sebesar 𝛥𝑥 = . Andaikan terdapat 𝑛 buah persegi
𝑛

panjang, maka jumlah luas seluruh persegi panjang tersebut adalah


𝑛

𝑓 (𝑥 1 )𝛥𝑥 + 𝑓 (𝑥 2 )𝛥𝑥 + 𝑓 (𝑥 3 )𝛥𝑥 + ⋯ + 𝑓 (𝑥 𝑛 )𝛥𝑥 = ∑ 𝑓 ( 𝑥 𝑖 )∆𝑥.


𝑖 =1

Jika kita ambil limit untuk 𝑛 → ∞, maka kita mendapatkan luas daerah di
bawah kurva tersebut. Inilah yang kita kenal sebagai integral (tentu).
𝑏 𝑛

∫ 𝑓 (𝑥) 𝑑𝑥 = lim ∑ 𝑓(𝑥 𝑖 )∆𝑥.


𝑛→∞
𝑎 𝑖 =1

Gagasan ini yang membawa penggunaan kata summa (jumlah) untuk


menggambarkan integral, sebab ketika berbicara mengenai integral (tentu),
kita seperti sedang mencari luas suatu daerah yang dihampiri oleh jumlah
luas dari persegi panjang tersebut.

Nah, ada teori konspirasi (?) yang menarik di sini. Anda tahu Isaac Newton,
kan? Baik Leibniz atau pun Newton adalah bapak dari kalkulus. Mereka
sejatinya adalah rival satu sama lain seperti halnya Ronaldo dan Messi.
Leibniz terlebih dahulu mempublikasikan kalkulus secara luas, namun
ternyata Newton lah yang lebih dulu mempelajari kalkulus daripada Leibniz,
hanya saja dia tidak mempulikasikannya secara langsung. Para pengikut
Newton menganggap bahwa Leibniz telah mencuri karya Newton tersebut,
dan kebetulan sekali, ternyata notasi integral mirip dengan jendela rumahnya
Newton!

70
"Tuh, bener kan, Leibniz itu mencuri segalanya dari Newton!", gumam para
pengikut Newton.

Haha, jangan terlalu memikirkan cerita


mereka dengan serius. Ini hanya guyonan saja,
sebab ternyata notasi integral memang
menyerupai desain jendela rumah jaman dulu
yang dikenal sebagai anchor plate, dan Anda
juga dapat menemukan notasi integral pada alat musik biola.

Notasi yang angat cantik dan elegan, kan?

71
Mengapa Faktorial Dilambangkan dengan Tanda Seru?

Tahukah kalian bahwa yang dinamakan faktorial pada awalnya tidak


dinotasikan dengan tanda seru? Dialah Christian Kramp, seorang
matematikawan berkebangsaan Perancis yang pertama kali menggunakan
lambang tanda seru (!) untuk menotasikan perkalian menurun bilangan asli
dari 𝑛 sampai 1, dituliskan 𝑛! = 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) ⋅⋅⋅ 2.1. Nah, mengapa
dia menggunakan simbol tanda seru? Mari kita tengok cerita singkat
mengenai faktorial yang dipelajari oleh Kramp, dan jangan lupa, siapkan kopi
agar lebih nikmat!
Di dalam buku Élémens d’arithmétique
universelle yang ditulis oleh Kramp pada tahun 1808,
pada bagian pendahuluan dia menuliskan seperti ini:
“Untuk menotasikan perkalian dari suku-suku pada deret
aritmatika, yakni 𝑎 (𝑎 + 𝑟)(𝑎 + 2𝑟) ⋅⋅⋅ (𝑎 + 𝑛𝑟 − 𝑟) ,
saya menggunakan notasi 𝑎𝑛 |𝑟 dan menamainya faculties.
Tetapi Aborgast menggantinya dengan istilah factorial agar terkesan lebih
baik dan ‘lebih Perancis’. Saya melihat ada keuntungan dalam penggunaan
istilah factorial, dan istilah tersebut saya gunakan untuk mengenang teman
saya.”
Jadi notasi yang digunakan oleh Kramp untuk menunjukkan faktorial
adalah 𝑎𝑛 |𝑟 . Cukup rumit juga ya? Selanjutnya jika kita buka kembali buku
tersebut halaman demi halaman hingga sampai pada Bab 15 yang
berjudul “Permutations”, maka akan ditemukan tulisan Kramp mengenai
permutasi:
“Misalkan diberikan kuantitas 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 , dst, yang berbeda dan memiliki
jumlah 𝑛. Jumlah permutasi akan sama dengan perkalian faktor-faktor dari
𝑛 sampai 1, yaitu n(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) ⋅⋅⋅ 2 ⋅ 1.”

72
Lalu dia melanjutkan,

“Kita notasikan perkalian tersebut dengan 𝑛! untuk menunjukkan jumlah


dari semua permutasi yang mungkin yang dapat kita buat dari 𝑛 buah objek.”
Setelah itu jauh di bab yang akan datang, yaitu Bab 25, Kramp mendiskusikan
kembali masalah faktorial sebagai berikut:

“Perkalian dari suku-suku deret aritmatika orde pertama, yaitu 𝑎(𝑎 +


𝑟)(𝑎 + 2𝑟) ⋅⋅⋅ (𝑎 + 𝑛𝑟 − 𝑟) saya namakan faktorial. Untuk menuliskan
faktorial, saya menggunakan notasi 𝑎𝑛 |𝑟 . Dengan penulisan sederhana dan
lebih umum ini, maka n! dapat dituliskan sebagai 1𝑛|1 .”
Mari kita sejenak memahami hubungan dari notasi faktorial dan notasi
permutasi 𝑛! yang dia maksud. Karena 𝑎𝑛 |𝑟 = 𝑎(𝑎 + 𝑟)(𝑎 + 2𝑟) ⋅⋅⋅ (𝑎 +
𝑛𝑟 − 𝑟), maka jika disubstitusikan 𝑎 = 1 dan 𝑟 = 1, diperoleh
1𝑛|1 = 1(1 + 1)(1 + 2) ⋅⋅⋅ (𝑛 − 1)𝑛 = 1 ⋅ 2 ⋅ 3 ⋅⋅⋅ (𝑛 − 1)𝑛 = 𝑛!.
Jadi dapat dituliskan 𝑛! = 1𝑛 |1 . Kesimpulannya, notasi faktorial yang
pertama kali dicetuskan oleh Kramp adalah 𝑎𝑛 |𝑟 sedangkan notasi permutasi
adalah 𝑛! . Keduanya memiliki hubungan yang diberikan oleh
persamaan 𝑛! = 1𝑛 |1 . Dengan kata lain, 𝑛! adalah kasus khusus
dari 𝑎𝑛 |𝑟 . Akan tetapi Kramp kemudian menggunakan notasi 𝑛! untuk
menunjukkan faktorial ketimbang menggunakan notasi 1𝑛 |1 . Alasannya
cukup sederhana: agar lebih mudah dicetak! Pada tahun 1808, mencetak buku
dengan beragam simbol di dalamnya bukan hal yang mudah. Jadi kadangkala
kepraktisan dari mencetak buku dapat berpengaruh kepada simbol
matematika yang akan digunakan. Lalu kenapa menggunakan tanda
seru? “Supaya lebih mudah diketik”, katanya.

73
Apa Pentingnya Bilangan Prima di dalam Fisika dan Alam?

Pernah kenalan sama makhluk menggemaskan satu ini?

Tanpa alasan khusus, saya namai dia Charles.


Jadi, Charles dan kawan-kawannya adalah
seekor jangkrik di bawah genus magicicada, dan
seringkali disebut sebagai jangkrik berkala.
Sayangnya, Anda tidak akan menemukan
hewan menggemaskan ini di dataran Indonesia, karena mereka hidup di
wilayah Amerika bagian utara. Apa hal unik yang dimiliki oleh Charles dan
kawan-kawannya ini? Ternyata mereka selalu keluar dari sarangnya setiap 13
atau 17 tahun sekali. Baik 13 atau pun 17 bukanlah sembarang angka, karena
keduanya adalah bilangan prima yang digunakan oleh genus magicicad a
untuk bertahan hidup!

Ketika magicicada menetas dari telurnya,


mereka menggali lubang di dalam tanah
kemudian mengambil air dari akar tanaman
untuk bertahan hidup. Mereka menghabiskan
beberapa tahap awal kehidupan sampai remaja
di dalam tanah sampai akhirnya pergi ke permukaan sebagai jangkrik dewasa.
Tetapi mereka hidup di permukaan hanya sebentar saja, lalu bertelur dan
kemudian mati. Telur ini kemudian menetas dan melakukan siklus kehidupan
yang sama. Nah, pada waktu kapan mereka pergi ke permukaan tanah?
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, setiap 13 tahun atau 17 tahun
sekali. Sepintas, tidak ada yang spesial dari angka ini, tapi, setelah diteliti

74
kembali, maka kita akan berpikir bahwa, "wow, ternyata Charles dan kawan-
kawannya pandai dalam bermatematika!".

Perhatikan bahwa 13 dan 17 adalah bilangan prima, artinya, mereka hanya


habis dibagi oleh satu atau dirinya sendiri. Sifat unik bilangan prima inilah
yang digunakan oleh magicicada untuk menghindari predator yang memiliki
siklus tetap. Misalnya, jika ada predator yang muncul setiap 4 tahun dan
mangsanya muncul setiap 3 tahun, maka keduanya akan bertemu setelah 12
tahun (ya, karena kelipatan dari 3 dan 4 adalah 12). Namun, magicicada yang
memiliki siklus 13 tahun atau 17 tahun sangat kecil kemungkinannya untuk
bertemu dengan predator mana pun. Kenapa demikian? Sebab baik 13 atau
pun 17 bukan merupakan kelipatan dari bilangan apa pun, jelas, karena
keduanya adalah bilangan prima. O tapi kan bisa saja mereka bertemu
dengan predator yang siklus hidupnya 5 tahun sekali? Jadi jika magicicad a
tersebut memiliki siklus hidup 13 tahun, maka mereka dan predator akan
saling bertemu setelah 5 × 13 = 65 tahun. Hoho, para magicicada pun
tertawa. "Menunggu 65 tahun untuk memakan kami? Masih lama, bro. Dalam
waktu tersebut, kami sudah mampu beradaptasi lebih baik daripada jangkrik lainnya,
atau kami sudah mati duluan karena hal lain”, balas magicicada dengan nada
sombong. Ya, tidak ada yang tahu pasti kenapa mereka menggunakan angka
13 dan 17 sebagai waktu siklus hidup mereka, tapi ini menjadi bukti bahwa
bilangan prima hadir dan berkontribusi nyata di dalam alam.

Kembali ke pertanyaan awal: apa pentingnya bilangan prima di alam ini? Salah
satunya adalah untuk membantu magicicada bertahan hidup dari predator.
Mungkin tidak hanya magicicada saja, tapi ada binatang lain yang siklus
hidupnya menggunakan bilangan prima, hanya saja belum kita temukan
keberadaannya.

75
Mengapa Bilangan Prima Menjadi Sangat Menarik Bagi
Para Matematikawan?

“Bilangan prima amat sangat menarik karena berperan penting di dalam dunia
keamanan komputer” , kata saya yang (belum) menjadi seorang
matematikawan.

Mengapa mereka begitu menarik? Salah satu alasannya adalah karena


pengaruh Euklid. Di dalam bukunya yang sangat fenomenal,
yakni Elements, Euclid mengatakan bahwa: Setiap bilangan bulat lebih besar
dari nol dapat dituliskan sebagai perkalian dari bilangan-bilangan prima*. Dengan
kata lain, seluruh bilangan asli dapat dibangun oleh bilangan-bilangan prima,
sebagaimana bilangan 1000 dan 6936 dapat dituliskan ke dalam
bentuk 1000 = 23 × 53 dan 6936 = 23 × 3 × 172 (bentuk ini kemudian
dikenal sebagai representasi kanonik atau faktorisasi prima dari bilangan asli).
Dengan menuliskan bilangan asli ke dalam bentuk kanonik, maka kita dapat
mempermudah operasi aritmatika yang melibatkan pecahan. Seperti
𝑎 𝑐
menentukan jumlah dari dua pecahan + dengan 𝑏 ≠ 𝑑 , yang terlebih
𝑏 𝑑

dahulu harus kita tentukan KPK dari bilangan 𝑏 dan 𝑑, dan untuk mencari
KPK maka kita membutuhkan faktorisasi prima dari kedua bilangan
tersebut. Bila diibaratkan dalam ilmu kimia, bilangan prima seperti atom yang
menyusun molekul yang dapat mewujudkan benda-benda di sekitar kita.
Oleh karena itu, bilangan prima merupakan aktor utama di dalam aritmatika,
sehingga teorema* di atas disebut juga sebagai Teorema Dasar Aritmatika.

76
Hal paling menarik dari bilangan prima dapat kita temukan di dalam
dunia kriptografi. Kriptografi merupakan teknik untuk menyamarkan suatu
pesan dengan cara mentranformasikan data ke dalam bentuk yang sulit
dibaca oleh orang lain. Fungsi dari kriptografi tentunya untuk mengirimkan
pesan rahasia yang tidak boleh diketahui oleh publik. Pada awalnya, pesan
berupa teks alfabet tersebut ditransformasikan ke dalam angka-angka,
seperti 𝐴 = 0, 𝐵 = 1, 𝐶 = 2, ⋯ , 𝑍 = 2 . Rangkaian angka tersebut
kemudian disandikan menjadi rangkaian angka lain yang dalam prosesnya
menggunakan sifat-sifat dari bilangan prima. Semakin besar bilangan prima
yang digunakan, semakin sulit sandi tersebut dipecahkan. Oleh sebab itu,
para matematikawan berlomba-lomba mencari bilangan prima dengan digit-
digit yang sangat banyak. Selain untuk menjaga keamanan data, menemukan
bilangan prima dengan digit yang sangat banyak pun akan dihadiahi uang
miliaran rupiah, lho! GIMPS akan memberikan hadiah sebesar $150.000
atau setara Rp.22 miliar bagi siapa saja yang menemukan 100 juta digit
bilangan prima pertama. Sangat menarik, bukan?

77
Mengapa 1 Bukan Bilangan Prima?

Wah, jangan salah, lho, 1 itu pernah menjadi bilangan prima!

Definisi bilangan prima sebagai bilangan asli lebih besar


dari satu yang habis dibagi oleh satu dan dirinya sendiri,
adalah definisi modern yang sudah diperbaharui sejak
abad ke-20. Matematikawan sekelas Goldbach dan G.
H. Hardy bahkan pernah mengategorikan 1 sebagai
bilangan prima, alasannya? Untuk keperluan mereka dalam bekerja dengan
matematika.

Bangsa Yunani kuno dulu (sekitar 500 SM) sudah mempelajari gagasan
mengenai bilangan prima, dan salah satu Matematikawan yang
mempelajarinya adalah Euklid. Saat itu dia ingin tahu kapan suatu bilangan
merupakan hasil kali dari bilangan-bilangan lain yang lebih kecil daripada
dirinya sendiri, seperti 10 yang dapat dituliskan sebagai 10 = 2 × 5. Begitu
pun 12, 14, 16, 12, 14, 16, dan bilangan lainnya. Akan tetapi, apakah semua
bilangan memang bisa dituliskan demikian? Ternyata banyak juga yang tidak
memenuhinya, seperti misalnya bilangan 3 tidak bisa diuraikan sebagai hasil
kali dari bilangan-bilangan yang lebih kecil dari dia. Selain 3, contoh lainnya
adalah 5, 7, 11, dan seterusnya, yang kemudian kita kenal sebagai bilangan
prima.

Nah, saat itu Euklid (dalam buku Elements) mendefinisikan bilangan prima
sebagai bilangan yang dapat diukur oleh satu (unit) saja. Dia tidak mengategorikan
1 sebagai bilangan prima, kenapa? Sebab 1 saja bahkan tidak dianggap
sebagai bilangan. Bagi para matematikawan pada masa Yunani kuno, 1 lebih

78
dikenal sebagai unit (satuan), sesuatu yang membangun, bukan bilangan.
Definisi dari bilangan sendiri adalah banyaknya komposisi dari unit tersebut.
Seperti bilangan 5 yang mengartikan bahwa kita sedang
mengomposisikan 1 + 1 + 1 + 1 + 1 . Semua bilangan (bulat positif)
dibangun oleh unit ini. Jadi salah satu alasan kenapa 1 bukanlah bilangan
prima adalah karena pada masanya dulu, 1 sendiri tidak dianggap sebagai
bilangan, melainkan fondasi dasar dari bilangan.
Pada akhirnya nanti, sekitar tahun 1600-an, unit atau 1 juga
dikategorikan sebagai bilangan. O ya, kata "diukur" pada definisi bilangan
prima versi Euklid sebetulnya dapat dimaknai sebagai terbagi atau habis dibagi
(divisible). Jadi definisi bilangan prima yang dimaksudkan oleh Euklid
adalah bilangan (bulat positif) yang dapat dibagi hanya oleh satu saja. Akan tetapi
semua bilangan bulat tentunya dapat habis dibagi oleh dirinya sendiri,
sehingga definisi bilangan prima dapat diperbaharui lagi menjadi bilangan
(bulat positif) yang habis dibagi oleh satu dan dirinya sendiri.

Kalau begitu, 1 juga bilangan prima dong, kan dia habis dibagi oleh
satu dan dirinya sendiri?

Yup, Anda benar. Tidak masalah jika 1 dikategorikan sebagai bilangan prima,
seperti yang dilakukan oleh Goldbach, Hardy dan matematikawan
lainnya. Toh, tidak menyalahi definisi awalnya juga, ya kan? Akan tetapi
tragedi tak mengenakkan pun terjadi ketika berhadapan dengan Teorema
Dasar Aritmatika, yang dipelajari oleh Euklid. Menurut Teorema Dasar
Aritmatika (selanjutnya akan saya singkat menjadi TDA), setiap bilangan bulat
lebih besar dari 1 dapat dituliskan sebagai hasil kali dari bilangan-bilangan prima,
dan faktorisasi ini bersifat unik atau tunggal. Apa artinya? Misalnya kita
punya bilangan 34866, maka dia dapat dituliskan ke dalam bentuk perkalian
dari bilangan-bilangan prima (atau faktorisasi prima) sebagai

79
34866 = 2 × 3 × 3 × 13 × 149
Bentuk perkalian tersebut mestilah bersifat tunggal, artinya hanya faktorisasi
prima itu saja yang menghasilkan 34866, tidak ada bentuk perkalian yang lain.
Sekarang andaikan 1 merupakan bilangan prima, maka kita bisa tuliskan
faktorisasi dari 34866 sebagai

34866 = 2 × 32 × 13 × 149 × 1.
Atau bisa juga dituliskan sebagai

34866 = 2 × 32 × 13 × 149 × 1 × 1
34866 = 2 × 32 × 13 × 149 × 1 × 1 × 1
dan lainnya. Akibatnya akan ada banyak bentuk faktorisasi prima dari suatu
bilangan, sehingga tidak lagi menjadi unik. Tentu ini akan menyalahi TDA.
Dengan alasan tersebut, 1 lebih baik tidak dimasukkan ke dalam kategori
bilangan prima.

Namun sebetulnya tanpa mengeluarkan 1 dari bilangan prima, kita bisa saja
mengubah bunyi dari TDA menjadi seperti ini: Setiap bilangan bulat lebih besar
dari 1 dapat dituliskan sebagai hasil kali dari bilangan-bilangan prima (selain 1) , dan
representasi ini bersifat unik atau tunggal.

Dengan begini, masalah pun akan terpecahkan meski 1 merupakan bilangan


prima. Yup, ini memang menyelesaikan masalah, sekaligus menambah
masalah baru! Sekarang coba Anda bayangkan, ada berapa banyak teorema
yang berkaitan dengan prima sejak ribuan tahun yang lalu hingga saat ini?
Jika 1 dikategorikan sebagai bilangan prima, maka kita harus mengubah
bunyi dari teorema-teorema lainnya dengan menyisipkan kalimat bilangan
prima selain 1, seperti pada pengubahan bunyi TDA di atas — dan yieks, ini
sangat merepotkan!

80
Alih-alih mengubah bunyi semua teorema yang berkaitan dengan bilangan
prima, alangkah lebih baik kita tidak memasukkan 1 ke dalam himpunan
bilangan prima saja, tentunya ini akan jauh lebih efektif. Matematikawan
selalu berusaha menciptakan keanggunan dan kesederhanaan di dalam
matematika, hal inilah yang memotivasi mereka untuk tidak memasukkan 1
sebagai bilangan prima. Oleh karena itu, definisi dari bilangan prima yang
tertera di dalam buku-buku sekolah kini menjadi:

Suatu bilangan bulat lebih besar dari satu yang habis dibagi oleh satu dan dirinya sendiri.

Bagi orang-orang yang mempelajari matematika dan tahu tentang sejarah


bilangan prima, maka ini adalah definisi bilangan prima yang penuh dengan
keanggunan dan kesederhanaan.

81
Mengapa (3 + 4)3 = 343, sedangkan untuk Bilangan
Ratusan Lainnya Tidak Bisa Seperti Itu?

Kalau Anda punya kalkulator scientific, coba ketikkan operasi berikut: −1 +


27, sudah? berapakah hasilnya? Yup, 127. Sekarang lakukan kembali
pengoperasian seperti ini: (2 + 18) 7 , berapa hasil yang didapat? 2187? Aha,
dengan demikian saya punya bilangan-bilangan unik yang dapat dibentuk
dari digit-digitnya sendiri dengan menggunakan ekspresi +, −, ∶, eksponen,
dan tanda kurung. Di dalam matematika, bilangan seperti ini dinamakan
sebagai bilangan Friedman. Bilangan ratusan yang termasuk bilangan
Friedmann tidak hanya 343 saja, kok. Bilangan lainnya yang memenuhi
adalah 121, 125, 126, 127, 128, 153, 216, 289, dan lainnya. Bahkan Ulrich
Schimke menduga bahwa untuk setiap 𝑘 yang tidak sama dengan 1 atau
kelipatan 10, maka 𝑘 𝑛 adalah bilangan Friedman untuk 𝑛 bilangan asli yang
cukup besar. Schimke juga mencatat bahwa 2𝑛 merupakan bilangan
Friedman untuk setiap 𝑛 > 9 . Jadi mestilah bilangan Friedman ada
takhingga banyaknya. Beberapa di antaranya dapat dilihat dalam
daftar 72 bilangan Friedmann berikut: (Bilangan Friedman yang diberi warna
merah disebut juga bilangan Friedman baik)

82
Salah satu strategi untuk menemukan ekspresi bilangan Friedman adalah
dengan terlebih dahulu menentukan faktor-faktor dari bilangan tersebut,
kemudian mempertimbangkan bagaimana faktor-faktor itu dapat dibuat dari
bilangan yang diberikan. Misalnya diketahui bahwa faktor dari
bilangan 2187 adalah 2187 = 37 . Karena digit terakhir dari 2187 adalah 7,
maka pertanyaannya sekarang berkurang menjadi: apakah ada cara untuk
menggunakan 2, 1, dan 8 untuk menghasilkan bilangan 3? Ah, ini hal mudah.
Tinggal tulis saja 2 + 18 = 3. Jadi dapat dituliskan 2187 = (2 + 18) 7 .
Sayangnya tidak setiap bilangan (khususnya bilangan asli) merupakan
bilangan Friedman. Contohnya saja setiap bilangan satuan atau bilangan hasil
pangkat dari 10 seperti 1, 10, 100, 1000, dst, bukan merupakan bilangan
Friedman. Pada kasus bilangan 1, seberapa keras pun kita berusaha
menuliskannya ke dalam ekspresi aritmatika, seperti 1 = 1 × 1 atau 1 =
(1 + 0) 0 , maka diperoleh secara berturut-turut adalah ekspresi untuk
bilangan 11 dan 100 yang nilainya lebih besar dari 1. Jadi bilangan Friedman
hanya kasus khusus dari bilangan (asli) yang memiliki sifat tertentu, dan tidak
setiap bilangan merupakan bilangan Friedman. Karena seberapa keras pun
kita mencoba, bilangan tersebut tidak dapat dibentuk dari digit-digitnya
sendiri dengan menggunakan ekspresi aritmatika dan eksponen.

83
Jika Anda Bisa Meluruskan Hoaks atau Mitos Seputar
Bidang yang Anda Kuasai, Maukah Anda Membagikannya di
Sini?

Mitos di dalam matematika? Here we go!

1. Pythagoras adalah orang pertama yang menemukan dalil


Pythagoras

Banyak yang memuja-muji Pythagoras atas


dedikasinya terhadap dalil Pythagoras yang dia pelajari
sehingga dianggap sebagai orang pertama yang
menemukannya. Namun sayang, cerita tersebut
terlalu dilebih-lebihkan, karena fakta sebenarnya
adalah dalil Pythagoras telah dipelajari bahkan lebih
dari seribu tahun sebelum Pythagoras lahir, dan Pythagoras sendiri tidak
pernah menyatakan bahwa 𝑎2 + 𝑏2 = 𝑐 2 seperti yang guru-guru ajarkan
kepada muridnya sebagai dalil Pythagoras.
Bangsa Babilonia dan Mesir kuno sudah terlebih dahulu memiliki
pemahaman tentang relasi antara sisi-sisi pada segitiga siku-siku, buktinya
tertera pada tablet tanah liat peninggalan bangsa Babilonia yang diperkirakan
ditulis pada tahun 1800 SM. Tablet tersebut
bertuliskan kombinasi dari tiga angka yang
memenuhi dalil Pythagoras, yang dikenal
sebagai tripel Pythagoras (contoh tripel
Pythagoras adalah 3, 4, dan 5 karena
memenuhi 32 + 42 = 52 ). Di sisi lain, Pythagoras baru lahir pada tahun 570
SM, lebih dari satu milenium lamanya setelah bangsa Babilonia mempelajari
tripel Pythagoras. Seandainya mereka tidak memahami relasi antara ketiga

84
sisi pada segitiga siku-siku, bagaimana mungkin orang-orang Mesir kuno
mampu membangun piramida yang sangat kokoh? Bagaimana mungkin
peradaban kuno mampu mengonstruksi bangunan - bangunan yang sangat
megah dan masih bertahan hingga saat ini? Tentu saja karena mereka telah
mempelajari dengan baik dalil Pythagoras yang saat itu mungkin belum
memiliki nama.

Lalu mengapa dalil tersebut disandarkan pada Pythagoras, jika bukan dia
yang pertama kali mempelajarinya? Jawabannya karena Pythagoras diyakini
sebagai orang pertama yang dapat membuktikan dalil tersebut secara
sistematis, sebab bangsa Babilonia atau Mesir kuno belum mempelajari
prosedur untuk membuktikan pernyataan matematika. Kemudian perlu
diluruskan juga bahwa dalil Pythagoras versi Pytahgoras sendiri tidak
menyebutkan relasi dari sisi-sisi pada segitiga siku-siku, atau dituliskan 𝑎2 +
𝑏2 = 𝑐 2 . Dalil Pythagoras versi awal berbunyi,

Pada suatu segitiga siku-siku, jumlah luas dari setiap persegi yang terbentuk dari sisi-
sisi yang saling tegak lurus akan sama dengan luas dari persegi yang terbentuk dari sisi
miringnya.

Sangat berbeda dengan dalil Pythagoras yang kita pelajari sekarang, kan? Ya,
karena interpretasi awal dari dalil Pythagoras bukanlah relasi antara sisi-sisi
pada segitiga siku-siku, melainkan relasi antara luas persegi yang terbentuk
dari sisi-sisi pada segitiga siku-siku. Namun di masa modern ini, interpretasi
tersebut mulai berubah dan dituliskan secara aljabar menjadi 𝑎2 + 𝑏2 = 𝑐 2,
seperti yang kita kenal di bangku SD.

85
2. Matematikawan pasti jago berhitung

Mitos (atau lebih tepatnya kesalahpahaman) ini yang paling sering terdengar.
Apa yang orang-orang pikirkan tentang anak matematika adalah ini: Anak
matematika = kalkulator berjalan. "Eh, kamu kan anak matematika, pasti bisa
cepet ngitung ini deh", sembari menyodorkan selembar kertas bertuliskan 12 ×
5– 1075 + 102 =. Padahal, bisa dibilang kalau mahasiswa matematika
bersentuhan dengan hitung-hitungan hanya pada saat matakuliah dasar saja,
seperti kalkulus, aljabar linier dan statistika dasar, selebihnya, kami lebih
banyak melakukan abstraksi dan mempelajari tentang struktur, ruang,
perubahan, dll. Bahkan beberapa dosen saya selalu menggerutu jika
dihadapkan pada masalah penghitungan, "haduh, saya tuh paling gak suka
ngitung-ngitung kaya gini". Terdengar aneh kan, jika matematikawan (meski
tidak semuanya) kurang pandai dalam berhitung? Yah, selama masih ada
kalkulator saintifik atau komputer canggih yang bisa mempermudah
penghitungan, maka kemampuan berhitung bukanlah suatu masalah besar
bagi seorang matematikawan.

3. Jago berhitung pasti jago matematika

Namanya Scott Flansburg, dia dijuluki sebagai manusia kalkulator (The


Human Calculator). Kemampuan berhitungnya tanpa menggunakan alat bantu
seperti kertas dan pensil memang patut
diacungi jempol. Coba Anda bayangkan,
berapa hasil dari 923 dibagi dengan 7 tanpa
menuliskannya? Sangat sulit, bukan? Tapi,
tanpa ragu, Scott menjawab 131,85714 hanya dalam hitngan detik saja! Duh,
dia pasti jago banget matematikanya, iya gak?

86
Eits, belum tentu. Sama seperti halnya orang yang pintar matematika namun
belum tentu pintar berhitung, orang yang pintar berhitung pun belum tentu
pandai bermatematika. Tapi, mengapa bisa?

Angka hanyalah salah satu elemen di dalam matematika untuk


menggambarkan kuantitas, dan tidak setiap cabang di dalam matematika
melibatkan banyak angka. Contohnya saja geometri, struktur aljabar,
topologi dan analisis fungsional. Di cabang tersebut, hanya sedikit angka
yang muncul, seperti nol dan juga satu untuk mewakili identitas, selebihnya
dipenuhi oleh simbol atau notasi. Aritmatika hanyalah salah satu cabang dari
matematika yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian. Sedangkan matematika berbicara jauh lebih abstrak lagi
daripada itu.

Jadi, meskipun Scott Flansburg sangat lihai dalam berhitung, tapi belum
tentu dia mampu menyelesaikan permasalahan matematika yang tidak
melibatkan angka seperti ini:

Berapa besar sudut 𝜃 yang harus dibentuk sehingga


kerucut dengan jari-jari alasnya sebesar 𝑟 dan
tingginya sebesar 𝑡 memiliki volume maksimum?
Kira-kira Scott si manusia kalkulator bisa menjawabnya, gak ya?

87
Apa Saja Persoalan Matematika yang Terlihat Mudah, Tapi
Ternyata Sulit Sekali?

Persoalan matematika yang terlihat mudah tapi ternyata sulit ya? Hmm, Anda
bisa coba masalah yang satu ini:

Siapkan kertas dan pensil terbaikmu, sudah? Selanjutnya pilih sebuah


bilangan asli, sebutlah 𝑛. Jika yang dipilih 𝑛 > 1, lakukan operasi berikut:
• Jika 𝑛 genap, maka bagilah 𝑛 dengan 22;
• Jikan 𝑛 ganjil, maka kalikan dengan 3 lalu jumlahkan dengan 1.
Nah, lakukan operasi tersebut secara iteratif terhadap bilangan yang
diperoleh. Iterasi berhenti jika kita sudah memperoleh angka 1. Contohnya
begini, misalkan saya pilih 𝑛 = 5. Karena 5 bilangan ganjil, maka kalikan
dengan 3 lalu jumlahkan dengan 1 sehingga diperoleh 16. Karena 16
bilangan genap, maka bagi dengan 2 sehingga didapat 8. Karena 8 genap,
maka dibagi dengan 2 untuk memperoleh 4. Karena 4 genap, bagi kembali
dengan 2 sehingga diperoleh 2. Lagi, karena 2 genap, maka bagi dengan dua
sehingga diperoleh bilangan 1. Iterasi pun berhenti sampai di sini. Jadi
dengan iterasi demikian saya akan memperoleh barisan
berikut: 5, 16, 8, 4, 2, 15, 16, 8, 4, 2, 1. Nah, bila Anda mencobanya untuk
bilangan asli berapa pun, maka barisan yang Anda peroleh pada akhirnya
akan berhenti di 1!
Lothar Collatz menduga bahwa berapa pun bilangan asli yang kita pilih di
awal, maka barisan yang diperoleh pada akhirnya akan berhenti di 1. Tapi
pernyataan ini hanya berupa dugaan saja, atau disebut juga sebagai konjektur,
yang dikenal sebagai Konjektur Collatz. Konjektur merupakan suatu

88
pernyataan matematika yang diyakini kebenarannya,
namun belum ada bukti kebenaran atau penyangkal dari
pernyataan tersebut. Konjektur Collatz sangat sulit
untuk dibuktikan kebenaran atau pun dicari
penyangkalnya. Bahkan komputer pun baru bisa
memeriksa kebenaran konjektur ini untuk bilangan asli
hingga 260 . Terlihat mudah tapi ternyata sulit, kan?

89
Apa Saja Gambar yang Hanya Dipahami oleh
Matematikawan?

Percaya gak kalau foto ini akan terasa begitu spesial di mata seorang
matematikawan? Menurutmu, objek apa yang paling berbeda di dalam foto
ini?

Bagi kebanyakan orang, apa yang mereka lihat di dalam foto tersebut adalah:
Donat, gelas, donat, dan roti hamburger. Jelas sekali bahwa benda yang
paling berbeda di dalam foto itu adalah gelas, karena hanya dia satu-satunya
yang tidak termasuk ke dalam kategori makanan. Akan tetapi hal ini tidak
berlaku bagi para matematikawan (khususnya ahli topologi). Bagi mereka,
apa yang terlihat di dalam foto tersebut adalah: Donat, donat, donat, dan roti
hamburger.

Benda paling berbeda di antara yang lainnya adalah roti hamburger. Bahkan
gelas pun akan mereka anggap sama sebagai donat! Nah, lho, kok bisa?
Untuk mengetahui jawabannya, kita sedikit berkenalan dahulu dengan
topologi, yuk.

Apa itu topologi?

Topologi merupakan cabang ilmu matematika yang berkaitan dengan tata


ruang. Ruang yang dimaksud adalah ruang yang dapat ditekuk, dilipat,

90
direntangkan, tetapi tidak diperkenankan untuk dipotong, digunting, atau
dirobek. Di dalam topologi, dua objek memiliki bentuk yang sama jika salah
satu objek dapat berubah bentuk menjadi objek lainnya tanpa dipotong-potong
atau ditempelkan. Contohnya, menurut topologi, cangkir dan donat memiliki
bentuk yang ‘sama’. Mengapa demikian?

Sebuah donat (anggap saja masih berbentuk adonan) dapat kita ubah
bentuknya menjadi cangkir tanpa melakukan pemotongan atau pun
penambahan adonan.

Oleh karena itu donat dan cangkir memiliki bentuk yang sama, atau istilah
lainnya adalah homeomorfik. Contoh dua objek yang tidak homeomorfik
adalah donat dan bola.

Mengapa demikian? Sebab kita tidak dapat mengubah bentuk donat menjadi
bola, begitu pun mengubah bola menjadi donat kecuali dengan melubangi
bagian tengahnya, tetapi hal ini tentu tidak diperbolehkan.

Ketika melihat objek yang berbeda, seorang ahli topologi akan selalu dapat
melihat kesamaan di antara mereka. Pada foto di awal, kita mungkin terlalu
sibuk melihat betapa berbedanya gelas dibandingkan objek lainnya, padahal,
gelas pun memiliki kesamaan yang tidak dapat dilihat oleh kebanyakan orang.
Makna filosofis yang dapat diambil adalah, bila kita ingin melihat sesuatu

91
secara utuh, maka lihatlah sesuatu itu dari berbagai sisi dan sudut pandang
yang berbeda.

Sekarang percaya kan, kalau matematikawan itu sama seperti paranormal?


Mereka dapat melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat, dan mereka dapat
memahami apa yang orang lain tidak bisa pahami.

92
Bagaimana Caranya Membagi Tujuh Cokelat untuk
Delapan Murid?

Pernah dengar bagaimana cara masyarakat Mesir Kuno membagikan roti


sehingga setiap orang mendapatkan bagian yang sama banyaknya? Cara yang
mereka gunakan ini cukup cerdik, lho, karena melibatkan konsep bilangan
pecahan di dalamnya.

Nah, kita akan coba membagikan tujuh coklat untuk delapan murid dengan
menggunakan trik yang sama seperti orang Mesir Kuno, dengan asumsi
bahwa setiap coklat memiliki ukuran yang sama.

Agar setiap murid mendapatkan cokelat


yang sama banyaknya, maka masing-masing
7
dari mereka harus mendapatkan bagian.
8
7
Tapi bagaimana caranya membagikan
8
coklat ke setiap orang? Bukankah cukup sulit? Triknya ternyata cukup
mudah!
7 7 4 2 1
Karena pecahan dapat dituliskan sebagai = + + , maka pertama-
8 8 8 8 8

tama kita bagikan 4 batang cokelat untuk 8 murid, sehingga setiap orang
4 1
akan mendapatkan = batang. Setelah itu kita bagikan 2 batang coklat
8 2
2 1
untuk 8 murid, sehingga masing-masing mendapatkan = batang, dan
8 4

terakhir, 1 batang cokelat dibagikan kepada 8 murid sehingga masing-masing


1
mendapatkan batang. Oleh karena itu setiap murid akan mendapatkan
8
1 1 1 7
sebanyak + + = bagian cokelat, seperti yang diharapkan :-)
2 4 8 8

93
Apa Jadinya Bila Nilai Konstanta Pi Berubah Menjadi 3,2?

Dulu dunia sempat dihebohkan oleh matematikawan amatir


bernama Edward J. Goodwin. Dia secara ilegal ingin mengubah
nilai 𝜋 menjadi 3,2, padahal kita semua tahu bahwa 𝜋 merupakan bilangan
irasional yang memiliki digit di belakang koma tidak ada habisnya.
Kronologi pengubahan nilai 𝜋 tersebut berawal dari masalah
matematika kuno yang telah membingungkan ahli geometri selama ribuan
tahun lamanya. Masalah itu bernama squaring the circle (menguadratkan
lingkaran). Bunyinya kira-kira seperti ini: Bagaimana cara mengonstruksi
persegi yang luasnya sama dengan luas lingkaran dengan menggunakan
penggaris dan kompas?
Bila masalah tersebut terpecahkan, maka mereka dapat
menghitung luas lingkaran dengan menggunakan luas
persegi. Sayangnya, pada tahun 1882, Ferdinand von
Lindemann telah membuktikan bahwa hal tersebut
mustahil dilakukan, sebab 𝜋 = 3,1415 … merupakan
bilangan transenden (yang akibatnya merupakan bilangan irasional). Dengan
begitu, tidak akan ada persegi yang memenuhi syarat tersebut.
Namun, tiba-tiba Goodwin mengumumkan bahwa dia telah menemukan
solusi dari masalah menguadratkan lingkaran ini. Tapi, tunggu dulu,
bagaimana mungkin? Ya mudah saja, katanya, cukup definisikan ulang
nilai 𝜋 menjadi 3,2, maka kita memiliki solusi dari masalah menguadratkan
lingkaran. Konyol sekali, ya kan? Tidak hanya itu, dia bahkan mencoba
membuat badan legislatif di negara bagian Indiana untuk mengeluarkan
sebuah undang-undang yang membakukan nilai 𝜋 menjadi 3,2 .
Keinginannya tersebut sampai diwujudkan dalam rancangan undang-undang
pembakuan nilai 𝜋 = 3,2, tapi pada akhirnya RUU tersebut tidak pernah

94
sampai menjadi undang-undang, karena digagalkan oleh seorang
matematikawan bernama Profesor C. A. Waldo.
Jadi Anda bisa saja mengubah nilai 𝜋 menjadi 3,2, tapi saya sarankan untuk
tidak melakukannya bila tidak ingin dilabeli sebagai orang halu (atau malah
gila?) seperti Goodwin ini. Dan bila seandainya nilai 𝜋 berubah menjadi 3,2,
maka seperti apa yang dikatakan oleh Goodwin, kita dapat memecahkan
masalah menguadratkan lingkaran (yang faktanya mustahil untuk
diselesaikan). Terlebih, beberapa identitas matematika yang memuat 𝜋 tidak
akan berlaku lagi, seperti identitas Euler 𝑒 𝑖𝜋 + 1 = 0, atau jumlah deret
4 4 4 4
4− + − + + ⋯,
3 5 7 9
tidak akan lagi konvergen ke 𝜋 yang nilainya telah berubah menjadi 3,2.
Tapi tentu saja konstanta 𝜋 yang merupakan perbandingan dari panjang
keliling lingkaran dengan diameternya tidak akan pernah mungkin berubah.
Pertanyaan "apa yang akan terjadi jika 𝜋 berubah menjadi 3 3,2 ?" sebetulnya
sangat tidak masuk akal, ini sama saja seperti Anda mempertanyakan "apa
yang akan terjadi jika 3,1415 ⋯ berubah menjadi 3,2?" atau "apa yang akan terjadi
bila 1 berubah menjadi 2?" atau "apa yang akan terjadi bila warna putih berubah
menjadi warna hitam?". It doesn't make sense! Sebab konstanta di dalam
matematika bersifat aktual dan tidak arbitrer.
Namun, jika Anda ingin membulatkan nilai 𝜋 menjadi 3,2 untuk
mempermudah penghitungan, maka hal ini tidak menjadi masalah, yang
terjadi adalah perhitungan yang Anda lakukan menjadi kurang akurat karena
selisih dengan nilai sesungguhnya menjadi lebih besar lagi. Itu saja.

95
Benarkah Statistika Kerap Digunakan untuk Berbohong?

Yup, benar sekali!

Bila mata dan telinga sudah tak bisa lagi dibohongi oleh kata-kata, maka dia
masih bisa dikelabui oleh data. Enggak percaya?

Anda mungkin sering mendengar iklan yang berbunyi seperti ini: "9 dari 10
wanita di Indonesia menggunakan kosmetik lalala". Tujuan dari iklan tersebut
tidak lain dan tidak bukan adalah untuk meyakinkan masyarakat agar
membeli produk mereka. Namun, kadangkala mereka hanya melakukan
manipulasi statistik sehingga mendapatkan kesimpulan yang memberikan
kesan positif untuk produk mereka tersebut. Cara memanipulasinya sangat
mudah, kok. Cukup dengan mengambil sampel yang bias atau berbohong
dengan nilai rata-rata.

Bagaimana caranya?

Misalnya begini: mereka melakukan riset kepada 100 orang wanita dengan
menanyakan produk kosmetik apa yang sedang mereka gunakan. Namun,
100 orang wanita yang dijadikan sampel ini adalah pelanggan dari toko
kosmetik lalala tersebut. Alhasil, 90 dari 100 wanita yang mereka tanyakan
akan menjawab, "kami menggunakan kosmetik lalala". Dengan begitu, mereka
menyimpulkan bahwa 9 dari 10 wanita di Indonesia menggunakan kosmetik
lalala. Huh, kesimpulan yang sangat menyesatkan sekali, bukan? Inilah yang
disebut dengan menggeneralisir sesuatu yang bahkan tidak mewakili populasi
secara keseluruhan. Di sini, sampel yang mereka ambil sangatlah bias.

96
Ada juga kasus ketika sampel yang diambil sudah memenuhi kaidah di dalam
statistik, namun tetap dimanipulasi. Mudah saja, contohnya begini: bagian
pemasaran dari kosmetik lalala memberikan produk mereka selama 3 bulan
secara gratis kepada seluruh anggota Perhimpunan Dokter Anti Penuaan,
Wellness, Estetik & Regeneratif Indonesia (Perdaweri). Setelah itu,
mereka memberikan kuisioner kepada seluruh anggota dari Perdaweri
tersebut, dan menyelipkan pertanyaan, "apa kosmetik yang Anda gunakan dalam
3 bulan terakhir?". Coba tebak, apa kesimpulan dari riset yang mereka
lakukan? Yup! Mereka mendapatkan hasil bahwa hampir 100% anggota
Perdaweri menggunakan kosmetik lalala dalam waktu tiga bulan terakhir.
Selanjutnya mereka hanya perlu menyusun iklan untuk menggiring opini
seperti ini:

Kosmetik lalala sudah terbukti secara klinis dan digunakan oleh hampir seluruh anggota
himpunan dokter kecantikan di Indonesia. Jadilah seperti mereka yang memiliki kulit
putih, cerah, merona dan berseri secara alami~

See? Datanya sudah valid dan bahkan mereka tidak mengambil sampel,
melainkan seluruh populasi di Perdaweri. Tapi tetap saja riset yang mereka
lakukan hanyalah suatu rekayasa untuk membohongi publik.

Berbohong dengan menggunakan statistik bukanlah hal yang baru, siapa pun
bisa melakukannya dengan tujuan untuk penggiringan opini, pemasaran, atau
apa pun yang menguntungkan mereka. Tidak hanya di dunia bisnis, di dunia
politik pun, membohongi publik dengan menggunakan statistik termasuk ke
dalam strategi memenangkan pasangan calon yang diusung. Jadi jangan
heran bila pada pemilihan kepala daerah, atau yang lebih tinggi dari itu,
banyak yang saling mengklaim kemenangan dari masing-masing pihak,
sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa salah satu dari mereka (atau

97
mereka semua) melakukan kebohongan. Alasannya? Karena kebohongan
adalah instrumen dari propaganda. Kebohongan dapat digunakan untuk
menguatkan keabsahan informasi yang dibagikan sehingga menggiring opini
publik bahwa paslon merekalah yang seharusnya menang, dan jika ternyata
paslon lain yang menang, maka mereka mestilah berbuat curang. Seperti apa
yang Joshep Geobbels katakan, kebohongan yang disampaikan berulang-ulang
akan diterima sebagai kebenaran — dan sungguh, statistika memainkan peranan
penting dalam propaganda tersebut!

Kita kemudian akan menyadari bahwa mempelajari statistika ternyata


sangatlah penting, setidaknya, bila mata atau telinga kita mendengar
kalimat, "rata-rata …", "kebanyakan dari mereka …", "7 dari 10 orang di
Indonesia …", atau yang senada dengan itu, maka tidak langsung
memercayainya, namun lebih mencoba untuk mengkritisi dan
mempertanyakan: Berapa jumlah sampel yang diambil dari penelitian tersebut? Apa
metode pengambilan sampel yang digunakan? Berapa margin of error-nya? dan lain
sebagainya.

Jangan selalu percaya pada apa yang dilihat oleh mata dan pada apa yang didengar oleh
telinga. Yang palsu terlihat nyata, dan yang nampak nyata penuh dengan kepalsuan.

(Disclaimer: Tulisan saya di atas tidak ada maksud untuk meyudutkan pihak
mana pun).

98
Apa Hewan yang Paling Pintar Menurutmu?

Pernah kenalan sama hewan yang pandai bermatematika belum? Kalau


belum, yuk kita sapa Hachi dan kawan-kawannya ini!

Jika Anda sering bermain ke hutan lalu


menemukan sarang lebah madu, maka bentuknya
tidak jauh berbeda seperti di dalam gambar
tersebut. Lebah membuat sarang yang dibangun
dari bahan dasar seperti lilin , bentuknya
heksagonal (segi enam) dan di dalam lubang yang berbentuk heksagonal
tersebut disimpan madu, larva dan juga telur mereka.
Nah, pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa lebah madu membuat sarang
yang berbentuk heksagonal? Mengapa tidak bentuk lain, seperti lingkaran,
persegi atau segitiga? Lalu tahukah Anda bahwa ternyata lebah madu
memahami masalah matematika yang bahkan ribuan tahun lamanya tidak
diketahui oleh manusia? Belum tahu? Oke, saya akan terlebih dahulu
bercerita tentang masalah isoperimetrik di sini.

Bila kita diberikan seutas tali dengan panjang tertentu lalu membentuk suatu
bangun datar dari tali tersebut, maka bangun datar apa yang memiliki luas
terbesar? Atau dengan kata lain, di antara bangun datar dengan keliling yang
sama panjangnya, maka bangun datar manakah yang memiliki luas paling
besar? Persegi kah? Lingkaran kah? Segitiga kah? Atau lainnya? Di dalam
matematika, masalah ini dikenal sebagai masalah isoperimetrik.

99
Solusi dari masalah isoperimetrik ini adalah 'cakram lingkaran', iya, lingkaran
(asumsikan lingkaran di sini mengacu pada cakram). Artinya, untuk membuat
bangun datar dengan bahan paling sedikit namun menghasilkan luas
terbesar, maka lingkaran adalah solusinya. Bukti matematisnya dikonstruksi
pada abad ke-19, dan cukup rumit karena bekerja di bidang analisis
kompleks.

Oke, kita kembali lagi ke masalah lebah madu dan sarangnya.

Ketika ingin membangun sesuatu, tentunya kita akan memperhitungkan


banyaknya bahan bangunan yang dibutuhkan dan juga bentuk bangunannya.
Artinya, kita menginginkan konstruksi bangunan sebesar (dan sekokoh)
mungkin dengan bahan baku sesedikit mungkin. Lebah madu pun
mempertimbangkan hal itu. Karena tadi sudah diketahui bahwa lingkaran
memiliki sifat tersebut, maka sarang lebah madu mestilah berbentuk cakram
lingkaran supaya para lebah menggunakan bahan lilin yang sedikit, namun
dapat menyimpan madu dalam jumlah yang banyak. Anda tentu akan
berpikir demikian, kan?

Yuuuhu, ketahuilah bahwa pikiran Anda itu keliru!

Alih-alih menggunakan bentuk lingkaran, mereka justru menggunakan


bangun heksagonal. Alasannya? Karena lingkaran tidak baik dalam masalah
teselasi atau pengubinan, karena alasan itu juga Anda akan sangat jarang melihat
ubin lantai berbentuk lingkaran.

Mari kita perhatikan perbandingan antara tiga kompartemen yang dibentuk


oleh bangun heksagonal beraturan dan lingkaran ini:

100
Menggunakan lingkaran sebagai bentuk sarang
lebah madu ternyata cukup boros. Ki=ita
dapat melihat celah kosong di antara ketiga
lingkaran tersebut. Sedangkan pada kompartemen heksagon, kita tidak
menemukan rongga yang akan membuat boros bahan baku. Jika dilakukan
penghitungan pun, semisal, jari jari lingkaran dan heksagon adalah sebesar 1
satuan, maka total keliling dari tiga kompartemen heksagon adalah

sebesar 10√3 , sedangkan pada lingkaran adalah sebesar 6𝜋 (jelas

bahwa 10√3 < 6𝜋 ). Sarang lebah madu terdiri dari ratusan kompartemen,
jadi bila menggunakan lingkaran, akan ada banyak celah kosong yang tidak
dapat digunakan. Oleh karena itu, bentuk heksagon menjadi lebih baik
dibandingkan lingkaran.

Lalu mengapa bukan bangun segitiga atau persegi yang digunakan? Sebab di
antara heksagon, segitiga dan persegi, jika diberikan keliling yang sama
panjangnya, maka bangun heksagon memiliki luas paling besar — Dan fakta
ini belum pernah diketahui oleh manusia ribuan tahun yang lalu. Sepertinya,
sejak dikembangkannya kalkulus, matematikawan baru bisa mengapresiasi
karya lebah madu ini.

Lebah madu memang cukup pintar dalam mengingat titik dan mengenali
pola. Bila Anda pernah membaca penelitian tentang lebah madu seperti
dalam artikel berjudul Honeybees smart enough to do basic math, study finds, maka
akan disimpulkan bahwa lebah madu dapat membedakan pola titik sebagai
tanda dari angka-angka yang tidak sama. Dengan kata lain, lebah madu dapat
mengenali dan membedakan angka. Sepertinya hewan mungil satu ini
memang diberikan kemampuan bermatematika yang cukup baik, dan akan
sangat menarik jika mempelajari bagaimana bisa evolusi menyebabkan lebah
madu memiliki kemampuan tersebut. Keren sekali kan mereka?

101
Adakah Konstitusi atau Undang-Undang Dasar di Suatu
Negara yang Berlandaskan Matematika?

Ada!

Ini adalah John Locke, seorang filsuf di bidang filsafat politik yang tumbuh
dalam masa pergolakan perang saudara di Inggris.

Ini Thomas Jefferson, mantan presiden ketiga Amerika Serikat sekaligus


penyusun Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang gencar mendukung
paham kebebasan liberal.

Tahukah Anda buku apa yang dibaca dan dijadikan


landasan berpikir oleh mereka berdua? Jawabannya
adalah buku ini, buku geometri yang ditulis oleh
Euklid (300 BC), berjudul: Elements.

Memangnya ada ya hubungan antara geometri dengan hukum dan politik? O


jelas tidak ada. Namun ini bukan tentang geometrinya, melainkan tentang
cara bernalar seorang matematikawan yang tersirat di dalam buku ini, yang

102
membuat mereka berdua tertarik untuk mempelajarinya. Bahkan cara
bernalar Euklid inilah yang mengilhami lahirnya Deklarasi Kemerdekaan
Amerika Serikat tahun 1776.

Apa yang menarik dari cara berpikir seorang matematikawan?

Matematikawan selalu mendasari pengetahuan mereka dengan suatu definisi.


Seperti mendefinisikan apa itu garis. Setelah mendefinisikan sesuatu, lalu
dibangunlah aksioma yang tidak memerlukan suatu bukti atau penjelasan
karena sudah terbukti dengan sendirinya (self-evident). Misalnya, setelah tadi
mendefinisikan apa itu garis, lalu dibangunlah aksioma tentang garis yang
berbunyi: garis lurus dapat dibuat di antara dua titik mana pun. Pernyataan ini
sudah jelas kebenarannya dan tidak memerlukan bukti apa pun. Dari definisi
dan aksioma ini mereka lalu membuktikan pernyataan-pernyataan lain
dengan penalaran deduktif, yang jika terbukti kebenarannya maka disebut
sebagai teorema. Teorema ini adalah konsekuensi logis dari aksioma.

Jadi cara matematikawan bekerja itu seperti ini: Mendefinisikan suatu istilah,
membangun aksioma, dan membuat konsekuensi logis dari aksioma
tersebut. Semua ini, cara bernalar seperti ini, tertulis di dalam buku Elements.

John Locke boleh jadi seorang pionir pertama yang berpikir seperti
matematikawan (Euklid) di dalam ilmu politik. Ketika membangun
ideologinya, dia pertama-tama mendefinisikan istilah hak milik
(property) sebagai hak atas segala sesuatu. Dari definisi ini lalu dibangunlah
aksioma, bahwa tanpa adanya aturan atau hukum, keadaan alami manusia adalah
bebas, setara, dan independen. Apa konsekuensi logis dari sifat alami manusia
yang bebas, setara, dan independen?

103
"Bahwa pemerintah harus menjaga hak-hak alami kehidupan, kebebasan, dan hak
milik manusia."

Konsekuensi inilah yang disebut sebagai teorema di dalam matematika.


Sekarang mari kita lihat cuplikan bunyi Deklarasi Kemerdekaan Amerika
Serikat yang disusun oleh Thomas Jefferson:

"We hold these truths to be self-evident, that all men are created equal, that
they are endowed by their creator with certain unalienable rights, that among these are life,
liberty and the pursuit of happiness … ."

Kalimat pembukanya, we hold these truths to be self-evident, memiliki arti kita


memegang kebenaran ini sebagai self-evident (tidak butuh bukti atau penjelasan).
Menurut Jefferson, semua manusia adalah sama, kenyataan ini tidak bisa
diganggu gugat dan tidak perlu penjelasan apa pun lagi. Inilah suatu aksioma.
Beranjak dari aksioma ini maka akan melahirkan suatu teorema sebagai
konsekuensinya. Apa konsekuensi logis dari aksioma semua manusia diciptakan
sama?

"Negara bertanggung jawab menjamin warga negaranya untuk dapat hidup, bebas, dan
mengejar kebahagiaan." Pernyataan inilah yang disebut sebagai teorema.

Nah, dengan menjunjung prinsip-prinsip tersebut, Konstitusi Amerika


Serikat lalu diadopsi pada tahun 1787, sehingga terbentuklah sebuah republik
yang menjamin sejumlah kemerdekaan sipil dan hak-hak bagi warga
negaranya.

Deklarasi Kemerdekaan Perancis yang dirancang oleh Marquis de


Lafayette pun sama, isinya bera: "Manusia dilahirkan merdeka dan tetap
merdeka. Manusia mempunyai hak yang sama ..."

104
Negara yang saaangaat kita cintai ini,

juga memiliki deklarasi kemerdekaan yang berangkat dari suatu aksioma:


"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa." Apa konsekuensi
logis dari aksioma tersebut?

"Maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan." Inilah suatu teorema, yang
kini menjadi isi dari Pembukaan UUD 1945.

Memang tidak ada negara yang undang-undang dasarnya tertuliskan rumus


matematika, tidak ada. Namun, ide atau gagasannya bermuara pada
pemikiran seorang matematikawan (mendefinisikan suatu istilah,
membangun aksioma, lalu membuat konsekuensi logis dari aksioma
tersebut). Jadi bila Anda berpikir bahwa hukum dan politik adalah bidang
yang akan terlepas dari matematika, itu suatu kekeliruan besar.

Kita hidup dari pemikiran matematikawan yang tersirat di dalam UUD 1945
saat ini. Dan di sepanjang hidup kita pun, kita tidak akan pernah terlepas dari
yang namanya matematika.

105
Apa yang Dimaksud dengan Syarat Perlu dan Syarat Cukup
di dalam Matematika?

"Cincin yang kuberi ini sudah cukup untuk menunjukkan betapa besarnya rasa cintaku
padamu, Rebecca", gombal Udin.

"Tidak, sayangku. Jangan pernah sembarangan berkata cukup kalau hal itu belum bisa
menjamin sesuatu akan terjadi".

"Tapi … Kenapa begitu, sayangku? :O".

"Males jelasinnya, lagi PMS. Dengerin mbak Arini aja ya".

"O … oke siap".

Penjelasan Mbak Arini:

Ekhem, jadi begini ya Udin, kita sering mendengar bentuk kalimat berbunyi
jika A maka B. Misalnya, jika lapar maka makan, atau jika tersayat
pisau maka tubuh akan terluka. Di dalam dua kalimat tersebut, lapar dan
tersayat pisau adalah syarat cukup. Kenapa dikatakan cukup? Karena kondisi
lapar sudah cukup untuk membuat kita makan, atau dengan kata lain, kondisi
lapar sudah pasti 100% membuat kita makan. Begitu juga dengan kondisi
tersayat pisau sudah cukup untuk membuat tubuh kita terluka, dan tubuh
terluka itu pasti akan terjadi.

Nah, dari kata-kata Udin di awal, apakah cincin yang diberi oleh Udin
sudah cukup untuk menunjukkan rasa cinta kepada Rebecca? Ya belum tentu.
Kondisi memberikan cincin belum menjamin betapa besarnya perasaan cinta
seseorang. Ada kondisi lain yang harus dipenuhi. Misalnya, selain memberikan

106
cincin, Udin juga harus peduli pada dia dan keluarganya, lalu harus
melindungi dan rela menjual pankreas untuk membelikan dia mobil (oke, ini
terlalu bucin). Jadi memberikan cincin (saja) bukanlah syarat cukup untuk
menjamin rasa cintanya kepada dia, banyak syarat lain yang harus
terpenuhi. So, untuk Rebecca, jangan pernah mudah percaya dengan kata-
kata bernada "ini sudah cukup untuk bla bla bla". Kita harus lihat dulu apakah
hal yang dikatakan sudah menjadi syarat cukup atau belum. Kalau belum?
Anggaplah kata-katanya itu hanya asap knalpot bus Kopaja. Jadi Udin, kata-
katamu itu mirip asap knalpot!

"Tuh dengerin, itulah kenapa aku gak percaya sama kamu, Din", bentak Rebecca.

"Iya sayangku, maafin aku … :-(".

—Lalu udin pun mengakhiri kisah cintanya dengan Rebecca, dan Arini hidup
bahagia selamanya. Tamat—

E … Eh, tunggu dulu, tulisan ini belum tamat, kok. Kita masih belum
membahas tentang syarat perlu! Oke, mari kita lanjutkan tanpa
sepengetahuan Udin dan Rebecca. Berdasarkan dua contoh kalimat
sebelumnya, yakni:

Jika lapar maka makan.

Jika tersayat pisau maka tubuh akan terluka.

Maka kondisi makan dan tubuh akan terluka di sana adalah syarat perlu dari
kalimat tersebut. Kenapa dikatakan perlu? Sebab makan adalah hal yang perlu
dilakukan sebagai akibat dari lapar, dan tubuh terluka adalah kondisi perlu
sebagai akibat dari tersayat pisau.

107
Jadi kalau disimpulkan, pada kalimat proposisi berbunyi Jika A maka B,
maka A di sana adalah syarat cukup, dan B di sana adalah syarat perlu. Nah,
perlu diingat bahwa syarat perlu belum tentu syarat cukup. Kenapa? Ambil
contoh kalimat Jika hewan itu sapi , maka mereka adalah mamalia.
Kondisi sapi sudah cukup untuk menunjukkan bahwa mereka adalah
mamalia, ya kan? Tapi informasi tentang hewan mamalia saja belum cukup
untuk menunjukkan bahwa mereka itu sapi. Mamalia kan ada banyak, bisa
jadi mereka adalah ikan paus, kera atau lainnya. Itulah kenapa kondisi
mamalia (yang jadi syarat perlu) belum cukup untuk menunjukkan bahwa
mereka adalah sapi. Istilah syarat perlu dan syarat cukup memang jarang
sekali didengar, karena istilah tersebut hanya ada di dalam logika matematika.
Tapi perlu ditekankan bahwa ketika sedang berbahasa, maka jangan lupa
nalarnya pun harus digunakan. Logika matematika seperti ini akan
membantu kita untuk bernalar ketika sedang berbahasa dan menjauhkan kita
dari sesat berpikir.

Saya sering banget melihat orang yang gagal paham untuk memahami sesuatu
karena gak bisa membedakan mana syarat cukup dan syarat perlu. Sebagai
contoh, saya menemukan postingan ini di grup Komunitas Flat Earth:

Lihat di mana letak kesalahannya? Kondisi bola yang dilempar masih jatuh di
tempat yang sama bukan syarat cukup untuk menunjukkan bahwa Bumi itu
tidak berotasi. Kalau ingin menunjukkan Bumi gak berotasi, banyak kondisi
lain yang harus dibuktikan, dan itu, huft, sudah jelas sekali disangkal oleh para
ilmuwan dengan berbagai bukti ilmiah yang dilakukan.

108
Maka dari itu, yuk pelajari logika matematika supaya tidak tersesat ketika
sedang bernalar!

109
Apa Itu Aksioma di dalam Matematika?

Jika kebenaran dalam sains dibangun atas dasar realita dan eksperimentasi, lalu apa
yang menjadi dasar kebenaran dari matematika? - Begitulah kiranya kegalauan
matematikawan pada abad ke-19 silam.

Suatu pernyataan matematika memerlukan sebuah bukti agar diterima


kebenarannya. Bukti tersebut dapat diperoleh dari penyataan matematika lain
yang sudah terbukti kebenarannya, seperti, untuk membuktikan pernyataan
A, kita membutuhkan pernyataan B. Tetapi untuk membuktikan kebenaran
dari pernyataan B, kita butuh pernyataan C. Lalu untuk membuktikan
pernyataan C, kita butuh pernyataan D, dan seterusnya. Kalau begitu, apa
yang mengawali semua deduksi itu? Adakah suatu pernyataan yang memang
sudah benar tanpa harus kita buktikan?

Ya, ada! Itulah yang disebut sebagai aksioma.

Apa itu aksioma?

Singkatnya, aksioma adalah pernyataan yang dianggap benar tanpa


memerlukan sebuah bukti-- bukan tidak bisa dibuktikan, tapi memang tidak
memerlukan bukti sama-sekali. Mengapa tidak memerlukan suatu bukti?
Karena dia adalah kebenaran yang sudah sangat mendasar, sangat
jelas, obviously true. Misalnya seperti ini: salah satu contoh aksioma yang
termuat di dalam buku Elements yang ditulis oleh Euklid berkata bahwa:

110
Keseluruhan (semesta) selalu lebih besar
daripada bagiannya.
Pernyataan di atas sudah terbukti
dengan sendirinya. Bayangkan bila
Anda memiliki donat yang utuh lalu
dipotong menjadi beberapa bagian, maka donat utuh tersebut tentu akan
lebih besar daripada potongannya sendiri, ya kan? Ini sudah jelas, tidak perlu
dibuktikan. Inilah aksioma.

Akan tetapi aksioma tersebut bisa jadi tidak benar bila kita berbicara di semesta
lain. Misalnya semesta pembicaraan kita sekarang adalah himpunan
takhingga, atau himpunan yang memiliki jumlah anggota sebanyak takhingga
buah. Himpunan bilangan bulat, dinotasikan dengan ℤ, memiliki anggota
sebanyak takhingga. Dituliskan
ℤ= {⋯ , −3, −2, −1,0,1,2,3, ⋯ }
Nah, bila kita mengambil sebagian anggota dari ℤ yang positifnya saja lalu
kita himpun dan menotasikannya dengan 𝑁, maka diperoleh himpunan baru
ℕ = {1,2,3,4,5, ⋯ }
Pertanyaan untuk Anda adalah: himpunan mana yang anggotanya lebih
banyak: ℤ ataukah ℕ ? Bila merujuk pada aksioma Euklid, maka mestilah
kardinalitas (banyaknya anggota) ℤ lebih besar daripada ℕ, ya kan? — tapi
ternyata tidak demikian. Itu keliru!
Baik ℤ atau pun ℕ ternyata memiliki banyak anggota yang sama,
meskipun N adalah bagian dari ℤ. Bagaimana cara melihatnya? Kita bisa
mendaftarkan anggota dari himpunan bilangan bulat ℤ menjadi seperti ini:

Kemudian anggota dari himpunan ℕ dituliskan seperti ini

111
Lalu kita pasangkan masing-masing anggota di ℤ dengan tepat satu anggota
di ℕ seperti ini

Kita dapat melihat bahwa semua anggota di ℤ memiliki pasangan dengan


anggota di ℕ . Tidak ada satu pun anggota yang jomlo atau mencoba untuk
poligami (memiliki lebih dari satu pasangan). Masing-masing tepat memiliki
satu pasangan. Dengan cara seperti ini, kita dapat memasangkan sampai
habis seluruh anggota di ℤ dengan seluruh anggota di ℕ , yang artinya
banyaknya anggota ℤ akan sama dengan banyaknya anggota ℕ — dan voila,
aksioma Euklid menjadi tidak benar dalam kasus ini!
Apa artinya?

Ketika membicarakan suatu aksioma, kita harus memerhatikan di mana


kebenaran aksioma tersebut dapat berlaku. Aksioma Euklid akan benar jika kita
berbicara mengenai sesuatu yang berhingga, tetapi dia menjadi tidak berarti
ketika berbicara mengenai ketakterhinggaan. Sebagaimana aksioma Euklid di
dalam geometri akan benar jika berbicara mengenai geometri Euklid, tetapi
menjadi tidak benar ketika berbicara mengenai geometri non-Euklid. Dan
geometri non-Euklid memiliki aksioma lain yang berbeda dengan geometri
Euklid.

Kalau begitu, apa mungkin matematika yang dibangun bisa jadi


'berbeda-beda', bergantung pada aksioma mana yang digunakan?

Yup, tepat sekali! Itulah mengapa aksioma disebut sebagai fondasi. Fondasi
yang digunakan akan memengaruhi seperti apa bangunan matematika yang

112
akan berdiri, apakah berbentuk seperti rumah, mall, atau yang lebih tinggi
daripada itu? Bangunan matematika seperti kalkulus, aljabar dan matematika
diskrit yang ada saat ini memiliki fondasi yang bernama Zermelo-Fraenkel
Set Theory with Axiom of Choice (ZFC), terdiri dari 9 aksioma dasar yang
diformulasikan oleh Ernest Zermelo dan Abraham Fraenkel pada abad
ke-20. Fondasi matematika lainnya adalah Principia Mathematica yang
diformulasikan oleh Alfred North Whitehead dan Bertrand Russell.

Fondasi ini haruslah kuat agar bangunannya tidak runtuh, itulah sebabnya
matematikawan mensyaratkan bahwa aksioma mestilah konsisten, yang artinya
tidak boleh ada pernyataan yang saling bertentangan satu sama lain.
Juga aksioma mestilah lengkap, yang artinya dia harus cukup untuk membangun
seluruh kebenaran matematika. Akan tetapi pada kenyataannya dua syarat itu
mustahil terpenuhi secara bersamaan. Itulah yang dibuktikan
oleh Kurt Gödel dalam Teorema Ketidaklengkapan Gödel.

Tidak mungkin suatu sistem dapat lengkap dan konsisten sekaligus. Jika sistem tersebut
lengkap, maka dia tidak akan konsisten. Jika sistem tersebut konsisten, maka ada
kebenaran yang tidak mungkin dapat dibuktikan.

Teorema ini benar-benar menghancurkan idealisme para matematikawan


yang menginginkan sistem aksiomatik yang kokoh dan sempurna, dan
nyatanya tidak akan pernah terpenuhi.

Ya, itulah aksioma, sesuatu yang menjadi landasan kebenaran dalam


matematika, fondasi daripada matematika itu sendiri. Kita mesti menyadari
bahwa fondasi itu ternyata tidak kokoh seperti yang diharapkan. Dia
memiliki retakan yang entah seberapa besar atau seberapa dalam
kerusakannya, yang mungkin akan membuat bangunan matematika itu
roboh kapan saja. Apa yang akan terjadi pada sains bila ternyata matematika

113
sendiri itu rapuh, padahal matematika adalah fondasi terkuat dalam sains?
Lalu apa sebenarnya arti dari kebenaran di dalam matematika, bila ternyata
kebenaran itu bergantung pada sistem yang dibangun oleh manusia itu
sendiri? Well, ini sudah melenceng terlalu jauh. Tapi Anda dapat menikmati
pertanyaan ini sambil menikmati secangkir kopi hangat di pagi hari.

114
Apakah Matematika dapat Menjelaskan Keberadaan
Tuhan?

Apa definisi dari Tuhan? Tuhan siapa yang dimaksud? Sebab jika ingin
menunjukkan atau menjelaskan eksistensi suatu objek di dalam matematika,
maka objek itu harus terdefinisikan dengan jelas. Kalau definisi Tuhan di
dalam setiap agama (pun menurut seorang ateis) itu berbeda-beda,
bagaimana mungkin bukti atau penjelasan dari eksistensi Tuhan itu bisa
diterima?

Begini, begini ….

Untuk menunjukkan eksistensi dari suatu entitas X, maka kita harus


menunjukkan adanya objek yang memenuhi semua sifat yang didefinisikan
pada entitas X tersebut. Misalnya, untuk menunjukkan bahwa Doraemon si
robot kucing berwarna biru, memiliki kantong ajaib, dan bisa berbicara itu
nyata, maka kita harus menunjukkan bahwa ada robot yang memenuhi
semua sifat seperti yang dimiliki Doraemon. Yakni bentuknya seperti kucing
berwarna biru, bisa bicara, dan memiliki kantong ajaib. Kalau ada robot
memenuhi semua sifat tersebut, maka Doremon itu memang nyata adanya.

Nah, untuk menjelaskan atau menunjukkan keberadaan Tuhan (dengan


matematika), maka terlebih dahulu kita harus mendefinisikan semua atribut
yang melekat pada Tuhan yang dimaksud. Kalau definisi dari Tuhan adalah
entitas berupa patung dengan badan menyerupai manusia dan kepala ibis,
maka saya bisa buktikan kalau Tuhan itu ada. Tinggal bawa saja patung Dewa
Thoth ini:

115
Toh memenuhi semua atribut Tuhan yang dimaksud,
kan? Saya sudah membuktikan kalau Tuhan itu ada,
bukan? Jadi, apa definisi Tuhan yang dimaksudkan di
sini?

"Tuhan itu entitas yang lebih besar daripada segala sesuatu yang ada di alam semesta
ini. Dia yang menciptakan alam semesta dan berada di luar hukum sebab-akibat!",
katamu, membalas.

Oke-oke, mari kita sepakati definisi Tuhan seperti itu. Pertanyaan sekarang,
apakah entitas yang memenuhi atribut ‘paling besar’, ‘pencipta alam semesta’,
dan ‘berada di luar hukum sebab-akibat’ itu bisa dibuktikan atau dijelaskan
keberadaannya oleh matematika? Sayangnya itu sulit. Ya, jika pun ada bukti
lengkapnya, kemungkinan bukti tersebut diragukan.

Kenapa?

Bukti matematika itu selalu berawal dari asumsi atau aksioma. Jadi kalau kita
ingin membuktikan secara matematis bahwa ada entitas X di luar hukum
sebab-akibat (artinya dia awal dari segalanya, dan keberadaan dia bukan
akibat dari sesuatu), maka harus ada asumsi awal yang terpenuhi. Asumsi ini
tentu saja dibangun oleh kita, manusia.

Saya bisa saja membuktikan kalau entitas di luar hukum sebab-akibat itu
memang ada dengan menggunakan Lema Kuratowski-Zorn, yang
berbunyi begini: Misalkan (𝐴, ≤) suatu himpunan terurut parsial yang setiap
rantainya memiliki batas atas, maka (𝐴, ≤) memiliki elemen maksimal.

Jadi kita misalkan alam semesta ini adalah suatu himpunan, namanya
himpunan A. Isi dari himpunan ini tentu saja segala hal dan peristiwa yang

116
ada di semesta ini, seperti saya, Anda, galaksi, gaya gravitasi, dan lainnya. Lalu
definisikan suatu relasi ≤ sebagai relasi sebab-akibat. Jadi kalau 𝑎 dan 𝑏
anggota dari himpunan A, maka 𝑎 ≤ 𝑏 ini mengartikan a adalah akibat dari b.
Misalnya, Arini ≤ 'perbuatan' ibu dan bapaknya. Artinya, (keberadaan) Arini
adalah sebagai akibat dari 'perbuatan' ibu dan bapaknya, ehehe (plis jangan
berpikir yang aneh-aneh). Nah, kalau kita mengasumsikan bahwa setiap
kejadian di alam semesta ini memiliki penyebab, maka menurut Lema
Kuratowski-Zorn, akan ada elemen maksimal X, sehingga X ini bukan
merupakan akibat dari semua yang ada di alam semesta ini. Dengan begitu
keberadaan entitas yang terlepas dari hukum sebab-akibat itu memang ada!
Ya, keberadaan entitas ini terbukti secara matematis kalau asumsi awalnya
memang valid. Masalahnya, apakah asumsi setiap kejadian di alam semesta ini
memiliki penyebab itu memang benar, atau masih diragukan? Kalau asumsinya
masih diragukan, kebenaran dari buktinya pun akan diragukan. Kalau
asumsinya valid, maka bukti saya menjadi valid.
Kurt Gödel, seorang matematikawan
termasyhur, pernah menunjukkan bukti
eksistensi Tuhan yang dikenal
sebagai Bukti Ontologis Gödel. Dia
mendefinisikan Tuhan sebagai entitas
yang memiliki atribut A, B, C, D, E, F, dan G, lalu membangun serangkaian
asumsi atau aksioma 1, 2, 3, dan 4. Dengan asumsi tersebut, dia berhasil
menunjukkan eksistensi Tuhan. Masalahnya, apakah asumsi atau aksioma
yang dia bangun itu memang valid, atau masih diragukan?

Secantik apa pun bukti eksistensi Tuhan secara matematis, maka akan
terkendala di asumsi awal yang masih diragukan kebenarannya. Inilah
keterbatasan logika manusia.

117
Lagi pula kebenaran di dalam matematika itu berlandaskan dari asumsi-
asumsi atau sistem aksiomatik yang dibangun oleh manusia. Maka dari itu,
kebenaran di dalam matematika akan bersifat relatif, tergantung dari sistem
aksioma mana yang dipakai. Seorang teis bisa saja membuktikan keberadaan
Tuhan dengan menggunakan sistem aksioma A. Pun seorang ateis bisa
membuktikan ketiadaan Tuhan dengan menggunakan sistem aksioma B.
Lantas apalah artinya membuktikan kebenaran eksistensi Tuhan dengan
menggunakan matematika?

Ada dan tidak adanya Tuhan baru sebatas untuk diimani saja. Logika manusia
masih terbatas untuk menjelaskan entitas Tuhan yang masih sulit untuk
didefinisikan oleh akal budi.

118
Apa yang Dimaksud dengan Paradoks Pembohong?

Anda tahu Pinokio? Itu lho, tokoh fiktif yang hidungnya akan memanjang
setiap kali dia berbohong, ingat, kan? Nah, bayangkan bahwa suatu hari
Pinokio si boneka kayu itu berkata:

Apakah Anda akan memercayai kata-katanya tersebut?

Bila ternyata hidung Pinokio tidak memanjang, maka dia telah berbohong.
Karena dia berbohong, maka hidungnya akan memanjang. Tapi bila ternyata
hidung pinokio memanjang, maka dia telah berkata jujur. Karena dia berkata
jujur, maka hidungnya tidak akan memanjang. Dengan demikian, Pinokio ini
akan berada dalam keadaan:

Jika hidungnya memanjang, maka hidungnya tidak akan memanjang. Jika hidungnya
tidak memanjang, maka hidungnya akan memanjang.

Kalimat di atas dapat diringkas kembali menjadi: Hidungnya akan memanjang


jika dan hanya jika hidungnya tidak memanjang.

Anda mungkin akan pusing membaca kalimat tersebut, ya kan? Situasi ini
timbul dari sejumlah premis yang benar namun saling bertentangan yang
berujung pada kontradiksi. Masalah seperti ini kita sebut
sebagai paradoks (kebenaran yang saling bertentangan). Paradoks di atas

119
dikenal juga sebagai paradoks Pinokio yang merupakan variasi dari paradoks
pembohong.

Paradoks pembohong adalah paradoks dalam logika verbal yang sudah


dikenal sejak zaman Yunani kuno, bahkan bisa disebut sebagai paradoks
tertua di dunia. Ada banyak variasi lain dari paradoks pembohong. Meski
secara logika tidak ekuivalen, mereka digolongkan ke dalam satu kelompok
paradoks yang serupa. Salah satu versi yang paling tua adalah paradoks
Epimenides, sekitar tahun 600 Sebelum Masehi. Begini bunyinya:

Diceritakan bahwa Epimenides, seorang warga


Kreta (pada masa Yunani kuno) berkata: "Semua
orang Kreta adalah pembohong". Karena Epimenides
adalah orang Kreta, maka dia sendiri adalah
pembohong. Karena perkataannya adalah suatu
kebohongan, berarti semua orang Kreta adalah
orang jujur. Karena Epimenides adalah orang Kreta, maka dia juga adalah
orang jujur. Karena dia berkata jujur, maka semua orang Kreta adalah
pembohong. Begitu pun seterusnya, seperti kalimat yang terjebak di dalam
'lingkaran setan' yang tidak akan pernah bisa diketahui nilai kebenarannya.

Pertanyaannya adalah: apakah Epimenides berkata jujur ataukah berbohong?


Sepintas, jawaban apa pun dari pertanyaan tersebut akan menimbulkan
kontradiksi, padahal tidak demikian. Dengan menggunakan logika matematika,
kita mampu menyelesaikan masalah ini — tanpa menimbulkan kontradiksi apa pun!

Jawaban dari paradoks Epimenides mestilah Epimenides berkata bohong,


kenapa? Karena ketika dia berbohong, maka ucapan “semua orang Kreta
adalah pembohong” menjadi tidak benar. Negasi atau ingkaran dari kalimat
semua orang Kreta adalah pembohong adalah ada orang Kreta yang berkata jujur, bukan

120
semua orang Kreta berkata jujur. Di sinilah letak kekeliruannya. Artinya, ketika
Epimenides berkata bohong, maka ada orang Kreta yang berkata jujur. Dan
tentu Epimenides bukan termasuk orang Kreta yang berkata jujur tersebut,
sehingga tidak menimbulkan kontradiksi apa pun di sini.

Meski paradoks Epimenides sudah terpecahkan, para filsuf pada masa


Yunani kuno sempat dibuat 'gila' karenanya (dan tentunya Quoran di sini
juga dibuat 'gila' karena membaca paradoks ini!). Versi kuat dari paradoks
Epimenides kemudian dibuat kembali, bunyinya seperti ini:

Apakah kalimat "Kalimat ini bernilai salah" bernilai benar atau salah?

Bila bernilai salah, maka kalimat ini benar. Bila bernilai benar, maka kalimat
ini salah. Jadi kalimat ini berniai benar atau salah?

Hayoo, ada yang tahu solusinya apa? Saya sengaja tidak menjelaskannya di
sini, supaya pembaca penasaran dan berakhir dengan tidak bisa tidur nyenyak
malam ini, hi hi :P

Peace!

121
Apa yang Dimaksud dengan Trilema Münchhausen?

Bagaimana cara membuktikan bahwa argumen kita itu benar? "Ya dengan
mencari data yang menguatkan argumen itu!".

Bagaimana kita tahu kalau data tersebut benar? "Kan sudah ada penelitiannya."

Bagaimana kita tahu kalau hasil penelitian itu benar? Bagaimana jika ternyata
tidak ada cara untuk membuktikan kebenaran dari argumen kita? Bagaimana
jika yang kita lakukan hanyalah untuk meyakinkan diri sendiri bahwa
argumen kita itu benar?

"Hmm … tunggu, ini pertanyaan yang sulit!"

Sulit, ya? Sebab mustahil bagi kita untuk dapat membuktikan kebenaran dari suatu
argumen apa pun. Yap, begitulah kira-kira bunyi dari Trilema Munchhausen.

Di dalam epistemologi (salah satu cabang dari filsafat yang berkaitan dengan
teori pengetahuan), dijelaskan berbagai cara tentang bagaimana kita
memperoleh ilmu pengetahuan. Trilema Munchhausen lahir di dalam cabang
filsafat ini. Menurut trilema tersebut, pernyataan apa pun tidak dapat
dibuktikan kebenarannya. Kenapa? Karena jika ditanya bagaimana bukti
kebenaran dari pernyataan yang diberikan, maka bukti itu bisa saja ada.
Tetapi bukti-bukti itu hanya akan diperoleh berdasarkan tiga cara ini:

#1 Argumen melingkar: bentuk penalaran


sehingga kita berakhir dengan argumen yang kita
buat sendiri di awal. Biasanya pembuktian tersebut
berbentuk seperti ini: A benar karena B. B benar karena A.

122
Contohnya begini:

"Kata ibu jangan berbohong. Berbohong itu jelek."

"Kenapa berbohong itu jelek?"

"Karena ibu bilang begitu tadi!"

"Kenapa ibu bilang gitu?"

"Karena berbohong itu jelek!"

"Jadi kenapa berbohong itu jelek?"

"Karena ibu bilang begitu!"

"AaaarGggHHh … . "

Bukti berdasarkan argumen melingkar tentu saja tidak dapat diterima


kebenarannya, karena asumsi yang diberikan di awal kita anggap sebagai
suatu kebenaran. Padahal kebenarannya pun masih dipertanyakan!

#2 Argumen regresi (tanpa batas): membuktikan sesuatu menggunakan


suatu premis sehingga premis tersebut membutuhkan suatu bukti lagi, dan
seterusnya hingga tak terbatas (ad infinitum). Misalnya begini:

Arini: "Pernyataan P1 benar."


Dodi: "Apa yang membenarkannya?"

Arini: "Karena pernyataan P2."


Dodi: "Apa yang membenarkan pernyataan P2?"
Arini: "Pernyataan P3."

123
Dodi: "Apa yang membenarkan pernyataan P3P3?"
Arini: "Pernyataan P4."

dst.

Setiap jawaban yang diberikan oleh Arini, Dodi akan selalu dapat kembali
bertanya, "Apa yang membenarkan pernyataan itu?". Di dalam regresi tanpa
batas, setiap pernyataan akan bergantung pada pernyataan-pernyataan lain.
Jika rantai ini tidak memiliki batas, maka tidak ada alasan bagi kita untuk
memercayai kebenaran dari pernyataan-pernyataan yang tidak mendasar
tersebut. Mirip seperti sebuah rantai. Bila satu bagian rusak, maka seluruh
komponen tidak dapat digunakan. Pun jika ada satu pernyataan yang
kebenarannya diragukan, maka pernyataan-pernyataan lain di dalam rantai
tersebut akan diragukan pula.

#3 Argumen dogmatis/aksiomatik: argumen yang tidak membutuhkan


bukti lagi karena dianggap sudah cukup jelas. Mengapa dianggap cukup jelas?
Karena argumen atau pernyataan tersebut berdasarkan pada
pengetahuan/pandangan yang dimiliki orang-orang tentang hal-hal tertentu.

Ini mirip dengan aksioma di dalam matematika. Seperti misalnya,


mengapa 1 + 3 = 3 + 1? Itu sudah jelas, tidak perlu dibuktikan. Satu apel
ditambah tiga apel jumlahnya akan sama saja dengan tiga apel ditambah satu
apel. Akan tetapi argumen aksiomatik ini memiliki kelemahan, seperti pada
pernyataan, "Buah mangga adalah buah paling beraroma". Tentu saja pernyataan
ini benar tanpa memerlukan bukti, hanya jika disampaikan pada orang yang
sependapat dengan kita. Kebenaran berdasarkan argumen aksiomatik pada
akhirnya akan bersifat relatif karena bergantung pada pandangan masing-
masing orang.

124
Jadi Trilema Munchhausen ingin mengatakan bahwa ketika kita
membuktikan suatu pernyataan, maka hanya bisa didasarkan pada tiga cara:
argumen melingkar, argumen regresi, atau argumen aksiomatik. Pada ketiga
cara tersebut, bukti dari suatu pernyataan akan tertolak
kebenarannya, sehingga mustahil bagi kita untuk membuktikan kebenaran dari
pernyataan apa pun. Tetapi apakah benar kita hanya bisa membuktikan suatu
pernyataan berdasarkan pada ketiga cara itu? Untuk menyangkal Trilema
Munchhausen ini, maka kita harus mengonstruksi suatu pembuktian di luar
ketiga argumen tersebut, tetapi, apakah bisa?

Nah, masalah ini kemudian dimasukkan ke dalam daftar masalah yang belum
terselesaikan di dalam filsafat. Satu hal yang terpikirkan oleh saya adalah, jika
Trilema ini memang benar, maka benar bahwa mustahil bagi kita untuk
membuktikan kebenaran dari pernyataan apa pun. Tapi bukankah itu berarti
mustahil juga untuk membuktikan kebenaran dari Trilema ini?

Jika Trilema Munchhausen benar, maka dia tidak bisa dibuktikan kebenarannya.

Terdengar saling berkontradiksi, kan? Supaya terhindar dari paradoks, maka


mestilah Trilema ini tidak benar. Artinya, kita dapat mengonstruksi suatu
bukti di luar ketiga argumen tersebut. Lalu bagaimana metode pembuktian
yang dimaksud itu? Ya, ini bisa menjadi PR bagi yang menggemari filsafat
dan matematika.

125
Apa Kesalahan yang Umumnya Dilakukan Para
Guru/Pendidik dalam Mengajarkan Pelajaran Matematika
pada Anak Murid?

Saya ikut menyumbangkan tiga opini ya?

• Pertama, sering membuat soal yang kurang kreatif.


Iya, kurang kreatif dalam menciptakan masalah matematika. Misalnya saja
sering membuat soal tipe-tipe begini:

#1 "Di bawah ini yang merupakan bangun datar lingkaran adalah?"

#2 "Sebuah bola dilemparkan ke atas dengan keceptan bla bla bla …"

#3 "Sebuah benda memiliki tinggi bla bla bla …"

Kita mungkin sering membaca soal-soal bernada seperti itu, ya kan? Puluhan
tahun soal-soal seperti itu diwariskan dan diberikan kepada kita, tidak ada
perubahan meski zaman sudah berubah. Apakah template soal seperti ini
masih layak untuk digunakan kepada siswa saat ini? Padahal jika kita
perhatikan: Soal nomor #1 itu terlalu sederhana, sama sekali gak membuat
siswa berimajinasi. Jika tujuan dari soalnya adalah untuk mengukur
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi bangun datar, maka lebih baik
dibuat menjadi soal cerita seperti ini:

Bani si kangguru ingin memilih bentuk piring


untuk sarapan, makan siang, makan sore, dan
makan malamnya.

126
• Piring untuk sarapan bentuknya memiliki empat buah sisi,
dengan dua sisi memiliki panjang yang sama, tetapi panjang dua
sisi lainnya lebih pendek.
• Piring untuk makan siang bentuknya memiliki empat buah sisi
yang panjanganya sama.
• Piring untuk makan sore tidak berbentuk persegi.
• Piring makan malam bentuknya memiliki lengkungan.

Ayo bantu Bani memilih piring untuk sarapan, makan siang, makan sore,
dan makan malamnya tersebut!

See? Meskipun soalnya panjang, siswa pasti lebih membayangkan bentuk


bangun datar yang dideskripsikan pada soal. Logika mereka pun ikut diasah.
Terlebih lagi ada tambahan wawasan lain yang mereka peroleh, bahwa
binatang berkantung seperti dalam gambar itu namanya kangguru, lho! Soal
seperti ini sangat menyenangkan untuk dikerjakan.

Nah, untuk soal #2 dan #3 ini lebih gak kreatif lagi. ‘Bola dilemparkan’,
‘Sebuah benda’, ‘Sebuah segitiga’, dll., ayolah, apakah sekarang masih relevan
membuat soal dengan menggunakan objek berupa bola, batu, kayu, dan
daun? Padahal sekarang bukan lagi zaman batu. Teknologi sudah
berkembang dengan pesat, mengapa tidak gunakan saja handphone iPhone XI
Pro Max, atau smartwatch sebagai objeknya?

"iPhone XI Pro Max dilemparkan dari gedung MPR oleh pejabat yang patah hati
pada ketinggian anu dan bla bla bla …".

127
Kalau objeknya begini kan jadi jauh lebih memacu adrenalin! (iPhone XI
dilempar, gimana gak bikin deg-degan, tuh?).

Kemudian soal paling membosankan adalah yang berbunyi seperti


ini, "Sebuah benda bla bla bla …". Iya, tapi bendanya apa dulu atuh, apa tidak
bisa dideskripsikan? Ini jadi terkesan seperti terlalu malas untuk memikirkan
bagaimana contoh objeknya itu. Membuat soalnya saja tidak bersemangat,
apalagi untuk mengerjakannya, iya gak?

Harapan saya, semoga ke depannya para tenaga pendidik dan pengajar


(termasuk juga saya tentunya) bisa lebih mengaitkan permasalahan dunia
nyata saat ini ke dalam materi pembelajaran, sehingga ilmu yang disampaikan
pun mengikuti perkembangan zaman, tidak kuno.

• Kedua, pengajar tidak pandai bercerita.


Matematika ibarat sebuah dongeng antah berantah yang siap dikonsumsi
masyarakat secara turun temurun. Dongeng harus diceritakan dengan narasi
yang menarik supaya mudah diterima. Tetapi banyak pengajar yang
langsung to the point membahas inti ceritanya saja, tiba-tiba menjelaskan
definisi turunan (misalnya) tanpa diceritakan mengapa mereka harus
mempelajari turunan.

"Pokoknya turunan itu limit bla bla bla. Cara mencarinya, kalau fungsi sinus
diturunkan jadi cosinus, dsb."

Pada akhirnya peserta didik tidak memahami penyabab masalah mengapa


konsep turunan itu dibutuhkan. Padahal mengetahui akar permasalahan bisa
menambah motivasi mereka untuk mempelajari materi tersebut.

128
"Dulu ada dua masalah yang gak berkaitan sama sekali, lho. Tapi mereka punya solusi
yang sama. Yang satu mencari garis singgung, satunya lagi mencari kecepatan sesaat.
Tetapi bla bla bla dan kemudian bledeg bledug duar jebred, sehingga lahirlah definisi
turunan."

Nah, kalau begini cara mengawali ceritanya, jadi lebih asyik lagi, kan?

• Ketiga, memaksa pelajar untuk memahami materi.


"Padahal udah dijelasin berkali-kali dengan penjelasan yang sangat sederhana, masih
aja ada yang gak ngerti!", keluh saya ketika kesal karena ada mahasiswa yang
masih tidak paham. Seketika saya sadar kalau itu hanyalah ego saya yang
menginginkan semua peserta didik di kelas memahami semua materi pada
saat itu juga. Padahal karena keegoisan itu, saya jadi malah berfokus pada
masalah dua-tiga orang tersebut sehingga sasaran materi yang akan diajarkan
tidak tercapai, dan mengabaikan peserta didik lainnya. Sungguh tidak adil.

Matematika memang bukan pelajaran yang mudah untuk dimengerti. Setiap


peserta didik pun memiliki kemampuan, kecepatan pemahaman, dan
memori otak yang berbeda-beda. Bisa jadi keahlian mereka memang bukan
di bidang tersebut. Memaksakan mereka untuk memahami semua materi
matematika sama saja seperti mengajari ikan di laut untuk bisa bertahan
hidup di daratan: suatu kesia-siaan. Daripada memaksa, lebih baik memotivasi
mereka dengan kata-kata, "tidak apa, perlahan saja memahaminya. Nanti juga bisa.
Ibu bantu kamu belajar, ya". Yup, setelah itu, biarkan murid 'mencintai'
pengajarnya, dan kemudian mencintai apa yang diajarkan oleh pengajarnya
itu.

Sebagai penutup, ada kata-kata menyejukkan dari (alm) KH Maemun Zubair


untuk seluruh pengajar yang sedang berjuang membangun generasi saat ini:

129
“Jadi guru itu tidak usah punya niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah -
marah ketika melihat muridmu tidak pintar, ikhlasnya jadi hilang. Yang penting
niatnya menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik. Masalah muridmu kelak jadi
pintar atau tidak, serahkan kepada Allah. Didoakan saja terus menerus agar muridnya
mendapat hidayah.” (KH. Maemun Zubair)

130
Bagian II
Galeri Sains

131
Mengapa Penyebutan Matematika Dipisah dari Fakultas
MIPA di Perguruan Tinggi? Bukankah Matematika Juga
Adalah Sains/IPA?

Matematika bukan merupakan ilmu alam sebagaimana halnya fisika, kimia,


biologi dan astronomi. Matematika tentu saja termasuk ke dalam sains dalam
arti luas: pengetahuan yang dirumuskan secara sistematis. Akan tetapi kita sepakati
bahwa sains di sini lebih merujuk kepada ilmu alam (natural science). Dalam
hal ini, matematika bukan termasuk ke dalam ilmu alam, sebab ada
perbedaan yang cukup kontras di antara keduanya.

Ilmu alam menyelidiki alam semesta fisis kemudian membangun model


untuk memprediksi peristiwa yang terjadi di alam. Dimulai dari merumuskan
hipotesis, melakukan pengamatan, membangun model, dan mengujinya
dengan membuat prediksi berulang menggunakan model tersebut,
Jadi arbiter utama dari kebenaran di dalam sains adalah bukti empiris yang
ada. Sedangkan matematika tidak demikian. Matematika tidak meneliti alam
semesta fisis. Apa yang dibahas di dalamnya? Abstraksi, iya, matematika lebih
kepada studi mengenai model abstrak yang dikonstruksi berdasarkan aturan
dan aksioma tertentu. Dengan kata lain, sains menggunakan matematika
sebagai alat untuk memodelkan alam semesta fisis.

Kebenaran di dalam matematika tidak


berdasarkan bukti empiris yang diperoleh dari
hasil observasi atau percobaan, melainkan
berdasarkan logika dan aksioma yang sudah
ada sebelumnya.

132
Jika seorang ahli kimia atau fisika terdahulu ditanya: “apakah semua bilangan
ganjil lebih besar dari satu merupakan bilangan prima?”, maka mereka akan
melakukan percobaan seperti mendaftarkan beberapa bilangan asli, lalu
dilihat:

3 adalah prima, 5 adalah prima, 7 adalah prima, 9 tampaknya bukan prima,


tapi, ah, itu mungkin kesalahan eksperimental, lalu 11 adalah prima, 13
adalah prima, dan seterusnya sehingga disimpulkan bahwa eksperimen bukti
cenderung mendukung semua bilangan ganjil adalah bilangan prima.

Berdasarkan percobaan tersebut, mereka pun menyimpulkan bahwa semua


bilangan ganjil lebih besar dari satu merupakan bilangan prima. Akan tetapi
berbeda halnya dengan matematikawan. Berdasarkan logika matematika, jika
kita dapat menunjukkan bahwa terdapat bilangan ganjil yang bukan
merupakan bilangan prima, maka pernyataan semua bilangan ganjil lebih besar
dari satu merupakan bilangan prima akan bernilai salah, dalam hal ini kita dapat
pilih bilangan 9.

Dari sini terlihat cukup kontras bahwa matematika berbeda dengan ilmu
alam baik dari segi objek yang dikaji atau pun metode yang digunakan.
Matematika merupakan ilmu yang berdiri sendiri yang digunakan oleh sains
untuk memodelkan permasalahan yang terjadi di alam semesta fisis. Jadi
sangat tepat bila penyebutan matematika dipisah dari fakultas MIPA di
perguruan tinggi, alasannya ya karena matematika memang bukan termasuk
ke dalam IPA :-)

133
Apa Hasil Penelitian Ilmiah yang Pernah Membuatmu
Terpukau? Mengapa?

Pernah sadar gak bila ternyata persepsi kita terhadap sesuatu dipengaruhi
oleh bahasa yang kita gunakan? Hasil penelitian ini menemukan fakta
menarik, lho.

Saya baru saja membaca jurnal lama (sekitar tahun 2007) tentang kognisi
sosial, berjudul How Beautiful is the Goal and How Violent is the Fistfight? Spatial
Bias in the Interpretation of Human Behavior, ditulis oleh Anne Maass dan
Emanuela Berta. Mereka ingin menunjukkan bahwa arah tulisan dari
bahasa tertentu ternyata menghasilkan bias halus dalam interpretasi manusia.

Jadi mereka berdua melakukan tiga buah studi. Studi pertama dilakukan
dengan melibatkan sampel orang Italia sebanyak 72 orang. Tulisan dari
bahasa Italia (yang digunakan oleh responden) dimulai dari arah kiri-ke-
kanan, sama seperti cara kita menulis dalam bahasa Indonesia. Nah, ketika
72 responden tersebut diberi video pertandingan sepakbola, maka sebagian
besar dari mereka menganggap bahwa gol yang diciptakan dari pemain yang
sama akan terlihat jauh lebih kuat, lebih cepat dan lebih indah jika terjadi dari
arah kiri-ke-kanan.

134
Pada studi kedua, mereka
mengambil jumlah sampel
sebanyak 60 orang dan
kemudian diperlihatkan film
yang bersifat agresif. Mereka
menafsirkan bahwa adegan
dalam film agresif akan terlihat lebih keras dan lebih berbahaya jika terjadi
dari arah kiri-ke-kanan.

Terakhir, pada studi ketiga, mereka mengambil sampel sebanyak 40 orang


yang terdiri dari 20 orang berbahasa Italia dan 20 orang berbahasa Arab.
Kemudian mereka diberikan video pertandingan sepakbola. Hasilnya,
terdapat bias arah yang berlawanan dari kedua budaya yang berbeda tersebut.
Orang berbahasa Italia menganggap bahwa gol yang diciptakan dari pemain
yang sama akan terlihat jauh lebih kuat, lebih cepat dan lebih indah jika
terjadi dari arah kiri-ke-kanan. Sedangkan orang berbahasa Arab (dengan
budaya penulisan dari kanan-ke-kiri) cenderung lebih menyukai gol yang
terjadi dari arah kanan-ke-kiri.

Sayangnya penelitian tersebut tidak melibatkan orang Jepang yang memiliki


cara penulisan dari atas-ke-bawah. Saya pun jadi membayangkan, mungkin
saja orang Jepang akan menganggap bahwa gol dari sundulan kepala ke arah
bawah gawang akan terlihat lebih keren dan indah — yah, mungkin saja kan?

Nah, apa yang menarik dari hasil penelitian tersebut?

Selama kita hidup sebagai manusia, kita tidak pernah menyadari adanya bias
ini, bahwa ternyata bahasa asli seseorang dapat memengaruhi cara pandang

135
mereka terhadap perilaku orang lain. Kita
mungkin tidak sadar bahwa cara kita
menilai seseorang pun dipengaruhi oleh
budaya dari berbahasa Indonesia itu
sendiri. Meski begitu, kita atau pun mereka
(penganut mazhab dari kiri-ke-kanan )
sudah memiliki sense bahwa sesuatu yang terjadi dari arah kiri-ke-kanan, atau
berakhir di kanan, memiliki nilai lebih. Seperti—entah kebetulan atau
tidak—tribun untuk menonton olahraga pacuan kuda disusun sehingga
penonton melihat kuda berlari dari arah kiri-ke-kanan, dan garis finish
terletak di sebelah kanan.

Hal yang serupa pun dilakukan oleh Nazi.


Mereka memerintahkan agar rombongan-
rombongan Jerman yang bergerak selalu
berbaris dari kiri-ke-kanan, atau mengemudi
dari arah kiri-ke-kanan untuk menunjukkan
bahwa gambar-gambar yang diambil dari front
Timur akan memberi kesan kemajuan yang
besar dan kuat.Perilaku, persepsi dan cara
berpikir manusia terus berkembang mengikuti ruang dan waktu, sehingga ini
menimbulkan suatu pertanyaan besar: faktor apa saja yang memengaruhi
perilaku atau pun persepsi manusia? Hasil penelitian di atas setidaknya
menjadi salah satu bukti empirik untuk menjawab masalah di ranah filsafat
dan pikiran, bahwa ternyata bahasa mampu memengaruhi persepsi manusia.

Bila ditanya hasil penelitian apa yang membuat saya terpukau, sebetulnya
akan ada banyak kandidat. Seperti penelitian di dalam matematika mengenai
sudut di antara dua subruang, atau penelitian yang sedang 'panas' tahun ini

136
di dalam astronomi: penemuan perdana eksoplanet di zona laik huni yang
memiliki uap air. Namun, saya lebih memilih untuk menyampaikan
penelitian tentang kognisi sosial ini, mengapa? Karena hasilnya berkaitan
dengan diri kita sendiri sebagai manusia.

Meski sudah puluhan tahun hidup sebagai manusia, ternyata kita masih
belum mengenali diri kita sendiri. Buktinya, kita akan kesulitan untuk
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan diri: siapa sebenarnya kita? Apa
yang menjadikan kita sebagai manusia? Mengapa kita berpikir dan berperilaku?, dan
lainnya.

Yah, manusia dan juga pikirannya memang rumit dan dipenuhi misteri!

137
Dari Mana Para Ilmuwan Mengetahui Bahwa Bumi Ini
Berumur Sekitar 4,543 Miliar Tahun? Apakah Kamu Percaya
Umur Bumi Sebegitu Lamanya?

Mudah saja. Begini, ketika kita melihat seseorang berpenampilan


menggunakan seragam putih abu, maka kita dapat menebak berapa usia
mereka. Yah, kira-kira usianya sekitar 15 sampai 17 tahun, karena usia anak
SMA berada pada rentang tersebut, ya kan? Atau ketika kita melihat laki-laki
dengan rambut yang sudah memutih dan memiliki kulit dengan banyak
lipatan garis seperti ini:

Maka kita dapat perkirakan usia laki-


laki tersebut sudah lebih dari 60 tahun.
Artinya, usia seseorang dapat kita
perkirakan dengan mengamati fisik dari
orang tersebut. Nah, untuk mengetahui
berapa umur Bumi pun sama, kita hanya perlu mengamati 'fisik' dari Bumi
ini. Apa yang diamati? Batu-batuan yang ada di Bumi, sebab merekalah yang
menyusun lapisan-lapisan Bumi kita ini.
Para ahli geologi berkelana mencari batuan tertua yang ada di Bumi,
mereka mempelajarinya lalu mendapatkan kesimpulan bahwa batuan tertua
di Bumi berumur sekitar 3,5 miliar tahun. Dari mana mereka bisa mengatahui
usia batuan tersebut? Caranya dengan menggunakan penanggalan
radioaktif. Jadi, materi yang ada di alam semesta ini tidak berada dalam
kondisi yang tetap, mereka akan berubah-ubah, sebab atom (penyusun suatu
materi) dapat berubah menjadi unsur yang berbeda. Kita mengenal unsur
yang berubah tersebut sebagai isotop radioaktif. Nah, untuk mengetahui
usia dari bebatuan, kita hanya perlu menghitung perubahan isotop radioaktif

138
tersebut seiring dengan berjalannya waktu. Untuk menghitungnya, kita
manggunakan model eksponensial yang dipelajari di dalam kalkulus — dan
saya tidak akan membahas perhitungannya di sini karena cukup menyilaukan mata.

Beranjak dari sana, akhirnya para ahli geologi mengetahui usia batuan tertua
yang ada di Bumi, yakni sekitar 3,5 miliar tahun. Apakah lantas umur batuan
tersebut mencerminkan umur Bumi juga? Oh, ternyata tidak demikian.
Batuan yang ada di Bumi sudah mengalami perubahan karena mereka
mengalami proses daur ulang, jadi dapat dikatakan sudah tidak 'murni' lagi.
Oleh karena itu kita harus mencari batuan tua yang masih murni. Tapi dari
mana kita bisa mendapatkannya? Bukankah batuan di Bumi menjalani siklus
yang sama? Jawabannya dari sini, nih:

Meteorit

dan juga Bulan.

Mereka tidak mengalami perubahan seperti yang terjadi di Bumi, oleh karena
itu, bebatuan yang terkandung di dalamnya diperkirakan masih murni.

Karena Bumi terbentuk bersama-sama dengan terbentuknya Tata Surya,


maka umur Bulan, Meteorit dan juga Bumi tidak akan jauh berbeda. Dengan
mempelajari Meteorit dan bebatuan yang diambil dari Bulan lalu
membandingkannya dengan batuan tertua yang ada di Bumi, maka dapat

139
disimpulkan bahwa umur Bumi kurang lebih 4,5 miliar tahun lamanya. Sudah
sangat tua, kan?

Apakah saya percaya dengan umur Bumi yang nampak sangat tua tersebut?

Jelas tidak. Saya tidak memercayainya. Karena sains bukanlah sesuatu yang
harus diyakini atau diimani kebenarannya, melainkan harus diuji. Selama
teori tersebut belum bisa dibuktikan kesalahannya, selama itu pula kita masih
dapat menggunakan dan juga mengembangkannya. Suatu teori akan diuji
terus menerus, dan bila ditemukan kesalahan, maka akan lahir teori yang
baru. Jadi tidak menutup kemungkinan bahwa di masa depan nanti akan lahir
suatu teori yang akan mematahkan perhitungan umur Bumi saat ini.

We don't believe it, but we should prove it.

140
Apakah Air Bisa Dibuat oleh Manusia?

Hei, ini pertanyaan menarik! Jika yang dimaksud adalah (uap) air bersih,
maka secara teoritis, manusia sebetulnya bisa membuat air, lho. Taaapiiii …

Kita kenalan dulu sama komponen penyusun air, yuk. Rumus kimia dari air
adalah 𝐻2 𝑂, artinya, air tersusun dari dua molekul hidrogen dan juga satu
molekul oksigen.
𝐻2 + 𝑂2 → 𝐻2 𝑂
Baik hidrogen atau pun oksigen dapat kita temukan dengan mudah di bumi
ini, terutama gas hidrogen, keberadaannya sangatlah berlimpah. Lantas, jika
air bersih langka, mengapa kita tidak melakukan reaksi pembakaran saja
antara gas hidrogen dan oksigen untuk menciptakan air? Bukankah dengan
begitu kita tidak akan lagi mengalami krisis air bersih? Oke, baiklah, mari kita
jawab masalah ini dengan berkaca pada masa lalu.

Ada yang tahu kecelakaan balon udara paling terkenal dalam sejarah? Nama
balon udara tersebut adalah LZ-129 Hindenburg, balon udara termegah
dan terbesar yang pernah ada. Hindenburg menjadi sebuah simbol untuk
memamerkan teknologi dan kekuatan yang dimiliki oleh Jerman, karena
pembuatannya didanai langsung oleh partai Nazi. Lihatlah betapa megahnya
Hindenburg ini:

141
Namun, pada 6 Mei 1937, malapetaka menimpa balon raksasa tersebut. Saat
akan mendarat dengan membawa 100 orang penumpang, tiba-tiba bagian
belakangnya terbakar, dan ……… BOOOMMM! Balon tersebut
kemudian meledak! Hanya dalam waktu kurang dari 40 detik saja, semua
bagian tubuhnya habis dilalap api.

Tumbangnya Hindenburg menandai berakhirnya era balon udara. Banyak


orang akan berpikir 1000 kali untuk menaiki balon udara di atas langit, karena
tidak menutup kemungkinan tragedi Hindenburg akan terulang kembali.

Apa yang menyebabkan LZ-129 Hindenburg meledak?

Simplenya, karena gas hidrogen dan gas oksigen saling bereaksi oleh api.
Seperti yang kita tahu, agar balon bisa terbang, dia mestilah terisi oleh gas
hidrogen dan gas helium. Hindenburg pun berhasil terbang berkat jasa gas
hidrogen di dalamnya, dia terbang di langit yang saat itu udaranya dipenuhi
oleh oksigen. Nah, gas hidrogen ini mudah sekali terbakar, dan oksigen
sangat mendukung pembakaran. Coba tebak apa yang terjadi jika mereka
berdua dipertemukan oleh percikan api? Ya, menghasilkan sebuah ledakan!
Dari reaksi kimia yang terjadi, ledakan ini kemudian menghasilkan (uap) air
(seperti yang kita inginkan).

Kembali ke pertanyaan awal: apakah manusia bisa membuat air? Ya, secara
teori tentu saja bisa. Untuk membuat air, kita hanya perlu melakukan reaksi
pembakaran antara oksigen dan hidrogen. Tapi menyampurkan keduanya

142
tidak semudah menyeduh teh sisri gula batu yang hanya perlu diaduk-aduk
manja. Ketika mereka dikombinasikan, akan tersisa atom-atom hidrogen dan
oksigen yang masih terpisah. Orbit dari setiap elektron atom harus saling
terhubung, dan untuk menghubungkannya kita memiliki ledakan energi.
Maka dari itu, jika ingin membuat air bersih yang memenuhi kebutuhan
populasi global saat ini, maka percobaan menggabungkan hidrogen dan
oksigen mestilah dilakukan dalam skala basar. Apa akibatnya? Tragedi
Hindenburg season 2 akan terjadi, bahkan dengan ledakan yang lebih besar
lagi!

BOOOOMMMMM!

Saya yakin Anda tidak akan tertarik menciptakan air jika taruhannya mestilah
bermigrasi ke alam baka.

Lalu adakah cara aman untuk ‘memanen’ air?

Ilmuwan tidak pernah kehabisan akal. Jika membuat air dari reaksi
pembakaran hidrogen dan oksigen adalah ide yang buruk, lalu mengapa tidak
kita coba saja mengekstraksi air yang ada di udara?

Ada banyak air di sekitar kita, tidak hanya berbentuk cair, mereka juga
berbentuk kabut dan juga awan. Ketika awan
sudah mencapai titik jenuh, mereka akan turun
kembali ke bumi sebagai tetesan air hujan. Jadi
idenya, kita hanya perlu menciptakan suatu
mesin yang membuat suhu udara menjadi
dingin, dengan begitu uap air akan menjadi embun dan kita bisa
mendapatkan air dari sana. Kabar baiknya, alat tersebut sudah bisa kita
ciptakan. Namanya Kincir Angin Whisson, suatu mesin yang diciptakan

143
oleh Max Whisson. Cara kerjanya cukup sederhana. Kincir angin tersebut
menggunakan tenaga angin untuk mengumpulkan air keluar dari atmosfer.
Mesinnya juga dilengkapi dengan refrigeran yang berfungsi untuk
mendinginkan pisau gilingan. Jadi pisau dingin yang berputar kencang akan
mendinginkan udara, akibatnya uap air akan mengembun lalu menjadi air
(lagi). Hasil dari pengembunan ini lalu dikumpulkan dan disimpan. Nah,
hebatnya, kincir angin Whisson dapat mengumpulkan sebanyak 2.600 galon
air dari udara per harinya dan hampir tidak memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan.

Jonathan Wright dan David Richards lalu menciptakan sebuah mesin


yang mirip dengan kincir angin Whisson, namanya AquaMagic. Mesin
tersebut dibandrol dengan harga $28.000 per unit (bila saat ini $1 setara
dengan Rp.14.233,30, maka harga AquaMagic berkisar Rp.398.524.000.
Sangat fantastis!).

Namun, daripada membeli mesin AquaMagic yang super mahal itu, atau
bahkan menciptakan air dengan mereaksikan hidrogen dan oksigen,
bukankah akan lebih baik jika kita mengurangi polusi air agar air bersih
semakin mudah didapat? Dengan mengurangi pencemaran air oleh limbah
rumah tangga, plastik dan sebagainya, kita dapat menjaga lingkungan menjadi
lebih baik lagi. Terlebih, kita dapat menolong mereka

144
dan juga mereka

untuk mendapatkan air bersih yang layak digunakan.

Ada satu hal yang lebih manusiawi daripada menciptakan teknologi pembuat air, yaitu
memanusiakan air untuk manusia dan makhluk hidup lainnya.

145
Jika Kamu Terjebak di Tengah Lautan, Mengapa Kamu
Tidak Bisa Minum Air Laut yang Asin?

Karena kita bisa tewas!

Tahukah kalian bahwa sekitar 71% permukaan Bumi ini tertutup oleh air?
Lantas, kenapa kita selalu mengeluh bahwa saat ini manusia kekurangan air
ya? Jawaban sederhananya, karena lebih dari 97% air di Bumi adalah air laut,
yang artinya kurang dari 3% saja air tawar di Bumi yang bisa kita minum. Air
laut bisa kita minum juga, kok, dengan catatan masih dalam kondisi wajar,
seperti tidak sengaja tersedak air laut ketika menyelam misalnya, yang tidak
akan menimbulkan masalah serius. Tapi sebaiknya Anda mesti berpikir ulang
jika ingin meminum air laut yang asin dalam jumlah banyak, kenapa? Karena
tidak menutup kemungkinan Anda akan tewas! Iya, T-E-W-A-S.

Air laut memiliki kandungan garam sebanyak


3,5%, jadi dalam 1 liternya (setara 1.000 ml)
akan mengandung garam sekitar 35 gram.
Seberapa banyak 35 gram itu? Yah, cukup untuk
membuat satu mangkuk sup Anda menjadi
makanan paling tidak layak di alam semesta. (Catatan: kandungan garam di
setiap lautan bisa jadi berbeda-beda).

Oke, kita kesampingkan dulu masalah laut dan sedikit menengok bagaimana
cara kerja ginjal.

Ginjal kita bekerja seperti mesin penyaring yang memisahkan limbah dan
racun dalam darah sebelum dikembalikan lagi ke jantung. Limbah ini lalu
disimpan dalam bentuk urin yang sudah siap untuk kita keluarkan. Tapi ginjal

146
ini punya batasan khusus pada garam, sebab dia tidak akan bisa membuat
urin dari konsentrasi garam yang melebihi 2%. Artinya, ketika meminum air
laut, hanya 2% saja konsentrasi garam yang bisa dibuat menjadi urin. Lalu
bagaimana dengan sisanya? Maka ginjal perlu kerja ekstra dengan
menggunakan air dalam tubuh untuk mencairkan sisa garam tersebut.

Semakin banyak konsentrasi garam berlebih dalam tubuh, semakin banyak


pula ginjal akan menggunakan air dalam tubuh untuk mencairkannya. Alih -
alih melepas dahaga dan menggantikan cairan tubuh, meminum air laut
malah akan semakin membuat tubuh kita kekurangan cairan! Jadi ketika
Anda terdampar di suatu pulau di tengah laut dan kehabisan perbekalan
sehingga mengalami dehidrasi, maka meminum air laut sama saja seperti
tindakan bunuh diri, karena Anda akan semakin mengalami dehidrasi yang
berujung pada delusi dan bahkan mengalami gagal ginjal — and you will die, of
course.

Nah, pertanyaan menariknya adalah: kalau gitu mana yang lebih baik, mati karena
tubuh kekurangan cairan atau memaksakan diri untuk meminum air laut?

Meminum air laut itu terkesan menimbulkan paradoks, ya kan? Air yang
seharusnya menghilangkan dehidrasi dan menjadi penopang kehidupan,
tetapi ini malah bekerja sebaliknya. Semakin banyak diminum, semakin cepat
ajal menjemput. Namun jika tidak diminum, kita pun tetap akan mati karena
dehidrasi. Karena baik diminum atau pun tidak kita tetap akan mati, maka
pilihan terbaik adalah dengan tidak meminum air laut yang justru akan
mempercepat kematian.

147
Apakah ada solusi lain agar kita tidak mati karena dehidrasi di tengah
laut?

Ada! Dengan cara 'memeras' ikan. Iya, memeras ikan. Di dalam tubuh ikan
juga mengandung air, seperti cairan di dalam mata ikan dan sepanjang tulang
belakang. Air di dalam tubuh hewan laut mengandung sedikit garam sehingga
cukup aman untuk dikonsumsi. Ingat, bukan dimakan dagingnya, ya, karena
untuk memakan sesuatu kita butuh air untuk mencernanya. Tapi yang kita
konsumsi di sini adalah darahnya. Selain ikan, darah kura-kura juga bisa
dijadikan alternatif lain.

Bila Anda penikmat anime Sounan Desu ka?, maka akan ada episode ketika
tokoh utama memeras darah hewan laut
dan meminumnya untuk tetap bertahan
hidup di pulau terpencil. Cara seperti ini
juga dilakukan oleh orang-orang yang
terdampar di tengah laut untuk bertahan hidup. Ada yang berminat untuk
mencobanya?

Bila merasa jijik untuk meminumnya (ya, sejujurnya saya pun merasa jijik
untuk sekadar membayangkannya), maka kita bisa mendapatkan air dari
embun yang diperoleh dengan menyimpan spons atau kain di malam hari,
dengan begitu kita akan mendapatkan sedikitnya air embun di keesokan
paginya. Apakah air embun tersebut akan mencukupi kebutuhan hidup kita?
Ah, rasanya tidak. Inilah sebuah ironi bila terdampar di tengah laut, yakni
ketika pemandangan di setiap penjuru sudutnya adalah air, namun kita tetap
tewas karena kekurangan air.

148
Maka janganlah lupa untuk bersyukur karena masih bisa meminum air tawar
hari ini, sebab tidak setiap orang di penjuru dunia sana mendapat
keberuntungan yang sama seperti kita.

149
Mengapa Oksigen Diperjualbelikan? Bukankah Oksigen
Bisa Didapatkan secara Gratis di Udara?

Ah, apa benar jika oksigen (bersih) itu selalu bisa didapatkan secara gratis?
Lalu bagaimana dengan penduduk di kota Delhi, salah satu dari 20 kota
paling berpolusi di dunia? Atau penduduk di kota Pekanbaru dan sekitarnya,
yang saat ini sedang tertimpa musibah kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Apa mereka bisa mendapatkan asupan oksigen yang layak di udara yang
kotor tersebut? Sayangnya tidak. Mereka bahkan rela membayar mahal untuk
membeli oksigen kemasan yang sudah mengalami proses pemurnian
sehingga tidak terkontaminasi zat-zat berbahaya lainnya. Seberapa mahal
oksigen yang mereka beli? Di Beijing saja, untuk ukuran satu botol oksigen
dibandrol dengan harga 1,5 juta rupiah, dan penjualan oksigen kemasan
tersebut ludes hanya dalam sekejap mata! Ya, mereka tentu akan membelinya
supaya bisa melangsungkan kehidupan dengan baik.

Jadi, saya tanya kembali, benarkah setiap orang dapat menikmati oksigen di udara
sana? Atau pertanyaan ini sama saja dengan, benarkah setiap orang dapat
menikmati air bersih secara gratis di Bumi ini? Jawabannya tentu saja 'tidak', ya
kan?

Normalnya, udara di atmosfer Bumi terdiri dari oksigen, nitrogen, argon,


karbondioksida, dan sisanya adalah gas-gas
lain seperti hidrogen dan helium. Bahkan
kandungan oksigen di udara saja tidak
sampai 30%. Itulah komposisi udara normal
yang biasa kita konsumsi. Sayangnya
kandungan udara di sekitar kita kini tidak lagi sebaik itu. Ingat bahwa setiap

150
kali berkendara di jalanan, kita akan selalu bertemu dengan kaleng berjalan
yang menyumbangkan gas karbon monoksida (CO). Atau cerobong asap
pabrik yang selalu menyemburkan gas sulfur (SOx) dan nitrogen kksida
(NOx). Belum lagi jika sudah sampai di tempat kerja, maka kita akan
berhadapan dengan asap rokok, debu dan lainnya. Yah, akan ada banyak
penyusup jahat yang mencoba masuk ke dalam tubuh ini!

Jika kadar senyawa berbahaya itu sedikit, maka paru-paru masih bisa
menyaring dan mengatasinya. Mengacu pada data yang diberikan oleh WHO,
rata-rata konsentrasi partikel polusi terkecil (PM2.5) tidak boleh melebihi 39
mikrogram per kubik. Lalu bagaimana jika kadar mereka di udara semakin
banyak dan terus bertambah banyak? Paru-paru dipaksa bekerja lebih berat
lagi. Bisa jadi, bila normalnya kita dapat menghirup 100% udara yang mana
20%-nya terdiri dari gas oksigen, maka sekarang hanya mampu menghirup
50% udara saja, sehingga suplai oksigen untuk tubuh melewati batas
minimalnya. Akibatnya, kita mengalami sesak napas, darah akan kekurangan
oksigen dan bercampur dengan zat-zat berbahaya. Bahkan skenario
terburuknya adalah mengalami kanker paru-paru dan kemudian mati.

Maka dari itu manusia menciptakan sebuah inovasi untuk mengemas oksigen
ke dalam suatu wadah. Oksigen yang diambil pun berasal dari tempat
tertentu, misalnya saja daerah pegunungan, lalu melewati proses pemurnian
sehingga tidak lagi bercampur dengan senyawa berbahaya/senyawa yang
tidak diperlukan lainnya. Salah satu manfaat mengemas oksigen adalah
membantu mereka untuk bisa bernapas di lingkungan yang tercemari oleh
polutan berbahaya.

Bisnis oksigen kemasan bisa jadi sangat menguntungkan jika diperjualbelikan


di kota-kota dengan polutan pencemaran udara (Pb) yang tinggi. Contohnya

151
saja perusahaan Vitality Air yang didirikan oleh Moses Lam dan Paquette,
mereka mendapatkan keuntungan yang sangat besar karena menjual oksigen
kemasan bagi penduduk Tiongkok.

Selain itu, oksigen juga disimpan ke dalam sebuah tabung dengan tekanan
yang tinggi (kita mengenalnya sebagai tabung oksigen), dan biasanya
digunakan sebagai alat medis untuk membantu orang-orang yang mengalami
masalah pada pernapasan. Kadar oksigen di dalam tabung oksigen (medis)
bisa mencapai 99%. Ada juga yang dicampur dengan gas helium dengan
perbandingan tertentu (campuran oksigen dan helium ini disebut
sebagai heliox — nama yang keren, ya?). Apa kegunaan dari campuran
kedua gas ini? Supaya mereka (para pasien) membutuhkan usaha yang lebih
sedikit untuk bernapas, sehingga kerja paru-parunya tidak lagi berat.

Tabung oksigen juga banyak digunakan oleh penyelam untuk bernapas di


dalam laut dan dijadikan bahan bakar gas alam di dunia industri. Jadi banyak
sekali manfaat dari adanya oksigen yang disimpan dalam wadah tertentu ini.

Kembali lagi ke pertanyaan: kenapa oksigen diperjualbelikan? Karena tidak


setiap orang dapat menghirup udara yang bersih secara gratis, mungkin saja
mereka harus pergi ke suatu tempat yang jauh untuk mendapatkannya. Tapi
dengan adanya penjual oksigen kemasan, mereka dapat terbantu untuk
mendapatkan oksigen tanpa harus pergi ke manapun. Begitu juga dengan
adanya tabung oksigen, mereka yang menderita sakit pernapasan dapat
terbantu karena diringankan kerja paru-parunya.

Yuk kita bersyukur karena masih bisa mendapatkan oksigen dan udara bersih
secara gratis. Bisa jadi pada 30–50 tahun mendatang, kita menjadi langganan
tetap penjual oksigen kemasan, mengingat kondisi udara di atmosfer Bumi
setiap waktunya semakin memburuk.

152
Apa Itu Fermi Paradox?

Dari sekitar dua triliun galaksi yang ada dengan diameter yang sangat luas,
masa sih gak ada kehidupan lain di alam semesta ini? Jika pun ada, di mana
para alien itu sekarang? Kok gak nyapa manusia?

Usia alam semesta ini sudah sangat tua, lho,, kurang lebih sekitar 14 miliar
tahun lamanya. Semenjak manusia sudah mampu pergi ke Bulan, mengamati
bintang-bintang dan mengetahui fakta bahwa ada sekitar dua triliun galaksi
yang bisa teramati, manusia mulai berpikir bahwa "apa mungkin hanya kita
satu-satunya makhluk cerdas yang hidup di alam semesta ini?".

Are we alone here?

"Di mana mereka berada?", tanya Fermi, seorang fisikawan yang sekaligus
pengembang reaktor nuklir pertama di dunia. Dari pertanyaan tersebut,
muncul lah masalah baru di dalam sains yang sampai saat ini belum bisa
terpecahkan. Masalah itu bernama paradoks Fermi. Paradoks Fermi ingin
menyiratkan bahwa mestilah ada kehidupan ekstraterestial dengan teknologi
lebih maju selain di Bumi, namun pada kenyataannya tidak ada bukti kuat
apa pun untuk membenarkan keberadaan mereka. Seperti halnya percaya
akan eksistensi suatu zat dengan ketiadaan bukti dari zat tersebut, namun
ketiadaan suatu bukti bukan berarti bukti dari ketiadaan, bukan begitu?

153
Dengan memegang pedoman tersebut, manusia masih terus mencari dan
mencari keberadaan alien di angkasa sana.

Nah, untuk memperkirakan jumlah peradaban yang mungkin ada di galaksi


ini (selain di Bumi), seorang astronom bernama Fran
Drake mengemukakan sebuah persamaan matematika yang dikenal sebagai
persamaan Drake, bunyinya seperti ini:

𝑁 = 𝑅 ∗ 𝑓𝑝 𝑁𝑒 𝑓𝑙 𝑓𝑖 𝑓𝑐 𝐿
Tujuannya adalah untuk mengetahui banyaknya kehidupan ekstraterestial
yang mungkin di Galaksi Bima Sakti. Berdasarkan persamaan tersebut,
Drake memperkirakan ada sekitar 5.000 peradaban yang ada di dalam Bima
Sakti. Banyak sekali, bukan? Namun, rumus tersebut kurang bisa dipercaya
karena empat variabel terakhir ( 𝑓𝑙 , 𝑓𝑖 , 𝑓𝑐 , dan 𝐿 ) tidak memiliki nilai yang
pasti. Para ilmuwan pun mulai mengemukakan banyak pendapat mengenai
keberadaan alien. Ada yang menganggap bahwa alien itu memang ada hanya
saja belum menyapa kita, dengan alasan berikut:
Letak planet Bumi berada di ujung galaksi, sangat jauh dari pusat galaksi.
Ibaratnya pusat galaksi adalah Jakarta dan Bumi berada di Papua, wilayah
terpencil yang sangat jauh tertinggal dari segi teknologi. Bisa saja alien yang
hidup di pusat galaksi memiliki teknologi lebih maju, namun mereka enggan
berkunjung ke Bumi karena jaraknya terlalu jauh. Atau bisa jadi mereka
sudah mengirimkan pesan ke Bumi, namun karena jaraknya 27.700 tahun
cahaya, pesan tersebut belum sampai ke sini.

Ada juga yang menganggap bahwa banyak makhluk lain yang hidup di luar
sana, namun mereka tidak dapat berevolusi menjadi makhluk cerdas karena
mengalami bencana seperti ledakan bintang mahadahsyat (supernova) atau
dihujani meteor. Dan hanya Bumi satu-satunya planet paling beruntung yang

154
aman dan bisa menjadi tempat berevolusi bagi makhluk hidup di dalamnya.
Artinya, hanya manusia satu-satunya makhluk cerdas di alam semesta ini.
Teori ini dikenal sebagai The Great Filter.

Jadi, apa jawaban dari paradoks Fermi? Baik saya, Anda, dan juga mereka
tidak ada yang mengetahuinya. Inilah bukti betapa terbatasnya pengetahuan
manusia. Dan inilah bukti betapa kecilnya sosok manusia di alam semesta
ini.

Info tambahan: Sejauh ini, bukti-bukti tentang penampakan UFO atau


alien yang beredar di media adalah hoaks (silakan baca buku The Demon
Haunted World karya Carl Sagan atau The Magic of Reality karya Richard
Dawkins). Adapun para saksi mata yang pernah melihat penampakan mereka
ternyata sebagian besar mengalami halusinasi.

155
Apakah Hal-Hal yang Dianggap Benar oleh Orang Awam
Namun Salah secara Ilmiah?

Ketika kamu sedang asyik makan kentang goreng dan tidak sengaja
tersenggol oleh rekan di sebelahmu, dan ... BUKKKK, kentang gorengmu
pun terjatuh ke lantai. Sontak kamu berkata, "uupss, belum lima detik ini,
ah", sambil mengambil potongan kentang goreng yang berceceran di lantai,
lalu memakannya kembali.

Belum lima detik adalah suatu aliran kepercayaan


sehingga orang-orang meyakini bahwa bakteri
atau kuman membutuhkan waktu sekitar 5
detik untuk menyerbu makanan yang jatuh di
atas lantai. Artinya, sebelum lima detik berlalu, makanan tersebut masih
belum terkontaminasi bakteri. Entah ajaran dari mana, saya pun diberitahu
bahwa makanan tersebut masih boleh dimakan dengan alasan bakterinya
masih pingsan karena tertindih makanan itu. Iya, bakterinya masih pingsan,
katanya :-(
Ternyata, sebuah studi pada tahun 2003 melaporkan bahwa sekitar 70%
wanita dan 56% pria yang disurvei sangat familiar dengan aturan lima detik
ini, dan wanita lebih cenderung memakan kembali makanan yang telah
terjatuh ke lantai dibandingkan pria.

Jadi apakah aturan 5 detik ini memang benar adanya?

Saat kita menjatuhkan sepotong makanan ke lantai, maka bakteri apa pun
yang hidup di lantai akan menempel pada makanan tersebut, tidak peduli
seberapa cepat kita mengambil makanan itu. Maka dari itu, aturan 5 detik
hanyalah mitos belaka.

156
Pertanyaan kemudian adalah, berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh
bakteri di lantai untuk menempel pada makanan? Nah, ini menarik, karena
ada dua penelitian yang sama namun memiliki kesimpulan yang berbeda.
Pertama, menurut para peneliti dari Universitas Aston, Birmingham. Kedua,
menurut para peneliti dari Universitas Clemson, Carolina Selatan.

Penelitian dilakukan dengan menguji tiga permukaan lantai yang berbeda:


ubin, kayu, dan karpet. Studi Aston menggunakan bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus, sedangkan studi Clemson
menggunakan Salmonella typhimurium. Clemson hanya menguji makanan
berupa bologna dan roti, dan studi Aston menguji berbagai makanan dengan
tingkat kelembaban yang berbeda (seperti roti kering dan permen lengket).
Ada beberapa poin yang sama dari hasil penelitian mereka:

• Ketika makanan bersentuhan dengan permukaan yang


terkontaminasi bakteri, maka transfer bakteri ke makanan segera
terjadi.
• Permukaan ubin dan kayu mentransfer lebih banyak bakteri
daripada permukaan karpet.
• Studi Aston menemukan bahwa makanan lembab (seperti
permen lengket) lebih mungkin terkontaminasi bakteri daripada
makanan kering (kue atau roti panggang). Yah, hasil ini tidak
terlalu mengejutkan, sih.
Lalu di mana letak perbedaan dari penelitian yang mereka lakukan?

Menurut para peneliti Aston, proses transfer bakteri ke makanan cukup


lambat, hanya sekitar sepersejuta bakteri di permukaan yang langsung
mengontaminasi makanan kering, dan 30 kali lebih banyak untuk makanan
lembab/basah. Mereka menyimpulkan bahwa lebih sedikit bakteri akan

157
ditransfer ke makanan yang diambil dengan cepat. "Baru jatuh sebentar di lantai
mah enggak apa-apa kok, populasi bakterinya masih sedikit, jadi masih aman untuk
dimakan", begitu pendapat mereka (dengan catatan bukan lantai WC, ya).
Namun, pendapat ini disanggah oleh peneliti dari Clemson. Men urut
mereka, tidak peduli seperti apa permukaan atau berapa lama waktu
kontaknya, cukup banyak bakteri yang ditransfer ke makanan dan
memungkinkan untuk membuat seseorang jatuh sakit. Mereka inilah para
penganut aliran 0 detik. "Maaf ya, Sob. Meskipun makanan itu baru sebentar jatuh
ke lantai, tapi itu udah gak higienis", balas mereka.

Jadi makanan yang sudah jatuh lebih baik dimakan atau dibuang
saja?

Tentu akan lebih baik untuk tidak memakannya kembali. Setidaknya, dengan
tidak memakannya kembali, kemungkinan makanan yang kita konsumsi
mengandung mikroorganisme patogen akan semakin kecil, bukan?

Sebetulnya mengonsumsi makanan yang sudah jatuh sama seperti


mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helm. Kita bisa saja
mengendarai motor tanpa helm dan tidak mengalami kecelakaan, namun
mengenakan helm juga belum tentu akan mencegah cedera jika terjadi
kecelakaan. Demikian pula, mengonsumsi makanan yang terjatuh ke
permukaan yang tidak terkontaminasi bakteri bisa jadi tidak menimbulkan
risiko. Namun, banyak faktor lain yang memengaruhi risiko keamanan
mengonsumsi makanan yang telah jatuh. Seperti kondisi tangan dan wadah
yang tidak bersih, atau makanan tersebut memang sudah terkontaminasi
bakteri sebelumnya.

158
Jadi, aliran kepercayaan manakah yang Anda anut saat ini? Aliran belum lima
detik atau aliran nol detik? Ssstt, jangan sampai jadi ribut seperti peneliti dari
Aston dan Clemson ya!

O ya, peneliti dari Universitas Clemson menulis buku pembahasan terkait


aturan lima detik ini, dengan judul buku: Did You Just Eat That?. Silakan
untuk dibaca bila tertarik mengkajinya lebih lanjut.

159
Bagaimana Prediksi Ilmuwan tentang Kondisi yang Terjadi
di Bumi pada Masa Depan?

Pernahkah kita membayangkan bahwa pandemi COVID-19 yang terjadi saat


ini adalah sebuah trailer dari film box office yang sedang menyambut kita di
masa mendatang, dengan skenario seperti ini?

Es di Kutub yang mencair,

tsunami,

kebakaran hutan,

wabah penyakit menyerang dan juga banyak konflik atau perang saudara.

"Semua kejadian itu kan sudah terjadi saat ini. Tidak hanya di masa depan!", katamu.

Tepat, itu semua pernah terjadi, tapi bagaimana jika:

160
Sebelumnya kebakaran hutan berjumlah enam ribu tiap musim panasnya, namun di
masa depan menjadi puluhan atau bahkan sampai ratusan ribu?

Ketinggian gelombang tsunami kelak mencapai dua kali lipat daripada ketinggian
tsunami terbesar sepanjang sejarah?

Konflik perang saudara menaik sebesar 10%-20% dari jumlah konflik yang ada saat
ini?

Wabah penyakit yang ada pada zaman dulu bangkit kembali di masa depan?

Ngeri? Ya, itu bukan hal mustahil yang akan terjadi, sebab para ilmuwan telah
memprediksikan kejadian-kejadian seperti itu akan menyambut kita di masa
depan nanti, setidaknya 30–70 tahun dari sekarang, 'hanya' karena dipicu
oleh satu peristiwa: perubahan iklim.

Perubahan iklim boleh dibilang sebagai perubahan yang signifikan dari suhu,
iklim, dan curah hujan dalam periode waktu yang lama. Penyebab dari
perubahan iklim adalah gas-gas rumah kaca dan penggunaan bahan bakar
fosil. Lalu apa akibatnya? Suhu permukaan Bumi menaik.

"Oh, cuma kenaikan suhu aja?".

Tunggu, bukan 'cuma', justru ini yang berbahaya! Kenaikan suhu


sebesar 2𝑜 C − 5𝑜 C saja bisa mengurangi puluhan juta populasi makhluk
hidup di Bumi dan menghancurkan ekonomi suatu negara. Begini gambaran
skenario yang akan terjadi jika suhu permukaan Bumi menaik:
#1 Bencana alam yang tidak lagi alami. Tahu badai Katrina yang sempat
'menghancurkan' AS dan mengakibatkan 1 juta penduduknya menjadi
korban?

161
Pada kenaikkan suhu 1 derajat saja, ilmuwan memprediksikan bahwa pada
tahun 2100, akan ada kenaikan 25 sampai 30 persen badai Kategori 4 dan 5,
seperti badai Katrina ini. Pun jumlah hari dengan kemungkinan terjadinya
badai petir bisa bertambah sampai 40 persen dari biasanya! Rasanya ini bukan
omong kosong saja, sebab kalau kita lihat kembali berita badai kisaran tahun
2006–2013, badai topan sudah menguat sekitar 15 persen dari tahun-tahun
sebelumnya. Badai Kategori 4 dan 5 juga sudah terjadi berlipat ganda, bahkan
sampai lipat tiga kaya integral dalam kalkulus. Jadi bukan hal yang mustahil bila
di masa depan nanti akan ada banyak bencana alam yang terjadi dan lebih
sering daripada saat ini—atau bahkan, jauh lebih dahsyat lagi.

#2 Wabah 'purba' yang bangkit kembali. Dulu sekitar tahun 2016, ada
seorang anak kecil yang tewas dan 20 orang lainnya terinfeksi antraks di
Siberia. Diduga penyebabnya adalah karena rusa kutub. Lebih tepatnya
bangkai rusa kutub yang telah mati sejak 75 tahun yang lalu karena bakteri,
kemudian membeku. Ketika es yang menyeliputinya meleleh kembali karena
gelombang panas tahun 2016, bangkai itu melepaskan antraks ke air dan
tanah di sekitarnya lalu masuk ke tempat persediaan makanan, dan
menginfeksi warga.
Jangan lupa, selain dapat membekukan makhluk hidup, es juga membekukan
sejarah, termasuk virus dan bakteri yang pernah ada. Yang lebih mengerikan
lagi adalah, di Alaska sana para ilmuwan menemukan sisa-sisa flu Spanyol
(1918) yang pernah menginfeksi 500 juta orang, dan mereka juga menduga
penyakit cacar dan pes terjebak di bongkahan es di Siberia. Tentu saja tidak
menutup kemungkinan bahwa penyakit yang melegenda lainnya juga
terkubur di sana … dan siap menyerang kembali umat manusia kapan saja.

Suhu permukaan Bumi yang bertambah panas akan semakin banyak


melelehkan es abadi dan melepaskan kembali penyakit-penyakit 'purba' di

162
dalamnya—ya, meski tidak semua penyakit bisa bangkit lagi karena harus
memenuhi 'kondisi lab' tertentu. Tapi jika membayangkan wabah penyakit
terdahulu menyerang kembali di waktu yang bersamaan, lalu manusia saat ini
belum memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut, bukankah ini sangat
mengerikan?

Rasanya bukan hal yang mustahil jika di masa depan nanti kita akan sering
dihantam pandemi seperti COVID-19 ini. Boleh dibilang, kita hanya sedang
di tahap warming up saat menghadapi COVID-19 ini.

Kondisi yang terjadi di Bumi kelak tidak hanya dua poin di atas saja,
perubahan iklim juga mengakibatkan kebakaran hutan yang semakin luas dan
sering terjadi, lalu ketinggian air laut bertambah, gelombang panas menjadi
makanan sehari-hari, dan ini bisa jadi jauh lebih buruk daripada yang
dibayangkan.

Ya, skenario terburuknya adalah, Bumi kita sudah tidak layak lagi dihuni.

Seperti yang sudah saya sebutkan di awal, bahwa pandemi COVID-19


hanyalah trailer dari sebuah film tentang bencana besar. Kita adalah sutradara
sekaligus aktor di dalamnya yang menentukan masa depan Bumi, apakah
berjalan seperti yang diprediksikan oleh para ilmuwan, atau mengubah jalan
ceritanya menjadi lebih baik lagi?

Kita yang membawa kondisi Bumi semakin buruk setelah revolusi industri.
Kita juga yang harus mengakhirinya dengan happy ending.

163
Bagaimana Caranya NASA Merekam Suara, Jika Suara
Tidak Dapat Merambat di Ruang Hampa?

Setiap suara yang kita dengar sebetulnya merupakan getaran di udara (atau
bisa juga medium lain). Getaran akan sampai ke telinga kita karena ada
medium yang merambatkannya. Medium ini bisa berupa udara, air atau
benda-benda padat lainnya. Jadi tanpa adanya medium, gelombang suara gak
akan bisa berjalan sampai ke telinga kita. Itulah alasan kenapa kita tidak dapat
mendengar suara di ruang hampa, karena kurangnya medium yang bisa
merambatkan gelombang suara ini. Ingat, di ruang angkasa tidak ada udara
seperti di Bumi!

Tapi kan di ruang angkasa banyak gas-gas seperti ini? Emangnya gak
bisa dijadikan medium ya?

Memang benar bahwa di angkasa sana ada banyak sekali gas dan debu
antarbintang, tapi gak di setiap tempat gas tersebut ada. Semesta ini sangatlah
luas. Lagi pula gas itu bentuknya tidak padat, jadi akan ada banyak celah di
antara partikel-partikelnya yang mengakibatkan getaran tidak dapat bergerak
dengan baik dan efisien. Bagaimanapun juga, gelombang suara tidak dapat
merambat di ruang angkasa.

164
O gitu, tapi mengapa bisa NASA merekam suara-suara dari sana?

Sebetulnya mereka tidak benar-benar ‘mendengar’ suara tersebut, kok.


Karena gelombang suara tidak dapat merambat di ruang hampa, maka
mereka hanya perlu mencari gelombang lain yang bisa merambat di sana
meski tanpa adanya medium sekalipun. Ternyata gelombang seperti itu
banyak berkeliaran di atas sana, lho. Apa saja contohnya? Gelombang
gravitasi, gelombang radio, gelombang elektromagnetik, gelombang plasma
dan lainnya. Jadi antariksa kita ternyata tidak sunyi-sunyi amat, masih ada
‘suara’ lain yang bisa direkam oleh NASA. Gelombang-gelombang seperti
itulah yang mereka tangkap, bukan gelombang suara. Untuk menangkap dan
mengukurnya, NASA mengirimkan dua pesawat antariksa Van Allen ke
luar Bumi seperti ini …..

Wuuusshhh ….

dan mereka berdua pun melayang-layang mengitari Bumi sambil menangkap


gelombang elektromagnetik.

Cakep banget, kan?

165
Pesawat ini dilengkapi dengan instrumen yang disebut Electric and
Magnetic Field Instrument Suite and Integrated Science
(EMFISIS) . Nantinya dia berfungsi untuk merekam getaran
elektromagnetik, lalu merekam perubahan frekuensinya (jumlah getaran
dalam waktu satu detik), kemudian rekaman ini dikirim ke stasiun yang ada
di Bumi. Mereka yang ada di Bumi hanya perlu menerjemahkan kembali data
yang diterima, lalu mengubah frekuensi tersebut ke dalam rentang
pendengaran manusia agar bisa didengar. Voila, kita pun bisa mendengar
suara-suara dari antariksa sana.

Singkatnya sih, kita merekam gelombang yang ada di ruang angkasa (seperti
gelombang elektromagnetik atau gelombang plasma), lalu
menerjemahkannya menjadi gelombang suara supaya bisa didengar oleh
manusia. Nah, kalau ingin tahu lebih lanjut, proses ini
disebut sonifikasi (bisa digoogling sendiri ya! :P).

Wah, mantap ya NASA! Tapi mengapa mereka mesti bersusah payah


ingin ‘mendengar’ suara dari ruang angkasa sana ya?

Ya supaya mereka bisa tahu bagaimana kondisi cuaca di planet-planet lain


(khususnya yang ada di Tata Surya). Kalau mereka tahu bagaimana kondisi
yang terjadi di sana, maka mereka bisa mengamankan satelit-satelit mereka
dari cuaca ekstrim atau kemungkinan buruk lainnya.

Setiap planet kan menghasilkan banyak gelombang yang bisa direkam.


Misalnya saja di Bumi. Saat petir menyambar permukaan Bumi, pelepasan
listriknya dapat memicu gelombang plasma. Frekuensi yang dihasilkan dari
petir ini akan bergerak dari frekuensi yang lebih tinggi ke frekuensi yang lebih
rendah. Jadi ketika kita merekam perubahan frekuensinya lalu
menerjemahkannya menjadi gelombang suara, maka suara yang dihasilkan

166
akan terdengar seperti ‘naik turun’. Mirip-mirip suara gemuruh gelombang
air laut di samudera sana. Dengan mendengar suara-suara tersebut, NASA
bisa memperkirakan kondisi yang terjadi di permukaan planet-planet yang
ada di Tata Surya, sehingga bisa mengamankan pesawat kesayangan mereka
dari cuaca ekstrim, seperti "o guys, ini lagi terjadi petir dan hujan badai nih. Kuy
mundurin satelitnya biar gak kesambar. Satu .. Dua .. Yak, kiri kiri, kanan …".
Hehehe. Kira-kira begitulah cara kerja dan alasan mengapa NASA merekam
suara di ruang hampa.

167
Adakah Penemuan yang Kita Gunakan Saat Ini yang
Sebenarnya Diciptakan untuk Eksplorasi Luar Angkasa?

Banyak sekali. Kita mungkin tidak sadar kalau sejak kecil sudah
menggunakan hasil inovasinya NASA, seperti susu bayi. Susu bayi
mengandung banyak sekali nutrisi, dan salah satunya adalah minyak nabati
yang berasal dari ganggang. Nah, makanan bergizi berbasis ganggang ini
sebenarnya merupakan inovasi dari para ilmuwan NASA sebagai agen daur
ulang untuk digunakan selama misi jarak jauh mereka. Ternyata kini
ditambahkan ke dalam banyak formula susu bayi di berbagai negara,
khususnya Amerika Serikat. Lihatlah, betapa kerennya kita saat masih bayi
sudah menggunakan inovasinya NASA!

Selain makanan bayi, kamera ponsel yang kita gunakan untuk berswafoto
juga merupakan hasil inovasi dari NASA untuk mengambil foto berkualitas
tinggi dari luar angkasa. Sejarahnya bermula ketika fisikawan NASA, Eric
Fossum, ingin meningkatkan sensor gambar CMOS (complementary metal-
oxide semiconductor) dan mengecilkan ukuran kamera pada pesawat ruang
angkasa antarplanet dengan tetap mempertahankan kualitas gambar. Dari
sanalah Fossum menemukan sensor CMOS active-pixel (CMOS-APS) yang
kita gunakan di dalam teknologi kamera ponsel, webcam, dan kamera lainnya
sampai saat ini.

Eits, ternyata tidak hanya itu saja. Masih banyak lagi hasil penemuan NASA
untuk mengeksplorasi luar angkasa yang kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti:

Tetikus ( mouse) komputer. Pertama kali diciptakan oleh Bill


English dan Douglas C. Engelbart pada tahun 1963, dan pastinya

168
disponsori juga oleh NASA juga. Apa tujuannya? Untuk meningkatkan
interaksi dengan komputer on board kala itu. Saat pertama kali diciptakan,
bentuk tetikus komputer tampilannya seperti ini:

Sebelum akhirnya menjadi seabsurd ini:

Ada yang berminat membelinya?

Makanan beku kering ( freeze-dried food). Pastinya sudah tidak asing lagi
melihat makanan seperti ini di supermarket, kan?

Salah satu masalah saat pertama kali mengirimkan astronot ke luar angkasa
adalah memberi mereka makan untuk bertahan hidup. Tentu saja makanannya
harus stabil, tahan lama, kemasannya kecil dan ringan serta mudah untuk
disantap. Nah, NASA lalu mendanai penelitian tentang berbagai
kemungkinan teknik pengawetan makanan seperti pengeringan beku,
pasteurisasi dengan iradiasi, dan pengemasan nitrogen, hingga lahirlah
inovasi makanan beku kering ini. Nyummy~

169
Headset nirkabel ( wireless). Boleh dikata teknologi nirkabel
seperti headset atau earphone nirkabel merupakan teknologi cukup baru bagi
kita, tetapi tidak bagi para astronot dari NASA.

NASA sudah membangun sistem komunikasi hands-free yang memungkinkan


para astronot berkomunikasi dengan tim yang ada di Bumi. Melihat
keberhasilan dari penggunaan headset nirkabel, seorang astronot
bernama Wally Schirra kemudian ingin mengambil keuntungan dari
industri headset nirkabel. Itulah mengapa saat ini
kita bisa menikmati penemuan yang sangat praktis
ini, untuk bermain game, menelepon si doi, dan
mendengarkan lagu-lagu kenangan indah
bersamanya.

"NASA lagi, NASA lagi", gumammu. Begitulah. Keingintahuan kita untuk


mengeksplorasi alam semesta ternyata melahirkan inovasi-inovasi baru yang
tidak hanya bisa dinikmati oleh para astronot, tapi juga untuk manusia
lainnya yang ada di Bumi.

Semakin jauh kita menjelajahi hal-hal yang belum diketahui, semakin banyak
kita menemukan hal-hal baru yang berharga.

Terima kasih, NASA, atas segala penemuan yang dapat memudahkan kehidupan
kami sekarang!

170
Mengapa Kita Mudah untuk Percaya Teori Konspirasi?

Kalau kita diberi pilihan antara mempelajari rumus cepat atau mempelajari
konsep materi yang lebih mendalam, mana yang lebih mudah dimengerti? Ya
rumus cepat, dong. Lebih cepat dipahami dan mudah digunakan, bener gak?
Kita gak perlu repot-repot mempelajari ini dan itu, yang penting cepat
pahamnya, selesai. Meski terkadang rumus cepat tersebut hanya mencocok-
cocokkan sesuatu yang bahkan tidak berkaitan sama sekali, namun kebetulan
saja memang benar.
Nah, kenapa teori konspirasi mudah dipercayai (oleh beberapa atau
kebanyakan) orang?

Ya karena teori tersebut lebih mudah dimengerti, dan hebatnya lagi, teori tersebut juga
sangat masuk akal.

Orang-orang yang memercayai bahwa Bumi itu datar, tidak berotasi dan
pendaratan di Bulan oleh NASA hanya hoaks
belaka adalah mereka yang menginginkan
fakta agar sesuai dengan akal mereka. Karena
masuk akal, maka hal itu mestinya benar.
Karena tidak masuk akal, maka hal itu
tentunya salah. Padahal sesuatu yang masuk
akal belum tentu benar, dan sesuatu yang
tidak masuk akal belum tentu
salah. Misalnya, beberapa waktu lalu saya
bergabung di grup Facebook Komunitas
Bumi Datar, lalu ada yang membagikan kiriman seperti ini (lihat gambar di
samping kanan), dan semua isi komentarnya nyaris senada dengan ini: “Siapa

171
yang menghitung umur Bumi? Manusia tertua di Bumi tidak ada yang sampai 1000
tahun umurnya”, lalu ada juga yang berkata, “Ini aja masih tahun 2020.”

Memang masuk akal kan, kalau kita ingin mengukur usia sesuatu atau
seseorang, maka kita harus tahu dulu kapan mereka lahir? Tapi siapa juga
yang tahu kapan Bumi ini lahir, jika manusia saja termasuk makhluk yang
baru di alam semesta ini? Pertanyaan seperti ini sangat wajar untuk
dipertanyakan, kok. Wajar banget. Namun sayangnya, mereka di sana hanya
sampai pada kesimpulan "o mustahil banget umur Bumi udah miliaran tahun,
manusia aja baru lahir", atau "gak masuk akal. Itu hanya fiksi dalam sains
", hanya karena pikiran mereka masih terbatas di sana. Kalau pun diberi tahu
bahwa cara menghitung umur Bumi adalah dengan melihat usia bebatuannya
lalu menghitung perubahan isotop radioaktifnya, maka mereka akan sulit
menerimanya. Ya karena itu tadi, tidak mudah dimengerti. Mirip-mirip
dengan teori konspirasi yang lagi hits saat ini, bahwa virus corona adalah ulah
kaum elit global yang ingin menguasai dunia. Ini lebih mudah dipahami
daripada mereka harus mempelajari virologi, epidemiologi, immunologi, dan
cabang ilmu lainnya.

Kalau kata Teori Ramsey (di dalam matematika), manusia itu cenderung
menghubungkan suatu data dengan data lain sampai membentuk suatu pola.
Seperti ketika melihat awan di langit siang hari, maka biasanya kita
mencocok-cocokkan bentuk awan tersebut dengan
sesuatu yang pernah kita lihat sebelumnya, hingga
mendapati pola dan menyimpulkan bahwa "awan
hari ini mirip anjing yaa, kawaiii".

Nah, kelimpahan informasi di era digital saat ini menyajikan data-data yang
sulit untuk disaring. Kita cenderung melihat suatu data lalu

172
menghubungkannya dengan data lain, meski sebetulnya mereka gak saling
berhubungan. Jika ada informasi tentang seseorang atau organisasi yang bisa
dijadikan sebagai pelaku konspirator, lalu mereka memiliki suatu agenda
(padahal cuma nongsky di Mekdi misalnya), dan (kebetulan) ada informasi
tentang sarana manipulasi massal yang pas dengan agenda tersebut, maka
data-data itu akan dikait-kaitkan sehingga terciptalah teori
kontrasepsi, eh, konspirasi. Karena masuk akal dan mudah diterima, kita lalu
mempercayainya.

Dahsyatnya lagi, ada faktor psikologis manusia yang mendukung lahirnya


teori konspirasi ini, dialah bias proporsionalitas ( proportionality
bias). Kita cenderung menganggap bahwa di balik peristiwa yang besar,
maka haruslah ada penyebab yang besar. Biasanya kekuatan besar yang
dipercayai di sini adalah Mamarika, Remason, dan Iluminasi. Ditambah, bias
konfirmasi yang kita miliki, yakni lebih senang melihat bukti yang
mendukung apa yang sudah kita yakini benar, dan mengabaikan atau
menolak bukti yang bertentangan dengan kepercayaan kita, akan semakin
membawa kita tenggelam dalam samudera teori konspirasi tersebut.

Bagaimanapun juga, teori konspirasi hanyalah sebatas teori. Bisa jadi mereka
benar, dan bisa jadi mereka salah. Yang salah adalah meyakini kebenarannya
tanpa menganalisa lebih jauh tentang data-data yang mendukung teori
konspirasi tersebut — dan langsung manggut-manggut saja diberi data ini dan
itu. Ah, tidak hanya untuk pemuja teori konspirasi saja, sih. Kalau kita
langsung percaya dan gak skeptis dengan berita yang berseliweran di dunia
maya, maka kita masih sebelas dua belas dengan mereka, alias gak ada
bedanya.

173
Maka dari itu, yuk pelajari sains. Sains mengajarkan kita untuk bersikap
skeptis. Dengan sikap skeptis kita jadi banyak bertanya. Dengan banyak
bertanya kita menemukan banyak jawaban. Dengan menemukan banyak
jawaban kita menggenggam ilmu pengetahuan di dunia.

Salam, Penganut Garis Keras Bumi Bulat.

174
Bagian III
Galeri Pengetahuan Umum

175
Apa Saja Hal Berbeda yang Dikira Sama?

Inggris, Britania Raya dan United Kingdom.


Banyak yang tidak tahu perbedaan antara Inggris, Britania Raya dan United
Kingdom (UK), padahal mereka memiliki wilayah dan bendera nasional yang
berbeda. Bahkan media kita seringkali keliru menuliskan ‘Perdana Menteri
Inggris’, yang seharusnya ‘Perdana Menteri United Kingdom’, seperti pada
berita yang akhir-akhir ini sedang panas di media: Pengunduran diri Perdana
Menteri Inggris, Theresa May.

Perdana Menteri Inggris? O, hei! Inggris bahkan tidak memiliki badan


eksekutif dan legislatifnya sendiri. Theresa May adalah Perdana Menteri United
Kingdom! Lho, memang apa bedanya? Mari kita simak perbedaan antara
Inggris, Britania Raya dan United Kingdom.
Menurutmu, bendera nasional milik siapakah ini?

United Kingdom? Inggris? Bukan, bukan keduanya. Ini bendera Britania Raya!
Kalau yang ini?

Yup, sudah sangat kita kenal bahwa bendera di atas merupakan bendera
Inggris, dan bendera di bawah ini merupakan bendera dari United Kingdom.

176
Ketiga bendera tersebut memiliki kesamaan, yakni sama-sama memiliki
simbol salib berwarna merah di tengahnya. Lantas, di manakah letak
perbedaannya?

Tahu klub sepak bola Chelsea, Manchester


United dan Liverpool? Ya, secara berturut -
turut markas mereka terletak di kota London,
Manchester dan Liverpool. Ketiga kota ini
terletak di Inggris, atau lebih tepatnya kerajaan
Inggris seperti yang sudah kita kenal. Inilah
negara Inggris yang 'sebenarnya', suatu negara
tempat liga Inggris berlangsung.

Di benua Eropa, terdapat negara kepulauan yang meliputi kerajaan Inggris,


Wales, dan Skotlandia. Negara kesatuan ini dikenal sebagai Britania Raya
(Great Britain). Wilayah dari Britania Raya didominasi oleh Inggris dan
ibu kotanya pun terletak di London, mungkin inilah sebabnya kita seringkali
menyebut Inggris sebagai Britania atau sebaliknya. Kerajaan Inggris dan
kerajaan Skotlandia sebetulnya sudah lama menjadi personal union (gabungan
dua negara atau lebih), namun baru resmi bersatu menjadi kerajaan Britania
Raya pada tahun 1707. Kerajaan ini diciptakan di bawah Undang-Undang
Persatuan tahun 1707.

Peta daratan dari Britania Raya terdiri dari pulau berwarna kuning
(Skotlandia), hijau (Inggris) dan ungu (Wales).

177
Britania Raya memiliki sistem
pemerintahan parlementer, dengan
Perdana Menteri sebagai kepala
pemerintahannya. Perdana Menteri
bersama kabinet-kabinetnya dilantik oleh
Ratu (saat ini Ratu Elizabeth II),
sedangkan Inggris tidak memiliki badan
eksekutif atau legislatif tersendiri, fungsi-
fungsi tersebut diserahkan secara langsung
kepada Kerajaan dan Parlemen Britania Raya. Sebelum abad pertengahan,
Inggris memiliki lembaga legislatif yang dikenal sebagai Parlemen Inggris.
Namun, setelah bersatu dengan Skotlandia dan Wales, Parlemen Inggris
menjadi bagian dari Parlemen Britania Raya. Jadi tidak ada yang namanya
‘Perdana Menteri Inggris’.
Bila kita cermati, bendera nasional dari Britania Raya tidak lain dan tidak
bukan merupakan gabungan dari bendera nasional Inggris dan Skotlandia.

178
Nah, semenjak kerajaan Irlandia ikut
bergabung dengan kerajaan Britania Raya,
maka Britania Raya berubah
menjadi United Kingdom of Great Britain and
Ireland. Namun, sebagian kerajaan Irlandia
meninggalkan serikat ini, dan hanya
menyisakan kerajaan Irlandia Utara
sehingga namanya pun berubah
menjadi United Kingdom of Great Britain and
Northern Ireland (Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara). Karena
nama tersebut cukup panjang untuk dilafalkan, maka kita lebih senang
mengucapkan United Kingdom (UK) daripada penyebutan nama aslinya, United
Kingdom of Great Britain and Northern Ireland.

Bendera nasional dari United Kingdom merupakan gabungan dari bendera


Inggris, Skotlandia dan juga Irlandia Utara.

Setiap negara di United Kingdom masih memiliki bendera nasionalnya sendiri,


dan bendera pemersatu (di atas) dikenal sebagai Union Jack. Penyebutan
Britania Raya saat ini lebih mengacu kepada United Kingdom, jadi bila kalian
melakukan pencarian dengan kata kunci ‘Britania Raya’ di mesin pencari
Google, maka tidak sedikit yang akan ditampilkan adalah ‘United Kingdom’.

179
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa:

• Inggris adalah suatu negara bagian dari Britania Raya atau


United Kingdom;
• Britania Raya adalah negara kesatuan yang meliputi Inggris,
Skotlandia dan Wales;
• United Kingdom adalah negara kesatuan yang meliputi Britania
Raya dan Irlandia Utara.
Terlihat sangat jelas perbedaannya, kan?

180
Mengapa hingga Kini Belum Ada Penerima Penghargaan
Nobel yang Berasal dari Indonesia?

Iya, kenapa ya? Padahal sastrawan ternama seperti Pramoedya Ananta


Toer sudah layak untuk mendapatkan hadiah Nobel di bidang sastra.
Namun nyatanya penghargaan terbaik yang dia raih 'hanya' Ramon Magsaysay
Award for Journalism, Literature and Creative Communication Arts (1995). Well,
mari terlebih dahulu kita simak perjalanan yang sudah kita tempuh untuk
bisa meraih Nobel prize yang bergengsi ini.

Nobel prize atau hadiah Nobel merupakan penghargaan warisan dari Alfred
Nobel yang telah diberikan sejak tahun 1901. Penghargaan ini diberikan
untuk siapa saja yang telah melakukan penelitian, menemukan teknologi
baru, atau telah berkontribusi banyak untuk masyarakat. Hadiah Nobel
diberikan untuk mereka yang bergelut di bidang kimia, fisika, kedokteran,
sastra, dan perdamaian (sayangnya di bidang matematika tidak ada, hiks!).

Kita boleh berbangga hati karena ketika Republik


Indonesia masih berada di bawah kekuasaan
Imperium Belanda, ada seorang pemuda yang lahir
di daerah Semarang bernama Willem Einthoven
(1860–1920), yang telah berhasil mendapatkan
hadiah Nobel di bidang kedokteran atas
penemuan elektrokardiogram (EKG). Pada saat itu, dia
tercatat memiliki kewarganegaraan Hindia Belanda
(Republik Indonesia saat ini).

Namun sayang, kisah Einthoven tak banyak dikenal oleh bangsa kita, karena
dia lebih banyak menghabiskan masa muda hingga akhir hayatnya di Leiden,

181
Belanda. Hingga wafatnya pun, Einthoven tercatat sebagai warga negara
Belanda.

Di samping itu, ilmuwan berkebangsaan Belanda


lainnya bernama Christiaan Eijkman (1858–
1930) mendapatkan hadiah Nobel di bidang
kedokteran atas penemuan antineuritic vitamin. Pada
tahun 1883, dia berangkat ke Hindia Belanda untuk
menjadi petugas kesehatan di Semarang, Cilacap, dan
Padangsidempuan di Sumatra Utara. Meskipun sempat
kembali ke Belanda, namun dia dipanggil kembali untuk menjalankan
laboratorium di Batavia (sekarang Jakarta) untuk menyelidiki kasus beriberi
yang mewabah di Hindia Belanda. Sejarah mencatat bahwa Indonesia
memang tidak bisa lepas dari para peraih hadiah Nobel.

Lalu bagaimana dengan Pramoedya Ananta Toer, apakah dia berhasil meraih
hadiah Nobel di bidang sastra? Melalui novel-novelnya yang prominen, yakni
Tetralogi Buru, Pram berkali-kali masuk ke dalam nominasi peraih Nobel di
bidang sastra. Namun sayang, hingga ajalnya menjemput, penghargaan
Nobel tersebut tidak pernah singgah di tangannya. Ada banyak spekulasi
yang hadir, di antaranya adalah karena kualitas penerjemahan ke bahasa
Inggris yang cukup buruk sehingga melemahkan kesusastraannya, dan
pemerintah saat itu kebingungan antara mendukung keterpilihan Pram atau
mengungkit kembali isu pemberontakannya di masa lalu.

182
Jadi secara konkret, belum ada satu pun warga negara Indonesia yang mampu
membawa pulang hadiah Nobel. Tapi, kembali lagi ke pertanyaan awal,
mengapa demikian?

Kita harus mengakui bahwa Indonesia masih tertinggal jauh dalam


mempromosikan calon kandidat peraih Nobel, tidak seperti negara Amerika,
Cina maupun Jepang. Sebagian besar masyarakat kita masih belum akrab
dengan Nobel, dan pemerintah terkesan belum serius untuk menyiapkan
masyarakat yang mampu diakui oleh dunia. Bagaimana tidak, anggaran
penelitian dan pengembangan atau Research and Development
(R&D) Indonesia pada tahun 2018 hanya berkisar 0,31 persen dari PDB,
yakni setara USD10,58 miliar, berada di bawah negara-negara tetangga
seperti Thailand, Malaysia dan Singapura. Dengan anggaran dana yang
terbatas tersebut, kita tidak akan mampu melahirkan inovasi-inovasi di
bidang keilmuan dan teknologi. Meski anggaran dimaksimalkan menjadi 1
persen dari PDB pun masih jauh dari perjalanan meraih hadiah Nobel. Bila
kita ingin selangkah lebih maju, maka alokasi dana untuk riset mesti
diperbesar kembali dan para pelaku industri harus didorong untuk lebih
berkontribusi dalam pendanaan riset di Indonesia. Sulit? Tentu. Karena
mekanismenya masih rumit.

Namun, jangan berkecil hati!

Salah satu fisikawan kita, yakni Prof. Yohanes Surya, pernah menuliskan
bahwa statistik peraih hadiah Nobel rata-rata merupakan murid dari mantan
penerima Nobel sebelumnya. Para peraih Nobel dijadikan guru untuk
menuntut ilmu. Oleh karena itu, agar peluang mendapatkan Nobel semakin
besar, kita harus banyak berguru pada peraih Nobel sebelumnya. Siswa-siswa

183
Indonesia kini banyak tersebar di kampus-
kampus ternama untuk belajar dengan para
peraih Nobel tersebut, di antaranya
adalah Widagdo Setiawan di MIT menjadi
murid Wolfgang Ketterle (peraih Nobel
Fisika tahun 2001), Evelyn Mintarno di Stanford University sempat
menjadi asisten Douglas Osherroff (peraih Nobel Fisika tahun 1996), Oki
Gunawan di Princeton University pernah menjadi murid Daniel
Tsui (peraih Nobel Fisika tahun 1998), Rizal Fajar di Caltech banyak
berinteraksi dengan peraih Nobel, bahkan ia sempat mengajar suatu kelas
yang di kelas itu ada seorang peraih Nobel fisika tahun 2004 (ya, peraih
Nobel fisika sungguhan!) sebagai muridnya.

Dari sekian banyak calon ilmuwan terdidik ini, bukan hal yang mustahil bila
ada seseorang yang akan meraih Nobel prize di kemudian hari. Dan tentu,
pemerintah harus mendukung dan mempromosikan mereka di mata dunia.

Meski hingga saat ini kita belum mampu meraih Nobel, namun benih-benih
tersebut sudah ada. Mereka sedang bermunculan, tumbuh dan mengakar.
Semoga di tahun 2020 nanti ada nama putra/putri Indonesia yang meraih
Nobel prize seperti yang telah dicita-citakan.

184
Siapakah Sosok Tokoh di Indonesia yang Sangat Patut
Diteladani? Mengapa?

Silakan ambil selembar uang pecahan dua puluh ribu di dompet Anda.
Sudah? Kemudian perhatikan sosok pahlawan nasional yang ada di dalamnya
dengan seksama. Tahukah Anda, bahwa sosok tersebut adalah
matematikawan pertama di Indonesia?

Sebelum Indonesia merdeka, lahir seorang putra dari


tanah Minahasa yang bernama Gerungan Saul Samuel
Jacob Ratulangi, atau lebih dikenal sebagai Sam
Ratulangi. Dia terlahir dari keluarga pamong
(pengurus), karena ayahnya adalah seorang Kepala
Distrik Kasendukan saat itu. Sejak kecil, dia sudah
menjadi kutu buku dan menunjukkan minatnya terhadap
ilmu pengetahuan, hingga senang bereksperimen dengan berbagai macam
hal.

Karena merasa orang-orang pribumi direndahkan oleh bangsa penjajah, dia


pun bersemangat untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, tepatnya
di University of Zurich, Swiss, dan menuntaskan studi doktoralnya di bidang
matematika pada tahun 1919. Nah, tahukah kalian? Hingga saat ini, Sam
Ratulangi tercatat sebagai doktor eksakta pertama di Indonesia, sekaligus
menyandang gelar sebagai matematikawan pertama di negeri ini.

Selain menjadi seorang matematikawan, dia juga merupakan seorang


politikus, guru, jurnalis dan tokoh multidimensional yang terkenal dengan
filsafatnya: Si tou timou tumou tou (manusia baru dapat disebut sebagai manusia jika
sudah dapat memanusiakan manusia).

185
Sebelum ikut berjuang untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia, Sam
Ratulangi terlebih dahulu berjuang membebaskan rakyat Minahasa dari kerja
paksa (rodi). Bahkan setelah dia pulang menyelesaikan pendidikannya, dia
langsung kembali ke Indonesia untuk mengajarkan matematika dan sains di
sekolah teknik. Inilah salah satu hal yang saya kagumi dari sosok beliau: tidak
melupakan tanah airnya, dan kembali untuk membela bangsanya sendiri.

Setelah berjuang untuk rakyat Minahasa, ia kemudian pergi ke tingkat


nasional untuk berjuang bersama Soekarno dkk. Usai Soekarno-Hatta
mengumumkan proklamasi kemerdekaan, Sam Ratulangi diangkat menjadi
gubernur pertama di Sulawesi (dulu, Sulawesi adalah suatu provinsi sebelum
akhirnya bermekaran menjadi beberapa provinsi).

Di Jakarta, naskah proklamasi dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945,


namun rakyat Sulawesi baru mendengarkan berita kemerdekaan dua hari
setelahnya, dan orang yang pertama kali mengumumkan kemerdekaan
tersebut adalah Sam Ratulangi. Memang sangat besar jasa dari Sam Ratulangi
untuk masyarakat Sulawesi, sebab dia juga orang yang membuat petisi untuk
PBB yang menyatakan ke dunia internasional
bahwa Sulawesi adalah bagian tak terpisahkan
dari Indonesia. Oleh karena itu, bila Anda
berkunjung ke Sulawesi, maka akan
ditemukan banyak tempat dengan nama Sam
Ratulangi. Salah satunya adalah nama bandara internasional di kota Manado.
Kemudian universitas negeri terkemuka di Sulawesi Utara: Universitas Sam
Ratulangi.

186
Kemudian bila kita selidiki uang pecahan dua
puluh ribu rupiah yang baru, maka sosok
wajah yang tertera di sana tidak lain dan tidak
bukan adalah Dr. Sam Ratulangi. Sekaran g
jadi tahu 'kan, siapa sosok yang ada di uang
tersebut? Ya, dialah putra terbaik Minahasa. Putra terbaik Indonesia!

Terlalu banyak kisah mengenai Sam Ratulangi yang saya lewatkan di sini,
selebihnya dapat Anda baca di buku Seri Pahlawan: Gerungan Saul
Samuel Jacob Ratulangi karya Drs. Mardanas Satwan & Sutrisno Kutojo.

Banyak hal yang bisa kita teladani dari sosok Sam Ratulangi, yakni, seberapa
pun cintanya kita terhadap bidang yang ditekuni, maka jangan sampai lupa
untuk turut andil dalam memajukan Indonesia, jangan sampai lupa untuk
kembali membela bangsa ini, dan jangan sampai lupa untuk memanusiaka n
manusia.

Si tou timou tumou tou.

187
Siapa Sajakah Ilmuwan Perempuan dari Indonesia yang
Berprestasi dan Dikenal Hingga ke Mancanegara?

Saya senang jika ada yang menanyakan ilmuwan perempuan dari Indonesia
di sini, mengingat jumlah perempuan yang berkiprah di bidang sains
sangatlah sedikit. Tidak hanya itu, persentase peneliti perempuan di bidang
STEM hanyalah sebesar 31%, dan laki-laki lebih mendominasi sebesar
69%. Mengapa sebagian besar perempuan tidak begitu meminati bidang
ini? Ah, entahlah. Saya pun tidak begitu memahaminya.

Namun, ada satu perempuan yang menjadi role model di bidang teknik dan
sains, dia bahkan mendapat predikat sebagai Top 100 Insinyur Paling
Berpengaruh di Australia dari tahun 2012 sampai 2015 dan penghargaan dari
pemerintah Australia yang juga bagian dari
daftar penghargaan ulang tahun Ratu
Elizabeth II. Meski sangat dibanggakan oleh
pemerintah Australia, dia bukanlah warga
negara asli sana. Ada yang tahu siapa nama
perempuan tersebut? Dialah Rose Amal, wanita kelahiran Medan tahun
1965 dan juga tercatat sebagai alumnus SMA Santo Thomas Medan.

Setelah lulus SMA, dia melanjutkan studi S1 di fakultas teknik


kimia University of New South Wales, Australia. Selesai merampungkan
gelar S1 nya, dia ditawari beasiswa untuk meraih gelar PhD di universitas
yang sama. Hingga saat ini, dia tercatat sebagai Scientia Professor di fakultas
teknik kimia, University of New South Wales, salah satu perguruan tinggi
paling bergengsi di sana. Percayalah, Anda akan terkagum-kagum bila
melihat segudang penghargaan yang telah dia raih.

188
Setiap tahun di bulan Juni, ada sebuah penghargaan yang diberikan sebagai
bagian dari tradisi memperingati hari ulang tahun Ratu Elizabeth. Nama
penghargaan tersebut adalah Companion of the Order of Australia (AC). Ratu
Elizabeth yang juga menjabat sebagai kepala negara Australia, memberikan
apresiasi kepada mereka yang dianggap telah berjasa bagi kemajuan ilmu
pengetahuan di bidangnya masing-masing. Tahun 2018 kemarin, Rose Amal
mendapatkan penghargaan bergengsi ini dari pemerintah Australia dan
menyisihkan ilmuwan/insinyur Australia lainnya, keren sekali!

Sebelumnya, dia juga merupakan insinyur wanita pertama yang diterima di


lembaga bergengsi Akademi Sains Australia (FAA), pemenang Judy Raper
Women in Engineering Leadership Award (2012),
penghargaan ExxonMobil (2012), penghargaan NSW Science and Engineering-
Emerging Research (2011), dan penghargaan Freehills (2008). Masih ada
penghargaan yang belum saya catat di sini, namun apa yang dituliskan di atas
sudah cukup untuk mewakili pesonanya.

Topik penelitian yang dia tekuni sangat berpengaruh terhadap lingkungan,


karena menyangkut pemurnian dan pembersihan dua unsur paling penting
bagi kehidupan: udara dan air. Dia meneliti bagaimana menggunakan cahaya
matahari untuk menguraikan polutan di air atau bahan organik di
udara. Meski sudah berpuluh-puluh tahun menetap dan menjadi warga
negara Australia, dia tetap memberikan sumbangsih yang cukup besar untuk
negeri ini, seperti membantu penelitian yang sedang dilakukan oleh
pemerintah kita, membimbing mahasiswa Indonesia yang melanjutkan
kuliah di sana, dsb. Rose Amal adalah aset berharga bagi Indonesia. Namun
sayang, jangankan mengetahui jasa-jasanya, mendengar namanya pun kita
mungkin tidak pernah.

189
Ketimpangan gender di dalam dunia sains masih sering terjadi, bahkan di
negara-negara maju sekali pun. Maka dari itu, kesetaraan gender mesti
diperjuangkan, sebab laki-laki dan perempuan memiliki sudut pandang yang
berbeda, karenanya, kontribusi perempuan dapat memperkaya sudut
pandang dalam perkembangan sains. Bagaimana caranya? Bisa dengan
menaruh perhatian pada pendanaan penelitian untuk perempuan ,
sebagaimana yang dilakukan oleh L'Oreal-UNESCO for Women In Science, atau
pun yang lainnya.

190
Apa Saja Kebodohan-Kebodohan Pemerintah yang Pernah
Terjadi di Berbagai Negara?

Bila dibilang 'bodoh', sepertinya agak kasar, ya. Tapi entah mengapa
kebijakan jenderal yang berkuasa di Myanmar ini memang memenuhi kriteria
tersebut.

Pemimpin Militer di Myanmar kerap kali mengeluarkan kebijakan nasional


yang dipenuhi oleh bumbu-bumbu takhayul, karena tidak sedikit dari mereka
yang memelihara dan memercayai dukun. Para dukun (atau sebut saja lah ahli
nujum agar lebih keren) diyakini mampu melihat masa depan yang lebih baik
bagi mereka. Bahkan, tanggal dan jam kemerdekaan Myanmar yang jatuh
pada 4 Januari 1948 pukul 04.20 pagi pun karena rekomendasi ahli nujum
tersebut. Alasannya? Tentu, karena percaya bahwa nasib baik akan menimpa
negara mereka.

Selain itu, ada dua kebijakan tidak masuk akal yang pernah dilakukan oleh
pemerintah Myanmar, yakni memindahkan ibu kota dan mengeluarkan mata
uang kertas 45 dan 90 kyat. Di mana letak ketidak-masuk-akalannya itu?
Saat junta militer dipimpin oleh Jenderal Then Shwe, ibu kota Myanmar
dipindahkan dari kota Yangon ke kota Naypyidaw, Mandalay, sesuai nasihat
ahli nujumnya. Ahli nujum itu bernama Swe Swe Win atau dijuluki sebagai
ET, peramal paling kondang sejagat raya Myanmar.

"Jika ibu kota tidak dipindahkan, rakyat akan mendapat musibah besar", bisik halus
si peramal. "Jangan lupa, dipindahkannya pada 6 November 2005 pukul 07.37 ya",
ucapnya, melanjutkan.
Jenderal Then Shwe pun menuruti nasihat tersebut. Benar-benar
menurutinya, lho, tanpa mempertimbangkan aspek geopolitik, kesiapan

191
infrastruktur, geostrategis dan dampak ekonomi yang akan dihadapi saat itu.
(Meski ada juga yang berpendapat bahwa alasan pemindahan ibu kota karena
Yangon sudah terlalu tua, semakin padat, dll)

Akan tetapi jika faktor utamanya memang benar karena saran dari ahli
nujum, maka saya tidak ragu untuk menyebutnya sebagai tindakan bodoh.
Ini sama saja seperti Anda telah bertahun-tahun menggeluti ilmu bisnis,
berhasil mendapatkan IPK tinggi lalu ketika ingin membuka usaha, Anda
pergi ke dukun dan bertanya usaha seperti apa yang cocok untuk Anda yang
berzodiak Sagitarius. Menjual akal untuk membeli sesuatu yang tidak masuk
akal? O, jangan bercanda.

Selain Then Shwe, pemimpin Myanmar


bernama Ne Win juga sangat menggemari
hal-hal mistis. Dia mengeluarkan kebijakan
peluncuran uang kertas senilai 45 dan 90 kyat
hanya karena angka tersebut habis jika dibagi
9 (FYI, angka 9 dipercayai sebagai angka keberuntungan di Myanmar). Alih-
alih semakin sejahtera, masyarakat yang ekonominya relatif baik perlahan
menuju kemiskinan. Meskipun sudah banyak bukti gagalnya ramalan dari
para ahli nujum, namun mereka tetap menjadikan peramal tersebut sebagai
penasihat. Banyak sekali pemimpin dari negara-negara di Asia dan Afrika
yang memercayai hal-hal mistis, contoh lainnya adalah pemimpin dari
Thailand, Haiti, Uganda dan Afrika Selatan. Mereka melakukannya atas dasar
kekuasaan.
Lalu bagaimana dengan pemimpin di negeri kita, Indonesia? Jangan salah,
takhayul sangat tumbuh subur dan makmur di negeri ini. Beberapa calon
legislatif dan politisi pun menggunakan klenik dan perdukunan semata-mata
hanya untuk kekuasaan. Untuk level presiden apalagi. Bahkan salah seorang

192
Presiden RI secara terang-terangan menyatakan bahwa dirinya memercayai
klenik, dan beritanya sempat muncul di The Washington Post.

Memercayai klenik atau hal-hal mistis memang hak pribadi, tapi jika jatuhnya
sampai merugikan banyak pihak, apalagi rakyat, maka sebaiknya hal tersebut
dikesampingkan. Saya tidak menyalahkan orangnya, saya hanya
menyayangkan rasionalitasnya yang masih tertinggal di level zaman purba.

193
Bagaimana Cara Melatih Kemampuan dalam Menyelesaikan
Masalah?

Mau coba cara yang digunakan di negara Jepang?

Tahun 2007 kemarin pemerintah Jepang melakukan revolusi terhadap sistem


pendidikan mereka, dari yang semula berfokus terhadap hafalan kini menjadi
berfokus terhadap penyelesaian masalah (problem solving). Nah, cara
menyelesaikan masalah ini dituliskan oleh Ken Watanabe ke dalam buku
berjudul Problem Solving 101. Menurutnya ada empat cara dalam
melatih problem solving:

#1 Memahami situasi saat ini;

#2 Mencari akar permasalahan;

#3 Mengembangkan rencana yang efektif;

#4 Menjalankan rencana sampai masalah terpecahkan. (Rencana bisa


dimodifikasi jika diperlukan.)

Terdengar sederhana, bukan? Eitsss, jangan diremehkan. Karena hasilnya


bisa memberikan dampak yang besar!

#1 Memahami situasi saat ini

Sebelum mencoba menyelesaikan masalah, maka kita harus benar-


benar sadar bahwa kita memang sedang berada dalam masalah. Betuull, karena
tidak sedikit orang yang gak sadar bahwa saat ini hidupnya sedang
bermasalah. Seperti kerap kali menyicil mobil dan barang-barang elektronik

194
di luar kebutuhan dan menganggap itu sebagai aset (sumber ekonomi yang
memberikan manfaat). Padahal yang demikian bukan aset, tapi liabilitas
(hutang yang harus dilunasi). Tidak bisa membedakan mana aset dan liabilitas
adalah suatu masalah besar dalam mengatur keuangan yang kadang tidak kita
sadari.

Jadi, sudahkah mencoba mencari tahu apa masalah Anda saat ini?

#2 Mencari akar permasalahan

Mungkin kita sering menjumpai kalimat seperti ini, "Maaf kita putus aja.
Peringkatku di kelas jadi menurun sejak kita pacaran." Atau, "Aku mau berhenti
main futsal supaya punya banyak waktu untuk belajar." Padahal setelah putus atau
berhenti main futsal pun, peringkat dia di kelas tidak naik. Kenapa? Karena
akar masalah dia yang sebenarnya bukan karena pacaran atau kurangnya
waktu yang dibutuhkan untuk belajar. Yup, dia tidak tahu akar permasalahan
sebenarnya yang membuat nilainya di kelas jelek! Maka dari itu, sebelum
mencari solusi, penting bagi kita untuk mencari akar dari semua
permasalahan. Bagaimana caranya? Bisa dengan membuat pohon logika (logic
tree). Misalnya masalah kita saat ini adalah nilai ujian matematika yang jelek.
Maka hal pertama yang harus dilakukan adalah bertanya pada diri
sendiri, "Materi seperti apa yang membuatku kesulitan menjawabnya?". Kemudian
kita susun dengan melihat semua topik di dalam matematika seperti
geometri, aljabar, limit, dan lainnya. Ingat, semua topik, tidak boleh ada yang
terlewatkan!

Oke, jika ternyata geometri adalah topik yang membuat nilai kita jelek,
sekarang kita pecah kembali geometri ini ke dalam semua subtopiknya,
seperti luas, volume, transformasi geometri, dll. Kita gambarkan topik dan
subtopik tadi ke dalam sebuah diagram pohon seperti ini:

195
Lalu perhatikan di mana saja kita kesulitan memahami materi. Aha, ternyata
subtopik transformasi geometri dan kesebangunan yang tidak bisa kita kuasai
dengan baik! Dengan begini masalah kita yang tadinya adalah ‘nilai ujian
matematika yang jelek’ bisa diperinci kembali menjadi ‘nilai ujian matematika
yang jelek karena tidak menguasai dua subtopik: transformasi geometri dan
kesebangunan.’

Nah, setelah tahu akar permasalahannya secara spesifik, sekarang kita sudah
siap untuk lanjut ke step 3, yakni mengembangkan rencana ke depannya.

Let's go~

#3 Mengembangkan rencana yang efektif

Apa yang harus kita lakukan ketika tidak menguasai materi transformasi
geometri dan kesebangunan? Pertama-tama adalah mendaftarkan semua
kemungkinan dari solusinya, seperti:

• Meluangkan banyak waktu untuk fokus mempelajari materi


tersebut;
• Mengganti buku teks pelajaran geometri;
• Meminta bantuan teman yang menguasai geometri untuk
mengajari;

196
• Atau memanggil guru privat.
Kita tentukan mana solusi yang relevan dengan situasi kita saat ini. Caranya
bisa dengan mengumpulkan informasi terlebih dahulu, seperti misalnya
informasi tentang keuangan keluarga. Jika ternyata finansial kita sedang tidak
baik, maka solusi memanggil guru privat dikeluarkan dari daftar karena hanya
akan menimbulkan masalah baru. Nah, semakin banyak mencari informasi,
semakin banyak kemungkinan solusi yang akan tersisihkan dari dalam daftar
tersebut karena bukan prioritas atau tidak didukung oleh situasi kita sekarang

Setelah mendapatkan beberapa solusi yang dianggap terbaik, maka anggaplah


mereka sebagai suatu hipotesis. Hipotesis ini harus kita buktikan
kebenarannya, yaitu dengan cara ke-4, menjalankan rencana!

#4 Menjalankan rencana

Apalah artinya sebuah rencana jika tidak dieksekusi? Semua hipotesis yang
didapat pada langkah ke-3 kita uji kebenarannya dengan mengeksekusinya.
Semisal, pergi ke toko buku untuk mengganti buku teks pelajaran geometri
yang lebih mudah dipahami. Jika ternyata itu bekerja, maka selesai sudah
masalah kita. Jika kita masih belum memahami materi geometri tadi, maka
eksekusi hipotesis lainnya sampai kita benar-benar bisa memahami materi
transformasi geometri dan kesebangunan. Masalah kita pun terselesaikan .
Hurray!

Masalah nilai matematika yang jelek tadi ternyata memiliki solusi yang
sederhana: mengganti buku pelajaran yang lebih mudah dipahami materi geometrinya
(dan tentunya mempelajari buku tersebut dengan hati yang riang gembira.)

Nah, inti dari Problem Solving ala Ken Watanabe adalah, bahwa sebesar apa
pun masalah kita, maka uraikan ke dalam masalah-masalah yang lebih

197
spesifik dan lebih sederhana lagi. Masalah yang lebih sederhana ini kemudian
dapat dengan mudah kita cari solusinya daripada masalah yang terlihat
kompleks di awal. Inilah bagaimana matematikawan bekerja untuk
menemukan solusi permasalahan yang ada di dalam matematika.

Jadi ingin lebih mengasah kemampuan problem solving? Maka sering-seringlah


Bermatematika.

Yuk jatuh cinta sama matematika!

198
Sebagai Penutur Asli Bahasa Indonesia, Kata Apa Saja yang
Membuatmu Tergelitik?

Pertama adalah kata polisi. Serius, kata ini berbeda daripada kata yang
lainnya. Coba kita beri imbuhan me-kan pada kata polisi, maka bentuknya
menjadi memolisikan. Lalu apa arti dari kata memolisikan?

Jika melihat fungsi dari imbuhan me-kan, maknanya bisa membuat jadi, seperti
pada kata mematikan. Pun bisa bermakna melakukan perbuatan, seperti pada
kata menyanyikan.

Jadi kalau melihat fungsi dari imbuhan me-kan, maka arti seharusnya dari
memolisikan adalah membuat seseorang menjadi polisi, ya kan? Tapi kita
tahu bahwa jika Deni memolisikan Susi, maka itu artinya Deni melaporkan Susi
kepada polisi, bukan Deni membuat Susi menjadi seorang polisi!

Kalau memolisikan berarti membuat seseorang berurusan dengan polisi,


maka melurahkan dan memertuakan artinya secara berturut-turut adalah
melaporkan seseorang kepada lurah dan melaporkan seseorang kepada
mertua. Tapi rasanya menjadi janggal, iya gak? Hahaha. Ya begitulah, kata
polisi ini memang lain daripada yang lain. Bikin tergelitik!

Kedua adalah kata wefie. "Kalau foto sendirian namanya selfie, kalau banyakan
namanya wefie!", begitu kata teman saya.

Tetapi kalau kita coba mencari kata wefie di dalam bahasa Inggris, kok tidak
ada ya? Lagi pula rasanya enggak nyambung jika wefie mengartikan
foto selfie secara berkelompok. Selfie berarti memotret diri saya sendiri

199
(myself). Kalau subjeknya berkelompok berarti jadi menggunakan ourself,
dong? Masih ada self-nya. Kenapa jadi wefie? Self-nya dikemanakan?

Kalau ingin menggunakan istilah wefie karena pelakunya adalah we,


harusnya selfie menjadi ifie karena pelakunya adalah i, bukan begitu? Hehehe.
Tidak jelas memang kata wefie ini datang dari mana. Kita gunakan istilah
dalam bahasa Indonesia saja ya; swafoto. Dengan begini mau mengambil foto
secara berkelompok atau pun sendiri, sudah terwakili maknanya. Tidak
rancu.

Yuk kita berswafoto!

Ketiga adalah kata perkedel. Mungkin bukan katanya yang membuat saya
tergelitik, tapi penuturnya.

Kalian pernah melihat postingan seperti ini?

Pada umur berapa kalian tahu bahwa perkedel adalah singkatan dari persatuan kentang
dan telur? — Begitu katanya.

Padahal perkedel sebenarnya merupakan kata serapan dari bahasa


Belanda, frikadel atau frikadeller. Bukan akronim dari persatuan kentang dan
telur. Ini hoaks.

200
Fenomena mengartikan kata yang sudah ada sebagai suatu singkatan atau
akronim disebut juga kerata basa. Beberapa kata pun sering disalahpahami
asal mula katanya, seperti pada kata kepo yang konon katanya merupakan
singkatan dari knowing every particular object. Padahal kata kepo diserap dari
bahasa Hokkian, kay poh, yang artinya seseorang yang ingin ikut campur
dengan urusan orang lain. Bukan suatu singkatan di dalam bahasa Inggris!

Hayo, jangan-jangan dulu kita termasuk penutur bahasa yang terjerumus ke


dalam hoaks tersebut, ya? Nah, selain perkedel dan kepo, adakah yang tahu
kata-kata lain yang sering menjadi korban kerata basa?

201
Apa Kesalahan Tata Bahasa yang Sering Dilakukan Penutur
Bahasa Indonesia?

Saya baru sadar kalau ternyata kesalahan berbahasa seperti ini sering
dilakukan oleh penutur bahasa Indonesia. Saya pun pernah melakukann ya
(atau malah masih melakukannya sampai sekarang ya? Hahaha). Baiklah, ini
dia:

• Acuh = Cuek
Kita mungkin pernah mendengar ada seorang wanita bilang begini: "Sayang,
jangan acuhin aku lagi, dong!". Mendengar itu, pacarnya lalu semakin jarang
menghubungi dia dan bahkan tidak menanyakan lagi kabarnya. Si wanita
semakin kesal karena merasa tidak dipedulikan lagi. Kalian tahu apa
penyebab hubungan mereka retak? Ya, karena wanita tersebut tidak tahu arti
dari kata acuh! Si wanita meminta pacarnya untuk jangan mengacuhkan dia
(yang artinya jangan memedulikan dia), padahal, mungkin maksud dari
perkataan dia adalah jangan cuekkin aku!. Namun nahas, dia tidak tahu kalau
acuh itu artinya adalah peduli. Jadi jangan acuhkan aku itu berarti jangan
pedulikan aku. Hayo, siapa di sini yang masih salah
mengartikan acuh sebagai cuek?

• Me + ubah = Merubah
"Aku akan merubah diri menjadi lebih baik". Wih, seram amat kalimatnya.
Merubah diri? Maksudnya, ingin membuat diri sendiri menjadi rubah atau
bagaimana? Hehehe. Kata dasar yang diawali dengan huruf u,
seperti ubah, ucap, utang, dan lainnya, jika diberikan awalan me maka awalan
tersebut mestilah berubah menjadi meng. Seperti mengucap, mengutang(i), dan

202
juga mengubah, bukan menjadi mer. Tidak ada kan kata
kerja merucap atau merutang?

Nah, kesalahan ini dan juga kesalahan pada poin sebelumnya ternyata
terangkum di dalam lirik lagu Once yang berjudul Aku Mau (Kucinta Kau
Apa Adanya).

Kau boleh acuhkan diriku dan anggap ku tak ada.

Tapi takkan merubah perasaanku.

Duh, kesalahannya sampai berlipat begini. Mungkin karena lagu ini, kita
menjadi semakin terbiasa memaknai kata acuh sebagai tidak peduli, padahal
artinya bertentangan sama sekali.

• Di mana dan yang mana = Kata hubung dalam bahasa


Indonesia
Sewaktu bimbingan tugas akhir, saya dikoreksi oleh dosen pembimbing
karena menuliskan kata hubung di mana dan yang mana. Beliau berkata bahwa
kedua hal tersebut secara resmi bukan berasal dari bahasa Indonesia,
melainkan dari bahasa Inggris yang setara dengan where dan which. Lagi
pula di mana itu menanyakan tempat, jadi kalau menulis "di mana zaman dulu
…", itu gak logis. Zaman menunjukkan waktu, sedangkan di mana
menanyakan tempat. Di mana dan yang mana adalah kata hubung di dalam
bahasa Inggris, dan keduanya tidak dikenal di dalam bahasa Indonesia. Tak
apalah jika ingin digunakan di dalam percakapan sehari-hari atau di dalam
Quora, tapi jika untuk dituliskan ke dalam makalah/paper/surat kabar, lebih
baik diganti dengan kata hubung lain yang memang ada di dalam bahasa kita
sendiri. Oke?

203
• Mengajari = Mengajarkan
Coba kita tes, mana kalimat berikut yang benar: Guru mengajarkan kita
matematika, atau Guru mengajari kita matematika?

Ini salah satu pertanyaan dari dosen saya sebelum corona akhirnya
menyerang, lho. Saya cukup lama menjawab pertanyaan ini — dan rasanya
bodoh sekali karena hal seperti ini saja tidak tahu!

Baik mengajari atau pun mengajarkan keduanya sama-sama berasal dari


kata ajar. Pemberian imbuhan me pada kata ajar mengartikan memberikan
pelajaran. Jadi arti dari mengajari adalah mengajar kepada. Misalnya, guru
mengajari kita matematika. Siapa yang memberikan pelajaran? Guru. Siapa yang
diajari? Kita. Apa yang diajarkan? Matematika. Tentu saja kalimat menjadi
tidak benar jika ditulis begini: guru mengajari matematika. Artinya, si
matematika yang diajari oleh guru supaya jadi anak pintar. Namun, jika yang
dimaksud adalah matematika sebagai bahan ajar, maka mestilah kalimatnya
menjadi: guru mengajarkan matematika kepada kita.

Kesalahan seperti ini seringkali terjadi. Misalnya saja pada percakapan bapak-
bapak dan ibu-ibu di sekolah: "Bapak ngajar apa hari ini?", lalu dibalas, "Saya
mengajar IPS, Bu". Huhu, Anda boleh terkesima karena guru tersebut telah
berjasa untuk membuat si IPS menjadi anak pintar.

Pak, yang diajari itu siswa, bukan IPS!

Seharusnya si bapak menjawab begini: "Saya hari ini mengajarkan IPS kepada
siswa, Bu". Ribet? Ya, tidak apa, yang penting sekarang kalimatnya menjadi
lebih masuk akal lagi, ya kan?

204
205
D a f t a r P ust a ka
Ali, Mukti. (2014). Para Penghuni Bumi Sebelum Manusia. Jakarta: Penerbit
Zahira.
Daryono, Aji Iqbal. (2019). Berbahasa Indonesia dengan Logis dan Gembira.
Yogyakarta: DIVA Press.
Euclid. (300 SM). Elements. Alexandria: Museum.
Gunawan, Hendra. (2017). Bermatematika Bukan sekadar Berhitung. Bandung:
Penerbit ITB.
Lanin, Ivan. Xenoglosofilia: Kenapa Harus Nginggris?. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Muhammad, Fatihu, dan Auwalu Haruna. The Determination of The Estimation
Time of Death, Using Differential Equation.
Rakhma, Eugenia. (2019). Buku Seri Anak Bertanya: Berapa Umur Bumi?.
Bandung: Common Room Networks Foundation Bandung.
Satwan, Mardanas, dan Sutrisno Kutojo. (2014). Seri Pahlawan: Gerungan Saul
Samuel Jacob Ratulangi. Penerbit Angkasa.
Sagan, Carl. (2018). The Demon Haunted World. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
Sagan, Carl. (2018). Kosmos. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
Wallace, David. (2019). Bumi yang Tak Dapat Dihuni. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
Watanabe, Ken. Problem Solving 101: Sebuah Buku Sederhana untuk Orang Pintar.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Quinn, Frank. (2012). A Revolution in Mathematics? What Really Happened a
Century Ago and Why It Matters Today. Notices of The AMS.

206
Quanta Magazine. (2018). Mystery Math Whiz and Novelist Advance Permutation
Problem.
Animath. (2018). Manifold dan Wujud Alam Semesta.
Forbes. (2018). Indiana's State Legislature Once Tried To Legislate The Value of Pi.
Nautilus. (2016). Euclid as Founding Father.
Bermatematika. (2018). Sarang Lebah Madu.
Nobel Prize. (2019). The Nobel Prize in Physiology or Medicine 1924.
Nobel Prize. (2019). The Nobel Prize in Physiology or Medicine 1929.
Science ABC. (2020). Munchhausen’s Trilemma: Is It Possible To Prove Any Truth?.
Tirto. (2017). Diktator Pemelihara Dukun: dari Duviler sampai Soeharto.
Wikipedia. (2018). Thales.
Wikipedia.(2020). Prisoner’s Dilemma.
Wikipedia.(2020). Epimenides Paradox.
Wikipedia.(2019). Periodical Cicadas.
Wikipedia. (2019). Hindenburg Disaster.

207
Tent a ng P enul i s
Arin, begitulah panggilan singkat dia dari namanya yang cukup sulit untuk
diucapkan: Arini Soesatyo Putri.

Dia senang menonton anime dan membaca manga. Dia juga seorang
investor 𝐶𝑂2 ke atmosfer Bumi karena hobinya adalah bernapas. Terkadang
hidupnya tidak berguna, kadang-kadang juga berguna kalau memang lagi
berguna. Selama menulis kumpulan artikel ini dia masih menjabat sebagai
seorang mahasiswi matematika di salah satu perguruan tinggi di pinggir
kebun binatang Bandung. Cita-citanya dulu ingin menjadi seorang pelukis,
tetapi takdirnya membawa dia terdampar di dunia abstraksi.

Dia menulis buku ini sendiri, menyuntingnya sendiri, dan mendesain


sampulnya sendiri. Tetapi bukunya bukan untuk dirinya sendiri, melainkan
untuk Anda sang pengembara ilmu di muka Bumi.

208

Anda mungkin juga menyukai