Anda di halaman 1dari 172

Kebudayaan Dalam Opini

DAFTAR ISI

LEMBAGA KEBUDAYAAN, PERLUKAH MENDAPAT


PENGHARGAN................................................................................ 5
MASALAH DENGAN ZONASI, SMKN SOLUSINYA.............. 18
CAMPURSARI KOPLO REKONSILIASI MAJAPAHIT
PAJAJARAN .................................................................................. 26
KAMPUS STKW PERLU KETEGASAN .................................... 34
MEROSOTNYA NILAI ADILUHUNG DALAM
PERTUNJUKAN WAYANG KULIT ............................................ 47
UYON-UYON APA HANYA SEKEDAR HURA-HURA ........... 55
SENI PEDALANGAN DALAM KAMPANYE POLITIK ............ 65
ANEKDOT BIDANG KEBUDAYAAN ........................................ 73
BUDAYA SUAP DAN KEKUASAAN DALAM JABATAN ...... 80
KONSISTENSI SEBUAH PERTUNJUKAN ARAK-ARAKAN
JATIM SPECTA NIGHT CARNIVAL DI KOTA MALANG ..... 86
TANTANGAN PEGAWAI PEMERINTAHAN DAN POLITIK
KEBOHONGAN ............................................................................. 95
KREATIVITAS SENI SAAT PAGEBLUK CORONA
MELANDA .................................................................................... 103
ESELON III DAN IV DI HAPUS, PAMONG BUDAYA AKAN
BERTAMBAH .............................................................................. 114
STRATEGI KEBUDAYAAN SEBATAS KONSEP ................ 123
WAYANG PAMEKASAN PUNAH, TANPA PENERUS ......... 131

1
Kebudayaan Dalam Opini

BAHASA JAWA DALAM FENOMENA................................... 141


ALTERNATIF SENI TRADISIONAL UNTUK MENGHADAPI
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI ............................................. 150
SENI KARAWITAN SAAT INI ................................................... 158

2
Kebudayaan Dalam Opini

PENGANTAR

Dalam buku ini dihimpun beberapa

karangan opini yang pernah saya tulis di media

massa, maupun beberapa artikel makalah yang

tidak saya terbitkan.

Fokus dalan tulisan ini bermacam-macam

namun tetap bertalian dengan kebudayaan serta

Instansi pemerintahan terutama yang menangani

bidang kebudayaan. Karena saya bekerja sebagai

Pamong Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Provinsi Jawa Timur.

Terima kasih kepada Instansi pemerintah

khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Provinsi Jawa Timur yang mana telah mewadahi

serta memberikan fasilitas serta pelestarian dalam

3
Kebudayaan Dalam Opini

bidang kebudayaan dengan cara perlindungan,

pembinaan serta pemanfaatannya.

Kepada para pembaca saya ucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya. Mudah-

mudahan akan ada manfaatnya untuk memahami

permasalahan yang kita hadapi, sehingga akan

dapat menemukan jalan keluarnya secepat

mungkin…..Salam Budaya.

Penulis,

Adiyanto

4
Kebudayaan Dalam Opini

LEMBAGA KEBUDAYAAN,
PERLUKAH MENDAPAT
PENGHARGAN

Komunitas Pecinta Budaya Nusantara

Ketika saya berbincang dengan salah satu

pendiri Komunitas Pecinta Budaya Nusantara

(PBN), Beliau adalah Cak Ris Handana, beliau

5
Kebudayaan Dalam Opini

mengatakan bahwa Komunitas Pecinta Budaya

Nusantara (PBN) adalah salah satu komunitas yang

mempunyai tujuan melindungi, melestarikan,

mengembangkan dan memperkenalkan aset-aset

kebudayaan yang mepunyai nilai luhur, melalui

berbagai aktivitas program kegiatan dimasyarakat

luas. Sedangkan pengikut dari PBN adalah para

pemerhati dan pelaku budaya yang sudah tersebar

di hampir seluruh daerah, bahkan sudah sampai

ke Belanda, Malaysia, Perancis dan Jepang. Dari

perbincangan dengan Cak Ris Handana tersebut,

kedepan PBN mempunyai program kegiatan,

diantaranya adalah meneliti, mengkaji,

mensosialisasikan, mengedukasi, serta

menumbuhkan minat masyarakat untuk

mengenal, melaksanakan dan mencintai budaya

Nusantara, salah satunya di Sekolah- Sekolah,

6
Kebudayaan Dalam Opini

serta masyarakat secara umum. Yang menjadi

lebih mengesankan lagi, kata Cak Ris Handana

dari semua program kegiatan yang dilakukan PBN

rata-rata menggunakan anggaran pribadi, atau

istilahnya yarwe (bayar dewe) yang artinya

membayar sendiri. Melihat kondisi seperti itu, saya

berfikir bahwa para pengikut di PBN, sangat

antusias dalam usahanya untuk selalu

melestarikan budaya Nusanatara tersebut.

PBN adalah salah satu Lembaga Kebudayaan

yang berkembang di seluruh daerah, termasuk di

Jawa Timur, walaupun masih banyak Lembaga-

lembaga lain yang peduli dengan kebudayaan yang

ikut andil dalam melindungi, melestarikan serta

mengembangkan seni Budaya di Jawa Timur ini,

maka dari itu untuk menjaga eksistensi dari

lembaga yang peduli dengan kebudayaan,

7
Kebudayaan Dalam Opini

seharusnya Pemerintah Jawa Timur, khususnya

yang membidangi kebudayaan juga harus

mempunyai apresiasi terhadap lembaga-lembaga

yang peduli dengan pelestarian kebudayaan salah

satunya adalah Pecinta Budaya Nusantara (PBN)

H.M. Suprapto Santosa, Pecinta Seni

Budaya

Siapa yang belum kenal H. M. Suprapto

Santosa, Beliau adalah seorang pengusaha yang

sangat peduli dalam pelestarian seni budaya,

Beliau mendirikan Sanggar Sinar Baskara yang

bertempat di Surabaya, yang mana sanggar

tersebut sebagai bentuk kepedulian serta

kecintaannya terhadap seni khususnya Karawitan,

pedalangan dan Campursari. Dalam berbagai

kesempatan untuk mendukung keberlangsungan

8
Kebudayaan Dalam Opini

seni budaya, Beliau selalu ikut andil dalam

menyumbangkan baik moral, material serta

pertunjukan seni lewat sanggar seninya, seperti

contohnya pada acara Hari Wayang Dunia yang di

selenggarakan di ISI Surakarta pada tanggal 7

Nopember 2019 kemarin, Beliau termasuk sponsor

yang memberikan dukungan material berupa

anggaran terbesar pada kegiatan acara tersebut,

serta Beliau menyumbangkan Pergelaran Wayang

Kulit Padat, dengan dalang cucunya sendiri yang

bernama Dimika serta Beliau sendiri dalam

Fraghmen Gara- Gara. Selain itu masih banyak lagi

dukungan Beliau baik secara material kepada

setiap acara pergelaran seni budaya di berbagai

daerah yang tidak bisa di hitung jumlahnya.

Dengan penggambaran salah satu tokoh

lembaga kebudayaan, serta tokoh pelestari seni

9
Kebudayaan Dalam Opini

budaya di Jawa Timur tersebut di atas, perlu

adanya perhatian dari Pemerintah Jawa Timur

khususnya yang membidangi kebudayaan untuk

mengapresiasi keberadaan mereka. Saya kira

masih banyak lagi Lembaga Budaya serta tokoh

pelestari seni yang lain yang ikut andil dalam

usaha melindungi, melestarikan, serta

mengembangkan keberadaan seni budaya

Nusantara, sehingga keberlangsungan seni budaya

akan tetap hidup di tengah- tengah kompleksitas

persoalan dan banyak kepentingan di berbagai

pihak.

Penghargaan Seniman Budayawan Jawa

Timur 2019

Pemerintah Provinsi Jawa Timur, melalui

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Bidang

10
Kebudayaan Dalam Opini

Kebudayaan telah menyelenggarakan Penghargaan

Seniman Budayawan Jawa Timur 2019 yang ke-

22, yang mana Program kegiatan tersebut suatu

bentuk perhatian pemerintah kepada Seniman dan

Budayawan yang telah mendedikasikan dan

mempunyai loyalitas tinggi terhadap perlindungan,

pelestarian dan pengembangan seni budaya

khususnya di Jawa Timur. Sedangkan kategori

yang mendapatkan penghargaan seniman

Budayawan adalah sebagai berikut : Kategori

Kreator Bidang Seni Sastra (ZOYA HERAWATI

SURABAYA), Kategori Kreator Bidang Seni Tari

(DIAZTIARNI SURABAYA), Kategori Kreator Bidang

Seni Rupa (JOKO PRAMONO SURABAYA), Kategori

Kreator Bidang Seni Teater (RAKHMAT GIRYADI

(ALM) SIDOARJO), Kategori Kreator Bidang Seni

Musik (PAMBUKO SIDOARJO), Kategori Kreator

11
Kebudayaan Dalam Opini

Bidang Seni Film (AMAN SUGANDI

TULUGANGGUNG) Kategori Kreator Bidang Seni

Pedalangan (PUGUH PRASETYO GRESIK), Kategori

Tokoh Berdedikasi dalam Bidang Seni dan Budaya

(ADAM SUMEH BLITAR, SUWOTO GOZALI (ALM)

SIDOARJO, SUTOHIR SURABAYA).

Dengan adanya Program kegiatan

Penghargaan Seniman dan Budayawan Jawa Timur

2019 ini, menurut saya adalah hal yang baik yang

telah dilakukan oleh pemerintah di dalam

memberikan perhatian kepada seniman serta

budayawan sebagai salah satu wujud untuk selalu

berperan serta dalam melindungi, melestarikan

serta mengembangkan dalam sektor seni budaya.

Menurut pemikiran saya akan lebih bagus

lagi ketika pemberian penghargaan terhadap

12
Kebudayaan Dalam Opini

seniman dan budayawan tersebut bisa lebih

seimbang antara seniman, budayawan, tokoh

pemerhati seni budaya serta Lembaga Kebudaaan

yang peduli dengan pelestarian seni budaya.

Termasuk salah satunya yang saya sampaikan di

atas yaitu Lembaga Pecinta Budaya Nusantara

(PBN), dan tokoh pemerhati seni H.M Suprapto

Santosa. Sehingga yang terjadi untuk pemberian

penghargaan tersebut tidak hanya di berikan

kepada senimannya saja akan tetapi lebih merata

kepada para budayawan seperti, sejarawan,

antropolog, arkeolog, tokoh pemerhati seni, tokoh

pelestari adat tradisi, serta lembaga kebudayaan

yang mempunyai kontribusi nyata dalam

pelestarian kebudayaan.

Pada hakekatnya untuk pelestarian seni

budaya tradisional bukanlah tanggungjawab oleh

13
Kebudayaan Dalam Opini

satu pihak dan tidak hanya dilakukan oleh para

seniman saja, akan tetapi perlu adanya campur

tangan dari berbagai pihak diantaranya, seniman

itu sendiri, para budayawan, lembaga seni budaya,

pemerintah serta masyarakat secara luas. Sehingga

harapan saya ke depan dengan diadakannya

program kegiatan pemerintah untuk memberikan

penghargaan seniman budayawan saya

mengusulkan, untuk sebagai bahan pertimbangan

yaitu dengan memberikan penghargaan,

diantaranya :

- Para seniman sesuai bidangnya yang

mempunyai prestasi memperlihatkan

pembaruan penciptaan dalam konteks

kemajuan bidang yang ditekuninya, memiliki

nilai-nilai kemanusiaan, serta menunjukkan

14
Kebudayaan Dalam Opini

kepeloporan yang menjadi inspirasi

monumental bagi masyarakat.

- Para budayawan, sejarawan, antropolog,

arkeolog dan yang lainnya yang ikut

berdedikasi dalam menggali, menjaga,

mengembangkan, dan melindungi karya

budaya yang telah ada sesuai dengan

aslinya/ mempertahankan keberadaannya

sehingga mendorong pelibatan masyarakat.

- Para tokoh pemerhati seni budaya yang pro

aktif dalam memprakarsai, memberi

dukungan dan menyokong baik secara moral

dan material dalam upaya pengembangan

seni dan budaya.

- Lembaga Kebudayaan, baik organisasi,

komunitas yang bergerak dalam hal

pelestarian seni budaya, baik seni tradisi,

15
Kebudayaan Dalam Opini

upacara adat, pakaian adat, rumah adat dan

yang lainnya sebagai bentuk untuk

melindungi, melestarikan serta

mengembangkan keberadaan seni budaya

tradisional.

Kedepan dengan adanya pemberian

penghargaan yang merata ini diharapkan, menjadi

motivasi bagi seluruh seniman, budayawan, tokoh

pelestari seni budaya, Lembaga Kebudayaan,

untuk melanjutkan pengabdiannya serta usahanya

dalam melindungi, melestarikan serta

mengembangkan seni budaya tradisi dan bahkan

memperkenalkan dan mengembangkan aset-aset

seni budaya yang mempunyai nilai-nilai luhur,

melalui berbagai program dan aktivitas agar

eksistensi dari seni budaya tetap terjaga dan tidak

punah. Serta diharapkan pula, akan semakin

16
Kebudayaan Dalam Opini

banyak kelompok sosial, lembaga swadaya

masyarakat, atau komunitas yang peduli dengan

aset-aset seni budaya warisan para leluhur.

Apalagi saat ini keberadaan seni budaya sedang

diserbu oleh berbagai gerakan dan grup yang anti

terhadap seni budaya tradisi kita. Diantaranya

banyak yang menganggap seni budaya tradisi kita

kuno, bahkan ada yang menganggap musrik haram

dan sebagainya. Jika tidak diantisipasi dengan

cerdas, cermat, bijak, dan seksama, bukan hal

yang mustahil jika pada tahun-tahun mendatang,

seni budaya kita hanya tinggal kenangan belaka.

17
Kebudayaan Dalam Opini

MASALAH DENGAN ZONASI,


SMKN SOLUSINYA

Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur berupaya

senantiasa meningkatkan layanan pendidikan yang

bermutu sesuai dengan tuntutan masyarakat saat

ini. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta

Didik Baru (PPDB) jenjang SMA, SMK dan SLB

18
Kebudayaan Dalam Opini

Negeri tahun 2019 yang akan dilaksanakan secara

objektif, transparan, akuntabel, tidak diskriminatif,

dan berkeadilan dengan sistem daring (online) dan

luring (offline). Hal ini sejalan dengan amanah

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Manajemen Pengelolaan SMA, SMK dan SLB Negeri

yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi.

Kegiatan PPDB jenjang SMA, SMK dan SLB

Negeri tahun 2019, supaya dapat berjalan dengan

baik, diperlukan adanya petunjuk teknis yang

mengatur pelaksanaannya sebagai tindak lanjut

adanya Permen No 51 Tahun 2018 dan Peraturan

Gubernur Nomor 23 Tahun 2019. Hal ini

diharapkan dapat menjadi pedoman bagi semua

pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PPDB.

Salah satu pedoman tetang PPDB di Jawa Timur

ialah sistem Zonasi. Sistem zonasi adalah jalur

19
Kebudayaan Dalam Opini

penerimaan calon peserta didik dengan

memprioritaskan jarak domisili dengan sekolah

yang dituju dan waktu pendaftaran.

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di

Jawa Timur untuk sistem zonasi hanya

diberlakukan untuk jenjang SMAN dengan

kuotanya 90 persen zonasi. Tetapi di dalamnya ada

20 persen untuk mitra warga. Kemudian 5 persen

di jalur prestasi dengan jalur offline dan 5 persen

jalur kepindahan orang tua. Sedangkan untuk

SMKN tidak diberlakukan sistem zonasi

dikarenakan kompetensi keahlian yang dimiliki

masing-masing SMKN itu berbeda-beda. Jadi

memang untuk SMKN itu tidak ada zonasi karena

banyak karakteristik-karakteristik jurusan yang

spesifik dan banyak program keahlian yang

disesuaikan bakat, minat dan kemampuan siswa

20
Kebudayaan Dalam Opini

sehingga memang tidak dilakukan untuk zona di

bidang SMK.

Saat ini di Jawa Timur banyak sekali

perbincangan yang seru, menarik, gayeng bahkan

banyak menjadi perdebatan di kalangan

masyarakat masalah PPDB yang menggunakan

sistem Zonasi, banyak masyarakat yang memihak

kebijakan tersebut akan tetapi banyak juga

masyarakat yang tidak setuju dengan adanya PPDB

menggunakan sisten Zonasi tersebut.

Banyak orang tua yang terlihat pusing,

bingung, gugup, bahkan tidak sedikit yang emosi,

saling ancam mengancam, ada juga yang bertindak

melalui proses hukum yang ada. Bahkan ada yang

langsung menyurati bapak presiden untuk

21
Kebudayaan Dalam Opini

menolak kebijakan menteri tentang PPDB yang

menggunakan sistem zonasi.

Saya tidak akan berpanjang-panjang menulis

sisi keburukan dari sistem zonasi ini akan tetapi

menurut saya sistem apapun yang dibuat oleh

pemerintah pasti ada sisi positif dan negatifnya

atau sisi baiknya dan juga ada sisi kelemahannya.

Seharusnya para orang tua lebih berfikir positif

dan berbaik sangka saja, termasuk terhadap

sistem zonasi dari pemerintah ini. Apa lagi

bertindak irasional, kalap, emosi hanya gara- gara

mencarikan solusi belajar untuk anaknya atau

putra-putrinya.

Menurut saya, solusi yang tepat untuk

mengatasi permasalahan sisten zonasi tersebut,

apabila si anak tidak diterima karena pengaruh

22
Kebudayaan Dalam Opini

sistem ini, aka yang harus dilakukan masuk ke

SMK yang sesuai dengan bakat dan minatnya.

Dengan adanya SMK maka semua yang

dipusingkan dan diributkan itu akan terjawab.

Dengan Gerakan Ayo Masuk SMK yang juga sudah

booming dan tranding itu, saya yakin tidak akan

kalah gengsi, tidak akan kalah ngetrend dengan

sekolah-sekolah yang jadi rebutan dalam menolak

sistem zonasi tersebut. Akan tetapi, apabila

anaknya mau di masukkan ke SMK tentunya

harus disesuaikan dengan bakat dan minatnya,

misalnya ada yang berbakat seni, maka masukkan

ke SMK yang mempunyai jurusan seni, begitu juga

untuk bakat dan minat yang lain, seperti elektro,

mesin, tataboga, teknologi informasi, perhotelan

dan yang lainnya.

23
Kebudayaan Dalam Opini

Jangan korbankan anak dan putra-putri

anda, hanya karena keegoisan para orang tua yang

hanya melihat satu sudut pandang bahwa sekolah

SMA favorit adalah salah satu cara untuk

memperlakukan anak supaya bisa belajar dengan

baik dan tepat. Orang tua harusnya jangan

terjebak dengan istilah-istilah yang menggiurkan,

seperti misalnya sekolah favorit, sekolah unggulan,

sekolah elite dan lain-lain. Menurut saya,

sebetulnya tidak ada Sekolah itu unggulan, favorit

ataupun elite hanya demi mengejar gengsi. Saya

termasuk orang yang berpikir dan melihat dari

positif dari sistem zonasi itu. Dengan sisten zonasi

yang banyak diributkan itu menurut saya sudah

benar dan tepat untuk diterapkan, bahkan tidak

hanya di Jawa Timur. Tapi kalau perlu, seluruh

24
Kebudayaan Dalam Opini

pelosok negeri ini menerapkan sistem itu yaitu

PPDB menggunakan sistem zonasi.

Kepada semua para orang tua, mari berpikir

lah yang luas, universal dan bijaksana dalam

melihat dan menilai sebuah sistem, termasuk

sistem pendidikan, sistem zonasi atau sistem

apapun itu. Selama niatnya baik, mendidik,

mengutamakan kesetaraan, keadilan dan lain-lain.

Saya pikir tidak ada alasan untuk ditolak.

25
Kebudayaan Dalam Opini

CAMPURSARI KOPLO
REKONSILIASI MAJAPAHIT
PAJAJARAN

Siapa yang tidak mengenal campursari koplo,

hampir semua lapisan masyarakat pernah

mendengar campursari koplo, Lalu apa yang

dimaksud campursari koplo itu sendiri. Ada yang

bilang bahwa campursari koplo adalah perpaduan

26
Kebudayaan Dalam Opini

antara musik tradisi dan musik modern, ada juga

pendapat lain yang bilang bahwa campursari koplo

adalah campuran antara beberapa genre musik

dari musik pop, keroncong, dangdut, kendang

kempul dan musik yang lainnya. Banyak tokoh-

tokoh seniman campursari koplo yang memberikan

pengaruh yang kuat di masyarakat sehingga

campursari koplo bisa dinikmati di semua

kalangan masyarakat, diantaranya adalah

Manthous, Didi Kempot, Sony Jos, Cak Dikin,

Demi dan banyak lagi.

Campursari koplo yang berkembang saat ini

adalah kolaborasi instrumen kendang jaipong/

kendang sunda, instriumen gamelan jawa, kiboard,

bas gitar melodi, gitar cak, kendang tabla, drum

dan yang lainnya. Untuk permainan lagunya bisa

di garap dalam irama musik langgam, kendang

27
Kebudayaan Dalam Opini

kempulan, jaipongan, dangdut koplo dan masih

banyak lagi.

Jawa Timur hampir seluruh daerah di

Kabupaten dan Kota sudah sangat mengenal dan

menyukai campursari koplo. Buktinya hampir di

seluruh daerah di Jawa Timur banyak sekali grup

campursari koplo. Seni campursari koplo sudah

masuk di kesenian yang lain seperti seni jaranan,

seni hadrah, seni wayang kulit, seni dangdut

melayu dan seni yang lainnya.

Kesenian jaranan sudah ada yang

menggunakan musik campursari koplo sebagai

iringan musiknya yaitu dengan menggunakan

kendang jaipong atau kendang tabla sebagai irama

koplonya. Pergelaran wayang kulit untuk saat ini,

pada umumnya selalu ada instrumen kendang

jaipong yang menyatu dengan intrumen gamelan

28
Kebudayaan Dalam Opini

untuk pergelaran campursari di sela-sela

pertunjukannya.

Dari pernyataan diatas entah disadari atau

tidak, dengan berkembangnya campursari koplo

maka ada yang namanya perpaduan antara

kesenian tradisi Sunda trah Pajajaran dan tradisi

Jawa trah Majapahit. Di buktikan dengan adanya

campursari koplo yang berkembang saat ini

khususnya di Jawa Timur. Instrumen kendang

jaipong/ kendang sunda sudah menyebar di

kalangan seni apapun, entah itu seni pedalangan,

campursari koplo, seni jaranan, seni hadrah dan

yang lainnya. Kemudian dengan adanya

campursari koplo, berkembang lagi masuk ke

musik dangdut melayu yang mengambil tehnik

tabuhan pada kendang jaipong untuk di

aplikasikan ke kendang tabla sehingga

29
Kebudayaan Dalam Opini

menghasilkan irama koplonya. Dan irama koplo

tersebut juga sudah menyebar ke seluruh grup

musik dangdut melayu di seluruh Jawa Timur.

Disadari maupun tidak, tanpa siapa tau

tokoh yang membawa instrumen kendang jaipong

dan teknik tabuhan koplonya di Jawa Timur,

berarti dikalangan seniman sudah ada yang

namanya rekonsiliasi Majapahit dan Pajajaran.

Tanpa melihat sejarah kelam masa lalu yang pahit

antara Majapahit dan Pajajaran dalam sejarah

perang bubat, para seniman berusaha bersatu

lewat berkesenian yaitu dengan menyatukan

kesenian tradisi Sunda (Pajajaran) dan kesenian

tradisi Jawa (Majapahit) yang berkembang di Jawa

Timur sampai saat ini.

Sehingga menurut penafsiran saya,

dikalangan seniman Sunda dan Jawa tidak ada

30
Kebudayaan Dalam Opini

yang namanya dendam masa lalu antara Majapahit

dan Pajajaran yang ada hanyalah suatu karya seni

kolaborasi antara Sunda dan Jawa. Hal itu bisa

saja terjadi karena senimannya yang tidak paham

sejarah atau pun memang tahu sejarah akan tetapi

menganggap bahwa sejarah masa lalu biarlah

berlalu dan hanya menjadi kenangan, yang ada

untuk saat ini hanyalah masa depan yang bisa

dijadikan untuk kebersamaan, kerukunan

sehingga akan tercipta rukun antar seniman Jawa

dan Sunda.

Perlukah ada rekonsiliasi Majapahit dan

Pajajaran di Pemerintahan atau di kalangan

Pimpinan Daerah, karena Pimpinan Daerah bisa

membuat kebijakan atau membuat peraturan yang

dapat menyelesaikan perselisihan antara Sunda

31
Kebudayaan Dalam Opini

(Pajajaran) dan Jawa (Majapahit). Jika memang

perlu, berarti harus ada rekonsiliasi peristiwa-

peristiwa yang lain yang terjadi dimasa lampau.

Seperti peristiwa G30S, rekonsiliasi antar agama

yang sampai saat ini masih rame dan sering terjadi

di masyarakat kita. Bahkan perlu ada rekonsiliasi

antar partai, karena antar partai kadang

bermusuhan kadang menjadi teman, ketika

bermusuhan saling menjatuhkan, ketika menjadi

teman saling memuji.

Terkait rekonsiliasi tidak usah kita berfikir

untuk membuat sejarah yang baru, mari kita

kenali sejarah masa lampau, dengan segala

pernak-perniknya sebagai pembelajaran, bukan

untuk dicari mana pihak yang benar dan mana

yang salah, bukan untuk balas dendam.

Pemerintah tidak perlu meluruskan, dan mencari

32
Kebudayaan Dalam Opini

pembenaran, apalagi memberi penilaian yang

berpotensi atau berpihak pada kelompok tertentu

sehingga akan menimbulkan gejolak sosial. Fokus

saja pada prioritas untuk pemberantasan korupsi

agar uang negara benar-benar digunakan untuk

kesejahteraan rakyat dan merangkul semua

kekuatan yang ada untuk membesarkan daerah ini

melalui bidang masing-masing.

33
Kebudayaan Dalam Opini

KAMPUS STKW PERLU


KETEGASAN

Tahukah anda bahwa Kampus STKW

(Sekolah Tinggi kesenian Wilwatikta Surabaya)

untuk menjadi kampus yang maju secara kwalitas

serta dapat bersaing dengan kampus seni yang

lain, maka perlu ketegasan pemangku kepentingan

yaitu Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam hal

34
Kebudayaan Dalam Opini

ini Upt. Pemberdayaan Lembaga Seni dan Ekonomi

Kreatif Wilwatikta, Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Prov. Jatim, sebagai Instansi yang

bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan

terhadap lembaga seni yaitu STKW Surabaya.

Ketegasan disini bukan berarti sewenang-

wenang, bersikap semaunya. Ketegasan yang

penulis maksudkan adalah lebih kearah

transparansi, membuat kebijakan yang benar,

mentaati aturan, selalu membuat keputusan untuk

kesejahteraan orang banyak. Apabila ketegasan

tersebut sudah dilakukan maka tidak menutup

kemungkinan STKW akan lebih maju dan dapat

bersaing dengan kampus seni yang lain.

Dinamika persoalan yang ada di STKW saat

ini ditandai oleh beberapa hal diantaranya: dengan

35
Kebudayaan Dalam Opini

adanya kebijakan pemangku kepentingan masalah

kesejahteraan para dosen yang tidak seimbang dan

tebang pilih antara dosen DPK, Dosen Yayasan dan

Dosen Luar Biasa. Sehingga yang terjadi antara

dosen yang satu dengan yang lain saling iren, sikut-

sikutan dan tidak akur, ada istilah “pinter ora

manut disisihke, bodho ning manut tetep dienggo”

(pandai didak sejalan dengan pimpinan di buang,

bodoh tapi sejalan dengan pimpinan tetap di

gunakan).

Ketika penulis berbicara dengan salah satu

dosen luar biasa, Beliau mengatakan kalau gajinya

tidak seimbang dengan biaya transportasi, waktu

dan tenaga. Akan tetapi Beliau tetap mengajar

karena ada panggilan batin yang mana STKW

sudah menjadi satu dengan jiwanya. Dengan

adanya hal ini masih banyak pejuang STKW yang

36
Kebudayaan Dalam Opini

tulus untuk kemajuan STKW. Akan tetapi dengan

adanya persoalan itu, artinya kebijakan pimpinan

belum ada perhatian tentang kesejahteraan kepada

dosen luar biasa. Selain itu banyak para dosen

yang diberikan tuntutan serta target untuk

mengikuti seminar nasional, sosialisasi publikasi

kampus, penelitian internal kampus, menjalin

kerjasama dengan pihak lain dan membuka

jaringan seluar-luasnya. Sayangnya hal tersebut

tidak disertai dengan dukungan dana dari pihak

administrasi, kalaupun ada jumlahnya hanya

secukup cukupnya dan ada kemungkinan dosen

yang tombok. Dengan demikian perlu adanya

ketegasan dari pemangku kepentingan untuk

merombak tatanan yang ada baik secara tata

kelola, tata pamong dan secara administrasi.

Struktural STKW yang asal asalan

37
Kebudayaan Dalam Opini

Ditahun 2019 terjadi perombakan struktural

STKW yang penulis rasakan masih asal-asalan dan

tidak mengutamakan profesionalisme dalam proses

pembentukannya. Pertama yaitu jabatan Ketua

STKW di jabat lebih dari dua periode. yaitu Dr. H.

Jarianto, M.Si yang menjabat Ketua STKW selama

empat periode: pertama tahun 2006-2010, kedua

tahun 2010-1014, ketiga tahun 2014-2018,

keempat tahun 2018-2022. Berdasarkan

Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 67 tahun

2008 pada Pasal 12 dijelaskan, bahwa masa

jabatan pimpinan perguruan tinggi dan pimpinan

fakultas adalah 4 tahun dan dapat diangkat

kembali dengan ketentuan tidak lebih dari 2 kali

masa jabatan berturut-turut. Itu artinya untuk

jabatan ketua STKW saat ini sudah menyalahi

regulasi yang ada.

38
Kebudayaan Dalam Opini

Kedua, Jabatan Pembantu Ketua II (bagian

keuangan, SDM dan Kerjasama) di jabat oleh

Kepala UPT Pemberdayaan Lembaga Seni dan

Ekonomi Kreatif Wiwatikta (PLSW), serta Kepala

Unit Informasi dan Teknologi (IT) yang di jabat oleh

Kasubag TU UPT PLSW. Menurut penulis hal

tersebut adalah suatu hal yang kurang benar

secara administrasi. Seharusnya Kepala UPT PLSW

tidak merangkap sebagai Pembantu Ketua II bagian

Keuangann, SDM dan Kerjasama, karena tugas

Kepala UPT adalah melakukan monitoring, evaluasi

anggaran yang dikelola oleh STKW. Sehingga ketika

jabatan tersebut dirangkap, maka yang terjadi

pelaporan anggaran STKW di monitoring sendiri

oleh Kepala UPT karena orangnya adalah sama.

Dengan demikan secara administrasi di STKW

39
Kebudayaan Dalam Opini

menjadi kurang sehat, salah satunya adalah

gampang terjadi penyalahgunaan anggaran.

Dengan adanya kasus tersebut, menurut

penulis sebaiknya dengan alasan apapun jabatan

pembantu ketua II (bidang keuangan, SDM dan

kerjasama) serta Kepala Unit Informasi dan

Teknologi (IT) harus di jabat oleh orang lain di

luar pegawai UPT PLSW, sehingga yang terjadi

untuk pengelolaan dan pelaporan anggaran di

STKW bisa di monitoring serta evaluasi oleh Kepala

UPT PLSW sesuai dengan prosedur. Sehingga

secara administrasi bisa dilakukan dengan benar

dan tentunya tidak ada rekayasa dalam pelaporan

anggaran.

Ketiga, kinerja pegawai UPT PLSW dan STKW

saat ini carut marut, artinya untuk pekerjaan atas

40
Kebudayaan Dalam Opini

nama STKW seperti Akademik, kemahasiswaan,

program kegiatan kampus dan yang lainnya, UPT

PLSW selalu ikut intervensi sehingga STKW sendiri

tidak bisa mandiri dalam pengelolaan kampus.

Dengan adanya permasalahan tersebut,

menurut penulis struktural STKW harus di

benahi. Pertama, dalam perekrutan jabatan

struktural di STKW harus aja lelang jabatan,

dengan cara kompetisi secara terbuka, tentunya

dengan syarat administrasi yang benar, sehingga

akan menjaring para pejabat struktural yang

berkwalitas yang berkomitmen untuk memajukan

STKW secara tulus tidak hanya sekedar omong

kosong. Kedua, dosen pengajar harus di berikan

kesejahteraan yang cukup serta tunjangan yang

lebih agar seimbang dengan kinerja serta jerih

payahnya. Ketiga, antara STKW dan UPT PLSW

41
Kebudayaan Dalam Opini

harus pisah, karena STKW dan UPT PLSW adalah

dua instansi yang berbeda yang mana mempunyai

tupoksi masing-masing.

STKW Menjadi Kampus Negeri

Ditahun 2012 kita melihat Surat Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

mengintruksikan agar Sekolah Tinggi Seni menjadi

ISBI (Institut Seni Budaya Indonesia) diantaranya

STSI Bandung, ISI Jogjakarta, ISI Surakarta, ISI

Padang Panjang, ISI Denpasar, ditambah dengan

Papua, ditambah dengan STKW, ditambah dengan

Makasar dan Kalimantan, juga Aceh. Dari semua

perguruan tinggi itu hanya STKW yang tidak mau

menjadi ISBI, sedangkan perguruan tinggi yang

lain sudah berjalan sampai sekarang.

42
Kebudayaan Dalam Opini

Penulis pernah berbicara dengan kepala UPT

PLSW soal penegerian STKW, Beliau mengatakan

bahwa STKW masih dalam proses menuju

penegerian tersebut, sedangkan prosesnya sampai

mana, masih perlu dipertanyakan. Dengan melihat

permasalahan diatas menurut pengamatan penulis

selama ini, kelihatannya para pemangku

kepentingan di STKW masih setengah hati untuk

memajukan STKW. Mengapa demikian?.

Mencermati STKW saat ini, secara umum para

pemangku kepentingan masih keberatan untuk

membuat perubahan yang akan membawa STKW

lebih maju dan punya daya saing. Padahal banyak

para pejuang untuk STKW yang rela mengabdikan

diri puluhan tahun hanya untuk STKW, akan

tetapi para pemangku kepentingan hanya ingin

meraup keuntungan, bisa menikmati kekuasaan

43
Kebudayaan Dalam Opini

dengan merasa paling benar sendiri (kemingsun)

tanpa tahu batin para pengabdi di STKW. Maka

dari itu untuk kemajuan STKW diperlukan

ketulusan hati baik dari para pemangku kebijakan

maupun semua orang di STKW. Dengan

kebersamaan perjuangan untuk STKW akan lebih

mudah, karena perjuangan ini belum selesai.

Menurut penulis, dengan banyaknya

gambaran persoalan di STKW yang ada, maka

untuk kemajuan STKW harus tetap mengarah ke

penegerian. Dr Ir Patdono Suwignjo,M.Eng.Sc,

Dirjen Kelembagaan Iptek dan Dikti mengatakan

bahwa saat ini pemerintah masih melaksanakan

moratorium penegerian. Akan tetapi sambil

menunggu moratorium, perguruan tinggi swasta

bisa menjadi perguruan tinggi negeri lewat Program

Studi Diluar Kampus Utama (PSDKU). Seperti

44
Kebudayaan Dalam Opini

contohnya untuk saat ini politeknik kediri yang

sudah menjadi negeri lewat jalur PSDKU. Sehingga

STKW juga bisa untuk menjadi kampus negeri

lewat jalur PSDKU supaya pengelolaan

kelembagaan, anggaran bisa mengikuti ketentuan

di kemenristekdikti yang nantinya STKW bisa lebih

kredibel, sejahtera, maju dan masih banyak

keuntungan yang lain. Apabila STKW masih berada

dibawah UPT PLSW Disbudpar Prov. Jatim, atau

mungkin masih dibawah yayasan Wilwatikta, maka

penulis yakin dalam beberapa tahun kedepan

STKW hanya akan menjadi kampus pengemis,

miskin dan tanpa kehormatan.

Sebagai pegawai Negeri Sipil dan alumni

STKW, penulis tetap konsisten untuk bersikap

selalu ngelingke terhadap pemerintah, bukan

berarti bersikap kritis. Hal ini diharapkan supaya

45
Kebudayaan Dalam Opini

STKW bisa mengalami perubahan untuk lebih maji,

dan selain itu bisa memperbaiki mekanisme kinerja

dipemerintahan supaya sesuai dengan prosedur

yang ada dan bersih dari tindak yang kurang

benar.

46
Kebudayaan Dalam Opini

MEROSOTNYA NILAI
ADILUHUNG DALAM
PERTUNJUKAN WAYANG
KULIT

Pertunjukan wayang kulit memang sudah

banyak berubah dari waktu ke waktu. Pada jaman

dahulu pertunjukan wayang kulit di dominasi oleh

cerita dalam pewayangan serta keindahan suara

gamelan pada gendhing-gendhinya. Pertunjukan

47
Kebudayaan Dalam Opini

wayang kulit jaman sekarang hampir sebagian

besar dalam penyajiannya ditambahi campursari

dengan penyanyinya yang cantik-cantik serta

lawakan yang dibawakan oleh pelawak sebagai

bintang tamu. Dalam penyajian wayang kulit saat

ini sebelum pergelaran, diawali oleh musik

campursari terlebih dahulu untuk mendatangkan

penonton, setelah itu baru pergelaran wayang kulit

dimulai. Pada waktu pergelaran wayang kulit di

dalam limbukan dan goro-goro juga disajikan

musik campursari serta datangnya bintang tamu

lawakan, sebagai penyegar dengan banyolan-

banyolannya. Penyajian wayang kulit untuk saat

ini memang menyesuaikan kebutuhan masyarakat

yang konsumtif, jadi didalam penyajiannya

disesuaikan dengan tingkat kemampuan imajinasi

masyarakat secara umum. Para seniman dalang

48
Kebudayaan Dalam Opini

menganggap dengan adanya penambahan musik

campursari serta hiburan lawak dapat

menyemarakkan suasana didalam sebuah

pertunjukan wayang kulit, supaya dapat menyedot

penonton lebih banyak. Apa lagi ditambah sajian

para penyanyi dan pelawak yang kurang etis yang

selalu mengarah ke vulgarisasi, dan lelucon yang

berbau porno atau jorok. Seperti misalnya seorang

penyanyi dengan berpakaian kebayak dan jarikan

tetapi berjoget layaknya penyanyi dangdut, dengan

goyang ngebornya sehingga pertunjukan tersebut

dapat megundang tawa penonton yang menjadikan

pertunjukan wayang terkesan ramai. Ditambah lagi

banyolan- banyolan para pelawak yang selalu

menjurus kearah pornografi seperti misalnya, kata

kata parikan “ minakjinggo, jengking penak miring

monggo” yang artinya minakjingga, nungging enak

49
Kebudayaan Dalam Opini

miring silahkan (konotasi porno) dan masih banyak

lagi contoh kata-kata yang lainya. Penyajian

wayang kulit semacam ini sudah menjadi trend

atau kebiasaan dalam pertunjukan wayang di

jaman sekarang ini. Pernah saya menanyakan

kepada salah satu penonton wayang kulit, apa

yang menarik dari penyajian wayang kulit untuk di

tonton? Kemudian dijawab bahwa didalam

pergelaran wayang kulit yang menarik yaitu pada

waktu adegan limbukan dan goro-goro, kerena

penyayinya cantik-cantik dan bisa goyang. Apalagi

bisa reques lagu serta ada pelawaknya yang selalu

membawakan sajian lawakannya yang lucu.

Hampir sebagian penonton selalu mengatakan

seperti itu. Maka dari itu ketika pergelaran wayang

kulit dimulai banyak para penonton yang

cangkruan diwarung, tapi ketika adegan

50
Kebudayaan Dalam Opini

limbukkan atau goro-goro mulai, para penonton

baru mendekat ke panggung untuk menyaksikan

jalannya pertunjukan.

Pergelaran wayang kulit yang seperti ini

memang sudah sudah menjadi viral disemua

kalangan masyarakat. Dikalangan pemerintahan

yang menangani tentang kebudayaan ketika

menanggap pergelaran wayang kulit juga sudah

ikut-ikutan seperti penyajian wayang kulit pada

saat ini, malah terkadang terkesan mewajibkan.

Pernah suatu ketika salah satu pejabat

dipemerintahan mau menanggap pergelaran

wayang kulit, Ia sangat bingung ketika bintang

tamu seorang penyanyi tidak bisa ikut karena ada

job lain, sehingga Ia menganggap nanti tidak akan

rame penonton, ketika bintang tamu penyanyi

tersebut tidak ada. Dengan demikian para pejabat

51
Kebudayaan Dalam Opini

yang duduk di pemerintahan kadang dengan

sengaja dan bahkan mewajibkan didalam

pergelaran wayang kulit harus ada bintang tamu

penyanyi, lawak dan campursari agar dalam

pergelaran bisa ramai. Karena memang ukuran

suksesnya pergelaran bagi orang-orang

pemerintahan pada saat ini adalah banyak

sedikitnya penonton yang hadir, bukan masalah

estetis, edukasi dan moralitas. Sehingga ketika

mengadakan pergelaran wayang kulit yang

diutamakan masalah bintang tamu penyanyi dan

lawak, sampai didalam pergelaran wayang kulit

harus ada lighting untuk bintang tamu penyanyi

dan para lawak.

Disisi lain ada sesuatu yang semakin

berkurang dengan pertunjukan wayang kulit pada

jaman sekarang yaitu masalah etika, filosofi dan

52
Kebudayaan Dalam Opini

nilai luhur yang terkandung pada pakeliran

wayang. Sekarang tampaknya sebagian besar

pertunjukan wayang kulit telah kandas dalam

suatu permainan yang sifatnya hura-hura. Bentuk

kesenian yang bersifat materialistik dan hedonistik.

Lama-kelamaaan nilai-nilai luhur yang terkandung

dalam penyajian wayang kulit akan merosot dari

sifatnya yang adiluhung menjadi sesuatu yang

hanya sebatas eforia semata. Apabila penyajian

wayang kulit terus menerus seperti itu maka para

pelaku seni khususnya para dalang, pengrawit dan

sinden akan kehilangan arah dan hanya

menghasilkan karya seni yang tiada berjiwa. Dan

dapat dipastikan akan menurunkan derajad para

seniman itu sendiri dari kedudukannya yang tinggi

sebagai seorang pencipta menjadi homo ludens,

yaitu tukang mayang dan tukang nabuh, yang

53
Kebudayaan Dalam Opini

hanya mengutamakan komoditi pasar yang

dangkal akan nilai-nilai estetika.

54
Kebudayaan Dalam Opini

UYON-UYON APA HANYA


SEKEDAR HURA-HURA

Keberadaan Uyon-Uyon Saat Ini

Pada saat ini pertunjukan Uyon-Uyon

khususnya di Jawa Timur sudah mulai bergeser

dalam suatu pertunjukan yang sifatnya hura-hura.

Ada salah satu seniman pengrawit yang bilang

“sing penting rame” yang penting rame. Bentuk

sajian karawitan yang hanya bersifat materialistik

55
Kebudayaan Dalam Opini

dan hedonistik, yang menghalalkan segala cara

untuk mendapatkan uang dengan berkesenian

yang sifatnya hanya sebatas hura-hura. Pernah

saya bertanya kepada salah satu seniman

pengrawit yang intinya menanyakan apakah tidak

jenuh ketika melakukan pementasan yang hanya

menuruti selera penonton yang dangkal akan nilai

luhur yang kadang lagu-lagu tersebut mempunyai

syair yang jorok dan mengarah ke pornografi. dan

beliau menjawab “halah le sing penting payu lan

entuk bayaran entuk duwit, sak iki sing dijaluki

tukang nanggap lan penonton ki yo sing rame lan

rodo mambu mambu jorok ngene “ artinya iya nak

yang penting laku dan dapat bayaran uang, saat ini

yang diminta para penanggap dan penonton itu

yang penting rame dan agak berbau porno.

56
Kebudayaan Dalam Opini

Dari salah satu pernyataan seniman tersebut

diatas saya menyimpulkan bahwa untuk sajian

Uyon-Uyon pada saat ini yang terpenting adalah

bagaimana caranya para seniman pengrawit itu

bisa laku dan dapat job-joban sebanyak mungkin

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun

lagu-lagu atau gending-gending yang disajikan

tidak etis. Seperti contohnya : gending Kutut

Manggung pada pos-posan cengkok Candralukitan

Syair : e manukke Pak Citro lemes

e burungnya (kelaminnya) Pak Citro

lemas

Syair : e manuke sing ngendang dowo

E burungya (kelaminnya) yang main

kendang panjang

57
Kebudayaan Dalam Opini

Syair yang sebenarnya adalah e manuke

kutut. Syair ini diplesetkan sehingga menimbulkan

asosiasi yang jorok dan seronok mengarah kearah

pornografi yang berubah dari arti syair yang

sebenarnya. Nampaknya untuk syair yang

mengarah ke arah pornografi tersebut sdah

menjadi tren untuk penyajian karawitan pada saat

ini. Ada lagi lagu –lagu tren yang syairnya berbau

porno dan sudah menjadi tren di kalangan

masyarakat seperti lagu penthil kecakot, penak

mlumah, tali kotang, ngidam pentol dan yang

lainnya.

Kehidupan seni karawitan bila terus-

menerus seperti iu lambat laun seniman karawitan

akan kehilangan arah dan hanya menghasilkan

karya seni yang tidak berjiwa dan tidak mempunyai

sifat edukasi atau tuntunan yang menggambarkan

58
Kebudayaan Dalam Opini

nilai- nilai luhur. Dengan demikian akan

menurunkan derajad seniman itu sendiri sebagai

seniman karawitan yang hanya memikirkan materi

“ pokok entuk duwit” asal mendapat uang dengan

menghilangkan estetik musikal yang melalui rasa.

Sehingga dimungkinkan akan menghasilkan karya-

karya musik karawitan yang hanya menuruti

pasaran yang dangkal akan nilai-nilai luhur.

Uyon-Uyon Program Dinas Kebudayaan

Dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur

Pada tahun 2011 ketika saya pertama kali

menjadi pegawai negeri sipil di lingkungan Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur.

Disitu ada salah satu program kegiatan yang

dinamakan Uyon-Uyon. Kegiatan tersebut

dilaksanakan setiap hari kemis kliwon malam

59
Kebudayaan Dalam Opini

jum’at pahing dengan menampilkan salah satu

Sanggar Karawitan dari Kota Surabaya.

Dalam acara tersebut menampilkan gending-

gending dan lagu –lagu yang sudah populer

dimasyarakat. Seperti Ldr. Ayun-Ayun, Ldr Elo-Elo

Gandrung, Ngidam Sari, Yen Ing Tawang dll, yang

memang gending-gending atau lagu-lagu tersebut

sangat familier sekali di masyarakat. Pada waktu

menjelang tengah malam sekitar pukul 22.00 Wib

ada penawaran ke penonton untuk menyumbang

lagu serta ada yang joget sehingga suasana

menjadi meriah dan rame.

Pada waktu acara tersebut, kebetulan saya di

tugasi untuk menjadi panita. Saya mulai berfikir

dengan adanya kegiatan tersebut, apa sih tujuan

dari adanya kegiatan Uyon-Uyon ini, apa hanya

60
Kebudayaan Dalam Opini

sebatas senang-senang / hura-hura. Pada saat itu

penulis sempat bertanya kepada pimpinan tentang

kegiatan Uyon-Uyon ini, dan dijawab bahwa

kegiatan ini adalah bagian dari program pelestarian

dan pengembangan kebudayaan khususnya seni

karawitan. Dari pengalaman menjadi penitia

tersebut, timbul pertanyaan dalam hati saya :

a. Mengapa sanggar karawitan yang mengisi di

kegiatan tersebut selalu sama?

b. Mengapa gending- gending yang dibunyikan

pada kegiatan tersebut hanya gending-geding

yang populer dimasyarakat dan setiap

pementasan gendingnya juga kebanyakan

hampir sama?

c. Kalau Program Uyon-Uyon ini merupakan

pelestarian, yang dilestarikan itu yang mana,

61
Kebudayaan Dalam Opini

Senimanya, Keseniannya, Sanggarnya atau

nilai adiluhunggya?

Dengan adanya kegiatan Uyon-Uyon yang

diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Provinsi Jawa Timur dapat di simpulkan

bahwa kegiatan tersebut hanyalah mengikuti pasar

seperti yang berkembang dimasyarakat, yaitu

sebagai media hiburan semata. Sehingga kegiatan

Uyon-Uyon sebagai program pelestarian serta

pengembangan di bidang kebudayaan menurut

penulis masih kurang maksimal, karena

pertunjukan Uyon-Uyon yang seharusnya

mempunyai nilai yang adiluhung sebagai

tuntunan, tatanan dan tontonan sudah bergeser ke

pertunjukan yang sifatnya untuk hiburan semata

atau hanya sebatas hura-hura.

62
Kebudayaan Dalam Opini

Dalam perkembangannya kegiatan Uyon-

Uyon yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur ini setelah

melalui banyak evaluasi baik dari seniman,

penikmat seni dan panitia, maka pertunjukan

Uyon-Uyon yang semula bersifat hura-hura

sekarang menjadi kegiatan yang mempunyai

tujuan untuk merevitalisasi gending-gending baik

gaya Jawatimuran maupun gaya Mataraman yang

berkembang di seluruh Kabupaten / Kota se Jawa

Timur.

Dengan adanya revitalisasi gending-gending

pada kegiatan Uyon-Uyon ini, diharapkan bisa

sebagai wahana apresiasi dan dapat meningkatkan

rasa handarbeni terhadap budaya sendiri

khususnya para pelaku seni karawitan (pengrawit),

penggemar seni dan masyarakat secara umum.

63
Kebudayaan Dalam Opini

Serta bisa menginventarisasi dengan langkah

nduduk, ndudah, ndeder dan ngrembakakaken

gending-gending tradisi peninggalan para leluhur

yang hampir punah.

Kegatan Uyon-Uyon yang dilaksanakan oleh

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa

Timur selain menyajikan gending-gending yang

hampir punah, penyaji diharapkan membuat

diskripsi gending yang diunggulkan sebagai

pertanggungjawaban dalam penyajian karawitan

yang natinya akan menjadi aset data dalam

bentuk tulisan diskripsi dan audio sebagai data

yang kedepan sangat dibutuhkan bagi para

seniman, akademisi seni dan para kolektor seni

khususnya seni karawitan.

64
Kebudayaan Dalam Opini

SENI PEDALANGAN DALAM


KAMPANYE POLITIK
Pilihan kepala daerah Jawa Timur tahun

2018 memasuki babak baru. Jawa Timur

memasuki tahun politik pada 2018. Satu fenomena

pasti dan tetap di dunia politik adalah obral janji-

janji bagi para calon kepala daerah kepada para

masyarakat. Pada dasarnya dunia seni pedalangan

selalu berkaitan dengan yang namanya dunia

65
Kebudayaan Dalam Opini

politik, kapanpun dan dimanapun. Pada satu sisi

para penguasa politik dapat menggunakan seni

pedalangan sebagai alat untuk melakukan

kampanye politik, disisi lain dunia seni pedalangan

dapat hidup dan berkembang sebagian di

pengaruhi oleh dukungan para elit politik.

Pada masa kampanye palitik, para seniman

dalang akan banyak kebanjiran order untuk

menyelenggarakan pertunjukan dari para partai

politik pengusung calon pimpinan daerah, yang

mempunyai tujuan menyampaikan visi-misi para

caron yang akan maju di pilkada pada bulan-bulan

ini. Sehingga dapat dipastikan seni pedalangan

akan hidup dan berkembang di tahun politik saat

ini.

66
Kebudayaan Dalam Opini

Menurut pemikiran saya sebagai seniman

dalang yang mempunyai pengaruh besar di

kalangan masyarakat, sebaiknya momen ini bisa

dijadikan oleh para dalang sebagai ajang untuk

berkarya seni bukan ikut masuk menjadi salah

satu aktivis partai politik tertentu, sehingga

didalam pertunjukan wayang hanya diberdayakan

untuk menghibur dan mengundang massa saja.

Untuk panyampaian visi misi calon tertentu, dan

program-program politik sebaiknya di sampaikan

oleh aktivis partai politik. Jangan sampai seniman

dalang ikut masuk terlalu dalam dalam

penyampaian program politik partai, apalagi

sampai memuji calon kepala daerah yang

mengundang dan menjatuhkan calon kepala

daerah pihak lain yang menjadi lawan. Kalau

sampai itu terjadi maka yang akan rugi adalah

67
Kebudayaan Dalam Opini

seniman dalang itu sendiri. karena menurut saya

para dalang dalam menggelar pertunjukan wayang,

sebaiknya tidak berpihak dan secara eksplisit

menyatakan sebagai aktivis partai politik tertentu.

Sehingga para dalang bisa dengan bebas mendapat

job atau undangan pentas dari partai manapun.

Ada fenomena yang pernah terjadi, diwaktu

yang telah lalu ada salah satu dalang senior dari

Jawa Tengah pada era rezim orde baru

menyatakan bahwa dirinya adalah salah satu

aktivis partai GOLKAR yang sangat fanatik. Di

dalam pergelaran wayang Ia selalu menyatakan

akan selalu ikut dan setia kepada partai GOLKAR.

Akan tetapi ketika partai Golkar tumbang pada

masa reformasi, dan banyak dikalangan

masyarakat yang menghujat partai GOLKAR

68
Kebudayaan Dalam Opini

tersebut, Ia langsung masuk ke partai lain dan

juga pada setiap pergelaran wayang kulitnya, Ia

juga manyatakan ikut menjadi aktivis partai

tersebut dan akan berjanji untuk setia.

Menurut pemikiran saya, dengan cerita fakta

yang terjadi terkesan seniman dalang tersebut

hanya memanfaatkan para partai politik untuk

dijadikan sapi perah yang hanya diambil susunya

untuk kepentingan pribadi. yang hanya untuk

memperkaya diri sendiri melalui pertunjukannya

dengan cara seolah-olah kerjasama dan ikut

menjadi aktivis setia. Akan tetapi yang sebernarnya

terjadi, adalah menggunakan modal penjilatan.

Karakter seniman dalang yang demikian ini

biasanya kurang memiliki komitmen terhadap

nilai-nilai moral yang seharusnya menjadi jati diri

69
Kebudayaan Dalam Opini

seorang dalang. Karakter yang demikian ini akan

dengan mudah meninggalkan tanpa beban moral

dan tanpa merasa berdosa ketika partai politik

tersebut dianggap sudah tidak menpunyai

kedudukan sebagai penguasa dan sudah tidak

menguntungkan lagi bagi dirinya.

Dari cerita tersebut tersebut diatas, menurut

pemikiran saya seniman dalang harus bisa

menempatkan dirinya sebagai seniman yang

mempunyai jati diri dan tetap mempunyai

pengaruh baik dikalangan masyarakat. Sehingga

kata dalang tidak dianggap sebagai dalang dalam

konotasi negatif pada umumnya. Seperti kata

dalang kerusuhan, dalang pembunuhan, dalang

pengeroyokan dan yang lainnya.

70
Kebudayaan Dalam Opini

Berkaitan dengan permasalahan tersebut,

bagi para aktivis partai politik yang ingin

melakukan kampanye, serta ingin memanfaatkan

jasa seniman dalang, harus ada kerjasama yang

saling menguntungkan antara seniman dalang dan

para aktivis partai politik. Kerjasama itu harus

disertai dengan pembagian tugas yang jelas

sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang positif di

antara kedua belah pihak. Seniman dalang dalam

menggelar pertunjukannya jangan mengorbankan

estetik demi politik, sehingga sifat pertunjukan

hanya bersifat menghibur dan mengundang massa

saja. Sedangkan untuk kebutuhan pengungkapan

visi-misi politik sebaiknya dilakukan para aktivis

partai itu sendiri. sehingga yang terjadi para aktifis

partai politik dapat memilih para dalang yang

71
Kebudayaan Dalam Opini

mana saja sesuai dengan potensi masing-masing.

Terutama dengan daerah pengaruh dalang.

Perlu diketahui bahwa setiap dalang

mempunyai pengaruh dan pangsa pasar yang

berbeda- beda pada setiap daerah, untuk itu para

aktiis partai politik perlu mencari informasi terkait

peta wilayah setiap seniman dalang untuk

menghadapi kanpanye politik yang akan datang.

72
Kebudayaan Dalam Opini

ANEKDOT BIDANG
KEBUDAYAAN

Apabila kita mengamati persoalan-persoalan

saat ini bagaikan anekdot yang sering

bermunculan baik di jejaring sosial maupun di

media massa. Lalu apakah anekdot itu? menurut

pamahaman masyarakat umum bahwa anekdot

73
Kebudayaan Dalam Opini

adalah cerita-cerita yang lucu, konyol serta

menarik. Disisi lain ada hal yang menarik

perhatian, dan saya anggap itu sebagai anekdot

tentang kebudayaa. Banyak pemahaman

masyarakat kita yang salah kaprah memahami

tentang kebudayaan. Mereka mengganggap bahwa

kebudayaan adalah kesenian. Ketika ngomong

masalah melestarikan kebudayaaan yang dijadikan

contoh kebayakan hal-hal yang terkait dengan seni,

seperti melestarikan wayang, tari, dan yang

lainnya. Kalau bicara tentang pengembangan

kebudayaan yang di pahami yaitu karya tari baru,

musik kontemporer, menginovasi lagu dan lainnya.

kalau menangani tentang kelembagaan budaya

pasti yang di tangani tentang sanggar seni,

Komunitas seni atau paguyuban seni, pokoknya

seni, seni dan seni.

74
Kebudayaan Dalam Opini

Ada sesuatu hal yang menarik yang perlu

dipikirkan bersama, salah satunya di Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur

ada bidang Kebudayaan yang membawahi tiga

seksi, yaitu seksi Pelestarian Tradisi, Seksi

Pembinaan Kesenian dan Seksi Pengembangan

Kelembagaan Budaya. Di bidang Kebudayaan ini

mempunyai program kegiatan yang hampir 90%

semuanya adalah kesenian diantaranya adalah

Apresiasi wayang kulit, Festival Karya Tari, Festival

Kesenian Pesisir Utara, uyon-uyon, Penghargaan

Seniman dan masih banyak lagi, hampir semuanya

berkaian dengan yang namanya kesenian. Dari

semua kegiatan yang berkaitan dengan kesenian

itu hampir 80% sifatnya adalah pergelaran. Di

seksi Pelestarian Tradisi juga menangani

pergelaran seni, di seksi Pengembangan Kesenian

75
Kebudayaan Dalam Opini

menangani pergelaran seni walaupun sebenarnya

pembinaan kesenian tidak harus bersifat

pertunjukan. Di seksi Pengembangan Kelembagaan

Budaya juga menangani pergelaran seni. Kalau

seperti itu apa fungsinya nama-nama yang

melebeli pada setiap seksi, apa hanya sebagai

hiasan semata. Yang menjadikan pertanyaan

mengapa hal ini terjadi?. Kenapa nama-nama yang

melekat pada setiap seksi tidak membuat program

kegiatan yang sesuai dengan tugas, pokok dan

fungsinya masing-masing.

Ada anekdot masyarakat yang menarik juga

untuk kita pikirkan. “DPR adalah Dewan

Perwakiran Rakyat, masyarakat ingin mobil mewah

sudah diwakili DPR, masyarakat ingin rumah

mewah sudah diwakili DPR, masyarakat ining

jalan-jalan ke luar negeri sudah diwakili DPR”. Dari

76
Kebudayaan Dalam Opini

anekdot diatas yang sebenarnya DPR adalah

mewakili semua aspirasi masyarakat akan tetapi

diplesetkan mewakili keinginan yang bersifat

barang mewah seperti, mobil, rumah dan jalan-

jalan ke luar negeri. Dari anekdot itu yang sifatnya

adalah guyonan akan tetapi di dunia nyata ini

terkesan “fakta”. Dengan melihat bayaknya

anekdot yang terkesan seperti nyata, apakah

Bidang Kebudayaan saat ini juga bagian dari

anekdot yang lagi ngetrend, yang selalu ingin

ditanyakan mengapa ini terjadi?. Lalu siapa yang

salah ?.

Terlepas dari salah dan benar, mungkin bisa

dianggap sebagai solusi. Menurut pemikiran saya,

program kegiatan yang dilakukan oleh Bidang

Kebudayaan selama ini adalah program yang bagus

serta sangat bermanfaat bagi seniman dan

77
Kebudayaan Dalam Opini

masyarakat secara umum. Jadi menurut saya

lebih baik Bidang Kebudayaan diganti saja menjadi

Bidang Kesenian dengan membawahi entah itu

seksi Pelestarian Kesenian, seksi Pengembangan

Kesenian, seksi Pembinaan kesenian, seksi

Pemanfaatan Kesenian, seksi Perlindungan

Kesenian, seksi Lembaga Kesenian atau seksi yang

lain yang terkait dengan kesenian. Sehingga

program kegiatan yang dilakukan selama ini bisa di

kerjakan sesuai dengan nama-nama seksi melekat

sebagai nama. Jadi nama-nama seksi tidak hanya

sebatas hiasan nama semata, akan tetapi bisa

menampung program kegiatan yang selama ini

dilakukan, dan sebagai kepala Bidang, Kepala

Seksi bahkan semua pegawai akan bisa bekerja

sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya. Yang

dampaknya nanti akan bisa

78
Kebudayaan Dalam Opini

mempertanggungjawabkan kepada masyarakat

serta pimpinan tertinggi didalam kinerja.

79
Kebudayaan Dalam Opini

BUDAYA SUAP DAN


KEKUASAAN DALAM
JABATAN

Budaya suap dan kekuasaan adalah penyakit

di institusi yang sampai saat ini masih marak

dilakukan. Kenapa bisa begitu? Suap seakan

sudah mendarah daging dan jadi budaya terutama

bagi orang-orang yang mempunyai uang.

Sedangkan kekuasaan adalah hal terpenting yang

80
Kebudayaan Dalam Opini

dicari oleh sebagian orang untuk menjadi pejabat

atau penguasa, karena menganggap bahwa

kekuasaan diperlukan untuk membenarkan semua

tindakannya, bisa berbuat apa saja yang

diinginkan serta menganggap bahwa keadilan

hanya diperoleh oleh penguasa saja.

Manusia bisa saja silau dengan kekuasaan

dan juga jabatan. Demi mendapatkan hal itu

orang-orang rela melakuan apa saja bahkan

menempuh jalan menyuap pejabat yang berkuasa,

dengan memberikan sejumlah uang untuk

memperoleh jabatan di bawahnya. Sehingga

jabatan yang diperoleh dengan cara seperti itu

dapat dipastikan pejabat tersebut akan minta

pengembalian dengan cara meminta komisi kepada

rekanan dan proyek – proyek untuk instansi. Yang

akhirnya budaya menyuap sudah menjadi tradisi

81
Kebudayaan Dalam Opini

dikalangan instansi, para pejabat tinggi negara

yang tersistem dan menjadi jaringan yang

terorganisir.

Terbukti sudah banyak para pejabat di Jawa

Timur, seperti Kepala Dinas, DPRD Propinsi dan

Kepala Daerah Kabupaten/ Kota se Jawa Timur

yang terjerat OTT oleh KPK. Ini membuktikan

bahwa banyak para penguasa yang mendapatkan

jabatannya dengan cara menyuap. sehingga

dengan adanya budaya seperti ini memungkinkan

kalau pejabat untuk saat ini adalah pejabat yang

mempunyai mental serta karakter sewenang-

wenang dengan menghalalkan segala cara demi

kekuasaan dan harta.

Dengan adanya peraturan tentang

pemberantasan korupsi yang di keluarkan oleh

Presiden yang ditujukan oleh lembaga

82
Kebudayaan Dalam Opini

pemerintahan adalah usaha untuk

memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat

dari tingkah laku seorang pejabat publik yang

menyimpang dari tugasnya untuk mendapatkan

keuntungan pribadi, penyuapan dilungkunagn

pemerintahan serta tindakan korupsi. Akan tetapi

persoalannya adalah sederhana bahwa

penyimpangan dikalangan pejabat, penyuapan

serta korupsi sudah ada sejak pemerintahan ini

berdiri. Perilaku seperti ini sulit untuk dilenyapkan

karena telah mendarah daging berpuluh tahun.

Mereka memiliki beribu modus operandi untuk

menggangsir uang negara. Inilah yang kerap

menjebak seseorang masuk ke pemerintahan.

Dalam pemilihan jabatan, misalnya, banyak kepala

dinas mengeluarkan biaya tak sedikit untuk

"membeli" jabatannya. Pertanyaannya, dari mana

83
Kebudayaan Dalam Opini

seorang kepala dinas bisa mengembalikan investasi

yang sudah dibayarkan saat ingin mendapatkan

jabatan. Setelah menjabat, mau tidak mau, ia

harus kreatif mengatur proyek-proyek demi

keuntungan pribadinya. Memang, ada beberapa

pejabat yang relatif bersih dan enggan

menggerogoti keuangan negara, tetapi jumlahnya

tidak banyak.

Banyak hal yang membuat pemerintah ini

terjadi penyelewengan-penyelewengan yang

dilakukan, kendati ada lembaga penegak hukum,

yakni KPK, Polri, dan kejaksaan, yang memiliki

kewenangan dalam hal itu. Meski demikian, efek

jera yang ditimbulkan lembaga tersebut hingga kini

belum begitu terasa. Bahkan, sebagai tindak

pidana yang luar biasa, para pejabat yang sudah

tertangkap masih mendapat perlakuan khusus.

84
Kebudayaan Dalam Opini

Mulai dari tingkat penyidikan, vonis pengadilan,

hingga saat menyandang status sebagai

narapidana, mereka tetap memperoleh perlakuan

yang lebih baik dibandingkan dengan pelaku

tindak pidana khusus lainnya. Jadi, sangat sulit

untuk membasmi tidakan menyelewenagn yang

telanjur menggerogoti sel, darah, dan daging. Hal

ini membutuhkan kesanggupan berbagai pihak

untuk membentuk sistem, budaya, dan watak

generasi yang benar-benar bersih agar

penyelewengan di pemerintahan semakin

berkurang.

85
Kebudayaan Dalam Opini

KONSISTENSI SEBUAH
PERTUNJUKAN ARAK-
ARAKAN JATIM SPECTA
NIGHT CARNIVAL DI KOTA
MALANG

Sebagai mana kita ketahui bersama bahwa

Jatim Specta Night Carnival dalam petunjuk

86
Kebudayaan Dalam Opini

teknisnya adalah bersifat arak-arakan, apresiatif,

kompetitif, kolosal dan spektakuler. Yang dibingkai

dalam koreografi gerak sambil berjalan dengan

memunculkan efek visual yang menonjol dengan

komposisi dan lintasan yang dinamis. Sehingga

dengan adanya ketentuan teknis seperti itu,

semua peserta pasti akan berlomba-lomba untuk

mempersiapkan sebuah sajian yang sesuai dengan

petunjuk teknis, karena mereka ingin tim yang

dibawanya bisa menjadi yang terbaik dan bisa

mendapatkan kejuaraan.

Ada sesuatu yang menarik di acara Jatim

Specta Night Carnival yang diselenggarakan pada

tanggal 7 Oktober 2017, dengan start di Museum

Brawijaya, panggung kehormatan di Simpang

Balapan dan Finish Baperwil Kota Malang , yaitu

konsistensi panitia penyelenggara dengan petunjuk

87
Kebudayaan Dalam Opini

teknis yang dibuatnya. Salah satunya adalah pada

waktu prosesi pembukaan di panggung

kehormatan, ada sebuah pertunjukan tari kolosal

yang tergarap dengan rapi dan cukup baik dalam

durasi yang cukup lama, sehingga acara utama

sebuah pertunjukan arak-arakan terkesan

tersaingi dan bahkan kesilep atau kalah dengan

pertunjukan pada waktu prosesi pembukaan.

Idealnya acara yang digarap dengan serius adalah

acara utama yaitu pertunjukan arak-araknya dan

untuk acara prosesi di garap dengan standar saja

supaya pertunjukan utama yang bersifat arak-

arakan bisa lebih specta. Kalau memang panitia

penyelenggara sudah menyerahkan pelaksanaan

teknisnya ke EO, seharusnya memilih EO yang

sesuai, sehingga EO bisa menyarankan hal yang

terbaik untuk sebuah acara. Misalnya acara

88
Kebudayaan Dalam Opini

tersebut adalah acara yang bersifat arak-arakan

otomatis secara teknis akan menfokuskan sesuai

dengan sifat acara tersebut. Jadi terkesan panitia

tidak konsisten dengan acara yang di buat, yaitu

Jatim Specta Night Carnival yang seharusnya

bersifat arak-arakan akan tetapi berubah menjadi

pertunjukan diatas panggung yang disajikan di

panggung kehormatan pada waktu prosesi.

Adalagi suatu permasalahan yang terjadi

yaitu panitia penyelenggara sangat marah ketika

jarak antara peserta satu dengan yang lainnya

terlalu jauh. Karena akan menyita waktu cukup

lama yang mengakibatkan kurang bagus bagi para

pimpinan. Coba kita berfikir bersama, para peserta

ikut dalam acara ini inginnya pasti menang, karena

acara ini adalah acara kompetisi. Sehingga

bagaimanapun juga akan berusaha menggarap

89
Kebudayaan Dalam Opini

sebaik mungkin sesuai dengan petunjuk teknis

yang telah disepakati. Ketika peserta satu

menggarap dengan gerak dan peserta yang lain ada

yang menggarap hanya sekedar berjalan biasa.

Maka secara logika peserta yang jalan biasa akan

lebih dulu dari pada peserta yang menggunakan

gerak sambil berjalan sehingga dampaknya jarak

peserta yang satu dengan yang lain akan menjadi

jauh. Faktor yang lain yaitu adanya kereta hias

cukup besar dengan menggunakan mesin dan ada

yang secara manual didorong oleh beberapa orang,

secara otomatis yang menggunakan mesin akan

lebih cepat dari yang manual atau, sehingga jarak

antara peserta yang satu dengan yang lain akan

berbeda. Walaupun ada masalah seperti itu,

penonton sendiri tidak mempermasalahkan itu,

bahkan dianggap tetap menghibur. sedangkan

90
Kebudayaan Dalam Opini

untuk para peserta juga cukup menikmati sebagai

peraga dalam acara arak –arakan seperti ini.

Sehingga timbul tanda tanya dalam pikiran

saya, untuk siapakah acara ini diadakan? Untuk

penonton yang notabene adalah masrarakat awam,

untuk peserta, untuk panitia atau untuk para

pimpinan yaitu para pejabat tinggi. Mungkin ada

sedikit pemikiran untuk di pikirkan, kalau memang

acara tersebut untuk menghibur masyarakat

berarti acara yang diselenggarakan kemarin sudah

dianggap sukses kenyataannya penonton cukup

banyak dan banyak yang terhibur, karena memang

kebutuhan masyarakat penoton hanya butuh

suatu tontonan yang rame, unik dan jarang

diadakan di wilayah tersebut, penonton tadak ada

kometar jelek adanya acara tersebut dan menonton

sampai selesainya acara. Kalau acara tersebut

91
Kebudayaan Dalam Opini

untuk peserta seharusnya panitia memberikan

ruang gerak para peserta untuk berkreasi sesuai

dengan keinginan peserta karena bagaimanapun

ini bersifat kompetisi, jadi biarkan para peserta

secara liar menterjemahkan karya –karyanya

sesuai dengan petunjuk teknis yang telah

disepakati, jadi para seniman punya cara, strategi

dan rasa estetik sendiri-sendiri disesuaikan oleh

tingkat pemikiran mereka. Terlepas dari

kesesuaian tema, jarak antara peserta yang satu

dengan yang lain, dan estetika. Jadi siapapun

peserta yang tidak sesuai dengan petunjuk teknis

yang dibuat panitia maka dengan sendirinya akan

kalah dalam penilaaian. Karena bagaimanapun

juga dewan pengamat punya kewenangan untuk

melilih siapapun pemenangnya dengan

mempertanggungjawabkan hasilnya. Kalau

92
Kebudayaan Dalam Opini

memang acara ini untuk panitia ya seharusnya

sebelum mengadakan acara, keinginan panitia

pada acara tersebut yang bagaimana. Jadi tidak

akan terjadi panitia melanggar aturan yang

dibuatnya sendiri. Kalau memang acara ini untuk

pimpinan seharusnya acara ini dibuat sepraktis

mungkin, meyesuaikan keinginan para pimpinan.

Dengan study kasus yang kemarin bisa

diterjemahkan, bahwa slera pimpinan adalah

suatu pertunjukan praktis tidak memakan waktu

yang cukup lama dan estetik menurut

pandangannya.

Maka acara Jatim Specta Night Carnival perlu

pemikiran yang matang untuk kita renungkan

bersama. Semoga pemikiran diatas bisa menjadi

pemikiran kita bersama -bersama sehingga bisa

menghasilkan suatu acara yang benar-benar

93
Kebudayaan Dalam Opini

specta untuk semua kalangan masyarakat, peserta,

panitia penyelenggara dan para pimpinan atau

pejabat.

94
Kebudayaan Dalam Opini

TANTANGAN PEGAWAI
PEMERINTAHAN DAN
POLITIK KEBOHONGAN

Sekarang ini memasuki tahun 2019, yang disebut

tahun politik. Penyelenggaraan pemilu makin

dekat, dan persaingan antar calon untuk para

wakil rakyat dan presiden makin memanas. Kita

lihat di pemberitaan medsos banyak sekali kita

95
Kebudayaan Dalam Opini

saksikan pertarungan politik dengan upaya

menyebar banyak kebohongan, menawarkan janji-

janji yang tidak mungkin bisa di impementasikan.

Dengan gampangnya solusi dangkal ditawarkan

dan dianggap solusi paling ampuh.

Kemudahan yang dihadirkan lewat teknologi digital

di manfaatkan untuk memunculkan berita-berita

bohong demi menciptakan kebencian dengan

memanipulasi fakta. Menyebarkan hoaks dianggap

bukan lagi sebagai perbuatan yang hina. Mereka

tidak sadar bahwa cara-cara berpolitik seperti ini

akan mendatangkan bahaya. Akan tetapi demi

untuk mencari dukungan, pertimbangan soal baik

dan buruk itu ditinggalkan tidak sedikit pula orang

yang termakan dan bahkan menggandrungi pola

kampanye yang seperti ini.

96
Kebudayaan Dalam Opini

Lalu siapa saya aktor dari praktik berpolitik seperti

ini?. Mereka adalah orang-orang yang

berpendidikan, elite parpol, bahkan kelompok

masyarakat yang mempunyai pengaruh dan punya

gelar kehormatan tinggi di masyarakat tersebut.

Kalaupun ada yang ketahuan perilaku kebohongan

ini, mereka umumnya hanya pion yang diatur

sekelompok elite.

Dengan adanya persoalan tersebut, bahwa

pendidikan tinggi, gelar kehormatan di masyarakat

dan jabatan yang tinggi, tidak menjamin orang

tersebut untuk berprilaku yang baik. Hal itu bisa

sebagai instrument untuk berbagai macam

kepentingan, termasuk demi uang dan kekuasaan.

Ternyata tidak hanya di tahun-tahun politik seperti

ini berita kebohongan itu terjadi. Hal tersebut

97
Kebudayaan Dalam Opini

sebenarnya sudah ada sejak lama. mengapa

demikian? Sudah tidak asing lagi bahwa rata- rata

para pejabat yang mempunyai kuasa lah yang

sering membuat berita kebohongan, walaupun itu

tidak semuanya.

Permasalahan inilah yang menjadikan salah satu

tidak idealnya kinerja di pemerintahan

dikarenakan prosesnya yang tidak benar. Proses

untuk memperoleh jabatan yang tidak benar, yang

hanya diperoleh bukan berdasarkan kompetensi

sesuai dengan keahliannya. Akan tetapi hanya

lewat perkenalan dan uang. Sehingga siapa yang

punya kedekatan dengan para pejabat atau

pimpinan serta uang maka merekalah yang akan

direkomendasikan untuk menjadi pimpinan di

tingkat bawahnya.

98
Kebudayaan Dalam Opini

Dengan adanya permasalahan tersebut, mendorong

saya untuk memberikan beberapa catatan

diantaranya adalah: pertama, para pejabat

pemerintah yaitu Kepala Dinas, Kepala Bidang dan

Kepala Upt atau yang lainnya harusnya resah

ketika para pegawai bawahannya resah. mereka

seharusnya berfikir bahwa apa yang diresahkan

pegawai bawahan tersebut sesungguhnya

bukanlah hal yang salah untuk bisa di

pertimbangkan sebagai masukan ataupun saran

demi kemajuan suatu lembaga pemerintahan.

Kedua, permasalahan kebohongan yang sering

terjadi, patut disesalkan karena dilakukan oleh

pejabat atau pemimpin kita yang seharusnya

memberikan contoh sikap dan perilaku yang baik

kepada pegawai bawahannya. Bagaimana kita bisa

berharap supaya lembaga pemerintahan ini maju

99
Kebudayaan Dalam Opini

kalau para pejabat atau pemimpin kita tidak layak

untuk dijadikan sebagai panutan. Ketiga,

permasalahan kebohongan seperti ini kalau tidak

dapat diatasi secara efektif, maka eskalasi

permasalahan yang melibatkan para pejabat

pemerintahan dan pegawai bawahan dapat

berkembang menjadi bola salju yang dapat

meruntuhkan sendi-sendi tatanan lembaga

pemerintahan. Keempat, di lembaga pemerintahan

harus ada keterbukaan untuk saling mengenal

antara pegawai, baik pegawai bawahan maupun

para pejabat. Karena hal yang harus di hilangkan

adalah eksklusivisme, yang berujung pada

keangkuhan dan egoisme pribadi. Bahaya dari

eksklusivisme ini nyata lewat cara kerja para

pimpinan yang hanya percaya pada informasi yang

mereka ciptakan, dengan tidak mau percaya

100
Kebudayaan Dalam Opini

kepada pegawai bawahan sebagai pembanding.

Sehingga yang terjadi mereka menciptakan jarak

antara pegawai yang satu dengan yang lain.

Upaya melawan hal ini, para pimpinan yang

tertinggi setingkat Presiden ataupun Kepala

Daerah, harus mengubah sistem untuk

perekrutan pegawai yang transparan dan

akuntabel, serta memilih pejabat yang sesuai

dengan speksifikasinya dan harus dibuka secara

kompetitif dan transparan, sehingga menghasilkan

para pejabat yang benar-benar berkwalitas serta

mempunyai mental yang baik. Dan juga mereka

memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi

contoh dan tauladan untuk para pegawai

bawahannya.

101
Kebudayaan Dalam Opini

Kita merindukan para pegawai pemerintah yang

memiliki kesadaran dan mental yang baik sehingga

terbentuk harmoni dalam pemerintahan, sebagai

pegawai dan abdi negara. Kita merindukan

pegawai-pegawai yang mengabdi pada kebenaran.

Dengan demikian, di masa depan kita bisa

menciptakan pegawai-pegawai yang akan muncul

dan bersuara tegas menolak kebohongan, dan

secara jernih menghadirkan kebenaran. Kita

merindukan pegawaii masa depan yang memegang

prinsip, apa artinya kekuasaan jika diraih dengan

cara nista.

102
Kebudayaan Dalam Opini

KREATIVITAS SENI SAAT


PAGEBLUK CORONA
MELANDA

Untuk saat ini tinggal di rumah merupakan

solusi terbaik untuk menghentikan penyebaran

pandemi virus corona covid-19 ya-0g sedang

mengancam kehidupan. Pemerintah Provinsi Jawa

Timur memberlakukan kampanye untuk tinggal di

103
Kebudayaan Dalam Opini

rumah. Maksudnya, mengharuskan orang harus

tetap di dalam rumah, kecuali untuk tugas-tugas

yang sangat penting, serta mengatur tentang tata

cara berkumpul orang atau larangan pengumpulan

orang seperti acara seminar, lokakarya, sarasehan,

konser musik, pekan raya, festival, bazar, pasar

malam, resepsi pernikahan, pawai, pertunjukan

seni gelar budaya dan acara pengumpulan massa

yang lain sesuai dengan Intruksi dari

Pemerintah dari pusat.

Dalam kondisi seperti ini banyak sekali

seniman yang ditunda acara pentasnya sampai

waktu yang belum bisa ditentukan, sehingga

banyak para seniman yang sudah tidak bisa

berkreatifitas dalam pertunjukan seni seperti

biasanya. Sehingga yang terjadi banyak

masyarakat seniman yang hanya tinggal di rumah

104
Kebudayaan Dalam Opini

mengikuti anjuran pemerintah dalam upaya

menghambat penyebaran virus corona covid-19

secara besar-besaran. Ketika para pelajar bersama

guru, atau mahasiswa dengan dosen tetap

melakukan kegiatan belajar mengajar di rumah

melalui daring on line. Sedangkan karyawan

perusahaan maupun pegawai ASN tetap bekerja

dengan WFH (work from home) dengan sistem kerja

shift, lalu apakah kreatifias seniman akan hilang

karena hanya di rumah tanpa ada kegiatan

pertunjukan seni di tengah wabah virus corona

covid-19 ini.

Di sisi lain pemerintah melalui Direktorat

Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan melakukan inventarisasi pekerja

seni yang terkena dampak wabah virus corona

covid -19, untuk diberikan bantuan. Tahap awal

105
Kebudayaan Dalam Opini

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa

Timur melakukan pendataan ke seniman yang

nantinya data seniman akan di setorkan ke

Kementerian Pendidikan dan kebudayaan. Atau

para seniman itu diminta mengisi sendiri lewat

formulir yang telah disediakan secara on line.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid dalam

jumpa pers menyampaikan, pihaknya sedang

menyiapkan tiga opsi skema jaring pengaman

untuk seniman yang terdampak pembatasan sosial

pandemi Covid-19. Bantuan diutamakan untuk

seniman yang mengandalkan penghasilan harian

dan tidak mempunyai simpanan jangka panjang.

Ketiga opsi itu adalah pertama memakai anggaran

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kedua

mengajak seniman tampil secara daring dengan

106
Kebudayaan Dalam Opini

sistem honor dan donasi, serta ketiga memasukkan

seniman ke Program Keluarga Harapan dan Kartu

Prakerja. Dengan adanya pernyataan tersebut,

berarti sudah ada upaya pemerintah dalam rangka

memperhatikan para seniman yang terdampak

wabah virus corona covid-19. Supaya membantu

meringankan kondisi ekonomi seniman itu sendiri.

Para seniman serta pecinta seni sebagian

masih eksis untuk selalu berkarya di tengah

mewabahnya virus corona covid-19. Karena

kehidupan para seniman yang sangat kental

dengan kegiatan aktivitas seni, dimanapun

seniman itu berada bagaikan aliran air yang selalu

mengalir kemanapun takdir membawanya, bahkan

ia pun bisa membuat arus yang deras sebagai

aplikasi berkarya seni budaya dalam lingkungan

yang mendukungnya. Bagi seorang seniman

107
Kebudayaan Dalam Opini

kebutuhan dalam berkarya seni/ berkesenian

merupakan kebutuhan dan hak dasar yang

membutuhkan langkah untuk

mengembangkannya. Disinilah peran semua pihak

termasuk pemerintah dan pelaku seni/ seniman

dibutuhkan dalam menjunjung tinggi aktivitas seni

budaya.

Saat ini cobalah tengok di beberapa media on

line, banyak para seniman bahkan para pecinta

seni yang notabene bukan pelaku seni, salah

satunya karya dari seorang Dokter, yang bukan

pelaku seni maupun seniman akan tetapi sangat

peduli dan mencintai seni. Dengan memanfaatkan

kondisi yang ada di jadikan bahan inspirasi

sehingga banyak karya-karya seni dengan tema

virus corona, seperti “Mbrasto Corona” karya DR.

Dr. Soedjoko Hariadi, M.Sc yang seorang dokter.

108
Kebudayaan Dalam Opini

Macapat Corona karya Achmad Mukirin, S.Sn

pengajar seni di SMKN 12 Surabaya. “Hidup jangan

mati lawan corona/ covid- 19” karya Cak Ujang.

Pangkur Corona karya Riris Ozil yang di

tembangKan oleh Ki dalang Genit dan seniman

seniwati dari Trenggalek. Karya tari agar dijauhkan

dari corona karya “Dindung” Suprih Yuono. Dan

masih banyak karya karya seni yang lain dengan

tema corona.

Apabila dianalisa karya-karya seniman

tersebut dibuat dan dihasilkan dari rumah mereka

masing-masing menggunakan peralatan seadanya

namun dengan hasil maksimal. Wajar saja, selama

masa karantina Corona hampir seluruh seniman

atau pegiat seni di daerah juga mengalami 'masa

suram' karena tak bisa bekerja di luar rumah

seperti biasanya. Beberapa dari seniman tersebut

109
Kebudayaan Dalam Opini

membuat karya seni dengan isi semangat hebat

untuk masyarakat, agar mau bersabar di rumah

membantu pemerintah memutus rantai persebaran

virus corona covit-19. Para seniman ini juga tak

lupa turut mengingatkan masyarakat agar tetap

rajin menjaga kebersihan supaya tetap sehat meski

harus menunggu sementara di dalam rumah.

Memahami potensi diri untuk dapat

mempertahanakn eksistensi kesenian adalah hal

yang mutlak diperlukan saati ini. Dunia seni harus

dilestarikan, dikembangkan dan difasilitasi

eksistensinya. Karena tanpa sebuah karya seni

berarti tak ada sesuatu yang mampu diwariskan

kepada anak cucu bangsa. Seni adalah salah satu

hal yang mampu mengantarkan kita memahami,

menciptakan dan memuliakan sesuatu.

110
Kebudayaan Dalam Opini

Maka dari itu dalam kondisi seperti ini saya

mengajak para seniman/ pelaku seni maupun

pecinta seni marilah tetap berkarya dalam berbagai

situasi dan kondisi. Baik bekerja dari rumah atau

tidak bekerja sepenuhnya karena virus corona

covid-19, kemungkinan kita harus menyesuaikan

diri dalam menjalani kegiatan sehari-hari.

Perubahan dalam rutinitas dapat membebani

kesehatan mental, dan perasaan negatif lainnya

yang dapat muncul. Maka dari itu merespons

situasi paniknya masyarakat akibat dampak wabah

virus corona covit-19, marilah kita sebagai seniman

jangan hanya memilih berdiam diri dan hanya

menagisi keadaan yang tidak akan mewujudkan

harapan, marilah kita ikut berkontribusi dalam

meredakan kepanikan sebagai seorang seniman,

yaitu dalam bentuk penuangan sebuah karya seni

111
Kebudayaan Dalam Opini

yang mana bertujuan agar semua masyarakat tidak

merasa kesepian dan terbebani mentalnya karena

persoalan ini.

Dengan adanya kebijakan Pemerintah

tentang pemberian bantuan bagi seniman yang

terkena dampak viros corona covid-19, jangan

sampai disalahgunakan oleh orang-orang yang

mengaku sebagai seniman ataupun seniman yang

untuk saat ini masih dalam kategori

berkecukupan. Kenyataan di lapangan

menunjukkan mayoritas orang yang berkecimpung

di dunia seni tidak mencantumkan profesi sebagai

seniman di KTP. Sehingga di lapangan dalam setiap

pemberian bantuan kepada seniman dari

pemerintah banyak yang di salahgunakan oleh

oknum-oknum yang kurang bertanggung jawab,

maka dari itu dari seniman sendiri kita minimalisir

112
Kebudayaan Dalam Opini

hal yang kurang benar tersebut, sehingga niat baik

pemerintah dalam memberikan bantuan bisa

terealisasi tepat sasaran kepada para seniman yang

benar-benar membutuhkan.

Semoga catatan ini dapat memberikan energi

positif untuk teman-teman seniman semua. Tetap

semangat dan sehat selalu .Semoga virus ini cepat

berlalu dan kita dapat kembali beraktivitas seperti

biasanya, sehingga kita menjadi lebih bersyukur

untuk menjalani hari ke depan.

113
Kebudayaan Dalam Opini

ESELON III DAN IV DI


HAPUS, PAMONG BUDAYA
AKAN BERTAMBAH

Selama ini jabatan fungsional Pamong

Budaya khususnya di Jawa Timur didalam

kinerjanya masih kurang maksimal, hampir

prosentase kinerja fungsional Pamong Budaya

hanya sebatas ikut menjadi panitia pergelaran,

panitia sarasehan, panitia workshop, dan yang

114
Kebudayaan Dalam Opini

lainnya. Dikarenakan jabatan fungsional Pamong

Budaya di Jawa Timur penempatannya masih di

titipkan di Bidang, atau Upt, yang mana

pertanggung jawabanya untuk kinerja sebatas

untuk membantu di Bidang. Sehingga kinerja

fungsional juga lebih banyak menekankan pada

kinerja administrasi di bidag maupun Upt,

ketimbang pekerjaan yang sesuai dengan jabatan

fungsionalnya Pamong Budaya.

Jawa Timur sendiri dalam hal jumlah

jabatan fungsional Pamong Budaya masih kurang,

sehingga pekerjaan dalam hal pengembangan,

pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan di

bidang kebudayaan masih kurang maksimal.

Jabatan fungsional Pamong Budaya selalu kalah

pamor dari jabatan struktural yang lebih bergengsi

dan dihormati masyarakat. Jabatan Kepala Bidang,

115
Kebudayaan Dalam Opini

Kepala UPT, kepala Seksi, lebih sering didengar

orang dan memiliki derajat lebih di mata

masyarakat ketimbang misalnya Pamong Budaya,

Penerjemah, Peneliti atau yang lainya. padahal

pangkat dan golongannya setara. Karena jabatan

struktural ibarat kerajaan yang mengenal kasta,

mulai dari brahmana setingkat Sekda hingga sudra

sekelas staf biasa. Semakin tinggi derajat semakin

tinggi pula wewenang dan perintahnya harus

dituruti oleh para bawahan yang menjadi anak

buahnya. Itulah yang membedakan dengan

jabatan fungsional yang lebih egaliter karena

prestasinya dinilai dari pekerjaan atau fungsi yang

telah dikerjakan, bukan karena perintah sana sini.

Keinginan Bapak Presiden tentang

penghapusan eselon III dan IV tentu patut kita

apresiasi bersama, mengingat terlalu banyaknya

116
Kebudayaan Dalam Opini

jabatan struktural membuat kinerja di birokrasi

menjadi lambat karena harus menunggu perintah

secara berjenjang. Suatu contoh untuk

mendapatkan disposisi dari Kepala Dinas hingga ke

staf saja bisa memakan waktu cukup lama, Hal ini

disebabkan karena banyaknya para pemimpin

dibawahnya mulai dari Sekretaris, Kepala Bidang,

maupun Kepala Upt (eselon III), kemudian di

sambung ke Kasubag, Kasi (eselon IV), sehingga

memakan waktu yang cukup lama dan panjang.

Pekerjaan yang seharusnya bisa dilakukan dengan

cepat menjadi lambat karena banyaknya eselon III

dan IV yang harus dilalui sebelum melaksanakan

tugas. Sehingga terkesan ada “raja-raja” kecil

dibawah Kepala Dinas.

Selain itu banyak sekali Kepala Upt, Kepala

Bidang (eselon III) yang membuat kebijakan sendiri

117
Kebudayaan Dalam Opini

dan tidak sesuai dengan aturan yang ada, yang

mana seharusnya dasar aturan tingkat Provinsi itu

adalah Perda, Pergub dan yang lainnya. Jadi

terkesan adanya Eselon III adalah bagian dari

“raja-raja” kecil yang mempunyai kewenangan

membuat kebijakan atau keputusan yang kadang

tidak sesuai dengan aturan yang ada, entah itu

masalah kebijakan honor Dinas Luar (DL), kegiatan

dan yang lainnya, ada yang bilang “ Desa mawa

cara, Negara mawa tata” yang artinya setiap UPT

maupun Bidang punya cara sendiri-sendiri dalam

membuat aturan, sehingga terkesan ada kerajaan-

kerajaan kecil yang hidup di Pemerintahan tingkat

Provinsi. Para "raja- raja" kecil ini kebanyakan

berfungsi hanya menyalurkan dan

mendistribusikan perintah saja pada bawahannya,

118
Kebudayaan Dalam Opini

selebihnya rapat sana sini dan lobby-lobby untuk

kepentingan tertentu.

Namun untuk merombak birokrasi dan

menghapus eselon III dan IV bukanlah hal yang

mudah apalagi dengan cara yang ekstrim. Saya

sempat berfikir eselon III yang biasanya dilayani

dan biasa memerintah, saat ini menjadi pejabat

fungsional entah itu fungsional umum/pelaksana

maupun fungsional tertentu, yang secara

kewenangan untuk membuat dilayani dan

memerintah selayaknya pimpinan sudah tidak ada

karena jabatan funsional sifatnya adalah egaliter.

Dengan adanya kondisi seperti ini yang akan

terjadi, akan semakin banyak pegawai

pemerintahan yang menduduki Jabatan

Fungsional umum/ pelaksana maupun Jabatan

119
Kebudayaan Dalam Opini

fungsional Tertentu, seperti salah satunya jabatan

fungsional Pamong Budaya. Dengan demikian

dampak posistif yang terjadi akan banyak

persaingan sehat dalah hal kinerja PNS, sehingga

pekerjaan akan dapat diselesaikan secara

profesional sesuai dengan jabatan fungsionalnya

tentunya disesuaikan dengan profesi dan

keahliannya. Sehingga setiap PNS yang

menyandang Jabatan Fungsional akan berusaha

mengamankan posisi jabatan fungsionalnya sendiri

dan akan menimbulkan persaingan sehat di antara

sesama pegawai untuk saling menyelesaikan

pekerjaannya sesuai dengan tupoksi yang melekan

pada jabatan Fungsional tersebut.

Secara pribadi saya lebih setuju jabatan

fungsional di dihidupkan dan difungsikan sesuai

dengan tugasnya. Seperti misalnya Fungsional

120
Kebudayaan Dalam Opini

Pamong Budaya. Bukan lagi jabatan struktural

yang hanya digunakan untuk ajang bergengsi dan

hanya menghabiskan anggaran namun hasilnya

tak sesuai harapan. Dengan adanya penghapusan

eselon III dan IV ini, maka akan banyak sekali yang

beralih ke jabatan Fungsional salah satunya

Pamong Budaya, yang mana jabatan fungsional

Pamong Budaya kurang dilirik oleh para PNS di

Jawa Timur. Akan tetapi dengan adanya kebijakan

penghapusan eselon III dan IV ini, mau tidak mau

yang tadinya mempunyai Jabatan Struktural

setingkat eselon III dan IV harus beralih ke Jabatan

Fungsional. Bagi yang mempunyai profesi dan

keahlian di bidang budaya bisa beralih ke Jabatang

Fungsional Pamong Budaya yang mana sesuai

dengan keahlian yang di tekuninya.

121
Kebudayaan Dalam Opini

Sehingga dengan banyaknya Jabatan

Fungsional Pamong Budaya di Jawa Timur, di

harapkan untuk pengambilan kebijakan dan

keputusan di bidang Kebudayaan khususnya bisa

lebih fokus oleh eselon II atau setingkat Kepala

Dinas, dan langsung ditindaklanjuti oleh Pejabat

Fungsional Pamong Budaya untuk dilaksanakan,

sehingga proses kinerja di bidang kebudayaan bisa

langsung di kerjakan. Sehingga pelayanan di

bidang Kebudayaan bisa langsung ditangani

dengan cepat. Tentunya Pejabat Fungsional

Pamong Budaya harus sesuai dengan kompetensi,

profesi dan spesialisasinya, sehingga diharapkan

dapat melengkapi fungsi birokrasi yang nantinya

secara kinerja bisa lebih cepat dan dapat

memperoleh hasil yang maksimal.

122
Kebudayaan Dalam Opini

STRATEGI KEBUDAYAAN
SEBATAS KONSEP

Kalau kita ngomong tentang strategi

kebudayaan di Jawa Timur, sampai saat ini

masih debateble, karena setiap orang mepunyai

pemikiran dan gagasan sendiri-sendiri yang

berbeda-beda tentang strategi Kebudayaan. Lalu

123
Kebudayaan Dalam Opini

yang menjadi pertanyaan pentingkah konsep

strategi kebudayaan itu ada?. Seandainya

konsep strategi kebudayaan itu ada, seberapa

besar pengaruhnya untuk masyarakat

khususnya di Jawa Timur. Kegiatan Temu

Seniman dalam Diskusi Kelompok Terfokus

dengan tema “ isu pokok dan arah kebijakan

strategi budaya Jawa Timur”, adalah salah satu

usaha Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Provinsi Jawa Timur untuk menggagas strategi

kebudayaan Jawa Timur. yang hasil akhirnya

akan ada buku tentang strategi kebudayaan

Jawa Timur.

Di dalam pemikiran saya, secara pribadi

saya sangat mendukung sekali dengan adanya

kegiatan ini, minimal pemerintah dalam hal ini

Dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa

124
Kebudayaan Dalam Opini

Timur sudah ada niatan untuk membuat sebuat

konsep tentang strategi kebudayaan Jawa Timur

yang akhirnya akan membawa dampak

meningkatnya kesejahteraan sosial yang yang

berkeadilan dan dapat menjaga keseimbangan

antara sumberdaya manusia dan potensi

budaya yang ada di Jawa Timur.

Cuman sayangnya adalah, mengapa dalam

kegiatan tersebut narasumber dari kalangan

akademisi hanya melibatkan pakar dari bidang

sejarah dan hubungan internasional saja,

mengapa tidak melibatkan pakar dari

antropologi, sosiologi dan pakar-pakar lain yang

terkait dengan kebudayaan. Sehingga dalam

merumuskan konsep strategi kebudayaan bisa

lebih maksimal. Sehingga tidak hanya

pemikiran narasumber di bidang sejarah dan

125
Kebudayaan Dalam Opini

hubungan internasional saja yang terwadahi.

Walaupun pada dasarnya para peserta banyak

dari kalangan seniman dan budayawan. Akan

tetapi peserta dalam kegiatan ini sifatnya hanya

sebagai pelengkap dan syarat saja.

Ketika ngomong masalah isu pokok dan

arah kebijakan strategi kebudayaaan mengapa

kegiatan ini ada setelah pemimpin daerah yaitu

Gubernur masa jabatannya tinggal menunggu

bulan, seharusnya ketika ngomong masalah

arah kebijakan, idealnya seorang pemimpin

daerah itu baru menduduki jabatannya

sehingga dengan adanya konsep arah kebijakan

strategi budaya itu bisa langsung di setujui oleh

pemimpin daerah dan bisa langsung di

implementasikan lewat gerakan kebudayaan,

126
Kebudayaan Dalam Opini

karena bagaimanapun juga penentuan

kebijakan di Jawa Timur adalah Gubernur.

Dengan demikian timbul pertanyaan

dalam benak saya, untuk siapakan hasil konsep

strategi kebudayaan tersebut, untuk Gubernur

saat ini ataukah Gubernur yang akan datang.

Kalau untuk Gubernur saat ini saya rasa sudah

tidak ada manfaatnya lagi, karena seandainya

itu di setujui maka untuk implementasi dan

gerakan kebudayaan hanya akan berjalan untuk

beberapa bulan saja. Sehingga konsep strategi

kebudayaan hanya sekedar konsep semata, dan

akan menjadi sekedar tulisan yang tidak ada

gunanya.

Apabila konsep strategi kebudayaan ini

ditujukan oleh salah satu calon Gubernur yang

akan maju pada pilgub yang akan datang, lalu

127
Kebudayaan Dalam Opini

calon Gubernur yang mana?. Menurut saya

kegiatan ini sudah keliru dari aturan. Mengapa

demikian?. Harusnya sebuah kegiatan

kebudayaan mempunyai out put untuk

kepentingan masyarakat secara umum

khususnya mengenai kebudayaan, bukan acara

yang hasil akhirnya menghasilkan sebuah alat

untuk kepentingan politik salah satu calon

Gubernur, karena itu bukan ranahnya dan

sudah melenceng dari tupoksi Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa

Timur.

Saya berharap pemikiran ini, hanya

sekedar pemikiran saya saja. Mudah-mudahan

kegiatan temu seniman dalam diskusi kelompok

terfokus tentang isu pokok dan arah kebijakan

strategi kebudayaan tidak seperti pemikiran

128
Kebudayaan Dalam Opini

saya. Kegiatan tersebut memang sangat

diperlukan demi menciptakan keseimbangan

antara pembangunan sumber daya manusia

yang berbudaya dan potensi kebudayaan

khususnya di Jawa Timur. sehingga diharapkan

hasil dari kegiatan tersebut tidak hanya

menghasilkan konsep strategi kebudayaan yang

hanya sebatas tulisan akan tetapi dapat

berlanjut ke arah implementasi atau gerakan

kebudayaan.

Dengan hasil kegiatan ini semoga saja,

bukan sebagai alat kepentingan untuk para

pejabat demi sebuah kekuasaan. Dan bukan

sebagai alat kepentingan untuk masyarakat

kalangan bawah, untuk ikut andil sebagai

pendukung.

129
Kebudayaan Dalam Opini

Suatu hal bila di lakukan dengan niat

yang baik maka akan menghasilkan sesuatu

yang baik pula. Begitu juga kegiatan temu

seniman dalam diskusi kelompo terfokus ini bila

disertai dengan niat baik yang tulus, tanpa ada

suatu kepentingan yang negatif, maka akan

menghasilkan sesuatu yang baik pula.

130
Kebudayaan Dalam Opini

WAYANG PAMEKASAN
PUNAH, TANPA PENERUS

Kesenian tradisional wayang kulit

Pamekasan, di Madura, sekarang ini sudah punah

karena tidak ada lagi generasi baru yang

meneruskannya. Para dalang tua yang menguasai

131
Kebudayaan Dalam Opini

wayang dengan dialog berbahasa khas Madura itu

sudah tiada lagi. Sementara Instansi yang terkait

dengan Kebudayaan, seperti Dinas Kebudayaan,

Dewan Kesenian serta lembaga yang lain tidak

memiliki agenda konkret untuk melestarikan

kekayaan tradisional seperti wayang kulit gaya

Pamekasan. Sehingga yang terjadi untuk generasi

penerus di pertunjukan wayang kulit pamekasan

sekarang sudah tidak ada lagi.

Penjaga Vihara Avalokitesvara Pamekasan Bapak

Kosala Mahindra mengatakan, generasi muda tidak

berminat untuk menekuni seni tradisi wayang

pamekasan ini karena dinilai kurang menarik,

ketinggalan zaman, tidak menjanjikan penghasilan

yang layak, serta kurang diapresiasi publik.

132
Kebudayaan Dalam Opini

Wayang Pamekasan, yang diperkirakan tumbuh

sejak 300 tahun yang lalu, memiliki sumber cerita

yang sama dengan wayang purwa dari Jawa.

Bedanya, wayang di Pamekasan mempunyai

bentuk wayang yang berbeda dan dimainkan

dengan menggunakan bahasa Madura, serta

menggunakan iringan gending-gending khas gaya

Pamekasan Madura.

Dewasa ini perkembangan kebudayaan

sangatlah pesat. Hal itu merupakan efek langsung

dari globalisasi yang menjadikan dunia yang luas

ini bagaikan hanya satu kampung saja sehingga

informasi yang ada di belahan bumi bagian barat

bisa dengan mudah dan cepat di katahui oleh

belahan bumi bagian lain, begitu halnya dengan

kebudayaan.

133
Kebudayaan Dalam Opini

Akhir- akhir ini buming yang namanya

budaya k-pop. Mulai dari musik dan gaya dance

ala- ala boyband dari Negara Korea tersebut.

Penulis yakin masyarakat juga fasih tentang gaya

yang update pada saat ini, yaitu gangnam style

yang dalam sekejab menjadi tren di masyarakat.

Hal ini merupakan bukti betapa mudahnya budaya

dari satu negara bisa masuk ke negara lain dan

juga ke indonesia dan ke pulau madura juga.

Disadari atau tidak, hal tersebut bisa menggerus

habis budaya kita. Karena bisa jadi generasi muda

kita malah lebih mencintai budaya luar dan

melupakan budaya sendiri. Ini harus mendapatkan

perhatian khusus dari semua lapisan masyarakat.

Kemajuan teknologi adalah bagus apabila

bisa kita gunakan semaksimal mungkin.

Globalisasi adalah kesempatan apabila kita bisa

134
Kebudayaan Dalam Opini

memanfaatkannya untuk mempromosikan jati diri

kita. Bukan malah kehilangan jati diri dan

terombang ambing dalam arus budaya orang lain.

Akan tetapi yang penulis lihat di dunia nyata

adalah masyarakat pada saat ini terlalu terlena

dengan globalisasi dan teknologi sehingga kita

hanya menjadi penikmat belaka. Akhirnya, budaya

yang seharusnya kita perkenalkan dengan bangga

ke daerah daerah lain, akan tetapi kita malah

bingung sendiri.

Agar hal di atas tidak terjadi, maka

Kabupaten Pamekasan ketika mengadakan acara-

acara formal dipemerintahan sebaiknya

menampilkan kesenian tradisional khas

Pamekasan salah satunya wayang kulit

Pamekasan.

135
Kebudayaan Dalam Opini

Kesenian wayang kulit pamekasan

merupakan kesenian di Pamekasan Madura yang

hampir dilupakan. Maka dari itu kesenian tersebut

coba diangkat kembali di acara-acara gelar seni di

Madura agar tidak benar – benar di lupakan.

Kesenian yang bersifat modern di perbolehkan

tampil di acara- acara di Pamekasan , akan tetapi

perbandingannya tidak boleh melebihi bobot

kesenian tradisional. Tujuan utamanya adalah

memperkenalkan kesenian khas Pamekasan yang

mulai ditinggalkan karena banyaknya seni modern

yang beredar, sehingga diharapkan masyarakat

akan mengenal dan mencintai kesenian khas

pamekasan yang menjadi identitas diri dari

kabupaten pamekasan.

Untuk menghidupkan kembali seni budaya

tradisional sebagai wujud dari jati diri maka perlu

136
Kebudayaan Dalam Opini

sumbangsih dari berbagai pihat diantaranya

pemerintah, pecinta seni tradisi, senimannya serta

masyarakat, harus punyakesadaran untuk benar-

benar mengangkat seni tradisi dan budaya sebagai

jati diri suatu bangsa.

Apabila banyak kesenian tradisi kita yang

hilang dan tergantikan oleh seni modern dari

negara lain yang notabene bukan kesenian asli dari

daerah kita, malah yang lebih parah kita pernah

jumpai kesenian kita hidup dan berkembang di

negara lain. Tidakkah kita merasa tertampar

dengan kenyataan seperti itu? Atau jangan-jangan

kita juga termasuk yang tidak tahu dan tidak mau

tahu. Oleh sebab itu sudah saatnya kita bangun

dari mimpi buruk ini. Dengan cara mebuat

generasi muda kita tidak hanya tahu secara

137
Kebudayaan Dalam Opini

kontekstual tentang seni budayanya, akan tetapi

kita harus memberi wawasan juga secara praktek.

Tertarik akan hal yang baru adalah wajar.

Bahkan itu adalah sifat dasar manusia. Biasanya

manusia itu menyukai hal – hal baru yang belum

pernah ia temukan dan menarik perhatiannaya.

akan tetapi apabila semua itu menjadikan manusia

lupa dengan jati diri yang sebenarnya, maka kita

patut prihatin.

Melihat fenomena ini kita memang tak lantas dapat

menyalahkan masyarakat yang lebih memilih

kesenian modern dibanding kesenian tradisional

yang kita miliki. Perlunya ada penanaman dini

tentang kecintaan terhadap kesenian tradisi seperti

mengenalkan, wayang, tarian,musik karawitan dan

138
Kebudayaan Dalam Opini

yang lainnya agar setelah mereka mengenal lalu

mereka tertarik untuk mempelajari selanjutnya.

Sudah saatnya kita sebagai masyarakat

khususnya pelajar dan mahasiswa, harus bisa

memilah apa yang masuk dari luar artinya kita

harus bisa memilih dan menyaring mana yang

lebih baik dan positif untuk kita ikuti. Bukan

sekedar ingin mengikuti tren yang sudah ada tanpa

memfilter terlebih dahulu. Sudah saatnya kita

kembangkan dan lestarikan kembali kesenian

tradisional yang sudah mulai tergerus oleh

kesenian modern, karena bagaimanapun itu adalah

hasil cipta karya bangsa kita.

Hal yang harus dilakukan banyak pihak

untuk menghidupkan kembali kesenian tradisional

wayang Pamekasan adalah mengenalkan sejak

139
Kebudayaan Dalam Opini

dini wayang Pamekasan di sekolah mulai dari TK,

SD, SMP, SMA sesuai dengan tingkat pemahaman

anak tentang wayang, Dengan kegiatan program

masuk sekolah ini, diharapkan kepada generasi

muda untuk lebih mengenal kesenian yang sudah

semakin langka tersebut dan akan tertarik

mempelajari dan mengenal wayang kulit lebih

dekat. Selanjutnya adalah promosi ketika ada

pergelaran wayang sehingga dalam pergelaran

banyak sekali penontonnya. Karena sukses

tidaknya suatu acara juga dilihat dari banyaknya

orang yang antusias dengan acara tersebut. Kita

bisa merasakan bagaimana garingnya acara

tersebut apabila penontonnya tidak semarak /

meriah atau hanya segelintir orang saja yang

menonton.

140
Kebudayaan Dalam Opini

BAHASA JAWA DALAM


FENOMENA

Bahasa merupakan salah satu alat

pemersatu dan identitas bangsa dalam

komunitasnya masing-masing, dalam hal ini

bahasa Jawa pada komunitas masyarakat Jawa

tentunya. Jika kehidupan bahasa Jawa telah mulai

141
Kebudayaan Dalam Opini

terancam, bagaimana dengan masyarakatnya?

Secara tidak langsung, ketika bahasa Jawa

terancam punah, maka dapat mengakibatkan

bercerai-berainya masyarakat Jawa itu sendiri dan

berangsur-angsur hilanglah identitasnya. Hal ini

bukanlah masalah kecil dalam perkembangan

budaya masyarakat Jawa, namun karena tidak

terungkap secara vulgar dalam satu kesatuan

masyarakatnya, maka tidak dianggap sebagai

sebuah masalah besar yang mengancam dalam

kehidupannya. Oleh karena itu, perlulah diadakan

suatu penelitian lebih lanjut untuk menjawab

pertanyaan tersebut.

Mengapa bahasa Jawa terancam punah?

Apakah orang Jawa tidak mempertahankan

bahasanya? Atau bagaimana masyarakat Jawa itu

sendiri? Apa yang terjadi sehingga muncul

142
Kebudayaan Dalam Opini

pendapat semacam itu? Kiranya kita perlu mencari

sumber yang menyebabkan terjadinya pernyataan

tersebut. Tidak mungkin ada suatu pernyataan

yang terungkap jika tidak ada sebab yang menjadi

gejalanya. Sehingga dapat ditemukan makna

sesungguhnya dari pernyataan yang digambarkan

dalam kata-kata tersebut. Tentunya ada sebuah

peristiwa yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat Jawa yang berkaitan dengan bahasa

yaitu bahasa Jawa.

Tentunya kemungkinan jawaban yang terjadi

adalah ya bahasa Jawa memang terancam punah.

Untuk memperoleh jawaban tersebut, ada baiknya

kita memperhatikan keadaan yang terjadi dalam

kehidupan masyarakat Jawa berkaitan dengan

bahasanya akhir-akhir ini.

143
Kebudayaan Dalam Opini

Pengaruh lingkungan terdekat yang paling

menentukan untuk saat ini, misalnya, dalam

kehidupan keluarga Jawa, mereka sudah tidak lagi

menggunakan bahasa Jawa seperti yang terjadi

pada jaman era orang-orang tua kita dengan

unggah-ungguhing basa Jawa dalam

komunikasinya. Bahkan saat ini mereka lebih

banyak menggunakan bahasa Indonesia. Hal

tersebut disebabkan oleh faktor ajaran yang

diterima dari orang tua yang tidak lagi

menggunakan bahasa Jawa, apalagi mengajarkan

bahasa Jawanya. Dan faktor lingkungan dalam

masyarakat yang tidak lagi mengganggap penting

bahasa Jawa.

Di samping itu, aspek pendidikan pada

pemerintahan yang baru mempunyai kebijakan

secara politis merugikan kepentingan

144
Kebudayaan Dalam Opini

perkembangan bahasa Jawa. Mengapa? bahasa

Jawa tidak memberikan ruang pengembangan

bahasa Jawa yang sepadan dengan ilmu lain dari

tingkat dasar sampai lanjut. Kurikulum Sekolah

Menengah Atas tidak mengijinkan bahasa Jawa

diajarkan pada anak didik. Pada level perguruan

tinggi, bahasa Jawa sama sekali tidak

mendapatkan tempat.

Bahasa Jawa cepat atau lambat akan masuk

dalam ranah masa lampau yang mungkin tak akan

dilirik lagi oleh masyarakat pendukungnya.

Masyarakat pendukung kebudayaan Jawa yang

seharusnya memakai bahasa ini sebagai medium

berekspresi justru bersemangat untuk

meninggalkannya. Orang Jawa yang berasal dari

kalangan terdidik dan menempati kelas menengah

masyarakat Indonesia lebih condong

145
Kebudayaan Dalam Opini

mempergunakan bahasa Inggris, dan Indonesia.

Mereka membiasakan anak-anak mereka dengan

bahasa Inggris dan Indonesia yang lebih fleksibel,

prestise, dan sesuai dengan spirit kemajuan.

Inilah realita sekarang bahasa Jawa seolah

menunggu waktu untuk punah, butuh sebuah

perjuangan yang berat untuk tetap bisa menjaga

keberadaan dan kelestarian bahasa Jawa.

Pemerintah dan masyarakat harus saling bahu-

membahu untuk menjaga kelestarian bahasa Jawa.

Memang kita tidak boleh saling menyalahkan,

sebagai orang Jawa minimal kita secara pribadi,

harus mau melestarikan dan menggunakan bahasa

Jawa.

KESIMPULAN

146
Kebudayaan Dalam Opini

Setelah melihat kenyataan sekarang , kita

mungkin pesimis dengan gerusan bahasa asing

dan budaya luar yang bertubi memasuki kancah

lalu lintas komunikasi lokal dan apalagi nasional.

Bahasa Jawa mau tidak mau akan mengalami

nasib yang sama dengan suku-suku lain yang ada

di dunia ketika masyarakat pendukung budayanya

mulai meninggalkan bahasa ini begitu saja. Dalam

rentang historis, bahasa Jawa mengalami proses

dinamikanisasi. Artinya ada saatnya bahasa Jawa

menjadi sesuatu yang mutlak dan dibutuhkan

untuk sarana legitimasi sosial politik, namun di

sisi lain ada saatnya bahasa Jawa mengalami

keruntuhan karena sudah dianggap tidak sesuai

dengan perkembangan globalisasi.

Untuk itu mengembalikan bahasa Jawa sebagai

bahasa pergaulan dan tetap eksis mutlak

147
Kebudayaan Dalam Opini

dibutuhkan perjuangan yang amat berat, perlu

semua elemen bangsa untuk melakukannya agar

bahasa Jawa tidak mengalami fosilisasi dan dapat

kembali dipergunakan sebagai bahasa pergaulan

dan komunikasi umumnya pada lingkup yang

terbatas.

Banyak cara dan strategi untuk tetap bisa

menjadikan bahasa Jawa tidak mengalami

kepunahan, strategi tersebut antara lain :

1. Ajarkan bahasa Jawa tentu dengan unggah-

ungguhnya dari diri kita dan keluarga kita.

2. Batasi penggunaan bahasa Indonesia/Inggris

pada lingkup keluarga kita.

3. Pemerintah harus memberikan porsi mata

pelajaran Bahasa Jawa yang seimbang dengan

148
Kebudayaan Dalam Opini

pelajaran yang lain sekolah-sekolah dari

tingkat TK, SD, SMP dan SLTA.

4. Di tingkat Perguruan tinggi, Dikti atau

Kopertis menganjurkan kepada Universitas-

universitas untuk membuka Fakultas/Prodi

Bahasa Jawa, sehingga ke depan SDM

Intelektual bahasa Jawa tetap masih ada.

Sebenarnya masih banyak strategi-strategi

untuk bisa menjadikan bahasa Jawa tetap lestari,

kita bisa mengambil contoh Negara Jepang, Bahasa

dan budaya Jepang disana sangat dijunjung tinggi,

sehingga walaupun Negara Jepang sebuah Negara

maju dengan peradaban yang modern, akan tetapi

tidak akan lupa akan budaya dan bahasa mereka.

149
Kebudayaan Dalam Opini

ALTERNATIF SENI
TRADISIONAL UNTUK
MENGHADAPI
PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI

Berdasarkan analisis, permasalahan yang

dihadapi oleh sebagian besar masyarakat

khususnya di Jawa Timur, salah satunya adalah

150
Kebudayaan Dalam Opini

kurangnya pengembangan media promosi,

pendataan seni budaya tradisional, dan

optimalisasi Dokumentasi dalam pemasaran

kesenian tradisinya lewat teknologi. Maka hal yang

harus dilakukan salah satunya adalah memberikan

inovasi pada pagelaran ataupun pementasan

kesenian yang ada di dalamnya sesuai dengan

kebutuhan yang ada, yang disesuaikan oleh

kondisi saat ini yaitu dengan mengikuti

kecanggihan teknologi. Dari sini adanya suatu

acara pertunjukkan yang melalui proses inovasi

merupakan salah satu strategi yang paling baik

dilakukan sebagai langkah awal memperkenalkan

kembali macam-macam kesenian tradisional

khususnya di Jawa Timur.

Generasi masyarakat saat ini banyak berpikir

kalau seni tradisi itu sekarang sangat tidak

151
Kebudayaan Dalam Opini

menarik bila dibandingkan dengan seni modern

padahal berubahnya jaman, kesenian tradisional

yang sekarang pun berubah kemasan menjadi

lebih menarik dan tidak membosankan seperti

yang mereka pikir. Maka dari itu, promosi kali ini

sekaligus ingin memperlihatkan pencitraan seni

yang semangat, ceria, anggun, dan banyak

macamnya.

Mengangkat suatu event dari kesenian tradisi

lokal dimana masih dilakukan oleh masyrakat

daerah di Jawa Timur merupakan suatu

kebanggaan tersendiri karena sekaligus membantu

mereka menunjukkan kepada masyarakat luas

bahwa masih ada masyarakat yang peduli terhadap

keberadaan seni tradisi ini, yang sudah menurun

dari waktu ke waktu sehingga masyarakat lain

diluar sana ikut tergerak bermula dari mengenal

152
Kebudayaan Dalam Opini

seni tradisi itu sendiri dan gol terbesarnya mereka

ikut berperan aktif untuk mencintai dan merawat

keberadaan kesenian tradisional.

Media promosi secara tidak langsung sudah

berperan ikut memperkenalkan ragam seni tradisi

di Jawa Timur. Media promosi hanya membantu

proses mengenalkan acara tersebut maka,

ditambah dua media yang berperan lebih aktif dan

menonjol untuk memperkenalkan kesenian

tradisional yang bisa diakses setiap waktu dan

buku sebagai media yang bisa bertahan lama.

Serta adanya desain booth di tempat acara dimana

masyarakat bisa masuk dan melihat bahkan

mencoba langsung menggunakan alat-alat musik.

Fokus Utama Pelestarian kesenian

tradisional sebagai upaya dalam menumbuhkan

153
Kebudayaan Dalam Opini

kecintaan Budaya Lokal di masyarakat Jawa Timur

tersebut meliputi beberapa aspek diantaranya

adalah, rencara pelestarian seni budaya melalui

kemasan multimedia, data dokumentasi sebagai

wadah pelestarian seni budaya dan seni budaya

lokal sebagai Identitas seni budaya di masyarakat.

KESIMPULAN

Jawa Timur memiliki seni budaya yang

sangat majemuk sangat banyak jumlahnya

jumlahnya. Definisi kebudayaan dan teknologi

sendiri sangat luas tergantung orang menilai dari

sudut mana. Disini saya mendenifisikan

kebudayaan adalah gaya hidup ataupun cara

hidup yang dimiliki sekelompok orang atau

masyarakat yang diwariskan dan ditindaklanjuti

dari generasi ke generasi. sedangkan teknologi

154
Kebudayaan Dalam Opini

merupakan ilmu pengetahuan terapan untuk

menciptakan suatu hal yang baru sehingga dapat

menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi

kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Keduanya memang tidak bisa dipisahkan, adanya

kebudayaan yang dimiliki sekelompok orang dapat

menciptakan teknologi baru, begitu juga sebaliknya

adanya teknologi baru dapat menciptakan

kebudayaan yang baru pada masyarakat serta

teknologi sebagai pertanda kemajuan kebudayaan.

Semakin berkembangnya teknologi dimana

informasi apa saja bisa masuk dalam kehidupan

masyarakat kita yang ikut serta mempengaruhi

tergesernya nilai-nilai budaya Indonesia ini.

Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata

menimbulkan pengaruh yang negatif bagi

kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang

155
Kebudayaan Dalam Opini

terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia

perlahan-perlahan mulai pudar. Gencarnya

serbuan teknologi yang sudah hampir mendarah

danging di kalangan masyarakat, telah

menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada

akhirnya menimbulkan nilai baru untuk seni

budaya kita.

Cara penanganan agar semua pengaruh

tersebut dapat diambil sisi positifnya saja adalah

dengan penyaringan budaya yang masuk ke

Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Dengan

tertananamnya jati diri bangsa pada setiap individu

diharapkan mampu menjadi filter bagi kebudayaan

asing yang bisa masuk kapan saja dan dimana

saja. strategi kebudayan kedepan sebenarnya yang

diperlukan bukan hanya menjadi tukang-tukang

teknologi, tetapi masyarakat mesti mampu menjadi

156
Kebudayaan Dalam Opini

penemu, dengan kata lain mendidik masyarakat

untuk berfikir, berkata dan bertindak yang benar.

Dengan demikian masyarakat Indonesia mampu

mengkolaborasikan antara produk seni budaya

dengan teknologi yang tetap mengedepankan etika,

moral dan estetika sesuai budaya yang adiluhung.

Bagi masyarakat yang mencoba

mengembangkan seni tradisional menjadi bagian

dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya

supaya seni budaya tetap bisa berkembang dan

hidup mesesuaikan jaman, tanpa mengurangi nilai

yang terkandung didalamya. Harapan besar sangat

tergantung pada para pemangku kepentingan,

seniman dan budayawan khususnya dan

masyarakat umumnya dalam upaya menjaga aset

seni budaya tradisional supaya tidak punah

tergerus kemajuan jaman.

157
Kebudayaan Dalam Opini

SENI KARAWITAN SAAT INI


Seni Karawitan pada Masa Keraton

Kehidupan seni karawitan sejauh ini sudah

mengalami perjalanan sejarah yang panjang

bersamaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan

besar, seperti Majapahit, dan Mataram. Di bawah

158
Kebudayaan Dalam Opini

kekuasaan kerajaan-kerajaan tersebut, gamelan

(seni karawitan) mengalami perkembangan yang

sangat pesat. Sehingga menarik para ilmuwan

asing untuk mempelajari dan mendokumentasikan.

Banyak penemuan-penemuan hasil penelitian yang

dilakukan oleh ilmuwan asing. Sebagian hasil

penemuan tersebut selanjutnya digunakan untuk

mempelajari seni karawitan. Perkembangan yang

terjadi pada dunia seni karawitan menggambarkan

bahwa seni karawitan merupakan suatu produk

kebudayaan yang selalu ingin berkembang,

menyesuaikan dengan kondisi jaman.

Pada jaman kerajaan perkembangan seni

karawitan berjalan pesat. Peran Raja sebagai

penguasa tunggal sangat menentukan hidup dan

matinya suatu bentuk seni. Perkembangan seni

karawitan berlanjut dengan munculnya Kerajaan

159
Kebudayaan Dalam Opini

Mataram. Pada jaman ini dianggap sebagai tonggak

seni karawitan, terutama untuk gaya Yogyakarta

dan Surakarta. Tidak hanya penambahan jenis-

jenis gamelan saja, melainkan fungsi seni

karawitanpun mengalami perkembangan.

Disamping sebagai sarana upacara, seni karawitan

juga berfungsi sebagai hiburan. Dahulu seni

karawitan produk kraton hanya dinikmati di

lingkungan kraton. Selanjutnya karena

keterbukaan kraton dan palilah Dalem, seni

karawitan produk kraton kini sudah berbaur

dengan masyarakat pendukungnya. Sedangkan di

Jawa Timur yang jauh dari lingkungan Keraton

maka seni karawitan berkembang di masyarakat

sesuai dengan masyarakat pendukungnya yaitu

menyesuaikan kondisi daerahnya, seperti seni

karawitan pesisiran yang memang fungsinya

160
Kebudayaan Dalam Opini

sebagai hiburan dan ritual di masyarakat

setempat, contohnya petik laut, bersih desa,

syukuran panen dan yang lainnya

Seni Karawitan pada Saat Ini

Kesenian Karawitan pada saat ini memang mulai

tergerus dan pudar, apalagi anak bangsa yang

diembani tugas untuk mengkonservasi seni dan

budaya ikut hanyut dalam kemudahan teknologi,

jarang kita jumpai sekumpulan pemuda mengisi

waktu luangnya untuk belajar bermain gamelan,

menarikan tarian tradisional atau menonton

wayang. Namun dibalik itu semua penulis

memandang bahwa seni dan budaya merupakan

sarana berdiplomasi yang sangat efektif dalam

memperkuat hubungan antar masyarakat semua

bangsa, ketika penulis memperkenalkan seni

161
Kebudayaan Dalam Opini

karawitan di International School Ho Chi Mint City,

Vietnam rupanya disambut dengan baik oleh

masyarakat disana. Betapa tertariknya mereka

untuk mempelajari seni gamelan ini, terbukti di

sana ada satu set gamelan Jawa lengkap yang

mereka miliki, serta banyaknya mahasiswa yang

tertarik mempelajari gamelan. Menurut penulis,

kondisi inilah yang begitu ironi terjadi di Negeri

kita, dimana masyarakat negara lain lah yang

justru mempunyai minat begitu besar untuk

mempelajari kebudayaan kita, namun masyarakat

kita sendiri tidak ada usaha untuk melestarikan

dan tidak mau peduli dengan warisan budaya

leluhur ini.

Strategi Pengembangan Seni Karawitan

162
Kebudayaan Dalam Opini

Strategi untuk mengembangkan seni karawitan

salah satunya adalah Kekreatifitasan dalam

berkarya untuk member warna baru pada seni

karawitan merupakan modal yang sangat penting

apalagi di jaman yang serba cepat dan serba instan

ini, diperlukan daya saing dan keunikan tersendiri

bagi tiap-tiap produk atau karya yang dihasilkan.

Begitu pula yang terjadi di Surabaya pada tahun

2019, ide diadakannya Parade Musik Gamelan ini

sama sekali ide baru dan cemerlang. Mengingat

dalam memeriahkan dan melestarikan budaya kita

tidak boleh lupa untuk memasukan unsur

kompetitif untuk memacu semangat para penggiat

budaya ini. Disamping tujuan utama yaitu

menghibur masyarakat, ajang ini juga dianggap

mampu menumbuhkan bibit-bibit semangat bagi

mereka yang baru mulai menaruh minatnya dalam

163
Kebudayaan Dalam Opini

seni karawitan atau gamelan untuk lebih

mengasah bakatnya disini. Dalam Parade Musik

Gamelan ini merupakan ajang untuk berkreativitas

dengan media gamelan untuk sekaligus

menggunakan gamelan sebagai media

memperkenalkan ke generasi muda bahwa dengan

media gamelan kita bisa menciptakan musik baru

dengan suasana yang baru juga.

Perlu diingat bahwa tugas melestarikan

kebudayaan Indonesia adalah tugas semua

kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa serta

orang tua. Acara diselenggarakan Festival Gamelan

ini dengan harapan bahwa semua masyarakat

mampu melirik keindahan musik karawitan ini dan

akan menggandrunginya. dalam hal

mempopulerkan kembali kesenian karawitan,

usaha konservasi seni gamelan dengan cara alih

164
Kebudayaan Dalam Opini

budaya, dengan banyaknya mahasiswa asing yang

mengapresiasi dan ingin mempelajari kesenian

negri kita, diharapkan mampu melahirkan motivasi

anak negeri untuk mencintai dan melestarikan

budaya dan seni yang kita miliki. Selain itu seni

harus dipopulerkan dengan cara mengadakan

ajang kompetisi seperti banyak dilakukan oleh

ranah seni yang lain, Festival Gamelan atau yang

lainnya adalah usaha kreatif masyarakat untuk

memotivasi lahirnya pecinta seni karawitan dan

bakat-bakat yang potensial dalam melestarikan

warisan budaya kita. Penulis merasa untuk

mempopulerkan Kesenian Karawitan Jawa di

jaman sekarang, juga diperlukan strategi

marketing yang memadai, dan dikemas dalam

tampilan visual yang lebih modern, sehingga

menjadi daya tarik tersendiri baik di kancah

165
Kebudayaan Dalam Opini

Nasional atau bahkan Internasional. Beberapa

contoh yang penulis ketahui, acapkali

diselenggarakan Konser musik Jazz yang dipadu

dengan gamelan, serta di berbagai pementasan

musik pop yang instrumennya bukan lagi gitar

atau drum melainkan kecapi dan gamelan. Menilai

sifat masyarakat kita yang suka ikut-ikutan dan

tidak mau ketinggalan, dengan melihat seni

gamelan yang kini menjadi tren dan di sambut

dengan antusias yang besar oleh masyarakat

bangsa lain, semoga akan membangkitkan gairah

masyarakat untuk mempelajari dan melestarikan

Kesenian Karawitan yang juga merupakan aset

bangsa milik kita yang sangat berharga.

166
Kebudayaan Dalam Opini

Kesimpulan

Perkembangan yang terjadi pada dunia seni

karawitan menggambarkan bahwa seni karawitan

merupakan suatu produk kebudayaan yang selalu

ingin berkembang, menyesuaikan dengan kondisi

jaman. Pada jaman kerajaan perkembangan seni

karawitan berjalan pesat. Peran Raja sebagai

penguasa tunggal sangat menentukan hidup dan

matinya suatu bentuk seni.

Dan pada jaman sekarang ini kita semualah yang

menentukan hidup dan matinya kesenian

karawitan oleh karena itu usaha untuk

menyadarakan masyarakat akan begitu

berharganya kesenian kita ini perlu di didukung

dari banyak kalangan, termasuk kalangan

akademisi, seniman seniman itu sendiri serta

167
Kebudayaan Dalam Opini

masyarakat pecinta seni. tidak hanya itu untuk

melestarikan serta mengembangkan seni karawitan

juga diperlukan strategi marketing yang memadai,

dan dikemas dalam tampilan visual yang lebih

modern, sehingga menjadi daya tarik tersendiri

baik di kancah Nasional atau bahkan Internasional

168
Kebudayaan Dalam Opini

BIODATA PENULIS

Adiyanto dilahirkan di
Semarang pada tanggal 02 Juli
1982. Sejak kecil ia sudah
diajari oleh orang tuanya di
bidang seni, diantaranya, seni
karawitan, pedalangan dan seni
tatah sungging wayang. Setelah
remaja Ia mematangkan ketrampilan olah seninya
di SMKN 8 Surakarta Jurusan Karawitan pada
tahun 1998, kemudian melanjutkan kuliah di STSI
Surakarta pada tahun 2001 sampai semester 4
transfer ke STKW Surabaya lulus pada tahun
2006. Sejak tahun 2011 di angkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Jawa Timur Bidang Budaya, Seni dan
Perfilman. Kemudian pada tahun 2015 diangkat
sebagai Pamong Budaya Jawa Timur sampai
sekarang. Di sela-sela kesibukanya sebagai
Pamong Budaya Ia juga aktif sebagai seniman, baik
pelaku seni, pengkarya seni dan pemerhati seni.

169
Kebudayaan Dalam Opini

Aktif menulis baik di media elektronik, media


massa maupun media cetak.

Buku yang pernah ditulisnya

Djoko Langgeng Dan Wayang Kulit Karyanya, Balungan


Gending Jawa Timuran, Karawitan Jawatimuran,
Pengetahuan Vokal Jawatimuran, Campursari Sekar
Melati, Profil Sekar Melati, Tinjauan Seni Karawitan.

PENGALAMAN BERKESENIAN

1. 3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik Bidang


Sabet pada Festival Dalang dalam rangka
Pekan Wayang se Jawa Timur tahun
1999 di Surabaya.
2. 3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik Bidang
Sanggit Cerita pada Festival Dalang
dalam rangka Pekan Wayang se Jawa
Timur tahun 1999 di Surabaya.
3. Sebagai Pengamat Daerah pada Parade
Lagu daerah Taman Mini “ Indonesia
Indah” tahun 2011 mewakili provinsi
Jawa Timur.
4. Menjadi salah satu pemusik dalam
pertunjukan Festival Kesenian Indonesia
III tingkat Nasional tahun 2011 di
Surabaya.

170
Kebudayaan Dalam Opini

5. Menjadi Duta Seni mewakili Indonesia ke


Ho Chi Mint City, Vietnam pada tahun
2005.
6. Komposer dalam Festival Gegitaan
tingkat Nasional pada tahun 2013 di
Jogjakarta.
7. Komposer Iringan Tari Ganggasmara
dalam acara Festival Tari Sakral tingkat
Nasional pada tahun 2013 di Jogjakarta.
8. Juara 1 (satu) Komposer Iringan Tari
Kidung Kasanga dalam acara Festival tari
Sakral tingkat Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2014 di Sidoarjo.
9. Komposer Iringan Tari Mandaragiri dalam
acara melasti tingkat Provinsi Jawa Timur
di Surabaya.
10. Komposer Iringan Tari Nawa Cita Negara
Kertagama dalam acara Mahasaba
Tingkat Nasional pada tahun 2016 di
Surabaya.
11. Menjadi Komposer pada Pembukaan
Festival Seni Sakral tahun 2019 dengan
Judul “ Babar Sastra Pamucang”
12. Juara Penata Musik tradisional Terbaik
pada Festival Seni Sakral Tingkat
Nasional Tahun 2019.
13. Menjadi Ketua Lembaga Seni Keagamaan
Provinsi Jawa Timur, masa bhakti 2019-
2023
14. Aktif menjadi Juri dan Narasumber d
berbagai kegiatan seni, seperti Macapat,
Gegitan, Tari, Karawitan, pedalangan dll.

171
Kebudayaan Dalam Opini

172

Anda mungkin juga menyukai