Anda di halaman 1dari 153

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, buku ini saya

persembahkan untuk;

1. Ki Djoko Langgeng, ayah saya tercinta yang

memberikan inspirasi sekaligus sebagai

Narasumber dalam Karya wayang Kulit ini.

2. Ibu Endang Sutarmi yang telah mendidik dan

mengasuh saya sejak kecil.

i
PENGANTAR PENULIS

Ketika saya sedang mengikuti pentas


pertunjukan wayang kulit oleh seorang dhalang, saya
melihat wayang karya baru, yaitu Patihan Tuwo dan
Patihan Madura yang sebenarnya saya tahu kalau
wayang kulit itu adalah karya dari Ki Djoko Langgeng,
lalu saya mencoba untuk menanyakan kepada pemilik
wayang tersebut, dari mana wayang karya baru itu dan
itu karya siapa?, yang kemudian di jawab oleh
pemiliknya, aduh tidak tahu, Ia mengatakan hanya
membeli dari seseorang, dan yang menjual mengatakan
kalau wayang ini cuma ngemal / ngeblat (meniru). Dari
pemikiran itu saya berfikir bahwa masih banyak dhalang
yang memakai wayang karya-karya baru karya dari Ki
Djoko Langgeng, tetapi mereka tidak pernah tahu karya
siapakah wayang kulit tersebut. Dari pengalaman
tersebut diatas saya sengaja untuk mencoba menulis
buku dengan judul Djoko Langgeng dan Wayang
Kulit karyanya.
Buku ini adalah sebuah tulisan sederhana
dengan didasari semangat, karena menulis adalah

ii
sesuatu hal yang menyenangkan hati saya untuk saat ini.
Tulisan ini adalah bagian dari “tombo kangen” untuk diri
pribadi supaya dalam pemikiran dan angan-angan saya,
bisa tercurahkan lewat tulisan ini.
Tulisan ini selain untuk diri saya sendiri juga
bertujuan untuk memperkenalkan kepada para seniman
dan masyarakat awam yang mana belum mengetahui
wayang karya Ki Djoko Langgeng tersebut. Sehingga
kedepan akan banyak para masyarakat awam, seniman
khususnya seni pedhalangan akan mengerti macam–
macam wayang kulit, mana wayang kulit purwa pada
umumnya dan mana wayang kulit karya baru. Banyak
sekali wayang kulit karya baru yang mana pengkaryanya
tidak di ketahui atau Noname.Beberapa seniman
pengkarya wayang kulit terkadang sengaja ingin
menyembunyikan identitasnya. karena memang
menganggap bahwa identitas tidaklah penting untuk di
ketahui oleh banyak orang. Sehingga yang terjadi,
banyak karya wayang kulit baru yang tidak diketahui
siapa pengkaryanya. Dalam hal ini saya sengaja untuk
mengangkat karya-karya wayang kulit Ki Djoko
Langgeng, karena menganggap bahwa suatu karya baru

iii
perlu di ketahui banyak orang agar semua orang tahu
keberadaan, sejarah serta asal-usul dari karya wayang
baru tersebut. Selain itu karena saya mempunyai
kedekatan khusus dengan Ki Djoko Langgeng, beliau
adalah ayah kandung saya, yang telah ngukir jiwa raga
saya sehingga akan memudahkan dalam proses
penulisan ini.
Tulisan ini adalah hasil dari wawancara
langsung atau jagongan nyantai dengan pengkarya,
ketika saya sedang pulang ke rumah. Ditunjang dengan
pengalaman pribadi saya tentang pedalangan yang saya
dapat dari beliau sejak kecil hingga saat ini, serta
pengalaman dalam dunia pendidikan di SMKI Surakarta,
STSI Surakarta, STKW Surabaya serta banyak para empu
seniman yang menjadikan saya seniman sampai
sekarang ini. Membagi pengetahuan dengan orang lain
adalah wujud terimakasih saya terhadap orang tua, para
empu seniman, pendidikan seni, dan masyarakat
seniman lainnya yang telah memberikan ijin untuk
menyerap ilmunya untuk bekal hidup saya, walaupun itu
sedikit saja.

iv
Pada tulisan ini, saya mengupas tentang
wayang karya baru Ki Djoko Langgeng mulai dari
sejarah, bentuk rupa, dan ciri khas yang membedakan
dengan wayang purwa pada umumnya. Sehingga
masyarakat khususnya para seniman pedalangan akan
mengetahui karya wayang baru tersebut dan siapa
pengkaryanya.
Saya berharap buku ini dapat dinikmati oleh
masyarakat secara luas. Semoga sumbangsih nyata yang
sangat berharga dari Ki Djoko Langgeng ini dapat
menggerakkan kesadaran untuk memberikan
apresiasinya terhadap karya-karya baru sebagai aset
budaya bangsa dalam rangka pengembangan seni
budaya khususnya seni pedalangan.
Saya sadar nantinya akan banyak kritik,
tantangan, bahkan cercaan dari berbagai pihak tentang
adanya buku ini. Semua telah saya serahkan kepada
pembaca, untuk jangan hanya menilai buku ini dari satu
sudut pandang, tetapi seyogyanya menggunakan
kawicaksanan lan olah rasa. Kritik dan saran yang
membangun akan saya terima dengan senang hati, demi
perbaikan di masa yang akan datang.

v
Semoga buku ini bermanfaat dan bilamana ada
kekurangan saya mohon kepada anda untuk melengkapi,
dan akan saya terima dengan lilo legowo .

Terima Kasih, Matur Nuwun.


Surabaya, 2017

Penulis
Adiyanto

vi
DAFTAR ISI

Halaman
1. PERSEMBAHAN…………………………………………….. i
2. PENGANTAR PENULIS…………………………………… ii
3. DAFTAR ISI…………………………………………………. Vii
4. WAYANG KULIT KI DJOKO LANGGENG…………… 1
5. WAYANG KARYA KI DJOKO LANGGENG
SEKITAR TAHUN 1978………………………………….. 2
A. Patihan Madura………………………………………. 6
B. Patih Ronggo Matahun……………………………. 7
C. Barisan Prajurit………………………………………. 8
D. Cakil……………………………………………………… 10
E. Wayang Karya Lain………………………………….. 14
6. KARYA WAYANG SABDO/ WAYANG KRISTEN….. 17
7. KARYA WAYANG TAHUN 1989 DI KEDIRI………. 35
A. Pendita Li Ceng Swi…………………………………. 35
B. Rajamala…………………..……………………………. 39
8. KARYA WAYANG RAMAYANA………………………… 42
9. KARYA WAYANG WAHYU……………………………… 55
10. KARYA WAYANG MAHABARATA…………………….. 62
11. KARYA WAYANG MATARAMAN………………………. 75

vii
12. KARYA WAYANG PANJI……………………………….. 78
13. KARYA WAYANG KEDIREN…………………………… 92
A. Warok Ponorogo……………………………………. 100
14. CIRI KHAS WAYANG KARYA KI DJOKO
LANGGENG………………………………………………. 111
A. Bentuk Wajah………………………………………… 111
B. Bentuk Mahkota…………………………………….. 114
C. Bentuk Pakaian Bagian Bawah(rampekan)... 112
15. PROFIL KI DJOKO LANGGENG………………………. 137
16. DAFTAR PUSTAKA……………………………………….. 140
17. BIODATA PENULIS………………………………………. 141

viii
I. WAYANG KULIT KI DJOKO LANGGENG

Ketika Djoko Langgeng masih duduk di


bangku Sekolah Rakyat (SR), dia sangat berbakat
dalam hal menggambar. Ki Djoko Langgeng masih
kelas satu, dia mengikuti lomba menggambar
wayang kulit yang diadu dengan kelas enam, dan
hasil dari perlombaan menggambar itu, justru dia
yang mendapat juara satu. Itu artinya bahwa
memang dia sudah mempunyai bakat
menggambar sejak dia masih kecil. Sedangkan
tambahan pengalaman untuk membuat wayang,
dia mendapat pengalaman dari banyak orang.
Wayang kulit Ki Djoko Langgeng yang
dibuat bukan wayang kulit biasa, banyak orang
yang bilang wayang kulit buatannya adalah
wayang pedalangan, karena memang dalam hal
membuat wayang kulit dia tidak berpikir bahwa
wayang yang dia buat untuk di jual, tapi dia
membuat wayang berdasarkan hobi atau
kesukaan, dan didalam benaknya membuat

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 1


wayang kulit itu adalah untuk kebutuhannya
didalam pertunjukan wayang karena dia sendiri
adalah seorang dalang. Ciri khas wayang kulit
buatannya adalah :
1. Mengutamakan Wanda dan Kapangan pada
wayang kulit. (raut wajah/ muka dan
anatomi tubuh yang proporsional)1.
2. Mengutamakan bedahan pada wayang kulit.
(tatahan pada bagian wajah/ raut muka
dalam wilayah estetik yang paling tinggi
dalam mengapresiasi rupa pada wayang
kulit)2.
3. Tatahan 3 pada wayang kulit terlihat padang,
wijang, dan lugu. (jelas, lugas dan
sederhana)

1
Rudy Wiratama Partohardono, Rupa dan bentuk wayang kulit purwa Jawa
ditinjau dari mazhab/ alirannya ( Surakarta, 2009).
2
Heru S Sudjarwo et al, Rupa dan Karakter Wayang purwa (Jakarta,
Kakilangit Kencana, 2013). Hal. 13.
3
Tatahan adalah lubang yang berbentuk semacam ukiran pada wayang
kulit. (Ki Marwoto Panenggak widodo, 1984, hal. 17)

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 2


4. Sunggingan4 biasanya sangat sederahana
tapi mungguh dan semu. (sesuai dan serasi).
Ki Djoko Langgeng juga sangat gemar
untuk memperbaiki wayang kulit yang sudah
rusak, dia menganggap kalau memperbaki wayang
kulit yang rusak adalah bagian dari menghargai
pembuat wayang yang terdahulu. Ketika wayang
yang sudah rusak itu menjadi utuh kembali maka
dia juga akan menyenangkan leluhur nenek
moyang yang telah membuat wayang kulit
tersebut.
Dia memperbaiki wayang yang rusak itu
karena ngugemi (mentaati) pesan dari mbah Wiro
Warsono5 pada waktu itu.

4
Sunggingan adalah pemberian warna pada wayang kulit, para seniman
pedalangan juga menyebutnya pulasan. (Ki Marwoto Panenggak widodo,
1984, hal. 89)
5
Dalang dari Soran Kabupaten Klaten, beliau adalah kakak dari kakeknya Ki
Djoko Langgeng, dia menyebutnya Mbah Soran.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 3


Mbah Wiro Warsono mengatakan :
“ le yen kowe kepingin dadi dalang lan iso duwe
wayang, awakmu kudu iso ndandani wayang lan
kudu gemati karo wayang”.

yang artinya “nak ketika kamu ingin menjadi


dalang dan ingin mempunyai wayang, kamu harus
bisa memperbaiki wayang dan harus cinta dengan
wayang”.
Dari pernyataan mbah Wiro Warsono
tersebut maka dia sampai sekarang senang sekali
memperbaiki wayang yang rusak apalagi jika
wayang tersebut mempunyai nilai sejarah dari
para leluhur terdahulu. Banyak orang yang
mengatakan bahwa dia adalah dokternya wayang.
Karena banyak wayang yang telah rusak parah
menjadi utuh kembali oleh tangannya.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 4


II. WAYANG KARYA KI DJOKO LANGGGENG
SEKITAR TAHUN 1978

Karya wayang yang dibuat tahun 1978 6.


Diantaranya adalah patihan Madura, patih
Matahun (patihan tua), Barisan Prajurit, Cakil dan
yang lainnya.

Patihan Madura

6
Pada tahun 1978 Ki Djoko Langgeng tinggal di Desa Gumuk, Kecamatan
Tengaran Kabupaten Ungaran, Jawa Tengah.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 5


A. Patihan Madura
Terinspirasi dari tokoh Pak Sakerah
yang menurutnya adalah pahlawan Madura
yang kemudian timbul untuk menuangkannya
dalam karakter wayang kulit sehingga
menghasilkan patihan sabrang 7 dengan bentuk
fisik mirip Pak Sakerah. Ia menyebutnya
patihan Madura, kemudian wayang itu di
minta oleh Ki Gondo Darman dari Sragen,
karena banyak dalang yang melihat ketika
wayang tersebut di pentaskan oleh Ki Gondo
Darman maka banyak para dalang yang
ngemal atau meniru wayang tersebut dengan
menduplikatnya, sehingga yang terjadi banyak
dalang yang juga memakai wayang patihan
Madura tersebut.

7
Patihan Sabrang dikalangan seniman pedalangan adalah patih dari
negeri Sebrang, dengan kata lain di luar tanah Jawa.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 6


B. Patih Ronggo Matahun
Ketika ada pergelaran ketoprak yang
di perankan oleh para dalang di Taman Ismail
Marjuki Jakarta, waktu itu Ki Gondo Darman
berperan sebagai
Harya Penangsang,
sedangkan Patih
Ronggo Metahun
diperankan oleh
Bapak Cokro Sikam
dari Desa Teras
Kabupaten Boyolali,
dari latar belakang
tersebut diatas
maka timbulah ide
dalam benak Ki Djoko Langgeng untuk
membuat wayang patihan tuwa seperti yang di
perankan oleh Bapak Cokro Sikam tersebut,
sehingga jadilah wayang patihan sabrang
sepuh / tua. Dan diberi nama patih Ronggo
Matahun.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 7


C. Barisan Prajurit
Barisan Parajurit ini dibuat untuk
mengisi dalam adegan budalan wadyabala8,
untuk mengganti wayang rampogan9. Barisan
Prajurit ini tangan dan kakinya bisa bergerak
maju dan mundur, yang selanjutnya diikuti
oleh pasukan prajurit pembawa tambur/
bedug sehingga budalan wadyabala dalam
pakeliran wayang ada kesan suasana rame,
gayeng, dan lucu.

8
Adegan para prajurit yang akan maju perang dalam pertunjukan wayang
kulit
9
Wayang kulit yang berbentuk kotak yang didalamnya berisi segerombolan
prajurit.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 8


Barisan Prajurit

Tokoh wayang barisan pembawa terompet dan Bedug

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 9


Setelah muncul barisan prajurit
kemudian disusul adegan pasukan peniup
Terompet dan pasukan pemukul Bedug.

D. Cakil

Ketika melihat tokoh Cakil wayang


orang10, Ki Djoko Langgeng terinspirasi untuk

10
Wayang orang sesuai dengan sebutannya diperankan oleh manusia
dengan hiasan-hiasan yang dipakai oleh wayang kulit.(Heni Nurhani dan
Tita Nurlelawati, 2008, hal. 32).

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 10


menuangkan idenya ke dalam wayang kulit,
dia membuat tokoh wayang kulit Cakil dengan
Rai Wong (wajah orang). Dengan
mengggunakan kethu11 pada Cakil wayang
orang, dan pada wayang bagian bawah
menggunakan rampekan12.
Tokoh Wayang cakil Yang lain,
Diantaranya: Tokoh Cakil Nonong dan Cakil
Botak, untuk wayang dengan tokoh ini hanya
sebagai tokoh Gecul / Lucu ketika budalan
Buto13.

11
Properti yang dipakai diatas kepala oleh Tokoh Cakil pada wayang orang.
12
Istilah yang dipakai oleh Ki Djoko Langgeng untuk menamai pakaian
bagian bawah pada tokoh wayang karyanya.
13
Para prajurit raksasa yang mau berangkat berperang.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 11


(FotoPANDOYO TBKoleksiKONDANG SUTRISNO)

Cakil Nonong14

14
Menurut Ki Djoko Langgeng tokoh ini adalah Cakil Nonong, sedangkan
dalam Rupa dan Karakter Wayang purwa menyebutnya Janggisrono 1
(Heru S Sudjarwo, 2013).

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 12


(FotoPANDOYO TBKoleksiKONDANG SUTRISNO)

Cakil Botak15

15
Menurut Ki Djoko Langgeng tokoh ini adalah Cakil Botak, sedangkan
dalam Rupa dan Karakter Wayang purwa menyebutnya Janggisrono 3
(Heru S Sudjarwo, 2013).

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 13


E. Wayang Karya Lain

Karya-karya wayang kulit yang lain


diantaranya adalah Patihan Sabrang yang
kepalanya bisa putus, patihan tersebut di
gunakan pada waktu perang gagal 16. Ia juga
membuat buto babrah 17 yang kepalanya juga
bisa putus untuk perang sekar 18 pada waktu
perang dengan gatutkoco yaitu perang
samberan19 yang kemudian kepala buto
tersebut di putus dan dibawa terbang ke

16
Para seniman pedalangan mengartikan perang gagal adalah adegan
perang pertama kali dalam sajian pertunjukan wayang kulit dalam pathet
Nem.
17
Buto Babrah adalah tokoh wayang raksasa yang setiap pertunjukan
wayang, tokoh tersebut tidak disimping (dijejer).
18
Para seniman pedalangan mengartikan perang Sekar adalah adegan
perang kedua setelah perang gagal dalam sajian pertunjukan wayang kulit
dalam pathet Sanga.
19
Perang dimana tokoh wayangnya terbang ke angkasa yang kemudian
menghantam musuh menggunakan kakinya, biasanya perang samberan ini
diperankan oleh tokoh wayang Gatutkaca.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 14


angkasa. Dulu pada waktu wayang tersebut,
kepalanya putus langsung bisa mengeluarkan
darah, tapi karena darah wayang tersebut
dapat mengotori kelir20, maka perkembangan
selanjutnya untuk pemakaian darah yang
keluar sudah tidak dilakukan lagi.
Wayang yang lain yaitu setanan yang
aneh aneh atau dalam bahasa pedalangan
menyebutnya Lelepah. Setanan tersebut
diantaranya adalah setan yang matanya bisa
mengeluarkan cahaya, setan Lucu, setan yang
sedang mengendong anaknya dan sebagainya.
Wayang-wayang setanan tersebut digunakan
untuk mengisi pada waktu setelah budalan
wadyo bolo agar dalam suasana pekeliran
terkesan lucu/ gecul. Yang sampai sekarang
sudah digunakan oleh dalang-dalang lainnya.

20
Kain yang membentang berwarna putih untuk media pertunjukan
wayang sehingga bayangan wayang bisa muncul pada kain tersebut.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 15


Ia juga pernah mengarang senjata
berupa gada yang bisa mengeluarkan percikan
cahaya ketika senjata tersebut di adu.
Biasanya senjata itu di gunakan pada waktu
perang gagal . Selain itu ada juga senjata tree
in one, satu senjata tiga fungsi, yaitu senjata
gada yang di gunakan untuk perang, setelah
gada itu hancur atau pecah maka langsung
menjadi kampak, setelah senjata kampak
hancur langsung menjadi tumbak. jadi senjata
gada tersebut terlihat seperti satu senjata
akan tetapi yang sebenarnya ada tiga senjata.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 16


III. KARYA WAYANG SABDO21/ WAYANG
KRISTEN

Sekitar tahun 1983, pada waktu gerhana


matahari total, Ki Djoko Langgeng membuat
wayang Sabdo atau wayang Kristen. Didusun
Kuwiran, Desa Plawikan, Kec. Jogonalan di Rumah
Bapak Pendeta Julius, dia membuat wayang Sabdo
tersebut bersama dengan kakak iparnya yang
bernama Ki Gondo Warsito untuk membantu
dalam hal menatah. Wayang sabdo yang
dibuatnya sesuai dengan gambar foto-foto tokoh
dalam cerita sejarah agama Kristen. Seperti
Adam, Hawa, Yesus, Bunda Maria dan tokoh-tokoh
lainnya.

Selanjutnya dalam perkembangannya


karena wayang yang pertama kesulitan untuk

21
Wayang Sabdo menurut Bapak Pendeta Julius adalah wayang yang
didalamnya mempunyai misi untuk menyampaikan ajaran tentang Tuhan
kepada manusia.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 17


digerakan pada waktu pertunjukan, misalnya
ketika wayang perang dan joget/ beksan, untuk
versi yang selanjutnya adalah perpaduan antara
wayang versi pertama dengan wayang purwa
biasa, yaitu dengan mengambil postur tubuh
wayang purwa kemudian menggunakan kepala
wayang versi pertama sehingga dalam penyajian
wayangnya bisa di sajikan seperti halnya wayang
purwa. Inilah contoh dari wayang Sabdo yang
pertama :

(FotoADIYANTOKoleksi JULIUS)

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 18


Hawa dan Adam

(FotoADIYANTOKoleksi JULIUS)

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 19


(FotoADIYANTOKoleksi JULIUS)

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 20


(FotoADIYANTOKoleksi JULIUS)

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 21


(FotoADIYANTOKoleksi JULIUS)

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 22


(FotoADIYANTOKoleksi JULIUS)

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 23


Ini contoh wayang Sabdo setelah
perkembangan :

(FotoADIYAN TOKoleksi JUL IUS)


Yesus
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 24
(FotoADIYAN TOKoleksi JUL IUS)
Tokoh Punokawan/ Wayang Gecul

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 25


(FotoADIYAN TOKoleksi JUL IUS)
Tokoh Raja dan Imam Agung

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 26


(FotoADIYAN TOKoleksi JUL IUS)

Daud dan Yusuf


Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 27
(FotoADIYAN TOKoleksi JUL IUS)
Tokoh Prajurit

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 28


(FotoADIYAN TOKoleksi JUL IUS)

Tokoh Prajurit
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 29
(FotoADIYAN TOKoleksi JUL IUS)
Tokoh Malaikat

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 30


(FotoADIYAN TOKoleksi JUL IUS)
Kayon kotak perjanjian dan Kayon Adam Hawa

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 31


(FotoADIYAN TOKoleksi JUL IUS)

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 32


(FotoADIYAN TOKoleksi JUL IUS)
Samson

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 33


(FotoADIYAN TOKoleksi JUL IUS)

Guliat
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 34
IV. KARYA WAYANG TAHUN 1989 DI KEDIRI
Karya wayang kulit yang di buat tahun
198922, diantaranya adalah wayang Ramayana,
Wayang Mahabarata, Wayang Wahyu, Pendito Li
Ceng Swi, Rajamala, dan tokoh-tokoh yang lain.

A. Pendita Li Ceng Swi


Wayang Li Ceng Swi ini di buat ketika
terinspirasi oleh temannya yang bernama pak
Sangit dari Desa Tiru Lor yang tepatnya
adalah tetangga desa dari tempat Ia tinggal.
Karena menganggap Pak Sangit itu orangnya
unik dan sikapnya yang agak aneh dari orang
pada umumnya maka timbul dalam benaknya
untuk menggapresiasikan sosok Pak Sangit itu
kedalam bentuk wayang kulit. Yang akhirnya
jadi tokoh wayang kulit pendita lucu/ gecul
yang di beri nama Li Ceng Swi.

22
Pada tahun 1989 ini Ki Djoko Langgeng tinggal di Dusun Sumber, Desa
Tiru Kidul, Kec. Gurah, Kab. Kediri, Jawa Timur sampai sekarang.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 35


Pak Sangit bersama Ki Djoko Langgeng

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 36


(FotoPANDOYO TBKoleksiKONDANG SUTRISNO)

Li Ceng Swi
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 37
(FotoPANDOYO TBKoleksiKONDANG SUTRISNO)

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 38


B. Rajamala
Wayang Rajamala ini di buat karena
tokoh Rajamala pada wayang kulit purwa,
dianggap tidak baku, banyak dalang yang
menggunakan wayang srabutan. Biasanya
wayangnya mengunakan tokoh Burisrawa.
Menurutnya tokoh Rajamala adalah sosok
yang gagah, tinggi, besar dan sakti. Karena
dia anak jadian mala penyakit Dewi Durgandini
yang ditelan oleh seekor ikan betina maka
sosok tokoh Rajamala bisa diibaratkan raksasa
berkepala ikan. Maka timbul dalam pikirannya
untuk membuat wayang Rajamala sesuai
dengan karakter dan watak dari tokoh
Rajamala tersebut.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 39


Rajamala versi sisik

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 40


Rajamala

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 41


V. KARYA WAYANG RAMAYANA
Karya wayang kulit Ramayana di buat
ketika Ki Gondo Darman sakit di rumah sakit
Sarjito Jogjakarta, pada waktu itu Ki Djoko
Langgeng diminta membuat wayang oleh Ki
Gondo Darman, yang disuruh mencari kulit adalah
temannya Ki Wondo dari Jogjakarta, yang
kemudian Ia membuat wayang dengan peralatan
seadanya. Dalam proses menggambar Ia hanya
menggunakan peniti untuk nyorek (nggambar)
pada kulit, dengan lokasi dibawah pohon Sawo
yang ada di sekitar rumah sakit. Dari inspirasinya
itu, menghasilkan tokoh wayang Anoman, dengan
bentuk rupa dan fisik wajah seperti layaknya
monyet dengan pakaian bawah rampekan. Karena
proses berkarya Ki Djoko Langgeng tersebut,
ketika dia berada di rumah sakit Sarjito, maka oleh
Ki Gondo Darman, tokoh wayang Anoman tersebut
di beri nama Anoman Kyai Sarjito.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 42


Anoman Kyai Sarjito

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 43


Untuk tokoh Anoman ini ada dua ukuran
yaitu ukuran biasa seperti anoman pada umumnya
dan ukuran besar untuk Anoman Triwikrama.
Berawal dari tokoh Anoman Kyai Sarjito
tersebut oleh Ki Gondo Darman Ia minta untuk
berkarya lagi membuat tokoh wayang Rama dan
Lesmana.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 44


Lesmana dan Rama Wijaya

Rama dan lesmana Muda

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 45


Barata

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 46


Lesmana

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 47


Yang kemudian disusul tokoh lain seperti
Rahwana, Kumbakarna, Sarpakenaka, dan yang
lainnya. sehingga wayang Ramayana tersebut
genap menjadi satu kotak yang hanya berisikan
tokoh wayang pada cerita Ramayana saja.

Rahwana

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 48


(FotoPANDOYO TBKoleksiKONDANG SUTRISNO)

Bilung dan Togog

(FotoPANDOYO TBKoleksiKONDANG SUTRISNO)

Kapi Garuda dan Kapi Menda

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 49


Raksasa Alengka

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 50


(FotoPANDOYO TBKoleksiKONDANG SUTRISNO)

Kapi Turangga dan Kapi Garuda

Rampokan Kethek

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 51


(FotoPANDOYO TBKoleksiKONDANG SUTRISNO)

Kapi Jembawan

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 52


Sarpokenoko dan Gunawan Wibisono

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 53


Raksasa Celeng dan Yuyu Rumpung
Contoh Gambar wayang Ramayana
tersebut hanya sebagian saja, untuk wayang
Ramayana ada sebanyak satu kotak yang isinya
hampir 200 tokoh wayang yang terdiri dari
pasukan kera dan para prajurit alengka dalam
cerita Ramayana saja. Dulu wayang tersebut
dimiliki oleh Ki Gondo Darman dalang dari Sragen
yang Selanjutnya Wayang Ramayana tersebut
dimiliki oleh Ki Mantep Sudarsono dari Karang
Pandan.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 54


VI. KARYA WAYANG WAHYU

Pada tahun 1994 Ki Djoko Langgeng


berkerjasama dengan adiknya yang bernama Ki
Djoko Santoso yang tinggal di Kelurahan
Mojosongo, Kecamatan Jebres, Surakarta. yaitu
membuat wayang Wahyu dengan versi Dua, Ki
Djoko Santoso menyiapkan bahan kulit, dan
beberapa orang untuk membantu Ki Djoko
Langgeng menatah, dan nyungging, sedangkan Ki
Djoko Langggeng yang menuangkan ide gagasan
model bentuk wayangnya, sekaligus sebagai
penatah dan penyunggingnya. Untuk karya
wayang wahyu ini menghasilkan Dua Kotak.
tokoh-tokoh wayangnya diantaranya adalah:

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 55


Tokoh Wayang Adam dan Hawa

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 56


Tokoh Wayang Raksasa

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 57


Tokoh Wayang Wahyu

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 58


Tokoh Patihan dalam Wayang Wahyu

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 59


Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 60
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 61
VII. KARYA WAYANG MAHABARATA
Setelah membuat wayang Kristen versi
dua Ki Djoko Langgeng bersama dengan adiknya
Ki Djoko Santoso bekerjasama lagi untuk
membuat karya wayang lagi yaitu wayang
Mahabarata. Karya wayang Mahabarata tersebut
berbentuk hampir seperti wayang Ramayana
karyanya yang dulu akan tetapi didalam wayang
mahabarata terdapat tokoh-tokoh wayang
pandawa, kurawa dan tokoh tokoh lain seperti
wayang purwa pada umumnya. Bentuk fisik
wayang Mahabarata tersebut untuk bagian bawah
wayang menggunakan rampekan semua, wayang
tersebut ada satu kotak yang berjumlah hampir
duaratusan (200) wayang.
Wayang mahabarata tersebut untuk saat
ini dikoleksi oleh kolektor dari Jakarta yaitu Bapak
Kondang Sutrisno. Berikut contoh wayang
mahabarata Tersebut :

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 62


Inilah sebagian contoh wayang
Mahabarata :

Setiyaki

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 63


Setiyaki Rambut Odol

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 64


Baladewa

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 65


Rama Bargawa/ Rama Parasu

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 66


Gatutkaca

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 67


Gatutkaca bentuk yang lain

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 68


Gatutkaca Siung

Untuk Tokoh Gatutkaca Siung ini ada


yang berukuran besar sebesar Buto Ratu seperti
pada wayang purwa pada umumnya. Wayang
Gatutkaca dengan ukuran besar ini digunakan
ketika Triwikrama.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 69


Patihan Sabrang

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 70


Bratasena

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 71


Werkudara/ Bima Sena

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 72


Putren Dingkluk

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 73


Putren Lanyap

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 74


VIII. KARYA WAYANG MATARAMAN23
Wayang kulit Mataraman ini dibuat
karena ada teman dhalang wayang suluh yang
bernama Ki Maksum dari Kediri, ingin di dalam
pertunjukan wayangnya mau menggelar cerita
pada jaman Mataram. Maka dari permintaanya itu
Ki Djoko Langgeng berusaha untuk membuat
sesuai dengan permintaan temannya itu. dengan
menggunakan imajinasi serta inspirasi dari
ketoprak cerita jaman Mataram, maka
menghasilkan tokoh-tokoh wayang seperti Sultan
Hadi Wijaya, Aryo Penangsang, Panembahan
Senopati dan yang lainnya. wayang tersebut
sebanyak sekitar seratusan (100) tokoh wayang.
berikut contoh salah satu bentuk wayang kulitnya:

23
Wayang yang ceritanya mengambil pada jaman Kerajaan Mataram.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 75


Sultan Hadi Wijaya Harya Penangsang

Juru mertani Sureng Rono

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 76


Danang Sutowijaya

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 77


IX. KARYA WAYANG PANJI24
Berawal dari ayahnya yang bernama Ki
Gondo Tukasno, beliau adalah tokoh pemeran
Klono Topeng dalam pertunjukan wayang topeng
dalang klatenan. Dari ketokohan ayahnya itu
ketika ayahnya meninggal, maka untuk
mengenang
ketokohan
ayahnya tersebut,
Ki Djoko langgeng
mengabadikannya
kedalam bentuk
wayang kulit
Klono dengan
rupa wayang rai
Klono topeng
dengan bagian
bawah rampekan.

24
Istilah Wayang Panji menurut Ki Djoko Langgeng dikarenakan tokoh
wayangnya menceritakan lakon-lakon panji.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 78


Wayang Panji

Wayang panji

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 79


Bancak dan Doyok

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 80


Gunungsari

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 81


Regol Potrojoyo

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 82


Pentul Tembem

Sembung Langu dan Klono Nom

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 83


Panji Asmorobangun dan Sekartaji

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 84


Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 85
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 86
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 87
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 88
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 89
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 90
Singo Barong

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 91


X. KARYA WAYANG KEDIREN
Wayang Kediren ini adalah wayang karya
baru yang dibuat ketika Ki Djoko Langgeng berada
di Daerah Kediri, dan terinspirasi tokoh- tokoh
pada jaman kerajaan Kediri diantaranya ad alah:
Erlangga, Narotama, empu Barada, Jayabaya,
Buta Locaya, Kyai Tunggul Wulung dan tokoh-
tokoh yang lainnya.

Narotama dan Erlangga

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 92


Retno Manggali dan Nyai Calon Arang

Empu Barada dan Empu Bahula

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 93


Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 94
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 95
Patih Nambi dan Rangga Lawe

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 96


Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 97
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 98
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 99
A. Warok Ponorogo
Tokoh wayang Warok Ponorogo ini
dibuat dengan mengambil bentuk kapangan
tokoh wayang Pragota pada wayang purwa,
yang difungsikan untuk adegan kiprah.
Wayang ini terdiri dari tokoh wayang kakak
beradik seperti halnya tokoh wayang Pragota
dan Perbowo pada wayang purwa. Tokoh
wayang ini dibuat sekitar tahun 2003.

Ketika Ki Enthus Susmono melakukan


pementasan di wilayah Kediri, tokoh wayang
warok Ponorogo ini dibawa oleh Ki Enthus
Susmono dalam bentuk putihan. Yang
akhirnya Ki Djoko Langgeng diminta oleh Ki
Enthus Susmono untuk menggambar wayang
gaya cirebonan sebanyak dua ratus tokoh
wayang, dengan inspirasi model baru.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 100
Tokoh Wayang Warok Ponorogo

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 101
Tokoh Wayang Warok Ponorogo

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 102
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 103
Karya Wayang yang lain adalah :

Petruk Dadi ratu

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 104
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 105
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 106
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 107
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 108
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 109
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 110
XI. CIRI KHAS WAYANG KARYA KI DJOKO
LANGGGENG
Ciri khas yang membedakan wayang kulit
karya Ki Djoko Langgeng dengan wayang kulit
purwa biasa aadalah :

A. Bentuk Wajah / (Rai)


Wayang karya Ki Djoko langgeng
pada bagian wajah biasanya bentuk kumis dan
hidungnya sangat berbeda. Untuk bentuk
kumis pada tokoh gagahan, bentuk kumisnya
ditatah sesuai dengan kumis yang di inginkan.

bentuk Wajah pada wayang Ramayana dan Mahabarata

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 111
bentuk Wajah pada wayang Ramayana dan
Mahabarata

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 112
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 113
B. Bentuk Mahkota
Wayang karya Ki Djoko langgeng
pada bagian Mahkota, menggunakan Mahkota
Rambut, Tekes, Grudan Sayap dan yang
lainnya.
Berikut contoh Mahkota karyanya :

Bentuk Mahkota Rambut

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 114
Mahkota Topong Rambut

Mahkota Rambut Model lain

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 115
Mahkota Topong Model lain

Mahkota Tekes

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 116
Bentuk mahkota yang lain

Mahkota Grudan sayap

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 117
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 118
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 119
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 120
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 121
A. Bentuk Pakaian Bagian Bawah
(Rampekan)
Wayang karya Ki Djoko langgeng
pada bagian bawah banyak yang
menggunakan Rampekan seperti wayang kulit
Ramayana, Mahabarata, Panji dan yang
lainnya. Berikut pakaian rampekan karya nya :

Rampekan

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 122
Rampekan yang lain

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 123
Rampekan yang lain

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 124
Rampekan yang Lain

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 125
Rampekan yang lain

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 126
Rampekan yang lain

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 127
Rampekan yang lain

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 128
Rampekan yang lain

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 129
Rampekan yang lain

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 130
Rampekan yang lain

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 131
Pakaian bagian bawah untuk tokoh wayang putren

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 132
Pakaian bagian bawah untuk tokoh wayang putren

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 133
Pakaian bagian bawah untuk tokoh wayang putren

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 134
Pakaian bagian bawah untuk tokoh wayang putren

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 135
Pakaian bagian bawah untuk tokoh wayang lain

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 136
XII. PROFIL KI DJOKO LANGGENG

Ki Djoko Langgeng adalah


keturunan trah dalang dari Klaten.
Djoko Langgeng adalah anak dari
pasangan seniman dalang yaitu Ki
Gondo Tukasno dengan Ibu
Subini, dari Manjungan, Ngawen Klaten Jawa
Tengah, Djoko Langgeng mempunyai nama lain
yaitu Djoko Adi Carito, Djoko Langgeng
Soedarsono, dan Djoko Langgeng Suryo Alam. Ia
dilahirkan pada tanggal 27 Juni 1953. Pada masa
remaja ia pernah tinggal bersama Ki Dalang Wiro
Warsono (Mbah Soran), karena Ki Dalang Wiro
Warsono (Mbah Soran) masih kakak dari kakeknya
yang bernama Ki Dalang Harjo Martono dari
Kwiran Klaten, Ia juga pernah nyantrik untuk
belajar ndalang di desa Samber, Kabupaten
Klaten di rumahnya Ki Dalang Puspo Carita, Beliau
adalah adik Ibunya Djoko langgeng yang bernama
Ibu Subini, karena Ia lama nyantrik disana maka

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 137
Ia mencintai anak Ki Puspo Carita yang akhirnya
Djoko Langgeng menikah dengan anaknya yang
pertama bernama Endang Sutarmi.
Pada waktu menikah Djoko Langgeng
beserta istri nyantrik di Semarang dengan Ki
Dalang Slamet, istri Ki Dalang Slamet adalah kakak
ayahnya yaitu Ki Dalang Gondo Tukasno. setelah
beberapa lama Djoko Langgeng mulai hidup
sendiri dengan keluarganya di Desa Gumuk,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Ungaran, Jawa
Tengah dan mulai kariernya sebagai seorang
dalang dan istrinya sebagai sinden. Mulai tahun
1989 Djoko Langgeng pindah tempat ke Dusun
Sumber, Desa Tiru Kidul, Kec. Gurah, Kab. Kediri,
Provinsi Jawa Timur sampai sekarang.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 138
DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, S. 1988. “Pratiwimba Adiluhung Sejarah dan


Perkembangan wayang”. Jakarta: Djambatan.

Mulyono, Sri. 1982. “ Wayang Asal-Usul, Filsafat dan


Masa Depannya”. Jakarta: Gunung Agung.

Nurhani, Heni & Nurlelawati, Tita. 2008. “Mengenal


Pewayangan”. Surakarta: Widya Duta Grafika.

Partohardono, Rudy W. 2019. “Rupa dan bentuk wayang


kulit purwa Jawa ditinjau dari mazhab/
alirannya”. Surakarta.

Purwadi. 2013. “ mengenal Gambar Tokoh wayang


Purwa”. Sukoharjo: Cendrawasih.

Sajid, R.M. 2011. “ Bauwarno Kawruh Wayang”.


Surakarta: Widya Duta Grafika.

Sudjarwo, Heru, S. dkk. 2013. “Rupa dan Karakter


Wayang purwa”. Jakarta: Kakilangit Kencana.

Supriyono, dkk. 2008. “Pedalangan Jilid 1”. Jakarta:


Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional.
Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 139
Susilo, bambang, dkk. 1995. “ Senang Wayang”.
Semarang: Media Wiyata.

Suwanda, Parta. R.U. 1960. “Pawajangan Windu Krama”.


Bandung: Pamager Sari.

Widodo, Marwoto, P. 1984. “Tuntunan Ketrampilan Tatah


Sungging Wayang Kulit”. Surabaya: Citra Jaya.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 140
BIODATA PENULIS

Adiyanto dilahirkan di Semarang, 02 Juli 1982. Sejak


kecil ia sudah diajari oleh orang
tuanya di bidang seni,
diantaranya, seni karawitan,
pedalangan dan seni tatah
sungging wayang. Setelah
remaja Ia mematangkan
ketrampilan olah seninya di
SMKN 8 Surakarta Jurusan
Karawitan pada tahun 1998, kemudian melanjutkan
kuliah di STSI Surakarta pada tahun 2001 sampai
semester 4 transfer ke STKW Surabaya lulus pada tahun
2006. Sejak tahun 2011 di angkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Jawa Timur Bidang Budaya, Seni dan Perfilman.
Kemudian pada tahun 2015 diangkat sebagai Pamong
Budaya Jawa Timur sampai sekarang. Di sela-sela
kesibukanya sebagai Pamong Budaya Ia juga aktif
sebagai seniman, baik pelaku seni, pengkarya seni dan

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 141
pemerhati seni. Ia juga aktif mengajar Karawitan
Pedalangan dan Campursari di berbagai sanggar
diantaranya : Sanggar Elektro Budoyo, di ITS Surabaya
Jurusan Elektro, Sanggar Maesa Kencana, Petro Kimia
Gresik.

Pengalaman Berkesenian

1. 3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik Bidang Sabet pada


Festival Dalang dalam rangka Pekan Wayang se Jawa
Timur tahun 1999 di Surabaya.
2. 3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik Bidang Sanggit Cerita
pada Festival Dalang dalam rangka Pekan Wayang se
Jawa Timur tahun 1999 di Surabaya.
3. Sebagai Pengamat Daerah pada Parade Lagu daerah
Taman Mini “ Indonesia Indah” tahun 2011 mewakili
provinsi Jawa Timur.
4. Menjadi salah satu pemusik dalam pertunjukan
Festival Kesenian Indonesia III tingkat Nasional
tahun 2011 di Surabaya.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 142
5. Menjadi Duta Seni mewakili Indonesia ke Ho Chi Mint
City, Vietnam pada tahun 2005.
6. Komposer dalam Festival Gegitaan tingkat Nasional
pada tahun 2013 di Jogjakarta.
7. Komposer Iringan Tari Ganggasmara dalam acara
Festival Tari Sakral tingkat Nasional pada tahun 2013
di Jogjakarta.
8. Juara 1 (satu) Komposer Iringan Tari Kidung
Kasanga dalam acara Festival tari Sakral tingkat
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 di Sidoarjo.
9. Komposer Iringan Tari Mandaragiri dalam acara
melasti tingkat Provinsi Jawa Timur di Surabaya.
10. Komposer Iringan Tari Nawa Cita Negara Kertagama
dalam acara Mahasaba Tingkat Nasional pada tahun
2016 di Surabaya.

Adiyanto, S.Sn/ Djoko Langgeng dan Wayang Kulit Karyanya / 2016 143

Anda mungkin juga menyukai