Anda di halaman 1dari 2

ANEKDOT BIDANG KEBUDAYAAN

Apabila kita mengamati persoalan-persoalan saat ini bagaikan anekdot


yang sering bermunculan baik di jejaring sosial maupun di media massa. Lalu
apakah anekdot itu? menurut pamahaman masyarakat umum bahwa anekdot
adalah cerita-cerita yang lucu, konyol serta menarik. Disisi lain ada hal yang
menarik perhatian, dan saya anggap itu sebagai anekdot tentang kebudayaa.
Banyak pemahaman masyarakat kita yang salah kaprah memahami tentang
kebudayaan. Mereka mengganggap bahwa kebudayaan adalah kesenian.
Ketika ngomong masalah melestarikan kebudayaaan yang dijadikan contoh
kebayakan hal-hal yang terkait dengan seni, seperti melestarikan wayang, tari,
dan yang lainnya. Kalau bicara tentang pengembangan kebudayaan yang di
pahami yaitu karya tari baru, musik kontemporer, menginovasi lagu dan lainnya.
kalau menangani tentang kelembagaan budaya pasti yang di tangani tentang
sanggar seni, Komunitas seni atau paguyuban seni, pokoknya seni, seni dan
seni.
Ada sesuatu hal yang menarik yang perlu dipikirkan bersama, salah
satunya di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur ada bidang
Kebudayaan yang membawahi tiga seksi, yaitu seksi Pelestarian Tradisi, Seksi
Pembinaan Kesenian dan Seksi Pengembangan Kelembagaan Budaya. Di
bidang Kebudayaan ini mempunyai program kegiatan yang hampir 90%
semuanya adalah kesenian diantaranya adalah Apresiasi wayang kulit, Festival
Karya Tari, Festival Kesenian Pesisir Utara, uyon-uyon, Penghargaan Seniman
dan masih banyak lagi, hampir semuanya berkaian dengan yang namanya
kesenian. Dari semua kegiatan yang berkaitan dengan kesenian itu hampir 80%
sifatnya adalah pergelaran. Di seksi Pelestarian Tradisi juga menangani
pergelaran seni, di seksi Pengembangan Kesenian menangani pergelaran seni
walaupun sebenarnya pembinaan kesenian tidak harus bersifat pertunjukan. Di
seksi Pengembangan Kelembagaan Budaya juga menangani pergelaran seni.
Kalau seperti itu apa fungsinya nama-nama yang melebeli pada setiap seksi,
apa hanya sebagai hiasan semata. Yang menjadikan pertanyaan mengapa hal
ini terjadi?. Kenapa nama-nama yang melekat pada setiap seksi tidak membuat
program kegiatan yang sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya masing-
masing.
Ada anekdot masyarakat yang menarik juga untuk kita pikirkan. “DPR
adalah Dewan Perwakiran Rakyat, masyarakat ingin mobil mewah sudah
diwakili DPR, masyarakat ingin rumah mewah sudah diwakili DPR, masyarakat
ining jalan-jalan ke luar negeri sudah diwakili DPR”. Dari anekdot diatas yang
sebenarnya DPR adalah mewakili semua aspirasi masyarakat akan tetapi
diplesetkan mewakili keinginan yang bersifat barang mewah seperti, mobil,
rumah dan jalan-jalan ke luar negeri. Dari anekdot itu yang sifatnya adalah
guyonan akan tetapi di dunia nyata ini terkesan “fakta”. Dengan melihat
bayaknya anekdot yang terkesan seperti nyata, apakah Bidang Kebudayaan
saat ini juga bagian dari anekdot yang lagi ngetrend, yang selalu ingin
ditanyakan mengapa ini terjadi?. Lalu siapa yang salah ?.
Terlepas dari salah dan benar, mungkin bisa dianggap sebagai solusi.
Menurut pemikiran saya, program kegiatan yang dilakukan oleh Bidang
Kebudayaan selama ini adalah program yang bagus serta sangat bermanfaat
bagi seniman dan masyarakat secara umum. Jadi menurut saya lebih baik
Bidang Kebudayaan diganti saja menjadi Bidang Kesenian dengan membawahi
entah itu seksi Pelestarian Kesenian, seksi Pengembangan Kesenian, seksi
Pembinaan kesenian, seksi Pemanfaatan Kesenian, seksi Perlindungan
Kesenian, seksi Lembaga Kesenian atau seksi yang lain yang terkait dengan
kesenian. Sehingga program kegiatan yang dilakukan selama ini bisa di
kerjakan sesuai dengan nama-nama seksi melekat sebagai nama. Jadi nama-
nama seksi tidak hanya sebatas hiasan nama semata, akan tetapi bisa
menampung program kegiatan yang selama ini dilakukan, dan sebagai kepala
Bidang, Kepala Seksi bahkan semua pegawai akan bisa bekerja sesuai dengan
tugas, pokok dan fungsinya. Yang dampaknya nanti akan bisa
mempertanggungjawabkan kepada masyarakat serta pimpinan tertinggi
didalam kinerja.

Penulis : Adiyanto, S.Sn


Pamong Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai