mulai bergeser dalam suatu pertunjukan yang sifatnya hura-hura. Ada salah
satu seniman pengrawit yang bilang “sing penting rame” yang penting rame.
Bentuk sajian karawitan yang hanya bersifat materialistik dan hedonistik, yang
sifatnya hanya sebatas hura-hura. Pernah saya bertanya kepada salah satu
akan nilai luhur yang kadang lagu-lagu tersebut mempunyai syair yang jorok
dan mengarah ke pornografi. dan beliau menjawab “halah le sing penting payu
lan entuk bayaran entuk duwit, sak iki sing dijaluki tukang nanggap lan penonton ki yo
sing rame lan rodo mambu mambu jorok ngene “ artinya iya nak yang penting laku
dan dapat bayaran uang, saat ini yang diminta para penanggap dan penonton
bahwa untuk sajian Uyon-Uyon pada saat ini yang terpenting adalah
bagaimana caranya para seniman pengrawit itu bisa laku dan dapat job-joban
pornografi yang berubah dari arti syair yang sebenarnya. Nampaknya untuk
syair yang mengarah ke arah pornografi tersebut sdah menjadi tren untuk
penyajian karawitan pada saat ini. Ada lagi lagu –lagu tren yang syairnya
berbau porno dan sudah menjadi tren di kalangan masyarakat seperti lagu
penthil kecakot, penak mlumah, tali kotang, ngidam pentol dan yang lainnya.
seniman karawitan akan kehilangan arah dan hanya menghasilkan karya seni
yang tidak berjiwa dan tidak mempunyai sifat edukasi atau tuntunan yang
Pada tahun 2011 ketika saya pertama kali menjadi pegawai negeri sipil
tersebut dilaksanakan setiap hari kemis kliwon malam jum’at pahing dengan
2
Dalam acara tersebut menampilkan gending-gending dan lagu –lagu
Gandrung, Ngidam Sari, Yen Ing Tawang dll, yang memang gending-gending
menjelang tengah malam sekitar pukul 22.00 Wib ada penawaran ke penonton
untuk menyumbang lagu serta ada yang joget sehingga suasana menjadi
panita. Saya mulai berfikir dengan adanya kegiatan tersebut, apa sih tujuan
dari adanya kegiatan Uyon-Uyon ini, apa hanya sebatas senang-senang / hura-
hura. Pada saat itu penulis sempat bertanya kepada pimpinan tentang kegiatan
Uyon-Uyon ini, dan dijawab bahwa kegiatan ini adalah bagian dari program
3
yang seharusnya mempunyai nilai yang adiluhung sebagai tuntunan, tatanan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur ini setelah melalui
banyak evaluasi baik dari seniman, penikmat seni dan panitia, maka
ini, diharapkan bisa sebagai wahana apresiasi dan dapat meningkatkan rasa
natinya akan menjadi aset data dalam bentuk tulisan diskripsi dan audio
sebagai data yang kedepan sangat dibutuhkan bagi para seniman, akademisi
4
Pertunjukan Uyon-Uyon di Graha Wisata Menanggal
5
Adiyanto dilahirkan di Semarang, 02 Juli 1982. Sejak kecil ia
sudah diajari oleh orang tuanya di bidang seni, diantaranya,
seni karawitan, pedalangan dan seni tatah sungging wayang.
Setelah remaja Ia mematangkan ketrampilan olah seninya di
SMKN 8 Surakarta Jurusan Karawitan pada tahun 1998,
kemudian melanjutkan kuliah di STSI Surakarta pada tahun
2001 sampai semester 4 transfer ke STKW Surabaya lulus pada
tahun 2006. Sejak tahun 2011 di angkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Bidang Budaya, Seni dan Perfilman.
Kemudian pada tahun 2015 diangkat sebagai Pamong Budaya Jawa Timur sampai
sekarang. Di sela-sela kesibukanya sebagai Pamong Budaya Ia juga aktif sebagai
seniman, baik pelaku seni, pengkarya seni dan pemerhati seni. Ia juga aktif mengajar
Karawitan Pedalangan dan Campursari di berbagai sanggar diantaranya : Sanggar
Elektro Budoyo, di ITS Surabaya Jurusan Elektro, Sanggar Maesa Kencana, Petro
Kimia Gresik.