Anda di halaman 1dari 11

Sosiologi Seni

Disusun Oleh:
RIAN PITRIANI FRANZISKA
NIM : 02405822

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
PROGRAM STUDI SENI TARI
2022/2023
Tari Jaipong

A. Sejarah & Asal Tari Jaipong

Tari Jaipong merupakan sebuah tarian tradisional yang berasal dari daerah Karawang, Jawa Barat. Tarian
ini berkembang di era tahun 1960 an. Awalnya tari ini dikenal masyarakat dengan nama Tari Banjet.
Sebuah pertunjukan kesenian tari yang ditampilkan dengan gerakan tari dan diiringi alunan musik
berupa instrumen gamelan.

Dulu tarian ini dijadikan sebagai hiburan bagi masyarakat. Tarian jaipong adalah sebuah inovasi yang
dibuat oleh seorang seniman yang berasal dari daerah Karawang bernama H. Suanda.

Haji Suanda merupakan salah satu seniman berbakat yang berasal dari daerah Karawang. Beliau
mempunyai bakat yang luar biasa. Serta memiliki keahlian menguasai sejumlah kesenian tradisional
Indonesia dari berbagai daerah, Terutamanya daerah Karawang. Beberapa kesenian daerah yang
dikuasainya diantaranya yaitu Wayang Golek, Pencak Silat, Ketuk Tilu, dan Topeng Banjet.

Kemudian, H. Suanda membuat sebuah inovasi. Beliau menciptakan inovasi berupa menggabungkan
beberapa macam tarian yang dikuasainya menjadi satu. Tarian tersebut terdiri dari Tari Banjet, Tari
Pencak Silat, Tari Ketuk Tilu, Tari Wayang Golek, dan Tari Topeng. Hasil dari pencampuran tersebut yakni
munculnya sebuah karya seni daerah yang unik dan digemari oleh masyarakat.

Pada saat pertunjukan kesenian daerah tersebut digelar belum diberikan nama tari jaipong. Iringan
musik yang dipakai dalam pementasan itu menggunakan alat musik yang diantaranya adalah Gendang,
Degung, Gong, dan alat musik yang diketuk lainnya. Perpaduan berbagai jenis alat musik tersebut
melahirkan sebuah musik pengiring tarian menjadi sangat energik dan unik.

Selain iringan alat musik, pada setiap pementasan kesenian tari ini juga diiringi oleh nyanyian dari
seorang sinden. Kemudian dari pertunjukan tersebut, menarik perhatian dari seorang seniman yang
berasal dari daerah Sunda bernama Gugum Gumbira untuk mempelajarinya.

Kala itu Gugum Gumbira sudah lihai pada tarian ini. Lalu, beliau menyusun ulang semua gerakan pada
tarian itu, hingga akhirnya terciptalah sebuah tarian bernama Jaipong. Pada sejak itulah, tarian ini mulai
diperkenalkan oleh masyarakat Bandung.

Sementara, jika dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Tari
Jaipong diciptakan oleh dua orang seniman yang berasal dari Karawang dan Bandung bernama H.
Suanda dan Gugum Gumbira pada tahun 1975.

Perhatian H. Suanda dan Gugum Gumbira terhadap kesenian tari daerah dengan salah satunya yaitu tari
ketuk tilu tersebut, membuat kedua seniman ingin mengenal, dan memahami mengenai
perbendaharaan pola gerak tari tradisi yang terdapat pada Bajidoran/ Kelingan atau Ketuk Tilu. Tarian
Jaipong juga memiliki arti bahwa wanita tak harus selalu dinilai hanya dari luarnya saja yang didasarkan
pada stereotip budaya lama yang sudah melekat pada masyarakat wilayah Indonesia.
Pada perkembangannya, Tari Jaipong melahirkan seorang para penari yang lihai atau handal.
Diantaranya yaitu Yeti Mamat, Tatit Saleh, Pepen Dedi Kirniadi, dan Eli Somali. Tarian ini memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi para pegiat seni, guna lebih sungguh-sungguh dalam memperkenalkan
tarian daerah yang kurang mendapatkan perhatian masyarakat.

Dari situlah, kini Tari Jaipong mulai dikenal, dan menjadi populer. Dengan kepopuleran tersebut, saat ini
banyak bermunculan sanggar-sanggar tari yang mengajarkan kesenian tari dengan salah satunya yaitu
tarian jaipong.

Sekarang Tari Jaipong memiliki ciri khas atau gaya lain yang dikenal dengan istilah kaleran. Tarian
jaipong gaya ini mempunyai gerakan semangat, erotis, spontanitas, humoris, dan lebih sederhana. Hal
itu bisa dilihat dari pola penyajian ketika pertunjukan tari. Pola tersebut serupa dengan Ibing Pola yang
terkenal di wilayah Bandung, dan Ibing Saka yang tanpa pola yang berkembang di wilayah Karawang dan
Subang. Gaya baru tersebut dinamakan dengan nama Tari Jaipong gaya kaleran. Pada sekarang ini tarian
jaipong dikenal sebagai salah satu kesenian tari yang berasal dari Jawa Barat. Walaupun faktanya, tarian
ini berasal dari daerah Karawang.

Pada biasanya, tari jaipong dipentaskan pada beberapa acara penting. Misalnya penyambutan tamu
besar yang datang berkunjung ke daerah Jawa Barat, ataupun lain sebagainya. Tarian Jaipong juga
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kesenian daerah di Jawa Barat. Diantaranya yaitu
Genjring, Terbangan, Wayang Dengung, dan lain sebagainya. Tak hanya sampai disitu saja, tarian ini juga
pernah dikolaborasikan dengan musik dangdut modern oleh seorang yang bernama Leni dan Mr. Nur
yang lalu dikenal sebagai Pong Dut.

Selain tari jaipong, di tahun 1980 dan 1990 an Gugum Gumbira juga mengembangkan ke dalam jenis
tarian lainnya, Seperti Tari Kuntul Mangut, Setra Sari, Rawayan, Toka-toka, Seonteng, Iring-iring Daun
Puring, Pencug, dan Kawung Anten.

B. Gerakan Tari Jaipong

Tari Jaipong mempunyai pola gerakan yang cukup penting saat penari mementaskan tarian itu di atas
panggung. Pola gerakan pada seni tari ini memiliki pengaruh yang cukup besar pada penampilan penari
saat mereka sedang tampil di atas panggung.

Penari jaipong akan melakukan gerakan tari dengan sangat enerjik, dan unik tetapi tetap terkesan
sederhana. Meskipun melakukan gerakan sederhana, tarian ini tetap memiliki keunikan dan ciri khas
tersendiri. Sehingga banyak dari masyarakat menyukai, dan meminati tarian ini.

Berikut adalah gerakan pada tarian jaipong:


1. Bukaan
Gerakan tarian jaipong yang pertama ini yaitu gerakan bukaan. Gerakan ini adalah gerakan pembuka
ketika melakukan pertunjukan hendak dimulai.

Pada umumnya, para penari melakukan gerakan dengan cara berjalan memutar, dan sembari
memainkan selendang yang dikalungkan pada leher penari. Penari melakukan gerakan bukaan ini
dengan lemah gemulai. Agar mampu menarik perhatian dari para penonton yang menyaksikan
pementasan tari jaipong

2. Pencungan
Gerakan Tari Jaipong yang selanjutnya yaitu gerak pencungan. Gerakan ini adalah gerakan tari yang
memiliki tempo yang cukup cepat dengan diiringi alunan musik dan lagu yang juga cukup cepat pula.
Gerakan ini juga dibawakan penari dengan gerakan yang penuh semangat. Oleh karena itu, gerakan
pencungan tersebut mampu membuat para penonton terbawa suasana, dan menikmati tarian jaipong
ini.

3. Ngala
Gerakan tarian jaipong yang ketiga ini yaitu gerakan ngala. Gerakan ini adalah gerak patah-patah.
Gerakan tersebut merupakan perpindahan dari titik ke titik selanjutnya, dan dilakukan dengan
menggunakan tempo yang sangat cepat. Gerakan Ngala ini menjadi salah satu gerakan yang membuat
keunikan tersendiri bagi tarian jaipong.

4. Mincit
Gerakan terakhir dari Tari Jaipong ini adalah Mincit. Gerakan ini merupakan perpindahan dari satu
variasi gerakan variasi gerakan lainnya. Gerakan Mincit ini dilakukan oleh penari setelah para penari
melakukan gerakan Ngala.

5. Gerakan Cingeus
Gerakan pertama ini bernama Gerakan Cingeus. Gerakan tersebut merupakan gerakan pada tari Jaipong
dengan cara menggerakkan bagian kepala, dan bagian tubuh secara luwes. Makna dari gerakan ini
adalah sebagai bentuk representasi dari keluwesan serta kecekatan seorang perempuan dalam
menapaki jejak kehidupan.

6. Gerakan Kaki
Gerakan yang kedua ini adalah gerakan kaki. Pada gerakan kaki dibagi menjadi beberapa variasi.
Diantaranya yaitu gerak minced, gerak Depok, dan gerak sonteng. Dalam gerakan kaki pada tarian
jaipong mempunyai makna mengenai kegesitan, serta sifat adaptif wanita Sunda ketika menjalani
kehidupan sehari-hari.

4. Gerakan Meliuk
Gerakan yang ketiga ini bernama Gerakan Meliuk. Gerakan ini merupakan suatu gerakan meliuk yang
dilakukan oleh penari jaipong dengan cara meliuk-liukan bagian tubuh sesuai dengan tempo yang ada
pada alunan musik pengiringnya. Gerakan Meliuk merupakan sebuah representasi dari sifat fleksibel
yang dipunyai oleh seorang wanita Sunda ketika menghadapi masalah kehidupan.

5. Gerakan Ngagaleong
Gerakan selanjutnya ini bernama Gerakan Ngagaleong. Gerakan tersebut merupakan suatu gerakan
dengan lebih menonjolkan gerak-gerik pada mata, Nantinya, para penari itu akan memainkan sorot
matanya yang tajam pada sebuah objek tertentu. Makna dari gerakan Ngagaleong ini yaitu wanita harus
dapat berani dalam menyuarakan pendapat dan bisa melakukan komunikasi secara baik.

6. Gerakan Variasi
Gerakan yang terakhir bernama Gerakan Variasi. Gerakan ini merupakan gerakan yang dilakukan dengan
cara menyesuaikan tempo, dan dinamika alunan musik pengiringnya. Serta gerakan bisa diawali dengan
tempo lambat lalu berubah menjadi tempo cepat atau sebaliknya. Makna Gerakan ini yaitu sebagai
representasikan sifat yang tidak menjemukkan dan lebih bisa untuk membaur pada segala sesuatu yang
terjadi dalam kehidupanya.

C. Ciri Khas Tari Jaipong

Bangsa Indonesia dikenal sebagai negara yang tak hanya kaya akan hasil bumi saja, tetapi juga kaya akan
kebudayaan. Mulai dari bidang seni sastra, seni tari, seni rupa berupa seni rupa terapan dan seni rupa
murni, seni bangunan, seni musik dan lain sebagainya.

Dari keberagaman kesenian tradisional yang sangatlah beragam tersebut, tentunya tiap kesenian itu
memiliki masing-masing ciri khasnya tersendiri. Dengan salah satunya kesenian tari berasal dari Jawa
Barat yaitu tari Jaipong.

Tarian ini mempunyai ciri khas khususnya pada tarian jaipong gaya kaleran. Diantaranya yaitu
humanism, keceriaan, semangat, erotisme, kesederhanaan, dan spontanitas.

Ciri khas tarian jaipong tersebut dapat tercermin pada penyajian tariannya. Terdapat pemberian pola
atau yang disebut juga dengan nama ibing pola. Ibing pola umumnya dibawakan oleh seorang penari
tunggal atau dikenal dengan nama Sinden Tatandakan. Seorang sinden yang tidak bisa menyanyi tetapi
menarikan lagu sinden atau istilah yaitu Juru Kawih.

Misalnya pada seni tari jaipong yang berkembang di wilayah Bandung. Tak hanya itu, iringan alat musik
berupa Dengung tersebut membawa suasana menjadi ceria. Maka tak heran, jika banyak orang yang ikut
menari ketika melihat pementasan ini. Setiap gerakan yang terdapat pada tari jaipong mempunyai nilai
dan makna sendiri. Berikut adalah beberapa makna dari masing-masing gerakan pada tarian jaipong.

D. Properti Tari Jaipong

Apok
Apok merupakan kostum baju bagian atas yang dipakai oleh penari Jaipong. Apok sendiri memiliki ciri
yakni terdapat ornamen dan pernak-pernik yang tidak jauh berbeda dengan kebaya. Biasanya ornamen
Apok berupa bunga yang ada di beberapa sudut kostum yang berwarna terang seperti merah, kuning
maupun biru muda.

Sampur
Sampur memiliki arti sebagai selendang atau kain panjang. Sampur merupakan properti utama yang
wajib digunakan oleh penari Jaipong. Sampur dibuat dari kain panjang yang digunakan di bagian leher
maupun pinggang penari. Hampir setiap gerakan Tari Jaipong menggunakan sampur dengan
memperlihatkan gerakan yang gemulai.

Sinjang
Sinjang merupakan kain panjang yang digunakan sebagai bawahan atau celana sang penari. Meski saat
ini penari Jaipong mengenakan kostum yang beragam dan penuh kreasi, penari tetap menggunakan
sinjang sebagai salah satu propertinya.
Hiasan Kepala
Hiasan kepala bermanfaat untuk memperkaya penampilan para penari di atas panggung. Beragam motif
dan bahan tersemat di rambut para penari wanita yang ditata dalam bentuk sanggul.

E. Alat Musik Pengiring Tari Jaipong

1. Kecrek
Kecrek merupakan alat musik tradisional yang terdiri dari lempengan logam kemudian dijadikan satu.
Alat tersebut nantinya dapat menghasilkan bunyi dengan cara dipukul. Adapun bunyi tersebut seperti
crek-crek sesuai dengan nama alat musik tersebut. Dalam penggunaannya alat musik tersebut berfungsi
sebagai penanda atau aba-aba bagi para penari. Tidak hanya itu saja, alat ini juga dapat digunakan
sebagai penghias sebuah irama lagu. Dengan begitu, akan semakin membuat indah iringan musik
nantinya.

2. Rebab
Rebab merupakan alat musik pelengkap dalam tarian jaipong. Alat musik ini terdiri dari tiga senar dan
dimainkan dengan cara dipetik. Suara rebab menghasilkan ritme yang membuat tarian semakin hidup.

3. Gong
Gong digunakan sendiri dengan cara dipukul memakai alat khusus. Nantinya suara yang ditimbulkan
akan menjadi iringan musik tertentu sehingga membuat tarian semakin indah untuk dihayati.
Gong termasuk salah satu alat musik pukul yang sudah cukup populer di Asia Timur hingga Asia
Tenggara. Alat tersebut dibuat dengan cara ditempa kemudian dibentuk nadanya saat sesudah dibilas
dan dibersihkan. Kemudian jika nada belum sesuai, maka akan dikerok lebih tipis lagi.

4. Gendang
Gendang merupakan alat musik yang digunakan untuk memberi ketukan penari jaipong saat menari.
Alat musik ini sering digunakan dalam kesenian tradisional Jawa Tengah dan Jawa Barat. Gendang
dimainkan dengan cara ditabuh dengan tempo cepat sehingga sanggup membawa penonton menikmati
hiburan jaipongan.

5. Kecapi
Kecapi merupakan alat musik yang berasal dari daerah Sunda. Keberadaannya juga dapat digunakan
sebagai pelengkap pentas. Irama musik yang dihasilkan pun akan semakin menarik dan membuat
penonton lebih menikmatinya. Kecapi sendiri pada dasarnya merujuk kepada tanaman sentul. Dimana
tanaman tersebut cukup dipercaya oleh masyarakat setempat. Kemudian kayunya dapat digunakan
untuk membuat alat musik kecapi tersebut sehingga dapat digunakan untuk mengiringi tarian tertentu.

F. Pola Lantai Tari Jaipong

Fungsi pola lantai dalam Jaipong sangat penting, karena berpengaruh terhadap performa penari saat
tampil di panggung. Tidak hanya memposisikan penari, pola lantai juga memiliki makna tersendiri sesuai
tema tarian. Pola lantai yang digunakan dalam Jaipong adalah garis lurus.

Garis lurus/horizontal menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan. Selanjutnya pola ini terbagi
lagi menjadi empat yaitu segitiga, segi empat, zig zag, dan segi lima. Pola lurus digunakan pada saat
berpasangan maupun tari berkelompok.
Desain garis yang lurus bisa dibuat oleh tangan serta tubuh penari, jejak yang dilewati, garis yang
ditinggalkan, serta properti yang dikenakan.

Garis lurus juga melambangkan kesan sederhana namun kuat, seperti Jaipongan yang begitu enerjik
namun tetap mengandung unsur kelembutan.

G. Fungsi Tari Jaipong

Setiap tari memiliki perannya sendiri, namun kesamaannya adalah sarana untuk berkomunikasi antar
manusia. Sebagai kesenian besar yang dihasilkan oleh anak bangsa, tarian Jaipong memiliki dua fungsi
utama yakni seperti berikut:

1. Sarana Komunikasi
Fungsi utama tarian adalah mengkomunikasikan makna tertentu, sama halnya Jaipong yang
menggambarkan berbagai emosi manusia melalui kombinasi gerakan yang indah.

2. Hiburan
Tari Jaipong menghadirkan rasa terhibur pada penonton yang menyaksikannya. Inilah alasan mengapa
Jaipongan sering dihadirkan di berbagai acara. Orang-orang yang berkumpul dalam suatu acara dan
merasa terhibur akan lebih mudah untuk berkomunikasi dan berbagi informasi. Tentunya tarian ini tetap
memiliki daya tarik tersendiri meski hiburan modern semakin marak bermunculan.

3. Menjadi Ikon Kebudayaan


Jaipong menjadi ikon yang dapat mempromosikan kebudayaan ke daerah lain baik nasional hingga
internasional. Secara umum, gerak energik, ramah, berani, lincah namun santun dari Jaipong
menghadirkan semangat untuk penontonnya. Sejak 1990-an perkembangan atraksi wisata Bandung
terus mengalami peningkatan, karena kebudayaan tarian Jaipong diperkenalkan secara konsisten.

Tarian ini juga menggambarkan citra wanita Sunda yang cantik dan lembut namun sekaligus berani
untuk menjadi dirinya sendiri tanpa terkungkung stereotip dari budaya lama. Pemberdayaan perempuan
menggambarkan kemajuan yang pesat dari Jawa Barat dari segi sosial budaya.

Teori Simbol menurut Pierce

Pierce (dalam Sobur, 2003) Teori Semiotika Peirce merupakan ilmu atau metode analisis yang
membahas mengenai sistem tanda yang diciptakan ahli filsafat asal Amerika bernama Charles
Sanders Pierce yang terkenal dalam bidang logika terhadap manusia dan penalarannya.

Peirce mengemukakan bahwa dalam kehidupan manusia memiliki ciri yaitu adanya
pencampuran tanda dan cara penggunaannya dalam aktivitas yang bersifat representatif.

Tanda merupakan sesuatu yang tampak, merujuk pada sesuatu, mampu mewakili relasi antara
tanda dengan penerima tanda yang bersifat representatif dan mengarah pada interpretasi.
Adapun syarat agar sesuatu dapat disebut sebagai tanda yaitu apabila sesuatu itu dapat
ditangkap, menunjuk pada sesuatu, menggantikan, mewakili, menyajikan dan dan memiliki sifat
representatif, yang memiliki hubungan langsung dengan sifat interpretatif.

Menurut Peirce, tanda merupakan sesutu yang berfungsi untuk mewakili sesuatu yang lain
dengan mempresentasikan sesuatu yang diwakilinya.

Peirce membagi sistem tanda (semiotik) menjadi tiga unsur yang telah dimuat dalam teori
segitiga yaitu tanda (sign), acuan tanda (object), dan penggunaan tanda (interpretant).

Tanda merupakan sesuatu yang berbentuk fisik yang diterima oleh panca indera manusia dan
dapat merepresentasikan hal lain di luar tanda itu sendiri.

Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol, ikon dan indeks. Acuan dari tanda disebut objek.
Objek ialah sesuatu yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

Sementara itu, interpretant merupakan konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda
dan memberikan makna terhadap objek yang dirujuk sebuah tanda. Peirce menyebut tanda
dengan sebutan semiosis, artinya setiap hal yang ada di dunia merupakan sebuah tanda yang
merupakan suatu proses pemaknaan terhadap tiga tahap.

Ikon merupakan hubungan yang berdasarkan pada kemiripan artinya representamen memiliki
kemiripan dengan objek yang diwakilinya.

Indeks merupakan hubungan yang memiliki hubungan eksistensial. Sesuatu hal disebabkan
adanya sesuatu yang lain atau adanya hubungan sebab akibat. Seperti tidak ada asap bila tidak
ada api. Asap dapat dianggap sebagai tanda untuk eksisnya api dan dalam hubungan seperti ini
asap adalah indeks

Simbol merupakan tanda yang menghubungkan antara tanda dan objek ditentukan oleh suatu
peraturan yang berlaku di masyarakat. Simbol memiliki sifat konvensional dan arbiter artinya
tanda itu telah disepakati oleh dua belah pihak untuk ditaati. Misalnya bendera kuning berarti
menandakan adanya kematian atau lelayu.
Trikotomi kedua yaitu sudut pandang antara hubungan representamen dengan tanda. Pierce
membaginya menjadi tiga yaitu:

Qualisign merupakan tanda-tanda yang merupakan tanda berdasarkan suatu sifat.


Sinsign adalah eksistensi dan aktualitas atas suatu benda atau peristiwa terhadap suatu tanda.
sesuatu yang sudah terbentuk dan dapat dianggap sebagai representamen, tetapi belum
berfungsi sebagai tanda.
Lesigsign adalah norma yang terkandung dalam suatu tanda. Hal ini berkaitan dengan aturan-
aturan yang berlaku secara umum. Misalkan tanda dilarang mengambil gambar hal tersebut
menunjukan bahwa kita dilarang mengambil gambar pada lingkungan dimana tanda itu berada.
Trikotomi ketiga yaitu berdasarkan interpretan. Peirce membedakan tiga macam interpretan,
yaitu.

Rheme merupakan tanda yang memungkinkan ditafsirkan dalam pemaknaan yang berbeda-
beda. Misalnya saja orang yang matanya merah, maka bisa jadi dia sedang mengantuk, atau
mungkin sakit mata.mata

Dicent sign adalah tanda yang sesuai dengan kenyataanya. Misalnya, saja disuatu jalan
kampung yang terjal dan sering terjadi kecelakaan maka di jalan tersebut dipasang rambu lalu
lintas hati-hati kurangi kecepatan.

Argument adalah tanda yang berisi alasan tentang sesuatu hal. Seperti tanda larangan merokok
di SPBU, hal tersebut di buat karena merupakan tempat yang mudah terbakar.

Analisis Sebuah tarian

Baiklah, Didalam tugas ujian tengah semester (Uts) sosiologi Seni ini saya Menganalisis sebuah
Tarian yang berdasarkan simbol, Tarian yang saya analisis yaitu Tari Jaipong.
Bisa dilihat dari penjabaran Teori Simbol menurut Peirce, Bahwa dapat disimpulkan Simbol
merupakan tanda yang menghubungkan antara tanda dan objek ditentukan oleh suatu
peraturan yang berlaku di masyarakat. Simbol memiliki sifat konvensional dan arbiter artinya
tanda itu telah disepakati oleh dua belah pihak untuk ditaati.
Misalnya bendera kuning berarti menandakan adanya kematian atau lelayu.
Bisa juga dimaknai Bahwa simbol merupakan makna dari sebuah tanda tersebut.

Hubung kait antara Teori Simbol menurut Peirce dengan Tari Jaipong yaitu dimana didalam Tari
Jaipong banyak sekali memiliki makna antara lain:

A. Tari Jaipong
Tari Jaipong menceritakan tentang sifat wanita Sunda yang memiliki berbagai kelebihan. Dari
gerakan tari jaipong, penonton dapat melihat gambaran wanita Sunda yang pantang menyerah,
dan energik, berani, ramah, genit, lincah, mandiri dan bertanggung jawab, namun tetap santun.
Dari situ tersirat lah sebuah pesan yaitu bahwa di balik kelembutan, dan keanggunan dari
wanita Sunda, terdapat juga keinginan untuk menjadi diri sendiri dengan tidak terhambat oleh
sudut pandang orang lain.

Tarian Jaipong juga memiliki arti bahwa wanita tak harus selalu dinilai hanya dari luarnya saja
yang didasarkan pada stereotip budaya lama yang sudah melekat pada masyarakat wilayah
Indonesia.

B. Gerakan

1. Gerakan Cingeus
Gerakan pertama ini bernama Gerakan Cingeus. Gerakan tersebut merupakan gerakan pada
tari Jaipong dengan cara menggerakkan bagian kepala, dan bagian tubuh secara luwes. Makna
dari gerakan ini adalah sebagai bentuk representasi dari keluwesan serta kecekatan seorang
perempuan dalam menapaki jejak kehidupan.

2. Gerakan Kaki
Gerakan yang kedua ini adalah gerakan kaki. Pada gerakan kaki dibagi menjadi beberapa variasi.
Diantaranya yaitu gerak minced, gerak Depok, dan gerak sonteng. Dalam gerakan kaki pada
tarian jaipong mempunyai makna mengenai kegesitan, serta sifat adaptif wanita Sunda ketika
menjalani kehidupan sehari-hari.

3. Gerakan Meliuk
Gerakan yang ketiga ini bernama Gerakan Meliuk. Gerakan ini merupakan suatu gerakan meliuk
yang dilakukan oleh penari jaipong dengan cara meliuk-liukan bagian tubuh sesuai dengan
tempo yang ada pada alunan musik pengiringnya. Gerakan Meliuk merupakan sebuah
representasi dari sifat fleksibel yang dipunyai oleh seorang wanita Sunda ketika menghadapi
masalah kehidupan.

4. Gerakan Ngagaleong
Gerakan selanjutnya ini bernama Gerakan Ngagaleong. Gerakan tersebut merupakan suatu
gerakan dengan lebih menonjolkan gerak-gerik pada mata, Nantinya, para penari itu akan
memainkan sorot matanya yang tajam pada sebuah objek tertentu. Makna dari gerakan
Ngagaleong ini yaitu wanita harus dapat berani dalam menyuarakan pendapat dan bisa
melakukan komunikasi secara baik.

5. Gerakan Variasi
Gerakan yang terakhir bernama Gerakan Variasi. Gerakan ini merupakan gerakan yang
dilakukan dengan cara menyesuaikan tempo, dan dinamika alunan musik pengiringnya. Serta
gerakan bisa diawali dengan tempo lambat lalu berubah menjadi tempo cepat atau sebaliknya.
Makna Gerakan ini yaitu sebagai representasikan sifat yang tidak menjemukkan dan lebih bisa
untuk membaur pada segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupanya.

C. Busana

Busana yang dikenakan dalam menari Jaipong yang memiliki warna merah dan emas ternyata
menyimbolkan citra perempuan Sunda yang pemberani, ceria, dan glamour. Yang kedua adalah
gerakan dalam tari. Terdapat citra perempuan yang memiliki gambaran maskulin dan dinamis.

Anda mungkin juga menyukai