Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

SENI BUDAYA

Disusun oleh :
Kelompok 1
Anggota:
Putriana R
Nazla A
Raya Hanifah
Fitri s
M Zaki
M Daviq
Fardhika j
Angga C
Daffa R
XI IPS 1

MAN 2 KOTA BANDUNG


TAHUN 2022/2023

SEJARAH TARI JAIPONG

1.1 Latar Belakang

Tari jaipong adalah sebuah jenis tari pergaulan tradisional masyarakat Sunda, Jawa Barat,
yang cukup populer di Indonesia. Tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas
kesenian Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan
dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan
pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara
senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak memengaruhi kesenian
-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang,
degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun
pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-
Dut.Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni.

Dalam kehidupan sehari-hari cenderung masih banyak orang yang kurang mengetahui
tentang selu-beluk tari jaipong, khususnya bagi masyarakat Jawa Barat sendiri.

Berdasarkan permasalahan di atas agar dapat lebih menambah wawasan mengenai tari
jaipong, dapat dilakukan dengan membaca dari berbagai sumber buku, membuka internet,
maupun bertanya kepada orang yang lebih tahu, sehingga kita tertarik untuk mempelajari tari
jaipong sebagai salah satu usaha pelestarian kebudayaan Jawa Barat.

Terkait dengan permasalahn di atas, penyusun tertarik untuk membuat makalah yang
berjudul “Tari Jaipong” sebagai langkah peluasan pengetahuan dan wawasan tentang tari
jaipong.
2.1 Sejarah dan Perkembangan Tari Jaipong di Indonesia

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatar
belakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan
pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari
keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi
untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam
seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya
pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini
populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung
oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter,
tiga buah ketuk, dan gong.Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki
pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan. Seiring
dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan
aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni
pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi,
Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola
tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian
sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng
Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran
diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih
menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan,
pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar
penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu,
Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat. Kemunculan tarian
karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang
karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Jaipongan merupakan
karya utama Gugum Gumbira.Perkembangan Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal
oleh masyarakat adalah tari “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang
keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu
muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli
Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi
perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari
ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi
setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak
dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi,
hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan
pemerintah.Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para
penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang
perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari
untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha
pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut
peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para

penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-
grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya
“kaleran” (utara).

Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa
Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan
hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang
dikolaborasikan dengan Jaipong.

B.Tokoh yang memperkenalkan tari jaipong

Gugum Gumbira Tirasonjaya, lahir di Bandung, 4 April 1945. Ia dikenal sebagai maestro Tari
Jaipong dan Sanggar Seni Jugala yang didirikannya. Sanggar seni ini dikhususkan untuk
membuat tari-tarian jaipongan.Sementara, jika dilansir dari situs resmi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Tari Jaipong diciptakan oleh dua orang seniman
yang berasal dari Karawang dan Bandung bernama H. Suanda dan Gugum Gumbira pada
tahun 1975.
C. Peta daerah

D.Iringan musik

Biasanya, iringan tari Jaipong dimainkan dengan alat musik tradisional seperti gendang,
gong, krecek dan lain sebagainya.

E.Wirupa

Tari Jaipong menggunakan beberapa properti khas yang akan digunakan oleh setiap penari.
Dilansir dari laman Bobo, properti tari jaipong antara lain sampur atau selendang yang
dikenakan di leher, apok atau baju atasan penari dan sinjang atau kain panjang untuk celana
panjang yang digunakan para penari.

2.2 Gerakan Tari Jaipong

Jaipong memiliki dua kategori dalam gerakannya:

1. Ibing Pola (Tarian Berpola)

Tarian ini biasanya dilakukan secara rampak (berkelompok) dikoreografi, disajikan dalam
panggung untuk kebutuhan tontonan saja.

Rangkaian Ibing Pola tari jaipong dapat dibedakan menjadi empat bagian :
a. Bukaan, merupakan gerakan pembuka,

b. Pencugan, merupakan bagian kumpulan gerakan-gerakan,

c. Ngala, bisa juga disebut titik merupakan pemberhentian dari rangkaian tarian, dan

d. Mincit, merupakan perpindahan atau peralihan.

2. Ibing Saka (Tarian Acak)

Penyajian jenis ini populer di kawasan Subang dan Karawang, disebut juga sebagai Bajidor.
Bajidor sendiri sering diasosiasikan sebagai akronim Barisan Jelama Boraka (Barisan Orang-
orang Durhaka). Tarian ini lebih merakyat karena, posisi penonton sejajar dengan penari.
Dan penonton bisa ikut menari.

2.3 Pola Lantai Tari Jaipong

Berdasarkan dari gerakan tari Jaipong, dapat disimpulkan bahwa pola lantai tari Jaipong
adalah pola lantai garis lurus (Vertikal) dan Zig-Zag.

a.Pola Lantai Vertikal (lurus)

Pola lantai vertikal ialah penari membentuk garis vertikal, yakni bisa garis lurus dari belakang
ke depan atau garis lurus depan ke belakang. Biasanya, pola lantai vertikal banyak
diterapkan pada tari tradisional, baik dari Sabang sampai Merauke. Dan pada gerakan pola
lantai memberikan kesan, termasuk kesan dari pola lantai vertikal adalah sederhana tapi
kuat.

b.Pola Lantai Zig-zag

Pola lantai zig zag merupakan pengembangan dari pola lantai vertical (lurus).

RIASAN

Busana yang di gunakan dalam tarian jaipong ini biasanya menggunakan kebaya berwarna
cerah dan bawahan berupa kain jarit bermotif batik. Busana yang di gunakan pada tarian ini
biasanya menggunakan ukuran longgar, terutama pada bagian bawah karena di sesuaikan
dengan gerakannya yang lincah dan dinamis

Aksesoris

Ada tiga macam properti Tari Jaipong, di antaranya:

Sinjang, celana panjang yang digunakan penari Jaipong.

Apok, baju atasan penari Jaipong berupa kebaya yang terdapat pernik dan ornamen.

Sampur, selendang yang diletakkan di leher para penari Jaipong.

Makna

Makna costum menyimbolkan citra perempuan Sunda yang pemberani, ceria, dan glamour.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai