MTsN 09 PESSEL
Di susun:
-Sherly valentine
Pengertian Tari Tradisional
Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun-
temurun di suatu daerah tertentu. Tarian ini biasanya memiliki berbagai ciri
khas yang menonjolkan falsafah, budaya dan kearifan lokal setempat di mana
tarian tersebut berkembang. Sehingga dapat ditebak bahwa masing-masing
daerah akan memiliki keunikan tersendiri. Terutama di negeri ini, di mana
keberagaman masyarakatnya seakan tak terbatas.Meskipun demikian,
sejatinya setiap perbedaan antardaerah tersebut adalah milik kita juga. Seperti
dalam pendapat Alwi yang menyebutkan bahwa kesenian tradisional adalah
kesenian yang diciptakan oleh masyarakat banyak yang mengandung unsur
keindahan yang hasilnya menjadi milik bersama
Mengenal tarian tradisional daerah Jawa Barat merupakan kewajiban sebagai warga negara yang
tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hal ini adalah cerminan dari rasa nasionalisme kita dalam
berbangsa dan bernegara. Gempuran budaya asing hendaknya jangan sampai menggeser selera
kita dalam berbudaya. Meski saat ini sudah banyak gaya hidup asing yang masuk, budaya
nusantara dalam bentul tari/tarian harus tetap ada dan jangan pernah punah sampai kapan pun
jua.
Banyak nilai yang terkandung pada tarian tradisional daerah Jawa Barat, ada nilai sosial budaya
dan ada juga nila filosofis. Tidak jarang sebuah seni tari mencerminkan potret kehidupan yang
terjadi dimasyarakat setempat.
1. Tari Jaipong
Tari Jaipong yang merupakan tarian yang berasal dari Bandung provinsi Jawa Barat.
Nama lain dalam tari ini adalah Jaipongan yaitu sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas
seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat
menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang
ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu.
Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa
kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini
dikenal dengan nama Jaipongan.
Menurut sejarah, tari Jaipong ini mulai ada sekitar tahun 1960. Penciptanya sendiri
yaitu seorang seniman asal Sunda bernama Gugum Gumbira. Kala itu, Gugum
Gumbira menaruh perhatian yang amat besar terhadap kesenian rakyat. Salah satu
contohnya yaitu tari pergaulan Ketuk Tilu. Gugum Gumbira pun akhirnya berkeinginan
untuk dapat menciptakan sendiri tarian pergaulan yang dikembangkan dari kekayaan
seni tradisional rakyat. Pada tahun 1970, tari Jaipong mulai dikenal oleh masyarakat.
Namun, pada mulanya tarian ini disebut dengan tari Ketuk Tilu karena gerakan tarian ini
memang dikembangkan dari tari Ketuk Tilu. Bahkan, karya perdana Gugum Gumbira ini
masing sangat kental dengan tari Ketuk Tilu, baik dari segi iringan musik maupun
koreografinya. Adapun karya pertama dari Gugum yang dikenalkan ke masyarakat yaitu
tari Jaipong Rendeng Bojong dan tari Jaipong Daun Pulus Kejer Bojong. Tarian
tersebut merupakan jenis tari berpasangan dan juga tari putri. Berkat karya pertama
dari Gugum Gumbira, kemudian muncullah sejumlah nama penari Jaipong yang
terkenal. Sebagai contoh, Eli Somali, Pepen Dedi Kurniadi, Tati Saleh, dan juga Yeti
Mama. Namun sayang, kemunculan tari ini pada mulanya ditentang karena gerakan-
gerakannya dianggap erotis dan vulgar. Meski begitu, justru hal tersebut yang
kemudian menjadi perhatian media. Bahkan, tarian ini pernah ditayangkan oleh TVRI
pusat Jakarta pada tahun 1980. Semenjak itulah frekuensi pertunjukkan tari Jaipong,
baik di perayaan, hajatan, maupun media televisi semakin meningkat. Masyarakat pun
kemudian memanfaatkan hal tersebut untuk mendirikan grup Jaipongan dan juga
sanggar tari. Tari Jaipong ini menjadi inspirasi para seniman tari tradisional untuk lebih
aktif dan kreatif dalam menggali tarian rakyat yang mungkin kurang memperoleh
perhatian. Setelah tari Jaipong mulai banyak dikenal masyarakat, Gugum Gumbira pun
menciptakan kreasi tari lain, seperti Sonteng, Toka-toka, Pencug, dan Setra Sari.
2. Tari Topeng
Tari
Topeng via weecak.com
Merujuk kepada sejarah, pagelaran Tari Topeng diawali di Cirebon tepatnya pada abad ke-19
yang dikenal dengan Topeng Bahakan. Menurut T. Tjetje Somantri (1951) daerah Jawa Barat
antara lain Sumedang, Bandung, Garut dan Tasikmalaya pada tahun 1930 didatangi oleh
rombongan topeng berupa wayang wong dengan dalangnya bernama Koncer dan Wentar.
Berdasarkan data historis inilah teori awal munculnya tari topeng ke Jawa Barat (Priangan)
ditetapkan sebagai awal perkembangan Tari Topeng Priangan.
3. Tari Wayang
Tari
Wayang via sumber.com
Seni Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada abad ke-16 oleh
Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan oleh seniman keliling yang datang ke
daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung dan Tasikmalaya.
Berdasarkan segi penyajiannya tari wayang dikelompokkan menjadi 3 bagian antara lain, yaitu:
tari Tunggal, Tari Berpasangan dan Tari Massal.
Tari wayang memiliki tingkatan atau jenis karakter yang berbeda misalnya karakter tari pria dan
wanita. Karakter tari wanita terdiri dari Putri Lungguh untuk tokoh Subadra dan Arimbi serta
ladak untuk tokoh Srikandi.
4. Tari Kursus
T
ari Kursus via WordPress
Sumber menyebutkan bahwa Tari Kursus merupakan perkembangan dari tari Tayub yang
tumbuh dan berkembang pada masa keemasan kaum bangsawan tempo dulu.
Tari kursus berdiri pada 1927 yang dikenal dengan nama perkumpulan Wirahmasari pimpinan R.
Sambas Wirakusumah dari Ranca Ekek Bandung. Tari Kursus merupakan salah satu tarian yang
diajarkan secara sistematis dan mempunyai patokan atau aturan tertentu dalam cara
membawakannya.
5. Tari Merak
Tari Merak via Youtube
Dari beberapa sumber menyatakan bahwa Tari Merak merupakan tarian tradisional yang berasal
dari daerah Pasundan Jawa Barat. Tari ini menggambarkan ekspresi kehidupan burung merak.
Tata cara dan geraknya diambil dari kehidupan merak yang diangkat ke pentas oleh Seniman
Sunda Raden Tjetje Somantri.
Tahun 1950 an seorang kareografer bernama Raden Tjetjep Somantri menciptakan gerakan Tari
Merak. Beliau mengimplentasikan kehidupan burung Merak dalam gerakan tari tersebut.
Utamanya tingkah merak jantan yang mengembangkan bulu ekornya ketika ingin memikat
merak betina. Gerakan merak jantan tersebut tergambar jelas dalam Tari Merak.
Seiring perkembangan zaman dan bergulirnya sang waktu, Tari Jawa Barat ini telah mengalami
perubahan dari gerakan asli yang diciptakan oleh Raden Tjetjep Somantri. Adalah Dra. Irawati
Durban Arjon yang berjasa menambahkan beberapa koreografi ke dalam Tari Merak versi asli.
Sejarah Tari Merak tidak hanya sampai disitu karena pada tahun 1985 gerakan Tari Merak
kembali direvisi.
Kabarnya Tari Topeng Dinaan ini menyebar di Kabupaten Cirebon, Indramayu dan Majalengka,
Jawa Barat. Pertunjukannya sehari suntuk (sedina/sadinten). Dipertunjukkan setelah pementasan
Wayang Kulit pada upacara Babarit.
Tarian Topeng Dinaan juga di pertunjukkan pada acara selamatan, khitanan, pernikahan bahkan
pada pesta kenegaraaan atau hari-hari penting lainnya.
7. Tari Serimpi
Tarian Serimpi hidup di lingkungan istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang
Adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya
sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal
yang bertentangan antara baik dengan buruk, antara benar dan salah antara akal manusia dan
nafsu manusia.
8. Tari Gambyong
Tari
Gambyong via Qudsfata.com
Tarian Klasik ini menggambarkan sifat-sifat wanita yang diungkapkan dalam gerak halus,
lembut lincah dan terampil. Meskipun begitu sebagai seorang wanita tetap menonjolkan
keluwesannya. Nama tari Gambyong disesuaikan dengan nama gending yang mengiringinya.
Contoh : Gambyong Gambirsawit, Gambyong Pareanom, dan Gambyong Pangkur.
Tarian Bedhaya Ketawang sering dilihat dalam beberapa aktivitas seperti suatu upacara
penobatan raja, festival atau pertunjukan. Bedhaya Ketawang dimainkan oleh 9 penari. Masing-
Masing penari mempunyai tugas dan nama khusus. Nama mereka adalah Batak (penari pertama),
Endhel Ajeg, Endhel Weton, Apit Ngarep, Apit Mburi, Apit Meneg, Gulu, Dhada, dan Boncit.
Tarian ini pada umumnya ditemani oleh Musik Jawa Orkes yang disebut Gamelan. Gamelan ini
dinamai Gamelan Kyai Kaduk Manis yang terdiri dari dari banyak instrumen musik seperti
kendhang Ageng ( kendhang besar), Kendhang Ketipung, Kenong, dan kethuk
Seni Tari Barong Blora adalah salah satu kesenian rakyat yang sangat populer di kalangan
masyarakat Blora. Alur cerita bersumber dari hikayat panji. Di dalam seni Barong tercermin
sifat-sifat kerakyatan seperti spontanitas, sederhana, keras, kompak yang dilandasi kebenaran.
Kesenian barongan berbentuk tarian kelompok yang terdiri dari tokoh Singo Barong,
Bujangganong, Joko Lodro/Gendruwon. Jaranan/Pasukan Berkuda, serta prajurit.
Tari
Aplang via radarbanyumas.co.id
Tarian Aplang ini merupakan tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten Banjarnegara. Pada
zaman dahulu Tari Aplang digunakan untuk syiar Agama Islam.
Aplang berasal dari kata ‘Ndaplang’ yang memiliki arti tangan digunakan seperti gerakan silat.
Tarian ini ditarikan oleh remaja putra-putri dengan diiringi rebana, bedug, kendang dan nyanyian
syair salawatan. Kostumnya model Islam Jawa yang indah dipandang mata. Kembali ke Jatidiri
Bangsa Kabupaten Banjarnegara.
Seni Tari ini sebenarnya diadopsi dari salah satu adegan yang ada dalam pementasan Wayang
Kulit yaitu adegan Perang Kembang. Kemudian Tari ini menceritakan perang antara ksatria
melawan raksasa. Ksatria adalah tokoh yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan
Raksasa menggambarkan tokoh yang kasar dan bringas. Didalam pementasan wayang Kulit,
adegan perang kembang ini biasanya keluar tengah-tengah atau di Pathet Sanga. Perang antara
Ksatria (Bambangan) melawan raksasa ini sangat atraktif, dalam adegan ini juga bisa digunakan
sebagai tempat penilaian seorang dalang dalam menggerakkan wayang.
Makna yang terkandung dalam tarian ini adalah bahwa segala bentuk kejahatan, keangkara
murkaan pasti kalah dengan kebaikan.
Arti dari Tari Loro Blonyo adalah sebuah gambaran Dewi Sri dan saudaranya Dewa Sadana.
Dewi Sri adalah Dewi pelindung padi dan pemberi berkah serta merupakan lambang
kemakmuran. Dewa Sadana adalah Dewa sandang pangan.
Karena sarat dengan Dewa dan Dewi, tarian ini sangat kental budaya hindunya.
Tarian Beksan Wireng yang berasal dari daerah Jawa Barat ini ternyata berasal dari kata Wira
(perwira) dan ‘Aeng’ yaitu prajurit yang unggul, yang ‘aeng’, yang ‘linuwih’. Tari ini diciptakan
pada zaman pemerintahan Prabu Amiluhur dan memiliki tujuan agar para putra beliau tangkas
dalam olah keprajuritan dengan menggunakan alat senjata perang. Sehingga tari ini
menggambarkan ketangkasan dalam latihan perang dengan menggunakan alat perang .
15. Tari Bondan
Tar
i Bondan via Blogger
Budaya Tari Bondan menceritakan tentang seorang anak wanita dengan menggendong boneka
mainan dan payung terbuka, menari dengan hati-hati di atas kendi yang diinjak dan tidak boleh
pecah. Diambil benang merah bahwa tarian ini melambangkan seorang ibu yang menjaga anak-
anaknya dengan hati-hati.
Tari ini dibagi menjadi 3, yaitu: Bondan Cindogo, Bondan Mardisiwi, dan Bondan Pegunungan/
Tani. Tari Bondan Cindogo dan Mardisiwi melambangkan seorang ibu yang menjaga anaknya
yang baru lahir dengan hati-hati dan dengan rasa kasih sayang . Tapi Bondan Cindogo satu-
satunya anak yang ditimang-timang akhirnya meninggal dunia. Sedang pada Bondan Mardisiwi
tidak, serta perlengakapan tarinya sering tanpa menggunakan Kendhi seperti pada Bondan
Cindogo.
Hiburan Tari Dolalak ini berasal dari daerah Purworejo provinsi Jawa Barat.
Pertunjukan ini dilakukan oleh beberapa orang penari berpakaian menyerupai pakaian prajurit
Belanda atau Perancis tempo dulu dan diiringi dengan alat-alat bunyi-bunyian terdiri dari
kentrung, rebana, kendang, kencer, dan lain – lainnya.
Konon, kesenian ini timbul pada masa berkobarnya perang Aceh di jaman Belanda yang
kemudian meluas ke daerah lain.
Seiring berjalan waktu, tarian ini mengalami persesuaian dengan gaya Surakarta.
Tari ini menggambarkan cara-cara berhias diri seorang gadis yang baru menginjak masa akhil
baliq, agar lebih cantik dan menarik.