Anda di halaman 1dari 51

Laporan Kasus

MORBILI, DIARE AKUT,


DAN ISPA

Yenza Fahera, S.Ked


 
2006112045
 
 
 
Pembimbing:
dr. Mauliza, M.Ked (Ped), Sp.A
BAB 1
PENDAHULUAN
● Morbili atau campak adalah suatu penyakit menular yang berasal dari family paramyxo virus, genus morbili virus

● Campak ditularkan melalui udara yang terkontaminasi droplet dari hidung, mulut, atau tenggorokan orang yang
terinfeksi.

● Pada tahun 2020 penyebaran kasus suspek campak hampir terdapat di seluruh provinsi Indonesia, hanya 4 provinsi
yang tidak terdapat kasus suspek campak. Pada tahun 2020, terdapat 3.382 kasus suspek campak, menurun jika
dibandingkan tahun 2019 yaitu sebesar 8.819 kasus

● Rendahnya angka capaian imunisasi, menyebabkan tingginya kasus anak balita dengan gizi kurang baik, pemberian
ASI Eksklusif yang rendah, pemberian Vit A yang tidak memenuhi target menyebabkan tidak terbentuknya Hard
Imunity atau kekebalan pada kelompok balita sehingga mudahnya terjadi penularan penyakit campak.
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas pasien

Nama : Aqilla Syarifa


Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 18 Desember 2017
Umur : 4 tahun 2 bulan
Alamat:Dsn. Masyik, Ds.Teungku
Dibalee, Kec.Tanah Luas, Aceh
Utara
No.RM : 006755
Agama : Islam
Suku : Aceh

Tanggal Masuk Rumah Sakit :


8 Februari 2022
Anamnesis
Keluhan Utama
:Demam

Keluhan Tambahan
: Ruam merah, mual, muntah, batuk
berdahak, pilek, dan BAB cair
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Pasien datang ke IGD RSUD Cut Meutia bersama orang tuanya dengan keluhan
demam naik turun yang sudah dialami kurang lebih selama 7 hari. Pasien juga
mengalami keluhan timbulnya ruam merah di wajah dan menyebar kearah leher
yang timbul sejak pagi hari sebelum dibawa ke RSUD Cut Meutia, ruam merah
tidak disetai gatal dan panas. Pasien juga mengeluh pilek dan batuk, batuk
dirasakan sudah 2 hari dengan batuk berdahak dan susah dikeluarkan, yang
memberat 1 hari sebelum masuk RSUD Cut Meutia. Batuk disertai dengan
mual dan muntah. Pasien juga mengeluh mual dan muntah, muntah bersifat
proyektil, tidak berwarna hijau dan mengandung cairan dan nasi, dengan
frekuensi sebanyak 1 kali sebelum dibawa ke RSUD Cut Meutia. Orangtua
pasien juga mengeluhkan pasien (anaknya) diare sudah 2 hari sebelum masuk
RSUD Cut Meutia. Feses pasien konsistensi cair, tidak ada ampas, berwarna
sedikit kuning, dengan frekuensi 2 kali pada 1 hari sebelum masuk RSUD Cut
Meutia. Orangtua pasien juga mengeluhkan pasien mengalami penurunan nafsu
makan semenjak demam dan BAK lancar tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Keluhan demam tinggi sudah dirasakan pasien dulu
sekitar usia 2 tahun, pada tahun 2019 dan sempat di
rawat di RSUD Cut Meutia, ruam merah pada badan
disangkal. 3 bulan yang lalu.
Keluhan demam naik turun yang dirasakan pasien 7
hari yang lalu, orangtua pasien mengaku berobat ke
mantri tapi tidak ada perubahan, orangtua pasien
mengatakan tidak berobat ke rumah sakit awalnya
karena dianggap hanya demam biasa.
Batuk dan diare yang dirasakan pasien, orangtua
pasien mengaku berobat ke mantri tapi tidak ada
perubahan, orangtua pasien mengatakan tidak berobat
ke rumah sakit awalnya karena dianggap hanya batuk
dan diare biasa.
Alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
● Keluarga mengaku adanya anggota keluarga dengan keluhan demam naik turun,
● Riwayat penyakit asma pada keluarga tidak ada
● Riwayat alergi pada keluarga tidak ada

Riwayat Penggunaan Obat


● Riwayat konsumsi paracetamol dan cetirizine yang didapat ketika berobat ke
mantri.
● Riwayat komsumsi OBH Combi Anak yang didapat ketika berobat ke mantri
namun batuk tidak kunjung sembuh
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
● Masalah saat kehamilan : Plasenta Pendek
● Konsumsi obat saat kehamilan : Tidak ada konsumsi obat saat hamil
● Perawatan antenatal : Dilakukan tiap bulan
● Masa gestasi : 43 minggu (postterm)
● Tempat persalinan : RS PMI Lhokseumawe
● Kelahiran ke :3
● Jenis persalinan : Section Caesarea (SC)
● Keadaan bayi : Segera menangis (+), BB lahir 3,2kg
Riwayat Makanan
● Pasien mendapatkan ASI selama 6 bulan yang diselang-seling dengan pemberian susu formula (BMT) dengan
frekuensi dua kali sehari.
● MPASI diberikan mulai umur 6 bulan berupa bubur tim atau nasi, pisang, wortel, dan kentang yang di haluskan.
Riwayat Imunisasi
● Tidak diberikan imunisasi sama sekali
Riwayat Tumbuh Kembang
● Pada usia 9 bulan pasien sudah mampu untuk berjalan dan berbicara dengan menyebut “papa”.
Pemeriksaan Fisik
● Kesadaran : Composmentis
● Keadaan Umum : Sakit sedang
● HR : 100x/menit
● RR : 34x/menit
● T : 38°C
● SpO2 : 96%
Antropometri
● BB : 13 Kg
● TB : 98 Cm
● Lingkar kepala : 48 Cm
Status Gizi
● CDC
● TB/U : 96% (Normal)
● BB/TB : 86% (Gizi kurang)
● Z-Score
● BB/U : > -2 (Normal)
● TB/U : > -2 (Normal)
● BB/TB : < -2 (Kurus/ Wasted)
Status Generalis
1 Kulit  
  Warna Sawo Matang
  Turgor Cepat kembali, suhu raba hangat
  Ikterus (-)
  Oedema (-)
  Anemia (-)
  Pigmen Ruam seluruh tubuh
2 Kepala  
  Rambut Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata
  Wajah Simetris, deformitas (-)
  Mata Konjungtiva pucat (-/-), skelra ikterik (-/-), mata cekung (-/-), palpebra normal, gerakan bola mata normal, pupil bulat,
isokor(+/+), diameter 2mm/2mm

  Telinga Bentuk normal (eutrofilia), discharge (-/-), secret (-/-), darah (-/-)
  Hidung Sekret (-/-), darah (-/-), deviasi septum nasi (-/-) nafas cuping hidung (-/-)

  Mulut Lidah normoglosia, tidak kotor, mukosa mulut tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula
ditengah, enantem pada mukosa pipi (bercak Koplik)

3 Leher  
  Inspeksi Tidak terdapat pembesaran KGB
  Palpasi Distensi vena jugularis (-)
4 Thorax  

  Paru  

  Inspeksi Bentuk dada normal, gerak dada simetris kanan dan kiri saat statis dan dinamis, pergerakan dada sama. Retraksi dinding dada (-/-)

  Palpasi Tidak ada benjolan, nyeri tekan (-), massa (-), taktil fremitus kanan = kiri, ekspansi dada simetris

  Perkusi Normal: Sonor

  Auskultasi Rhonki (-/-), wheezing (-/-)

  Jantung  

  Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat

  Palpasi Ictus cordis terdapat di ICS V pada linea midklavikula sinistra

  Perkusi Batas atas jantung di ICS II, kanan di ICS V LPSD, kiri di ICS V dua jari medial dari LMCS, batas pinggang di ICS III LPSS

  Auskultasi BJ I/II normal, bising jantung (-), Gallop (-)

  Abdomen  

  Inspeksi Simetris, distensi (-)

  Palpasi Defans muscular (-)

  Hepar Tidak teraba

  Lien Tidak teraba

  Ballotement (-)

  Perkusi Timpani seluruh lapang abdomen, shifting dullness (-)

  Auskultasi Peristaltik usus normal

6 Genetalia Tidak dilakukan pemeriksaan

7 Ekstremitas Akral hangat, edema tungkai (-/-), sianosis (-/-), kelemahan anggota gerak (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Nomor lab : 220080020
Tanggal : 8 Februari 2022
HEMATOLOGI KLINIK/KIMIA DARAH
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 10,8 g/dl 10,8-12,8
Hematokrit 30,9 % 33-38
Leukosit (WBC) 7,54 Ribu/uL 6-17
Trombosit (PLT) 214 Ribu/uL 200-550
Eritrosit (RBC) 4,26 Ribu/uL 3,6-5,2
Index Eritrosit
MCV 72,5 fL 73-101
MCH 25,4 Pg 21-33
MCHC 35,0 g/dl 26-34
RDW-CV 14,1 % 11,5-14,5
Hitung Jenis (diff)
Basophil 0,3 % 0-1
Eosinophil 0,1 % 1-5
Netrofil 73,5 % 25-70
Limfosit 21,9 % 20-50
Monosit 4,2 % 1-6
Golongan Darah A -  
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 75 mg/dl 60-100
Nomor lab : 20220211032

Tanggal : 9 Februari 2022

HEMATOLOGI KLINIK/KIMIA DARAH

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 10,54 g/dl 12-16

Eritrosit 4,22 Juta/uL 3,8-5,8

Hematokrit 30,64 % 37,0-47,0

MCV 72,52 fL 79-99

MCH 24,94 Pg 27,0-31,2

MCHC 34,40 g/dl 33,0-37,0

Leukosit (WBC) 6,28 Ribu/uL 4,0-11,0

Trombosit (PLT) 172 Ribu/uL 150-450

RDW-CV 11,09 % 11,5-14,5

Hitung Jenis Lekosit

Basophil 0,74 % 0-1,7

Eosinophil 0,33 % 0,60-7,30

Nitrofil Segmen 62,20 % 39,3-73,7

Limfosit 33,91 % 18,0-48,3

Monosit 2,82 % 4,40-12,7

NLR 1,83 Cutoff 0-3,13

ALC 2127,85 Juta/L 0-1500

Golongan Darah A -  

Serologi/Imunologi

Tubex Negatif   Negatif

Dengue

Dengue IgG Positif   Negatif

Dengue IgM Negatif   Negatif


Follow-up Pasien
Tanggal SOAP Terapi
Selasa, 8 S/ Demam (+), mual (+), muntah (+), batuk berdahak (+), pilek (+),  IVFD RL fls 20gtt/i (mikro)
Februari 2022 BAB cair (+), demam (+), ruam merah (+)  IVFD Paracetamol 150mg/8jam
(H+1) O/ Kesadaran = composmentis, Keadaan umum = sedang HR =  Inj. Cefotaxime 350mg/12jam
108x/menit, RR = 40x/menit, T = 38°C  Inj. Ranitidin 1/3amp/12jam
A/ Febris + Diare Akut  Inj. Ondansentron 1/2amp/12jam
P/ Darah rutin, Differ, Golda, Tubex  Ambroxol syr 3x1/2 cth
 Zink syr 1x1/2 cth
 Cetirizin syr 2x1/2 cth
Rabu, S/ Demam (+), mual (+), muntah (+), batuk berdahak (+),  IVFD RL 30gtt/i (mikro)
9 Februari pilek (+), Diare (+), BAB cair (+), demam (+), ruam merah (+)  IVFD Paracetamol 150mg/8jam
2022 (H+2) O/ Kesadaran = composmentis, Keadaan umum = sedang  Inj. Cefotaxime 350mg/12jam
HR = 137x/menit, RR = 48x/menit, T = 36,7°C  Inj. Ranitidin 1/3amp/12jam
A/ Morbili + Diare Akut + ISPA  Inj. Ondansentron 1/2amp/12jam
P/ Kejar Hasil Tubex (KP)
 Ambroxol syr 3x1/2 cth
 Zink syr 1x1 cth
 Cetirizin syr 2x1/2 cth
 Diet MB
Kamis, 10 S/ Demam (+), mual (-), muntah (-), batuk berdahak (+), pilek  IVFD RL 30gtt/i (mikro)
Februari 2022 (+), Diare (+), BAB cair (+), demam (-), ruam merah (+)  IVFD Paracetamol 150mg (KP)
(H+3) O/ Kesadaran = composmentis, Keadaan umum = sedang  Inj. Cefotaxime 350mg/12jam
HR = 112x/menit, RR = 24x/menit, T = 36,9°C  Inj. Ranitidin 1/3amp/12jam
A/ Morbili + Diare Akut + ISPA+ Dengue Fever  Inj. Ondansentron 1/2amp/12jam
P/ (KP)
 Ambroxol syr 3x1/2 cth
 Zink syr 1x1 cth
 Cetirizin syr 2x1/2 cth
 Diet MB
Jum’at, 11 S/ Demam (-), mual (-), muntah (-), batuk berdahak  Cefadroxil syr 2x1 cth
Februari (+), pilek (-), Diare (-), BAB cair (-), ruam merah (+),  Ambroxol syr 3x1/2 cth
2022 gatal (+)  Zinc syr 1x1 cth
(H+4) O/ Kesadaran = composmentis, Keadaan umum =  Cetirizine 1x1/2 cth
sedang HR = 114x/menit, RR = 30/menit, T = 36°C  Paracetamol syr 3x1 cth
A/ Morbili + Diare Akut + ISPA+ Dengue Fever (KP)
P/ PBJ

Diagnosis
● Diagnosa klinis : Morbili + Diare Akut + ISPA+ Dengue Fever
Diagnosis banding
Exantema Subitum + Kolera+ ISPA+ Demam tifoid
Rubella + Disentri + ISPA+ Demam tifoid
Erupsi obat + Diare persisten + ISPA+ Demam tifoid
Prognosis
● Quo Ad vitam: dubia ad bonam
● Quo Ad functionam: dubia ad bonam
● Quo Ad sanactionam: dubia et bonam
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
MORBILI
DEFENISI
Morbili atau Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang
umumnya menyerang anak.
ETIOLOGI
● Morbili merupakan penyakit eksantema akut, Eksantema merupakan erupsi kulit
makulopapular eritem yang timbul sebagai tanda infeksi akut mikroorganisme. Morbili
disebabkan virus RNA, genus morbilivirus, famili paramyxoviridae.
Epidemiologi
● Campak adalah endemik pada sebagian besar dunia. Dahulu. Epidemi cenderung terjadi
secara irregular, tampak pada musim semi di kota-kota besar dengan interval 2 sampai 4 tahun
ketika kelompok anak terpajan. Campak sangat menular, sekitar 90% kontak keluarga yang
rentan mendapat penyakit. Campak jarang subklinis. Sebelum penggunaan vaksin campak,
puncak insiden berada pada umur 5-10 tahun. Sekarang di Amerika Serikat, campak terjadi
paling sering pada anak umur sekolah yang belum diimunisasi dan pada remaja dan orang
dewasa muda yang telah diimunisasi.
Transmisi
● Faktor Host adalah umur, jenis kelamin, status imunisasi dan status gizi.
● Faktor Agent adalah suatu substansi yang keberadaannya mempengaruhi perjalanan penyakit.
● Faktor Environtment adalah lingkungan fisik dan lingkungan biologis.5 Campak ditularkan
melalui udara yang terkontaminasi droplet dari hidung, mulut, atau tenggorokan orang yang
terinfeksi
Imunisasi
Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated) berupa
serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial. Setiap dosis vaksin MR
mengandung:
● 1000 CCID50 virus campak
● 1000 CCID50 virus rubella
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium:

● Stadium prodromal berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang diikuti dengan
batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda
patognomonik timbulnya enantema mukosa pii di depan molar tiga disebut bercak
Koplik.
● Stadium erupsi ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang bertahan
selama5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut dibelakang telinga,
kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstremitas.
● Stadium penyembuhan (kovalesens) setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang
sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan
menghilang setelah 1-2 minggu.
 
Pemeriksaan Penunjang
● Pemeriksaan darah tepi berupa jumlah leukosit normal atau meningkat apabila
ada komplikasi infeksi bakteri.
● Pemeriksaan untuk komplikasi

○ Ensepalopati dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar


elektrolit darah, dan analisis gas darah.

○ Enteritis dilakukan pemeriksaan feses lengkap

○ Bronkopneumonia dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas


darah
Tatalaksana
Tatalaksana campak tanpa komplikasi
● Pada umumnya tidak memerlukan rawat inap. Beri Vitamin A. Tanyakan apakah
anak sudah mendapat vitamin A pada bulan Agustus dan Februari. Jika belum,
berikan 50 000 IU (jika umur anak < 6 bulan), 100 000 IU (6–11 bulan) atau
200 000 IU (12 bulan hingga 5 tahun). Untuk pasien gizi buruk berikan vitamin
A tiga kali. Selengkapnya lihat tatalaksana pemberian Vitamin A.Vitamin A
100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan
1500 IU tiap hari.
Tatalaksana campak dengan komplikasi
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul, yaitu :
● Bronkopneumonia
Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 75
mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral.
Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberkulin dilakukan
setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberkulin bisanya negatif (anergi) pada saat anak
menderita campak. Gangguan reaksi delayed hipersensitivity disebabkan oleh sel lirnfosit- T yang terganggu
fungsinya.
Enteritis
● pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan
apabila terdapat enteritis dan dehidrasi.
Otitismedia
● Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan antibiotik kotrimoksazol-
sulfametokzasol (TMP 4 mg/ kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis)
Ensefalopati
● Perlu reduksi jurnlah pemberian cairan hingga 3/4 kebutuhan untuk mengurangi edema otak, di samping
pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
Komplikasi
● Pneumonia,
● eksasebarsi proses tuberculosis yang ada sebelumnya. Mungkin juga ada kehilangan hipersensitivitas sementara
terhadap tuberkulin.
● Miokarditis
● Komplikasi neurologis lebih sering pada campak dari pada eksantem lain. Insiden ensefalomielitis diperkirakan
1-2/1.000 kasuscampak yang dilaporkan
● Panensefalitis slerotik subakut disebabkan oleh virus campak

Prognosis
Prognosis umumnya baik pada individu yang imunokompeten
DIARE AKUT
Definisi
● Diare akut adalah buang air besar lebih dari dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu

Epidemiologi
Pada tahun 2020 cakupan pelayanan penderita diare pada semua umur sebesar 44,4% dan pada balita sebesar 28,9% dari sasaran yang ditetapkan.
Disparitas antar provinsi untuk cakupan pelayanan penderita diare semua umur adalah antara 4,9% (Sulawesi Utara) dan Nusa Tenggara Barat (78,3%).

Etiologi
● Infeksi (kuman-kuman penyakit) sesperti bakteri, virus dan parasite. Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui makanan atau minuman yang
tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita (feses oral), Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus terutama Rotavirus.
● Penurunan daya tahan tubuh
Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun (atau lebih). Di dalam ASi terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi dari kuman penyaki
Kurang gizi atau malnutrisi terutama anak yang kurang gizi buruk akan mudah terkena diare
Imunodefesiensi atau imunosupresi, terinfeksi oleh virus (seperti campak, AIDS)Segera proporsional, balita lebih sering terkena diare 55%.
● Faktor lingkungan dan perilaku yang merupakan faktor utama dari kontaminasi air atau tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat
Strategi Pengendalian
● Lintas Diare terdiri dari:

○ Oralit, untuk mengurangi dehidrasi

○ Zinc, Mengurangi parahnya diare, mengurangi durasi dan mencegah berulangnya diare 2 sampai 3
bulan ke depan

○ Makan, teruskan pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan, berikan ASI dan MP ASI

○ Antibiotik selektif, antibiotik hanya pada penyakit kolera, diare berdarah

○ Nasehat, segera kembali ke petugas kesehatanjika menemukan tanda bahaya.


Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan) Dehidrasi ringan sedang/tidak berat (kehilangan cairan 5-10% Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
berat baedan)

Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan Apabila di dapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau
tambahan lebih tanda tambahan

Ubun-ubun besar tidak cekung,mata tidak cekung, air mata ada, Keadaan umum gelisah atau cengeng Keadaan umum lemah, letargi atau koma
mukosa mulut dan bibir basah

Turgor abdomen baik, bising usus normal Ubun-ubun besar sedikit cfekung, mata sedikit cekung, air mata Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering ada, mukosa mulut dan bibir sangat kerng

Akral hangat Tugor kurang dan akral hangat Tugor sangat kurang dan akral dingin

    Pasien harus rawat inap


Tatalaksana
Tanpa dehidrasi
● Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan new oralit diberikan 5-10 ml/kg BB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur
‹ 1tahun sebanyak 50-100ml, umur 1-5tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di atas 5 tahun semaunya.
● Pasien dapat dirawat dirumah
Dehidrasi ringan-sedang
● Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang
telah terjadi dan sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap cair
● Pasien dipantau di Puskesmas atau RS
● Rehidrasi parenteral diberikan bila anak muntah setiap diberi minum

○ BB 3-10kg: 200ml/kgbb/hari

○ BB 10-15kg: 175ml/kgbb/hari

○ BB >15kg: 135 ml/kgbb/hari


● Dehidrasi berat
● .Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat 100mL/kgbb dengan cara
pemberian:

○ <12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya

○ >12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1/2 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya

○ Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan 5
mL/kgBB selama proses rehidrasi

Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

Zink diberikan 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis
● Umur di bawah 6 bulan: 10 mg per hari
● Umur di atas 6bulan: 20mg per hari
Nutrisi, anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6x sehari), rendah serat,
buah buahan diberikan berupa pisang

Medikamentosa: tidak boleh diberikan obat anti diare


● Antibiotik, diberikan dengan indikasi diare berdarah atau kolera
● Antiparasit, berupa Metronidazole 50mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan untuk amuba vegetative

Edukasi:

○ ASI tetap diberikan

○ Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan

○ Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban

○ Imunisasi campak

○ Memberikan makanan penyapihan yang benar

○ Penyediaan air minum yang bersih

○ Selalu memasak makanan


Komplikasi
● Akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:19

○ Kehilangan air (dehidrasi)

○ Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis

○ Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang
sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP)

○ Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat


ISPA
Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas pada anak terutama usia
6-23 bulan. Beberapa faktor dianggap berhubungan dengan ISPA antara lain, jenis kelamin, usia balita, status gizi,
imunisasi, berat lahir balita, suplementasi vitamin A, durasi pemberian ASI, pendidikan ibu,pendapatan keluarga,
crowding, pajanan rokok, serta pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari
genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-
lain
Patogenesis
● Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atas pada umumnya disebabkan oleh polimikrobial.
● Transmisi patogen penyebab ISPA dapat melalui beberapa cara diantaranya aerosol, droplet, dan kontak
langsung dengan patogen.
● Patogen ini akan menghadapi pertahanan fisik dan mekanik yang dimiliki oleh host diantaranya rambut hidung,
mukosa, dan silia. Apabila patogen tersebut dapat lolos, maka akan menghadapi sistem imun yang dihasilkan
oleh adenoid dan tonsil. Flora normal nasofaring yang terdiri dari Staphylococcus dan Streptococcus juga
berperan dalam melawan patogen.
● Untuk menghadapi pertahanan host, patogen memiliki berbagai mekanisme untuk melindungi diri dari
fagositosis diantaranya memproduksi racun, protease, dan menghasilkan kapsul.
● Masa inkubasi antara satu patogen dengan patogen yang lainnya berbeda. Rhinovirus dan Streptococcus grup A
memiliki masa inkubasi 1 – 5 hari, Influenza dan Parainfluenza 1 – 4 hari, dan Respiratory Syncytial Virus 1
minggu. Masa inkubasi mempengaruhi kapan munculnya gejala pada ISPA.
● Gejala ISPA yang muncul seperti eritema, edema, sekresi mukus, dan demam merupakan hasil dari kerja sistem
imun host yang melawan patogen dan dari toxic yang dihasilkan patogen.20
Manifestasi Klinis
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) diawali dengan panas disertai salah satu
atau lebih gejala, tenggorokan terasa sakit atau nyeri saat menelan, pilek, batuk
kering atau berdahak.

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI adalah :


● ISPA ringan Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala
batuk, pilek dan sesak.
● ISPA sedang ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih
dari 390C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
● ISPA berat Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah
Tatalaksana ISPA pada golongan usia 2 bulan – 5 tahun
● Pneumonia berat, dengan adanya penarikan kuat dari dinding dada bagian bawah ke dalam. Tindakan yang dilakukan berupa ujuk
segera ke rumah sakit. beri antibiotik satu dosis, jika mengalami demam dan atau wheezing obati.
● Pneumonia, bila adanya napas cepat, frekuensi napasnya sesuai dengan golongan usia yakni 50x atau lebih per menit pada usia 2
bulan sampai dengan 1 tahun dan 40x atau lebih per menit pada usia 1 – 5 tahun. Tidak adanya penarikan dari dinding dada bagian
bawah ke dalam. Tindakan yang dilakukan:

■ Menasihati ibu untuk melakukan tindakan perawatan anak di rumah.

■ Berikan antibiotik selama 3 hari.

■ Menganjurkan ibu untuk melakukan kontrol setelah 2 hari atau lebih cepat apabila keadaan anak semakin
memburuk.

■ Jika mengalami demam dan atau wheezing obati.


● Lakukan pemeriksaan kembali setelah 2 hari diberi antibiotik, apabila memburuk apabila didapatkan adanya penarikan dari dinding
dada bagian bawah ke dalam, tidak dapat minum atau terdapat tanda bahaya. Tindakan selanjutnya adalah segera rujuk ke rumah
sakit. Bila keadaan tetap sama, tindakan selanjutnya adalah ganti antibiotik / rujuk. Membaik, apabila napasnya melambat, nafsu
makannya meningkat, dan demamnya menurun. Tindakan selanjutnya adalah teruskan antibiotik hingga 3 hari.
● Bukan pneumonia, bila tidak adanya penarikan dari dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak adanya napas cepat. Tindakan
yang dilakukan, bila batuk > 3 minggu  rujuk, menasihati ibu untuk melakukan tindakan perawatan anak di rumah, dan jika
mengalami demam dan atau wheezing obati.
BAB IV
PEMBAHASAN
Anamnesis
Anamnesis
● Pasien dalam laporan kasus ini didapatkan berusia 4 Tahun 2 Bulan. Sebagian besar morbili menurut teori terjadi
pada usia interval 2 sampai 4 tahun ketika kelompok anak terpajan, puncak insiden berada pada umur 5-10 tahun
kurang dari 5 tahun.
● Dari data anamnesis didapatkan keluhan utama pasien berupa demam naik turun yang sudah dialami kurang
lebih selama 7 hari. Pasien juga mengalami keluhan timbulnya ruam merah di wajah dan menyebar kearah leher
yang timbul sejak pagi hari sebelum dibawa ke RSUD Cut Meutia, ruam merah tidak disetai gatal dan panas.
Keluhan juga diikuti dengan batuk disertai dengan mual dan muntah dan pasien mengeluh diare. Hal tersebut
sesuai dengan teori bahwa manifestasi klinis morbili yaitu adanya demam tinggi terus menerus 38,5 0C atau lebih
disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena cahaya (fotofobia), sering diikuti diare.
Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Saat
ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya ruam yang menyebar dari wajah menuju ke leher serta adanya
enantem pada mukosa pipi (bercak koplik) pada pasien. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan
Campak merniliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai ciri
khusus:
(1) stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari,
(2) stadium prodromal dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada
mukosa pipi (bercak koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan
(3) stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan
dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi
menghitam dan mengelupas. Dari hasil pemeriksaan fisik maka dapat disimpulkan bahwa pada saat
pemeriksaan, pasien berada pada stadium prodromal.
Pemeriksaan Penunjang
● Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan
tersebut didapatkan IgG positif sedangkan IgM negatif, menjadi salah satu perhatian untuk mendignosis
bandingkan dengan Dengue Fever Pada infeksi primer, pemeriksaan antibodi IgM akan menunjukkan hasil yang
positif setelah sekitar 4 sampai 5 hari dari munculnya gejala demam. IgM anti Dengue merupakan antibodi
primer pada penderita yang terinfeksi virus Dengue pertama kali. Antibodi IgG menunjukkan hasil positif pada
infeksi sekunder yang juga bisa disertai dengan antibodi IgM yang kemungkinan dapat menunjukkan hasil yang
positif ataupun negatif. Jika gambaran serologis menunjukkan adanya infeksisekunder, di mana hanya IgG saja
yang terdeteksi maka diagnosis harus didukung dengan melihat klinis dan pemeriksaan hasil laboratorium darah
lengkap berdasarkan kriteria WHO. Menurut consensus WHO, diagnosis DBD harus memenuhi empat kriteria
yaitu demam akut yang terjadi terus-menerus 2-7 hari, terjadinya ciri-ciri perdarahan, trombositopenia, serta
hemokonsentrasi.
Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan yang dilakukan, tidak mendukung untuk ditegak
diagnosis
Diagnosis
● Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka berdasararkan Buku Ajar
lnfeksi & Pediatri Tropis pasien ini didiagnosis Morbili

Penatalaksanaan
● Penatalaksanaan pada pasien ini berupa tatalaksana suportif, simtomatik dan antibiotik. Tatalaksana
yang diberikan berupa bedrest, hidrasi yang adekuat, pemberian obat simtomatik seperti antipiretik, antihistamin,
mucolitik, mucoliary clearence, bronkodilator dan antibiotik.
Kebutuhan cairan (BB 13 Kg )
● Cairan maintenance = 1000 + ((BB-10) x 50) = 1150 cc/hari
● Tetesan infus = 1150 : (24 x 3) = 16 gtt/I makro
Cefotaxime (Sediaan vial 1 gr)
● Dosis 50-100 mg/Kgbb/hari (2-4x/hari)
● = 13 Kg x 50-100mg = 650 – 1300 mg/hari
Paracetamol (Sediaan drip 1gr/100 ml)
● Dosis 10-15 mg/Kgbb/hari (dapat diulang setelah 4-6jam, maksima 4 dosis/24jam)
● = 13 Kg x 10-15mg = 130 – 195 mg/hari
Ranitidin (Sediaan amp 50mg/2 ml)
● Dosis 2-4 mg/Kgbb/hari (2-3x sehari)
● = 13 Kg x 2-4mg = 26 – 56 mg/hari
Ambroxol syr
● Dosis 7,5 – 15 mg 2-3x pemberian
● = 3 x ½ cth
Cetrizine syr
● Dosis 2-6 tahun sendok takar (5ml) 1x per hari
● = 1 x 1cth
Zinc syr
● Dosis >6 bulan= 20mg/hari (diberikan 10 hari) sendok takar (5ml)
● = 1 x 1cth
Cefadroxil syr
● Sedian syr 250mg/5ml, 25 mg/kgBB/hari (2x sehari)
● = 2 x 1cth
Paracetamol syr
● Sedian syr 120mg/5ml, dosis 10-15 mg/Kgbb/hari (dapat diulang setelah 4-6jam, maksima 4 dosis/24jam)
● = 3 x 1cth
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai