● Campak ditularkan melalui udara yang terkontaminasi droplet dari hidung, mulut, atau tenggorokan orang yang
terinfeksi.
● Pada tahun 2020 penyebaran kasus suspek campak hampir terdapat di seluruh provinsi Indonesia, hanya 4 provinsi
yang tidak terdapat kasus suspek campak. Pada tahun 2020, terdapat 3.382 kasus suspek campak, menurun jika
dibandingkan tahun 2019 yaitu sebesar 8.819 kasus
● Rendahnya angka capaian imunisasi, menyebabkan tingginya kasus anak balita dengan gizi kurang baik, pemberian
ASI Eksklusif yang rendah, pemberian Vit A yang tidak memenuhi target menyebabkan tidak terbentuknya Hard
Imunity atau kekebalan pada kelompok balita sehingga mudahnya terjadi penularan penyakit campak.
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas pasien
Keluhan Tambahan
: Ruam merah, mual, muntah, batuk
berdahak, pilek, dan BAB cair
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Pasien datang ke IGD RSUD Cut Meutia bersama orang tuanya dengan keluhan
demam naik turun yang sudah dialami kurang lebih selama 7 hari. Pasien juga
mengalami keluhan timbulnya ruam merah di wajah dan menyebar kearah leher
yang timbul sejak pagi hari sebelum dibawa ke RSUD Cut Meutia, ruam merah
tidak disetai gatal dan panas. Pasien juga mengeluh pilek dan batuk, batuk
dirasakan sudah 2 hari dengan batuk berdahak dan susah dikeluarkan, yang
memberat 1 hari sebelum masuk RSUD Cut Meutia. Batuk disertai dengan
mual dan muntah. Pasien juga mengeluh mual dan muntah, muntah bersifat
proyektil, tidak berwarna hijau dan mengandung cairan dan nasi, dengan
frekuensi sebanyak 1 kali sebelum dibawa ke RSUD Cut Meutia. Orangtua
pasien juga mengeluhkan pasien (anaknya) diare sudah 2 hari sebelum masuk
RSUD Cut Meutia. Feses pasien konsistensi cair, tidak ada ampas, berwarna
sedikit kuning, dengan frekuensi 2 kali pada 1 hari sebelum masuk RSUD Cut
Meutia. Orangtua pasien juga mengeluhkan pasien mengalami penurunan nafsu
makan semenjak demam dan BAK lancar tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Keluhan demam tinggi sudah dirasakan pasien dulu
sekitar usia 2 tahun, pada tahun 2019 dan sempat di
rawat di RSUD Cut Meutia, ruam merah pada badan
disangkal. 3 bulan yang lalu.
Keluhan demam naik turun yang dirasakan pasien 7
hari yang lalu, orangtua pasien mengaku berobat ke
mantri tapi tidak ada perubahan, orangtua pasien
mengatakan tidak berobat ke rumah sakit awalnya
karena dianggap hanya demam biasa.
Batuk dan diare yang dirasakan pasien, orangtua
pasien mengaku berobat ke mantri tapi tidak ada
perubahan, orangtua pasien mengatakan tidak berobat
ke rumah sakit awalnya karena dianggap hanya batuk
dan diare biasa.
Alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
● Keluarga mengaku adanya anggota keluarga dengan keluhan demam naik turun,
● Riwayat penyakit asma pada keluarga tidak ada
● Riwayat alergi pada keluarga tidak ada
Telinga Bentuk normal (eutrofilia), discharge (-/-), secret (-/-), darah (-/-)
Hidung Sekret (-/-), darah (-/-), deviasi septum nasi (-/-) nafas cuping hidung (-/-)
Mulut Lidah normoglosia, tidak kotor, mukosa mulut tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula
ditengah, enantem pada mukosa pipi (bercak Koplik)
3 Leher
Inspeksi Tidak terdapat pembesaran KGB
Palpasi Distensi vena jugularis (-)
4 Thorax
Paru
Inspeksi Bentuk dada normal, gerak dada simetris kanan dan kiri saat statis dan dinamis, pergerakan dada sama. Retraksi dinding dada (-/-)
Palpasi Tidak ada benjolan, nyeri tekan (-), massa (-), taktil fremitus kanan = kiri, ekspansi dada simetris
Jantung
Perkusi Batas atas jantung di ICS II, kanan di ICS V LPSD, kiri di ICS V dua jari medial dari LMCS, batas pinggang di ICS III LPSS
Abdomen
Ballotement (-)
7 Ekstremitas Akral hangat, edema tungkai (-/-), sianosis (-/-), kelemahan anggota gerak (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Nomor lab : 220080020
Tanggal : 8 Februari 2022
HEMATOLOGI KLINIK/KIMIA DARAH
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 10,8 g/dl 10,8-12,8
Hematokrit 30,9 % 33-38
Leukosit (WBC) 7,54 Ribu/uL 6-17
Trombosit (PLT) 214 Ribu/uL 200-550
Eritrosit (RBC) 4,26 Ribu/uL 3,6-5,2
Index Eritrosit
MCV 72,5 fL 73-101
MCH 25,4 Pg 21-33
MCHC 35,0 g/dl 26-34
RDW-CV 14,1 % 11,5-14,5
Hitung Jenis (diff)
Basophil 0,3 % 0-1
Eosinophil 0,1 % 1-5
Netrofil 73,5 % 25-70
Limfosit 21,9 % 20-50
Monosit 4,2 % 1-6
Golongan Darah A -
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 75 mg/dl 60-100
Nomor lab : 20220211032
Golongan Darah A -
Serologi/Imunologi
Dengue
Diagnosis
● Diagnosa klinis : Morbili + Diare Akut + ISPA+ Dengue Fever
Diagnosis banding
Exantema Subitum + Kolera+ ISPA+ Demam tifoid
Rubella + Disentri + ISPA+ Demam tifoid
Erupsi obat + Diare persisten + ISPA+ Demam tifoid
Prognosis
● Quo Ad vitam: dubia ad bonam
● Quo Ad functionam: dubia ad bonam
● Quo Ad sanactionam: dubia et bonam
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
MORBILI
DEFENISI
Morbili atau Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang
umumnya menyerang anak.
ETIOLOGI
● Morbili merupakan penyakit eksantema akut, Eksantema merupakan erupsi kulit
makulopapular eritem yang timbul sebagai tanda infeksi akut mikroorganisme. Morbili
disebabkan virus RNA, genus morbilivirus, famili paramyxoviridae.
Epidemiologi
● Campak adalah endemik pada sebagian besar dunia. Dahulu. Epidemi cenderung terjadi
secara irregular, tampak pada musim semi di kota-kota besar dengan interval 2 sampai 4 tahun
ketika kelompok anak terpajan. Campak sangat menular, sekitar 90% kontak keluarga yang
rentan mendapat penyakit. Campak jarang subklinis. Sebelum penggunaan vaksin campak,
puncak insiden berada pada umur 5-10 tahun. Sekarang di Amerika Serikat, campak terjadi
paling sering pada anak umur sekolah yang belum diimunisasi dan pada remaja dan orang
dewasa muda yang telah diimunisasi.
Transmisi
● Faktor Host adalah umur, jenis kelamin, status imunisasi dan status gizi.
● Faktor Agent adalah suatu substansi yang keberadaannya mempengaruhi perjalanan penyakit.
● Faktor Environtment adalah lingkungan fisik dan lingkungan biologis.5 Campak ditularkan
melalui udara yang terkontaminasi droplet dari hidung, mulut, atau tenggorokan orang yang
terinfeksi
Imunisasi
Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated) berupa
serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial. Setiap dosis vaksin MR
mengandung:
● 1000 CCID50 virus campak
● 1000 CCID50 virus rubella
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium:
● Stadium prodromal berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang diikuti dengan
batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda
patognomonik timbulnya enantema mukosa pii di depan molar tiga disebut bercak
Koplik.
● Stadium erupsi ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang bertahan
selama5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut dibelakang telinga,
kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstremitas.
● Stadium penyembuhan (kovalesens) setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang
sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan
menghilang setelah 1-2 minggu.
Pemeriksaan Penunjang
● Pemeriksaan darah tepi berupa jumlah leukosit normal atau meningkat apabila
ada komplikasi infeksi bakteri.
● Pemeriksaan untuk komplikasi
Prognosis
Prognosis umumnya baik pada individu yang imunokompeten
DIARE AKUT
Definisi
● Diare akut adalah buang air besar lebih dari dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu
Epidemiologi
Pada tahun 2020 cakupan pelayanan penderita diare pada semua umur sebesar 44,4% dan pada balita sebesar 28,9% dari sasaran yang ditetapkan.
Disparitas antar provinsi untuk cakupan pelayanan penderita diare semua umur adalah antara 4,9% (Sulawesi Utara) dan Nusa Tenggara Barat (78,3%).
Etiologi
● Infeksi (kuman-kuman penyakit) sesperti bakteri, virus dan parasite. Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui makanan atau minuman yang
tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita (feses oral), Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus terutama Rotavirus.
● Penurunan daya tahan tubuh
Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun (atau lebih). Di dalam ASi terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi dari kuman penyaki
Kurang gizi atau malnutrisi terutama anak yang kurang gizi buruk akan mudah terkena diare
Imunodefesiensi atau imunosupresi, terinfeksi oleh virus (seperti campak, AIDS)Segera proporsional, balita lebih sering terkena diare 55%.
● Faktor lingkungan dan perilaku yang merupakan faktor utama dari kontaminasi air atau tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat
Strategi Pengendalian
● Lintas Diare terdiri dari:
○ Zinc, Mengurangi parahnya diare, mengurangi durasi dan mencegah berulangnya diare 2 sampai 3
bulan ke depan
○ Makan, teruskan pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan, berikan ASI dan MP ASI
Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan Apabila di dapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau
tambahan lebih tanda tambahan
Ubun-ubun besar tidak cekung,mata tidak cekung, air mata ada, Keadaan umum gelisah atau cengeng Keadaan umum lemah, letargi atau koma
mukosa mulut dan bibir basah
Turgor abdomen baik, bising usus normal Ubun-ubun besar sedikit cfekung, mata sedikit cekung, air mata Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering ada, mukosa mulut dan bibir sangat kerng
Akral hangat Tugor kurang dan akral hangat Tugor sangat kurang dan akral dingin
○ BB 3-10kg: 200ml/kgbb/hari
○ BB 10-15kg: 175ml/kgbb/hari
○ <12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya
○ >12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1/2 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya
○ Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan 5
mL/kgBB selama proses rehidrasi
Zink diberikan 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis
● Umur di bawah 6 bulan: 10 mg per hari
● Umur di atas 6bulan: 20mg per hari
Nutrisi, anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6x sehari), rendah serat,
buah buahan diberikan berupa pisang
Edukasi:
○ Imunisasi campak
○ Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang
sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP)
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari
genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-
lain
Patogenesis
● Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) atas pada umumnya disebabkan oleh polimikrobial.
● Transmisi patogen penyebab ISPA dapat melalui beberapa cara diantaranya aerosol, droplet, dan kontak
langsung dengan patogen.
● Patogen ini akan menghadapi pertahanan fisik dan mekanik yang dimiliki oleh host diantaranya rambut hidung,
mukosa, dan silia. Apabila patogen tersebut dapat lolos, maka akan menghadapi sistem imun yang dihasilkan
oleh adenoid dan tonsil. Flora normal nasofaring yang terdiri dari Staphylococcus dan Streptococcus juga
berperan dalam melawan patogen.
● Untuk menghadapi pertahanan host, patogen memiliki berbagai mekanisme untuk melindungi diri dari
fagositosis diantaranya memproduksi racun, protease, dan menghasilkan kapsul.
● Masa inkubasi antara satu patogen dengan patogen yang lainnya berbeda. Rhinovirus dan Streptococcus grup A
memiliki masa inkubasi 1 – 5 hari, Influenza dan Parainfluenza 1 – 4 hari, dan Respiratory Syncytial Virus 1
minggu. Masa inkubasi mempengaruhi kapan munculnya gejala pada ISPA.
● Gejala ISPA yang muncul seperti eritema, edema, sekresi mukus, dan demam merupakan hasil dari kerja sistem
imun host yang melawan patogen dan dari toxic yang dihasilkan patogen.20
Manifestasi Klinis
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) diawali dengan panas disertai salah satu
atau lebih gejala, tenggorokan terasa sakit atau nyeri saat menelan, pilek, batuk
kering atau berdahak.
■ Menganjurkan ibu untuk melakukan kontrol setelah 2 hari atau lebih cepat apabila keadaan anak semakin
memburuk.
Penatalaksanaan
● Penatalaksanaan pada pasien ini berupa tatalaksana suportif, simtomatik dan antibiotik. Tatalaksana
yang diberikan berupa bedrest, hidrasi yang adekuat, pemberian obat simtomatik seperti antipiretik, antihistamin,
mucolitik, mucoliary clearence, bronkodilator dan antibiotik.
Kebutuhan cairan (BB 13 Kg )
● Cairan maintenance = 1000 + ((BB-10) x 50) = 1150 cc/hari
● Tetesan infus = 1150 : (24 x 3) = 16 gtt/I makro
Cefotaxime (Sediaan vial 1 gr)
● Dosis 50-100 mg/Kgbb/hari (2-4x/hari)
● = 13 Kg x 50-100mg = 650 – 1300 mg/hari
Paracetamol (Sediaan drip 1gr/100 ml)
● Dosis 10-15 mg/Kgbb/hari (dapat diulang setelah 4-6jam, maksima 4 dosis/24jam)
● = 13 Kg x 10-15mg = 130 – 195 mg/hari
Ranitidin (Sediaan amp 50mg/2 ml)
● Dosis 2-4 mg/Kgbb/hari (2-3x sehari)
● = 13 Kg x 2-4mg = 26 – 56 mg/hari
Ambroxol syr
● Dosis 7,5 – 15 mg 2-3x pemberian
● = 3 x ½ cth
Cetrizine syr
● Dosis 2-6 tahun sendok takar (5ml) 1x per hari
● = 1 x 1cth
Zinc syr
● Dosis >6 bulan= 20mg/hari (diberikan 10 hari) sendok takar (5ml)
● = 1 x 1cth
Cefadroxil syr
● Sedian syr 250mg/5ml, 25 mg/kgBB/hari (2x sehari)
● = 2 x 1cth
Paracetamol syr
● Sedian syr 120mg/5ml, dosis 10-15 mg/Kgbb/hari (dapat diulang setelah 4-6jam, maksima 4 dosis/24jam)
● = 3 x 1cth
TERIMAKASIH