Anda di halaman 1dari 10

Kesenian Ronggeng Group Senandung…

KESENIAN RONGGENG GROUP SENANDUNG RINDU DI KECAMATAN


GUNUANG TULEH KABUPATEN PASAMAN BARAT

Delmalia

Guru SMA Negeri 1 Gunung Tuleh, Pasaman Barat


Email: delmalia@yahoo.co.id

Abstract
The purpose of the research is to reveal and explain about the matters of
Ronggeng performance as a traditional art in Muaro Kiawai village. As a traditional
art, Ronggeng now is in endangered due to the declining number of its presentations.
This study is qualitative, where data is collected by observation, interviews, and
documentation. The research informants were the actors who are involved in Ronggeng
art, the ethnic group elites, and the society. The research instruments were the
researcher, helped by recording instrument. The data was analyzed using Miles and
Huberman model. The study finds that Ronggeng is formed by two type arts; dance and
music. Ronggeng is marginalized by the society, because it does not adapt with the
current changes and civilization. Therefore, most Ronggeng artists establish Senandung
Rindu group in an effort to save Ronggeng from extinction. In the end, the effort
contributes to the preservation and sustainability of the existence and activities of
Ronggeng in Muaro Kiawai.
Keywords : Ronggeng performance, Muaro Kiawai Village, Senandung Rindu Group

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan tentang
permasalahan kesenian Ronggeng sebagai seni tradisional masyarakat nagari Muaro
Kiawai. Sebagai seni tradisi saat ini kesenian Ronggeng terancam punah, karena
aktivitasnya yang telah semakin menurun. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Informan penelitian adalah para aktor yang terlibat
dalam kesenian Ronggeng, para elit adat dan masyarakat terkait. Instrumen penelitian
adalah peneliti sendiri, untuk kelengkapan dibantu oleh alat pencatat, perekam. Data
dianalisis dengan merujuk model Miles dan Huberman.Temuan penelitian, membuktikan
bahwa bentuk dari kesenian Ronggeng adalah percampuran dua jenis kesenian yaitu
seni tari dan seni musik.Kesenian Ronggeng dimarginalkan oleh masyarakat pemiliknya
sendiri, karena saat ini dirasa tidak sejalan dengan arus perubahan dan peradaban
masyarakat sekarang. Menyikapi hal tersebut di atas, muncul keinginan sebagian
seniman Ronggeng, untuk menyelamatkan kesenian Ronggeng dari kepunahan, melalui
group Senandung Rindu. Pada gilirannya, hasil dari upaya pembudayaan tersebut
berdampak pada pelestarian atau kebertahanan dan keberlanjutan keberadaan dan
aktivitas kesenian Ronggeng saat ini di Muaro Kiawai.
Kata kunci: Kesenian Ronggeng, Kanagarian Muaro Kiawai, Grup Senandung Rindu

128
Vol. XIV No.2 Th. 2015

Pendahuluan bernyanyi”.
Kanagarian Muaro Kiawai yang terletak Sebagaimana Indrayuda (2013: 53)
di Kecamatan Gunuang Tuleh Kabupaten mengatakan bahwa seni pertunjukan adalah
Pasaman Barat memiliki berbagai kesenian karya seni yang dipertunjukan baik di atas
tradisional, yang menjadi warisan budaya panggung, maupun di lantai, dalam ruangan
masyarakat setempat. Di antara kesenian tertutup dan terbuka. Karya seni tersebut
tersebut ada seni musik dan seni tari bahkan bersifat hidup dan bergerak, ada pelaku atau
juga ada seni pertunjukan yang menggabungkan pemain dan ada penonton. Karya seni
antara tari dan musik. Keberadaan kesenian pertunjukan dapat berinteraksi dengan
tersebut mengalami pasang surut, seiring penonton, dan tidak bersifat monumental, ia
dengan perubahan yang terjadi dalam dapat bergerak tergantung situasi dan kondisi
lingkungan masyarakat pendukungnya. panggungnya. Artinya panggung menentukan
Sebagaimana dengan kesenian tradisional gambaran dari seni pertunjukan tersebut.
lainnya, menurut Sedyawati (1984) bahwa Merujuk pernyataan Koentjaraningrat
kesenian tradisional merupakan warisan budaya (1985:263), bahwa corak khas dari suatu
masyarakat pendukungnya, yang diwarisi dari kebudayaan seperti kesenian, disebabkan ada
nenek moyang mereka, dan terus berlanjut pada sesuatu bentuk fisik dan ekspresi yang khusus
generasi berikutnya. Seiring dengan itu, yang tidak dimiliki oleh kesenian lain, yang
Indrayuda (2009:90) mengatakan, bahwa hanya dimiliki oleh kesenian itu saja.Karena
kesenian tradisional yang dimiliki oleh dalam kesenian tersebut sebut saja Ronggeng
masyarakat pendukungnya secara komunal terdapat berbagai saluran-saluran kebutuhan
merupakan identitas kultural bagi masyarakat emosi dan pemikiran bagi masyarakatnya
tersebut. sendiri.Ataupun kesenian tersebut memiliki
Sebagai identitas kultural, kesenian makna dan ungkapan yang mampu menerima
Ronggeng telah dikenal cukup lama oleh penyaluran emosi masyarakat pendukungnya.
masyarakat Muaro Kiawai kecamatan Gunuang Sebab itu, kesenian tersebut menjadi milik dan
Tuleh sebagai seni tradisi mereka. Bahkan identitas budaya masyarakat pendukungnya
masyarakat Pasaman Barat atau sebagian diluar secara kolektif.
Pasaman Barat telah mengetahui dan mengakui Berdasarkan grand tour atau observasi
bahwa kesenian Ronggeng adalah kesenian awal peneliti, ditemukan berbagai permasalah
masyarakat Muaro Kiawai Gunuang dalam pertumbuhan dan perkembangan
Tuleh.Sebab itu, kesenian tersebut mereka kesenian Ronggeng di Muaro Kiawai saat ini.
gunakan dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat Peneliti mengamati ada empat aspek
adat, sosial dan budaya yang secara tradisi permasalahan dalam kesenian Ronggeng saat
mereka biasakan dalam kehidupan mereka. ini di Muaro Kiawai. Keempat aspek tersebut
Kebiasaan tersebut telah mereka lakukan secara adalah (1) ditemukan telah menurunnya
terus menerus dari dulu sampai saat ini. perhatian dan kepedulian masyarakat, (2)
Meskipun begitu, dalam perkemba-ngannya jarangnya aktivitas pertunjukan, (3)
kesenian Ronggeng mengalami dinamika menurunnya perhatian pemerintah, (4)
perubahan. kurangnya minat generasi muda terhadap
Kesenian Ronggeng digolongkan sebagai kesenian Ronggeng.
seni pertunjukan rakyat yangmengemas Merujuk pada hasil permasalahan
tontonannya yang berasal dari rakyat untuk tersebut, ternyata saat ini banyak masyarakat
rakyat. Ronggeng berarti adalah bernyanyi dan yang kurang peduli dengan keberadaan
menari. Menurut Akrita (wawancara, 17 Juli kesenian Ronggeng. Berbanding masa sepuluh
2014) bahwa “Ronggeng tidak dapat dipisahkan tahun lalu, terlihat masyarakat masih banyak
dengan menari dan bernyanyi, sebab itu yang peduli dengan keberadaan kesenian
masyarakat Pasaman Barat khususnya daerah Ronggeng.Hal ini dapat dibuktikan dengan
Muaro Kiawai Gunuang Tuleh menyebutnya ramainya masyarakat menonton pertunjukan
juga dengan Baronggeng, yaitu menari sambil Ronggeng, dan banyaknya masyarakat

129
Kesenian Ronggeng Group Senandung ...

menggunakan Ronggeng dalam acara-acara berdampak pada eksistensi budaya dalam arti
yang mereka gelar, baik bersifat adat atau kesenian tradisi.
bersifat pribadi. Saat ini, kondisi seperti itu Menyambung pembicaraan tentang
telah jauh berkurang. Masyarakat jarang permasalahan perhatian pemerintah dan
mengunjungi pertunjukan Ronggeng, dan masyarakat, generasi muda yang menjadi
masyarakat juga jarang menggunakan kesenian tumpuan harapan pewaris, ternyata belum
Ronggeng dalam berbagai kegiatan adat seperti banyak yang mengenal kesenian Ronggeng di
acara kenduri perkawinan, Batagak Kudo-kudo Muaro Kiawai. Sebab itu, dapat disimpulkan
rumah, pengangkatan Wali Nagari, maupun generasi muda Muaro Kiawai saat ini kurang
memeriahkan hari besar Islam dan hari berminat terhadap kesenian Ronggeng.
kemerdekaan Republik Indonesia. Meskipun sebagian dari generasi muda ada
Permasalahan kesenian Ronggeng yang mengenal dari bacaan dan penuturan
semakin lengkap, karena pemerintah yang orang tua mereka, akan tetapi mereka ada yang
diharapkan sebagai wadah tempat bersandar belum pernah menyaksikan pertunjukan
dalam menumbuh kembangkan kesenian Ronggeng tersebut.
tradisional di Pasaman Barat, dalam lima tahun Menurut Koentjaraningrat (1985:180),
terakhir telah menurun perhatiannya. bahwa kebudayaan dapat diturunkan melalui
Sebagaimana pernyataan Syaiful Am jalan belajar. Artinya belajar adalah media
(wawancara, 27 Agustus 2014) menjelaskan: untuk melaksanakan dan mewariskan
“Biasanya kesenian Ronggeng menjadi kebudayaan tersebut. Dengan jalan belajar
perhatian yang serius bagi pemerintah. kebudayaan tersebut dapat diteruskan dari
Karena pemerintah sadar bahwa generasi ke generasi berikutnya. Memaknai
kesenian Ronggeng merupakan sebuah pendapat Koentjaraningrat tersebut, berarti
identitas budaya Pasaman Barat yang belajarlah jalan untuk meneruskan dan
tidak dimiliki oleh daerah Kabupaten dan melestarikan kebudayaan tersebut. Akan tetapi
kota lainnya di Sumatera Barat, seperti apabila generasi muda Muaro Kiawai tidak mau
halnya Tabuik dan Indang Bagi belajar dapat disimpulkan keberadaan kesenian
Pariaman. Sebab itu, pemerintah Ronggeng suatu masa akan musnah. Inilah
Pasamanmelalui Dinas Budaya dan permasalahan lain dari kesenian Ronggeng saat
Pariwisata (DISBUDPAR) lima tahun ini.
belakang berusaha menggalakkan Melihat kenyataan lain dari permasalahan
kesenian Ronggeng melalui berbagai kesenian Ronggeng, ternyata dalam ketidak
festival.” pedulian tersebut masih ada saja yang masih
peduli dengan kesenian tersebut. Berdasarkan
Setelah lima atau enam tahun berlalu pengamatan awal peneliti ada sebuah kelompok
terlihat perhatian pemerintah telah tidak seni pertunjukan atau tepatnya grup Ronggeng
nampak lagi. Telah lebih kurang enam atau lima Senandung Rindu yang masih peduli dengan
tahun ini tidak ada lagi festival kesenian kesenian Ronggeng.Karena telah banyak unsur
Ronggeng yang dilaksanakan oleh pemerintah masyarakat dan pemerintah bahkan sanggar
kabupaten atau kecamatan. Hal hasil seni yang lain di Gunuang Tuleh, kurang peduli
keberadaan dan pertumbuhan kesenian dengan kesenian Ronggeng ini. Akan tetapi
Ronggeng semakin menepi dari kehidupan group Ronggeng ini telah mencoba lebih
masyarakat Muaro Kiawai khususnya dan kurang lima belas tahun ini, dengan giat
kecamatan Gunuang Tuleh pada umumnya. menggalakkan pembudayaan kesenian
Sebagaimana menurut Koentjaraningrat Ronggeng di grup kesenian tersebut. Meskipun
(1985:219), bahwa permasalahan pergeseran peminatnya banyak generasi baya dan tua.
pada kebudayaan salah satu penyebabnya Namun group Ronggeng ini terus bergerak dan
adalah perubahan sosial. Perubahan sosial yang beraktivitas dalam pembudayaannya.
terjadi dalam suatu masyarakat telah Merujuk pada realitas di atas, muncul
mempengaruhi sistem sosial, sistem sosial pertanyaan dari peniliti, motivasi apa yang

130
Vol. XIV No.2 Th. 2015

membuat pengelola group Ronggeng tersebut Hasil dan Pembahasan


mau untuk menggalakan pembudayaan Masyarakat Pendukung Kesenian Ronggeng
Ronggeng? Sementara di sekelilingnya banyak Masyarakat penduduk nagari Muaro
yang telah meminggirkan kesenian tersebut atau Kiawai saat ini adalah masyarakat multi etnik,
telah menurun kepeduliannya, Sebab itu, artinya nagari Muaro Kiawai didiami
peneliti telah melakukan penelitian tentang olehmasyarakat yang heterogen dari suku
kesenian Ronggeng dan pembudayaan yang bangsa. Sebagian besar dari masyarakat Muaro
dilakukan oleh group Ronggeng Senandung Kiawai adalah suku Minangkabau, kemudian
Rindu tersebut di Muaro Kiawai kecamatan adalah suku Tapanuli, sebagian minoritas
Gunuang Tuleh. adalah suku Jawa. Kesemua suku ini saling
berintegrasi dan berinteraksi dalam satu
Metode Penelitian kesatuan masyarakat Muaro Kiawai. Saat ini
Penelitian ini merupakan penelitian masyarakat Muaro Kiawai adalah masyarakat
dengan jenis kualitatif dan menggunakan majemuk, dan berbudaya majemuk.
metode deskriptif. Metode penelitian kualitatif Masyarakat Muaro Kiawai baik yang
memiliki karakteristik paradigma naturalistik, merupakan masyarakat pribumi atau
yang relevan dengan objek penelitian yaitu masyarakat asli nagari Muaro Kiawai maupun
mengetahui Bentuk tari Ronggeng dan bentuk masyarakat pendatang, masih berpegang teguh
pelestariannya. pada adat istiadat mereka masing-masing,
Penelitian ini dilakukan di Kanagarian namun sebagai masyarakat mayoritas suku
Muaro Kiawai Kecamatan Gunuang Tuleh Minangkabau dan suku Tapanuli hidup
Kabupaten Pasaman Barat.Teknik pengum- berdampingan tanpa ada mempersoalkan adat
pulan data yang digunakan dalam penelitian ini, mana yang lebih baik dari adat yang lain. Pada
yakni menggunakan teknik wawancara, teknik gilirannya di Muaro Kiawai terdapat tiga bahasa
observasi atau pengamatan, dan dokumentasi yang digunakan oleh masyarakatnya. Menurut
serta studi kepustakaan. Wawancara dilakukan Syaiful Am (wawancara, 24 Februari 2015),
dengan pelaku kesenian Ronggeng serta mengatakan:
pengelola group Ronggeng yang membu- “Dampak dari multi etnik menyebabkan
dayakan kesenian tersebut.Wawancara juga timbulnya beragam bahasa dan budaya
dapat dilakukan dengan kepala Dinas dan yang ada di Muaro Kiawai, sehingga
mantan kepala Dinas Budaya dan Pariwisata dominasi bahasa Minangkabau ataupun
Kabupaten Pasaman Barat.Selain aktor tersebut bahasa Tapanuli tidak terlalu tampak,
adapun wawancara juga dapat dilakukan hal yang membuat terjalinnya
dengan masyarakat yang berada di sekitar group komunikasi di antara warga masyarakat
Ronggeng Senandung Rindu dan masyarakat adalah antara masyarakat Tapanuli dan
yang diduga pernah menjadi pengguna kesenian Minangkabau sanggup berbahasa dalam
Ronggeng tersebut.Selain itu, para niniak dua bahasa, kecuali masyarakat Muaro
mamak dan penghulu serta wali nagari juga Kiawai keturunan Jawa.”
menjadi sasaran yang dituju dalam wawancara
ini. Walaupun nagari Muaro Kiawai adalah
Data yang tersedia dalam sumber data tanah Minangkabau, namun saat ini lebih
dan analisis dengan teknik analisis data kurang tujuh puluh delapan tahun yang lalu,
menggunakan metode pendekatan kualitatif. bermigrasi suku Jawa ke daerah nagari Muaro
Pengelolaan data sejalan dengan pengumpulan Kiawai. Dan selain suku Jawa juga bermigrasi
data dengan mengunakan model analisis suku Melayu Deli. Semenjak zaman Jepang
interaktif, yang dikemukakan oleh Miles dan tahun 1942 banyak pekerja perkebunan dari
Huberman (dalam Sugiyono, 2005), Dalam Sumatera Utara, baik dari suku Melayu,
analisis ini ada tiga komponen yang berkaitan Tapanuli dan campuran Melayu Jawa, ataupun
(1) reduksi data (2) sajian data (3) penarikan Jawa berkerja di kawasan Pasaman atau
simpulan. tepatnya di kawasan Gunuang Tuleh. Semenjak

131
Kesenian Ronggeng Group Senandung ...

itu berkembang penduduk Muaro Kiawai Batahan ini masyarakat pekerja paksa yang
menjadi masyarakat heterogen. Para masyarakat dibawa oleh Jepang tersebut bermukim lebih
campuran ini sampai saat ini menjadi anggota kurang beberapa tahun kemudian dia menyebar
masyarakat Muaro Kiawai. ke Batang Saman yaitu kawasan Pasaman Barat
Seiring dengan masuknya masyarakat sekarang. Akan tetapi, sebagian lagi suku
pendatang dari Sumatera Utara pada tahun 1942 Melayu campuran atau suku Jawa campuran
maka, berkembang pula kebudayaan di Muaro tersebut masih bermukim di kawasan Ranah
Kiawai. Baik kebudayaan dalam sistem bahasa, Batahan, sampai kemerdekaan Indonesia tahun
teknologi, pengetahuan dan kesenian ataupun 1945. Dengan masuknya suku pendatang
mata pencarian. Salah satu yang menjadi tersebut maka masuk pula budaya yang mereka
sarana pemersatu masyarakat Muaro Kiawai bawa dari daerah asalnya ke Pasaman, yaitu
dari awal kemerdekaan sampai saat ini adalah kesenian Ronggeng.
kesenian. Kesenian yang menjadi pemersatu Beberapa tahun setelah suku pendatang
tersebut adalah kesenian yang datang dari dari Deli ini bermukim di Ranah Batahan
kawasan Sumatera Utara, yang pada sebagian ada yang menyebar ke Gunuang Tuleh
pendudukan Jepang dibawa oleh kuli kebun ke dan ada pula ke daerah lain. Selain itu, juga
Pasaman dan terus ke nagari Muaro Kiawai. telah terjadi percampuran antar suku akibat
Kesenian tersebut secara budaya adalah perkawinan dan kekerabatan diantara suku yang
kesenian yang tumbuh dan berkembang datang dari Deli Sumatera Utara ini dengan
sebelumnya pada masyarakat Melayu di suku tempatan atau lokal. Maka keberadaan
Sumatera Utara atau masyarakat Perkebunan. kesenian Ronggeng semakin menyebar di
Seiring dengan perpindahan masyarakat Pasaman ketika awal kemerdekaan tersebut.
perkebunan yang merupakan keturunan suku Menurut Ramli (wawancara, 17 Februari
Jawa dan Melayu ke Pasaman, maka kesenian 2015), bahwa “setelah pendudukan Jepang
tradisi mereka mereka bawa ke Pasaman. berakhir di Sumatera atau Sumatera Barat,
Kesenian tersebut lebih dikenal dengan tepatnya di Pasaman maka kesenian Ronggeng
kesenian Ronggeng. semakin berkembang dalam komunitas
pendatang (suku Jawa atau Melayu dan
Sejarah Keberadaan Kesenian Ronggeng di campuran keduanya) di Pasaman”. Karena
Muaro Kiawai Kecamatan Gunuang Tuleh mereka tidak kembali lagi ke kampung
Kesenian Ronggeng mulai ada di halamannya, maka mereka menjadikan
kawasan nagari Muaro Kiawai adalah semenjak kesenian Ronggeng ini sebagai jembatan tali
penjajahan Jepang di Sumatera khususnya di silaturahim antara sesama perantau di Pasaman.
Sumatera Barat. Seperti di kawasan kabupaten Masa ini kesenian Ronggeng belum menjadi
Pasaman atau keresidenan Pasaman, Jepang kesenian rakyat Pasaman, akan tetapi masih
mengikutsertakan orang-orang Jawa perke- menjadi kesenian masyarakat minoritas di
bunan yang ada di kawasan Deli dan sekitarnya. Pasaman.
Ketika Jepang mulai menjajah beberapa Menurut Dalih (wawancara, 19 Februari
kawasan residen atau provinsi di Sumatera, 2015), “para niniak mamak dan pangulu
mereka mengikut sertakan para pekerja dari (penghulu) di Pasaman ketika awal tahun 1950-
satu daerah ke daerah lain seperti orang Jawa an tidak melarang keberadaan kesenian
Deli atau percampuran Melayu dengan Jawa ke Ronggeng tersebut dimainkan, asal mereka
Sumatera Tengah tepatnya salah satu adalah ke memainkan dalam kegiatan komunitas mereka
Pasaman (baik Pasaman Barat dan Timur). sendiri”. Semakin tahun kesenian Ronggeng
Menurut Bolak (wawancara, 17 Januari semakin diketahui keberadaannya oleh
2015), “pertama sekali Ronggeng masuk ke masyarakat dan pemerintah kabupaten dan
kawasan Pasaman adalah sekitar tahun 1942 kecamatan di dalam wilayah kabupaten
akhir, mula-mula masuk ke perbatasan Pasaman Pasaman waktu itu. Akan tetapi, pada tahun
Barat dengan Sumatera Utara sekarang, yaitu di 1950-an ini kesenian Ronggeng tetap saja
sekitar Ranah Batahan”. Di kawasan Ranah identik dengan suku Melayu Jawa yang datang

132
Vol. XIV No.2 Th. 2015

ke Pasaman waktu pendudukan Jepang di yang ada di Deli Serdang Sumatera Utara.
Pasaman waktu itu.
Sekitar awal tahun 1960-an kesenian Perkembangan dan Keberadaan Kesenian
Ronggeng telah dipersilahkan oleh para pemuka Ronggeng di Muaro Kiawai.
masyarakat Pasaman seperti di Ranah Batahan Menurut Akrita (wawancara, 21 januari
dan Gunuang Tuleh untuk ditampilkan di depan 2015), menyatakan bahwa:
masyarakat umum. Seiring dengan itu, “Perkembangan kesenian Ronggeng ada
perkawinan silangpun terjadi antara suku lima fase perkembangan yang terjadi
pendatang dengan suku asli atau Pasaman, dalam kesenian Ronggeng, kelima fase
sehingga para pelaku Ronggeng adalah generasi tersebut atau periodesasi perkembangan
penduduk Pasaman yang baru. Oleh sebab itu, tersebut yaitu: (1) periode pendudukan
berdasarkan kesepakatan para pemuka Jepang; (2) periode awal kemerdekaan
masyarakat dan niniak mamak serta budayawan (1945-1960); (3) periode setelah G 30 S
yang ada di Pasaman, maka terjadi adopsi PKI; (4) periode orde baru sampai akhir
bahasa dalam syair-syair lagu Ronggeng. tahun 1990-an; (5) periodesasi 2000-an
Artinya lagu Ronggeng Pasaman tidak lagi sampai saat ini.”
menggunakan bahasa Melayu atau Indonesia, Setiap periode tersebut kesenian
akan tetapi dalam syair lagu kesenian Ronggeng Ronggeng mengalami berbagai hal
telah menggunakan bahasa Minangkabau. perkembangan baik dari bentuk (wujud),
Kesenian Ronggeng dibawa oleh struktur pertunjukan, tata cara pertunjukan,
Ramunak dan Aliatun ketika era Kemerdekaan kegunaan, fungsi, dan etika pertunjukan. Selain
ke Gunuang Tuleh dari Ranah Batahan.Di itu juga terjadinya perkembangan terhadap
Gunuang Tuleh kesenian Ronggeng terus masyarakat pendukung, dan kepemilikan
berkembang, dan salah satu perkembangannya kesenian Ronggeng tersebut.
adalah masalah bahasa dan gerak tarinya Kesenian Ronggeng mengalami fase
menyesuaikan dengan budaya Minangkabau, perkembangan disebabkan oleh kondisi sosial
serta tatakrama pertunjukannya, yang lebih budaya masyarakat yang melingkupi
sopan sesuai dengan adat budaya masyarakat keberadaan kesenian tersebut. Keterkaitan
lokal (tempatan). Ronggeng dengan kehidupan masyarakat
Kesenian Ronggeng mulai tumbuh dan pribumi atau masyarakat asli Muaro Kiawai
berkembang secara merakyat di kanagarian sangat berpengaruh terhadap perkembangan
Muaro Kiawai adalah pada awal tahun 1970-an, kesenian Ronggeng. Selain itu, kondisi sosial
akan tetapi keberadaannya masih didominasi dari komunitas yang membawa kesenian
oleh anggota masyarakat dari keturunan Ronggeng ke Pasaman dari Sumatera Utara
campuran Melayu-Jawa dan Minang. Setelah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
akhir tahun 1970-an baru kesenian Ronggeng perkembangan kesenian Ronggeng tersebut.
telah berkembang dan dimainkan secara Seperti ungkapan Tarjudin, Bolak dan
bersama-sama oleh masyarakat nagari Muaro Bugin (wawancara, 23 Februari 2015), bahwa
Kiawai, baik oleh masyarakat yang berasal dari “akibat berubahnya sistem sosial masyarakat
keturunan maupun masyarakat keturuan asli pendatang dari Sumatera Utara yang membawa
Muaro Kiawai sampai pada saat ini. kesenian Ronggeng ke Pasaman, berpengaruh
Kesenian Ronggeng yang tumbuh dan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
berkembang dari tahun 1970-an di Muaro kesenian Ronggeng untuk tahap selanjutnya di
Kiawai sampai saat ini, adalah kesenian Pasaman”. Perubahan sosial budaya tersebut
Ronggeng yang telah beradaptasi dengan seperti perubahan pada sistem interaksi dan
budaya lokal, sehingga dari segi bahasa dan integrasi, adat-istiadat, dan adanya perkawinan
gerak tari telah menyesuaikan sebagian dengan campuran, berdampak pada pertumbuhan dan
budaya Minangkabau. Sebab itu, saat ini kita perkembangan kesenian Ronggeng di Muaro
menjumpai syair-syair dari lagu Ronggeng Kiawai.
Pasaman tidak sama dengan bahasa Ronggeng Pada fase pertama kedatangan perantau

133
Kesenian Ronggeng Group Senandung ...

yang merupakan adalah pekerja perkebunan di digunakan untuk berbagai kegiatan sosial dan
Pasaman, kedatangan mereka dibawa oleh budaya yang dimiliki oleh masyarakat perantau
penjajah Jepang ke Pasaman. Menurut Zulkifli dari Sumatera Utara tersebut, seperti untuk
(wawancara, 21 Januari 2015) bahwa “pada memeriahkan hari Raya Idul Fitri dan Idul
fase ini keberadaan kesenian Ronggeng hanya Adha, acara arisan paguyuban dan acara pesta
dipertunjukan dalam lingkup yang sangat perkawinan.
terbatas”. Para pelaku kesenian Ronggeng Menurut Zulkifli (wawancara, 20 Januari
adalah para pekerja dan sebagian dari keluarga 2015), “pada fase tahun 1945-1960-an sebelum
para pekerja tersebut. G 30 S PKI bergejolak, kesenian Ronggeng
Setelah pendudukan Jepang berakhir di sangat tertutup hanya bagi kalangan komunitas
Indonesia atau Sumatera Tengah, keberadaan Melayu Jawa (Melayu dan Jawa, serta
kesenian Ronggeng tidak lagi dikelola oleh campuran Melayu dengan Jawa) saja”. Selain
penjajahan Jepang akan tetapi memang itu, perilaku pemain dan peran wanita yang
merupakan warisan budaya yang mereka bawa dimainkan oleh pemain wanita yang dianggap
dari kampung halaman mereka dari Sumatera sebagai primadona betul-betul memerankan
Utara. peranannya seperti apa yang dipanggilkan atau
Seperti pernyataan Bugin, Melda, Epi disebutkan kepadanya yaitu primadona. Sebab
(wawancara, 23 Januari 2015), menyatakan itu, sang wanita tersebut betul-betul
bahwa: memerankan kelebihannya ataupun kecantikan,
“Kesenian Ronggeng sejak ditinggal oleh suara, bentuk tubuh dan gerakannya serta
pendudukan Jepang di Pasaman atau ekspresi yang menggoda kaum adam. Hal ini,
Sumatera Tengah, maka keberadaan saat itu belum sesuai dengan norma budaya
kesenian Ronggeng sepenuhnya diurus lokal yaitu Minangkabau. Karena dalam
dan digunakan oleh komunitas pemilik pertunjukan kesenian Ronggeng pada fase ini
kesenian tersebut yaitu penduduk Muaro belum tersentuh dengan adat serta budaya
Kiawai yang bermigrasi dari Sumatera Minangkabau.
Utara, yaitu suku Melayu, Jawa atau Memasuki fase setelah G 30 S PKI
Melayu Jawa. Kemudian penduduk bergejolak, para buruh yang telah menetap di
pendatang ini hidup mengelompok Muaro Kiawai membuka diri dengan
dengan sistem sosial yang baru yang masyarakat tempatan, mengenai keberadaan
berbeda dari sistem sosial kampung kesenian Ronggeng tersebut. Hal ini disebabkan
halaman mereka sebelumnya.Setelah juga karena telah terjadi perkawinan silang
terbentuk struktur sosial dan sistem antara masyarakat pendatang tersebut dengan
sosial mereka, mereka tetap anggota masyarakat asli Muaro Kiawai.
membudayakan kesenian Ronggeng Sebagaimana penjelasan Idar dan Melda
dalam kehidupan mereka.” (wawancara 20 Januari 2015), bahwa “setelah
adanya pembauran antara suku Melayu Jawa
Fase perkembangan yang terjadi pada dan Minangkabau di Muaro Kiawai, maka
saat awal kemerdekaan (1945-1960-an) tersebut kesenian Ronggeng telah ditampilkan untuk
merupakan fase awal pertumbuhan kesenian seluruh masyarakat”. Meskipun pada tahap
Ronggeng yang tumbuh oleh masyarakat awal dalam fase ketiga ini seluruh pemain atau
perantau untuk masyarakat perantau tersebut pelaku kesenian Ronggeng masih berasal dari
secara bebas menggunakannya.setelah komunitas Melayu Jawa, akan tetapi kesenian
pendudukan Jepang berakhir maka masyarakat tersebut telah dinikmati oleh suku
pendatang di Muaro Kiawai yang hidup Minangkabau.
berkelompok pada suatu tempat, Setelah mendekati akhir 1960-an,
mengembangkan dan membudayakan kesenian menurut Bugin (wawancara, 20 Januari 2015),
Ronggeng dengan bebas sesuai dengan “kesenian Ronggeng telah dipelajari oleh
kehidupan sosial budayanya. Artinya lagi, masyarakat di luar suku Melayu Jawa, baik
bahwa pada fase ini, kesenian Ronggeng dipelajari oleh suku Minangkabau maupun oleh

134
Vol. XIV No.2 Th. 2015

suku Tapanuli”. Pada gilirannya pertunjukan elemen-elemen dan tipe yang ada pada
kesenian Ronggeng mengalami perubahan pertunjukan tersebut. Pada prinsipnya bentuk
bentuk dan tata cara pertunjukan serta pertunjukan tidak dapat dilepaskan dari elemen-
berkembangnya kegunaan dari kesenian elemen yang tersusun dalam satu komposisi
Ronggeng tersebut. pertunjukan yang disajikan tersebut.
Memasuki fase keempat, kesenian Dengan teori di atas, bahwa kesenian
Ronggeng menjadi budaya baru bagi Ronggeng adalah sebuah bagian dari seni
masyarakat Muaro Kiawai dan pertunjukan yang memiliki bentuk komposisi
sekitarnya.Berdasarkan pengakuan Syaiful Am musik dan tari. Keduanya tersusun secara utuh
(wawancara, 17 Januari 2015), bahwa “pada dalam satu kesatuan pertunjukan. Selain itu
periode orde baru para niniak mamak dan kesenian Ronggeng dibentuk juga dengan
pangulu (penghulu) ataupun pemerintahan adanya susunan pelaku yang dipertunjukan dan
nagari Muaro Kiawai menginginkan kesenian susunan bunyi serta susunan gerak yang saling
Ronggeng betul-betul merefleksikan identitas menyatu dalam satu kemasan bentuk atau
nagari atau identitas masyarakat Muaro wujud yang dipertunjukan. Sebab itu dapat
Kiawai”. Karena masyarakat Muaro Kiawai dijelaskan bahwa kesenian Ronggeng memiliki
adalah identitasnya budaya Minangkabau, maka bentuk pertunjukan yang berupa non
kesenian Ronggeng harus berbudaya representasi (tidak bercerita), karena seluruh
Minangkabau, agar kesenian tersebut dapat elemen pendukung dan susunan gerak, musik
diterima dan dilestarikan ataupun dibudayakan dan pelaku tidak menggambarkan satu
oleh seluruh masyarakat Muaro Kiawai. rangkaian cerita apapun yang disampaikan,
Fase keempat ini adalah fase kecuali hanya bersifat menghibur.
pertumbuhan kesenian Ronggeng menjadi Sebagaimana menurut Sumardjo (2006:1)
budaya baru masyarakat Muaro Kiawai atau bahwa kesenian tradisional adalah kesenian
Pasaman. Karena secara esensi dan substansi yang lahir dari situasi dan kondisi keadaan
ada perubahan pada kesenian Ronggeng dari masyarakat pada masa kesenian tersebut
warisan budaya masyarakat suku Melayu Jawa diciptakan. Pandangan lain dari Indrayuda
ke adat dan budaya masyarakat Minangkabau (2013: 136) bahwa kesenian tradisional sebagai
Muaro Kiawai. Adanya perubahan tersebut, bagian dari kebudayaan merupakan potret dari
telah berdampak terhadap posisi kesenian kepribadian masyarakat pemiliknya.
Ronggeng di Muaro Kiawai, dari kesenian Kepribadian tersebut diungkapkan melalui
komunitas tertentu dan kesenian asing menjadi visual, bunyi dan kebendaan, seperti seni tari,
kesenian tradisi masyarakat Muaro Kiawai musik dan teater atau seni rupa. Pada dasarnya
secara menyeluruh. kesenian tradisional terus berlanjut sesuai
dengan kemauan masyarakat pendukungnya.
Bentuk Pertunjukan Kesenian Ronggeng Artinya pertumbuhan Kesenian Ronggeng dan
Indrayuda (2013: 174-175), mengatakan perkembangannya dipengaruhi oleh kondisi
bentuk penyajian seni pertunjukan dapat sosial budaya masyarakat pendukungnya, yang
diungkapkan melalui tipe gerak, kostum, musik, hidup sesuai zamannya. Hal ini yang
dan tata rias serta pencahayaan maupun pada membentuk ciri dan kekhasan Kesenian
elemen pendukung lainnya. Mengutip Ronggeng yang berbentuk tari dan nyanyian.
pernyataan Richard Schener (1988:1) bahwa
pertunjukan merupakan bentuk pernyataan Eksistensi Kesenian Ronggeng Masa Kini
emosi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Eksistensi kesenian Ronggeng saat ini
Oleh sebab itu, pertunjukan dapat ditampilkan telah mulai dipinggirkan oleh masyarakat
melalui berbagai bentuk tingkah laku, pendukungnya. Hal ini disebabkan karena
kebendaan dan aktivitas yang ada dalam sebuah kesenian tersebut tidak dipandang lagi sebagai
pertunjukan tersebut.Sementara itu Smith seni tradisi zaman sekarang. Karena kesenian
(1985: 28) menjelaskan bahwa bentuk tersebut tidak lagi mewakili zamannya, seperti
pertunjukan dapat dibangun oleh berbagai yang dinyatakan oleh Sumardjo dan Indrayuda,

135
Kesenian Ronggeng Group Senandung ...

bahwa kesenian tradisi adalah kesenian yang Berdasarkan pembudayaan kesenian


mewakili masyarakat pendukungnya di Ronggeng di Muaro Kiawai yang dilakukan
zamannya. Sementara kesenian tersebut belum oleh Sanggar Seni Senandung Rindu dalam
mampu merubah diri sesuai dengan selera bentuk menginternalisasikan kesenian tersebut
masyarakat zamannya sekarang, berarti dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya
kesenian tersebut belum mampu mewakili kegiatan pertunjukan gratis, dan sosialisasi
masyarakatnya, sebab itu kesenian tersebut yang dilakukan oleh sanggar seni Senandung
dipinggirkan oleh masyarakat pendukungnya. Rindu kepada masyarakat di Muaro Kiawai,
Realitas ini yang terjadi masa kini pada pada gilirannya masyarakat akan meniru dan
Kesenian Ronggeng. Kesenian Ronggeng mempelajari serta menanggapi kesenian
belum mampu menyesuaikan diri dengan tersebut. Adanya interaksi yang dibangun oleh
perkembangan zaman masyarakat Muaro sanggar seni Senandung Rindu dengan
Kiawai. masyarakat di sekitarnya, maka masyarakat
akan memiliki motivasi untuk lebih jauh
Gambar 1. Aktivitas Pertunjukan Kesenian mengenal keberadaan kesenian Ronggeng.
Ronggeng di Muaro Kiawai Pengenalan terus menerus oleh
masyarakat terhadap kesenian Ronggeng akan
berdampak pada respon keingintahuan untuk
memiliki atau menikmati. Sebab itu, sanggar
Senandung Rindu selalu berupaya agar
pembudayaan yang dilakukan tersebut mampu
menyentuh memori dan intuisi masyarakat
Muaro Kiawai saat ini. Pada gilirannya
kesenian Ronggeng akan diminati,
diinternalisasikan oleh masyarakat dalam
kehidupannya. Pembudayaan yang dilakukan
secara terus menerus akan berdampak pada
Dokumentasi Delmalia 2015 pengenalan dan apresiasi yang semakin fokus
bagi masyarakat pendukung kesenian
Perkembangan kesenian dipengaruhi oleh Ronggeng di Muaro Kiawai.
perkembangan kebudayaan dan peradaban Adanya langkah-langkah yang terarah
manusia yang memelihara dan menggunakan dan terpadu oleh sanggar Senandung Rindu,
memungkinkan terjadinya pelestarian terhadap
kesenian tersebut. Seiring dengan itu, apabila
kesenian tidak sanggup menyelaraskan antara kesenian Ronggeng. Adapun kegiatan yang
perkembangan kebudayaan dan peradaban terarah tersebut seperti promosi pertunjukan,
manusia yang ada di sekitarnya dengan eksibisi, penyuluhan dan sosialisasi serta
kesenian itu sendiri, maka kesenian tersebut pelatihan dan pembelajaran di sanggar seni
Senandung Rindu. Kegiatan ini dapat
akan terpinggirkan dari aktivitas sosial budaya
masyarakat yang melingkupinya tersebut. disimpulkan sudah jelas mempertahankan
Memandang kasus Kesenian Ronggeng saat ini, keberadaan dan aktivitas kesenian Ronggeng
Kesenian Ronggeng keberadaannya tidak dalam masyarakat Muaro Kiawai untuk masa
diterima oleh sebagian besar masyarakat Muaro kini dan masa datang.
Kiawai karena Kesenian Ronggeng dianggap
tidak selaras dengan gaya hidup masyarakat Simpulan
masa kini di Muaro Kiawai. Karena selama ini Eksistensi Kesenian Ronggeng sebagai
warisan budaya di Muaro Kiawai Kecamatan
kesenian tersebut termarginalkan oleh
masyarakat pemiliknya sendiri. Gunung Tuleh dimarginalkan oleh masyarakat
pemiliknya sendiri, saat ini dirasa tidak sejalan
dengan arus perubahan dan peradaban
Peranan Group Senandung Rindu dalam
masyarakat sekarang, karena masyarakat
Pembudayaan Kesenian Ronggeng

136
Vol. XIV No.2 Th. 2015

sekarang merasa belum terwakili dalam Meskipun dilakukan perubahan pada bagian
pertunjukan kesenian Ronggeng tersebut. tertentu pada kesenian Ronggeng, namun
Menyikapi hal tersebut di atas, muncul sebaiknya tidak menghilangkan esensi atau
keinginan sebagian seniman Ronggeng yang nilai-nilai kultural yang terdapat dalam
juga sekaligus sebagai pewaris kesenian kesenian Ronggeng tersebut.
tersebut dari keluarga dan kerabatnya untuk
menyelamatkan kesenian Ronggeng dari Daftar Rujukan
kepunahan. Dengan suka rela seniman tersebut Indrayuda.2009. Tari Balanse Madam Pada
membentuk sanggar seni yang mereka beri Masyarakat Nias Padang Sebuah
nama Senandung Rindu. Sanggar Senandung Perspektif Etnologi. Padang: UNP Press.
rindu saat ini telah berupaya untuk _________. 2013. Tari Sebagai Budaya dan
merevitalisasi kembali kesenian Ronggeng Pengetahuan. Padang: UNP Press.
dalam masyarakat Muaro Kiawai.
Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu
Hasil dari upaya pembudayaan tersebut
Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
berdampak pada pelestarian atau kebertahanan
dan keberlanjutan keberadaan dan aktivitas Schener, Richard. 1988. Performing Theory.
kesenian Ronggeng saat ini di Muaro Kiawai. Newyork: Routledge.
Meskipun upaya tersebut belum menyentuh Smith, Jacqualine. (1985). Terjemahan Ben
keseluruhan lapisanmasyarakat di Muaro Suharto.Komposisi Tari Sebagai
Kiawai saat ini. Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta:
Keberadaan kesenian Ronggeng IKALASTI.
sebaiknya dikembangkan seiring dengan Sumardjo, Jakob. 2006. Estetika Paradoks.
perkembangan prilaku dan kehidupan sosial Bandung: Sunan Ambu Press.
budaya masyarakat sekarang di Muaro Kiawai.

137

Anda mungkin juga menyukai