Anda di halaman 1dari 56

BENTUK PENYAJIAN KESENIAN RONGGENG PADA ACARA

PERNIKAHAN DI KENEGARIAN KINALI, KECAMATAN KINALI,


KABUPATEN PASAMAN BARAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

Gelar Sarjana pendidikan (S1)

Oleh:

ADILA PEDRI

BP/NIM: 2016/16023054

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam,dimana kebudayaan

tersebut tersebar di seluruh nusantara.Budaya dapat juga dikatakan sebagai

identitas dan ciri khas dari setiap daerah tersebut. Kebudayaan dalam arti

sempit menurut (Nuraeni dkk, 2012:16) Mengatakan bahwa:

Kebudayaan dapat di sebut dengan istilah budaya atau sering


disebut kultur (culture, bahasa inggris), yang mengandung
penertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan. Penenertian
budaya atau kultur dimaksud untuk menyebut nilai-nilai yang
digunkan oleh sekelempok orang dalam berfikir dan bertindak.
Seperti halnya dengan kebudayaan, budaya sebagai suatu sistem
juga merupakan hasil kajian yang berulang-ulang tentang suatu
permasalahan yang dihadapi manusia.

Menurut M. Jacobs dan B.J. Stem dalam buku (Nuraeni dkk, 2012:17)

juga mengatakan kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk

teknologi sosial, idiologi, religi, dan kesenian, serta benda, yang kesemuanya

merupakan warisan sosial. Dalam buku (Sulasman dkk, 2017: 17) juga

mengatakan secara Etimologis, kata ‘kebudayaan’ berasal dari bahsa

Sanskerta, buddhayah, bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti akal atau

budi. Menurut ahli budaya, kata budaya merupakan gabungan dari dua kata

yaitu budi dan daya (Sidi Gazalba, 1998: 35).


Didalam kebudayaan yang beragam tersebut tentu di dalamnya terdapat

berbagai jenis kesenian tradisional yang memiliki bentuk dan penyajian yang

berbeda-beda tergantung wilayah dan daerahnya . Kesenian dianggap sebagai

gambaran gagasan (ide) seseorang atau sekelompok masyarakat yang

dilakukan melalui proses kedalam suatu kegiatan dan dapat menciptakan

karya seni seperti, seni musik, tari, lukis, teater, dan sastra.

Kesenian tradisional adalah kesenian yang lahir dan berkembang di

suatu masyarakat dan diajarkan atau diwariskan secara turun temurun. Banyak

macam kesenian-kesenian tradisional di nusantara ini, hingga disetiap daerah

memiliki kesenian tradisional yang unik dan menarik salah satu di daerah

Pasaman Barat.

Kabupaten Pasaman Barat merupakan wilayah yang terdapat di Provinsi

Sumatera Barat. Penduduk Kabupaten Pasaman terdiri dari suku

Minangkabau, suku Mandailing dari Sumatera Utara, suku Jawa, dan masih

banyak suku lainnya. Kabupaten Pasaman terdapat sebuah kesenian,

masyarakat Pasaman Barat menyebutnya dengan Kesenian Ronggeng.

Kesenian Ronggeng adalah kesenian nusantara yang telah eksis sejak

zaman kerajaan. Kesenian ini hampir tesebar di seluruh wilayah Indonesia

walau dengan nama yang berbeda. Beberapa contoh seperti Langger di Jogya,

Ronggeng/topeng babakan, doger, taledek, di sunda, dendang sayang di Aceh,

dondang sayang di Malaka, Kapri di Barus, Tarian Rongeng di Pasaman,


Katumbak di Pariaman dan Gamat di kota Padang, Pelanduk di Palembang,

Gandot di Kalimantan, Pajoge di Sulawesi.

Pada masa lalu, kesenian ini ditampilkan di istana-istana kerajaan untuk

menghibur raja dan keluarganya. Bahkan, pada abad ke-20 penari ronggeng

biasa dikirim ke keraton-keraton khusus untuk menghibur. Sementara di desa-

desa, ronggeng digunakan sebagai media penyampaian pesan dalam berbagai

ritual sebagai ucapan syukur atas hasil panen.

Munculnya ronggeng di Pasaman tidak lepas dari migrasi penduduk

pada masa lalu. Beberapa dugaan menyatakan bahwa ronggeng pasaman

berasal dari masyarakat jawa yang migrasi ke Pasaman. Masyarakat jawa ini

dibawa oleh penjajah jepang untuk memenuhi tenaga kerja pada perkebunan

karet disana. Kedatangan orang jawa sekaligus membawa adat kebiasaan

mereka, termasuk kesenian ronggeng.

Perkembangan ronggeng di Pasaman juga tidak lepas dari adanya

kelonggaran pertunjukan ronggeng pada waktu itu. Walau sedikit dibatasi,

namun pertunjukan tidak dilarang untuk kalangan masyarakat pemiliknya.

Sehingga lama-kelamaan ronggeng juga diminati oleh masyarakat asli. Sering

berjalannya waktu, ronggeng kemudian diadaptasi sesuai dengan adat dan

kepercayaan yang ada di pasaman.

Ronggengpun kemudian mengalami modifikasi sesuai adat masyarakat

setempat seperti bahasa syair yang umum menggunakan bahasa Minangkabau

dan mandailing, pemainnya berganti menjadi pria yang didandani seperti


perempuan dan pertunjukannya hanya dimaksudkan sebagai hiburan.

Kesenian ini juga menjadi marak ditampilkan pada acara adat dan agama.

Berkembangnya Kesenian Ronggeng di Pasaman Barat jelas

menunjukan adanya toleransi antara budaya yang berada di daerah Pasaman

Barat. Sehingga ronggeng yang pada awalnya hanya terbatas dipertontonkan

pada komunitas pemiliknya, kemudian berkembang ke masyarakat asli.

Selanjutnya keberadaan ronggeng pasaman menjadi tradisi yang dimiliki

bersama dengan mengadaptasi adat kebiasaan masyarakat setempat.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 12

februari 2021, Kesenian Ronggeng merupakan salah satu kesenian

pertunjukan terdiri dari pantun, joget, dan musik di daerah Kabupaten

Pasaman Barat. Masyarakat Pasaman Barat telah lama membudayakan

Kesenian Ronggeng ini dalam kehudupan masyarakatnya dan digunakan

dalam kegiatan-kegiatan bersifat adat, sosial dan budaya. Biasanya Kesenian

Ronggeng dilaksanakan berdasarkan pandangan peneliti, kesenian ini

dilaksanakan pada acara pesta pernikahan, sunat rasul dan turun mandi.

Dalam bentuk pertunjukan kesenian Ronggeng ini menggabungkan keahlian

berpantun sambil menari dan di iringi musik. Kesenian Ronggeng biasanya

dipertunjukan pada malam hari, dimulai pada pukul sepuluh malam hingga

menjelang subuh sekitar pukul lima pagi.

Kesenian Ronggeng ini masih ada hingga saat ini. Kesenian ini di

kembangkan oleh Ronggeng Dagang Sepakat salah satu group yang ada di
Kenegarian Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat, dengan

Bapak Abdul Kadir sebagai pimpinan Ronggeng.

Dalam pertunjukannya, seorang ronggeng didampingi setidaknya tiga

penampil pria. Satu dari tiga penampil bertugas membalas pantun yang di

lontarkan ronggeng, sementara dua orang lainnya mendampingi sambil

menari. Penampil pria ini bebas dari mana saja, termasuk dari kalangan

penonton, tidak harus ahli dalam berpantun dan biasanya bertugas secara

bergiliran. Bahkan, seorang penampil tidak masalah ketika harus bertanya ke

orang lain bahkan ke penonton untuk dapat membalas pantun-pantun

ronggeng.

Kesenian Ronngeng ini masih dipergunakan atau ditampilkan oleh

masyarakat di acara pernikahan untuk menghibur pengantin dan masyarakat

yang datang pada acara pernikahan tersebut.

Ronggeng ini biasanya dimainkan oleh para laki-laki parubaya yang

didandani seperti perempuan dan memakai baju karung. Kesenian ronggeng

ini biasanya di mainkan sebanyak lima orang yaitu, satu orang menggesek

biola, dua orang memukul gendang, satu orang memukul tamborin, dan satu

orang memukul botol untuk menjaga tempo. Suasana pertunjukan

berlangsung cair dimana antara pelaku dan penonton tidak berjarak. Penonton

senantiasa diajak terlibat selama pertunjukan berlangsung secara spontan

seperti berdialog.
Pada zaman sekarang, sudah jarang ditemui kesenian ronggeng ini di

Pasaman Barat. Keberadaan Kesenian Ronggeng pada masa kini

sesungguhnya tidak lagi sebagaimana jayanya pada masa lampau. Namun

nilai toleransi yang diwariskan telah memberikan kita pencerahan yang

penting untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu

penulis tertarik untuk meneliti “Bentuk Penyajian Kesenian Ronggeng pada

acara pernikahan di Nagari Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman

Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat diidentifikasi

sebagai berikut:

1. Asal-usul kesenian Ronggeng dalam prosesi hiburan pada acara pernikahan

di Kenagarian Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat.

2. Bentuk penyajian kesenian Ronggeng pada acara pernikahan di Kenagarian

Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat.

3. Ketertarikan masyarakat terhadap kesenian Ronggeng di Kenagarian Kina

li, Kecamatan Kinali, Pasaman Barat.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, Maka

penelitian akan mengkaji mengenai “bentuk penyajian kesenian Ronggeng

pada acara pernikahan di Kenagarian Kinali, Kecamatan Kinali, Kabaupaten

Pasaman Barat”.
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka dapat diambil rumusan

masalah yaitu “Bagaimanakah bentuk penyajian kesenian Ronggeng pada

acara pernikahan di Kenagarian Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten

Pasaman Barat”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk penyajian

kesenian Ronggeng pada acara pernikahan.

F. Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi kependidikan di

Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni.

2. Sebagai referensi dan masukan bagi mahasiswa jurusan Sendratasik

3. Sebagai penambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang kesenian

Ronggeng di Kabupaten Pasaman Barat.

4. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya untuk meneliti

penilitian tentang kesenian Ronggeng secara mendalam.


BAB II

KERANGKA TEORETIS

A. Penelitian Relevan

Sebelum penulis memulai memecahkan masalah yang ada pada

penulisan karya ilmiah yang akan di teliti ini, maka penulis atau peneliti perlu

melakukan tinjauan pustaka sebagai referensi yang berhubungan dengan

bentuk penyajian dari penelitian terdahulu yang relevan, serta teori-teori yang

sesuai dan dapat membantu penulis dalam memecahkan masalah yang

diangkat dalam penelitian ini. Maka dari itu, ada beberapa sumber yang

penulis temukan yang berasal dari penelitian releval yang di teliti oleh penulis

lain diantaranya sebagai berikut:

1. Arrithem Mosizi (2020) Berjudul “Bentuk Penyajian Musik Gontong–

Gontong pada acara pernikahan di Nagari Pasir Talang Kecamatan

Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa Gontong-Gontong merupakan suatu kesenian yang diakui oleh

masyarakat dan dianggap sebagai elemen penting karena diwariskan

oleh para leluhur terdahulu. Gontong-Gontong juga bersifat memberi

hiburan kepada masyarakat, Walaupun Gontong-Gontong hanya sebagai

media Arak-Arakan pada acara pernikahan. Bentuk penyajian Gontong-

Gontong dilaksanakan dengan cara Arak-Arakan pada acara pernikahan.

Gontong-Gontong merupakan media penyampaian pesan kepada

masyarakat tentang adanya suatu penanda atau acara, penyajian


Gontong-Gontong dapat ditemui pada acara pernikahan prosesi

Manjalang Mintuo.

2. Rafsanjani (2020) Berjudul “Bentuk penyajian Gordang Sambilan pada

upacara pernikahan di kelurahan kota siantar Kecamatan Penyabungan

Kota Kabupaten Mandailing Natal”. Menjelaskan bahwa Gordang

Sambilan atau yang dalam adat mandailing di sebut dengan uning-

uningan ni ompunta na jumolo sunduti (bunyi-bunyian nenek moyang

yang terdahulu) adalah salah satu kesenian Tradisional suku Batak

Mandailing yang berbentuk Ensamble musik Tradisional. Musik ini

dahulunya bukan musik hiburan (entertainment), melainkan musik yang

pemakaiannya dan penggunaannya berkaitan dengan adat-istiadat di

tanah Mandailing dan tidak dapat dimainkan dengan sembarangan.

Biasanya digunakan pesta adat perkawinan (horja siriaon) keturunan

raja atau orang berpengaruh di desa. selain upacara adat perkawinan.

3. Rahmat Adriyanto (2019) Berjudul “Bentuk penyajian Kesenian

Ronggiang di Padang Tujuah Kanagarian Aua Kuniang Pasaman Barat”.

Menjelaskan bahwa kesenian ronggeng adalah sebuah kesenian yang

unik yang telah menjadi budaya tradisi masyarakat Pasaman Barat,

khususnya di Padang Tujuah Kanagarian Aua Kuniang. Kesenian

ronggeng ini biasanya digunakan untuk hiburan yang bersifat adat,

sosial dan budaya. Kesenian ini digunakan pada pesta pernikahan. Dan
kesenian ronggeng dimainkan pada pukul sepuluh malam hingga sampai

pukul lima subuh.

B. Landasan Teori

Landasan teori merupakan landasan bagi peniliti agar penelitian yang

akan dilakukan sesuai dengan perencanaan dan mengurangi permasalahan

yang akan diteliti. Teori yang akan digunakan oleh peniliti sebagai berikut:

1. Kesenian Tradisional

Seni tradisional merupakan kesenian lahir, hidup dan berkembang di

tengah-tengah masyarakat yang bersangkutan.

Menurut Esten (1999: 21) yang mengatakan tradisi itu adalah:

Kebiasaan turun temurun sekelompok masyarakat bedasarkan


nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Tradisi
memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah
laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun
terhadap hal-hal yang bersifat gaib atau keagamaan.

Selain itu menurut Umar Kayam (1981: 38-39) “kesenian tidak

pernah lepas dari dari masyarakat. Sebagai salah satu bagian yang penting

dari kebudayaan, kesenian adalah ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu

sendiri”. Menurut Sedyawati (dalam Anggoro, 2013: 10) Kesenian

Tradisional sebagai warisan nenek moyang yang diwariskan secara turun

temurun merupakan suatu bentuk kesenian yang sangat menyatu dengan

masyarakat, sangat berkaitan dengan adat istiadat dan berhubungan dengan

sifat kedaerahan.
Menurut Achmad dalam Lindsay pada jurnal Angoro (2013: 10),

menyatakan bahwa kesenian tradisional adalah suatu bentuk seni yang

bersumber serta telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat yang

berada di lingkungan tempat kesenian itu berasal. Jadi berdasarkan teori

diatas, kesenian tradisional merupakan suatu kebiasaan yang dalam bentuk

seni diajarkan oleh para leluhur atau nenek moyang secara turun-temurun

yang dianggap sebagai suatu adat istiadat oleh masyarakat.

2. Kesenian Tradisional Minangkabau

Seni dan tradisi merupakan cerminan budaya masyarakat, khususnta

di Minangkabau. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan dan

dimunculkan dari prilaku masyarakat manusiannya. Masyarakat

Minangkabau memegang falsafah “alam takambang jadi guru”, artinya

segala sumber pengetahuan dan prilaku manusia merujuk kepada alam,

segala sesuatu dipelajari dengan mengamati serta dilihat kepada “alam”.

Kesenian Ronggeng pasaman salah satu contoh kesenian tradisional

yang berkembang di Minangkabau yang masih dilestarikan dan masih

ditampilkan pada acara-acara tertentu. Di kenegarian Kinali, kecamatan

Kinali adalah salah satu daerah dimana kesenian tradisional Minangkabau

yaitu kesenian ronggeng yang masih aktif dan masih ditampilkan

khususnya pada acara pernikahan di daerah pasaman barat.


3. Bentuk Penyajian

Untuk menjawab permasalahan yang ada pada penelitian bentuk

penyajian Ronggeng pada acara pernikahan, peneliti akan menggunakan

beberapa teori sebagai landasan berfikir.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian bentuk adalah

wujud yang ditampilkan (tampak). Menurut Anggoro (2013: 7)

mengatakan Bentuk adalah wujud (fisik) yang tampak atau dapat dilihat,

bentuk merupakan sesuatu yang hadir di depan kita secara nyata sehingga

dapat dilihat dan diraba. Penyajian dalam Kamus Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah suatu proses atau cara perbuatan dalam menyajikan.

Menurut Murgiyanto dalam Dian (2013: 11) mengatakan Penyajian juga

dapat diartikan sebagai tontonan sesuai dengan tampilan atau

penampilannya dari satu penyajian.

Menurut Hadi dalam Dian (2013: 11) Bentuk penyajian adalah wujud

fisik yang menunjukkan suatu kesatuan integral yang terdiri atas beberapa

komponen atau unsur yang saling berkaitan dan dapat dilihat atau

dinikmati secara visual. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

bentuk penyajian merupakan suatu wujud yang dapat ditampilkan dengan

mengandung segala unsur-unsur yang ada hingga dapat dilihat dan

dinikmati.
Berdasarkan teori-teori, bentuk penyajian dalam penelitian ini adalah

menyuguhkan atau menyajik an semua unsur-unsur kepada khalayak

ramai yang bertujuan untuk mendukung pada pertunjukan Kesenian

Ronggeng yang meliputi penyajian dengan unsur-unsur pertunjukan yaitu:

1) pemain, 2) alat musik, 3) lagu, 4) tempat penyelenggaraan, 5) kostum,

6) penonton.

4. Acara Pesta Pernikahan

Pernikahan merupakan suatu kegiatan suci menyatukan dua insan

atau manusia dimana mereka akan diakui atau disahkan dalam segala

aspek dalam keidupan seperti agama, sosial dan lain sebagainya. Menurut

Tualaka dalam Bayu (2018: 20) mengatakan pernikahan adalah ikatan

lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan keimanan terhadap tuhan yang maha esa.

Dalam Islam pernikahan diwajibkan karena mengikuti firman Allah

Swt dalam surat Ar’Rum ayat 21 yang artinya “Dan di antara tanda-tanda

kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari

jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya

dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang (mawwadah warahmah).

Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda kebesaran-

Nya bagi orang-orang yang berfikir”. Menurut Bayu (2018: 20)

berpendapat yaitu:
Pernikahan atau perkawinan merupakan suatu pristiwa yang
sangat penting bagi diri manusia. Dasar dari perkawinan itu
dibentuk oleh suatu unsur alami dari manusia itu sendiri
yang meliputi kebutuhan hidup berumah tangga, kebutuhan
biologis untuk melahirkan keturunan, kebutuhan terhadap
kasih sayang antaranggota keluarga, dan juga kebutuhan rasa
persaudaraan serta kewajiban untuk memelihara anak-anak
agar menjadi penerus generasi dan menjadi anggota
masyarakat yang baik.
Ajuran pernikahan juga disebutkan dalam surat Ar-Ra’d ayat ke 38 yang

artinya:

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul


sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-
isteri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul
mendatangkan suatu ayat melainkan dengan izin Allah. Bagi
tiap-tiap masa ada kitab.
Sedangkan upacara merupakan suatu kegiatan-kegiatan dilakukan

manusia untuk menjunjung dan mengharapkan sesuatu dari tuhan-nya.

Menurut Wahyu Saputra (2014: 326) mengatakan bahwa Upacara

merupakan wujud aktivitas keagamaan, yaitu berupa kegiatan manusia

untuk memantapkan perasaan batin dalam mendekatkan dirinya kepada

Tuhan untuk menyatakan rasa bersyukur, memohon tuntunan, maaf dan

keselamatan. Jadi, Upacara Pernikahan merupakan penyatuan dua insan

yang didasarkan pada agama. Pernikahan sangat dianjurkan karena

diwajibkan dalam agama terutama agama islam. Islam sangat

memerintahkan bagi manusia untuk melakukan pernikahan disebabkan

manusia diciptakan berpasang-pasangan sesuai dalam kitab suci Al-Quran.


C. Kerangka Konseptual

Sebelum penulis melakukan penelitian mengenai Bentuk Penyajian

kesenian Ronggeng pada acara Pernikahan di Nagari Kinali Kecamatan Kinali

Kabupaten Pasaman Barat, ada beberapa unsur pendukung dalam penyajian

kesenian Ronggeng tersebut seperti pemain atau pelaku, alat musik yang

digunakan, lagu yang disajikan, tempat dan waktu pertunjukan, dan

masyarakat atau penonton yang menyaksikan pertunjukan kesenian

Ronggeng, maka dari semua itulah baru peneliti mendapatkan hasil penelitian.

Dapat di lihat pada bagian kerangka konseptual sebagai berikut:


Gambar 1. Kerangka Konseptual

Nagari Kinali

Upacara Pernikahan

Bentuk Penyajian kesenian Ronggeng

Pemain Alat Lagu Waktu Kostum Penonton


Musik D. dan
E.
Tempat

Hasil Penelitian

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong jenis penelitian kualitatif yang menggunakan

metode deskriptif, yang artinya penelitian ini mencoba mendeskripsikan atau

memberikan gambaran tentang bentuk penyajian Ronggeng pada acara

pernikahan di kenegarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.

Menurut Denzin dan Lincoln dalam Albi Anggito dkk, (2018: 7) menyatakan

bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah

dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan

melibatkan berbagai metode yang ada.

Menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana yang kutip Moleong (2004)

dalam Warul Walidin dkk, (2015: 76), mendefinisikan metodologi kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut Moleong (2012: 6) mengemukakan pendapat bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk


memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.,
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif menghasilkan

data deskriptif yang dapat dilakukan dengan aktivitas melihat, mengamati,

mengumpulkan informasi dari suatu fenonena yang kemudian digambarkan


secara tepat pada objek penelitian yaitu Bentuk Penyajian Kesenian Ronggeng

pada acara pernikahan di Nagari Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman

Barat. Kemudian disimpulkan sehingga tujuan yang dikemukakan dalam

penelitian ini dapat dicapai

B. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Pertunjukan kesenian Ronggeng pada acara

pernikahan di Nagari Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen dari penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Kedudukan

peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan

perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan pada

akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong 2012: 168). Menurut

Warul Walidin mengatakan “Sedangkan dalam penelitian kualitatif, yang

menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Selain itu, ciri-

ciri umum manusia sebagai intrumen juga dijelaskan oleh Moleong (2012: 169)

yaitu:

1) responsif,

2) dapat menyesuaikan diri,

3) menekankan keutuhan,

4) mendasarkan diri ata perluasan pengetahuan,

5) memproses data secepatnya,


6) memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan

mengikhtisarkan,

7) memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tak lazim dan

idiosinkratik. Selain peneliti sendiri, instrumen lainnya akan digunakan

sebagai alat bantu peneliti seperti:

1. Kamera

Digunakan sebagai alat bantu peneliti dalam memfoto dan merekam

video yang bertujuan untuk pelengkap data-data yang diperoleh oleh peneliti.

2. Buku catatan dan pulpen (alat tulis)

Digunakan peneliti untuk mencatat hasil wawancara dengan informasi

dan data-data pengamatan lapangan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Moleong (2012: 234) mengatakan Data dapat dikumpulkan

melalui wawancara, pengamatan, dari dokumen atau secara gabungan

daripadanya. Penjelasan lain juga terdapat pada Moleong (2012: 235) yang

mengatakan bahwa:

Pengumpulan data biasanya menghasilkan catatan tertulis yang


sangat banyak, transkrip wawancara yang diketik, atau pita
video/audio tentang percakapan yang berisi penggalan data yang
jamak nantinya dipilah-pilah dan dianalisis.

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan

teknik pengumpulan data diantaranya:


1. Studi Kepustakaan

Pada penelitian ini peneliti melakukan studi pustaka dalam mencari

referensi bentuk penyajian.

Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data-data yang berhubungan

dengan Bentuk Penyajian. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk memperkuat

penelitian ini dan lebih terarah dalam menjawab permasalahan yang berkaitan

dengan Bentuk Penyajian kesenian Ronggeng di Kabupaten Pasaman Barat.

2. Observasi

Pada dasarnya observasi merupakan langkah awal dalam pengumpulan

data. Yang mana setiap data yang akan dikumpulkan, harus ditinjau terlebih

dahulu sebagai landasan penelitian. Pada penelitian ini, observasi yang

dilakukan untuk mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan lansung

dengan objek yang berkaitan dengan Bentuk Penyajian Ronggeng. Untuk

mendapatkan data atau fakta yang akurat tentang penelitian ini, maka peneliti

harus melakukan observasi atau pengamatan dengan secara langsung terjun

kelapangan atau tempat kejadian kesenian Ronggeng ini berlangsung lebih

tepatnya mengunjungi lokasi pertunjukan yaitu di pesta perkawinan di

Kenegarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.

3. Wawancara

Peneliti harus melakukan wawancara dengan beberapa narasumber yang

berkaitan dengan bentuk penyajian Ronggen pada acara pernikahan di

Kenegarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.


Wawancara bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang hal-hal

yang berkaitan dengan bentuk penyajian Ronggeng. Maka teknik wawancara

yang dipakai oleh peneliti berdasarkan pernyataan diatas sebagai

pengumpulan data bentuk penyajian Ronggeng pada acara pernikahan.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang didapat dari

berbagai laporan-laporan maupun itu dalam bentuk tulisan atau bukan tulisan.

Data-data dokumentasi ini sangat berguna untuk mengungkap hasil penelitian

sesui dengan topik pembahasan yang akan diteliti berupa poto-poto, vidio, dan

lainnya.

Pada penelitian ini teknik dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti

adalah mencari sumber dokumen-dokumen yang ada tentang kesenian

Ronggeng di Kabupaten Pasaman Barat.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis

catatan hasil studi pustaka, observasi, wawancara, dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman terhadap objek penelitian, dengan langkah-langkah

sebagai berikut.

Data yang sudah didapatkan dikumpulkan sesuai dengan data yang

diperlukan peneliti. Selanjutnya proses yang dilakukan dalah mengumpulkan

data dari masing-masing sumber obsrvasi, wawancara, dan juga dokumentasi.

Tahap analisis berikutnya yaitu mengklasifikasikan semua data yang telah


dikumpulkan dan di seleksi sesui dengan fokus penelitian yang berpedoman pada

kerangka konseptual dan teori yang di gunakan. Dari semua itu akan di tuangkan

dalam bentuk tulisan ilmiah secara sistematis yang kebenarannya dapat

dipertanggung jawabkan.

Pada hal ini, proses analisis data yang peneliti lakukan adalah setelah data

dikumpulkan, kemudian dipilih yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode analisis

deskriptif. Setelah semua terlaksana, penulis menggambarkan atau

mendeskriptifkan Bentuk Penyajian Ronggeng pada acara pernikahan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan yang bersifat deskritif kualitatif tentang Bentuk
Penyajian Kesenian Ronggeng Pada Acara Pernikahan di Kenegarian Kinali
Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari
pemaparan profil nagari kinali sebagai berikut:
A. Gambar Umun Lokasi Penelitian

1. Peta Tempat Penelitian

Gambar 2. Peta Kabupaten Pasaman Barat


(Sumber: Profil Kabupaten Pasaman Barat)

2. Sejarah Nagari :

Sejarah Nagari Kinali secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi


tiga periodisasi, yaitu masa sebelum kemerdekaan, masa pemerintahan Desa
dan masa pemerintahan kembali keNagari.

a. Masa Sebelum kemerdekaan


Nagari Kinali merupakan salah satu daerah rantau dari luhak Agam
yang terletak disebelah barat gunung Pasaman dan berbatasan langsung
dengan Samudra Hindia, Pada masa itu Nagari merupakan Nagari Adat
bagian dari Adat Minangkabau, dalam kepemimpinan Nagari ini dipimpin
oleh seorang Wali Nagari yang disebut Angku Palo, sebagai pemimpina
Walinagari waktu itu dipilih berdasarkan musyawarah Angku Ninik
mamak dari Luhak Ampek Koto, Luhak Langgam dan Luhak Anam Koto,
dibawah pimpinan pucuk Adat Yang Dipertuan Kinali dengan calon
diwajibkan dari Ninik Mamak, penggunaan aturan adat ini sampai kepada
kemerderdekaan Negara republik Indonesia pada tahun 1945 dan beberapa
tahun kedepan setelah kemerdekaan sampai dengan diundangkanya
Undang-undang nomor 05 tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa.
b. Masa Berlaku Undang-undang Nomor 05 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa.
Pada masa pemerintahan Oerde Baru, atas usulan pemerintah DPR
menyetujui renacangan peraturan perundangan Tentang Pemerintahan
Desa, pada tahun 1979 Pemerintah mengundangkan Undang-undang
nomor 05 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa.
Dengan berlakunya Undang-undang Pemerintahan Desa maka seluruh
daerah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia pemerintahan
terendahnya dinamakan Desa. Sumatera barat yang merupakan bagian dari
Adat daerah Minangkabau, terjadi pergeseran bentuk pemerintahan
terendehanya dari pemerintahan Nagari menjadi pemerintahan Desa, akibat
dari berlakunya regulasi ini terjadi pengekangan dan melemahkan
eksistensi masyarakat hukum adat pada waktu itu, ini diakibatkan fungsi
desa adalah fungsi pemerintahan, sementara sebelumnya funsi Nagari
adalah fungsi adat yang membantu pemerintahan setelah kemerdekaan
untuk menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan di tingkat kenagarian.
Nagari kinali yang sebelum berlakunya regulasi tentang desa
merupakan satu kesatuan wilayah yang terdiri dari tiga luhak yaitu luhak
anam koto, luhak langgam, luhak ampek koto, dan setelah berlakunya
regulasi tentang pemerintahan desa maka Nagari tebagi menjadi sebelas
pemerintahan Desa, yaitu Desa Anam Koto Selatan, Desa Anam Koto
utara, Desa Langgam, Desa Ampek Koto, Desa Sidomulyo, Desa
Wonosari, Desa Sumber Agung, Desa Alamanda, Desa Bangun Rejo, Desa
Sidodadi dan Desa Koto Gadang, masing masing desa dipimpin oleh
seorang kepala desa, dengan sumber anggaranya dibantu oleh pemerintah
pusat salah satunya melalui Bantuan Desa (Bandes). Salah satu kepala desa
terkhir sebelum berakhirnya masa pemerintahan dengan nama desa yaitu di
Desa langgam dengan kepala desanya Bapak Sabarudin.
c. Masa Kembali Kenagari.
Pada masa reformasi dengan dan desakan masyarakat untuk
membentuk sistem pemerintahan dengan membagi sebagian kekuasaan ke
daerah melalui sistem otonomo daerah, dengan diundangkanya Undang-
undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah sebagai
pengganti dari Undang-undang nomor 05 tahun 1974. Dengan berlakunya
regulasi ini maka pemerintah pusat membagikan sebagian kewenanganya
kepada pemerintah daerah melalui otonomo daerah.
Sumatera barat dengan semangat untuk menjalankan otonomo daerah
dan atas desalkan dari kalangan kaum adat tentang pemerintahan terandah
masa itu adalah desa, maka didesak pemerintah daerah untuk
menggembalikan desa menjadi nagari, dengan selogan Kambali
Kanagari/kambali kasurau. Keinginan sebagian besar masyarakat
Sumatera barat untuk kembali ke Nagari maka pemerintah Daerah
Sumatera Barat mengundangkan Peraturan Daerah Propinsi Sumater Barat
Nomor 09 Tahun 2000 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Nagari, pasca
berlakunya regulasi ini ditingkat desa terjadi penggabungan beberapa desa
menjadi Nagari, akibat dari semangat Masyarakat untuk mengembalikan
Aturan Nagari yang terdahulu.
Desa-desa di Kecamatan Kinali juga mempersiapakan kembali
kenagari dengan menggabungkan sebelas desa yang ada menjadi sati nagari
yaitu Nagari Kinali dengan pusat pemerintahannya di wilayah langgam,
Wilayah desa-desa lama dalam Nagari Kinali menjadi wilayah Kejorongan
yang dipimpin oleh Kepala Jorong.
Pemilihan Wali Nagari dilaksanakan secara demokrasi, dan pemilihan
Wali Nagari pertama dilaksanakan degan pemilihan langsung dan
terselenggara secara demokrasi dengan aman dan sesuai dengan tujuan
pemilihan wali nagari.

Pada tahun 2001 dengan Wali Nagari Pertama H.Syahrul DT.Marajo


periode 2001-2004, selanjutnya dilanjutkan oleh Penjabat Wali Nagari
Syafrial,S.Pd periode 2004-2007, penjabat Wali Nagari dilanjutkan oleh
Mashud, SH periode 2008-2013, Pada tahun 2013 dilaksanakan Pemilihan
Wali Nagari, dengan Wali Nagari Terpilih Maharsal Indra periode 2008-
2013, dilanjutkan dengan Penjabat Wali Nagari Bakaruddin DT.Hitam
Putiah periode 2013-2013, Penjabat Wali Nagari dilanjutkan oleh Jon
Helmat Joni, S.Sos periode 2013-2014, pada tahun 2014 dilaksanakan
untuk yang ketiga kalinya pemilihan Wali Nagari, dengan Wali Nagari
terpilih adalah Syafrial,S.Pd periode 2014-2020, selanjutnya dilanjutkan
oleh Penjabat Wali Nagari H.Hartasani,M.Pd periode 2020 sampai dengan
sekarang.

Pada tahun 2015 wilaya kejorongan di Nagari Kinali mengalami


pemekaran, yaitu wilayah kejorongan Langgam menjadi Jorong Langgam,
Jorong Langgam Saiyo, Jorong Langgam Sepakat Wilayah kejorongan
Anam Koto Utara mekar menjadi Jorong Aman Koto Utara dan Jorong
Sigunanti, Wilayaj Jorong Anam Koto Selatan mekar menjadi Jorong
Anam Koto Selatan ,Jorong Bandua Balai dan Jorong Limpato, Jorong
Ampek Koto menjadi Jorong apek Koto dan Jorong Ampek Koto Barat.

Setelah pemekaran Wilayah kejorongan di nagari kinali yang semula


adalah sebelas kejorongan menjadi tujuh belas kejorongan, dan pada tahun
2015 terjadi perubahan Nama kewilayahan Jorong dengan mengembalikan
nama-nama asal daerah, sehingga wilayah kejorongan di daerah bekas
transmigrasi berubah nama menjadi nama Asal yaitu: Sidomulyo menjadi
Mudiak Labuah, Wonosari menjadi Bancah Kariang, Sumber Agung
Menjadi Tandikek, Alamanda menjadi Bunuik, Bangun Rejo menjadi
Padang Canduah, Alamanda menjadi Limau Puruik.

Dengan terjadinya pemekaran dan perubahan Nama kejorongan maka


saat ini jorong yang ada di Nagari Kinali adalah : jorong Mudiak Labuah,
Ampek Koto Barat, Ampek Koto, Bancah Kariang, Tandikek, Langgam
Sepakat, Langgam, Langgam Saiyo, Sigunanti, Anam Koto Utara, Anam
Koto Selatan ,Limpato, Bunuik, Padang Canduah, Limau Puruik dan Koto
Gadang.

3. Letak Geografis

Secara astronomis, Kecamatan Kinali terletak antara 00 03” Lintang Utara -

00 11’ Lintang Selatan dan antara 990 45’ -990 03’ Bujur Timur .

Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Kinali memiliki batas-batas yaitu:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Luhak Nan Duo;

b. Sebelah Selatan : Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman;

c. Sebelah Barat : Samudera Hindia;

d. Sebelah Timur : Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.


Secara administratif, Kabupaten Badan Pusat Statistik (BPS) Telah

melakukan pendataan Potensi Desa (Podes) sejak tahun 1980. Sejak saat itu,

podes dilaksanakan secara rutin sebanyak 3 kali dalam kurun waktu sepuluh

tahun untuk mendukung kegiatan sensus penduduk, sensus pertanian ataupun

sensus ekonomi,. Dengan demikian, fakta penting terkait ketersediaan

infrastruktur dan potensi yang dimiliki oleh setiap wilayah dapat dipantau

perkembangannya secara berkala dan terus menerus. Desa/Kelurahan dataran

adalah desa/kelurahan yang sebagian besar wilayahnya tambak datar, rata dan

membentang.

4. Penduduk Kecamatan Kinali

Penduduk Kecamatan Kinali adalah semua orang yang berdomisili di

wilayah Kecamatan Kinali selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang

berdomisili kurang dari 6 bulan tetaoi bertujuan menetap. Laju pertumbuhan

penduduk adalah angka yang menunjukkan persentase pertambahan penduduk

dalam jangka waktu tertentu. Kepadatan penduduk adalah rasio banyaknya

penduduk per kilometer persegi. Rasio Jenis kelamin adalah perbandingan

antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan pada suatu wilayah dan

waktu tertentu.

Nagari Kinali memiliki luas Wilayah seluas 387 km 2 yang merupakan


81% dari wilayah Kecamatan Kinali, dan merupakan salah satu daerah terluar
dari Kabupaten Pasaman Barat dengan berbatasan langsung Kabupaten
Pasaman dan Kabuapten Agam, Nagari Kinali memiliki 17 kejorongan dan 15
Nagari Persiapan dengan Kantor Wali Nagari terletak di Durian Kilangan
Jorong Langgam.
Jumlah KK Nagari Kinali:

1) Mudiak Labuah

2) Ampat Koto Barat

3) Ampek Koto

4) Bancah Kariang

5) Tandikek

6) Langgam Sepakat

7) Langgam

8) Langgam Saiyo

9) Sigunanti

10) Anam Koto Utara

11) Anam Koto Selatan

12) Bandua Balai

13) Bunuik

14) Padang Canduah

15) Limau Puruik

16) Koto Gadang

17) Limpato

18) Kinali
5. Agama dan Kepercayaan

Penduduk di Kenegarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman

Barat terbagi menjadi dua agama yaitu agama islam dan agama Kristen yang

tersebar diseluruh kenegarian kinali.

Apabila ditinjau dari segi kehidupan beragama, masyarakat Kenagarian

Kinali hampir semuanya beragama Islam yang berpedoman kepada al- Qur’an

dan Hadis Nabi SAW. Menganut agama selain Islam juga ada seperti agama

Kristen, orang yang beragama Islam di Kenagarian Kinali ada sekitar 90%,

yang beragam Kristen ada sekitar 10%.

Adapun jumlah penduduk yang beragama Islam tercatat sebanyak

46.250 jiwa dan yang beragama Kristen tercatat sebanyak 4.625 jiwa,.

Walaupun terjadi banyak perbedaan keyakinan tentang agama, masyarakat tetap

saling hormat menghormati dan menjaga toleransi antar umat beragama.

6. Adat Istiadat

a. Kehidupan Sosial / Kebudayaan

Sosial Masyarakat di Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali ini belum

terpengaruh dengan sosial warga kota. Masyarakat Kenagarian Kinali

masih memegang teguh semangat gotong royong, bantu-membantu antara

sesama masyarakat baik yang etnis Minang, Jawa, ataupun Batak. Tidak

ada perbedaan di antara etnis yang berada di Kenagarian Kinali, hal ini

disebabkan karena pada dasarnya Kenagarian Kinali banyak beragam suku,

ras, dan etnis namun masyarakat Kenagarian Kinali menyadari perbedaan


bukanlah suatu hambatan untuk bisa tolong baik itu dalam kegiatan

kemasyarakatan ataupun bentuk pernikahan.

Penduduk Kenagarian Kinali didominasi oleh suku Minang sebanyak

31.666 atau 68%, sedangkan suku Jawa sebanyak 9.048 atau 20% dan suku

Batak sebanyak 5.632 atau 12%. Dengan banyaknya atau sedikitnya

jumlah masing – masing suku di Kenagarian Kinali, masyarakat saling

menghargai satu sala lainnya. Masayarkat Kenagarian Kinali baik Minang,

Jawa dan Batak saling menghargai tradisi atau adat kebiasaan yang mereka

lakukan.

7. Kesenian

Kesenian merupakan kesatuan yang menjadi suatu kebiasaan yang hidup

di masyarakat. Kesenian sangat penting karena menyangkut ke segala aspek

kehidupan masyarakat terutama masyarakat Kecamatan Kinali.

a. Kesenian Cenang Tigo

Kesenian Cenang Tigo merupakan salah satu kesenian yang terdapat di

Kampung Air Meruap. Mengenai asal-usul Kesenian Cenang Tugo hingga

saat ini belum diketahui siapa penciptanya dan kapan hadirnya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan, kesenian Cenang Tigo

telah dimainkandalam acara-acara perkawinan di Kampung Air Meruap

sejak tahun 1923 oleh kaum wanita. kesenian ini kemudian diajarkan
secara turun temurun kepada kaum wanita di Kampung Air Meruap hingga

saat ini.

Ensambel Cenang Tigo terdiri daritiga buah cenang (canang) dengan

ukuran dan nada yang berbeda. Canang sendiri termasuk dalam klasifikasi

alat musik idiophone yang dimainkan dengan cara dipukul (struck

idiophone). Seniman tradisi memberi nama untuk ketiga cenang tersebut

yaitu: cenang partamo (cenang pertama), cenang kaduo (cenang kedua) dan

cenang paningkah (cenang peningkah). Nada cenang partamo mendekati

nada do (1), cenang kaduo mendekati nada re (2), dan cenang paningkah

mendekati nada fa (4). Ketiga cenang yang digunakan dalam ensambel

Cenang Tigo ini memiliki ukuran yang berbeda.

B. Asal-Usul Kesenian Ronggeng

Kesenian Ronggeng adalah kesenian yang sudah ada pada zaman dahulu

yang berkembang di Pasaman Barat yang pertunjukan terdiri pantun, joget, dan

alat music. Kesenian ini awal terbentuknya dari jawa yang di bawakan ke

Pasaman Barat yauitu di Kenegarian Kinali. Salah satu seorang masyarakat jawa

merantau ke Kenegarian Kinali Kabupaten Pasaman Barat yang akan berdagang di

Kenegarian Kinali tersebut. Seorang perantau tersebut mendatangi tokoh-tokoh

yang ada di kenegarian kinali untuk menyaksikan pertunjukan ronggeng dari

seorang parantau tersebut lalu salah satu tokoh kenegarian kinali mengundang

masyarakat kinali untuk menyaksikan pertunjukan dari seorang perantau tersebut.

Maka masyarakat kinali tertarik pada kesenian yang di sajikan seorang perantau
tersebut. Seorang tokoh kinali mengeluarkan idenya untuk membuat sebuah group

Dagang Sepakat terinspirasi dari seorang perantau tersebut seorang pedagang,

maka terjadilah salah satu group ronggeng yang ada di kenegarian kinali yaitu

group Dagang Sepakat.

Menurut hasil wawancara dengan bapak Abdul Kadir selaku ketua group

Ronggeng Dagang Sepakat, beliau mengatakan group Ronggeng Dagang Sepakat

berdiri selama kerang lebih dari 7 tahun dengan anggota 13 orang pemain, 11

orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Beliau juga mengatakan jika pemain tidak

sampai 9 orang, maka ronggeng tidak akan terjadi atau tidak bisa di laksanan pada

pertunjukan, karna 9 orang minimal pertunjukan ronggeng baru bisa di laksanakan.

Dalam pertunjukan ronggeng ini, pemain 2 orang harus bisa memegang atau

memainkan alat musik ronggeng seperti biola dan gendang karna alat musik

tersebut dimainkan harus bergantian, paling banyak pemain memaikan biola dan

gendang sebanyak 3 lagu langsung digantikan dengan pemain yang lain karna

memainkan biola dan gendang dapat menguras tenaga.

Kesenian ronggeng ini merupakan kesenian yang bertujuan untuk menghibur

penonton dalam acara pesta pernikahan,turun mandi,sunat rasul, biasanya dimain

kan pada malam Bajago yang dikatakan malam sebelum hari acara pesta

dilaksanakna waktu dimainkan dari jam sepuluh malam sampai menjelang subuh.

Lagu dalam ronggeng yang dimainkan lebih awal yaitu lagu Paninjau Anak

sikolah dengan dua orang penari tari bungkuih sambil berpantun irama, satu orang

laki-laki satu orang perempuan, lagu kedua Paninjau Padang dengan empat orang
penari sambil berpantun irama, dua orang laki-laki dua orang perempuan, lagu

ketiga Minang Siboga dengan empat orang penari sambil berpantun irama, lagu

keempat Anak Dagang dengan empat orang penari sambil berpantun irama, lagu

kelima Pulau Pisang dengan empat orang penari sambil berpantun irama, lagu

pulau pisang ini sebagai lagu vaforit bagi penonton.

Dari hasil penelitian ini bapak Abdul Kadir mengatakan dalam ronggeng ini

sebenarnya tidak boleh menampilkan lagu sembarangan karna penampilan lagu

nya harus beraturan dengan list lagu yang di tentukan oleh para pemain ronggang

itu baru bisa dikatakan ronggeng. Terkadang penonton banyak yang minta lagu

tidak sesuai dengan peraturanya contohnya lagu pulau pisang yang dikatakan lagu

vaforit bagi penonton. Ronggeng ini bisa dikatakan mirip dengan mengaji, dalam

satu lagu berdurasi panjang atau lama jika satu lagu ditampilkan dengan waktu

pendek maka arti dari lagu tersebut tidak akan ada artinya. Group Dagang Sepakat

ini biasanya latihan setiap minggu malam di kantor Kerapatan Anak Nagari

(KAN) yang ada di kenegarian Kinali tersebut sambil menarik para masyarakat

sekitar sebagai penonton.

C. Upacara Pernikahan

Banyak macam prosesi adat dalam upacara pernikahan di Minangkabau.

Prosesi di setiap daerah ada yang sama dan ada yang berbeda. Perbedaan itu juga

yang menciptakan keunikan daerah masing-masing. Akan tetapi dibalik

perbedaan tersebut, ada juga persamaan-persamaan yang terdapat pada upacara

pernikahan di masing-masing daerah Kabupaten Pasaman Barat.


Pernikahan pada dasarnya tidak lepas dari adat yang berlaku pada suatu

masyarakat. Upacara pernikahan yang dilakukan pun sudah menjadi suatu bagian

dari upacara yang berlaku pada adat terutama adat Minangkabau. Begitu juga

dengan Kabupaten Pasaman Barat yang memegang teguh adat Minangkabau

meski sudah ada suku lain yang bergabung di Kabupaten Pasaman Barat yang

salah satunya adalah suku Jawa, Mandailing, Batak.

Pertemuan adat di Minangkabau selalu melaksanakan alur panitahan, yakni

pidato adat yang diucapkan ketika duduk bersama untuk musyawarah menyetujui

suatu maksud. Dalam upacara pernikahan, panitahan (percakapan adat) tersebut

dilakukan oleh mamak dari pihak perempuan maupun pihak laki-laki untuk

menyampaikan maksud dan tujuannya dalam hal meminang, bertukar tanda,

manjapuik marapulai (menjemput pengantin pria), dan juga maanta marapulai ke

rumah anak daro ( mengantar pengantin pria kerumah pengantin wanita).

Panitahan dalam upacara pernikahan disebut dengan pasambahan.

Pasambahan sebagai salah satu kebudayaan masyarakat suku Minangkabau yang

dilakukan untuk menyampaikan maksud dan tujuan secara terselubung yang

berbentuk simbolik dan disampaikan secara lisan. Proses upacara pernikahan di

Minangkabau secara umum adalah:

1. Mancari minantu yaitu penjajakan untuk mencari calon menantu yang

dilakukan secara diam-diam dan biasanya dilakukan oleh bako, yaitu

sanak saudara kandung dari ayah calon mempelai.


2. Batimbang Tando yaitu pihak laki-laki dan perempuan saling bertukar

tanda menurut adat. Biasanya batimbang tando dilaksanakan setelah

adanya kesepakatan kedua belah pihak. Tanda tersebut bisa berupa cincin,

keris, dan sebagainya, sesuai adat yang berlaku di Nagari tersebut.

3. Menikah, hari pernikahan ditentukan pada saat batimbang tando.

4. Baralek, yaitu peresmian antara mempelai laki-laki dengan mempelai

perempuan yang biasa dikenal dengan kenduri. Hari kenduri ini juga

ditentukan pada saat batimbang tando. Kenduri ini juga berbeda

pelaksaannya disetiap Nagari.

Manjapuik marapulai merupakan salah satu proses dan acara yang terdapat

dalam upacara pernikahan di Minangkabau yang berarti menjemput pengantin

pria. Acara ini merupakan proses terakhir dari upacara pernikahan di Nagari

Kinali. Pelaksanaan acara manjapuik marapulai adalah urang sumando, yaitu

laki-laki yang berada di lingkungan tempat tinggal istri. Penjemput atau urang

sumando datang dengan membawa bingkisan adat sebagai penjemput marapulai.

Pasambahan manjapuik marapulai tergolong istimewa dari sekian banyak

pasambahan pada upacara pernikahan. Salah satu keistimewaan tersebut terletak

pada pelaksanaan dan pambao (bingkisan yang dibawa).


Gambar 3. Upacara Pernikahan Manjapuik Marapulai
(Dokumentasi: Adila Pedri, Juli 2021)

Gambar di atas adalah upacara pernikahan Manjapuik Marapulai dalam

Pasambahan pada masyarakat Minangkabau di Kanagarian Kinali Kabupaten

Pasaman Barat.

D. Bentuk Penyajian Kesenian Ronggeng

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuan bentuk penyajian ronggeng

adalah bentuk pertunjukan terdiri dari pantun, joget, dan alat musik yang

dimainkan. Pertunjukan dilakukan oleh empat berpasangan, dua orang laki-laki

dan dua orang perempuan yang menari berhadapan. Mereka mendendangkan

berpantun secara bergantian. Kesenian Ronggeng ini dimainkan pada upacara adat,

upacar pernikahan, turun mandi anak, dan sunat rasul dan lain-lain. Waktu
pensmpilsn ronggeng ini biasa di laksanakan pas prosesi malam Bainai atau

masyarakar biasa mengatakan malam Bajago, dimulai pada pukul sepuluh malam

sampai dengan pukul mejelang subuh sekitar jam lima pagi. Kesenian ini

ditampilkan oleh group Dagang Sepakat untuk menghibur pengantin dan

masyarakat yang datang pada acara pernikahan tersebut. Group Dagang Sepakat

ini dengan pemain sebanyak tiga belas personil dengan sebelas orang laki-laki dan

dua orang perempuan berumur yang sudah bekeluarga atau parubaya. Kesenian

Ronggeng ini yang akan tampil dengan lima orang pemusik yaitu satu orang

bermain biola, satu orang bermain dua orang bermain gendang, satu orang bermain

giring-giring, dan satu orang memukul botol sebagai mengatur tempo. Pemain

kesenian ini tidak harus itu-itu saja jika pemain yang pertama sudah lelah atau

capek, pemain bisa digantikan dengan pemin yang lain. Pertunjukan berlangsung

cair dimana antara pelaku dan penonton tidak berjarak. Penonton senantiasa diajak

terlibat selama pertunjukan berlangsung secara spontan.


Gambar 4. Penyajian Kesenian Ronggeng
(Dokumentasi: Adila Pedri, Juli 2021)

Gambar di atas merupakan bentuk penyajian kesenia ronggeng pada acara

pernikahan di waktu malam bainai atau malam bajago.

1. Pemain

Pemain atau pelaku seni adalah orang-orang yang bersedia berpartisipasi

dalam pertunjukan seni. Pemain juga merupakan orang-orang atau kelompok


yang akan bermain alat musik dan menari terutama pada penyajian kesenian

ronggeng.

Adapun pemain kesenian ronggeng sebagai berikut:

a. Bapak Abdul Kadir

Bapak Abdul Kadir adalah selaku ketua group ronggeng dagang

sepakat. Bapak ini sebagai penangung jawab ketika group ini di undang

untuk tampil pada cara pesta baralek dan lain sebagainya. Bapak Abdul

Kadir lahir pada tahun 1970 dan beliau sekarang berumur 51 tahun. Beliau

bertempat tinggal di daereh kinali kabupaten pasaman barat. Pekerjaan

beliau adalah bertani dan berkebun.

Gambar 5. Bapak Abdul Kadir


(Dokumentasi: Adila pedri, Juli 2021)

b. Bapak Munar

Bapak Munar adalah selaku pemain gendang group ronggeng dagang

sepakat. Bapak Munar lahir pada tahun 1953 dan beliau sekarang berumur
68 tahun. Beliau bertempat tinggal di daerah kinali kabupaten pasaman

barat. Pekerjaan beliau adalah bertani.

Gambar 6. Bapak Munar


(Dokumentasi: Adila pedri, Juli 2021)

c. Bapak Iman

Bapak Iman adalah selaku pemain gendang dua group ronggeng

dagang sepakat. Bapak Iman lahir pada tahun 1955 dan beliau sekarang
berumur 65 tahun. Beliau bertempat tinggal di daerah sungai paku

kabupaten pasaman barat. Pekerjaan beliau adalah bertani.

Gambar 7. Bapak Iman


(Dokumentasi: Adila pedri, Juli 2021)

d. Bapak Firdaus

Bapak Firdaus adalah selaku pemain biola group ronggeng dagang

sepakat. Bapak Firdaus lahir pada tahun 1959 dan beliau sekarang berumur
60 tahun. Beliau bertempat tinggal di daerah kinali kabupaten pasaman

barat. Perkerjaan beliau adalan bertani.

Gambar 8. Bapak Firdaus


(Dokumentasi: Adila pedri, Juli 2021)

e. Bapak Ramaih

Bapak Ramaih adalah selaku pemain giriang-giriang group ronggeng

dagang sepakat. Bapak Ramaih lahir pada tahun 1954 dan beliau sekarang
berumur 66 tahun. Beliau bertempat tinggal di daerah kinali kabupaten

pasaman barat. Pekerjaan beliau adalah bertani dan berdagang.

Gambar 9. Bapak Ramaih


(Dokumentasi: Adila pedri, Juli 2021)

f. Bapak Sumar

Bapak sumar adalah selaku pemain memukul botol group ronggeng

dagang sepakat. Beliau bermain sebagai mangatur tempo. Bapak Sumar

lahir pada tahun 1949 dan beliau sekarang berumur 71 tahun. Beliau
bertempat tinggal di daerah kinali kabupaten pasaman barat. Pekerjaan

beliaiu adalah bertani. Sekarang beliau hanya menetap dirumah karena

sudah tidak sanggup lagi untuk melakukan pekerjaan bertani tersebut.

Gambar 10. Bapak Sumar


(Dokumentasi: Adila pedri, Juli 2021)

2. Alat musik

Alat musik atau intrumen adalah alat yang menjadi penghasil bunyi pada

permainan musik. Anggoro (2013: 8) berpendapat bahwa Alat musik adalah


segala jenis intrumen musik baik melodi (bernada) maupun ritmis (tak

bernada) yang berfungsi sebagai pembawa melodi atau sebagai iringan dalam

sebuah karya seni. Ronggeng merupakan alat musik atau instrumen yang

menjadi ciri khas dari masyarakat Kecamatan Kinali.

Alat musik yang di gunakan dalam pertunjukan ronggeng sebagai

berikut:

a. Biola

Biola merupkan slah satu alat musik yang dimainkan secara di gesek.

Biola dalam pertunjukan ronggeng adalah suatu nada ciri chas bunyi nada

bagi pendengar ronggeng tersebut. Biola dalam ronggeng ini sama dengan

rabab cara berbainnya dan nada juga bisa dikatakan hampir mirip.
Gambar 11. Biola
(Dokumentasi: Adila pedri, Juli 2021)

b. Gendang 1

Gendang adalah alat musik ritmis yang di pukul. Dalam pertunjukan

ronggeng, gendang ini alat sebagai perkusi.

Gambar 12. Gendang 1


(Dokumentasi: Adila pedri, Juli 2021)

c. Gendang 2

Gendang adalah alat musik ritmis yang di pukul. Dalam pertunjukan

ronggeng, gendang ini alat sebagai perkusi. Gendang 2 ini berbeda pola

dengan pola gendang 1.


Gambar 13. Gendang 2
(Dokumentasi: Adila pedri, Juli 2021)

d. Giring-giring

Giring-giring dalam pertunjukan ronggeng adalah alat yang di gunakan

sebagai pelengkap.
Gambar 14. Giring-giring
(Dokumentasi: Adila pedri, Juli 2021)

e. Botol

Botol adalah alat musik di pukul yang berguna untuk mengatur tempo

dalam pertunjukan ronggeng.


Gambar 15. Botol
(Dokumentasi: Adila pedri, Juli 2021)

3. Lagu

Lagu merupakan suatu bentuk musik yang didalamnya terdapat lirik atau

syair sebagai penyampaian pesan. Anggoro (2013: 8) berpendapat bahwa lagu

yaitu rangkaian melodi yang disertai syair dan dibawakan oleh seorang atau

sekelompok penyani. Ronggeng pada dasarnya mempunyai lagu dengan cara

berpantun yang beriarama atau syair yang berkhusus.

Adapun lagu-lagu yang disajikan oleh dagang sepakat sebagai berikut:


a. Paninjau Sikolah

Paninjau Sikolah adalah lagu yang pertama yang ditampilkan. Lagu ini di

nyanyikan oleh dua orang sambil manari bungkuih.

b. Paninjau Padang

Paninjau Padang adalah lagu yang kedua biasnya ditampilkan. Lagu ini di

nyanyikan oleh empat orang berpasangan sambil menari.

c. Minang Siboga

Minang Siboga adalah lagu yang ketiga biasanya ditampilkan. Lagu ini di

nyanyikan oleh empat orang berpasangan sambil menari.

d. Anak Dagang

Anak Dagang ini adalah lagu yang pertama kali yang terinspirasi dari

seorang perantau dari jawa yang bekerja sebagai pedagang. Lagu ini adalah

lagu yang keempat biasanya di tampilkan dan dinyanyikan oleh empat

orang berpasangan sambil menari.

e. Pulau Pisang

Pulau Pisang adalah lagu yang kelima biasanya ditampilkan. Lagu pulau

pisang ini merupakan lagu tervaforit bagi penonton. Lagu ini di nyanyikan

oleh empat orang berpasangan sambil menari.


4. Waktu dan Tempat

Berdasarkan hasil penlitian yang dilakukan, penyajian kesian ronggeng di

tampilkan pada waktu pukul jam sepuluh sedudah malam bainai di waktu hari

malam bajago sampai hingga menjelang subuh sekitar jam lima pagi.

Pada dasarnya penampilan ronggeng hanya sebagai sarana hiburan pada

acara pernikahan. Pemain tidak hanya grop saja yang manampilkan ronggeng

tersebut, pemain juga menarik penonton untuk bisa tampil dan berbalas pantun

dalam penyajian ronggeng tersebut.

5. Kostum

Kostum merupakan faktor pendukung dari sebuah pertunjukan seni,

dimana kostum memberikan keindahan pada pemain dalam sebuah pertunjukan

atau penyajian seni. Berdasarkan hasil wawancara yang dikakukan, pakaian

yang harus di pakai terlihat sopan (Elok di Pandang Mato) dan memiliki satu

warna. Sepatu yang harus dipakai pemain adalah sepatu yang berwarna hitam

dan celana berwarna hitam. Jika pemain perempuan harus memakai baju

kebaya, memkai kain sarung dan juga memakai selendang yang dililitkan ke

badan atau dikerudungkan di kepala.

6. Penonton

Penonton adalah orang-orang yang akan melihat atau hadir dalam sebuah

pertunjukan. Dalam bentuk penyajian kesenian ronggeng pada acara

pernikahan, penonton tidak hanya melihat penampilan saja, penonton bisa juga
ikut serta dalam balas membalas pantun dan menari. Penonton sangat terhibur

dengan melihat penampilan ronggeng tersebut.


BAB V

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anggito, Albi, and Johan Setiawan. Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak (Jejak


Publisher), 2018.

Esten, Mursal. 1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa.

Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.

Murgiyanto, Hadi, Dian. Bentuk Penyajian Tari Ledhek Barangan di Kabupaten


Blora. Diss. Universitas Negeri Semarang, 2013.

Nureni, Heny Gustini, dan Alafan, Muhammad. 2012. Study Budaya Di Indonesia.
Bandung: CV Pustaka Setia.

Pratama, Bayu Ady, and Novita Wahyuningsih. "Pernikahan Adat Jawa di Desa
Nengahan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten." Haluan Sastra Budaya 2.1
(2018): 19-40.

Saputra, I. Made Wahyu, AA Kompiang Oka Sudana, and I. Made Sukarsa.


"Implementasi Struktur Data tree pada Sistem Informasi Upacara yadnya
Berbasis Android." Merpati 2.3 (2014).

Sedyawati, Anggoro. Kajian Bentuk Pertunjukan Kesenian Tradisional Emprak Sido


Mukti Desa Kepuk Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Diss. Universitas
Negeri Semarang, 2013.

Sulasman, dan Gumilar Setia. 2013. Teori-teori Kebudayaan: Dari Teori Hingga
Aplikasi. Bandung: CV Pustaka Setia

Walidin, Warul, and Saifullah Idris. "Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded
Theory." (2015).

Anda mungkin juga menyukai