Oleh:
ARIEF RIZKI PRATAMA
15046084
Dalam kehidupan manusia tari memiliki arti yang penting, karena bisa
memberikan manfaat, seperti terselanggaranya upacara-upacara tradisi tertentu
karena tari memiliki “makna” menyampaikan maksud acara tersebut. Makna tari
juga terdapat dalam fungsinya yang lain, baik ia sebagai sarana hiburan maupun
sebagai sarana komunikasi antara seniman dan masyarakat pendukungnya.
Dimana pun tari berada, sudah pasti memiliki makna-makna tertentu sehingga ia
tetap hadir dalam kehidupan masyarakat dari zaman ke zaman.
1
Gizalba, Sidi, 1998, PengantarKebudayaanSebagaiIlmu, PenerbitPustakaAntara, Jakarta.
2
Soedarsono, 1977, PengantarPengetahuanTari, Jakarta.Lagaligo.
Perkembangan pemikiran dan kehidupan manusia serta berubahnya selera
masyarakat dalam berkesenian, melahirkan jenis-jenis tari yang tidak hanya untuk
tujuan upacara keagamaan saja, tetapi juga tari-tarian yang bersifat hiburan,
pergaulan, bahkan yang bersuasana pertunjukan seni, dari yang bersumber tradisi
sampai yang modern sekalipun. Sumandiyo Hadi, mengatakan penjelasan yang
bagaimanapun adanya “seni tari” dalam wacana ini, baik tari yang berasal dari
budaya primitif, tari tradisional yang berkembang di istana (biasa disebut klasik),
tari yang hidup dikalangan masyarakat pedesaan dengan ciri “kerakyatan”,
maupun tari yang berkembang di masyarakat perkotaan (sering mendapat lebel
“pop”), dan tari “modern” atau “kreasibaru”, kehadirannya sesungguhnya tak akan
lepas dari masyarakat pendukungnya. Keberadaan seni tari dengan
lingkungannya, benar-benar merupakan masalah sosial yang cukup menarik.3
Salah satu kesenian tari yang berkembang dan bertahan bahkan hingga kini di
tengah masyarakat Kabupaten Kerinci adalah tari Rentak Kudo. Kerinci adalah
suatu kawasan yang terletak di dataran tinggi Puncak Andalas (Bukit Barisan),
3
Hadi, Sumandiyo. 2005. SosiologiTari. Yogjakarta :Pustaka
4
Sedyawati, Edi. 1986. PengetahuanElementerTariDanBeberapaMasalahTari.Jakarta:
DirektoratKesenian, ProyekPengembanganKesenian Jakarta. DepartemenPendidikan Dan
Kebudayaan
yang membentang di sepanjang gugus barat Pulau Sumatera. 5 Pada tahun 2020
ini, hampir seluruh masyarakat Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh masih
melestarikan kesenian Tari Rentak Kudo, salah satunya di Kecamatan Hamparan
Rawang.
Hamparan Rawang atau “Awo” dikenal dengan nama Hamparan Besar Tanah
Rawang adalah salah satu kecamatan di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi.
Tanah Hamparan Rawang merupakan pusat pemerintahan, pusat kota dan
kebudayaan di kala itu, yaitu dalam lingkup pemerintahan Depati 8 helai kain
yang berpusat di hiang (Depati Atur Bumi) dimana Hamparan Rawang menjadi
sebuah tempat pertemuan atau rapat-rapat besar Adat Kerinci.6
Tari Rentak Kudo berasal dari daerah Hamparan Rawang. Mengenai asal usul
tari Rentak Kudo terdapat beragam pendapat mengenainya, tetapi menurut
seniman-seniman senior, kesenian ini telah dipelajari dan dilaksanakan jauh
sebelum mereka lahir. Hanya saja, asal usulnya menjadi kabur seiring perjalanan
waktu karena minimnya bukti atau sumber yang ditinggalkan.
Kesenian Tari Rentak Kudo ini terus di jaga secara turun temurun oleh seniman
lokal Kerinci dari generasi ke generasi, walaupun keberadaannya sangat sedikit
pada saat ini dan mulai pudar.Rentak Kudo sangat identik dengan tarian yang
memperagakan seorang “Pengasuh” atau orang yang mengiringi tarian dengan
pantun-pantun berbahasa Rawang.Gerakan Tari Rentak Kudo pada awalnya
bersumber dari gerak-gerak silat, terutama gerak silat Langkah Tigo. Gerakan kaki
yang menghentak-hentak seperti kuda dengan iringan gong dan gendang.7
Pada zaman dahulu, sebelum menarikan Ntak awo, ada beberapa syarat yang
dilakukan terlebih dahulu, yaitu meletakkan sekapur sirih yang ditanamkan di
sudut-sudut tempat pelaksanaan, pembakaran kemenyan dan disediakan bunga
tujuh warna. Sebelum memulai, gendang atau rebana gedang biasanya diasapi
5
Budhi Vrihaspathi Jauhari dan Dpt.Eka Putra, Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci,
(Sungai Penuh: LSM Bina Potensia Aditya Mahatva Yodha,2012)
6
Wawancara bapak Maurizal salah satu tokoh adat Kecamatan Hamparan Rawang
7
Dais Dharmawan Paluseri,dkk.,Penetapan Warisan Budaya Tak Benda (Indonesia:Direktorat
Warisan dan Diploma Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan,2018) hlm 49
terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan untuk memohon keselamatan kepada
Sang Pencipta agar acara atau perhelatan yang akan dilaksanakan dapat berjalan
dengan baik.8
Rentak Kudo dipertunjukan dalam sebuah acara yang sangat sakral bagi
masyarakat Adat Hamparan Rawang, seperti acara perayaan musim panen,
Kenduri Sko, pernikahan, dan acara-acara festival kebudayaan.Berbeda dengan
kesenian tari lainnya di Kota Sungai Penuh seperti Tari Iyo-iyo, Rangguk yang
biasanya di pertunjukkan untuk upacara penyambutan. Tari Rentak Kudo
merupakan tari yang bernuansa riang gembira yang dimaksudkan untuk
merayakan sesuatu dengan kegembiraan, seperti musim panen, pernikahan, dan
sebagainya. Bahkan saat ini, Rentak Kudo banyak disajikan sebagai tari perayaan
pembukaan sebuah usaha.9 Namun pada saat ini, Tari Rentak Kudo tidak pernah
lagi digelar sebagai perayaan musim panen, pergelaran tari ini pada umumnya
digelar ketika acara pernikahan dan beberapa acara adat saja.
Tari Rentak Kudo selalu ditarikan dengan 1 sampai puluhan orang penari.
Media atau instrumen musik yang mengiring tari Rentak Kudo pada zaman
dahulu hanya berupa gong dan gendang. Namun, seiring dengan datangnya
kebudayaan baru melalui arus teknologi komunikasi dan informasi, hal ini
berdampak kepada tata cara pelaksanaan tari Rentak Kudo. Dampak yang paling
dirasakan oleh masyarakat Hamparan Rawang adalah dalam segi instrument
musiknya. Pada saat ini, para pengasuh kerap menyisipkan suatu musik remix
untuk memperkaya musik mereka. Sayangnya, musik remix justru mengikis
music tradisional yang berada didalamnya.
Memasuki era digital awal 2005, Perkembangan instrumen musik yang dari
memakai gendang dan gong berkembang memakai instrumen musik yang lebih
modern yaitu organ dan beberapa alat musik lainnya. Berangkat dari landasan
tersebut, muncul beberapa grup atau kelompok usaha musikal yang menawarkan
jasa pengiringan tari Rentak Kudo untuk acara-acara pernikahan, orientasi grup ini
tak hanya di Kecamatan Hamparan Rawang saja, namun juga sudah mencakup
8
ibid
9
Wawancara dengan Tokoh maestro Rentak Kudo Ibu Ruwaida
Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh bahkan hingga ke luar Provinsi seperti
Jambi, Sumatera Barat dan Bengkulu.10
Tokoh legendaris yang masih mempopulerkan Tari Rentak Kudo pada tahun
2020 ini adalah Ibu Ruwaida dari desa Tanjung, Kecamatan Hamparan Rawang.
Beliau adalah salah satu “Pengasuh” ( Orang yang mengiringi pantun ) yang
masih populer di Kecamatan Hamparan Rawang. Beliau mulai mendalami peran
sebagai Pengasuh sejak tahun 1990 dan masih bertahan hingga sekarang.
Selain itu, Pemerintahan Kota Sungai Penuh dalam menjaga dan melestarikan
kesenian tradisional Tari Rentak Kudo sudah melakukan beberapa upaya salah
satunya adalah masih menampilkan kesenian ini dalam berbagai festival sehingga
tari ini menjadi semakin populer di tengah masyarakat. Tari Rentak Kudo juga
sudah didaftarakan ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dalam
kegiatan Penetapan Warisan Tak Benda ( WBTB ) tahun 2018 lalu.
10
Wawancara bapak Junaidi pemilik grup Anes Musik
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, permasalahan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
2. Mengetahui perubahan nilai, tata cara dan alat musik yang digunakan
pada kesenian tradisional Tari Rentak Kudo di kecamatan Hamparan
Rawang tahun 1990-2019
a. Manfaat teoretis
1. Memberikan sumbangan secara keilmuan terhadap kesenian tradisional
Tari Rentak Kudo.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan Tari Rentak Kudo
sebagai peninggalan leluhur
b. Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh masyarakat
terutama masyarakat Kecamatan Hamparan Rawang sebagai sumber
pengetahuan
2. Kontribusi kepada masyarakat Hamparan Rawang sebagai usaha
melestarikan kesenian tradisional Rentak Kudo.
Kemudian dalam artikel yang ditulis oleh Sintia dan Susi menjelaskan
tentang Tari Rentak Kudo Dalam Kehidupan Masyarakat Desa Debai, bahwa
kerap terjadi perilaku-perilaku penyimpangan sosial setiap terdapat pelaksanaan
Tari Rentak Kudo.12 Ini berbeda dengan penelitian penulis yang lebih melihat dari
sisi historisnya.
Penelitian dengan tema yang sama juga dilakukan oleh Lola dkk, yang
menjelaskan Tari Rantak di Sumatera Barat mulai jarang dipertontonkan karena
beberapa faktor yang mempengaruhi kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
keberadaan tari Rantak, hal ini diperkuat dengan hadirnya musik modern yang
menyebabkan tari Rantak mulai jarang ditampilkan. 13 Perbedaan Tari Rantak di
Sumatera Barat dan Rentak Kudo di Kota Sungai Penuh adalah dalam segi tata
cara, dan gerakan tari yang dikandung oleh masing-masing tari tersebut.
11
Andreas, Boyke Bobbi. (2013). “Studi Terhadap Adanya Dua Versi Rentak Kudo untuk Acara
Pernikahan di Desa Rawang”. E-Jurnal Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang Vol 2 No 1
2013 Seri B
12
Sintia Farsalena, Susi Fitria. (2020). “Perubahan Tari Rentak Kudo dalam kehidupan sosial
Masyarakat” Diakronika, Vol. 20 No.1 Th. 2020
13
Lola, Indrayuda, dkk. (2019). “Keberadaan Tari Rantak dalam masyarakat pecinta seni di
Sumatera Barat: Antara mentradisi dan anggapan sebagai tari tradisional”. E-Jurnal Sendratasik
Vol 7 No 1 2019 Seri B
Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan tentang seni tradisional
masyarakat Hamparan Rawang dalam perkembangannya dari masa ke masa dan
perubahan nilai, tata cara dan alat musik yang terjadi dalam tari rentak kudo pada
masa sekarang.
14
Wiranata, I Gede. (2011). “Antropologi Budaya”. Jakarta: Citra Aditya Bakti PT
15
Andewi, Keni. (2019). “Mengenal Seni Tari”. Semarang: Mutiara Aksara
16
ibid
17
Mochtar Lubis, Mochtar Lubis Berbicara Menjawab Pertanyaan Wartawan (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1992) hlm 83
Rentak Kudo adalah sebuah kesenian tradisional dari Kecamatan Hamparan
Rawang yang merupakan sebuah tarian. Tari Rentak Kudo adalah tari yang
sangat populer dan digemari oleh masyarakat Kecamatan Hamparan Rawang.
Gerakan tari ini berupa hentakan kaki seperti kuda yang diiringi dengan pantun-
pantun berbahasa daerah. Tari ini sering dijumpai pada setiap acara perayaan
sesuatu yang dianggap sakral oleh masyarakat dan juga dalam pesat-pesta
pernikahan di Kota Sungai Penuh.
1. Heuristik
Heuristik atau tahap mencari, menemukan, mengumpulkan sumber-
sumber dalam berbagai bentuk untuk dapat mengetahui data-data yang
diperlukan dalam penelitian sejarah. Pada tahap ini, penulis
mengumpulkan data terkait penelitian ini, baik sumber tertulis sepertiu
buku, artikel, skrips, jurnal, dan dokumen yang diperoleh dalam
kunjungan ke Kantor Dinas Pariwisata dan kebudayaan kota Sungai
Penuh.
Buku yang didapat mengenai Tari Rentak Kudo adalah buku yang
berjudul penetapan warisan budaya takbenda Indonesia tahun 2018 yang
ditulis oleh Dais Dharmawan Paluseri dkk, Buku ini memberikan
informasi mengenai Warisan Budaya Takbenda. Terdapat 225 karya
budaya dalam buku ini yang telah melalui tahapan penilaian oleh tim ahli
warisan budaya takbenda. Pada bagian halaman ke-49 membahas
mengenai seni pertunjukan Tari rentak kudo atau Ntak awo yaitu tentang
asal mula munculnya kesenian tari rentak kudo dan tata cara dari tarian
rentak kudo.
Untuk mendukung dan melengkapi data tertulis, penulis melakukan
wawancara kepada maestro kesenian Tari Rentak Kudo di kecamatan
Hamparan Rawang yatu Ibu Ruwaida (70 tahun), serta tokoh-tokoh adat
depati ninik mamak yang ada di kecamatan Hamparan Rawang. Teknik
ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada pihak yang
dianggap mengetahui kesenian Tari Rentak Kudo. Wawancara yang
18
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Benteng, 2005)
dilakukan secara terstruktur dan sistematis mengacu pada rumusan
masalah.
2. Verifikasi
Verifikasi atau kritik sumber merupakan tahap dimana penulis
menyaring, memilih serta menentukan sumber-sumber mana saja yang
bisa digunakan sebagai bahan untuk penelitian Perkembangan Tari
Rentak Kudo, dengan kata lain pada tahap ini penulis melakukan upaya
untuk mengkaji keaslian (otentisitas) yang ditelususri secara mendalam
tentang perkembangan Tari Rentak Kudo untuk mendapatkan keabsahan
sumber yang maksimal.
Sumber tertulis yang ditemukan dapat dikritik dari berbagai kondisi.
Seperti kertas sudah menguning dengan tinta yang masih tampak jelas
maupun terlihat pudar. Adapun kritik intern yang dilakukan dengan cara
menelaah isi dari kandungan serta membandingkan dengan referensi
lainnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian, sehingga penulis
dapat menarik kesimpulan atas sumber yang telah diperoleh.
Sumber lisan diperoleh dalam penelitian ini yaitu dengan melihat
keaslian sumber dengan informan yang berkaitan dengan Seni tradisional
rentak kudo akan lebih diutamakan. Agar informasi yang didapat tidak
subjektif. Maka penulis tidak hanya melakukan wawancara dengan
seniman saja. Melainkan dengan masyarakat yang berkaitan dalam tari
rentak kudo.19
3. Interpretasi
Interpretasi adalah penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah dan
merangkai fakta tersebut menjadi satu kesatuan.20 Pada tahap ini, penulis
berusaha menafsirkan informasi tentang Perkembangan Tari Rentak
Kudo di kecamatan Hamparan Rawang tahun 1990-2019 agar relevan.
19
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah Islam (Yogjakarta: diterbitkan oleh ombak,
2011), hlm 108
20
Laksono, Anton. (2018). “Apa itu sejarah; pengertian, ruang lingkup, metode dan penelitian”.
Pontianak: Derwati Press. Hlm 109
4. Historiografi
Sebagai fase terakhir dalam metode sejarah, historiografi disini
merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian
sejarah yang telah dilakukan. Adapun syarat umum yang harus
diperhatikan oleh peneliti dalam pemaparan sejarah.
Pertama, peneliti harus memiliki kemampuan mengungkapkan
dengan bahasa yang baik. Misalnya, peneliti harus memperhatikan aturan
atau pedoman bahasa Indonesia yang baik, mengerti bagaimana memilih
kata atau gaya bahasa yang tepat dalam mengungkapkan. Maksudnya,
bahasa yang mudah dan jelas dipahami, tidak menggunakan bahasa sastra
murni yang cenderung membuat kelebihan-kelebihan tulisannya, dan
data dipaparkan seperti apa adanya atau seperti yang dipahami oleh
peneliti dan dengan gaya bahasa yang khas.
Budhi Vrihaspathi Jauhari dan Dpt.Eka Putra, Senarai Sejarah Kebudayaan Suku
Kerinci, (Sungai Penuh: LSM Bina Potensia Aditya Mahatva Yodha,2012)
Nama : Ruwaida
Umur : 70 Tahun
Alamat : Desa Tanjung Rawang
Pekerjaan : Seniman Legendaris Tari Rentak Kudo
Nama : Junaidi
Umur : 41 Tahun
Alamat : Simpang Tiga
Pekerjaan : Pemilik Anes Musik
Nama : Maurizal
Umur : 56 Tahun
Alamat : Tanjung
Pekerjaan : Tokoh Adat Tanjung