PENDAHULUAN
pencak silat, beluk, debus, terbang gede, dan Rampak Bedug. Jenis-jenis kesenian
ini merupakan contoh dari sekian banyak kesenian tradisional yang diciptakan dan
….Kesenian tidak akan pernah lepas dari masyarakat. Sebagai salah satu
bagian yang penting dari kebudayaan, kesenian adalah ungkapan
kreativitas dari kebudayaan itu sendiri. Masyarakat yang menyangga
kebudayaan dan demikian juga kesenian, mencipta, memberi peluang
untuk bergerak, memelihara, menularkan, mengembangkan untuk
kemudian menciptakan kebudayaan baru lagi.
1
berinteraksi dengan alam dan situasi sosialnya. Terkait dengan pendapat tersebut,
yang berakar pada pengalaman kultur dan religius, sehingga mengandung norma-
norma dan nilai yang perlu dilestarikan. Oleh karena itu, kesenian tradisional
Rampak Bedug. Media utama yang digunakan berupa bedug dan alat pemukulnya.
bedug Pandeglang terbuat dari batang pohon kelapa yang panjangnya berukuran
1,5 meter. Batang tersebut selanjutnya diberi lubang pada bagian tengahnya
(wawancara, Budi: 2013). Budi adalah seorang pelaku kesenian Rampak Bedug,
sejak berumur 6 tahun. Dari sejak kecil Budi ikut kelompok kesenian Rampak
Bedug Kadomas Pandeglang Banten, menurut Budi Pada waktu itu, di Kecamatan
2
antarkampung. Seni Rampak Bedug mulai ramai dipertandingkan pada tahun
Pada sekitar tahun 1960-1970 Ilen menciptakan suatu tarian kreatif dalam
seni ngadu bedug dan sekaligus mengubah istilah dari adu bedug menjadi
Rampak Bedug. Kata rampak memiliki arti serempak, jadi Rampak Bedug adalah
bedug yang ditabuh secara serempak. Penamaan ini diilhami juga dengan
Rampak Bedug diwadahi dengan mendirikan sanggar Harum Sari dan bekerja
sama dengan Burhata (almarhum), Juju, dan Rahmat. Sanggar ini terletak di
kecamatan sekitar. Bahkan pada akhir tahun 2002, Rampak Bedug menyebar juga
sebelah utara Kampung Juhut sebagai penyebar kesenian ini. Masyarakatnya aktif
didirikan kelompok seni Rampak Bedug tahun 2011 oleh Pudin dengan nama
sebagai pengembangan dari seni ngadu bedug, ngadulag, atau ngabedug. Bila
3
ngabedug dapat dimainkan oleh siapa saja, maka “Rampak Bedug” hanya bisa
dimainkan oleh para pemain yang harus melakukan proses latihan. Rampak Bedug
mengadu kekuatan tabuhan bedug dari malam sampai pagi hari. Setiap kampung
yang terlibat ngadu bedug, biasanya memiliki bedug tidak kurang dari 10 buah.
Oleh karena itu, ngadu bedug melibatkan banyak para pemuda untuk
memainkannya. Namun, dampak dari adanya ngadu bedug ini sering terjadi
akhirnya mewadahi kegiatan ini secara resmi yang diadakan di alun-alun kota
Pada masa lalu pemain Rampak Bedug semuanya laki-laki, tetapi sekarang
bahwa seni Rampak Bedug mempertunjukkan tarian-tarian yang terlihat indah jika
orang yang terdiri atas laki-laki 5 orang dan perempuan 5 orang. Adapun fungsi
4
kendang sedangkan pemain perempuan hanya sebagai penabuh bedug. Selain itu,
Gambar 1
Bentuk kesenian Rampak Bedug di alun-alun Pandeglang Banten
(Dokumentasi: Balai Seni Ciwasiat)
2012
Banten menarik untuk diteliti karena memiliki potensi yang berbeda dengan
sanggar lain. Potensi ini terletak pada ciri khas bentuk pertunjukan seperti pola
tabuh, pola tarian, busana, dan jumlah pelaku. Selain memainkan kesenian
sendiri yang disebut tilingtit yang bentuknya menyerupai dog-dog lojor. Sanggar
ini pernah menerima pesanan bedug yang jumlahnya mencapai 600 buah bedug,
yang dipesan oleh seluruh sekolah baik tingkat SMP-SMA Negeri se-Provinsi
Rampak Bedug dikarenakan sanggar ini lebih unggul dalam pembuatan bedug,
5
bedug-bedug yang dihasilkan dari Sanggar Seni Kembangtanjung lebih baik dari
umumnya menghabiskan waktu yang cukup lama, yaitu 3 sampai 4 hari, tetapi
pengrajin yang lain, yaitu dengan jangka waktu 1 hari satu buah bedug sudah
dapat diselesaikan oleh satu orang. Oleh karena itu, masyarakat Banten sering
B. Perumusan Masalah
dalam melalui sebuah penelitian. Ketertarikan ini terletak pada persoalan wujud,
isi, dan penampilannya yang memiliki ciri khas tersendiri. Oleh karena itu, fokus
penelitian ini akan mengkaji mengenai fungsi dan maknanya. Pengkajian fungsi
6
1. Bagaimana fungsi kesenian Rampak Bedug Sanggar Seni
Provinsi Banten.
Provinsi Banten.
C. Tujuan Penelitian
kesenian ini lebih dikenal lagi dan bisa menjadi ciri khas kesenian masyarakat
D. Manfaat Penelitian
Rampak Bedug untuk dijadikan rujukan bagi penelitian selanjutnya dan dapat
7
meningkatkan pemahaman mengenai kesenian Rampak Bedug sehingga dapat
Bedug.
Provinsi Banten
8
E. Tinjauan Pustaka
yang terkait dengan topik penelitian yang dilakukan. Ada berbagai referensi
STSI Bandung. Penelitian ini berupa skripsi yang ditulis dari segi tinjauan
9
Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk
setingkat skripsi berupa deskripsi. Adapun penelitian yang akan dilakukan pada
penelitian dan kajian yang difokuskan pada fungsi dan makna kesenian Rampak
Bedug. Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan
F. Landasan Teori
Dasar Analisis kesenian Rampak Bedug yaitu tentang kajian fungsi dan
teori. Pertama mengenai teori fungsi yang dianggap ada kesinambungan dengan
Teori Alan P. Merriam (1964:219-226) bahwa fungsi musik itu ada 10,
yaitu:
10
2. The Function of Aesthetic Enjoyment (Fungsi penghayatan estetis)
kebudayaan)
masyarakat).
dianggap tepat adalah hasil pemikiran Roland Barthes. Menurut Roland Barthes
11
bahwa objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi system
menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi
adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada
adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang
di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak
pasti. Teori semiotika Roland Barthes dijadikan sebagai kerangka berfikir untuk
G. Metode Penelitian
sehingga data yang dihasilkan dapat dipaparkan secara objektif. Menurut Best
ini digunakan untuk membuat gambaran secara objektif dan berbagai data berupa
penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), dan lebih
kualitatif lebih mementíngkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir. Oleh
12
karena itu, urutan-urutan kegiatan dapat berubah-ubah bergantung pada kondisi
dituntut mampu mengorganisasikan semua teori yang dibaca. Landasan teori yang
dahulu. Oleh karena itu, teori grounded ini disebut pula sebagai teori induktif.
Teori grounded diciptakan oleh Glaser dan Strauss dalam Deni (Kutha Ratna,
structural fungsional seerti yang dikemukakan oleh Parson, Merton, dan Blau.
diantaranya catatan data lapangan yang pada dasarnya belu lengkap, catatan
sekaligus dengan deskripsi yang lebih rinci, deskripsi dengan analisis, deskripsi
dengan verifikasi beserta temuan konsep, dan temun teori grounded itu sendiri.
13
Sementara itu, Strauss dan Cobin (dalam Kutha Ratna, 2010:81) menyatakan
a. Observasi
lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode
empat, yaitu:
14
ada keseimbangan, dan peneliti mengumpulkan data ikut observasi
partisipatif dalam beberpa kegiatan, tetapi tidak semuanya, (3)
active participation yaitu peneliti melakukan apa yang dilakukan
narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap, dan (4) complete
participation yaitu peneliti dalam mengumpukan data sudah terlibat
sepenuhnya terhadap yang dilakukan sumber data, sehingga suasana
terkesan natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian”
(Sugiyono, 2011: 226).
peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari dengan orang yang diamati atau
secara lengkap dan mendalam dengan mengetahui pada tingkat makna dari
ketelitian dan kejelian. Peran serta peneliti yang dituntut harus lebih aktif,
sebab informasi yang diperoleh tidak hanya untuk dicatat saja, tetapi
b. Wawancara
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
15
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang terdiri atas suatu
penata tari dan penata musik yang memberikan materi tentang aspek
terdiri atas penari dan pemain musik Kesenian Rampak Bedug di Sanggar
c. Dokumentasi
16
pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan di bidang
d. Studi literatur dengan cara membaca jumal dan buku-buku sumber yang
2. Instrumen penelitian
peneliti itu sendiri. Hal ini senada dengan pendapat Nasution (1988)
menyatakan bahwa:
17
Berdasarkan pernyataan tersebut penelitian ini dilakukan oleh
Pandeglang Provinsi Banten. Alat bantu yang digunakan berupa alat tulis,
3. Analisis Data
deskripsi data. Penyeleksian data dilakukan sebelum analisis data, data yang
membuang data yang tidak relevan. Data yang berupa uraian panjang dan
Penyajian data dalam penelitian ini berupa uraian mengenai hal-hal yang
18
didapat melalui metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang
a. Reduksi Data
Reduksi data diperoleh dari hasil wawancara atau hasil pencatatan, kriteria
Selain itu, reduksi data dilakukan dengan memilah-milah dari data yang
diperoleh untuk mencocok data yang sesuai dan tidak sesuai dengan
melakukan analisis data dan reduksi. Adapun pada salah satu hal reduksi
diharapkan.
b. Penyajian Data
19
Provinsi Banten. Penyajian data yang dilakukan oleh peneliti dengan
pembahasan.
c. Kesimpulan
Setelah semua data yang dipilih dan diolah sedemikian rupa sehingga
7 elemen pertunjukan yaitu, gerak, desain latai, musik, tata rias, tata
d. Triangulasi
yang lain di luar data untuk mengecek sebagai pembanding data tersebut
sumber data yang telah ada. Untuk memperkuat hasil kajian, penelitian ini
20
penelitian ditemukan perbedaan pendapat peneliti melakukan diskusi lebih
H. Sistemmatika Penulisan
LEMBAR
PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Tinjauan Pustaka
F. Landasan Teori
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Penulisan
21
BAB II SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PANDEGLANG
C. Potensi Pariwisata
D. Potensi Kesenian
1. Jenis Kesenian
2. Sanggar Seni
B. Produksi Bedug
Emosi);
Sosial);
Simbol);
22
7. The Function of Validation of Social Institutions and Religious
Keagamaan);
1. Makna Religius
3. Makna Sosial
A. SIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
23