Anda di halaman 1dari 4

KESENIAN TRADISIONAL

PANDEGLANG – BANTEN

Mungkin banyak yang belum tau kesenian dan kebudayaan asli Pandeglang -
Banten, dan sekarang mulai punah

Ternyata, selain kaya akan obyek wisata yang menarik, Pandeglang juga kaya
dalam hal warisan budaya kesenian daerah lho, mau tahu apa saja kesenian
tradisional yang sampai sekarang masih dilestarikan di Pandeglang? Cekiprot
gan:

1. Adu Bedug/Rampak Bedug


Mungkin sudah banyak yang tau dengan
kesenian yang satu ini. Merupakan salah
satu jenis kesenian tradisional Pandeglang
yang berakar dari tradisi menabuh bedug
saat waktu shalat tiba, kemudian
berkembang menjadi sarana hiburan
masyarakat pada saat bulan Ramadhan.
Kegiatan adu bedug ini berlanjut menjadi
perlombaan karena tidak hanya satu kampung saja yang memiliki kegiatan
tersebut, maka adu bedug ini menjadi ajang perlombaan antar kampung yang
akhirnya dibuatlah festival adu bedug.
Kata "Rampak" mengandung arti serempa, juga banyak, jadi "Rampak Bedug"
adalah seni bedug dengan menggunakan waditra berupa banyak bedug yang di
tambuh secara serempak sehingga menghasilkan irama khas yang enak
didengar.
2. Dzikir Saman
Dzikir saman disebut juga dzikir maulud
merupakan kesenian tradisional rakyat
Pandeglang yang menggunakan media gerak
dan lagu ( vokal ). Tari saman berasal dari
Kesultanan Banten yang dibawa para ulama
pada abad 18 sebagai upacara keagamaan,
namun pada perkembangan selanjutnya dapat
pula dilakukan pada upacara selametan
khitanan, pernikahan atau selametan rumah.
Untuk pertunjukan kesenian yang satu ini sudah jarang sekali, hanya di acara-
acara tertentu saja, Pemain dzikir saman berjumlah antara 26 sampai dengan
46 orang dan 2 sampai 4 orang sebagai vokalis.

3. Calung Renteng
Lahirnya kesenian ini berawal dari ketidak
sengajaan seseorang yang memukul kohkol
(kentongan) guna mengusir babi hutan yang
sampai saat ini masih sering mengganggu
tanaman. Dari beberapa kohkol itu
membentuk suatu nada (laras) kemudian
berkembang sampai sekarang.
salah satu kesenian yang sudah jarang juga
penampakannya, mirip angklung kesenian ini menggunakan bilah bambu
sebagai bahan dasar alat keseniannya.

4. Ubrug
Istilah ubrug berasal dari bahasa sunda
“sagebrugan“ yang berarti campur aduk
dalam satu lokasi. Pertunjukan ubrug
dapat dilakukan dimana saja. Kesenian
ini biasanya diselingi oleh dialog dan
acting dari para pemainnya yang
kadang membuat penonton tertawa.
Kesenian ini diiringi oleh seperangkat
alat music seperti gendang, kulanter, kempul, gong angkeb, rebab, kecrek dan
ketuk.
sama seperti poin 2 & 3 kesenian ini sudah jarang sekali dipertunjukan, terakhir
ane waktu SD liat pertunjukan ubrug ini.
sama halnya seperti pertunjukan lawak atau komedi, hanya saja Ubrug lebih ke
parodi tradisional.

5. Dodod
Merupakan seni pertunjukan yang
menggambarkan kegiatan masyarakat
ketika menanam padi. Tampilannya
berupa tarian diiringi beberapa buah
angklung dan dog-dog (sebutan
masyarakat dodod). Gerakan
merupakan peniruan dari gerak
mencangkul, tandur, ngarambet
(membersihkan rumput dengan
tangan).
Dilakukan pria dan wanita dengan suka cita dalam irama yang harmonis.

6. Padingdang Padeglangan
Padingdang Padeglangan merupakan salah
satu kesenian hasil dari kolaborasi Rampak
bedug Pandeglang dengan Kendang
Pencak, Tarian Saman, Teriakan Beluk,
Lagu-lagu Buhun Gendereh, Tarian Pencak
Silat, Angklung Dodod dan jenis seni tradisi
lainnya yang ditata sesuai kebutuhan paket
pertunjukan modern, didalamnya terdapat
pola tabuhan perkusi melalui weditera
bedug, kendang dan tembang yang terbalut rapih aransemen musik dan melodi
vokal saman, beluk dan sholawatan terbang tandak serta lengkingan terompet
pencak.
kolaborasi dari berbagai jenis kesenian tradisional yang dijadikan satu dan di
kemas dengan aransemen yang lebih modern.
7. PESTA RAKYAT RENGKONG
Kampung Paniis, Desa Tamanjaya, Kecamatan
Sumur, yang terletak di daerah pesisir pantai
menyimpan pesona terpendam. Pesta Rengkong,
biasanya diadakan sebagai penanda musim
tanam padi.
Pesta Rengkong diadakan setiap tahun sekali
atau pada saat tanaman padi mereka terserang
penyakit. Tapi sudah hampir setelah 15 tahun,
tradisi kesenian dan budaya ini baru digelar lagi,
karena hampir dilupakan orang.
Dalam tradisi ini, ada dua tumpeng yang biasanya ditanam, satu tumpeng
ditanam di dekat sumber mata air, dan satu lagi ditanam di area lapangan
terbuka yang dianggap sebagai simbol sedekah atas apa yang telah didapatkan
dari alam. Rengkong, adalah sebuah alat yang terbuat dari bambu dengan
panjang sekitar 1,5 meter. Kedua ujung bambu, kemudian diberi beban berupa
karung yang berisi pasir pantai dan diikat dengan tali injuk pada kedua
ujungnya. Di setiap ujung bambunya, kemudian dihias dengan kertas “wajit”
berwarna warni. Saat bambu ini mulai dipikul, dan digoyang-goyang oleh
pembawanya, maka terciptalah bunyi bunyian yang cukup unik,

Sebelum rengkong-rengkong ini dibawa keliling kampung, puluhan ibu-ibu


dengan “alu” (penumbuk padi), berbaris mengelili lesung (alas penumbuk padi).
Mereka memukulkan alu-alu tersebut sehingga menciptakan irama yang khas,
seperti rentetan nada dan menciptakan lagu.
Diiringi oleh gendang dan gong, ditambah suara pukulan alu, maka para
pembawa rengkong itu, kemudian menari mengitari ibu-ibu yang menumbuk
padi.

Tarian, irama gendang dan gong serta nyanyian khas ini, semakin menambah
semangat pembawa rengkong, disela-sela gerakannya, terkadang para pembawa
rengkong ini berteriak-teriak untuk menyemangati pembawa rengkong lainnya.
Ini dilakukan selama kurang lebih 30 menit.

Anda mungkin juga menyukai