BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesenian anak ngari di minangkabau sangat beragam. Mulai dari alat musik tarian,
pakaian dan lain-lain. Oleh karena itu, banyak para pemuda saat ini yang tidak mengetahui
dengan jelas mana saja yang termasuk kesenian anak nagari. Karena pada ssat ini remaja lebih
menyukai alat musik modern dari pada tradisional yang dimiliki oleh masyarakat minang.
Untuk itu seharusnya bagi kita kaum remaja untuk mengetahui seni yang dimiliki oleh
masyarakat minang agar tetap terjaga dan dilestarikan sepanjang masa
B. Rumusan Masalah
Jelaskan jenis alat musik yang ada di masyarakat minang !
Tarian daerah yang ada di masyarakat minang
Seni gabungan yang ada di masyarakat minang
Nilai yang terkandung dalam seni anak nagari di minangkabau
C. Tujuan Penulisan
Agar pembaca mengetahui dengan jelas berbagai alat musik yang dimiliki oleh anak nagari
masyarakat minang
Agar pembaca mengetahui tarian daerah yang dimiliki oleh masyarakat minang
Agar pembaca mengetahui seni gabungan yang ada di masyarakat minang
Agar pembaca mengetahui nilai yang terkandung dalam seni anak nagari di minangkabau
BAB II
PEMBAHASAN
Bansi
Bansi terbuat dari bambu yang lebih kecil dari saluang. Ukuran diameternya sekitar 1,5cm.
Panjangnya sekitar 20cm dengan buku bambu pada salah satu ujungnya. Ruas itu dilubangi
sebesar lubang nada yang dibuat pada bambu itu. Jumlah lubang nadanya ada lima buah.
Bansi biasanya digunakan untuk melodi. Ia dapat memainkan berbagai lagu pada berbagai
jenis nada. Ia dapat mengalunkan lagu – lagu yang lebih indah dibanding dengan alat musik
tradisional Minangkabau lainnya.
Pupuik
Pupuik biasanya dari batang padi. Ada juga yang membuat pupuik dari bambu kecil,
yang ukurannya hampir sama dengan batang padi. Panjang pupik berkisar antara 5 cm sampai 10
cm.
Batang padi dilubangi seperti bansi. Lubang adalah untuk menentukan nada. Sering juga
ditemui pupuik batang padi disambung dengan daun kelapa yang disusun melingkar menyerupai
tanduk. Dengan penyambungan ini, bunyi pupuik akan semakin keras. Pupuik ini disebur “
pupuik simpolong “. Pupuik ini tidak digunakan untuk mengiringi nyanyian, tetapi semata –
mata digunakan untuk mengiringi arak – arakan, karena bunyinya yang tinggi melengking.
2. Tarian daerah
a. Nama – nama tarian masing – masing daerah
Tari – tarian sangat banyak ragamnya di Minangkabau. Hampir di setiap daerah dalam
wilayah Minangkabau memiliki tari – tarian tradisional yang khas. Berikut ini ada beberapa
macam nama tarian menurut asal daerahnya :
Tari rantak kudo berasal dari Pesisir Selatan
Tari balanse madam berasal dari daera Padang
Tari mancak berasal dari daerah solok
Tari alau ambek berasal dari dari daerah Pariaman
Tari alue berasal dari daerah Agam
Tari jalo berasal dari daera Sawahlunto sijunjung
Tari mulo pado berasal dari daerah Tanah Datar
Tari salapik salapan berasal dari daerah pasaman
Tari sewah
Tari sewah merupakan tari pencak. Penari biasanya terdiri dri dua atau tiga orang.
Dalam menari, mereka memakai senjata yang disebut sewah. Sewah merupakan senjata tajam
yang panjangnya kira – kira satu ela. Dalam tarian ini biasanya dua orang memakai senjata. Bila
pemain ada tiga orang, yang memegang senjata tetap dua orang . sedangkan yang tidak
bersenjata menjadi sasaran tikaman. Dalam tarian yang terdiri dari dua orang penari, mereka
mempertunjukan gerakan bertempur tanpa bersinggungan.
Tarian perintang
Tarian perintang adalah tarian yang bertujuan untuk hiburan. Biasanya dilakukan oleh
muda mudi untuk mengisi waktu luang sambil bergembira ria. Mengisi waktu luang disebut
dengan kegiatan untuk perintang – rintang waktu. Tarian perintang waktu sering disebut tarian
pergaulan. Tarian ini dilakukan bersama – sama atau seorang diri. Gerakan tarian ini diiringi oleh
bunyi – bunyian.
Gerakan tarian lebih banyak menirukan perilaku alam, seperti meniru gerakan tupai,
elang terbang, kerbau mengamuk, dan berbagai kegiatan sehari – hari lainnya.
Jenis – jenis tarian perintang adalah :
Tari piriang
Tari piriang biasanya dimainkan sendiri atau bersama – sama. Tari piriang biasanya
dilakukan dengan meletakkan piring porslen di telapak tangan. Di ujung jari tangan dipasang
cincin yang terbuat dari damar yang dilubangkandi tengahnya dan dibuang isinya. Cincin ini
dijentikan pada piring sehingga menimbulkan bunyi sesuai dengan irama musik. Gerakan kaki
biasanya disebut rantak. Gerakan dalam tarian ini bermacam – macam. Misalnya
mempertunjukkan elang terbang yang mengibaskan sayapnya lalu menukik menyambar anak
ayam. Ada juga gerakan yang memperlihatkan petani sedang bercocok tanam, mulai dari
membajak, mencangkul sampai panen. Ada juga gerakan lain seperti kegiatan sehari – hari
lainnya, gadis yang sedang berhias, menyisir rambut dan lain – lain. Variasi gerakan sering
memperlihatkan kemahiran meliuk – liukan badan sambil terus mengayunkan tangan atau
berguling. Dalam pertunjukan tari piring sering juga dipertunjukkan kemampuan penari dengan
menginjak pecahan kaca.
Tari galuak
Tari galuak, tari yang mempergunakan galuak. Galuak adalah tempurung kelapa. Kedua
belah tangan, masing – masing menggenggam galuak. Gerakan tari ini mengutamakan berbagai
kemungkinan untuk mengadu tempurung, sehingga melahirkan bunyi. Gerakan ini biasanya
memperlihatkan gerakan hewan atau petani.
Tarian kaba
Tarian kaba adalah tarian dengan mengangkat terima cerita kaba. Tarian ini sangat
banyak ragamnya. Pola gerakan penari tidak banyak variasi, karena dalam pertunjukan ini lebih
mengutamakan nyanyian dari tarian. Gerakan dalam tari mengacu pada isi cerita.
Jenis tarian kaba adalah :
Tari si kambang
Dalam tarian ini gerakan khas adalah ketika menyanyi, si penari mempertunjukan
gerakan mengayunkan anak dalam gendongan. Bila sipenari berkeliling, ia mempertunjukan
gerakan menggendong anak. Inilah makanya tari si kambang sering juga disebut tari buai – buai.
Tari ilau
Tarian ini dimainkan oleh empat orang atau lebih. Gerakannya dengan berjalan
berkeliling membentuk lingkaran. Sambil berjalan mereka meratap bergantian. Ratapan ini unruk
mengisahkan cerita yang hendak disampaikan. Tari ini sering dimainkan oleh perempuan.
3. Seni Gabungan
Randai
Randai ini bearsal dari luak lima puluah kota, yang biasanya dimainkan oleh sekelompok
orng yang berjumlah 15 sampai 25 orang, yang memainkan sebuah cerita atau kaba klasik seperti
Anggun Nan Tungga, dll. Randai merupakan kumpulan kesenian seperti tari dendang drama
(tater), buasana, dan kini juga ada musik serta pencak silat.
a. Pemain Randai Terdiri dari
Anak Layar, yaitu semua penari yang ikut dalam pertunjukan
Anak Dendang, yaitu pemain yang disamping menarita juga mendendangkan lagu yang
jumlahnya sebanayk 3 atau 4 orang
Pelaku cerita atau kaba, yaitu pemain yang memrankan lakon atau bandit atau pemain pendukung
Tuo Randai, yaitu salah seorang pemain yang bertugas memberikan aba-aba ke dalam permaiba
nan
Tukang saluang dan tukang talempong biasanya tidak ikut menari
Tari Indang
Tari indang merupakan perpaduan antara seni sastra, vokal dan tari yang diirinfi
dengan rapai atau tari indang. Pada tari indang ini terjadi berbalas pantun yang dipimpin oleh
eorang khalifah.
Tabuik
Upacara tabuik biasanya dilakukan di daerah padang pariaman, yang
penyelenggaraannya mulai tanggal 1 sampai 10 Muharam, yang diperingati dalam rangka
memperingati wafatnya Imam Husein di Padang Karbela
b. Kaba
Kaba meru pakan salah satu cerita rakyat disamping dongeng, hikayat, dan cerita lainnya.
Jika dilihat dari ceritanya, kaba dapat dibagi menjadi dua yaitu :
Kaba Klasik
Yaitu kaba dari hikayat, misalnya hikayat Malin Deman menjadi Kaba Malin Demam
Kaba Baru
Setelah adanya mesin cetak, tukang kaba beralih ke buku, kemudian dijadikan permainan
randai sebagai teater rakyat yang memunculkan kaba baru seperti kaba simarantang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak nagari di minangkabau kaya akan seni yang terdiri dari alat musik,tarian dan
berbagai seni gabungan lainnya yang memiliki nilai tersendiri. Seni anak nagari di minangkabau
merupakan harta yang perlu dijaga dan dirawat karena merruapakan salah satu warisan dari
nenek moyang terdahulu.
B. Saran
Kami mengucapkan bnyak maaf jika terdapat bnyak kesalahan dalam penulisan dan
sebagainya. Karena kami hanya manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar sempurnanya isi
makalah yang kami buat.
DAFTAR PUSTAKA
Maswardi dan Afrimars, Drs (2003),Benda cagar /buadaya Lima Puluah Kota, Dinas Penisbud
kabupaten lima puluh kota
Maswardi, Juli 2006, Budaya Alam Minangkabau, Kabupaten Lima Puluh Kota Jilid 2 Sekolah Dasar
kelas IV
Jasa Surya, April 2010, Padang, Budaya Alam Minagkabau, Sekolah Dasar kelas 5
Diposting oleh Yefdi Mairisman di 17.12
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
▼ 2016 (6)
o ▼ April (1)
► 2015 (2)
Mengenai Saya
Yefdi Mairisman
Lihat profil lengkapku
Terdapat dua genre musik permainan talempong yaitu Talempong duduak dan talempong pacik yang
tumbuh dan berkembang hingga kini. Pengistilahan ini bertujuan untuk memberdakan kedua genre alat
musik tersebut. Meskipun pada kenyataannya kedua alat musik ini sering juga disebut dengan
istilah talempong atau calempong saja oleh masyarakat pendukungnya. Dalam permainannya
disebut batalempong atau bacalempong.
Bentuk
Bentuk alat musik Talempong berupa lingkaran dengan memiliki diameter 15 sampai 17,5 cm. Bagian
bawahnya berlubang dan bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter 5cm sebagai
tempat untuk dipukul ketika talempong dimainkan. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda yang
dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
Talempong dibuat dengan cara dipatri oleh padai besi hingga terbentuk sedemikian rupa, menyerupai
gong dengan bentuk yang kecil.
Fungsi
Talempong biasanya digunakan dalam acara tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti :
Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga nada do dan diakhiri dengan
si. Talempong biasanya dibawakan dengan iringan akordeon, instrumen musik sejenis organ yang
didorong dan ditarik dengan kedua tangan pemainnya. Selain akordeon, instrumen seperti
saluang, gandang, sarunai dan instrumen tradisional Minang lainnya juga umum dimainkan
bersama Talempong. Ada juga beberapa jenis alat musik tradisional suku minangkabau lainnya pupuik
daun padi, pupuik tanduak kabau, bansi, rabab pasisia jo pariaman.
Itulah penjelasan singkat mengenai pengertian dari alat musik talempong asal masyarakat Minangkabau.
Sumber referensi :
Related Posts :
Pengertian Alat Musik Tradisional Calung Asal Sunda Jawa Barat Calung | photo :
wisatalembang Pengertian alat musik tradisional Calung asal Jawa Barat. Calung adalah alat
musik yang hampir menyerupa… Read More...
Pengertian Saron Alat Musik Tradisional Daerah Jawa dan Bali Dari kiri-kanan; saron
panerus, saron barung, dan demung, dari STSI Surakarta photo : wikipedia Penjelasan alat musik
saron yang terdap… Read More...
Pengertian Alat Musik Tradisional Bonang Asal Jawa dan Bali bonang barung | photo :
repindonesiaraya Penjelasan alat musik Bonang yang berasal dari jawa dan bali. Bonang
merupakan salah satu alat… Read More...
BAB 1
PENDAHULUAN
2. Salah satu faktor anak-anak kurang meminati alat musik Tradisional karena tergeser oleh alat
musik yang lebih modern
3. Kurangnya media pembelajaran atau informasi tentang cara memainkan Alat Musik Tradisional.
3. Angklung
Angklung adalah alat musik multitonal
(bernada ganda) yang secara tradisional
berkembang dalam masyarakat berbahasa
Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini
dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara
digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan
badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi
yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4
nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik
tradisi Sunda kebanyakan
adalahsalendro dan pelog.
Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah
digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan
modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan
Nusantara.
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad ke-12
sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan
pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare)
sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri
Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang
dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari
ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah
satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus
padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman
padi rakyat tumbuh subur.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi
wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya
yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah
semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus
terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang
masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung
menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu. [rujukan?]
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi
tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah
struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat
pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian
Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang
sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong
dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke
Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia
ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun
sempat menyebar di sana.
Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena —tokoh angklung yang mengembangkan teknik
permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan
bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.
4.
BAB 3
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Alat Musik Tradisional jangan pernah di tinggalkan karena musik tradisional adalah
warisan nenek moyang suatu bangsa yang di turunkan secara turun temurun. Alat Musik
Tradisional ini merupakan suatu cirikhas sebuah bangsa, maka menjaga, memelihara dan
melestarikan budaya dengan alat alat musik tradisional merupakan kewajiban dari setiap
individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan
oleh setiap suku bangsa. Alat Musik tradisional juga dapat di kolaborasikan dengan musik
moderen yang tidak kala menarik untuk di saksikan.