Anda di halaman 1dari 30

MUSIK TRADISIONAL

DENDANG

Dendang adalah seni suara atau nyanyi Minangkabau. Kata dendang berasal
dari den indang yang mengandung dua arti; saya asuh dan menampi. Perpaduan
antara bernyanyi atau berdendang sambil mengayun-ayunkan anak dilakukan
terus menerus tanpa disadari melahirkan dendang. Dendang seperti ini dikenal
dengan dendang si Dawiyah di Maninjau. Lain halnya dengan menampi,
memisahkan beras dari atah sambil mengayunkan niru. Secara sadarpun
melahirkan irama dendang, seperti den tampi bareh den tampi. Hampir setiap
nagari mengenal nama dendangnya sendiri. Secara garis besarnya, menurut
daerahnya, dendang di Minangkabau dibagi dua, dendang darek dan dendang
pasisia . Perbedaannya pada tangga nada Tangga nada dendang darek pentatonis
dengan susunan nada do, re, mi, fa, so atau so, la, do, re, mi.

Walaupun termasuk dendang darek, ada juga daerah yang mempunyai susunan
nada yang berbeda, misalnya ratok: Koto Tuo, Rimbo Panjang, Kumbang Cari,
Batu Balang dan Kumbang Cari. Susunan tangga nadanya do, re, mi, fa, so.
Talago Biru, Tanjung Pati dan Tanjung Raya susunan tangga nadanya do, re, mi,
fa, so, la. Malereng Tabing, Si Kanduang Yo, Simpang Ampek susunan tangga
nadanya lain pula. Nada nyanyi darek non diatonis.

Tangga nada dendang pasisia heptatosis, seperti lagu palayaran, dayung


palinggam, si Kadarang.

Menurut iramanya dendang dibagi jenis, yakni:

1) Irama dendang ratok membawakan lagu sedih. Asal mulanya dendang ratok
ini dari perbuatan orang meratap karena kematian, kemalangan, dan lain
sebagainya. Ketika meratap itu keluar kata-kata yang lama kelamaan
menimbulkan suatu irama yang akhirnya menjadi irama ratok. Karena itulah
Dendang Ratok biasanya berirama sedih.
2) Dendang *kaba ialah irama nyanyi yang biasa digunakan untuk menyanyikan
cerita-cerita rakyat atau kaba.Irama dendang kaba banyak pula macamnya
sesuai dengan jalan cerita dan situasi waktu berdendang itu. Jadi, tergantung
kepadan tukang dendang itu sendiri. Contoh lagu yang mempergunakan irama
dendnag kaba adalah Gadang Batipuh, Batipuh Koto, Dayung Dani, Talipuak,
si Jobang.

3) Dendang tari adalah irama lagu yang dipergunakan untuk mengiringi tari yang
biasanya bersifat gembira. Contoh lagu-lagu yang mempergunakan irama
Dendang tari: Si Tujuh, Indang Sarilamak, Si Bungsu Bajalan Malam, Cak
Din, Dendang Talu, SiTujuah, Si Kumbang Cari, Si Marantang dari Agam,
Din Din Ai dari Tanah Datar.

4) Dendang Salawat Talam dari Solok ialah dendang yang iramanya berbau
dendang padang pasir (Arab) sesuai dengan asal dari penyiar-penyiar Islam
Pada mulanya mempergunakan kata-kata bahasa Arab, tetapi kemudian
dimasukkan kata-kata daerah. Kata-kata Arab kedengaran dalam
mendendangkan salawat talam itu..

5) Irama Dendang Indang adlah irama yang dipergunakan untuk mengiringi


lagu-lagu berindang. Permainan berindang adalah permainan berbalas-balas
pantun yang dinyanyikan Permainan berindang merupakan beradu
argumentasi antara dua kelompok yang dikepalai kalipah. Irama nyanyi
pengiringnya itu yang disebut dendang indang.

Di samping irama dendang tersebut, masih banyak irama dendang lain di


Minangkabau, akanterus bertambah sesuai dengan kemampuan pendendangnya.
Karena dendang merupakan umum di daerah Minangkabau, alat musik pengiring
banyak pula yang dapat dipakai.

Semua jenis alat musik tradisional daerah Minangkabau, seperti *bansi,


*saluang, *talempong, *pupuik gadang, *serunai dapat mengiringi dendang. Ada
pula alat musik di Minangkabau yang tidak dapat membawakan melodi dari suatu
lagu, seperti gendangdol, tasa, rebana, dan gendang berfungsi sebagai penuntun
irama dendang.
Sumber: Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Ensiklopedi Musik Indonesia, Seri A-E, 1979/1980
1. TALEMPONG -599

Dalam kehidupan sehari-hari, musik bagi masyarakat Minangkabau adalah


duduk bapamenan, tagak baparintang; duduk mempergunakan mainan, berdiri
berperintang. Maksudnya sambil duduk ada permainan dan ketika berdiri ada
perintang atau meninjau jarah. Salah satu permainan adalah alat musik talempong,
alat musik tradisional Minangkabau yang termasuk jenis alat musik pukul. Ada
dua jenis talempong, talempong kayu dan talempong kuningan.

Talempong kayu lahir ketika sedang memotong kayu, anak ilau(anak gadis
hilir mudik) memukul-mukul kayu. Bunyi-bunyian yang dihasilkan membuat
anak ilau menjadi asyik dengan pukulannya dan mereka menari-nari.

Pada mulanya, talempong kayu dimainkan dengan cara meletakkannya di


atas kaki dalam posisi duduk dan kaki lurus ke depan, lalu dimainkan secara
berirama. Kayu untuk pembuat talempong itu adalah kayu dalo, sejenis kayu yang
ringan. Kayu yang lurus dibagi 7 bagian yang satu sama lain berbeda, mulai dari
yang pendek, hingga yang panjang. Kemudian dibelah, diraut hingga membentuk
bidang datar dengan ketebalan yang tidak sama untuk mendapatkan nada yang
diinginkan. Nada rendah dihasilkan kayu yang terpanjang dan tinggi dari kayu
yang pendek. Semakin tebal kayunya semakin rendah nadanya, semakin tipis dan
pendek menghasilkan nada yang tinggi. Kayu terpanjang 40 cm dan yang
terpendek 25 cm. Alat pemukul terbuat dari kayu sebanyak 2 buah yang
panjangnya 30 - 15 sentimeter berdiameter 15 cm.

Talempong kayu dimainkan oleh seorang laki-laki atau perempuan. Pemain


berada dalam posisi duduk, kaki lurus ke depan. Ketujuh potong kayu diletakkan
di atas paha sampai kaki, disusun mulai dari yang terpanjang hingga yang pendek
dengan posisi melintang, mulai dari nada yang hingga nada yang tinggi. Kedua
sisi kaki sebagai papan landasan untuk meletakkan papan nada. Pemukulnya dua
buah yang dipegang tangan kiri dan tangan kanan.

Ada pula yang mengatakan talempong pertama di Sumatera berasal dari dari
Jawa, ketika adanya hubungan antara Minangkabau dengan Mojopahit. Alasan
yang dikemukakannya karena di Minangkabau terdapat talempong kayu
yangdinamakan talempong Jao.

Bahan pembuat talempong kuningan terdiri dari campuran logam, perunggu,


kuningan, tembaga dan besi. Pengrajin talempong yang andal berasal dari Tonkin
datang ke Minangkabau ketika perpindahan penduduk Asia Tenggara pada zaman
perunggu. Kini, talempong jadi salah satu warisan budaya masyarakat
Minangkabau yang diperoleh turun temurun dan termasuk salah satu musik
instrumental yang merupakan jenis esambel musik dan alat musik.

Talempong dibuat dengan teknik tuangan yang dilebur dan dituangkan ke


dalam cetakan tanah liat berlapis lilin. Cetakan tanah liat disebut limbago; dibuat
lebih dahulu membuat master cetakan dengan lilin. Kemudian lilin sedikit demi
sedikit dilapis dengan tanah liat yang dicampur sekam halus. Dengan
mengeluarkan lilin kembali melalui sebuah lobang sebesar lidi, hingga lilin
meleleh keluar dan meninggalkan bentuk cetakan yang diperlukan. Melalui
lobang inilah dituangkan tembaga yang dicairkan dengan panas yang tinggi,
hingga terbentuklah bentuk yang diinginkan. Teknik tuangan telah dikenal
semenjak zaman prasejarah dengan nama teknik cir par due. Pembuatan
talempong ini dibuat di Sungai Puar, Kabupaten Agam.

Untuk menghasilkan bunyi yang rasikal talempong diberi pelapisan tersendiri,


guna menyelaraskan merendah dan meninggikan frekwensi dan nada. Pelaras
talempong ini dapat dilakukan dengan dua cara:

1) Pelarasan pentatonik yang dilakukan secara manual

2) Pelarasan diatonik dengan menyesuaikan nada talempong dengan

nada piano

Permainan talempong tercermin dalam ungkapan adat, baaguang -


batalempong, bapupuik batang padi, Artinya memainkan gong dan talempong,
memainkan puput batang padi, musik talempong menjadi bagian dari upacara
adat.
Sedangkan permainan talempong dari bahan kuningan yang mula-mula
dikenal adalah talempong pacik. Talempong ini dimainkan dengan cara yang
sederhana yaitu dengan cara memegang daun talempong itu. Kemudian
memukulnya dengan tempo tertentu, sehingga menimbulkan irama. Pemain
talempong pacik terdiri dari tiga orang dan seorang pemain gendang. Melodinya
sederhana lama kelamaan mengiringi gendang. Bunyi melodi pendek-pendek,
sedangkan bunyi peningkah yang bergelut dengan ritme yang teratur, sehingga
menghasilkan bunyi yang bagus. Kemudian permainan talempong berkembang ke
seluruh Sumatra Barat. Masyarakat Sumatra Barat menjadi penggemar permainan
talempong ini sehingga lahir beraneka jenis musik talempong dengan bermacam-
macam melodi dan variasi seperti *Talempong Koto Anau, *Talempong Padang
Magek, *Talempong Aia Tabik dan *Talempong Talang Maua, dan *Talempong
Unggan, *Talempong Pacik.
2. Talempong Koto Anau

Talempong Koto Anau terdapat di nagari Aripan, Kecamatan Koto Anau,


Kabupaten Solok. Talempong Koto Anau dengan komposisi: dua buah "tangah"
(dasar), dua buah peningkah dan dua buah anak, yang diiringi dengan rabana.
Pemainnya berjumlah 4 orang; 2 orang pemain dasar, 2 orang pemain anak, dan
satu orang penabuh rebana.

Musik talempong ini ditampilkan untuk hiburan rakyat dan upacara adat,
perkawinan, khitanan anak, dan turun mandi.

Dendang yang dibawakan bersama talempong ini, antara lain, Sumaniak,


Siamang Gagau dan Tupai Bagayuik.
3. Talempong Padang Magek

Di nagari Padang Magek, Kabupaten Tanah Datar ditemukan sejenis


permainan talempong yang dimainkan bersama dengan gendang dan puput batang
padi. Ttangga nada talempong Padang Magek: 2, 4, 5, 6, ′6, í (re, fa, so, la, li dan
do). Talempong Padang Magek berjumlah enam buah dan diiringi dengan
gendang dan puput batang padi. Pemainnya berjumlah tiga orang, masing-masing
sebagai pemukul talempong, gendang dan puput batang padi dengan irama
dendang dan tarian. Dendang yang dibawakan, antara lain Padang Magek, Bukik
Gombak, Tari Piring, Rantak Kudo dan Tak Tontong

[ Dendang: Padang Magek]


4. Talempong Talang Maur dan Talempong Aia Tabik -600

Di nagari Talang Maur, Lima Puluh Kota terdapat dua jenis talempong,
yang pertama, bernada 5, 6, 1, 2, 3 ( so, la, do, re, mi) ditambah dengan nada 5
(sol) atau 6 (la) dan, kedua, yang bertangga nada 1, 2, 3, 4, 5, dab 6, masing-
masing berjumlah 6 buah. Talempong Talang Maua dimainkan bersama dengan
rebana . Dendang yang dibawakan adalah Cak Gomai, Siamang Tagagau, Anta ka
lauik dan Malin ka Ilia.

[ Dendang: Siamang Tagagau]


5. Talempong Unggan-601

Talempong Unggan terdapat di nagari Unggan, Kecamatan Sumpur


Kudus, Kabupaten Sawah Lunto Sijunjung. Talempong ini telah dikenal sejak
zaman Belanda berasal dari Datuk Paduko Alam dengan rombongannya, ketika
melakukan perjalanan dari rantau Bayang, Pangkalan di Riau sampai di Unggan
dan mereka mengembangkan Talempong Unggan.

Talempong Unggan berjumlah 5 buah yang ditempatkan di atas standar kayu.


Susunan nada 5, 2, 4, 3, 1, sedangkan tangga nadanya 1, 2, 3, 4, dan 5. Para
pmainnya terdiri dari 6 orang wanita dibantu dua orang penabuh gendang dan
gong yang dimainkan dalam keadaan duduk. Gendang pertama dinamakan
gendang "membaokan", sebagai pengatur tempo dan variasi. Gendang kedua
bernama gendang peningkah atau penyeling sebagai bas. Dendang yang
dibawakan antara lain: Bintang Kejora, Ramo-ramo Tabang Tinggi, Siamang
Tagagau, Maarak Anak Daro dan Tupai Bagaluik.
6. *TALEMPONG PACIK

Talempong pacik adalah seperangkat alat musik pukul yang terbuat dari
campuran perunggu., tembaga dan seng. Nama talempong pacik diambil dari
teknik memainkannya, dengan cara dipacik (dipegang) oleh tangan kiri atau
tangan kanan dalam keadaaan dijinjing.

Satu orang memainkan dua buah talempong, secara vertikal, dengan


menjinjing dengan tangan kiri dan diangkat setinggi pinggang dan dimajukan
sedikit ke depan dan ketiak agak merenggang. Talempong sebelah atas dijepit
dengan ibu jari dan telunjuk. Sedangkan talempong sebelah bawah digantungkan
pada jari manis dan jari kelingking. Jari tengah bertindak sebagai pemisah antara
kedua talempong itu agar tidak bersentuhan, sehingga nada yang dihasilkan
menjadi nyaring kedengarannya.

Teknik memaikan talempong ini di Minangkabau disebut teknik interlocking,


dengan cara membentuk suatu komposisi melodi gabungan (resultanties) maupun
ritme dengan cara membagi tugas antara dua atau lebih pemain. Masing-masing
memainkan pada ritme berbeda dan saling isi mengisi yang akhirnya menjadi satu
kesatuan kompoasisi.

Talempong pacik dimainkan 3 orang pemain, terdiri dari panggua anak


(pemukul) dengan nada do, mi, pemalun (penyatu) dengan nada so dan satu orang
memegang dua talempong bernada re- fa; dengan tambahan 3 orang sebagai
pemain *gendang, *canang dan peniup *serunai. Permainan dilakukan sambil
berdiri dengan memegang talempong. Tiap orang memegang dua talempong
bernada re - fa sebagai peningkah dan satu orang lagi bernada sol.

Musik Talempong pacik ini diiringi *Gendang Katindik


Pupuik-- 518

7. PUPUIK SARUNAI -520

Puput Serunai, sejenis alat tiup yang terdapat hampir di seluruh Sumatra
Barat, pesisir, maupun darek. Puput serunai digelarkan dalam acara-acara
keramaian, seperti perkawinan, pengangkatan penghulu bersama alat musik
lainnya.

Alat musik puput serunai ada yang terbuat keseluruhannya dari kayu dan ada
pula terbuat dari campuran kayu dengan bambu tipis (talang), tanduk atau daun
kelapa.

Bagian-bagian dari puput adalah :

1) Corong, yang menyerupai terompet ini berfungsi untuk pengeras suara.


Biasanya terbuat dari kayu gabus, tetapi kadangkala terbuat dari tanduk
dan daun kelapa yang dililitkan, Panjang berkisar 10 sampai 12 cm
dengan garis tengah mulut corong sekitar 6 sampai 6,25. Garis tengah
pangkal corong kira-kira 1,5 cm.

2) Batang puput, terbuat dari kayu batang capo ringkik atau talang.
Batangcapo adalah sejenis perdu yang bagian dalamnya lunak, sehingga
mudah membuat lobang untuk dijadikan saluran nafas ketika dilakukan
peniupan. Sedangkan kulit batangnya keras, kira-kira sebesar empu jari.
Panjangnya 18 sampai 20 cm. Di bagian badan dibuat empat buah lobang
yang berjarak masing-masing 2,5 cm untuk mengatur bunyi yang
diinginkan: membuka dan meniup dengan ujung jari akan menghasilkan
nada-nada : do, re, mi, fa, sol atau yang disebut dengan pentatonis, seperti
lazimnya nada-nada di daerah pedalaman Minangkabau.

3) Penyambung, adalah pangkal puput. Panjang antara 5 sampai 6 cm


terbuat dari kayu keras, yang dilobangi untuk saluran nafas yang
bersambung dengan poros badan dan poros corong. Di belakang
penyambung ini berbentuk corong pula dengan garis tengah lebih kurang
2 cm.
4) Anak serunai atau puput, yang merupakan sumber bunyi bila ditiup.
Sebagai sumber bunyi bagian ini dapat dibuat dari:

a. Batang padi tua, diambil sepanjang 10 cm yang bagian pangkalnya


pakai buku dan bagian ujungnya terbuka. Bagian yang berdekatan
dengan buku1,5 sampai 2 cm dipecah-pecah untuk dijadikan klep
suara. Setelah menghasilkan bunyi dimasukkan ke dalam lobang
pangkal penyambung puput *serunai batang padi siap dimainkan.

b. Talang bergaris tengah 0,5 cm dipotong 10 cm. Bagian pangkal buku


dibuat lidah sepanjang 1,5 - 2 cm, lebar kira-kira 0,4 c, yang berguna
sebagai klep suara. Setelah menghasilkan bunyi dimasukkan ke dalam
pangkal atau penyambung puput. Puput serunai telah dapat pula
dimainkan.

c. Pangkal bulu ayam. Pangkal bulu ayam dipotong ujung pangkalnya


hingga menjadi sebuah potongan sepanjang 1,5 cm berlobang polos.
Pada salah satu potongan tersebut diikatkan 2 lembar potongan daun
kelapa kering yang masing-masing berukuran pajang 1 cm, lebar 0,5
cm sebagai lidah atau klep suara. Setelah menghasilkan bunyi,
dimasukkan ke dalam lobang pangkal atau penyambung puput. Puput
Serunai siap dimainkan.

Di samping dibunyikan secara individual, puput serunai dimainkan


bersama *gendang dan* talempong. Di Sungai Pagu, Kabupaten Solok,
kombinasi gendang dengan Puput Serunai disebut Gendang Serunai. Bsiasanya
dimainkan pada upacara pengangkatan penghulu.

Puput Serunai yang dapat menghasilkan nada pentatonis dapat mengiringi


dendang: Pakan Rabaa, Ayam Bakotek, Ateh Lumbuang, Liolo.

[ dendang: Pakan Rabaa]


8. SERUNAI BATANG PADI - 519

Pupuik (puput) Batang Padi disebut juga serunai batang padi, semacam alat
musik tiup yang populer di Minangkabau. Dulu ketika panen tiba, puput batang
padi ikut menghibur masyarakat sesudah lelah menuai padi di sawah.
Perangkatnya adalah batang padi yang sudah tua yang memiliki buku. Pita suara
dibuat dekat pangkal buku dengan cara memecah dengan cara menggilingnya
hati-hati. Kemudian dibuat corong dari daun kelapa muda atau sejenis pandan.
Daun pandan dililitkan pada ujung puput hingga menyerupai terompet. Besar
corong tergantung keinginan si pembuat puput tersebut. Puput batang padi tidak
memiliki nada seperti *saluang atau *bansi, karena tidak mempunyai lobang nada.
Ketika ditiup akan mengeluarkan bunyi yang indah dengan teknik memainkan
lidah serta membuka dan menutup sebagian corong puput dengan telapak tangan
dan jari waktu meniupnya.

Serunai batang padi tidak tahan lama, dan dibuat untuk sesaat, karena batang
padi tidak tahan lama atau mudah mengering hingga tidak dapat dipergunakan
lagi.

Dengan kepandaian yang dimiliki peniupnya puput ini dapat menyanyikan


dendang Minangkabau yang bernada pentatonis, dengan jalan memainkan lidah
serta membuka atau menutup mulut corong puput dengan telapak tangan dan jari
waktu meniup pupuit tersebut.

[ Lagu Kumbang cari]


9. PUPUIK BERANAK- 521

Puput Beranak, pada prinsipnya pembuatannya, hampir sama dengan


Puput Batang padi. Cara mendapatkan nadanya sama pula. Perbedaannya terlatak
pada bahan yang dipergunakan Puput beranak mempergunakan bahan sarik,
semacam bambu kecil, sedang puput batang padi dari batang padi dan daun
kelapa.

Puput batang padi terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut anak
puput umumnya terbuat dari sariak berdiameter 0,5 sam[pai 0,75 cm. Panjangnya
sekitar 5 cm atau sepertiga panjang puput induk. Anak puput inilah yang
menghasilkan bunyi, karena pada bagian ini dibuat klep. Klepnya terdiri dari
lidah-lidah bambu yang dibuat dekat buku. Setelah klep ini medapat
mengahsilkan bunyi, anak puput ini dimasukkan ke dalam lobang puput induk
yang terbuat dari talang polos. Induk puput yang terbuat dari talang polos dan
tidak memiliki lobang nada. Ukuran panjangnya 10 sampai 15 cm dengan
diameter 1-2 cm. Sebelum disambungkan antara anak puput dengan puput induk,
ujung anak puput dililit dengan dengan kain atau kertas sdebelum dimasukkan ke
dalam puput induk, agar tidak mudah lepas. Di samping itu hubungan yang erat
itu dioperlukan agar udara yang ditiup tidak merember keluar, dicelah-celah
sambungan kedua bagian puput itu dan suara yang dihasilkan akan lebih
sempurna.

` Puput beranak ada ayang dimainkan tunggal sebagai peliput lara, dan ada
pula sebagai pengiring lagu tradisional lainnya, seperti dendang. Nada yang
dihasilkan Puput beranak diperoleh dengan keahlian peniupnya dalam memainkan
lidah dan jari yang menutup dan membuka ujung puput selama memainkannya.
Dari tiupannya timbul nada pentatonis.

Puput beranak ini banyak terdapat di daerah Kabupaten Agam, di nagari Padang
laweh, Batu palano, Batagak, Sariak, Koto Tuo, Sungai janiah, dan Lasi.
10. CANANG -323

Canang, adalah sejenis alat musik pukul yang terbuat dari bahan kuningan
atau perunggu. Bentuknya bulat seperti gong dalam ukuran kecil. Sisi
belakangnya berongga sedang sisi luar bagian tengah diberi tombol tempat
menjatuhkan pukulan sehingga menimbulkan bunyi. Pinggir canang dilobangi dua
buah untuk tempat menyangkutkan tali, sebagai alat pemegang.

Dari dulu sampai sekarang, canang masih kelihatan sebagai alat komunikasi
massa, menyampaikan berita kepada masyarakat, seperti untuk mengumpulkan
penduduk untuk kegiatan gotong royong, pertemuan, atau pun pengumuman
penting. Canang dipukul dengan nada, teng tren ceng, teng mengelilingi jalan-
jalan kampung dan sekali-sekali si pemukul bersorak, "Hai orang kampung, laki-
laki tua dan muda, besok kita bergotong royong ……….. dst.

Canang pernah juga dimainkan sebagai hiburan ketika mengarak, semacam


pawai anak daro atau penganten laki-laki. Dalam perjalanan, canang dibunyikan
bersama alat kerawitan lainnya dengan bunyi tingkah bertingkah oleh pemain.
Kadangkala kaum ibu di kampung untuk hiburan ketika melakukan gotong
royong, seperti mengangkut pasir ( Maninjau) untuk keperluan rumah ibadah,
mesjid atau surau. Pada saat itu alat transpor belum ada. Kaum ibu membawa
pasir dan batu yang diletakkan di dalam panci dan dijunjung di atas kepala. Agar
tidak merasa lelah mereka diiringi oleh sekelompok pemukul canang yang
bunyinya berbeda. Bentuknya lebih besar dari talempong, namun kecil dari agung
atau gong. Perangkat musik itu dinamakan momongan biasanya terdiri dari empat
buah canang. Momongan dipukul berganti, lambat dan teratur, sehingga
menimbulkan irama yang indah. Pemukul momongan ikut bersama peserta gotong
royong beberapa kali dengan tidak merasa lelah.
Rabab- 526

Rabab asal katanya dari rabba, yang artinya nyanyian pujian kepada Allah.
Rabab semacam alat musik tradisonal Minangkabau, termasuk jenis alat gesek.
Rabab menyerupai biola bertali dua atau tiga; biasanya digesek dengan cara
ditegakkan di lantai dan penggeseknya berada di belakang rebab.

Seni rabb digemari masyarakat Minangkabau sebagai hiburan sewaktu


berlangsung upacara perrkawinan, keramaian anak nagari, pengangkatan
penghulu, batagak kudo-kudo (mendirikan kerangka atap) dan biasanya
ditampilkan pada malam hari.

Permainan rabab adalah unsur kebudayaan Islam yang berasal dari Parsia.
Semula dipakai sebagai alat dakwah, sewaktu Islam masuk ke Minangkabau
kesenian rabab dibawa oleh para pedagang atau da'i. Daerah pesisir barat sebagai
daerah pengembangan Islam pertama di Minangkabau, sehingga penyebaran
rabab itu menyebar ketiga jurusan, yakni Pesisir Selatan, Pesisir Utara (Pariaman)
dan pedalaman (darek). Orang hanya mengenal tiga jenis rabab yang masing-
masing mempunyai perbedaan, yaitu

1) Rabab Pesisir , bentuknya seperti biola mempunyai 4 buah snar.

2) Rabab Pariaman, bentuknya menyerupai biola, badannya dari batok


kelapa, mempunyai tiga lembar snar, dan

3) Rabab Darek (Payakumbuh), badannya terbuat dari kayu nangka yang


diberi rongga pembentuk resonansi. Dawai atau snarnya dua lembar

Permainan rabab ditampilkan pada malam hari yang dilakukan oleh dua
orang pemain bergantian. Mereka duduk bersila diatas tikar. Rabab ditegakkan
miring ke depan, tangan kiri memegang dekat pedang-pedang yang berbatasan
dengan batang. Jari-jari tangan kiri memegang snar, sedang tangan kanan
menggesek snar tentang terali.

Syair, pantun dan dendang lagu rabab merupakan dialog langsung antara
kedua pemain yang dilakukan secara bergantian. Dialog tersebut berisi berbagai
ragam suka duka kehidupan: rumah tangga, mata pencarian, pendidikan, agama,
kesenian. Berbalas pantun itu disampaikan dengan dendang irama diiringi gesekan
rabab sebagai pengiring. Gesekan biola bukanlah melodi, tetapi hanya pengiring
lagu.

Irama lagu rabab adalah:

1) Lahari, instrumentalia dari gesekakan rabab

2) Lagu palayaran

3) Lagu Buayan anak

4) Lagu dendang panjang

5) Lagu hoyak ambacang

6) Lagu kuliling dan lagu kaba

7) Lagu si gadih ambai

Sudah banyak diciptakan irama lagu rabab dalam garis besarnya dapat dibagi
tiga macam, yaitu irama gembira, ratok dan bakaba.

[lagu Si Gadih Ambai]

[Gambar rababpariaman, Payakumbuh dan Pesisir]


11. RABAB TEMPURUNG 526 -527

Namanya diambil dari bahan pembuatannya tempurung (batok) kelapa yang


berfungsi sebagai resonantor. Rabab mempunyai tiga helai tali dari benang yang
dpilin. Sedang penggeseknya bentuk busur panah,; tangkai dari kayu dan
penggeseknya dari bulu ekor kuda. Rabab adalah satu-satunya instrumen gesek
yang dipakai bersama talempong untuk memainkan lagu dengan suasana lirih,
dalam suasana sendu.

Perangkat talempong di Aia Angek, Sawah Lunto Sijunjung biasanya


dilimaui. Artinya dimandi dan disirami dengan air limau, disertai dengan "capak
capak baruak" atau mantra. Masyarakat Air Angek menyebutnya pitunang yng
dilakukan seorang dukun agar bunyi talempong itu kedengarannya memikat hati
orang yang mendengarnya dan orang akan datang beramai-ramai ke tempat acara.
Talempong semacam ini sekali gus untuk menghimpun masyarakat.

Seorang memainkan dua buah talempong dengan cara dijinjing dengan tngan
kiri dan diangkat sepinggang dan dimajukan sedikit ke depan, ketia agak
merenggang. Talempong dipukul dengan dengan kayu pemukul (stik) dengan
tangan kanan. Talempong sebelah atas dijepit dengan ibu jari dan telunjuk,
sedangkan talempong sebelah bawah digantung pada jari manis dan kelingking.
Jari tengah berguna sebagai pemisah antara kedua talempong, agar tidak
bersentuhan.

Teknik seperti ini disebut permainan talempong pacik atau teknik


interlocking, cara untuk membentuk melodi gabungan (resultans melodies)
maupun ritme dengan cara membagi tugas antara dua atau lebih pemain. Masing-
masing pemain memainkan para ritem berbeda dan saling mengisi, yangakhirnya
menjadi satu kesatuan komposisi.

Di Aie Angek memiliki banyak stakato (garinyiak) yang dikenal dengan nada
setengah. Talempong digelarkan pada upacara-upacara: khatib Ramadhan (Air
Angek, Sawah Lunto Sijunjung), Alek Kawin, Tari Ilau, acara batoboh.

Khusus tari ilau, dulu apabila sanak saudara meninggal, tari ilau ditampilkan
dalam bentuk ratap tangis yang memilukan, sehingga mengundang orang lain ikut
meratap Karena perubahan zaman, tari itu tidak ditampilkan lagi dalam upacara
kematian.irnya tari itu berkembang menjadi tari muda mudi. Penarinya terdiri dua
orang laki-laki, kedua menari dengan gayasilat.

Gandang 7 6 5 4 5 6 2 3 Musik Tiup

1 2 3 4 5 6 7 1

Melodi

Telempong Nada Rendah 7 6 5 4

1 2 3 4

Telempong Nada Tinggi 5 6 2 3

5 6 7 1

Canang nada rendah 1 2 3

Canang nada tinggi 5 6 7 1


12. GENDANG KATINDIK

Gendang Katindik, gendang pengiring musik talempong yang dilakukan oleh


2 orang penabuh. Gendang katindik terbuat dari kayu berbentuk silinder, mengecil
pada bagian kiri dan kanan, panjangnya 20 cm dengan garis tengah 25 cm. Bagian
penabuh terbuat dari kulit sapi atau kulit kambing. Penabuh memukul dengan
telapak tangan.

[ gambar]

-------------------------------------------------------------------------------------

SALUANG-88 AZ/TIM

[Dendang: Ratok Sabu]

---------------------------------------------------------------------------------------------------
13.GANDANG TIGO

Gandang Tigo (gendang tiga) terdapat di nagari Tabek Panjang, Kecamatan


Baso, Kabupaten Agam. Gendang Tiga adalah salah satu alat musik tradisional
Minangkabau. Musik ini telah timbul di nagari Tabek panjang sejak 300 tahun
yang lalu. Setiap suku di nagari ini mempunyai alat kesenian ini. Namun sejak
pergolakan daerah tahun 1958, musik tradisonal ini mengalami kemunduran.
Bentuknya hampir sama dengan canang.Gandang tigo berbeda dalam ukuran,
diamter, dan tebal alatnya. Gandang Gadang berdiameter 24 cm bernada f,
gendang menengah 21,5 cm bernada g dan dan gendang kecil 21 cm nadanya as.
Kayu pemukul terbuat dari kayu waru yang ringan dan liat, kemudian dibalut
dengan kain.Panjang pemukul 9 cm dengan diameter 2 cm.

Lagu atau dendang yang dibawakan Gandang Tigo terletak pada ketelitian dan
keserasian tempo. Jika tercecer satu pukulan mengakibatkan yang lain tidak dapat
melanjutkan atau lagu itu tidak sempurna kedengarannya.

Alat musik ini disimpan di rumah gadang dan digantungkan di tiang tengah
(tiang tuo) dan ditampilkan pada waktu upacara adat, seperti pengangkatan
penghulu, alek nagari, perkawinan, turun mandi dan khitanan. Lagu yang
dibawakan dengan gandang tigo ada;ah" Talio (lagu panjang), si Jangkung dan
pararakan.
14. GANDANG DOL

Gandang dol disebut juga tambur terbuat dari kayu dan kulit kambing
yang sudah kering dan dikikis. Kayu biasanya diambil dari batang kapuk atau
batang durian bergaris tengah kira-kira 44,5 dan panjangnya 53 cm itu dilobangi
menurut lingkarannya, sehingga terbentuk lobang besar seperti polongan yang
terbuka atas dan bawahnya. Kedua ujung pangkalnya dibalut dengan kulit
kambing. Kemudian diikat dengan manau bulat atau telah dibelah. Kedua manau
pengikat itu dihubungkan dengan tali belati atau rotan dan ditarik
yangmenyebabkan kedua kulit itu menjadi tegang dan bila dipukul akan
menimbulkan bunyi. Gendang dol tidak memiliki nada tertentu. Bunyi yang
dihasilkan tergantung kemahiran si pemukul. Gandang yang khusus
dikombinasikan dengan *tasa dimainkan bersama talempong, puput batang padi,
Gong, bansi, dan rebana.

Gandang dol diberi sangkutan dengan tali sehingga dapat diandang oleh
sipemukul. .kayu pemukul tambur berukuran sebesar ibu jari dengan panjang 25
cm. Tambur dan tasa ditampilkan pada acara-acara keramaian anak nagari,
terutama pada perayaan tabuik (tabut)

[Gambar gandang]
15. TASA- GENDANG- 612

Tasa adalah semacam alat musik tradisional yang dipakai bersama dengan
sebagai penguiring tambur. Kerangka tasa berlobang polos yang bentuknya seperti
belanga, bergaris tenga sekitar 36 cm dengan tingga 10,5 cm itu ditutup dengan
kulit kambing. Bagian pinggir kulit kambing itu dibalut dengan gelang rotan yang
berukuran sebesar lingkatan mulut kerngka tasa. Rotan yang sudah dibalut dengan
pinmggir kulit kambing itu diikat dalam jarak 3-5 cm, kemudian ditarik serta
diikat pula ke gelang rotan yang lebih kecil dengan garis tengah sekitar 12,5 cm
yang ditaruh bagian bawah kerangka. Hasil ikatan ini akan menegangkan kulit
kambing yang menutup kerangka tadi dan menghasilkan bunyi yang nyaring.
Apabila bunyi kurang nyaring, maka tasa dipanaskan dengan api yang dinyalan
dengan daun kelapa kering.

Tasa dimainkan dengan menggantungkannya dengan tali ke leher dengan


dua buah rotan sebesar kelingking yang panjangnya 35 - 40 cm. Tasa berfungsi
sebagai peningkah dan pengatur bunyi tambur.
16. GANDANG TIN TAK

Sejenis gendang yang berukuran lebih kecil dari tambur. Panjangnya


sekitar 39,5 cm dan garis tengahnya 23 cm. Kedua permukaannya biasanya sama
ukurannya, tetapi adakalanya yang satu lebih kecil dari yang lainnya Kayu yang
dipakai untuk membuat gendang tiga adalah batang kapuk durian dan ada dari
batang enau. Bila kulit gendang itu dipukul dengan telapak tangan atau jari akan
terdengar bynyi tak tik tak,. Oleh seba itu gendang ini disebut gendang tik Tak.
Gendang ini, sebagai alat mengatur irama, dimainkan bersama talempong,
salung, bansi, gambus dan rebana.

[Gambar]
17.SODAM ATAU SAMPELONG-555

Sodam atau Sampelong adalah sejenis alat tiup yang terdapat di Kabupaten
Lima Puluh Kota. Di Taeh Bukit dan Suliki, alat tiup ini dinamakan Sodam,
sedangkan di Durian Tinggi dan Talang Maur dinamakan Sampelong.

Bahan dasar sodam atau sampelong adalah talang, yang panjang antara 32,5
sampai 62,5 cm dengan garis tengah sekitar 2,25 sampai 3 cm.

Alat tiup ini terdiri dari dua bagian, peniup dan pengatur nada.

1) Bagian peniup berukuran 5 sampai 14 cm yang dapat dilepaskan dari


bagian pengatur nada. Peniup ini ada yang terbuat dari buku talang untuk
menimbulkan bunyi pada klep suara bila ditiup, bagian dalam dari buku
talang itu dilobangi. Sedangkan yang terbuat dari ruas talang yang polos
disumbat dengan kayu. Untuk mendapat suara pada klep suara, antara
talang dengan kayu penyumbat dibuat rongga atau saluran udara enga
jalan menyajat bagian badan kayu tersebut.

2) Bagian pengatur nada yang juga disebut badan dari alat tip ini terdiri dari
talang polos yang disambungkan pada bagian peniup Dibagaian ini
terdapat 4 lobang pengatur nada pentatonis, yaitu nada 5, 6, 1, 2. 3 (so, la,
do, re, mi). jarak antara lobang 4,5 sampai 5 cm.

Sodam dan sampelong digunakan untuk pelipur lara dan pengiring


dendang:Labuah Lengkok, Mudiak Mangua, Kubang Balambak, Mudiak
Likia dan kayo Dalok.

[ Dendang: Labuah Langkok]

[Gambar Sodam atau Sampelong]


18. BANSI-311

Bansi sebagai musik tiup yang ditemukan di Sumatera Barat, memiliki


variasi nada yang lebih lengkap. Bansi menghasilkan nada 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan I,
karena mempunyai jumlah lobang nada sebanyak 7 buah, sehingga bansi dapat
menyanyikan lagu tradisonal, maupun lagu modern.

Bansi berukuran lebih pendek dari sampelong. Panjang berkisar 36 -38,5 cm


dengan garis tengah 2,5 -3 cm. Bansi juga terbuat dari talang atau sariak (sejenis
bambu kecil) pada prinsipnya tediri dari:

1) Peniup,

Di bagian ini ditemuka lobang tiupan dan lobang klp suara . Lobang
tiuapan terbentuk anatara alur talang atau sarik irisan sepajang kayu
penyumbat. Ketika si peniup memainkan memainkan bansi, maka udara
dari mulur peniup akanmelalui lobang tiupan itu. Kia-kira 5 cm dari
pangkal bagian peniup terdapat lobang klep yang menghasilkan buyi atau
suara bila dilakukan peniupan.

2) Bagian badan.

Pada bagian ini terdapat 7 lobang pengeatur nada yang sejajar dengan
lobang klep. Pada bagia ini terdapat pula sebuah lobang yang terletak tepat
di bawah lobang nada pertama.

3) Bagian ujung.

Pada abagian ini terdapat lobang suara yang kecil. Lobang suara pada
bagian ujung bansi ini adakalanya merupakan lobang yang dibuat
menembus talang atau sarik yang digunakan dalam membuat alat tiup ini.
Jika bansi tersebut dibuat dari talang atau sarik, pada ujungnya terdapat
bukunya. Apabila terbuat dari talang polos, tidak akan ada lobang suara
dibuat dengan jalan melobangi kayu penyumbat bagian ujungnya.

Ketiga bagian tersebut merupakan satu kesatuan, yaitu satu potong talang
yang tidak disambung-sambung..
Bansi dimainkan sebagai tunggal, tetapi juga untuk mengiringi dendang
yang bersifat sentimentil. Bahkan sekarang bansi dimainkan bersama alat
musik modern sekalipun

[ alat tiup bansi]


RABANO - 527

Rabano atau rabana asal kata bahasa Arab yangartinya Ya, Tuhan! Rabana
adalah sejenis alat kesenian tradisional pada umumnya digunakan seni musik
Islam. Rabano dimainkan sebagai pengiring lagu-lagu kasidah, dikir, zikrullah,
nyanyian padang pasir, baik dalam bahasa Arab, naupun bahasa Indonesia.

Rabana terbuat dari kayu dan kulit kambing atau kulit biawak, garis tengah 17
-70 cm dan tinggi kira-kira 5,5 - 6,5 cm. Untuk menegangkan kulit penutup yang
berfungsi sebagai gendang rabana, sekeliling kulit gendang dibalut dengan gelang
dari buluh yang ditutupkan pada badan rabana. Sekeliling jepitan gelang diberi
paku rabana,

Rabano dalam variasi bunyinya ada yang memakai giring-giring ada yang
tidak. Rabana yang memakai giring-giring, di bagian badannya dibuat lobang
untuk menempatkan dan memakukan lempengan logam sebesar uang rupiah
logam. Sekarang diganti dengan kepingan seng plat atau aluminium yang
dibulatkan.

Rabano atau kesenian rabano terdapat di mana-mana di Minngkabau dan


sering dimainkan dalam acara-acara perkawinan, khatam al Qur'an, khitan, Maulid
Nabi Muhamad saw, turun mandi, kekah anak, hari penutupan suluk, dan lain-lain.
INDANG -359

Indang atau disebut juga dengan nama ripai adalah sejenis rebana kecil yang
bergaris tengah sekitar 18 - 25 cm dan tingginya 4,5 cmeperti halnya dengan
rebana, alat musik indang berasal dari Arab. Tarian yang merupakan paduan
antara seni sastra, vokal dan tari. Indang diiringkan dengan rapai atau rabano.
Indang berasal dari dakwah Islam di surau-surau, berupa indang dan dikia. Indang
populer di daerah Pariaman. Indang dalam arti sesungguhnya menampi untuk
memisahkan antah dengan beras.

Permainan indang dilakukan sambil duduk berdampingan sepanjang 15


sampai 25 orang. Mereka melakukan berbagai variasi gerakan, pukulan indang,
detikan jari dan nyanyian. Masing-masing pemain memegang dan memainkan
indang serta menyanyikan lagu-lagu secara bersama dan serentak.

Pemain indang sama balas membalas pantun yang dipimpin oleh seorang
"kulipah". Ada tiga kelompok atau tigo lupak yang bersahut-sahutan kato. Makin
lama makin bersifat duniawi. Pendapat ini disanggah oleh lupak lain. Lahirlah
lupak penyanggah dan lupak pelerai. Adu kata berakhir dengan kata sepakat, bak
pepatah Minangkabau, bulek aia di pambuluah, bulek kato di mufakat

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Dabuih -3

Gamat- 346

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai