DENDANG
Dendang adalah seni suara atau nyanyi Minangkabau. Kata dendang berasal
dari den indang yang mengandung dua arti; saya asuh dan menampi. Perpaduan
antara bernyanyi atau berdendang sambil mengayun-ayunkan anak dilakukan
terus menerus tanpa disadari melahirkan dendang. Dendang seperti ini dikenal
dengan dendang si Dawiyah di Maninjau. Lain halnya dengan menampi,
memisahkan beras dari atah sambil mengayunkan niru. Secara sadarpun
melahirkan irama dendang, seperti den tampi bareh den tampi. Hampir setiap
nagari mengenal nama dendangnya sendiri. Secara garis besarnya, menurut
daerahnya, dendang di Minangkabau dibagi dua, dendang darek dan dendang
pasisia . Perbedaannya pada tangga nada Tangga nada dendang darek pentatonis
dengan susunan nada do, re, mi, fa, so atau so, la, do, re, mi.
Walaupun termasuk dendang darek, ada juga daerah yang mempunyai susunan
nada yang berbeda, misalnya ratok: Koto Tuo, Rimbo Panjang, Kumbang Cari,
Batu Balang dan Kumbang Cari. Susunan tangga nadanya do, re, mi, fa, so.
Talago Biru, Tanjung Pati dan Tanjung Raya susunan tangga nadanya do, re, mi,
fa, so, la. Malereng Tabing, Si Kanduang Yo, Simpang Ampek susunan tangga
nadanya lain pula. Nada nyanyi darek non diatonis.
1) Irama dendang ratok membawakan lagu sedih. Asal mulanya dendang ratok
ini dari perbuatan orang meratap karena kematian, kemalangan, dan lain
sebagainya. Ketika meratap itu keluar kata-kata yang lama kelamaan
menimbulkan suatu irama yang akhirnya menjadi irama ratok. Karena itulah
Dendang Ratok biasanya berirama sedih.
2) Dendang *kaba ialah irama nyanyi yang biasa digunakan untuk menyanyikan
cerita-cerita rakyat atau kaba.Irama dendang kaba banyak pula macamnya
sesuai dengan jalan cerita dan situasi waktu berdendang itu. Jadi, tergantung
kepadan tukang dendang itu sendiri. Contoh lagu yang mempergunakan irama
dendnag kaba adalah Gadang Batipuh, Batipuh Koto, Dayung Dani, Talipuak,
si Jobang.
3) Dendang tari adalah irama lagu yang dipergunakan untuk mengiringi tari yang
biasanya bersifat gembira. Contoh lagu-lagu yang mempergunakan irama
Dendang tari: Si Tujuh, Indang Sarilamak, Si Bungsu Bajalan Malam, Cak
Din, Dendang Talu, SiTujuah, Si Kumbang Cari, Si Marantang dari Agam,
Din Din Ai dari Tanah Datar.
4) Dendang Salawat Talam dari Solok ialah dendang yang iramanya berbau
dendang padang pasir (Arab) sesuai dengan asal dari penyiar-penyiar Islam
Pada mulanya mempergunakan kata-kata bahasa Arab, tetapi kemudian
dimasukkan kata-kata daerah. Kata-kata Arab kedengaran dalam
mendendangkan salawat talam itu..
Talempong kayu lahir ketika sedang memotong kayu, anak ilau(anak gadis
hilir mudik) memukul-mukul kayu. Bunyi-bunyian yang dihasilkan membuat
anak ilau menjadi asyik dengan pukulannya dan mereka menari-nari.
Ada pula yang mengatakan talempong pertama di Sumatera berasal dari dari
Jawa, ketika adanya hubungan antara Minangkabau dengan Mojopahit. Alasan
yang dikemukakannya karena di Minangkabau terdapat talempong kayu
yangdinamakan talempong Jao.
nada piano
Musik talempong ini ditampilkan untuk hiburan rakyat dan upacara adat,
perkawinan, khitanan anak, dan turun mandi.
Di nagari Talang Maur, Lima Puluh Kota terdapat dua jenis talempong,
yang pertama, bernada 5, 6, 1, 2, 3 ( so, la, do, re, mi) ditambah dengan nada 5
(sol) atau 6 (la) dan, kedua, yang bertangga nada 1, 2, 3, 4, 5, dab 6, masing-
masing berjumlah 6 buah. Talempong Talang Maua dimainkan bersama dengan
rebana . Dendang yang dibawakan adalah Cak Gomai, Siamang Tagagau, Anta ka
lauik dan Malin ka Ilia.
Talempong pacik adalah seperangkat alat musik pukul yang terbuat dari
campuran perunggu., tembaga dan seng. Nama talempong pacik diambil dari
teknik memainkannya, dengan cara dipacik (dipegang) oleh tangan kiri atau
tangan kanan dalam keadaaan dijinjing.
Puput Serunai, sejenis alat tiup yang terdapat hampir di seluruh Sumatra
Barat, pesisir, maupun darek. Puput serunai digelarkan dalam acara-acara
keramaian, seperti perkawinan, pengangkatan penghulu bersama alat musik
lainnya.
Alat musik puput serunai ada yang terbuat keseluruhannya dari kayu dan ada
pula terbuat dari campuran kayu dengan bambu tipis (talang), tanduk atau daun
kelapa.
2) Batang puput, terbuat dari kayu batang capo ringkik atau talang.
Batangcapo adalah sejenis perdu yang bagian dalamnya lunak, sehingga
mudah membuat lobang untuk dijadikan saluran nafas ketika dilakukan
peniupan. Sedangkan kulit batangnya keras, kira-kira sebesar empu jari.
Panjangnya 18 sampai 20 cm. Di bagian badan dibuat empat buah lobang
yang berjarak masing-masing 2,5 cm untuk mengatur bunyi yang
diinginkan: membuka dan meniup dengan ujung jari akan menghasilkan
nada-nada : do, re, mi, fa, sol atau yang disebut dengan pentatonis, seperti
lazimnya nada-nada di daerah pedalaman Minangkabau.
Pupuik (puput) Batang Padi disebut juga serunai batang padi, semacam alat
musik tiup yang populer di Minangkabau. Dulu ketika panen tiba, puput batang
padi ikut menghibur masyarakat sesudah lelah menuai padi di sawah.
Perangkatnya adalah batang padi yang sudah tua yang memiliki buku. Pita suara
dibuat dekat pangkal buku dengan cara memecah dengan cara menggilingnya
hati-hati. Kemudian dibuat corong dari daun kelapa muda atau sejenis pandan.
Daun pandan dililitkan pada ujung puput hingga menyerupai terompet. Besar
corong tergantung keinginan si pembuat puput tersebut. Puput batang padi tidak
memiliki nada seperti *saluang atau *bansi, karena tidak mempunyai lobang nada.
Ketika ditiup akan mengeluarkan bunyi yang indah dengan teknik memainkan
lidah serta membuka dan menutup sebagian corong puput dengan telapak tangan
dan jari waktu meniupnya.
Serunai batang padi tidak tahan lama, dan dibuat untuk sesaat, karena batang
padi tidak tahan lama atau mudah mengering hingga tidak dapat dipergunakan
lagi.
Puput batang padi terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut anak
puput umumnya terbuat dari sariak berdiameter 0,5 sam[pai 0,75 cm. Panjangnya
sekitar 5 cm atau sepertiga panjang puput induk. Anak puput inilah yang
menghasilkan bunyi, karena pada bagian ini dibuat klep. Klepnya terdiri dari
lidah-lidah bambu yang dibuat dekat buku. Setelah klep ini medapat
mengahsilkan bunyi, anak puput ini dimasukkan ke dalam lobang puput induk
yang terbuat dari talang polos. Induk puput yang terbuat dari talang polos dan
tidak memiliki lobang nada. Ukuran panjangnya 10 sampai 15 cm dengan
diameter 1-2 cm. Sebelum disambungkan antara anak puput dengan puput induk,
ujung anak puput dililit dengan dengan kain atau kertas sdebelum dimasukkan ke
dalam puput induk, agar tidak mudah lepas. Di samping itu hubungan yang erat
itu dioperlukan agar udara yang ditiup tidak merember keluar, dicelah-celah
sambungan kedua bagian puput itu dan suara yang dihasilkan akan lebih
sempurna.
` Puput beranak ada ayang dimainkan tunggal sebagai peliput lara, dan ada
pula sebagai pengiring lagu tradisional lainnya, seperti dendang. Nada yang
dihasilkan Puput beranak diperoleh dengan keahlian peniupnya dalam memainkan
lidah dan jari yang menutup dan membuka ujung puput selama memainkannya.
Dari tiupannya timbul nada pentatonis.
Puput beranak ini banyak terdapat di daerah Kabupaten Agam, di nagari Padang
laweh, Batu palano, Batagak, Sariak, Koto Tuo, Sungai janiah, dan Lasi.
10. CANANG -323
Canang, adalah sejenis alat musik pukul yang terbuat dari bahan kuningan
atau perunggu. Bentuknya bulat seperti gong dalam ukuran kecil. Sisi
belakangnya berongga sedang sisi luar bagian tengah diberi tombol tempat
menjatuhkan pukulan sehingga menimbulkan bunyi. Pinggir canang dilobangi dua
buah untuk tempat menyangkutkan tali, sebagai alat pemegang.
Dari dulu sampai sekarang, canang masih kelihatan sebagai alat komunikasi
massa, menyampaikan berita kepada masyarakat, seperti untuk mengumpulkan
penduduk untuk kegiatan gotong royong, pertemuan, atau pun pengumuman
penting. Canang dipukul dengan nada, teng tren ceng, teng mengelilingi jalan-
jalan kampung dan sekali-sekali si pemukul bersorak, "Hai orang kampung, laki-
laki tua dan muda, besok kita bergotong royong ……….. dst.
Rabab asal katanya dari rabba, yang artinya nyanyian pujian kepada Allah.
Rabab semacam alat musik tradisonal Minangkabau, termasuk jenis alat gesek.
Rabab menyerupai biola bertali dua atau tiga; biasanya digesek dengan cara
ditegakkan di lantai dan penggeseknya berada di belakang rebab.
Permainan rabab adalah unsur kebudayaan Islam yang berasal dari Parsia.
Semula dipakai sebagai alat dakwah, sewaktu Islam masuk ke Minangkabau
kesenian rabab dibawa oleh para pedagang atau da'i. Daerah pesisir barat sebagai
daerah pengembangan Islam pertama di Minangkabau, sehingga penyebaran
rabab itu menyebar ketiga jurusan, yakni Pesisir Selatan, Pesisir Utara (Pariaman)
dan pedalaman (darek). Orang hanya mengenal tiga jenis rabab yang masing-
masing mempunyai perbedaan, yaitu
Permainan rabab ditampilkan pada malam hari yang dilakukan oleh dua
orang pemain bergantian. Mereka duduk bersila diatas tikar. Rabab ditegakkan
miring ke depan, tangan kiri memegang dekat pedang-pedang yang berbatasan
dengan batang. Jari-jari tangan kiri memegang snar, sedang tangan kanan
menggesek snar tentang terali.
Syair, pantun dan dendang lagu rabab merupakan dialog langsung antara
kedua pemain yang dilakukan secara bergantian. Dialog tersebut berisi berbagai
ragam suka duka kehidupan: rumah tangga, mata pencarian, pendidikan, agama,
kesenian. Berbalas pantun itu disampaikan dengan dendang irama diiringi gesekan
rabab sebagai pengiring. Gesekan biola bukanlah melodi, tetapi hanya pengiring
lagu.
2) Lagu palayaran
Sudah banyak diciptakan irama lagu rabab dalam garis besarnya dapat dibagi
tiga macam, yaitu irama gembira, ratok dan bakaba.
Seorang memainkan dua buah talempong dengan cara dijinjing dengan tngan
kiri dan diangkat sepinggang dan dimajukan sedikit ke depan, ketia agak
merenggang. Talempong dipukul dengan dengan kayu pemukul (stik) dengan
tangan kanan. Talempong sebelah atas dijepit dengan ibu jari dan telunjuk,
sedangkan talempong sebelah bawah digantung pada jari manis dan kelingking.
Jari tengah berguna sebagai pemisah antara kedua talempong, agar tidak
bersentuhan.
Di Aie Angek memiliki banyak stakato (garinyiak) yang dikenal dengan nada
setengah. Talempong digelarkan pada upacara-upacara: khatib Ramadhan (Air
Angek, Sawah Lunto Sijunjung), Alek Kawin, Tari Ilau, acara batoboh.
Khusus tari ilau, dulu apabila sanak saudara meninggal, tari ilau ditampilkan
dalam bentuk ratap tangis yang memilukan, sehingga mengundang orang lain ikut
meratap Karena perubahan zaman, tari itu tidak ditampilkan lagi dalam upacara
kematian.irnya tari itu berkembang menjadi tari muda mudi. Penarinya terdiri dua
orang laki-laki, kedua menari dengan gayasilat.
1 2 3 4 5 6 7 1
Melodi
1 2 3 4
5 6 7 1
[ gambar]
-------------------------------------------------------------------------------------
SALUANG-88 AZ/TIM
---------------------------------------------------------------------------------------------------
13.GANDANG TIGO
Lagu atau dendang yang dibawakan Gandang Tigo terletak pada ketelitian dan
keserasian tempo. Jika tercecer satu pukulan mengakibatkan yang lain tidak dapat
melanjutkan atau lagu itu tidak sempurna kedengarannya.
Alat musik ini disimpan di rumah gadang dan digantungkan di tiang tengah
(tiang tuo) dan ditampilkan pada waktu upacara adat, seperti pengangkatan
penghulu, alek nagari, perkawinan, turun mandi dan khitanan. Lagu yang
dibawakan dengan gandang tigo ada;ah" Talio (lagu panjang), si Jangkung dan
pararakan.
14. GANDANG DOL
Gandang dol disebut juga tambur terbuat dari kayu dan kulit kambing
yang sudah kering dan dikikis. Kayu biasanya diambil dari batang kapuk atau
batang durian bergaris tengah kira-kira 44,5 dan panjangnya 53 cm itu dilobangi
menurut lingkarannya, sehingga terbentuk lobang besar seperti polongan yang
terbuka atas dan bawahnya. Kedua ujung pangkalnya dibalut dengan kulit
kambing. Kemudian diikat dengan manau bulat atau telah dibelah. Kedua manau
pengikat itu dihubungkan dengan tali belati atau rotan dan ditarik
yangmenyebabkan kedua kulit itu menjadi tegang dan bila dipukul akan
menimbulkan bunyi. Gendang dol tidak memiliki nada tertentu. Bunyi yang
dihasilkan tergantung kemahiran si pemukul. Gandang yang khusus
dikombinasikan dengan *tasa dimainkan bersama talempong, puput batang padi,
Gong, bansi, dan rebana.
Gandang dol diberi sangkutan dengan tali sehingga dapat diandang oleh
sipemukul. .kayu pemukul tambur berukuran sebesar ibu jari dengan panjang 25
cm. Tambur dan tasa ditampilkan pada acara-acara keramaian anak nagari,
terutama pada perayaan tabuik (tabut)
[Gambar gandang]
15. TASA- GENDANG- 612
Tasa adalah semacam alat musik tradisional yang dipakai bersama dengan
sebagai penguiring tambur. Kerangka tasa berlobang polos yang bentuknya seperti
belanga, bergaris tenga sekitar 36 cm dengan tingga 10,5 cm itu ditutup dengan
kulit kambing. Bagian pinggir kulit kambing itu dibalut dengan gelang rotan yang
berukuran sebesar lingkatan mulut kerngka tasa. Rotan yang sudah dibalut dengan
pinmggir kulit kambing itu diikat dalam jarak 3-5 cm, kemudian ditarik serta
diikat pula ke gelang rotan yang lebih kecil dengan garis tengah sekitar 12,5 cm
yang ditaruh bagian bawah kerangka. Hasil ikatan ini akan menegangkan kulit
kambing yang menutup kerangka tadi dan menghasilkan bunyi yang nyaring.
Apabila bunyi kurang nyaring, maka tasa dipanaskan dengan api yang dinyalan
dengan daun kelapa kering.
[Gambar]
17.SODAM ATAU SAMPELONG-555
Sodam atau Sampelong adalah sejenis alat tiup yang terdapat di Kabupaten
Lima Puluh Kota. Di Taeh Bukit dan Suliki, alat tiup ini dinamakan Sodam,
sedangkan di Durian Tinggi dan Talang Maur dinamakan Sampelong.
Bahan dasar sodam atau sampelong adalah talang, yang panjang antara 32,5
sampai 62,5 cm dengan garis tengah sekitar 2,25 sampai 3 cm.
Alat tiup ini terdiri dari dua bagian, peniup dan pengatur nada.
2) Bagian pengatur nada yang juga disebut badan dari alat tip ini terdiri dari
talang polos yang disambungkan pada bagian peniup Dibagaian ini
terdapat 4 lobang pengatur nada pentatonis, yaitu nada 5, 6, 1, 2. 3 (so, la,
do, re, mi). jarak antara lobang 4,5 sampai 5 cm.
1) Peniup,
Di bagian ini ditemuka lobang tiupan dan lobang klp suara . Lobang
tiuapan terbentuk anatara alur talang atau sarik irisan sepajang kayu
penyumbat. Ketika si peniup memainkan memainkan bansi, maka udara
dari mulur peniup akanmelalui lobang tiupan itu. Kia-kira 5 cm dari
pangkal bagian peniup terdapat lobang klep yang menghasilkan buyi atau
suara bila dilakukan peniupan.
2) Bagian badan.
Pada bagian ini terdapat 7 lobang pengeatur nada yang sejajar dengan
lobang klep. Pada bagia ini terdapat pula sebuah lobang yang terletak tepat
di bawah lobang nada pertama.
3) Bagian ujung.
Pada abagian ini terdapat lobang suara yang kecil. Lobang suara pada
bagian ujung bansi ini adakalanya merupakan lobang yang dibuat
menembus talang atau sarik yang digunakan dalam membuat alat tiup ini.
Jika bansi tersebut dibuat dari talang atau sarik, pada ujungnya terdapat
bukunya. Apabila terbuat dari talang polos, tidak akan ada lobang suara
dibuat dengan jalan melobangi kayu penyumbat bagian ujungnya.
Ketiga bagian tersebut merupakan satu kesatuan, yaitu satu potong talang
yang tidak disambung-sambung..
Bansi dimainkan sebagai tunggal, tetapi juga untuk mengiringi dendang
yang bersifat sentimentil. Bahkan sekarang bansi dimainkan bersama alat
musik modern sekalipun
Rabano atau rabana asal kata bahasa Arab yangartinya Ya, Tuhan! Rabana
adalah sejenis alat kesenian tradisional pada umumnya digunakan seni musik
Islam. Rabano dimainkan sebagai pengiring lagu-lagu kasidah, dikir, zikrullah,
nyanyian padang pasir, baik dalam bahasa Arab, naupun bahasa Indonesia.
Rabana terbuat dari kayu dan kulit kambing atau kulit biawak, garis tengah 17
-70 cm dan tinggi kira-kira 5,5 - 6,5 cm. Untuk menegangkan kulit penutup yang
berfungsi sebagai gendang rabana, sekeliling kulit gendang dibalut dengan gelang
dari buluh yang ditutupkan pada badan rabana. Sekeliling jepitan gelang diberi
paku rabana,
Rabano dalam variasi bunyinya ada yang memakai giring-giring ada yang
tidak. Rabana yang memakai giring-giring, di bagian badannya dibuat lobang
untuk menempatkan dan memakukan lempengan logam sebesar uang rupiah
logam. Sekarang diganti dengan kepingan seng plat atau aluminium yang
dibulatkan.
Indang atau disebut juga dengan nama ripai adalah sejenis rebana kecil yang
bergaris tengah sekitar 18 - 25 cm dan tingginya 4,5 cmeperti halnya dengan
rebana, alat musik indang berasal dari Arab. Tarian yang merupakan paduan
antara seni sastra, vokal dan tari. Indang diiringkan dengan rapai atau rabano.
Indang berasal dari dakwah Islam di surau-surau, berupa indang dan dikia. Indang
populer di daerah Pariaman. Indang dalam arti sesungguhnya menampi untuk
memisahkan antah dengan beras.
Pemain indang sama balas membalas pantun yang dipimpin oleh seorang
"kulipah". Ada tiga kelompok atau tigo lupak yang bersahut-sahutan kato. Makin
lama makin bersifat duniawi. Pendapat ini disanggah oleh lupak lain. Lahirlah
lupak penyanggah dan lupak pelerai. Adu kata berakhir dengan kata sepakat, bak
pepatah Minangkabau, bulek aia di pambuluah, bulek kato di mufakat
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Dabuih -3
Gamat- 346
---------------------------------------------------------------------------------------------------