Anda di halaman 1dari 4

ALAT MUSIK TRADISIONAL DAN MAKNA LAGU DAERAH

SUMATERA BARAT
Sumatera Barat (Sumbar) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Sumatera
dengan Padang sebagai ibu kotanya. Sesuai dengan namanya, wilayah provinsi ini menempati
sepanjang pesisir barat Sumatera bagian tengah dan sejumlah pulau di lepas pantainya seperti
Kepulauan Mentawai. Dari utara ke selatan, provinsi dengan wilayah seluas 42.297,30 km ini
berbatasan dengan empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu.
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera Barat yang dicampur dengan jenis
musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini
karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan
bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen alat musik
tradisional saluang, bansi, talempong, rabab, pupuik, serunai, dan gandang tabuik.
Ada pula saluang jo dendang, yakni penyampaian dendang (cerita berlagu) yang diiringi saluang
yang dikenal juga dengan nama sijobang.
Alat Musik Tradisional Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) meliputi: Bansi, Dulang atau Talam,
Gandang Tabuik, Kateuba, Kecapi Jepang, Pupuik Batang Padi, Pupuik Tanduak, Rabab, Rebab
Pasisie, Saluang, Saluang PauhSerunai, Talempong, Talempong Batu Talang Anau, Tambua &
Tansa.

Bansi

Bansi adalah alat musik jenis tiup yang lebih modern dibandingkan Saluang karena Bansi sudah
memiliki nada standar. Bentuknya Pendek dan memiliki 7 lubang.
Ukuran Bansi adalah sekitar 33,5 - 36 cm dengan garis tengah antara 2,5 - 3 cm. Bansi juga terbuat
dari talang (bambu tipis) atau sariak (sejenis bambu kecil yang tipis).
Alat musik ini agak sulit memainkan, selain panjang yang susah terjangkau jari, juga cara meniupnya
susah.
Bansi dapat memainkan lagu-lagu tradisional maupun modern karena memiliki nada standar.
Dengan memiliki nada standar, maka Bansi dapat digunakan untuk mengalunkan lagu-lagu daerah
maupun lagu nasional dengan alunan bunyinya yang indah.
Jika dilihat dari tingkat kesulitan, maka Bansi lebih mudah dimainkan ketimbang Saluang. Karena
memainkan Saluang butuh latihan pernafasan yang cukup.

Gandang (Gendang Minang)

Gandang (Gendang Minang)

Istilah gendang dalam bahasa Minang adalah gandang (dalam bahasa Karo Batak gondang),
bentuknya sama dengan yang ada di daerah lain, seperti di Melayu, Batak, Sunda, Jawa, dll. Cara
memainkan adalah sama juga, yaitu sisi lingkaran kecil di sebelah kiri dan yang lebih besar ada di
sebelah kanan. Namun cara memukul antara masing-masing daerah sangat berbeda, yaitu di
Minang tergantung dari jenis rentak lagu. Gandang Tasa adalah kesenian tradisional permainan
gendang yang populer di Kabupaten Padang Pariaman.

Pupuik Batang Padi

Pupuik Batang Padi sedang dimainkan


Alat musik tradisional ini dibuat dari batang padi. Pada ujung ruas batang dibuat lidah, jika ditiup
akan menghasilkan celah, sehingga menimbulkan bunyi. Sedangkan pada ujungnya dililit dengan
daun kelapa yang menyerupai terompet. Bunyinya melengking dan nada dihasilkan melalui
permainan jari pada lilitan daun kelapa.
Suaranya yang nyaring melengking menjadi pengiring wajib untuk mengiringi berbagai upacara adat
termasuk upacara panen.
Sekarang pada menjelang tahun baru ada terompet tahun baru yang mirip dengan alat musik ini,
bedanya sekarang memakai plastik dan corong memakai karton, dan diberi warna warni emas.

Pupuik Tanduak

Pupuik tanduak sedang dimainkan


Alat musik ini dibuat dari tanduk kerbau (hoorn), dan bagian ujung dipotong datar untuk meniup.
Bentuknya mengkilat dan hitam bersih. Tidak berfungsi sebagai alat pengiring nyanyi atau tari, jadi
sebagai peluit, tanpa lubang, sehingga hanya nada tunggal. Dahulu digunakan untuk aba-aba pada
masyarakat misalnya pemberitahuan saat subuh dan magrib atau ada pengumuman dari pemuka
kampung.
Dahulu tanduk dipakai oleh kapal layar besar sebagai tanda atau komando kepada awak kapal,
sedangkan orang Arab pakai bedug dan orang Eropa pakai lonceng maupun tanduk, dan dulu kereta
api uap pakai lonceng kalau lewat keramaian.

Saluang

Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatera Barat. Alat musik tiup ini terbuat
dari bambu tipis atau talang, di mana orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus
untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di
sungai.
Dalam golongan alat musik ini adalah suling, namun hanya ada empat lubang. Panjang saluang kirakira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Talang juga dipergunakan untuk membuat lemang, yaitu
lontong ketan tradisional Minangkabau. Instrumen ini dapat menghasilkan bunyi dengan cara ditiup
pada sudut tepi atau rongga bagian atasnya. Sehingga sesuai dengan prinsip fisika akustik, tiupan
yang keluar dari mulut akan menggetarkan dinding bagian dalam saluang sedemikian rupa
menghasilkan bunyi. Saluang distel dengan diberi beberapa lubang biasanya ada 4 lubang. Dengan
begitu saluang dapat menghasilkan frekuensi nada-nada diatonis. Ini juga salah satu ciri khas
instrumen ini.

Serunai / Sarunai (Klarinet Minang)

Serunai
Serunai, berasal dari kata Shehnai yaitu alat musik di lembah Kashmir India, terdiri dari dua potong
bambu yang tidak sama besarnya; sepotong yang kecil dapat masuk ke potongan yang lebih besar;
dengan fungsi sebagai penghasil nada. Alat musik ini memiliki empat lubang nada, yang akan
menghasilkan bunyi melodius. Alat ini sudah jarang yang menggunakan, di samping juga sulit
membuatnya, nada yang dihasilkan juga tidak banyak terpakai.
Alat musik ini sering dimainkan saat menanam padi, upacara panen, atau bahkan mengiringi
pertandingan silat.

Tambua
Tambua merupakan alat musik dari Sumatera Barat
yang terbuat dari kayu yang dilubangi tengahnya,
biasanya berukuran panjang 60-70 Cm dan
diameter lingkaran 40-50 Cm serta memiliki
ketebalan lingkarannya 1-1,5 Cm. Pada kedua sisi
nya diberi kulit binatang (biasanya kulit kambing)
yang telah dikeringkan dan dikencangkan
sedemikian rupa mengunakan tali yang ikatan nya
pun dibuat menarik.

Lirik Lagu Kampuang Nan Jauh di Mato Sumatra Barat


Kampuang nan jauh di mato
Gunuang Sansai Baku Liliang
Takana Jo Kawan, Kawan Nan Lamo
Sangkek Basu Liang Suliang
Panduduknya nan elok nan
Suko Bagotong Royong
Kok susah samo samo diraso
Den Takana Jo Kampuang
Takana Jo Kampuang
Induk Ayah Adik Sadonyo
Raso Mangimbau Ngimbau Den Pulang
Den Takana Jo Kampuang
Makna dan Arti Lagu Kampuang Nan Jauh di Mato :
Kampung halaman yang jauh di mata
Gunung banyak sekelilingnya
Terkenang pada kawan-kawan lama
Saat aku bersuling-suling (memainkan suling)
Penduduknya yang baik
Yang suka bergotong royong
kalau susah sama-sama dirasa
Aku teringat pada kampung
Terkenang pada kampung halaman
Ibu ayah adik semuanya
Serasa memanggil aku pulang
Aku teringat pada kampung

Anda mungkin juga menyukai