Anda di halaman 1dari 5

1.

Alat Musik Tradisional dalam Seni Ritual pada


Masyarakat Penduduknya
ANGKLUNG BUHUN

Angklung Buhun adalah alat musik angklung tradisional dari masyarakat


Baduy di Banten. Bagi masyarakat Baduy, kesenian Angklung Buhun ini
merupakan salah satu kesenian yang dianggap sakral dan memiliki nilai khusus di
dalamnya. Kesenian Angklung Buhun biasanya hanya di tampilkan pada acara
tertentu saja, terutama pada saat penanaman padi.

Asal Mula Angklung Buhun

Kesenian Angklung Buhun ini merupakan kesenian yang tidak bisa


dipisahkan dengan masyarakat Baduy. Menurut sumber sejarah yang ada,
Angklung Buhun berasal dari Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Kesenian
Angklung Buhun sendiri dipercaya sudah ada sejak terbentuknya masyarakat
Baduy, sehingga bagi mereka kesenian ini memiliki makna yang sangat penting
dalam mempertahankan eksistensi masyarakat di sana.

Angklung Buhun ini dalam bahasa sunda berarti “angklung tua” atau
“angklung kuno”. Seperti yang dikatakan di atas, Angklung Buhun ini sudah ada
sejak ratusan tahun yang lalu. Sehingga bagi masyarakat Baduy, Angklung Buhun
ini menjadi salah satu pusaka yang memiliki makna sangat penting di dalamnya.
Fungsi Angklung Buhun

Kesenian Angklung Buhun ini hanya dimainkan pada acara tertentu saja.
Biasanya Angklung Buhun hanya dimainkan sekali dalam satu tahun, yaitu pada
saat upacara ngaseuk. Upacara ngaseuk ini merupakan salah satu bagian dari
upacara adat saat penanaman padi. Dengan adanya upacara ngaseuk yang diiringi
dengan pertunjukan Angklung Buhun ini diharapkan agar proses penanaman padi
hingga panen dapat berjalan lancar dan diberi berkah dengan hasil panen
melimpah.

Pertunjukan Angklung Buhun

Pertunjukan Angklung Buhun ini diawali dengan ritual khusus seperti


pembacaan doa dan pemberian sesajen oleh seorang kuncen/ pawang. Dalam
pertunjukannya, pemain membuat formasi melingkar. Sambil memainkan alat
musiknya, juga diiringi gerakan-gerakan oleh para pemain sambil tetembangan
lirih. Di tengah-tengah pemain, seorang kuncen menghadap kemenyan dan
sesajen sembari membacakan doa.

Dalam pertunjukan ini juga diselingi oleh suatu atraksi adu kekuatan oleh
dua orang pemain yang saling mengadukan badan hingga salah satunya jatuh. Hal
ini dilakukan secara berulang sampai mereka kelelahan. Setelah salah satu
pemain menyerah maka menandakan acara berkahir. Di akhir acara, para pemain
bergabung bersama kuncen dan penonton memuja ke salah satu ladang dengan
diiringi tabuhan angklung dan bedug. Kemudian kuncen menggali tanah dan
menguburkan sesajen sambil memberitahukan kepada warga bahwa ladang
sudah bisa ditanami.

Alat Musik Angklung Buhun

Angklung Buhun ini hampir sama dengan alat musik angklung pada
umumnya, baik dari segi bentuk maupun suara. Namun tampilan sedikit berbeda
terlihat pada pernak-pernik yang terdapat pada bagian atas bingkai angklung.
Pada bagian atas Angklung Buhun biasanya dihias dengan batang padi atau daun
panjang yang diikat secara berkelompok.
Dalam pertunjukannya, biasanya terdapat 9 jenis angklung dan 3 buah
bedug kecil memanjang. Jenis angklung tersebut diantaranya indung, ringkung,
gimping, dondong, enklok, indung leutik, trolok, reol 1, dan reol 2. Sedangkan
untuk bedug terdiri dari bedug, telingtung, dan ketug. Jenis-jenis instrument
tersebut tentu memiliki fungsi dan makna simbol tertentu di dalamnya.

Pemain Angklung Buhun

Pemain Angklung Buhun ini diharuskan laki-laki yang merupakan para


seniman buhun. Untuk jumlahnya di sesuaikan dengan jumlah alat musik
Angklung Buhun, diantaranya 9 pemain angklung dan 3 orang pemain bedug.
Dalam pertunjukannya, para pemain Angklung Buhun ini menggunakan busana
khas masyarakat badui. Busana tersebut diantaranya adalah baju lengan panjang
dan celana pendek berwarna hitam. Selain itu juga terdapat ikat kepala dari kain
yang memiliki warna sedikit berbeda dari warna bajunya.

Perkembangan Angklung Buhun

Dalam perkembangannya, kesenian Angklung Buhun ini masih tetap


dipertahankan oleh masyarakat Baduy di Provinsi Banten. Selain bagian dari
warisan budaya, kesenian ini juga merupakan warisan tradisi yang memiliki
makna penting bagi masyarakat Baduy sehingga tidak bisa ditinggalkan begitu
saja. Kesenian Angklung Buhun ini sangat jarang bisa ditemukan di masyarakat.
Karena sifatnya yang sakral dan bagian dari ritual, kesenian ini hanya ditampilkan
pada acara tertentu saja.

2. Alat Musik Tradisional dalam Seni Hiburan


Masyarakat
SASANDO
Fungsi Sasando Alat Musik Tradisional. Asal mula alat Musik ini, menurut
para tokoh Adat di Pulau Rote, sudah dikenali sejak Rote menjadi bagian dari
daerah kerajaan. Konon, awalnya Adalah ketika seorang pemuda bernama
Sangguana terdampar di Pulau Ndana saat pergi melaut. Ia dibawa oleh penduduk
menghadap raja di istana. Selama tinggal di istana inilah bakat seni yang dimiliki
Sangguana segera diketahui banyak orang hingga sang putri pun terpikat. Ia
meminta Sangguana menciptakan alat Musik yang belum pernah ada. Suatu
malam, Sangguana bermimpi sedang memainkan suatu alat Musik yang indah
bentuk maupun suaranya. Diilhami mimpi tersebut, Sangguana menciptakan alat
Musik yang ia beri nama sandu (artinya bergetar). Ketika sedang memainkannya,
Sang Putri bertanya lagu apa yang dimainkan, dan Sangguana menjawab, "Sari
Sandu". Alat Musik itu pun ia berikan kepada Sang Putri yang kemudian
menamakannya Depo Hitu yang artinya sekali dipetik tujuh dawai bergetar.
Keindahan bunyi sasando mampu menangkap dan mengekspresikan beraneka
macam nuansa dan emosi.

Fungsi Alat Musik Tradisional Sasando

Menurut masyarakat Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, Alat Musik tersebut
dikenal sebagai Alat Musik keseharian. Karena itu, dalam masyarakat Nusa
Tenggara Timur, sasando Adalah alat Musik pengiring tari, penghibur keluarga saat
berduka, menambah keceriaan saat bersukacita, serta sebagai hiburan pribadi. Kini
Musik sasando dikenal sebagai alat Musik yang menghasilkan melodi terindah dari
Pulau Rote.
Bentuk Alat Musik Tradisional Sasando

Bentuk alat musik sasando mirip dengan alat musik petik lainnya seperti
gitar, biola, dan kecapi. Bagian utama alat musik sasando berbentuk tabung
panjang yang terbuat dari bambu. Melingkar dari atas ke bawah tabung Adalah
ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) direntangkan dan bertumpu.
Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan
senar. Tabung sasando ini diletakkan dalam sebuah wadah setengah melingkar
terbuat dari daun pohon gebang (semacam lontar) yang menjadi tempat resonansi
sasando. Hingga kini, semua bahan yang dipakai untuk membuat sasando terbuat
dari bahan alami, kecuali senar dari kawat halus.

Jenis Alat Musik Tradisional Sasando

Jenis-jenis sasando dibedakan dari jumlah senarnya, yaitu sasando engkel


(dengan 28 dawai), sasando dobel (dengan 56 dawai, atau 84 dawai), sasando gong
atau sasando haik, dan sasando biola. Karena itu, bunyi sasando sangat bervariasi.
Hampir semua jenis Musik bisa dimainkan dengan sasando, seperti Musik
tradisional, pop, slow rock, bahkan dangdut.

Cara Memainkan Alat Musik Sasando

Teknik atau cara Memainkan alat musik Sasando tidaklah mudah, sebab
perlu dibutuhkan harmonisasi perasaan dan teknik sehingga tercipta alunan nada
yang merdu. Selain itu juga, diperlukan keterampilan jari jemari untuk memetik
dawainya seperti pada alat musik harpa. Akan tetapi, Sasando dimainkan dengan
menggunakan dua tangan yang berlawanan. Inilah yang membuatnya unik dan
berbeda dibandingkan alat musik tradisional lainnya. senar sasando harus dipetik
dengan dua tangan, seperti harpa. Tangan kiri berfungsi memainkan melodi dan
bas, sementara tangan kanan memainkan accord. Ini menjadi keunikan sasando
karena seseorang dapat menjadi melodi, bass, dan accord sekaligus.

Anda mungkin juga menyukai