Angklung Buhun ini dalam bahasa sunda berarti “angklung tua” atau
“angklung kuno”. Seperti yang dikatakan di atas, Angklung Buhun ini sudah ada
sejak ratusan tahun yang lalu. Sehingga bagi masyarakat Baduy, Angklung Buhun
ini menjadi salah satu pusaka yang memiliki makna sangat penting di dalamnya.
Fungsi Angklung Buhun
Kesenian Angklung Buhun ini hanya dimainkan pada acara tertentu saja.
Biasanya Angklung Buhun hanya dimainkan sekali dalam satu tahun, yaitu pada
saat upacara ngaseuk. Upacara ngaseuk ini merupakan salah satu bagian dari
upacara adat saat penanaman padi. Dengan adanya upacara ngaseuk yang diiringi
dengan pertunjukan Angklung Buhun ini diharapkan agar proses penanaman padi
hingga panen dapat berjalan lancar dan diberi berkah dengan hasil panen
melimpah.
Dalam pertunjukan ini juga diselingi oleh suatu atraksi adu kekuatan oleh
dua orang pemain yang saling mengadukan badan hingga salah satunya jatuh. Hal
ini dilakukan secara berulang sampai mereka kelelahan. Setelah salah satu
pemain menyerah maka menandakan acara berkahir. Di akhir acara, para pemain
bergabung bersama kuncen dan penonton memuja ke salah satu ladang dengan
diiringi tabuhan angklung dan bedug. Kemudian kuncen menggali tanah dan
menguburkan sesajen sambil memberitahukan kepada warga bahwa ladang
sudah bisa ditanami.
Angklung Buhun ini hampir sama dengan alat musik angklung pada
umumnya, baik dari segi bentuk maupun suara. Namun tampilan sedikit berbeda
terlihat pada pernak-pernik yang terdapat pada bagian atas bingkai angklung.
Pada bagian atas Angklung Buhun biasanya dihias dengan batang padi atau daun
panjang yang diikat secara berkelompok.
Dalam pertunjukannya, biasanya terdapat 9 jenis angklung dan 3 buah
bedug kecil memanjang. Jenis angklung tersebut diantaranya indung, ringkung,
gimping, dondong, enklok, indung leutik, trolok, reol 1, dan reol 2. Sedangkan
untuk bedug terdiri dari bedug, telingtung, dan ketug. Jenis-jenis instrument
tersebut tentu memiliki fungsi dan makna simbol tertentu di dalamnya.
Menurut masyarakat Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, Alat Musik tersebut
dikenal sebagai Alat Musik keseharian. Karena itu, dalam masyarakat Nusa
Tenggara Timur, sasando Adalah alat Musik pengiring tari, penghibur keluarga saat
berduka, menambah keceriaan saat bersukacita, serta sebagai hiburan pribadi. Kini
Musik sasando dikenal sebagai alat Musik yang menghasilkan melodi terindah dari
Pulau Rote.
Bentuk Alat Musik Tradisional Sasando
Bentuk alat musik sasando mirip dengan alat musik petik lainnya seperti
gitar, biola, dan kecapi. Bagian utama alat musik sasando berbentuk tabung
panjang yang terbuat dari bambu. Melingkar dari atas ke bawah tabung Adalah
ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) direntangkan dan bertumpu.
Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan
senar. Tabung sasando ini diletakkan dalam sebuah wadah setengah melingkar
terbuat dari daun pohon gebang (semacam lontar) yang menjadi tempat resonansi
sasando. Hingga kini, semua bahan yang dipakai untuk membuat sasando terbuat
dari bahan alami, kecuali senar dari kawat halus.
Teknik atau cara Memainkan alat musik Sasando tidaklah mudah, sebab
perlu dibutuhkan harmonisasi perasaan dan teknik sehingga tercipta alunan nada
yang merdu. Selain itu juga, diperlukan keterampilan jari jemari untuk memetik
dawainya seperti pada alat musik harpa. Akan tetapi, Sasando dimainkan dengan
menggunakan dua tangan yang berlawanan. Inilah yang membuatnya unik dan
berbeda dibandingkan alat musik tradisional lainnya. senar sasando harus dipetik
dengan dua tangan, seperti harpa. Tangan kiri berfungsi memainkan melodi dan
bas, sementara tangan kanan memainkan accord. Ini menjadi keunikan sasando
karena seseorang dapat menjadi melodi, bass, dan accord sekaligus.