Anda di halaman 1dari 21

Asal-usul Angklung,

Simak Sejarahnya hingga


Jadi Alat Musik
Tradisional di Indonesia
lihat foto
Angklung terkenal sebgai alat musik tradisional di Indonesia.
Asal-usul alat musik Angklung ini berasal dari daerah Jawa
Barat.
Mengutip dari kemdikbud.com, Angklung terbuat dari tabung-
tabung bambu.
Suara indah Angklung ini didapatkan dari tabung-tabung
bambu tersebut yang digoyangkan.
Efek benturan antar bambu akan membuat Angklung
mengeluarkan suara-suara cantik.
Angklung juga sudah terdaftar sebagai Masterpiece of Oral and
Intangible Heritage of Humanity dari UNESCO sejak November
2010.
Sejarah Angklung
Alat musik yang banyak ditemui di daerah Jawa Barat,
terkhusus Sunda ini telah menjadi alat tradisional khas di
Indonesia.
Penamaan Angklung sendiri berasal dari bahasa Sunda
"Angkleung-angkleungan".

Kata "Angkleung-angkleungan" ini berarti gerakan pemain


Angklung.
Karena suara yang dihasilkan berbunyi "klung" maka alat musik
ini diberi nama "Angklung".
Sementara secara etimologis, Angklung berasal dari kata
"angka" dan "lung".
Kata "angka" berarti sebagai sebuah nada, dan kata "lung"
berarti pecah.
Jadi Angklung  merujuk nada yang pecah atau nada yang tidak
lengkap.

Suara yang dihasilkan, membuat angklung disebut sebagai alat


musik Internasional.
Kesenian Angklung juga mengalami perjalanan yang cukup panjang.
Angklung sempat mengalami perubahan bentuk, fungsi, sampai pada
perubahan nada.
Tetapi hingga kini Angklung masih terus bertahan dan berkembang.
Kesenian tradisional Angklung mampu bertahan di tengah terjangan
arus modernisasi.
Angklung telah dinobatkan sebagai warisan budaya milik Indonesia.
Deklarasi pengakuan Angklung sebagai warisan budaya ini telah
dideklarasikan pada 16 Januari 2011.
Menurut Dr. Groneman, Angklung telah ada di Nusantara,
bahkan sebelum era Hindu.
Sebelumnya alat musik Angklung sudah ada di zaman
Kerajaan Sunda.
Menurut catatan dari orang Eropa yang melakukan perjalanan
ke Tanah Sunda pada abad ke-19 mengatakan bahwa di
daerah ini sering terlihat “permainan” angklung oleh orang-
orang setempat.
Angklung lebih populer di tanah Sunda, namun alat musik ini juga
dikenal hingga di daerah-daerah di Pulau Jawa.

Hingga saat ini permainan Angklung masih terus mengalami


perkembangan semangat dalam peperangan, sebagaimana
yang diceritakan dalam Kidung Sunda.
Jaap Kunst dalam bukunya Music in Java menjelaskan bahwa,
selain di Jawa Barat, Angklung juga bisa ditemui di daerah
Sumatra Selatan dan Kalimantan.
Masyarakat lain juga mengenal alat musik Angklung ini,
misalnya Lampung, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Orang dari
suku Baduy dari Desa Kanekes masih
memainkan angklung tradisional dalam beberapa upacara adat
mereka.
Pada zaman Kerajaan Sunda di abad ke 12 hingga abad ke16,
Angklung digunakan sebagai bentuk pemujaan terhadap Nyai
Sri Pohaci, sebagai lambang Dewi Sri (dewi padi/dewi
kesuburan).
Selain itu Angklung juga dimaknai sebagai pemacu
Sejak November 2010, Angklung resmi ditetapkan sebagai
Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh
UNESCO.
di Indonesia.
Angklung dikenal sebagai alat musik tradisional yang
berkembang di daratan Sunda atau wilayah Jawa Barat. Cara
memainkan angklung pun berbeda dengan alat musik pada
umumnya. Angklung dimainkan dengan cara digoyang atau
digetarkan.
Sejarah angklung pun dimulai dari tanah Sunda. Dalam tradisi
Sunda masa lampau, instrumen angklung digunakan dalam
berbagai acara, khususnya perayaan bercocok tanam.

Di masa itu, Angklung dimainkan sebagai bentuk pemanggilan


kepada Dewi Sri, sosok yang digambarkan sebagai Dewi
Kesuburan, yang memberikan berkah pada tanaman padi agar
subur makmur dan menyejahterakan masyarakat.

Lihat juga:International Angklung Festival Pertegas Warisan


Budaya RI
Dilansir dari Sejarahlengkap.com, Kata angklung berasal dari
bahasa Sunda "angkleung-angkleung", yang artinya gerakan
pemain dengan mengikuti irama. Sementara kata "klung"
adalah suara nada yang dihasilkan instrument musik tersebut.

Setiap nada dihasilkan dari bentuk tabung bambu yang


berbeda ukuran. Sehingga jika digoyangkan akan
menghasilkan melodi indah yang enak didengar. Maka dari itu,
untuk menciptakan sebuah melodi, angklung dimainkan secara
kolektif.

Angklung biasanya dibuat dengan jenis bambu hitam (Awi


wulung) atau bambu ater (Awi temen), yang mempunyai ciri
khas berwarna kuning keputihan saat mengering. Angklung
dirangkai dengan mengumpulkan 2 hingga 4 tabung bambu
beda ukuran dan dirangkai menjadi satu dengan cara diikat
dengan rotan.

Cara Memainkan Angklung


Cara memainkan angklung tergolong sederhana, pemain
angklung cukup memegang kerangka angklung (bagian atas)
dan menggoyang bagian bawahnya untuk menghasilkan suara.
Ada tiga teknik dasar memainkan angklung:

1. Kerulung (Getar)
Teknik ini paling umum dan mendasar, dimana kedua tangan
memegang dasar tabung bambu dan menggetarkan ke kiri-
kanan berkali-kali selama memainkan nada.

2. Centok (Sentak)
Pada teknik ini, tabung ditarik dengan cepat oleh jari ke telapak
tangan, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja seperti
suara yang menghentak.

3 Tengkep
Pada teknik ini, pemain angklung menggetarkan salah satu
tabung, sementara tabung pada bagian lain ditahan sehingga
tidak ikut bergetar dan hanya menghasilkan satu suara saja.

Untuk memainkan sebuah lagu menggunakan angklung,


biasanya dibutuhkan banyak peserta dan seorang konduktor
yang akan memandu pembagian nada. Setiap pemain, akan
dibagikan satu hingga empat angklung dengan nada berbeda-
beda.

Kemudian, konduktor akan menyiapkan partitur lagu untuk


dimainkan, dan masing-masing pemusik harus memainkan
angklung sesuai nada dan ketukan irama yang diminta
konduktor. Tidak hanya menghasilkan nada yang berbeda,
angklung juga mempunyai jenis yang berbeda.

Angklung merupakan sebuah warisan budaya Indonesia.


Sejarah angklung di mulai dari tanah Sunda dan kini sudah
mendunia.
Jenis-jenis Angklung
Dalam perjalan sejarah alat musik angklung, banyak daerah di
Indonesia menghasilkan jenis angklung baru. Berikut jenis-jenis
angklung:

1. Angklung Kanekes
Angklung Kanekes berasal dari Baduy dan ditampilkan hanya
saat upacara menanam padi. Pembuatan angklung pun hanya
dilakukan oleh orang suku Baduy Dalam.

2. Anklung Reog
Jenis angklung ini digunakan untuk mengiringi tarian Reog
Ponorogo di Jawa Timur. Angklung ini memiliki ciri khas bentuk
dan suara yang berbeda dengan angklung umum. Suara pada
jenis angklung reog lebih keras dan hanya memiliki dua nada.
Angklung Reog juga biasanya digunakan sebagai hiasan.
Angklung ini juga dikenal dengan sebutan klong kluk.

3. Angklung Dogdog Lojor


Dogdog Lojor adalah sebuah tradisi penghormatan kepada
tanaman padi. Angklung jenis ini digunakan hanya pada saat
ritual tradisi berjalan. Tradisi ini masih dilakukan masyarakat
Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan adat Banten
Kidul. Masyarakat adat Banten Kidul setiap tahunnya
menyelenggarakan tradisi Dogdog Lojor.

Pemain angklung dalam tradisi Dogdog Lojor hanya berjumlah


enam orang, di mana dua orang memainkan angklung Dogdog
Lojor, dan empat lainnya memainkan angklung besar.

4. Angklung Badeng
Berasal dari Garut, angklung Badeng awalnya digunakan
sebagai alat musik pengiring dalam ritual penanaman padi.
Seiring dengan masuknya penyebaran Islam pada masa
lampau, terjadi pergeseran fungsi, angklung Badeng digunakan
sebagai alat pengiring dakwah.

Dibutuhkan 9 angklung untuk melengkapi proses pengiringan


dakwah. Kesembilan angklung tersebut terdiri dari dua
angklung roel, satu angklung kecer, empat angklung indung,
dua angklung anak, dua dogdog, dan dua gembyung.

5. Angklung Padaeng
Jenis angklung ini diperkenalkan pertama kali oleh Daeng
Soetigna tahun 1938. Daeng Soetigna melakukan modifikasi
pada struktur batang, sehingga mampu menghasilkan nada
diatonik. Dengan demikian, angklung ini dapat dimainkan
bersama alat musik populer dan modern.

Nawacita Daeng Soetigna kemudian diteruskan oleh Handiman


Diratmasasmita, yang ingin angklung dari segi penggunaan
sejajar dengan alat musik internasional.

Handiman melanjutkan pembuatan angklung diatonik namun


dengan pengembangan yang lebih baik. Selain Handiman
Diratmasasmita, sosok lain yang giat mengenalkan angklung
ke masyarakat adalah Udjo Ngalegena.

Saung Angklung Udjo di Bandung Jawa Barat merupakan


salah satu tempat mengenal eksistensi, keindahan, dan sejarah
angklung.
Saung Angklung Udjo adalah bentuk kecintaan beliau atas alat
musik angklung. Udjo berhasil membuat angklung menjadi
pertunjukan seni musik yang menarik dan harmonis, dengan
memainkan ragam lagu daerah, nasional, dan mancanegara.
Saungnya di Bandung Jawa Barat pun kini ramai dikunjungi
turis dalam dan luar negeri.

Selain itu, kesenian angklung kini juga telah diakui oleh


UNESCO sebagai salah satu warisan kebudayaan dunia.
UNESCO menetapkan Angklung sebagai warisan dunia pada
10 November 2010, angklung tercatat sebagai Karya Agung
Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia. Selain
angklung, warisan budaya takbenda lainnya yang masuk
representative list UNESCO adalah wayang, batik, dan keris.
Lihat juga:Angklung, Alat Musik Indonesia yang Sudah
Mendunia
Itu lah sejarah angklung, cara memainkan, dan jenis-jenisnya.
Sebagai warga negara baiknya kita mengenal entitas budaya
dan juga melestarikannya

Indonesia mempunyai beragam alat musik tradisional yang


kaya dan beraneka ragam. Tentu saja, di setiap daerah atau
suku yang ada di Indonesia masing-masing memiliki alat musik
tradisional. Contohnya alat musik gamelan, tidak semua
wilayah terdapat alat musik ini, karena gamelan populer di
Jawa, Bali, Madura dan Lombok. Alat musik suling berasal dari
Sunda, Jawa Barat. Selanjutnya, alat musik angklung yang
juga berasal dari Jawa Barat. Angklung merupakan alat musik
tradisional dari Indonesia yang terbuat dari bambu, cara
memainkan alat musik ini dengan cara digoyangkan, sehingga
tabung bambu tersebut akan menghasilkan bunyi atau nada
yang khas.

Sebagian besar masyarakat sangat familiar dengan alat musik


angklung. Akan tetapi, masih banyak juga yang belum
mengetahui sejarah, asal-usul serta cara memainkan alat
musik ini. Biasanya di mata pelajaran seni budaya, sering kali
guru akan menyuruh siswa-siswinya untuk mempelajari alat
musik tradisional seperti angklung. Mempelajari alat musik
angklung dapat berguna untuk melestarikan budaya terlebih
dalam alat musik tradisional, mengembangkan keterampilan
musikal, memperluas wawasan dan apresiasi musikal dan
sebagainya. Untuk mengetahui lebih lanjut terkait alat musik
angklung, simak penjelasan pada artikel ini.
Ringkasan
 Pada tahun 2010, angklung mendapatkan pengakuan skala
Internasional dari UNESCO (Organisasi pendidikan, Ilmu
Pengetahuan dan Budaya Perserikatan Bangsa – Bangsa) mengakui
bahwa angklung sebagai Warisan Budaya Takbenda.
 Alat musik angklung merupakan sebuah alat musik tradisional dari
Indonesia yang terbuat dari bambu. Alat musik tersebut terdiri dari
beberapa tabung yang disusun secara horizontal dan diikat bersama
dengan tali atau rotan. Setiap tabung memiliki ukuran dan panjang
yang berbeda, sehingga menghasilkan nada yang berbeda pula.
 Angklung telah menjadi alat diplomasi budaya yang efektif bagi
Indonesia. Sebagai alat musik tradisional yang unik dan
mengesankan, angklung digunakan dalam upaya untuk
mempromosikan dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke
seluruh dunia.
 Angklung mempunyai beberapa jenis yang umum di Indonesia yaitu
angklung padaeng, angklung cisungsang, angklung buncis, angklung
bali, angklung gubrag dan angklung badud.
 Teknik memainkan angklung ada 3 yaitu teknik tangkep, teknik
kurulung dan teknik cetok.

Sejarah alat musik angklung


Alat musik angklung dapat dijelajahi hingga zaman kuno di
Indonesia. Walaupun sulit untuk menentukan asal-usul alat
musik ini secara pasti, angklung diyakini telah ada selama
berabad-abad di daerah Jawa Barat, terutama di wilayah
Sunda. Berbagai teori menyebutkan bahwa angklung pada
awalnya digunakan sebagai alat musik antar desa atau sebagai
alat untuk mengusir burung-burung hama di ladang pertanian.
Awalnya, angklung terbuat dari batang bambu yang
digantungkan dan suara yang dihasilkan dengan cara memukul
bambu tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, angklung
mengalami perkembangan dan perubahan dalam bentuk dan
teknik permainannya.
Pada abad ke-19, angklung mengalami perkembangan yang
signifikan berkat peran dari Ki Sastra Negara, seorang seniman
Sunda yang terkenal. Beliau memberikan kontribusi besar
dalam perkembangan angklung dengan cara memperkenalkan
sistem notasi dan cara bermain angklung yang lebih sistematis.
Hal tersebut memungkinkan angklung dimainkan dalam bentuk
orkes dan ansambel.
Tahun 1938, Daeng Soetigna, seorang musisi dari Bandung,
mengembangkan angklung dengan menambahkan sistem
pentatonik atau lima nada. Hal ini memberikan fleksibilitas
dalam menghasilkan harmoni yang lebih kompleks.
Tahun 2010, angklung mendapatkan pengakuan skala
Internasional dari UNESCO (Organisasi pendidikan, Ilmu
Pengetahuan dan Budaya Perserikatan Bangsa – Bangsa)
mengakui bahwa angklung sebagai Warisan Budaya
Takbenda. Pengakuan ini membantu untuk memperluas
popularitas dan apresiasi terhadap angklung di tingkat global.
Hingga saat ini, angklung tetap menjadi salah satu alat musik
tradisional yang paling terkenal di Indonesia dan sering
digunakan dalam berbagai pertunjukkan musik, baik dalam
negeri maupun luar negeri.

Alat musik tradisional angklung

Sumber Gambar : tirto.id

Alat musik tradisional merujuk pada instrumen musik yang


digunakan dalam budaya dan warisan musik khas dari suatu
daerah atau komunitas. Alat musik tradisional sering kali
mempunyai sejarah panjang dan terdapat peran penting dalam
ekspresi budaya masyarakat tertentu.
Alat musik tradisional dapat beragam bentuk, ukuran dan
bahan pembuatan tergantung pada asal-usulnya. Alat musik ini
sering kali terbuat dari bahan alami seperti kayu, bambu, kulit,
binatang, logam atau bahan organik lainnya yang tersedia di
lingkungan sekitar. Setiap alat musik tradisional mempunyai
karakteristik unik, misalnya cara memainkan, teknik khusus dan
bunyi yang dihasilkan.
Setiap daerah mempunyai beraneka ragam alat musik
tradisional yang mencerminkan sebagai identitas dan
budayanya. Alat musik tradisional sering kali digunakan dalam
berbagai acara dan upacara adat, seperti pernikahan, festival,
upacara keagamaan dan ritual lainnya. Alat musik tradisional
dimainkan dalam pertunjukkan dan menjadi sarana penting
untuk mempertahankan warisan budaya serta memperkuat
ikatan sosial dalam komunitas maupun wilayah. Keberadaan
alat musik tradisional sangat penting dalam menjaga
kelestarian budaya lokal yang hampir tenggelam dan teralihkan
dengan alat musik modern.
Alat musik angklung merupakan sebuah alat musik tradisional
dari Indonesia yang terbuat dari bambu. Alat musik tersebut
terdiri dari beberapa tabung yang disusun secara horizontal
dan diikat bersama dengan tali atau rotan. Setiap tabung
memiliki ukuran dan panjang yang berbeda, sehingga
menghasilkan nada yang berbeda pula.
Alat musik angklung mempunyai bagian yang paling utama
yaitu terletak pada suara yang berasal dari tabung bambu.
Untuk mengeluarkan suara tersebut supaya terdengar, hanya
perlu di goyangkan saja dan akan menimbulkan nada.
Namun, ketika angklung digoyangkan secara terus menerus,
suara yang ditimbulkan tidak akan cepat hilang. Akan tetapi,
berbeda dengan angklung yang mempunyai diameter lebih
besar atau seperti alat musik bambu lain yang tabungnya
dipukul, kesan pukulannya akan hilang seolah bambu ditiup
seperti seruling.
Aspek lain yang dapat memberikan pengaruh dalam hal
karakter pukulan yaitu dapat dipengaruhi oleh bambu itu
sendiri. Bambu tergolong sangat ringan dan tidak seperti kayu
yang sangat kuat, pengaruh dari bahan ini ialah terdapat pada
resonansi suara yang biasa mempengaruhi karakter alat musik
bambu. Suara yang dihasilkan pun akan menjadi rindang,
ringan dan indah meskipun kadang bambu itu berdiameter
besar.
Angklung sebagai alat program budaya
antarnegara

Angklung telah menjadi alat diplomasi budaya yang efektif bagi


Indonesia. Sebagai alat musik tradisional yang unik dan
mengesankan, angklung digunakan dalam upaya untuk
mempromosikan dan memperkenalkan kekayaan budaya
Indonesia ke seluruh dunia. Berikut ini beberapa cara angklung
digunakan sebagai alat program budaya antarnegara:

1. Pertunjukkan Internasional
Grup angklung Indonesia sering kali diundang untuk tampil dalam
pertunjukkan dan festival Internasional di berbagai negara. Dengan
membawakan pertunjukkan angklung yang menarik, serta memainkan
lagu-lagu tradisional Indonesia maupun aransemen modern.
Pertunjukkan ini memberikan kesempatan kepada masyarakat
Internasional untuk mengenal dan mengapresiasi musik tradisional
Indonesia.

2. Kolaborasi budaya
Selain diundang untuk tampil pertunjukkan, angklung juga digunakan
untuk kolaborasi budaya dengan musisi lain dan kelompok seni dari
negara lain. Kolaborasi ini menghasilkan karya seni yang unik dengan
menggabungkan unsur tradisional Indonesia dengan gaya dan alat
musik dari budaya lain. Hal ini membuka peluang untuk saling belajar
dan menghargai kekayaan budaya antarnegara.

3. Pelatihan dan workshop


Dalam upaya memperkenalkan angklung kepada komunitas
Internasional, pelatihan dan workshop angklung diadakan di berbagai
negara. Peserta dari latar belakang yang berbeda diajarkan teknik dan
cara memainkan angklung dan menunjukkan keindahan musik
tradisional yang berasal dari Indonesia ini secara langsung. Adanya
kegiatan ini dapat membangun jaringan kerja sama di antara peserta
dan antarnegara.

4. Festival budaya
Angklung sering kali menjadi bagian penting dalam festival budaya
Internasional. Seperti, di beberapa negara, festival angklung diadakan
untuk mengumpulkan pemain sesama angklung dari berbagai belahan
dunia. Festival ini menciptakan ruang di mana para pemain angklung
dapat saling berinteraksi, belajar, dan berbagi pengalaman dengan
budaya dan tradisi musik antarnegara.
Memanfaatkan angklung sebagai alat program antarbudaya atau alat
diplomasi negara, Indonesia dapat terhubung dan menjalin kerja sama
antarnegara, mempromosikan keragaman budaya dan memperluas
pemahaman serta apresiasi terhadap karya seni dan musik tradisional
Indonesia. Angklung menjadi jembatan untuk memperkuat hubungan
antarbangsa dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke
dunia secara luas.

Jenis – jenis angklung

Sumber Gambar : republika.co.id

Terdapat beberapa jenis angklung yang berbeda berdasarkan ukuran,


bentuk dan jumlah tabung bambu yang digunakan. Berikut ini adalah
beberapa jenis angklung yang umum di Indonesia:
1. Angklung padaeng
Angklung padaeng merupakan jenis angklung yang terdiri dari
delapan tabung. Dalam setiap tabung bambu terdapat lubang-lubang
kecil yang membantu menghasilkan variasi nada saat diguncangkan.

2. Angklung cisungsang
Angklung cisungsang mempunyai lima tabung bambu yang disusun
secara berjenjang, dengan tabung terendah mempunyai nada rendah
dan tabung tertinggi memiliki nada tinggi. Angklung ini biasanya
dimainkan dalam ansambel dengan pemain yang masing-masing
memegang satu angklung.

3. Angklung buncis
Angklung buncis merupakan jenis angklung yang terdiri dari tiga
tabung bambu. Setiap tabung mempunyai ukuran yang berbeda dan
menghasilkan nada yang berbeda juga. Angklung buncis biasanya
dimainkan dalam kelompok kecil atau sebagai alat musik solo.

4. Angklung bali
Angklung bali mempunyai ukuran yang lebih besar dibandingkan
dengan angklung tradisional lainnya. Angklung bali terbuat dari
bambu hitam yang kuat dan mempunyai suara yang lebih dalam.
Angklung ini sering kali dijumpai dalam pertunjukkan seni tradisional
Bali.

5. Angklung gubrag
Jenis angklung ini terdiri dari banyak tabung bambu, biasanya lebih
dari 20 tabung. Angklung ini memungkinkan pemain untuk
memainkan melodinya sendiri dengan menggunakan satu tangan.
Angklung gubrag sering digunakan dalam pertunjukkan besar atau
festival angklung.

6. Angklung badud
Jenis angklung ini terdiri dari tiga tabung bambu. Angklung badud
mempunyai ukuran yang lebih kecil dan biasanya dimainkan oleh
anak-anak. Angklung badud sering digunakan dalam kegiatan
pendidikan musik di sekolah.

Setiap jenis angklung mempunyai karakteristik dan suara yang


berbeda-beda, memberikan variasi dalam pengalaman musikal yang
unik. Jenis-jenis angklung ini memperkaya warisan musik tradisional
Indonesia dan harus dilestarikan dan dikembangkan hingga masa
depan.

Cara memainkan alat musik angklung


Sumber Gambar : era.id
Dalam memainkan alat musik angklung terdapat dua cara yaitu
digoyangkan atau short hit, dalam bahasa Sunda berarti “centok”.
Berikut ini beberapa cara untuk memainkan alat musik tradisional
angklung, sebagai berikut:
1. Teknik tangkep
Memainkan alat musik angklung dengan cara teknik tangkep yaitu
satu tabung angklung ditahan menggunakan jari, tujuannya agar
tabung tidak bergetar.

2. Teknik kurulung
Teknik ini merupakan teknik yang paling umum digunakan ketika
memainkan angklung. Untuk memainkan dengan teknik ini yaitu satu
tangan memegang rangka angklung, sementara tangan lainnya
menggoyangkan alat musik tersebut. Angklung diguncangkan sesuai
nada yang diinginkan hingga tabung tersebut saling beradu dan
menimbulkan sebuah nada.

3. Teknik cetok
Teknik ini dilakukan dengan cara menarik tabung dasar dengan cepat
menggunakan jari ke telapak tangan. Menggunakan teknik cetok,
bunyi yang dihasilkan ialah hanya satu kali saja.

Penutup
Alat musik tradisional angklung merupakan harta budaya Indonesia
yang sangat unik dan mempesona. Terbuat dari bambu dengan nada
yang menjadi ciri khas, hal itu menjadikan angklung memancarkan
pesona keindahan musik tradisional Indonesia. Angklung tidak hanya
menjadi lambang identitas budaya, tetapi juga sebagai alat diplomasi
budaya yang menghubungkan Indonesia dengan dunia. Dengan
keunikan dan kelebihan yang dimiliki, angklung terus melestarikan
warisan budaya dan menginspirasi generasi masa depan untuk
mencintai dan memainkan alat musik tradisional.
Melalui angklung, sebagai masyarakat Indonesia haru menghargai
dan mencintai kekayaan budaya Indonesia dan menjaga warisan
nenek moyang. Terima kasih telah membaca!
Apa saja manfaat dari mempelajari alat musik tradisional?
Mempelajari alat musik tradisional mempunyai banyak manfaat, baik
untuk pribadi maupun budaya yaitu meningkatkan koneksi dengan
identitas budaya, memberikan pemahaman tentang sejarah, nilai-nilai
dan simbiolisme yang terkait dengan budaya, melestarikan warisan
budaya, dengan mempelajari alat musik tradisional dapat memberikan
peluang untuk berkolaborasi dan mengembangkan ketrampilan dalam
bermusik, serta membuka pintu untuk mengeksplorasi dan memahami
berbagai jenis musik tradisional lainnya.
Apa alat musik yang berasal dari Minahasa dan bagaimana cara
memainkannya?
Kolintang adalah alat musik tradisional yang berasal dari Minahasa,
Sulawesi Utara. Alat musik ini terdiri dari sejumlah kecil gong logam
yang disusun pada rak kayu dan dimainkan dengan cara dipukul
dengan menggunakan pemukul karet. Kolintang biasanya dimainkan
dalam ansambel dan menghasilkan bunyi yang terkesan ceria.
Sebutkan alat musik tradisional yang berasal dari luar negeri?

Beberapa alat musik tradisional yang ada di belahan dunia


yaitu pertama, alat musik tradisional yang berasal dari
Skotlandia yaitu Bagpipe. Alat musik ini terdiri dari pipa,
balok melodi dan kantong udara, cara memainkannya yaitu
ditiup. Kedua, alat musik tradisional yang berasal dari Jepang
yaitu Koto, alat musik ini merupakan jenis kecapi dengan 13
atau 17 senar. Koto dimainkan dengan menggunakan
plektrum dan mempunyai suara yang lembut dan indah.
Ketiga, alat musik tradisional yang berasal dari India yaitu
Sitar. Alat musik ini merupakan jenis kecapi yang mempunyai
18 hingga 20 senar. Sitar sering kali digunakan dalam musik
klasik India dan memiliki teknik permainan yang kompleks.

Anda mungkin juga menyukai