Teknik Bermain
Angklung
Kelas X Semester 1
Relevansi
Relevansi modul ini terhadap tugas pekerjaan
yang akan dijalankan peserta didik dalam
memainkan alat musik angklung tidak hanya
menambah pengetahuan serta wawasan dalam
bidang angklung juga melatih peserta didik
untuk melatih kerjasama dalam tim, saling
percaya dan konsentrasi dalam setiap tindakan
dalam bermasayarakat
Petunjuk Belajar
Modul ini dapat digunakan baik secara mandiri,
kelompok, atau dengan bimbingan guru seni
budaya. Untuk membantu peserta didik dalam
menguasai kemampuan materi-materi dalam
modul memainkan alat musik tradisional angklung.
Angklung
Sejarah Teknik
Kurulung
Cetok
Tungkep
Capaian Kompetensi
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik
akan memiliki bekal pengetahuan untuk memainkan
alat musik tradisional angklung dengan lagu
Gundul - gundul Pacul dengan teknik yang benar.
Angklung sendiri merupakan alat musik khas Jawa Barat yang terbuat dari
bambu. Bambu yang digunakan sebagai bahan angklung adalah adalah
bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada yang
dihasilkan berasal dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah setiap
ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Kata “angklung” berasal dari bahasa sunda, dan terdiri dari dua suku kata,
yaitu “angkleung-angkleung” yang berarti diapung-apung dan “klung” yang
merupakan suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut. Dengan kata lain
angklung berarti suara “klung”yang dihasilkan dengan cara mengangkat atau
mengapung-apungkan alat musik itu.
Angklung sekarang ini sudah tidak lagi dipandang sebagai alat musik yang
kuno ataupun ketinggalan zaman, melainkan sebagai alat musik tradisional
khas Indonesia yang sudah mulai di kenal di dunia internasional. Hal ini
terbukti, karena pada bulan november 2010, angklung dikukuhkan menjadi
World Intangible Heritage oleh UNESCO, dengan begitu angklung dipatenkan
sebagai ”real” Indonesia. Dengan diakuinya angklung sebagai bagian dari
kebudayaan Indonesia oleh UNESCO membuat angklung tidak bisa direbut
atau dicuri negara lain. Hal ini membuat angklung sebagai Truly Indonesia.
Sekarang ini memang sudah sedikit orang Indonesia yang mau mempelajari
kebudayaan negaranya sendiri apalagi setelah musik-musik dari luar negeri
masuk dan berkembang di Indonesia. Namun, kesenian angklung sudah
mulai berkembang, dimulai dari seorang musisi yang berasal dari Jawa barat
bernama Daeng Sutisna yang membuat komposisi beraneka ragam jenis
musik dengan mengunakan alat musik angklung. Lalu tidak berhenti di sana,
hal tersebut dilanjutkan oleh Saung Angklung Udjo.
Dua tokoh yang berperan dalam perkembangan Angklung di Jawa Barat adalah
Daeng Soetigna sebagai Bapak Angklung Diatonis Kromatis dan Udjo Ngalagena
yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog dan
salendro.
Pada tahun 1938, Daeng Soetigna, menciptakan angklung dengan tangga nada
diatonis. Angklung inovasi Daeng Sutigna tersebut berbeda dengan angklung pada
umumnya yang berdasarkan tangga nada tradisional pelog atau salendro. Inovasi
inilah yang kemudian membuat Angklung dengan leluasa bisa dimainkan
harmonis bersama alat-alat musik Barat, bahkan bisa disajikan dalam bentuk
orkestra. Sejak saat itu, Angklung semakin populer, hingga akhirnya PBB, melalui
UNESCO, pada November 2010, mengakuinya sebagai warisan dunia yang harus
dilestarikan.
Setelah Daeng Soetigna, salah seorang muridnya, Udjo Ngalagena, meneruskan
usaha Sang Guru mempopulerkan Angklung temuannya, dengan jalan mendirikan
“Saung Angklung” di daerah Bandung. Hingga hari ini, tempat yang kemudian
dikenal sebagai “Saung Angklung Udjo” tersebut masih menjadi pusat kreativitas
yang berkenaan dengan Angklung.
Uraian Materi
Teknik Bermain Angklung
Memainkan sebuah angklung sangat mudah. Seseorang tinggal memegang
rangkanya pada salah satu tangan (biasanya tangan kiri) sehingga angklung
tergantung bebas, sementara tangan lainnya (biasanya tangan kanan)
menggoyangnya hingga berbunyi. Dalam hal ini, ada tiga teknik dasar
menggoyang angklung:
Kurulung
Centok (sentak)
Lirik lagu Gundul-Gundul Pacul sangat sederhana. Hanya terdiri dari 3 bait
yang masing-masing terdiri dari dua baris. Dalam lagunya, bait terakhir
diulang dua kali sehingga total bait yang dinyanyikan ada 4. Berikut adalah lirik
lagu gundul-gundul pacul.
Meskipun lirik yang dimiliki sangat sederhana, ternyata tidak banyak yang tahu
bahwa makna dari lagu tersebut sangat dalam. Lagu tersebut berisi sebuah
nasihat yang diberikan dari rakyat untuk pemimpinnya.
Dikutip dari buku Indonesia Pusaka oleh Dr. Sopan Adrianto, SE, M.Pd., berikut
adalah makna yang tersirat dalam lagu Gundul-Gundul Pacul.
Lirik dan makna lagu gundul - gundul pacul
Gundul-gundul pacul-cul, gembelengan
Nyunggi wakul memiliki arti membawa bakul atau tempat nasi di atas kepala
seseorang. Makna dari lirik ini yaitu banyak pemimpin yang lupa bahwa
dirinya sedang mengemban amanat yang diibaratkan dengan bakul nasi di
kepalanya.
Wakul merupakan lambang kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan yang
dimaksud adalah kekayaan, sumberdaya, dan lain sebagainya. Hal ini berarti
bahwa kepala yang merupakan kehormatan masih berada di bawah bakul
milik masyarakat.
Namun sayangnya, masih banyak pemimpin yang bersikap angkuh terhadap
masyarakat yang dipimpinnya. Padahal, kedudukannya tidak lebih tinggi dari
rakyatnya yang dipimpin.
Wakul ngglimpang memiliki makna jatuhnya bakul di atas kepala. Segane dadi
sak latar dalam Bahasa Indonesia adalah nasi yang berada di dalam bakul
tersebut jatuh dan berserakan.
Lirik ini menggambarkan jika seorang pemimpin bersifat sombong dan
semena-mena, amanat yang digambarkan sebuah bakul tersebut bisa jatuh ke
tanah. Ibarat nasi yang telah berserakan dan tumpah di tanah tentunya tidak
bisa dimakan lagi. Begitupun dengan amanat yang diemban pemimpin yang
gembelengan, tidak akan bertahan lama dan akan gugur amanatnya.
Tes Sumatif
1. Pada mulanya, alat musik angklung berkembang di daerah . .
a. Jawa Tengah
b. Jawa Barat
c. DKI Jakarta
d. Jawa Timur
e. Jogjakarta