Anda di halaman 1dari 23

modul memainkan alat musik tradisional

Teknik Bermain
Angklung
Kelas X Semester 1

Zahidi Sedyadiasto, S.Pd


2022
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menyimak,
melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas
kesan terhadap bunyi-musik, peka dan paham, serta
secara sadar melibatkan konteks sajian musik dan
berpartisipasi aktif
dalam sajian musik yang berguna bagi perbaikan
hidup baik untuk diri sendiri. sesama, lingkungan,
dan alam semesta.

Relevansi
Relevansi modul ini terhadap tugas pekerjaan
yang akan dijalankan peserta didik dalam
memainkan alat musik angklung tidak hanya
menambah pengetahuan serta wawasan dalam
bidang angklung juga melatih peserta didik
untuk melatih kerjasama dalam tim, saling
percaya dan konsentrasi dalam setiap tindakan
dalam bermasayarakat
Petunjuk Belajar
Modul ini dapat digunakan baik secara mandiri,
kelompok, atau dengan bimbingan guru seni
budaya. Untuk membantu peserta didik dalam
menguasai kemampuan materi-materi dalam
modul memainkan alat musik tradisional angklung.

Selanjutnya, ikuti petunuk dan langah-langkah


belajar yang ada dalam modul; mengerjakan soal-
soal yang disediakan dalam modul ini; mencermati
dan memahami materi dalam video yang
disediakan dalam modul ini; memperbanyak
membaca referensi terkait unsur-unsur musik
barat, agar hasil yang diperoleh lebih optimal.

Lebih lanjut, pesera didik dapat menginstal aplikasi


barcode scan di playstore pada hp android untuk
memindai beberapa contoh materi yang
disediakan pada modul ini
Peta Konsep

Angklung

Sejarah Teknik

Kurulung

Cetok

Tungkep
Capaian Kompetensi
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik
akan memiliki bekal pengetahuan untuk memainkan
alat musik tradisional angklung dengan lagu
Gundul - gundul Pacul dengan teknik yang benar.

Sub Capaian Kompetensi


Berdasarkan capaian pembelajaran yang telah
ditentukan maka sub capaian pembelajaran dalam
modul ini adalah :

1. Mengetahui teknik bermain angklung


2. Mengetahui sejarah singkat angklung

contoh gambar angklung


Problem Based Learning
Banyak kebudayaan Indonesia yang bertahan di era globalisasi ini. Angklung
adalah salah satu contoh kebudayaan Indonesia yang berhasil terselamatkan
dan mendunia.

Angklung sendiri merupakan alat musik khas Jawa Barat yang terbuat dari
bambu. Bambu yang digunakan sebagai bahan angklung adalah adalah
bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada yang
dihasilkan berasal dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah setiap
ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.

Kata “angklung” berasal dari bahasa sunda, dan terdiri dari dua suku kata,
yaitu “angkleung-angkleung” yang berarti diapung-apung dan “klung” yang
merupakan suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut. Dengan kata lain
angklung berarti suara “klung”yang dihasilkan dengan cara mengangkat atau
mengapung-apungkan alat musik itu.

Angklung sekarang ini sudah tidak lagi dipandang sebagai alat musik yang
kuno ataupun ketinggalan zaman, melainkan sebagai alat musik tradisional
khas Indonesia yang sudah mulai di kenal di dunia internasional. Hal ini
terbukti, karena pada bulan november 2010, angklung dikukuhkan menjadi
World Intangible Heritage oleh UNESCO, dengan begitu angklung dipatenkan
sebagai ”real” Indonesia. Dengan diakuinya angklung sebagai bagian dari
kebudayaan Indonesia oleh UNESCO membuat angklung tidak bisa direbut
atau dicuri negara lain. Hal ini membuat angklung sebagai Truly Indonesia.

Sekarang ini memang sudah sedikit orang Indonesia yang mau mempelajari
kebudayaan negaranya sendiri apalagi setelah musik-musik dari luar negeri
masuk dan berkembang di Indonesia. Namun, kesenian angklung sudah
mulai berkembang, dimulai dari seorang musisi yang berasal dari Jawa barat
bernama Daeng Sutisna yang membuat komposisi beraneka ragam jenis
musik dengan mengunakan alat musik angklung. Lalu tidak berhenti di sana,
hal tersebut dilanjutkan oleh Saung Angklung Udjo.

diharapkan generasi muda tidak melupakan angklung sebagai warisan


budaya nenek moyang asli Indonesia.
Uraian Materi
Sejarah Singkat Angklung
Angklung berasal dari bahasa Sunda angkleung-angkleungan yaitu gerakan
pemain angklung dan membentuk suara klung yang dihasilkannya. Secara
etimologis angklung berasal dari kata “angka” yang berarti nada dan “lung” yang
berarti pecah. Jadi, angklung merujuk pada nada yang pecah atau tidak lengkap.
Bentuk angklung terdiri dari dua atau lebih batang bambu dalam berbagai ukuran
sesuai dengan kebutuhan tinggi rendahnya nada yang dibentuk menyerupai alat
musik calung. Menurut Dr. Groneman, Angklung telah ada di Nusantara, bahkan
sebelum era Hindu. Menurut Jaap Kunst dalam bukunya Music in Java, selain di
Jawa Barat, Angklung juga bisa ditemui di daerah Sumatra Selatan dan Kalimantan.
Di luar itu, masyarakat Lampung, Jawa Timur dan Jawa Tengah juga mengenal alat
musik tersebut.

Di lingkungan Kerajaan Sunda (abad ke 12 – abad ke16) , Angklung dimainkan


sebagai bentuk pemujaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Sri
(dewi padi/dewi kesuburan), Selain itu, konon Angklung juga merupakan alat
musik yang dimainkan sebagai pemacu semangat dalam peperangan,
sebagaimana yang diceritakan dalam Kidung Sunda.

Dua tokoh yang berperan dalam perkembangan Angklung di Jawa Barat adalah
Daeng Soetigna sebagai Bapak Angklung Diatonis Kromatis dan Udjo Ngalagena
yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog dan
salendro.
Pada tahun 1938, Daeng Soetigna, menciptakan angklung dengan tangga nada
diatonis. Angklung inovasi Daeng Sutigna tersebut berbeda dengan angklung pada
umumnya yang berdasarkan tangga nada tradisional pelog atau salendro. Inovasi
inilah yang kemudian membuat Angklung dengan leluasa bisa dimainkan
harmonis bersama alat-alat musik Barat, bahkan bisa disajikan dalam bentuk
orkestra. Sejak saat itu, Angklung semakin populer, hingga akhirnya PBB, melalui
UNESCO, pada November 2010, mengakuinya sebagai warisan dunia yang harus
dilestarikan.
Setelah Daeng Soetigna, salah seorang muridnya, Udjo Ngalagena, meneruskan
usaha Sang Guru mempopulerkan Angklung temuannya, dengan jalan mendirikan
“Saung Angklung” di daerah Bandung. Hingga hari ini, tempat yang kemudian
dikenal sebagai “Saung Angklung Udjo” tersebut masih menjadi pusat kreativitas
yang berkenaan dengan Angklung.
Uraian Materi
Teknik Bermain Angklung
Memainkan sebuah angklung sangat mudah. Seseorang tinggal memegang
rangkanya pada salah satu tangan (biasanya tangan kiri) sehingga angklung
tergantung bebas, sementara tangan lainnya (biasanya tangan kanan)
menggoyangnya hingga berbunyi. Dalam hal ini, ada tiga teknik dasar
menggoyang angklung:

Kurulung

Kurulung (getar), merupakan teknik paling umum dipakai, di mana tangan


kanan memegang tabung dasar dan menggetarkan ke kiri-kanan berkali-kali
selama nada ingin dimainkan.
Uraian Materi

Centok (sentak)

Centok (sentak), adalah teknik di mana tabung dasar ditarik dengan


cepat oleh jari ke telapak tangan kanan, sehingga angklung akan
berbunyi sekali saja (stacato).
Uraian Materi
Tengkep

Tengkep, mirip seperti kurulung namun salah satu tabung ditahan


tidak ikut bergetar. Pada angklung melodi, teknik ini menyebabkan
angklung mengeluarkan nada murni (satu nada melodi saja, tidak
dua seperti biasanya). Sementara itu pada angklung akompanimen
mayor, teknik ini digunakan untuk memainkan akord mayor (3
nada), sebab bila tidak ditengkep yang termainkan adalah akord
dominan septim (4 nada).
Not angka lagu Gundhul Pacul

ilustrasi bermain angklung


Lirik dan makna lagu gundul - gundul pacul
Gundul-Gundul Pacul merupakan salah satu lagu daerah yang berasal dari
Jawa tengah. Lagu ini diperkenalkan pertama kali oleh Sunan Kalijaga sejak
tahun 1400-an. Nada dalam lagu tersebut sangat ceria dan membahagiakan,
sehingga banyak anak-anak suku Jawa yang menyanyikannya sebagai hiburan

Lirik lagu Gundul-Gundul Pacul sangat sederhana. Hanya terdiri dari 3 bait
yang masing-masing terdiri dari dua baris. Dalam lagunya, bait terakhir
diulang dua kali sehingga total bait yang dinyanyikan ada 4. Berikut adalah lirik
lagu gundul-gundul pacul.

Gundul gundul pacul cul


Gembelengan
Nyunggi nyunggi wakul kul
Gembelengan
Wakul ngglimpang
Segone dadi sak latar
Wakul ngglimpang
Segone dadi sak latar

Meskipun lirik yang dimiliki sangat sederhana, ternyata tidak banyak yang tahu
bahwa makna dari lagu tersebut sangat dalam. Lagu tersebut berisi sebuah
nasihat yang diberikan dari rakyat untuk pemimpinnya.

Dikutip dari buku Indonesia Pusaka oleh Dr. Sopan Adrianto, SE, M.Pd., berikut
adalah makna yang tersirat dalam lagu Gundul-Gundul Pacul.
Lirik dan makna lagu gundul - gundul pacul
Gundul-gundul pacul-cul, gembelengan

Gundul di sini mengandung makna seorang pemimpin yang sudah kehilangan


mahkotanya. Sementara itu, pacul merupakan singkatan papat kang ucul yaitu
mata, telinga, hidung, dan mulut.
Jadi, arti bait pertama dan kedua adalah seorang pemimpin yang kehilangan
mahkotanya maka ia juga kehilangan kehormatannya sebagai seorang
pemimpin. Gembelengan maksudnya adalah sikapnya berubah menjadi
congkak atau sombong.

Nyunggi-nyunggi wakul-kul gembelengan

Nyunggi wakul memiliki arti membawa bakul atau tempat nasi di atas kepala
seseorang. Makna dari lirik ini yaitu banyak pemimpin yang lupa bahwa
dirinya sedang mengemban amanat yang diibaratkan dengan bakul nasi di
kepalanya.
Wakul merupakan lambang kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan yang
dimaksud adalah kekayaan, sumberdaya, dan lain sebagainya. Hal ini berarti
bahwa kepala yang merupakan kehormatan masih berada di bawah bakul
milik masyarakat.
Namun sayangnya, masih banyak pemimpin yang bersikap angkuh terhadap
masyarakat yang dipimpinnya. Padahal, kedudukannya tidak lebih tinggi dari
rakyatnya yang dipimpin.

Wakul Ngglimpang Segane Dadi Sak Latar

Wakul ngglimpang memiliki makna jatuhnya bakul di atas kepala. Segane dadi
sak latar dalam Bahasa Indonesia adalah nasi yang berada di dalam bakul
tersebut jatuh dan berserakan.
Lirik ini menggambarkan jika seorang pemimpin bersifat sombong dan
semena-mena, amanat yang digambarkan sebuah bakul tersebut bisa jatuh ke
tanah. Ibarat nasi yang telah berserakan dan tumpah di tanah tentunya tidak
bisa dimakan lagi. Begitupun dengan amanat yang diemban pemimpin yang
gembelengan, tidak akan bertahan lama dan akan gugur amanatnya.
Tes Sumatif
1. Pada mulanya, alat musik angklung berkembang di daerah . .
a. Jawa Tengah
b. Jawa Barat
c. DKI Jakarta
d. Jawa Timur
e. Jogjakarta

2. Berdasarkan penggolongan alat musik, angklung tergolong


dalam alat musik . . .
a. Getar
b. Pukul
c. Goyang
d. Idiophone
e. Membranophone

3. Teknik memainkan angklung dengan menahan bambu besar,


sehingga hanya bambu kecil yang berbunyi, merupakan
teknik . . .
a. Kurulung
b. Centok
c. Tengkep
d. Getar
e. Pukul

4. Teknik memainkan angklung sehingga menimbulkan efek staccatto


adalah teknik . . .
a. Tengkep
b. Pukul
c. Kurulung
d. Centok
e. Getar

5. Teknik memainkan angklung dengan memegang bambu utama,


sehingga berbunyi klung-klung adalah teknik . . .
a. Centok
b. Getar
c. Pukul
d. Tengkep
e. Kurulung

Anda mungkin juga menyukai