Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH ALAT MUSIK TERBUAT

DARI BAMBU

DISUSUN OLEH KELOMPOK I


1. RETNO PUTRI A
2. DEWI YUSTIKA
3. ELI ERMAWATI
4. LAILATUL KHASANAH

MADRASAH ALIYAH AL-KHAIRIYAH


KRAWANGSARI NATAR
TP. 2014
SEJARAH ALAT MUSIK ANGKLUNG YANG MENDUNIA

Alat Musik Angklung - Belum ada sumber pasti yang mengatakan awal
mula munculnya alat musik khas Jawa Barat ini. Namun tidak diragukan lagi
bahwa akat musik Angklung merupakan budaya Indonesia yang berumur ratusan
tahun. Angklung tertua diketahui terdapat di Jasinga, Bogor, Jawa Barat, yang
diperkirakan umurnya sekitar 400 tahun. Angklung tertua tersebut
dinamakan Angklung Gubrag.Tak hanya ada di Jawa Barat, alat musik ini juga di
temukan di beberapa daerah di indonesia seperti Bali, Madura dan Kalimantan.

Angklung mulai di kenal oleh masyarakat luas keita pada zaman kerajaan
Sunda. Dulunya berfungsi sebagai penggugah semangat pada waktu peperangan.
Hal ini terus berlanjut hingga jaman penjajahan yang di alami bangsa indonesia
ini.

Alunan musik di dalamnya sebagian besar terinspirasi dari Nyai Sri Pohaci
( dewi padi ) atau sering disebut Dewi Pemberi Kehidupan. Karena mitos yang
berkembang pada masyarakat dulu kemudian para seniman menciptakan semacam
syair dan lagu sebagai penghormatan kepada Nyai Sri Pohaci lewat kesenian
angklung ini.

Pada saat kemunculan, sebenarnya Angklung dianggap sebagai alat musik


yang sakral karena kehadirannya untuk mengiringi Mantera - mantera yang di
alunkan saat ritual tertentu. Hal ini berubah sejak tahun 1938, Daeng Soetigna
menciptakanangklung yang di dasari oleh suara Diatonik. Sejak saat itu Angklung
menjadi lebih dekat kepada bidang seni daripada bidang mistis dan klenik.
Lambat laun Angklung pun dikenal ke seluruh penjuru dunia. Pengakuan
tentang keberadaan alat musik Angklung pertama kali diakui oleh seorang
musikus besar asal australia yaituIgor Hmel Nitsky pada tahun1955. Angklung
pun semakin berkembang hingga saat ini. Tercatat sebuah rekor dunia bermain
angklung pernah diciptakan di Beijing, China melalui acara yang diselenggarakan
oleh KBRI dengan melibatkan 5.393 peserta di Stadion Buruh Beijing.
SEJARAH ALAT MUSIC CALUNG

Sejarah alat musik calung Merupakan alat musik tradisional yang berasal
dari Jawa Barat dan menjadi ciri khas budaya Sunda yang selama ini ada dan
bertahan di sana, sering kali orang menganggap sama antara Calung dengan
Angklung, pada dasarnya alat musik ini sama-sama terbuat dari bambu yang
dibentuk sedemikian rupa sehingga dapatmenghasilkan nada-nada
harmonis,bedanya adalah pada cara memainkannya, kalau Angklung dimainkan
dengan cara digetarkan atau digoyang-goyangkan, sedangkan Calung.

Dimainkan dengan cara dipukul, Calung terbuat dari bambu hitam yang
memang khusus digunakan untuk membuat calung, karena suara yang dihasilkan
akan lebih baik bila menggunakan jenis bambu ini.
Beberapa bentuk calung:

1. Calung Gambang
Yang disebut Calung Gambang adalah sebuah calung yang dideretkan
diikat dengan tali tanpa menggunakan ancak/standar. Cara
memainkannya sebagai berikut: kedua ujung tali diikatkan pada sebuah
pohon/tiang sedangkan kedua tali pangkalnya diikatkan pada pinggang
si penabuh. Motif pukulan mirip memukul gambang.
2. Calung Gamelan
Calung Gamelan adalah jenis calung yang telah tergabung membentuk
ansamble. Sebutan lain dari calung ini adalah Salentrong (di
Sumedang), alatnya terdiri dari:
- Dua perangkat calung gambang masing-masing 16 batang
- Jengglong calung terdiri dari 6 batang
- Sebuah gong bamboo yang biasa disebut gong bumbung
- Calung Ketuk dan Calung Kenong terdiri dari 6 batang Kendang

Lagu-lagunya antara lain Cindung Cina (Cik indung menta Caina),


Kembang Lepang, Ilo ilo Gondang.

3. Calung Jingjing
Calung Jingjing adalah bentuk calung yang ditampilkan dengan
dijingjing/dibawa dengan tangan yang satu sedang tangan yang lainnya
memegang pemukul. Sangat digemari dibandingkan dengan bentuk
calung-calung lainnya, alatnya terdiri dari:
- Calung Melodi mempunyai sepuluh nada s.d. 12 nada
- Calung pengiring/akompanyemen terdiri dari 10 nada
- Calung Jengglong terdiri dari 5 nada
- Calung besar sebanyak dua batang/nada berfungsi sebagai kempul
dan gong
SEJARAH MUSIK CELEMPUNG

Celempungan adalah grup musik yang merupakan bagian perkembangan


dari celempung. Celempung sendiri merupakan alat musik yang terbuat dari hinis
bambu yang memanfaatkan gelombang resonansi yang ada dalam ruas batang
bambu. Saat ini celempung yang waditranya mempergunakan bambu masih
dipertahankan di Desa Narimbang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.
Namun dalam celempungan,waditra celempungnya sudah diganti oleh kayu yang
dibentuk ruang segi delapan yang hinis bambunya diganti dengan plat dari besi.
Alat pemukulnya terbuat dari bahan bambu atau kayu yang ujungnya diberi kain
atau benda tipis agar menghasilkan suara nyaring. Cara memainkan alat musik ini
ada dua cara, yaitu a) cara memukul; kedua alur sembilu dipukul secara
bergantian tergantung kepada ritme-ritme serta suara yang diinginkan pemain
musik,b) pengolahan suara; Yaitu tangan kiri dijadikan untuk mengolah suara
untuk mengatur besar kecilnya udara yang keluar dari bungbung (badan)
celempung. Jika menghendaki suara tinggi lubang (baham) dibuka lebih besar,
sedang untuk suara rendah lubang ditutup rapat-rapat Suara celempung bisa
bermacam-macam tergantung kepada kepintaran si pemain musik. Untuk saat ini
alat musik ini sudah jarang dimainkan , dalam ensambel celempungan perannya
sudah diganti dengan kendang dan kulanter.
Selain waditra tersebut, dalam celempungan waditranya sudah ditambah
dengan kecapi dan biola. Jadi kata celempu-ngan adalah kesenian celempung yang
sudah ditambah dengan waditra lain. Katan ngan menganalogikan adanya
penambahan fungsi waditra dengan maksud untuk membuat celempung lebih
halus dan lebih bernada.
Waditra celempung sendiri aslinya adalah alat yang tidak memliki nada
baku, karena bunyi celempung keluar ketika alatnya dipukul pada pelat besinya,
yang pada sebelum bunyi dihasilkan dengan cara memeukul hinis bambu, yang
mana nadanya keluar sesuai dengan keinginan atau kepiawaian si
penambuh waditra. Dalam celempungan, waditrakacapi dan biola adalah
penuntun nada, dimana laras yang dipakai bisa jatuh pada salendro atau pelog,
sedangkan dalam celempung nada yang dihasilkan bisa fleksibel yang kondisinya
tidak dipatok oleh nada, bahkan celempung ini seringkali jatuh pada nada dimana
tidak di salendro ataupun di pelog, nada tersebut sementara ini dinamakan nada
timber, dia ada tapi belum terdeskripsikan dengan jelas, tapi jika hal ini di teliti
lebih lanjut dia akan bisa memiliki nada yang mana alat yang dipakai bisa
disesuaikan dengan keinginan si penabuh, karena bunyi yang dihasilkan dalam
celempung sangat tergantung pada tipis tebalanya bambu yang dipakai.
Adapun lagu-lagunya adalah seperti Galuh dan Maung Lugay,
juga Kidung Rahayu. Dilihat dari perkembangan nada yang dipakai bisa di
pastikan celempungan lahir sesudah musik celempung ada, hanya tepat masanya
sampai hari ini belum bisa ditentukan kapan celempung lahir begitu juga
celempungan, karena dalam sejarah seni pertunjukan belum ada sumber lisan
ataupun tulisan yang merujuk hal ini. Maka kami rekomendasikan hal ini untuk
bisa diteliti lebih lanjut oleh para ahli seni yang juga konsen terhadap seni
pertunjukan, karena walau bagaimana pun celempung dan celempungan pada
sekarang walaupun pelaku dan penikmatnya masih terbatas, bahkan seniman
celempung sudah hampir punah, maka hal ini sudah selayaknya untuk bisa lebih
diperhatikan lagi. Dan untuk pemerintah dukungan moril mapun materil terhadap
perkembangan seni ini, seyogyanya juga bisa lebih besar lagi, karena hampir bisa
di pastikan kalau seni ini adalah warisan tak ternilai dari para karuhun Sunda
dimasa lampau dengan budayanya yang bersifat agraris, mereka sudah mampu
untuk mengembangkan estetika bunyi yang dihasilkan oleh ruas batang bambu
yang merupakan salahsatu cirri seni agraris.

Anda mungkin juga menyukai