Anda di halaman 1dari 11

Pamong Budaya Ahli Muda

Adiyanto, S.Sn, MM

TINJAUAN PERKEMBANGAN PATET PADA


KARAWITAN SAAT INI

Seni Karawitan pada perkembangannya untuk saat


ini, dari berbagai pertunjukan klenengan maupun wayang
kulit ketika saya amati dari masing-masing pertunjukan
tersebut terdapat suatu permasalahan mengenai patet.
Dalam karawitan jawa patet sering dianggap sebagai
kerangka acuan yang digunakan oleh pengrawit ketika
menabuh gending-gending Jawa. Seperti penggender,
pengrebab, sinden dan wiraswara akan memerlukan
patet sebagai pertimbangan pemilihan cengkok, wiled,
dan sebagainya.
Dalam hal ini, ketika menabuh gending patet sangat
penting bagi instrumen-instrumen tertentu. Penabuh
Bonang Barung dan Penerus tidak terlalu memerlukan
patet sebagi pertimbangan, lain halnya ketika Bonang
Barung dan Penerus menabuh secara imbal dengan
sekaran, maka patet akan menjadi pertimbangan untuk
pemilihan wilayah nada. Secara tradisi, patet dijaga agar
murni secara keseluruhan, tidak tercampur secara acak.

1
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

Pada perkembangannya di beberapa pertunjukan


klenengan maupun iringan wayang kulit, patet sudah
diabaikan keberadaannya, jelas-jelas di dalam karawitan
jawa patet sudah ada pembagianya.
Sebenarnya didalam gending-gending tertentu
sudah ada permainan patet campuran, akan tetapi
banyak masyarakat seniman yang sudah tidak
menghiraukan atau tidak mempertimbangkan
keberadaan patet itu sendiri. Kadang- kadang para
seniman dalam menggarap suatu gending sudah jarang
sekali yang menggunakan pertimbangan adanya patet,
bahkan ada beberapa seniman yang mengatakan bahwa
“nggarap gending kuwi pokoke kepenak dirungokke” .
yang artinya dalam menggarap suatu gending yang
terpenting adalah enak didengarkan. Sehingga kadang
suatu garapan gending tanpa menggunakan aturan baku
atau pakem adanya patet, yang terpenting adalah
harmonisasinya jadi bukan lagu pakemnya.
Misalnya ada seorang penonton yang nyumbang
lagu, yaitu Bawa Dandanggula laras slendro patet Sanga,
akan tetapi penyumbang tersebut tidak memahami
kaidah-kaidah laras, patet dan nadanya pun tidak pas

2
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

dengan nada gamelan, yang jadi heran setelah bawa,


penyumbang tersebut minta lagu Nyidamsari yang mana
lagu tersebut berlaraskan pelog. Ketika penyumbang
tersebut diberitahu tentang aturan dan kebiasaan yang
sudah ada, pertimbangan rasa dan intinya sajian itu tidak
bisa dilakukan. Akan tetapi penyumbang lagu tersebut
tetap bersikukuh untuk menyayikannya walaupun nada
lagunya tidak pas dengan nada gamelan. Dalam khasus-
khasus tersebut mencampur patet maupun laras dalam
suatu gending menjadi hal yang biasa.
Ketika seni karawitan digunakan sebagai musik
dalam pertunjukan tari, gending-gending biasa dirangkai
sedemikian rupa sehingga suasana yang di inginkan
dapat tercapai. Misalnya dalam Tari Remo, menggunakan
Gending Jula-Juli Laras Slendro Patet Wolu kemudian
dilanjutkan Gending Tropongan Laras Pelog Patet Limo.
Patet dan Laras tersebut dicampur demi terciptanya
suasana Harmonis dalam sajian tari. Dalam hal ini,
keseluruhan sajian tidak bisa dijaga kemurnian patetnya,
tetapi detail garapan tiap gending tetap dijaga patetnya.
Beberapa pengrawit jawa memang terbiasa dengan
kemantapan suasana yang dibawa oleh patet-patet

3
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

tertentu. Bahkan patet menjadi kesatuan dari sebuah


keutuhan, misalnya patet barang dalam pahargyan
manten, kemantapan ini timbul karena kebiasaan tradisi
yang berjalan lama.
Dalam buku-buku yang sudah ada seperti
Wedhapradangga (STSI press 1990:16), terdapat
penggunaan sendhon Kagok Ketanon manyuro dalam
adegan gara-gara yang seharusnya masih wilayah Patet
Sanga. Bahkan dalam setiap pagelaran wayang kulit,
Pada saat adegan limbukan penonton ada yang meminta
langgam Caping Gunung Laras Slendro Patet Sanga saat
itu. jelas-jelas adegan limbukan tersebut masih berada
diwilayah Patet Nem. Kebiasaan interaksi antara
penonton dalam pertunjukan wayang kulit ikut
menjadikan percampuran patet yang sering terjadi.
Ada lagi pada pertunjukan wayang kulit dalam
adegan gara-gara banyak sekali yang masih
menggunakan patet manyura dalam setiap lagu maupun
gending. Yang jelas jelas pada saat adegan goro-goro itu
masih berada di wilayah patet Sanga.

4
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

Sehingga untuk saat ini kemurnian patet pada seni


karawitan sudah bercampur aduk keberadaannya
menyesuaikan perkembangan jaman yang ada.

5
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

DAFTAR PUSTAKA

_________. 1967. Tetembangan, Surakarta: A.S.K.I.


Surakarta.
Djelantik, A.A.M. 2004. “Estetika Sebuah Pengantar”.
Bandung: Masyarakat seni Pertunjukan
Indonesia Bekerja sama Dengan Arti.
Djojokoesoemo, G.P.H. 1959. “Kesenian Selayang
Pandang”. Surakarta: Udan Mas
Fananie, Zainuddin. 2000. “Telaah Sastra”. Surakarta:
Muhammadiyah Universityperss.
Kartiman. 2018. “Fungsi Seni Karawitan dalam Kehidupan
Masyarakat Jawa”. Yogyakarta
Liliweri, Alo. 2003. “Makna Budaya Dalam Komunikasi
Antar Budaya”. Yogyakarta: LkiS.
Martopangrawit. 1975. “Pengetahuan karawitan I”.
Surakarta: ASKI Surakarta.
Murgiyanto, Sal. 2002. Kritik Tari Bekal & Kemampuan
Dasar. Jakarta: Ford Foundation & Masyarakat
Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI).
Palgunadi, Bram. 2002. “Serat Kandha Karawitan Jawi”.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.

6
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

Pradjapangrawit, 1990. “Serat Sujarah Utawi Riwayating


Gamelan Wedhapradangga (Serat Saking
Gotek)”. Surakarta: STSI Surakarta kerjasama
dengan The Ford Foundation.
Prawiroatmojo, S. 1985. “Bausastra Jawa-Indonesia”.
Jakarta: P.T. Gunung Agung.
Riyadi, Slamet. 2013. Estetika Kendhangan Dalam
Karawitan Jawa. Gelar. 11(2) : 232-240.
Soedarso SP. (ed.). 1987. “Beberapa Catatan tentang
Perkembangan Kesenian Kita”. Yogyakarta: BP
ISI Yogyakarta.
Soedarsono, RM. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di
Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Soekanto, Soerjono. 1990. “Sosiologi Suatu Pengantar”.
Jakarta: Rajawali Pers.
Soeroso. 1985. “Pengetahuan Karawitan” Laporan
Pelaksanaan Penulisan Buku/Diktat
Perkuliahan Institut Seni Indonesia
Yogyakarta, Yogyakarta: Proyek Peningkatan
Pengembangan Institut Seni Indonesia
Yogyakarta.

7
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

Sugiyarto, A., et al. 1997. Gendhing-Gendhing Karya Ki


Nartosabda Jilid 4, Semarang: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sukistono, Dewanto. 2014. “Pengaruh Karawitan
Terhadap Totalitas Ekspresi Dalang dalam
Pertunjukan Golek Menak Yogyakarta”
dalamRESITAL: JURNAL SENI PERTUNJUKAN,
Vol 15, No. 2- Desember 2014: 179-189.
Sumarsam. 2002. Hayatan Gamelan
Kedalaman
Sumarsam. 2003. “Gamelan Interaksi Budaya dan
Perkembangan Musikal di Jawa”. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Supanggah, Rahayu. 2002. Bothekan Karawitan I.
Jakarta: Ford Foundation dan Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia.
Suparno, T.S. 1990. ”Pemunculan dan Pengembangan
Karawitan Mangkunegara: Kronologi Peristiwa
Karawitan di Mangkunegaran 1757-1881”
(Tesis) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suyoto. 2016. Estetika Bawa Pada Karawitan Gaya
Surakarta. Resital. 16(1) : 36-51.

8
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

Tasman, A. (1987). Karawitan tari, Sebuah pengamatan


tari gaya Yogyakarta, STSI: Surakarta.
Trimanto, 1984. “Membuat dan Merawat Gamelan”.
Yogyakarta: Depdikbud.
Trustho. 2005. Kendhang dalam Tradisi Tari Jawa.
Surakarta: STSI Press.

9
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

BIODATA PENULIS

Adiyanto dilahirkan di Semarang pada


tanggal 02 Juli 1982. Sejak kecil ia sudah
diajari oleh orang tuanya di bidang seni,
diantaranya, seni karawitan, pedalangan
dan seni tatah sungging wayang. Setelah
remaja Ia mematangkan ketrampilan olah
seninya di SMKN 8 Surakarta Jurusan
Karawitan pada tahun 1998, kemudian
melanjutkan kuliah di STSI Surakarta pada
tahun 2001 sampai semester 4 transfer ke
STKW Surabaya lulus pada tahun 2006.
Sejak tahun 2011 di angkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Jawa Timur Bidang Budaya, Seni dan Perfilman. Kemudian pada
tahun 2015 diangkat sebagai Pamong Budaya Jawa Timur sampai
sekarang. Di sela-sela kesibukanya sebagai Pamong Budaya Ia juga
aktif sebagai seniman, baik pelaku seni, pengkarya seni dan
pemerhati seni. Aktif menulis baik di media elektronikm media massa
maupun media cetak.

PENGALAMAN BERKESENIAN

3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik Bidang Sabet pada Festival Dalang


dalam rangka Pekan Wayang se Jawa Timur tahun 1999 di
Surabaya. 3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik Bidang Sanggit Cerita
pada Festival Dalang dalam rangka Pekan Wayang se Jawa Timur
tahun 1999 di Surabaya. Sebagai Pengamat Daerah pada Parade
Lagu daerah Taman Mini “ Indonesia Indah” tahun 2011 mewakili
provinsi Jawa Timur. Menjadi salah satu pemusik dalam pertunjukan
Festival Kesenian Indonesia III tingkat Nasional tahun 2011 di
Surabaya. Menjadi Duta Seni mewakili Indonesia ke Ho Chi Mint City,
Vietnam pada tahun 2005. Komposer dalam Festival Gegitaan
tingkat Nasional pada tahun 2013 di Jogjakarta. Komposer Iringan
Tari Ganggasmara dalam acara Festival Tari Sakral tingkat Nasional
pada tahun 2013 di Jogjakarta. Juara 1 (satu) Komposer Iringan Tari
Kidung Kasanga dalam acara Festival tari Sakral tingkat Provinsi
Jawa Timur pada tahun 2014 di Sidoarjo. Komposer Iringan Tari

10
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

Mandaragiri dalam acara melasti tingkat Provinsi Jawa Timur di


Surabaya. Komposer Iringan Tari Nawa Cita Negara Kertagama
dalam acara Mahasaba Tingkat Nasional pada tahun 2016 di
Surabaya. Menjadi Komposer pada Pembukaan Festival Seni Sakral
tahun 2019 dengan Judul “ Babar Sastra Pamucang” Juara Penata
Musik tradisional Terbaik pada Festival Seni Sakral Tingkat Nasional
Tahun 2019. Menjadi Ketua Lembaga Seni Keagamaan Provinsi Jawa
Timur, masa bhakti 2019-2023 Aktif menjadi Juri dan Narasumber d
berbagai kegiatan seni, seperti Macapat, Gegitan, Tari, Karawitan,
pedalangan dll.

BUKU YANG TELAH DITULISNYA

Djoko Langgeng Dan Wayang Kulit Karyanya. Balungan Gending


Jawa Timuran. Karawitan Jawatimuran. Pengetahuan Vokal
Jawatimuran. Campursari Sekar Melati. Profil Sekar Melati.
Kebudayaan Dalam Opini

11
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020

Anda mungkin juga menyukai