Anda di halaman 1dari 145

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI MUSIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI (FBS)


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED)
J l. Willem Iskandar, Pasar V Kotak Pos No 1589, Medan 20221 telp. (061) 6614002-661
HP. 08526111693 e-mail: grenek.ejurnal@gmail.com

EDITORIAL

Jurnal Grenek Program Studi Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan mengetengahkan beberapa masalah aktual yang
penting dibicarakan, setidaknya bagi civitas Universitas Negeri Medan. Artikel
yang dimuat membicarakan perihal budaya musik dan pembelajaran seni musik
terkait dengan masalah kreasi, apresiasi, pendidikan msuik, pertunjukan musik
dan penciptaan musik.

Lebih Jelasnya pada artikel Ester Debora S. menjelaskan tentang Gondang
Sabangunan Pada Tor-Tor Sigale-Gale Di Desa Tomok Kecamatan Simanindo
Kabutapen Samosir Yose Helvin Sibuea menjelaskan tentang Keberadaan Alat
Musik Gordang Sambilan Pada Masyarakat Mandailing Di Kelurahan Bandar
Selamat Kecamatan Medan Tembung Rianti Manalu menjelaskan tentang
Model Pembelajaran Koperatif Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Seni Musik Siswa Kelas VIII SMP Methodist 9 Medan Tahun Ajaran
2011/2012 Akino Franky Simanjuntak menjelaskan tentang Tinjauan Proses
Pembelajaran Piano Di Sanggar Angela Medan Dwi Debby M. Marpaung
menjelaskan tentang Keberadaan Musik Beatbox Komunitas Gendang Mulut
Jalan Gagak Hitam Ringroad Medan Tuison Siregar menjelaskan tentang
Pemanfaatan Pipa Paralon dalam Pembuatan Alat Musik Taganing pada Sanggar
Musik Aritonang di jl. Jaring Udang 1 kecamatan Medan Labuhan Anna Maria
Sinaga menjelaskan tentang Peranan Alat Musik Kulcapi Dalam Seni
Pertunjukan Tari Sijegiren Di Sanggar Seni Sirulo Medan Isadarina Br.
Ketaren menjelaskan tentang Peranan Musik Pada Atraksi Barongsai Group
Maha Vihara Maitreya Komplek Cemara Asri Medan Rado Niko Saragih
menjelaskan tentang Tinjauan Bentuk Repertoar Pertunjukan Seni Ansambel
Musik Pada Komunitas Tujuh Keliling Tanjung Morawa Medan Evinora
Rasmiaty Nainggolan Tinjauan Arransemen Lagu Etnis Sumatera Utara Studi
Kasus Sihutur Sanggul Pada Kelompok Musik Insidental Di Taman Budaya
Sumatera Utara Jenny Yosephine Panjaitan menjelaskan tentang Metode
Pengajaran Paduan Suara Kelompok Anak Sekolah Minggu Umur 6-12 Tahun Di
Gereja GPIB Paulus Binjai Lando M.P. Manalu menjelaskan tentang Peranan
Grup Musik Marsada Band Dalam Mempopulerkan Musik Tradisional Batak
Toba Ke Mancanegara

Semoga terbitan ini memberikan kontribusi serta pemahaman dalam menanggapi
wacana seni musik yang menjadi masalah, khususnya yang terkait dengan topik
yang disajikan.
Medan, Oktober 2012


Redaktur

JURNAL PENDIDIKAN SENI MUSIK FBS-UNIMED

VOL I, No. 2 Oktober 2012
Terbit Empat Kali Setahun April, Juli, Oktober, Januari

PENASEHAT
Rektor Unimed

PEMIMPIN UMUM
Dekan FBS Unimed

PEMIMPIN REDAKSI
Ka. Prodi. Pend. Seni Musik

WAKIL PEMIMPIN REDAKSI
Uyuni Widiastuti, M.Pd

SEKRETARIS REDAKSI
Herna Hirza, M.Sn

PENYUNTING AHLI
Prof. Dr. Khairil Ansari Umri, M.Pd
(Universitas Negeri Medan)
Pulumun Ginting, M.Sn
(Universitas Negeri Medan)
Theodora Sinaga, M.Pd
(Universitas Negeri Medan)
Pita H.D. Silitonga, M.Pd
(Universitas Negeri Medan)

REDAKTUR PELAKSANA
Panji Suroso, M.Si
Mukhlis Hasbullah, M.Sn
Ridho Sudrajat
Aqsa Mulya

SEKRETARIAT
Danny Ivanno Ritonga, M.Pd
Herna Hirza, M.Sn

DISTRIBUTOR
Muhammad Yusuf
Suharyanto
DAFTAR ISI

Editorial
Es ter Debora S
Gondang Sabangunan Pada Tor-Tor Sigale-Gale Di Desa
Tomok Kabutapen Samosir...................................................1-20
Yose Hel vi n Sibuea
Keberadaan Alat Musik Gordang Sambilan Pada Masyarakat
Mandailing di Medan Tembung...........................................21-28
Rianti Manalu
Model Pembelajaran Koperatif Make A Match Siswa Kelas Viii
Smp Methodist ....................................................................29-42
Akino Franky Simanjuntak
Tinjauan Pembelajaran Piano Di Sanggar Angela Medan.43-46
Dwi Debby M. Marpaung
Keberadaan Musik Beatbox Komunitas Gendang Mulut J alan
Gagak Hitam Ringroad Medan ...........................................47-63
Tuison Siregar
Pemanfaatan pipa paralon dalam pembuatan alat musik taganing
pada sanggarmusik aritonang di medan labuhan................64-71
Anna Maria Sinaga
Peranan Alat Musik Kulcapi DalamSeni Pertunjukan Tari
Sijegiren Di Sanggar Seni Sirulo Medan.............................72-78
Isadarina Br. Ketaren
Peranan Musik Pada Atraksi Barongsai Group Maha Vihara
Maitreya Komplek Cemara Asri Medan..............................79-84
Rado Niko Saragih
Tinjauan Bentuk Repertoar Pertunjukan Seni Ansambel Musik
Komunitas Tujuh Keliling Tanjung Morawa Medan..........85-90
Evi nora Rasmiaty Nainggol an
Tinjauan Arransemen Lagu Etnis Sumatera Utara Studi Kasus
Sihutur Sanggul Kelompok Musik Insidental Di TBSU.....91-99
Yobel Arista Sitepu
Kajian Organologi Instrumen Sarune .............................100-117
Jenny Yosephine Panjai tan
Metode Pengajaran Paduan Suara Kelompok Sekolah Minggu
Umur 6-12 Tahun Di Gereja GPI B Paulus Binjai...........118-128
Lando M.P. Manalu
Peranan Grup Musik Marsada Band Dalam Mempopulerkan
Musik Tradisional Batak Toba Ke Mancanegara...........129-142




1

GONDANG SABANGUNAN PADA TOR-TOR SIGALE-GALE DI DESA
TOMOK KECAMATAN SIMANINDO
KABUTAPEN SAMOSIR

Ester Debora S.
071222510095

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan, peranan
dan alat musik yang digunakan dalam ansambel gondang
sabangunan untuk mengiringi tor-tor sigale-gale di desa Tomok.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Untuk melengkapi data-data dalam penelitian ini, peneliti
melakukan observasi lapangan, video, wawancara, dan
dokumentasi. Setelah analisis dilakukan, ditemukan hasil penelitian
ini berdasarkan data yang terkumpul maka peneliti dapat
mengetahui bahwa keberadaan dan peranan dari ansambel
gondang sabangunan masih diikutsertakan masyarakat setempat
pada saat kegiatan hiburan, acara adat dan sebagainya, yang
sangat diminati oleh para seniman setempat ataupun pengunjung
yang datang, serta mengetahui alat musik yang digunakan pada
gondang sabangunan dalam mengiringi tor-tor sigale-gale.
Dikarenakan terbatasnya pemain gondang untuk mengiringi tor-tor
sigale-gale dan dana/perhatian dari pemerintah membuat
penyajian gondang sabangunan hanya dipertunjukkan kepada
orang-orang yang sanggup membayar lebih untuk menampilkan
pemain dan alat musik yang lengkap. Jadi, permainan ataupun
pertunjukkan ansambel gondang sabangunan yang digunakan
untuk mengirirngi tor-tor sigale-gale sangat jarang ditemukan.

Kata Kunci : Gondang Sabangunan, Tor-Tor, Sigale-gale

PENDAHULUAN
Suku Batak sebagai salah satu golongan etnis terbesar yang ada di Indonesia
dan salah satu golongan etnis di Sumatera sejak dahulu sampai saat ini selalu
menempuh kebudayaannya menurut kepribadian sendiri. Tampak modrenisasi
yang terjadi dalamsegala segi hidup zaman ini tidak mengubahkan kepribadian
itu, karena orang-orang Batak kota pun tetap berpedoman pada filsafat leluhur
yang tertuang di atas landasan Dalihan Na Tolu yang merupakan satuan tungku
tempat memasak yang terdiri dari tiga batu yang menjadi falsafah ataupun
landasan hidup yang dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam
kehidupan masyarakat Batak. Ketiga tungku yang dimaksudkan adalah somba
marhula-hula (hormat kepada keluarga pihak istri), elek marboru (sikap
membujuk/mengayomi wanita), manat mardongan tubu (bersikap hati-hati kepada
teman semarga)
Di masyarakat Batak Toba dapat ditemukan berbagai bentuk kesenian
seperti seni rupa, seni tekstil, seni sastra, seni tari, dan seni musik. Untuk jenis
seni rupa tradisional, kerajinan patung merupakan hal yang umum dan dapat
ditemukan dimasyarakat ini. Jenis patung banyak ditemukan di daerah Tomok,

2

Pulau Samosir, misalnya altar-altar persembahan peninggalan dari raja-raja Batak
di Samosir. Jenis patung kayu yang sangat popular di masyarakat Batak Toba
adalah sigale-gale. Jenis seni rupa lainnya adalah gorga. Seni tekstil masyarakat
Batak Toba adalah ulos (jenis kain tenunan yang terbuat dari bahan benang yang
berwarna-warni yang dibedakan dari warna, pola rajutan, bahan dan ukirannya).
Seni sastra masyarakat Batak Toba diantaranya : umpasa (kiasan yang berisi
ajaran tentang keteladanan, kebijaksanaan, aturan adat-istiadat, serta pesan-pesan
religius), tonggo-tonggo (rangkaian teks naratif keagamaan/doa pujian kepada
Sang Pencipta juga doa dalambentuk permohonan dan harapan), turi-turian (seni
bercerita yang umumnya bersumber dari mitos/legenda), dan huling-huling ansa
(teka-teki yang umumnya dilakukan pemuda-pemudi diwaktu senggang). Seni tari
masyarakat Batak Toba adalah tor-tor (tarian dalambentuk kegiatan adat atau
ritual keagamaan tradisional) dan tumba (tarian dalam konteks kegiatan hiburan).
Dalam konteks kehidupan tradisional masyarakat Batak Toba, kegiatan
bermain musik merupakan suatu yang menonjol. Berbagai kegiatan musik dapat
dilihat dari dua konteks kegunaan, yakni : 1) kegiatan musik yang dilakukan
untuk sesuatu yang sifatnya hiburan/nonseremonial, dan 2) kegiatan pertunjukan
musik yang dilakukan dalamkonteks adat dan ritual keagamaan.
Aktivitas musik yang bersifat hiburan umumnya ditampilkan dalam bentuk
nyanyian atau permainan alat-alat musik tunggal. Adapun jenis kegiatan musik
yang bersifat seremonial/ritual yang disebut gondang umumnya dimainkan dalam
bentuk ansambel. Aktivitas musikal yang digunakan dalam kegiatan ritual
keagamaan dan adat di masyarakat Batak Toba dikenal dengan sebutan gondang.
Hal ini terungkap dalamsebuah falsafi tradisional masyarakat Batak Toba yang
menyatakan bahwa gondang merupakan alat utama untuk mencapai hubungan
antara manusia dan Sang Pencipta yang disebut Debata Mulajadi Na Bolon.
Di masyarakat Batak Toba terdapat dua jenis Ansambel musik yang penting,
yakni gondang hasapi dan gondang sabangunan. Kedua Ansambel musik inilah
yang sering dipergunakan dalam upacara adat dan ritual serta sering dipergunakan
mengiringi tarian tor-tor.
Masyarakat Batak Toba yang mendiami wilayah sekitar Danau Toba
khususnya di Kabupaten Samosir secara turun temurun telah mewarisi kekayaan
budaya dari para leluhur warisan budaya yang masa lalu merupakan suatu bagian
yang tak terpisahkan dengan pola hidup masyarakat anatara lain adalah kesenian.
Salah satu unsur kesenian yang sampai saat ini masih dipertahankan khususnya di
Desa Tomok adalah tor-tor sigale-gale, yang merupakan tarian dari Batak Toba
yang bersifat magis/mistis yang selalu diiringi musik pengiring, yaitu ansambel
gondang sabangunan yang dimainkan oleh beberapa pemain musik yang
memainkan masing-masing instrument yang terdapat pada gondang sabangunan.
Tetapi masa sekarang ini sudah sangat jarang penyajian gondang sabangunan
yang mengiringi tor-tor sigale-gale yang dialihkan dengan menggunakan tape
recorder, dikarenakan sepinya para pengunjung/wisatawan yang berkunjung.
Berdasarkan fenomena dan keunikan yang terdapat pada kebudayaan Batak
Toba dan untuk mempertahankan kebudayaann Batak Toba khususnya kehidupan
keseniannya membuat peneliti tertarik untuk meneliti dan mengangkat kembali
ansambel gondang sabangunan serta peranannya dalam kegiatan ritual adat
ataupun keagamaan terkhusus pada tarian tor-tor sigale-gale yang ada di Desa
Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.

3

ISI
A. Gondang Pada Masyarakat Batak Toba
Pada masyarakat Batak Toba, kata gondang mengandung banyak
pengertian, diantaranya adalah: sebuah ansambel musik, sebuah komposisi,
sebuah repertoar, tempo komposisi, upacara atau bagian dari satu rangkaian
upacara.
Fungsi gondang secara khusus adalah :
a. Sebagai upacara, gondang digunakan sesuai dengan acara yang akan
dilaksanakan, misalnya gondang naposo (untuk mempersatukan atau
mempererat hubungan antar anak muda/naposo diberbeda tempat)
b. Sebagai ansambel, nama kelompok musik Batak yang mengiringi acara.
Gondang berperan sebagai media yang meghubungkan manusia dengan
penciptanya atau yang disembah dalamhubungan vertical, juga sebagai media
yang menghubungkan manusia dengan sesamanya dalam hubungan horizontal.
Di masyarakat Batak Toba terdapat dua jenis ansambel musik gondang,
yakni gondang hasapi dan gondang sabangunan. Tiap ansambel memiliki alat-
alat musik tersendiri. Kecuali alat musik hesek. Alat-alat musik yang terdapat
pada ansambel gondang hasapi tidak dimainkan pada ansambel gondang
sabangunan, demikian pula sebaliknya, dikarenakan fungsi dan kegunaan dari
tiap alat musik yang dugunakan pada asambel. Hal lain yang menjadi ciri dari
kedua ansambel gondang ini keseluruhan komposisinya berupa musik
instrumental.
1. Gondang Sabangunan
Gondang sabangunan merupakan sekelompok alat musik/ansambel Batak
Toba yang digunakan ataupun berfungsi/berperan untuk mengiringi upacara adat,
ritual keagamaan, hiburan. Gondang sabangunan mempunyai beberapa istilah
yang sering digunakan oleh masyarakat Batak Toba, yakni ogung sabangunan dan
gondang sabangunan, instrument yang termasuk dalam kelompok gondang
sabangunan antara lain :
a. Sarune bolon, jenis alat tiup berlidah ganda.
b. Taganing, seperangkat gendang bernada bermuka satu, yang terdiri dari
odap-odap, paidua odap, painonga, paidua ting-ting, dan ting-ting.
c. Gordang bolon, gendang-bas bermuka satu yang lebih besar dan lebih rendah.
d. Ogung, empat buah gong dengan ukuran yang berbeda, ohutan, doal, oloan,
danpanggora.
e. Hesek, alat perkusi dari plat besi, botol atau benda perkusi apa saja yan bisa
menghasilkan bunyi tajam.
f. Odap, sejenis gendang kecil yang bermuka dua.
Penggunaan odap dalamansambel gondang sabangunan jarang ditemukan
saat ini. Beberapa musisi tradisional Batak Toba mengatakan bahwa penggunaan
alat ini sangat terbatas dan hanya diperuntukkan dalamupacara-upacara tertentu.
Odap dianggap alat musik yang tergolong sakral.
Ansambel gondang sabangunan pada umumnya dimainkan oleh tujuh
orang, yakni: satu orang memainkan sarune bolon, satu orang memainkan
taganing dan odap, satu orang memainkan gordang bolon, satu orang memainkan
ogung oloan dan ihutan, satu orang memainkan ogung doal, satu orang
memainkan ogung panggora, satu orang memainkan hesek. Formasi dan jumlah
pemusik ini sedikit berbeda dengan apa yang terdapat di dalam upacar parmalim.

4

Dalam konteks tersebut, umumnya pemusik berjumlah delapan orang, di mana
alat musik ogung oloan dan ogung ihutan masing-masing dimainkan oleh satu
orang. Kadang-kadang juga bisa ditemukan pemain sarune bolon berjumlah dua
orang pada beberapa upacara ritual parmalim tertentu. Formasi pemusik dalam
formasi ansambel semacam ini jarang terjadi pada kebanyakan pertunjukkan
ansambel gondang sabangunan.
Ansambel gondang sabangunan juga sering disebut gondang bolon. Kata
bolon berarti besar, dengan demikian gondang bolon berarti ansambel yang besar.
Pertunjukkan gondang sabangunan sering juga dilakukan di halaman terbuka,
walaupun dapat juga dimainkan di dalam ruangan.

2. Tor-Tor
Menurut sejarahnya tari tor-tor digunakan dalam acara ritual yang
berhubungan dengan roh, dimana roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-
patung batu (merupakan simbol dari leluhur), lalu patung tersebut tersebut
bergerak seperti menari akan tetapi gerakannya kaku.
Tor-tor adalah tarian seremonial yang disajikan bersamaan dengan
penyajian musik gondang. Musik gondang dan tor-tor adalah ibarat sebuah koin
dengan kedua sisinya, tidak dapat dipisahkan. Tor-tor tidak hanya dinilai sebagai
karya seni semata, tor-tor lebih pas diartikan sebagai bentuk ekspresi baik
individu maupun kolektif yang muncul pada saat upacara adat maupun ritual
lainnya.

3. Sigale-gale
Sigale-gale merupakan nama sebuah patung kayu yang dapat menari
ataupun manortor. Kata sigale-gale dalambahasa Batak yang artinya lemah
lembut dalam bahasa Indonesia. Ketika menari/manortor patung digerakkan oleh
dalang, dimana seliruh sendi-sendi tubuh patung dihubungkan dengan tali
sehingga patung dapat bergerak secara mekanik.
Di dalambuku monografi kebudayaan Taput (1996: 35) yang disusun
berdasarkan team, dinyatakan bahwa :
Pada masa yang silam, masyarakat Batak Toba, apabila seseorang
yang tidak menikah sampai akhir hayatnya merupakan aib besar
dalam keluarga, untuk menghindari hasil tersebut, pihak keluarga
akan mengupayakan berbagai cara termasuk bertanya dukun tentang
penyebab, hambatan-hambatan atau balikan kemarahan roh leluhur
atas kesalahan-kesalahan yang diperbuat keluarga, terutama
kesalahan pribadi orang yang tidak menikah tersebut. Untuk itu
diadakanlah upacara yang bersifat mistik dengan menghadirkan tor-
tor sigale-gale.

Dalam buku kebudayaan Batak Toba yang diterbitkan oleh Depdikbud
(1990:5) dinyatakan bahwa mitos yang berkembang dimasyarakat Batak Toba ada
dua versi cerita yang mengungkapkan tentang asal-usul patung atau tor-tor sigale-
gale. Versi pertama, menceritakan bahwa zaman dahulu kala, hiduplah dua orang
bersaudara kakak adik yang berprofesi sebagai dukun yang pintar, dan sangat
terkenal. Ketika si sulung menikah, adiknya si bungsu tidak pernah mau menikah
meskipun seluruh keluarganya sudah mendesaknya. Pada akhirnya si bungsu telah

5

berusia lanjut pergi menginggalkan kampung dan mengembara di tengah hutan
belantara. Di tengah hutan dia mengukir kayu tubuh manusia (berupa potongan-
potongan tubuh manusia) dan seluruh potongan tubuh manusia tersebut
dihubungkan dengan tali sehingga dapat menarik tali tersebut yang menggerakkan
patung tersebut seperti layaknya manusia yang menari dan patung itu diberi nama
sigale-gale.
Dalam versi lain, diceritakan pada zaman dahulu (400 tahun yang lalu),
ada seorang kepala desa bernama Rahat Raja yang terkenal ramah, agung dan
berwibawa serta disegani oleh seluruh rakyat. Pada suatu hari anak tunggal si
Rahat Raja menderita suatu penyakit yang sangat parah. Seluruh tabib yang
terkenal pandai dikumpulkan untuk mengobati sang putra, namun pada akhirnya
putra si Rahat Raja meninggal dunia.
Demikian sedihnya si Rahat Raja, sehingga ia menyuruh para pematung
membuat patung yang mirip dengan almarhum putranya. Dalam tempo tiga hari,
pembuat patung menyelesaikan tugasnya dengan baik dan terciptalah patung
sigale-gale yang dianggap sebagai pewaris si Rahat Raja. Raja memerintahkan,
jika beliau mangkat maka rakyat harus menari bersama patung sigale-gale. Sejak
saat itu patung sigale-gale selalu digunakan untuk menari dalam berbagai upacara
adat, khususnya pada masyarakat setempat. Pertunjukkan sigale-gale ini selalu
diiringi dengan musik tradisional Batak Toba yaitu gondang sabangunan.

B. Identifikasi Masyarakat Batak Toba
1. Asal Usul Masyarakat Batak Toba
Suku Batak merupakan suku etnis yang terbesar yang ada di Indonesia.
Suku ini terbesar keseluruh penjuru Indonesia, itu sebabnya kata Batak tidak
asing lagi bagi kebanyakan masyarakat Indonesia.
Suku Batak sendiri terdiridari enam sub-suku, antara lain : Toba,
Simalungun, Karo, Pak-Pak, Angkola dan Mandailing. Suku Batak ini pun
bermukim di daerah pegunungan, wilayah darat, dan pedalaman provinsi
Sumatera Utara, dan sebagian besar dari keenam sub-suku ini berdiam
disekeliling Danau Toba, kecuali Angkola dan Mandailing yang hidup di
perbatasan Sumatera Barat. Dari keenamsub-suku ini, Batak Toba merupakan
suku yang paling banyak jumlahnya.Dari berbagai studi kita dapat menemukan
bahwa Suku Batak terdiri dari enam sub-suku bahkan ada beberapa penulis yang
menambahkan bahwa orang Alas, Gayo, orang Pardembang yang ada di pesisir
Sungai Asahan, sebagian orang pesisir yang tinggal di Pantai Barat Pulau
Sumatera juga merupakan kerturunan orang Batak lihat Pederson, Niessen,
Tobing, Pasaribu dalam Purba, M (2004: 6) tetapi dalam kehidupan sehari-hari
kata Batak itu sendiri lebih diartikan kepada suku Batak Toba.
Banyak yang mengatakan bahwa orang Batak tergolong Proto Melayu. Hal
tersebut dikatakan demikian disebabkan oleh karena kerakteristik yang dimiliki
oleh orang-orang Proto Melayu yang gemar untuk tinggaal dan menetap di
daerah-daerah pedalaman dan pegunungan serta menghindari daerah tepi pantai,
sehingga saat mereka tiba di kepulauan nusantara, nenek moyang bangsa Batak
inilangsung masuk jauh ke pedalaman hutan dan menjauhi pesisir pantai yang
diperkirakan mandiami daerah sekitar Danau Toba.
Berdasarkan Teori migrasi mengatakan orang Batak berasal dari Cina
daratan yang berimigrasi dalambeberapa tahap beberapa ribu tahun. Sedangkan

6

dyan, seorang linguist mengatakan bahwa orang Batak adalah keturunan
Melanesia, suatu daerah yang dekat dengan Papua Nugini. Bellword yang juga
ahli linguist mengatakan bahwa orang Batak berasal dari Taiwan yang berimigrasi
kira-kira tiga ribu tahun yang lalu dari Philipina melewati Kepulauan Talaud
kemudian ke Ulu Leang di Sulawesi, ke Uai bobo di Timor, ke Jawa dan
kemudian ke Sumatera (Purba, M. 2004 : 59-61).
Pembagian wilayah subkultur tradisional Batak Toba yang disebut di atas
kelihatannya tidak memiliki perbedaan yang menonjol, baik dilihat dari sisi adat
istiadat maupun dari cara kehidupannya. Meskipun demikian, bagi sesame orang
Batak Toba sendiri, tampaknya masih sangat umum apabila mereka menyebutkan
naman wilayah dari mana mereka berasal, misalnya orang Toba, orang
Humbang, orang Samosir.

2. Sistem Kepercayaan
Orang Batak Toba, baik secara pribadi maupun secara kelompok
mengakui ada kuasa di luar kuasa manusia. Pengakuan demikian nyata benar
dalamkehidupan sehari-hari adanya hasrat manusia menyerahkan diri kepada
kuasa yang dimaksud itu. Pada mulanya keagamaan orang Batak adalah konsep
totalitas dimana komunitas, pribadi dan sebagainya terjalin dalam satu pendangan.
Konsep totalitas ini tercermin dalampembagaian alam menjadi tiga bahagian dan
Mulajadi Na Bolon sebagai penguasa (Tobing 1956 : 58). Konsep Tuhan Yang
Maha Tinggi disebut Partaganing. Tuhan itu secara fungsional terbagi atas tiga
unsur dalam prinsip yang tri tunggal yaitu: tuan bubi na bolon, ompu silaon na
bolon dan tuan pane na bolon yang secara berturut-turut menguasai banua
ginjang (benua atas : langit), banua tonga (benua tengah : bumi), banua toru
(benua bawah : laut dan cahaya). (Pasaribu 1986 : 50). Konsep Tuhan yang
sedemikian itu menurut para ahli antropologi religi adalah akibat dari pengaruh
hindu yang menyusup ke dalam kepercayaan asli orang Batak. (Parkin 1956 : 28).
Selain itu masyarakat Batak juga percaya bahwa Roh dan jiwa mempunyai
kekuatan. Itulah sebabnya setiap bahasa mengenai budaya Batak, sejak dahulu
sampai sekarang harus berkaitan dengan sejarah falsafah hidup berdasarkan
animisme.

3. Sistem Kekerabatan
Sitemkekerabatan masyarakat Batak Toba secara tradisioanal diatur dalam
system social kemasyarakatan yang sering disebut sebagai dalihan na tolu. Secara
harafiah, dalihan na tolu mengandung arti tungku yang tiga. Dalihan na tolu
merupakan sebuah system social yang berlandaskan pada tiga pilar dasar, yaitu
hula-hula (pihak keluarga pemberi istri) dianggap memiliki status yang paling
tinggi dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, anak boru (pihak keluarga
penerima istri) dan dongan tubu (sesama saudara lelaki kandung).
Ada pepatah Batak yang menempatkan hula-hula sebagai bagian yang
disanjung yang mengatakan somba hula-hula, manat mardongan tubu, elek
marboru, artinya berikanlah sembah kepada hula-hula, rukunlah diantara
sesama dongan tubu, berikanlah kasih sayang kepada anak boru. Selain itu
dalamkehidupan masyarakat Batak Toba hula-hula juga dikenal dengan sebutan
debata na tarida yang artinya Tuhan yang nampak.


7









Bagan 1. Struktur Dalihan Na Tolu
10

4. Kesenian Masyarakat Batak Toba
a. Vokal
Musik pada masyarakat Batak Toba tercakup dalam dua bahagian besar,
yaitu musik vokal dan musik instrumenal. Musik vokal pada masyarakat Batak
Toba disebut ende. Dalam musik vokal tradisional pembagiaannya ditentukan
oleh kegunaan dan tujuan lagu tersebut yang dapat dilihat dari liriknya. Pasaribu
(1986 : 27-28) membuat pembagian terhadap musik vokal tradisional Batak Toba
dalamdelapan bagian, yaitu :
1. Ende mandideng, adalah musik vokal yang berfungsi untuk menidurkan anak
(lullaby).


2. Ende sipaingot, adalah musik vokal yang berisi pesan kepada putrinya yang
akan melangsungkan pernikahan. Dinyanyikan pada saat senggang pada hari
menjelang pernikahan tersebut.

3. Ende pargaulan, adalah musik vokal yang secara umummerupakan solo-
chorus dan dinyanyikan oleh kaum muda-mudi dalamwaktu senggang,
biasanya malam hari.



8

4. Ende tumba, adalah musik vokal yang khususnya dinyanyikan sebagai
pengiring tarian hiburan (tumba). Penyanyinya sekaligus menari dengan
melompat-lompat dan berpegangan tangan sambil bergerak melingkar,
biasanya ende tumba ini dilakukan oleh remaja di alaman (halaman
kampung) pada malam terang bulan.

5. Ende sibaran, adalah musik vokal sebagai cetusan penderitaan yang
berkepanjangan. Penyanyinya adalah orang yang menderita tersebut,
menyanyi di tempat yang sepi.

6. Ende pasu-pasu, adalah musik vokal yang berkenaan dengan pemberkatan.
Berisi lirik-lirik tentang kekuasaan yang abadi dari Yang Maha Kuasa,
biasanya dinyanyikan oleh orang tua kepada keturunannya.

7. Ende hata, adalah musik vokal yang diimbuhi ritem yang disajikan secara
monoton, seperti metric speech. Liriknya berupa deretan pantun dengan
bentuk aabb yang memiliki jumlah suku kata yang sama. Biasanya dimainkan
oleh kumpulan kanak-kanak yang dipimpin oleh seorang yang lebih dewasa
atau orang tua.

8. Ende andung, adalah musik vokal yang bercerita tentang riwayat hidup
seseorang yang telah meninggal, yang disajikan setelah atau pada saat
disemayamkan. Dalam ende andung melodinya datang secara spontan
sehingga penyanyinya adalah penyanyi yang capat tanggap dan terampil
dalamsastra serta menguasai beberapa motif-motif lagu yang penting untuk
jenis lagunya ini.

9

b. Musik Intrumental
Dalam musik instrumenal ada isntrumen yang lazim digunakan dalam
bentuk ansambel dan adat yang disajikan dalam permainan tunggal, baik dalam
kaitannya dengan uapacara adat, religi maupun sebagai hiburan. Pada masyarakat
Batak Toba terdapat dua ansambel musik tradisional, yaitu ansambel gondang
hasapi dan ansambel gondang sabangunan. Selain itu ada juga intrumen musik
tradisional yang digunakan secara tunggal.
c. Gondang Hasapi
Gondang hasapi memiliki beberapa intrumen yang dapat diklasifikasikan
menurut intrumentasinya. Klasifikasi instrumen ini termasuk kedalamkelompok
chordophone. Tune atau stem dari kedua senarnya adalah dengan interval mayor
yang dimainkan dengan cara mamiltik (memetik).
1. Hasapi doal, instrumen ini sama dengan hasapi ende namun dalam
permainannya hasapi doal berperan sebagai pembawa ritemkonstan. Ukuran
instrumen hasapi doal lebih besar sedikit dari hasapi ende.
2. Sarune etek, adalah instrumen pembawa melodi yang memiliki reed tunggal.
Klasifikasi ini termasuk dalam kelompok aerophone yang memiliki lobang
nada (empat dibagian atas, satu dibagian bawah) dimainkan dengan cara
mangombus marsiulak hosa (mengehembus tanpa jeda).



Foto 1 Sarune Etek


3. Garantung, adalah instrumen pembawa melodi yang terbuat dari kayu dan
memiliki lima bilah nada. Klasifikasi instrumen ini termasuk ke dalam
kelompok xylophone. Selain berperan sebagai pembawa melodi, juga
berperan sebagai pembawa ritem variable pada lagu-lagu tertentu, dimainkan
dengan cara mamalu (memukul/membunyikan) dengan palu-paluan
(pemukul).

Foto 2 Garantung

4. Mengmung, adalah instrumen pembawa melodi konstan yang memiliki tiga
senar. Senarnya terbuat dari kulit bamboo tersebut. Klasifikasi instrumen ini
bisa dimasukkan kedalamkelompok idiochordophone.
5. Hesek, adalah instrument pembawa tempo (ketukan dasar) yang terbuat dari
pecahan logam atau besi dan kadang kala dipukul dengan botol kosong.

10

Instrument ini dimainkan dengan cara mengadu pecahan logam tersebut
sesuai dengan irama dari suatu logam. Klasifikasi ini termasuk kedalam
kelompok idiophone.
Secara umum suatu bentuk penyajian dan komposisi instrumen yang
dipergunakan pada gondang hasapi, dapat ditinjau berdasarkan tiga konteks
penyajian, yaitu :
1. Religi, gondang hasapi digunakan pada upacara ugamo (agama) Parmalim,
hal yang berkaitan dengan komposisi instrumen dan komposisi lagu yang
sangat diperhatikan oleh ajaran Parmalim.
2. Adat, beberapa hal yang berhubungan dengan konsep Sipitu Gondang, yaitu
urutan suatu komposisi musik yang terdiri dari tujuh buah gondang yang
dimainkan secara berturut-turut pada awal upacara, walaupun ada kalanya
didalam pelaksanaan selanjutnya aturan-aturan mengenai jenis Gondang yang
dimainkan tidak terlalu ketat, (tergantung dari seseorang yang meminta
gondangi dari pargonsi) yang disebut Raja Parmalim, namun demikian
biasanya jenis gondang yang akan dimainkan pada upacara adat
15
.
3. Hiburan, hal yang berhubungan dengan komposisi instrumentasi dan jenis
lagu yang dimainkan, dapat dikatakan tidak memiliki aturan yang khusus,
prinsipnya intrumen yang ditambah karakter suaranya dapat disesuaikan
dengan kondisi instrumen yang telah ada.

d. Gondang Sabangunan
Gondang sabangunan merupakan sekelompok alat musik/ansambel Batak
Toba yang digunakan ataupun berfungsi/berperan untuk mengiringi upacara adat,
ritual keagamaan, hiburan. Gondang sabangunan mempunyai beberapa istilah
yang sering digunakan oleh masyarakat Batak Toba, yakni ogung sabangunan dan
gondang bolon. Instrumen yang termasuk dalam kelompok gondang sabangunan
antara lain :
1. Taganing, yaitu lima buah gendang yang terdiri dari odap-odap, paidua odap,
painonga, paidua ting-ting, dan ting-ting dan berfungsi sebagai pembawa
melodi dan juga sebagai ritemvariabel dalam beberapa lagu. Klasifikasi
intrumen ini termasuk kedalam kelompok membranophone, dimainkan
dengan cara dipukul membrannya dengan menggunakan palu-palu/stik. Di
dalam permainan taganing terdapat empat teknik memukul, yaitu; 1)
memukul stik pada bagian tengah gendang, 2) memukul stik pada pinggiran
gendang, 3) memukul stik pada tengah dan menghentikannya seketika dengan
cara menekan permukaan gendang dengan ujung stik, 4) menekan permukaan
gendang dengan ujung jari tangan kiri.

Foto 3 Taganing


11

2. Gordang, satu buah gendang yang lebih besar dari taganing yang berperan
sebagai pembawa ritemkostan maupun variabel. Instrumen ini sering disebut
sebagai bass dari ansambel gondang sabangunan. Alat musik ini dimainkan
dengan menggunkan dua buah stik pemukul, sama dengan memainkan
taganing.
3. Sarune bolon, termasuk pembawa melodi yang memiliki lidah ganda,
dimainkan dengan cara mangombus marsiulak hosa. Klasifikasi instrument
ini termasuk kedalam kedalamkelompok aerophone.

Gambar 4 Posisi sarune bolon saat dimainkan

4. Ogung (Gong), yaitu empat buah gong yang diberi nama oloan, ihutan, doal
dan panggora. Setiap ogung mempunyai ritem yang sudah konstan.
Instrument ini berperan sebagai pembawa ritemkonstan atau pembawa irama
dalamgondang sabangunan. Klasifikasi ini termasuk kedalamkelompok
idiophone.


Foto 5 Teknik memainkan ogung

5. Odap, yaitu gendang dua sisi yang berperan sebagai pembawa ritem variabel.
Pada praktiknya alat musik ini sangat jarang dimainkan. Kehadirannya dalam
ansambel gondang sabangunan lebih terbatas pada upacara-upacara ritual
kepercayaan, seperti yang ditemukan pada masyarakat parmalim yang masih
melanjutkan kepercayaan Batak Toba. Klasifikasi instrument ini termasuk
kedalamkelompok membranophone.

12


Gambar 6 Posisi odap saat dimainkan
6. Hesek, adalah instrument pembawa tempo (ketukan dasar) yang terbuat dari
pecahan logam atau besi dan kadang kala dipukul dengan botol kosong.
Instrument ini dimainkan dengan cara mengadu pecahan logam tersebut
sesuai dengan irama dari suatu logam. Klasifikasi ini termasuk kedalam
kelompok idiophone.









Gambar 7 Hesek dari plat besi dan botol


e. Instrumen Tunggal
Instrumen tunggal adalah alat musik yang dimainkan secara tunggal yang
terlepas dari ansambel gondang hasapi dan gondang sabangunan. Instrumen ini
biasanya digunakan untuk mengisi waktu luang, menghibur diri. Instrumen ini
juga tidak pernah dimainkan dalamupacara yang bersifat ritual. Instrumen yang
termasuk dalam kelompok instrumen tunggal, antara lain :
1. Sulim, yaitu alat musik yang terbuat dari bambu, memiliki enamlobang nada
dan satu lobang tiupan. Dimainkan dengan cara meniup dari samping yang
dilakukan dengan meletakkan bibir secara horizontal pada pinggiran lobang
tiup. Instrumen ini biasanya memainkamlagu-lagu yang bersifat melankolis
ataupun lagu-lagu sedih. Klasifikasi instrument ini termasuk dalam kelompok
aerophone.
2. Saga-saga, terbuat dari bambu yang dimainkan dengan cara menggetarkan
lidah dari instrumen tersebut dan rongga mulut yang berperan sebagai
resonator. Klasifikasi instrument ini termasuk dalamkelompok idiophone.
3. Jenggong , yaitu alat musik yang terbuat dari logam, mempunyai konsep
yang sama dengan saga-saga.
4. Talatoit, yaitu alat musik yang terbuat dari bambu, sering disebut juga dengan
salohat atau tulila, dimainkan dengan cara meniup dari samping. Mempunyai
lubang penjarian yakni dua di sisi kiri dan dua di sisi kanan, sedangkan
lubang tiup berada ditengah. Instrumen ini biasanya memainkan lagu-lagu

13

yang bersifat melodis dan juga bersifat ritmik. Kalsifikasi instrument ini
termasuk dalam kelompok aerophone.
5. Sordam, yakni alat musik yang terbuat dari bambu, dimainkan dengan cara
meniup dari ujungnya dengan meletakkan bibir pada ujung bambu secara
diagonal. Memiliki enam lubang nada, yakni di bagian atas dan satu di bagian
bawah, sedangkan lubang tiupnya merupakan ujung dari bambu tersebut.
6. Tanggetang, yakni alat musik yang senarnya terbuat dari rotan dan peti kayu
sebagai resonator. Permainan instrumen ini bersifat ritmik atau mirip dengan
gaya permainan mengmung. Klasifikasi instrumen ini termasuk kedalam
kelompok chordophone.
Dari keseluruhan instrumen tunggal yang ada pada masyarakat Batak
Toba, sulim merupakan instrument yang paling sering digunakan dan dimainkan
dalamkehidupan sehari-hari, karena mempunyai frekuensi nada yang lebih kuat
dan lebih lembut, mudah dibawa kemana saja serta sangat mendukung dimainkan
untuk menggungkapkan emosional seseorang.

f. Klasifikasi Margondang
Secara umum dikalangan msyarakat Batak Toba, ansambel gondang
hasapi dan ansambel gondang sabangunan selalu disertakan dalam setiap
upacara, baik upacara adat maupun religi. Upacara yang menyertakan gondang
dalam pelaksanaanya disebut margondang (memainkan gondang), misalnya
margondang adat, margondang saur matua dan sebagainya.
Pada dasar kegiatan margondang pada masyarakat Batak Toba dapat
diklasifikasikan menurut zamannya, yaitu margondang pada masa pra Kristen dan
margondang pada masa era globalisasi.
Pada masa pra Kristen (belum masuknya pengaruh agama Kristen ke tanah
Batak, pada saat itu masih menganut aliran kepercayaan yang bersifat
polytheisme), margondang dibagi dalam dua bagian, yaitu :
1. Margondang adat, upacara yang menyertakan gondang, merupakan
aktualisasi dari aturan-aturan yang dibiasakan dalam hubungan manusia
dengan manusia lainnya (hubungan horizontal), misalnya gondang anak tubu
(upacara anak yang baru lahir), gondang pangolihan anak (mengawinkan
anak), gondang manape goar (upacara pemberian nama/gelar boru kepada
seseorang), gondang mangompoi huta (peresmian perkampungan baru),
gondang saur matua (upacara kematian orang yang sudah beranak cucu) dan
sebagainya.
2. Margondang religi, yaitu upacara yang menyertakan gondang, merupakan
aktualisasi dari suatu kepercayaan atau keyakinan yang dianut dalam
hubungan manusia dengan Tuhan-nya atau yang disembahnya (hubungan
vertikal), misalnya gondang saem (upacara untuk meminta rejeki), gondang
mamale (upacara pemberian sesajen kepada roh), gordang papurpur sapata
(upacara pembersihan tubuh/buang sial) dan sebagainya.
Unsur religi yang terdapat dalam upacara adat dapat dilihat dari beberapa
aspek yang mendukung upacara tersebut, misalnya : penyertaan gondang, dimana
dalam setiap pelaksanaan gondang selalu diawali dengan menbuat tua ni gondang
(memainkan inti dari gondang), yaitu semacamupacara meminta ijin kepada
Mulajadi Na Bolon dan juga kepada dewa-dewa yang dianggap sebagai pemilik

14

gondang tersebut. Sedangkan unsur adat yang terdapat dalamupacara religi dapat
dilihat dari unsur dalihan na tolu yang selalu disertakan pada setiap upacara.
Menurut Manik (1977 : 69), bahwa pada mulanya agama dan adat entik
Batak Toba mempunyai hubungan yang erat, sehingga setiap upacara adat sedikit
banyaknya bersifat keagamaan dan setiap upacara agama sedikit banyaknya diatur
oleh adat. Walupun hubungan kedua adat dan religi selalu kelihatan jelas dalam
pelaksanaan suatu upacara, perbedaan dari kedua upacara tersebut dapat dilihat
dari tujuan utama suatu upacara dilaksanakan. Apabila suatu upacara dilakukan
untuk hubungan manusia dengan yang disembahnya, maka upacara tersebut dapat
diklasifikasikan kedalamupacara religi. Apabila suatu upacara dilakukan untuk
hubungan manusia dengan manusia, maka upacara tersebut dapat diklasifikasikan
kedalamupacara adat.
Pada era globalisasi (pengaruh gereja sudah sangat kuat), munculah
beberapa masalah yang bersifat problematik tentang penggunaan gondang dalam
kegiatan adat maupun keagamaan, dan terdapat banyak variasi pemikiran tentang
hubungan antara kebudayaan tradisional dengan agama Kristen yang datang dari
pihak gereja. Dalamhal ini, konsep margondang pada masa sekarang dibagi
dalamtiga bagian besar, yaitu :
1. Margondang pesta, suatu kegiatan yang menyertakan gondang dan
merupakan suatu ungkapan kegwmbiraan dalam konteks hiburan atau seni
pertunjukkan, misalnya : gondang pembangunan gereja, gondang naposo,
gondang mangompoi jabu (memasuki rumah), dan sebagainya.
2. Margondang adat, suatu kegiatan menyertakan gondang, merupakan
aktualisasi sitemkekerabatan dalihan na tolu, misalnya : gondang mamampe
marga (pemberian marga), gondang pangolihon anak (perkawinan), gondang
saur matua (kematian), kepada orang diluar suku Batak Toba, dan
sebagainya.
3. Margondang religi, upacara ini pada saat sekarang hanya dilakukan oleh
organisasi agama yang masih berdasar kepada kepercayaan Batak purba,
misalnya parmalim, parbaringin, parhudamdam Siraja Batak. Konsep adat
dan religi pada setiap pelaksanaan upacara oleh kelompok ini masih
mempunyai hubungan yang sangat erat karena titik tolak kepercayaan mereka
adalah Mulajadi Na Bolon dan segala kegiatan yang berhubungan dengan
adat serta hukuman dalamkehidupan sehari-hari adalah berdasarkan tata
aturan yang dititahkan oleh Raja Sisingamangaraja XII yang dianggap
sebagai wakil Mulajadi Na Bolon.

g. Seni Rupa
Untuk jenis seni rupa tradisional, kerajianan patung merupakan hal yang
umum dan dapat ditemukan dimasyarakat ini. bahan dasar patung umumnya
terbuat dari batu dan kayu. J enis patung batu yang relative besar dan tua dapat
ditemukan didaerah Tomok, Simanindo dan Porsea di Pulau Samosir. Patung-
patung batu misalnya altar persembahan, merupakan situs peninggalan dari raja-
raja Batak di Samosir terdahulu.
Jenis patung kayu misalnya Patung Manuk-Manuk (ayam jantan),
dipacangkan diruang terbuka ditengah kampung. Tujuannya adalah untuk
menjaga kampung selalu senantiasa dalam keadaan damai. Jenis patung lain yang

15

sangat popular adalah Patung Sigale-gale. Patung ini digunakan sebagai
pertunjukkan hiburan.
Disamping patung, jenis seni rupa yang lain adalah seni ukir ornamental
yang disebut gorga. Jenis seni ukir ini biasanya ditemukan pada hiasan-hiasan
atap ataupun dinding rumah Tradisional Batak Toba. Adapun bentuk ataupun
motif dari ukiran dapat berupa gambar manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan,
ataupun simbol-simbol dari kehidupan metafisik, misalnya lambing dari delapan
penjuru angin/desa na ualu.

h. Seni Sastra
Pada masyarakat Batak Toba dapat ditemukan seni sastra, diantaranya :
umpasa (kata kiasan yang berisi ajaran tentang keteladanan, kebijaksanaan, aturan
adat, serta pesan-pesan religius), misalnya

sahat-sahat ni solu
sahat ma tu bontean
sahat hita mangolu
sai sahat ma tu panggabean
sampainya sampan
sampai lah ketepian
sampai hidup kita
sampailah kepada kesempurnaan

tonggo-tonggo (jenis sastra yang terkait dengan rangkaian teks-teks naratif
keagamaan yang berupa doa-doa pujian kepada Sang Pencipta dalam bentuk
permohonan atau harapan), turi-turian (salah satu seni bercerita yang umumnya
bersumber dari mitos atau legenda), dan huling-huling angsa (jenis sastra
berbentuk teka-teki yang umumnya dilakukan oleh para pemuda dan pemudi
diwaktu senggang, yang terdiri dari dua bagian, ada bagian yang bertanya dan ada
bagian menjawab).

sungkun-sungkun
siputara-siputiri
solot I dangka-dangka
bajunya baju bontar
halakna halak rara
alusna : jaung
Pertanyaan :
(teks tanpa makna)
terjepit dibatangnya
bajunya baju putih
orangnya berkulit merah
jawabnya : buang jagung

i. Seni Tekstil
Seni tekstil yang terkenal dari masyarakat Batak Taba adalah ulos. Ulos
merupakan jenis kain tenunan yang terbuat dari bahan benang yang berwarna-
warni. Kain ulos ini dapat dibedakan dari warna, pola rajutan, bahan, dan
ukurannya.


j. Seni Tari
Pada kegiatan seni tari di masyarakat Batak Toba ditemukan dua gender
tarian yang berbeda, yaitu tor-tor (tarian yang dilakukan dalam konteks kegiatan
adat atau ritual keagamaan tradisional yang selalu diiringi ansambel musik) dan
tumba (tarian yang dilakukan dalamkonteks kegiatan hiburan yang dilakukan
oleh anak-anak dan juga para pemuda/i pada waktu terang bulan di malamhari).
Tarian rakyat suku Batak tidak dapat dipisahkan dari keyakinan lama
masyarakat Batak, merupakan suatu upacara ritual yang disertai acara makam.

16

Pada saat ini masyarakat Batak dapat berkomunikasi dengan penciptanya.
Upacara ini dilakukan pada acara syukuran dan juga pada saat meminta berkah.
Hal ini dilaksanakan dengan penuh kekhususan serta aturan yang ketat. Upacara
ini dapat dilakukan perorangan atau secara berkelompok, yaitu laki-laki dan
perempuan menari bersama-sama. Mereka membuat jarak satu sama lain, atau
berada terpisah sepanjang acara menari.
Ada bermacam-macamtarian seperti tarian kurban oleh dukun, tari pesta,
atau tarian penguburan yang masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri. Tari
pesta oleh kaumwanita terdiri dari gerakan tangan dan pergelangan, sedangkan
penari membungkuk berkali-kali pada lutut mengikuti irama musik. Waktu
menari, penari harus tetap berdiri ditempat yang sama atau kedua kaki agak
mengisut pada tanah. Kedua bahu tetap lurus atau membungkuk ke sudut kanan,
sedangkan tangan bergerak pada sendi pergelangan. Jari mengikuti modulasi
musik. Sewaktu menari, gerakan harus sopan dan dilarang melihat sekeliling.
Aturan menari bagi pria tidak terlalu ketat seperti halnya peraturan bagi kaum
wanita, dan tarian mereka terasa lebih hidup.
Ada juga pencat silat yang terdapat pada tarian masyarakat Batak, yang
merupakan tarian dalam bentuk perkelahian yaitu menyerang dan
mempertahankan diri. Bentuk aslinya adalah langkah-langkah dalam satuan
perkelahian.
B. Keberadaan Gondang Sabangunan di Desa Tomok
Dalamkonteks kehidupan tradisional masyarakat Batak Toba, kegiatan
bermain musik merupakan sesuatu yang sangat menonjol, contohnya di Desa
Tomok, gondang/margondang masih terlihat sampai saat ini, baik pada acara
adat, religi, hiburan dan sebagainya.
Gondang sabangunan masih sangat berperan aktif dalam mengiringi
berbagai kegiatan di Desa Tomok, seperti pada acara adat terbesar di Tomok
(Horja Bius Tomok) yang masih diselenggarakan sekitar 5 tahun yang lalu, pesta
adat ini diselenggarakan untuk mempersembahkan persembahan kepada Sang
Pencipta berupa hewan (kerbau), untuk mengucapkan syukur kepada Sang
Pencipta, memohon kepada Sang Pencipta agar menjaga desa, masyarakat sekitar,
hasil panen ataupun kerjaan yang dilakukan, dan acara ini dipimpin oleh Raja
Batak/tetua adat sekitar, diiringi tari-tarian/tor-tor dan ansambel gondang
sabanguna, pada acara adat kematian atau saur matua, acara kebaktian parmalim,
hiburan dan lain sebagainya. Pengguanaan ansambel gondang sabangunan masih
berbau tradisi disini, berbeda dengan yang terjadi di kota-kota penggunaan
ansambeel gondang sabangunan sudah dialihfungsikan dengan menggunakan
intrumen yang lebih modern seperti keyboard, ditambah saxophone dan lainnya.
Tapi tidak pada tor-tor sigale-gale, ansambel gondang sabangunan
digunakan hanya pada saat ada yang meminta dan berani bayar tinggi atau pada
saat tamu Negara hadir. Itu dikarenakan kurangnya pemain dan perhatian
Pemerintah dalam mempertahankan kebudayaan di desa tersebut. Berbeda dengan
desa Simanindo yang masih mempertahankan kebudayaan khususnya gondang
sabangunan yang masih dipergunakan untuk mengiringi tor-tor sigale-gale.
C. Peranan Gondang Sabangunan
Setelah melakukan penelitian dan mendeskripsikan semua alat musik yang
digunakan dalam gondang sabangunan pada tor-tor sigale-gale, peneliti
menyimpulkan bahwa peran dari gondang sabangunan adalah sebagai

17

sekelompok alat musik yang mengiringi pertunjukkan tor-tor sigale-gale di Desak
Tomok, Kabupaten Samosir.
Peranan setiap alat musik yang terdapat pada ansambel musik Batak Toba
dilihat dari konsep serta praktik permainannya. Dalam ansambel gondang
sabangunan, peranan setiap alat musik di dalam permainannya dapat dilihat
sebagai berikut

Skema 4.1 Aturan Permainan Gondang
Ilustrasi di atas menunjukkan bagaimana aturan permainan yang lazim
digunakan dalampermainan ansambel musik gondang. Semua alat musik tidak
mengawali permainan secara bersamaan. Alat musik taganing selalu mengawali
setiap permainan dengan memainkan pembukaan (manera), yaitu pola khusus
taganing yang bertujuan untuk membangun ketukan dasar sekaligus tempo dari
gondang dengan set alat musik ogung. Setelah itu, diikuti oleh keempat
ogung/gong yang memainkan pola gong ostinato. Setelah ketukan dasar stabil,
alat musik sarune masuk dengan memainkan bagian pembuka gondang.
Kemudian alat musik taganing meyertai melodi sarune secara heterofonis atau
hanya memainkan pola-ritme ostinato konstan atau variatif.
Peranan masing-masing alat musik yang digunakan pada ansambel
gondang sabangunan dalammengiringi tor-tor sigale-gale adalah :
1. Sarune bolon, berperan sebagai pembawa melodi, penentu gondang/lagu
yang dimainkan; mengawali dan mengakhiri gondang.
2. Taganing, berperan sebagai pembawa melodi atau pembawa ritme (ostinato
konstan atau variatif); mengawali tempo lagu; mengikuti secara pararel atau
hanya memberikan aksentuasi ritmis pada permainan sarune bolon.
3. Gordang bolon, berperan sebagai pembawa ritme (ostinato konstan atau
variatif); menimpali atau memberikan aksentuasi pada permainan taganing
atau berfungsi sebagai bass drum.
4. Ogung, berperan sebagai siklus metrikal lagu.
5. Hesek, berperan sebagai pemegang ketukan dasar dan tempo lagu.

18



D. Deskripsi Tor-Tor Sigale-gale
Tari (tor-tor) ekspresi kepercayaan yang estetis dituangkan dalam bentuk
gerak teratur sesuai dengan irama yang menggerakkan. Gerakan teratur ini dapat
dilakukan oleh peroranagan, berpasangan maupun berkelompok. Tor-tor sigale-
gale dipertunjukkan dalambentuk perorangan dan kadang-kadang dipertunjukkan
dalambentuk berpasangan.
Petunjukkan sigale-gale lebih difokuskan sebagai sarana hiburan yang
menjadi konsumsi para wisatawan baik berasal dari mancanegara maupun lokal.
Gerakan tor-tor sigale-gale terdiri dari lima bagian, yaitu :
1. Sombah, kedua telapak tangan saling menyentuh sejajar dengan dada. Artinya
kedua tangan didepan sejajar hidung, telapak tangan saling menyentuh pada
sikap hormat, baik antara manusia maupun kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mamorpar, buka tangan hingga diatas bahu, artinya masyarakat Batak Toba
yang menginginkan keturunan dan atas karunia Tuhan keinginannya
terwujud.
3. Mangapuh, kedua tangan secara bergantian perlahan-lahan didekatkan
keperut terlebih dahulu tangan kanan yang digerakkan kemudian tangan kiri
secara bergantian, artinya untuk mengambil hasil jerih payah yang baik.

4. Embas, artinya merasa senang dan puas karena apa yang diharapkan/diminta
telah terkabul oleh karena karunia Tuhan dengan berkat yang sejahtera.
5. Hasahatan, kedua tangan mengambil ulos, artinya ucapan selamat pada
semua dan selalu membawa kehidupan yang sejahtera (mengucapkan horas-
horas-horas)
E. Deskripsi Gondang Yang Mengiringi Tor-tor Sigale-gale
Setelah mengadakan penelitian, maka penulis mencatat atau menulis
melodi instrument ansambel musik tradisional Batak Toba yang digunakan dalam
mengiringi tor-tor sigale-gale. Adapun bentuk melodi atau lagu tersebuta terdiri
dari tiga bagian, yaitu :
1. Gondang Mula-mula
Gondang mula-mula merupakan musik pembuka acara ditunjukkan untuk
Sang Pencipta dengan melodi sebagai berikut :

2. Gondang pasu-pasu
Gondang mula-mula merupakan musik permohonan untuk mendapatkan
kebahagiaan dan pasu-pasu dengan melodi sebagai berikut :

19


3. Gondang hasahatan
Gondang hasahatan merupakan musik keyakinan bahwa permohonan
yang disampaikan akan dikabulkan dengan melodi sebagai berikut :

PENUTUP
Ansambel musik Batak Toba gondang sabangunan yang berperan untuk
mengiringi tor-tor sigale-gale merupakan salah satu kebudayaan pada masyarakat
setempat, yang pada masa lalu tor-tor sigale-gale lebih difokuskan pada upacara
ritual, namun pada saat ini banyak dijumpai sebagai sarana hiburan. Keberadaan
gondang sabangunan khususnya masih diikutsertakan masyarakat setempat pada
saat kegiatan hiburan, acara adat dan sebagainya, yang sangat diminati oleh para
seniman setempat ataupun pengunjung yang datang. Pengadaan pertunjukkan tor-
tor sigale-gale dapat dijadikan wadah sebagai menambah penghasilan, karena
pertunjukkan tersebut ditanggapi oleh masyarakat, khususnya para wisata yang
berasal dari mancanegara. Fungsi lain dari ansambel gondang sabangunan dan
tor-tor sigale-gale adalah sebagai sarana pendidikan. Dikarenakan terbatasnya
pemain gondang untuk mengiringi tor-tor sigale-gale dan dana/perhatian dari
pemerintah membuat penyajian gondang sabangunan hanya dipertunjukkan
kepada orang-orang tertentu yang sanggup membayar lebih untuk menampilkan
pemain dan alat musik yang lengkap. Jadi, permainan ataupun pertunjukkan
ansambel gondang sabangunan untuk mengirirngi tor-tor sigale-gale sangat
jarang ditemukan dan sudah dialihfungsikan dengan tape recorder.
Ansambel gondang sabangunan dan tor-tor gisale-gale merupakan salah
satu kelestarian kebudayaan dan menjadi objek wisata yang berpotensi amat tinggi
dan merupakan suatu keunikan serta memiliki nilai yang sangat tinggi bagi
wisatwan yang datang jika diperhatikan dan dijaga kelestariaannya oleh
masyarakat dan pemerintah setempat. Untuk itu, dibutuhkan upaya-upaya yang
lebih serius, khusunya bagi generasi muda untuk menghindarkan warisan leluhur
dari kepunahan.


20

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana.
Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hutajulu, Rithaony dan Irwansyah Harahap. 2005. Gondang Batak Toba.
Bandung : PAST UPI.
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Panggabean, Ferri Erikson. 2010. Metode Pengajaran Hasapi dan Sulim dalam
Dunia Akademis. Medan : USU.
Pasaribu, Ben (eds). 2004. Pluralitas Musik Etnik. Medan : Pusat Dokumentasi
dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nomensen.
Poerwadarminta. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Purba, Mauly. 2007. Musik Tradisional Masyarakat Sumatera Utara. Medan.
Silalahi, M. Maria. 2004. Kajian Musik Tradisonal Batak Toba Yang Mengrirngi
Tor-tor Sigale-gale Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Toba Samosir.
Medan : Skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana di Unimed.
Sattriani, Oktaria. 2011. Bentuk Pertunjukkan Tor-tor Sigale-gale Dalam
Kepariwisataan Desa Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.
Medan : Skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana di Unimed.
S. H. CS., dkk. 1990. Kebudayaan Batak Toba. DEPDIKBUD.
S. Yetty. 2009. Perbedaan Gondang Hasapi Dan Gondang Sabangunan Pada
Masyarakat Batak Toba Dengan Fokus Perhatian Pada Upacara Adat
Perkawinan Dan Kematian. Medan : Skripsi untuk mendapatkan gelar
sarjana di Unimed.
Tambunan, Emil H. 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan
Kebudayaannya. Bandung : Tarsito.
Tambunan, dkk. 1996. Monografi Kebudayaan. Medan.





21

KEBERADAAN ALAT MUSIK GORDANG SAMBILAN PADA
MASYARAKAT MANDAILING DI KELURAHAN BANDAR
SELAMAT KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

Yose Helvin Sibuea
061222510058

Abstrak

Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian
Deskriptif Kualitatif yang dilakukan di Kelurahan Bandar
Selamat Kecamatan Medan Tembung yang dimulai bulan Juni
sampai dengan Agustus 2012 dan objek penelitian ini adalah
personil Group Musik Gordang Sambilan 9 orang, pembuat
Gordang Sambilan 2 orang, Penatua Adat 1 orang dan
Masyarakat 5 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan melakukan observasi, study kepustakaan, wawancara
dan pendokumentasian. Observasi dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui data tentang Keberadaan Alat Musik
Gordang Sambilan pada masyarakat Mandailing di Kelurahan
Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung serta
mengadakan wawancara dengan Penatua Adat dan juga
beberapa masyarakat.Setelah melakukan analisis data maka di
dapat kesimpulan bahwa keberadaan dan bentuk musik
Gordang Sambilan saat ini dapat dikatakann memprihatinkan
karena kesenian warisan leluhur ini kurang begitu dilestarikan.
Hal ini dapat kita lihat dengan terbatasnya pemain musik
Sordang Sambilan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan
Medan Tembung. Faktor yang membuat keseniaan ini kurang
eksis karena masuknya alat-alat musik modern seperti gitar,
drum, keyboard, dan alat musik modern lainnya, sehingga para
generasi muda cenderung lebih suka untuk mempelajari alat-
alat musik modern. Disamping itu, kurang dilestarikannyaalat
musik Gordang Sambilan di Kelurahan Bandar Selamat
Kecamatan Medan Tembung dikarenakan kurangnya dukungan
atau bantuan dari pemerintah setempat. Padahal alat musik
Gordang Sambilan adalah salah satu ikon kesenian
masyarakat Mandailing.

Kata Kunci : Keberadaan Gordang Sambilan

PENDAHULUAN
Masyarakat Mandailing adalah salah satu etnis yang ada di Sumatera Utara
yang mempunyai beragam instrumen musik salah satunya adalah Gordang
Sambilan. Adapun komponen musiknya yang terdiri dari: momongan (jenis gong
yang paling besar sampai terkecil contohnya tawak-tawak, gong, doal, cenang,
talempong, tali sasayak), gendang, suling.


22

Suku Mandailing yang ada di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan
Medan Tembung merupakan masyarakat yang berimigrasi dari daerah asalnya
yaitu Kabupaten Mandailing Natal. Mereka berimigrasi dengan membawa segala
bentuk budaya dan kesenian yang merupakan warisan nenek moyang, budaya ini
telah berjalan secara turun-temurun dan dilaksanakan dengan ketentuan dari adat
yang telah berlaku bagi mereka, salah satunya adalah Gordang Sambilan. Alat
musik Gordang Sambilan merupakan alat musik yang tergolong dalamjenis alat
musik pukul yang dimainkan secara kelompok oleh empat atau lima orang
dibawah seorang pemimpin yang disebut panjangati. Dalampertunjukan alat
musik Gordang Sambilan ini biasanya dilengkapi dengan alat musik lainnya
misalnya momongan, gendang, suling.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan dan bentuk
musik Gordang Sambilan saat ini dapat dikatakan memprihatinkan karena
keseniaan warisan leluhur ini kurang begitu dilestarikan. Salah satu faktor yang
membuat kesenian ini leluhur ini kurang eksis karena masuknya alat-alat musik
modern seperti gitar, drum, keyboard, dan alat musik modern lainnya, sehingga
para generasi muda cenderung lebih suka untuk mempelajari alat-alat musik
modern. Disamping itu, kurang dilestarikannya alat musik Gordang Sambilan di
Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung dikarenakan kurangnya
dukungan atau bantuan dari pemerintah setempat. Padahal alat musik Gordang
Sambilan adalah salah satu ikon kesenian masyarakat Mandailing.
Pada saat ini keberadaan instrumen tradisional Mandailing terancam
punah, hal ini disebabkan karena masyarakat lebih memilih instrumen barat untuk
dimainkan dalamupacara adat mereka sehingga alat musik tradisional Mandailing
dianggap sebagai bumbu pelengkap alat musik barat. Penyebab lainnya adalah
orang Mandailing yang sudah menjadi makmur yang sering membiayai upacara
adat dalambentuk musik modern misalnya, dengan mendatangkan alat musik
band dan artis ternama. Mereka membawa estetis kosmopolitan yang adakalanya
melawan estetis tradisi. Perkembangan zaman identik dengan nilai mengenai
kemajuan, pendidikan dan kemakmuran yang sering di ekspresikan dengan apa
yang dianggap modern. Misalnya sekarang dipesta atau upacara adat seolah-olah
musik group keyboard yang memainkan lagu poco-poco lebih laris dan dihargai
daripada dengan menggunakan alat musik gordang Gordang Sambilan. Pesta
perkawinan yang modern tidak lagi dianggap lengkap tanpa musik keyboard atau
alat tiup yang memainkan lagu pop Mandailing atau pop barat.
Istilah gordang sering disebut sebagai gendang atau gondang, dan
sambilan adalah Sembilan berarti gordang sambilan tersebut terdiri dari sembilan
buah gendang yang tersusun berurutan dari yang terbesar hingga terkecil.
Menurut Lubis (2001:23) gordang merupakan suatu istilah yang terdiri
dari beberapa pengertian diantaranya:
a. Gordang sebagai ansambel atau permainan musik secara bersama
seperti gordang sambilan.
b. Gordang sebagai reportoar atau nama-nama lagu, seperti gordang
sihutur sanggul, gordang siboru uluan, dan sebagainya.
c. Gordang sebagai kepunyaan sebagai konteks dalihan natolu, seperti
mora, boru, dan kahanggi.
d. Gordang sebagai nama kelompok instrumen musik, seperti uning-
uningan umumnya juga disebut sebagai gordang

23

e. Gordang sebagai nama satu instrumen musik (Toba: gondang, Karo:
gendang)
Biasanya gordang sambilan tersebut diperagakan secara kelompok oleh
empat atau lima orang di bawah seorang pemimpin yang disebut panjangati
(pimpinan ansambel gordang sambilan).
Keberadaan alat musik gordang sambilan yang terletak di Kelurahan
Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung sudah tidak diketahui lagi oleh
masyarakat Mandailing umumnya. Faktor yang mempengaruhi masyarakat
mandailing tidak mengetahui tentang alat musik gordang sambilan adalah karena
semakin majunya teknologi yang menghasilkan alat-alat musik modern seperti
keyboard, gitar elektrik dan alat musik modern lainnya. Sehingga mengakibatkan
masyarakat dan generasi muda mandailing tidak lagi mengenal dan
mempertahankan alat musik tradisional seperti gordang sambilan dan lebih
terpengaruh dengan kemajuan teknologi modern
Berdasarkan hal di atas, penulis ingin membuat penelitian yang membahas
tentang keberadaan alat-alat musik Mandailing khususnya Gordang Sambilan
dengan judul Keberadaan Alat musik Gordang Sambilan pada masyarakat
Mandailing di kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.
.
ISI
A. Sejarah Gordang Sambilan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan
Medan Tembung
Di jalan Letda Sujono, Gg. Jawa, saya menjumpai seorang tokoh adat
sebagai orang pertama kali mendirikan rumah di daerah itu ataau sipukka huta
yang bernama Lukman Lubis yang saat ini sudah berumur 81 tahun. Dia
mengetahui bagaimana sejarah asal mulanya gordang Sambilan. Adapun yang
diceritakan oleh Lukman Lubis (wawancara dilakukan pada tanggal 22 Agustus
2012) ini adalah sebagai berikut : asal mula gordang sambilan ada 2 penafsiran.
Pertama gordang sambilan merupakan wujud dari sembilan raja di Huta Pungkut.
Angka sembilan melambangkan sembilan raja yang saat itu berkuasa di tanah
Mandailing yakni, raja Nasution, raja Pulungan, raja Rangkuti, raja Hasibuan, raja
Lubis, raja Matondang, raja Parinduri, raja Daulay, dan raja Batubara. Kedua,
gordang Sambilan menjelaskan jumlah gordang atau gendang seperti masa
kerajaan dalam pemukulan gordang sambilan harus berjumlah sembilan orang
yang terdiri dari naposo bulung (kaummuda), anak boru, kahanggi, serta seorang
raja.
Dari cerita diatas, dapat diartikan gordang sambilan memiliki penamaan
yang berdasarkan ukuran. Adapun ukuran gordang yang terbesar disebut jangat.
Jangat ini terdiri dari dua buah gendang terbesar, selanjutnya adalah kudong-
kudong, sama seperti jangat, kudong-Kudong ini terdiri dari dua buah gendang,
adapun gordang selanjutnya disebut dengan padua, lalu gordang berikutnya
adalah patolu, penyebutan kedua gordang tersebut mewakili empat buah gendang,
masing-masing dua buah gendang padua dan dua buah gendang patolu, yang
terakhir pada susunan gordang sambilan adalah enek-enek, yang berjumlah satu
buah gendang.




24

B. Keberadaan Gordang Sambilan di Kelurahan Bandar Selamat
Kecamatan Medan Tembung
Menurut Lubis (wawancara dilakukan pada tangal 7 agustus 2012)
mengatakan bahwa : alat musik gordang sambilan pada masyarakat Mandailing
di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung sudah ada sejak tahun
1940-an. Etnis mandailing yang bertempat tingal di Kelurahan Bandar Selamat
Kecamatan Medan Tembung merupakan masyarakat Mandailing yang berpindah
dari daerah asalnya Mandailing Natal (Madina). Mereka berimigrasi dengan
membawa segala bentuk budaya dan kesenian yang merupakan warisan nenek
moyang, budaya ini telah berjalan secara turun-temurun dan dilaksanakan dengan
ketentuan dari adat yang berlaku bagi masyarakat Mandailing yang ada di
Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. Masyarakat Mandailing
yang ada di kelurahan Bandar Selamat Kecamatan medan Tembung, secara turun-
temurun membawa segala bentuk budaya yang merupakan warisan nenek moyang
mereka yang salah satunya adalah gordang sambilan.
Gordang Sambilan merupakan alat musik yang terdiri dari sembilan buah
gendang dengan ukuran yang relatif sangat besar dan panjang. Ukuran besar dan
panjangnya kesembilan gendang tersebut bertingkat , mulai dari yang paling besar
sampai yang paling kecil. Tabung resonator gordang sambilan terbuat dari kayu
yang dilubangi dan salah satu ujung lubangnya (bagian kepalanya) ditutup dengan
membran yang terbuat dari kulit lembu yang ditegangkan dengan rotan sebagai
alat pengikatnya. Untuk membunyikan gordang sambilan digunakan kayu
pemukul. Instrumen ini hanya sebagai pembawa ritempada ansambel (uning-
uningan) pada gordang sambilan. Klasifikasi instrumen ini termasuk dalam
kelompok membranophone.
Di Kelurahan Bandar Selamat Secamatan Medan Tembung ada seorang
yang dapat memainkan serta membuat alat musik gordang sambilan yaitu Bapak
Ishak Jamal Lubis. Menurut Bapak Ishak Lubis alat musik gordang sambilan
adalah salah satu alat musik yang unik yang dimiliki masyarakat Mandailing,
namun sayang tidak banyak orang yang mengenal dan memainkan alat musik
gordang sambilan ini seperti alat musik pukul lainnya. Musik tradisional
gordang sambilan digunakan pada acara-acara adat suku Mandailing misalnya
dalamupacara adat Horja Godang. Gordang sambilan umumnya dipertunjukkan
atau dipertontonkan sebagai sarana hiburan, komunikasi untuk kaumkerabat,
ritual terhadap sang pencipta. Pada upacara adat, alat musik Gordang Sambilan
sangat dibutuhkan karena setiap pihak yang ingin menyampaikan ucapan sukacita.

C. Bentuk Pertunjukan Gordang Sambilan di Kelurahan Bandar Selamat
Kecamatan Medan Tembung
Dari hasil wawancara pada tanggal 3 Agustus 2012 dengan pimpinan
komunitas gordang sambilan Bapak Syafaruddin Batubara, komunitas ini mengisi
acara sekaligus mendapat penghargaan antara lain sebagai berikut :
1. Mengisi acara di Sopo Sio Parsarimpunan, Hutapungkut Jae pada acara
peresmian PDIM (Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Mandailing) pada
bulan J uli 2010.
2. Menjadi pengisi acara dalamacara arak-arakan penghargaan Kota Medan
sebagai kota Adipura pada tahun 2012.

25

3. Menjadi pengisi acara dalamacara penyambutan Bapak Surya Paloh di Hotel
Tiara, Medan pada bulan Mei 2012.
4. Menjadi pengisi acara dalamacara pembukaan Pekan Flora-Flori Nasional
bulan J uni 2012. Seperti gambar berikut:
5. Mengisi acara pembukaan MUNAS VIII dan Jambore Nasional XIV
Perhimpunan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia di Aula
Martabe Kantor Gubernur Sumatera Utara, Medan pada bulan juli 2012.
Selain menjadi pengisi acara diberbagai acara, komunitas Gordang
Sambilan ini juga berperan dalam acara adat. Contohnya adalah acara upacara
kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, upacara memasuki rumah baru.
Pertunjukan gordang sambilan tidak hanya sebatas mengisi acara saja, tetapi juga
memperkenalkan kepada orang banyak khususnya masyarakat Mandailing yang
ada di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung bahwa gordang
sambilan merupakan salah satu ikon kesenian masyarakat Mandailing.
Sebagai bentuk kesenian masyarakat Mandailing, gordang sambilan
dipergunakan dalam berbagai jenis acara atau pertunjukan, baik secara ritual
maupun dalam bentuk hiburan. Adapun bentuk acara tersebut adalah dalam
upacara adat perkawinan, hari Raya Idul Fitri, penyambutan Tamu, dan lain-lain.

D. Instrumen Musik Gordang Sambilan
Instrumen musik tradisional Mandailing disebut dengan sebutan uning-
uningan, artinya keseluruhan instrumen musik tradisional Mandailing baik yang
ditiup maupun yang dipukul yang terdiri dari:
1. Gordang Sambilan
Gordang sambilan adalah gendang besar yang terdiri dari sembilan gendang
yang disusun mulai dari yang terbesar hingga terkecil.
2. Mongmongan
Mongmongan adalah sejenis gong yang paling besar sampai yang terkecil
bertangga turun sebagai berikut:Tawak-tawak, Gong, Doal, Cenang,
Talempong, Tali sasayak.
3. Suling
Suling adalah jenis alat musik tiup yang terbuat dari bambu, dimana pada
bagian bambu dilubangi agar menghasilkan bunyi. Suling ini digunakan
sebagai pembawa melodi.

E. Proses Pembuatan Gordang Sambilan
Proses pembuatan gordang sambilan dilakukan dalam beberapa tahap
yaitu:
1. Pemilihan Batang Pohon
Menurut Bapak Lubis (wawancara pada tanggal 2 Agustus 2012)
mengatakan untuk membuat gordang sambilan batang pohon yang dipakai adalah
jenis batang pohon ingul (suren). Batang pohon ingul di pilih karena tidak mudah
retak dan tahan lama.
2. Pemotongan dan Pengukuran Batang Pohon
Setelah pemilihan batang pohon, tahap selanjutnya adalah pemotongan
batang pohon. Batang pohon dipotong dengan gergaji. Panjang batang pohon yang
diperlukan untuk membuat seperangkat alat musik gordang sambilan kira-kira 20

26

meter, lalu batang pohon dengan sembilan potongan sesuai dengan nama dan
ukuran yang berbeda mulai gordang yang terbesar hingga terkecil.
3. Pengikisan Kulit Batang Pohon
Tahap berikutnya adalah pengikisan batang pohon. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui kualitas sisi batang pohon, dimana sisinya harus bagus tanpa
ada bagian batang pohon yang lapuk atau busuk.
4. Penguakan/Pembuatan Lubang Resonator
Tahap selanjutnya adalah tahap penguakan pembuatan lubang resonator.
Pembuatan lubang resonator ini dilakukan dengan menggunakan alat secara
manual yaitu tumbilang, pahat (tuhil) dan martil.
5. Proses Pengecatan Batang Pohon
Setelah selesai penguakan lubang pohon, maka tahap selanjutnya adalah
proses pengecatan. Pengecatan ini dilakukan supaya bekas pengikisan dan warna
hitampada kulit kayu tertutupi. Selain itu juga agar terlihat indah dan rapi.
6. Huling-huling (kulit)
Huling-huling merupakan kulit yang digunakan untuk membran gordang
sambilan sebagai penghasil suara. Kulit yang biasa digunakan untuk membran
gordang sambilan adalah kulit lembu. Kulit sangat berpengaruh terhadap suara
gordang sambilan. Biasanya kulit ini didapatkan dari pesta atau dari rumah
potong hewan.
7. Pembuatan Pembaling
Pembaling terbuat dari kayu ingul yang diselipkan pada bagian kulit
yang telah dilubangi. Pembaling berfungsi sebagai pengait rotan ke bagian kulit.
Cara pembuatan pembaling dilakukan dengan cara memotong kayu ingul tersebut
sepanjang 10 cmdan membentuk bagian kedua ujungnya agak runcing dengan
diameter dibagian tengah 1 cmdan di kedua ujungnya berdiameter 0,5 cmyang
diarsir berbentuk pensil.
8. Laman Gordang (penutup Gordang)
Dalam unsur penyusunan gordang sambilan terdapat laman yang
berfungsi sebagai penutup bagian bawah gordang sambilan, yang terbuat dari
kayu ingul. Penutup atau laman yang digunakan harus sesuai dengan ukuran
diameter yang dimiliki gordang tersebut.
9. Tali
Alat musik gordang sambilan terbuat dari kayu, tali yang digunakan
untuk memadukan antara Laman bagian bawah gordang sambilan dan kulit pada
bagian atasnya adalah tali yang terbuat dari rotan.
10. Proses Perekatan Kulit, Tabung Resonator dan Laman Gordang
Tahap berikutnya adalah proses perekatan antara kulit dengan tabung
resonator. Sebelum kulit dipadukan dengan tabung resonator, terlebih dahulu
dimasukkan pembaling ke lubang kulit yang telah dilubangi. Setelah itu baru kulit
direkatkan ke tabung resonator gordang.

A. Tanggapan Masyarakat Mandailing terhadap alat musik Gordang
Sambilan
Tanggapan masyarakat Mandailing terhadap alat musik gordang sambilan
(wawancara dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2012) adalah:
1. Alat musik gordang sambilan merupakan alat musik tradisional Mandailing
yang digunakan masyarakat sebagai sarana komunikasai, ritual dan hiburan.

27

2. Alat musik gordang sambilan merupakan alat musik yang harus tetap
dilestarikan dan dijaga agar tetap dapat dikenal dan dapat juga menjadi
motivasi bagi generasi muda untuk mempelajari musik tradisional
Mandailing.
3. Dalam acara ritual maupun adat gordang sambilan digunakan untuk
mempererat ikatan kekerabatan masyarakat.
Penulis juga mewawancarai pemuda dan pemudi setempat yang dilakukan
pada tanggal 1 Agustus 2012, berbagai alasan yang diutarakan untuk tidak
mempelajari musik gordang sambilan diantaranya:
1. Musik gordang sambilan hanya untuk kalangan orang tua.
2. Tidak ada sarana pengadaan proses belajar mengajar musik gordang
sambilan.
3. Bentuk penyajian gordang sambilan terlalu monoton.
4. Tujuan pangadaan musik gordang sambilan hanya pada saat tertentu.
Disamping itu, masyarakat menerima musik modern, khususnya
penggunaan keyboard pada acara adat yang berasal dari budaya asing dan yang
paling mendasar adalah faktor informasi, terutama melalui siaran televisi. Bahkan
setelah masuknya instrumen keyboard dalamupacara adat Mandailing, musik
Tradisional gordang sambilan seolah-olah ditinggalkan oleh masyarakat
Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.

A. PENUTUP
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada sebelumnya, dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Alat musik gordang sambilan adalah alat musik tradisional yang merupakan
salah satu ciri khas kebudayaan suku Mandailing.
2. Masyarakat Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan
Tembung tidak banyak yang dapat memainkan alat musik gordang sambilan.
3. Gordang sambilan merupakan alat musik yang tergolong dalamjenis musik
pukul yang dimainkan secara kelompok oleh empat atau lima orang dibawah
seorang pimpinan yang disebut panjangati.
4. Generasi muda suku Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan
Medan Tembung tidak banyak yang mengenal alat musik gordang sambilan.
5. Keberadaan alat musik gordang Sambilan tidak dilestarikan karena semakin
majunya teknologi modern yang mengahasilkan alat musik modern seperti
keyboard, gitar electric dan lain-lain.
6. Alat musik gordang sambilan merupakan alat musik tradisional Mandailing
yang digunakan masyarakat sebagai sarana komunikasi, ritual dan hiburan.
Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka
diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Diharapkan pada seniman batak Mandailing yang mengenal instrumen
gordang sambilan supaya dapat memberikan sumbangsih pengetahuan
tentang alat musik gordang sambilan Kepada generasi muda agar alat musik
tradisional ini dapat dipertahankan sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Diharapkan kepada masyarakat Mandailing agar dapat mempertahankan alat
musik gordang sambilan khususnya generasi muda.
3. Diharapkan pemerintah agar lebih peduli dalam pelestarian alat musik
tradisional gordang sambilan agar tidak punah seiring perkembangan zaman.

28

4. Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat menjadi pedoman
untuk peneliti berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bahdin.2005. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Daminto.2004. Kerangka Teoritis Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Hadari.2004. Penelitian Kualitatif. Bandung: Gramedia Pustaka.
Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang: Quantum Teaching.
Hendry, Sandra.2010. Peranan Alat musik Tradisional Gong Dalam Tarian
Sumazau Di Kampung Kebudayaan Monsopiad Penampang Sabah
Malaysia. Skripsi. FBS UNIMED
Hidayat, Azis Alimut. 2007. Metode Penelitian Dan Teknik Analisa data.
Surabaya: Salemba media.
Leach, Maria. 2001. The new book of knowledge. New York: Glolier, Inc
Lexy, J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Lubis H. Syahmerdan.2001. Adat Hangoluan Mandailing, Medan: Perpustakaan
Daerah Sumut.
Maryeani. 2005. Metode Penelitan Kebudayaan, Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution. 2005. Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman, Medan:
Forkala Propinsi Sumatera Utara.
Purba, Mauly. 2004. Fungsi Sosial Ensambel Gordang sambilan Pada
Masyarakat Mandailing di Desa Tamiang Kecamatan kota Nopan,
Kabupaten Tapanuli Selatan. Medan: Fakultas Sastra, Universitas
Sumatera Utara.
Pulungan, Muhammad.2006. Musik Tradisional Mandailing Pada Acara Adat
Horja Godang di Kelurahan bandar Selamat Kecamatan medan Tembung.
Skripsi. FBS UNIMED.
Simamora, Lindu. 2011. Keberadaan Alat Musik Talatoit Pada Masyarakat Batak
Toba di Desa Tomok Kabupaten Samosir. Skripsi. FBS UNIMED
Soeharto, M. 1992. Kamus Musik, Jakarta: gramedia Widia Sarana Indonesia.
Sugiyono.2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Alfabeta
Sugiyono.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Alfabeta
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Kependidikan, Yogyakarta: Bumi Aksara.
Supranto.2004. Metodologi Penelitian Kependidikan, Bandung: Publishing
House.
Supranto.2005. Proposal Penelitian dan Contoh, Jakarta: Universitas Indonesia
Suragin.2004.. Kerangka teoretis Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka.
Wardyantanta.2006. Metode Penelitian Kependidikan, Bandung: Pustaka Jaya.
(http://tano-mandailing.blogspot.com/2012/08/gordang-dalam-masyarakat-
mandailing.html)




29

MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SENI MUSIK SISWA KELAS VIII
SMP METHODIST 9 MEDAN TAHUN AJARAN 2011/2012

Rianti Manalu
071222510120

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar seni musik siswa kelas VIII melalui pembelajaran koperatif
Make A Match. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Methodist 9
Medan Tahun Ajaran 2011/2012 dengan subjek adalah siswa kelas
VIII yang berjumlah 40 orang. Dalam pengumpulan data teknik
digunakan tes hasil belajar, wawancara, observasi lapangan, studi
kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I diperoleh
nilai rata-rata kelasnya adalah 66,75. Pada siklus II nilai rata-rata
kelas 80, menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 13,25. Dan
kelulusan secara klasikal pada siklus I mencapai 60% (24 orang)
sedangkan pada siklus II mencapai 90% (36 orang). Dengan
demikian model pembelajaran koperatif make a match dapat
meningkatkan hasil belajar seni musik siswa. Dapat disimpulkan
bahwa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar seni musik
siswa kelas VIII SMP Methodist 9 Medan Tahun Ajaran 2011/2012
adalah cara mengajar guru yang membosankan, guru cenderung
menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga siswa
merasa bosan, malas belajar dan keadaan seperti ini menyebabkan
siswa belajar secara individu, kurang melibatkan interaksi sosial
dan cara meningkatkan hasil belajar seni musik siswa kelas VIII
SMP Methodist 9 Medan tahun ajaran 2011/2012 adalah dengan
cara menerapkan model pembelajaran koperatif make a match.

Kata Pengantar : Model Pembelajaran, Make A Match, Seni Musik

PENDAHULUAN
Dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka
menghasilkan sumber daya manusia yang mampu menjadi penerus dan pelaksana
pembangunan disegala bidang. Dalammeningkatkan pendidikan di Indonesia
maka proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan inti harus ditingkatkan
sehingga tercapai tujuan pendidikan dalam bentuk terjadinya perubahan tingkah
laku, pengetahuan maupun keterampilan dalam diri siswa. Dalam kegiatan belajar
mengajar terjadi proses pembelajaran untuk menguasai beberapa kompetensi
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun
sebelumnya, untuk dapat melaksanakan kegiatan tersebut memerlukan rencana
pembelajaran yang matang dengan memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan
dimana proses belajar tersebut dilaksanakan. Dalam hal ini guru memegang
peranan penting untuk dapat mengkondisikan hal tersebut dengan baik, sehingga
guru akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mampu

30

mengelola kelasnya sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat terwujud secara
optimal.
Pemilihan strategi pembelajaran adalah salah satu alternatif yang diambil
oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar, guna tercapainya tujuan
pembelajaran yang sejalan dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Selama
ini guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional, sehingga
cenderung membuat siswa bosan dan malas belajar. Kebosanan dan kemalasan
siswa-siswi inilah yang akhirnya dapat membuat hasil belajar siswa menjadi
rendah. Padahal saat ini guru harus mampu menggunakan model pembelajaran
yang bervariasi dalamproses belajar mengajar di sekolah.
Berdasarkan penglihatan peneliti, pada saat mempelajari seni musik di
sekolah, siswa merasa bosan dan malas belajar, khususnya dalammateri pelajaran
musik keroncong. Guru cenderung menggunakan model pembelajaran
konvensional yang menyebabkan siswa kurang mandiri dan membatasi daya
kreativitas siswa. Pada pengajaran konvensional guru mendominasi seluruh
kegiatan pengajaran dan berceramah panjang lebar tentang materi yang sedang
dibahas yaitu materi pelajaran musik keroncong, sedangkan siswa hanya sebagai
penerima pelajaran yang secara pasif. Keadaan seperti ini menyebabkan siswa
belajar secara individu, kurang melibatkan interaksi sosial yang dapat
menimbulkan kebosanan siswa yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar
siswa. Untuk mengatasi masalah di atas, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran
yakni dengan menggunakan salah satu model pembelajaran. Model pembelajaran
tersebut adalah dengan menggunakan model cooperatif learning. Pembelajaran
koperatif ini merupakan model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil,
dimana siswa dituntut untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
pembelajaran.
Untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan berdampak terhadap
peningkatan hasil belajar siswa maka peneliti tertarik untuk menggunakan model
pembelajaran koperatif make a match. Adapun kelebihan model pembelajaran
koperatif make a match ini yaitu mampu menciptakan suasana belajar yang aktif
dan menyenangkan dan dapat menumbuhkan sikap sosial anak didik untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa lain. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti tertarik untuk menjadikan masalah ini menjadi suatu penelitian ilmiah
dengan menetapkan judul Model Pembelajaran Koperatif Make A Match Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Seni Musik Siswa Kelas VIII SMP Methodist 9
Medan Tahun Ajaran 2011/2012.

Model Pembelajaran Koperatif Make A Match
Pembelajaran koperatif atau cooperative learning mengacu pada metode
pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam satu kelompok kecil, saling
membantu dalam belajar. Pembelajaran koperatif merupakan suatu pendekatan
yang sangat tepat untuk meningkatkan aktivitas siswa selama belajar mengajar.
Nurhadi (2004:112) mengatakan bahwa Pembelajaran koperatif adalah
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar demi tercapainya tujuan
belajar.
Guru merupakan salah satu faktor penting dan sangat menentukan
berhasil tidaknya peserta didik dalambelajat. Perubahan kurikulum tahun 1994 ke

31

kurikulum 2004 kemudian ke kurikulum 2006 (KTSP) yang berbasis kompetensi
antara lain ingin mengubah pola pembelajaran dari orientasi terhadap hasil dan
materi menjadi orientasi proses. Oleh karena itu, pembelajaran seharusnya
melibatkan peserta didik dalamproses belajar mengajar agar mereka berhasil
dalammenggali berbagai kompetensi yang dimiliki. Ada banyak jenis model
pembelajaran koperatif. Dalammodel pembelajaran ini, peneliti memilih model
pembelajaran koperatif make a match.
Model pembelajaran kopertif make a match awalnya dikembangkan oleh
Lorna Curran tahun 1994. Pembelajaran dengan teknik permainan merupakan
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalamkelompok-kelompok kecil
yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam mengerjakan tugas
kelompok setiap anggota saling bekerja sama memahami bahan pembelajaran.
Secara umum cara pelaksanaan model pembelajaran ini diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa, selanjutnya guru
mempersiapkan beberapa buah kartu berisi soal dan jawaban dari materi yang
akan dipelajari. Pada hari itu, setengah dari jumlah kartu berisi soal dan setengah
berisi jawaban soal. Kemudian guru membagikan kartu secara acak kepada siswa,
setiap siswa mendapat 1 buah kartu. Langkah selanjutnya adalah guru menyuruh
siswa untuk memikirkan jawaban/soal dari kartu yang diperoleh untuk
mempertanggungjawabkan. Setelah itu siswa mencari pasangan kartu yang tepat
yang dimilikinya sampai batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan
cara ini siswa akan lebih semangat dan aktif dalambelajar dikelas dan juga akan
meningkatkan kemampuan siswa.
Rahmat (2007:24) berpendapat Penggunaan teknik make a match dapat
meningkatkan kemampuan siswa dan baik untuk diterapkan.
Dan secara spesifik hal-hal yang mendasari pemilihan teknik ini adalah:
a. Model ini unggul dalammembantu siswa mengatasi konsep- konsep yang
sulit.
b. Teknik permainan Make A Match ini dapat menumbuhkan sikap sosial anak
didik untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa yang lain. Dengan
belajar sambil bermain, siswa yang berkemampuan tinggi lebih dapat menjadi
tutor sebaya terhadap siswa yang berkemampuan rendah.
c. Berdasarkan pengamatan dalampelaksanaan model pembelajaran ini, siswa
lebih minat dan semangat dalam belajar. Hal ini juga disertai dengan lebih
baiknya perolehan nilai pada saat ulangan sebagai bahan masukan.
Pembelajaran dengan penggunaan model make a match berupaya
melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran ini
juga mampu menjaga agar siswa tidak jenuh dalam menyerap ilmu yang
disampaikan guru, siswa tidak mengantuk dalam belajar sehingga tidak akan ada
rencana untuk menghindari pelajaran tersebut.
Langkah-langkah pembelajaran make a match menurut Nanang, dkk
(2010) adalah:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang
cocok untuk review,sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
b. Setiap peserta didik mendapatkan satu buah kartu.
c. Setiap peserta didik memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang dipegang.

32

d. Setiap peserta didik mencari paasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (soal, jawaban)
e. Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
f. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya.
g. Kesimpulan.

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran make a
match ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena siswa diajak berfikir
cepat dan tepat. Dalam pembelajaran ini semua siswa berperan aktif sehingga
tidak hanya guru sebagai pusat pembelajaran.
Selanjutnya menurut Cyber (2007.11.07) berpendapat bahwa ada
beberapa kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajaran koperatif make a
match. Beberapa kelebihan make a match adalah :
a. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
b. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.
c. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, mampu bekerja sama dan
berkolaborasi dengan teman lainnya.
d. Mewadahi norma kebiasaaan anak muda yang suka menonjolkan secara
individual dalambelajar dan melahirkan tutor sebaya bagi siswa yang hasil
akademisnya kurang.
e. Memotivasi siswa memiliki keterampilan kooperatif, yaitu keterampilan yang
berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas.
Kekurangan yang terdapat dalam model pembelajaran make a match
adalah :
a. Membutuhkan waktu yang cepat dalamberpikir sehingga siswa kurang dapat
berkonsentrasi dalammencari soal/jawaban.
b. Kondisi kelas kadang tidak bisa menjadi kondusif karena siswa kurang dapat
dikontrol secara keseluruhan selama proses pencarian soal/jawaban.
Dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran ini, semua siswa
harus berperan aktif tetapi adanya beberapa kendala yang ditemukan didalam
kelas seperti keributan dan waktu menjadi lebih tidak terkontrol. Sehingga guru
harus lebih aktif mengkondisikan dan memberikan pengarahan kepada siswa cara
bermain yang baik.

Metode Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMP Metodist 9 Medan Jalan Taduan No. 114
Medan, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011-Februari 2012.
Yang menjadi sampel dalampenelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII
SMP Methodist 9 Medan berjumlah 40 orang dan 1 orang guru seni musik.
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian tindakan kelas adalah penelitian
tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu
praktik pembelajaran (Arikunto, 2008:58), maka peneliti melakukan penelitian
berdasarkan siklus seperti pendapat Arikunto,dkk (2008:16) setiap siklus terdiri
dari 4 tahapan sebagai berikut:


33

























Gambar Model Penelitian Tindakan Kelas
(Arikunto, dkk, 2008, hal 16)
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahapan adalah
sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan Tindakan (Planing)
Tahap perencanaan tindakan dilakukan setelah tes awal diberikan. Tes
awal yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil
dari tes ini sebagai data awal yang akan dikelola oleh peneliti untuk mengetahui
nilai rata-rata siswa sebelumdilakukan model pembelajaran koperatif Make A
Match.
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan tindakan
yaitu berupa penyusunan skenario pembelajaaran, penyusunan program
wawancara dan penyusunan tes. Skenario pembelajaran yang disusun disesuaikan
dengan kesulitan yang dialami siswa yang memuat kegiatan mengajar melalui
pengajaran dengn menggunakan permainan potongan-potongan kartu.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Setelah perencanaan disusun maka dilakukan tindakan yaitu mengajar
didepan kelas yang dilakukan oleh guru. Kegiatan mengajar yang dilakukan
merupakan pengembangan dan pelaksanaan dari skenario pembelajaran yang telah
disusun. Pada akhir tindakan diberikan latihan kepada siswa untuk melihat hasil
belajar yang dicapai melalui pemberian tindakan.
3) Tahap Pengamatan (Observing)
Tahap pengamatan (observing) yang dimaksud adalah tahap pengamatan
yang dilakukan saat bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan yang
Pelaksanaan Refleksi SIKLUS I
Pengamatan

Perencanaan
Perencanaan
?
Pengamatan
SIKLUS II Pelaksanaan Refleksi

34

difokuskan pada latihan siswa dan pada tes hasil belajar diakhir pemberian
tindakan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti.
4) Tahap Refleksi (Reflecting)
Hasil yang didapatkan dari tahap tindakan dan pengamatan (observing)
dikumpulkan dan dianalisa pada tahap ini, sehingga didapat kesimpulan dari
tindakan yang dilakukan. Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar
untuk tahap perencanaan pada siklus berikutnya.
Sesuai dengan alur kerja di atas, kegiatan yang dilaksanakan pada tiap
tahapan akan dihentikan apabila telah terjadi perubahan pada sikap belajar dan
hasil belajar siswa.
Tahap-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Perencanaan Tindakan (Planning)
Adapun kegiatan yang dilakukan dalamsiklus I dan II adalah sebagai
berikut:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan model
pembelajaran koperatif make a match.
2) Menyusun soal-soal pre tes dan post tes.
3) Mempersiapkan kartu untuk sarana dalamproses pembelajaran.
b) Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan lebih rinci dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Penelitian Tindakan
No Tindakan Output
SIKLUS I
1 Guru melakukan Pre Tes
bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum
kegiatan belajar mengajar
dimulai.
Pre Tes sebagai langkah
mengetahui kemampuan awal.
2 Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Pembelajaran tentang tujuan
pembelajaran dan meningkatkan
motivasi siswa belajar.
3 Siswa dibagi dalam2 kelompok,
sesuai dengan banyaknya jumlah
siswa.
Terbentuknya kelompok siswa.
4 Guru menerapkan model
pembelajaran kopeatif Make A
Match.
Pembelajaran dengan koperatif
make a macth.
5 Memberikan post tes Siswa mengerjakan post tes.
6

Mengevaluasi hasil siklus I Hasil kemampuan menyelesaikan
soal latihan seni musik
berdasarkan model pembelajaran
kooperatif Make A Macth.
7 Mengadakan refleksi tindakan Tindakan kemampuan
menyelesaikan materi seni musik.
SIKLUS II
8 Mengidentifikasi masalah baru
berdasarkan hasil evaluasi dan
Masalah-masalah muncul.

35

refleksi siklus I
9 Guru menerapkan model
pembelajaran koperatif Make A
Match.
Pembelajaran dengan model
pembelajaran koperatif Make A
Match.
10 Memberikan post tes Siswa mengerjakan post tes.
11 Mengevaluasi Siklus II Tingkat kemampuan
menyelesaikan soal latihan seni
musik.
12 Mengadakan refleksi pada siklus
II secara menyeluruh.
Peningkatan kemampuan siswa
dalammenyelesaikan soal latihan.
c) Pengamatan (Observing)
Tahap ini pengamat melakukan pengamatan dan mencatat semua hal
yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Hal-hal yang diamati antara lain
pengamatan tentang minat dan sikap siswa dalam pembelajaran, metode mengajar
yang digunakan oleh guru serta kelemahan dan kelebihan guru dalammengajar.
d) Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini merupakan kegiatan menganalisa dari hasil pengamatan
selama proses pembelajaran pada masing-masing siklus. J ika pada siklus II masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar maka akan direncanakan siklus
berikutnya. Namun jika telah telah memenuhi indicator keberhasilan belajar, maka
tidak perlu dilanjutkan tindakan ke siklus berikutnya. Dalamkegiatan ini ditarik
kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan.

ISI
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian model pembelajaran koperatif make a match ini dilaksanakan
di SMP Methodist 9 Medan yang beralamat di Jalan Taduan No. 114 Medan
Tahun Ajaran 2011/2012 yang dilaksanakan di dalam kelas saat pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian
ini terdiri dari dua siklus dimana tiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali
pertemuan yang dari bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2012.
1. Hasil Penelitian Siklus 1
1.1. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
Pada Tahap ini peneliti bersama guru bidang studi mengadakan diskusi
tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas, membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran koperatif make a match.
Selanjutnya peneliti bersama guru mempersiapkan kartu untuk sarana pendukung
dalamproses pembelajaran dan menyusun soal-soal pre tes dan post tes.
1.2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada saat ini guru memainkan perannya sebagai pengajar dengan menerapkan
model pembelajaran koperatif make a match yang sudah dirancang dalam
perencanaan pembelajaran. Pada pertemuan pertama, guru memberikan pre tes
kepada siswa untuk melihat sejauh mana pengetahuan awal siswa. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
dan memotivasi siswa belajar, siswa dibagi dalam2 kelompok, sesuai dengan
banyaknya jumlah siswa. Pertemuan kedua, guru menjelaskan model
pembelajaran koperatif make a match kepada siswa, kemudian guru menjelaskan
materi pelajaran yang akan dibahas dengan menerapkan model pembelajaran

36

koperatif make a match, guru membagi kartu soal kepada sebagian siswa dan
kartu jawaban kepada sebagian siswa lainnya. Sebelumada arahan dari guru,
siswa tidak boleh memegang kartu tersebut untuk menghindari keributan di kelas.
Setelah guru selesai membagi kartu, siswa diperbolehkan untuk melihat dan
memikirkan jawaban ataupun pertanyaan yang diterima, selanjutnya siswa
mencari pasangan kartunya. Siswa yang telah mendapatkan pasangan dari
kartunya segera berdiskusi untuk mencocokkan pertanyaan dengan jawaban kartu,
dan bagi siswa yang tidak mendapatkan pasangan kartunya maka siswa tersebut
akan diberi hukuman sesuai kesepakatan bersama, hal ini berguna untuk
meningkatkan semangat belajar siswa. Disinilah peneliti mengamati siswa-siswa
yang aktif dan pasif. Setelah itu guru akan memilih salah satu dari kelompok
pertanyaan untuk membacakan kartu yang dimilikinya kemudian bertanya
siapakah pasangan kartunya, dan begitu sebaliknya. Setelah permainan selesai
guru menyimpulkan materi pelajaran tersebut. Kemudian pertemuan ketiga siswa
mengerjakan post tes, untuk mengetahui hasil belajar siswa pada siklus 1.
Berdasarkan data nilai pre tes dan post tes siklus 1, diketahui rata-rata nilai
pre tes yang diperoleh siswa adalah 56,5 sedangkan rata-rata post tes siklus I
adalah 66,75 dalamini terjadi peningkatan rata-rata nilai yang dicapai siswa dari
pre tes ke post tes siklus 1, namun rata-rata nilai yang diperoleh siswa masih
tergolong kurang atau belummencapai tingkat ketuntasan belajar.
1.3. Tahap Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan(observing) ini, dilaksanakan sejalan dengan
pelaksanaan tindakan dimana peneliti memperhatikan perkembangan setiap siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Adanya perkembangan yang meningkat
dari hasil belajar siswa sebelum dan setelah dilaksanakan model pembelajaran
make a match. Hal ini terbukti dari perolehan nilai rata-rata selama pelaksanaan
tindakan berlangsung yang peneliti amati pada tanggal 14-28 Januari 2012 ketika
proses belajar mengajar berlangsung.
1.4. Refleksi (Reflecting)
Berdasarkan analisis hasil pengamatan selama proses pembelajaran
langsung, dapat diketahui bahwa antara nilai pre tes dan post tes pada siklus I
terjadi perubahan. Pada pre tes jumlah siswa yang tuntas belajar 16 orang(40%)
dengan rata-rata 56,5 sedangkan pada saat post tes siklus I jumlah siswa yang
tuntas belajar menjadi 24 orang(60%) dengan rata-rata 66,75. Dalamhal ini
terjadi peningkatan rata-rata nilai yang dicapai siswa dari pre tes ke post tes siklus
I, namun rata-rata nilai yang diperoleh siswa masih tergolong kurang atau belum
mencapai tingkat ketuntasan belajar. Hasil belajar siswa dengan nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70 maka siswa dikatakan belumtuntas
belajar dan apabila 70% dari jumlah siswa belum mencapai nilai 70 maka
ketuntasan klasikal belum terpenuhi, sehingga akan dilanjutkan ke siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian pada saat diberikan pre tes diperoleh rata-rata hasil
belajar siswa adalah 56,5 dengan jumlah siswa yang tuntas adalah 16 orang siswa
atau 40%. Setelah diberikan tindakan pada siklus I dengan menerapkan model
pembelajaran koperatif make a match maka diperoleh hasil belajar siswa dengan
rata-rata 66,75 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 24 orang siswa atau
60% atau terjadi peningkatan hasil belajar dari pre tes ke post tes siklus I sebesar
10,25 poin.
Hasil belajar siswa dapat dilihat sebagai berikut :

37

Jenis Tes Tuntas Tidak Tuntas
Jumlah Siswa % Jumlah Siswa %
Pre tes 16 orang 40 24 orang 60
Post tes Siklus I 24 orang 60 16 orang 40


Gambar 1. Grafik persentase perbandingan hasil belajar pada siklus I

2. Hasil Penelitian Siklus II
1.1 Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
Untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan dan meningkatkan keberhasilan
yang telah dicapai pada siklus I, maka pelaksanaan siklus II dapat dibuat
perencanaan sebagai berikut:
1. Lebih memotivasi siswa agar lebih aktif dalammelaksanakan proses belajar
mengajar.
2. Menanyakkan kepada siswa kesulitan seperti apa yang dialami selama
proses belajar mengajar.
3. Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi agar memacu
siswa lainnya untuk lebih semangat.
Hasil perolehan nilai siswa setelah refleksi masih belum memenuhi kriteria
ketuntasan belajar secara keseluruhan yaitu 70% siswa harus memperoleh nilai
70. Untuk itu, peneliti bersama guru bidang studi bersangkutan mengadakan
perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Peneliti dan guru akan
mempersiapkan kartu soal dan kartu jawaban seperti halnya pada siklus I.
1.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada siklus II, pertemuan dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan yang
telah disusun dalamRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hanya saja guru
lebih mendominankan terhadap evaluasi dan refleksi dengan harapan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun yang dilakukan pada tahap ini guru
memainkan perannya sebagai pengajar dengan menerapkan model pembelajaran
koperatif make a match yang sudah dirancang dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pada pertemuan pertama, guru memberi salampembuka dan menanyakan kabar
para siswa. Setelah itu, guru melakukan absensi terhadap siswa agar guru
mengetahui keadaan siswa yang hadir dan tidak. Setelah mengetahui bahwa
seluruh siswa hadir, maka guru memberi motivasi kepada siswa tentang penting
belajar. Belajar adalah suatu kegiatan yang menyenangkan dan akan membuat kita
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pre tes Post tes
Siklus I
Pre tes;
56,5
Post tes
Siklus I;
66,75

38

menjadi pintar dan sukses untuk meraih masa depan yang cemerlang. Kemudian
guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengadakan refleksi secara
keseluruhan siklus I, setelah itu guru menjelaskan materi pembelajaran tentang
alat musik keroncong dan tangga nada. Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang materi pelajaran yang baru dijelaskan. Kemudian guru
menyimpulkan pelajaran dan memberikan salampenutup.
Pada pertemuan kedua guru kembali menjelaskan model pembelajaran
koperatif make a match dan guru mengulang kembali tentang materi pelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran koperatif make a match, lalu guru
bertanya kepada siswa jika ada materi yang masih kurang dipahami. Setelah itu
guru menerapkan model pembelajaran make a match, sama halnya pada siklus I.
Pada pertemuan ketiga siswa mengerjakan post tes, untuk mengetahui hasil
belajar siswa pada siklus II.
1.3 Tahap Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan ini, kegiatan dilaksanakan sama halnya dengan
pengamatan pada siklus I, peneliti sendiri yang mengamati jalannya kegiatan
proses pembelajaran di dalamkelas. Pada tanggal 4-18 Februari 2012 Peneliti
mengamati/mengobservasi dan melihat adanya peningkatan pada siklus II ini
karena didukung oleh hasil belajar siswa yang semakin meningkat dibandingkan
dengan siklus I. Siswa lebih aktif dan berlomba untuk menjadi yang terbaik.
Adanya perkembangan dari masing-masing siswa selama proses pembelajaran
berlangsung membawa pengaruh yang positif bahwa model pembelajaran make a
match ini dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
pada pelajaran seni musik.
1.4 Refleksi (Reflecting)
Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus I dan diadakan refleksi dan
evaluasi, diperoleh hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh selama kegiatan
belajar mengajar terdapat 36 orang siswa atau (90%) memperoleh ketuntasan
dengan skor rata-rata 80
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa siklus II sudah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) secara keseluruhan yaitu 70%. Siswa harus
memperoleh nilai 70. Hal ini sekaligus menandakan bahwa tidak perlu lagi
dilaksanakan siklus berikutnya. Peningkatan ini menunjukkan bahwa siswa
dengan menggunakan model pembelajaran koperatif Make A Match di kelas VIII
SMP Methodist 9 Medan.
Hasil belajar siswa yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
Jenis Tes Tuntas Tidak Tuntas
Jumlah Siswa % Jumlah Siswa %
Post tes Siklus I 24 orang 60 16 orang 40
Post tes Siklus II 36 orang 90 4 orang 10

39


Gambar 1. Grafik persentase perbandingan hasil belajar pada siklus II

2. Teknik Analisis Data
Menurut Arikunto (2008: 131), dalam penelitian ini analisis data dilakukan
dalambeberapa tahap yaitu:
1. Data Kuantitatif
Merupakan nilai hasil belajar siswa yang dianalisis secara deskriptif.
Misalnya mencari nilai rata-rata dan persentase keberhasilan siswa. Berdasarkan
KKM seorang siswa dinyatakan tuntas belajar apabila siswa tersebut memperoleh
skor 70. Untuk menghitung tingkat ketuntasan siswa dalam belajar digunakan
rumus
=


100 :

Misalnya untuk menghitung ketuntasan belajar siswa atas nama Ana Sari
Lubis adalah sebagai berikut:
=
80
100
100% = 80

Jadi daya serap Ana Sari Lubis adalah 80. Perhitungan selengkapnya masing-
masing dapat dilihat pada lampiran.
Kelas dinyatakan mencapai ketuntasan jika 70% jumlah keseluruhan siswa
mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Ketuntasan secara keseluruhan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
=

100
Dari rumus di atas, maka ketuntasan secara keseluruhan Siklus I adalah
sebagai berikut:
=
24
40
100% D =60%
Pada siklus I belum mencapai ketuntasan keseluruhan, hanya mendapat 60 %
siswa yang tuntas belajar sedangkan kelas dinyatakan tuntas jika 70% dari jumlah
keseluruhan siswa mencapai 70. Sedangkan pada siklus II mengalami
peningkatan mencapai 90%. Berarti ada peningkatan pada siklus II. Sehingga
dapat dikatakan sudah tuntas karena sudah mencapai 70.



0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
SIKLUS
I
SIKLUS
II
SIKLUS I;
66,75
SIKLUS
II; 80

40

2. Data kualitatif
Merupakan nilai hasil belajar siswa yang dianalisis secara deskriptif.
Berdasarkan data hasil belajar post tes siklus I nilai rata-rata ketuntasan secara
keseluruhan hasil belajar seni musik sebesar 60%(24 orang). Nilai yang diperoleh
siswa pada siklus I mengalami peningkatan pada siklus II dimana ketuntasan
secara keseluruhan hasil belajar seni musik sebesar 90%(36 orang). Ini berarti ada
peningkatan sebesar 30%. Hal ini menunjukkan telah tercapai ketuntasan sesuai
KKM secara keseluruhan 70% siswa telah mencapai nilai 70%.

3. PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian menyatakan bahwa yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII SMP Methodist 9 Medan Tahun Ajaran
2011/2012 adalah cara mengajar guru yang membosankan, guru cenderung
menggunakan model pembelajaran konvensional. Guru mendominasi seluruh
kegiatan pengajaran dan berceramah panjang lebar tentang materi yang sedang
dibahas, sedangkan siswa hanya sebagai penerima pelajaran yang secara pasif,
sehingga siswa merasa bosan dan malas belajar dan keadaan seperti ini
menyebabkan siswa belajar secara individu, kurang melibatkan interaksi sosial
yang dapat menimbulkan kebosanan siswa yang mengakibatkan rendahnya hasil
belajar seni musik siswa. Pembahasan hasil penelitian juga menyatakan bahwa
cara meningkatkan hasil belajar seni musik siswa kelas VIII SMP Methodist 9
Medan tahun ajaran 2011/2012 adalah dengan cara menerapkan salah satu model
pembelajaran koperatif yaitu model pembelajaran koperatif make a match dan
hasil penelitian juga menyatakan bahwa dengan model pembelajaran koperatif
make a match dapat meningkatkan hasil belajar seni musik siswa kelas VIII SMP
Methodist 9 Medan Tahun Ajaran 2011/2012.
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan atas hasil pengamatan yang
dilanjutkan dengan refleksi pengamatan pada setiap siklus tindakan. Dari hasil
pengamatan siklus I memperoleh hasil yang belum memuaskan. Pada siklus ini
kegiatan belajar mengajar berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Hanya saja dalamsiklus ini guru lebih mendominankan kegiatan
belajar mengajar terhadap evaluasi dan refleksi dengan harapan ada peningkatan
hasil belajar siswa sesuai dengan KKM. Setelah guru memberikan materi
pelajaran musik keroncong, siswa kembali diarahkan membentuk kelompok.
Berdasarkan hasil siklus II diperoleh jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 36
orang siswa (90%)dengan rata-rata 80. Nilai yang diperoleh siswa pada siklus ini
mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 13,25 poin.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa siklus II sudah mencapai KKM
secara keseluruhan yaitu 70%. Hal ini sekaligus menandakan bahwa tidak perlu
lagi dilaksanakan siklus berikutnya. Peningkatan ini menunjukkan bahwa siswa
sudah memahami materi musik keroncong dengan menggunakan model
pembelajaran koperatif Make A Match di kelas VIII SMP Methodist 9 Medan.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengalami kendala-kendala
dalampelaksanaannya. Dimana peneliti ini dibatasi oleh waktu yang sangat
singkat sehingga siswa dipaksa belajar lebih keras lagi dalam memahami materi
yang sedang diajarkan, dan pada saat pembentukkan kelompok suasana kelas
menjadi ribut sehingga waktu yang dibutuhkan lebih banyak.


41

PENUTUP
Dari analisis dan pembahasan hasil Bab IV maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembahasan hasil penelitian menyatakan bahwa yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII SMP Methodist 9 Medan Tahun
Ajaran 2011/2012 adalah cara mengajar guru yang membosankan, guru
cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional. Guru
mendominasi seluruh kegiatan pengajaran dan berceramah panjang lebar
tentang materi yang sedang dibahas, sedangkan siswa hanya sebagai
penerima pelajaran yang secara pasif, sehingga siswa merasa bosan dan malas
belajar dan keadaan seperti ini menyebabkan siswa belajar secara individu,
kurang melibatkan interaksi sosial yang dapat menimbulkan kebosanan siswa
yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar seni musik siswa.
2. Pembahasan hasil penelitian juga menyatakan bahwa cara meningkatkan hasil
belajar seni musik siswa kelas VIII SMP Methodist 9 Medan tahun ajaran
2011/2012 adalah dengan cara menerapkan salah satu model pembelajaran
koperatif yaitu model pembelajaran koperatif make a match
3. Hasil belajar seni musik siswa dengan menerapkan model pembelajaran
koperatif Make A Match pada materi musik keroncong mengalami
peningkatan hasil belajar.
4. Pada siklus I nilai rata-rata 66,75 sedangkan persentase ketuntasan belajar
keseluruhan siswa diperoleh 24 orang siswa (60%) yang mencapai ketuntasan
belajar dan 16 orang siswa (40%) yang belum mencapai ketuntasan belajar.
Siklus II diperoleh peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I
yakni sebesar 13,25 poin dari nilai rata-rata 66,75 menjadi 80. Dan ketuntasan
belajar keseluruhan telah mencapai 90%. Yakni 36 orang siswa (90%) yang
telah mencapai standar ketuntasan belajar dan 4 orang siswa (10%) yang
belummencapai standar ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil penelitian di atas disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Dalamkegiatan belajar mengajar, kepada guru khususnya guru seni musik
diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran koperatif Make A Match
sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran seni musik.
2. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan dapat melakukan penelitian
dengan waktu yang lebih lama dan dengan sumber yang lebih luas. Agar
dapat dijadikan suatu studi perbandingan bagi guru dalam meningkatkan
kualitas suatu studi khususnya pada bidang studi seni musik.

DAFTAR PUSTAKA

.Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
.Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
.Arikunto, dkk. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Arends. DalamTrianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif
Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Group.

42

Adjie. Dalam Christin 2009. Pengaruh Musik Terhadap Pemahaman Isi Bacaan
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Luar Biasa Karya Murni Medan dan SMP
Lur Biasa Yapentra Tanjung Morawa. Skripsi, Medan : Unimed
Dick & Carey. 2001. The Systematic Design of Instruction. New York: Wesley
Educational.
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Handayani (2009) Mengoptimalkan Keaktifaan Siswa dan Hasil Belajar
Akuntansi Siswa Kelas XII IS 1 pada standart Kompetensi Siklus Akuntansi
Perusahaan Dagang Melalui Model Pembelajaran Make a Match di SMK
RK Serdang Murni Lubuk PakamTahun Ajaran 2009/2010. Skripsi, Medan
: Unimed
Nanang, dkk. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran.. Bandung:Refika Aditama.
Maryeani, 2005.Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Panjaitan (2009) Penerapan Model pembelajaran Koperatif Tipe Make A Match
dalamUpaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa
Kelas X Akuntansi 1 Pada Standart Kompetensi Persamaan Dasar
Akuntansi SMK Swasta Raksana Medan Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi,
Medan : Unimed
Rahmat. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi di SMP N I Cigalontang Kab. Tasik
Malaya. Skripsi, Bandung
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Soekamto. Dalam Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresif Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Group
Sudjana 2010. Penilaian .Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sugiono. 2009.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan R&D. Jakarta: Alfabeta.
Suyanto, B dan Sutinah. 2006. Metode penelitian . J akarta: Kencana
Trianto. 2010.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep,
Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Group.
Yaska. 2009. Penerapan model pembelajaran koperatif make a match untuk
meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas X di SMK Negeri I
Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi, Medan : Unimed
http://Tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make a-match.
http://www.scribd.com/2007/06/doc/12856682/rencana-pelaksanaan-
pembelajaran
http://cahisisolo.com/artikel/seni-musik/pengertian-seni-musik.html




43

TINJAUAN PROSES PEMBELAJARAN PIANO DI SANGGAR ANGELA
MEDAN

Akino Franky Simanjuntak

Abstrak

Permasalahan dalampenelitian ini adalah bagaimanakah proses
pembelajaran piano yang di terapkan di Sanggar Angela Medan.
Dengan tujuan untuk mengetahui systempembelajaran yang di
terapkan di Sanggar Angela Medan. Penelitian ini dilaksanakan
di Sanggar Angela Jalan HM joni No 48A Medan dengan
populasi seluruh peserta didik dan tenaga pengajar dalam
pembelajaran Piano, dengan sampelnya adalah aktifitas
pembelajaran piano di dalamruang praktek sanggar Angela.
Penerapan pembelajaran ekspresi music di sanggar Angela yang
mencakup pratek bermain instrument musik dan ragamlagu-
lagu yang mencakup lagu wajib nasional, lagu daerah, di
Sanggar Angela Medan, diimplementasikan dengan
pembelajaran Instrument Piano. Metode dan tahapan
pembelajaran Instrumen Piano yang diterapkan di Sanggar
Angela Medan, dapat dikatakan bahwa metode yang digunakan
dalampembelajaran tersebut telah tergolong baik, mulai dari
langkah awal hingga akhir pembelajaran, termasuk pada
pemilihan bahan lagu/materi pembelajaran sesuai dengan
tinggkat kemampuan siswa.

Kata kunci : Pembelajaran Piano di Sanggar Angela

PENDAHULUAN
Sanggar Angela Medan, terbentuk berawal dari pemikiran seorang Ibu
yang bernama Trithwati Sitompul yang memiliki kemampuan dalam mengajarkan
tehnik dalam hal bernyanyi. Salah satu anak cilik bernama Jogi Simanjuntak yang
telah diajarkannya sangat berpotensi dalam hal bernyanyi, anak ini sering
dipanggil dan ditampilkan untuk bernyanyi di setiap acara pesta adat maupun
diacara gereja. Keahliannya dalam bernyanyi mengakibatkan ketertarikan
masyarakat untuk menempatkan anaknya belajar bernyanyi kepada Ibu Trithwati
Sitompul. Sehingga pada tanggal 20 November 2000 Ibu Trithwati Sitompul
mendirikan sanggar kesenian yang diberi nama ANGELA dimana nama
sanggar ini diangkat dari nama anak Ibu Trithwati Sitompul yang ke-3 dari 4
bersaudara.
Siswa Piano di Sanggar Angela Medan berjumlah 21 orang yang terdiri
dari 6 orang tenaga pengajar Instrumen Piano. Alokasi waktu pembelajaran
Piano di Sanggar Angela Medan adalah 1 jampelajaran (1X60 Menit) per
Minggu yang terdiri dari pembelajaran teori musik dan praktek beramin musik.
Pembelajaran musik Piano di Sanggar Angela Medan dilakukan sebayak 4 kali
dalam1 bulan, yang dilaksanakan di ruang praktek musik khusus Piano.

44

Materi praktek bermain Piano bersumber dari lagu-lagu wajib nasional, lagu
daerah atau lagu rakyat dan lagu mancanegara. Salah satu praktek bermain alat
musik pada siswa di Sanggar Angela Medan menggunakan Instrument Piano.
Selain membawakan materi lagu tersebut di atas, juga membawakan lagu lagu
rohani.

ISI
A. Metode Pembelajaran Instrument Piano di Sanggar Angela
Pembelajaran Instrument Piano di Sanggar Angela Medan diterapkan
dengan menggunakan Istrument Piano klasik, Pembelajran Insatrument Piano
dilakuakan dengan beberapa tahapan yaitu:
1. Guru menyiapkan lagu/materi pelajaran baru yang akan diajarkan berikutnya.
2. Sebelum mengajarkan lagu/ materi pelajaran baru, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengingat dan mengulang kembali
lagu/materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya.
3. Bagi siswa yang belum dapat menguasai lagu/materi pelajaran yang telah
diajarkan sebelumnya, guru akan tetap menuntun siswa pada lagu/materi
pelajaran tersebut hingga siswa dapat menguasainya dengan baik.
4. Setelah di perkirakan bahwa siswa telah memainkan piano dengan tepat
barulah guru memberikan contoh lagu/materi pelajaran baru yang akan
diajarkan berikutnya.

B. Materi Lagu Dalam Pembelajaran Instrument Piano di Sanggar Angela
Dari beberapa buku yang diajarkan di Sanggar Angela Medan, dapat dilihat
mengenai ragam jenis judul buku yang diterapkan dalam pembelajaran instrument
Piano, mencakup lagu-lagu wajib nasional, lagu rakyat Indonesia, dan lagu anak-
anak. Faktor penentuhan materi pembelajaran merupakan hak yang tepat untuk
diaplikasikan pada instrument Piano mengingat keberadaan siswa di Sanggar
Angela memiliki macam-macam usia yang berbeda, dalam hal ini guru
memberikan lagu/materi pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Dengan cara seperti ini, Masing-masing siswa dapat dengan mudah untuk
memaainkan lagu yang telah di pilih sesuai dengan kemampuan siswa. Faktor
pemilihan ragamdan lagu yang mencakup lagu-lagu wajib nasional lagu rakyat
Indonesia, dan lagu anak-anak merupakan hal yang sangat baik sebab dari aspek
teks, lagu-lagu tersebut sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Dengan
demikian, siswa dapat memahami makna sebuah lagu, dan sekaligus dapat
mengekpresikan dengan baik.

C. Manfaat Pembelajaran Instrument Piano di Sanggar Angela Medan
Instrument Piano yang merupakan salah satu alat musik yang banyak di
gemari masyarakat sangat penting dikembangkan terutama pada usia anak yang
masih muda, disamping hanya dapat bermain Piano, anak dapat memiliki
kemampuan berfikir yang lebih baik yang dapat mendorong untuk dapat berkarya
dalambermain music. Pembelajaran Piano di Sanggar Angela ini juga dapat
menambah wawasan masyarakat melalui materi lagu-lagu terdiri dari lagu wajib
nasional, lagu daerah, dan lagu anak-anak. Dalam konteks pendidikan, lagu-lagu
tersebut dapat membangkitkan rasa cinta terhadap air, memahami keragaman
lagu-lagu rakyat Indonesia dari berbagai suku bangsa yang mendiami wilayah

45

nusantara. Demikian pula mengenai hal-hal yang merupakan dasar-dasar pokok
dalampendidikan musik, seperti membangkitkan perhatian terhadap musik,
menghidupakan dan mengembangkan rasa musikalitas yang mencakup, melodi,
ritme, dan harmoni .




PENUTUP
Penerapan pembelajaran ekspresi musik yang mencakup pratek bermain
instrument musik dan ragam lagu-lagu yang mencakup lagu wajib nasional, lagu
daerah, di Sanggar Angela Medan, diimplementasikan dengan pembelajaran
Instrument Piano, dimana hasil pembelajaran prakterk Instrument Piano
ditampilkan sebagai salah satu materi dalampelaksanaan kehidupan sehari-hari
dan dapat menciptakan karya-karya yang baik. Metode dan tahapan pembelajaran
Instrumen Piano di Sanggar Angela Medan, dapat dikatakan bahwa metode yang
digunakan dalampembelajaran tersebut, telah tergolong baik, mulai dari langkah
awal hingga akhir pembelajaran, termasuk pada pemilihan bahan lagu/materi
pembelajaran sesuai dengan tinggkat kemampuan siswa. Materi lagu-lagu dalam
pembelajaran Instrument Piano pada siswa di Sanggar Angela Medan terdiri dari
lagu wajib nasional, lagu daerah, dan lagu anak-anak. Dalamkonteks pendidikan,
lagu-lagu tersebut dapat membangkitkan rasa cinta terhadap air, memahami
keragaman lagu-lagu rakyat Indonesia dari berbagai suku bangsa yang mendiami
wilayah nusantara. Instrument Piano merupakan salah satu media pendidikan
musik yang sangat tepat dalam pembentukan watak peserta didik, Sebab dalam
permainan instrument Piano tampak adanya sifat-sifat kecermatan, ketrampilan.
Melalui pembelajaran instrument Piano, penerapan dasar-dasar dalampendidikan
musik dapat terlaksana dengan baik, seperti membangkitkan perhatian yang
mencakup, melodi, ritmis, dan harmoni.
Kendali penerapan pembelajaran instrument Piano di Sanggar Angela
Medan sudah tergolong baik, namun perlu menambah alokasi waktu, supaya
pembelajaran musik angklung lebih sempurna, dan dapat menyerap permainan
yang lebih baik. Kendali materi lagu-lagu telah mencakup lagu wajib nasional,
lagu daerah, dan lagu anak-anak sduah diterapkan dalam pembelajaran instrument
Piano di Sanggar Angela Medan masih perlu penambahan materi lagu agar
koleksi lagu-lagu sebagai bahan pembelajaran lebih lengkap. Implementasi
pembelajaran instrument Piano yang di tampilkan sebagai salah satu materi dalam
pelaksanaan kegiatan diluar sanggar dalambentuk group band, terterntuterutama
pada pengisian acara di Gereja perlu dipertahankan untuk masa yang akan datang.
Kendali metode dan tahapan pembelajaran instrument Piano di Sanggar Angela
Medan telah tergolong baik, namun masih dapat ditingkatkan kearah lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Bennet, J. (2006). Cara Cepat & Mudah Menjadi Gitaris Jazz Andal.
Jakarta:Gramedia
Christiansen, M. (1995). Mel Bays Complete Jazz Guitar Method. USA:
Mel Bay Publications


46

Djamarah, S.B. dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Garcia, A.T. (1998). The Case For Technology in Music Education.
Hadis, A. (2006). Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Henderson, S. (1998). Scott Henderson Jazz Guitar Chord System. Milwauke: Hal
Leonard Cooperation
Jamalus (1989). Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta:
Kristianto, J. (2005). Gitarpedia. J akarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Leavitt, W. (2000). A Modern Method for Guitar (Berklee) 1. Boston:
BerkleePress
Peckham, R. (2007). Berklee Jazz Guitar Dictionary. Boston: Berklee Press
Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana
Sanjaya, W. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Kencana
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Sukmadinata, N.S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda
Taylor, M. (2002). Martin Taylor Guitar Method. USA: Mel Bay Publications.



47

KEBERADAAN MUSIK BEATBOX KOMUNITAS GENDANG MULUT
JALAN GAGAK HITAM RINGROAD MEDAN

Dwi Debby M. Marpaung
208342013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
keberadaan Komunitas Gendang Mulut yang merupakan
komunitas musik beatbox di kota Medan. Komunitas musik
beatbox adalah sebuah komunitas yang menyuarakan musik
tanpa menggunakan instrumen, musik beatbox yang hanya
menggunakan vokal dalam menghasilkan suara musik menjadi
salah satu keunikan dari musik ini yang membedakannya
dengan musik lainnya. Penelitian ini dilakukan di Jalan Gagak
Hitam No. 165 Ringroad Medan. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2012. Populasi
penelitian ini adalah seluruh anggota Komunitas Gendang
Mulut yang berjumlah 20 orang dan sekaligus menjadi sampel
penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data
kualitatif. Setelah dilakukan analisis data ditemukan hasil
keberadaan keberadaan Komunitas Gendang Mulut, tujuan
berdirinya, teknik menyuarakan musik beatbox, sarana yang
digunakan, keberhasilan yang telah dicapai, metode latihan
yang digunakan serta penampilan komunitas Gendang Mulut
dalam berbagai acara.

Kata Kunci : Komunitas Gendang Mulut, BeatBox, Urban

PENDAHULUAN
Musik merupakan hasil karya seni yang mengekspresikan ide, dimana ide
merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan dan dihayati serta sesuatu
yang dapat menggetarkan jiwa sebagai sebuah kesatuan potensi.Dalam seni
musik, bunyi atau nada merupakan media yang digunakan oleh seniman dalam
mengekspresikan ide-ide yang terkandung dalambenaknya.Oleh karena itu musik
merupakan hasil kerja manusia yang mengandung arti bahwa setiap bunyi yang
baru merupakan hasil rancangan manusia atau berupa implementasi dari
penguasaan teknik bermain alat musik atau instrumen, penguasaan ragammedia
tekhnologi musik dan sebagainya.
Musik sendiri telah banyak mengalami perkembangan, baik itu dari segi
keharmonisan, melodi, instrumen maupun timbre.Perkembangan musik tidak
terlepas dari kehidupan manusia karena musik tumbuh dan berkembang di tengah-
tengah kehidupan manusia, dan bersumber dari perasaan manusia baik itu
perasaan senang, sedih maupun marah. Selain menjadi media yang dapat
mengungkapkan isi perasaan, musik juga dipakai sebagai iringan tari, iringan
upacara keagamaann, musik ilustrasi pada drama,soundtrack film, dan sebagai
salah satu jenis hiburan. Musik sebagai hiburan adalah musik yang dapat

48

memberikan kesenangan dan rasa puas bagi seseorang maupun sekelompok orang
yang mendengarkannya. Seseorang dapat menikmati musik tersebut dikarenakan
merasa puas akan irama yang ia dengarkan, di tambah lagi dengan keharmonisan
melodi dan didukung juga dengan dinamik-dinamik yang ada dalam musik
tersebut.
Terdapat berbagai jenis musik yang dapat dinikmati oleh masyarakat
sebagai hiburan maupun untuk keperluan lainnya.Begitu banyaknya musik yang
populer saat ini menggambarkan bahwa musik selalu mengalami perkembangan
dari masa ke masa.Musik megalami perkembangan yang berbeda-beda di setiap
daerah, karena musik dianggap sebagai suatu ciri khas tersendiri dari kebudayaan
masing-masing daerah, bahkan dalam ha-hal tertentu musik berperan penting
dalamadat istiadat.
Perkembangan musik dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, baik dari
segi genre musik mulai dari klasik, dangdut, rock, reggae, R&B, hip-hop dan saat
ini terdapat juga musik beatbox.Hal ini dapat di lihat dari banyaknya kegiatan
hiburan musik di nusantara maupun mancanegara.Melalui berbagai media kita
dapat menikmati musik yang sedang berkembang saat ini.Salah satunya adalah
musik beatbox.
Musik beatbox atau menciptakan suara musik dengan menggunakan mulut
kini semakin berkembang karena musik ini telah menarik perhatian banyak orang
terutama di kalangan pelajar maupun mahasiswa.Penikmat musik beatbox telah
ada di berbagai daerah, hal ini dapat di lihat dari adanya komunitas-komunitas
musik beatbox di berbagai daerah di Indonesia.Setelah sebelumnya jenis musik
acapella sempat popular di kalangan anak muda sebagai jenis musik yang cukup
menarik, maka kini telah hadir dan mulai tidak asing lagi ditelinga kita, yakni
jenis musik beatbox.
Beatbox merupakan salah satu bentuk seni yang mengfokuskan
diri dalam menghasilkan bunyi-bunyi ritmis dan ketukan drum,
instrumen musik, maupun tiruan dari bunyi-bunyian lainnya,
khususnya suara turntable, melalui alat-alat ucap manusia mulut,
lidah, bibir, dan rongga-rongga ucap lainnya
http://www.unikaneh.com
Dari pengertian diatas dapat kita ketahui bahwa musik beatbox adalah
jenis musik yang mempergunakan instrumen yang ada pada tubuh misalnya mulut
untuk menghasilkan nada-nada maupun suara-suara instrumen dapat dikatakan
bahwa musik beatbox adalah seni meniru.Pemain musik beatbox atau lebih
dikenal dengan beatboxer, mampu mendemonstrasikan segala bentuk bunyi-
bunyian dengan handal.
Teknik dasar beatbox adalah dengan melafalkan huruf tertentu dan
membuat suara yang dihasilkan menyerupai suara dari sebuat alat musik. Jenda
Munthe http://reformata.commengatakan Menurut Billy teknik dasar yang bisa
dipelajari untuk pemulamenirukan tiga bunyi dasar, yaitu bunyi kick drum, high
head drum, dan snare drum. Untuk meniru bunyi kick biasanya diwakilkan
dengan lafal B, untuk high head diwakilkan dengan lafal T, sedangkan untuk
snare drum diwakilkan dengan lawal K.
Dengan bermodalkan suara yang berasal dari mulut, lidah, bibir dan
rongga ucap lainnya serta mempelajari teknik dasar beatbox diatas maka musik
beatbox dapat dimainkan. Hal ni merupakan salah satu keunikan dari musik

49

beatbox, dimana musik beatbox dapat juga menjadi pengiring yang menggantikan
alat musik drum. Saat ini dapat kita lihat acara di beberapa stasiun televisi
menggunakan musik beatbox sebagai
pengiring dalam bernyanyi sehingga ketiadaan instrumen terutama
instrumen drum tidak lagi menjadi kendala.
Musik beatbox ini telah berkembang di beberapa daerah di Indonresia dan
ini terbukti dari adanya komunitas-komunitas beatbox di beberpa daerah.Di kota
Medan terdapat komunitas Gendang Mulut yang mengembangkan musik beatbox
dikalangan anak-anak muda. Komunitas Gendang Mulut ini berani tampil beda
dengan menampilkan musik beatbox dimana seperti yang sudah dikatakan
sebelumnya dimana musik ini dibawakan tanpa menggunakan instrumen musik
hal ini membuat penulis tertarik untuk mengangkat keberadaan musik beatbox
komunitas gendang mulut untuk diteliti. Musikbeatbox telah memberi warna baru
dan kesempatan bagi anak-anak muda yang kreatif untuk mengembangkan
potensinya.
Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk mengangkat tentang
keberadaan musik beatbox ini untuk dapat di publikasikan terhadap masyarakat
khususnya yang berada di kota Medan. Musik ini dapat menjadi sasaran
kreativitas para seniman di Medan khususnya untuk membuat sebuah inovasi
yang baru dan unik. Demikian juga halnya dengan komunitas musik Gendang
Mulut di jalan Gagak HitamRingroad Medan ini yang mempunyai peranan
penting sebagai wadah kesenian musik beatbox di kota Medan.
Hal ini menyebabkan masyarakat khususnya kalangan muda yang
berdomisili di kota Medan dapat menyaksikan, menikmati, dan menghayati musik
beatbox khususnya bagi para seniman dan para beatboxer agar dapat lebih bebas
dalammenampilkan keunikan dari musik beatbox. Komunitas beatbox Gendang
Mulut saat ini mulai berkembang, baik dari segi kualitas musiknya dan juga
penampilan mereka.Kebanyakan musik beatbox ini digunakan untuk menghibur
para penggemarnya seperti dalam acara-acara musik di lapangan benteng Medan
dan acara-acara Musik di Pekan Raya Sumatera Utara.Komunitas Gendang Mulut
secara rutin menampilkan karya barunya di setiap penampilan mereka.
Keadaan ini jugalah yang menarik perhatian penulis untuk mengangkat
jenis musik beatbox tersebut dan mengaplikasikannya sebagai bahan penelitian
serta untuk mengapresiasikannya kepada masyarakat kota Medan. Maka dari itu
dalam kesempatan ini penulis memilih judul Keberadaan Musik Beatbox
Komunitas Gendanng Mulut jalan Gagak HitamRingroad Medan

Beat Box
Perkembangan musik terjadi terus-menerus, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya jenis musik baru yang mulai bermunculan.Salah satu musik yang baru
muncul adalah musik beatbox.
Musik modern merupakan perkembangan musik yang mengalamirentang
waktu yang relatif panjang dan dilandasi oleh beberapa ciri khas warna musik.
Perkembangan tersebut sejalan dengan masuknya kebudayaan barat yang terjadi
di karenakan adanya kontak budaya antara musik tradisi Nusantara dengan musik
dari bangsa lain.
Musik adalah suara yang dihasilkan dari sebuah instrumen berupa benda
maupun instrumen yang ada dalam tubuh manusia yaitu mulut.Saat ini sedang

50

berkembang musik yang hanya dihasilkan dari satu instrumen saja yaitu
mulut.Accapela dan beatbox merupakan jenis musik yang sama-sama
mengandalkan instrumen yang berasal dari diri sendiri atau dari tubuh manusia.
Hal ini dapat kita ketahui dari pengertian beatbox yaitu :
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diketahui bahwa musik
beatbox adalah musik yang dihasilkan dari dari sendiri melalui bagian tubuh
manusia dan tidak menggunakan instrumen apapun dalam menyuarakan bunyi-
bunyi tersebut. Musik beatbox sering dikaitkan dengan musik hip-hop. Beatbox
dalamdunia hip-hop mulai dikenal pada tahun 1980. Kata beat box secara
harafiah mengacu pada mesin drum generasi pertama, oleh sebab itu para
beatboxer pada era tersebut sering dijuluki sebagai humanbeatbox
http://www.wikipedia.com
Dengan keunikan beatbox yang dapat menghasilkan segala bentuk bunyi-
bunyian ini menarik perhatian banyak orang terkhusus para pelajar dan
mahasiswa.Keunikan musik beatbox yang hanya memanfaatkan bagian dari tubuh
untuk menghasilkan bunyi-bunyian yang kemudian menjadi sebuah musik.Pemain
musik beatbox atau disebut dengan beatboxer, mampu mendemonstrasikan segala
bentuk bunyi-bunyian dengan handal.
Untuk dapat meyuarakan musik beatbox terdapat teknik dasar yaitu
dengan melafalkan beberapa huruf yang kemudian menghasilkan suara yang
serupa dengan beberapa jenis instrumen. Hal yang paling dasar dalam
mempelajari musik beatox adalah bunyi dasar, yaitu bunyi kick drum, high head
drum, dan snare drum. Untuk meniru bunyi kick biasanya diwakilkan dengan lafal
B, untuk high head diwakilkan dengan lafal T, sedangkan untuk snare drum
diwakilkan dengan lawal K.
Dengan melafalkan ketiga huruf tersebut yaitu B, T, K akan lebih mudah
untuk mempelajari musik beatbox. Dasar musik beatbox terbagi menjadi B,T,K
dasar dan B,T,K haming. Perbedaannya adalah suara yang dihasilkan dan teknik
pernafasan yang digunakan. B,T,K dasar menggunakan pernafasan dengan paru-
paru sedangkan B,T,K haming adalah bagaimana mengeluarkan suara sambil
beatbox. Suara yang dihasilkan adalah berasal dari hidung sedangkan musiknya
berasal dari udara disekitar mulut.
Dari mulut, lidah, bibir dan rongga ucap lainnya serta mempelajari teknik
dasar beatbox diatas maka musik beatbox dapat dimainkan.Setelah musik beatbox
mulai muncul dan dipertunjukkan melalui beberapa media seperti tv, internet
maupun dalamacara-acara atau festival musik penikmat musik beatbox semakin
bertambah. Hal ini dapat dilihal dari adanya komunitas-komunitas musik beatbox
di beberapa daerah.Para pelajar bahkan banyak yang ingin menjadi pemain
beatbox atau yang sering disebut beatboxer.

ISI
Tujuan Berdirinya Komunitas Gendang Mulut
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 11 J uli 2012 kepada
Fathin Dayanto yang merupakan ketua dari komunitas Gendang Mulut diketahui
bahwa awal berdirinya komunitas Gendang Mulut adalah berasal dari 3 orang
pelajar yang tertarik dengan musik beatbox, kemudian mempelajarinya dan mulai
membentuk sebuah kelompok yang bernama Gendang Mulut. Sejak tahun

51

2010Kelompok Gendang Mulut ini mulai memperkenalkan musik beatbox
melalui penampilannya diberbagai acara.
Pada tanggal 1 Januari 2011 kelompok musik beatbox ini mulai
berkembang, hal ini terlihat dari jumlah kelompok yang semakin bertambah.
Diawali dengan 3 orang kemudian menjadi 6 orang dan sampai 10 orang
kelompok Gendang Mulut membentuk sebuah komunitas yaitu komunitas musik
beatbox yang bernama komunitasGendang Mulut. Sejak tahun 2011 sampai saat
ini komunitas Gendang Mulut mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah anggota yang semakin bertambah serta intensitas penampilan mereka
yang semakin sering diberbagai acara.
Saat ini jumlah anggota yang terdaftar dan tetap konsisten untuk
mengembangkan musik beatboxbersama di komunitas Gendang Mulut adalah 20
orang. Anggota yang terdaftar di komunitas Gendang Mulut adalah orang-orang
yang terdiri dari berbagai status serta usia yang berbeda namun mempunyai selera
musik dan bakat yang sama dalammusik beatbox. Adapun orang-orang yang
bergabung dalam komunitas ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Nama-Nama Anggota Komunitas Gendang Mulut
No. Nama Anggota Usia Keterangan
1 M. Fathin Dayanto Sitinjak 19 Tahun Mahasiswa
2 Jeffri Fikrianto 17 Tahun Pelajar
3 Raihan Rais Meliala 17Tahun Pelajar
4 Zul Boang Manalu 21 Tahun Mahasiswa
5 M. Habib 16 Tahun Pelajar
6 M. Sftian Arsad 17 Tahun Pelajar
7 Agi Kristio Ginting 20 Tahun Mahasiswa
8 Ihsanul Husnu 21 Tahun Mahasiswa
9 Hazri 16 Tahun Pelajar
10 M. Rizky Nasution 16 Tahun Pelajar
11 M. Syahzehan Umry 21 Tahun Wiraswasta
12 M. Ihsan Ramadan 22 Tahun Mahasiswa
13 Rahman Havis 17 Tahun Pelajar
14 Jawara Andra 17 Tahun Pelajar
15 M. Alfaddin 17 Tahun Pelajar

52

16 Sigit Setiadi 16 Tahun Pelajar
17 Danu Satria 20 Tahun Mahasiswa
18 Fahad Fauzi 17 Tahun Pelajar
19 Ahmad Ikram 16 Tahun Pelajar
20 Aulia Ahmad 16 Tahun Pelajar
Adanya dan berdirinya suatu kelompok maupun komunitas tentu
mempunyai sebuah tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan komunitas
Gendang Mulut. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa tujuan dari
berdirinya komunitas Gendang Mulut ini adalah untuk lebih memperkenalkan dan
mempopulerkan musik beatbox di kota Medan kepada seluruh lapisan masyarakat
terkhusus dikalangan anak muda.
Hal ini dapat dilihat dari penampilan mereka di setiap acara dimana
sebelum mulai menyuarakan musik beatbox sebelumnya mereka akan
memperkenalkan dan menjelaskan sedikit tentang musilk beatbox. Tidak hanya
pada saat tampil, komunitas ini juga memperkenalkan musik beatbox melalui
media lainnya seperti internet dapat kita lihat berbagai video di
www.youtube.com bagaimana komunitas gendang mulut saat menyuarakan musik
beatbox.

B. Teknik Serta Cara Menirukan Suara Instrumen Dalam Musik Beatbox.
Dalammusik terdapat teknik untuk memainkan sebuah musik tertentu.
Sama halnya dengan musik beatbox yang mempunyai berbagai teknik untuk dapat
menyuarakan musik beatbox sehingga suara yang dihasilkan sama persis dengan
bunyi instrumen musik.
Untuk hal dasar dalam menyuarakan musik beatbox yaitu dengan
menggunakan teknik yang sering disebut B,T,K yaitu menirukan bunyi kick drum,
high head drum, dan snare drum.
Teknik menirukan instrumen musik dan elemen-elemen musik dalam
beatboxadalah sebagai berikut :
1. Bass Drum
Untuk dapat menirukan bunyi kick drum adalah hal yang pertama dilakukan
adalahmenekan bibir rapat-rapat dan mengucapkan huruf B. Penngucapannya
tidak seperti biasa kita mengucapkan B. Disini, saat mengucapkan huruf B
maka huruf e yang ada dibelakang huruf B tidak terdengar. Hal ini
dilakukan berulang-ulang sampai suara yang dihasilkan benar-benar seperti
suara sebuah kick drum.

Gambar 4. Bentuk mulut saat menirukan suara Bass drum
2. Hi Hat

53

untuk menniruhan bunyi high head maka yang dikakukan adalah seperti
mengucapkan huruf T atau huruf Ts secara bersamaan.


Gambar 5. Bentuk mulut saat menirukan bunyi hit hat

3. Snare Drum
Untuk menirukan bunyi snare drumadalah seperti mengucapkan huruf K dan
suara yang dihasilkan berasal dari paru-paru.

Gambar 6. Bentuk mulut saat menirukan snare drum







Gambar 7. Contoh Bentuk dasar musik beatbox B,T,K
4. Terompet
untuk menirukan suara terompet yaitu dengan menggunakan suara falset,
dengan menrik nafas dari salah satu sisi bibir. Suara yang dihasilkan berasal
dari paru-paru.




54


Gambar 8 contoh melodi saxophone

5. Saxophone
Untuk dapat menirukan suara saxophone yaitu sepert menirukan suara
binatang yang terjepit, agar suara yang dihasilkan nadanya lebih tinggi, hal
ini berbbeda dengan terompet. Berikut ini adalah contoh melodi yang sering
ditampilkan komunitas Gendang Mulut.
6. Bass
Untuk menirukan suara bass adalah hanya dengan menghasilkan suara
serendah mungkin. Kemudian mulai menyanyikan melodi dengan suara
rendah.

Gambar 9. Contoh Pattern bass

7. Rimshort
untuk menirukan suara rimshort hampir sama dengan snare, namun yang
berbeda adalah cara menarik udaranya secara spontan, sehingga suaranya
mirip seperti orang yang sedang sakit gigi. Hal ini yang membedakannya
dengan suara snare. Yang dilakukan pertama adalah menyuarakan snare
namun udara yang dihirup tidak ditahan melainkan hanya dihirup sedikit,
seperti menghirup nafas secara spontan. Hal ini membuat nafas tidak terlalu
cepat habis.

Gambar 10. Bentuk mulut menirukan bunyi rimshot


55

8. Bongo
Untuk menirukan suara bongo adalah dengan cara memadukan dua suara
yaitu suara rimshort yang yang digabungkan dengan suara kita saat
mengucapkan huruf ng.

Gambar 11. Bentuk mulut saat menirukan bunyi bongo

9. Zip sound
suara zip sound biasa digunakan saat beatboxer ingin berubah dari beat satu
kepada beat yang lain. Teknik menghasilkan suara ini adalah dengan menarik
nafas dengan bertumpu disalah satu sisi bibir, begitu nafas ditarik usahakan
bibir sedikit ditutup agar udara terjepit namun udara tetap ditarik sehingga
menghasilkan suara zip sound.

Gambar 12 Bentuk mulut saat menirukan bunyi zip sound

Gambar 13 Notasi grafik bunyi zip sound
10. Techno alarm
yang dibutuhkan untuk menirukan suara ini adalah falseto yang dihasilkan
dari hidung dan suara seperti binatang bebek. Saat digabungkan akan
menghasilkan suara techno alarm.

56


Gambar 14 Notasi grafik bunyi techno alarm
11. Ditro
Adalah salah satu elemen musik yang sering disuarajan. Untuk menirukan
suara ditro yang dilakukanadalah seperti sedang membuang dahag, pada awal
berlatih suara ditro kemungkinan akan sakit namun setelah beberapa lama
akan terbiasa. Setelah menghasilkan suara tersebut kemudian ditambah
dengan vokal. Maka suara yang dihasilkan akan seperti suarasebuah robot.

Gambar 15 Notasi grafik bunyi ditro
12. Hymeric
Seperti meniup dengan sedikit lubang ditengah-tengah bibir, serta ditambah
dengan vokal duf dan tuf.

Gambar 16 Bentuk mulut saat menirukan bunyi hymeric

57


Gambar 17 Notasi grafik bunyi hymeric
13. Scratch
Salah satu sisi bibir digunakan untuk menarik udara masuk. Kemudian
dengan menggunakan anggota tubuh yang kulitnya paling ketat, untuk belajar
dasar atau level pertama kita menggunakan salah satu tulang jari kita baik kiri
maupun kanan. Lalu kita mengucapkan tuka-tuka-tuka-tuka tapi
pengucapannya seperti ditarik kedalamdan kemudian jari kita taruh dengan
posisi berdiri didepan bibir.

Gambar 18 Menirukan bunyi scratch

Gambar 19 Notasi grafik bunyi Scracth






58

C. Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Musik Beatbox Komunitas
Gendang Mulut
Setiap kegiatan tentunya memerlukan sarana dan prasarana demi
kelancaran dan kesuksesan kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara kepada Jeffri yaitu salah satu anggota komunitas Gendang Mulut
diketahui bahwa demi mendukung kelancaran kegiatan mereka pada saat latihan
maupun pada saat tampi diperlukan sarana pendukung agar kegiatan yang
dilakukan dapat lebih maksimal.Adapun sarana dan prasarana pendukung
kegiatan komunitas Gendang Mulut adalah sebagai berikut :
1. Gedung
Gendung yang dipakai menjadi tempat latihan komunitas Gendang Mulut
berada di Jalan Gagak HitamRingroad No.165. Gedung ini berukuran 12 x
4 mdan terdiri dari 3 lantai. Kegiatan latihan berlangsung di lantai 2,
jendela dari gedung ini adalah jendela yang kedap suara dan dindingnya
terbuat dari tembok sehingga aktivitas latihan tidak mengganggu tetangga
sekitar.
2. Alat-alat Studio :
a. Microphone
b. Sound System
Alat-alat ini digunakan oleh komunitas ini sebagai sarana pendukung
dalam memperkenalkan dan mengembangkan musik beatbox. Dalam setiap
penampilannya komunitas ini hanya membutuhkan microphone dan sound
systemyang bagus. Microphone dan sound system merupakan salah satu hal yang
terpenting dalammusik beatbox, dapat dikatakan bahwa alat-alat ini menjadi
jantung musik beatbox. Kurang bagusnya microphone maupun sound systemakan
menyebakan musik beatbox yang ingin ditampilkan menjadi kurang maksimal.
D. Penampilan Komunitas Gendang Mulut
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada Raihan yaitu seorang
pelajar yang termasuk dalamkomunitas Gendang Mulut sejak tahun 2011 didapat
hasil bahwa komunitas musik beatbox Gendang Mulut ini telah tampil diberbagai
acara dengan membawakan berbagai gaya dalam mempertunjukkan kemampuan
mereka yang telah menguasai musik beatbox.Hampir disetiap penampilannya
komunitas ini tidak tampil seorang diri.Biasanya dalam menampilkan musik
beatboxmereka terdiri dari 4 sampai 5 orang. Hal ini dikarenakan jika semakin
banyak anggota yang tampil maka akan semakin banyak dan baik pula konsep
yang bisa mereka buat, dan sebaliknya jika semakin sedikit yang akan tampil
maka konsep yang ingin dibuat akan terbatas.
Saat tampil komunitas ini berbagi tugas agar dapat menghasilkan musik
beatbox yang menarik. Terdiri dari 4 sampai 5 orang maka mereka membawakan
satu jenis instrumen untuk satu orang misalnya 1 orang menghasilkan suara gitar,
1 orang menghasilkan suara B,T,K dasar, satu orang lagi dapat menghasilkan
suara terompet dan satunya lagi dapat menghasilkan suara instrumen lain. Hal ini
dilakukan agar musik yang dihasilkan dapat lebih menarik dan penampilan juga
akan lebih maksimal karena dapat fokus kepada satu jenis suara saja.

59

Dibeberapa penampilannya komunitas ini sering tampil dan berkolaborasi
dengan musik hip-hop.Seperti pada bulan Mei yang lalu bertempat di Universitas
Negeri Medan para beatboxer Gendang Mulut menampilkan kreativitasnya dalam
mengembangkan musik beatbox yaitu dengan mengkolaborasikan musik
beatboxdengan hip-hop saat membawakan lagu tardisi etnik batak toba yang
berjudul Sinanggartulo. Komunitas Gendang Mulut ini merupakan komunitas
yang dapat menjadi tempat pengembangan kreativitas para seniman musik
terkhusus para beatboxer maupun orang-orang yang ingin mempelajari musik
beatbox.
Konsep yang di buat sebelum tampil selalu disesuaikan dengan tema serta
lokasi acara. Tidak hanya di kota medan, komunitas musik beatbox ini juga
pernah tampil di luar kota medan yaitu Berastagi. Mereka tampil dengan konsep
yang berbeda dalamsetiap penampilannya. Seperti halnya pada saat tampil di kota
Berastagi pada bulan J uli 2012 mereka membawakan musik beatbox yang
dikolaborasikan dengan lagu daerah setempat yaitu lagu tradisi etnik karo. Hal ini
merupakan salah satu penarik bagi penonton disekitar Berastagi untuk ikut
menyaksikan penampilan komunitas musik beatboxini. Hal ini juga terlihat saat
komunitas Gendang Mulut tampil di acara The
6
Greenland International Expo di
Universitas Negeri Medan, dimana mereka berkolaborasi dengan musik hip-hop
sehingga anak-anak muda yang menyaksikan penampilan mereka menjadi lebih
tertarik
Tidak hanya di acara musik, komunitas gendang mulut juga sering mengisi
acarakreativitas bakat maupun acara lain seperti acara seminar fotografi yang
diadakan di Paladium Mall, acara kreativitas bakat pelajar di Sekolah
Darmawangsa Medan, bahkan di acara khitanan yang bertempat di jalan Dr.
Mansur.
Aksi yang berbeda dan baru di setiap penampilan menuntut mereka untuk
tetap meningkatkan kreativitas dalam bermusik sehingga masyarakat dan
penonton semakin tertarik untuk menyaksikan penampilan komunitas musik
beatboxGendang Mulut
E. Keberhasilan Komunitas Gendang Mulut
Dari hasil wawancara pada tanggal 25 J uli dengan ketua komunitas
Gendang Mulut Fathin Dayanto, diketahui bahwa komunitas ini memiliki
keberhasilan dan penghargaan sebagai juara dibeberapa acara antara lain sebagai
berikut :
6. Pada bulan J uli 2011Menjadi pemenang di acara Pokari Sweat mencari
bakat yang bertempat di Paladium dan berhasil kembali meraih J uara II
7. Menjadi pemenang di acara Superbox pada tanggal 3 J uli 2011 yang
bertempat di SMA Darma Wangsa. Acara Superbox ini adalah acara unjuk
kreativitas, yang dibuat bertujuan untuk menunjukkan kreativitas-
kreativitas siswa-siswi SMA. Dalamacara ini Komunitas musik Beatbox
Gendang Mulut berhasil menjadi juara I (pertama).

60


Gambar 15. Acara superbox 1 juli 2011
8. Menjadi salah satu berita acara di Liputan 6 SCTV, pada bulan April 2012
9. Menjadi pengisi acara di Pekan Raya Sumatera Utara.

Gambar 16 Mengisi acara di Pekan Raya Sumatera Utara
10. Pada bulan Mei 2012 Komunitas Gendang Mulut kembali menunjukkan
kreativitsnya saat mengisi acara The6 Greenland International Expo di
Universitas Negeri Medan.
11. Pada bulan J uli 2012 menjadi pengisi acara DjarumBlack Mild Moving
Stage di Berastagi
12. Mengisi acara di Hotel Santika Dyandra, pada tanggal 11 J uli 2012
Selain menjadi juara di berbagai perlombaan, tujuan Komunitas
Gendang Mulut mengikuti berbagai Event yang di selenggarkan di Kota Medan
maupun sekitar Medan adalah juga untuk memperkenalkan dan membuat musik
beatbox semakin dikenal oleh orang banyak. Bukan hanya mengikuti berbagai
perlombaan dan mengisi acara, komunitas ini juga berusaha memperkenalkan
musik beatbox melalui berbagai media antara lain xmelalui Youtube.Berbagai
aksi komunitas Gendang mulut saat mengisi berbagai acara dapat kita lihat di
www.youtube.com. Hal ini merupakan salah satu strategi komunias Gendang
mulut dalammenunjukkan keberadaannya di kota Medan.
E. Metode Latihan Musik BeatboxKomunitas Gendang Mulut
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 25 J uli 2012,
komunitas musik beatbox ini dijadwal untuk mengadakan latihan setiap
minggu.Para anak muda yang bergabung di komunitas ini mengadakan latihan
dua kali dalamsatu minggu yaitu pada hari jumat dan sabtu pukul 2 siang sampai
dengan selesai.

61

Kegiatan latihan yang dilakukan pada hari J umat dan Sabtu tetap
disesuaikan dengan kegiatan anggota.Seperti halnya bagi anggota komunitas yang
masih pelajar SMA, maka waktu belajar disekolah maupun kursus tidak akan
diganggu, namun disesuaikan dengan kegiatan para anggota, jika tidak
memungkinkan untuk berlatih disiang hari maka latihan dapat dilakukan pada
malam hari. Untuk jadwal latihan sendiri komunitas ini lebih menekankan pada
hari J umat sebab pada hari Sabtu adalah akhir pekan.
Pada saat latihan komunitas musik beatbox ini biasanya berlatih untuk
menyuarakan musik beatbox secara timbukan individual, dan membuat konsep-
konsep baru dalam menampilkan musik beatbox. Selain itu kegiatan yang
dilakukan pada saat latihan adalah sharing dan berdiskusi tentang elemen musik
baru yang mereka ketauhi kemudian mempelajari dan berlatih untuk dapat
menyuarakan elemen baru tersebut. Dalam menyuarakan musik beatbox
kemampuan setiap orang jelas berbeda-beda, dalammempelajari sebuah elemen
musik.
Hal baru serta elemen musik baru adalah topik yang sering dibahas dan
dipelajari saat latihan. Saat salah seorang anggota menemukan elemen musik baru
maka dia akan mulai mempraktekkan dan mengajarkan bagaimana teknik untuk
dapat menyuarakan elemen tersebut, baik teknik dalam pengucapan, pernafasan,
maupun teknik lainnya. Seluruh anggota komunitas akan mempelajari serta
mencari elemen-elemen baru dalam musik beatbox dari berbagai media dan
kemudian akan di sharingkan serta dipelajari pada saat latihan sehingga
perbendaharaan musik mereka semakin bertambah banyak.
Belajar elemen musik yang baru, hal-hal baru bahkan menciptakan karya
baru dalammusik beatbox pada setiap jadwal latihan, hal ini dilakukan demi
mendukung penampilan mereka agar para penonton serta penikmat musik tidak
merasa jenuh. Dituntut kreativitas dari setiap anggota agar musik beatbox dapat
lebih semakin berkembang dan dapat bersaing dengan musik lainnya.

G.Kendala dan Hambatan Dalam Mengembangkan Musik Beatbox
Dalam melakukan sebuah kegiatan tentu setiap maupun sekelompok orang
menghadapi kendala atau hambatan-hambatan baik itu hambatan yang terjadi
berasal dari dalam diri sendiri maupun hambatan dari luar seperti masyarakat atau
lingkungan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 1 Agustus
kepada Fathin Dayanto yang merupakan ketua dari komunitas Gendang Mulut
didapatkan hasil bahwa faktor yang menjadi penghambat berkembangnya musik
beatbox yang dibawakan oleh komunitas Gendang Mulut ini adalah faktor internal
atau faktor dari dalam.
Faktor internal yang disebutkan diatas adalah faktor penghambat yang
berasal dari anggota komunitas itu sendiri. Konsistensi waktu latihan tidak
berlangsung dengan baik, dari 20 orang beatboxer yang terdaftar tidak seluruhnya
aktif mengikuti latihan yang diadakan setiap minggu melainkan hanya sebahagian
saja. Hal ini juga menyebabkan kurang maksimalnya setiap personil dalam
mengembangkan musik beatbox mereka.
Setiap beatboxer memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
menyuarakan suara sebuah instrumen, dan waktu yang dibutuhkan seseorang

62

untuk meguasai sebuah elemen musik baru jelas berbeda. Itu sebabnya diperlukan
waktu untuk berlatih bersama agar semakin termotivasi untuk belajar banyak hal
baru tentang musik beatbox.
Waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari suara sebuah instrumen tentu
berbeda bagi setiap orang. Namun cepat lambatnya seseorang juga tergantung dari
intensitas serta keseriusan seseorang dalam berlatih, hal ini juga menyebabkan
kemampuan yang dimiliki setiap anggota berbeda-beda.
Berdasarkan hasil wawancara kepada Rizky Nasution diketahui bahwa
kemampuan dan kelebihan yang dimiliki setiap anggota berbeda-beda, tidak
semua anggota dapat menirukan suara kick drum, terompet maupn elemen
lainnya, melainkan mereka memiliki kelebihan disalah satu jenis suara dalam
musik beatbox. Hal ini merupakan salah satu kendala yang sering terjadi pada saat
mereka akan tampil dimana anggota yang dibutuhkan tidak dapat hadir dan tidak
dapat digantikan oleh anggota lainnya sehingga konsep yang dibuat tidak
terlaksana dengan baik namun hal ini juga menyebabkan mereka menjadi saling
membutuhkan satu sama lain pada saat tampil untuk menampilkan musik beatbox
yang memiliki konsep yang menarik.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian telah diuraikan maka diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Komunitas Gendang mulut berdiri untuk memperkenalkan, mengembangkan
serta mempopulerkan musik beatboxkepada masyarakat berbagai kalangan di
kota Medan dan sekitarnya.
2. Teknik untuk menyuarakan musik beatbox adalah dengan cara melavalkan
huruf dengan mulut, lidah serta alat-alat ucap lainnya dan menggunakan
teknik pernafasan sesuai dengan bunyi yang ditirukan.
3. Sarana dan Prasarana pendukung kegiatan musik beatbox ini adalah sebuah
gedung yang digunakan untuk tempat latihan serta microfon dan sound system
yang juga digunakan pada saat menampilkan musik beatbox.
4. Komunitas Gendang Mulut telah mempertunjukkan musik beatbox diberbagai
acara antara lain mengisi acara Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Medan dan mengisi berbagai acara kreativitas bakat.
5. Banyak keberhasilan yang diraih oleh komunitas Gendang Mulut dengan
membawakan musik beatbox antara lain seperti pemenang acara Yamaha,
Superbox, mengisi acara di berbagai univesitas.
6. Komunitas Gendang Mulut berlatih dua kali dalam seminggu demi
memaksimalkan penampilan mereka. Pada saat latihan Komunitas ini berlatih
untuk menyuarakan musik beatbox secara teamserta mempelajari elemen
baru dalam musik beatbox.
7. Kendala yang dihadapi dalammengembangkan musik beatbox di komunitas
ini adalah konsistensi waktu latihan yang tidak berlangsung dengan baik dan
keaktifan seluruh anggota dalammengikuti latihan setiap minggunya.




63

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diajukan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Melihat perkembangan musik saat ini dimana semakin banyak jenis musik
yang mulai bermunculan diharapkan Komuntas Gendang Mulut dapat
bersaing dengan dunia musik saat ini yaitu dengan lebih banyak
menampilkan kreativitas baru atau karya-karya baru agar keberadaan
Komunitas ini dapat lebih di kenal.
2. Musik beatbox yaitu dengan memberikan pengertian dan sekilas mengenai
teori praktek dasar sebelummempertunjukkan musik beatbox.
3. Dititikberatkan kepada seluruh anggota komunitas Gendang Mulut agar
lebih berkomitmen dalammengembangkan musik beatboxdi komunitas ini
agar dapat menjadi orang-orang yang profesional di bidang ini.
4. Musik beatbox menjadi pemikiran untuk digunakan sebagai media
pembelajaran musik.
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif.Jakarta : Kencana
Bungin, Burhan (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Daminto. 2004. Keranga Teoritis Penelitian, Jakarta : Gramedia Pustaka
Gustina, Susi. (2005). Pendidikan Musik Kreatif :Alternatif Model Pembelajaran
Musik Di Sekolah. Dalam Jurnal Seni Musik, Vol 2 No.2,Tangerang:J urusan
Musik-Fakultas Ilmu Seni UPH
Hardayanti Pri. 2009. Keberadaan musik Elektronik Di Robert Moog Computer
Musik Studio Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni, Sripsi FBS UNIMED
Hidayat, Aziz Halimut. 2007. Metode Penelitian Dan Teknik Analisa Data,
Surabaya: Salemba Media.
Irawan Ade. 2009. Keberadaan Musik Kontemporer Pada Macs Di Taman
Budaya Sumatera Utara, Skripsi FBS UNIMED.
Jackson Michael M. Ari Soekarno. Buku Pintar Musik,Jakarta : Inovasi
Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik, CV. Rajawali.
Jakarta
Maryeani. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta : Bumi Aksara
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Pamuncak Harini. 2011. Keberadaan Musik Padang Pasir Grup Nurul Hasanah
Di Kota Binjai,Skripsi FBS UNIMED
Sugiono 2009.Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Pustaka Alfabeta
Suharyanto. 2010. Keberadaan Group Excellent Percussion Di Integrate
Community Development Medan Sunggal, Sripsi FBS UNIMED.
Sukardi. 2004. Metode Penelitian Kependidikan,. Yogyakarta : Bumi Aksara
Supranto. 2004. Proposal Penelitian Kependidikan. Bandung. Publishing House.
Tambunan, J ubelando. 2009. Keberadaan DDs Three Light Orchestra di
Kabanjah,. Skripsi FBS UNIMED.
Wardiyanta (2006) Metode Penelitian Kependidikan, Bandung : Pustaka Jaya.
Situs http://www.unikaneh.com
Situshttp://www.wikipedia.com


64

PEMANFAATAN PIPA PARALON DALAM PEMBUATAN
ALAT MUSIK TAGANING PADA SANGGARMUSIK
ARITONANG DI JL. JARING UDANG 1
KECAMATAN MEDAN LABUHAN

Tuison Siregar
071222510077

Abstrak

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan data - data kualitatif. Data data
dikumpulkan melalui studi kepustakaan, observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Objek dalam penelitian ini
adalah Sanggar Musik Aritonang di Jl. JaringUdang 1
Kecamatan Medan Labuhan. Setelah analisis dilakukan,
ditemukan hasil bahwa Pemanfaatan Pipa Paralon Dalam
Pembuatan Alat Musik Taganing Pada Sanggar Musik
Aritonang Di Jl. Jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan
telah berhasil dimanfaatkan, hal ini dapat dilihat dari
apresiasi masyarakat yang sangat mendukung berdirinya
sanggar ini, yaitu dalam hal pembuatan alat musik taganing
dari pipaparalon. Susra atau bunyi yang dihasilkan alat musik
taganing yang terbuat dari pipa paralon memiliki suara yang
sama dengan alat musik taganing yang terbuat dari kayu.

Kata Kunci : Pemanfaatan Pipa Paralon Dalam Pembuatan Alat Musik
Taganing.

PENDAHULUAN
Barang-barang bekas atau barang-barang yang tidak dapat dipergunakan
lagi pastinya akan dibuang dan akan menjadi sampah yang tidak berguna lagi.
seperti pipa paralon sisa bangunan yang tidak dipergunakan. J ika kita memiliki
kreativitas yang baik, sisa bangunan pipa paralon dapat kita gunakan menjadi
sebuah karya seni yang memiliki nilai seni tinggi. Pipa paralon mempunyai
banyak kegunaan, yaitu sebagai bahan pengganti pembuatan alat musik taganing.
Bahan dasar pembuatan taganing adalah kayu nangka bulat yang memiliki
diameter kurang lebih 30 cm yang dibentuk menjadi alat musik sampai
menghasilkan bunyi yang bagus.
Sanggar Musik Aritonang adalah sebuah sanggar yang menggunakan alat
musik taganing yang terbuat dari pipa paralon. Alat musik taganing yang
digunakan adalah merupakan hasil pembuatan sanggar musik Aritonang sendiri,
selain membuat alat musik taganing dari pipa paralon, sanggar musik Aritonang
juga membuat jenis alat musik lainnya yaitu, jenis alat musik tiup seruling
(sulim), jenis alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik yaitu alat musik
kecapi (hasapi). Sanggar Musik Aritonang dapat membuat tiga jenis alat musik
yaitu, perkusi (taganing), tiup (sulim), alat musik petik (hasapi). Dalam permainan

65

musik Aritonang, sanggar ini menggabungkan ketiga jenis alat musik yang dibuat
yaitu taganing, sulim, dan hasapi yang sering disebut dengan gondang hasapi.
Hal ini adalah sebuah fenomena yang sangat menarik bagi peneliti untuk
dapat dikaji dan diteliti sebagai suatu pemanfaatan pipa paralon dalampembuatan
alat musik. Peneliti sangat tertarik untuk menjadikan hal ini menjadi sebuah topik
penelitian dengan judul Pemanfaatan Pipa Paralon Dalam Pembuatan Alat
Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jaring Udang 1
Medan Labuhan .

ISI

Acara adat pernikahan pada Batak Toba merupakan salah satu acara resmi
dan besar. Martonggo Raja atau Maria Raja adalah suatu kegiatan pra pesta /
acara yang mutlak diselenggarakan pesta / acara yang bertujuan untuk :
a. Mempersiapkan kepentingan pesta / acara yang bersifat teknis dan non
teknis.
b. Pemberitahuan pada masyarakat bahwa pada waktu yang telah
ditentukan ada pesta / acara dalamwaktu yang bersamaan.
c. Memohon izin pada masyarakat sekitar terutama Dongan Sahuta (teman
satu kampung) atau pengunaan fasilitas umum pada pesta yang telah
direncanakan.
Setelah acara Martonggo Raja atauMaria Raja dilakukan acara selanjutnya
adalah Pasu - pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan). Menurut adat Batak
pemberkatan pernikahan bertujuan untuk pengesahan pernikahan kedua mempelai
menurut tata cara Gereja (pemberkatan pernikahan oleh pejabat Gereja). Setelah
pemberkatan pernikahan selesai, maka kedua mempelai sudah sah sebagai suami -
istri menurut Gereja.
Pada saat acara pemberkatan berlangsung, acara tersebut diiringi dengan
musik gereja yang telah ditentukan oleh pejabat gereja. Jenis music yang
dimainkan adalah tergantung pada permintaan pihak Suhut (orang tua mempelai).
Setelah selesai seluruh acara Pamasu - masuon, kedua belah pihak yang turut
serta dalamacara Pamasu masuon maupun yang tidak pergi menuju tempat
kediaman ortang tua / kerabat orang tua wanita untuk mengadakan Pesta Ujuk.
Pesta Ujuk oleh kerabat pria disebut pesta Mangalap Parumaen (menjemput
mempelai wanita) dan pada saat penjemputan dapat juga diiringi dengan musik
yang disesuaikan permintaan pihak Suhut. Setelah acara penjemputan selesai,
acara selanjutnya adala acara pesta Ujuk (berlangsungnya acara adat). Pada saat
acara adat berlangsung terdapat acara Mangulosi (pemberian Ulos) yang diiringi
dengan musik. Musik yang dimainkan adalah sesuai dengan permintaan orang
yang memberikan Ulos tersebut.
Acara adat kematian merupakan salah satu acara adat besar. Jenis kematian
pada masyarakat Batak Toba seperti Martilaha (anak yang belum menikah
meninggalm dunia), Mate Mangkar (yang meninggal suami atau isteri, tetapi
belumberketurunan), Matipul Ulu (suami atau isteri meninggal dunia dengan
anak yang masih kecil - kecil), Matompas Tataring (isteri meninggal lebih dulu
juga meninggalkan anak yang masih kecil), Sari Matua adalah seseorang yang
meninggal dunia suami atau isteri yang sudah bercucu baik dari anak laki - laki
atau putrid, atau keduanya, tetapi masih ada diantara anak anaknya yang belum

66

menikah (Hot Ripe). Saur Matua adalah seseorang suami atau isteri meninggal
dunia sudah memiliki cucu baik dari anak laki laki atau putrid dan semua
anaknya sudah menikah (Hot Ripe). Mauli Bulung adalah seseorang yang Beranak
Pinak, Cucu, Cicit, mungkin hingga ke Buyut.
Tradisi Batak Toba tidak semua acara kematian dapat diiringi dengan music.
Jenis kematian yang dapat diiringi adalah Sari Matua, Saur Matua, dan Mauli
Bulung. Alasannya adalah karena menurut adat Batak Toba seseorang yang
meninggal Martilaha, Mate Mangkar, Matipul Ulu, Matompas Tataring
merupakan jenis kematian yang sangat menyedihkan dan kematian yang tidak
diinginkan, artinya pihak yang ditinggalkan sangat tidak terima dengan kejadian
tersebut, dan dengan demikian yangb dating adalah kesedihan yang sangat
menyakitkan. Berbeda dengan kematian pada Sari Matua, Saur Matua dan Mauli
Bulung yang sudah layak dibuat acara yang mmeriah dan membuat acara adatnya
semeriah mungkin dengan membuat musik untuk mengiringi acara tersebut dan
mengundang seluruh kerabatnya untuk menghadiri acara tersebut.
A. Pemanfaatan Pipa paralon Dalam Pembuatan Alat Musik Taganing
Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jaring Udang 1 Kecamatan
Medan Labuhan.
Sanggar musik Aritonang adalah merupakan sanggar musik yang
memanfaatkan pipa paralon sebagai bahan dasar dalampembuatan alat musik
taganing Batak Toba. Pada tanggal 21 Maret 1995 sanggar musik Aritonang
berdiri di Sidingkalang Kabupaten Dairi yang dipimpin oleh Drs. A. Aritonang.
Pada awalnya sanggar ini hanya menyewakan alat soundsystemdan juga disertai
Keyboard Tunggal, dan kemudian mengkolaburasikannya dengan alat-alat musik
tradisional Batak Toba, yaitu taganing, sulim, hasapi, sarune, garantung, dan lain
sebagainya.
Pada tanggal 10 April 2004 sanggar musik Aritonang pindah ke Belawan
Medan dan tinggal di jalan Jaring Udang 1 Belawan Medan. Bapak Aritonang
menjelaskan alasan pinah ke Medan yaitu untuk meningkatkan karir dibidang
musik, beliau mengatakan bahwa pemain musik yang berada disidingkalan kurang
mengalami perkembangan dan penghasilan pemain musik yang kurang
memuaskan.
Pada tanggal 2 Februari 2005 Sanggar Musik Aritonang menciptakan
sebuah alat musik yang sangat unik, dimana bahan dasar alat musik tersebut
terbuat dari barang bekas sisa bangunan yang tidak dapat digunakan lagi. Barang
bekas tersebut adalah merupakan sisa bangunan yang tidak dapat digunakan yang
dibuang ketempat sampah yaitu pipa paralon.
Pada saat sanggar musik Aritonang ingin bermain musik, sanggar ini sangat
kewalahan untuk memenuhi alat-alat musik yang diinginkan konsumennya
(pemesan musik), terutama pemenuhan alat musik taganing, hal ini disebabkan
oleh karena sanggar musik aritonang tidak memiliki alat musik taganing sendiri.
Pada saat Aritonang Musik ada job bermain musik sanggar ini menyewa alat
musik taganing. Pengakuan bapak Aritonang alat musik taganing sangat susah
untuk didapatkan, sangat jarang dijumpai tempat penyewaan alat musik taganing.
Dari masalah yang dialami, sehingga timbullah sebuah inspirasi / ide atau
pemikiran pemimpin sanggar musik aritonang untuk membuat pipa paralon
sebagai bahan dasar alat musik taganing. Bapak Drs. A. Aritonang berpendapat
bahwa, bahan untuk membuat alat musik taganing tidak hanya dari kayu saja,

67

bahan apapun dapat digunakan asalkan bahannya memiliki ruang yang cukup dan
sesuai dengan jumlah volume ruang yang dibutuhkan. Beliau juga mengatakan
bahwa bagus tidaknya suara yang dihasilkan taganing adalah tergantung pada
diameter dan volume yang dimiliki oleh ruang tersebut, makin besar diameter
ruang maka, bunyi yang dihasilkan akan semakin besar atau semakin kuat.
Alat musik perkusi ini terdiri dari 5 buah taganing dan 1 buah gordang.
Gordang merupakan taganing yang memiliki ukuran paling besar dibandingkan
dengan taganing lainnya. Taganing yang lebih kecil dari Gordang dinamai
Odap,taganing yang lebih kecil dari Odap dinamai Paidua ni Odap, dan taganing
yang berada tepat disamping Paidua ni Odap dinamai dengan taganing Sipaitonga
(taganing yang berada ditengah), tepat disamping taganing Sipaitonga dinamai
Paiduani Ting-ting, dan taganing yang paling kecil dinamai taganing Ting-ting.
B. Proses Pembuatan Alat Musik Taganing Dari Bahan Pipa Paralon
Taganing merupakan alat musik tradisional Batak Toba yang digolongkan
kedalamjenis alat musik perkusi yang dimainkan dengan cara dipukul. Pada
umumnya alat musik taganing terbuat dari bahan dasar kayu bulat sebagai badan
taganing yang memiliki diameter kira-kira 30 cm yang dipahat dan dibentuk. Pada
tulisan ini peneliti melakuka sebuah penelitian kepada sanggar Musik Aritonang
sebagai pembuat alat musik taganing dari pipa paralon. Sanggar Aritonang
membuat bahan dasar badan taganing dari pipa paralon.
1. Pemilihan Pipa Paralon
Pembuatan alat musik taganing dari bahan dasar pipa paralon harus
memerlukan ketelitian dalam hal memilih pipa paralon. Bapak Aritonang
mengatakan jika kita tidak teliti dalam pemilihan pipa paralon yang akan
digunakan suara yang dihasilkan kuang bagus, itu disebabkan karena pipa paralon
yang digunakan tidak lurus atau mungkin pipa tersebut lonjong atau tidak bulat.
Bahan dasar taganing dari pipa paralon sangat mudah didapatkan, berbeda
dengan taganing yang terbuat dari kayu. Pengrajin atau pembuat taganing dari
kayu akan merasa susah dalammendapatkan jenis kayu yang bisa digunakan.
2. Pengukuran pipa paralon
Setelah menemukan pipa paralon yang akan dibuat, maka tahap selanjutnya
adalah melakukan pengukuran pada pipa paralon. Gordang mempunyai ukuran
sekitar 60 cmdan besar ukuran pipa paralon yang digunakan sekitar 8 inci. Odap
Paiduani Odap, Sipaitonga, Paiduani Ting ting, dan Taganing Ting ting
memiliki ukuran sekitar 50 cmdan digunakan ukuran pipa paralon yang 6 inci.
3. Pembuatan Lobang Pada Badan Pipa Paralon
setelah tahap pemotongan dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pembuatan
lobang pada badan pipa. Badan pipa yang dibuat lobabg berfungsi sebagai tempat
sanggahan Span, yang berfungsi untuk menyetel tinggi rendahnya suara/ bunyi
taganing. Pembuatan lobang dilakukan dengan menggunakan alat boor manual.
Jarak anatara bagian atas taganing dengan bagian bawah taganing yang dilobangi
tergantung pada ukuran Span yang digunakan.
4. Huling-huling (kulit)
Huling-huling merupakan kulit yang digunakan untuk membran taganing
sebagai penghasil suara. Kulit yang biasa digunakan untuk membran taganing
adalah kulit lembu. Kulit sangat berpengaruh terhadap suara taganing. Biasanya
kulit ini didapatkan dari pesta atau dari rumah potong. Proses pengolahan kulit ini
mempunyai tahap-tahap yaitu:

68

Proses pengeringan kulit dilakukan dengan melengketkan kulit ke dinding
rumah dengan cara memaku pinggiran kulit. Proses ini dilakukan agar nantinya
kulit tidak bau dan tidak berkerut. Proses pengeringan kulit cukup lama sampai
akhirnya kulit kering dan tidak bau.
Proses pengeringan kulit tergantung pada cuaca, jika musim hujan maka
kulit hewan tersebut akan lebih lama kering dan demikian sebaliknya jika musim
kemarau maka proses pengeringan kulit akan semakin cepat kering. Setelah kulit
sudah kering, kulit diberi tanda dengan cara mengukur dengan menggunakan
badan taganing. Kulit yang diberi tanda lingkaran dilebihkan 2,5 cm dari ukuran
bagian taganing untuk tempat pakko. Kulit dibentuk dengan cara memotong
dengan ukuran yang sudah ditentukan. Kulit yang sudah dibentuk dengan
lingkaran disempurnakan dengan mengikis bagian sisi kulit. Hal ini dilakukan agar
nantinya suara taganing lebih nyaring dan tidak ngendap.
Pengerendaman kulit dilakukan berguna untuk memudahkan proses
pembentukan kulit pada badan taganing dan agar pada waktu melipat kulit pada
badan taganing, kulit tidak rusak. Pengukuran kulit dilakukan untuk mengukur
besar diameter kulit yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan besar diameter pipa
paralon dan ukur kulit dilebihkan sekitar 2,5 cmdari besar diameter pipa paralon.
Ukuran kulit yang dilebihkan sekitar 2,5 cmdigunakan untuk tempat sanggahan
Pakko. Setelah pengukuran kulit dilakukan, maka langkah selanjutnya adakah
memotong kulit yang telah diukur.
Setelah pengukuran kulit dilakukan, maka langkah selanjutnya adakah
memotong kulit yang telah diukur.
5. Pembuatan Pakko
Pakko terbuat dari kayu aren yang diselipkan pada bagian kulit yang telah
dilubangi. Pakko berfungsi sebagai pengait rotan ke bagian kulit. Cara pembuatan
pakko dilakukan dengan cara memotong kayu aren tersebut sepanjang 10 cmdan
membentuk bagian kedua ujungnya agak runcing dengan diameter di bagian
tengah 1 cm dan di kedua ujungnya berdiameter 0,5 cm yang diarsir berbentuk
pensil. Penggatti Pakko juga bisa digunakan dari besi bulat dan bambu yang tua.
6. Dop atau Laman Taganing (penutup pipa)
Dalamunsur penyusunan Taganing terdapat laman yang berfungsi sebagai
penutup bagian bawah Taganing, yang terbuat dari bahan penutup pipa. Penutup
atau Laman yang digunakan harus sesuai dengan ukuran diameter yang dimiliki
pipa paralon tersebut.
7. Besi Kawat
Alat musik Taganing yang terbuat dari kayu, tali yang digunakan untuk
memadukan antara Laman pada bawah Taganing dan kulit pada bagian atasnya
adalah tali yang terbuat dari Rotan. Taganing yang terbuat dari pipa paralon, tali
yang digunakan adalah kawat besi sebagai pengganti dari Rotan. Besi kawat yang
digunakan memiliki ukuran 3 milli meter yang dikaitkan pada Pinggol-
pinggol/pakko dan dipadukan pada Span yang sudah disediakan.
8. Lem Pipa Paralon
Lem pipa paralon berfungsi untuk menghubungkan bagian bawah taganing
(Dop) dengan bagian badan taganing. Lem yang digunakan adalah Lem Wavin.
9. Span (alat penyetel suara taganing)
Span alat yang digunaka untuk merendahkan danmeninggikan suara yang
dihasilkan alat musik taganing. Span yang digunakan berukuran 6 inci.

69

10. Baut
Baut digunakan sebagai tempat sanggahan Span. Baut terletak pada bagian
tengah badan taganing.
11. Pembuatan Ining-ining Atau Stik
Setelah taganing selesai dibuat maka perlu disediakan Ining-ining/ stik
sebagai alat untuk memukul taganing. Ining-inning ini terbuat dari kayu bualat
kecil yang memiliki panjang sekitar 20 cm. Ining-ining yang bagus biasanya
terbuat dari pohon Jeruk yang diarsir hingga berbentuk stik Drumakan tetapi
panjangnya lebih pendek stik Drum. Secara umum Ining-ining ini bisa terbuat dari
jenis kayu apa saja yang pada fungsinya untuk alat memukul taganing dan dapat
menghasilkan bunyi.
C. Kesulitan Yang Dialami Sanggar Musik Aritonang Dalam Pembuatan
Alat Musik Taganing Dari Pipa Paralon
Menurut Drs. A. Aritonang (wawancara 30 juni 2012) kesulitan dalam
proses pembuatan alat musik Taganing relative tidak ada. Namun ada beberapa
kesulitan yang dialami yang terletak pada bahan-bahan dalampembuatan alat
musik Taganing dari Pipa Paralon, yaitu :
1. Pemilihan pipa paralon yang harus hati-hati, dimana ada pipa paralon yang
bentuknya lonjong (tidak bulat).
2. Tempat pembelian atau mendapatkan kulit lumayan susah, karena kulit bisa
didapat pada waktu ada yang memotong sapi atau harus dipesan terlebih
dahulu.
3. Tempat penjualan Dop (penutup taganing bagian bawah), Span yang sangat
susah untuk didapat, hanya sebagian kecil Toko yang menjualnya.
4. Adanya kulit yang kurang bagus dan tidak sanggup menahan tarikan dari
Span yang mengakibatkan robek (rusak) pada bagian kulit yang dilobangi.
5. Apresiasi Masyarakat Terhadap Suara Suara Yang Dihasilkan Oleh Alat
Musik Taganing Yang Terbuat Dari Pipa Paralon
Bunyi atau suara yang dihasilkan alat musik Taganing yang terbuat dari pipa
paralon tidak jauh beda dengan bunyi yang dihasilkan alat musik Taganing yang
terbuat dari kayu. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa komentar para pemain
taganing yang ada dimedan, misalnya seorang pemain Taganing yang cukup
terkenal di Kota Medan yaitu Bapak Pangkar yang pernah memakai taganing
buatan Drs. A. Aritonang. Beliau mengatakan bahwa jenis bunyi atau suara yang
dihasilkan taganing dari pipa paralon tidak jauh beda dengan taganing yang
terbuat dari kayu.
Berdasarkan hasil wawancara pada Tanggal 27 J uli 2012 kepada Bapak
Sahat Pardede. SH selaku sekretaris Lurah Nelayan Indah Kecamatan Medan
Labuhan juga mengatakan bahwa suara yang dihasilkan taganing yang terbuat dari
pipa paralon tidak jauh berbeda dengan taganing yang terbuat dari kayu. Bapak
Sahat Pardede. SH menjelaskan, bahwa pengakuan beliau pada saat beliau melihat
Sanggar Musik Aritonang mengiringi acara adat pernikahan di Gedung Wisma
Rata yang ada di Kecamatan Medan Labuhan dan juga pada waktu acara-acara
adat yang lainnya yang sudah pernah dilihat beliau.
D. Peralatan Yang Digunakan Sanggar Musik Aritonang Dalam Pembuatan
Alat Musik Taganing Yang Terbuat Dari Pipa Paralon
Dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan kita pasti memiliki sarana dan
prasarana yang kta gunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tersebut.

70

Sanggar musik Aritonang memiliki sarana dan prasarana untuk membuat taganing
dari pipa paralon, yaitu sebagai berikut :

1. Gergaji yang terdiri dari dua jenis, yaitu :
a. Gergaji ukuran besar yang berguna untuk memotong bagian pipa paralon
yang telah diukur sesuai dengan ukuran yang dibuat, dan juga memotong
bagian bahan lainnya.
b. Gergaji yang ukurannya kecil yang berguna untuk memotong bagian unsur
bawah taganing (Laman).
2. Tang berguna untuk memutar atau membengkokkan Kawat yang
menggantikan Rotan.
3. Obeng sebagai alat untuk memutar Span (penyetelan suara Taganing).
4. Meter yang berguna untuk mengukur panjang pendeknya semua bahan yang
dibutuhkan.
5. Pisau yang berguna untuk mengikis kulit taganing dan juga untuk mengarsir
atau mengarit pakko.
6. Martil yang berfungsi untuk membantu penyetelan suara taganing dengan
tujuan agar penyetelan suara lebih mudah untuk ditegangkan/ ditinggikan.
7. Boor manual berguna untuk melobangi bagian badan pipa paralon sebagai
tempat Span.
PENUTUP
Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa
kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Kebudayaan masyarakat Batak Toba merupakan kebudayaan yang turun
temurun dari nenek moyang orang batak. Sampai saat ini kebudayaan
tersebut masih dijaga dan diteruskan oleh masyarakat karena adat memiliki
unsure hukum, aturan dan tata cara yang mengatur tata kehidupan serta
tidak melanggar norma-norma yang berlaku di Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Keberadaan intrumen taganing dalam ansambel musik Batak Toba sangatlah
penting karena instrumen ini bisa dimainkan secara tunggal dan bisa juga
dimainkan dengan menggabungkan instrumen ini dengan dengan alat musik
lainnya.
3. Pembuatan alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon dapat
dikatakan relative tidak sulit dan tidak menggunakan waktu yang lama,
berbeda dengan pembuatan alat musik taganing yang tebuat dari kayu yang
memiliki beberapa proses yang lama, dimulai dari pelubangan kayu yang
harus hati-hati dan harus terlatih.
4. Pembuatan taganing dari pipa paralon mempunyai tahapan-tahapan yaitu :
dimulai dari pemilihan pipa paralon, pengukuran dan pemotongan pipa
paralon, pengeringan dan pengikisan kuli, pembentukan Sordak/ Adop-adop
dan Tukko (tiang) Taganing, dan perakitan taganing.
5. Sebuah taganing terdiri dari, Pamatang Taganing (badan taganing), kulit,
kawat, tali Huling-huling (tali kulit), penutup taganing (penutup pipa),
Pakko (pengait kawat kebagian kulit)
6. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan alat musik taganing yang
terbuat dari pipa paralon yaitu : Gergaji, Tang, Obeng, Meter Ukur, Pisau,
Martil dan Boor manual.

71

7. Suara atau bunyi yang dihasilkan alat musik taganing yang terbuat dari pipa
paralon memiliki suara yang sama dengan suara alat music taganing yang
terbuat dari kayu.
Dari beberapa poin saran kesimpulan tersebut diatas dapat ditarik saran
sebagai berikut :
1. Perlu diadakannya pembinaan dari pihak atau lembaga terkait seperti dinas
kebudayaan dan pariwisata terhadap pembuat Taganing yang terbuat dari
bahan pipa paralon dalam upaya membantu perluasan pemasaran Taganing
sebagai salah satu musik tradisional Batak Toba dan juga merupakan salah
satu bakat yang harus dikembangkan dan dipublikasikan.
2. Peneliti sangat mengharapkan dukungan dari instansi terkait, agar lebih
memeperhatikan dan lebih peduli terhadap tradisi - tradisi budaya guna
memelihara dan meles.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, W.S. 2011. Tinjauan Secara Organologi Pembuatan Taganing Di Dusun III
Sigumbang Desa Parhorasan Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir. Medan : Skripsi Strata 1 FBS UNIMED
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Bina Aksara
Bungin, Burhan.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
A. Sijabat. (2000) Gondang Bolon, Taganing atau odap. DalamKonteks Uning-
uningan, Gondang Hasapi maupun gondang bolon, Skripsi FS USU, Medan
Cholid, Naburko. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
damawisnu.files.wordpress.com/2009/10/polimer-kegunaannya.doc
Koentjaraningrat. 2004. Pengantar Antropologi II, Jakarta : Rineke Cipta
Martahan S. 2010. Pembuatan Sulim Batak Toba Di Dusun X Desa Lau Dendang
Kelurahan Medan Estate. Medan : Skripsi Strata 1 FBS UNIMED
Martina. 2010. Pemanfaatan alat musik hasil kreasi siswa untuk membantu
pembelajaran irama di sma negeri 1 Dolok Batu Nanggar Serbelawan.
Medan : Skripsi Strata 1 FBS UNIMED
Melinca, S.R. 2011. Peranan Alat Musik Taganing Dalam Mengiringi Paduan
Suara Pemuda Pemudi GKPI Binjai Kota. Skripsi Strata 1 FBS
UNIMED
Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat.
Jakarta : Balai Pustaka
Pusat Pembinaan Bahasa (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta. Bumi Aksara.
Matius Ali. 2004. Pelajaran Seni Musik. Jakarta. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Miles, M.B. 2005. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Rajagrafindo Persada
Soeharto, M. (2001). Kamus Musik. Jakarta : Gramedia widiasarana Indonesia
Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Kependidikan. Jakarta. Bumi Aksara
www.Bisnissukabumi.com 2011 03 01 archive.html

72

PERANAN ALAT MUSIK KULCAPI DALAM SENI PERTUNJUKAN
TARI SIJEGIREN DI SANGGAR SENI SIRULO MEDAN

Anna Maria Sinaga
061222510065
Abstrak
Sanggar seni Sirulo terbentuk berawal dari pemikiran Bapak
Juara Ginting, sebagai sarana untuk melestarikan kesenian
daerah Karo. Pada tahun 2009 berdirilah sanggar seni Sirulo
yang awalnya nama sanggar ini adalah sanggar Najati karena
polemik organisasi pada tahun 2010 sanggar Najati diganti
menjadi sanggar seni Sirulo. Pada setiap pertunjukan, sanggar
seni Sirulo selalu melakukan seni pertunjukan secara live.
Secara umum penelitian ini menunjukan bahwa alat musik
kulcapi dalamseni pertunjukan tari Sijegiren adalah alat musik
yang paling utama karena kulcapi sebagai pembawa melodi
pada seni pertunjukan tari Sijegiren jika kulcapi tidak ada maka
seni pertunjukan tari Sijegiren tidak akan sempurna.

Kata kunci: Sanggar Seni Sirulo, Alat Musik Kulcapi, Tari Sijagiren

PENDAHULUAN
Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang
mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. Musik tak sekedar memberikan
hiburan, tetapi mampu memberikan makna untuk membangkitkan gairah dan
spirit hidup untuk memaknai kehidupan. Salah satu bentuk realisasi musik adalah
dalampelaksanaan adat istiadat atau ritual pada suatu kebudayaan.
Sanggar Seni Sirulo adalah salah satu sanggar yang berada
mengkhususkan tentang kebudayaan Karo. Sanggar seni Sirulo berperan dalam
melestarikan budaya dan mengembangkan seni. Kegiatan yang ada dalam sanggar
seni Sirulo berupa kegiatan pembelajaran tentang seni, yang meliputi proses dari
pembelajaran, penciptaan hingga produksi dan semua proses hampir sebagian
besar dilakukan di dalam sanggar (tergantung ada tidaknya fasiltas dalam
sanggar).
Salah satu seni pertunjukan yang dilaksanakan oleh Sanggar Seni Sirulo
adalah seni pertunjukan Tari Sijegiren. Pengertian dari Sijegiren adalah lomba
merasa dirinya yang paling cantik atau yang paling hebat. Pertunjukan tari
Sijegiren ini diangkat dari upacara ritual Erpangir Ku Lau yang merupakan salah
satu pembersihan diri yang di dalamritualnya terdapat aktivitas berkemas atau
mandi bunga ke sungai dengan bantuan dukun ( Erpangir Ku Lau). Dari upacara
ritual Erpangir Ku Lau inilah Sanggar Seni Sirulo mengangkat kembali kegiatan
ritual tersebut menjadi sebuah seni pertunjukan, yaitu seni pertunjukan tari
Sijagiren dalam bentuk hiburan.
Alat musik yang paling utama dalamseni pertunjukan Tari Sijegiren
adalah alat musik kulcapi. Kulcapi berfungsi sebagai alat musik pengiring, tanpa
adanya alat musik kulcapi dalam seni pertunjukan tari sijegiren maka seni
pertunjukan Tari Sijegiren tersebut tidak akan terlaksana dengan baik karena alat

73

musik kulcapi sebagai pembawa melodi bagi para penari dalam seni pertunjukan
Tari Sijegiren.
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
juduul: Peranan Alat Musik Kulcapi Dalam Seni Pertunjukan Tari Sijegiren
di Sanggar Seni Sirulo Medan.

Pengertian Kulcapi
Kulcapi adalah alat musik petik berbentuk lute yang terdiri dari dua buah
senar (two-strenged fretted-necked lute). Kulcapi merupakan salah satu bagian
dari jenis musik ensambel karo yaitu musik Gendang Telu Sedalanen. Dahulu
kala senarnya terbuat dari akar pohon aren (enau) namun sekarang telah diganti
senar metal. Enggoh, yaitu jembatan tempat penahan senar terbuat dari kayu yang
dilekatkan (dilem) secara permanen pada bagian depan kotak suara (langkup).
Langkup kulcapi tidak terdapat pada bagian depan lubang resonator, namun
lobang resonator (disebut babah) justru terdapat pada bagian belakang kulcapi.

ISI
A. Latar belakang Sanggar Seni Sirulo Medan
Sanggar Seni Sirulo berdiri pada tahun 2009. Sebelumnama Sanggar Seni
Sirulo nama sanggar seni ini bernama Sanggar Najati. Najati artinya Pusataka
Karo Kuno Sanggar Najati ini terletak di Jalan Setia Budi Tanjung Sari Pasar II
Medan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Salmen selaku koordinator di
Sanggar Seni Sirulo Medan pada tanggal 28 juli 2012, pada tahun 2010 Sanggar
Najati diubah namanya menjadi sanggar Seni Sirulo dimana Sirulo mempunyai
arti Publik Umum.

B. Acara-acara Seni Pertunjukan yang telah diikuti Sanggar Seni Sirulo
Medan
Sanggar Seni Sirulo ini sering mengisi berbagai acara/event di dalam
maupun di luar negeri. Sanggar Seni Sirulo pun kerap kali menerima undangan
secara pribadi/kalangan tertentu.
Berikut adalah beberapa acara besar yang pernah diikuti oleh Sanggar Seni
Sirulo Medan:
a. Festival Pementasan Tradisional Karo
b. Pementasan Tradisional Deli Serdang
c. Pesta Tahunan Desa Limang
d. Pengukuhan Nama Kapoldasu Marga Ginting
e. Batak Erketteng-ketteng di Belanda
Seni Pertunjukan yang disajikan oleh Sanggar Seni Sirulo Medan yaitu tari
Tungkat dan tari Sijegiren.

C. Bentuk Musik Kulcapi dalam Tari Sijegiren
Kulcapi yang digunakan di Sanggar Seni Sirulo dimainkan oleh satu
orang. Berdasarkan wawancara, Kulcapi yang dimainkan di Sanggar Seni Sirulo
Medan dilatih (practice) tanpa menggunakan sistem notasi balok, namun,
dipelajari dan dilatih dengan teknik mendengar dan menghafal.
Kulcapi dimainkan dengan memetik Senar Kulcapi yang ada pada Lute
Kulcapi dimana Senarnya terbuat dari Kulit Aren. Kulcapi dimainkan dengan

74

Solo yaitu dimulai dengan Senar Pertama dan kemudian akan diikuti oleh senar
kedua sesuai dengan alunan pembawaan dari Melodi tersebut.
Pada umumnya terdapat 5 fret yang dipasang pada kulcapi, namun untuk
mencapai nada satu oktav kita harus memainkannya sampai pada fret 9 pada fret
transparent (yang tidak terpasang).
Dalam memainkan Kulcapi, lobang resonator (babah) tersebut juga
berfungsi untuk mengubah warna bunyi (efek bunyi) dengan cara tonggum, yakni
suatu teknik permainan Kulcapi dengan cara mendekapkan seluruh/sebagian
babah Kulcapi ke badan pemain Kulcapi secara berulang dalam waktu tertentu.
Efek bunyi Kulcapi yang dihasilkan melalui tehnik tonggum ini hampir
menyerupai efek bunyi echo pada alat musik elektronik pada umumnya.

D. Peranan Alat Musik Kulcapi dalam Tari Sijegiren di Sanggar Seni Sirulo
Medan
Alat musik tradisional kulcapi memiliki keterkaitan yang saling
bergantung dengan gerakan-gerakan tarian Sijegiren yang dilaksanakan di
Sanggar Seni Sirulo Medan (wawancara pada 28 Juli 2012), Pada Tari Sijegiren
Kulcapi merupakan alat musik utama yang digunakan karena kulcapi sebagai
pembawa melodi dalam Seni Pertunjukan Tari Sijegiren. Disini Tari Sijegiren
diartikan sebagai Tari dimana para penari memperlombakan atau memperlihatkan
siapa dirinya yang paling cantik dan paling hebat. Melalui observasi dan
wawancara yang dilakukan di Sanggar Seni Sirulo Medan dapat dilihat bahwa
Kulcapi sangat berperan dalam Tari Sijegiren.

1. Tari Sjegiren
Seni pertunjukan Tari Sijegiren adalah salah satu seni perntunjukan yang
dilakukan oleh Sanggar Sirulo. Pengertian dari Sijegiren adalah lomba merasa
dirinya yang paling cantik, pertunjukan tari Sijegiren ini di angkat dari upacara
Erpangir ku Lau dimana upacara Erpangir ku Lau ini sudah menjadi tradisi
leluhur yang diwariskan secara turun temurun hingga sekarang. Erpangir ku Lau
merupakan salah satu ritual pembersihan diri yang di dalam ritualnya terdapat
aiktivitas berkemas atau mandi bunga ke sungai (erpangir ku lau) . Ritual
erpangir ku lau sampai saat ini masih sering dilakukan terutama oleh beberapa
Guru Sibaso pada waktu-waktu tertentu. Pada saat itu ritual Erpangir ku Lau
dilakukan oleh dua Guru Sibaso, setiap guru sibaso akan melaksanakan erpangir
ku lau secara rutin. Dalam sebulan sekali atau setahun sekali sebagai
penghormatan kepada jinujung (kekuatan supranatural yang menyertainya dalam
melakukan kegitan sebagai, guru sibaso).

2. Peranan Kulcapi
Berdasarkan wawancara, Kulcapi berfungsi sebagai alat pengiring dalam
tarian tari Sijegiren di Sanggar Seni Sirulo Medan dan berperan dalam pembawa
melodi karena alunan musik melodinya mengatur gerakan tangan dan badan
sedangkan alat musik Gong sebagai pengatur tempo melalui kaki para penari.
Pada saat Tari Sijegiren akan dimulai Kulcapi akan memberikan nada
pembuka pertama, dan akan diikuti alat musik lainnya seperti Keteng keteng,
Mangkok (sebagai ganti pengana), Serunai dan alat musik Gong. Kulcapi akan
berperan memberikan alunan melodi pada para penari dimana para penari akan

75

memberikan gerakan badan kaki dan tangan dengan perlahan-lahan. Setelah alat
musik kulcapi memberikan melodi, alat musik Serunai akan menggantikan melodi
pada pertengahan pertunjukan Tari Sijegiren dimana serunai dan kulcapi
bergantian memberikan melodi pada Tari Sijegiren.
Peranan Kulcapi lebih banyak berperan dari serunai dimana kulcapi
pembawa melodi pada awal dan akhir dari pertunjukan, Sedangkan Sarunei
menjadi pembawa melodi menggantikan kulcapi pada pertengahan pertunjukan,
berikut ini adalah proses seni pertunjukan Tari Sijegiren.
a. Tempo Simalungun rakyat/lambat
Pada awal pertunjukan dimulai tempo lambat (Andante), alat musik yang
dimainkan yaitu kulcapi diikuti gong, mangkok dan keteng-keteng dengan
gerakan Lande Sadatan. alunan musik melodinya mengatur gerakan tangan dan
badan kedua penari sedangkan alat musik Gong sebagai pengatur tempo pada kaki
kedua penari.
b. Tempo odak-odak/sedang
Pada pertengahan pertunjukan tempo akan berubah menjadi sedang
(moderato). Pembawa melodi pada seni pertunjukan tari sijegiren adalah Sarunei,
diikuti oleh keteng-keteng, mangkok sebagai ganti pengana dan gong. Kulcapi
pada tempo odak-odak tidak dimainkan, gerakan yang dilakukan oleh kedua
penari yaitu gerakan bebas.
c. Tempo Patam-patam/cepat
Pada akhir pertunjukan tempo akan berubah menjadi cepat (alegro),
pembawa melodi pada pertunjukan tari sijegiren kembali menjadi kulcapi diikuti
keteng-keteng, mangkok sebagai ganti pengana dan gong. Gerakan yang
dilakukan oleh kedua penari adalah gerakan bebas, pada akhir pertunjukan ini lah
kedua penari saling unjuk kebolehan atau saling memperlihatkan kemampuan
mereka dalam menari. Pada tahap akhir pertunjukan ini, terlihat para penari saling
menyombongkan diri dengan tarian yang mereka tarikan seperti tidak ada yang
mau kalah. Semakin lama gerakan yang dilakukan kedua penari ini semakin cepat.

E. Proses Penciptaan Musik pada Sanggar Seni Sirulo Medan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ita apullina Silangit pada tanggal 28
Juli 2012 menyatakan bahwa penyajian musik sebagai pengiring tari merupakan
hal yang terpenting dimana musik dapat membantu tempo serta dapat menmbah
keindahan dari tarian tersebut dan juga dapat mewakili awal dan akhir dari tarian
sehingga terdapat suatu keharmonisan di antara penari dan musik. Dalamsetiap
latihan maupun pertunjukan yang diadakan oleh sanggar seni Sirulo Medan
penyajian musik selalu dilakukan secara live.
Pada umumnya iringan tari adalah lagu yang sudah ada namun kalau
dillihat secara detail pada sanggar seni Sirulo Medan ada 2 bentuk musik yang
digunakan sebagai pengring tarian yaitu musik yang sudah ada tetapi diaransemen
ulang serta musik yang betul-betul diciptakan untuk kebutuhan sesuai dengan tari
etnis yang sudah disajikan.
Aransemen musik sebagai pengiring dilakukan agar suasana musik yang
disajikan terasa lebih berbeda. Aransemen musik biasanya dilakukan diawal dan
diakhir tarian. Alat musik tradisional Karo yang digunakan yaitu keteng-keteng,
kulcapi, mangkok (sebagai ganti pengana), gong, gendang , dan serunai.

76

Setelah musik selesai dirancang dilakukan latihan dengan pemain musik
yang lain sampai musik dirasakan betul-betul sempurna. Setelah musik
diciptakan, dilakukan latihan dengan tarian agar musik betul-betul sesuai dengan
tarian yang diiringi. Kalau masih terdapat kekurang harmonisan antara musik
dengan tari maka dilakukan perombakan pada musik sampai terasa harmonis
antara musik dan tarian.

F. Alat Musik Tradisional Karo dalam Pertunjukan Tari Sijegiren di
Sanggar Seni Sirulo Medan
Beberapa alat musik yang dimainkan dalampertunjukan Sanggar Seni
Sirulo Medan adalah:
1. Gendang Telu Sendalanen
Merupakan suatu musik ensemble yang terdiri dari tiga alat musik yang
dimainkan bersamaan secara harmois, yang terdiri dari Kulcapi/balobat,
ketengketeng, danmangkok.
Pemakaian Kulcapi atau balobat sebagai pembawa melodi dilakukan
secara terpisah dalamupacara yang berbeda. Sedangkan Keteng-keteng dan
mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem
yang bersifat konstan dan repetitif. Dalam pola permainan alat musik, keteng-
keteng terdapat sora/bunyi, penganak, gung, cak-cak (pola ritem) singanaki dan
singindungi. Pola pukulan mangkok merupakan pukulan konstan berulang-ulang
mengikuti pola permainan penganak atau gung dalamGendang Lima Sendalanen
2. Gendang Lima Sendalanen
Gendang Lima Sendalanen sering juga disebut dengan istilah Gendang
Sarune merupakan suatu musik ensemble yang terdiri dari lima alat musik yang
dimainkan bersamaan secara harmois, yang terdiri dari 5 (lima) buah alat musik,
yaitu: Sarune, Gendang singanaki, Gendang singindungi, Penganak, dan Gung.
Gendang Lima Sendalanen atau Gendang Sarune inilah yang masih
dilestarikan dan dapat kita temukan dalamprosesi pemakaman suku karo secara
umum. Sedangkan Gendang Telu Sendalenen mungkin akan cukup sulit kita
temui lagi.

G. Peranan Musik Pengiring Pada Sanggar Seni Sirulo Medan
Berdasarkan wawancara dengan Ita Apulina Silangit pada tanggal 28 J uli
2012 menjelaskan bahwa peranan musik pengiring pada Sanggar Seni Sirulo
adalah berperan sebagai berikut:

a. Berperan sebagai pengungkapan emosional
b. Berperan Sebagai Alat Komunikasi
c. Berperan Sebagai Reaksi Jasmani
d. Berperan sebagai Pengintegerasian Masyarakat
e. Berperan Sebagai Hiburan

H. Hambatan yang Terjadi ketika Kulcapi Tidak Ditempatkan dalam Tari
Sijegiren
Menurut Ita Apulina Silangit Penari I selaku penari dalam tari Sijegiren
(wawancara pada 28 J uli 2012) mengatakan bahwa: J ika Kulcapi tidak
ditempatkan pada tari Sijegiren maka ini akan menjadi sulit bagi kami sebagai

77

penari untuk melaksanakan tarian ini dengan baik. Kulcapi menghasilkan bunyi
melodi yang lembut sesuai dengan tarian yang dipertunjukkan.
Menurut Karmila Kaban selaku penari II (wawancara pada 28 Juli 2012)
mengatakan bahwa: Ketika Kulcapi tidak ditempatkan pada tari Sijegiren maka
pertunjukkan tari Sijegiren di Sanggar Seni Sirulo Medan tidak akan terlaksana
dengan maksimal. Para penari tidak akan dapat menari sebaik mungkin dan
hasilnya pasti kurang memuaskan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Kulcapi sangat berperan
dalam tari Sijegiren. J ika Kulcapi tidak ditempatkan pada tari Sijegiren
dampaknya langsung dirasakan oleh para penarinya juga pada para Penonton.
Para penari tidak dapat mengatur tempo dengan baik jika Kulcapi tidak
ditempatkan pada tari Sijegiren sehingga tari Sijegiren tidak terlaksana dengan
maksimal. Hal ini akan menyebabkan pada penari tidak dapat mengekspresikan
tarian dengan baik dan para Penonton tidak dapat menikmati pertunjukkan tari
Sijegiren secara maksimal.

Penutup
Sanggar Seni Sirulo Medan terbentuk berawal dari pemikiran Bapak J uara
Ginting. Sebagai sarana untuk melestarikan kesenian kebudayaan Karo, dan pada
tahun 2010 berdirilah sanggar yang mulanya bernama Sanggar Najati ( Pusataka
Karo Kuno ) karena polemik organisasi pada Maret 2010 Sanggar Najati diubah
namanya menjadi Sanggar Seni Sirulo ( Publik Umum ) di bawah pengawasan
SLM ( Sirulo Community Midetion ) dimana anggotanya sebagian besar dari
sanggar tersebut adalah mahasiswa-mahasiswi FISIP USU. Pada setiap seni
pertunjukan, Sanggar Seni Sirulo Medan selalu melakukan pertunjukan tersebut
secara live. Alat musik tradisional Karo yang digunakan oleh Sanggar Seni Sirulo
Medan adalah kulcapi, serunai, keteng keteng, gong, mangkok ( sebagai ganti
pengana ) dan gendang. Peranan alat musik kulcapi dalam seni pertunjukan tari
sijegiren sebagai pembawa melodi untuk para penari. jika tidak ada kulcapi maka
pertunjukan tari sijegiren tidak akan berjalan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta:
Pustaka Amani.
Corazon, CD. 2007. Traditional Musical Instruments of The Philippines. Nevada:
FMAdigest
Esterberg, Kristin G. 2002. Qualitative Methods in Social Research. New York:
Me Grow Hill
Hidayat, Robby. 2005. Wawasan Seni Tari. Malang: Balai Kajian Seni dan
Desain, J urusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Lexy, J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara
Pusat Pembinaan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka

78

Soekanto, S. 1984. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Suprapto, J. 2004. Proposal Penelitian dan contoh. Jakarta: Universitas Indonesia
(UI-PRESS)







79

PERANAN MUSIK PADA ATRAKSI BARONGSAI GROUP MAHA
VIHARA MAITREYA KOMPLEK CEMARA ASRI MEDAN

Isadarina Br. Ketaren

071222510154

Abstrak

Peranan Musik pada Atraksi Barongsai Group Maha Vihara
Maitreya Komplek Cemara Asri Medan sangat berperan
penting. Hal itu di sebabkan karena musik sebagai pengiring
dari tarian tarian yang di lakukan para penari Barongsai.
Musik lah yang menjadi patokan dalam pergerakan dari
Atraksi Barongsai. Selain itu, dalam Atraksi Barongsai
Musik juga berfungsi sebagai penghusir Roh-roh gaib.
Penelitian ini di maksudkan agar mengetahui bagaimana
fungsi dan peranan musik pada atraksi Barongsai yang ada
di Vihara Maytreia kiranya penelitian ini dapat menjadi
pedoman maupun acuan bagi para muda mudi yang pada
zaman ini banyak meninggalkan musik yang bersifat
Kebudayaan.

Kata Kunci : Peranan Musik, Atraksi Barongsai


PENDAHULUAN
Masyarakat Cina dalamhal kebudayaan masih banyak yang berorientasi
pada budaya leluhur dari negeri asalnya dan bersifat eksklusif. Salah satu
kebudayaan yang dimiliki oleh etnik Cina dan memiliki keunikan tersendiri yaitu,
perayaan tahun baru imlek yang di meriahkan oleh barongsai dan kesenian Cina
lainnya. Imlek atau Sin Tjia adalah sebuah perayaan yang dilakukan oleh para
petani di Cina yang biasanya jatuh pada tanggal satu di bulan pertama di awal
tahun baru. Di Tiongkok kesenian Barongsai di kenal dengan nama Wushe, nama
barongsai menurut versi Indonesia berasal dari dua suku kata, yakni barong dan
sai. Kata barong berasal dari bahasa Melayu yang berarti topeng, mirip dengan
kesenian barong asal dari jawa, sedangkan sai/say berasal dari sebuah dialeg
hokkian yang bermaksa singa.
Pada Atraksi Barongsai Group Maha Vihara Maitreya Komplek Cemara
Asri Medan yang di pimpin oleh bapak Candra memiliki bentuk pendomonasian
antara musik. Misal nya bentuk musik yang di mainkan tetap di sesuaikan dengan
gerakan gerakan yang di lakukan para penari. Atraksi barongsai di Group
Barongsai Maha Vihara Maitreya memiliki arti ataru cerita. Semua gerakan terian
dan musik nya di sesuaikan dengan cerita yang telah di susun terlebih dahulu.
Dengan ada nya pendominasian tersebut musik barongsai memiliki fungsi
dan peranan nya dalammeniringi penari Barongsai. Oleh sebab itu fungsi musik
pada atraksi barongsai sebagai pengusir setan atau roh roh jahat yang ada di
suatu tempat atau ruangan. Dan peranan musik Barongsai sendiri sebagai sarana

80

hiburan untuk masyarakat. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian di Group Barongsai Maha Vihara Maitreya Komplek
Cemara Asri Medan dengan judul : Peranan Musik Pada Atraksi Barongsai Group
Barongsai Maha Vihara Maitreya Komplek Cemara Asri Medan.Dalam suatu
Group atraksi Barongsai, memerlukan anggota lebih dari dua orang personil,
untuk memainkan dan memainkan alat-alat musik sebagai pengiring atraksi
barongsai. Menurut Santoso dan Priyanto (1995:128) Group adalah rombongan,
kelompok golongan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Group atraksi
Barongsai adalah sekumpulan orang-orang yang berkumpul dalam suatu wadah,
yang mengungkapkan gagasan ekspresi jiwa mereka dalam memainkan suatu
atraksi gerak, sehingga menghasilkan suatu keharmonisan dan keindahan dalam
sebuah tarian.


ISI
A. Asal Usul Barongsai
Telah ditulis diatas bahwa Barongsai di ciptakan sebagai hadiah untuk
Kaisar dan berfungsi untuk menghibur para tamu kerajaan. Seiring dengan
jalannya waktu, tidak diketahui tepatnya kapan, fungsi hiburan ini berubah
menjadi suatu kepercayaan atau keyakinan bagi masyarakat etnis Tionghoa.
Masyarakat Tionghoa meyakini bahwa singa adalah hewan kiriman dari dewa
dewi yang diciptakan untuk mendatangkan kebahagiaan, kemakmuran, menghusir
roh-roh jahat dan bala bahaya, serta mendatangkan rejeki yang melimpah. Oleh
sebab itu Barongsai sering diadakan pada berbagai acara. Perubahan fungsi dari
hiburan menjadi kepercayaan tetap tidak melepas unsur hiburan. Meskipun
Barongsai menjadi suatu hal yang sangat penting dalamperayaan tahun baru
Imlek dan perayaan lainnya, Barongsai tetap menjadi hiburan pada masyarakat
Tionghoa.
Ada dua jenis bagian Barongsai yaitu Barongsai Utara dan Selatan.
Perbedaan Barongsai Utara dan Selatan adalah sama halnya Barongsai utara
menyerupai singa dan memiliki empat kaki. Akan tetapi Barongsai Selatan lebih
besar dan panjang di bandingkan Barongsai Utara. Bulu yang terdapat pada
Barongsai Selatan jauh lebih sedikit mata dan mulut dapat bergerak, Barongsai
Selatan tidak memiliki komando. Barongsai ini bergerak dengan sendirinya
dengan gerak-gerik yang menyerupai singa. Setelah peneliti melakukan penelitian,
Barongsai yang di pimpin oleh Candra di Vihara Maitreya merupakan Barongsai
Selatan.
B. Tari Barongsai Di Indonesia
Kesenian Barongsai di perkirakan di Indonesia masuk pada abad ke-19,
ketika migrasi besar di Cina Selatan. Meskipun masyarakat Tionghoa sebagian
sudah ada di Indonesia. Masyarakat Tionghoa berpindah ke Negara lain dengan
cara bergelombang setiap tahunnya. Pindahnya orang-orang Tionghoa ini ke
Indonesia dan ke Negara-negara lain, di sebabkan adanya peperangan besar-
besaran pada zaman itu pada tahun 1913. Peperangan tidak hanya di lakukan oleh
kota-kota besar saja, kota-kota kecil juga melakukan peperanan hebat. Hal ini di
sebabkan karena adanya perebutan wilayah. Saat itu dataran Cina di landa
kebanjiran serta kelaparan sehingga memaksa sebahagian masyaraka Tionghoa
pindah ke Negara-negara lain.

81

Pada abad ke 19 tepatnya pada tahun 1966, Dinasti Qin/Chin melarang
tampilnya Barongsai Selatan karena di anggap sebagai kapitalis permainan.
Barongsai Selatan diciptakan untuk melawan Dinasti Qin. Atas penjajahan yang
dilakukan. Kaisar Dinasti Qin memerintahkan untuk membunuh seniman
Barongsai Selatan, sehingga Barongsai Selatan pindah ke Negara-nagara lain.
Agar terhindar dari tangkapan prajurit Dinasti Qin. Dan salah satu Negara yang di
kunjungi adalah Indonesia.
C. Group Barongsai Maha Vihara maitreya
Pada group Barongsai Maha Vihara Maitreya merupakan Group Barongsai
yang terdapat di Indonesia khususnya di Komplek Cemara Asri Medan. Group ini
menggunakan Barongsai Selatan sebagai atraksi yang sering mereka lakukan.
Sebab seni Barongsai Selatan banyak di temui di Malaysia bahkan sekarang ini
kerajaan Barongsai merupakan sebutan bagi Negara Malaysia. Karena Malaysia
banyak mengembangkan kesenian Barongsai ini.
Group Barongsai Maha Vihara Maitreya mendapatkan beberapa
penghargaan kejuaraan pertandingan Barongsai yang pernah di ikuti di antaranya
adalah juara satu tingkat Nasional yang pernah di ikuti di Indonesia, juara 1
kategori remaja. Selain mengikuti kompetisi dan perayaan Tahun baru Imlek
Group Vihara Maitreya juga sering di undang dalamupacara-upacara adat Cina.
Group Maha Vihara Maitreya ini menggunakan 20 orang anggota. Sudah
termasuk penari Barongsai. Setiap penari di bagi menjadi 3 bagian, dalam1
bagian memiliki 2 anggota penari dan sekitar 5 pemain musik. Sisa anggota yang
lain sebagai anggota cadangan. Para pemain cadangan di perlukan sebagai
pengganti ketika penari yang telah melakukan atraksi kelelahan. Usia rata-rata
pemain Barongsai di group ini sekitar 11 tahun sampai 16 tahun. Group ini
memiliki 2 jenis bentuk formasi yang biasa di gunakan yaitu formasi 2 ekor dan
formasi 3 ekor.
D. Bentuk Atraksi Barongsai
Atraksi Barongsai merupakan salah satu bentuk tarian pendatang yang
berasal dari Cina. Barongsai merupakan lambang dari kepercayaan rakyat Cina
terhadap dewa-dewi yang dapat memberikan ketentraman serta kedamaian.
Setelah beredarnya barongsai di Indonesia, Barongsai sering kita ketahui hanya
terlihat dan dapat dijumpai pada hari raya imlek saja. Group Maha Vihara
Meitreya yang sering mengikuti pagelaran dan juga sering mengikuti upacara-
upacara adat Cina. Atraksi Barongsai merupakan bentuk atraksi yang berupa tari-
tarian yang di iringi beberapa jenis alat musik pukul. Adapun beberapa bentuk
atraksi Barongsai yang sering digunakan di Maha Vihara Maiterya pada awalnya
group ini melakukan sembahyang untuk meminta izin kepada dewa-dewi dalam
melakukan pertunjukan sebagai sarana hiburan. Selain itu group ini membentuk
formasi yang telah di tentukan. Yang sering di gunakan group ini adalah formasi 2
ekor. Dan membutuhkan 2 pemain dalam1 ekor. Setelah melakukan sembahyang
dan membentuk formasi yang telah ditentukan pelatih maka penari Barongsai
menggunakan gerakan-gerakan yang telah di pelajari dan yang di tentukan.
E. Bentuk Musik Atraksi Barongsai
Bentuk musik yang digunakan sebagai pengiring dari tarian atraksi
Barongsai. Setiap permainan musik yang di mainkan oleh pemain musik hanya
menggunakan beberapa unsur-unsur musik. Mereka hanya menggunakan ritem
sebagai pembuat variasi dalamsetiap pukulan. Tempo sebagai pengatur gerakan

82

yang harus di selaraskan antara pemain musik dan penari Barongsai dan dinamik
sebagai pengatur gerakangerakan yang mengartikan sang pemain Barongsai
dengan aksi yang telah di artikan didalam konsep yang telah di atur oleh pelatih.
Alat alat musik yang di gunakan dalamatraksi Barongsai di Vihara Maitreya
adalah:
1. Tambur
Tambur merupakan alat musik pukul yang berbentuk bulat. Alat musik ini
terbuat dari kulit lembu yang di kerat kan dengan pengikat yang berbentuk paku
besar. Dalam mengiringi Barongsai Tambur merupakan alat musik yang utama.
Karena tambur di yakini sebagai roh Barongsai yang berasal dari suara Tambur.
Tambur ini juga berfungsi sebagai mengendalikan irama lagu, membangun
suasana, juga sebagai pemberi tekanan pada gerak tari.
2. Gong ( Nong )
Gong merupakan alat musik pukul yang sering di temui di Indonesia di
Cina namun Gong sendiri disebut dengan Nong . Dalamatraksi Barongsai alat
musik Gong/Nong sebagai pengatur tempo yang memperjelas ketukan pertama
dari rithme yang di mainkan oleh tambur.
3. Simbal (Cai cai)
Simbal merupakan instrument yang di kategorikan sebagai alat musik
yang ritmis dan keras. Simbal merupakan alat musik pukul yang terbuat dari
kuningan. Dalamatraksi Barongsai alat musik ini digunakan sebagai pengiring
dari tambur.
F. Peranan Musik Pada Atraksi Barongsai
Musik sangat berperan penting sebagai sarana hiburan. Baik dalam
kebudayaan maupun dalamlingkungan. Musik tidak jauh dari kehidupan
masyarakat banyak, dari zaman dulu musik sangat terkait dengan kebudayaan di
Indonesia. Hal itu dapat di lihat dari Setiap kebudayaan yang ada di Indonesia
memiliki ciri khas musik masing-masing. Sebagai salah satu contoh musik tor-tor
berasal dari Sumatra Utara yang terkenal dengan kebudayaan batak Toba.
Barongsai juga tidak terlepas dari adanya peranan musik di setiap atraksi
yang di lakukan. Itu semua dikarenakan setiap tarian tidak terlepas dengan
adanya musik. Musik adalah bagian dari tarian dan sebaliknya tarian adalah
bagian dari musik dalamsarana hiburan. Hal itu di sebabkan karena musik dapat
menentukan keberhasilan dari suatu pertunjukan tari. Tanpa adanya musik, penari
Barongsai tidak akan memiliki jiwa agar dapat memahami bentuk musik yang
dimainkan oleh pemain musik dalam melakukan atraksinya. Oleh sebab itu
peranan musik sangat di perlukan dalamatraksi Barongsai ini.
Dalam Group Maha Vihara Maitreya ini setiap pemain musik harus fokus
dan selalu konsentrasi dalammelihat gerakan-gerakan yang dilakukan para penari
hal itu dikarenakan setiap gerakan yang dilakukan oleh para penari harus
beriringan atau bersamaan dengan permainan alat musik yang di mainkan para
pemain musik.
G. Fungsi Dan Makna Atraksi Barongsai Pada Masyarakat
Musik pada tari Barongsai ini sangat penting, sebab musik pada atraksi
Barongsai juga berperan sebagai memanggil roh. Pada masyarakat Tionghoa
Barongsai berfungsi sebagai penghusir setan atau roh-roh jahat yang ada di suatu
tempat atau ruangan. Biasanya masyarakat Cina yang ada di Indonesia yang
sering memanfaatkan Barongsai ini sebagai penghusir setan adalah para

83

pengusaha-pengusaha restoran, pemilik gedung atau pabrik serta ada juga yang
memasuki rumah baru.
Sedangkan group Maha Vihara Maitreya ini sering di undang pada upacara
adat oleh masyarakat Cina yang ada di Indonesia sebagai pemberangkatan orang
meninggal dan pengusiran setan atau roh-roh yang terdapat di daerah tersebut.
Ada juga dari beberapa masyarakat Cina yang mempercayai bahwa atraksi
Barongsai adalah simbol dari kejayaan, kesuksesan serta ketentraman hidup.

PENUTUP
1. Atraksi Barongsai merupakan kesenian yang berbentuk Tari tarian yang
menggunakan Topeg besar yang berbentuk Singa. Tarian ini berasal dari
Suku Tionghoa. Barongsai ini diciptakan oleh pedagang sutera dari Ceylon (
Sri langka ), dan menghadiahkan kepada sang Kaisar Shi Huangdi.
Barongsai ini ditampilkan di Istana Kaisar untuk para tamu kehormatan.
2. Dalam atraksi Barongsai musik berperan sebagai pengiringi untuk mengiringi
setiap gerakan - gerakan yang di lakukan para penari Barongsai dalam
melakukan atraksi.
3. Fungsi musik pada atraksi Barongsai sebagai penghusir roh roh jahat yang
ada di sekitar lokasi Atraksi. Biasanya dalam acara memasuki rumah baru dan
pengusir roh - roh yang ada di bangunan atau pabrik.
4. Bentuk musik pada atraksi Barongsai Berbentuk rithem dengan menggunakan
alat alat perkusi tanpa nada. 3 jenis alat musi yang di Gunakan pada atraksi
Barongsai antaralain Gong, Simbal dan tambur. Ketiga alat musi tersebut
memiliki peran masing masing dalamatraksi Barongsai.
5. Setiap bentuk bentuk gerakan Barongsai ini biasanya di iringi dengan
Rithme musik yang berbeda dan memiliki arti dan makna - makna tertentu
6. Dalamsetiap gerakan dan permainan musik yang di mainkan para pemain
musik.
7. Musik berperan penting bukan hanya ada di panggung musik, juga berfungsi
dalamsetiap kebudayaan. Semua suku yang ada di Indonesia tidak terlepas
dari kebudayaan dan adat-istiadat yang berbeda.
8. Musik juga di gunakan sebagai penarik minat nasyarakat untuk melihat dan
menyaksikan secara langsung atraksi Barongsai yang di lakukan Group Maha
Vihara Maitreya.
Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran
antara lain:
1. Disarankan kepada pelatih group Vihara Maha Maitreya agar sebaiknya dapat
memberikan yang lebih tentang musik Barongsai.
2. Bagi pemain musik yang bisa memain kan alat alat musik Barongsai agar
dapat memberikan improvisai improvisasi yang lebih dalampermainan
musik Barongsai.

DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2000. Kajian Sejarah dan Pengajarannya. Jakarta
Aziz Alimut Hidayat. (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa
Data,Surabaya ; Salemba Media
Bao Gan. Anecdotes About Spirits And Immortals.

84

Budiono (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya ; Karya Agung.
Cambell, Don. 2002. Efek Mozart, Meningkatkan Daya Pikir, Kesehatan, dan
Kreatifitas Anak Melalui Musik. Jakarta ; Gramedia Pustaka Umum.
Chunjiang Fu. Origins Of Chinese Music
Hidayat, A.Alim. 2007. Sumber Penelitian Data
Hadinoto, Kusudianto.1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata.
Jakarta; Penerbit Universitas Idonesia.
Hariwijaya dan Triton. 2008. Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan skripsi.
Yogyakarta ; Oryza
Koentjaraningrat (1976). Pengantar Sosiologi dan Pembangun masyarakat.
Yogya ; Penerbit Tiara Wacana Yogya..
Keping Wang. Ethos Of Chinese Culture
Pusat Pembinaan Bahasa 1990. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta ;
Balai Pustaka
Santoso dan Priyanto, (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta ; Gramedia
Siow Ho Piew. (2002). Lion Art Manual (Kung Seng Keng Lion and Dragon
Dance Association). Malaysia.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung ; Alfabeta
Tylor E.B (1871) [orig. 1871] Primitive Culture. 2 vols. 7th ed. New York:
Brentano's
Zi Mu. Wisdom Of The Ancients For Today
(http//.Wikipedia bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas).
http.//wikipediabarongsai







85

TINJAUAN BENTUK REPERTOAR PERTUNJUKAN SENI ANSAMBEL
MUSIK PADA KOMUNITAS TUJUH KELILING TANJUNG MORAWA
MEDAN

Rado Niko Saragih
071222510033

Abstrak

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan data - data kualitatif. Data data dikumpulkan
melalui studi kepustakaan, observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Objek dalam penelitian ini adalah Komunitas Tujuh
keliling Tanjung Morawa Medan di J ln. Perintis Kemerdekaan
Tanjung Morawa B gang buntu Deli Serdang. Setelah analisis
dilakukan, ditemukan hasil bahwa bentuk repertoar pertunjukan
seni ansambel musik komunitas tujuh keliling membuat suatu
konsep musik yang berasal dari unsur musik tradisi yang
digabungkan dengan musik pop, hal ini dapat dilihat dari apresiasi
masyarakat yang sangat mendukung karier dan prestasi komunitas
tujuh keliling dalam menampilkan pertunjukan seni.

Kata Kunci : Repertoar, Ansambel Musik

PENDAHULUAN
Di kota medan khususnya dikalangan anak muda ada sebagian anak muda
yang suka bermain musik tradisional. Beberapa anak muda itu mempunyai latar
belakang pendidikan yang berbeda-beda. Dimana latar belakang pendidikan
mereka ada juga yang berasal dari pendidikan khusus musik dan ada juga yang
tidak . Kemampuan mereka dalambermain musik juga berbeda-beda, ada yang
bisa bermain musik klasik, pop, tradisi, rock, blues, jazz dan lain-lain. Sebuah
komunitas musik seperti komunitas tujuh keliling yang digawangi syahrial yang
berkedudukan di tanjung morawa, awal mula terbentuknya dari adanya tugas
mata kuliah musik koreografi jurusan Sendratasik UNIMED pada tahun 2007.
Awal terbentuk komunitas tujuh keliling ini dikarenakan adanya kemungkinan
dari beberapa orang anak muda yang ingin membangun budaya musik dalam
genre baru..
Menurut narasumber bahwa ada beberapa even penting yang pernah
diikuti seperti: festival musik realigi lintas Ramadan, musik takbiran sebagai
pengisi acara di bulan Ramadan dan september tahun 2009, komunitas tujuh
keliling pernah mengikuti even kebuyaan di kedutaan Indonesia yang
diselenggarakan di DenHaag Belanda yang diwakili tiga orang dari anggota
komunitas tujuh keliling. Di tahun 2010 komunitas tujuh keliling juga mengikuti
even medan Contemporery Arts Festival.
Komunitas tujuh keliling dalam hal ini menurut penulis menjadi fenomena
budaya tersendiri. Rasanya penulis ingin mengetahui beberapa hal secara
mendalam seperti: Bagaimana bentuk reportoar pertunjukan, bagaimana bentuk
komposisi musik, instrumen apa yang digunakan, bagaimana bentuk ansambel

86

musik, bagaimana konsep musik yang disajikan. Maka dengan ini penulis sangat
tertarik untuk mengajukan penelitian tentang Tinjauan Bentuk Reportoar
Pertunjukan Ansambel Musik Pada Komunitas Tujuh Keliling Tanjung Morawa
Di Kota Medan.

ISI
A. Profil Komunitas Tujuh Keliling
Dengan menyadari sepenuhnya akan tuntutan dan tantangan dalamera
reformasi pembangunan nasional serta didorong rasa tanggung jawab membina
dan mengembangkan kreatifitas, maka tujuh keliling hadir tetap menjaga dan
melestarikan seni budaya tersebutg menuju masyarakat yang beradat, makmur
serta berbudaya.
Angka 7 merupakan makna yang terkandung didalam syariat islam
tentang 7 putaran dalam tawaf, 7 masa penciptaan langit dan bumi, dan didalam
nada musik pun terdiri dari 7 nada. Sedangkan makna keliling merupakan proses
putaran kreatifitas. Warna emas merupakan keaslian dan kemuliaan yang patut
dijunjung tinggi.
Komunitas tujuh keliling merupakan sebuah laboratorium seni terutama
seni pertunjukan meliputi seni musik, tari, sastra dan teater. Menurut pendapat
nara sumber laboratorium seni yang dimaksud adalah komunitas tujuh keliling
membuat sebuah musik yang sudah ada untuk diaransemen menjadi sesuatu yang
baru dan berbeda. Dimana konsep musik yang dibuat tujuh keliling adalah
kolaborasi musik etnik sumatera utara yang dipadukan kepada musik pop.
Komunitas tujuh keliling terbentuk di Medan pada tanggal 07 juli 2007 yang
sekarang bermukimdi JL. Perintis Kemerdekaan No.204 Tanjung Morawa B.
Sebuah komunitas yang mengusung sebuah semangat kreatifitas dalam setiap
garapannya ini telah banyak menorehkan beberapa prestasi khususnya dibidang
musik.
B. Even Yang Pernah Diikuti Komunitas Tujuh Keliling
Pada tahun 2008 group tujuh keliling membawakan sebuah lagu yang
berjudul rapuh dan mendapatkan juara satu musik religi lintas ramadhan yang
diselenggarakan oleh Kampus Promo Production dilapangan Krakatau Medan.
Tahun 2009 tujuh keliling membawakan sebuah lagu yang berjudul keagungan
Tuhan dan mendapatkan juara satu musik religi lintas ramadhan kampus promo
production dilapangan segitiga lubuk pakamdan menjadi duta kesenian sumatera
utara ke Belanda. Tahun 2010 komunitas tujuh keliling membawakan lagu
taubatlah taubat dan mengisi acara dalam acara Medan Arts Contemporery
Festival di Taman Budaya Medan. Tahun 2001 komunitas tujuh keliling
membawakan lagu ketika cinta dan taubatlah taubat dan mendapatkan juara satu
Ramadhan Fair Music Festival dikolam Sri Deli Medan dan menjadi partisipasi
Medan Arts Festival di Taman Budaya Medan.
C. Proses Latihan Tujuh Keliling
Proses latihan tujuh keliling membuat suatu musik iringan lagu dimana
konsep dibuat oleh anggota tujuh keliling tersebut yang dipadukan menjadi satu
konsep musik yang berbeda dari musik aslinya. Yang dibantu oleh syahrial selaku
pembimbing untuk memperbaiki konsep mereka jika ada yang salah atau kurang
baik dalamproses latihan. Konsep musik yang mereka buat dari musik etnis
sumatera utara yang digabungkan dengan musik-musik seperti musik reagge,

87

arabian, blues, dan musik pop. Yang mereka padukan dan cocokkan kepada lagu
yang akan mereka bawakan. Tujuan dari konsep musik yang mereka buat agar
musik aslinya diberikan warna-warna yang baru dan menjadi konsep musik baru
agar audiens menikmati musik yang mereka bawakan dan memiliki perbedaan
dalam membawakan musik yang mereka aransemen. Kendala yang dihadapi
anggota pada saat latihan ialah pada saat membuat aransemen musik, anggota sulit
menggabungkan ide-ide dari setiap anggota untuk digabungkan menjadi sebuah
aransemen musik yang mereka inginkan. Menurut observasi dari penulis yang
meneliti komunitas tujuh keliling bahwa anggota tujuh keliling cenderung
menunjukkan konsep mereka masing-masing yang akan ditampilkan dalam
latihan. Anggota tujuh keliling belum bisa mendapatkan jati diri dalam
mengaransemen musik yang mereka inginkan. Maka syahrial selaku pembimbing
selalu mengarahkan mereka mebuat aransemen musik dan ide-ide mereka
digabungkaan dan disesuaikan dalam lagu yang mereka bawakan pada saat even.
D. Proses Pelatihan Tujuh Keliling
Proses latihan tujuh keliling membuat suatu musik iringan lagu dimana
konsep dibuat oleh anggota tujuh keliling tersebut yang dipadukan menjadi satu
konsep musik yang berbeda dari musik aslinya. Yang dibantu oleh syahrial untuk
membenarkan konsep mereka jika ada yang salah atau kurang baik dalamproses
latihan. Konsep musik yang mereka buat ada dari etnis karo, reagge, melayu,
arabian, blues, dan musik pop. Yang mereka padukan dan cocokkan kepada lagu
yang akan mereka bawakan. Tujuan dari konsep yang mereka buat agar musik
yang sudah ada mereka bawakan berbeda dengan aslinya. Menurut warga sekitar
yang berdekatan dengan base camp tujuh keliling awalnya mereka tidak
mengetahui dan mengerti akitifitas apa yang dilakukan syahrial .warga datang
kerumah syarial untuk melihat serta bertanya kepada syahrial selaku pembimbing
tujuh keliling dan juga warga asli dari tempat tersebut. Syahrial memberikan
penjelasan kepada warga atau tetangganya bahwa syahrial melakukan latihan
musik aransemen lagu yang dibuat oleh komunitas tujuh keliling. Warga masih
belummengerti dari penjelasan dari syahrial, dikarenakan warga belumpernah
mendengar musik seperti yang tujuh keliling mainkan. Akan tetapi warga yang
sering mendengar latihan musik dari tujuh keliling dan lama-kelamaan warga pun
menerima keberadaan tujuh keliling dirumah syahrial. Menurut warga sekitar,
tujuh keliling sangat menghibur warga dengan lagu-lagu yang mereka mainkan
saat latihan. Karena lagu-lagu yang dimainkan tujuh keliling ada unsur tradisi
melayu yang bisa dinikmati oleh warga sekitar dan warga tidak terganggu oleh
latihan tujuh keliling.
E. Instrumen /Alat-alat musik komunitas tujuh keliling miliki
Alat-alat musik yang mereka (tujuh keliling) miliki seperti : keyboard,
gitar, bass, drum, gambus, dara buka, cazon, djimbe, gendang melayu, taganing,
timbalis, akordeon, biola,. Serta perangkat tambahan yaitu sound system, efek
gitar dan efek biola.
F. Komunitas Tujuh Keliling Mengisi Even Ramadhan Fair
Dibulan juli tanggal 30 sampai dengan tanggal 13 agustus tahun 2012
komunitas tujuh keliling mengisi even ramadhan fair di mesjid raya dijalan
sisimangaraja medan. Even ini diadakan pemko mendan agar ramadhan tahun ini
lebih bermakna dan lebih meriah. Lagu-lagu yang komunitas tujuh keliling
bawakan dalam even ramadhan fair tersebut ada 20 jenis. Diantaranya ialah :

88

assalamualaikum, dengan nafasmu, tobat maksiat, ketika cinta, rosul menyuruh
kita, sepanjang hidup, rapuh, ramadhan datang, rindu rosul, madah terakhir,
sepohon kayu, keagungan tuhan, alhamdulilah, insan utama, barakallah, takdir,
haram, kota santri, rumput bertasbih, taubatlah taubat. Dari 20 jenis lagu yang
dibawakan oleh komunitas tujuh keliling, peneliti mengambil satu sampel lagu
yang akan ditampilkan melalui video rekaman dalamsidang, satu sampel lagu
tersebut adalah : Keagungan Tuhan. Lagu keagungan Tuhan merupakan lagu
rohani islamiah, dimana lagu ini berisikan lirik dan makna lagu manusia yang
berserah kepada Tuhannya. Awal dari lagu ini dikonsep dari musik etnis karo
sebagai pembukaan yang dimainkan dengan alat musik taganing. Dan
dipertengahan lagu di improvisasi dengan musik blues yang dimainkan oleh
melody gitar dan ketukan (beat) dari drum. Dan di akhir lagu di improvisasi musik
arabian dari melodi biola.
G. Konsep Musik Komunitas Tujuh Keliling
Menurut nara sumber, konsep musik komunitas tujuh keliling berasal dari
musik etnis melayu yang didalamnya memiliki unsur musik islamiah. Contohnya
seperti judul-judul lagu yang tertera dieven ramadhan fair diatas. Tujuh keliling
mengaransemen suatu konsep musik dari ide-ide anggota komunitas tujuh keliling
tersebut yang dipadukan menjadi suatu konsep musik yang berbeda dari musik
aslinya. Konsep musik yang mereka buat berasal dari unsur musik etnis dari
sumatera utara yang digabungkan dengan unsur musik-musik luar negeri seperti
musik reagge, blues, dan musik pop. Yang mereka padukan dan cocokkan kepada
lagu yang akan mereka bawakan. Tujuan dari konsep yang mereka buat kepada
lagu yang akan mereka bawakan berbeda dengan aslinya. Agar musik aslinya
diberikan warna-warna bunyi musik yang baru dan menjadi konsep musik baru
agar audens menikmati musik yang mereka bawakan. Kendala yang dihadapi
anggota pada saat mengaransemen adalah sulitnya menggabungkan ide-ide dari
setiap anggota yang digabungkan menjadin aransemen musik yang mereka
inginkan. Menurut observasi dari penulis yang meneliti komunitas tujuh keliling
bahwa anggota tujuh keliling cenderung menunjukkan konsep mereka masing-
masing yang akan ditampilkan dalam latihan. Menurut nara sumber, anggota tujuh
keliling belum bisa mendapatkan jati diri dalam mengaransemen musik yang
mereka inginkan. Di karenakan susahnya meletakkan ide-ide yang mereka
tuangkan untuk digabungkan menjadi konsep musik yang mereka inginkan. Maka
syahrial selaku pembimbing selalu mengarahkan mereka membuat aransemen
musik dan ide-ide yang mereka buat digabungkan dan disesuaikan dalam lagu
yang mereka bawakan pada saat even.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bertitik dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti,
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Komunitas tujuh keliling mempunyai arti nama tersendiri yang angka tujuh
merupakan makna yang terkandung didalam syarial islam tentang tujuh
putaran dalam tawaf, tujuh masa penciptaan langit dan bumi. Di dalam nada
musikpun terdiri dari tujuh nada. Sedangkan makna keliling merupakan
proses putaran kreatifitas.

89

2. Bentuk Repertoar pertunjukan seni ansambel musik pada komunitas tujuh
keliling tanjung morawa terdiri dari segi bentuk musik etnis sumatera utara
yang dipadukan kepada musik-musik pop. Dari bentuk musik etnis dapat kita
lihat video dan photo pada saat even ramadhan fair yang mereka bawakan.
Sementara dari bentuk modern dapat kita lihat pada saat improvisasi musik
yang mereka bawakan pada acara ramadhan fair.
3. Alat-alat musik yang mereka miliki bukan hanya dari alat musik modern saja,
tetapi ada juga dari alat musik tradisi yang digabungkan pada saat latihan.
Alat musik tradisi yang menjadi keunikan bagi musik yang mereka bawakan
pada acara pertunjukan seni.
4. Komunitas tujuh keliling merupakan komunitas yang membawakan musik
dari kebudayaan etnis sumatera utara atau tradisi daerah sumatera utara.
Dimana jarang sekarang ini komunitas atau grup band yang membawakan
tradisi/etnis dari sumatera utara. Sehingga musik etnis dari sumatera lama-
kelamaan memudar. Komunitas tujuh keliling mengangkat musik tradisi/
etnis menjadi musik jati diri yang akan dikembangkan dalambentuk musik
yang dipadukan pada musik pop.
Adapun saran-saran yang akan diajukan sesuai hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada komunitas dan grup musik yang berada ditanjung morawa
dan di medan agar lebih memperhatikan musik-musik tradisi /etnis dari
sumatera utara. Jangan sampai merubah atau menghilangkan musik
tradisi/etnis tersebut. Karena musik tradisi/etnis sumatera utara merupakan
kebanggaan dan kekayaan negara.
2. Disarankan kepada semua generasi muda di kota medan agar
mempertahankan alat musik tradisionalnya. Jangan sampai alat musik
tradisional yang menjadi ciri khas dari sumatera utara harus tergantikan
dengan alat musik modern. Dan semua generasi muda harus mengenal jenis-
jenis alat musik tradisional sumatera utara, baik itu nama ataupun bentuk alat
musik tersebut agar kita sebagai generasi muda tidak lupa dengan alat musik
tradisionalnya.
3. Disarankan kepada semua mahasiswa seni UNIMED baik itu seni musik, tari
maupun seni rupa mau mengenal dan mengetahui musik tradisi/etnis dan alat
musik tradisi yang ada disumatera utara agar bisa menjadi tambahan ilmu
pengetahuan bagi mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Ali. Muhammad. 1984. Prosedur kependidikan prosedur dan Strategi. Bandung:
Angkasa.
Ali. Muhammad. 1987. Dasar-Dasar Penelitian Kependidikan. Bandung:
Angkasa
Hamdju. Atan. 1981. Pengetahuan Seni Musik, Jakarta: Mutiara.
Handayani. Putri. 2012 Peranan Musik Pada resepsi pernikahan etnis jawa di
Desa Dalu Sepuluh, kecamatan tanjung morawa. Kajian Terhadap Bentuk
dan Fungsi. Skripsi. Medan. Universitas Negeri Medan.
Kodijat. Latifah. 1983. Istilah-istilah Musik, Jakarta: Djambatan.

90

Manalu. Humisar. 2010 Peranan Musik Pada Sanggar Cindai Dikota Medan.
Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaaan. Jakarta: Bumi Pustaka
Nainggolan. Ricky J uniardi (2012) Pengaruh Foot Stool Pada Teknik Permainan
Gitar Klasik Di SMK Negeri 11 Medan. Skripsi. Medan. Universitas
Negeri Medan.
Noeng Mohadjir. 2000. Penelitian Kualitatif, Malang : Y A3.
Pakpahan. Ria Luinne Tabita (2011) Pembelajaran Ansambel Djembe Pada
Kegiatan Ekstrakurikuler SMA Harapan Mandiri Medan. Skripsi. Medan:
Universitas Negeri Medan.
Purba. Eko Budiman (2012) Pembelajaran Instrumen Flute Pada Siswa Kelas
XI SMK Negeri 11 Medan. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan
Sambas. Irma Khairani (2011) Peranan Seni Musik Bagi Anak Jalanan Di
Rumah Singgah Warna Ngumban Surbakti Medan. Skripsi. Medan:
Universitas Negeri Medan.
Sandjaja. 2011, Panduan Penelitian, Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.
Sinambela. Naomi Bertuah Uli (2011) Peranan Musik Pada Tata Ibadah Agama
Buddha Mahayana Di Vihara Borobudur Jalan Imam Bonjol Medan.
Skripsi. Medan. Universitas Negeri Medan.
Soehartono. 2002. Metode Penelitian Sosial, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Soeharto. M. 1982. Membina Paduan Suara dan Grup Vokal. Jakarta: PT.
Gramedia
Soeharto, M.1992 Kamus musik, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Supranto. 2004. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta
Sutopo. 2002. Meode Penelitian Kualitatif, Bandung, P.T. Remaja Rosdakarya.
www.scribd.com/doc/64994206/1-pengertian-bentuk yang di akses pada tanggal 2
april 2012
www.wikipedia.com/ pengertian ansambel yang diakses tanggal 5 April 2012)
airachma.wordpress.com/2009/10/11/pengertian-komunitas) yang di akses pada
tanggal 4 april 2012
www.uangtabungan.blogspot.com/2009/08/komunitas-pengertian-komunitas-
interaksi.html yang di akses pada tanggal 4 april 2012.





91

TINJAUAN ARRANSEMEN LAGU ETNIS SUMATERA UTARA
STUDI KASUS SIHUTUR SANGGUL PADA KELOMPOK
MUSIK INSIDENTAL DI TAMAN BUDAYA
SUMATERA UTARA

Evinora Rasmiaty Nainggolan

ABSTRAK

Kelompok musik Insidental adalah salah satu kelompok musik
yang menyajikan musik etnis Sumatera Utara. Pada mulanya
kelompok musik Insidental ini menggarap musik etnis sebagai
musik pertunjukkannya untuk mengiringi tarian dan teater di
sanggar- sanggar yang ada di Taman Budaya Sumatera Utara
saja. Namun seiring dengan perjalanan waktu, kelompok
musik Insidental ini pun mengadakan pertunjukkan diluar
Taman Budaya Sumatera Utara untuk memperkenalkan lagu
etnis dengan arransemennya. Adapun tujuannya adalah
mengangkat lagu etnis tersebut mendapat pengakuan dari
kalangan masyarakat budaya Sumatera Utara karena musik
tradisional sudah mulai punah dan kurang digemari para
kaum muda. Kelompok musik Insidental mencoba
mengaplikasikan penggarapan musik/lagu etnis Sumatera
Utara dengan cara mengeksploitasikan dan mengekplorasikan
kekayaan budaya Sumatera Utara melalui permainan alat
musik atau instrument masing- masing etnis/daerah. Kelompok
musik Insidental juga lebih mengarahkan lagu etnis tersebut
untuk mengiringi tari dan teater. Tulisan ini memaparkan
bagaimana bentuk analisis arransemen musik etnis yang
ditampilkan oleh kelompok musik Insidental terhadap lagu
Sihutur Sanggul. Mendeskripsikan dan menganalisa apa yang
kita dengar dan kita dapat menuliskan dalam berbagai cara
keatas kertas untuk mendeskripsikan arransemen Sihutur
Sanggul.

Kata Kunci : Arransemen, Sihutur Sanggul

PENDAHULUAN
Musik tradisional (etnis) adalah musik yang hidup, tumbuh dan
berkembang atau lahir dari budaya setempat. Musik tradisional diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi yang berpadu dengan kegiatan sehari hari
sesuai dengan kondisi sosial budaya serta alamdaerah setempat. Daerah Sumatera
Utara terdiri dari delapan etnik (suku) yaitu : Melayu, Batak Toba, Mendailing
Angkola, Simalungun, Karo, Pakpak Dairi, Pesisir Barat dan Nias. Kedelapan
etnik tersebut masing-masing memiliki musik tradisional yang menunjukkan ciri
khas dan keunikannya.Pada awalnya musik tradisional ditempatkan pada musik
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakatnya baik dari aspek religi maupun
aspek kekerabatan atau adat-istiadatnya dikalangan daerah itu sendiri tetapi

92

sekarang ini musik daerah/tradisional sudah difungsikan pada acara non
seremonial yang sifatnya terbuka untuk masyarakat umum.
Salah satu dari delapan etnik ini, penulis tertarik untuk melihat fenomena
budaya musik tradisional seperti pada musik trdisional Batak Toba, yang mana
dalammusiknya terkandung keunikan tersendiri baik instrumentnya, melodinya,
ritmenya, harmonisasinya, warna (timbre) musiknya maupun bangunan
karya/komposisi musiknya secara keseluruhan.
Namun sekali pun masyarakat budaya Sumatera Utara telah
diperkenalkan dan diperhadapkan kepada musik daerahnya masing-masing
dengan keunikannya, tetapi banyak juga yang kurang menggemarinya seperti
salah satunya di kalangan kaummuda. Kaummuda lebih menggemari modern
dan lebih menyukai memaki alat musik modern. Untuk mengatasi agar musik
etnis tersebut tetap dikenal dan tidak pudar keberadaannya pada masyarakat
daerah itu sendiri maka para musisi Batak Toba yang ada di kota Medan mencoba
untuk mampu menunjukkan kreativitasnya dalam mengeksploitasi
(mendayagunakan) alat-alat musik tradisional yang ada. pada daerahnya. Adapun
cara para musisi kota Medan tersebut adalah mengubah warna musiknya dari yang
sederhana menjadi yang lebih menarik dengan mengarransemen komposisi lagu
daerahnya. Bahkan saat ini banyak kita saksikan bukan hanya penampilan jenis
instrument musik daerah/etnis saja yang disajikan dalamacara-acara tertentu
maupun acara hiburan melainkan juga para musisi kota Medan justru juga
menyajikan jenis instrument musik kolaborasi antar daerah maupun luar daerah.
Salah satu kelompok musik di kota Medan yang mampu menggarap lagu
etnik tradisional adalah kelompok musik Insidental di Taman Budaya Sumatera
Utara. Kelompok musik Insidental dalam hal ini sangat memperhatikan unsur-
unsur musikal baik dalam permainan musiknya maupun dalam bentuk
arransemennya.
Melalui nara sumber penulis mencoba mendeskripsikan lagu Sihutur
sanggul dengan aspek-aspek musikalnya sehingga mendapat penemuan-penemuan
terhadap bentuk arransemennya tiap bagian maupun keseluruhannya lagu Sihutur
Sanggul mengandung arti suatu tempat yang digoncang/digoyang. Goyangan yang
menggoncang seluruh tubuh sangat didukung oleh permainan alat-alat musiknya
baik sebagai pembawa melodi maupun pembawa ritme yang memberi aksentuasi
ritmis terhadap tempo dan dinamik sehingga menghidupkan warna musik dan
menyemarakkan suasana.

PEMBAHASAN

1. Bentuk Analisis Arransemen Lagu Sihutur Sanggul Yang Dibawakan
Kelompok Musik Insidental.
Bentuk analisis arransemen lagu Sihutur Sanggul yang dibawakan oleh
kelompok musik Insidental terdiri dari :
- Pengolahan struktur melodi yaitu memberikan introduksi/prelude (musik
pendahulu) pada bar 1 13 dengan permainan taganing, interlude (musik
tengah) pada bar 14 20 dengan permainan melodi keyboard dan pada bar
61 69 dengan permainan keyboard untuk pengantar musik ke permainan
sulim dan hasapi pada bar 70 -109, pada bar110 134 dengan permainan
keyboard untuk pengantar musik ke permainan sarune bolon, postlude

93

(musik akhir) terdapat pada bar 181. Penggunaan tanda abbreviatura
(penyingkatan lagu) seperti D.S al Coda artinya diulangi pada tanda Segno
sampai ke tanda Coda (bar 167-174 laulu diulangi bar 167-171 lompat ke
bar 181). Coda artinya ekor. Fine artinya berakhir.
- Pengolahan struktur irama/rhythm/ritme dengan menampilkan permainan
alat musik yang bernada ( instrument bersuara majemuk) seperti taganing
dan keyboard dan alat musik yang tak bernada (instrument bersuara
tunggal) seperti gordang bolon, snar drum, hesek dengan pola ritemyang
bervariasi.
- Pengolahan struktur harmoni dengan mengembangkan harmonisasinya
melalui pemakaian akor baik akor asal maupun akor balikan sebagai
variasi dalam jalinan melodi dan akornya berdasarkan tangga nada, nada
dasar dan tanda kuncinya.
- Dalam lagu Sihutur Sanggul untuk permainan sulim dan hasapi (bar 70
109) memakai tangga nada D=1 dengan wilayah nada D sampai nada A :
D-E-Fis-G-A dengan interval nada 3,5 laras dimodulasikan (peralihan
tangga nada dan nada dasar) untuk permainan sarune bolon (bar 134-181)
memakai tangga nada Bes=1 dengan wilayah nada Bes sampai nada F :
Bes-C-D-Es-F berinterval 3,5 laras, sedangkan keyboard sebagai unsur
musik pendukung untuk melengkapi iringan musik tradisional dengan
progressi melodis, dan choirnya sudah memakai interval nada 6 laras
dengan wilayah nada D-D untuk mengiringi sulim dan hasapi dan Bes-
Bes untuk mengiringi sarune bolon. Frase lagu yang terdapat pada lagu
Sihutur Sanggul yang diciptakan oleh kelompok musik Insidental adalah
frase tanya (anteseden) dan frase jawab (konsekwen). Frase tersebut
masingmasing sebanyak 4 birama. Adapun bentuk frase lagu tersebut
setelah dianalisa adalah bentuk A-A, B-B, C-C, D-D, E-E pada sulim,
hasapi dan sarune bolon.
- Motif yang terdapat pada lagu Sihutur Sanggul ciptaan kelompok musik
Insidental adalah : bentuk A-A, B-B, C-C, D-D, E-E (pada sulim dan
hasapi), demikian juga pada sarune bolon.
Bentuk motifnya adalah A-A, B-B, C-C, D-D, E-E.

Pada bar 166-168 adalah motif E, bar 169 mengalami sedikit perubahan motif (E)
demikian seterusnya sampai ke bar 181.
- Tehnik pengolahan/modifikasi motif yang terdapat pada lagu Sihutur
Sanggul adalah :
a. Memakai repetisi (pengulangan motif yang sama) mulai bar 70-72, 74-
76, 86-93, 101-105 (untuk sulim), untuk hasapi mulai bar 70-76, 78-81
diulang ke bar 82-85, 86-93, bar 94-97 lalu ke bar 98-101, 102-105,
untuk sarune bolon mulai bar 134-137 diulangi ke bar 138-141, 142-
145 diulangi ke bar 146-149, 150-157, 158-161 diulangi ke bar 162-
165, 166- 180.

94


Memakai sekwens (pengulangan motif dengan tingkatan nada yang berbeda
terletak pada bar 86-93 (sekwens turun untuk sulim dan hasapi), bar 150-157
(sekwens turun untuk sarune bolon).


b. Memakai augmentasi (perluasan nilai nada) terletak pada bar 83 ke bar
85, bar 95 ke bar 97 (untuk sulim dan hasapi), bar 143 ke bar 145, bar
147 ke bar 149, bar 159 ke bar 160, 163 ke bar 165 (untuk sarune
bolon).


c. Memakai diminished (penyempitan nilai nada) terletak pada bar 73,
77, 83, 137, 141, 143, 147, 159, 163.


95


d. Memakai inversi terdapat pada bar 77-78, 80-81, 82-83, 84-85 (sulim
dan hasapi), bar 136-137, 140-141, bar 142-143, 144-145, 146-147,
148-149 (sarune bolon).

e. Memakai kadens tertutup (I-V-I) pada bar 62-70, 71-84, 102-117, 130-
181.
f. Memakai ornamentasi (nada hias) karena dalampermainan melodinya
muali dari awal lagu sampai akhir lagu lebih banyak memakai not
perdelapanan dan not perenambelasan dalamtempo cepat dan arah
gerak nadanya bersifat mangarapat.
g. Memakai gradasi (perjenjangan nada yang naik-turun kearah yang
berbeda) terletak pada bar 62-68 (big and row), 70-71, 74-75 (sulim
dan hasapi), 134-135, 138-139 (sarune bolon).

Permainan ritemostinato konstan atau variatif dengan saling bersahutan
oleh alat musik taganing diikuti pukulan hesek sebagai pemegang ketukan dasar
dengan aksentuasinya dimulai dan bar 1 sampai bar 13 sebagai introduksi lagu.
Lalu pada bar 14 sampai bar 21 permainan melodi dari keyboard (big & row)
yang bersamaan dengan choir sebagai pembawa akor / pengiring dan taganing
sebagai pembawa ritem. Keyboard sebagai melodis pada bar ini merupakan bridge
lagu atau musik jembatan untuk menunjukkan bagian dari komposisi musik
(sebagai fase antara) yang mana melodi pokok belum dimulai.
Pada bar 22 sampai 37 permainan taganing kembali dengan pukulan ritem
ostinato konstan atau variatif yang diselang-selingi dengan permainan drum,
kemudian pada bar 38 sampai 61 pukulan gordang bolon diperdengarkan untuk
memperjelas pukulan ritemtradisional pada taganing. Pada bar 62 sampai 69
merupakan musik pengantar untuk memasuki melodi suling dan hasapi yang mana
pemain keyboard dan iringannya (alat musik lainnya) menunjukkan ekspresi
melodis masing-masing secara bebas. Pasasi lagu yang dikosongkan untuk diisi

96

secara bebas dalam permainan salah seorang menunjukkan keterampilan
musiknya sebagai suatu sisipan disebut fill-in (isi).
Pada bar 70 sampai 109 merupakan progresi melodis secara oktaf dalam
permainan suling dan hasapi yang diiringi oleh taganing, hesek, gordang bolon,
keyboard. Pada bar 110 sampai 117 musik tengah (prelude) sebagai musik
pengantar untuk vokal. Pada bar 118 sampai 129 merupakan vokalis secara a
capella (memperdengarkan vokal penyayi dengan menyebutkan
dadadinggadingdang dengan mengikuti setiap progresi molodinya tanpa iringan
alat musik melodis lainnya).
Dan pada bar 130 - 133 merupakan prelude (musik tengah) atau sebagai
musik pengantar untuk memasuki permainan melodis sarune bolon. Dan pada bar
ini menegaskan fill-in untuk melodis sarune bolon yang sudah mengalami
peralihan nada dasar dan D =1 menjadi Bes =1. Adapun alal musik yang
diperdengarkan untuk mengiringi sarune bolon adalah keyboard, taganing,
gordang, hesek dan bas. Kemudian pada bar 134 - 181 merupakan progresi
melodis sarune bolon yang motif melodisnya sama dengan melodis sulim. Bentuk
pengulangan motif ini disebut dengan imitasi yang artinya pengulangan motif
melodi yang sama dengan pemakaian alat musik yang berbeda.

2. Jenis Instrumen yang dipakai oleh Kelompok Musik Insidental dalam
membawakan lagu Sihutur Sanggul.
Adapun jenis instrument yang dipakai masing-masing musisinya dalam
menampilkan lagu Sihutur Sanggul adalah :
a. Taganing berperan sebagai pembawa melodi atau dapat juga berperan sebagai
pembawa ritme (ostinato konstan atau variatif), mengawali tempo lagu,
mengikuti secara paralel atau hanya memberikan aksentuasi ritmis pada
permainan sulim dan sarune bolon.
b. Hesek berperan sebagai pemegang ketukan disarmdan tempo lagu.
c. Gordang bolon berperan sebagai pembawa ritme (ostinato konstan atau
variatif), menimpali/.emberikan aksentuasi pada permainan taganing atau
berfungsi sebagai bass drum.
d. Sulim berperan sebagai pembawa melodi, sebagai penentu gondang/lagu
yang dimainkan mengawali dan mengakhiri gondang.
e. Hasapi berperan sebagai pembawa melodi yang mengikutisecara paralel
permainan melodi sulim.
f. Bass berperan sebagai pembawa aksentuasi pada permainan keyboard,
taganing.
g. Keyboard berperan sebagai pembawa melodi (big and row) dan pembawa
akor (choir) dalamiringannya pada sulim, hasapi dan sarune bolon.
h. Vokalis berperan sebagai penyanyi dalam accapela (tanpa iringan musik)
dengan membawakan melodi sulim.
3. Peranan setiap musisi kelompok musik Insidental dalam membawakan
lagu Sihutur Sanggul.
Salah satu musik etnis perdana dari kelompok musik Insidental yang
dirilis dalam albumSumateran Incidental Music ( Insidental Satu ) adalah lagu
Sihutur Sanggul. Pada masa tahun 2000 kelompok musik Insidental ini
mempunyai anggota lima orang personil dalam membawakan lagu Sihutur
Sanggul. Lima orang personil tersebut adalah :

97

a. Hendri Perangin-angin yang secara tunggal mengkomposisikan semua musik
dalam album Insidental satu. Beliau juga bertindak sebagai pemegang
keyboard, gitar, akustik, kulcapi, hasapi, sordam, gambus taganing gending
karo, ketipung dan vokalis.
b. Winarto Kartupat memegang alat musik dol, jimbe, musicraf, gendang live
artistik.
c. Hardoni Sitohang memegang taganing, ketipung, sarune bolon, dan sulim.
d. Sirtoyono memegang gendang melayu dan vokal.
e. Yondik Tanto sebagai vokalis dan pembaca puisi.

Pada masa sekarang sudah mengalami penambahan jumlah anggota tetap
pada kelompok musik Insidental yakni Hendri Perangin-angin, Winarto kartupat
Irma Karyono, Hardoni Sitohang, Martahan Sitohang, Saridin Tua Sinaga,
Bonggud Sidabutar, Desmaret Napitupulu, Brepin Tarigan, Nominanda sagala, tri
saputra dan Ali Gusti.
Masing-masing musisi menunjukkan keprimavistaannya ( kebolehannya
atau skillnya) dalam memainkan setiap alat musik yang dipakai.
a. Hendri Perangin-angin dalammengalunkan setiap melodi maupun choir yang
ada dalampermainan keyboardnya, dimana Hendri Perangin-angin juga lihai
dan cekatan dalammenggantikan suara - suara melodi baik untuk big &
row, choir, dan bass menurut ekspresinya dan seleranya sendiri untuk
menghidupkan suasana yang lebih gembira dan meriah.
b. Winarto Kartupat juga menunjukkan kebolehannya dalam permainan
perkusinya yang selalu memakai gaya contrapunk artinya
menyeimbangkan/menyelaraskan pukulan perkusi dengan alur bass dan
melodi yang saling kontra hingga membentuk aliran harmoni.
c. Hardoni Sitohang dalam memainkan sulim (bar 70-109) dan sarune bolon
(bar 134-181) dengan hembusan nafas panjang yang tak kenal lelah dalam
memainkan alat musiknya dan mampu memodifikasi setiap melodi yang ada
dengan improvisasinya tanpa terlepas dari tanda birama sekalipun mengikuti
tempo yang cepat. Progressi melodi yang dimainkan bersifat mangarapat dan
memakai tehnik pengulangan-pengulangan motif.
d. Martahan Sitohang juga menunjukkan perannya dalammemainkan taganing
dan gordang silih berganti dengan menampilkan pukulan-pukulan bervariasi
(memodifikasikan ritem) mengikuti gerakan perkusi, melodi dan bass untuk
menciptakan warna musik (timbre) pada lagu etnisnya.
e. Saridin Tua Sinaga dengan ekspresinya dan kelentikan jarinya memetik setiap
tali/senar hasapi mengikuti permainan sulim yang dibawakan oleh Hardoni
Sitohang dengan jalinan melodi yang harmonisasi.
f. Desmaret Napitupulu juga tidak kalah pentingnya dalam permainan hesek
karena setiap pukulannya merupakan ketukan dasar untuk memulai dan
mengakhiri lagu Sihutur Sanggul.
g. Sirtoyono sebagai vokalis mengikuti melodi yang di dalam partiturnya
dengan suara tinggi (bar 118-129).

PENUTUP
Setelah ditinjau bentuk analisis arranseen lagu Sihutur Sanggul adapun
kesimpulan yang diambil penulis berikutnya adalah terdiri dari tiga bagian yaitu

98

bagian pertama merupakan permainan alat musik taganing secara tradisional,
bagian kedua permainan melodis dari alat musik sulim dan hasapi, yang bagian
ketiga menampilkan permainan alat musik sarune bolon, taganing dan sarune
bolon yang dipadu dengan alat musik modern seperti keyboard dengan tujuan
untuk menambah suasana dan nuansa musik yang lebih indah, tekstur lagunya
dalambentuk heterofonis yaitu tiap-tiap alat musik pada prinsipnya memainkan
motif melodi yang sama dengan variasi yang berbeda sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing, karakteristik melodinya adalah struktur melodis
yakni rangkaian garis melodi gondang yang dibentuk dari motif-motif melodi
yang kecil, mangarapat dan bertempo cepat, frase lagu Sihutur Sanggul terdiri dari
frase tanya (anteseden) dan frase jawab (konsekwen), karena jenis lagunya
merupakan lagu tradisional rakyat, memiliki pengulangan melodi yang
membentuk frasefrase melodi gondang dan variasi ritmis yang berulng-ulang.
Dari uraian yang terdapat pada hasil penelitian dan pembahasan, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai bentuk analisis arransemen lagu
Sihutur Sanggul adalah bentuk komposisi A- A, B-B, C-C, D-D, E-E.
Adapun modifikasi atau pengolahan struktur, melodi, irama/ ritem/ ritme
dan harmoni terdapat pada bentuk arransemen lagu Sihutur Sanggul memakai
teknik pengolahan struktur melodi seperti memberikan introduksi/prelude (musik
awal), interlude (musik tengah) dan postlude (musik akhir), meletakkan tanda
abbreviatura (penyingkata lagu) dengan memakai istilah D.S al Coda artinya
diulang dari tanda Segno ke tanda Coda. Coda artinya ekor. Fine artinya lagu
berakhir, maupun dalam pengolahan struktur irama/ ritem/ rtyhm dengan
menampilkan permainan alat musik perkusi yang bernada (instrument bersuara
majemuk) seperti taganing, keyboard dan alat musik tak bernada (instrument
bersuara tunggal) seperti gordang bolon, 1 set drum, hesek dengan
memodifikasikan pola ritemyang bervariasi dan pengolahan struktur harmoni.
Frase lagu Sihutur Sanggul terdiri dari frase tanya (anteseden) dan frase
jawab (konsekwen) yang masing-masing memiliki 4 birama dalamtiap bagiannya.
Pengembangan motif dari lagu Sihutur Sanggul adalah memakai repetisi,
sekwens, inverse, augmentasi, diminished, ornamentasi, gradasi, dan kadens.
Jenis Instrument yang dipakai kelompok musik Insidental dalam
membawakan lagu Sihutur Sanggul adalah taganing, hesek, gordang bolon, sulim,
hasapi, bass, keybord, dan vokalis.

DAFTAR PUSTAKA


Banoe, Pono. (2003:192). Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta :
Kanisius.
Gustina, Susi (2005). Jurnal Seni Musik, Vol. 2. Tengerang : J urusan Musik
Fakultas Ilmuseni UPH.
Harahap, Irwansyah dan Hutajulu Riythaony. (2005 : 51), Gondang Batak Toba.
Bandung : P4ST UPI
Hutagalung J efry. 2011. Sumatera Incidental Musik di Taman Budaya Sumatera
Utara : Deskripsi Pengelolaan, Pertunjukkan dan Struktur Musik. Medan :
Etnomusikologi, USU.
KBBI, (2002:1998). Balai Pustaka. Jakarta.

99

KBBI, (2002:43). Balai Pustaka. Jakarta.
KBBI, (2002:30). Balai Pustaka. Jakarta.
KBBI. (2002:63-64). Balai Pustaka. Jakarta.
Manalu, Lando MP. 2011 Peranan Grup Marsada Band Dalam Mempopulerkan
Musik Tradisiona Batak Toba ke Mancanegara. Medan : Fakultas Bahasa
dan Seni. Unimed.
Maryaeni, (2005:1). Metode Penelitian, Kebudayaan. J akarta : Bumi Aksara.
Manurung, Daniel miduentus. 2008. Analisis Lagu Palti Raja Arransemen Viky
Sianipar. Medan : Fakultas Bahasa dan Seni, Unimed.
Miles, B. Matthew dan Huberman, A. Michael.2005. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta : UI-PRESS.
Rosita, Afe Rohani. 2007. Metode Pembelajaran Arransemen Musik di SMP
Negeri 3 Satu Atap Siria-ria. Medan : Fakultas Bahasa dan Seni, Unimed.
Pasaribu, Ben M. (2004:4-5). Musikalitas + Etnitas = Pluralitas Dalam
Pluralitas Musik Etnik. Medan : Pusat Dokumnetasi Kebudayaan Batak
Universitas HKBP Nommensen.
Pasaribu, Sarah Dermawan. 2010. Analisis Komposisi Piano Kemadjaja Karya
Mochtar Embut. Medan : Fakultas Bahasa dan Seni, Unimed.
Supranto, J. (2004:27). Proposal Penelitian Contoh. Jakarta : Universitas
Indonesia (UNI-PRESS).
Purba, Mauly. (2006:61). Mengenai Tradisi Gondang dan Tor-tor Masyarakat
Batak Toba. Medan : USU.
Purba, Mauly. (2007). Musik Tradisional Masyarakat Sumatera Utara : Harapan
Peluang dan Tantangan. Medan : USU.





100

KAJIAN ORGANOLOGI INSTRUMEN SARUNE PADA MASYARAKAT
KARO

Yobel Arista Sitepu
061222520096

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan
Sarune, cara memproduksi bunyi Sarune, dan sistem pelarasan
bunyi Sarune. Dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori
yang bertujuan, agar hasil dari suatu studi kepustakaan yang
saling berhubungan (relevan) terhadap pokok permasalahan
yang hendak diteliti. Adapun teori yang digunakan yaitu,
Organologi, Instrumen, Sarune, Proses, Memproduksi, Bunyi,
Sistem, dan Pelarasan. Metode dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode sampel bertujuan atau Purposive Sample.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi,
wawancara, audiovisual dan studi kepustakaan yang
dilakukan langsung terhadap pembuat Sarune, masyarakat,
dan penatua adat. Metode ini digunakan untuk menjelaskan
sampai kepada hal sekecil-kecilnya tentang pembuatan
Sarune. Secara umum penelitian ini menunjukkan keberadaan
pembuat Sarune pada masyarakat Karo di desa Seberaya
Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Pembuatan alat
musik Sarune Karo tersebut, dikerjakan sepenuhnya secara
tradisional dibantu dengan peralatan tukang pada umumnya
dan dengan bahan seperti Kayu Selantam, Sisik baning/tanduk
kerbau, daun kelapa, dan Timah. Adapun hasil dari
pengerjaan itu terbagi menjadi lima bagian yaitu Batang
Sarune, Gundal Sarune, ampang-ampang sarune, Tongkeh
Sarune, dan Anak-anak Sarune.

Kata Kunci : Sarune, Musik Karo, Organologi

PENDAHULUAN
Suku Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak suku yang ada di
Kepulauan Indonesia. Berdasarkan pendapat para ahli, secara geografis yang
menjadi wilayah suku Karo adalah: Kabupaten Karo (meliputi Tanah Karo
Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang,
Simalungun, dan Dairi. Selain itu, suku Karo juga banyak menetap di beberapa
wilayah Kota Medan, seperti : Deli Tua, Padang Bulan, Sunggal, dan lain-lain.
Hal ini dibuktikan dengan adanya bangunan Jambur di tempat tersebut.
Tanah Karo sebagai tempat bermukim masyarakat yang heterogen
memiliki kemampuan mempertahankan seni tradisi dengan baik. Seni tradisi
sebagai warisan budaya antara lain terdiri dari seni musik, sastra, (cerita rakyat,

101

pantun), tari, ukir (pahat). Salah satu unsur budaya yang diwariskan pada
masyarakat Karo adalah kesenian dalam bentuk ensambel musik tradisional yang
disebut Gendang lima sendalanen.
Selain Gendang lima sendalanen, ada beberapa bentuk kesenian yang
hampir punah keberadaannya, bahkan ada yang hilang sama sekali. Hal ini
disebabkan karena sudah mengalami perubahan-perubahan pola pikir dalam
kehidupan sehari-harinya dan sudah banyak dipengaruhi oleh budaya lain seiring
berkembangnya zaman
Gendang lima sendalanen adalah sekumpulan instrumen yang terdiri dari
satu buah sarune (sebagai pembawa melodi), dua buah gendang (gendang
singanaki dan gendang singindungi), serta dua buah gong sebagai instrumen
ritmis meskipun kedengarannya sebagai pembawa metronom (gung dan
penganak). Ke lima instrumen tersebut bermain bersama sebagai satu grup atau
ensambel.
Gendang lima sendalanen yang disebut juga gendang sarune, termasuk
ensambel musik yang paling dikenal pada masyarakat Karo. Kata gendang
diartikan sebagai alat musik, lima berarti lima, dan sendalanen berarti sejalan.
Dengan demikian, gendang lima sendalanen mengandung arti lima buah alat
musik yang digabungkan dalamsatu kelompok atau ensambel, dan dimainkan
bersama-sama dalam pertunjukan oleh 4 - 5 pria.
Di antara beberapa instrumen ansambel Gendang lima sendalanen, Sarune
merupakan satu-satunya instrumen musik yang termasuk ke dalamklasifikasi alat
musik aerophone. Alat musik ini terbagi dalambeberapa bagian yaitu anak
sarune, tongkeh sarune, ampang-ampang sarune, batang sarune, dan gundal
sarune, Sarune mempunyai peran penting yaitu berfungsi sebagai pembawa
melodi utama dalam gendang lima sendalanen. Sarune ini terbagi dalam 2 ukuran,
yaitu ukuran besar dan kecil. Namun kali ini si peneliti hanya meneliti Sarune
ukuran kecil saja
Sarune diproduksi secara manual. Dalam proses pemilihan bahan baku dan
pembuatan sarune, masih menggunakan alat-alat tradisional. Kajian organologis
terhadap Sarune ini menarik perhatian peneliti untuk didekati sesuai disiplin ilmu
yang dimiliki, dan telah dipelajari selama di bangku kuliah. Kajian ini perlu
dilakukan sebagai upaya dukungan untuk pelestarian kesenian. Hal ini membuat
penulis tertarik untuk mengangkat judul Kajian Organologi instrumen Sarune
Pada Masyarakat Karo.
ISI
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
1. Letak Geografis
Secara geografis daerah Kabupaten Karo terletak anatara 0250 s/d
0319 Lu dan 9755 s/d 9838BT. Daerah Kabupaten Karo terletak di daerah
dataran tinggi bukit barisan dengan total luas administrasi 2.127, 25 km atau
212.725 ha. Wilayah Kabupaten Karo berbatasan dengan:
- Kabupaten Langkat dan Deli Serdang di bagian Utara
- Kabupaten Simalungun di bagian Timur
- Kabupaten Dairi di bagian Selatan dan,
- Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam di bagian Barat.
Ibukota Kabupaten Karo adalah kabanjahe yang terletak sekitar 76 kmsebelah
selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara.

102

2. Topografi
Ditinjau dari kondisi topografinya, wilayah kabupaten Karo terletak
didataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah 140 mdiatas permukaan
laut ( Paya lah-lah Mardingding) dan yang tertinggi ialah 2.451 m diatas
permukaan laut (Gunung Sinabung). Daerah kabupaten Karo yang berada
didaerah dataran tinggi bukit barisan dengan kondisi topografi yang berbukit dan
dan bergelombang, maka di wilayah ini ditemui banyak lembah-lembah dan alur-
alur sungai yang dalam dan lereng-lereng bukit yang curam/ terjal. Sebagian besar
(90%) wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian/ elevasi140 ms/d 1400
mdiatas permukaan laut. Pada wilayah Kabupaten Karo terdapat dua hulu daerah
aliran sungai (DAS) yang besar yakni DAS sungi Wampu dan DAS sungai lawe
Alas. Sungai Wampu bermuara ke Selat Sumatera dan Sungai Renun ( Lawe
Alas) bermuara ke lautan Hindia.

3. Iklim
Tipe iklim daerah kabupaten Karo menurut klasifikasi Oldeman dengan
bulan basah lebih tiga bulan dan bulan kering berkisar2-3 bulan atau A menurut
Koppen dengan curah hujan rata-tata diatas 1000 mm/tahun dan merata sepanjang
tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara1000-4000 mm/tahun, Hal ini
menyebabkan daerah tanah Karo dapat ditanami sepanjang tahun dan ini juga
menentukan musim tanam yang nantinya berpengaruh kepada kebudayaan
masyarakat karo yaitu dalam menentukan hari upacara pesta tahunan yang
dilaksanakan sebelum musim tanam. Dalampemilihan bahan baku, Ukuran kayu
Selantam yang digunakan untuk menjadi bahan dasar Sarune juga sangat
ditentukan oleh faktor iklim, karena umumnya kayu tersebut ukurannya besar bila
tumbuh didaerah yang agak panas. Oleh karena itu, adapun kayu Selantamyang
digunakan biasanya diambil dari luar desa Seberaya, misalnya si pengrajin sendiri
memesan kayu tersebut dari Namo Ukur.

4. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Karo pada akhir tahun 2010 ialah sebanyak
342.555 jiwa. J umlah penduduk kabupaten Karo jika dibandingkan dengan luas
wilayah kabupaten Karo yakni 2.127,25 km maka kepadatan penduduk
kabupaten Karo pada akhir tahun 2010 adalah 161,03 jiwa/km, laju pertumbuhan
penduduk kabupaten Karo pada periode tahun 2000-2006 adalah sebesar 3, 19%
per-tahun. Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut memperlihatkan
bahwa penganut agama Nasranai merupakan yang terbanyak baru disusul oleh
pemeluk agama Islamdan agama lainnya.
Ditinjau dari segi etnis, penduduk Kabupaten Karo mayoritas adalah suku
Karo. Sedangkan suku lainnya seperti suku Batak Toba, Tapanuli, Jawa,
Simalungun, dan suku lainnya hanya sedikit jumlahnya ( dibawah 5 %). J umlah
penduduk masyarakat Karo yang mayoritas mempengaruhi etnis lain yang
minoritas untuk terlibat dalamsetiap upacara yang sebenarrnya adalah milik etnis
karo. Keterlibatan etnis lain dalam kegiatan upacara etnis karo, salah satunya juga
disebabkan karena percampuran akibat perkawinan.




103

5. Administrasi Pemerintahan
Kecamatan Tiga Panah terdiri dari 22 desa, adalah salah satu dari 17
Kecamatan yang ada di Kabupaten Karo, yaitu:
1. Kecamatan Barus Jahe dengan ibukota dengan ibukota terdiri dari 19 desa
2. Kecamatan Brastagi (Berastagi) dengan ibukota Berastagi terdiri dari 9 desa
3. Kecamatan Dolat Rayat dengan ibukota Dolat Rayat terdiri dari 7desa
4. Kecamatan J uhar dengan ibukota J uhar terdiri dari 24 desa
5. Kecamatan Kabanjahe denga ibukota Kabanjahe terdiri dari 13 desa
6. Kecamatan Kuta Buluh dengan ibukota Kuta Buluh terdiri dari 16 desa
7. Kecamatan Lau Baleng dengan ibukota Lau Baleng terdiri dari 13 desa
8. Kecamatan Mardinding dengan ibukota Mardinding terdiri dari 10 desa
9. Kecamatan Merdeka dengan ibukota Merdeka terdiri dari 9 desa
10. Kecamatan Merek dengan ibukota Merek terdiri dari 19 desa
11. Kecamatan Munte dengan ibukota Munte terdiri dari 22 desa
12. Kecamatan Naman Teran dengan ibukota Naman Teran terdiri dari 14 desa
13. Kecamatan Payung dengan ibukota Tiga Nderket terdiri dari 8 desa
14. Kecamatan Simpang Empat dengan ibukota Simpang Empat terdiri dari 17
desa
15. Kecamatan Tiga Binanga dengan ibukota Tiga Binanga terdiri dari 19 desa
16. Kecamatan Tiganderket dengan ibukota Tiga Nderket terdiri dari 17 desa

Kecamatan Tiga Panah terletak lebih kurang 77 kmdari kota Medan, Ibu
kota Propinsi Sumatera Utara. Tiga Panah berada di dataran tinggi dengan
ketinggian 1192 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah 18,684 Km2
dan berbatasan :
- Sebelah Utara dengan Kecamatan Dolat Rayat dan Kecamatan Berastagi
- Sebelah Selatan dengan Kecamatan Merek
- Sebelah Barat dengan Kecamatan J uhar, Munte dan Kabanjahe, dan di
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Merek

6. Mata Pencaharian Penduduk
Dilihat dari letak geografis tanah karo maka mata pencarian utama
penduduk kecamatan Tiga Panah adalah bertani dan beternak. Karena berada di
ketinggian tersebut, membuat Tiga Panah memiliki iklimyang sejuk dengan suhu
berkisar antara 16 sampai 17. Disana bisa ditemukan indahnya nuansa alam
pegunungan dengan udara yang sejuk yang memungkinkan untuk tumbuh
suburnya berbagai macambuah dan sayur.
Potensi tanaman yang ada di Tiga Panah terdiri dari: komoditas sayur-
mayur dan buah-buahan, seperti jeruk, kopi ,kol, tomat, cabe, dan lain-lain. Maka
dari itu masyarakat sangat memerlukan informasi tentang pertanian dan
peternakan. Selain daripada bertani dan beternak ada juga yang bekerja dibagian
pemerintahan seperti guru, dokter, dinas pariwisata, perpajakan, polisi dan lain-
lain. Perekonomian dari masyarakatnya, rata-rata tergolong menengah keatas.
Oleh karena itu, mereka masih sempat mengadakan pesta budaya bunga dan buah
yang diadakan hampir setiap setahun sekali
Kecamatan Tiga Panah dominan ditempati oleh masyarakat asli suku karo
dan beberapa suku pendatang lainnya, sepeti suku jawa, tapanuli, dan nias. Suku
karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan

104

sangat mengikat bagi suku Karo sendiri. Sehingga membuat masyarakat Karo
kuat berpegang kepada adat istiadat leluhur.
B. Musik Tradisional Karo
Salah satu media pengekspresian kesenian melalui musik, dapat berupa
musik instrumentalia, musik vocal, musik atau gabungan antara keduanya. Orang
Karo menyebut musik dengan istilah Gendang. Dan dalam musik tradisional Karo
gendang itu sendiri mempunyai beberapa pengertian, diantaranya;
1. Gendang, sebagai nama sebuah instrumen musik (Gendang singindungi,
Gendang singanaki),
2. Gendang, untuk menunjukkan jenis lagu atau komposisi tertentu
(Gendang simalungun rayat, Gendang peselukken),
3. Gendang, untuk menunjukkan ensembel musik tertentu (Gendang Lima
Sendalanen, Gendang telu sendalanen),
4. Gendang untuk mengartikan sebuah upacara tertentu (Gendang cawir
metua, Gendang guro-guro aron)

1. Ansambel Karo
Masyarakat Karo memiliki dua ansambel musik yang sering digunakan
dalamkonteks upacara adat dan ritual yang ada yaitu :

1. Gendang Lima Sendalanen
Gendang Lima Sendalanen merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menyatakan suatu ansambel musik tradisional Karo yang terdiri dari 5 (lima)
buah alat musik. Pemusik dalamansambel ini disebut sierjabatan atau penggual,
walaupun masing-masing pemain instrument mempunyai nama yang lebih khusus
lagi. Ansambel gendang lima sendalanen merupakan ansambel musik yang
paling besar terdapat pada masyarakat Karo. Mengenai kepastian mulai kapan
julukan atau penamaan ini mulai dikenal dan di populerkan belumada sumber
yang bisa menjelaskannya, yang jelas profesi ini berkaitan sekali dengan kesenian
tradisional Suku Karo.

2. Gendang Telu Sendalanen
Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat
musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian
Gendang Lima Sendalanen). Dalamansambel Gendang telu sendalanen ini ada
dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu Kulcapi atau
balobat.
Pemakaian Kulcapi atau balobat sebagai pembawa melodi dilakukan
secara terpisah dalam upacara yang berbeda. Sedangkan Keteng-keteng dan
mangkok merupakan alat musik pengiring yang berfungsi sebagai penghasil pola-
pola ritme yang bersifat konstan dan repetitif (perulangan). J ika Kulcapi
digunakan sebagai pembawa melodi, dan keteng-keteng serta mangkok sebagai
alat musik pengiringnya , maka istilah Gendang telu sendalanen sering disebut
Gendang Kulcapi, dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya
tersebut menjadi gendang balobat. Masing-masing alat musik dimainkan oleh satu
orang pemain.



105

2. Pengelompokan Alat musik Tradisional Karo
2.1 Berdasarkan jenis Instrumen
A. Gendang lima Sendalanen : Sarune, Gendang Singanaki, Gendang
Singindungi, Gong dan Penganak
Berikut adalah gambar instrumen dari Gendang lima Sedalanen:

Gambar 1: Sarune

Gambar 2: Gendang singanaki Gambar 3: Gendang singindungi

Gambar 4: Penganak dan Palu-palu Gambar 5: Gung dan Palu-pal

B. Gendang Telu Sendalanen : Kulcapi/ balobat, mangkok, keteng-keteng

Gambar 6 Gendang Balobat Gambar 7Gendang Telu Sendalanen


106

2.2 Berdasarkan cara memainkannya :
(1). Kelompok Idiophone/ alat musik pukul tanpa nada
1. Gung
2. Penganak
3. Keteng- keteng
4. Mangkuk mbentar
5. Genggong
6. Gendang singanaki
7. Gendang singindungi
8. Gendang Binge
(2). Kelompok Aerofone / alat musik tiup
1. Sarune
2. Balobat
3. Surdam
(3). Kelompok Kordofon / alat musik petik
1. Kulcapi

3. Sarune
Sarune merupakan alat musik yang berklasifikasi areofon, keluarga reed
(berlidah). Bahan terbuat dari kayu selantam, mempunyai lima bagian, yaitu anak-
anak sarune, timah / tongkeh sarune, ampang-ampang sarune, batang sarune dan
gundal sarune. Sarune pada Masyarakat karo pada umumnya terbagi dalam2
ukuran, Yaitu ukuran besar dan kecil. Dilihat dari ukurannya sudah tentu suara
yang dikeluarkan pasti berbeda, dimana suara yang dihasilkan sarune ukuran kecil
pasti lebih tinggi dari sarune ukuran besar. Sarune ini termasuk dalamgendang
Ansambel Lima Sendalanen yang mempunyai fungsi utama, yaitu sebagai
pembawa melodi.

C. Proses Pembuatan Sarune
1. Bahan- bahan yang digunakan
1.1 Kayu Selantam
Sifat kayu yang fleksibel dalampenggunaan, menyebabkan kayu dapat
memberikan manfaat yang sangat besar dan tidak ternilai bagi kehidupan
manusia. Walaupun telah banyak ditemukan bahan lain yang dapat menggantikan
penggunaan kayu tersebut. Pemanfaatan kayu antara lain adalah sebagai bahan
furniture dan mebel, kayu lapis, papan komposit, kertas, bahan bangunan baik
struktural atau non- struktural, kayu bakar dan lain-lain. Selain penggunaan
tersebut diatas, kayu juga dapat digunakan untuk pembuatan alat musik seperti
gitar, organ, biola dan lain-lain. Alasan kayu sebagai bahan dasar pembuatan alat
musik antara lain karena keunggulan sifat akustiknya.
Oleh karena itu lah, maka Bahan utama untuk membuat Sarune Karo, kayu
yang digunakan adalah kayu selantam (sejenis tumbuhan perdu, termasuk salah
satu dari bulung- bulung si melias gelar) walaupun ada juga kayu lain yang
pernah dibuat jadi bahan dasar sarune misalnya pohon nangka. Namun karena
suara yang dihasilkan kurang bagus, maka kayu tersebut tidak dipakai lagi dan
kembali berlalih ke kayu Selantam. Resonansi bunyi ataupun sustain dari kayu
Selantamtersebut sangat bagus. Maka dari itu, kayu tersebut digunakan sebagai

107

bahan dasar membuat Batang, Gundal dan Abal-abal Sarune. Biasanya kayu
selantam ini dapat dijumpai dipagar-pagar perladangan

1.2 Timah
Timah adalah logamberwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang
rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan
listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 1600C), logam ini bersifat
mengkilap dan mudah dibentuk. Timah terbentuk sebagai endapan primer pada
batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya
berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan
sekunder yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium.
Kegunaan timah banyak sekali, terutama untuk bahan baku logampelapis,
solder, cendera mata, dan lain-lain. Unsur ini merupakan logam miskin
keperakan, dapat ditempa, tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan
karat dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat.
kegunaan timah disini merupakan sebagai bahan dasar untuk membuat tongkeh
Sarune.

1.3 Bambu
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di
batangnya dan memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur,
dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan
paling cepat, Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik. Dalam sehari
bambu dapat tumbuh sepanjang 60cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada
kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam. Kegunaan bambu disini
merupakan sebagai tempat mencetak timah menjadi tongkeh Sarune.
1.4 Sisik Baning
Sisik Baning merupakan suatu istilah yang dipakai dalam bahasa karo,
dimana ini merupakan hewan sebangsa penyu, kura-kura, dan bulus. Bagian yang
diambil dari binatang ini adalah sisik dari tempurungnya, yang kemudian diolah
menjadi ampang-ampang Sarune.

1.5 Benang
Benang yang dipakai ini adalah benang yang biasa digunakan tuk
menjahit. Kegunaan benang ini, sebagai pengikat daun kelapa ke mata rantai jam
(mbulu-mulu).

1.6 Daun Kelapa
Daun kelapa yang digunakan ini merupakan daun yang telah kering dan
(Biak Mersik) pilihan , dan merupakan sebagai bahan dasar untuk membuat Anak-
anak Sarune.

1.7 Mata rantai Jam
Bahan ini digunakan sebagai tempat diikaatnya daun kelapa. Awalnya
bahan yang digunakan yaitu bulu ayam. Namun sekarang ini telah digantikan
dengan mata rantai jam. Walaupun bulu ayam tersebut telah diganti dengan mata
rantai jamnamun namanya tetap mbulu-mbulu.


108

2. Alat Yang Digunakan
Sepenuhnya teknik pembuatan Sarune di kerjakan dengan tangan dan
menggunakan alat bantu yang sering digunakan tukang kayu, adapun alat-alat
pertukangan yang digunakan antara lain:
1. Parang
2. Gergaji
3. Pisau kecil
4. Temper / bor batang Sarune
5. Bor gundal
6. Kertas Pasir
7. Bor kecil ( melubangi lubang nada-nada pada batang sarune)
8. Pengkeruk ( mengkerok bagian dalam gundal)
9. kaleng ( tempat memasak timah)
10. pencetak timah
11. kompor
12.
3.1. Batang Sarune
Dalam proses pembuatan sarune ini yang pertama dilakukan dengan
mempersiapkan bahan baku yaitu kayu selantam ( sejenis tumbuhan perdu,
termasuk salah satu dari bulung- bulung simelias gelar) sebagai bahan dasar
dalam membuat batang sarune dan gundal. Adapun yang dilakukan dengan
memilih kayu Selantam yang ukuran diameternya lebih kurang 5cm. Ini dilakukan
agar sesuai dengan diameter lingkaran pada Gundal Sarune..
Bagian pertama yang dikerjakan yaitu batang Sarune, karna itu
merupakan patokan untuk membuat ukuran pada Gundal. kayu Selantam tersebut
dipotong dengan menggunakan gergaji sesuai dengan ukuran Sarune yang
diinginkan. Umumnya, panjang batang yang dipakai untuk sarune sekitar 22 cm.

Gambar 8 kayu Selantamyang telah dipotong
Setelah kayu selantam tersebut selesai dipotong, maka proses berikutnya
melobangi dari ujung keujung dengan menggunakan temper ( jarum, bor, besi
yang digunakan untuk membuat lobang pada sesuatu misalnya papan sebagai
tempat paku). Temper yang digunakan ini tidak mempunyai gerigi karena
bentuknya yang persegi empat dan ukuran tempernya juga berbeda, dimana dari
ujung mata temper, ukurannya sangat kecil dan tajam dan makin ke arah
pegangan, ukuran temper bertambah besar.
Temper ini sengaja digunakan agar lebar lubang pada batang Sarune tidak
sama, dimana ukuran lubang dari ujung batang Sarune yang dibawah lebih lebar
dari pada ukuran lubang batang sarune yang di atas.

109


Gambar 9 melubangi kayu dengan temper Untuk membuat batang Sarune
Setelah kayu tersebut selesai di lubangi, maka dilakukan proses
pembentukan menjadi batang Sarune. Dalam pengerjaan ini, sangat dibutuhkan
keuletan dan kesabaran. Karena dalam pembentukan kayu selantam tersebut
sepenuhnya dikerjakan secara manual dengan tangan dan dibantu dengan
peralatan seadanya. Pembentukan batang Sarune pertama dilakukan dengan
menggunakan parang hingga menghasilkan bentuk kasar dari batang Sarune.
Hasil dari potongan parang tersebut, kemudian dilanjutkan dibentuk dengan
menggunakan pisau kecil hingga benar- benar bulat. Diameter lubang bagian
dalambatang yang dibawah 0,60cmdengan ketebalan dinding 0,2cmdan
diameter lubang bagian dalam batang yang diatas 0,2cm. Bagian-bagian kikisan
dari pisau yang masih kasar ataupun kurang rata diperhalus dengan menggunakan
kertas pasir

Gambar 10 membentuk Kasar Gambar 11 batang Sarune
menjadi Batang sarune yang telah selesai dibentuk

proses berikutnya, membuat lubang-lubang nada pada batang Sarune,
dalam membuat lubang ini tidak sembarang dilubangi begitu saja. Melainkan, ada
jarak-jarak yang telah ditentukan antara lubang yang satu dengan yang lainnya
Agar suara yang dihasilkan harmonis. Dimana batang sarune diukur dengan
menggunakan seutas tali, Dan setelah dapat ukuran dari sarune tersebut maka tali
dibagi menjadi 9 bagian. Nah, hasil dari pembagian itulah yang nantinya menjadi
jarak antara lubang satu kelubang berikutnya. Kecuali lubang yang paling atas,
jarak nya 2 kali dari ukuran yang telah dibagi 9 sebelumnya. Untuk membuat
lubang yang dibelakang, posisinya tepat di belakang antara lubang 1 dan 2 dari
atas

110



Gambar 12 Membuat lubang nada pada batang Sarune

3.2. Gundal Sarune
Sama seperti batang Sarune, bahan yang digunakan untuk membuat Gundal
juga dari kayu Selantam. Ukuran gundal diambil 5/9 dari ukuran Batang Sarune.
atau lebih tepatnya diukur dari bawah batang sampai lubang kelima batang yaitu
sekitar 12 cm. Setelah dapat ukuran dari gundal tersebut, kemudian Kayu
selantam yang telah dipersiapkan sebelumnya dipotong dan dilubangi hingga
tembus dari ujung keujung kayu dengan menggunakan. Diameter lubang pada
Gundal Sarune 0,90cm.

Gambar 13 melubangi kayu dengan bor untuk membuat lubang Gundal
Kayu Selantam yang telah selesai dilobangi, kemudian dibentuk menjadi
Gundal Sarune. Dalampengerjaan ini pertama dibentuk dengan parang hingga
bentuk kasar Gundal, kemudian dilanjutkan dengan pisau kecil sampai bentuknya
menyerupai Gundal Sarune. dan untuk menghaluskan bekas kikisan dari pisau
yang masih kasar tersebut, digunakanlah kertas pasir hingga permukaan Gundal
Sarune Benar-benar Halus.

Gambar 14 Membentuk Kasar Gambar 15 Menyempurnakan
Badan Gundal Sarune dan Menghaluskan Bentuk
Gundal Sarune

111


Setelah Gundal Sarune selesai dibentuk dengan ketebalan dinding 0,4cm, proses
berikutnya membuat ruang resonansi. Alat yang digunakan yaitu dengan pisau
pengkeruk yang telah dimodif sedemikian rupa, agar dapat mengkeruk bagian
dalamGundal Sarune.

Gambar 16 Mengkeruk Gundal
Sarune
3.3 Ampang-ampang Sarune
Bagian ini bentuknya melingkar dengan diameter 3 cmdan ketebalan 2
mm, dibuat dari bahan tulang (hewan),tanduk kerbau tempurung sisik baning atau
perak. Dalam pembuatan Ampang-ampang ini, bahan yang digunakan yaitu Sisik
Baning dan tanduk kerbau. Sisik baning dikupas dari batok/ tempurungnya atau
tanduk kerbau dipotong kemudian direbus. Ini dilakukan agar Sisik baning dan
tanduk kerbau menjadi lembek dan mudah dalam pembentukannya.
Setelah selesai direbus, maka Sisik baning ataupun tanduk kerbautersebut
dikeluarkan dalam keadaan masih panas dan ditindih misalnya dengan
menggunakan kursi ataupun meja. Setelah 20 menit, Sisik baning tersebut
ataupun tanduk kerbau dikeluarkan dimana bentuknya telah pipih. Kemudian
dilakukan pembentukan ukuran menjadi bulat yaitu dengan menggunakan benang
dan bor. Ujung ke ujung dari benang mengikat mata bor, dengan ukuran benang
setelah mengikat bor 3cm
kemudian ujung bor yang satu diletakkan di titik tengah dari Sisik Baning
atau tanduk kerbau dan ujung satunya lagi direnggangkan sesuai dengan ukuran
benang. Setelah itu bor yang diluar diputar menggores sisik Baning tersebut
mengikuti arah jam. Hasil dari kikisan mata bor tersebut membentuk sebuah
lingkaran yang nantinya menjadi ukuran dari ampang- ampang Sarune.

Gambar 17 membentuk ukuran Ampang-ampang
Dan diluar dari kikisan tersebut, dibuang dengan cara di gosok dengan
menggunakan kertas pasir. Setelah bagian luar dibuang, tahap berikutnya
menghaluskan permukaan ampang dengan menggunakan kertas pasir hingga

112

benar-benar halus dan rata. Kemudian dilubangi bagian tengahnya dengan
menggunakan bor kecil


Gambar 18.Melubangi Gambar 19 Ampang ampang
Ampang-ampang dari tanduk kerbau


Gambar 20 Ampang-ampang dari sisik
Baning


3.4 Tongkeh Sarune

Adapun bahan utama yang digunakan dalampembuatan Tongkeh Sarune
yaitu Timah dan alat pencetak yang terbuat dari bambu. Dimana timah dimasak
didalam kaleng susu, kemudian dituangkan kedalampencetak tongkeh tersebut.
Sebelumnya, dicetakan tersebut di buat lidi ataupun kawat yang gunanya
membuat lubang ditengah-tengah Tongkeh. Setelah ditunggu kira-kira 15 menit,
cetakan dibuka dan timah tersebut dikeluarkan. Timah yang dicetak tadi telah
menyerupai tongkeh Sarune, namun bentuknya masih agak kasar. Maka untuk
memperhalus bagian tongkeh tersebut digunakanlah kertas pasir.

Gambar 21 alat pencetak tongkeh
Dan timah yang telah selesai dicetak



113

3.5. Anak anak sarune

Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-embulu (atau mata
rantai jam) diameter 1 mmdan panjang 3-4 mm. Daun kelapa dipilih yang sudah
tua atau Biak Mersik dan kering kemudian di rendam (remai) dalam air agar tidak
mudah koyak. kemudian Daun dibentuk triangle sebanyak dua lembar dan salah
satu sudut dari kedua lembaran daun diikatkan pada mbulu-mbulu atau mata rantai
jamdengan menggunakan benang

Gambar 22 membentuk daun Gambar 23 mengikat daun
kelapa Kelapa ke mbulu-mbulu dengan
benang

3.6 Abal-abal

Abal-abal adalah tempat penyimpanan anak-anak Sarune, yang terdiri dari 2
bagian. Bagian pertama yaitu badan Abal-abal bentuknya seperti tutup pena yang
letaknya dibagian bawah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan Anak-anak
Sarune. Bagian kedua adalah tutup Abal-abal, bentuknya seperti kepala pena yang
berfungsi sebagai penutup bagian badan tempat Penyimpanan Anak-anak Sarune.
Abal-abal ini terbuat dari kayu Selantamdan bambu yang masih muda, proses
pertama yaitu membuat badan Abal abal. Bambu dipotong sepanjang 4cm.

Gambar 4.41 memotong bambu
Proses selanjutnya membuat tutup untuk badan Abal-abal. ukuran dari tutup
tersebut setengah dari ukuran badan Abal-abal. Kayu yang digunakan yaitu kayu
selantam. Kayu dipotong ukurannya setengah dari ukuran badan. Kemudian
setengah bagian dibentuk dengan pisau hingga melingkar sesuai dengan ukuran
lubang badan Abal-abal

114

4. Hasil
Setelah semua proses pembuatan selesai dilakukan, maka pembuatan
Sarune karo telah rampung dan sudah siap untuk di mainkan. Adapun Bagian-
bagian Sarune, yaitu :
(a) batang sarune
(b) gundal Sarune
(c) ampang-ampang
(d) tongkeh
(e). anak-anak sarune dan
(f). Abal-abal
Batang sarune sendiri terbuat dari kayu selantam, pada batang sarune
inilah terdapat lobang-lobang nada berjumlah delapan buah sebagai penghasil atau
pengubah nada ketika sarune ditiup
Gundal, yang fungsinya membuat lantunan nada-nada menjadi lebih panjang
dan nyaring atau keras atau lebih tepatnya, sebagai ruang resonansi terhadap nada
yang ditiup dari anak-anak sarune. Dan juga terbuat dari kayu selantamyang
berada pada bagian bawah sarune. Gundal ini merupakan corong (bell) pada alat
tiup sarune. Bentuk bagian dalamnya barel, sedangkan bentuk bagian luarnya
konis.
Ampang-ampang merupakan sebuah lempengan berbentuk bundar yang
terbuat dari tempurung binatang Baning (sebangsa penyu, kura-kura, bulus)
ataupun tanduk kerbau diletakkan ditengah tongkeh (terbuat dari timah). Ampang-
ampang berfungsi sebagai penahan bibir pemain sarune ketika sedang meniup alat
tersebut.
Tongkeh terbuat dari timah yang berfungsi sebagai tempat menempel nya
anak-anak sarune, ampang-ampang sarune dan penghubung kebatang sarune
Anak-anak sarune berfungsi sebagai lidah (reeds), terbuat dari dua helai
kecil daun kelapa yang telah dikeringkan. Biasanya ketika hendak memainkan
sarune, anak-anak sarune tersebut harus dibasahi terlebih dahulu dengan air liur
agar menjadi lunak sehingga mudah bergetar jika ditiup.
Abal-abal merupakan tempat penyimpanan Anak-anak Sarune agar lebih
aman, karena bentuk dari Anak-anak Sarune yang kecil dan mudah koyak.
Perlu ditambahkan, ampang-ampang, anak-anak sarune, dan tongkeh
biasanya dihubungkan satu sama lain dengan seutas tali berukuran kecil, yang
berfungsi sebagai pengikat agar bagian-bagian tersebut tidak tercecer, terpisah
atau hilang

D. Cara Memproduksi Bunyi Sarune

1. Teknik memegang
Ada pun Cara memegang Sarune ini sama dengan batak Toba, dimana
posisi tangan kanan berada diatas dan tangan kiri dibawah, Sementara jari-jari
kedua tangan si penarune (pemain Sarune) memegang (membuka dan menutup)
lobang nada yang terdapat pada badan (batang) alat musik tersebut. Apabila si
penarune memegang dengan posisi tangan kanan dibawah dan tangan kiri diatas
maka dia disebut jaluk (kidal)


115


2. Teknik meniup
Sarune merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup, dimana
anak-anak sarune (reeds) yang ditiup kemudian bergetar mengeluarkan bunyi
yang kemudian merambat ke batang sarune dan ke Gundal yang merupakan ruang
atau tempat resonansi dari bunyi tersebut. Kemudian dalam mengolah nada-nada
yang ada pada Sarune berada pada lubang-lubang nada di Batang Sarune yang
telah di ukur dan distemsedemikian rupa sehingga dapat mengeluarkan nada-
nada yang harmonis. Dalam memainkan Sarune ini terdapat teknik meniup, yaitu
Pulu nama (singalor lau), Petelin Kesah (Kenjulu), / circular breathing yaitu
teknik melakukan tiupan tanpa putus dengan mengatur pernapasan sambil
menghirup udara kembali lewat hidung sembari meniup. Dalam memainkan
Sarune ini, pertama-tama anak-anak Sarune terlebih dahulu direndam di dalam air.
Ini dilakukan supaya daun kelapa yang menjadi bahan anak-anak sarune tersebut
lunak, dan mudah bergetar bila ditiup.
Dalam menghasilkan nada-nada tertentu, penarune harus menutupkan
ujung Sarune-nya (tonggum) yang dibawah ke bagian betis kakinya sendiri, oleh
karena itu posisi si penarune harus lah dalamkeadaan duduk dengan kaki yang
bersilah.

Gambar 4.50. posisi memegang dan cara meniup pada Sarune

E. Sistem Pelarasan Bunyi
Proses terakhir Pembuatan Sarune dan yang paling sulit pengerjaannya
yaitu dalam sistem pelarasan bunyi nada Sarune. Jarak antara lubang-lubang
yang ada pada batang sarune sangatlah bepengaruh dengan nada yang
dikeluarkan. Namun, ini pun belum bisa menjamin akan keharmonisan bunyi
yang dihasilkan oleh sarune tersebut. Itu disebabkan karena pengaruh dari ruang
resonansi pada Gundal dan ukuran lubang-lubang nada pada badan batang
Sarune. Ada kesamaan dengan musik gamelan yang prisinsip struktural lebih
kurang sama. bahwa tinggi nada dalam gamelan Bali (disini ada laras, Seliris

116

yang secara umum juga disebut pelog) tidak 100% sesuai dengan notasi balok,
akan tetapi cukup mendekati untuk menjelaskan prinsip dasar.
Untuk melaraskan nada Sarune, disini pengrajin sedikit pun tidak dibantu
oleh alat yang bisa mengetahui atau mendeteksi setiap nada yang dikeluarkan
Sarune. Sipengrajin benar-benar mengandalkan kepekaan dari telinganya untuk
mengetahui apakah nada-nada dari sarune buatannya tersebut telah sinkron
(sejalan, cocok) dan harmonis. Cara pertama yang dilakukan yaitu dengan
memainkan beberapa lagu. Bagian mana nada yang dikeluarkan agak fals atau
sumbang, maka dilubang nada tersebutlah diubah kembali dengan cara
diperlebar lubangnya. Bila cara itu juga belumsepenuhnya berhasil, maka cara
berikutnya dengan mengkeruk bagian dalam gundal hingga nada yang
dikeluarkan benar-benar Sinkron dan harmonis. Umumnya, bila ukuran Sarune
yang dibuat panjangnya sekitar 22cmmaka tonika atau pun nada dasar dari
Sarune tersebut yaitu dari E mayor dengan frekuensi mendekati 330 Hz

KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Sarune merupakan alat musik tradisional Karo yang dimainkan dengan
cara ditiup. Dimana sudah jarang ditemukan orang yang ahli dalam
membuat alat musik tersebut
2. Bahan utama pembuatan alat musik ini yaitu kayu Selantamdan
pengerjaannya dibantu alat yang biasa dipakai dalam pertukangan.
3. Tanah Karo dominan ditempati oleh masyarakat asli suku karo dan
beberapa suku pendatang lainnya. Suku karo ini mempunyai adat
istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat
mengikat bagi suku karo sendiri. Masyarakat Karo kuat berpegang
kepada adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat
dimanfaatkan dalamproses pembangunan.
4. Seberaya adalah salah satu desa yang ada di Tanah Karo Provinsi
Sumatera Utara, tepatnya berada di kecamatan Tiga Panah. Kehidupan
sehari-hari masyarakatnya yaitu dengan berkebun dan beternak.
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran
antara lain:
1. Masyarakat batak Karo hendaknya mempertahankan nilai-nilai tradisi yang
sudah ada sejak dulu, demi mengabadikannya.
2. Seorang pengarajin harus mengajarkan tata cara pembuatan Sarunei tersebut,
demi menjaga kelestarian budaya karo.
3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengundang minat
masyarakat untuk lebih menghargai dan mencintai kebudayaan yang
ditinggalkan oleh leluhur kita. Dan alangkah baiknya ikut berpartisipasi
melestarikan kebudayaan tersebut.

117

4. Penulis sangat mengharapkan dukungan berbagai instansi terkait agar ikut
peduli terhadap tradisi-tradisi budaya batak Karo demi melestarikannya.
Misalnya dengan melakukan kegiatan-kegiatan kesenian. Dimana bisa
menarik minat para generasi muda khususnya masyarakat Karo untuk lebih
mencitai budaya dan tradisi nya
5. Penggunaan alat musik tradisional Sarunei dalam ansambel gendang lima
sendalanen sebagai musik pengiring dalamupacara adat Karo, hendaknya
dipertahankan melihat dampak positif dari penggunaan alat musik
tradisional tersebut. Disamping melestarikan budaya, juga dapat menarik
para wisatawan yang berkunjung ke daerah Karo.


DAFTAR PUSTAKA

Ali muhammad.(1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka
Amani.
Arikunto (1984). Prosedur Penelitian Kependidikan, Jakarta: Bina Aksara
Banoe, Pono (2003). Kamus Musik Yogyakarta : Kanisius
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (2003). Kamus Besar Bahasa
Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka
Ginting Pulumun. (2005) . Buku catatan Materi Kuliah Musik tradisional II
Koentjaraningrat. (1991). Metode-Metode penelitian Masyarakat . Jakarta: PT.
Gramedia.
Koentjaraningrat. (2009). Ilmu Antropologi. Jakarta: RinekaCipta
Purba Rivandi Rikho.(2009). Tinjauan Organologi Arbab Simalungun Buatan
Bapak Arsiden Purba di Desa Manik Saribu, Dusun sait Buttu Saribu,
Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Skripsi.
Universitas Negeri Medan.
Silitonga, Pita H D. Organologi, Universitas Negeri Medan Diktat Mata Kuliah
Organologi
Sumadi (2005:17) . Metode Penelitian, Jakarta: PT. Rajawali
Surakhmad, Winardo. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar : metode, dan
Teknik, Bandung : Tarsito
Curt Sach dalam website: www.google.com
http:karokab.go.id/in/index.php?option=comcontent&view=article
& id=244&itemid=204
www.jiliembeng.blogspot.com






118

METODE PENGAJARAN PADUAN SUARA KELOMPOK ANAK
SEKOLAH MINGGU UMUR 6-12 TAHUN DI GEREJA GPIB PAULUS
BINJAI

Jenny Yosephine Panjaitan
05310110

ABSTRAK

Penelitian ini berfokus pada kajian tentang metode pengajaran
paduan suara anak sekolah minggu di gereja GPIB Paulus
Binjai. Penelitian mengambil lokasi di Kota Madya Binjai
tepatnya di Gereja GPIB Paulus Binjai, yang bertujuan
mendeskripsikan keberadaan paduan suara, penerapan metode
pengajaran, manfaat, proses pembelajaran, paduan suara
anak sekolah minggu usia 6-12 tahun di Gereja GPIB Paulus
Binjai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Data-data dikumpulkan melalui studi kepustakaan, observasi,
wawancara, dan pendokumentasian. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Setelah keseluruhan data terkumpul dari lokasi penelitian,
kemudian data tersebut dianalisis untuk menjawab seluruh
pertanyaan penelitian. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif yang dideskripsikan
secara bertahap dalam bentuk tulisan ilmiah, kemudian data-
data diklasifikasikan sesuai isi atau materi masing-masing data
yang diarahkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Setelah
analisis dilakukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa metode
yang digunakan dalam pengajaran paduan suara adalah metode
demonstrasi dengan mengacu pada standar pembelajaran vokal.

Kata Kunci : Paduan Suara, Pembelajaran Musik, Musik Liturgis

PENDAHULUAN
Bernyanyi adalah salah satu kegiatan yang sudah dilakukan manusia
sejak usia dini. Hal ini dimungkinkan karena suara manusia merupakan salah satu
instrumen musik yang sudah dimiliki manusia sejak lahir. Kegiatan bernyanyi
biasanya mulai dilakukan pada saat anak berusia 2 tahun, yakni berupa nyanyian
dengan melodi-melodi pendek dari lagu yang sering didengar. Oleh karena itu,
bernyanyi dianggap merupakan sesuatu yang wajar dilakukan dan merupakan
kegiatan yang menyenangkan. Bernyanyi adalah satu kegiatan musikal yang
sangat dianjurkan pada pengajaran musik di sekolah dasar. Berdasarkan penelitian
para ahli psikologi perkembangan anak mengatakan, bahwa anak usia sekolah
dasar (5 sampai 12 tahun) sangat menyukai kegiatan bernyanyi, menari, bermain

119

dan mendengarkan cerita. Hal ini menunjukkan bahwa media kesenian merupakan
sarana yang tepat dalamproses pembelajaran.
Pendidikan seni musik seperti kegiatan bernyanyi di Indonesia sudah
diajarkan diterapkan sejak anak duduk di taman kanak-kanak yang berlanjut
ketingkat SD dan sekolah menengah. Pendidikan seni musik merupakan salah satu
bidang studi dalam silabus atau kurikulum sekolah. Lagu-lagu wajib nasional
seperti, Garuda Pancasila, Syukur, Satu Nusa Satu Bangsa, Hari Merdeka, mulai
diajarkan di SD. Begitu juga dengan lagu anak-anak karya komposer AT.
Mahmud, Ibu Sud, WR. Soepratman dan lagu-lagu daerah sering terdengar
mewarnai kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pembelajaran musik melalui
kegiatan bernyanyi, sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologi anak.
Melalui lagu yang divisualkan, tanpa disadari dapat membuat landasan yang kuat
bagi tahap awal perkembangan psikologis seorang anak, terutama yang masih
duduk di bangku taman kanak-kanak. Kegiatan anak mendengar dan menangkap
alunan komposisi musik dalambentuk nyanyian, biasanya akan membuatnya
bereaksi, dan belajar untuk menggunakan suaranya sendiri. Semakin banyak
interaksi yang terjadi pada tahap ini, maka akan semakin cepat anak
mengembangkan kemampuan indranya. Mendengar suara yang dikeluarkan saat
bernyanyi, menjadi pemicu yang sangat kuat bagi seorang anak untuk berbicara
dan menyimak secara intensif. Kemudian dengan kemampuan berbicara dan
menyimak tersebut, membuatnya mampu memasuki tahap membaca permulaan.
Berawal dari kegiatan bernyanyi inilah, secara bertahap ada empat kemampuan
berbahasa yang dapat dikembangkan yakni menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis.
Sebuah nyanyian yang mengisahkan kehidupan anak-anak memiliki
memiliki kekuatan dan kontribusi bagi perkembangan anak. J ika pesan yang
disampaikan dalam sebuah lagu relatif baik, maka akan berperan untuk
membentuk karakter yang baik. Daya tarik dari lagu anak-anak terletak pada
ritme, melodi dan syair yang relatif mudah ditangkap. Syair lagu yang bersajak
akan memicu aktivitas menyimak dan menjadi latihan penting untuk membedakan
kata-kata, di samping mengandung nilai edukatif. Untuk dapat bernyanyi dengan
baik diperlukan pengetahuan dan latihan-latihan teknik vokal yang mencakup,
posisi tubuh dalambernyanyi, teknik pernafasan, teknik artikulasi teks lagu,
interpretasi, dan berbagai hal yang mendukung ke arah bernyanyi dengan baik.
Tahapan latihan tersebut merupakan cara mengembangkan kemampuan anak
untuk dapat bernyanyi dengan baik secara perorangan (solo) maupun secara
bersama-sama dalam bentuk paduan suara.
Menyertakan anak dalamusia dini untuk mengikuti kegiatan bernyanyi
dalambentuk paduan suara pada prinsipnya sangat baik. Karena aktivitas ini
merupakan sarana yang dapat membina perkembangan kejiwaan anak. Selain
mengikuti aktivitas belajar bernyanyi dengan ragam teknik vokal, aktivitas ini
juga akan dapat menanamkan pentingnya sikap disiplin, kerja sama, dan saling

120

menghormati sesama anggota paduan suara. Dalamkonteks pembelajaran agama
Kristen yang diterapkan di sekolah minggu, anak-anak membutuhkan gereja
sebagai sarana, begitu juga sebaliknya gereja membutuhkan anak-anak. Para
orang tua sebagai warga gereja pada prinsipnya sangat membutuhkan campur
tangan gereja untuk membangun mentalitas dan kecerdasan anak-anaknya sejak
usia dini karena disadari Tuhan telah membentuk kehidupan anak sejak di dalam
kandungan, berarti setiap individu sudah menikmati fasilitas dari Tuhan sebelum
hadir ke dunia. Oleh karena itu setiap gereja termasuk pengurus Gereja GPIB
Paulus Binjai berkewajiban untuk memfasilitasi pendidikan rohani sesuai dengan
perkembangan psikologis bagi anak-anak, yang di dalamnya termasuk
pembelajaran bernyanyi atau paduan suara dengan materi lagu-lagu gereja.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada aktivitas paduan suara anak di
gereja GPIB Paulus Binjai menunjukkan bahwa pembelajaran agama Kristen,
dilakukan dengan metode ceramah dengan bersumber pada Alkitab yang diselang-
selingi dengan nyanyian sehingga suasana pembelajaran di sekolah minggu tetap
dalam kondisi yang kondusif dan menyenangkan. Dengan adanya paduan suara
anak setiap pelaksanaan liturgis di sekolah minggu gereja GPIB Paulus Binjai,
suasana kebaktian menjadi lebih hikmat. Dalam hal ini nyanyian dapat digunakan
sebagai salah satu media pembelajaran sebab teks nyanyian juga merupakan
firman Tuhan sekaligus sebagai pengaminan dari firman tersebut. Di sisi lain pada
umumnya, anak sebelum usia lima atau enam tahun tidak mengalami indra yang
saling terpisah, sebaliknya indra-indra tersebut cendrung saling mengisi, indra
sangat terpadu dengan perasaan dan tindakan dinamis dalamdiri anak-anak. Oleh
karena itu pemahaman firman Tuhan melalui nyanyian merupakan suatu hal yang
sangat penting dan mendasar. Roma 10:17 yang mengatakan, iman timbul dari
pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Dengan menggunakan
metode bernyanyi untuk menerapkan pelajaran tertentu, pada dasarnya tidak
hanya dapat membantu mengatasi kebosanan, mengusir kesedihan atau melepas
strees, tetapi juga merupakan sarana yang efektif bagi anak-anak untuk
membangun dan memperkuat ikatan dengan sesamanya dan sangat membantu
perkembangan anak. Dengan metode bernyanyi, suasana menyenangkan bagi
para anak-anak sekolah minggu akan tetap terjaga sehingga anak-anak tidak cepat
merasa bosan untuk mengikuti pembelajaran.
J ika diamati lebih cermat, tentang bagaimana anak-anak berpikir,
bagaimana mereka bertindak, dan bagaimana mereka mempunyai iman yang
besar, yang terkadang seorang dewasa pun tidak dapat memahaminya. Hal ini
menunjukkan bahwa pelayanan anak di gereja pun hanya membangun secara
rohani keimanan yang tidak tampak, akan tetapi EQ (kecerdasan emosi) seorang
anak juga dibangun di dalamnya. Dengan memulai dari hal yang sederhana,
sekolah minggu yang merupakan sarana pelayanan anak di gereja, dapat
mengubah kebiasaan seorang anak. J ika EQ terbentuk, maka karakter juga akan
terbentuk.

121

Gereja diharapkan dapat menghasilkan generasi muda yang takut akan
Tuhan, akan tetapi ini semua adalah kasih karunia Tuhan kepada setiap umatnya,
dan Tuhan memakai gereja sebagai sebagai sarana persekutuan. Namun demikian
gereja akan menghadapi lebih banyak tantangan terutama di era globalisasi yang
dapat berdampak negatif terhadap perkembangan anak-anak. Dalam hal ini gereja
dituntut untuk membina karakter anak sebagai generasi muda yang mencintai
Tuhan dan untuk memberi dampak lebih besar bagi pertumbuhan gereja dan
masyarakatnya. Seperti halnya diketahui bahwa iman tumbuh dari pendengaran
akan firman Tuhan.Dengan demikian gereja melalui sekolah minggu, diharapkan
dapat menjadi sarana pendidikan iman yang sangat tepat bagi anak. Seperti
diketahui, bahwa keberhasilan seseorang bukan bergantung pada IQ semata,
namun banyak orang berhasil karena mereka memunyai EQ dan SQ yang baik.
EQ adalah kemampuan manusia untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan
lingkungannya. Akan tetapi bagi kita orang percaya, seseorang akan mempunyai
EQ yang baik jika ia mempunyai SQ yang baik pula. SQ adalah jalinan hubungan
kedekatan anak dengan Tuhan.
Pertumbuhan iman, kebiasaan, dan karakter juga tidak lepas dari peran
serta keluarga. Masing-masing keluarga mempunyai tugas untuk saling
membangun karakter dan iman anggota keluarga yang lain. Keberhasilan gereja
bukan hanya membangun gereja yang megah lengkap dengan segala kegiatannya,
akan tetapi keberhasilan gereja adalah bagaimana mencetak generasi yang takut
akan Tuhan dan berpusat pada Tuhan, sehingga dapat menjadi garam dan terang
bagi sekitarnya.
Keberadaan paduan suara anak di Indonesia dapat dikatakan dalam tahap
perkembangan, dan belum dapat mengimbangi perkembangan paduan suara anak
sebagaimana halnya di negara-negara yang sudah maju seperti Eropa dan
Amerika. Namun demikian beberapa paduan suara anak di Indonesia telah ada
yang mengukir prestasi membanggakan bahkan mampu meraih prestasi bertaraf
internasional, seperti paduan suara anak Diani Choir, Penabur Children Chorus,
dan beberapa kelompok paduan suara anak lainnya. Di Sumatera Utara
perkembangan paduan suara kelompok anak-anak juga menunjukkan kemajuan.
Hal itu dapat dilihat pada berbagai event festival paduan suara seperti pada
porseni tingkat SD se Sumatera Utara yang dilaksanakan sekali dalamsetahun
menyertakan cabang seni paduan suara. Porseni ini diikuti setiap kabupaten /
kota. Demikian halnya dengan Pesparawi yang dilaksanakan sekali setahun, juga
menyertakan lomba paduan suara anak yang diikuti oleh paduan suara anak yang
mewakili gereja atau wilayahnya.
Aktivitas lomba paduan suara tersebut merupakan kegiatan yang sangat
baik dalamupaya pengembangan bakat serta pembinaan mentalitas anak sebagai
generasi muda bangsa. Khusus dalam konteks gereja, perhatian terhadap anak
sangat besar hal itu terlihat dari eksistensi sekolah minggu yang dikelola oleh
setiap gereja. Paduan suara merupakan salah satu kegiatan atau sarana pembinaan

122

mental dan bakat anak-anak sebagai warga gereja. Namun demikian tidak semua
sekolah minggu memiliki paduan suara anak yang melaksanakan latihan secara
rutin. Bagi gereja yang tidak memiliki kelompok paduan suara anak sekolah
minggu yang tetap, mereka baru akan membentuk paduan suara secara temporer,
misalnya dalam rangka memeriahkan hari Natal dan untuk mengikuti festival
paduan suara gerejani.
Dalam kaitan aktivitas pembelajaran di sekolah minggu, penulis merasa
tertarik dengan kegiatan paduan suara kelompok anak usia 6-12 tahun untuk
dijadikan sebagai fokus penelitian yang dalam hal ini paduan suara anak sekolah
minggu di Gereja GPIB Paulus Binjai. Oleh karena itu pada kesempatan ini
peneliti memilih judul, Metode Pengajaran Paduan Suara Kelompok Anak
Sekolah Minggu Umur 6-12 Tahun di Gereja GPIB Paulus Binjai.

ISI
A. Keberadaan Paduan Suara Anak Sekolah Minggu Usia 612 Tahun di
Gereja GPIB Paulus Binjai
Paduan suara anak Sekolah minggu di gereja GPIB Paulus Binjai
merupakan kumpulan sejumlah penyanyi antara usia 6 hingga 12 tahun, terdiri
dari anak perempuan dan laki-laki. Pembentukan paduan suara anak di gereja
GPIB Paulus Binjai didasari oleh pemikiran dari pengurus dan anggota jemat
gereja GPIB Paulus Binjai bahwa paduan suara merupakan sebuah sarana yang
baik untuk anak-anak dalammengekspresikan diri melalui aktivitas bernyanyi.
Mengingat aktivitas paduan suara merupakan kegiatan yang positif dalam
membina mentalitas anak, maka perlu dibentuk kelompok paduan suara sebagai
wadah pembinaan bakat dan mentalitas anak.
Pada dasarnya suara dalamkonteks merupakan salah satu instrumen yang
natural dalam mengekspresikan diri seperti mengucap syukur atas besarnya
karunia Tuhan terhadap umatnya. Perasaan itu dapat diungkapkan melalui
nyanyian dengan teknik dan ekspresi yang tepat. Paduan suara anak merupakan
sekelompok anak yang bernyanyi secara bersama-sama, dan pada umumnya
terdiri dari beberapa bagian suara yang dipimpin oleh seorang dirigen atau pelatih
paduan suara. Pembentukan paduan suara anak di gereja GPIB Paulus Binjai
didasari oleh pemikiran bahwa anak-anak memiliki kegemaran atau bakat untuk
bernyanyi. Oleh karena itu, paduan suara sebagai wadah, dianggap sangat tepat
untuk membina mental anak dalam konteks kerohanian. Selain itu, kegiatan
berlatih vokal dalam bentuk padun suara dapat mengisi waktu luang menjadi lebih
bermanfaat.
Selain anak-anak mendapat ilmu mengenai teknik menyanyi yang benar,
juga mendapat pembelajaran juga dapat membentuk kepribadian atau mentalitas
yang baik sesuai dengan ajaran kristiani. Berinteraksi dengan teman-temannya
serta kedisiplinan sejak kecil merupakan pembelajaran berharga bagi anak-anak.

123

Selain dapat berinteraksi dengan baik, anak-anak juga dapat belajar untuk bekerja
sama, dan membentuk kekompakan di antara mereka. Paduan suara tidak akan
pernah berhasil jika tidak ada kekompakan dan kesatuan suara dari tiap anggota.

Gambar 1. Paduan Suara Anak Gereja GPIB Paulus Binjai saat Mengikuti
kebaktian Sekolah Minggu (Dokumen : Jenny 2011).
Hal-hal tersebut tentunya harus didukung oleh sikap disiplin dari setiap
individu untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari sebuah paduan suara. Salah
satu contoh pembelajaran mengenai kedisiplinan adalah setiap anak harus
melakukan posisi-posisi berdiri dan duduk yang baik ketika menyanyi, dan selalu
mengikuti instruksi dari seorang dirigen. Pelaksanaan latihan paduan suara
dilakukan setiap hari Minggu yaitu setelah pelaksanaan kebaktian Sekolah
Minggu. Durasi waktu yang digunakan dalamlatihan berkisar 1 jam
Hasil latihan ditampilkan sebagai salah satu acara dalam kebaktian dengan
iringan musik (capella), atau tanpa iringan musik (a capella). Selain ditampilkan
dalamkebaktian di Sekolah Minggu, paduan suara ini pada saat tertentu juga
ditampilkan pada kebaktian Minggu kelompok dewasa.

Gambar 2. Paduan Suara Anak Gereja GPIB Paulus Binjai saat Mengikuti
Kebaktian Sekolah Minggu (Dokumen : Jenny 2011)


124

A. Metode Pembelajaran Paduan Suara Anak Sekolah Minggu Usia 612
Tahun di Gereja GPIB Paulus Binjai
Pembinaan paduan suara pada umumnya bersifat temporer, artinya
hanya dibentuk jika ada event atau kegiatan yang membutuhkan seperti
mengikuti festival atau mengisi atau memeriahkan hari besar keagamaan. Namun
di gereja GBIP Paulus Binjai paduan suara anak dibentuk secara parmanen,
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada pada jemaat gereja khususnya
pelatih paduan suara.
Menurut pelatih paduan suara anak Gereja GPIB Paulus Binjai, pada
dasarnya tidak terlalu sulit untuk membina atau melatih paduan suara anak, yang
penting kita bisa membuat program latihan yang baik, tentunya dengan
sarana/tempat latihan yang representatif.
Penerapan pembelajaran paduan suara anak Sekolah Minggu Usia 6
12 Tahun di Gereja GPIB Paulus Binjai menggunakan metode demonstrasi.
Sebelumpelaksanaan pembelajaran / latihan didahului dengan pemilihan anggota.
Pemilihan anggota ditentukan berdasarkan beberapa kriteria yaitu, musikalitas,
materi suara, dan keinginan untuk mengikuti aktivitas paduan suara. Penentuan
anggota dilakukan dengan mengaudisi atau menyuruh anak-anak calon anggota
paduan suara bernyanyi. Dalampenentuan anggota, dirigen bekerjasama dengan
guru sekolah minggu. Guru sekolah minggu biasanya dapat mengenali anak-anak
didiknya, termasuk mengetahui musikalitas dan materi suara anak-anak. Dengan
demikian dalam menentukan anggota paduan suara tidak mengalami kesualitan.
Namun demikian, salah satu masalah mendasar yang sering dihadapi
dirigen dalampenerapan pembelajaran paduan suara adalah hal yang menyangkut
materi suara dari anggota paduan suara. Dari sejumlah anak sekolah minggu di
gereja GPIB Paulus Binjai, tidak semua memiliki materi suara dan musikalitas
yang baik sebagai persyaratan menjadi anggota paduan suara. Oleh karena itu
pemimpin paduan suara akan membekali dirinya tidak sekadar sebagai pemimpin,
akan tetapi juga sebagai pelatih dan sekaligus sebagai pendidik yang mampu
menyikapi usia anak sekolah minggu agar merasa senang dan termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran paduan suara.
Sebagaimana lazimnya pembelajaran paduan suara, tahap awal dimulai
dengan pemanasan suara, kemudian berlanjut dengan latihan teknik vokal yang
melatih organ-organ tubuh yang berkaitan dengan produksi suara seperti, pita
suara, rongga mulut dan rongga resonansi.
Pembentukan suara yang baik mencakup : penyaluran nafas yang teratur
agar pita suara bergetar dan tidak ada udara yang terbuang sia-sia. Karena
semakin baik ruang tersebut beresonansi, maka akan semakin baik ujud suara
yang keluar. Pemanfaatan rongga resonansi dengan baik, dapat menambah
power (daya jangkauan) suara.
Teknik pernafasan mencakup mengisi paru-paru dengan udara kemudian
mengeluarkannya melalui mulut atau hidung dengan teknik tertentu. Penguasaan

125

teknik pernafasan akan sangat membantu untuk mencapai pitch nada-nada tinggi,
dan untuk menghindari pemenggalan-pemenggalan frase lagu yang semestinya
dinyanyikan dalamsatu pernafasan.
Melatih artikulasi yaitu mengucapkan kata-kata dalam bernyanyi dengan
tepat. Dalam pengucapan kata-kata saat bernyanyi perlu memfungsikan organ-
organ tubuh yang ada pada rongga mulut secara maksimal agar tercipta artikulasi
yang tepat. Dengan demikian apa yang diucapkan oleh penyanyi dalam suatu lagu
benar-benar dapat dimengerti oleh pendengar.
Setelah diawali dengan pemanasan berupa rangkaian teknik vokal, maka
selanjutnya mempelajari notasi lagu dengan solmisasi. Setelah solmisasi lagu
telah dapat dinyanyikan oleh setiap kelompok suara dengan baik, maka
selanjutnya menyanyikan syair lagu sesuai dengan notasi masing-masing
kelompok suara.
Poses pengajaran paduan suara baik pada tahap latihan solmisasi maupun
menyanyikan teks lagu, dilakukan secara bergantian sesuai kelompok suara yang
sesuai dengan partitur lagu. Kemudian dilanjutkan dengan tahap penerapan
ekspresi lagu. Penerapan ekspresi lagu berkaitan dengan penerapan frasering,
artikulasi, dan tanda dinamik lagu.
B. Manfaat Pengajaran Paduan Suara Anak Sekolah Minggu Usia 612
Tahun di Gereja GPIB Paulus Binjai
Adanya paduan suara anak sekolah minggu usia 6 sampai dengan 12 tahun di
gereja GPIB Paulus Binjai dirasakan sangat penting dan bermanfaat sebagai salah
satu sarana dalammembina bakat musik anak-anak jemaat gereja GPIB Paulus
Binjai. Beberapa hal positif dari manfaat keberadaan paduan suara anak sekolah
minggu di gereja GPIB Paulus Binjai di antaranya sebagai wadah dalam membina
mentalitas anak. Karena disadari bahwa musik dalamhal ini repertoar paduan
suara memiliki elemen-elemen yang mampu memberikan sentuhan secara halus
pada jiwa anak, sehingga para orang tua mempunyai harapan besar untuk
menempatkan musik sebagai media menanamkan nilai-nilai iman kristiani, dan
nilai-nilai moral dasar yang lain yang terbina sejak dini.
Dengan menyertakan anak sebagai anggota paduan suara, dengan sendirinya
mereka akan mendengar dan memperdengarkan lagu-lagu yang secara halus
menanamkan nilai moral yang berdasar pada ajaran kristiani. Hal ini sekaligus
dapat menjadi benteng dalam menghadapi pengaruh negatif di tengah kemajuan
zaman dimana kehidupan yang serba modern.
Repertoar paduan suara pada umumnya bersumber dari lagu-lagu pop
rohani maupun dari kidung jemaat, yang diaransemen untuk kebutuhan paduan
suara anak-anak. Mengingat lagu-lagu rohani yang diaransemen untuk kebutuhan
paduan suara anak-anak tergolong sedikit, maka pihak pelatih paduan suara
merasa kesulitan untuk mencari bahan lagu.
Beberapa lagu yang telah dipelajari dan dibawakan untuk mengisi
kebaktian sekolah minggu dan kebaktian orang dewasa di gereja GPIB Paulus
Binjai antara lain :

126

No Judul Lagu Ciptaan Birama Tempo
1 Roh Penyegar J iwa NN 2/4 Allegretto
2 Pujilah Tuhan NN 4/4 Lambat
3 Yesus Sahabatku Paul
Widyawan
2/4 Allegretto
Tabel 2. Repertoar Paduan Suara Anak Gereja GPIB Paulus Binjai.
C. Hasil Pengajaran Paduan Suara Anak Sekolah Minggu Usia 612 Tahun
di Gereja GPIB Paulus Binjai
Sebagaimana diketahui bahwa musik /lagu memiliki peranan yang sangat
penting dalam perkembangan kejiwaan anak. J ika pesan atau tema sebuah lagu
yang dipelajari dalam paduan suara anak dalam kategori yang baik, maka
diharapkan atau dengan sendirinya akan dapat membentuk karakter anak kearah
perkembangan yang baik. Oleh karena itu lagu-lagu yang dipilih untuk dilatih
harus lagu-lagu yang sesuai dengan daya imajinasi anak. Daya tarik lagu anak-
anak itu terletak pada ritme, melodi dan syair yang muda dicerna oleh anak.
Pengajaran paduan suara anak sekolah minggu di gereja GPIB Paulus Binjai
bertujuan untuk membina mentalitas sesuai ajaran kristiani pada anak-anak.
Beberapa hal penting yang menjadi tujuan pengajaran paduan suara anak sekolah
minggu di gereja GPIB Paulus Binjai adalah :
1. Untuk menyalurkan bakat bernyanyi anak-anak sekolah minggu.
2. Membina perkembangan mentalitas anak sesuai dengan ajaran kristiani
melalui penghayatan jiwa lagu-lagu Kristen yang tertuang dalamsyair lagu
yang merupakan repertoar paduan suara.
3. Menjalin persahabatan antar individu sebagai anggota paduan suara anak
sekolah minggu di gereja GPIB Paulus Binjai..
4. Dapat menerapkan sikap sopan dalam kehidupan sehari-hari
Hasil dari pelaksanaan pembelajaran paduan suara anak sekolah minggu di
gereja GPIB Paulus, peserta paduan suara dapat menyanyikan materi lagu-lagu
paduan suara dengan baik sesuai dengan ternik pernafasan, teknik vokal,
artikulasi, dan interpretasi.
Selain itu manfaat pembelajaran paduan suara bagi anak, sebagai anggota
paduan suara anak sekolah minggu gereja GPIB Paulus Binjai memiliki sikap
yang baik, hormat kepada orang yang lebih tua dan sayang terhadap yang lebih
muda. Selain manfaat bagi anggota paduan suara sebagaimana dikemukakan di
atas, pengajaran paduan suara anak sekolah minggu di gereja GPIB Paulus Binjai
adalah untuk lebih memotivasi anak agar rajin mengikuti setiap kebaktian sekolah
minggu yang dilaksanakan setiap hari minggu pagi.

PENUTUP
Berdasarkan uraian yang terdapat pada hasil penelitian, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

127

1. Paduan suara anak Sekolah minggu di gereja GPIB Paulus Binjai merupakan
kumpulan sejumlah penyanyi antara usia 6 hingga 12 tahun, terdiri dari anak
perempuan dan laki-laki.
2. Dasar pemikiran untuk membentuk paduan suara anak sekolah minggu di
gereja GPIB Paulus Binjai adalah bahwa paduan suara merupakan sarana yang
positif dalammembina mentalitas anak sesuai dengan ajaran Kristen. Bahwa
anak-anak memiliki kegemaran atau bakat untuk bernyanyi.
3. Penerapan pembelajaran paduan suara anak Sekolah Minggu Usia 612 Tahun
di Gereja GPIB Paulus Binjai, didahului dengan pemilihan anggota yang
ditentukan berdasarkan beberapa kriteria yaitu, musikalitas, materi suara,
membentuk suara vokal a, i, u, e, o, dengan mengaudisi (bernyanyi satu
persatu) dari sejumlah anak-anak sekolah minggu dan keinginan untuk
mengikuti aktivitas paduan suara.
4. Pembelajaran paduan suara, tahap awal dimulai dengan pemanasan suara,
kemudian berlanjut dengan latihan teknik vokal yang melatih organ-organ
tubuh yang berkaitan dengan produksi suara seperti, pita suara, rongga mulut
dan rongga resonan, selanjutnya mempelajari notasi lagu dengan solmisasi.
Setelah solmisasi lagu telah dapat dinyanyikan oleh setiap kelompok suara
dengan baik, maka selanjutnya menyanyikan syair lagu sesuai dengan notasi
masing-masing kelompok suara.
5. Hal positif atau manfaat paduan suara anak sekolah minggu di gereja GPIB
Paulus Binjai adalah sebagai wadah dalam membina mentalitas anak melalui
kegiatan bernyanyi. Isi nyanyian diyakini mampu memberikan sentuhan
secara halus pada jiwa anak.
6. Menyertakan anak sebagai anggota paduan suara, maka mereka akan
mendengar dan memperdengarkan lagu-lagu, menghayati dan menerapkan
nilai moral yang berdasar pada ajaran kristiani.
7. Aktivitas atau keberadaan paduan suara anak sekolah minggu di gereja GPIB
Paulus Binjai adalah untuk lebih memotivasi anak agar rajin mengikuti
kebaktian sekolah minggu yang dilaksanakan setiap hari minggu pagi.

A. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian, dapat diajukan
beberapa beberapa saran sebagai berikut :
1. Hendaknya anggota paduan suara anak sekolah minggu gereja GPIB Paulus
Binjai dapat lebih meningkatkan kualitas pembelajaran paduan suara dengan
lebih fokus pada teknik vokal.
2. Hendaknya lagu-lagu yang diterapkan selain dalam dua suara, dapat
menyanyikan lagu paduan suara dalam 3 atau 4 kelompok suara.
3. Pada saat latihan vokal yang hendaknya dirigen dapat mengarahkan anak agar
lebih serius sehingga materi latihan vokal dapat diterapkan pada saat
bernyanyi.







128

DAFTAR PUSTAKA


Adams, Kens (2006). Semua Anak Jenius. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Albrecht, Sally K (2004). The Choral Warm-Up Collection. USA lfred
Publishing.
Amstrong, Thomas. (2003). Setiap Anak Cerdas. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Campbell, Don. (2002). Efek Mozart Bagi Anak-Anak. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Chaplin, CP. (2003). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali.
Djohan. 2006. Psikologi Musik. Yogyakarta : Best Publisher.
Ganap, Victor (1993). Kajian Musik Di Jenjang Pendidikan Tersier. J akarta :
Jurnal Seni.
Koentjaraningrat. (1976). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta :
Gramedia.
Maleong, J Lexy. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Maryaeni (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara.
McNeil, Rhoderick. (2003). Sejarah Musik Jilid 2. Jakarta : Gunung Mulia.
Naburko, Cholid dan Achmadi, Abu. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta :
Bumi Aksara.
Pusat Pembinaan Bahasa (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka.
Sitompul, Binsar (2002). Paduan Suara Dan Pemimpinnya. Jakarta : BPK
Gunung Mulia.
Soeharto, M. (2003). Kamus Musik. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Tambajong, Japi. (1992). Ensiklopedi Musik. Bandung : Cipta Adi Pustaka.
http://sigit-baskara.blogspot.com/2011/08/musik-sebagai-media-belajar-anak.html
http://edukasi.kompasiana.com/2011/08/17/pentingnya-lagu-anak-di-tk-dan-paud/
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/74429/lagu-anak-sebagai-media-belajar-
bahasa-indonesia
http://www.terkininews.com/node/7420 nilai edukatif lagu sebagai media
pendidikan.
http://joko.tblog.com/post/1969978751




129

PERANAN GRUP MUSIK MARSADA BAND DALAM
MEMPOPULERKAN MUSIK TRADISIONAL BATAK TOBA KE
MANCANEGARA

Lando M.P. Manalu
05310803

ABSTRAK

Musik tradisional yang berkembang di Indonesia sangat
banyak ragamnya salah satunya adalah uning-uningan yaitu
musik tradisional Batak Toba yang mencoba tetap bertahan di
tengah arus budaya global yang terus mengkristal sebagai
budaya populer. Kesenian ini terdiri dari unsur musik
instrumental dengan alat musiknya merupakan alat musik
tertua dan asli dari masyarakat Batak Toba. Seperti halnya
pada grup musik Marsada Band yang berada pada Kecamatan
Simanindo, Kabupaten Samosir berasal dari masyarakat Batak
Toba yang telah membangkitkan kembali musik tradisional
dengan memperkenalkan musik tradisional Batak Toba pada
masyarakat Sumatera Utara khususnya dan ke seluruh
masyarakat Indonesia bahkan sampai ke mancanegara pada
umumnya. Penelitian ini dilakukan di Desa Tomok, Kecamatan
Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara yang
merupakan tempat tinggal grup Marsada Band. Dalam
pengambilan data metode yang digunakan adalah metode
penelitian kualitatif. Marsada Band adalah kelompok dinamis
dari musisi muda. Marsada Band mampu memperkenalkan
lagu dan uning-uningan lagu tradisional batak sampai ke
Internasional dengan arransamen otodidak. Semua lagu yang
dimainkan dipelajari dan penggarapannya dengan cara
tradisional yaitu secara lisan tanpa ada referensi data tertulis.

Kata kunci : musik tradisional, marsada band, batak toba

PENDAHULUAN
Budaya di Indonesia adalah beragam, dan salah satunya adalah seni musik
tradisional. Yang dimaksudkan dengan musik tradisional di Indonesia tidak lain
adalah musik yang lahir dan dipelihara terus di Indonesia. Musik tradisional ini
sangat banyak jenisnya, masingmasing daerah di Indonesia memiliki musik

130

tradisional dan di setiap daerah berbeda-beda. Cara memainkan masing-masing
musik tradisional itu juga berbeda-beda, begitu juga dengan nada dan alat musik
yang dimainkan berbeda pula.
Musik tradisional ini sangat dipengaruhi oleh adat istiadat, bahkan agama
dan struktur masyarakat masing-masing daerah. Musikmusik yang ada di
Indonesia, ada yang mengalami perkembangan (perubahan) ada pula yang masih
asli. Perubahan ini terjadi karena datangnya bangsa asing ke Indonesia, serta
sebagian lainnya disebabkan karena kemajuan zaman. Bangsa asing dan kemajuan
zaman sangat mempengaruhi perkembangan musik tradisional, sehingga musik
tradisional itu ada yang berubah sama sekali, ada pula yang asimilasi dan tidak
sedikit yang bertahan.
Kenyataan bahwa musik tradisional di Indonesia seakan termakan zaman
tergambar dari rendahnya minat kaum muda dalam melestarikan musik
tradisional. Hal ini dapat terlihat dari minimnya jumlah pertunjukan musik
tradisional di masyarakat. Pertunjukan seni pada kondisi hari ini masih
menonjolkan sisi musik modern bergaya westernisasi. J ika hal ini terus dibiarkan
tentu akan membawa konsekuensi kepada punahnya musik tradisional. Akibatnya,
bukan hal yang aneh lagi jika budaya asli Indonesia, dalamkonteks ini musik-
musik tradisional akan dengan mudah dicuri bangsa lain. Kita semua tentu tidak
menginginkan budaya atau alat musik tradisional Indonesia dilupakan oleh anak
bangsanya sendiri dan punah akibat ulah mereka pula.
Pada tahun 2007 lalu bangsa Indonesia sempat dikejutkan dengan klaim
Malaysia atas angklung. Hal ini membuat bangsa ini, terkhususnya generasi muda
sebagai motor pelestarian budaya harus mengevaluasi kembali keberadaan musik
tradisional yang semakin tenggelamdimakan zaman. Tak bisa dipungkiri lagi,
bahwa arus globalisasi mengantarkan kita menuju modernisasi. Musik tradisional
dihadapkan pada posisi dilematis, karena harus menyesuaikan dengan zaman atau
mungkin tersisih.
Musik tradisional hidup dan berkembang dengan bentuk dan corak yang
berbeda-beda sesuai dengan karakter kehidupan masyarakat pendukungnya.
Perbedaan ini bisa dimaklumi karena perkembangan musik tradisional
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, kehidupan sosial masyarakat
pendukungnya, budaya masyarakat setempat dan kehidupan keagamaan yang
dianut. Musik tradisional yang berkembang di Indonesia sangat banyak ragamnya
salah satunya adalah uning-uningan yaitu musik tradisional Batak Toba yang
mencoba tetap bertahan di tengah arus budaya global yang terus mengkristal
sebagai budaya populer. Kesenian ini terdiri dari unsur musik instrumental dengan
alat musiknya merupakan alat musik tertua dan asli dari masyarakat Batak Toba.
Seperti halnya pada grup musik Marsada Band yang berada pada
Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir berasal dari masyarakat Batak Toba
yang telah membangkitkan kembali musik tradisional dengan memperkenalkan

131

musik tradisional Batak Toba pada masyarakat Sumatera Utara khususnya dan ke
seluruh masyarakat Indonesia bahkan sampai ke mancanegara pada umumnya.
Marsada Band adalah kelompok dinamis dari musisi muda. Yang
merupakan bagian dari kelompok adat Batak Toba. Yang menjadi sumber
inspirasi bagi musik mereka adalah pulau tropis yang indah yaitu Pulau Samosir
di Danau Toba, danau vulkanik terbesar di dunia. Marsada berarti 'bersatu' dalam
bahasa Batak Toba, nama yang tepat untuk kelompok yang telah mengenal satu
sama lain dan dilakukan bersama-sama untuk sebagian besar pada hidup mereka.
Pada awalnya Marsada dibentuk sebagai musik trio pada tahun 1990, kemudian
anggota kelompok Marsada bertambah pada tahun 1999 dan menjadi grup musik
seperti sekarang ini.
Marsada Band telah meng-arrasemen jenis musik mereka sendiri baik dari
musik Batak upacara (uning-uningan) dan Batak folksongs yaitu dengan
menggunakan instrumen tradisional bersama gitar akustik modern. Instrumen
tradisional yang digunakan oleh Marsada Band yaitu : hasapi (memetik senar
kecapi), sulim (seruling bambu), garantung (gambang kayu), taganing (5 set drum
kayu dari berbagai pitch) dan hesek (botol dipukul dengan pemukul).
Marsada Band sering bernyanyi ke semenanjung Eropa dengan bimbingan
dan bantuan Mrs. Hope Cooper yaitu seorang wanita Inggris yang juga pemerhati
musik tradisional dari seluruh belahan dunia.
Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk mengetahui apakah musik
tradisional itu mampu mempopulerkan kebudayaan Indonesia khususnya musik
tradisional Batak Toba ke mancanegara. Hal inilah yang mendasari penulis untuk
melakukan penelitian dengan judul penelitian: Peranan Grup Musik Marsada
Band dalam Mempopulerkan Musik Tradisional Batak Toba ke
Mancanegara.

ISI
A. Asal Usul berdirinya Grup Musik Marsada Band
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu personil Grup Musik
Marsada Band yaitu Marlundu Situmorang, menjelaskan bahwa asal-usul
berdirinya Grup Musik Marsada Band yaitu pada tahun 1990-1999 ada trio musik
yaitu terdiri dari dua laki dan satu wanita (Marlundu Situmorang, Jannen
Sigalingging dan Norma br Manurung). Trio musik ini sangat terkenal dan sering
mendapat panggilan untuk manggung di acara-acara pesta maupun acara adat.
Kemudian musik trio ini pernah berencana untuk mengadakan tour ke Cina
namun gagal dikarenakan kurangnya sponsor untuk mendanai mereka.
Kemudian pada tahun 2000, seseorang yang bernama Amput Sidabutar
membuka sebuah group entertainment dengan nama Artha Nada Group. Grup ini
melayani musik untuk pesta seperti pesta perkawinan, upacara kematian, pesta
gereja dan sebagainya. Grup ini menggunakan alat musik tradisional seperti
seruling, kecapi dan taganing juga memakai alat musik modern seperti gitar

132

akustik dan keyboard. Pada waktu itu belum ada grup musik yang membuat aliran
musik seperti Artha Nada Group yaitu menggunakan alat musik tiup. Untuk
mengembangkan group entertainment tersebut, kemudian Amput Sidabutar
mengajak Marlundu Situmorang, J annen Sigalingging, Kolous Sidabutar dan
Amir Sinaga untuk bergabung ke Artha Nada Group. Seiring dengan waktu Artha
Nada Group mulai dikenal dan mempunyai jadwal yang padat. Karena mereka
selalu tampil di setiap pesta-pesta di Samosir bahkan diluar Samosir juga sering
mendapat jadwal manggung seperti ke Parapat, Siantar, Tebing dan Asahan.
Pada tahun 2001 ada seorang wanita asal England yang bernama Hope
Cooper. Beliau tertarik dengan performance dari Artha Nada Group. Beliau sering
mengikuti perjalanan dari Artha Nada Group disetiap tampil di pesta-pesta.
Kemudian beliau berniat untuk mengajak grup ini tour ke England dengan syarat
Artha Nada Group harus rekaman terlebih dahulu dalam bentuk CD (compact
disk) untuk diperkenalkan di benua Eropa. Akhirnya mereka sepakat dengan
persyaratan yang dibuat oleh Hope Cooper. Supaya nama grup musik ini lebih
menonjol ke suku Batak maka nama grup musik Artha Nada Group diganti
dengan nama Marsada Band. Mereka mengambil sebuah kata dari bahasa Batak
Toba yaitu Marsada yang berarti bersatu. Mereka menggunakan nama ini dengan
alasan agar mereka dapat mempersatukan semua orang Batak Toba agar tidak
terpecah belah. Dengan menggunakan kata Marsada, maka mereka kemudian
menamakan grup musik tersebut dengan nama Grup Musik Marsada Band.


Gambar 1. Anggota Grup Musik Marsada Band
(Sumber : Dok. Marsada Band)

Pada tahun 2002 Hope Cooper kemudian datang lagi untuk membuat
rekaman Grup Musik Marsada Band di Medan tetapi mixing di England dan CD
tersebut disebarkan melalui internet dan di setiap event organiser di United
Kingdom. Akhirnya mendapat tanggapan dari event organiser dan organisasi-
organisasi yang membidangi seni. Untuk melengkapi dan menyelaraskan alat
musik dengan vocal mereka menambahkan Gitar Bass Akustik.

133


Gambar 2. Grup Musik Marsada Band rekaman di England
(Sumber : Dok. Marsada Band)
Pada tahun 2003 WOMAD (World Organization Music Art and Dance)
dan setiap panitia organisasi pelaksana pesta musim panas (Summer Party)
mengundang resmi Grup Musik Marsada Band dan telah terdaftar sebagai anggota
organisasi untuk mengkuti Festival Musik Dunia di United Kingdomyang akan
diadakan pada bulan Mei 2004. Grup Musik Marsada Band akan tour keliling di
UK (United Kingdom) selama 40 hari.

Gambar 3. Grup Musik Marsada Band tour di United Kingdom
(Sumber : Dok. Marsada Band)

Gambar 4. Grup Musik Marsada Band mengajari tarian tortor kepada anak-
anak sekolah di England. (Sumber : Dok. Marsada Band)


134

Kemudian pada bulan November 2005 Grup Musik Marsada Band
diundang lagi oleh WOMAD untuk kolaborasi dengan grup musik tradisional dari
negara Senegal (Afrika) dan Negara Madagaskar pada musim gugur bulan
November selama satu bulan tour United Kingdomdan Belanda.
Sepulang dari tour, kemudian Grup Musik Marsada Band mendapatkan
inspirasi untuk menciptakan sebuah alat musik yang mereka beri nama Sambo
(Samosir Bonggo) yang menghasilkan bunyi seperti beat drum.
Beliau juga mengatakan sekarang ini Grup Musik Marsada Band kembali
melakukan kegiatan mereka dengan jadwal yang masih tetap padat yaitu mengisi
acara-acara pesta adat dan juga mengisi acara-acara di caf dan bar.

B. Deskripsi Alat Musik dan Teknik Permainan Pada Grup Musik Marsada
Band
Teknik permainan adalah bagaimana teknik atau cara memainkan setiap
alat musik, termasuk aturan-aturan apa saja yang digunakan dalammemainkan
setiap alat musik serta fungsi setiap alat musik dalam Grup Musik Marsada Band.
J ika dikelompokkan secara organologi berdasarkan klasifikasi Horn Von
Bostel dan Curt Sachs, maka alat-alat musik yang digunakan oleh Grup Musik
Marsada Band dapat dilihat sebagai berikut:
a. Gitar Akustik
Gitar adalah instrumen chordophones yang diklasifikasikan ke dalam jenis
long neck lute. Gitar merupakan alat musik yang sangat berpengaruh dalamGrup
Musik Marsada Band, karena semua alat musik petik lainnya di tuning
berdasarkan gitar. Grup Musik Marsada Band mempergunakan 2 buah gitar
sebagai pengiring (disebut gitar 1 dan gitar 2) dan 1 buah gitar sebagai lead gitar.
Pada gitar pengiring (gitar 1 dan gitar 2) mempunyai perbedaan yaitu
teknik memainkan. Gitar pertama dirambas (dipetik) dengan cepat sedangkan
gitar kedua dirambas dengan lambat. J ika didengar maka suara yang terdengar
seperti bersahut-sahutan (canon). Teknik memainkan gitar pertama adalah
mangarambas dengan pola ketukan yang jarang (bertempo moderato) sehingga
ada kesan lambat, dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan: - Tanda artinya jari tangan kanan mangarambas ke atas
- Tanda artinya jari tangan kanan mangarambas ke bawah
Teknik memainkan gitar kedua adalah merambas dengan pola ketukan
yang padat (bertempo allegro) sehingga suara yang dihasilkan sangat rapat dan
terkesan sangat cepat. Bila dimainkan dalam tempo dan birama yang sama dengan
gitar pertama maka pola ketukannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan: - Tanda artinya jari tangan kanan mangarambas ke atas
- Tanda artinya jari tangan kanan mangarambas ke bawah

135

Lead gitar dimainkan dengan cara memetik tiap nada dari susunan akord
yang dimainkan. Misalnya untuk akord C maka akan dipetik dengan C E G.
Dengan demikian setiap akord yang dimainkan akan diisi dengan petikan setiap
nada penyusun akordnya baik akord pokok maupun balikannya dan dimainkan
dari fred 10 agar menghasilkan suara yang tinggi.
b. Bass Akustik
Bass adalah alat musik yang menggunakan dawai atau senar sebagai
sumber suaranya dan tergolong dalam klasifikasi chordophone yang memiliki 4
buah senar. Bass dimainkan dengan cara yang hampir sama dengan gitar, yaitu
dipetik. Teknik memainkan bass dalam Grup Musik Marsada Band yaitu dengan
cara slapping (memukul).
Seperti gitar, bass memakai 4 senar (senar paling atas pada gitar), yaitu
senar E yang paling rendah, senar A, senar D dan senar G yang paling tinggi.
Demikian pula dalampenulisannya dalam tablature, bass hanya menggunakan 4
garis yang mewakili senar-senar tersebut.

Gambar 10. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Bass Akustik
(Sumber : Dok. Penulis)
c. Hesek
Hesek merupakan alat musik yang tergolong dalamklasifikasi idiofon.
Hesek adalah instrumen musik pembawa tempo utama dalam ensambel musik
gondang sabangunan. Hesek ini merupakan alat musik perkusi konkusi. Hesek ini
terbuat dari bahan metal yang terdiri dari dua buah dengan bentuk sama, yaitu
seperti cymbal, namun ukurannya relatif jauh lebih kecil dengan diameter lebih
kurang 10-15 cm, dan dua buah alat tersebut dihubungkan dengan tali.
DalamGrup Musik Marsada Band, hesek berfungsi sebagai ornamen yang
memberikan bunyi yang lebih ramai dan sebagai ketukan. Saat ini Grup Musik
Marsada Band tidak lagi menggunakan hesek yang terbuat dari bahan metal akan
tetapi mereka mengantinya dengan memukul-mukulkan 2 buah besi atau
memukul-mukulkan botol dengan sebuah sendok.

136


Gambar 11. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Hesek
(Sumber : Dok. Penulis)

d. Sulim
Sulim (Aerophone:side blown flute) adalah alat musik tiup yang terbuat
dari bambu seperti seruling atau suling. Sulim ini panjangnya berbeda-beda
tergantung nada dasar yang mau dihasilkan. Sulim ini mempunyai 6 lobang nada
dengan jarak antara satu lobang nada dengan lobang nada lainnya dilakukan
berdasarkan pengukuran-pengukuran tradisional. Namun secara melodi yang
dihasilkan suling ini meskipun dapat juga memainkan lagu-lagu minor, tetapi
lebih cenderung memainkan tangga nada mayor (major scale) dengan nada
diatonis.
Perbedaan sulim ini dengan suling-suling lainnya adalah, suara yang
dihasilkan adalah selalu bervibrasi. Hal ini dikarenakan adanya satu lobang yang
dibuat khusus untuk menghasilkan vibrasi ini, yaitu satu lobang yang dibuat
antara lobang nada dengan lobang tiupan dengan diameter lebih kurang 1 cm, dan
lobang tersebut ditutupi dengan membran dari bahan plastik, sehingga suara yang
dihasilkan adalah bervibrasi.

Gambar 13. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Sulim
(Sumber : Dok. Penulis)





137

e. Taganing
Taganing adalah drumset melodis (drum-chime), yaitu terdiri dari lima
buah gendang yang gantungkan dalamsebuah rak. Taganing terbuat dari kayu
yang dilubangi dan pada sisi atas ditutup dengan kulit lembu. Bentuknya sama
dengan gordang, hanya ukurannya bermacam-macam. Yang paling besar adalah
gendang paling kanan, dan semakin ke kiri ukurannya semakin kecil. Nadanya
juga demikian, semakin ke kiri semakin tinggi nadanya.


Gambar 14. Taganing
(Sumber : Dok. Penulis)
Taganing ini dimainkan oleh satu atau 2 orang dengan menggunakan dua
buah stik. Dibanding dengan gordang yang relatif konstan, maka taganing adalah
melodis.

Gambar 15. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Taganing
(Sumber : Dok. Penulis)

f. Hasapi
Hasapi adalah alat musik yang menggunakan dawai atau senar sebagai
sumber suaranya dan tergolong dalamklasifikasi chordophone yang memiliki
2 buah senar. Hasapi terbuat dari kayu menyerupai gitar. Hasapi dimainkan
dengan cara memetik senar seperti gitar. Grup Musik Marsada Band
menggunakan hasapi dengan cara mengikuti irama nada sulim. Hasapi ini
hanya dimainkan hanya pada saat penampilan musik uning-uningan saja.


138


Gambar 17. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Hasapi
(Sumber : Dok. Penulis)

g. Garantung
Garantung adalah jenis pukul yang terbuat dari wilahan kayu (xylophone)
yang terbuat dari kayu ingol dan dosi. Garantung terdiri dari 11 wilahan yang
digantungkan di atas sebuah kotak yang sekaligus sebagai resonatornya. Antara
wilahan yang satu dengan wilahan yang lainnya dihubungkan dan digantungkan
dengan tali.
Kotak resonator sendiri juga mempunyai tangkai, yang juga sekaligus
merupakan bagian yang turut dipukul sebagai ritem dasar, dan wilahan sebagai
melodi. Alat musik ini dimainkan dengan menggunakan dua buah stik untuk
tangan kiri dan tangan kanan. Sementara tangan kiri berfungsi juga sebagai
pembawa melodi dan pembawa ritem, yaitu tangan kiri memukul bagian tangkai
garantung dan wilahan sekaligus. DalamGrup Musik Marsada Band garantung
dimainkan mengikuti irama hasapi dan sulim.

Gambar 19. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Garantung
(Sumber : Dok. Penulis)

h. Sambo
Sambo adalah singkatan dari Samosir Bongo yang merupakan alat
musik yang diciptakan oleh Grup Musik Marsada Band. Sambo terbuat dari
kayu yang dibentuk seperti kotak. Kemudian pada bagian atas dilubangi
berbentuk bulat dan diletakkan sebuah wajan/kuali dari besi setelah kupingan
dari wajan/kuali tersebut dipotong. Wajan/kuali yang dipukul dengan tangan

139

akan menghasilkan bunyi yang ramai. Sambo digunakan sebagai pengganti
beat drum.

Gambar 20. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Sambo
(Sumber : Dok. Penulis)

2. Proses Belajar Marsada Band dan Bentuk Penyajian Marsada Band
Sejak pertama dibuka hingga saat ini Grup Musik Marsada Band sudah
banyak memainkan lagu-lagu seperti gondang, lagu gereja, dan lagu-lagu pop
Batak Toba dan mengisi banyak acara pesta di daerah samosir. Walaupun tanpa
konsep dan bentuk yang baku dalamsetiap pertunjukan namun mereka bisa
menyesuaikan lagu yang dimainkan dalam berbagai konteks kegiatan yang
mereka ikuti.
2.1 Proses Belajar Marsada Band
Melihat begitu banyaknya lagu yang mereka mainkan penulis beranggapan
bahwa semua lagu yang mereka mainkan pasti ada referensi seperti buku atau
kaset yang digunakan untuk dapat mempelajari setiap lagu. Namun ketika penulis
mengadakan wawancara dan menanyakan bagaimana mereka bisa mengetahui
lagu-lagunya, para informan menjawab bahwa mereka hanya mendengarkan kaset
dan tidak mempunyai buku khusus memuat lagu-lagu yang mereka mainkan.
Awalnya semua lagu mereka ketahui hanya melalui proses mendengarkan lagu
pada saat pertunjukan. Semakin sering mereka ikut pertunjukan maka lagu-lagu
yang dibawakan akan semakin mudah diingat karena selalu didengar. Dengan cara
inilah mereka bisa mempelajari lagu yang dimainkan. Pada awalnya pemain yang
pertama sekali ikut dalam grup musik ini adalah tiga orang atau trio (Marlundu
Situmorang, Jannen Sigalingging, Norma Manurung) dan hanya diiringi
keyboard. Diantara mereka ada juga yang sering ikut menonton pertunjukan grup
yang ada di gereja. Melalui merekalah kemudian ini dikembangkan sehingga
personilnya menjadi tujuh orang. Setiap personil memainkan instrument dan tidak
lagi menggunakan keyboard. Istrument yang dimainkan setiap personil adalah
sebagai berikut:
Vocal dan Gitar 1 dimainkan oleh Marlundu Situmorang
Taganing dan Garantung dimainkan oleh Monang Sidabutar
Gitar 2 dimainkan oleh Lundu Sidabutar
Sambo dan Hasapi dimainkan oleh J annen Sigalingging
Gitar Bass dan Backing vocal dimainkan oleh Kolous Sidabutar

140

Sulim dimainkan oleh Amir Sinaga
Hesek dimainkan Hobbi Sinaga
Ketika penulis bertanya apa saja judul dari setiap lagu yang dimainkan
sehingga dengan mudah mereka bisa mempelajari dan mengingat lagunya, para
informan mengatakan bahwa lagu yang mereka bawakan kebanyakan lagu yang
diarransamant berdasarkan lagu yang sudah popular dahulunya lagu-lagu gereja
dan lagu perjuangan. Diantaranya adalah karya Nahum Situmorang (Pulo
Samosir, Rosita, Baringin Sabatola, Marsittogol), karya Joe Harlen Simanjuntak
(Maria) dan karya musisi batak lainnya. Setiap lagu yang hendak dimainkan
secara bersama dibahas arransamennya. Lagu yang telah dibuat rancangan
arransamentnya kemudian dilatih secara rutin setiap 2 kali dalam seminggu dalam
ruangan yang lengkap dengan soundsistemnya (anju studio). Namun arransament
lagunya dibuat secara otodidak dimana mereka tidak menggunakan not balok atau
notasi-notasi dalam mengubah lagunya. Ketika penulis mengamati mereka sedang
latihan, sangat jarang dan hampir tidak ada kesalahan dalam memainkan akord
ketika mereka memainkan sebuah lagu, walaupun ilmu arransament musik mereka
hanya sederhana tapi mereka mampu mengemas lagu menarik untuk dikomsumsi
publik.
2.2 Bentuk Penyajian Grup Marsada Band
Dalam setiap pertunjukan saat ini Grup Musik Marsada Band tidak
mempunyai aturan yang pasti mengenai bentuk penyajian. Hal ini dapat kita lihat
dari bentuk penyajian dimana setiap personil tidak terikat memainkan satu
instrument saja hal ini tergantung pada lagu dan acara apa yang mereka hadiri.
Menurut para informan bahwa bila mereka sedang mengikuti atau
diundang mengisi acara adat maka mereka akan mengikuti aturan seperti halnya
penyajian gondang sabangunan dalampesta adat. Pada awal penyajian mereka
akan memainkan reportoar gondang mengikuti aturan gondang sabangunan yang
biasanya memainkan reportoar gondang mulai dari mula-mula hingga hasahatan,
kemudian mereka akan mengisi dengan lagu-lagu hits mereka. Penyajian lagu
yang mereka tampilkan secara bersama sama yaitu pada saat vokalis bernyanyi
maka setiap personil akan mengiringi dengan instrument mereka masing-masing
dan tak jarang juga pada lagu mereka personil lainnya menjadi backingvocal.
Instrument pembawa melodi yaitu Lead gitar, gitar 1 dan gitar 2 , sulim
dan hasapi, sedangkan pembawa rhytemnya yaitu garantung, taganing dan hesek.
Pada saat pertunjukan secara instrumental dalam hal ini dimaksudkan uning-
uningan maka vokalis akan memainkan gitar saja begitu juga personil yang lain
memainkan instrument mereka masing-masing.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan penganalisaan dalamtulisan ini, penulis
menarik beberapa rangkuman yang kemudian dibuat menjadi sebuah kesimpulan.

141

Dari penjelasan mengenai sejarah berdirinya Grup Musik Marsada Band yang
berasal dari desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Sumatera Utara disimpulkan
bahwa Grup Musik Marsada Band adalah sebuah grup musik Tradisional Akustik.
Hal ini penulis buat dengan melihat adanya persamaan alat musik yang
digunakan, konteks penggunaan dan komposisi serta musik uning-uningan yang
mereka tampilkan bahkan mereka perkenalkan sampai ke Eropa sebagai salah satu
musik tradisional di Indonesia.
Grup Musik Marsada adalah sebuah grup musik akustik yang memainkan
lagu tradisional Batak Toba seperti reportoar gondang, lagu pop Batak dan
dimainkan secara instrumental dan dinyanyikan. Grup musik ini terdapat di desa
Tomok kecamatan Simanindo kabupaten Toba Samosir. Grup Marsada Band
dibentuk pada tahun 1990-1999 Yang awalnya adalah berupa trio di bentuk oleh
Marlundu Situmorang, Jannen Sigalingging, dan Norma Manurung dan menjadi
pemusik yang terkenal saat itu di daerah Tomok.
Sebelumnya alat musik yang digunakan Grup Marsada Band Musik ini
adalah Keyboard. Pada tahun 2001 grup ini menjadi tujuh orang yang di manageri
oleh Monang Sidabutar, Kemudian pada tahun 2004 mereka Mengadakan tour ke
UK (United Kingdom).
Keunikan dari grup musik ini adalah mereka mampu memperkenalkan
lagu dan uning-uningan lagu tradisional batak sampai ke Internasional dengan
arransament otodidak. Semua lagu yang dimainkan dipelajari dan penggarapannya
dengan cara tradisional yaitu secara lisan tanpa ada referensi data tertulis. Dalam
setiap lagu yang dibawakan, selalu diawali melodi utama baik gitar maupun
sulim. Setiap lagu diawali dengan pembawa melodi yang berbeda kemudian
diakhiri dengan tanda yang diberikan oleh pemain lainnya dan diakhiri secara
bersamaan dari semua instrument. Tidak ada aturan yang menentukan urutan lagu
atau lagu apa saja yang akan dimainkan. Pengulangan setiap komposisi tidak
terbatas, tergantung pembawa melodi.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini belum
lengkap, masih memiliki banyak kekurangan dalamhal isi dan perlu mendapatkan
penyempurnaan. Dalam penelitian dan tulisan ini hanyalah sebahagian kecil
permasalahan yang telah penulis jelaskan, oleh karena itu penulis menyarankan
dan mengharapkan siapa saja yang berminat untuk melanjutkan penelitian yang
lebih mendalamlagi, baik dari segi sejarah, komposisi lagu, teknik permainan,
penggarapan lagu serta hal-hal lainnya, sehingga tulisan ini lebih baik dan
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalamdunia Etnomusikologi
dan sebagai dokumentasi data mengenai kebudayaan musik yang berkaitan
dengan musik tradisional.
Melihat bahwa Grup Musik Marsada Band saat ini telah mengalami masa
kemajuan, ada baiknya mempersiapkan regenerasi bisa memainkan musik yang

142

sama sehingga mampu mengukir prestasi yang lebih banyak lagi. Generasi muda
yang lebih energik dan diharapkan mampu memperkenalkan budaya tradisional
kita bukan hanya di Indonesia saja tapi di seluruh dunia.
Besar harapan penulis, semoga tulisan ini mampu memberi informasi bagi
seluruh pembaca dimanapun tentang adanya sebuah grup musik tradisional Batak
Toba maupun fans dari Grup Musik Marsada Band yang sangat membanggakan
dari desa Tomok kecamatan Simanindo yang bernama Grup Musik Marsada Band
ini patut dijadikan sebagai salah satu ikon budaya tradisional Batak Toba di
Sumatera Utara dan Indonesia untuk memperkenalkan budaya bangsa ke mata
dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Hartini, Dwi. (2007). Masuknya Pengaruh Islam di Indonesia.
http://elcom.umy.ac.id
_____________, (2007). Pertumbuhan dan Perkembangan Agama serta
Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. http://elcom.umy.ac.id
Kristi, Poerwandari. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Muttaqin, Moh. (2008). Seni Musik Klasik Jilid 1. J akarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Purba, Maulay, (2007), Musik Tradisional Masyarakat Sumatera Utara:
Harapan, Peluang, dan Tantangan. Medan: Universitas Sumatera Utara
Rainnings blog. (2009). http://rainning.wordpress.com
Staycoooooll.blogspot (2008) http://staycoooooll.blogspot.com
Wikipedia bahasa Indonesia. (2010). http://id.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai