Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan kebudayaan. Hampir setiap

daerah di seluruh Indonesia memiliki adat, bahasa dan kebiasaan masing-masing,

beberapa di antaranya sangat terkenal dikancah nasional maupun internasional

seperti, seni pertunjukan musik, tari, dan teater yang di wariskan oleh nenek

moyang kita dari generasi ke generasi. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi

warga negara lain untuk berkunjung ke Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari

mereka yang akhirnya bermigrasi dan menetap di Indonesia ( Koentjoranigrat .

1990 : 180 )

Sulawesi Selatan yang berada dibagian kawasan timur Indonesia yang

dikenal terdapat 3 suku yang mempunyai kebudayaan dan kesenian. Kesenian

yang dimaksud merupakan kesenian yang tumbuh dan berkembang secara turun-

temurun di lingkungan masyarakatnya serta kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-

nilai, norma-norma, dan peraturan kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari

manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia,

dan juga merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa

keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari

dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos

berfungsi menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat

dan nilai-nilai kebudayaan. Secara umum, kesenian dapat mempererat ikatan


solidaritas suatu masyarakat. Kebudayaan tidak tercipta begitu saja melainkan

sengaja diciptakan oleh manusia melalui hasil karya dalam proses belajar

sehingga dapat berubah dan dapat mengalami akulturasi dengan kebudayan yang

lain. Selain itu, kebudayaan juga merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan

dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

dari manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:180).

Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Takalar yang dulunya

merupakan perpecahan dari kerajaan Gowa yang berada di kawasan timur

Nuasntara, terdapat beberapa ragam jenis seni pertunjukan tradisional, di

antaranya adalah seni pertunjukan tari, musik, teater, serta pertunjukan seni

tradisional lainnya termasuk musik tanjidor. Jenis seni pertunjukan tradisional

tersebut, sampai saat ini masih dapat disaksikan lewat acara-acara adat-istiadat,

seperti pesta adat upacara perkawinan, khitanan/sunatan, hari besar kerajaan, dan

festival budaya. (KBBI, 2008:1273).

Kabupaten Takalar adalah salah satu daerah yang terletak di sebelah

selatan kota Makassar dan salah satu daerah yang memiliki beragam budaya salah

satu diantaranya adalah musik tanjidor yang merupakan salah satu sarana hiburan

masyarakat baik dalam upacara hari ulang tahun, khitanan, ataupun pesta

perkawinan yang ada di daerah Kabupaten Takalar khususnya di Kecamatan

Galesong. Beberapa kesenian tersebut masih bisa kita saksikan pada acara-acara

keramaian seperti acara pesta perkawinan, khitanan, sunatan, ataupun hari ulang

tahun keistiadatan yang ada di kecamatan galesong kabupaten takalar.


Musik tanjidor adalah merupakan musik tradisional yang digunakan untuk

melakukan pawai (karnaval) di kalangan etnis cina betawi, yang merupakan sisa-

sisa musik baris dan tiup pada zaman penjajahan di Indonesia. Tanjidor

merupakan nama julukan bagi kelompok sisa–sisa musik tangsi (asrama militer)

yang dimainkan oleh masyarakat betawi dengan kadar kemampuan musik yang

terbatas. (Pono Banoe, 2003 : 402)

Musik tanjidor adalah salah satu bentuk kesenian musik tradisional yang

disajikan pada acara keramaian baik dalam pesta perkawinan, khitanan, sunatan,

maupun acara hari ulang tahun karaeng galesong. Alat musik yang digunakan

yaitu terdiri dari bass drum, snar drum, dan suling. Tanjidor memiliki banyak

nama di setiap daerah seperti di daerah Maros disebut Pasuling, di gowa disebut

pajidor, dan di kabupaten takalar khususnya di kecamatan galesong disebut

Tanjidor hal ini disebabkan karena perkembangan musik di daerah tersebut

berbeda-beda. Musik tamjidor dalam pesta perkawinan adat Makassar merupakan

sarana pendukung kemeriahan terhadap masyarakat yang datanng sebagai tamu

kehormatan ataupun yang hanya sekedar menonton didalam pelaksanaan upacara

perkawinan adat Makassar di Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

(Narasumber Justri Dg Sibali selasa 19 Maret 2013)

Dalam eksistensinya musik tanjidor dulunya sangat populer dikalangan

masyarakat karena sejak kehadirannya pada tahun 1940an dan pertama kali

digunakan sebagai sarana hiburan rakyat dalam upacara hari ulang tahun karaeng

galesong. pada saat itu, msyarakat mulai menyukainya karena irama musiknya

yang bernuansa dangdut dan menjadi musik hiburan tahunan setiap diadakannya
pesta hari ulang tahun karaeng galesong pada saat itu. Saat mengalami

perkembangan di kecamatan galesong, musik tanjidor mulai digunakan sebagai

hiburan rakyat pada pesta perkawinan, masyarakat pun merespon dengan baik

bahkan lebih dari sebelumnya masyarakat bisa menyaksikan pertunjukan musik

tanjidor setiap ada pesta perkawinan. Namun, seiring dengan perkembangan

zaman pertunjukan musik tradisional khususnya musik tanjidor yang ada di

kecamatan galesong mulai dipertanyakan keberadaanya data dari hasil penelitian

menujukkan bahwa hal ini disebabkan karena pengaruh musik modern yang

sangat kuat sehingga sebagian besar masyarakat lebih menyukai musik modern

seperti elektone dibandingkan dengan musik tradisional khususnya musik tanjidor

terutama bagi kalangan remaja yang sebagai besar menganggap musik tradisional

khususnya tanjidor itu kuno.

Berdasarkan uaraian tersebut di atas, maka penulis bermaksud untuk

meneliti tentang keberadaan musik tanjidor yamg berada di kecamatan galesong

kabupaten takalar. Sebagai salah satu bentuk kesenian trdisional Sulawesi Selatan

khususnya Masyarakat etnik makassar yang lahir dari akulturasi budaya asing

adalah musik tanjidor. Dalam hal ini musik tanjidor merupakan sarana hiburan

yang dilakukan pada prosesi upacara perkawinan adat Makassar di kecamatan

galesong kabupaten takalar yang masih tetap dipertahankan (eksis), bentuk

perubahan yang tejadi, perstasi yang didapatkan dan kelanjutan musik itu sendiri

baik bagi pemain maupun bagi masyaraakat di tengah pesatnya pengaruh musik

modern saat ini.


B. Rumusan masalah

Bedasarkan uraian dan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya,

maka sangat kompleks permasalahan yang harus dijawab dalam penulisan ini.

Oleh karena itu dalam penulisan ini akan di batasi pada batasan rumusan masalah

agar penulisan ini tidak terlalu mengembang, dan keluar dari pada masalah yang

tidak diinginkan dalam penulisan ini.

Batasan masalah tersebut di atas, maka dapatlah dirumuskan beberapa

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perkembangan musik tanjidor pada pesta perkawinan dalam

masyarakat Makassar kecamatan Galesong kabupaten Takalar sampai saat ini?

2. Bagaimanakah fungsi musik tanjidor pada pesta perkawinan dalam

masyarakat Makassar kecamatan galesong kabupaten takalar?

C. Tujuan penulisan

Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang

tepat dan akurat yang bertujuan:

1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan musik tanjidor di kecamatan

Galesong kabuipaten takalar saat ini.

2. Untuk mengetahui fungsi musik tanjidor pada pesta perkawinan adat makassar

di kecamatan Galesong kabupaten takalar.


D. Manfaat penelitian

Manfaat yang sangat di harapkan dalam pelaksanaan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi kepada Msyarakat dan generasi yang akan

datang, khususnya bagi Mahasiswa Program Studi Sendratasik Universitas

Negeri Makassar. Sebagai informasi tambahan untuk Mahasiswa

mengenai perkembangan Musik Tanjidor dari Zaman dulu sampai sekarang.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan Mahasiswa

mengenai Eksistensi Musik Tanjidor di Msyarakat kecamatan Galesong

kabupaten takalar. Untuk mendorong masyarakat agar lebih mencintai

Kebudayaan di Daerahnya sendiri.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Dalam Penelitian ini akan di kemukakan pendapat para ahli yang relivan

dengan masalah penelitian dan merupakan faktor pendukung terlaksananya

penelitian ini. Adapun pendapat para ahli adalah sebagai berikiut;

1. Musik

Musik adalah jenis kesenian dengan menggunakan suara sebagai media

ekspresinya baik suara manusia atau Alat-alat”, (Yaya Sukarya, 1982 : 2)

Musik adalah nada, frekuensi, ritme, melodi, harmoni, dan warna secara

bersamaan membentuk kerangka bangunan Musik. (Saka Harjana, 1983 : 10)

Dari pandangan tersebut di atas, maka dapat di simpulkan bahwa Musik

mempumyai berbagai Unsur-unsur untuk saling mendukung satu sama lain

sehingga dapat di nikmati melalui rasa keindahan. Musik adalah seni yang

memiliki nilai keindahan yang tinggi sebab bisa terbuka untuk setiap penikmatnya

dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

Dalam Kamus Istilah Pendidikan Musik dibagi beberapa bagian yaitu

sebagai berikut:

a. Musik instrumental yaitu musik yang hanya diselenggarakan hanya dengan

suara alat musik saja (1978 : 331).

b. Musik vokal yaitu musik yang hanya diselenggarakan hanya dengan suara

manusia saja tanpa iringan instrument (1978 : 331).


c. Musik secara umum yaitu berupa suara-suara atau bunyi yang memiliki irama

baik dari suara alam ataupun suara manusia dan alat instrumen (1978 : 331).

2. Pengertian Musik Trdisional

Musik Tradisional merupakan salah satu cabang seni budaya yang di

jadikan sebagai sarana komunikasi yang menyampaikan maksud dari dalam kalbu

melalui keindahan suara dalam bernyanyi (Arifin, 1991 : 1).

Pengertian musik terperinci oleh M. Soeharto dalam kamusu musiknya

yang merupakan pengungkapan gagasan melalui bunyi yang unsur dasar berupa

Melodi, irama dan harmoni dan unsur pendukung berupa gagasan, sifat, warna

bunyi.namun dalam penyajiannya sering masih terpadu dengan unsur-unsur lain

seperti bahasa, gerak, maupun warna (M. Soeharno, 1992 : 86).

Musik adalah pernyataan isi hati manusia yang diungkapkan dalam bentuk

bunyi yang teratur dengan melodi dan ritme, serta mempunyai unsur yang

harmonis dan indah (Hadi Sunarko, 1995 : 5).

3. Musik Tanjidor

Tanjidor adalah musik jalanan tradisional pesta dikalangan etnis Cina

Betawi, dan merupakan Sisa-sisa Musik baris dan tiup ruang pada zaman

penjajahan Belanda di Indonesia. Tanjidor merupakan nama ejekan bagi

kelompok Sisa-sisa Musik tangsi (Asrama militer) yang di mainkan oleh

masyarakat Betawi dengan kadar penguasaan Musikdan kemampuan yang

terbatas.(Pono Banoe, 2003 :402).

Dari kutipan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Musik

tanjidor merupakan Musik yang berasal dari bahasa Portugis yang berkembang di
Indonesia pada saat Zaman penjajahan Belanda, itupun dari sisa-sisa Musik tangsi

(asrama militer) kemudian dikembangkan melalui pemainan Musik orkes tanjidor

dan berkembang di Betawi.

Muik tanjidor adalah merupakan salah satu sarana hiburan yang dimainkan

oleh beberapa orang dengan menggunakan alat musik yang terdiri dari jidor,

ropol/tambur, dan suling (wawancara dengan Nanda Dg Ma’ja’ Kamis 21 Maret

2013)

Musik tanjidor merupakan seni pertunjukan musik tradisional yang

dimainkan dalam suatu acara pesta perkawinan yang bertujuan untuk menghibur

para tamu dan masyarakat yang datang menyaksikanya (wawancara dengan Jutri

Dg sibali selasa 19 Maret 2013)

4. Eksistensi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002: 357) Eksistensi adalah

keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Abidin (2007: 16)

mengemukakan bahwa:

“Eksistensi adalah proses yang dinamis, suatu „menjadi‟ atau „mengada‟.

Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni existere yang artinya

keluar dari, „melampaui‟ atau „mengatasi‟.Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan

terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau

sebaliknya kemunduraknn, tergantung pada kemampuan dalam

mengaktualisasikan potensi-potensinya” (Abidin (2007: 16)


Eksistensi merupakan keberadaan kehidupan, kehadiran yang berpotensi

untuk dipertahankan atau mengalami peningkatan dan penurunan hal-hal tertentu

(Arifin, 1997 : 128)

5. Prosesi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Anton M. Moeliono ( 1988 :

703 ) Prosesi merupakan pawai yang khidmat atau perarakan dalam suatu upacara

perkawinan dan sebagainya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Prof Dr. J.S. Bedudu ( 1994 :

1092) bahwa prsesi merupakan pawai atau arak-arakan yang berjalan dengan

khidmat dalam suatu perkawinan.

6. Upacara

Upacara merupakan alat kerajaan atau tanda kebesaran seperti payung

kerajaan, keris, lembing, Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Prof Dr. J.S.

Bedudu (1994 : 1595)

Upacara adat adalah upacara yang di laksanakan sesuai dengan adat yang

di awali dengan daerah sepertu Sunda, minagkabau, Ambon, dan sebagainya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Prof Dr. J.S. Bedudu (1994 : 1595 )

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Anton M. Moeliono ( 1988 :

994 ) upacara merupakan Tanda-tanda kebesaran yang dirangkaikan dengan

tindakan atau perbuatan yang terikat kepada Aturan0-aturan menurut adat dan

agama dalam perkawinan yang dilakukan secara sederhana.


7. Ansambel Musik

Ansambel secara umum diartikan bermain musik bersama-sama. Ensemble

(Prancis) juga berarti kelompok musik dalam satuan kecil atau permainan bersama

dalam satuan kecil alat musik (Banoe, 2003: 133).

Ansambel berarti suatu rombongan musik atau sandiwara. Sedangkan

pengertian ansambel menurut kamus musik, ansambel adalah kelompok kegiatan

musik dengan jenis kegiatan seperti yang tercantum dalam sebutannya. Biasanya

tampil sebagai hasil kerja sama peserta, di bawah pimpinan seorang pelatih.

Misalnya ansambel tari dan nyanyi, ansambel recorder, ansambel gitar

(M.Suharto:1992 )

8. Perkembangan

Perkembangan ini adalah perubahan yang progesif dan kontinyu

(berkesimnambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati proses yang

bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan seorang individu yang

ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri

manusia. ( Akhmad Sudrajat : 2008 ),

9. Fungsi

` Menurut Kamus Ilmiah Populer oleh: Sutan Rajasa 1992 : 185. Fungsi

adalah peranan, atau kegunaan pada suatu bennda atau semacamnya.

Pengertian fungsi adalah suatu kegunaan atau peranan yang digunakan

dalam suatu hal yang berpoteensi memiliki nilai sesuatu yang dapat digunakaan

Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Bedudu Zain 1994 : 412.


Dalam Kamus Istilah Pendidikan Umum fungsi dibagi ke beberapa bagian

yaitu:

a. Perbuatan physis tak tampak, tetapi dapat diketahui dari gejala-gejala

perbuatannya.

b. Jabatan kerja (pengetahuan umum) sesuatu yang memiliki tujuan dan

berperan penting dalam kegunaannya.

c. Fungsi primer yaitu bagian dari proses pengiring yang dimiliki seseorang

hingga ia menjadi manusia ketika. (yang sering berubah pendirian), kesan-

kesan yang telah lalu tidak lagi mempengaruhi tindakan yang

dilakukannya (M. Sastrapradja, 1978 : 164)

d. Fungsi sekunder yaitu fungsi tanggapan yang bersifat pasip karena sudah

tidak lagi berada dalam kesadaran (Prof. Hymans).

10. Pesta

Pesta atau berpesta adalah mengadakan suatuperjamuan , perhelatan, untuk

bersenang-senang karena mendapat suatu keberuntungan atau kemenangan Kamus

Besar Bahasa Indonesia oleh: Bedudu Zain 1994 : 1052.

Dalam kamus Ilmiah popular (Sutan Rajasa 1992 : 475) pesta adalah suatu

perayaan, upacara, atau resepsi seperti perkawinan dan lain-lain.

Pesta menurt Lukman Ali dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

bersuka ria atau perjamuan makan minum. Dalam perkawinan adat Makassar

pesta berarti melakukan suatu prosesi yang berkaitan tata upacara adat yang

sedang berlangsung sejak dulu seperti halnya pesta perkawinan adat (1991 : 853)
11. Perkawinan

Perkawinan adalah membentuk suatu keluarga dengan lawan jenis dengan

melakukan suatu ikatan pernikahan antara laki-laki dan perempuan Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Anton M. Moeliono 1988 : 639).

Perkawinan merupakan ikatan yang dilakukan oleh pria dan wanita dalam

suatu perkawinan dan menjalin hubungan suami istri Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Anton M. Moeliono 1988 : 399).

12. Seni Tradisional

Tradisional berasal dari bahasa Yunani, yaitu “tradium” yang mengandung

suatu pengertian suatu atau barang-barang yang diwariskan atau dilimpahkan

secara turun-temurun (Arief Hidayat, 1984 : 10).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa tradisional

adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada

norma-norma dan adat kebiasaan yang secara turun temurun (W J S

Poerwadarminta, 1995 : 219).

Jika pengertian trdisi dikaitkan dengan seni musik, maka M.A Arifin

berpendapat bahwa:

a. Musik tradisional merupakan watak dan jiwa dari semua suku bangsa dari

etmis daerah yang lahir dan tumbuh berkembang mengikuti lajurnya

kemajuan zaman yang sifatnya turun temurun (1907 : 21).

b. Musik trdisional dalam konyeks yang lebih luas sangat ditentuka oleh

empat komponen penting yaitu: pelaku, musik, kegiatan, dan pendukung.

Komponen tersebut sulit untuk dipisahkan satu dengan lainnya karena


setiap komponen memiliki fungsi masing-masing yang berbeda namun

saling berhubungan (AJ. Agussalim A, 2003 : 2).

Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa, seni musik

tradisional adalah seni yang lahir dan berkembang sesuai dengan peradaban

masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu, musik tradisional selalu berkaitan

dengan kegiatan masyarakat pendukungnya baik upacara maupun pesta adat dan

pesta panen.
B. Kerangka pikir

Dalam penelitian ini ada beberapa kerangka pikir yaitu:

EKSISTENSI

MUSIK TANJIDOR

Bagai mana perkembangan Bagaimana fungsi Musik


Musik Tanjidor pada pesta Tanjidor pada pesta
perkawinan dalam masyarakat perkawinan dalam masyarakat
Makassar di Kecamatan Makassar di Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar GalesongKabupaten Takalar

Eksistensi Musik Tanjidor pada


pesta perkawinan dalam
Masyarakat Makassar Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar

Skema 1 Kerangka Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan desain Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian tentang Musik tanjidor akan di kemukakan

beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini, beberapa variable dan desain

penelitian.

1. Variabel penelitian

Semua Unsur-unsur yang merupakan objek penelitian adalah

tentangEksistensi Musik Tanjidor di Masyarakat Kecamatan Galesong

Kabupaten Takalar yang meliputi:

a. Bagaimana perkembangan Musik Tanjidor pada pesta perkawinan dalam

masyarakat Makassar kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

b. Bagaimanakah fungsi musik tanjidor pada pesta perkawinan dalam

masyarakat Makassar Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.


2. Desain penelitian

Desain penelitian ini di jabarkan beberapa kegiatan yakni:

Bagai mana perkembangan Bagaimana fungsi Musik


Musik Tanjidor pada pesta Tanjidor pada pesta
perkawinan dalam perkawinan dalam
masyarakat Makassar di masyarakat Makassar di
Kecamatan Galesong Kecamatan
Kabupaten Takalar GalesongKabupaten
Takalar

PENGOLAHAN ANALISIS
DATA

KESIMPULAN

SKRIPSI
\

Skema 2 Desain penelitian


B. Definisi Oprasional Variabel

Dalam penjelasan terdahulu telah jelas variabel yang akan di teliti. Oleh

karena itu, untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam pelaksanaan penelitian

tersebut, maka definisi Variabel-variabel tersebut sangat penting di jelaskan.

Adapun Variabel-variabel yang di maksud adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan Musik Tanjidor pada pesta perkawinan dalam

Masyarakat Makassar di kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, yaitu

perkembangan Musik tanjidor di mulai dari masuknya di daerah tersebut

sampai sekarang ini.

2. Bagaimanakah fungsi musik tanjidor pada pesta perkawinan dalam

masyarakat Makassar Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, adalah fungsi

musik itu sendiri dalam prosesi upacara perkawinan di daerah tersebut.

C. Sasaran dan responden

1. Sasaran

Sasaran yang akan di lakukan pada penelitian ini adalah para pelaku atau

pemain musik tanjidor serta budayawan yang mengetahui sejarah kemunculan

musik tanjidor yang ada di kecamatan galesong kabupaten takalar.

2. Responden

` Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Lukman Ali.1991 : 1170)

responden merupakan suatu pertanyaan yang diajukan untuk kepentingan

penelitian. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah pemilik

grup musik tanjidor yang ada di kecamatan galesomg kabupaten takalar.


D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Teknik yang Mula-mula ditempuh dalam penelitian ini adalah wawancara

dengan narasumber. Teknik ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab

langsung di lapangan baik dalam upacara perkawinan atau upacara hari ulang

tahun. yang ada di kecamatan Galesong kabupaten Takalar

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa

sumber yang dianggap dapat memberikan informasi yang akurat tentang

eksistensi Musik Tanjidor, dimana sumber tersebut terdiri dari Tokoh Masyarakat,

Budayawan, penggiat musik tanjidor dan pemilik dari kelompok Musik Tanjidor

tersebut. KBBI ( 2008 : 1559 )

2. Observasi

Teknik Observasi dilakukan dengan cara mewawancarai secara langsung

pelaku yang mengetahui sejarah masuknya Musik Tanjidor di kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar dengan menggunakan media tertentu sebagai

pununjang dalam penelitian, sehingga diperoleh keterangan yang kuat mengenai

Eksitensi Musik Tanjidor pada pesta perkawinan dalam masyarakat Makassar di

kecamatan Galesong kabupaten Takalar. Nasution (1996)\

3. Dokumetasi

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan keterangan atau Bahan-

bahan secara sistematis dan actual, kemudian ditelaah untuk lebih memperjelas

data yang dikumpulkan. Media yang digunakan saat melakukan penelitian adalah:

kamera, tape record, alat tulis, dan lain-lain yang mendukung penelitian agar
memperoleh data yang akurat selain itu suasana saat melakukan penelitian harus

sesuai dengan apa yang ada di lapangan yakni harus terjun langsung untuk melihat

situasi baik dalam upacara hari ulang tahun ataupun upacara pesta perkawinan

adat Makassar yang ada di Kecamatan Galesong.

E. Analisi Data

Penelitian ini dimulai dengan cara mengklasifikasi berbagai data, baik data

yang diperoleh dari hasil wawancara maupun hasil observasi. Selanjutnya data

analisis diurut berdasarkan temuan cerita dari permasalahan yang ada.Dari hasil

tersebut kemudian dilakukan penafsiran data untuk mendapatkan kegiatan

pembahasan sistimatis dan disajikan secara diskriptif. Penelitian ini bersifat

diskriptif yaitu jenis penelitian yang menggambarkan apa adanya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Lukman Ali dkk dijelaskan

bahwa pengertian deskriptif adalah menggambarkan apa adanya. (1991 : 258)

Dengan bertolak dari pemikiran tersebut, maka semua data yang diperoleh

dilapangan akan ditulis dengan menggambarkan apa adanya tentang Eksistensi

Musik Tanjidor pada pesta perkawinan dalam masyarakat Makassar di kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar.

Untuk memperoleh data analisis yanga akurat, maka ada beberapa Tokoh

Musik Tanjidor yang dijadikan narasumber yaitu para pemain Musik Tanjidor dan

pengamat Musik Tanjidor yang ada di kecamatan Galesong kabupaten Takalar.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Perkembangan Musik Tanjidor Pada Pesta Perkawinan Adat Makassar,


Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

Kesenian merupakan salah satu unsur yang senantiasa ada pada bentuk

kebudayaan yang cukup menjadi kebutuhan masyarakat. Keberadaan kesenian

dalam bentuk seni musik tradisional sangat erat kaitannya dengan kebutuhan

manusia yang mendasar untuk memenuhi kebutuhannya akan rasa keindahan

(estetika). Kesenian dan masyarakat merupakan salah satu kesatuan yang saling

berkaitan terutama dalam pelaksanaan pertunjukan seni musik tradisional salah

satunya adalah musik tanjidor.

Musik tanjidor merupakan kesenian yang sudah menjadi bagian dari

kebudayaan yang melekat dari ciri khas kesenian bangsa Indonesia termasuk etnik

Makassar. Musik tanjidor sudah menjadi bagian dari kebudayaan dan kesenian

etrnik Makassar khususnya di Kecamatan Galesong Kabupaten takalar yang

dipelajari dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara oral

atau dari mulut ke mulut. Musik tanjidor adalah perpaduan musik barat dengan

musik melayu yang kemudian berkembang menjadi irama dangdut. Dari

pembauran budaya inilah yang kemudian berakulturasi lagi dengan daerah

Makassar sehingga muncul suatu jenis musik yang disebut dengan musik tanjidor.

Musik tanjidor .merupakan salah satu musik tradisional yang digunakan

oleh masyarakat tiong khoa (Cina) pada zaman penjajahan (Belanda). selain itu,
musik tanjidor juga merupakan nama ejekan bagi sisa-sisa kelompok musik

asrama militer (tangsi) yang di mainkan oleh masyarakat betawi dengan kadar

penguasaan dan kemampuan yang terbatas (Poni Banoe, 2003 : 402).

Perkembangan musik tanjidor di kawasan timur Indonesia yaitu Sulawesi

Selatan khususnya di Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar yang dibawah oleh

msyarakat tiong khoa (Cina) pada tahun 1940an dan berkembang sampai saat ini.

Nanda Daeng Ma’ja’ yang merupakan ketua seksi budaya kecamatan Galesong

mengatakan bahwa musik tanjidor masuk ke kecamatan galesong pada tahun

1940an yang dibawa oleh orang-orang tiong khoa (Cina) dan pada saat itu Musik

tanjidor digunakan sebagai hiburan rakyat dalam acara hari ulang tahun karaeng

Galesong yang kemudian berkembang sebagai hiburan rakyat pada acara pesta

perkawinan sampai saat ini. Beliau juga menjelaskan bahwa musik tanjidor yang

dibawa oleh Orang-orang tiong khoa (Cina) menggunakan alat musik berupa snar

drum (ropol/tambur), bass drum (jidor),dan Terompet dengan kostum yang masih

sederhana saat itu.

Pengertian musik tanjidor menurut Nanda Daeng Ma’ja’ merupakan salah

satu sarana hiburan yang dimainkan oleh beberapa orang dengan menggunakan

alat musik yang terdiri dari jidor, ropol/tambur, dan suling. Beliau juga

mengatakan bahwa musik tanjidor yang dibawa oleh Orang-orang Cina

menggunakan alat musik terompet dan saat berkembang di Makassar khususnya

di kecamatan galesong Orang-orang yang memainkan pada saat itu menggantinya

dengan alat musik suling hal ini disebabkan karena keterbatasan dana dan

terompet pada masa itu susah untuk dicari. selain itu juga, Dikatakan musik
tanjidor Makassar yang ada di kecamatan Galesong memakai alat musik suling

karena pada saat itu menurut narasumber disesuaikan dengan keadaan alam

sehingga tidak merubah baik dari segi tampilan maupun dari segi irama musik

tanjidor itu sendiri. inilah juga yang mempengaruhi mengapa musik tanjidor

dulunya dikatakan pasuling (Wawancara dengan Nanda. Dg Ma’ja’ Kamis 21

Maret 2013). .

Musik Tanjidor ini begitu familiar di telinga masyarakat karena iramanya

yang ceria dengan tempo yang cepat sehingga mampu menghibur semua kalangan

masyarakat. Dalam setiap pementasan yang biasanya dari pukul 10.00 pagi

sampai pukul 19.00 malam, masyarakat selalu membanjiri pementasan musik

tanjidor mulai dari anak usia 5 tahun sampai orang yang sudah lanjut usia.

Hadirnya pertunjukan musik tanjidor dalam suatu pesta perkawinan adat

Makassar ataupun acara khitanan dikalangan etnis Makassar khususnya

kecamatan galesong kabupaten takalar sudah menjadi kebiasaan masyarakat pada

zaman dulu dan mempunyai dampak besar atas kelangsunan pesta perkawinana

atau acara khitanan. Menurut Daeng Ma’ja’ dengan adanya pertunjukan musik

tanjidor dalam suatu acara baik itu pesta perkawinan ataupun khitanan itu dapat

memotivasi masyarakat untuk datang bertamu kepada keluarga yang mengadakan

pesta sedangkan tanpa adanya pertunjukan musik hiburan yang salah satunya

adalah musik tanjidor maka masyarakat yang diundang pada umumnya enggan

berkunjung ke pesta, sehingga tidak jarang suatu pesta menjadi sepi (Wawancara

dengan ( Nanda. Dg Ma’ja’ Kamis 21 Maret 2013)


Menurut Daeng Sibali pada Bulan-bulan tertentu, setiap ada panggilan

pentas saya lebih meluangkan waktu saya untuk berlatih musik tanjidor

dibandingkan dengan pekerjaan yang lainnya. Beliau juga menjelaskan bahwa

terkadang pada Bulan-bulan tertentu order dari kelompok musik tanjidor kami

biasanya dilimpahkan kepada kelompok musik tanjidor lain bahkan sampai ada

yang diluar daerah galesong ini karena order jadwalnya berbenturan.

Daeng Sibali menjelaskan bahwa kunjungan tamu kemudian dihibur

dengan pertunjukan musik tanjidor dalam suatu pesta perkawinan adalah suatu hal

yang sangat dinantikan oleh pihak pelaksana pesta. Ini bertujuan agar tamu

senantiasa berdo’a dan silaturahmi dalam mempererat keakraban sosial dan juga

membawa berkah secara ekonomis. Hal ini disebabkan karena setiap tamu

undangan yang berkunjung diharapkan mengisi dan membawa amplop yang berisi

uang ala kadarnya.

Seni pertunjukan musik tanjidor dalam prosesi upacara perkawinan adat

Makassar adalah salah satu dari sekian banyak jenis pertunjukan musik trdisional

yang sering dihadirkan oleh masyarakat etnis Makassar khususnya di kecamatan

galesong kabupaten takalar untuk meramaikan suatu acara pesta perkawinan adat

Makassar ataupun khitanan. Oleh karena itu, pada musim pesta terutama pada

pertengahan tahun pemain musik tanjidor laris mendapat undangan untuk pentas.

Namun pada perkembangannya Dg. Sibali mengatakan bahwa musik

tanjidor mulai mengalami penurunan peminat. Tepatnya sekitar awal tahun

2000an pertunjukan musik tradisonal ini mulai ditinggalkan penggemarnya.

Jumlah panggilan pentas dalam seminggu tidak seramai pada masa eksisnya,
penonton pun pada saat pementasan tidak sesemarak ketika musik tanjidor ini jadi

primadona. N. Dg Ma’ja’ juga menjelaskan bahwa pertunjukan musik tanjidor

saat ini jika dibandingkan dengan awal keberadaannya dalam masyarakat etnis

Makassar khususnya kecamatan galesong dapat diperoleh gambaranbahwa musik

tradisional tanjidor dalam komunitasnya diberbagai aspek. Selain itu kesenian

musik tradisional khususnya tanjidor yang ada di Kecamatan Galesong mulai

hilang disebabkan karena adanya musik modern seperti elektone. Beliau juga

menegaskan bahwa kehadiran musik modern salah satunya adalah elektone

banyak membuat jenuh masyarakat karena menampilkan penyanyi dengan biduan

yang bertubuh sensual dan bergoyang erotis.

Dari hasil wawancara dengan narasumber (wawancara dengan Justri

Dg.Sibali selasa 19 Maret 2013 ), beliau mengatakan bahwa dulu musim khitanan

ataupun acara resepsi pernikahan biasanya menjadi ladang penghasilan bagi para

pemusik Tanjidor karena orderan pada waktu-waktu itu sangat banyak dan

memiliki prestasi tersendiri karena mendapat penghargaan dari masyarakat berupa

benda, makanan dan lain-lain karena telah menghibur para tamu dan para

penonton yang datang menyaksikan pertunjukannya. namun pasca tahun 2000an

panggilan untuk pertunjukan musik tanjidor sudah sangat berkurang.

Narasumber juga menyatakan bahwa sebelum Tahun 2000 jumlah

undangan untuk pementasan musik Tanjidor biasanya sampai 5 kali dalam 1

mingu, namun mulai tahun 2000an jumlahnya menurun menjadi 2 kali dalam

sepekan. Bahkan setelah tahun 2005 kadang dalam satu minggu tidak ada satu pun

panggilan untuk pentas. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang cukup
signifikan dari jumlah peminat musik tanjidor sebelum tahun 2005 dan pasca

tahun 2005.

Menurut Justri Dg.Sibali hal ini diakibatkan oleh tergesernya musik-musik

tradisonal utamanya musik tanjidor oleh musik modern berupa musik Electone

maupun orkes melayu. Salah satu penggiat musik Tanjidor di Kecamatan

Galesong yaitu: S Dg. Ngopa mengatakan bahwa pesta pernikahan ataupun

khitanan saat ini jauh didominasi oleh pertunjukan musik Electone maupun orkes

melayu sementara peminat musik tanjidor kini mulai tersegmentasi hanya pada

golongan masyarakat tertentu saja misalnya keluarga keturunan karaeng Galesong

dan keluarga bupati saja.

Perkembangan musik tanjidor yang terjadi di Kecamatan Galesong

Kabupaten takalar tidak hanya dari segi penggemarnya saja melainkan juga terjadi

Pada perkembangan dari segi alat musiknya. Justri Dg. Sibali yang selaku

pimpinan musik tanjidor Sayuti menjelaskan bahwa pada awal kami membentuk

kelompok ini, alat musik yang kami gunakan masih sangat sederhana yaitu berupa

Snar drum (ropol / tambur), Bass drum (jidor), dan Suling. Namun, seiring dengan

berkembangnya zaman dan mengikuti arus musik modern yang ada sampai saat

sekarang ini beliau memadukan alat musik tradisional dengan alat musik modern

yaitu dengan menambahkan alat musik modern berupa Gitar, Bass, sound system,

dan penyanyi. Menurut Dg. Sibali hal ini bertujuan agar tampilan dari musik

tanjidor masih tetap ada dan bisa bertahan ditengah arus musik modern yang ada

sekarang ini.
S Dg. Ngopa yang merupakan penggiat musik tanjidor dan salah satu

pemain dari kelompok musik tanjidor Sayuti menjelaskan bahwa selain untuk

mempertahankan keberadaan musik tanjidor yang ada di Kecamatan Galesong

Kabupaten Takalar ini juga bertujuan untuk menarik minat masyarakat khususnya

pada remaja yang sebagian besar menganggap bahwa pertunjukan musik

trdisional temasuk musik tanjidor itu kuno dan ketinggalan zaman untuk

menyakssikan pertunjukan musik tanjidor terutama pada pesta perkawinan. Untuk

itulah mengapa kami memadukan musik tradisional dengan musik modern.

N. Dg Ma’ja’ menyarankan kepada penulis agar bisa membantu beliau

untuk melestarikan kesenian musik tradisional yang ada di kecamatan galesong ini

terutama yang ada di Desa-desa terkhusus kepada anak muda atau remaja yang

tidak memiliki pekerjaan agar diberi sosialisasi tentang pelestarian kesenian musik

tradisional utamanya musik tanjidor yang ada di kecamatan galesong. Beliau juga

berharap agar pemerintah terutama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata agar

kesenian musik tradisional yang ada di Kecamatan Galesong ini bisa dijadikan

program pendidikan yang dikhususkan pada generasi muda agar mengurangi

pengangguran serta mengapresiasi dan melestarikan kesenian musik tradisional

termasuk musik tanjidor yang ada di daerah ini.

Justri Dg Sibali juga menjelaskan hal yang sama berharap agar pemerintah

dapat mengapresiasi dan mengembangkan musik tanjidor supaya kelompok musik

tanjidor yang ada di kabupaten takalar khususnya di kecamatan galesong masih

tetap eksis dan diminati oleh masyarakat dari golongan bawah sampai golongan

atas.
Daeng Sibali merupakan salah satu seniman atau pemain sekaligus

pimpinan kelompok musik tanjidor Sayuti yang cukup terkenal khusunya di

masyarakat kecamatan galesong kabupaten takalar selain itu beliau juga terkenal

dengan kelucuannya saat memainkan tanjidor dengan meminum tuak (ballo’)

kemudian memainkan jidornya dan melakukan aksi-aksi dalam pertunjukan yang

unik.

Daeng Ma’ja’ adalah salah satu pengamat budaya yang ada di kecamatan

galesong. Beliau merupakan ketua seksi budaya adat di kecamatan galesong dan

berperan penting dalam setiap acara kebdayaan baik itu pertunjukan tradisional

maupun pesta adat istiadat lainnya yang ada di kecamatan galesong. Selain itu,

beliau juga salah satu seniman yang mempertahankan musik tridisional salah

satunya adalah musik tanjidor yang ada di kecamatan galesong ini. Beliau

menjelaskan bahwa musik tradisional yang ada di kecamatan galesong harus tetap

ada dan dipertahankan salah satu diantaranya yaitu musik tanjidor yang

merupakan akulturasi budaya yang berkembang di kecamatan galesong sampai

saat ini meskipun secara umum sebagian masyarakat sekarang hanya mengetahui

bahwa musik tanjidor adalah sarana hiburan rakyat dalam pesta perkawinan

hingga saat ini


2. Fungsi Musik Tanjidor Pada Pesta Perkawinan Adat Makassar Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar ?

Masyarakat etnis Makassar di daerah Kecamatan Galesong Kabupaten

Takalar memilki beragam macam trdisi atau adat kebiasaan dalam kehidupannya

sehari-hari. Salah satu yang masih kental dan dapat dijumpai di wilayah sosial

masyarakat etnis ini adalah seni pertunjukan musik ttrdisional salah satunya musik

tanjidor.

Musik tanjidor bagi kalangan masyarakat kecamatan Galesong kabupaten

takalar mempunyai nilai tesendiri khususnya dalam pesta perkawinan. Selain itu,

Musik tanjidor juga sangat akrab dengan penikmatnya karena memiliki tempo

yang cepat, ceria serta bernuansa dangdut dan melayu.

Fungsi musik tanjidor menurut N.Dg Ma’ja’ adalah sebagai sarana hiburan

rakyat dalam prosesi upacara perkawinan adat Makassar saat ini. Selain itu,

menurut narasumber musik tanjidor dulunya berfungsi sebagai hiburan untuk

penjemput tamu dalam upacara hari ulang tahun Karaeng Galesong. Beliau

menjelaskan bahwa dulu pada saat upacara hari ulang tahun karaeng galesong

semua jenis pertunjukan musik tradisional dipanggil untuk meramaikan acara

tersebut termasuk tanjidor dan pada saat itulah masyarakat mulai menyukai

hiburan musik tanjidor sehingga banyak yang memakai jasa tanjidor sebagai

hiburan baik itu acara khitanan, maupun prosesi upacara perkawinan yang masih

biasa digunakan sampai saat sekarang ini. Tidak hanya itu, masyarakat yang

menggunakan tanjidor terutama dalam pesta perkawinan itu memiliki nilai

tersendiri baik itu dari pihak pelaksana perkawinan maupun para pemain tanjidor
dan masyarakat karena merasa terhibur pada saat menyaksikan pertunjukan musik

tanjidor ( Wawancara dengan Nanda Dg Ma’ja’ Kamis 21 Maret 2013).

Justri Dg. Sibali juga menjelaskan bahwa pada saat musik tanjidor pertama

kali hadir dan menunjukkan keberadaannya di daerah galesong masyarakat pada

saat itu tidak terlalu antusias untuk menyaksikan permainan musik tersebut.

Namun, setelah ketua adat yang didalam hal ini adalah karaeng Galesong saat itu

memanggil semua jenis pertunjukan musik tradisional yang ada di kecamatan

Galesong salah satunya adalah musik tanjidor masyarakat mulai menyukai dan

mulai berfikir untuk membuat kelompok salah satu diantaranya adalah kelompok

musik tanjidor Sayuti.

Menurut Dg Sibali, musik tanjidor merupakan musik yang sangat

menghibur masyarakat, hal ini disebabkan karena musik tanjidor sudah sangat

lekat dimata masyarakat sebagai musik penghibur dalam upacara perkawinan atau

khinatan. apabila musik tersebut mulai terdengar baik dari dekat maupun dari

kejauhan maka masyarakat yang mendengar bumyi dari musik tersebut akan

mengetahui bahwa ada pesta perkawinan atau khitanan di dearah tersebut

( Wawancara dengan Jutri Dg Sibali selasa 19 Maret 2013).

Musik tanjidor biasa juga digunakan sebagai penjemput tamu kehormatan

bagi kalangan atas seperti para pejabat pemerintahan atau keluarga keturunan

karaeng galesong lagu yang di bawakan adalah lagu daerah sebagai tanda

penjemputan tamu kehormatan. Menurut N. Dg Ma’ja’ dalam perayaan upacara

hari ulang tahun karaeng galesong yang diadakan setiap tahunnya, kalangan

pemerintah dan tokoh adat setempat menghadirkan semua jenis pertunjukan


musik trdisional termasuk musik tanjidor untuk menyemarakkan perayaan itu.

Beliau juga mengatakan bahwa kehadiran musik tanjidor dalam konteks perayaan

hari ulang tahun karaeng galesong ataupun upacara pesta perkawinan ini tidak

terlepas dari dukungan masyarakat dan pemerintah daerah kecamatan galesong

kabupaten takalar. Selain Itu, hadirnya musik tanjidor baik dalam upacara hari

ulang tahun galesong atapun pesta perkawinan dapat menambah suasana

kemeriahan, keakraban dan rasa kekeluargaan antar warga. Oleh karena itu

sebagian masyarakat yang ada di kecamatan galesong senantiasa memilih

pertunjukan musik tanjidor untuk dijadikan hiburan dalam pestanya.

Referensi narasumber ( Nanda Daeng Ma’ja’) dikutip oleh Muh Nurul


Aswan ( Kamis, 21 Maret 2013)
Pertunjukan musik tanjidor memiliki fungsi lain yaitu sebagai media

integrasi sosial yang bertujuan untuk memberi semangat kepada masyarakat agar

senantiasa menjunjung tinggi rasa solidaritas dan rasa persatuan dapat terlihat

jelas bahwa penonton dan pemain dapat saling berinteraksi langsung yaitu para

pemain memainkan alatnya sedangkan penonton menyaksikan bahkan ikut

bergoyang sehingga menarik banyak orang untuk menyaksikannya. Musik


tanjidor dalam konteks prosesi upacara perkawinan adat Makassar senantiasa

memebawakan lagu-lagu yang ceria agar penonton selalu bersemangat dan ikut

bergoyang (Namda Dg Ma’ja’ Kamis 21 Maret 2013).

Referensi narasumber Justri Daeng Sibali Selasa 19 Maret 2013 dikutip oleh
Muh Nurul Aswan 20 Maret 2013
Saat pertunjukan musik tanjidor disajikan atau berlangsung dalam suatu

pesta upacara perkawinan adat Makassar, terlihat Susana keakraban dan rasa

kekeluargaan masyarakat. Suasana ini di tandai dengan adanya interaksi sosial

selama pertunjukan berlangsung, dimana pemain dengan penonton terlibat

langsung dan ikut bergoyang seperti pada gambar diatas. Hal tersebut sudah

menjadi ciri khas dari pertunjukan musik tanjidor yang senantiasa menilmbulkan

kesenangan tersendiri bagi para penikmatnya. Selain itu, pertunjukan musik

tanjidor yang dipentaskan pada prosesi upacara perkawinan adat Makassar

memiliki keunikan tersendiri hal ini disebabkan karena saat menyaksikan

pertunjukannya dalam pesta perkawinan, para pemain dalam keadaan mabuk atau

terpengaruh oleh minuman keras (Ballo’). Menurut Daeng Sibali selain untuk

menjaga stamina ini juga bertujuan agar penonton yang menyaksikan tidak cepat
merasa bosan jika hanya dengan lagu-lagu yang ceria dan gembira saja. Saat

menyajikan atau mementaskan musik tanjidor dalam pesta perkawinan, para

pemain biasanya melakukan selebrasi pukulan pada instrumen Bass drum (jidor)

dan Snar drum (ropol). Tidak hanya itu para pemain yang dalam keadaan mabuk

senantiasa memancing para penonton untuk ikut bergoyang dan memanggil salah

satu penonton yang menyaksikan pertunjukan naik keatas panggung untuk

bergoyang.

Dalam konteks upacara pesta perkawinan adat Makassar Musik tanjidor

memiliki fungsi dan peran penting dalam masyarakat, karena dengan hadirnya

Musik tanjidor dapat menambah suasana kemeriahan, keakraban dan rasa

kekeluargaan antar warga. Oleh karena itu, sebagian masyarakat yang ada di

kecamatan Galesong senantiasa memilih pertunjukan musik tanjidor untuk

dijadikan hiburan dalam pestanya.

Fungsi lain dari musik tanjidor selain sebagai penghibur juga sebagai

penyalur bakat. Dari hasil wawancara dengan salah satu pemain dari tanjidor

sayuti yaitu Dg Ngitung mengatakan bahwa musik tanjidor yang selalu saya

mainkaan disetiap acara pesta perkawinan ataupun khitanan hanyalah sebagai hobi

dan menyalurkan bakat dalam memainkan musik tanjidor. Selain itu, Beliau juga

mengatakan bahwa selain untuk menghibur diri sendiri, separuh waktu dari

aktivitas pekerjaan pokok saya itu digunakan untuk melatih dan mengasah bakat

saya dalam memainkan alat musik suling dengan melantunkan melodi lagu yang

akan digunakan saat pertunjukan. Tidak hanya itu, Beliau juga menuturkan bahwa

bakatnya memainkan alat musik suling itu mulai tertular pada anak pertamanya
karena beliau selalu melatih dan mengajarkan cara bermain suling kepada

anaknya sehingga suatu saat nanti bisa menjadi generasi penerusnya. Dg Ngitung

juga mengatakan bahwa kurangnya generasi dan pelestarian musik tradisional

khususnya musik tanjidor membuat saya tetap mainkan dan melakoni pertunjukan

musik tanjidor ini.

Musik tanjidor juga memiliki fungsi lain yaitu terutama para pemain itu

sendiri yaitu fungsi ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan

terutama pada para pemain yang sebagian kecil menggunakan musik tanjidor

sebagai mata pencarian utama. Secara ekonomis, hal tersebut memberikan

dampak positif terhadap tarap hidup seniman khususnya para pemain musik

tanjidor. Karena dengan banyaknya acara pertunjukan dalam prosesi acara

perkawinan adat Makassar maka para pemain dapat menambah pendapatan di luar

dari pekerjaan pokok atau menggunakan musik tanjidor sebagai mata pencaharian

utama. Pemain musik tanjidor bisa mendapatkan honor Rp. 1.000.000- Rp.

1.500.000. (satu juta rupiah sampai satu juta lima ratus ribuh rupiah) dalam setiap

kali pentas dimulai dari pukul 10:00 sampai pukul 19:00 (wawancara dengan

Justri Dg.Sibali selasa 19 Maret 2013 ),

Menurut daeng sibali jumlah honor pemain yang didapat dari pihak

pengundang merupakan hasil kesepakatan awal pada saat diundang untuk

bermain. Proses ini biasanya dilakukan jauh hari sebelum hari pelaksanaan

pertunjukkan atau setidaknya sekitar lima hari sampai satu minggu sebelumnya.

Hal ini diperlukan karena pemain musik tanjidor mempunyai banyak acara atau

undangan pentas yang secara otomatis tidak bisa dihadirkan secara mendadak.
Beliau juga menambahkan bahwa apabila terjadi kesepakatan saat

mengundang pemain, maka ada aturan yang mengikat sebagai tanda ikatanya

memberi uang muka 10% dari jumlah dana hasil kesepakatan antara pemain

musik tanjidor dengan pihak yang akan menghadirkannya.

Pesta perkawinan adat Makassar bagi Masyarakat kecamatan galesong

kabupaten takalar sangat identik dengan kemeriahan karena apabila suatu pesta

perkawinan dengan berbagai jenis hiburan termasuk musik tanjidor, maka orang

yang melaksanakan mendapat suatu penghargaan dari masyarakat sekitarnya,

bahkan sering menjadi suatu kebanggaan untuk meningkatkan derajat (gengsi).

Selain itu, jika musik tanjidor dalam pesta perkawinan mulai dimainkan maka

semua masyarakat yang ada disekitar yang mendengar suara musik tersebut maka

mereka akan datang satu persatu untuk menyaksikan pertunjukan musik tanjidor

dimulai dari anak-anak sampai yang sudah lanjut usia.

Musik tanjidor pada pesta perkawinan adat Makassar di kecamatan

galesong jika ditinjau dari keberadaannya (Eksistensi), Maka fungsi utamanya

adalah sebagai hiburan untuk para tamu undangan yang hadir pada prosesi atau

perjamuan yang dilaksanakan pada jam 10:00 sampai dengan jam19:00 waktu

Indonesia bagian tengah (wita). Ketentuan ini sudah menjadi kesepakatan yang

berlaku sejak dulu sampai sekarang. Jadi, secara umum masyarakat pada saat

sekarang ini hanya mengetahui bahwa musik tanjidor adalah salah satu sarana

hiburan dalam dalam prosesi upacara perkawinan adat Makassar yang ada di

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.


1. Pembahasan

1. Perkembangan Musik Tanjidor Pada Pesta Perkawinan Adat Makassar,


Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

Musik tradisional tanjidor jika ditinjau dari asal-usul instrumennya

(internal) menurut narasumber merupakan salah satu sisa-sisa musik tangsi

(asrama militer belanda) dan di bawah oleh masyarakat Cina betawi dan

berkembang di Sulawesi Selatan khusunya di kecamatan galesong kabupaten

takalar. Bentuk dan nama istrumen yang di kenal saat ini merupakan hasil

perubahan sebelumnnya dimulai dari perubahan instrumen musik tanjidor yang

awalnya memakai terompet kini diganti menjadi suling. Dari perubahan tersebut

musik tanjidor awalnya disebut sebagai pasuling karena menurut narasumber yang

dalam hal ini ketua seksi budaya kecamatan galesong kabupaten takalar dulunya

alat musik terompet selain keterbatasan dana alat musik tersebut juga susah untuk

didapatkan.

Sesuai dengan hasil pengamatan yang telah dikaji kedalam beberapa teori

bahwa pertunjukan musik tanjidor baik dalam prosesi upacara perkawinan adat

Makassar ataupun acara lainnya telah mengalami perkembangan secara progresif

dan kontinyu (berkesinambungan) baik dalam indivudu ataupun komunitasnya

yang telah mengalami proses kematangan yang ditinjau dari proses perubahannya.

Maksud dari pengertian tersebut adalah musik tanjidor telah mengalami

perkembangan baik dalam sejarah eksistensinya di kecamatan galesong kabupaten

takalar dan kemudian mengalami perubahan yang berkesinambungan terhadap

tokoh masyarakat terhadap prestasinya seiring dengan perkembangan zaman

sehingga bisa bertahan sampai saat ini.


Menurut (Arifin 1997 : 128) dalam bukunya Revitalisasi Seni Budaya

Tradisional Sulawesi-Selatan eksistensi merupakan keberadaan, kehidupan,

kehadiran, yang berpotensi untuk dipertahankan dan mengalami penurunan dan

peningkatan tertentu. Jika dikaitkan dengan hasil penelitian, maka eksistensi

musik tanjidor yang merupakan akulturasi budaya lain kemudian masuk ke

kecamatan galesong kabupaten takalar adalah salah satu kesenian budaya

trdisional Makassar khusunya kecamatan galesong harus tetap bisa dipertahankan

meskipun telah mengalami berbagai perubahan, perkembangan, dan minat

masyarakat terhadap musik tanjidor samapai saat sekarang ini.

Musik tradisional tanjidor dalam masyarakat etnis Makassar secara umum

berfungsi sebagai media hiburan dalam berbagai konteks. Namun demikian,

setelah musik ini diminati masyarakat ternyata selain berfungsi sebagai hiburan

juga berfungsi ganda bagi masyarakat. Oleh karena itu dalam kajian ini

pembahasan akan difokuskan pada perkembangan fungsi musik tradisional

tanjidor dalam prosesi upacara perkawinan adat Makassar.

Kemunculan musik tanjidor pada pesta perkawinan dalam Makassar di

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar merupakan suatu tuntunan kebutuhan

akan suasana pesta yang meriah dalam prosesi upacara pesta perkawinan dalam

msyarakat Makassar di kecamatan Galesong sejak tahun 1940an. Selain itu, musik

tanjidor juga tidak terlepas dari adanya pengaruh musik yang dimainkan dalam

bentuk pertunjukan orkes melayu

Musik tanjidor yang ada di Kecamatan Galesong dibawa oleh para

pemusik tanjidor yang berasal dari Orang-orang Cina Betawi pada Tahun 1940an.
Hal ini disebabkan karena pada saat itu menurut narasumber merupakan

permintaan dari tokoh adat karaeng Galesong yang menginginkan semua kesenian

musik tradisional yang ada di daerah ini agar ditampilkan saat upacara hari ulang

tahun galesong.

Pada perkembangannya terjadi transformasi kebudayaan dan kesenian

tradisional di daerah Galesong, salah satu contoh kongkrit adalah kesenian musik

tradisonal tanjidor. Menurut Dg Ma’ja’ musik tanjidor yang awalnya dibawa oleh

Orang-orang Cina betawi masuk ke daerah Galesong karena permintaan tokoh

adat saat itu karaeng Galesong. Beliau juga pernah menjadi salah satu pemain

musik tanjidor saat masih duduk dibangku sekolah (SMP)

Dalam perkembangannya masyarakat di Galesong tidak hanya sekedar

menikmati musik tanjidor tapi banyak diantaranya mempelajari hingga akhirnya

membentuk kelompok musik tanjidor baru dan mengganti alat musik terompet

dengan alat musik suling mereka menggunakan suling karena pada saat itu

terompet susah untuk didapatkan dan keterbatasan dana bagi masyarakat yang

mendirikan kelompok musik tanjidor hal ini bertujuan agar tampilan dari musik

tanjidor itu sendiri tidak berubah dan disesuaikan dengan keadaan alam karena

saat itu alat musik suling sangat mudah untuk didapatkan.

Menurut Justri dg.sibali pada tahun 80 an sampai tahun 90an adalah

puncak kejayaan musik tanjidor dimana menurut narasumber dalam 1 pekan

mereka biasa tampil 5 sampai 6 kali. Namun awal tahun 2000 Justri Dg. Sibali

yang selaku pemiliki kelompok musik tanjidor Sayuti menjelaskan bahwa musik

tanjidor mengalami penurunan yang begitu drastis. Jumlah pertunjukan musik


tanjidor dalam acara pesta pernikahan jauh berkurang. Hal ini dipengaruhi oleh

beberapa factor baik dari banyaknya pertunjukan musik modern sampai pada

pergeseran minat dan kesukaan masyarakat.

Dari hasil analisis penulis dan wawancara ada tiga factor yang membuat

eksistensi musik tanjidor mulai kritis, ketiga factor ini adalah jenis musik modern

yang mulai masuk di daereh-daerah termasuk di kecamatan Galesong. Tiga factor

tersebut yakni sebagai berikut :

1. Musik Orkes Dangdut Melayu

2. Musik Electone

3. Musik Band

Selain ketiga faktor tadi, faktor sosiologis masyarakat juga menjadi alasan

utama hilangnya eksistensi musik-musik tradisonal salah satunya adalah tanjidor.

Paradigma berpikir masyarakat khususnya di Kecamatan Galesong kearah

modernisme membuat musik tanjidor tepinggirkan. Anggapan masyarakat

khususnya golongan anak muda (remaja) yang menganggap musik tradisional itu

kuno, kampungan dan tidak keren membuat eksistensi musik tanjidor makin

hilang.

Sangat berbeda dengan tahun 1970 sampai tahun 1980an dimana banyak

golongan pemuda yang tertarik dan belajar musik tanjidor, data menunjukkan

sejak tahun 2000an sampai sekarang (2013) bisa dikatakan tidak ada lagi pemuda

yang tertarik untuk belajar musik tanjidor sehingga eksistensi musik tanjidor di

masa depan sangat memprihatinakan karena tidak ada lagi genersi penerus untuk

pertunjukan musik tanjidor.


Untuk mempertahankan eksistensi musik tanjidor maka para penggiat

musik ini melakukan beberapa perubahan baik pada kelengkapan alat, panggung

pertunjukan sampai pada kostum yang digunakan. Hal ini dilakuakan untuk

memenuhi keinginan masyarakat agar musik tanjidor bisa bersaing dengan musik

modern yang lainnya..

Jadi karena pengaruh modernisme dan selera masyarakat terdapat dua

versi musik tanjidor yang berbeda, yaitu :

1. Musik tanjidor model lama.

Jenis tanjidor ini adalah versi lama musik tanjidor yang eksis pada awal

masuknya yakni 1940am sampai awal tahun 2000. Model ini sangat sederhana

dengan kelengkapan instrument yaitu : bass drum, senar drum, dan suling.

Versi ini dalam pertunjukannya hanya melantai di tanah tanpa panggung, serta

kustom dengan tat arias yang masih sederhana.

2. Musik tanjidor model baru

Model tanjidor ini muncul seiring dngan perkembangan minat dan

selera masyarakat. Dalam hal instrument model baru tanjidor lebih lengkap

yaitu ditambah dengan gitar, bas, serta terdapat vokalis. Model baru juga telah

dilengkapi dengan perangkat Sound System serta dalam pertunjukkannya telah

dilengkapi dengan panggung pertunjukan dan pemainnya telah menggunakan

seragam.

Musik tanjidor tetap eksis dan mampu mengikuti perkembangan zaman,

sajian musik tanjidor masa kini sudah mulai menjadi modifikasi ulang dengan

inovasi-inovasi untuk memenuhi selera penikmatnya. Inovasi tersebut terjadi pada


penambahan alat musik seperti keyboard, gitar melodi, bass, dan sudah

menggunakan penyanyi atau vokalis. Tempat pertunjukannya juga sadah

menggunakan panggung seperti layaknya pertunjukan orkes.

Dengan perubahan tersebut Dg.Ngopa mengatakan harapannya agar musik

tradisonal tanjidor bisa tetap bertahan dan eksis di daerah galesong ditengah

gencarnya arus musik modern yang masuk di daerah ini.

2 Fungsi tanjidor pada pesta pekawinan adat Makassar di kecamatan galesong


kabupaten takalar

Kota Makassar sangat identik dengan kemeriahan karena musik tanjidor

bagi kalangan etnis mempunyai nilai tersendiri khususnya dalam pesta

perkawinan. Apabila suatu pesta perkawinan meriah dengan berbagai jenis

hiburan termasuk musik tanjidor, maka orang yang melaksanakan mendapat suatu

penghargaan dari masyarakat sekitarnya, bahkan sering menjadi suatu kebanggaan

untuk mengangkat derajat atau gengsi.

Musik tradisional telah mengalami perkembnangan, perkembnangan

musik tersebut diketahui setelah mencemati dan membandingkan dengan fungsi

awalnya yang hanya sebagai hiburan untuk penonton yang menyaksikan acara

kemeriahan baik dalam pesta perkawinan ataupun dalam pesta upacara hari ulang

tahun galesong.

Fungsi musik tabjidor yang ada sekarang ini pada awalnya hanya sebagai

hiburan semata, secara perlahan mengalami perkembangan dalam masyarakat

khusunya etnis Makassar yang ada di kecamatan galesong kabupaten takalar.

Perkembnagnn fungsi musik tradisional dalam acara pesta perkawinan adat


Makassar ataupun acara meriah lainnya merupakan hal yang tidak terlepas dengan

perkembangan kontekstual, hal ini ditandai dengan hadirnya dalam berbagai

konteks dalam pertunjukan musik tanjidor.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian fungsi adalah suatu

kegunaan atau peranan yang berpotensi memiliki nilai sesuatu yang dapat

digunakan. Kaitannya dengan hasil penelitian adalah selain sebagai hiburan musik

tanjidor jika dipentaskan dalam suatu acara keramaian baik itu dalam acara pesta

perkawinan ataupun khitanan maka orang yang melaksanakan acara tersebut akan

merasa bangga dan derajatnya terangkat (gengsi).

Dalam kamus pendidikan teori fungsi ada 2 yaitu fungsi primer

(kebutuhan) fungsi sekunder (tambahan). Fungsi primer musik tanjidor pada

prosesi upacara perkawinan adat Makassar adalah untuk mengudang para

masyarakat baik yang diundang maupun yang hanya datang untuk sekedar

menyaksikan dan meramaikan serta memiliki nilai tersendiri bagi pihak pelaksana

pesta perkawinan.

Berdasarkan teori dalam kamus pendidikan Eksistensi musik tanjidor pada

prosesi upacara perkawinan adat Makassar di kecamatan Galesong kabupaten

Takalar, mempunyai beberapa fungsi sekunder yaitu:

a. Permulaan acara perjamuan

Musik tanjidor dimainkan pada pukul 10:00 wita, adalah suatu tanda

akan di mulainya acara pesta perkawinan adat Makassar. Bagi kalangan etnis

Makassar kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, apabila mendengar Musik

tanjidor telah dimainkan maka itu adalah sebagai tanda bahwa pesta
perkawinan telah di mulai dan sajian atau hidangan perjamuan telah disiapkan.

Dengan terdengarnya bunyi Musik tanjidor, maka tamu-tamu undangan sudah

bias datang untuk mengucapkan selamat kepada orang yang melaksanakan

perkawinan sambil menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh tuan rumah

atau pelaksana pesta perkawinan.

b. Musik penjemputan tamu ( Penghomatan )

Setiap tamu yang datang pada pesta perkawinan selalu disambut

dengan Musik jidor, lagu-lagu yang dibawakan tidak terikat pada lagu khusus,

akan tetapi sesuai dengan kehendak pilihan lagu oleh kelompok pemain musik

jidor. Lagu-lagu yang dipilih oleh kelompok musik tanjidor untuk menyambut

para tamu yang datang pada pesta perkawinan biasanya lagu yang bernuansa

ceria atau gembira.

Eksistensi musik tanjidor pada pesta perkawinan adat Makassar,

berfungsi juga sebagai pengiring tamu undangan yang datang dalam acara

pesta perkawinan. Musik tanjidor dimainkan setiap ada tamu yang datang

dalam pesta tersebut, hal ini dimaksudkan agar tamu yang hadir merasa

senang dan gembira serta larut dalam suasana kemeriahan pesta perkawinan.

Irama musik yang tersaji selalu berirama dangdut, dangan membawakan lagu-

lagu yang bersifat hiburan sehingga dapat menyenangkan hati para tamu

undangan yang hadir dalam pesta perkawinan.

c. Peringatan hari besar Negara

Pada hari-hari besar Negara, khususnya hari kemerdekaan atau hari

perayaan ulang tahun galesong kalangan pemerintah ataupun ketua adat yang
ada di kecamatan galesong menghadirkan pertunjukan musik tradisional

tanjidor untuk menyemarakkan perayaan tersebut. Kehadiran musik

tradisional tanjidor dalam konteks ini tidak terlepas dari dukungan masyarakat

dan pemerintah kecamatan galesong kabupaten takalar. Di daerah ini pada

setiap perayaan 17 Agustus baik yang dilangsungkan di tingkat kecamatan,

desa, maupun kelurahan biasanya menghadirkan pertunjukan musik tanjidor

untuk menghibur masyarakat. Fungsi lain selain menghibur adalah sebagai

media interaksi sosial yang bertujuan untuk menjalin keakraban antar

masyarakat dan menjunjung tinggi rasa solidaritas dan rasa persatuan.

d. Sumber pendapatan

Perkembnagan musik tanjidor baik secara internal maupun eksternal di

kecamatan galesong kabupaten takalar membuat pertunjukan musik ini

semakin banyak diminati oleh masyarakat etnis Makassar khususnya di

kecamatan galesong kabupaten Takalar, wujud minat masyarakat terhadap

musik tanjidor terhadap musik tanjidor dapat dilihat dari antusias masyarakat

yang menghadirkan musik tanjidor dalam berbagai acara khususnya dalam

pesta perkawinan adat Makassar.

Secara ekonomis, hal tersebut memberikan dampak positif terhadap

seniman baik individu maupun kelompok. Karena dengan dengan banyaknya

pertunjukan, pemain tanjidor dalam acara keramaina kususnya acara pesta

perkawinan dapat menambah dapat menambah diluar pekerjaan pokok

ataupun menggunakan musik tanjidor sebagai mata pencarian utama. Pemain

tanjidor bisa mendapatkan honorium Rp. 1.000.000,00 – Rp. 1.500.000,00


(saut juta rupiah sampai satu juta lima ratus ribu rupiah)dalam setipa kali

pentas di mulai dari pukul 10:00 sampai pukul 19:00 sesuai dengan

kesepakatan dari pihak pelaksana baik dalam acara pesta perkawinan ataupun

acara meriah lainnya.

e. Hiburan

Secara umum eksistensi musik tanjidor pada pesta perkawinan adat

Makassar di kecamatan Galesong kabupaten Takalar, hanya berfungsi sebagai

sarana hiburan. Musik tanjidor bukan sebagai pengiring pesta upacara

perkawinan tetapi hanya sebagai musik hiburan biasa.

Kehadiran musik tanjidor pada prosesi upacara perkawinan adat

Makassar hanya sebagai pelengkap kemeriahan suasana pesta. Dengan nuansa

musik yang berirama dangdut menjadikan para tamu undangan merasa

terhibur sambil menikmati hidangan makanan yang telah disiapkan oleh

pelaksana pesta perkawinan.

Bagi kalangan etnis Makassar musik tanjidor mempunyai nilai tersendiri

khususnya dalam pesta perkawinan. Kehadirannya selalu dinantikan karena musik

tanjidor benar-benar bisa menjadi hiburan dalam pesta perkawinan. Apresiasi

masyarakat juga sngat baik karena apabila musik tanjidor sudah dimainkan makas

suasana akan menjadi gembira dan penuh dengan keakraban baik di kalangan

anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua sehingga merasa larut dalam

kebersamaan untuk memeriahkan pesta perkawinan.

Musik tanjidor apabila di tinjau dari fungsinya, maka dapat disimpulkan

bahwa pada dasarnya musik tanjidor pada pesta perkawinan adat Makassar di
kecamatan Galesong Kabupaten Takalar adalah sebagai sarana hiburan, baik

pihak pelaksana pestaa perkawinan, tamu undangan, Maupun Masyarakat pada

umumnya.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasrkan hasil pengolahan dan analisis data melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi, musik tanjidor pada pesta perkawinan adat

Makassar di Kecaamatan Galesong Kabupaten Takalar, dapat di simpulkan

sebagai berikut:

1. Perkembangan musik tanjidor yang dibawah oleh orang-orang cina betawi

(tiong khoa) ke Kecamatan Galesong pada tahun 1940an dan diminati oleh

semua golongan meskipun bentuknya masih sangat sederhana. Musik

tanjidor awalnya juga disebut pasuling karena irama yang dominan adalah

alat musik ssuling sebagai pengganti vokal. Selain itu, musik tanjidor juga

begitu familiar di masyarakat karena memiliki irama dangdut yang ceria

dengan tempo yang cepat sehingga mampu menghibur semua kalangan

masyarakat.

2. Musik tanjidor merupakan salah satu hiburan rakyat yang dimainkan oleh

beberapa orang yang bertujuan untuk menghibur masyarakat dalam suatu

pesta perkawinanan ataupun acara khitanan dan masih bisa kita jumpai

sampai saat sekarang ini.

3. Kota Makassar sangat identik dengan kemeriahan kkarena musik tanjidor

bagi kalangan etnis Makassar mempunyai nilai tersendiri khususnya dalam

pesta perkawinan. Musik tanjidor apabila ditinjau dari fungsinya, maka


dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya musik tanjidor pada prosesi

upacara perkawinan adat Makassar kecamatan Galesong Kabupaten

Takalar adlah sebagai hiburan baik dari pihak pelaksana pesta perkawinan,

tamu undangan, maupun masyarakat pada umumnya.

4. Musik tradisional tanjidor adalah salah satu jenis seni pertunjukan

tradisional yang dimiliki oleh masyarakat etnis Makassar di kecamatan

galesong Kabupaten Takalar. Di pandang dari eksistensinya bahwa musik

ini masih sangat diminati oleh kalangan masyarakat etnis Makassar.

Kehadiran musik tanjidor dalam prosesi upacara perkawinan adat

Makassar merupakan bukti nyata yang menandakan minst masyarakat

terhadap pertunjukan musik ini.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data melalui observasi,

wawancara,dan dokumentasi, Musik tanjidor pada prosesi upacara perkawinan

adat Makassar di Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, maka penulis

menyarankan:

1. Pemerintah ssetempat memberikan apresiasi atau bantuan dari pemerintah

agar musik tanjidor ynag telah menjadi bagian dari kebudayaan daerahagar

di beri pembinaan terutama dari segi fasilitas peralatan musik dan kostum

agar dalam penampilannya mempunyai daya tarik estetika sehingga

mempunyai daya tarik masyarakat agar dapat kembali menggunakan

musik tanjidor sebagai sarana hiburan pada pesta perkawinan.


2. Kelompok musik tanjidor memperhatikan nilai-nilai estetika dalam

penampilan baik instrument, tata rias dan busanayang pantas senagai

pelaku seni pertunjukan musik tradsional.

3. Mengadakan sosialisasi atau pelatihan terhadap remaja bahwa pentingnya

menjaga kelestarian budaya kesenian tradisional yang ada di daerah

kecamatan galesong kabupaten takalar.


DAFTAR PUSTAKA

Arif Hidayat, 1984. Kamus Populer .CV Aneka Ilmu Semarang.

Arikanto Suharsini, 1993, Prosedur penelitian. Rineka Cipta: Jakarta

Bomoe Pono. 2003. Kamus Musik. KANISIUS: YOYakarta

Lukman Ali. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan


Nasional, Balai Pustaka : Jakarta.

Arifin, 1997.Revitalisasi Seni Budaya Tradisional Sulawesi-Selatan.:


Ujung pandangTaman Budaya

Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai


Pustaka.

Kuntowijoyo, 2003, Metodologi Sejarah Edisi Kedua, Fakultas Ilmu Budaya


UGM

Moelino, anton 1988 . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka.

Purwadido, 1983.Sejarah Musik. Jakarta. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.
Nasution, 1996 . Metodologi penelitian. Jakarta, balai pustaka.

A.Kahar Wahid, 2000. Sejarah kebudayaan. Yogyakarta. Departemen Pendidikan.

Amir Razak, 2008, Eksistensi Musik Tradisional, Yogyakarta, KDT.

M. Setiadi, 2007. Ilmu Perubahan Sosiaol Budaya Dan Dasar. Bandung.,


Kencana

Abbdul Hakam, Kama, Manusia dan lingkungan sosial Budayanay, makalah,


Lakarya dosen ISBD, Dikti Depdiknas, Batam,.
Nara Sumber

1. Nama : Nanda Dg Ma’ja’

Umur : 66 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Jabatan : Ketua Seksi Budaya Kecamatan Galesong

Alamat : Jl. Karaeng Bontomarannu No.12 Galesong

2. Nama : Justri Dg sibali

Umur : 45 Tahun

Pekerjaan : Petani

Jabatan : Pimpinan Musik Tanjidor Sayuti

Alamat : Kalukuang Kecamatan Galesong

3. Nama : Sabri Dg Ngopa’

Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : Pemain Bass Drum (jidor) Sayuti

Jabatan : Penggiat musik tanjidor

Alamat : Kalukuang Timur Kecamatan Galesong


SKRIPSI

EKSISTENSI MUSIK TANJIDOR PADA PROSESI UPACARA


PERKAWINAN DALAM MASYARAKAT MAKASSAR KECAMATAN
GALESONG KABUPATEN TAKALAR
(KONTINIUITAS DAN PERUBAHAN)

MUH. NURUL ASWAN


098204008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENDRATASIK


FAKULTAS SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013

Anda mungkin juga menyukai