Anda di halaman 1dari 10

KARYA TULIS ILMIAH

“Menganalisis seni tarawangsa”

Disusun oleh:

Tezar Fadillah
MADRASAH ALIYAH AL-HAMIDIYAH DEPOK TAHUN
2021

KARYA TULIS ILMIAH

“Menganalisis seni tarawangsa”

Disusun sebagai salah satu tugas pada mata pelajaran SENI


BUDAYA

Disusun oleh :
Tezar Fadillah
X IPS
MADRASAH ALIYAH AL-HAMIDIYAH DEPOK
TAHUN 2021

HALAMAN PENGESAHAN

“Menganalisis seni tarawangsa”

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
Tezar Fadillah
X IPS

Madrasah Aliyah Al-Hamidiyah Depok

Depok,12 November 2021


Mengetahui Menyetujui,
Kepala MA Guru Pembimbing
Ira Asmara, S. PD. M.M Iqbal Arief Insani

KERANGKA

Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Pembahasan
Bab 3 Kesimpulan
BAB I 
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
 Tarawangsa berfungsi sebagai upacara ritual yang berhubungan dengan magis
religius untuk menghormati Dewi Sri. Tarawangsa adalah salah satu alat musik
tradisional masyarakat sunda, yang keberadaannya bahkan disebut dan telah tertulis
dalam naskah-naskah sunda kuno yang ditulis pada masa kerajaan Sunda padjadjaran.
Sebagai alat musik, tarawangsa tidak berdiri sendiri ia memiliki pasangan, yang
bernama jentreng yang berbentuk seperti kecapi, terbuat dari kayu dan terdiri atas
tujuh dawai yang dimainkan dengan dipetik. Lebih lanjut Istilah “tarawangsa” sendiri
memiliki dua pengertian yaitu (1) Sebagai alat musik yang memiliki dua dawai yang
terbuat dari kawat baja atau besi dan (2) merupakan nama dari salah satu jenis musik
tradisional Sunda. Alat musik gesek ini awalnya dimainkan berkaitan dengan upacara
padi, yakni menjelang dan setelah panen. Tarawangsa dibunyikan selain untuk
menghibur petani juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen
yang melimpah. Kini tarawangsa dipentaskan dalam berbagai perayaan, seperti
khitanan, syukuran rumah, hingga perayaan besar nasional. 
Di wilayah Rancakalong Kabupaten Sumedang tarawangsa memiliki gaya
tersendiri, baik dalam segi sejarah, fungsi, maupun pertunjukanya. Dari segi fungsi
dan pertunjukan, tarawangsa di Rancakalong disajikan dalam konteks upacara ritual,
salah satunya dalam upacara adat Ngalaksa. Upacara adat Ngalaksa ini merupakan
upacara ritual yang dilakukan oleh masyarakat Rancakalong sebagai ungkapan rasa
syukur terhadap Tuhan atas kesuksesan dalam memanen padi. Ritual ini menjadi
simbol bentuk penghormatan terhadap padi sebagai bahan pangan utama yang telah
memberikan banyak manfaat bagi masyarakat Rancakalong. Hal itu rutin dilakukan
satu tahun sekali dan menjadi agenda kegiatan masyarakat. Selain upacara adat
ngalaksa ada pula ritual lain yang berkaitan dengan kesenian tarawangsa yang selalu
diselenggarakan oleh masyarakat Rancakalong, yaitu ritual peringatan malam satu
suro (ngabubur suro). Namun selain dalam konteks ritual kesenian tarawangsa di
Rancakalong disajikan sebagai media hiburan. Dalam konteks hiburan kesenian
tarawangsa diselenggarakan dalam acara selamatan baik itu selamtan rumah,
pernikahan, khitanan atau pun maksud-maksud yang lainya. Selain itu pula pada era
saat ini kesenian tarawangsa pun dapat diselenggarakan dalam bentuk pertunjukan
tertentu sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya Tarawangsa sangat berhubungan
dengan kehidupan masyarakat, yaitu dalam hubungan sosial, religi dan sistem sosial
lainya. Dalam masyarakat petani kehidupan bersama sangatlah penting. Hubungan
mereka dalam kehidupan seharihari sangatlah erat. Mereka saling mengenal satu sama
lain sehingga keutuhan hidup bersama merupakan hal terpenting.
Perubahan sosial adalah transformasi atau modifikasi yang mengacu pada
variasi hubungan antar individu, kelompok lembaga sosial, organisasi masyarakat,
kultur dan struktur pada waktu tertentu. Perubahan sosial yang terjadi dikarenakan
masalah kebutuhan ekonomi adalah suatu perubahan dalam interaksi antar manusia
ataupun dalam sebuah organisasi lainnya. Untuk mempermudah dan
menyederhanakan pengertian perubahan sosial yaitu dengan cara merekapitulasi
semua perubahan yang terjadi di masyarakat itu sendiri, yang baiknya di masyarakat
sekitar supaya lebih dapat kita pahami karena masyarakat di sekitar kita lebih
dipahami dibandingkan harus melakukan rekapitulasi masyrakat yang belum kita
ketahui seluruh aktifitas dan pola hubungan dalam masyarakat tersebut. Para ahli
filsafat, sejarah, ekonomi, dan sosiologi pun telah mencoba merumuskan prinsip-
prinsip atau hukum-hukum perubahan sosial. 
Perubahan sosial berarti modifikasi atau perubahan interaksi atau pola-pola
peran sosial, yang ditekankan disini adalah perubahan penting dalam perilaku sosial
atau perubahan dalam sistem yang lebih besar, bukan perubahan dalam kelompok
kecil. Jadi perubahan sosial merujuk kepada perubahan dan segi hubungan sosial yang
ada, seperti dalam kehidupan keluarga, ekonomi dan agama4 . Sebagai contohnya
adalah perubahan yang terjadi pada masyarakat agraris berubah menjadi masyarakat
perindustrian. Perubahan sosial dan kebudayaan memiliki keterikatan yang sangat erat
sekali. Perubahan sosial pastilah akan memberikan pengaruh terjadinya perubahan
budaya. Suatu perubahan kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu kesenian,
ilmu pengetahuan, teknologi filsafat, dan lain sebagainya. Bagian dari budaya tersebut
tidak dapat lepas dari kehidupan sosial manusia dalam masyarakat. Tidak menentukan
garis pemisah antara perubahan sosial dan budaya, karena tidak ada masyarakat yang
tidak ada kebudayaan, sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak terjama
dalam masyarakat. Dengan kata lain, perubahan sosial dan budaya memiliki suatu
aspek yang sama, yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-
cara baru atau suatu perbaikan tentang cara suatu masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud seni tarawangsa?
2. Dimana sajakah seni trawangsa dapat ditemukan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 
1. Untuk mengetahui pengertian seni tarawangsa
2. Untuk mengetahui dimana saja daerah yang terdapat seni tarawangsa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Seni Tarawangsa


Tarawangsa adalah jenis kesenian masyarakat agraris tradisional di Jawa
Barat. Dalam pertunjukannya, kesenian ini memiliki kekhasan dalam hal
instrumen musiknya, yaitu menggunakan sebuah alat musik yang dimainkan
dengan cara digesek. Dalam tulisan Teguh Permana mengutip pendapat Luki
Hendrawan, secara etimologi,Tarawangsa berasal dari tiga gabungan kata yakni
Ta – Ra – Wangsa. Ta merupakan akronim dari kata ‘Meta’ berasal dari bahasa
Sunda yang berarti pergerakan, lalu ‘Ra’ berarti api yang agung sama dengan arti
Ra dalam bahasa Mesir analogi api yang agung adalah matahari. Dan yang
terakhir ‘Wangsa’ sinonim dari kata Bangsa, manusia yang menempati satu
wilayah dengan aturan yang mengikatnya. Jadi Ta-Ra-Wangsa berarti ‘kisah
kehidupan bangsa matahari’. Dengan kata lain, Tarawangsa merupakan kesenian
penyambutan bagi hasil panen padi tumbuhan yang sangat bergantung pada
matahari sebagai simbol rasa syukur terhadap Tuhan YME. Tarawangsa
merupakan ensemble kordofon (alat musik dawai yang sumber bunyinya berupa
ruang resonator) dua alat musik. Yang satu dinamakan tarawangsa itu sendiri,
dimainkan dengan cara digesek dan yang satunya dinamakan jentreng dimainkan
dengan cara dipetik.
Bentuk alat musik Tarawangsa ini sangat berbeda dengan alat musik gesek
lainnya, seperti rebab. Resonator tarawangsa terbuat dari kayu berleher panjang
dengan jumlah dawai antara 2 sampai 3 utas. Tarawangsa Pangguyangan ini tidak
jauh berbeda dengan tarawangsa Sumedang, namun dari segi panjangnya leher,
serta motif ukiran yang menghiasi bagian kepala jelas sekali berbeda. Jumlah
kawat yang digunakan tarawangsa Pangguyangan berjumlah dua, tetapi setelah
diselidiki lebih dekat ternyata tarawangsa Pangguyangan pada masa lalu
menggunakan tiga kawat, dan itu masih terlihat dari lubang untuk pureut (pemutar
kawat) nya.
Pemain tarawangsa hanya terdiri dari dua orang, yaitu satu orang pemain
tarawangsa dan satu orang pemain jentreng. Semua Pemain Tarawangsa terdiri
dari laki-laki, dengan usia rata-rata 50 – 60 tahunan. Mereka semuanya adalah
petani, dan biasanya disajikan berkaitan dengan upacara padi, misalnya dalam
ngalaksa, yang berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil
panen yang melimpah. Dalam pertunjukannya ini biasanya melibatkan para penari
yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka menari secara teratur. Mula-
mula Saehu/Saman (laki-laki), disusul para penari perempuan. Mereka bertugas
ngalungsurkeun (menurunkan) Dewi Sri dan para leluhur. Kemudian hadirin yang
ada di sekitar tempat pertunjukan juga ikut menari. Tarian tarawangsa tidak terikat
oleh aturan-aturan pokok, kecuali gerakan-gerakan khusus yang dilakukan Saehu
dan penari perempuan yang merupakan simbol penghormatan bagi dewi padi.
Menari dalam kesenian Tarawangsa bukan hanya merupakan gerak fisik semata-
mata, melainkan sangat berkaitan dengan hal-hal metafisik sesuai dengan
kepercayaan si penari. Oleh karena itu tidak heran apabila para penari sering
mengalami trance (tidak sadarkan diri). 
B. Daerah yang Terdapat Tarian Seni Tarawangsa
Alat musik gesek ini awalnya dimainkan berkaitan dengan upacara padi, yakni
menjelang dan setelah panen. Tarawangsa dibunyikan selain untuk menghibur
petani juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang
melimpah. Kini tarawangsa dipentaskan dalam berbagai perayaan, seperti
khitanan, syukuran rumah, hingga perayaan besar nasional. Bentuk tarawangsa
mirip rebab. Namun, usia alat musik ini diduga lebih tua karena sudah disebut
dalam naskah Sewaka Darma (sebelum abad ke-15). Adapun rebab muncul di
Jawa setelah zaman Islam sekitar abad ke-15-16, adaptasi dari alat gesek Timur
Tengah yang dibawa penyebar Islam dari Arab dan India. Setelah kemunculan
rebab, tarawangsa disebut rebab jangkung karena ukurannya lebih tinggi
ketimbang rebab. Alat musik ini biasanya terbuat dari kayu kenanga, jengkol,
dadap, atau kemiri. Tarawangsa memiliki dua dawai dari kawat baja atau besi,
dimainkan dengan cara digesek. Namun, yang digesek hanya satu dawai yang
paling dekat kepada pemain, sedangkan dawai yang satunya lagi dimainkan
dengan cara dipetik dengan jari telunjuk tangan kiri. Penggunaan dua dawai itu
mengandung filosofi kehidupan manusia yang berpasangan, ada lelaki-
perempuan, ada baik-buruk, ada umur pendek-umur panjang. Semua itu adalah
kekuasaan Tuhan. Sebagai salah satu musik tradisional Sunda, tarawangsa
dimainkan dalam ensambel kecil yang terdiri dari sebuah tarawangsa dan jentreng,
alat petik tujuh dawai yang menyerupai kecapi. Tarawangsa biasanya berfungsi
sebagai alat musik melodi, sedangkan jentreng sebagai pengiring lagu. Pemain
tarawangsa hanya terdiri dari dua orang, yaitu seorang pemain tarawangsa dan
seorang pemain jentreng. Semua pemain tarawangsa adalah laki-laki, dengan usia
rata-rata 50-60 tahun dan bekerja sebagai petani. Pertunjukan tarawangsa biasanya
melibatkan penari laki-laki dan perempuan. Mula-mula laki-laki menari disusul
penari perempuan. Mereka bertugas "ngalungsurkeun" (menurunkan) Dewi Sri
dan para leluhur. Kemudian penonton di sekitar tempat pertunjukan juga ikut
menari.
Tarian tarawangsa tidak terikat oleh aturan pokok kecuali gerakan khusus
yang dilakukan penari sebagi simbol penghormatan bagi dewi padi. Menari dalam
kesenian Tarawangsa bukan hanya gerak fisik semata, melainkan juga berkaitan
dengan hal-hal metafisik. Tidak heran, penari sering tidak sadarkan diri. Kesenian
tarawangsa hanya dapat ditemukan di beberapa daerah tertentu di Jawa Barat,
yakni di Rancakalong (Sumedang), Cibalong, Cipatujah (Tasikmalaya selatan),
Banjaran (Bandung), dan Kanekes (Banten Selatan). Di Cibalong dan Cipatujah,
tarawangsa dilengkapi dua perangkat calung rantay, suling, dan nyanyian.

C. Kritik dan Saran


Kesenian Tarawangsa hanya dapat ditemukan pada daerah tertentu,
karena itu seni ini harus lebih dilestarikan agar tidak punah, karena seni ini
sebagai bentuk wujud rasa syukur kepada Tuhan YME dan agar dapat
dilakukan secaran turun temurun. 
BAB III
KESIMPULAN

Seni Tarawangsa adalah kesenian masyarakat agraris tradisional di


Jawa Barat untuk penyambutan bagi hasil panen padi tumbuhan yang sangat
bergantung pada matahari sebagai simbol rasa syukur terhadap Tuhan YME.
Tarawangsa merupakan ensemble kordofon (alat musik dawai yang sumber
bunyinya berupa ruang resonator) dua alat musik. Yang satu dinamakan
tarawangsa itu sendiri, dimainkan dengan cara digesek dan yang satunya
dinamakan jentreng dimainkan dengan cara dipetik.
Bentuk alat musik Tarawangsa ini sangat berbeda dengan alat musik gesek
lainnya, seperti rebab. Pemain tarawangsa hanya terdiri dari dua orang, yaitu satu
orang pemain tarawangsa dan satu orang pemain jentreng. Semua Pemain
Tarawangsa terdiri dari laki-laki dengan usia rata-rata 50 – 60 tahunan. Mereka
semuanya adalah petani, dan biasanya disajikan berkaitan dengan upacara padi,
misalnya dalam ngalaksa yang dimana pertunjukannya ini biasanya melibatkan
para penari yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang menari secara teratur
dan dalam tarian tarawangsa tidak terikat oleh aturan pokok kecuali gerakan
khusus yang dilakukan penari sebagi simbol penghormatan bagi dewi padi.

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsgd.ac.id/28939/4/4_bab1.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Tarawangsa
https://regional.kompas.com/read/2010/06/11/15262255/.Tarawangsa.Musik.Gesek.Tert
ua.di.Sunda
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/tarawangsa-kesenian-tradisional-
kabupaten-sumedang/

Anda mungkin juga menyukai