Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Kebudayaan

Islam
-Tezar Fadillah
-Brahmantio Dhanu
Sejarah Kebudayaan Islam
Khalid Bin Walid
Komandan Militer

Abū Sulaymān Khālid ibn al-Walīd ibn al-Mughīrah al-Makhzūmī, atau juga dikenal dengan Sayf Allāh
al-Maslūl, beliau adalah Sahabat Nabi Muhammad. Selain dikenal sebagai Sahabat Nabi, beliau juga dikenal
karena taktik militernya dan kecakapan dalam bidang militer. Kelahiran 592 M, Mekkah, Arab Saudi Meninggal
642, Homs, suriah. Julukan Pedang Allah Yang Terhunus. Anak Abdurahman bin Khalid al-Walid, sulaiman bin
Khalid, Muhajir bin Khalid. Saudara Kandung Ammarah ibn Walid, Walid ibn Walid. Orang tua Walid bin al-
Mughirah, Lubabah as-Saghirah.

You can delete this slide when you’re done editing the presentation.
Khalid Bin Walid
Abū Sulaymān Khālid ibn al-Walīd ibn al-Mughīrah al-Makhzūmī (bahasa Arab: ‫أبو‬
‫ ;س ليمانخا لد ب نا لوليد ب نا لمغيرة ا لمخزومي‬585–642), atau juga dikenal dengan Sayf Allāh
al-Maslūl (bahasa Arab: ‫ ;س يفهللا ا لمسلول‬Pedang Allah yang terhunus), beliau
adalah Sahabat Nabi Muhammad.
Selain dikenal sebagai Sahabat Nabi, beliau juga dikenal karena taktik militernya dan
kecakapan dalam bidang militer. Dia adalah salah satu dari panglima-panglima
perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang kariernya, selain itu Khalid juga
memimpin pasukan Madinah dibawah kekuasaan Nabi Muhammad dan juga
penerusnya seperti Abu Bakar dan Umar Bin Khattab.[1]
Pada saat dibawah kepemimpinan militernya, Jazirah Arab bersatu pertama kalinya dalam
satu entitas politik yaitu Kekhalifahan. Khalid mengomandani pasukan muslim,
walaupun pasukan muslim tersebut baru dibentuk. Khalid dan pasukannya tidak
pernah dikalahkan dalam lebih dari 100 pertempuran melawan Kekaisaran
Bizantium, Kekaisaran Sassaniyah, dan sekutu-sekutu mereka termasuk juga
suku-suku Arab di luar kekuasaan Khalifah.
Pencapaian strategis yang ia raih ialah penaklukan Arab selama Perang Riddah, 
Persia Mesopotamia dan Suriah Romawi hanya dalam waktu empat tahun pada
tahun 632 ke 636. Khalid juga dikenang karena kemenangan telaknya pada
Pertempuran Yamamah, Pertempuran Ullais, dan Pertempuran Firaz, dan
kesuksesan taktiknya pada Pertempuran Walaja dan Pertempuran Yarmuk.[2]
Khalid bin Walid (Khalid anak al-Walid) berasal dari Suku Quraisy, klan yang melawan
Nabi Muhammad. Dia memiliki peran vital dalam kemenangan orang Mekkah
sewaktu Pertempuran Uhud melawan orang Muslim. Dia menjadi Mualaf dan
masuk Islam, bergabung bersama Nabi Muhammad setelah terjadinya Perjanjian
Hudaibiyyah serta berpartisipasi dalam berbagai ekspedisi untuk Nabi
Muhammad, seperti Pertempuran Mu'tah. Ini merupakan pertempuran pertama
antara orang Romawi dan Muslim. Khalid bin Walid melaporkan bahwa
pertempuran tersebut amatlah sengit sampai-sampai dia menggunakan sembilan
pedang, yang kesemuanya patah dalam pertempuran tersebut. Pada
pertempuran Mu'tah, Khalid ditunjuk untuk menjadi panglima perang pengganti
setelah ketiga panglima perang dalam Pertempuran Mu'tah yaitu Zaid bin
Haritsah, lalu Ja'far bin Abi Thalib, lalu Abdullah bin Rawahah tewas terbunuh
secara berurutan dalam pertempuran yang sengit itu.
Khalid Bin Walid
Wafatnya Khalid Bin Walid

● Nama Khalid bin al-Walid begitu masyhur di umat ini.


Mendengar namanya, seseorang akan selalu terbayang akan
kepahlawanan dan jihad di jalan Allah. Sosoknya sangat
dirindukan. Dan figurnya selalu ingin ditiru dan diharapkan.
Ia dijuluki saifullah, pedang Allah. Ayahnya adalah al-Walid
bin al-Mughirah, salah seorang tokoh Quraisy di zamannya.
Ibunya adalah Lubabah binti al-Harits, saudara dari Ummul
Mukminin Maimunah binti al-Harits.
● Khalid bin al-Walid memeluk Islam pada tahun 8 H, saat
perjanjian Hudaibiyah tengah berjalan. Ia turut serta dalam
Perang Mu’tah. Nabi ‫ ﷺ‬memuji Khalid dalam perang
tersebut dengan sabdanya:
● “‫ ثم أخذها عبد هللا بن رواحة‬،‫ ثم أخذها جعفر فأصيب‬،‫أخذ الراية زيد فأصيب‬
‫ ومن يومئ ٍذ ُس ِّمي‬.”‫ ففتح هللا على يديه‬،‫ ثم أخذها سيفٌ من سيوف هللا‬،‫فأصيب‬
‫”“سيف هللا‬،.
● “Bendera perang dibawa oleh Zaid lalu berperang hingga
syahid. Kemudian bendera diambil oleh Ja’far dan
berperang hingga syahid. Setelah itu, bendera perang
dibawa oleh pedang di antara pedang-pedangnya Allah
(saifullah –yakni Khalid bin Walid-) hingga Allah
memenangkan kaum muslimin.”
Khalid Bin Walid
Khalid mengisahkan dahsyatnya Perang Mu’tah dengan mengatakan, “Sembilan pedang di tanganku telah pata. Tidak tersisa kecuali pedang buatan
Yaman.” (Diriwayatkan al-Bukhari dalam Kitab al-Maghazi, Bab Ghazwatu Mu’tah min Ardhi Syam: 4017).
Sejak saat itu Khalid dikenal dengan sebutan saifullah.
Khalid juga turut serta dalam Perang Khaibar, Hunain, Fathu Mekah, dll.
Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah mengutusnya untuk menghancurkan berhala Uzza. Khalid pun meluluhlantakkan wibawa berhala itu di hadapan penyembahnya. Ia
hancurkan Uzza. Setelah itu ia berkata, “Aku mengingkarimu. Kamu tidak Maha Suci. Sesungguhnya Allah telah menghinakanmu”. Kemudian Khalid
bakar Tuhan jahiliyah itu (as-Sirah an-Nabawiyah oleh Ibnu Katsir: 3/597).
Abu Bakar juga menjadikan Khalid pemimpin pasukan dalam peperangan melawan orang-orang murtad. Abu Bakar mengatakan, “Sebaik-baik hamba
Allah dan saudara dekat adalah Khalid bin al-Walid. Khalid bin al-Walid pedang di antara pedang-pedangnya Allah.” (as-Sirah al-Halabiyah oleh al-
Halabi: 3/212).
Khalid bin al-Walid radhiallahu ‘anhu mencatatkan sejarah yang begitu luar biasa dalam menghadapi negara adidaya seperti Romawi di Syam dan Persia
di Irak. Dan ia pula yang memerdekakan Damaskus.
Panglima perang yang sibuk dengan jihadnya ini meriwayatkan 8 hadits dari Nabi ‫ﷺ‬.
Saat kematian hendak menjemputnya, ia berkata, “Aku telah turut serta dalam 100 perang atau kurang lebih demikian. Tidak ada satu jengkal pun di
tubuhku, kecuali terdapat bekas luka pukulan pedang, hujaman tombak, atau tusukan anak panah. Namun lihatlah aku sekarang, akan wafat di atas tempat
tidurku. Maka janganlah mata ini terpejam (wafat) sebagaimana terpejamnya mata orang-orang penakut. Tidak ada suatu amalan yang paling aku
harapkan daripada laa ilaaha illallaah, dan aku terus menjaga kalimat tersebut (tidak berbuat syirik).” (Khulashah Tadzhib Tahdzibul Kamal oleh
Shafiyuddin al-Anshari, Hal: 103).
Pada tanggal 18 Ramadhan 21 H, Khalid bin al-Walid wafat. Umar bin al-Khattab sangat bersedih dengan kepergian Sang Pedang Allah. Ketika ada yang
meminta Umar agar menenangkan wanita-wanita Quraisy yang menangis karena kepergian Khalid, Umar berkata, “Para wanita Quraisy tidak harus
menangisi kepergian Abu Sulaiman (Khalid bin al-Walid).” (al-Bidayah wa an-Nihayah oleh Ibnu Katsir: 7/132).
Setelah wafatnya, Khalid mendermakan senjata dan kuda tunggangannya untuk berjihad di jalan Allah (ath-Thabaqat al-Kubra oleh Ibnu Saad: 7/397).
Semoga Allah meridhaimu wahai Abu Sulaiman, mengampuni segala kesalahanmu, dan mempertemukan kita semua di surga Allah yang penuh
kedamaian.

Anda mungkin juga menyukai