Dosen Pengampu :
Desy Proklawati, S.S., M.Pd
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kelompok
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan Teater di
Indonesia” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Apresiasi Drama. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang kesenian teater di indonesia bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
JUDUL.......................................................................................................................................I
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Sejarah Teater Dunia.............................................................................................................6
B. Sejarah Teater di Indonesia...................................................................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah teater adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang perkembangan dan
evolusi teater dari masa ke masa. Teater sendiri merujuk pada bentuk seni pertunjukan yang
melibatkan sekelompok aktor yang menampilkan kisah atau drama di hadapan penonton.
Teater telah ada sejak zaman kuno, dan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
selama berabad-abad. Makalah tentang sejarah teater dapat membahas tentang berbagai aspek,
seperti perkembangan drama dari zaman kuno hingga masa modern, teater di berbagai negara
dan budaya, tokoh-tokoh penting dalam dunia teater.
Makalah tentang sejarah teater dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang sejarah seni pertunjukan dan budaya manusia, serta memberikan wawasan tentang
bagaimana teater berkembang dan terus berevolusi hingga saat ini. Makalah ini juga dapat
menjadi referensi bagi mahasiswa dan penggemar teater untuk mempelajari lebih lanjut tentang
sejarah teater dan menghargai seni pertunjukan yang telah menjadi bagian penting dari
kehidupan manusia sejak zaman kuno.
Berawal dari latar belakang tersebut, Kami mencoba menyampaikan permasalahan antara lain:
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Asal mula teater tidak diketahui dengan pasti, baik tempat ataupun pertama kali teater
tersebut diperkenalkan. Teater diyakini berasal dari upacara agama dari sebuah kebudayaan
yang sangat primitif. Unsur cerita yang sebelumnya hanya disebutkan secara lisan mulai
dimasukan ke dalam upacara keagamaan, sehingga dapat menampilkan semacam pertunjukan
drama. Buktinya dapat dilihat pada lukisan gua pada zaman batu, gambar yang menunjukkan
seorang laki-laki yang mengenakan topeng dan pakaian dari kulit rusa dalam sebuah gerakan
tarian.
Awalnya pertunjukan berasal dari sebuah nyanyian untuk menghormati seorang pahlawan
di kuburannya. Dalam acara tersebut seseorang mengisahkan riwayat hidup seorang pahlawan
yang sudah tiada, yang perkembangannya berlanjut pada peragaan dalam bentuk drama. Dalam
hakikatnya drama berasal dari kegemaran manusia mendengarkan cerita yang sering
diceritakan, seperti kisah kepahlawanan, perburuan, perang, dan sebagainya, kemudian
diperagakan dalam bentuk drama atau tarian. Seperti contohnya Tarian Bison Indian yang
dilakukan oleh suku Okippe yang menirukan peristiwa perburuan bison dalam suatu tarian
upacara. Kepentingan agama atau kepercayaan dan peniruan alam menjadi awal mula drama
dimainkan untuk sebuah kepentingan.
Drama seperti yang berkembang sekarang ini berasal dari zaman Yunani Kuno yang
dibuktikan dengan temuan arkeologis dan catatan-catatan sejarah pada zaman tersebut. Sekitar
tahun 600 SM, dalam upacara-upacara agama, mereka mengadakan festival tari dan nyanyian
untuk menghormati dewa Dionysius, yakni dewa anggur dan kesuburan. Kemudian mereka
mengadakan sayembara drama untuk menghormati dewa Dionysius tersebut. Sayembara
drama diadakan pada 534 SM di Athena yang dimenangkan oleh Thespis, seorang aktor dan
penulis tragedi pertama yang terkenal di dunia. Meskipun Thespis merupakan tokoh historis,
tapi oleh bangsa Yunani Kuno dijadikan tokoh legenda.
Drama Yunani baru mengalami puncak perkembangannya sekitar tahun 400 SM. Drama
masih dipertunjukkan sebagai bagian upacara agama, terutama tragedi. Di Athena tempat
pertunjukan drama yang terkenal adalah Teater Dionysius yang terdapat di dekat bukit
5
Acropolis, pusat kuil kota Athena. Jenis drama yang berkembang pada masa Yunani Kuno
adalah tragedi, satir, komedi lama, dan komedi baru.
Setelah tahun 200 SM, kegiatan berkesenian beralih dari Yunani ke Romawi, begitu pula
drama. Namun, drama-drama Romawi menjadi penting dalam sejarah karena pengaruhnya
lebih terasa kelak pada zaman Renaissance. Banyak penulis Renaissance yang mempelajari
drama-drama Yunani, lewat saduran-saduran Romawinya, seperti William Shakespeare.
Drama-drama serius kurang populer pada masa Romawi, dan yang lebih populer adalah drama
komedi, pantomim, dan pertunjukan-pertunjukan sensasional.
Drama abad Pertengahan berkembang antara tahun 900 sampai 1500 M. Drama tersebut
lenyap dengan munculnya reformasi, sekitar tahun 1600 M, kecuali di Spanyol. Drama-drama
yang berkembang pada abad Pertengahan, di antaranya adalah drama Liturgi yang berkembang
pada 900 M sebagai bagian dari upacara misa yang dimainkan oleh pastor, drama Cycle yang
memainkan drama berdasarkan kisah-kisah Bible, drama Miracle yang menceritakan kisah
para orang suci, drama Moral menceritakan tema kebajikan, kekayaan, kemiskinan,
pengetahuan, kebodohan, dan sebagainya, drama Farce, dan drama Interlude.
6
• Selain pemeran utama juga ada pemain khusus untuk kelompok koor (penyanyi),
penari, dan narator (pemain yang menceritakan jalannya pertunjukan).
Pengarang teater yunani klasik yaitu :
• Aeschylus(525-SM.) Dialah yang pertama kali mengenalkan tokoh prontagonis dan
antagonis mampu menghidupkan peran. Karyanya yang terkenal adalah Trilogi
Oresteia yang terdiri dari Agamennon , The Libatian Beavers, dan The Furies.
• Shopocles (496-406 SM.) Karya yang terkenal adalah Oedipus The King, Oedipus at
Colonus, Antigone.
• Euripides (484-406 SM) Karya-karyanya antara lain Medea, Hyppolitus, The Troyan
Woman, Cyclops.
• Aristophanes (448-380 SM)Penulis naskah drama komedi, karyanya yang terkenal
adalah Lysistrata, The Wasps, The Clouds, The Frogs, The Birds.
• Manander (349-291 SM.) Manander menghilangkan Koor dan menggantinya dengan
berbagai watak, misalnya watak orang tua yang baik, budak yang licik, anak yang jujur,
pelacur yang kurang ajar, tentara yang sombong dan sebagainya. Karya Manander juga
berpengaruh kuat pada jaman Romawi Klasik dan drama komedi jaman Renaisans dan
Elisabethan.
Kebanyakan drama tragedi Yunani dibuat berdasarkan legenda. Drama-drama ini sering
membuat penonton merasa tegang, takut, dan kasihan. Drama komedi bersifat lucu dan kasar
serta sering mengolok-olok tokoh-tokoh terkenal.
7
• Karekteristik tokoh tergantung kelas yaitu orang tua yang bermasalah dengan anak-
anaknya atau kekayaan, anak muda yang melawan kekuasaan orang tua dan lain
sebagainya.
• Seluruh adegan terjadi di rumah, di jalan dan di halaman
Teater Romawi merosot setelah bentuk Republik diganti dengan kekaisaran dan lenyap
setelah terjadi penyerangan bangsa-bangsa Barbar serta munculnya kekuasaan gereja.
Pertunjukan teater terakhir di Roma terjadi tahun 533.
Para pemain pegeant memainkan satu adegan dari kisah dalam Alkitab, lalu berjalan lagi.
Pegeant lain dari aktor-aktor lain untuk adegan berikutnya menggantikannya. Aktor-aktor
pegeant seringkali adalah para perajin setempat yang memainkan adegan yang menunjukkan
keahlian mereka. Orang berkerumun untuk menyaksikan drama pegeant religius di Eropa.
Drama ini populer karena pemainnya berbicara dalam bahasa sehari-hari, bukan bahasa Latin
yang merupakan bahasa resmi gereja-gereja Kristen.
- Ciri-ciri teater abad Pertengahan adalah sebagai berikut:
• Drama dimainkan oleh aktor-aktor yang belajar di universitas sehingga dikaitkan
dengan masalah filsafat dan agama.
• Aktor bermain di panggung di atas kereta yang bisa dibawa berkeliling menyusuri
jalanan
• Lirik-lirik dialog drama menggunakan dialek atau bahasa
• Drama banyak disispi cerita kepahlawanan yang dibumbui cerita percintaan.
• Drama diaminkan di tempat umum dengan memeungut bayaran.
• Drama tidak memiliki nama pengarang
8
Teater Zaman Italia
Selama abad ke-17, Italia berusaha mempertahankan bentuk Commedia dell’arte yang
bersumber dari komedi Yunani. Pada tahun 1575 bentuk ini sudah populer di Italia. Kemudian
menyebar luas di Eropa dan mempengaruhi semua bentuk komedi yang diciptakan pada tahun
1600. Ciri Khas Commedia Dell’arte adalah:
Teater Modern
Teater modern pada dasarnya merupakan proses lanjutan dari kejayaan pementasan drama
sebelumnya yang dimulai sejak zaman Yunani. Perubahan yang nampak terdapat pada hampir
seluruh unsur drama pentas. Berbagai karakter tokoh di atas pentas diekspresikan dengan
konsep pementasan modern yang memiliki efek-efek khusus dan teknologi baru dalam unsur
musik, dekorasi, tata cahaya, dan efek elektronik. Gaya permainannya pun cenderung
didominasi realistis hingga mengalami kejenuhan dan lebih menjurus pada gaya permainan
yang eksperimental.
Perkembangan gaya eksperimental ditandai dengan banyaknya gaya baru yang lahir baik
dari sudut pandang pengarang, sutradara, aktor ataupun penata artistik. Tidak jarang usaha para
dramawan berhasil dan mampu memberikan pengaruh seperti gaya; Simbolisme, Surealisme,
Epik, dan Absurd. Tetapi tidak jarang pula usaha mereka berhenti pada produksi pertama.
Lepas dari hal itu, usaha pencarian kaidah artistik yang dilakukan oleh seniman drama modern
patut diacungi jempol karena usaha-usaha tersebut mengantarkan kita pada keberagaman
bentuk ekspresi dan makna keindahan.
9
B. Sejarah Teater Di Indonesia
Awal mula sejarah teater di Indonesia dimulai pada Zaman Hindu. Hal ini ditandai oleh
adanya unsur-unsur teater pada pelaksanaan upacara adat agama Hindu. Selanjutnya,
masyarakat ikut mengembangkan teater pada masa itu menjadi pertunjukan spontanitas yang
ditampilkan di luar upacara adat. Dalam perjalanannya, teater Indonesia memiliki kisah
masing-masing yang beragam. Ini karena bangsa ini terdiri atas berbagai suku dan budaya yang
melahirkan ciri khas dan tata cara yang berbeda dalam berteater.
Beberapa teater tradisional Indonesia adalah drama gong, lenong, beragam jenis wayang,
ludruk, ketoprak, ubrug, dan banyak lagi. Kini, seni pertunjukan tersebut kebanyakan hanya
digelar pada acara-acara penting tertentu. Selepas masa teater tradisional, dunia teater di
Indonesia menginjak masa teater modern yang juga disebut sebagai teater transisi. Adanya
pengaruh budaya dari negara lain memberikan sentuhan warna yang berbeda pada teater ini.
Memiliki unsur teknik teater barat yang dibawa oleh orang Belanda pada tahun 1805, teater
transisi membuka cakrawala baru bagi seni pertunjukan di Indonesia. Maraknya pertunjukan
teater transisi pada masa kolonial Belanda menjadi salah satu alasan berdirinya gedung
Schouwburg atau Gedung Kesenian Jakarta di tahun 1821. Pada tahun 1891, teater ini mulai
dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, bertepatan dengan berdirinya Komedie Stamboel di
Surabaya.
10
Masa perintisan teater modern memiliki warna tersendiri yang menjadi pembeda dengan
teater tradisional. Identitas atau ciri yang dimiliki oleh teater modern diantaranya adalah,
pertunjukan dilakukan di tempat khusus, penonton tentu saja perlu membayar, pementasan
difungsikan sebagai hiburan saja, unsur cerita yang diangkat berkaitan erat dengan kejadian
yang sesuai dengan zamannya, sudah menggunakan idiom-idiom modern, menggunakan
bahasa melayu pasar, dan terdapat pegangan cerita tertulis. Masa perintisan teater modern ini
dibagi menjadi masa teater bangsawan dan masa Komedi Stamboel. Teater bangsawan Pada
tahun 1885, muncul rombongan teater bernama Pushi Indera Bangsawan of Penang di bawah
asuhan Mamak Pushi. Ia membentuk sebuah rombongan teater berdasarkan idiom-idiom teater
Wayang Parsi. Pada awalnya Mamak Pushi bersama dengan menantunya, menempatkan
teaternya di tempat tinggal para bangsawan yang memiliki kenduri. Dari sana munculah
pengertian teater bangsawan. Keberadaan Indera Bangsawan ini disambut baik oleh
masyarakat melayu. Komedi Stamboel merupakan kelompok teater yang didirikan oleh August
Mahieu seorang keturunan Indo-Perancis kelahiran Surabaya. Teater Komedi Stamboel
didirikan sekitar tahun 1891, kehadirannya disambut hangat oleh penontonnya di Surabaya.
Mereka pernah mementaskan lakon-lakon lokal maupun asing. Namun sepeninggal Mahieu,
kelompok ini berakhir (bubar). Di tengah pergerakan penerus Komedi Stamboel di dalam
masyarakat, mulai muncul kegiatan teater di lingkungan peranakan Cina Indonesia, sekitar
tahun 1908 yang bernama “Opera Derma”. Pentas yang dilakukan oleh mereka biasanya adalah
untuk kegiatan amal.
Masa Kebangkitan, berlangsung pada tahun 1925-1941 yang diawali dengan hadirnya
perkumpulan Dardanella yang didirikan oleh A. Pierdro. Pertunjukan tersebut menggunakan
bahasa Melayu Rendah. Selanjutnya, hadir Miss Riboet Orion, yakni grup teater yang sukses
pada zaman kolonial di Indonesia. Pada tahun 1926 Rustam Effendi menulis naskah
menggunakan bahasa Indonesia berjudul Bebasari. Hal tersebut, merupakan awal tetaer
modern Indonesia.
Kelompok Dardanella ini didirikan oleh Willy Klimanoff di Sidoardjo pada 21 Juni 1926.
Semangat menyaingi kejayaan kelompok Orion sebelumnya membuat mereka berhasil merajai
dunia teater pada periode 1920-1930an. Kelompok teater Dardanella selain mementaskan
naskah-naskah asli juga beberapa kali mementaskan naskah asing dengan banyak melakukan
pertunjukan di luar negeri mulai dari Amerika sampai dengan Eropa.
11
Miss Riboet’s Orion didirikan oleh seorang pemilik modal terpelajar bernama Tio Tik
Djien pada tahun 1925. Kehadiran Orion ini berhasil membawa pembaharuan terhadap
kelompok-kelompok teater sebelumnya. Diantara pembaharuan yang mereka lakukan adalah:
(1) pembagian episode lebih dipersingkat (2) adegan memperkenalkan diri tokoh-tokohnya
dihapus (3) selingan yang berbentuk tarian atau nyanyian di tengah adegan dihapus (4) sebuah
lakon dituntaskan dalam satu malam saja.
Masa Teater Mutakhir, berlangsung pada tahun 1970-1980. Pada tahun tersebut terlahir
teater-teater yang merupakan perintis dari ATNI, seperti Teater Populer yang dipimpin oleh
Teguh Karya pada tahun 1968 dan Teater Lembaga yang dipimpin oleh D. Djajakusuma
sebagai dosen ATNI, Pramana Padmodarmaya, dan Wahyu Sihombing sebagai mahasiswa
angkatan Pertama ATNI. Masa ini ditandai dengan lahirnya Dewan Kesenian Jakarta,
sayembara dan terjemahan naskah drama asing, dijadikannya TIM sebagai pusat pendidikan
12
teater, isu teater avant grade, dan zaman emas kedua teater Indonesia dan memiliki tokoh-tokoh
teater yang menjadi pelopor seperti, WS. Rendra, Arifin C.Noor, Putu Wijaya, Nano
Riantiarno, dan masih banyak lagi.
Pada periode ini, para pengarang dan seniman teater telah tersebar di seluruh provinsi
Indonesia. Bersama dengan itu, hadir pula dewan kesenian, lembaga kesenian, dan studi
kebudayaan yang berperan dalam mendukung lahirnya tokoh-tokoh teater Indonesia. Adanya
Taman Ismail Marzuki juga ikut serta memberikan warna dan corak teater Indonesia. Selain
itu, adanya sayembara-sayembara oleh Dewan Kesenian Jakarta juga mencetak generasi-
generasi baru teater Indonesia yang tidak diragukan kualitasnya. Perkembangan teater
Indonesia melewati sejarah dan perkembangan yang cukup panjang. Aneka corak dan warna
teater tiap daerah juga menjadikannya sebagai keragaman yang berharga bagi kekayaan sebagai
suatu bangsa.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seni teater tercipta sudah begitu lama dengan adanya lukisan-lukisan dalam goa yang
menceritakan suatu peristiwa. Selain itu di Indonesia sendiri seni teater dimulai saat zaman
hindu karena ritual yang dilakukan memiliki unsur-unsur teater yang akhirnya berkembang
hingga tercipta jenis-jenis teater lain. Pertunjukan yang awalnya hanya untuk sebuah acara
peringatan atau keagamaan melebar tidak hanya untuk kepentingan keagamaan atau resmi,
namun untuk hiburan. Dengan berbagai pengaruh sejak zaman penjajahan juga mempengaruhi
gaya seni teater di Indonesia dengan faktor pendorong beragamnya masyarakat di Indonesia
maka semakin beragam pementasan teater yang berkembang.
14
DAFTAR PUSTAKA
Oemarjati, Boen S. 1971. Bentuk Lakon dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.
Riffandi, Nandi. 2010. Interkulturalisme Teater Modern Indonesia. Bandung: Penerbit Kelir.
15