Anda di halaman 1dari 5

UNSUR-UNSUR PEMENTASAN DRAMA

Seperti yang kita tahu, pertunjukan drama sangat kompleks. Drama bukan saja
melibatkan banyak seniman, melainkan juga mengandung banyak unsur. Jika salah
satu dari unsur tersebut tidak ada, maka hasil pertunjukan drama tersebut tidak bisa
disajikan secara maksimal karena unsur-unsur itu saling mendukung dan merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keutuhan pementasan drama. Karena itu,
semua unsur pementasan drama harus ada dan harus digarap dengan baik. Sedikitnya
ada 9 unsur drama, yaitu: naskah drama, pemain, sutradara, tata rias, tata busana, tata
panggung, tata lampu, tata suara, dan tentu saja harus ada penonton.
Kita bahas satu per satu unsur pementasan drama tersebut. Yang pertama,
naskah drama. Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam
naskah tersebut termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para
tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan. Bentuk naskah drama berbeda dengan
naskah cerita pendek atau novel. Jika naskah cerita pendek atau novel berisi cerita
lengkap dan langsung tentang peristiwa yang terjadi, maka sebaliknya naskah drama
tidak menceritakan kisah secara langsung, melainkan mengutamakan ucapan-ucapan
atau dialog dari para tokoh. Dalam memilih naskah drama, harus mempertimbangkan
nilai-nilai antara lain: 1.) nilai filosofi, artinya naskah yang dipilih harus memberikan
sesuatu perenungan pikiran yang luas. 2.) nilai artistic, artinya naskah ang dipilih
harus memiliki nilai seni atau keindahan. 3.) harus ada nilai etika, artinya naskah itu
harus bermanfaat bagi manusia dan memuat nilai moral atau nilai kehidupan tentang
baik dan buruk. 4.) harus ada nilai komersial, artinya naskah itu harus memancing
perhatian masyarakat atau penonton, dengan begitu akan dapat mendatangkan nilai
jual.
Untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama ditulis selengkap-
lengkapnya bukan saja berisi percakapan melainkan juga disertai keterangan atau
petunjuk. Petunjuk itu misalnya gerakan-gerakan yang harus dilakukan pemain,
tempat terjadinya peristiwa, benda-benda atau peralatan yang diperlukan setiap
babak, dan keadaan panggung setiap babak. Sedikitnya ada tiga hal yang harus ada
dalam naskah drama, yang pertama yaitu pemeran atau pelaku dalam sebuah drama,
yang kedua wawancang yaitu dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh
tokoh, yang ketiga harus ada kramagung yaitu petunjuk perilaku, tindakan, atau
perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh. Dalam naskah drama, kramagung ditulis
dalam tanda kurung dan biasanya dicetak miring. perhatikan contoh cuplikan naskah
drama sebagai berikut.
Rania>TOKOH/PELAKU: (mengambil boneka dan memberikannya kepada
ibu)> ini termasuk KRAMAGUNG
“ Ayo main boneka, Bu!”> disebut dengan wawancang
Unsur pementasan drama yang kedua, harus ada pemain. Pemain adalah orang
yang memperagakan cerita. Banyaknya pemain yang dibutuhkan dalam pementasan
drama, tergantung dari banyaknya tokoh yang terdapat dalam naskah drama yang
akan dipentaskan. Agar berhasil memerankan tokoh-tokoh dalam drama, maka
pemain harus dipilih secara tepat. Dalam upaya memilih pemain drama yang tepat,
cara berikut dapat diterapkan: yang pertama naskah yang sudah dipilih harus dibaca
berulang-ulang agar semuanya dapat memahami. Dari dialog para tokoh, dapat
diketahui watak setiap tokoh dalam naskah drama tersebut. Yang kedua, setelah
diketahui watak setiap tokoh. kemudian memilih pemain yang cocok dan mampu
memerankan masing-masing tokoh. Ketiga, selain mempertimbangkan watak, perlu
juga untuk mempertimbangkan perbandingan usia dan perkiraan perawakan atau
postur tubuh. Yang keempat, kemampuan pemain menjadi pertimbangan penting pula.
Sebaiknya, dalam memilih pemain haruslah yang mempunyai kepintaran. Artinya,
dalam waktu yang tidak terlalu lama berlatih, dia sudah bisa memerankan tokoh
seperti yang dikehendaki oleh naskah.
Kemudian unsur yang ketiga, harus ada sutradara. Sutradara adalah pemimpin
dalam pementasan drama. Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab terhadap
kesuksesan pementasan drama, sutradara harus membuat perencanaan dan
melaksanakannya. Sutradara harus memilih naskah, menentukan pokok-pokok
penafsiran naskah, memilih pemain, melatih pemain, bekerja dengan staf dan
mengkoordinasikan setiap bagian. Semua itu harus dilakukan dengan cermat. Bila
pementasan drama berjalan lancer, menarik, dan menyebabkan penonton puas, maka
sutradara menjadi orang pertama yang berhak mendapat pujian, namun sebaliknya
jika pementasan drama tidak berjalan lancar sehingga menyebabkan penonton kecewa,
maka sutradara pasti menjadi sasaran kekecewaan penonton. Karena itulah, orang
yang menjadi sutradara atau ditunjuk sebagai sutradara haruslah orang yang benar-
benar berkompeten.
Kemudian unsur yang keempat yaitu tata rias. Tata rias adalah cara
mendandani atau orang yang me make up para pemain. Orang yang mengerjakan tata
rias disebut sebagai penata rias. Peanata rias yang dimaksud dalam pementasan drama,
tidak sama dengan rias orang nikahan atau orang yang mau berangkat ke pesta ya.
Tata rias yang dimaksud disini adalah bagaimana merias para pemain agar
penampilan mereka hampir sama dengan tokoh yang diinginkan oleh naskah,
contohnya seseorang yang di rias menjadi orang tua, orang miskin, orang kaya, bahkan
merias menjadi bukan orang alias hantu. Alat-alat yang sering dipakai dalam tata rias
antara lain bedak, pemerah bibir, bubuk hitam dari arang, pensil alis, rambut atau
gelung palsu, kumis palsu, dan sebagainya. Seorang penata rias haruslah memiliki rasa
seni yang tinggi, selain itu penata rias harus terampil dan cekatan. Penata rias harus
mampu mengatur waktu sehingga setiap pemain yang akan naik panggung sudah dirias
dengan baik.
Yang kelima yaitu tata busana. Tata busana adalah pengaturan pakaian pemain,
baik dari bahan, model, maupun cara mengenakannya. Tata busana sebenarnya
memiliki hubungan yang sangat erat dengan tata rias, karena itu tugas mengatur
pakaian pemain sering dirangkap juga oleh penata rias. Artinya, penata rias sekaligus
juga menjadi penata busana, akan tetapi dalam sebuah pertunjukan yang besar dan
kompleks, penata rias dan penata busana ditugaskan pada orang atau tim yang
berbeda dengan pertimbangan untuk mempermudah dan mempercepat kinerja tim.
Meskipun demikian, pada dasarnya penata rias dan tata busana harus bekerja sama,
saling memahami, saling menyesuaikan, dan saling membantu agar hasil akhirnya
memuaskan.
Unsur keenam yaitu tata panggung. Panggung adalah tempat para aktor
memperagakan lakon drama. Sebagai karya pertunjukan, biasanya panggung dibuat
sedikit lebih tinggi dari tempat duduk penonton agar penonton yang paling jauh masih
dapat melihat dan menyaksikan pertunjukan drama tersebut dengan jelas. Tata
panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan untuk permainan drama,
petugas yang menata panggung disebut sebagai penata panggung. Penata panggung
biasanya terdiri dari beberapa orang supaya dapat mengubah keadaan panggung
dengan cepat. Panggung menggambarkan tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu
peristiwa. Setiap babak dalam pementasan drama tentu menggambarkan tempat,
waktu, serta suasana yang berbeda pula. Panggung harus diubah-ubah sesuai dengan
setting atau latar yang sedang berjalan, dan tentunya hal itu perlu kecepatan agar
penonton tidak terlalu lama menunggu pergantian setting.
Kemudian unsur ketujuh yaitu tata lampu. Tata lampu adalah pengaturan
cahaya di panggung, karena itu tata lampu erat kaitannya dengan tata panggung.
Pengaturan cahaya di panggung harus disesuaikan dengan keadaan panggung yang
digambarkan. Tata lampu di rumah orang miskin, di rumah orang kaya, semuanya
memerlukan penyesuaian, demikian pula dengan waktu terjadinya kejadian. Apakah
pagi, siang, atau malam. Yang mengatur pencahayaan di panggung adalah penata
lampu. Penata lampu biasanya menggunakan alat yang disebut dengan spotlight, yaitu
semacam kotak besar berlensa yang berisi lampu ratusan watt. Karena tata lampu
selalu berhubungan dengan listrik, sebaiknya penata lampu adalah orang yang
mengerti teknik kelistrikan. Ada kalanya lampu tiba-tiba harus dimatikan, kemudian
dihidupkan Kembali. Ada pula kemungkinan, tiba-tiba ada gangguan listrik. Untuk
menghadapi hal seperti itu, penata lampu yang tidak memahami teknik kelistrikan
tentu akan bingung yang akhirnya mengakibatkan pencahayaan di panggung menjadi
kacau dan pertunjukan drama menjadi gagal. Jadi wajib bagi penata lampu untuk
mengetahui seluk beluk tentang listrik.
Selanjutnya unsur ke delapan, yaitu unsur tata suara. Tata suara bukan hanya
pengaturan pengeras suara atau sound system saja, melainkan juga music pengiring.
Musik pengiring diperlukan agar suasana yang digambarkan terasa lebih meyakinkan
bagi para penonton. Alat music yang digunakan pada saaat suasana sedih, mungkin
hanya suara seruling yang mendayu-dayu dan menyayat hati, begitu juga jika ada
suasana pertengkaran atau kekacauan, akan terasa meyakinkan jika diiringi dengan
musik yang cepat, keras, dan menghentak. Iringan musik tidak dijelaskan dalam
naskah, penjelasannya hanya secara umum saja misal di iringi musik pelan2 atau
sedih. Urusan tata suara ini diserahkan sepenuhnya kepada penata suara atau penata
musik. Musik pengiring dimainkan di balik layar agar tidak terlihat monoton dan tidak
mengganggu para pemain drama. Kekerasan suara juga harus diatur untuk
menciptakan permainan drama yang indah.
Unsur pementasan drama yang terakhir yaitu harus ada penonton. Penonton
termasuk unsur penting dalam pementasan drama. Sesempurna apapun persiapan
pementasan drama, akan menjadi sia-sia jika tak ada yang menonton. Jadi, segala
unsur drama yang telah disebutkan sebelumnya, pada akhirnya semuanya untuk
penonton.

MEMBACA PENOKOHAN, DIALOG, SERTA LATAR DALAM PEMENTASAN


LAKON
Dalam drama, konflik merupakan unsur yang memungkinkan para tokoh saling
berinteraksi. Konflik tidak selalu berupa pertengkaran, kericuhan, atau permusuhan di antara
para tokoh. Ketegangan batin antartokoh, perbedaan pandangan, dan sikap antar tokoh sudah
merupakan konflik. Konflik dapat membuat penonton tertarik untuk terus mengikuti atau
menyaksikan pementasan drama.
Bentuk konflik terdiri atas dua yaitu konflik eksternal dan konflik internal. Konflik
eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan lingkungan alamnya atau
yang dinamakan (konflik fisik) ada juga yang dinamakan konflik sosial yaitu konflik
eksternal antara seorang tokoh dengan lingkungan manusianya.
Konflik fisik disebabkan oleh perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam,
misalnya: seorang tokoh mengalami permasalahan ketika banjir melanda desanya, lalu ada
yang dinamakan konflik sosial, yaitu konflik yang disebabkan oleh hubungan atau masalah
sosial antar manusia, misalnya: konflik yang terjadi antara buruh dan pengusaha di suatu
pabrik yang mengakibatkan demonstrasi buruh. Konflik internal adalah konflik yang terjadi
dalam diri atau jiwa tokoh, konflik ini merupakan perbenturan atau permasalahan yang
dialami seorang tokoh dengan dirinya sendiri misalnya masalah cita-cita, keinginan yang
terpendam, keputusasaan, kesepian dan keyakinan.
Kedua jenis konflik yang telah dipaparkan tadi, dapat di wujudkan dengan bermacam
peristiwa yang terjadi dalam suatu pementasan drama. Konflik-konflik tersebut ada yang
merupakan konflik utama dan konflik-konflik pendukung. Konflik utama bisa konflik
eksternal maupun konflik internal, atau kedua-duanya merupakan sentral alur dari drama
yang dipentaskan, sedangkan konflik-konflik pendukung berfungsi untuk mempertegas
keberadaan konflik utama. Nah, bagaimana menentukan konflik? Caranya, dengan
menunjukkan data yang mendukung dalam sebuah drama. Data pendukung adanya konflik
antara lain dapat dicermati dari perbedaan pandangan dan sikap yang ditampakkan dalam
dialog, ekspresi, dan perlakuan tokoh-tokoh.
Selain adanya konflik, dalam drama ada latar. Peran latar latar dalam pementasan
drama terdiri atas: tempat, waktu, dan suasana. Penataan latar akan menghidupkan suasana,
menguatkan karakter tokoh, serta menjadikan pementasan drama semakin menarik. Oleh
karena itu, ketetapan pemilihan latar akan ikut menentukan kualitas pementasan drama secara
keseluruhan
Berikutnya ada yang dinamakan tema drama. Tema drama adalah gagasan atau ide
pokok yang melandasi suatu lakon drama. Tema drama merujuk pada sesuatu yang menjadi
pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis naskah. Tema itu bersifat umum dan
terkait dengan aspek aspek kehidupan di sekitar kita. Tema utama adalah tema secara
keseluruhan yang menjadi landasan dari lakon dram, sedangkan tema tambahan merupakan
tema-tema lain yang terdapat dalam drama yang mendukung tema utama.
Tema drama tidak disampaikan secara implisit. Artinya, setelah menyaksikan seluruh
adegan dan dialog antar pelaku dalam pementasan drama, anda akan dapat menemukan tema
drama itu. Anda harus menyimpulkannya dari keseluruhan adegan dan dialog yang
ditampilkan. Maksudnya, tema yang ditemukan tidak berdasarkan pada bagian-bagian
tertentu dari cerita walaupun tema dalam drama itu cenderung abstrak. Kita dapat
menunjukkan tema dengan menunjukkan bukti atau alasan yang terdapat dalam cerita. Bukti-
bukti itu dapat ditemukan dalam narasi pengarang, dialog antar pelaku, atau adegan maupun
rangkaian adegan yang saling terkait, yang kesemuanya itu didukung oleh unsur-unsur drama
yang lain seperti latar, alur, dan pusat pengisahan.
Yang terakhir, dalam drama selalu ada yang dinamakan pesan drama. Setiap karya
sastra selalu disisipi pesan atau amanat oleh penulisnya, demikian pula dengan drama.
Sisipan pesan dan amanat dapat ditemukan di dalamnya, hanya saja amanat dalam karya
sastra tidak ditulis secara eksplisit tetapi secara implisit. Penonton menafsirkan pesan moral
yang terkandung dalam naskah yang dibaca atau drama yang ditontonnya.

DRAMA SEBAGAI SARANA EKSPRESI KARAKTER PELAKU DRAMA


Moulton dalam karyanya: dramatic art, mengemukakan bahwa drama adalah life
presented in action atau suatu segi kehidupan yang disajikan dengan gerak. Dengan
demikian, gerak baik itu berupa bicara, atau dialog, isyarat, maupun gerak-gerik di panggung
merupakan esensi pokok atau utama dalam drama.
Sebagai sesuatu yang esensial, gerak niscaya menjadi media utama penyampaian tema
dan pesan dram. Gerak juga dapat menjadi representasi karakterisasi tokoh. Selain melalui
gerak atau tindakan, karakterisasi watak tokoh sebagai proses penampilan tokoh dalam suatu
pementasan lakon dapat pula terungkap lewat beberapa hal yaitu: 1.) Ujaran atau ucapan,
yaitu melukiskan pelaku dengan cara bagaimana percakapannya, 2.) Pikiran atau perasaan
atau kehendak, yaitu melukiskan jalan pikiran pelaku, 3.) Penampilan fisiknya, yakni
melukiskan bentuk lahir pelaku, yang ke 4.) Apa yang dipikirkan, dirasakan, atau
dikehendaki tentang dirinya atau tentang diri orang lain, yaitu melukiskan bagaimana reaksi
pelaku lain terhadap pelaku utama.

Anda mungkin juga menyukai